PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA TIPE KOMUNIKASI KELUARGA DAN KECENDERUNGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh : Maria Krisna Nugraheni 109114042
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING HUBUNGAN ANTARA TIPE KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA
Disusun oleh
:
Maria Krisna Nugraheni
NIM:
109114042
Telah Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing Skripsi
Tanggal
:
I 7 APR 20ts
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAII PENGESAHAN SKRIPSI HUBUNGAI\ ANTARA TIPE KOMT]NIKASI KELUARGA DENGAII
PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA
Disusun oleh
:
Maria Krisna Nugraheni
NIM:
109114042
Susunan
Penguji I Penguji
II
Penguji
III
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
4"W"n,
fl#; Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si
111
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN MOTTO
“bermimpilah setinggi langit… Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintangbintang “–Soekarno”
“hargailah setiap proses yang kamu jalani karena keberhasilan seseorang tidak terletak pada apa yang telah dia raih namun usaha dan proses yang mendewasakan” – Maria krisna”
“kehidupan ini dipenuhi dengan seribu macam kemanisan, tetapi untuk mencapainya perlu seribu macam pengorbanan– anonim”
“jika anda memiliki sebuah mimpi yang sangat indah, maka Tuhan akan memberikanmu kekuatan untuk membuatnya menjadi nyata – Hitam Putih”
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan Skripsi ini kepada:
Tuhan yang selalu menuntun langkahku dikala sedang malas dan putus asa, Tuhan selalu memberi jalan keluar lewat doa-doa yang telah aku panjatkan ketika sedang mengalami kebuntuan.
Untuk diriku yang telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugas ahkir mahasiswa , terima kasih untuk diriku karena engkau mau menjalani semua proses dalam suka maupun duka.
Untuk kedua orangtua, adik, sahabat yang selalu sabar dalam mensupport diriku untuk segera menyelesaikan tugas ahkir mahasiswa
Untuk kami semua yang saling mensupport demi menyelesaikan tugas ahkir mahasiswa, Eduardus Yogi, Yovidia Yovran, Maria Fiona, Lidwina Evira dan Grasia Hoyi Dan untuk semua teman seperjuangan mahasiswa psikologi angkatan 2010, teruslah semangat untuk mengejar cita-cita yang telah kalian mimpikan selama ini.
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya
tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 April 2015
Maria Krisna Nugraheni
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA TIPE KOMUNIKASI KELUARGA DAN KECENDERUNGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA Maria Krisna Nugraheni
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tipe komunikasi keluarga dan kecenderungan perilaku prososial pada remaja. Hipotesis yang diajukan yaitu terdapat hubungan antara tipe komunikasi keluarga dan kecenderungan perilaku prososial remaja. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini menggunakan subjek sejumlah 249 orang remaja (102 laki-laki 147 perempuan) dengan rentang usia mulai dari 11 tahun sampai dengan umur 21 tahun. Instrumen penelitian ini menggunakan 2 skala yaitu skala SVO (Social Value Orientation) yang terdiri dari 9 item (α = 0,810), skala orientasi kepatuhan yang terdiri dari 24 item (α = 0,908 ) dan skala orientasi percakapan yang terdiri dari 20 item (α = 0,911). Hasil uji statistik menggunakan chi-Square dengan taraf signifikansi 5% menunjukkan nilai p = 0,121<0,05 artinya tidak ada hubungan antara tipe komunikasi keluarga dan kecenderungan perilaku prososial remaja. Hasil penelitian menunjukan tipe komunikasi konsensual sebanyak 176 orang (70,7%), dengan frekuensi kategori prososial 75 orang (78,1%), individual 69 orang (63,3%) dan kompetitif 32 orang (72,7%). Tipe komunikasi pluralistik sebanyak 24 orang (9,6%) dengan frekuensi kategori prososial 10 orang (10,4%), individual 10 orang (9,2%) dan kompetitif 4 orang (9,1%). Tipe komunikasi protektif sebanyak 32 orang (12,9%) dengan frekuensi kategori prososial 9 orang (9,4%), individual 19 orang (17,4%) dan kompetitif 4 orang (9,1%). Tipe komunikasi laizz-fair sebanyak 17 orang (6,8%) dengan frekuensi kategori prososial 2 orang (2,1%), individual 11 orang (10,1%) dan kompetitif 4 orang (9,1%). Kata kunci : Perilaku prososial, Orientasi percakapan, Orientasi Kepatuhan, Remaja.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
RELATION BETWEEN FAMILY COMMUNICATION TYPE AND ADOLESCENE PROSOCIAL BEHAVIOR Maria Krisna Nugraheni
ABSTRACT The purpose of this research was to know the relation between the Family Communication Type and prosocial behavior in Adolescent. The hypothesis stated in this research was there is a correlation between Family Communication Type and Adolscene Prosocial behavior. This research is correlational research. The research involved 249 adolescents (consisting of 102 male, and 147 female) with an age range from 11 years up to the age of 21 years. The research instrument used three scale, SVO scale (Social Value Orientation) which consists of 9 items (α = 0,810), conformity orientation scale consists of 24 items (α = 0.908) and a conversation orientation scale consists of 20 items (α = 0.911). Test results using the chi-square statistic with significance level of 5% shows the value of p = 0.121 <0.05 it means there is no correlation between of family communication type with adolescent prosocial behavior. The results showed the consensual communication type of 176 people (70.7%), with a frequency of 75 prosocial (78.1%), 69 individuals (63.3%) and 32 competitive people (72.7%). Pluralistic communication type of 24 people (9.6%) with a frequency of 10 prosocial (10.4%), 10 individuals (9.2%) and 4 competitive people (9.1%).protective communication type of 32 people (12.9%) with a frequency of 9 prosocial (9.4%), 19 individuals (17.4%) and 4 competitive people (9.1%).Laizz-fair communication type of 17 people (6.8%) with a frequency of 2 prosocial people (2.1%), 11 individuals (10.1%) and 4 competitive people (9.1%). Keywords: Prosocial behavior, Conversation Orientation, Conformity Orientation, Adolescene.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma
:
Nama : Maria Krisna Nugraheni
Nomor Mahasiswa : 109114042
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarla, karya ilmiah yang berjudul
:
HUBUNGAN ANTARA TIPE KOMUNIKASI KELUARGA DAN KECENDERUNGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
Kepada Perpustakan Universitas Sanata Dharma
hak untuk
menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau di media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada
tanggal 24 April
2015
Yang menyatakan,
oorl4 (Maria Krisna Nugraheni)
1X
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaan dan pendampingan selama proses pengerjaan skripsi ini. Penulis memohon maaf apabila terdapat hal-hal yang tidak berkenan. Pada proses penulisan skripsi ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Dr.Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma 2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik saya ibu P.Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi., M.A yang selalu sabar dan memberi semangat selama proses skripsi ini. Terima kasih sekali telah mau membimbing saya untuk menyelesaikan tugas akhir mahasiswa ini 4. Dosen-dosen fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan ilmu selama saya menempuh bangku kuliah. Kalian dosen terbaik yang pernah saya miliki pertahankan relasi yang akrab dengan para mahasiswa 5. Seluruh staff Fakultas Psikologi: mas Gandung, mbak Nanik, pak Gi, mas Muji (Glory Glory Ma n.United) dan mas Doni. Terima kasih untuk keramahannya. Terima kasih karena sudah membantu segala pratikum tes dari awal hingga ahkir 6. Seluruh subjek penelitian saya yang sudah mau membantu demi kelancaran proses pengambilan data skripsi ini. Sukses untuk kalian semua.
x x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7. Terima kasih pada bapak dan ibu dan adik yang selalu mendoakan, memberikan semangat, menunggu dengan sabar sampai skripsi ini selesai. Terima kasih telah mempercayai diriku untuk belajar bertanggung jawab untuk meraih cita-cita. 8. Terima kasih untuk kesayanganku Eduardus Yogie, telah sabar menanti kelulusanku dan selalu menyemangati dari hari ke hari, terimakasih telah menggangguku dengan kata-kata ‘kapan lulus?” 9. Keluarga besar Kost No Name, Ibu Suri, Ijem, Wiwik, terima kasih sudah menjadi rumah kedua saya. Terimakasih untuk dukungan kalian semua untuk segera menyelesaikan Tugas Maha ini 10. Terima kasih untuk Yovi Rempong, Vira Ndesek, Simbah Simbe, Hoya Hoyi, kalian selalu menyemangati dan berbagi kesusahan tidak kesenangan dikala skripsi ini melanda dunia kita. Semangat untuk kita semua. 11. Terima kasih pada Ana Agung Ayu Ratna Paramitha sebagai saudara seperjuangan (Nama, Penelitian dan Baju) dan partner dalam mengerjakan skripsi, terima kasih sudah mau menyamakan langkah bersama dan berjuang bersama. sukses untuk kita berdua na. 12. Terima kasih untuk teman-teman psikologi kelas A dan semua teman seangkatan
Psikologi Sanata Dharma tahun 2010. Terima kasih untuk
semua pengalaman yang telah kalian berikan
selama kita berdinamika
sebagai mahaisswa (baik saat menjadi junior sampai dengan veteran) merupakan
hal
yang
1 1 1 1
tidak
akan
terlupakan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13. Untuk teman-teman seperjuangan tetap semangat selalu gaess, bualtah skripsi ibarat sebuah game Hayday, pupuk sedikit demi sedikit lama-lama akan menjadi bukit , Jika hayday akan menjadi petani sukses semoga kalian akan menjadi psikolog ataupun orang sukses lainnya. 14. Terima kasih pada dunia, laptop, perpustakaan Univeristas Sanata Dharma, Google, para peneliti, pembuat program SPSS dan perfotokopian di paingan yang telah menyempurnakan skripsi ini. 15. Terima kasih kepada seluruh pihak yang belum dapat peneliti ucapkan secara satu-satu. Semoga Tuhan senantiasa memberi kelancaran pada perjalanan kita selanjutnya. Peneliti menyadari kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, sehingga peneliti sangat terbuka dengan kritik dan saran dari siapa pun. Mohon maaf apabila ada salah kata.
Peneliti
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI................................................................ iii HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..............................................................ix KATA PENGANTAR .............................................................................................x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii BAB I. PENDAHULUAN……………………………………...…………………1 A. Latar Belakang…………………………………………………………….1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………..10 C. Tujuan Penelitian………………………………………………….…..….10 D. Manfaat penelitian…………………………………………………..……10 1. Manfaat Teoritis……………………………………………………...10 2. Manfaat Praktis……………………………………………………....11 131 313 13
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II. LANDASAN TEORI…………………………………………………...12 A. Perilaku Prososial………..……………………………………………….12 1. Pengertian Perilaku Prososial………..…………………………….…12 2. Bentuk-bentuk Perilaku Prososial …………………………………...13 3. SVO (Social Value Orientation)……………………………………..15 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku prososial……………….18 B. Komunikasi Keluarga………..…………………………………………...24 1. Pengertian Komunikasi………………………………………………24 2. Definisi Komunikasi Keluarga……………………………………….25 3. Dimensi Pada Pola Komunikasi Keluarga……………………...……26 4. Tipe-tipe dalam Pola Komunikasi Keluarga…………………………29 5. Dampak Komunikasi Keluarga………………………………………31 C. Remaja……………………………………………………………………33 1. Definisi Remaja…………………………………………………...….33 2. Batasan Usia Remaja…………………………………………………33 3. Aspek-aspek Perkembangan Remaja………………………………...34 D. Hubungan Antara Tipe Komunikasi Keluarga dengan Perilaku Prososial Remaja……………………………………………………………………37 E. Hipotesis………………………………………………………………….45 BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………………46 A. Jenis Penelitian…………………………………………………………...46 B. Identifikasi Variabel Penelitian…………………………………………..46 1. Variabel Bebas……………………………………………………….46
14 14 14
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Variabel tergantung.………………………………………………….47 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian………………………………...47 1. Tipe Komunikasi Keluarga…………………………………………..47 2. Kecenderungan Perilaku Prososial Remaja……….…………………50 D. Subjek Penelitian…………………………………………………………51 E. Metode Pengambilan data………………………………………………..51 1. Skala Tipe Komunikasi keluarga…………………………………….52 2. Skala SVO……………………………………………………………55 F. Validitas dan Reliabilitas……………………………………………...…56 1. Validitas…………………………………………………….………..56 2. Hasil Tryout………………………………………………………….56 3. Reliabilitas……………………………………………………………61 G. Metode Analisis Data…………………………………………………….63 1. Uji Asumsi…………………………………………………………...63 2. Uji Hipotesis………………………………………………………….63 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………..64 A. Pelaksanaan Penelitian…………………………………………………...64 B. Deskripsi Subjek Penelitian……………………………………………...65 C. Deskripsi Data Penelitian………………………………………………..66 1. Perbandingan Data Teoritik dan Data Empiris………………………66 2. Frekuensi Data Kategori……………………………………………..69 D. Hasil Penelitian ………………………………………………………….73 1. Uji Normalitas……………………………………………….……….73
15 15
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Uji Hipotesis…………………………………………………….……75 E. Pembahasan………………………………………………………………78 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………..82 A. Kesimpulan………………………………………………………………82 B. Keterbatasan Penelitian………………………………………………….82 C. Saran……………………………………………………………………..83 1. Bagi Remaja sebagai Subjek Penelitian……………………………...83 2. Bagi Orang tua Subjek………………………………………….……83 3. Bagi Peneliti Selanjutnya………………………………….…………83 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………84
16 16
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1
Blue Print Skala Dimensi Pola Komunikasi Keluarga………...
Tabel 2
Blue Print Skala Pola Komunikasi Keluarga Setelah Seleksi 59 Item……………………………………….................................
Tabel 3
Blue Print Skala Pola Komunikasi Keluarga Setelah Seleksi 59 Item dan Try-Out ……………………………………………...
Tabel 4
Hasil tryout skala SVO ……………………………………….. 61
Tabel 5
Deskripsi Jenis Kelamin Subjek Penelitian …………………... 65
Tabel 6
Deskripsi usia subjek………………………………………….. 66
Tabel 7
Data Teoritik dan Empiris Orientasi Percakapan dan Orientasi 67 Kepatuhan ……………………………………………………..
Tabel 8
Uji Beda Mean Empirik dan Mean Teoritik Orientasi Percakapan ……………………………………………………
Tabel 9
Uji Beda Mean Empirik dan Mean Teoritik Orientasi 68 Kepatuhan ……………………………………………………..
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Pola Komunikasi Keluarga ………………………………………………………
69
Tabel 11
Kategori Tipe Pola komunikasi Keluarga …………………….
71
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Tipe Komunikasi …
71
Tabel 13 Tabel 14
Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Social Value 72 Orientation (SVO) ……………………………………………. Uji Normalitas Orentasi Kepatuhan dan Orientasi Percakapan. 73
Tabel 15
Hasil Uji Hipotesis Variabel Tipe Komunikasi dengan SVO ...
75
Tabel 16
Distribusi Frekuensi subjek Berdasarkan Social Value Orientation (SVO) dengan Tipe Komunikasi ………………...
76
xvii
54
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Skala Try Out 1 ………………………………………......
89
Lampiran 2.
Skala Try Out 2 …………………………………………..
99
Lampiran 3.
Reliabilits Skala ………………………………………….
107
Lampiran 4.
Skala Penelitian ………………………………………….. 112
Lampiran 5.
Deskripsi Subjek …………………………………………
120
Lampiran 6.
Uji Asumsi ……………………………………………….
121
Lampiran 7.
Uji Hipotesis ……………………………………………... 122
Lampiran 8.
Distribusi Frekuensi ..........................................................
xviii
123
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain disekitarnya. Sejak dilahirkan, manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari kehidupan saling tolong-menolong. Setinggi apapun kemandirian seseorang pada saat-saat tertentu dia akan membutuhkan orang lain (Gerungan, 2009) Seiring dengan perkembangan zaman, kepedulian orang terhadap sesama maupun lingkungan disekitarnya semakin menurun. Terutama sekarang saat masyarakat tengah memasuki era modernisasi, dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mempermudah manusia untuk melakukan segala aktivitas dengan cara praktis. Hal ini mengakibatkan manusia menjadi makluk yang individual (Suara Merdeka, 2014) Fenomena yang terjadi pada masyarakat terlihat ketika orang sedang mengalami kesulitan, mereka sering tidak mendapat bantuan orang lain. Sebagian orang, ketika menyaksikan orang lain dalam kesulitan, langsung membantunya, sedangkan yang lain barangkali hanya diam meskipun mampu untuk membantunya. Ada pula yang ingin membantu namun menimbang-nimbang 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
dahulu sebelum bertindak, serta ada pula yang ingin membantu, namun memiliki motif yang bermacam-macam. Salah satu bentuk pergeseran pola hubungan diantara sesama manusia dan lingkungan sekitarnya menimbulkan sifat individualisme. Sifat individualisme tersebut berdampak pada menurunnya perilaku prososial di masyarakat (Suara Merdeka, 2014). Perilaku prososial dapat diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif si penolong (Sears, 2004). Sumber lain menjelaskan definisi prososial sebagai suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa memberi keuntungan langsung bagi si penolong dan mungkin mengandung resiko bagi penolong itu sendiri (Baron, 2005). Dapat dikatakan bahwa perilaku prososial merupakan bentuk tindakan menolong yang dilakukan seseorang yang dapat memberi keuntungan langsung maupun tidak langsung bagi penolong. Perilaku prososial atau perilaku menolong hendaknya tercipta dalam kehidupan bermasyarakat, tidak terkecuali bagi kaum remaja. Perilaku prososial perlu ditanamkan pada remaja karena remaja merupakan bagian dari masyarakat yang perlu dipersiapkan agar mampu berkiprah dalam memberikan pelayanan kepada anggota masyarakat. Selain itu, remaja dituntut untuk memiliki tanggung jawab dalam membantu, berbagi, dan menyumbang untuk mengurangi kesulitan orang lain sesuai dengan tugas perkembangannya (Hurlock, 1991).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Perilaku prososial banyak dilakukan dimasa remaja dibandingkan masa kanak-kanak. Meskipun remaja seringkali dinyatakan sebagai sosok yang egosentrik dan memikirkan diri sendiri, remaja juga banyak menampilkan tindakan yang bersifat prososial (Santrock, 2007). Hal serupa diungkapkan oleh Eisenberg dalam Laura (2007) yaitu bahwa masa remaja merupakan waktu yang digunakan untuk meningkatkan perilaku prososial. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi yang terjadi saat ini yaitu remaja kurang menampilkan perilaku prososial yang menjadi salah satu tugas perkembanganya. Remaja pada saat ini tidak lagi mempunyai kepekaan sosial untuk membantu kesulitan orang lain. Hal ini dapat tercermin dalam fenomena menipisnya perilaku prososial pada remaja. Sikap mementingkan diri sendiri tercermin dalam kehidupan sehari-hari misalnya saat melihat seseorang yang lebih membutuhkan bantuan orang lain justru bersikap acuh dan tidak memperdulikan situasi disekitarnya. Fenomena ini terjadi pada kasus remaja yang bernama Dinda. Dinda menyebarkan keluhannya pada akun sosial media miliknya terhadap ibu hamil yang dianggap menyusahkan orang lain di transportasi umum. Hal tersebut berdampak pada protes masyarakat yang menilai perilaku menolong remaja pada saat ini sangat rendah bagi orang lain. Contoh fenomena tersebut menunjukkan semakin rendahnya sikap ketidak perdulian remaja terhadap orang lain yang nantinya dapat mengakibatkan mereka tumbuh menjadi manusia yang memiliki sifat individual yang tinggi (Tabloid Nova, 2014)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Seorang remaja hidup dalam sebuah keluarga yang merupakan kelompok sosial yang memiliki tujuan, struktur, dinamika, norma termasuk cara kepemimpinannya yang sangat mempengaruhi kehidupan individu yang menjadi anggota kelompok tersebut (Gerungan, 2009). Keluarga merupakan agen sosialisasi primer yang mempengaruhi perilaku individu dalam waktu yang panjang (Koener dan Fiztpatrick, 1997). Hal serupa diungkapkan oleh Gerungan (2009) bahwa keluarga adalah tempat remaja belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan lingkungannya. Interaksi yang baik dalam keluarga dapat menjamin perkembangan yang wajar sebagai manusia sosial karena pengalaman manusia di dalam keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di luar lingkungan keluarganya, sehingga salah satu aspek penting yang dapat mempengaruhi perilaku remaja adalah interaksi antar anggota keluarga (Gerungan, 2009). Kualitas interaksi antara remaja dengan orangtua berkaitan dengan munculnya perilaku prososial remaja (Kathryn, 2007). Hubungan antara remaja dengan orang tua menjadi penentu utama dalam keberhasilan remaja berperilaku prososial ketika berinteraksi di lingkungan sosial yang lebih luas. Hal tersebut didukung oleh Steinberg and Silk (dalam Laura, 2007) yang mengungkapkan bahwa interaksi yang terjadi antara orangtua dan remaja tetap menjadi dasar selama masa remaja. Sehingga interaksi antara orangtua dan remaja sangat penting untuk dipertimbangkan saat memeriksa nilai-nilai dan perilaku remaja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
Eisenberg dan Fabes (dalam Laura, 2007) menyatakan, meskipun pengaruh sosialisasi pada remaja beragam, orang tua merupakan sumber informasi paling penting mengenai nilai dalam berperilaku. Hal tersebut didukung oleh pendapat Offer & Church, 1991 (dalam Papalia 2014) yang menyatakan nilai-nilai mendasar kebanyakan remaja didapatkan dari orangtua. Selain itu, Koerner dan Fitzpatrick (2002) menyatakan bahwa penting bagi anggota keluarga untuk saling bergantung dan berinteraksi melalui berbagi perasaan, pikiran, atau perilaku. Penelitian Lestari (2013) memaparkan mengenai “Keluarga Sebagai Tempat Proses Belajar Perilaku prososial”. Dalam penelitian tersebut menunjukan hasil bahwa sebagian besar anak belajar perilaku prososial dari orang tuanya. Orang tua merupakan contoh langsung maupun tidak langsung bagi anak. Berdasarkan hasil tersebut, keluarga merupakan pihak pertama tempat anak mengenal dan belajar perilaku prososial. Selain itu, ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan perilaku prososial pada anakanaknya, sehingga interaksi antara orang tua dengan anak merupakan salah satu hal yang tidak dapat diabaikan. 1. Cara orang tua dalam berinteraksi dan menjalin relasi dengan dengan anak adalah dengan menggunakan komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu komponen penting untuk saling berinteraksi dengan para anggota keluarga. Komunikasi antara anak dengan orang tua dapat mendukung perkembangan kapasitas anak untuk memahami 1
. Rini Lestari,”keluarga : Tempat Proses Belajar Perilaku Prososial”, Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013, A.04:61, (Surakarta, 1 Juni 2013), 61-73.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
tindakan prososial mereka sendiri (Rechia, 2014). Sebaliknya, jika komunikasi antara orang tua dan anak buruk, maka mempunyai dampak munculnya kepribadian antisosial dan dependen (Ramadhani,2008). Pada kasus anak dengan gangguan perilaku antisosial, ditemukan bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh pola asuh dan komunikasi dalam keluarga (Aicorn dan Carr, 2001 dalam Ramadhani 2008). Dalam penelitian sebelumnya (Maria, 1998) meneliti tentang “tendensi delikuensi remaja ditinjau dari efektifitas komunikasi antara orang tua dengan remaja” menyimpulkan bahwa kurangnya efektifitas komunikasi antara remaja dan orang tua berkaitan erat dengan munculnya tendensi delikuensi pada remaja. Hal ini dikarenakan remaja memiliki kebutuhan akan kasih sayang, penghargaan diri, dan pengertian dari orang tuanya, yang hanya terpenuhi apabila tercipta komunikasi yang efektif antara anak dengan orang tua. Tidak adanya komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak akan membuat anak merasa tidak dihargai dan merasa frustasi. Hal tersebut lalu dikompensasikan dalam tindakan yang mengarah pada delikuensi. Dapat dikatakan bahwa komunikasi antara orangtua dan anak dapat mempengaruhi fungsi keluarga secara keseluruhan termasuk kesejahteraan psikososial pada diri anak (Shek dalam Ramadhani, 2008). Menurut Koerner dan Fitzpatrick (2002), dalam komunikasi keluarga terdapat
pola
yaitu
kecenderungan
sebuah
keluarga
membentuk
cara
berkomunikasi antara satu anggota dengan yang lain. Fitzpatrick (dalam Morissan 2010) juga menyatakan bahwa komunikasi yang terjadi dalam keluarga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
tidaklah bersifat acak atau random, tetapi sangat terpola berdasarkan skemaskema tertentu yang menentukan bagaimana anggota keluarga bekomunikasi satu dengan yang lainnya. Terdapat dua jenis orientasi pada pola komunikasi yang terjadi dalam keluarga yaitu orientasi percakapan (conversation-orientation), merupakan ciri keluarga dimana orangtua mendorong anak untuk dapat berpartisipasi dan berinteraksi membahas berbagai topik dalam keluarga. Pada orientasi percakapan, keputusan dibuat bersama-sama antara orangtua dan anak (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Orientasi kepatuhan (conformity orientation), merupakan komunikasi yang dirancang untuk menghasilkan rasa hormat serta menciptakan kepercayaan yang homogen berkaitan dengan sikap nilai dan keyakinan antara anak dengan orangtua. Interaksi pada orientasi kepatuhan menekankan pada kepatuhan terhadap orangtua dan
cenderung menghindari
konflik (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Hal serupa diungkapkan oleh Beebe (2009) bahwa pola komunikasi keluarga dapat digambarkan melalui dua dimensi. Pertama, conversation orientation, yaitu berdasarkan tingkat pembicaraan atau sejauh mana anggota keluarga didorong untuk mendiskusikan topik apapun. Dimensi kedua conformity orientation, yaitu berdasarkan perilaku kepatuhan yang dilakukan oleh anak terhadap orangtua dalam keluarga. Anak-anak dari orientasi keluarga yang berbeda cenderung untuk mengembangkan perilaku sosial yang berbeda (Fitzpatrick, Marshall, Leutwiler, & Krcmar dalam Prasitthipab 2008). Dalam penelitian Huang (dalam Brian, Mathew,
Keith,
2000)
ditemukan
bahwa
pola
komunikasi
keluarga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
mempengaruhi karakteristik kepribadian individu. Anak yang berasal dari keluarga yang memiliki komunikasi berorientasi percakapan memandang dirinya lebih positif, terbuka, terlibat dalam kepemimpinan dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Hal ini disebabkan anak memiliki internal locus of control yaitu anak berperan serta dalam diskusi mengenai topik permasalahan yang berada diluar lingkup keluarga dan memiliki kepekaan terhadap isu-isu sosial yang terjadi pada masyarakat, sehingga mereka mengembangkan ketrampilan sosial yang baik.
