PROPOSAL
PERCEPATAN, PERLUASAN, DAN PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) MELALUI KERJASAMA DENGAN MITRA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU Bekerjasama dengan BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN 2013
LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul Kegiatan
:
Percepatan, Perluasan, dan Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) melalui Kerjasama dengan Mitra
2. Unit Kerja
:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
3. Alamat Unit Kerja
:
Jalan Irian Km 6,5 Bengkulu 38119
4. Sumber Dana
:
DIPA BBP2TP
5. Penanggungjawab Kegiatan
:
a. Nama
:
Wahyuni Amelia Wulandari. S.Pt, M.Si
b. Pangkat/Golongan
:
Penata / III.c
c. Jabatan
:
Peneliti Muda
6. Lokasi
:
Provinsi Bengkulu
7. Tahun Mulai
:
2013
8. Tahun Selesai
:
2014
9. Output Tahunan
:
10. Biaya
:
Rp 70.000.000,- (Tujuh puluh juta rupiah)
Koordinator Program,
Penanggung jawab Kegiatan,
Ir. Wahyu Wibawa, Ph.D NIP. 19690427 199803 1 001
Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si NIP. 19750724 199903 2 002
Mengetahui, Kepala BB Pengkajian,
Kepala BPTP Bengkulu
Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng. Nip. 19610802 198903 1 011 199003 1 001
Dr. Dedi Sugandi, MPKasdi M.Sc NIP. 19590206 198603 1 002640321
2
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Dalam rangka mendukung empat kunci sukses pembangunan pertanian di
Indonesia, Kementerian Pertanian telah meluncurkan berbagai program yang didukung dengan upaya percepatan penyebarluasan secara masif. Program yang mendukung upaya diversifikasi pangan dan peningkatan ketahanan pangan nasional misalnya, pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), yang diluncurkan pada awal tahun 2011, terus diupayakan untuk direplikasi ke seluruh kabupaten/kota. Presiden Republik Indonesia, pada peluncuran (Grand Launching) KRPL di Desa Kayen, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, tanggal 14 Januari 2012, menyatakan bahwa Rumah Pangan Lestari perlu dikembangkan ke seluruh wilayah di Indonesia. Pengembangan ini utamanya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan antisipasi pada saat harga pangan melonjak tinggi. Menyambut gerakan Presiden tersebut, maka Menteri Pertanian menugaskan kepada instansi terkait di jajaran Kementerian Pertanian agar KRPL dikembangkan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mendapat mandat untuk mengembangkan
Model KRPL
(M-KRPL).
Menindaklanjuti
penugasan Menteri
Pertanian tersebut, pada tahun 2011 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian mulai menerapkan 1 – 2 unit kawasan di setiap provinsi, dan diperluas lagi pada tahun 2012 menjadi sekitar 70% dari jumlah kabupaten/kota di setiap provinsi. Prinsip utama pengembangan KRPL adalah mendukung upaya: (1) Ketahanan dan kemandirian pangan keluarga, (2) Diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, (3) Konservasi tanaman pangan untuk masa depan, dan (4) Peningkatan kesejahteraan
keluarga.
