BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka kebijakan kinerja ekonomi daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kerangka kebijakan perkonomian regional dan nasional, oleh sebab itu penentuan arah kebijakan ekonomi daerah Kabupaten Pekalongan tetap harus memperhatikan arah kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang tertuang dalam RKPD Provinsi dan Pemerintah Pusat yang tertuang dalam RKP. Pemerintah daerah perlu melakukan pergeseran dari alokasi anggaran administrasi
yang
terlalu
besar
kepada
kebijakan
pemberian
layanan
masyarakat, pengembangan bisnis dan kegiatan ekonomi masyarakat untuk meningkatkan potensi pajak daerah. Selain itu juga, kebijakan-kebijakan ekonomi yang disusun pada RKPD Tahun 2016 harus diarahkan pada pencapaian Visi dan Misi Bupati dan Wakil Bupati pada tahun 2016 dan pemecahan atas permasalahan serta isu-isu strategis Kabupaten Pekalongan. Hal ini ditujukan agar adanya konsistensi terhadap proses pencapaian tujuan pemerintah daerah yang tertuang dalam RPJMD yang dijabarkan dalam rencana kerja tahunan pemerintah daerah yang tertuang dalam RKPD. Periode RPJMD Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 – 2016 beserta semua
capaian
kinerjanya
memberikan
pondasi
yang
cukup
kuat
bagi
pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Pekalongan untuk periode RPJMD selanjutnya. Perencanaan Pembangunan di Tahun 2016 yang merupakan tahun terakhir periode RPJMD 2011 – 2016 diarahkan untuk melanjutkan semua capaian yang sudah diraih dan menyelesaikan beberapa indikator yang belum berhasil dicapai. Tantangan dan prospek perekonomian yang dihadapi di Tahun 2016 jelas berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya sehingga sangat diperlukan upaya serius dan fokus dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan terutama dalam penentuan arah dan kebijakan di bidang ekonomi. 1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2014 Perkembangan kondisi ekonomi daerah dapat dilihat dari indikator ekonomi makro serta perekonomian daerah, yang tidak dapat terlepas dengan
perekonomian
regional,
perekonomian
nasional
bahkan
perekonomian global. Ada faktor-faktor perekonomian yang tidak dapat dikendalikan oleh daerah seperti yang menyangkut kebijakan pemerintah pusat menyangkut sektor moneter maupun sektor riil. Kemudian juga pengaruh perekonomian global seperti pengaruh naik turunnya harga
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
minyak dunia, dan nilai tukar mata uang asing, dan yang terakhir adalah pengaruh krisis keuangan global yang telah berdampak pada meningkatnya pemutusan hubungan kerja dan kelesuan pasar ekspor. Capaian indikator ekonomi daerah adalah sebagai berikut : a.
Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator
untuk
mengevaluasi
perkembangan/kemajuan
kinerja
pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu. Agar diperoleh gambaran tentang pertumbuhan ekonomi secara riil, maka digunakan angka PDRB atas dasar harga konstan. Angka pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dari perubahan nilai PDRB pada harga konstan dari tahun sekarang dengan tahun sebelumnya. Pada
tahun
2014
kinerja
ekonomi
Kabupaten
Pekalongan
mengalami peningkatan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,85%, lebih tinggi dari tahun 2013 yang sebesar 5,45%. Untuk tahun 2014 ini sebagian
besar
sektor
mengalami
pertumbuhan
secara
positif.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Keuangan Perusahaan dan Jasa Perusahaan yang tumbuh 6,93% sedangkan terendah terjadi pada Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 3,98%. Selengkapnya pada tabel 3.1 berikut ini : Tabel 3.1 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Pekalongan atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2010 – 2014*) SEKTOR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restauran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan Perush. dan Jasa Perush. 9. Jasa-jasa Pertumbuhan PDRB (%)
2010 3,61 (2,55) 4,23 5,82 4,17 4,31 5,76
2011 (0,09) 3,97 6,74 4,50 5,57 7,16 4,11
4,96
4,99
5,00 4,27
5,19 4,77
TAHUN 2012 3,83 5,57 5,38 6,14 5,00 6,21 6,72
2013 2,38 5,13 6,79 7,18 5,20 6,49 6,04
2014*) 4,21 3,98 6,28 5,90 6,41 6,09 5,92
6,90
8,45
6,93
5,37 5,32
4,97 5,45
5,99 5,85
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pekalongan Kabupaten Pekalongan, 2014 Keterangan : *) Angka Sementara/Prediksi Sementara
b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator ekonomi makro yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan disuatu daerah adalah PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB merupakan jumlah nilai tambah seluruh barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha suatu daerah dalam satu Tahun. Dari nilai PDRB tersebut dapat
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.2
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
diturunkan tiga indikator penting lainnya, yaitu pendapatan per-kapita, pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi. PDRB dibagi menjadi dua jenis, yaitu PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (current price) dan PDRB atas dasar harga konstan (constan price). PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada Tahun yang berlaku. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat PDRB perkapita, pendapatan perkapita dan untuk melihat besarnya pergeseran struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah harga barang dan jasa yang dihitung berdasarkan harga pada Tahun tertentu sebagai Tahun dasar (Tahun 2000). PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari Tahun ke Tahun. Besaran PDRB sering digunakan sebagai indikator untuk menilai kinerja
perekonomian
kemampuan
suatu
suatu
daerah
wilayah, dalam
terutama
mengelola
dikaitkan
sumber
dengan
daya
yang
dimilikinya. Oleh karena itu dalam mengalokasikan anggaran, sektorsektor yang memiliki kontribusi sebagai sektor penyumbang terbesar PDRB
harus
mendapatkan
perhatian
dari
Pemerintah
Kabupaten
Pekalongan. Sejalan dengan paradigma pembangunan yang partisipatif dan sensitif terhadap nilai-nilai lokal,
sistem ekonomi yang dijalankan
diharapkan dapat memberikan peran kepada usaha di tingkat komunitas dengan sekala mikro, kecil dan menengah. Dalam hal ini peran UKM sebagai pelaku usaha lokal secara optimal dan menggunakan teknologi yang sesuai agar produk yang dihasilkan dapat lebih bersaing baik di pasar nasional maupun internasional. Berdasarkan kajian ekonomi, distribusi PDRB berdasarkan Harga Konstan 2000 rata-rata selama lima tahun terakhir di Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.2 Distribusi Sektoral PDRB atas dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Pekalongan Periode 2010 – 2014 NO
LAPANGAN USAHA
1.
Pertanian
2.
Pertambangan dan Penggalian
3.
Industri Pengolahan
4.
KONTRIBUSI TERHADAP TOTAL PDRB (%) RATA2010 2011 2012 2013 2014*) RATA
URUTAN
21,66
20,65
20,36
19,77
19,79
20,45
2
1,02
1,01
1,02
1,01
0,98
1,01
9
25,94
26,43
26,44
26,78
26,65
26,45
1
Listrik, Gas dan Air Bersih
1,15
1,15
1,16
1,18
1,16
1,16
8
5.
