PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEGENDA DANAU TELUK GELAM KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR SUMATRA SELATAN: SEBUAH KAJIAN STRUKTURAL DAN PANDANGAN DUNIA TRAGIK
Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia
Oleh Anggi Yulistianingsih NIM 084114010
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Juni 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEGENDA DANAU TELUK GELAM KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR SUMATRA SELATAN: SEBUAH KAJIAN STRUKTURAL DAN PANDANGAN DUNIA TRAGIK
Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Srudi Sastra Indonesia
Oleh Anggi Yulistianingsih NIM 084114010
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Juni 2013
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Penulis pun menyadari bahwa tugas akhir ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesainya Tugas Akhir ini. Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. sebagai dosen pembimbing I dan Drs. B. Rahmanto, M.Hum. sebagai dosen pembimbing II yang dengan penuh kesabaran telah membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini. Drs. Hery Antono, M.Hum, Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum, SE. Peni Adji, S.S, M.Hum, dan Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum selaku Bapak/Ibu dosen pengampu mata kuliah di Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, serta Staf Sekretariat dan Petugas Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pelayanan dengan baik. Bapak Suparji dan Ibu Katemi, orang tua dan ketiga saudaraku, Anton Hadi Handoko, Agung Ardian, dan Andri Sovian yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulisserta teman-temanku yang selalu memberi dukungan. Terima kasih kepada para narasumber yang telah meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukan untuk menjawab berbagai pertanyaan penulis, yaitu bapak Jazman, S.Pd., petugas Perpustakaan Daerah di Palembang, Yuslizal,S.Pd., Kasi Pengembangan Seni dan Budaya Disbudpar Kab. OKI, Mahmud, tetua adat di desa
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
Orang yang membiarkan rasa takut menguasainya akan menjadi budak ketakutan. (Minh-Quan)
Hidup itu seperti judi. Sering kali kejam dan menyakitkan, dan bukan ditujukan untuk orang yang penakut. Hadiah jatuh kepada sang pemenang, bukan orang yang tidak ikut berperang. (Sherrilyn Kenyon)
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Skripsi ini kupersembahkan untuk: Orangtuaku dan secara khusus untuk adik kecilku, Andri Sovian.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Yulistianingsih, Anggi, 2012. “Legenda Danau Teluk Gelam Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatra Selatan: Sebuah Kajian Struktural dan Pandangan Dunia Tragik” Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. Skripsi ini membahas struktur dan pandangan dunia tragik yang digunakan dalam legenda Danau Teluk Gelam yang terdiri atas dua varian yakni Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam. Tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai berikut. Pertama, mendeskripsikan aktansial dan struktur fungsional legenda Danau Teluk Gelam. Kedua, mendekripsikan pandangan dunia tragik. Pendekatan yang digunakan adalah aktansial dan struktur fungsional serta pandangan dunia tragik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penentuan narasumber, pengumpulan data sosial budaya, pengarsipan. Teknik yang digunakan adalah wawancara, observasi dan pencatatan. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, legenda Danau Teluk Gelam digunakan untuk menyampaikan ajaran tentang keluhuran nilai sastra lisan yang mulai hilang dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir. Dari kedua naskah yang telah dianalisis, Putri Gelam dinyatakan sebagai teks asli. Hal ini didasarkan pada keutuhan cerita, murni karena tidak ada pembabtisan dari agama atau pun ajaran yang dipaksakan dan bersifat propaganda. Sedangkan, Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam sudah mendapat pengaruh Islam. Kedua, memaparkan keadaan alam, kehidupan masyarakat, serta mata pencaraharian yang erat hubungannya dengan kehidupan masa lalu suku Ogan maupun masyarakat yang mendiami kawasan tersebut dan melihat hubungan masyarakat dengan kebudayaannya, serta penyampaian peran dan perkembangan karya sastra (sastra lisan/ legenda) dan budaya yang merupakan milik kolektif. Ketiga, Dengan kedua pendekatan di atas diketahui bahwa karya sastra, khususnya legenda adalah penciptaan yang merupakan respon masyarakat terhadap pergeseran nilai dan norma yang ada di masyarakat tersebut. Melalui Raja Awang dan Pangeran Tapah, dapat dipahami bahwa apa yang terjadi bukan hanya milik manusia/individu itu sendiri, juga menyangkut keseluruhan yang melingkupinya. Kontribusi kajian A.J. Greimas terhadap cerita rakyat ini adalah penulis mendalami legenda sebagai sebuah proses komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut, ada pesan yang akan disampaikan. Pesan-pesan itu dapat lebih dipahami dengan menggunakan teori Goldmann. Kematian yang tragis kedua tokoh, setelah mencoba membangun kehidupan yang bahagia menunjukkan adanya pandangan dunia tragis di dalamnya. Selain itu, nilai iri hati dan nafsu kekuasaan yang ditunjukkan saudara tiri Pangeran Tapah merupakan sebuah faktor perusak kebahagiaan. Dalam legenda ini, gambaran dan citra “ibu tiri” sebagai ibu yang jahat, ambisius, dan oportunis justru tidak terlihat. Ibu tiri dalam legenda ini memiliki citra yang baik dan penuh kasih pada anak tirinya. Hal ini mungkin menceritakan pandangan masyarakat tradisional di Kabupaten Ogan Komering Ilir yang tidak mempermasalahkan adanya ibu tiri.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Yulistianingsih, Anggi, 2012. "Legend of Bay Lake Gelam Histories Ogan Ilir regency in South Sumatra: An Assessment of Structural and tragic world view" thesis on Indonesian Literature Studies, Faculty of Letters, Sanata Dharma University. Yogyakarta. This thesis discusses the structure and the tragic world view that is used in the Bay Lake Gelam legend consisting of two variants namely Princess Gelam and Origins occurrence Gelam Bay Lake. The objectives of this thesis is as follows. First, describe the functional structure aktansial and Bay Lake Gelam legend. Second, decrypt tragic worldview. The approach used is aktansial and functional structure as well as the tragic worldview. The method used in this study is the determination of the sources, socio-cultural data collection, archiving. Techniques used were interviews, observation and recording. The results of this study are as follows. First, the legend of Bay Lake Gelam used to convey the message about the value of oral literature nobility began to disappear in public life Ogan Komering Ilir district. Of the two texts that have been analyzed, Princess Gelam expressed as the original text. It is based on the integrity of the story, purely because there is no baptism of a religion or doctrine that is imposed and propaganda. Meanwhile, Occurrence Origins Bay Lake Gelam've got Islamic influences. Secondly, described the state of nature, society, and livelihoods are closely related to the past life and society Ogan tribes that inhabit the area and look at their relationship with culture, as well as the delivery and development of the role of literature (oral literature / legend) and culture belong to the collective. Third, the above two approaches is known that works of literature, especially oral literature or legend is the creation of a community response to the shift in values and norms that exist in the society. Through Awang King and Prince Tapah, it is understood that what was happening was not confined to humans / individuals themselves, but also about the whole surrounding. Contribution assessment A.J. Greimas to this folklore is steeped in legend as the author of a communication process. In the communication process, there is a message to be delivered. The messages that can be understood by using the theory of Goldmann. The tragic death of two men, after trying to build a happy life shows the tragic worldview in it. In addition, the value of envy and lust for power that was shown half-brother Prince Tapah is a destructive factor of happiness. In this legend, image and likeness "stepmother" as a bad mother, ambitious, and opportunists just not visible. Stepmother in this legend has a good image and loving on her stepson. It is perhaps telling the view of traditional societies in the Ogan Komering Ilir district who did not make the stepmother.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................
iv
KATA PENGANTAR ...............................................................................
v
MOTTO .....................................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
ix
ABSTRAK . ...............................................................................................
x
ABSTRACT. ................................................................................................
xi
DAFTAR ISI. .............................................................................................
xii
DAFTAR TABEL DAN BAGAN .............................................................
xvii
BAB I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
8
C. Tujuan Penelitian.. .....................................................................
9
D. Manfaat Penelitian .....................................................................
9
E. Tinjauan Pustaka........................................................................
10
F. Landasan Teori ..........................................................................
10
1. Kajian Struktural A.J. Greimas .........................................
11
a.
Aktansial ...........................................................
xii
11
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
Struktur Fungsional .........................................
13
Pandangan Dunia Tragik ...................................................
14
G. Metode dan Teknik Penelitian ....................................................
17
1. Penentuan Narasumber ......................................................
17
2. Pengumpulan Data-data Sosial Budaya .............................
18
3. Teknik Pengumpulan Data .................................................
29
4. Pengarsipan.........................................................................
20
H. Sistematika Penyajian .................................................................
21
2.
BAB II. GEOGRAFI DAN BUDAYA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR, SUMATRA SELATAN .................................. .......
22
A. Kondisi Kabupaten Ogan Komering Ilir ....................................
23
B. Keadaan Alam di Kabupaten Ogan Komering Ilir .....................
24
C. Penduduk...................................... ..............................................
25
D. Agama.................... .....................................................................
26
E. Sistem Kekerabatan............ ........................................................
26
F. Bahasa Ogan....................................................... ........................
27
G. Peranan dan Kedudukan bahasa Ogan .......................................
28
H. Tradisi Sastra Lisan dan Tulisan ................................................
29
I. Tradisi Permainan........................................... ............................
29
J. Kesenian ..................................................... ...............................
30
K. Sejarah ............................................................... ........................
30
L. Cerita Legenda Danau Teluk Gelam dan keberadaan Danau Teluk Gelam ............................................... ..............
xiii
32
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
M. Cerita Legenda Danau Teluk Gelam sebagai Sastra dan Kebudayaan ...................................................................
33
BAB III. LEGENDA DANAU TELUK GELAM DALAM PERSPEKTIF KAJIAN A.J. GREIMAS. .........................................................
42
A. Legenda Danau Teluk Gelam dalam Dua Varian ....................
42
a.
Varian A: Putri Gelam........................................... ........
b.
Varian B: Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk
43
Gelam....................................................... ......................
51
Kritik Atas Kedua Teks.......................................... .......
57
B. Analisis Aktansial dan Struktur Fungsional A.J. Greimas ........
59
1. Struktur Aktansial ...................................................... ..........
59
a. Pengirim..........................................................................
61
b. Subjek................................................................. ............
67
c. Objek...............................................................................
70
d. Penolong .........................................................................
73
e. Penentang........................................................................
76
f. Penerima .........................................................................
79
g. Pola Aktansial .................................................................
81
2. Struktur Fungsional ..............................................................
82
a. Situasi Awal ...................................................................
83
b. Transformasi.............................. .....................................
85
1) Tahap Kecakapan......................................................
85
2) Tahap Utama.............................................. ...............
86
c.
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3) Tahap Kegemilangan................. ...............................
87
c. Situasi Akhir....................................................... ............
88
d. Tabel Struktur Fungsional ..............................................
89
C. Rangkuman Struktural A.J Greimas ..........................................
89
BAB IV. LEGENDA DANAU TELUK GELAM DALAM PERSPEKTIF GOLDMANN ...........................................................................
92
A. Analisis melalui Pendekatan Pandangan Dunia Tragik ..............
92
1.
Pandangan Mengenai Tuhan ......................................
93
a. Tuhan Tidak Ada ...................................................
95
b. Tuhan Ada .............................................................
101
Pandangan Mengenai Dunia ......................................
107
a. Dunia Tidak Ada ..................................................
109
b. Dunia Ada .............................................................
114
Pandangan Mengenai Manusia....................................
122
a. Tuntutan Tak Mutlak .............................................
124
b. Tuntutan Mutlak ...................................................
126
B. Rangkuman Pandangan Dunia Tragik ......................................
130
C. Rangkuman dan Tinjauan Kritis ..................... ..........................
132
BAB V PENUTUP .....................................................................................
134
A. Kesimpulan .................................................................................
134
B. Saran ..........................................................................................
137
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
138
2.
3.
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
TENTANG PENULIS................................................................................
xvi
144
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
Bagan 1. Pola Aktansial .............................................................................
11
Tabel 1. Struktur Fungsional ......................................................................
14
Bagan 2. Pandangan Dunia Tragik ............................................................
16
Gambar 1. Peta Kabupaten Ogan Komering ilir ........................................
23
Bagan 3. Alur Cerita Legenda Danau Teluk Gelam ..................................
58
Tabel 2. Perbandingan Cerita Legenda Danau Teluk Gelam .....................
58
Bagan 4. Pola Aktansial .............................................................................
82
Tabel 3. Struktur Fungsional ......................................................................
89
Tabel 4. Pandangan Mengenai Tuhan ........................................................
94
Tabel 5. Pandangan Mengenai Dunia ........................................................
108
Tabel 6. Pandangan Mengenai Manusia ....................................................
123
Bagan 5. Pandangan Dunia Tragik ............................................................
131
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah sastra cerita dari zaman dahulu yang hidup di
kalangan rakyat dan diwariskan secara lisan (KBBI, 2008: 263). Wellek & Warren (1995: 47-48) mengatakan bahwa memang banyak genre sastra dan tematema sastra tulisan berasal dari kesusastraan rakyat (folkterature), dan kesusastraan rakyat terbukti mengalami peningkatan status sosial. Oleh karena itu, semakin banyak cerita lisan yang kemudian ditulis agar lebih mudah dikenal dan dipahami masyarakat luas. Salah satu jenis cerita rakyat yang masih hidup dalam masyarakat adalah legenda. Legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah (KBBI, 2008: 803). Menurut Dananjaya (2002: 66), legenda adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap oleh empunya cerita sebagai sesuatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Oleh karena itu, legenda seringkali dijadikan dasar pengajaran akan norma dan nilai suatu daerah tertentu dengan memperbandingkan kebaikan dan kejahatan hingga konsekuensi dari yang dilakukannya. Penelitian ini mengangkat judul “Legenda Danau Teluk Gelam Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan: Sebuah Kajian Struktural dan Pandangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Dunia Tragik”. Gagasan penelitian ini pertama kali muncul ketika penulis datang ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ogan Komering Ilir di Kayuagung untuk mencaritahu tentang adat pernikahan suku Ogan. Yuslizal S.Pd. sebagai Kasi Pengembangan Seni dan Budaya di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ogan Komering Ilir saat itu sibuk dan meminta penulis untuk memfotokopi sendiri hasil penelitian yang telah dilakakukannya. Penelitian itu berkaitan dengan adat-istiadat suku Ogan baik yang masih dilestarikan maupun yang mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya. Ada beberapa cerita rakyat termuat dalam penelitian tersebut, salah satunya adalah cerita rakyat yang berjudul Asalmuasal Terjadinya Danau Teluk Gelam (ATDTG). Penulis sempat mengunjungi perpustakaan daerah dan perpustakaan lokal di Kayuagung untuk mencari bukubuku atau catatan-catatan yang berkaitan dengan adat-istiadat suku Ogan, akan tetapi informasi yang didapat tidak terlalu banyak. Penulis memutuskan untuk mencari informasi lain ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatra Selatan dan Perpustakaan Daerah Pusat di Palembang. Sebuah buku berjudul Cerita Rakyat Ogan Komering Ilir yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ogan Komering Ilir memuat sebuah cerita berjudul Putri Gelam (PG) yang akhirya menjadi pilihan penulis sebagai pembanding cerita Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam. Kedua cerita tersebut menarik perhatian penulis karena sama-sama mengisahkan tentang terjadinya Danau Teluk Gelam yang saat ini menjadi salah satu objek wisata paling terkenal di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Keingintahuan mendalami struktur dan fungsi kedua cerita tersebut mendorong
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
penulis untuk memilih kedua legenda tersebut sebagai bahan skripsi. Sebenarnya, penulis membutuhkan satu lagi cerita pembanding dari penutur asli tetapi akhirnya tidak bisa mendapatkannya, karena generasi saat ini sangat jarang atau hampir dapat dikatakan tidak ada yang mengetahui tentang legenda tersebut. Dengan kedua naskah cerita tersebut penulis mulai melakukan perbandingan dan menyusun proposal penelitian skripsi ini. Setelah melakukan pembacaan dan mencari informasi lebih lanjut ditemukan beberapa sumber, yaitu tetua adat dan orang-orang yang mengerti tentang adat yang berkaitan dengan asal cerita tersebut. Penulis memperoleh sumber awal bahwa di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir terdapat sebuah legenda yang sangat terkenal yaitu Danau Teluk Gelam yang mengisahkan tentang asal-muasal terjadinya danau tersebut. Namun, generasi saat ini kurang berminat untuk mengetahui tentang cerita rakyat dan cenderung memandangnya sebagai suatu tradisi kuna, dan menganggap ritual itu sulit dimengerti sekaligus merepotkan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu refensi yang berkaitan dengant tradisi, adat, dan karya sastra di daerah Ogan Komering Ilir. Selain itu, dapat menjadi pendorong bagi Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ogan Komering Ilir untuk lebih meningkatkan penelitian dan penerbitan tentang adat-istiadat serta karya-karya sastra untuk pembaca. Alasan lain pemilihan kedua naskah tersebut sebagai objek kajian adalah pertama, kedua naskah tersebut belum pernah diteliti orang lain. Kedua, kajian fungsional dan pandangan dunia yang dilakukan ini dapat mengungkap ideologi di balik cerita tersebut. Oleh sebab itu, kajian struktural A.J. Greimas dianggap layak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
sebagai penuntun pengungkapan struktur dan fungsi legenda. Pola aktansial ini memudahkan pengklasifikasian yang berhubungan dengan norma dan aturan yang berlaku. Sedangkan, struktur fungsional lebih berhubungan dengan alur yang mengetengahkan nilai-nilai tradisi yang dapat digali dari cerita tersebut. Berkaitan dengan alur dan akhir cerita yang tragis dalam legenda Danau Teluk Gelam, pandangan dunia tragik Goldmann dianggap relevan untuk mengungkap ideologi yang dalam cerita tersebut, yang erat kaitannya dengan adat-istiadat masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir. Anggapan tersebut didasarkan pada pandangan dunia tragik Goldmann yang mengungkap kehidupan tragis masyarakat yang sarat akan kontradiksi. Begitu pula dengan kisah Pangeran Tapah dan Putri Gelam dalam legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam. Analisis naratif, menurut A.J.Greimas, meliputi
dua unsur, yaitu (1)
struktur lahir, yakni tataran bagaimana cerita dikemukakan (penceritaan), dan (2) struktur batin, yaitu tataran imanen, yang meliputi (a) tataran naratif analisis sintaksis naratif (skema aktan dan skema fungsional), dan (b) tataran diskursif (Taum, 2011: 141). Seperti prosa pada umumnya, legenda memiliki unsur intrinsik berupa tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang dan tema. Karena A.J. Greimas mengkhususkan penelitian struktur pada alur atau naratif (penceritaan), maka analisis tentang legenda Danau Teluk Gelam lebih terfokus pada aktansial dan struktur fungsionalnya. Kurangnya penelitian yang membahas karya sastra lama seperti cerita rakyat atau legenda membuat karya-karya itu cenderung dilupakan. Banyak orang mengalihkan bacaan mereka pada novel, cerpen, puisi, atau komik yang dianggap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
lebih segar dan modern. Padahal, banyak hal yang dapat diperoleh dari penelitian karya sastra lama, seperti ajaran moral, semangat untuk terus maju, atau pandangan masyarakat dalam menyikapi perkembangan budaya serta melestarikan kebudayan yang ada. Karya sastra terlahir berdasarkan fungsinya sebagai seni kemasyarakatan. Sastra diciptakan untuk dibacakan, untuk dinikmati, dihayati, dialami bersamasama. Dalam masyarakat tradisional sastra adalah alat yang penting untuk mempertahankan model dunia sesuai dengan adat-istiadat dan pandangan dunia konvensional dan untuk menanamkan pada angkatan muda kode nilai, tingkah laku, kode etik (Teeuw, 1983: 7-8). Oleh karena itu, Ratna (2010: 364) menyampaikan bahwa melalui karya sastra dapat disalurkan berbagai aspirasi, visi, dan misi, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Goldmann (lihat Faruk, 2012) menyebut permasalahan itu sebagai pandangan dunia tragik.
Dunia tragik sendiri dipahami sebagai dunia yang
dianggap aneh, tidak cocok, kontradiksi antara harapan dan kenyataan yang terjadi. Harapan yang mengarah pada khayalan atau suatu hal yang tidak pasti untuk mewujudkan kesempurnaan. Kesempurnaan dalam imajinasi yang dipaksakan, agar bisa dimanfaatkan untuk menyurutkan sifat-sifat manusia yang berujung pada pengrusakan dan penghancuran dirinya. Dan pada dasarnya pengekangan terhadap sifat-sifat itu mengarah pada kebodohan karena tidak sesuai dengan sifat alamiah. Sifat alamiah yang secara naluriah merupakan respon dari kehidupan nyata yang sebenarnya. Secara tidak sadar, manusia yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
mengharapkan kesempurnaan tersebut, sebenarnya telah menghancurkan dirinya sendiri karena hal-hal yang bersifat imajinasi tidak bisa diterapkan secara nyata. Pemilihan pandangan dunia tragik sebagai pendekatan untuk menganalisis legenda Danau Teluk Gelam didasari oleh banyaknya kontradiksi yang telihat dalam karya Hidden God, terutama kontradiksi yang berkaitan dengan keberadaan Tuhan dan respon manusia terhadap-Nya. Taum dalam tulisannya berjudul The Hidden God karya Lucien Goldmann dan Aplikasiny Dalam Studi Sastra Indonesia melihat bahwa, pandangan dunia tragik yang diungkap Goldmann dalam The Hidden God merupakan respon terhadap kehidupan sosial sekelompok bangsawan Prancis yang memilih jalan Tuhan, kelompok berjubah yang menamakan dirinya biarawan, dan meninggalkan kehidupan duniawi pada abad ke -17. Mereka meninggalkan kehidupan alami manusia, yakni kehidupan sebagai makhluk sosial berpasangan, berprasangka dan memelihara kehidupan lain sebagai pengganti atau generasi penerus. Respon tersebut berupa kontradiksi akan kepercayaan kelompok tersebut dengan kehidupan nyata yang seharusnya mereka jalani sebagai manusia normal, bukan untuk penyerahkan dirinya untuk melayani Tuhan dan meninggalkan segala kenikmatan yang diberikan Tuhan, demi sesuatu yang hanya bersifat imajinatif, tidak nyata, dan hanya sebuah harapan kosong untuk bersama Tuhan . Kontradiksi semacam inilah yang memunculkan ide bagi penulis untuk menganalisis legenda Danau Teluk Gelam dengan pandangan dunia tragik Goldmann. Banyaknya kontradiksi yang yang terjadi dalam kehidupan tokoh yang mengakibatkan tokoh utama dalam cerita tersebut memiliki akhir hidup yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
tragis. Awal perjalanan tokoh utama yang buruk dan akhir yang tragis yang melibatkan harapan dan kenyataan menjadikan legenda ini layak untuk dianalisis menggunakan pendekatan pandangan dunia tragik Goldmann. Kontradiksi inilah yang dihubungkan dan dianggap relevan untuk menganalisis legenda Danau Teluk Gelam. Danau Teluk Gelam sebagai legenda tidak terlepas dari ciri-ciri yang mendasari cerita tersebut sebagai karya sastra. Ciri utama karya sastra adalah imajinasi, representasi emosi dalam strukturasi unsur-unsur secara fiksional, sedangkan ciri utama masyarakat adalah kenyataan, kompetensi fakta-fakta sosial dalam formasi trans-individual secara faktual. Fiksi dan kenyataan, fiksi dan fakta,
jelas
bertentangan
secara
diametral,
tetapi
implikasinya
dalam
mengantisipasi kecenderungan struktur mental masyarakat sangat besar. Dengan melihat ciri karya sastra tersebut, dapat dikatakan bahwa legenda juga mempunyai peran yang cukup besar dalam menggambarkan realitas yang dihadapi masyarakat asal legenda itu diciptakan (Ratna, 2010: 365). Legenda Danau Teluk Gelam sebagai fiksi direspon masyarakat karena kaitannya dengan keberadaan Danau Teluk Gelam sendiri, sehingga semakin mudah bagi masyarakat menerima keberadaan legenda tersebut sebagai sebuah pengingat
adanya ajaran yang
terkandung didalamnya. Legenda Danau Teluk Gelam menceritakan kehidupan tokoh yang tragis yaitu Pangeran Tapah dan Putri Gelam. Tokoh utama, Pangeran Tapah yang merupakan satu-satunya penerus tahta Kerajaan Awang diusir karena difitnah berbuat zina oleh saudara tirinya yang iri dengan statusnya sebagai putra mahkota,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
begitu juga tokoh yang kemudian menjadi pasangannya, Putri Gelam. Setelah mereka menikah dan mendapatkan kebahagiaan dengan memiliki dua oarng putra dan putri, terjadi perampokan yang kemudian menyebabkan kedua anak tersebut meninggal. Kesedihan dan air mata pangeran membanjiri tempat tersebut menjadi danau, dan dia sendiri menjadi ikan penghuni danau tersebut. Sedangkan istrinya yang memanjat pohon untuk menyelamatkan diri, berubah menjadi burung yang menjaga dan tinggal di sekitar danau. Sebuah tragedi memperlihatkan kesengsaraan yang demikian hebat, sehingga tidak terjangkau oleh cakrawala pengalaman kita. Penonton yang secara intensif turut menghayati penderitaan sang pahlawan lalu merasa bahwa penderitaannya sendiri sebetulnya belum apa-apa, sehingga terasa lebih ringan (Luxemburg dkk., 1984: 78). Penonton yang dimaksud adalah pembaca cerita legenda. Pembaca tersebut yang akan melakukan pemaknaan terhadap karya sastra yang dibacanya. Pemaknaan itulah yang akan menentukan fungsi dan peranan karya sastra dalam masyarakat, serta mencoba mengetahui pengaruh cerita ini apabila beredar luas di masyarakat, hal inilah terjadi pada penulis ketika membaca legenda Danau Teluk Gelam.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang akan diteliti dapat
dirumuskan sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
9
Bagaimana pola aktansial dan struktur fungsional pada legenda Danau Teluk Gelam di Kab. OKI?
2.
Bagaimana pandangan dunia tragik pada legenda Danau Teluk Gelam di Kab. OKI?
C.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah berikut: 1.
Mendeskripsikan skema aktansial dan struktur fungsional dengan pendekatan A.J Greimas pada legenda Danau Teluk Gelam di Kab. OKI. Hal itu akan dikemukakan dalam bab III.
2.
Mendeskripsikan pandangan dunia tragik menurut Goldmann pada legenda Danau Teluk Gelamdi Kab. OKI. Hal itu akan diulas dalam bab IV.
D.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian terbagi atas teoritis dan praktis, yaitu: 1.
Secara
teoritis,
menambah
khasanah
penelitian
sastra
lisan
berdasarkan teori struktur A.J. Greimas dan pandangan dunia tragik Goldmann. 2.
Praktis, memberikan gambaran pola dan fungsi sastra lisan di Kab. OKI dan dapat dijadikan pertimbangan untuk menerbitkan sastra lisan legenda Danau Teluk Gelam yang berjudul Putri Gelam dan Asalmuasal Terjadinya Danau Teluk Gelam secara umum.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
E.
10
Tinjauan Pustaka Sejauh ini belum pernah ada penelitian yang secara khusus mengungkap
kedua cerita tersebut. Akan tetapi, objek moral kajian legenda ini dapat digunakan sebagai permulaan dalam memahami tata cara kehidupan yang baik dan sesuai nilai menurut masyarakat OKI. Penulis merunjuk dua pustaka yang secara khusus membahas tentang kedua teori yang digunakan sebagai pendekatan dalam studi ini. Taum (2011: 142-155) memberikan gambaran teori skema dan model fungsional A.J. Greimas dan menerapkannya dalam analisis sastra lisan Jaka Budug dan Putri Kemuning. Analisis ini menguatkan pemahaman terhadap teori struktural A.J. Greimas yang menggunakan analisis naratif atau penceritaan sebagai kajian. Analisis naratif ini terbagi atas pola aktansial dan struktur fungsional.
F.
Landasan Teori Ada dua teori yang akan digunakan dalam analisis legenda Danau Teluk
Gelam yaitu kajian struktural A.J. Greimas dan pandangan dunia tragik Goldmann. Berikut uraian kedua teori tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
11
Kajian Struktural A.J. Greimas Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini, pertama aktansial yang terdiri dari enam aktan, yaitu pengirim, subjek, objek, pembantu, penentang, dan penerima. Kedua, struktur fungsional yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu situasi awal, transformasi yang dibedakan dalam tahap awal, tahap utama, dan tahap kegemilangan, dan situasi akhir.
a.
Aktansial Taum (2011: 144) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan aktan adalah
satuan naratif terkecil, berupa unsur sintaksis yang mempunyai fungsi tertentu. Aktan tidak identik dengan aktor. Aktan merupakan peran-peran abstrak yang dimainkan oleh seorang atau sejumlah pelaku, sedangkan aktor merupakan manifestasi konkret dari aktan. Fungsi dan kedudukan aktan adalah sebagai berikut: 1)
Pengirim (sender) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang menjadi sumber ide dan fungsi sebagai penggerak cerita. Pengirim memberikan karsa atau keinginan kepada subjek untuk mencapai atau mendapatkan objek.
2)
Objek (object) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang dituju, dicari, diburu atau diinginkan oleh subjek atas ide dari pengirim.
3)
Subjek (subject) adalah aktan pahlawan (sesuatu atau seseorang) yang ditugasi pengirim untuk mencari dan mendapatkan objek.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4)
12
Penolong (helper) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang membantu atau mempermudah usaha subjek atau pahlawan untuk mendapatkan objek.
5)
Penentang (opponent) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang menghalangi usaha subjek atau pahlawan dalam mencapai objek.
6)
Penerima (receiver) adalah akatan (seuatu atau seseorang) yang menerima objek yang diusahakan atau yang dicari oleh subjek (Zaimar, 1992 :19; Suwondo, 2003: 52-54 dalam Taum 2011, 145146).
Dari masing-masing aktan yang telah disebutkan baik fungsi maupun kedudukannya, Taum (2011: 144) menggambarkannya sebagai berikut: Bagan 1. pola Aktansial
PENGIRIM
OBJEK
PENERIMA
(sender)
(object)
(receiver)
SUBJEK (subject)
PEMBANTU
PENENTANG
(helper)
(opponent)
Penjelasan skema tersebut adalah sebagai berikut: pengirim meliliki hubungan langsung dengan subjek dan memberitahukan atau menunjukkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
subjek akan keberadaan objek. Subjek melakukan sesuatu untuk mendapatkan objek berdasarkan informasi dari pengirim. Subjek memiliki pembantu sekaligus penetang dalam upayanya mendapatkan objek. Setelah objek didapatkan, barulah objek akan diserahkan kepada penerima. Dalam hal ini, subjek tidak sama dengan penerima, subjek adalah yang mengusahakan objek sedangkan penerima adalah yang menerima objek meskipun antara subjek dan penerima bisa berupa tokoh yang sama.
b.
Struktur Fungsional Taum (2011: 146) mengatakan bahwa model fungsional berfungsi untuk
menguraikan peran subjek dalam melaksanakan tugas dari pengirim yang terdapat dalam fungsi aktan. Model fungsional dibagi menjadi tiga yaitu: 1)
Situasi awal adalah situasi awal cerita yang menggambarkan keadaan sebelum ada suatu peristiwa yang mengganggu keseimbangan (harmoni).
2)
Transformasi meliputi tiga tiga tahap cobaan. Ketiga tahapan cobaan ini menunjukan usaha subjek untuk mendapatkan objek.
3)
Situasi akhir berarti keseimbangan, situasi telah kembali ke keadaan semula. Konflik telah berakhir. Di sinilah cerita berakhir dengan subjek yang berhasil atau gagal mencapai objek (Taum, 2011: 147).
Struktur fungsional dalam Taum (2011: 147) digambarkan sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
Tabel 1. Struktur Fungsional I
II
III
Situasi Awal
Transformasi
Situasi Akhir
Tahap uji kecakapan
2.
