ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENYAJIAN, DAN PENGUNGKAPAN ASET TETAP DALAM LAPORAN KEUANGAN PT. BHINEKA CIPTABAHANA PURA DAN KESESUAIANNYA DENGAN PSAK No. 16 (REVISI 2011) Putri Yunita Restu Hajar (1401079515) Binus University, Jakarta, Indonesia,
[email protected]
Kartika Dewi, S.E., Ak., M.B.A Binus University, Jakarta, Indonesia,
[email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini yaitu membahas mengenai analisis pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan aset tetap dalam laporan keuangan pada PT Bhineka Ciptabahana Pura dan kesesuaiannya dengan PSAK No. 16 (Revisi 2011). Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dan data yang digunakan adalah data primer yang mana data diambil langsung dari perusahaan. Hasil yang dicapai yaitu perusahaan belum melakukan uji penurunan nilai guna
menyajikan asetnya dengan benar, selain itu perusahaan tidak
menentukan nilai residu untuk beberapa jenis aset tetapnya. Dari kelemahan diatas penulis menyarankan agar perusahaan dapat melakukan uji penurunan nilai, dan sebaiknya perusahaan dapat menentukan nilai residu untuk beberapa jenis aset tetapnya.
Kata Kunci : Analisis, Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, Pengungkapan, Aset Tetap, PSAK No. 16.
Abstract The purpose of this study is to discuss the analysis of the recognition, measurement, presentation and disclosure of fixed assets in the financial statements at PT Bhineka Ciptabahana and compliance with SFAS No. 16 (Revised 2011). The method used is descriptive method and data used are primary data where the data is taken directly from the company. Results achieved the company has not performed an impairment test in order to present their assets correctly, other than that the company did not specify the value of residues for several types of fixed assets. Of the weakness of the above authors suggest that the company can perform an impairment test, and the company should be able to determine the residual value for some types of fixed assets.
Keywords: Analysis, Recognition, Measurement, Presentation, Disclosure, Fixed Assets, SFAS No. 16.
PENDAHULUAN Semakin pesatnya pelaksanaan pembangunan di berbagai sektor industri yang didukung oleh kemajuan teknologi dan globalisasi pasar internasional akan berdampak pada timbulnya persaingan yang ketat di antara perusahaan. Hal ini tentu saja menuntut pihak manajemen perusahaan untuk dapat lebih memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya agar dapat digunakan secara efisien dan efektif, sehingga hanya perusahaan yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam kegiatan operasionalnya saja yang dapat bertahan dan memenangkan persaingan global ini. Untuk mendukung kegiatan operasionalnya, setiap bentuk badan usaha yang ada saat ini, mulai dari yang berukuran kecil hingga yang berskala besar pasti akan memanfaatkan aset yang dimiliki. Dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan, aset tetap merupakan sumber atau harta berwujud yang termasuk sumber usaha yang dimiliki perusahaan yang memberikan manfaat jangka panjang. Manfaat yang diberikan aset tetap umumnya semakin lama semakin menurun, kecuali manfaat yang diberikan oleh tanah. Lebih jauh lagi, penentuan apakah suatu pengeluaran merupakan suatu aset atau beban dapat berpengaruh signifikan pada hasil operasi yang dilaporkan perusahaan. Trio Mandala Putra (2013) menyatakan bahwa “Aset tetap memiliki peranan penting untuk kelancaran operasional perusahaan. Dalam memaksimalkan peranan tersebut dibutuhkan kebijakan yang tepat dalam pengelolaan aset tetap”. Dalam keadaan seperti ini, para pengambil keputusan akan sangat memerlukan alat informasi mengenai aset tetap yaitu akuntansi aset tetap. Penelitian ini bertujuan menilai sejauh mana perusahaan telah menerapkan kebijakan akuntansi aset tetap yang sesuai dengan teori, dimana berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16 dalam aktivitas perusahaan. Dalam melakukan kegiatan penilaian atas suatu aset, tentunya terdapat standar – standar atau pedoman yang harus diikuti oleh perusahaan. Hal tersebut perlu dilakukan agar perusahaan dapat mengukur nilai aset sesuai dengan nilai pasar dan terdapat keseragaman pada semua perusahaan/entitas. Pedoman bagi setiap entitas terkait kegiatan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan aset tetap adalah PSAK No.16 tentang Aset Tetap. PSAK No.16 pertama kali diberlakukan pada tahun 1994 dan mengalami revisi pada tahun 2007. Perubahan Standar Akuntansi pencatatan laporan keuangan akan menimbulkan dampak yang signifikan dalam menghitung pembukuan perusahaan, baik bagi perusahaan itu sendiri, investor, maupun pemerintah.