Bangunan
6,26
6,31
6,29
6,28
6,36
6,30
5
6.
Perdagangan, Hotel dan Restoran
18,63
19,06
19,22
19,41
19,33
19,13
3
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.3
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
NO 7. 8. 9.
LAPANGAN USAHA Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
KONTRIBUSI TERHADAP TOTAL PDRB (%) RATA2010 2011 2012 2013 2014*) RATA
URUTAN
3,96
3,93
3,98
4,00
4,01
3,98
7
4,37
4,38
4,44
4,57
4,55
4,46
6
17,01
17,08
17,08
17,01
17,16
17,07
4
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pekalongan, 2014 (Data Sekunder Diolah) Keterangan : *) Angka Sementara
Dari tabel tersebut terlihat bahwa Sektor Industri Pengolahan masih merupakan salah satu sektor unggulan Kabupaten Pekalongan. Hal ini ditunjukkan
oleh
paling
besarnya
kontribusi
sektor
ini
terhadap
perekonomian Kabupaten Pekalongan selama lima tahun terakhir yang mencapai 26,45%. Kontribusi sektor terbesar kedua adalah Sektor Pertanian dengan rata-rata selama lima tahun terakhir mencapai 20,45%. Sedangkan, kontribusi sektor terbesar ketiga disumbangkan oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan sumbangan rata-rata selama lima tahun terakhir mencapai 19,13%. c.
Pendapatan Regional per Kapita Pendapatan perkapita merupakan salah satu variabel atau angka yang dipakai untuk melihat keberhasilan pembangunan dari aspek perekonomian suatu wilayah. Pendapatan Perkapita berdasarkan harga berlaku di Kabupaten Pekalongan selama 5 (lima) tahun terakhir yaitu sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 rata-rata mencapai Rp.8.283.162,00 per tahun. Dilihat nominalnya, pada tahun 2013 telah mencapai Rp.10.091.658,00 sedangkan pada tahun 2009 sebesar Rp.6.655.607,00.
Angka-angka
tersebut masih terdapat unsur inflasi di dalamnya sehingga nampak tinggi.
Akan tetapi bila dilihat atas dasar Harga Konstan Tahun 2000,
pendapatan
perkapita
tahun
2013
mencapai
Rp.3.762.419,00.
Pendapatan atas dasar harga konstan inilah yang dikatakan sebagai pendapatan per kapita riil. Perkembangan pendapatan perkapita Kabupaten Pekalongan atas dasar harga berlaku maupun harga konstan dari tahun 2010 hingga perkiraan 2014 menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun, yang secara lengkap dapat dilihat berikut :
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.4
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
Tabel 3.3 Perkembangan Pendapatan Regional Per Kapita Kabupaten Pekalongan Tahun 2010– 2014*) TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014*)
PENDAPATAN PER KAPITA (Rp.) ATAS DASAR HARGA ATAS DASAR BERLAKU HARGA KONSTAN
7.444.022 8.170.449 9.075.158 10.091.658 11.524.002
3.368.143 3.429.466 3.592.023 3.762.419 4.138.363
KENAIKAN (%) ATAS DASAR ATAS DASAR HARGA BERLAKU HARGA KONSTAN
11,92 9,98 11,07 11,20 14,19
Sumber data : BPS Kabupaten Pekalongan, 2014
5,09 2,01 4,74 4,74 9,99
*) Angka Sementara
d. Laju Inflasi Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya hargaharga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Sepanjang tahun 2014 di Kabupaten Pekalongan telah terjadi inflasi yang sangat tinggi yang mencapai 8,32%. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diumumkan Pemerintah per 18 November 2014 dan diikuti oleh kenaikan
komoditas lainnya menjadi penyebab tingginya
inflasi ada tahun 2014 ini. Perbandingan Inflasi Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2010 – 2014
dapat dilihat
dalam tabel di bawah ini : Tabel 3.4 Tingkat Inflasi Kabupaten Pekalongan, Prov. Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2010 – 2014 CAKUPAN WILAYAH Kab. Pekalongan Jawa Tengah Nasional
2010 6,54 6,88 6,96
Tingkat Inflasi (%) 2011 2012 2013 2,65 2,98 8,18 2,68 4,24 7,99 3,79 4,30 8,38
2014 8,32 8,22 8,36
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2014
Grafik 3.1 Tingkat Inflasi Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2010 – 2014
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2014
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.5
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2015 dan 2016 a.
Analisis Kondisi Internal dan Eksternal terhadap Pencapaian Tujuan Pembangunan Daerah Analisis atas kondisi internal (kekuatan dan kelemahan) dan kondisi eksternal (peluang dan ancaman) terhadap pencapaian tujuan pembangunan daerah berdasarkan hasil analisis gambaran umum kondisi daerah, evaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan RKPD sampai tahun 2014, realisasi RPJMD, dan kondisi ekonomi daerah tahun 2014 dan perkiraan tahun 2015 meliputi : 1) Kondisi Internal a) Faktor Kekuatan (strengths) (1)
Faktor Alam Potensi wisata alam seperti pantai, pegunungan dan wisata minat khusus seperti outbound dan arung jeram yang sangat besar di Kabupaten Pekalongan.
(2)
Aspek Demografi Aspek demografi di Kabupaten Pekalongan cenderung mengalami
pertambahan
pada
setiap
tahunnya.
Dengan
didukung oleh sumber daya manusia usia angkatan kerja yang cukup besar maka diharapkan menjadi kekuatan untuk menggerakkan roda perekonomian pembangunan Kabupaten Pekalongan. (3)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Kabupaten Pekalongan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan demikian tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Pekalongan semakin baik yang dapat menjadi modal untuk menumbuhkan perekonomian.
(4)
Iklim Investasi Investasi di Kabupaten Pekalongan cenderung sangat stabil. Hal ini didukung oleh ketersediaan sumber daya buatan (infrastruktur) yang
memadai dan iklim
keamanan dan
ketertiban di Kabupaten Pekalongan yang relatif kondusif menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. b)
Faktor kelemahan (weaknesses) (1)
Faktor Alam Potensi wiata alam yang sangat besar namun sektor ini belum di eksplor secara maksimal karena belum terbangunnya sinergitas antara keduanya.
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.6
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
(2)
Tingkat Pembangunan yang masih belum merata Tingkat pembangunan di Kabupaten Pekalongan masih banyak terdapat disparitas antar daerah khusunya antar wilayah pedesaan dan perkotaan sehingga terjadi kesenjangan.
