PROFIL KESEHATAN
PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2006
SULTENG SEHAT 2010
Kab. Buol PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS DI SULAWESI TENGAH TAHUN 2001-2006
Kab. Tolitoli
1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0
1,01
0,61 0,40
2002
2003 CycleI
Ka b. D on gg ala
lu Kota Pa
0,76
0,57
0,66
2001
ng uto Mo i rig Pa . b Ka
1,19
0,93
0,95 0,86 0,76 0,85
2004
2005
2006
CycleII
Kab. Banggai
2 Una jo o T . Kab
Kab. Poso Kab. Banggai Kepulauan
MENUJU MASYARAKAT MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT SUB DINAS PROGRAM DAN PENGEMBANGAN SISTEM KESEHATAN
SEKSI DATA DAN INFORMASI KATA PENGANTAR Kab. Morowali
PERSENTASE CAKUPAN PERSALINAN OLEH NAKES TAHUN 2002 - 2006
Prevalensi BalitaStatusGizi BurukDanGizi Kurang Menurut IndeksBerat Badan-Umur Tahun2001- 2006
100,00%
20
10
60,00%
5
40,00%
-
81,71% 77,80%
80,00%
15
71,02% 78,51%
57,96%
20,00% 2001
2002
2003
2004
2005
2006
Gizi Buruk
3,53
1,77
1,66
1,95
1,96
1,70
Gizi Kurang
11,79
13,28
12,36
14,24
12,94
13,50
0,00% 2002
2003
2004
2005
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH
DINAS KESEHATAN P A LU
2006
KATA PENGANTAR
P
uji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2006 yang merupakan rangkaian penyajian data/informasi dapat diterbitkan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah ini merupakan penyajian data/informasi kesehatan dalam bentuk buku yang disusun setiap tahun, yang diharapkan mampu menyajikan data yang lengkap dan akurat. Ketersediaan data yang lengkap dan akurat dewasa ini semakin terasa diperlukan peranannya terutama dalam upaya perencanaan dan evaluasi. Sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan, di mana penduduknya ditandai kemampuan untuk hidup sehat. Sistem informasi kesehatan perlu dimantapkan dan dikembangkan dalam upaya menunjang pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan. Oleh karena itu buku profil kesehatan ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dalam penyusunan rencana pelaksanaan dan pengendalian serta penilaian pelaksanaan program kesehatan di daerah ini. Profil kesehatan provinsi merupakan gambaran tentang impak pelaksanaan program kesehatan baik pelaksanaan program pokok maupun program penunjang. Di samping itu juga disajikan pula berbagai data
pencapaian hasil pelayanan
kesehatan beberapa tahun terakhir dalam bentuk tabel dan
grafik
sehingga lebih
memudahkan bagi pembaca dalam memanfaatkan data dan informasi yang tersajikan. Dalam penyusunan profil kesehatan ini digunakan data yang bersumber dari unitunit kerja di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kabupaten/kota serta dari berbagai sumber lainnya di luar Dinas Kesehatan seperti : BPS, Bappeda, BKKBN, dan lain-lain. Untuk menjamin akurasi data, maka penyusunan profil diawali dengan pertemuan tehnis pemutakhiran data di Provinsi yang dilakukan pada Minggu IV bulan Mei 2006. Sebelum pelaksanaan pemutakhiran data tingkat Provinsi diharapkan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2006
ii
didahului dengan pemutakhiran data tingkat Kabupaten, namun karena tidak tersedianya dana maka pertemuan tingkat Kabupaten/kota tersebut hingga saat ini belum dapat dilaksanakan. “Profil Kesehatan Provinsi 2006” ini masih menyimpan banyak kekurangan. Data yang disajikan tidak seluruhnya data tahun 2006. Beberapa indikator menggunakan data tahun sebelumnya dan belum dapat disajikan lebih awal sesuai yang diharapkan. Ini disebabkan sulitnya mendapatkan data yang mutakhir yang berasal dari kabupaten/kota dan pengelola program di Provinsi dan sektor terkait. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan masukan guna peningkatan kualitas profil kesehatan ini di masa mendatang. Di samping itu adanya keterbatasan tenaga pengelola data baik di tingkat puskesmas, kabupaten/kota maupun provinsi sehingga sangat berpengaruh terhadap percepatan
penyusunan profil kesehatan ini serta dengan adanya pemekaran
kabupaten/kota dari 5 kabupaten/kota menjadi 10 kabupaten/kota di Sulawesi Tengah juga berpengaruh dalam pengiriman datanya secara optimal. Selanjutnya kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, daya dan tenaga dalam penyusunan buku profil kesehatan ini, Palu,
Oktober 2007
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah,
dr. Abdullah, DHSM., M.Kes Pembina Utama Muda NIP. 140159020
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2006
iii
DAFTAR ISI Halaman
Halaman Judul .......................................................................................... Kata Pengantar .......................................................................................... Daftar Isi .................................................................................................... Daftar Tabel ............................................................................................... Daftar Gambar ............................................................................................. Daftar Lampiran .........................................................................................
i ii iv v vii x
Bab I
PENDAHULUAN .........................................................................
1
Bab II
GAMBARAN UMUM DAN LINGKUNGAN ...................................
4
A. Keadaan Penduduk .............................................................. B. Keadaan Ekonomi ................................................................ C. Keadaan Pendidikan ............................................................ D. Keadaan Lingkungan ............................................................... E. Keadaan Perilaku Masyarakat ................................................
4 7 10 12 15
SITUASI DERAJAT KESEHATAN .............................................
19
A. Mortalitas ............................................................................. B. Morbiditas ............................................................................. C. Status Gizi ............................................................................
19 24 34
Bab IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN ................................................. A. Pelayanan Kesehatan Dasar ................................................ B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang ................... C. Pemberantasan Penyakit Menular ........................................ D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Dasar ..... E. Perbaikan Gizi Masyarakat ................................................... F. Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan .........................
38 38 52 57 67 69 73
Bab V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN .................................... A. Sarana Kesehatan ………………………………………………… B. Tenaga Kesehatan ………………………………………………… C. Pembiayaan Kesehatan ……………………………………………
74 74 83 90
Bab VI
P E N U T U P .................................................................................. 93
Bab III
LAMPIRAN (TABEL-TABEL).
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
iv
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1
Persentase penduduk sulawesi tengah menurut golongan umur dan jenis kelamin tahun 2005 ................................................................
6
Persentase luas wilayah dan kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota tahun 2003-2005 ......................................................
7
Tabel 2.3
Produk domestik regional bruto sulawesi tengah tahun 2003-2005..
8
Tabel 2.4
Persentase Penduduk 10 Tahun keatas Jenis Kelamin , Melek Huruf dan Buta Huruf tahun 2004 ....................................................
11
Tabel 2.5
Jumlah Posyandu menurut starata tahun 2003-2004 .......................
17
Tabel 3.1
Prakiraan Angka Kematian Bayi (per 1.000 KH) tahun 1980-2003
21
Tabel 3.2
Prakiraan Angka Kematian Balita (per 1.000 KH) tahun 1980-2003
22
Tabel 3.3
Prakiraan Umur Harapan Hidup tahun 1980-2003 ............................
24
Tabel 3.4
Pola 10 penyakit terbanyak Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum pemerintah tahun 2006 ............................................................. .. .....
25
Pola 10 penyakit terbanyak Rawat Inap di Rumah Sakit Umum pemerintah tahun 2006 ............................................................. .. .....
25
Tabel 3.6
Pola 10 penyakit terbanyak di Puskesmas tahun 2006 ...................
26
Tabel 3.7
KLB Diare menurut jumlah kasus, Attack Rate, dan CFR tahun 2002-2006 .........................................................................................
30
Prevalensi penyakit Schistosomiasis di Sulawesi Tengah tahun 2002-2006 .........................................................................................
32
Frekuensi, Jumlah penderita dan CFR KLB Campak tahun 20022006 ..................................................................................................
34
Tabel 3.10
Prevalensi Gaky menurut kabupaten/kota tahun 1998-2003 ............
37
Tabel 4.1
Persentase Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi Peserta KB Baru tahun 2002-2006 ...............................................................................
46
Persentase Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi peserta KB Aktif tahun 2002-2006 ...............................................................................
47
Tabel 2.2
Tabel 3.5
Tabel 3.8 Tabel 3.9
Tabel 4.2
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
v
Tabel 4.3
Jumlah dan Persentase KB Aktif Metode MKET menurut Kabupaten/Kota tahun 2006 .............................................................
48
Jumlah Pengidap Infeksi HIV berdasarkan golongan umur yang ditemukan dan melaporkan tahun 2002-2006....................................
61
Jumlah kasus AIDS dan infeksi HIV yang ditemukan menurut klabupaten/kota tahun 2002-2006......................................................
62
Jumlah kasus AIDS dan infeksi HIV berdasarkan jenis kelamin ditemukan menurut kabupaten/kota...................................................
62
Tabel 4.7
Prevalensi Schistosomiasis di Sulawesi Tengah tahun 2003-2006...
66
Tabel 5.1
Perkembangan jumlah Rumah Sakit (Umum dan khusus) dan kepemilikannya tahun 2002-2006 .....................................................
78
Jumlah dan rasio tenaga kesehatan menurut 7 kategori per 100.000 penduduk tahun 2005-2006 ................................................
83
Jumlah, Persentase dan rasio per 100.000 penduduk tenaga kesehatan menurut jenisnya tahun 2006 ..........................................
84
Jumlah Institusi Diknakes menurut jenjang, status kepemilikan dan jumlah peserta didik tahun 2003-2006 ..............................................
87
Tabel 5.5
Jumlah tenaga kesehatan yang tugas belajar tahun 2000-2006 .......
87
Tabel 5.6
Alokasi anggaran kesehatan provinsi Sulawesi Tengah tahun anggaran 2006 ..................................................................................
91
Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6
Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
vi
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar II.1.
Komposisi Penduduk Sulawesi Tengah Menurut Golongan Umur Tahun 2005 ...........................................................................................
6
Gambar II.2.
Rasio beban tanggungan penduduk sulawesi tengah tahun 2001-2005
9
Gambar II.3
Persentase penduduk yang melek huruf dan buta huruf menurut kabupaten/kota tahun 2005 .................................................................
11
Gambar II.4
Persentase rumah tangga menurut sumber air bersih tahun 2006 .......
14
Gambar II.5
Persentase rumah tangga menurut tempat pembuangan kotoran/tinja di sulawesi tengah tahun 2004 ..............................................................
14
Jumlah dan Persentase KK diperiksa dan memiliki jamban tahun 2003-2004 ..............................................................................................
15
Gambar III.1
Angka kematian kasar per 1000 penduduk tahun 1998-2000 ..............
24
Gambar III.2
Jumlah kasus dan CFR Tetanus Neonatorum tahun 2002-2006 .........
33
Gambar III.3
Jumlah bayi lahir BBLR dan ditangani tahun 2005-2006 ....................
35
Gambar III.4
Prevalensi status gizi balita propinsin sulawesi tengah tahun 2006 ....
36
Gambar III.5
Prevalensi balita status gizi buruk dan gizi kurang menurut Indeks Berat Badan, Umur Tahun 2001-2006 ..................................................
36
Gambar IV.1.
Persentase cakupan pelayanan K4 ibu hamil tahun 2002-2006 ...........
39
Gambar IV.2.
Persentase cakupan pelayanan K4 ibu hamil menurut kabupaten/kota 40 tahun 2006 .............................................................................................
Gambar IV.3.
Persentase cakupan persalinan dan melalui pendampingan tenaga kesehatan tahun 2002-2006 ………………...........................................
Gambar II.6
41
Gambar IV.4.
Persentase cakupan pertolongan persalinan 0leh tenaga kesehatan menurut kabupaten/kota.........................................................................
Gambar IV.5.
Persentase ibu hamil risiko tinggi komplikasi yang dirujuk menurut 42 kabupaten/kota ......................................................................................
Gambar IV.6.
Persentase cakupan kunjungan neonatus tahun 2003-2006 …………..
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
vii
41
43
Gambar IV.7.
Gambar IV.8.
Persentase cakupan kunjungan neonatus menurut kabupaten/kot2006 ................................................................................................................
44
Persentase cakupan kunjungan bayi menurut kabupaten/kota tahun 2006 ......................................................................................................
44
Gambar IV.9.
Persentase Cakupan Peserta KB Aktif Terhadap Pasangan Usia 47 Subur 2001 - 2006 .................................................................................
Gambar IV.10
Persentase Cakupan Peserta KB Aktif Dengan MKET Menurut Kab/Kota Tahun 2006 ……………………………………………...............
48
Gambar IV. 11 Persentase Cakupan Imunisasi DPT-1 dan Campak Serta Angka Drop Out (DO) Tahun 2003 - 2006………………………………………...
50
Gambar IV.12
Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Bumil Tahun 2003 – 2006….
50
Gambar IV.13
Persentase Kelompok Pra-Usila dan Usila Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Tahun 2005 - 2006……………………………………………..
51
Gambar IV. 14 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Pasien Rawat Inap di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2004 - 2006………………………………..
52
Gambar IV. 15 Pencapaian Indikator BOR, GDR, NDR, LOS dan TOI Rumah Sakit Tahun 2005 - 2006…………………………………………………………..
55
Gambar IV. 16 Persentase Ibu Hamil dan Neonatus Risiko Tinggi di Rujuk dan Mendapat Penanganan Tahun 2005 - 2006………………………………
56
Gambar IV. 17 Jumlah Desa/Kelurahan Yang Terkena KLB dan Mendapat Penanganan < 24 jam Tahun 2005 - 2006………………………………
58
Gambar IV. 18 Persentase Penemuan dan Penanganan (Pengobatan) Kasus Pneumonia Pada Balita Tahun 2004 - 2006………………………………
60
Gambar IV. 19 Jumlah Kasus DBD ditemukan dan ditangani Tahun 2005 - 2006……..
63
Gambar IV. 20 Prevalensi Schistosomiasis di Lindu Tahun 2001- 2006………………..
66
Gambar IV. 21 Prevalensi Schistosomiasis di Napu Tahun 2001- 2006………………..
66
Gambar IV. 22 Prevalensi Schistosomiasis di Sulawesi Tengah Tahun 2001- 2006…
67
Gambar IV. 23 Jumlah Institusi Terdaftar dan Dibina Kesehatan Lingkungannya Tahun 2006…………………………………………………………............. . Gambar IV. 24 Jumlah Balita ditimbang, Berat Badan Naik, dan Balita BGM Tahun 2005 - 2006…………………………………………………………............. . Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
viii
68
70
Gambar IV. 25 Jumlah Balita Mendapat Kapsul Vitamin ”A” Dua Kali Tahun 2005 2006………………………………………………………….........................
71
Gambar IV. 26 Persentase Cakupan Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil Tahun 2003 - 2006…………………………………………………………………… 72 Gambar IV. 27 Persentase Pemberian Kapsul Beryodium Pada Wanita Usia Subur di Desa/Kelurahan Endemis Tahun 2005 - 2006………………………….. Gambar V. 1
73
Jumlah Puskesmas dan Rasionya Terhadap 100.000 Penduduk Tahun 2002 – 2006...........................................…………………………..
75
Jumlah Puskesmas Pembantu dan Rasionya Terhadap 100.000 Penduduk Tahun 2002 – 2006...........................................……………..
75
Gambar V. 3
Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan Tahun 2002 – 2006....
76
Gambar V. 4
Jumlah Puskesmas Keliling dan Rasionya Terhadap Puskesmas Tahun 2003 – 2006.............................................................……………..
77
Perkembangan Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Tahun 2003 – 2006.......................................................................................................
78
Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit dan Rasionya Terhadap 100.000 Penduduk Tahun 2002 – 2006...............................................................
79
Jumlah Sarana Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Tahun 2003- 2006………………………….........................................................
80
Gambar V. 8
Jumlah Unit Pengelola Obat Kab/Kota Tahun 2003 – 2006...…………..
80
Gambar V. 9
Perkembangan Jumlah Posyandu Tahun 2003 - 2006……….…………
81
Gambar V. 10 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kab/Kota Tahun 2006…..………..
85
Gambar V. 2
Gambar V. 5
Gambar V. 6
Gambar V. 7
Gambar V. 11 Rasio Tenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk Menurut Kab/Kota Tahun 2006......................................................................……………….. 85 Gambar V. 12 Persentase Tenaga Kesehatan Yang Sudah Mengikuti Jenjang Pendidikan Tahun 2000 - 2006……………………………………………..
88
Gambar V. 13 Jumlah Tenaga Kesehatan Yang Tersebar di 10 Kab/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006……………………………….……………..
89
Gambar V. 14 Persentase Tenaga Kesehatan Menurut Tujuh Kategori di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006..........................…………………………..
90
Gambar V. 15 Persentase Anggaran Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Menurut Sumbernya Tahun 2006..................................…………………………..
92
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 1
Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten Di Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006
Tabel 2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin, di Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006
Tabel 3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur Di Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 20056
Tabel 4
Persentase Penduduk Laki-Laki Dan Perempuan Berusia 10 Tahun Keatas Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Di Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006
Tabel 5
Persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 6
Jumlah kelahiran dan kematian bayi dan balita propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 7
Jumlah kematian ibu maternal dipropinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 8
Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas dan rasio korban luka dan meninggal terhadap jumlah penduduk dirinci menurut kabupaten/kota tahun 2006
Tabel 9
AFP Rate, % TB Paru sembuh dan pneumonia balita ditangani di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 10
HIV/AIDS ditangani, Infeksi Menular Seksual diobati, DBD ditangani dan Diare pada balita ditangani di propinsi sulawesi tengah
Tabel 11
Persentase penderita malaria diobati di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 12
Persentase penderita kusta selesai berobat di propinsi sulawesi tengah Tahun 2006
Tabel 13
Kasus penyakit filariasis ditangani di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 14
Jumlah kasus dan angka kesakitan penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (P3DI) di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
menurut kabupaten/kota di
x
Tabel 15
Cakupan kuinjungan neonatus bayi dan bayi BBLR yang ditangani di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 16
Status balita dan jumlah kecamatan rawan gizi di propinsi sulawesi tengah tahun 2006 Cakupan kunjungan ibu hamil (K4) dan persalinan ditolong tenaga kesehatan di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 17
Tabel 18
Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita, pemeriksaan kesehatan siswa SD/SMP/SMU di propinsi sulawesi tenga tahun 2006
Tabel 19
Jumlah PUS, peserta KB, peserta KB baru, dan KB aktif di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 20
Jumlah peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 21
Pelayanan KB Baru menurut kabupaten/kota di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 22
Persentase cakupan desa/kelurahan UCI di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 23
Persentase cakupan imunisasi bayi di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 24
Cakupan bayi, balita yang mendapat pelayanan kesehatan di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 25
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1, Fe3, imunisasi TT1 dan TT2 di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 26
Persentase akses ketersediaan darah untuk BUMIL dan neonatus yang dirujuk di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 27
Jumlah dan persentase ibu hamil dan neonatal risiko tinggi/komplikasi ditangani di proipinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 28
Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat di propinsi sulaesi tengah tahun 2006
Tabel 29
Jumlah dan persentase desa/kelurahan terkena KLB yang ditangani < 24 jam di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 30
Jumlah penderita dan kematian, CFR, KLB menurut jenis KLB, jumlah kecamatan dan jumlah desa yang terserang di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 31
Jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
xi
Tabel 32
Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 33
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 34
Penyuluhan pencegahan, penanggulangan dan penyalahgunaanahun NAPZA di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 35
Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar tengah tahun 2006
Tabel 36
Cakupan pelayanan kesehatan keluarga miskin dan JPKM Gakin di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 37
Persentase pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 38
Cakupan pelayanan pra usila dan usila di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 39
Cakupan wanita usia subur tengah tahun 2006
Tabel 40
Persentase donor darah diskrining terhadap HIV/AIDS di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 41
Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan di propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 42
Jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kemampuan Labkes dan memiliki 4 spesialis dasar di Propinsi sulawesi tengah tahun 2006.
Tabel 43
Kebutuhan, pengadaan, ketersediaan 0bat esensial dan obat generik di propinsi sulawesi tengah tahun 2006.
Tabel 44
Ketersediaan obat generik berlogo menurut jenis obat di propinsi sulawesi tengah tahun 2006.
Tabel 45
Persentase penulisan resep obat generik di propinsi sulawesi tengah tahun 2006.
Tabel 46
Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih sehat di propinsi sulawesi tengah tahun 2006. Jumlah dan persentase posyandu menurut strata dan kabupaten di propinsi sulawesi tengah.
Tabel 47
Tabel 48
di propinsi sulawesi
mendapat kapsul yodium di propinsi sulawesi
Persentase rumah sehat di propinsi sulawesi tengah tahun 2006,
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
xii
Tabel 49
Persentase keluarga memilikia akses air bersih di propinsi sulawesi tengah tahun 2006.
Tabel 50
Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar di propinsi sulawesi tengah tahun 2006.
Tabel 51
Persentase tempat umum dan pengelolaan makanan (TUPM) sehat di propionsi sulaweesi tengah tahun 2006
Tabel 52
Persentase institusi dibina kesehatan lingjungannya di propinsi sulawesi tengah tahun 2006.
Tabel 53
Persentase rumah/bangunan yang diperiksa jentik nyamuk aedes dan Persentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes di propinsi sulawesi tengah tahun 2006.
