PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN PERILAKU SWAMEDIKASI DIARE OLEH IBU-IBU DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Kartikasari Bastinia Darusman NIM : 048114056
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN PERILAKU SWAMEDIKASI DIARE OLEH IBU-IBU DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Kartikasari Bastinia Darusman NIM : 048114056
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
i
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
U
iii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tuhan Punya Rencana Indah Aku berkata, “ Aku tidak pandai “ Tuhan berkata, “ Aku memberikan padamu hikmat “ (1 Korintus 1:30) Aku berkata, “ Aku tidak mengerti “ Tuhan berkata, “ Aku akan menuntun langkah-langkahmu “ (Amsal 3:5-6) Aku berkata, “ Aku terlalu capai “ Tuhan berkata, “ Aku akan memberikan kelegaan padamu “ (Matius 11:28) Aku berkata, “ Aku tidak bisa meneruskan “ Tuhan berkata “ Kasih karuniaku cukup “ (2 Korintus 12:9- Mazmur 91:15) Aku berkata, “ Aku tidak bisa melakukannya “ Tuhan berkata, “ Kamu bisa melakukan semuanya “ (Filipi 4:13) Aku berkata, “ Itu tidak mungkin “ Tuhan berkata, “ Tidak ada hal yang tidak mungkin “ (Lukas 18:27) Aku berkata, “ Aku tidak bisa mengatasi “ Tuhan berkata “ Aku akan menyediakan kebutuhanmu “ (Filipi 4:19) Aku berkata, “ Sekarang aku merasa sangat kuatir “ Tuhan berkata, “ Serahkanlah segala kekuatiranmu padaku “ (I Petrus 5:7)
Ebo!ibozb!lbsfob!sfodbob!ebo!qfozfsubbo!Ozb/! ! Dedicated to : Jesus Christ , My Grandma and My Parents, My Sist and My Bro, And My Love..... !
iv
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
v
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PRAKATA
Segenap puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala penyertaan, kekuatan, kesabaran, kebijaksanaan, berkat dan karunia yang dilimpahkanNya pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan Terhadap Perilaku Swamedikasi Diare Oleh Ibu-Ibu Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” dengan tepat waktu. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis telah mendapatkan pendampingan, penyertaan, dukungan dan segala bentuk bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Program Hibah Kompetisi (PHK) A3 dan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah sangat membantu penelitian ini sehingga dapat terlaksana dengan baik. 2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing skripsi. 4. Bpk. dr. Harimat Hendarwan, M.Kes, selaku dosen pembimbing skripsi. 5. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes, selaku dosen penguji skripsi. 6. Bpk Ipang Djunarko, S.Si, Apt, selaku dosen penguji skripsi.
vi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
7. Segenap dosen dan karyawan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 8. Nenek, Papa, dan Mama atas segala bantuan, dukungan, kasih, doa dan penyertaannya di sepanjang hidup penulis. 9. Kakak ipar, kakak dan adikku, Yusak, Rike, Welly dan Stanley atas segala bantuan doanya. 10. Maverick Emannuel Budiman dan Regina Graciela Budiman. 11. David Adhitama Hendra Atmaja, terima kasih atas kesabarannya menunggu skripsi ini selesai, atas penyertaannya, dan kasih sayangnya. 12. Teman-teman sekelompok penelitian, Pipin, Rissa, Anna, Henny, Limdra, Arie dan Fandy. 13. Mahes, Ditto dan Eddy, yang sudah membantu banyak pada kelompok penelitian ini. 14. Teman-temanku, Liza, Lidia, Feri Dian S, Andrew, Brian, Tinttus, Frengky, Ika Ndu, Filisia, Dika, Nina, Nur, dan segenap mahasiswa angkatan 2004 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma khususnya FKK. 15. Para Pejabat Pemerintah Daerah di Kabupaten Kulonprogo dan Kota Yogyakarta yang telah banyak membantu. 16. Semua responden yang telah memberikan waktunya untuk diwawancara. 17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama penelitian maupun penyusunan skripsi ini.
vii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Dengan segenap kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat menyempurnakan dan membangun. Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
viii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
INTISARI
Swamedikasi lebih dipilih masyarakat daripada pergi ke dokter atau puskesmas karena memiliki beberapa keuntungan antara lain menghemat biaya dan waktu walaupun disadari bahwa keberhasilan pengobatan memiliki keterbatasan. Diare merupakan suatu gejala penyakit yang ditunjukkan dengan buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan dengan konsistensi feses lebih cair. Dengan demikian, diperlukan penelitian untuk meningkatkan appropriateness perilaku swamedikasi penyakit diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam perilaku swamedikasi penyakit diare dan mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini mencakup 2 sub penelitian yaitu non eksperimental deskriptif dan non eksperimental analitik. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional (studi potong lintang). Penelitian dilakukan di 16 dusun, 8 desa, 4 kecamatan masing-masing di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulonprogo yang didapatkan dengan metode acak sederhana. Instrumen penelitian adalah kuisioner dan pedoman wawancara. Data kuantitatif yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan chi square sedangkan data kualitatif diidentifikasi permasalahan yang timbul. Hasil penelitian menunjukkan terdapat permasalahan dalam swamedikasi, pengenalan diare, dan pemilihan obat diare. Data kuantitatif menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dan dengan perilaku swamedikasi diare, tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan tindakan swamedikasi diare, adanya hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan dan sikap swamedikasi diare, dan tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan tindakan swamedikasi diare. Kata kunci : swamedikasi, diare, permasalahan, pengetahuan, sikap, perilaku, pendidikan, dan pendapatan.
ix
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
Self Medication is more preferable than going to the doctor due to the efficiency of the cost and money, even though it is realized that the success of the self medication itself has some limitation. Diarrhea is a symptom characterized by more than 3 times a day stools defecate and a watery stools. Therefore, it needs to conduct a study about appropriate self medication behavior. This research aims at identifying the problems of diarrhea self medication behavior and knowing the relationship between the level of education and income with diarrhea self medication behavior of the women in Daerah Istimewa Yogyakarta. This study consist of descriptive non experimental and analitic non experimental with cross sectional design. This study was conducted in Yogyakarta and Kulonprogo using the simple random method. The main instrument of this study were questionaire and interview guide. Quantitative data were analyzed using chi square and for the qualitative data were identified about the problem.. This qualitative study shows that there were problem about self medication knowledge, diarrhea recognition, and diarrhea drug choice. The quantitative results that there is no relationship between level of education with diarrhea self medication knowledge and attitude, relationship between level of education with diarrhea self medication action, relationship between level of income with diarrhea self medication knowledge and attitude, and no relationship between level of income with diarrhea self medication action. Key words : self medication, diarrhea, problem, knowledge, attitude, action, education, and income.
x
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ............................................................ v PRAKATA.......................................................................................................... vi INTISARI ........................................................................................................... ix ABSTRACT.......................................................................................................... x DAFTAR ISI....................................................................................................... xi DAFTAR TABEL............................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xxi BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1 A. Latar Belakang Penelitian ....................................................................... 1 1. Permasalahan ..................................................................................... 5 2. Keaslian penelitian............................................................................. 6 3. Manfaat penelitian ............................................................................. 8 B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8 BAB II. PENELAHAAN PUSTAKA ................................................................ 10 A. Anatomi dan Fisiologi Saluran Cerna..................................................... 10 B. Diare........................................................................................................ 11 1. Definisi diare....................................................................................... 11
xi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2. Klasifikasi diare .................................................................................. 13 3. Etiologi diare....................................................................................... 15 4. Patofisiologi diare ............................................................................... 20 5. Tanda dan gejala diare ........................................................................ 25 6. Penatalaksanaan diare ......................................................................... 25 a. Tujuan terapi diare ........................................................................ 26 b. Sasaran terapi diare ....................................................................... 26 c. Strategi terapi diare ....................................................................... 26 C. Persepsi Sehat-Sakit ................................................................................ 34 D. Swamedikasi (Self-medication)................................................................ 35 1. Definisi................................................................................................ 35 2. Perilaku swamedikasi.......................................................................... 36 3. Keuntungan dan kerugian swamedikasi.............................................. 37 4. Penyakit ringan ................................................................................... 37 5. Penggolongan obat untuk swamedikasi .............................................. 38 6. Peranan apoteker dalam swamedikasi................................................. 39 7. Swamedikasi pada diare...................................................................... 39 E. Penggunaan Obat yang Rasional .............................................................. 42 F. Perilaku (Pengetahuan, Sikap dan Tindakan) .......................................... 44 1. Pengetahuan ........................................................................................ 46 2. Sikap .................................................................................................. 47 3. Tindakan ............................................................................................ 48 G. Teori Tentang Perilaku............................................................................. 48
xii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
1. Teori aksi ........................................................................................... 48 2. Model perubahan perilaku dari Green .............................................. 49 3. Model kepercayaan kesehatan dari Rosenstock................................. 50 H. Pendidikan............................................................................................... 51 I. Pendapatan................................................................................................ 51 J. Landasan Teori ......................................................................................... 52 K. Hipotesis.................................................................................................. 54 BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 56 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 56 B. Variabel Penelitian .................................................................................. 57 C. Definisi Operasional................................................................................ 58 D. Subyek Penelitian.................................................................................... 61 E. Populasi dan Sampel................................................................................ 61 F. Besar Sampel ........................................................................................... 61 G. Waktu Penelitian ..................................................................................... 67 H. Tempat Penelitian ................................................................................... 67 I.
Instrumen Penelitian ............................................................................... 68 1. Pedoman wawancara........................................................................... 68 2. Kuesioner ............................................................................................ 69
J. Tata Cara Penelitian ................................................................................. 70 1. Studi pustaka ....................................................................................... 68 2. Analisis situasi .................................................................................... 68 a. Penentuan lokasi penelitian.............................................................. 70
xiii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
b. Perijinan ........................................................................................... 70 c. Perhitungan besar sampel................................................................. 70 3. Pembuatan instrumen penelitian. ........................................................ 71 a. Pedoman wawancara ........................................................................ 71 1). Pembuatan pedoman wawancara................................................. 71 2). Uji validitas.................................................................................. 72 b. Kuesioner ......................................................................................... 72 1. Pembuatan kuesioner .................................................................... 72 2. Uji pemahaman bahasa ................................................................. 73 3. Uji validitas ................................................................................... 73 4. Uji reliabilitas................................................................................ 74 K. Pengambilan Data ................................................................................... 75 a. Kualitatif .......................................................................................... 75 b. Kuantitatif ........................................................................................ 76 L. Tata Cara Pengolahan Data ..................................................................... 76 1. Analisis data kualitatif ..................................................................... 76 2. Analisis data kuantitatif ................................................................... 77 a). Analisis univariat ............................................................................ 77 b). Analisis bivariat .............................................................................. 77 M. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 76 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 78 A. Karakteristik Responden ......................................................................... 78 B. Identifikasi Permasalahan Pada Perilaku Swamedikasi Diare ................. 87
xiv
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
C. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Perilaku Swamedikasi Diare.............................................................................................................. 105 D. Hubungan Antara Tingkat Pendapatan Dengan Perilaku Swamedikasi Diare.............................................................................................................. 111 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 119 A. Kesimpulan .............................................................................................. 119 B. Saran......................................................................................................... 120 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 122 LAMPIRAN........................................................................................................ 127 BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 177
xv
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel I.
Klasifikasi klinik diare .......................................................... 14
Tabel II.
Klasifikasi diare berdasarkan tanda dan gejala diare ............. 14
Tabel III .
Penilaian derajat dehidrasi penderita diare ............................ 22
Tabel IV.
Takaran pemakaian oralit pada diare ..................................... 27
Tabel V.
Keuntungan dan kerugian peningkatan perilaku swamedikasi .......................................................................... 37
Tabel VI.
Jumlah dan distribusi sampel ................................................. 63
Tabel VII.
Jumlah dan distribusi sampel di Kota Yogyakarta................. 63
Tabel VIII.
Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Gondokusuman 63
Tabel IX.
Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Demangan ......... 63
Tabel X.
Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Baciro................ 63
Tabel XI.
Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Wirobrajan....... 64
Tabel XII.
Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Wirobrajan ........ 64
Tabel XIII.
Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Pakuncen........... 64
Tabel XIV.
Jumlah dan distribusi sampel di Kabupaten Kulonprogo ...... 64
Tabel XV.
Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Nanggulan ....... 64
Tabel XVI.
Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Banyuroto ......... 64
Tabel XVII.
Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Donomulyo ....... 65
Tabel XVIII.
Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Wates ............... 65
Tabel XIX.
Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Sogan ................ 65
Tabel XX.
Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Wates ................ 65
Tabel XXI.
Bagian-bagian pedoman wawancara...................................... 69
Tabel XXII.
Bagian-bagian kuesioner........................................................ 70
Tabel XXIII.
Permasalahan pada pemahaman responden mengenai swamedikasi ........................................................................... 87
Tabel XXIV.
Permasalahan pada kesesuaian pengenalan diare .................. 91
Tabel XXV.
Permasalahan pada kesesuaian pemilihan tindakan untuk menangani diare ..................................................................... 96
xvi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel XXVI.
Tabel krostabulasi antara tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare ........................... 105
Tabel XXVII.
Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare ........................... 106
Tabel XXVIII. Hasil
uji
chi
square
tingkat
pendidikan
dan
pengetahuan mengenai swamedikasi diare ........................... 106 Tabel XXIX.
Tabel krostabulasi antara tingkat pendidikan dan sikap terhadap swamedikasi diare......................................... 108
Tabel XXX.
Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dan sikap terhadap swamedikasi diare......................................... 108
Tabel XXXI.
Hasil uji chi square tingkat pendidikan dan tindakan dalam swamedikasi diare ...................................................... 109
Tabel XXXII.
Tabel krostabulasi antara tingkat pendidikan dan tindakan dalam swamedikasi diare ....................................... 110
Tabel XXXIII. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dan tindakan dalam swamedikasi diare ....................................... 110 Tabel XXXIV. Hasil uji chi square tingkat pendidikan dan tindakan dalam swamedikasi diare ...................................................... 111 Tabel XXXV.
Tabel krostabulasi antara tingkat pendapatan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare ........................... 112
Tabel XXXVI. Distribusi responden menurut tingkat pendapatan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare ........................... 112 Tabel XXXVII. Hasil uji chi square tingkat pendapatan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare ........................... 113 Tabel XXXVIII. Tabel krostabulasi antara tingkat pendapatan dan sikap terhadap swamedikasi diare......................................... 114 Tabel XXXIX. Distribusi responden menurut tingkat pendapatan dan sikap terhadap swamedikasi diare......................................... 114 Tabel XL.
Hasil uji chi square tingkat pendapatan dan tindakan dalam swamedikasi diare ...................................................... 115
xvii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel XLI.
Tabel krostabulasi antara tingkat pendapatan dan tindakan dalam swamedikasi diare ....................................... 116
Tabel XLII.
Distribusi responden menurut tingkat pendapatan dan tindakan dalam swamedikasi diare ....................................... 117
Tabel XLIII.
Hasil uji chi square tingkat pendapatan dan tindakan dalam swamedikasi diare ...................................................... 117
xviii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.
Anatomi dan fisiologi saluran pencernaan......................... 10
Gambar 2.
Gangguan-gangguan pada saluran cerna............................ 11
Gambar 3.
Bristol Stool Chart ............................................................. 12
Gambar 4.
Bagan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare.................................................................................... 15
Gambar 5.
Penyebab diare .................................................................. 16
Gambar 6.
Berbagai macam makanan penyebab diare........................ 19
Gambar 7.
Bagan akibat (efek) dehidrasi ............................................ 23
Gambar 8.
Mekanisme obat antidiare .................................................. 33
Gambar 9.
Algoritma swamedikasi diare pada usia 1 bulan hingga 5 tahun.................................................................... 40
Gambar 10.
Algoritma swamedikasi untuk anak kecil berusia 5 tahun ke atas dan dewasa ................................................... 41
Gambar 11.
Bagan langkah-langkah pengembangan intervensi yang
dimaksudkan
meningkatkan
penggunaan
rasional oleh konsumen...................................................... 43 Gambar 12.
Perbaikan
permasalahan
yang
terjadi
pada
penggunaan obat ................................................................ 43 Gambar 13.
Skema hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku............................................... 53
Gambar 14.
Bagan
penelitian
payung
penyusunan
modul
edukasi untuk peningkatan appropriateness perilaku swamedikasi 7 penyakit ringan dan penggunaan vitamin ............................................................................... 56 Gambar 15.
Bagan distribusi responden ................................................ 66
Gambar 16.
Bagan tempat penelitian yang didapatkan dengan metode sampling klaster multi tahap ................................. 68
Gambar 17.
Bagan tata cara penelitian .................................................. 75
xix
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 18.
Persentase usia responden.................................................. 79
Gambar 19.
Persentase status pernikahan responden ............................ 79
Gambar 20.
Persentase jumlah anak responden..................................... 80
Gambar 21.
Persentase jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah .............................................................................. 80
Gambar 22.
Persentase tingkat pendidikan responden .......................... 81
Gambar 23.
Pengkatagorisasian tingkat pendidikan responden ............ 82
Gambar 24.
Persentase jenis pekerjaan responden ................................ 82
Gambar 25.
Persentase
pendapatan
keluarga
(sebulan)
responden ........................................................................... 83 Gambar 26.
Pengkatagorisasian pendapatan keluarga (sebulan) responden ........................................................................... 84
Gambar 27.
Persentase
frekuensi
responden
melakukan
swamedikasi dalam 1 bulan terakhir.................................. 84 Gambar 28.
Persentase
frekuensi
responden
melakukan
swamedikasi diare dalam 1 bulan terakhir................... 85 Gambar 29.
Pengkatagorisasian
responden
berpengetahuan
tinggi dan rendah mengenai swamedikasi diare ................ 86 Gambar 30.
Pengkatagorisasian responden bersikap positif dan negatif terhadap swamedikasi diare ................................... 86
Gambar 31.
Pengkatagorisasian
responden
yang
memiliki
tindakan positif dan tindakan negatif dalam swamedikasi diare .............................................................. 87
xx
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Karakteristik responden.......................................................... 127 Lampiran 2.Kuesioner swamedikasi penyakit diare .................................. 132 Lampiran 3.Pedoman wawancara untuk ibu-ibu tentang swamedikasi penyakit diare........................................................................... 135 Lampiran 4.Hasil tes uji reliabilitas kuesioner........................................... 138 Lampiran 5.Hasil tes normalitas data pengetahuan, sikap dan tindakan ... 139 Lampiran 6.Hasil uji chi square................................................................. 141 Lampiran 7.Jawaban responden pada identifikasi permasalahan .............. 146 Lampiran 8. Perijinan................................................................................. 159
xxi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta dan seringkali disingkat DIY adalah sebuah propinsi di Indonesia. Di Propinsi DIY, pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari indikator kematian (Angka Kematian Bayi/AKB), berdasarkan Susenas 2002 didapat AKB sebesar 20/1000 kelahiran, Angka Kematian Ibu (AKI), kesakitan (pola penyakit menular dan tidak menular), Umur Harapan Hidup (UHH) yaitu sebesar 72,17 tahun pada tahun 2002, dan status gizi (Anonim, 2005). Berdasarkan Dinas Kesehatan Propinsi DIY tahun 2005 didapatkan data jumlah fasilitas kesehatan di Propinsi DIY sebagai berikut, Rumah Sakit sebanyak 42, Rumah Bersalin sebanyak 47, Balai Pengobatan sebanyak 91, Puskesmas sebanyak 560, Apotik sebanyak 289, dan Toko Obat sebanyak 53 (Anonim, 2005). Salah satu kebiasaan manusia yang diwarisi dari nenek moyangnya ialah melakukan
swamedikasi
atau
pengobatan
sendiri
jika
menderita
sakit
(Sartono,1993). Swamedikasi adalah tindakan mengobati diri sendiri dengan menggunakan obat-obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan (minor illness) secara tepat dan bertanggung jawab (Holt dan Hall, 1990). Swamedikasi di Indonesia dilakukan dengan menggunakan obat tradisional atau jamu dan obat-obat paten baik dari golongan obat bebas maupun golongan obat bebas terbatas (Sartono, 1993).
1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2
Dari penelitian perilaku masyarakat terhadap timbulnya gejala penyakit, yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan RI, diperoleh data kuantitatif yaitu jumlah masyarakat yang membiarkan saja penyakitnya sebanyak 5%, mengobati dengan cara sendiri sebanyak 5%, mengobati dengan jamu sebanyak 9%, memakai obat bebas sebanyak 63% dan pergi ke dokter/puskesmas sebanyak 18% (Sartono, 1993). Di negara maju seperti Amerika Serikat, setiap tahun sebanyak 75 % dari jumlah penduduknya menderita sakit. Dari jumlah tersebut, diketahui masyarakat yang tidak berbuat apa-apa pada penyakitnya sebanyak 10%, pergi ke dokter sebanyak 25%, dan mengobati sendiri 65% (Sartono, 1993). Dalam menentukan pengambilan keputusan pengobatan mandiri dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, pengetahuan, tingkat pendidikan, serta persepsi seseorang terhadap gejala-gejala penyakit dan cara penyembuhannya. Keterkaitan terhadap struktur budaya setempat dan latar belakang pendidikan turut menentukan pengambilan keputusan pengobatan sendiri (Schwartz dan Hoopes, 1990). Holt dan Hall (1990) mengatakan bahwa perilaku swamedikasi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang, pengalaman, sikap dalam
mengatasi
masalah
kesehatan
(doctor
minded),
demografi
dan
epidemiologi, ketersediaan pelayanan kesehatan, ketersediaan produk obat tanpa resep, dan faktor sosial ekonomi. Suatu survei yang pernah dilakukan di Amerika Serikat menyebutkan bahwa terjadi peningkatan perilaku swamedikasi di kalangan masyarakat dengan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3
beberapa parameter yaitu: 1) tingkat kepuasan konsumen terhadap keputusan mereka sendiri dalam mengatasi masalah kesehatannya, 2) kecenderungan melakukan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep untuk mengatasi gejala yang dirasakan dan penyakit ringan yang umum diderita, 3) keyakinan bahwa obat tanpa resep aman digunakan apabila dipakai sesuai petunjuk, 4) keinginan agar beberapa obat yang saat itu harus diperoleh dengan resep dokter, diubah menjadi tanpa resep, 5) kesadaran membaca label sebelum memilih dan menggunakan obat tanpa resep, terutama mengenai aturan pakai dan cara pakai serta efek samping obat (Pal, 2002). Beberapa faktor yang dapat dikatakan berperan dalam peningkatan perilaku swamedikasi, yaitu : pengetahuan masyarakat tentang penyakit ringan dan berbagai gejala serta pengobatannya, motivasi masyarakat untuk mencegah atau mengobati penyakit ringan yang mampu dikenali sendiri, ketersediaan dan kemudahan mendapatkan obat – obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter atau OTR / Obat Tanpa Resep (OTC / Over The Counter) secara luas dan terjangkau untuk mengatasi penyakit ringan atau gejala yang muncul, serta diterimanya pengobatan tradisional sebagai bagian dari sistem kesehatan (WHO, 1998). Penggunaan obat tanpa resep untuk swamedikasi menuntut kepastian bahwa obat tersebut terbukti aman, berkualitas dan memberikan efikasi sesuai yang diharapkan (Holt dan Hall, 1990). Tindakan swamedikasi seperti fenomena “iceberg”. Permasalahan seputar swamedikasi relatif banyak yang tidak muncul ke permukaan karena sesuai dengan konsep swamedikasi bahwa tindakan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
4
pengobatan dilakukan sendiri oleh masyarakat tanpa intervensi dan pengawasan dari tenaga kesehatan. Obat – obat yang digunakan untuk swamedikasi juga obat tanpa resep yang dapat diperoleh di warung – warung biasa dan tidak harus di apotek. Suatu penelitian oleh Consumers Healthcare Products Association di Amerika Serikat menunjukkan populasi wanita dewasa lebih banyak daripada pria dalam melakukan pengobatan sendiri dan semakin bertambah pada wanita dengan bertambahnya usia. Sebanyak 66% wanita saling memberikan motivasi untuk memahami persoalan kesehatan dan masalah pengobatannya, hal ini ditemukan hanya sebesar 58% pada kelompok pria. Sebanyak 82% wanita dan 71% pria mengakui menggunakan OTR untuk mengobati penyakit ringan (Anonim, 2001). Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Departemen kesehatan RI dalam surveinya tahun 2000 mendapatkan angka kesakitan diare sebesar 301/ 1000 penduduk. Di Amerika, sekitar 3 juta anak-anak terkena diare setiap tahunnya dan sekitar 55.000 dari mereka perlu dirawat di rumah sakit (Longe, 2005). Menurut Survei Kesehatan Nasional 2001, diare menempati peringkat ketiga dengan 9,4 % kematian. Pada kelompok balita, diare menempati peringkat kedua dengan 13,2 % kematian (Rahadi, 2001). Model struktur sosial mengatakan individu-individu yang berbeda tingkat pendidikannya mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap kesehatannya. Untuk terciptanya suatu perilaku ditentukan oleh adanya faktor-faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan sebagainya), faktor pemungkin (tersedia atau tidaknya sarana-sarana
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
5
kesehatan yang dikelola oleh tenaga kesehatan), serta faktor pendorong (sikap dan perilaku orang lain yang menjadi acuan) (Notoatmodjo,1993). Pendidikan merupakan ”behavioral investment” (Notoatmodjo, 2003). Masyarakat dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi memiliki tingkat penggunaan pelayanan kesehatan pada tenaga kesehatan yang lebih tinggi pula (Greenley, 1980). Tingkat sosial dan kenyataan perekonomian yang rendah mempengaruhi kesehatan dalam hidupnya (WHO, 2003). Berdasarkan hal-hal di atas, maka diperlukan identifikasi permasalahan pada swamedikasi diare sebagai suatu landasan pembuatan modul edukasi untuk swamedikasi diare yang merupakan salah satu cara peningkatan apropriateness perilaku swamedikasi diare. Hasil penelitian ini akan digunakan sebagai data dasar/baseline survey untuk mendesain modul edukasi swamedikasi khususnya untuk diare. Penelitian ini juga akan mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi diare meliputi pengetahuan, sikap dan perilaku. 1. Permasalahan a. Seperti apa karakteristik ibu-ibu pelaku swamedikasi diare di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? b. Seperti apa permasalahan swamedikasi diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? c. Apakah terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
6
d. Apakah terdapat hubungan tingkat pendapatan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Keaslian penelitian Penelitian dengan judul ”Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Pendapatan Dengan Perilaku Swamedikasi Diare Oleh Ibu-Ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” menyerupai beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. a. Guidelines For Adults On Self-Medication For The Treatment Of Acute Diarrhoea (Wingate dkk, 2001). Penelitian tersebut merupakan studi literatur yang ditujukan untuk merumuskan terapi swamedikasi diare akut untuk pasien dewasa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa loperamid adalah terapi pilihan. Obat antidiare efektif menghilangkan gejala tetapi dapat membawa risiko efek samping yang tidak diinginkan. Rehidrasi oral tidak dapat menyembuhkan diare, tidak menambah keuntungan untuk dewasa yang dapat menjaga asupan cairannya. Agen probiotik, terbatas pada efikasi dan availabilitasnya. Obat-obat antimikrobia, tidak disarankan penggunaannya pada swamedikasi. b. Pola Pengobatan Pada Masyarakat Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan Tingkat Penghasilan (Haryatun, 2007) Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui gambaran pola pengobatan sendiri dan pengaruh tingkat penghasilan masyarakat terhadap perilaku pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan pertama yang dilakukan masyarakat bila sakit adalah melakukan swmaedikasi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
7
(43,5%). Pada umumnya lama pengobatan sendiri yang dilakukan masyarakat sebelum mendatangi pelayanan kesehatan profesional kurang dari 4 hari (50,8%). Tingkat penghasilan masyarakat berpengaruh positif secara signifikan terhadap harga obat yang biasa digunakan untuk pengobatan sendiri dan terhadap lama pengobatan sendiri sebelum mendatangi pelayanan kesehatan dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap banyaknya penyakit yang diobati sendiri. c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Obat Batuk Bebas di Masyarakat Desa Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo (Lestari, 2006). Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh dalam penggunaan obat batuk bebas di masyarakat Desa Wadaslintang, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo pada Desember 2004. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat batuk bebas di masyarakat Desa Wadaslintang, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo adalah iklan (39,1%), harga (24,5%), jenis batuk yang diderita (18,2%), efek samping yang mungkin timbul (13,6%) dan komposisi (4,5%). Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang telah disebutkan di atas, karena penelitian ini mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada perilaku swamedikasi diare dan kemudian mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi diare oleh ibu-ibu pelaku swamedikasi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian-penelitian yang telah disebutkan di atas belum ada yang membahas masalah ini, sehingga penelitian ini belum pernah dilakukan.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
8
3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian mengenai permasalahan-permasalahan yang terkait dengan swamedikasi serta mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi diare oleh ibu-ibu khususnya di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. b. Manfaat praktis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar/baseline survey penelitian untuk mendesain modul edukasi swamedikasi khususnya untuk diare. Modul edukasi tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai panduan bagi masyarakat untuk melakukan swamedikasi secara tepat dan benar untuk meningkatkan appropriateness perilaku swamedikasi diare bagi masyarakat yang berbeda tingkat pendidikan maupun pendapatannya.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengidentifikasi permasalahan pada swamedikasi diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta serta mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
9
2. Tujuan khusus a. Mengetahui karakteristik ibu-ibu pelaku swamedikasi diare di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. b. Mengetahui permasalahan pada swamedikasi diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. c. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan swamedikasi diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. d. Mengetahui hubungan tingkat pendapatan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan swamedikasi diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Saluran Cerna Anatomi saluran cerna manusia secara garis besar meliputi : mulut, lambung, usus halus (jejunum), usus dua belas jari (duodenum), dan kolon. Selain itu juga terdapat organ-organ lain, seperti hati, kandung empedu, dan pankreas yang berfungsi untuk membantu melaksanakan fungsi pencernaan makanan. Anatomi dan fisiologi ini juga dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Anatomi dan fisiologi saluran pencernaan (Wakefield, 2005) Proses pencernaan dimulai dari mulut, dimana makanan dikunyah untuk dihaluskan sambil bercampur dengan ludah yang mengandung enzim amilase dan ptialin. Selanjutnya oleh gerakan peristaltik, makanan masuk ke lambung melalui esofagus. Kemudian bercampur dengan getah lambung, yang terdiri dari asam hidroklorida dan pepsin. Oleh pengaruh asam ini, pylorus membuka dan menutup
10
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
11
secara refleks. Makanan yang sudah setengah cair (khimus) melewati pylorus masuk ke dalam usus dua belas jari. Di dalam usus, khimus dinetralisir oleh cairan alkalis dari getah pankreas dan empedu. Oleh pengaruh enzim pankreas, karbohidrat dan lemak dibentuk menjadi suatu emulsi khimus dengan garam kolat untuk memudahkan penyerapan oleh usus. Di dalam usus besar bagian air dalam khimus dan garam diserap kembali dan sisanya dikeluarkan melalui dubur sebagai feses (Anonim, 1997).