(3)
Tingkat Pengangguran Tingkat
Pengangguran
di
Kabupaten
Pekalongan
tergolong masih tinggi meskipun cenderung menurun setiap tahunnya. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah
Kabupaten
Pekalongan
untuk
mampu
menanggulangi tingkat pengangguran terbuka yang terus meningkat tersebut. (4)
Iklim Investasi Investasi di Kabupaten Pekalongan cenderung sangat stabil. Hal ini didukung oleh ketersediaan sumber daya buatan (infrastruktur) yang
memadai dan iklim
keamanan dan
ketertiban di Kabupaten Pekalongan yang relatif kondusif menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. 2)
Kondisi Eksternal a) Faktor Peluang (opportunities) (1)
Faktor Alam Potensi alam di Kabupaten Pekalongan dengan keadaan Iklim
yang
sejuk,
pemandangan
alam
yang
indah
dan
kesuburan tanah menjadi modal dasar pengembangan yang mendorong keunggulan sektor pariwisata. (2)
Aspek Geografis Aspek geografis Kabupaten Pekalongan yang terletak di sepanjang Jalan Nasional menghubungkan Jalan Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah menjadi lintasan utama arus penumpang
dan
memberikan
barang
imbas
yang
positif
secara
dalam
tidak
langsung
menggerakkan
roda
perekonomian Kabupaten Pekalongan. (3)
Iklim Investasi Investasi Kabupaten Pekalongan cenderung meningkat setiap tahunnya sehingga menarik banyak investor untuk menanamkan modalnya. Semakin besar nilai investasi yang ditanamkan semakin meningkat pula kondisi perekonomian.. Hal
ini
yang
membuat
iklim
investasi
di
Kabupaten
Pekalongan sangat menguntungkan.
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.7
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
(4)
Ekonomi Pasar Ekonomi pasar Kabupaten Pekalongan menjadi bagian terpenting bagi perekonomian Indonesia. Di antara ciri dari ekonomi pasar adalah adanya keterbukaan bagi semua pelaku pasar untuk terlibat di dalamnya. Hal ini merupakan potensi Kabupaten Pekalongan untuk menyiapkan dan mendukung para pelaku ekonomi untuk memasuki ekonomi pasar itu, sehingga
keberadaannya
membawa
manfaat
untuk
masyarakat Kabupaten Pekalongan. b) Faktor Ancaman (threats) (1)
Ekonomi Pasar Global Ekonomi pasar global menjadi ancaman yang serius bagi
pelaku
ekonomi
di
Kabupaten
Pekalongan
sebab
persaingan akan semakin tajam, sementara daya saing produk lokal masih belum kuat dan tidak ada kesiapan SDM serta infrastrukrur pendukung yang memadai. Rencana penerapan pasar tunggal Asean tahun 2015 (Asean Economic Community) dimana persaingan produk antar negara Asean akan semakin ketat termasuk produk-produk Kabupaten Pekalongan. (2)
Perubahan Iklim Perubahan iklim akibat pengaruh pemanasan global memberikan multiplier effect pada dunia. Kecenderungan perubahan iklim yang tidak menentu mengganggu pola tanam para petani, sehingga mengganggu kerja para petani dan mengakibatkan kerugian finansial.
(3)
Tingkat Kerusakan Lingkungan dan Bencana Alam Kabupaten Pekalongan termasuk bagian dari jalur yang rawan bencana alam, karena kedudukan sebagian wilayah Kabupaten
Pekalongan
yang
merupakan
dataran
tinggi
menjadikan rawan terhadap bencana tanah longsor. Bencana alam sebagai akibat dari adanya kerusakan lingkungan, ketidakseimbangan alam, polusi, penurunan daya dukung alam, isu pemanasan global, permasalahan bencana alam, dan berbagai permasalahan lain yang terkait dengan space of life.
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.8
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
b. Identifikasi Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2015 dan 2016 Berdasarkan kondisi dan perkembangan perekonomian Kabupaten Pekalongan serta mempertimbangkan kondisi lingkungan internal dan eksternal, maka tantangan dan prospek perekonomian daerah yang dihadapi pada Tahun 2015 dan 2016 adalah sebagai berikut : 1)
Tantangan Diperkirakan perekonomian Kabupaten Pekalongan masih akan dihadapkan pada sejumlah tantangan akibat pengaruh dari dinamika internal maupun lingkungan perekonomian global yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Beragam tantangan dimaksud perlu disikapi secara arif dan komprehensif serta dengan langkahlangkah yang lebih nyata. Tantangan dimaksud antara lain masih mencakup : a)
Percepatan
pertumbuhan
ekonomi
akan
terus
diupayakan
dengan mengembangkan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dominan. Pertumbuhan ekonomi dengan percepatan yang lebih tinggi,
terjaganya
stabilitas
ekonomi
makro,
dan
dengan
pembenahan yang sungguh-sungguh pada sektor riil, diharapkan akan dapat mendorong peningkatan investasi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dengan fokus utama untuk menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Dalam hal ini
diperlukan
strategi
kebijakan
yang
tepat
dengan
menempatkan prioritas pengembangan pada sektor-sektor yang mempunyai
efek
pengganda
tinggi
dalam
menciptakan
kesempatan kerja. b)
Menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif. Ini adalah tantangan cukup besar bagi pemerintah dewasa ini mengingat investasi merupakan salah satu penggerak kegiatan ekonomi daerah. Komitmen perbaikan iklim investasi tersebut telah dilakukan pemerintah dengan mengadakan perbaikan di bidang peraturan
perundang-undangan,
pelayanan,
dan
penyederhanaan prosedur termasuk penyederhanaan birokrasi. c)
Menyediakan infrastruktur yang cukup dan berkualitas. Hal ini merupakan prasyarat agar dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai akan menjadi kendala bagi masuknya investasi. Selain itu infrastruktur sangat dibutuhkan karena mendukung pembangunan
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
tercapainya ekonomi
pertumbuhan yang
ekonomi
berkelanjutan.
dan
Infrastruktur
III.9
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
tersebut dapat menyokong banyak aspek ekonomi dan kegiatan sosial. d)
Berakhirnya masa pembangunan Millenium Development goals (MDG’s) pada akhir 2015 dan adanya tantangan persaingan untuk meraih peluang memasuki bentuk integrasi ekonomi ASEAN yaitu Asean Economic Communiy (AEC)/ Masyarakat Ekonomi Asean (MEA);
e)
Persaingan
global
dan
membanjirnya
produk
impor
yang
menghambat dan melemahkan pasar lokal dan daya saing daerah; f)
Sumber Daya Alam (SDA) yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat sehingga tidak adanya added values terhadap barang tersebut;
g)
Kondisi alam dan lingkungan yang tidak menentu akibat pemanasan global sehingga sulit diprediksi yang berpengaruh pada usaha pertanian;
h) Kurikulum pendidikan baru yang belum sepenuhnya diterapkan sehingga kualitas pendidikan masih perlu ditingkatkan. i)
Ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana kesehatan yang belum memadai.
j)
Peningkatan
peranan
perempuan
diberbagai
bidang
pembangunan dan kemasyarakatan. k)
Bencana alam sebagai akibat dari adanya kerusakan lingkungan, ketidakseimbangan alam dan permasalahan lain yang terkait dengan space of life.
