PROFIL KAWASAN KONSERVASI
PROVINSI SULAWESI TENGAH
PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI TENGAH PENGARAH: 1. Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecill 2. Agus Dermawan – Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan PENANGGUNG JAWAB: 1. Syamsul Bahri Lubis PENYUSUN: 1. Suraji 2. Nilfa Rasyid 3. Asri S. Kenyo H 4. Antung R. Jannah 5. Dyah Retno Wulandari 6. M. Saefudin 7. Muschan Ashari 8. Ririn Widiastutik 9. Tendy Kuhaja 10. Ervien Juliyanto 11. Yusuf Arief Afandi 12. Budi Wiyono 13. Hendrawan Syafrie 14. Suci Nurhadini Handayani Dipersilahkan mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan mencantumkan sumbernya.
©2015 Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Gedung Mina bahari III Lantai 10 Jalan Medan Merdeka Timur No 16 Jakarta Pusat 10110 Telp./Fax: (021) 3522045, Surel:
[email protected] Situs resmi: http://kkji.kp3k.kkp.go.id
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
ii
PROVINSI SULAWESI TENGAH
KATA PENGANTAR Profil Kawasan Konservasi merupakan langkah tindak lanjut dalam pengenalan, pembentukan, dan publikasi dari sebuah kawasan konservasi. Oleh karena itu, tahapan ini sangat penting untuk menentukan perkembangan, pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi itu sendiri. Profil Kawasan Konservasi ini diharapkan diharapkan dapat memberikan gambaran terkini dari masing-masing kawasan, baik kondisi biofisik, sosial, ekonomi dan budaya setelah wilayah tersebut dikelola dengan baik. Kawasan-kawasan ini tiap tahunnya akan dilakukan evaluasi melalui system evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil (E-KKP3K), sehingga dalam melaksanakan pengelolaan dan pemanfaatan bisa tepat guna, tepat ekonomi, tepat kearifan lokal, dan tepat konservasi. Ucapan terimakasih disampaikan kepada para pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan buku ini terutama kepada Balai Pengelola Taman Nasional Bunaken, Taman Nasional Wakatobi, Taman Nasional Taka Bonerate, Taman Nasional Kepulauan Togean, Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Taman Nasional Karimunjawa, dan Taman Nasional Kepulauan Seribu serta seluruh SKPD pengelola KKPD di daerah.
Jakarta, 2015 Tim Penyusun
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
iii
PROVINSI SULAWESI TENGAH
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................................... iv I.
II.
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2
Tujuan ............................................................................................................ 2
Propinsi Sulawesi Tengah ....................................................................................... 3 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5
Taman Nasional Laut Kepulauan Togean .............................................. 3 Kawasan Konservasi Kabupaten Banggai.............................................. 10 Kawasan Konservasi Kabupaten Banggai Kepulauan ............................ 17 Kawasan Konservasi Kabupaten Morowali ............................................ 25 Kawasan Konservasi Kabupaten Kab. Toli-Toli ...................................... 30
III. PENUTUP....................................................................................................... 33 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 34
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
iv
PROVINSI SULAWESI TENGAH
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konservasi merupakan upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan. Upaya konservasi di Indonesia khususnya sumber daya sudah dimulai sejak tahun 1970-an melalui mainstream konservasi global melalui upaya perlindungan terhadap jenis-jenis hewan dan tumbuhan langka. Selanjutnya, UU No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan beserta perubahannya (UU No.45 Tahun 2009) dan UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mengarahkan bahwa pemerintah dan seluruh stakeholder pembangunan kelautan dan perikanan lainnya untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. PP No. 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumber Daya Ikan menjabarkan arahan kedua undang-undang tersebut dengan mengamanahkan pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk melaksanakan konservasi sumber daya ikan, dan salah satunya adalah melalui penetapan dan pengelolaan kawasan konservasi perairan. Selanjutnya, selaras dengan penyelenggaraan otonomi daerah yang diamanahkan oleh UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, tanggung jawab pengelolaan kawasan konservasi perairan, termasuk kawasan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil (KKP3K), dibagi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hingga kini, pemerintah pusat dan daerah telah melahirkan tidak kurang dari 16 juta hektar luasan kawasan konservasi perairan dan akan menggenapkan luasan kawasan konservasi perairan tersebut menjadi 20 juta hektar pada Tahun 2020. Indikator keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran konservasi sejatinya terletak pada efektivitas pengelolaan yang dilakukan terhadap sebuah kawasan konservasi. Untuk mencapai hal tersebut, ditetapkan Peraturan Menteri Kelautan Nomor 30 Tahun 2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan. Lebih lanjut, pada tahun 2011 Dit.KKJI juga telah menyusun Pedoman Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (E-KKP3K).
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
1
PROVINSI SULAWESI TENGAH
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk membangun kawasan konservasi perairan seluas 20 juta hektar pada Tahun 2020. Capaian atas target tersebut pada tahun 2014 sudah mencapai 16.451.076, 96 ha. Sebesar 4.694.947,55 ha dengan 32 kawasan dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan sebesar 11.756.129,41 dengan 113 kawasan dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (Direktorat KKJI, 2015). Komitmen tersebut tentunya harus diikuti dengan pengelolaan yang efektif agar kawasan-kawasan tersebut mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi para pemangku-kepentingan, khususnya masyarakat setempat, maupun bagi sumberdaya keanekagaman-hayati yang dilindungi dan dilestarikan. Pengelolaan agar lebih memberikan manfaat kepada masyarakat maka diperlukan profil status kawasan konservasi, dimana dalam penyusunan profil tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran terkini dari masing-masing kawasan, baik kondisi biofisik, sosial, ekonomi dan budaya setelah wilayah tersebut dikelola dengan baik. Kawasankawasan ini tiap tahunnya akan dilakukan evaluasi melalui sistem evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau- pulau kecil (E-KKP3K), sehingga diperlukan profil detail dan data dan informasi dari masingmasing kawasan. 1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan profil kawasan konservasi memiliki maksud dan tujuan untuk memberikan gambaran dari masing-masing kawasan Provinsi Sulawesi Tengah, baik kondisi biofisik, sosial, ekonomi dan budaya.
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
2
PROVINSI SULAWESI TENGAH
PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI TENGAH 2.1 Taman Nasional Laut Kepulauan Togean (Sulawesi Tengah) 1) 2)
Nama Kawasan Dasar Hukum
: Taman Nasional Laut Kepulauan Togean :
• Pencadangan : SK. Menhut Nomor : Sk.418/MenhutIi/2004 Tanggal 19 Oktober 2004 • Rencana Pengelolaan dan Zonasi : • Unit Organisasi Pengelola
: Balai Taman Nasional Kep. Togean
• Penetapan Luas Kawasan : 362.605 Ha
:-
3) 4)
Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan Taman Nasional Kepulauan Togean adalah sebuah sebuah taman nasional di Kepulauan Togean yang terletak di Teluk Tomini, Sulawesi Tengah yang diresmikan pada tahun 2004. Secara administrasi wilayah ini berada di Kabupaten Tojo Una-Una. Pulau Kadidiri adalah pusat dari Kepulauan Togean, di Sulawesi Tengah. Tak jauh dari Wakai, sebuah kota kecamatan yang menjadi sentra kepulauan ini. Pulau Kadidiri adalah yang paling popular diantara pulau pulau yang tersebar seluas 90 km persegi di Kepulauan Togean. Mayoritas etnik di kepulauan Togean berasal dari Gorontalo , sementara ada etnik asli yang hidup dengan rumah di atas laut yang disebut suku bajau. Pada tanggal 19 Oktober 2004, Kepulauan Togean telah ditetapkan sebagai Taman nasional yang meliputi 292,000 hektar ekosistem laut dan 70.000 hektar area darat. Karena lokasinya yang jauh dari mana mana, serta posisinya yang terlindungi di teluk Tomini, membuat daerah ini sangat terasa terpencil sekaligus indah dan bersih dari polusi. Kepulauan ini dikenal kaya akan terumbu karang dan berbagai biota laut yang langka dan dilindungi. Beberapa aksi wisata yang dapat dilakukan di Kepulauan Togean antara lain: menyelam dan snorkelling di Pulau Kadidiri, memancing ,menjelajah alam hutan yang ada di dalam hutan yang ada di Pulau Malenge, serta mengunjungi gunung Colo di Pulau Una-una. Wisatawan juga bisa mengunjungi pemukiman orang Bajo di Kabalutan. PROFIL KAWASAN KONSERVASI
3
PROVINSI SULAWESI TENGAH
Taman Nasional Kepulauan Togean merupakan kepulauan yang terletak dalam zona transisi garis Wallace dan Weber dan merupakan gugusan pulau-pulau kecil yang melintang di tengah Teluk Tomini, kawasan TNKT terletak pada koordinat 00°07’43’’-00°65’06” LS dan 121°51’63’’-1220°44’00” BT, memanjang sekitar 102,7 km, dengan luas daratan kurang lebih 755,4 km2, yang terdiri dari kurang lebih 66 pulau besar dan kecil, dimana pulau Unauna, Batudaka, Togean, Talatakoh, Waleakodi dan Waleabahi merupakan pulaupulau besarnya. 5)
Status Kawasan Secara umum, hasil penilaian efektivitas pengelolaan dengan menggunakan perangkat E-KKP3K menunjukkan bahwa upaya pengelolaan secara umum telah berjalan cukup baik dengan mulai terlihatnya pengelolaan sumberdaya kawasan/sosial ekonomi di level biru. Meski demikian, perlu dilakukan percepatan/pengembangan upaya pengelolaan pada level-level sebelumnya untuk melengkapi buildingblock yang belum 100%. Hasil penilaian ini boleh jadi belum secara tepat dan utuh menggambarkan efektivitas pengelolaan di kawasan konservasi tersebut karena penggunaan sudut pandang/perspektif pengelolaan yang tidak sama.