Tabel 54
Persebaran tenaga kesehatan menurut unit kerja di propinsi sulawesi tengah tahun 2006.
Tabel 55
Jumlah tenaga kesehatan di sarana pelayanan kabupaten/kota di propinsi sulawesi tengah tahun 2006.
Tabel 56
Jumlah tenaga medis di sarana pelayanan kesehatan menurut kabupaten/kota di propinsi sulawesi tengah tahun 2006.
Tabel 57
Jumlah tenaga kefarmasian dan gizi di sarana kabupaten/kota propinsi sulawesi tengah tahun 2006
Tabel 58
Jumlah tenaga keperawatan di sarana kesehatan menurut kabupaten/kota di propinsi sulawesi tengah tahun 2006.
Tabel 59
Jumlah tenaga kesehatan masyarakat dan sanitasi di sarana kesehatan menurut kabupaten/kota di propinsi sulawesi tengah tahun 2006.
Tabel 60
Jumlah tenaga teknisi medis di sarana kesehatan menurut kabupaten/kota di propinsi sulawesi tengah tahun 2006.
Tabel 61
Anggaran kesehatan kabupaten/kota di propinsi sulawesi tengah tahun 2006.
Tabel 62
Jumlah sarana pelayanan kesehatan di propinsi sulawesi tengah tahun 2006.
Tabel 63
Upaya kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006.
Tabel 64
Indikator Pelayanan Rumah Sakit di Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
kesehatan
kesehatan
menurut
menurut
xiii
BAB I PENDAHULUAN
P
rofil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah adalah gambaran situasi kesehatan di Sulawesi Tengah yang diterbitkan secara berkala setiap
tahun sekali sejak tahun 1990. Selanjutnya diikuti dengan penerbitan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota pada tahun 1996. Dalam setiap terbitan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah memuat data tentang kesehatan dan data pendukung
lain
yang
berhubungan
dengan
kesehatan
seperti
data
kependudukan dan keluarga berencana. Data dianalisis dengan analisis sederhana dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Dalam setiap penerbitan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah, selalu dilakukan berbagai upaya perbaikan, baik dari segi materi, analisis maupun bentuk tampilan fisiknya, sesuai dengan petunjuk teknis dari Departemen Kesehatan. Sejak terbitan tahun 1990 sampai dengan terbitan tahun 2000, tahun profil dan isi data berbeda satu tahun. Yaitu misalnya, Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2000 berisi data tahun 1999. Namun sejak terbitan data tahun 2001, dilakukan perubahan di mana tahun yang tercantum dalam judul Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah tersebut disesuaikan dengan isi data dalam Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah. Contohnya, Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006 berisi data tahun 2006. Sistem Informasi Kesehatan tidak dapat berdiri sendiri dan ia harus merupakan bagian fungsional dari Sistem Kesehatan. Oleh karena itu, sejak terbitan tahun 2001, Profil Kesehatan diupayakan untuk lebih berkait dengan Sistem Kesehatan. Sebagaimana diketahui, sejak tahun 2001 Sistem Kesehatan diarahkan untuk mencapai Visi Indonesia Sehat 2010, dimana Profil Kesehatan bertemakan “Menuju Indonesia Sehat 2010”. Artinya Profil Kesehatan diformat agar dapat menjadi salah satu sarana untuk menilai pencapaian Pembangunan Kesehatan dalam rangka mencapai Visi Indonesia Sehat 2010. Dengan demikian jelas bahwa tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2006 ini adalah dalam rangka menyediakan sarana untuk mengevaluasi Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
1
pencapaian Pembangunan Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2006 dengan mengacu kepada Visi Indonesia Sehat 2010. Didalam penyusunan narasi Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Temngah tahun 2006 ini, kami menyajikan berbagai informasi, terutama kejadian kejadian dan masalah kesehatan seperti terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan lain-lain. Didalam buku Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang ditetapkan berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
131/MENKES/SK/II/2004 disebutkan bahwa keberhasilan manajemen kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya data dan informasi kesehatan, dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, dukungan hukum kesehatan serta administrasi kesehatan. Lebih lanjut di dalam SKN disebutkan bahwa SKN terdiri dari enam subsistem, yakni (1) Subsistem Upaya Kesehatan, (2) Subsistem Pembiayaan Kesehatan, (3) Subsistem Sumber Daya Manusia Kersehatan, (4) Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan, (5) Subsistem
Pemberdayaan
Masyarakat,
dan
(6)
Subsistem
Manajemen
Kesehatan. Penyusunan Profil Kesehatan Sulawesi Tengah tahun 2006 ini berupaya untuk mengacu kepada SKN yang baru tersebut. Subsistem upaya kesehatan akan digambarkan tersendiri pada Bab IV, sedangkan subsistem pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat akan digambarkan pada Bab V dan subsistem manajemen kesehatan akan digambarkan pada Bab III, sehingga Profil Kersehatan Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2006 ini akan terdiri dari 6 (enam) bab, yaitu: Bab I- Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2006 ini dan sistematika dari penyajiannya. Bab II- Gambaran Umum dan Lingkungan. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Propinsi Sulawesi Tengah. Selain uraian tentang letak geografis,
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
2
demografis, pendidikan, ekonomi,
dan informasi umum lainnya bab ini juga
mengulas faktor-faktor lingkungan dan prilaku. Bab III- Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2006 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan dan keadaan status gizi, yang akan disoroti adalah masalah status gizi dan balita dan ibu hamil. Bab IV- Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang upaya-upaya kesehatan yang telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2006, untuk tercapainya dan berhasilnya program-program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan dasar, persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan rujukan, upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat dengan Posuandu Purnama dan Mandiri, yang disebut dengan Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dan berbagai upaya lain yang berupa gambaran pelayanan program kesehatan lainnya. Bab-V Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2006 ini. Gambaran tentang keadaan sumber daya sampai dengan tahun 2006 ini mencakup tentang keadaan tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan yang ada sampai tahun 2006. Pada Bab ini juga akan dijelaskan tentang jumlah serta distribusi tenaga per kabupaten/kota , serta jumlah dan penyebaran sarana pelayanan kesehatan yang terdiri dari rumah sakit dan puskesmas termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Juga akan digambarkan tentang perkembangan penyediaan obat generik, juga tentang distributor obat yangb terdiri dari Pedagang Besar Farmasi, Apotek dan Toko Obat. Bab VI. Penutup.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
3
BAB II GAMBARAN UMUM DAN LINGKUNGAN
S
ulawesi Tengah terdiri atas pulau-pulau dengan karateristik budaya penduduk yang beragam dan adat istiadat yang berbeda, termasuk
perilaku yang berkaitan dengan kesehatan. Sejak
dilaksanakannya
kebijakan
desentralisasi
yang
antara
lain
berimplikasi pada terus bertambahnya jumlah kabupaten. Pada tahun 2004 secara administratif wilayah Sulawesi Tengah terbagi atas 9 kabupaten dan 1 kota. Wilayah tersebut meliputi 109 kecamatan, 1459 desa dan 116 kelurahan. Rincian pembagian wilayah administrasi pemerintahan perkabupaten/kota tahun 2006 dapat dilihat pada lampiran tabel 1. Adapun gambaran umum Sulawesi Tengah dan perilasku penduduk pada tahun 2006 yang diuraikan meliputi : keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan pendidikan, keadaan lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan dengan kesehatan.
A. KEADAAN PENDUDUK
M
asalah kependudukan di Sulawesi Tengah pada dasarnya meliputi dua hal pokok, yaitu : komposisi penduduk yang kurang
menguntungkan dimana proporsi penduduk berusia muda masih relatif tinggi, dan persebaran penduduk yang kurang merata.
1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan oleh BPS, menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Sulawesi Tengah akan terus bertambah dengan laju pertumbuhan
yang
cenderung
menurun.
Pada tahun
1980
jumlah
penduduk 1.289.635 jiwa, pada tahun 1990 jumlah penduduk 1.711.327 jiwa, Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
4
pada tahun 2000 jumlah penduduk 2.079.201 jiwa serta pada tahun 2003 jumlah penduduk menjadi 2.210.100 jiwa, pada tahun 2004 menjadi 2.247.492 jiwa, dan pada tahun 2005 menjadi 2.284.659 jiwa dan tahun 2006 naik menjadi 2.402.749 jiwa. Berdasarkan sensus penduduk tersebut diatas diperoleh gambaran bahwa laju pertumbuhan penduduk selama periode 1980 – 1990 sebesar 2.87 % pertahun dan pada periode 1990 – 2000 mengalami penurunan menjadi 2.03 %, pada tahun 2004 menjadi 1,69 %, dan sedikit menurun menjadi 1,65% pada tahun 2005 dan pada tahun 2006 naik menjadi 5,16%
2. Komposisi penduduk a) Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur. Komposisi penduduk pada tahun 2005 menurut kelompok umur menunjukkan bahwa 32,42 % penduduk Sulawesi Tengah berusia muda (umur 0 -14 tahun), 64,59 % berusia produktif (umur 15 – 64 tahun) dan hanya 2,99 % yang berusia 65 tahun keatas, sehingga angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk sebesar 47,96.
b) Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Sesuai dengan data dari BPS (Sulawesi Tengah dalam Angka) jumlah penduduk Sulawesi Tengah pada tahun 2004 adalah sebanyak 2.324.506 jiwa, 51,52% atau 1.197.689 jiwa laki-laki dan 48.48 % atau 1.126.817 jiwa perempuan. Berarti rasio jenis kelamin (Sex ratio) penduduk Sulawesi Tengah adalah sebesar 106,29 (sedikit diatas angka 100). Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan relatif sama (seimbang). Kabupaten dengan sex ratio tertinggi (penduduk laki-laki lebih besar dari perempuan) adalah kabupaten Poso (110,00), sedangkan yang terendah kota Palu (101,56). Komposisi penduduk menurut golongan umur secara rinci disajikan pada tabel II.2 berikut. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
5
TABEL 2.1 PERSENTASE PENDUDUK SULAWESI TENGAH MENURUT GOLONGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2005.
NO.
Golongan Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1.
0 - 4 th
11,79
11,06
11,44
2.
5 - 14 th
20,71
21,26
20,98
3.
15 - 44 th
50,01
51,44
50,70
4.
45 - 64 th
14,41
13,35
13,89
5.
65 th keatas
3,08
2,89
2,99
100
100
100
J u m l a h
Sumber : BPS (Sulawesi Tengah dalam angka 2005)
Berdasarkan komposisi penduduk diatas, menunjukkan bahwa komposisi penduduk di Sulawesi Tengah masih tergolong penduduk muda, berarti jumlah penduduk yang berusia 15 tahun kebawah cukup tinggi yaitu 32,42 sedangkan penduduk yang berusia tua masih rendah ( 2,99 % ). Adapun gambaran komposisi penduduk Sulawesi Tengah dapat dilihat pada grafik penduduk dibawah ini : GAMBAR. II.1 KOMPOSISI PENDUDUK SULAWESI TENGAH MENURUT GOL.UMUR TH. 2005
60 50 40 30 20 10 0 0-4
'5 - 14
Lak-Laki
'15 - 44
'45 - 64
'> 65
Perempuan
Sumber Data : BPS (Sulawesi Tengah Dalam Angka 2005)
3. Persebaran Penduduk Luas wilayah Provinsi Sulawesi Tengah adalah 68.033, Km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2006 sebanyak 2.402.749 jiwa, ini berarti Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
6
kepadatan rata-rata penduduk di Sulawesi Tengah pada tahun 2006 adalah 36,39 berarti mengalami kenaikan 2,81 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 33,58 pada tahun 2005. Kepadatan penduduk tertinggi adalah di kota Palu sebesar 783,08 sedangkan mempunyai luas wilayah
yang terendah kabupaten Morowali yang
terbesar (22,77 %), penduduknya (7,42%) dengan
kepadatan penduduk terendah yaitu 11,51 jiwa per Km2.
TABEL 2.2 PERSENTASE LUAS WILAYAH DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2003-2005 Kepadatan Penduduk per Km2 Kabupaten/Kota Luas Persentase 2003 2004 2005 (Km2) 1. Banggai Kepulauan
3.214,46
4,72
46,66
46,57
48,41
2. Banggai
9.672,70
14,22
29,05
29,33
29,84
3. Morowali
15.490,12
22.77
10,51
10,72
10,95
4. Poso
8.195,77
12,93
18,73
19,09
14,88
5. Donggala
10.471,71
15,39
40,50
41,62
42,34
6. Parigi Moutong
6.231,85
9,16
55.69
55,51
56,41
7. Tolitoli
4.079,77
6,00
46,40
47,10
48,12
4.043,57
5,94
26,59
27,81
27,82
395,06
0,58
704,80
718,95
727,93
10. Tojo Una-una
6.238.00
9,84
-
19,06
26,19
Provinsi
68.033,00
100,00
32,49
32,49
33,58
8. Buol 9. Kota Palu
Sumber : BPS (Sulawesi Tengah dalam angka 2005)
]
B. KEADAAN SOSIAL EKONOMI
M
asalah ekonomi dapat diketahui dari berbagai indikator antara lain produk domestik regional bruto, angka beban ketergantungan, dan
tingkat pendidikan penduduk.
1. Produk Domestik Regional Bruto Kemampuan perekonomian Sulawesi Tengah yang diukur dengan angka produk domestik bruto (PDRB) atas dasar harga yang berlaku, angka ini cenderung mengalami peningkatan, yaitu Rp. 14.657.899 juta pada tahun 2004, Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
7
menjadi Rp. 17.089.580 juta pada tahun 2005, sedangkan produk regional perkapita atas dasar harga konstan 1993 juga mengalami peningkatan dari Rp. 2.808.637.- pada tahun 2003 menjadi Rp. 2.993.928 pada tahun 2004 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,26 % pertahun. Adapun perkembangan produk regional perkapita tahun 2001 – 2005 sebagai berikut : TABEL 2.3 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SULAWESI TENGAH TAHUN 2001 – 2005 2001 (JtRp)
2002 (JtRp.)
2003 (JtRp.)
2004 (JtRp)
10.380.275
11.793.833
13.013.148
14.657.899
17.089.580
9.089.908
9.600.364
10.196.750
10.925.465
11.728.617
Uraian
- PDRB atas dasar harga yg
2005 (Jt Rp)
berlaku - PDRB atas dasar harga konstan 2000 - Pertumbuhan PDRB atas
5,10
5,62
6,21
7,15
7,35
dasar harga konstan 2000
Sumber : BPS( Sulawesi Tengahdalam angka 2005)
2. Beban Tanggungan Ratio Beban tanggungan digunakan untuk mengetahui beban tanggungan ekonomi suatu negara. Tingginya ratio beban tanggungan
merupakan faktor
penghambat pembangunan ekonomi suatu negara karena sebagian besar pendapatan yang diperoleh
oleh golongan yang produktif harus dikeluarkan
untuk memenuhi kebutuhan golongan yang tidak produktif. Dependency ratio Sulawesi Tengah dari tahun ketahun mengalami penurunan yang cukup bermakna, yaitu dari 72,35 % pada tahun 1990 menjadi 58,70 % pada tahun 2001 dan pada tahun 2002 turun menjadi 57,29 % kemudian turun lagi menjadi 54,51 % pada tahun 2003, dan pada tahun 2004 mengalami kenaikan menjadi 56,85% dan pada tahun 2005 turun menjadi 54,81% keadaaan ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif harus menanggung 55 orang penduduk non produktif.untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada grafik sebagai berikut: Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
8
GAMBAR II.2 RATIO BEBAN TANGGUNGAN PENDUDUK SULTENG TAHUN 2001 - 2005
59 58 57 56 55 54 53 52
58.7 57.29
56.85 54.81
54.51
2001
2002
2003
2004
2005
Sumber : BPS (Sulawesi Tengah dalam angka)
3. Pola Pengeluaran Rumah Tangga Tingkat kebutuhan/permintaan (demand) terhadap kelompok pengeluaran pada dasarnya berbeda dalam kondisi pendapatan terbatas kita akan mendahulukan kebutuhan makanan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk mengkonsumsi makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan atau peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan. Pergeseran komposisi atau pola pengeluaran tersebut terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan pada umumnya rendah, sementara elastisitas permintaan terhadap barang bukan makanan pada umunya tinggi. Keadaan ini semakin jelas terlihat pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi makanannya sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan sebagian besar akan digunakan untuk barang bukan makanan (kalau bukan disimpan/ditabung atau di investasikan kembali). Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa pada pengeluaran dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk menilai tingkat kesejahteraan (ekonomi) Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
9
penduduk, dan perubahan komposisinya sebagai indikasi perubahan tingkat kejahteraan dengan asumsi bahwa penurunan persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran merupakan gambaran membaiknya tingkat perekonomian penduduk. Pengeluaran rata-rata perkapita sebulan didaerah perkotaan di Sulawesi Tengah tahun
2005 telah mencapai Rp. 342.588.- yang merupakan
penjumlahan dari Sub golongan makanan sebesar Rp. 168.548.- dan bukan makanan sebesar Rp. 174.040.-, sedangkan didaerah pedesaan tercatat sebesar Rp. 197.185, berasal dari sub golongan makanan sebesar Rp.121.961 dan Rp. 75.224 untuk bukan makanan. Dan secara keseluruhan pengeluaran rata-rata perkapita sebulan penduduk Sulawesi Tengah pada tahun 2005 mencapai Rp. 227.085 jika dipisahkan akan terlihat bahwa Rp. 131.541 merupakan sumbangan dari kelompok makanan dan Rp. 95.544 dari bukan makanan. Dari hasil Susenas 2005 (data Kor) terlihat bahwa proporsi rumah tangga terbesar (modus) untuk total pengeluaran rumah tangga (makanan dan bukan makanan) berada pada kelompok pengeluaran diantara 100 sampai 150 ribu rupiah sedangkan menurut pengeluaran untuk makanan dan non makanan masing-masing berada pada kelompok (modus) 100 sampai 150 ribu rupiah untuk makanan dan 40 ribu sampai 60 ribu rupiah bukan makan.
C. KEADAAN PENDIDIKAN 1. Kemampuan Baca Tulis
K
emampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf penduduk yang dalam hal ini didefinisikan sebagai persentase penduduk usia
10 tahun keatas yang pernah sekolah, dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. di Provinsi Sulawesi Tengah penduduk yang melek huruf tahun 2005 sebesar 94,54 % dan persentase penduduk yang buta huruf (belum pernah sekolah) sebesar 5,46 %. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
10
Perbandingan menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa angka buta huruf pada perempuan (7,02%) lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (3,93%). Persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf dan buta huruf tahun 2004 (tahun 2006 tidak tersedia data yang terinci) dapat dilihat pada table berikut. TABEL 2.4 PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KEATAS JENIS KELAMIN, MELEK HURUF DAN BUTA HURUF DI SULAWESI TENGAH TAHUN 2004
Jenis Kelamin
Melek Huruf
Buta Huruf
Jumlah
Laki-laki
96,92
3,08
100
Perempuan
93,75
6,25
100
Laki2 + Perempuan
95,39
4,61
100
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah
Angka buta huruf tertinggi di Kabupaten Donggala (7,76%), kemudian disusul kabupaten Banggai (6,67%) dan kabupaten Banggai Kepulauan (4,84%), sedangkan yang terendah adalah kota Palu (0,64%).Gambaran angka buta huruf dan melek huruf menurut kabupaten tahun 2005 dapat dilihat pada gambar berikut. GAMBAR II.3 PERSENTASE PENDUDUK YANG MELEK HURUF DAN BUTA HURUF MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2005
100 80 60 40 20 0
Bangkep
Banggai
Morowali
Poso
Donggala
Melek Huruf
Tolitoli
Buol
Palu
Pamong
Touna
Buta Huruf
Sumber : BPS (Sulawesi Tengahdalam angka 2005)
2. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Pendidikan
yang
ditamatkan
merupakan
indicator
pokok
kualitas
pendidikan formal. Persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
11
tidak/belum tamat SD pada tahun 2005 sebesar 20,64%, yang tamat SD sebesar 37,74%, yang tamat SLTP 17,13%, yang tamat SLTA 15,58%, yang tamat diploma 1,51% dan yang tamat Universitas sebesar 2,32%. Sementara yang tidak/belum pernah bersekolah sebesar 5,07%.
D. KEADAAN LINGKUNGAN
U
ntuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikatorindikator Persentase Rumah Sehat dan Persentase Tempat Tempat
Umum Sehat. Selain itu disajikan pula indikator tambahan yang dianggap masih relevan, yaitu persentase rumah tangga (keluarga) menurut Sarana Tempat Pembuangan Air Besar.
