PROFIL KAWASAN KONSERVASI
PROVINSI SULAWESI UTARA
PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI UTARA PENGARAH: 1. Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecill 2. Agus Dermawan – Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan PENANGGUNG JAWAB: 1. Syamsul Bahri Lubis PENYUSUN: 1. Suraji 2. Nilfa Rasyid 3. Asri S. Kenyo H 4. Antung R. Jannah 5. Dyah Retno Wulandari 6. M. Saefudin 7. Muschan Ashari 8. Ririn Widiastutik 9. Tendy Kuhaja 10. Ervien Juliyanto 11. Yusuf Arief Afandi 12. Budi Wiyono 13. Hendrawan Syafrie 14. Suci Nurhadini Handayani Dipersilahkan mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan mencantumkan sumber sitasi.
©2015 Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Gedung Mina bahari III Lantai 10 Jalan Medan Merdeka Timur No 16 Jakarta Pusat 10110 Telp./Fax: (021) 3522045, Surel:
[email protected] Situs resmi: http://kkji.kp3k.kkp.go.id PROFIL KAWASAN KONSERVASI
ii
PROVINSI SULAWESI UTARA
KATA PENGANTAR Profil Kawasan Konservasi merupakan langkah tindak lanjut dalam pengenalan, pembentukan, dan publikasi dari sebuah kawasan konservasi. Oleh karena itu, tahapan ini sangat penting untuk menentukan perkembangan, pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi itu sendiri. Profil Kawasan Konservasi ini diharapkan diharapkan dapat memberikan gambaran terkini dari masing-masing kawasan, baik kondisi biofisik, sosial, ekonomi dan budaya setelah wilayah tersebut dikelola dengan baik. Kawasan-kawasan ini tiap tahunnya akan dilakukan evaluasi melalui system evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil (E-KKP3K), sehingga dalam melaksanakan pengelolaan dan pemanfaatan bisa tepat guna, tepat ekonomi, tepat kearifan lokal, dan tepat konservasi. Ucapan terimakasih disampaikan kepada para pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan buku ini terutama kepada Balai Pengelola Taman Nasional Bunaken, Taman Nasional Wakatobi, Taman Nasional Taka Bonerate, Taman Nasional Kepulauan Togean, Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Taman Nasional Karimunjawa, dan Taman Nasional Kepulauan Seribu serta seluruh SKPD pengelola KKPD di daerah.
Jakarta, 2015 Tim Penyusun
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
iii
PROVINSI SULAWESI UTARA
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................................... iv I.
II.
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2
Tujuan ............................................................................................................ 2
Propinsi Sulawesi Utara ........................................................................................... 3 2.1 2.2 2.3 2.4
Taman Nasional Laut Bunaken .............................................................. 3 Kawasan konservasi Kabupaten Minahasa Utara .................................. 11 Kawasan Konservasi Kabupaten Minahasa Selatan .............................. 17 Kawasan Konservasi Kota Bitung .......................................................... 25
III. PENUTUP....................................................................................................... 30 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 31
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
iv
PROVINSI SULAWESI UTARA
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konservasi adalah suatu upaya pelestarian, perlindungan, dan pemenfaatan sumber daya secara berkelanjutan. Kepentingan konservasi di Indonesia khususnya sumber daya sudah dimulai sejak tahun 1970 an melalui mainstream konservation global yaitu suatu upaya perlindungan terhadap jenisjenis hewan dan tumbuhan langka. UU No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan beserta perubahannya (UU No.45 Tahun 2009) dan UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mengarahkan bahwa pemerintah dan seluruh stakeholder pembangunan kelautan dan perikanan lainnya untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. PP No. 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumber Daya Ikan menjabarkan arahan kedua undang-undang tersebut dengan mengamanahkan pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk melaksanakan konservasi sumber daya ikan, dan salah satunya adalah melalui penetapan dan pengelolaan kawasan konservasi perairan. Selanjutnya, selaras dengan penyelenggaraan otonomi daerah yang diamanahkan oleh UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, tanggung jawab pengelolaan kawasan konservasi perairan, termasuk kawasan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil (KKP3K), dibagi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hingga kini, pemerintah pusat dan daerah telah melahirkan tidak kurang dari 16 juta hektar luasan kawasan konservasi perairan dan akan menggenapkan luasan kawasan konservasi perairan tersebut menjadi 20 juta hektar pada Tahun 2020. Sejarah konservasi menegaskan, titik krusial keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran konservasi terletak pada efektivitas pengelolaan yang dilakukan terhadap sebuah kawasan konservasi. Untuk mencapai hal tersebut, ditetapkan Peraturan Menteri Kelautan Nomor 30 Tahun 2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan. Lebih lanjut, pada tahun
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
1
PROVINSI SULAWESI UTARA
2011 Dit.KKJI juga telah menyusun Pedoman Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (E-KKP3K). Komitmen Pemerintah Indonesia untuk membangun kawasan konservasi perairan seluas 20 juta hektar pada Tahun 2020. Capaian target tersebut pada tahun 2014 sudah mencapai 16.451.076, 96 ha. Sebesar 4.694.947,55 ha dengan 32 kawasan dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan sebesar 11.756.129,41 dengan 113 kawasan dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (Direktorat KKJI, 2015). Komitmen tersebut tentunya harus diikuti dengan pengelolaan yang efektif agar kawasan-kawasan tersebut mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi para pemangkukepentingan, khususnya masyarakat setempat, maupun bagi sumberdaya keanekagaman-hayati yang dilindungi dan dilestarikan. Pengelolaan agar lebih memberikan manfaat kepada masyarakat maka diperlukan profil status kawasan konservasi, dimana dalam penyusunan profil tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran terkini dari masing-masing kawasan, baik kondisi biofisik, sosial, ekonomi dan budaya setelah wilayah tersebut dikelola dengan baik. Kawasan-kawasan ini tiap tahunnya akan dilakukan evaluasi melalui sistem evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau- pulau kecil (E-KKP3K), sehingga diperlukan profil detail dan data dan informasi dari masing-masing kawasan.
1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan profil status kawasan konservasi memiliki maksud dan tujuan untuk memberikan gambaran terkini dari masing-masing kawasan di Provinsi Sulawesi Utara, baik kondisi biofisik, sosial, ekonomi dan budaya.
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
2
PROVINSI SULAWESI UTARA
PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI SULAWESI UTARA 2.1 Taman Nasional Laut Bunaken 1)
Nama Kawasan : Taman Nasional Laut Bunaken
2)
Dasar Hukum : • Pencadangan Tanggal 15-10-1991
: SK. Menhut Nomor 730/Kpts-II/1991 ;
• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No. SK13/IV-KK/2008 tentang Zonasi Taman Nasional Bunaken • Unit Organisasi Pengelola
: Balai Taman Nasional Bunaken
• Penetapan
:-
3)
Luas Kawasan : 89.065,00 ha
4)
Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan Secara geografis Taman Nasional ini terletak pada 1°35’ - 1°49’ LU, 124°39’ - 124°35’ BT. Pada bagian Utara terdiri dari pulau Bunaken, pulau Manado Tua, pulau Montehage, pulau Siladen, pulau Nain, pulau Nain Kecil, dan sebagian wilayah pesisir Tanjung Pisok. Sedangkan pada bagian Selatan meliputi sebagian pesisir Tanjung Kelapa.
