BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No 07/01/21/Th. XII, 3 Januari 2017
PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Kepulauan Riau pada bulan September 2016 sebanyak 119.143 orang (5,84 persen). Jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk miskin pada Maret 2016 yang berjumlah 120.412 orang (5,98 persen), secara absolut mengalami penurunan sebanyak 1.269 orang atau turun sebesar 0,14 poin. Selama periode Maret 2016-September 2016, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sebanyak 1.590 orang dari 87.779 orang menjadi 86.189 orang, sebaliknya di daerah perdesaan secara absolut mengalami kenaikan jumlah penduduk miskin sebanyak 321 orang. Secara relatif persentase penduduk miskin daerah perkotaan mengalami penurunan 0,17 poin selama periode Maret 2016-September 2016, yaitu dari 5,16 persen menjadi 4,99 persen. Sementara di perdesaan persentase penduduk miskin bertambah sebesar 0,04 poin, yaitu dari 10,43 persen menjadi 10,47 persen. Peranan komoditas makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada September 2016,
sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 67,63 persen, sedangkan sumbangan Garis Kemiskinan Bukan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2016 adalah sebesar 32,37 persen. Komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di daerah perkotaan adalah beras, rokok, daging ayam ras, dan telur ayam ras, sedangkan di daerah perdesaan adalah komoditas rokok, beras, gula pasir, dan daging ayam ras. Untuk komoditas bukan makanan, kontribusi
terbesar terhadap Garis Kemiskinan adalah biaya perumahan, listrik, dan bensin baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan.
Pada periode Maret 2016-September 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan.
Berita Resmi Statistik Provinsi Kepulauan Riau No 07/01/21/Th. XII, 3 Januari 2017
1
1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau, Maret 2016-September 2016 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Riau pada periode Maret 2016September 2016 berkurang sebanyak 1.269 orang, yaitu dari 120.412 orang pada Maret 2016 menjadi 119.143 orang pada September 2016. Persentase penduduk miskin berkurang sebesar 0,14 poin yaitu dari 5,98 persen menjadi 5,84 persen pada periode tersebut. Jumlah penduduk miskin daerah perkotaan berkurang sebanyak 1.590 orang, dari 87.779 orang pada Maret 2016 menjadi 86.189 orang pada September 2016. Sementara di daerah perdesaan, penduduk miskin bertambah sebanyak 321 orang, dari 32.633 orang pada Maret 2016 menjadi 32.954 orang pada September 2016. Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Kepulauan Riau Menurut Daerah, Maret 2016-September 2016 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah/Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (Org)
Persentase Penduduk Miskin
Makanan
Bukan Makanan
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Maret 2016
326 014
168 404
494 418
87 779
5,16
September 2016
334 582
171 398
505 980
86 189
4,99
Maret 2016
353 153
113 836
466 989
32 633
10,43
September 2016
366 411
115 276
481 687
32 954
10,47
Maret 2016
330 442
159 715
490 157
120 412
5,98
September 2016
339 924
162 729
502 653
119 143
5,84
(1) Perkotaan
Perdesaan
Kota+Desa
Sumber: Diolah dari data Susenas, Maret 2016 dan September 2016
2. Perubahan Garis Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau, Maret 2016-September 2016 Banyak sedikitnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama Maret 2016-September 2016, pertumbuhan Garis Kemiskinan sebesar 2,55 persen, yaitu dari Rp.490.157,- per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp. 502.653,- pada September 2016. Pada periode yang sama, garis kemiskinan daerah perkotaan tumbuh sebesar 2,34 persen dan di daerah perdesaan pertumbuhannya sebesar 13,15 persen. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan. Pada September 2016 peranan GKM terhadap GK sebesar 67,63 persen, meningkat dibandingkan Maret 2016 yang besarnya 67,42 persen. Di daerah perkotaan peranan GKM terhadap GK juga Berita Resmi Statistik Provinsi Kepulauan Riau No 07/01/21/Th. XII, 3 Januari 2017
2
terlihat meningkat dari 65,94 persen pada Maret 2016 menjadi 66,13 persen pada September 2016, demikian pula halnya untuk di perdesaan peranan GKM terhadap GK juga terlihat meningkat dari 75,62 persen pada Maret 2016 menjadi 76,07 persen pada September 2016. Komoditas makanan yang paling penting bagi penduduk miskin di daerah perkotaan adalah beras. Pada September 2016, sumbangan pengeluaran beras terhadap Garis Kemiskinan Makanan di daerah perkotaan sebesar 25,07 persen. Sebaliknya di daerah perdesaan, komoditas yang menyumbang paling besar terhadap Garis Kemiskinan Makanan adalah rokok, yaitu sebesar 25,94 persen, sedangkan beras menempati urutan kedua peranannya terhadap Garis Kemiskinan Makanan, yaitu sebesar 25,58 persen. Tabel 2. Peranan Beberapa Komoditas Makanan Terhadap Garis Kemiskinan Makanan di Provinsi Kepulauan Riau, September 2016 Komoditas
Perkotaan (% )
(1)
Komoditas
(2)
(3)
Perdesaan (% ) (4)
1. Beras
25,07
1. Rokok
25,94
2. Rokok Kretek Filter
10,26
2. Beras
25,58
3. Daging Ayam Ras
7,00
3. Gula Pasir
5,72
4. Telur Ayam Ras
5,13
4. Daging Ayam Ras
4,66
5. Gula Pasir
4,49
5. Telur Ayam Ras
3,61
6. Kue Basah
3,93
6. Mie Instan
3,41
7. Cabe Merah
3,77
7. Kue Kering/Biskuit
3,13
8. Mie Instan
3,69
8. Tongkol/Tuna/Cakalang
3,05
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2016.