Sedangkan anak yang berasal dari keluarga yang memiliki
komunikasi yang berorientasi kepatuhan cenderung tertutup, pemalu dan memiliki harga diri rendah. Orangtua cenderung menyamakan nilai, sikap dan gagasan. Hal ini menyebabkan anak memiliki external locus of control sehingga, tidak tanggung jawab serta memiliki anggapan bahwa sikap dan perilakunya banyak ditentukan oleh faktor keberuntungan dari luar dirinya Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Baumrind (dalam Brian, Mathew, Keith, 2002) yang menemukan bahwa keluarga yang memiliki skor tinggi pada orientasi percakapan membesarkan anaknya dengan ketrampilan sosial yang baik. Kcmar (dalam Brian, Mathew, Keith, 2002) mengungkapkan bahwa komunikasi yang terbuka antara anggota keluarga meningkatkan interaksi sosial yang positif untuk anak. Koerner & Fitzpatric, 2002 menyatakan bahwa untuk memprediksi pola komunikasi keluarga, tidak cukup hanya mengetahui bahwa keluarga ini memiliki orientasi konformitas yang tinggi maupun orientasi percakapan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
tinggi. Melintasi kedua pola tersebut, terdapat empat tipe keluarga yaitu: 1.) Tipe pluralistik merupakan keluarga yang memiliki orientasi percakapan yang tinggi dan kepatuhan rendah, orangtua tidak merasa perlu mengontrol anak-anak mereka karena setiap pendapat dinilai berdasarkan pada kebaikannya, dan setiap orang turut serta dalam pengambilan keputusan. 2.) Tipe konsensual merupakan keluarga yang memiliki orientasi percakapan dan kepatuhan tinggi, keluarga jenis ini menghargai komunikasi secara terbuka dan orang tua tetap menghendaki adanya kewenangan yang jelas. 3.) Tipe protektif merupakan keluarga yang memiliki orientasi percakapan rendah dan kepatuhan yang tinggi, orang tua dari tipe keluarga ini merasa tidak harus menghabiskan banyak waktu untuk berbicara dan menjelaskan keputusan yang telah mereka buat 4.) Tipe Laissez-Faire yaitu keluarga yang memiliki orientasi percakapan dan orientasi kepatuhan yang rendah, anggota keluarga dari tipe ini tidak terlalu peduli dengan apa yang dikerjakan anggota keluarga lainnya dan tidak ingin membuang waktu untuk membicarakannya. Adanya pola komunikasi tertentu yang terbentuk dalam keluarga antara remaja dan orangtua dapat membantu dan meningkatkan perilaku remaja yang positif sehingga nantinya dapat berpengaruh terhadap perilakunya diluar lingkungan keluarga. Orangtua yang memiliki pola komunikasi yang buruk akan menyebabkan anak cenderung untuk melampiaskan pada hal-hal yang kurang baik salah satunya yaitu mengabaikan relasi sosial yang dapat berujung pada intensi prososial yang rendah. Berangkat dari fenomena tersebut peneliti tertarik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
untuk membuktikan apakah pola komunikasi dalam keluarga mempunyai hubungan dengan kecenderungan perilaku prososial pada remaja. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara tipe komunikasi dalam keluarga dan kecenderungan perilaku prososial remaja? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tipe komunikasi keluarga dan kecenderungan perilaku prososial pada remaja. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini perlu diadakan karena hasil penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan
disiplin
ilmu
psikologi,
terutama
dibidang
psikologi
perkembangan dan psikologi sosial mengenai perilaku prososial pada remaja dan tipe komunikasi yang terjadi dalam keluarga. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah referensi karya ilmiah atau wawasan teoritis yang telah ada guna pertimbangan dalam melakukan penelitian di masa mendatang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi remaja dan orangtua untuk mengetahui tipe komunikasi yang terjadi di dalam keluarga dan perilaku prososial remaja. Hasil tersebut dapat menjadi sumber evaluasi diri dan refleksi bagi remaja dan para orangtua.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Pengertian Perilaku Prososial Perilaku prososial merupakan tindakan individu untuk menolong orang lain tanpa adanya keuntungan langsung bagi si penolong dan mungkin bahkan melibatkan resiko bagi orang yang menolong (Baron, 2005). Sedangkan menurut Sears (2004) perilaku prososial mencakup kagetori yang luas meliputi segala bentuk tindakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif penolong. Hal serupa diungkapkan oleh (Taylor, 2009) bahwa perilaku prososial mewakili suatu kategori tindakan yang luas yang didefinisikan oleh masyarakat atau kelompok sosial sebagai tindakan yang secara umum bermanfaat bagi orang lain, terlepas dari motif si penolong. Perilaku prososial adalah suatu bentuk dukungan interpersonal yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, dalam hal ini pihak yang membutuhkan, baik bantuan secara material maupun dukungan moral yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan pihak penerima bantuan, baik secara fisik maupun psikis namun tidak mendatangkan keuntungan yang jelas bagi pihak penolong, bahkan mengundang risiko tertentu (Husada,2013). Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial merupakan tindakan yang sebagian besar dilakukan untuk menolong
12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan orang lain baik secara fisik maupun psikis terlepas dari motif-motif si penolong. 2. Bentuk-bentuk Perilaku Prososial Bentuk dari perilaku prososial dapat tercermin dalam beberapa tindakan sebagai berikut : 1. Berbagi Kesediaan berbagi perasaan dengan orang lain dalam suasana suka maupun duka (Eisenberg dan Mussen, 1989 dalam Dayakisni, 2012). Hal tersebut serupa dengan pernyataan (Bringham, 1991 dalam Desmita, 2009) perilaku berbagi dapat berupa dukungan fisik maupun psikis. 2. Kerjasama Kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan. Kerjasama biasanya saling menguntungkan, saling memberi dan menolong (Eisenberg dan Mussen, 1989 dalam Dayakisni 2012; Bringham, 1991 dalam Desmita, 2009). 3. Memberi atau Menyumbang Salah satu bentuk perilaku prososial adalah memberi dan menyumbang yaitu kesediaan seseorang untuk berderma, memberi secara sukarela sebagian barang miliknya untuk orang yang lebih membutuhkan (Eisenberg dan Mussen, 1989 dalam Dayakisni, 2012; Bringham, 1991 dalam Desmita, 2009)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
4. Menolong Kesediaan untuk menolong orang lain yang sedang dalam kesulitan meliputi membantu orang lain, berbagi informasi, menawarkan bantuan terhadap orang lain atau menawarkan sesuatu untuk menunjang keberlangsungan kegiatan orang lain. (Eisenberg dan Mussen, 1989 dalam Dayakisni, 2012; Bringham, 1991 dalam Desmita, 2009) 5. Kejujuran Kesediaan untuk tidak berbuat curang terhadap orang lain (Eisenberg dan Mussen, 1989 dalam Dayakisni, 2012) 6. Mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain. Kesediaan seseorang untuk berperilaku demi menunjang hak dan kesejahteraan dari orang lain (Eisenberg dan Mussen, 1989 dalam Dayakisni, 2012). 7. Persahabatan Kesediaan untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan orang lain demi terciptanya suasana yang harmonis dan saling mendukung satu sama lain (Bringham dan Mussen, 1991; Bartal 1976 dalam Desmita, 2009) 8. Menyelamatkan Kesediaan untuk menyelamatkan orang lain yang membutuhkan (Bringham dan Mussen, 1991; Bartal 1976 dalam Desmita, 2009)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa aspek-aspek pada perilaku (Sharing), Menolong (Helping), Berderma
prososial adalah Berbagi
(Donating and generosity), Kerja Sama (Cooperating), dan Jujur (Honesty), Persahabatan, Menyelamatkan dan yang terahkir mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain. 3. Social Value Orientation (SVO) SVO merupakan pusat dari teori pengambilan keputusan yang paling rasional. Hal ini dapat memprediksi dan menjelaskan perilaku manusia dalam pengambilan
keputusan
yang
bervariasi
ketika
mempertimbangkan
pendapatan antara dirinya dengan orang lain (Murphy, 2011). Konsep dari Orientasi Nilai Sosial (SVO) mengasumsikan bahwa setiap individu secara sistematis berbeda dalam memandang hubungan interpersonal mereka dengan orang lain (Lange, 2007). SVO terbentuk secara terus-menerus karena berhubungan dengan jumlah seberapa banyak orang bersedia mengorbankan miliknya dalam rangka membuat orang lain menjadi lebih baik atau bahkan lebih buruk (Murphy, 2011). Selain itu, SVO juga mengidentifikasi kecenderungan seseorang untuk bekerjasama (Murphy 2011). SVO berkontribusi terhadap dasar-dasar kognitif, motivasi kerjasama dan persaingan antar manusia. SVO menganut teori ketergantungan dimana interaksi sosial terbentuk bukan hanya kepedulian terhadap hasil sendiri (yaitu, kepentingan diri sendiri), tetapi juga masalah sosial atau interpersonal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
yang lebih luas, seperti keperdulian dengan hasil bersama, keperdulian dengan hasil yang diperoleh rekan, dan kepedulian dengan kesetaraan dalam hasil (Lange, 2007). SVO diperkenalkan untuk menjelaskan perbedaan individu dalam perilaku kerjasama. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang dengan kecenderungan orientasi prososial tinggi pada SVO lebih sering bekerja sama dalam lingkungan sosial daripada individu dengan orientasi individualistis atau kompetitif (Garling, 2008; Declerk, 2008). Orientasi prososial menurut SVO (Social Value Orientation) dapat tercermin dalam perilaku seseorang untuk bekerjasama, menolong dalam bentuk berkorban demi orang lain, bertindak sesuai dengan asas keadilan dan kesetaraan demi keuntungan serta kesejahteraan bersama (Garling, 2008). Terdapat tiga tipe individu dalam Social Value Orientation (SVO) yaitu (Lange, 2007) : a. Individu dengan orientasi Prososial didefinisikan sebagai kecenderungan individu untuk meningkatkan dan menyetarakan hasil antara dirinya dengan orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan cara memaksimalkan hasil bersama serta meminimalkan perbedaan hasil antara diri sendiri dan orang lain b. Individu
dengan
orientasi
individualistik
didefinisikan
sebagai
kecenderungan individu untuk memperoleh hasil yang lebih besar untuk diri sendiri dengan membuat perbedaan hasil antara dirinya dan orang lain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
c. Individu dengan orientasi kompetitif didefinisikan sebagai kecenderungan seseorang untuk meningkatkan perbedaan hasil antara diri sendiri dan orang lain yaitu dengan membuat selisih pendapatan yang jauh lebih banyak untuk dirinya dan lebih sedikit untuk orang lain. Peneliti akan menggunakan skala SVO untuk mengukur kecenderungan perilaku prososial. Hal ini dilakukan untuk menghindari efek social desirability yang akan terjadi apabila menggunakan skala likert. Hasil dari SVO perlu untuk mempertimbangkan faktor perbedaan budaya (Lange, 2007). Penelitian dalam psikologi budaya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mendasar pada faktor budaya terkait dengan bagaimana cara individu mendefinisikan diri dalam hubungan dengan orang lain (Heine et, al., 1999 dalam Declerk, 2008). Budaya barat sering ditandai dengan individualisme, sedangkan budaya kolektif (seperti Jepang) memiliki pandangan diri sebagai sebuah entitas yang saling tergantung dan saling terhubung satu sama lain (Kitayama et al., 1997 dalam Declerk, 2008). Chen, 2007 (dalam Declerk, 2008) menyatakan bahwa norma-norma sosial tampaknya jauh lebih penting dalam perilaku budaya kolektif dibandingkan dalam budaya individualistis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku prososial Ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku prososial bagi penolong (bystander) di masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku prososial berasal dari faktor eksternal dan faktor internal. a. Faktor Eksternal Faktor eksternal ialah faktor dari luar individu yang dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku prososial. Faktor dari luar individu yang dapat mempengaruhi perilaku prososial diantaranya adalah jumlah kehadiran orang lain dalam sebuah situasi yang membutuhkan pertolongan, semakin banyak orang yang hadir maka semakin kecil kemungkinan individu akan memberi bantuan dikarenakan adanya penyebaran tanggung jawab (Sears, 2009; Myers 2012). Tanggug jawab sosial juga merupakan faktor dari SVO. Individu yang memiliki nilai orientasi prososial cenderung mempunyai tanggung jawab sosial yang lebih besar daripada seseorang yang memiliki nilai orientasi individualis ( Cremer & Lange, 2001) Selain itu faktor kondisi lingkungan dapat mempengaruhi seseorang untuk memberikan bantuan misalnya cuaca. Saat cuaca cerah dan suhu yang nyaman orang akan lebih menampilkan perilaku menolong dibandingkan saat hujan atau cuaca buruk. Selain itu ukuran kota juga memberikan hasil bahwa orang asing lebih mungkin ditolong di kota kecil dibandingkan di kota besar (Sears, 2009; Sarwono, 2009; Myers, 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
Faktor tekanan waktu dapat mempengaruhi perilaku menolong. Seseorang yang dalam kondisi tergesa-gesa akan cenderung tidak memberikan
bantuan
karena
mempertimbangkan
keuntungan
dan
kerugian. Sebaliknya, seseorang yang tidak dalam kondisi tergesa-gesa akan cenderung untuk memberikan pertolongan (Sarwono, 2009; Sears, 2009; Myers, 2012) Selanjutnya adalah faktor karakteristik orang yang akan ditolong yaitu individu akan cenderung lebih cepat menolong orang yang dikenal daripada orang asing. Selain itu, individu lebih mungkin menolong seseorang yang memiliki karakteristik yang sama dengan dirinya, misal kesamaan fisik, gender atau RAS. (Clayton, 2012; Sears, 2009; Baron; 2005; Sarwono, 2009; Myers 2012). Sedangkan dalam SVO karakteristik orang yang ditolong muncul dalam perbedaan relasi yang terjalin antara individu dengan orang lain. Individu akan cenderung menolong teman daripada menolong musuh. Atribusi atas penyebab kesulitan merupakan salah satu faktor eksternal seseorang dalam berperilaku prososial. Seseorang akan cenderung menolong apabila hal tersebut murni kecelakaan dan bukan sesuatu yang disebabkan oleh si korban. Sebaliknya, seseorang akan cenderung tidak menolong apabila hal tersebut disebabkan kesalahan atau keteledoran dari korban sendiri (Baron, 2005; Clayton, 2012; Sarwono, 2009; Desmita, 2009; Sears, 2009).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
Selain itu, model-model prososial akan mendukung seseorang untuk
bertingkah laku prososial. Apabila seseorang melihat adanya
korban yang ditolong orang lain, maka besar kemungkinan dirinya akan menolong orang yang membutuhkan seperti situasi yang dilihatnya sebelumnya (Baron, 2005; Sarwono, 2009; Myers, 2012). Perilaku berulang merupakan salah satu faktor dari SVO yang dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku prososial. Seseorang akan cenderung bersikap prososial apabila dirinya mengalami pengalaman berulang kali dengan situasi dan kondisi yang bersifat prososial (Lange, 2007). Jenis kelamin juga mempengaruhi individu dalam melakukan perilaku prososial. Lakilaki lebih cenderung untuk memberikan pertolongan daripada wanita (Baron, 2005; Sears, 2009; Sarwono, 2009; Myers, 2012). Pola asuh juga mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berperilaku prososial. Peran orangtua ialah menciptakan standar perilaku baik dan bertindak sebagai model dengan perilaku spontan seperti berbagi, menolong dan bekerjasama. Selain itu, Orangtua juga dapat menggunakan teknik komunikasi untuk memberi penjelasan mengenai pentingnya manusia saling menolong satu sama lain. Melalui komunikasi orangtua dapat menstimulasi moral reasoning seperti bagaimana perilaku itu terbentuk. (Desmita, 2009; Sarwono; 2009). Interaksi sosial yang berbeda antara anak dengan orangtua merupakan salah satu faktor dari SVO. Misalnya, anak-anak yang telah berulang kali mengalami interaksi di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
mana orang tua sangat memperhatikan kebutuhan dasar mereka cenderung untuk mengembangkan
kepercayaan dan keamanan,
yang dapat
meningkatkan orientasi prososial. Sebaliknya, orangtua yang tidak memperhatikan
kebutuhan
anak
mereka
cenderung
untuk
mengembangkan ketidakpercayaan dan rasa tidak aman, yang dapat meningkatkan orientasi individualistik (Lange, 1997). b. Faktor Internal Faktor internal ialah faktor dari dalam yang dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku prososial. Faktor dari dalam individu yang dapat mempengaruhi perilaku prososial diantaranya adalah nilai. Nilai merupakan sebuah ide yang diperlukan sebagai pedoman seseorang dalam berperilaku, menjelaskan tindakan dan mengevaluasinya. Nilai di internalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian besar nilai-nilai tersebut berkaitan dengan tindakan prososial (Staub, 1978 dalam Dayakisni, 2012). Selain itu, perbedaan nilai pada individu berimplikasi pada perbedaan tendensi prososial. Nilai yang dijadikan fokus adalah mengenai perbuatan baik, lebih khususnya berkaitan dengan perilaku prososial (Schwartz, 1994 dalam Dovidio, et.al, 2006). Karakteristik personal pada setiap individu yang berbeda satu sama lain. Terdapat individu yang mempunyai kebutuhan yang tinggi agar disukai oleh lingkungan ada pula yang rendah (Sears, 2009). Menurut (Dayakisni, 2012). Perilaku prososial cenderung dilakukan oleh orang yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
