Psikologi Sosial Modul ke:
Prasangka; Penyebab, Konsekuensi & Cures (2)
Fakultas
Psikologi www.mercubuana.ac.id
Program Studi
Psikologi
Reno Laila Fitria, M.Si.
Stereotipe: Komponen Kognitif
ttp://www.affordablenursingschools.com/professional-male-nurses/
http://www.snipview.com/q/African-American_musicians
Lihat Video Berikutnya!
Stereotipe: Komponen Kognitif • A stereotype is a generalization about a group of people, in which identical characteristics are assigned to virtually all members of the group, regardless of actual variation among the members. The stereotypic quality might be physical, mental, or occupational: blondes are ditzy bimbos, jocks are dumb, engineers are geeks. Blue-collar workers and Wall Street bankers have uncomplimentary stereotypes of each other. (Aronson, E., Wilson, T. D., & Akert, R. M.,2010). • Stereotipe:proses kognitifÆ bisa positif atau negatif. Jika anda menyukai kelompok tertentu maka stereotipe Anda positif, jika Anda tidak menyukai kelompok tertentu maka stereotipe anda terhadap PERILAKU YANG SAMA akan negatif.
Stereotipe: Komponen Kognitif • Stereotyping is merely a technique that all of us use to simplify how we look at the world—a useful tool in the mental toolbox. Gordon Allport (1954) described stereotyping as “the law of least effort”: Because the world is too complicated for us to have a highly differentiated attitude about everything, we maximize our cognitive time and energy by developing elegant, accurate attitudes about some topics while relying on simple, sketchy beliefs for others (Aronson, E., Wilson, T. D., & Akert, R. M.,2010). • Manusia Æ Kikir Kognitif (WAJAR) • Jika seorang anggota kelompok tertentu berperilaku sesuai ekspektasi kitaÆ mengkonfirmasi & memperkuat Stereotipe kita. Yang berbeda adalah: PENGECUALIAN
Stereotipe: Komponen Kognitif
Stereotipe: Komponen Kognitif
Stereotipe: Komponen Kognitif • Kognisi manusia melanggengkan proses berpikir stereotipe melalui yang disebut dengan phenomenon of illusory correlation . • Ketika kita mengharapkan dua hal memiliki hubungan, maka kita membodohi diri kita sendiri dengan mempercayai bahwa memang dua hal tersebut berhubungan, bahkan ketika kedua hal tersebut sama sekali tidak ada hubungannya. • Illusory correlation seringkali terjadi jika peristiwa atau orang terlihat menyolok atau sangat berbeda dari apa yang biasa kita lihat atau dari kejadian sosial yang kita telah terbiasa dengannya. • Contoh: Muslim dan Kekerasan • 2 Milyar Muslim
• Sekarang Anda Tuliskan 2 kasus yang menurut Anda dapat menggambarkan Illusory Correlation!
Emosi: Komponen Afektif • Dialog 1:
Sumber: Aronson, E., Wilson, T. D., & Akert, R. M. (2010). Social Psychology (8th ed.). New Jersey, USA: Prentice Hall
Emosi: Komponen Afektif • Dialog 2:
Diskriminasi: Komponen Behavioral • Unjustified negative or harmful action toward a member of a group solely because of his or her membership in that group (Aronson, E., Wilson, T. D., & Akert, R. M. (2010). Social Psychology (8th ed.). New Jersey, USA: Prentice Hall ) • Microagression • Social Distance • etc
Mengukur Prasangka Implisit • Saat ini orang lebih banyak menyembunyikan prasangka mereka karena mereka menghindari untuk dicap sebagai rasis, seksis, anti-Semit, homofobia, dst • Beberapa peneliti menciptakan alat ukur untuk mengukur Prasangka Implisit Rasisme dan prasangka lainnya: • The Bogus Pipeline • Impicit Association Test (IAT)Æ timbul kontroversi apakah IAT benar-benar dapat mengukur dan memprediksi prasangka • Mengukur prasangkan implisit juga dapat dilakukan dengan cara mengamati bagaimana seseorang berperilaku ketika mereka marah, stres, ketika self-esteem mereka direndahkan, atau ketika mereka tidak memiliki kontrol pada intensi sadar mereka. Seringkali mereka berperilaku agresif dan bermusuhan terhadap target yang terstereotipekan ketimbang anggota kelompok mereka sendiri.
Dampak Pada Korban Prasangka • Prevalensi Stereotipe dan Prasangka Æ self-fulfilling prophecies baik pada anggota kelompok mayoritas maupun pada korban prasangka. • Ancaman Streotipe (Streotype Threat): kecemasan yang dirasakan oleh beberapa kelompok ketika stereotipe tentang kelompok mereka diaktivasi, cth: perempuan tidak terlalu bagus dalam menghadapi Matematika ketimbang pria, orang Asia jauh lebih cerdas ketimbang orang kulit putih.
Apa yang Menyebabkan Prasangka • • • •
Tekanan untuk Konformitas: Aturan Normatif Kategorisasi Sosial: Kita VS Mereka Bagaimana kita memberikan makna: atribusional bias Kompetisi ekonomi: Realistic Conflict Theory
Bagaimana Mengurangi Prasangka • The Contact Hypothesis • Ketika kontak mengurangi Prasangka: 6 Kondisi • Kerjasama dan Interdependensi: The Jigsaw Classroom
Daftar Pustaka • Aronson, E., Wilson, T. D., & Akert, R. M. (2010). Social Psychology (8th ed.). New Jersey, USA: Prentice Hall Æ Buku Wajib • Baron, R. A., Branscombe, N. R., & Byrne, D. (2013). Social Psychology (13th ed.). Massachusetts, USA: Pearson/Allyn & Bacon • Hogg, M. A., & Vaughan, G. M. (2010). Essentials of Social Psychology. Essex, England: Prentice-Hall • Baron, R.A., & Byrne, D. (2008). Social Psychology (12th Ed.). Boston: Pearson Education. • Boeree, C.G. (2008). Psikologi Sosial. Jogjakarta: Ar-Ruz Media. • Sarwono, S.W. (1999). Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. • Taylor, S.E., Peplau, L.A., & Sears, D.O. (2009). Psikologi Sosial (Terjemahan) (Edisi Kedua Belas). Jakarta: Pranada Media Group
Terima Kasih