Tahap Utama
Tahap kegemilangan
Pandangan Dunia Tragik Menurut Goldmann, yang dimaksud dengan pandangan dunia itu sendiri,
tidak lain daripada kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-asirasi, dan perasaan-perasaan, yang menghubungkan secara bersama-sama anggotaanggota suatu kelompok sosial tertentu dan mempertentangkannya dengan kelompok-kelompok sosial yang lain. Sebagai suatu kesadaran kolektif, pandangan dunia itu berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomik tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang dimilikinya (Faruk, 2010: 6567). Pandangan dunia itu adalah sebuah pandangan dengan koherensi yang menyeluruh, merupakan perspektif yang koheren dan terpadu mengenai manusia, hubungan antar-manusia dan alam semesta secara keseluruhan. Karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia sacara imajiner. Pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi-relasi secara imajiner (Faruk, 2012: 70-71).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
Goldmann melalui Faruk (2010: 81-90), kelompok sosial yang patut dianggap sebagai subjek kolektif dari pandangan dunia itu hanyalah kelompok sosial yang gagasan-gagasan dan aktivitas-aktivitasnya cenderung ke arah suatu penciptaan suatu pandangan yang lengkap dan menyeluruh mengenai kehidupan sosial manusia. Pandangan dunia tragik mengandung tiga eleman, yaitu pandangan mengenai Tuhan, pandangan mengenai dunia, dan pandangan mengenai manusia. Pandangan dunia tragik menganggap Tuhan tidak mempunyai peran dalam kehidupan manusia, Tuhan dapat dikatakan tidak ada. Pandangan dunia tragik memandang dunia sebagai segalanya dan sekaligus bukan apa-apa. Pandangan dunia tragik mangenai manusia memiliki dua ciri. Yaitu pertama, manusia itu penuntut secara mutlak dan ekslusif nilai-nilai yang tidak mungkin. Kedua, tuntutannya sekaligus untuk “segala dan bukan apa-apa” dan ia secara total tidak peduli terhadap konsep yang mengandung gagasan mengenai relativitas (Faruk 2012: 81-84). Pertama, pandangan mengenai Tuhan yaitu manusia menyadari kehadiran Tuhan dan tidak melepaskan tuntutan-Nya atas perilaku kehidupan. Yang benar bukan kekuatan dan kekuasaan akal manusia, melainkan kekuatan dan kekuasaan Tuhan. Karena sorotan dari Tuhan tersebut, tetapi karena tidak berperanan-Nya di dalam dunia, Tuhan dalam pandangan tragik sekaligus ada dan tiada (Faruk, 2012: 82).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
Kedua, pandangan mengenai dunia yaitu segala sesuatu yang mungkin menurut hukum duniawi menjadi tidak ada dan tidak berarti di hadapan Tuhan. Manusia mengetahui keterbatasan dunia dan, karena itu, menolaknya. Akan tetapi, pemahamannya akan nilai ketuhanan, hanya bisa diperoleh dalam dunia itu sendiri (Faruk, 2012:83). Ketiga, Pandangan mengenai manusia yaitu kesadaran akan dua ketidakcocokan yang saling mengisi, yang secara timbal-balik mengondosikan dan memperkuat diri. Dengan sikap paradoksal, manusia sekaligus raja dan budak, iblis dan malaikat (Faruk, 2012:83). Penulis menggambarkan hubungan dari ketiga elemen dalam pandangan dunia tragik yang terdiri atas pandangan mengenau Tuhan, pandangan mengenai dunia, dan pendangan mengenai manusia sebagai berikut: Bagan 2 . Pandangan Dunia Tragik
Pandangan mengenai Tuhan
Pandangan mengenai dunia
Pandangan mengenai manusia
Pandangan Dunia Tragik Melalui bagan di atas dapat dilihat hubungan dari masing-masing elemen yang ada dalam pandangan dunia tragik. Pandangan mengenai Tuhan direspon sekaligus dikaitan dengan keberperanan Tuhan di dunia, bagaimana dunia melihat Tuhan karena Tuhan diakui dan ditiadakan oleh dunia melalui pandangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
mengenai dunia. Dari respon Tuhan di dunia, manusia melihat hubungan antara Tuhan dan dunia yang meresponnya serta manusia yang menjadi perespon tersebut untuk dapat diterapkan dalam hubungan sosial manusia melaui pandangan mengenai manusia. Dari pandangan mengenai manusia kemudian dikembalihan lagi melalui pada pandangan mengenai Tuhan dalam pandangan dunia tragik.
G.
Metode dan Teknik Penelitian Objek penelitian yaitu objek atau hal yang menjadi fokus penelitian.
Dalam KBBI (2008) disebutkan bahwa, objek formal adalah aspek atau sudut pandang suatu ilmu dalam melihat objek ilmu tersebut, sedangkan objek material adalah benda atau hal yang menjadi objek atau bidang ilmu. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk meneliti sastra lisan. Berikut langkah-langkahnya:
1.
Penentuan Narasumber Menurut Taum (2011: 237-238), pandangan dan sikap terhadap sumber
data sangat berpengaruh kepada hasil penelitian yang akan dilakukan. Spradley (1997 dalam Taum 2011) mengingatkan bahwa dalam studi lapangan seringkali terdapat kekaburan dalam penggunaan istilah informan, subjek penelitian, responden, dan pelaku. Pemilihan narasumber dilakukan dengan beberapa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
dijadikan penulis sebagai prasyarat, yaitu: pertama narasumber mengetahui cerita tentang Danau Teluk Gelam, kedua, narasumber mengetahui tentang adat-istiadat suku Ogan, dan ketiga narasumber merupakan masyarakat yang berada di kawasan Kabupaten Ogan Komering Ilir dan juga bersinggungan dengan masyarakat suku Ogan baik secara adat maupun hubungan masyarakat.
2.
Pengumpulan Data-data Sosial Budaya Dalam penentuan data di lapangan, selain data utama berupa teks-teks
sastra baik puisi maupun prosa, seorang peneliti sastra lisan perlu juga menghimpun berbagai informasi mengenai latar belakang sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. Gambaran ini dipandang perlu, mengingat tradisi sastra lisan merupakan sesuatu yang lebih dari sekadar cermin masa lampau. Data-data sosial budaya itu dapat mencakup latar belakang sejarah, gambaran geografis, dan demografis, agama dan kepercayaan, korpus kebudayaan yang lebih luas, dan kehidupan sastra pada umumnya (Taum, 2011: 238-239). Datadata sosial berkaitan dengan hubungan masyarakat dan hal-hal yang terjadi dalam hubungan tersebut seperti respon masyarakat pendatang terhadap adat dan sebaliknya. Pengukuhan adat sebagai milik bersama karena sebagian orang mengakui adat tersebut berdasarkan wilayah bukan suku tertentu. Data-data budaya berkaitan dengan adat istiadat yang berlaku dan dilestarikan maupun yang hanya berupa dokumentasi sebagai pengukuhan akan keberadaannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
Dalam penelitian ini data-data sosial budaya diperoleh melalui observasi lapangan dan studi pustaka. Observasi lapangan dilakukan dengan wawancara yang dilakukan secara langsung oleh peneliti berkaitan dengan bagaiamana masyarakat saat ini merespon legenda Danau Teluk Gelam dan adat-istiadat yang masih berlaku, juga pengetahuan masyarakat tentang adat yang sudah mulai ditinggalkan. Respon masyarakat inilah yang menunjukkan minat masyarakat terhadap cerita rakyat khususnya legenda Danau Teluk Gelam semakin menipis. Bahkan sebagian besar masyarakat tidak mengetahu keberadaan legenda tersebut. Observasi juga dilakukan dengan menggali pustaka-pustaka yang berhubungan dengan adat masyarakat Ogan untuk memudahkan penulis mengetahui hal-hal yang sebelumnya tidak dihiraukan dan bagaimana tradisi itu berlangsung. Selain itu geografis wilayah menguatkan keberadaan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Data-data yang berkaitan dengan budaya dan tradisi tersebut disajikan dalam Bab II.
3.
Teknik Pengumpulan Data Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut: a. Wawancara. Dalam wawancara ada dua tahap penting. Tahap pertama „wawancara bebas‟ (free interview/non-direted interview) yang memberi kebebasan seluas-luasnya kepada informan unutk berbicara. Tahap kedua, „wawancara terarah‟ (structured/directed interview), yakni mengajukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan mendalam (indepth-interview) (Taum 2011: 239). b. Pengamatan (observasi). Pengamatan adalah melihat dan mengamati suatu kejadian (tari, permainan, tingkah laku, dll) dari gejala luarnya sampai ke dalamnya dan menggambarkan atau mendeskripsikan secara tepat hasil pengamatan (Taum 2011: 239). c. Perekaman
dan
pencatatan.
Teknik
ini
perlu
digunakan
unutk
mendapatkan data utama penelitian, misalnya puisi atau prosa lisan. Perekaman menggunakan tape recorder perlu disesuaikan dengan suasana. Teknik pencatatan bisa dipergunakan unutk mentranskripsikan hasil rekaman menjadi bahan tertulis dan mencatat berbagai aspek yang berkaitan dengan suasan pernceritaan dan informasi-informasi lain yang diperpanjang perlu selama melakukan wawancara dan pengamatan (Taum 2011: 240).
4.
Pengarsipan Taum (2011: 240-241) menyebutkan beberapa teknik atau model pengarsipan, akan tetapi ada beberapa keterangan yang perlu dimasukkan hal-hal tersebut meliputi: 1) Bahan folklor: klasifikasi (mitos/legenda/ permainan/dll). 2) Teks yang telah ditranskripsikan: teks asli dan terjemahannya. 3) Kolofon: keterangan
tentang waktu, tempat, dan pelaku pencatatan.
Pelaku pencatatan meliputi narasumber atau penutur dan peneliti (nama,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
umur, tempat tanggal lahir, pendidikan, pendidikan pekerjaan, kedudukan dalam adat/masyarakat). 4) Keterangan sekitar bahan/ aparat kritik: berbagai catatan etnografis, keterangan tentang teks yang kurang jelas, penilaian dan interpretasi peneliti sendiri. Dalam penelitian ini, pengarsipan formaliterasi, dan penerjemahannya sudah dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ogan Komering Ilir. Penulis melengkapi kedua naskah yang diperoleh itu dengan kolofon dan keterangan bahan dengan catatan etnografis. Data yang diperoleh, dikaji dengan dua teknik utama, yakni: kajian struktural A.J. Greimas dan pandangan dunia tragik Goldman.
H.
Sistematika Penyajian Hasil studi ini akan disajikan dalam lima bab, Bab I merupakan
pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II, konteks sastra dan kebudayaan Kabupaten Ogan Komering Ilir, Bab III berisi analisis struktural A.J. Greimas yang terdiri atas aktansial dan struktur fungsional terhadap legenda Danau Teluk Gelam. Bab IV berisi pandangan dunia tragik Goldmann terhadap legenda Danau Teluk Gelam Kabupaten Ogan Komering Ilir. Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
BAB II GEOGRAFI DAN BUDAYA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR, SUMATRA SELATAN
Geografi suatu wilayah menjadi penting untuk diketahui apabila akan membahas karya sastra dari daerah itu, misalnya untuk menganalisis legenda Danau Teluk Gelam terlebih dahulu peneliti harus terlebih dahulu mengetahui geografi Kabupaten Ogan Komering Ilir sebagai tempat asal legenda tersebut. Karya sastra atau legenda pada umumnya mengungkap tentang alam dan budaya yang terjadi di suatu tempat, begitu pula legenda Danau Teluk Gelam yang mengungkap tentang asal mula terjadinya Danau Teluk Gelam. Di bawah ini akan dipaparkan geografi dan demografi Kabupaten Ogan Komering Ilir, yang terdiri atas keadaan alam, mata pencaharian, penduduk, agama dan kepercayaan, sistem kekerabatan, bahasa tradisi sastra lisan maupun tulisan, permainan, kesenian, dan sejarah. Kedudukan cerita Legenda Danau Teluk Gelam dalam masyarakat dan kebudayaan di Kabupaten Ogan Komering Ilir diketahui melalui hubungan legenda dengan karya sastra lain, keberadaan Danau Teluk Gelam, dan respon masyarakat terhadap legenda tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
A. Kondisi Kabupaten Ogan Komering Ilir Sebenarnya “Ogan” adalah nama salah satu sungai di antara empat sungai besar yang terdapat di Sumatra Selatan. Daerah Ogan adalah daerah yang terletak di sepanjang aliran sungai Ogan, berhulu di Ringgit, sampai ke perbatasan sungai Ogan dan sungai Musi di tengah-tengah kota Palembang (Nawawi dan Alak Masykur dalam Tarigan, 1972: 6-7). Gambar 4. Peta Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatra Selatan
OKI
Kabupaten Ogan Komering Ilir memiliki luas wilayah sebesar 19.023,47 Km2 dengan kepadatan penduduk sekitar 35 jiwa per km2. Wilayah ini terletak antara 104o,20‟ sampai 106o,00‟ derajat Bujur Timur (BT) dan 2o,30‟ sampai 4o15‟ derajat Lintang Selatan (LS), dengan ketinggian rata-rata 10 mdpl. Secara administratif wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir memiliki batas sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin dan Kota Palembang, sebelah selatan berbatasan dengan Propinsi Lampung, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, dan sebelah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
timur berbatasan dengan Selat Bangka dan Laut Jawa.
24
Kabupaten Ogan
Komering Ilir ini terdiri atas 18 Kecamatan yang meliputi antara lain adalah:Air Sugihan, Cengal, Jejawi, Kota Kayuagung, Lempuing Jaya, Mesuji, Mesuji Makmur, Mesuji Raya, Pampangan, Pedamaran, Pedamaran Timur, Pematang Panggang, Sirah Pulau Padang, Teluk Lubuk, Tulung Selapan, Teluk Gelam, Lempuing
Jaya,
dan
Pangkalan
Lampam
(http://riansyahefran-
punyakoe.blogspot.com/2012/02/profil-singkat-kabupaten-ogan-komering.html).
B. Keadaan Alam Hampir seluruh tanah Ogan terdiri dari dataran rendah dan rawa-rawa. Ada dua jenis sawah di daerah Ogan yang disebut “ume lebak” dan “ume pematang”. “Ume lebak” yaitu sawah yang banyak tergenang air dan memakan waktu yang lama untuk mengeringkannya, sedangakan “ume pematang” yaitu sawah yang sedikit tergenang air (Tarigan dan Anisi Sjakoni, 1972: 13-14). Pertanian di daerah ini menghasilkan beras, jeruk, nenas, pisang, embam/ mangga kuweni, mangga, pepaya, sayur-mayur, dan sebagainya. Ada pula perkebunan karet dan sawit . Daerah Ogan adalah daerah yang paling banyak menghasilkan ikan, jika dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera Selatan. Perikanan yang dilaksanakan di daerah ini adalah perikanan darat artinya penangkapan ikan tidak dilakukan di laut-laut atau di pantai-pantai lepas, melainkan di sungai-sungai dan lebung-lebung (lebung = kolam ikan yang sifatnya alamiah). Sungai Ogan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
mengalami musim ikan sekali atau dua kali setahun, musim ini disebut “ikan molah”. Jenis ikan yang dihasilkan ikan gabus, lele, sepat, kojam, baung, seluang, betok, dan lain-lain (Tarigan dan Sjakoni, 1972: 14).
C. Penduduk Tarigan dan Anisi Sjakoni (1972: 9-12), penduduk yang mendiami daerah ogan terbagi atas dua golongan besar yaitu penduduk asli dan penduduk pendatang. Penduduk asli daerah Ogan terdiri dari empat puak/ kelompok; 1) Uhang Ugan (Uhang: jeme: orang), mereka yang mendiami daerah Ogan Ulu dan sebagian Ogan Ilir dan Komering Ilir, 2) Wang Pegagan (wang: orang), mereka mendiami sebagian besar Ogan Ilir, 3) Urang Penesak (Urang: orang), mendiami sebagian Ogan Ilir, 4) Hang Belido (hang: orang), mendiami Ogan tengah. Meskipun terdiri dari puak-puak, ditinjau dari segi sosio-kultural, sifat-sifat penduduk, agama, tidaklah menunjukkan kelainan-kelainan yang berarti. Penduduk pendatang adalah penduduk yang berasal dari daerah lain, seperti: dari Jawa, Sunda dan orang China. Jumlah penduduk tahun 2011 mencapai 680.000 jiwa dengan kepadatan 0,36 jiwa/km2 (http://www.kaboki.go.id/).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D.
26
Agama Penduduk asli Ogan hampir seluruhnya beragama Islam. Ada juga yang
memeluk agama Kristen yaitu penduduk yang mendiami daerah Batu Putih di dekat Batu Raja (Tarigan dan Gaffar, 1972: 7). Masyarakat Sumatera Selatan sebelum masuknya agama islam dan agama lain, percaya pada kekuatan-kekuatan gaib, makhluk-makhluk halus, kekuatan-kekuatan sakti dan sebagainya. Dengan perkataan lain mereka masih menganut kepercayaan animisme, dinamisme, dan toteisme (Depdikbud 1984: 18).
E.
Sistem Kekerabatan Agama Islam mempengaruhi kehidupan masyarakat di Kabupaten Ogan
Komering Ilir. Pengaruh tersebut terlihat dari susunan masyarakat yang secara nyata mengikuti prinsip keturunan menurut Islam. Anak-anak yang dilahirkan dalam hubungan perkawinan adalah anak ibu dan bapak, dan mereka menarik garis keturunan dari ibu maupun bapak. Di lain pihak, masih ada yang tetap bertahan dengan prinsip keturunan patrilinial yaitu garis keturunan dari bapak maupun matrilinial yaitu garis keturunan dari ibu. Masyarakat yang susunan kekeluargaannya patrilinial dikenal adanya perkawinan “tambil anak” yaitu kedudukan anak akan berubah. Anak adalah milik ibu, dalam arti bahwa anak menarik garis keturunan memulai garis penghubung dari ibunya, dan seterusnya ke atas (Depdikbud 1984: 16). Sedangkan masyarakat yang yang menggunakan susunan kekeluargaan matrilinial dikenal dengan semendo.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
Terdapat dua stratifikasi sosial masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir seperti umumnya di masyarakat Sumatera Selatan, yaitu pertama strata tertutup yang mirip dengan susunan kasta. Susunan kasta ini terdiri dari empat golongan; golongan keturunan raja-raja yang memerintah pada zaman dahulu kala bergelar Raden dan Raden Ayu merupakan anak dari permaisuri, keturunan raja bergelar Masagus dan Masayu merupakan anak kesayangan dari selir, keturunan raja bergelar Kemas dan Nyimas merupakan anak dari selir tapi bukan anak kesayangan, golongan terakhir bergelar Kiagus dan Nyayu merupakan golongan alim ulama yang taat pada agamanya (Depdikbud, 1984: 17).
F. Bahasa Ogan Dialek bawahan Melayu Ogan seperti juga dialek Melayu Palembang berasal dari satu rumpun bahasa yaitu bahasa Melayu.
Bahasa dialek Ogan
terbagi menjadi empat macam yaitu dialek Ogan, dialek Pegagan, dialek Penesak, dan dialek Belida (Tarigan dan Gaffar, 1972: 9-10). Orang Ogan mempunyai huruf (aksara) yang tersendiri yang disebut “huruf ulu” atau “huruf rencong”. Huruf ini masih dipakai sampai akhir pemerintahan Belanda di Indonesia terutama bagi orang-orang yang tidak bisa tulisan latin (Tarigan dan Gaffar, 1972 : 10). Sekarang sudah jarang ditemui orang-orang yang mengerti atau mengenal huruf ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
G.
28
Peranan dan Kedudukan Bahasa Ogan Bahasa Ogan banyak dipakai oleh penuturnya dalam percakapan sehari-
hari dalam lingkungan keluarga dan masyarakat pada suasana yang tidak resmi. Selain dalam kesempatan itu, Bahasa Ogan juga banyak dipakai di pasar, kalangan/pedagang (pasar mingguan), kantor, dan sekolah pada jam-jam istirahat. Pada situasi resmi umumnya memakai bahasa Indonesia. Dengan orang yang baru dikenal, penutur Bahasa Ogan akan mungkin sekali memulai pembiacaraan dengan Bahasa Ogan, yang akan dilanjutkan dengan bahasa Melayu Palembang atau bahasa Indonesia segera setelah diketahui orang ini tidak dapat menggunakan Bahasa Ogan. Pada umumnya, Bahasa Ogan mempunyai fungsi sebagai bahasa pergaulan saja bukan sebagai bahasa resmi atau bahasa pengantar di dunia pendidikan (Ihsan dkk., 1981: 6). Menurut Tarigan dan Anisi Sjakoni (1972: 17), fonem /a/ pada akhir kata dalam Bahasa Indonesia diganti dengan fonem /o/ untuk Bahasa Palembang sebagai bahasa umum masyarakat Sematera Selatan. Selain itu, bunyi [r] (Apico palatal) dalam Bahasa Indonesia diucapkan menjadi [R] (uvulo radical). Bahasa Ogan tidak mengenal tingkat bahasa (speech level) seperti halnya dengan beberapa bahasa daerah lain dan juga membedakan bentuk bahasa yang dipakai oleh orang tua dengan orang muda (domain and role relationship), kecuali pemakaian kata ganti orang kedua tunggal (kamu) (Ihsan dkk., 1981: 7).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
H. Tradisi Sastra Lisan dan Tulisan Dalam bahasa Ogan terdapat beberapa sastra lisan, yakni pantun sahut, lagu nasib, seramba panjang, dan sastra lisan. Selain itu masih terdapat beberapa lagu rakyat, bentuk ini kebanyakan berasal dari lagu buaian (lullaby songs), Sastra tulis boleh dikatakan tidak ada dalam bahasa Ogan. Yang tercatat hanyalah satu bentuk yang dinamakan “surat ulu” yaitu berupa tulisan silabik dengan penggunaan tanda-tanda tertentu sebagai penanda vokalnya Menurut Tarigan dan Anisi Sjakoni (1972: 17).
I.
Tradisi Permainan Penelitian yang dilakukan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1983) terhadap permainan rakyat di beberapa daerah di Sumatera Selatan ternyata juga diketahui oleh masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ilir . Permainan rakyat yang juga dimainkan oleh masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ilir antara lain; cak ingking gerpak atau engkek-engkek artinya para pemain meloncat dengan kaki satu kemudian melompat dengan kaki dua pada petak-petak yang telah ditentukan secara bergantian dan berulang-ulang, gasing, pencang atau panjat pinang, bas-basan atau kejar-kejaran, tawanan sejenis kejarkejaran tapi disertai suara (syssss) selama mengejar lawan, gamang atau galah atau berburu seperti gobak sodor, setembak atau dakon atau congklak, becipak atau sepak bola, dan sebagainya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
J.
30
Kesenian Kesenian banyak diadakan pada saat perkenalan muda-mudi, seperti
malam mulah (kerja/ mempersipakan) yaitu malam persiapan untuk acara upacara-upacara perkawinan keesokan harinya. Dalam pesta kesenian yang diadakan oleh muda-mudi ada yang disebut “ayam-ayaman” dan biasanya dilanjutkan dengan rebana. Ayam-ayaman yaitu menebak mangkuk mana yang ada isinya dan biasanya menggunakan tiga mangkuk. Rebana biasanya dipakai saat mengantarkan pengantin laki-laki ke tempat pengantin wanita atau sebaliknya. Selain itu, ada silat sebagai alat bela diri dan tala simbol untuk mengusir roh-roh jahat (Depdikbud, 1984: 20).
K.
Sejarah Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan Departeman Pendidikan dan
Kebudayaan (1984), kerajaan Tulang Bawang yang berpusat di kota Kayu Agung sekarang. Kerajaan Tulang Bawang ini adalah kerajaan maritim, yang letaknya tersembunyi dan bersifar rahasia. Oleh karena proses alamiah, dan ibu kota tidak strategis lagi, maka mulailah panglima-panglima kedatuan Tulang Bawang mengadakan ekspansi untuk meletakkan pusat pemerintahan lain yang amat kuat. Di antara panglima-panglima itu adalah Dapunta Hyang yang telah membaca tentara menghilir sungai Komering dan sampai di tempat yang serupa dengan tempat semula (teori replika) yaitu di kaki bukit Siguntang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
Menurut piagam Kedukan Bukit 683 Masehi, Dapunta Hyang Panglima memperoleh daerah baru yang disebut Sriwijaya (Sri = Raja, Wijaya= Kemenangan/ sukses). Pusat penguasa baru ini dengan cepat berkembang menjadi bandar yang memegang peranan penting dalam lapangan politik, ekonomi, dan kebudayaan. Pada akhir abad ke-7 Masehi, pusat kedatuan yang terletak di Bukit Siguntang (Kedatuan Bukit) menjadi penguasa tunggal di sebelah barat Indonesia. Terbukti beberapa tempat telah dikalahkan oleh kedatuan ini, seperti Jambi (671692 M), Bangka (684 M), dan daerah Lingor (775 M). Di Bukit Siguntang tepatnya di Kedatuan Tulang Bawang terdapat sekolah tinggi seperti halnya di Nalanda (India Utara). Dengan dasar ajaran agama Budha, di sekolah tinggi tersebut diajarkan teologia dan bahasa Sanskerta oleh guru-guru besar seperti; Dharmapala (600 M), Syakyakirti (670 M). Nama-nama guru besar itu diabadikan dalam lagu daerah Sumatera Selatan berjudul Gending Sriwijaya. Pada tahun 1275 serangan dari raja Kertanegara melemahkan kedudukan Kedatuan di Bukit Siguntang. Selain itu, suatu proses besar pun terjadi di daerah ini yaitu masuk dan berkembangnya Islam. Tahun 1572 Ki Gede Ing Suro yang menyingkir dari Demak menjadi penguasa di Palembang, Sumatera Selatan. Setelah Ki Mas Hindi (Pangeran Ratu) yang bergelar Sultan Jamaluddin atau sering juga disebut Ratu Abdul Rachman dan Jamaluddin Sultan Candi Malang (1662-1702 M) menjadi penguasa di Palembang, dan mulailah sejarah kesultanan di daerah ini dan agama islam dijadikan agama resmi. Kemudian digantikan oleh Sultan Mansyur (1706-1715 M) dan selanjutnya digantikan oleh Sutan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Badaruddin yang terkenal dalam sejarah melawan penjajahan (Belanda) dan mendirikan Masjid Agung Paban pada tahun 1740 M.
L. Cerita Legenda Danau Teluk Gelam dan Keberadaan Danau Teluk Gelam Cerita legenda Danau Teluk Gelam kurang begitu dikenal masyarakat Kabupaten Ogan Komering Iilir. Tidak hanya legenda Danau
Teluk Gelam,
banyak cerita-cerita lain yang hanya diterbitkan oleh instansi pemerintah dengan jumlah terbatas sehingga hanya dimiliki oleh instansi tertentu dan tidak diperjualbelikan secara umum. Danau Teluk Gelam di Kabupaten Ogan Komering Ilir dikenal masyarakat luas sebagai salah satu tujuan wisata walaupun tidak banyak yang mengetahui legenda Danau Teluk Gelam, Brunvand menggolongkan legenda dalam empat kelompok, yakni (1) legenda keagamaan (relilgious legend) yaitu legenda tentang orang-orang suci, (2) legenda alam gaib (supernatural legend) yaitu biasanya berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dana pernah dialami seseorang, fungsi legenda ini adalah untuk meneguhkan kebenaran “takhyul” atau kepercayaan rakyat, (3) legenda perseorangan (personal legend) yaitu cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu, yang dianggap oleh yang empunya benar-benar terjadi, dan (4) legenda setempat (local legend) yaitu cerita legenda yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat dan bentuk topografi (Dananjaya, 2002:
67-75).
Berdasarkan definisinya, cerita legenda Danau Teluk Gelam masuk dalam golongan legenda setempat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Cerita legenda Danau Teluk Gelam diungkap setelah Danau Teluk Gelam ditetapkan sebagai kawasan wisata. Promosi wisata Danau Teluk Gelam didukung oleh beberapa program yang diselenggarakan di tempat ini seperti lomba dayung PON XVI di Sumatera Selatan, ulang tahun Pramuka, dll. Kepopuleran Danau Teluk Gelam sebagai tempat wisata tidak sebanding dengan cerita Danau Teluk Gelam yang hanya diketahui beberapa orang. Cerita legenda teluk gelam sengaja diungkap untuk mendukung keberadaan Danau teluk Gelam sebagai suatu tempat yang memiliki adat dan kebudayaan tertentu. Kebudayaan inilah yang nantinya menjadi salah satu pendukung berkembanganya pariwisata Danau Teluk Gelam. Dengan adanya cerita legenda tersebut, akan lebih mudah mengenalkan Danau Teluk Gelam dan masyarakatnya kepada masyarakat umum. Selain itu, suatu tempat wisata akan lebih menarik minat pendatang apabila diketahui adanya cerita rakyat yang mendukung keberadaannya.
