KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah Pendahuluan Indonesia memiliki potensi sumber daya lahan hayati yang sangat kaya dengan berbagai jenis tanaman pangan, seperti padi – padian, umbi – umbian, kacang – kacangan, sayur, buah dan sumber pangan hewani, demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat – obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah nusantara ini. Potensi tersebut bertolak belakang dengan realisasi konsumsi masyarakat yang masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Hal tersebut dapat dlihat dari skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang belum mencapai nilai edeal . Sulawesi Tengah pada tahun 2011 skor PPH baru mencapai 72,2. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemnadirian pangan sangat besar. Berbagai Program di luncurkan yang pada dasarnya memasyarakatkan budaya menanam dilahan pekarangan, baik perkotaan maupun pedesaan salah satu Program pemanfaatan pekarangan adalah KRPL (Kawasan rumah Pangan Lestari ). Prinsip KRPL di bangun dari kumpulan rumah tangga yang mampu mewujudkan kemandirian Pangan melalui pemanfaatan pekarangan dapat melakukan upaya di versifikasi pangan berbasis sumber daya lokal sekaligus pelestarian tanaman Pangan untuk masa depan, serta tercapai pula upaya peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. KRPL bertujuan a). untuk memenuhi gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pekarangan secara Lestari, b) Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan Pekarangan, c). Mengembangkan sumber benih bibit dan melakukan pelestarian tanaman lokal untuk masa depan dan, d). Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau, bersih dan sehat secara mandiri. Propinsi Sulawesi Tengah mempunyai luas pekarangan 14.490 ha yang belum dimanfaatakan secara optimal, mulai akhir tahun 2011 BPTP Sulawesi Tengah telah melakukan uji coba Pengembangan KRPL pada 1 lokasi dengan penerapan teknologi ramah lingkungan (pertanaman organik). Potensi dan Sebaran KRPL Desa Tanjung Padang adalah merupakan Desa cukup strategis dimana desa terletak di Kabupaten Donggala dan jarak dari ibu Kota Kabupaten sebesar 140 km. Waktu tempuh sekitar 2 – 3 jam dari ibu kota Propinsi, dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Balesang
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Parigi Maotong
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sindue Tobata
Sebelah Barat berbatasan dengan selat Makasar
Desa ini merupakan salah satu Desa pecontohan KRPL di Sulawesi Tengah. Kegiatan KRPL di Desa ini telah dimulai dari bulan November 2011 yang melibatkan 80 KK dengan luasan pekarangan rata-rata 100 m².
No 1 2 3
Strara I II III
Tabel 1. Jumlah KK berdasarkan Strata Luasan Pekarangan Di Desa Tanjung Padang Luasan Jumlah KK <100 m 59 100 – 200 m2 19 >200 m2 8
Perkarangan dengan kolam
Penanaman menggunakan polybag
Perkembangan Peserta KRPL di Desa Tanjung Padang
Sampai maret 2012 sudah ada 11 Desa KRPL di Sulawesi Tengah antara lain : Daftar Sebaran Lokasi KRPLM di Sulawesi Tengah No
Kabupaten
1
Kabupaten Donggala
2
Perkembangan untuk Kabupaten Donggala yaitu sudah 2 Desa yaitu Desa Ojung Mbou, & Desa Alindau Kabupten Sigi Biromaru
3
4
Perkembangan Untuk Kabupaten Sigi Yaitu Desa Jonoge Kabupaten Parigi Moutong
5
Kabupaten Poso Pesisir
6
Kabupaten Banggai
7
Kabupaten Morowali
8
Kabupaten Toli- Toli
9
Kota Palu
Kecamatan/Desa
Jumlah KK
Desa Tanjung Padang, Kecamatan Sirenja DesaOjung Mbau & Desa Alindau
150 KK
Desa Lolu, Kecamatan Sigi
77 KK Sempit: 5 KK Sedang: 11 KK Luas: 61 KK 100 KK
Desa Jonoge Kabupaten Sigi Biromaru Desa Siniu, Kecamatan Siniu
Koordinat Lokasi S: 00˚13’54” LS E. 119˚48’33” BT Elevasi : 17 m dpl
100 KK
30 KK Sempit:11 KK Sedang:8 KK Luas: 11 KK Desa Lanto Jaya 30 KK Sempit : 9 KK Sedang : 11 KK Luas : 10 KK Desa Kayoan, 20 KK Kecamatan Banggai Sempit: 5 KK Sedang: 10 KK Luas: 5KK Desa Limbo Makmur, 40 KK Kec. Bumi raya Sempit: 12 KK Sedang:20 KK Luas: 8 KK Desa Buntuna 30 KK Kecamatan Baolan Sempit: 10 KK Sedang:15 KK Luas: 5 KK Kelurahan Duyu 25 KK Kecamatan Palu Sempit : 5 KK Barat Sedang :15 KK Luas :5 KK
S: 00˚57’67” LS E. 119˚55’07” BT Elevasi: 284 BT
S: 00˚29’32” LS E: 123˚02’49” BT Elevasi: 27 m dpl S: 1˚19’34” LS E: 120˚38’08’ BT Elevasi : 27 m dpl
S: 2˚17’47” BT E:121’39’11”LS Elevasi: 24 m dpl S. 00˚ 59.819’ LS E. 120˚48.169’ BT Elevasi : 96 m dpl S 00˚58’48” LS E 119˚59’31” LS Elevasi : 298 m dpl