Gambar 2. Gangguan-gangguan pada saluran cerna (Sachdev, 2007)
B. Diare 1. Definisi Markum (1999) menyebutkan diare adalah buang air besar dengan frekuensi tiga kali atau lebih per hari disertai perubahan feses menjadi cair dengan dan atau tanpa lendir dan atau darah. Definisi lain dari diare adalah keadaan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
12
defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan/atau lendir dalam feses (Noerasid, dkk, 1988). Secara biokimia, diare adalah gangguan transport air dan elektrolit di intestinal. Dalam keadaan normal, epithelium intestinal menjaga keseimbangan antara sekresi dan absorpsi. Vili-vili epithelium mengabsorpsi air dan ion sodium ketika epithelium kript mensekresi air dan ion klorida. Proses tersebut di bawah pengaruh transmiter neuroendokrin, hormon-hormon, dan substansi intestinal lainnya. Adanya racun yang dihasilkan dari enterotoksin, infeksi atau kerusakan seluler akibat infeksi, mekanisme homeostasis terganggu dan diikuti diare (Li Wan Po, 1997). Tingkat lembek atau cairnya feses hingga dapat dikatakan diare, dapat dilihat pada gambar 3 dimana tipe 5-7 dikatakan sebagai diare.
Gambar 3. Bristol Stool Chart (Heaton dan Lewys, 1997)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
13
2. Klasifikasi diare a. Berdasarkan durasi Diare diklasifikasikan berdasarkan durasinya dalam 2 golongan, yaitu akut dan persisten. Lama waktu diare yang kurang dari 2 minggu adalah diare akut, diare lebih dari 2 minggu adalah persisten. Noerasid dkk (1988) mendefinisikan diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Diare dapat berupa diare akut atau diare kronis, diare akut dapat sembuh sendiri dan biasanya sembuh dalam waktu 72 jam dari onset, sedangkan diare kronik berlangsung ±1 bulan. Diare akut dapat ditangani dengan cairan-elektrolit, pola makan, dan obat tanpa resep. Sedangkan diare kronik memerlukan perawatan medis. b. Berdasarkan penyebab Menurut Firdaus (1997) dan Markum (1999), berdasarkan penyebabnya, diare digolongkan menjadi diare infeksi dan diare noninfeksi. Diare noninfeksi meliputi malabsorpsi, alergi dan keracunan. Berdasarkan penyebabnya, diare juga dapat dibedakan menjadi diare spesifik dan diare nonspesifik. Disebut diare spesifik apabila penyebab diare telah diketahui secara pasti, sedangkan diare nonspesifik adalah diare yang penyebabnya tidak diketahui secara pasti. c. Berdasarkan mekanisme Berdasarkan mekanisme terjadinya, diare dapat digolongkan menjadi 4 jenis diare yaitu diare sekretori, diare osmotik, diare eksudatif dan diare motilitas (Longe dan Di Piro, 2005).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
14
Mekanisme umum yang terjadi pada diare akut adalah osmotik dan sekretori, sedangkan perubahan motilitas dan penurunan absorpsi biasanya adalah mekanisme untuk gangguan diare kronik. Tabel I. Klasifikasi klinik diare (Longe, 2005) Tipe Osmotik Sekretori Eksudatif
Gangguan Motilitas
Mekanisme Larutan/cairan/ substansi yang aktif secara osmotik dan tidak terabsorpsi. Peningkatan sekresi dan/atau penurunan absorpsi elektrolit dan air. Absorpsi yang tidak sempurna, pengeluaran lendir dan darah akibat inflamasi atau ulcer akibat gangguan inflamasi. Penurunan waktu kontak makanan dengan dinding usus, pengosongan kolon yang terlalu cepat, dan pertumbuhan bakteri.
Penyebab Defisit laktosa, kelebihan magnesium antasid. Eschericia coli, ileal resection, kanker thyroid. Ulcerative colitis, penyakit Crohn’s, disentri, leukemia. Diabetes neuropathy, Sindrom iritasi perut.
d. Berdasarkan tanda dan gejala Longe (2005), mengklasifikasikan diare menjadi tiga yaitu diare ringan, diare sedang dan diare berat. Longe (2005) mengklasifikasikan diare berdasarkan tanda dan gejalanya menjadi diare ringan, sedang dan berat, klasifikasi diare ini dijabarkan pada tabel berikut : Tabel II. Klasifikasi diare berdasarkan tanda dan gejala diare (Longe, 2005) Diare Ringan Buang air besar 3 kali sehari, tekanan darah normal dan tidak terjadi penurunan tekanan darah ketika berdiri, demam ringan atau tanpa demam, haus ringan, dan mulut kering terutama di bawah lidah.
Diare Sedang Buang air besar 4-5 kali sehari, demam lebih dari 38˚C, kehilangan kekenyalan kulit, tekanan darah normal dengan penurunan sedikit tekanan darah saat berdiri, dan mulut kering.
Diare Berat Buang air besar > 6 kali sehari, demam lebih dari 38˚C, menunjukan gejala hypoperfusi seperti syok akibat penurunan sirkulasi darah, lethargi, penurunan kesadaran, penurunan turgor kulit yang ekstrim, hipotensi orthostatic dengan takikardi, oligouria, metabolik asidosis, kulit yang dingin dan lembab, sakit perut yang sangat.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
15
Untuk diare ringan dan sedang dapat ditangani dengan swamedikasi, sedangkan diare berat tidak dapat ditangani dengan swamedikasi (Longe, 2005). 3. Etiologi diare Diare dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau parasit. Diare dapat juga disebabkan oleh malabsorpsi makanan, keracunan makanan, dan alergi (Winardi, 1981). Berdasar teori klasik, diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus hingga pelintasan khimus dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai feses. Ketidakseimbangan pengangkutan air dan elektrolit berperan penting pada patogenesis diare, terjadi perubahan absorpsi dan sekresi cairan dan elektrolit yang dapat meningkatkan terjadinya dehidrasi. Peningkatan pengeluaran cairan dapat terjadi karena sekresi yang meningkat (secretory diarrhea) pada diare infeksi, osmotik karena adanya bahan-bahan dalam lumen usus, dan motilitas usus yang meningkat (Anonim, 1994).
Keadaan Gizi
Kuman/Penyebab Penyakit Diare
Kepadatan Penduduk
Higiene dan Sanitasi
Sosial Ekonomi Masyarakat
Sosial Budaya
Faktorfaktor lain Manusia Pembawa Kuman
Penderita Diare
Masyarakat Sehat
Gambar 4. Bagan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare (Noerasid dkk, 1988)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Sigella, Salmonella E. coli, Golongan vibrio
Bakteri
Bacillius cereus, Clostridium perfringes, Staphylococus auereus, Camplyobacher aeromonas
Infeksi
Virus
Malabsorpsi
16
Parasit
Rotavirus, Norwalk + Norwalk like agent, Adenovirus Protozoa, Ertamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli Cacing perut, Ascaris, Trichurits, Strongyloides
PENYEBAB PENYAKIT DIARE
Alergi
Jamur, Candida
Keracunan bahan-bahan kimia Keracunan
Keracunan oleh racun yang dikandung dan di produksi
Ilmuno defisiensi
Sebab-sebab lain Gambar 5. Penyebab diare (Noerasid dkk., 1988)
Jasad renik → Algae Ikan, buah-buahan, sayur-sayuran
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
17
Menurut Longe (2005), ada beberapa hal yang dapat menyebabkan diare, meliputi mikroorganisme penyebab diare seperti bakteri, virus dan protozoa, obatobat yang dapat menginduksi diare, AIDS, dan makanan penginduksi diare. a. Bakteri penyebab diare atau pemroduksi toksin penyebab diare Pasien dengan diare yang disebabkan agen pemroduksi toksin mengalami diare berair, yang biasanya melibatkan usus halus. Pasien mengalami onset yang mendadak dari feses cair yang banyak, nyeri abdomen bagian atas, mual, muntah, kram, dan mungkin demam ringan. Jika bagian usus besar yang diserang organisme invasif akan menimbulkan sindrom seperti disentri. Sindrom ini dikarakterisasi dengan demam, kram abdomen, tenesmus (ketegangan), feses bervolume sedikit yang jarang dan mungkin mengandung darah dan lendir (Longe, 2005). Penyebab umum diare akibat bakteri adalah Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli (Anonim, 2007). b. Virus penyebab diare Banyak virus yang menyebabkan diare termasuk rotavirus, norwalk virus, cytomegalovirus, virus herpes simplex, dan virus hepatitis (Anonim, 2007). Rotavirus sering menyebabkan diare akut terutama pada bayi dan anak usia 6 hingga 12 bulan (Firdaus, 1997). Tanda-tanda klinis termasuk periode inkubasi 12 hingga 48 jam, diikuti dengan muntah, diare cair dan demam ringan (Longe, 2005). c. Protozoa penyebab diare Beberapa protozoa penyebab diare adalah Balantidum coli, Capillaria philippinensis, Cryptosporidum, Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
18
Strongyloides stercoralis, Faciolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Trichuris trichiura, Isospora belli (Firdaus, 1997). Giardia adalah suatu infeksi pada usus halus yang umumnya terjadi pada anak-anak, wisatawan, atau seperti pendaki. Gejala mungkin tidak ada atau ringan. Setelah 1-3 hari masa inkubasi, gejala mungkin termasuk feses cair, kram abdomen, kembung, dan nyeri epigastric. E. Hystolitica menyebabkan amebiasis pada area dengan sanitasi yang rendah dan pada wisatawan, pekerja migran dan pasien. Penyakit ini dikarakterisasi dengan nyeri kram yang berat, tenesmus, dan disentri antara 3-10 hari (Longe, 2005). d. Obat-obat penginduksi diare Obat seperti laksatif, misoprostol, olsalazine, agen antikanker, quinidine, dan colchicine mungkin menyebabkan diare. Obat-obat yang menyebabkan retensi elektrolit dan air di lumen intestinal mungkin menyebabkan hiperosmolar, diare osmotik. Laksatif antasid yang mengandung magnesium mungkin menyebabkan diare, berdasarkan pada dosis yang diminum dan penerimaan individual. Obatobat yang mempengaruhi kontrol autonomik dari motilitas intestinal normal, seperti agen antihipertensi dengan aktivitas sympatolitik, mungkin juga menyebabkan diare. Kram umum dan diare mungkin mengikuti penggunaan obatobat prokinetik seperti bethanecol, metoclopramide, atau cisapride (Longe, 2005). e. AIDS Pasien dengan AIDS dan HIV diketahui sangat mudah untuk terkena bermacam-macam infeksi yang menimbulkan diare sebagai suatu manifestasi. Demam dan onset yang mendadak dari ledakan feses cair dimulai setelah 1-3 hari setelah inkubasi. Kram abdomen juga kadang-kadang terjadi (Longe, 2005).
19
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
f. Makanan penginduksi diare Intoleransi makanan dapat menyebabkan diare dan mungkin dihasilkan dari suatu alergi makanan atau dari makanan yang dicerna yang berlemak atau pedas atau mungkin jumlah yang besar dari makanan yang kasar atau banyak bijibijian (Longe, 2005). Disakarida Karbohidrat Monosakarida
Malabsorpsi
Makanan
Glukosa Fruktosa Galaktosa
- Lemak : terutama trigliserida rantai panjang - Protein: asam amino, B laktoglobin - Vitamin dan mineral
Keracunan (food poisoning)
- Makanan itu sendiri - Makanan itu kecampuran racun - Makanan yang beracun (Clostridium botulinus, Staphylococcus)
Alergi (alergi susu, alergi makanan, sensitif protein susu sapi, enteropatty/CMPSE) Gambar 6. Berbagai macam makanan penyebab diare (Noerasid dkk., 1988)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
20
4. Patofisiologi diare Mekanisme diare bergantung pada penyebab diare tersebut. Mekanisme ini meliputi : a. Diare sekretori terjadi ketika usus halus dan usus besar mensekresi air dan elektrolit lebih banyak daripada yang diabsorpsi. Hal tersebut dapat disebabkan karena stimulasi substansi. Substansi yang menyebabkan hal ini termasuk vasoactive intestinal peptide (VIP) dari tumor pankreas, makanan berlemak yang tidak diabsorpsi dalam steatorrhea, laksatif, hormon sekretin, toksin dan garam empedu berlebih. Pada diare infeksius perubahan proses sekresi dan absorpsi ini terjadi akibat aktivitas toksin yang dikeluarkan oleh bakteri di mukosa usus. Toksin ini akan mengaktivasi adenilat siklase, yang menyebabkan peningkatan AMP siklik intrasel. Adanya AMP siklik akan meningkatkan sekresi Cl- dan air dari kelenjar usus dan menurunnya absorpsi Na+ dan air dari lumen usus. Diare sekretori dapat diterapi dengan antibiotik apabila penyebabnya adalah bakteri, adsorben dapat digunakan untuk membantu menyerap toksin, selain itu makanan atau minuman yang mengandung kafein harus dihindari karena dapat meningkatkan AMP siklik. b. Diare osmotik terjadi ketika larutan dari makanan yang dicerna tidak dapat diabsorpsi secara sempurna oleh usus halus masuk ke lumen usus. Larutan tersebut kemudian menyebabkan penarikan air dan elektrolit ke dalam lumen usus karena usus berusaha menyesuaikan tekanan osmotik isi usus dengan plasma. Diare osmotik ini diakibatkan sindrom malabsorpsi,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
21
intoleransi laktosa, pemberian magnesium pada antasida, atau konsumsi karbohidrat yang sulit larut. Diare osmotik dapat diterapi dengan terapi non-farmakologis yaitu pengaturan makanan. c. Diare eksudatif terjadi ketika ada gangguan integritas lapisan mukosa akibat infeksi dan peradangan atau luka pada saluran cerna yang mengakibatkan gangguan absorpsi cairan dan keluarnya serum, protein, lendir serta darah ke saluran cerna. Diare eksudatif ini dapat disebabkan karena infeksi, penyakit crohn, kanker dan vaskulitis. Diare eksudatif ini dapat
diterapi
dengan
obat-obat
antiinflamasi
seperti
golongan
kortikosteroid. d. Gangguan motilitas dapat menimbulkan diare dengan tiga mekanisme, yakni mengurangi waktu kontak antara makanan dan dinding usus dalam usus halus, pengosongan kolon yang terlalu cepat dan pertumbuhan bakteri. Gangguan motilitas ini dapat disebabkan karena diabetes neuropati atau irritable bowel syndrome (Longe dan Di Piro, 2005). Diare yang disebabkan gangguan motilitas ini dapat diterapi dengan menggunakan obat-obat antimotilitas. Mekanisme umum yang terjadi pada diare akut adalah osmotik dan sekretori, sedangkan perubahan motilitas dan penurunan absorpsi biasanya adalah mekanisme untuk gangguan diare kronik (Longe, 2005).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
22
Akibat diare baik akut maupun kronik dapat menyebabkan berbagai macam keadaan klinis. a. Kehilangan air (dehidrasi) Empat
mekanisme
patofisiologi
umum
kekacauan
keseimbangan air dan elektrolit, yang terjadi pada diare, dan dasar dari diagnosis dan terapi, meliputi : 1). suatu perubahan dalam transport ion aktif dengan penurunan absorpsi sodium atau kenaikan sekresi klorida, 2). perubahan dalam motilitas intestinal, 3). peningkatan osmolaritas luminal, dan 4). peningkatan tekanan hidrostatik jaringan. Dehidrasi sebenarnya dibagi menjadi 3 macam, yakni dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dan dehidrasi berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang sudah lebih dari 10% disebut dehidrasi berat (Widjaya, 2002). Tabel III. Penilaian derajat dehidrasi penderita diare (Anonim, 2000) Penilaian Keadaan umum Mata Air mata Mulut, lidah Rasa haus Kekenyalan kulit
Tanpa Dehidrasi Baik Normal Ada Basah Minum biasa Normal
Dehidrasi ringan/sedang Gelisah, rewel Cekung Tidak ada Kering Sangat haus Kembali lambat
Dehidrasi berat Lesu, tidak sadar Sangat cekung Tidak ada Sangat kering Malas/tidak bisa minum Kembali sangat lambat
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
23
Kehilangan cairan tubuh (air) Kehilangan cairan tubuh (air) (defisit volume)
Kehilangan elektrolit-elektrolit tubuh (defisit elektrolit dan defisit lainnya)
Kehilangan turgor kulit, denyut nadi lemah atau tiada, takikardia, mata cekung, ubun-ubun besar cekung, suara parau, kulit dingin, sianosis (jari-jari), selaput lendir kering, anuria-uraemia
Defisiensi bikarbonat/asidosis (muntahmuntah, pernafasan cepat dan dalam, cardiac reverse menurun, defisiensi K+ intrasel), defisiensi K+ (kelemahan otototot, ileus paralitik (distensi abdomen), cardiac arrhythmia-cardiac arrest), hipoglikemia (lebih sering terjadi pada anak-anak malnutrisi dan bayi-bayi kecil.
ELEKROLIT-ELEKTROLIT (garam-garam)
AIR
PENGOBATAN
Gambar 7. Bagan akibat (efek) dehidrasi (Noerasid dkk, 1988) b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis) Metabolik asidosis ini terjadi karena : 1) kehilangan Na-bikarbonat bersama feses, 2) adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh, 3) terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan, 4) produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh feses (terjadi oliguria), 5) pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler. Secara klinis, asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan. Pernafasan bersifat cepat, teratur, dan dalam yang disebut pernafasan kuzmaull sebagai usaha tubuh mempertahankan pH darah.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
24
c. Hipoglikemia dapat terjadi oleh karena beberapa sebab, 1) Penyimpanan atau persediaan glikogen dalam hati terganggu 2) Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi) Gejala hipoglikemia tersebut dapat berupa : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma. Adanya hipoglikemi ini perlu dipertimbangkan apabila terjadi kejang yang tiba-tiba tanpa adanya panas atau penyakit lain yang disertai dengan kejang. d. Gangguan gizi Sewaktu diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena : 1) makanan sering dihentikan karena takut diare dan muntah menjadi bertambah hebat, 2) pada anak-anak walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran, dan susu encer ini diberikan terlalu lama, 3) makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik. e. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal (Noerasid dkk, 1988).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
25
5. Tanda dan gejala diare Menurut Hambleton (1995), gejala yang biasa ditemukan pada penderita diare antara lain diare cair terkadang mengandung darah atau lendir, muntah dapat mendahului sebelum atau sesudah diare, anoreksia, nyeri perut, distensi, Madangkadang ileus, dehidrasi, kehilangan elektrolit dan air. Menurut Widjaya (2002), gejala-gejala klinis yang dapat timbul apabila penderita terkena diare adalah bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan meningkat, dan nafsu makan berkurang, feses makin cair, mengandung darah/lendir, warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu, anus lecet, gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang, muntah sesudah dan sebelum diare, hipoglikemia (penurunan kadar gula darah), dehidrasi (kekurangan cairan). Bila terjadi dehidrasi timbul rasa haus, elastisitas (turgor dan tonus) kulit menurun, bibir dan mulut kering, mata cowong, air mata tidak keluar, tekanan darah rendah. 6. Penatalaksanaan diare Diare yang diakibatkan infeksi umumnya dapat sembuh dengan sendirinya. Mengurangi sakit dan mengembalikan hilangnya cairan dan elektrolit umumnya mampu mengatasi diare yang ringan hingga sedang. Pengaturan awal bagi orang dewasa dan anak-anak perlu dipusatkan pada penggantian cairan dan elektrolit dengan cairan oral dalam dosis yang tepat. Secara simultan, menghilangkan rasa sakit karena diare sebenarnya dapat dicapai dengan menggunakan obat antidiare yang bukan berasal dari resep dokter, seperti loperamid untuk pasien-pasien tertentu. Sistem pencernaan umumnya akan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
26
sembuh dan berfungsi normal kembali antara 24 sampai 72 jam tanpa pengobatan tambahan, sedangkan diare yang cukup parah membutuhkan pemeriksaan dan perawatan medis (Longe, 2005). a. Tujuan terapi Terdapat 5 tujuan terapi diare (Longe dan Di Piro, 2005), yaitu : 1) memperbaiki atau mencegah kehilangan cairan dan elektrolit dan gangguan asam basa, 2) rehidrasi dengan memberikan oralit sebagai upaya rehidrasi oral, 3) menghilangkan tanda atau gejala, 4) mengidentifikasi dan mengobati diare, jika dimungkinkan, 5) mengontrol penyakit lain yang juga diderita oleh pasien selain diare. b. Sasaran terapi 1) Cairan tubuh dan elektrolit. 2) Gejala. 3) Penyebab c. Strategi terapi Strategi pengobatan diare yaitu dapat dilakukan dengan menggunakan obat (terapi farmakologis) dan atau tanpa menggunakan obat (terapi non farmakologis). Apabila telah diketahui penyebabnya maka strategi terapi dilakukan berdasarkan penyebabnya.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
27
1) Terapi non-farmakologis a) Cairan dan elektrolit Terapi yang utama pada diare adalah terapi rehidrasi. Oral Rehydration Solution adalah campuran NaCl 3,5 gram, KCl 1,5 gram, Natrium sitrat 2,5 gram dan glukosa 20 gram dalam 1 liter air matang. Pasangan glukosa dan garam Na dapat diserap baik oleh usus penderita diare. Natrium memiliki kemampuan meningkatkan pengangkutan dan meninggikan daya absorbsi gula melalui membran sel. Gula dalam larutan NaCl juga berkhasiat meningkatkan penyerapan air oleh dinding usus. Pasien dengan dehidrasi berat membutuhkan larutan rehidrat secara intravaskuler untuk pertolongan pertama, dan larutan ORS saat bisa minum, diteruskan dengan ORS tunggal saat gejala dehidrasi hilang. Perawatan secara oral dapat dilakukan dalam 2 tahap tergantung pada kondisi pasien, yaitu rehidrasi dan pemeliharaan terapi. Rehidrasi dilakukan untuk menggantikan cairan yang kurang didalam tubuh, setelah rehidrasi terapi sudah dilakukan, elektrolit yang diberikan untuk pemeliharaan agar komposisi elektrolit tubuh normal kembali. Jika pasien sudah tidak mengalami dehidrasi, untuk pemeliharaan cairan dan elektrolit terapi tetap dilakukan (Longe, 2005). Tabel IV. Takaran pemakaian oralit pada diare (Anonim, 2000) Umur Tidak ada dehidrasi
< 1 tahun Tiap kali buang air besar
1-4 tahun
5-12 tahun
Dewasa
Terapi A : Mencegah dehidrasi
100 ml (0,5 gelas)
200 ml (1 gelas)
300 ml (1,5 gelas)
400 ml (2 gelas)
Dengan dehidrasi Terapi B :
3 jam pertama beri oralit 300 ml (1,5 gelas) Selanjutnya setiap buang air besar beri oralit 100 ml (0,5 gelas)
600 ml (3 gelas)
1,2 L (6 gelas)
2,4 L (12gelas)
200 ml (1 gelas)
300 ml (1,5 gelas)
400 ml (2 gelas)
Mengatasi dehidrasi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
28
b) Pengaturan makanan Pasien dengan diare osmotik disarankan untuk menghindari makanan berlemak, dan makanan kaya akan gula sederhana. Pasien dengan diare sekretori disarankan untuk menghindari makanan atau minuman yang mengandung kafein karena kafein dapat meningkatkan cAMP yang dapat menimbulkan jumlah cairan sekresi dan dapat memperparah diare (Longe, 2005). c) Pencegahan Infeksi bakteri terjadi disebabkan oleh kuman dalam gastrointestinal. Hal tersebut terjadi karena kurangnya perawatan di rumah dan lingkungan sekitar yang tidak higienis. Pencegahan untuk diare yaitu mencuci tangan, dan menggunakan teknik sterilisasi yang mungkin dapat mencegah terjadinya infeksi kuman. Menjaga makanan agar tetap terjaga sanitasi untuk menghindari kuman yang mungkin muncul (Longe, 2005). 2) Terapi farmakologis Antidiare adalah obat yang bila diminum pada saat terserang diare akan menunjukkan efek menghentikan diare. Zat-zat yang menekan peristaltik sebetulnya tidak begitu layak untuk digunakan karena pada waktu diare pergerakan usus sudah banyak berkurang, lagipula virus dan toksin perlu dikeluarkan secepat mungkin dari dalam tubuh. Obat-obat untuk pengobatan diare sebaiknya jangan diberikan lebih dari 7-10 hari, karena bisa jadi diare yang diderita bukan benar-benar diare tetapi merupakan gejala dari penyakit yang lain (Tjay dan Rahardja, 2002).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Sebagai
penunjang
dapat
digunakan
adsorbensia
(arang
29
aktif,
silikondioksida koloida, kaolin), zat pengembang (pektin) atau adstringensia (preparat yang mengandung tannin seperti garam bismuth atau garam perak). Norit atau arang aktif (karbo adsorben) adalah arang halus (nabati atau hewani) yang telah diaktifkan melalui proses tertentu. Norit mempunyai daya serap pada permukaannya (adsorpsi) yang kuat, terutama terhadap zat-zat yang molekulnya besar, misalnya alkaloida, toksin bakteri atau zat-zat beracun yang berasal dari makanan (Tjay dan Rahardja, 2002). a) Loperamid Loperamid sangat popular, efektif dan merupakan obat antidiare yang aman untuk meringankan gejala diare akut dan diare spesifik (Longe, 2005). Obat yang termasuk antimotilitas ini dapat digunakan pada pasien yang mengalami diare akibat gangguan motilitas. (1) Mekanisme aksi, loperamid merupakan turunan opiat yang mempunyai efek antidiare dengan menstimuli reseptor μ opioid yang berlokasi di otot sirkulasi intestinal. Aksinya yaitu menghambat motilitas saluran cerna, membantu mengabsorspi cairan dan elektrolit melalui saluran cerna. (2) Indikasi, loperamid efektif sebagai agen antidiare yaitu diare perjalanan, diare akut nonspesifik, atau diare kronik yang dihubungkan dengan adanya peradangan pada perut. Tidak diindikasikan untuk anak-anak di bawah umur 6 tahun dan juga pada diare berdarah. (3) Efek samping yaitu rasa pusing dan konstipasi. Efek samping lainnya yaitu nyeri abdominal, nyeri distension, mual, muntah, mulut kering, kelelahan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
30
dan reaksi hipersensitivitas. Apabila terjadi distensi abdominal, konstipasi dan ileus, penggunaan loperamid dihentikan. (4) Interaksi obat, jarang dilaporkan, tetapi loperamid dapat meningkatkan efek penekan sistem saraf pusat. (5) Kontraindikasi, loperamid tidak digunakan untuk pasien yang fecal leukosit, demam tinggi dan disentri (Longe, 2005). b) Adsorben Adsorben gastrointestinal contohnya yaitu attapulgit, kaolin, pektin, telah digunakan untuk penatalaksanaan diare akut nonspesifik yang ringan (Longe, 2005). Bubuk kaolin biasanya dikombinasikan dengan pektin dan digunakan secara luas sebagai bubuk adsorben. Penggunaan yang rasional dari obat tersebut pada diare akut nonspesifik didasarkan pada kemampuannya mengadsorpsi beberapa toksin bakteri yang menyebabkan kondisi tersebut (Gangarosa,-). Obat golongan adsorbensia ini dapat digunakan untuk terapi diare sekretori akibat toksin. (1) Mekanisme aksi, adsorpsi kaolin tidak selektif. Ketika diberikan secara oral, mungkin menyerap nutrisi dan enzim pencernaan, seperti halnya toksin, bakteri dan berbagai material toksin di saluran cerna. Mereka juga mungkin mengadsorpsi obat-obat di saluran cerna. (2) Efek samping, konstipasi, bengkak, fullness (perut terasa penuh). (3) Interaksi obat, penurunan absorpsi di saluran cerna untuk clindamycin, tetracyclines, digoxin, dan penicillamine (Longe, 2005).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
31
c) Bismuth subsalisilat (BSS) Obat ini hanya digunakan OTR di USA, efektif untuk menanggulangi diare akut (Longe, 2005). Bismuth subsalisilat mengikat toksin pada intestinal dan menutupi permukaan mukosal yang teriritasi. Penggunaan obat ini dapat menyebabkan feses berwarna abu kehitaman dan pigmen berwarna coklat pada lidah secara temporer atau sementara (Gangarosa,-). (1) Mekanisme aksi, bismut oksiklorid tidak dapat larut dan kurang diabsorpsi dengan baik dari traktus GI. Dan asam salisilat dengan mudah dan efektif diabsorpsi. Efek terapik bismut dihubungkan dengan efek antimikroba bismut untuk melawan enterooksigenik dan enterogregatif E.coli dan C.jejuni serta kuman patogen lainnya. Bismuth subsalisilat juga mengikat secara langsung enterotoksin yang dihasilkan oleh E.coli dan kuman patogen lainnya. (2) Indikasi, bismuth subsalisilat diindikasikan untuk mengurangi gejala diare nonspesifik. Bismuth Subsalisilat juga diindikasikan untuk gangguan pencernaan dan sebagai adjuvant antibiotik untuk mengatasi H.pylori yang berhubungan dengan penyakit tukak peptik. (3) Efek samping, pasien yang sensitif aspirin tidak boleh menggunakan BSS. Konsentrasi bismut dalam darah di atas 50mg/L telah dapat disebut sebagai keadaan
ensefalopati
yang
ditandai
dengan
melambatnya
tremor,
ketidakstabilan postural, ataksia, mioklonus, menurunkan konsentrasi, kebingungan, kerusakan memori, epilepsi, visual dan halusinasi, psikosis, delirium, dan depresi.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
32
(4) Kontraindikasi, produk ini kontraindikasi untuk wanita menyusui dan wanita hamil dan oleh karena itu tidak boleh digunakan tanpa pemberitahuan. Bismuth subsalisilat tidak dapat digunakan untuk pasien AIDS karena akan berisiko terjadi neurotoksisitas. (5) Interaksi obat, BSS mungkin berinteraksi dengan antikoagulan oral, methotrexate, probenecid, dan obat-obat lanilla yang potensial berinteraksi dengan aspirin (Longe, 2005). d) Polikarbopil Polikarbopil adalah serbuk kering laksatif yang telah digunakan untuk mengatasi diare. (1) Mekanisme aksi, polycarbophil dan mengabsorpsi hingga 60 kali berat aslinya dalam air. (2) Indikasi, karena sifat absorptifnya maka polycarbophil direkomendasikan untuk semua jenis diare. (3) Efek samping, ringan dan jarang, termasuk nyeri epigastrik yang bergantung pada dosis, dan menjadi bengkak. (4) Interaksi obat, polycarbophil dilaporkan menurunkan absorpsi dari warfarin, digoxin, tetrasiklin, dan siprofloksasin (Longe, 2005). e) Enzym pencernaan Untuk pasien dengan defisiensi enzym laktase di saluran pencernaan, tersedia cedían enzym laktase. Sediaan ini dapat ditambahkan (dalam tetes) pada produk susu atau ditelan (dalam tabel) dengan susu pada waktu makan untuk mencegah diare osmotik (Longe, 2005).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 8. Mekanisme obat antidiare (Lüllmann, 2000)
33
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
34
C. Persepsi Sehat-Sakit Menurut Neuman (1990), sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus-menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat. Sedangkan sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Penelitian Kresno (1988), mengenai persepsi sehat-sakit mengartikan sehat diartikan masyarakat sebagai suatu keadaan tubuh enak, nyaman, dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Sakit diartikan sebagai rasa sakit, lemah, pusing, gelisah, rewel, nangis terus, kantung kering. Disini terlihat bahwa persepsi sehat-sakit lebih didasarkan pada konsep obyektif mengenai kemunculan fenomena gejala yang dapat diukur. Keadaan ini menimbulkan perbedaan cara penanggulangan penyakit antara petugas kesehatan dengan masyarakat. Penelitian Rapid Ethnographic Assesment (REA) di Kabupaten Cianjur pada tahun 1996 (Puska-UI), yang menyebutkan bahwa menurut masyarakat terdapat 2 kelompok penyakit yang sifatnya berbeda, yaitu : 1. sakit luar yang disebabkan oleh lingkungan fisik rumah yang tidak bersih, makanan ibu salah, dimandikan air dingin, diberi es dan makanan asam, 2. sakit dalam yang disebabkan oleh kemasukan roh atau karena kesambet dari orang yang bermaksud memasukkannya ke tubuh orang tuanya.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
35
Termasuk keadaan ini adalah kejang-kejang, tampek yang belum keluar bintik-bintiknya, mencret dengan disertai dehidrasi berat, mencret disertai darah atau lendir. Persepsi ini menimbulkan pula perbedaan di dalam cara masyarakat di dalam menanganinya, dimana untuk sakit luar dapat diatasi oleh pelayanan kesehatan modern, sedangkan untuk sakit dalam lebih merupakan porsi dukun atau paraji untuk mengatasinya. Disinilah letak bahaya dari konsep tersebut, karena justru penyakit yang parahlah yang ditangani oleh upaya kesehatan tradisional.
