Qawwãm• Volume
8 Nomor 1, 2014
TRAINING OF TRAINER (TOT) BUDAYA HIDUP SEHAT BERBASIS AGAMA PADA KOMUNITAS PEREMPUAN DI DESA SELEBUNG KETANGGA KECAMATAN KERUAK KABUPATEN LOMBOK TIMUR Kadri1 Fawaizul Umam2 Abstrak: Persoalam kesehatan menjadi salah satu dari sekian permasalahan yang harus dibenahi oleh pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Aspek kesehatan menjadi satu dari tiga indikator penting Indeks Pembangunan Manusia (IPM). penduduk Lombok Timur mencapai 24,36% dari jumlah penduduk NTB, dengan rincian jumlah penduduk 1.141.092 jiwa yang terdiri dari jumlah lakilaki 530.997 jiwa dan perempuan 610.095 jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan yang melebihi jumlah penduduk laki-laki. Namun sayang jumlah yang banyak tidak berkontribusi bagi kualitas hidup masyarakat, tetapi justru menjadi penyumbang persoalan yang menurunkan nilai IPM NTB. Beberapa persoalan perempuan diantaranya: (1) ibu-ibu rumah tangga masih tergantung pada suami karena kurang percaya diri dalam mengambil suatu keputusan; (2) rendahnya vokasional skill; (3) rentan terjadi KDRT; (4) angka perceraian dan poligami tinggi; (5) banyaknya pernikahan dini; (6) belum adanya kelompok-kelompok yang mengakomodir kaum perempuan menganggur; (7) belum adanya pembinaan dan pembimbingan bagi remaja putri; (8) banyaknya janda produktif tidak memiliki life skill, beban hidup/tanggung jawab ekonomi secara mandiri. Perempuan adalah sumber pertama pendidikan generasi. Bila kesehatan, ekonomi, dan pendidikan mereka (perempuan) tidak diberdayakan, maka kita telah meletakkan dasar yang lemah bagi pendidikan generasi ke depan. Dalam konteks inilah, pelaksanaan TOT Budaya Hidup Sehat Berbasis Agama bagi Komunitas Perempuan menjadi penting untuk dilakukan. Pelatihan ini akan mengkolaborasikan antara materi kesehatan dengan materi keagamaan yang terkait dengan bidang kesehatan. Namun materi keagamaan tetap menjadi prioritas. Kata Kunci : Hidup Sehat Berbasis Agama, Komunitas Perempuan. 1 2
Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram Dosen Penulis adalah Tetap Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
121
Kadri dan Fawaizul Umam
PENDAHULUAN Isu dan Fokus Pengabdian Persoalam kesehatan menjadi salah satu dari sekian permasalahan yang harus dibenahi oleh pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Aspek kesehatan adalah menjadi satu dari tiga indikator penting Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dalam rilis tingkat IPM nasional tahun 2011, NTB berada pada posisi 30 dari 32 provinsi yang ada di Indonesia. Nilai NTB anjlok pada aspek kesehatan, terutama pada masih tingginya angka kematian ibu melahirkan. Lombok Timur adalah penyumbang persoalan kesehatan yang tertinggi bila dilihat dari jumlah penduduk kabupaten Lombok Timur yang melebihi jumlah penduduk kabupaten lain yang ada di NTB. Berdasarkan data BPS NTB tahun 2012, penduduk Lombok Timur mencapai 24,36% dari jumlah penduduk NTB, dengan rincian jumlah penduduk 1.141.092 jiwa yang terdiri dari jumlah laki-laki 530.997 jiwa dan perempuan 610.095 jiwa. Data di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan yang melebihi jumlah penduduk laki-laki. Namun sayang jumlah yang banyak