M. Cerita Legenda Danau Teluk Gelam sebagai Sastra dan Kebudayaan Legenda Danau Teluk Gelam sebagai sastra karena unsur-unsur yang yang melingkupinya, baik unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik terdiri atas tokoh dan penokohan, alur, latar pada masa lampau yang menjadi ciri khas sebuah legenda, dan tema kepahlawanan menjadi sebuah pengingat akan adanya suatu kisah yang mengajarkan kebaikan melawan kejahatan. Dari unsur tersebut diketahui bahwa legenda Danau Teluk Gelam merupakan sastra, sastra
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
yang dipahami sebagai ajaran hidup akan kebaikan dan keburukan. Unsur ekstrinsik berupa adat-istiadat dan masyarakat yang menjadi asal dan penentu suatu karya sastra diterima atau diabaikan. Karya sastra khususnya legenda diterima dalam bentuk ajaran yang diajarkan pada masayarakat, dijadikan pengingat akan suatu kejadian dan dijadikan milik masyarakat tersebut. sebagai bentuk kebudayaan, legenda Danau Teluk Gelam menjadi gambaran kehidupan dan adat yang terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Sastra lisan merupakan khazanah kebudayaan yang paling luas sekaligus paling kaya. Meskipun, suatu tradisi lisan telah ditranskripsikan ke dalam tulisan, tradisi tersebut tetap hidup dengan mekanismenya masing-masing. Oleh karena itu, masyarakat pendukungnyalah yang memiliki pengaruh terbesar terhadap perkembangan tradisi lisan. Tradisi lisan adalah tradisi komunikasi langsung, di mana dimungkinkan terjadinya interaksi antara pengirim dengan penerima (Ratna, 2010: 270). Kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan hasil cipta, rasa, dan karya masyarakat yang dipimpin dan diarahkan oleh karsa. Kalau cipta diartikan sebagai proses yang menggunakan daya berfikir dan bernalar, rasa adalah kemampuan untuk menggunakan panca indera dan hati, sedang karya adalah keterampilan tangan, kaki, bahkan seluruh tubuh manusia. Karsa ibarat komandan atau pemimpin yang menentukan kapan, bagaimana, dan untuk apa ketiga unsur kebudayaan itu digerakkan (Soemardjan, 1984: 1).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
Dengan melihat definisi kebudayaan di atas, diketahui bahwa kebudayaan mengandung unsur keindahan. Unsur keindahan inilah yang membantu terbentuknya sebuah seni. Seni adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk menciptakan berbagai impuls yang melalui salah satu unsur panca indera, atau mungkin juga melalui kombinasi dari beberapa unsur panca indera, menyentuh, rasa halus manusia lain di sekitarnya. Sehingga lahir penghargaan terhadap nilai-nilai keindahan impuls-impuls tadi. Reaksi seseorang yang setelah tersentuh rasa halusnya di dalam hati dan jiwanya kemudian tergerak untuk memberikan ekspresi atau wujud dari perasaan tersebut, misalnya dengan tarian, usik, lukisan, gamelan, nyanyian dan puisi (Soemardjan 1984:2-3). Seseorang akan memahami kehidupan suatu masyarakat tertentu hanya dengan membaca karya sastranya. Hal itu lebih diperkuat dengan adanya anggapan bahwa pengarang adalah bagian dari masyarakat yang mengungkap kehidupan dan pandangan dunia masyarakatnya ke dalam sebuah karya. Dengan kata lain, karya adalah gambaran kehidupan yang dipahami oleh pengarangnya, yang kemudian disampaikan dengan berbagai simbol dan gaya bahasa kepada masyarakat pembaca. Meskipun bahasa yang digunakan bukan lagi bahasa atau tuturan asli masyarakat yang digambarkan, tapi unsur-unsur yang terkandung dalam karya itu sudah cukup mewakili tempat atau situasi yang dituju. Situasi tersebut tentunya apa yang ingin disampaikan pengarang, baik itu ajaran, pesan, kritik, dan sebagainya. Menurut Mulder (1984: 161), semua hasil karya pantas dibaca apabila ingin memperoleh suatu gambaran historis mengenai tema-tema dan nilai-nilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
yang bergeser. Cerita legenda Danau Teluk Gelam dapat dijadikan tolok ukur kehidupan masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir yang dahulu menjaga nilai dan moral kehidupan. Tolok ukur ini dapat dilihat dalam legenda tersebut yaitu anggapan perbuatan zina (hubungan intim sebelum menikah) adalah dosa dan mendapat hukuman yang berat. Nilai ini mulai bergeser seiring perkembangan zaman, terbukti bahwa sebagian orang menganggap perbuatan zina itu sebagai hal yang biasa. Pengarang membangkitkan kesadaran, tidak dengan melukiskan atau melancarkan protes terhadap struktur masyarakat yang nampak, melainkan dengan memaparkan suatu pandangan mendalam dalam struktur terpendam yang mempengaruhi
persepsi dan motivasi seseorang. Pengarang menghasilkan
gambaran-gambaran tajam mengenai kehidupan sosial yang berlangsung pada kurun waktu yang menjadi kancah perhatian, sambil mengungkapkan strukturstruktur mental yang menjiwai bentuk-bentuk masyarakat (Mulder, 1984: 162163). Masyarakat tidak dapat dilepaskan dari adat-istiadat atau tradisi yang menaunginya. Tradisi inilah yang menjadikan masyarakat kreatif untuk menciptakan suatu kekhasan bagi daerahnya, berupa kesenian, mitos, dan tata cara adat. Kesenian lebih menonjol di masyarakat, karena dengan kesenian masyarakat lebih mudah membaur di antara sesamanya hingga tercipta suatu kesamaan rasa memiliki. Misalnya dengan suatu permainan seperti pantun bersambut yang diadakan muda-mudi menjadi salah satu hiburan yang menyajikan ide-ide kreatif yang akan disampaikan dalam pembuatan pantun yang cepat. Selain itu, adanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
festival kesenian yang sering diadakan di daerah Kayuagung pada hari kedua perayaan Idul Fitri memperlihatkan penghargaan yang besar atas adat Ogan. Pada perayaan ini semua masyarakat diharuskan mengenakan pakaian adat dan perhiasaan yang dimilikinya serta memamerkan aneka permainan dan makanan adat. Saat ini salah satu cara melestarikan adat-istiadat yang ada adalah dengan banyaknya dilakukan pendokumentasian terhadap upacara adat, kesenian, dan permainan. Legenda Danau Teluk Gelam sebagai karya sastra merupakan bentuk pendokumentasian adat-istiadat di daerah Ogan Komering Ilir. Perkembangan kesenian pada umumnya mengikuti proses perubahan yang terjadi dalam kebudayaan sesuatu masyarakat. Sebagai salah satu unsur dalam kebudayaan maka kesenian akan mengalami hidup statik yang diliputi oleh sikap tradisionallistik
apabila
kebudayaannya
juga
statik
dan
tradisionalistik
(Seomardjan, 1984: 6). Dengan kata lain, suatu kesenian tertentu dapat berubah seiring perubahan yang terjadi dalam masyarakat pendukungnya. Legenda digolongkan sebagai karya sastra lama, namun keberadaannya tetap menjadi kebutuhan masyarakat hingga saaat ini. Pada dasarnya orang lebih mudah menerima apa yang disampaikan secara lisan daripada harus membaca atau mencari tahu melaui artefak. Legenda atau sastra lisan meskipun memiliki pola yang sama antara satu dengan yang lain, namun kekhasan tertentu mampu membedakan. Kekhasan menjadi tonggak untuk menghapuskan bahwa legenda adalah cerita plagiat meskipun polanya sama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
Sebuah kebudayaan antara satu daerah dengan daerah lain mungkin hampir sama, tetapi tidak akan pernah sama. Masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir memiliki banyak kemiripan dalam hal kebudayaan dengan daerah lain yang juga memiliki persamaan georgrafis. Dalam hal kehidupan sungai, masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir mempunyai kesamaan dengan kehidupan masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Ilir, Mesuji, dan daerah lain di sekitarnya. Fungsi utama karya sastra adalah untuk melukiskan, mencerminkan kehidupan manusia, sedangkan kehidupan manusia itu sendiri selalu mengalami perkembangan (Ratna, 2011: 75). Karya sastra tidak dapat mengikuti perkembangan manusianya, karya itu tetaplah pada posisi semula sebagai gambaran. Kehidupan manusia yang tergambar dalam karya itu meskipun sudah jauh berbeda dengan penggambarannya, tapi dengan karya sastra bisa ditarik kesimpulan bagaimana awal kehidupan manusia
dalam karya itu sehingga
menjadi seperti yang sekarang. Penulisan legenda dalam bahasa asli masyarakat tidak selalu berjalan mulus, banyak kendala yang mungkin terjadi, salah satunya adalah bahasa nasional sebagai pengantar dalam pendidikan. Oleh karena itu, legenda ditulis dalam Bahasa Indonesia agar dapat dipakai dalam pendidikan dan diketahui oleh masyarakat luas. Meskipun bahasa adalah alat komunikasi sekaligus menjadi penentu berkembangnya cerita, namun legenda sebagai karya sastra pada gilirannya memiliki kemampuan untuk melukiskan pemakaian bahasa secara alamiah sebab dilakukan melalui interaksi tokoh-tokohnya (Ratna 2010:390).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
Bahasa menjadi penentu sebuah karya sastra sekaligus tidak memiliki peran terhadap karya itu sendiri dalam segi isi. Sebagai bagian dari kebudayaan perkembangan karya sastra sangat berpengaruh. Terbukti dengan semakin banyaknya karya yang dihasilkan masyarakat pendukung kebudayaan, semakin banyak pula kabudayaan yang diungkap sehingga potensi yang dimiliki suatu kolektif dikenal luas. Karya yang dihasilkan tidak hanya dijadikan monumen, akan tetapi perkembangan karya sastra telah memicu kreatifitas setiap individu dalam masyarakat tersebut untuk lebih kreatif guna menunjukkan keahliannya sebagai bagian masyarakat dan kebudayaannya. Kaplan (2002: 107-108) manyatakan bahwa pengamatan mengenai cara suatu budaya mengkategorisasi dan mengonseptualisasikan lingkungannya akan membuat kita mangetahui sesuatu tentang klasifikasi taksonomi budaya tersebut mengenai alam. Bahkan dari sana dapat kita ketahui pula sesuatu mengenai tujuan yang hendak dicapai oleh warga budaya yang bersangkutan dalam kaitannya dengan lingkungan mereka. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan operasional yaitu lingkungan budaya karena: pertama, lingkungan ini semakin merupakan produk campur-tangan dan pembenahan kultural; kedua, karena suatu faset penting dalam adaptasi segala masyarakat manusia ialah adaptasinya terhadap sistem-sistem budaya lain yang dengan suatu cara mempengaruhi masyarakat tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
Masyarakat yang terpengaruh budaya lain akan berusaha meniru atau bahkan menciptakan hal baru agar tidak dianggap ketinggalan zaman. Begitu pula dengan cerita legenda yang kemudian diperbaharui dan disesuaikan dengan keadaan saat ini. Selain bentuknya, legenda Danau Teluk Gelam seperti karya seni lainnya yang dimiliki masyarakat membutuhkan penafsiran dari pembaca khususnya masyarakat pemiliki karya itu. Ratna (2010: 545), secara mental, dengan adanya proses penafsiran sebagai mata rantai, karya seni justru mempersatukan umat manusia, dengan membentuk kolektifitas. Memelihara sastra berarti memelihara kebudayaan, sebab di satu pihak sastra merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kebudayaan (Ratna, 2010: 553). Kaplan (2002: 108) menambahkan, setiap sistem budaya memiliki hitungan keseimbangan antara adaptasi yang dilakukan terhadap lingkungan “fisik”-nya di satu pihak dan terhadap lingkungan “sosio-kultural”-nya di pihak lain. Kunci untuk memahami kaidah keorganisasian tertentu dalam suatu budaya atau arah perubahan budaya, harus ditemukan dengan memperhatikan hubungan-hubungan eksternalnya; maksudnya; interaksi budaya itu dengan budaya-budaya lain. Legenda Teluk Gelam dalam konteks sastra memegang peranan penting terhadap kebudayaan yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Legenda Danau Teluk Gelam menggambarkan kehidupan, cara pandangan dan sistem kebudayaan yang dianut masyarakatnya. Dalam Legenda tersebut, melalui Pangeran Tapah dan Raja Awang diungkapkan tentang kepatuhan dan tanggung jawab yang dipikul oleh anak pertama laki-laki yang kelak akan menjadi pemimpin. Pangeran Tapah menerima tanggung jawab sebagai penerus kekayaan sekaligus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
bertanggung jawab pada keluarganya. Dari tanggung jawab inilah diketahui bahwa anak laki-laki pertama adalah harapan dan panutan bagi keluarganya. Cara pandang inilah yang masih dipertahankan oleh masyarakat adat sebagai pernghargaan akan nilai leluhur. Sistem kebudayaan yang didasarkan pada cara pandang tersebut meningkatkan penghargaan terhadap keluarga tertua sekaligus tanggung jawab yang ditanggungnya. Legenda sebagai karya sastra yang hidup di masyarakat mengajarkan banyak pengetahuan tentang nilai dan moral kehidupan. Pencerita atau narator legenda dahulu merupakan orang yang dianggap memiliki kelebihan, sehingga legenda sebagai ajaran yang mempengaruhi perkembangan kebudayaan dianggap sebagai hal yang benar. Kebenaran dalam sastra tentunya bukanlah kebenaran secara fakta. Namun, kebenaran inilah yang mengisi kehidupan masyarakat karena pada dasarnya karya sastra akan bernilai apabila berhubungan langsung dengan manusianya. Horace berpendapat bahwa fungsi sastra adalah dulce et utile dapat diterjemahkan sebagai “hiburan” dan “ajaran”, atau “main” dan “kerja”, atau “nilai terminal” dan “nilai instrumental”, atau “seni” dan “propaganda” – atau seni untuk seni, dan seni sebagai ritual masyarakat dan penyatu budaya (Wellek dan Waren 1995:316). Artinya, legenda Danau Teluk Gelam sebagai karya sastra adalah sebuah hiburan sekaligus mengandung seni atau ritual yang terjadi di masyarakat serta menyatukan kebudayaan yang ada di masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
BAB III LEGENDA DANAU TELUK GELAM DALAM PERSPEKTIF KAJIAN A.J. GREIMAS
Legenda Danau Teluk Gelam akan dibahas dengan pendekatan struktural A.J. Greimas dalam Bab III ini. Sebagaimana telah diuraikan dalam Bab I, A.J. Greimas memfokuskan kajiannya pada unsur penceritaan, yaitu aktansial dan struktur fungsional. Unsur penceritaan ini dikaji berdasarkan aktansial yang terdiri atas enam aktan yakni: pengirim, objek, subjek, penolong, penghalang, dan penerima. Struktur fungsional juga terbagi atas; 1) situasi awal, 2) transformasi yang terdiri dari tahap kecakapan, tahap utama dan tahap kegemilangan, dan 3) situasi akhir. Berikut ini akan disajikan kajian Legenda Danau Teluk Gelam dengan kedua pendekatan tersebut dan akan diakhiri dengan rangkuman dan tinjauan kritis dari kedua perspektif itu.
A. Legenda Danau Teluk Gelam dalam Dua Varian Sebelum masuk dalam kajian, perlu diketahui bahwa Algirdas Julius Greimas (1917-1992) adalah seorang ahli semiotik yang berasal dari Lithuania dan banyak meneliti mitologi Lithuania. A.J. Greimas dikenal sebagai pelopor ‘semiotic square’ (semiotika segi empat) dalam teori signifikasi dan penemu skema naratif aktansial (Taum, 2011: 140).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Legenda Danau Teluk Gelam yang digunakan dalam perbandingan ini terdiri atas dua varian cerita. Varian adalah cerita yang memiliki perbedaan dalam penyampaian tetapi tetap meliliki alur yang sama. Dua varian legenda Danau Teluk Gelam yang akan disajikan, paragraf dibuat dalam bentuk angka untuk mempermudah pembacaan dan penyajian. Kedua varian tersebut adalah (a) Varian A: Putri Gelam yang terdiri atas empat puluh satu adegan, dan (b) Varian B: Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam yang terdiri atas sembilan belas adegan. Pembagian adegan ini didasarkan pada latar untuk memudahkan penulis mengamati pembagiannya.
1.
Varian A: Putri Gelam 1) Hujan seakan tak pernah reda. Alam yang gersang tampak berganti segar, bagaikan orang yang baru saja makan dengan lahapnya setelah seharian manahan haus, dahaga, dan lapar. Di langit sang pelangi mulai menghiasi senja, seiring burung-burung putih beterbangan mengepakkan sayapnya yang putih kemilau. 2) Sebuah istana kerajaan kecil yang disebut oleh penduduknya sebagai kerajaan Awang-awang tampak sunyi dan lengang senja itu. Tampak di luar istana, orang-orang sibuk di ladang tempat mereka bercocok tanam sebagai pekerja rutin dalam keseharian. 3) Di beranda istana seorang laki-laki berperawakan kekar dengan kharisma nan agung penuh wibawa, tampak hilir-mudik ke sana-kemari. Dialah penguasa daerah yang subur itu, yang kini sedang di landa kegelisahan. Pikiran sang raja dihinggapi kekhawatiran akan penyakit yang menimpa permaisurinya. Orang-orang kepercayaan istana tampak keluar-masuk dengan beragam tingkahnya yang semua menampakkan kegelisahan yang tak berbeda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
4) Seorang anak lelaki berusia lebih kurang tujuh tahun tampak bermanja-manja merapatkan tubuhnya di pelukan sang raja. Dia adalah pangeran muda, putra mahkota satu-satunya. Memperhatikan tingkah lugu pengeran muda, di lubuk hati yang terdalam sang raja menyimpan kesedihan yang amat dalam terhadap putra tunggal semata wayangnya itu. Entah mengapa, di benak sang raja seakan ada malapetaka yang akan menimpa istana yaitu mangkatnya sang permaisuri ke pangkuan Yang Kuasa. 5) Sang raja dengan penuh kasih sayang berulang kali mengelus kepala pangeran muda. Saat dia berpaling dari pandangan putranya, sang raja sesekali mengusap mukanya yang lembab oleh air mata yang tak terasa mengalir membasahi pipinya. 6) Seorang wanita paruh baya datang menghampiri pengeran muda, lalu mengusungnya ke dalam. Tak lama kemudian keluar pula seorang lelaki paruh baya mendekati sang raja seraya berkata. “Paduka yang mulia... hari sudah mulai malam, sebaiknya baginda istirahat ke dalam, karena udara di luar terasa dingin di badan. Oh ya, Paduka... utusan sudah berangkat untuk menjemput tabib dari Desa Selapan. Mungkin tengah malam nanti beliau datang.” Tetapi sang raja seakan tak menghiraukannya, dia membisu seribu bahasa tak satu pun kalimat terlontar sari mulutnya. 7) Di sebuah ruang kamar, terbujur di atas pembaringan sesosok wanita muda yang didampingi beberapa perempuan paruh baya. Mereka adalah Mak Bedah, Mak Ana, dan Mak Ipah, pengasuh pangeran muda. Raut wajah mereka bagaikan bulan tanpa cahaya, tak satu pun dari mereka terlihat ceria, hari mereka gundah-gulana. 8) Sementara itu pangeran muda duduk bersimpuh di samping ibundanya yang sedang terbujur menahan rasa sakit yang dideritanya. Diusap kening bundanya yang berkeringat dan tampak semakin pucat. “Bunda... jangan tidur terus bunda. Orang-orang yang ada di ruangan itu tak satu pun yang mampu menahan haru mendengar apa yang diutarakan pangeran muda. Di wajah sang permaisuri masih terpencar kharisma anggun nan bijaksana. Dia masih tegar meskipun sekelilingnya mengkhawatirkan dirinya yang sedang jatuh sakit. 9) “Anakku Tapah Lanang... belahan jiwaku seorang... bila Bunda tidur lama nanti, kamu janganlah sedih dan menangis, kamu harus sabar menerimanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Kelak dewasa nanti kamu akan menjadi mengganti Ayahanda untuk meneruskan tahta kerajaan ini. Tidurlah sayang...,” sang permaisuri menatap raut wajah putranya dengan senyum tegar dan penuh bangga. 10) Mak Bedah pengasuh pangeran muda tak sanggup menahan isak tangisnya. Pangeran muda direngkuh dan didekapnya erat-erat. Tak mampu dia berkata, yang ada hanya luapan tangis yang kian membuat membuat suasana di dalam kamar itu semakin mengharukan. Sementara dari balik pintu, sang raja hanya bisa menahan kepiluan karena sedih yang sangat dalam. 11) Di luar rumah sayup-sayup suara burung hantu, yang semakin membuat hati sang raja kian gelisah. Karena suara burung hantu semacam itu konon kata leluhurnya suatu pertanda adanya malapetaka yang akan mengancam bagi keluarga di istana kerajaan. 12) Belum habis berpikir dalam kegelisahannya, di luar suara terompet bergema pertanda ada tamu agung yang menghadap raja. Tabib yang dipesan dari daerah Selapan rupanya sudah datang untuk mengobati penyakit sang permaisuri. Upaya pengobatan berlangsung tidak begitu lama. Tabib Selapan tampak memberi isyarat pada penasehat kerajaan agar bisa berbicara empat mata dengan sang raja. 13) Suasana di dalam kamar itu semakin dicekam kegelisahan, para pengasuh satu-persatu memeluk pangeran muda secara bergantian. Sementara pangeran muda seakan mengerti bahwa akan terjadi sesuatu terhadap ibundanya yang sangat disayangi. 14) Dalam kemelut yang mencekam itu, permaisuri tampak perlahan membuka matanya sambil berkata lirih memanggil putranya. “Tapah... mana Tapah anakku?” 15) Gemuruh detak jantung orang di sekitar kamar itu terdengar kencang, Mak Ipah sang pengasuh pangeran sedari kecil langsung menyodorkan tangannya. Permausuri tak lagi mampu berkata apa-apa. Raja Awang pun hatinya gundah-gulana. Tiba-tiba
mendadak jeritan dari mulut mungil pangeran
muda memanggil bundanya. Sang permaisuri telah tiada. 16) Hari itu keluarga istana berkabung. Semua masyarakat dalam istana maupun di luar istana merasa kehilangan sosok pemimpin yang sangat mereka sayangi dan mereka kagumi. Permaisuri adalah sosok ibu pemerintah yang selalu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
bijaksana dan sangat dikenal pandai menghargai berbagai karya orang-orang sekitar istana. 17) Setelah satu bulan lebih permaisuri dikebumikan, sang raja mendapat undangan dari kerajaan lain untuk menghadiri suatu pertemuan raja-raja dari berbagai penjuru wilayah daratan setempat. Kehadiran sang raja memang sesuatu yang dinanti oleh beberapa rakyat lain karena mereka tahu betul kharisma Raja Awang yang terkenal ramah, arif, dan penuh kasih antarsesama. Penasehat kerajaan memberi pendapat kepada raja agar kehadirannya sudah didampingi permaisuri kedua. Mendengar itu Raja Awang sempat terperangah, dia merasa sangat terpukul dengan kepergian istrinya. Karena
berbagai pertimbangan, akhirnya semua orang kerajaan
memutuskan agar raja segera beristri lagi. 18) Akhirnya keputusan yang berat diambil Raja Awang untuk segera mengawini seorang perempuan yang berasal dari luar istana. Perempuan itu sudah mempunyai seorang putra yang usianya sebaya dengan Tapah Lanang. 19) Beberapa tahun keadaan di dalam istana tampak damai seperti biasa. Pangeran pun merasa seolah tidak pernah kehilangan ibu kandungnya. Hal ini dikarenakan ibu tirinya sangat menyayanginya seperti halnya dia menyayangi putra kandungnya sendiri. 20) Di usia pangeran yang kedua puluh satu, begitu juga saudara tirinya, keakraban mereka sangat membuat orang iri hati. Mereka bagaikan pinang dibelah dua. Meskipun berstatus ibu tiri, istri keduanya itu mampu berperilaku sebijak sang raja. 21) Suatu hari di dalam istana diadakan hajatan dengan mengundang tokoh-tokoh pimpinan kerajaan kecil di sekitar daratan itu. Disuguhkan tari-menari untuk menghibur para undangan. Pangeran Tapah Lanang selaku putra mahkota yang berhak mewarisi tahta kerajaan pada hari itu mengenakan pakaian kebesaran,
sementara
saudara
tirinya
hanya
mengenakan
pakaian
sebagaimana penghuni istana lainnya. Hal ini tentu membuat hati kecilnya menaruh rasa iri menyaksikan pangeran yang begitu gagah dan diagungagungkan. 22) Sejak peristiwa itu, saudara tiri pangeran selalu keluar istana dengan sembunyi-sembunyi. Dia menghabiskan waktunya untuk berfoya-foya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
dengan orang-orang di luar istana. Pikirannya mulai dirasuki niat jahat untuk menyingkirkan sang pangeran dari istana. 23) Dia berkenalan dengan seorang laki-laki penghasut yang pandai membuat fitnah. Suatu hari, sang pengeran difitnah oleh saudara tirinya. Sekali dua kali Raja Awang tidak mempedulikan fitnah tersebut, karena dia sangat bijaksana untuk menentukan keputusan. 24) Matahari sangatlah terik memancarkan sinarnya ke bumi. Raja Awang dengan didampingi beberapa pensehat beserta hulubalang baru saja menapakkan kakinya di depan istana, karena seharian bertatap muka dengan penduduk di luar istana. Tiba-tiba anak tirinya dengan berani menerobos begitu saja membisikkan sesuatu di telinga Raja Awang. Sekilas terlihat raut wajah sang raja berubah merah merona. 25) Setibanya raja dan rombongan di dalam istana, ia langsung memanggil putranya. Entah setan apa yang telah merasuki alam pikiran sang raja, ia terlihat begitu sangat murka. Pangeran dituduh telah menghamili perempuan di luar istana. Hal ini sangat tabu bagi kerajaan, sama dengan mencoreng muka sendiri, aib pada segenap penghuni istana. Rupanya Raja Awang telah termakan oleh fitnah putra tirinya. Pangeran Tapah Lanang diperlakukan seperti hewan dan diusir dari istana. Melihat kejadian itu seluruh orang di sekitar istana merasa terpukul dan sangat tidak percaya kalau pangeran telah bertindak sehina itu. Mereka meyakini semua itu fitnah belaka. 26) Pangeran tidak pernah membangkang akan nasehat penasehat kerajaan. Dengan membawa beribu kedukaan dan kehancuran, Pangeran Tapah Lanang berkelana meninggalkan istana. Sebelum itu dia sempat ziarah ke makam ibundanya seraya berpamitan untuk pergi selama-lamanya dari istana. Isak tangis dan jeritan suara hatinya sangat memilukan. 27) Hari demi hari pangeran pergi mengembara dari satu daerah ke daerah lain. Akhirnya pangeran terdampar pada sebuah talang, dan menetap sambil bercocok tanam. Panghuni daerah talang itu hanya dia sendiri. Andai pun ada hanya orang-orang yang keluar-masuk hutan untuk berburu dan mengambil kayu bakar. Berbulan bahkan hampir dua purnama tak pernah ada kabar berita tentang pangeran bagi orang istana. Untuk sekian lama ia hidup mengembara seorang diri, hanya bayangan dirinya sendiri yang setia menemaninya ke sana ke mari. Pangeran akhirnya meninggalkan talang itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
guna mencari tampat bermukim yang baru. Talang tempat ia bermukim diberi nama Talang Pangeran. 28) Di tempat bermukimnya yang baru, pangeran menemukan keanehan. Ada sebuah gubuk di tengah hutan, gubuk tersebut hanya ditopang oleh tiga buah tiang penyangga. Berhari-hari dia memperhatikan gubuk tersebut. Rupanya dihuni oleh seorang perempuan. Ada satu keanehan yang dilihatnya, perempuan itu tak pernah menampakkan wajahnya yang selalu ditutupi dengan rambutnya yang tebal panjang terurai. Hal itu membuatnya penasaran, hingga pada suatu hari, pangeran mencoba mendekati gubuk itu. Dia pura-pura menjadi seorang pengembara yang kehausan di tengah hutan belantara. Dari bawah gubuk dia memberanikan diri unutk menyapa. “Kisanak... apakah ada orang di sini?” bergetar hatinya menyapa penghuni gubuk itu. Dari jendela kecil di samping gubuk tampak perempuan itu seraya menjawab. “Ada apa Kisanak ke sini, hamba tidak bisa bertemu dengan siapa pun.” Begitu jawabnya dengan suara lirih. 29) Sejak kejadian itu sang pangeran sering bertandang menemui perempuan itu. Keakraban pun terjadi antara mereka berdua. Pangeran belum lega hatinya karena selama itu pun dia tidak pernah melihat wajah perempuan itu yang sebenarnya. Dia menunggu ada kesempatan membuktikan rasa penasarannya untuk segera dapat melihat wajah perempuan itu. 30) Ketika perempuan itu lengah dan suasana hening tanpa suara, pangeran melemparkan tempurung kelapa ke arah pintu masuk gubuk. Perempuan itu terkejut dan tidak sempat menahan laju rambutnya untuk menutupi wajahnya. Pangeran terkejut ketika melihat kenyataan bahwa perempuan di depannya mempunyai wajah sangat buruk. Walaupun demikian, tak tampak rasa terkejut itu. Namun, pangeran tidak kecewa untuk selalu menemaninya. 31) Tabir kebenaran perempuan itu mulai terlihat. Di saat pangeran menanyakan asal-usulnya. Dia adalah seorang putri kerajaan negeri lain yang dibuang karena dituduh berbuat mesum dengan pemuda lain. Kerajaan memanggil tukang tenung untuk mengubah wajahnya hingga seburuk apa yang dilihat pangeran. 32) Perempuan itu mulai bercerita tentang masa lalunya. “Aku adalah Putri Gelam dari Kerajaan Damar. Aku dibuang oleh kedua orangtuaku, karena mereka terhasut oleh fitnah orang yang gagal mempersuntingku.” Dia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
bercerita panjang lebar sambil menangis. Kesamaan nasib yang dialami dan rasa iba membuat pangeran hanyut dalam perasaannya, dan membuatnya lupa, tanpa disadari dia memeluk tubuh Putri Gelam. Mereka berdua sama menangis tenggelam dalam perasaannya masing-masing, kesamaan nasib yang tidak jauh berbeda. 33) Sejenak pangeran tersentak menyadari apa yang telah dia lakukan dan segera melepaskan pelukannya. Keajaiban telah terjadi, dia terperangah tak mampu berkata apa-apa. Di hadapannya terlihat sang putri yang buruk rupa menjelma menjadi seraut wajah nan cantik jelita. Sang putri menunduk tersipu, langsung teringat petuah Si tukang tenung bahwa wajahnya akan kembali seperti sediakala apabila tubuhnya disentuh oleh seorang pemuda. “Terima kasih Kisanak... kamu telah mengembalikan wajah hamba seperti sediakala.” 34) Sejak peristiwa itu, mereka semakin akrab dan terjalin satu ikatan cinta kasih di antaranya. Akhirnya mereka menjadi satu pasangan suami istri. Mereka dikaruniai dua orang anak putra dan putri. Kehidupan yang bahagia penuh canda tawa dalam membina satu keluarga. Mereka hidup dengan bercocok tanam dan memelihara beberapa ekor hewan peliharaan dalam kesehariannya. 35) Kesuburan tanah tempat mereka tinggal tinggal akhirnya tercium juga oleh orang-orang dari daerah luar. Banyak orang menukar hasil kebun mereka dengan kebutuhan yang mereka perlukan. 36) Putra-putri mereka beranjak tumbuh menjadi seorang remaja. Pangeran Tapah Lanang dan istrinya, Putri Gelam sangat mencintai dan menyayangi keduanya. Hari begitu cerah, seperti biasanya pangeran dan istri sedang menggarap kebun yang letaknya tak jauh dari gubuk tempat tinggal mereka. Kedua anak kesayangannya itu sedang beristirahat sambil bercanda dengan riangnya di beranda gubuk mereka. 37) Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Mereka terusik dengan kedatangan perampok, membuat semua menjadi sirna. Para perampok itu bermaksud menjarah segala hasil perkebuanan mereka. Beberapa perampok itu sempat mendapat perlawanan dari putranya yang saat itu sudah tumbuh menjadi seorang remaja. Putranya telah menguasai ilmu kanuragan yang diajarkan ayahnya yang memang seorang pangeran. Apa hendak dikata, putra pangeran yang masih belia itu tak mampu melawan musuh yang berjumlah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
beberapa orang yang lengkap dengan senjata tajamnya. Sedangkan putrinya dibawa lari oleh perampok itu entah ke mana. 38) Pangeran dan istrinya hanya menatap pertarungan itu dari kejauhan. Belum sempat
keduanya
berbuat
apa-apa,
apalagi
menolong
memberikan
pertolongan perlawanan, sebentar saja mereka telah merasa lemas menyaksikan pertempuran itu hingga putra mereka tewas mengenaskan. Putri Gelam melihat kenyataan itu tak dapat menahan kesedihan, menjerit sejadijadinya di tengah hutan yang sepi itu. 39) Karena tak kuasa menahan amarah dan kedukaan yang sangat mendalam, pangeran menangis tanpa henti meluapkan segala perasaan yang ada di dadanya. Keajaiban alam tiba-tiba terjadi. Air mata pangeran yang menetes ke tanah semakin melimpah ke mana-mana menjadi genangan air, yang semakin membesar dan menjadi sebuah danau. Pangeran tak sadarkan diri lagi. Tubuhnya tenggelam tak tertolong lagi hanya tampak jemarinya yang melambai-lambai minta pertolongan. Putri Gelam yang siuman dari pingsannya terpana tak kuasa menolongnya. Putri Gelam menyelamatkan diri memanjat sebuah pohon dan hanya bisa meratapi kejadian itu selamanya. 40) Beberapa hari kemudian ketika seseorang melewati daerah itu, deburan air memecah telaga dan tiba-tiba muncul seekor ikan besar lalu berkata, “Kisanak... jangan takut padaku, hamba adalah Pangeran Tapah Lanang, putra dari Kerajaan Awang.” Bersamaan dengan itu, terlihat pula turun dari sebatang pohon di pinggirannya, seekor burung putih dengan leher panjang hinggap di ranting dahan yang menjuntai ke tengah genangan air, berkata lirih mengharukan, “Kisanak... hamba adalah Putri Gelam, putri
dari
Kerajaan Damar, Pangeran Tapah Lanang adalah suamiku. Putra kami terbunuh oleh perampok beberapa hari lalu, putri kami hilang tak tahu di mana rimbanya”. 41) Alkisah setelah kejadian itu, setiap orang yang melintas pinggiran danau saat menjelang bulan purnama, akan berjumpa dengan seekor ikan besar jelmaan Pangeran Tapah Lanang, dan seekor burung putih yang hinggap di ranting pohon jelmaan dari Putri Gelam. Danau tempat Putri Gelam membasuh rindu, ingin bertemu suaminya Pangeran Tapah Lanang. Di sekitar danau berhamparan telur burung. Mereka mempercayai itu adalah telur burung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
Gelam. Dari mulut ke mulut orang selalu menceritakan kisah tersebut, maka sampai sekarang daerah itu dikenal dengan nama “Danau Teluk Gelam”.
Naskah Putri Gelam terdapat dalam buku Cerita Rakyat Ogan Komering Ilir, cetakan pertama 2007, diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ogan Komering Ilir. Buku ini merupakan koleksi yang dimiliki Perpustakaan Daerah Palembang.
2.
