Bab 3 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Salah satu bagian terpenting dari sebuah perencanaan pembangunan suatu daerah adalah gambaran tentang kemampuan ekonomi daerah tersebut untuk membiayai rencana program dan kegiatan. Dengan adanya gambaran tersebut maka suatu daerah diharapkan bisa mengalokasikan anggaran secara efektif dan efisien. Kerangka Ekonomi Makro Daerah dan Kerangka Pendanaan dalam RKPD Tahun 2016 ini memberi gambaran tentang kondisi ekonomi makro Kabupaten Jeneponto serta pengaruh perekonomian regional, nasional maupun perekonomian global. Pada sisi yang lain, perkiraan sumber-sumber pendapatan dan
besaran
pendapatan
dari
sektor-sektor
potensial
merupakan
dasar
kebijakan dalam pengalokasian anggaran secara efektif dan efisien dengan perencanaan anggaran berbasis kinerja. 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Arah kebijakan pembangunan pada tahun 2016 berdasarkan tahapan RPJMD 2014-2018 Kabupaten Jeneponto, merupakan tahap membangun dan mengukuhkan yang menitik beratkan pada “Percepatan Pembangunan Pembangunan
Infrastruktur yang
untuk
Berkualitas”.
Meletakkan Tahap
Fondasi
pembangunan
ini
mengutamakan pembangunan infrastruktur perkotaan dan perdesaan, penataan kawasan perkotaan terutama terkait kebersihan, ketersediaan ruang terbuka hijau dan pengaturan sistem drainase serta perbaikan tata kelola keuangan dan asset daerah. Tahap pembangunan Tahun 2016 terutama diarahkan untuk mendukung tercapainya hal-hal berikut : a.
Percepatan pembangunan infrastruktur dasar transportasi, pendidikan dan kesehatan.
b. Meningkatkan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). c.
Penguatan pelayanan publik.
d. Peningkatan sumber-sumber pendanaan, pengelolaan anggaran dan ketepatan alokasi investasi pembangunan. e.
Peningkatan perbaikan kehidupan rakyat miskin.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-1
3.1.1. Kondisi Ekonomi Kabupaten Perkiraan Tahun 2015
Jeneponto
Tahun
2014
dan
Kondisi perekonomian Kabupaten Jeneponto tidak terlepas dari perekonomian regional, nasional bahkan global. Walaupun demikian gejolak level nasional ke atas belum tentu mempengaruhi kondisi perekonomian di wilayah kabupaten/kota, karena diakui dari pembelajaran krisis beberapa tahun lalu, pada tataran akar rumput, terutama yang berkaitan dengan sektor informal terbukti tetap eksis dan tidak berpengaruh. Terdapat berbagai faktor perekonomian yang tidak dapat dikendalikan oleh daerah seperti, menyangkut kebijakan pemerintah pusat di sektor moneter maupun sektor riil. Seperti yang terjadi di semester pertama tahun 2015 ini dimana perekonomian nasional mengalami perlambatan yang salah satunya diakibatkan belum berjalan
maksimalnya
kegiatan
kementerian/lembaga
struktur organisasi yang berubah.
akibat
Disamping itu perekonomian
daerah juga dipengaruhi oleh stabilitas politik dunia (misalnya konflik yang terjadi di Laut Tiongkok Selatan yang melibatkan negara-negara kawasan ASEAN dengan Tiongkok) dan perekonomian global seperti naik turunnya harga minyak dunia dan nilai tukar mata uang asing serta pengaruh krisis keuangan global yang telah berdampak pada meningkatnya pemutusan hubungan kerja dan kelesuan pasar ekspor. Namun pengalaman memberikan pelajaran bahwa kondisi perokonomian daerah (kabupaten/kota), apabila ada gejolak tidak separah nasional maupun global. Pada tahun
2013 perekonomian
Kabupaten
Jeneponto
mengalami perlambatan pertumbuhan berdasarkan laporan BPS sebesar 6,97 % (data tahun 2014 belum dirilis oleh BPS), lebih rendah dibanding dengan Tahun 2011 yang tumbuh sebesar 7.32%. Perlambatan
pertumbuhan
berkurangnya
kontribusi
tersebut
kegiatan
sebagai
ekonomi
akibat
sektor
dari
pertanian
khususnya sub sektor tanaman pangan, peternakan, perkebunan, perikanan dan peternakan kemudian semua sektor terkecuali sektor transportasi/komunikasi
dan
Jasa-jasa
yang
mengalami
pertumbuhan.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-2
Target pertumbuhan ekonomi Tahun 2016 dalam RPJMD Kabupaten Jeneponto diharapkan sebesar 7,8% sampai dengan 8,3%. Perkembangan makro ekonomi Kabupaten Jeneponto untuk kebijakan pembangunan Tahun 2016 dirangkum dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Jeneponto Capaian 2012
Capaian 2013
PDRB Harga Berlaku (Juta)
3.095.249,99
3.551.624,63
3.980.265,23**
PDRB Harga Konstan (Juta)
1.025.837,00
1.097.348,84
1.135.246,53**
No
INDIKATOR MAKRO EKONOMI
1.
Target 2015
2.
Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
7.27
6,97
7,2 – 7,91
3.
Tingkat Inflasi
4,87
4,41
<5
4.
Nilai PDRB Pendekatan Produksi atau Sektoral
1.590.467,69
1.805.621,80
2.166.746,16
- Pertambangan/Penggali an
30.262,07
35.147,38
42.176,86
- Industri Pengolahan
42.695,35
47.016,25
56.419,50
- Listrik, Gas dan Air Bersih
15.518,36
19.143,43
22.972,12
- Bangunan
106.875,67
124.074,05
148.888,86
- Perdagangan, Resto & Hotel
159.488,89
183.755,04
220.506,05
68.308,01
78.700,85
94.441,02
- Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
160.548,69
193.284,51
231.941,41
- Jasa-Jasa
921.085,26
1.064.881,33
1.277.857,60
558,594.82
597.668,75
717.202,50
- Pertambangan/Penggali an
15,247.07
16.559,82
19.871,78
- Industri Pengolahan
22,220.22
23.616,39
28.339,67
6,418.79
7.313,37
8.776,04
- Bangunan
48,495.88
52.508,45
63.010,14
- Perdagangan, Resto & Hotel
76,306.18
83.235,61
99.882,73
- Angkutan & Komunikasi
36,078.45
39.254,39
47.105,27
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-3
Harga Berlaku (Juta) - Pertanian
- Angkutan & Komunikasi
Harga Konstan (Juta) - Pertanian
- Listrik, Gas dan Air Bersih
- Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
78,685.62
87.412,94
104.895,53
183,789.97
189.779,12
227.734,94
51,38
50,84
50,44**
- Pertambangan/Penggali an
0,98
0,99
0,99**
- Industri Pengolahan
1,38
1,32
1,50**
- Listrik, Gas dan Air Bersih
0,50
0,54
0,76**
- Bangunan
3,45
3,49
3,49**
- Perdagangan, Resto & Hotel
5,15
5,17
5,17**
- Angkutan & Komunikasi
2,21
2,22
2,28**
- Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
5,19
5,44
5,44**
29,76
29,98
29,99**
11,60
0,08
0,07
- Jasa-Jasa 5.