tidak berkontribusi bagi kualitas hidup masyarakat, tetapi justru menjadi penyumbang persoalan yang menurunkan nilai IPM NTB. Bila ditelusuri secara komprehensif, akan ditemukan kompleksitas persoalan perempuan di luar permasalahan kesehatan, seperti pendidikan dan ekonomi. Di kecamatan Keruak misalnya, ditemukan beragam persoalan yang dihadapi perempuan di kecamatan yang berada di wilayah Selatan Lombok Timur tersebut. Hasil riset Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (BPPAUDNI) Regional V Mataram menunjukkan bahwa di kecamatan Jerowaru dan sekitarnya ditemukan beberapa persoalan perempuan diantaranya: (1) banyak ibu-ibu rumah tangga yang terlalu tergantung pada suami dikarenakan kurangnya kepercayaan diri dalam mengambil suatu keputusan atau menentukan sikap; (2) rendahnya vokasional skill; (3) rentan terjadi KDRT; (4) angka perceraian dan poligami tinggi; (5) banyaknya pernikahan dini; (6) belum adanya kelompok-kelompok yang mengakomodir kaum perempuan menganggur; (7) belum adanya pembinaan dan pembimbingan bagi remaja putri; (8) banyaknya janda produktif tidak memiliki life skill, beban hidup/tanggung jawab ekonomi secara mandiri. Data di atas sangat memprihatinkan sekaligus menjadi sinyal ancaman bagi masa depan generasi yang lebih baik. Eksistensi perempuan yang strategis bagi perkembangan generasi membuat persoalan tersebut segera dicarikan jalan keluarnya. Perempuan adalah sumber pertama pendidikan generasi. Bila kesehatan, ekonomi, dan pendidikan mereka (perempuan) tidak diberdayakan, maka kita telah meletakkan dasar yang lemah bagi pendidikan generasi ke depan. 122
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
Qawwãm• Volume
8 Nomor 1, 2014
Lebih memprihatinkan lagi bila kita mengetahui bahwa seluruh perempuan yang berada dalam posisi marjinal dari segi kesehatan, pendidikan dan ekonomi di kecamatan Jerowaru adalah perempuan muslim. Hal ini bertentangan dengan nilai dan ajaran Islam yang mengajarkan pentingnya berilmu, hidup sehat, dan mencari nafkah bagi kesejahteraan hidup dunia yang lebih baik. Sebagai komunitas perempuan yang hidup di pulau seribu masjid dengan lembaga pendidikan agama seperti pesantren yang tidak terhitung jumlahnya, menjadi ironis bila terdapat komunitas perempuan yang hidup dengan beragam persoalan dasar seperti kesehatan. Persoalan ini bisa di atasi tidak hanya dengan mengandalkan intervensi kebijakan dan anggaran dari pemerintah, tetapi juga lewat pendekatan yang bersifat kultural yang dilakukan oleh lembaga pendidikan formal seperti Perguruan Tinggi, dan juga lembaga pendidikan nonformal seperti lewat pengajian oleh tokoh agama dan penyuluhan oleh tokoh masyarakat. Pendekatan yang disebut terakhir (kultural) dianggap penting mengingat permasalahan ketidakberdayaan perempuan (seperti di bidang kesehatan) tidak hanya disebabkan oleh kekurangan intervensi anggaran, tetapi juga persoalan mindset atau kesadaran perempuan untuk mempraktekkan budaya hidup sehat yang masih minim. Dalam konteks inilah, maka pelaksanaan TOT Budaya Hidup Sehat Berbasis Agama bagi Komunitas Perempuan menjadi penting untuk dilakukan. Pelatihan ini akan mengkolaborasikan antara materi kesehatan dengan materi keagamaan yang terkait