D. Swamedikasi (Self-medication) 1. Definisi Swamedikasi adalah bagian dari self-care. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1998, swamedikasi didefinisikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat – obatan (termasuk produk herbal dan tradisional) oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri. Sesuai dengan pernyataan bersama antara World Self-Medication Industry (WSMI) dan Federation International Pharmaceutical (FIP), selfmedication atau swamedikasi didefinisikan sebagai penggunaan obat – obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif mereka sendiri (FIP & WSMI, 1999). Terkait dengan penyakitnya, maka yang termasuk dalam lingkup swamedikasi adalah minor illnesses atau gejala yang mampu dikenali sendiri oleh
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
36
penderita. Seringkali pula istilah self-care dan self-medication digunakan secara sinonim. 2. Perilaku swamedikasi Perilaku swamedikasi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang, pengalaman, sikap dalam mengatasi masalah kesehatan (doctor minded), demografi dan epidemiologi, ketersediaan pelayanan kesehatan, ketersediaan produk obat tanpa resep, dan faktor sosial ekonomi (Holt dan Hall, 1990). Suatu survei yang pernah dilakukan di Amerika Serikat menyebutkan bahwa terjadi peningkatan perilaku swamedikasi di kalangan masyarakat dengan beberapa parameter. a. Tingkat kepuasan konsumen terhadap keputusan mereka sendiri dalam mengatasi masalah kesehatannya. b. Kecenderungan melakukan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep untuk mengatasi simptom yang dirasakan dan penyakit ringan yang umum diderita. c. Keyakinan bahwa obat tanpa resep aman digunakan apabila dipakai sesuai petunjuk. d. Keinginan agar beberapa obat yang saat itu harus diperoleh dengan resep dokter, diubah menjadi tanpa resep. e. Kesadaran membaca label sebelum memilih dan menggunakan obat tanpa resep, terutama mengenai aturan pakai dan cara pakai serta efek samping obat (Pal, 2002).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
37
Penggunaan obat tanpa resep untuk swamedikasi menuntut kepastian bahwa obat tersebut terbukti aman, berkualitas dan memberikan efikasi sesuai yang diharapkan (Holt dan Hall, 1990). 3. Keuntungan dan kerugian swamedikasi Beberapa keuntungan dan kerugian sehubungan dengan peningkatan perilaku swamedikasi terhadap penderita, dokter / pelayanan kesehatan, farmasis, pengambil kebijakan dan industri farmasi dapat dilihat pada tabel V berikut ini (Sihvo, 2000). Tabel V. Keuntungan dan Kerugian Peningkatan Perilaku Swamedikasi (Sihvo, 2000) Obyek Pasien
Keuntungan Kenyamanan dan kemudahan akses Tanpa biaya periksa / konsultasi Hemat waktu Empowerment
Dokter/ sarana pelayanan kesehatan
Penurunan beban kerja Lebih banyak waktu untuk menangani kasus penyakit berat
Farmasis
Perannya akan lebih dibutuhkan di Apotek
Pengambil kebijakan Industri Farmasi
Menghemat biaya kesehatan masyarakat Meningkatkan profit pada penjualan obat bebas
Kerugian Diagnosis tidak sesuai / tertunda Pengobatan berlebihan / tidak sesuai Kebiasaan menggunakan OTR Adverse Drug Reaction Ada indikasi yang tak terobati Kenaikan biaya berobat Tidak dapat melakukan monitoring terapi Kehilangan kesempatan untuk konseling dengan pasien Berkurangnya peran Berkurangnya pendapatan Adanya konflik kepentingan antara bisnis dan etika profesi -
4. Penyakit ringan (minor illness) Terdapat bermacam – macam pengertian minor ailments, namun secara umum didefinisikan sebagai kondisi klinis yang relatif ringan dan hanya membutuhkan sedikit intervensi atau bahkan tidak sama sekali (self-limited disease). Beberapa contoh penyakit ringan antara lain infeksi saluran napas atas
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
38
karena virus, pusing, demam, batuk, gusi bengkak, dermatitis kontak, diare, dan lain-lain (Colin-Thome,-). 5. Penggolongan obat untuk swamedikasi Penggolongan obat di Indonesia terdiri dari 6 golongan yaitu: obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek (OWA), obat keras, psikotropika, dan narkotika (DepKes RI, 1996). Golongan obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah obat bebas, bebas terbatas dan OWA. Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Dalam melayani pasien yang memerlukan obat wajib apotek, apoteker diwajibkan untuk memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam obat wajib apotek yang bersangkutan. Apoteker di apotek juga diwajibkan membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan dan memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping, dan hal lain yang perlu diperhatikan pasien (DepKes RI, 1996). Berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RINo.2380/A/SK/VI/83 tanggal 15 Juni 1983, obat bebas dan obat bebas terbatas harus diberi tanda khusus berupa lingkaran. Untuk obat bebas, warna lingkarannya hijau dengan tepi garis hitam, sedangkan untuk obat bebas terbatas, warna lingkarannya biru tua dengan garis tepi hitam (DepKes, 1996). Golongan obat bebas dapat diperoleh secara bebas tanpa resep dokter, baik di apotek maupun di toko – toko atau warung. Obat bebas terbatas juga dapat
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
39
dibeli tanpa resep dokter, dengan syarat hanya dalam jumlah yang telah ditentukan dan disertai tanda peringatan (Depkes RI, 1997). 6. Peranan apoteker dalam swamedikasi Apoteker adalah tenaga ahli yang paling tahu mengenai obat dan penggunaannya. Pada perkembangan swamedikasi, apoteker idealnya sebagai gerbang (titik pertama) sistem perawatan kesehatan primer obat. Dalam upaya meningkatkan pemakaian obat secara rasional diperlukan peningkatan secara bersama-sama dalam seluruh proses terapi, yang mencakup : penegakan diagnosis, pemilihan kelas terapi dan jenis obat, penentuan dosis dan cara pemberian obat ke pasien dan evaluasi terapi (mencakup keberhasilan terapi maupun kemungkinan timbulnya interaksi dan efek samping). Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan khusus, terutama farmakokinetika klinik, apoteker dapat terlibat langsung dalam pelayanan pasien (direct patient care), apoteker dapat berperan dalam tahap pemberian obat ke pasien. Dalam tahap ini, fungsinya dapat berupa pemberi informasi, motivasi serta pemantauan penggunaan obat oleh pasien (Suryawati, 1997). 7. Swamedikasi pada diare Diare yang masih dalam batas lingkup swamedikasi adalah diare akut yang termasuk dalam kategori diare ringan dan diare sedang. Longe (2005) menggambarkan bagan atau algoritma penanganan diare yang memisahkan gejalagejala diare yang masih dapat diterapi dengan swamedikasi dan gejala-gejala diare yang sudah di luar batasan swamedikasi.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
40
Anak kecil berumur 1 bulan hingga 5 tahun yang menderita diare akut.
Riwayat penyakit, memeriksa keadaan pasien, dan menanyakan berat badan, mengestimasi persentase dehidrasi apabila berat badannya tidak diketahui. Jika satu atau lebih hal ini tampil : > 10% dehidrasi, tanda-tanda shock, unconsciousness, ileus?
Ya
Tidak
Mulai ORT : 100 mL/kg lebih dari 4 jam. Mengganti cairan atau elektrolit tubuh yang hilang. Jika pasien mentoleransi terapi, lanjutkan ORT untuk 4-6 jam sampai terehidrasi. Untuk bayi, lanjutkan ASI, atau susu formula. Untuk semua anak, lanjutkan makanan yang sesuai dengan usianya. Gantikan cairan/elektrolit yang hilang dengan cairan glukosa-elektrolit. Jika terapi tidak dapat ditoleransi, maka masukkan pasien ke rumah
Tingkat dehidrasi 6-9% seperti ditetapkan dengan adanya kehilangan berat badan dan/atau keputusan klinis.
Mulai ORT : 50 mL/kg lebih dari 4 jam. Mengganti cairan atau elektrolit tubuh yang hilang. Jika pasien mentoleransi terapi, lanjutkan ORT untuk 4-6 jam sampai terehidrasi. Untuk bayi, lanjutkan ASI, atau susu formula. Untuk semua anak, lanjutkan makanan yang sesuai dengan usianya. Gantikan cairan/elektrolit yang hilang dengan cairan glukosaelektrolit. Jika terapi tidak dapat ditoleransi, maka masukkan pasien ke rumah sakit.
Tingkat dehidrasi 3-5% seperti ditetapkan dengan adanya kehilangan berat badan dan/atau keputusan klinis.
Tingkat dehidrasi < 3 % seperti ditetapkan dengan adanya kehilangan berat badan dan/atau keputusan klinis.
Pada semua kasus, jika diare dapat ditangani dalam 48 jam dengan ORT ?
Masukkan pasien ke rumah sakit untuk perawatan yang lebih tepat.
Lanjutkan gaya hidup biasanya, berikan tambahan larutan glukosa-elektrolit atau berikan cairan yang biasa diminum lebih banyak dari biasanya.
Tidak
Dirujuk ke dokter
Ya Hentikan perawatan.
Gambar 9. Algoritma swamedikasi diare pada usia 1 bulan hingga 5 tahun (Longe, 2005)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
41
Pasien lebih dari 5 tahun dengan problem diare akut
Apakah pasien memiliki pengecualian untuk swamedikasi ?
Ya
Dirujuk ke dokter
Tidak Riwayat penyakit. Untuk dewasa, kumpulkan data fisik. Jika memungkinkan, periksa berat badan pasien sekarang dan bandingkan dengan berat badan normal. Sebaliknya, estimasi persentase dehidrasi atau tetapkan jumlah feses dalam 24 jam. Pasien > 10 % dehidrasi atau menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.
Dirujuk ke dokter
Pasien 6-9 % dehidrasi seperti ditetapkan dengan adanya kehilangan berat badan atau tanda/gejala.
Mulai ORT pada 2-4 L lebih dari 4 jam ditambah penggantian kehilangan cairan/elektrolit. Jika pasien mentoleransi terapi, tetapkan lagi hidrasi, tetapi lanjutkan ORT sebanyak yang dibutuhkan. Lanjutkan cairan yang biasa diminum yang ditoleransi. Anjurkan terapi obat untuk menghilangkan gejala. Jika terapi tidak ditoleransi, rujuk ke dokter.
Pasien 3-5 % dehidrasi seperti ditetapkan dengan adanya kehilangan berat badan atau tanda/gejala.
Mulai ORT pada 2 L lebih dari 4 jam ditambah penggantian kehilangan cairan/elektrolit. Jika pasien mentoleransi terapi, tetapkan lagi hidrasi, tetapi lanjutkan ORT sebanyak yang dibutuhkan. Lanjutkan cairan yang biasa diminum yang ditoleransi. Anjurkan terapi obat untuk menghilangkan gejala. Jika terapi tidak ditoleransi, rujuk ke dokter.
Pasien < 3 % dehidrasi seperti ditetapkan dengan adanya kehilangan berat badan atau tanda/gejala.
Melanjutkan pola makan biasa. Sarankan pasien untuk mengkonsumsi cairan yang biasa diminum lebih banyak atau larutan glukosa-elektrolit untuk mengganti kehilangan.
Pada semua kasus, jika diare dapat ditangani dalam 48 jam dengan ORT ? Ya
Dirujuk ke dokter Tidak
Hentikan perawatan.
Gambar 10. Algoritma Swamedikasi untuk anak kecil berusia 5 tahun ke atas dan dewasa (Longe, 2005)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
42
E. Penggunaan Obat yang Rasional World Health Organizataion (WHO) merekomendasikan enam langkah dalam pengobatan rasional, yaitu: 1. menentukan masalah pasien, 2. menetapkan tujuan pengobatan, 3. memeriksa kerasionalan penggunaan obat yang dipilih serta meneliti efektivitas dan keamanannya, 4. memulai pengobatan dengan membuat resep; memberi informasi, instruksi dan hal-hal yang perlu diwaspadai, 5. dan terakhir melakukan monitoring (WHO, 1994). Untuk memenuhi syarat-syarat tersebut dapat dijelaskan beberapa hal seperti ketepatan diagnosis, ketepatan pemilihan obat, ketepatan penilaian terhadap kondisi pasien, ketepatan pemberian informasi, dan ketepatan dalam tindak lanjut (Nasution dan Lubis, 1993). World
Health
Organization
(2004)
menyatakan
bahwa
untuk
meningkatkan appropriateness penggunaan obat yang rasional oleh masyarakat dibutuhkan suatu edukasi. Intervensi atau edukasi yang diberikan lepada konsumen akan lebih relevan apabila hal tersebut difokuskan pada pola umum penggunaan obat yang tidak rasional, dan permasalahan yang terdapat pada penggunaan obat yang dirasa penting untuk konsumen.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
43
Langkah 1 Mendeskripsikan penggunaan obat dan mengidentifikasi permasalahan
Langkah 2 Memprioritaskan permasalahan
Meningkatkan analisis
Langkah 3 Menganalisis permasalahan dan mengidentifikasi solusi/penyelesaian
Langkah 7 Memonitor dan mengevaluasi intervensi
Meningkatkan intervensi
Langkah 4 Memilih dan mengembangkan intervensi
Meningkatkan intervensi
Langkah 6 Menerapkan/mengimplementasikan intervensi
Langkah 5 Pre-test intervensi
Gambar 11. Bagan langkah-langkah dalam pengembangan intervensi yang dimaksudkan meningkatan penggunaan rasional oleh konsumen (WHO, 2004) 1.Pemeriksaan Measure Existing Practices (Studi Kuantitatif Deskriptif)
4.Follow Up Pengukuran Perubahan Outcome (Evaluasi Kuantitatif dan Kualitatif)
Meningkatkan diagnosis
Peningkatan Intervensi
2. Diagnosa Identifikasi Problem Spesifik dan Penyebab (Studi Kualitatif dan Kuantitatif Mendalam)
3.Perlakuan Design and Implementation (Pengukuran Outcome)
Gambar 12. Perbaikan permasalahan yang terjadi pada penggunaan obat (Huble, 1993)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
44
F. Perilaku (Pengetahuan, Sikap dan Tindakan) Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku kesehatan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perilaku sakit dan perilaku sehat. Perilaku sehat dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Menurut Mechanic (cit., Sarwono, 1997), perilaku sakit adalah reaksi optimal dari individu jika terkena suatu penyakit, reaksi ini sangat ditentukan oleh sistem sosialnya. Wanita lebih mudah sakit dibanding pria, dengan hipotesis wanita mempunyai ambang nyeri dan ketidaknyamanan lebih rendah sehingga wanita lebih banyak mencari pengobatan dan menggunakan obat. Wanita dengan kelas sosial atas lebih banyak melakukan pengobatan sendiri dan kelas sosial bawah melakukan pengobatan medis. Hal itu berlawanan dengan yang terjadi pada kelas sosial pria. Orang-orang dengan usia tua biasanya semakin banyak menggunakan obat-obatan termasuk obat tanpa resep karena semakin banyak gejala-gejala yang dirasakan mengganggu, padahal pada orang tua kemungkinan terjadinya interaksi dan efek samping obat juga semakin besar karena menurunnya kinerja organorgan penting dalam tubuh (Holt dan Hall, 1990).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
45
Perilaku dan usaha yang dilakukan oleh masyarakat ketika terserang penyakit ada bermacam-macam, diantaranya adalah tanpa tindakan atau no action. Masyarakat memilih no action dengan alasan kondisi yang dialami tidak mengganggu kegiatan atau pekerjaan mereka sehari-hari dan mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apa-apa gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. No action itu juga bisa disebabkan fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, judes, tidak responsif dan sebagainya. Alternatif berikutnya adalah mengobati sendiri (self treatment) dengan alasan yang sama seperti di atas, ditambah dengan kepercayaan terhadap diri sendiri untuk mengobati penyakit yang diderita berdasarkan
pengalaman-pengalaman
pengobatan
sendiri
yang
sudah
menimbulkan kesembuhan. Self treatment yang dilakukan ada dua macam, yaitu mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional dan mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung. Obat-obat yang digunakan umumnya adalah obat-obat tanpa resep. Tindakan lainnya adalah mencari pangobatan ke fasilitas pengobatan modern, baik itu dokter praktek, rumah sakit, balai pengobatan, atau puskesmas (Notoatmodjo, 1993). Lima macam reaksi dalam proses individu mencari pengobatan (Suchman cit., Sarwono, 1997), yaitu : a. shopping, adalah proses mencari alternatif sumber pengobatan guna menemukan seseorang yang dapat memberikan diagnosis dan pengobatan sesuai dengan harapan si sakit,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
46
b. fragmentation, adalah proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama, contohnya: berobat ke dokter, sekaligus ke sinse dan dukun, c. procrastination, adalah proses penundaan pencarian pengobatan meskipun gejala penyakitnya sudah dirasakan, d. self medication, adalah pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan atau obat-obatan yang dinilai tepat baginya, e. discontinuity, adalah penghentian proses pengobatan. 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Pengetahuan akan menimbulkan suatu gambaran, persepsi, konsep, dan fantasi terhadap segala hal yang diterima dari lingkungan melalui panca inderanya (Dharmmesta dan Handoko, 2000). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 1993). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 1993).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
47
Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai
enam
tingkatan,
meliputi
tahu
(know),
paham
(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). 2. Sikap Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan yang bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan (Kotler, 1997). Menurut Dharmmesta dan Handoko (2000), sikap biasanya memberikan penilaian (menerima atau menolak) terhadap obyek atau produk yang dihadapinya. Sikap dikatakan sebagai respon. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu, yang memberi kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam berntuk baik atau buruk, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka dan tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 1988). Dilihat dari strukturnya, sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective), dan komponen konatif (conative) (Azwar, 1988). Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Di antara
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
48
berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 1988). 3. Tindakan Teori aksi yang juga dikenal sebagai teori bertindak ini pada mulanya dikembangkan oleh Max Weber. Weber berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan
berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman, dan
penafsiran atas suatu obyek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana – sarana yang paling tepat (Sarwono, 1997).
G. Teori tentang Perilaku 1. Teori aksi Teori aksi yang juga dikenal sebagai teori bertindak ini (action theory) pada mulanya dikembangkan oleh Max Weber. Weber berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsirannya atas suatu obyek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat (Ritzer, 1983, cit., Sarwono, 1997). Teori Weber dikembangkan lebih lanjut oleh Talcott Parsons, yang mulai dengan mengkritik Weber, menyatakan bahwa aksi atau action itu bukanlah perilaku atau behavior. Aksi merupakan tanggapan atau respon mekanis terhadap
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
49
suatu stimulus sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif (Sarwono, 1997). Menurut Parsons, yang utama bukanlah tindakan individual, melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntun dan mengatur perilaku (Poloma, 1987, cit., Sarwono, 1997). Kondisi obyektif disatukan dengan komitmen kolektif terhadap suatu nilai akan mengembangkan suatu bentuk tindakan sosial tertentu. Parsons melihat bahwa tindakan individu dan kelompok dipengaruhi tiga sistem, yaitu sistem sosial, sistem budaya dan sistem kepribadian masing-masing individu. 2. Model perubahan perilaku dari Green Suatu teori lain dikembangkan oleh Lawrence Green yang mengatakan bahwa kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor diluar perilaku (non perilaku). Selanjutnya faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor: faktor-faktor predisposisi, pendukung, dan pendorong. Faktor predisposisi (predisposing factors) mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Faktor pendukung (enabling factors) ialah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya, sedangkan faktor pendorong (reinforcing factors) adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan. Green menyatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
50
sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat terhadap program tersebut dan terhadap kesehatan pada umumnya. 3. Model kepercayaan kesehatan dari Rosenstock Menurut Rosenstock (1982) model kepercayaan kesehatan mencakup lima unsu utama (cit., Sarwono, 1997). Unsur utama adalah persepsi individu tentang kemungkinannya terkena penyakit tersebut akan lebih cepat merasa terancam. Unsur yang kedua adalah pandangan individu tentang beratnya penyakit tersebut (perceived seriousness), yaitu risiko dan kesulitan apa saja yang akan dialaminya dari penyakit itu. Semakin berat risiko suatu penyakit maka semakin besar kemungkinan individu itu terserang penyakit tersebut sehingga timbul ancaman yang besar dari dalam dirinya (perceived threast). Ancaman ini mendorong individu untuk melakukan tindakan pencegahan atau penyembuhan penyakit. Beberapa alternatif tindakan ditawarkan oleh petugas kesehatan untuk mengurangi ancaman tersebut. Individu akan mempertimbangkan, apakah alternatif tersebut dapat mengurangi ancaman penyakit. Sebaliknya, konsekuensi negatif dari tindakan yang dianjurkan (biaya yang lebih mahal, rasa malu, takut akan rasa sakit, dan sebagainya) seringkali menimbulkan keinginan individu untuk menghindari alternatif yang dianjurkan petugas kesehatan. Dalam memutuskan, menerima atau menolak alternatif tindakan tersebut, diperlukan satu unsur lagi yaitu faktor pencetus (cues to action) yang dapat datang dari dalam diri individu, nasehat orang lain, kampanye kesehatan, dan lain-lain (cit., Sarwono, 1997).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
51
H. Pendidikan Terkait erat dengan pengetahuan adalah pendidikan. Pendidikan didefinisikan sebagai serangkaian proses belajar yang ditandai dengan penyampaian materi dari pendidik terhadap anak didik dan bermaksud untuk menghasilkan perubahan tingkah laku. Semakin tinggi pendidikan ibu semakin rendah angka kematian anak, karena dengan semakin tinggi pendidikan perempuan, maka ia akan lebih berdaya dalam mengambil keputusan yang benar terhadap pengobatan anaknya. Hal ini akan mengurangi fatalitas dalam menghadapi anak yang sakit. Ibu yang berpendidikan tinggi juga akan lebih cepat menerima
datangnya
informasi-informasi
positif
mengenai
kesehatan
(Hendarwan, 2003). Menurut Andersen (1975), perbedaan tingkat pendidikan dapat menyebabkan perbedaan penggunaan pelayanan kesehatan oleh individu berkaitan dengan pengetahuan kesehatan, nilai, dan sikap. Studi yang dilakukan oleh Wilder dalam Andersen (1975) menunjukkan bahwa untuk pengobatan pada dokter terdapat hubungan langsung yang lemah antara pendidikan dari kepala keluarga dengan penggunaan pelayanan kesehatan.
I. Pendapatan Pendapatan berhubungan dengan penggunaan pelayanan kesehatan. Bagi masyarakat dengan tingkat pendapatan yang rendah, biaya pengobatan menjadi pertimbangan utama dalam mencari pengobatan. Biaya pengobatan menjadi pertimbangan penting bagi masyarakat dengan tingkat pendapatan yang rendah,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
52
sehingga mereka akan cenderung mencari pertolongan kesehatan disesuaikan dengan kemampuan keuangannya. Bukan tidak mustahil, apabila mereka tidak memiliki keterbatasan dalam keuangan, maka mereka akan menggunakan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas (Hendarwan, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Anderson dan Sheatsley dalam Greenley (1980), menyebutkan 3 % penderita dengan gejala penyakit menunda pengobatan berkaitan dengan pertimbangan biaya. Hal yang sama juga ditemukan oleh Suchman, dimana pada pasien-pasien yang memerlukan perawatan rumah sakit, 8% menunda pengobatannya dikarenakan alasan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisna (1992) menemukan 2 orang balita dengan kasus pneumonia meninggal karena alasan tidak ada uang.
J. Landasan Teori Pendidikan erat kaitanya dengan pengetahuan, sedangkan pengetahuan merupakan bagian penting dari terbentuknya tindakan seorang individu, tindakan juga berhubungn dengan sikap sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan
seseorang
akan
berpengaruh
pada
pengetahuan,
sikap
dan
tindakannya. Demikian pula halnya dalam masalah kesehatan. Menurut Andersen (1975), perbedaan tingkat pendidikan dapat menyebabkan perbedaan penggunaan pelayanan kesehatan oleh individu berkaitan dengan pengetahuan kesehatan, nilai, dan sikap. Hendarwan (2003) mengungkapkan semakin tinggi pendidikan ibu semakin rendah angka kematian anak, karena dengan semakin tinggi pendidikan perempuan, maka ia akan lebih berdaya dalam mengambil keputusan yang benar
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
53
terhadap pengobatan anaknya. Ibu yang berpendidikan tinggi juga akan lebih cepat menerima datangnya informasi-informasi positif mengenai kesehatan. Sehingga tingkat pendidikan berkaitan dengan perilaku swmaedikasi khususnya swamedikasi diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tingkat pendapatan seseorang akan berhubungan dengan tindakannya dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Masyarakat akan cenderung mencari pelayanan kesehatan dengan disesuaikan kemampuan pendapatan mereka (Hendarwan, 2003). Sehingga tingkat pendapatan berkaitan dengan perilaku swmaedikasi khususnya swamedikasi diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tingkat pendidikan
Pengetahuan
Tingkat pendidikan
Sikap
Tingkat pendidikan
Tindakan
Tingkat pendapatan
Pengetahuan
Tingkat pendapatan
Sikap
Tingkat pendapatan
Tindakan
Keterangan : : Menunjukkan adanya hubungan
Gambar 13. Skema hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
54
K. Hipotesis 1. Hubungan tingkat pendidikan dan perilaku swamedikasi diare a. Hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare H0 = Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare. H1 = Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare. b. Hubungan tingkat pendidikan dan sikap terhadap swamedikasi diare H0 = Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap terhadap swamedikasi diare. H1 = Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap terhadap swamedikasi diare. c. Hubungan tingkat pendidikan dan tindakan dalam swamedikasi diare H0 = Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan tindakan dalam swamedikasi diare. H1 = Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan tindakan dalam swamedikasi diare. 2. Hubungan tingkat pendapatan dan perilaku swamedikasi diare a. Hubungan tingkat pendapatan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare H0 = Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
55
H1 = Ada hubungan antara tingkat pendapatan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare. b. Hubungan tingkat pendapatan dan sikap terhadap swamedikasi diare H0 = Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dan sikap terhadap swamedikasi diare. H1 = Ada hubungan antara tingkat pendapatan dan sikap terhadap swamedikasi diare. c. Hubungan tingkat pendapatan dan tindakan dalam swamedikasi diare H0 = Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dan tindakan dalam swamedikasi diare. H1 = Ada hubungan antara tingkat pendapatan dan tindakan dalam swamedikasi diare. Apabila r hitung lebih kecil dari nilai r tabel dengan taraf signifikansi 0,05 maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Demikian pula sebaliknya, apabila r hitung lebih besar dari nilai r tabel dengan taraf signifikansi 0,05 maka H0 akan diterima.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan Dengan Perilaku Swamedikasi Diare Oleh Ibu-Ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” mencakup 2 sub penelitian yaitu pengidentifikasian permasalahan pada perilaku swamedikasi diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jenis penelitian non eksperimental deskriptif, dan hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan pada swamedikasi diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jenis penelitian non eksperimental analitik. Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggunakan atau menggambarkan keadaan subyek dan obyek penelitian saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak (Nawawi, 2005). Penelitian analitik yaitu penelitian yang melakukan analisis dinamika korelasi antar fenomena, baik antar faktor risiko dengan efek, antar faktor risiko, maupun antar efek (Praktiknya, 2003). Penelitian cross sectional yaitu penelitian yang melakukan analisis dinamika korelasi antara faktor risiko dengan efek, dengan model pendekatan atau observasi dalam satu waktu atau point time approach (Praktiknya, 2003). Penelitian ini merupakan bagian awal dari penelitian pengembangan modul edukasi untuk peningkatan appropriateness perilaku swamedikasi 7 penyakit ringan dan penggunaan vitamin.
