PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KAT TEKESE HIJAU H SEBAGAI WU UJUD KETE ERLIBATA AN UMAT T DALAM M UPAYA MENJAGA M A KEUTUH HAN ALAM M CIPTAA AN DI PAR ROKI SAN NTO THOM MAS RASU UL BEDON NO KABUP PATEN SEMARANG G
S K R I PSI
Diajjukan untu uk Memenu uhi Salah Sa atu Syarat M Memperole h Gelar Saarjana Pend didikan Program m Studi Ilm mu Pendidiikan Kekhu ususan Pen ndidikan Agama Katoolik
Oleh: Corn nelius Aguss Sumarno NIM: 1111124031
PR ROGRAM STUDI ILM MU PENDIDIKAN KEKHU USUSAN PENDIDIKA AN AGAM MA KATOL LIK AN ILMU PENDIDIK P KAN JURUSA FAKULT TAS KEGU URUAN DA AN ILMU PENDIDIK KAN UNIVERS SITAS SAN NATA DHA ARMA Y YOGYAKA ARTA 20155
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI
KATEKESE HIJAU SEBAGAI WUJUD KETERLIBATAN UMAT DALAM UPAYA MENJAGA KEUTUHAN ALAM CIPTAAN DI PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEI}ONO KABUPATEN SEMARANG
Oleh:
Cornelius Agus Sumarno
NIM: llll2403l
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
4t
Heryatno Wtino Wulung, SJ, M. Ed
tanggal 26 November 201 5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria kepada Kedua Orang Tuaku atas dukungan, motivasi dan doa serta pembaca skripsi ini
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO “Segala sesuatu diciptakan melalui Dia dan untuk Dia” Kol 1:16
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Judul skripsi KATEKESE HIJAU SEBAGAI WUJUD KETERLIBATAN UMAT DALAM UPAYA MENJAGA KEUTUHAN ALAM CIPTAAN DI PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEDONO KABUPATEN SEMARANG dipilih karena model katekese seperti ini terbilang baru dan sangat relevan untuk jaman sekarang. Melihat keadaan alam ciptaan yang begitu memprihatinkan saat ini, umat mulai menyadari pentingnya menjaga alam ciptaan sebagai sebuah tuntutan moral. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga keutuhan alam ciptaan yakni dengan mulai melaksanakan gerakan hijau. Berangkat dari hadirnya katekese hijau sebagai model dan cara baru dalam berkatekese, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu umat sebagai pelaku katekese hijau dapat semakin giat menghidupi katekese model ini. Hal lain juga dimaksudkan agar pembaca skripsi ini mampu menyadari pentingnya menjaga keutuhan alam ciptaan yang pada akhirnya melaksanakan aksi nyata untu menjaga keutuhan alam ciptaan Yang menjadi pokok persoalan dalam skripsi ini bagaimana katekese hijau dapat meningkatkan kesadaran umat dalam meningkatkan dan mengelola keutuhan alam ciptaan. Paroki Santo Thomas Rasul Bedono sebagai salah satu paroki yang ada di bawah Keuskupan Agung Semarang (KAS) memiliki satu arah pastoral yang berisikan melestarikan lingkungan hidup. Untuk mengkaji lebih mendalam persoalan di atas, penulis melakukan studi pustaka yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen Gereja, pemikiran para tokoh mengenai katekese dan lingkungan hidup. Dalam rangka memperoleh data mengenai pelaksanaan kegiatan katekese hijau di paroki Santo Thomas Rasul Bedono, penulis melakukan penelitian dengan cara pengamatan, menyebarkan angket yang diperkuat dengan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umat memerlukan pengayaan tentang ajaran Gereja sebagai dasar keterlibatan umat dalam upaya menjaga keutuah alam ciptaan. Untuk menanggapi hal tersebut, maka penulis mengusulkan katekese yang dikemas dalam bentuk sarasehan untuk mendalami ajaran Gereja mengenai alam ciptaan. Kegiatan ini dilakukan agar membatu umat menghayati, memotivasi dan memaknainya. Pada akhirnya umat semakin menghayati panggilannya sebagai penjaga alam ciptaan.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT THE GREEN CATECHESIS AS PARISHIONERS PARTICIPATION IN PRESERVING THE CREATED NATURE IN ST. THOMAS APOSTLE PARISH, BEDONO, SEMARANG is chosen as the title of the thesis because this catechesis is fairly new and relevant to be applied in this era. Looking the anxious circumtances of nature today, parishioners start to realize the importance of preserving nature as a moral demand. One of the efforts in preserving nature is by starting the green movement. Departing from the presence of green catechesis as a new way to cachectic, this thesis aims to help parishioners live this green catechesis and be the actors of it. Besides, this thesis also intends to help the readers to realize the importance of preserving the whole created nature. At the end, they are expected to make concrete actions in term of efforts to preserve the whole created nature. The main problem of this thesis is how the presence of green catechesis is able to increase parishioners awareness especially in preserving nature. St. Thomas Apostle Parish Bedono is one of the parish in Archdiocese of Semarang which has a programmatic concern which is to preserve the environment. Therefore, in order to examine the problem deeper, the writer conducted a library study which used some main sources such as the Holy Bible, Church documents, and some figures’ thought about the catechesis and environment. Meanwhile, in order to gather data about the implementation of green catechesis in St. Thomas Apostle Parish Bedono, the writer conducted a study by observing and distributing questionnaires which were strengthened by interviews. The research shows that parishioners need the deep understanding about the created nature as part of Church teaching. In order to answer the problem, the writer proposes a catechesis in form of informal discussion about the created nature as part of the Church teaching. This activity as held to help parishioners comprehend, motivate, and interpret it. Finally, this activity aims to help parishioners understand their vocations as the preserver of the created nature.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Terpujilah Tuhan karena rahmatMu telah mengantarkan penulis pada ketenangan, ketekunan dan kejernihan pikiran untuk menyelesaikan skiripsi yang berjudul “Katekese Hijau Sebagai Wujud Keterlibatan Umat Dalam Upaya Menjaga Keutuhan Alam Ciptaan Di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang”. Skirpsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Skirpsi ini lahir karena keprihatinan penulis terhadap alam ciptaan yang mengalami kerusakan. Kerusakan alam yang terjadi merupakan potret nyata keadaan manusia yang hampir tidak merasakan kebahagian dan kesejahteraan melalui alam ciptaan yang diciptakan begitu sempurna oleh Allah. Dalam skirpsi ini, penulis telah berjumpa dengan umat di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono yang tergerak hatinya untuk peduli pada lingkungannya melaui katekese hijau. Skripsi ini terselesaikan karena banyak dukungan dari orang-orang yang ikut ambil bagian dalam pengerjaan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan rasa terima kasih penulis akan menghadirkan kembali nama-nama yang sangat berharga sebagai berikut: 1.
Rm. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ. M. Ed selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma, dosen pembimbing utama dan dosen pembimbing akademik. Terima kasih telah membimbing dengan begitu
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
murah hati dan sabar dengan segala pengertian, waktu dan pemikiran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2.
Rm. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku dosen penguji kedua yang telah memberikan banyak perhatian, semangat dan dukungan selama penulis menjalanni studi di Prodi IPPAK.
3.
Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y., M. Hum selaku dosen penguji ketiga yang telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas semangat yang sudah diberikan kepada penulis.
4.
Rm. Patricius Hartono, Pr selaku pastor paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mendalami katekese hijau yang dikembangkan di paroki ini. Terima kasih pula untuk masukan dan tempat yang layak selama melaksanakan penelitian skripsi ini.
5.
Segenap umat lingkungan Herman Yosef Sodong dan kelompok paguyuban Biji Sesawi yang bersedia meluangkan waktu untuk membantu kelancaran penulisan skripsi ini dengan mengisi angket yang diberikan oleh penulis.
6.
Segenap Romo, Bapak dan Ibu dosen dan seluruh staf karyawan Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang telah membantu kelancaran studi dengan teladan dan ilmu yang diberikan.
7.
Kepada Bapak dan Ibuku yang selalu memberikan dukungan doa, semangat, motivasi dan finansial dalam menyelesaikan skripsi ini.
8.
Keluarga Yustinus Tyasmanto yang telah memberikan dukungan, doa, dan tempat yang nyaman selama menyelesaikan skripsi ini.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
iv
MOTTO .........................................................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .........................................
vii
ABSTRAK ....................................................................................................
viii
ABSTRACT ..................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN ..............................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................................
8
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................
8
D. Manfaat Penulisan ........................................................................
8
E. Metode Penulisan ........................................................................
10
F. Sistematika Penulisan ...................................................................
10
BAB II POKOK-POKOK KATEKESE HIJAU DAN URGENSINYA...
12
A. Pokok-pokok Katekse hijau .........................................................
13
1. Latar Belakang Katekese Hijau ................................................
13
2. Arti Katekese Hijau ..................................................................
15
3. Tujuan Katekese Hijau .............................................................
17
4. Isi Katekese Hijau …................................................................
21
5. Pelaku Katekese Hijau …........................................................
26
6. Meneladan Hidup Santo Fransiskus yang Mencintai Lingkungan Hidup ....................................................................
27
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Hubungan Katekese Hijau dan Keutuhan Alam Cipataan.............