Masing – masing lokasi didukung dengan kebun bibit Desa dan Kebun induk di BPTP Sulawesi Tengah. KRPL tidak hanya dilakukan oleh BPTP, tetapi juga didukung dengan Tim Penggerak PKK mulai dari Propinsi, Kabupaten sampai ke Desa. Dukungan ini diaktualkan
dalam bentuk MOU yang ditanda tangani oleh Ketua Tim Penggerak PKK Propinsi dan Kepala BPTP Sulawesi Tengah. Salah satu hasil rapat koordinasi adalah pemanfatan pekarangan dengan Model KRPL merupakan salah satu Program Kerja PKK Propinsi Sulawesi Tengah dan Dukungan pemerintah daerah dan instansi terkait terhadap Program KRPL juga cukup baik diantaranya: 1. Kabupaten Sigi pada tahun 2011 telah melakukan Study Banding ke Pacitan Jawa Timur, dan Tahun 2012 telah menyiapkan Dana Rp. 350.000.000,- dari APBD TK II untuk mengembangkan KRPL di 1 Desa dengan jumlah peserta 200 KK. 2. Badan Ketahan Pangan mereplikasi KRPL melalui Kegiatan P2KP (Percepatan dan Pengembangan Program Konsumsi Pangan) 3. Pemerintah Desa mengalokasikan anggaran Desa Rp. 1.500.000,- untuk PKK mendukung KRPL pada Desa Pengembangan. Kiprah KRPL Penerapan Teknologi di Desa KRPL dengan Prinsip ramah lingkungan berbasis komoditas sayuran organik. Jenis sayuran yang dikembangkan cabe, tomat, terong, kacang panjang, timun, sawi, kangkung dan Bayam. Sayuran ini dipilih dengan alasan mudah budidaya dan disukai oleh seluruh anggota keluarga, mudah dipasarkan dan umur tanam relatif pendek. Disamping sayuran diatas juga tidak lupa ditanam kelor dan sayur baboa sebagai sayuran lokal di Sulawesi Tengah khususnya di Kota Palu. Dalam usahatani sayur organik kendala utama adalah Hama semut di pembibitan dan lalat buah bagi tanaman cabe, tomat, paria dan Timun. Untuk mengantisipasinya diterapkan pembibitan digunakan sistem rak, dimana benih disemaikan pada kotak – kotak kayu ukuran 50 x 75 cm kemudian disusun di rak kayu agar media tidak bersentuhan dengan tanah. Keunggulan teknologi ini selain mudah mengendalikan semut dengan mengoleskan oli bekas pada tiang rak dan bahkan memudahkan distribusi bibit. Gambar Foto kotak pesemaian bibit
Lalat buah dilakukan dengan alat perangkap sederhana yang memakai sex feramon. Selain pengembangan tanaman sayuran juga pengembangan tanaman umbi-umbian, yaitu ubi jalar, ubi Kayu dan Talas. Sedangkan tanaman buah yang dikembangkan adalah pepaya dan anggur (khusus Kota palu). Ternak pada umumnya adalah ayam buras dan ikan lele yang bibitnya berasal dari Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sulawesi Tengah. Desa Tanjung Padang dan Desa Lolu di Kabupaten Sigi KRPL telah menghasilkan tanaman sayuran. Hasil tersebut tidak saja di makan untuk pemenuhan gizi keluarga tetapi juga sudah di jual sebagai penambah pendapatan seperti ibu Amina di Desa Tanjung Padang yang pekarangannya ditanami sawi, terong, tomat, kacang tanah. Pengeluaran sehari – hari untuk membeli sayur yang biasanya + Rp. 10 000/hari - sekarang tidak lagi malahan dapat menjual sayurnya dengan hasil Rp. 150.000,- /minggu. Di Desa Lolu yang relatif dekat dengan Kota Palu dan perkantoran kewalahan dengan permintaan sayur organik. Pengembangan usaha pengolahan baru mulai diidentifikasi usaha- usaha pengolahan yang sudah ada dan dilakukan perbaikan, baik teknologi pengolahan, pengemasan dan pemasaran. Untuk pengolahan telah ada bantuan alat penepung yang berasal dari Badan Ketahanan Pangan. Rahasia Menuju Ke Berlanjutan Dalam Keberlanjutan suatu program tidak lepas dari 3 hal yang utama yaitu : 1. Apa Program itu dirasakan secara langsung oleh masyarakat terutama secara finansial. KRPL tidak diragukan karena mempunyai tujuan salah satunya meningkatkan ekonomi keluarga. Oleh sebab itu tanaman yang diusahakan dapat memberikan nilai ekonomi untuk beberapa usaha lain seperti menghasilkan sayuran organik. 2. Pendampingan teknologi , pada dasarnya petani atau masyarakat memerlukan tempat untuk konsultasi setiap saat. Hal itu dapat dilakukan oleh penyuluh pertanian yang berdomisili di tempat tersebut, KRPL banyak dilaksanakan ibu – ibu sebaiknya penyuluh yang mendanai perginya juga penyuluh perempuan. 3. Kelembagaan, Kelembagaan selama ini adalah kelompok wanita tani hanya masalahnya dalam satu kawasan tidak hanya petani saja tetapi ada pegawai , pedagang dan lain – lain. Oleh sebab itu kelembagaan KRPL menyatu dengan PKK yang telah dibagi berdasarkan masa wisma. Kelembagaan PKK sudah cukup kuat dan mengakar di desa dan KRPL termasuk dalam tugas pokja III.