ISBN: 978-602-1280-20-1
Bunga Rampai Success Story
KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL)
Penyunting : Ir. Basri A. Bakar, M.Si Dr. Yenni Yusriani, S. Pt, MP Fantashir A. Fuqara, S. P Fenty Ferayanti, S. P
KEMENTERIAN PERTANIAN BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) ACEH Alamat: Jl. T. P. Nyak Makam No. 27 Banda Aceh Telp. 0651-7551811, Fax. 0651-7552077 Email :
[email protected] [email protected] Website : www.nad.litbang.pertanian.go.id
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
3
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan inayahNya, sehingga BPTP Aceh dapat menyelesaikan penyusunan buku Bunga Rampai edisi Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
Edisi Success Story ini dirangkum dalam bentuk
pengalaman lapangan terhadap pembinaan Wanita Tani terutama dalam pemanfaatan pekarangan aneka jenis sayuran, tanaman obat dan tanaman pangan lainnya. Semoga buku ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Harapan kami semoga buku ini dapat membantu dalam menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga dapat memperbaiki bentuk maupun isi buku sehingga dapat lebih baik di masa mendatang. Buku ini kami akui masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan konstruktif demi penyempurnaan buku “Bunga Rampai” Edisi KRPL ini.
Banda Aceh, Nopember 2014 Kepala BPTP Aceh, Ir. Basri AB, MSi
4
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
DAFTAR ISI Pengalaman Pembinaan Wanitatani Dalam Pemanfatan Pekarangan Di Desa Pasie Ara Kecmatan Kaway XVI Kab Aceh Barat...................
8
KRPL Dapat Membantu Biaya Pendidikan Anak anak..........................
16
Potret KRPL Desa Meunasah Aron Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara............................................................................
22
Peran Pupuk Organik Dalam Mendukung Kegiatan Model Rumah Pangan Lestari di Kabupaten Pidie Jaya.................................................
28
Usaha Tani Tambak Ikan Kolam Terpal di Kabupaten Aceh Singkil.....
38
KRPL Solusi Kebutuhan Pangan Keluarga di Aceh Selatan..................
44
Dapat Menghasilkan Sayuran Meski di Pekarangan Sempit..................
50
Anggota Kavalari 11 Jantho Aceh Besar Ikut Nikmati Hasil KRPL......
56
Pemanfaatan Pekarangan Melalui Program M-KRPL Untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Pidie...............................
64
Optimasi Lahan Tidur Dengan Sayuran Untuk Kecukupan Gizi Keluarga di Kabupaten Aceh Barat Daya...............................................
70
Meraup Rupiah dari Pekarangan Produktif.............................................
76
Kiprah Sri Wangi dalam Kegiatan M-KRPL di Aceh Tamiang..............
82
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Peran KWT “Warzuqni” Aceh Barat dalam Pemanfaatan Pekarangan Produktif Oleh Basri AB
5
6
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Peran KWT “Warzuqni” Aceh Barat dalam Pemanfaatan Pekarangan Produktif Oleh Basri AB Pendahuluan Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi menuntut pemenuhan penyediaan makanan dan perluasan daerah pemukiman. Peningkatan konversi lahan membuat masyarakat untuk melakukan alternatif dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi di lahan yang sempit melalui pemanfaatan pekarangan. Kementerian Pertanian menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Rumah Pangan Lestari (RPL). RPL adalah rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal secara bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan beragam. Apabila RPL dikembangkan dalam skala luas, berbasis dusun (kampung), desa, atau wilayah lain yang memungkinkan, penerapan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL) disebut Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
Peran KWT Warzuqni Salah satu desa yang menerapkan KRPL binaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh adalah Desa Pasie Ara Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Desa ini dinilai sangat strategis karena sebelumnya termasuk desa binaan PKK Provinsi. Selain masyarakatnya responsif, juga desa ini dekat dengan pasar kecamatan. Sebagian besar masyarakat belum melakukan optimalisasi pekarangan dan pengembangan pertanian. Pengetahuan masyarakat terhadap manfaat pekarangan, budidaya dan pengolahan pangan khususnya sayuran masih sangat minim. Sasaran kegiatan adalah kaum ibu sebanyak 30 orang yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Warzuqni yang dibentuk pada awal tahun 2012. Lokasi kegiatan di Kabupaten Aceh Barat dipilih bersama Badan Pelaksana Penyuluhan dan Koordinator BPP. Alasan pemilihan desa tersebut antara lain karena
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
7
pernah menerima paket bantuan sebelumnya, desa teladan provinsi (Gammawar) dan masyarakat dinilai partisipatif dalam pembangunan. Selain itu warga masyarakat tersebut sangat berminat untuk mengembangkan lahan pekarangan dengan tanaman sayuran sebagai penambah gizi keluarga. Perempuan memiliki waktu luang yang banyak untuk memanfaatkan lahan pekarangan dengan menanam sayuran, tanaman obat, buah-buahan, dan berbagai sumber pangan lokal seperti ubi kayu, ubi jalar dan lain-lain serta memelihara ternak unggas seperti itik dan ayam. Selama ini masyarakat setempat hanya dapat menanam padi setahun sekali dan kegiatan tersebut dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Sementara lahan pekarangan yang luasnya rata-rata 200 m2 belum dimanfaatkan secara optimal. Sehari-hari warga desa tersebut harus membeli aneka sayuran seperti bayam, kangkung, tomat, terong, kacang panjang dan lain-lain dari pedagang keliling. Rata-rata pengeluaran keluarga untuk pemenuhan sayuran dan bumbu dapur antara Rp 10.000 – 15.000/ hari atau sekitar Rp 300.000 – Rp 450.000/ bulan. Permbinaan yang dilakukan BPTP berupa sosialisasi pemanfaatan pekarangan, manfaat konsumsi sayuran, budidaya dan pengolahan hasil. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam budidaya dan pengolahan sayuran, membuat Mikro Organisme Lokal (MOL), membuat kompos dan lain-lain. Selain itu, KRPL juga mencakup upaya intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya seperti sekolah, lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil.
Dampak Pembinaan Pembinaan KWT Warzuqni oleh BPTP Aceh selama kurun waktu dua tahun telah berdampak positif bagi masyarakat setempat. Selain mereka telah memanfaatkan pekarangan dengan menanam aneka sayuran dan pangan lokal, juga mereka telah mampu mengolah hasil pekarangan dalam bentuk produk bernilai tambah seperti peyek daun bayam, dodol dan manisan terong, pembuatan tempe dan lain-lain.
8
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang KRPL ini, juga sudah dilakukan sosialisasi kepada seluruh aparat dan pendamping kabupaten/kota. Sebagai tempat pembelajaran kelompok BPTP membangun Kebun Bibit Desa (KBD) yang diharapkan sebagai sentra produksi bibit sayuran yang akan didistribusikan kepada anggota kelompok. Kegiatan M-KRPL di Desa Pasie Ara pada awalnya diikuti oleh 25 orang yang tergabung dalam kelompok wanita tani Warzuqni. Namun beberapa bulan berjalan kegiatan bertambah lagi anggota sebanyak 11 orang sehingga menjadi 36 orang. Upaya menggerakkan kembali budaya pemanfaatan lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di pedesaan ternyata mendapat sambutan positip masyarakat termasuk Pemerintah Kabupaten Aceh Barat. Ditandai dengan launching M-KRPL oleh Wakil Bupati Aceh Barat pada tanggal 27 Desember 2012. Pemerintah Kabupaten Aceh Barat melalui Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan malah mengusulkan dana APBK untuk pengembangan 10 lokasi M-KRPL tahun selanjutnya. Tujuan dari pengembangan rumah pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, mengembangkan ekonomi produktif dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat. Melalui pengembangan KRPL tersebut ditargetkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) masyarakat meningkat dari 65,6 persen menjadi lebih dari 90 persen. Selain itu, pengeluaran pangan keluarga menurun menjadi 50-55 persen.
Upaya Menuju Lestari Untuk melestarikan KRPL, para petugas lapangan setempat dan ketua kelompok sejak awal dilibatkan secara aktif mulai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan. Keterlibatan ini akan memudahkan proses keberlanjutan dan kemandiriannya.
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
9
Beberapa faktor lain yang mendukung keberlanjutan KRPL adalah ketersediaan benih/bibit, penanganan pascapanen dan pengolahan, dan pasar bagi produk yang dihasilkan. Untuk itu, diperlukan penumbuhan dan penguatan kelembagaan kebun benih/bibit, pengolahan hasil, dan pemasaran. Selanjutnya, dalam upaya kemandirian pengembangan KRPL, maka melibatkan beberapa unsur seperti Tabel 1.
Tabel 1. Peran masing-masing pelaku dalam kegiatan Model KRPL No.
Pelaksana Masyarakat
1.
2.
3.
• Kelompok sasaran • Pamong desa (RT, RW, Kadus) dan tokoh masyarakat Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Dinas Perikanan dan Peternakan, Bakorluh dan Bapeluh, Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan dan lembaga terkait lainnya) • Pokja 3, PKK • Kantor Ketahanan Pangan
Tugas/peran dalam kegiatan • Pelaku utama • Pendamping • Monitoring dan Evaluasi • Pembinaan dan pendampingan kegiatan oleh petugas lapang • Penanggung jawab keberlanjutan kegiatan • Replikasi kegiatan ke lokasi lainnya
• Koordinator lapangan • Membangun model KRPL
4.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
5.
Perguruan Tinggi/Swasta/LSM
• Dukungan dan pengawalan
6.
Pengembang perumahan
• Fasilitasi pemanfaatan lahan kosong di kawasan perumahan
• Narasumber dan pengawalan inovasi teknologi dan kelembagaan
10
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
KRPL Dapat Membantu Biaya Pendidikan Anak-anak di Lhokseumawe Oleh Yenni Yusriani dan Rini Andriani
12
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
KRPL Dapat Membantu Biaya Pendidikan Anak-anak di Lhokseumawe Oleh Yenni Yusriani dan Rini Andriani Mungkin kata-kata ini sangat berlebihan, tetapi bila kita telusuri perjalanan ibu-ibu dalam menekuni menanan sayuran, bukan hal yang mustahil bila suatu saat hal ini akan terwujud. Siapa sangka bila ternyata dampak dari kegiatan KRPL dapat membantu biaya pendidikan, setidak-tidaknya itulah yang berlaku di lokasi pengembangan KRPL Kota Lhokseumawe. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan pemanfaatan pekarangan dalam mewujudkan kemandirian pangan pada suatu kawasan. Pelaksanaan KRPL dilakukan pada satu dusun (kampung) yang telah menerapkan prinsip Rumah Pangan Lestari dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Pekarangan adalah sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup. Lahan pekarangan bisa ditanam dengan beraneka jenis tanaman untuk menghasilkan yang dibutuhkan sehari-hari seperti tanaman buah-buahan, sayursayuran, bunga-bungaan, tanaman obat-obatan, bumbu-bumbuan, rempah-rempah dan lain-lain. Secara garis besar, pemanfaatan lahan pekarangan menurut lokasinya dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: •
• •
Di daerah pedalaman, pekarangan pada umumnya dimanfaatkan sebagai sumber pangan dan gizi, obat-obatan, dan rempah-rempah serta untuk pelestarian lingkungan, Di daerah pedesaan yang dekat dengan pusat konsumsi, pekarangan dimanfaatkan sebagai penghasil buah-buahan, sumber penghasilan, dan pelestarian lingkungan. Di daerah perkotaan, pekarangan dimanfaatkan sebagai sumber pangan untuk perbaikan gizi, memberikan kenyamanan dan keindahan, serta melestarikan lingkungan.
