PETUNJUK TEKNIS
PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI ( M-KRPL )
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian
2012
Kata Pengantar Potensi lahan pekarangan yang luas di Propinsi Kalimantan Timur sampai saat ini masih belum dimanfaatkan secara optimal sebagai salah satu areal pertanaman aneka komoditas pertanian, khususnya sumber penyedia bahan pangan. Potensi yang besar ini perlu diupayakan untuk mencapai kesejahteraan keluarga, baik di daerah perdesaan maupun di perkotaan melalui pengembangan konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur diberi mandat untuk membangun Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL), dengan harapan dapat menjadi contoh bagi optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan, utamanya melalui pemanfaatan berbagai inovasi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dan lembaga penelitian lainnya. BPTP Kalimantan Timur berperan dalam mendorong upaya optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan melaui dukungan inovasi, bimbingan teknis, dan pendampingan serta mewujudkannya dalam pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Propinsi Kalimantan Timur. Penerbitan buku ini dimaksudkan sebagai acuan untuk mengembangkan Model KRPL di Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur. Melalui pengembangan model ini diharapkan dapat mendorong tercapainya kemandirian pangan keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, konservasi pangan lokal untuk masa depan menuju masyarakat sehat dan sejahtera serta terciptanya lingkungan yang bersih, sehat, indah dan lestari. Samarinda, Mei 2012 Kepala Balai
Dr. Ir. Muhamad Hidayanto, M.P
i
Petunjuk Teknis Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Penanggung Jawab
:
Muhamad Hidayanto Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur
Penyusun
:
Yossita Fiana Sumarmiyati
Desain Cover dan Layout : Bagus Indarto. S, A.md
DAFTAR ISI Kata Pengantar.............................................................. .....
i
Daftar Isi....................................................................... ......
ii
I. II. III. IV.
Pendahuluan............................................................ ..... Tujuan, Sasaran dan Batasan MKRPL ........................... Tahapan Pelaksanaan Kegiatan .................................... Upaya Menuju Lestari........................................... ........ 4.1 Kebun Bibit Desa (KBD)........................... .............. 4.2 Kebun Bibit Inti (KBI)............................... ............. V. Penutup................................................................... ......
1 3 6 9 9 9 10
Lampiran................................................................ .............
11
ii
I. PENDAHULUAN Rumah pangan lestari merupakan salah satu konsep pemanfaatan lahan pekarangan baik di perdesaan maupun di perkotaan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dengan memberdayakan potensi pangan lokal. Tujuan dari pengembangan rumah pangan lestari adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, mengembangkan ekonomi produktif dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat. Program ini memperkenalkan bagaimana mengoptimalisasi pemanfaatan pekarangan secara intensif. Program Rumah pangan lestari dikembangkan di Indonesia dengan harapan dapat mengatasi krisis pangan dunia serta dampak lonjakan harga pangan dunia dapat diminimalisir, dengan telah terpenuhinya kebutuhan pangan keluarga. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman pangan untuk masa depan perlu diaktualisasikan dalam menggerakan lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun perdesaan. Kementerian Pertanian pada awal tahun 2011 menyusun suatu konsep yang disebut dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). BPTP Kaltim diberi mandat mengembangkan Model-KRPL di Propinsi Kalimantan Timur. Prinsip dari M-KRPL yaitu dibangun dari kumpulan rumahtangga yang mampu mewujudkan kemandirian pangan melaui pemanfaatan pekarangan, dapat melakukan upaya diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal sekaligus pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, serta tercapainya upaya peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. BPTP dituntut berperan aktif dalam pengembangan M-KRPL. Pada Tahun 2011 BPTP Kalimantan Timur melakukan uji coba pengembangan 2 unit M-KRPL, dan tahun 2012 Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
1
pengembangan model ini diperluas menjadi 8 unit di Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur. Petunjuk teknis M-KRPL ini disusun dengan tujuan dapat dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan, penataan, pengelolaan dan pengembangan M-KRPL oleh Dinas/Instansi terkait di Kalimantan Timur.
2
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
II. TUJUAN, SASARAN DAN BATASAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI 2.1 Tujuan Pengembangan Model KRPL a. Tujuan Jangka Pendek: (a) memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari; (b) meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun di perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (TOGA), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos; (c) mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman lokal untuk masa depan dan (d) mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau, bersih, dan sehat secara mandiri. b. Tujuan Jangka Panjang : (a) kemandirian pangan keluarga; (b) diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal; (c) pelestarian tanaman pangan untuk masa depan; dan (d) peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. 2.2
Sasaran Model KRPL Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang sejahtera serta terwujudnya diversifikasi pangan dan pelestarian tanaman lokal.