29
1. Lingkup Perhatian tentang Alam Ciptaan .................................
29
2. Paham tentang Alam Ciptaan Menurut Kitab Suci ...................
32
3. Manusia dan Lingkungannya ................................................. ...
35
4. Gereja dan Alam Ciptaan .............................................. ............
36
C. Urgensi Katekese Hijau dalam Upaya Menjaga Keutuhan Alam Ciptaan .............................................................................................. 1. Kerusakan Alam Ciptaan Semakin Terlihat Sacara Global......
38 38
2. Praktik Hidup yang Merusak ...................................................
40
3. Tekanan Tanggungjawab Moral Terhadap Pelestarian Lingkungan ............................................................................... 4. Menciptakan Kehidupan yang Selaras dengan Kehendak Allah............................................................
45 47
BAB III KEGIATAN PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEDONO DALAM UPAYA MENJAGA KEUTUHAN ALAM CIPTAAN .........................................................................
48
A. Gambaran Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang ....................................................................
48
1. Letak Geografis Paroki .............................................................
48
2. Sejarah Menjadi Paroki Mandiri Paroki Santo Thomas Rasul Bedono ............................................................................ 3. Data Umat dan Kewilayahan .................................................
50 52
4. Situasi Paroki Santo Thomas Rasul Bedono ..........................
54
5. Menjadi Gereja yang semakin Membumi Di Tengah-tengah Masyarakat................................................. a. Iman yang Semakin Mendalam............................................
56 56
b. Iman yang Melestarikan Bumi .............................................
57
c. Iman yang Membudaya .......................................................
57
d. Iman yang Peduli ................................................................
58
e. Gereja sebagai Pelopor Perubahan dalam Masyarakat .......
58
B. Penelitian tentang Partisipasi Umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono dalam Upaya Menjaga Keutuhan Alam Ciptaan ................................................................................
60
1. Desain Penelitian
.................................................................
60
a. Latar Belakang Penelitian ...................................................
60
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b. Tujuan Penelitian .................................................................
62
c. Jenis Penelitian ....................................................................
62
d. Instrumen Pengumpulan Data .............................................
63
e. Responden Penelitian ..........................................................
64
f. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................
64
g. Variabel Penelitian ..............................................................
64
2. Laporan Hasil Penelitian dan Tehnik Pembahasan ..................
66
a. Identitas Responden ............................................................
67
b. Tingkat Persepsi Umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Mengenai Katekese Hijau ............................
70
c. Gambaran Pelaksanaan Katekese Hijau di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono .............................................. d. Dampak Pelaksanaan Katekese Hijau terhadap Keutuhan Alam Ciptaan ............................................... ....... 3. Laporan dan Pembahasan Hasil Wwancara terhadap Kelompok Paguyuban Biji Sesawi Paroki Santo Thomas Rasul Bedono .............................................................
89
a. Identitas Responden ............................................................
89
b. Arti dan Tujuan Katekese Hijau ..........................................
90
c. Gambaran Pelaksanaan Katekese Hijau ..............................
91
d. Faktor Penghambat dan Pendukung Pelaksanaan Katekese Hijau Terhadap Alam Ciptaan .............................
93
4. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................
95
5. Kesimpulan Hasil Penelitian ....................................................
100
BAB IV USULAN PROGRAM KEGIATAN PENINGKATAN PARTISIPASI UMAT PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEDONO DALAM MENJAGA KEUTUHAN ALAM CIPTAAN MELALUI KATEKESE HIJAU ...................
103
A. Latar Belakang Program ...............................................................
103
B. Tujuan Program ............................................................................
104
C. Usulan Program .............................................................................
105
D. Bentuk Program ............................................................................
106
E. Matriks Program ...........................................................................
108
xv
77 83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
F. Satuan Persiapan (SP) ..................................................................
111
1. Satuan Persiapan (SP) 1 ...........................................................
111
2. Satuan Persiapan (SP) 2 …........................................................
118
3. Satuan Persiapan (SP) 3 .............................................................
127
BAB V PENUTUP ........................................................................................
136
A. Kesimpulan ...................................................................................
136
B. Saran .............................................................................................
138
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
140
LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian ...................................
(1)
Lampiran 2: Angket Penelitian ............................................................
(2)
Lampiran 3: Contoh Jawaban Responden ...........................................
(11)
Lampiran 4: Daftar Panduan Pertanyaan Wawancara .........................
(21)
Lampiran 5: Transkip Hasil Wawancara .............................................
(21)
Lampiran 6: Lampiran Satuan Persiapan (SP) .....................................
(28)
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia. Kej
: Kejadian
Im
: Imamat
Hos
: Hosea
Mat
: Matius
Luk
: Lukas
2 Pet
: 2 Petrus
Why
: Wahyu
B. Singkatan Lain ARDAS
: Arah Dasar
CAFOD
: Catholic Agency For Overseas Development (Asosiasi Katolik untuk pengembangan di luar negeri)
Dpl
: Di atas Permukaan Laut
FAO
: Food and Agriculture Organization (Organisasi Pangan dan Pertanian)
HPS
: Hari Pangan Sedunia
IUP
: Ijin Usaha Pertambangan
PHKA
: Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KalTim
: Kalimantan Timur
KAS
: Keuskupan Agung Semarang
KKN
: Korupsi, Kolusi dan Nepoteisme
KLH
: Kementerian Lingkungan Hidup
KWI
: Konferensi Waligereja Indonesia
MI
: Media Indonesia
NTT
: Nusa Tenggara Timur
PBB
: Perserikatan Bangsa Bangsa
PKK
: Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
PKKI
: Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia
PNS
: Pegawai Negeri Sipil
PSE
: Pengembangan Sosial Ekonomi
PTPN
: Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara
RT
: Rukun Tetangga
RW
: Rukun Warga
WHO
: World Health Organization (Organisasi Kesehatan Dunia)
WWF
: World Wide Fund For Nature (Organisasi non-Pemerintah Internasional yang menangani tentang konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan).
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kerusakan lingkungan di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kerusakan lingkungan mendapat perhatian lebih dari negara melalui menteri Negara dan Lingkungan Hidup. Berikut pernyataan dari Menteri Negara Lingkungan Hidup yang disampaikan di Jakarta, 8/9 2014. Kerusakan lingkungan menjadi penyebab utama peningkatan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor di sejumlah daerah. Ironisnya, kehancuran ekologi sejumlah kawasan di Tanah Air adalah karena hutan, pesisir, dan daerah aliran sungai yang dieksploitasi habis-habisan. Bahkan, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya menjelaskan bahwa tahun ini angka kerusakan lingkungan di Indonesia meningkat dua persen dari tahun sebelumnya. "Angka kerusakan lingkungan di negeri ini setiap tahunnya meningkat. Jika tahun lalu kerusakannya sebesar 59 persen, maka tahun ini menjadi 61 persen," kata Balthasar di Universitas Mercu Buana, Meruya, Jakarta, Sabtu (8/9). Berdasarkan data FAO, Indonesia termasuk negara perusak hutan terbesar di dunia dengan laju kerusakan dua persen atau 1,87 juta hektare per tahun yang berarti setiap hari terjadi kerusakan hutan seluas 51 kilometer persegi. WWF dan Greenpeace menempatkan Indonesia di peringkat tertinggi pembabatan hutan dunia dengan rekor 1,6 juta hektare per hari di Kalimantan, Papua, dan Sumatra. Kerusakan lingkungan terus terjadi di bumi ini terlebih di bumi Indonesia yang mengalami peningkatan seperti yang telah dikatakan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup. Data yang disampaikan di atas semakin jelas bahwa kerusakan alam di Indonesia menempatkan diri pada urutan atas. Pembabatan hutan sepertinya sudah menjadi sebuah rumusan baku yang semua orang sudah bisa memahami apa yang akan terjadi di bumi Indonesia ini. Pernyataan Menteri Lingkungan Hidup juga mengungkapkan bahwa sangat mudah menghindari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
