BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 57/07/21/Th. XI, 18 Juli 2016
PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016
Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Kepulauan Riau pada bulan Maret 2016 sebanyak 120.412 orang (5,98 persen). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada September 2015 yang berjumlah 114.834 orang (5,78 persen), secara absolut mengalami pertambahan sebanyak 5.578 orang atau bertambah sebesar 0,20 poin.
Selama periode September 2015-Maret 2016, penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah sebanyak 4.692 orang dari 83.087 orang menjadi 87.779 orang, demikian pula halnya di daerah perdesaan secara absolut mengalami pertambahan jumlah penduduk miskin sebanyak 886 orang.
Secara relatif persentase penduduk miskin daerah perkotaan mengalami penambahan 0,16 poin selama periode September 2015-Maret 2016, yaitu dari 5,00 persen menjadi 5,16 persen. Sementara di perdesaan persentase penduduk miskin juga bertambah sebesar 0,68 poin, yaitu dari 9,75 persen menjadi 10,43 persen.
Peranan komoditas makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2016, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 67,42 persen, sedangkan sumbangan Garis Kemiskinan Bukan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2016 adalah sebesar 32,58 persen.
Komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di daerah perkotaan adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, dan telur ayam ras, sedangkan di daerah perdesaan adalah komoditas beras, rokok kretek filter, kue basah, dan telur ayam ras. Untuk komoditas bukan makanan, kontribusi terbesar terhadap Garis Kemiskinan adalah biaya perumahan, listrik, dan bensin baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan.
Pada periode September 2015-Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukkan penurunan di daerah perkotaan sedangkan di daerah perdesaan mengalami kenaikan. Pola serupa terjadi pada Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), yang mana terjadi penurunan di daerah perkotaan dan peningkatan di daerah perdesaan.
Berita Resmi Statistik Provinsi Kepulauan Riau No 57/07/21/Th. XI, 18 Juli 2016
1
1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau, September 2015-Maret 2016 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Riau pada periode September 2015Maret 2016 bertambah sebanyak 5.578 orang, yaitu dari 114.834 orang pada September 2015 menjadi 120.412 orang pada Maret 2016. Persentase penduduk miskin bertambah sebesar 0,20 poin yaitu dari 5,78 persen menjadi 5,98 persen pada periode tersebut. Jumlah penduduk miskin daerah perkotaan bertambah sebanyak 4.692 orang, dari 83.087 orang pada September 2015 menjadi 87.779 orang pada Maret 2016. Sementara di daerah perdesaan, penduduk miskin bertambah sebanyak 886 orang, dari 31.747 orang pada September 2015 menjadi 32.633 orang pada Maret 2016. Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Kepulauan Riau Menurut Daerah, September 2015-Maret 2016 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah/Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (Org)
Persentase Penduduk Miskin
Makanan
Bukan Makanan
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
September 2015
318 580
166 916
485 496
83 087
5,00
Maret 2016
326 014
168 404
494 418
87 779
5,16
September 2015
343 566
113 367
456 933
31 747
9,75
Maret 2016
353 153
113 836
466 989
32 633
10,43
September 2015
322 677
158 135
480 812
114 834
5,78
Maret 2016
330 442
159 715
490 157
120 412
5,98
(1) Perkotaan
Perdesaan
Kota+Desa
Sumber: Diolah dari data Susenas, September 2015 dan Maret 2016.