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
3
PROVINSI SULAWESI UTARA
5)
Status Kawasan Hasil penilaian efektivitas pengelolaan dengan menggunakan perangkat EKKP3K menunjukkan bahwa upaya pengelolaan secara umum telah berjalan cukup baik dengan mulai terlihatnya pengelolaan sumberdaya kawasan/sosial ekonomi di level biru. Meski demikian, dilakukan perlu percepatan/pengembangan upaya pengelolaan pada level-level sebelumnya untuk melengkapi building-block yang belum 100%. Hasil penilaian ini boleh jadi belum secara tepat dan utuh menggambarkan efektivitas pengelolaan di kawasan konservasi tersebut karena penggunaan sudut pandang/perspektif pengelolaan yang tidak sama. Hasil rekomendasi dari evaluasi E-KKP3K yaitu • Lakukan pemeriksaan untuk memastikan dokumen rencana pengelolaan sudah memuat informasi sumnerdaya sosekbud yang dapat dijadikan sebagai data garis dasar (t0) • mengusulkan pembiayaan pengelolaan
5)
Kondisi Umum Taman Nasional Bunaken merupakan perwakilan ekosistem perairan tropis Indonesia yang terdiri dari ekosistem hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, dan ekosistem daratan/pesisir. keadaan iklim di sekitar Taman Nasional Laut Bunaken adalah sebagai berikut 1 : • Temperatur udara 26° - 31° C • Curah hujan 2.500 – 3.500 mm/tahun • Ketinggian tempat 0 – 800 meter dpl
6)
Target Konservasi Sebagai kawasan konservasi, Taman Nasional Bunaken memiliki 3 (tiga) fungsi konservasi yakni perlindungan sistem penyangga kehidupan,
1
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/ tn_bunaken.htm PROFIL KAWASAN KONSERVASI
4
PROVINSI SULAWESI UTARA
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam yahati dan ekosistemnya 2. Analisis zonasi tahun 2014 disusun dengan mempertimbangkan kondisi lapangan yang dinamis sebagai akibat adanya perubahan kondisi fisik, biotis maupun sosial ekonomi masyarakatnya. Hasil zonasi berupa luasan untuk masing-masing zona meliputi 3 : • Zona Inti seluas 1.077,60 ha • Zona Rimba seluas 1.528,32 ha • Zona Pemanfaatan seluas 73.541,41 ha, yang terbagi atas: o Zona Pemanfaatan Khusus seluas 28,21 ha o Zona Pemanfaatan Pariwisata seluas 1.233,43 ha o Zona Pemanfaatan Umum seluas 72.279,77 ha • Zona Tradisional seluas 10.460,69 ha • Zona Rehabilitasi seluas 142,90 ha, dan • Zona Khusus seluas 2.314,08 ha 7)
Kondisi Ekologis - KeanekaragamanHayati • Ekologis4 o o o o o
Salinitas 33 - 35 °/OO Kecerahan 10 - 30 m Pasang surut 2,5 meter Musim Barat November s/d Februari Musim Timur Maret s/d Oktober
• Keanekaragaman Hayati Terumbu Karang : Tercatat 13 genera karang hidup di perairan Taman Nasional Bunaken yang didominasi oleh jenis terumbu karang tepi dan terumbu karang penghalang. Yang paling menarik adalah tebing karang vertikal sampai sejauh 25-50 meter. Hasil Survei yang dilakukan pada bulan Agustus 2015, lokasi penyelaman berada di zona inti Taman Naional (Laut) Bunaken dengan titik koordinat 1o35’45,3” LU dan 124o46’48”BT. Tepatnya terletak di sebelah timur Pulau Bunaken. Hasil survei ekosostem terumbu karang disajikan pada gambar berikut :
2
http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/ basisdata-kawasan-konservasi/details/1/8 Usulan Revisi Zonasi : Balai Taman Nasional Bunaken, 2014 4 http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tnbunaken.htm0 3
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
5
PROVINSI SULAWESI UTARA
Persentase Penutupan Terumbu Karang Zona Inti TN Laut BunakenOther Biota; 1,33%
Algae; 29,67%
Hard Coral; 59,67% Death Coral; 8 67%
Soft Coral; 0,67%
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 04/MENLH/02/2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang Kategori kondisi terumbu karang, kondisi terumbu karang di Zona inti Taman Nasional (Laut) Bunaken adalah 59,67% yang berarti ekosistem terumbu karang di sekitar perairan tersebut masih tergolong baik. Persentase penutupan soft coral, algae, death coral, dan biota laut lainnya (other biota) disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Pesentase penutupan terumbu karang zona inti TNL Bunaken, Agustus 2015 Jenis Coral Hard Coral Acropora Non Acropora Soft Coral Death Coral Algae Other Biota Sponge Total penutupan (%) H' Index H' Max Similarity Index (E) Dominancy Index (C)
Luas Tutupan 59,67% 38,33% 21,33% 0,67% 8,67% 29,67% 1,33% 1,33% 100,00% 3,58 3,58 1,00 0,27
• Ikan Karang : Sekitar 91 jenis ikan terdapat di perairan Taman Nasional Bunaken, diantaranya ikan kuda gusumi (Hippocampus kuda), oci putih (Seriola rivoliana), lolosi ekor kuning (Lutjanus kasmira), goropa (Ephinephelus spilotoceps dan Pseudanthias hypselosoma), ila gasi (Scolopsis bilineatus), dan lain-lain. Berdasarkan hasil pengamatan yang terpantau pada bulan Agustus 2015 dalam tiga lokasi pengamatan PROFIL KAWASAN KONSERVASI
6
PROVINSI SULAWESI UTARA
dengan luas daerah pengamatan yaitu 750 m2 per stasiun pengamatan. Mayoritas jenis ikan yang ditemukan pada semua titik pengamatan adalah dari famili Pomacentridae dan Labridae. Hal ini dikarenakan kedua famili ini memiliki jumlah jenis yang tinggi untuk kelompok ikan karang dan menempati hampir semua habitat di terumbu karang. Kedua jenis famili termasuk kedalam ikan pemakan plankton, Invetebrata, alga, moluska, bulu babi, dan udang kecil yang berada dalam habitat terumbu karang. Kelompok ikan target yang ditemukan pada stasiun pengamatan ini mayoritas merupakan anggota dari famili Acanthuridae, Balistidae, Caesionidae, Haemulidae, dan Holocentridae.
Gambar 1. Kondisi Perairan ekosisten terumbu karang zona inti TN Laut Bunaken
• Mangrove : Jenis tumbuhan di hutan bakau Taman Nasional Bunaken yaitu Rhizophora sp., Sonneratia sp., Lumnitzera sp., dan Bruguiera sp. Hutan ini kaya dengan berbagai jenis kepiting, udang, moluska dan berbagai jenis burung laut seperti camar, bangau, dara laut, dan cangak laut. • Padang Lamun : Jenis ganggang yang terdapat di taman nasional ini meliputi jenis Caulerpa sp., Halimeda sp., dan Padina sp. Padang lamun yang mendominasi terutama di pulau Montehage, dan pulau Nain yaitu
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
7
PROVINSI SULAWESI UTARA
Thalassia ciliatum.
hemprichii,
Enhallus
acoroides,
dan
Thalassodendron
• Moluska : Jenis moluska seperti kima raksasa (Tridacna gigas), kepala kambing (Cassis cornuta), nautilus berongga (Nautilus pompillius), dan tunikates/ascidian 5. 8)
Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat yang telah bermukim di dalam Kawasan TNB diyakini sejak lebih dari 5 generasi. Penyebaran pertumbuhan penduduk meliputi kelima pulau dan beberapa daerah di daratan utama pulau Sulawesi. Kepadatan penduduknya cukup bervariasi serta kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sangat beragam. Pemukiman umumnya terletak diwilayah pesisir, namun perikanan ternyata bukan sumber nafkah yang dominan bagi sebagian besar masyarakat setempat. Berdasarkan hasil survai potensi desa Balai TN. Bunaken yang didalamnya juga mencakup kependudukan pada bulan Agustus 2009, jumlah penduduk yang bermukim dalam kawasan TN. Bunaken hampir mencapai jumlah 28.000 jiwa (pemerkaran desa Tampi di P. Nain yang data kependudukannya belum tersedia). Sekitar 10.292 jiwa bermukim dalam pulau-pulau. (Sumber : usulan Revisi Zonasi : Balai Taman Nasional Bunaken, 2014) Di wilayah ini, terdapat 22 desa dengan jumlah penduduk sekitar 35.000 jiwa. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai nelayan atau petani kelapa, ubi jalar, pisang dan rumput laut untuk diekspor, sementara sebagian lainnya bekerja sebagai pemandu, pekerja di cottage dan nahkoda kapal.