Dengan datangnya pemegang – pemegang saham baru pada PT Bhineka Ciptabahana Pura dapat memungkinkan terjadinya ekspansi bidang usaha lainnya dan perusahaan dapat menjadi perusahaan yang lebih besar dan dipercaya oleh pihak internal dan eksternal. PT Bhineka Ciptabahana Pura membutuhkan standar perhitungan terkait aset tetap guna memastikan nilai dan masa manfaatnya yang terkait erat sebagai penunjang operasional perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan. Tentunya setiap perusahaan memiliki kebijakan akuntansi yang berbeda dalam mengakui, menghitung masa manfaat, penyusutan dan pencatatan serta pengungkapan asetnya. Namun dengan adanya PSAK No.16 diharapkan terdapat keseragaman dalam menghitung masa manfaat, penyusutan, pencatatan dan penyajian aktiva tetap perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui apakah penerapan akuntansi aset tetap pada PT Bhineka Ciptabahana Pura telah sesuai dengan PSAK No.16 (Revisi 2011), serta untuk menganalisis dampak penerapan PSAK No.16 (Revisi 2011) terhadap laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan, maka telah diputuskan untuk dilakukannya penelitian laporan tugas akhir pada perusahaan jasa PT Bhineka Ciptabahana Pura untuk laporan tugas akhir dengan judul ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENYAJIAN, DAN PENGUNGKAPAN ASET TETAP DALAM LAPORAN KEUANGAN PT. BHINEKA CIPTABAHANA PURA DAN KESESUAIANNYA DENGAN PSAK No.16 (REVISI 2011). Dari penelitian tersebut, diharapkan dapat mengetahui bagaimana perusahaan menyikapi revisi PSAK No.16 tahun 2011 terhadap laporan keuangannya, dan bagaimana dampaknya kepada perusahaan, sehingga apabila ditemukannya ketidaksesuaian dengan standar yang berlaku, maka skripisi ini dapat memberikan masukan kepada perusahaan.
METODE PENELITIAN Pengumpulan data dalam melakukan penelitian ini dengan mendeskriptifkan data-data yang telah terkumpul dan menganalisis untuk memecahkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sehingga dapat ditarik kesimpulan dan memberikan saran-saran yang dianggap perlu. Untuk memperoleh data-data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: Studi Lapangan (Field Research) Penulis melakukan riset langsung ke lapangan dengan cara mendatangi objek penelitian untuk menjelaskan masalah-masalah yang ada dengan mengumpulkan data dari PT. XYZ, data yang digunakan berupa laporan keuangan dari PT. XYZ dan perusahaan sejenis yang digunakan sebagai bahan pembanding. Untuk memperoleh data yang relevan sesuai dengan masalah yang akan dibahas maka proses pengumpulan data dan informasi dilapangan yang dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu : 1. Metode Pengamatan (Observation) Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan peninjauan langsung ke perusahaan untuk mendapatkan data perusahaan yang terkait dengan objek penelitian dan memperoleh gambaran nyata tentang permasalahan yang akan diteliti oleh penulis. 2. Metode Wawancara (Interview) Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan wawancara atau tanya jawab langsung dengan berbagai pihak terkait dengan masalah yang dihadapi perusahaan yang berkaitan dengan skripsi penulis. 3. Metode Reperformance Dalam metode ini, penulis membahas kembali semua data yang ada kaitannya dengan melakukan perhitungan kembali yang disesuaikan dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Prosedur dan tahap-tahap yang harus dilalui apabila melakukan penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan Fokus Penelitian Hal pertama yang dilakukan sebelum memulai seluruh tahap penelitian kualitatif adalah menetapkan research question. Research question yang dalam penelitian kualitatif disebut sebagai fokus Penelitian, adalah pertanyaan tentang hal-hal yang ingin dicari jawabannya melalui penelitian tersebut. Fokus penelitian harus ditetapkan pada awal penelitian karena fokus penelitian berfungsi untuk memberi batas hal-hal yang akan diteliti. Fokus penelitian berguna dalam memberikan arah selama proses penelitian,
utamanya pada saat pengumpulan data, yaitu untuk membedakan antara data mana yang relevan dengan tujuan penelitian kita. 2.