dengan bidang kesehatan. Namun materi keagamaan tetap menjadi prioritas. TOT dilakukan untuk mengkader perwakilan perempuan dalam berbagai kategori yang diharapkan menjadi pioner bagi praktek hidup sehat pada masyarakat, atau akan menjadi duta hidup sehat yang akan mengajarkan atau membimbing masyarakat untuk bisa hidup sehat. ALASAN MEMILIH PENDAMPINGAN Training of Trainer (TOT) Budaya Hidup Sehat Berbasis Agama bagi Komunitas Perempuan ini penting dilakukan dengan beberapa alasan, sebagai berikut: 1. Secara umum, persoalan kesehatan masih menjadi permasalahan utama dan menjadi prioritas pembangunan di NTB. 2. Kecematan Keruak umumnya dan desa Selebung Ketangga khususnya merupakan salah satu wilayah yang masih memiliki persoalan kesehatan (terutama rendahnya budaya hidup sehat pada warganya). 3. Potensi SDM dan nilai sosial di kecamatan Keruak (khususnya desa Selebung Ketangga) belum dimanfaatkan secara maksimal. Jumlah penduduk perempuan yang lebih banyak dari laki-laki belum dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak dalam menciptakan budaya hidup sehat. Potensi keagamaan (Islam) Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
123
Kadri dan Fawaizul Umam
semua warga belum dimanfaatkan sebagai instrumen bagi terciptanya budaya hidup sehat di kalangan masyarakat. 4. Pola penyuluhan umum dinilai tidak efektif lagi bagi penyelesaian persoalan di masyarakat. Diperlukan strategi penciptaan pioner-pioner masyarakat untuk dijadikan sebagai tenaga inti/utama dalam pembangunan. TOT berbasis keagamaan dalam pengabdian ini menawarkan tradisi pemberdayaan baru yang dinilai efektif untuk menyelesaikan persoalan kesehatan di Selebung Ketangga Kecamatan Keruak kabupaten Lombok Timur GAMBARAN LOKASI DESA BINAAN DAN STRATEGI PENDEKATAN Sekilas tentang Desa Selebung Ketangga Desa Selebung Ketangga termasuk desa pemekaran baru di kecamatan Keruak. Secara Geografis, desa Selebung Ketangga terletak di antara desa-desa lainnya, yang dapat digambarkan dalam tabel berikut ini. Tabel 1. Batas Wilayah Desa Suka Damai No Batas Wilayah Nama Desa 1 Barat Senyiur 2 Utara Keruak 3 Timur Mendana Raya 4 Selatan Ketangga Jerain Sumber: Data Desa Selebung Ketangga Desa Selebung Ketangga terdiri dari sembilan dusun, yakni; Dusun Selebung, Dusun Montong Sari, Dusun Penyelak, Dusun Bagek Lunjer, Dusun Gon Luek, Dusun Kuang Datuk, Dusun Jero Poto, Dusun Dasan Luah, Dusun Bintang Oros. Penduduk yang mendiami 9 dusun di desa Selebung Ketangga tersebut berjumlah 5.065 Orang dengan rincian sebagai berikut. Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Suka Damai No. Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki 2.430 2 Perempuan 3.035 Total 5.065 Sumber: Data Desa Selebung Ketangga. Menurut Kepala Desa Selebung Ketangga, Bagus Wacana (wawancara, 29 April 2014) bahwa salah satu yang menjadi persoalan mendasar di desa Selebung Ketangga adalah permasalahan kesehatan, seperti masih rendahnya kesadaran warga masyarakat untuk membersihkan lingkungan masing-masing, masih 124
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
Qawwãm• Volume
8 Nomor 1, 2014
rendahnya pengetahuan ibu dalam mengurus kesehatan anaknya, ketidakpedulian generasi muda pada bidang kesehatan.