1. Rumah Sehat. Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik , kepadatan hunian rumah dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Menurut laporan dari kabupaten/kota pada tahun 2006, persentase rumah sehat hanya 60,72%. Angka ini masih dibawah target Indonesia sehat 2010 yaitu sebesar 80%, sehingga perlu upaya program terkait untuk meningkatkan jumlah rumah sehat . Data persentase rumah sehat menurut kabupaten disajikan pada lampiran tabel 48. Rendahnya persentase rumah sehat di Sulawesi Tengah dapat disebabkan antara lain, karena kurangnya pemahaman sektor-sektor terkait terhadap konsep pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Tempat-tempat Umum Sehat Tempat-tempat umum (TTU) merupakan suatu sarana yang dikunjungi oleh banyak orang, dan dikhawatirkan dapat menjadi tempat penyebaran penyakit. TTU meliputi hotel, restoran, bioskop, pasar, terminal dan lain-lain. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
12
Sedangkan TTU sehat adalah tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan yaitu yang memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruang) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung, dan memiliki pencahayaan ruang yang sesuai. Data
yang
diolah
dari
laporan
kabupaten/kota
tahun
2006,
memperlihatkan bahwa persentase TTU sehat mencapai 62,73 %, angka ini masih kasar karena kabupaten Banggai Kepulauan, Buol dan Tojo Una-una tidak tersedia datanya. Sedangkan target Indonesia Sehat 2010 adalah 80 %. Namun masih diperlukan upaya-upaya dari sektor terkait, seperti Dinas Kesehatan, Kimpraswil, Pemda dan lain-lain untuk mencapai target yang diharapkan. Persentase TTU sehat tertinggi di kabupaten Poso (90,70%) dan Palu (89,81%) sedangkan yang terendah adalah kabupaten Donggala (23,32%) dan Parigi Moutong (53,88%). Data persentase TTU sehat menurut kabupaten /.kota disajikan pada lampiran tabel 51. Rendahnya persentase TTU sehat dibeberapa kabupaten disebabkab berbagai faktor antara lain,
dapat
kurangnya pemahaman pemilik/
pengelola terhadap aspek kesehatan dalam pengelolaan TTU, mudahnya memperoleh perizinan pendirian TTU meskipun belum memenuhi persyaratan kesehatan, dan kurangnya pemeriksaan dan lemahnya pengawasan TTU oleh instansi terkait.
3. Akses Terhadap Air Bersih Sumber air bersih yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air ledeng, sumur pompa tangan, sumur gali, penampungan air hujan, air kemasan, dan lainnya. Hasil pemutahiran data tahun 2006 menunjukkan bahwa rumah tangga di sulawesi tengah yang menggunakan air bersih dari ledeng (35,89%), sumur gali (35,54%), sumur pompa tangan (13,95%), penampungan air hujan (0,92%), air kemasan (o,09%) dan lainnya (13,61%).Gambaran persentase rumah tangga menurut sumber air bersih yang digunakan dapat dilihat pada gambar II.4 berikut.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
13
GAMBAR II.4 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR BERSIH TAHUN 2006
Lainnya; 13,61%
Kemasan; 0,09%
Ledeng; 35,89%
PAH; 0,92%
SPT; 13,95%
SGL; 35,54% Ledeng
SGL
SPT
PAH
Kemasan
Lainnya
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota
4. Rumah Tangga Menurut Sarana Pembuangan Air Besar. Sistem pembuangan kotoran manusia sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan risiko penularan penyakit, khususnya penyakit saluran pencernaan. Klasifikasi sarana pembuangan kotoran dilakukan berdasarkan atas tingkat risiko pencemaran yang ditimbulkan. Dalam hal ini sistem pembuangan kotoran manusia dibedakan dalam 4 (empat) jenis sarana yaitu leher angsa, plengsengan, cemblung/cubluk, dan lain-lain. Persentase rumah tangga menurut sarana pembuangan air besar tahun 2004 dapat dilihat pada gambar berikut. Masih
cukup
tingginya
persentase rumah tanga yang menggunakan pembuangan air
GAMBAR II.5 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT PEMBUANGAN KOTORAN/TINJA DI SULAWESI TENGAH TAHUN 2004
besar yang tidak sehat (jamban plengsengan, jamban cemplung,
Cemplung; 14,17
Lainnya; 5,41
dan tidak pakai jamban) diduga karena faktor-faktor kebiasaan, pendidikan/pengetahuan,
dan
ketersediaan sarana.
Plengseng an; 8,87 Leher Angsa; 71,55 Sumber : BPS – Sulawesi Tengah Dalam Angka 2004
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
14
Menurut laporan dari kabupaten/kota pada tahun 2005, persentase keluarga yang memiliki jamban hanya 64,25%.
500.000 450.000 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0
70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00%
Persentase
Jumlah
GAMBAR II.6 JUMLAH DAN PERSENTASE KK DIPERIKSA DAN MEMILIKI JAMBAN TAHUN 2003-2004
10,00% 2003
2004
2005
2006
Jml KK diperiksa
329.759
167.290
263.363
355.866
Jml KK memiliki Jamban
158.813
90.827
162.996
228.646
% KK memiliki Jamban
48,16%
54,29%
61,89%
64,24%
0,00%
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota
Data persentase keluarga memiliki jamban menurut kabupaten tahun 2006 disajikan pada lampiran tabel 50.
E. PERILAKU MASYARAKAT
U
ntuk
menggambarkan
keadaan
perilaku
masyarakat
yang
berpengaruh terhadap derajat kesehatan, akan disajikan tiga
indikator yaitu Persentase Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri serta Poskesdes.
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
15
informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, sehingga membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan. PHBS pada tatanan Rumah Tangga dinilai berdasarkan 16 indikator yang meliputi 9 indikator perilaku dan 7 indikator lingkungan. Sembilan indikator perilaku ini adalah (1) Perilaku tidak merokok, (2) Persalinan oleh Nakes/ pemeriksaan kehamilan, (3) Imunisasi, (4) Penimbangan Balita, (5) Sarapan pagi, (6) Kepersertaan dana sehat, (7) Kebiasaan mencuci tangan, (8) Kebiasaan menggosok gigi, (9) Olahraga/aktivitas fisik. Sedangkan indikator lingkungan pada PHBS adalah (1) Sarana air bersih, (2) Jamban, (3) Tempat sampah, (4) Sarana pembuangan air limbah, (5) Ventilasi rumah, (6) Kepadatan rumah, dan (7) Lantai rumah. Klasifikasi PHBS ditentukan berdasarkan nilai perilaku dan lingkungan sehat tiap keluarga dengan ketentuan sebagai berikut : (1) Sehat 1 yaitu bila keluarga berperilaku positif kurang dari 25% dari jumlah seluruh indikator PHBS, (2) Sehat 2 yaitu bila keluarga perperilaku positif 25% - 49% dari jumlah seluruh indikator PHBS, (3) Sehat 3 yaitu bila keluarga berperilaku positif 50% - 74% dari jumlah seluruh indikator PHBS, dan (4) Sehat 4 yaitu bila keluarga berperilaku positif lebih dari 75% dari jumlah seluruh indikator PHBS. Pada tahun 2006 secara provinsi Persentase Rumah Sehat adalah sebanyak 60,10%, ini berarti masih dibawah target Indonesia Sehat 2010 yaitu 65%. Rumah Sehat menurut kabupaten dapat dilihat pada lampiran tabel 48.
2. Posyandu Purnama dan Mandiri Posyandu
merupakan
salah
satu
bentuk
Upaya
Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal dewasa ini. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare. Untuk Meningkatkan kualitas Posyandu telah dilakukan pengelompokan
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
16
Posyandu ke dalam 4 tingkat perkembangan, yaitu (1) Posyandu Pratama, (2) Posyandu Madya, (3) Posyandu Purnama dan (4) Posyandu Mandiri. Berdasarkan Profil UKBM Propinsi Sulawesi Tengah, pada tahun 2006 jumlah Posyandu di Sulawesi Tengah adalah sebanyak
2.841 unit. Tingkat
perkembangan Posyandu dalam 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut. TABEL 2.5 JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA TAHUN 2004-2006 2004 NO.
Strata
2005
2006
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1.
Posyandu Pratama
1.401
49,72
215
45,98
1.139
40,09
2.
Posyandu Madya
960
34,07
950
35,96
1.070
37,66
3.
Posyandu Purnama
386
13,70
439
16,62
580
20,42
4.
Posyandu Mandiri
71
2,51
38
1,44
52
1,83
2.818
100
2.642
2.642
2.841
100
Jumlah
Sumber : Seksi PSM Dinkes Prop.Sulteng
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Posyandu yang terbanyak sampai tahun 2006 adalah Posyandu Pratama, yaitu sebesar 40,09%. Sedangkan Posyandu Purnama dan Mandiri baru mencapai 22,25%. Persentase ini masih jauh dibawah target yang ingin dicapai pada tahun 2010, yaitu sebesar 40%. Bila dilihat perkembangan Posyandu menurut strata selama tiga tahun terakhir, maka dapat dikatakan bahwa kualitas Posyandu cenderung tidak mengalami perkembangan. Hal ini diperkirakan antara lain karena krisis ekonomi sejak tahun 1997. Disamping itu pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai tahun 2001, telah mengakibatkan perubahan struktur organisasi pemerintahan di daerah, yang berdampak antara lain pada berkurangnya pembinaan peran serta masyarakat, termasuk Posyandu.
3. Pos Kesehatan Desa Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah upaya kesehatan bersumber masyarakat bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
Poskesdes
menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan
terutama
(1)
pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit 17
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, dan faktor-faktor risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko. (2) Penanggulangan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor-faktor risikonya (termasuk kurang gizi), (3) Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, dan (4) Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya. Poskesdes adalah salah satu bentuk UKM yang dimiliki oleh Desa Siaga yaitu Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Dari hasil pemutahiran data tahun 2006 diperoleh data jumlah desa siaga di sulawesi tengah tahun 2006 adalah sebanyak 150 buah. Rincian jumlah desa siaga menurut kabupaten/kota disajikan secara rinci pada lampiran tabel 63.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
18
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
G
ambaran tentang derajat kesehatan meliputi indikator mortalitas, morbiditas, dan status gizi. Mortalitas dilihat dari indikator
Asngka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup, dan Angka Harapan Hidup waktu lahir (Eo). Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan Malaria per 1.000 Penduduk, Angka Kesembuhan TB Paru BTA+, Prevalensi HIV (Persentase Kasus Terhadap Penduduk Berisiko), Angka Acute Flacid Paralysis (AFP) pada anak usia < 15 Tahun per 100.000 anak, dan Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 Penduduk. Sedangkan status gizi dilihat dari indikator Persentase Balita dengan Status Gizi di Bawah Garis Merah pada KMS dan Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi. Selain indikator tersebut diatas , disajikan pula beberapa indikator tambahan yang dianggap masih relevan yaitu Angka Harapan Hidup (Eo), dan Angka Kesakitan beberapa penyakit tertentu lainnya.
A. MORTALITAS (ANGKA KEMATIAN).
K
ejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat memberi
gambaran
perkembangan
derajat
kesehatan
masyarakat atau dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Tingkat kematian secara umum berhubungan erat dengan tingkat kesakitan, karena biasanya merupakan akumulasi akhir dari berbagai penyebab terjadinya kematian baik langsung maupun tidak langsung. Salah satu alat untuk menilai keberhasilan program pembangunan kesehatan yang 19
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
telah dilaksanakan selama ini adalah dengan melihat perkembangan angka kematian dari tahun ke tahun. Besarnya tingkat kematian dan penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir dapat dilihat dari berbagai uraian berikut ini.
a. Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang sangat penting untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat. Faktor-faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian bayi antara lain adalah tingkat pelayanan ante natal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA-KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Angka Kematian Bayi (AKB) di Sulawesi Tengah telah menurun secara bermakna dari 150 per-1000 kelahiran hidup pada tahun 1971 menjadi 52 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003, lebih tinggi dari angka nasionall yaitu 40 per 1.000 kelahiran hidup (Kajian Kematian Ibu dan Anak Badan Litbang Depkes RI) dan Sulawesi Tengah menempati urutan ke 5 tertinggi di Indonesia. Rata-rata perubahan per tahun selama kurun waktu 1990-2000 adalah 3,46% dan diperkirakan bahwa tahun 2010 AKB di Sulawesi Tengah akan menurun menjadi 41 per 1000 kelahiran hidup. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir tersebut memberi gambaran adanya peningkatan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Penurunan
AKB
tersebut
antara
lain
disebabkan
oleh
peningkatan cakupan imunisasi bayi, peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, penempatan bidan di desa. Menurut BPS angka kematian bayi diasumsikan menurun, yang diperkirakan pada periode 1995 – 2000 mencapai 62,98 per-1000 kelahiran hidup (KH) dan pada periode 2000-2005 mencapai 48,97 per-1000 KH. Prakiraan angka kematian bayi menurut sensus penduduk (SP) dan survei demografi kesehatan indonesia tahun 2002-2003 dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
20
TABEL 3.1. PRAKIRAAN ANGKA KEMATIAN BAYI (PER-1000 KH) TAHUN 1980-2003 Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup Tahun
(KH) Laki-laki
Perempuan
Total
SP 1980
141
120
130
SP 1990
101
84
92
SP 2000
73
59
66
SDKI 2002-2003
52
Sumber : BPS Sulawesi Tengah
AKB cenderung menurun, sebagai dampak dari hasil pelaksanaan pembangunan di segala bidang termasuk pemerataan pelayanan kesehatan sampai ke daerah-daerah terpencil, pemukiman baru dan daerah perbatasan serta ditunjang dengan program penempatan bidan di desa yang dimulai sejak tahun 1990. Pada tabel diatas juga terlihat bahwa angka kematian bayi menurut jenis kelamin pada semua periode pengukuran menunjukkan perbedaan, dimana angka kematian bayi pada bayi laki-laki tampaknya lebih tinggi dibandingkan pada bayi perempuan. Menurut
hasil
pemutahiran
data/pengumpulan
data
dari
kabupaten/kota Angka Kematian Bayi tahun 2006 adalah sebesar 11 per1000 KH. Data lebih rinci menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran Tabel 6. Kabupaten/kota dengan angka kematian bayi tertinggi di Buol (25%0 KH), Parigi Moutong (17 %0 KH), sedangkan yang terendah adalah di Palu (3%0 KH) dan Poso (5%0 KH). b. Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Perinatal (AKP) AKB dapat dirinci menurut kelompok umur yaitu kematian Neonatal (Kematian bayi umur < 1 bulan) dan kematian Post-Neonatal (Kematian Bayi umur 1-11 bulan). AKN di Sulawesi Tengah menurun dari 43,7 per 1000 KH pada tahun 1997 menjadi 24 per 1000 Khpada tahun 2002, namun masih diatas Angka Nasional (20). Rata-rata penurunan AKN selama tahun 1997 – 2002 adalah -12,0%. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
21
Secara nasional rasio kematian AKP terhadap AKN adalah 0,75% (1994). Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi kematian Neonatal terhadap AKB lebih besar dari kontribusi kematian Post-Neonatal. Menurut SKRT tahun 2001 diantara kematian bayi yang tertinggi adalah gangguan Perinatal (34%) dan sebab kematian Neonatal tertinggi adalah Premature, BBLR dan Asfiksia (27%).
c. Angka Kematian Balita Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak umur 04 tahun per 1000 KH. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, dan penyakit infeksi. Angka Kematian Balita (AKABA) menurut Sensus Penduduk (SP) di Sulawesi Tengah pada tahun 1980 sebesar 193 per-1000 KH turun menjadi 132 per-1000 KH pada tahun 1990 dan 83 per-1000 KH pada tahun 2000 dan menjadi 71 per-1000 KH (SDKI 2002-2003). Hal ini diperkirakan karena meningkatnya akses terhadap pelayanan kesehatan,
diperkirakan bahwa
tahun 2010 AKABA di Sulawesi Tengah akan menurun menjadi 51 per-1000 KH. Perkiraan angka kematian bayi dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut : TABEL 3.2. PRAKIRAAN ANGKA KEMATIAN BALITA (PER-1000 KH) TAHUN 1980-2003 Angka Kematian Balita per 1000 Kelahiran Hidup (KH) Tahun SP 1980
193
SP 1990
132
SP 2000
83
SDKI 2002-
71
2003 Sumber : BPS Sulawesi Tengah
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
22
d. Angka Kematian Ibu Maternal Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa nifas. Angka kematian ibu maternal adalah jumlah kematian hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas per 100.000 kelahiran hidup. Menurut sensus penduduk (SP) tahun 2000 AKI di Sulawesi Tengah sebesar 517 per 100.000 kelahiran hidup dan menempati urutan tertinggi ke 7 di Indonesia. AKI Nasional adalah 347 per 100.000 kelahiran hidup dan merupakan angka tertinggi diantara negara-negara ASEAN. Sedangkan menurut hasil pengumpulan data profil kesehatan kabupaten/kota selama tahun 2006, angka kematian ibu maternal adalah sebesar 311 per-100.000 KH. Angka kematian ibu maternal menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 7.
e. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir Meningkatnya umur harapan hidup (Eo) waktu lahir, sekaligus memberikan gambaran kepada kita bahwa salah satu penyebabnya adalah karena meningkatnya kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Angka harapan hidup waktu lahir di Sulawesi Tengah cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini seiring dengan adanya asumsi kecenderungan angka kematian bayi yang menurun serta perubahan komposisi penduduk (penurunan kelompok umur usia muda dan peningkatan kelompok umur usia tua) pada tahun 1990 umur harapan hidup rata-rata 57,47 dan meningkat pada tahun 2000 menjadi 61,0 dan meningkat menjadi 63,3 pada tahun 2003 dan 2004. Meningkatnya umur harapan hidup ini secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya kemungkinan peningkatan kualitas hidup dan kesehatan dalam masyarakat sehingga dapat menurunkan angka kematian. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
23
TABEL 3.3 PRAKIRAAN UMUR HARAPAN HIDUP SULAWESI TENGAH TAHUN 1980-2004 PENDUDUK
SP 1980
SP 1990
SP 2000
2003
2004
1.
Laki-laki
46,85
53,9
59,10
-
-
2.
Perempuan
49,74
57,01
62,78
-
-
3.
Rata-Rata
48,34
57,47
61,0
63,3
63,3
Sumber : BPS Sulawesi Tengah
f. Angka Kematian Kasar. Angka Kematian Kasar (AKK) menurut data dari BPS (Statistik Lingkungan Hidup tahun 2000) diperoleh data AKK Sulawesi Tengah tahun 1998, 1999 dan 2000 adalah sama yaitu sebesar 7 per 1000 penduduk, sementara AKK tahun 2004 belum tersedia datanya. GAMBAR III.1 ANGKA KEMATIAN KASAR PER 1.000 PENDUDUK TAHUN 1998 – 2000
2000 1999 1998 2550
2600
2650
Angka Kelahiran Total
2700
2750
2800
Angka Kematian Kasar
Sumber : BPS, Statistik Lingkungan Hidup 2000
B. MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN)
A
ngka kesakitan penduduk Sulawesi Tengah di dapat dari data yang berasal dari sarana pelayanan kesehatan (facility based
data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
24
Dari data pasien rawat jalan di Rumah Sakit selama tahun 2006 diperoleh gambaran/pola sepuluh penyakit terbanyak dimana penyakit ISPA menempati ranking teratas (terbanyak) kemudian hipertensi dan TB Paru. Sedangkan yang terendah adalah Tonsilitis dan diabetes melitus YDT lainnya. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut. TABEL 3.4 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK RAWAT JALAN DI RSU PEMERINTAH TAHUN 2006 NO.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
GOLONGAN SEBAB SAKIT
ISPA akut lainnya Hipertensi esensial (Primer) TB Paru BTA+ dengan/tanpa biakan kuman TB Diare dan Gastroenteritis oleh penyebab infeksi Tertentu (kolitis infeksi) Bronkitis dan Bronkiolitis Akut Tuberkulosis Paru lainnya Diabetes Meliyus YTT Malaria Diabetes Melitus YDT lainnya Tonsilitis Akut Jumlah
JUMLAH KASUS
PERSENTASE
4.260 1.612 1.527 1.442
30,62 11,59 10,97 10,36
1.195 1.042 914 880 580 462 13.914
8,59 7,49 6,57 6,32 4,17 3,32 100
Sumber : Subdin Yanmed
Sedangkan dari data pasien rawat inap di rumah sakit selama tahun 2006 diperoleh gambaran/pola sepuluh besar penyakit terbanyak dimana ranking teratas (terbanyak) adalah penyakit Diare dan gastroenteritis, kemudian demam tifoid dan paratifoid, sedangkan yang terendahadalah diabetes melitus YTT. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut. TABEL 3.5 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK RAWAT INAP DI RSU PEMERINTAH TAHUN 2006 NO.
GOLONGAN SEBAB SAKIT
JUMLAH KASUS
PERSENTASE
1.