56
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
57
Penelitian penyusunan modul edukasi swamedikasi
Demam
Asma
Sakit Kepala
Diare
Common Cold
Batuk
Infeksi jamur di kulit
Vitamin & Mineral
Pengidentifikasian permasalahan dan pencarian hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi diare
Pemrioritaskan masalah dan penganalisisan masalah
Penelitian yang dilakukan
Pengidentifikasian solusi/penyelesaian
Penyusunan modul edukasi
Penerapan/pengimplementasian modul edukasi
Monitoring dan evaluasi modul edukasi
Gambar 14. Bagan penelitian penyusunan modul edukasi untuk peningkatan appropriateness perilaku swamedikasi 7 penyakit ringan dan penggunaan vitamin.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan ibu-ibu yang melakukan swamedikasi diare. 2. Variabel tergantung (dependent) dari penelitian ini adalah perilaku ibu-ibu pelaku swamedikasi diare yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
58
C. Definisi Operasional 1. Swamedikasi (pengobatan sendiri) adalah pemilihan dan penggunaan obat tanpa resep, termasuk obat tradisional yang dilakukan untuk mengobati penyakit atau menghilangkan gejala diare yang termasuk dalam lingkup swamedikasi yang dapat dikenali sendiri baik untuk diri sendiri dan atau orang lain. 2. Diare merupakan penyakit yang dikarakterisasi dengan frekuensi buang air besar sama dengan atau lebih dari 3 kali atau lebih sering dari biasanya dan dengan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Diare yang termasuk dalam lingkup swamedikasi adalah diare akut dengan tanda dan gejala ringan atau sedang dan tidak mengandung darah, lendir, atau berwarna putih seperti air cucian beras. 3. Responden adalah ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang pernah melakukan swamedikasi diare. 4. Ibu-ibu adalah wanita yang sudah atau pernah menikah dan tercantum sebagai istri ataupun kepala keluarga pada kartu keluarga di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 5. Karakteristik demografi meliputi usia, status pernikahan, jumlah anak, jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan keluarga dalam 1 bulan. 6. Karakteristik pola perilaku swamedikasi meliputi frekuensi responden melakukan swamedikasi dan frekuensi responden melakukan swamedikasi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
59
diare dalam satu bulan terakhir, tingkat pengetahuan, jenis sikap dan tindakan responden terhadap swamedikasi siare. 7. Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir yang diakui oleh responden. Responden dikatakan berpendidikan rendah apabila pendidikan terakhir yang diakuinya adalah tidak bersekolah, tidak tamat SD, tamat SD atau sederajat, dan tamat SLTP atau sederajat. Responden dikatakan berpendidikan tinggi apabila pendidikan terakhir yang diakuinya adalah SLTA atau sederajat, D3 atau sederajat, S1, S2, dan yang tingkat pendidikannya lebih tinggi dari S2. 8. Tingkat pendapatan adalah pendapatan keluarga responden setiap bulan. Responden dikatakan memiliki tingkat pendapatan yang rendah apabila pendapatan
keluarga
per
bulan
lebih
kecil
atau
sama
dengan
Rp.1.500.000,-. Responden dikatakan memiliki tingkat pendapatan yang tinggi apabila pendapatan keluarga setiap bulan lebih besar dari Rp.1.500.000,-. 9. Perilaku swamedikasi diare adalah pengetahuan, sikap dan tindakan yang diketahui dan atau dilakukan responden dalam swamedikasi diare. 10. Identifikasi permasalahan adalah penganalisisan masalah yang terdapat pada perilaku swamedikasi diare responden meliputi pemahaman mengenai
swamedikasi,
kesesuaian
pengenalan
diare,
kesesuaian
pemilihan tindakan untuk menangani diare. 11. Pengetahuan adalah sejauh mana responden tahu dan memahami swamedikasi diare. Pengetahuan meliputi pengetahuan definisi diare,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
60
penyebab diare, gejala-gejala diare, perbedaan diare ringan dan diare berat, terapi yang tepat untuk diare, obat-obat diare. Responden disebut berpengetahuan tinggi apabila nilai pengetahuannya sama atau melebihi nilai median. Responden disebut berpengetahuan rendah apabila nilai pengetahuannya kurang dari nilai median. Nilai median yang digunakan dilihat dari nilai pengetahuan seluruh responden. 12. Sikap adalah respon dan penilaian responden mengenai swamedikasi diare. Sikap meliputi sikap terhadap definisi diare, penyebab diare, swamedikasi diare, perbedaan diare yang dapat ditangani dengan swamedikasi dengan yang harus dirujuk ke dokter, kualitas obat yang dijual di apotik, dan terapi yang paling penting untuk mengatasi diare. Responden disebut bersikap positif apabila nilai sikapnya sama atau melebihi nilai median. Responden disebut bersikap negatif apabila nilai sikapnya kurang dari nilai median. Nilai median yang digunakan dilihat dari nilai sikap seluruh responden. 13. Tindakan adalah hal yang akan dilakukan responden dalam menyikapi diare sebagai salah satu wujud dari swamedikasi. Tindakan adalah tindakan dalam menentukan terapi yang tepat ketika ada yang menderita diare, hal pertama yang dilakukan saat terkena diare, dan ketelitiannya dalam menggunakan obat bebas Responden disebut memiliki tindakan yang positif apabila nilai tindakannya sama atau melebihi nilai median. Responden disebut memiliki tindakan negatif apabila nilai tindakannya kurang dari nilai median. Nilai median yang digunakan dilihat dari nilai tindakan seluruh responden.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
61
D. Subyek Penelitian Kriteria inklusi subyek penelitian ini adalah ibu-ibu yaitu wanita yang sudah atau pernah menikah dan tercantum sebagai istri ataupun kepala keluarga pada kartu keluarga di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan berusia di bawah 60 tahun yang pernah melakukan swamedikasi diare baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
E. Populasi dan Sampel Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang bertempat tinggal di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang pernah melakukan swamedikasi diare untuk diri sendiri atau orang lain. Populasi aktual (populasi sumber) penelitian ini adalah ibu-ibu di 8 dusun di 4 desa dan 2 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo dan 8 dusun di 4 desa dan 2 kecamatan di Kota Yogyakarta yang pernah melakukan swamedikasi diare untuk diri sendiri atau orang lain. Populasi studi (sampel) adalah ibu-ibu di 8 dusun di 4 desa dan 2 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo dan 8 dusun di 4 desa dan 2 kecamatan di Kota Yogyakarta yang pernah melakukan swamedikasi diare untuk diri sendiri atau orang lain yang terpilih secara acak (random).
F. Besar Sampel Perhitungan besar sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sampling multi tahap atau multistage random sampling,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
62
dimana dalam penelitian ini pemilihan sampel dilakukan secara acak sederhana atau simple random sampling pada tingkat kabupaten, tingkat kecamatan, tingkat desa, tingkat dusun dan tingkat sampel. Pada penelitian ini ditetapkan kesalahan maksimum terhadap perilaku baik dalam swamedikasi diare di populasi adalah 8% dengan tingkat kepercayaan 95%. Pada penelitian ini, perkiraan proporsi populasi adalah berdasarkan populasi masyarakat yang berperilaku baik dalam swamedikasi diare. Namun karena tidak didapatkan data atau penelaahan pustaka yang memberikan populasi masyarakat yang berperilaku baik dalam swamedikasi diare maka menurut Ariawan, perkiraan populasinya yang digunakan dalam penelitian adalah sebesar 50%. Perkiraan populasi 50% memiliki jumlah sampel yang paling besar apabila dibandingkan dengan perkiraan populasi yang lain, sehingga dengan menggunakan perkiraan populasi yang jumlah sampelnya terbesar diharapkan dapat mengurangi kesalahan dalam penelitian dan lebih menunjukkan hasil yang sebenarnya. Dengan kesalahan maksimum 8%, tingkat kepercayaan 95% dan perkiraan proporsi populasi 50%, maka besar sampel adalah 151 sampel. Untuk menghindari kehilangan responden maka sampel ditambah 10% dari jumlah awal sehingga jumlah sampel menjadi 166,1 orang yang kemudian digenapkan ke angka yang paling mendekati yaitu
menjadi 165 orang dan didistribusikan secara
proporsional sebagai berikut : 1. jumlah sampel di Kabupaten Kulonprogo adalah 457.779 dibagi 979.278, kemudian dikali 165 diperoleh 77 sampel.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
63
2. Jumlah sampel di Kota Yogyakarta adalah 521.499 dibagi 979.278, kemudian dikali 165 diperoleh 88 sampel. Tabel VI. Jumlah dan distribusi sampel No
Kabupaten/Kota
1 2
Kota Yogyakarta Kulonprogo Total
Jumlah penduduk *) 521.499 457.779 979.278
Jumlah sampel 88 77 165
Keterangan : *)Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta
Dengan cara yang sama dilakukan distribusi sampel secara proporsional untuk tiap kecamatan, desa, dan dusun/RW. Tabel VII. Jumlah dan distribusi sampel di Kota Yogyakarta No
Kecamatan
1 2
Gondokusuman Wirobrajan Total
Jumlah penduduk *) 13664 7123 20787
Jumlah sampel 58 30 88
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta Tabel VIII. Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Gondokusuman No
Kelurahan
1 2
Demangan Baciro Total
Jumlah penduduk *) 2696 4392 7088
Jumlah sampel 22 36 58
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta Tabel IX. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Demangan No 1 2
Dusun/RW RW 02 RW 08 Total
Jumlah Kepala Keluarga*) 134 263 397
Jumlah sampel 7 15 22
Keterangan : *) Jumlah kepala keluarga, Sumber : Pemerintah setempat Tabel X. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Baciro No 1 2
Dusun/RW RW 02 RW 08 Total
Jumlah Kepala Keluarga*) 91 87 178
Jumlah sampel 18 18 36
Keterangan : *) Jumlah kepala keluarga, Sumber : Pemerintah setempat
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
64
Tabel XI. Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Wirobrajan No
Kelurahan
1 2
Wirobrajan pakuncen Total
Jumlah penduduk *) 2256 2600 4856
Jumlah sampel 14 16 30
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta Tabel XII. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Wirobrajan No 1 2
Dusun/RW RW 02 RW 08 Total
Jumlah Kepala Keluarga*) 140 125 256
Jumlah sampel 7 7 14
Keterangan : *) Jumlah kepala keluarga, Sumber : Pemerintah setempat Tabel XIII. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Pakuncen No 1 2
Dusun/RW RW 02 RW 08 Total
Jumlah Kepala Keluarga*) 269 149 418
Jumlah sampel 10 6 16
Keterangan : *) Jumlah kepala keluarga, Sumber : Pemerintah setempat Tabel XIV. Jumlah dan distribusi sampel di Kabupaten Kulonprogo No
Kecamatan
1 2
Nanggulan Wates Total
Jumlah penduduk *) 6384 10500 16884
Jumlah sampel 29 48 77
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta Tabel XV. Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Nanggulan No
Kelurahan
1 2
Banyuroto Donomulyo Total
Jumlah penduduk *) 806 1102 1908
Jumlah sampel 12 17 29
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta Tabel XVI. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Banyuroto No
Dusun/RW
1 2
Dlingo Ngangin-Ngangin Total
Jumlah Kepala Keluarga*) 158 152 310
Jumlah sampel 6 6 12
Keterangan : *) Jumlah kepala keluarga, Sumber : Pemerintah setempat
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
65
Tabel XVII. Jumlah dan distribusi sampel di kelurahan Donomulyo No
Dusun/RW
1 2
Penjalin Dukuh Total
Jumlah Kepala Keluarga*) 143 113 256
Jumlah sampel 9 8 17
Keterangan : *) Jumlah kepala keluarga, Sumber : Pemerintah setempat Tabel XVIII. Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Wates No
Kelurahan
1 2
Sogan Wates Total
Jumlah penduduk *) 434 3328 3762
Jumlah sampel 6 42 48
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta Tabel XIX. Jumlah dan distribusi sampel di kelurahan Sogan No
Dusun/RW
1 2
Sogan 1 Sogan 2 Total
Jumlah Kepala Keluarga*) 70 67 137
Jumlah sampel 3 3 6
Keterangan : *) Jumlah kepala keluarga, Sumber : Pemerintah setempat Tabel XX. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Wates No
Dusun/RW
1 2
Durungan Beji Total
Jumlah Kepala Keluarga*) 221 173 394
Jumlah sampel 24 18 42
Keterangan : *) Jumlah kepala keluarga, Sumber : Pemerintah setempat Dari 165 sampel yang didatangi , yang bersedia mengisi kuesioner dan diwawancari sebesar 138 responden yang kemudian digunakan sebagai responden penelitian. Bagan profil distribusi sampel dan responden dapat dilihat pada gambar 15 berikut :
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
29 sampel di Nanggulan
165 sampel di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
77 sampel di Kulonprogo
88 sampel di Yogyakarta
6 sampel di Dlingo
6 responden di Dlingo
6 sampel di Ngangin-Ngangin
6 respnden di Ngangin-Ngangin
9 sampel di Penjalin
9 responden di Penjalin
8 sampel di Dukuh
8 responden di Dukuh
3 sampel di Sogan 1
3 responden di Sogan 1
3 sampel di Sogan 2
3 responden di Sogan 2
24 sampel di Durungan
13 responden di Durungan (sampel tidak mencukupi)
18 sampel di Beji
18 responden di Beji
7 sampel di RW 2
7 responden di RW 2
7 sampel di RW 8
7 responden di RW 8
10 sampel di RW 2
10 responden di RW 2
6 sampel di RW 8
6 responden di RW 8
7 sampel di RW 2
7 responden di RW 2
15 sampel di RW 8
15 responden di RW 8
18 sampel di RW 2
11 responden di RW 2 (sampel tidak mencukupi dan ada 3 sampel yang menolak diwawancara)
18 sampel di RW 8
9 responden di RW 8, (sampel tidak mencukupi)
12 sampel di Banyuroto
17 sampel di Donomulyo
48 sampel di Wates
66
6 sampel di Sogan
42 sampel di Wates
14 sampel di Wirobrajan
30 sampel di Wirobrajan 16 sampel di Pakuncen
58 sampel di Gondokusuman
22 sampel di Demangan
36 sampel di Baciro
Gambar 15. Bagan distribusi responden
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
67
G. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan mulai dari Bulan Mei – Bulan November 2007. Pengambilan data dilakukan pada Bulan Juni – Bulan September 2007.
H. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di 2 (dua) kabupaten/kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Kabupaten Kulonprogo dan Kota Yogyakarta. Kecamatan terpilih di Kabupaten Kulonprogo adalah Kecamatan Nanggulan dan Wates. Dari masing-masing kecamatan ditetapkan desa/kelurahan dengan cara yang sama seperti penetapan kecamatan dan diperoleh Desa Banyuroto dan Desa Donomulyo untuk Kecamatan Nanggulan, Desa Wates dan Desa Sogan untuk Kecamatan Wates. Dusun di Kabupaten Kulonprogo yang terpilih digunakan sebagai tempat penelitian adalah Dusun Dlingo, NganginNgangin, Dukuh, Penjalin, wates, beji, Sogan I, dan Sogan II. Di Kota Yogyakarta, kecamatan yang terpilih adalah Kecamatan Gondokusuman dan Kecamatan Wirobrajan, kelurahan yang terpilih adalah Kelurahan Baciro dan Demangan untuk Kecamatan Gondokusuman dan Kelurahan Wirobrajan dan Pakuncen untuk Kecamatan Wirobrajan, untuk tempat penelitian di Kota Yogyakarta adalah Demangan RW 02, Demangan RW 08, Baciro RW 02, Baciro RW 08, Wirobrajan RW 02, Wirobrajan RW 08, Pakuncen RW 02 dan Pakuncen RW 08.
68
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI DIY Kabupaten Kulonprogo
Kota Yogyakarta
Nanggulan
Wates
Gondokusuman
Wirobrajan Banyuroto
Wates
Demangan
Wirobrajan
Durungan
Dlingo
RW 02
RW 02
Beji
Ngangin-ngangin
RW 08
RW 08
Donomulyo
Sogan
Pakuncen
Baciro
Sogan 1
Dukuh
RW 02
RW 02
Sogan 2
Penjalin
RW 08
RW 08
Gambar 16. Bagan tempat penelitian yang didapatkan dengan metode multistage random sampling
I. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan pedoman wawancara. 1. Pedoman wawancara Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh data kualitatif dan diharapkan responden memberikan jawaban yang jelas dan sesuai kenyataan yang ada. Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengetahui permasalahanpermasalahan yang terjadi secara jelas dalam perilaku swamedikasi diare di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pedoman wawancara terdiri dari empat bagian. Bagian pertama mengenai karakteristik responden, bagian kedua merupakan pertanyaan mengenai pengetahuan responden mengenai swamedikasi secara umum, bagian ketiga berisi pengetahuan responden mengenai kesesuaian pengenalan diare dan bagian
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
69
keempat berisi kesesuaian tindakan yang diambil responden dalam menangani diare, khususnya mengenai pemilihan terapi, obat dan penggunaan obat diare oleh responden. Tabel XXI. Bagian-bagian pedoman wawancara Bagian 1 2 3 4
Isi Karakteristik responden Pertanyaan mengenai pengetahuan responden mengenai swamedikasi Pertanyaan mengenai pengetahuan responden mengenai pengenalan diare Pernyataan mengenai kesesuaian tindakan yang diambil responden dalam menangani diare
2. Kuesioner Kuesioner dalam penelitian ini berisi butir-butir pertanyaan singkat, jelas dan mudah dimengerti oleh responden
untuk mengetahui gambaran perilaku
swamedikasi diare melalui studi PST (pengetahuan, sikap, tindakan), data kuantitatif yang diperoleh dari studi PST ini digunakan untuk mencari hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan responden dengan pengetahuan, sikap dan tindakan swamedikasi diare. Kuesioner digunakan untuk memperoleh data kuantitatif dimana setiap pertanyaan disusun dengan lima tingkat jawaban mengenai kesetujuan responden terhadap pernyataan yang dikemukakan mendahului opsi jawaban yang disediakan, model ini disebut dengan skala Likert (Hadi, 1991). Kuesioner dalam penelitian ini terbagi dalam empat bagian. Bagian pertama merupakan karakteristik responden, bagian kedua mengenai pengetahuan diare, bagian ketiga mengenai sikap responden terhadap diare dan bagian keempat mengenai tindakan yang diambil responden dalam menangani diare.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
70
Tabel XXII. Bagian-bagian kuesioner Bagian 1 2 3 4
Isi Karakteristik responden Pernyataan mengenai pengetahuan mengenai diare Pernyataan mengenai sikap dalam menanggapi diare Pernyataan mengenai tindakan dalam menangani diare
J. Tata Cara Penelitian 1. Studi pustaka Penelitian ini didahului dengan studi pustaka, yaitu membaca literaturliteratur yang ada mengenai diare, swamedikasi, metodologi penelitian, dan analisis statistik yang diperlukan. Hal ini dilakukan agar ketika melaksanakan penelitian, terjadinya kesalahan dapat diminimalkan atau bahkan ditiadakan. 2. Analisis situasi a. Penentuan lokasi penelitian Lokasi penelitian ditentukan secara random pada tingkat kabupaten, tingkat kecamatan, tingkat desa, tingkat dusun dan tingkat sampel. Proses random dilakukan dengan simple random sampling yaitu dengan undian. b. Perijinan Sebelum dilakukan penelitian dilakukan perijinan. Perijinan dimulai dari tingkat propinsi, hingga ke tingkat dusun/RW kepada pihak yang bersangkutan. Disamping melakukan perijinan, peneliti juga mencari informasi mengenai data penduduk pada lokasi yang terpilih sebagai tempat penelitian. c. Perhitungan besar sampel Perhitungan besar sampel dilakukan dengan metode multistage random sampling. Pemilihan sampel dilakukan secara random pada tingkat kabupaten, tingkat kecamatan, tingkat desa, tingkat dusun dan tingkat sampel. Dari
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
71
perhitungan diperoleh jumlah sampel 151. Kemudian sampel ditambah 10% dari jumlah awal sehingga menjadi 166,1 orang, dan digenapkan ke angka yang paling mendekati yaitu 165 orang dan didistribusikan secara proporsional. 3. Pembuatan instrumen penelitian Penyusunan instrumen penelitian baik kuesioner maupun pedoman wawancara, masing-masing melalui beberapa langkah. Pembuatan kuesioner meliputi
pembuatan kuesioner, uji pemahaman bahasa, uji validitas, dan uji
reliabilitas. Sedangkan untuk pedoman wawancara meliputi pembuatan pedoman wawancara, pembuatan transkrip pedoman wawancara dan uji validitas. a. Pedoman wawancara 1) Pembuatan pedoman wawancara Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif mengenai gambaran permasalahan pada swamedikasi diare terhadap sampel ibu-ibu pada bulan Juli 2007 di 8 dusun, di 4 desa, di 2 kecamatan, di kabupaten Kulonprogo dan Kota Yogyakarta yang penah melakukan swamedikasi diare. Waktu wawancara ditentukan sesuai kesepakatan dengan setiap responden. Pedoman wawancara harus dapat merangkum item-item pertanyaan mengenai permasalahan swamedikasi diare. Pedoman wawancara berisi prosedur dalam wawancara dan semua pertanyaan yang berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini. Semua pertanyaan yang telah disusun oleh pewawancara diketik (ditulis) sedemikian rupa sehingga setiap pertanyaan mempunyai kolom jawaban tersendiri sehingga menjadi transkrip pedoman wawancara. Hal ini untuk mempermudah peneliti membaca hasil wawancara.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
72
2) Uji validitas Pengujian validitas pedoman wawancara ini bertujuan untuk mengetahui kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak diungkap, yaitu sejauh mana item-item pertanyaan dapat mencakup seluruh kawasan isi obyek yang hendak diukur. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity), yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment, untuk melihat sejauh mana tes mencerminkan atribut yang hendak diukur (Azwar,2002). Uji validitas isi wawancara ini dilakukan analisis rasional terhadap item-item yang telah disusun yaitu
dengan menanyakan kelayakan pertanyaan kepada dosen pembimbing
sebagai profesional, hal ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian antara item dengan aspek yang bersangkutan. Kemudian peneliti melihat apakah semua jawaban telah memenuhi aspek yang diinginkan peneliti dan sesuai dengan tujuan wawancara. Jika belum terpenuhi dan sesuai, peneliti harus merevisi ulang pertanyaan yang belum tepat. Dan bila sudah sesuai harapan maka dilanjutkan ke langkah berikutnnya yaitu wawancara kepada responden. b. Kuesioner 1) Pembuatan kuesioner Kuesioner digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan responden terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan swamedikasi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
73
diare di Kabupaten Kulonprogo dan Kota Yogyakarta. Kuesioner ini mengacu pada metode skala Likert. Informasi yang didapat adalah dasar pengambilan kesimpulan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga diperlukan instrumen yang mampu mengungkap secara cermat atau valid dan konsisten atau reliable (Azwar, 2003). Kuesioner ini telah dikonsultasikan kepada profesional yang berstatus sebagai dosen. Dalam penelitian ini dilakukan uji coba kuesioner meliputi uji pemahaman bahasa, validitas, dan reliabilitas. Uji coba untuk kuesioner dilakukan pada 17 ibuibu dengan karakteristik mirip responden namun di luar sampel. Jumlah 17 diperoleh dari 10 % responden yaitu 165 orang, yang berarti 16,5 dan dibulatkan ke atas menjadi 17. 2) Uji pemahaman bahasa Uji pemahaman bahasa dilakukan untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan dalam kuesioner mudah dipahami atau tidak oleh responden. Melalui hasil uji coba pemahaman bahasa, dapat diketahui bagaimana pertanyaan maupun pernyataan dapat dimengerti oleh responden dalam memberikan jawaban. Setelah itu dapat dilakukan perubahan kalimat dalam kuesioner agar responden dapat memahami maksud kalimat pertanyaan maupun pernyataan sehingga responden memberikan jawaban yang diharapkan oleh peneliti. 3) Uji validitas Suatu instrumen mempunyai validitas tinggi jika instrumen dapat mengungkap secara tepat sasaran yang dimaksud dalam pengukuran (Hadi, 1991). Uji validitas perlu dilakukan untuk mengetahui kejelasan tujuan dan lingkup
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
74
informasi yang hendak diungkap, yaitu sejauh mana item-item pertanyaan dapat mencakup seluruh kawasan isi obyek yang hendak diukur. Pengujian validitas ini dilakukan terhadap butir-butir pertanyaan (Azwar, 2003). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity), yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment, untuk melihat sejauh mana tes mencerminkan atribut yang hendak diukur (Azwar,2002). Dalam penelitian ini, pengujian validitas isi kuesioner dilakukan dengan professional judgment. 4) Uji reliabilitas Reliabilitas suatu alat ukur diperlukan untuk melihat sejauh mana pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif sama jika dilakukan pengukuran pada subyek yang sama (Hadi, 1991). Koefisien reliabilitas menunjukkan besarnya inkonsistensi skor hasil pengukuran. Semakin tinggi koefisien reliabilitas berarti semakin reliabel instrumen tersebut. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisisen reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00. Semakin tinggi reliabilitasnya mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2002). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan sekali tes melalui teknik Alfa Cronbach. Dari hasil uji reliabilitas kuesioner yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian dalam penelitian ini, diperoleh nilai Alfa Cronbach sebesar 0,783 yang menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini reliabel.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
75
4. Bagan Tata Cara Penelitian Studi Pustaka
1. Menentukan lokasi penelitian 2. Perijinan 3. Perhitungan besar sampel
Sampling frame
Pembuatan kuesioner : 1. pembuatan kuesioner, 2. uji pemahaman bahasa, 3. uji validitas, 4. uji reliabilitas.
Sampel
Pembuatan pedoman wawancara : 1. pembuatan pedoman wawancara, 2. uji validitas.
Data Kuantitatif
Data Kualitatif
Pengolahaan data (editing, entry cleaning)
Analisis data kualitatif Deskriptif
Analisis data kuantitatif Analitik
Gambar 17. Bagan tata cara penelitian
K. Pengambilan Data 1. Kualitatif Wawancara dilakukan oleh 2 orang, satu orang berperan sebagai pewawancara sedangkan yang lain berperan sebagai raportur. Data yang terkumpul adalah hasil wawancara yang berupa tulisan yang dicatat oleh raportur
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
76
sesuai hasil wawancara dan telah dikonfirmasikan kembali kepada setiap responden. 2. Kuantitatif Penyebaran kuesioner terhadap responden dilakukan di 8 dusun, di 4 desa, di 2 kecamatan, di Kabupaten Kulonprogo dan Kota Yogyakarta. Peneliti mendampingi responden selama pengisian kuesioner dengan tujuan jika responden mengalami kesulitan dapat bertanya secara langsung pada peneliti.
L. Tata Cara Pengolahan Data Sebelum dilakukan pengolahan data menggunakan program paket komputer, dilakukan dahulu editing, entry, dan cleaning untuk menjamin keakuratan data. Editing dilakukan untuk memeriksa jawaban kuesioner dan hasil wawancara apakah sudah lengkap isi jawaban dan keakuratan datanya. Data yang sudah lengkap kemudian dientry atau dipindahkan ke paket program komputer dan data yang sudah dimasukkan ke paket program komputer dan diperiksa kembali kebenarannya (cleaning). Data yang sudah akurat kemudian di analisis. 1. Analisis data kualitatif Data kualitatif diperoleh melalui wawancara. Data yang diperoleh kemudian dibuat persentase dan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Data disesuaikan dengan teori yang ada, dengan demikian dapat diketahui apakah swamedikasi yang dilakukan oleh ibu-ibu sudah sesuai dengan teori yang ada dan dapat mengetahui problem swamedikasi diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
77
2. Analisis data kuantitatif a. Analisis univariat Analisis ini digunakan untuk mengetahui variabel karakteristik individu, pengetahuan, sikap dan tindakan. Bentuk analisis berupa analisis distribusi frekuensi. b. Analisis bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan variabel karakteristik individu (tingkat pendidikan dan \pendapatan) dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan. Untuk mengetahui apakah ada hubungan bermakna atau tidak secara statistik, digunakan uji statistik yaitu chi square pada program SPSS (Statistic Package for Social Science), dengan derajat kepercayaan 95%. Bila nilai p value <0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna, bila nilai p value >0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna.
M. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah multistage random sampling. Untuk pengambilan sampel pada populasi yang tidak homogen seperti di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, metode yang lebih tepat adalah stratified random sampling. Pada metode ini, populasi dibagi dahulu menjadi stratum yaitu bagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama dan diduga karakteristik ini memiliki hubungan dengan variabel yang akan diteliti (Ariawan, 1998). Dengan metode ini diharapkan seluruh bagian populasi dapat terwakili.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan penelitian ini disajikan dalam 4 bagian. Bagian pertama memuat tentang karakteristik demografi dan pola perilaku swamedikasi diare responden. Bagian kedua memuat hasil dan pembahasan data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden dan berupa pengidentifikasian permasalahan pada swamedikasi diare. Bagian ketiga memuat hasil dan pembahasan data kuantitatif mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku swamedikasi diare. Bagian keempat memuat hasil dan pembahasan data kuantitatif mengenai hubungan antara tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi diare.
A. Karakteristik Responden 1. Karakteristik demografi responden Sebagai orang yang terdekat dengan anak ataupun anggota keluarga lain, seorang ibu berpengaruh yang besar dalam perilaku swamedikasi, khususnya diare. Berikut ini akan dijelaskan karakteristik demografi responden. a. Usia responden Usia dalam hubungannya dengan swamedikasi berpengaruh terhadap banyaknya pengalaman seseorang dalam melakukan pengobatan. Seseorang yang berusia diatas 60 tahun mempunyai frekuensi untuk melakukan swamedikasi yang semakin menurun (Holt dan Hall, 1990). Berdasarkan hal tersebut maka usia
78
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
79
responden dalam penelitian ini dibatasi hingga 60 tahun. Dari hasil penelitian, responden yang berusia antara 25-30 tahun (7%), 31-35 orang (16%), dan 36-40 (24%), 41-45 (19%), 46-50 (19%), 51-55 (12%), dan 55-60 (4%). 25
Persentase
<25
20
25-30
15
31-35 36-40
10
41-45
5
46-50
0
51-55
Usia
56-60
Gambar 18 . Persentase usia responden b. Status pernikahan responden Hasil penelitian menunjukkan responden berstatus pernikahan kawin (98%) dan janda (2 %).
100 80
Persentase
60
Kawin
40
Janda
20 0
Status Pernikahan
Gambar 19 . Persentase status pernikahan responden c. Jumlah anak responden Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden memiliki 2 orang anak (45%). Hal ini sesuai dengan program yang digalakkan pemerintah yaitu Keluarga Berencana dengan 2 orang anak.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
45 40 35 30 25 Persentase 20 15 10 5 0
80
0 1 2 3 4 5 6 9
Jumlah anak
Gambar 20. Persentase jumlah anak responden d. Jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah dengan responden Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden tinggal dengan jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah sebanyak 4 orang (29%). 30 25
2 3 4 5 6 7 8 9 ≥10
20 Persentase
15 10 5 0 Jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah
Gambar 21. Persentase jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah dengan responden e. Tingkat pendidikan responden Data mengenai tingkat pendidikan ini dikaitkan dengan cakupan informasi yang pernah diterima oleh responden. Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini akan dinilai apakah memiliki hubungan dengan perilaku swamedikasi responden mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan responden
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
81
dalam melakukan swamedikasi diare. Dari hasil penelitian, diperoleh data, responden yang tidak sekolah dan tidak tamat SD (7%), responden yang lulus SD atau sederajat (23%), responden yang lulus SLTP atau sederajat (14%), responden yang lulus SLTA atau sederajat memiliki persentase terbesar (38%), responden dengan pendidikan terakhir D3 atau akademi (8%), responden dengan pendidikan terakhir S1 (9%), dan responden dengan pendidikan terakhir S2 (1%).
40 35 30 25 Persentase 20 15 10 5 0
Tidak tamat SD Lulus SD sederajat Lulus SLTP sederajat Lulus SLTA sederajat D3 dan akademi S1 S2
Tingkat pendidikan
Gambar 22. Persentase tingkat pendidikan responden Untuk kepentingan analisis data maka data dikatagorisasikan menjadi 2 katagorisasi yaitu tingkat pendidikan tinggi dan tingkat pendidikan rendah. Responden berpendidikan rendah memiliki batasan sebagai responden yang berpendidikan SLTP (sederajat), tamat SD (sederajat), tidak sekolah (termasuk di dalamnya tidak tamat SD). Responden yang berpendidikan tinggi memiliki batasan sebagai responden yang berpendidikan SLTA, D3, S1 dan S2 atau yang sederajat.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
82
60 50 40
Persentase 30
Pendidikan rendah Pendidikan tinggi
20 10 0
Tingkat Pendidikan
Gambar 23. Persentase pengkatagorisasian tingkat pendidikan responden Dari pengkatagorisasian yang dilakukan, terlihat bahwa responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 56%, sedangkan responden yang berpendidikan rendah lebih sedikit jumlahnya yaitu sebanyak 44%. f. Pekerjaan responden Hasil penelitian menunjukan pekerjaan responden sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja) memiliki persentase terbesar (44%).
45 40 35 30 25 Persentase 20 15 10 5 0
Ibu Rumah Tangga Petani Wiraswasta Swasta Guru Buruh Pegawai Negeri Sipil Jenis Pekerjaan
Pensiunan
Gambar 24. Persentase pekerjaan responden g. Tingkat pendapatan keluarga (sebulan) responden Data mengenai tingkat pendapatan keluarga responden selama sebulan atau yang juga dikatakan sebagai tingkat pendapatan responden ini akan dinilai
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
83
apakah memiliki hubungan dengan perilaku swamedikasi responden mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan responden dalam swamedikasi diare. Keadaan ekonomi berpengaruh pada usaha seseorang dalam mewujudkan status kesehatan yang lebih baik. Seseorang dengan pendapatan yang relatif lebih besar akan mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam menggunakan fasilitas kesehatan yang lebih baik. Responden dengan pendapatan sebesar < Rp 1.500.000,memiliki persentase sebesar 76%, responden dengan pendapatan sebesar Rp 1.500.000,- - Rp 2.500.000,- memiliki persentase sebesar 16%, responden dengan pendapatan sebesar Rp 2.500.000,- - Rp 3.500.000,- memiliki persentase sebesar 6% dan responden dengan pendapatan sebesar > Rp 3.500.000,- memiliki persentase sebesar 2%. 80 70 60 50 Persentase 40 30 20 10 0
< 1,5 juta 1,5-2,5 juta 2,5-3,5 juta
Pendapatan keluarga responden dalam sebulan
> 3,5 juta
Gambar 25. Persentase pendapatan keluarga (sebulan) responden Untuk kepentingan penganalisisan data maka data dikatagorisasikan menjadi 2 katagorisasi yaitu tingkat pendapatan tinggi dan tingkat pendapatan rendah. Responden dengan tingkat pendapatan rendah memiliki batasan sebagai responden yang pendapatan keluarganya selama sebulan < Rp 1.500.000,-.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
84
Responden dengan tingkat pendapatan tinggi memiliki batasan sebagai responden yang pendapatan keluarganya selama sebulan ≥ Rp 1.500.000,-.