Varian B: Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam
1) Pada zaman dahulu kala, di kawasan Marga Bengkulah yang sekarang Daerah Tanjung Lubuk, ada sebuah kerajaan kecil yang dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Dia adalah Raja Awang yang mempunyai permaisuri bernama Putri Rajenah yang berasal dari daerah Sugih Waras, keturunan Arab yang dibawa oleh orangtuanya untuk menyebarkan agama Islam. 2) Raja Awang dikenal oleh penduduknya baik dalam kerajaan maupun di luar istana sebagai seorang raja yang bijaksana serta ramah-tamah. Raja Awang dari perkawinannya dengan Putri Rajenah dikaruniai seorang putra yang bergelar pangeran karena dia adalah pewaris tahta kerajaan. Sang pangeran diberi nama Tapah Lanang. 3) Dalam kesehariannya, kondisi kerajaan terasa damai dan tentram. Banyak kerajaan kecil lainnya yang berhubungan dengan pemerintahannya. Hasil pertanian dan perkebunan dari wilayah kekuasaan Raja Awang Banyak dibawa ke luar kerajaan hingga ke kawasan tanah Palembang. 4) Ratu Putri Rajenah dikenal sebagai sosok wanita yang cantik dan dekat dengan rakyatnya. Setiap ada acara di istana dia mengharuskan untuk mengundang rakyat masuk istana untuk ikut bersama dengan masyarakat dalam istana kerajaan. Kecantikan Putri Rajenah tersohor dimana-mana.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
5) Suatu hari Putri Rajenah memanggil beberapa inang pengasuh untuk membicarakan hal-ihwal yang saat itu merasuk dirinya. Beliau rupanya menderita suatu penyakit. Penyakit yang diderita beliau semakin hari semakin parah. Sang raja mengutus beberapa hulu balang kerajaan untuk mencari tabib guna mengobati penyakit sang permaisuri. Berkumpulan tabib terkenal dari berbagai penjuru. Namun, tak satu pun yang mampu menyembuhkan sang permaisuri. 6) Suatu hari, ketika dia bersenda gurau dengan putranya Si Tapah Lanang, kondisi tubuhnya semakin lemas. Dia memanggil para inang untuk menggotongnya kembali masuk kamar. Para inang merasa khawatir dengan kesehatan beliau. Lalu, di sela ketegangan itu, sang permaisuri menarik tangan putranya yang saat itu baru berusia tujuh tahun. Dia sempat melontarkan pesan baik kepada putranya maupun kepada para inang. “Anakku... seandainya ibu harus dipanggil Sang Khalik, kamu harus tabah menghadapi dunia yang serba fana ini. Kamu jangan menjadi manusia cengeng. Kamu harus berani menghadapi berbagai tantangan hidup.” Saat itu sang raja sempat mendengar apa yang diutarakan permaisurinya. Seakan dia telah mengetahui bahwa istrinya sudah di ambang kematian. Dia tidak sempat berkata apa-apa. Hanya air mata menitik perlahan membasahi pipinya yang tampak kuyu karena lelah san selalu sedih melihat kondisi permaisuri yang tak kunjung sembuh. 7) Suatu hari, dari istana berdentangan bebunyian kelupkup atau bunyi sebagai petanda di istana telah terjadi sesuatu musibah. Rupanya sang permaisuri telah mangkat. Semua rakyat merasa sedih dan haru serta kehilangan seorang ibu yang baik, ramah dan pengasih sesama rakyatnya. 8) Menjelang empat puluh hari mangkatnya sang permaisuri, Raja Awang menerima undangan dari suatu kerajaan di pulau Jawa. Karena mengharuskan membawa permaisuri, maka penasehat kerajaan memberi pandangan pada sang raja agar cepat mempersunting wanita sebagai pengganti permaisuri yang telah mangkat. Karena waktu yang mendesak, maka sang raja harus jalan-jalan ke luar istana. Pada saat itulah dia menemukan seorang wanita yang dianggapnya patut untuk mendampingi dia saat memenuhi undangan para raja di tanah Jawa tersebut. Setelah dia pulang ke istana, dia menceritakan hal-ihwalnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
kepada para penasehat. Namun, dari tujuh penasehat kerajaan ada satu yang menolak raja mengawini wanita yang dimaksud. Karena dia mengetahui tabiat wanita yang dimaksud, di samping dia adalah seorang janda, dia juga mempunyai seorang putra yang sebaya dengan sang pangeran. Dia khawatir kalau terjadi persaingan dari kedua anak tersebut. Namun, dia kalah suara dari enam penasehat lainnya. Akhirnya Raja Awang harus menikahi wanita tersebut. 9) Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun pun dilalui tiada terasa. Kehidupan dalam kerajaan tampak tidak ada perubahan. Kedamaian tetap dirasakan. Tanpa terasa usia perkawinan Raja Awang sudah mencapai dua puluh satu tahun. 10) Suatu hari, Solim, putra tiri Raja Awang merasa iri melihat Pangeran Tapah Lanang, saudara tirinya mengenakan pakaian kebesaran sebagai pangeran yang pada suatu saat nanti akan menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja. Dia mulai menyusun strategi untuk memfitnah sang raja. Dia mengatakan pada sang raja bahwa pangeran telah berbuat mesum dengan seorang perempuan petani di luar istana. Padahal, sang pangeran tidak
pernah
keluar
istana
sejak
bundanya
mangkat.
Dengan
memperlihatkan bukti ada noda darah pada selembar kain yang dikatakannya bahwa darah tersebut adalah darah keperawanan sang wanita yang dimaksudnya dalam fitnah kejam tersebut. Melihat kenyataan itu, sang raja yang selama ini dikenal bijak dan arif berubah menjadi sosok yang sangat murka. Dengan kasar dan kejam dia menyiksa putra kandungnya. Bahkan dia mengusirnya dari istana. Sebelum jauh meninggalkan pintu istana, dia sempat diantar oleh beberapa orang istana termasuk para inang pengasuhnya sejak kecil. Pangeran memohon pada hulu balang dan seorang inang pengasuh untuk menemani dia mampir ke pusara sang bunda. Betapa haru serta sedih para pengantarnya melihat sang pangeran dengan lembut mengelus pusara bundanya dengan isak tangis yang memilukan. 11) Sang pangeran mengembara entah kemana dia akan pergi. Berhari-hari dia menelusuri hutan belukar, akhirnya dia singgah di sebuah talang yang sekarang disebut daerah Talang Pangeran. Di daerah itu, sang pangeran merasa damai hidup sendiri. Karena dalam istana dia selalu bermain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
dengan berbagai jenis hewan, maka dia tidak merasa kesepian karena banyak hewan yang hidup di sekelilingnya. 12) Suatu hari dia berjalan meninggalkan talang tersebut untuk mencari tahu daerah lain yang dianggap dapat memberinya kehidupan layak. Sampailah dia di sebuah kawasan rawa. Di sana dia melihat sebuah gubuk yang hanya disangga tiga batang tiang penyangga. Gubuk itu dihuni oleh seorang wanita yang dianggapnya aneh. Karena setiap kali dia mendekati gubuk tersebut, sang penghuninya tidak pernah menampakkan wajahnya. Wajah itu selalu ditutupi dengan rambutnya yang tebal dan panjang hingga ke tanah. Karena ingin tahu wajah wanita itu, maka pangeran mengambil kepingan batok kelapa yang kemudian dilemparkan ke arah gubuk yang saat itu si wanita penghuninya sedang duduk di anak tangga. Mendengar ada suara berdetak menerpa dinding gubuknya, tanpa sadar si wanita itu mengibaskan rambutnya. Saat itu sang pangeran bukan main terkejutnya melihat wajah itu begitu buruk dan menakutkan. Namun, karena tiada manusia lain di hutan itu, sang pangeran tetap mendekat. Disamping dia ingin tahu sejarah detail wanita itu, dia juga berniat untuk memperistrinya. 13) Berbulan mereka hidup bersahabat, namun belum pernah sang pangeran menyentuh tubuh wanita tersebut. Suatu ketika seakan ada gaib membisikkan pada sang pangeran agar dia mendekap sang wanita dari belakang. Saat itu, bertepatan dengan suara gemuruh halilintar yang menampar kemilau sinar api. Saat itu juga wanita itu membalikkan tubuhnya menghadap ke arah pangeran. Namun, rambut itu masih menutupi wajahnya. Karena persahabatan mereka berdua sudah kian akrab, tanpa segan sang pangeran mengelus rambut sang wanita dan menyibakkannya. Betapa terkejut sang pangeran, wajah yang dikenalnya sangat buruk dan menakutkan telah berubah menjadi yang sangat cantik jelita. Sang pangeran berlari ke dekat kubangan babi yang berisi air, dan dia mengambil air itu dengan belahan tempurung kalapa. Dibawanya ke depan sang wanita dan menyuruh wanita tersebut untuk melihat wajahnya. Sang wanita begitu melihat wajahnya sudah berubah bak sediakala sebagai wajah yang cantik, dia lalu mengucapkan terima kasih kepada pangeran. Lalu dia menceritakan masa lalunya kepada sang pangeran. Rupanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
wanita itu adalah seorang putri dari kerajaan kecil yang ada di Kuto Besi, yang saat ini masuk wilayah Lempuing. Dia diusir oleh ayahnya juga karena difitnah para inang pengasuh, bahwa dia telah berbuat zina di luar nikah. Karena perbuatan itu aib bagi kerajaan maka sang raja menyuruh sang tukang tenung atau penyihir untuk mengubah wajah sang putri agar menjadi buruk dan manakutkan. Setelah itu, dia dibuang kehutan belantara. Sang tukang tenung berjanji: Duhai putri raja, wajahmu kini sudah buruk dan menakutkan, wajah aslimu akan kembali bila tubuhmu disentuh oleh laki-laki selain muhrimmu. Dan kecantikan itu akan utuh bila lelaki yang menyentuhmu bersedia mengawinimu sebagai pendamping hidupnya. Karena takut wajah itu buruk lagi, maka sang putri ingin dinikahi pangeran Tapah Lanang. Sang putri mengurai cerita masa lalunya, dan mereka sama-sama menceritakan masa lalu mereka yang sangat memilukan itu. Sang putri mengatakan bahwa dia diberi nama oleh ayahnya : Putri Gelam. 14) Sejak saat mereka mengarungi bahtera kehidupan berumah tangga yang kemudian dari perkawinan mereka dikaruniai dua orang anak, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan. Kehidupan mereka dipenuhi oleh kegiatan bercocok tanam. Terkadang Pangeran Tapah Lanang membawa hasil kebun mereka ke desa-desa terdekat untuk ditukar dengan kebutuhan lain. Demikian keseharian mereka selalu disibukkan oleh kegiatan keluar masuk desa untuk menukar hasil kebun mereka. 15) Karena kehidupan mereka serta hasil kebun mereka diketahui oleh orangorang sangat menjamin kesejahteraan, maka suatu saat gubuk mereka kedatangan tamu tak diundang untuk merempas segala hasil kebun yang ditumpuk di bawah gubuk. Saat itu, pangeran dan istrinya sedang sibuk menanam kelapa di kebun sementara kedua anaknya ditinggal di dalam gubuk. Kedua anak itu setelah melihat dan menyaksikan perompak merampas segala hasil kebun mereka, anak-anak itu berusaha melarikan diri berlari dari pondok dengan berupaya terjun dari pondok. Namun, sekawanan perompak itu sigap, anak lelaki pangeran tertangkap sementara yang perempuan lari sekencangnya masuk hutan. Sang anak lelaki tersebut sempat meronta dan menjerit minta tolong, namun sang perompak menyiksa hingga anak tersebut tewas dan jasatnya dibuang pada bekas kubangan babi yang tidak jauh dari pondok mereka. Para perompak masih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
berada di pondok menikmati apa yang ada dan yang bisa mereka makan. Saat itu pangeran dan istrinya datang. Betapa geramnya sang pangeran melihat pondok mereka sudah berantakan. Tanpa basa-basi dia langsung menyerang para perompak. Perkelahian sengit satu tanding lima jadi. Putri Gelam sibuk mencari dan memanggil-manggil putra-putri mereka. 16) Satu-persatu perompak tumbang di tangan sang pangeran. Setelah semuanya mati terbunuh, pangeran ingat akan putra-putrinya, dia berlari kesana-kemari sambil memanggil anak-anaknya. Namun, apa yang terjadi, seketika sang pangeran terperangah melihat sosok putranya telah terkapar bersimbah darah. Setelah mengetahui putranya tak bernyawa lagi, dia langsung menangis sejadi-jadinya. Tanpa dihiraukannya lagi jasad putranya, dia hanyut terhuyung kesana-kemari sambil menjerit akhirnya dia tersungkur pada tanah bekas kubangan babi. Tangisnya kian menjadi, air matanya mengucur tiada henti menggenangi tanah berlubang bekas kubangan babi tempat dia tersungkur, lama-lama tanpa disadari kian membanjir dan menenggelamkannya. Tubuh sang pangeran hanya terlihat bagian kepala saja, saat itu istrinya berupaya untuk menarik rambut suaminya, namun seakan ada magnet menyeret tubuh pangeran hingga terhisap ke dalam air yang kian membesar. Putri Gelam lalu terlempar dan tersangkut pada sebuah pohon. 17) Suatu keajaiban terjadi, kubangan babi tersebut meluas hingga membentuk sebuah danau, dan munculah sosok yang menjelma seekor ikan besar sebagai jelmaan dari tubuh pangeran. Sementara sosok Putri Gelam tersangkut di pohon menjelma menjadi seekor burung putih berleher panjang. 18) Tahun terus berganti, setiap bulan purnama terjadilah pertemuan antara seekor ikan besar dan seekor burung di tepian danau tersebut. Setiap habis bulan purnama pulalah selalu terdapat hamparan telur burung yang kemudian jadi santapan orang para pemancing. Oleh orang setempat itu adalah telur burung gelam sebagai sebutan dari burung jelmaan si Putri Gelam. Di dalam danau para pemancing selalu bertamu dengan seekor ikan besar yang mereka sebut sebagai ikan tapah sebagai jelmaan dari Pangeran Tapah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
19) Sejak adanya danau tersebut, oleh orang kampung terdekat danau itu disebut sebagai Danau Teluk Gelam. Danau adalah jelmaan dari kubangan babi yang digenangi air mata sang pangeran, sedangkan teluk adalah kata dari telur lalu gelam adalah nama burung yang dari si putri Gelam. Sampai saat ini danau tersebut identik dengan sebutan “Danau Teluk Gelam” yang pada saat ini menjadi primadona kawasan wisata alam di daerah Ogan Komering Ilir.
Teks ini didapat dari kumpulan hasil penelitian yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Periwisata kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 1989.
3.
Kritik Atas Kedua Teks Legenda Danau Teluk Gelam dalam dua varian cerita Putri Gelam dan
Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam diketahui bahwa varian yang berjudul Putri Gelam lebih mendekati asli. Penilaian ini didasarkan pada pengaruh yang terjadi pada cerita tersebut. Putri Gelam masih murni cerita rakyat yang mengungkap keimanan terhadap Tuhan bersifat tradisional tanpa adanya pengaruh dari luar ataupun digunakan untuk mempengaruhi, sedangkan Asalmuasal Terjadinya Danau Teluk Gelam sudah dipengaruhi agama Islam. Cerita yang telah dipengaruhi suatu ajaran atau agama tertentu digunakan untuk melakukan propaganda. Secara keseluruhan, alur, latar, dan tokoh dalam kedua teks tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan. Jika digambarkan, alur, kedua teks tersebut sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Bagan 3 . Alur Cerita Legenda Danau Gelam
Raja Awang dan Putri Rajenah
Raja Awang menikahi janda satu anak
Pangeran Tapah bertemu dan menikahi Putri Gelam
Anak tunggal ( Pangeran Tapah)
Putri Rajenah meninggal
Anak tiri iri hati dan menyebar fitnah
Pangeran Tapah diusir dari istana
Perampokan dan pembunuhan putra pangeran
Air mata menjadi danau
Berikut ini perbandingan dari legenda Danau Teluk Gelam yang berjudul Putri Gelam (PG) dan Asal-Muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam (ATDTG). Dari perbandingan inilah diketahui beberapa hal yang membedakan kedua cerita tersebut. Berikut ini tabel perbandingan legenda Danau Teluk Gelam:
Tabel 2 . Perbandingan Cerita Legenda Danau Teluk Gelam No Keterangan
Varian A : PG
Varian B: ATDTG
1
Lokasi istana
Tidak disebutkan
Kawasan Marga Bengkulah, sekarang Tanjung Lubuk.
2
Tokoh permaisuri
Tidak namanya.
disebutkan Putri Rajenah berasal dari daerah Sugih Waras,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Keturunan Arab. 3
Peran penasehat dalam pernikahan kedua sang raja untuk memenuhi undangan dari Jawa
Para penasehat menyetujui dan tidak keberatan wanita itu memiliki anak yang sebaya pangeran.
Satu dari tujuh pensehat menolak karena wanita itu memiliki anak yang sebaya dengan pengeran.
4
Nama dan watak saudara Tidak disebutkan, iri hati Solim, iri hati dalam tiri dan didukung ahli fitnah. dirinya.
5
Deskripsi tempat
Tidak rinci
Sangat rinci:
6
Asal Putri Gelam
Putri dari kerajaan Damar
Putri dari kerajaan kecil yang ada di Kuto Besi.
7
Tindakan yang dilakukan Tanpa sadar memeluknya Ada bisikan gaib untuk pangeran dan perubahan karena terharu dengan memeluk Putri Gelam. wajah Putri Gelam kisah yang diceritakan Putri Gelam.
8
Perampokan
9
Perubahan binatang
Putranya dibunuh dan Putranya tewas dan putrinya dibawa putrinya lari ke hutan perampok. menjadi Pangeran pingsan hingga Pangeran sadar hingga tenggelam dan istrinya tenggelam dan istrinya memanjat pohon. tersangkut pohon.
B. Analisis Struktur Aktansial dan Struktur Fungsional A.J. Greimas 1. Struktur Aktansial Menurut Greimas, pola aktansial terdiri atas enam pokok yaitu: pengirim, objek, subjek, penolong, penentang, dan penerima. Berikut ulasan dan penerapannya dalam legenda Danau Teluk Gelam. Dalam analisis ini akan dijelaskan hubungan masing-masing aktan. Perlu diketahui di sini, berbeda dengan pola aktansial yang ada dalam teori dimana aktan pengirim memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
hubungan dengan aktan objek, dalam analisis ini aktan pengirim tidak mengatahui adanya objek sehingga aktan pengirim tidak memiliki hubungan dengan aktan objek. Aktan objek diketahui secara mandiri oleh aktan subjek dan menjadi milik penerima. Melalui pendekatan aktansial ini dapat dijelaskan hubungan dari masingmasing aktannya. Pengirim memiliki hubungan dengan subjek, yaitu: Raja Awang sebagai ayah dan Pangeran Tapah sebagai anak sekaligus putra mahkota. Pengirim, Raja Awang tidak berhubungan dengan Putri Gelam karena dia tidak tahu akan
keberadaan wanita tersebut, juga tidak ada hubungan lagi antara
kehidupan Putri gelam selanjutnya dengan Raja Awang karena walaupun menikahi putranya dia tidak pernah kembali ke kerajaan suaminya, Pangeran Tapah. Pembantu, saudara tiri pangeran mendorong kepergian Pangeran Tapah dengan fitnah yang diciptakannya. Penentang, perampok menghancurkan kehidupan Pangeran Tapah dan Putri Gelam dengan membunuh anaknya. Penerima adalah Pangeran Tapah dan akhir kehidupannya. Dari pola aktansial, diketahui bahwa Pangeran Tapah adalah subjek sekaligus penerima. Raja Awang sebagai pengirim secara tidak langsung membuat Pangeran Tapah mencari kebahagiaan di luar istana dengan mengusirnya. Kesalahan menjadikan Pangeran Tapah menjadi subjek yang bertanggung jawab untuk mencari dan menemukan subjek. Pangeran Tapah menjadi subjek karena dia berusaha untuk mendapatkan Putri Gelam yang adalah objek. Sebagai subjek, dia menyelamatkan objek dari kesakitannya dan sebagai penerima, dia mendapatkan objek.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
Karena tidak memiliki keluarga lagi, Pangeran Tapah ingin menikah. Dia menikahi Putri Gelam setelah membebaskannya dari tenung. Saudara tiri pangeran yang memfitnahnya merupakan penolong, karena dia yang membuat pangeran mencari kebahagiaan di luar istana, yaitu menikahi Putri Gelam. Sedangkan, perampok sebagai penetang, menghancurkan kebahagiaan Pangeran Tapah dengan membunuh kedua anaknya.
a.
Pengirim Pengirim (sender) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang menjadi
sumber ide dan berfungsi sebagai penggerak cerita. Pengirim memberikan karsa atau keinginan kepada subjek untuk mencapai atau mendapatkan objek (Taum, 2011: 145). Raja Awang adalah pengirim. Dia mengusir anaknya, Pangeran Tapah dari istana karena pengaruh fitnah dari anak tirinya yang iri karena bukan putra mahkota. Sebagai putra mahkota, Pangeran Tapah sudah pasti akan menjadi pewaris tahta ayahnya. Raja Awang mengusir Pangeran Tapah tanpa memberinya harapan untuk kembali lagi ke istana suatu hari nanti. Melihat kenyataan itu, sang raja yang selama ini dikenal bijak dan arif berubah menjadi sosok yang sangat murka. Dengan kasar dan kejam dia menyiksa putra kandungnya. Bahkan dia mengusirnya dari istana. (Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 10) Setibanya raja dan rombongan di dalam istana, ia langsung memanggil putranya. Entah setan apa yang telah merasuki alam pikiran sang raja, ia terlihat begitu sangat murka. Pangeran dituduh telah menghamili perempuan di luar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
istana. Hal ini sangat tabu bagi kerajaan, sama dengan mencoreng muka sendiri, aib pada segenap penghuni istana. Rupanya Raja Awang telah termakan oleh fitnah putra tirinya. Pangeran Tapah Lanang diperlakukan seperti hewan dan diusir dari istana. (Putri Gelam adegan 25)
Raja Awang memiliki kekuasaan untuk menghukum siapa pun yang melanggar peraturan kerajaan termasuk putra mahkota sendiri. Hukuman buang yang dijatuhkan kepada Pangeran Tapah dianggap setimpal dengan kesalahan yang dibuatnya yaitu berbuat zina, yang dalam agama Islam dianggap sebagai dosa yang besar. Meskipun agama tidak diungkap dalam kedua cerita legenda Danau Teluk Gelam, dasar kebudayaan dan agama yang dianut masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir yang mayoritas beragama Islam menjadi salah satu penentu dari sudut pandang mana kedua legenda itu diungkap. Peraturan yang dilanggar Pangeran Tapah adalah aturan norma, yang seharusnya dijunjung tinggi dan dijadikan pedoman hidup. Kesalahan yang membuatnya menjadi korban karena dia tidak memiliki kekuasaan yang sebanding dengan yang menjatuhinya hukuman. Pangeran Tapah adalah putra mahkota sedangkan Raja Awang adalah raja, sekaligus ayah yang kedudukannya lebih tinggi daripada Pangeran Tapah. Kekuasaan pada hakikatnya berkenaan dengan hubungan antarmanusia, yaitu hubungan yang tidak seimbang (uniqual) di antara dua pihak, yaitu salah satu pihak mempunyai kekuasaan yang lebih besar daripada pihak yang lain (Fairclough 1989 dan 1995 dalam Baryadi, 2012: 19).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
Kekuasaan adalah dominasi, yaitu kemampuan untuk melaksanakan kemauan kendatipun orang lain menentang (Wright Mills, 1956: 9 ; Seomardi 1984: 41; dalam Baryadi, 2012: 19). Pangeran Tapah tetap pergi meskipun dia sangat berat hati meninggalkan istana tempatnya dibesarkan tetapi hukuman yang diberikan sang ayah tidak dapat diganggu gugat. Posisi ayahnya yang seorang raja tidak dapat melindung pangeran karena apa yang terjadi dengan Pangeran Tapah bukan hanya masalah keluarga, tapi juga menyangkut nama baik kerajaan dan masyarakat yang berada di wilayah itu. Apa jadinya jika calon penerus tahta kerajaan telah berbuat zina, tentunya aib itu akan memperburuk citra kerajaan. Ditambah lagi, kerajaan yang dipimpin Raja Awang terkenal sangat baik, rajanya juga sangat bijaksana. Maka akan menjadi tidak bijaksana jika Raja Awang melindungi putranya yang telah berbuat zina demi perasaaan cintanya secara pribadi. Hubungan keluarga, pangkat atau kekayaan tidak menjamin suatu kehidupan yang baik sebagaimana juga eros (baca: cinta). Ambisi akan perbuatanperbuatan luhur dan merasa malu akan tindakan-tindakan tak terpuji merupakan unsur yang sangat kuat antara para pecinta, dan eros (baca: cinta) merupakan dorongan terbesar untuk kebaikan dalam kehidupan pribadi, sipil, maupun militer (Santas, 2002: 21). Ikatan keluarga yang terjadi antara Raja Awang sebagai ayah, dan saudara tiri Pangeran Tapah tidak dapat dijadikan patokan bahwa kehidupan yang mereka jalani bahagia. Justru karena adanya hubungan yang dekat itulah yang menjadikan kecemburuan antara mereka semakin besar dan membuat persaingan yang terjadi semakin berat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
Seandainya Pangeran Tapah tidak memiliki saudara tiri, pangeran tidak akan tahu bagaimana pembelajaran tentang kehidupan yang dia dapatkan saat pembuangan. Pembelajaran yang membuatnya mengerti bagaimana kesulitan yang dihadapi orang-orang yang berada di luar istana dan bagaimana menentukan tujuan hidup serta keinginan untuk mendapatkannya. Pengirim memberikan hukuman yang berat agar dipahami sebagai pembelajaran yang sebenarnya dan pembelajaran itu sendiri berfungsi untuk kebaikan bagi yang menjalaninya. Raja Awang sebagai pengirim (sender), memiliki kekuatan dan kekuasaan yang tidak dapat dibantah oleh siapa pun, sekalipun oleh penasehat kerajaan yang tidak setuju dengan hukuman yang diberikan kepada Pangeran Tapah. Sang penasehat tahu pasti bahwa Pangeran Tapah tidak bersalah dan yang didengar Raja Awang dari putra tirinya adalah fitnah belaka, keadaan tidak dapat diubah hanya dengan perkataan penasehat kerajaan. Walau tidak dapat dipungkiri penasehat memberikan banyak kontribusi bagi jalannya pemerintahan di kerajaan itu, nama baik raja telah dipertaruhkan oleh putra mahkota sebagai penerus tahta kerajaan. Keterangan dari penasehat tidak dapat menolong hukuman yang diberikan raja kepada pangeran sekaligus orang yang melanggar aturan. Apabila yang melanggar peraturan adalah orang biasa baik itu dari kalangan rakyat jelata atau bangsawan rendahan, hukuman yang diberikan tidak akan sekejam itu. Hukuman itu menjadi semakin kejam ketika melihat pada kondisi sosial masyarakat yang menganggap raja dan keturunannya adalah wakil Tuhan di dunia atau orang-orang pilihan yang mendapat wahyu dari Tuhan untuk memimpin mereka menuju jalan yang baik dan benar justru dihancurkan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
perbuatatan kotor yang seharusnya bisa dihindari. Dominasi kekuasaan raja sebagai
pemimpin
kerajaan
bersama
para
pejabat
istana
membuatnya
berkeputusan yang dianggap adil bagi masyarakat kerajaan meskipun itu tidak adil bagi dirinya sebagai seorang ayah. Dominasi raja bersama pejabat istana sebagai pemerintah yang bertanggung jawab melindungi dan menetramkan masyarakat, tidak lepas dari kebijakan yang dibuat untuk mewujudkan semua hal itu. Dukungan dari masyarakat terhadap rajanya merupakan suatu bentuk kekuasaan yang mengharuskan seorang raja berdiri sebagai pemimpin dalam kondisi apapun. Menurut Baryadi (2012: 20), karena ditopang oleh dukungan sosial yang kuat, struktur masyarakat yang mewadahi kelompok dominan dan kelompok tidak dominan itu diterima sebagai sesuatu yang sudah semestinya (taken of granted). Dalam hal ini sudah sangat jelas bahwa hukuman yang ditetapkan Raja Awang terhadap putranya, Pangeran Tapah bukanlah hukuman yang diberikan oleh dirinya pribadi sebagai ayah, melainkan hukuman yang diberikan oleh seorang raja kepada salah satu kerabat istana yang memiliki tingkatan sosial yang tinggi dan seharusnya menjadi panutan. Raja Awang memberikan hukuman kepada Pangeran Tapah sebagai Raja dengan mengusirnya dari kerajaan tanpa memberinya harapan untuk kembali lagi ke kerajaan. Pangeran diusir karena melanggar aturan yang telah ditetapkan untuk menjaga keharmonisan masyarakat di kerajaan itu. Namun, sebagai seorang ayah, Raja Awang berharap bahwa dengan mengusir putranya dari istana, itu akan menjadi sebuah pembelajaran yang baik. Karena pada dasarnya seorang raja yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
baik adalah raja yang mengerti penderitaan rakyatnya. Raja yang tidak akan sembunyi dari kenyataan yang dihadapi rakyatnya dan mau bersentuhan secara langsung dengan mereka sebagai pribadi dan individu, bukan sebagai penguasa yang memerintah. Pangeran Tapah yang hidup dalam kerajaan sejak kecil dan pernah kehilangan ibu, membuat Raja Awang semakin tidak tega untuk memberikan pengajaran yang berat, termasuk keluar dari istana. Dengan adanya kesalahan yang langsung bersangkutan dengan Pangeran Tapah secara pribadi, maka itu adalah kesempatan yang ada untuk membuat pangeran belajar tentang kehidupan dan kemandirian di luar istana. Kebahagiaan yang dicapai dengan usaha dan pengorbanan adalah kebahagiaan sejati yang tidak akan bisa dihancurkan. Dan adanya wanita yang akan mencintai pangeran sebagai pribadi pangeran bukan sebagai putra mahkota adalah impian raja. Karena raja tahu, bahwa setiap wanita akan mencintai pangeran karena dia putra mahkota dan calon pewaris tahta kerajaan. Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang untuk mendapatkannya haruslah dengan penuh pengorbanan. Pengalaman yang banyak dengan dibarengi kegagalan dan rasa sakit akan membuat seseorang mampu bertahan dalam keadaan sesulit apapun. Kedewasaan yang matang dari fisik dan psikis inilah yang diharapkan Raja Awang ada dalam diri Pangeran Tapah. Raja Awang sebagai pengirim membuat Pangeran Tapah mencari dan mendapatkan apa yang diinginkannya. Secara tidak langsung, Raja Awang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
mengetahui bahwa pengalaman pangeran di luar istana akan menjadikannya pribadi yang baik dan bijaksana. Keberhasilan pengirim dapat diketahui dari kemampuan subjek mendapatkan objek.
b.