Diare dan Gastroenteritis oleh penyebab infeksi Tertentu (kolitis infeksi) Demam Tifoid dan Paratifoid ISPA akut lainnya Tuberkulosis Paru lainnya Malaria Demam Berdarah Dengue Pneumonia Hipertensi esensial (Primer) Bronkitis dan Bronkiolitis Akut Diabetes Meliyus YTT Jumlah
1.874
37,35
587 561 407 392 324 253 242 202 175 5.017
11,70 11,18 8,11 7,81 6,46 5,04 4,82 4,03 3,49 100
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
Sumber : Subdin Yanmed Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
25
Selain dari data sepuluh besar penyakit rawat jalan dan rawat inap di RSU juga juga diperoleh data sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas selama tahun 2006 seperti tabel 3.6 berikut ini. TABEL 3.6 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS TAHUN 2006 NO.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
GOLONGAN SEBAB SAKIT
Infeksi Akut lain pada saluran pernafasan bagian atas Malaria tanpa pemeriksaan laboratorium Gastritis (Maag) Penyakit pada sistem otot dan jaringan penyekat Diare Hipertensi Kecelakaan dan ruda paksa Penyakit Kulit Infeksi Anemia Malaria Tertiana (P.Vivax) Jumlah
JUMLAH KASUS
PERSENTASE
53.179 27.794 25.326 22.051 20.423 18.927 12.586 6.679 4.337 1.506 192.808
27,58 14,41 13,13 11,43 10,59 9,81 6,53 3,46 2,25 0,78 100
Sumber : Subdin Yanmed
Dari laporan sepuluh besar penyakit terbanyak tersebut diatas baik rawat jalan maupun rawat inap di RS dan di Puskesmas ternyata penyakit ISPA dan Diare menempati urutan teratas (kasus terbanyak) oleh karena itu kesehatan lingkungan perlu di tingkatkan. Untuk melengkapi gambaran pola penyakit di Sulawesi Tengah, berikut ini disajikan gambaran Morbiditas yang didasarkan data dari kabupaten/kota dan dari masing-masing program di propinsi.
a. Penyakit Malaria Untuk menggambarkan angka kesakitan, disajikan beberapa angka prevalensi dan insiden dari beberapa penyakit antara lain penyakit Malaria, Demam Berdarah Dengue, Campak, penyakit Zoonotik, AIDS dan HIV, dan penyakit Diare. Pada tahun 2006 tercatat kasus malaria positif sejumlah 9.589 kasus dengan angka kesakitan 399 kasus per 100.000 penduduk, terjadi sedikit kenaikan bila dibandingkan pada tahun 2005 yaitu 377 untuk jelasnya dapat dibaca pada lampiran tabel 11. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
26
Dari program dilaporkan bahwa pada tahun 2006 terjadi KLB dengan jumlah penderita 500 (penduduk terancam 3.721), kematian 14 dengan Attack Rate 13,44% dan CFR
2,80% , untuk jelasnya dapat dibaca pada
lampiran tabel 30.
b. Penyakit TB Paru. Sulawesi Tengah merupakan daerah ujicoba P2 TB-Paru terpadu, sehingga pemberantasan Penyakit TB-Paru terpadu telah dilaksanakan di semua Puskesmas. Prevalensi penyakit Tuberkulosis (TB) Paru belum diketahui secara pasti. Data terakhir yang diperoleh dari kabupaten/kota adalah jumlah kasus BTA+ yang diobati dan angka kesembuhannya. Pada tahun 2006 jumlah kasus baru BTA positif yang ditemukan sebesar 2.217 orang dan angka kesembuhan tahun 2005 sebesar 77,26%.
Gambaran penderita TB Paru
BTA positif yang terdeteksi disarana pelayanan kesehatan menurut kabupaten/kota pada tahun 2006 disajikan pada lampiran tabel 9.
c. HIV/AIDS dan Penyakit Menular Melalui Hubungan Seksual (PMS). Kasus penyakit HIV di Sulawesi Tengah telah ditemukan pada tahun 2002 yaitu sebanyak 3 kasus semuanya di kota Palu dan pada tahun 2005 sudah terdapat 22 kasus yang menyebar di 5 kabupaten/kota dengan kasus terbanyak di kabupaten Tolitoli 11 kasus dan terendah di kabupaten Parigi Moutong 1 kasus. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya
sentra-sentra
pembangunan
ekonomi
di
Indonesia,
meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaan
NAPZA
melalui
suntikan,
secara
simultan
telah
memperbesar tingkat risiko penyebaran HIV/AIDS. Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es (iceberg phenomena), yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah penderita yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
27
jumlah penderita HIV/AIDS di Sulawesi Tengah yang sebenarnya belum diketahui dengan pasti.
d. Acute Flaccid Paralysis. Kasus Acute Paralysis (AFP) yang ada di masyarakat Sulawesi Tengah pada tahun 2006 oleh program dilaporkan bahwa selama tahun 2006 terjadi KLB di 6 kecamatan dengan jumlah 8 kejadian (kasus), tanpa ada kematian. Target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010 untuk AFP Rate sebesar 0,9 per 100.000 anak usia < 15 tahun. Gambaran kasus AFP
menurut kabupaten/kota pada tahun 2006 disajikan pada lampiran
tabel-9.
e. Demam Berdarah Dengue (DBD) DBD mulai ditemukan di Sulawesi Tengah sejak tahun 1992 dengan kasus suspect DBD sebanyak 8 orang, pada tahun 1993 meningkat menjadi 17 orang dan meningkat lagi menjadi 44 orang pada tahun 1994. Mulai tahun 1996, keadaan di Sulawesi Tengah cukup memprihatinkan karena dari 50 kasus suspect ditemukan 16 penderita yang positif DBD dan terjadi kematian pada 4 penderita (CFR = 25 %) Pada tahun 2006 jumlah kasus yang dilaporkan sejumlah 658 0rang dari 7 kabupaten/kota (Banggai, Morowali, Poso, Dongala, Tolitoli, Parigi Moutong dan Kota Palu) sedang pada kabupaten lainnya tidak ditemukan kasus. Angka kesakitan penyakit Demam Berdarah Dengue adalah 27 per 100.000 penduduk pada tahun 2006.
f. Penyakit Pneumonia Penyakit Pneumonia merupakan penyakit yang harus diperhatikan secara serius mengingat tingginya kematian dan kesakitan penyakit ini terutama pada balita. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
28
Angka kesakitan penyakit Pneumonia masih cukup tinggi, berdasarkan laporan Surveilans Terpadu penyakit berbasis Puskesmas tahun 2006 diperoleh data jumlah kunjungan Penyakit Pneumonia adalah sebanyak 155 kunjungan dan menempati urutan ke4 teratas setelah penyakit Influenza, Malaria, dan Diare, dari 24 penyakit yang dilaporkan. Sementara dari seksi Rumah Sakit dilaporkan bahwa pada tahun 2006 jumlah penderita Pneumonia yang dirawat di RS adalah 253 orang dan angka kesakitan menjadi 10 per 100.000 penduduk. Hasil pengumpulan data profil kesehatan kabupaten/kota selama tahun 2006, jumlah penderita balita adalah sebesar 14.300 orang. Kabupaten kota dengan penderita balita terbanyak adalah di Donggala (3.857), Palu (2.749) dan Banggai (2.601). sedangkan yang terendah adalah di Morowali (122), dan Tojo Una-una (180).
g. Penyakit Diare Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Sulawesi Tengah dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Hasil pengumpulan data dari kabupaten/kota selama tahun 2006 jumlah kasus penyakit Diare yang ditemukan di sarana kesehatan adalah sejumlah 43.330 penderita dengan angka kesakitan penyakit Diare 18 per 1.000 penduduk. Angka ini mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2005 yaitu 14,21 per 1.000 penduduk. Pada tahun 2006 terjadi KLB Diare yang tersebar di 8 kabupaten/kota di 25 kecamatan dengan total penderita 1.120 orang dan kematian 27 orang (CFR 2,41). Diare
merupakan
penyakit
yang
harus
diwaspadai,
artinya
penanganan yang tepat di RS dan sarana pelayanan kesehatan lainnya seperti Puskesmas dan lain-lain, sangat penting peranannnya dalam mencegah kematian akibat Diare. Gambaran KLB, Attack Rate dan CFR Diare dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
29
TABEL 3. 7 KLB DIARE MENURUT JUMLAH KASUS, ATTACK RATE DAN CFR TAHUN 2002 – 2006
2002
Yang diserang Jmlh Jmlh Kecamatan Desa 1 1
483
6
23,1
CFR % 0,01
2003
5
6
3.923
129
11
3,29
8,53
2004
8
11
17.211
379
18
2,20
4,75
2005
10
48
7.685
1.278
70
16,63
5,48
2006
25
39
64.240
1.120
27
1,74
2,41
Tahun
Jumlah Penduduk Terancam 2.087
Jumlah Penderita
Jumlah Kematian
Attack Rate
Sumber : Subdin P2PL
h. Penyakit Rabies Penyakit Zoonotik terutama Rabies sering terjadi, merupakan salah satu penyakit yang ditularkan binatang melalui gigitan anjing atau hewan lain seperti anjing dan kera (binatang piaraan). Pada umumnya penyakit ini memiliki risiko kematian yang sangat tinggi terhadap manusia bila tidak dilakukan pencegahan sedini mungkin terhadap kasus gigitan, karena bila terlambat penanganannya hingga timbul gejala penyakit, maka angka kefatalannya (CFR) bisa mencapai 100 0/0 . Kasus penyakit rabies di Sulawesi Tengah pada tahun 2006 adalah 95 kasus yang tersebar di 2 kabupaten yang dilaporkan oleh Program PPM & PL, jumlah kematian 12 orang (CFR 12,63%)
i. Penyakit Kusta Prevalensi Kusta di Sulawesi Tengah cenderung menurun setiap tahun . Pada tahun 1990 prevalensi kusta 1,2%0 dan menurun pada tahun 1998 menjadi 0,33%O dan 0,22 o/oo pada tahun 2006. Jumlah penderita Kusta yang diobati di Puskesmas disajikan pada lampiran tabel 12.
j. Penyakit Filariasis Filariasis (penyakit kaki gajah) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Sulawesi Tengah. Akibat dari serangan penyakit adalah menurunkan derajat kesehatan masyarakat karena menurunnya daya kerja Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006 30
dan produktivitas serta timbulnya cacat anggota tubuh yang menetap. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, beberapa jenis nyamuk diketahui berperan sebagai vektor Filariasis antara lain Mansonia, Anopheles, dan Culex. Pada tahun 1997 rata-rata Mikrofilaria Rate dari daerah-daerah yang disurvei sebesar 5,04% sedangkan pada tahun 1998 menurun menjadi 4,25%. Pada desa-desa yang MF Rate nya >2% dilaksanakan pengobatan masal dengan garam DEC. Dengan adanya strategi pengobatan dengan garam DEC, maka diharapkan suatu saat penyakit ini dapat tereleminir dari Sulawesi Tengah. Pada tahun 2006 di Sulawesi Tengah terdapat penderita Filariasis sebanyak 444 orang dan yang ditangani 358 orang (80,63%).
k. Penyakit Schistosomiasis Penyakit Schistosomiasis merupakan penyakit yang hanya ada di Sulawesi Tengah yaitu disekitar Danau Lindu dan Lembah Napu. Penyakit ini di tularkan melalui vektor keong Oncomelania Hupensis Linduensis yang merupakan hospes perantara Cacing Trematoda yang menyebabkan penyakit
Schistosomiasis
yaitu
Schistosoma
Japanicum.
Kegiatan
pemberantasannya secara intensif telah dimulai sejak tahun 1982, yang pada awalnya dititik beratkan pada kegiatan penanganan terhadap manusianya yakni pengobatan penduduk secara masal yang ditunjang dengan kegiatan penyuluhan, pengadaan sarana kesehatan lingkungan, pemeriksaan tinja penduduk, pemeriksaan keong penular dan tikus secara berkala dan rutin. Target pemberantasan penyakit ini adalah menurunkan prevalensi sampai < 1%. Keadaan pada tahun 1998/1999, di daerah Lindu prevalensi pada siklus I 0,68% dan siklus II 0,44%, sedangkan di Napu prevalensi pada siklus I 0,72% dan pada siklus II 0,81%. Pemberantasan penyakit ini dilaksanakan secara lintas program dan lintas sektor untuk pengembangan wilayah endemis Schistosomiasis. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
31
Pada tahun 2006 menurut laporan dari Subdin P2PL Prevalensi schistosomiasis di daerah Lindu cyclus I adalah 0,52 dan cyclus II adalah 0,23 sementara di daerah Napu cyclus I adalah 1,55 dan cyclus II 1,21 dan Sulawesi Tengah cyclus I adalah 1,19 dan cyclus II 0,76. Gambaran prevalensi Schistosomiasis dalam kurun waktu 4 tahun terakhir secara jelas dapat dilihat pada Tabel 3.8 dibawah ini : TABEL 3.8 PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS DI SULAWESI TENGAH TAHUN 2002-2006 2003 2004 2005
2006
No.
Lokasi
Cycl.I
Cycl. II
Cycl. I
Cycl.II
Cycl. I
Cycl.II
Cycl. I
Cycl.II
1.
Lindu
0,57
0,54
0,17
O,17
0,66
0,40
0,52
0,23
2.
Napu
0,69
0,63
0,52
1,28
1,02
0,64
1,55
1,21
3.
Sulteng
0,66
0,61
0,40
1,01
0,93
0,57
1,19
0,76
Sumber : Subdin P2-PL Dinkes Prop. Sulteng
l. Penyakit Menular Lainnya. Beberapa penyakit menular lain yang perlu diwaspadai adalah penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu Tetanus Neonatorum, Campak, Difteri, Pertusis dan Hepatitis.
1). Tetanus Neonatorum. Pada
tahun
2006
berdasarkan
laporan
KLB
kasus
Tetanus
Neonatorum yang ditemukan sebanyak 6 kasus yang tersebar di 4 kabupaten dan semuanya meninggal (CFR 100%). Dari jumlah kasus tersebut diadakan pelacakan penderita tapi yang melaporkan hasil pelacakan adalah 5 kasus (83%),dari 5 kasus yang dilaporkan tersebut hasilnya adalah sebagai berikut : * Status Imunisasi TT Ibu Hamil : Dari 5 kasus
yang dilacak 4
diantaranya yang tidak di imunisasi TT dan lainnya satu kali pada saat hamil 9 bulan. Pertolongan Persalinan : semuanya ditolong oleh dukun tidak terlatih. Dari hasil pelacakan diatas, menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat pada dukun masih cukup tinggi, hal ini terbukti bahwa dari 5 kasus yang ada, 4 kasus (80%) yang status imunisasinya tidak dilaksanakan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
32
imunisasi, sedangkan pertolongan persalinan semuanya (100%) masih ditolong oleh dukun. Dari kasus di atas menunjukkan bahwa perlu dilaksanakannya pembekalan pada tenaga bidan yang akan ditempatkan di desa. Gambaran jumlah kasus dan CFR Tetanus Neonatorum selama 5 tahun erakhir dapat dilihat pada gambar III.3 berikut, sedangkan jumlah kasus Tetanus Neonatorum selama tahun 2006 disajikan pada lampiran Tabel 30.
7
120
6
100
5
80
4
60
3
40
2
20
1 0
C F R (% )
Ju m la h K a s u s /M e n in g g a l
GAMBAR III.2 JUMLAH KASUS DAN CFR TETANUS NEONATORUM TAHUN 2002 – 2006
2002
2003
2004
2005
2006
Kasus
2
3
4
3
6
Meninggal
2
3
4
3
6
CFR (%)
100
100
100
100
100
0
Sumber : Subdin P2PL
Dari gambar tersebut diatas terlihat bahwa setiap kasus penderita Tetahus Neonatorum semuanya terjadi kematian (CFR : 100%), ini diduga karena masih tingginya kepercayaan masyarakat kepada dukun.
2). Campak Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Selama tahun 2006 frekuensi KLB Campak menempati urutan kedua, setelah KLB Diare. KLB Campak selama tahun 2006 terjadi sebanyak 24 kali yang tersebar di 5 kabupaten dari 15 kecamatan dengan jumlah kasus sebanyak 1.040 dan 5 kematian (CFR : 0,48%) Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
33
TABEL 3. 9 FREKUENSI, JUMLAH PENDERITA DAN CFR KLB CAMPAK TAHUN 2002 – 2006
Tahun 2002
Frekuensi KLB 19
Jumlah Penderita 345
Jumlah Kematian 8
CFR (%) 2,3
2003
3
96
3
3,13
2004
1
1`9
2
10,53
2005
-
-
-
-
2005
24
1.040
5
0,48
Sumber : Subdin P2PL
m. Penyakit Tidak Menular Arus globalisasi di segala bidang semakin meningkat dan telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat termasuk dalam pola konsumsi makanan. Tanpa disadari perubahan tersebut telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti penyakit Jantung, Tumor, Diabetes, Hipertensi, Gagal Ginjal dan sebagainya. Dari program dilaporkan bahwa jumlah penderita rawat inap dan rawat jalan di RS penyakit Hipertensi, menempati urutan masing-masing 8 dan 4 dari 10 besar penyakit terbanyak, sedangkan jantung, Tumor, Diabetes dan gagal ginjal tidak masuk pada 10 besar penyakit baik rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit.
C. STATUS GIZI
S
tatus gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan
individu,
karena
predisposisi yang dapat memperparah
disamping
merupakan
penyakit infeksi,
faktor
juga dapat
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan, bahkan status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang masih menyusui sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil dan ibu menyusui. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
34
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator yaitu status gizi bayi yang diukur dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), sebagaimana diuraikan berikut ini.
a. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Secara umum, Propinsi Sulawesi Tengah belum mempunyai angka untuk BBLR yang diperoleh berdasarkan survei. Pada tahun 2006 proporsi BBLR diketahui berdasarkan laporan dari kabupaten/kota yang melaporkan kasus BBLR dengan jumlah 792 kasus dan yang ditangani 765 (97%). Gambaran kasus BBLR dari kab/kota disajikan pada lampiran Tabel 15. GAMBAR III. 3 JUMLAH BAYI LAHIR BBLR DAN DITANGANI TAHUN 2005 – 2006
1000 750 500 250 0
2005
2006
BBLR
520
792
Ditangani
432
765
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota
b. Gizi Balita Dari hasil pemantauan status gizi (PSG) selama tahun 2006 dari 35.905 Balita yang di ukur terlihat bahwa 611 (1,7%) yang mengalami gizi buruk, 4.833 (13,5%) gizi kurang, 29.408 (21,9%) gizi baik dan 1.053 (2,9%) balita yang mempunyai gizi lebih. Hasil pemutahiran data pada tahun 2006 diperoleh laporan dari kabupaten/kota sbb : Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
35
Dari 223.592 balita yang ada pada tahun 2006 terdapat Balita ditimbang 109.799 (49,11%) dengan berat badan naik adalah 78.163 (71,19%) sedangkan BGM sejumlah 6.668 (6,07%).
Dari hasil pemantauan status gizi dari tahun 2001 sampai dengan 2006
GAMBAR III. 4 PREVALENSI STATUS GIZI BALITA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2006
diperoleh prevalensi status gizi buruk
buruk; 1,7 lebih; 2,9
dan
kurang
sebagaimana
kurang; 13,5
disajikan
pada gambar dibawah ini. baik; 81,9
Sumber Data : Subdin Binkesmas Prop Sulteng
GAMBAR III.5 PREVALENSI BALITA STATUS GIZI BURUK DAN GIZI KURANG MENURUT INDEKS BERAT BADAN-UMUR, TAHUN 2001-2006 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 -
2001
2002
2003
2004
2005
Gizi Buruk
3,53
1,77
1,66
1,95
1,96
2006 1,70
Gizi Kurang
11,79
13,28
12,36
14,24
12,94
13,50
Sumber : Subdin Bina Kesmas
c. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium Prevalensi GAKY di Provinsi Sulawesi Tengah selama kurun waktu 5 tahun terakhir telah mengalami penurunan sebesar 34 % dari keadaan sebelumnya yaitu 16,5% pada tahun 1998 menjadi 10,8% pada tahun 2003, sedikit lebih baik bila dibandingkan dengan angka rata-rata nasional yaitu 11%. Pada tahun 2006 belum terseda data mengenai GAKY. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
36
Tabel 3. 10 PREVALENSI GAKY MENURUT KAB/KOTA TAHUN 1998-2003
Walaupun secara provinsi terjadi
Prevalensi GAKY
namun keadaan ini belum merata
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kabupaten/Kota
1998
2003
Palu Donggala Parigi Moutong Poso Morowali Banggai Banggai Kepulauan Tolitoli Buol
14,27 19,59 21,77 8,30 13,34 -
9,0 8,8 3,7 27,1 9,8 6,5 14,8 3,0 -
penurunan
prevalensi
GAKY,
untuk semua kabupaten, seperti terlihat
pada
tabel
diatas,
penurunan prevalensi GAKY tidak terjadi malahan
di
kabupaten
cenderung
Poso,
meningkat
dari keadaan sebelumnya yaitu Sumber Data : Subdin Binkesmas/Sie Gizi
dari 21,77% menjadi 27,1%.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
37
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
D
alam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan
berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya kesehatan khususnya untuk tahun 2006.
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
U
paya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar didalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hinga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya.
a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan Promotif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan 38
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil
yang telah melakukan kunjungan pertama ke
fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapat pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Gambaran cakupan ibu hamil K4 dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar IV.1 berikut ini.