l)
Meningkatkan
partisipasi
swasta
melalui
kemitraan
antara
pemerintah, masyarakat dan swasta (public-private partnership). Tantangan ini menjadi cukup penting karena terbatasnya sumber daya pemerintah dalam pembiayaan pembangunan, terutama terkait dengan efisiensi pembiayaan investasi dan penyediaan infrastruktur yang bervariasi dan berkualitas. m) Membangun landasan yang lebih kuat untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan daerah tidak lagi dapat didasarkan pada pembangunan ekonomi semata, tetapi harus
didasarkan
pada
pembangunan
yang
berkelanjutan
dengan memnuhi kriteria ekonomis, bermanfaat secara sosial, didukung
oleh
kelembagaan
yang
memadai,
dan
menjaga
kelestarian lingkungan hidup
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.10
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
2)
Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2015 dan 2016 : Adanya pembiayaan
situasi
keterbatasan
pembangunan
perekonomian
daerah.
daerah
keuangan berimplikasi
Pemerintah
daerah
negara luas
dituntut
dalam
terhadap mampu
meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan keuangan daerah. Berkaitan dengan kondisi yang digambarkan diatas serta mendasarkan pada kondisi perekonomian yang ada serta tantangan yang dihadapi pada masa mendatang maka usaha-usaha yang harus dilakukan dalam pemantapan ekonomi daerah adalah : pertama, menciptakan kondisi ketenteraman
dan
kewenangan yang pelayanan
ketertiban dimiliki oleh
perijinan
perekonomian yang pertumbuhan
dan
usaha.
yang
kondusif
daerah.
Ketiga,
cukup dan distribusi
sesuai
Kedua,
menyediakan
berkualitas ekonomi
dengan
meningkatkan infrastruktur
untuk menunjang daerah.
Keempat,
pemberdayaan ekonomi UMKM dan masyarakat miskin dengan meningkatkan koordinasi berbagai institusi melalui jaringan sistem keuangan mikro. Kelima, memperbaiki modal sosial khususnya etos kerja dalam rangka peningkatan produktivitas kerja.
Keenam,
efisiensi alokasi sumber daya dan dana dalam perekonomian daerah. Berdasarkan kondisi riil perekonomian daerah tahun 2013 dan perkiraan tahun 2014, maka prospek perekonomian pada Tahun 2015 – 2016 adalah sebagai berikut : a)
Pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan akan terus menguat sebesar 5,77% dan pada Tahun 2015 mampu tumbuh 5,85%, serta untuk target tahun 2016 sebesar 6,00%.
b)
Inflasi pada tahun 2014 diperkirakan pada kisaran angka dua digit yaitu sebesar 8,32%, dan pada tahun Tahun 2015 diharapkan turun menjadi kisaran 6,50 – 7,00% serta target pada tahun 2016 menjadi sebesar 5,00%.
c)
Mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas pertanian, kelautan dan perikanan dalam arti yang seluas – luasnya serta optimalisasi potensi pariwisata dan sumberdaya alam dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.
d)
Mengembangkan hubungan antar daerah, pemerintah provinsi dan pusat, serta kekuatan-kekuatan ekonomi dalam rangka peningkatan investasi daerah.
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.11
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
e)
Meningkatkan
daya
saing
daerah
dengan
peningkatan
ketersediaan infrastruktur termasuk merehabilitasi sarana dan prasarana pendukung perekonomian perdesaan, sektor agribisnis dan agroindustri. f)
Memacu laju pertumbuhan ekonomi secara optimal agar mampu mengurangi
kemiskinan
dan
pengangguran.
Kualitas
laju
pertumbuhan ekonomi tersebut harus berupa kemampuan untuk mendukung penurunan jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan dan peningkatan pendapatan daerah. g)
Meningkatkan kualitas pelayanan publik berupa pemantapan reformasi birokrasi dan pelayanan dasar berupa kemampuan masyarakat
dalam
mengakses
pelayanan
pendidikan
dan
kesehatan yang berkelanjutan. Sesuai dengan perkembangan kondisi perekonomian di Kabupaten Pekalongan tahun 2014 dan perkiraan tahun 2016 dan 2016, maka kebijakan ekonomi daerah tetap diarahkan dan diupayakan dengan cara-cara: (1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (2) menekan laju inflasi agar tidak melebihi
satu
digit,
(3)
menekan
laju
pertumbuhan
penduduk.
Agar
pertumbuhan perekonomian daerah berjalan pada jalur yang benar perlu dijaga terciptanya kondisi keuangan yang mantap, yaitu dengan mengupayakan terciptanya pelaksanaan pembangunan yang aman secara politis dan layak secara ekonomis. Melihat perkembangan perekonomian Kabupaten Pekalongan selama lima tahun terakhir dan proyeksi perekonomian tahun 2015, perekonomian Kabupaten
Pekalongan
pada
Tahun
2016
dan
tahun-tahun
berikutnya
diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif, maka kebijakan ekonomi Kabupaten Pekalongan tahun 2016 diarahkan pada akselerasi atau percepatan pertumbuhan ekonomi melalui berbagai upaya pembangunan yang melibatkan
masyarakat
dan
dunia
usaha
serta
memanfaatkan
program
pembangunan yang berasal dari pemerintah pusat dan provinsi. Untuk menjamin
keberlanjutan
arah
pembangunan,
arah
kebijakan
ekonomi
Kabupaten Pekalongan Tahun 2016 harus sejalan dengan kebijakan ekonomi nasional
dan
provinsi
Tahun
2016.