80 70 60 50 Persentase 40 30 20 10 0
Tingkat Pendapatan Rendah Tingkat Pendapatan Tinggi
Tingkat Pendapatan
Gambar 26. Persentase pengkatagorisasian tingkat pendapatan responden Dari pengelompokkan yang dilakukan, terlihat bahwa responden yang tingkat pendapatannya rendah lebih banyak jumlahnya (76%), sedangkan responden yang tingkat pendapatannya tinggi lebih sedikit jumlahnya (24%). 2. Karakteristik pola perilaku swamedikasi diare responden a. Frekuensi responden melakukan swamedikasi dalam 1 bulan terakhir 50 Tidak pernah
40
Persentase
1 kali
30
2 kali
20
3 kali
10
4 kali
0
Sering
Frekuensi melakukan swamedikasi dalam 1 bulan terakhir
Tidak ingat
Gambar 27. Persentase frekuensi responden melakukan swamedikasi dalam 1 bulan terakhir Dari hasil yang diperoleh, frekuensi responden melakukan swamedikasi dalam kurun waktu 1 bulan terakhir adalah 1 kali memiliki persentase terbesar (46%) , tidak pernah melakukan swamedikasi sebanyak 38 %, 2 kali sebanyak 12
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
85
%, 3 kali sebanyak 1 %, 4 kali sebanyak 1 %, sering sebanyak 1 %, dan tidak ingat sebanyak 1 %. b. Frekuensi responden melakukan swamedikasi diare dalam 1 bulan terakhir 100 80
Persentase
60
Tidak pernah
40
1 kali
20
2 kali
0
3 kali
Frekuensi melakukan swamedikasi diare dalam 1 bulan terakhir
Gambar 28. Persentase frekuensi responden melakukan swamedikasi diare dalam 1 bulan terakhir Dari hasil yang diperoleh, responden yang mengatakan tidak pernah melakukan swamedikasi diare dalam kurun waktu 1 bulan terakhir memiliki persentase terbesar (86%), 1 kali sebanyak 12 %, 2 kali sebanyak 1 %, dan 4 kali sebanyak 1 %. c. Pengetahuan responden mengenai swamedikasi diare Nilai median pengetahuan yang didapatkan dari hasil analisis adalah sebesar 40,00 sehingga responden yang memiliki nilai pengetahuan lebih kecil dari 40,00 digolongkan ke pengetahuan rendah dan nilai pengetahuan yang sama atau lebih besar dari 40,00 digolongkan ke pengetahuan tinggi. Dari hasil penelitian, didapatkan responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebesar 44% dan memiliki pengetahuan rendah sebesar 56%.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
86
60 50 40
Persentase 30
Pengetahuan tinggi Pengetahuan rendah
20 10 0
Pengetahuan
Gambar 29. Persentase responden berpengetahuan tinggi dan berpengetahuan rendah mengenai swamedikasi diare d. Sikap responden dalam menanggapi swamedikasi diare Nilai median sikap yang didapatkan dari hasil analisis adalah sebesar 34,00 sehingga responden yang memiliki nilai sikap lebih kecil dari 34,00 digolongkan ke sikap negatif dan nilai sikap yang sama atau lebih besar dari 34,00 digolongkan ke sikap positif. Dari hasil penelitian, didapatkan responden yang memiliki sikap positif sebesar 43% dan memiliki sikap negatif sebesar 57%.
60 50 40
Persentase 30
Sikap positif
20
Sikap negatif
10 0
Sikap
Gambar 30. Persentase responden bersikap positif dan bersikap negatif terhadap swamedikasi diare e. Tindakan responden dalam melakukan swamedikasi diare Nilai median tindakan yang didapatkan dari hasil analisis adalah sebesar 24,00 sehingga responden yang memiliki nilai sikap lebih kecil dari 24,00
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
87
digolongkan ke sikap negatif dan nilai sikap yang sama atau lebih besar dari 24,00 digolongkan ke sikap positif. Dari hasil penelitian, didapatkan responden yang memiliki tindakan positif sebesar 36% dan memiliki tindakan negatif sebesar 64%.
70
Persentase
60 50 40
Tindakan positif
30 20
Tindakan negatif
10 0 Tindakan
Gambar 31. Persentase responden yang memiliki tindakan positif dan yang memiliki tindakan negatif dalam swamedikasi diare
B. Identifikasi Permasalahan Pada Perilaku Swamedikasi Diare 1. Permasalahan pada pemahaman responden mengenai swamedikasi Tabel XXIII . Permasalahan pada pemahaman responden mengenai swamedikasi No. 1. 2. 3.
4. 5.
6.
Permasalahan pada pemahaman swamedikasi Kerugian swamedikasi menurut responden tidak terdapat kerugian, tidak praktis dan mahal. Responden tidak paham mengenai swamedikasi. Keuntungan swamedikasi menurut responden aman, mengerti obat yang cocok dan kesembuhan didasarkan pada faktor keberuntungan. Alasan yang mendasari responden melakukan swamedikasi tidak tepat yaitu aman. Tindakan yang dilakukan apabila swamedikasi tidak memberikan hasil yang positif pada kesembuhan penyakit tidak tepat yaitu istirahat, pergi ke bidan, melanjutkan swamedikasi, dan mendiamkan penyakitnya. Tindakan yang kurang tepat dalam menangani penyakit ringan yaitu dengan minum-minuman beralkohol (contohnya minum anggur).
Presentase (%) 66 23 14
10 7
1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
88
Dari tabel XXIII nomor 1 diketahui timbul permasalahan pada pendapat responden
mengenai
kerugian
swamedikasi.
Sebanyak
65%
responden
menyatakan tidak ada kerugian dalam melakukan swamedikasi. Hal ini tidak tepat karena menurut Sihvo (2002), kerugian swamedikasi dilihat dari sudut pandang pasien adalah self-diagnose dan pengobatan yang tidak sesuai, kebiasaan dalam menggunakan OTR, adverse drug reaction, ada indikasi yang tidak terobati dan kenaikan biaya pengobatan. Jawaban lain yang tidak tepat adalah kurang praktis dan lebih mahal (1%). Bila dibandingkan dengan berobat ke dokter, maka swamedikasi akan menjadi lebih mudah dan murah dilakukan. Hal tersebut dipertegas oleh Sihvo (2000) mengenai keuntungan swamedikasi ditinjau dari sudut pandang pasien meliputi kenyamanan, kemudahan akses dan hemat waktu (lebih praktis), tanpa biaya periksa/konsultasi (hemat biaya) dan empowerment. Dari tabel XXIII nomor 2 diketahui timbul permasalahan pada pemahaman swamedikasi. Pada penelitian, ditemukan jawaban yang tidak tepat atau lengkap mengenai definisi swamedikasi. Jawaban tersebut meliputi membuat ramuan sendiri (4%), pengobatan dengan obat tradisional (8%), pengobatan yang dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain (6%), tidak paham (2%), pengobatan dengan vitamin dan tanpa obat (1%), istirahat yang cukup, makan dan minum yang sehat (1%), dan pengobatan untuk diri sendiri (1%). Jawaban tersebut tidak tepat atau tidak lengkap bila dibandingkan definisi dari WHO (1998) yang menyebutkan swamedikasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengobati diri sendiri dan atau orang lain dengan menggunakan obat tanpa resep, obat herbal dan produk tradisional yang dilakukan individu untuk mengobati penyakit atau
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
89
menghilangkan gejalanya. Mengacu pernyataan tersebut, maka pada swamedikasi dapat digunakan obat-obatan tidak hanya vitamin, istirahat ataupun makan dan minum yang sehat, dalam melakukan swamedikasi juga tidak harus menggunakan obat yang diramu sendiri, tidak hanya menggunakan obat tradisional namun dapat juga obat modern, selain itu swamedikasi dapat dilakukan oleh dan untuk diri sendiri maupun oleh dan untuk orang lain. Dari tabel XXIII nomor 3 diketahui timbul permasalahan pada pendapat pasien mengenai keuntungan swamedikasi, antara lain masalah keamanan (12%). Akibat kurang pengetahuan, dapat terjadi kesalahan dalam diagnosis penyakit, pemilihan obat, atau pada penggunaan obat itu sendiri sehingga tingkat keamanan swamedikasi yang dilakukan secara tidak rasional menjadi lebih rendah dibandingkan dengan berobat ke dokter. Jawaban lain yang tidak tepat adalah kesembuhan yang didapatkan dari swamedikasi didasarkan pada faktor keberuntungan (1%), jawaban tersebut mengisyaratkan bahwa responden tersebut melakukan swamedikasi hanya untuk uji coba. Sedangkan jawaban responden lebih paham obat yang cocok untuk dirinya (1%), juga tidak tepat, karena dapat terjadi kesalahan diagnosis penyakit dan kekurangtahuan mengenai obat yang seharusnya digunakan, sehingga justru dapat terjadi ketidaksesuaian antara penyakit yang diderita dengan terapi dan obat yang dipilih atau digunakan. Dari tabel XXIII nomor 4 diketahui timbul permasalahan pada alasan yang mendasari responden melakukan swamedikasi yaitu aman (10%). Menurut Sihvo (2002), terdapat beberapa kerugian swamedikasi yang dilihat dari sudut pandang pasien yaitu self-diagnose yang tidak sesuai, pengobatan yang tidak
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
90
sesuai, kebiasaan dalam menggunakan OTR, adverse drug reaction, ada indikasi yang tidak terobati dan kenaikan biaya pengobatan, sehingga swamedikasi apabila dilakukan secara tidak rasional justru tingkat keamanannya lebih rendah daripada berobat ke dokter. Dari tabel XXIII nomor 5 diketahui timbul permasalahan pada tindakan yang dilakukan responden apabila swamedikasi yang dilakukan tidak berhasil yaitu pergi ke bidan (4%), istirahat cukup (1%), melanjutkan swamedikasi (1%), dan mendiamkan penyakitnya (1%). Mengacu pada Wiknjosastro (2003), Ilmu Kebidanan ialah bagian dari Ilmu Kedokteran yang khusus mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan bayi meliputi kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi yang baru dilahirkan, sehingga pilihan untuk pergi berobat pada bidan tidak tepat. Istirahat cukup, melanjutkan swamedikasi ataupun mendiamkan penyakit termasuk jawaban yang tidak tepat karena ketika swamedikasi yang dilakukan tidak dapat mengatasi penyakit, maka ada faktor lain yang harus dilihat kembali, seperti adanya kesalahan pada pengenalan penyakit, pemilihan atau penggunaan obat, sehingga hal tersebut harus dikonsultasikan ke dokter. Dari tabel XXIII nomor 6 diketahui timbul permasalahan pada tindakan responden ketika menangani penyakit ringan yaitu dengan minum-minuman beralkohol (1%). Menurut Katzung (2002), konsumsi alkohol dalam jumlah besar dan atau terus menerus dapat menimbulkan efek toksik pada sistem saraf pusat, hati, saluran cerna, sistem kardiovaskular, darah, sistem endokrin, keseimbangan elektrolit, fetal alcohol syndrome, sistem kekebalan, dan meningkatkan risiko terkena kanker. Berdasarkan hal tersebut, alkohol memiliki efek yang tidak baik
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
91
bagi tubuh. Alkohol dalam jumlah rendah hingga sedang dapat menghilangkan kecemasan dan membantu menimbulkan rasa tenang atau bahkan euforia. Selain hal tersebut, sebagai depresan sistem saraf pusat, alkohol memiliki efek sedatif. Mekanisme alkohol pada sistem saraf pusat tersebutlah yang membuat responden menggunakannya sebagai pengobatan pada penyakit ringan karena efek sedatif yang dapat membantu menghilangkan nyeri. Dari identifikasi permasalahan pada pemahaman responden mengenai swamedikasi, masih banyak ditemukan permasalahan, sehingga diperlukan suatu usaha untuk meingkatkan pemahaman responden mengenasi swamedikasi. Salah satu caranya adalah dengan menyusun modul edukasi untuk swamedikasi penyakit ringan. 2. Permasalahan pada kesesuaian pengenalan diare Tabel XXIV . Permasalahan pada kesesuaian pengenalan diare No. 1. 2. 3. 4. 5.
6.
7.
Permasalahan pada kesesuaian pengenalan penyakit Responden tidak mengetahui jenis-jenis diare. Responden tidak mengetahui penyebab diare. Responden tidak dapat menentukan kriteria diare yang dapat ditangani dengan swamedikasi. Responden memberikan jawaban yang tidak tepat dalam mengatakan parameter kesembuhan diare. Pengertian tentang diare yang tidak tepat yaitu mengenai definisi yang tepat, frekuensi buang air besar dan konsistensi feses. Responden tidak dapat menentukan kriteria diare yang harus ditangani oleh dokter atau tenaga kesehatan lain yang memiliki wewenang menangani diare. Masuk angin dikatakan sebagai salah satu gejala yang timbul pada diare.
Presentase (%) 95 28 10 9 4
4
1
Dari tabel XXIV nomor 1 diketahui timbul permasalahan pada pemahaman responden mengenai jenis-jenis diare. Jenis-jenis diare dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam yang dibedakan berdasar durasi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
92
(Noerasid dkk, 1988), keparahan gejala (Longe, 2005), penyebab (Firdaus, 1997 dan Markum, 1999), dan mekanismenya (Longe dan DiPiro, 2005). Pemahaman mengenai jenis-jenis diare tersebut diperlukan untuk membedakan diare yang dapat ditangani dengan swamedikasi dengan diare yang sudah harus dirujuk ke dokter. Pada hasil penelitian, responden yang menjawab dengan tidak paham memiliki persentase terbesar (59%). Sedangkan jawaban lain tidak tepat seperti disentri, muntaber, dan diare biasa (30%); diare lembek dan berdarah (1%); diare lembek, diare cair, diare berlendir dan diare berdarah (5%). Dari tabel XXIII nomor 2 diketahui timbul permasalahan pada pemahaman responden mengenai penyebab diare yaitu responden mengatakan tidak mengetahui penyebab diare (6%), masuk angin (18%) dan cuaca (4%). Dalam dunia medis, masuk angin tidak dijabarkan dengan pasti definisinya. Selain itu, cuaca bukan sebagai penyebab diare, namun perubahan cuaca dapat menurunkan kondisi tubuh dan menyebabkan tubuh rentan terkena penyakit termasuk diare. Dari tabel XXIV nomor 3 diketahui timbul permasalahan pada pemahaman responden dalam menentukan kriteria diare yang dapat ditangani dengan swamedikasi. Diare yang dapat ditangani dengan swamedikasi adalah diare akut yang masih dalam taraf ringan atau sedang dengan ciri-ciri sebagai berikut, yang dimaksud diare akut adalah diare yang tidak lebih dari 72 jam (Noerasid dkk, 1988), sedangkan yang dimaksud diare ringan adalah buang air besar 3 kali sehari, tekanan darah normal dan tidak terjadi penurunan tekanan darah ketika berdiri, demam ringan atau tanpa demam, haus ringan, dan mulut
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
93
kering terutama di bawah lidah, dan yang dimaksud dengan diare sedang adalah diare yang diikuti dengan gejala-gejala buang air besar 4-5 kali sehari, demam lebih dari 38˚C,
kehilangan kekenyalan kulit, tekanan darah normal dengan
penurunan sedikit tekanan darah saat berdiri, dan mulut kering (Longe,2005). Jawaban yang tidak tepat apabila dikaitkan dengan pernyataan Longe (2005) dan Noerasid dkk (1988) di atas adalah diare yang masih dapat ditangani sendiri adalah diare yang tidak lebih dari 10 kali sehari, diare yang tiap 2 jam sekali dan diare yang frekuensi buang air besarnya tidak lebih dari 30 kali dalam sehari (5%), pada keadaan tersebut seharusnya sudah dirujuk ke dokter. Sebanyak 3% responden, mengatakan tidak mengetahui gejala diare yang masih dapat ditangani dengan swamedikasi. Jawaban lain yang tidak tepat adalah diare yang disebabkan salah makan dan angin (2%), jawaban tersebut tidak menunjukkan kespesifikan diare yang masih dapat ditangani dengan swamedikasi karena diare yang disebabkan makanan dapat mengarah ke diare ringan, sedang atau berat, sedangkan angin bukan penyebab diare. Dari tabel XXIV nomor 4 diketahui timbul permasalahan pada pemahaman
responden
mengenai
parameter
kesembuhan
diare.
Diare
dikarakterisasi dengan konsistensi feses yang menjadi lembek atau cair dan frekuensi buang air besar yang lebih dari 3 kali dalam sehari (Markum, 1999), maka diare dikatakan sembuh apabila karakterisasi diare hilang, sehingga dapat dikatakan bahwa diare dikatakan sembuh apabila konsistensi feses dan frekuensi buang air besar kembali normal. Ditemukan beberapa jawaban yang tidak tepat yaitu diare dikatakan sembuh apabila fesesnya sudah memadat (7%) dan frekuensi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
94
buang air besarnya sudah berkurang (1%) jawaban tersebut tidak lengkap karena parameter kesembuhan diare meliputi normalnya kembali konsistensi feses dan frekuensi buang air besar dalam sehari. Jawaban hilangnya rasa mual, kembalinya nafsu makan, perut sudah tidak sakit (1%) juga termasuk jawaban yang tidak tepat karena jawaban tersebut tidak menunjukkan sama sekali karakterisasi diare yang kembali normal. Dari tabel XXIV nomor 5 diketahui timbul permasalahan pada pemahaman responden mengenai definisi diare. Jawaban yang tidak tepat adalah mendefinisikan diare sebagai buang air besar lembek/cair sekali dalam sehari (2%), ketidaknormalan pencernaan yang disebabkan karena makanan (1%), pengeluaran banyak cairan (1%). Jawaban tersebut tidak tepat karena Markum (1999) menyebutkan, diare adalah buang air besar dengan frekuensi tiga kali atau lebih per hari disertai perubahan feses menjadi cair dengan dan atau atau tanpa lendir dan atau darah., sehingga buang air besar lembek/cair sekali dalam sehari maka hal tersebut belum dapat dikatakan dengan diare. Adanya ketidaknormalan pencernaan yang disebabkan karena makanan belum tentu dimanifestasikan dengan diare, dan pengeluaran banyak cairan belum tentu diare, karena cairan dapat keluar dari tubuh dalam bentuk lain seperti keringat maupun urine. Dari tabel XXIV nomor 6 diketahui timbul permasalahan pada pemahaman responden dalam menentukan kriteria diare yang sudah harus dirujuk ke dokter yaitu diare kronik dan diare berat dengan tanda-tanda sebagai berikut, diare kronik ditandai dengan diare yang lebih dari 2 minggu (Noerasid dkk, 1988), sedangkan diare berat adalah diare yang ditandai dengan buang air besar > 6 kali
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
95
sehari, demam lebih dari 38˚C, menunjukan gejala hipoperfusi seperti shock akibat penurunan sirkulasi darah, letargi, penurunan kesadaran, penurunan turgor kulit yang ekstrim, hipotensi ortostatik dengan takikardi, oligouria, metabolik asidosis, kulit yang dingin dan lembab, sakit perut yang sangat (Longe, 2005). Dari hasil penelitian, jawaban yang tidak tepat untuk membedakan diare yang harus ditangani oleh dokter adalah kotoran yang berwarna kecoklatan dan berbau menyengat (1%), jawaban tersebut tidak tepat karena tingkat keparahan diare tidak ditunjukkan dengan kotoran yang berwarna kecoklatan dan berbau menyengat, hal tersebut akan menjadi subyektif bagi tiap-tiap individu. Jawaban lain yang tidak tepat adalah diare yang disebabkan virus (1%), diare yang disebabkan virus biasanya akan sembuh sendiri dalam 72 jam sehingga sebagian besar dapat ditangani dengan swamedikasi. Ada juga responden yang menjawab tidak mengetahui kriteria diare yang sudah harus dirujuk ke dokter (2%). Dari tabel XXIV nomor 7 diketahui timbul permasalahan pada pemahaman responden mengenai gejala diare. Jawaban yang tidak tepat dan diperoleh dalam penelitian ini adalah masuk angin sebagai salah satu gejala diare (1%), dalam dunia medis, masuk angin tidak dijabarkan dengan pasti definisinya. Dari identifikasi permasalahan pada kesesuaian pengenalan diare, ditemukan
permasalahan.
Untuk
meningkatkan
apropriateness
perilaku
swamedikasi diare salah satu caranya dengan meningkatkan pemahaman dan pengenalan masyarakat mengenai diare. Hal tersebut dapat dicapai dengan beberapa cara, termasuk di dalamnya adalah penyusunan modul edukasi mengenai swamedikasi diare dan penjelasan mengenai diare.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
96
3. Permasalahan pada kesesuaian pemilihan tindakan untuk menangani diare Tabel XXV . Permasalahan pada kesesuaian pemilihan tindakan untuk menangani diare No. 1.
2. 3.
4. 5. 6.
7. 8.
9.
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Permasalahan pada kesesuaian pemilihan tindakan Tindakan yang dilakukan responden dalam menangani diare tidak tepat yaitu dengan memberikan obat untuk menghentikan diare. Responden menggunakan obat-obatan untuk menghentikan diare dalam swamedikasi diare. Informasi obat yang menurut responden perlu diketahui sebelum menggunakan obat diare tidak tepat dan tidak lengkap. Responden mengatakan terapi yang paling penting dalam menangani diare adalah dengan menghentikan diare. Responden tidak pernah mendapat informasi mengenai obat diare dari penjual. Responden tidak dapat membedakan penanganan yang seharusnya diberikan pada bayi, wanita hamil dan orang lanjut usia. Responden membeli obat diare di warung, toko dan pasar. Hal yang dilakukan oleh responden apabila tidak jelas dengan informasi mengenai obat diare tidak tepat yaitu diam saja, bertanya pada kenalan dan keluarga, dan bertanya pada bidan. Alasan responden dalam memilih obat yang digunakan untuk diare tidak tepat yaitu karena iklan, mengikuti orang lain, hanya mencoba, tidak mengerti obat lain, hanya obat tersebut yang tersedia di warung, dan aman. Informasi yang didapatkan oleh responden tidak jelas. Swamedikasi yang dilakukan oleh responden tidak efektif dan bahkan tidak efektif. Responden tidak membeli obat diare dalam kemasan utuh (eceran). Responden tidak membaca label pada kemasan obat sebelum meminum obat diare. Responden pernah menangani swamedikasi diare yang terjadi pada wanita hamil dan orang yang sakit ginjal. Informasi yang ada pada label kemasan obat tidak dipahami oleh responden. Tindakan yang dilakukan apabila swamedikasi diare tidak memberikan hasil yang positif pada kesembuhan diare tidak tepat yaitu pergi ke mantri dan melanjutkan swamedikasi.
Presentase (%) 86
83 82
69 59 57
55 35
33
32 32 28 13 4 2 2
Dari tabel XXV nomor 1 diketahui timbul permasalahan pada tindakan yang dilakukan responden dalam menangani diare. Obat-obat yang digunakan responden ditujukan untuk menghentikan diare (86%). Tjay dan Rahardja (2002)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
97
mengatakan bahwa zat-zat yang menekan peristaltik tidak begitu layak digunakan karena saat diare pergerakan usus sudah banyak berkurang, lagipula virus dan toksin perlu dikeluarkan secepat mungkin dari tubuh. Penghentian diare justru dapat menghambat keluarnya racun dari tubuh yang akan memperparah penyakit. Dari tabel XXV nomor 2 diketahui timbul permasalahan pada terapi yang dipilih responden dalam swamedikasi diare. Sebanyak 83% responden menggunakan obat untuk menghentikan diare, menurut Tjay dan Rahardja (2002) diare sebaiknya jangan langsung dihentikan karena diare yang disebabkan karena mikroorganisme atau toksin justru jangan dihentikan agar toksin atau mikroorganisme yang menyebabkan diare dapat ikut terbuang. Obat-obat motilitas seperti loperamid ataupun obat yang mengandung senyawa motilitas lain tidak disarankan untuk diberikan pada balita, dan obat jenis adsorben seperti kaolin pectat, arang aktif juga tidak ditemukan keefektifannya dalam terapi diare. Terapi yang paling penting untuk diare adalah dengan oralit yang berguna untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat diare (Longe, 2005). Dari tabel XXV nomor 3 diketahui 82% responden hanya menganggap penting sebagian informasi mengenai obat, padahal seharusnya responden mengetahui
sebanyak-banyaknya
informasi
mengenai
obat
sebelum
menggunakannya. Permasalahan lain sebanyak 1% responden mengatakan bahwa informasi mengenai obat tidak penting diketahui sebelum menggunakan obat. Nasution dan Lubis (1993) mengatakan bahwa dalam melakukan penggunaan obat obat-obat tanpa resep yang perlu diperhatikan adalah kondisi obat, tanggal kadaluarsa dan indikasi, kontraindikasi, efek samping, dosis obatnya, waktu
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
98
kadaluarsa, cara penyimpanan obat, dan interaksi obat dengan obat lain yang digunakan dan makanan yang dimakan. Senada dengan pernyataan Nasution dan Lubis (1993), Sartono (1993) juga mengatakan informasi yang penting diketahui adalah indikasi, kontraindikasi, dosis pemakaian, dan efek samping. Permasalahan ini menunjukkan masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan obat secara rasional. Label kemasan obat yang berfungsi sebagai sumber informasi menjadi kurang dapat dirasakan manfaatnya. Dari tabel XXV nomor 4 diketahui timbul permasalahan pada penentuan terapi yang paling penting dalam menangani diare oleh responden. Jawaban yang tidak tepat yaitu menghentikan diare (69%) Sebagian besar diare tidak disarankan untuk langsung dihentikan, karena diare yang disebabkan karena bakteri atau toksin dari bakteri tersebut justru jangan dihentikan agar toksin atau bakteri yang menyebabkan diare dapat ikut terbuang (Tjay dan Rahardja, 2002). Terapi yang paling tepat untuk menangani diare adalah dengan mengganti cairan tubuh sebanyak cairan yang telah dikeluarkan (Longe, 2005). Dari tabel XXV nomor 5 diketahui sebesar 59% responden mengatakan tidak pernah mendapatkan informasi mengenai obat yang digunakan dalam swamedikasi diare dari penjualnya. Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar responden lebih memilih untuk membeli obat di warung daripada di apotek sehingga sulit mencari informasi mengenai obat yang akan digunakan dalam swamedikasi diare. Hal tersebut juga dapat dikarenakan kesadaran apoteker yang belum tinggi dalam memberikan ilmunya ke pasien dengan memberikan informasi mengenai obat yang akan dikonsumsi oleh pasien, idealnya pada swamedikasi,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
99
apoteker berperan sebagai gerbang (titik pertama) sistem perawatan kesehatan primer obat (Suryawati, 1997). Dari tabel XXV nomor 6 diketahui timbul permasalahan pada pemahaman responden dalam membedakan penanganan diare untuk bayi, wanita hamil, orang lanjut usia dan pada komplikasi penyakit. Sebanyak 39% responden mengatakan tidak ada perbedaan perlakuan, dan 4% responden tidak mengetahui adanya perbedaan perlakuan. Jawaban lain yang tidak tepat adalah, bayi diberikan obat tradisional sedangkan orang lanjut usia dapat menggunakan obat tradisional (4%), perbedaan pada dosis (5%), bayi diberi obat tradisional (3%), wanita hamil diberi obat tradisional (1%), wanita hamil dan orang tua diobati dengan obat bebas (1%). Bayi dan orang lanjut usia sebaiknya tidak melakukan swamedikasi diare, hal ini disebabkan karena pada bayi organ-organ tubuhnya belum terbentuk sempurna sehingga penggunaan obat-obatan harus sangat berhati-hati, selain itu pada bayi bila sampai timbul dehidrasi akan sangat membahayakan dan dapat mengakibatkan kematian (Widjaya, 2002), pada orang lanjut usia, organ-organ tubuhnya sudah mengalami penurunan fungsi sehingga penggunaan obat-obatan juga harus lebih berhati-hati, demikian juga pada pasien dengan komplikasi penyakit, sedangkan pada wanita hamil, penggunaan obat juga harus berhati-hati agar tidak mempengaruhi fetus, selain itu apabila terjadi dehidrasi dapat terjadi kejang atau shock pada ibu yang dapat membahayakan nyawa fetus. Oleh sebabsebab inilah maka pada bayi, anak-anak, orang lanjut usia, wanita hamil dan komplikasi penyakit disarankan untuk tidak melakukan swamedikasi (Li Wan Po, 1997).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
100
Dari tabel XXV nomor 7 diketahui timbul permasalahan mengenai tempat pembelian obat oleh responden. Responden membeli obat di warung (52%), di toko, toko obat dan pasar (4%). Pembelian obat paling tepat dilakukan di apotik, karena di apotik ada apoteker penanggung jawab yang akan bertanggung jawab pada obat yang dijual di apotik, pasien juga dapat mengetahui informasi obat dengan lebih akurat karena dapat bertanya langsung ke apoteker dan apoteker adalah tenaga ahli yang paling tahu mengenai obat dan penggunaannya (Suryawati, 1997). Dari tabel XXV nomor 8 diketahui 14% responden akan bertanya pada penjual obat tersebut apabila tidak puas dengan informasi yang diterima, 9% responden akan bertanya pada teman dan kerabat, 6% responden bertanya pada bidan, dan 7% responden mengatakan diam saja dan tidak berbuat apa-apa. Hal tersebut tidak tepat karena hal-hal yang masih ingin diketahui mengenai obat seharusnya ditanyakan pada apoteker karena apoteker lebih menguasai obatobatan dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya (Suryawati,1997). Menurut Handayani dkk (2006), standar pelayanan kefarmasian meliputi kemampuan memberikan pelayanan farmakoterapi kepada penderita baik secara lisan maupun tertulis, advokasi kepada penderita atau masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi, menyediakan informasi obat, membuat formulasi sediaan khusus yang mendukung proses terapi, melakukan monitoring efek samping obat, dan evaluasi terhadap penggunaan obat yang rasional. Dalam hal ini peran apoteker sangat diperlukan untuk berinteraksi dengan masyarakat yang melakukan swamedikasi. Apoteker dapat memberikan informasi mengenai obat dengan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
101
sejelas-jelasnya, sehingga pengobatan yang dilakukan masyarakat khususnya dalam melakukan swamedikasi dapat dilakukan secara benar dan efektif menyembuhkan penyakit yang diderita. Pilihan responden untuk diam saja dan tidak berusaha mencari informasi obat adalah tindakan yang tidak tepat karena rawan terjadinya kesalahan dalam menggunakan obat yang dapat menyebabkan rekasi efek samping yang merugikan. Dari tabel XXV nomor 9 diketahui timbul permasalahan pada alasan responden dalam memilih obat, antara lain banyak digunakan (2%), disarankan oleh anak (1%) dan turun temurun (1%), kondisi tubuh tiap individu berbeda, sehingga obat yang cocok digunakan untuk seseorang belum tentu cocok digunakan oleh orang lain. Alasan lain yang tidak tepat adalah di warung hanya tersedia obat tersebut (7%), tidak mengetahui obat yang lain (7%) , hanya obat tersebut yang diingat (1%), yang tersedia di warung dan hanya mengetahui obat tersebut (1%), jawaban-jawaban tersebut menunjukkan keterbatasan responden untuk memilih obat yang sesuai. Alasan lain yang tidak tepat adalah karena tergiur iklan (1%), iklan sebagai media promosi biasanya hanya singkat dan tidak mengungkapkan hal-hal mendetail mengenai obat, selain itu sebagai media promosi,
biasanya
iklan
tersebut
hanya
mengungkapkan
hal-hal
yang
menguntungkan dari obat tersebut sedangkan hal-hal merugikan jarang diungkapkan. Alasan keamanan (11%) juga menjadi hal yang tidak tepat, pada kenyataannya semua obat memiliki efek samping, tergantung bagaimana obat tersebut digunakan. Alasan hanya mencoba (1%) termasuk jawaban yang tidak
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
102
tepat karena dengan alasan tersebut terkesan seseorang tidak benar-benar mengetahui penyakit yang diderita dan obat yang tepat. Dari tabel XXV nomor 10 diketahui 32% responden mengatakan informasi yang diperoleh masih banyak yang kurang, ini dapat disebabkan karena berbagai macam hal seperti kurangnya informasi yang diberikan atau pasien yang kurang aktif bertanya. Kurangnya informasi dapat menimbulkan kesalahan pada penggunaan obat. Dari tabel XXV nomor 11 diketahui 25% responden menyatakan bahwa keefektifan swamedikasi yang mereka lakukan tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan 7% responden menyatakan bahwa swamedikasi diare yang mereka lakukan tidak efektif. Ketika swamedikasi yang dilakukan menjadi kurang efektif atau tidak efektif, berarti ada permasalahan baik dalam diagnosis penyakitnya yang tidak tepat atau salah dalam memperkirakan keparahan penyakit, salah dalam pemilihan terapi maupun obat yang digunakan, dan kesalahan dalam penggunaan obat. Dari tabel XXV nomor 12 diketahui responden membeli obat dengan eceran (28%). Hal ini menjadi permasalahan karena dengan membeli eceran maka responden tidak memiliki kemasan obat yang berisi informasi. Nasution dan Lubis (1993) mengatakan bahwa dalam melakukan penggunaan obat obat-obat tanpa resep yang perlu diperhatikan adalah kondisi obat, tanggal kadaluarsa, indikasi, kontraindikasi, efek samping, dosis obatnya, waktu kadaluarsa, cara penyimpanan obat, dan interaksi obat dengan obat lain yang digunakan dan makanan yang dimakan, dan informasi tersebut biasanya terdapat pada kemasan obat. Banyaknya
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
103
masyarakat yang membeli eceran dapat disebabkan karena dorongan ekonomi, sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendapatan yang rendah (75%) sehingga hal tersebut dapat menjadi pendorong utama responden untuk membeli obat secara eceran. Dari tabel XXV nomor 13 diketahui 13% responden tidak membaca informasi pada label kemasan obat sebelum menggunakan obat tanpa resep. Alasan responden meliputi lebih baik bertanya pada penjual, sudah mengetahui aturan pakai, tidak suka membaca, tidak bisa membaca, bertanya pada keluarga, membeli eceran sehingga tidak ada labelnya. Semakin sedikit informasi yang diketahui oleh seseorang mengenai suatu obat maka semakin besar pula risiko terjadinya kesalahan dalam penggunaan obat tersebut. Nasution dan Lubis (1993) mengatakan bahwa dalam melakukan penggunaan obat tanpa resep yang perlu diperhatikan adalah kondisi obat, tanggal kadaluarsa, indikasi, kontraindikasi, efek samping, dosis obatnya, waktu kadaluarsa, cara penyimpanan obat, dan interaksi obat dengan obat lain yang digunakan dan makanan yang dimakan. Mengacu pada pernyataan tersebut, seharusnya masyarakat membaca informasi pada label kemasan obat yang memuat hal-hal tersebut. Dari tabel XXV nomor 14 diketahui timbul permasalahan pada tindakan responden dalam melakukan swamedikasi diare. Sebanyak 3% responden pernah menangani wanita hamil yang terkena diare, jawaban tersebut menjadi permasalahan karena dalam kondisi hamil dan mengalami diare disarankan untuk segera dirujuk ke dokter karena dehidrasi yang terjadi pada wanita hamil akan sangat berbahaya baik untuk ibu maupun untuk janin di dalam kandungan.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
104
Swamedikasi yang diperbolehkan pada wanita hamil hanyalah pemberian oralit untuk mencegah timbulnya dehidrasi dan harus segera dirujuk ke dokter. Jawaban lain yang tidak tepat adalah adanya responden pernah melakukan swamedikasi pada penderita ginjal 1%, hal ini sangat berbahaya karena sebagian besar obat akan diekskresikan melalui urine dan yang membantu proses ekskresi ini adalah ginjal, sehingga ketidaktepatan pada pemilihan dan penggunaan obat akan sangat berbahaya. Dari tabel XXV nomor 15 diketahui sebanyak 2% responden merasa tidak jelas ketika membaca informasi pada label kemasan obat. Seharusnya informasi pada label kemasan obat mudah dipahami oleh orang awam, sehingga tujuan pemberian informasi pada label kemasan obat tersebut tercapai. Dari tabel XXV nomor 16 diketahui timbul permasalahan pada tindakan yang dilakukan responden apabila swamedikasi diare yang dilakukan tidak berhasil. Jawaban yang tidak tepat adalah pengobatan ke mantri (1%) seharusnya ketika swamedikasi yang dilakukan tidak berhasil berarti penyakit tersebut harus ditangani oleh dokter bukan oleh mantri karena mantri tidak memiliki wewenang untuk mendiagnosis suatu penyakit. Jawaban lain yang juga tidak tepat yaitu bahwa ketika swamedikasi diare yang dilakukannya tidak berhasil maka hal yang dilakukannya adalah melanjutkan swamedikasi (1%), penyakit yang sudah tidak dapat ditangani dengan swamedikasi perlu dirujuk ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang lebih serius dan penyakit ini sudah tidak termasuk dalam lingkup swamedikasi.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
105
Dari identifikasi permasalahan pada kesesuaian pemilihan tindakan untuk menangani
diare,
masih
banyak
ditemukan
permasalahan.