Kontribusi Sektor PDRB - Pertanian
- Jasa-Jasa 6.
Persentase Penduduk Miskin
7.
Tingkat Pengangguran
8.
Disparitas Pendapatan Regional (Dilihat dari Perbedaan):
2.91
- Pendapatan Perkapita
3-3,5%
8.890.900
- Besaran Indeks Gini
10.115.700
11.691.228,97
66,22
67-68
0,41
- Besaran IPM
65,56
Sumber : BPS Kebupaten Jeneponto * Data Sementara (Proyeksi) ** Data Sangat Sementara (Asumsi)
3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Kabupaten Jeneponto Tahun 2015 dan Tahun 2016 Pada
Tahun
2015-2016,
diperkirakan
perekonomian
Kabupaten Jeneponto masih akan menghadapi sejumlah tantangan akibat dari pengaruh lingkungan perekonomian nasional yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Tantangan yang diperkirakan masih akan dihadapi antara lain : a)
Menyediakan
infrastruktur
yang
cukup
dan
berkualitas.
Infrastruktur, terutama jalan menjadi hal yang krusial karena akan ikut memperlancar arus barang dan jasa sehingga dengan baiknya infrastruktur jalan diharapkan perekonomian juga akan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-4
meningkat. Selain itu peningkatan infrastruktur lainnya akan mendorong masuknya investasi. b)
Rendahnya kapasitas fiskal daerah yang berarti kurangnya kemampuan daerah untuk membiayai pembangunan. Karena itu diharapkan peningkatan partisipasi swasta melalui kemitraan antara
pemerintah,
masyarakat
dan
swasta
(public-private
partnership). c)
Meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
daerah
dengan
mengembangkan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dominan yang mampu menggeser peran sektor primer ke sektor sekunder dan tersier, yang bertumpu pada peran ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Pertumbuhan ekonomi dengan percepatan yang lebih tinggi, serta terjaganya stabilitas ekonomi makro. Dengan pembenahan
yang
sungguh-sungguh
pada
sektor
riil,
diharapkan akan dapat mendorong peningkatan investasi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dengan fokus utama untuk menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Dalam hal ini diperlukan strategi kebijakan yang tepat dengan menempatkan prioritas pengembangan pada sektor-sektor yang mempunyai
efek
pengganda
tinggi
dalam
menciptakan
kesempatan kerja. d)
Menciptakan iklim investasi yang sehat dan kondusif merupakan salah satu tantangan yang cukup berat karena ini menyangkut beberapa peraturan baik tingkat Pusat maupun Daerah dan juga ketersediaan SDM didaerah yang bisa merespon dengan cepat peluang-peluang
yang
menarik
investor.
Perbaikan
iklim
investasi perlu dilakukan Pemerintah Daerah dengan menyikapi perbaikan di bidang peraturan perundang-undangan di daerah, perbaikan
pelayanan,
penyederhanaan
birokrasi
dan
peningkatan SDM. e)
Mengembangkan program-program bagi usaha skala mikro dengan menyediakan modal umpan
(seed capital)
melalui
pendekatan pemberian pinjaman kelompok (a group lending approach) dalam rangka membangun modal sosial kolektif serta meningkatkan kepemilikan dan pembentukan modal lokal di Kabupaten Jeneponto. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-5
f)
Memfasilitasi pengembangan koperasi di berbagai bidang dan lokasi usaha sebagai bentuk bisnis yang dimiliki dan dikelola bersama-sama
oleh
masyarakat
untuk
meningkatkan
kemampuan menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan melalui sumber daya bersama. g)
Membangun
promosi
bersama
(joint
marketing)
dalam
memasarkan potensi daerah melalui kerjasama pemerintah dengan pemerintah, dan pemerintah dengan swasta serta masyarakat. Berdasarkan kondisi perekonomian Tahun 2012 dan capaian Tahun 2013 serta tantangan yang dihadapi pada 2 (dua) tahun mendatang maka pertumbuhan perekonomian pada Tahun 2015
menurut
harga
konstan
diperkirakan
akan
mengalami
perbaikan dan diharapkan dapat tumbuh sebesar 7,8%-8,3%. 3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah Kebijakan pengelolaan keuangan daerah dalam konteks otonomi daerah
saat
ini
sangat
dipengaruhi
oleh
perubahan
yang
sangat
fundamental dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Dana Perimbangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Perubahan yang sangat mendasar terutama mengenai pengaturan hubungan pusat dan daerah, khususnya dalam bidang administrasi Pemerintahan maupun dalam hubungan
keuangan
antara Pemerintah
Pusat dan Daerah.
Penyerahan wewenang pemerintahan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, melalui otonomi daerah membawa konsekuensi meningkatnya tuntutan kebutuhan dana yang akan digunakan untuk membiayai pembangunan daerah. Disamping itu juga, menuntut berbagai upaya
penyesuaian
manajemen
keuangan
daerah
termasuk
arah
Pengelolaan Pendapatan dan Belanja Daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah satu instrumen dalam pengelolaan keuangan daerah yang dilaksanakan secara transparan,
partisipatif,
dan
akuntabel
untuk
sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Penyusunan Anggaran Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-6
Pendapatan
dan
Belanja
Daerah
(APBD)
harus
disesuaikan
dan
mempertimbangkan kebutuhan pembangunan daerah yang dilakukan melalui mekanisme dan tahapan yang diatur berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Selain itu, APBD harus mencerminkan prioritas pembangunan daerah dan dinamika kebutuhan yang berkembang di tengah masyarakat serta perlunya sinkronisasi kebijakan, isu-isu strategis, dan prioritas pemerintah pusat, provinsi, dan daerah berdasarkan kemampuan keuangan daerah sehingga APBD diharapkan
menjadi
instrumen untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. 3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka pendanaan Kapasitas
fiskal
daerah
mempunyai
implikasi
langsung
terhadap kemampuan keuangan daerah dalam menjalankan fungsi pelayanan kepada masyarakat dan keberlangsungan pembangunan daerah. Kemampuan pemerintah dapat diukur dari penerimaan pendapatan daerah. Pendapatan daerah menurut Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah Pasal 1 ayat 13 merupakan hak Pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun terkait. Berdasarkan ketentuan tersebut, dijelaskan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas : 1)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari Pajak Daerah, retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah, Lain-Lain PAD yang sah;
2)
Dana Perimbangan yang meliputi: Dana Bagi hasil Pajak/bukan pajak, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi khusus;
3)