Arah
pembangunan
perekonomian
diprioritaskan pada sektor yang memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB, juga pada sektor yang memiliki prospek ke depan yang baik serta tahan terhadap gejolak ekonomi. Kebijakan ekonomi daerah Tahun 2016 yang mendasarkan pada perkembangan ekonomi daerah, nasional dan global serta tantangan yang masih akan dihadapi diarahkan pada :
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.12
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
1. Pro Growth : Mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui koordinasi dan efektivitas kebijakan sektor riil. Pemilihan potensi komoditas unggulan sebagai basis pengembangan wilayah merupakan bagian terpenting dalam upaya meningkatkan daya saing daerah. Pemberdayaan ekonomi masyarakat
khususnya
dari
UMKM
akan
terus
dilakukan
termasuk
memberdayakan peranan koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan ini akan dilaksanakan dengan terus melakukan peningkatan sumberdaya manusia dalam hal manajerial maupun teknis untuk mendorong penguatan daya saing produk, fasilitasi kemudahan dalam akses permodalan bagi UMKM, fasilitasi promosi produk-produk industri dan promosi
pariwisata
untuk
mendatangkan
wisatawan
baik
wisatawan
nusantara maupun wisatawan mancanegara; 2. Pro Poor : Mendorong peningkatan pemerataan distribusi pendapatan melalui percepatan
pertumbuhan
ekonomi
di
pedesaan
dan
penciptaan
keseimbangan pembangunan di setiap wilayah. Pengembangan kawasankawasan
khusus
seperti
pengembangan
kawasan
agropolitan,
pengembangan sentra-sentra produksi andalan pada sektor-sektor potensial, percepatan
pembangunan
pertanian
melalui
program
revitalisasi
pembangunan pertanian dan pembangunan perdesaan melalui peningkatan produksi pangan, peningkatan produktivitas pertanian dan pengembangan diversifikasi usaha di perdesaan, pemberdayaan ekonomi rakyat dan memperluas cakupan program pembangunan yang berbasis masyarakat, serta pengembangan produk unggulan (core business daerah). 3. Pro Job : Meningkatkan investasi daerah yang ramah lingkungan dan mampu memperluas kesempatan kerja dan berusaha yang pada gilirannya mampu meningkatkan pendapatan perkapita. Kebijakan yang ditempuh antara lain melalui perbaikan iklim investasi yang kondusif bagi dunia usaha, baik skala usaha kecil, menengah maupun besar. Beberapa langkah yang ditempuh dalam menciptakan iklim investasi dan daya tarik investasi melalui penyediaan pelaksanaan
informasi
potensi
pelayanan
daerah,
terpadu
satu
penyederhanaan atap,
perijinan
membangun
dan
prasarana
penunjang, melindungi kepastian hukum dan penyediaan tenaga kerja di daerah, meningkatkan produktivitas dan akses UMKM pada sumberdaya produktif serta mendorong perkembangan sektor-sektor ekonomi yang memberikan
dampak
multiplier
yang
tinggi
terhadap
pendapatan
masyarakat. 4. Pro Environment : Percepatan pembangunan sarana dan prasarana dilakukan untuk mendukung percepatan pembangunan ekonomi maupun peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Cakupan sarana dan prasarana dasar tersebut diarahkan untuk menyediakan sarana dan prasarana dasar di
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.13
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
bidang kesehatan, pendidikan, sosial ekonomi masyarakat, pekerjaan umum, perhubungan dan irigasi. Selain itu, prasarana yang dibangun juga ditujukan untuk meningkatkan aksesibilitas guna memperlancar aliran investasi dan produksi untuk menciptakan keterkaitan ekonomi antar wilayah dengan tetap memperhatikan aspek berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Untuk
menjamin
keberlanjutan
pertumbuhan
ekonomi
sebagaimana yang diharapkan maka perlu dilakukan perbaikan kualitas lingkungan melalui upaya pemantauan kualitas lingkungan dan rehabilitasi lahan serta penerapan sanksi bagi pelanggar masalah lingkungan.
B. Arah Kebijakan Keuangan Daerah Salah satu aspek dari Pemerintahan Daerah yang harus dilaksanakan adalah masalah pengelolaan keuangan daerah yang dalam wujud konkritnya berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah
(APBD)
merupakan
arahan/pedoman
Rencana
Kerja
Pembangunan Daerah dalam bentuk perencanaan pendanaan dan program kerja untuk periode satu Tahun anggaran. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan pada upaya peningkatan efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas pengelolaan
sumber
daya
keuangan
daerah
sebagai
upaya
mewujudkan
peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Efektivitas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang tertuang dalam RKPD Tahun 2016 sebagai pelaksanaan agenda RPJMD tahun 2011 – 2016 di tahun kelima, tidak terlepas dari kapasitas anggaran yang dapat terkelola oleh pemerintah daerah. Untuk itu, kebutuhan belanja pembangunan daerah akan selalu mempertimbangkan kapasitas fiskal daerah sebagai salah satu
penopang
strategis
dalam
implementasi
RKPD,
yang
akan
selalu
berdampingan dengan sumber-sumber pendanaan non APBD, seperti APBN, Hibah, dana kemitraan swasta, swadaya masyarakat serta kontribusi pelaku usaha melalui Corporate Social Resposibility (CSR). APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran, yang terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah (penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah). Untuk pendapatan daerah bersumber dari : 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-Lain Pendapatan Asli Daerah; 2) Dana Perimbangan terdiri dari Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus; 3) Kelompok-lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi Hibah,
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.14
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak dari Pemerintah Provinsi, dan Dana Bantuan Keuangan dari Provinsi atau pemerintah daerah lainnya. Selanjutnya untuk pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah (DCD), dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Selain dana dari penerimaan daerah tersebut, daerah menerima dana yang bersumber dari Pemerintah Pusat berupa dana dekonsentrasi, dana tugas pembantuan dan urusan bersama, yang dialokasikan untuk menunjang program dan kegiatan pembangunan yang dilakukan berdasarkan prioritas dan bersifat penugasan kepada perangkat daerah. 1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Sesuai
dengan
penyelenggaraan
ketentuan
pemerintahan
telah
perundang-undangan, diatur
sesuai
pendanaan
kewenangan
yang
diserahkan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah tumpang tindih ataupun tidak tersedianya pendanaan pada suatu bidang pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dibiayai dari
APBD,
sedangkan
penyelenggaraan
kewenangan
yang
menjadi
tanggungjawab Pemerintah dibiayai dari APBN, baik kewenangan Pusat yang didekonsentrasikan kepada Gubernur atau dalam rangka tugas pembantuan dan urusan bersama. Berdasarkan pada hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber pendanaan daerah, selanjutnya dirumuskan kebijakan di bidang keuangan daerah yang terdiri dari kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan. Kebijakan-kebijakan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2016. Rencana pendapatan daerah dalam kerangka pendanaan daerah merupakan perkiraan yang terukur, rasional serta memiliki kepastian dasar hukum dalam penerimaannya, dan dengan mencermati berbagai dinamika, khususnya dalam melihat pemanfaatan potensi pendapatan daerah serta realisasi penerimaan tahun sebelumnya maupun dengan proyeksi tahun anggaran 2016, maka proyeksi keuangan daerah dan kerangka pendanaan adalah sebagai berikut : Tabel 3.5 Pendapatan Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2014 – 2016 NO.
URAIAN
a.
PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Asli Daerah Hasil Pajak Daerah
b.
Hasil Retribusi Daerah
1.
2014
2015
2016
APBD-P
APBD
PROYEKSI
213.752.562.969 29.373.911.000
238.975.251.139 30.958.934.500
269.641.845.693 34.956.444.500
23.298.233.222
10.997.381.751
11.407.851.305
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.15
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
NO. c. d. 2. a. b. c. 3. a. b. c. d. e.