GAMBAR IV.1 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL TAHUN 2002 – 2006
100% 80%
76,88%
85,92% 77,71%
74,67%
2004
2005
78,80%
60% 40% 20% 0% 2002
2003
2006
Sumber : ProfilKesehatan Kab/Kota
Dari gambar tersebut terlihat bahwa pelayanan ibu hamil (K4) dari tahun 2002 sampai dengan 2004 mengalami kenaikan menjadi 77,71% dibanding tahun 2003 sebesar 76,88, sedangkan tahun 2005 terjadi penurunan menjadi 74,67% kemudian tahun 2006 naik lagi menjadi 78,80%. Gambaran persentase cakupan pelayanan K4 ibu hamil selama tahun 2006, dapat dilihat pada Gambar IV.2 dibawah ini. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
39
GAMBAR IV. 2 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2006
Poso Palu Parigi Moutong Banggai Buol Donggala Morow ali Tojo Una-Una Bangkep
97,79% 88,07% 87,24% 80,61% 76,51% 73,16% 70,70% 63,06% 62,06%
0%
10% 20% 30% 40% 50%
60% 70% 80% 90% 100% 110% 120%
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota
Gambaran
diatas
menunjukkan
bahwa
kabupaten/kota
dengan
persentase cakupan pelayanan K4 tertinggi adalah di Poso (97,79%), Palu (88,07%) sedangkan cakupan terendah adalah di Bangkep (62,06%), Tojo Unauna (63,06%), Hasil kabupaten/kota
pemutahiran
data/pengumpulan
menunjukkan
bahwa
data
profil
kesehatan
kabupaten/kota
dengan
persentase
cakupan pelayanan K4 tertinggi adalah di Poso (97,79%) dan Palu (88,07%) sedangkan yang terendah adalah di Banggai Kepulauan (62,06%). Gambaran persentase cakupan pelayanan ibu hamil K4 menurut kabupaten/kota pada tahun 2006, secara rinci dapat dilihat pada Lampiran Tabel 17.
b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan termasuk pendampingan meningkat sekitar 20,54% yaitu 57,97% pada tahun 2002 dan 78,51% pada tahun 2006.Gambaran cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 20022006 dapat dilihat pada gambar IV.3 berikut ini . Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
40
GAMBAR IV.3 PERSENTASE CAKUPAN PERSALINAN DAN MELALUI PENDAMPINGAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2002-2006
100,00%
81,71%
77,80%
80,00%
71,02%
78,51%
2005
2006
57,96%
60,00% 40,00% 20,00% 0,00%
2002
2003
2004
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota
Hasil
pemutahiran
data
Profil
Kesehatan/pengumpulan
data
dari
kabupaten/kota tahun 2006 menunjukkan bahwa persentase cakupan persalinan dengan pertolongan oleh tenaga kesehatan sebesar 78,51%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 17.
GAMBAR IV. 4 PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2006
Poso
94,88%
Parigi Moutong
91,01%
Toli-Toli
87,05%
Palu
81,77%
Morow ali
81,65%
Banggai
76,48%
Donggala
76,08%
Buol
70,54%
Bangkep 0%
55,74% 10%
20%
30% 40%
50%
60%
70%
80%
90% 100% 110% 120%
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
41
Pada gambar IV. 4 tersebut diatas terlihat bahwa beberapa kabupaten dengan cakupan tertinggi yaitu Poso (94,88%), Parigi Moutong (91,01%), sedang kabupaten dengan cakupan terendah adalah Banggai Kepulauan (55,74%) dan Tojo Una-una (58,96%). c. Ibu Hamil Risiko Tinggi yang dirujuk Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas, beberapa ibu hamil yang memeiliki risiko tinggi (Risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan keunit pelayanan kesehatan yang memadai. Dalam hal ini persentase ibu hamil dengan kondisi risiko tinggi yang dirujuk pada tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 20,07% bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2005 sebesar 22,65%. Persentase cakupan ibu hamil dengan Risti yang telah dirujuk menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar IV. 5 berikut ini. GAMBAR IV. 5 PERSENTASE BUMIL RISTI/KOMPLIKASI YANG DIRUJUK MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2006 Poso
35,20%
Donggala
34,99%
Palu
25,28%
Buol
18,72%
Bangkep
13,70%
Parigi Moutong
12,34%
Banggai
11,63%
Tojo Una-Una
11,33%
Toli-Toli
10,46%
Morow ali 0%
9,45% 10%
20% 30% 40%
50% 60% 70% 80%
90% 100%
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota
Dari gambar tersebut diatas terlihat bahwa kabupaten/kota yang
dengan
cakupan tertinggi adalah di kabupaten Poso (35,20%), Donggala (34,99%), Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
42
sedangakan kabupaten dengan cakupan terendah adalah Morowali (9,45%) dan Tolitoli (10,46%). Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel. 27.
d. Kunjungan Neonatus Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari dan satu kali lagi pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Cakupan kunjungan neonatal (KN) selama periode tahun 2002-2006 dapat dilihat pada gambar IV.6 berikut ini. GAMBAR IV. 6 PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS TAHUN 2003-2006
90,00% 87,34%
80,22%
80,06%
80,00%
85,69%
70,00% 2003
2004
2005
2006
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota
Hasil
pemutahiran
data
Profil
Kesehatan/pengumpulan
data
dari
kabupaten/kota tahun 2006 menunjukkan bahwa persentase cakupan kunjungan neonatus adalah sebesar 85,69%, naik 5,47% dari tahun sebelumnya yaitu 80,22%
pada
tahun
2005.
Cakupan
kunjungan
neonatus
menurut
kabupaten/kota tahun 2006 secara rinci dapat dilihat pada Lampiran Tabel 15. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
43
GAMBAR IV. 7 PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2006
Poso Parigi Moutong
100% 98,18%
Donggala Morow ali Palu
97,66% 90,82% 88,24% 85,68%
Tolitoli Buol Banggai
83,64% 80,25% 69,44%
Tojo Una-Una Bangkep 0%
40,01% 10%
20% 30% 40%
50% 60% 70%
80% 90% 100% 110% 120%
Sumber Data : Profil Kesehatan Kab/Kota
e. Kunjungan Bayi Hasil
pemutahiran
data
Profil
Kesehatan/pengumpulan
data
dari
kabupaten/kota tahun 2006 menunjukkan bahwa persentase cakupan kunjungan bayi secara provinsi sebesar 81,91%. Kabupaten dengan cakupan kunjungan bayi tertinggi adalah Parigi Moutong (99,31%), Tojo Una-una (94,03%) sedangkan yang terendah adalah di kabupaten Tolitoli (72,24%), Banggai (73,43%), sementara kabupaten Banggai Kepulauan tidak ada data. Rincian cakupan kunjungan bayi menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 15. GAMBAR IV. 8 PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2006 Parigi Tojo Una-Una Poso Donggala Morow ali Palu Buol Banggai Tolitoli Bangkep
99,31% 94,03% 85,60% 82,99% 78,30% 76,43% 75,98% 73,43% 72,24% 0,00%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Sumber Data : Profil Kesehatan Kab/Kota Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
44
2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah, dan Remaja Pelayanan kesehatan pada kelompok ini dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak prasekolah, pemeriksaan anak sekolah dasar/sederajat, serta pelayanan kesehatan pada remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peranserta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS, dan dokter kecil. Menurut hasil pemutahiran data Profil Kesehatan/pengumpulan data dari kabupaten/kota tahun 2006, dibandingkan dengan tahun 2005, cakupan pelayanan kesehatan anak balita (prasekolah) serta pelayanan kesehatan anak siswa SD/MI
menunjukkan adanya peningkatan. Sedangkan pelayanan
kesehatan anak siswa SMP/SMU terjadi penurunan, angka ini masih kasar karena ada beberapa kabupaten/kota yang tidak memasukkan/tidak lengkap datanya. Dalam pelayanan kesehatan kelompok
balita dan anak pra sekolah
selama tahun 2006, kabupaten dengan cakupan tertinggi adalah di Donggala (44,72%) dan yang terendah adalah Tolitoli (2,38%) sedangkan kabupaten Buol dan Bangkep tidak ada data. Untuk pelayanan kesehatan kelompok Siswa SD/MI cakupan tertinggi dicapai kabupaten Palu (81,60%) dan yang terendah adalah kabupaten Parigi Moutong (0,83%) sedangkan kabupaten Banggai, Banggai Kepulauan dan Buol tidak ada data. Untuk pelayanan kesehatan kelompok usia remaja/SMP/SMU cakupan tertinggi adalah di Poso (55,87%) dan yang terendah adalah di kabupaten Morowali (6,96%) sedangkan kabupaten Banggai, Banggai Kepulauan, Buol, Parigi Moutong, dan Tojo Una-una tidak ada data. Data lengkap terkait dengan pelayanan kesehatan kelompok anak balita/pra sekolah, kelompok anak sekolah dasar/MI dan kelompok anak usia remaja (SMP/SMU) dapat dilihat pada lampiran tabel 18.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
45
3. Pelayanan Keluarga Berencana Keberhasilan program KB dapat diketahui dari beberapa indikator, pencapaian target KB Baru, cakupan peserta KB Aktif terhadap Pasangan Usia Subur (PUS), dan persentase peserta KB Aktif Metoda Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET).
1). Pelayanan Peserta KB Baru Pencapaian target peserta KB baru dari tahun 2003-2006 mengalami penurunan yaitu 22,55% pada tahun 2003 menjadi 11,35% pada tahun 2006. Menurut hasil pengumpulan data dari sektor terkait tahun 2006, persentase peserta KB Baru tertinggi di kabupaten Morowali (14,14%), Buol (14,02%) dan terendah di Tojo Una-una (6,87%) dan Poso (7,02%). Untuk mengetahui pola penggunaan alat kontrasepsi peserta KB Baru di Sulawesi Tengah tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut : TABEL 4. 1 PERSENTASE POLA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PESERTA KB BARU TAHUN 2002-2006
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006
IUD
Suntik
2,37% 6,32% 2,15% 1,53% 1,68%
51,48% 44,62% 52,16% 49,00% 48,69%
Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi PIL Kondom Implant MOP/MOW 42,97% 43,33% 40,10% 44,05% 40,90%
0,26% 0,12% 0,65% 0,65% 0,73%
2,31% 4,74% 4,40% 4,34% 7,57%
0,70% 0,83% 0,54% 0,42 0,43%
Tab. Vagina 0,09 % 0,04% -
Sumber : Kanwil BKKBN Prov.Sulteng
Dari tabel tersebut pada tahun 2006 tampak adanya penurunan persentase penggunaan alat kontrasepsi Suntik, dan PIL sedangkan alat kontrasepsi lainnya mengalami sedikit kenaikan dari tahun sebelumnya.
2). Pelayanan Peserta KB Aktif Cakupan peserta KB aktif terhadap PUS dapat dilihat pada gambar IV.9 sebagai berikut : Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
46
GAMBAR IV.9 PERSENTASE CAKUPAN PESERTA KB AKTIF TERHADAP PASANGAN USIA SUBUR 2001-2006
74 72 70 68 66 64 62 60 58 56
71,37
71,9
70,16
67,68 63,57 61,67
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Sumber : Kanwil BKKBN Prov.Sulteng
Dari gambar tersebut diatas tampak persentase cakupan peserta KB Aktif terhadap PUS terlihat berfluktuasi, dan menjadi 63,57% pada tahun 2006. Menurut hasil pengumpulan data dari sektor terkait tahun 2006, persentase cakupan peserta KB Aktif terhadap PUS menurut kabupaten/kota menunjukkan bahwa persentase cakupan tertinggi terdapat di Buol (70,90%), sedangkan yang terendah berada di Banggai Kepulauan yakni 57,14% . Untuk jelasnya dapat dibaca pada lampiran tabel 19. Untuk mengetahui pola penggunaan alat kontrasepsi peserta KB Aktif tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut : TABEL 4.2 PERSENTASE POLA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PESERTA KB AKTIF TAHUN 2002-2006
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006
IUD
Suntik
8,15% 8,76% 7,84% 8,39% 8,27%
38,37% 38,01% 37,74% 39,20% 39,51%
Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi PIL Kondom Implant MOP/MOW 45,49% 43,06% 43,79% 42,32% 43,03%
0,08% 0,12% 0,10% 0,12% 0,12%
8,03% 7,31% 7,91% 7,16% 7,32%
2,31% 2,70% 2,60% 1,71% 1,75%
Tab. Vagina 0,09 % 0,04% -
Sumber : Kanwil BKKBN Prov.Sulteng
Dari tabel tersebut tampak adanya peningkatan persentase penggunaan alat kontrasepsi Pil KB, Suntik, Implant dan MOP/MOW, pada tahun 2006 sedangkan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006 47
alat kontrasepsi IUD terjadi penurunan sementara penggunaan Kondom tetap seperti tahun sebelumnya.
3). Pelayanan Kontrasepsi Efektif Terpilih Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) merupakan suatu metode yang efektif dalam upaya menjarangkan kehamilan karena mempunyai daya ungkit besar dalam upaya menurunkan total fertility rate (TFR). Yang termasuk dalam MKET ini antara lain IUD, metode operasi, dan implant. Persentase cakupan peserta KB Aktif dengan MKET menurut kabupaten/kota tahun 2006 dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut : TABEL 4. 3 JUMLAH DAN PERSENTASE KB AKTIF METODE MKET MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2006 JUMLAH PESERTA KB-MKET No
Kabupaten/Kota
IUD
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
Banggai Kepulauan 307 Banggai 4.943 Morowali 1.602 Poso 3.660 Donggala 6.224 Parigi Moutong 3.083 Tolitoli 1.529 Buol 77 Palu 3.350 Tojo Una-una 833 Provinsi 25.608 Sumber : Kanwil BKKBN Prop.Sulteng
MOP/MOW
IMPLANT
JUMLAH
%
85 1.057 440 763 156 1.348 163 127 968 316 5.423
803 3.669 1.828 1.369 5.344 2.329 2.840 2.145 1.524 817 22.668
1.195 9.669 3.870 5.792 11.724 6.760 4.532 2.349 5.842 1.966 53.699
2,22% 18,00% 7,21% 10,79% 21,83% 12,59% 8,44% 4,38% 10,88% 3,66% 100%
Dari data tersebut diatas dapat digambarkan Persentase Cakupan peserta KB Aktif dengan MKET menurut kabupaten/kota tahun 2006 sebagai berikut : GAMBAR IV. 10 PERSENTASE CAKUPAN PESERTA KB AKTIF DENGAN MKET MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2006
Touna; 3,66 Palu; 10,88 Buol; 4,38
Bangkep; 2,22
Morowali; 7,21
Tolitoli; 8,44 Pamong; 12,59
Banggai; 18
Poso; 10,79 Donggala; 21,83
Sumber : Kanwil BKKBN Prop.Sulteng Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
48
Persentase
cakupan
peserta
KB
Aktif
dengan
MKET
menurut
kabupaten/kota selama tahun 2006 menunjukkan bahwa persentase cakupan tertinggi terdapat di Donggala yaitu 21,83% kemudian disusul dengan Kabupaten Banggai (18%) dan kabupaten Parigi Moutong (12,59%). Sedangkan yang terendah adalah di kabupaten Banggai Kepulauan yaitu 2,22%.
4. Pelayanan Imunisasi Program imunisasi merupakan salah satu program prioritas dari Departemen Kesehatan yang dinilai sangat efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Indikator program imunisasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian Indonesia Sehat 2010 adalah Persentase Desa yang mencapai “Universal Child Immunization” (UCI). Desa yang mencapai UCI adalah desa yang cakupan imunisasi Campaknya ≥ 80%. Dari sejumlah desa/kelurahan yang melapor pada tahun 2006, sebanyak 72,59% mencapai UCI. Cakupan UCI yang relatif masih rendah antara lain akibat tingginya angka drop out (DO). Hal ini tampak dari masih adanya beberapa kabupaten dengan angka DO
DPT1-Campak yang
melebihi batas toleransi (>10%). Data pencapaian UCI menurut kabupaten tahun 2006 dapat dilihat pada lampiran tabel 22. Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT (3 kali), Polio (4 Kali), Hepatitis-B (3 kali) dan imunisasi campak (1 kali), yang dilakukan melalui pelayanan rutin di Posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Gambaran cakupan imunisasi bayi pada tahun 2003-2006 dapat dilihat pada Gambar IV. 11 berikut ini.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
49
GAMBAR IV. 11 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DPT-1 DAN CAMPAK SERTA ANGKA DROP OUT (DO) TAHUN 2003 – 2006
150,00% 100,00% 50,00% 0,00%
2003
2004
2005
2006
DPT-1
100,57%
102,80%
86,20%
108,54%
CAMPAK
84,16%
89,46%
78,94%
97,09%
DO
16,30%
12,98%
8,43%
10,50%
Sumber : Subdin P2PL
Pada gambar tersebut diatas menunjukkan bahwa angka drop out (DO) DPT 1 – Campak selama 4 tahun terakhir berkisar antara 8,43% - 16,30%. Gambaran imunisasi dasar bayi selama tahun 2006 yang diukur dari imunisasi Campak, cakupan tertinggi dicapai kota Palu (122,84%), Parigi Moutong (105,73%), sedangkan yang mencapai cakupan terendah adalah kabupaten Toli-toli (79,87%) dan Morowali (81,56%). Rincian cakupan imunisasi bayi menurut kabupaten/kota dapat dilahat pada lampiran tabel 23. Untuk cakupan imunisasi TT ibu hamil pada tahun 2003 – 2006 dapat dilihat pada Gambar IV. 12 berikut ini. GAMBAR IV. 12 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL TAHUN 2003 – 2006
100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00%
2003
2004
2005
2006
TT-1
82,85%
78,81%
76,11%
76,74%
TT-2
75,48%
71,49%
70,08%
67,07%
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
50
Pada gambar tersebut diatas terlihat bahwa pada kurun waktu 2003-2005 cakupan imunisasi TT-1 dan TT-2 pada ibu hamil mengalami penurunan, dan pada tahun 2006 cakupan imunisasi TT-1 sedikit mengalami kenaikan sedangkan TT-2 tetap menurun dari tahun sebelumnya. Cakupan imunisasi TT-2 pada tahun 2003 sebesar 75,48% menurun menjadi 67,07% pada tahun 2006. Kabupaten/kota dengan cakupan tertinggi pada tahun 2006 adalah di Parigi Moutong (98,82%) dan kota Palu (86,02%), sedangkan yang terendah adalah di Poso (15,92%) dan Morowali (47,92%), sementara kabupaten Buol tidak ada data. Data selengkapnya tentang cakupan imunisasi TT-1 dan TT-2 ibu hamil dapat dilihat pada lampiran tabel 25. 5. Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut. Pelayanan kesehatan juga dilakukan secara khusus kepada kelompok Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut , dimana pada kelompok ini biasanya banyak mengalami gangguan kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh lainnya. Gambaran pencapaian pelayanan kesehatan kelompok Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut hasil pengumpulan data/pemutakhiran data dalam dua tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar IV. 13 berikut ini. GAMBAR IV. 13 PERSENTASE KELOMPOK PRA USILA DAN USILA YANG MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2005-2006.
24,34% 25,00% 20,00%
14,26%
15,00% 10,00%
5,76%
5,00% 0,00%
2004
2005
2006
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
51
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa presentase kelompok Pra Usila dan Usila yang mendapat pelayanan kesehatan selama tahun 2004-2006 mengalami kenaikan dari tahun ke tahun yakni 5,76% pada tahun 2004, 14,26% pada tahun 2005 dan pada tahun 2006 menjadi 24,34%. Persentase cakupan pelayanan kesehatan Pra Usila dan Usila menurut kabupaten/kota disajikan pada lampiran tabel 38.
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG
U
paya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan ringan dan
pelayanan rawat inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat. Sebagian besar sarana pelayanan Puskesmas dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi kunjungan rawat jalan sedangkan Rumah Sakit yang dilengkapi berbagai fasilitas
di samping memberikan pelayanan pada
kasus rujukan untuk rawat inap juga melayani untuk kunjungan rawat jalan. Gambaran pencapaian pelayanan kunjungan rawat jalan dan pasien rawat inap hasil pemutahiran data/pengumpulan data dalam tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar IV. 14 GAMBAR IV. 14 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN DAN PASIEN RAWAT INAP DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2004 - 2006
2.110.401
2.500.000 2.000.000
1.609.826
1.749.407
1.500.000 1.000.000
133.815
70.224
500.000
73.187
0 2004
Rawat Jalan
2005
2006
Rawat Inap
Sumber : Seksi Rumah Sakit Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
52
Berdasarkan gambar tersebut diatas terlihat bahwa pelayanan kesehatan untuk rawat jalan selama tahun 2006 menunjukkan peningkatan, sedangkan rawat jalan terjadi penurunan dengan proporsi pasien rawat inap 3,5% tahun 2006, 4,4% tahun 2003 dan 7,6% pada tahun 2005. Sedangkan secara rinci jumlah kunjungan rawat jalan dan pasien rawat inap menurut kabupaten/kota selama tahun 2006 dapat dilihat pada lampiran tabel 41.
