No. 05/01/81/Th. XVII, 02 Januari 2015 Agustus 2007 Agustus 2007
PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada di bawah Garis Kemiskinan) di Maluku pada bulan September 2014 sebanyak 307.020 orang (18,44 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan September 2013 yang berjumlah 315.210 orang (19,27 persen), dalam satu tahun ini tingkat kemiskinan turun sebanyak 0,83 poin dan dari sisi jumlah, penduduk miskin berkurang sebanyak 8.190 orang. Selama periode Maret 2013 s.d. Maret 2014, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 5.820 orang, sementara di daerah perkotaan berkurang sebanyak 2.370 orang. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan masih tinggi, yaitu sebesar 25,49 persen dibandingkan dengan daerah perkotaan yang mencapai 7,35 persen. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan September 2014, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 75 persen. Pada periode September 2013 s.d. September 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan meningkat. Ini mengindikasikan bahwa dalam periode satu tahun terakhir, rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin jauh di bawah garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga meningkat.
Berita Resmi Statistik No. 05/01/81/Th. XVII, 2 Januari 2015
1
1.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku, Maret 2012—Maret 2014 Tingkat kemiskinan/persentase penduduk miskin pada periode 2012—2014 menunjukkan trend yang semakin menurun dari waktu ke waktu (Tabel 1). Dalam periode tersebut juga secara konsisten jumlah penduduk miskin menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Dalam dua tahun terakhir (September 2012 ke September 2014), jumlah penduduk yang rata-rata pengeluaran per bulannya di bawah Garis Kemiskinan atau yang kita sebut sebagai penduduk miskin, berkurang sebanyak 26.580 orang. Pada September 2014, BPS mencatat jumlah penduduk miskin di Maluku sebanyak sekitar 307.020 orang, atau berkurang sekitar 8.190 orang jika dibandingkan pada bulan yang sama tahun sebelumnya (September 2013, 315.210 orang). Sejalan dengan itu, dari sisi persentase, tingkat kemiskinan di Maluku pada September 2014 (18,44 persen) juga lebih rendah dibandingkan September 2013 yang sebesar 19.27 persen. Selama periode tersebut, tingkat kemiskinan di Maluku turun sebanyak 0.83 poin. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Maluku Menurut Daerah, Maret 2012—September 2014
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin
Persentase Penduduk Miskin
Kota
Desa
Kota + Desa
Kota
Desa
Kota + Desa
Maret 2012
57.890
288.880
346.770
9,78
28,87
21,78
Sept 2012
50.300
283.300
333.600
8,39
28,12
20,76
Maret 2013
47.860
268.120
315.990
7,93
26,34
19,49
Sept 2013
49.950
265.260
315.210
7,96
26,30
19,27
Maret 2014
49.830
266.280
316.110
7,80
26,28
19,13
Sept 2014
47.580
259.440
307.020
7,35
25,49
18,44
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Selama periode September 2013 s.d. September 2014, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 5.820 orang dan di daerah perkotaan berkurang sebanyak 2.370 orang. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan masih tinggi, yaitu sebesar 25,49 persen dibandingkan dengan daerah perkotaan yang mencapai 7,35 persen.
Berita Resmi Statistik No. 05/01/81/Th. XVII, 2 Januari 2015
2
Gambar 1. Trend Tingkat Kemiskinan di Maluku Maret 2012— Sept 2014
21,78 20,76 19,49
19,27
19,13 18,44
Mar 2012 Sept 2012 Mar 2013 Sept 2013 Mar 2014
2.
Sep-14
Perkembangan Tingkat Kemiskinan September 2013—September 2014 Jumlah penduduk miskin di Maluku pada bulan September 2014 sebanyak 307.020 orang (18,44 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan September 2013 yang berjumlah 315.210 orang (19,27 persen), dalam satu tahun ini tingkat kemiskinan turun sebanyak 0,83 poin dan dari sisi jumlah, penduduk miskin berkurang sebanyak 8.190 orang. Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih tinggi daripada perdesaan. Garis kemiskinan di perkotaan pada September 2014 sebesar Rp369.738,- per kapita per bulan, sedangkan di perdesaan sebesar Rp355.478,- per kapita per bulan. Secara umum, nilai Garis Kemiskinan yang digunakan sebagai dasar penentuan status kemiskinan penduduk di Maluku pada September 2014 sebesar Rp361.022,- yang juga berarti, untuk memenuhi kebutuhan dasar 2100 kkal makanan per hari dan pengeluaran dasar nonmakanan dalam satu bulan per orang di Maluku dibutuhkan uang sekitar Rp361.022,-. Orang dengan jumlah pengeluaran per bulan di bawah nilai Garis Kemiskinan tersebut berstatus miskin. Tabel 2. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Sept 2012—Sept 2014
Kota
Desa
Kota + Desa
Jumlah penduduk miskin
September 2012
314,855
284,629
295,904
333.600
20,76
Maret 2013
315,012
285,967
296,778
315.990
19,49
September 2013
358,068
339,466
346,599
315.210
19,27
Maret 2014
362,783
345,536
352,208
316.110
19,13
September 2014
369,738
355,478
361,022
307.020
18,44
Tahun
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Persentase penduduk miskin
Sumber: Diolah dari data Susenas
Berita Resmi Statistik No. 05/01/81/Th. XVII, 2 Januari 2015
3
Gambar 2. Trend Garis Kemiskinan Maluku, Sept 2012—Sept 2014 Kota+Desa
3.