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
3
2.3 Rumah Pangan Lestari Tempat tinggal bagi keluarga atau rumah tangga yang memanfaatkan pekarangannya secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana sehingga menjamin kesinambungan persediannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya. 2.4 Penataan Pekarangan Ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas. 2.5
4
Pengelompokan Lahan Pekarangan Dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik dalam menetapkan komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak dan ikan. a. Pekarangan Perkotaan Pekarangan perkotaan dikelompokan menjadi 4 yaitu: 1. Rumah Tipe 21 dengan total luas tanah sekitar 36 m2 atau tanpa halaman. 2. Rumah Tipe 36, luas tanah sekitar 72 m2 atau halaman sempit. 3. Rumah Tipe 45, luas tanah sekitar 90 m2 atau halaman sedang. 4. Rumah Tipe 54 atau 60, luas tanah sekitar 120 m2, atau halaman luas. b. Pekarangan Perdesaan Pekarangan perdesaan dikelompokkan menjadi 4 yaitu: 1. Pekarangan sangat sempit (tanpa halaman) 2. Pekarangan sempit (<120 m2) 3. Pekarangan sedang (120-400 m2) 4. Pekarangan luas (>400 m2) Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
2.6 Pemilihan Komoditas Ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber pangan lokal, pelestarian sumber pangan lokal, serta kemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Komoditas yang bisa dikembangkan antara lain : sayuran, tanaman rempah dan obat, buah (pepaya, belimbing, jambu biji, srikaya, sirsak, labu dan lainnya yang disesuaikan dengan lokasi setempat), serta berbagai sumber pangan lokal (ubi jalar, ubi kayu, ganyong, garut, talas, suweg, ubikelapa, gembili). Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan budidaya ikan dalam kolam dan ternak. 2.7 Diversifikasi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal Upaya peningkatan konsumsi aneka ragam pangan lokal dengan prinsip gizi seimbang. 2.8 Kebun Bibit Desa Merupakan unit produksi benih dan bibit untuk memenuhi kebutuhan pekarangan dalam membangun RPL maupun kawasan. 2.9 Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Diwujudkan dalam satu Rukun Tetangga atau Rukun Warga/Dusun (Kampung) yang telah menerapkan prinsip RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial. Untuk menjamin keberlanjutan usaha pemanfaatan pekarangan, kawasan juga harus dilengkapi dengan kebun bibit/benih yang dikelola oleh masyarakat secara partisipatif.
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
5
III. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN Tahapan kegiatan pengembangan M-KRPL meliputi : a. Persiapan 1. Pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya, lokasi dan kelompok sasaran. 2. Pertemuan dengan Dinas/Instansi terkait untuk mencari kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi. 3. Koordinasi dengan Dinas dan Instansi terkait lainnya di kabupaten/kota. 4. Memilih pendamping yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. b. Pembentukan Kelompok Kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok rumah tangga dalam satu dusun/kampung. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif, dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa. Kelompok dibentuk dari, oleh dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. Dengan cara berkelompok akan tumbuh kekuatan berinisiatif dari para anggota dengan prinsip keserasian, kebersamaan dan kepemimpinan dari mereka sendiri. c.
Sosialisasi Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan pada kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana dari instansi terkait.
d. Penguatan Kelembagaan Kelompok Dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kelompok : 1. Mengambil keputusan bersama melalui musyawarah
6
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
2. 3. 4. 5.
Menaati keputusan yang telah ditetapkan bersama Memperoleh dan memanfaatkan informasi Bekerjasama dalam kelompok (sifat kegotong-royongan) Bekerjasama dengan aparat maupun dengan kelompokkelompok masyarakat lainnya.
e. Perencanaan Kegiatan Melakukan perencanaan/rancang bangun pemanfaatan lahan pekarangan untuk berbagai jenis tanaman pangan, sayuran dan tanaman obat keluarga (TOGA), ikan dan ternak, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, kebun bibit desa, serta pengolahan limbah rumah tangga. Selain itu dilakukan juga penyusunan rencana kerja untuk satu tahun. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan kelompok dan instansi terkait. f.