memiliki karakteristik kepribadian meliputi harga diri tinggi, rendahnya sikap mengindari tanggung jawab dan rendahnya kebutuhan akan persetujuan orang lain. Setiap orang memiliki motivasi yang berbeda dalam memberikan pertolongan. Motivasi dan moralitas dalam perilaku prososial di bagi menjadi tiga kelompok pertama, egoisme yaitu melihat kepentingan pribadi bukan kesejahteraan orang lain. Kedua, integritas moral yaitu terlibat dalam tingkah laku prososial demi kepuasan pribadi. Ketiga, hipokrasi moral yaitu individu yang didorong oleh motivasi agar terlihat bermoral dan menghindari kerugian atas tindakan bermoral yang dilakukanya (Sears, 2009; Baron, 2005; Sarwono, 2009). Faktor moral juga merupakan salah satu dari faktor pengukuran SVO. Seseorang dengan orientasi prososial akan cenderung memiliki standar moral yang tinggi (Declerk dan Bogaert, 2008). Jenis kelamin dapat menjadi faktor seseorang dalam berperilaku prososial. Sebuah penelitian menemukan bahwa kecenderungan untuk menolong pada remaja perempuan lebih besar daripada remaja laki-laki. (Zimmer 2005 dalam Sarwono 2009). Hal serupa diungkapkan oleh Taylor dkk (2009) bahwa perempuan lebih aktif daripada perilaku prososial walaupun dalam bentuk tipe pemberian bantuan yang berbeda-beda. Suasana Hati juga dapat mempengaruhi individu untuk berperilaku prososial. Suasana hati yang buruk menyebabkan kita memusatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
perhatian pada diri kita sendiri, sehingga keadaan itu akan mengurangi kemungkinan untuk membantu orang lain (Baron, 2005; Sears, 2009; Sarwono, 2009). Faktor empati, yaitu perasaan simpati dan secara tidak langsung merasakan penderitaan orang lain dapat meningkatkan perilaku prososial individu (Staub dalam Dayakisni, 2012; Baron, 2005; Sarwono, 2009; Myers, 2012). Empati juga merupakan faktor orientasi nilai sosial (SVO) yang mempengaruhi individu dalam berperilaku prososial (Decklerk dan Bogaert, 2008). Selanjutnya, faktor lain adalah menimbang untung dan rugi dalam tidakan menolong. Hal tersebut sebagai bagian dari pengambilan keputusan, individu akan menimbang kerugian dan manfaat apabila dirinya menolong (Clayton, 2012; Sears, 2009). Dalam konteks orientasi nilai sosial faktor menimbang untung dan rugi merupakan perilaku dalam pengambilan keputusan. Keputusan tersebut diambil berdasarkan untung dan rugi. Hal ini berkaitan dengan orientasi nilai sosial dari seseorang (Lange, 2007) Berdasarkan
uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial berasal dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal, yaitu faktor kehadiran orang lain, faktor lingkungan, tekanan waktu, faktor orang yang diberi pertolongan, atribusi penyebab kesulitan, model-model prososial dan pola
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
asuh. Sedangkan faktor internal meliputi nilai, karakteristik personal, motivasi dan moralitas, suasana hati, empati, menimbang untung dan rugi. B. Komunikasi Keluarga 1. Pengertian komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communion atau common. Jika mengadakan komunikasi, maka membagikan sebuah informasi agar si penerima maupun pengirim sepaham atas suatu pesan tertentu. Esensi dari komunikasi adalah menemukan dan memadukan si penerima dan si pengirim atas isi pesan yang khusus (Wilbur dalam Siahaan, 2000). Barker (2002) yang menyatakan bahwa komunikasi sebagai proses biologis dan berbasis budaya, yang terjadi secara berkelanjutan dan interaktif di mana dua orang atau lebih menggunakan simbol verbal dan non-verbal untuk membentuk, memperkuat, atau mengubah perilaku orang lain, baik langsung atau dari waktu ke waktu, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing, dan pada gilirannya menjamin kelangsungan hidup kedua spesies dan individu. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Siahaan (2000) yang menyatakan komunikasi diperlukan agar manusia saling mengerti, saling menolong dan saling melengkapi Selain itu, komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan, terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik (Devito, 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah proses secara berkelanjutan dan interaktif antara dua orang atau lebih menggunakan simbol verbal dan non-verbal guna membagikan informasi, mengubah perilaku orang lain. Dalam komunikasi terjadi distorsi sebagai gangguan dalam upaya menerima umpan balik. 2. Definisi Komunikasi keluarga Komunikasi keluarga adalah proses perkembangan intersubjektivitas oleh sekelompok orang yang didalamnya melibatkan sebuah kode yang menghasilkan sebuah ikatan yang kuat seperti kesetiaan dan emosi sepanjang sejarah kehidupan dari waktu ke waktu (Noller and Fiztpatrick, 1993). Hal itu di dukung oleh (Galvin dan Brommel, dalam Prasitthipab 2008) yang didefinisikan secara luas keluarga sebagai jaringan orang-orang yang berbagi kehidupan mereka selama jangka waktu yang lama terikat oleh ikatan perkawinan, darah, atau komitmen, hukum yang menganggap dirinya sebagai keluarga dan memiliki sejarah penting dan diharapkan di masa depan berfungsi dalam hubungan keluarga. Sedangkan menurut Rae Sedwig (dalam Febriyanti, Kismiati, dan Arisanti, 2012) komunikasi keluarga melibatkan suatu proses menggunakan kata-kata, gerakan tubuh (gesture), inotasi suara, melibatkan suatu tindakan yang menghasilkan pencitraan, melibatkan perasaan dengan maksud mengajarkan, mempengaruhi anggota keluarga dan memberikan pemahaman terhadap suatu hal. Dapat dikatakan bahwa komunikasi keluarga adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
komunikasi yang dilakukan antar anggota keluarga yang dilakukan secara langsung (face to face) dan setiap anggota keluarga yang melakukan komunikasi dapat berperan sebagai komunikan maupun komunikator (Febriyanti, Kismiati, dan Arisanti, 2012). Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bserta melibatkan suatu proses menggunakan kata-kata, gerakan tubuh (gesture), inotasi suara guna memberikan suatu pemahaman. Dalam penelitian ini komunikasi keluarga yang dimaksudkan khususnya antara orangtua dan anak. 3. Dimensi Pada Pola Komunikasi keluarga Pola komunikasi keluarga berkembang unik selama jangka waktu yang relatif panjang yang didalamnya terkandung keyakinan, norma, dan sejarah di antara anggota keluarga (Baxter et al. 2005 dalam Prasitthipab 2008 ). Selain itu pola komunikasi keluarga mempunyai asumsi bahwa pandangan anak-anak tentang realitas dan sosialisasi mencerminkan bagaimana orang tua berkomunikasi dengan anak-anak mereka (McLeod & Chaffee dalam Prasitthipab, 2008). Visi komunikasi memberikan model kerja sosial dan kognitif bagi anggota keluarga, memberikan mereka (anggota keluarga) pedoman normatif bagaimana berperilaku dalam keluarga sehingga interaksi dalam keluarga memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat (Baxter et al. 2005 dalam Prasitthipab 2008 ). Baldwin (dalam Prasitthipab, 2008) menyatakan bahwa setiap jenis keluarga menciptakan karakteristik yang membedakan sendiri seperti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
keyakinan, sikap, dan perilaku komunikasi. Pola komunikasi dibagi menjadi dua dimensi yaitu : a.
Orientasi Kepatuhan (Conformity-Orientation) Keluarga dengan konsep orientasi kepatuhan yaitu jenis keluarga yang mendorong anak-anak mereka untuk menghindari konflik serta menampilkan kesesuaian dalam percakapan termasuk dalam hal perilaku, nilai dan keyakinan . Selain itu, orang tua berusaha untuk menghasilkan kepercayaan homogen dan iklim saling tergantung, memiliki pandangan kepada anak-anak mereka bahwa argumentasi bukanlah cara terbaik untuk memecahkan masalah (Koener dan Fitzpatrick, 2002). Para anggota keluarga yang lebih muda diharapkan untuk mematuhi orang tua atau orang yang lebih tua. Orientasi kepatuhan biasanya terjadi pada keluarga tradisional yang mengedepankan hierarkis dan otoritas. (Koener dan Fitzpatrick, 2002). Keluarga yang memiliki orientasi kepatuhan tinggi sangat mengutamakan kebersamaan dan waktu dengan para anggota keluarga dirumah sedangkan keluarga dengan orientasi kepatuhan yang rendah akan cenderung mengembangkan relasinya diluar lingkungan keluarga. (Korner dan Fitzpatrick, 2002).
b.
Orientasi Percakapan (Conversation-Orientation) Keluarga dengan konsep orientasi percakapan yaitu jenis keluarga dimana orang tua mendorong untuk mendiskusikan isu-isu politik dan sosial dengan anak-anak mereka Anggota keluarga memiliki hak untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
berpendapat dan bersama-sama mendiskusikan pendapat mereka (Koener dan Fitzpatrick, 2002). Anggota keluarga dengan orientasi percakapan cenderung untuk menghabiskan sebagian besar waktu berdiskusi dengan satu sama lain untuk mencapai keputusan. Keputusan dalam keluarga diambil bersadarkan kebaikan bersama. Anak-anak dari keluarga ini didorong untuk berkomunikasi secara terbuka dan spontan tentang berbagai topik, bertukar ide dan pikiran, nilai-nilai serta saling berbagi perasaan (Koener dan Fitzpatrick, 2002). Keluarga dengan orientasi percakapan yang tinggi cenderung untuk menghargai perbedaan pendapat diantara anggota keluarga. Hal tersebut dapat menciptakan komunikasi yang terbuka antara anggota keluarga sehingga hubungan keluarga terjalin toleransi, kerjasama dan mengajarkan anak bersosialiasasi (Korner dan Fitzpatrick, 2002). Sedangkan keluarga dengan orientasi percakapan yang rendah cenderung Kurang berinteraksi dengan para anggota keluarga sehingga kurang terjadi diskusi, aktivitas serta pertukaran ide dan gagasan (Koerner dan Fitzpatrick, 2002). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua pola komunikasi dalam keluarga yaitu conformity-orientation berdasarkan tingkat kepatuhan terhadap otoritas tertinggi yaitu orangtua. Kedua, conversationorientation yang didasarkan pada banyaknya waktu yang dihabiskan orangtua dan anak untuk berbincang-bincang secara terbuka mengenai topik apapun.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
4. Tipe-tipe Dalam Komunikasi Keluarga Pola komunikasi menciptakan tipe keluarga yang berbeda (Fitzpatrick dalam Morissan, 2010) yaitu : 1. Tipe Konsensual Keluarga dengan tipe konsensual adalah keluarga yang sangat sering melakukan percakapan namun juga memiliki kepatuhan yang tinggi. Orang tua sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam keluarga sebagai pengambil keputusan. Keluarga dengan tipe konsensual sangat menghargai komunikasi terbuka dalam keluarga namun disisi lain tetap menghendaki kewenangan dan penjelasan orangtua yang jelas walaupun tidak sejalan dengan keinginan anak-anaknya. 2. Tipe Pluralistik Keluarga dengan tipe pluralistik adalah keluarga yang sangat sering melakukan percakapan namun memiliki kepatuhan yang rendah. Setiap anggota keluarga pada tipe ini akan membuat keputusanya masingmasing. Orangtua tidak menjadi pemegang otoritas tertinggi. Setiap pendapat dalam keluarga dinilai berdasarkan kebaikanya yaitu pendapat mana yang paling baik dan setiap setiap orang turut serta dalam pengambilan keputusan. 3. Tipe Protektif Keluarga dengan tipe protektif adalah keluarga yang jarang melakukan percakapan namun memiliki kepatuhan yang tinggi. Orangtua
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
dalam pada jenis ini menganggap bahwa tidak ada alasan bagi mereka untuk menghabiskan banyak waktu untuk berbicara termasuk menjelaskan keputusan yang telah mereka buat dalam keluarga. 4. Tipe Laisses-faire Keluarga dengan tipe Laisses-faire adalah keluarga yang jarang melakukan percakapan dan memiliki kepatuhan yang rendah. Jenis keluarga dengan tipe komunikasi seperti ini sering disebut dengan lepas tangan dengan keterlibatan rendah. Anggota keluarga dalam jenis ini tidak terlalu perduli dengan apa yang dikerjakan oleh anggota keluarga lain dan menganggap bahwa komunikasi bukanlah suatu hal yang penting. Maka dapat disimpulkan bahwa tipe-tipe dalam komunikasi keluarga terdiri dari tipe komunikasi konsensual, tipe komunikasi pluralistik, tipe komunikasi protektif dan terakhir adalah tipe komunikasi laizze-faire. Keempat tipe komunikasi tersebut dihasilkan dari dua dimensi komunikasi keluarga yaitu conversation-orientation dan conformity-orientation
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
Skema 1. Tipe Komunikasi Keluarga Orientasi percakapan Rendah
Tinggi
Rendah
Laizze-fair
Protektif
Tinggi
Pluralistik
Konsensual
5. Dampak Komunikasi Keluarga Komunikasi keluarga berperan penting dalam memberi rasa aman bagi anak-anak karena didalamnya terdapat keteladanan dan merupakan tempat bernaung ketika anak menghadapi kesulitan atau masalah (Gunarsa, 2001). Komunikasi keluarga berimplikasi pada keberhasilan proses sosialisasi orangtua terhadap anak. Hal tersebut penting karena dalam proses tersebut akan terjadi transmisi sistem nilai yang positif kepada anak (Setyowati, 2005). Walker dan Taylor (1991; dalam Papalia, 2009) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa orangtua yang senantiasa mendengarkan, bertanya mengenai pendapat, meneliti tentang isu yang dibicarakan bersama remaja, dan berdiskusi dengan tingkat yang lebih aktif akan meningkatkan kemajuan perilaku yang baik dibandingkan dengan orangtua yang senang berceramah dan menentang pendapat mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Selain itu, komunikasi adalah kunci utama bagi keharmonisan antara orangtua dan remaja. Keluarga harus memiliki waktu cukup lama untuk berbincang-bincang dan mengembangkan keterbukaan antara orangtua dengan anak (Gunarsa, 2004). Cara komunikasi orangtua dalam keluarga akan memberi dampak pada hubungan orangtua anak dalam jangka panjang. Hal ini berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan perilaku anak. Bila hubungan komunikasi yang di kembangkan oleh orang tua tidak harmonis maka muncul konflik antara orang tua dengan anak (Gunawan, 2013). Hal tersebut didukung oleh penelitian Clark dan Shields (1997 dalam Lestari 2013) yang mengungkapkan bahwa komunikasi yang baik antara anak dengan orangtua berkorelasi dengan rendahnya keterlibatan anak dalam perilaku delikuen. Selain itu, Booth-Butterfield dan Sidelinger (1998 dalam Lestari 2013) mengungkapkan bahwa keterbukaan dalam komunikasi keluarga tentang topik seksualitas
dan
penggunaan
alkohol
berbukti
berkorelasi
dengan
kecenderungan remaja untuk melakukan seks yang aman maupun dalam penggunaan alkohol. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dampak dari komunikasi keluarga berimplikasi pada keberhasilan proses sosialisasi orangtua sehingga dapat mempengaruhi perilaku anak. Komunikasi yang buruk akan menghasilkan perilaku penyimpangan terhadap remaja, sedangkan komunikasi yang baik berdampak pada perilaku remaja yang baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
C. Remaja 1. Definisi Remaja Manusia mengalami tahap-tahap perkembangan yang dialui dalam kehidupan. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah masa remaja Istilah remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescene (Ali dan Asrori, 2009). Masa remaja (adolescene) merupakan masa transisi dari perkembangan anak-anak menjadi dewasa dengan melibatkan perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Hal serupa diungkapkan oleh (Papalia, 2009) yang menyatakan bahwa perkembangan remaja melibatkan perubahan besar dalam aspek fisik, kognitif dan psikososial yang saling berkaitan. Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa remaja merupakan masa transisi dari perkembangan anak-anak menjadi dewasa dengan melibatkan perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional. 2. Batasan usia remaja Banyak batasan usia remaja yang diungkapkan oleh para ahli. Diantaranya adalah batasan usia remaja menurut (Santrock, 2007) dimulai sekitar usia usia 10-13 tahun dan berahkir pada sekitar usia 18-22 tahun. sedangkan batasan usia remaja menurut (Papalia, 2009) yaitu antara usia 11 tahun hingga usia 20 tahun. Batasan remaja menurut WHO adalah 10-20 tahun. Selanjutnya, WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja ahkir 15-20 tahun (Sarwono, 2011)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Berdasarkan uraian
tersebut
maka
34
disimpulkan bahwa masa
perkembangan remaja terdapat pada rentang usia 11-21 tahun. 3. Aspek-aspek Perkembangan Remaja a. Perkembangan Fisik Awal masa remaja ditandai dengan adanya pubertas yaitu sebuah kumpulan peristiwa biologis yang mengarah pada pertumbuhan tubuh dan kematangan seksual baik primer maupun sekunder. (Berk, 2012; Papalia, 2009).