kerusakan lingkungan yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi bencana yang merugikan masyarakat sendiri. Kerugian ekonomi sungguh jelas terasa dengan hancurnya alam ciptaan. Kerugian lain yang mendasar adalah hilangnya kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan ini. Kunci untuk mencegah kerusakan lingkungan adalah memberikan waktu untuk memperhatikan dan peduli lingkungan sekitar dan semakin mencintai lingkungan. Berita kerusakan alam seperti di atas bukan lagi berita yang baru. Berita seperti ini seakan sudah menjadi topik pembicaraan di mana-mana. Berita kerusakan alam sudah terlalu sering dilihat, dibaca, disaksikan bahkan dirasakan sendiri. Seperti halnya sebuah film Burning Season karya John Frankenheimer di tahun 1994 yang mengisahkan kerusakan hutan di Brazil karena ulah manusia yang ingin mengusai hutan tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan dari kerusakan hutan. Kerusakan hutan seperti yang dikisahkan dalam film tersebut rupa-rupanya tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di bumi Indonesia, di manamana terjadi kerusakan alam lingkungan. Banjir (di Jakarta, sebagian Jawa Timur) pencemaran air karena industri rumahan di Jawa Barat, penggundulan hutan di Sumatera dan Kalimantan, polusi udara, tanah longsor di Banjarnegara merupakan bencana-bencana yang sering terjadi di bumi Indonesia. Bumi Indonesia yang dijadikan sebagai paru-paru dunia mungkin sudah tidak lagi layak apabila kerusakan alam terus berlangsung. Kebutuhan hidup manusia dan perkembangan zaman seperti kebutuhan industri yang menjadikan kekayaan alam sebagai sumber produksi juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
mempengaruhi kerusakan lingkungan. Manusia hidup dengan berbagai keinginan dan nafsu untuk berkuasa merupakan sifat manusia yang susah dikendalikan. Sifat dasar inilah yang juga mempengaruhi peribadi-pribadi manusia untuk terus berkuasa guna mencukupi kebutuhan hidupnya. Sifat ini juga menimbulkan persaingan antar manusia, sehingga mau tidak mau manusia akan selalu ingin menguasai apa yang ada di hadapannya, yaitu dengan menguasai hutan, air, tanah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Persaingan yang ditimbulkan oleh sifat dasar manusia juga terus berlangsung sampai saat ini dan mungkin akan selalu terjadi. Dengan apa manusia sekarang ini menguasi alam ciptaan? Berdirinya industri-industri dan beberapa perusahan-perusahaan juga turut andil dalam rusaknya alam ciptaan di bumi Indonesai ini. Eksploitasi kekayaan alam secara besar-besaran yang dilakukan oleh banyak perusahaan merupakan fenomena yang terus berlangsung. Memang alam menyediakan kebutuhan manusia untuk hidup sejahtera dan bahagia tetapi dengan melihat keadaan seperti saat ini, timbulah pertanyaan yang mendasar: apakah alam ciptaan masih menjadi jaminan bagi manusia dan ciptaan lainnya untuk hidup sejahtera dan bahagia? Begitu banyak kerugian yang diakibatkan oleh perilaku munusia yang tidak wajar terhadap lingkungannya. Mengapa manusia yang menjadi penyebab terjadinya semua ini? Di manakah pertangungjawaban manusia atas kerusakan ini? Ataukah manusia semakin tidak peduli dengan lingkungan yang semakin hari menjadi tidak nyaman ini? Berbahagia dan sejahterakah manusia dengan kehidupannya saat ini?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
Keraf (2014: 151) mengungkapkan sebuah gagasan, yaitu “Ada kesalahan pemahaman
paradigmatik
yang
sudah
sangat
lama
terjadi
sepanjang
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan, khususnya ilmu ekonomi dan ekologi”. Keraf menegaskan bahwa ada kesalahan dalam memahami ilmu ekonomi dan ekologi sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Keraf juga menegaskan bahwa kedua ilmu pengetahuan ini menjadi satu kesatuan yang memiliki objek yang sama yakni rumah tangga (oikos), yang mana kedua ilmu pengetahuan tersebut tidak dapat dipisahkan. Ilmu ekonomi tidak dapat dipisahkan dari ekologi dan sebaliknya. Kesalahan pemahaman kedua ilmu ini masih terjadi sampai saat ini, di mana manusia sebagai makhluk yang berkuasa atas kekayaan alam ciptaan selalu memikirkan ekomomi yang dapat memenuhi kebutuhan hidup (keluarga) dan tidak memikirkan ilmu ekologi dengan pemahaman tempat tinggal (keluarga) saat ini dan pemahaman ekologi pada masa yang akan datang. Dari semua peristiwa alam yang berupa bencana bagi manusia tersebut, maka dapat dilihat bagaimana manusia memperlakukan alam ciptaan. Andang Binawan (2012: 21) mengungkapkan “tiga ciri kelemahan naluriah manusia, yaitu pelupa, malas atau tidak mau repot, dan egosentris atau hanya memperhatikan kepentingan atau keselamatan diri sendiri”. Dari ungkapan Binawan dapat dipahami bahwa kelemahan naluri manusia perlu mendapat perhatian yang khusus dengan membuat gerakan habitus baru, yakni dengan disiplin diri dengan pemaksaan. Dengan disiplin diri dan pemaksaan diharapkan manusia semakin menyadari dirinya untuk menjadi manusia yang disiplin terhadap segala sesuatu, terlebih disiplin diri terhadap alam ciptaan. Pemaksaan untuk membentuk habitus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
baru dengan kegiatan-kegiatan penyadaran seperti membuat gerakan peduli lingkungan dengan memberikan perhatian pada sampah yang dibuang di sungai dan
memperhatikan
keadaan
hutan
sebagai
kegiatan
sederhana
akan
meminimalisir bencana banjir yang sering dialami oleh masyarakat saat ini. Allah menciptakan manusia dengan kemampuan lebih dibandingkankan dengan ciptaan lain ditugaskan untuk merawat alam ciptaan dengan segala aspeknya yang mengagumkan seperti langit, bumi, dan laut. Demikian yang tertulis dalam Kitab Kejadian. Kardinal Angelo Sodano dalam intervensi tentang lingkungan hidup dan pengembangan di Rio Jeneiro, Brazil (Dokumen KWI 2014: 53) menegaskan bahwa ”manusia yang menduduki tempat sentral dalam dunia diperintahnya untuk berprilaku bijaksana, tanggung jawab dan respek terhadap tatanan yang ditetapkan Allah dalam ciptaan-Nya”. Penegasan dari Kardinal Angelo Sodano tersebut semakin jelas bahwa manusia sebagai raja haruslah bersikap bijaksana dan hormat terhadap seluruh ciptaan Allah. Berkuasa sebagai raja bukan semata-mata menghabiskan apa yang sudah diberikan tanpa memikirkan yang lain. Kenyataan yang terjadi adalah saat krisis moral yang ditandai dengan semakin menderitanya bumi karena sifat egois manusia. Keempat Injil dengan gamblang mengisahkan beberapa peristiwa Yesus yang sungguh berkaitan dengan alam ciptaan. Kisah yang ada dalam keempat Injil begitu jelas menggambarkan bagaimana situasi alam pada waktu itu, keadaan danau yang masih terjaga dengan ditandai banyaknya ikan (Luk 5:4), pegunungan yang masih terjaga yang ditandai dengan keheningan yang sangat baik untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
membangun sikap doa (Mat 14:23), taman yang nyaman untuk berdoa (Mat 26:36). Begitu juga dengan kedamaian yang tercipta oleh keindahan alam tempat Yesus mengajar (Luk 5:3). Jelas bahwa keberadaan alam tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Sejak semula keberadaan manusia dan alam memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan sebagai sebuah ekosistem. Dari inspirasi Kitab Suci terlebih keempat Injil Tuhan dan seruan dari Tahta Suci hendaknya ditanggapi dengan serius dan dilaksanakan secara nyata untuk sebuah perubahan pada masa sekarang dan masa depan. Perwujudan iman tidak terhenti pada membaca dan mengerti pesan-pesan dalam Kitab Suci maupun pemahaman pada seruan-seruan dari Tahta Suci Vatikan belaka. Perwujudan iman memerlukan tindakan nyata. Tindakan yang membawa manusia memiliki hubungan yang lebih intim dengan Allah yang tercermin dengan saling menghargai segala ciptaan Allah, bumi beserta isinya. Paroki Santo Thomas Rasul Bedono merupakan salah satu dari beberapa Paroki yang ada di bawah naungan Keuskupan Agung Semarang yang menyadari pentingnya memperhatikan lingkungan hidup demi masa yang akan datang. Paroki ini telah memulai gerakan hijau sejak tahun 2013 berdasarkan arah dasar Keuskupan Agung Semarang (KAS) yang berisikan empat pilar utama yang salah satunya berisikan tentang pelestarian lingkungan. Dengan keadaan lingkungan yang sudah banyak dipengaruhi oleh bahan-bahan kimia, paroki mengembangkan gerakan ini dengan visinya, yaitu “Gereja yang Semakin Membumi (2013), Membumi dan Membudaya (2014) dan Mengembangkan Budaya Hidup (2015)”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
Dengan visinya tersebut Gereja Paroki Santo Thomas Rasul Bedono ingin mengaktualisasikan arah dasar Keuskupan Agung Semarang. Gerakan hijau yang telah dilaksanakan di paroki Santo Thomas Rasul Bedono dimulai sejak tahun 2013 oleh Rm. Patricius Hartono, Pr yang menganggap pentingnya memperhatikan tempat tinggal saat ini dan memikirkan masa yang akan datang. Gereja menanggapi baik gerakan ini dan dijadikan sebagai salah satu program dewan paroki yang berada dalam naungan bidang pewartaan. Oleh karena itu, gerakan
hijau dilakukan untuk membantu umat
menyadari pentingnya menjaga alam ciptaan dengan penuh tanggungjawab. Menyadari kehadiran Kristus di dalam lingkungan hidup manusia merupakan salah satu bentuk perwujudan iman. Maka, katekese hijau diartikan sebagai kegiatan pembinaan iman yang dilakukan oleh seluruh umat untuk menyadari dan menanggapi kehadiran Kristus melalui alam ciptaan yang pada akhirnya menjadikan manusia berperilaku baik dan peduli terhadap bumi beserta isinya sebagai tempat tinggalnya Sebagai mahasiswa Kateketik, penulis merasa kerusakan alam ciptaan tidak dapat dibiarkan begitu saja. Laju kerusakan alam ciptaan harus dihentikan dengan cara membangun sikap cinta dan tanggungjawab terhadap lingkungan yang dimulai dari dalam diri setiap manusia. Maka melaui tulisan yang berjudul “Katekese Hijau sebagai Wujud Keterlibatan Umat dalam Upaya Menjaga Keutuhan Alam Ciptaan di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang”, penulis mengajak semua pembaca tulisan ini untuk memberikan waktu memperhatikan alam ciptaan dengan gerakan cinta dan peduli lingkungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang.
B. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah: 1.
Apa yang dimaksud dengan katekese hijau dan urgensinya bagi keutuhan alam ciptaan?
2.
Sejauh mana umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono terlibat aktif dalam upaya menjaga keutuhan alam ciptaan?
3.
Upaya apa yang dapat dilakukan oleh umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono untuk meningkatkan keutuhan dan keindahan alam ciptaan?
C. Tujuan Penulisan Adapun yang menjadi tujuan dari tulisan ini adalah sebagai berikut: 1.
Mendapat gambaran katekese hijau serta urgensinya dalam upaya menjaga keutuhan alam ciptaan.
2.
Mengetahui sejauh mana umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono aktif dalam upaya menjaga keutuhan alam ciptaan.
3.
Merumuskan upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh umat dalam upaya menjaga keutuhan alam ciptaan.
D. Manfaat Penulisan Dengan melihat, merasakan dan menyadari berbagai masalah ligkungan hidup yang pada saat ini kurang memberikan kebahagian dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia, maka dengan tulisan ini penulis menyediakan sumbangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
pemikiran program berupa usulan katekese hijau yang bertujuan untuk memberikan penyadaran bagi umat paroki Santo Thoams Rasul Bedono Kabupaten Semarang untuk semakin mencintai lingkungan hidupnya dan secara luas untuk seluruh pembaca tulisan ini. Manfaat tulisan ini secara terperinci sebagai berikut:
a.
Bagi Penulis Melalui tulisan ini, penulis semakin menyadari bahwa alam ciptaan perlu
perhatian yang lebih di jaman sekarang ini. Oleh karena itu, melalui tulisan ini pula penulis semakin yakin bahwa katekese hijau akan sangat membantu penulis untuk berkarya di manapun tempatnya nanti sebagai upaya untuk kembali mengupayakan
keberadaan
alam
ciptaan
yang
membahagiakan
dan
menyejahterakan umat. b.
Bagi Umat di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Melalui tulisan ini, umat paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten
Semarang sudah memiliki panduan katekese hijau baik dari segi teologis maupun dari segi ekologisnya. c.
Bagi semua pembaca pada umumnya Melalui tulisan ini, pembaca akan semakin menyadari betapa rusaknya dan menderitanya lingkungan hidup saat ini. oleh karena itu, tulisan ini mengajak semua pembaca untuk memberikan waktu untuk lingkungan atau alam ciptaan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
E. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif analitis. Dalam tulisan ini penulis akan memberikan gambaran tentang katekese hijau, menjelaskan serta memberikan pemahaman tentang katekese hijau dan urgensinya dengan cara studi pustaka yang juga akan diperkuat dengan adanya penelitian kualitatif di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penulis akan terjun langsung dalam kegiatan-kegiatan katekese hijau dan melaksanakan penelitian kualitatif di Paroki yang bersangkutan. Melalui data yang yang diperoleh, penulis mencoba mengalisis dan merumuskan sumbangan pemikiran kegiatan yang bertujuan untuk memotivasi umat dalam upaya menjaga keutuhan alam ciptaan.
F. Sistematika Penulisan Pada bab I, penulis akan menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II membahas katekese hijau sebagai wujud keterlibatan umat dalam upaya menjaga keutuhan alam ciptaan di paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang. Bab ini berisi pokok-pokok katekese hijau yang meliputi latar belakang katekese hijau, arti katekese hijau, tujuan katekese hijau, isi katekese hijau, pelaku katekese hijau dan umat yang semakin meneladan hidup Santo Fransiskus yang mencintai lingkungan hidup. Selain itu juga akan dijabarkan mengenai hubungan katekese hijau dan keutuhan alam ciptaan. Pada pembahasan ini diperdalam dengan kajian tentang lingkup perhatian akan alam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
ciptaan, paham tentang alam ciptaan menurut Kitab Suci, manusia dan lingkungannya, dan Gereja dan alam ciptaan. Kemudian urgensi katekese hijau yang meliputi kerusakan alam ciptaan semakin terlihat secara global, praktik hidup yang merusak, tekanan tanggungjawab moral terhadap lingkungan dan menciptakan kehidupan yang selaras dengan kehendak Allah. Bab III memberikan gambaran paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang yang berisikan letak Geografis paroki, sejarah paroki, data umat dan kewilayahan, situasi paroki dan gambaran paroki yang menjadi Gereja semakin membumi di tengah-tengah masyarakat. Selanjutnya penelitian yang meliputi rencana penelitian, laporan hasil penelitian dan teknik pembahasan, laporan hasil wawancara, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan hasil penelitian. Bab IV membahas program kegiatan peningkatan parrtisipasi umat dalam menjaga keutuhan alam ciptaan. Bab ini memaparkan latar belakang program, tujuan program, usulan program, bentuk program, matriks program dan satuan persiapan program. Bab V berisikan penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama membahas kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah, tujuan penulisan skripsi serta didukung oleh data hasil penelitian. Bagian kedua berisikan saran yang ditujukan kepada kelompok Biji Sesawi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
BAB II POKOK-POKOK KATEKESE HIJAU DAN URGENSINYA
Pada bab sebelumnya, penulis telah memaparkan latar belakang penulisan topik katekese hijau, rumusan masalah yang digunakan, tujuan penulisan karya ilmiah, manfaat penulisan yang dilihat dari beberapa sudut pandang, metode penulisan dan sisitematika yang akan digunakan untuk mengembangkan tulisan ini. Pada bab II ini, penulis akan membahas secara mendalam katekese hijau dalam tiga bagian, yakni: pokok-pokok katekese hijau, hubungan katekese hijau dan keutuhan alam ciptaan serta urgensi katekese hijau dalam upaya menjaga keutuhan alam ciptaan. Secara keseluruhan bab ini berisikan kajian pustaka dari berbagai sumber yang berhubungan dengan katekese hijau, alam ciptaan dan pentingnya katekese hijau untuk saat ini. Bagian pertama berisi latar belakang adanya katekese hijau, arti katekese hijau, tujuan katekese hijau, isi katekese hijau, pelaku katekese hijau dan meneladan hidup santo Fransiskus Asisi. Pokok bahasan kedua, penulis akan memaparkan lingkup perhatian terhadap alam ciptaan, paham tentang alam ciptaan menurut Kitab Suci, manusia dan lingkungannya serta Gereja dan alam ciptaan yang akan disatukan menjadi pokok bahasan hubungan katekese hijau dan alam ciptaan. Bagian ketiga mencakup urgensi katekese hijau sebagai upaya menjaga keutuhan alam ciptaan, penulis akan memperdalam sub bab ini dengan melihat kerusakan alam ciptaan semakin terlihat secara global, praktik hidup yang merusak, tekanan tanggungjawab moral terhadap lingkungan, dan menciptakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
kehidupan yang selaras dengan kehendak Allah. Secara lengkap, penulis akan menguraikan pokok-pokok bahasan di atas sebagai berikut:
A. Pokok-Pokok Katekese Hijau Adapun yang akan didalami dalam pokok-pokok katekese hijau adalah: latar belakang katekese hijau, arti katekese hijau, tujuan katekese hijau, pewartaan sabda Allah dan perlindungan alam ciptaan, meneladan Hidup Santo Fransiskus Asisi dan pelaku katekese hijau.
1.