9)
Potensi Perikanan Hasil laut dari kegiatan perikanan tradisional meliputi ikan-ikan karang. Pada musim tertentu, tangkapan utama bisa berupa ikan-ikan pelagis seperti kembung (deho), cakalang dan ikan terbang. Secara umum teknik penangkapan ikan meliputi jarring (soma darape, landra dan pajeko), pancing (noru, funae, tonda dan palinggir), perangkap ikan (sero dan bubu). Pana (jubi) dan pengumpulan moluska di gosong karang (nyare). (Sumber : usulan Revisi Zonasi: Balai Taman Nasional Bunaken, 2014)
10) Potensi Pariwisata Antara tahun 2003 hingga 2006, jumlah pengunjung di Taman Nasional Bunaken mencapai 32.000 hingga 39.000 jiwa, dengan 8-10.000 diantaranya merupakan turis asing. Prasarana penunjang pariwisata yang terdapat di TN. Bunaken antara lain gazebo tempat berjualan cenderamata di Pulau Bunaken, penerangan berupa aliran listrik, jalan, dermaga, air bersih, telekomunikasi, sarana transportasi, dan sarana kesehatan (puskesmas). 5
Sumber(http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_bunaken.htm0)
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
8
PROVINSI SULAWESI UTARA
Adapun untuk infratruktur yang terdapat di TN. Bunaken adalah jaringan listrik, angkutan umum, sistem keamanan, air bersih, sistem komunikasi, dan penanganan sampah. 11) Aksesibilitas Taman Nasional Bunaken dapat dicapai melalui Pelabuhan Manado, Marina Nusantara Diving Centre (NDC) di Kecamatan Molas dan Marina Blue Banter. Dari Pelabuhan Manado dengan menggunakan perahu motor menuju pulau Siladen dapat ditempuh + 20 menit, pulau Bunaken + 30 menit, pulau Montehage + 50 menit dan pulau Nain +60 menit. Dari Blue Banter Marina dengan menggunakan kapal pesiar yang tersedia menuju daerah wisata di pulau Bunaken dapat ditempuh dalam waktu 10-15 menit, sedangkan dari pelabuhan NDC menuju lokasi penyelaman di pulau Bunaken dengan menggunakan speed boat ditempuh dalam waktu + 20 menit 6. 12) Upaya Pengelolaan Kawasan Pengelolaan kawasan selama ini dilakukan oleh Kementerian Kehutanan melalui Balai Taman Nasional Bunaken. Pada tahun 2015, sebagai bentuk dukungan pengelolaan Kementerian Kelautan dan Perikanan juga telah melaksanakan kegiatan antara lain pemberian bantuan perahu nelayan dan transplantasi terumbu karang.
6
http://www.dephut.go.id/ INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_bunaken.htm0 PROFIL KAWASAN KONSERVASI
9
PROVINSI SULAWESI UTARA
13) Peta Lokasi
Gambar 2. Peta Usulan Revisi Zonasi TN Bunaken Tahun 2014(Sumber : usulan Revisi Zonasi : Balai Taman Nasional Bunaken, 2014) PROFIL KAWASAN KONSERVASI
10
PROVINSI SULAWESI UTARA
2.2
Kawasan Konservasi Kabupaten Minahasa Utara
1)
Nama Kawasan : Taman Wisata Perairan Kabupaten Minahasa Utara
2)
Dasar Hukum : • Pencadangan
: Keputusan Bupati Minahasa Utara Nomor 180 Tahun 2014 (25 Juli 2014)
• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : • Unit Organisasi Pengelola Perikanan
: Di bawah Dinas Kelautan dan
• Penetapan
: Belum diusulkan penetapan
3)
Luas Kawasan : 32.217 ha
4)
Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan Kabupaten Minahasa Utaraterletak antara 1°17’51,93” -1°56’41,03” LU dan124°40’38,39” - 125°15’15,53”BT, berbatasan dengankepulauan Sitaro di sebelahUtara, dengan kabupatenMinahasa di Selatan, denganKota Bitung di sebelah Timur,dan dengan Kota Manado disebelah Barat. Minahasa Utaradibentuk pada tahun 2004 yang merupakan hasil pemekaran dariKabupaten Minahasa. (BPS MINUT, 2014)
5)
Status Kawasan Secara umum, hasil penilaian efektivitas pengelolaan dengan menggunakan perangkat E-KKP3K menunjukkan bahwa inisiasi upaya pengelolaan sudah mulai terlihat di level merah. Dibutuhkan upaya percepatan pengelolaan lebih lanjut terhadap kawasan konservasi ini. Hasil rekomendasi dari evaluasi EKKP3K yaitu: • Tempatkan petugas pengelola pada kawasan konservasi. • Tempatkan SDM yang ditetapkan dengan SK pada unit organisasi pengelola. • Lakukan kajian untuk memastikan jumlah SDM di unit organisasi pengelola memadai untuk menjalankan organisasi
6)
Kondisi Umum Kabupaten Minahasa Utara merupakan bagian integral dari Provinsi Sulawesi Utaradengan ibukota Airmadidi danberjarak sekitar 35 Km dariibukota Provinsi Sulawesi Utara. Luas wilayah Kabupaten Minahasa Utara adalah sebesar 1.059,24 km2 yang terbagi menjadi 10 kecamatan. Likupang Timur adalah kecamatan terluas dengan wilayah 290,84 km2 (sekitar 27,46 persen dari total luas wilayah Kabupaten Minahasa Utara) dan Likupang Selatan menjadi kecamatan dengan luas wilayah terkecil, yaitu hanya 11,82 km2 (atau 1,12 persen dari luas wilayah Minahasa Utara). Sebagai Kabupaten yang terletak di wilayah pesisir, ada tiga kecamatan yang PROFIL KAWASAN KONSERVASI
11
PROVINSI SULAWESI UTARA
sebagian wilayahnya terpisah dari pulau Sulawesi, yaitu kecamatan Wori (Mantehage dan Nain), Kecamatan Likupang Timur (Bangka), dan Kecamatan Likupang Barat (Gangga, Talise,Kinabuhutan). (BPS MINUT, 2014) Tipe iklim diwilayah ini yaitu iklim tropis yang cenderung basah dimana pada bulan Mei – Oktober yaitu musim kemarau dan bulan November – April merupakan musim penghujan. Rata-rata temperatur atau suhu udara di daerah pantai adalah berkisar pada 28-31° C, dan di daerah dataran pemukiman sekitar 27 – 30° C. Kondisi iklim dan topografi ini sekaligus dapat menggambarkan keadaan wilayah Kabupaten Minahasa Utara sebagai daerah yang subur dan berpotensi besar di masa mendatang untuk pengembangan sentra-sentra produksi pertanian tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan kehutanan serta ditunjang oleh ketersediaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat berlimpah disamping juga memiliki basis-basis kawasan industri, jasa dan perdagangan serta potensi pertambangan yang tentunya semua itu sangat mendukung bagi nilai-nilai investasi guna perkembangan kemajuan daerah kedepan 7. 7)
Target Konservasi Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat (DPL-BM) sudah dimulai di Provinsi Sulawesi Utara sejak tahun 1997. Saat ini DPL-BM yang masih bertahan hanya tersisa 6 DPL-BM dari total 19 DPL-BM yang terdapat di Kabupaten Minahasa Utara, yaitu Desa Bahoi, Talise, Tambun, Gangga1, Kalinaun dan Lihunu (WCS, 2011). Permasalahan utama yang dihadapi DPL-BM di Kabupaten Minahasa Utra yaitu kurang optimalnya dukungan pemerintah daerah terhadap keberadaan DPL BM. Pengelolaan DPL-BM saat ini masih dikelola sepenuhnya oleh masyarakat desa dengan segala keterbatasan dan kemampuan mereka (Naskah Akademik MINUT, 2013). Saat ini di Kabupaten Minahasa Utara mempunyai perencanaan DPLBM sampai 25 tahun ke depan. DPL-BM ini telah direkomendasikan untu peningkatan status menjadi KKPD dengan dorongan pemberdayaan masyarakat, perda pngelolaan pesisir, sosialisasi KKPD di tiingkat desa, kapasitas kelembagaan, dan revisi Perda Pengelolaan Pesisir di Sulawesi Utara. Batas daerah pencadangan KKPD Kabupaten Minahasa Utara yang diajukan pada Naskah Akademik Minahasa Utara tahun 2013 dengan luas indikatif 32.252,29 ha dan meliputi 30 desa pesisir. Gambar peta pencadangan KKPD Minahasa Utara disajikan pada gambar peta lokasi.