Pengembangan
KRPL
ini
diimplementasikan
melalui
pemanfaatan lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, dengan menerapkan budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman pangan, tanaman obat keluarga (toga), budidaya ikan, dan ternak. Agar upaya tersebut terus berkelanjutan (lestari), maka perlu didukung dengan empat pilar lestari, yaitu: (1) Infrastruktur, (2) Kelembagaan dan partisipasi aktif local champion, (3) Ketersediaan benih/bibit melalui pengembangan Kebun Bibit Desa (KBD) atau Kebun Bibit
3
Kelurahan (KBK), yang dapat mensuplai kebutuhan benih/bibit anggota masyarakat yang menerapkannya secara berkelanjutan, dan (4) Dukungan pemerintah daerah. Sasaran pola penataan pekarangan melalui penerapan budidaya berbagai komoditas tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai Pola Pangan Harapan (PPH). Selain
itu,
nilai
ekonomi
juga
dapat
diciptakan
atau
ditingkatkan
melalui
pengembangan kawasan, sebagai himpunan dari beberapa (20 – 30 KK) yang menerapkan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL). Oleh karena penerapan KRPL ini lebih
banyak
pengelolaannya,
menyentuh maka
peran
program
perempuan ini
atau
diharapkan
ibu relatif
rumahtangga
dalam
mudah
cepat
dan
disebarluaskan. Pengembangan M-KRPL di setiap provinsi dilaksanakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), yang dikoordinasikan oleh Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). Tidak hanya itu, pengembangan MKRPL juga dilakukan melalui sosialisasi, pelatihan, dan advokasi kepada berbagai pemangku kepentingan (stakeholders), seperti Pemerintah Daerah, BKP, Haryono Suyono Center, DWP BPS, MenKUM dan HAM, SESKOAD, TNI-AD, Badan Narkotika Nasional, Organisasi Muslimah (Salimah), Solidaritas Isteri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), dan sebagainya. Sosialisasi, pelatihan, dan advokasi, serta pengembangan M-KRPL sebagai percontohan untuk komunitas organisasi kemasyarakatan/pemerintah tersebut diperlukan sebagai upaya pengembangan KRPL secara luas. Tidak hanya itu, pengembangan KRPL pada komunitas tersebut juga sebagai upaya Badan Litbang Pertanian dalam mengembangkan Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Kementerian Pertanian melalui BPTP telah melakukan kerjasama dengan SIKIB untuk pengembangan M-KRPL dan replikasi KRPL di 11 lokasi pada tujuh provinsi sejak tahun 2012, serta kegiatan berupa workshop dan Training of Master Trainers (TOMT) bagi fasilitator Salimah di 11 provinsi potensial pada tahun 2011. Disamping tetap melanjutkan kerjasamanya dengan SIKIB dan Salimah untuk membangun MKRPL, pada tahun 2013 BPTP juga akan membangun kerjasama baru dengan TNI-AD di beberapa provinsi. Komitmen kerjasama mendukung pengembangan KRPL telah dituangkan dalam nota kesepahaman antara Menteri Pertanian dengan berbagai mitra yaitu: (1) Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), MoU tanggal ......
4
(2) Organisasi Muslimah (Salimah), MoU tanggal 10 Oktober 2011; dan (3) TNI-AD (Nota Kesepahaman No.03/MoU/PP.310/M/4/2012 dan No.NK/9/IV/2012 yang ditandatangani Menteri Pertanian dan Panglima Angkatan Darat pada tanggal 13 April 2012), dan diturunkan dalam Kesepakatan Kerjasama antara Badan Litbang Pertanian dengan TNI-AD (KKS No.1160/HM.240/I/11/2012 dan No.Kerma/10/XII/2012 tanggal 13 November 2012). Bertitik tolak dari perlunya kerjasama dengan mitra dalam mengembangkan KRPL,
maka
peran
BPTP
Bengkulu
pada
tahun
2013
adalah
melakukan
pengembangan M-KRPL bekerja sama dengan Salimah. 1.2. Tujuan Tujuan kegiatan ini adalah: 1.
Melakukan koordinasi dalam rangka persiapan implementasi model KRPL.
2.
Melakukan
sosialisasi
dan
pelatihan
konsep
KRPL
terhadap
mitra
kerjasama. 3.
Mengimplementasikan Model KRPL sebagai unit percontohan di lingkungan mitra kerjasama.
4.
Membangun jejaring kerjasama dengan stakeholders dalam rangka penguatan kelembagaan MKRPL di lingkungan mitra kerjasama.
1.3. Keluaran (output) Keluaran yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah: 1.
Kesepakatan Implementasi model KRPL.
2.
Konsep KRPL diadopsi oleh mitra kerjasama.
3.
Implementasi model KRPL.
4.
Jaringan kerjasama kelembagaan yang kuat.