Hal
serupa
diungkapkan
oleh
(Santrock,
2007)
bahwa
perkembangan remaja ditandai dengan perubahan fisik berupa berubahan berat dan tinggi badan, pertumbuhan tulang dan otot pada laki-laki, pertumbuhan payudara pada perempuan, kematangan organ seksual seperti menstruasi pada wanita serta dan fungsi reproduksi. Peristiwa pubertas mempengaruhi citra diri, suasana hati, serta interaksi remaja dengan orangtua dan teman. Hal tersebut merupakan dampak dari perubahan fisik yang terjadi pada remaja. Kondisi tersebut menyebabkan munculnya emosi positif maupun negatif pada remaja sehingga dukungan orangtua dan teman dibutuhkan untuk mendampingi remaja dalam menjalani masa awal pubertas (Berk, 2012). b. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget, masa remaja memasuki tingkat perkembangan kognitif tertinggi yaitu operasional formal yaitu kemampuan berpikir secara abtrak, sistematis dan ilmiah yang dimulai dari usia 11 tahun. Hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
ini berdampak pada pemikiran remaja yang tidak hanya dibatasi oleh cara berpikir pada saat ini namun juga pada saat mendatang. Dengan mencapai tahap operasional formal, remaja dapat berpikir fleksibel dan kompleks. Selain itu remaja juga dapat menciptakan situasi yang bersifat fantasi dan membuat hipotesis sehingga mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya. (Papalia, 2009; Santrock, 2007, Berk, 2012). Dalam tahap ini remaja sudah mampu berpikir logis. Remaja mulai memiliki pola berpikir sebagai peneliti sehingga mempunyai perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa mendatang (Santrock, 2007). Namun, kecenderungan cara berpikir egosentris masih terjadi pada masa remaja. Selain itu meningkatnya kesadaran diri remaja yaitu tumbuhnya suatu pandangan bahwa mereka penting, unik dan istimewa sehingga menjadi fokus dan keperdulian orang lain (Berk, 2012; Santrock, 2007) c. Perkembangan Sosial dan Emosi Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok sebaya dibandingkan dengan orangtua (Berk, 2012). Peran teman sebaya sangat besar bagi perkembangan sosial remaja karena merupakan sumber informasi utama dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup (Papalia, 2009). Hal tersebut didukung oleh Santrock (2007) yang menyatakan bahwa remaja memiliki kebutuhan yang tinggi untuk diterima oleh teman sebaya. William dalam Jahja (2011) menyatakan salah satu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
tugas perkembangan remaja ialah perlu mengembangkan ketrampilan komunikasi dan bergaul dengan teman sebaya. Selain itu, pada masa remaja tumbuh otomoni diri yang apabila tidak dipenuhi akan terjadi konflik antara orangtua dan remaja. Hal tersebut dapat berkurang apabila tercipta adanya saling toleransi, negosiasi serta keseimbangan otoritas antara orangtua dan remaja (Laursen et.al, 1998 dalam Papalia, 2009) Perilaku prososial berkembang seiring bertambahnya usia, bahkan di antara anak-anak sampai remaja terdapat peningkatan bertahap dalam perilaku prososial, termasuk kerja sama dan kesetaraan (Lange.et.al 1997). Selama masa remaja, kerjasama dan hubungan timbal balik mengalami peningkatan yang mencerminkan semakin baiknya ketrampilan dalam memelihara hubungan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan keinginan orang lain (Berk, 2012). Hal tersebut sesuai dengan tugas perkembangan yang dikemukakan oleh Hurlock (1991) yaitu remaja diharapkan dapat mencapai perilaku sosial sesuai dengan tuntunan sosial yang ada di lingkungannya. Menurut Kohlberg, remaja di tahap penalaran moral yang lebih tinggi kerap kali melakukan tindakan prososial dengan membantu, berbagi dan membela korban ketidakadilan (Carlo dkk, 1996; Comunian & Gielen, 2006, dalam Berk, 2009). Nilai-nilai moral ini salah satunya adalah dorongan untuk menolong dan berbuat baik bagi orang lain (Jahja, 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
Menurut aspek yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa remaja mengalami perkembangan baik secara fisik, kognitif maupun sosial dan emosi. Setiap aspek yang terjadi pada remaja dapat memberikan dampak dan pengaruh langsung terhadap remaja. Perkembangan fisik perkaitan dengan perubahan biologis, perkembangan kognitif berkaitan dengan perkembangan pemikiran dan perkembangan sosial dan emosi yang berkaitan dengan hubungan sosial remaja dengan tingkat yang lebih luas. D. Hubungan Antara Pola Komunikasi keluarga dengan perilaku Prososial pada remaja Keluarga adalah suatu kelompok kecil yang terstruktur dalam pertalian keluarga dan memiliki fungsi utama berupa sosialisasi pemeliharaan terhadap generasi baru yang disertai dengan dukungan emosi (Reiss dalam Lestari, 2013). Selanjutnya, keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan lingkungannya (Gerungan, 2009). Remaja merupakan salah satu bagian dari keluarga yang mengalami masa transisi dari anak-anak menuju dewasa (Papalia, 2009). Sebagian besar remaja menghabiskan waktu untuk saling berinteraksi dengan dunia yang lebih luas di luar lingkungan keluarga (Berk, 2012). Namun, keterikatan dengan orangtua selama masa remaja dapat berfungsi adaptif dan menjadi landasan kokoh bagi perkembangan remaja (Desmita, 2009). Hal ini diperkuat oleh pendapat Steinberg and Silk (dalam Laura, 2007) yang mengungkapkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
bahwa orang tua tetap menjadi dasar selama masa remaja. Sehingga interaksi antara orangtua dan remaja sangat penting untuk dipertimbangkan saat memeriksa nilai-nilai dan perilaku remaja. Interaksi yang terjadi didalam keluarga salah satunya adalah melalui komunikasi. Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi diantara anggota keluarga yaitu orang tua dengan anak-anak dalam berbagai hal sebagai sarana bertukar pikiran, sarana mensosialisasikan nilai-nilai orang tua kepada anaknya, dan saling memahami antar anggota keluarga (Komala, Setianti, Komariah, 2005). Komunikasi yang terjadi pada keluarga tidaklah bersifat acak namun sangat
terpola
berdasarkan skema-skema tertentu
yang menentukan
bagaimana anggota keluarga bekomunikasi satu dengan yang lainnya (Fiztpatrick dalam Morissan 2010). Pola komunikasi keluarga dibagi menjadi dua dimensi yaitu yaitu orientasi kepatuhan (conformity-orientation) dan orientasi percakapan (conversation-orientation) (Noller dan Fitzpatrick, 1993; Prasitthipab, 2008; Beebe, 2009). Keluarga yang menganut pola orientasi kepatuhan adalah keluarga yang mendorong anak-anak mereka untuk menghindari konflik dan cenderung menampilkan kesesuaian dalam percakapan dengan orang tua mereka. (Baldwin dalam Prasitthipab, 2008). Selain itu, pola komunikasi dengan oriantasi kepatuhan lebih mengutamakan sejauh mana keluarga menekankan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
nilai-nilai, sikap, dan keyakinan yang sama pada anggota keluarga (Bebee, 2009). Keluarga
yang
menganut
pola
komunikasi
dengan
orientasi
percakapan yaitu tipe keluarga yang menghabiskan sebagian besar waktu dengan berdiskusi satu sama lain untuk mencapai keputusan. Anak-anak dari keluarga-keluarga ini didorong untuk berkomunikasi secara terbuka, pertukaran ide, dan menikmati berbagi nilai-nilai. Selain itu, orangtua mendorong anak untuk mendiskusikan topik apapun (Beebe, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Maria (1998) mengenai “tendensi delikuensi remaja ditinjau dari efektifitas komunikasi antara orang tua dengan remaja” menyimpulkan bahwa kurangnya efektifitas komunikasi antara remaja dan orang tua berkaitan erat dengan munculnya tendensi delikuensi pada remaja. Hal ini dikarenakan remaja memiliki kebutuhan akan kasih sayang, penghargaan diri, dan pengertian dari orang tuanya, yang hanya terpenuhi apabila tercipta komunikasi yang efektif antara anak dengan orang tua. Komunikasi keluarga memiliki beberapa dampak bagi setiap anggota keluarga. Salah satunya berimplikasi pada keberhasilan proses sosialisasi orangtua terhadap anak (Setyowati, 2005). Setiap keluarga menerapkan pola komunikasi yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Komunikasi yang buruk akan menghasilkan perilaku penyimpangan terhadap remaja, sedangkan komunikasi yang baik menghindarkan remaja dari perilaku penyimpang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
Pola komunikasi yang diterapkan dalam keluarga dapat mendukung perkembangan kapasitas anak untuk memahami tindakan prososial mereka sendiri (Rechia, 2014). Anak-anak dari orientasi keluarga yang berbeda cenderung untuk mengembangkan perilaku sosial yang berbeda (Fitzpatrick, Marshall, Leutwiler, & Krcmar dalam Prasitthipab 2008). Dalam hal ini orangtua berperan penting karena merupakan agen sosialisasi pertama bagi anak sebagai manusia sosial (Gerungan, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Huang (dalam Brian, Matthew dan Keith, 2002) mendapatkan hasil bahwa anak yang berasal dari keluarga yang memiliki komunikasi berorientasi percakapan tinggi memandang dirinya lebih positif, terbuka, terlibat dalam kepemimpinan dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Walker dan Taylor (1991; dalam Papalia, 2009) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa orangtua yang senantiasa mendengarkan, bertanya mengenai pendapat, meneliti tentang isu yang dibicarakan bersama remaja, dan berdiskusi dengan tingkat yang lebih aktif akan meningkatkan kemajuan perilaku yang baik. Hal tersebut terjadi karena setiap anggota keluarga terutama anak mempunyai hak untuk berpendapat sehingga mendorong anak untuk lebih inisiatif dan memiliki pandangan terbuka terhadap berbagai topik. Selain itu, anak juga menjadi peka terhadap kebutuhan orang lain disekitarnya. Sedangkan anak yang berasal dari keluarga yang memiliki orientasi kepatuhan cenderung mematuhi otoritas dari orangtua sehingga menghasilkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
anak yang tertutup dan memiliki harga diri rendah (dalam Brian, Matthew dan Keith, 2002). Orangtua yang senang berceramah dan menentang pendapat anak akan cenderung menghasilkan perilaku anak yang kurang baik (Walker dan Taylor 1991; dalam Papalia, 2009). Hal tersebut berdampak pada relasi sosialnya di lingkungan yang lebih luas termasuk dalam menampilkan perilaku prososial. Keluarga yang berorientasi kepatuhan menerapkan kesamaan nilai antara orangtua dan anak. Orangtua memegang otoritas tertinggi dalam keluarga. Hal tersebut memiliki dampak anak menjadi pasif dan kurang inisiatif dalam pemikiran. Selain itu, tidak adanya toleransi orangtua terhadap anak dapat berakibat kurangnya kepekaan anak dalam menghadapi situasi. Keluarga yang memiliki pola komunikasi percakapan yang tinggi memungkinkan untuk memiliki jiwa sosial yang tinggi. Hal itu terjadi karena keluarga sering melakukan percakapan dan bertukar pikiran sehingga nantinya anak dapat lebih berkembang di luar lingkungan keluarganya. Hal itu tercermin dalam perilaku prososial yang tinggi pada anak. Sedangkan, remaja yang memiliki pola komunikasi kepatuhan yang tinggi akan memungkinkan remaja menjadi tertutup sehingga berdampak pada perilaku prososial yang cenderung rendah terhadap lingkungan sekitar. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya keterbukaan dari orangtua yang jarang melakukan percakapan sehingga ramaja menjadi tidak berkembang dan pasif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
Interaksi dari kedua pola dimensi komunikasi keluarga tersebut menghasilkan empat tipe pola komunikasi berdasarkan tinggi rendahnya. Pertama adalah tipe konsensual yaitu keluarga yang sering melakukan percakapan dan memiliki kepatuhan yang tinggi. Kedua adalah tipe pluralistik yaitu keluarga yang sering melakukan percakapan namun memiliki kepatuhan yang rendah. Ketiga adalah tipe protektif yaitu keluarga yang memiliki kepatuhan yang tinggi dan jarang melakukan percakapan, dan yang terahkir adalah tipe laizze-fair yaitu keluarga yang jarang melakukan percakapan dan memiliki
kepatuhan
yang
rendah.
Masing-masing
tipe
ini
dapat
mempengaruhi perilaku pada anak, salah satunya adalah perilaku prososial. Perilaku prososial merupakan tindakan yang sebagian besar dilakukan untuk
menolong
orang
lain
yang
diharapkan
dapat
meningkatkan
kesejahteraan orang lain baik secara fisik maupun psikis terlepas dari motifmotif si penolong. Masa remaja merupakan waktu untuk meningkatkan perilaku prososial. Hal tersebut disebabkan karena remaja memiliki kebutuhan untuk bekerjasama, memiliki dan memelihara hubungan timbal balik dengan sesama (Berk, 2012). Penting bagi remaja untuk mengembangkan perilaku prososial agar sesuai dengan tuntunan sosial yang ada di lingkungan masyarakat. Keluarga yang memiliki tipe komunikasi konsensual akan cenderung mengarahkan remaja pada perilaku prososial karena memiliki relasi yang memuaskan dengan lingkungan, bersikap flexible dan penuh kasih sayang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Begitu pula dengan keluarga yang memiliki tipe komunikasi pluralistik, akan cenderung mengarahkan remaja pada perilaku prososial karena memiliki keterbukaan diri dan kemampuan bersosialisasi. Sedangkan tipe komunikasi protektif akan cenderung mengarahkan remaja pada perilaku individual karena cenderung tertutup sehingga anak menjadi pasif dan kurang inisiatif. Terakhir, tipe komunikasi laizze-faire akan cenderung mengarahkan anak pada perilaku kompetitif karena tidak memiliki keterbukaan diri dan harga diri yang rendah (Brian, Mathew, Keith, 2002)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
Pola Komunikasi Keluarga
Konsensual
Pluralistik
Protektif
Laizze-Faire
-
- Kepatuhan tinggi
- Kepatuhan rendah
- Kepatuhan tinggi
- Kepatuhan rendah
-
- Percakapan tinggi
- Percakapan tinggi
- Percakapan rendah
- Percakapan rendah
3.
Dampak pada remaja :
Dampak pada remaja:
Dampak pada remaja :
Dampak pada remaja :
1. Relasi yang memuaskan dengan lingkungan 2. Bersikap fleksibel 3. Penuh kasih sayang
1. Memiliki Keterbukaan diri 2. Memiliki Kemampuan bersosialisasi
1. Bersikap cenderung tertutup 2. 2. Pasif dan kurang inisiatif
1. Harga diri rendah 2. Tidak memiliki keterbukaan diri
Prososial
Prososial
Individual
Kompetitif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
E. Hipotesis Berdasarkan teori-teori yang menjelaskan tentang tipe komunikasi dan kecenderungan perilaku prososial maka hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tipe komunikasi keluarga dengan kecenderungan perilaku prososial remaja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian korelasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara dimensi pola komunikasi keluarga dengan perilaku prososial pada remaja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data-data numerikal yang diolah dengan metode statistik (Azwar, 2004). Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini diukur sehingga data-data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur statistik (Noor, 2011). B. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Untuk menguji suatu hipotesis, sebelumnya akan dilakukan identifikasi variable-variabel yang dilibatkan dalam penelitian. Adapun variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas a.
: Tipe Komunikasi Keluarga
Tipe Komunikasi Pluralistik Tipe komunikasi yang dihasilkan dari pola komunikasi berorientasi percakapan tinggi dan orientasi kepatuhan rendah.
b.
Tipe Komunikasi Protektif Tipe komunikasi yang dihasilkan dari pola komunikasi berorientasi percakapan rendah dan orientasi kepatuhan tinggi. 46
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
47
Tipe Komunikasi Konsensual Tipe komunikasi yang dihasilkan dari pola komunikasi berorientasi percakapan tinggi dan orientasi kepatuhan tinggi.
d.
Tipe Komunikasi Laizze-faire Tipe komunikasi yang dihasilkan dari pola komunikasi berorientasi percakapan rendahn dan orientasi kepatuhan rendah.
2. Variabel tergantung
: Kecenderungan Perilaku prososial remaja
C. Definisi Operasional Untuk keperluan penelitian, perlu ditentukan adanya batasan operasional terhadap variabel-variabel penelitian. Definisi Operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur sehingga memberikan informasi-informasi yang diperlukan untuk mengukur variabel-variabel yang akan diteliti (Kountour, 2003). Batasan-batasan operasional variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tipe Komunikasi keluarga a. Tipe konsensual Tipe konsensual adalah tipe komunikasi dalam keluarga yang dirancang untuk menghasilkan rasa hormat dan patuh oleh anak terhadap orangtua, membina hubungan sosial yang harmonis ketika dirumah dan anak cenderung memiliki kepercayaan yang homogen terhadap orangtua. Namun disisi lain, orangtua dengan tipe konsensual sering berdiskusi, berpartisipasi dan berinteraksi membahas berbagai topik, mengambil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
keputusan secara bersama-sama melalui negosiasi, terbuka terhadap nilai, dan menghargai adanya toleransi terhadap anak. Tipe komunikasi konsensual ini dapat diungkap melalui dua skala yaitu, skala orientasi kepatuhan dan skala orientasi percakapan. Subjek masuk dalam tipe pola komunikasi konsensual apabila mendapatkan skor tinggi pada kedua skala orientasi kepatuhan maupun orientasi percakapan. b. Tipe Pluralistik Tipe pluralistik adalah tipe komunikasi antara anak dan orangtua yang dirancang untuk sering berdiskusi, berpartisipasi dan berinteraksi membahas berbagai topik, mengambil keputusan secara bersama-sama melalui negosiasi, terbuka terhadap nilai, dan menghargai adanya toleransi. Namun disisi lain, anak dengan tipe orangtua pluralistik kurang memiliki rasa hormat dan patuh terhadap orangtua, hubungan sosial yang kurang harmonis, tidak menghasilkan kepercayaan yang homogen antara anak dan orangtua. Tipe komunikasi pluralistik ini dapat diungkap melalui dua skala yaitu, skala orientasi kepatuhan dan skala orientasi percakapan. Subjek masuk dalam tipe pola komunikasi pluralistik apabila mendapatkan skor tinggi pada skala orientasi percakapan dan memiliki skor rendah untuk skala orientasi kepatuhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
c. Tipe Protektif Tipe protektif adalah tipe komunikasi keluarga yang dirancang untuk menghasilkan rasa hormat dan patuh anak terhadap orangtua, membina
hubungan
sosial
yang
harmonis
ketika
dirumah
dan
menghasilkan kepercayaan yang homogen. Namun disisi lain, tipe komunikasi protektif jarang berdiskusi, orangtua pada tipe protektif jarang berpartisipasi dan berinteraksi dengan anak, keputusan berada pada orangtua, kurang negosiasi dan toleransi serta kurang terbuka terhadap nilai. Tipe komunikasi protektif ini dapat diungkap melalui dua skala yaitu, skala orientasi kepatuhan dan skala orientasi percakapan. Subjek masuk dalam tipe pola komunikasi protektif apabila mendapatkan skor tinggi pada skala orientasi kepatuhan dan memiliki skor rendah untuk skala orientasi percakapan. d. Tipe Laizze-Fair Tipe komunikasi Laizze-fair adalah tipe komunikasi dalam keluarga yang tidak memiliki rasa hormat, membina hubungan sosial yang kurang harmonis ketika dirumah serta tidak memiliki kepercayaan yang homogeny antara orangtua dan anak. Selain itu, orangtua tipe komunikasi laizze-fair jarang melakukan interaksi dengan anak, jarang mengambil keputusan secara bersama-sama, dan tidak terbuka terhadap nilai dan toleransi terhadap terhadap anak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
Tipe komunikasi laizze-fair ini dapat diungkap melalui dua skala yaitu, skala orientasi kepatuhan dan skala orientasi percakapan. Subjek masuk dalam tipe pola komunikasi protektif apabila subjek memiliki skor yang rendah pada skala orientasi percakapan maupun kepatuhan 2. Kecenderungan Perilaku Prososial Remaja Kecenderungan perilaku prososial adalah tindakan yang sebagian besar dilakukan oleh remaja untuk menolong yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan orang lain baik secara fisik maupun psikis terlepas dari motif-motif si penolong.
Kecenderungan perilaku prososial
diukur menggunakan SVO (Social Value Orientation) yaitu skala terbentuk kategori yang dapat mengelompokkan subjek kedalam tiga tipe. Pertama, prososial yaitu subjek memilih untuk membagi sama rata antara pendapatan dirinya dan orang lain. Kedua, individualis yaitu subjek membuat perbedaan pendapatan yang lebih besar untuk dirinya daripada oranglain. Ketiga, kompetitif yaitu subjek membuat perbedaan pendapatan yang jauh lebih besar untuk dirinya daripada orang lain. Skala SVO terdiri dari 9 item dan setiap item terdiri dari 3 pilihan jawaban yaitu A, B dan C. Syarat agar subjek masuk dalam salah satu kategori SVO apabila memenuhi 6 atau lebih pilihan jawaban yang mewakili satu sifat atau kategori dalam SVO yaitu prososial, individualis atau kompetitif. Apabila
jawaban subjek kurang dari 6 jawaban yang dapat
mewakili dirinya masuk dalam salah satu kategori maka subjek dinyatakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
gugur. Kemudian setelah itu, subjek dikelompokkan lagi sesuai dengan klasifikasi pada SVO. D. Subjek penelitian 1. Populasi penelitian Populasi adalah jumlah subjek yang akan dikenai generalisasi hasil penelitian. Dari populasi ini diambil contoh atau sampel yang diharapkan dapat mewakili populasi. Berdasarkan tujuan penelitian, maka penulis menentukan populasi penelitian meliputi remaja dengan rentang usia 11-21 tahun yang tergolong dalam masa remaja awal sampai ahkir. 2. Tehnik Pengambilan Data Pengambilan sampel adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi sehingga penelitian terhadap sampel mengenai sifat atau karakteristiknya dapat digeneralisasikan sifat dan karakteristik pada elemen populasi (Noor, 2011). Penelitian ini menggunakan metode sampling Convenience
Sampling
yaitu
tehnik
penentuan
sampel
berdasarkan
kemudahan. Tehnik ini digunakan untuk mempermudah peneliti dalam mengambil sampel dalam situasi dan kondisi dimana sampel dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang ditentukan (Noor, 2011). E. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan skala. Skala adalah pernyataan yang disusun untuk mengungkap atribut-atribut tertentu melalui respon terhadap pernyataan yang diberikan (Azwar, 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
1. Skala Tipe Komunikasi Keluarga Tipe komunikasi keluarga dapat diungkap melalui dua skala yaitu, skala orientasi kepatuhan dan skala orientasi percakapan. Skala pola komunikasi keluarga ini bermanfaat untuk melihat tingkat kecenderungan remaja dalam melakukan pola komunikasi dalam keluarga sehingga nantinya dapat dikategorikan menjadi empat tipe. a. Skala Orientasi Kepatuhan Tinggi rendahnya orientasi kepatuhan dapat dilihat dari skor yang diperoleh subjek pada skala orientasi kepatuhan. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi orientasi kepatuhan pada keluarga. Sebaliknya, apabila subjek mendapatkan skor rendah pada skala orientasi kepatuhan maka semakin rendah pula orientasi kepatuhan pada keluarga. b. Skala Orientasi Percakapan Tinggi rendahnya orientasi percakapan dapat dilihat dari skor yang diperoleh subjek pada skala orientasi percakapan. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi orientasi percakapan pada keluarga. Sebaliknya, apabila subjek mendapatkan skor rendah pada skala orientasi percakapan maka semakin rendah pula orientasi kepatuhan pada keluarga.