1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Beberapa indicator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari perawatan (LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (GDR), dan persentase pasien keluar yang meninggal < 24 jam perawatan (NDR).
a. Angka Penggunaan Tempat Tidur (BOR) Angka penggunaan tempat tidur (BOR) adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Rata-rata BOR rumah sakit di Sulawesi Tengah pada tahun 2006 adalah 47,3% dengan kisaran terendah 3,7% (RS Banggai Kepulauan) dan tertinggi RSU Undata dan RSU Anutapura masing-masing (81%). RSU Bangkep adalah RSU yang baru operasional tahun 2006.
b. Rata-Rata Lama Perawatan (LOS) Rata-rata lama perawatan di Rumah Sakit (LOS = Length Of Stay) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit . Rata-Rata LOS pada RSU di Sulawesi Tengah pada tahun 2006 adalah sebesar 4,3 hari. LOS tertinggi terdapat di RSJ Madani yaitu 7 hari perawatan dan yang terendah di RS Banggai Kepulauan yaitu 1,7 hari perawatan. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
53
c. Interval Penggunaan Tempat Tidur (TOI/Turn Over Interval) Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata jumlah hari TT tidak terpakai dari saat kosong sampai saat terisi berikutnya. Angka ini merupakan salah satu indikator tingkat efisiensi pelayanan rumah sakit. Standard TOI adalah 1 – 3 hari. Rata-rata TOI di RSU Sulawesi Tengah tahun 2006 adalah 4,8 hari, TOI di RSU Sulawesi Tengah tahun 2006 adalah berkisar 1-42,8 hari, TOI terendah di RSU Anutapura (1,1) kemudian RSU Undata (1,2) dan yang tertinggi adalah RS Banggai Kepulauan yakni 42,8 hari. Bila dibandingkan dengan standard TOI maka keadaan RSU di Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa tingkat efisiensi RSU masih rendah.
d. Angka Kematian Umum (GDR/Gross Death Rate) Gross Death Rate (GDR) adalah angka kematian total pasien rawat inap yang keluar RS per 100 penderita keluar hidup dan mati. Indikator ini menggambarkan kualitas pelayanan suatu RS secara umum, meskipun GDR dipengaruhi juga oleh angka kematian ≤ 48 jam yang umumnya merupakan kasus gawat darurat. Rata-rata GDR di RSU Sulawesi Tengah pada tahun 2006 adalah 27,5%0 GDR tertinggi di RSU Al;khaerat (354,7%o ) dan yang terendah di RSU Budi Agung (15,4%o).
e. Angka Kematian Netto (NDR/Nett Death Rate) Nett Death Rate (NDR) adalah angka kematian ≥ 48 jam pasien rawat inap per 100 penderita keluar (hidup + mati). Indikator ini berguna untuk mengetahui kualitas pelayanan rumah sakit. Rata-rata NDR di RSU Sulawesi Tengah tahun 2006 adalah 11,2 %o , dengan NDR tertinggi di RSU Sinar Kasih Tentena (22,5%o) dan yang terendah di RS Jiwa Madani (5,4 %o) Pencapaian indicator pelayanan kesehatan di RS selama dua tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar IV.15 berikut ini. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
54
GAMBAR IV.15 PENCAPAIAN INDIKATOR BOR, GDR, NDR, LOS DAN TOI RUMAH SAKIT TAHUN 2005-2006
80
64 47,3
60 40
27,5 10
20
4
11,2
5 4,3
6 4,8
LOS
TOI
0 BOR
GDR
NDR 2005
2006
Sumber : Seksi Rumah Sakit
Berdasarkan gambar tersebut diatas menunjukkan bahwa pemakaian tempat tidur di rumah sakit selama tahun 2006 mengalami penurunan yaitu 64 pada tahun 2005 menjadi 47 pada tahun 2006, hal ini terjadi karena mungkin disebabkan adanya beberpa RS yang baru operasional pada tahun 2006. Banyak faktor yang mempengaruhi angka BOR suatu rumah sakit, diantaranya semakin meningkatnya jumlah rumah sakit dan tempat tidur yang tersedia sedangkan jumlah populasi yang mencari pelayanan tidak terlalu tinggi perkembangannya atau perlu adanya pemisahan perhitungan BOR pada Rumah Sakit Khusus. Meningkatnya angka GDR dan NDR pada tahun 2006, perlu ditindaklanjuti dengan strategi baru dalam pelayanan kesehatan yang dikaitkan dengan peningkatan kemampuan tenaga kesehatan termasuk prosedur rujukan. Sedangkan indikator pemakaian tempat tidur (TOI) dan lamanya hari rawatan dan selang waktu dalam pemakaian tempat tidur tidak banyak mengalami perubahan. Gambaran secara rinci indikator pelayanan kesehatan di RS menurut kabupaten/kota tahun 2006 dapat dilihat pada lampiran tabel 41. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
55
2. Pelayanan Ibu Hamil dan Neonatus Risiko Tinggi Hasil
pemutahiran
data/pengumpulan
data
profil
kesehatan
kabupaten/kota menunjukkan bahwa persentase ibu hamil risiko tinggi dan neonatus risiko tinggi yang dirujuk dan mendapat pelayanan kesehatan dalam dua tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar IV. 16 GAMBAR IV. 16 PERSENTASE IBU HAMIL DAN NEONATUS RISIKO TINGGI DIRUJUK DAN MENDAPAT PENANGANAN KESEHATAN TAHUN 2005 – 2006 93,22% 100,00%
50,00%
20,07%
26,57%
2,65% 0,00% 2005
2006
Bumil risti dirujuk dan ditangani Neonatus risti dirujuk dan ditangani Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota
Cakupan pelayanan ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk dan mendapatkan penanganan kesehatan selama tahun 2006 menunjukkan penurunan menjadi 20,07% dibandingkan tahun 2005 sebesar 93,22%. Kabupaten yang cakupannya tertinggi adalah kabupaten Poso (35,20%), Donggala (34,90%), sedangkan yang terendah adalah kabupaten Morowali (9,45%). Untuk pelayanan neonatus memiliki risiko tinggi yang dirujuk dan mendapatkan penanganan kesehatan selama tahun 2006 menunjukkan kenaikan menjadi 26,57% dibandingkan cakupan tahun 2005 (2,65%). Sebanyak 5 kabupaten/kota yang mencapai 100% yaitu Donggala, Buol, Parigi Moutong, Tojo Una-una dan Palu
dan yang terendah cakupannya adalah di Banggai
(12,91%) dan Banggai Kepulauan (20,26%). Persentase cakupan pelayanan kesehatan pada kelompok ibu hamil dan neonatus dengan risiko tinggi yang dirujuk menurut kabupaten/kota selama tahun 2006 dapat dilihat pada lampiran tabel 27. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
56
3. Pemanfaatan Obat Generik Penggunaan obat generik merupakan salah satu langkah dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menjangkau obat yang berkualitas. Keberhasilan dalam sosialisasi pemanfaatan obat generik sangat dipengaruhi oleh keseriusan tenaga kesehatan dan terjaminnya ketersediaan obat generik di fasilitas kesehatan. Berdasarkan hasil pemutahiran data/pengumpulan data profil kesehatan kabupaten/kota penulisan resep obat generik selama tahun 2006 adalah sejumlah 469.226 lembar (91,01%) dari total jumlah resep yaitu 515.551 lembar. Angka ini masih kasar karena laporan dari apotek-apotek Swasta masih banyak yang belum menyampaikan laporannya, khususnya apotek di kota Palu belum ada yang menyampaikan laporannya.
C. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
U
paya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan
penderita secara dini yang ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita.Di samping itu pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor risiko melalui kegiatan untuk peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan peranserta masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan. Uraian singkat berbagai upaya tersebut seperrti berikut ini.
1. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Upaya penyelidikan epidemiologi dan penanggulang Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan tindak lanjut dari penemuan dini kasus-kasus penyakit berpotensi wabah yang terjadi pada masyarakat. Upaya penanggulangan yang Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
57
dilakukan dimaksudkan untuk mencegah penyebaran lebih luas dan mengurangi dampak negatif yang dapat ditumbulkan. Berdasarkan hasil pemutahiran data/pengumpulan data profil dari kabupaten/kota
selama
tahun
2005-2006
jumlah
desa/kelurahan
yang
melaporkan terkena KLB dan yang mendapatkan penanganan kurang dari 24 jam dapat dilihat pada Gambar IV. 17 berikut. GAMBAR IV. 17 JUMLAH DESA/KELURAHAN YANG TERKENA KLB DAN MENDAPATKAN PENANGANAN < 24 JAM TAHUN 2005 - 2006
169
200 90
150 100
154
66
50 0
2005 Desa KLB
2006 Ditangani < 24 Jam
Sumber : Profil Kes Kab/kota
Persentase desa/kelurahan yang terkena KLB dan mendapat penanganan dalam kurun waktu < 24 jam selama tahun 2006 terlihat mengalami peningkatan menjadi 91,12% dibandingkan laporan pada tahun 2005 sebesar 73,33%. Gambaran desa terkena KLB dan penanganan < 24 jam menurut kabupaten/kota selama tahun 2006 disajikan dalam lampiran tabel 29. Sedangkan Subdin P2PL mencatat jumlah kasus KLB selama tahun 2006 sebanyak 13 jenis penyakit dengan jumlah 2.987 penderita dan 70 kematian (CFR 2,34%). Beberapa penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi adalah penyakit Diare (1.120 penderita) dengan 27 kematian (CFR 2,41%), dan penyakit Campak (1.040 penderita) dengan 5 kematian (CFR 0,48%). CFR tertinggi terjadi pada penyakit Tetanus Neonatorum (CFR 100%) dari 6 penderita (kasus) yang terjadi. Jumlah penderita dan kematian, CFR KLB menurut jenis KLB pada tahun 2006 dapat di lihat pada lampiran tabel 30. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
58
2. Pemberantasan Penyakit Polio. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi Polio. Upayah ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur < 15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan surveilans, akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus Polio Liar yang menyerang masyarakat. Dari hasil pemeriksaan selama tahun 2006 tidak ditemukan adanya infeksi virus Polio Liar pada kasus AFP yang ditemukan. Sementara itu cakupan imunisasi Polio pada bayi selama tahun 2006 sebesar 98,68%. Kabupaten/kota dengan cakupan tertinggi adalah di Palu (121,51%), Parigi Moutong (111,34%), Poso (110,70%), sedangkan yang terendah adalah di Morowali (76,28%) dan Tolitoli (81,03%). Rincian cakupan imunisasi Polio-4 menurut kabupaten/kota tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran Tabel 23.
3. Pemberantasan TB - Paru Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit TB-Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS (Directly Observe Treatment Shortcource) atau pengobatan TB-Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan paket pengobatan. Dari upaya penemuan penderita TB selama tahun 2006 ditemukan TB Paru Klinis sebesar 21.806 penderita dengan BTA+ sebanyak 2.217 penderita dan tingkat kesembuhan tahun 2005 sebesar 77,26%. Persentase TB Paru sembuh dapat dilihat pada lampiran tabel 9.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
59
4. Pemberantasan Penyakit ISPA Upaya dalam rangka Pemberantasan Penyakit Ifeksi Saluran Pernafasan Akut (P2-ISPA) lebih difokuskan pada upaya penemuan secara dini dan tata laksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita Pneumonia balita yang ditemukan. Upaya ini dikembangkan melalui suatu manajemen terpadu dalam penanganan balita sakit yang datang ke unit pelayanan kesehatan yang lebih dikenal dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Dengan pendekatan MTBS semua penderita ISPA langsung ditangani di unit yang menemukan namun bila kondisi balita sudah berada dalam Pneumonia berat sedangkan peralatan tidak pelayanan
yang
mencukupi maka penderita langsung dirujuk ke fasilitas lebih
lengkap.
Dari
hasil
pertemuan
pemutahiran
data/pengumpulan data profil dari kabupaten/kota selama tahun 2004-2006 terlihat bahwa persentase cakupan penemuan dan pengobatan Pneumonia pada balita seperti terlihat pada Gambar IV. 19 berikut. GAMBAR IV. 18 PERSENTASE PENEMUAN DAN PENANGANAN (PENGOBATAN) KASUS PNEUMONIA PADA BALITA TAHUN 2004-2006
100,00%
97,46%
91,84%
97,19%
2004
2005
2006
80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00%
Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota
5. Penanggulangan Penyakit HIV/AID dan PMS Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan
penyakit
HIV/AIDS, di samping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
60
juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini. Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS), seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna obat dengan suntikan (IDU), penghuni Lapas (Lembaga Pemasyarakatan). Kasus penyakit HIV di Sulawesi Tengah telah ditemukan pada tahun 2002 yaitu sebanyak 3 kasus semuanya di kota Palu dan pada tahun 2005 sudah terdapat 22 kasus dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 38 kasus yang menyebar di 6 kabupaten/kota dengan kasus terbanyak di kabupaten Tolitoli 11 kasus dan terendah di kabupaten Parigi Moutong dan Poso masing-masing 1 kasus. Dari program dilaporkan bahwa berdasarkan golongan umur, pengidap infeksi HIV yang ditemukan terbanyak pada kelompok umur 25-29 tahun (16 kasus) kemudian disusul pada kelompok umur 20-24 tahun (14 kasus), Jumlah pengidap infeksi HIV secara rinci diuraikan pada tabel Iv.4 berikut.
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
TABEL 4.4 JUMLAH PENGIDAP INFEKSI HIV BERDASARKAN GOLONGAN UMUR YANG DITEKUMAKAN DAN MELAPORKAN TAHUN 2002-2006 KABUPATEN/KOTA GOLONGAN UMUR 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 JUMLAH Banggai Kepulauan Banggai Morowali 0 0 0 1 0 1 Poso 0 1 0 0 0 1 Donggala 1 2 1 0 0 4 Perigi Moutong 0 0 1 0 0 1 Tolitoli 1 4 3 2 1 11 Buol 0 0 0 0 0 0 Tojo Una-una 0 0 0 0 0 0 Palu 0 7 11 1 1 20 Total 2 14 16 4 2 38
Sumber : Subdin P2PL
Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat risiko penyebaran HIV/AIDS. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
61
Sedangkan kabupaten/kota yang melaporkan dan menemukan kasus AIDS dan infeksi HIV dapat dilihat pada tabel IV.5 berikut. TABEL 4.5 JUMLAH KASUS AIDS DAN INFEKSI HIV YANG DITEMUKAN MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2002-2006
NO 1 2 3 4 5 6
KABUPATEN/KOTA Palu Donggala Morowali Tolitoli Parigi Moutong Poso Total
AIDS 3 1 1 0 1 0 6
HIV 21 4 0 11 1 1 38
Sumber : Subdin P2PL
Dari 6 kasus AIDS tersebut diatas semuanya ditemukan di Rumah Sakit karena adanya 10 infeksi oportunistik pada penderita. Dari 6 kasus tersebut, 4 diataranya sudah meninggal dunia. Kasus AIDS yang ditemukan semuanya pada laki-laki, sedangkan infeksi HIV lebih banyak ditemukan pada perempuan (63,16%), sedangkan yang ditemukan pada laki-laki lebih rendah (36,84%). Kasus AIDS dan infeksi HIV menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel IV.6 berikut. TABEL 4.6 JUMLAH KASUS AIDS DAN INFEKSI HIV BERDASARKAN JENIS KELAMIN DITEMUKAN MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2002-2006 Kabupaten/Kot AIDS HIV NO. a Laki-laki Perempua Jumla Lakila Perempua Jumla n h ki n h 1 Palu 3 0 3 5 16 21 2 Donggala 1 0 1 1 3 4 3 Morowali 1 0 1 0 0 0 4 Tyolitoli 0 0 0 8 3 11 5 Parigi Moutong 1 0 1 0 1 1 6 Poso 0 0 0 0 1 1 Total 6 0 6 14 24 38 Sumber : Suibdin P2PL
Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es (iceberg phenomena), yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah penderita yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Sulawesi Tengah yang sebenarnya belum diketahui dengan pasti. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
62
6. Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperanserta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M), Juru Pemantauan Jentik (Jumantik) untuk memantau angka bebas jentik (ABJ), serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga, Menurut laporan dari Subdin P2PL pada tahun 2006 terjadi KLB dengan jumlah kasus 15 , jumlah penduduk terancam 3.605 (attack rate 0,42%), CFR = 0%.Sedangkan menurut hasil pemutahiran data profil dari kabupaten/kota diperolah data jumlah kasus selama tahun 2006 sebesar 658 kasus yang terjadi di 7 kabupaten/kota yaitu di Palu, Parigi Moutong, Toli-toli, Donggala, Poso, Morowali dan Banggai dan seratus persen ditangani. Kasus terbanyak terjadi di Palu (482 kasus) dan Banggai (63 kasus), dan yang terendah di Morowali (1 kasus) sedangkan Banggai Kepulauan, Buol dan Tojo Una-una dilaporkan tidak ada data. Gambaran penemuan dan penanganan penderita DBD menurut hasil pemutahiran data/pengumpulan data dari kabupaten/kota selama dua tahun terakhir dapat dilihat dalam gambar IV.20 berikut ini. GAMBAR IV .19 JUMLAH KASUS DBD DITEMUKAN DAN DITANGANI TAHUN 2005 – 2006
800 800
620
658 658
600 400 200 0
2005 Kasus Ditemukan
2006 Kasus Ditangani
Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
63
7. Pemberantasan Penyakit Malaria Penegakan diagnosa penderita secara cepat dan pengobatan yang tepat merupakan salah satu upaya penting dalam rangka pemberantasan penyakit malaria disamping pengendalian vektor potensial. Berdasarkan
hasil
pemutahiran
data/pengumpulan
data
dari
kabupaten/kota data penderita klinis ditemukan tahun 2006 adalah sebesar 71.094 kasus dan diobati 69.807 (98,19%). Jumlah kasus malaria positif adalah 9.589 dengan angka kesakitan 399 per 100.000 penduduk, terjadi sedikit kenaikan dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar 377. Dari program dilaporkan bahwa selama tahun 2006 terjadi KLB malaria dengan jumlah penderita sebesar 500 orang dan meninggal 14 orang (CFR 2,80%). Rincian jumlah penderita malaria yang diobati oleh institusi pelayanan kesehatan pada tahun 2006 dapat dilihat pada lampiran tabel 11.
8. Pemberantasan Penyakit Kusta Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit kusta antara lain adalah melakukan penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak dengan penderita penyakit kusta Semua pendereita yang ditemukan langsung diberikkan pengobatan paket MDT yang terdiri atas Rifampicin, Klampren, dan DDS selam kurun waktu tertentu. Sedangkan untuk penderita yang ditemukan sudah dalam kondisi parah akan dilakukan rehabilitasi melalui institusi pelayuanan kesehatan memiliki fasilitas pelayanan lebih lengkap. Sedangkan berdasarkan hasil pemutahiran data/pengumpulan data profil kabupaten/kota diperoleh data bahwa jumlah penderita yang ditemukan selama tahun 2006 adalan 525 penderita dan Release From Treatment
342 (RFT
65,14%).
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
64
9. Pemberantasan Penyakit Filaria Filariasis (penyakit kaki gajah) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Sulawesi Tengah. Akibat dari serangan penyakit adalah menurunkan derajat kesehatan masyarakat karena menurunnya daya kerja dan produktivitas serta timbulnya cacat anggota tubuh yang menetap. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, beberapa jenis nyamuk diketahui berperan sebagai vektor Filariasis antara lain Mansonia, Anopheles, dan Culex. Pada tahun 1997 rata-rata Mikrofilaria Rate dari daerah-daerah yang disurvei sebesar 5,04% sedangkan pada tahun 1998 menurun menjadi 4,25%. Pada desa-desa yang MF Rate nya >2% dilaksanakan pengobatan masal dengan garam DEC. Dengan adanya strategi pengobatan dengan garam DEC, maka diharapkan suatu saat penyakit ini dapat tereleminir dari Sulawesi Tengah. Pada tahun 2006 di Sulawesi Tengah terdapat penderita Filariasis sebanyak 444 orang dan yang ditangani 358 orang (80,63%). Rincian jumlah kasus Filariasis yang ditangani pada tahun 2006 dapat dilihat pada lampiran tabel 13.
10. Penyakit Schistosomiasis Penyakit Schistosomiasis merupakan penyakit yang hanya ada di Sulawesi Tengah yaitu disekitar Danau Lindu dan Lembah Napu. Penyakit ini di tularkan melalui vektor keong Oncomelania Hupensis Linduensis yang merupakan hospes perantara Cacing Trematoda yang menyebabkan penyakit Schistosomiasis yaitu Schistosoma Japanicum. Kegiatan pemberantasannya secara intensif telah dimulai sejak tahun 1982, yang pada awalnya dititik beratkan pada kegiatan penanganan terhadap manusianya yakni pengobatan penduduk pengadaan
secara sarana
masal
yang
ditunjang
dengan
kegiatan
kesehatan lingkungan, pemeriksaan
tinja
penyuluhan, penduduk,
pemeriksaan keong penular dan tikus secara berkala dan rutin. Target pemberantasan penyakit ini adalah menurunkan prevalensi sampai < 1%. Keadaan pada tahun 1998/1999, di daerah Lindu prevalensi pada siklus I 0,68% dan siklus II 0,44%, sedangkan di Napu prevalensi pada siklus I Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
0,72% dan 65
pada siklus II 0,81%. Pemberantasan penyakit ini dilaksanakan secara lintas program
dan
lintas
sektor
untuk
pengembangan
wilayah
endemis
Schistosomiasis. Pada tahun 2006 menurut laporan dari Subdin P2PL Prevalensi schistosomiasis di daerah Lindu cyclus I adalah 0,52 dan cyclus II adalah 0,23 sementara di daerah Napu cyclus I adalah 1,55 dan cyclus II 1,21 dan Sulawesi Tengah cyclus I adalah 1,19 dan cyclus II 0,76. Gambaran prevalensi Schistosomiasis dalam kurun waktu 4 tahun terakhir secara jelas dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini : TABEL 4.7 PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS DI SULAWESI TENGAH TAHUN 2003-2006 2003
2004
2005
2006
No.
Lokasi
Cycl. I
Cycl.II
Cycl. I
Cycl.II
Cycl. I
Cycl.II
Cycl. I
Cycl.II
1.