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
13
Apabila pemanfaatan pekarangan diolah dengan baik, maka dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Selain untuk memenuhi kebutuhan seharihari, pekarangan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat di pedesaan yang banyak bergantung dari sektor pertanian Setelah sukses di beberapa kabupaten/kota lainnya, Peluncuran (Launching) m-KRPL di Kota Lhokseumawe berlangsung meriah dan mendapat sambutan berbagai pihak yang dipusatkan di Desa Meunasah Mesjid, Kecamatan Muara Dua, pada Kamis tanggal 3 Oktober 2013. Acara peluncuran m-KRPL yang dirangkai dengan Workshop Diversifikasi Pangan dan Pengolahan Hasil Pertanian dihadiri oleh Koordinator m-KRPL Kota Lhokseumawe, Dr. Yenni Yusriani, S.Pt., M.P, Ir. M. Ferizal, M.Sc mewakili kepala BPTP Aceh. Turut hadir Kepala Dinas DKPP, Kabid Penyuluhan, Para Penyuluh, Perangkat Desa dan anggota binaan kelompok Bungong Kareung.
Membantu Biaya Pendidikan Menurut Rizal, Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian dan Perikanan kota Lhokseumawe kegiatan ini sangat membantu ibu-ibu untuk menghemat biaya belanja rumah tangga sehingga bisa digunakan untuk keperluan biaya pendidikan anak anak. Rusli AB, Sekteraris Desa Meunasah Mesjid mewakili masyarakat berharap, kegiatan ini harus tetap berjalan meskipun tidak ada lagi pendampingan. “Dengan percontohan yang dibuat BPTP, kaum wanita telah dapat mengisi waktu luang yang selama ini hanya mengurusi rumah tangga,” ujarnya. Sekdes juga menambahkan, melalui kegiatan ini warga telah diajari untuk memanfaatkan lahan pekarangan dengan menggunakan polibag dan rak-rak vertikultur. “Alhamdulillah kini sayuran dapat tumbuh subur, dengan menggunakan pupuk kandang maka tanaman yang dipanen pun bagus dan lebih sehat”, tambahnya. Selain di Desa Meunasah Mesjid, kegiatan m-KRPL Kota Lhokseumawe juga dilaksanakan di Desa Uteun Bayi Kecamatan Banda Sakti. Kebun Bibit Desa sebagai sumber bibit beserta lahan di sekitarnya telah ditanami berbagai tanaman yang hasilnya digunakan untuk menambah penghasilan dan menguatkan kelembagaan
14
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
KWT Bungong Kareung Desa Meunasah Mesjid. Usai acara launching, rombongan mengunjungi kebun bibit desa (KBD) dan pekarangan rumah warga, serta melakukan panen bersama. Dalam rangkaian acara tersebut juga dilakukan serah terima kegiatan dari BPTP Aceh kepada Kotamadya Lhokseumawe yang diwakili Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Pertanian (DKPP).
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
15
Rumah Pangan Lestari merupakan rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya.
Prinsip utama KRPL adalah pengelolaan pekarangan untuk mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, konservasi tanaman pangan, dan menjaga kelestariannya melalui Kebun Bibit Desa (KBD), menuju peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Sasaran yang dituju pada KRPL adalah berkembangnya kemampuan keluarga maupun masyarakat secara ekonomi, sosial yang bermartabat dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari menuju keluarga maupun masyarakat yang mandiri, dan sejahtera.
Potret Desa KRPL Meunasah Aron Aceh Utara Oleh Eka Fitria
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
17
Potret Desa KRPL Meunasah Aron Aceh Utara Oleh Eka Fitria
Meunasah Aron Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu desa program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) binaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh. KRPL di desa ini mulai terbentuk pada tahun 2013 dengan nama kelompok “On Rumpun” (bahasa Aceh bermakna daun kangkung) dengan jumlah anggota 32 rumah tangga yang diwakili oleh ibu-ibu rumah tangga. Sebagian besar anggota kelompok masih tergolong berusia produktif (30-50 tahun), dengan tingkat pendidikan: Diploma IV (5,6%), SMA (5,6%), SMP (5,6%) dan SD (82%). Jumlah anggota rumah tangga berkisar antara 3-10 orang per Kepala Keluarga (KK) dengan sumber pendapatan rumah tangga sebagian besar (65%) dari usaha pertanian, selebihnya adalah pedagang, tukang dan nelayan. Umumnya kaum perempuan di desa Meunasah Aron selain sebagai ibu rumah tangga juga membantu usaha untuk menambah pendapatan keluarga. Ketika musim tanam padi, perempuan di desa ini seharian menggarap padi di sawah mulai menanam sampai panen. Sebagian perempuan lainnya ada yang berkebun dan menjahit bordir baju. Di sela-sela waktu inilah kaum perempuan desa ini menekuni program KRPL. Kegiatan KRPL selain dikembangkan di halaman/pekarangan rumah-rumah, juga dilakukan secara bersama-sama di Kebun Bibit Desa (KBD) pada lahan seluas 1.800 m2 yang dihibahkan oleh kepala desa setempat.
Semangat Kebersamaan Kegiatan KRPL bertujuan untuk pemanfaatan lahan pekarangan yang ramah lingkungan guna pemenuhan pangan dan gizi keluarga guna mengurangi pengeluaran rumah tangga atau meningkatkan pendapatan yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat. Pengeloaan kegiatan persemaian bibit di KBD dilakukan secara gotong royong oleh semua anggota kelompok. KBD berfungsi selain tempat penyediaan berbagai
18
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
bibit/benih sayuran dan bibit ikan juga sebagai contoh bagi anggota kelompok dan masyarakat desa tentang cara mengelola KRPL. KBD mempunyai peran utama sebagai produsen/penyalur berbagai jenis benih/bibit sayuran dan ikan yang dibutuhkan oleh anggota KRPL maupun masyarakat desa yang membutuhkan. Kegiatan pemanfaatan lahan bermacam-macam bentuknya, ada yang menerapkan dengan membuat bedengan-bedengan bagi rumah tangga yang mempunyai pekarangan luas atau menanam dalam pot (tabulampot) atau polibag dan membuat rak-rak bagi rumah tangga yang lahan pekarangannya agak sempit.
Pola Konsumsi sebelum ada KRPL Masyarakat di Desa Meunasah Aron sudah terbiasa mengkonsumsi sayuran, namun jenis sayuran yang dikonsumsi tidak beragam. Menurut salah satu anggota kelompok, mereka terbiasa memasak ‘gulai rampon’ atau sayuran campuran yang terdiri dari daun ubi kayu, daun labu, dan bunga pepaya. Untuk memperoleh sayuran keperluan sehari-hari, sebagian besar masyarakat desa membeli dari pedagang sayur keliling yang datang ke kampung atau dengan cara membeli di kedai yang ada di kampung. Sebagian kecil masyarakat membeli sayur ke pasar kecamatan dengan jaraknya cukup jauh. Selain itu, di antara masyarakat ada yang sudah menanam atau memanen sendiri tanaman pangan di kebunnya seperti pepaya, melinjo, dan ubi kayu. Sebelumnya, masyarakat desa belum pernah menanam sayuran seperti bunga kol, pare, selada, dan tanaman obat keluarga (toga) seperti jahe, kencur, lengkuas, dan lain-lain. Menurut mereka, hal ini disebabkan beberapa alasan antara lain mereka belum mengetahui cara-cara budidaya jenis tanaman-tanaman tersebut, sulit memperoleh benih dan kalaupun ada harganya mahal, serta belum mengetahui cara pemanfaatan dan pengolahan hasilnya untuk keperluan konsumsi.
Manfaat Pembinaan KRPL Manfaat kegiatan KRPL sangat dirasakan oleh masyarakat desa Meunasah Aron seperti diungkapkan anggota kelompok binaan. “Setiap hari saya bisa menghemat
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
19
pengeluaran untuk belanja sayuran sebesar Rp. 3.000 - 5.000,” ungkap Darmawati salah seorang anggota kelompok. Selain itu program KRPL telah memberikan pengetahuan terutama kepada ibu-ibu anggota KRPL mulai dari persiapan penanaman sampai pengolahan hasil. “Sayur-sayuran yang selama ini kami tanam selain bisa langsung dimasak bisa juga diolah menjadi produk lain yang rasanya sama seperti beli di toko swalayan. Selain menghemat pengeluaran ada nilai lebih yang dapat dirasakan yaitu kami bisa mengolah sendiri bahan pangan yang kami tanam tanpa memakai bahan pengawet,” papar Yusrawati, ketua kelompok. KRPL merupakan program yang sederhana namun manfaatnya sangat nyata dirasakan jika masyarakat disiplin merawat sayuran di pekarangan rumahnya secara lestari. Sebagai pembina, BPTP Aceh telah melakukan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat terutama ibu-ibu dan juga penyuluh petugas lapangan sebagai pendamping. Pelatihan teknis yang telah diberikan antara lain cara penyemaian bibit, pembuatan kompos, pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL), pembuatan pupuk organik, pembuatan pestisida nabati dan pengolahan pangan. Selain itu, beberapa resep pengolahan pangan yang juga diajarkan melalui demonstrasi antara lain pembuatan Brownis Singkong Kukus, Peyek Bayam, Nugget Ayam, Casava Blanca dan Manisan Terong. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan serta memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari. Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat dapat mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat. “Syukursyukur sayuran di KRPl di rumah ibu-ibu bisa dijual untuk menambah pendapatan,” kata Ir. Tarmizi, MP, Kabid Kewaspadaan dan Penganekaragamn Konsumsi Pangan BKPP Kabupaten Aceh Utara. Komoditas yang dikembangkan di KBD pun lebih disesuaikan dengan kesukaan anggota kelompok, yaitu tanaman sayuran seperti bayam, kangkung, selada, bunga kol, seledri, pare, terong, jagung, tomat dan cabe. Sedangkan tanaman pangan berupa pepaya, ubi jalar, kacang hijau, tanaman obat keluarga (Toga), juga ternak ayam dan ikan nila.