7
http://www.minutkab.go.id/profil/iklim-dan-geografis/
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
12
PROVINSI SULAWESI UTARA
8)
Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati • Terumbu Karang : Kabupaten Minahasa Utara memiliki luas area terumbu karang sebesar 3,578,8 ha. Kualitas persentase tutupan karang yang tertinggi di Kecamatan Likupang (Timur dan Barat) terdapat di Desa Bahoi (90%) dan Kalinaun (62%). Dementara itu desa lainnya memiliki persentase tutupan karang berkisar 30 – 50 %. Total Karang Keras di Kecamatan Likupang Timur dan barat ditemukan sebanyak 32 genera (WCS, 2011). Luasan Indikatif ekosistem terumbu karang dari pencadangan KKPD Kabupaten Minahasa Utara adalah 1.941,42 ha. • Ikan Karang : Biomasa ikan karang yang tertinggi ditemukan di desa Bahoi sebesar 944,9 kg/ha. Rata-rata kelimpahan ikan karang di Minahasa Utara relatif cukup tinggi, dimana yang tertinggi ditemukan di Desa Bahoi yaitu sebesar 32826 Ind/Ha. • Mangrove : Luas total mangrove di Kabupaten Minahasa Utara adalah 4630 ha. Luasan Indikatif ekosistem mangrove dari pencadangan KKPD Kabupaten Minahasa Utara adalah 2.330,43 ha. Jenis genera yang tercatat adalah Avicennia, Rhizopora, Sonneratia, Bruguieria dan Ceriops. Wilayah Tarabitan dan Kahuku memiliki rata-rata presentasi tutupan kanopi sebesar 81%, Desa Lihunu 74%, Desa Serawet dan Palaes masing-masing sebesar 66%, Desa Malimbao dan Seray sebesar 64% dan Libas, Nitbanua, Tarabitan, Tanah Putih, Paputungan dan Jaya Karsa (61%). • Padang Lamun : Luas ekosistem padang lamun ± 5962 ha. Luasan Indikatif ekosistem padang lamun dari pencadangan KKPD Kabupaten Minahasa Utara adalah 1215,08 ha. Jumlah spesies yang ditemukan adalah 10 spesies yang terdiri dari Enhalus acroides,halophila ovalis, H. Minor, Thalassia hemprichi, Cymodacea rotundata, C. Serrulata, Halodule uninervis, H. Pinifolia, Syringodium isoetifolium dan Thalasodendron ciliatum.
9)
Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Penduduk Kabupaten Minahasa Utara sebagian besar adalah etnis Minahasa [Tonsea]. Masyarakat Sulawesi Utara didominasi oleh Suku Minahasa (33,2%), diikuti Suku Sangir (19,8%), Suku Bolaang Mangondow (11,3%), Suku Gorontalo (7,4%) lalu Suku Totemboan (6,8%) 8. Jumlah penduduk Kabupaten Minahasa Utara pada Tahun 2012 adalah 223.604 jiwa, jumlah KK 54.844. pertumbuhan penduduk tahun 2012 sebesar 1,01%. Penduduk Kabupaten Minahasa Utara terdiri dari laki-laki 114.839 jiwa dan perempuan 108.765 jiwa. Jumlah penduduk ini tersebar di 10 8
http://www.indonesia.go.id/in/pemerintah-daerah/provinsi-sulawesi-utara/sosial-budaya PROFIL KAWASAN KONSERVASI
13
PROVINSI SULAWESI UTARA
wilayah kecamatan. Terdapat sekolah berstandar internasional, yaitu Manado International School (MIS) di kecamatan Kalawat, juga Universitas Klabat di kecamatan Airmadidi. Penduduk Kabupaten Minahasa Utara menurut jenis pekerjaan terdiri dari petani, nelayan, buruh, pegawai pemerintah/TNI/POLRI, pegawai swasta, pelajar, sopir angkutan dan pekerjaan lain-lain. kelompok yang Belum/tidak bekerja masih mendominasi dengan 57.283 orang atau sebesar 25,62% diikuti kelompok Mengurus rumah tangga dengan 47.800 orang atau sebesar 21,38%, sedangkan untuk kelompok Pelajar dan Mahasiswa sebanyak 32.655 orang atau sebesar 14,60% berada pada peringkat ke-3 9. 10) Potensi Perikanan Produksi perikanan tangkap di Minahasa Utara pada tahun 2012 mencapai 19.233 ton. Jumlah nelayan di Kecamatan Likupng Barat dan Timur sebanyak 6088 jiwa dengan menggunakan tipe perahu yang didominas oleh perahu pelang besar. Untuk alat tangkap yang digunakan menggunakan tipe pancing dan jaring (DKP Minahasa Utara,2013). Jenis-jenis ikan karang yang menjadi komoditi utama adalah : kerapu, ikan kakap, ikan kakak tua, ikan ekor kuning/lolosi dan ikan bobara. Jenis ikan pelagis yang menjadi komoditi utama di Kabupaten Minahasa Utara adalah ikan cakalang, tude, oci dan roa. Selain menjadi komoditi utama, beberapa jenis ikan pelagis tersebut telah menjadi komoditi ekspor ke mancanegara (WCS, 2011). Selain ikan pelagis Dinas Kelautan Perikanan Minahasa Utara telah mengembangkan kegiatankegiatan budidaya kerapu, budidaya rumput laut, mutiara dan perikanan perairan umum daratan yang sudah berhasil diekspor sampai ke Hongkong dan Singapura. Potensi perikanan lain yang dikembangkan oleh DKP adalah udang windu vaname, bandeng, nila, gurame dan mas.
9
http://www.minutkab.go.id/profil/demografi/. PROFIL KAWASAN KONSERVASI
14
PROVINSI SULAWESI UTARA
11) Potensi Pariwisata Kabupaten Minahasa Utara memiliki 32 objek wisata yang terdiri dari wisata alam (16), wisata budaya (11) dan lainnya (5). Sementara itu , jumlah hotel/penginapan sekitar 14 buah dengan jumlah kamar 181 dan tempat tidur 181, rumah makan (28), travel 94) jasa boga (3) (BPS 2010 dalam Naskah Akademik Minut 2013). Beberapa potensi wisata di Kabupaten Minahsa Utara seperti lokasi penyelaman di Pulau Bangka, Gangga, Lihaga, Talise, Pulisan dan Bahoi. Berbagai jenis ikan purba Choleacant, Napoleon, hiu, Lumba-lumba, Paus, Dugong, Penyu; goa bawah laut; bakau yang masih bagus dan pasir putih. Untuk infrastruktur penunjang wisata adalah mercusuar, rumah peningapan, tansportasi laut yang baik dan pelabuhan (Lagarense et al, 2005). Beberapa daerah wisata yang disebutkan dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_ Minahasa_Utara adalah sebagai berikut: • Wisata Budaya, yaitu cagar budaya Waruga atau kuburan batu moyang Minahasa, Batu bertumbuh di desa SAWANGAN KECAMATAN AIRMADIDI dan Karapan Sapi. • Wisata Laut, yaitu Taman Laut di pulau Gangga, pulau Lihaga, pulau Nain dan pulau Talise. • Makam pahlawan nasional Ibu Maria Walanda Maramis. • Gunung tertinggi di Sulawesi Utara, yaitu Gunung Klabat atau Tamporok. • Pasar tradisional di Airmadidi yang menjual berbagai makanan khas Tonsea.