Menentukan Setting dan Subyek Penelitian Dalam penelitian kualitatif, setting penelitian akan mencerminkan lokasi penelitian yang langsung berkaitan pada fokus penelitian yang telah ditetapkan sejak awal. Setting penelitian ini tidak dapat diubah kecuali fokus penelitiannya diubah. Hal ini berbeda dengan penelitian kuantitatif yang baru menentukan lokasi penelitian setelah ditetapkan beberapa hal sebelumnya, seperti research question (rumusan masalah penelitian) populasi dan sampel. Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subyek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.
3.
Pengumpulan Data, Pengolahan Data, dan Analisis Data Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang berkesinambungan sehingga tahap pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data dilakukan secara bersamaan selama proses penelitian. Dalam penelitian kualitatif pengolahan data tidak harus dilakukan setelah data terkumpul, atau analisis data tidak mutlak dilakukan setelah pengolahan data selesai. Dalam hal ini sementara data dikumpulkan, peneliti dapat mengolah dan melakukan analisis data secara bersamaan. Sebaliknya pada saat menganalisis data, peneliti dapat kembali lagi ke lapangan untuk memperoleh tambahan data yang dianggap perlu dan mengolahnya kembali.
4.
Penyajian Data Prinsip dasar penyajian data adalah membagi pemahaman kita tentang sesuatu hal pada orang lain. Oleh karena ada data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan tidak dalam bentuk angka, penyajian biasanya berbentuk uraian kata-kata dan tidak beupa table-tabel dengan ukuran statistik.
HASIL DAN BAHASAN Pengakuan Aset Tetap Suatu aset yang diakui sebagai aset tetap pada PT Bhineka Ciptabahana Pura apabila aset tersebut diperoleh berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan memiliki masa manfaat yang lebih dari satu tahun. Pengakuan awal atas aset yang dimiliki dengan mencatat nilai aset tetap yang sudah diakui sebagai kepemilikan oleh perusahaan. PT Bhineka Ciptabahana Pura telah melakukan pengakuan aset tetap sesuai dengan syarat – syarat PSAK dalam hal – hal apa saja yang menjadikan suatu benda atau aset dinyatakan sebagai suatu aset tetap. Pengakuan – pengakuan tersebut harus dapat diukur dengan nilai ekonomi yang andal. Yang jelas aset tetap diakui saat terjadi pengalihan kepemilikan dengan didukung bukti – bukti yang sah dan jelas. Dan umumnya aset yang diakui oleh PT Bhineka Ciptabahana Pura berdasarkan suatu transaksi pembelian dari pihak lain. Pengukuran Aset Tetap Berdasarkan kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan, perusahaan menggunakan metode biaya (cost model) dalam melakukan pengukuran aset yang diperolehnya. Dimana perhitungannya sebagai berikut : Biaya perolehan – Akumulasi penyusutan. Biasanya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh aset tersebut adalah harga beli, pajak, biaya pemasangan, ongkos angkut, biaya-biaya ini dimasukan sebagai harga perolehan aset tetap perusahaan. Penyusutan Aset Tetap Dalam PSAK No. 16 tidak menentukan metode penyusutan yang harus digunakan oleh perusahaan. Sehingga setiap perusahaan bebas menentukan metode penyusutan aset tetap dan digunakan bila dapat dianggap baik bagi perusahaan. Metode tersebut antara lain: metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun ganda (double declining balance method), dan metode jumlah unit (sum of the year digit method).
Metode penyusutan aset tetap harus ditetapkan secara konsisten dan berkelanjutan. Rata – rata perusahaan menerapkan metode garis lurus dikarenakan mudah pengimplementasiannya. Penyusutan aset tetap dilakukan dengan cara mengalokasikan nilai perolehan aset tetap dalam ukuran yang sama setiap periode akuntansi keperkiraan biaya selama taksiran umur aset tetap yang bersangkutan. Biaya perolehan dan akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari kelompok aset tetap yang bersangkutan dan laba atau rugi yang terjadi dicatat dalam operasi tahun berjalan. Contoh perhitungan penyusutan perusahaan yang salah dengan menggunakan metode garis lurus: Pada aset tetap perusahaan bagian inventaris kantor, perusahaan menggunakan metode garis lurus (straight line method) yang memiliki masa manfaat 4-8 tahun. Perusahaan sudah benar melakukan perhitungan harga perolehan yang dibebankan pada setiap barang yang dibeli di tanggal perolehan yang sama. Akan tetapi, perusahaan tidak menerapkan aturan akuntansi yang mana diharuskan lebih dari tanggal 15 seharusnya masuk ke perhitungan bulan depannya. Tetapi disini perusahaan menyamaratakan dari tangal 1 hingga tanggal 30 masuk di perhitungan bulan tersebut. Sebagai contoh : Nama Aset : Printer Brother Tanggal Perolehan : 17 Februari 2012 Cost : Rp. 3,490,000 Masa manfaat : 4 Tahun atau 25% Metode Penyusutan : Straight Line Perhitungan : 11/12 x Rp. 3,490,000 x 25% = Rp. 799,791.667 Perhitungan tersebut yang dihitung oleh perusahaan untuk aset tetap inventaris kantornya, tetapi perhitungan tersebut salah karena yang benar menurut aturan akuntansi seharusnya adalah : Printer Brother : 10/12 x Rp. 2,908,333 x 25% = Rp. 727, 083,333 Jadi besarnya biaya penyusutan untuk tahun 2012 yaitu Rp. 727, 083,333 dan jurnal yang harus dibuat yaitu: Biaya Penyusutan – Printer Brother Akumulasi Penyusutan Perhitungan yang dilakukan perusahaan Perhitungan yang benar Selisih
Rp. 727, 083,333 Rp. 727, 083,333 : :
Rp. 799,791.667 Rp. 727, 083,333 : Rp. 72,708,334
Penyajian Aset Tetap Aset tetap akan disajikan pada laporan keuangan / neraca (laporan posisi keuangan). Pada laporan posisi keuangan, aset yang dimiliki oleh perusahaan (aset lancar dan tidak lancar) disajikan secara terpisah. Perusahaan menyajikan terlebih dahulu aset – aset yang memiliki sifat likuiditas cepat, selanjutnya perusahaan menyajikan aset tidak lancar (aset tetap). Nilai aset tetap yang disajikan pada laporan posisi keuangan merupakan nilai bersih atas aset – aset tetap tersebut pada tahun pelaporan yang disebut dengan nilai buku, yakni setelah harga perolehan dikurangi beban penyusutan. Pengungkapan Aset Tetap Pembaca laporan keuangan pastinya membutuhkan data yang jelas terkait aktivitas – aktivitas perusahaan. Setiap perusahaan dengan wajar mengungkapkan kebijakan – kebijakan terkait aset tetap dalam laporan keuangannya dengan tujuan pembaca laporan keuangan dapat memahami bagaimana perusahaan melakukan pengakuan, pengukuran, penyusutan, penyajian, dan pengungkapan aset tetap.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Di dalam suatu perusahaan sudah sewajarnya menerapkan kebijakan dan prosedur akuntansi yang berlaku, begitu juga dengan prosedur yang diterapkan pada PT Bhineka Ciptabahana Pura terkait dengan aset tetap berwujud. Kebijakan akuntansi pada PT Bhineka Ciptabahana Pura akan dibandingkan kesesuaiannya dengan PSAK No.16 (revisi 2011) Aset Tetap. Kesesuaiannya dengan standar akuntansi yang berlaku sangatlah penting karena hal ini berlaku umum untuk semua kegiatan usaha atau bisnis. Dengan adanya keseragaman maka akan menciptakan suatu nilai atau standar ukuran yang sama pula, baik dari pengakuan awal, pengukuran, penghentian, dan penyajian serta pengungkapannya. Berdasarkan penelitian dan pengolahan data yang dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari PT Bhineka Ciptabahana Pura, maka dapat disimpulkan bahwa pengakuan yang dilakukan oleh PT Bhineka Ciptabahana Pura telah sesuai dengan PSAK No.16 (revisi 2011). Perusahaan mengakui aset sebagai aset yang dimiliki dengan ketentuan bahwa aset yang dimiliki atau yang diperoleh adalah aset yang memiliki masa manfaat dan memberikan manfaat ekonomis kepada perusahaan lebih dari satu periode, dan mampu mendukung kegiatan operasional perusahaan, baik yang rutin maupun tidak rutin. Selain itu dalam penerapan PSAK No. 16 (Revisi 2011) perusahaan memiliki dampak yang berpengaruh terhadap laporan keuangan perusahaan, yaitu perusahaan belum melakukan uji penurunan nilai sehingga perusahaan belum dapat menyajikan nilai asetnya dengan wajar, yang mana akan berdampak pada laporan keuangan yang kurang relevan. Pada pengukuran aset tetap, PT Bhineka Ciptabahana Pura telah sesuai dengan model biaya pada PSAK No.16 (revisi 2011) dimana aset yang diakui, diukur, dan dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Penyajian aset tetap yang dilakukan oleh PT Bhineka Ciptabahana Pura telah sesuai dengan PSAK No.16 (revisi 2011) yaitu disajikan dalam laporan keuangan perusahaan dengan menyajikan aset lancar dan tidak lancar secara terpisah. Perusahaan menyajikan terlebih dahulu aset – aset lancar yang dimilikinya selanjutnya menyajikan aset tidak lancarnya (aset tetap). Pada pengungkapan aset tetap, perusahaan dengan wajar mengungkapkan kebijakan – kebijakan yang terkait aset tetap dalam laporan keuangannya dengan tujuan pembaca laporan keuangan dapat memahami bagaimana perusahaan melakukan pengakuan, pengukuran, penyusutan, penyajian, dan pengungkapan atas aset tetapnya. Perhitungan untuk metode penyusutan pada perusahaan sudah benar yaitu harga perolehan dibagi dengan umur manfaat aset tetap. Tetapi perusahaan tidak mempunyai nilai sisa (Residu) sebagai pengurang dari harga perolehan sehingga perusahaan tidak akan mengetahui berapa taksiran nilai sisa yang seharusnya ditaksir oleh perusahaan itu sendiri. Perusahaan seharusnya menentukan nilai residu untuk beberapa jenis asetnya seperti, kendaraan dan perusahaan pun belum melakukan kesesuaiannya dengan PSAK No.16 (revisi 2011) dalam pencatatan penyusutannya. Perusahan belum tepat dalam memulai penyusutannya dan belum bisa menempatkan sesuai lokasi dan kondisi yang diinginkan. Saran Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan dan penarikan simpulan, maka peneliti dapat memberikan saran – saran yang sekiranya memiliki manfaat bagi kemajuan dan perkembangan PT. Bhineka Ciptabahana Pura antara lain: 1. Pihak manajemen perusahaan perlu memperhatikan perkembangan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia. Dengan menerapkan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia, maka laporan keuangan perusahaan akan memiliki tingkat keandalan yang baik sehingga dapat menarik investor untuk dapat menanamkan modalnya pada perusahaan. 