Pelatihan Pelatihan dilakukan sebelum pelaksanaan di lapangan. Jenis pelatihan yang dilakukan diantaranya : teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, TOGA, teknik budidaya ikan dan ternak, perbenihan dan pembibitan, pengolahan hasil dan pemasaran serta teknologi pengelolaan limbah rumah tangga. Jenis pelatihan lainnya adalah tentang penguatan kelembagaan.
g. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kelompok dengan pengawalan teknologi oleh peneliti dan pendampingan antara lain oleh penyuluh dan petani andalan. Secara bertahap, pelaksanaan kegiatan ini diarahkan untuk menuju pada pencapaian kemandirian pangan rumah tangga, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, konservasi tanaman pangan untuk masa depan, pengelolaan kebun bibit desa dan peningkatan kesejahteraan rumah tangga dan masyarakat.
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
7
h. Pembiayaan Bersumber dari kelompok, masyarakat partisipasi Pemerintah Daerah dan Pusat, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, swasta dan dana lain yang tidak mengikat. i.
Monitoring dan Evaluasi Dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan kawasan, dan menilai kesesuaian antara kegiatan yang telah dilaksanakan dengan perencanaan. Evaluator dapat dibentuk oleh kelompok. Evaluator dapat juga berfungsi sebagai motivator bagi pengurus dan bagi anggota kelompok dalam meningkatkan pemahaman yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya yang tersedia di lingkungannya agar berlangsung lestari.
8
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
IV. UPAYA MENUJU LESTARI Untuk melestarikan KRPL perlu adanya ketersediaan bibit/benih yang terus menerus dalam satu kawasan. Untuk itu perlu dibangun kebun bibit/benih desa (KBD) dan kebun bibit inti (KBI). 4.1 Kebun Bibit Desa (KBD) Merupakan unit produksi benih dan bibit yang dibangun dalam satu kawasan rumah pangan lestari. Kebun bibit desa ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bibit/benih pekarangan dalam membangun kawasan rumah pangan lestari. Kebun bibit desa dikelola oleh warga dalam satu kawasan. Komoditas tanaman yang bisa dibudidayakan di kebun bibit desa adalah jenis tanaman sayuran, Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan tanaman pangan alternatif berbasis sumberdaya lokal (umbiumbian). 4.2 Kebun Bibit Inti (KBI) Kebun Bibit Inti (KBI) merupakan kebun bibit yang dibangun oleh BPTP Kaltim untuk memenuhi kebutuhan bibit/benih yang akan ditanam di kebun bibit desa di seluruh kawasan rumah pangan lestari di Propinsi Kaltim. Kebun bibit inti ini diharapkan mampu menjadi salah satu rujukan untuk memenuhi berbagai jenis bibit/benih yang dibudidayakan di pekarangan. Komoditas yang dikembangkan antara lain adalah tanaman sayuran, buahbuahan, TOGA, dan tanaman pangan alternatif lokal (umbiumbian).
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
9
V. PENUTUP Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur mempunyai peranan sangat penting dalam menyebarluaskan inovasi pertanian di daerah, utamanya inovasi yang telah dihasilkan Badan Litbang Pertanian. Petunjuk Teknis Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan di tingkat daerah (Kab/Kota). Masing-masing daerah kemungkinan telah memiliki program kegiatan yang terkait dengan MKRPL, untuk itu diharapkan program tersebut dapat disinergikan dengan M-KRPL. Kreativitas dan upaya improvisasi di tingkat lokal/daerah (Kab/Kota) sangat diharapkan sesuai dengan potensi dan sumberdaya yang ada. Variasi kegiatan antar daerah akan membuka peluang pengembangan KRPL spesifik lokasi dengan tingkat keberlanjutan yang lebih baik.
10
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
Lampiran 1. Teknologi BudidayaTanaman Sayuran Secara Vertikultur dan Polybag Pendahuluan Keterbatasan lahan pekarangan yang sempit dapat disiasati dengan cara budidaya tanaman sayuran menggunakan bahan untuk bertanam seperti paralon secara vertikultur dan bahan dari kantong plastik (polybag). Budidaya tanaman sayuran dengan teknologi vertikultur dan kantong plastik tidak membutuhkan lahan luas, dapat memanfaatkan ruang-ruang di atas got atau teras rumah. Penanaman secara vertikultur adalah pemeliharaan tanaman yang ditata secara tegak, baik tegak lurus atau mengarah vertikal dengan sudut tertentu. Jenis tanaman sayuran yang dapat dikembangkan diantaranya cabe, sawi, terong, tomat, seledri, kemangi, caisin dan lain sebagainya. Budidaya sayuran tersebut diperuntukkan untuk memenuhi keperluan keluarga sehari-hari dalam rangka memenuhi gizi keluarga. Untuk itu dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga, diperlukan teknologi budidaya sayuran agar diperoleh hasil yang optimal. Teknologi Budidaya Sayuran Persemaian Tempat persemaian perlu dipilih dari bahan yang steril yang diberi lubang di bawahnya dan yang terlindungi dari sinar matahari langsung dan air hujan serta dekat dengan sumber air. Tanah persemaian terdiri dari campuran tanah olah yang halus dicampur pupuk kandang/kompos dengan perbandingan 1:1. Naungan persemaian menghadap ke arah timur dengan kemiringan ± 450 agar sinar matahari pagi bisa masuk sepenuhnya dan setelah siang hari diharapkan yang masuk 6070%. Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
11
Biji tanaman sayuran sebelum disemaikan direndam dulu pada air hangat kuku (±500C) selama 1 jam dan diangin-anginkan sampai benih tidak lengket, lalu benih tersebut disebarkan merata pada media kemudian ditutup tanah tipis-tipis. Bibit tanaman sayuran dipindahkan dibumbun dengan media dan menggunakan alat berupa koker dengan diameter ±10 cm yang terbuat dari daun pisang. Bibit tanaman bisa dipindahkan/ditanam di polibag apabila bibit sudah mempunyai antara 4-5 helai daun.