20
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Menurut Ibu kepala desa, bercocok tanam terutama sayuran apalagi di pekarangan rumah termasuk pekerjaan yang jarang dilakukan ibu-ibu di desa ini karena kurang mengetahui bagaimana cara menanamnya, membuat pupuk organik, pestisida nabati dan mengolahnya. Dengan adanya kegiatan KRPL ini bisa menambah pengetahuan anggota kelompok. “Hal penting yang bermanfaat bagi kami adalah dengan KRPL masyarakat bisa mengkonsumsi sayuran yang sehat, menghemat uang belanja, dan dapat membuat ibu-ibu tambah kompak,” terangnya. Prinsip KRPL adalah berkesinambungan, artinya usaha tanaman pekarangan ini tidak hanya sekali tanam/panen saja, namun dilakukan secara terus-menerus. Pada hakekatnya kegiatan yang berkesinambungan akan memberikan kemanfaatan bagi keluarga sendiri untuk menyediakan beragam pangan demi menunjang kebutuhan hidup. Manusia selama hidup selalu membutuhkan pangan sedangkan yang diusahakan melalui kegiatan KRPL adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Foto Kegiatan
Peran Pupuk Organik dalam Mendukung Program KRPL di Kabupaten Pidie Jaya Oleh Idawanni
22
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Peran Pupuk Organik dalam Mendukung Program KRPL di Kabupaten Pidie Jaya Oleh Idawanni Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan salah satu program Kementerian Pertanian dalam rangka optimalisasi lahan pekarangan yang ramah lingkungan dalam suatu kawasan. Kawasan rumah dapat diwujudkan dalam satu wilayah antara lain wilayah Rukun Tetangga (RT), beberapa RT, wilayah Rukun Warga (RW), wilayah dusun atau wilayah desa/kelurahan (Badan Litbang Pertanian, 2012). Sasaran yang ingin dicapai KRPL ini adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera (BBP2TP, 2011). Konsep kawasan rumah pangan lestari tidak sekedar pemanfaatan lahan pekarangan saja, namun termasuk konsep kemandirian pangan, diversifikasi pangan berbasis sumber pangan lokal, pelestarian sumber daya genetik pangan dan kebun bibit. Salah satu justifikasi penting dari program KRPL adalah bahwa ketahanan pangan nasional harus di mulai dari ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Dalam masyarakat pedesaan, pemanfaatan lahan perkarangan untuk ditanami tanaman dalam upaya memenuhi kebutuhan keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang lama dan masih berkkembang hingga sekarang. Hingga kini pemanfaatan lahan perkarangan di sebagian besar wilayah indonesia masih bersifat sambilan uutuk mengisi waktu luang dan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga. Pemanfaatan lahan perkarangan untuk tanaman pangan, tanaman sayuran, tanaman buah, tanaman obat-obatan, serta ternak dan ikan, selain dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi rumah tangga, juga berpeluang meningkatkan penghasilan rumah tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan baik. Pemanfaatan lahan perkarangan dirancang untuk meningkatkan komsumsi aneka ragam sumber pangan lokal dengan prinsip bergizi, berimbang dan beragam, serta berpeluang meningkatkan pedapatan rumah tangga pedesaan.
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
23
Untuk hidup sehat dan aktif, manusia memerlukan keragaman komsumsi pangan untuk memenuhi kecukupan gizinya. Dari rata-rata skor pola pangan harapan (PPH), menunjukkan bahwa skor mutu komsumsi pangan penduduk Indonesia pada tahun 2009 sekitar 79,6 % yang masih didominasi komsumsi energi kelompok padi-padian. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pangan yang beragam, bergizi, berimbang dan aman. Salah satu lokasi di Provinsi Aceh yang ditunjuk sebagai daerah yang melaksanakanakan program MKRPL adalah Kabupaten Pidie Jaya dengan tiga desa binaan BPTP Aceh yaitu Desa Meunasah Raya Kecamatan Meurah Dua, Desa Dayah Baroh Kecamatan Ulim, Desa Pulo U Kecamatan Mereudu. Seperti tujuan KRPL pada awalnya yakni untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, mengurangi biaya pengeluaran rumah tangga, penambahan pendapatan keluarga, dan meningkatkan kesejahteraan. Pelaksanaan M-KRPL adalah pemanfaatan perkarangan yang ramah lingkungan sehingga dalam pelaksanaannya mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman dan pasca panen lebih mengutamakan penggunaan bahan organik dan meminimalkan penggunaan pupuk anorganik dan pestisida. Penggunanaan pupuk hijau, pupuk hayati, pupuk kompos. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit secara hayati diharapkan mampu memperbaiki kesehatan tanah, sehingga hasil tanaman dapat ditingkatkan serta aman untuk dikomsumsi (Sutanto, 2002)
Peran Pupuk Organik Pupuk organik berperan cukup besar dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia, dan biologis tanah serta lingkungan. Di dalam tanah pupuk organik akan dirombak oleh organisme menjadi humus atau bahan organik tanah. Bahan organik berfungsi juga sebagai sumber energi dan makanan mikroorganisme tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang sangat bermanfaat dalam penyediaan hara tanaman. Dengan demikian pemberian pupuk organik pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
24
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Penggunaan pupuk organik dapat mengurangi pencemaran lingkungan karena bahan-bahan organik tersebut tidak dibuang sembarangan yang dapat mengotori lingkungan terutama perairan umum. Bahan organik juga dapat mengurangi unsur hara yang bersifat racun bagi tanaman serta dapat digunakan untuk mereklamasi lahan yang tercemar. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman hewan atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos baik yang berbentuk cair maupun padat. Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman. Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, ampas tebu, sabut kelapa), serbuk gergaji, kotoran hewan, limbah media jamur, limbah pasar, limbah rumah tangga dan limbah pabrik, serta pupuk hujau. Karena bahan dasar pembuatan pupuk organik bervariasi, kualitas pupuk yang dihasilkan juga beragam sesuai dengan kualitas bahan asalnya. Pemakaian pupuk organik sekarang juga terus meningkat karena kesadaran dari masyarakat sudah mengerti manfaat untuk pertumbuhan tanaman, menjaga kelestarian lingkungan dan kesehatan Pupuk organik dapat diaplikasikan dalam bentuk bahan segar atau kompos. Pemakaian pupuk organik segar memerlukan jumlah yang banyak, sulit dalam penempatannya, serta waktu dekomposisinya relatif lama. Namun dalam beberapa hal, cara ini justru sangat bermanfaat untuk konservasi tanah dan air yaitu sebagai mulsa penutup tanah. Pupuk organik yang telah dikomposkan relatif lebih kecil volumenya dan mempunyai kematangan tertentu sehingga sumber hara mudah tersedia bagi tanaman. Pembuatan pupuk organik dengan cara dikomposkan bertujuan untuk menghasilkan pupuk organik dengan porositas, kepadatan serta kandugan air tertentu serta menyederhanakan komponen dasar yang mudah didekomposisikan.
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
25
Kelebihan dan Kekurangan Pemberian Pupuk Organik Kelebihan : • Tidak menyebabkan polusi lingkungan • Memiliki kandungan hara makro dan mikro yang cukup dibutuhkan oleh tanaman • Meningkatkan aktivitas biologi tanah • Mampu menekan Al dengan membentuk kompleks Al-organik pada tanah masam • Meningkatkan KTK • Memperbaiki struktur tanah • Meningkatkan kemampuan tanah menahan air Kekurangan : • Jumlah pupuk yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak karena rendahnya hara makro yang terkandung dalam pupuk organik rendah/sedikit • Kurang ekonomis dalam hal transportasi • Ketersediaan hara lambat
Beberapa contoh dan cara membuat pupuk yang ramah lingkungan Pupuk Organik Cair Bahan-bahan yang dibutuhkan : • Kotoran kambing atau kotoran sapi sebanyak 25 – 30 kg • Daun Gamal sebanyak antara 25 – 30 kg • Air bersih sebanyak 200 liter Cara Pembuatan : • Masukkan kotoran kambing atau kotoran sapi dan dau gamal kedalam karung • • •
yang berbeda, dimana masing-masing karung diikat pada ujungnya. Rendam kedua karung tersebut didalam bak yang sudah berisi air bersih kemudian tutup Setiap sore hari rendaman diaduk-aduk agar tidak berbau Lakukan terus menerus selama satu minggu dan pupuk siap untuk digunakan
26
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Kompos Dari Sampah Rumah Tangga Bahan-bahan yang dibutuhkan : • Wadah drum, ember plastik atau gentong • Wadah diberi lubang di dasarnya untuk pertukaran udara • Bahan sampah limbah rumah tangga dipotong-potong sebesar 2 – 4 cm • Mikroorganisme pengurai sebagai aktivator, contohnya EM-4 atau starbio • Air • Alat Pengaduk Cara Membuat : • Bahan sampah dimasukkan kedalam wadah selapis, kemudian ditambahkan mikroorganisme pengurai • Lakukan terus menerus selapis demi selapis seperti diatas sampai wadah penuh • Disiram air dengan merata • Pada hari ke 5 – 7, media dapat diaduk-aduk. Pengadukan diulang setiap 5 hari dan dihentikan sampai sampah menjadi hitam dan hancur • Sampah telah berubah menjadi kompos Pupuk Hijau Organik Bahan dan komposisi : • 200 Kg hijau daun atau sampah dapur • 10 kg dedak halus • ¼ kg gula pasir/gula merah • ¼ liter bakteri • 200 liter air atau secukupnya Cara pembuatan : • Hijau daun atau sampah dapur dicacah dan dibasahi • Campurkan dedak halus atau bekatul dengan hijau daun • Cairkan gula pasir atau gula merah dengan air • Masukkan bakteri kedalam air dan campurkan dengan gula pasir aduk hingga rata. • Cairan bakteri dan gula disiramkan pada campuran hijau daun dan tambahkan bekatul, aduk sampai rata, kemudian digundukkan/ditumpuk hingga ketinggian 15 – 20 cm dan ditutup rapat • Dalam waktu 3 – 4 hari pupuk hijau sudah jadi dan siap digunakan
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
27
Dalam pembuatan kompos yang perlu di perhatikan : Pengaturan suhu merupakan faktor penting dalam pengomposan, salah satu faktor yang sangat menentukan suhu adalah tingginya tumpukan. Tumpukan bahan yang terlalu rendah akan berakibat cepatnya kehilangan panas. Ini disebabkan tidak adanya cukup material untuk menahan panas yang dilepaskan, sehingga mikroorganisme tidak akan berkembang secara wajar. Sebaliknya bila timbunan terlalu tinggi, akan terjadi kepadatan bahan organik yang diakibatkan oleh berat bahan sehingga suhu menjadi sangat tinggi dan tidak ada udara didalam timbunan. Tinggi timbunan yang memenuhi syarat adalah 1,2 – 2 m dan suhu ideal selama proses pengomposan adalah 40 - 50˚C.