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah, meliputi: Pendapatan Hibah, dana Bagi hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan otonomi Khusus, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya, sedangkan penerimaan pembiayaan bersumber dari Sisa lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah. Secara keseluruhan Pendapatan Daerah Kabupaten Jeneponto
dari Tahun ke Tahun meningkat, hal tersebut terlihat dari kelompok
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-7
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari tahun ke tahun senantiasa menunjukkan peningkatan, begitupun dengan dana perimbangan khususnya pada Pos Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Dari
berbagai
komponen
pendapatan
daerah,
sumber
utama
penerimaan daerah adalah Dana perimbangan, hal ini sebagai pertanda bahwa perlu dilakukan upaya-upaya terobosan untuk mencari
sumber-sumber
alternative
pendapatan
lainnya
yang
memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi sumber penerimaan daerah, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap penerimaan dana perimbangan dari pemerintah Pusat.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-8
Tabel 3.2 Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Kabupaten Jeneponto Tahun 2013-2017 Jumlah NO
URAIAN
Realisasi Tahun 2013
Tahun 2014
Target APBD Tahun 2015
Target RPJMD Tahun 2016
Target RPJMD Tahun 2017
721.991.872.061,15
804.412.065.614,61
917.138.054.366,00
1.039.033.631.237,22
1.151.756.812.741,42
1
PENDAPATAN
1.1
Pendapatan Asli Daerah
16.617.581.009,00
46.032.160.889,00
64.000.145.600,00
44.660.585.909,10
45.802.131.130,01
1.1.1
Pajak Daerah
4.800.819.598,00
8.728.179.053,00
11.581.200.360,00
10.125.733.609,10
11.138.306.970,01
1.1.2
Retribusi Daerah
3.660.806.978,00
26.651.809.212,00
37.475.145.600,00
28.037.452.300,00
28.166.424.160,00
1.1.3
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
3.997.694.115,00
4.208.140.399,00
5.034.000.000,00
3.997.400.000,00
3.997.400.000,00
1.1.4
Lain-lain PAD yang sah
4.158.260.318,00
6.444.032.225,00
9.909.799.640,00
2.500.000.000,00
2.500.000.000,00
1.2
Dana perimbangan
599.354.219.448,00
637.516.657.732,00
674.453.359.309,00
837.546.942.392,52
941.287.273.529,04
1.2.1
Dana bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
28.971.932.448,00
23.342.734.732,00
20.620.087.309,00
26.369.841.169,82
27.342.888.308,99
1.2.2
Dana Alokasi Umum
494.087.427.000,00
542.150.883.000,00
571.867.452.000,00
721.652.462.502,70
815.467.282.628,05
1.2.3
Dana Alokasi Khusus
76.294.860.000,00
72.023.040.000,00
81.965.820.000,00
89.524.638.720,00
98.477.102.592,00
1.3
Lain-Lain Pendapatan
106.020.071.604,15
120.863.246.993,61
178.684.549.457,00
156.826.102.935,60
164.667.408.082,38
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-9
Jumlah NO
URAIAN
Realisasi Tahun 2013
Target APBD Tahun 2015
Tahun 2014
Target RPJMD Tahun 2016
Target RPJMD Tahun 2017
Daerah yang sah 1.3.1
Hibah
669.675.000,00
442.695.000,00
692.725.000,00
4.450.000.000
9.540.000.000
1.3.3
Dana Bagi hasil pajak dari Provinsi
17.533.833.204,15
26.203.742.820,11
25.620.152.272,00
-
-
1.3.4
Dana penyesuaian dan Otonomi khusus
71.928.297.000,00
76.940.941.000,00
134.759.013.785,00
-
-
1.3.5
Bantuan Keuangan dari Provinsi
15.888.266.400,00
17.275.868.173,50
17.612.658.400,00
-
-
Keterangan : - Realisasi 2013 sumber Perda pertanggung jawaban Pelaksanaan APBD TA 2013 - Realisasi 2014 Sumber Realisasi APBD TA 2014 (Non Audited) - Target 2015 Sumber Perda APBD TA 2015
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-10
Memperhatikan kecenderungan realisasi pendapatan daerah kurun waktu 2013-2014 dan target 2015 terlihat bahwa terdapat peningkatan yang bervariasi, capain sampai dengan 2014 didukung oleh kondisi ekonomi regional yang stabil dan keberhasilan dalam melakukan upaya-upaya peningkatan pendapatan yang lebih intensif dilakukan disertai dengan peningkatan pelayanan public serta upaya intensifikasi/ekstensifikasi yang lebih aktif, diharapkan pada tahun 2015 realisasi pendapatan daerah Kabupaten jeneponto mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Untuk tahun 2016, target pendapatan daerah diproyeksikan meningkat bila dibandingkan target 2015, besarnya target pendapatan daerah ini disebabkan peningkatan target penerimaan masing-masing kelompok pendapatan 10% dari perhitungan realisasi tahun 2015. 3.2.2 Arah Kebijakan keuangan Daerah 3.2.2.1 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Kebijakan pendapatan daerah tahun anggaran 2016 yang merupakan perkiraan yang terukur secara nasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum, diarahkan kepada upaya peningkatan pendapatan daerah dari sector pajak daerah, retribusi daerah, dana perimbangan. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah adalah; 1.
Penyesuaian regulasi sebagai dasar hukum pemungutan dan penguatan pengelolaan pemungutan;
2.
Penguatan kelembagaan dan SDM petugas pemungut Pajak dan retribusi;
3.
Penggalian potensi pendapatan baru sesuai kewenangan dan Peraturan
Perundang-undangan,
terutama
diluar
Pajak
dan
retribusi Daerah; 4.
Meningkatkan
transparansi
dan
akuntabilitas
pengelolaan
pendapatan daerah dengan memanfaatkan system informasi yang berbasis tekhnologi informasi; 5.
Mendorong pembentukan system pembayaran pendapatan daerah yang langsung ke Bank/Lembaga keuangan;
6.
Meningkatkan koordinasi, kerjasama dan dukungan antar SKPD yang terkait dengan pengelolaan pendapatan daerah;
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-11
7.
Meningkatkan
evaluasi,
monitoring
dan
pengawasan
atas
pengelolaan pendapatan daerah; 8.
Meningkatkan partisipasi dan peranan pihak ketiga penyediaan biaya pembangunan daerah;
9.
Khusus untuk Pajak Daerah, peningkatkan pengelolaan Pajak dilakukan dengan memaksimalkan objek pajak. Adapun
kebijakan pendapatan untuk meningkatkan
dana
perimbangan sebagai upaya peningkatan kapasitas fiscal daerah adalah; 1. Mengoptimalkan penerimaan dari Pajak orang pribadi dalam negeri (PPh OPDN), PPh Pasal 21, Pajak ekspor, dan PPh Badan; 2. Meningkatkan akurasi data sumber daya alam sebagai dasar perhitungan bagi hasil dalam dana perimbangan 3. Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat untuk dana perimbangan dan untuk obyek pendapatan sesuai wewenang pemerintah kabupaten. Berdasarkan
kebijakan
perencanaan
pendapatan
daerah
tersebut diatas, maka untuk dapat merealisasikan perkiraan rencana penerimaan
pendapatan
Daerah
(Target)
diuraikan
strategi
pencapaiannya sebagai berikut: a.
Strategi pencapaian target pendapatan asli daerah, ditempuh melalui: 1.
Penataan
kelembagaan,
penyempurnaan
dasar
hukum
pemungutan dan regulasi penyesuaian tariff pungutan 2.