2. a. Sebaiknya perusahaan melakukan uji penurunan nilai agar dapat menyajikan asetnya dengan nilai yang mendekati nilai wajar. b. Sebaiknya perusahaan dapat menetapkan dan mengestimasi nilai sisa (Residu) untuk beberapa jenis aset tetapnya karena nilai residu berguna untuk perusahaan mengetahui taksiran berapa nilai sisa pada suatu aset. c. Terkait pencatatan penyusutan yang dilakukan oleh PT Bhineka Ciptabahana Pura seharusnya perusahaan memulai penyusutan saat aset tersebut siap untuk digunakan.
REFERENSI Hery. (2011). Aktiva, Utang dan Modal. Yogyakarta: Gaya media. Hery, S. M. (2013). Akuntansi Dasar 1 dan 2. Jakarta: Grasindo. Hery, S.M. (2012). Pengantar Akuntansi I. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia IAI. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia IAI. (2009). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Jinlu, Lai. (2013). Research on Issues Related to Evaluation of Fixed Assets Impairment. Economics and Management College, Wuhan Institute of Technology. Volume 2 Issue 4. Karouw, H. F. (2013). Analisis Penerapan PSAK No. 48 (Revisi 2009) Penurunan Nilai Aset Tetap pada Rumah Sakit Umum Pusat Prof. DR. R. D. Kandou Manado. Jurnal Ilmiah Emba: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi , Vol.1 (4). Kieso, D. W. (2011). Intermediate Accounting: IFRS Edition. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc. Lam, N. &. (2009). Intermediate Financial Reporting. Singapore: Mc Graw Hill. Nichols, L.M. (2013). An Investigation of The Effect of Reporting Alternatives for Fixed Assets on Financial Statement Users in The United States and The European Union. International Business & Economics Research Journal, Volume 3, Number 8. Purba, M. P. (2013). Akuntansi Keuangan Aset Tetap dan Aset Tidak Berwujud. Yogyakarta: Graha Ilmu. Putra, T. M. (2013). Analisis Penerapan Akuntansi Aset Tetap pada CV Kombos Manado. Jurnal Ilmiah Emba: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi , Vol.1 (3). Sari, M. R. (2013). Analisis Pengakuan, Pengukuran, Penyajian dan pengungkapan Aset Tetap dalam Laporan Keuangan PT Dwi Putra Jasa Prima dan Kesesuaiannya dengan PSAK No. 16 (Revisi 2007). Skripsi Universitas Bina Nusantara,Jakarta. Senga, D.S. (2010). Managerial Incentives Behind Fixed Asset Revaluations: Evidence From New Zealand Firms. Journal Department of Accountancy and Business Law, 3. Surya, R. (2012). Akuntansi Keuangan Versi IFRS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Warren, C. R. (2012). Accounting 25th Edition. South-Western: Cengage Learning.
Weygandt, J. K. (2009). Accounting Principles. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc. Weygandt, J. K. (2011). Financial Accounting: IFRS Edition. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc. Wulandari, R. L. (2010). Penerapan Penilaian Aset Tetap Berdasarkan International Financial Reporting Standards pada PT Bank Jatim Cabang Nganjuk. Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya .
RIWAYAT PENULIS Putri Yunita Restu Hajar lahir di kota Jakarta pada 14 Juni 1992, Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2014.