Foto Kegiatan
28
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Usaha Tani Tambak Ikan Kolam Terpal di Kabupaten Aceh Singkil
Oleh Didi Darmadi, Rizki Ardiansyah dan Irhas
30
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Usaha Tani Tambak Ikan Kolam Terpal di Kabupaten Aceh Singkil Oleh Didi Darmadi, Rizki Ardiansyah dan Irhas Kabupaten Aceh Singkil memiliki tiga karakteristik tipologi kawasan yang mengindikasikan adanya tiga kegiatan budidaya utama di wilayah ini yaitu pertanian, peternakan dan perikanan. Kawasan ini potensial dikembangkan karena memiliki tingkat kesuburan tanah yang cukup baik. Budidaya perairan juga sangat potensial dikembangkan antara lain dalam bentuk perikanan tangkap maupun budidaya perikanan (tambak). Khusus perikanan tambak yang berpotensi dikembangkan yaitu jenis ikan nila, ikan bawal, ikan mas, ikan patin dan ikan lele. Masyarakat Gampong Tanah Bara dan Gampong Bukit Harapan merupakan masyarakat yang ulet dan kreatif. Di samping bercocok tanam di kebun sawit, para petani di desa ini juga memanfaatkan lahan yang ada untuk beternak kambing dan unggas. Semenjak tahun 2006 masyarakat tani telah mencoba usaha tani tambak ikan di kolam tanah dan belum cukup berhasil.
Usaha Pekarangan Komoditas utama yang dibudidaya di lahan pekarangan Gampong Tanah Bara dan Bukit Harapan adalah berupa tanaman hias dan beberapa tanaman hortikultura seperti tanaman cabe merah dan cabe rawit. Permintaan terhadap sayur-mayur sampai saat ini tetap tinggi untuk kebutuhan domestik lokal dan luar negeri. Untuk memenuhi kebutuhan domestik lokal sayuran di Kabupaten Singkil dan Kabupaten Subussalam belum terpenuhi. Hal ini dikarenakan sayur-mayur tidak bisa dipastikan hasilnya karena pengaruh dari cuaca dan kondisi harga pasar yang tidak menentu, sedangkan permintaan akan sayur-mayur terus meningkat. Salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan pasar akan sayur-mayur dan ikan adalah budidaya sayur-mayur di lahan pekarangan dan budidaya ikan air tawar di kolam terpal yang hasilnya bisa dimanfaatkan untuk petani dan dijual ke pasar
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
31
sebagai penghasilan tambahan bagi petani. Untuk budidaya ikan air tawar memiliki potensi pasar yang cukup baik akan tetapi masih sedikit peternak kolam ikan yang mengusahakannya di Kabupaten Aceh Singkil. Penyebabnya antara lain pembuatan kolam yang yang membutuhkan lahan khusus dimana harus memiliki pengairan yang baik serta memiliki modal yang cukup besar dalam pemberian pakan. Berdasarkan hasil survey Prural Rapid Appraisal (PRA) di lokasi binaan kelompok tani di Gampong Tanah Bara dan Gampong Bukit Harapan, Kecamatan Gunung Meriah, selama ini masyarakat hanya melakukan budidaya sayur-mayur/ tanaman hias dan budidaya ikan air tawar di lahan pekarangan kolam tanah yang memiliki pengairan yang cukup serta melakukan proses pemberian pakan di kolam air tawar dengan menggunakan cara sederhana.
Kegiatan Pemanfaatan Pekarangan Adapun kegiatan dan program yang dilakukan dalam pemenuhan gizi keluarga melalui m-KRPL adalah a) pelatihan pembuatan kebun Bibit Desa (KBD), b) pelatihan pembuatan pupuk organik dari sayur-mayur sisa (busuk) yang disebut mikro organisme lokal (MOL), c) pelatihan pembuatan pupuk kompos, d) pelatihan pembuatan vertikultur atau tempat penanaman tanaman secara bertingkat yang tujuannya intensifikasi lahan pekarangan, e) pelatihan pembuatan kolam terpal untuk budidaya ikan air tawar, f) demonstrasi penggunaan biochar dan asap cair.
Pembuatan Kolam Terpal Kolam terpal adalah kolam yang dasarnya maupun sisi-sisi dindingnya dibuat dari terpal. Kolam terpal dapat mengatasi resiko-resiko yang terjadi pada kolam tanah maupun kolam beton. Terpal yang dibutuhkan untuk membuat kolam ini adalah jenis terpal yang dibuat oleh pabrik dimana setiap sambungan terpal dipres sehingga tidak terjadi kebocoran. Ukuran terpal yang disediakan oleh pabrik bermacam ukuran sesuai dengan besar kolam yang kita inginkan. Pembuatan kolam terpal dapat dilakukan di pekarangan
32
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
ataupun di halaman rumah. Lahan yang digunakan untuk kegiatan ini dapat berupa lahan yang belum dimanfaatkan atau lahan yang telah dimanfaatkan tetapi kurang produktif. Terpal yang digunakan terdiri terpal plastik dengan ukuran yang disesuaikan. Ukuran terpal yang disediakan oleh pabrik bermacam ukuran sesuai dengan besar kolam yang kita inginkan. Pembuatan kolam terpal dapat dilakukan di pekarangan ataupun di halaman rumah. Keuntungan dari kolam terpal adalah: a. Terhindar dari pemangsaan ikan liar b. Dilengkapi pengatur volume air yang bermanfaat untuk memudahkan pergantian air maupun panen. Selain itu untuk mempermudah penyesuaian ketinggian air sesuai dengan usia ikan c. Dapat dijadikan peluang usaha skala mikro dan makro d. Ikan yang dihasilkan lebih berkualitas, ikan terlihat tampak bersih, dan tidak berbau dibandingkan pemeliharaan di wadah lainnya.
(a)
(b)
Gambar. Kolam konvensional (a) yang dibuat oleh petani, dan kolam terpal (b) yang dibina oleh petugas BPTP Aceh
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
33
Pemasangan kolam terpal pada lantai yang tidak langsung ke tanah/ plesteran/ ubin terlebih dahulu harus dibuat rangka kolam. Rangka kolam ini dapat terbuat dari besi berlubang, besi berongga, kayu atau bambu. Selanjutnya kolam terpal diletakkan di dalam rangka yang sudah dibuat. Pembuatan kolam terpal langsung ke tanah sebaiknya dibuat kolam dengan ukuran setengah kolam yang akan dibuat sehingga kondisi kolam terpal akan lebih dingin pada saat terik matahari. Pelatihan kolam diikuti oleh anggota kelompok tani m-KRPL. Bibit ikan dan terpal di kedua kelompok tani disediakan oleh tim m-KRPL melalui kegiatan pendampingan m-KRPL.
KRPL, Solusi Kebutuhan Pangan Keluarga di Aceh Selatan Oleh Firdaus dan Husaini Yusuf
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
35
KRPL, Solusi Kebutuhan Pangan Keluarga di Aceh Selatan Oleh Firdaus dan Husaini Yusuf Kebutuhan Pangan keluarga bagi masyarakat Desa Luar, Kecamatan Samadua, Kabupaten Aceh Selatan, kini terpenuhi dari pekarangan sendiri. Sebelumnya untuk konsumsi dan kebutuhan sayur mereka harus membeli dari pasar dan pedagang keliling. Apa yang dilakukan di Desa Luar adalah terobosan program model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) yang dicetuskan pada awal tahun 2011 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. KRPL merupakan suatu model dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya wanita tani dalam memanfaatkan lahan pekarangan, sumber daya lokal dan menciptakan diversifikasi pangan keluarga. Selama ini pola konsumsi sayuran masyarakat Indonesia khususnya Aceh relatif masih kurang. Hal ini disebabkan berbagai faktor antara lain, tingkat pengetahuan masyarakat akan gizi makanan, budaya, ketersediaan dan kemampuan ekonomi. Faktor penyebab yang paling penting adalah pemahaman masyarakat terhadap gizi makanan yang akan dikonsumsi, umumnya mereka tidak peduli dan mempersoalkan kandungan gizi suatu makanan. Padahal, di Aceh, lahan pekarangan sangat potensial, sebagian besar masyarakat memanfaatkan lahan pekarangan tersebut hanya sebagai lahan “penghias” rumah dengan menanam berbagai bunga yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Solusi Pangan Keluarga Upaya dan kerja keras Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh bersama masyarakat Desa Luar dalam menerapkan model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) berdampak terhadap penghematan pengeluaran rumah tangga tani. “Kami tak perlu lagi harus membeli sayuran,” ujar salah seorang anggota kelompok wanita tani. Sejak BPTP melakukan pembinaan secara intensif bersama penyuluh setempat, masyarakat khususnya kaum ibu sangat antusias melaksanakan kegiatan m-KRPL. “Alhamdulillah sekarang masyarakat sudah dapat memetik hasil
36
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
dari tanaman sendiri, lebih segar dan lebih sehat,” kata Keuchik Desa Luar, Afrizal. Ia berharap kegiatan m-KRPL ini terus berlanjut di masa mendatang agar dapat berkembang lebih luas.
Dampak Kegiatan KRPL Pengembangan KRPL yang dilaksanakan di Desa Luar mempunyai beberapa dampak yang signifikan, antaranya; 1) pemanfaatan lahan kosong/pekarangan, 2) pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, 3) peningkatan sosial masyarakat, 4) menghasilkan produk organik dan sehat. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) menyita perhatian masyarakat lainnya yang semula anggotanya hanya berjumlah 30 orang, namun ketika kegiatan berjalan dan ada produk yang dihasilkan maka banyak warga khususnya wanita yang ingin bergabung menjadi anggota sehingga total anggota mencapai 65 orang. Mereka umumnya hanya diberikan bibit/benih untuk ditanam di lahan pekarangan masing-masing dengan menggunakan sistem budidaya veltikultur/ rak yang terbuat dari bambu dan kayu. Secara umum, dampak yang dirasakan pula oleh masyarakat terjadi pada pengeluaran biaya rumah tangga khususnya dalam membelajakan kebutuhan sayuran. Rata-rata menunjukkan, pengeluaran rumah tangga tani satiap hari untuk memenuhi kebutuhan sayuran sebesar Rp. 11.000,- yang terjadi sebelum kegiatan KRPL (2012). Namun setelah kegiatan KRPL, pengeluaran rumah tangga tani per hari sebesar Rp. 3.000,-. Artinya, terjadi penghematan sebesar Rp. 7000,-/hari atau Rp. 210.000/bulan, meskipun masyarakat harus membeli sayuran yang tidak tersedia di pekarangan sendiri. Ada beberapa tanaman yang dibudidayakan dalam kegiatan m-KRPL baik secara veltikultur maupun di kebun pekarangan. Sistem veltikultur antara lain; bayam, kangkung, sawi, tomat, cabe, bawang merah, terong. Sedangkan tanaman yang ditanam di Kebun/KBD adalah jagung, kacang panjang, tomat, terong, sawi, selada, berbagai tanaman obat dan cabe. Selanjutnya ada seledri, peria dan labu. Jika sebelumnya masyarakat biasa membeli kebutuhan sayuran dari pedagang keliling yang mengeluarkan biaya namun kini mereka sudah menikmati hasil kebun sendiri yang lebih segar dan aman dikonsumsi.