Pelaksanaan pemungutan atas obyek pajak/retribusi baru dan pengembangan system operasi penagihan atas potensi pajak dan retribusi yang tidak memenuhi kewajibanya
3.
Peningkatan fasilitas dan sarana pelayanan secara bertahap sesuai dengan kemampuan anggaran;
4.
Melaksanakan pelayanan dan pemberian kemudahan kepada masyarakat dalam mebayar pajak melalui melalui satu pintu
5.
Mengembangkan penerapan standar pelayanan public pada satker terkait dengan menggunakan parameter ISOm90012008
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-12
6.
Penyebarluasan informasi dibidang pendapatan daerah dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat;
7.
Revitalisasi BUMD melalui berbagai upaya antara lain : pengelolaan BUMD secara professional, peningkatan sarana, prasarana
kemudahan
konsumen/nasabah,
prosedur
serta
pelayanan
mengoptimalkan
terhadap
peran
badan
pengawas, agar BUMD berjalan sesuai dengan Peraturan sehingga mampu bersaing dan mendapata kepercayaan dari perbankan; 8.
Optimalisasi pemberdayaan dan pendayagunaan asset yang diarahkan pada peningatan Pendapatan Asli Daerah
9.
Melakukan korrdinasi dengan kementerian dalam negeri dan kementerian
keuangan
pada
tataran
kebijakan,
dalam
operasional pemungutan dan pelayanan pendapatan daerag, serta mengembangkan sinergitas pelaksanaan tugas dengan OPD penghasil. b.
Strategi pencapaian target dana perimbangan, melalui : 1. Sosialisasi secara terus menerus mengenai pungutan pajak penghasilan dalam upaya penignkatan kesadaran masyarakat dalam pembayaran pajak; 2. Peningkatan akurasi data potensi baik potensi sumber daya alam
bekerja
sama
dengan
kementerian
keuangan
cq.
direktorat Jenderal Pajak Sebagai dasar perhitungan bagi hasil; 3. Peningkatan keterlibatan Pemerintah Daerah dalam upaya perhitungan lifting migas dan aperhitungan sumberdaya alam lainnya agar memperoleh proporsi pembagian yang sesuai dengan potensi; 4. Peningkatan koordinasi dengan kementerian dalam negeri, kementerian keuangan, kementerian teknis, Badan Anggaran DPR RI dan DPD RI untuk mengupayakan penignkatan besaran dana perimbangan (DAU, DAK dan Dana Bagi HAsil Pajak/Bagi HAsil Bukan Pajak).
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-13
3.2.2.2 Arah Kebijakan Belanja Daerah Belanja daerah menurut Undang-undang nomor 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan
Keuangan
antara
Pemerintah
Pusat
dan
Pemerintahan Daerah, merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode Tahun Anggaran yang bersangkutan, menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 jo Permendagri nomor 59 tahun 2007 jo Permendagri nomor 21 Tahun 2011, pada dasarnya terdapat dua jenis belanja, yaitu: belanja Tidak Langsung (BTL) dan Belanja Langsung (BL), BTL Merupakan belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. BL merupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan program dan kegiatan yang meliputi : Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal. Belanja urusan
Daerah
pemerintahan
dipergunakan yang
dalam
menjadi
rangka
kewenangan
pelaksanaan provinsi
dan
kabupaten/kota, yang terdiri dari urusan wajib dan pilihan yang ditetapkan dengan perundang-undangan. Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah Tahun 2016 disusun dengan
pendekatan
anggaran
kinerja
yang
berorientasi
pada
pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam pelaksanaan
tugas
pokok
dan
fungsinya.
Ini
bertujuan
untuk
meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta menjamin efektivitas
dan
efisiensi
penggunaan
anggaran
dalam
belanja
kebutuhan
Belanja
program/kegiatan. Kecenderungan
semakin
meningkatnya
pegawai, pemenuhan belanja Rutin Perkantoran, Belanja Bantuan keuangan, tidak berbanding lurus dengan peningkatan pendapatan daerah walaupun pendapatan daerah Kabupaten Jeneponto dari tahun ke Tahun mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini berdampak pada kemampuan riil keuangan daerah yang cenderung semakin menurun. Dengan menggunakan indikator ruang fiskal (Ketersediaan dana dalam APBD yang dapat digunakan secara bebas Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-14
oleh
Daerah)
maka
Kab.
Jeneponto
tergolong
daerah
yang
berkemampuan fiskal rendah. Kebijakan Belanja Daerah untuk Tahun 2016 antara lain: 1. Program
dan
kegitan
Prioritas
RPJMD
2013-2018,
dengan
pembagian 38 urusan wajib dan 6 urusan pilihan pada SKPD. 2. Dukungan RPJMN 2015 – 2019 dan RKP 2016; 3. Program implementasi janji Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; 4. Penggunaan dan Fungsi Pendidikan 20% dari total Belanja; 5. Penggunaan dan Fungsi Kesehatan 10% dari total Belanja; 6. Bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa 7. Penggunaan Dana DAK. Dana bagi hasil, dana Pendidikan dan Kesehatan Gratis 8. Pendukungan untuk optimalisasi penggunaan asset milik daerah Belanja daerah diarahkan untuk dapat mendukung pencapaian visi dan misi pembangunan lima tahun ke depan. Sesuai dengan visi pembangunan yang telah ditetapkan, belanja daerah dapat digunakan sebagai instrument pencapaian visi tersebut. Pengelolaan belanja sejak proses perencanaan, pelaksanaan hingga pertanggung jawaban harus memperhatikan prinsip-pronsip efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas. Pertanggung
jawaban
belanja
tidak
hanya
dari
aspek
administrasi keuangan, tetapi menyangkut pula proses, keluaran dan hasilnya.