Peneliti menggunakan skala likert dimana masing-masing item terdiri dari empat kategori jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Sesuai(TS) dan terahkir Sangat Tidak Sesuai (STS). Pernyataan diberikan pada subjek dalam bentuk Favorable dan Unfavorable. Untuk item favorable : Nilai 4
:Untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), artinya subjek sangat setuju dengan pernyataan yang tersedia karena dirasa sangat sesuai dengan kondisi yang dirasakan oleh subjek.
Nilai 3
:Untuk jawaban Sesuai (S), artinya subjek setuju dengan pernyataan yang tersedia karena dirasa sesuai dengan kondisi yang dirasakan oleh subjek
Nilai 2
:Untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), artinya subjek tidak setuju dengan pernyataan tersebut karena dirasa tidak sesuai dengan kondisi yang dirasakan oleh subjek.
Nilai 1
:Untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS), artinya subjek sangat tidak setuju dengan penyataan yang tersedia karena dirasa tidak sesuai dengan kondisi yang dirasakan oleh subjek.
Untuk item Unfavorable; Nilai 1
:Untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), artinya subjek sangat setuju dengan pernyataan yang tersedia karena dirasa sangat sesuai dengan kondisi yang rasakan oleh subjek
Nilai 2
:Untuk jawaban Sesuai (S), artinya subjek setuju dengan pernyataan yang tersedia karena dirasa sesuai dengan kondisi yang rasakan oleh subjek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Nilai 3
54
:Untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), artinya subjek tidak setuju dengan pernyataan tersebut karena dirasa Tidak sesuai dengan kondisi yang dirasakan oleh subjek
Nilai 4
:Untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS), artinya subjek sangat tidak setuju dengan penyataan yang tersedia karena dirasa tidak sesuai dengan kondisi yang dirasakan oleh subjek.
Peneliti hanya menggunakan kategori empat jawaban untuk menghindari Central tendency Effect yang mana semakin banyak pilihan netral yang dipilih, maka data akan semakin tidak informatif (Friendenberg, 1995). Skor total yang diperoleh dari skala pola komunikasi keluarga akan menujukan kecenderungan pola komunikasi keluarga yang dimiliki oleh subjek. Skala pola komunikasi keluarga terdiri dari dua bagian yaitu pola komunikasi keluarga yang berorientasi percakapan dan pola komunikasi keluarga yang berorientasi kepatuhan. Peneliti membuat item berjumlah 40 pernyataan dengan komposisi yang seimbang disetiap aspeknya. Tabel 1 Blue Print Skala Dimensi Pola Komunikasi Keluarga No 1
2
Dimensi Pola Komunikasi Orientasi Percakapan Orientasi Kepatuhan
Nomor item Favorable Unfavorable 1, 5, 9, 13, 17, 2, 6, 10, 14, 21, 25, 29, 33, 18, 22, 26, 37 30, 34, 38 3, 7, 11, 15, 4, 8, 12, 16, 19, 23, 27, 31, 20, 24, 28, 35, 39 32, 36, 40
Jumlah
%
20
50
20
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
2. Skala SVO Peserta akan dikategorikan sebagai prososial, individualistis, atau persaingan jika mereka membuat enam atau lebih banyak pilihan yang konsisten sesuai dengan klasifikasi orientasi (Lange, 2007). Skala SVO terdiri dari 9 item dan setiap item terdiri dari 3 pilihan jawaban yaitu A, B, dan C. Pengukuran yang dilakukan dengan skala SVO yaitu subjek diminta untuk membayangkan bahwa secara acak akan dipasangkan dengan orang lain dalam sebuah permainan. Subjek tidak mengenal orang lain yang disebut sebagai lawan dalam permainanya bahkan tidak akan bertemu kembali di masa mendatang. Subjek diminta untuk membuat pilihan berupa pendapatan angka diperoleh antara dirinya dengan orang lain tersebut. Sebelum mengerjakan subjek diberi pemahaman, semakin banyak subjek mengumpulkan angka untuk diri sendiri maka akan semakin baik untuk dirinya. Demikian juga, semakin banyak angka yang didapatkan orang lain semakin baik pula untuk orang lain. Pilihan jawaban subjek akan mengarahkan orang tersebut masuk dalam salah satu kategori klasifikasi yang terdapat pada skala SVO (Orientasi Prososial, Orientasi Individualistik dan Orientasi persaingan). Scoring pada skala SVO ialah apabila subjek memilih 6 (enam) atau lebih jawaban yang masuk dalam salah satu klafisikasi SVO maka dianggap stabil dan konsisten. Namun, jika jawaban subjek kurang dari 6 item yang termasuk dalam salah satu klasifikasi SVO maka dianggap gugur dan tidak konsisten.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukanya pengukuran tersebut (Azwar, 2003). Penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity) yang memiliki kemampuan untuk menilai isi skala yang terdiri dari beberapa aspek dan komponen objek untuk mendukung konstrak teoritik yang hendak diukur (Azwar, 2012). Validitas isi dari skala ini diselidiki melalui Expert judgement. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah item-item dalam tes telah ditulis sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu juga memeriksa apakah masing-masing item telah sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diungkap dalam penelitian (Azwar, 2012). 2. Hasil Tryout a. Seleksi Item Untuk Skala Orientasi Kepatuhan dan Percakapan Seleksi aitem dilakukan setelah aitem diuji dengan validitas isi melalui (professional judgment) dan telah dilakukan try-out. Berdasarkan hasil try-out yang dilakukan di beberapa tempat yaitu kampus III Universitas Sanata Dharma, Galeria Mall, SMP Joaness Bosco, dan SMK Petrus Kanisius Klaten maka didapatkan responden sebanyak 100 orang (55 perempuan, 45 laki-laki).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
Seleksi aitem berfungsi untuk melihat aitem mana yang memiliki skor tinggi dan aitem mana yang memiliki skor rendah. Seleksi aitem dapat dilakukan dengan melihat daya diskriminasi setiap aitem yang ada. Daya diskriminasi diperoleh dengan mengkorelasikan antara skor aitem dengan skor aitem total. Korelasi antara skor aitem dengan skor total disebut koefisien korelasi aitem total (rix). Besar koefisien korelasi aitem total bergerak dari 0 sampai 1,00 baik positif maupun negatif. Skor yang semakin mendekati 1,00 memiliki daya diskriminasi yang tinggi dan apabila mendekati angka 0 maka aitem tersebut memiliki daya diskriminasi yang rendah (Azwar, 2012). Item yang akan dipilih adalah item yang berkualitas yaitu, ≥ 0,30 sedangkan item yang memiliki kualitas yg tidak baik yaitu aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem-total kurang dari 0,30 akan digugurkan dan tidak dimasukan dalam skala (Azwar, 2012). Jika jumlah aitem yang lolos kurang memenuhi jumlah yang diharapkan, skor korelasi aitem-total dapat di turunkan hingga 0,25 (Azwar, 2012). Penelitian ini menggunakan nilai rix 0,30 dan taraf signifikasi 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa aitem yang digunakan memilki skor koefisien korelasi aitem-total ≥ 0,30 pada taraf signifikasi 0,05. Pengujian ini menggunakan program SPSS 16 for windows. Pada skala dimensi pola komunikasi keluarga terdapat 40 item yang terdiri dari 20 aitem favorable dan 20 item unfavorable. Aitem ini diseleksi dengan melihat rix-nya. Aitem yang memiliki nilai rix ≥ 0,30 dikategorikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
sebagai aitem yang baik, sedangkan aitem yang memiliki nilai rix ≤ 0,30 dikategorikan sebagai aitem yang kurang baik sehingga akan digugurkan. Skala dimensi pola komunikasi diukur dengan melihat 2 dimensi yaitu pola komunikasi keluarga dengan orientasi percakapan dan pola komunikasi keluarga dengan orientasi kepatuhan. Hasil dari pengujian data skala orientasi percakapan menunjukan bahwa 20 item yang memiliki nilai rix ≥ 0,30 dan tidak ada item yang memiliki nilai rix ≤ 0,30. Jadi aitem skala pola komunikasi keluarga dengan orientasi percakapan berjumlah 20 aitem dan tidak ada yang digugurkan. Sedangkan, hasil dari pengujian data skala pola komunikasi keluarga dengan orientasi kepatuhan menunjukan bahwa 10 aitem yang memiliki rix ≥ 0,30 dan 10 aitem yang memiliki nilai rix ≤ 0,30 yaitu 4, 12, 16, 20, 23, 28, 32, 36, 39, dan 40. Melihat banyak aitem yang gugur, maka peneliti melakukan try out ulang. Hal ini dilakukan peneliti karena terdapat kemungkinan subjek memiliki social desirability saat mengisi skala item dari pola komunikasi yang berorientasi kepatuhan. Try Out ulang dilaksanakan dengan menggunakan 40 item dari dimensi pola komunikasi keluarga dengan orientasi kepatuhan. Dari 40 item tersebut peneliti mengambil 10 item dari try out pertama untuk dijadikan try out kedua. Hasil try out kedua dari pengujian data skala orientasi kepatuhan menunjukan bahwa 24 aitem yang memiliki nilai rix ≥ 0,30 dan 16 aitem yang memiliki rix ≤ 0,30 yaitu item 1, 2, 3, 5, 6, 7, 10, 11, 17, 22, 24, 26, 28, 33, 34, 38. Jadi jumlah skala orientasi kepatuhan menjadi 24 item.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Tabel 2 Blue print skala pola komunikasi keluarga setelah seleksi item No.
Dimensi Pola Komunikasi
1
Orientasi Percakapan
2
Orientasi Kepatuhan
Nomor Aitem Favorable 1, 5, 9, 13, 17, 21, 25, 29, 33, 37
Unfavorable 2, 6, 10, 14, 18, 22, 26, 30, 34, 38
3, 7, 11, 15, 19, *23, 27, 31, 35, *39
*4, 8, *12, *16, *20, 24, *28, *32, *36, *40
Jumlah 20
10
Keterangan: Item yang dicetak tebal dan diberi bintang adalah item yang gugu Tabel 3 Blue print skala pola komunikasi keluarga setelah seleksi item dan Try-Out ulang No.
Dimensi
1. Orientasi Percakapan 2. Orientasi Kepatuhan
Nomor Aitem
Jumlah
Favorable Unfavorable 2, 6, 9, 14, 18, 26, 1, 8, 12, 15, 17, 30, 33, 39, 41 23, 25, 31, 35, 43
20
3, 7, 10, 13, 19, 4, 5, 11, 16, 20, 21, 24, 27, 29, 34, 22, 28, 32, 36 37, 38, 40, 42, 44
24
b. Deskripsi subjek untuk skala SVO Perilaku prososial remaja dalam penelitian ini diukur menggunakan skala Social Value Orientation (SVO). Tryout dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah skala SVO dapat digunakan untuk mengklasifikasikan subjek ke dalam tiga kategori. Skala SVO terdiri dari tiga kategori yaitu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
orientasi prososial, orientasi individualis dan orientasi kompetitif, sehingga try out pada skala SVO berfungsi untuk melihat klasifikasi subjek. Subjek masuk dalam klasifikasi orientasi prososial apabila subjek memilih pilihan jawaban dimana pendapatan antara dirinya dan orang lain sama rata. Subjek masuk dalam klasifikasi orientasi individualis apabila subjek memilih pilihan jawaban yaitu pendapatan yang lebih besar untuk dirinya dibandingkan orang lain dengan selisih yang tidak begitu besar, terahkir subjek masuk dalam klasifikasi orientasi kompetitif apabila subjek memilih pilihan jawaban yaitu pendapatan yang lebih besar untuk dirinya dan orang lain namun dengan selisih yang besar. Skala SVO terdiri dari 9 item dan setiap item terdiri dari 3 pilihan jawaban yang mewakili klasifikasi dalam SVO. Skoring pada SVO yaitu subjek dapat dikatakan masuk dalam salah satu klasifikasi SVO apabila subjek memilih 6 atau lebih pilihan jawaban yang konsisten sesuai dengan salah satu kategori klasifikasi yang ada pada SVO. Apabila subjek memilih kurang dari 6 jawaban yang merupakan salah satu klasifikasi pada skala SVO maka subjek dikatakan gugur. Dari hasil tryout tersebut peneliti menggunakan skala SVO karena terbukti dapat mengklasifikasikan subjek ke dalam tiga kategori dengan jumlah subjek yang gugur rendah. Dari Try-out yang dilakukan kepada 100 subjek maka diperoleh data sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
Tabel 4 Hasil tryout skala SVO No. 1 2
Gender
SVO Prososial individual kompetitif Laki-laki 11 9 5 Perempuan 15 22 9 Total 26 31 14
Total gugur 13 16 29
38 62 100
Dari 100 subjek terdapat 26% yang masuk dalam kategori prososial, 31% masuk dalam kategori individual dan 14% masuk dalam kategori kompetitif. Sebanyak 29% subjek gugur karena tidak memenuhi syarat masuk dalam salah satu kategori SVO 3. Reliabilitas Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi. Suatu instrumen penelitian disebut reliabel apabila instrumen tersebut konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur (Kountur, 2003). Koefisiensi reliabilitas berada dalam rentang angka antara 0-1,00 yang berarti semakin mendekati angka 1,00 maka alat pengukuran tersebut semakin reliabel (Azwar, 2012). a. Skala Pola Komunikasi Keluarga Skala dimensi pola komunikasi keluarga diuji dengan menggunakan teknik Alpa Cronbach diperoleh hasil (α) orientasi percakapan = 0,911 setelah mengalami seleksi item dan nilai (α) orientasi kepatuhan = 0,801 setelah mengalami seleksi item, namun dikarenakan banyak item yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
gugur pada skala orientasi kepatuhan maka peneliti melakukan tryout ulang pada skala orientasi kepatuhan dan diperoleh hasil (α) = 0.908 setelah dilakukan try out ulang dan seleksi aitem. b. Skala SVO Reliabilitas yang digunakan dalam skala SVO adalah menggunakan test-retest. Hal itu dilakukan dengan cara mencobakan instrumen kepada responden yang sama namun dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisiensi korelasi antara percobaan pertama dengan percobaan kedua. Bila koefisiensi korelasi positif dan signifikan maka instrument tersebut sudah dinyatakan reliabel. Pengujian dengan model test-retest biasa disebut stability (Sugiyono, 2011). Penelitian sebelumnya menunjukan reliabilitas yang digunakan pada skala SVO menggunakan test-retest dan terbukti reliabel untuk jangka waktu yang cukup lama (Eisenberg et.al dalam Cremer, 2001). Penelitian skala SVO yang dilakukan dalam rentang waktu dua bulan menggunakan metode test-retest memiliki koefisien stabilitas sebesar 0.81 (Lange, 1989 dalam Bekeers, 2004). Penelitian yang dilakukan Lange (1998, dalam Bekkers) setelah periode enam bulan dari test SVO pertama kali diberikan, menemukan bahwa 75% dari responden memiliki kestabilan pada hasil SVO. Kecenderungan seseorang masuk dalam kriteria orientasi prososial, individualis dan kompetitif dapat bervariasi pada budaya yang berbeda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
Namun, perbedaan budaya pada pengukuran SVO telah terbukti stabil pada beberapa budaya yang berbeda (Garling, 2008). G. Metode Analisis data 1. Uji Asumsi Uji Asumsi adalah pesyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis data. Uji asumsi yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu menggunakan uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal tidaknya data yang diperoleh. Data dintayakan terdistribusi normal apabila nilai signifikansi lebih besar 0,05. Sebaliknya apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka sebaran data tersebut tidak terdistribusi normal (Santoso, 2010). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan tehnik One Sample Kolmogorov-Smirnov. 2. Uji Hipotesis Penelitian ini menggunakan uji Chi-Square yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 16 for Windows dengan tingkat signifikansi p > 0,05 dan taraf kepercayaan sebesar 95%. Jika nilai sig p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak. Sebaliknya, jika nilai sig p<0,05 maka hipotesis penelitian diterima (Santoso, 2014)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap. Peneliti mengumpulkan data dari beberapa sekolah SMP maupun SMA di kota Yogyakarta. Selain menggunakan subjek pelajar sekolah, peneliti juga menggunakan data mahasiswa sebagai data penelitian. Sebelum penelitian dilakukan, subjek meminta ijin kepada kantor Walikota dan Dinas Pendidikan kota Yogyakarta sehubungan dengan ijin penelitian yang akan dilakukan pada beberapa SMP dan SMA negeri kota Yogyakarta. Sedangkan peneliti mendapatkan ijin pengambilan pada pada sekolah swasta di kota Yogyakarta maupun kota Klaten dengan cara mengajukan proposal penelitian yang diberikan kepada kepala sekolah. Peneliti melakukan pengambilan data Tryout mulai tanggal 31 Oktober 2014 sampai dengan tanggal 12 November 2014. Beberapa sekolah yang digunakan peneliti untuk menggambil data penelitian antara lain SMP Yohanes Bosko Yogyakarta yaitu Rabu, 19 November 2014. Selanjutnya, SMP Negeri 1 Yogyakarta yaitu Senin, 17 November 2014, SMA Negeri 8 Yogyakarta dilaksanskan 2 hari pada tanggal 26 dan 28 november 2014 dan terahkir Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berlangsung dari tanggal 18 sampai 28 November 2014. Peneliti melakukan 64
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
pengambilan data sebenarnya mulai tanggal 17 November sampai dengan tanggal 28 November 2014. Pada skala penelitian, peneliti menyertakan pernyataan ijin pengambilan data dan pernyataan kesediaan oleh subjek dengan cara menandatangani lembar tersebut. Hal ini sebagai tanda bahwa subjek secara sukarela ikut berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti menggunakan sebanyak 285 subjek untuk melakukan penelitian. Pada penelitian ini, peneliti mengambil rentang usia remaja yaitu remaja awal hingga remaja ahkir yang terdiri dari siswa SMP, SMA dan Mahasiswa. B. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan yang berada pada masa awal sampai dengan akhir remaja dengan rentang usia 11-21 tahun. Total subjek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 249 orang yang terdiri dari 102 orang laki-laki dan 147 orang perempuan. Berdasarkan hasil penyebaran skala maka didapatkan identitas subjek sebagai berikut : Tabel 5 Deskripsi Jenis Kelamin Subjek Penelitian Jenis kelamin
Frekuensi
Persen
Laki-laki
102
41%
perempuan
147
59%
Total
249
100%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
Tabel 6 Deskripsi usia subjek penelitian Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total
Usia Remaja Awal 68 52 120
Remaja Ahkir 79 50 129
Total 147 102 249
C. Deskripsi Data Penelitian 1. Perbandingan Data Teoritik dan Data Empiris Peneliti melakukan perbandingan antara mean teoritik dan mean empiris pada data yang diperoleh. Mean teoritik adalah rata-rata skor alat ukur penelitian yang diperoleh dengan perhitungan manual. Mean empiris adalah rata-rata skor data penelitian yang diperoleh dari deskripsi data di statistik. Berdasarkan skala penelitian yang digunakan, maka didapatkan hasil perhitungan mean teoritik orientasi percakapan dan kepatuhan sebagai berikut a. Mean Teoritik Orientasi Percakapan Jumlah item
: 20
Nilai Minimum
: 20 x 1 = 20
Nilai maksimum
: 20 x 4 = 80
Rentang nilai
: 20 – 80
Jarak
: 80 – 20 = 60
Mean Teoritik
: (min+maks) / 2 = (20 + 80) / 2 = 50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
b. Mean Teoritik orientasi kepatuhan Jumlah item
: 24
Nilai minimum
: 24 x 1 = 24
Nilai maksimal
: 24 x 4 = 96
Rentang Nilai
: 24 - 96
Jarak
: 96 – 24 = 72
Mean teoritik
: (min+maks) / 2 = (24 + 96) / 2 = 60
Tabel 7 Data Teoritik dan Empiris Orientasi Percakapan dan Orientasi Kepatuhan Variabel
N
SD
Orientasi Percakapan Orientasi Kepatuhan
249
7.681
249
7.986
Skor Teoritik Mean Xmin Xmax 50 20 80 60
24
96
Skor Empiris Mean Xmin Xmax 56.11 27 79 56.11
48
90
Tabel 8 Uji Beda Mean Empirik dan Mean Teoritik Orientasi Percakapan One Sample-Test Test Value = 50 Orientasi Percakapan
t
df
12.558
248
Sig.(2tailed) .000
Mean difference 6.112
95% confidence interval of difference Upper Lower 5.15
7.07
Pada tabel 8 dapat dilihat dari uji t pada skala orientasi percakapan menunjukkan nilai signifikansi 0,000 yang menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara mean empiris dengan mean teoritik. Pada tabel 7 menunjukkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
bahwa mean teoritik orientasi percakapan adalah 50, sedangkan mean empirisnya sebesar 56,11 dengan SD 7.681. Dilihat dari nilai mean empirik lebih besar dibandingkan dengan mean teoritik maka dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki orientasi percakapan yang tinggi. Tabel 9 Uji Beda Mean Empirik dan Mean Teoritik Orientasi Kepatuhan One Sample-Test Test Value = 60
Orientasi Kepatuhan
t
df
14.180
248
Sig.(2tailed) .000
Mean difference 7.177
95% confidence interval of difference Upper Lower 6.18
8.17
Pada tabel 9 dapat dilihat juga hasil uji t pada skala orientasi kepatuhan menunjukkan nilai signifikan 0,000 yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritik dan mean empiris dari orientasi kepatuhan. Pada tabel 7 menunjukkan bahwa mean teoritik orientasi kepatuhan adalah 60, sedangkan mean empirisnya sebesar 67.18 dengan SD 7.986 Melihat nilai mean empirik lebih besar dibandingan mean teoritis maka dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki orientasi kepatuhan yang tinggi. Jika mean empiris lebih besar daripada mean teoritik maka dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki kecenderungan orientasi kepatuhan dan percakapan yang tinggi. Sebaliknya, bila mean empiris lebih kecil daripada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
mean teoritik maka dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki kecenderungan orientasi kepatuhan dan percakapan yang rendah. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini salah satunya menggunakan analisis Univariate yaitu analisis yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan dari masing-masing variabel, baik variabel bebas dan variabel terikat dan karakteristik responden. 2. Frekuensi Data Kategori a. Distribusi Frekuensi Pola Komunikasi Karakeristik subjek berdasarkan pola komunikasi dalam keluarga dikelompokan menjadi dua bagian yaitu Orientasi Percakapan dan Orientasi kepatuhan. Hasil kelompok pola komunikasi ditampilkan pada tabel 9. Tabel 10 Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Pola Komunikasi Keluarga No.