Latar Belakang Katekese Hijau Kegiatan manusia yang merusak alam ciptaan terjadi hampir di setiap
daerah. Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan alam ciptaan. Kebutuhan hidup yang terus meningkat dan hasil bumi yang mengalami penurunan mengakibatkan manusia berusaha mencari materi dengan cara apapun tidak terkecuali dengan merusak alam ciptaan. Memang manusia selalu membutuhkan materi, namun ada jalan lain untuk memenuhi kebutuhan hidup tanpa merusak keutuhan alam ciptaan. Berdasarkan pada kasus-kasus kerusakan alam ciptaan yang terjadi di berbagai daerah, maka Gereja mulai memikirkan untuk mencari jalan keluar atas masalah kerusakan lingkungan hidup. Menanggapi masalah alam ciptaan, Andang Binawan mengungkapkan “Kalau Takhta Suci (Vatikan) ikut berperan aktif dalam masalah ini, hal itu dilakukan sebagai kerangka upaya global. Hanya saja, peran pada level golobal ini tidak akan banyak berarti bila tidak dikuti oleh upaya-upaya pada level nasional dan akhirnya level personal” (2012: 9). Ungkapan tersebut menyadarkan kita
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
semua bahwa kesadaran kita sebagai umat beriman terhadap alam ciptaan belum begitu terlihat nyata. Ini juga mengartikan bahwa seruan yang diupayakan oleh Vatikan belum sampai pada pribadi-pribadi umat Kristiani. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya masalah kerusakan alam ciptaan di berbagi belahan bumi. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan nyata dalam Gereja dan seluruh umat dalam menanggulangi masalah lingkungan. Paroki Santo Thomas Rasul Bedono merupakan salah satu dari beberapa paroki di bawah naungan Keuskupan Agung Semarang yang memiliki arah dasar pada tahun 2011-2015 yang salah satu arah dasar tersebut bersama Paroki-paroki hendak memperhatikan kelestarian alam ciptaan. Dengan arah dasar tersebut, Paroki ini memilih katekese hijau dengan berbagai kegiatan yang dikembangkan sebagai tindakan nyata untuk kembali memperhatikan alam ciptaan. Dengan melihat kenyataan banyaknya bencana yang terjadi, banyak tokoh agama yang sudah berpikir dan bertindak untuk memulai pembaharuan cara pandang mengenai alam ciptaan. Sunarko (2008: 52) mengemukakan pandangan Paus Yohanes Paulus II, yakni: “Dalam menyaksikan kemuliaan Allah Tritunggal di dalam karya ciptaan-Nya kita harus mengagumi, merenungkan, menyanyi dan merasa terpesona”. Ungkapan dari Paus Yohanes Paulus II di atas merupakan sebuah ajakan kepada kita semua untuk terus merasa kagum terhadap alam ciptaan yang pada akhirnya akan menimbulkan tindakkan nyata untuk menjaga, merawat dan terus melestarikan alam ciptaan. Alam ciptaan yang tercipta dengan amat baik memberikan kelangsungan kehidupan yang layak bagi manusia. Kekayaan yang terkandung di dalamnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
telah memberikan yang dibutuhkan manusia, makanan dari berbagai tumbuhan dan hewan. Air, tanah dan udara sebagai sumber penghidupan bagi manusia telah diciptakan begitu sempurna yang tentunya memberikan kebahagian dan kesejahteraan. Namun dalam pergumulan kehidupannya, sering kali manusia kurang memperhatikan akibat yang dilakukan terhadap alam ciptaan sehingga banyak kerugian yang dirasakan sendiri oleh manusia. Buntaran (1996: 15) mengungkapkan: “kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh banjir, misalnya, sering kali disebabkan oleh pengelolaan ekosistem yang salah oleh manusia”.
2.
Arti Katekese Hijau Daniel Stefanus mengemukakan pendapat Groome (2010: 39) tentang arti
katekse yakni “kegiatan menggemakan kembali atau menceritakan kembali cerita iman Kristen yang telah diberi tahu”. Kegiatan menggemakan cerita iman Kristen membentuk sebuah komunitas yang memungkinkan terjadi komunikasi iman. Lalu (2007: 12) mendeskripsikan katekese ialah “komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman antara anggota jemaat atau kelompok)”. Di satu sisi Lalu juga mengemukakan pandangan Hardawiryana, yakni katekese merupakan kegiatan seluruh umat “Katekese oleh umat, dari umat dan untuk umat”. (Lalu 2007: 10). Dengan paham katekese sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seluruh umat, maka katekese hijau juga merupakan gerakan pembinaan iman yang lakukan oleh seluruh umat Kristiani untuk peduli pada alam ciptaan. Senada dengan paham di atas beberapa kali Magisterium Gereja Katolik mengajak dan menghimbau agar manusia menyadari aneka masalah lingkungan hidup. Ajakan yang dikeluarkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
oleh Vatikan memang sangat relevan dan sangat baik bila dilaksanakan. Di Indonesia, ajakan serupa juga dilakukan oleh pihak Gereja yang diterbitkan dalam surat gembala KWI 2001 tentang lingkungan hidup. Inti pembicaraan tersebut ialah keadaan tanah air yang semakin hari semakin memperihatinkan. Menyadari aneka masalah lingkungan, manusia sebagai pelaku dan korban atas kerusakan alam ciptaan, mengajak untuk hidup bersama dalam persaudaraan sejati. Alam yang diciptakan Allah baik adanya, dengan kesuburan, kemakmuran dan kesejahteraan. Menanggapi ajakan dan seruan dari Magisterium Gereja Katolik dan Surat Gembala KWI di atas, Paroki Santo Thomas Rasul Bedono dengan kesadaran akan keberadaan lingkungan yang sudah terkontaminasi oleh kegiatan manusia yang merugikan telah memikirkan bentuk kegiatan umat yang peduli pada lingkungan. Kegiatan yang dilakukan oleh umat paroki ini pada akhirnya diartikan sebagai katekese hijau. Katekese hijau diartikan sebagai kegiatan pembinaan iman yang dilakukan oleh seluruh umat untuk menyadari dan menanggapi kehadiran Kristus dalam lingkungan hidup yang pada akhirnya menjadikan manusia berperilaku baik dan peduli terhadap bumi beserta isinya sebagai tempat tinggalnya. Pokok permasalahan dalam katekese hijau adalah masalah lingkungan yang mengalami kerusakan yang merugikan manusia. Kerinduan akan hijaunya alam menjadi tujuan akhir dari proses pembinaan iman ini yang disertai dengan perubahan sikap manusia terhadap lingkungannya. Hijau diartikan sebagai warna bumi, penyembuhan fisik, kelimpahan, keajaiban, tanaman dan pohon, kesuburan, pertumbuhan, muda, kesuksesan, pembaharuan, daya tahan, keseimbangan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
ketergantungan dan persahabatan. Dari pemahaman kata hijau inilah katekese hijau digunakan untuk pembiaan iman umat melalui komunikasi iman yang akhirnya membawa umat pada sebuah aksi nyata untuk mengembalikan warna yang identik dengan bumi, yakni hijau yang juga berarti lestari. Ketika penulis melakukan wawancara, Patricius Hartono sebagai Pastor paroki mengungkapkan berbagai kegiatan yang dilakukan dalam katekese hijau di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Dalam penuturannya tersebut, katekese hijau dibagi menjadi dua kegiatan, yakni alam dibawa ke Gereja dan Gereja dibawa ke alam. Alam dibawa ke Gereja berarti segala apa yang dimiliki di wilayah Bedono terlebih hasil-hasil bumi dibawa sebagai persembahan bagi Allah sedangkan Gereja dibawa ke alam berarti Gereja melakukan kegiatan nyata yang dilakukan di luar gedung Gereja. Sebagai contoh Gereja dibawa ke alam adalah adanya perayaan Ekaristi maupun ibadat yang dilaksanakan di alam terbuka sebagai sarana membawa umat melihat kebesaran Tuhan yang menghidupi dan menjaga manusia melalui alam.
3.
Tujuan Katekese Hijau Dengan melihat dan merasakan langsung dampak dari kerusakan alam
ciptaan saat ini, dalam wawancara Rm. Patrisius Hartono, Pr mengungkapkan katekese hijau sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh umat untuk menjaga keutuhan alam ciptaan memiliki tujuan sebagai berikut: a. agar manusia mengetahui fungsi alam ciptaan dan mampu mengembangkannya sebagai tuntutan moral Kristiani, b. mengembangkan hidup yang bertanggungjawab, dan, c. prakarsa menjaga dan melesatarikan alam ciptaan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
a.
Manusia Mengetahui Fungsi Alam Ciptaan dan Mampu Mengembangkannya Alam ciptaan yang diberikan Allah kepada manusia untuk dipelihara seperti
yang tertulis dalam Kitab Kejadian merupakan tanggungjawab yang harus diperhatikan dengan seksama. Alam ciptaan saat ini dimengerti bukan lagi karena fungsinya, melainkan isi dari alam tersebut yang dapat dikonsumsi. Oleh karena itu, katekese hijau hendak mengajak umat agar tahu dan menyadari bahwa alam ciptaan juga memiliki martabat yang harus dihormati. Salah satu tuntutan kepada manusia adalah memiliki rasa hormat, bukan hanya kepada sesama manusia saja, tetapi juga kepada alam ciptaan lain baik benda hidup maupun yang mati serta tanah sebagai tempat tinggalnya. Sunarko (2008: 143) mengungkapkan sebuah gagasan yakni “manusia tidak seenaknya saja bertindak atas alam semesta, melainkan harus menghargai inherent value (nilai bawaan) yang ada dalam setiap ciptaan“. Dari ungkapan tersebut, dapat dipahami bahwa manusia harus memperlakukan alam ciptaan sebagai subyek yang harus dihormati. Alam ciptaan harus mendapat penghormatan khusus dari manusia. Dengan rasa hormat itulah manusia tidak bisa berbuat semaunya sendiri. Chang (2008: 69) mengungkapkan sebuah gagasan bagaimana seharusnya manusia bertindak terhadap alam ciptaan, yakni “sebagai bagian kecil dari seluruh sistem ekologis, manusia memang seharusnya bertanggungjawab atas tindakannya terhadap diri, sesama, dan lingkungan hidup”. Dari gagasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam sistem kehidupan, manusia tidak dapat betindak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
semaunya
sendiri,
melainkan
perlu
memikirkan
mahluk
lainnya
dan
lingkungannya jika tidak mau ekosistem yang sudah ada menjadi rusak. Dengan katekese hijau, perubahan cara pandang manusia tentang alam ciptaan akan terwujud. Manusia meninggalkan pemikiran lama yang memandang alam semesta hanya dari sudut pandang manusia saja yang berarti manusia sebagai pusat atas alam ciptaan dan memandang alam ciptaan yang lain harus mengabdi kepada manusia.
b.