dan
KONDISI DAMPINGAN YANG DIHARAPKAN Pendampingan lewat TOT budaya hidup sehat pada komunitas perempuan ini diharapkan memberi kontribusi bagi banyak kalangan dan beragam hal, yakni sebagai berikut: 1. Terbentuk dan terlatihnya trainer sadar hidup sehat, yang diharapkan dapat menjadi pioner terciptanya lingkungan sehat di desa Selebung Ketangga 2. Terbangunnya kultur sehat dalam masyarakat desa Selebung Ketangga, yang tercermin dari sikap dan perilaku seluruh masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia. 3. Terciptanya lingkungan bersih di seluruh wilayah desa Selebung Ketangga, yang terlihat dari penataan ruangan yang indah, bersih, dan rapi. STRATEGI YANG DILAKUKAN UNTUK MENCAPAI KONDISI HARAPAN Untuk mewujudkan kondisi yang diharapkan dari pendampingan ini, maka akan ditempuh beberapa strategi implementasinya sebagai berikut: 1. Identifikasi Lokasi Pengabdian. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui secara detil perihal persoalan yang dihadapi masyarakat di desa Selebung Ketangga kecamatan Keruak kabupaten Lombok Timur. Dengan identififikasi yang detil akan mempermudah pendamping untuk merumuskan langkahlangkah solutif terhadap persoalan yang dihadapai masyarakat. 2. Menformulasi Strategi Pendampingan. Langkah ini dilakukan untuk merumuskan strategi yang tepat, dengan melibatkan beberapa akademisi sebagai mitra sharing. Langkah ini penting untuk bisa mendapatkan rumusan yang baik dan jitu sehingga apa yang ditergetkan dapat tercapai. 3. Sosialisasi dan Rekrutmen Peserta. Kegiatan ini dilakukan untuk mensosialisasikan rencana pendampingan, sekaligus untuk merekrut peserta TOT, dengan pola wawancara dengan kepala desa dan interview langsung dengan calon peserta. Peserta yang dilatih terdiri dari ibu rumah tangga dan remaja putri. 4. Pelaksanaaan TOT. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari dengan mengkombinasikan antara materi yang bersifat konsep atau teoritis dengan materi yang bersifat praktek. Dengan materi ini diharapkan peserta memiliki pengetahuan dan keterampilan yang paripurna, dimana mereka memahami konsep kesehatan dan konsep ajaran Islam yang terkait dengan hidup sehat, sekaligus memiliki keterampilan untuk menyampaikan bimbingan atau penyuluhan kepada sesama warga. Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
125
Kadri dan Fawaizul Umam
5. Evaluasi. Paling tidak akan dilakukan dua kali evaluasi selama kegiatan pengabdian ini dilaksanakan. Pertama, evaluasi sebelum kegiatan TOT (pre-test). Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui lebih awal kemampuan peserta TOT. Hasil evaluasi ini digunakan sebagai referensi dalam menyusun materi TOT yang relevan dengan tingkat kemampuan peserta. Kedua, evaluasi pasca kegiatan TOT (post-test). Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui hasil kegiatan TOT, terutama yang terkait dengan tingkat kemampuan peserta TOT dalam menyerap setiap materi yang telah diberikan. 6. Pendampingan Pasca TOT. Kegiatan ini diperlukan untuk memberi jaminan tingkat kemampuan alumni TOT dalam mengaplikasikan kemampuan dan keahliannya sebagai pioner dan duta hidup sehat. Pendampingan direncanakan berlangsung satu minggu, dan hasilnya akan dijadikan sebagai masukan bagi pendamping untuk memberikan bimbingan lebih lanjut pada setiap peserta yang didampingi. PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT (STAKEHOLDER) DAN BENTUK KETERLIBATANNYA Beberapa kalangan yang dilibatkan dan bentuk keterlibatannya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Akademisi. Keterlibatan akademisi diperlukan untuk memperkuat konten (materi) TOT, termasuk untuk dijadikan sebagai mitra sharing saat menyusun desain TOT. Akademisi juga akan dijadikan sebagai narasumber, terutama pada materi yang terkait dengan konsep agama tentang kesehatan (hidup sehat). Akademisi juga diharapkan akan mengisi materi yang terkait dengan metode dan teknik menjadi tutor sukses. 