Subjek Subjek (subject) adalah aktan pahlawan (sesuatu atau seseorang) yang
ditugasi pengirim untuk mencari dan mendapatkan objek (Taum, 2011: 145). Biasanya yang menjadi subjek dalam legenda adalah tokoh utama. Pangeran Tapah adalah subjek. Pangeran Tapah diusir oleh ayahnya, Raja Awang karena difitnah melakukan tindakan tercela yaitu memerkosa gadis di luar istana. Fitnah itu dibuat oleh saudara tirinya yang iri dengan kedudukan Pangeran Tapah sebagai putra mahkota. Sugono dalam Baryadi (2012: 37) menyatakan bahwa fitnah adalah perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (menodai nama baik, merugikan kehormatan orang). Pangeran Tapah kehilangan ibunya sejak masih kanak-kanak. Karena undangan dari negara lain yang mengharuskan raja datang bersama permaisuri membuat ayahnya, Raja Awang menikah lagi dengan seorang wanita dari luar istana dan telah memiliki seorang anak yang sebaya dengan Pangeran Tapah. Sejak saat itu pangeran tidak pernah keluar istana, dia hanya menyibukkan diri di dalam istana. Sebagai seorang calon pewaris tahta, dia sama sekali tidak tahu bagaimana kehidupan rakyatnya di luar istana.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Luka hati Pangeran Tapah karena kepergian ibundanya di waktu kanakkanak membuat Raja Awang tidak berani memaksa pangeran untuk belajar banyak hal di luar istana. Padahal Raja Awang sangat tahu, untuk menjadi seorang raja yang baik, pangeran harus banyak belajar tentang kehidupan masyarakat di luar kerajaan. Selain itu, pengetahuan seorang raja terhadap wilayah kerajaan dan kehidupan rakyatnya akan mempengaruhi kebijakan yang akan dibuatnya kelak. Fitnah yang membuat pangeran terusir dari istana membuat dia harus banyak belajar melihat kenyataan di luar istana. Banyak penderitaan yang kemudian dia terima, baik itu kesendirian maupun kesulitan hidup. Dia terus mencari tujuan hidup yang dia inginkan. Pangeran berjalan mengikuti kata hatinya untuk mendapat jawaban dari apa yang dia inginkan, karena dari ayahnya hanya diketahui bahwa dia diusir. Dia harus mencari tahu sendiri apa yang dia inginkan dan yang akan menjadi tujuan hidupnya kelak, dan mengapa dia diperlakukan tidak adil. Perasaan tidak adil muncul karena pangeran merasa tidak melakukan apa yang dituduhkan padanya. Sang pangeran mengembara entah kemana dia akan pergi. Berhari-hari dia menelusuri hutan belukar, akhirnya dia singgah di sebuah talang yang sekarang disebut daerah Talang Pangeran. Di daerah itu, sang pangeran merasa damai hidup sendiri. Karena dalam istana dia selalu bermain dengan berbagai jenis hewan, maka dia tidak merasa kesepian karena banyak hewan yang hidup di sekelilingnya. (Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 11)
Pangeran tidak pernah membangkang akan nasehat penasehat kerajaan. Dengan membawa beribu kedukaan dan kehancuran, Pangeran Tapah Lanang berkelana meninggalkan istana. Sebelum itu dia sempat ziarah ke makam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
ibundanya seraya berpamitan untuk pergi selama-lamanya dari istana. Isak tangis dan jeritan suara hatinya sangat memilukan. Hari demi hari pangeran pergi mengembara dari satu daerah ke daerah lain. Akhirnya pangeran terdampar pada sebuah talang, dan menetap sambil bercocok tanam. Panghuni daerah talang itu hanya dia sendiri. Andai pun ada hanya orang-orang yang keluar-masuk hutan untuk berburu dan mengambil kayu bakar. Berbulan bahkan hampir dua purnama tak pernah ada kabar berita tentang pangeran bagi orang istana. Untuk sekian lama ia hidup mengembara seorang diri, hanya bayangan dirinya sendiri yang setia menemaninya ke sana ke mari. Pangeran akhirnya meninggalkan talang itu guna mencari tampat bermukim yang baru. Talang tempat ia bermukim diberi nama Talang Pangeran. (Putri Gelam adegan 26-27)
Subjek tetap melakukan apa yang diperintahkan pengirim yaitu pergi dari istana. Subjek mencari tujuan hidupnya dalam pengembaraan seperti apa yang dicita-citakan pengirim (Raja Awang). Pangeran sebagai subjek banyak belajar tentang kehidupan seperti yang seharusnya dilakukan sejak dia masih berada di istana, sampai dia menemukan apa tujuan hidupnya dan berusaha untuk mendapatkannya. Tujuan hidup pangeran adalah hidup bahagia dan mendapatkan seorang istri sebagai pelengkap kebahagiaannya. Pangeran Tapah berusaha keras mendapatkan semua kebahagiannya itu. Santas (2002: 32) berpendapat bahwa sebagai orang muda, halus, lembut, dan indah dan penuh kebaikan, ia mencintai tubuh yang lembut dan halus dan jiwa-jiwa, menghalau lawan-lawan mereka dan mengamankan cinta akan kualitaskualitas ini dalam makhluk lain. Ia adil dan tidak melukai atau menyebabkan orang lain celaka, bijaksana dalam mengontrol kenikmatan dan keinginan karena tidak ada kenikmatan yang lebih kuat daripada eros (baca: cinta) sendiri. Pangeran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
Tapah menerima keadaan Putri Gelam sebagai seorang perempuan apapun keadaannya, dia menerima anugerah yang diberikan padanya tanpa bertanya sampai dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Putri Gelam. Perasaan menerima yang tulus membuatnya mengerti akan cinta sebagai suatu anugerah yang akan membuatnya bahagia. Subjek yang menunjuk pada diri Pangeran Tapah berhasil diperoleh dari objek yang juga diwujudkan dalam diri Putri Gelam. Subjek melakukan apa yang diharapkan pengirim. c.
Objek Objek (object) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang dituju, dicari,
diburu atau diinginkan oleh subjek atas ide dari pengirim (Taum, 2011: 145). Untuk mendapatkan objek, subjek harus berjuang keras dan melewati banyak rintangan. Putri Gelam adalah objek. Objek yang dimaksud adalah kebahagian. Putri Gelam adalah kebahagiaan yang dimaksud pengirim, kebahagiaan sejati yang harus didapat dengan penuh pengorbanan. Dan kebahagiaan inilah yang menjadi tujuan Pangeran Tapah ketika diusir dari istana, yaitu mendapatkan seorang istri. Meskipun awalnya pangeran sempat kecewa dengan satu-satunya teman yang dia miliki karena wanita itu berwajah buruk, pada akhirnya dia bahagia karena keajaiban yang terjadi yang membuat wanita buruk rupa itu menjadi sosok yang cantik jelita.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Suatu ketika seakan ada gaib membisikkan pada sang pangeran agar dia mendekap sang wanita dari belakang. Saat itu, bertepatan dengan suara gemuruh halilintar yang menampar kemilau sinar api. Saat itu juga wanita itu membalikkan tubuhnya menghadap ke arah pangeran. Namun, rambut itu masih menutupi wajahnya. Karena persahabatan mereka berdua sudah kian akrab, tanpa segan sang pangeran mengelus rambut sang wanita dan menyibakkannya. Betapa terkejut sang pangeran, wajah yang dikenalnya sangat buruk dan menakutkan telah berubah menjadi yang sangat cantik jelita. (Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 13) Sejenak pangeran tersentak menyadari apa yang telah dia lakukan dan segera pelukannya. Keajaiban telah terjadi, dia terperangah tak mampu berkata apa-apa. Di hadapannya terlihat sang putri yang buruk rupa menjelma menjadi seraut wajah nan cantik jelita. (Putri Gelam adegan 33)
Putri Gelam adalah seorang putri yang juga difitnah karena menolak lamaran yang ditujukan padanya. Karena sakit hati, salah satu dari orang-orang yang melamarnya membuat fitnah, dengan mengatakan bahwa sang putri telah melakukan perbuatan zina. Hal ini membuat dia dimurkai oleh ayahnya yang seorang raja dan harus menjaga nama baik kerajaan. Dia diusir dari istana setelah seorang tukang tenung didatangkan untuk membuat wajahnya menjadi buruk agar tidak ada seorang pun mau mendekatinya dan tidak membuat malu kerajaan lagi. Tukang tenung yang diminta membuat wajah sang putri menjadi buruk merasa kasihan karena dia tahu sang putri tidak melakukan apa yang dituduhkan padanya. Tukang tenung itu memberi tahu sang putri bahwa kutukan itu akan hilang apabila ada seorang pemuda yang bukan muhrimnya menyentuh tubuhnya. Kutukan itu benar-benar hilang ketika Pangeran Tapah berniat memperistrinya,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
pangeran menyentuh tubuh Putri Gelam sekaligus membebaskannya dari kutukan. Sebagai korban, Putri Gelam diasingkan ke sebuah hutan dan hanya tinggal seorang diri. Dia berusaha tidak bertemu dengan siapa pun karena takut ada yang melihat wajahnya yang buruk, sampai akhirnya Pangeran Tapah mendekatinya. Putri Gelam sempat menolak uluran pertemanan yang diberikan pangeran, meskipun dia sangat membutuhkannya, namun pangeran tidak menyerah untuk tetap menemani wanita yang ada di tengah hutan itu. Pangeran
membutuhkan
seorang
teman
dalam
kesendirian
dan
pengembaraan yang tidak dia ketahui kemana arahnya. Dengan adanya teman, dia berharap bisa mempunyai tujuan kemana harus pergi. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk menikah dengan Putri Gelam dan menjadikan Putri Gelam sebagai tujuan hidupnya yang baru setelah keluar dari istana. Dengan adanya Putri Gelam sebagai pendamping hidupnya, dia merasa lebih bahagia dan kebahagiaannya semakin lengkap dengan keberadaan dua orang anak dalam pernikahannya. Tujuannya telah didapat, yaitu kebahagiaan yang tidak lain adalah objek yang diburu dan diinginkan pengirim dan didapat oleh Pangeran Tapah sebagai subjek. Objek yang disamarkan dalam diri Putri Gelam adalah kebahagiaan yang diburu subjek karena ide dari pengirim. Objek yang samar kemudian menjadi nyata adanya melalui perantara seseorang, karena objek itu tidak berwujud.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
Melalui penanda seorang istri maka dapat diketahui secara jelas bahwa yang diinginkan adalah kebahagiaan yang diberikan oleh istri tersebut.
d.
Penolong Penolong (helper) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang membantu
atau mempermudah
usaha subjek atau pahlawan untuk mendapatkan objek
(Taum, 2011: 146). Penolong tidak berarti teman atau orang yang bersedia membantu
subjek
dengan
terang-terangan,
penolong
membantu
subjek
menentukan bagaimana mendapatkan objek. Saudara tiri pangeran adalah penolong. Dia yang memfitnah Pangeran Tapah hingga diusir dari istana dan membuat pangeran mendapatkan kebahagiannya dengan menikahi Putri Gelam. Meskipun terasa janggal dengan memasukkan orang yang membenci subjek sebagai penolong, namun cukup untuk membuktikan bahwa dengan cara membuat subjek pergi dari istana, subjek mulai belajar tentang kehidupan yang sebenarnya sangat diperlukan seorang calon pewaris tahta kerajaan atau seorang calon pemimpin suatu negeri. Saudara tiri Pangeran Tapah menjalani kehidupan yang membuatnya tidak berbeda dengan calon seorang pemimpin negeri. Namun dia tidak sadar, bahwa kehidupan mereka sudah ditentukan. Pangeran seorang putra mahkota sedangkan dia hanyalah seorang biasa yang ibunya diangkat menjadi permaisuri kedua setelah ibunda Pangeran Tapah meninggal. Keinginan untuk menjadi sama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
membuatnya berpikiran buruk. Dia membuat fitnah dengan menyertainya buktibukti yang ditujukan kepada sang raja. Suatu hari, Solim, putra tiri Raja Awang merasa iri melihat Pangeran Tapah Lanang, saudara tirinya mengenakan pakaian kebesaran sebagai pangeran yang pada suatu saat nanti akan menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja. Dia mulai menyusun strategi untuk memfitnah sang raja. (Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 10) Pangeran Tapah Lanang selaku putra mahkota yang berhak mewarisi tahta kerajaan pada hari itu mengenakan pakaian kebesaran, sementara saudara tirinya hanya mengenakan pakaian sebagaimana penghuni istana lainnya. Hal ini tentu membuat hati kecilnya menaruh rasa iri menyaksikan pangeran yang begitu gagah dan diagung-agungkan. Sejak peristiwa itu, saudara tiri pangeran selalu keluar istana dengan sembunyi-sembunyi. Dia menghabiskan waktunya untuk berfoya-foya dengan orang-orang di luar istana. Pikirannya mulai dirasuki niat jahat untuk menyingkirkan sang pangeran dari istana. ( Putri Gelam adegan 21- 22)
Dengan ribut gaduh, dan mabuk tampaknya mau membawa kita dalam dari yang luhur kepada yang rendah, dan bahkan dari yang mulia kepada yang hina (Santas, 2002: 21). Saudara tiri pangeran membuat dirinya terhina dengan menfitnah Pangeran Tapah. Dia yang semula dihormati dengan sebutan pinang di belah dua dengan sang pangeran, yaitu disejajarkan dengan Pangeran Tapah yang tidak lain adalah putra mahkota justru menghianati dan menghancurkan nama baiknya sendiri. Ketika dia berfikir tidak ada yang mengetahui niat buruknya itu, penasehat kerajaan telah lebih dulu mengamati gerak-geriknya sejak masih kanakkanak. Penasehat kerajaan sudah menduga apa yang bakal terjadi pada Pangeran Tapah dengan adanya saudara tiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Raja Awang adalah seorang yang arif dan bijaksana. Dia termakan fitnah yang dibuat putra tirinya ketika kelelahan melanda setelah dia memeriksa keadaan masyarakat di bawah kekuasaannya yang membuatnya tidak puas. Kemarahan Raja Awang memuncak mendengar fitnah yang menyatakan Pangeran Tapah sebagai putra mahkota dan calon pewaris tahta melakukan perbuatan zina yang dianggap melanggar norma. Tanpa mengindahkan penasehat kerajaan, Raja Awang mengusir Pangeran Tapah. Saudara tiri pangeran sebagai penolong, membantu Pangeran Tapah mendapatkan keinginan dan tujuan hidupnya yaitu kebahagiaan. Kebahagiaan yang didapat dengan pengorbanan yang besar, sebuah kebahagiaan yang juga diharapkan pengirim. Dengan membuat pangeran terusir dari istana, dia telah membuat pengeran belajar mencari dan menghadapi kehidupan serta menetapkan pandangannya tentang kehidupan, pangeran juga menentukan apa yang menjadi tujuan hidupnya dan bagaimana harus mendapatkannya. Semua hal yang tidak didapat pangeran di dalam istana, karena semua orang merasa kasihan jika harus membuat pangeran belajar menderita karena pangeran kehilangan ibundanya saat masih kanak-kanak. Pangeran keluar dari istana dan menjadi seorang mandiri. Pangeran mampu menyelesaikan segala permasalahnnya sendiri tanpa campur tangan ayahnya maupun penasehat kerajaan yang biasanya selalu menemaninya. Kebahagiaan yang didapatnya dari kemandirian membuatnya lebih bertanggung jawab. Penolong berhasil menjadikan pengeran seorang yang mandiri dan bertanggung jawab.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
e.
76
Penentang Penentang (opponent) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang
menghalangi usaha subjek atau pahlawan dalam mencapai objek (Taum, 2011: 145). Penentang menghalangi subjek baik secara langsung maupun tidak langsung. Perampok adalah penentang. Mereka menghalagi atau menghancurkan kebahagiaan Pangeran Tapah dan Putri Gelam dengan membunuh putra mereka dan membuat putri mereka hilang. Meskipun, varian hilangnya putri Pangeran Tapah berbeda antara cerita Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam, dalam Putri Gelam, putrinya melarikan diri ke hutan begitu mengetahui saudaranya dibunuh para perampok itu, sedangkan dalam Asalmuasal Terjadinya Danau Teluk Gelam putrinya dibawa perampok. Pada intinya Pangeran Tapah dan Putri Gelam kehilangan anak-anak yang sangat mereka cintai. Tujuan pangeran adalah kebahagiaan, dengan mendapatkan Putri Gelam dan memiliki dua orang anak, pangeran telah mendapat kebahagiaannya. Perampok sebagai penentang, menghancurkan kebahagiaan Pangeran Tapah dengan membunuh anak laki-lakinya. Mengetahui anak-laki-lakinya tewas dan anak perempuannya hilang, pangeran merasa kebahagiaannya telah hancur pula. Bersama kematian putranya, maka kehidupannya pun telah mati. Ditambah ketidaktahuannya tentang keberadaan putrinya semakin membuatnya tidak punya harapan untuk hidup. Tujuan hidupnya adalah bahagia bersama anak dan istrinya,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
namun sumber kebahagiaannya telah hilang, maka dengan begitu hidup pangeran juga telah berakhir. Karena kehidupan mereka serta hasil kebun mereka diketahui oleh orangorang sangat menjamin kesejahteraan, maka suatu saat gubuk mereka kedatangan tamu tak diundang untuk merempas segala hasil kebun yang ditumpuk di bawah gubuk. Saat itu, pangeran dan istrinya sedang sibuk menanam kelapa di kebun sementara kedua anaknya ditinggal di dalam gubuk. Kedua anak itu setelah melihat dan menyaksikan perompak merampas segala hasil kebun mereka, anakanak itu berusaha melarikan diri berlari dari pondok dengan berupaya terjun dari pondok. Namun, sekawanan perompak itu sigap, anak lelaki pangeran tertangkap sementara yang perempuan lari sekencangnya masuk hutan. Sang anak lelaki tersebut sempat meronta dan menjerit minta tolong, namun sang perompak menyiksa hingga anak tersebut tewas dan jasatnya dibuang pada bekas kubangan babi yang tidak jauh dari pondok mereka. Para perompak masih berada di pondok menikmati apa yang ada dan yang bisa mereka makan. Saat itu pangeran dan istrinya datang. Betapa geramnya sang pangeran melihat pondok mereka sudah berantakan. Tanpa basa-basi dia langsung menyerang para perompak. Perkelahian sengit satu tanding lima jadi. Putri Gelam sibuk mencari dan memanggil-manggil putra-putri mereka. Satu-persatu perompak tumbang di tangan sang pangeran. Setelah semuanya mati terbunuh, pangeran ingat akan putra-putrinya, dia berlari kesanakemari sambil memanggil anak-anaknya. Namun, apa yang terjadi, seketika sang pangeran terperangah melihat sosok putranya telah terkapar bersimbah darah. Setelah mengetahui putranya tak bernyawa lagi, dia langsung menangis sejadijadinya. Tanpa dihiraukannya lagi jasad putranya, dia hanyut terhuyung kesanakemari sambil menjerit akhirnya dia tersungkur pada tanah bekas kubangan babi. Tangisnya kian menjadi, air matanya mengucur tiada henti menggenangi tanah berlubang bekas kubangan babi tempat dia tersungkur, lama-lama tanpa disadari kian membanjir dan menenggelamkannya. Tubuh sang pangeran hanya terlihat bagian kepala saja, saat itu istrinya berupaya untuk menarik rambut suaminya, namun seakan ada magnet menyeret tubuh pangeran hingga terhisap ke dalam air
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
yang kian membesar. Putri Gelam lalu terlempar dan tersangkut pada sebuah pohon. (Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 15-16) Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Mereka terusik dengan kedatangan perampok, membuat semua menjadi sirna. Para perampok itu bermaksud menjarah segala hasil perkebuanan mereka. Beberapa perampok itu sempat mendapat perlawanan dari putranya yang saat itu sudah tumbuh menjadi seorang remaja. Putranya telah menguasai ilmu kanuragan yang diajarkan ayahnya yang memang seorang pangeran. Apa hendak dikata, putra pangeran yang masih belia itu tak mampu melawan musuh yang berjumlah beberapa orang yang lengkap dengan senjata tajamnya. Sedangkan putrinya dibawa lari oleh perampok itu entah ke mana. Pangeran dan istrinya hanya menatap pertarungan itu dari kejauhan. Belum sempat keduanya berbuat apa-apa, apalagi menolong memberikan pertolongan perlawanan, sebentar saja mereka telah merasa lemas menyaksikan pertempuran itu hingga putra mereka tewas mengenaskan. Putri Gelam melihat kenyataan itu tak dapat menahan kesedihan, menjerit sejadi-jadinya di tengah hutan yang sepi itu. Karena tak kuasa menahan amarah dan kedukaan yang sangat mendalam, pangeran menangis tanpa henti meluapkan segala perasaan yang ada di dadanya. Keajaiban alam tiba-tiba terjadi. Air mata pangeran yang menetes ke tanah semakin melimpah ke mana-mana menjadi genangan air, yang semakin membesar dan menjadi sebuah danau. Pangeran tak sadarkan diri lagi. Tubuhnya tenggelam tak tertolong lagi hanya tampak jemarinya yang melambai-lambai minta pertolongan. Putri Gelam yang siuman dari pingsannya terpana tak kuasa menolongnya. Putri Gelam menyelamatkan diri memanjat sebuah pohon dan hanya bisa meratapi kejadian itu selamanya. (Putri Gelam adegan 37-39)
Perampok menentang kebahagiaan Pangeran Tapah dengan merampas hasil pertanian yang dikumpulkan di pondoknya. Hal itu membuat kedua anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
pangeran menjadi korban. Perampok seperti kebiasaannya selalu berusaha mendapatkan apa yang dia mau, jika ada yang menghalangi niatnya maka dia akan menghabisi penghalangnya. Perampok sebagai penentang yang berhasil menghalangi kebahagiaan pangeran atau subjek memperlihatkan kekuasaannya dan dominasinya terhadap kehidupan pangeran yang kurang siaga. Keberhasilan penetang ini menunjukkan bahwa subjek kalah dan tidak berhasil menjaga objeknya dengan baik.
f.
Penerima Penerima (receiver) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang menerima
objek yang diusahakan atau yang dicari oleh subjek (Taum, 2011: 146). Penerima tidak selalu subjek, bisa saja penerima adalah aktan yang lain dari subjek. Pangeran Tapah adalah penerima. Pangeran Tapah adalah subjek yang mengusahakan kebahagiaan, yaitu mendapatkan seorang istri. Dia menikah dengan Putri Gelam dan mendapat kebahagiaan. Namun, ketika para perampok membunuh anak laki-lakinya dan membuat anak perempuannya hilang karena melarikan diri, dia orang yang paling menderita. Penderitaan Pangeran Tapah diperjelas dengan kuasa Tuhan yang menjadikannya seekor ikan di tengah danau tempat mayat putranya ditemukan, begitu juga dengan Putri Gelam yang menjadi seekor burung. Tangisnya kian menjadi, air matanya mengucur tiada henti menggenangi tanah berlubang bekas kubangan babi tempat dia tersungkur, lama-lama tanpa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
disadari kian membanjir dan menenggelamkannya. Tubuh sang pangeran hanya terlihat bagian kepala saja, saat itu istrinya berupaya untuk menarik rambut suaminya, namun seakan ada magnet menyeret tubuh pangeran hingga terhisap ke dalam air yang kian membesar. Putri Gelam lalu terlempar dan tersangkut pada sebuah pohon. Suatu keajaiban terjadi, kubangan babi tersebut meluas hingga membentuk sebuah danau, dan munculah sosok yang menjelma seekor ikan besar sebagai jelmaan dari tubuh pangeran. Sementara sosok Putri Gelam tersangkut di pohon menjelma menjadi seekor burung putih berleher panjang. (Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 16-17) Karena tak kuasa menahan amarah dan kedukaan yang sangat mendalam, pangeran menangis tanpa henti meluapkan segala perasaan yang ada di dadanya. Keajaiban alam tiba-tiba terjadi. Air mata pangeran yang menetes ke tanah semakin melimpah kemana-mana menjadi genangan air, yang semakin membesar dan menjadi sebuah danau. Pangeran tak sadarkan diri lagi. Tubuhnya tenggelam tak tertolong lagi hanya tampak jemarinya yang melambai-lambai minta pertolongan. Putri Gelam yang siuman dari pingsannya terpana tak kuasa menolongnya. Putri Gelam menyelamatkan diri memanjat sebuah pohon dan hanya bisa meratapi kejadian itu selamanya. Beberapa hari kemudian ketika seseorang melewati daerah itu, deburan air memecah telaga dan tiba-tiba muncul seekor ikan besar lalu berkata, “Kisanak... jangan takut padaku, hamba adalah Pangeran Tapah Lanang, putra dari Kerajaan Awang.” Bersamaan dengan itu, terlihat pula turun dari sebatang pohon di pinggirannya, seekor burung putih dengan leher panjang hinggap di ranting dahan yang menjuntai ke tengah genangan air, berkata lirih mengharukan, “Kisanak... hamba adalah Putri Gelam, putri dari Kerajaan Damar, Pangeran Tapah Lanang adalah suamiku. Putra kami terbunuh oleh perampok beberapa hari lalu, putri kami hilang tak tahu dimana rimbanya”. (Putri Gelam adegan 39-40)
Jika kebahagiaan pencinta sendiri dilihat sebagai tujuan akhir dari eros (baca: cinta), perhatian demi kebaikan orang yang kita kasihi mungkin ada bila dilihat oleh pencinta sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaannya sendiri (Santas, 2002: 46). Pangeran Tapah sebagai pencinta yang tulus melihat tujuan hidupnya yaitu kebahagiaan dalam diri Putri Gelam. Dia mengasihi sejak Putri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Gelam belum layak mendampinginya karena rupa yang buruk. Kesabaran dan hati iklas menemani dan menerima Putri Gelam sebagai seorang wanita justru mendatangkan kebahagiaan yang tidak pernah dia banyangkan sebelumnya. Meskipun dia harus kehilangan kedua anaknya yang merupakan bagian dari kebahagiaannya, Pangeran Tapah tetap memiliki Putri Gelam sebagai wujud kebahagiaan yang telah didapatnya. Bukti kecintaan Pangerna Tapah kepada keluarganya diwujudkan oleh keajaiban adanya danau. Air danau itu berasal dari air mata Pangeran Tapah ketika menangisi mayat anak laki-lakinya. Air mata kepedihan itu tak kunjung berhenti hingga membanjiri tempat di sekitarnya. Pangeran mengusahakan kebahagiaannya dengan menikahi Putri Gelam, kebahagiaannya itu didapatnya namun juga di menghancurkan hidupnya. Pangeran Tapah tidak hanya menerima kebahagiaan sebagai tujuan hidupnya, tetapi juga menerima takdirnya untuk kehilangan kebahagiaannya karena kehilangan kedua anaknya, dan kembali menderita seperti kehidupan yang diawalinya. Penerima kembali pada kehidupan awalnya, atau yang secara tidak langsung diungkap Hayder (2009) bahwa kehidupan yang akan dijalani di masa yang akan datang dapat dilihat dari kehidupannya yang telah dilewati.
7. Pola Aktansial Berikut ini gambar hubungan masing-masing aktan dalam struktur aktansial. Setiap aktan memiliki hubungan langsung terkecuali hubungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
pengirim dengan objek. Pangirim memiliki hubungan langsung dengan subjek karena Pangeran Tapah merupakan Putra Mahkota sekaligus satu-satunya putra Raja Awang. Hubungan pembantu dan penetang hanya merupakan pemicu hal-hal yang berkaitan dengan apa yang dilakukan subjek. Pangeran Tapah dalam analisis ini adalah subjek sekaligus penerima dari objek yang merupakan Putri Gelam. Apabila digambarkan, pola aktansial legenda Danau Teluk Gelam terlihat sebagai berikut: Bagan 4. Pola Aktansial
(Pengirim)
(Objek)
(Penerima)
Raja Awang
Putri Gelam
Pangeran Tapah
(Subjek) Pangeran Tapah
(Pembantu)
(Penentang)
Saudara tiri Pangeran
Para perampok
Tapah
2.
Struktur Fungsional Struktur fungsional terdiri atas: a)situasi awal, b)transformasi yang terbagi
atas tahap kecakapan, tahap utama dan tahap kegemilangan, dan c)situasi akhir. Analisis struktur fungsional ini adalah narasi dalam legenda Danau Teluk Gelam.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a.
83
Situasi Awal Situasi awal adalah situasi awal cerita yang menggambarkan keadaan
sebelum ada suatu peristiwa yang mengganggu keseimbangan (harmoni) (Taum, 2011: 147). Situasi awal biasanya berisi perkenalan, sebelum memasuki konflik. Cerita diawali dengan kegelisahan Raja Awang karena permaisurinya sakit. Sudah banyak tabib yang mengobati, namun kesehatan permaisuri tidak kunjung baik, bahkan semakin parah. Tak lama kemudian sang permaisuri meninggal, saat itu Pangeran Tapah masih kecil. Walaupun tidak begitu paham dengan keadaan yang terjadi, pangeran bisa menerima ketika ayahnya, Raja Awang menikah lagi. Pemaisuri yang baru atau ibu tiri Pangeran Tapah telah memiliki seorang anak yang seusia dengannya. Keadaan tetap aman sampai Pangeran Tapah menginjak usia yang kedua puluh satu. Suatu hari diadakan perayaan di istana. Pangeran Tapah memakai pakaian kebesaran putra mahkota. Hal itu membuat iri saudara tirinya yang hanya memakai pakaian biasa seperti umumnya orang-orang dalam istana itu. Melihat Pangeran Tapah yang dipuja-puja oleh para tamu undangan sebagai calon raja yang akan menggantikan ayahnya, muncul niat buruk dalam diri saudara tiri Pangeran Tapah untuk menyingkirkan pangeran dari istana dengan memfitnahnya. Saudara tiri pangeran merasa dirinya juga layak menjadi putra mahkota. Dia yang dibesarkan bersama Pangeran Tapah mengganggap apa yang dimiliki pangeran juga dapat dimilikinya. Dia tidak menyadari bahwa kedudukan sebagai seorang putra mahkota hanya dimiliki oleh seseorang yang secara resmi diakui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
sebagai keturunan raja. Hanya anak raja dari permaisurilah yang berhak menyadang kedudukan itu. Kekeliruan saudara tiri pangeran adalah menganggap bahwa ibunya juga seorang permaisuri dan tidak menyadari bahwa dia bukan keturunan raja. Keindahan adalah satu-satunya yang bayangan duniawinya dapat ditangkap secara harfiah dan langsung oleh indera yang paling tajam dan peka, yaitu penglihatan (Santas, 2002: 98). Saudara tiri pangeran yang silau akan harta dan kedudukan tidak dapat membedakan kebaikan dan kebijaksanaan raja terhadap dirinya. Raja dan kerabat istana lainnya yang telah memperlakukan dirinya selayaknya anak raja. Perlakuan yang tidak membedakan antara Pangeran Tapah sebagai putra mahkota dan dirinya menjadikan kesalahpahaman semakin parah hingga mengorbankan rasa kekeluargaan. Kebijaksaan Raja Awang sebagai raja sekaligus ayah bagi Pangeran Tapah dan saudara tirinya tidak bisa dijadikan patokan akan kebaikan yang semestinya. Antara kebijaksanaan sebagai raja seharusnya dibedakan dengan kebaikan seorang ayah. Karena telah katakan oleh Santas (2002: 98), bahwa secara harfiah kita tidak dapat menangkap kebijaksanaan seorang pria atau wanita, atau keadilan, temperansia atau kebaikan. Oleh karena itu, kebaikan yang dimiliki Raja Awang sebagai ayah justru tidak memperbaikai keadaan yang seharusnya menetapkan sejak awal bahwa Pangeran Tapah adalah putra mahkota. Meskipun keluarga raja sudah mengalami keretakan akibat rasa iri saudara tiri pangeran, keadaan tetap dapat dikendalikan. Pangeran Tapah sebagai putra
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
mahkota tetap tidak terusik. Raja tetap bisa menepis berita-berita buruk yang mungkin dia dengar atau secara langsung disampaikan oleh putra tirinya, dengan begitu raja tetap dapat memerintah dengan bijaksana. Keadaan awal Legenda Danau Teluk Gelam berdasarkan kajian teori struktur fungsional A.J. Greimas dapat dikatakan harmoni, karena keadaan tetap dapat dikendalikan meskipun telah terjadi pergolakan di keluarga raja. Hal ini diperkuat dengan tidak tergesernya posisi Pangeran Tapah sebagai putra mahkota.
b.
Transformasi Transformasi meliputi tiga tahap cobaan, yakni tahap kecakapan, tahap
utama, dan tahap kegemilangan. Ketiga tahapan cobaan ini menunjukan usaha subjek untuk mendapatkan objek (Taum, 2011: 147). Berikut uraian tahapan dalam Legenda Danau Teluk Gelam.