Lindu
0,57
0,54
0,17
O,17
0,66
0,40
0,52
0,23
2.
Napu
0,69
0,63
0,52
1,28
1,02
0,64
1,55
1,21
3.
Sulteng
0,66
0,61
0,40
1,01
0,93
0,57
1,19
0,76
Sumber : Subdin P2M-PL Dinkes Prop. Sulteng
Dari data tersebut diatas gambaran prevalensi Schistosomiasis di Lindu dan Napu dapat dilihat pada gambar IV.20 dan IV.21 sebagai berikut : GAMBAR IV.20 PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS DI LINDU TAHUN 2001 - 2006
0,8 0,7
0,66
0,75
0,54
0,6 0,5 0,4
0,52
0,57 0,33
0,29
0,17
0,3 0,2
GAMBAR IV.21 PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS DI NAPU TAHUN 2001 - 2006
0,4
0,22
0,23
0,1
0,17
0 2001
2002
2003
Cycle I
2004
2005
Cycle II
Sumber : Subdin Bina P2 Dinkes
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
2006
1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0
1,138
1,02
1,28 0,96
0,73
0,69
0,52
0,63
2001
2002
2003
Cycle I
1,55 1,21
0,64
2004
2005
2006
Cycle II
Sumber : Subdin Bina P2 Dinkes
66
Sedangkan gambaran prevalensi penyakit Schistosomiasis di Sulawesi Tengah tahun 2001-2006 dapat dilihat pada Gambar IV.22 berikut.
GAMBAR IV. 22 PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS DI SULAWESI TENGAH TAHUN 2001-2006
1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0
1,01 0,95
0,86
1,19
0,93
0,76 0,85
0,61
0,76
0,57
0,66 0,40 2001
2002
2003 Cycle I
2004
2005
2006
Cycle II
Sumber : Subdin Bina P2 Dinkes
D. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR
F
aktor lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam proses timbulnya gangguan kesehatan baik secara individu
maupun
masyarakat umum. Upaya pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar pada prinsipnya dimaksudkan untuk memperkecil atau meniadakan faktor risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat dari lingkungan yang kurang sehat. Bentuk upaya yang dilakukan dalam peningkatan kualitas lingkungan, antara lain melakukan pembinaan kesehatan lingkungan pada masyarakat dan institusi, saurveilans vektor dan pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU).
1. Pembinaan Kesehatan Lingkungan Upaya pembinaan kesehatan lingkungan diarahkan pada masyarakat dan institusi yang memiliki potensi mengancam kesehatan masyarakat yang dilakukan secara
berkala. Kegiatan pembinaan dimaksud mencakup upaya
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
67
pemantauan,
penyuluhan
dan
pemberian
rekomendasi
terhadap
aspek
penyediaan fasilitas sanitasi dasar (air bersih dan jamban), pengelolaan sampah, sirkulasi udara, pencahayaan , dan lain-lain. Hasil
pemutahiran
data/pengumpulan
data
profil
kesehatan
dari
kabupaten/kota selama dua tahun terakhir dalam kaitan pembinaan kesehatan lingkungan pada institusi dapat dilihat pada Gambar IV. 23 berikut. GAMBAR IV. 23 JUMLAH INSTITUSI TERDAFTAR DAN DIBINA KESEHATAN LINGKUNGANNYA TAHUN 2005- 2006
30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0
27.068 12.755
2005 Terdaftar
15.441
11.215
2006 Dibina
Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota
Dari gambar tersebut diatas terlihat bahwa jumlah institusi yang dibina selama tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 72,63% dibanding cakupan 2005 sebesar 47,12%. Persentase institusi dibina kesehatan lingkungannya menurut kabupaten/kota tahun 2006 dapat dilihat pada lampiran tabel 52.
2. Surveilans Vektor Upaya surveilans vektor dilakukan untuk mengendalikan vektor potensial dalam menularkan penyakit antara lain nyamuk. Kegiatan yang dilakukan meliputi survei vektor untuk mengetahui jenis potensial, bionomik serta strategi pengendaliannya.
Hasil
pemutahiran
data/pengumpulan
data
dari
kabupaten/kota menunjukkan bahwa hanya empat kabupaten/kota yang melaporkan data pengamatan vektornya sehingga tidak dapat diuraikan disini karena tidak dapat mewakili data kapupaten/kota (10 kabupaten/kota). Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
68
3. Pengawasan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan Tempat-Tempat Umum (TTU) merupakan suatu sarana yang dikunjungi oleh banyak orang dan dikhawatirkan dapat menjadi tempat penyebaran penyakit. TTU meliputi hotel, restauran, bioskop, pasar terminal dan lain-lain. Sedangkan TTU sehat adalah tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan. Pengawasan terhadap TTU dan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) dilakukan untuk meminimalkan faktor risiko sumber penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU dan TPM. Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi pengawasan kualitas lingkungan TTU dan TPM secara berkala, bimbingan, penyuluhan dan saran perbaikan dalam pengelolaan lingkungan yang sehat. Hasil pemutahiran data/pengumpulan data dari kabupaten/kota selama tahun 2006 dari 82.110 fasilitas TUPM yang dilaporkan sebanyak 73.004 (88,9%) telah dilakukan pemeriksaan dan 14.794 (20,26%) yang memenuhi syarat (sehat). Kabupaten/kota dengan persentase tertinggi TUPM sehat adalah Palu (89,9%), Tolitoli (76,05%) sedangkan yang terendah adalah di Donggala (18,8%) sedangkan Banggai Kepulauan, Buol dan Tojo Una-una tidak ada data.
E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
U
paya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk menangani
Berdasarkan
permasalahan
pemantauan
yang
telah
gizi
yang
dilakukan
dihadapi ditemukan
masyarakat. beberapa
permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat
adalah
kekurangan kalori protein, kekurangan vit A, gangguan akibat kekurangan Yodium, dan anemi gizi besi.
1. Pemantauan Pertumbuhan Balita Upaya pemantauan status gizi pada kelompok balita difokuskan melalui pemantauan terhadap pertumbuhan berat badan yang dilakukan melalui Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006 69
kegiatan penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan, serta pengamatan langsung terhadap penampilan fisik balita yang berkunjung di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil pengumpulan data profil kesehatan dari kabupaten/kota gambaran dari pemantauan balita dapat dilihat dalam Gambar IV. 24 berikut ini. GAMBAR IV. 24 JUMLAH BALITA DITIMBANG, BERAT BADAN NAIK DAN BALITA BGM TAHUN 2005 – 2006 140.000
121.458 109.799
120.000
88.175
78.163
100.000 80.000 60.000 40.000
8.490
6.668
20.000 0 2005
Balita di timbang
2006
BB Naik
Balita BGM
Sumber : Seksi Gizi
Melihat gambar diatas , cakupan terhadap balita yang ditimbang selama tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 109.799 dibanding tahun 2005 sebesar 121.458. Dari jumlah balita ditimbang hanya 71,2% yang menunjukkan kenaikan berat badan, kondisi tersebut mengalami penurunan menjadi 71,2% dibanding dengan tahun 2005 sebesar 72,6%. Sedangkan balita dengan berat badan di Bawah Garis Merah (BGM) selama tahun 2006 terlihat mengalami penurunan menjadi 6,07% dibanding tahun 2005 sebesar 6,99%. Gambaran secara rinci hasil penimbangan balita menurut kabupaten/kota selama tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran tabel 16.
2. Pemberian Kapsul Vitamin A. Upaya perbaikan gizi juga dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap vitamin A, yang dilakukan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
70
melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak dua kali dalam satu tahun (Februari dan Agustus) dan pada ibu nifas diberikan satu kali Gambaran pemberian kapsul vitamin A selama dua tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar IV.25 berikut, GAMBAR IV.25 JUMLAH BALITA MENDAPAT KAPSUL VITAMIN ”A” DUA KALI TAHUN 2005 - 2006
300.000
252.660
250.000
238.691
204.999
207.765
200.000 150.000 100.000 50.000 0 2005
2006 Jumlah Balita
Mendapat VIT. A 2X
Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa jumlah balita pada tahun 2006 mengalami penurunan (5,5%) dibandingkan dengan tahun 2005, sedangkan cakupan pemberian vitamin A selama mengalami kenaikan 5,9% . Gambaran secara rinci hasil cakupan balita yang diberi vitamin A dua kali menurut kabupaten/kota selama tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran tabel 24.
3. Pemberian Tablet Besi. Pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mengatasi kasus Anemia serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang dialami ibu hamil. Perkembangan cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil (Fe-1 dan Fe-3) pada tahun 2003-2006 dapat dilihat pada Gambar IV.26 berikut ini.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
71
GAMBAR IV. 26 PERSENTASE CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI PADA IBU HAMIL TAHUN 2003-2006
100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00%
2003
2004
2005
2006
Fe-1
39,53%
72,47%
81,42%
73,05%
Fe-3
52,82%
66,39%
72,54%
63,82%
Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota
Pada gambar tersebut diatas terlihat bahwa tren cakupan pemberian tablet besi (Fe-1 dan Fe-3) dari tahun 2003-2005 mengalami kenaikan dan pada tahun 2006 terjadi penurunan cakupan. Cakupan pemberian tablet besi kepada ibu hamil menurut kabupaten kota tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 25.
4. Pemberian Kapsul Minyak Beryodium Pemberian kapsul minyak beryodium dimaksudkan untuk menanggulangi kekurangan yodium secara cepat pada kelompok yang menderita kekurangan yodium dan untuk mencegah dampak negatif akibat kekurangan yodium pada kelompok khusus baik diberikan secara individual maupun secara massal. Hasil pemberian kapsul minyak beryodium pada kelompok wanita usia subur di desa/kelurahan endemis sedang dan berat selama dua tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar IV.27 dibawah ini.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
72
GAMBAR IV. 27 PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL BERYODIUM PADA WANITA USIA SUBUR DI DESA/KELURAHAN ENDEMIS TAHUN 2005-2006
100,00%
80,13%
75,83%
2005
2006
80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00%
Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota
Pada gambar tersebut diatas terlihat bahwa cakupan pemberian kapsul beryodium pada WUS di desa/kelurahan endemis sedang dan berat selama tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 75,83% dibandingkan pada tahun 2005 sebesar 80,13%. Menurut hasil pengumpulan data dari kabupaten/kota ternyata hanya 5 kabupaten yang mempunyai data pemberian kapsul beryodium, kabupaten/kota tersebut adalah Morowali, Poso, Donggala, Buol dan Palu sedangkan kabupaten lainnya tidak ada data. Gambaran secara rinci hasil pemberian kapsul beryodium menurut kabupaten/kota selama tahun 2006 dapat dilihat pada pada Lampiran tabel 39.
F. PELAYANAN KEFARMASIAN
U
paya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk
(1) menjamin ketersediaan,
keterjangkauan, pemerataan obat generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, (2)mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat generik, (3) meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian serta pelayanan kesehatan dasar, serta (4) melindungi masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan, mutu, dan keamanan . Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
73
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan
G
menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan
kesehatan, yang dapat dilihat pada bab ini, adalah sebagai berikut :
A. SARANA KESEHATAN
P
ada bagian ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya Puskesmas, rumah sakit, sarana produksi dan distribusi farmasi dan
alat kesehatan, sarana Upaya Kesehatan Bersuimber Masyarakat (UKBM), dan institusi pendidikan tenaga kesehatan.
1. Puskesmas Pada periode tahun 2002 – 2006, jumlah puskesmasm (termasuk Puskesmas Perawatan) terus meningkat dari 132 unit pada tahun 2002 menjadi 149 unit pada tahun 2006. Namun pada periode tahun itu, ratio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk cenderung menurun dari 6,24 per 100.000 penduduk pada tahun 2002 menjadi 6,20 per 100.000 penduduk pada tahun 2006. Ini berarti pada periode tahun itu setiap 100.000 penduduk
rata-rata
dilayani oleh 6-7 unit Puskesmas. Sementara
itu,
bila
dibandingkan
dengan
konsep
wilayah
kerja
Puskesmas, dimana sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk, maka jumlah Puskesmas per 30.000 penduduk pada tahun 2006 rata-rata 1,91 unit, mengalami sedikit kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2005 yaitu sebesar 2,90 unit per 30.000 penduduk. Pada periode yang sama, jumlah Puskesmas Pembantu juga cenderung menurun dari 761 unit pada tahun 2002 menjadi 716 unit pada tahun 2006. Sementara itu rasio Puskesmas Pembantu terhadap 100.000 penduduk juga cenderung menurun dari 35,97 per 100.000 penduduk pada tahun 2002 menjadi Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
74
29,80 per 100.000 penduduk pada tahun 2006. Ini berarti setiap 100.000 penduduk dilayani oleh 29-30 unit Puskesmas Pembantu. Jumlah Puskesmas dan rasionya terhadap 100.000 penduduk se;ama tahun 2002-2006 dapat dilihat pada gambar V. 1 berikut.
155
7
150
6
145
5
140 4
135
3
130 125
2002
2003
Jumlah PKM
133
135
Rasio
6,24
6,1
2004
2005
2006
137
144
149
6,09
6,19
6,2
Rasio Puskesmas
Jumlah PKM
GAMBAR V.1 JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP 100.000 PENDUDUK TAHUN 2002 - 2006
2
Sumber : Subdin Yanmed
Sedangkan
jumlah
Puskesmas
Pembantu
dan
rasio
Puskesmas
Pembantu terhadap 100.000 penduduk pada tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Gambar V.2 berikut ini.
Jumlah Pustu
780 760 740 720 700 680 Jumlah Pustu Rasio
2002
2003
2004
2005
2006
761
711
709
710
716
35,97 32,17 31,55 31,08
40 35 30 25 20 15 10 5 0
Rasio Pustu
GAMBAR V.2 JUMLAH PUSKESMAS PEMBANTU DAN RASIONYA TERHADAP 100.000 PENDUDUK TAHUN 2002 – 2006
29,8
Sumber : Subdin Yanmed
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
75
Berdasarkan jumlah Puskesmas dan jumlah Puskesmas Pembantu pada tahun 2002-2006, maka rasio Puskesmas Pembantu terhadap Puskesmas ratarata 5:1, artinya setiap Puskesmas rata-rata didukung oleh 5 Puskesmas Pembantu dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sejak Pelita III sejumlah Puskesmas telah ditingkatkan menjadi Puskesmas dengan tempat perawatan. Puskesmas perawatan ini berlokasi jauh dari rumah sakit, di jalur-jalur jalan raya yang rawan kecelakaan, serta di wilayah atau pulaupulau yang terpencil. Pada tahun 2002-2006 perkembangan jumlah Puskesmas Perawatan cenderung bertambah , yaitu dari 56 unit pada tahun 2002 dan 60 unit pada tahun 2003 menjadi 62 unit pada tahun 2004 dan 66 unit pada tahun 2005 dan turun menjadi 64 unit pada tahun 2006. Terjadinya penurunan jumlah Puskesmas Perawatan ini karena adanya pembangunan rumah sakit baru di daerah pemekaran sehingga puskesmas perawatan yang dekat dengan rumah sakit tersebut dialihkan statusnya menjadi Puskesmas Non Perawatan. Perkembangan jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan pada tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Gambar V.3 berikut . GAMBAR V.3 JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN TAHUN 2002 - 2006 175 150 Jumlah
125 100 75 50 25 0
2002
2003
2004
2005
2006
Puskesmas
133
135
137
144
149
PKM Peraw atan
56
60
62
66
64
Sumber : Subdin Yanmed
Sementara itu, jumlah Puskesmas Keliling baik puskesmas keliling kendaraan roda empat (R4 mobil) maupun puskesmas keliling perahu bermotor Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
76
(PB) pada tahun 2003-2006 cenderung menurun dari 121 unit pada tahun 2003 dan 116 unit pada tahun 2004 dan 153 unit pada tahun 2005 dan menjadi 158 unit pada tahun 2006. Untuk Puskesmas Keliling R-4 tercatat sebanyak 106 unit pada tahun 2003 dan 97 unit pada tahun 2004 menjadi 138 unit pada tahun 2005 dan 142 unit pada tahun 2006. sedangkan puskesmas keliling (PB) tercatat 15 unit pada tahun 2003 dan 19 unit pada tahun 2004 dan turun menjadi 15 unit pada tahun 2005 dan naik lagi menjadi 16 unit pada tahun 2006. Jumlah Puskesmas Keliling dan rasionya terhadap Puskesmas pada tahun tahun 20032006 disajikan pada Gambar V.4 berikut ini.
150
1,2
125
1
100
0,8
75
0,6
50
0,4
25
0,2
0
2003
2004
2005
2006
Pusling PB
15
19
15
16
Pusling R-4
106
97
138
142
Rasio Pusling
0,91
0,85
1,06
1,06
Rasio Pu sling
Ju m lah Puslin g (PB & R-4)
GAMBAR V.4 JUMLAH PUSKESMAS KELILING DAN RASIONYA TERHADAP PUSKESMAS TAHUN 2003-2006
0
Sumber : Subdin Yadmed
Rasio Puskesmas Keliling terhadap Puskesmas cenderung menurun dari 0,91 pada tahun 2003 menjadi 0,85 pada tahun 2004 dan naik menjadi 1,06 pada tahun 2005 kemudian tetap menjadi 1,06 pada tahun 2006.
2. Rumah Sakit Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit
antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang
biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
77
terhadap jumlah penduduk. Perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) tahun 2002-2006 dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut. TABEL 5.1 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM DAN KHUSUS) DAN KEPEMILIKANNYA TAHUN 2002-2006
JUMLAH//T A H U N Pengelola/kepemilikan
2002
2003
2004
2005
2006
- Pemerintah
10
10
10
12
13
- TNI/POLRI
1
1
1
2
2
- Swasta
4
4
4
4
5
15
15
15
18
19
JUMLAH Sumber : Subdin Yanmed
Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan
terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan, jumlah rumah sakit umum (pemerintah dan swasta) pada periode tahun 2002 – 2006 cenderung meningkat yaitu dari 15 unit pada tahun 2002, 2003 dan 2004 menjadi 18 unit pada tahun 2005 dan meningkat lagi menjadi 19 unit pada tahun 2006. Selain
rumah
sakit,
untuk
menggambarkan
ketersediaan
sarana
pelayanan kesehatan perlu pula disajikan data jumlah tempat tidur rumah sakit. Pada tahun 2002–2004 ada kenaikan tempat tidur rumah sakit. Situasi perkembangan jumlah tempat tidur rumah sakit secara ringkas dapat dilihat pada gambar V. 5 sebagai berikut. GAMBAR V. 5 PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT TAHUN 2002-2006
1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0
1.591 1.145
1.162
2002
2003
1.241
2004
1.369
2005
2006
Sumber : Subdin Yanmedik
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
78
Selanjutnya, untuk menggambarkan cakupan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan berikut ini disajikan rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan tempat tidur baik tempat tidur rumah sakit umum maupun tempat tidur rumah sakit khusus. Pada tahun 2002–2006, rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk cenderung meningkat dari 54,9 per 100.000 penduduk pada tahun 2002 dan 52,6 per 100.000 penduduk pada tahun 2003 menjadi 55,2 per 100.000 penduduk pada tahun 2004 dan 59,9 per 100.000 penduduk pada tahun 2005 kemudian naik lagi menjadi 66,2 per 100.000 penduduk pada tahun 2006. Pada tahun 2002-2006 rata-rata setiap tempat rumah sakit melayani 1.510-1901 penduduk. Jumlah tempat tidur Rumah Sakit (RS) dan rasionya per 100.000 penduduk pada tahun 2002-2006 disajikan pada gambar V.6 dibawah ini.