Persiapan dan Penanaman Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah subsoil (20 cm ke bawah) dicampur dengan pupuk kandang/kompos perbandingan 1:1. Media sebelum digunakan harus dibersihkan dari bahan yang masih utuh (belum lapuk). Media dimasukkan dalam media talang atau polybag. Pindahkan bibit tanaman pada media polibag atau talang. Lakukan penanaman pada sore hari atau pada pagi hari dengan memasukkan tanaman sampai batas leher akar. Pemeliharaan Lakukan penyiraman sebanyak 2 kali sehari yakni pagi dan sore hari. Penyulaman perlu dilakukan bila ada tanaman yang mati. Penyiangan dilakukan 1-2 minggu sekali tergantung banyaknya gulma yang tumbuh. Pemupukan dilakukan dengan pupuk cair dengan cara mencairkan pupuk granular seperti NPK sebanyak 1 gram dicairkan dalam 1 liter air lalu cairan pupuk diberikan di sekitar tanaman sebanyak 100-250 cc pertanaman, tergantung pada umur tanaman dengan interval 1-2 minggu sekali.
12
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
Peng gendalian Hama dan d Penyakit Hama H dan penya akit yang biasa menyerang tanam man sayuran a adalah ulat daun n, kumbang daun n, kutu daun, pe enyakit busuk d daun dan a akar. Pengend dalian dilakuka an secara k konvensional/mek kanik. Hindari pe emakaian pestisiida dan bila t terpaksa gunaka an pestisida ya ang selektif, bijaksana dan p pemakaian dihenttikan 2 minggu me enjelang panen. Penggunaan P inse ektisida karbofura an (Furadan) dap pat dilakukan d dengan cara me encampur pestisid da tersebut ke dalam d media t tanam dengan dosis disesuaikan dengan anjuran. en Pane Tanaman T sayura an dapat dipane en sesuai umur panen jenis s sayuran yang dita anam seperti bayyam, kangkung, dan d sawi bisa d dipanen pada umur u antara 40--50 hari. Peman nenan dapat d dilakukan dengan n cara mencabut seluruh tanaman n, memotong p pangkal batang, dan d ada juga yan ng memetik daun nnya satu per s satu. Gam mbar 1. Contoh Mo odel Budidaya Vertikultur dan Polib bag
Rak Bam mbu
Rak Talang
Ju uknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim m ‐ 2012
13
Rak Para alon
am Polibag Bertanam dala
14
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012 2
Rak Bambu
Media Kaleng Be ekas
Lampiran 2. Teknologi Budidaya Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dalam Polybag Pendahuluan Keterbatasan lahan pekarangan yang sempit dapat dimanfaatkan dengan penanaman tanaman TOGA yang ditanam menggunakan polybag. Jenis tanaman TOGA yang dapat dikembangkan diantaranya kunyit, jahe, temulawak, kumis kucing, dan sambiloto. Budidaya tanaman TOGA diperuntukan untuk memenuhi keperluan keluarga sehari-hari. Untuk itu dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga, diperlukan teknologi budidaya TOGA agar diperoleh hasil yang optimal. Teknologi Budidaya TOGA Persiapan dan Penanaman Tanah yang akan dipakai sebagai media tanam diolah dengan cangkul atau sekop dan diberi pupuk kandang sebagai pupuk dasar sebanyak 1-2 kg atau dengan perbandingan 2:1 Tanah dimasukkan dalam media polybag berukuran besar (8-10 kg atau 50 x 50 cm) tergantung tanaman TOGA yang akan ditanam. Pindahkan bibit tanaman dengan sedikit tanah. Penanaman bisa dilakukan pagi atau sore hari dengan memasukkan tanaman sampai batas leher akar. Kemudian tanah ditekan sekitar batang tanaman. Benih tanaman TOGA berupa rimpang yang telah disiapkan kemudian ditanam ke dalam polibag dengan lubang berukuran 5-10 cm kedalaman 20 cm dengan arah mata tunas menghadap ke atas.