Pola Komunikasi
1 2
Orientasi Percakapan Orientasi Kepatuhan
Subjek
Tinggi F % 200 80,3 208 83,5
Rendah f % 49 19,7 41 16,6
Total
249 249
Dari skala yang telah diisi oleh 249 subjek, hasil tersebut kemudian dikategorikan
menjadi 2 bagian yaitu orientasi percakapan dan orientasi
kepatuhan yang masing-masing memiliki skor tinggi dan rendah. Hal tersebut dapat diketahui melalui mean teoritik dari masing-masing pola komunikasi orientasi kepatuhan dan orientasi percakapan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
Pada tabel orientasi percakapan didapatkan hasil yaitu, 200 subjek memiliki orientasi percakapan yang tinggi sedangkan 49 subjek memiliki orientasi percakapan yang rendah dalam keluarga. Kemudian pada tabel orientasi kepatuhan didapatkan hasil yaitu, 208 subjek memiliki orientasi kepatuhan yang tinggi sedangkan 41 subjek memiliki orientasi kepatuhan yang rendah dalam keluarga b. Distribusi Frekuensi Tipe Komunikasi Pada penelitian ini peneliti melakukan kategorisasi skor dari skala orientasi percakapan dan orientasi kepatuhan menjadi dua kategorisasi yaitu skor rendah dan skor tinggi yang nantinya akan menjadi empat tipe pola komunikasi keluarga. Pengkategorian rendah dan tingginya skor orientasi kepatuhan dan percakapan menggunakan standarisasi dari mean teoritik masing-masing variabel. Mean teoritik orientasi percakapan sebesar 50. Jadi subjek yang memiliki skor total < 50 akan di kategorikan memiliki skor orientasi percakapan yang rendah, sebaliknya bila subjek memiliki skor total > 50 akan di kategorikan memiliki skor orientasi percakapan yang tinggi. Begitu pula dengan orientasi kepatuhan, mean teoritik orientasi kepatuhan sebesar 60. Subjek yang memiliki skor total < 60 akan di kategorikan memiliki skor orientasi kepatuhan yang rendah, sebaliknya subjek yang memiliki skor > 60 akan di kategorikan memiliki skor orientasi kepatuhan yang tinggi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Tabel 11 Kategori Tipe Pola komunikasi Keluarga Tipe Pola Komunikasi Tipe Konsensual Tipe Pluralistik Tipe Protektif Tipe Laizze-Fair
Hasil Skoring Percakapan Kepatuhan Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah
Tabel 12 Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Tipe Komunikasi No. 1 2 3 4
Tipe Komunikasi Tipe Konsensual Tipe Protektif Tipe Pluralistik Tipe Laizze-Fair Total
Subjek Frekuensi 176 32 24 17 249
% 70,7 12,9 9,6 6,8 100
Dari tabel 11 diketahui bahwa setiap subjek masuk memiliki nilai kontinum tinggi dan rendah pada setiap pola komunikasi. Hal tesebut selanjutnya digunakan untuk mengelompokan subjek kedalam empat tipe komunikasi keluarga yang terdapat pada tabel 12. 1.) Tipe konsensual adalah tipe komunikasi yang memiliki nilai kontinum yang tinggi pada orientasi percakapan dan kepatuhan. Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebanyak 176 subjek masuk dalam kategori konsensual. 2.) Tipe protektif adalah tipe komunikasi yang memiliki nilai kontinum yang tinggi pada orientasi kepatuhan dan nilai kontinum rendah pada orientasi percakapan. Dari tabel 13
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
menunjukan bahwa sebanyak 32 subjek masuk dalam kategori tipe protektif. 3.) Tipe pluralistik adalah tipe komunikasi yang memiliki nilai kontinum yang tinggi pada orientasi orientasi percakapan dan kontinum yang rendah pada orientasi kepatuhan. Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebanyak 24 subjek masuk dalam tipe pluralistik. Terakhir, 4.) Tipe laizze-faire adalah tipe komunikasi yang memiliki nilai kontinum yang rendah pada orientasi orientasi percakapan dan orientasi kepatuhan. Dari tabel 13 menunjukan bahwa sebanyak 17 subjek masuk dalam tipe Laizze-faire. c. Distribusi Frekuensi SVO (Social Value Orientation) Karakteristik subjek berdasarkan pengelompokan SVO ditampilkan pada tabel 13. Tabel 13 Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Social Value Orientation (SVO) No. 1 2 3
SVO Prososial Individualistik Kompetitif Total
Subjek Frekuensi % 96 38,6 109 43,8 44 17,7 249 100
Dari skala SVO yang telah diisi oleh 285 subjek, 36 diantaranya gugur karena tidak memenuhi syarat sehingga tersisa sebanyak 249 subjek. Dari 249 subjek tersebut kemudian dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu prososial, individualistik dan kompetitif. Dari tabel 13 didapatkan hasil yaitu sebanyak 96 atau sebanyak 38,6% subjek masuk dalam kategori prososial,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
109 atau sebanyak 43,8% subjek masuk dalam kategori individualistik dan yang terahkir 44 atau sebesar 17,7% subjek masuk dalam kategori kompetitif. D. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Normalitas Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti melakukan mengujian asumsi terhadap data penelitian bahwa data tersebut telah memenuhi syarat-syarat data yang tepat yang disesuaikan dengan analisis data yang dilakukan.Uji Asumsi dalam penelitian ini adalah uji normalitas Uji Normalitas digunakan oleh peneliti untuk menguji apakah kontinum terdistribusi normal sehingga dapat digunakan untuk melakukan analis. Data dikatakan normal apabila memiliki p > 0,05 (Sarwono, 2006). Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov Test SPSS 16.00 For Windows. Tabel 14 Uji Normalitas Orentasi Kepatuhan dan Orientasi Percakapan
Orientasi Percakapan Orientasi Kepatuhan
Kolmogorov-Smirnov Statistic Df Sig. .041 249 .200 .055 249 .065
Keterangan Data Normal Data Normal
Berdasarkan hasil analisis Kolmogorov-Smirnov Test SPSS 16.00 For Windows, diperoleh nilai p untuk skala untuk skala orientasi percakapan sebesar 0,200. Melihat nilai signifikansi variabel p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data variabel orientasi percakapan terdistribusi normal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Sedangkan untuk skala orientasi kepatuhan yang memiliki nilai p sebesar 0,065 maka dapat disimpulkan bahwa data pada variabel orientasi kepatuhan juga memiliki distribusi normal. Karena nilai signifikasi variabel p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa pada pada variabel ini memiliki distribusi normal.
Gambar 1. Histogram Orientasi Percakapan
Gambar 2. Historgam Orientasi Kepatuhan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
1. Uji hipotesis Penelitian ini menggunakan uji Chi-Square yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 16 for Windows. Uji Chi-Square digunakan untuk melihat hubungan antar variabel bebas dan tergantung yang terdiri dari data nominal dengan tingkat signifikansi p > 0,05 dan taraf kepercayaan sebesar 95 % (Santoso, 2014). Jika nilai sig. p < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima atau ada hubungan yang signifikan antara dua variabel. Sebaliknya, jika nilai sig. p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak atau tidak ada hubungan yang signifikan antara dua variabel. Tabel 15 Hasil Uji Hipotesis Variabel Tipe Komunikasi dengan SVO Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
6
.121
Likelihood Ratio
10.997
6
.088
N of Valid Cases
249
Pearson Chi-Square
10.079
Pada tabel 15 hasil statistik menunjukan bahwa nilai probabilitas ( Asymp. Sig pada Pearson Chi Square) sebesar 0,121 > 0,05. Sehingga tidak ada hubungan antara tipe komunikasi keluarga dengan perilaku prososial remaja. Hal tersebut dilihat dari proporsi yang terdapat pada tabel 15.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Tabel 16 Distribusi Frekuensi subjek Berdasarkan Social Value Orientation (SVO) dengan Tipe Komunikasi No
Tipe komunikasi
1 Tipe Konsensual 2 Tipe Laizze-fair 3 Tipe Pluralistik 4 Tipe protektif Total
prososial f % 75 78,1 2 2,1 10 10,4 9 9,4 96 100
SVO individual f % 69 63,3 11 10,1 10 9,2 19 17,4 109 100
kompetitif F % 32 72,7 4 9,1 4 9,1 4 9,1 44 100
Pada tabel 16 antara pola komunikasi dan SVO dapat dilihat bahwa subjek dengan tipe komunikasi konsensual berjumlah 176 orang. Dari 176 orang tersebut 75 subjek tergolong dalam kategori prososial, kemudian 69 subjek tergolong dalam kategori individual dan terahkir sebanyak 32 subjek tergolong dalam kategori kompetitif. Subjek dengan tipe komunikasi laizzefaire sebanyak 17 orang. Dari 17 orang, 2 subjek tergolong dalam kategori prososial, kemudian 11 subjek tergolong dalam kategori individual dan terahkir sebanyak 4 subjek tergolong dalam kategori kompetitif. Subjek dengan tipe komunikasi pluralistik sebanyak 24 orang. Dari 24 orang, 10 subjek tergolong dalam kategori prososial, kemudian 10 subjek tergolong dalam kategori individual dan terahkir sebanyak 4 subjek tergolong dalam kategori kompetitif. Subjek dengan tipe komunikasi protektif sebanyak 32 orang. Dari 32 orang, 9 subjek tergolong dalam kategori prososial, kemudian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
19 subjek tergolong dalam kategori individual dan terakhir sebanyak 4 subjek tergolong dalam kategori kompetitif. Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut Ho : kategori baris dan kolom saling independen, atau tidak ada hubungan antara tipe komunikasi dengan perilaku prososial. Sedangkan Hi : kategori baris dan kolom tidak saling independen, atau ada hubungan antara tipe komunikasi dengan perilaku prososial. Pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan X hitung dan Xtabel memiliki syarat sebagai berikut, yaitu Ho diterima jika X hitung lebih kecil daripada Xtabel. Sedangkan Ho ditolak jika Xhitung lebih besar daripada Xtabel. Dari output diperoleh Xhitung = 10,079 sedangkan Xtabel dengan tingkat signifikansi 5% dan df (derajat kebebasan) = (r-1)(k-1) = (4-1)(3-1) = 6 diperoleh sebesar 12,6. Karena Xhitung < Xtabel maka Ho diterima yang artinya kategori baris dan kolom saling independen dengan kata lain antara tipe komunikasi denga perilaku prososial tidak ada hubungan. Pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan probabilitas memiliki syarat sebagai berikut, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,050 (<0,05) maka terdapat hubungan antara baris dan kolom (Ho ditolak), sedangkan jika probabilitas diatas dari 0,050 ( >0,050), maka tidak terdapat hubungan antara baris dan kolom (Ho diterima). Hasil statistik menunjukan nilai probabilitas (Asymp. Sig pada Pearson Chi square) sebesar = 0,121 > 0,05 berarti kesimpulan yang diambil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
adalah tidak ada hubungan antara tipe komunikasi keluarga dengan perilaku prososial remaja. Hal tersebut dilihat dari proporsi yang terdapat pada tabel 15. E. Pembahasan Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara tipe komunikasi dengan perilaku prososial remaja.
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa tidak ada korelasi antara tipe komunikasi keluarga dengan perilaku prososial remaja. Hal ini karena tidak ada hubungan yang signifikan antara dua variabel penelitian jika dilihat dari proporsinya (Sig. p 0,121 > 0,05) maka hipotesis penelitian ditolak. Hasil penelitian menunjukan dari tabel crosstab dapat diketahui proporsi dari setiap masing-masing variabel. Pada tabel crosstab antara pola komunikasi dan SVO dapat dilihat bahwa subjek dengan tipe komunikasi konsensual berjumlah 176 orang. Dari 176 orang tersebut 75 subjek tergolong dalam kategori prososial, kemudian 69 subjek tergolong dalam kategori individual dan terakhir sebanyak 32 subjek tergolong dalam kategori kompetitif. Subjek dengan tipe komunikasi laizze-fair sebanyak 17 orang. Dari 17 orang, 2 subjek tergolong dalam kategori prososial, kemudian 11 subjek tergolong dalam kategori individual dan terahkir sebanyak 4 subjek tergolong dalam kategori kompetitif. Subjek dengan tipe komunikasi pluralistik sebanyak 24 orang. Dari 24 orang, 10 subjek tergolong dalam kategori prososial, kemudian 10 subjek tergolong dalam kategori individual
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
dan terakhir sebanyak 4 subjek tergolong dalam kategori kompetitif. Subjek dengan tipe komunikasi protektif sebanyak 32 orang. Dari 32 orang, 9 subjek tergolong dalam kategori prososial, kemudian 19 subjek tergolong dalam kategori individual dan terahkir sebanyak 4 subjek tergolong dalam kategori kompetitif. Dari deskripsi proporsi chi square maka tipe komunikasi konsensual memiliki frekuensi prososial yang paling besar (42,6%) namun hasil tersebut hampir sama dengan frekuensi individual (39,2%) dan yang terendah adalah kompetitif (18,2%). Hal ini sesuai dengan asumsi awal peneliti yang menyatakan tipe komunikasi konsensual akan menghasilkan anak dengan kecenderungan perilaku prososial. Sedangkan pada tipe komunikasi pluralistik memiliki frekuensi prososial yang sama besar dengan individual (41,7%) dan memiliki frekuensi kompetitif paling rendah (16,7%). Hal tersebut berbeda dengan asumsi peneliti yang menyatakan tipe komunikasi pluralistik akan menghasilkan anak dgn perilaku prososial namun bisa kedua-duanya yaitu prososial maupun individual. Selain itu, tipe komunikasi konsensual maupun pluralistik sama-sama memiliki frekuensi prososial yang hampir sama besar. Sedangkan pada tipe komunikasi protektif memiliki frekuensi individual yang paling besar (59,4%) kemudian prososial (28,1%) dan terakhir kompetitif (12,5%). Hal tersebut sesuai dengan asumsi awal peneliti bahwa tipe komunikasi protektif akan menghasilkan anak dengan perilaku individual. Terakhir, tipe komunikasi laizze-fair memiliki frekuensi prososial terendah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(11,8%), individual (64,7%) dan kompetitif (23,5%). Hal tersebut
80
tidak
sesuai dengan asumsi awal peneliti yang menyatakan tipe komunikasi laizzefair akan menghasilkan anak dengan perilaku kompetitif namun menghasilkan anak dengan perilaku individual. Jika dilihat secara proporsi dari keseluruhan tabel kontingensi chi-square tipe komunikasi keluarga dan SVO tidak memiliki hubungan. Komunikasi antara anak dengan orang tua dapat mendukung perkembangan kapasitas anak untuk memahami tindakan prososial mereka sendiri (Rechia, 2014). Namun, tidak adanya hubungan antara tipe komunikasi keluarga dengan perilaku prososial remaja pada penelitian ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Fakor yang berasal dari keluarga yaitu modeling dari orangtua. Perilaku prososial remaja mungkin disebabkan oleh modeling perilaku sehingga bukan hanya sekedar melalui komunikasi antara anak dengan orangtua. Seperti yang diungkapkan oleh Sears (2004) orang belajar untuk menolong melalui penguatan dan modeling atau meniru orang lain yang memberikan pertolongan. Anak lebih mungkin untuk melakukan perilaku prososial ketika melihat langsung contoh perilaku menolong yang ditunjukkan oleh orangtua lalu menerapkan diluar lingkungan keluarga. Hal yang sama diungkapkan oleh (MacCaulay, 1970 dalam Dovidio, 2006). Mengamati perilaku sosial melalui modeling mempengaruhi perilaku prososial pada anak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Selain itu, observasi langsung terhadap model perilaku prososial dapat mempengaruhi anak untuk melakukan perilaku prososial. Tidak hanya anak, hal tersebut dapat juga mempengaruhi perilaku prososial pada orang dewasa. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan terhadap sumbangan dan bentuk lain dari perilaku membantu karena kehadiran model yang menampilkan prososial aktif. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor perilaku prososial yang berasal dari keluarga dapat dibentuk melalui modeling orangtua bukan hanya berasal dari komunikasi yang dilakukan antara anak dengan orangtua. Pada penelitian ini perilaku prososial diukur melalui orientasi nilai sosial yang terdapat dalam diri seseorang. Dalam penelitian Lange (2007) mendapatkan hasil bahwa perbedaan orientasi nilai sosial yang dianut oleh seseorang akan mencerminkan perilaku menolong dan bekerjasama yang berbeda pula. Namun, orientasi nilai sosial yang dianut seseorang terkadang tidak sesuai dengan cerminan perilakunya, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal dari luar diri individu yaitu faktor situasional (Clayton, 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara tipe komunikasi keluarga dengan perilaku prososial remaja. Hal ini karena tidak ada hubungan yang signifikan antara dua variabel kategorial jika dilihat dari proporsinya yaitu Sig. p 0,121 > 0,05. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tipe komunikasi keluarga dengan perilaku prososial remaja ditolak. B. Keterbatasan penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah item skala orientasi kepatuhan yang memiliki social desirability yang cukup tinggi. hal tersebut menyebabkan item yang dibuat peneliti banyak yang gugur saat dilakukan tryout sehingga harus dilakukan tryout ulang. Selain itu, social value orientation (SVO) hanya mengukur nilai sosial yang dianut oleh seseorang namun tidak langsung pada perilakunya. Pada pola komunikasi penelitian ini hanya melihat bentuk bukan isi dari percakapan yang dilakukan antara orangtua dan anak sehingga penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah referensi mengenai isi percakapan pada kedua pola komunikasi. 82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