Jumlah TT
2.000 1.500 1.000 500 0
2002 2003 2004 2005 2006
Jumlah TT
1.145 1.162 1.241 1.369 1.591
Rasio/100.0 00 Pddk
54,1
52,6
55,2
59,9
70 60 50 40 30 20 10 0
Rasio/100.000 Pddk
GAMBAR V. 6 JUMLAH TEMPAT TIDUR RS DAN RASIONYA TERHADAP 100.000 PENDUDUK TAHUN 2002-2006
66,2
Sumber : Subdin Yanmedik
3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan Farmasi dan alat kesehatan. Jumlah sarana produksi sediaan farmasi dan Alat Kesehatan (ALKES) tidak dapat diuraikan disini karena tidak tersedia datanya. Jumlah sarana distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut jenis tahun 2002-2004 disajikan pada gambar V.7 dibawah ini. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
79
GAMBAR V.7 JUMLAH SARANA DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI DAN ALKES TAHUN 2003-2006 175
150 125
100
75
50 25
0 Pedagang Besar Farmasi
2003
2004
2005
2006
25
24
24
24
Apotek
69
72
92
102
Toko Obat
124
124
138
145
Peny alur Perbekalan ALKES
2
2
2
3
Su bPeny alur Perbekalan ALKES
17
33
33
47
Sumber : Subdin Yanmed (Seksi Farmasi)
Di kabupaten/kota, distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan milik pemerintah dikelola oleh unit pengelola obat, yang disebut sebagai Gudang Farmasi kabupaten/kota. Perkembangan jumlah unit pengelolan obat dan sediaan farmasi (gudang farmasi) kabupaten/kota pada tahun 2003-2006 dapat dilihat pada Gambar V.8 sebagai berikut. GAMBAR V.8 JUMLAH UNIT PENGELOLA OBAT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2003-2006 12
10
10
8
8 6
6 5
4 2 0 2003
2004
2005
2006
Sumber : Subdin Yanmed (Seksi Farmasi) Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
80
4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masysrakat. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) di antaranya adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), Toga (Tanaman Obat Keluarga), POD (Pos Obat Desa), dan sebagainya. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5(lima) program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu dikelompokkan kedalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Pada tahun 2006 jumlah Posyandu sebanyak 2.804 buah. Jumlah posyandu ini meningkat dibandingkan jumlah Posyandu tahun 2005 yaitu 2.642 buah. Perkembangan jumlah Posyandu selama tahun 2003–2006 dapat dilihat pada Gambar V.9 berikut. GAMBAR V.9 PERKEMBANGAN JUMLAH POSYANDU TAHUN 2003 – 2006
2850
2818
2804
2800 2750 2700
2658
2642
2650 2600 2550 2003
2004
2005
2006
Sumber : Subdin Binkesmas ( Profil UKBM )
Pada tahun 2006 rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan adalah 1,78 atau rata-rata pada tiap desa/kelurahan terdapat 1-2 Posyandu. Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan terbesar adalah kota di Palu (5,02) kemudian disusul Tolitoli (2,6) dan Donggala (2,56). Sedangkan yang terkecil adalah di Kabupaten Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
81
Poso (1,01) dan Morowali (1,19). Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka
mendekatkan
pelayanan
kebidanan,
melalui
penyediaan
tempat
pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk Keluarga Berencana. Polindes ini juga dikelompokkan kedalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu Polindes Pratama. Polindes Madya, Polindes Purnama, dan Polindes Mandiri. Pada tahun 2006 julah Polindes sebanyak 781 buah. Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan adalah 0,50. Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan terbesar di kabupaten Banggai (0,75) dan Donggala (0,58). Sedangkan rasio terkecil di kota Palu (0,19) dan Poso (0,30). Pos Obat Desa (POD) merupakan wujud peran serta masyarakat dalam hal pengobatan sederhana, terutama untuk penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat. Pos Obat Desa ini juga dikelompokkan kedalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu Pos Obat Desa Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Pada tahun 2006 Rasio Pos Obat Desa terhadap desa/kelurahan adalah 0.03.
5. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan Pendidikan ketersediaan pelayanan
tenaga
kesehatan
dimaksudkan
untuk
meningkatkan
dan kualitas tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan kesehatan
masyarakat.
Pendididkan
tenaga
kesehatan
diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta melalui berbagai institusi pendidikan dan jenjang pendidikan. Dari seluruh institusi pendidikan tenaga kesehatan(Diknakes) yang ada hanya sebagian yang menjadi tanggung jawab Departemen
Kesehatan
dalam
koordinasi
dan
pembinaannya,
yang
dikelompokkan kedalam institusi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan institusi Diknakes non Poltekkes. Pada tahun 2006 jumlah Poltekkes pemerintah di Sulawesi Tengah hanya 1 buah yang menyelenggarakan 3 jenis jurusan atau program studi, yaitu Keperawatan, Kebidanan, dan Kesehatan Lingkungan. Sedangkan lainnya Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
82
adalah akademi yang dikelola oleh pemda (3 buah) dan swasta (2 buah) dan 2 buah akademi farmasi yang dikelola oleh swasta.
B. TENAGA KESEHATAN
S
ebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan tidak hanya dilakukan pemerintah, tetapi juga diselenggarakan oleh
swasta. Oleh karena itu gambaran situasi ketersediaan tenaga kesehatan baik yang bekerja di sektor pemerintah maupun yang bekerja di sektor swasta perlu diketahui. Namun sampai saat ini data tenaga kesehatan baik yang bekerja di sektor pemerintah maupun di sektor swasta sangat sulit diperoleh.
1. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Data yang diperoleh dari Subdin Bina Pengembangan Tenaga Kesehatan menunjukkan bahwa jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di seluruh Rumah Sakit (RS) di semua kabupaten/kota di Sulawesi Tengah pada tahun 2006 adalah sebanyak 1.907 orang. Sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas, Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota, dan unitunit kesehatan lainnya adalah sebanyak 4.136 orang. Dengan demikian jumlah seluruh tenaga kesehatan di provinsi sulawesi tengah pada tahun 2006 adalah 6.043 orang. Gambaran jumlah dan rasio tenaga kesehatan dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
83
TABEL 5.2 JUMLAH DAN RATIO TENAGA KESEHATAN MENURUT 7 KATEGORI PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005-2006 Tahun 2005 No.
Jenis Tenaga
Jumlah
1.
Medis
2.
Perawat dan Bidan
3.
Farmasi
4.
Gizi
129
5.
Teknisi Medis
184
6.
Sanitasi
448
7.
Kesehatan Masyarakat
284 5.529
Jumlah
Tahun 2006
Ratio
Jumlah
Ratio
511
21,98
483
20,11
3.794
163,22
4.175
173,79
179
7,70
241
10,03
5,55
134
5.58
7,92
164
6,82
19,27
474
19,73
12,22
372
15,48
237,86
6.043
251,55
Sumber : Subdin Bina Nakes
Sedangkan jumlah, persentase dan rasio per 100.000 penduduk tenaga kesehatan berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut. TABEL 5.3 JUMLAH, PERSENTASE, DAN RATIO PER 100.000 PENDUDUK TENAGA KESEHATAN MENURUT JENISNYA TAHUN 2006
No.
Jenis Tenaga
1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dokter Umum Dokter Gigi Doikter Soesialis Perawat Bidan S1 Farmasi/Apoteker/Ass.Apt Kesmas Sanitarian Gizi Teknisi Medis Jumlah Sumber : Subdin Nakes
Jumlah
Persentase
350 60 73 2.567 1.608 241 372 474 134 164 6.043
5,79 0,99 1,21 42,48 26,61 3,99 6,16 7,84 2,22 2,71 100
Rasio/100.000 penduduk 14,57 2,50 3,04 106,86 66,94 10,03 15,48 19,73 5,58 6,83 251,55
Rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk sebesar 251,55. Ini berarti bahwa setiap 100.000 penduduk sulawesi tengah dilayani oleh 251 - 252 tenaga kesehatan. Rasio masing-masing jenis tenaga kesehatan per 100.000 penduduk menunjukkan bahwa rasio jenis tenaga kesehatan per 100.000 penduduk terbesar adalah rasio tenaga keperawatan dan rasio bidan yaitu masing-masing sebesar 42,48 per 100.000 penduduk dan 26,61 per 100.000 penduduk. Kabupaten dengan jumlah tenaga kesehatan terbanyak adalah kota Palu (28,41%) kemudian disusul kabupaten Donggala (11,50%) sedangkan yang Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
84
terendah adalah di kabupaten Buol (3,92%) dan Banggai kepulauan (4,42%). Namun, jika dilihat rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk, rasio tertinggi adalah kota Palu (555,01), kemudian kabupaten Poso (347,79 sedangkan yang terendah adalah Donggala 148,23 dan Parigi Moutong 156,96. Jumlah dan rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk menurut kabupaten/kota tahun 2006 disajikan pada Gambar V.10 dan Gambar V.11 berikut GAMBAR V.10 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2006
1717
Palu Donggala Poso Banggai Toli-Toli Parigi Moutong Morowali Tojo Una-Una Bangkep Buol
695 627 605 602 586 395 312 267 237 0
250
500
750
1000 1250 1500 1750 2000
Sumber : Subdin Nakes
GAMBAR V. 11 RASIO TENAGA KESEHATAN PER 100.000 PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2006
555,01
Palu Poso
347,79 306,38
Toli-Toli Tojo Una-Una
253,1 221,57
Morow ali Buol
210,68 201,6
Banggai Bangkep
167,07 156,96 148,23
Parigi Moutong Donggala 0
100
200
300
400
500
600
700
Sumber : Subdin Nakes
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
85
Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit tahun 2006 adalah sebanyak 1.907 orang. Kabupaten/kota dengan jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit terbanyak adalah Palu (989 orang), kemudian Tolitoli (238 orang), sedangkan yang terendah adalah Bangkep (21 orang) dan Donggala (25 orang). Rumah Sakit Bangkep dan Rumah Sakit Donggala baru operasional pada tahun 2006 sehingga jumlah tenaga kesehatannya masih jauh dari yang diharapkan. Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dan Provinsi adalah sebanyak 3.882 orang, sedangkan yang bekerja di Institusi Diklat Diknakes dan sarana kesehatan lainnya adalah sebanyak 254 orang, Untuk jelasnya dapat dibaca pada lampiran tabel 54.
2. Pendidikan Tenaga Kesehatan 1). Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan Perkembangan jumlah Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan di Propinsi Sulawesi Tengah sampai tahun 2000/2001 mengalami perubahan, dimana status Diploma III atau jenjang pendidikan tinggi (JPTD III) berubah menjadi Politeknik Kesehatan (Poltekes). pada tahun 1999/2000 SPK dikonversi menjadi Diploma III atau Jenjang Pendidikan Tinggi (JPTD III), di Sulawesi Tengah jumlah Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan sebanyak 8 institusi hal ini disebabkan karena (1) adanya kebijakan pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang semakin berkembang, sehingga memerlukan jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang meningkat pula, (2) kebijakan pemerintah untuk meningkatan kualitas tenaga kesehatan yang lebih profesional, sehingga perlu dilakukan konversi dari institusi Diknakes jenjang pendidikan menengah ( JPM ) menjadi jenjang pendidikan tinggi ( JPT ), dan (3) kebutuhan jenis tenaga kesehatan yang baru, memerlukan pendirian institusi yang baru pula. Jumlah Institusi Diknakes dan kepemilikannya dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
86
TABEL 5. 4 JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES MENURUT JENJANG STATUS KEPEMILIKAN DAN JUMLAH PESERTA DIDIK TAHUN 2003-2006
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
NAMA INSTITUSI
STATUS MILIK P D D D S S S S
Politeknik Kesehatan Palu Akper Pemda Donggala Akper Pemda Luwuk Akper Pemda toli-toli Akper Justitia Palu Akper RSU Woodward Palu Akfar Bina Farmasi Palu Akfar Tadulako Farma Palu Jumlah
Jumlah Peserta Didik 2003 2004 2005 2006 776 904 994 ….. 154 209 255 353 154 177 212 293 148 196 185 227 154 157 184 129 178 218 204 141 34 42 41 88 118 145 129 215 1.716 2.048 2.204
Sumber : Subdin Bina Pengembangan Nakes
Jumlah institusi pendidikan tenaga kesehatan yang telah dikonversi dari JPM ke JPTD sampai tahun 2002 sejumlah 6 institusi. Adapun institusi yang dikonversi adalah SPK menjadi AKPER/AKBID , SPPH menjadi AKL.
2). Tenaga Kesehatan yang mengikuti Tugas Belajar Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai jenis tenaga keseha tan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma sehat, Yang mengutamakan upaya peningkatan. pemeliharaan kesehatan, dan pencegahan penyakit. Secara umum jumlah tenaga kesehatan yang megikuti tugas belajar dari tahun ketahun mengalami peningkatan, jumlah tenaga kesehatan terbanyak mengikuti tugas belajar adalah jenjang strata satu. Tenaga kesehatan tersebut berasal dari unit-unit kesehatan, seperti puskesmas, Rumah Sakit, Dinas kesehatan Kabupaten dan Dinas Kesehatan Propinsi. TABEL 5.5 JUMLAH TENAGA KESEHATAN YANG TUGAS BELAJAR TAHUN 2000 – 2006
TAHUN
D III
D IV
S1
S2
JUMLAH
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Jumlah
5 4 80 31 40 160
3 2 1 1 3 2 12
38 32 24 35 39 4 39 211
26 10 31 20 16 4 27 134
72 48 136 87 58 8 108 517
Sumber : Subdin Bina Pengembangan Nakes Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
87
Dari data tersebut diatas terlihat bahwa dari tahun 2000 s.d 2006 tenaga kesehatan terbanyak mengikuti jenjang pendidikan S1 yaitu sudah mencapai 211 orang (40,81%), kemudian disusul D III sebanyak 160 orang (30,95%), S2 sebanyak 134 orang (25,91%) dan yang terendah adalah D-IV sebanyak 12 orang (2,32%). Persentase Jumlah tenaga kesehatan yang sudah mengikuti tugas belajar dari tahun 2000 s.d 2006 dapat dilihat pada Gambar V.12 berikut :
GAMBAR V.12 PERSENTASE TENAGA KESEHATAN YANG SUDAH MENGIKUTI JENJANG PENDIDIKAN TAHUN 2000-2006
S-2; 25,91%
D-III; 30,95%
D-IV; 2,32% S-1; 40,81%
Sumber : Subdin Bina Nakes
3). Distribusi Tenaga Kesehatan menurut Jenis Tenaga Jumlah
tenaga kesehatan di Sulawesi Tengah untuk tahun 2006
sebanyak 6.043 jiwa dari 7 kategori tenaga kesehatan. Jumlah terbanyak adalah tenaga Perawat dan Bidan 4.175 (69,09%) kemudian disusul dengan tenaga medis 483 (7,99%) dan tenaga sanitasi 474 (7,84%) sedangkan yang terendah adalah tenaga gizi 134 (2,4%). Lebih jelas lihat gambar IV.11 berikut.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
88
GAMBAR V. 13 JUMLAH TENAGA KESEHATAN YANG TERSEBAR DI 10 KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2006
4500 4250 4000 3750 3500 3250 3000 2750 2500 2250 2000 1750 1500 1250 1000 750 500 250 0
4175
483
241
Medis Perawat Farmasi & Bidan Medis
Peraw at & Bidan
474 164
134
Gizi
Farmasi Gizi
372
Teknisi Sanitasi Kesmas Medis Teknisi Medis
Sanitasi
Kesmas
Sumber : Subdin Bina Pengembangan Nakes
4). Penyebaran Tenaga Kesehatan Menurut 7 Kategori Dalam penyajian data ketenagaan ini, tenaga kesehatan dikelompokkan menjadi 7 kategori. Jumlah dan proporsi tenaga kesehatan menurut 7 kategori tersebut adalah medis 483 (9,99%), Perawat dan Bidan 4.175 (69,09%), tenaga sanitasi 474 (7,84%), kesehatan masyarakat 372 (6,16%), farmasi 241 (3,99%). tenaga teknisi medis 164(2,71%), tenaga gizi 134 (2,22%), Tenaga non medis tidak diuraikan disini karena tidak ada data yang mendukung. Gambaran secara rinci dapat dilihat pada gambar IV.12 sebagai berikut.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
89
GAMBAR V. 14 PERSENTASE TENAGA KESEHATAN MENURUT 7 KATEGORI DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2006
Sanitasi; 7,84 Teknisi Medis; 2,71
Kesmas; 6,16
Medis; 7,99
Gizi; 2,22
Farmasi; 3,99
Peraw at & Bidan; 69,09
Sumber : Subdin Bina Nakes
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
D
alam melaksanakan upaya pembangunan kesehatan diperlukan pembiayaan, baik yang bersumber dari pemerintah, maupun
masyarakat termasuk swasta. Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari pemerintah terdiri atas (1) APBD Kesehatan meliputi APBD Propinsi dan APBD Kabupaten/Kota,
(2)
APBN
Kesehatan
meliputi
APBN
Propinsi
dan
kabupaten/kota termasuk pinjaman hutang luar negeri (PHLN) dan PKPSBBM.(Askeskin). Pada tahun 2006 total anggaran kesehatan untuk Sulawesi Tengah Rp.483.117.589.329.-
dengan
rincian
APBD
kjesehatan
pvovinsi
Rp.
58.356.220.000, APBD kesehatan kabupaten/kota Rp. 204.558.913.000.- dan Dekonsentrasi (APBN) Rp. 64.867.463.000, Pinjaman hutang dan hibah luar negeri Rp.9.924.858.000, PKPS-BBM (askeskin) Rp.40.895.135.329,- DAK Rp. 60.770.000.000.- dan Tuban Rp. 43.745.000.000.-
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
90
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dihitung anggaran kesehatan perkapita pada tahun 2006 dengan membandingkan jumlah penduduk dengan total anggaran kesehatan pada tahun 2006. Dari jumlah penduduk Sulawesi Tengah pada tahun 2006 sebesar 2.402.280 jiwa dan anggaran kesehatan pada tahun 2006 sebesar Rp.483.117.589.329.- maka anggaran kesehatan perkapita pertahun Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2006 adalah Rp. 201.108.-, Persentase total APBD kesehatan (APBD Provinsi + APBD kabupaten/kota) terhadap total APBD (total APBD Provinsi dan total APBD Kabupaten/Kota) adalah 7,11%, sedangkan persentase total APBD kesehatan kabupaten/kota terhadap total APBD kabupaten/kota sebesar 6,73%. TABEL 5.6 ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN ANGGARAN 2006
A
B .
SUMBER DANA APBD KESEHATAN : 1. APBD Kesehatan Propinsi 2. APBD Kesehatan Kabupaten/kota
ALOKASI 262.915.133.000.58.356.220.000.204.558.913.000.-
PROPORSI 54,42%
APBN KESEHATAN : 1. DEKONSENTRASI 2. PHLN 3. Lain-lain : - Tugas Pembantuan - PKPS-BBM (Askeskin) - DAK Total Anggaran Kesehatan Total APBD Kab/Kota Total APBD Provinsi Total APBD Provinsi dan Kab/Kota
220.202.456.329.64.867.463.000.9.924.858.000.-
45,58%
43.745.000.000.40.895.135.329.60.770.000.000.483.117.589.329.3.040.692.530.130.655.247.758.336.3.695.940.288.466.-
100
Sumber Data : Subdin Program dan PSK
Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa APBD Kesehatan (Propinsi + Kabupaten/kota) di Propinsi Sulawesi Tengah sedikit lebih besar (54,42%)dari pada APBN (45,58%). Persentase anggaran kesehatan menurut sumbernya dapat digambarkan sebagai berikut :
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
91
GAMBAR V. 15 PERSENTASE ANGGARAN KESEHATAN PROP.SUL.TENGAH MENURUT SUMBERNYA TAHUN 2006
TUBAN; 9,05%
APBD Kesehatan Prop; 12,08% PKPS-BBM; 8,46% Dekonsentrasi; 13,43%
DAK; 12,58%
PHLN; 2,05%
APBD Keshatan Kab/Kota; 42,34%
Sumber Data : Subdin Program & PSK
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
92
BAB VI PENUTUP
B
erbagai upaya kesehatan telah dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak
pertengahan tahun 1977, sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan programprogram kesehatan khususnya di dalam penyediaan sumberdananya. Namun demikian, pengembangan dan peningkatan upaya kesehatan tetap dilakukan dengan melalui berbagai reformasi program-program pembangunan di bidang kesehatan sejalan dengan pelaksanaan desentralisasi di bidang kesehatan. Disadari, di dalam pelaksanaan desentralisasi khususnya di dalam mendapatkan data dan informasi yang bersumber dari kabupaten/kota mengalami kesulitan. Oleh karena itu, data dan informasi yang ditampilkan dalam Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2006 yang diterbitkan saat ini tidak lengkap sebagaimana yang diharapkan (ada yang menggunakan data tahun sebelumnya). Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah ini tetap dapat memberikan gambaran secara garis besar tentang kesehatan masyarakat Sulawesi Tengah dan dapat ditingkatkan untuk tahun berikutnya baik kelengkapan data infomasinya maupun pemanfaatnya. Harapan tersebut sejalan dengan maksud dan tujuan dari Profil Kesehatan yaitu selain untuk menggambarkan kesehatan masyarakat Sulawesi Tengah juga sebagai bahan untuk evaluasi tentang kinerja pembangunan kesehatan dan dasar untuk melakukan
evaluasi pencapaian visi “Indonesia
Sehat 2010”. Sesungguhnya data dan informasi sangat dibutuhkan bagi para penentu kebijakan
dan
perencana
pembangunan
kesehatan
di
segala
tingkat
administrasi. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan untuk menilai pencapaian program di setiap kabupaten/kota. Dengan adanya penyajian data dan informasi di dalam Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah ini dalam bentuk narasi dan lampiran Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006 93
diharapkan dapat digunakan untuk mengambil langkah-langkah perbaikan dari setiap program, sehingga hasilnya dapat lebih dirasakan oleh masyarakat dalam bentuk pelayanan kesehtan yang bermutu dan terjangkau. Data dan informasi yang terdapat dalam Profil Kesehanan Provinsi Sulawesi Tengah ini adalah berdasarkan pencapaian Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan sebagai penilaian kinerja pembangunan kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk perbaikan ke depan terhadap substansi penyajian ataupun waktu terbit dari Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah ini dibutuhkan adanya komitmen bersama, keseriusan dan dukungan dari segala pihak khususnya unitunit di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah agar penyajian Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah baik substansi penyajian maupun waktu terbitnya menjadi lebih baik dan lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga tujuan agar Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dapat menjadi salah satu sumber data dan informasi dapat tercapai. Demikianlah penyajian Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2006, walaupun masih jauh dari yang diharapkan semoga narasi dan lampiran ini dapat memenuhi kebutuhan akan data dan informasi kesehatan untuk melihat seberapa jauh perubahan yang telah dicapai dari tahun ke tahun terhadap pembangunan kesehatan secara menyeluruh.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2006
94