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
15
Pemeliharaan Tanaman Apabila ada rimpang tanaman TOGA yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya buruk, maka dilakukan penyulaman. Penyiangan biasanya dilakukan secara rutin setiap 2-3 minggu sekali. Tanaman TOGA yang berasal dari rimpang termasuk tanaman tidak tahan air. Oleh sebab itu pengeringan dan pengaturan pengairan perlu dilakukan secermat mungkin, agar tanaman terbebas dari genangan air sehingga rimpang tidak membusuk. Pemupukan dilakukan dengan pupuk cair atau pupuk Urea yang dilarutkan terlebih dahulu dengan takaran 1 sendok makan dilarutkan dalam 5 liter air. Sedangkan SP36 dan KCl diberikan satu kali saja sebagai pupuk dasar. Pemupukan selanjutnya diberikan setelah tanaman berumur 3-4 bulan dengan pupuk kandang sebanyak 1-2 Kg. Pada awal pertumbuhan lakukan penyiraman sebanyak 2 kali sehari yakni pagi dan sore hari. Panen Tanaman TOGA yang berasal dari rimpang siap dipanen ditandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetatif (peluruhan tanaman), seperti terjadi kelayuan/perubahan warna daun batang dan batang yang semula hijau berubah menjadi kuning (tanaman kelihatan mati) sampai kering. Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang,selanjutnya rimpang yang telah dibongkar dipisahkan dari tanah yang melekat. Rimpang akan ditanam kembali (dibibitkan) jangan dibersihkan dengan air karena akan mempercepat proses pembusukan sebaiknya dibiarkan kering tanah kemudian dihamparkan di rakrak bambu.
16
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
Gam mbar 2. Contoh jen nis-jenis tanaman TOGA
Sambilotto
Jahe Puttih
Kumis kucing
Kunyit
Ju uknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim m ‐ 2012
17
Lampiran 3. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Alternatif (Ubi Jalar dan Ganyong) di Pekarangan Rumah Pendahuluan Budidaya tanaman pangan alternatif dalam skala kecil di pekarangan rumah merupakan salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan alternatif selain makanan pokok beras bagi masyarakat. Kegiatan diversifikasi pangan ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan pokok alternatif selain beras, penurunan konsumsi beras dan peningkatan konsumsi pangan pokok alternatif yang berimbang dan bergizi serta berbasis pada pangan lokal. Komoditas tanaman pangan alternatif berbasis sumberdaya lokal antara lain adalah ganyong, garut, gadung, mbote, talas dan ubi jalar. Jenis-jenis tanaman pangan ini mudah dibudidayakan dan bisa dikembangkan menjadi aneka jenis olahan makanan yang mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan pangan alternatif ini perlu dukungan teknologi budidaya tanaman yang baik sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal.
Teknologi Budidaya Tanaman Ubi Jalar Pembibitan Pembibitan untuk budidaya ubi jalar dilakukan dengan stek batang atau pucuk daun. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dari bahan tanaman yang akan di stek, diantaranya: a) Pilihlah tanaman ubi jalar yang berumur 2 bulan atau lebih, dengan keadaan pertumbuhan sehat dan normal. b) Potong batang tanaman untuk dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang 2025 cm dengan menggunakan pisau yang tajam dan lakukan di pagi hari.
18
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
c) Kumpulkan stek pada suatu tempat, kemudian buang sebagian daunnya untuk mengurangi penguapan yang berlebihan. d) Ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ ikatan, lalu simpan di tempat yang teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk. Persiapan Lahan • Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma). • Olahan tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil membenamkan rumput-rumput liar. • Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu. • Buat guludan-guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan. • Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air diantara guludan • Buat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan dengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antar lubang 25-30 cm. • Buat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan lubang tanam untuk tempat pupuk. • Tanamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga pangkal batang (stek) terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal stek (bibit). • Masukkan pupuk dasar berupa urea 1/3 bagian ditambah SP-36 seluruh bagian ditambah KCl 1/3 bagian dari dosis anjuran ke dalam lubang atau larikan, kemudian ditutup dengan tanah tipistipis. Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 45-90 kg N/ha (100200 kg Urea/ha) ditambah 25 kg P 2O5/ha (70 kg SP-36/ha) ditambah 50 kg K2O/ha (100 kg KCl/ha). Pada saat tanam diberikan pupuk urea 34-67 kg ditambah TSP 50 kg ditambah KCl 34 kg per hektar. Tanaman ubi jalar amat tanggap terhadap pemberian pupuk N (urea) dan K (KCl).