URAIAN Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK) Lain-Lain Pendapatan yg Sah Pendapatan Hibah Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya JUMLAH PENDAPATAN
2014
2015
2016
APBD-P
APBD
PROYEKSI
3.559.592.387
4.726.220.609
5.734.835.609
157.520.826.360 919.896.071.622 27.936.121.622
192.292.714.279 956.773.057.622 27.936.121.622
217.542.714.279 988.574.749.514 28.705.392.098
831.579.000.000 60.380.950.000 290.540.806.136 55.870.507.136
862.011.706.000 66.825.230.000 390.773.288.216 1.250.000.000 60.910.102.000
893.044.127.416 66.825.230.000 397.287.899.816 1.250.000.000 67.424.713.600
192.613.916.000
295.655.057.216
295.655.057.216
42.056.383.000
32.958.129.000
32.958.129.000
1.424.189.440.727
1.595.311.114.113
1.655.504.495.023
Sumber : DPPKD Kabupaten Pekalongan, 2015
2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal meningkatkan peran
dan
tanggung
jawab
pemerintah
daerah
dalam
mengelola
pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, konsekuensinya tugas dan tanggung jawab daerah semakin besar. Pendapatan daerah yang terus meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun, baik melalui transfer dana dari Pusat maupun penyerahan kewenangan pajak daerah dan retribusi daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang harus benar-benar dimanfaatkan dan digunakan untuk mencapai terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, sudah seharusnya pemerintah daerah perlu menerapkan kebijakan keuangan yang dapat mendorong peningkatan kualitas belanja daerah (quatity of spending) dan benar-benar dimanfaatkan untuk program dan kegiatan yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan pembangunan. Berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006, APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran, yang terdiri atas pendapatan daerah,
belanja
daerah
dan
pembiayaan
daerah
(penerimaan
dan
pengeluaran pembiayaan daerah).
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.16
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
Untuk itu Kebijakan Keuangan Daerah harus dirumuskan secara tepat dan akurat berdasarkan hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber pendanaan daerah dan selanjutnya dirumuskan kebijakan di bidang keuangan daerah yang terdiri dari kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Kebijakan-kebijakan
dimaksudkan
untuk
meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2016. a.
Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Sejalan
dengan
proses
dan
mekanisme
perencanaan
pembangunan daerah baik perencanaan tahunan, jangka menengah, maupun jangka panjang, aspek keuangan daerah merupakan bagian yang menjadi pertimbangan pokok dalam perencanaan. Hal tersebut berkaitan erat dengan penetapan rencana program / kegiatan yang akan ditetapkan sebagai prioritas untuk dilaksanakan pada setiap tahun anggaran. Daya dukung aspek keuangan daerah sangat berpengaruh penting
terhadap
probabilitas
maupun
prospek
keberhasilan
pelaksanaan program / kegiatan yang ditetapkan. Oleh karenanya pendapatan daerah khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjadi tolok ukur dalam menetapkan tingkat kemampuan fiskal daerah. Penyediaan anggaran daerah setiap tahunnya atau pembiayaan mandiri (Self Financing) diharapkan semakin meningkat sehingga tingkat ketergantungan terhadap dana perimbangan semakin tahun akan semakin
berkurang.
Peningkatan
kemandirian
dalam
penyediaan
anggaran daerah merupakan kebijakan dalam perencanaan pendapatan daerah. Rencana pendapatan daerah yang akan dituangkan dalam RKPD merupakan perkiraan yang terukur, rasional, serta memiliki kepastian dasar hukum penerimaannya. Sejalan
dengan
proses
dan
mekanisme
perencanaan
pembangunan daerah baik perencanaan tahunan, jangka menengah, maupun jangka panjang, aspek keuangan daerah merupakan bagian yang menjadi pertimbangan pokok dalam perencanaan. Hal tersebut berkaitan erat dengan penetapan rencana program / kegiatan yang akan ditetapkan sebagai prioritas untuk dilaksanakan pada setiap tahun anggaran. Daya dukung aspek keuangan daerah sangat berpengaruh penting
terhadap
probabilitas
maupun
prospek
keberhasilan
pelaksanaan program / kegiatan yang ditetapkan. Oleh karenanya pendapatan daerah ‐ khususnya konteks pendapatan asli daerah (sendiri) ‐ menjadi tolok ukur dalam menetapkan tingkat kemampuan fiskal daerah.
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.17
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
Kebijakan anggaran pendapatan tahun 2016 sebagaimana telah digariskan dalam RPJMD Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 – 2016 diarahkan
pada
upaya
peningkatan
intensifikasi
sumber-sumber
pendapatan asli daerah khususnya pajak dan retribusi serta percepatan intensifikasi sumber-sumber pendapatan asli daerah melalui optimalisasi BUMD. Adapun kebijakan pendapatan daerah pada tahun 2016 adalah sebagai berikut : 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah adalah Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain PAD yang sah. Kebijakan peningkatan pendapatan khususnya Pendapatan Asli Daerah tahun 2016 diarahkan pada penggalian sumber-sumber pendapatan pada sektor pajak dan retribusi daerah baik melalui intensifikasi
maupun
ekstensifikasi
secara
selektif
dan
tidak
berpotensi menghambat akselerasi perkembangan aktivitas ekonomi. Oleh karena itu hendaknya agar tidak menetapkan kebijakan yang memberatkan dunia usaha dan masyarakat. Pendapatan
daerah
yang
dianggarkan
dalam
APBD
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian
serta
dasar
hukum
penerimaannya.
Penganggaran
pendapatan daerah yang bersumber dari PAD memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a)
Semua pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto, yaitu jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi
dengan
belanja
yang
digunakan
dalam
rangka
menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah dalam rangka bagi hasil. b)
Pendapatan BLUD diasumsikan sesuai Rencana Bisnis Anggaran dan dikelola langsung oleh BLUD untuk membiayai pengeluaran BLUD sesuai Rencana Bisnis Anggaran, kecuali hibah terikat diperlakukan sesuai peruntukkannya.
c)
Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.18
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
d)
Dalam penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah, agar memperhatikan potensi pajak daerah dan retribusi daerah yang ada.
e)
Hasil
pengelolaan
kekayaan
daerah
yang
dipisahkan
atas
penyertaan modal atau investasi daerah lainnya, harus rasional dengan
memperhitungkan
nilai
kekayaan
daerah
yang
dipisahkan, sesuai dengan tujuan penyertaan modal dimaksud. Pengertian hasil yang rasional dalam konteks hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan : (1) Bagi
perusahaan
daerah
yang
menjalankan
fungsi
pemupukan laba (profit oriented) adalah selain menjamin kelangsungan
dan
pengembangan
menghasilkan
keuntungan
atau
usaha,
juga
mampu
dalam
rangka
menjalankan
fungsi
deviden
meningkatkan PAD; dan (2) Bagi
perusahaan
daerah
yang
kemanfaatan umum (public service oriented) adalah mampu menjamin kelangsungan dan pengembangan usaha. f)
Penerimaan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah satu bentuk investasi jangka panjang non permanen, dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-lain PAD Yang Sah, obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir, rincian obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dari Kelompok Masyarakat Penerima.
g)
Penerimaan
bunga
atau
jasa
giro
dari
dana
cadangan,
dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis LainLain PAD Yang Sah, obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan sesuai peruntukannya. h) Untuk meningkatkan PAD, Pemerintah Kabupaten Pekalongan dapat memanfaatkan dana idle (yang belum digunakan) melalui jasa perbankan sepanjang tidak mengganggu aliran kas dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 2) Dana Perimbangan Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah utamanya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.19
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
baik. Dana Perimbangan terdiri dari Dana bagi Hasil (DBH), Dana alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Besaran alokasi dana perimbangan tersebut merupakan kebijakan pemerintah pusat dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena masing-masing jenis dana saling mengisi dan melengkapi,
sehingga
kebijakan
pembangunan
daerah
melalui
pendanaan ini tetap diarahkan untuk mendukung program/kegiatan prioritas
nasional
dan
menjaga
konsistensi
serta
kontinuitas
pelaksanaan desentralisasi fiskal untuk penyelenggaraan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan dana yang bersumber dari pajak penghasilan dan sumber daya alam (kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, gas dan panas bumi). DBH dialokasikan untuk mengatasi masalah ketimpangan vertikal antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam hal kemampuan
keuangan
(kapasitas
fiskal).