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Foto Kegiatan
37
Dapat Menghasilkan Sayuran Meski di Pekarangan Sempit Oleh Eka Fitria
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
39
Dapat Menghasilkan Sayuran Meski di Pekarangan Sempit Oleh Eka Fitria Sejak awal sosialisasi yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh awal tahun 2013, program KRPL disambut gembira dan didukung bukan hanya oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Langsa, melainkan juga oleh camat Langsa Barat, pengurus PKK Kota Langsa dan PKK Langsa Barat dan juga sebagian besar masyarakat desa Serambi Indah. Pekarangan adalah lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tempat tinggal. Desa Serambi Indah merupakan salah satu desa di komplek BTN Seriget Kota Langsa yang pada umumnya setiap rumah tangga mempunyai pekarangan atau halaman yang luasnya agak sempit. Namun pekarangan yang sempit tidak menjadi kendala bagi masyarakat desa Serambi Indah untuk menerapkan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Keinginan dan semangat masyarakat pulalah yang menjadi modal utama atas suksesnya program KRPL di desa Serambi Indah Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa. KRPL yang berkonsep kawasan dan lestari/ berkesinambungan serta harus dilakukan secara bersama-sama/ berkelompok merupakan salah program yang menggembirakan bagi masyarakat desa Serambi Indah, karena kegiatan KRPL ini bertujuan untuk pemanfaatan lahan pekarangan yang ramah lingkungan guna pemenuhan pangan dan gizi keluarga dalam mengurangi pengeluaran rumah tangga atau meningkatkan pendapatan yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat. Salah seorang penyuluh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Langsa mengaku bahwa program KRPL ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. “Hal ini sudah saya rasakan, saya sudah terlebih dahulu menerapkan KRPL ini di pekarangan rumah. Selain bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga, saya sangat senang ketika saya bisa berbagi sayuran untuk tetangga”, ungkapnya.
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
40
Bercocok tanam aneka jenis bunga dalam pot termasuk pekerjaan yang
sudah biasa dilakukan ibu-ibu di desa ini, hanya sebagian kecil saja yang sudah menanam jenis sayuran seperti tanaman cabe rawit dalam pot dan sereh yang di tanam dipinggir jalan depan rumah. “Dengan adanya program KRPL ini, kami sangat ingin program KRPL bisa sukses di desa kami, walaupun komplek perumahan kami ini pada umumnya pekarangan rumah masyarakat sangat kecil, karena kegiatan KRPL ini tidak mesti harus menanam di bedengan tetapi bisa juga kita tanam di polibag atau di pot-pot yang bisa ditempatkan di rak-rak,” kata Ir. Rosmala Dewi (Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Langsa) sekaligus menjadi anggota kelompok KRPL “Seledri” desa Serambi Indah. Sementara pengurus PKK Kota Langsa juga berharap BPTP Aceh dapat terus melakukan pembinaan terhadap ibu-ibu pengurus PKK Kota Langsa untuk belajar program KRPL.
Semangat yang Bermuara ke Manfaat Kegiatan KRPL di desa Serambi Indah selain dikembangkan di halaman/ pekarangan rumah-rumah, juga dilakukan secara bersama-sama pada Kebun Bibit Desa (KBD) pada lahan 350 m2, yang dipinjamkan oleh salah seorang anggota kelompok. KRPL ini beranggotakan 26 rumah tangga yang diwakili oleh ibu-ibu rumah tangga. Sebagian besar anggota kelompok KRPL di desa ini adalah ibuibu rumah tangga yang aktivitas kesehariannya tidak terikat sehingga waktu yang dicurahkan untuk menerapkan KRPL lebih luang. Sumber pendapatan rumah tangga sebagian besar adalah dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan selebihnya adalah wiraswasta. Kegiatan persemaian bibit di KBD pengelolaannya dilakukan secara bersama-sama oleh semua anggota kelompok. BPTP sebagai inisiator bersama Dinas Pertanian Kota Langsa memberikan arahan serta pelatihan teknis tentang cara penyemaian benih, cara pemindahan bibit, cara membuat rak vertikultur dari talang air, cara membuat kolam dari terpal dan pembuatan pupuk organik dari sampah organik. Selain itu, beberapa resep pengolahan pangan yang juga di ajarkan melalui demontrasi antara
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
41
lain pembuatan Manisan Terong, Peyek Bayam, Nugget Ayam, Brownis Singkong Kukus dan Casava Blanca (campuran jagung manis dan parutan singkong). Untuk pembuatan bedengan di KBD pun ibu-ibu anggota kelompok KRPL harus membeli tanah dan pupuk kandang, namun tidak membuat patah semangat ibu-ibu anggota KRPL untuk membuat bedengan, mengisi pot dan polibag-polibag untuk menyemai benih cabe, tomat dan terung di KBD. Teknik penanaman yang dipilih di pekarangan anggota kelompok di desa Serambi Indah pada umumnya adalah penanaman dalam polibag, penanaman dalam pot yang disusun pada rak-rak bertingkat dan penanaman dalam rak talang air, hanya sebagian kecil yang menanam di bedengan seperti tanaman kangkung dan bayam. Selain itu, agar manfaat yang dirasakan lebih optimal maka komoditas yang dikembangkan di KBD pun disesuaikan dengan keinginan anggota kelompok, yaitu komoditas sayuran seperti cabe, terung, sawi, kangkung, bayam, tomat, gambas, kacang panjang, jagung manis, mentimun, bawang merah, paria dan seledri, tanaman obat keluarga (Toga) seperti kunyit, jahe, kencur, sereh dan lengkuas dan juga budidaya ikan nila. Sebenarnya masyarakat desa Serambi Indah sudah terbiasa mengkonsumsi sayuran, namun belum pernah menanam di pekarangan. Mereka biasanya membeli ke warung-warung terdekat atau ke pasar yang ada di kecamatan sambilan membeli lauk pauk lainnya. “Setiap hari pengeluaran saya untuk belanja sayuran sebesar Rp. 3.000 - 4.000,-, jadi dengan adanya sayuran di pekarangan rumah saya sudah bisa menghemat pengeluaran sebesar Rp. 90.000 hingga 120.000,- per bulan, dengan demikian saya sudah bisa menghemat untuk belanja sayuran,” ungkap salah seorang anggota kelompok. Manfaat langsung yang dirasakan anggota kelompok KRPL desa Serambi Indah adalah bisa memenuhi sebagian kebutuhan sayuran dapur dari pekarangan rumah sendiri sekaligus menciptakan lingkungan hijau, bersih, dan sehat. “Ternyata selain menanam bunga, sayuran dapat juga memberikan nilai keindahan tersendiri bagi saya, selain itu dari segi kualitasnya juga sehat untuk dikonsumsi karena untuk sayuran daun saya hanya memakai pupuk kandang,” papar bu Agus, ketua kelompok. Pada hakekatnya program KRPL ini merupakan suatu gerakan sekelompok masyarakat/ individu yang mandiri dalam pemanfaatan lahan pekarangan dengan
42
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
tanaman sayuran, buah, dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan secara optimal dengan memaksimalkan sumber daya alam lainnya yang mudah didapat di sekitar tempat tinggal untuk pengembangan ketersediaan pangan yang beranekaragam di setiap rumah tangga.
Anggota Kavaleri 11 Jantho Aceh Besar Ikut Nikmati Hasil KRPL Oleh Cut Nina Herlina
44
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Anggota Kavaleri 11 Jantho Aceh Besar Ikut Nikmati Hasil KRPL Oleh Cut Nina Herlina Model Kawasan Rumah Pengan Lestari (M-KRPL) merupakan suatu model pemanfaatan pekarangan yang diterapkan pada suatu satuan komunitas yang mencakup luasan satu dusun dalam satu desa ataupun satu desa secara keseluruhan yang berada di daerah pedesaan atau perkotaan. Skala luasnya model KRPL tergantung pada ketersedian sumber daya yang ada, baik sumber daya alam (lahan pekarangan), sumber daya manusia sebagai pelaksana (rumah tangga dan tenaga pendamping), dan sumber daya keuangan untuk pembiayaan awal pengembangan KRPL. Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk : 1). Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos. 2). Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari dalam suatu kawasan, 3). Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Untuk tujuan tersebut kegiatan M-KRPL di kabupaten Aceh Besar bukan hanya di lakukan pada petani di pedesaan saja, tetapi dilakukan juga pada institusi seperti TNI Angkatan Darat. BPTP Aceh pada tahun 2013 telah melakukan kerjasama untuk kegiatan M-KRPL dengan Batalyon Kavaleri 11 Serbu di Desa Cucum Kecamatan Jantho Kabupaten Aceh Besar. Pesertanya terdiri dari ibu-ibu rumah tangga atau istri-istri aparatur TNI berjumlah 27 rumah tangga yang berdomisili di komplek perumahan Batalyon. Lokasi batalyon 11 ini cukup jauh dan agak terpencir sehingga jauh dari akses pasar sayur mayur, sehingga program ini sangat cocok untuk menangani permasalahan konsumsi sayuran bagi penghuni komplek. Biasanya ibu-ibu rumah tangga harus menempuh sekitar 2 km hanya untuk membeli sayuran untuk konsumsi sehari-hari.
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
45
Dibekali dengan Pelatihan Untuk membekali peserta yang ikut dalam kegiatan ini dilakukan pembekalan berupa pelatihan-pelatihan seperti pelatihan teknik budidaya yang meliputi cara menyemai benih sayuran, cara menyiapkan media tanam, cara membuat bedengan sampai pada cara penanaman dan pemeliharaan tanaman. Kepada peserta diajarkan cara membuat media tanam yang baik untuk tanaman sayuran. Peserta mempraktekan langsung cara mencampur media tanam yang terdiri dari pupuk kandang, tanah dan arang sekam. Selain itu juga diajarkan cara membuat persemaian bibit yang memenuhi syarat. Tanaman seperti terong, tomat, cabai merah dan cabai rawit harus disemai terlebih dahulu sampai berumur 21 – 40 hari sebelum dipindahkan ke polibag ataupun ditanam di bedengan. Sedangkan untuk tanaman bayam, kangkung, jagung bisa ditanam langsung di tanah atau bedengan tanpa perlu disemai terlebih dahulu. Untuk keberlangsungan diperlukan pemeliharaan secara rutin dan dilakukan pembenahan secara berkala.
Membuat Kebun Bibit Untuk memenuhi ketersediaan bibit sayur secara berkesinambungan dibuat Kebun Bibit Desa (KBD) yang dilakukan bersama oleh kelompok. Fungsi kebun bibit desa pada kegiatan M-KRPL yaitu untuk penyediaan bibit bagi rumah pangan lestari. Bukan itu saja, kebun bibit desa ini juga bisa dijadikan sebagai lahan percontohan bagi anggota yang menampilkan berbagai tanaman sebagai koleksi sayuran dan tanaman obat-obatan. Lahan yang dijadikan kebun bibit merupakan hamparan seluas kurang lebih 400 M2 yang ditumbuhi semak-semak dan belum dimanfaatkan untuk pertanian. Langkah-langkah pembuatan kebun bibit meliputi : Pembersihan lahan Lahan dibersihkan dari semak-semak dan rumput liar. Tanah yang terlihat bergelombang dicangkul dan diratakan dengan menutup lubang-lubang di sekitar lahan.
