PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL)
Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119
PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan terus digarap secara serius.
Pemerintah, melalui pernyataan Presiden, menegaskan bahwa
ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga, sehingga tak ayal setiap rumah tangga memegang peranan sangat penting dalam mendukung upaya tersebut.
Banyak cara yang bisa ditempuh, namun pemanfaatan lahan
pekarangan sebagai sumber pengembangan pangan untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga, merupakan salah satu pilihan yang sangat menarik dan potensial dikembangkan. Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta International Convention Center (JICC) bulan Oktober 2010, menyatakan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga. Salah satu butir kesepakatan Gubernur terkait dengan pembangunan ketahanan pangan adalah mengembangkan ketersediaan dan mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan lokal, melalui (a) menjamin ketersediaan sarana dan prasarana produksi, (b) mengendalikan alih fungsi lahan, (c) melakukan pengkajian dan penerapan berbagai teknologi tepat guna pengolahan pangan berbasis tepung-tepungan dan aneka pangan lokal lainnya, (d) menetapkan hari-hari tertentu sebagai hari mengkonsumsi pangan lokal, (e) mendorong berkembangnya kantin/warung desa /sekolah /perguruan tinggi untuk memanfaatkan bahan-bahan pangan lokal (BKP, 2011). Upaya diversifikasi pangan yang tertuang dalam salah satu butir kesepakatan tersebut sangat strategis dalam rangka menurunkan konsumsi beras. Saat ini konsumsi beras mencapai 139 kg/kapita/tahun. Menurut Wamentan, konsumsi ini perlu diturunkan, idealnya pada kisaran 90 hingga 100 kg/kapita/tahun. Dalam masyarakat perdesaan, pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang lama dan masih berkembang hingga sekarang meski dijumpai berbagai pergeseran. Disampaikan pada Pelatihan Pendamping Kegiatan KRPL Tahun 2014 Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kabupaten Bengkulu Tengah 8 Mei 2014
Kondisi ini tentu
1
menjadi tantangan tersendiri, sehingga pemerintah bersama-sama dengan segenap lapisan masyarakat perlu menggerakkan kembali budaya memanfaatkan dan mengelola lahan pekarangan, tak hanya bagi masyarakat perdesaan namun juga perkotaan. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Ketersediaan jenis pangan dan rempah yang beraneka ragam, berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini.
Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih
dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Berdasarkan
pengamatan,
perhatian
petani
terhadap
pemanfaatan
lahan
pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak berkembang sebagaimana yang diharapkan. Kementerian Pertanian melihat potensi lahan pekarangan ini sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan.
Lahan pekarangan merupakan salah satu sumber
potensial penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi, bila ditata dan dikelola dengan baik. Selain dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi dari keluarga sendiri, juga berpeluang meningkatkan penghasilan rumah tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan baik.
Pemanfaatan pekarangan tersebut juga
dirancang untuk meningkatkan konsumsi aneka ragam sumber pangan lokal dengan prinsip gizi seimbang (Badan Litbang Pertanian, 2012). Ketahanan dan kemandirian pangan secara nasional dapat tercapai jika dimulai dari rumah tangga.
Pemanfaatan
lahan pekarangan secara terpadu merupakan salah satu inovasi teknologi yang dapat digunakan untuk mewujudkan ketahanan pangan khususnya yang dimulai dari rumah tangga.
Disampaikan pada Pelatihan Pendamping Kegiatan KRPL Tahun 2014 Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kabupaten Bengkulu Tengah 8 Mei 2014
2
KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Kawasan menunjukkan dimensi luas atau wilayah tertentu (komplek perumahan, dusun, desa, kecamatan) terdiri atas beberapa rumah yang secara bersama-sama melaksanakan suatu program.
Rumah pangan lestari berarti tempat tinggal bagi
keluarga atau rumah tangga yang memanfaatkan pekarangannya secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya.
Sedangkan lestari adalah keberlanjutan yang didukung oleh
adanya kebun bibit untuk setiap kawasan rumah pangan. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan suatu kawasan dalam satu Rukun Tetangga atau Rukun Warga/Dusun (kampung) yang telah menerapkan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil.
Suatu
kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial.
Untuk menjamin keberlanjutan usaha pemanfaatan pekarangan, kawasan
juga harus dilengkapi dengan kebun benih/bibit yang dikelola oleh masyarakat secara partisipatif. Sasaran yang hendak dicapai dalam pengembangan KRPL adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial yang bermartabat dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera. PRINSIP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Ada lima prinsip utama dalam pengembangan KRPL, yaitu : 1. Kemandirian pangan keluarga 2. Diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal 3. Konservasi/pelestarian tanaman pangan, ternak, tanaman obat untuk masa depan 4. Peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat 5. Kebun bibit
Disampaikan pada Pelatihan Pendamping Kegiatan KRPL Tahun 2014 Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kabupaten Bengkulu Tengah 8 Mei 2014
3
TUJUAN PENGEMBANGAN KRPL Ada dua tujuan dalam mengembangkan KRPL, yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan Jangka Pendek 1. Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran, dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos. 2. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari dalam suatu kawasan. 3. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Tujuan Jangka Panjang 1. Kemandirian pangan keluarga 2. Diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal 3. Pelestarian tanaman pangan untuk masa depan 4. Peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat PEMBINAAN MENUJU LESTARI Petugas lapangan dan ketua kelompok ketua kelompok dilibatkan sejak awal secara aktif mulai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan. Hal ini sebagian besar dari komunikasi yang baik dengan birokrasi atau tokoh masyarakat yang berpengaruh.