C. Saran 1. Bagi Remaja Hasil penelitian ini semoga dapat menjadi bahan evaluasi diri melihat bahwa semakin berkembangnya jaman perilaku menolong antar sesama semakin menurun. Hal tersebut terlihat dari frekuensi individual dan kompetitif lebih besar daripada prososial. remaja diharapkan dapat berkontribusi bagi sesama melalui perilaku prososial di luar lingkungan keluarga. 2. Bagi Orangtua Pola komunikasi yang diterapkan dalam keluarga memiliki peran penting namun selain itu dibutuhkan pula modeling orangtua sebagai perilaku nyata yang dapat mendorong remaja untuk berperilaku prososial di luar lingkungan keluarga, sehingga orangtua diharapkan dapat mengevaluasi perilaku dirinya yang akan menjadi model bagi anak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
DAFTAR PUSTAKA Ali, M., & Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik (ed. Ke-6) Jakarta: Bumi Aksara. Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta; Pustaka Pelajar Offset Baron, R.A., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial (Edisi kesepuluh, Jilid dua). Alih bahasa: Ratna Djuwita . Jakarta: Erlangga. Barker, L. L., & Gaut, R, D. (2002). Communication (8th edition). United states : A Pearson Education Company Beebe, S. Susan., & Mark. (2009). Interpersonal Communication : Relating to Others. (6th ed). Penerbit: Pearson. Berk, L.E. (2012). Development Through the Lifespan (fifth edition). Alih bahasa: Daryanto. Jakarta: Pustaka Pelajar. Brian, R., Matthew, M., & Keith, W. (2002). The Relationship Between Family Communication Pattern and Locus of Control. Thesis. Virginia University. Cremer, D. & Lange, P. (2001). Why prosocial exhibit greater cooperation than proself: the roles of social responsibility and reciprocity. European Journal of Personality. pp. 5-18 Clayton, D., & Mercer, J. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Declerk., C & Bogaert., S. (2008). Social Value Orientation: Related to Empathy and the Abillity to Read the Mind in the Eyes. The Journal of Social Psychology. Vol.6, pp. 711-726. Dayakisni, T., Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial (edisi revisi). Malang : UMM Press. Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik (cetakan pertama). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
Devito, J. A. (2011). Komunikasi Antar Manusia (edisi kelima). Bandung: Karisma Publishing Group. Dovidio, J.F., Piliavin, J. A., Schroeder, D.A., & Penner, L.A. (2006). The Social Psychology of Prosocial Behavior. London : Lawrence Elrbaum Associates Febriyani, S., Kismiyati, E.K., & Aristi, N. (2012). Dinamika Komunikasi Keluarga Single Mother. Bandung : Universitas Padjadjaran. Friedenberg, L. (1995). Psychological Testing. Design, Analysis, and Use. Massachusetts: United States. Garling, T., & Daniel, E. (2008). A New Look at The Theory of Social Value Orientation: Prosocials Neither Maximize Joint Outcome nor Minimize Outcome Differences but Prefer Equal Outcomes. New Issues and Paradigms in Reaserch on Social Dilemmas. Gerungan, W.A. (2009). Psikologi Sosial (edisi ketiga). Bandung : Refika Aditama. Gunarsa, S. (2001). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Gunarsa, S. (2004). Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Dari Anak Sampai Usia lanjut. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Gunawan, H. (2013). Jenis Pola Komunikasi Orangtua dengan Anak Perokok Aktif di Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol.1, 3.218-233. Huang, Y. (2010). Family Communication Patterns, Communication Aprehension, and Socio-Communicative Orientative Orientation: A Study of Chinese. Thesis. Husada, A. K. (2013). Hubungan Pola Asuh Demokratis dan Kecerdasan Emosi Dengan Perilaku Prososial Pada Remaja. Jurnal psikologi Indonesia Persona. Vol.2,3.266-277. Hurlock, E.B. (1991). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga. Jahja, Y.(2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
Kathryn, R.W. Filisetti, L., & Looney, L. (2007). Adolescene prosocial behavior : The Role of Self Process and Contextual Cues. Journal of Child Development, 78, 895-910. Koerner, A.F., & Fitzpatrick, M.A. (2002). Understanding Family Communication Pattern and Family Function: The Roles of Conversation Orientation and Conformity Orientation. Communcation Yearbook, 26, 37-69. Koerner, A.F., & Fitzpatrick, M.A. (1997). Family Type and Conflict: The Impact of Conversation Orientation and Conformity Orientation on Conflict in the Family. Communication Studies, 48, 60-75. Komala., Komariah., Setianti (2005). Pola Komunikasi Keluargadi Desa Manis Kidul, kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan. Laporan Penelitian. Fakultas Ilmu Komunikasi: Universitas Padjajaran. Kountour, R. (2003). Metode Penelitian : Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta : CV. Taruna Grafica. Lange, P., Bekeers, R., Schyut, T., & Vugh, M. (2007). From Games to Giving: Social Value Orientation Predicts Donation to Nouble Causes. Basic and Applied Sosial Psychology. Vol.4, pp. 375-384. Lange, P., Bruin, E., Otten, W., & Joireman, J. (1997). Development of Prososial, Individualistic, and Competitif Orientation: Theory and Preliminary Evidence. Journal of Personality and Social Psychology. Vol.73, pp. 733746. Laura, M., & Walker, P. (2007). Charactersitics of Mother-Child Interactions Related to Adolescents Positive values and Behavior. Journal of Marriage and Family. Vol.69. No.3 (675-686) Lestari, S. (2013). Psikologi Keluarga. Jakarta: Kharisma Putra Utama. Lestari, R. (2013). Keluarga: Tempat Proses Belajar Perilaku Prososial. Prosiding Seminar Nasional Parenting. A.04:61, 61-73. Maria, L. (1998). Tendensi Delikuensi Pada Remaja Ditinjau Dari Efektifitas Komunikasi antara Orangtua dan Remaja. Skripsi (tidak terbit). Universitas Gadjah Mada. Morissan, M. A. (2010). Psikologi Komunikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
Murphy,R., Ackermann, K., & Handgraff, M. (2011). Meansuring Social Value Orientation. Judgement and Decision Making. Vol.6, pp. 771-781. Myers, D. G. (2012). Psikologi Sosial. 10th edition.Jakarta: Salemba Humanika Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian (Edisi Pertama). Jakarta: Kencana Noller, p., & Fitzpatrick, A. M. (1993). Communication In Family Relationship. New Jersey: Prentice Hall Inc. Papalia, D. E. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba Humanika. Papalia, D. E. Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2009). Human Development: Perkembangan manusia. Alih bahasa: Brian Marwensdy (10th edition). Jakarta: Salemba Humanika. Prasitthipab, S. (2008). Family Communication Patterns: Can They Impact leadership Style?.Thesis. Western Kentucky University. Ramadhani, S. (2008). The Art of Positive Communication: Mengasah potensi dan kepribadian anak melalui komunikasi positif. Yogyakarta: Booksmarks Rechia, E., Wainryb, C., Bourne, S., & Pasuphatti, M. (2014). The Construction Of Moral Agency in Mother-Child Conversation About Helping and Hurting Accros Childhood and Adolescene. Journal of Development Psychology, 55, 34-44. Santoso, A. (2010). Statistika untuk Psikologi dari Blog Menjadi Buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Santoso, S. (2014). Paduan Lengkap SPSS 20. Jakarta : PT. Gramedia Santrock, J.W. (2007). Remaja (edisi kesebelas). Alih Bahasa: Benedictine Widyasinta. Jakarta: Erlangga. Sarwono, W.S. (2011). Psikologi remaja (edisi revisi). Jakarta: PT. Raja grafindo Persada. Sarwono, W., & Meinarno, E. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika. Sears, D. O., Jonathan, L. F., & Anne P.L. (2004). Psikologi Sosial. Alih bahasa: Micheal Ardiyanto. Jakarta: Erlangga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
Sears, D. O. (2009). Psikologi Sosial. Ed.12. Jakarta: Keencana Setyowati, Y. (2005). Pola Komunikasi Keluarga dan Perkembangan Emosi Anak. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol.2, 1. 67-78. Siahaan, M. S. (2000). Komunikasi: Pemahaman dan Penerapanya. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Suara Merdeka. (2014). Sekolah Karangturi Terapkan Budi Pekerti. Diunduh pada tanggal 05 Mei 2014. Dari (http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2014/04/28/260047) Suara Merdeka. (2014). Virus Individualistis Ditengah Zaman Modernisasi. Diunduh pada tanggal 20 Mei 2014. Dari (http:/m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2014/04/26/259913) Suara Merdeka. (2012). Mengembalikan Solidaritas Sosial. Diunduh pada tanggal 11 April 2014. Dari ( http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/12/20/209301) Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Taylor, E., Peplau, L., & Sears, D. O.(2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Tabloid Nova. (2014). Fenomena “Dinda” Cermin Kultur Kelas Menengah Saat Ini. Diunduh pada tanggal 30 Mei 2014. Dari (http://m.tabloidnova.com/Nova/News/Peristiwa/Fenomena-DindaCermin-Kultur-Kelas-Menengah-Saat-ini)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 1 SKALA TRY OUT 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKALA PENGUKURAN PSIKOLOGIS Digunakan untuk Penyelesaian Tugas Akhir
Disusun oleh : Maria Krisna Nugraheni 109114042
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Yogyakarta, 31 Oktober 2014 Kepada Yth. Saudara/ Saudari yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini Dengan hormat, saya: Nama : Maria Krisna Nugraheni Fakultas : Psikologi Univeristas :Sanata Dharma Yogyakarta Terkait dengan penelitian yang saya lakukan dalam rangka penyusunan tugas akhir, perkenankan saya memohon izin untuk meminta bantuan serta partisiapasi saudara/I untuk merelakan waktunya dalam rangka mengisi skala yang saya bagikan. Skala ini terdiri dari beberapa pernyataan yang dikelompokan dalam beberapa bagian. Saat merespon pernyataan-pernyataan tersebut saya sangat berharap saudara/I untuk mengisinya dengan sebenar-benarnya, apa adanya dan sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan saudara/I dalam kehidupan sehari-hari. Pada skala ini, tidak ada penilaian benar atau salah. Data yang diberikan oleh saudara/I sangat terjaga kerahasiannya. Pada saat mengisian skala, mohon untuk selalu memperhatikan petunjuk pengerjaan dan instruksi yang diberikan, karena hasil dari pengisian skala ini akan digunakan untuk kepentingan akademik. Atas perhatian dan partisipasi saudara/I, saya ucapkan terima kasih Hormat saya Peneliti
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KESEDIAAN Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk mengisi skala ini tanpa adanya paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun akan tetapi dengan sukarela demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah ini. Semua respon yang saya berikan mewakili apa yang saya alami dalam kehidupan saya sehari-hari dan bukan atas pandangan masyarakat pada umumnya. Saya juga memberikan ijin agar jawaban saya dapat digunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah ini. Usia : Jenis Kelamin : (L)/(P) Jumlah saudara : anak ke….dari…saudara Suku Bangsa : Yogyakarta,……Oktober 2014 (Pengisi Skala)
91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PETUNJUK PENGERJAAN Anda hanya diminta untuk memberikan persetujuan anda terhadap pernyataan-pernyataan yang disajikan dengan membubuhkan tanda centang (X) pada kolom jawaban yang paling mewakili keadaan atau kondisi yang anda alami. Terdapat empat pilihan alternatif jawaban. Empat pilihan jawaban yang tersedia adalah sebagai berikut : SS
: Bila pernyataan tersebut “SANGAT SESUAI” dengan diri Anda
S
: Bila pernyataan tersebut “SESUAI” dengan diri Anda
TS
: Bila pernyataan tersebut “TIDAK SESUAI” dengan diri Anda
STS
:Bila pernyataan tersebut “SANGAT TIDAK SESUAI” dengan
diri Anda Contoh Cara Pengisian : Pernyataan Saya gemar membaca buku pengetahuan
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Ketika anda keliru memilih jawaban silahkan beri tanda garis datar 2 kali (=) pada jawaban yang anda anggap salah dan mengganti pilihan jawaban dan memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang lebih sesuai. Contoh koreksi : Pernyataan
SS
Saya gemar membaca buku pengetahuan
SS
S
TS S
TS
STS STS
Masing-masing orang memiliki jawaban yang berbeda untuk setiap pernyataan, oleh sebab itu pilihan jawaban yang paling sesuai untuk mewakili kesetujuan anda terhadap pernyataan yang disajikan. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah karena jawaban ini mencerminkan diri anda sendiri. Pastikan tidak ada pernyataan yang terlewatkan.
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
Pernyataan
SS
S
TS
STS
1.
Saya sering membicarakan berbagai topik dengan orang tua walaupun setiap anggota keluarga memiliki pendapat yang berbedabeda
SS
S
TS
STS
2.
Saya merasa bahwa pembicaraan yang dilakukan antara orang tua dan saya sering kali disertai kesalahpahaman
SS
S
TS
STS
3.
Ketika membicarakan hal penting orang tua mengharapkan saya untuk mematuhi tanpa banyak pertanyaan
SS
S
TS
STS
4.
Saya lebih percaya dengan teman karena mereka memiliki pemikiran yang sama dengan saya
SS
S
TS
STS
5.
Ketika sedang membicarakan sesuatu orang tua sering menanyakan pendapat saya
SS
S
TS
STS
6.
Orang tua mengabaikan pendapat saya ketika membicarakan suatu hal
SS
S
TS
STS
7.
Terkadang orang tua merasa kesal apabila pendapat saya berbeda dengan mereka.
SS
S
TS
STS
8.
Sebagian besar rencana dan ide saya dapat diterima oleh orang tua
SS
S
TS
STS
9.
Orang tua mendorong saya untuk melihat berbagai sudut pandang yang berbeda terhadap sesuatu masalah
SS
S
TS
STS
10.
Saya jarang bertemu dengan orang tua untuk berdiskusi karena mereka sangat sibuk
SS
S
TS
STS
11.
Orang tua mengharapkan saya untuk mematuhi semua aturan ketika saya berada dirumah
SS
S
TS
STS
12.
Orang tua memberikan kepercayaan penuh pada saya untuk melakukan segala aktifitas yang saya kerjakan
SS
S
TS
STS
13.
Saya dapat membicarakan mengenai apa
SS
S
TS
STS
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pun ketika bersama orang tua. 14.
Saat bersama dengan keluarga saya terbiasa untuk membicarakan hal yang penting saja
SS
S
TS
STS
15.
Bagi orang tua pendapat mereka adalah yang terbaik
SS
S
TS
STS
16.
Saya beranggapan orang tua saya sulit untuk memahami pemikiran saya
SS
S
TS
STS
17.
Ketika dalam keluarga orang tua maupun saya saling berbagi perasaan maupun emosi
SS
S
TS
STS
18.
Saya terbiasa untuk menyelesaikan persoalan sendiri dibandingkan berunding dengan orang tua
SS
S
TS
STS
19.
Orang tua memiliki pandangan bahwa seorang anak lebih baik mematuhi pendapat orang dewasa
SS
S
TS
STS
20.
Orang tua merasa bahwa saya sudah cukup mengerti untuk dapat membedakan hal-hal baik dan kurang baik
SS
S
TS
STS
21.
Saya dan orang tua sering menghabiskan waktu untuk mengobrol santai mengenai berbagai hal ketika dirumah
SS
S
TS
STS
22.
Saya lebih nyaman menyembunyikan perasaan yang saya alami kepada orang tua saya
SS
S
TS
STS
23.
Dalam keluarga hanya beberapa hal yang harus dibicarakan antara orang tua dan anak
SS
S
TS
STS
24.
Orang tua saya memperbolehkan saya untuk membuat keputusan sendiri
SS
S
TS
STS
25.
Saya merasa senang ketika membicarakan sesuatu dengan orang tua saya termasuk ketika berbeda pendapat dengan mereka
SS
S
TS
STS
26.
Saya lebih senang menceritakan pengalaman saya kepada teman daripada menceritakan kepada orang tua
SS
S
TS
STS
94
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27.
Lebih baik menuruti semua kata orang tua daripada saya harus berdebat dan mengambil resiko
SS
S
TS
STS
28.
Saya lebih nyaman menghabiskan waktu di luar rumah
SS
S
TS
STS
29.
Saya sering membicarakan mengenai rencana dan harapan dimasa mendatang dengan orang tua saya
SS
S
TS
STS
30.
Saya lebih senang untuk merencanakan sesuatu sendiri daripada membicarakan dengan orang tua
SS
S
TS
STS
31.
Orang tua menganggap saya belum bisa membedakan hal-hal yang baik dan kurang baik
SS
S
TS
STS
32.
Saya percaya dapat menyelesaikan masalah dengan kemampuan saya sendiri
SS
S
TS
STS
33.
Orang tua sering meluangkan waktu untuk mengobrol bersama dengan saya dari hatikehati
SS
S
TS
STS
34.
Menurut saya orang tua sulit untuk menerima gagasan-gagasan dari saya
SS
S
TS
STS
35.
Dalam menghadapi masalah keputusan terakhir berada ditangan orang tua saya
SS
S
TS
STS
36.
Orang tua saya memandang setiap anggota keluarga memiliki hak yang sama
SS
S
TS
STS
37.
Orang tua selalu menghargai pendapat yang saya sampaikan
SS
S
TS
STS
38.
Saya jarang dilibatkan ketika keluarga sedang membahas sesuatu
SS
S
TS
STS
39.
Saya harus mementingkan urusan keluarga daripada urusan lainnya
SS
S
TS
STS
40.
Orang tua saya memperbolehkan setiap anggota keluarga mengajukan pendapat
SS
S
TS
STS
95
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PETUNJUK PENGERJAAN 1. Bacalah pernyataan pada lembar berikut. Kemudian kerjakan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan pikiran, keyakinan dan keadaan anda saat ini 2. Tidak ada jawaban yang salah, jawaban disesuaikan dengan kondisi diri anda 3. Jawablah secara spontan 4. Tidak ada pernyataan pada tiap
nomor soal, tugas anda hanya
memilih salah satu dari tiga pilihan jawaban yaitu A, B atau C yang paling anda setujui kemudian beri tanda silang pada jawaban yang anda pilih. Dalam tugas ini anda diminta untuk membayangkan jika anda secara acak dipasangkan dengan orang lain. Orang lain tersebut merupakan seseorang yang tidak anda kenal bahkan orang yang tidak akan anda temui di masa depan. Baik anda maupun orang lain akan membuat pilihan dengan melingkari huruf A, B ataupun C. Pilihan anda akan menghasilkan angka untuk diri sendiri dan orang lain. Demikian juga, pilihan orang lain akan menghasilkan angka untuk dirinya dan anda. Setiap angka mempunyai arti. Semakin banyak angka yang anda terima, semakin baik untuk anda, dan semakin banyak angka yang orang lain terima, semakin baik untuknya.