1.4. Prakiraan Hasil (Outcome) Hasil (outcome) yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah diadopsinya MKRPL oleh kelompok sasaran maupun oleh pemangku kepentingan (stakeholders), dan penyebarluasan model tersebut di seluruh provinsi secara cepat.
5
1.5. Manfaat (Benefit), dan Dampak (Impact) Manfaat (benefit) dari kegiatan ini adalah peningkatan kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi, sosial, dan kelembagaan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, melalui penerapan M-KRPL. Dampak (impact) dari kegiatan ini adalah semakin luasnya implementasi KRPL di seluruh provinsi, menuju masyarakat yang mandiri dan sejahtera.
6
II. KERANGKA PEMIKIRAN Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC) yang dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian (2011) adalah upaya percepatan diseminasi atau pemasyarakatan inovasi
teknologi
pertanian.
Dalam
pengembangan
SDMC
tersebut,
harus
mempertimbangkan: (a) perubahan konsep diseminasi dari yang konvensional menuju yang lebih maju dan cepat, (b) perencanaan penelitian/pengkajian dan diseminasi harus melibatkan pemangku kepentingan dan pengguna, (c) diseminasi teknologi dipersiapkan sejak tahap perencanaan penelitian/pengkajian dirancang, (d) perlunya revitalisasi metodologi diseminasi, (e) harus melibatkan penyuluh dalam proses penelitian/pengkajian serta penyusunan bahan/materi penyuluhan, (f) merencanakan dan melaksanakan diseminasi sesuai dengan kebutuhan pengguna, (g) diseminasi/penyuluhan harus memperhatikan kebutuhan target dan sasaran, dan (h) perlunya membangun model-model percontohan partisipatif. Sementara itu, terkait dengan SDMC maka operasionalisasi secara optimal model pengembangan inovasi pertanian tetap memerlukan beberapa prakondisi. Menurut perannya, prakondisi dapat dibagi menjadi syarat keharusan (necessary
condition) dan syarat kecukupan (sufficient condition).
Syarat keharusan adalah
suatu kondisi minimum yang harus ada agar model pengembangan inovasi dapat berjalan
optimal.
Syarat
kecukupan
adalah
lingkungan
yang
memperlancar
mekanisme kerja model pengembangan inovasi. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) adalah salah satu inovasi Badan Litbang Pertanian yang dapat diterapkan dengan melibatkan keluarga sebagai anggota masyarakat, melalui optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan. M-KRPL merupakan konsep model rumah pangan yang dibangun dalam suatu kawasan (rukun tetangga (RT), rukun warga (RW)/dusun, desa, atau kecamatan) dengan prinsip mewujudkan kemandirian pangan keluarga melalui pemanfaatan pekarangan, agar dapat melakukan upaya diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, sekaligus konservasi tanaman pangan untuk masa depan, serta tercapai pula upaya peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat pada umumnya (Badan Litbang Pertanian, 2011). Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan KRPL direncanakan akan melewati empat tahapan, untuk menjamin keberlanjutannya. Keempat tahapan
7
tersebut mulai dari pengembangan model, replikasi, pengembangan usaha dan keberlanjutan usaha. Setiap tahapan pengembangan tersebut melibatkan berbagai pihak, dari mulai BPTP, penyuluh, Dinas Pertanian, swasta, kelompok (wanita) tani, sampai industri pengolahan. Kekuatan peran masing-masing pihak tersebut berbeda setiap tahap pengembangan, seperti yang diuraikan dalam matriks berikut (Tabel 1).