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
15
PROVINSI SULAWESI UTARA
• Serta obyek wisata yang baru dibangun oleh pemerintah daerah, yaitu obyek Wisata Religius Kaki Dian dan Hutan Kenangan yang keduanya berlokasi di kaki gunung Klabat 12) Aksesibilitas Kabupaten ini memiliki lokasi yang strategis karena berada di antara dua kota, yaitu Manado dan kota pelabuhan Bitung. Dengan jarak dari pusat kota Manado ke Airmadidi sekitar 12 km yang dapat ditempuh dalam waktu 30 menit. Sebagian dari kawasan Bandar Udara Sam Ratulangi terletak di wilayah Minahasa Utara. (https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Minahasa_Utara) 13) Peta Lokasi
Gambar 3. Peta pencadangan KKPD Kabupaten Minahasa Utara (Naskah Akademik Minahasa Utara, 2013) PROFIL KAWASAN KONSERVASI
16
PROVINSI SULAWESI UTARA
2.3 Kawasan Konservasi Kabupaten Daerah Minahasa Selatan 1)
Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Laut Daerah Minahasa Selatan
2)
Dasar Hukum : •
Pencadangan
•
Rencana Pengelolaan dan Zonasi : -
•
Unit Organisasi Pengelola Perikanan
: Di bawah Dinas Kelautan dan
•
Penetapan
: Belum diusulkan penetapan
: Keputusan Bupati Minahasa Selatan No. 130 Tahun 2007 (Tanggal 25 Mei 2007)
3)
Luas Kawasan : 26.000 ha
4)
Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan Secara geografis Kabupaten Minahasa Selatan terletak antara 124o 18’ – 124o 45’ BT dan 0o 47’ – 1o 24’ LU, dengan luas wilayah administratif 1409,97 km2 dan luas perairan 4 mil adalah 56.000 ha. (DKP Kab. Minahasa Selatan, 2009) Wilayah pesisir Minahasa Selatan yang membentang sepanjang selatan ke utara Tatapaan, Tumpaan, Amurang Timur, Amurang, Amurang Barat, Tenga, Sinosayang. Kawasan Konservasi Laut Daerah Minahasa Selatan terdapat di Kecamatan tenga dan Sinosayang dengan batas wilayah sebagai berikut : • Utara : Laut Sulawesi • Selatan : Kabupaten Minahasa Tenggara • Timur : Amurang Barat • Barat : Bolaang Mongondow
5)
Status Kawasan Hasil rekomendasi dari evaluasi E-KKP3K yaitu: • Tempatkan petugas pengelola pada kawasan konservasi • Tempatkan SDM yang ditetapkan dengan SK pada unit organisasi pengelola
• Lakukan kajian untuk memastikan jumlah SDM di unit organisasi pengelola memadai untuk menjalakan organisasi. 6)
Kondisi Umum Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Minahasa. Kabupaten ini memiliki beberapa Kecamatan Pesisir dengan 33 Desa/Kelurahan pesisir. Garis pantainya 168,22 km memiliki ekosistem yang menarik dan berpotensi untuk ekowisata bahari, sebagian daerahnya merupakan habitat dari dugong dan berbagai jenis orgnisme laut yang eksotis. Wilayah pesisir dan lautnya merupakan PROFIL KAWASAN KONSERVASI
17
PROVINSI SULAWESI UTARA
ekosistem yang cukup lengkap dengan memiliki ekosistem mangrove, padang lamun, terumbu karang dan estuari. (DKP Kab. Minahasa Selatan, 2009). Kabupaten Minahasa Selatan mempunyai topografi wilayah berupa perbukitan/ pegunungan dan sebagiankecil adalah daratan rendah bergelombang dan memiliki sungai-sungai besar. Wilayah Kabupaten MinahasaSelatan memiliki luas 1.496,63 km2, yang terdiri dari 17 (tujuh belas) kecamatan, 170 desa/kelurahan denganjumlah penduduk 256.815 jiwa, jumlah rumah tangga 78.682 dan kepadatan penduduk 171 jiwa/km2. Wilayah ini beriklim tropis yang dipengaruhi oleh angin muson. Pada bulan November – April bertiup angin barat yang menurunkan hujan. Sebaliknya angin tenggara yang bertiup dari bulan Mei – Oktober mendatangkan musim kemarau. Curah hujan yang terjadi tidak merata di antara kecamatan, dengan rata-rata curah hujan pada 10 tahun terakhir adalah 3.138,6 mm/tahun dan jumlah hari hujan berkisar antara 90 – 120 hari. Suhu udara rata-rata adalah 21o C, dengan suhu udara tertinggi rata-rata adalah 30,4oC dan suhu udara minimum rata-rata 21o C. Kelambaban udara tercatat 86,8%. Penyinaran matahari 59,6%. Kendati demikian suhu atau temperatur dipengaruhi oleh ketinggian tempat di atas pemukaan laut. (DKP Kab. Minahasa Selatan, 2009). Pada waktu angin barat (oktober-januari) dan angin utara dantimur (januari-februari), kecepatan angin bertiup cukup tinggi yang menyebabkan laut berombak dan bergelombang sehingga menyulitkan nelayan untuk mengoperasikan alat tangkapnya khususnya di perairan Sulawesi, sementara di perairan pantai selatan merupakan saat yang baik untuk kegiatan penangkapan ikan karena terlindung dari angin barat. Sebaliknya terjadi pada musim angin selatan.Pada bulan Maret sampai September saat angin bertiup normal, nelayan dapat mengoperasikan alat tangkapnya dan merupakan musim penangkpan ikan. Puncak musi ikan adalah bulan Mei sampai September. 7)
Target Konservasi Berdasarkan Keputusan Bupati Minahasa Selatan No.130 Tahun 2007 tentang Penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten Minahasa Selatan, bahwa Batas kawasan, potensi dan tipe kawasan KKLD di Minahasa Selatan adalah sebagai berikut : Nama KKLD Desa Ongkaw I
Desa Bajo
Batas administrasi pantai Barat : Laut Sulawesi Timur : Kebun Kelapa/Desa Tondey Selatan : Desa Tanamon Utara : Desa Ongkaw II Barat : Desa Popareng Timur : Desa Paslaten Selatan : Teluk Amurang Utara : Desa Wawona PROFIL KAWASAN KONSERVASI
18
Letak Koordinat jarak 4 mil laut o 01 04’ 30” LU, o 124 18’ 20” BT
o
01 16’ 50” LU, o 124 33’ 00” BT
Jarak bentang pantai ± 6 km ke arah selatan
± 4 km ke arah barat
PROVINSI SULAWESI UTARA
Luas Tutupan Karang hidup 2 ha
1,5 ha
Desa Tanamon
o
Barat : Laut Sulawesi Timur : Kec. Kumelembuai Selatan : Desa Poigar Utara : Desa Aergale
01 02’ 00” LU, o 124 18’ 30” BT
± 6 km ke arah barat
2 ha
• Jenis Flora yang dilindungi : Cemara Laut, Ketapang Laut, Api-api /Avicenia sp., Bakau/Rhisopora • Jenis Fauna yang dilindungi : napoleon (muming)/Cheilinus undulates, Scorpion fish, Ikan Duyung (dugong), Terumbu karang, Burung Libis, Burung Bangau, Penyu Hijau, Penyu Belimbing, Tarsius, Burung Cekakak Pipi ungu, Kuskus, Burung Raja Perling Sulawesi, Burung Kering-kering Dada Kuning, Burung Rangkong, Tembung.
Gambar 4. Peta DPL dan Kawasan Konservasi Kabupaten Minahasa Selatan (KepBup MINSEL, 2007
Terdapat Daerah Perlindungan Laut (DPL) Desa Blongko yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Pemerintah Desa Blongko Nomor. : 04/2004A/KDDB/XI/99 tentang Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut Dan Pembangunan Sumberdaya Wilayah Pesisir Desa Blongko.