6)
Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati Kepulauan Togean memilik berbagai tipe ekosistem baik di darat maupun di laut, mulai dari hutan dataran rendah (low-land forest), terumbu karang (coral PROFIL KAWASAN KONSERVASI
4
PROVINSI SULAWESI TENGAH
reefs), hutan bakau (mangrove), pantai berbatu, serta padang lamun (sea-grass bed). Kepulauan Togean merupakan bagian dari ekosistem terumbu karang penting dari ‘Segitiga Terumbu Karang’ (Coral Triangle) yang merupakan areaarea yang memiliki keragaman karang tertinggi di dunia. Coral triangle ini meliputi wilayah Indonesia, Philipina, Malaysia, Papua Nugini, hingga Microneasia. Dalam dokumen Marine RAP (2010) dinyatakan bahwa Togean merupakan “The Heart of Coral Triangle”. Terumbu karang di kepulauan Togean kaya akan keanekaragaman hayati laut dengan tipe terumbu karang (fringing reef), karang penghalang (barrier reef), dan karang cincin (atoll) yang letaknya berdekatan satu sama lain. Hasil survey bulan September tahun 2015 dilakukan penyelaman pada 3 lokasi pengamatan. Lokasi dan titik koordinat penyelaman di zona-zona inti Taman Nasional kepulauan Togean adalah sebagai berikut: (1) (2) (3)
ST-1 (Reef 1) ST-2 (Reef 5) ST-3 (P. Taupan)
: 0o 08’ 34,49” LS dan 121o 39’ 33,74” BT : 0o 24’ 37,15” LS dan 122o 51’ 12,03” BT : 0o 22’ 04,18” LS dan 121o 51’ 58,39” BT
Persentase penutupan pada masing-masing zona inti ditunjukkan pada Gambar berikut. Persen Penutupan Hard Coral Zona inti TN (Laut) Kepulauan Togean 100% Abiotik
80%
Other Biota
60%
Algae
40%
Death Coral
20%
Soft Coral
0%
Hard Coral ST 1 ()
ST 2 ()
ST-3 ()
Gambar 1. Grafik Persentase Penutupan Terumbu Karang di Zona inti TN laut Kepulauan Togean (September 2015)
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 04/MENLH/02/2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang Kategori kondisi terumbu karang, kondisi terumbu karang di Zona inti Taman Nasional (Laut) Kepulauan Togean pada Bulan September tahun 2015 tergolong baik hingga sangat baik. Pada lokasi pengamatan ST-2 yaitu stasiun monitoring (Reer 5) memilki persen penutupan karang keras sebesar 80,% dimana kondisinya tergolong sangat baik. Semantara itu pada lokasi lainnya yaitu ST-1 PROFIL KAWASAN KONSERVASI
5
PROVINSI SULAWESI TENGAH
(stasiun monitoring Reef 1) dan ST-3 (stasiun monitoring P. Taupan) memiliki persen penutupan karang keras yang tergolong kategori baik yaitu masingmasing sebesar 68,00% dan 72,00%. Persentase penutupan karang keras (hard coral), soft coral, algae, death coral, dan biota laut lainnya (other biota) disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Persentase penutupan terumbu karang zona inti TN Kepulauan Togean September 2015 TN. Kepulauan Togean Hard Coral Acropora Non Acropora Soft Coral Death Coral Algae Other Biota Abiotik Total penutupan (%) H' Index H' Max Similarity Index (E) Dominancy Index (C)
ST 1 () 68,00% 24,00% 44,00% 14,00% 16,00% 0,00% 0,00% 2,00% 100% 2,70 3,00 0,90 0,18
ST 2 () 80,00% 36,00% 44,00% 8,00% 8,00% 0,00% 2,00% 2,00% 100% 2,99 3,17 0,94
ST-3 () 72,00% 20,00% 52,00% 10,00% 14,00% 0,00% 2,00% 2,00% 100% 2,74 3,17 0,86
0,13
0,17
Sumber : data primer, 2015
Jenis ikan terumbu karang di kepulauan Togean tercatat 596 spesies ikan yang termasuk dalam 62 familia. Jenis Paracheilinus togeanensis dan Escenius sp diduga kuat merupakan endemik yang hanya bisa ditemukan di kepulauan Togean. Selain itu juga tercatat 555 spesies moluska dari 103 familia, 336 gastropoda, 211 bivalvia, 2 cephalopoda, 2 scaphopoda dan 4 spesies chiton.
Gambar 2. Kondisi Terumbu Karang di TNL Togean
7)
Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Penduduk Togean memiliki latar belakang etnis yang beragam seperti Bobongko, Bajau, Saluan, Togean , Kaili, Bare’e, Taa, Gorontalo, dan Bugis. PROFIL KAWASAN KONSERVASI
6
PROVINSI SULAWESI TENGAH
Etnis Bobongko, Bajau, Saluan dan Togean sering dianggap sebagai kelompok masyarakat asli kepulauan Togean. Etnis Togean banyak mendiami wilayah bagian barat; etnis Saluan tersebar di beberapa desa di kecamatan Walea Kepulauan. Masyarakat Bajau dan Bobongko lebih menyebar tapi umumnya terkonsentrasi pada beberapa desa tertentu. Desa-desa Bajau antara lain Kabalutan, pulau Anam, Siatu, Milok; sementara etnis Bobongko tersebar di beberapa desa seperti Lembanato, Matobiyai, Tumbulawa. Sebagian besar masyarakat kepulauan Togean hidup sebagai petani dan nelayan yang sangat bergantung pada keberadaan sumberdaya alam. Meskipun laporan statistik tahun 2010 menunjukkan jumlah petani di kepulauan Togean sekitar 3.231 KK, namun relatif sulit menggunakan jumlah tersebut sebagai dasar mengingat banyak pula nelayan yang memiliki kebun atau petani yang juga mencari mata pencarian di laut. 8)
Potensi Perikanan Sumberdaya alam laut kepulauan Togean; sektor perikanan maupun pariwisatamemiliki nilai ekonomi yang paling besar dibandingkan sektor pertanian dan perkebunan. Hal ini belum termasuk produk ikan teri dan berbagai jenis ikan yang dikonsumsi setiap hari oleh penduduk yang nilainya bisa mencapai Rp. 17,4 miliar per tahun. Jumlah tersebut cukup wajar mengingat nilai ekonomi sumberdaya laut Togean memang punya nilai jual yang tinggi, tidak hanya bagi kepentingan ekonomi daerah tapi juga bagi jaringan bisnis internasional seperti perdagangan ikan hidup (khususnya jenis napoleon dan kerapu), teripang, ikan-ikan pelagis, dan pariwisata bawah laut. Khusus di sektor kelautan, bentuk pemanfaatan sumberdaya alam laut dan pesisir di kepulauan Togean masih dilakukan dalam skala kecil yang sangat mengandalkan pada unit ekonomi keluarga dan penggunaan peralatan tangkap tradisional (mis : jaring, bubu dan pancing). Secara umum, aktivitas pemanfaatan ikan terbagi menjadi perikanan pelagis dan penangkapan ikan karang. Jenis biota laut lain yang juga ditangkap nelayan setempat adalah teripang, lobster, penyu, dan ikan hiu.
9)
Potensi Pariwisata Togean tidak hanya menawarkan paket penyelaman. Bagi yang tertarik untuk berpetualang, bisa melakukan trekking di seluruh pulau pulau. Menyaksikan babi rusa, rusa, kelelawar kelelawar, kepiting kenari (coconut cabs yang besar ). Selain itu dengan menyewa perahu, bisa menuju arah barat pulau melihat perkampungan suku bajauyangterkenalsebagaisukulaut.Terdapat banyak penginapan dari losmen sederhana sampai resor seperti Black Marlin di Pulau Kadidiri atau Wakai Cotagges di Pulau Batudaka. Losmen losmen juga terdapat di Pulau Tongkabu atau Ampana.