46
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Pembuatan Pagar Pagar dibuat di sekeliling kebun bibit untuk menghindari masuknya hama babi dan monyet yang kerapkali berkeliaran di sekitar komplek perumahan. Hal ini tidak mengherankan karena lokasinya tidak begitu jauh dengan hutan perbukitan. Pagar dibuat dari kayu dan jaring. Pembuatan Bedengan Bedengan dibuat dengan cara dicangkul ukuran 1,5 x 2,5 meter. Bedengan ini ditanami dengan berbagai jenis tanaman sayuran untuk kelengkapan koleksi kebun bibit. Letak bedengan disesuaikan dengan arah masuknya sinar matahari. Karena cahaya matahari merupakan sumber energi alami yang memberikan cahaya dan panas kepada tanaman, kemudian cahaya yang diterima tanaman diproses melalui proses fotosintesis untuk membentuk karbohidrat, yaitu suatu senyawa yang kaya energi dan unsur organik yaitu sumber energi kehidupan tanaman dan makluk hidup lainnya. Kebutuhan cahaya matahari berbeda-beda pada berbagai jenis tanaman. Pembuatan Rak Persemaian Rak persemaian dibuat dari kayu dan papan dengan ukuran 1,5 x 2 meter yang menampung sekitar 3000 polibag semai. Sebagai penutup digunakan sarlon yang dilengkungkan dengan bambu. Penempatan rak tanaman disesuaikan dengan kondisi kebun bibit dan luas lahan yang tersedia. Adanya rak tanaman dalam kebun bibit dimaksudkan sebagai contoh bagi ibu-ibu peserta KRPL. Peserta KRPL dapat membuat rak di pekarangan rumahnya dengan mengikuti model yang dicontohkan dalam kebun bibit atau mengembangkan sendiri model sesuai desain yang disukai.
Pembuatan Para-para Tanaman Pembuatan para-para tanaman dibuat dari kayu bulat dan bambu setinggi 2,5 meter membentuk atap untuk penyangga tanaman. Para-para ini ditanami paria yang akan menjalar mengikuti posisi tiang yang dibuat. Paria ini merupakan
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
47
tanaman obat yang berkhasiat sebagai obat diabetes. Posisi tiang gantung ini berada pada pintu masuk sehingga membentuk gerbang tanaman. Penanaman tanaman sayuran di kebun bibit dilakukan sebagai percontohan bagi anggota M-KRPL dan masyarakat sekitar yang ingin mengikuti cara yang dilakukan oleh BPTP Aceh.
Penanaman di Bedengan Selain sayuran ditanam pada wadah polibag dan pot tanaman, ibu-ibu rumah tangga ini secara kelompok juga membuat bedengan untuk tanaman sayuran. Walaupun hal ini merupakan pekerjaan berat bagi ibuibu yang belum terbiasa, namun dengan semangat membuat bedengan yang dibantu oleh para suami mereka. Bibit tanaman yang sudah disemai selama 3 minggu pada rak persemaian, ditanam dalam bedengan yang dibuat pada lahan kebun bibit tersebut. Caranya dengan membuat lubang tanam untuk tanaman seperti timun, kacang panjang dan jagung, dilakukan dengan cara ditugal menggunakan tugal. Benih kacang panjang maupun mentimun di tanam sebanyak 2 butir dan diberi jarak tanam di antaranya. Untuk tanaman timun dan kacang panjang memerlukan ajir untuk perambatan tanaman. Untuk tanaman cabai, terong, dan tomat, pepaya sebelum ditanam harus disemai terlebih dahulu. Tanaman yang sudah disemai ini di tanam dalam bedengan dan diberi pupuk organik disekitar tanaman. Lain lagi dengan tanaman kangkung, tomat, sawi, bayam, benih tanaman ini disebar langsung di dalam bedengan tanpa perlu disemai terlebih dahulu. Untuk mempercantik tampilan bedengan nantinya setelah tumbuh ditanam tiga jenis bayam yaitu bayam merah, bayam belang dan bayam biasa. Tidak hanya ditanami sayuran, kebun bibit desa yang dikelola kelompok juga dilengkapi dengan kolam plastik untuk ikan lele. Kolam terbuat dari kayu dan papan yang dilapisi plastik. Kolam ikan lele dibuat dibawah para para tanaman gambas dengan ukuran kolam 2,5 x 2 m2.
48
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Manfaat yang Dirasakan Program M-KRPL yang dilakukan di Batalyon 11 Jantho Aceh Besar sangat dirasakan manfaatnya oleh ibu-ibu komplek perumahan di Batalyon 11. Manfaatnya adalah dapat memenuhi konsumsi rumah tangga secara berkesinambungan dan menghemat dana belanja sehari-hari. Sayuran yang dikonsumsi dapat dinikmati dalam keadaan segar karena selalu tersedia di lahan pekarangan. Selain itu sayuran ini aman untuk dikonsumsi karena sayuran yang ditanam tidak menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Dari segi keindahan, rumah yang ditanami dengan berbagai sayuran memiliki nilai seni tersendiri dan bisa menghilangkan stres bagi yang melihatnya. Dengan kata lain dengan mengikuti kegiatan ini, bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan dan penambahan income keluarga, tetapi juga menjadi taman yang indah di pekarangan. Foto-foto kegiatan
Pemanfaatan Pekarangan Melalui Program M-KRPL Untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Pidie Oleh Fenty Ferayanti
50
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Pemanfaatan Pekarangan Melalui Program M-KRPL Untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Pidie Oleh Fenty Ferayanti
Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia mengingat pangan adalah kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan merupakan kondisi tercukupinya pangan bagi setiap rumah tangga dalam jumlah yang cukup, aman, bermutu, dan terjangkau setiap saat. Ketahanan pangan terkait erat dengan kemandirian pangan, yaitu kemampuan untuk berswasembada dalam memenuhi kebutuhan pangan. Ada beberapa cakupan ketahanan pangan adalah : (1) Ketersediaan pangan yang mencakup produksi, cadangan dan pemasukan, (2) Distribusi/ aksesibilitas mencakup fisik (mudah dijangkau) dan ekonomi (terjangkau daya beli), serta (3) Konsumsi mencakup mutu dan keamanan serta kecukupan gizi individu. Terwujudnya ketahanan pangan nasional bermula dari ketahanan pangan lokal dengan rumah tangga sebagai unsur terkecil. Permasalahan utama dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia saat ini terkait dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan permintaan pangan yang lebih cepat dari pada pertumbuhan penyediaanya (Suryana, 2002). Untuk mewujudkan pemantapan ketahanan pangan nasional dapat dilakukan melalui pemantapan ketahanan pangan di tingkat terkecil yaitu rumah tangga (Handewi, 2011; Rachman dan Ariani, 2007). Hal ini dapat dilakukan dengan menggerakkan kembali budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pemanfaatan lahan sebenarnya sudah dilakukan oleh masyarakat sejak lama dan terus berlangsung hingga sekarang. Namun demikian tidak dirancang secara sistematis dan dan tidak terkelola dengan baik. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian mengembangkan kegiatan pemanfataan pekarangan yang disebut dengan program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL). M-KRPL merupakan salah satu bentuk dukungan teknologi dalam pencapaian empat target sukses Kementerian Pertanian berupa pencapaian percepatan target
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
51
diversifikasi pangan dan peningkatan kesejahteraan petani (Kementerian Pertanian, 2011). Untuk mendukung program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Provinsi Aceh, BPTP Aceh pada TA. 2012 - 2014 telah melakukan sosialisasi dan pelaksanaan Program MKRPL di seluruh kabupaten/kota, salah satunya di Kabupaten Pidie. Pada TA. 2012, BPTP menginisiasi kegiatan M-KRPL di Desa Balee Pineung Kec. Peukan Baro. Kegiatan sosialisasi, penentuan lokasi, penentuan kelompok RPL (rumah pangan lestari), pembangunan KBD (kebun bibit desa) dan budidaya tanaman sayuran dilakukan dengan bekerjasama dengan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) serta BPP Kec. Peukan Baro dengan menempatkan salah seorang penyuluh pendamping di lokasi KBD.
Kegiatan M-KRPL juga melaksanakan Workshop dan Pelatihan Diversifikasi Pangan sekaligus launching yang dihadiri oleh Kepala BP2KP beserta staf, rombongan Tim Penggerak PKK Kab.Pidie, Camat, Kapolsek,Danramil, Keuchik beserta seluruh perangkat desa dan seluruh anggota kelompok KRPL desa Balee
52
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Pineung. Dalam pelatihan diversifikasi pangan diajarkan cara pengolahan hasil yang bersumber dari Kebun Bibit Desa (KBD), antara lain olahan peyek bayam, manisan terong dll. Pada TA. 2013 – 2014, kegiatan MKRPL yang bertujuan untuk dapat mengoptimalkan penggunaan lahan pekarangan rumah untuk memulai ketahanan pangan keluarga, mulai disambut baik oleh masyarakat luas. BPTP melakukan penambahan lokasi kegiatan M-KRPL sebanyak 2 unit yang masing – masing berada di Desa Rapana Kec. Mutiara dan Desa Meunasah Manyang Kec. Glumpang Baro. Kegiatan MKRPL di Desa Rapana bersinergi dengan kegiatan PKK Kabupaten Pidie, dimana desa ini merupakan desa binaan PKK yang tahun 2013 ini menjadi desa yang akan dinilai oleh tim PKK tingkat Provinsi. Sedangkan Desa Meunasah Manyang Kec. Glumpang Baro merupakan desa binaan lainnya yang direncanakan pada tahun 2014 akan dijadikan sebagai desa yang akan ikut penilaian tim PKK Provinsi seperti Desa Rapana.
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
53
Program M-KRPL telah menginspirasi warga dalam pemanfaatan pekarangannya guna memenuhi sebagian konsumsi anggota keluarganya. Pemanfaatan pekarangan mampu mendukung ketahanan pangan dan dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari - hari. Pemanfaatan hasil pekarangan bukan hanya mampu memenuhi kebutuhan keluarga (80 %), namun hasilnya sebagian dapat di jual ke pasar (15%) dan untuk kegiatan sosial (5%). Selain itu, program M-KRPL ini juga dapat menambah pengetahuan masyarakat dalam membudidayakan tanaman dan pembuatan pupuk organik serta aplikasi berbagai komponen teknologi, khususnya pada tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan.