Mengembangkan Budaya Hidup yang Bertanggungjawab Sunarko (2008: 179) mengungkapkan pandangan Raymundus Sudhiarsa
bahwa “manusia pada umumnya berpikiran pendek dan hampir selalu memikirkan keuntungan dan kepentingan diri sendiri”. Pandangan Raymundus Sudhiarsa menegasakan bahwa sifat egoisme ada dalam diri setiap manusia. Selain itu, dapat dipahami pula bahwa kebiasaan acuh terhadap lingkungan dengan alasan apapun selalu ada dalam kehidupan manusia yang mencari keuntungan untuk dirinya sendiri. Sunarko juga mengemukakan pandangan Raymundus Sudhiarsa yang mengungkapkan bahwa melihat dari sudut historis, telah lama berkembang pemahaman “manusia adalah pusat dari segala alam ciptaan (antroposentrisme) dan ketidakpedulian terhadap kelestarian lingkungan (Ekologi)” (2008: 179). Pola pikir seperti itu masih saja terjadi dalam diri manusia yang terlihat dari sikap masa bodoh, walaupun dampaknya sungguh terasa. Berdasarkan tindakan manusia yang hanya memikirkan keuntungan dan kepentingan pribadi, katekese hijau mengajak seluruh umat untuk merubah cara pandang terhadap alam ciptaan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
menempatkan diri manusia sebagai bagian ciptaan lainnya. Hidup dengan respek dan sikap bijak terhadap alam ciptaan merupakan dua hal yang harus dihidupi oleh manusia mulai saat ini. Hidup respek mengartikan bahwa manusia semestinya tidak menggunakan alam ciptaan sebagai kepuasan untuk mencari keuntungan,
melainkan menunjukkan sikap peduli terhadap keberadaan
lingkungan dengan berani bertanggungjawab atas apa yang sudah dilakukan terhadap alam ciptaan. Sedangkan bijak lebih menekankan pada pengambilan keputusan yang sekiranya tidak merugikan semua ciptaan Allah.
c.
Prakarsa Menjaga dan Melestarikan Alam Ciptaan. Manusia saat ini sudah berhadapan dengan berbagai masalah lingkungan
hidup. Masalah pencemaran air, udara (polusi), sampah, tanah longsor, banjir, cuaca ekstrim dan lain sebagainya merupakan masalah-masalah yang ada di hadapan manusia. Maka yang saat mendesak adalah tindakan nyata dalam menjaga keutuhan alam ciptaan. Pentingnya penegakan rentetan norma dan peraturan universal dalam menyelamatkan dan pelestarian lingkungan hidup sama sekali tidak dapat diabaikan, sebab norma dan peraturan akan memberikan arahan dan malah menuntut manusia kepada tindakan yang semestinya (Chang, 2001: 107). Dari pernyataan di atas, Chang mengajak manusia untuk hidup sesuai dengan aturan yang sudah ada. Mematuhi aturan sebagai sebuah keharusan dalam menciptakan alam ciptaan yang lestari. Sikap manusia yang sering merusak dan tidak mematuhi aturan menjadi penyebab rusaknya alam ciptaan dan inilah yang menjadi perhatian khusus untuk merubah sikap dan tindakan manusia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
Gereja melalui seruan dari Vatikan dan Gereja-gereja lokal mengajak umat untuk kembali mengagumi alam ciptaan sebagai karya Allah yang agung. Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia tanggal 1-5 November 2010 dengan tema “Ia Datang Supaya Semua Memperoleh Hidup Dalam Kelimpahan”, mendorong Gereja untuk lebih berkomitmen dalam mewujudkan aksi solidaritas. Dalam salah satu butir Pernyataan Akhir dan Rekomendasi, para Waligereja menekankan pentingnya pelayanan pastoral untuk para petani, nelayan, buruh, kelompok yang terabaikan dan terpinggirkan serta upaya pemeliharaan lingkungan hidup (Ekopastoral no. 19) Jelas bahwa semua anggota Gereja harus melibatkan diri untuk menjadi pionir dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan menjaga dan melestarikan alam ciptaan. Gereja harus menjadi yang terdepan dalam menanggapi dan menanggulangi masalah alam ciptaan yang memprihatinkan ini melalui pelayanan-pelayanan pastoralnya baik melalui pendidikan, penyuluhan dan tindakan nyata dalam menjaga keutuhan alam ciptaan. 4.
Isi Katekese Hijau Dalam memahami isi katekese hijau, penulis terlebih dahulu akan
memaparkan apa yang terjadi di bumi sebagai tempat tinggal manusia. Berkaitan dengan pemahaman seperti itu, penulis akan menjabarkan juga mengenai warta Kitab Suci atas alam ciptaan serta memperdalam tugas manusia sebagai mahluk berbudi yang ditugaskan oleh Allah untuk memelihara bumi. Secara terperinci penulis akan memaparkan sebagai berikut.
a.
Krisis Ekologi Chang mengungkapkan istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu. Maka ekologi diartikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
“sebagai sebuah ilmu tentang mahluk hidup dalam rumahnya atau dapat diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah tangga mahluk hidup”. (2001: 13). Sekarang krisis ekologi terjadi di mana-mana, bukan hanya di Indonesia saja. Masingmasing kerusakan alam ciptaan memiliki ciri-ciri tersendiri baik karena ciri geografisnya, ras, budaya dan etnis, politik dan pemeritahan suatu negara. PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) sebagai lembaga internasional dan tahta Suci Vatikan telah memikirkan cara mengatasi masalah lingkungan hidup ini. Komisi Teologi KWI memuat pandangan Hadisumarta (2008: 53) yakni “Allah memberikan akal budi (ratio) untuk memikirkan pemeliharaan, pengelolaan dan pemanfaatan bumi sebagai tempat tinggalnya (oikos)”. Ungkapan di atas menjelaskan bahwa manusia memiliki hak untuk mengolah dan memanfaatkan bumi untuk kelangsungan hidupnya. Tetapi kenyataannya saat ini, manusia meninggalkan tugas untuk memelihara bumi. Manusia juga diberikan iman (fides) agar manusia mampu mengenal Allahnya dan kehendakNya untuk membawa manusia pada kebahagiaan seperti yang direncanakanNya. Dalam Perjanjian Lama Allah mewahyukan diri melalui para nabi untuk rencana keselamatannya hingga disempurnakan oleh puteraNya dalam Perjanjian Baru yaitu Yesus Kristus. Selain itu, Komisi Teologi KWI (2008: 54) juga mengemukakan pandangan Hadisumarta, yakni “ajaran Kitab Suci mengajak manusia untuk menghadapi masalah lingkungan hidup atau ekologi dengan berusaha dan melihat, membaca, memahami dan bertindak sesuai dengan terang cahaya Kitab Suci”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
Sabda Allah dalam Kitab Suci telah menyadarkan bahwa alam ciptaan perlu diperhatikan melaui tindakan nyata. Untuk menyelamatkan alam ciptaan, ajakan atau seruan dari tahta suci Vatikan maupun PBB sebagai lembaga dunia perlu dilaksanakan dengan tindakan nyata.
b.
Warta Kitab Suci atas Alam Ciptaan Kenyataan bahwa alam ciptaan sebagai tempat tinggal manusia semakin hari
semakin rusak. Penggundulan hutan, pencemaran air, tanah dan udara terjadi di mana-mana. Akibatnya dari semua itu adalah kehidupan manusia merasa tidak bahagia dan sejahtera. Selain itu, aneka satwa juga mengalami kepunahan. Dewasa ini disadari pula bahwa keterkaitan antara kehidupan rohani dan jasmani semakin kurang mendapat perhatian. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya manusia yang berkegiatan dan kurang memperhatikan sisi rohaninya. Hal-hal kerohanian akhir-akhir ini jarang dibicarakan, padahal dalam hal-hal rohani itulah banyak terdapat sumber tradisi ajaran yang kaya tentang bumi, yang tertulis dalam Kitab Kejadian (2:15) “Tuhan menempatkan manusia di taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara”, Deutero-Yesaya (45:8) “Baiklah bumi
membukakan
diri
dan
bertunaskan
keselamatan,
dan
baiklah
ditumbuhkannya keadilan! Akulah TUHAN yang menciptakan semuanya ini.", dan Mazmur (25:13) “Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi”. Dengan pemikiran seperti itu, timbullah pemikiran tentang teologi baru yang menitikberatkan pada masalah-masalah bumi tempat tinggal manusia yang dimulai oleh pemikiran Pierre Teihard de Chardin SJ (1881-1955 dan Komisi Teologi KWI 2008: 56) yang berpendapat bahwa jarak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
perhatian dunia manusia dan dunia alam diperdekat. Dengan pemahaman tentang masalah lingkungan yang mendesak, Komisi Teologi KWI mengungkap pandangan Hadisumarta yakni “timbullah usaha menyusun suatu teologi baru tentang ciptaan, sebagai hasil kerja sama kreatif antar para filsuf, teolog, ilmuwan, cendikiawan dan para penganut tradisi rohani Ibrani dan Kristen” (2008: 56). Pemahaman yang baru dalam memahami sabda Allah yang disusun oleh para cendikiawan diharapakan membawa perubahan dalam memahami fungsi alam ciptaan, bukan hanya untuk dijadikan tempat tinggal semata dengan menguras isinya, tetapi yang lebih tepat mengajak untuk memelihara alam ciptaan.
c.