Peningkatan
apropriateness perilaku swamedikasi diare dapat dicapai dengan beberapa cara, termasuk di dalamnya adalah penyusunan modul edukasi mengenai swamedikasi diare dan penjelasan mengenai diare.
C. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Perilaku Swamedikasi Diare 1. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan swamedikasi diare Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan swamedikasi diare akan diuji dengan menggunakan chi square, persyaratan untuk dapat digunakannya chi square adalah tidak diperbolehkan adanya sel yang memiliki nilai harapan (nilai E) kurang dari 1. Dari data yang diperoleh dari hasil analisis dengan chi square, tidak ada sel yang memiliki nilai harapan (nilai E) kurang dari 1 sehingga data ini layak untuk diuji dengan chi square. Dalam analisis data ini, tabel yang digunakan adalah tabel 2X2 dan tidak ada nilai harapan (nilai E) yang kurang dari 5 sehingga uji yang digunakan adalah uji Continuity Correction. Tabel XXVI. Tabel krostabulasi antara tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare Pengetahuan tinggi rendah Tingkat Pendidikan
tinggi
rendah Total
Count Expected Count Count Expected Count Count Expected Count
Total
39
38
77
34.0 22 27.0 61 61.0
43.0 39 34.0 77 77.0
77.0 61 61.0 138 138.0
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
106
Tabel XXVII. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare Pendidikan
Pengetahuan tinggi 39 (50,65 %) 22 (36,07 %) 61 (44,20 %)
Pendidikan tinggi Pendidikan rendah Total
Pengetahuan rendah 38 (49.35 %) 39 (63,93 %) 77 (55,80 %)
Total 77 (100 %) 61 (100%) 138 (100 %)
Dari hasil penelitian diperoleh 77 responden yang berpendidikan tinggi, sebanyak 39 (50,65 %) responden memiliki pengetahuan tinggi dan 38 (49,35 %) responden memiliki pengetahuan rendah, sedangkan dari 61 responden berpendidikan rendah, 22 (36,07 %) responden memiliki pengetahuan tinggi dan 39 (63,93 %) responden memiliki pengetahuan rendah. Tabel XXVIII. Hasil uji chi square tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare Nilai Pearson ChiSquare Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher’s Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases a. b.
Asymp. Sig. (2-sided)
df
2.935b
1
.087
2.374
1
.123
2.955
1
.086
2.914
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.120
.061
.088
138
Komputasi untuk tabel 2x2 Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling rendah adalah 26.96.
Setelah dilakukan koreksi (Continuity Correction), diperoleh p value atau nilai yang terdapat pada kolom Asymp.Sig. sebesar 0,123. Dengan demikian p value lebih besar dari alfa (5%) sehingga Ho diterima, berarti terdapat hubungan tidak bermakna secara statistik antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan mengenai swamedikasi diare.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
107
Menurut Hendarwan (2003), ibu yang memiliki latar pendidikan formal lebih tinggi diharapkan dapat lebih mudah menerima suatu pengetahuan kesehatan yang disampaikan kepadanya sehingga dapat mengambil langkah pengobatan yang seharusnya. Metode struktur sosial (social structure model) mempertegas hal tersebut,
individu
dengan
tingkat
pendidikan
yang
berbeda
memiliki
kecenderungan yang tidak sama dalam mengerti dan memberikan aksi terhadap kesehatannya (Notoatmodjo, 1993). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan tidak bermakna secara statistik antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan mengenai swamedikasi diare, hal tersebut bertentangan dengan metode struktur sosial. Beberapa kemungkinan dapat digunakan untuk menjelaskan hal ini, Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa kegiatan atau proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Dengan mengacu pada pernyataan Notoatmodjo (2003) tersebut maka banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang mengenai swamedikasi diare. Proses pendidikan atau pembelajaran tidak hanya terjadi pada pendidikan formal, sehingga tingkat pendidikan belum tentu memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan pengetahuan responden. 2. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap swamedikasi diare Hubungan tingkat pendidikan dengan sikap swamedikasi diare akan diuji dengan menggunakan chi square, persyaratan untuk dapat digunakannya chi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
108
square adalah tidak diperbolehkan adanya sel yang memiliki nilai harapan (nilai E) kurang dari 1. Dari data yang diperoleh dari hasil analisis dengan chi square, tidak ada sel yang memiliki nilai harapan (nilai E) kurang dari 1 sehingga data ini layak untuk diuji dengan chi square. Dalam analisis data ini, tabel yang digunakan adalah tabel 2X2 dan tidak ada nilai harapan (nilai E) yang kurang dari 5 sehingga uji yang digunakan adalah uji Continuity Correction. Tabel XXIX. Tabel krostabulasi antara tingkat pendidikan dan sikap terhadap swamedikasi diare Sikap positif negatif Tingkat Pendidikan
tinggi
rendah Total
Count Expected Count Count Expected Count Count Expected Count
Total
39
38
77
33.5 21 26.5 60 60.0
43.5 40 34.5 78 78.0
77.0 61 61.0 138 138.0
Tabel XXX. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dan sikap terhadap swamedikasi diare Pendidikan Pendidikan tinggi Pendidikan rendah Total
Sikap positif 39 (50,65 %) 21 (34,43 %) 60 (43,48 %)
Sikap negatif 38 (49.35 %) 40 (65,57 %) 78 (56,52 %)
Total 77 (100 %) 61 (100%) 138 (100 %)
Dari hasil penelitian diperoleh 77 responden yang berpendidikan tinggi, sebanyak 39 (50,65 %) responden memiliki sikap positif dan 38 (49,35 %) responden memiliki sikap negatif, sedangkan dari 61 responden berpendidikan rendah, 22 (36,07 %) responden memiliki sikap positif dan 39 (63,93 %) responden memiliki sikap negatif.
109
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel XXXI. Hasil uji chi square tingkat pendidikan dan sikap terhadap swamedikasi diare Nilai Pearson ChiSquare Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher’s Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases a. b.
Asymp. Sig. (2-sided)
df
3.645b
1
.056
3.015
1
.083
3.676
1
.055
3.619
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.060
.041
.057
138
Komputasi untuk tabel 2x2 Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling rendah adalah 26.52.
Setelah dilakukan koreksi (Continuity Correction), diperoleh p value atau nilai yang terdapat pada kolom Asymp.Sig. sebesar 0,083. Dengan demikian p value lebih besar dari alfa (5%) sehingga Ho diterima, berarti terdapat hubungan tidak bermakna secara statistik antara tingkat pendidikan dengan sikap swamedikasi diare. Menurut Notoadmojo (2003), sikap ditentukan oleh berbagai macam hal meliputi pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap dipengaruhi beberapa faktor seperti pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, dan media massa (Azwar, 1988). Dengan demikian tingkat pendidikan belum tentu memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan sikap swamedikasi diare karena sikap masih dipengaruhi oleh banyak faktor meliputi keyakinan, emosi termasuk di dalamnya keinginan untuk tahu, pikiran, pengaruh orang lain dan media massa, kebudayaan, pengetahuan yang didapat di luar pendidikan formal, dan pengalaman atau praktek yang pernah dialami atau dilakukan.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
110
3. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tindakan swamedikasi diare Hubungan tingkat pendidikan dengan tindakan swamedikasi diare akan diuji dengan menggunakan chi square, persyaratan untuk dapat digunakannya chi square adalah tidak diperbolehkan adanya sel yang memiliki nilai harapan (nilai E) kurang dari 1. Dari data yang diperoleh dari hasil analisis dengan chi square, tidak ada sel yang memiliki nilai harapan (nilai E) kurang dari 1 sehingga data ini layak untuk diuji dengan chi square. Dalam analisis data ini, tabel yang digunakan adalah tabel 2X2 dan tidak ada nilai harapan (nilai E) yang kurang dari 5 sehingga uji yang digunakan adalah uji Continuity Correction. Tabel XXXII. Tabel krostabulasi antara tingkat pendidikan dan tindakan dalam swamedikasi diare Tindakan positif negatif Tingkat Pendidikan
tinggi
rendah Total
Count Expected Count Count Expected Count Count Expected Count
Total
34
43
77
27.3 15 21.7 49 49.0
49.7 46 39.3 89 89.0
77.0 61 61.0 138 138.0
Tabel XXXIII. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dan tindakan swamedikasi diare responden Pendidikan Pendidikan tinggi Pendidikan rendah Total
Tindakan positif 34 (44,16 %) 15 (24,59 %) 49 (35,51 %)
Tindakan negatif 43 (55,84 %) 46 (75,41 %) 89 (64,49 %)
Total 77 (100 %) 61 (100%) 138 (100 %)
Dari hasil penelitian diperoleh 77 responden yang berpendidikan tinggi, sebanyak 34 (44,16 %) responden memiliki tindakan positif dan 43 (55,84 %) responden memiliki tindakan negatif, sedangkan dari 61 responden berpendidikan rendah, 15 (24,59 %) responden memiliki tindakan positif dan 46 (75,41 %) responden memiliki tindakan negatif.
111
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel XXXIV. Hasil uji chi square tingkat pendidikan dan tindakan dalam swamedikasi diare Nilai Pearson ChiSquare Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher’s Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases a. b.
Asymp. Sig. (2-sided)
df
5.690b
1
.017
4.868
1
.027
5.806
1
.016
5.649
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.020
.013
.017
138
Komputasi untuk tabel 2x2 Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling rendah adalah 21.66.
Setelah dilakukan koreksi (Continuity Correction), diperoleh p value atau nilai yang terdapat pada kolom Asymp.Sig. sebesar 0,027. Dengan demikian p value lebih kecil dari alfa (5%) sehingga Ho ditolak, berarti ada hubungan bermakna secara statistik antara tingkat pendidikan dengan tindakan swamedikasi diare. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini sejalan dengan Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa pengetahuan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan. Salah satu komponen perilaku merupakan tindakan.
D. Hubungan Antara Tingkat Pendapatan Dengan Perilaku Swamedikasi Diare 1. Hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan swamedikasi diare Hubungan tingkat pendapatan dengan pengetahuan swamedikasi diare akan diuji dengan menggunakan chi square, persyaratan untuk dapat digunakannya chi square adalah tidak diperbolehkan adanya sel yang memiliki
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
112
nilai harapan (nilai E) kurang dari 1. Dari data yang diperoleh dari hasil analisis dengan chi square, tidak ada sel yang memiliki nilai harapan (nilai E) kurang dari 1 sehingga data ini layak untuk diuji dengan chi square. Dalam analisis data ini, tabel yang digunakan adalah tabel 2X2 dan tidak ada nilai harapan (nilai E) yang kurang dari 5 sehingga uji yang digunakan adalah uji Continuity Correction. Tabel XXXV. Tabel krostabulasi antara tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare Pengetahuan tinggi rendah Tingkat Pendapatan
tinggi
rendah Total
Count Expected Count Count Expected Count Count Expected Count
Total
23
10
33
14.6 38 46.4 61 61.0
18.4 67 58.6 77 77.0
33.0 105 105.0 138 138.0
Tabel XXXVI. Distribusi responden menurut tingkat pendapatan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare Pendapatan Pendapatan tinggi Pendapatan rendah Total
Pengetahuan tinggi 23 (69,70 %) 38 (36,19 %) 61 (44,20 %)
Pengetahuan rendah 10 (30,30 %) 67 (63,81 %) 77 (55,80 %)
Total 33 (100 %) 105 (100%) 138 (100 %)
Dari hasil penelitian, 33 responden yang memiliki tingkat pendapatan tinggi, sebanyak 23 (69,70 %) responden memiliki pengetahuan tinggi dan 10 (30,30 %) responden memiliki pengetahuan rendah, sedangkan dari 105 responden yang memiliki tingkat pendapatan rendah, 38 (36,19 %) responden memiliki pengetahuan tinggi dan 67 (63,81 %) responden memiliki pengetahuan rendah.
113
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel XXXVII. Hasil uji chi square tingkat pendapatan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare Nilai Pearson ChiSquare Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher’s Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2-sided)
df
11.429b
1
.001
10.111
1
.001
11.518
1
.001
11.346
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.001
.001
.001
138
a. Komputasi untuk tabel 2x2 b. Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling rendah adalah 14.59.
Setelah dilakukan koreksi (Continuity Correction), diperoleh p value atau nilai yang terdapat pada kolom Asymp.Sig. sebesar 0,001. Dengan demikian p value lebih kecil dari alfa (5%) sehingga Ho ditolak, berarti ada hubungan bermakna secara statistik antara tingkat pendapatan dan pengetahuan mengenai swamedikasi diare. Dari beberapa studi menunjukkan bahwa masyarakat dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi memiliki tingkat perilaku swamedikasi yang lebih tinggi pula (Greenley,1980). Salah satu komponen dalam perilaku merupakan pengetahuan. Green dan Johnson dalam Mechanics menyatakan bahwa keluarga dengan pendapatan yang rendah akan memiliki sumber daya pembiayaan kesehatan yang rendah pula sehingga pada akhirnya akan mengurangi akses mereka pada pelayanan kesehatan. Kurangnya akses pada pelayanan kesehatan ini akan mengurangi paparan pengetahuan yang didapatkan. Smith (2002) mengatakan pola perubahan penyakit dari akut ke kronis atau seseorang yang memiliki penyakit kronis, cenderung memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
114
penyakit tersebut. Pasien berusaha untuk mencari informasi sejelas-jelasnya mengenai penyakitnya, baik dari petugas kesehatan maupun dari media informasi lainnya. Pernyataan tersebut semakin menegaskan bahwa kemampuan seseorang mengakses pelayanan kesehatan akan berhubungan dengan pengetahuannya. 2. Hubungan antara tingkat pendapatan dengan sikap swamedikasi diare Hubungan tingkat pendapatan dengan sikap swamedikasi diare akan diuji dengan menggunakan chi square, persyaratan untuk dapat digunakannya chi square adalah tidak diperbolehkan adanya sel yang memiliki nilai harapan (nilai E) kurang dari 1. Dari data yang diperoleh dari hasil analisis dengan chi square, tidak ada sel yang memiliki nilai harapan (nilai E) kurang dari 1 sehingga data ini layak untuk diuji dengan chi square. Dalam analisis data ini, tabel yang digunakan adalah tabel 2X2 dan tidak ada nilai harapan (nilai E) yang kurang dari 5 sehingga uji yang digunakan adalah uji Continuity Correction. Tabel XXXVIII. Tabel krostabulasi antara tingkat pendapatan dan sikap terhadap swamedikasi diare Sikap positif negatif Tingkat Pendapatan
tinggi
rendah Total
Count Expected Count Count Expected Count Count Expected Count
Total
20
13
33
14.3 40 45.7 60 60.0
18.7 65 59.3 78 78.0
33.0 105 105.0 138 138.0
Tabel XXXIX. Distribusi responden menurut tingkat pendapatan dan sikap terhadap swamedikasi diare Pendapatan Pendapatan tinggi Pendapatan rendah Total
Sikap positif 20 (60,60 %) 40 (38,10 %) 60 (43,48 %)
Sikap negatif 13 (39,40 %) 65 (61,90 %) 78 (56,52 %)
Total 33 (100 %) 105 (100%) 138 (100 %)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
115
Dari hasil penelitian diperoleh 33 responden yang memiliki tingkat pendapatan tinggi, sebanyak 20 (60,60 %) responden memiliki sikap positif dan 13 (39,40 %) responden memiliki sikap negatif, dan dari 105 responden yang memiliki tingkat pendapatan rendah, 40 (38,10 %) responden memiliki sikap positif dan 65 (61,90 %) responden memiliki sikap negatif. Tabel XL. Hasil uji chi square tingkat pendapatan dan sikap terhadap swamedikasi diare Pearson ChiSquare Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher’s Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Nilai 5.177b 4.302 5.152 5.140
df 1 1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) .023 .038 .023
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.028
.019
.023
138
a. Komputasi untuk tabel 2x2 b. Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling rendah adalah 14.35.
Setelah dilakukan koreksi (Continuity Correction), diperoleh p value atau nilai yang terdapat pada kolom Asymp.Sig. sebesar 0,038. Dengan demikian p value lebih kecil dari alfa (5%) sehingga Ho ditolak, berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pendapatan dengan sikap swamedikasi diare. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Berbagai batasan mengenai sikap, dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat namun hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2003). Dari analisis hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan swamedikasi diare, didapatkan hubungan bermakna secara statistik antara keduanya. Dalam
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
116
penentuan sikap, variabel pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peran yang penting (Notoatmodjo, 2003). Mengacu pada hal tersebut maka dapat dijelaskan hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pendapatan dengan sikap swamedikasi diare. 3. Hubungan antara tingkat pendapatan dengan tindakan swamedikasi diare Hubungan tingkat pendapatan dengan tindakan swamedikasi diare akan diuji dengan menggunakan chi square, persyaratan untuk dapat digunakannya chi square adalah tidak diperbolehkan adanya sel yang memiliki nilai harapan (nilai E) kurang dari 1. Dari data yang diperoleh dari hasil analisis dengan chi square, tidak ada sel yang memiliki nilai harapan (nilai E) kurang dari 1 sehingga data ini layak untuk diuji dengan chi square. Dalam analisis data ini, tabel yang digunakan adalah tabel 2X2 dan tidak ada nilai harapan (nilai E) yang kurang dari 5 sehingga uji yang digunakan adalah uji Continuity Correction. Tabel XLI. Tabel krostabulasi antara tingkat pendapatan dan tindakan dalam swamedikasi diare Pengetahuan tinggi rendah Tingkat Pendapatan
tinggi
rendah Total
Count Expected Count Count Expected Count Count Expected Count
Total
15
18
33
11.7 34 37.3 49 49.0
21.3 71 67.7 89 89.0
33.0 105 105.0 138 138.0
117
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel XLII. Distribusi responden menurut tingkat pendapatan dan tindakan dalam swamedikasi diare Pendapatan Pendapatan tinggi Pendapatan rendah Total
Tindakan positif 15 (45,45 %) 34 (32,38 %) 49 (35,51 %)
Tindakan negatif 18 (54,55 %) 71 (67,62 %) 89 (64,49 %)
Total 33 (100 %) 105 (100%) 138 (100 %)
Dari hasil penelitian diperoleh 33 responden yang memiliki tingkat pendapatan tinggi, sebanyak 15 (45,45 %) responden memiliki tindakan positif dan 18 (54,55 %) responden memiliki tindakan negatif, sedangkan dari 105 responden yang memiliki tingkat pendapatan rendah, 34 (32,38 %) responden memiliki tindakan positif dan 71 (67,62 %) responden memiliki tindakan negatif. Tabel XLIII. Hasil uji chi square tingkat pendapatan dan tindakan dalam swamedikasi diare Nilai Pearson ChiSquare Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher’s Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases a. b.
Asymp. Sig. (2-sided)
df
1.874b
1
.171
1.347
1
.246
1.833
1
.176
1.860
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.212
.123
.173
138
Komputasi untuk tabel 2x2 Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling rendah adalah 11.72.
Setelah dilakukan koreksi (Continuity Correction), diperoleh p value atau nilai yang terdapat pada kolom Asymp.Sig. sebesar 0,246. Dengan demikian p value lebih besar dari alfa (5%) sehingga Ho diterima, sehingga tingkat pendapatan dan tindakan
swamedikasi diare memiliki hubungan yang tidak
bermakna secara statistik. Penelitian ini memperoleh adanya hubungan tidak bermakna secara statistik antara tingkat pendapatan dengan tindakan swamedikasi diare, hal ini
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
118
bertentangan dengan Greenley (1980) yang menyebutkan bahwa masyarakat dengan tingkat pendapatan lebih tinggi memiliki tindakan kesehatan yang lebih positif. Menurut Hershey, dkk dan Bice dkk dalam Greenley (1980), masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah, biaya merupakan bahan pertimbangan utama dalam melakukan tindakan kesehatan. Perbedaan dengan beberapa studi tersebut dapat dikarenakan tidak adanya koreksi pendapatan dengan jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan. Penelitian ini mungkin akan menunjukkan hasil yang lebih baik apabila tingkat pendapatan dicari berdasarkan jumlah seluruh pendapatan keluarga dalam satu bulan dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Ketidaktepatan melakukan pemotongan juga dapat menyebabkan hasil penelitian tidak sesuai dengan yang diharapkan (Junadi,1994).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Karakteristik responden dengan persentase terbesar dalam penelitian ini. a). Karakteristik demografi responden adalah berusia 36-40 tahun, berstatus kawin, memiliki 2 anak
dengan 4 anggota keluarga di rumah, bertingkat
pendidikan lulus SLTA atau sederajat, pekerjaan ibu rumah tangga, pendapatan keluarga < Rp 1.500.000,-. b). Karakteristik pola perilaku swamedikasi responden meliputi melakukan swamedikasi 1 kali dalam kurun waktu 1 bulan terakhir, tidak melakukan swamedikasi diare dalam kurun waktu 1 bulan terakhir, berpengetahuan rendah, bersikap negatif dan memiliki tindakan negatif. 2. Permasalahan pada perilaku swamedikasi diare. a). Permasalahan pada pemahaman responden mengenai swamedikasi adalah pada penanganan penyakit ringan, pemahaman swamedikasi, alasan melakukan swamedikasi, keuntungan dan kerugian swamedikasi, dan tindakan yang dilakukan responden apabila swamedikasi yang dilakukan tidak berhasil. b). Permasalahan pada kesesuaian pengenalan diare adalah pada pengertian diare, jenis diare, penyebab diare gejala diare, tidak dapat membedakan kriteria diare yang dapat ditangani dengan swamedikasi dengan yang sudah tidak dapat ditangani dengan swamedikasi, dan tidak mengetahui parameter kesembuhan diare.
119
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
120
c). Permasalahan pada kesesuaian pemilihan tindakan untuk menangani diare adalah pada penanganan diare, alasan pemilihan obat, pemilihan tempat membeli obat, informasi obat dan kejelasan informasi tersebut, pembelian obat secara eceran, keefektifan swamedikasi yang dilakukan, dan tindakan yang dilakukan responden apabila swamedikasi diare yang dilakukan kurang berhasil. 3. a). Adanya hubungan tidak bermakna secara statistik antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu-ibu pelaku swamedikasi penyakit diare. b). Adanya hubungan tidak bermakna secara statistik antara tingkat pendidikan dengan sikap ibu-ibu pelaku swamedikasi penyakit diare. c). Adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pendidikan dengan tindakan ibu-ibu pelaku swamedikasi penyakit diare. 4. a). Adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan ibu-ibu pelaku swamedikasi penyakit diare. b). Adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pendapatan dengan sikap ibu-ibu pelaku swamedikasi penyakit diare. c). Adanya hubungan tidak bermakna secara statistik antara tingkat pendapatan dengan tindakan ibu-ibu pelaku swamedikasi penyakit diare.
B. Saran Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian meliputi : 1. Diperlukan adanya modul edukasi bagi masyarakat mengenai swamedikasi penyakit diare yang juga memuat pengetahuan mengenai swamedikasi dan diare
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
121
serta hal-hal yang perlu diketahui mengenai swamedikasi diare, khususnya mengenai hal-hal yang dalam penelitian ini ditemukan sebagai permasalahan. 2. Diperlukan adanya modul intervensi untuk meningkatkan intervensi apoteker yang didasarkan pada identifikasi permasalahan perilaku apoteker dalam membantu pelaksanaan swamedikasi diare oleh masyarakat. 3. Diperlukan adanya penelitian untuk melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku swamedikasi penyakit diare, seperti usia, jumlah anak, jumlah anggota keluarga, jenis pekerjaan, jenis kelamin dan status pernikahan.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
122
DAFTAR PUSTAKA Andersen, et al, 1975, Equity in Health Services, Ballinger Publishing Company, USA. Anonim, 1994, Diare dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dokter Sutomo Surabaya, 39-43, FKU Airlangga, Surabaya. Anonim, 1997, Kompendia Obat Bebas, Edisi III, 31-33, Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengawasan Obat Makanan, Jakarta. Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), 7-9, 25-28, 32, 330-333, 346, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2007, Diarrhea, National Digestive Diseases Information Clearinghouse, USA. Ariawan, I, Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan, Jurusan Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 1998 Azwar S., 1988, Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya, 3-5, 17, 24, Liberty, Yogyakarta. Azwar S., 2003, Reliabilitas dan Validitas, Pustaka belajar, Yogyakarta. Colin-Thome, D., Better Management of Minor Ailments : Using The Pharmacist, Royal Pharmaceutical Society of Great Britain, London. DepKes RI, 1996, Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Obat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Depkes RI, 1997. Depkes RI, 1996, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 917/MENKES/PER/X/1993 tanggal 23 Oktober 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek, Kumpulan Peraturan Perundang-undangan Bidang Obat, Depkes RI, Jakarta. Dharmmesta, B. S., dan Handoko, H., 2006, Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen, Edisi I, Cetakan I, BPFE, Yogyakarta. Djaja, Sarimawar, 2000, Perilaku Pencarian Pengobatan Diare pada Balita, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Jakarta. FIP & WSMI, 1999, Responsible Self-Medication, Joint Statement by The International Pharmaceutical Federation and The World Self-Medication Industry.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
123
Firdaus, 1997, Etiologi Diare Karena Infeksi di Indonesia, Medika, 23 (1), 35-39. Gangarosa, L, dan Seibert, D, -, Modern Pharmacology With Clinical Aplication, 6th ed, 470, e-book. Greenley, J.R, 1980, Cultural and Phychological Aspect of The Utilization of Health Services. Dalam : Brenner, H.M et all (eds). Assesing The Contribution of The Social Sciences to Health, Westview Press, Inc, Colorado. Hadi, S., 1991, Analisis Butir Untuk Instrumen Angket, Tes dan Skala Nilai dengan Basica, 1-3, Andi Offset, Yogyakarta Hambleton, G., 1995, Manual Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit, cetakan I, Binarupa Aksara, Jakarta. Handayani, dkk, 2003, Pola Pencarian Pengobatan di Indonesia, Bulletin Penelitian Kesehatan, 31 (1). Haryatun, Bekti, 2007, Pola Pengobatan Pada Masyarakat Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan Tingkat Penghasilan, Tesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Heaton, and Lewis, 1997, Stool form scale as a useful guide to intestinal transit time, Scandinavian Journal of Gastroenterology, 32 (9): 920 – 924. Hendarwan, H, 2003, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Balita Dalam Pencarian Pengobatan Pada Kasus-kasus Balita Dengan Gejala Pneumonia di Kabupaten Serang Banten Tahun 2003, tesis, Pascasarjana Universitas Indonesia, Depok. Holt, G. A., dan Hall, L., 1990, The Self-Care Movement, dalam Handbook of Nonprescription Drugs, 9th edition, 8, project director and managing editor Feldmann, American Pharmaceutical Association, Washington DC. Huble, J., 1993, Communicating Health : An Action Guide to Health Education and Health Promotion, Macmillan education, ltd, London. Junadi, P, 1994, Pengantar Analisis Data, 139, PT.Rineka Cipta, Jakarta. Katzung, Bertram G, 2002, Farmakologi : Dasar dan Klinik, Buku 2, PT. Salemba Medika, Jakarta. Kotler, P., 1997, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, Jilid I, 152-170, Prenhallindo.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
124
Kresno, S, dkk, 1988, Persepsi Masyarakat Tentang Sehat-Sakit dan Posyandu, Survey Keluarga Berencana-Kesehatan Kabupaten Indramayu, Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, Jakarta. Lestari, Indah, 2006, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Obat Batuk Bebas di Masyarakat Desa Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, Tesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Longe, R.L, 2005, Diarrhea, dalam Handbook of Nonprescription Drugs, 14th ed., 405-431, American Pharmacist Association, Washington D.C. Longe, R.L., dan Di Piro, J.T., 2005, Diarrhea and Constipation, in Di Piro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matske, G.R., Well, B.G., Posey, L.M., (Eds), Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach, Sixth Ed., 680, Appleton & Longe, Stanford, Connecticut. Lüllman, Heinz M.D., 2000, Color Atlas of Pharmacology, 2th ed, 178, Thieme Stuttgart, New York. Mardjono, M., 1996, Pandangan Tentang Pengembangan Ilmu Kedokteran Di Indonesia, Medika, 12 (9) : 722. Markum, 1999, Ilmu Kesehatan Anak, 448-472, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Muhammad, Ali, 2003, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja Tentang Imunisasi, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan. Nasution, H. dan Lubis, Y., 1993, Pengantar Farmakologi, Edisi II, PT Pustaka Widyatarana, Medan, 65-69, 77-79 Nawawi, H., 1998, Metodologi Penelitian, 141, 150, 151, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Noerasid, H., Suraatmadja, S., Asnil, P.O., 1988, Gastroenteritis (Diare) Akut, dalam Suharyono, Budiarso, A. dan Halimun, E.M., (Eds.), Gastroenterologi Anak Praktis, 51-69, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Notoatmodjo, S., 1993, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, 93-107, Andi Offset, Yogyakarta. Notoatmodjo, S., 2003, Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
125
Pal, S., 2002, Self-Care and Nonprescription Pharmacotherapy, in: Berardi, R.R., Handbook of Nonprescription Drugs, 13th Edition, 4-20, AphA, Washington, Po, A. Li Wan dan G. Li Wan Po, 1997, OTC Medications Symptoms and Treatments of Common Illnesses, Second Edition, 93-98, Blackwell Sciense, UK. Pratiknya, A.W., 2003, Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, cetakan kelima, 89-107, PT Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, Price, A., dan Wilson, M., 1984, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, diterjemahkan oleh Adji Dharma, edisi II, 689-690, CV.EGC, Jakarta. Rahadi, M.S., 2001, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Berbasis Lingkungan Melalui JPS-BK, Medika, 27 (3), 182-184. Rantucci, M.J., 1997, Pharmacist Talking With Patients A Guide to Patient Counseling, 30, Williams & Wilkins, Baltimore. Rinukti & Widayati, 2005, Hubungan Antara Motivasi Dan Pengetahuan Orang Tua Dengan Tindakan Penggunaan Produk Obat Demam Tanpa Resep Untuk Anak – Anak RW V Di Kelurahan Terban Tahun 2004, Sigma Jurnal Sains dan Teknologi, Vol.8, No. 1, Januari 2005, hal.25-33. Sachdev, Dr. Ajay K, 2007, Gastrointestinal Surgery, www.ajaygisurgeon.com, diakses pada 15 Oktober 2007.
tersedia
di
Sartono, 1993, Obat Wajib Apotek, 1-2, 37-38, Gramedia, Jakarta. Sarwono, S., 1997, Sosiologi Kesehatan, 30-40, UGM Press, Yogyakarta. Shulman, M.D., Herbert, M., Sommers, M.D., Stanford, T., 1994, Diare Infeksiosa, dalam Shulman, M.D., Phain, A., Sommers, M.D., Dasar Biologi dan Klinis Penyakit Infeksi, diterjemahkan oleh Prof.DR.A.Samid Wahab, edisi IV, 298, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sihvo, S., 2000, Utilization and Appropriateness of Self-medication in Finland, Academic Dissertation, University of Helsinki, Finland. Schwartz, W.K., & Hoopes, JM., 1990, Patient Assesment and Drug Consultatin, in American Pharmaceutical Association (AphA), Handbook of Non Prescription Drugs, 9th ed, 11-20, AphA, Washington D.C. Smet, B., 1994, Psikologi Kesehatan, 225, Gramedia Widiasaranai Indonesia, Jakarta.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
126
Smith, R., 2002, Chronic Disease, Patient Knowledge, and the Effect on the Demand for Physician Services, http://www.academyhealth.org/2002/.htm, diakses tanggal 29 November 2007. Soenarto, Y., 1993, Tata Laksana Kasus Diare Akut Pada Anak, Dalam Ngatijan, Dwi Prahasta, I., Kristin E., (Eds), Pemakaian Obat Pada Anak, 83, 105, Lab Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Suryawati, S., 1997, Peran Farmasis Dalam Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit, Medika, 23 (1), 60-61. Sutrisna, B, 1993, Faktor Resiko Pneumonia Pada Balita dan Model Penanggulangannya, Disertasi, Pascasarjana Universitas Indonesia, Depok. Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya, cetakan pertama, edisi kelima, PT.Elexmedia Komputindu Keluarga Gramedia, Jakarta. Wakefield, Andrew, 2005, Health Topics Content, tersedia www.healthsystem.virginia.edu, diakses tanggal 15 Oktober 2007.
di
WHO, 1998, The Role of Pharmacist to Self-care and Self-medication, Geneva, tersedia di: www/who.int. WHO, 2003, Social Determinants of Health : The Solid Facts, 2th ed, 7, Denmark, tersedia di : www/who.int. WHO, 2004, How To Investigate The Use Of Medicines By Consumers, Switzerland. Widjaja, M.C., 2002, Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita, Cetakan I, 410, Kawan Pustaka, Jakarta. Wiknjosastro, Hanifa, 2002, Ilmu Kebidanan, Edisi III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Winardi, B, 1981, Diare dan Upaya Pemberantasanya, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Wingate, dkk, 2001, Guidelines For Adults On Self-Medication For The Treatment Of Acute Diarrhoea, Alimentary Pharmacology and Therapeutics, 15 (6), 773-782.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
Lampiran 1. Karakteristik responden N Nama o 1. X1 2. X2 3. X3 4. X4 5. X5 6. X6 7. X7 8. X8 9. X9 10. X10 11. X11 12. X12 13. X13 14. X14 15. X15 16. X16 17. X17 18. X18 19. X19
Usia
Alamat
Pendidikan
Jml Angg Kel
Status
Pekerjaan
Penghasilan
34 45 34 50 29 45 33 49 40 56 35 46 36 37 29 54 34 35 60
Sogan I Sogan I Sogan I Sogan II Sogan II Sogan II Durungan Durungan Durungan Durungan Durungan Durungan Durungan Durungan Durungan Durungan Durungan Durungan Durungan
S1 SD SMK SLTA SLTA S1 SD SLTA SLTP SLTA S1 SLTA SMEA SLTP SD S1 S1 SLTA
4 (2 anak) 6 (3 anak) 7 (2 anak) 4 (3 anak) 14 (1 anak) 5 (2 anak) 7 (2 anak) 5 (3 anak) 4 (2 anak) 3 (1 anak) 2 (1 anak) 3 (3 anak) 5 (3 anak) 4 (2 anak) 4 (2 anak) 8 (5 anak) 4 (2 anak) 4 (2 anak) 8 (4 anak)
Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin
< 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 1.500.000-2.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 1.500.000-2.500.000 2.500.000-3.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 2.500.000-3.500.000 1.500.000-2.500.000 < 1.500.000
20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
37 44 53 38 34 45 38
Beji Beji Beji Beji Beji Beji Beji
D3 D2 S1 S2 SLTA SD SLTA
4 (2 anak) 5 (2 anak) 7 (3 anak) 10 (3 anak) 9 (2 anak) 5 (3 anak) 4 (2 anak)
Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin
IRT Petani Petani Petani IRT Pembantu Swasta Dagang IRT IRT IRT Swasta Pedagang IRT dagang IRT Guru SMA Guru Pensiunan guru SD IRT Guru TK PNS PNS IRT IRT Swasta
X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26
1.500.000-2.500.000 1.500.000-2.500.000 > 3.500.000 > 3.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000
127
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
27. 28.
X27 X28
39 33
Beji Beji
D3 SLTA
7 (3 anak) 4 (2 anak)
Kawin Kawin
29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56.
X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X40 X41 X42 X43 X44 X45 X46 X47 X48 X49 X50 X51 X52 X53 X54 X55 X56
36 39 41 44 50 42 31 27 46 36 45 32 40 48 35 45 50 50 41 35 28 40 50 40 52 33 55 40
Beji Beji Beji Beji Beji Beji Beji Beji Beji Ngangin-ngangin Ngangin-ngangin Ngangin-ngangin Ngangin-ngangin Ngangin-ngangin Ngangin-ngangin Penjalin Penjalin Penjalin Penjalin Penjalin Penjalin Penjalin Penjalin Penjalin Dukuh Dukuh Dukuh Dukuh
SLTP D3 SMK SD SLTA SLTA SLTP SLTA SD SLTP SD SLTP SD SD SD SD SLTA SLTA SLTA SMA SLTP SD SD SD
3 (1 anak) 4 (3 anak) 10 (2 anak) 6 (3 anak) 5 (2 anak) 4 (2 anak) 3 (1 anak) 4 (2 anak) 8 (2 anak) 4 (2 anak) 4 (2 anak) 4 (2 anak) 6 (4 anak) 8 (3 anak) 4 (3 anak) 8 (5 anak) 6 (2 anak) 3 (2 anak) 5 (2 anak) 4 (2 anak) 6 (1 anak) 5 (3 anak) 4 (1 anak) 5 (3 anak) 3 (3 anak) 4 (2 anak) 4 ( 3 anak) 5 (3 anak)
Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin
PNS Pegawai apotek IRT IRT IRT Dagang IRT IRT IRT IRT IRT Petani Pembuat tas Petani Petani Petani Petani IRT Petani IRT Petani Petani IRT IRT Petani Dagang dagang Petani IRT IRT
2.500.000-3.500.000 1.500.000-2.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 2.500.000-3.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 1.500.000-2.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000
128
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
57. 58. 59.
X57 X58 X59
41 45 55
Dukuh Dukuh Dukuh
SLTA SD -
4 (2 anak) 6 (4 anak) 3 (2 anak)
Kawin Kawin Kawin
60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69.
X60 X61 X62 X63 X64 X65 X66 X67 X68 X69
47 32 35 49 43 30 36 37 31 34
Dukuh Dlingo Dlingo Dlingo Dlingo Dlingo Dlingo Baciro RW 2 Baciro RW 2 Baciro RW 2
SD SD SLTA SD SLTA SLTP SLTP SLTA SD S1
4 (2 anak) 2 (4 anak) 4 (2 anak) 3 (1 anak) 5 (2 anak) 4 (2 anak) 4 (2 anak) 6 (1 anak) 4 (2 anak) 5 (1 anak)
Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin
70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78.
X70 X71 X72 X73 X74 X75 X76 X77 X78
42 27 48 50 45 50 38 40 58
Baciro RW 2 Baciro RW 2 Baciro RW 2 Baciro RW 2 Baciro RW 2 Baciro RW 2 Baciro RW 2 Baciro RW 2 Baciro RW 8
5 (2 anak) 5 (1 anak) 4 (2 anak) 4 (2 anak) 2 (3 anak) 6 (3 anak) 5 (1 anak) 5 (2 anak) 5 (1 anak)
Kawin Kawin Kawin Kawin Janda Kawin Kawin Kawin Kawin
79. 80. 81. 82.
X79 X80 X81 X82
35 52 42 49
Baciro RW 8 Baciro RW 8 Baciro RW 8 Baciro RW 8
SD S1 S1 SLTA SLTA SPG SLTA SLTA Sarjana Muda Akademi SLTA S1 D3
5 (3 anak) 5 (3 anak) 7 (2 anak) 4 (2 anak)
Kawin Kawin Kawin Kawin
83.
X83
45
Baciro RW 8
SLTP
5 (4 anak)
Kawin
Petani Petani Pedagang sayur IRT IRT IRT Petani IRT Petani IRT Swasta IRT Perawat RSPR IRT IRT Penjahit swasta Wiraswasta Guru IRT IRT Pensiunan
< 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000
IRT Wiraswasta Wiraswasta Pegawai Swasta IRT
1.500.000-2.500.000 1.500.000-2.500.000 2.500.000-3.500.000 1.500.000-2.500.000
< 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 1.500.000-2.500.000 < 1.500.000 1.500.000-2.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000
>3.500.000
129
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100 101 102 103 104 105 106 107
X84 X85 X86 X87 X88 X89 X90 X91 X92 X93 X94 X95 X96 X97 X98 X99 X100 X101 X102 X103 X104 X105 X106 X107
43 42 45 55 37 51 47 42 38 49 37 35 48 53 36 55 43 40 30 47 38 41 32 40
Baciro RW 8 Baciro RW 8 Baciro RW 8 Demangan RW 2 Demangan RW 2 Demangan RW 2 Demangan RW 2 Demangan RW 2 Demangan RW 2 Demangan RW 2 Demangan RW 8 Demangan RW 8 Demangan RW 8 Demangan RW 8 Demangan RW 8 Demangan RW 8 Demangan RW 8 Demangan RW 8 Demangan RW 8 Demangan RW 8 Demangan RW 8 Demangan RW 8 Demangan RW 8 Demangan RW 8
D3 SLTA SLTA SD SD SLTA D3 SLTA S2 SD SLTP SLTA SLTP SLTA SLTA SLTA SLTA SD SLTA SLTP SMK S1 SLTA
4 (2 anak) 6 (3 anak) 5 (3 anak) 8 (4 anak) 5 (3 anak) 3 (2 anak) 6 (1 anak) 4 (2 anak) 5 (2 anak) 5 (4 anak) 6 (3 anak) 7 (4 anak) 5 (3 anak) 4 (3 anak) 6 (3 anak) 5 (3 anak) 3 (2 anak) 6 (1 anak) 5 (3 anak) 6 (2 anak) 4 (2 anak) 16 (2 anak) 4 (2 anak) 7 (4 anak)
Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin
108 109 110 111 112 113
X108 X109 X110 X111 X112 X113
30 51 52 27 37 47
Demangan RW 8 Pakuncen RW 2 Pakuncen RW 2 Pakuncen RW 2 Pakuncen RW 2 Pakuncen RW 2
SLTA SLTP SLTP SLTA SLTA SLTP
7 (1 anak) 5 (3 anak) 5 (5 anak) 3 (1 anak) 6 (3 anak) 5 (2 anak)
Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin
IRT Swasta IRT Dagang Dagang Wiraswasta IRT Wiraswasta Dosen Buruh IRT IRT Wiraswasta Buruh cuci IRT Wiraswasta IRT IRT Buruh IRT Swasta Wiraswasta Staff Notaris Wiraswasta (warung) Playgroup IRT IRT IRT IRT IRT
2.500.000-3.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 1.500.000-2.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 2.500.000-3.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 1.500.000-2.500.000 1.500.000-2.500.000 < 1.500.000 1.500.000-2.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 1.500.000-2.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 1.500.000-2.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000
130
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131
X114 X115 X116 X117 X118 X119 X120 X121 X122 X123 X124 X125 X126 X127 X128 X129 X130 X131
49 54 38 45 31 42 55 47 52 40 56 37 40 42 34 50 59 40
Pakuncen RW 2 Pakuncen RW 2 Pakuncen RW 2 Pakuncen RW 2 Pakuncen RW 2 Pakuncen RW 8 Pakuncen RW 8 Pakuncen RW 8 Pakuncen RW 8 Pakuncen RW 8 Pakuncen RW 8 Wirobrajan RW 2 Wirobrajan RW 2 Wirobrajan RW 2 Wirobrajan RW 2 Wirobrajan RW 2 Wirobrajan RW 2 Wirobrajan RW 2
SD Tamat SD S1 SLTA SLTA SLTA SD SD SD SLTP SLTP SLTA SLTA SD SLTP SLTP SLTA
7 (5 anak) 4 (4 anak) 10 (6 anak) 6 (4 anak) 4 (2 anak) 3 (2 anak) 3 (2 anak) 3 (3 anak) 3 (3 anak) 4 (2 anak) 8 (3 anak) 5 (2 anak) 5 (2 anak) 5 (3 anak) 4 (3 anak) 3 (1 anak) 9 (5 anak) 5 (2 anak)
Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Janda Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin
< 1.500.000 < 1.500.000 1.500.000-2.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 2.500.000-3.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 1.500.000-2.500.000 < 1.500.000 1.500.000-2.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000
Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin
Dagang IRT Dagang IRT IRT Wiraswasta IRT IRT IRT Wiraswasta IRT IRT Jual roti IRT IRT Penjahit Jual sayur Dagang angkringan Wiraswasta Swasta Pembantu Karyawan IRT
132 133 134 135 136
X132 X133 X134 X135 X136
46 24 40 48 50
Wirobrajan RW 8 Wirobrajan RW 8 Wirobrajan RW 8 Wirobrajan RW 8 Wirobrajan RW 8
5 (2 anak) 8 (-) 3 (2 anak) 5 (2 anak) 4 (2 anak)
137 138
X137 X138
54 40
Wirobrajan RW 8 Wirobrajan RW 8
SD SLTA SD SLTA Sarjana Muda SLTA
8 (5 anak) 3 (1 anak)
Kawin Kawin
Wiraswasta PNS
< 1.500.000 1.500.000-2.500.000
< 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000 < 1.500.000
131
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
132
Lampiran 2. Kuesioner swamedikasi penyakit diare
Kuesioner Swamedikasi Penyakit Diare Nama Ibu Rumah Tangga
:
Nama Kepala Keluarga
:
Alamat
:
No Telp
:
Berikut ini pernyataan yang berkaitan dengan swamedikasi penyakit diare. Berilah tanda silang (X) untuk jawaban dari pernyataan yang Anda anggap paling sesuai dengan keadaan yang anda alami sebenarnya. SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju No. 1.
2. 3. 4. 5.
6. 7.
8. 9.
10.
Pernyataan A. PENGETAHUAN Diare adalah penyakit yang ditandai dengan buang air besar dengan bentuk feses/tinja lembek atau bahkan cair lebih dari 3 kali dalam sehari. (F) Semua gangguan saluran pencernaan pasti menimbulkan diare. (UF) Diare selalu disebabkan oleh kuman. (UF) Diare dapat diikuti dengan gejala sakit perut, mual atau demam. (F) Diare dengan tinja bercampur darah ataupun berlendir, namun pasien tidak terganggu maka diare tersebut termasuk diare ringan. (UF) Diare dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat menyebabkan kematian. (F) Pengobatan yang paling penting untuk menangani penyakit diare adalah dengan oralit. (F) Untuk menyembuhkan diare, antibiotik harus selalu digunakan. (UF) Oralit adalah larutan yang berisi elektrolit yang digunakan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat diare. (F) Beberapa antibiotik dapat digunakan untuk memberantas bakteri penyebab diare. (F)
Jawaban SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS SS
S S
R R
TS TS
STS STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18. 19.
20.
21.
22.
Beberapa contoh obat pennghenti diare adalah diapet, norit, neo-entrostop. (F) B. SIKAP Menurut saya buang air besar dengan bentuk feses/tinja lembek atau bahkan cair lebih dari 3 kali dalam sehari adalah diare. (F) Menurut saya, diare disebabkan karena kuman, ketidakseimbangan asam basa, penggunaan obat yang salah atau ketidakcocokan makanan. (F) Ketika saya atau anggota keluarga saya menderita diare tanpa lendir, darah atau berwarna seperti air cucian beras, saya dapat melakukan pengobatan sendiri dengan membeli obat diare tanpa resep di apotek. (F) Ketika saya atau anggota keluarga saya yang termasuk rentan (bayi, kakek-nenek) menderita diare namun kondisinya tidak mengkhawatirkan, belum perlu berobat ke dokter. (UF) Ketika saya atau anggota keluarga saya mengalami diare lebih dari 3 hari, namun kondisinya tidak mengkhawatirkan, maka belum perlu berobat ke dokter. (UF) Ketika saya atau anggota keluarga saya dalam kondisi khusus seperti kehamilan, kencing manis, penyakit jantung, gangguan ginjal, atau penyakit lainnya, dan kemudian menderita diare namun dalam kondisi tidak mengkhawatirkan, belum perlu berobat ke dokter. (UF) Menurut saya, obat yang dijual di Apotik lebih terjamin kualitas dan keamanannya. (F) Menurut saya, obat yang paling penting untuk mengatasi penyakit diare adalah oralit. (F) Menurut saya, orang yang sakit diare sebaiknya jangan diberi minum/asupan cairan terlalu banyak agar tinjanya menjadi padat. (UF) C. TINDAKAN Ketika saya atau anggota keluarga saya menderita diare tanpa lendir, darah atau berwarna putih seperti air cucian beras, saya selalu berobat ke dokter. (UF) Ketika saya atau anggota keluarga saya terkena diare tanpa lendir, darah atau berwarna putih seperti air cucian beras,
133
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
23.
24. 25.
26.
maka saya akan membeli obat sendiri ke apotik atau warung, dan setelah 3 hari tidak membaik saya baru pergi ke dokter. (F) Ketika saya atau anggota keluarga saya menderita diare, hal pertama yang saya lakukan adalah memberi oralit. (F) Saya selalu memeriksa keadaan obat yang saya beli (rusak atau kadaluarsa). (F) Saya selalu memperhatikan indikasi dan aturan pakai yang tertera pada kemasan obat. (F) Sebelum meminum obat diare, saya akan selalu melihat apakah obat diare tersebut masih layak untuk diminum atau tidak. (F)
Keterangan : UF F
: Unfavorable : Favorable
134
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
135
Lampiran 3. Pedoman wawancara untuk ibu-ibu tentang swamedikasi penyakit diare
Pedoman Wawancara Untuk Ibu-ibu Tentang Swamedikasi Penyakit Diare
Data Pribadi Responden : 1. Nama : 2. Umur : 3. Alamat dan no telp : 4. Pendidikan terakhir : 5. Jumlah anggota keluarga di rumah : 6. Status Perkawinan :
a. Kawin b. Janda
7. Pekerjaan :
a. Ibu Rumah Tangga (tidak bekerja) b. Petani/Nelayan c. Lainnya, sebutkan ........................
8. Penghasilan keluarga (Suami dan Istri) sebulan :
Pemahaman mengenai swamedikasi 1. Jika ibu atau anggota keluarga ibu mengalami sakit ringan apa yang akan ibu lakukan ? 2. Apa yang ibu ketahui mengenai pengobatan sendiri ? 3. Mengapa ibu melakukan pengobatan sendiri ? 4. Menurut ibu, penyakit seperti apa yang dapat diterapi/diobati dengan pengobatan sendiri? 5. Berapa kali ibu melakukan pengobatan sendiri dalam 1 bulan terakhir ? 6. Keuntungan apakah yang ibu dapatkan, bila melakukan pengobatan sendiri ? 7. Kerugian apakah yang ibu dapatkan, bila melakukan pengobatan sendiri ?
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
136
8. Menurut ibu, apakah pengobatan sendiri yang ibu lakukan ini cukup memuaskan (efektif) ? 9. Bila ibu melakukan pengobatan sendiri dan ternyata penyakit tidak kunjung membaik, apa yang akan ibu lakukan ? Kesesuaian pengenalan diare : 1. Apakah ibu mengetahui apa yang dimaksud dengan diare ? 2. Seberapa sering ibu melakukan pengobatan sendiri dalam penyakit diare dalam 1 bulan terakhir ? 3. Apa ibu mengetahui jenis-jenis atau macam penyakit diare? 4. Biasanya, apa saja penyebuang air besar penyakit diare tersebut ? 5. Apakah ibu mengetahui gejala-gejala penyakit diare ? 6. Menurut ibu, sejauh mana penyakit diare dapat ditangani dengan pengobatan sendiri ? 7. Dan sampai batas apa hingga ibu harus pergi ke dokter ? 8. Kapan diare dapat dikatakan sembuh ? 9. Darimana ibu mendapatkan informasi mengenai penyakit diare ? Kesesuaian pemilihan tindakan 1. Apa yang akan ibu lakukan apabila ibu mengalami atau menangani atau membantu orang yang terkena penyakit diare? 2. Apakah ibu pernah menangani orang yang terkena penyakit diare dengan komplikasi khusus ? (misalnya, kehamilan, diabetes mellitus, ginjal). 3. Apakah ada perbedaan perlakuan pada orang tua, orang muda, wanita hamil, bayi, atau pada komplikasi penyakit lainnya ? 4. Menurut ibu, apa hal yang paling penting dilakukan dalam menangani penyakit diare ? (apakah dengan mengganti cairan tubuh atau menghentikan diare) ? 5. Obat seperti apa yang biasanya ibu gunakan dalam mengobati penyakit ini ? 6. Merk obat apa yang biasanya ibu gunakan ? 7. Apakah alasan ibu memilih obat tersebut ? 8. Dimana biasanya ibu membeli obat tersebut ?
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
137
9. Ketika ibu membeli obat diare di tempat tersebut, pernahkan ibu mendapat bantuan dalam memilih obat diare yang sesuai untuk ibu atau anggota keluarga dari penjual ? 10. Apakah informasi yang diberikan jelas ? 11. Jika informasi yang diperoleh tidak dapat ibu mengerti atau informasi yang ibu peroleh tidak sesuai dengan yang ibu harapkan, apa yang ibu lakukan ? 12. Menurut ibu, informasi apa saja yang harus diketahui sebelum menggunakan obat? 13. Apakah ibu membeli obat tersebut dalam kemasan utuh ? 14. Apakah
ibu
membaca
label
pada
kemasan
obat
sebelum
mengkonsumsinya ? 15. Apakah menurut ibu, keterangan di label tersebut sudah cukup jelas ? ada apa saja disana ? 16. Sepanjang pengalaman ibu, apakah swamedikasi dengan obat diare tanpa resep cukup efektif ? 17. Apa yang ibu lakukan jika diare ibu belum juga sembuh walaupun sudah menggunakan obat diare yang dijual bebas ?
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 4. Hasil tes uji reliabilitas kuesioner Reliability Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded(a ) Total
% 17
100.0
0
.0
17
100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.783
26 Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
p1
100.8235
66.154
.550
.771
p2
101.8824
67.360
.215
.780
p3
103.1765
61.904
.431
.768
p4
101.4706
67.765
.146
.784
p5
101.8824
58.235
.641
.753
p6
101.1176
69.485
.059
.785
p7
101.0000
67.750
.269
.778
p8
102.5294
69.640
.061
.785
p9
100.8824
69.735
.038
.785
p10
101.4706
60.890
.541
.761
p11
100.9412
64.809
.520
.768
p12
101.4118
70.382
-.042
.787
p13
101.7059
68.721
.056
.789
p14
101.7647
65.816
.331
.775
p15
103.0588
63.434
.271
.781
p16
101.4118
60.132
.578
.759
p17
101.9412
58.184
.568
.757
p18
101.5882
66.632
.180
.784
p19
101.2941
65.971
.156
.789
p20
101.4706
65.890
.261
.779
p21
102.1176
58.985
.618
.755
p22
101.7647
63.191
.322
.776
p23
100.9412
64.934
.507
.769
p24
100.7647
68.691
.217
.781
p25
100.6471
68.868
.331
.780
p26
100.6471
69.993
.051
.784
138
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
139
Lampiran 5. Hasil tes normalitas data pengetahuan, sikap dan tindakan Case Processing Summary Cases Valid N
Missing N
Total
Pengetahuan
138
Percent 100.0%
0
Percent .0%
N 138
Percent 100.0%
Sikap
138
100.0%
0
.0%
138
100.0%
Tindakan
138
100.0%
0
.0%
138
100.0%
Descriptives
Pengetahuan
Statistic 40.7971
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper Bound
40.5829 40.0000 14.251 3.77498
Minimum
32.00
Maximum
55.00
Range
23.00
Interquartile Range
5.00
Skewness
.871
Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper Bound
1.127
.410 .35058
33.5531 34.9396 34.1948
Median
34.0000 16.961
Std. Deviation
4.11834
Minimum
24.00
Maximum
45.00
Range
21.00
Interquartile Range
4.25
Skewness
.312
Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean
.206
34.2464
5% Trimmed Mean Variance
Tindakan
41.4325
Median Std. Deviation
Sikap
40.1617
5% Trimmed Mean Variance
Std. Error .32135
Lower Bound
.206
.090
.410
23.9710
.23294
23.5104
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Upper Bound
140
24.4316
5% Trimmed Mean
23.9444
Median
24.0000
Variance
7.488
Std. Deviation
2.73646
Minimum
16.00
Maximum
30.00
Range
14.00
Interquartile Range
4.00
Skewness
.154
.206
Kurtosis
.096
.410
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a) 138
138
Sig. .000
Sikap
.096
138
.003
.976
138
.017
Tindakan
.141
138
.000
.969
138
.003
a Lilliefors Significance Correction
df
Shapiro-Wilk
Sig. .000
Pengetahuan
Statistic .142
Statistic .949
df
141
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 6. Hasil uji chi square
Crosstabs Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0% 0 .0% 0 .0% 0 .0% 0 .0% 0 .0%
Valid N TingkatPendidikan * XP TingkatPendidikan * XS TingkatPendidikan * XT TingkatEkonomi * XP TingkatEkonomi * XS TingkatEkonomi * XT
138 138 138 138 138 138
Percent 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Total N 138 138 138 138 138 138
TingkatPendidikan * XP Crosstab XP baik TingkatPendidikan
tinggi rendah
Total
Count Expected Count Count Expected Count Count Expected Count
39 34.0 22 27.0 61 61.0
buruk 38 43.0 39 34.0 77 77.0
Total
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.120
.061
77 77.0 61 61.0 138 138.0
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 2.935b 2.374 2.955
2.914
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) .087 .123 .086
.088
138
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26. 96.
Percent 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
142
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
TingkatPendidikan * XS Crosstab XS baik TingkatPendidikan
tinggi rendah
Total
Count Expected Count Count Expected Count Count Expected Count
39 33.5 21 26.5 60 60.0
buruk 38 43.5 40 34.5 78 78.0
Total
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.060
.041
77 77.0 61 61.0 138 138.0
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 3.645b 3.015 3.676
3.619
df 1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) .056 .083 .055
1
.057
138
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26. 52.
TingkatPendidikan * XT Crosstab XT baik TingkatPendidikan
tinggi rendah
Total
Count Expected Count Count Expected Count Count Expected Count
34 27.3 15 21.7 49 49.0
buruk 43 49.7 46 39.3 89 89.0
Total 77 77.0 61 61.0 138 138.0
143
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 5.690b 4.868 5.806
df 1 1 1
5.649
Asymp. Sig. (2-sided) .017 .027 .016
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.020
.013
.017
138
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21. 66.
TingkatEkonomi * XP Crosstab XP baik TingkatEkonomi
tinggi rendah
Total
Count Expected Count Count Expected Count Count Expected Count
23 14.6 38 46.4 61 61.0
buruk 10 18.4 67 58.6 77 77.0
Total 33 33.0 105 105.0 138 138.0
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 11.429b 10.111 11.518
11.346
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) .001 .001 .001
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.001
.001
.001
138
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14. 59.
144
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
TingkatEkonomi * XS Crosstab XS baik TingkatEkonomi
tinggi rendah
Total
Count Expected Count Count Expected Count Count Expected Count
buruk 13 18.7 65 59.3 78 78.0
20 14.3 40 45.7 60 60.0
Total 33 33.0 105 105.0 138 138.0
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 5.177b 4.302 5.152
5.140
df 1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) .023 .038 .023
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.028
.019
.023
138
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14. 35.
TingkatEkonomi * XT Crosstab XT baik TingkatEkonomi
tinggi rendah
Total
Count Expected Count Count Expected Count Count Expected Count
15 11.7 34 37.3 49 49.0
buruk 18 21.3 71 67.7 89 89.0
Total 33 33.0 105 105.0 138 138.0
145
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 1.874b 1.347 1.833
1.860
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) .171 .246 .176
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.212
.123
.173
138
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11. 72.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
146
Lampiran 7. Jawaban responden pada identifikasi permasalahan Pemahaman responden mengenai swamedikasi. 1. Jika ibu atau anggota keluarga ibu mengalami sakit ringan apa yang akan ibu lakukan ? no 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8.
jawaban beli obat di warung/apotik kerokan dan kompres, istirahat, beli obat warung/apotik dengan obat tradisional beli obat di warung/apotik dan dengan obat tradisional minum vitamin dan beli obat di apotek kerokan dan kompres kerokan dan kompres dan beli obat tradisional Total tindakan dalam menangani sakit ringan yang tepat beli obat di warung/apotek dan minum minuman beralkohol (contohnya anggur) Total tindakan dalam menangani sakit ringan yang tidak tepat total
jumlah 103
persentase(%) 75
11 10
8 7
7 3 2 1
5 2 1 1 99
1
1
138
1 100
2. Apa yang ibu ketahui mengenai swamedikasi (pengobatan sendiri)? no 1. 2.
8. 9. 10.
jawaban membeli obat di warung/apotek pengobatan tanpa bantuan dokter atau paramedis lainnya menggunakan obat di warung/apotek dan menggunakan obat tradisional pengobatan untuk penyakit-penyakit ringan beli obat dan membuat ramuan sendiri Total pemahaman mengenai swamedikasi yang tepat pengobatan dengan obat tradisional pengobatan yang dilakukan sendiri, tanpa bantuan orang lain membuat ramuan sendiri tidak tahu pengobatan yang dilakukan untuk diri sendiri
11.
pengobatan dengan vitamin dan tanpa obat
12.
istirahat yang cukup, makan dan minum yang sehat Total pemahaman mengenai swamedikasi yang tidak tepat total
3. 4. 5.
6. 7.
jumlah 37
persentase(%) 27
26
19
22 18 5
16 13 4
11
79 8
8 5 3
6 4 2
1
1
1
1
1
1
138
23 100
3. Mengapa ibu melakukan swamedikasi ? no 1. 2. 3. 4. 5.
jawaban cepat, dekat, mudah dan murah penyakitnya masih ringan sudah berpengalaman, murah murah, dapat membeli obat secukupnya, kalau tidak ada dokter (malam hari) kondisi darurat (tidak ada dokter, misal : malam
jumlah 79 30 9
persentase (%) 57 22 7
3
2
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
6.
7.
hari) dapat membeli obat di warung/apotek Total alasan melakukan swamedikasi yang tepat cepat, murah, lebih aman Total alasan melakukan swamedikasi yang tidak tepat total
2 1
1 1
14
90 10
138
10 100
147
4. Menurut ibu, penyakit seperti apa yang dapat diterapi/diobati dengan swamedikasi? no 1.
jawaban penyakit-penyakit ringan total
jumlah 138 138
persentase (%) 100 100
5. Berapa kali ibu melakukan swamedikasi dalam 1 bulan terakhir ? no 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
jawaban tidak pernah 1 kali 2 kali 3 kali 4 kali sering tidak ingat total
jumlah 52 63 16 2 1 2 2 138
persentase (%) 38 46 12 1 1 1 1 100
6. Keuntungan apa yang ibu dapatkan, bila melakukan swamedikasi ? no 1. 2.
3. 4. 5.
jawaban cepat, praktis dan murah murah dan dekat Total pemahaman mengenai swamedikasi yang tepat cepat, praktis, murah dan aman kalau pas sembuh ya beruntung bisa tau cocoknya apa Total pemahaman mengenai swamedikasi yang tidak tepat total
jumlah 114 4
persentase (%) 83 3
17 2 1
86 12 1 1
138
14 100
keuntungan
keuntungan
7. Kerugian apakah yang ibu dapatkan, bila melakukan swamedikasi ? no 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9. 10.
jawaban penyakit belum tentu sembuh tidak tahu penyakitnya apa kalau obatnya tidak cocok takut tambah parah penyakitnya takut tidak tahu penyakitnya dan salah penggunaan obat di warung tidak ada tanggung jawabnya, tidak terjamin kurang mendalami atau mengetahui obatnya (efek samping, kontraindikasi) terlalu sering melakukan dapat merusak organ tubuh Total pemahaman mengenai kerugian swamedikasi yang tepat tidak ada lebih repot dan lebih mahal
jumlah 18 10 8 3
persentase (%) 13 7 6 2
3
2
2
1
2
1
1
1
90 1
33 65 1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Total pemahaman mengenai swamedikasi yang tidak tepat total
148
kerugian 138
66 100
8. Bila ibu melakukan swamedikasi dan ternyata penyakit tidak kunjung membaik, apa yang akan ibu lakukan ? no 1. 2.
3. 4. 5. 6.
jawaban ke dokter atau puskesmas ke dokter atau ke pengobatan alternatif Total tindakan yang tepat apabila penyakit tidak kunjung membaik dengan swamedikasi ke puskesmas, dokter atau bidan istirahat cukup beli obat lagi (tidak punya uang untuk ke dokter) didiamkan Total tindakan yang tidak tepat apabila penyakit tidak kunjung membaik dengan swamedikasi total
jumlah 128 1
persentase (%) 93 1
6 1 1 1
94 4 1 1 1
138
7 100
Kesesuaian pengenalan diare : 1. Apakah ibu mengetahui apa yang dimaksud dengan diare ? no 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9.
jawaban buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan bentuk tinja lembek atau cair buang air besar lebih dari >6 kali sehari dengan bentuk tinja lembek atau cair buang air besar 4-5 kali sehari dengan bentuk tinja lembek atau cair buang air besar terus-terusan frekuensi buang air besar meningkat dan konsistensi tinja abnormal buang air besar lebih dari 2 kali sehari dengan bentuk tinja lembek atau cair Total pemahaman mengenai diare yang tepat buang air besar lembek/cair sekali dalam sehari sudah termasuk diare ketidaknormalan pencernaan yang disebabkan karena salah makan pengeluaran banyak cairan Total pemahaman mengenai diare yang tidak tepat total
jumlah
persentase (%)
87
63
25
18
17 2
12 1
1
1
1
1 96
3
2
1 1
1 1
138
4 100
2. Seberapa sering ibu melakukan swamedikasi dalam penyakit diare dalam 1 bulan terakhir ? no 1. 2. 3. 4.
jawaban tidak pernah 1 kali 2 kali 4 kali total
jumlah 119 16 2 1 138
persentase (%) 86 12 1 1 100
3. Apa ibu mengetahui jenis-jenis atau macam penyakit diare? no 1. 2. 3.
jawaban diare ringan dan diare berat diare akibat makanan dan diare akibat kuman diare akut dan diare ringan
jumlah 4 3 1
persentase (%) 3 2 1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
4. 5. 6. 7.
Total pemahaman mengenai jenis/ macam penyakit diare yang tepat tidak tahu disentri, muntaber dan diare biasa diare lembek, diare cair, diare berlendir, diare berdarah diare lembek dan diare berdarah Total pemahaman mengenai jenis/ macam penyakit diare yang tidak tepat total
81 41
6 59 30
7 1
5 1
138
95 100
149
4. Biasanya, apa saja penyebab penyakit diare tersebut ? no 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9. 10. 11. 12.
jawaban makanan dan minuman kuman dan makanan pedas makanan, keracunan obat dan kondisi tubuh kurang fit alergi, amoeba makanan pedas atau makan tidak teratur lingkungan dan makanan yang kurang sehat makanan, kuman, maag Total pemahaman mengenai penyebab penyakit diare yang tepat masuk angin dan makanan tidak tahu makanan pedas dan cuaca kuman, makanan dan masuk angin masuk angin Total pemahaman mengenai penyebab penyakit diare yang tidak tepat total
jumlah 47 32
persentase (%) 34 23
12 4 2 1 1
9 3 1 1 1
20 8 5 4 2
72 14 6 4 3 1
138
28 100
5. Apakah ibu mengetahui gejala-gejala penyakit diare ? no 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10.
jawaban sakit perut, buang air besar terus-terusan, mual dan kembung sakit perut, kembung, demam, mual, pusing, dan muntah sakit perut sakit perut, buang air besar terus-terusan sakit perut, buang air besar terus-terusan dan muntah buang air besar terus menerus, tidak mau makan, lemes, haus, pusing, dan sakit perut buang air besar, encer, berkali-kali dalam sehari buang air besar lembek terus-terusan, sakit perut, mual, pusing sakit perut, pegal di pinggang Total pemahaman mengenai gejala penyakit diare yang tepat sakit perut, masuk angin Total pemahaman mengenai gejala penyakit diare yang tidak tepat total
jumlah
persentase (%)
41
30
32 19 16
23 14 12
9
7
8 7
6 5
2 2
1 1
2
99 1
138
1 100
6. Menurut ibu, sejauh mana penyakit diare dapat ditangani dengan swamedikasi ? no 1.
jawaban hanya 3-4 kali, dapat makan dan minum, masih
jumlah
persentase(%) 45
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9. 10. 11. 12. 13.
14. 15. 16.
ada ampasnya, tidak ada lendir atau darah, tidak lemas diare yang diobati dengan obat bebas langsung sembuh tidak ada lendir atau darah dan tidak lemas kalau dalam 2-3 hari sudah sembuh tidak pakai demam, cuma beberapa kali, masih mau makan dan minum diare seperti buang air besar biasa cuma lebih lembek/cair, sakit perutnya masih bisa ditahan tidak pakai demam, anak tidak rewel diare seperti buang air besar biasa hanya lebih lembek, bau tidak menyengat, tidak lemas Total pemahaman mengenai batas diare yang dapat ditangani dengan swamedikasi tepat tidak tahu tidak lebih dari 8 kali diare yang disebabkan salah makan kalau cuma gara-gara angin diare seperti buang air besar biasa, hanya lebih lembek, tidak lebih dari 10 kali sehari, tidak lemes, masih mau minum diare yang frekuensinya 2 jam sekali frekuensi buang air besarnya kurang dari 30 kali dalam sehari frekuensi 5-6 kali sehari, diare seperti buang air besar biasa hanya lebih lembek Total pemahaman mengenai batas diare yang dapat ditangani dengan swamedikasi tidak tepat total
62 25 11 10
18 8 7
8
6
6 2
4 1
2
1
4 2 1 1
90 3 1 1 1
1 1
1 1
1
1
1
1
138
10 100
7. Dan sampai batas apa hingga ibu harus pergi ke dokter ? no 1.
jawaban cair, berbau busuk, berlendir, sering sekali, lemas, ada lendir/darah, sakit perut tidak tertahankan
2.
sudah 3 hari diobati dengan obat bebas tidak sembuh, ada darah atau lendir, tidak nafsu makan, mual-mual, lemas lebih dari 4 kali sehari, lemes, ada lendir/darah, muntah-muntah, demam tinggi ada lendir atau darah, lemas, tidak berhenti-berhenti
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
diare 5-10 kali dalam sehari, ada darahnya sehari 10-15 kali, muntah-muntah sehari lebih dari 3 kali, berdarah atau berlendir demam, sakit perut yang tidak dapat ditahan, buang air besar berkali-kali, muntah-muntah, lemes kalau kelihatan lemas atau lebih dari 2 hari diare yang terus menerus, lemas, berdarah, berlendir, berwarna seperti air cucian beras kalau sakit perutnya tidak tertahankan, atau sudah lebih dari 3 hari sakit perut yang tidak tertahankan, buang air besar lembek/cair 6-8 kali sehari, lemes demam tinggi, anak rewel sakit perut berlebihan, disertai muntah darah, buang air besar berupa cairan terus-terusan dan disertai dengan darah
jumlah
persentase (%)
57
41
27
20
10
7
9 8 6 4
7 6 4 3
3 2
2 1
1
1
1
1
1 1
1 1
1
1
150
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
15. 16.
17. 18. 19.
frekuensi buang air besarnya lebih dari 30 kali dalam sehari tidak sembuh-sembuh atau ada darahnya Total pemahaman yang tepat mengenai batas diare yang sudah harus ditangani dokter tidak tahu kalau kena virus, dehidrasi dengan tanda-tanda lemas kotoran berwarna kecoklatan, baunya menyengat Total pemahaman yang tidak tepat mengenai batas diare yang sudah harus ditangani dokter total
1 1
1 1
3
98 2
1
1
1
1
138
4 100
jumlah 47
persentase (%) 34
44
32
27 9
20 7
9 1
93 7 1
1
1
138
9 100
151
8. Kapan diare dapat dikatakan sembuh ? no 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7.
jawaban kalau sudah berhenti buang air besar kalau sudah berhenti buang air besar dan tinjanya mulai memadat kalau sudah berhenti buang air besar dan tinjanya mulai memadat, gejala lain sudah hilang frekuensi dan konsistensi tinja kembali normal Total pemahaman mengenai karakteristik kesembuhan diare yang tepat kalau tinjanya sudah memadat frekuensi buang air besarnya sudah berkurang kalau sudah tidak mual-mual, nafsu makan kembali, sakit perut sudah hilang Total pemahaman mengenai karakteristik kesembuhan diare yang tidak tepat total
9. Darimana ibu mendapatkan informasi mengenai penyakit diare ? no 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
jawaban dari pengalaman sendiri teman teman dan media massa pengalaman dan teman keluarga dan teman pengalaman dan keluarga media massa, penyuluhan pkk, teman, pengalaman penyuluhan dan puskesmas dokter media massa dari puskesmas dari dokter dan teman media massa pengalaman dan media massa keluarga dan media massa posyandu dan media massa media massa dan dokter media massa, teman, keluarga, posyandu media massa, teman, bidan, dokter keluarga dan dokter dari dokter, puskesmas, penyuluhan pkk dari dokter, bidan, pengalaman dari brosur apotik teman, puskesmas, buku-buku
jumlah 29 11 11 9 9 9 8 7 6 6 4 2 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1
persentase (%) 21 8 8 7 7 7 6 5 4 4 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
25. 26. 27. 28. 29.
dari penjelasan dokter, brosur dari brosur, teman, pengalaman, media massa sekolah, pamflet-pamflet tenaga kesehatan keluarga, puskesmas dan teman total
1 1 1 1 1 138
152
1 1 1 1 1 100
Kesesuaian pemilihan tindakan 1. Apa yang akan ibu lakukan apabila ibu mengalami atau menangani atau membantu orang yang terkena penyakit diare? no 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
18. 19. 20. 21. 22.
23. 24. 25.
26.
27. 28.
jawaban oralit perut dikasih minyak telon, badan dipijit, diberi oralit buatan sendiri (air hangat, gula, garam) minum yang banyak Total tindakan swamedikasi diare yang tepat beli obat bebas di warung/apotek diberi obat bebas dan oralit teh kental, oralit dan beli obat warung teh kental dan oralit teh kental, oralit buatan sendiri (air hangat, gula, garam), daun jambu teh kental dan daun jambu muda dikasih oralit bikinan sendiri, daun jambu muda, kunyit daun jambu dan teh kentel daun jambu kluthuk air teh manis dikasih garam teh kental dan pahit beli obat, minum daun jambu, kunir putih dan membuat oralit sendiri (air hangat, gula dan garam) pupus daun jambu biji dan diapet teh pahit, oralit buatan sendiri (air hangat, gula, garam), minyak kayu putih dioleskan, daun jambu muda, kunyit oralit buatan sendiri (air hangat, garam dan gula), dan daun jambu diberi oralit buatan sendiri (air hangat, gula, dan garam), kunyit merah dan kunyit putih makan buah dan daun jambu muda, dan membuat oralit (air hangat, gula dan garam) dikasih daun jambu dan salak, beli obat diare di warung dikasih madu, oralit, teh, daun jambu, kalau tidak sembuh diulangi sampai 3 kali tiap habis buang air tubuh dihangatkan dengan minyak bawang merah, kunir putih, kunir merah, lacto b, smecta diapet dan perut dikasih hangat-hangat seperti minyak kayu putih atau kompres air hangat kunir diparut, diberi kuning telur dan madu, membuat oralit sendiri (air hangat, gula dan garam) bikin jamu (daun duwet putih, daun jambu biji, pucuk batang pisang, daun jambu mete yang masih muda, garam, kunir putih) dan oralit (air hangat, gula dan garam) minum diapet, teh pahit, minyak kayu putih dan daun pupus jambu dikompres dengan air hangat, bikin oralit (air hangat,
jumlah 25
persentase (%) 18
1 2 24 17 12 5
1 1 20 17 12 9 4
5 4 4 3 3 1 2
4 3 3 2 2 1 1
2 2
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
36. 37.
garam dan gula), kunir dikasih puyang, diberi neo entrostop diapet, daun jambu biji diberi garam, oralit daun salam, garam dan gula untuk oralit, daun jambu muda dan garam, dengan diapet
1 1 1
1 1
1
1
kunyit dan kunir putih, dan beli obat bebas kunir putih, daun jambu biji, minyak kayu putih makan yang sepet-sepet seperti daun jambu muda, pisang raja dibakar setengah matang, sawo setengah matang, membuat oralit sendiri (air putih, gula dan garam) diberi kunir minum neo-entrostop, atau daun jambu dan kunyit
1 1
1 1
1 1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1 1
1
1 86 100
38.
menggunakan apotek hidup, yaitu buah sawo muda, garam, kunir putih, dan daun pisang ambon
39.
beli diapet di warung, brambang puyang diparut dikasih garam, diberi oralit membuat oralit sendiri (air hangat, gula dan garam), buah sawo dan buah pisang perut dikasih minyak kayu putih, diminumin diapet, minum teh pahit, makan yang banyak minum ramuan jawa (air kunir), diapet minum air putih yang banyak dan beli obat warung
40. 41. 42. 43.
Total tindakan swamedikasi diare yang tidak tepat total
138
153
2. Apakah ibu pernah menangani orang yang terkena penyakit diare dengan komplikasi khusus ? (misalnya, kehamilan, diabetes mellitus, ginjal). no 1. 2. 3.
jawaban tidak pernah Total tindakan swamedikasi diare yang tepat pernah, kehamilan pernah, sakit ginjal Total tindakan swamedikasi diare yang tidak tepat total
jumlah 133 4 1 138
persentase (%) 96 96 3 1 4 100
3. Apakah ada perbedaan perlakuan pada orang tua, orang muda, wanita hamil, bayi, atau pada komplikasi penyakit lainnya ? no 1.
jawaban bayi dan wanita hamil langsung dibawa ke dokter
2.
bayi dibawa langsung ke dokter Total pembedaan tindakan swamedikasi diare yang tepat tidak ada bedanya beda di dosisnya, anak-anak dan wanita hamil lebih sedikit tidak tahu bayi dikasih obat tradisional, orang tua bisa menggunakan diapet bayi diberi obat tradisional, wanita hamil harus ke dokter ada, kalau untuk orang tua dan wanita hamil bisa dikasih jamu, untuk bayi cuma diberi oralit
3. 4. 5. 6. 7. 8.
jumlah
persentase (%)
53 7
38 5
54
43 39
7 5
5 4
5
4
4
3
2
1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
9.
ada, untuk bayi dan anak-anak kecil langsung dibawa ke dokter, untuk wanita hamil dan orang tua pakai obat warung dulu Total pembedaan tindakan swamedikasi diare yang tidak tepat total
1
1
138
57 100
154
4. Menurut ibu, apa hal yang paling penting dilakukan dalam menangani penyakit diare ? (apakah dengan mengganti cairan tubuh atau menghentikan diare) ? no 1.
jawaban mengganti cairan tubuh Total tindakan swamedikasi diare yang tepat dua-duanya menghentikan diare Total tindakan swamedikasi diare yang tidak tepat total
2. 3.
jumlah 42 53 43 138
persentase (%) 31 31 38 31 69 100
5. Obat seperti apa yang biasanya ibu gunakan dalam mengobati penyakit ini ? no 1. 2. 3. 4. 5. 6.
jawaban obat tradisional obat modern obat modern dan obat tradisional oralit tidak pakai obat obat tradisional dan oralit total
jumlah 57 45 25 6 3 2 138
persentase (%) 41 33 18 4 2 1 100
jumlah 4 41 17 12 8 4 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
persentase (%) 3 3 30 12 9 6 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26
83 19
6. Merk obat apa yang biasanya ibu gunakan ? no 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
26.
jawaban oralit Total pemilihan terapi swamedikasi diare yang tepat diapet diapet dan entrostop entrostop neo entrostop diatabs norit diapet dan neo entrostop imodium entrostop dan stopcret new diatabs new diatabs, vitodiar dan loperamid entrostop dan diatabs inamit dan lacto b diapet, syiba, norit metolin guanistrep, imodium, new diatabs diapet, entrostop, norit diapet, entrostop, norit, stopdiar diapet, entrostop, guanistrep diatabs dan neo entrostop syiba diapet, entrostop, syiba mitro new diatabs, norit, entrostop Total pemilihan terapi swamedikasi diare yang tidak tepat tidak membeli obat bermerk
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
total
155
138
100
jumlah 44 5 4 3 2 2 2 2 1 1 1 1 1
persentase (%) 32 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 10 9 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
50 9 7 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 138
33 19 100
7. Apakah alasan ibu memilih obat tersebut ? no 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
27.
jawaban cocok mudah didapatkan cocok dan alami mudah didapatkan dan cocok cocok dan murah pengalaman disarankan oleh apoteker karena disaranin dokter menyerap racun (norit) agar tidak dehidrasi alami, tersedia di warung, harga terjangkau alami, ada di warung alami, banyak dipakai orang Total alasan pemilihan obat untuk swamedikasi diare yang tepat aman/alami yang ada di warung tahunya cuma itu turun temurun yang mudah diingat yang ada di warung dan tahunya hanya itu cocok, murah, tanpa efek samping dikasih tau anak aman dan murah cocok dan banyak dipakai orang hanya coba-coba diberi dari dokter, iklan menggiurkan, cocok banyak dipakai orang (terkenal) Total alasan pemilihan obat untuk swamedikasi diare yang tidak tepat tidak menggunakan obat bermerk total
8. Dimana biasanya ibu membeli obat tersebut ? no 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
jawaban apotik Total pemilihan tempat pembelian obat yang tepat warung warung dan apotik toko dan apotik warung, toko dan apotik pasar dan apotik toko obat Total pemilihan tempat pembelian obat yang tidak tepat tidak membeli obat bermerk total
jumlah 37 51 19 2 1 1 1 26 138
persentase (%) 27 27 37 14 1 1 1 1 55 19 100
9. Ketika ibu membeli obat diare di tempat tersebut, pernahkan ibu mendapat bantuan dalam memilih obat diare yang sesuai untuk ibu atau anggota keluarga dari penjual ? no 1.
jawaban pernah Total tindakan mengenai pemberian bantuan yang tepat
jumlah 31
persentase (%) 22 22
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2.
3.
tidak pernah Total tindakan mengenai pemberian bantuan yangtidak tepat tidak membeli obat bermerk total
156
81
59
26 138
59 19 100
jumlah 66 2
persentase (%) 48 1
33 11
49 24 8
26 138
32 19 100
10. Apakah informasi yang diberikan jelas ? no 1. 2.
3. 4.
5.
jawaban jelas cukup Total tindakan mengenai pemberian informasi yang tepat tidak mendapat informasi sama sekali masih banyak yang kurang Total tindakan mengenai pemberian informasi yang tidak tepat tidak membeli obat bermerk total
11. Jika informasi yang diperoleh tidak dapat ibu mengerti atau informasi yang ibu peroleh tidak sesuai dengan yang ibu harapkan, apa yang ibu lakukan ? no 1. 2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
12. 13.
jawaban baca label kemasan tanya sama apoteker Total tindakan yang tepat ketika informasi yang diperoleh kurang memuaskan baca di label kemasan dan tanya dengan penjual diam saja tanya sama kenalan tanya sama penjualnya baca label kemasan, tanya dokter, bidan atau apoteker tanya sama bidan atau dokter baca di label kemasan dan tanya dengan penjual atau teman baca di label kemasan atau tanya sama anak baca label kemasan dan tanya orang yang dikenal Total tindakan yang tidak tepat ketika informasi yang diperoleh kurang memuaskan tidak mendapat informasi sama sekali total
jumlah 41 5
persentase (%) 30 4
12 9 8 5 4 4
34 9 7 6 4 3 3
1 1 1
1 1 1
47 138
35 34 100
12. Menurut ibu, informasi apa saja yang harus diketahui sebelum menggunakan obat? no 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
jawaban kandungan, aturan pakai, kontraindikasi, efek samping, indikasi, tanggal kadaluwarsa Total pemahaman yang tepat mengenai informasi obat yang harus diketahui aturan pakai aturan pakai dan indikasi obat tanggal kadaluwarsa dan aturan pakai aturan pakai, efek samping, indikasi tidak tahu aturan pakai dan kandungan aturan pakai, kontraindikasi, efek samping, indikasi aturan pakai, efek samping dan tanggal kadaluarsa kandungan, aturan pakai, efek samping aturan pakai, indikasi, efek samping, tanggal kadaluwarsa
jumlah
persentase (%)
3
2
29 15 12 8 7 3 3 2 2
2 21 11 9 6 5 2 2 1 1
2
1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
35.
kandungan, indikasi, kontraindikasi, aturan pakai, efek samping dosis dan aturan pakai aturan pakai, tanggal kadaluwarsa, dosis tidak ada efek sampingnya, murah, aman, aturan pakai kandungan, indikasi, aturan pakai, efek samping aturan pakai, efek samping, tanggal kadaluwarsa kandungan, efek samping, aturan pakai, tanggal kadaluwarsa aturan pakai, indikasi, tanggal kadaluwarsa aturan pakai dan efek samping indikasi, dosis, aturan pakai indikasi, tanggal kadaluwarsa, keaslian obatnya dosis, tanggal kadaluwarsa, aturan pakai, komposisi aturan pakai, dosis obat, tanggal kadaluwarsa tanggal kadaluwarsa, dosis, aturan pakai, kontraindikasi, efek samping aturan pakai dan larangan makan kandungan, indikasi, efek samping kandungan obat dan tanggal kadaluwarsa indikasi, kandungan, aturan pakai, dosis dosis indikasinya kandungannya tidak perlu informasi kemanjuran obat Total pemahaman yang tidak tepat mengenai informasi obat yang harus diketahui tidak menggunakan obat bermerk total
2 2 2 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 138
82 19 100
13. Apakah ibu membeli obat tersebut dalam kemasan utuh ? no 1.
2. 3.
4.
jawaban utuh Total pemahaman yang tepat mengenai pembelian obat kadang eceran, kadang utuh eceran Total pemahaman yang tidak tepat mengenai pembelian obat tidak membeli obat bermerk total
jumlah 74
persentase (%) 54
16 22
54 12 16
26 138
28 19 100
14. Apakah ibu membaca label pada kemasan obat sebelum mengkonsumsinya ? no 1. 2.
3.
jawaban ya Total tindakan yang tepat sebelum meminum obat tidak Total tindakan yang tidak tepat sebelum meminum obat tidak membeli obat bermerk total
jumlah 94 18
persentase (%) 68 68 13
26 138
13 19 100
157
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
158
15. Apakah menurut ibu, keterangan di label tersebut sudah cukup jelas ? ada apa saja disana ? no 1.
2.
3. 4.
jawaban jelas Total keterangan pada label kemasan obat yang tepat tidak jelas Total keterangan pada label kemasan obat yang tidak tepat tidak membeli obat bermerk tidak tahu karena tidak dibaca total
jumlah 99
persentase (%) 72
3
72 2
26 10 138
2 19 7 100
16. Sepanjang pengalaman ibu, apakah swamedikasi dengan obat diare tanpa resep cukup efektif ? no 1.
2. 3.
jawaban efektif Total keefektifan swamedikasi dengan obat diare tanpa resep kadang efektif, kadang tidak tergantung penyakitnya tidak efektif Total ketidakefektifan swamedikasi dengan obat diare tanpa resep total
jumlah 94
persentase (%) 68
34 10
68 25 7
138
32 100
17. Apa yang ibu lakukan jika diare ibu belum juga sembuh walaupun sudah menggunakan obat diare yang dijual bebas ? no 1.
2. 3.
jawaban ke dokter Total tindakan yang tepat apabila diare tidak kunjung membaik dengan swamedikasi ke mantri baru kalo tidak sembuh ke dokter beli obat warung lagi Total tindakan yang tepat apabila diare tidak kunjung membaik dengan swamedikasi total
jumlah 136
persentasi (%) 98
1 1
98 1 1
138
2 100
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
177
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Kartikasari Bastinia Darusman, lahir di Yogyakarta pada tanggal 27 Januari 1987. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Kristen Indonesia
Magelang
pada
tahun
2000,
kemudian
meneruskan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kristen 3 Magelang hingga tahun 2001, kemudian meneruskan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Budya Wacana Yogyakarta dan menyelesaikannya pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan tingkat atas di Sekolah Menengah Umum BOPKRI I Yogyakarta pada tahun 2004 dan kemudian meneruskan pendidikan ke Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2004. Selama di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, penulis pernah menjabat sebagai sekretaris Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta masa jabatan 2006 dan sekretaris I Badan Eksekutif Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta masa jabatan 2007.