Tabel 1. Keterlibatan para pihak terkait dalam tahap pengembangan KRPL
Tahapan Pengembangan
Keterlibatan Para Pihak Dinas Swasta/ Kelompok Pertanian pedagang Petani XX X XXXX
Industri Pengolahan XX
BPTP
Penyuluh
Pengembangan Model Replikasi
XXXX
XXXX
XX
XXXX
XXXX
XXX
XXXX
XXX
Pengembangan Usaha Keberlanjutan
X
XX
XX
XXXX
XXXX
XXX
-
X
X
XXX
XXXX
XXXX
usaha
Pada tahap pertama, diawali dengan pengembangan model dan inisiasi awal replikasi. Pada tahapan ini peran BPTP dan kelompok petani sasaran yang dominan, dan peran BPTP lebih banyak dalam pendampingan pengembangan model. Bersamaan dengan pendampingan pengembangan model ini, BPTP juga menginisiasi replikasi model dengan memberikan peran yang lebih dominan penyuluh lapang yang ada di lokasi dan menjadikan BPP sebagai pusat pengembangannya. Pada tahap kedua, replikasi terus berlanjut dengan pengawalan dari penyuluh. Pada tahun ini juga penyuluh terus memperkuat posisi kelompok, sehingga kelompok menjadi mandiri dan telah mampu melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, terutama yang terkait dengan pedagang/pemasaran hasil dan pengolahan hasil. Pada tahun kedua ini juga peran kelompok akan semakin dominan, dukungan yang semakin banyak dari pedagang dan industri pengolahan. Pada tahap ketiga, peran pedagang sebagai perantara akan berkurang dan petani dapat melakukan pengolahan atau telah dapat langsung berhubungan dengan industry pengolahan. Pada fase ini pengembangan kegiatan benar-benar mengait erat dengan industry pengolahan, baik itu industri pada level rumah tangga atau
8
industri kecil dan menengah. Bila hal ini telah terjadi maka dapat diakatakan bahwa KRPL akan berubah menjadi sentra pengembangan komoditi spesifik lokasi yang berbasis pada pemanfaatan lahan pekarangan. Pada tahapan ini peran BPTP sudah tidak ada, sementara dinas dan penyuluh lebih pada peran fasilitasi dan dukungan kebijakan. Dari gambaran di atas menunjukkan, bahwa dalam rangka mewujudkan percepatan diseminasi inovasi pertanian seperti M-KRPL tersebut, serta membangun jejaring kerja diseminasi Badan Litbang Pertanian, maka peran organisasi masyarakat sangat dibutuhkan. Di sisi lain, organisasi perempuan, seperti yang terhimpun dalam wadah SIKIB dan enam organisasi perempuan lainnya, juga mempunyai tekad dapat ikut berperan aktif membantu pemerintah dalam memantapkan ketahanan pangan dengan pendekatan pengembangan inovasi pertanian di Indonesia, melalui kemitraan bersama Badan Litbang Pertanian.
9
III. 3.1.
METODOLOGI
Pendekatan Pendekatan yang akan dilakukan dalam kegiatan ini adalah melalui
serangkaian pertemuan, baik berupa sosialisasi, pembahasan dan pelatihan dalam rangka memberikan pemahaman dan persamaan persepsi tentang konsep M-KRPL. Selain itu juga akan diterapkan minimal satu unit M-KRPL di setiap provinsi sebagai unit
percontohan.
Dalam
pelaksanaan
sosialisasi,
pelatihan
(TOT),
maupun
penerapan percontohan dan pendampingan/pengawalan teknologi peran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di setiap provinsi adalah baik sebagai narasumber maupun sebagai tenaga teknis di lapang.
3.2.
Waktu dan Pemilihan Lokasi Kegiatan Waktu pelaksanaan kegiatan dimulai pada bulan Maret 2013 hingga Desember
2013. Kegiatan ini akan dilaksanakan di 1 (satu) Kabupaten, yaitu di Kabupaten Bengkulu Tengah. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah yang sangat potensial dalam pengembangan KRPL, dan diharapkan ke depan dapat bekerjasama dengan Badan Litbang Pertanian dalam menyebarkan inovasi pertanian lainnya.