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
7
PROVINSI SULAWESI TENGAH
10) Aksesibilitas • Dari Palu ke Ampana via Poso (375 kilometer) dengan bis atau mencarter mobil, kemudian dengan perahu dari Ampana ke Wakai dan Malenge dengan jadwal rutin setiap hari, berangkat jam 10.00 - 11.00 pagi. • Dari Gorontalo, naik mobil ke Marisa, selanjutnya naik perahu ke Dolong atau Wakai. Penerbangan dengan Lion Air atau Sriwijaya , setiap hari dari Jakarta dan Surabaya menuju Gorontalo, kemudian dilanjutkan dengan public ferry yang berangkat setiap jam 10 malam dan tiba di Togean jam 11 pagi. Sebaliknya dari Togean berangkat jam 4 sore dan tiba esok jam 6 pagi di Gorontalo. Pilihan lain dengan mencarter kapal dari Marisa, dengan pilihan jam keberangkatan yang fleksibel. Alternatif bisa melalui Palu ( Sulawesi Tengah ) dilanjutkan sekitar 7 jam perjalanan lewat darat - 375 km - melalui Poso menuju Ampana. Kemudian dilanjutkan dengan kapal sekitar 4 jam menuju Wakai. Jika menempuh jalur dari Makassar, (Sulawesi Selatan), bisa dicapai dalam waktu 14 jam perjalanan bus melalui Rantepao ( Tana Toraja ) menuju Ampana yang dilanjutkan dengan kapal. 11) Upaya Pengelolaan Kawasan Pengelolaan kawasan selama ini dilakukan oleh Kementerian Kehutanan melalui Balai Taman Nasional Kepulauan Togean. Pada tahun 2015, sebagai bentuk dukungan pengelolaan Kementerian Kelautan dan Perikanan juga telah melaksanakan kegiatan antara lain pemberian bantuan perahu nelayan dan transplantasi terumbu karang dengan dokumentasi antara lain sebagai berikut:.
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
8
PROVINSI SULAWESI TENGAH
12) Peta Lokasi
Gambar 3. Peta Rencana Zonasi TNL Togean PROFIL KAWASAN KONSERVASI
9
PROVINSI SULAWESI TENGAH
2.2
Kawasan Konservasi Kabupaten Banggai
1)
Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Banggai
2)
Dasar Hukum : • Pencadangan
: Keputusan Bupati Banggai Nomor : 523/1209/Dislutkan
• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : • Unit Organisasi Pengelola
: Di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan
• Penetapan
: Belum diusulkan proses penetapan
3)
Luas Kawasan : 75 ha
4)
Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan Kabupaten Banggai adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Luwuk. Kabupaten Banggai merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ±84 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 0o 30’ – 2o 20’ Lintang Selatan dan 122o 23’ – 124o 20’ Bujur Timur. Hingga akhir 2013, wilayah administrasi Kabupaten Banggai berkembang menjadi 23 kecamatan, 46 kelurahan, dan 291 desa. Jarak antara ibukota Kabupaten ke Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten lain di Sulawesi Tengah. • • • • • • •
Luwuk - Palu = 610 Km Luwuk - Parigi = 535 Km Luwuk - Poso = 388 Km Luwuk - Ampana = 248 Km Luwuk - Banggai = 100 Km/66 Mil Laut Luwuk - Salakan = 61 Km/38 Mil Laut Luwuk - Bungku = 161 Km/106 Mil Laut
Wilayah Kabupaten Banggai bagian utara dibatasi oleh Teluk Tomini, bagian timur berbatasan dengan Provinsi Maluku Utara, bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Banggai Kepulauan dan bagian barat dibatasi oleh Kabupaten Tojo Una-Una dan Morowali. (BPS Banggai, 2014) 5)
Kondisi Umum Kondisi topografi Kabupaten Banggai didominasi oleh kawasan perbukitan dengan kategori kemiringan lereng curam (25-40%) hingga sangat curam (>40%) sebesar ±395.094,96 Ha atau sekitar ±40.83 % dari luas wilayah. Sedangkan untuk kemiringan lereng yang termasuk kategori landai – agak curam – curam (15-25%) sebesar ±213,856.75 Ha atau sekitar 22,10% dari luas wilayah. Kemiringan lereng yang termasuk kategori datar – landai (8-15%) seluas ±167,901.22 Ha atau sekitar 17,35 % dari luas wilayah. Terakhir, yang termasuk kategori sangat datar (0-8%) seluas ±190,874.07 Ha atau sekitar 19,72 PROFIL KAWASAN KONSERVASI
10
PROVINSI SULAWESI TENGAH
% dari luas wilayah. Berdasarkan kondisi topografi tersebut, dapat diketahui bahwa lahan datar di Kabupaten Banggai terbatas sehingga lahan yang dapat dijadikan kawasan budidaya juga menjadi terbatas (PemKab Banggai, 2014). Kab. Banggai memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan (BPS Banggai, 2014).
6)
7)
•
Temperatur udara 22,2° (April) - 37,2° C (Januari)
•
Kelembaban Udara tertinggi 81% (Juli) dan terendah 74% (Januari dan November)
•
Kecepatan Angin rata-rata 5 knot, tertinggi bulan April, Mei dan November, terendah Bulan Desember.
•
Rata-rata Curah Hujan berkisar antara tinggi, sedang dan rendah(BPS Banggai, 2014) o
Tinggi : 178,5 mm (Jui)
o
Sedang : 100,2 mm (Mei)
o
Rendah : 34,2 mm (Januari)
Status Kawasan Secara umum, hasil penilaian efektivitas pengelolaan dengan menggunakan perangkat E-KKP3K menunjukkan bahwa inisiasi upaya pengelolaan sudah mulai terlihat di level merah. Dibutuhkan upaya percepatan pengelolaan lebih lanjut terhadap kawasan konservasi ini. Hasil rekomendasi dari evaluasi E-KKP3K yaitu • Tempatkan petugas pengelola pada kawasan konservasi. • Tempatkan SDM yang ditetapkan dengan SK pada unit organisasi pengelola. • Lakukan kajian untuk memastikan jumlah SDM di unit organisasi pengelola memadai untuk menjalankan organisasi Target Konservasi Kawasan Konservasi Perairan daerah (KKPD) Kabupaten Banggai dibagi menjadi 3 (tiga) rancangan zona yaitu : a) Inner zone; merupakan kawasan pelindung habitat dan ekosistemnya b) Internal zone; merupakan kawasan perlindungan, pendidikan, penelitian dan kawasan wisata c) External zone; merupakan kawasan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. PROFIL KAWASAN KONSERVASI
11
PROVINSI SULAWESI TENGAH
8)
Kondisi Ekologis –KeanekaragamanHayati • Ekologis o Arus dipengaruhi kondisi periran laut banda dengan arus selatan dan barat. o Suhu air berkisar antara 26 – 28 oC o Pasang surut diurnal, kenaikan air pasang 2-3 meter o Salinitas berkisar antara 34 – 35 0/00 o pH berkisar antara 7,0 - 7,5, nilai ini merupakan kisaran pH normal untuk air laut dan sangat mendukung kehidupan organisme • Keanekaragaman Hayati o Terumbu Karang : Luas utupan karang 77,25% di Desa Lobu, Kecamatan Lobu dan Luas tutupan karang 51,58 % di Pulau Mantawa daka dan Mantawa Ise, Kecamatan Bualemo yang merupakan bagiuan dari lokasi KKLD dalam SK bupati Nomor : 615/1697/Dislutkan. o Biota Laut lainnya : Jenis ikan yang dilindungi menurut SK Bupati Nomor : 615/1697/Dislutkan adalah ikan Hiu, Penyu, dan Kima (Tridacna) o Mangrove : Luas hutan Mangrove di Kabupaten Banggai pada tahun 2013 adalah 8877 ha dengan luas pemanfaatan sebesar 1755 ha.Luasan ini terbagi atas 11 Kecamatan yaitu Toili, Tpili Barat, Bantui, Bunta, Nuhon, Luwuk timur, Pagimana, Bualemo, Lamala, Masam, Balantak. (BPS Banggai, 2014).