Belanja
daerah
harus
diarahkan
untuk
mendukung
kebijakan yang telah ditetapkan dengan memperhatikan perbandingan antara masukan dan keluaran (Efisensi). Keluaran dari belanja dimaksud seharusnya dapat dinikmati hasilnya oleh masyarakat (efektivitas). Selanjutnya alokasi anggaran perlu dilaksanakan secara terbuka berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan (transparansi). Sehingga
pengelolaan
belanja
harus
diadministrasikan
dan
dipertanggungjawabkan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku (akuntabilitas). Berdasarkan
hasil
analisis
dan
perkiraan
sumber-sumber
pendapatan daerah dan realisasi serta proyeksi pendapatan daerah 3(tiga) Tahun terakhir, maka arah kebijakan belanja daerah pada tahun 2016 dituangkan dalam tabel 3.3 dibawah. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-15
Tabel 3.3 Realisasi dan Proyeksi/Target Belanja Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2013 s/d 2016 Uraian Belanja Tidak Langsung Belanja pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi
Realisasi
Target
Tahun 2013
Tahun 2014
APBD 2015
RPJMD 2016
RKPD 2016
408.490.999.289,00
425.005.781.345,00
516.905.280.421,00
479.307.185.009,42
568.595.808.463,10
373.205.584.165,00
405.748.421.478,00
461.754.892.990,00
-
507.930.382.289,00
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
19.761.864.828,00
3.535.385.000,00
5.255.000.000,00
-
5.780.500.000,00
720.379.332,00
1.484.786.867,00
550.000.000,00
-
605.000.000,00
-
-
4.907.000.000,00
-
5.397.700.000,00
13.529.840.000,00
14.237.188.000,00
43.338.387.431,00
-
47.672.226.174,10
1.273.330.964,00
-
1.000.000.000,00
-
1.100.000.000,00
299.827.314.435,00
369.218.551.837,00
449.023.845.592,00
559.726.446.227,80
493.926.230.151,20
44.049.577.300,00
10.624.271.278,00
10.420.096.443,00
-
11.462.106.087,30
Belanja Barang dan Jasa
108.324.903.138,00
209.019.428.192,00
235.056.885.631,00
-
258.562.574.194,10
Belanja Modal
147.452.833.997,00
149.574.852.367,00
203.546.863.518,00
-
223.901.549.869,80
708.318.313.724,00
794.224.333.182,00
965.929.126.013,00
1.039.033.631.237,22
1.062.522.038.614,30
Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa Belanja Tidak terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai
Jumlah Belanja
Keterangan : Realisasi 2013 sumber Perda pertanggung jawaban Pelaksanaan APBD TA 2013 Realisasi 2014 Sumber Realisasi APBD TA 2014 (Non Audited) Target 2015 Sumber Perda APBD TA 2015
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-16
A.
Belanja Tidak Langsung Penganggaran belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Belanja Pegawai a) Besarnya penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan PNSD yang disesuaikan dengan hasil rekonsoliasi jumlah pegawai dan belanja pegawai dalam rangka perhitungan DAU tahun anggaran 2016 dengan
memperhitungkan
rencana
kenaikan
gaji
pokok
dan
tunjangan PNSD serta pemberian gaji kertigabelas; b) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan Calon PNSD sesua formasi pegawai tahun 2015; c) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan Mutasi pegawai dengan memperhitungkan acress yang besarnya maksimum 2,5% dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan; d) Penganggaran tambahan penghasilan PNSD, baik aspek kebijakan pemberian tambahan penghasilan memaupun penentuan kriterianya harus ditetapkan terlebih dahulu dengan Peraturan Kepala Daerah dengan
memperhatikan
Kemampuan
Keuangan
Daerah
sesuai
amanat Pasal 63 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 dan pasal 39 Peraturan menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 21 Tahun 2011. 2) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial Tata cara penganggaran, pelaskanaan dan penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi pemberian hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD harus mempedomani peraturan kepala daerah yang telah disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan
di
bidang
hibah
dan
bantuan
sosial
yakni
permendagri nomor 32 tahun 2011 dan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 tentang perubahan atas peraturan menteri dalam negeri nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah. 3) Belanja Bagi HAsil Penganggaran
dana
bagi
hasil
yang
bersumber
dari
pendapatan
pemerintah Provinsi Kepada Pemerinta Kabupaten/Kota atau pendapatan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-17
Pemerintah
Kabupaten/Kota
mempedomani
kepada
pemerintah
undang-undang nomor 28 tahun
desa
harus
2009, tata cara
penganggaran dana bagi hasil tersebut harus memperhitungkan rencana pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah pada tahun anggaran 2014, sedangkan pelampauan target tahun anggaran 2013 yang belum direalisasikan kepada pemerintah daerah dan menjadi hak pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah desa ditampung dalam perubahan APBD tahun anggaran 2016. 4) Belanja Bantuan Keuangan a) Pemerintah kabupaten menggarkan bantuan keuangan yang bersifat khusus kepada desa, bantuan keuangan yang bersifat khusus digunakan
untuk
membantu
capain
kinerja
program
prioritas
pemerintah daerah/desa penerima bantuan keuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan penerima bantuan, pemanfaatan bantuan keuangan yang bersifat khusus ditetapkan terlebih dahulu oleh pemberi bantuan. b) Bantuan keuangan kepada partai politik dianggarkan pada jenis belanja bantuan keuangan, obyek belanja bantuan keuangan kepada partai politik c) Dalam rangka pelaksanaan Pasal 27 ayat (1) huruf b dan ayat (2) undang-undang nomor 6 tahun 2014, pemerintah kabupaten/kota menganggarkan alokasi dana untuk desa dan desa adat yang diterima dari APBN dalam jenis bantuan keuangan kepada Pemerintah desa daam APBD kabupaten/kota tahun anggaran 2016 untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan serta pemberdayaan masayaraka, kemasyarakatan, Selain itu, pemerintah kabupaten/kota menganggarkan alokasi dana desa (ADD) untuk pemerintah desa dalam jenis belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima oleh kab/kota dalam APBD Tahun anggaran 2016 setelah dikurangi DAK sebagaimana diatur dalam pasal 72 ayat (4) dan ayat (6) Undang-undang nomor 6 tahun 2014. d) Dari aspek teknis penganggaran, dalam APBD pemberi bantuan keuangan, belanja bantuan keuanga tersebut harus diuraikan daftar nama pemerintah daerah/desa selaku penerima bantuan keuangan sebagai rincian obyek penerima bantuan keuangan sesuai kode rekening berekenaan. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-18
5) Belanja tidak terduga Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi tahun 2014 dan kemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah, belanja tidak terduga merupakan belanja untuk mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadi berulang, seperti kebutuhan tanggap darurat bencana, penanggulangan bencana alam dan bencana sosial, yang tidak tertampung dalam bentuk program dan kegiatan pada tahun anggaran 2015, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun –tahun sebelumnya. B.