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
19
Pemeliharaan Tanaman a. Penjarangan dan Penyulaman • Setelah dilakukan penanaman bibit, selama 3 minggu ubi jalar harus diamati pertumbuhannya secara kontinu, terutama untuk bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal. Jika terjadi bibit mati maka harus segera dilakukan penyulaman. Caranya yaitu dengan mencabut bibit yang mati kemudian diganti dengan bibit yang baru dengan menanam sepertiga bagian pangkal stek ditimbun tanah. • Penyulaman baiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak terlalu panas. Bibit stek untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam di tempat yang teduh b. Penyiangan • Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan penanaman ubi jalar biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma). Gulma merupakan pesaing ubi jalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan air, unsure hara, dan sinar matahari. Oleh karena itu gulma harus segera disiangi. Penyiangan dilakukan bersama dengan kegiatan pembubuan yaitu menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbun pada guludan tersebut. c. Pembubunan Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan. Tata cara penyiangan dan pembumbunan meliputi tahap-tahap sebagai berikut: • Bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman ubi jalar. • Gemburkan tanah sekitar guludan dengan cara memotong lereng guludan, kemudian tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar guludan.
20
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
•
Timbunkan kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan pengairan hingga tanah cukup basah. d. Pemupukan Dosis pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di daerah setempat. • Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah 100-200 kg urea/ha ditambah ±70 kg SP-36/ha ditambah ±100 kg KCl/ha. • Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan sistem tugal. Pemupukan dengan sistem larikan mulamula buat larikan (alur) kecil di sepanjang guludan sejauh 710 cm dari batang tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun dengan tanah. e. Pengairan dan Penyiraman Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai. Seusai tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus diairi, selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dialirkan keseluruh pembuangan. Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan. Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan. Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari. Di daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu seminggu sekali. Hal Yang penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
21
Panen • Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah tua (matang fisiologis). Ciri fisik ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya sudah maksimum, ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya enak serta tidak berair. • Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman. Jenis atau varietas ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5 bulan, sedangkan varietas berumur panjang (dalam) sewaktu berumur 4,5-5 bulan. • Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan paling lambat sampai umur 4 bulan. Panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko serangan hama boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi. Cara Panen Pada proses panen ubi jalar, ada beberapa langkah-langkah yang dilakukan, diantaranya: • Tentukan pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen. • Potong (pangkas) batang ubi jalar dengan menggunakan parang atau sabit, kemudian batang-batangnya disingkirkan ke luar petakan sambil dikumpulkan. • Galilah guludan dengan cangkul hingga terkuak ubi-ubinya. • Ambil dan kumpulkan ubi jalar di suatu tempat pengumpulan hasil. • Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang masih menempel. • Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil ubi secara terpisah dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan ubi utuh dari ubi yang rusak ataupun terserang oleh hama atau penyakit. • Masukkan ke dalam wadah atau karung goni, lalu angkut ke tempat penampungan (pengumpulan) hasil.
22
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
Teknologi Budidaya Tanaman Ganyong Pembibitan Bibit ganyong dapat diperoleh baik lewat umbi maupun anakan. Umumnya lebih cenderung menggunakan bibit anakan. Penanaman • Tanah dicangkul sedalam 30 cm sampai gembur, dan biarkan selama sekitar 15 hari. Setelah itu, dicangkul lagi sambil dibuatkan guludan-guludan, dengan ukuran lebar 40 - 60 cm, tinggi 25 - 30 cm, dan panjang disesuaikan kondisi lapangan. Jarak antar-guludan sekitar 10 - 100 cm. • Buatkan lubang tanam sedalam 10 - 15 cm, dengan jaraklubang biasanya 30 x 30 x 30 cm. Bibit anakan dimasukkan ke lubang tanam, lalu ditimbun dengan tanah. Pemeliharaan • Setelah ditanam, jangan lupa untuk melakukan perawatan dan pemeliharaan. Penyiangan dilakukan sebulan sekali. • Bersamaan dengan penyiangan, dapat dilakukan penggemburan tanah dan guludan. Di samping itu, lakukan juga pemupukan. • Pada umur sekitar sebulan, berikan 0,5 kg Urea, 0,5 kg SP-36, dan 0,25 kg KCI/tanaman. Caranya, pupuk ditaburkan dalam larikan atau alur-alur dangkal di sepanjang barisan tanaman, lantas tutup dengan tanah setebal 10 - 15 cm. Pemupukan yang sama dapat dilakukan pada umur 2 bulan dan 4 bulan. Panen • Pemanenan ganyong bergantung tujuan penggunaannya. Bila untuk direbus yang langsung dimakan, ganyong dapat dipanen muda berumur 6-8 bulan. Sebaliknya bisa juga di panen tua (1518 bulan) kalau untuk pembuatan produk pati atau tepung.