3.3. Tahapan Kegiatan Tahapan atau langkah-langkah pelaksanaan kegiatan sebagai berikut: 1. Persiapan,
meliputi
penyusunan
rencana
kerja
operasional
dan
penentuan indikator dan parameter keberhasilan pelaksanaan kegiatan. 2. Koordinasi,
dilaksanakan
bersama
pengurus
pusat
Persaudaraan
Muslimah, serta instansi terkait (UK/UPT) lingkup Badan Litbang Pertanian. Sebagai inikator pelaksanaan kegiatan ini adalah tingkat efektivitas
pertemuan,
yaitu
seberapa
jauh
masing-masing instansi dapat dilaksanakan.
kesepakatan/komitmen Hasil rapat/pertemuan
berupa notulensi akan terus dievaluasi, dari proses perencanaan, implementasi, hingga pelaporan.
10
3. Pembahasan dalam rangka menyusun rencana kerja dan identifikasi kebutuhan teknologi.
Indikator dari kegiatan ini adalah tersedianya
rencana kerja sebagai pedoman dalam penerapan M-KRPL di lokasi kegiatan. 4. Sosialisasi dan Training of Trainers (TOT). Kegiatan ini untuk manjawab Tujuan 1, yaitu memberikan pemahaman dan menyamakan persepsi tentang Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) beserta langkah-langkah penerapannya.
Sasarannya adalah pengurus dan
anggota Salimah, yang ditunjuk sebagai fasilitator dari lokasi terpilih. Indikator yang digunakan adalah peningkatan pengetahuan peserta TOT tentang konsep M-KRPL, dengan melakukan test sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) menggunaan kuesioner saat pelaksanaan TOT. 5. Penerapan Percontohan M-KRPL, dilaksanakan di
lokasi terpilih
menurut tahapan dalam Pedoman Umum M-KRPL yang diterbitkan oleh Badan Litbang (2011). Kegiatannya meliputi sosialisasi, identifikasi rumahtangga
dan
pembentukan
kelompok
pelaksana,
pelatihan,
pengembangan kebun bibit desa (KBD), dan penerapan/pengembangan M-KRPL. Penerapan M-KRPL melibatkan kelompok sasaran ibu-ibu yang tergabung dalam keanggotaan organisasi kemasyarakatan dan sekitarnya di tingkat Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW) atau desa. Kelompok sasaran tersebut akan dibagi menjadi 3 strata yaitu: Strata I (yang memiliki lahan pekarangan sempit; Strata II (lahan pekarangan sedang); dan Strata III (lahan pekarangan luas). Jumlah anggota rumahtanga dalam kelompok sasaran tersebut sekitar 20-30 KK per unit M-KRPL. Jumlah rumah tangga untuk setiap strata dibagi secara proposional, berdasarkan musyawarah/secara partisipatif. Implementasi di lapangan juga akan melibatkan tenaga fasilitator dari ormas Salimah dan tenaga ahli (narasumber) dari BPTP, serta untuk memperkuat aspek teknis budidaya diperbantukan tenaga teknis (datasir) dari BPTP terdekat. Indikator keberhasilan dalam kegiatan ini adalah penerapan prinsip KRPL oleh seluruh rumah tangga kooperator.
11
6. Pengawalan Teknologi dan Pendampingan. Kegiatan ini merupakan pembinaan yang dilakukan oleh peneliti dan teknisi lapang, kepada kelompok
sasaran
pendampingan
ini
implementasinya. diterapkannya
tentang
penerapan
dilakukan
mulai
M-KRPL.
dari
Pengawalan
persiapan
sampai
dan pada
Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah selain
KRPL
oleh
rumah
tangga
kooperator,
juga
agar
percontohan ini sebagai media percepatan diseminasi sehingga M-KRPL dapat berkembang meluas secara cepat. 7. Membangun
jejaring
kerjasama
kelembagaan.