Belanja Langsung Penganggaran Belanja Langsung dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Penganggaran Belanja langsung Penganggaran
Belanja
langsung
dalam
APBD
digunakan
untuk
pelaksanaan urusan pemerintah daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan, penganggaran belanja langsung dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan, yang manfaat capain kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan
public
dan
keberpihakan
pemerintah
daerah
kepada
kepentingan public. Penyusunan anggaran belanja untuk setiap program dan kegiatan mempedomani SPM yang telah ditetapkan, analisis standar belanja (ASB) dan standar satuan harga, ASB dan standar satuan harga ditetapkan dengan keputusan kepada daerah dan digunakan sebagai dasar penyusunan RKA-SKPD dan RKA PPKD. Selain itu, penganggaran belanja barang dan jasa agar mengutamkan produksi dalam negeri dan melibatkan usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisensi, persaingan sehat, kesatuan system dan kualitas kemampuan teknis. 2) Belanja Pegawai Dalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran daerah, penganggaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSD memperhatikan asas kepatutan, kewajaran dan rasionalitas dalam pencapaian sasaran program dan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai target kinerja kegiatan dimaksud. Berkaitan dengan hal tersebut, pemberian honorarium bagi PNSD dan Non PNSD Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-19
dibatasi dan hanya didasarkan pada pertimbangan bahwa keberadaan PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan benar-benar memiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap efektifitas pelaksanaan kegiatan dimaksud dengan memperhatikan pemberian Tambahan Penghasilan bagi PNSD sesuai
ketentuan
tersebut
pada
a.1).f)
dan
pemberian
Insentif
Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sesuai ketentuan tersebut pada a.1).g). Suatu kegiatan tidak diperkenankan diuraikan hanya ke dalam jenis belanja pegawai, obyek belanja honorarium dan rincian obyek belanja honorarium PNSD dan Non PNSD. Besaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. 3) Belanja barang dan jasa a)
Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa dengan menambahkan obyek dan rincian obyek belanja baru serta besarannya ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
b)
Penganggaran
uang
untuk
diberikan
kepada
pihak
ketiga/masyarakat hanya diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi. Alokasi belanja tersebut dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa sesuai kode rekening berkenaan. c)
Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengan kebutuhan nyata yang didasarkan atas pelaksanaan tugas dan fungsi
SKPD,
jumlah
pegawai
dan
volume
pekerjaan
serta
memperhitungkan estimasi sisa persediaan barang Tahun Anggaran 2015. d)
Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakirmiskin dan orang tidak mampu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013, yang tidak menjadi cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan melalui BPJS yang bersumber dari APBN, pemerintah daerah dapat menganggarkannya dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD yang menangani urusan kesehatan pemberi pelayanan kesehatan.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-20
e)
Penganggaran belanja yang bersumber dari dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Milik Pemerintah Daerah yang belum menerapkan PPK-BLUD mempedomani Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan
Nasional Untuk Jasa Pelayanan
Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional Pada FKTP Milik Pemerintah Daerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014. f)
Penganggaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor milik pemerintah daerah dialokasikan pada masing-masing SKPD sesuai amanat Pasal 6 ayat (3) UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 dan besarannya sesuai dengan masing-masing peraturan daerah.
g)
Pengadaan
barang/jasa
yang
akan
diserahkan
kepada
pihak
ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan, dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa. Pengadaan belanja barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran
berkenaan
dimaksud
dianggarkan
sebesar
harga
beli/bangun barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan barang/jasa sampai siap diserahkan. h) Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja dan studi banding, baik perjalanan dinas dalam negeri maupun perjalanan dinas luar negeri, dilakukan secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi serta memperhatikan target kinerja dari perjalanan dinas dimaksud sehingga relevan dengan substansi kebijakan pemerintah daerah. Hasil kunjungan kerja dan studi banding dilaporkan sesuai peraturan perundang-undangan. Khusus penganggaran perjalanan dinas luar negeri berpedoman pada Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2005 tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pedoman Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri Bagi Pejabat/Pegawai
di
lingkungan
Kementerian
Dalam
Negeri,
Pemerintah Daerah, dan Pimpinan serta Anggota DPRD. i)
Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuangan daerah,
penganggaran
belanja
perjalanan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
dinas
harus
III-21
memperhatikan aspek pertanggungjawaban sesuai biaya riil atau lumpsum, khususnya untuk hal-hal sebagai berikut: Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai dengan biaya riil. Komponen
sewa
kendaraan
hanya
diberikan
untuk
Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota dan Pimpinan DPRD Provinsi; Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil; Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil; Dalam hal pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakan fasilitas hotel atau tempat penginapan lainnya, kepada yang bersangkutan diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari tarif hotel di kota tempat tujuan sesuai dengan tingkatan pelaksana perjalanan dinas dan dibayarkan secara lumpsum. Uang harian dan uang representasi dibayarkan secara lumpsum. Standar
satuan
harga
perjalanan
dinas
ditetapkan
dengan
Keputusan Kepala Daerah, dengan mempedomani besaran satuan biaya yang berlaku dalam APBN sebagaimana diatur dengan peraturan perundang-undangan. j)
Penyediaan
anggaran
untuk
mengikutsertakan
non
PNSD
perjalanan
dinas.
Tata
dimaksud
mengacu
cara
pada
perjalanan
dinas
diperhitungkan penganggaran
ketentuan
yang
dalam
belanja
perjalanan
perjalanan
dinas
dinas
yang
ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. k)
Penganggaran bimbingan
untuk
teknis
menghadiri atau
pendidikan
sejenisnya
yang
dan
pelatihan,
terkait
dengan
pengembangan sumber daya manusia Pimpinan dan Anggota DPRD serta
pejabat/staf
pemerintah
daerah,
yang
tempat
penyelenggaraannya di luar daerah harus dilakukan sangat selektif dengan mempertimbangkan aspek-aspek urgensi dan kompetensi serta manfaat yang akan diperoleh dari kehadiran dalam pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya guna pencapaian efektifitas penggunaan anggaran daerah. Dalam rangka orientasi dan pendalaman tugas Pimpinan dan Anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota agar berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2011 tentang Pedoman Orientasi dan Pendalaman
Tugas
Anggota
DPRD
Provinsi
dan
DPRD
Kabupaten/Kota sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-22
Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2011 tentang Pedoman Orientasi dan Pendalaman Tugas Anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. l)
Penganggaran untuk penyelenggaraan kegiatan rapat, pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya diprioritaskan untuk menggunakan fasilitas aset daerah, seperti ruang rapat atau aula yang sudah tersedia milik pemerintah daerah.
m) Penganggaran pemeliharaan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya mempedomani Pasal 46 ayat Peraturan Pemerintah Nomor
27
Tahun
2014
tentang
Pengelolaan
Barang
Milik
Negara/Daerah dan Pasal 48 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. 4) Belanja Modal a)
Pemerintah daerah harus memprioritaskan alokasi belanja modal pada APBD Tahun Anggaran 2016 untuk pembangunan dan pengembangan
sarana
dan
prasarana
yang
terkait
dengan
peningkatan pelayanan kepada masyarakat. b)
Penganggaran untuk pengadaan kebutuhan barang milik daerah dan pemeliharaan barang milik daerah menggunakan dasar perencanaan kebutuhan dan pemeliharaan barang milik daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 dan Pasal 7 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007. Selanjutnya,
untuk
pengadaan
barang
milik
daerah
juga
memperhatikan standar sarana dan prasarana kerja berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintahan Daerah. Khusus penganggaran untuk pembangunan gedung dan bangunan milik daerah mempedomani Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-23
c)
Penganggaran
pengadaan
tanah
untuk
kepentingan
umum
mempedomani Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan
Tanah
Bagi
Pembangunan
Untuk
Kepentingan Umum, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
Bagi
Pembangunan
Untuk
Kepentingan
Umum,
dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2012 tentang Biaya
Operasional
dan
Biaya
Pendukung
Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Yang Bersumber Dari APBD. d)
Penganggaran belanja modal digunakan untuk pengeluaranyang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Nilai asset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga beli/bangun aset
ditambah
seluruh
belanja
yang
terkait
dengan
pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan, sesuai maksud Pasal 53 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. 3.2.2.3 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah meliputi penerimaan pembiayaan daerahg dan pengeluaran pembiyaan daerah, kebijakan penerimaan pembiyaan daerah timbul karena jumlah pengeluaran lebih besar daerai pada penerimaan sehingga terdapat defisit. Sumber penerimaan pembiayaan daerah berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran (SILPA), Transfer dari
dana
dipisahkan, pemberian pengeluaran
cadangan, peneriman pinjaman, pembiyaan
hasil
penjualan
pinjaman penerimaan daerah
kekayaan
daerah, piutang
diantaranya
daerah
penerimaan daerah.
yang
kembali
kebijakana
diperuntukkan
bagi
pembentukan Dana Cadangan, Investasi ( Penyertaan Modal dan pemberian pembelian surat berharga/saham) pembayaran pokok utang, pemberian pinjaman daerah, dan Sisa Lebih Perhitungan.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-24
a.