2. Perubahan Garis Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau, September 2015-Maret 2016 Banyak sedikitnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama September 2015-Maret 2016, pertumbuhan Garis Kemiskinan sebesar 1,94 persen, yaitu dari Rp.480.812,- per kapita per bulan pada September 2015 menjadi Rp.490.157,- pada Maret 2016. Pada periode yang sama, garis kemiskinan daerah perkotaan tumbuh sebesar 1,84 persen dan di wilayah perdesaan pertumbuhannya sebesar 2,20 persen. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditas makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan. Pada Maret 2016 peranan GKM terhadap GK sebesar 67,42 persen, sedangkan pada September 2015 peranan GKM terhadap GK sebesar 67,11 persen. Di daerah perkotaan peranan GKM terhadap GK terlihat meningkat dari 65,61 persen pada September 2015 menjadi 65,93 persen 2
Berita Resmi Statistik Provinsi Kepulauan Riau No 57/07/21/Th. XI, 18 Juli 2016
pada Maret 2016, demikian pula di perdesaan peranan GKM terhadap GK terlihat meningkat dari 75,19 persen pada September 2015 menjadi 75,62 persen pada Maret 2016. Komoditas makanan yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras. Pada Maret 2016, sumbangan pengeluaran beras terhadap Garis Kemiskinan Makanan sebesar 23,34 persen di perkotaan dan 31,81 persen di perdesaan. Selain beras, komoditas makanan lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan Makanan adalah rokok kretek filter (12,53 persen di perkotaan, 15,68 persen di perdesaan), daging ayam ras (7,81 peren di perkotaan, 2,18 persen di perdesaan), telur ayam ras (5,48 persen di perkotaan, 4,36 persen di perdesaan), dan mie instan (4,21 persen di perkotaan, 4,09 persen di perdesaan). Untuk komoditas bukan makanan, biaya perumahan mempunyai peranan yang cukup besar terhadap Garis Kemiskinan Bukan Makanan, yaitu 31,07 persen di perkotaan dan 36,53 persen di perdesaan. Komoditas bukan makanan lainnya yang berpengaruh cukup besar pada Garis Kemiskinan Bukan Makanan antara lain: biaya yang dikeluarkan untuk listrik (14,14 persen di perkotaan, 11,01 persen di perdesaan), bensin (10,36 persen di perkotaan, 9,26 persen di perdesaan), pendidikan (6,87 persen di perkotaan, 5,17 persen di perdesaan).
Tabel 2. Peranan Beberapa Komoditas Makanan Terhadap Garis Kemiskinan Makanan di Provinsi Kepulauan Riau, Maret 2016 Komoditas
Perkotaan (%)
Perdesaan (%)
(1)
(2)
(3)
1. Beras
23,34
31,81
2. Rokok Kretek Filter
12,53
15,68
3. Daging Ayam Ras
7,81
2,18
4. Telur Ayam Ras
5,48
4,36
5. Mie Instan
4,21
4,09
6. Tongkol/Tuna/Cakalang
3,38
3,06
7. Kue Basah
3,31
5,49
8. Gula Pasir
3,15
6,19
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2016.
Berita Resmi Statistik Provinsi Kepulauan Riau No 57/07/21/Th. XI, 18 Juli 2016
3
Tabel 3. Peranan Beberapa Komoditas Bukan Makanan Terhadap Garis Kemiskinan Bukan Makanan di Provinsi Kepulauan Riau, Maret 2016 Komoditas (1)
Perkotaan (%) (2)
Perdesaan (%) (3)
1. Perumahan
31,07
36,53
2. Listrik
14,14
11,01
3. Bensin
10,36
9,26
4. Pendidikan
6,87
5,17
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2016.
3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode September 2015-Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan adanya perubahan. Indeks Kedalaman Kemiskinan bertambah 0,026 poin dari 0,864 pada September 2015 menjadi 0,890 pada Maret 2016. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan dari 0,232 pada September 2015 menjadi 0,201 pada Maret 2016 (Tabel 4). Di daerah perkotaan pada periode September 2015-Maret 2016 Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 0,797 menjadi 0,773, demikian pula halnya dengan Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami penurunan dari 0,226 menjadi 0,180. Sedangkan di daerah perdesaan pada periode September 2015-Maret 2016 Indeks Kedalaman Kemiskinan mengalami peningkatan dari 1,204 menjadi 1,529. Demikian pula halnya dengan Indeks Keparahan Kemiskinan yang juga meningkat dari 0,258 menjadi 0,312 (Tabel 4).
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Kepulauan Riau No 57/07/21/Th. XI, 18 Juli 2016
Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Provinsi Kepulauan Riau Menurut Daerah, September 2015-Maret 2016 Tahun
Kota
Desa
Kota + Desa
(1)
(2)
(3)
(4)
September 2015
0,797
1,204
0,864
Maret 2016
0,773
1,529
0,890
September 2015
0,226
0,258
0,232
Maret 2016
0,180
0,312
0,201
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Sumber: Diolah dari data Susenas, September 2015 dan Maret 2016.
4.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data a.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Head Count Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
b.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
c.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita per hari. Paket komoditas kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditas (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
d.
Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditas kebutuhan dasar bukan makanan diwakili oleh 51 jenis komoditas di perkotaan dan 47 jenis komoditas di perdesaan.
e.
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2015 ini adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Modul Konsumsi dan Pengeluaran bulan Maret 2016. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditas Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditas pokok bukan makanan.
Berita Resmi Statistik Provinsi Kepulauan Riau No 57/07/21/Th. XI, 18 Juli 2016
5