Kegiatan
ini
dilaksanakan dengan cara memfasilitasi pertemuan antar mitra kerjasama (Kelompok MKRPL Salimah) dengan stakeholders (Lembaga Penyedia Input, Lembaga Penyalur Hasil, Lembaga Keuangan, Lembaga Penentu Kebijakan) dalam berbagai bentuk kegiatan seperti : Temu Lapang, Temu usaha, Temu Mitra, Temu Usaha. Indikator yang diukur antara lain : Terbangun kesepakatan kerjasama dalam bentuk MOU dll. 8. Monitoring dan Evaluasi, dilakukan untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan
kegiatan,
dan
menilai
apakah
kegiatan
yang
telah
dilaksanakan tersebut sudah sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. 9. Seminar dalam rangka memaparkan hasil kegiatan di hadapan
stakeholders . 10. Penyusunan laporan, sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap
kegiatan yang telah dilaksanakan dan penggunaan anggaran kegiatan.
12
IV. ANALISIS RESIKO
DAFTAR PENANGANAN RISIKO BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN UNIT KERJA /UPT NAMA PIMPINAN NIP KEGIATAN
: : : :
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP
19590206 198603 1 002
Percepatan, Perluasan dan Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari melalui Kerjasama dengan Persaudaraan Muslimah (Salimah)
TUJUAN KEGIATAN :
1. Melakukan koordinasi dalam rangka persiapan implementasi model KRPL. 2. Melakukan sosialisasi dan pelatihan konsep KRPL terhadap mitra kerjasama. 3. Mengimplementasikan Model KRPL sebagai unit percontohan di lingkungan mitra kerjasama. 4. Membangun jejaring kerjasama dengan stakeholders dalam rangka penguatan kelembagaan MKRPL di lingkungan mitra kerjasama. No. 1.
Risiko Penerapan M-KRPL tidak dapat di lanjutkan
Penyebab Kegiatan rohani lebih dominan dari kegiatan produktif
Dampak Pelaksanaan kegiatan tidak berkelanjutan
2.
Penerapan M-KRPL tidak dapat di kembangkan
Variasi umur didominasi oleh usia lanjut
Kegiatan replikasi model tidak berjalan dengan baik
Upaya Penanganan Melakukan pembinaan secara intensif terhadap manfaat penggunaan pekarangan bagi kesehatan dan ekonomi keluarga Pemilihan anggota diperioritaskan pada usia muda
Disusun Tanggal: Maret 2013 Penyusun:
(Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si)
NIP. 19750724 199903 2 002 Disetujui Kepala BPTP Bengkulu
Diperiksa Tanggal: Pemeriksa:
(Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP) NIP. 19590206 198603 1 002
(.........................................)
13
III. JADWAL KEGIATAN, RENCANA ANGGARAN BELANJA, DAN PERSONALIA 3.1. Jadwal Kerja No.
Kegiatan
1. 2. 3.
Persiapan Koordinasi Pembahasan rencana kerja Sosialisasi dan pelaksanaan TOT tingkat wilayah/provinsi Penerapan percontohan M-KRPL di lokasi kegiatan Pengawalan Teknologi dan Pendampingan Seminar Pelaporan
Bulan 1
4. 5. 6. 7. 8.