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
23
Gam mbar 3. Contoh jen nis-jenis tanaman pangan alternativve
g Ganyong
Mbote / Kimpu ul / Talas
24
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012 2
Garut
Ubi Jalar
Gam mbar 4. Contoh Kebun K Bibit/Benih Desa (KBD) dan Kebun Bibit Inti (KBI)
ebun Bibit Desa (S Samarinda) Ke
Keb bun Bibit Desa (Pe erjiwa, Kukar)
Kebun Bibit Inti (K KBI) BPTP Kaltim
Ju uknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim m ‐ 2012
25
Lampiran 4. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (Sayuran, TOGA, dan Pangan Alternatif)
Pengendalian hama dan penyakit sebaiknya berdasarkan konsep pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT). Dalam konsep PHT pestisida sebagai alternatif terakhir, jika cara pengendalian non kimia kurang efektif. Penggunaan pestisida harus selektif dan bijaksana dengan memperhatikan, cara, waktu dan dosis aplikasinya. Pengendalian hama dan penyakit berdasarkan konsep PHT dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Pengeloaan Ekosistem dan Cara Bercocok Tanam Pengelolaan ekosistem yang baik akan mengakibatkan pertanaman sayuran memiliki ketahanan lingkungan. Pengelolaan tersebut meliputi : a. Membersihkan kebun dari buah, maupun daun busuk terserang lalat, kemudian dibenamkan dalam tanah agar telur dan larvanya terbunuh. b. Pengolahan tanah yang baik dapat mematikan kepompong/pupa yang ada dalam tanah dan memungkinkan hama tersebut terkena panas sinar matahari maupun kondisi dingin. c. Pemupukan berimbang yaitu keseimbangan nutrisi (Nitrogen, Pospor dan Kalium) dan dosis penggunaan yang tepat. Hal ini penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan melindungi dari serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) d. Penggunaan pupuk kandang yang matang dapat mengurangi serangan gulma atau bibit penyakit lainnya. e. Menjaga sanitasi kebun dapat mengurangi serangan ulat tanah.
26
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
f.
Pengairan yang tepat dapat mencegah populasi hama Trips dan Tungau teh kuning. Oleh karena itu pengairan yang cukup merupakan salah satu cara pengendalian yang tepat. g. Tumpang sari antara berbagai jenis tanaman sayuran seperti cabai merah dengan kubis atau dengan tomat dapat menekan serangan Trips, Kutu kebul dan lalat buah. 2. Pengendalian Hayati Pengendalian hayati dilakukan dengan memanfaatkan beberapa musuh alami yang cukup potensial. Beberapa musuh alami hamhama penting pada tanaman sayuran adalah sebagai berikut : a. Musuh Alami Thrips (T.parvispinus) Musuh alami penting yang diketahui menyerang Trips antara lain predator Coccinella transversalis, Chilocorus nigritus, Cheilomenes sexmaculata, dan jamur entomopatogen Beauveria bassiana dan Verticillium lecanii. b. Musuh alami kutu daun persik (M.persicae) Musuh alami penting yang mampu menyerang kutu daun al: predator kumbang Monochilus sp, larva Syrphidae dan parasitoid Aphidius sp. c. Musuh alami Ulat tanah (Agrotis ipsilon) Musuh alami ulat tanah antara lain adalah Apanteles rufricus dan jamur entomopatogen Metarhizium sp. Serta nematoda Steinernema sp. d. Musuh alami ulat bawang (S.exiqua) Musuh alami yang potensial menyerang ulat bawang di lapangan adalah nematoda Steinernema carpocapsae. Jamur entomopatogen SINPV dan cendawan Paecilomyces fumosa roseus. e. Musuh alami ulat grayak (S.litura) Parasitoid yang menyerang ulat grayak adalah Telenomus spodopterae, predatornya Carabidae dan Vespidae, jamur entomopatogennya Nomura sp serta nematoda entomopatogen Steinernema sp. f. Musuh alami kutu kebul (Bemisia tabaci) Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
27
Musuh alami kutu kebul mencakup predator, parasitoid, dan patogen serangga. Predator Menochilus sexmaculatus, Coccinella septempunctata. Parasit Encarica adrianae, dan patogen Bacillus thuringiensis. g. Musuh alami ulat buah tomat (Helicoverpa armigera) Parasit telur Trichogramma sp, parasitoid larva Eriborus argenteopilosus dan jamur entomopatogen Metarhizium anisopliae. h. Musuh alami lalat buah ( B.Dorsalis) Predator Opius incise, B.longicaudata 3. Pengendalian Secara Mekanis Pengendalian secara mekanis dilakukan mengumpulkan dan membunuh hama.