2. Kepala Desa dan Aparat Desa. Kepala desa dan aparat desa adalah stakeholder penting dalam kegiatan ini. Merekalah yang menjadi sumber data, dan tempat tim pendamping meminta masukan dan petunjuk. Mereka juga yang akan menindaklanjuti program pengabdian ini untuk masa-masa yang akan datang. 3. Tenaga Kesehatan. Tenaga kesehatan seperti dokter dan tenaga medis lainnya diharapkan akan menjadi narasumber terkait dengan bidang kesehatan. Eksistensi mereka diperlukan untuk menjadikan kegiatan TOT berkualitas. Tenaga medis yang diharapkan terlibat dalam kegiatan ini akan diambil dari tenaga medias yang bertugas di kecamatan Jerowaru. 4. Tuan Guru dan Tokoh Agama. Karena kegiatan ini menjadikan agama sebagai basis pelatihannya, maka keberadaan tokoh agama sangat diperlukan. Tokoh agama akan dijadikan sebagai narasumber untuk mengisi materi yang terkait dengan konsep ajaran Islam 126
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
Qawwãm• Volume
8 Nomor 1, 2014
5. Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda, dan Tokoh Perempuan. Keberadaan tokoh-tokoh ini sangat penting untuk mensupport kegiatan ini dan untuk melakukan pendampingan lebih lanjut pasca program pengabdian ini berakhir. Dalam masyarakat paternalistik, eksistensi tokoh-tokoh informal seperti mereka menjadi hal yang strategis dan efektif. PELAKSANAAN PROGRAM DESA BINAAN KOORDINASI DAN REKRUTMEN PESERTA Kegiatan awal yang dilakukan adalah melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam rangka mensukseskan kegiatan TOT. Koordinasi pertama dilakukan dengan kepala Desa Selebung Ketangga. Pertemuan yang berlangsung di kantor desa Selebung Ketangga tersebut lebih sebagai “kulon nuwon” atau meminta izin untuk pelaksanaan kegiatan. Kepala Desa sangat respon dengan baik rencana kegiatan TOT budaya hidup sehat berbasis keagamaan pada komunitas perempuan. Bahkan pak Bagus Wacana (kades) menunjuk dan merekomendasikan langsung sepuluh orang nama warganya yang diminta menjadi peserta TOT. Menindaklanjuti respon positif dan progress dari kepala desa tersebut, kami meminta mahasiswa KKP yang ada di desa Selebung Ketangga untuk segera berkoordinasi dengan aparat desa untuk membuat undangan resmi kepada peserta yang telah ditunjuk oleh kepala desa. Undangan dan daftar peserta terlampir. PELAKSANAAN TRAINING OF TRAINER (TOT) 1. Pembukaan Kegiatan TOT Budaya Hidup Sehat Berbasis Keagamaan pada Komunitas Perempuan di desa Selebung Ketangga berlangsung selama dua hari; 13 – 14 September 2014, di aula kantor desa Selebung Ketangga. Kegiatan diawali dengan registrasi peserta yang dipandu oleh panitia (mahasiswa KKP), kemudian dilanjutkan dengan acara pembukaan. (Jadwal kegiatan terlampir). Mengawali pembukaan, panitia pelaksana melaporkan terkait dengan rencana kegiatan. Panitia menyampaikan terima kasih atas kehadiran peserta TOT. Panitian juga menjelaskan tentang persoalan lingkungan dan budaya hidup sehat. Lingkungan bersih merupakan dambaan semua orang. Namun tidak mudah untuk menciptakan lingkungan kita bisa terlihat bersih dan rapi sehingga nyaman untuk dilihat. Tidak jarang karena kesibukan dan berbagai alasan lain, kita kurang memperhatikan masalah kebersihan lingkungan di sekitar kita, terutama lingkungan rumah.
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
127
Kadri dan Fawaizul Umam
Seiring majunya tingkat pemikiran masyarakat serta kemajuan teknologi di segala bidang kehidupan, maka tingkat kesadaran untuk memiliki lingkungan dengan kondisi bersih seharusnya ditingkatkan dari sebelumnya. Beragam informasi mengenai pentingnya lingkungan dengan kondisi bersih serta sehat dapat diketahui melalui media cetak dan online. Tentu saja lingkungan dalam kondisi bersih serta sehat akan membuat para penghuninya nyaman dan kesehatan tubuhnya terjaga dengan baik. Kesehatan tubuh manusia berada pada posisi paling vital. Alasannya tentulah mengarah pada keberagaman kegiatan hidup manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Acara