Penerimaan Pembiayaan Penganggaran
Sisa
Lebih
Perhitungan
Anggaran
Tahu
Sebelumnya (SiLPA) harus didasarkan pada penghitungan yang cermat dan rasional dengan mempertimbangkan perkiraa realisasi anggaran Tahun Anggaran 2015 dalam rangka
menghindari
kemungkinan adanya pengeluaran pada Tahun Anggaran 2016 yang tidak dapat didanai akibat tidak tercapainya SiLPA yang direncanakan. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dapat melakukan
pinjaman
daerah
berdasarkan
peraturan
perundangundangan di bidang pinjaman daerah. Bagi pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang berencana untuk melakukan pinjaman daerah harus dianggarkan terlebih dahulu dalam rancangan peraturan daerah tentang APBD tahun anggaran berkenaan sesuai Pasal 35 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah. Untuk pinjaman jangka menengah sesuai Pasal 13 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 digunakan untuk membiayai pelayanan publik yang tidak menghasilkan penerimaan, sedangkan
pinjaman
jangka
panjang
yang
bersumber
dari
pemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, dan lembaga keuangan bukan bank sesuai Pasal 14 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 digunakan untuk membiayai kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka pelayanan publik yang menghasilkan penerimaan langsung berupa pendapatan bagi APBD yang berkaitan dengan pembangunan prasarana dan sarana tersebut,
menghasilkan penerimaan tidak
langsung berupa penghematan terhadap belanja APBD yang seharusnya
dikeluarkan
apabila
kegiatan
tersebut
tidak
dilaksanakan; dan/atau memberikan manfaat ekonomi dan sosial. b.
Pengeluaran pembiayaan Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, pemerintah daerah dapat menganggarkan investasi jangka panjang non permanen dalam bentuk dana bergulir sesuai Pasal 118 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Dana bergulir dalam APBD dianggarkan pada akun
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-25
pembiayaan, kelompok pengeluaran pembiayaan daerah, jenis penyertaan
modal/investasi
pemerintah
daerah,
obyek
dana
bergulir dan rincian obyek dana bergulir kepada kelompok masyarakat penerima. Penyertaan modal pemerintah daerah pada badan usaha milik negara/daerah dan/atau badan usaha lainnya ditetapkan dengan peraturan daerah tentang penyertaan modal. Penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban yang telah tercantum dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal pada tahun sebelumnya, tidak perlu diterbitkan peraturan daerah tersendiri sepanjang jumlah anggaran penyertaan modal tersebut belum melebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan pada peraturan daerah tentang penyertaan modal. Dalam hal pemerintah daerah akan menambah jumlah penyertaan modal melebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang
penyertaan
modal
dimaksud,
pemerintah
daerah
melakukan perubahan peraturan daerah tentang penyertaan modal tersebut. Pemerintah daerah dapat menambah modal yang disetor dan/atau melakukan penambahan penyertaan modal pada Badan Usaha
Milik
Daerah
(BUMD)
untuk
memperkuat
struktur
permodalan, sehingga BUMD dimaksud dapat lebih berkompetisi, tumbuh dan berkembang. Khusus untuk BUMD sector perbankan, pemerintah daerah dapat melakukan penambahan penyertaan modal
dimaksud
guna
menambah
modal
inti
sebagaimana
dipersyaratkan Bank Indonesia dan untuk memenuhi Capital Adequacy Ratio (CAR). Dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), pemerintah daerah dapat melakukan
penyertaan
modal
dan/atau
penambahan
modal
kepada bank perkreditan rakyat milik pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam rangka mendukung pencapaian target
Millenium
Development Goal’s (MDG’s) Tahun 2025 yaitu cakupan pelayanan air perpipaan di wilayah perkotaan sebanyak 80% (delapan puluh persen) dan di wilayah perdesaan sebanyak 60% (enam puluh Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-26
persen),
pemerintah
daerah
perlu
memperkuat
struktur
permodalan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Penguatan struktur
permodalan
tersebut
dilakukan
dengan
menambah
penyertaan modal pemerintah daerah yang antara lain bersumber dari pemanfaatan bagian laba bersih PDAM. Penyertaan Modal dimaksud dilakukan untuk penambahan, peningkatan, perluasan prasarana
dan
sarana
sistem
penyediaa
air
minum,
serta
peningkatan kualitas dan pengembangan cakupan pelayanan. Selain itu, pemerintah daerah dapat melakukan penambahan penyertaan modal guna meningkatkan kualitas, kuantitas dan kapasitas
pelayanan
air
minum
kepada
masyarakat
untuk
mencapai MDG’s dengan berpedoman pada peraturan perundangundangan. Untuk menganggarkan dana cadangan, pemerintah daerah harus menetapkan terlebih dahulu peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan yang mengatur tujuan pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan, dengan mempedomani Pasal 122 dan Pasal 123 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 serta Pasal 63 Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
Nomor
13
Tahun
2006,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran sebagaimana diamanatkan Pasal 28 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Pasal 61 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. c.
Sisa Lebih pembiayaan (SILPA) Tahun berjalan 1) Pemerintah daerah menetapkan Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Anggaran 2016 bersaldo nol. 2) Dalam
hal
perhitungan
penyusunan
Rancangan
APBD
menghasilkan SILPA Tahun Berjalan positif, pemerintah daerah harus memanfaatkannya untuk penambahan program dan kegiatan prioritas yang dibutuhkan, volume program dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-27
kegiatan
yang
telah
dianggarkan,
dan/atau
pengeluaran
pembiayaan. 3) Dalam
hal
pemerintah
perhitungan daerah
SILPA
melakukan
Tahun
Berjalan
negatif,
pengurangan
bahkan
penghapusan pengeluaran pembiayaan yang bukan merupakan kewajiban daerah, pengurangan program dan kegiatan yang kurang prioritas dan/atau pengurangan volume program dan kegiatannya. Untuk investasi pembelian surat berharga (Pembelian Saham) sesuai Peraturan pemerintah PP N0. 1 Tahun 2008 tentang investasi Pemerintah dan ditindaklanjuti dengan permendagri No. 52 Tahun 2012 menyatakan bahwa investasi pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila Anggaran Pendapatan dan belanja daerah (APBD) dapat diperkirakan surplus serta pemerintah Daerah
harus
memenuhi
kewajibannya
untuk
melayani
masyarakat dan membangun daerah melalui APBD terlebih dahulu, sebelum
merencanakan
untuk
berinvestasi.