Ketresediaan bibit menjadi faktor yang menentukan keberlanjutan
pengembangan rumah gizi dengan KRPL. Oleh karena itu perlu dibangun Kebun Bibit dan dikelola secara baik di setiap KRPL. Pengaturan pola dan rotasi tanaman termasuk sistem integrasi tanaman-ternak dan model diversifikasi yang tepat sehingga dapat memenuhi pola pangan harapan dan memberikan kontribusi pendapatan keluarga.
Disampaikan pada Pelatihan Pendamping Kegiatan KRPL Tahun 2014 Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kabupaten Bengkulu Tengah 8 Mei 2014
4
Konsep lestari minimal memperhatikan 4 aspek : 1. Aspek Pelaku Tokoh masyarakat dan para pelaksana yang menyadari bahwa hidup memerlukan pangan bergizi, segar dan menyehatkan, lingkungan hijau dan hidup produktif. 2. Aspek Pelaksanaan
Juklak atau juknis yang mudah dipahami dan diimplementasikan
Sosialisasi secara berkala agar pelaksana (antara atau akhir) termotivasi
Pendampingan secara berkala sehingga tujuan tercapai sesuai rencana
Monitoring dan evaluasi secara berkala untuk mendapatkan umpan balik (perbaikan model dan pemecahan teknis lapangan)
3. Aspek Pendukung
Kebun bibit yang terencana dan dikelola dengan baik
Akses terhadap sarana dan pra sarana : air, media tanam, aneka benih, pupuk, dan pestisida
Aspek kelembagaan seperti pengolahan, lembaga pasar untuk menampung kelebihan produksi, dan sebagainya
4. Aspek Promosi
Temu lapang secara berkala untuk memotivasi dusun/desa sekitar yang belum melaksanakan KRPL
Advokasi secara berkala kepada pemangku kepentingan (stakeholder) tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi tentang manfaat dan keuntungan ekonomi dari KRPL
INDIKATOR KEBERHASILAN KRPL 1) Peningkatan Pola Pangan Harapan (PPH) Skor PPH dihitung berdasarkan kelompok makanan yang dikonsumsi, kemudian diberi skor sesuai dengan panduan penghitungan PPH. 2) Perkembangan jumlah rumah tangga yang melibatkan peran laki-laki dan perempuan Dalam satu tahun, terjadi peningkatan jumlah RPL dalam satu wilayah kecamatan. Peningkatan jumlah RPL berdasarkan keinginan dan dorongan yang tumbuh (partisipasi) dari masyarakat.
Disampaikan pada Pelatihan Pendamping Kegiatan KRPL Tahun 2014 Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kabupaten Bengkulu Tengah 8 Mei 2014
5
3) Perkembangan jumlah dusun, desa, kecamatan, yang mengadopsi prinsip RPL/KRPL Indikasi
keberhasilan KRPL
mengadopsi.
dapat
dilihat
dari
perkembangan
wilayah
yang
Misalnya lokasi awal pelaksanaan baru 6 lokasi, setelah satu tahun
perkembangan KRPL lebih dari 12 lokasi. 4) Peningkatan produksi (jenis komoditas, jumlah, dan kualitas) Salah satu indikasi keberhasilan KRPL adalah terjadi peningkatan jumlah dan ragam komoditas yang dihasilkan oleh satu kawasan setiap musimnya. 5) Pengurangan belanja dapur/penghematan pengeluaran rumah tangga 6) Kemitraan (Pemda,Lembaga/Organisasi) Perkembangan kemitraan yang dilakukan dari satu KRPL kepada pihak Pemda atau swasta, dalam hal : pemasok bahan baku (media tumbuh, pupuk, benih/bibit, pestisida nabati), pemasaran hasil (pihak mana, volume per satuan waktu), sumber permodalan (pihak mana, volume per satuan waktu). Peran yang dijalankan oleh masing-masing kelembagaan dalam sistem agribisnis m-KRPL antara lain : Fungsi Agribisnis
Pihak/Organisasi yang Menjalankan Kelompok Pendamping Badan Rumah (PPL, PT, LSM, Litbang Tangga pengembang) (BPTP) √ √ √
Penyediaan Benih
Individu Rumah Tangga √
Penyediaan pupuk
√
√
√
Penyediaan modal
√
√
√
Penyediaan
√
√
Swasta/Pasar
dan obat-obatan
tenaga kerja Penyediaan air
√
untuk penyiraman Kegiatan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
usahatani Pengolahan hasil
√
pertanian Pemasaran hasil
√
pertanian Penyediaan
√
informasi (teknologi, pasar, dll)
Disampaikan pada Pelatihan Pendamping Kegiatan KRPL Tahun 2014 Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kabupaten Bengkulu Tengah 8 Mei 2014
6