Manusia Ditugaskan Memelihara Bumi Tugas memelihara, mengurus dan mengelola bumi diturunkan oleh Allah
kepada manusia seperti yang tertulis dalam Kitab Kejadian. Tanggungjawab diberikan kepada laki-laki maupun perempuan (Kej 1:28) "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikanikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”. Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan ada hubungan yang erat antara manusia dan bumi. Manusia baik perempuan maupun laki-laki harus “mengusahakan dan memeliharanya”. Wewenang yang diberikan Allah kepada manusia membuat manusia tidak bisa berbuat semuanya sendiri, karena setiap ciptaan Allah memiliki hubungan yang tidak mungkin terpisahkan. Dalam Kej 1:29-30 tertulis sabda Allah yaitu: Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya. Kutipan tersebut menjelaskan ada hubungan ekosistem antara manusia dan ciptaan yang harus terus menerus dipelihara untuk kelangsungan hidup manusia dan ciptaan lainnya. d.
Hidup yang Harmonis Sangat disayangkan dengan hadirnya jaman modern seperti saat ini, yang
ditandai berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membuat tanah milik Allah menjadi rusak. Manusia tidak bertanggungjawab atas perintah Allah dan melanggar perjanjian dengan Allah. Bagi orang kaya, atau yang berkecimpung dalam industri pertanian, pertambangan, perminyakan dan sebagainya dicambuk oleh keinginan untuk berkuasa dan memperoleh hasil yang sebesar-besarnya. Kehadiran ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa keberuntungan dan kesejahteraan bagi manusia. Terbukti, hadirnya pengetahuan dan teknologi yang modern, tanah, air, dan udara mengalami kehancuran walaupun tidak semua ilmu pengetahuan dan teknologi ikut terlibat langsung terhadap kerusakan lingkungan, tetapi dapat dikatakan sebagian besar sumbangan ilmu-ilmu tersebut berperan dalam kerusakan alam ciptaan. Dalam Im 25:4-7 dijelaskan bahwa semua butuh istirahat, bukan hanya manusia yang butuh waktu istirahat untuk memuliakan Tuhan, tetapi semua ciptaan juga butuh istirahat. Tanah dan air butuh istirahat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
5.
Pelaku Katekese Hijau Kehidupan umat Kristiani tidak lepas dari katekese. Katekese dimengerti
sebagai komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam iman yang sederajat, yang bersaksi tentang iman mereka. Yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih mamahami Kristus; Kristus menjadi pola hidup pribadi pun pola kehidupan kelompok; jadi seluruh umat baik yang berkumpul dalam kelompok basis, maupun di sekolah atau perguruan tinggi (Lalu, 2007: 92). Dari penjelasan di atas, sangat tepat dinyatakan pelaku katekese adalah umat itu sendiri. Umat adalah pemilik katekese, begitu pula katekese hijau merupakan milik seluruh umat yang berkumpul dan berkomunikasi tentang alam ciptaan sebagai salah satu upaya untuk memahami Kristus sebagai pilihan yang diimaninya. Pelaku katekese tidak hanya dilaksanakan oleh katekis semata, melainkan semua anggota Gereja. Katekese tidak menuntut pengelompokan umat yang khusus, setiap kesempatan berkumpul di dalam lingkup apa pun juga dapat dilaksanakannya katekese. Katekese hijau tidak menuntut orang berkumpul dalam satu ruangan khusus untuk membahas satu topik tertentu. Katekese hijau dapat dilakukan di lingkungan tempat tinggal dengan melaksanakan gerakan hijau sebagai perwujudan iman tanpa meninggalkan Kristus sebagai pokok katekese itu sendiri. PKKI II merumuskan katekese sebagai komunikasi iman (Lalu, 2008: 94). Setiap umat memiliki hak untuk mendengarkan dan mengungkapkan sebagai sumbangan pengalaman imannya. Dalam berkatekese, perlu dibangun suasana tobat, artinya meninggalkan nafsu untuk mencari kedudukan dan gengsi, serta tidak meremehkan apa yang disampaikan oleh anggota katekese tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
Rumusan di atas secara jelas memberikan pemahaman mengenai pelaku katekese. Katekese dimengerti sebagai milik semua umat dan tidak ada pengecualian. Dalam berkatekese, semua dianggap sama tidak ada yang dibedabedakan, baik suku, budaya, harta dan kedudukan. Yang perlu dibangun melalui katekese ialah sikap tobat untuk memperoleh pembaruan dalam hidup. Dalam Seri Dokumen Gerejawi (2014: 70) yang berjudul Lingkungan Hidup, Paus Yohanes Paulus II menyampaikan sebuah gagasan, sbb: Menempatkan kesejahteraan manusia di pusat kepedulian terhadap lingkungan merupakan jalan paling aman untuk mempelihara ciptaan; karena dengan itu kesadaran akan tanggungjawab setiap orang terhadap sumber daya alam serta pemanfaatannya yang bijaksana diperkuat. Gagasan Paus Yohanes Paulus II tersebut mengajak semua orang untuk peduli pada lingkungan. Peduli berarti bersikap bijaksana dalam memanfaatkan sumber daya alam. Maka katekese hijau mengajak semua umat untuk memiliki kesadaran dalam pemanfaatan sumber daya alam.
6.
Meneladan Hidup Santo Fransiskus Asisi yang Mencintai Lingkungan Hidup Kenyataan bahwa keadaan alam ciptaan mengalami perubahan ke arah yang
lebih buruk, maka baiklah bila manusia belajar dari pribadi Santo Fransiskus Asisi yang begitu mencintai dan menghormati alam ciptaan. Ketaatannya kepada Allah membawanya pada kesadaran untuk hidup saling menghormati, bukan hanya dengan manusia saja, melainkan dengan seluruh ciptaan Allah. Tidak salah apabila Paus Yohanes Paulus II pada tahun 29 November 1979 meneguhkan santo Fransisikus Asisi sebagai pelindung ekologi atau lingkungan hidup Chang (2001: 103).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
Chang (2001: 103) mengungkapkan pandangan Prof. White yakni “manusia dipanggil untuk mewujudkan kesatuan kosmik dengan jagat raya, manusia dan Tuhan yang tidak memandang diri mereka serba terpisah dari yang lain”. Ungkapan Prof. White mengajak semua orang untuk berpandangan yang sama mengenai alam ciptaan, yakni semua yang ada di alam ini tidak mungkin dipisahkan. Oleh karena itu, manusia sebagai mahluk berakal terpangil untuk menjadi penyatu yang ada di alam ciptaan. Belajar dari hidup Santo Fransiskus yang mendambakan suatu persaudaraan yang mencakup semua lapisan manusia dan segala ciptaan. Maka kita dapat belajar untuk bertingkah laku yang baik terhadap segala ciptaan dan merasa kagum. Dalam kidung rohaninya, Gita Sang Surya, Chang juga menuliskan pandangan Santo Fransiskus, sbb: Sebab dia menyapa segala kenyataan dengan julukan saudara-saudari. Dia memberikan kesaksian mendalam bahwa setiap ciptaan memiliki kebenaran yang khas dan berada dalam suatu kebersamaan dengan alam semesta. Masing-masing mempunyai tempat dan perannya dalam alam semesta; ada yang di atap (bintang-gemintang, matahari, benda-benda di langit, dlsb., dikagumi (keindahan, kedahsyatan, alam, dlsb) dan bila perlu digunakan dalam hidup manusia (tumbuhan dan hewan) ( 2001: 106). Dari kidung tersebut, Fransiskus mengajak kita semua untuk menghormati semua mahluk ciptaan. Hal ini terlihat dengan sapaan Fransiskus terhadap ciptaan lainnya, yakni menyebut saudara-saudari. Saat ini manusia kurang begitu menghargai alam ciptaan lainnya, yang dianggap saudara atau saudari hanyalah sesama manusia saja. Kidung tersebut juga mengajarkan kepada kita semua untuk menyadari bahwa semua mahluk ciptaan sudah memiliki nilai sendiri yang harus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
dihormati, sebab bukan manusia yang memberikan nilai tersebut melainkan Tuhan sendirilah yang memberikannya. Maka, patutlah manusia untuk menghormatinya.
B. Hubungan Katekese Hijau dan Keutuhan Alam Ciptaan Alam ciptaan telah mengalami perubahan yang ekstrim. Perubahan yang terjadi pada alam ciptaan merupakan buah dari tindakan manusia sendiri yang kurang memperhatikan lingkungannya. Begitu banyak kerugian-kerugian yang dialami manusia dengan rusaknya alam ciptaan. Maka, manusia perlu memahami hakikat alam ciptaan itu sendiri. Dalam hal ini, penulis memperdalam tentang lingkup perhatian mengenai alam ciptaan, paham tentang alam ciptaan menurut terang Kitab Suci, manusia dan lingkungannya serta Gereja dan alam ciptaan.
1.
Lingkup Perhatian Mengenai Alam Ciptaan
a.