96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Contoh : A 60 20
Pendapatan anda Pendapatan orang lain
B 70 50
C 50 50
a. Jika anda memilih jawaban A, maka anda akan menerima angka 60 dan orang lain menerima angka 20 b. Jika anda memilih jawaban B, maka anda akan menerima angka 70 dan orang lain menerima angka 50 c. Jika anda memilih jawaban C, maka anda akan menerima angka 50 dan orang lain menerima angka 50 Dengan demikian, pilihan anda mempengaruhi jumlah angka yang anda terima dan orang lain terima. -
SELAMAT MENGERJAKAN-
97
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pendapatan anda Pendapatan orang lain
A 480 80
B 540 280
C 480 480
Pendapatan anda Pendapatan orang lain
A 560 300
B 500 500
C 500 100
Pendapatan anda Pendapatan orang lain
A 520 520
B 520 120
C 580 320
Pendapatan anda Pendapatan orang lain
A 500 100
B 560 300
C 490 490
Pendapatan anda Pendapatan orang lain
A 560 300
B 500 500
C 490 90
Pendapatan anda Pendapatan orang lain
A 500 500
B 500 100
C 570 300
Pendapatan anda Pendapatan orang lain
A 510 510
B 560 300
C 510 110
Pendapatan anda Pendapatan orang lain
A 550 300
B 500 100
C 500 500
Pendapatan anda Pendapatan orang lain
A 480 100
B 490 490
C 540 300
98
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 2 SKALA TRY OUT 2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKALA PENGUKURAN PSIKOLOGIS Digunakan untuk Penyelesaian Tugas Akhir
Disusun oleh : Maria Krisna Nugraheni 109114025
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
99
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Yogyakarta, 7 November 2014 Kepada Yth. Saudara/ Saudari yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini Dengan hormat, dengan ini saya, Nama : Maria Krisna Nugraheni Fakultas : Psikologi Univeristas :Sanata Dharma Yogyakarta Terkait dengan penelitian yang saya lakukan dalam rangka penyusunan tugas akhir, perkenankan saya memohon izin untuk meminta bantuan serta partisiapasi saudara/I untuk merelakan waktunya dalam rangka mengisi skala yang saya bagikan. Skala ini terdiri dari beberapa pernyataan yang dikelompokan dalam beberapa bagian. Saat merespon pernyataan-pernyataan tersebut saya sangat berharap saudara/I untuk mengisinya dengan sebenar-benarnya, apa adanya dan sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan saudara/I dalam kehidupan sehari-hari. Pada skala ini, tidak ada penilaian benar atau salah. Data yang diberikan oleh saudara/I sangat terjaga kerahasiaanya. Pada saat mengisian skala, mohon untuk selalu memperhatikan petunjuk pengerjaan dan instruksi yang diberikan, karena hasil dari pengisian skala ini akan digunakan untuk kepentingan akademik. Atas perhatian dan partisipasi saudara/I, saya ucapkan terima kasih. Hormat saya Maria Krisna Nugraheni
100
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KESEDIAAN Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk mengisi skala ini tanpa adanya paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun akan tetapi dengan sukarela demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah ini. Semua respon yang saya berikan mewakili apa yang saya alami dalam kehidupan saya sehari-hari dan bukan atas pandangan masyarakat pada umumnya. Saya juga memberikan ijin agar jawaban saya dapat digunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah ini. Usia : Jenis Kelamin : (L)/(P) Jumlah saudara : anak ke….dari…saudara Suku Bangsa : Yogyakarta,……November 2014 (Pengisi Skala)
101
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PETUNJUK PENGERJAAN Anda hanya diminta untuk memberikan persetujuan anda terhadap pernyataan-pernyataan yang disajikan dengan membubuhkan tanda centang (X) pada kolom jawaban yang paling mewakili keadaan atau kondisi yang anda alami. Terdapat empat pilihan alternatif jawaban. Empat pilihan jawaban yang tersedia adalah sebagai berikut : SS : Bila pernyataan tersebut “SANGAT SESUAI” dengan diri Anda S : Bila pernyataan tersebut “SESUAI” dengan diri Anda TS : Bila pernyataan tersebut “TIDAK SESUAI” dengan diri Anda STS :Bila pernyataan tersebut “SANGAT TIDAK SESUAI” dengan diri Anda Contoh Cara Pengisian : Pernyataan Saya gemar membaca buku pengetahuan
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Ketika anda keliru memilih jawaban silahkan beri tanda garis datar 2 kali (=) pada jawaban yang anda anggap salah dan mengganti pilihan jawaban dan memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang lebih sesuai. Contoh koreksi : Pernyataan SS S TS STS Saya gemar membaca buku pengetahuan
SS
S
TS
STS
Masing-masing orang memiliki jawaban yang berbeda untuk setiap pernyataan, oleh sebab itu pilihan jawaban yang paling sesuai untuk mewakili kesetujuan anda terhadap pernyataan yang disajikan. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah karena jawaban ini mencerminkan diri anda sendiri. Pastikan tidak ada pernyataan yang terlewatkan. -
Selamat Mengerjakan -
102
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
Pernyataan
SS
S
TS
STS
1
Ketika membicarakan hal penting, orang tua mengharapkan saya mematuhi tanpa banyak pertanyaan
SS
S
TS
STS
2
Sebagian besar rencana dan ide saya, dapat diterima oleh orangtua saya
SS
S
TS
STS
3
Hanya beberapa hal yang dapat di diskusikan bersama orangtua saya
SS
S
TS
STS
4
Orangtua saya memiliki pengaruh yang besar bagi saya
SS
S
TS
STS
5
Orang tua saya memperbolehkan saya untuk membuat keputusan sendiri
SS
S
TS
STS
6
Orangtua mengharapkan saya untuk mentaati semua aturan ketika saya berada dirumah
SS
S
TS
STS
7
Saya sulit mengubah perilaku saya, meskipun sudah dinasehati oleh orang tua saya
SS
S
TS
STS
8
Pendapat orangtua saya adalah yang terbaik
SS
S
TS
STS
9
Saya mengabaikan komentar orangtua mengenai saya
SS
S
TS
STS
10
Saya banyak menghabiskan waktu diluar rumah walaupun orangtua tidak setuju
SS
S
TS
STS
11
Bagi saya lebih baik mematuhi pendapat orang dewasa atau yang lebih tua
SS
S
TS
STS
12
Saya tetap menonton televisi sampai larut malam meskipun orangtua menasehati saya untuk tidur lebih awal
SS
S
TS
STS
103
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Lebih baik menuruti kata orang tua daripada saya harus berdebat dan mengambil resiko
SS
S
TS
STS
14
Saya sering membuat keputusan tanpa persetujuan orangtua
SS
S
TS
STS
15
Dalam menghadapi masalah keputusan terahkir ada ditangan orangtua saya
SS
S
TS
STS
16
Saya bersedia mengubah perilaku sesuai nasehat orangtua saya
SS
S
TS
STS
17
Saya kurang terbiasa untuk berperilaku sesuai dengan harapan orangtua saya
SS
S
TS
STS
18
Orangtua selalu membantu membuat keputusan ketika saya memiliki masalah
SS
S
TS
STS
19
Dalam mengambil keputusan saya mengabaikan saran dari orang tua
SS
S
TS
STS
20
Keputusan orangtua adalah yang paling benar bagi saya
SS
S
TS
STS
21
Saya sering tidak sependapat dengan orangtua saya
SS
S
TS
STS
22
Saya terbiasa untuk menyelesaikan masalah menurut pendapat saya sendiri
SS
S
TS
STS
23
Saya harus mengikuti saran orangtua saya karena itu yang terbaik untuk saya
SS
S
TS
STS
24
Saya akan berargumen bila tidak sependapat dengan orangtua saya
SS
S
TS
STS
25
Saya mempercayai semua yang dikatakan oleh orangtua
SS
S
TS
STS
26
Dalam membuat keputusan saya tidak perlu meminta ijin dengan orangtua
SS
S
TS
STS
104
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
Saya percaya keputusan yang terbaik ada ditangan orangtua saya
SS
S
TS
STS
28
Saya berusaha untuk mejaga hubungan yang harmonis dengan orangtua
SS
S
TS
STS
29
Saya kurang percaya dengan keputusan yang dibuat oleh orang tua saya
SS
S
TS
STS
30
Saya terbiasa untuk memenuhi keinginan orangtua saya
SS
S
TS
STS
31
Saya akan tetap mempertahankan pendapat saya walaupun berbeda pendapat dengan orangtua
SS
S
TS
STS
32
Saya akan membatalkan janji dengan teman ketika orangtua meminta saya untuk tinggal dirumah
SS
S
TS
STS
33
Saya melakukan apa yang ingin saya lakukan tanpa menunggu arahan orangtua
SS
S
TS
STS
34
Saya terbiasa melakukan semua hal atas pertimbangan diri sendiri
SS
S
TS
STS
35
Saya lebih banyak diam ketika orangtua sedang memberi nasehat
SS
S
TS
STS
36
Saya cenderung memiliki pemikiran yang berbeda dengan orangtua
SS
S
TS
STS
37
Saya cenderung mengikuti kata hati saya daripada mengikuti kata orang tua
SS
S
TS
STS
38
Orangtua saya memperbolehkan seluruh anggota keluarga mengajukan pendapat yang berbeda dengan mereka
SS
S
TS
STS
105
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
Saya selalu meminta pendapat orangtua sebelum membuat keputusan
SS
S
TS
STS
40
Saya merasa senang bila sependapat dengan orangtua saya
SS
S
TS
STS
106
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 3 RELIABILITAS SKALA
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
A. Tabel Uji Reliabilitas Skala Orientasi Percakapan Sebelum Seleksi Item Cronbach's Alpha N of Items .911
Scale Scale Mean if Variance if Item Deleted Item Deleted
20
Corrected Item-Total Correlation
Squared Cronbach's Multiple Alpha if Item Correlation Deleted
item_1
54.92
76.851
.676
.650
.904
item_2
55.45
80.781
.365
.358
.911
item_5
54.96
78.753
.573
.554
.907
item_6
54.84
77.423
.553
.422
.907
item_9
54.66
80.758
.369
.410
.911
item_10
54.90
79.214
.454
.370
.910
item_13
54.89
76.365
.656
.596
.905
item_14
55.37
80.298
.415
.439
.910
item_17
55.08
78.708
.536
.485
.908
item_18
55.38
77.606
.483
.370
.909
item_21
54.90
75.316
.693
.640
.903
item_22
55.47
76.578
.587
.520
.906
item_25
54.92
77.504
.667
.602
.905
item_26
55.39
77.017
.538
.480
.908
item_29
54.81
78.565
.566
.500
.907
item_30
55.26
77.114
.553
.506
.907
item_34
55.04
77.855
.629
.490
.906
item_33
54.82
77.212
.629
.641
.905
item_37
54.71
77.862
.638
.564
.905
item_38
55.07
78.066
.581
.432
.907
107
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Tabel Uji Reliabilitas Skala Orientasi Percakapan Setelah Seleksi Item. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .911
20
C. Tabel Uji Reliabilitas Skala Orientasi Kepatuhan Sebelum Seleksi Item
Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items .855
40
Corrected Scale Mean if Scale Variance if Item-Total Cronbach's Alpha if Item Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted item_1
108.12
133.659
.101
.857
item_2
108.80
142.653
-.402
.867
item_3
108.42
142.983
-.386
.869
item_4
107.46
129.315
.531
.849
item_5
108.98
134.632
.039
.859
item_6
107.84
131.484
.267
.853
item_7
108.44
131.843
.203
.855
item_8
107.88
127.006
.428
.850
item_9
107.78
130.257
.312
.852
item_10
107.84
131.198
.227
.855
item_11
107.90
130.622
.299
.853
item_12
108.42
129.106
.357
.851
item_13
107.94
127.037
.448
.849
108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
item_14
108.06
127.894
.425
.850
item_15
108.24
128.349
.356
.851
item_16
107.84
129.321
.409
.850
item_17
108.36
132.480
.205
.855
item_18
107.74
125.013
.615
.845
item_19
107.72
127.838
.500
.848
item_20
108.14
121.470
.704
.842
item_21
108.58
125.800
.566
.847
item_22
108.40
131.388
.276
.853
item_23
108.02
127.449
.527
.848
item_24
108.84
135.076
.023
.859
item_25
108.10
121.684
.748
.841
item_26
107.94
131.160
.280
.853
item_27
108.02
121.530
.720
.842
item_28
107.40
131.837
.261
.853
item_29
107.86
127.796
.522
.848
item_30
108.00
125.633
.604
.846
item_31
108.26
127.707
.446
.849
item_32
107.90
126.092
.558
.847
item_33
108.40
132.776
.150
.856
item_34
108.36
132.684
.204
.854
item_35
107.80
129.510
.380
.851
item_36
108.58
128.412
.468
.849
item_37
108.38
128.485
.426
.850
item_38
109.02
141.775
-.349
.867
item_39
107.84
124.994
.699
.844
item_40
107.48
129.724
.389
.851
109
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D. Tabel Uji Reliabilitas Skala Orientasi Kepatuhan Setelah Seleksi Item Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .908
24
Item-Total Statistics Scale Scale Mean if Variance if Item Deleted Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
item_4
66.12
99.536
.542
.904
item_8
66.54
96.172
.514
.904
item_9
66.44
100.333
.320
.908
item_12
67.08
98.769
.401
.907
item_13
66.60
97.102
.481
.905
item_14
66.72
99.185
.372
.907
item_15
66.90
98.867
.349
.908
item_16
66.50
100.133
.372
.907
item_18
66.40
95.469
.643
.901
item_19
66.38
98.281
.505
.904
item_20
66.80
92.449
.724
.899
item_21
67.24
95.860
.614
.902
item_23
66.68
98.589
.483
.905
item_25
66.76
92.676
.768
.898
item_27
66.68
92.181
.761
.898
item_29
66.52
98.540
.504
.904
item_30
66.66
95.658
.659
.901
item_31
66.92
99.014
.393
.907
item_32
66.56
97.027
.543
.904
item_35
66.46
100.009
.366
.907
item_36
67.24
98.594
.488
.905
110
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
item_37
67.04
98.570
.450
.905
item_39
66.50
95.480
.730
.900
item_40
66.14
100.204
.373
.907
111
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 4 SKALA PENELITIAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKALA PENGUKURAN PSIKOLOGIS Digunakan untuk Penyelesaian Tugas Akhir
Disusun oleh : Maria Krisna Nugraheni 109114042
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
112
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Yogyakarta, 12 November 2014 Kepada Yth. Saudara/ Saudari yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini Dengan hormat, dengan ini saya, Nama : Maria Krisna Nugraheni Fakultas : Psikologi Univeristas :Sanata Dharma Yogyakarta Terkait dengan penelitian yang saya lakukan dalam rangka penyusunan tugas akhir, perkenankan saya memohon izin untuk meminta bantuan serta partisiapasi saudara/I untuk merelakan waktunya dalam rangka mengisi skala yang saya bagikan. Skala ini terdiri dari beberapa pernyataan yang dikelompokan dalam beberapa bagian. Saat merespon pernyataan-pernyataan tersebut saya sangat berharap saudara/I untuk mengisinya dengan sebenar-benarnya, apa adanya dan sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan saudara/I dalam kehidupan sehari-hari. Pada skala ini, tidak ada penilaian benar atau salah. Data yang diberikan oleh saudara/I sangat terjaga kerahasiaanya. Pada saat mengisian skala, mohon untuk selalu memperhatikan petunjuk pengerjaan dan instruksi yang diberikan, karena hasil dari pengisian skala ini akan digunakan untuk kepentingan akademik. Atas perhatian dan partisipasi saudara/I, saya ucapkan terima kasih. Hormat saya Maria Krisna Nugraheni
113
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KESEDIAAN Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk mengisi skala ini tanpa adanya paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun akan tetapi dengan sukarela demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah ini. Semua respon yang saya berikan mewakili apa yang saya alami dalam kehidupan saya sehari-hari dan bukan atas pandangan masyarakat pada umumnya. Saya juga memberikan ijin agar jawaban saya dapat digunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah ini. Usia : Jenis Kelamin : (L)/(P) Jumlah saudara : anak ke….dari…saudara Suku Bangsa : Yogyakarta,……November 2014 (Pengisi Skala)
114
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PETUNJUK PENGERJAAN Anda hanya diminta untuk memberikan persetujuan anda terhadap pernyataan-pernyataan yang disajikan dengan membubuhkan tanda centang (X) pada kolom jawaban yang paling mewakili keadaan atau kondisi yang anda alami. Terdapat empat pilihan alternatif jawaban. Empat pilihan jawaban yang tersedia adalah sebagai berikut : SS
: Bila pernyataan tersebut “SANGAT SESUAI” dengan diri Anda
S
: Bila pernyataan tersebut “SESUAI” dengan diri Anda
TS
: Bila pernyataan tersebut “TIDAK SESUAI” dengan diri Anda
STS
:Bila pernyataan tersebut “SANGAT TIDAK SESUAI” dengan
diri Anda Contoh Cara Pengisian : Pernyataan
SS
Saya gemar membaca buku pengetahuan
S
SS
TS S
TS
STS STS
Ketika anda keliru memilih jawaban silahkan beri tanda garis datar 2 kali (=) pada jawaban yang anda anggap salah dan mengganti pilihan jawaban dan memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang lebih sesuai Contoh koreksi : Pernyataan
SS
Saya gemar membaca buku pengetahuan
SS
S
TS S
TS
STS STS
Masing-masing orang memiliki jawaban yang berbeda untuk setiap pernyataan, oleh sebab itu pilihan jawaban yang paling sesuai untuk mewakili kesetujuan anda terhadap pernyataan yang disajikan. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah karena jawaban ini mencerminkan diri anda sendiri. Pastikan tidak ada pernyataan yang terlewatkan. -Selamat Mengerjakan 115
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No
Pernyataan
SS
S
TS
STS
1.
Saya merasa bahwa pembicaraan yang dilakukan antara orang tua dan saya sering kali disertai kesalahpahaman
SS
S
TS
STS
2.
Saya sering membicarakan berbagai topik dengan orang tua walaupun setiap anggota keluarga memiliki pendapat yang berbeda-beda
SS
S
TS
STS
3.
Orang tua saya memiliki pengaruh yang besar bagi saya
SS
S
TS
STS
4.
Saya mengabaikan komentar orang tua mengenai saya
SS
S
TS
STS
5.
Saya tetap menonton televisi sampai larut malam meskipun orang tua menasehati saya untuk tidur lebih awal
SS
S
TS
STS
6.
Ketika sedang membicarakan sesuatu orang tua sering menanyakan pendapat saya
SS
S
TS
STS
7.
Pendapat orang tua saya adalah yang terbaik.
SS
S
TS
STS
8.
Orang tua mengabaikan pendapat saya ketika membicarakan suatu hal
SS
S
TS
STS
9.
Orang tua mendorong saya untuk melihat berbagai sudut pandang yang berbeda terhadap sesuatu masalah
SS
S
TS
STS
10.
Lebih baik menuruti semua kata orang tua daripada saya harus berdebat dan mengambil resiko
SS
S
TS
STS
11.
Saya sering membuat keputusan tanpa persetujuan orang tua
SS
S
TS
STS
116
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12.
Saya jarang bertemu dengan orang tua untuk berdiskusi karena mereka sangat sibuk
SS
S
TS
STS
13.
Dalam menghadapi masalah keputusan terakhir berada ditangan orang tua saya
SS
S
TS
STS
14.
Saya dapat membicarakan mengenai apa pun ketika bersama orang tua.
SS
S
TS
STS
15.
Saat bersama dengan keluarga saya terbiasa untuk membicarakan hal yang penting saja
SS
S
TS
STS
16.
Dalam mengambil keputusan saya mengabaikan saran orang tua
SS
S
TS
STS
17.
Saya terbiasa untuk menyelesaikan persoalan sendiri dibandingkan berunding dengan orang tua
SS
S
TS
STS
18.
Ketika dalam keluarga orang tua maupun saya saling berbagi perasaan maupun emosi
SS
S
TS
STS
19.
Saya bersedia mengubah perilaku sesuai nasihat orang tua saya
SS
S
TS
STS
20.
Saya sering tidak sependapat dengan orang tua saya
SS
S
TS
STS
21.
Orang tua selalu membantu membuat keputusan ketika saya memiliki masalah
SS
S
TS
STS
22.
Saya kurang percaya dengan keputusan yang dibuatkan oleh orang tua saya
SS
S
TS
STS
117
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23.
Saya lebih nyaman menyembunyikan perasaan yang saya alami kepada orang tua saya
SS
S
TS
STS
24.
Saya terbiasa untuk memenuhi keinginan orang tua saya
SS
S
TS
STS
25.
Saya lebih senang menceritakan pengalaman saya kepada teman daripada menceritakan kepada orang tua
SS
S
TS
STS
26.
Saya dan orang tua sering menghabiskan waktu untuk mengobrol santai mengenai berbagai hal ketika dirumah
SS
S
TS
STS
27.
Keputusan orang tua adalah yang paling benar bagi saya
SS
S
TS
STS
28.
Saya akan tetap mempertahankan pendapat saya walaupun berbeda pendapat dengan orang tua
SS
S
TS
STS
29.
Saya harus mengikuti saran orang tua saya karena itu yang terbaik untuk saya
SS
S
TS
STS
30.
Saya merasa senang ketika membicarakan sesuatu dengan orang tua saya termasuk ketika berbeda pendapat dengan mereka
SS
S
TS
STS
31.
Saya lebih senang untuk merencanakan sesuatu sendiri daripada membicarakan dengan orang tua
SS
S
TS
STS
32.
Saya cenderung memiliki pemikiran yang berbeda dengan orang tua
SS
S
TS
STS
33.
Saya sering membicarakan mengenai rencana dan harapan dimasa mendatang dengan
SS
S
TS
STS
118
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
orang tua saya 34.
Saya mempercayai semua yang dikatakan oleh orang tua
SS
S
TS
STS
35.
Menurut saya orang tua sulit untuk menerima gagasangagasan dari saya
SS
S
TS
STS
36.
Saya cenderung mengikuti kata hati saya daripada mendengarkan kata orang tua saya
SS
S
TS
STS
37.
Saya lebih banyak diam ketika orang tua sedang memberi nasehat
SS
S
TS
STS
38.
Saya merasa senang bila sependapat dengan orang tua saya
SS
S
TS
STS
39.
Orang tua sering meluangkan waktu untuk mengobrol bersama dengan saya dari hatikehati
SS
S
TS
STS
40.
Saya selalu meminta pendapat orang tua sebelum membuat keputusanya
SS
S
TS
STS
41.
Orang tua selalu menghargai pendapat yang saya sampaikan
SS
S
TS
STS
42.
Saya percaya keputusan yang terbaik ada ditangan orang tua saya
SS
S
TS
STS
43.
Saya jarang dilibatkan ketika keluarga sedang membahas sesuatu
SS
S
TS
STS
44.
Saya akan membatalkan janji saya dengan teman ketika orang tua meminta saya tinggal dirumah
SS
S
TS
STS
119
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 5 DESKRIPSI SUBJEK
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
A. Uji Beda Mean Empirik dan Mean Teoritik Orientasi Percakapan One-Sample Test Test Value = 50
t orientasi_ percakapan
12.558
Sig. (2tailed)
df 248
Mean Difference
.000
6.112
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
5.15
7.07
B. Uji Beda Mean Empirik dan Mean Teoritik Orientasi Kepatuhan One-Sample Test Test Value = 60
t orientasi_ kepatuhan
14.180
df 248
Sig. (2tailed) .000
120
Mean Difference 7.177
95% Confidence Interval of the Difference Lower 6.18
Upper 8.17
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 6 UJI ASUMSI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
A. Uji Normalitas Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
Percakapan
.041
249
.200*
.994
249
.390
Kepatuhan
.055
249
.065
.994
249
.358
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
121
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 7 UJI HIPOTESIS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
A. Tabel Chi-Square Case Processing Summary Cases Valid N Pola_komunikasi * SVO
Missing
Percent 249 100.0%
N
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 249
100.0%
Tipe_komunikasi * SVO Crosstabulation SVO competitif individual prososial
Tipe_ konsensual Count Komunikasi Expected Count % within Tipe_komunikasi laizze-fai
Count Expected Count % within Tipe_komunikasi
pluralisti
Count Expected Count % within Tipe_komunikasi
protektif
Count Expected Count % within Tipe_komunikasi
Total
Count Expected Count % within Tipe_komunikasi
122
Total
32
69
75
176
31.1
77.0
67.9
176.0
18.2%
39.2%
4
11
2
17
3.0
7.4
6.6
17.0
23.5%
64.7%
4
10
10
24
4.2
10.5
9.3
24.0
16.7%
41.7%
4
19
9
32
5.7
14.0
12.3
32.0
12.5%
59.4%
44
109
96
249
44.0
109.0
96.0
249.0
17.7%
43.8%
42.6% 100.0%
11.8% 100.0%
41.7% 100.0%
28.1% 100.0%
38.6% 100.0%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Pearson Chi-Square
10.079a
6
.121
Likelihood Ratio
10.997
6
.088
N of Valid Cases
249
a. 2 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.00.
123
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 8 DISTRIBUSI FREKUENSI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
A. Distribusi Frekuensi Pola Komunikasi percakapan N
Valid
kepatuhan
249
249
0
0
Missing
percakapan Cumulative Frequency Valid
rendah
Percent
Valid Percent
Percent
49
19.7
19.7
19.7
tinggi
200
80.3
80.3
100.0
Total
249
100.0
100.0
kepatuhan Cumulative Frequency Valid
rendah
Percent
Valid Percent
Percent
41
16.5
16.5
16.5
tinggi
208
83.5
83.5
100.0
Total
249
100.0
100.0
A. Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Tipe Komunikasi Frequency Valid
konsensual
Percent
Valid Percent
176
70.7
70.7
laizze-fai
17
6.8
6.8
pluralisti
24
9.6
9.6
protektif
32
12.9
12.9
249
100.0
100.0
Total
124
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Distribusi Frekuensi SVO (Social Value Orientation) Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
competitif
44
17.7
17.7
17.7
individual
109
43.8
43.8
61.4
prososial
96
38.6
38.6
100.0
249
100.0
100.0
Total
125