Optimalisasi Lahan Tidur dengan Sayuran untuk Kecukupan Gizi Keluarga di Kabupaten Aceh Barat Daya Oleh Mehran
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
55
Optimalisasi Lahan Tidur dengan Sayuran untuk Kecukupan Gizi Keluarga di Kabupaten Aceh Barat Daya Oleh Mehran
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh (BPTP) bekerjasama dengan Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) pada tahun 2013 mengembangkan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) tepatnya di Kecamatan Babah Rhot dan Kecamatan Kuala Batee. KRPL merupakan program pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang ada pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat. Diharapkan melalui optimalisasi lahan tidur yang ada di sekitar mereka akan memicu lahirnya kesadaran dan kegigihan masyarakat dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. Kabupaten ini terletak di ujung barat Sumatera yang mempunyai 9 Kecamatan. Dari 9 Kecamatan, hanya 2 Kecamatan yang terpilih sebagai lokasi M-KRPL pada tahun 2013 yaitu Kecamatan Babah Rot mempunyai 1 mukim 7 desa, desa yang terpilih adalah Alue Pedawa dan Kecamatan Kuala Batee terdiri 3 mukim dan 20 desa. Desa Alue Padee merupakan desa yang terpilih untuk kegiatan M-KRPL. Masyarakat Kabupaten Abdya sebagian besar mata pencahariannya di sektor pertanian. Kaum perempuan di dua desa ini termasuk sosok yang mampu berperan ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah. Pada musim menanam padi, perempuan desa ini melakukan usahatani padi dari pagi hingga sore hari menggarap sawah milik sendiri maupun menjadi tenaga upah milik orang lain. Mereka juga ikut bekerja di kebun sawit atau coklat serta membantu suami. Kenyataan ini yang menjadi modal bagi program pengembangan rumah pangan lestari di Kabupaten Abdya dalam memanfaatkan lahan dan pekarangan rumah yang belum difungsikan secara baik dan optimal. Hampir semua rumah memiliki
56
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
pekarangan yang beragam yaitu sempit, sedang dan luas. Apabila pekarangan dikelola yang baik maka lahan ini dapat memberikan keuntungan bagi pemiliknya. Di desa Alue Dawah kecamatan Babah Rot dan Alue Padee Kecamatan Kuala Batee masih banyak lahan tidur dan pekarangan yang terbengkalai sehingga dengan adanya kegiatan M-KPRL ibu-ibu merasakan manfaatnya.
Desa Alue Dawah Kecamatan Babah Rot
Potensi lahan dapat dimanfaatkan teknologi budidaya mengingat keterbatasan luas lahan. Namun demikian lahan pekarangan mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis lahan lain. Kelebihan tersebut antara lain dekat dengan rumah sehingga mudah diawasi dan dikelola, juga ketersedia air sehingga kebutuhan air untuk tanaman dapat terpenuhi.
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
57
Budidaya pekarangan tidak hanya dilakukan secara monokultur (satu jenis tanaman) namun bisa pula secara polikultur (bermacam jenis komoditas). Pilihan tersebut disesuaikan dengan kemampuan dan ketrampilan keluarga. Dengan adanya pemanfaatan lahan tidur dan pekarangan melalui program KRPL di Kabupaten Abdya petani mampu mengurangi biaya pengeluaran keluarga bahkan bisa menambahkan pendapatan sekitar antara Rp. 350.00 - Rp.700.000 per bulan.
Manfaat dan Kandungan Gizi pada Sayuran Sayuran merupakan kelompok komoditas pangan yang pada umumnya sangat banyak dikonsumsi oleh masyarakat, baik sebagai sayuran mentah (lalapan) ataupun dengan cara dimasak terlebih dahulu. Mengonsumsi sayuran memberi sumbangan terutama vitamin A dan C, serta serat yang sangat penting bagi tubuh. Sayuran diklasifikasikan sebagai tanaman hortikultura. Umur panen sayuran pada umumnya relatif pendek (kurang dari satu tahun ) dan secara umum bukan merupakan tanaman musiman, artinya hampir semua jenis sayuran dapat dijumpai sepanjang tahun, tidak mengenal musim. Karakteristik ini sedikit berbeda dengan beberapa jenis buah-buahan seperti mangga, durian dan sebagainya yang hanya dijumpai pada musim-musim tertentu satu kali dalam satu tahun. Jenis-jenis sayuran yang sering dengan mudah dijumpai, baik di pasar-pasar tradisional maupun di pasar swalayan meliputi: wortel, tomat, sawi hijau dan putih, kangkung, buncis, bayam, seledri, daun bawang, labu siam, selada, terong, kentang dan sebagainya.
58
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Sayur merupakan sumber serat yang bebas lemak mengandung betakaroten, alfakaroten, dan lutein yang terbungkus dalam kantong pigmen hijau daun (klorofil). Dengan banyak makan sayuran hijau, klorofil akan melindungi sel lemah dari serangan benih kanker. Jika di dalam tubuh terdapat benih kanker, maka benih tersebut akan memilih sel lemah, sehingga sel tersebut mudah dilumpuhkan.
Tabel. Kandungan gizi beberapa jenis sayuran Kalsium (mg)
Besi (mg)
Vit A (S.I)
Vit. B (mg)
Vit C (mg)
Bayam
267
3,9
6090
0,08
80
Daun Katuk
204
2,7
10370
0,10
239
Daun Kelor
440
7,0
11300
0,4
220
Daun ketela pohon
165
2,0
11000
0,12
275
Daun Pepaya
353
0,8
18250
0,15
140
Sawi
220
2,9
6460
0.09
102
Tomat matang
5
0,5
1500
0,06
40
Wortel
39
0,8
12000
0,06
6
Macam Sayuran
Sumber Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1972)
Pendampingan M-KRPL Kota Subulussalam Meraup Rupiah dari Pekarangan Produktif Oleh : Chairunas
60
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Pendampingan M-KRPL Kota Subulussalam Meraup Rupiah dari Pekarangan Produktif Oleh : Chairunas
Ternyata pekarangan tidak hanya memperindah rumah, namun bisa mendapatkan penghasilan jika diusahakan untuk tanaman produktif terutama jenis sayuran. Itulah yang dialami KWT Desa Badar dan Desa Rantau Panjang Kecamatan Longkip Kabupaten Subulussalam. Jenis sayuran yang ditanam dipekarangan sebelum ada program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) hanya cabai tanpa pemeliharaan. Namun setelah ada pembinaan oleh BPTP Aceh, jenis sayuran yang ditanam beragam seperti cabai (besar dan kecil), kangkung, bayam, terong, sawi, selada, mentimum, dan buah-buahan seperti pepaya serta tanaman obat seperti sereh dan kunyit serta budidaya ikan lele di kolam terpal. Awalnya, informasi tentang program M-KRPL diterima oleh peserta pada saat sosialisasi baik oleh Dinas Pertanian setempat maupun penyuluh BPTP Aceh. Kini masyarakat desa binaan mengaku program ini sangat bermanfaat terutama untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, mengurangi jumlah pengeluaran dan bahkan berpeluang untuk menambah penghasilan keluarga jika diusahakan dengan baik. Salah seorang peserta dari Rantau Panjang,bu Dimiyati mengaku bisa menghemat pengeluaran sebesar Rp 200-300 ribu perbulan karena kebutuhan sayur untuk rumah tangga terpenuhi, apalagi bila dijual ke pedagang. “Kami dapat tambahan penghasilan rata-rata Rp1 juta perbulan dari hasil panen sayur seperti sawi, bayam, kangkung, kacang panjang, timun, dan terong dari pekarangan, “ ujar Dimiyati. Ia mengaku hanya bermodal Rp300.000 untuk membeli bibit, pupuk dan obat-obatan. Tidak hanya itu, warga desa binaan berhasil melakukan pemeliharaan lele di kolam terpal, sehingga mendorong petani lain untuk melaksanakan budidaya lele di pekarangan. Kegiatan ini menurut para ibu anggota kelompok sangat mudah untuk ditedapkan karena tidak membutuhkan keahlian khusus, hanya kemauan dan keuletan. Beberapa
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
61
ibu rumah tangga di luar anggota KWT pelaksana juga telah mengadopsi dan mulai memanfaatkan pekarangan dengan mengambil bibit sayuran dari Kebun Bibit Desa (KBD). Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan KRPL di Kota Subussalam antara lain : 1) Masih kurangnya kesadaran anggota KWT pelaksana program. Hal ini terlihat dari masih tingginya ketergantungan para anggota terhadap bantuan bibit dan sarana produksi lainnya. “Para ibu rumah tangga masih sangat tergantung pada bantuan bibit, rak dan saprodi lainnya,agak keberatan untuk membeli sendiri, selain itu pemeliharaan tanaman yang sudah ada masih dilakukan seadanya. 2) Manajemen KWT yang masih belum bagus, sehingga memerlukan penataan dan pengadaan sarana untuk kelembagaan kelompok. 3) Masih rendahnya pengetahuan ibu rumah tangga anggota KWT dalam hal budidaya sayuran. Para ibu rumah tangga menyarankan untuk sering dilakukan pertemuan dengan penyuluh dan pelatihan untuk menambah pengetahuan dan wawasan. 4) Tidak adanya mitra atau pihak luar untuk kerjasama seperti untuk pengadaan bibit dan saprodi lainnya terutama untuk pemasaran.
Perlu Perbaikan dan Pendampingan Pendampingan M-KRPL yang dilakukan oleh peneliti/penyuluh BPTP Aceh adalah terhadap desa atau warga masyarakat yang telah dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangandan Penyuluhan Kota Subussalam pada tahun 2013. Beberapa permasalahan yang ditemui pada kegiatan pendampingan umumnya petani tidak atau kurang dalam permodalan, (2) pengetahuan tentang budidaya ikan lele terutama pemeliharaan lele kecil masih kurang sehingga banyak lele yang mati. Secara umum pelaksanaan KRPL di Kota Subulussalam masih memerlukan perbaikan dan perlu dukungan dari berbagai pihak terutama pemerintah setempat sehingga tujuan dari Model KRPL seperti yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian dapat dicapai. Sasaran yang ingin dicapai dari Model KRPL ini adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang sejahtera.
62
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Untuk itu demi keberlanjutan program M-KRPL di masa yang akan datang, perlu dilakukan pelatihan dan praktek lapangan dalam menguasai teknologi pembibitan tanaman sayuran, pembibitan ikan air tawar, ternak unggas dan bebek sertakeanekaragaman pangan organik ramah lingkungan dalam membangun keluarga sehat.
