No.05/01/81/Th. XVIII, 4 Januari 2016 Agustus 2007 Agustus 2007
PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2015 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada dibawah
Garis Kemiskinan) di Maluku pada bulan September 2015 sebanyak 327.770 orang (19,36 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2015 yang berjumlah 328.410 orang (19,51 persen), dalam satu tahun ini tingkat kemiskinan turun sebanyak 0,15 poindan dari sisi jumlah, penduduk miskin berkurangsebanyak640 orang.
Selama periode Maret2015 s.d. September 2015, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 470 orang, sementara di daerah perkotaan berkurangsebanyak 170 orang. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan masih tinggi, yaitu sebesar 26,70 persen dibandingkan dengan daerah perkotaan yang mencapai 7,83 persen. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan September 2015, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 76 persen. Pada periode September 2014s.d. September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan meningkat. Ini mengindikasikan bahwa dalam periode satu tahun terakhir, rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin jauh di bawah garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga meningkat.
Berita Resmi Statistik No.05/01/81/Th. XVIII, 4Januari 2016
1
1.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku, Maret 2012—September 2015 Tingkat kemiskinan/persentase penduduk miskin pada periode 2012—2015menunjukkan trend yang semakin menurun dari waktu ke waktu (Tabel 1). Dalam tiga tahun terakhir (Maret 2012 ke September 2015), jumlah penduduk yang rata-rata pengeluaran per bulannya di bawah Garis Kemiskinan atau yang kita sebut sebagai penduduk miskin, berkurang sebanyak 219.000 orang. Pada September 2015, BPS mencatat jumlah penduduk miskin di Maluku sebanyak sekitar 327.770 orang, atau bertambah sekitar 20.750 orang jika dibandingkan pada bulan yang sama tahun sebelumnya (September 2014, 307.020 orang). Sejalan dengan itu, dari sisi persentase, tingkat kemiskinan di Maluku pada September 2015 (19,36 persen) juga lebih tinggi dibandingkan September 2014 yang sebesar 18,44 persen. Namun, jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2015, jumlah penduduk miskin di Maluku pada bulan September 2015 berkurang sekitar 640 orang atau 0,15 persen. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Maluku Menurut Daerah, Maret 2012—September2015
Tahun
JumlahPendudukMiskin
PersentasePendudukMiskin
Kota
Desa
Kota + Desa
Kota
Desa
Kota + Desa
Maret2012
57.890
288.880
346.770
9,78
28,87
21,78
Sept 2012
50.300
283.300
333.600
8,39
28,12
20,76
Maret 2013
47.860
268.120
315.990
7,93
26,34
19,49
Sept 2013
49.950
265.260
315.210
7,96
26,30
19,27
Maret 2014
49.830
266.280
316.110
7,80
26,28
19,13
Sept 2014
47.580
259.440
307.020
7,35
25,49
18,44
Maret 2015
51.770
276.640
328.410
7,91
26,90
19,51
Sept 2015
51.600
276.170
327.770
7,83
26,70
19,36
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Selama periode September 2014s.d. September 2015, penduduk miskin di daerah perdesaan bertambah16.730 orang dan di daerah perkotaan berkurangsebanyak4.020 orang. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan masih tinggi, yaitu sebesar 26,70 persen dibandingkan dengan daerah perkotaan yang mencapai 7,83 persen.
Berita Resmi Statistik No.05/01/81/Th. XVIII, 4Januari 2016
2
Gambar 1. Trend Tingkat Kemiskinan di Maluku Maret 2012— Sept 2015
21,78 20,76 19,49
19,27
19,51
19,13
19,36
18,44
Mar 2012
2.
Sept 2012
Mar 2013
Sept 2013
Mar 2014
Sep-14 Mar-15 Sep-15
Perkembangan Tingkat Kemiskinan September 2014—September 2015 Jumlah penduduk miskin di Maluku pada bulan September 2015 sebanyak 327.770 orang (19,36 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan September 2014 yang berjumlah 307.020 orang (18,44 persen), dalam satu tahun ini tingkat kemiskinan naik sebanyak 0,92 poindan dari sisi jumlah, penduduk miskin naik sebanyak 20.750 orang. Namun, jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2015, tingkat kemiskinan di Maluku mengalami penurunan sebesar 0,15 persen atau sebanyak 640 orang. Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih rendah daripada perdesaan.Garis kemiskinan di perkotaan pada September 2015 sebesar Rp404.929,- per kapita per bulan, sedangkan di perdesaan sebesar Rp405.502,- per kapita per bulan. Secara umum, nilai Garis Kemiskinan yang digunakan sebagai dasar penentuan status kemiskinan penduduk di Maluku pada September 2015 sebesar Rp405.279,- yang juga berarti, untuk memenuhi kebutuhan dasar 2100 kkal makanan per hari dan pengeluaran dasar nonmakanan dalam satu bulan per orang di Maluku dibutuhkan uang sekitar Rp405.279,-. Orang dengan jumlah pengeluaran per bulan di bawah nilai Garis Kemiskinan tersebut berstatus miskin. Tabel 2. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Sept 2013—Sept 2015 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Persentasepe ndudukmiski n
Kota
Desa
Kota + Desa
Jumlahpendu dukmiskin
September 2013
358,068
339,466
346,599
315.210
19,27
Maret 2014
362,783
345,536
352,208
316.110
19,13
September 2014
369,738
355,478
361,022
307.020
18,44
Maret 2015
400.347
399.176
399.632
328.410
19,51
September 2015
404.929
405.502
405.279
327.770
19,36
Tahun
Sumber: Diolah dari data Susenas
Berita Resmi Statistik No.05/01/81/Th. XVIII, 4Januari 2016
3
Gambar 2. Trend Garis Kemiskinan Maluku, Sept 2012—Sept 2014 Kota+Desa
Desa
405279,0 405502,0 404929,0 399632,0 399176,0 400347,0 361022,0 355478,0 369738,0 352208,0 345536,0 362783,0 346599,0 339466,0 358068,0 296778,0 285967,0 315012,0 295904,0 284629,0 314855,0
Sept 2015 Mar 2015 Sept 2014 Mar 2014 Sept 2013 Mar 2013 Sept 2012
3.