1)
Tahap Kecakapan Setelah beberapa kali, akhirnya Raja Awang terbujuk oleh fitnah yang
dibuat putra tirinya, yaitu Pangeran Tapah telah melakukan tindakan tercela dengan memperkosa seorang perempuan di luar kerajaan. Fitnah itu membuat sang raja marah besar dan mengusir Pangeran Tapah dari istana. Sebelum meninggalkan istana Pangeran Tapah berziarah ke makam ibundanya. Mengingat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
tidak adanya harapan untuk kembali lagi ke istana, maka Pangeran memutuskan untuk meninggalkan istana selama-lamanya. Dalam pengembaraannya, Pangeran Tapah beberapa kali menetap di sebuah tempat, hingga dia sampai di sebuah pondok di tengah hutan yang disangga tiga tiang penyangga. Di gubuk itu, tinggal seorang wanita berwajah buruk. Karena tidak ada lagi orang yang tinggal di tempat itu, pangeran mencoba untuk berteman dengan wanita yang berwajah buruk tersebut sambil mencari tahu asal-usul wanita itu. Wanita berwajah buruk itu bernama Putri Gelam dari Kerajaan Damar. Dia difitnah oleh orang yang gagal mempersuntingnya. Karena fitnah itu, dia ditenung dengan wajah buruk agar tidak ada yang mendekatinya. Semua itu dianggap setimpal dengan perbuatan buruk yang membuat orang tuanya dan kerajaannya malu. Meskipun begitu, Pangeran Tapah tetap menemani wanita berwajah buruk itu dan berusaha menjaganya.
2)
Tahap Utama Karena terharu dengan cerita Putri Gelam, Pangeran Tapah tanpa sadar
memeluk Putri Gelam. Keajaiban terjadi, wajah Putri Gelam kembali seperti sedia kala. Dia teringat pada kata-kata tukang tenung itu bahwa wajahnya akan kembali apabila dia disentuh seorang pemuda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
Tahap utama adalah tahapan yang menentukan apakah subjek menemukan objek yang dicari. Subjek dianggap berhasil menemukan keberadaan objek yang dicari meskipun belum dinyatakan benar-benar mendapatkan. Subjek masih dalam tahap penemuan dan masih ada proses yang harus dilewati subjek untuk bisa mendapatkan objek secara utuh. Dalam Legenda Danau Teluk Gelam Pangeran Tapah sebagai subjek menemukan Putri Gelam sebagai objek. Putri Gelam sebagai dinyatakan sebagai objek dan ini menandakan bahwa petualangan Pangeran Tapah mencari kebahagiaan sudah dianggap selesai, karena dia telah mendapatkannya.
3)
Tahap Kegemilangan Tahap kegemilangan adalah pengukuhan akan keberhasilan subjek
mendapatkan objek. Tahap ini menunjukkan kepahlawanan subjek. Oleh karena itu, subjek sebagai pahlawan dianggap berhak memiliki objek. Pangeran Tapah dan Putri Gelam menikah. Mereka dikaruniai dua orang anak, laki-laki dan perempuan. Kehidupan mereka sangat bahagia, mereka bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Eros atau cinta ini dibentuk oleh keinginan, keinginan memperoleh anak dan keinginan demi imortalitas pencintanya sendiri (Santas, 2002: 55). Anak yang dimiliki Pangeran Tapah adalah pelengkap kebahagiaan yang dia dapatkan setelah menikahi Putri Gelam. Keinginannya hanyalah mendapatkan kebahagiaan dengan mempunyai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
seorang istri yang bisa menerimanya dan menjadi wadah tanggung jawab dalam kehidupannya yang selanjutnya. Harapan itu akhirnya hanya dapat disendikan pada dasar kepercayaan, bahwa benar-benar ada suatu kebenaran terakhir, suatu keadilan terakhir. Sehingga seluruh perjuangannya itu punya arti, pantas dengan harga biaya korbannya. Kemauan untuk hidup dan berharap, walaupun kegelapan di sekeliling seolah-olah tidak memberi harapan maupun napas, kemauan untuk hidup itulah, yang sekaligus menghidupi sedama manusia lain, bukankah itu esensi dari setiap sikap religius? Sebab yang dituju religiositas bukan dunia kaum pemimpin dan pengganja, bukan firdaus fatamorgana yang kosong, melainkan benar-benar realita nyata (Mangunwijaya, 1988: 116). Kepercayaan Pangeran Tapah akan kebahagiaan yang akan didapatnya di luar istana menjadikan dia optimis untuk mendapatkannya.
c.
Situasi Akhir Situasi akhir berarti keseimbangan, situasi telah kembali ke keadaan
semula. Konflik telah berakhir. Di sinilah cerita berakhir dengan subjek yang berhasil atau gagal mencapai objek (Taum, 2011: 147). Pangeran Tapah sebagai subjek dianggap gagal mendapatkan objek karena penghalang lebih menguasai objek dan berhasil merebut objek dari subjek. Kebahagiaan keluarga Pangeran Tapah dan Putri Gelam hancur setelah pondoknya didatangi para perampok. Anak laki-lakinya tewas ketika melawan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
para perampok itu dan anak perempuannya melarikan diri ke hutan. Pangeran yang tidak kuasa melihat kematian putranya menangis pilu. Lama-kelamaan air mata pangeran membanjiri tempat itu. Pangeran Tapah tenggelam di dalamnya dan berubah wujud menjadi seekor ikan besar, ikan tapah. Sedangkan Putri Gelam yang menyelamatkan diri memanjat sebuah pohon, berubah wujud menjadi seekor burung. d. Tabel Struktur Fungsional Berikut gambar struktur fungsional sebagai landasan dan penerapannya dalam legenda Danau Teluk Gelam. Tabel 3. Struktur Fungsional I
II
Transformasi Tahap Tahap Pengenalan Utama Pangeran Pangeran Pangeran Tapah Tapah tinggal Tapah diusir menyembuhkan di istana dari istana dan Putri Gelam dari bersama mengembara tenung. keluarganya. hingga bertemu dengan Putri Gelam.
III
Situasi Awal
Situasi Akhir Tahap Kegemilangan Pangeran Tapah menikahi Putri Gelam dan hidup bahagia. Dia memiliki dua orang anak.
Pangeran Tapah berubah menjadi seekor ikan setelah putranya tewas dan putrinya hilang. Sedangkan Putri Gelam menjadi seekor burung.
Dari gambar tersebut didapat penegasan dalam setiap bagian struktur yang meiliki fungsi pembangun alur. Alur merupakan energi terpenting yang menggerakkan cerita sehingga menjadi penceritaan, dengan episode terpenting
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
yang terdiri atas permulaan, konflikasi, dan penyelesaian (Ratna, 2011: 139). Permulaan dapat samakan dengan situasi awal, konflikasi dengan transformasi, dan penyelesaian dengan situasi akhir.
C. Rangkuman Struktural A.J. Greimas Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa teori aktansial dan struktur fungional yang digagas A.J. Greimas memberikan kontribusi dalam memahami legenda sebagai sastra lisan yang menyeluruh. Artinya, kehidupan yang dialami tokoh-tokoh dalam legenda tersebut merupakan penggambaran akan nilai dan moral yang terjadi di masyarakat. Nilai dan moral yang dapat menjadikan masyarakat semakin arogan ataupun lebih mawas diri serta memahami legenda sebagai sebuah ajaran. Pemahaman akan hal tersebut dapat digambarkan dengan pernyataan Staton (2007: 19), sebagai berikut; Semakin paham kita akan permasalahan yang ia geluti dan semakin mengerti kita akan usahanya menyelesaikan persoalan tersebut, akan diketahui bahwa karakter bersangkutan cukup lazim adanya. Permasalah yang ia hadapi berkisar pada kegagalan, tanggung jawab, atau disilusi. Ketiganya merupakan persoalan yang biasa menimpa setiap orang. Apa yang dilakukan si tokoh mungkin bergantung pada keberanian, kepengecutan, sinisme, atau kemudaannya. Bila kesulitan yang menghadang dipecahkan dengan ketulusan dan kesabaran, kesulitan itu akan memandunya pada beberapa petunjuk (Staton, 2007: 11).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
a. Nilai-nilai moral yang dapat diperoleh dari kajian di atas antara lain: 1) Perkawinan di luar nikah merupakan aib yang sangat memalukan yang dapat memutus mata rantai antara orangtua dan anaknya. Hal ini merupakan salah satu kearifan lokal masyarkat OKI. 2) Oleh karena kuatnya keyakinan moral (1) di atas, perkawinan di luar nikah seringkali dimanfaatkan sebagai senjata unutk memfitnah seseorang yang ingin dijatuhkan. 3) Dalam cerita ini, dua kali fitnah dengan dalih tersebut digunakan. Pertama untuk Pangeran Tapah, kedua untuk Putri Gelam. b. Teori struktural A.J. Greimas dipilih sebagai pendekatan dalam kajian legenda
Danau
Gelam
karena
memudahkan
pengklasifikasian
berhubungan penceritaan dengan norma dan aturan yang berlaku serta nilai-nilai tradisi yang dapat digali dari cerita tersebut. c. Persoalan yang masih belum dijelaskan secara tuntas adalah tragedi yang menimpa Pangeran Tapah dan Putri Gelam. Mengapa di puncak kebahagiaan mereka justru mengalami nasib yang tragis? Untuk itu dalam bab IV ini, cerita tersebut akan dikaji dengan perspektif pandangan dunia tragik Goldmann.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
BAB IV LEGENDA DANAU TELUK GELAM DALAM PERSPEKTIF GOLDMANN
Dalam bab IV ini akan dikaji legenda Danau Teluk Gelam melalui perspektif pandangan dunia tragik Goldman. Dalam cerita tersebut ditemukan dua kali kehidupan tragis yang dialami oleh tokoh Pangeran Tapah dan Putri Gelam, yaitu: pertama, sebagai putra dan putri kerajaan mereka berdua diusir dari istana karena fitnah, kedua setelah menikah dan hidup bahagia terjadi perampokan dan akibat dari rasa sedih dan kehilangan tersebut mereka berdua berubah menjadi binatang. Dari kehidupan dua peristiwa tragik di atas, dapat pula digali beberapa hal kontradiksi seperti yang diungkap Goldmann dalam pandangan dunia tragiknya. Peristiwa dan kontradiksi itulah yang mendasari analisis legenda tersebut dengan menggunakan pendekatan Goldman tersebut. Pandangan dunia tragik terbagi dalam tiga elemen penting, yaitu pandangan mengenai Tuhan, pandangan mengenai dunia, dan pandangan mengenai manusia.
A.
Analisis Melalui Pendekatan Pandangan Dunia Tragik Berikut akan dibahas legenda Danau Teluk Gelam dengan pendekatan
pandangan dunia tragik Goldmann, yang terbagi dalam tiga pendekatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
pandangan yakni pandangan mengenai tuhan, pandangan mengenai dunia, dan pandangan mengenai manusia. Dalam setiap pendekatan pandangan tersebut disajikan pula kontradiksi-kontradiksi yang memperkuat pandangan dunia tragik dalam legenda Danau Teluk Gelam.
1.
Pandangan Mengenai Tuhan Goldmann dalam Faruk (2012: 82-83) menyatakan, Tuhan tragedi sama
sekali tidak mempunyai peran dalam kehidupan manusia. Karena tidak berperan dalam kehidupan manusia, Tuhan dapat dikatakan tidak ada. Akan tetapi, manusia selalu menyadari bahwa Tuhan itu ada dan tidak melepaskan tuntutan-Nya atas perilaku kehidupan. Yang benar bukan kekuatan dan kekuasaan akal manusia, melainkan kekuatan dan kekuasaan Tuhan. Karena adanya sorotan dari Tuhan tersebut, tetapi sekaligus karena ketidakberperanan-Nya di dalam dunia, Tuhan dalam pandangan dunia tragik sekaligus ada dan tiada. Kontradiksi dari keberadaan Tuhan dalam legenda Danau Teluk Gelam ini dapat diwujudkan dengan harapan dan kenyataan. Dalam cerita tersebut, harapan atau yang lebih diwujudkan dalam bentuk doa sebagai pengakuan terhadap keberadaan
Tuhan
dikontraskan
dengan
kenyataan
yang
menyatakan
ketidakberperanan Tuhan dalam kehidupan. Apabila Tuhan dianggap ada, seharusnya Dia mendengar dan mengabulkan permohonan makhluk yang berdoa kepadanya, memohon kekuasaannya untuk kebaikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
Dalam legenda Teluk Gelam, dapat dilihat bahwa hubungan manusia dengan Tuhan dalam kenyataan yang terjadi yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Selain itu, ketidakberperanan Tuhan sebagai wasit atau hakim untuk mencegah ketidakadilan menguatkan prasangka ketiadaan-Nya. Tetapi, muncul juga prasangka bahwa apa yang terjadi dalam kehidupan adalah kehendak dari Tuhan. Berikut ini adalah kontradiksi-kontradiksi yang menyatakan keberadaan dan ketiadaaan Tuhan dari legenda Danau Teluk Gelam berdasarkan pandangan mengenai Tuhan: Di bawah ini adalah tabel yang menyatakan kontradiksi mengenai ada dan tidak adanya Tuhan dalam pengakuan manusia tragik dalam legenda Danau Teluk Gelam berdasarkan pandangan mengenai Tuhan: Tabel 4. Pandangan Mengenai Tuhan No
Tuhan Tidak Ada (kenyataan)
Tuhan Ada (harapan)
1
Permaisuri meninggal
Berdoa untuk kesembuhan permaisuri
2
Pangeran diusir karena fitnah
Pangeran memiliki tujuan hidup yaitu bahagia
3
Dia mengembara seorang diri
Pangeran bertemu dengan Putri Gelam
Setelah melihat tabel di atas, akan diungkap bagaimana kontradiksi tersebut mengarah pada pandangan menegnai dunia dari manusia tragik. Berikut ini analisis pandangan mengenai Tuhan terhadap legenda Danau Teluk Gelam:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a.
95
Tuhan Tidak Ada Keberadaan Tuhan secara harfian di dunia sebagai penolong yang
mencintai setiap makhluk ciptaannya tidak dapat dibuktikan. Hal tersebut menguatkan tentang kesangsian manusia terhadap keberadaan-Nya. Dengan kata lain, penderitaan menjadi cara yang mudah untuk meniadakan Tuhan dari kehidupan. Begitu pula yang dirasakan oleh Raja Awang dan Pangeran Tapah dalam legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam. Keberadaan Tuhan disangsikan ketika sang permaisuri sakit dan semakin parah. Sudah banyak tabib yang didatangkan untuk mengobati penyakit permaisuri, namun tidak satu pun yang berhasil. Penyakit permaisuri semakin hari semakin bertambah parah. Ketika tidak ada lagi jalan pengobatan yang berhasil, satu-satunya jalan hanyalah berdoa, meminta kemurahan Tuhan agar penyakit sang permaisuri dapat diringankan. Saat keadaan sudah di luar kemampuan manusia, maka dipercaya bahwa Tuhan berperan dalam kehidupan. Suatu hari Putri Rajenah memanggil beberapa inang pengasuh untuk membicarakan hal-ihwal yang saat itu merasuk dirinya. Beliau rupanya menderita suatu penyakit. Penyakit yang diderita beliau semakin hari semakin parah. Sang raja mengutus beberapa hulu balang kerajaan untuk mencari tabib guna mengobati penyakit sang permaisuri. Berkumpulan tabib terkenal dari berbagai penjuru. Namun, tak satu pun yang mampu menyembuhkan sang permaisuri. (Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 5) Di beranda istana seorang laki-laki berperawakan kekar dengan kharisma nan agung penuh wibawa, tampak hilir-mudik kesana-kemari. Dialah penguasa daerah yang subur itu, yang kini sedang di landa kegelisahan. Pikiran sang raja dihinggapi kekhawatiran akan penyakit yang menimpa permaisurinya. Orang-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
orang kepercayaan istana tampak keluar-masuk dengan beragam tingkahnya yang semua menampakkan kegelisahan yang tak berbeda. (Putri Gelam adegan 3)
Raja Awang berharap penyakit permaisuri bisa disembuhkan. Dia terus berusaha dengan mendatangkan banyak tabib, tapi keadaan tidak berubah, permaisuri meninggal. Ini membuktikan bahwa Tuhan ada sekaligus tidak ada. Raja Awang berharap Tuhan akan membantunya, tetapi yang terjadi Tuhan tidak berperan dalam kehidupan manusia, Tuhan tidak hadir saat dibutuhkan. Tuhan yang dipercaya Maha Pengasih justru tidak mengasihi hambanya yang sakit dan membiarkan seorang anak kecil bersedih karena kehilangan ibundanya. Suatu hari, dari istana berdentangan bebunyian kelupkup atau bunyi sebagai petanda di istana telah terjadi sesuatu musibah. Rupanya sang permaisuri telah mangkat. Semua rakyat merasa sedih dan haru serta kehilangan seorang ibu yang baik, ramah dan pengasih sesama rakyatnya. (Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 7)
Di luar rumah sayup-sayup suara burung hantu, yang semakin membuat hati sang raja kian gelisah. Karena suara burung hantu semacam itu konon kata leluhurnya suatu pertanda adanya malapetaka yang akan mengancam bagi keluarga di istana kerajaan. (Putri Gelam adegan 11)
Mangunwijaya (1988: 117) menyatakan bahwa peran Tuhan dalam kehidupan manusia tetap tidak dapat disangsikan. Meskipun telah diketahui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
bahwa Tuhan tidak berpengaruh terhadap keadaan yang terjadi, keberadaannya tetap di-Agungkan. Tuhan sebenarnya hanyalah sebuah pelarian manusia akan ketidakmampuannya menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kemampuan manusia yang terbatas dan yang menginginkan sesuatu yang sulit atau bahkan mustahil untuk didapatkan membuatnya berlari kepada Tuhan. Ini membuktikan bahwa manusia hanyalah sosok penakut yang tidak berani menerima keadaan yang seharusnya terjadi. Keyakinan akan adanya kehidupan sesudah mati membuat manusia berbuat baik dan beribadah kepada Tuhan. Tuhan dijadikan semacam tumbal sulam untuk lubang-lubang kesulitan yang tidak dapat dibereskan sendiri oleh manusia, tukang sulap mukjizat untuk membereskan kerepotan-kerepotan yang dibuat oleh manusia sendiri. Tuhan yang dikatakan Mangunwijaya sebagai pelarian didasarkan pada perilaku manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu benar dan salah. Benar dan salah berpengaruh pada sikap Tuhan terhadapnya atau keberadaan Tuhan. Perilaku yang benar selalu diridhoi Tuhan dan manusia yang melakukan tindakan benar akan selalu dilindungi Tuhan dan hidup bahagia, inilah bentuk pelarian kepada Tuhan karena manusia takut menderita. Sedangkan, manusia yang berperilaku salah akan dijauhi Tuhan dan akan hidup menderita selamanya. Keberadaan Tuhan sangat berpengaruh pada apa yang dialami Pangeran Tapah. Pangeran Tapah berperilaku salah dengan berzina meskipun itu hanya fitnah, dengan begitu Tuhan tidak akan membantunya. Tuhan tidak berbuat apaapa untuk mencegah diusirnya pangeran dari istana. Meskipun Tuhan tahu bahwa yang dituduhkan padanya tidak benar. Tuhan juga tidak memberitahu Raja Awang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
bahwa putra tirinya yang membuat fitnah. Tuhan tidak ada, itu dibuktikan dengan tidak berperannya Ia dalam menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Tuhan juga tidak muncul ketika pangeran merasa frustasi, menjalani kehidupan yang sangat tidak diinginkan yaitu diusir dari istana. Suatu hari, Solim, putra tiri Raja Awang merasa iri melihat Pangeran Tapah Lanang, saudara tirinya mengenakan pakaian kebesaran sebagai pangeran yang pada suatu saat nanti akan menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja. Dia mulai menyusun strategi untuk memfitnah sang raja. Dia mengatakan pada sang raja bahwa pangeran telah berbuat mesum dengan seorang perempuan petani di luar istana. Padahal, sang pangeran tidak pernah keluar istana sejak bundanya mangkat. Dengan memperlihatkan bukti ada noda darah pada selembar kain yang dikatakannya bahwa darah tersebut adalah darah keperawanan sang wanita yang dimaksudnya dalam fitnah kejam tersebut. Melihat kenyataan itu, sang raja yang selama ini dikenal bijak dan arif berubah menjadi sosok yang sangat murka. Dengan kasar dan kejam dia menyiksa putra kandungnya. Bahkan dia mengusirnya dari istana. Sebelum jauh meninggalkan pintu istana, dia sempat diantar oleh beberapa orang istana termasuk para inang pengasuhnya sejak kecil. Pangeran memohon pada hulu balang dan seorang inang pengasuh untuk menemani dia mampir ke pusara sang bunda. Betapa haru serta sedih para pengantarnya melihat sang pangeran dengan lembut mengelus pusara bundanya dengan isak tangis yang memilukan. (Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 10)
Matahari sangatlah terik memancarkan sinarnya ke bumi. Raja Awang dengan didampingi beberapa pensehat beserta hulubalang baru saja menapakkan kakinya di depan istana, karena seharian bertatap muka dengan penduduk di luar istana. Tiba-tiba anak tirinya dengan berani menerobos begitu saja membisikkan sesuatu di telinga Raja Awang. Sekilas terlihat raut wajah sang raja berubah merah merona.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
Setibanya raja dan rombongan di dalam istana, ia langsung memanggil putranya. Entah setan apa yang telah merasuki alam pikiran sang raja, ia terlihat begitu sangat murka. Pangeran dituduh telah menghamili perempuan di luar istana. Hal ini sangat tabu bagi kerajaan, sama dengan mencoreng muka sendiri, aib pada segenap penghuni istana. Rupanya Raja Awang telah termakan oleh fitnah putra tirinya. Pangeran Tapah Lanang diperlakukan seperti hewan dan diusir dari istana. Melihat kejadian itu seluruh orang di sekitar istana merasa terpukul dan sangat tidak percaya kalau pangeran telah bertindak sehina itu. Mereka meyakini semua itu fitnah belaka. (Putri Gelam adegan 24-25)
Pangeran merasa sedih dan hancur dengan apa yang dilakukan ayahnya, Raja Awang. Kesedihan atau dukacita (grief) berhubungan dengan kehilangan sesuatu yang penting atau yang bernilai. Intensitas kesedihan tergantung pada nilai, biasanya kesedihan yang teramat sangat bila kehilangan orang yang dicintai. Kesedihan yang mendalam bisa juga karena kehilangan milik yang sangat berharga yang mengakibatkan kekecewaan atau penyesalan (Minderop 2010:43). Setelah kehilangan ibundanya sewaktu kecil, dia kembali dihadapkan dengan kenyataan bahwa dia diusir. Pangeran Tapah dibuang, tidak lagi dianggap sebagai putra mahkota karena perilaku buruk atau salah. Dengan begitu Tuhan tidak akan berpihak padanya. Pembuangan Pangeran Tapah tanpa seorang pun pengawal layaknya seorang putra mahkota. Dia dibuang, sendiri, dan tanpa satu hal pun yang berarti baginya. Tidak ada tempat yang bisa dituju, sepenuhnya apa yang dikenalnya dari kehidupannya di istana tidak ada di alam liar. Layaknya binatang dia pergi tanpa tujuan dan hanya mempertahankan hidup yang masih dimilikinya. Kenyon (2011:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
222) melihat bahwa, tidak ada yang manusiawi dari manusia. Pada akhirnya, mereka semua binatang yang hanya memiliki naluri unutk bertahan hidup. Sang pangeran mengembara entah kemana dia akan pergi. Berhari-hari dia menelusuri hutan belukar, akhirnya dia singgah di sebuah talang yang sekarang disebut daerah Talang Pangeran. Di daerah itu, sang pangeran merasa damai hidup sendiri. Karena dalam istana dia selalu bermain dengan berbagai jenis hewan, maka dia tidak merasa kesepian karena banyak hewan yang hidup di sekelilingnya. (Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 11) Andai pun ada hanya orang-orang yang keluar-masuk hutan untuk berburu dan mengambil kayu bakar. Berbulan bahkan hampir dua purnama tak pernah ada kabar berita tentang pangeran bagi orang istana. Untuk sekian lama ia hidup mengembara seorang diri, hanya bayangan dirinya sendiri yang setia menemaninya ke sana ke mari. (Putri Gelam adegan 27)
Berawal dari rasa iri terhadap pujian yang diterima Pangeran Tapah sebagai putra mahkota membuat saudara tiri pangeran dikuasai rasa benci. Kebencian itu semakin menjadi-jadi saat dia mulai menginginkan status tersebut. Keinginan yang berkembang menjadi nafsu tidak dapat terbendung sehingga rela mengorbankan
seseorang
yang
seharusnya
menjadi
panutannya
karena
menyelamatkan dirinya dan ibunya serta mengangkat derajat mereka dari oeang biasa menjadi kerabat kerajaan. Kebencian atau perasaan benci (hate) berhubungan erat dengan perasaan marah, cemburu dan iri hati. Ciri khas yang menandai perasaan benci adalah timbulnya nafsu atau keinginan untuk menghancurkan objek yang menjadi sasaran kebencian. Perasaan benci bukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
sekedar timbulnya perasaan tidak suka atau aversi/ enggan yang tampaknya ingin menghindar dan tidak bermaksud menghancurkan. Sebaiknya perasaan benci selalu melekat di dalam diri seseorang dan ia tidak akan pernah merasa puas sebelum menghancurkannya; bila objek tersebut hancur ia akan merasa puas (Krech, et al., 1974 dalam Minderop 2010:43-44). Tuhan tidak ada dalam kehidupan manusia saat Tuhan tidak lagi menampakakan dirinya, baik dalam wujud sosok maupun tindakan untuk melindungi makhluknya seperti yang dipercayai manusia. Tuhan tidak lain hanyalah dianggap sebagai alat untuk mengontrol tindakan manusia agar dapat dikuasai. Dalam hal ini, Tuhan hanya dimiliki oleh seorang penguasa dan pemenang.
b.
Tuhan Ada Tuhan kembali hadir ketika Pangeran Tapah menentukan tujuan hidupnya
yaitu kebahagiaan. Pangeran merasa yakin akan mendapatkan kebahagiaan apabila dia memiliki seorang istri. Dengan memiliki seorang istri, pangeran akan memiliki keluarga dan tempat untuk pulang. Kesedihan dan kehancuran yang dirasakan pangeran adalah ketika dia merasa tidak memiliki keluarga dan tidak tahu kemana akan pulang, hal itu membuat pangeran tidak memiliki tujuan hidup. Kebutuhan akan rasa dicintai dan memiliki (need for love and belongingness)
adalah suatu kebutuhan yang mendorong
menusia untuk
melakukan hubungan afektif atau hubungan emosional dengan orang lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
Hubungan ini dapat berupa hubungan antara dua jenis kelamin yang berbeda atau sejenis dan dapat pula berhubungan dengan kelompok masyarakat tertentu. Kebutuhan ini ditandai dengan adanya rasa kepemilikan dan cinta, contoh, rasa kasih-sayang dan identifikasi. Seseorang yang terdorong mencapai kebutuhan ini adalah adanya keinginan agar dapat merasakan kehangatan, keramahan, saling mencintai dan saling memiliki (Minderop, 2010: 296-297). Pangeran ingin dicintai dan diharapkan, hal itu akan terwujud dengan keluarga
yang dimilikinya. Tuhan menunjukkan keberadaannya dengan
mempertemukan Pangeran Tapah dengan Putri Gelam. Untuk menyeimbangkan perasaan pangeran yang telah hancur, maka Tuhan memberikan seorang wanita yang juga hancur. Dengan begitu, Pangeran Tapah dan Putri Gelam akan melupakan kejadian buruk yang pernah menimpanya dan memulai kehidupan barunya. Suatu hari dia berjalan meninggalkan talang tersebut untuk mencari tahu daerah lain yang dianggap dapat memberinya kehidupan layak. Sampailah dia di sebuah kawasan rawa. Di sana dia melihat sebuah gubuk yang hanya disangga tiga batang tiang penyangga. Gubuk itu dihuni oleh seorang wanita yang dianggapnya aneh. Karena setiap kali dia mendekati gubuk tersebut, sang penghuninya tidak pernah menampakkan wajahnya. Wajah itu selalu ditutupi dengan rambutnya yang tebal dan panjang hingga ke tanah.
(Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 12) Di tempat bermukimnya yang baru, pangeran menemukan keanehan. Ada sebuah gubuk di tengah hutan, gubuk tersebut hanya ditopang oleh tiga buah tiang penyangga. Berhari-hari dia memperhatikan gubuk tersebut. Rupanya dihuni oleh seorang perempuan. Ada satu keanehan yang dilihatnya, perempuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
itu tak pernah menampakkan wajahnya yang selalu ditutupi dengan rambutnya yang tebal panjang terurai. Hal itu membuatnya penasaran, hingga pada suatu hari, pangeran mencoba mendekati gubuk itu. Dia pura-pura menjadi seorang pengembara yang kehausan di tengah hutan belantara. Dari bawah gubuk dia memberanikan diri untuk menyapa. “Kisanak... apakah ada orang di sini?” bergetar hatinya menyapa penghuni gubuk itu. Dari jendela kecil di samping gubuk tampak perempuan itu seraya menjawab. “Ada apa Kisanak ke sini, hamba tidak bisa bertemu dengan siapa pun.” Begitu jawabnya dengan suara lirih. (Putri Gelam adegan 28)
Kebahagiaan akan datang apabila seseorang melakukan perilaku yang benar. Pangeran menemukan Putri gelam yang berwajah buruk, namun tidak mengeluh dan terus menemaninya. Pangeran tidak merasa jijik atau menjauhi wanita itu, dan semakin berempati ketika mendengar pengakuan Putri Gelam tentang siapa dirinya. Tuhan menunjukkan kekuasaannya dengan memberitahu Pangeran Tapah agar menyentuh tubuh Putri Gelam. Sentuhan Pangeran itu mengubah Putri Gelam dari wanita yang berwajah buruk menjadi wanita yang cantik jelita. Berbulan mereka hidup bersahabat, namun belum pernah sang pangeran menyentuh tubuh wanita tersebut. Suatu ketika seakan ada gaib membisikkan pada sang pangeran agar dia mendekap sang wanita dari belakang. Saat itu, bertepatan dengan suara gemuruh halilintar yang menampar kemilau sinar api. Saat itu juga wanita itu membalikkan tubuhnya menghadap ke arah pangeran. Namun, rambut itu masih menutupi wajahnya. Karena persahabatan mereka berdua sudah kian akrab, tanpa segan sang pangeran mengelus rambut sang wanita dan menyibakkannya. Betapa terkejut sang pangeran, wajah yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
dikenalnya sangat buruk dan menakutkan telah berubah menjadi yang sangat cantik jelita. (Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 13) Sejenak pangeran tersentak menyadari apa yang telah dia lakukan dan segera melepaskan pelukannya. Keajaiban telah terjadi, dia terperangah tak mampu berkata apa-apa. Di hadapannya terlihat sang putri yang buruk rupa menjelma menjadi seraut wajah nan cantik jelita. Sang putri menunduk tersipu, langsung teringat petuah Si tukang tenung bahwa wajahnya akan kembali seperti sediakala apabila tubuhnya disentuh oleh seorang pemuda. “Terima kasih Kisanak... kamu telah mengembalikan wajah hamba seperti sediakala.” (Putri Gelam adegan13)
Jiwa manusia dilihat sebagai yang bersifat manusiawi dan ilahi. Bersifat manusiawi sejauh dia mendiami suatu tubuh, dan ia memang menarik lewat keindahan tubuh dan kenikmatan; bersifat ilahi sejauh ia mengetahui Formaforma dan mampu melihat keindahan manusiawi sebagai bayangan dari keindahan ilahi (Santas, 2002: 100). Pangeran awalnya hanya menganggap biasa hubungan pertemanan mereka, dia melihat Putri Gelam bukan dari wajahnya yang buruk melainkan dari ketabahan dan kekuatan wanita itu menerima cobaan yang diberikan Tuhan. Dia melihat kecantikan Putri Gelam dari hati dan jiwanya yang suci yang menjadi korban dan dari situlah dia menemukan dan mengetahui kekuasaan Tuhan dan anugerah yang diberikan padanya. Dengan menemukan dan memiliki Putri Gelam, dia mendapatkan apa yang paling dinginkannya yaitu kebahagiaan. Kebahagiaan yang berwujud seorang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
putra dan seorang putri dari pernikahannya. Dia menjalani hidupnya dengan kebahagiaan. Sejak saat mereka mengarungi bahtera kehidupan berumah tangga yang kemudian dari perkawinan mereka dikaruniai dua orang anak, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan. Kehidupan mereka dipenuhi oleh kegiatan bercocok tanam. Terkadang Pangeran Tapah Lanang membawa hasil kebun mereka ke desa-desa terdekat untuk ditukar dengan kebutuhan lain. Demikian keseharian mereka selalu disibukkan oleh kegiatan keluar masuk desa untuk menukar hasil kebun mereka. (Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 14) Sejak peristiwa itu, mereka semakin akrab dan terjalin satu ikatan cinta kasih di antaranya. Akhirnya mereka menjadi satu pasangan suami istri. Mereka dikaruniai dua orang anak putra dan putri. Kehidupan yang bahagia penuh canda tawa dalam membina satu keluarga. Mereka hidup dengan bercocok tanam dan memelihara beberapa ekor hewan peliharaan dalam kesehariannya. Kesuburan tanah tempat mereka tinggal tinggal akhirnya tercium juga oleh orang-orang dari daerah luar. Banyak orang menukar hasil kebun mereka dengan kebutuhan yang mereka perlukan. Putra-putri mereka beranjak tumbuh menjadi seorang remaja. Pangeran Tapah Lanang dan istrinya, Putri Gelam sangat mencintai dan menyayangi keduanya. Hari begitu cerah, seperti biasanya pangeran dan istri sedang menggarap kebun yang letaknya tak jauh dari gubuk tempat tinggal mereka. Kedua anak kesayangannya itu sedang beristirahat sambil bercanda dengan riangnya di beranda gubuk mereka. (Putri Gelam adegan 34-36)
Dalam dimensi kehidupan, keharmonisan dapat merujuk pada hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan hewan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
manusia dengan Tuhan. Hal tersebut merupakan hubungan kosmologis yang tidak terpisahkan, dan Tuhan diletakkan sebagai titik puncak dari pusat segalanya (Mulder, 1985). Tuhan Memberikan apa yang diinginkan dan menjadi tujuan Pangeran Tapah dalam pengembaraannya yaitu kebahagiaan. Dengan begitu, kepercayaan akan keberadaan Tuhan semakin jelas karena pada dasarnya tidak ada yang gratis. Kenyon (2011: 120) mengatakan bahwa, hidup itu seperti judi. Seringkali kejam dan menyakitkan, dan bukan ditujukan untuk orang yang penakut. Hadiah jatuh kepada pemenang, bukan orang yang tidak ikut perang. Dalam dimensi ini semua hubungan merupakan kesatuan alami yang bersifat kodrati, yang tertata sesuai dengan fungsi masing-masing sebagai layaknya keharmonisan hubungan antara siang dan malam, bulan dan bintang, berputarnya bulan dan matahari. Dengan kata lain, keberadaan manusia di dunia tidakkah dapat dilepaskan dari kausalitas yang sudah jelas, tertata, rampak, dan runtut (orde symmetrie).