Setiap
daerah
perlu
mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber penerimaan DBH disertai dengan peningkatan efektivitas penggunaan dana tersebut. Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang formula dan mekanisme pengalokasiannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan. Penentuan besar dana yang
mencakup
kebutuhan
fiskal
daerah
dalam
rangka
melaksanakan fungsi dasar layanan umum, harus mengacu pada tujuan
desentralisasi
dan
otonomi
daerah
itu
sendiri
yaitu
mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang merata di daerah. Sedangkan arah kebijakan DAU menekankan pada penyempurnaan mekanisme penetapannya agar mengurangi porsi/unsur belanja pegawai sehingga tidak memicu inefisiensi pegawai pemerintah daerah ataupun memicu pendirian daerah otonom baru. Proxy variables
dalam
penghitungan
’kebutuhan
fiskal’
terus
disempurnakan agar semakin mendekati kebutuhan pelayanan minimal (kesehatan, pendidikan) dan belanja infrastruktur sehingga menimbulkan multiplier effect yang signifikan. Arah kebijakan DAU adalah
penyempurnaan
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
formula
alokasi
melalui
mekanisme
III.20
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
peningkatan koordinasi antar instansi terkait, peningkatan akurasi basis penghitungan, serta akuntabilitas pengguna dana DAU. Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a)
Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak yang terdiri atas DBH-Pajak
Bumi
dan
Bangunan
(DBH-PBB)
selain
PBB
Perkotaan dan Perdesaan, DBH-Pajak Penghasilan (DBH-PPh) dan DBH-Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) dialokasikan sesuai Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Sementara DBHPajak Tahun Anggaran 2016. b)
Penganggaran Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA), yang terdiri dari DBH-Kehutanan, DBH-Pertambangan Umum, DBH-Perikanan, DBH-Minyak dan Gas Bumi, DBH-Panas Bumi dialokasikan sesuai Peraturan Menteri Keuangan mengenai Perkiraan Alokasi DBH-SDA Tahun Anggaran 2016.
c)
Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan sesuai Peraturan Presiden mengenai Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota Tahun Anggaran 2016.
d)
Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) dianggarkan sesuai Peraturan
Menteri
Keuangan
tentang
Alokasi
DAK
Tahun
Anggaran 2016. 3) Lain-lain Pendapatan yang Sah Kelompok lain-lain Pendapatan yang Sah menurut jenis pendapatannya terdiri dari : a)
Hibah yang berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/organisasi
swasta
dalam
negeri,
kelompok
masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat; b)
Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana alam;
c)
Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi kepada Kabupaten/Kota;
d)
Dana Penyesuaian, Dana Transfer, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Insentif Daerah (DID), yang ditetapkan oleh pemerintah;
e)
Bantuan Keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya. Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-
Lain Pendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.21
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
a)
Penganggaran
Dana
dialokasikan mengenai
Bantuan
Operasional
sesuai
dengan
Peraturan
Pedoman
Umum
dan
Sekolah
Menteri
Alokasi
Dana
(BOS)
Keuangan Bantuan
Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2016. b)
Penganggaran Dana Otonomi Khusus dialokasikan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2016.
c)
Penganggaran Dana Penyesuaian lainnya dan Dana Transfer lainnya dialokasikan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Penyesuaian lainnya dan Dana Transfer lainnya Tahun Anggaran 2016.
d)
Penganggaran pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak Daerah yang diterima dari pemerintah provinsi didasarkan pada alokasi belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dari pemerintah provinsi Tahun Anggaran 2016.
e)
Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus yang diterima dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dianggarkan dalam APBD Kabupaten Pekalongan, sepanjang sudah dianggarkan dalam APBD Provinsi Jawa Tengah.
f)
Penganggaran penerimaan hibah yang bersumber dari APBN, pemerintah daerah lainnya atau pihak ketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri/luar negeri, kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidak mengikat dan tidak mempunyai
konsekuensi
pengeluaran
atau
pengurangan
kewajiban pihak ketiga atau pemberi hibah, dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian penerimaan dimaksud. g)
Dalam hal pemerintah daerah memperoleh dana darurat dari APBN dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan Dana Darurat.
b. Arah Kebijakan Belanja Daerah Komposisi Belanja Daerah terdiri dari Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Belanja tidak langsung meliputi belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa,
belanja
bantuan
keuangan
kepada
pemerintah
provinsi,
kabupaten/kota dan pemerintahan desa serta belanja tidak terduga.
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.22
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
Sedangkan Belanja langsung terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal. Belanja daerah harus digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang diarahkan pada peningkatan kemampuan penyelenggaraan
pelayanan
publik
(merujuk
pada
prinsip
good
governance) yang didasarkan pada pola kinerja merit system agar mampu mencerminkan pembiayaan yang dikeluarkan setara dengan kinerja dan keluaran yang dihasilkan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk percepatan
penanggulangan
kemiskinan,
pelaksanaan
e-goverment,
penanganan PMKS, peningkatan kualitas pelayanan dasar (pendidikan dan
kesehatan);
lingkungan,
peningkatan
peningkatan
investasi,
produktivitas
pengurangan
kerusakan
pertanian,
perikanan,
peternakan, perkebunan dan kehutanan serta destinasi pariwisata. Pelaksanaan urusan wajib dimaksud berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan. Pemerintah daerah menetapkan target capaian kinerja setiap belanja, baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun program dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensi
penggunaan
anggaran.