Desa
Kota
Sept 2014
361022,0 355478,0 369738,0
Mar 2014
352208,0 345536,0 362783,0
Sept 2013
346599,0 339466,0 358068,0
Mar 2013
296778,0 285967,0 315012,0
Sept 2012
295904,0 284629,0 314855,0
Perubahan Garis Kemiskinan September 2013—September 2014 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama September 2013—September 2014, Garis Kemiskinan naik sebesar 6,7 persen, yaitu dari Rp346.599,- per kapita per bulan pada September 2013 menjadi Rp369.738,- per kapita per bulan pada September 2014. Dengan memerhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri atas Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan BukanMakanan (GKBM), maka peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan September 2014, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 75 persen. Masih besarnya porsi makanan dalam struktur pengeluaran penduduk adalah karakteristik penduduk miskin, yaitu penghasilan penduduk lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan paling dasar seperti makanan dan minuman daripada hal lain seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, pakaian, hiburan dan investasi. Tabel 3. Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan Maluku, Sept 2013—Sept 2014 Tahun
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Bukan Makanan Total
September 2013
265,760
80,839
346,599
Maret 2014
269,700
82,507
352,208
September 2014
277,022
84,021
369,738
Sumber: Diolah dari data Susenas
Berita Resmi Statistik No. 05/01/81/Th. XVII, 2 Januari 2015
4
Gambar 3. Perbandingan Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan Maluku, September 2013 s.d. September 2014 Makanan
277022
269700
265760
80839
Sept 2013
4.
Nonmakanan
82507
Mar 2014
84021
Sept 2014
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu mengurangi jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Pada periode September 2013—September 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan meningkat. Indeks Kedalaman Kemiskinan meningkat dari 3,52 pada September 2013 menjadi 4,11 pada September 2014. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan meingkat dari 0,93 menjadi 1,37 pada periode yang sama. Peningkatan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin jauh di bawah garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. Jika kita lihat lebih lanjut, peningkatan terutama terjadi di perdesaan sementara di perkotaan menunjukkan perbaikan. Meningkatnya dua indikator ini merupakan indikasi yang kurang baik bagi usaha-usaha pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah. Meningkatnya dua indikator ini menggambarkan bahwa penurunan tingkat kemiskinan dan berkurangnya jumlah penduduk miskin di perdesaan ternyata belum berkualitas karena tidak meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin secara merata. Menjauhnya rata-rata pengeluaran penduduk miskin menjadi semakin di bawah Garis Kemiskinan dan melebarnya ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin akan memperlambat penurunan tingkat kemiskinan perdesaan di masa yang akan datang, padahal tingkat kemiskinan perdesaan masih tinggi.
Berita Resmi Statistik No. 05/01/81/Th. XVII, 2 Januari 2015
5
Gambar 4. Trend P1 dan P2 Maluku, Maret 2012—September 2014 P1
4,56
4,38 3,88
1,36
P2
1,31
1,16
3,52
0,93
3,8
1,11
4,11
1,37
Mar 2012 Sept 2012 Mar 2013 Sept 2013 Mar 2014 Sept 2014
Berita Resmi Statistik No. 05/01/81/Th. XVII, 2 Januari 2015
6
Tabel 4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Maluku Menurut Daerah, Maret 2012—Maret 2014 Tahun
Kota
Desa
Kota + Desa
September 2012
1,61
6,03
4,38
Maret 2013
1.49
5.30
3.88
September 2013
1,13
5.00
3.52
Maret 2014
1.53
5.22
3.80
September 2014
1.14
5.99
4.11
September 2012
0,46
1,81
1,31
Maret 2013
0.41
1.61
1.16
September 2013
0,24
1,36
0.93
Maret 2014
0,52
1,49
1,11
September 2014
0.26
2.08
1.37
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Sumber: Diolah dari data Susenas
Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan jauh lebih tinggi dari pada perkotaan. Pada September 2014, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 1,14 sementara di daerah perdesaan mencapai 5,99. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan sebesar 0,26 sementara di daerah perdesaan mencapai 2,08. Dapat disimpulkan bahwa orang miskin di perdesaan akan lebih sulit untuk keluar dari kemiskinan. Hal tersebut diperparah juga dengan masih tingginya kesenjangan di antara penduduk miskin itu sendiri yang tercermin dari nilai P2.
Berita Resmi Statistik No. 05/01/81/Th. XVII, 2 Januari 2015
7
5.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data a.
b.
c.
d.
e.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri atas dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan September 2014 adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional/Susenas Modul Konsumsi bulan September 2014.
Berita Resmi Statistik No. 05/01/81/Th. XVII, 2 Januari 2015
8
BPS PROVINSI MALUKU Informasi lebih lanjut hubungi: Maritje Pattiwaellapia, S.E., M.Si. Kepala Bidang Statistik Sosial e-mail :
[email protected] Telepon: 0911-361319, 361320
Berita Resmi Statistik No. 05/01/81/Th. XVII, 2 Januari 2015
9