Karenanya, kehidupan
adalah suatu susunan yang
teratur di mana peristiwa-peristiwa yang muncul tidaklah terjadi secara sembarangan atau kebetulan, melainkan merupakan suatu keharusan (Mulder 1985 dalam Fannaie 1994: 74). Keberadaan Tuhan semakin dipuja bukan karena apa yang telah dimiliki, malainkan apa yang telah diberikan dan bagaimana ujian itu sepadan dengan apa yang diinginkan. Seseorang tidak akan mengerti arti bahagia jika tidak pernah menderita, tidak akan mengeri arti memiliki apabila tidak pernah kehilangan. Dengan semua kehilangan dan penderitaan yang dialami Pangeran Tapah, bukan hanya kebahagiaan fisik yang dimilikinya dalam bentuk istri dan anak-anaknya,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
melainkan pelajaran tentang kehidupan. Dia mengetahui kontradiksi antara kehidupan penguasa di istana dengan rakyat jelata. Keharmonisan dan keseimbangan inilah wujud Tuhan yang sebenarnya dalam kehidupan.
2.
Pandangan Mengenai Dunia Pandangan dunia tragik memandang dunia sebagai segalanya dan
sekaligus bukan apa-apa. Manusia yang mempunyai pandangan dunia tragik mengetahui keterbatasan dunia dan, karena itu, menolaknya. Akan tetapi, pemahamannya dan – dengan demikian, mengenai keterbatasan nilai ketuhanan, hanya bisa diperolehnya dalam dunia itu sendiri. Oleh sebab itu, manusia tragik menolak dunia sambil tetap berada di dalamnya (Goldman dalam Faruk (2012: 83). Kehidupan tokoh utama, Pangeran Tapah di istana sebagai putra mahkota tentunya menjauhkannya dari pengetahuan tentang kehidupan rakyat yang ada di wilayah kerajaan Awang. kesedihannya karena kehilangan ibundanya saat masih kecil membuat Raja Awang tidak tega memberikan pelajaran tentang kehidupan rakyatnya dan apa yang harus dilakukan calon raja unutk mempertahankan kedamaian di kerajaan dan daerah kekuasaannya. Kemudahan di istana jelas berbanding terbalik dengan kehidupannya di alam sebagai orang buangan, yang dijalani Pangeran Tapah setelah diusir akibat fitnah yang dibuat saudara tirinya yang merasa iri karena kedudukannya. Penerimaan pangeran terhadap dunia mengungkapkan kepekaan dan respon tokoh tersebut terhadap keberadaannya di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
dunia. Memercayai dunia sebagai tempat bagi semua makhluk untuk percaya dan menolak adanya dunia karena tidak seperti yang digambarkan. Secara jelas penolakan Pangeran Tapah terhadap dunia terlihat pada apa yang dimilikinya di
istana. Meskipun, istana menyediakan apa yang
diinginkannya, namun dia lebih sering kehilangan dan menderita. Bahkan setelah kehilangan ibunya dia melarikan diri dengan merawat binatang unutk tetap mearasa hidup. Ketika pangeran dibuang, meskipun merasa kehilangan dia tetap bisa berdiri dan menerima dunianya yang baru. Dia tetap bisa menerima, dan itu semua terjadi karena dia telah mendekatkan dirinya dengan alam sejak awal. Di bawah ini adalah tabel yang menyatakan kontradiksi mengenai ada dan tidak adanya dunia dalam pengakuan manusia tragik dalam legenda Danau Teluk Gelam berdasarkan pandangan mengenai dunia:
Tabel 5: Pandangan Mengenai Dunia No
Dunia Tidak Ada (istana)
Dunia Ada (alam)
1
Ibunya sakit dan meninggal
Pangeran mengembara
2
Saudara tirinya iri karena posisinya Di tengah hutan Pangeran sebagai putra mahkota dengan putri Gelam
3
Pangeran di usir seperti seorang yang Pangeran hidup bertani dan beternak takberharga bersama istri dan anak-anaknya.
bertemu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.6
109
Dunia Tidak Ada Dunia atau kehidupan yang dijalani Pangeran Tapah sebagai tokoh utama
dalam legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam menyiratkan bahwa keberadaan dunia yang banyak dianggap sebagai awal kebahagiaan justru semakin menjadikan kehidupan sebagai ironi. Penyangkalan akan keberadaan dunia menjadi cara termudah bagi Pangeran Tapah untuk menjalani kesakitan dan kekecewaan akibat pembuangan.
Penolakan akan
keberadaannya membuat keinginan untuk tetap menjalani hidup menjadi terasa asing, demikian juga dengan keinginan untuk menghentikannya. Menghentikan kehidupan dengan bunuh diri dianggap sebagai perbuatan nista yang akan dicela oleh Tuhan. Sebagai manusia, yang dapat dilakukan oleh Pangeran Tapah hanyalah menjalani bukannya menentukan kehidupannya. Goldman dalam Faruk (2012: 83) Dengan sikap hidup dan kesadaran seperti itu, manusia tragik sekaligus berada dalam transendensi yang imanen dan imanensi
yang
trasenden.
Kesadarannya
adalah
kesadaran
akan
dua
ketidakcocokan yang saling mengisi, yang secara timbal-balik mengondisikan dan memperkuat diri. Dengan sikap paradoksal manusia sekaligus raja dan budak, iblis dan malaikat. Demikian pula dunia. Elemen terakhir itu tidak cocok sebab mendua dan tidak memuaskan, tetapi pada waktu yang bersamaan dunia merupakan satu-satunya wilayah tempat manusia mencoba kekuatannya sekaligus tidak memanfaatkannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
Kehidupan Pangeran Tapah di istana, sebagai putra mahkota seharusnya membawa banyak kebahagiaan. Dengan hidup berkecukupan, memiliki derajat yang tinggi, dihormati, dan dijadikan panutan tidak lantas membuat Pangeran selalu bahagia. Bahkan meskipun tidak dapat disangkal di tempat kelahirannya orang selalu merasa aman, namun kesedihan lebih sering menghampirinya daripada kebahagiaan. Bahkan posisinya sebagai putra mahkota, calon raja berikutnya justru membuatnya kehilangan semua yang dia cintai. Dia kehilangan ibunya ketika masih kanak-kanak. Suatu hari, ketika dia bersenda gurau dengan putranya Si Tapah Lanang, kondisi
tubuhnya
semakin lemas. Dia
memanggil
para inang untuk
menggotongnya kembali masuk kamar. Para inang merasa khawatir dengan kesehatan beliau. Lalu, di sela ketegangan itu, sang permaisuri menarik tangan putranya yang saat itu baru berusia tujuh tahun. Dia sempat melontarkan pesan baik kepada putranya maupun kepada para inang. “Anakku... seandainya ibu harus dipanggil Sang Halik, kamu harus tabah menghadapi dunia yang serba fana ini. Kamu jangan menjadi manusia cengeng. Kamu harus berani menghadapi berbagai tantangan hidup.” Saat itu sang raja sempat mendengar apa yang diutarakan permaisurinya. Seakan dia telah mengetahui bahwa istrinya sudah di ambang kematian. Dia tidak sempat berkata apa-apa. Hanya air mata menitik perlahan membasahi pipinya yang tampak kuyu karena lelah san selalu sedih melihat kondisi permaisuri yang tak kunjung sembuh. Suatu hari, dari istana berdentangan bebunyian kelupkup atau bunyi sebagai petanda di istana telah terjadi sesuatu musibah. Rupanya sang permaisuri telah mangkat. Semua rakyat merasa sedih dan haru serta kehilangan seorang ibu yang baik, ramah dan pengasih sesama rakyatnya. (Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 6-7) Sementara itu pangeran muda duduk bersimpuh di samping ibundanya yang sedang terbujur menahan rasa sakit yang dideritanya. Diusap kening
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
bundanya yang berkeringat dan tampak semakin pucat. “Bunda... jangan tidur terus bunda. Orang-orang yang ada di ruangan itu tak satu pun yang mampu menahan haru mendengar apa yang diutarakan pangeran muda. Di wajah sang permaisuri masih terpencar kharisma anggun nan bijaksana. Dia masih tegar meskipun sekelilingnya mengkhawatirkan dirinya yang sedang jatuh sakit. Gemuruh detak jantung orang di sekitar kamar itu terdengar kencang, Mak Ipah sang pengasuh pangeran sedari kecil langsung menyodorkan tangannya. Permausuri tak lagi mampu berkata apa-apa. Raja Awang pun hatinya gundah-gulana. Tiba-tiba mendadak jeritan dari mulut mungil pangeran muda memanggil bundanya. Sang permaisuri telah tiada. (Putri Gelam adegan 8 dan 15)
Memandang dunia sebagai sebuah objek, sulit dilakukan apabila yang terkandung dalam dunia itu tidaklah nyata. Seperti kedukaan, kekecewaan, atau rasa sakit lain yang tidak dapat digambarkan secara nyata, dan hanya merupakan emosi. Dunia yang dimiliki Pangeran Tapah adalah sebuah bentuk penghianatan terhadap apa yang nyata dan tidak. Kenyataan telah kehilangan ibu yang sangat dia cintai mengarahkan kehidupannya pada kehilangan yang kemudian terjadi. Kehilangan itu karena saudara tiri yang merasa iri dengan posisinya sebagai putra mahkota. Pangeran difitnah telah menghamili seorang perempuan di luar istana oleh saudara tirinya sehingga diusir dari istana oleh ayahnya, tanpa pendamping dan juga tanpa tujuan. Suatu hari, Solim, putra tiri Raja Awang merasa iri melihat Pangeran Tapah Lanang, saudara tirinya mengenakan pakaian kebesaran sebagai pangeran yang pada suatu saat nanti akan menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja. Dia mulai menyusun strategi untuk memfitnah sang raja. Dia mengatakan pada sang raja bahwa pangeran telah berbuat mesum dengan seorang perempuan petani
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
di luar istana. Padahal, sang pangeran tidak pernah keluar istana sejak bundanya mangkat. Dengan memperlihatkan bukti ada noda darah pada selembar kain yang dikatakannya bahwa darah tersebut adalah darah keperawanan sang wanita yang dimaksudnya dalam fitnah kejam tersebut. Melihat kenyataan itu, sang raja yang selama ini dikenal bijak dan arif berubah menjadi sosok yang sangat murka. Dengan kasar dan kejam dia menyiksa putra kandungnya. Bahkan dia mengusirnya dari istana. Sebelum jauh meninggalkan pintu istana, dia sempat diantar oleh beberapa orang istana termasuk para inang pengasuhnya sejak kecil. Pangeran memohon pada hulu balang dan seorang inang pengasuh untuk menemani dia mampir ke pusara sang bunda. Betapa haru serta sedih para pengantarnya melihat sang pangeran dengan lembut mengelus pusara bundanya dengan isak tangis yang memilukan. (Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 10) Pangeran Tapah Lanang selaku putra mahkota yang berhak mewarisi tahta kerajaan pada hari itu mengenakan pakaian kebesaran, sementara saudara tirinya hanya mengenakan pakaian sebagaimana penghuni istana lainnya. Hal ini tentu membuat hati kecilnya menaruh rasa iri menyaksikan pangeran yang begitu gagah dan diagung-agungkan. Sejak peristiwa itu, saudara tiri pangeran selalu keluar istana dengan sembunyi-sembunyi. Dia menghabiskan waktunya untuk berfoya-foya dengan orang-orang di luar istana. Pikirannya mulai dirasuki niat jahat untuk menyingkirkan sang pangeran dari istana. Pangeran dituduh telah menghamili perempuan di luar istana. Hal ini sangat tabu bagi kerajaan, sama dengan mencoreng muka sendiri, aib pada segenap penghuni istana. Rupanya Raja Awang telah termakan oleh fitnah putra tirinya. Pangeran Tapah Lanang diperlakukan seperti hewan dan diusir dari istana. Melihat kejadian itu seluruh orang di sekitar istana merasa terpukul dan sangat tidak percaya kalau pangeran telah bertindak sehina itu. Mereka meyakini semua itu fitnah belaka. (Putri Gelam adegan 21-22 dan 25)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
Di atas telah diungkap tentang penghianatan kehidupan pangeran pada kenyataan yang terjadi yang membawanya pada penderitaan hanya karena dia terlahir sebagai putra mahkota. Seseorang yang seharusnya bahagia, memiliki segalanya, namun pada dasarnya di tidak memiliki apa-apa. Dia kehilangan semua yang dikenal dan disayanginya, rumah, orangtua, serta kerabat. Kehidupan Pangeran di dalam istana tersebut sudah hancur sejak awal, penderitaan karena kehilangan ibunya membuatnya tidak disipakan secara mental unutk menjalani kehidupan di luar istana. Walaupun begitu, kecintaannya pada binatang dan alam membuatnya bisa menjalani pembuangan dan kehidupan liar di alam bebas. Menjauh dari prasangka buruk dan kejahatan serta yang sering dilakukan manusia hanya karena kenyataan tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Pangeran Tapah menolak istana sebagai dunia yang nyata karena dia tidak bisa mendapatkan apa yang dia butuhkan. Setelah dia keluar dari istana, dia bisa menganggap bahwa apa yang dimilikinya di istana sebagai putra mahkota adalah kebohongan. Dia dihormati dan disayangi hanya karena status, dan perannya yang dinantikan sebagai raja penerus. Ayahnya bijaksana dan menyayanginya karena itulah yang harus dilakukan, bukan kecintaan tulusnya. Dalam pengembaraannya, Pangeran Tapah mengatahui bahwa segala sesuatu yang pernah dimilikinya hanyalah kekosongan dan kebohongan apabila tidak ada ketulusan untuk mencintai sesama. Dengan menyadari ketiadaan yang dimilikinya secara menyeluruh, Pangeran Tapah menyerahkan kehidupannya secara total pada tujuannya. Meskipun secara jelas dia masih belum mengetahui tujuan hidupnya, setelah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
penyerahan yang tanpa ragu-ragu maka akan ada suatu pelajaran yang akan dia dapat. Totalitas penyerahan diri membawa pangeran dalam perjalanan yang merujuk pada pemahamaan akan dirinya dan batasan-batasannya. Menurut Lukacs (1978: 34 dalam Faruk, 2012: 91), totalitas adalah realitas utama yang formatif terhadap setiap fenomena individual dan menyiratkan bahwa sesuatu yang tertutup dalam dirinya sendiri dapat menjadi lengkap, lengkap karena sesuatu terjadi dalam diri sendiri, tidak ada sesuatu apa pun yang lebih tinggi di luarnya, lengkap karena segala sesuatu yang ada di dalamnya dipermatang untuk kesempurnaannya sendiri dan, dengan mencapai dirinya, tunduk kepada pembatasan-pembatasan. Dengan demikian, dunia dan apa yang dimiliki bukan berarti ada secara nyata, tetapi keberadaan itu justru adalah ketidaknyataan. Kehidupan seseorang ditentukan bukan hanya dari apa yang diperbuat tetapi juga dari perasaannya. Pangeran Tapah menolak dunia dalam istana dengan berpegang pada apa yang terjadi, kesedihan dan penderitaan. Bukan dari kebebasan di dalam jiwanya.
3.7
Dunia Ada Pandangan mengenai dunia dari manusia tragik yang tergambar pada
tokoh-tokoh dalam legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam, menganggap bahwa hubungan manusia dengan alam tidak hanya didasari oleh kepedulian dan kelestariannya saja. Hubungan tersebut juga mengarah pada kepercayaan masyarakat sekitar akan keberadaan hal-hal gaib
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
yang menyatukan manusia secara nyata dan tidak dengan tempat tinggalnya. Kepercayaan itu menyatu dalam kolektif tertentu dan mengarah pada respon terhadap dunia masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang serta cara menyikapinya. Begitulah yang dilakukan Pangeran Tapah
setelah diusir dari
istana. Goldmann telah menyatakan bahwa manusia menolak sekaligus tetap berada di dunianya. Dalam penyampaian respon manusia terhadap dunia tersebut mengaktualisasikan kehidupan Pangeran Tapah yang menerima pengembaraan dan kehilangannya sebagai hukuman, maka dia tidak harus menganggap apa yang terjadi sebagai hal yang nyata. Karena dengan penggambaran yang tidak nyata itulah Pangeran Tapah mampu bertahan. Sang pangeran mengembara entah kemana dia akan pergi. Berhari-hari dia menelusuri hutan belukar, akhirnya dia singgah di sebuah talang yang sekarang disebut daerah Talang Pangeran. Di daerah itu, sang pangeran merasa damai hidup sendiri. Karena dalam istana dia selalu bermain dengan berbagai jenis hewan, maka dia tidak merasa kesepian karena banyak hewan yang hidup di sekelilingnya. (Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 11) Hari demi hari pangeran pergi mengembara dari satu daerah ke daerah lain. Akhirnya pangeran terdampar pada sebuah talang, dan menetap sambil bercocok tanam. Panghuni daerah talang itu hanya dia sendiri. Andai pun ada hanya orang-orang yang keluar-masuk hutan untuk berburu dan mengambil kayu bakar. (Putri Gelam adegan 27)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
Dari penerimaan pangeran akan kehidupan barunya yang jauh berbeda, namun dia lebih merasa bahagia. Kebahagiaan itu telihat dari bagaimana dia menikmati kehidupannya yang menyatu dengan alam. Alam yang menydiakan segalanya untuknya sekalgus dengan campur tangan dan upaya untuk mendapatkannya. Sebuah perjuangan yang menuntun semangatnya untuk menadapatkan tujuan hidupnya yakni kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang libatkan kejujuran dan dirinya, yang merupakan tindakan atau aktivitas kehidupan dan responnya pada apa yang dimilkinya saat ini. Goldmann dalam Fannanie (1994: 12-13) mengungkapkan bahwa semua aktivitas manusia merupakan respon dari subjek kolektif atau individu dalam situasi tertentu yang merupakan kreasi atau percobaan untuk memodifikasi situasi yang ada agar cocok dengan aspirasinya. Sesuatu yang dihasilkan merupakan fakta hasil usaha manusia untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik dengan dunia sekitarnya. Dalam hal ini manusia selalu mempunyai kecenderungan perilaku yang bersifat alami karena manusia berusaha untuk beradaptasi dengan alam dan lingkungan yang merupakan satu proses hubungan timbal balik. Keseimbangan hidup dengan alam menjadikan Pangeran sebagai pribadi yang lebih mandiri dan bisa menerima kehidupannya. Melihat semua yang terjadi dalam kehidupan adalah hubungan timbal balik yang memang harus terjadi. Sehingga pertemuannya dengan Putri Gelam tidak membuatnya terkejut dan membuat keputusan langsung. Dia tidak hanya melihat dari fisik, tapi juga ke hatinya. hal itu membuatnya tidak keberatan dengan wajah buruk Putri Gelam. Mengetahui bahwa nasib Putri Gelam tak jauh berbeda darinya yang dibuang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
karena fitnah tentang perbuatan tercela yaitu zina, Pangeran menjadi lebih toleran hingga pembebasannya dari tenung. Berbulan mereka hidup bersahabat, namun belum pernah sang pangeran menyentuh tubuh wanita tersebut. Suatu ketika seakan ada gaib membisikkan pada sang pangeran agar dia mendekap sang wanita dari belakang. Saat itu, bertepatan dengan suara gemuruh halilintar yang menampar kemilau sinar api. Saat itu juga wanita itu membalikkan tubuhnya menghadap ke arah pangeran. Namun, rambut itu masih menutupi wajahnya. Karena persahabatan mereka berdua sudah kian akrab, tanpa segan sang pangeran mengelus rambut sang wanita dan menyibakkannya. Betapa terkejut sang pangeran, wajah yang dikenalnya sangat buruk dan menakutkan telah berubah menjadi yang sangat cantik jelita. (Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 13) Kesamaan nasib yang dialami dan rasa iba membuat pangeran hanyut dalam perasaannya, dan membuatnya lupa, tanpa disadari dia memeluk tubuh Putri Gelam. Mereka berdua sama menangis tenggelam dalam perasaannya masing-masing, kesamaan nasib yang tidak jauh berbeda. Sejenak pangeran tersentak menyadari apa yang telah dia lakukan dan segera melepaskan pelukannya. Keajaiban telah terjadi, dia terperangah tak mampu berkata apa-apa. Di hadapannya terlihat sang putri yang buruk rupa menjelma menjadi seraut wajah nan cantik jelita. (Putri Gelam adegan 32-33)
Perilaku tokoh utama yang ada dalam legenda PG dan ATDTG dapat asumsikan bahwa apa yang terjadi merupakan sebuah roda kehidupan. Petualangan dan penemuan kembali akan sesuatu yang hilang dalam kehidupan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
manusia dianggap wajar. Penggambaran akan respon yang baik terhadap perilaku buruk dapat dimaknai sebagai perbaikan dari apa yang terlalaikan, maka dengan begitu manusia yang menjalani kehidupan buruk, dapat berbuat baik demi mendapat keseimbangan hidup dan pembelajaran untuk masa depan. Tokoh dan pengungkap legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam memaksudkan bahwa pembelajaran hidup dimulai dan diakhiri, dan menjelaskan seseorang tidak akan menganggap sesuatu bernilai apabila dia tidak pernah kehilangan. Asumsi Goldmann yang menyatakan bahwa seorang pengarang pada hakikatnya adalah seorang yang merespon lingkungan sosial budayanya dengan upaya menciptakan satu keseimbangan baru. Keseimbangan yang dilandasi hubungan rasionallitas akibat adanya respon terhadap lingkungannya, tendensi untuk menciptakan pola tertentu yang berbeda dengan pola yang sudah ada, dan usaha untuk bergerak ke arah transendensi (Fannanie, 1994: 17). Pangeran Tapah dan Putri Gelam yang disatukan dalam kebahagiaan sebagai suami-istri dan dikaruniai dua orang putra dan putri. Dia menjalani kehidupan dengan berdampingan dengan alam dan mengolah bumi. Sejak saat mereka mengarungi bahtera kehidupan berumah tangga yang kemudian dari perkawinan mereka dikaruniai dua orang anak, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan. Kehidupan mereka dipenuhi oleh kegiatan bercocok tanam. Terkadang Pangeran Tapah Lanang membawa hasil kebun mereka ke desa-desa terdekat untuk ditukar dengan kebutuhan lain. Demikian keseharian mereka selalu disibukkan oleh kegiatan keluar masuk desa untuk menukar hasil kebun mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
(Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 14) Sejak peristiwa itu, mereka semakin akrab dan terjalin satu ikatan cinta kasih di antaranya. Akhirnya mereka menjadi satu pasangan suami istri. Mereka dikaruniai dua orang anak putra dan putri. Kehidupan yang bahagia penuh canda tawa dalam membina satu keluarga. Mereka hidup dengan bercocok tanam dan memelihara beberapa ekor hewan peliharaan dalam kesehariannya. Kesuburan tanah tempat mereka tinggal tinggal akhirnya tercium juga oleh orang-orang dari daerah luar. Banyak orang menukar hasil kebun mereka dengan kebutuhan yang mereka perlukan. Putra-putri mereka beranjak tumbuh menjadi seorang remaja. Pangeran Tapah Lanang dan istrinya, Putri Gelam sangat mencintai dan menyayangi keduanya. Hari begitu cerah, seperti biasanya pangeran dan istri sedang menggarap kebun yang letaknya tak jauh dari gubuk tempat tinggal mereka. Kedua anak kesayangannya itu sedang beristirahat sambil bercanda dengan riangnya di beranda gubuk mereka. (Putri Gelam adegan 34-36)
Dengan melihat dan memahami alur kehidupan Pangran Tapah yang ada dalam Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam, pembaca diharapkan mengerti akan pesan yang disampaikan, bukan hanya nilai yang terkandung tapi juga bagaimana kehidupan manusia harus selaras dengan alam yang ditinggalinya. Dengan legenda, manusia lebih mudah menolerir hal-hal yang seharusnya dipelihara dengan baik, seperti alam yang diharapkan akan dijaga karena pentingnya bagi kehidupan manusianya. Misalnya, pengembaraan Pangeran Tapah yang kemudian memberikan nama pada tempat yang disinggahi membawa pembaca legenda tersebut mengenang dan melestarikan alamnya. Seperti sebuah talang yang menjadi tempat perhentian pengembaraan pangeran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
120
yang kemudian dinamai “Talang Pangeran”. Nama tempat tersebut digunakan untuk menguatkan legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam dan kepercayaan masyarakat tentang keberadaan Pangeran Tapah, anak dari Raja Awang. Namun, kebahagiaan itu juga sirna begitu
putra dan putri mereka
menghilang dari kehidupan mereka, seperti dunia yang dipandang oleh orangorang tragik. Kebahagiaan yang dimiliki mereka berdua seperti dunia yang dianggap ada dan tidak ada. Kebahagiaan itu datang dalam wujud dua orang anak dan pergi dengan terbunuhnya anak tersebut. Penolakan dan penerimaan akan dunianya terlihat pada kehidupan mereka sebagai binatang. Mereka menolak menerima penderitaan sebagai binatang seperti halnya ketika mereka diusir dan dibuang layaknya binatang oeleh keluarganyanya, tetapi sebagai binatang mereka menerima dunianya dan menjadi penghuninya dan tidak mampu untuk meninggalkan dunia itu. Suatu keajaiban terjadi, kubangan babi tersebut meluas hingga membentuk sebuah danau, dan munculah sosok yang menjelma seekor ikan besar sebagai jelmaan dari tubuh pangeran. Sementara sosok Putri Gelam tersangkut di pohon menjelma menjadi seekor burung putih berleher panjang. Tahun terus berganti, setiap bulan purnama terjadilah pertemuan antara seekor ikan besar dan seekor burung di tepian danau tersebut. Setiap habis bulan purnama pulalah selalu terdapat hamparan telur burung yang kemudian jadi santapan orang para pemancing. Oleh orang setempat itu adalah telur burung gelam sebagai sebutan dari burung jelmaan si Putri Gelam. Di dalam danau para pemancing selalu bertamu dengan seekor ikan besar yang mereka sebut sebagai ikan tapah sebagai jelmaan dari Pangeran Tapah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
(Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 18) Beberapa hari kemudian ketika seseorang melewati daerah itu, deburan air memecah telaga dan tiba-tiba muncul seekor ikan besar lalu berkata, “Kisanak... jangan takut padaku, hamba adalah Pangeran Tapah Lanang, putra dari Kerajaan Awang.” Bersamaan dengan itu, terlihat pula turun dari sebatang pohon di pinggirannya, seekor burung putih dengan leher panjang hinggap di ranting dahan yang menjuntai ke tengah genangan air, berkata lirih mengharukan, “Kisanak... hamba adalah Putri Gelam, putri dari Kerajaan Damar, Pangeran Tapah Lanang adalah suamiku. Putra kami terbunuh oleh perampok beberapa hari lalu, putri kami hilang tak tahu di mana rimbanya”. Alkisah setelah kejadian itu, setiap orang yang melintas pinggiran danau saat menjelang bulan purnama, akan berjumpa dengan seekor ikan besar jelmaan Pangeran Tapah Lanang, dan seekor burung putih yang hinggap di ranting pohon jelmaan dari Putri Gelam. Danau tempat Putri Gelam membasuh rindu, ingin bertemu suaminya Pangeran Tapah Lanang. Di sekitar danau berhamparan telur burung. Mereka mempercayai itu adalah telur burung Gelam. Dari mulut ke mulut orang selalu menceritakan kisah tersebut, maka sampai sekarang daerah itu dikenal dengan nama “Danau Teluk Gelam”. (Putri Gelam adegan 40-41)
Pandangan mengenai dunia dari manusia tragik yang menolak sekaligus menerima dunia itu sebegai miliknya dilandasi oleh ketidakmampuan manusia untuk menguasai takdir yang diberikan Tuhan. Harapan dan kenyataan menjadi tonggak pernyataan ada dan tidaknya Tuhan sebagai Yang Tertinggi dan menguasai. Harapan dan kenyataan itu hadir juga dalam penilaian akan kekosongan dan pemaknaan hidup karena petunjuk Tuhan oleh kehidupan manusia yang tragis. Manusia tetaplah manusia yang tidak akan sanggup melenyapkan harapannya yang diwujudkannya dalam Tuhan yang dipercayai dan tempatnya mengadu tanpa mendapat protes atau penolakan. Inilah yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
menjadikan manusia menolak sekaligus menerima keberadaan Tuhan dalam dunianya, sebagaimana dia tidak dapat menolak dunia tempatnya tinggal. Manusia tetap bertahan hidup hanya karena untuk harapan yang lebih baik.
3.