Kota
Perubahan Garis KemiskinanSeptember 2014—September 2015 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Selama September 2014—September 2015, Garis Kemiskinan naik sebesar 9,6persen, yaitu dari Rp369.738,- perkapita perbulan pada September 2014menjadi Rp405.279,- perkapita perbulan pada September 2015. Dengan memerhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri atasGaris Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan BukanMakanan (GKBM), maka peranan komoditi makanan jauh lebih besardibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulanSeptember 2015, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 76persen. Masih besarnya porsi makanan dalam struktur pengeluaran penduduk adalah karakteristik penduduk miskin, yaitu penghasilan penduduk lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan paling dasar seperti makanandan minuman daripada hal lain seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, pakaian, hiburan dan investasi. Tabel 3. Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan Maluku, Sept 2014—Sept 2015 Tahun
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Bukan Makanan Total
September 2014
277,022
84,021
369,738
Maret 2015
306.768
92.864
399.632
September 2015
310.278
95.001
405.279
Sumber: Diolah dari data Susenas
Berita Resmi Statistik No.05/01/81/Th. XVIII, 4Januari 2016
4
Gambar 3. PerbandinganGaris Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan Maluku,September 2014 s.d. September 2015 Makanan
Nonmakanan 310278,0
306768,0 277022,0
84021,0
Sept 2014
92864,0
Mar 2015
95001,0
Sept 2015
4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu mengurangi jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Pada periode September 2014—September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan meningkat. Indeks Kedalaman Kemiskinan meningkatdari 4,11pada September 2014 menjadi 4,79 pada September 2015. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan meningkat dari 1,37 menjadi 1,65pada periode yang sama. Peningkatannilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin jauh di bawah garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. Meningkatnya dua indikator ini merupakan indikasi yang kurang baik bagi usaha-usaha pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah. Meningkatnya dua indikator ini menggambarkan bahwa penurunan tingkat kemiskinan dan berkurangnya jumlah penduduk miskin di perdesaan ternyata belum berkualitas karena tidak meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin secara merata. Menjauhnya rata-rata pengeluaran penduduk miskin menjadi semakin di bawah Garis Kemiskinan dan melebarnya ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin akan memperlambat penurunan tingkat kemiskinan perdesaan di masa yang akan datang, padahal tingkat kemiskinan perdesaan masih tinggi.
Berita Resmi Statistik No.05/01/81/Th. XVIII, 4Januari 2016
5
Gambar 4. Trend P1 dan P2 Maluku, Maret 2012—September 2015 P1
4,56
4,38
P2
4,79 3,88
4,11
3,52
3,8
1,37
Sept 2014
1,36
1,31
1,16
0,93
1,11
Mar 2012
Sept 2012
Mar 2013
Sept 2013
Mar 2014
3,52 1,65
0,92
Mar 2015
Sept 2015
Tabel 4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Maluku Menurut Daerah, Maret 2012—September 2015 Tahun
Kota
Desa
Kota + Desa
September 2013
1,13
5.00
3.52
Maret 2014
1.53
5.22
3.80
September 2014
1.14
5.99
4.11
Maret 2015
1,36
4,89
3,52
September 2015
1,98
6,57
4,79
September 2013
0,24
1,36
0.93
Maret 2014
0,52
1,49
1,11
September 2014
0.26
2.08
1.37
Maret 2015
0,33
1,30
0,92
September 2015
0,66
2,29
1,65
IndeksKedalamanKemiskinan (P1)
IndeksKeparahanKemiskinan (P2)
Sumber: Diolah dari data Susenas
Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan jauh lebih tinggi dari pada perkotaan. Pada September 2015, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan sebesar1,98 sementara di daerah perdesaan mencapai 6,57. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan sebesar0,66sementara di daerah perdesaan mencapai 2,29. Dapat disimpulkan bahwa orang miskin di perdesaan akan lebih sulit untuk keluar dari kemiskinan. Hal tersebut diperparah juga dengan masih tingginya kesenjangan di antara penduduk miskin itu sendiri yang tercermin dari nilai P2. Berita Resmi Statistik No.05/01/81/Th. XVIII, 4Januari 2016
6
5.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data a.
b.
c.
d.
e.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran,Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri atas dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan.Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinanSeptember 2015adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional/SusenasKonsumsi Pengeluaran bulan September 2015.
Berita Resmi Statistik No.05/01/81/Th. XVIII, 4Januari 2016
7
BPS PROVINSI MALUKU Informasilebihlanjuthubungi: Maritje Pattiwaellapia, S.E., M.Si. Kepala Bidang Statistik Sosial e-mail :
[email protected] Telepon: 0911-361319, 361320
Berita Resmi Statistik No.05/01/81/Th. XVIII, 4Januari 2016
8