9)
Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi • Sosial Berdasarkan data Penduduk 2013, jumlah penduduk kabupaten Banggai sebanyak 342.698 jiwa, terdiri dari 174.614 laki-laki dan 168.084 perempuan. Jumlah penduduk tertinggi ada di Kecamatan Luwuk yaitu 35.824 jiwa dan yang terendah ada di Kecamatan Lobu yaitu 3.541 jiwa. Jika dilihat dari piramida penduduk Kabupaten Banggai, polanya mengambarkan struktur penduduk muda. Hal ini menunjukkan bahwa fertilitas merupakan faktor yang mempengaruhi struktur penduduk. (Pemkab Banggai, 2014) • Budaya Penduduk yang tinggal di Kabupaten Banggai berasal dari beragam suku bangsa, budaya, adat dan agama. Suku bangsa yang ada di Kabupaten Banggai antara lain suku Saluan, Balantak, Banggai, Jawa, Bali, Sasak, Bugis, Bajo, dan lain-lain. Sementara agama yang dianut mayoritas penduduk Kabupaten Banggai adalah agama Islam. (Pemkab Banggai, 2014)
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
12
PROVINSI SULAWESI TENGAH
• Ekonomi Mayoritas penduduk Banggai beragama Islam, yang terdiri dari suku Saluan, Ta, Bajo, serta suku lain seperti Jawa dan Bugis. Namun ada juga penduduk yang beragama lainnya seperti Kristen dan Hindu terutama di daerah transmigrasi. Sebagian besar warganya memiliki mata pencaharian sebagai penggarap kebun maupun nelayan. (Indonesiamengajar, 2014)
Gambar 4. Kondisi Potensi KKPD (Kima raksasa, terumbu karang, dan ikan deme) 10) Potensi Perikanan Kabupaten Banggai merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah yang memiliki potensi sumber daya alam hasil laut yang melimpah seperti ikan, udang, mutiara, rumput laut dan sebagainya (wiki). Potensi perikanan di wilayah Kabupaten Banggai cukup besar terutama pada sektor perikanan laut. Namun demikian potensi ini belum digarap secara optimal, ini dapat dilihat dari masih kecilnya hasil yang diharapkan karena sebagian besar sektor perikanan laut menggunakan alat penangkap ikan yang sederhana dan tradisional. (BPS Banggai, 2014).
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
13
PROVINSI SULAWESI TENGAH
11) Potensi Pariwisata Banyaknya Hotel/penginapan di Kabupaten Banggai sampai tahun 2012 sebanyak 48 unit dengan kapasitas secara keseluruhan sebanyak 598 kamar meliputi 893 tempat tidur. (BPS Banggai, 2014) • Pantai Kilo Lima : Obyek wisata ini ramai dikunjungi oleh masyarakat kota Luwuk karena letaknya dekat dari kota. Deretan kios, kafe serta warung makan menjadi pemandangan khas. Ombak pun Beriring menghempas pantai mengiringi keceriaan pengunjung. Bersampan, berenang, ski atau selancar merupakan atraksi yang dapat dilakukan di pantai Kilo Lima. • Cagar Alam Salodik : Salodik memiliki panorama alam yang indah terletak 27 kilometer dari kota Luwuk. Untuk mencapai Cagar Alam (Suaka Margasatwa) Salodik ditempuh dengan kendaraan roda empat selama 40 menit dari Kota Luwuk. Daya tarik utama Cagar Alam Salodik berupa air terjun bersusunsusun. Selain air terjun, obyek yang berada pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut ini memiliki hutan yang lebat. • Ondorneming Tobelombang: Tobelombang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Nuhon Kabupaten Banggai sekitar 425 km dari kota Palu. Menurut tetua adat Tobelombang, Bapak Drs. Abino Lumbun, Tobelombang dikenal sebagai Perkebunan Kelapa pada zaman Belanda tahun 1915. Tempat ini telah dikunjungi wisatawan asing yang senang akan wisata sejarah pada masa lampau. Anda masih dapat menyaksikan sisa Peninggalan bersejarah di tempat ini dan disekitar obyek wisata ini terbentang pula pemandangan alam yang indah disekitarnya. 12) Aksesibilitas Untuk menuju ke Kabupaten Banggai dapat ditempuh melalui transportasi darat, laut maupun udara. • Laut :Pintu masuk melalui laut adalah melalui Pelabuhan Luwuk yang dilayani oleh kapal Pelni (KM.Tilong Kabila) dengan rute Luwuk ke Makassar dan Luwuk ke Bitung (Manado), serta melalui Pelabuhan Pagimana yang dilayani dengan kapal penyeberangan ASDP dengan rute PagimanaGorontalo. Luwuk juga menjadi akses poin utama bagi transportasi lanjutan menuju ke Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai Laut yang dilayani dengan kapal penyeberangan maupun kapal angkutan rakyat yang tersedia setiap hari • Darat :Dari Kota Palu ibukota Provinsi, menuju Luwuk ibukota Kabupaten Banggai dapat ditempuh melalui jalan darat memakai sarana perhubungan kendaraan umum yaitu bus-bus kecil dan sedang, atau dengan kendaraan carteran, menempuh jarak Palu – Luwuk sekitar 610 km, demikian pula dari Kota Makassar dapat ditempuh melalui jalur darat. PROFIL KAWASAN KONSERVASI
14
PROVINSI SULAWESI TENGAH
• Udara :Melalui transportasi udara terdapat 4 perusahaan penerbangan (Garuda, Sriwijaya Air, Wings Air dan Express Air) yang melayani rute-rute penerbangan reguler setiap hari menuju Luwuk dari Palu, Makassar dan Manado Tabel 2. Lokasi, Luas area KKPD dan jenis konservasinya Kabupaten Banggai No.
Lokasi KKPD
Koordinat o
1
Desa Uwedikan Kecamatan Luwuk Timur
01 54’ 01,8” LS o 123 04’ 13,4” BT
2
Pulau Poat Kecamatan Pagimana
00 30’ 35,7” LS o 122 31’ 47,5’” BT
3
Pulau Dondolang Kecamatan Pagimana Desa Sama Jatem Kecamatan Pagimana
00 25’ 14,2” LS o 122 38’ 09,5’” BT
5
Desa Teku Kecamatan Balantak Utara
00 49’ 42,3” LS o 123 27’ 05,0’” BT
6
Desa Pulau Dua Kecamatan Balantak Utara Desa Toima Kecamatan Bualemo
00 48’ 51,2” LS o 123 27’ 19,4” BT
8
Pulau Mantawa daka dan Mantawa Ise Kecamatan Bualemo
00 32’ 57,9” LS o 123 05’ 52,4” BT
9
Desa Lobu Kecamatan Lobu
00 462’ 06,8” LS o 122 30’ 50,2” BT
4
7
o
o
o
00 39’ 48,6” LS o 122 43’ 13,2’” BT o
o
o
00 36’ 50,0” LS o 123 21’ 10,3” BT
o
o
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
Jenis konservasi
Luas area
Mangrove Lamun, Terumbu karang Wisata bahari Mangrove Lamun, Terumbu karang Tridacna Hiu Wisata bahari Lamun, Terumbu karang Wisata bahari Mangrove Lamun, Terumbu karang Wisata bahari Penyu Lamun, Terumbu karang Wisata bahari Tempat peneluran penyu - Terumbu karang - Lamun - Wisata bahari Konservasi Pulau Ampat : - Penyu - Burung Mako - Terumbu Karang - Kelelawar Konservasi pulau mantawa daka dan mantawa ise - Penyu - Terumbu Karang - Kelelawar - Terumbu Karang - Mangrove - Padang lamun
110 ha (24 pulau tidak pberpenghuni)
-
15
1200 ha 4 Desa: 1) Desa bajo Poat 2) Desa Balai Gondi 3) Desa Tampe 4) Desa Gomou 1300 ha
1500 ha
1250 ha
1500 ha
1200 ha 4 pulau tidak berpenghuni (pulau tangkuladi, togong daka, posan, makas)
950 ha Luas tutupan karang 51,58 %
1500 ha Luas tutupan karang 77,25% Luas mangrove 7,689%
PROVINSI SULAWESI TENGAH
13) Peta Lokasi
Gambar 5. Peta Usulan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Banggai PROFIL KAWASAN KONSERVASI
16
PROVINSI SULAWESI TENGAH
2.3
Kawasan Konservasi Kabupaten Banggai Kepulauan
1)
Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Banggai Kepulauan
2)
Dasar Hukum : • Pencadangan
: SK Bupati Nomor 5408 tanggal 20 September tahun 2007 dan SK Bupati 391/2014
• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : -
3)
• Unit Organisasi Pengelola
: Di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan
• Penetapan
: Belum diusulkan/ proses penetapan
Luas Kawasan : 57.859,42 Ha (total) • 57.222,76 Ha (Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil / KKP3K) • 636,66 Ha (Kawasan Konservasi Perairan / KKP).
4)
Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan Kepulauan Banggai memiliki luas wilayah 22.042,56 km2 yang terbagi atas daratan dan lautan. Luas daratannya sendiri adalah 3.214,45 km2, sedangkan luas lautnya adalah 18.826,10 km2. Secara geografis, Kabupaten Banggai Kepulauan terletak diantara 1006'30" LS - 2020'00" LS dan 122040'00" BT 124013'30" BT. Selain dipisahkan dari daratan pulau utama (Pulau Sulawesi) oleh Selat Peleng sepanjang 15 - 30 km, kepulauan ini juga dipisahkan dari Kepulauan Sula (Maluku) di sebelah timur oleh Selat Bote. Wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan berbatasan dengan Selat Peleng di sebelah utara dan barat, sebelah selatan dengan Teluk Tolo, sebelah timur dengan Laut Maluku.
5)
Kondisi Umum Kabupaten Banggai Kepulauan yang terletak di perairan sebelah timur Sulawesi Tengah ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Banggai pada tahun 1999 berdasarkan UU No. 51/1999. Kabupaten ini terdiri atas 121 gugusan pulau-pulau yang terbagi dalam 5 pulau sedang dan 116 pulau kecil. Dengan demikian secara yuridis letak geografis Kabupaten Banggai Kepulauan berbeda dengan kabupaten induk. Dasar hukum penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten Banggai Kepulauan adalah SK Bupati Banggai Kepulauan No. 5408 Tahun 2007 yang dikeluarkan pada tanggal 20 September 2007.Setelah pemekaran Kab. Banggai Laut, pada tahun 2013 Kabupaten Banggai Kepulauan memiliki 12 kecamatan yang terbagi menjadi 141 desa, dan 3 kelurahan. Dilihat dari klasifikasinya, seluruh desa merupakan desa swasembada.(BPS Banggai Kepulauan, 2014) Iklim Kabupaten Banggai Kepulauan dipengaruhi oleh dua musim secara tetap yaitu musim hujan dan musim panas. Pada tahun 2010, puncak musim hujan terjadi pada bulan Maret - Agustus dengan jumlah curah hujan antara 144 PROFIL KAWASAN KONSERVASI
17
PROVINSI SULAWESI TENGAH
- 204 mm, sementara musim panas pada bulan Januari, Oktober dan November, curah hujan antara 19 - 22 mm. Suhu udara rata-rata 27,50C, dimana suhu minimum mencapai 230C dan suhu maksimum mencapai 31,70C. Kelembaban udara berkisar antara 75% - 82%. 6)
7)
Status Kawasan Hasil penilaian efektivitas pengelolaan dengan menggunakan perangkat E-KKP3K secara umum menunjukkan bahwa inisiasi upaya pengelolaan sudah mulai terlihat di level merah. Dibutuhkan upaya percepatan pengelolaan lebih lanjut terhadap kawasan konservasi iniHasil rekomendasi dari evaluasi E-KKP3K yaitu : • Tempatkan petugas pengelola pada kawasan konservasi! • Tempatkan SDM yang ditetapkan dengan SK pada unit organisasi pengelola. • Lakukan kajian untuk memastikan jumlah SDM di unit organisasi pengelola memadai untuk menjalankan organisasi. Target Konservasi Pencadangan Kawasan Konservasi di Kabupaten Banggai ditetapkan oleh Bupati Banggai Kepulauan No. 391 Tahun 2014. Pencadangan KKLD Kabupaten Banggai Kepulauan terdiri dari : Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) seluas 57.222,76 Ha dan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) seluas 636,66 Ha. (lihat tabel) Tabel 3. Luasan Pencadangan Kawasan Konservasi Kab. Banggai Kepulauan NO
KAWASAN KONSERVASI
1
KKP3K LUMBI LUMBIA
2
LUAS KAWASAN KONSERVASI (HA) Luas Luas Daratan TOTAL LUAS Perairan (Pulau) 41.788,91
424,46
KKP3K AMBELANG
1.363,67
141,10
1.504,77
3
KKP3K BAKALANG
5.826,42
4.772,18
10.598,60
4
KKP3K BOBU
588,17
16,76
604,93
5
KKP3K LIANG
2.248,72
52,37
2.301,09
6
KKP KINANDAL
636,66
-
636,66
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
18
PROVINSI SULAWESI TENGAH
42.213,37
NO
LUAS KAWASAN KONSERVASI (HA) Luas Luas Daratan TOTAL LUAS Perairan (Pulau) TOTAL LUAS KKP3K 57.222,76
KAWASAN KONSERVASI
TOTAL LUAS KKP TOTAL LUAS KAWASAN KONSERVASI
8)
636,66 57.859,42
Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati • Ekologis Pasang surut permukaan laut di perairan ini bersifat diurnal, dimana dalam satu hari terdapat 2 kali pasang naik, yaitu pada pagi hari dan sore hari. Kenaikan air pasang berkisar antara 2-3 meter. Sementara kondisi arus di Kepulauan Banggai sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan Banda yang dipengaruhi oleh arus selatan dan barat. Suhu air berkisar antara 26 - 280C, sementara salinitas berkisar antara 34 - 350/00. Nilai pH berkisar antara 7,0 7,5, nilai ini merupakan kisaran pH normal untuk air laut dan sangat mendukung kehidupan organisme. • Keanekaragaman Hayati Pesisir Banggai Kepulauan hampir seluruhnya terdapat ekosistem mangrove. Keberadaan ekosistem mangrove di pulau ini menjadi salah satu aspek yang mengindikasikan keberadaan burung endemik pada musimmusim tertentu di kawasan ini. Jenis mangrove yang tumbuh dan berkembang sangat bervariasi yaitu Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, dan Lumnitzera. Kepulauan Banggai terdiri dari beberapa pulau-pulau kecil yang memiliki terumbu karang yang sangat luas. Tipe terumbu yang ada memiliki kecenderungan yang sama di semua pulau yaitu atol, goba, dan fringing reef. Lebar dan dalam terumbu bervariasi antara pulau yang satu dan yang lain. Beberapa pulau memiliki rataan yang sangat luas jika dibandingkan dengan daratan. Penutupan Acropora di Banggai Kepulauan adalah 45.5% dan karang api 2.5%. Sementara Non Acropora memiliki penutupan yang tertinggi di Pulau Burung dengan persentase sebesar 46.0%. Monsongan juga memiliki penutupan Non Acropora yang cukup tinggi dengan persentase sebesar 37.0%. Secara keseluruhan, penutupan Non Acropora di Banggai Kepulauan adalah 27.0 % karena jenis karang ini hanya menutupi sebanyak 17.0% kondisi karang di Mbato-mbato. Sementara jenis karang Soft Coral tidak ditemukan, hal ini mengindikasikan kondisi yang stabil dari suatu perairan dan tidak mengalami gangguan. PROFIL KAWASAN KONSERVASI
19
PROVINSI SULAWESI TENGAH
Ikan Karang yang teridentifikasi di Banggai Kepulauan terdiri dari 33 famili dan 132 jenis. Jenis- jenis ikan ini cukup beragam dan ikan indikator dari famili Chaetodontidae sering di jumpai di semua wilayah perairan. Salah satu spesies ikan hias endemik yang ada di Banggai Kepulauan adalah Banggai Cardinal Fish (Pteropogon kauderni). Morfologi ikan ini sangat menarik karena memiliki bentuk sirip dan ekor yang indah. Selain itu juga ikan ini memiliki tingkah laku yang unik dalam proses reproduksinya yaitu bertelur, menetas, dan memelihara anak-anaknya di dalam mulut untuk sementara waktu. Hal lain yang juga menarik adalah ikan ini memiliki fekunditas yang rendah, penyebaran secara geografis yang terbatas (hanya di Banggai Kepulauan), dan memiliki kecenderungan untuk hidup secara berkelompok (mencapai 500 ekor). Sementara itu, Abalon (Haliotis sp) merupakan salah satu spesies tingkat tinggi dari gastropoda (moluska) yang juga terdapat di daerah Banggai kepulauan, khususnya Pulau Sonit sangat terkenal sebagai sentra penyedia abalon karena kualitasnya yang baik. Beberapa jenis lamun di perairan pantai Kabupaten Banggai Kepulauan yang dominan, antara lain : Thalassia hemprichi, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata dan Enhalus acoroides. Lamun dari jenis Halophila lebih banyak dijumpai pada daerah rataan terumbu dengan substrat pasir halus sampai kasar dan pada kedalaman yang relatif dangkal. Pada daerah yang lebih dalam lebih banyak dijumpai jenis Cymodocea, Enhalus, dan Thalassia, dan pada daerah rataan tubir dan tubir dijumpai jenis Thalassodendron ciliatum, Enhalus acoroides, dan Thalassia hemprichi. Sedangkan biota yang berasosiasi dengan lamun yaitu jenis-jenis ikan tertentu, crustacea, molusca (Pinna, Lambis, Strombus), echinodermata (Holothuria dan Asteroidea) dan polychaeta (cacing) juga banyak ditemukan. 9)
Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Perekonomian Kabupaten Banggai Kepulauan dominan dibangun oleh sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan dan perkebunan dengan kontribusi pada tahun 2010 sebesar 23,77% dan 13,77% terhadap PDRB. Sektor lain yang memberikan kontribusi terhadap PDRB yang cukup besar adalah sektor perdagangan hotel dan restoran, yaitu sebesar 18,10%. Sementara sektor perikanan dan kelautan memberikan kontribusi yang jauh lebih kecil yaitu 5,94%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk saat ini sektor perikanan dan kelautan masih belum menjadi sektor utama dalam menggerakkan perekonomian daerah Banggai Kepulauan. Banggai Kepulauan merupakan daerah yang terbuka, sehingga budaya yang berkembang pada dasarnya sudah relatif terbuka dan mulai longgar, artinya budaya dan kebiasaan yang ada cenderung dapat menerima budaya dan kebiasaan baru yang datang dari luar. Sementara itu, kebiasaan pada kehidupan PROFIL KAWASAN KONSERVASI
20
PROVINSI SULAWESI TENGAH
guyub dan gotong royong untuk suatu kegiatan masih dipertahankan dan berkembang sedemikian rupa. Kabupaten Banggai Kepulauan memiliki tujuh kecamatan yang kesemuanya memiliki potensi perikanan, sehingga jumlah nelayan pada setiap kecamatan tersebut dapat menggambarkan aktivitas perikanan di daerah masing-masing. Jumlah nelayan setiap tahunnya mengalami peningkatan untuk setiap kecamatan, namun peningkatan tertinggi dijumpai di Kecamatan LoBangkurung pada tahun 2012. Jumlah nelayan di Kecamatan Lo-Bangkurung tercatat sebanyak 2.156 orang. Namun demikian, umumnya nelayan di Kabupaten Banggai Kepulauan masih tradisional yang dicirikan dengan peralatan tangkap yang sederhana dan armada yang masih kecil serta areal penangkapan di sekitar pantai. Pada tahun 2002, armada penangkapan ikan sebanyak 5.095 unit yang merupakan perahu tanpa motor dan 958 unit perahu motor dan 470 unit adalah motor tempel. Adapun jenis alat penangkapan ikan yang digunakan tergantung kepada ciri khas daerah pantai (seperti bakau, perairan dangkal dan dalam, arus yang kuat dan sebagainya) dan tujuan utama jenis ikan yang ditangkap. Terdapat lebih dari 70 jenis alat tangkap yang digunakan, tetapi yang terbanyak adalah pancing, bubu dan gillnet. 10) Potensi Perikanan Produksi perikanan yang berasal dari usaha penangkapan di Kabupaten Banggai Kepulauan tercatat sebesar 281,80 ton dengan nilai mencapai Rp 639.222.500 untuk konsumsi lokal dan untuk konsumsi ekspor sebesar 5927,5 ton dengan nilai mencapai Rp 59.328.716.000. Sementara produksi ikan olahan di Kabupaten Banggai Kepulauan pada umumnya dilakukan dengan cara tradisional, yaitu penggaraman dan pengasapan. Produksi ikan olahan dalam bentuk kering/penggaraman pada tahun 2010 sebanyak 3.487,7 ton dan produksi ikan olahan dalam bentuk ikan asap adalah sebesar 243,2 ton. Produksi perikanan yang berasal dari usaha penangkapan di Kabupaten Banggai Kepulauan pada tahun 2012 (sebelum pemekaran) sebesar 66.030,89 kg, sementara setelah pemekaran Kab. Banggai Laut Kab. Banggai Kepulauan hanya menjadi 12 kecamatan dengan produksi perikanan laut tahun 2013 sebesar 18.575,40 kg (BPS Banggai Kepulauan, 2014). Hasil survey pada bulan September 2015 terdapat potensi budidaya keramba kerapu antara lain yang ada di desa Boloy dan Desa Kamba, Kecamatan Bulagi serta Desa Kinandal dan Okumel di Kecamatan Liang. Potensi sumber daya laut Banggai Kepulauan yang memiliki nilai ekonomis lainnya ialah Rumput laut (Eucheuma Spinosum) dan Mutiara (Pinetada maxima) yang telah dibudidayakan, baik oleh nelayan sendiri maupun beberapa pengusaha yang bergerak dalam bidang usaha hasil laut daerah ini. Jumlah PROFIL KAWASAN KONSERVASI
21
PROVINSI SULAWESI TENGAH
produksi perikanan Kabupaten Banggai Kepulauan yang tercatat hingga tahun ini baru sekitar 11.476 ton per tahun atau sekitar 80% dari potensi lestari sumber daya ikan laut yang diperkirakan sebesar 14.347 ton per tahun.(Soeria Lasny) 11) Potensi Pariwisata Sebagai wilayah kepulauan, Kabupaten Banggai Kepulauan memiliki beberapa obyek wisata dan rekreasi terutama wisata perairan dan goa alam. Wisata perairan diindikasikan terdapat di Pulau Lo-Bangkurung dengan aset bawah laut di Pulau Mariti yang konon setara dengan Bunaken. Sementara goa stalaktit (Pentu) dan pemandian alam terdapat di Kecamatan Liang.
Desa Boloy dan Kamba, Kecamatan Bulagi
Desa Kinandal, Kecamatan Liang
Desa Okumel, Kecamatan Liang
Gambar 6. Potensi Perikanan Budidaya Laut di Wilayah Kawasan Konservasi
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
22
PROVINSI SULAWESI TENGAH
12) Aksesibilitas Pelabuhan Banggai dan Pelabuhan Salakan adalah pelabuhan yang terdapat di Kabupaten Banggai Kepulauan. Penggunaan pelabuhan ini sebagai sarana perhubungan cukup aktif, dimana jumlah kapal motor yang menggunakan pelabuhan ini untuk mendarat maupun berangkat cukup banyak. Di pelabuhan Salakan jumlah kapal motor yang mennggunakan fasilitas ini adalah 1.745 buah, sementara Pelabuhan Banggai digunakan oleh 872 buah kapal bermotor. 13) Upaya Pengelolaan Kawasan Pendekatan konservasi dalam menetapkan Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Banggai Kepulauan adalah karena kawasan ini memiliki penutupan karang yang menunjukkan kondisi masih baik sehingga perlu menjadi perhatian bagi berbagai pihak untuk melindungi dan mengamankan kondisi ini sehingga dapat berkesinambungan atau bahkan menjadi lebih baik pada masa mendatang. Selain itu, masih banyak dijumpainya beberapa jenis ikan yang merupakan juvenile dari ikan dewasa yang mengindikasikan bahwa lokasi ini merupakan nursery ground bagi ikan-ikan karang. Lebih dari itu, di wilayah perairan ini terdapat Banggai Cardinal Fish (Pteropogon kauderni) yang menjadi ikan endemik. Terdapat Lembaga Resmi Sebagai pengelola pusat kegiatan yang berkaitan . • • • •
Konservasi Ijo Laut ( KILAU ) Banggai Cardinal Fish Centre ( BCFC ) Kantor Pusat Pengembangan Konservasi Perairan Kab Banggai Kepulauan. Pusat Studi dan penelitian kelautan dan perikanan kabupten banggai kepulauan. • Pengembangan transplantasi terumbu karang dan rehabilitasi hutan mangrove oleh KILAU • Sentra utama perdagangan ikan hias di banggai kepulauan
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
23
PROVINSI SULAWESI TENGAH
13) Peta Lokasi Peta dan batas koordinat pencadangan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) dan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kabupaten Banggai Kepulauan disajikan pada gambar berikut.
Gambar 7. Peta dan batas koordinat pencadangan KKP dan KKP3K Banggai Kepulauan PROFIL KAWASAN KONSERVASI
24
PROVINSI SULAWESI TENGAH
2.4
Kawasan Konservasi Kabupaten Morowali
1)
Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Morowali
2)
Dasar Hukum : • Pencadangan
: SK Bupati Morowali No. 188.45/SK.0283/DKP/2013
• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : • Unit Organisasi Pengelola
: Di bawah Dinas Kelautan Dan Perikanan
• Penetapan
: Belum dilakukan proses penetapan
3)
Luas Kawasan : 41.342 Ha
4)
Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan Kabupaten Morowali terletak antara 01o31’12” - 03o46’48” LS dan antara 121o02’24” -123o15’36” BT. Saat dibentuk pertama kalinya, ibukota Kabupaten Morowali bertempat di Kolonodale. Sekarang ibukotadi Bungku (Bungku Tengah), Bungku berbatasan dengan laut (Perairan Teluk Tolo) sehingga dapat dicapai melalui laut, darat, atau kombinasi keduanya sesuai dengan kondisi geografis wilayahlainnya.Secara umum koordinat KKP Kabupaten Morowali adalah sebagai berikut :
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
25
PROVINSI SULAWESI TENGAH
5)
Kondisi Umum Secara administrasi Kabupaten Morowali hanya memiliki 9 kecamatan,terdiri dari Kecamatan Menui Kepulauan, Bungku Selatan, Bahadopi, Bungku Pesisir, Bungku Tengah, Bungku Timur, Bungku Barat, Bumi Raya dan Witaponda. Kabupaten Morowali secara administratif memiliki batas-batas wilayah sebagaiberikut: Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Morowali Utara, sebelahSelatan berbatasan dengan wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan, sebelah Timur berbatasan dengan Perairan Teluk Tolo, sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Luas daratan Kabupaten Morowali diperkirakan kurang lebih 5.472 km atausekitar 8,04 persen dari luas daratan Propinsi Sulawesi Tengah.Pencadangan Kawasan konservasi perairan ada di dua lokasi yaitu : • Kecamatan Bungku selatan yang diberi nama Raja Gunung yang meliputi Desa Bungingtende, Desa Sainoa, Desa Boelimau, Desa Panimbawang, dan Desa Umbele Lama. • Kecamatan Menui Kepulauan yang meliputi dari Desa Matarape, Desa Dongkalang, Desa Mbokitta, Desa Matano, dan Desa Pedai Laut. Kabupaten Morowali dengan keadaan topografi datar hingga pegunungan sedang dataran rendah yang umumnya tersebar disekitar pantai dan letaknya bervariasi, maka iklim dan topograpi masuk pada kategori wilayah tropis. Kondisi iklim di Kabupaten Morowali pada tahun 2013 adalah (Kabupaten Morowali Dalam Angka, 2014) : • • • • • • • •
Rata-rata suhu udara minimum adalah 23,55o C Rata-rata suhu maksimum mencapai 31,5o C. Kelembaban udara rata-rata sebesar 84,33 % Jumlah hari hujan selama setahun adalah 214 hari Rata-rata curah hujan adalah 235,1 mm/bln Rata-rata tekanan udara adalah 1.008,5 Mb Rata-rata kecepatan angin sebesar 2 knots Rata-rata penyinaran matahari sebesar 59,69 %
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
26
PROVINSI SULAWESI TENGAH
6)
Status Kawasan Hasil penilaian efektivitas pengelolaan dengan menggunakan perangkat E-KKP3K menunjukkan bahwa inisiasi upaya pengelolaan masih sangat minim terlihat di level merah. Dibutuhkan upaya percepatan pengelolaan lebih lanjut terhadap kawasan konservasi ini. Adapun hasil rekomendasi dari evaluasi E-KKP3K yaitu • Laksanakan survei dan penilaian potensi calon kawasan konservasi sesuai arahan PerMen KP02/2009 dan/atau PerMen KP 17/2008. • Laksanakan sosialisasi calon kawasan konservasi sesuai dengan arahan PerMen KP 02/2009 dan/atau PerMen KP 17/2008. • Laksanakan konsultasi publik calon kawasan konservasi KP sesuai dengan arahan PerMen KP 02/2009 dan/atau PerMen KP 17/2008.
7)
Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati Perairan laut Teluk Tolo di Kabupaten Morowali dengan luas perairan 29.962,88 Km2 memiliki potensi biotik yang jenis dan jumlahnya cukup banyak, terdiri dari berbagai jenis ikan, lopster, kepiting bakau, cumi-cumi, gurita, rumput laut dan kerang mutiara. Sedangkan untuk perikanan budidaya antara lain tambak dan kolam dengan jenis potensi udang windu, bandeng, ikan mas, nila dan udang gajah. Potensi Penangkapan Ikan Sesuai hasil penelitian dari Lembaga Penelitian Perikan Laut (LPPL) Tahun 1981 bahwa potensi ikan di perairan Teluk Tolo Kabupaten Morowali tersedia 68.456 ton per tahun sedangkan data survey LPPL tahun 1995 tersedia sebesar 68.000 ton per tahun. Budidaya rumput laut terbesar di Kecamatan Menui Kepulauan, Kecamatan Bungku Selatan dengan luasnya kira-kira 564 ha. Untuk budidaya teripang potensinya tersedia kurang lebih 189 ha yang tersebar di Kecamatan Bungku Selatan, Bungku Tengah, Menui Kepulauan dan Bungku Utara. Budidaya ikan kerapu cukup potensial di Kecamatan Bungku Selatan, Bungku Tengah, Bungku Utara, Bungku Barat dan Petasia dengan luas kurang lebih 142 ha. Untuk budidaya teripang potensinya tersedia kurang lebih 189 ha yang tersebar di Kecamatan Bungku Selatan, Bungku Tengah, Menui Kepulauan dan Bungku Utara. Budidaya ikan air tawar tersebar di 3 Kecamatan yaitu : Kecamatan Petasia, Lembo dan Mori Atas dengan luas sekitar 109 ha. Selain itu terdapat perairan umum yang juga potensi untuk budidaya ikan di Karamba, yaitu Danau
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
27
PROVINSI SULAWESI TENGAH
8)
kurang lebih 1.000 ha, Rawa 1.200 (morowalikab.com). Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi
ha
dan
Sungai
266,80
ha
Jumlah penduduk Morowali pada tahun 2013 berdasarkan proyeksi penduduk mencapai 108.873 jiwa. Dari segi kepadatan penduduk, kecamatan Menui kelpulauan merupakan daerah terpadat yaitu 56 jiwa pada tahun 2013. Dan kecamatan paling rendah adalah kecamatan bungku pesisir dengan kepadatan sebesar 5 jiwa per km². Secara umum, kepadatan penduduk di Morowali pada pertengahan tahun 2013 sebesar 20 jiwa per km². Tepeasa moroso merupakan salah satu semboyan atau kearifan lokal yag sering digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Morowali. Semboyan ini sering disebut-sebut sebagai semboyan yang memiliki makna pemersatu untuk masyarakat. Tepeasa moroso yang berasal dari bahasa bungku yang terdiri dari dua suku kata yaitu tepeasa dan moroso, tepeasa yang artinya bersatu dan moroso yang artinya erat atau kuat. Berdasarkan perbandingan menurut tiga sektor utama, pilihan bekerja di sektor pertanian masih mendominasi pasar kerja di Morowali. Pertanian merupakan sumber utama mata pencaharian penduduk dengan padi sebagai tanaman utama. Kopi, kelapa, kakao dan cengkeh merupakan tanaman perdagangan unggulan daerah ini dan hasil hutan berupa rotan, beberapa macam kayu seperti agatis, ebony dan meranti yang merupakan andalan Sulawesi Tengah. Mata pencaharian lain diantaranya adalah bekerja sebagai guru atau pegawai negeri sipil. 9)
Potensi Perikanan Produksi perikanan laut tangkap di Kabupaten Morowali pada tahun 2013 tercatat 9.831,25 ton. Jumlah nelayan yang ada tercatat sebanyak 2.982 orang. Data BPS mencatat jumlah kapal motor terbanyak terdapat di kecamatan bungku tengah yaitu sebanyak 141 unit. Total armada kapal dan perahu penangkap ikan laut di kabupaten morowali sebanyak 2.963 unit. Adapun total armada penangkapan ikan sebanyak 5094 unit
10) Potensi Pariwisata Obyek wisata di Kabupaten Morowali sangat beragam, obyek wisata tersebut diantaranya adalah : • • • • • •
Situs Tebing Batu di Petasia Situs Rumah Raja di Bungku Tengah, Petasia Situs Rumah Zending di Bungku Utara Kuburan Raja di Petasia Masjid Tua di Bungku Tengah Benteng di Bungku Tengah PROFIL KAWASAN KONSERVASI
28
PROVINSI SULAWESI TENGAH
11) Aksesibilitas Dengan letakgeografis yang relative sulit dan baru aksesibiltas ke Bungku dapat diakses melalui Poso dengan perjalanan darat sekitar 6 jam. Akses ke Poso sendiri bisa dengan menggunakan udara dari Makasar maupun sekitarnya. Sedang akses melalui laut bisa melalui pelabuhan dari Banggai dan Morowali Utara. 12) Peta Lokasi
Gambar 8. Peta Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Morowali PROFIL KAWASAN KONSERVASI
29
PROVINSI SULAWESI TENGAH
2.5
Kawasan konservasi Kabupaten Toli-Toli
1)
Nama Kawasan : Taman Wisata Perairan Libutan Sibitolu, Kab. Toli-Toli
2)
Dasar Hukum : • Pencadangan
: SK Bupati Toli-Toli No.201 Tahun 2014
• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : • Unit Organisasi Pengelola
: Di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan
• Penetapan
: Belum diusulkan proses penetapan
3)
Luas Kawasan : 74,060.37
4)
Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan Secara Geografis Kabupaten Toli-toli terletak di antara 0,35° - 1,20° Lintang Utara dan 120° - 122,09° Bujur Timur, luas wilayahnya adalah 4.079,77 Km2. Perbatasan wilayahnya adalah di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Buol, di sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar, di sebelah utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Kabupaten Buol, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong.
5)
Kondisi Umum Secara administrai Kabupaten Toli-Toli dibagi 10 Kecamatan, 5 Kelurahan, dan 78 Desa. Luas wilayah Kabupaten Toli-toli adalah sebesar 4.079,77 km2 (5,99 % dari luas Sulawesi Tengah). Komoditi unggulan Kabupaten Toli-toli yaitu sektor pertanian, Perkebunan, dan jasa. Sektor pertanian komoditi unggulannya adalah Jagung dan Ubi kayu, Sub sektor perkebunan komoditi yang diunggulkan berupa Kopi, kakao, lada, pala, jambu mete, Kelapa dan cengkeh.Pariwisatanya yang menjadi andalan adalah wisata alam, wisata adat dan budaya.Sebagai penunjang kegiatan perekonomian, di kabupaten tersedia 1 bandar udara, yaitu Bandara Lalos. Untuk transportasi laut tersedia 2 pelabuhan, antara lain Pelabuhan Toli-toli dan Pelabuhan Leok. Kabupaten Tolitoli terletak pada ketinggian 0-2.500 meter dari permukaan laut, dengan keadaan topografi datar hingga pegunungan sedang dataran rendah yang umumnya tersebar disekitar pantai dan letaknya bervariasi, maka iklim dan topograpi masuk pada kategori wilayah tropis. Kondisi iklim di Kabupaten Toli-Toli pada tahun 2013 adalah (Kabupaten Toli-Toli Dalam Angka, 2014) : • • • •
Rata-rata suhu udara minimum adalah 23,55o C Rata-rata suhu maksimum mencapai 31,5o C. Kelembaban udara rata-rata sebesar 84,33 % Jumlah hari hujan selama setahun adalah 233 hari PROFIL KAWASAN KONSERVASI
30
PROVINSI SULAWESI TENGAH
6)
7)
• Rata-rata curah hujan adalah 198,39 mm/bln • Rata-rata tekanan udara adalah 1.008,5 Mb • Rata-rata kecepatan angin sebesar 2 knots • Rata-rata penyinaran matahari sebesar 59,69 % Status Kawasan Secara umum, hasil penilaian efektivitas pengelolaan dengan menggunakan perangkat E-KKP3K menunjukkan bahwa inisiasi upaya pengelolaan sama sekali belum tampak bahkan di level merah sekalipun. Dibutuhkan upaya percepatan pengelolaan lebih lanjut terhadap kawasan konservasi ini. Hasil rekomendasi dari evaluasi E-KKP3K yaitu: • Ajukan usulan inisiatif pendirian kawasan konservasi • Serahkan usulan inisiatif pendirian kawasan konservasi kepada pemerintah pusat atau pemerintah daerah • Laksanakan survei dan penilaian potensi calon kawasan konservasi sesuai arahan PerMen KP 02/2009 dan/atau PerMen KP 17/2008. Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Jumlah penduduk Tolitoli pada tahun berdasarkan proyeksi penduduk mencapai 220.612 jiwa. Dengan luas wilayah sekitar 4.079,77 km, setiap km2 ditempati penduduk sebanyak 54 jiwa pada tahun 2013. Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Pada tahun 2013, untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 104 penduduk laki-laki. Rasio beban ketergantungan hidup pada tahun 2013 mencapai 53 persen, dengan kata lain setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung 53 penduduk usia tidak produktif. Berdasarkan perbandingan menurut tiga sektor utama, pilihan bekerja di sector pertanian masih mendominasi pasar kerja di Tolitoli dengan persentase sebesar 58,74 % pada tahun 2013, yang diikuti dengan sektor jasa-jasa dengan persentase sebesar 30,70 %. Sementara pekerja di sektor industri sebanyak 10,55 %. Dari penduduk yang bekerja, 92,4 % diantaranya sementara sedang bekerja dan 7,6 % sementara tidak bekerja. Dari 92,4 persen yang sedang bekerja, 53,5 % bekerja penuh waktu dan selebihnya bekerja paruh waktu. PROFIL KAWASAN KONSERVASI
31
PROVINSI SULAWESI TENGAH
8)
Potensi Perikanan Jumlah rumah tangga nelayan di Kabupaten Toli-Toli pada tahun 2013 sebanyak 3.930 RTN. Jumlah produksi perikanan tahun 2013 sebesar 66,198 ton dengan nilai Rp 637,334 milyar, yang didominasi oleh perikanan laut yaitu 61,879 ton dan sisanya perikanan budidaya. Jumlah perahu tahun 2013 sebesar 3.147 unit dengan perincian 582 unit perahu tanpa motor dan 167 unit perahu yang terdiri dari perahu jukung 693 unit, perahu kecil 518 unit, perahu sedang 288 unit, perahu besar 65 unit, motor temple 1.235 unit, dan kapal motor 348 unit. Alat tangkap yang biasa dipergunakan oleh nelayan adalah payang 104 unit, pukat pantai 350 unit, pukat cincin 5 unit, jaring insang hanyut 299 unit, jaring insang tetap 58 unit, bagang perahu 47 unit, jaring angkat 7 unit, pancing lainnya 2.146 unit, pancing tonda 421 unit, sero 14 unit, bubu 112 unit, huhate 307 unit, purse seine (pukat cincin) 5 unit, dan jala tebar 12 unit.
9)
Potensi Pariwisata
Obyek wisata di Kabupaten Toli-Toli sangat beragam, obyek wisata tersebut diantaranya adalah : • Pantai Lalos, Batu Bangga, Kec. Galang • Pantai Tende dan Pantai Sabang Desa Tende Kecamatan Galang • Pantai Taragusung-Pulau Dolangan Desa Santigi Kecamatan Tolitoli Utara. • Pantai Dermaga Batu di Tolitoli Utara • Konservasi Burung Maleo, di Pantai tj. Matop, Pantai Pinjan • Desa Salumpaga di Kec. Tolitoli Utara • Pulau Telur, Pulau Lingayan : Pemandangan Bawah Air • Air Terjun Kolasi Desa Bambapun Kecamatan Dampal Utara • Air Terjun Sigelan Desa Oyom Kec. Lampasi • Rumah Adat Balai Masigi, Desa Tambun Kecamatan Baolan • Makam Raja Tolitoli di Pulau Lutungan 10) Aksesibilitas Dengan letak geografis yang sangat strategis yaitu berada diselat Makassar,salah satu dari tujuan selat strategi didunia, hubungan langsung dengan dunia internasional mendorong pemerintah untuk terus mengembangkan potensi daya tarik investasi didaerah Tolitoli. Oleh karena itu memepermudah akses masuk merupakan hal yang sangat penting. Akse masuk ke Kabupaten Toli-Toli bisa melalui udara, darat dan laut. Bandara udara bisa langsung dari Jakarta/Makasar menuju ke bandara di Toli-Toli yaitu Bandara Lalos, untuk transportasi laut tersedia 2 pelabuhan, antara lain Pelabuhan Toli-toli dan Pelabuhan Leok.
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
32
PROVINSI SULAWESI TENGAH
PENUTUP Buku profil kawasan konservasi ini merupakan salah satu upaya pengelolaan kawasan konservasi laut/perairan yang berkelanjutan dalam upaya mencapai target. Buku ini berisi informasi-informasi sebagai bagian penyampaian/ kampanye konservasi laut/perairan di Indonesia agar supaya diketahui kalayak umum dan bisa menjadi panduan/acuan tentang konservasi laut/perairan. Kami ucapkan banyak terimakasih kepada seluruh Balai Taman Laut Nasional, Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) yang telah banyak membantu untuk tercapainya buku ini tersusun dengan baik.
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
33
PROVINSI SULAWESI TENGAH
DAFTAR PUSTAKA ------. 2014. Banggai Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Banggai ------.
2014. Banggai Kepulauan Dalam Angka 2014. Kabupaten Banggai Kepulauan
------.
2014. Morowali Dalam Angka 2014. Morowali
Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik Kabupaten
------. 2014. Toli-Toli Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Toli-Toli ------. 2014. Parigi Montong Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Parigi Montong ------. 2014. Rencana Strategis (Renstra) Penyempurnaan Tahun 2010-2014. Balai Taman Nasional Kepulauan Togean ------.2013. Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Kabupaten/Kota, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Kelautasn, Pesisir, dan Pulaupulau Kecil, Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir, dan Pulau-pulau-Kecil. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.16/Men/2008 Tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.17/Men/2008 Tentang Kawasan Konservasi Di Wilayah Pesisir Dan PulauPulau Kecil Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.30/Men/2010 Tentang Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumber Daya Ikan. Siregar V at all. 2010. Informasi Spasial Habitat Perairan Dangkal dan Prndugaan Stok Ikan Terumbu Karang Menggunakan Citra satelit. SEAMEO BIOTROP dan Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
34
PROVINSI SULAWESI TENGAH