dilanjutkan dengan sambutan Kaur Desa. Karena kepala desa berhalangan hadir, maka pembukaan kegiatan ditugaskan kepada kepala Urusan Pemerintahan di desa Selebung Ketangga. Kepala Kaur dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada undangan mengenai telah meluangkan waktu dalam acara tersebut dan ucapan maaf bila ada kekurangan selama kegiatan ini berlangsung. Adapun pointer dari sambutan Kaur Desa tersebut sebagai berikut. a. Bahwa kesehatan ini adalah keniscayaan yang harus di indah kan karena sehat adalah pangkal segala galanya. b. Bahwa kaur di percaya untuk menjalankan segala hak hak kader kader perempuan c. Penggagasan acara tersebut sama dengan acara atau program yang ada di desa.tujuan nya adalah untuk mengingatkan kita betapa pentingnya menjaga kebersihan. Sembari mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahiim", Kaur desa membuka kegiatan TOT secara resmi. Dan terakhir, acara pembukaan ditutup dengan pembacaan do’a oleh Muajididi. 2. Penyampaian Materi Narasumber a. Penyamapaian materi oleh Fathul Rakhman Materi yang disampaikan Fathul Rakhman berjudul “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pada awal pemaparannya, narasumber menyampaikan atau memperkenalkan diri, kemudian meminta semua peserta untuk menyampaikan keluhannya yang terkait dengan pelayanan kesehatan di desa. Di antara peserta menyebut persoalan sampah yang menjadi permasalahan utama. Menurut narasumber, masalah sampah yang di Lombok Timur karena dari pemerintah tidak ada perhatian, tapi di Lotim masih bisa di tangani jika di bandingkan dengan di Mataram. Masalah sampah sedang di rencakan mengenai penanganan sampah yang ada di Lotim. Bagaiamana 128
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
Qawwãm• Volume
8 Nomor 1, 2014
sampah agar bisa bermanfaat untuk warga sendiri,misalnya sampah sampah yang di di rumah di kumpulkan jadi satu setelah itu di pilih mana sampah yang organik dan unorganik. Lingkungan dengan kondisi bersih yang bebas dari timbunan sampah,juga akan terhindar dari bencana seperti banjir pada musim hujan. Salah satu penyebab banjir di berbagai wilayah adalah karena banyaknya sampah yang berserakan sehingga menghambat aliran air. Hal ini merupakan salah satu perilaku buruk seakan sudah menjadi budaya masyarakat lndonesia, khususnya di wilayah perkotaan. Oleh karena itu, menjadikan sampah dalam kondisi berserakan bahkan tertimbun tidak baik. Upaya untuk menanggulangi sampah seperti dibersihkan ataupun di daur ulang bagi bahan yang dapat didaur ulang, Upaya yang lain pun dapat dilakukan, tentu dengan kerjasama yang baik antara semua pihak. Bukan hanya terbatas pada individu tapi juga pada masyarakat serta ketegasan pemerintah diikuti kepedulian yang tinggi terhadap masalah sampah. Sebenarnya hal yang menjadikan lingkungan kotor bukan hanya terbatas pada sampah, ada hal lainnya juga.Ada kemungkinan pengaruh penggunaan bahan-bahan untuk kebutuhan hidup dari bahan sintesis ataupun kimiawi dan sebagainya. Hal itu dapat diupayakan penanggulangannya dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali dia pejabat pemerintah ataukah tidak, semua dimunculkan kesadarannya untuk hidup sehat dan bersih. Apabila ada pemungutan sampah di setiap rumah apa saja yang akan di butuhkan tempat untuk mengumpulkan sampah itu sendiri yakni TPS. Peningkatan kesadaran kepada masyarakat tentang penting posyandu di dusun dusun,kendala-kendala yang ada ditemukan oleh kader yakni tidak ada kesadaran penuh dari warga, posyandu akan ramai jika ada BMT. b. Penyampaian Materi Dr. Faizah, MA Tugas seorang kader sangat mulia karena berperan serta dalam keluarga juga ikut berperan serta dalam lingkungan sekitar.Kata bersih sering kita temukan di mana-mana karena kebersihan itu aspek yang sangat penting. Dalam Islam diajarkan bahwa kebersihan terdiri dari 2 aspek yakni: 1) Aspek Rohani 2) Aspek Jasmani Aspek rohani yakni aspek yang lahir dari dalam hati manusia, dalam jasmani seorang manusia sering timbul penyakit penyakit yakni penyakit hati seperti (Iri,dengki).Sedangkan dari aspek jasmani yakni penyakit yang