Foto Kegiatan
Kiprah Sri Wangi dalam Kegiatan M-KRPL di Aceh Tamiang Oleh : Abdul Azis
64
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Kiprah Sri Wangi dalam Kegiatan M-KRPL di Aceh Tamiang Oleh : Abdul Azis
Sejak tahun 2011 hingga 2012, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh (BPTP) Aceh hanya melaksanakan kegiatan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) pada sembilan kabupaten/kota saja. Namun, pada tahun 2013 kegiatan tersebut ditempatkan pada 23 lokasi kabupaten/kota, salah satu diantaranya terdapat di Kec. Sekerak, Aceh Tamiang. Desa Lubuk Sidup merupakan salah satu desa yang letaknya sangat strategis di Kecamatan Sekerak. Jumlah penduduknya mencapai 110 KK, dengan mata pencaharian sebagai buruh perkebunan karet dan sawit. Sebahagian besar bekerja sebagai buruh penderes getah. Dari pendapatan yang diterimapun cukup minim, sehingga sulit untuk menucukupi kebutuhan hidup sehari.Jarak tempuh dari ibukota kabupaten ke lokasi berkisar 20 km, dan kondisi jalan yang dilalui kondisinya beraspal mulus. Tingkat pendidikan masyarakat di desa tersebut tergolong rendah, rata-rata hanya mengecap pendidikan di sekolah dasar (SD). Namun daerah yang mayoritas penduduknya suku Tamiang yang merupakan penduduk asli setempat mempunyai motivasi dan semangat yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan M-KRPL. Petani dan warga setempat dalam mengkonsumsi sayuran setiap harinya membeli sayur di warung terdekat. Rata-rata pengeluaran yang digunakan berkisar Rp.2.000,hingga Rp.5.000,/hari. Umumnya sayuran yang dibeli di warung kondisinya sudah tidak segar lagi dan kurang layak untuk dikonsumsi. Padahal, dari hasil pengamatan tim terhadap pekarangan rumah tangga petani memenuhi kriteria jika dimanfaatkan untuk
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
65
menanam sayur-sayuran untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Bahkan jika dilakukan dengan manajemen usahatani kelompok yang baik, akan dapat menambah gizi keluarga serta meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan.
Keberadaan KWT Sri Wangi Kelompok wanita Sri Wangi Desa Lubuk Sidup memiliki anggota 45 orang, sedangkan yang tertarik mengikuti kegiatan M-KRPL diluar keanggotaan mencapai 60 orang. Sebahagian besar warga dalam menanam berbagai jenis sayuran yaitu dengan membuat bedengan dan rak. Selain sayuran hampir sebagian warga juga membuat kolam ikan di halaman rumah dan kandang ayam di belakang rumah mereka. Keberadaan anggota kelompok dan masyarakat pada umumnya sangat partisipatif dan inovatif. Hal tersebut dapat dilihat dari kreatifitas dan ketrampilan memanfaatkan limbah dan potensi lokal sebagai media tanam sayuran. Misalnya saja dalam melakukan persemaian benih menggunakan daun pisang dan pelepah pinang yang dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan poly baby. Termasuk juga memanfaatkan limbah air minum mineral untuk dijadikan tempat persemaian benih sebelum dipindahkan ke bedengan. Peran serta anggota kelompok di KBD diwujudkan dalam bentuk kerjasama kelompok melakukan penanaman benih dan pemindahan tanaman ke bedengan. Kepedulian warga desa juga terlihat sangat mendukung program M-KRPL, atas anjuran datok setempat setiap warga memagari halaman rumah mereka masingmasing, sehingga wajah desa tertata rapi terlihat indah dan asri. Menurut Rahmah selaku ketua kelompok Sri Wangi menyatakan bahwa anggota kelompoknya termotivasi karena memang mereka membutuhkan program pemanfaatan pekarangan, karena selain dapat menghemat biaya rumah tangga juga dapat menambah asupan gizi bagi keluarga.
66
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Dukungan pemkab setempat Gerakan yang dilaksanakan Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan (Bapelluh) Kabupaten Aceh Tamiang Ir. Fuadibeserta 50 penyuluh yang melakukan bakti sosial membuat pekarangan hijau dan indah mendukung Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M–KRPL) bagi warga desa Lubuk Sidup Kecamatan Sekerak. Jadi kami merasa tertantang atas program yang dilakukan pihak penyuluh yang secara langsung melakukan demonstrasi bagi warga yang tidak mampu. Menurut Koordinator BPP Kamaruzzaman, SST kegiatanbakti sosial tersebut sengaja diprakarsai untuk memupuk semangat warga, sehingga mereka tetap yakin dengan program ini. Apalagi, Kepala Bapelluh Ir. Fuadi, memimpin langsung pada saat upacara pelaksanaan apel pagi di halaman kantor kecamatan Sekerak. Dalam arahannya Fuadi menyebutkan, bahwa kegiatan ini dilakukan sebagai upaya menjadikan Lubuk Sidup sebagai Desa Model Tahun 2013. Ia juga berharap nantinya dapat ditiru oleh desa-desa lain se Kabupaten Aceh Tamiang. Tahun ini Aceh Tamiang mendapatkan program kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang akan ditempatkan pada enam desa di Kecamatan Manyak Payed. “Jadi kepedulian penyuluh di lapangan sangat diperlukan dalam pemanfaatan pekarangan terutama untuk memenuhi kebutuhan sayuran di rumah tangga tani yang harus didukung sepenuhnya dan menjadi kalender kegiatan Bapel Aceh Tamiang. Bupati Aceh Tamiang telah mencanangkan dalam visi dan misinya untuk meningkatkan ketahanan pangan, sebagai tonggak pembangunan menuju masyarakat mandiri pangan. Jadi kegiatan program M-KRPL harus disukseskan, sehingga jika dikembangkan bersama maka hasilnya juga akan mendukung Program Nasional terutama dalam hal meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan kelompok tani. Datok Penghulu Desa Lubuk Sidup, M. Rifai didampingi Koordinator BPP Sekerak Kamaruzaman, SST, berterima kasih atas pelaksanaan bakti sosial yang dilakukan oleh Bapelluh Aceh Tamiang. Ia merasa kagum dan bangga atas perhatian pemerintah kabupaten dalam upaya menjadikan Lubuk Sidup menjadi “Lubuk yang Indah dalam Wisata Agriculture”. Rifai mewakili warga desa Lubuk Sidup berharap agar dinas dan instansi terkait lainnya mendukung pertumbuhan ekonomi khususnya sub sektor perikanan dan peternakan.
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
67
Gerakan bakti social dilaksanakan sehari penuh dilanjutkan makan siang bersama, dihadiri koordinator BPP se Kab. Aceh Tamiang, Ketua Perhiptani, penyuluh, mantra tani, unsure muspika dan warga sekitar. Di akhir acara, Kepala Bapel A. Tamiang melakukan Soft Opening tanda dimulai pelaksanaan M-KRPL. Selain di Kecamatan Sekerak, pelaksanaan kegiatan M-KRPL juga dilaksanakan di Desa Simpang IV Upah Kecamatan Karang Baru. Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan M-KRPL di Desa Simpang IV tidak terlepas peran serta dari tugas dan fungsi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dalam mendukung kegiatan program pemanfaatan lahan pekarangan. Koordinator BPP Kecamatan Karang Baru Azwanil Fakhri, SST, dan PPL Toeti Handriyani diberikan mandat khusus oleh BPTP Aceh dalam operasional di lapangan. Umumnya dalam menanam sayuran anggota Kelompok Rumah Pangan Lestari (RPL) Janur Kuning dusun Bandar Desa Simpang IV Upah Kecamatan Karang Baru menggunakan media tanam polybag, karena sebahagian besar halaman rumah mereka tanahnya penuh bebatuan. Lokasi Kebun Bibit Desa (KBD) di Dusun Bandar tepatnya di rumah Datok Penghulu H. Sukir, hal tersebut dikarenakan selain letaknya sangat strategis juga memiliki halaman yang luas, serta mempunyai kolam ikan yang permanen. Pelaksanaan kegiatan M-KRPL bagi anggota kelompok wanita Janur Kuning di Desa Simpang IV sebahagian besar mereka memanfaatkan polybag untuk ditanami berbagai macam jenis sayuran. Keberadaan anggota kelompok dan masyarakat pada umumnya bermata pencaharian pedagang dan PNS, umumnya mereka sudah berpendidikan menengah ke atas. Untuk menyuburkan tanah pada umumnya anggota kelompok memanfaatkan limbah sawit sebagai kompos tanam sayuran. Anggota kelompok masih perlu mendapat penyuluhan bagaimana cara mengendalikan penyakit keriting daun pada cabai merah.
KWT Sri Wangi Menuju Pekarangan Hijau dan Sehat Dukungan pemerintah kabupaten melalui Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian terlihat sangat mantap. Apalagi program M-KRPL ditempatkan di lokasi desa Lubuk
68
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Sidup, karena masyarakat setempat dapat memahami dan mempunyai tanggung jawab dalam mensukseskan Program Nasional ini. Ketahanan pangan keluarga dapat ditingkatkan melalui rumah hijau atau mungkin tepatnya rumah pekarangan pangan. Ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Komitmen pemerintah dalam melibatkan rumah tangga untuk mewujudkan kemandirian pangan dapat diaktualisasikan dengan gerakan budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Lahan pekarangan sebagai salah satu lahan alternatif untuk meningkatkan ketahanan pangan di masyarakat masih cukup besar. Sebelumnya masih banyak lahan pekarangan di desa Lubuk Sidup Kecamatan Sekerak yang belum dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Namun dari penjelasan mengenai fungsinya dapat dijadikan sebagai: sumber penghasilan dan dapat memasok bahan pangan, obat-obatan serta ternak, memberikan kenyamanan dan pemenuhan kebutuhan jasmaniah dan rohaniah anggota keluarga, mengandung nilai pendidikan agar anggota keluarga cinta lingkungan serta menjadi laboratorium hidup, dan dapat dikembangkan menjadi industri pekarangan, yang akhirnya merupakan bagian dari pembangunan hutan kota. Masyarakat setempat dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari seperti sayur dan ikan serta buah tidak lagi tergantung lagi dari pasar. Karena lahan pekarangan rumah mereka dimanfaatkan secara maksimal. Alasan kelompok dan anggotanya saat diwawancarai hasil pekarangan mereka saat ini dapat menghemat biaya pengeluaran rumah tangga. Disamping itu sayuran yang ditanam juga mendukung kesehatan keluarga karena mengkonsumsi bahan pangan berkualitas seperti sayuran organik (bebas pestisida). Selain penerapan budidaya berbagai komoditas tanaman pangan, seperti tanaman sayuran dan obat, penataan pekarangan dapat meningkatkan nilai ekonomi melalui pengembangan kawasan. Sedangkan manfaat lahan pekarangan antara lain sebagai sumber pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan masyarakat sekaligus dapat menghemat pengeluaran keluarga untuk pangan, sehingga akhirnya terjadi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga.
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
69
BPTP Aceh dalam melakukan pembinaan M-KRPL di Aceh Tamiang menerapkan beberapa strategi diantaranya melalui sosialisasi dan sinkronisasi. Selain itu, juga dilakukan pelatihan terhadap kelompok, pemutaran film dokumenter dan demonstrasi pemanfaatan pekarangan rumah dengan melibatkan Kepala Bapel, Camat, Datok Penghulu dan masyarakat serta penyuluh se Tamiang. Kini Aceh Tamiang telah meraih hasilnya dengan menerapkan kawasan rumah pangan lestari di seluruh kabupaten tersebut, dengan replikasi serta pengembangan KRPL. Bahkan diantara kelompok tersebut diperlombakan untuk memberi motivasi dan apresiasi bagi masyarakat. Foto kegiatan
70
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
71
72
Bunga Rampai Success Story Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)