Pandangan Mengenai Manusia Goldman dalam Faruk (2012:84), ada dua ciri manusia tragik. Pertama,
manusia itu menuntut secara mutlak dan ekslusif nilai-nilai yang tidak mungkin. Kedua, karena tuntutannya sekaligus untuk segala dan bukan apa-apa dan ia secara total tidak peduli terhadap tingkat-tingkat dan usaha pendekatan, juga terhadap konsep yang mengandung gagasan mengenai relativitas. Atas dasar kedua ciri itu, manusia tragik mempunyai pengalaman ketuhanan yang yang tidak bersifat mistis. Ia hanya mengenal konversi yang berupa kemunculan secara tibatiba dan di luar kerangka waktu kesadaran mengenai kontradiksi antara nilai-nilai manusia dan dunia yang serba tidak sempurna dengan nilai-nilai yang serba sempurna yang ditemukan dalam Tuhan. Tokoh-tokoh legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam sebagai gambaran akan sikap dan respon masyarakat terhadap kelestarian alam yang kini mulai menyusut. Belum lagi pengembangan wisata Danau Teluk Gelam yang kini mulai menjauhi tradisi dan adat-istiadat di sekitarnya. Kebanyakan masyarakat berasumsi bahwa dengan meningkatnya pengunjung di kawasan wisata tersebut akan menudahkan masyarakat sekitar untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Secara tidak sengaja mereka juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
123
mengambil dan mengeksploitasi alamnya secara menyeluruh. Untuk menjaga keterkaitan manusia yang ada di sekitar Danau Teluk Gelam dengan alam yang harus dipeliharanya, maka dimulailah petelusuran legenda yang berkaitan tempat tersebut. Kehidupan yang belangsung dengan sistem feodal dan aturannya yang digambarkan dalam hukuman yang dijatuhkan sang raja kepada putra mahkota, mengalahkan hubungan kasih sayang seorang ayah kepada putranya. Seorang ayah akan memaafkan kesalahan anaknya asalkan anak tersebut mau bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya. Namun, seorang raja tetap akan menghukum siapa pun yang melanggar aturan. Hukuman itu juga disesuaikan dengan pangkat dan pengaruhnya, semakin tinggi maka akan semakin berat. Kehidupan itulah yang dijalani Raja Awang sebagai raja dan Pangerean Tapah sebagai Putra mahkota. Dibawah ini adalh tabel yang menyatakan kontradiksi mengenai hubungan dengan sistem feodal dengan hubungan keluarga dalam legenda Danau Teluk Gelam berdasarkan pandangan menegnai manusia: Tabel . Pandangan Mengenai Manusia No 1
Tuntutan Tidak mutlak (hubungan Tuntutan mutlak (feodal) keluarga) Ayah menyayangi putranya Raja memberi perintah
2
Ayah yang bijaksana
Kata-kata raja adalah hukum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a.
124
Tuntutan Tidak Mutlak Raja Awang sebagai seorang ayah sangat menyayangi putranya, Pangeran
Tapah, terutama setelah istrinya meninggal. Dalam ketidaksiapan untuk menjalani kehidupan sebagai orangtua tunggal, Raja Awang menjalani peran sebagai ayah yang sangat menyayangi anaknya. Meskipun, rasa sayang dan kecintaan itu bisa saja memudar, namun hubungan darah antara ayah dana anak tetap tidak akan berubah. Hubungan tersebut bersifat abadi, baik dalam pengakuan maupun tanpa pengakuan. Kasih sayang itu terlihat ketika sang permaisuri sakit saat pangeran masih kanak-kanak. Sang raja dengan penuh kasih sayang berulang kali mengelus kepala pangeran muda. Saat dia berpaling dari pandangan putranya, sang raja sesekali mengusap mukanya yang lembab oleh air mata yang tak terasa mengalir membasahi pipinya. (Putri Gelam adegan 5)
Dalam momen yang abadi dan atemporal dari konversi itu manusia tragik tetap sendirian, ditakdirkan untuk tidak dimengerti oleh manusia yang selalu tidur dan dihadapkan pada kemarahan Tuhan yang tersembunyi dan tidak hadir. Akan tetapi, dalam kesendirian dan penderitaannya itu ia mendapatkan satu-satunya nilai yang bisa membuatnya menjadi besar. Nilai itu adalah kodrat yang mutlak dan kukuh dari kesadaran dan tuntutan etiknya. Pengertian yang terakhir itu menunjukkan adanya perbedaan antara penderitaan yang dialami oleh manusia yang tidak sanggup melampaui level binatang yang kasar dengan penderitaan yang sekaligus diinginkan dan diterima oleh manusia-Tuhan. Manusia-Tuhan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
125
menyelamatkan nilai-nilai dan Harkat kemanusiaan (Goldman dalam Faruk, 2012: 84). Kehidupan tragik yang dialami Pangeran Tapah mulai terlihat ketika dia mulai dewasa. Dia sepenuhnya menyadari dirinya sebagai putra mahkota yang harus menjadi panutan, menjunjung tinggi nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan istana. Nilai yang menetukan kodratnya sebagai seorang anak yang harus berbakti kepada orangtuanya, juga tuntutan etik dari lingkungannya. Meski begitu kasih sayang yang didaptnya dari ayahnya setelah ibunya meninggal bisa dikatakan hanya berupa perlindungan akan hal-hal buruk yang mengancam keselamatnnya. Suatu hari, sang pengeran difitnah oleh saudara tirinya. Sekali dua kali Raja Awang tidak mempedulikan fitnah tersebut, karena dia sangat bijaksana untuk menentukan keputusan. (Putri Gelam adegan 23)
Hal itu membuat pangeran dapat mengemukakan paradigma pada apa yang harus dia lakukan. Paradigma itulah yang menjadikan dirinya menjadi lebih kuat pada akhirnya. Ritzer (1975 dalam Faruk, 2008: 2) mengemukakan bahwa, paradigma itu berfungsi untuk menentukan apa yang harus dipelajari, petanyaanpertanyaan apa yang harus diajukan, bagaimana cara mengajukannya, dan aturanaturan yang harus di diikuti dalam interpretasi jawaban-jawaban yang diperoleh. Kesadaran akan statusnya sebagai putra mahkota juga membuatnya sadar akan hukum yang berlaku bagi kehidupan bangsawan. Hubungan keluarga mungkin bisa menyelamatkannya, tetapi pada akhirnya hukum tettaplah hukum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
dan posisi ayahnya sebagai hukum tertinggi membuatnya menyadari kekurangan hubungan keluarga jika sudah dipadukan dengan kekuasaan. Menurut Marx, adalah satu kesalahan untuk menganggap kesadaran sebagai sesuatu yang selalu dimiliki manusia dengan berbagai bunga-bunganya dan bahwa manusia secara intelektual mampu menemukan kondisi-kondisi kehidupannya. Kesadaran, seperti manusia, berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupannya (Faruk, 2008: 7). Pangeran Tapah dipahami sebagai salah satu dari manusia tragik, tidak hanya hukuman dan kesendirian, tapi pehaman akan keberadaannya yang kesakitan dan kesabaran membuatnya mengetahui kehidupan secara menyeluruh. Meskipun Pangeran Tapah tidak bersedia mengakui secara pasti tentang keberadaan Tuhan, setelah apa yang ditimpakan kepadanya, dia tetap menerima dengan kesadaran bahwa Tuhan akan tetap bersamanya. Ketidakpedulian akan penilaian relatif yang menghukumnya tanpa melihat kebenaran itulah yang mendorong
pemahaman terhadap kehidupan dan orang-orang yang ada di
sekitanya tidak lagi begitu berarti. Usaha-usaha yang dilakukannya kemudian hanyalah dianggap sebagai hal-hal yang harus dilakukan untuk mengisi kehidupan, bukanlah suatu cara untuk mendapatkan keinginan dan tujuan.
b.
Tuntutan Mutlak Selain menambah nilai eksotis tempat tersebut dengan adanya cerita rakyat
atau legenda yang mampu membuat masyarakat tertarik, dengan legenda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
127
masyarakt juga memiliki sosok pahlawan yang menjadi panutan dalam menyikapi permasalahan. Misalnya Raja Awang, dia mengusir anak kandungnya, Pangeran Tapah yang juga sebagai pewaris tunggal kerajaan karena diketahui melakukan perbuatan tercela, yaitu berzina. Sang raja mengusir satu-satunya harapan masyarakat di kerajaannya sebagai bentuk hukuman karena berani melanggar peraturan dan nilai yang menjadi tolok ukur kehidupan manusia. Perlakuan Raja Awang dapat dipahami demikian, semakin tinggi derajat seseorang, maka semakin tinggi pula tanggung jawabnya. Karena sebagai putra seorang raja, anaknya seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat dalam hal kebaikan, bukan menjatuhkan nama baik kerajaan dengan perbuatan tercela. Dalam kesehariannya, kondisi kerajaan terasa damai dan tentram. Banyak kerajaan kecil lainnya yang berhubungan dengan pemerintahannya. Hasil pertanian dan perkebunan dari wilayah kekuasaan Raja Awang Banyak dibawa ke luar kerajaan hingga ke kawasan tanah Palembang. Dengan memperlihatkan bukti ada noda darah pada selembar kain yang dikatakannya bahwa darah tersebut adalah darah keperawanan sang wanita yang dimaksudnya dalam fitnah kejam tersebut. Melihat kenyataan itu, sang raja yang selama ini dikenal bijak dan arif berubah menjadi sosok yang sangat murka. Dengan kasar dan kejam dia menyiksa putra kandungnya. Bahkan dia mengusirnya dari istana. (Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 3 dan 10) Kehadiran sang raja memang sesuatu yang dinanti oleh beberapa rakyat lain karena mereka tahu betul kharisma Raja Awang yang terkenal ramah, arif, dan penuh kasih antarsesama. Penasehat kerajaan memberi pendapat kepada raja agar kehadirannya sudah didampingi permaisuri kedua. Mendengar itu Raja Awang sempat terperangah, dia merasa sangat terpukul dengan kepergian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
istrinya. Karena
128
berbagai pertimbangan, akhirnya semua orang kerajaan
memutuskan agar raja segera beristri lagi. Setibanya raja dan rombongan di dalam istana, ia langsung memanggil putranya. Entah setan apa yang telah merasuki alam pikiran sang raja, ia terlihat begitu sangat murka. Pangeran dituduh telah menghamili perempuan di luar istana. Hal ini sangat tabu bagi kerajaan, sama dengan mencoreng muka sendiri, aib pada segenap penghuni istana. Rupanya Raja Awang telah termakan oleh fitnah putra tirinya. Pangeran Tapah Lanang diperlakukan seperti hewan dan diusir dari istana. Melihat kejadian itu seluruh orang di sekitar istana merasa terpukul dan sangat tidak percaya kalau pangeran telah bertindak sehina itu. Mereka meyakini semua itu fitnah belaka. (Putri Gelam adegan 17 dan 25)
Kutipan di atas adalah buti kekuasaaan seorang raja. Kekuasaan yang dimiliki Raja Awang yang tidak dapat menyelamatkan anaknya dari hukum yang dibuatnya sendiri. Sebagai raja yang bijaksana, dia menjatuhkan hukuman pada Pangeran tapah yang memiliki status putra mahkota. Sebuah posisi sakral yang tidak boleh dinodai dengan cara apa pun, dan konsekuensi yang harus ditanggung karena pelanggaran tidak dapat dimaafkan. Posisi tertinggi adalah lambang kekuatan dan kekuasaan sekaligus hukuman yang paling kejam. Hubungan antara manusia tragik dengan sesamanya bersifat ganda dan paradoksal pula. Di satu pihak berharap dapat menyelamatkan mereka, mengajak mereka bersama, mengangkat mereka ke levelnya. Tapi di lain pihak ia menyadari adanya jurang yang memisahkannya dari mereka dan menerima kenyataan itu (Goldman dalam Faruk, 2012: 84). Pandangan mengenai manusia dipahami sebagai pandangan terhadap masyarakat. Masyarakat sebagai pembaca, memberi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
129
makna dan memanfaatkan karya, sekaligus menjadi latar belakang terciptanya sebuah karya. Pangeran Tapah dipahami sebagai salah satu dari manusia tragik, tidak hanya hukuman dan kesendirian, tapi pehaman akan keberadaannya yang kesakitan dan kesabaran membuatnya mengetahui kehidupan secara menyeluruh. Meskipun Pangeran Tapah tidak bersedia mengakui secara pasti tentang keberadaan Tuhan, setelah apa yang ditimpakan kepadanya, dia tetap menerima dengan kesadaran bahwa Tuhan akan tetap bersamanya. Ketidakpedulian akan penilaian relatif yang menghukumnya tanpa melihat kebenaran itulah yang mendorong pemahaman terhadap kehidupan dan orang-orang yang ada di sekitanya tidak lagi begitu berarti. Usaha-usaha yang dilakukannya kemudian hanyalah dianggap sebagai hal-hal yang harus dilakukan untuk mengisi kehidupan, bukanlah suatu cara untuk mendapatkan keinginan dan tujuan. Pangeran tidaklah berbeda dengan manusia pada umumnya, telepas dari hubungannya sengan istana dan ayahnya, dia lahir dan menjalani kehidupannya unutk dirinya sendiri. Manusia tidak perlu ragu-ragu untuk aktif dan berinisiatif membuat dunia ini lebih baik, lebih berharga dari semula, bahwa setelah “kepastian nasib” kita akan berganti menjadi “tantangan sejarah”, hal-hal yang alami dapat kita bentuk menjadi kebudayaan. Kebudayaan mengandaikan alam yang ditafsir, diolah, dibentuk, dikreasi kembali sang manusia sendiri; dan bukan hanya kepastian buta kehendak para dewata (Mangunwijaya, 1988: 33).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B.
130
Rangkuman Pandangan Dunia Tragik Pandangan dunia tragik adalah sebuah pandangan mengenai karya sastra
yang diciptakan dan pengaruh masyarakatnya. Baik pengaruh masyarakat dalam isi karya maupun respon yang diberikan terhadap karya tertentu. Sebuah karya merupakan dunia yang berada dalam kehidupan manusia secara nyata dan ditransformasikan dalam sebuah cerita. Karya selalu mewakili masyarakat atau kelompok tertentu. Dunia tragik berada dalam kehidupan manusia atau sesuatu dalam karya. Bukan hanya tokoh yang menjadi pemicu konflik, tapi juga unsur intrinsik yang lain. Dari uraian tentang perspektif Goldman di atas, dapat dikatakan bahwa pandangan dunia tragik melihat manusia secara kolektif dan memberi batasan pada pemahaman mereka terhadap kekuasaan Tuhan. Manusia dianggap menyimpang karena kepercayaan mereka mengenai suatu pemikiran yang bisa memperburuk sebuah citra karena kepercayaannya pada hal-hal yang bersifat mistis. Selain sebagai banyangan akan ketidaksempurnaan kehidupan, dunia tragik menunjukkan kekuasaannya dengan menyeimbangkan kehidupan antara kebahagiaan dan penderitaan. Keharmonisan juga menyiratkan adanya kebersamaan. Artinya, dalam mengarungi
kehidupan
manusia
tidak
mungkin
dapat
hidup
sendiri.
Interdependensi sudah merupakan begian mendasar dari setiap perjuangan manusia untuk mencapai tujuan kehidupan yang lebih baik (Fannanie, 1984: 75).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
131
Bagan 5. Pandangan dunia tragik Pandangan mengenai Tuhan.
Pandangan mengenai dunia.
Raja Awang berharap penyakit permaisuri bisa disembuhkan. Dia terus berusaha dengan mendatangkan banyak tabib, tapi keadaan tidak berubah, permaisuri meninggal. Ini membuktikan bahwa Tuhan ada sekaligus tidak ada. Raja Awang berharap Tuhan akan membantunya, namun yang terjadi Tuhan tidak berperan dalam kehidupan manusia, Tuhan tidak hadir saat dibutuhkan.
Pangeran Tapah memandang dunia yang dijalaninya sebagai hal yang penting dan tidak penting. Istana tempat hidupnya sejak kecil menjadi tidak berarti setelah dia diusir. Dan dunia tidak lagi berarti setelah dia kehilangan kedua anaknya. Bahkan Putri Gelam pun tidak berdaya menghadapi Pengeran Tapah yang hancur, dia juga hancur bersama -bersama suaminya.
Pandangan mengenai manusia. Raja Awang yang mencintai Pangeran Tapah tega mengusirnya demi mempertahankan nilai dan norma. Nilai dianggap sebagai kodrat yang harus dipatuhi. Putri Gelam juga diusir dan ditenung hingga wajahnya buruk karena dianggap melanggar aturan dan norma yang berlaku. Nilai yang membatasi manusia dianggap ada sekaligus tak ada.
Pandangan Dunia Tragik
Bagan di atas merupakan hubungan dari pandangan dunia tragik yang dimilki manusia tragik dan hubungannya dengan tiga elemen
yang melingkupinya.
Ketiga elemen tersebut yaitu: pandangan mengenai Tuhan, pandangan mengenai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
132
dunia, dan pandangan mengenai manusia yang terlihat dalam legenda Danau Teluk Gelam.
D.
Rangkuman dan Tinjauan Kritis A.J. Greimas mengungkapkan bahwa suatu ritus kehidupan dapat
dipahami dengan permulaan, tujuan, dan akhir. Dengan pemahaman pada pola aktansial dan struktur fungsional, diketahui bahwa baik dalam kehidupan nyata ataupun
cerita
rakyat/legenda
ritus
kehidupan
manusia
tetaplah
sama.
Keseimbangan digunakan sebagai alasan dalam menyikapi kesalahan atau kelalaian dengan kebaikan, yang pada akhirnya menentukan akhir yang dicapai. Legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam menyimpan keseimbangan pada nilai dan norma yang berlaku di masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir sekaligus sebagai tolok ukur kehidupan masyarakat yang semakin bebas. Melalui pandangan dunia tragik Goldmann terhadap pemaknaan legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam diketahui bahwa pemaknaan itu menyebabkan kehilangan pada hal-hal yang bersifat spiritual dalam masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir. Masyarakat yang digambarkan dalam legenda tersebut yang seharusnya menjunjung tinggi aturan, justru meniadakan kebaikan dan menunjukkan keculasan. Maskipun dapat dipahami itu merupakan gambaran yang wajar untuk mencerminkan sosok yang baik dalam diri Pangeran
Tapah,
namun
keberadaannya
juga
meresahkan
karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
133
ketidakpercayaannya pada keseimbangan. Penggambaran akhir kehidupan cukup tragik dengan menunjukkan bahwa perbuatan baik pun akan tetap dikutuk. Pandangan kita terhadap legenda itu menjadi lebih utuh dan menyeluruh/ komprehensif. Melalui strukturalisme A.J.Greimas dapat diketahui bahwa segala sesuatunya sudah terstruktur, yang berarti suatu hal terjadi terhadap individu atau kelompok tertentu berdasarkan aspek-aspek yang melingkupi perkembangannya. Manusia akan menjadi apa adanya dirinya apabila dia berhubungan dengan dunia yang menjadi kehidupannya. Sedangkan, dengan penilaian melalui pandangan dunia tragik Goldmann terhadap legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adalah sebuah respon terhadap kehidupan manusia yang terjadi, khususnya terhadap masyarakat suku Ogan yang menganggap hukuman adalah sesuatu yang sakral. Selain itu, sebagai tanggapan pada tingkat kesadaran masyarakat terhadap nilai keperawanan yang masih dianggap tabu dalam upacara pernikahan adat. Dengan dua pendekatan tersebut, legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam disejajarkan dengan penilaian dan pemaknaan terhadap kehidupan masyarakat khususnya di kawasan
Kabupaten Ogan
Komering Ilir. Masyarakat yang menganggap siklus kehidupan menyamai struktur menjadi dasar untuk memahami dunia di sekitarnya, maka fungsi legenda akan lebih maksimal bukan hanya sebagai nilai domestik, tapi juga sebagai penyegar sastra lisan Ogan yang saat ini mulai dilupakan. Danau Teluk Gelam sebagai tempat wisata dapat dimaksimalkan daya tariknya melalui legenda yang menyelimutinya dari pandangan dunia modern.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
134
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasarkan penelusuran demografi dan topografi pada Bab II dan
analisis legenda setempat pada Bab III dan Bab IV, penulis menyimpulkan bahwa legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam digunakan untuk menyampaikan ajaran tentang keluhuran nilai sastra lisan yang hilang dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir yang kini mulai meninggalkan sikap kepedulian terhadap alam demi modernitas. Dari kedua naskah yang telah dianalisis, Putri Gelam dinyatakan sebagai teks asli. Hal ini didasarkan pada keutuhan cerita, murni karena tidak ada pembabtisan dari agama atau pun ajaran yang dipaksakan dan bersifat propaganda. Sedangkan, Asalmuasal Terjadinya Danau Teluk Gelam sudah mendapat pengaruh Islam. Secara khusus dalam Bab II, penulis memaparkan keadaan alam, kehidupan masyarakat, serta mata pencaraharian yang erat hubungannya dengan kehidupan masa lalu suku Ogan maupun masyarakat yang mendiami kawasan tersebut. Percampuran suku, meskipun berdampak pada kemajuan ekonomi dan tingkat kelestarian alam namun tidak merujuk pada pertikaian dan lebih pada keselarasan dalam hal adat-istiadat. Dengan melihat hubungan masyarakat dengan kebudayaannya, semakin mudah
menilai dan menyampaikan peran dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
135
perkembangan karya sastra (sastra lisan/ legenda) dan budaya yang merupakan milik kolektif.
Pada Bab III dan Bab IV, penulis menganalisis legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan struktural A.J. Greimas yang terdiri atas aktansial dan struktur fungsional, dan pendekatan analisis pandangan dunia tragik Goldmann. Dengan kedua pendekatan di atas diketahui bahwa karya sastra, khususnya sastra lisan atau legenda adalah penciptaan yang merupakan respon masyarakat terhadap pergeseran nilai dan norma yang ada di masyarakat tersebut. Melalui Raja Awang dan Pangeran Tapah, dapat dipahami bahwa apa yang terjadi bukan hanya milik manusia/individu
itu
sendiri,
tapi
juga
menyangkut
keseluruhan
yang
melingkupinya. Penderitaan, hukuman, dan kebahagiaan yang didapat adalah wujud dari kepercayaan dan tindakan. Aktansial dan struktur fungsional A.J. Greimas memaparkan bahwa segala hal yang terjadi merupakan struktur yang sudah lazim adanya, dan teori tersebut diterapkan untuk mengetahui perbandingan dari setiap tingkatan. Sedangkan, pandangan dunia tragik Goldmann lebih diwujudkan pada bagaimana masyarakat memandangan perkembangan dan respon suatu budaya terhadap nilai dan norma. Dari konflik yang terjadi antar para tokoh dalam legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam dan kehidupan masyarakat pada umumnya dirangkum dengan mengetegahkan keharmonisan atau keseimbangan yang menjadi pemicu sekaligus penyelesaian yang dianggap tragik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
136
Dari analisis yang dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa legenda Danau Teluk Gelam menyimpan kenangan terhadap nilai dan norma dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir yang saat ini mulai bergeser, tidak hanya karena pengaruh Islam yang mendominasi tapi juga generasi penerus yang memandang adat adalah suatu kerepotan dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan pemahaman terhadap alur dan respon dari kehidupan tokoh tersebut masyarakat memiliki pijakan atau gambaran terhadap suatu nilai atau perbuatan, baik itu kebaikan atau kejahatan yang akan menentukan akhir. Keseimbangan dalam kedua varian legenda tersebut menyiratkan bahwa perbuatan baik tidaklah selalu berujung pada kebaikan. Kontribusi kajian A.J. Greimas terhadap cerita rakyat ini adalah penulis mendalami legenda sebagai sebuah proses komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut, ada pesan yang akan disampaikan. Pesan-pesan itu dapat lebih dipahami dengan menggunakan teori Goldmann. Kematian yang tragis kedua tokoh, setelah mencoba membangun kehidupa yang bahagia menunjukkan adanya pandangan dunia tragis di dalamnya. Selain itu, nilai iri hati dan nafsu kekuasaan yang ditunjukkan saudara tiri Pangeran Tapah merupakan sebuah faktor perusak kebahagiaan. Dalam legenda ini, gambaran dan citra “ibu tiri” sebagai ibu yang jahat, ambisius, dan oportunis justru tidak terlihat. Ibu tiri dalam legenda ini memiliki citra yang baik dan penuh kasih pada anak tirinya. Hal ini mungkin menceritakan pandangan masyarakat tradisional di Ogan Komering Ilir yang tidak mempermasalahkan adanya ibu tiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B.
137
Saran
Legenda Danau Teluk Gelam yang seharusnya menjadi sastra lisan kebanggaan masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir justru tidak banyak diketahui oleh masyarakatnya. Melalui analisis struktural dan pandangan dunia tragik yang didasarkan pada teks karya sastra tersebut, penulis telah menyimpulkan adanya pandangan dunia tragis yang ada di dalamnya. Penulis menyarankan agar peneliti selanjutnya perlu untuk
pengkajian psikologis
sastrauntuk menjawab persoalan, mengapa kebanyakan cerita rakyat Indonesia mengandung pandangan dunia tragis? Mengapa jarang ditemukan adanya succes story dalam cerita-cerita rakyat Indonesia? Selain itu, penulis juga menyarankan perlunya dilakukan kajian poetika dan retorika unutk mengungkap keindahan bahasa-bahasa sastra daerah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138
Daftar Pustaka Aliana,Zainul Arifin.Dkk.1984. Sastra Lisan Ogan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Aron, Raymond.1983. Kebebasan dan Martabat Manusia. Diterjemahkan oleh Rahayu S. Hidayat, Ari A. Harahap, Edlina H. Eddin, dan Kadja Hartoyo dari judul asli Essai sur les libertes. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia. Barthes, Roland.2006.Mitologi. Diterjemahkan oleh Nuhadi dan A. Suhabul Millah
dari judul asli Mythologies.Yogyakarta: Kreasi Wacana.(Cetakan
kedua, edisi revisi). Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan.1983. Permainan Rakyat Daerah Sumatera Selatan. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. --------.1983. Permainan Anak-Anak Daerah Sumatera Selatan. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.
--------.1984. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Sumatera Selatan. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.
--------.1985. Adat dan Upacara Tradisional Yang Berkaitan Dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan Daerah Sumatera Selatan. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.
--------.1997.Analisis Struktur dan Nilai Budaya: Hikayat raja Fakir Hadi, Hikayat Ahmad Muhammad, Hikayat Cindabaya.Jakarta: Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.
Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
139
Escarpit, Robert.2008.Sosiologi Sastra. Diterjemahkan oleh Ida Sundari Husen dari judul asli Sosiologie de la Littѐ rature. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. (Cetakan kedua). Fannani, Zainuddin.2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press. (Cetakan ketiga). Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi Sastra: dari Strukturalisme Genetik sampai Post-Modernisme.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. (Cetakan kedua, edisi revisi). Hasan, Hambali dkk.1985. Upacara Tradisional Yang Berkaitan Dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan Daerah Sumareta Selatan.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hayder, Mo. 2009. Tokyo: Iblis Nanking, Yakuza, dan Rahasia Keabadian. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti dari judul asli Tokyo The Devil of Nanking.Jakarta: Dastan. Ihsan,
Diemroh
dkk.1981.BahasaOgan.Jakarta:
Pusat
Pembinaan
dan
Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan. Ikranegara, Yudhistira. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara: Dongeng, Legenda, Fabel, Mitos, Epos.Penerbit Dua Media. Kenyon, Sherrilyn.2011. Permainan Malam. Diterjemahkan oleh Yolanda Oktavia dari judul asli Night Play. Jakarta:Dastan. Koentjaraningrat .2000.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta ---------- .2010.Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: Universitas Indonesia Press Luxemburg, Jan Van. Dkk.1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT.Gramedia. Liliweri,
Alo.2009.Prasangka
dan
Konflik:
Masyarakat Multikultur. Yogyakarta: LkiS.
Komunikasi
Lintas
Budaya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
140
Mansyur, M. Ali dkk. 1982.Cerita Rakyat Derah Sumetera Selatan. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan. Mangunwijaya, Y.B. 1988. Sastra dan Religiositas. Yogyakarta Kanisius. Partanto, Pius A. dan M. Dahlan Al Barry. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola. Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir.2007. Cerita Rakyat Ogan Komering Ilir.Ogan Komering Ilir: CV. Adi Jaya Utama. Pusposari, Dewi.2011. Mitos Dalam Kajian Sastra Lisan. Malang: Pustaka Kaiswaran. Ratna, Nyoman kutha. 2010. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ---------. 2010. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Cetakan ketiga). --------.2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Rosyidi,M.Ikhwan Dkk. 2010. Analisis Teks Sastra: Mengungkap Makna, Estetika, dan Ideologi dalam Perspektif Teori Formula, Semiotika, Hermeneutika, dan Strukturalisme Genetik.Yogyakarta:Graha Ilmu. Sahman, Humar. 1993. Estetika telaah sistemik dan Historik. Semarang: IKIP Semarang Press. Santas,
Gerasimos.2002.Plato
dan
Freud
Dua
Teori
Tentang
Cinta.
Diterjemahkan oleh Konrad Kebung dari judul asli Plato and Freud – Two Theories of Love. Maumere: LPBAJ. Sindhunata.2007. Kambing Hitam: Teori Rene Girard.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Spardley, James P..Metode Etnografi. Yogyakarta:Tiara Wacana.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
141
Staton, Robert.2007. Teori Fiksi Robert Staton. Diterjemahkan Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad dari judul asli An Introduction to Fiction. Sukatman .2011. Butir-butir Tradisi Lisan Indonesia: Pengantar Teori dan Pembelajarannya. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo. Tarigan, Henry Guntur dan Anisi Sjakroni.1972. Perbandingan Morfologi Bahasa Ogan Dengan Bahasa Simalungun. Bandung-Leiden. Tarigan, Henry Guntur dan Zainal Abidin Gaffar.1972. Perbandingan Folklore Ogan Dengan Folklore Simalungun. Bandung-Leiden. Taum, Yoseph Yapi.1997. Kisah Wato Wele-Lia Nurat Dalam Tradisi Puisi Lisan Flores Timur. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan. ---------.2011. Studi Sastra Lisan: Sejarah, Teori, Metode, dan Pendekatan disertai Contoh Penerapan. Yogyakarta:Lamalera. ---------.The Hidden God Karya Lucien Goldmann dan Aplikasinya Dalam Studi Sastra Indonesia (ringkasan buku Hidden God) Teeuw, A.1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: PT. Gramedia. ---------.1983.Tergantung Pada Kata.Jakarta: Pustaka Jaya. ---------.1982.Khazanah Sastra Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka Turner, Bryan.S. Relasi Agama dan Teori Sosial Kontemporer. Diterjemahkan oleh Inyiak Ridwan Muzir dari judul asli Religion and Social Theory. Yogyakarta: IRCiSoD. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Diterjemahkan oleh Melanie Budianta dari judul asli Theory of Literature. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. (Cetakan keempat).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
142
Yuslizal. 1989. Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam (Legenda Teluk Gelam). Kasi Pengembangan Seni Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan. (Tidak diterbitkan)
Sumber Online: (http://riansyahefran-punyakoe.blogspot.com/2012/02/profil-singkat-kabupatenogan-komering.html diunduh tanggal 22 April 2012 (http://www.kaboki.go.id/diunduh tanggal 22 April 2012 taufikdermawan.blogspot.com/ diunduh tanggal 22 April 2012 http://sosbud.kompasiana.com/2011/06/20/teori-struktural-genetik-dalam-penelitiansastra/diunduh tanggal 22 April 2012 http://bayunyastra.wordpress.com/2012/05/25/penulisan-daftar-riwayat-hidupmahasiswa-berprestasi-fbs-unnes/diunduh tanggal 22 April 2012
Narasumber:
1
Nama lengkap
: Zasman, S.H.
Tanggal lahir
: Palembang, 4 Februari 1957
Pendidikan
: Sarjana
Jabatan
: Pustakawan muda Kasubbid deposit Badan Perpustakaan Provinsi Sumatera Selatan
2
Nama lengkap
: Mahmud (Almarhum)
Tanggal lahir
: Umur 70-an (meninggal tanggal 9 Agustus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
143
2012)
3
4
5
6
Pendidikan
: Sekolah dasar
Jabatan
:Tetua adat di desa Sumber Makmur.
Nama lengkap
: Abdul Somad, S.Pd.
Tanggal lahir
:10 September 1966
Pendidikan
: Sarjana
Jabatan
: Kepala Sekolah Dasar negeri 3 Sumber Agung
Nama lengkap
: Katemi
Tanggal lahir
:Pancatunggal, 27 Maret 1964
Pendidikan
: SPG (Sedang menyelesaikan S1)
Jabatan
: Guru SD N 3 Sumbe Agung
Nama lengkap
:Suparji
Tanggal lahir
: Trenggalek, 21 Desember 1967
Pendidikan
:SD
Jabatan
:Kadus Sumber Makmur
Nama lengkap
: Yuslizal, S.Pd.
Pendidikan
:Sarjana
Jabatan
: Kasi Pengenbangan Kesenian Disbudpar Kab. OKI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI