Qawwãm• Volume
8 Nomor 2, 2014
PEMBERDAYAAN STAKEHOLDERS DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI DESA SEKOTONG TENGAH KECAMATAN SEKOTONG KABUPATEN LOMBOK BARAT Rendra Khaldun1 Azwandi2 Abstrak: Membentuk generasi unggul dan ”sukses hidup” di tengah persaingan global dapat dilakukan dengan jalan menyelenggarakan pendidikan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, bakat, minat dan kesanggupannya. Menyelenggarakan pendidikan yang membebaskan anak dari tindak kekerasan. Menyelenggarakan pendidikan yang memperlakukan anak dengan ramah. Menyelenggarakan pendidikan yang memanusiakan anak. Menyelenggarakan pendidikan yang memenuhi hakhak anak. Pemeliharaan hidup dan kehidupan manusia sejak dini sangat diperhatikan oleh Islam. Pendidikan anak usia dini merupakan tempat yang tepat dan cukup dibutuhkan anak untuk menghadapi masa depannya. Pendidikan anak usia dini akan memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah menghadapi masa sekolah. PAUD akan memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah menghadapi masa sekolah. Di lembaga pendidikan anak usia dini, anakanak sudah diajarkan dasar-dasar cara belajar. Tentunya di usia dini, mereka akan belajar pondasi-pondasinya. Oleh sebab itu pelibatan seluruh komponen masyarakat (stakeholders) sangat dibutuhkan guna menciptakan kondisi lingkungan pembelajaran yang aman, nyaman, dan kondusif bagi anak usia dini. Kata Kunci : Stakeholders, Pendidikan anak usia dini
ISU DAN FOKUS PENGABDIAN Di dunia ini, tak ada seorangpun menginginkan terjadinya tindak kekerasan, apalagi di lembaga pendidikan yang sepatutnya menyelesaikan masalah secara damai dan edukatif. Namun kenyataannya masih banyak, bahkan hampir semua sekolah/madrasah belum dapat memberikan hak anak, bahkan melakukan kekerasan terhadap anak. Tanpa disadari hal tersebut merupakan pelanggaran terhadap Deklarasi PBB tentang hak-hak anak dan Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 1 2
Penulis adalah dosen tetap Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram Penulis adalah dosen tetap Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
241
Rendra Khaldun dan Azwandi
Perlakuan hukuman baik secara fisik dan ataupun emosional dari guru terhadap murid merupakan hal yang dianggap lumrah terjadi di dalam sistem pendidikan di Indonesia. Banyak guru biasa mencubit, memukul anak-anak bahkan menghina mereka, baik di sekolah-sekolah negeri maupun sekolah swasta. Kadang guru tidak menyadari bahwa hal ini sebetulnya terlarang dalam hukum Indonesia. Undang-undang Perlindungan Anak nomor 23, bab 54 secara tegas menyatakan bahwa guru dan siapapun lainnya di sekolah dilarang untuk memberikan hukuman fisik kepada anak-anak. Terlebih lagi Indonesia merupakan salah satu penanda-tanganan dari konvensi PBB untuk Hak-hak Anak, disebutkan dalam artikel 37 yang mengharuskan negara menjamin bahwa: ”Tak seorang anakpun boleh mendapatkan siksaan atau kekejaman lainnya, tindakan tidak manusiawi ataupun perlakuan yang merendahkan atau hukuman”. Meski demikian, tampaknya undang-undang tersebut belum dipahami oleh kebanyakan pelaku pendidikan, hal ini sebagaimana laporan penelitian Ibu Nur Hidayati, dkk, dari penelitian lapangan terhadap 8 Madrasah Ibtidaiyah ditemukan adanya laporan dari anak-anak bahwa mereka pernah mengalami hukuman jasmani dari guru-guru mereka secara rutin dan ini dianggap hal yang lumrah, dan ini mencapai kisaran antara 50% - 80%,.3 Realitas semacam ini ibarat gunung es, kasus di atas baru di permukaan. Masih banyak tindak kekerasan dalam pendidikan yang tidak tampak. Demikian rapuhnya dunia pendidikan kita, hingga aksi kekerasan dan pelanggaran HAM para pelajar, para remaja, para penerus generasi bangsa terus meningkat. Dari kasus tersebut timbul pertanyaan; bagaimana pendidikan anak selama ini? Apakah para orang tua dan lembaga-lembaga pendidikan tidak mampu memenuhi hak anak dalam melaksanakan misi pendidikannya? Bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijaminnya, dilindungi, dan dipenuhi hak anak itu oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara.4 Hanya dengan melalui pendidikan berbasis pemenuhan hak anak yang baik, lembaga pendidikan akan mampu melahirkan anak-anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. Hak anak adalah harapan bagi anakanak, masa depan bangsa, dan bahkan hak seluruh umat manusia secara universal. Membentuk generasi unggul dan ”sukses hidup” di tengah persaingan global dapat dilakukan dengan jalan menyelenggarakan pendidikan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, bakat, minat dan kesanggupannya. Menyelenggarakan pendidikan yang membebaskan anak dari tindak kekerasan. Menyelenggarakan pendidikan yang memperlakukan anak dengan ramah. Menyelenggarakan pendidikan yang memanusiakan anak. Menyelenggarakan Nur Hidayati, dkk. 2007. Memperkecil Kekerasan Terhadap anak-anak di Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Agama. 24. Ibu Nur Hidayati adalah ketua tim peneliti dari LSM Save the Childrens yang telah bekerjasama dengan Departemen Agama RI untuk penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Riau tentang Kekerasan terhadap Anak pada tahun 2007. 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 1 ayat 12 3
242
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
Qawwãm• Volume
8 Nomor 2, 2014
pendidikan yang memenuhi hak-hak anak. Hal tersebut akan terwujud jika pendidikan yang demikian dilakukan sejak anak usia dini. Pemeliharaan hidup dan kehidupan manusia sejak dini sangat diperhatikan oleh Islam. Perhatian itu melebihi perhatian apa pun yang ada pada undang-undang yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Islam sangat memperhatikan anak-anak pada setiap fase kehidupan mereka. Bahkan Islam memperbolehkan seorang ibu yang hamil membatalkan puasanya, jika itu dikhawatirkan dapat membahayakan janin atau anaknya yang sedang dikandung atau disusuinya. Semua itu membuktikan bahwa Islam sangat menghargai keberadaan hidup dan kehidupan manusia semenjak manusia berupa janin sampai manusia menjadi besar dan dewasa. Oleh karena itu, pendidikan harus diberikan manusia semenjak usia dini. Karena pendidikan yang dimulai sejak usia dini mempunyai daya keberhasilan yang tinggi dalam menentukan tumbuh-kembang kehidupan anak berikutnya. Bagi orang tua, anak merupakan harapan di masa mendatang. Setiap orang tua hampir tidak ada yang membantah bahwa anak adalah investasi yang tak ternilai harganya. Kesuksesan anak di masa mendatang adalah kebanggaan bagi orang tuanya. Namun, kesuksesan seorang anak tak akan tercapai jika tidak ditunjang pula dengan pendidikan yang baik. Maka dari itu, sudah selayaknya orang tua harus mempersiapkan pendidikan bagi anaknya sedini mungkin. Memang pendidikan anak usia dini bukanlah satu-satunya yang paling penting bagi kesuksesan seorang anak di masa depan. Namun, hal tersebut merupakan satu diantara banyak hal penting yang harus diperhatikan. Karena kematangan pendidikan sejak usia dini sangat berpengaruh bagi perkembangan anak dari berbagai aspek kecerdasan. Selain itu dengan pendidikan anak usia dini, anak akan menjadi lebih matang dan siap dalam menghadapi dunia sekolah. Pendidikan anak usia dini merupakan tempat yang tepat dan cukup dibutuhkan anak untuk menghadapi masa depannya. Pendidikan anak usia dini akan memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah menghadapi masa sekolah. PAUD akan memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah menghadapi masa sekolah. Di lembaga pendidikan anak usia dini, anak-anak sudah diajarkan dasar-dasar cara belajar. Tentunya di usia dini, mereka akan belajar pondasi-pondasinya. Mereka diajarkan dengan cara yang mereka ketahui, yakni lewat bermain. Tetapi bukan sekadar bermain, tetapi bermain yang diarahkan. Lewat bermain yang diarahkan, mereka bisa belajar banyak; cara bersosialisasi, problem solving, negosiasi, manajemen waktu, resolusi konflik, berada dalam grup besar/kecil, kewajiban sosial, serta 1-3 bahasa. Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek seperti: fisik, sosio-emosional, dan kognitif sedang mengalami masa yang Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
243
Rendra Khaldun dan Azwandi
tercepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Setiap tahapan usia yang dilalui anak akan menunjukkan karakteristik yang berbeda dengan tahap yang telah dan akan dilewatinya. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak haruslah memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak. Apabila perlakuan yang diberikan tersebut tidak didasarkan pada karakteristik perkembangan anak, maka hanya akan menempatkan anak pada kondisi yang menderita. Periode emas bagi perkembangan anak adalah dimaksudkan untuk memperoleh proses pendidikan, dan periode ini adalah tahun-tahun yang sangat berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannnya sebagai stimulus terhadap perkembangan kepribadian , psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga periode ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewatkan berarti habislah peluangnya. Oleh sebab itu pelibatan seluruh komponen masyarakat (stakeholders) sangat dibutuhkan guna menciptakan kondisi lingkungan pembelajaran yang aman, nyaman, dan kondusif bagi anak usia dini. 1. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini Secara umum tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah untuk mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Namun untuk lebih jelasnya akan dikemukakan tujuan Pendidikan Anak Usia Dini sebagai berikut: a. PAUD sebagai titik sentral strategi pembangunan sumber daya manusia dan sangat fundamental. b. PAUD memegang peranan penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya, sebab merupakan fondasi dasar bagi kepribadian anak. c. Anak yang mendapatkan pembinaan sejak dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik maupun mental yang akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja, produktivitas, pada akhirnya anak akan mampu lebih mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. d. Merupakan masa golden age (usia keemasan). Dari perkembangan otak manusia, maka tahap perkembangan otak pada anak usia dini menempati posisi yang paling vital yakni mencapai 80% perkembangan otak. 244
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
Qawwãm• Volume
8 Nomor 2, 2014
e.
Cerminan diri untuk melihat keberhasilan anak dimasa mendatang. Anak yang mendapatkan layanan baik semenjak usia 0-6 tahun memiliki harapan lebih besar untuk meraih keberhasilan di masa mendatang. Sebaliknya anak yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai membutuhkan perjuangan yang cukup berat untuk mengembangkan hidup selanjutnya. Sedangkan berdasarkan tinjauan aspek didaktis psikologis tujuan pendidikan di Pendidikan Anak Usia Dini yang utama adalah : Menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan agar mampu menolong diri sendiri (self helping), yaitu mandiri dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri seperti mampu merawat dan menjaga kondisi fisiknya, mampu mengendalikan emosinya dan mampu membangun hubungan dengan orang lain. Meletakkan dasar-dasar tentang bagaimana seharusnya belajar (learning how to learn). Hal ini sesuai dengan perkembangan paradigma baru dunia pendidikan melalui empat pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO, yaitu learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together yang dalam implementasinya di PAUD dilakukan melalui pendekatan learning by playing, belajar yang menyenangkan (joyful learning) serta menumbuh-kembangkan keterampilan hidup (life skills) sederhana sedini mungkin 2. Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini Program kegiatan bermain pada pendidikan anak usia dini memiliki sejumlah fungsi, yaitu : (1) untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya, (2) mengenalkan anak dengan dunia sekitar, (3) mengembangkan sosialisasi anak, (4) mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak dan (5) memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmati masa bermainnya. ALASAN MEMILIH DESA SEKOTONG TENGAH Pola asuh anak memiliki dampak secara psikologis dan sosial bagi anak dalam bentuk prilaku, sifat, watak, dan karakter yang terbentuk dari lingkungan dan pergaulan selama masih dalam usia dini. Lazimnya kesalahan pola asuh anak terjadi pada sebuah komunitas masyarakat yang berada di pedesaan, tingkat pendidikan masyarakatnya rendah, penghasilan ekonomi masyarakat rendah, orang tua terlalu sibuk oleh pekerjaannya, seperti eksekutif, bisnisman, pedagang, petani, dan buruh. Jumlah PAUD/TPQ yang berada di Sekotong Tengah sebanyak 3 buah masing-masing yakni Daruddakwah di dusun Kelep, May Benih Kompak di dusun Empol dan Darud Dakwah di dusun Bertong desa Sekotong Tengah Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. Secara geografis letak desa Sekotong Tengah berada agak jauh dari ibukota kabupaten kurang lebih 50 Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
245
Rendra Khaldun dan Azwandi
KM. Dari hasil wawancara dengan pengelola PAUD Tunas Bangsa diperoleh informasi bahwa mayoritas mata pencaharian orang tua murid adalah buruh, dan pedagang dengan tingkat pendidikan mayoritas SD kebawah. Anak usia dini pada dasarnya sangat membutuhkan perhatian yang ekstra keras dari orang tua maupun pengelola dan penyelenggara pendidikan anak usia dini seperti PAUD, TPQ dan lembaga sejenis lainnya. Dari paparan singkat serta informasi sementara yang diperoleh dilapangan dan pengelola PAUD terkadang orang tua siswa tidak terlalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan anaknya baik ketika berada disekolah maupun ketika berada dirumah. Oleh sebab itu diperlukan sebuah upaya untuk mensinergikan peran dan fungsi antara antara orang tua murid, pengelola ataupun penyelenggara dan masyarakat. Ketiga komponen inilah yang mempunyai tanggung jawab untuk memaksimalkan potensi anak usia dini lebih-lebih pada masa kritis atau masa golden age. Untuk itulah, orang-orang dewasa, dalam hal ini, orang tua mereka perlu menyadari bahwa anak-anak perlu dipersiapkan untuk mengambil peran lebih aktif dalam kehidupan sehari-hari, serta tidak pasif semata-mata menunggu pilihan-pilihan yang diberikan oleh orang tua atau lingkungan sekitar. Untuk menjadi anak yang aktif dan tidak menjadi “korban” dari perubahan yang terjadi cepat, paling sedikit dibutuhkan 2 (dua) hal : Pertama, orang tua yang mengerti tentang perubahan yang terjadi dan menyadari bahwa anak-anak harus dipersiapkan untuk menghadapi perubahan tersebut secara manusiawi. Kedua, anak-anak yang memiliki keterampilanketerampilan dasar yang diperlukan untuk bisa menghadapi perubahan dan mengambil peran aktif dalam perubahan itu secara manusiawi. Dengan dua hal di atas, maka ketika nantinya anak-anak ini mulai terlibat dalam aktivitas-aktivitas di luar rumah dengan rekan sebaya maupun lingkungan lainnya, mereka akan mampu mengambil peran yang tepat, mengambil keputusan yang benar untuk masa depannya, serta dapat mengelola resiko-resiko yang mereka hadapi karena hidup di zaman yang berubah demikian cepat, yang kadang-kadang tidak mempertimbangkan keberadaan mereka. KONDISI PAUD DI SEKOTONG TENGAH Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa PAUD yang ada di desa Sekotong Tengah baru berdiri sekitar 2 tahun yang lalu. Dari hasil survey awal yang ditemukan dilapangan bahwa potensi yang dimiliki oleh PAUD yang ada di desa Sekotong Tengah cukup potensial untuk dilakukan berbagai macam pengembangan program yang terkait dengan program pendidikan anak usia dini walaupun sarana prasarana serta sumber daya manusia yang dimiliki masih sangat terbatas. Sumber daya manusia yang ada di Desa Sekotong Tengah bisa dikatakan sangat rendah baik untuk pengelolaan pendidikan anak usia dini maupun pendidikan nonformal lainnya. Dari data yang diperoleh di kantor 246
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
Qawwãm• Volume
8 Nomor 2, 2014
desa Sekotong Tengah, mayoritas penduduknya hanya tamatan SD dan SMP, jumlah sarjana (S1) hanya 20 orang. Untuk jenis pekerjaan, Pegawai Negeri Sipil 15 orang, selebihnya buruh tani, nelayan, dan pedagang. KONDISI DAMPINGAN YANG DIHASILKAN Perkembangan yang terus menerus terjadi mengharuskan sebuah lembaga seperti halnya PAUD harus senantiasa berbenah diri, pembenahan diri yang dilakukan oleh PAUD bukan hanya semata-mata dalam hal perbaikan sarana dan prasarana saja akan tetapi yang lebih penting adalah adanya pembenahan, perbaikan, dan pengembangan program pendidikan yang mampu menghasilkan output yang sesuai dengan visi, motto dan tujuan pendidikan yang dimiliki oleh PAUD tersebut. Sebagai sebuah lembaga yang baru berdiri sekitar satu tahun yang lalu, PAUD/TPQ yang ada tentunya sangat membutuhkan berbagai macam kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan sumberdaya manusia, sarana prasarana, maupun segala kegiatan yang terkait dengan pembelajaran Anak Usia Dini. Tidak hanya itu saja, pelibatan seluruh stakeholders yang ada di Desa Sekotong Tengah telah dilibatkan guna menciptakan situasi dan lingkungan pembelajaran yang aman, nyaman, dan efektif. Oleh sebab itu, kami dari Tim Pengambdian Masyarakat IAIN Mataram merasa sangat terpanggil untuk membantu melakukan pendampingan bagi pengurus dan lembaga PAUD/TPQ yang ada di Desa Sekotong Tengah guna meningkatkan sumber daya manusianya. Bentuk pendampingan yang telah dilaksanakan oleh Tim Pengabdi Masyarakat berupa pemberdayaan stakeholders untuk pengembangan pendidikan anak usia dini di desa Sekotong Tengah. Kegiatan ini merupakan sebuah penyuluhan dan pelatihan yang ditujukan untuk mengarahkan orangtua, masyarakat, dan lembaga untuk senantiasa peduli dengan lingkungan pendidikan dan perkembangan pengetahuan anaknya. Secara garis besar tujuan dari kegiatan ini adalah : 1. Tujuan Umum Memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi orang tua, penyelenggara pendidikan TPQ, PAUD, dan masyarakat untuk melakukan sinergi guna membangun dan mengembangkan pendidikan anak usia dini concern terhadap pendidikan PAUDNI. 2. Tujuan khusus 1. Agar lembaga penyelenggara pendidikan PAUD/TPQ yang ada di desa Sekotong Tengah dapat menyelenggarakan pendidikan yang bermutu; 2. Agar orang tua lebih peduli terhadap pendidikan anak usia dini sehingga peran dan fungsi orang tua dapat dimaksimalkan untuk kesukseasan anak mereka;
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
247
Rendra Khaldun dan Azwandi
3. Agar masyarakat ikut serta terlibat dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran anak usia dini dapat terwujud; 4. Agar lembaga penyelenggara pendidikan PAUD/TPQ yang ada di desa sekotong tengah dapat melakukan sinergitas dengan masyarakat dan orangtua sebagai mitra bersama. STRATEGI YANG DILAKUKAN Strategi yang dilakukan dalm kegiatan ini terdiri dari beberapa tahapan. Tahap persiapan, pelaksanaan, dan pendampingan. Persiapan merupakan tahapan paling awal sebelum pelaksanaan program pemberdayaan stakeholders agar mempunyai rasa memiliki, peduli, dan tanggungjawab terhadap kesuksesan pendidikan PAUD/TPQ yang ada di desa Sekotong Tengah. Adapun pada tahap persiapan ini, pengelola melakukan beberapa hal diantaranya : 1. Sosialisasi Program: Guna memaksimalkan kegiatan yang dilaksanakan, langkah pertama yang dilakukan pada tahap persiapan ini adalah melakukan sosialisasi kepada para stakeholders yang dibantu oleh Kepala Desa dan Kepala Dusun desa Sekotong Tengah kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. 2. Persiapan: a. Mengadakan sosialisasi tentang program yang akan dilaksanakan kepada pengelola lembaga PAUD/TPQ, orang tua murid, dan masyarakat. b. Rekrutiment peserta dilaksanakan melalui Kepala Desa dan Kepala Dusun baik secara perorangan maupun secara serempak atau kolektif. c. Menetapkan nama peserta yang akan dilaksanakan seperti: Nama, tempat/Tgl lahir, pendidikan, alamat lengkap dan lain sebagainya.; 3. Pelaksanaan a. Penyusunan jadual pelaksanaan kegiatan b. Menentukan Narasumber pelatihan c. Melakukan pelatihan dan penyuluhan 4. Pendampingan Pasca Kegiatan PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DAN BENTUK KETERLIBATANNYA Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah; 1. Kepala Desa Sekotong Tengah 2. Kepala Dusun se Sekotong Tengah 3. Tokoh Masyarakat 4. Tokoh Pemuda 5. Pengelola PAUD 6. Orang Tua Murid
248
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
Qawwãm• Volume
8 Nomor 2, 2014
PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN STAKEHOLDERS Program pemberdayaan stakeholders ini sebenarnya bukan hanya ditujukan kepada orang tua anak saja dan penyelenggara akan tetapi juga diberikan kepada masyarakat. Hal ini dilakukan agar apa masyarakat ikut andil dalam menjaga dan membantu suksesnya pendidikan usia dini di Desa Sekotong Tengah Kabupaten Lombok Barat. Pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan berupa pemberdayaan bagi para stakeholders pendidikan anak usia dini dalam bentuk pelatihan dan penyuluhan aktif yang melibatkan pengelola PAUD/TPQ, orangtua murid, dan masyarakat. TAHAP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN STAKEHOLDERS Tujuan penyelenggaraan program pemberdayaan stakeholders merupakan upaya memberikan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kemampuan kepada orangtua, masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan pemerintah desa dalam mengasuh, merawat, melindungi dan mendidik dan mensukseskan pendidikan anak usia dini sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sesuai usia dan tahap perkembangannya. Tujuan utama inilah yang akan menjadi tugas pokok lembaga dalam pelaksanaan program parenting berbasis kecakapan sosial. Harapannya, orangtua merasa memahami, memiliki program dan dengan sukarela ikut terlibat dalam kegiatan yang akan membantu orangtua dalam memperolah pemahaman untuk mendidik anak usia dini di lingkungan rumah tangga yang dapat bersinergi dengan kegiatan pembelajaran di lembaga TPQ. Adapun tahapan program ini terdiri dari : TAHAP PERSIAPAN (IMAM HANAFI) Tahap persiapan merupakan tahapan paling awal sebelum pelaksanaan program pemberdayaan stakeholders dilaksanakan, adapun pada tahap persiapan ini, pengelola melakukan beberapa hal diantaranya : 1. Sosialisasi Program Pemberdayaan Stakeholders: Guna memaksimalkan kegiatan yang dilaksanakan, langkah pertama yang dilakukan pada tahap persiapan ini adalah melakukan sosialisasi kepada para stakeholders yang dibantu oleh pengurus TPQ desa Sekotong Tengah kecamatan Sekotong. Adapun tahapan dalam sosialisasi ini adalah sebagai berikut: a. Mengadakan sosialisasi tentang program yang akan dilaksanakan kepada pengelola lembaga TPQ, orang tua murid dan masyarakat melalui pengelola TPQ yang ada desa Sekotong Tengah. b. Rekrutiment peserta dilaksanakan melalui pengelola TPQ baik secara perorangan maupun secara serempak atau kolektif.
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
249
Rendra Khaldun dan Azwandi
c. Menetapkan nama peserta yang akan dilaksanakan seperti: nama, tempat/tanggal lahir, pendidikan, alamat, dan sebagainya; d. Menentukan narasumber. e. Penyusunan jadual pelaksanaan kegiatan Sessi Pertama: Pengantar Materi pertama yang diberikan oleh narasumber adalah bagaimana melakukan pendataan terhadap orang tua murid, stakeholders, dan masyarakat, identifikasi kebutuhan program, penentuan narasumber, dan penyusunan jadwal kegiatan. Kemudian langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh penyelenggara dalam melakukan pendataan adalah: a. Pengelola TPQ mendata latarbelakang profesi orang tua sebagai informasi dalam melibatkan orang tua dalam program yang akan dilaksanakan setelah kegiatan. b. Pengelola TPQ menyiapkan penanggung jawab keberlangsungan program setelah kegiatan pemberdayaaan dilakukan. c. Para ketua TPQ, pendidik, dan pengelola dan masyarakat kemudian mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan seputar pendidikan dan tumbuh kembang anak yang ingin diketahui oleh orang tua. Isu-isu atau permasalahan yang ingin diketahui oleh orang tua. d. Para ketua TPQ, pengelola dan pendidik menyusun program-program kegiatan sekaligus narasumber yang akan dilakukan untuk kegiatan pasca pelatihan. 2. Pembentukan Pengurus penanggungjawab pasca kegiatan yang bertujuan untuk memudahkan keterlibatan orangtua dalam kegiatan-kegiatan diatas, orangtua maupun masyarakat dibantu oleh lembaga dapat membentuk kepengurusan dengan kesepakatan bersama sebagai berikut: a. Ketua b. Sekretaris c. Bendahara d. Tim Pelaksana Penetapan Susunan kepengurusan pasca pemberdayaan dengan jangka waktu tugas selama satu tahun atau dapat disepakati bersama sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan. Tujuan pembentukan kepengurusan dalam penyelenggaraan pendampingan pasca pelatihan adalah untuk memberikan beban tanggung jawab antara pengelola, pendidik dan keluarga peserta didik. Keterlibatan tokoh masyarakat/tokoh agama/tokoh lainnya yang disegani dan perduli dengan PAUD/TPQ juga diperlukan. Langkah Pelaksanaan 1. Pembentukan kepengurusan dilaksanakan saat kegiatan sosialisasi; 250
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
Qawwãm• Volume
8 Nomor 2, 2014
2. Susunan kepengurusan merupakan gabungan dari perwakilan pengelola, pendidik, keluarga peserta didik, dan masyarakat sekitar; 3. Susunan kepengurusan dipilih oleh anggota, dalam hal ini peserta kegiatan parenting ataupun komite sekolah yang sudah terbentuk ; Sessi Kedua: Mendidik Anak menjadi Anak Shaleh (Kamaruddin) Kegiatan ini dilaksanakaan pukul 10.00 Wita sampai pukul 12.00 Wita. Materi yang disampaikan pada sesi ini adalah bagaimana mendidik dan membentuk anak agar menjadi anak yang shaleh. Materi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada orang tua bagaimana supaya menghasilkan anak yang shaleh. Bagi Orang tua, anak merupakan harapan di masa mendatang. Setiap orang tua hampir tidak ada yang membantah bahwa anak adalah investasi yang tak ternilai harganya. Kesuksesan anak di masa mendatang adalah kebanggaan bagi orang tuanya. Namun, kesuksesan seorang anak tak akan tercapai jika tidak ditunjang pula dengan pendidikan yang baik. Maka dari itu, sudah selayaknya orang tua harus mempersiapkan pendidikan bagi anaknya sedini mungkin. Berbicara mengenai pendidikan bagi anak, tidak lepas dari seberapa jauh orang tunya dalam mempersiapkan pendidikan anaknya sejak usia dini atau dalam istilah sekarang disebut Pendidikan Anak Usia Dini atau Pra Sekolah. Karena, dengan pendidikan yang ditempa sejak dini itulah maka akan sangat mempengaruhi perkembangan ke depannya. Memang Pendidikan Anak Usia Dini bukanlah satu-satunya yang paling penting bagi kesuksesan seorang anak di masa depan. Namun, hal tersebut merupakan satu diantara banyak hal penting yang harus diperhatikan. Karena kematangan pendidikan sejak usia dini sangat berpengaruh bagi perkembangan anak dari berbagai aspek kecerdasan. Selain itu dengan Pendidikan Anak Usia Dini, anak akan menjadi lebih matang dan siap dalam menghadapi dunia sekolah. Pendidikan anak usia dini merupakan tempat yang tepat dan cukup dibutuhkan anak untuk menghadapi masa depannya. Pendidikan anak usia dini akan memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah menghadapi masa sekolah. Pribadi anak yang shaleh merupakan salah satu tujuan dari pendidikan Taman Pendidikan Al-Qur’an atau pendidikan Anak Usia Dini. Oleh sebab itu keterlibatan dan partisipasi seluruh stakeholders sangat dibutuhkan agar tumbuhnya rasa memiliki dan rasa tanggungjawab agar pelaksanaan pendidikan di Taman Pendidikan Al-Qur’an di desa Sekotong Tengah dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam proses pendidikan, guna menghasilkan anak yang sholeh tentunya diperlukan metode pendidikan yang variatif. Dalam pendidikan anak usia dini, metode yang paling tepat seperti pendidikan dengan keteladanan, pendidikan dengan pembiasaan, pendidikan dengan nasehat, Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
251
Rendra Khaldun dan Azwandi
pendidikan dengan perhatian dan pendidikan dengan hukuman dan penghargaan. Selanjutnya narasumber menjeslakan bagaimana kiat praktis menanamkan nilai-nilai Islami pada anak?. Menurut narasumber bahwa cara yang paling efektif dalam menanamkan nilai-nilai Islami pada anak adalah: 1. Mengenalkan Allah melalui ciptaanNya 2. Menenamkan kecintaan pada rasulullah dan para sahabat 3. Mengenalkan dan membiasakan membaca Al-Qur’an 4. Menciptakan kegiatan-kegiatan Islami 5. Menciptakan suasana Islami 6. Membiasakan berbusana menutup dan memelihara aurat. Sessi Ketiga (Abdul Hamid, Sekdes/Plt. Kepala Desa Sekotong Tengah) Pada sesi ini narasumber memulai uraiannya tentang dengan mengatakan bahwa anak adalah perwujudan cinta kasih orang dewasa yang siap atau tidak untuk menjadi orang tua. Memiliki anak, siap atau tidak, mengubah banyak hal dalam kehidupan, dan pada akhirnya mau atau tidak kita dituntut untuk siap menjadi orang tua yang harus dapat mempersiapkan anak-anak kita agar dapat menjalankan kehidupan masa depan mereka dengan baik. Mengenal, mengetahui, memahami dunia anak memang bukan sesuatu yang mudah. Dunia yang penuh warna-warni, dunia yang segalanya indah, mudah, ceria, penuh cinta, penuh keajaiban dan penuh kejutan. Dunia yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak anak namun dalam kepemilikanya banyak bergantung pada peranan orang tua. Para ahli sependapat bahwa peranan orang tua begitu besar dalam membantu anak-anak agar siap memasuki gerbang kehidupan mereka. Ini berarti bahwa jika berbicara tentang gerbang kehidupan mereka, maka akan membicarakan prospek kehidupan mereka 20-25 tahun mendatang. Pada tahun itulah mereka memasuki kehidupan yang sesungguhnya. Masuk ke dalam kemandirian penuh, masuk ke dalam dunia mereka yang independen yang sudah seharusnya terlepas penuh dari orang tua dimana keputusankeputusan hidup mereka sudah harus dapat dilakukan sendiri. Disinilah peranan orang tua sudah sangat berkurang dan sebagai orang tua, pada saat itu kita hanya dapat melihat buah hasil didikan kita sekarang, tanpa dapat melakukan perubahan apapun. Mengapa orang tua perlu meningkatkan intelektualitas anak demi mempersiapkan mereka masuk sekolah? Jawabannya, sekolah saat ini meminta persyaratan yang cukup tinggi dari kualitas seorang siswa. Masih didapat siswa yang masuk SD sudah diperkenalkan dengan berbagai macam pelajaran dan ilmu sejak dini. Anak-anak sudah harus memiliki kreativitas yang tinggi sejak kecil. Oleh sebab itu, anak-anak yang memiliki intelektualitas yang tinggi akan lebih mudah menerima dengan baik semua 252
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
Qawwãm• Volume
8 Nomor 2, 2014
yang diajarkan. Mereka akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi, lebih mudah beradaptasi, lebih mudah menerima hal-hal yang baru, atau intelektualitas anak bisa dikembangkan jauh sebelum mereka masuk ke sekolah. Kondisi seperti itulah yang menempatkan orang tua sebagai guru pertama dan utama bagi anak-anaknya dalam program pendidikan informal yang terjadi di lingkungan keluarga. Periode emas bagi perkembangan anak adalah dimaksudkan untuk memperoleh proses pendidikan, dan periode ini adalah tahun-tahun yang sangat berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannnya sebagai stimulus terhadap perkembangan kepribadian , psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Berbagai satuan pendidikan anak usia dini yang merupakan pendidikan PAUD yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, terdapat berbagai lembaga PAUD yang selama ini telah dikenal oleh masyarakat luas : 1. Taman Kanak- Kanak Dan Raudatul Atfal (Ra) TK / RA adalah asalah satu bentuk satuan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan fprmal yng menyeleggelarakan program pendidikan bagi anak usia 4 tahunsampai 6 tahun. Sedangkan Sasaran, pendidikan TK adalah anak usia 4-6 tahun ,yang dibagi kedalam dua kelompok belajar berdasarkan usia yaitu kelompok A untuk anak usia 45 tahun dan kelompok B untuk anak didik usia 5-6 tahun. Tenaga pendidik : guru Persyaratan tenaga pendidik di TK sebagi berikut : - Memiliki tenaga pendidik dengan kualifikasi akademik sekurangkurangnya D-IV atau sarjana (S-1) di bidang Pendidikan Anak Usia Dini, Kependidikan lain atau psikologi dan memiliki sertifikasi profesi guru PAUD. - Memiliki tenaga kependidikan meliputi sekurang-kurangnya minimal satu kepala Taman kanak-kanak, tenaga administrasi dan tenaga kebersihan. - Menyediakan tenaga kesehatan dan atau psikolog yang telah memiliki izin praktek. 2. Kelompok Bermain Kelompok Bermain (KB) adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun.Ppenyelenggaraan KB bertujuan untuk menyediakan pelayanan pendidikan, gizi dan kesehatan anak secara holistic dan
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
253
Rendra Khaldun dan Azwandi
mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan potensi anak yang dilaksanakan sambil bermain. Peserta didik, di KB diprioritaskan bagi anak usia 2 s.d 4 tahun dengan jumlah anak sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) anak. Selain itu anak usia 5 s.d 6 tahun yang karena sesuatu hal (terpaksa) tidak mendapat kesempatan terlayani di lembaga PAUD formal dapat dilayani di Kelompok Bermain dengan jumlah minimal 10 anak. Tenaga pendidik, KB dipersyaratkan memenuhi kualifikasi, yaitu : berpendidikan minimal SLTA/ sederajat, sehat jasmani dan rohani, mendapatkan pelatihan PAUD, memiliki kemampuan mengelola kegiatan / proses pembelajaran PAUD, memahami dan menyayangi anak, memahami tahapan tumbuh kembang anak, memahami prinsipprinsip PAUD dan diangkat secara sah oleh Pengelola Kelompok Bermain. Pendidik KB berhak mendapat insentif baik dalam bentuk materi, penghargaan maupun peningkatan kinerja sesuai dengan kemampuan dan kondisi setempat (baik melalui APBN, APBD I dan II serta melalui masyarakat ; Pendidik KB berkewajiban untuk membimbing anak, menyiapkan lingkungan belajar yang mendukung pengembangan semua potensi anak dan pembentukan sikap serta perilaku anak. Tenaga Pengelola KB hendaknya memiliki kualifikasi sebagai berikut : pendidikan minimal SLTA/sederajat, memiliki kemampuan dalam mengelola dalam mengelola program KB secara professional, memiliki kemampuan dalam melakukan koordinasi dengan tenaga pendidik, instansi terkait dan masyarakat, memiliki kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat dan anak didik serta orang tuanya, memiliki tanggung jawab moral untuk mempertahankan dan meningkatkan keberlangsungan KB yang dikelolanya. Teknis Penyelenggaraan, secara umum dapat diselenggarakan tanpa terkait waktu, tempat, sarana dan prasarana dengan mengutamakan potensi yang ada di lingkungan AUD serta adanya kepedulian lingkungan terhadap pendidikan anak usia 2-6 tahun, khususnya anak usia 2-4 tahun. 3. Taman Penitipan Anak TPA adalah salah satu bentuk PAUD ini jalur pendidikan nonformal yang menyelenggaran program pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. Atau dengan perkataan lain, TPA adalah wahana pendidikan dan pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orang tuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam mengasuh anaknya karena bekerja atau sebab lain, (Depdiknas, Program Belajar TPA, Depdiknas, Jakarta 2001). 254
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
Qawwãm• Volume
8 Nomor 2, 2014
Beragam kondisi masyarakat dengan cirri khas masing-masing di daerah, menjadikan bentuk TPA bervariasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat, ada 5 pengelompkkan TPA, yaitu TPA Perkantoran, TPA Pasar, TPA Lingkungan (perumahan), TPA perkebunan dan TPA rumah sakit. Peserta didik, adalah : - anak usia 0-4 tahun yang orang tuanya bekerja (prioritas) - anak usia 0-6 tahun yang tidak mendaptkan layanan pendidikan AUD - peserta didik yang sekurang-kurangnya berusia 3 bln-6 th dan berjumlah 5 orang atau lebih(kecuali anak yang berkebutuhan khusus). KEBERLANJUTAN PROGRAM Sebagai tindak lanjut dari program pelatihan parenting yang telah dilaksanakan di TPQ desa Sekotong Tengah kecamatan Sekotong kecamatan Lombok Barat untuk melihat keberhasilan program, maka beberapa kegiatan lanjutan/pembimbingan antara lain: Pendampingan penyusunan program Pendampingan berupa layanan konsultasi pemberdayaan yang akan dilaksanakan oleh TPQ yang ada di desa Sekotong Tengah Menyiapkan dan membantu evaluasi bagi setiap kegiatan yang akan dilaksanakan terkait dengan program. REKOMENDASI Setelah melakukan rangkaian kegiatan mulai dari tahap sosialisasi sampai dengan pelaksanaan kegiatan ada beberapa poin yang direkomendasikan untuk kelancaran dan kesuksesan kegiatan pada masa yang akan datang seperti: Pelaksanaan dilaksanakan di awal tahun minimal bulan April. Pendampingan harus dilaksanakan secara kontinyu dan berkala. Membangun mitra kerja dengan instansi terkait. Kegiatan diusahakan harus multi years. PENUTUP Sebagaimana diketahui bahwa pelatihan parenting for social skill yang dilaksanakan adalah merupakan salah satu bentuk kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dilaksanakan di desa Sekotong Tengah kecamatan Sekotong kabupaten Lombok Barat. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para orang tua, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan pemerintah desaagar memiliki rasa peduli dan tanggung jawab untuk Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram
255
Rendra Khaldun dan Azwandi
kesuksesan dan keberhasilan pendidikan anak usia dini khususnya tentang bagaimana menumbuhkembangkan kecerdasan anak, memperlakukan anak dan bagaimana mengajak mereka untuk bergaul dengan anak seusianya, orang tua, dengan sifat-sifat sosial yang ada pada mereka. Kegiatan pelatihan pemberdayaan stakeholders yang telah dilaksanakan tentunya masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya konstruktif diharapkan untuk lebih sempurnanya kegiatan yang akan dilaksanakan pada masa mendatang. Atas bantuan dan kerjasama dari semua fihak (LPM IAIN Mataram, PAUD Tunas Bangsa, masyarakat desa Kekait disampaikan jazakumullah khairal jaza’. Demikian laporan kegiatan pelatihan parenting for social skill ini dibuat dan semoga dapat bermanfaat bagi masyarakat Sekotong Tengah dan IAIN Mataram dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
256
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Mataram