Sumber (Pemerintah Desa Blongko, 1999)
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
19
PROVINSI SULAWESI UTARA
8)
Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati •
Ekologis o
Arus dan Musim : Pada bulan Juni – Agustus, Arlindo (Arus lalu lintas Indonesia) mencapai puncaknya yaitu bertepatan dengan Muson Timur yang dikenal dengan musim selatan. Pada bulan Desember smpai dengan Februri, Arlindo berada pada tingkat yang rendah (Muson Barat). Secara lokal, arus perairan semenanjung Minahasa Selatan dipengaruhi oleh bentuk topografi pesisir pntai dan pasang surut.
o
Pasang Surut :perairan semenanjung Minahasa Selatn mempunyai tipe pasang-surut campuran diurnal. Tinggi air pasang-surut rata-rata pada saat bulan purnama dan bulan mati adalah 180 cm (DKP Kab. Minahasa Selatan, 2009).
o
Gelombang : Intensitas (kecepatan dan lamanya) angin bertiup akan memnentukan lemah kuatnya gelombang. Pada musim barat (Northwest Moonson), perairanbagian barat pesisir semenanjung Minahasa Selatan bergelombang cukup besar, pada musim timur (Southeast Moonson) gelombang pada perairan bagian timur cukup signifikan.
o
Suhu – Salinitas : Suhu rata-rata pada bagian permukaan reltif stabil sepanjang tahun berkisar antara 28 – 31,1oC. Salinitas perairan bervariasi menurut musim, berkisar antara 29,2 – 31,8 ppm. Pada perairan Teluk seperti di Amurang, salinitasnya lebuh rendah karena banyak sungai yang masuk.
• Keanekaragaman Hayati o
Terumbu Karang : Data hasil pemantauan terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah (tanamon, Ongkaw dan Bajo) memperlihatkan bahwa persentasi tutupan (Hard dan soft coral) sebesar 1 – 35 % dan komponen abiotik sebesar 10 – 50 % (mati : 11,43% - 42,5%; lainnya 10 – 50%). Kondisi terumbu Kawasan Konservasi Daerah berada pada kategori sedang. Hasil tersebut menunjukkan bhwa ekosistem terumbu di daerah ini sedang menuju kondisi yang mengkhawatirkan (DKP Kab. Minahasa Selatan, 2009), hal ini ditunjang dengan persentase tutupan komponen abiotik yang lebih besar dibandingkan komponen biotiknya.
o
Padang Lamun : Padang lamun yang subu terdapat di terumbu karang Rap-rap, Wawontulap, dengan luas padang lamun ± 1300 ha. Padang lamun di daerah ini didominasi oleh jenis yang khas (Thalassodendron cilliatum), karena perairan ini lebih terbuka terhadap ombak. Ekosistem padang lamun ini sudah banyak menglami gangguan sehingga tidak utuh lagi. Kerusakan ini diduga akibat adanya pengembangan sarana pariwisata seperti jalan air bagi perahu-perahu pembawa wisatawan maupun nelayan setempat.
o
Hutan Bakau : Hutan bakau/mangrove dapat ditemukan hampir di sepanjang pantai Kabupaten Minahasa Selatan. Dari 26.000ha luas PROFIL KAWASAN KONSERVASI
20
PROVINSI SULAWESI UTARA
KKLD, terdapat Daerah perlindungan mangrove yang berada di kecamatan Tetapaan dengan luas 933 ha. o
9)
Echinodermata, Moluska dan Crustacea : Jenis Echinodermata yang banyak di temukan di perairan Minahasa Selatan adalah Teripang (Holocthuroidea), Bintang Laut (Asteroidea), Bintang Ular (Ophiuroidea), Bulu Babi (Echinoidea) dan Lili Laut (Crinoidea). Moluska langka yang masih dapat ditemukan adalah jenis Pelecypoda yaitu Kima Raksasa (Tridacna gigas), Kima Bersisik (Tridacna scumosa) dan Akar bahar (Gorgonian sp.). Jenis crustacea yang terdapat di kawasan ini adalah Rajungan (Portunus pelagicus), kepiting (Scylla serata) dan udang golongan peneid serta udang karang (lobster).
Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Kondisi sosial masyarakat di dalam Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Minahasa Selatan merupakan pencampuran etnik bantik, borgo, sangir – talaud dan minahasa. Keberadaaan etnik ini di wilyah pesisir Minahasa Selatan oleh adanya budaya kemaritiman yang sudah mendarah daging bagi kebanyakan nelayan yakni memiliki kemampuan dan keberanian dalam mengarungi samudera bermil-mil jauhnya dari tempat asal mereka. Budaya yang berkembang dalam kawasan ini merupakan pembauran antar etnik, antara lain : • Kumawus (Minahasa); Gotongroyong ketika terjadi peristiwa duka/kematian • Masamper (Sanger Talaud); tarian yang biasanya digelr ketika selesai melaut • Mapalus/gotong royong (minahasa); mengerjakan lahan pertanian bersama-sama secara bergiliran. Selain penduduk asli Minahasa, terdapat juga berbagai kelompok etnik sebagai penduduk pendatang, antara lain Bolaang Mongondow, Gorontalo dan Sangir Talaud. Disamping itu terdapat jug kelompok-kelompok etnik pendatang lainnya meliputi etnik Ternate, Bajo, Buton, Bugis, Makassar, Ambon, Jawa, Padang, Luwuk Banggai, Papua dan Buol. Termasuk di dalamnya adalah keturunan Tionghoa, Eropa dan Arab dan lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan kawasan pesisir ini mempunyai ragam dan heterogenitas yang tinggi. Di Minahasa Selatan terdapat institusi formal pendidikan dari tingkat TK, SD, SMP dan SMK sebanyak 520 buah institusi dengan jumlah murid sebanyak 48.670. Sementara ini melalui Pemerintah Pusat sedang dibangun Sekolah Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Kementerian Perhubungan Republik Indonesia Pada umumnya komunitas pesisir di ketiga daerah ini bermata pencaharian sebagai nelayan seperti di Kelurahan Kawangkoaan bawah, Kecamatan Amurang Barat. Perolehan pendapatan dari hasil pekerjaan mereka sebagai nelayan sebagian dikonsumsi dan sebagian dapat dijual ke pasar. Berkenaan pendapatan ini, menunjukkan bahwa masyarakat pesisir ini digolongkan pada masyarakat miskin, dimana secara langsung
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
21
PROVINSI SULAWESI UTARA
mempengaruhi tingkat pendidikannya. Disamping itu, keterbatasan sarana dan mahalnya biaya transportasi dari desa ke lokasi sekolah. 10) Potensi Perikanan Kabupaten Minahasa Selatan memiliki potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang dapat dikembangkan serta meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat. Dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Minahasa Selatan, 7 Kecamatan diantaranya memiliki garis pantai yaitu: Kecamatan Tatapaan, Tumpaan, Amurang Timur, Amurang, Amurang Barat, Tenga dan Sinonsayang dengan panjang pantai ± 148 Km, memiliki wilayah pesisir dan laut yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya laut serta penangkapan ikan. Sedangkan untuk budidaya perikanan darat, yaitu dengan tersedianya lahan/areal tambak, kolam dan karamba yang umumnya pada wilayahwilayah yang memiliki areal sawah, di samping sungai dan danau.