Apabila
APBD
diperkirakan surplus saat pembahasan Rencana Kerja Anggaran (RKA), maka rencana investasi Pemerintah Daerah akan disetujui dengan membuat perencanaan dan kajian investasi, sedangkan kebijakan pengeluaran pembiayaan diharapkan dapat memberikan keuntungan sebagai berikut: 1. Pemerintah
ddaerah
dapat
melakukan
percepatan
pembangunan (khususnya melalui peningkatan pelayanan public) 2. Adanya unsure keterlibatan dan peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah akan menjadi daya dukung tersendiri bagi pemerintah daerah 3. Peningkatan ekonomi daerah melalui penyediaan layanan umum yang menunjang aktivitas perekonomian. 4. Promosi kepada pihak luar melalui publikasi di pasar modal akan mampu menarik investor menanamkan modalnya yang dapat melebihi nilai penerbitan obligasi daerah. Hasil anlisis dan perkiraan sumber-sumber penerimaan pembiyaan daerah dan realisasi serta proyeksi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah selama 3 (tiga) tahun terakhir, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-28
proyeksi/target tahun rencana serta 1 (satu) tahun rencana dalam ranga perumusan arah kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah disajikan dalam Tabel 3.4 sebagai berikut :
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-29
Tabel 3.4 Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2013-2016 Realisasi Uraian ENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH Sisa lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan kembali Pemberian pinjaman Penerimaan Piutang Daerah JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN Pembentukan Dana cadangan Penyertaan Modal (Investasi) pemerintah Daerah Pembayaran Pokok utang Pemberian Pinjaman Daerah JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pembiayaan Netto
Tahun 2013
Jumlah Target RPJMD Tahun 2015
Tahun 2014
Target RPJMD Tahun 2016
Target RPJMD Tahun 2017
7.829.484.405,98
18.828.045.669,13
10.276.542.155,12
9.770.851.399,68
9.265.160.644,23
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
32.011.851.271,00
-
-
-
-
-
-
-
-
7.829.484.405,98
18.828.045.669,13
-
-
48.791.071.647,00
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.380.329.448,00
696.808.903,00
1.380.329.448,00
696.808.903,00
-
-
-
6.449.154.957,98
18.131.236.766,13
48.791.071.647
-
-
Keterangan : Realisasi 2013 sumber Perda pertanggung jawaban Pelaksanaan APBD TA 2013 Realisasi 2014 Sumber Realisasi APBD TA 2014 (Non Audited) Target 2015 Sumber Perda APBD TA 2015
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-30
Kebijakan Alokasi Anggaran setiap SKPD mengacu pada kebijakan alokasi anggaran yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Jeneponto 2014-2018 dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel. 3.5 Kebijakan Alokasi Anggaran Setiap SKPD Kabupaten Jeneponto Tahun 2015 dan Tahun 2016 NO.
KELOMPOK PRIORITAS
1
2
TARGET 2015
PROYEKSI 2016
3
4
836.203.466.542
924.963.928.183
1
PENDIDIKAN DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA & OLAHRAGA KESEHATAN
67.943.633.904
73.379.124.616
2
DINAS KESEHATAN
58.647.316.476
64.512.048.123
3
KANTOR RSUD LANTO DG. PASEWANG
39.502.920.922
41.873.096.177
88.763.415.166
105.445.514.048
10.173.315.000
11.190.646.500
5.615.923.358
6.682.948.796
5.784.185.240
6.246.920.059
3.512.663.785
3.934.183.439
1.043.727.500
1.556.845.750
2.786.436.617
2.953.622.814
2.062.256.300
2.330.349.619
2.027.000.000
2.588.181.927
524.700.000
577.170.000
21.579.696.349
23.737.665.984
6.002.568.640
6.482.774.131
KELOMPOK PRIORITAS I
PEKERJAAN UMUM 4
DINAS PEKERJAAN UMUM PANATAAN RUANG
5 6
7 8 9
10
11
12 13
DINAS TATA RUANG & KEBERSIHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERHUBUNGAN DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI & INFORMATIKA LINGKUNGAN HIDUP KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DINAS KEPENDUDUKAN & CATATAN SIPIL KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA BADAN KELUARGA BERENCANA & PEMBERDAYAAN PEREMPUAN TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI & SOSIAL DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI & SOSIAL KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL & MENENGAH PENANAMAN MODAL KANTOR PENANAMAN MODAL PERTANIAN
14 15
DINAS PERTANIAN BADAN KETAHANAN PANGAN & PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-31
NO.
KELOMPOK PRIORITAS
TARGET 2015
PROYEKSI 2016
1
2
3
4
KEHUTANAN 16
DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
3.975.002.580
4.332.752.812
10.708.254.695
11.779.080.164
6.753.775.347
7.564.228.389
930.000.000
1.292.305.698
12.907.536.718
13.681.988.921
2.750.436.000
3.092.966.520
3.335.281.500
2.968.751.205
478.873.420.446
526.760.762.490
79.499.094.269
87.589.870.716
1.100.000.000
1.378.151.382
1.573.470.110
1.840.960.029
6.500.000.000
6.532.500.000
43.167.963.759
47.639.444.334
15.184.173.900
16.550.749.551
4.065.000.000
4.471.500.000
870.000.000
965.700.000
KELAUTAN DAN PERIKANAN 17
DINAS KELAUTAN & PERIKANAN
18
PERDAGANGAN DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, PERTAMBANGAN & ENERGI PELAYANAN TERPADU
19
KANTOR PELAYANAN TERPADU
20
PEMERINTAHAN UMUM DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH INSPEKTORAT
21
PEMBERDAYAAN MASY & PEMDES 22
BADAN PEMBERDAYAAN MASYRAKAT DAN PEMERINTAH DESA GAJI DAN TUNJANGAN
KELOMPOK PRIORITAS II KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK 1 DAN LINMAS KANTOR SATUAN POLISI PAMONG 2 PRAJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA 3 DAERAH OTONOMI DAERAH DAN PEMERINTAHAN UMUM 4 SEKRETARIAT DAERAH 5
7
SEKRETARIAT DPRD BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KECAMATAN BINAMU
8
KECAMATAN TAMALATEA
650.000.000
721.500.000
9
KECAMATAN BANGKALA
600.000.000
666.000.000
10
KECAMATAN BATANG
500.000.000
555.000.000
11
KECAMATAN KELARA
600.000.000
666.000.000
12
KECAMATAN TURATEA
500.000.000
555.000.000
13
KECAMATAN BONTORAMBA
500.000.000
555.000.000
14
KECAMATAN BANGKALA BARAT
500.000.000
555.000.000
15
KECAMATAN ARUNGKEKE
500.000.000
555.000.000
16
KECAMATAN RUMBIA
500.000.000
555.000.000
17
KECAMATAN TAROWANG
500.000.000
555.000.000
18
SEKRETARIAT KORPRI
265.000.000
341.500.000
6
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-32
NO.
KELOMPOK PRIORITAS
TARGET 2015
PROYEKSI 2016
1
2
3
4
PARIWISATA 19 20
DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN PERPUSTAKAAN KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH
973.486.500
1.051.365.420
450.000.000
879.500.000
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
III-33