Program
dan
kegiatan
harus
memberikan informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan target kinerjanya. Prinsip kebijakan perencanaan belanja
daerah disesuaikan
dengan kekuatan keuangan yang dimiliki. Pada Tahun 2016 belanja di Kabupaten Pekalongan disusun dengan pendekatan anggaran berbasis kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang telah direncanakan. Adapun arah kebijakan belanja antara lain : 1) Belanja Tidak Langsung Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan. Belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan keuangan, bantuan sosial dan belanja tidak terduga. Belanja Tidak Langsung
direncanakan
seefisien
mungkin
guna
mencukupi
kebutuhan riil penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan umum
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.23
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
kepada masyarakat. Selanjutnya berkaitan dengan kebijakan pada masing ‐ masing jenis belanja pada Belanja Tidak Langsung dapat diuraikan sebagai berikut : a)
Belanja Pegawai Penganggaran belanja pegawai memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Besarnya penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan
PNSD
disesuaikan
perundang-undangan serta
dengan
ketentuan
peraturan
dengan memperhatikan rencana
kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji ketiga belas; (2) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan Calon PNSD sesuai formasi pegawai tahun 2016; (3) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai
dengan
memperhitungkan
acress
yang
besarnya
maksimum 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan; (4) Penyediaan dana penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD yang dibebankan pada APBD dengan berpedoman pada UndangUndang 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang
Nomor
24
Tahun
2011
tentang
Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Terkait dengan hal tersebut, penyediaan anggaran untuk pengembangan cakupan jaminan kesehatan bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD di luar cakupan jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS, tidak diperkenankan dianggarkan dalam APBD, kecuali ditentukan lain berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
(5)
Penganggaran
penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan kematian bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD dibebankan pada APBD dengan berpedoman pada
Undang-Undang
Pemerintah
Nomor
84
Nomor
24
Tahun
Tahun 2013
2011,
tentang
Peraturan Perubahan
Kesembilan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2013 tentang
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.24
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
Penahapan
Kepesertaan
Penganggaran
Program
Tambahan
memperhatikan
Jaminan
Penghasilan
kemampuan
keuangan
Sosial;
(6)
PNSD
harus
daerah
dengan
persetujuan DPRD sesuai amanat Pasal 63 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005. Kebijakan dan penentuan kriterianya ditetapkan terlebih dahulu dengan peraturan kepala daerah sebagaimana diatur Pasal 39 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; (7) Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan
Pemanfaatan
Insentif
Pemungutan
Pajak
Daerah
dan
Retribusi Daerah; (8) Dalam hal tunjangan profesi guru PNSD dan dana tambahan penghasilan guru PNSD dianggarkan dalam APBN melalui dana transfer ke daerah, dianggarkan dalam APBD pada jenis belanja pegawai, dan diuraikan kedalam obyek dan rincian obyek belanja sesuai dengan kode rekening berkenaan; (9) Penganggaran belanja gaji dan tunjangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah serta biaya penunjang operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah
Nomor
Keuangan Kepala
109
Tahun
2000
tentang
Daerah dan Wakil Kepala
Kedudukan Daerah;
(10)
Penganggaran belanja Pimpinan dan Anggota DPRD berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 beserta perubahan-perubahannya sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2007. b)
Belanja Hibah dan Bantuan Sosial Dalam
penganggaran
belanja
hibah
dan
bantuan
sosial
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial disesuaikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan
Sosial;
(2)
Hibah
diberikan
dalam
bentuk
uang/barang atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.25
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
kemasyarakatan,
yang
secara
spesifik
telah
ditetapkan
peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah; (3) Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah daerah
kepada
individu,
keluarga,
kelompok
dan/atau
masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas anggaran
daerah,
penganggaran
untuk
belanja
hibah
memperhatikan asas manfaat, keadilan dan kepatutan, mulai dari landasan pertimbangan pemberian, penggunaan sampai pengawasan. c)
Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kab./Kota dan Pemerintah Desa Sesuai ketentuan Pasal 72 ayat (1) huruf c dan ayat (3) Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka mulai tahun anggaran 2015 ketentuan alokasi belanja bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kepada pemerintah desa adalah minimal sebesar 10%
dari proyeksi penerimaan pajak daerah dan
retribusi daerah. d)
Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kab./Kota dan Pemerintah Desa serta Partai Politik Pemerintah daerah menganggarkan bantuan keuangan untuk desa secara proporsional dalam rangka menunjang fungsi-fungsi penyelenggaraan
pemerintahan
dan
untuk
percepatan
pembangunan desa sesuai kemampuan keuangan daerah, dan sesuai dengan ketentuan Pasal 72 ayat (4) dan ayat (6) UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka mulai tahun anggaran
2015
Pemerintah
Kabupaten
Pekalongan
menganggarkan alokasi dana desa sebesar minimal 10% dari dana perimbangan yang diterima kabupaten setelah dikurangi DAK. e)
Belanja Tidak Terduga Belanja tidak terduga dianggarkan untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang yang tidak diperkirakan
sebelumnya,
termasuk
pengembalian
atas
kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah
ditutup.
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
Adapun
kriteria
tidak
biasa
sebagaimana
III.26
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
dimaksud adalah sebagai berikut : (1) Tanggap darurat dalam rangka pencegahan ganguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat di daerah; (2) Bencana Alam; dan (3) Bencana Sosial. Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2014. 2) Belanja Langsung Kebijakan pengalokasian belanja langsung memperhatikan kegiatan rutin SKPD sebagai belanja operasional, kegiatan yang memiliki ketentuan peraturan perundang-undangan yang harus dilaksanakan, serta kegiatan yang mendukung program visi dan misi Bupati Pekalongan sesuai RPJMD Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 – 2016 yang telah diselaraskan dengan program nasional dan provinsi serta kegiatan yang bersifat mendesak, dengan tetap memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Efisiensi Belanja Langsung rutin yang meliputi belanja pemanfaatan listrik, air, telepon, pemeliharaan gedung kantor/kendaraan dinas/ prasarana kantor dan perjalanan dinas serta efisiensi pengadaan sarana dan prasarana kantor; dan (2) Mempertahankan alokasi belanja pendidikan sebesar 20%. c.
Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Penerimaan
pembiayaan
merupakan
pembiayaan
yang
disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun berikutnya. Penerimanaan Pembiayaan terdiri dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA), Pencairan Dana Cadangan, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan,
Penerimaan
Pinjaman
Daerah,
Penerimaan
Kembali
Pemberian Pinjaman dan Penerimaan Piutang Daerah. Kebijakan
umum
dalam
pembiayaan
daerah
terdiri
dari
kebijakan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan diarahkan pada : 1)
Penyertaan modal dan pemenuhan kewajiban (hutang daerah).
2)
Penetapan SILPA harus berdasarkan pada perhitungan yang cermat dan rasional serta diupayakan semakin menurun seiring dengan semakin efektifnya penggunaan anggaran.
3)
SILPA tahun berjalan positif dapat dipergunakan untuk penambahan program dan kegiatan prioritas yang dibutuhkan, volume program dan
kegiatan
yang
telah
dianggarkan,
dan/atau
pengeluaran
pembiayaan.
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.27
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
4)
SILPA dapat untuk menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada realisasi belanja.
Kebijakan keuangan daerah yang didukung dengan kebijakan keuangan negara serta kebijakan keuangan provinsi, baik yang tertuang dalam APBD Kabupaten Pekalongan, APBD Provinsi Jawa Tengah maupun APBN adalah untuk mendukung tercapainya target dan sasaran perencanaan pembangunan Kabupaten
Pekalongan
sebagai
upaya
untuk
mewujudkan
masyarakat
Kabupaten Pekalongan yang sejahtera dan bermartabat berbasis pada kearifan lokal.
RKPD Kabupaten Pekalongan Tahun 2016
III.28