Tabel 2. Data Base Perikanan Tangkap Produksi 2013 TW I TW II TW III 1 Selar 14,9 12,6 6,2 2 Layang 21,7 17,4 12,4 3 Teri 32,2 45 125,7 4 Kakap Merah 7,1 13,6 41,3 5 Tuna 52,3 95,6 87 6 Tongkol Krai 422,1 684 479,6 7 Cakalang 681,4 1445 1326,7 8 Kembung 53,3 42,8 21,3 9 Madidihang 351,6 785 731,6 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan/Des 2013 No
Nama Ikan
TW IV 10,9 14,2 119,7 42,3 92,5 567,2 1246,8 17,7 871,8
Total 44,6 65,7 322,6 104,3 327,4 2152,9 4699,9 135,1 2740
Tabel 3. Data Base Perikanan Budidaya Luas Areal (Ha) Potensi Realisasi 1 Rumput Laut 1.800 0,3 2 Kerapu 50 4 3 Kuwe 280 4 4 Sidat 12 5 Mas 190 145 6 Nila 237,5 164 7 Mujair 47,5 75,6 Total 2.671 392,9 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan/Des 2013 No
Komoditas
Produksi (Ton) 34 173,8 772,6 1.476,3 231 2.687,7
11) Potensi Pariwisata Objek Wisata pada KKLD Minahasa Selatan berdasarkan Keputusan Bupati Minahasa Selatan No.130 Tahun 2007 adalah sebagai berikut : • Desa Ongkaw I : Pantai berpasir dan berbatu, terdapat banyak tumbuhan ketapang laut yang asri
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
22
PROVINSI SULAWESI UTARA
• Desa Bajo : Kawasan hutan bakau yang masih alami dan asri, kuburan kuno (waruga) dan Kapal Perang yang karam • Desa Tanamon : Kawasan pantai yang berpasir dan berbatu, serta hamparan hutan Avicenia sp. Yang alami dan masih asri. Selain itu Untuk menunjang potensi pariwisata di Minahasa Selatan, terdapat 6 buah hotel dan penginapan yang menyediakan 78 buah kamar. Saat ini juga sementara dibangun sebuah hotel bintang 4 yang menyediakan layanan kelas internasional. Selain itu hampir disemua tempat terdapat rumah-rumah makan dan kedai kopi yang menyediakan bermacam-macam hidangan, baik tradisional maupun nasional. Di Kabupaten Minahasa Selatan terdapat sejumlah benda cagar budaya yang mempunyai nilai sejarah, baik peninggalan sejarah maupun purbakala, seperti Benteng Portugis, Kuburan Belanda, Waruga dan Batu-batuan. Bentang alam wilayah Kabupaten Minahasa Selatan, dari pesisir pantai yang indah nan eksotis,sungai-sungai yang indah dan menantang untuk olahraga arum jeram, sampai pada daerah berbukit/pegunungan yang mempunyai panorama yang indah dan mempesona.(Potensi MINSEL, 2014). 12) Aksesibilitas Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan adalah Kota Amurang yang berjarak ± 64 km dari Kota Manado. Jalan merupakan sarana yang strategis dan penting dalam menunjang perekonomian dan pertumbuhan investasi suatu daerah. Semua ruas jalan yang menghubungkan antar kecamatan di Kabupaten Minahasa Selatan sebagian besar telah disentuh dengan aspal, dan terdapat 75 buah jembatan, baik ukuran kecil maupun besar dengan panjang keseluruhan 670 m. Minahasa Selatan memiliki beberapa buah palabuhan seperti Pelabuhan Penyeberangan, Pelabuhan Laut, Dermaga Perikanan Amurang dan Pelabuhan Khusus PT. Cargill yang berlokasi di Mobongo Kelurahan Kawangkoan Bawah. Selain itu juga terdapat pelabuhan khusus untuk PLTU yang berlokasi di Moinit Desa Tawaang Timur. Untuk kedepan diharapkan bisa menjadi pelabuhan samudra yang melayani kapalkapal besar, sehingga bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi di Minahasa Selatan. (Potensi MINSEL, 2014).
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
23
PROVINSI SULAWESI UTARA
13) Peta Lokasi
Sumber (Pemerintah Desa Blongko, 1999)
Gambar 5. Peta Lokasi Daerah Perlindungan Laut Desa Blongko PROFIL KAWASAN KONSERVASI
24
PROVINSI SULAWESI UTARA
2.4
Kawasan Konservasi Kota Bitung
1)
Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Bitung
2)
Dasar Hukum : •
Pencadangan
•
Rencana Pengelolaan dan Zonasi : -
•
Unit Organisasi Pengelola Perikanan
: Di bawah Dinas Kelautan dan
•
Penetapan
: Belum diusulkan penetapan
: SK Walikota No.188,45/HKM/SK/121/2014
3)
Luas Kawasan : 9,647.00 ha
4)
Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan Secara geografis Taman Nasional ini terletak pada 1°23’23” - 1°35’39” LU, 125°1’43” - 125°18’13” BT. Pada bagian Utara dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Utara. Sedangkan pada bagian Selatan dan Timur berbatasan dengan Laut Maluku
5)
Status Kawasan Hasil rekomendasi evaluasi E-KKP3K yaitu:
dari
• Serahkan usulan inisiatif pendirian kawasan konservasi kepada pemerintah pusat atau pemerintah daerah • Laksanakan survei dan penilaian potensi calon kawasan konservasi sesuai arahan PerMen KP02/2009 dan/atau PerMen KP 17/2008 • Laksanakan sosialisasi calon kawasan konservasi sesuai arahan PerMen KP02/2009 dan/atau PerMen KP 17/2008 6)
Kondisi Umum Taman Pesisir, atau Taman Pulau-Pulau Kecil Bitung merupakan perwakilan ekosistem perairan tropis Indonesia yang terdiri dari ekosistem hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, dan ekosistem daratan/pesisir. Panjang garis pantai 143,2 km, dengan luas wilayah darat 31.350,35 ha dan luas wilayah laut 714 km2 terdiri
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
25
PROVINSI SULAWESI UTARA
dari 13 pulau besar dan kecil (http://ccdp-bitung.com/index.php?option=com_ content&view=article&id=26&Itemid=45). Dari aspek topografis, sebagian besar daratan Kota Bitung berombak berbukit 45,06%, bergunung 32,73%, daratan landai 4,18% dan berombak 18,03%. Di bagian timur mulai dari pesisir pantai Aertembaga sampai dengan Tanjung Merah di bagian barat, merupakan daratan yang relatif cukup datar dengan kemiringan 0-150, sehingga secara fisik dapat dikembangkan sebagai wilayah perkotaan, industri, perdagangan dan jasa. Di bagian utara keadaan topografi semakin bergelombang dan berbukit-bukit yang merupakan kawasan pertanian, perkebunan, hutan lindung, taman margasatwa dan cagar alam. Di bagian selatan terdapat Pulau Lembeh yang keadaan tanahnya pada umumnya kasar ditutupi oleh tanaman kelapa, hortikultura dan palawija. Disamping itu memiliki pesisir pantai yang indah sebagai potensi yang dapat dikembangkan menjadi daerah wisata bahari 10. Pada bulan Oktober s/d April biasanya terjadi hujan, hal ini disebabkan karena angin bertiup dari arah barat / barat laut yang banyak mengandung uap air. Sedangkan pada bulan Juni s/d September biasanya terjadinya musim kemarau karena dipengaruhi oleh arus angin dari arah timur yang tidak banyak mengandung uap air.Temperatur Udara : 27,10 C - 28,70 C , kelembaban udara : 78 – 83 %, Curah Hujan : 23,4 - 359,5 mm 11. 7)
Target Konservasi Kelompok PSDP (Pengelola Sumber Daya Pesisir) berhasil memberikan prestasi dengan mengatur Daerah PerlindunganLaut di 6 (enam) DPL (Daerah Perlindungan Laut) di 6 (enam ) kelurahan yaitu Posokan,Motto, Dorbolaang, Pancuran, Pasirpanjang dan Paudean. Setiap kelurahan memiliki SuratKeputusan Bersama yang mengikat masyarakat lokal dan diluar kelurahan dalam pengawasanDPL. SK walikota tentang kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil ini telah terbityaitu SK Walikota Bitung No. 188.45/HKM/SK/121/2014. Khusus untuk DPL telah dicadangkan kawasan konservasi laut daerah oleh walikota Bitung pada saat World Coral Reef Conference pada tanggal 16 Mei 2014 di Manado (Coastal Community Development Project – IFAD (CCDP-IFAD, 2014).
8)
Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati Musim Barat Oktober sampai dengan April, musim Timur Juni ssampai dengan September 12.