2
3 X
4
5
6
7
8
9
10
X
X
X
X
11
X X X
X X X
X X
3.2. Rencana Anggaran dan Belanja NO
12
Uraian
Volume
Harga Satuan 31.400.000
31.400.000
Jumlah
1
Belanja bahan
1 tahun
2
Honor output kegiatan
1 kegiatan
6.000.000
6.000.000
3
3 kali
2.000.000
6.000.000
4
Belanja barang non operasional lainnya Belanja jasa profesi
500.000
2.000.000
5
Belanja perjalanan lainnya
1 kegiatan
24.600.000
24.600.000
Total
4 OJ
70.000.000
14
Rincian Anggaran dan Belanja Kegiatan (Kegiatan Salimah) No
Uraian
1
Belanja Bahan ATK, komputer supplies, dan perlengkapan lainnya Saprodi (KBD, benih, pupuk, dan peralatan pertanian) Konsumsi Honor Output Kegiatan Upah petugas lapang Upah petani Belanja Barang Non Operasional Lainnya Akomodasi, konsumsi dalam rangka konsinyasi, sosialisasi, pelaksanaan kegiatan, dan pelatihan
2
3
4 5
Volume
Belanja Jasa Profesi Narasumber Belanja Perjalanan Lainnya Perjalanan dalam rangka persiapan, koordinasi, serta pelaksanaan kegiatan Perjalanan dalam rangka konsultasi, seminar, dan worksho ke luar provinsi Jumlah
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1 tahun
5,000,000
31,400,000 5,000,000
1 tahun
20,400,000
20,400,000
3 kali
2,000,000
30 OH 120 OH
100,000 25,000
6,000,000 6,000,000 3,000,000 3,000,000 6,000,000
3 kali
2,000,000
6,000,000
4 OJ
500,000
40 OP
365,000
2,000,000 2,000,000 24,600,000 14,600,000
2 OP
5,000,000
10,000,000
70,000,000
15
3.3. Personalia
No
Nama/NIP
Jabatan Fungsional/Bidang Keahlian
Jabatan dalam Kegiatan
1
Dr. Dedi Sugandi,MP
Peneliti Madya /Farming Sistem
Ka Balai
2
Wahyuni A.Wulandari, MSi
Peneliti Muda/ Peternakan
Penanggung Jawab
3
Dr. Umi Pudji Astuti, MP
Penyuluh Ahli Madya/ Sosek
Anggota
4
Bunaiyah Honorita, SP
Calon Penyuluh/ Sosek
Anggota
5
Waluyo, A.Md
Teknisi
Anggota
Uraian Tugas
Alokasi Waktu (Jam/ Minggu)
Memberiakan arahan kepada penanggung jawab Membuat perencanaan, petunjuk teknis, pelaporan, Membantu penjab melakukan pendampingan, koordinasi dan kerjasama Membantu penjab melakukan pendampingan di bidang Peternakan Membantu penjab melakukan pendampingan di lapangan
2
5
5
5
5
16
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2002. Pedoman Umum Pemanfaatan Pekarangan. http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/ artikel/pangan/DEPTAN/New Folder/II/Pedum Pengembangan Pekarangan.doc. Erwidodo, 1994. Analisis Aspek Keuntungan Penggunaan Pupuk di Sektor Pertanian. Makalah disampaikan pada Pelatihan Uji Tanah di safari Garden, Cisarua Bogor, Tanggal 9 – 11 Nopember 1994. FAO. 1996. Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit Plan of Action. World Food Summit 13-17 November 1996. Rome. Badan Litbang Pertanian. 2011. Panduan Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Jakarta. Badan Litbang Pertanian. 2011. Panduan Umum Model Spektrum Diseminasi Multi Chanel. Jakarta. Hendayana, Rachmat. 2011. Tips & Trik Praktis Menganalisis Data untuk Karya Ilmiah. Hand out Seminar di Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor, Tanggal 22 Maret 2011. Kementerian Pertanian. 2011. Panduan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Jakarta. Novitasari, E. 2011. Studi Budidaya Tanaman Pangan Di Pekarangan Sebagai Sumber Ketahanan Pangan Keluarga (studi Kasus Di Desa Ampel Gading Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang). Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang. Putri, E. I. K. 2009. Ancaman dan Solusi atas Krisis Pangan, Energi, dan Air serta Peran Keilmuan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan dalam Mengatasi Krisis Tersebut. Orange Book. Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan dalam Menghadapi Krisis Ekonomi Global. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. IPB Press. Rusastra, I. W., Supriyati, W. K. Sejati, dan Saptana. 2008. Model Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pedesaan: Analisis Program Ketahanan Pangan dan Desa Mandiri Pangan. Kerjasama PenelitianBadan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian dan Centre for Alleviation of Poverty through Secondary Crops’ Development in Asia and the Pacific (UNESCAP CAPSA). Sayogya. 1994. Menuju Gizi Baik Yang Merata di Pedesaan dan Di Kota. Gajah Mada Press. Yogyakarta.
17