dengan
cara
4. Penggunaan Perangkap Penggunaan perangkap untuk mendeteksi dan memantau populasi hama sangat diminati karena kepraktisannya. Perangkap selain sebagai alat untuk menetapkan perlu/tidaknya penggunaan pestisida juga dapat menentukan waktu yang tepat untuk penyemprotan pestisida. Beberapa jenis perangkap yang dapat digunakan untuk hama penting antara lain adalah : a. Feromon sex metil eugenol untuk menekan serangan lalat buah. Alat ini dipasang dalam botol aqua bekas dan diikatkan pada ajir. b. Feromon sex S.exiqua dan H.armigera dapat digunakan untuk menekan serangan ulat bawang, ulat grayak dan ulat buah tomat. Feromonoid sex dipasang di atas baskom yang diberi air sabun atau kertas rekat. c. Perangkap baki kuning untuk menekan serangan kutu daun. Perangkap kaki kuning diberi sabun untuk menjebak kutu daun. d. Perangkap lekat kuning untuk menekan serangan lalat pengorok daun Lyriomiza huidobrensis dan B.tabaci.
28
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
e. Tanaman perangkap Tumpangsari cabai merah dengan kubis atau dengan tomat ternyata dapat menekan serangan OPT penting cabai seperti T.parvispinus, B.tabaci dan B.dorsalis. 5. Penggunaan Pestisida Nabati Pestisida nabati merupakan produk alami bersifat spesifik dan mudah teruarai di alam serta tidak meninggalkan residu yang berbahaya bagi tanaman, tanah, lingkungan maupun manusia.
Beberapa contoh cara pembuatan pestisida botani (biopestisida) a. Ramuan untuk mengendalikan OPT tanaman sayuran Bahan : - Daun mimba 8 kg - Lengkuas 6 kg - Serai 6 kg - Deterjen 20 g - Air 20 Liter Cara membuat : Daun mimba, lengkuas dan serai ditumbuk halus atau diblender. Seluruh bahan diaduk merata dalam 20 liter air, direndam sehari semalam (24 jam). Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Larutan hasil penyaringan diencerkan kembali dengan 600 liter air. Larutan sebanyak itu dapat digunakan untuk lahan seluas 1 Ha.
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
29
b. Ramuan untuk mengendalikan hama Thrips (T.parvispinus) Bahan : - Daun sirsak 50-100 lembar - Deterjen atau sabun colek 15 g - Air 5 liter Cara membuat : Daun sirsak ditumbuk halus dicampur dengan deterjen 15 g dan 5 liter air, kemudian endapkan semalam. Kesesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Setiap liter larutan hasil saringan diencerkan dengan 10-15 liter air. Semprotkan pada hama yang menyerang tanaman.
c. Ramuan untuk mengendalikan penyakit pada tanaman sayuran akibat jamur (busuk pangkal batang) Bahan: - 30 lembar daun sirih - ½ liter air Cara membuat : Daun sirih dilumatkan atau diremas dengan air. Air remasan berwarna hijau tersebut didiamkan dan ditutup rapat selama satu malam. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan saringan atau kain saring. Aplikasi dilapangan dengan dosis ½ liter air sirih dicampur dengan 1-5 liter air. Larutan disiramkan pada pangkal batang tanaman untuk menghambat pertumbuhan spora jamur.
30
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
Sumber Bacaan Mardiharini Maesti, dkk. 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Untung K, 1993. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Andi Offset Yogyakarta Wiwin Setiawati, Bagus K Udiarto, dan Agus Muharam, 2005. Pengenalan dan Pengendalian Hama-hama Penting pada Tanaman Cabai Merah, Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.3 Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Juknis Pengembangan M‐KRPL BPTP Kaltim ‐ 2012
31