9)
Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Sebagian besar penduduk Kota Bitung berasal dari suku Minahasa dan suku Sangihe. Terdapat juga komunitas etnis Tionghoa yang besar di Bitung. Kebudayaan yang ada di Kota Bitung banyak dipengaruhi oleh budaya Sangihe dan Talaud, karena banyaknya penduduk yang berasal dari etnis Sangir.Para pendatang yang berasal dari suku Jawa dan suku Gorontalo, 10 11
www.bitung.go.id/download.php?file=profil_bitung.pdf (http://www.dephut. go.id/INFORMASI/INFPROP/sulut/lahankritis_sulut/bitung/Bab_II.pdf) 12 http://www.dephut.go.id/INFORMASI/INFPROP/sulut/lahankritis_sulut/bitung/Bab_II.pdf PROFIL KAWASAN KONSERVASI
26
PROVINSI SULAWESI UTARA
Suku Minangkabau, Suku Aceh juga banyak ditemui di Bitung, dimana sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pedagang. Ada juga pendatang dari tanah Maluku yang mengungsi dikota Bitung akibat bergolaknya kerusuhan di Halmahera. Sebagian besar penduduk Kota Bitung memeluk agama Kristen Protestan. Sebagian besar penduduk Kota Bitung yang berasal dari etnis Jawa dan Gorontalo memeluk agama Islam. Agama Katolik juga banyak dianut oleh penduduk Kota Bitung, sementara agama Konghucu dan Buddha banyak dianut oleh penduduk yang berasal dari etnis Tionghoa. Perekonomian Kota Bitung di dominasi oleh sektor pertanian dan perkebunan. Namun dalam perkembangannya sektor industri ternyata berkembang cukup pesat dan mencapai nilai tertinggi. Bertumbuhnya sektor industri sangat membantu perekonomian terutama dengan meluasnya kesempatan kerja. Bertambahnya perusahaan industri juga meningkatkan kesejahteraan penduduk terutama dengan terserapnya tenaga kerja sebanyak 21.755 orang, meningkat dari tahun sebelumnya yang daya serapnya mencapai 21.290 tenaga kerja. Begitu juga dari sisi kapital dimana peningkatan jumlah perusahaan ini diikuti pula dengan peningkatan nilai investasi menjadi 541,67 miliar rupiah atau meningkat 23,47 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah penduduk Kota Bitung pada tahun 2013 adalah 198.257 jiwa yang terdiri dari 101.222 laki-laki dan 97.035 perempuan dengan angka kepadatan penduduk 564 jiwa/km2 (Kota Bitung Dlam Angka, 2014). Dilihat dari sebaran penduduk per kecamatan, sebagian besar penduduk Bitung atau 33,29 % terkonsentrasi di Kecamatan Bitung Timur . Hal ini dimungkinkan karena Bitung Timur merupakan pusat aktifitas ekonomi dan sosial. Selebihnya tersebar bervariasi di Kecamatan Bitung Tengah 25,72 %, Bitung Barat 21,64 %, Kecamatan Bitung Selatan10,65% dan di Kecamatan Bitung Utara sebesar 8,70 %. Transformasi struktur ekonomi perkotaan yang dicirikan dari pergeseran peranan sektor primer ke sektor tertier, juga dapat dicirikan dari pergeseran penyerapan tenaga kerja sektor primer ke sektor tertier. Berbagai aktifitas masyarakat perkotaan yang cenderung membutuhkan pelayanan jasa, perdagangan, perbankan serta jasa perusahaan telah menjadikan sektor tertier sebagai lapangan usaha yang dipilih dalam menciptakan nilai tambah. Namun demikian lapangan usaha pertanian, peternakan, dan perikanan tetap menjadi titik berat pemerintah setempat 13. 10) Potensi Perikanan Perkembangan sektor industri ternyata berkembang cukup pesat dan mencapai nilai tertinggi. Industri di Kota Bitung didominasi oleh industri perikanan, diikuti industri galangan kapal, dan industri minyak kelapa. Di samping itu ada juga industri transportasi laut, makanan, baja, industri menengah dan kecil. Berikut ini adalah data industri perikanan yang terdapat 13
(www.bitung.go.id/download.php?file=profil_bitung.pdf). PROFIL KAWASAN KONSERVASI
27
PROVINSI SULAWESI UTARA
di kota Bitung, dan sebagian besar terletak di kawasan Selat Lembeh. Perikanan utamanya perikanan laut produksinya sangat fluktuatif, pada tahun 2013 produksinya 159.319,4 ton yang mengalami penurunan sebesar 16,35% dibanding tahun 2012. Sedangkan banyaknya perahu kapal dan alat tangkap yang digunakan mengalami peningkatan. Seiring dengan kenaikan produksinya, nilai produksi perikanan laut pada tahun Profil Kota Bitung 2013 Wilayah Pengelolaan Perikanan untuk Bitung berada pada WPP 715 dan WPP 716. Jika dibandingkan prakiraan potensi perikanan laut Sulawesi Utara baik di perairan 12 mil maupun ZEEI sebesar 322.800 ton/tahun dengan rata-rata produksi perikanan Bitung tahun 2007 hingga 2010 sebesar ± 140.5000 ton/tahun, maka tingkat pemanfaatan potensi tersebut untuk Bitung sebesar 43,53%. Usaha penangkapan ikan di perairan Sulawesi Utara masih terbuka peluang pengembangannya 14. 11) Potensi Pariwisata Kegiatan ekonomi di Kota Bitung lainnya adalah pariwisata. Kota Bitung memiliki 16 obyek wisata, baik wisata pantai, wisata hutan maupun wisata sejarah. Beberapa obyek wisata yang terkenal seperti pantai Tanjung Merah, hutan Danowudu, teluk Kungkungan dan taman Laut Batu Kapal. Kegiatan wisata diving di lokasi Selat Lembeh diketahui beberapa hal, diantaranya yang menyangkut biaya/ harga yang harus dibayar oleh wisatawan bila ingin melakukan aktivitas diving. Wisatawan asing biasanya menetap selama 5 – 10 hari, dengan biaya keseluruhan berkisar antara $ 800 - $ 1.250/orang selama tinggal di sana, biasanya aktivitas diving dominan.
14
http://ccdp-bitung.com/index.php?option=com_content&view=article&id=26&Itemid=45
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
28
PROVINSI SULAWESI UTARA
12) Peta Lokasi
Gambar 6. Peta Taman Pesisir (SK Walikota No.188,45/HKM/SK/121/2014) PROFIL KAWASAN KONSERVASI
29
PROVINSI SULAWESI UTARA
PENUTUP Buku profil status kawasan konservasi ini merupakan salah satu upaya pengelolaan kawasan konservasi laut/perairan yang berkelanjutan dalam upaya mencapai target. Buku ini berisi informasi-informasi sebagai bagian penyampaian/ kampanye konservasi laut/perairan di Indonesia agar supaya diketahui kalayak umum dan bisa menjadi panduan/acuan tentang konservasi laut/perairan. Kami ucapkan banyak terimakasih kepada seluruh Balai Taman Laut Nasional, Kawasan Konservasi Perairan Daerah yang telah banyak membantu untuk tercapainya buku ini tersusun dengan baik.
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
30
PROVINSI SULAWESI UTARA
DAFTAR PUSTAKA ------.
2014. Kota Manado Dalam Angka 2014. Manado
Badan Pusat Statistik Kota
------. 2014. Kota Bitung Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Kota Bitung ------.
2014. Minahasa Utara Dalam Angka 2014. Kabupaten Minahasa Utara
Badan Pusat Statistik
------.
2014. Minahasa Selatan Dalam Angka 2014. Kabupaten Minahasa Selatan
Badan Pusat Statistik
------. 2014. Bolaang Mongondauw Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang mongondauw ------. 2014. Zonasi Taman Nasional Bunaken. Balai Taman Nasional Bunaken ------.
2013. Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Kabupaten/Kota, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Kelautasn, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir, dan Pulau-pulau-Kecil
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.16/Men/2008 Tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.17/Men/2008 Tentang Kawasan Konservasi Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.30/Men/2010 Tentang Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumber Daya Ikan. Siregar V at all. 2010. Informasi Spasial Habitat Perairan Dangkal dan Prndugaan Stok Ikan Terumbu Karang Menggunakan Citra satelit. SEAMEO BIOTROP dan Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.
PROFIL KAWASAN KONSERVASI
31
PROVINSI SULAWESI UTARA