Tabel 3. Peranan Beberapa Komoditas Bukan Makanan Terhadap Garis Kemiskinan Bukan Makanan di Provinsi Kepulauan Riau, September 2016 Komoditas (1)
Perkotaan (%) (2)
Komoditas (3)
Perdesaan (%) (4)
1. Perumahan
29,56
1. Perumahan
36,57
2. Listrik
14,06
2. Listrik
14,41
3. Bensin
9,12
3. Bensin
8,73
4. Pendidikan
6,87
4. Perlengkapan Mandi
4,17
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2016
Biaya perumahan mempunyai peranan yang cukup besar terhadap Garis Kemiskinan Bukan Makanan, yaitu 29,56 persen di perkotaan dan 36,57 persen di perdesaan. Komoditas bukan makanan lainnya yang berpengaruh cukup besar pada Garis Kemiskinan Bukan Makanan antara lain: biaya yang dikeluarkan untuk listrik (14,06 persen di perkotaan, 14,41 persen di perdesaan), Berita Resmi Statistik Provinsi Kepulauan Riau No 07/01/21/Th. XII, 3 Januari 2017
3
bensin (9,12 persen di perkotaan, 8,73 persen di perdesaan). Biaya pendidikan menempati urutan keempat di perkotaan sebesar 6,87 persen sedangkan di daerah perdesaan urutan keempat adalah perlengkapan mandi dengan kontribusi sebesar 4,17 persen.
3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 2016-September 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan adanya perubahan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 0,890 pada Maret 2016 menjadi 0,714 pada September 2016. Demikian pula halnya dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan dari 0,201 pada Maret 2016 menjadi 0,147 pada September 2016 (Tabel 4). Di daerah perkotaan pada periode Maret 2016-September 2016 Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 0,773 menjadi 0,620 dan Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami penurunan dari 0,180 menjadi 0,128. Sedangkan di daerah perdesaan pada periode Maret 2016September 2016 Indeks Kedalaman Kemiskinan mengalami penurunan dari 1,529 menjadi 1,230 dan Indeks Keparahan Kemiskinan menurun dari 0,312 menjadi 0,247 (Tabel 4).
Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Provinsi Kepulauan Riau Menurut Daerah, Maret 2016-September 2016 Tahun
Kota
Desa
Kota + Desa
(1)
(2)
(3)
(4)
Maret 2016
0,773
1,529
0,890
September 2016
0,620
1,230
0,714
0,180
0,312
0,201
0,128
0,247
0,147
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 2016 September 2016 Sumber: Diolah dari data Susenas, Maret 2016 dan September 2016
Berita Resmi Statistik Provinsi Kepulauan Riau No 07/01/21/Th. XII, 3 Januari 2017
4
4. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Head Count Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
b.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan BukanMakanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
c.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita per hari. Paket komoditas kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditas (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
d.
Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditas kebutuhan dasar bukan makanan diwakili oleh 51 jenis komoditas di perkotaan dan 47 jenis komoditas di perdesaan.
e.
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2016 ini adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Modul Konsumsi dan Pengeluaran bulan September 2016. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditas pokok bukan makanan.
Berita Resmi Statistik Provinsi Kepulauan Riau No 07/01/21/Th. XII, 3 Januari 2017
5