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
129
Kadri dan Fawaizul Umam
di timbul dari kurangnya bersih badan seseorang.Jadi dalam kehidupan kita kebersihan sangat penting bagi kita semua. Kebersihan dalam rumah tangga sangat ditentukan oleh seorang ibu, karena ibulah yang banyak memegang peran penting, termasuk dalam mengajarkan kebersihan pada seorang anak. Oleh karena itu sangat tepat TOT ini menghadirkan atau melatih para ibu kader posyandu yang diharapkan menjadi pelopr budaya hidup bersih dan sehat. Materi Dr. Faizah selengkapnya terlampir c. Penyampaian Materi Dr. Kadri, M.Si Penyampaian materi oleh bapak Dr Kadri tentang alasan seminar ini di buat agar bisa memberikan pengalaman kepada ibu-ibu kader dan mengambil poin atau manfaat yang ada. Dalam menciptakan lingkungan yang bersih harus ada dorongan seperti tuan guru, kades, anak-anak muda dengan cara kita harus fokus atau konsentrasi untuk mengajaknya dan menjadi kader yang baik. Seoorang kader harus terlebih dahulu memahami apa yang di inginkan oleh warga. apa masalah yang di hadapi. Oleh karena itu seorang kader harus bisa berbicara atau berkomunisi yang efektif. Untuk menjadi kader yang sukses itu kita harus memahami budaya warga yang ada di sekitar. Dengan memahami budaya di wilayah masing-masing, maka kader posyandu akan bisa menjadi pelopor hidup bersih dan sehat di lingkungannya. Lebih lanjut, Dr. Kadri banyak menyampaikan tentang bagaimana teknik membangun atau mengajak masyarakat berpartisipasi dalam program seperti kebersihan yang harus dilakukan oleh seorang kader posyandu. Materi Dr. Kadri selengkapnya terlampir. d. Penyampaian Materi Dr. Fawaizul Umam Materi Dr. Fawaizul Umam lebih banyak terkait dengan strategi implementasi atau langkah-langkah teknis yang harus dilakukan oleh setiap peserta TOT setelah mereka kembali ke lingkungan masing-masing. Langkah-langjkah yang disampaikan oleh Dr. Fawaizul Umam merupakan kombinasi antara pendekatan Islam dan pendekatan umum. Materi selengkapnya terlampir. 3. Penutupan Acara penutupan berlangsung pada tanggal 14 September 2014. Penutupan dilakukan oleh kepala desa Selebung Ketangga. Dalam sambutannya, bapak Bagus Wacana (kades) mengucapkan terima kasih kepada IAIN Mataram yang telah bersedia melakukan pengabdian di masyarakat 130
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
Qawwãm• Volume
8 Nomor 1, 2014
Selebung Ketangga. Semoga program ini akan terus berlanjut di masa yang akan datang. Kepala desa juga menganjurkan kepada seluruh peserta untuk menindaklanjuti semua tugas yang diberikan oleh panitia setelah kembali ke lingkungan masing-masing. Kades melihat masih banyak pekerjaan rumah terkait dengan masalah kebersihan yang harus diselesaikan oleh kita semua. Oleh karena itu dia meminta segera dilakukan langkah-langkah kongkrit untuk menyelesaikan semuanya. Sebagai akhir dari penyampaian sambutannya, bapak kepala desa mengajak semua peserta dan hadirin untuk mengucapkan “alhamdulillah” sebagai tanda berakhirnya atau ditutupnya acara TOT Perilaku Hidup Sehat Berbasis Keagamaan pada Komunitas Perempuan di Desa Selebung Ketangga Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur. PENDAMPINGAN PASCA PELATIHAN Pendampingan pasca pelatihan dilakukan sebanyak tiga kali, yakni tanggal 16-18 September. Kegiatan ini dilakukan dengan cara narasumber dan fasilitator mengunjungi setiap wilayah atau dusun asal setiap peserta. Tujuan kegiatan pendampingan adalah untuk memberikan bimbingan langsung kepada setiap kader alumni TOT, terutama dalam menyempurnakan action plan mereka, memetakan persoalan kesehatan di lingkungan masing-masing, dan memantapkan persiapan implementasi program di setiap dusun masing-masing.
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
131