Pandangan Manusia tentang Alam Ciptaan Berbagai pandangan manusia tentang alam ciptaan hadir sejak bumi
terbentuk beserta isinya. Allah menciptakan manusia sebagai mahluk paling luhur di antara ciptaan lainnya yang ditandai dengan akal budi sebagai ciri manusia. Dari kemampuan itu manusia memandang dirinya sebagai pengusa alam ciptaan seperti yang tertulis “Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan segala binatang yang merayap di bumi” (Kej 1:28). Perintah untuk berkuasa atas segala ciptaan menjadikan manusia lupa untuk memikirkan generasi yang akan datang. Perintah yang tertulis dalam Kejadian di atas membuat manusia berkuasa dan menghabiskan mahluk lainnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
Pandangan manusia untuk berkuasa atas alam ciptaan sampai saat ini tetap ada. Dalam bukunya, Chang mengukapkan gagasan Anderson yakni “Hingga kini masih hidup dan berkembang pikiran dan kecenderungan manusia megobjekkan alam” (2008: 38). Manusia menempatkan dirinya sebagai pengamat alam, manusia bukan lagi menempatkan diri sebagai bagian yang ada di dalam alam. Oleh karena itu, manusia terus berpikiran dan berpandangan bagaimana memanfaatkan alam semaksimal mungkin untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Manusia modern saat ini secara umum cenderung kurang melihat mahluk lainnya sebagai sebuah kesatuan organisme. Pandangan seperti ini menjadikan manusia sebagai penguasa atas ciptaan lainnya yang ditandai dengan seringnya manusia memanfaatkan dan memakai mahluk ciptaan lainnya.
b. Pelebaran dan Perluasan Komunitas Moral Semua mahluk hidup yang ada di jagat raya akan mengalami perkembangan. Dalam perkembangan itu, semua makhluk memiliki fungsi dan kedudukan tersendiri, maka dapat dikatakan bahwa semua makhluk yang ada memiliki status moral. Dengan menyandang status moral inilah akan muncul perhatian untuk masa depan atau generasi yang akan datang. Komunitas moral tidak boleh berhenti pada diri manusia saja melainkan mencakup semua mahluk yang ada di jagad raya ini, karena semua yang ada di jagat raya merupakan satu kesatuan yang tunggal. Chang (2008: 39) mengemukakan ”yang akan mendapat pertimbangan moral bukan hanya manusia, melainkan semua makhluk ciptaan” Sebagai kesatuan tunggal, semua mahluk mendapat status moral yang tidak hanya bergantung pada manusia. Manusia sebagai mahluk berakal setidaknya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
menghormati dan menghargai keberadaan mahluk lainnya sebagai sebauh kesatuan.
c.
Dampak Tindakan Manusia Perilaku manusia menimbulkan dampak, pengaruh dan konsekuensi.
Dengan demikian, manusia semestinya berpikir ulang ketika mau melakukan sebuah tindakan, apalagi bila tindakan itu menyangkut keberadaan sesama dan lingkungan. Dalam hal ini Chang (2008: 40) menegaskan “Pertimbangan mesti dilakukan sambil memperhatikan masa depan generasi mendatang”. Semua tindakan memerlukan pertimbangan yang matang. Memang perkembangan teknologi saat ini berkembang dengan pesat dan membantu manusia dalam melakukan tindakan, namun tidak dipungkiri juga bahwa pertimbangan yang dilakukan dengan bantuan teknologi dapat salah atau meleset. Oleh karena itu perlu pertimbangan yang matang dan seksama ketika melakukan sebuah tindakan yang berkaitan dengan sesama dan lingkungan.
d. Norma-norma Moral Untuk memikirkan kehidupan generasi yang akan mendatang, perlu dipikirkan dan dikembangkan norma-normal moral objektif agar manusia bertanggungjawab. “Sebagai aturan yang mengandung rentetan nilai hakiki, norma moral berperan kunci dalam dunia lingkungan hidup” (Chang 2008: 40). Norma-norma moral yang dihasilkan oleh refleksi pengalaman manusia digambarkan sebagai prinsip umum dalam hidup manusia. Dalam hidup seharihari, norma berfungsi ganda, yakni mengatur keputusan yang akan diambil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
sesorang sebelum bertindak dan yang kedua norma memberikan penilaian atas tindakan yang telah dilakukan oleh manusia. Dengan norma-norma moral tersebut, sebagai mahluk sosial semestinya manusia juga memperhatikan kehidupan di sekitar lingkungan sebab manusia tidak hidup sendiri dan hidup hanya untuk diri sendiri. e.
Keputusan Politik Dunia politik juga ikut ambil bagian dalam kelangsungan lingkungan
melalui keputusan-keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Maka, keputusan yang dikeluarkan haruslah bermanfaat untuk semua, bukan hanya untuk sebagian kelompok kecil saja. “Segala bentuk KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) harus disingkirkan, sebab KKN merupakan virus sosial yang akan meremukkan ekologi yang bersih, benar dan jujur” (Chang, 2008: 41). Beliau bermaksud agar lembaga hukum yang mengawasi penerapan Undang-undang Lingkungan Hidup harus konsisten dalam menjalankan tugasnya, agar KKN benar-benar hilang dan lingkungan yang asri terus terjaga dengan baik dan terus lestari.
2.
Paham tentang Alam Ciptaan Menurut Kitab Suci Sekarang ini kehidupan manusia sudah dihadapakan pada kenyataan
lingkungan yang rusak yang sewaktu-waktu menjadi ancaman bagi kehidupan manusia sendiri. Bila keadaan yang bersifat mendesak seperti ini tidak segera dibenahi, kemungkinan besar terjadi kehancuran yang hebat yang akan dirasakan manusia. Oleh karena itu, perlu adanya keasadaran dalam diri manusia dalam memahami maksud Allah menciptakan alam semesta sebagai tempat tinggal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
manusia. Dengan keadaan yang seperti ini, perlu adanya sebuah refleksi yang dalam mengenai pandangan tentang alam ciptaan menurut terang Kitab Suci. Dalam Kej 1-3 tertulis “Dan Allah melihat, semua itu baik”. Pemahaman mengenai alam ciptaan hendaknya bersumber dari sabda Allah sebagai pencipta yang menjadikan semua ciptaan baik adanya, semua terlihat baik. Setelah Allah menciptakan langit, bumi, laut dan segala isinya, Allah menciptaka pria dan wanita. Dalam sabda selanjutnya, ada tertulis “Maka Allah melihat segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik” (Kej 1:31). Allah memberikan kemampuan yang lebih kepada Adam dan Hawa dibandingkan dengan ciptaan lainnya yang pada hakikatnya membedakan manusia dengan ciptaan lainnya. Kisah tersebut menegaskan bagaimana seharusnya manusia menciptakan relasi yang baik dengan ciptaan lainnya. Kej 1:28 menegaskan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, oleh karena itu manusia diberikan tugas untuk melaksanakan kekuasaan atas alam ciptaan dengan bijaksana dan penuh cinta. Apabila tugas itu tidak dilaksanakan dengan baik, maka keharmonisan yang diperintahkan oleh Allah akan rusak dan manusia akan jatuh dalam dosa, sebab manusia merusak rencana Allah sendiri. Orang Kristiani percaya bahwa peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus menggenapkan karya perdamaian antara manusia dan Bapa. Surat Paulus kepada jemaat di Kolose 1:1-19 menegaskan bahwa Kristus berkenan memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi maupun yang surga, sesudah Yesus mengadakan perdamian oleh darah salib Kristus. Setelah peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus, lantas ciptaan dijadikan baru (Why 21:5). Surat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
Paulus kepada jemaat di Roma 8:21 menggambarkan bahwa ciptaan takhluk kepada dosa dan kebinasaan, maka sekarang memperoleh kehidupan baru sambil menantikan langit dan bumi baru yang di dalamnya terdapat kebenaran (2 Pet 3: 13). Surat Paulus kepada jemaat di Efesus 1:9 menegaskan bahwa Bapa telah menyatakan rahasia kehendakNya kepada kita, yakni rencana kerelaan yang ditetapkanNya dari semua dalam Kristus, sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai kepala segala sesuatu yang baik yang di surga maupun yang di bumi. Terang Kitab Suci telah membantu kita untuk menyadari betapa Allah sungguh baik kepada manusia. Oleh karena itu, manusia harus menyadari dan berperilaku baik kepada segala ciptaan Allah dengan menciptakan suatu relasi yang harmonis. Apabila kedaan seperti sekarang ini terus terjadi dan berlanjut, maka tidak ada kedamaian di bumi dan tidak ada kedamaian dengan Allah. Ketidakdamaian yang tercipta seperti saat ini pada akhirnya akan menjadikan manusia merana. Hos 4:3 menggambarkan sebuah peristiwa yang akan terjadi bila tidak ada kedamaian, yakni “sebab itu negeri ini akan berkabung, dan seluruh penduduk akan merana; juga binatang-binatang di padang dan burung-burung di udara bahkan ikan-ikan di laut akan mati lenyap”. Penderitaan manusia harus dihentikan dengan cara memperbaiki sikap dan moral terhadap segala ciptaan Allah untuk mendapat kedamian di bumi dan di surga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
3.
Manusia dan Lingkungannya Dewasa ini krisis lingkungan sudah terjadi secara global. Menanggapi krisis
lingkungan seperti ini, hal pokok yang mendesak adalah menyadari siapa sesama manusia? Dalam penghayatan hidup rohani, tema-tema tentang antroposentris dan teosentris sudah melekat pada diri manusia sejak lama. Pada saat ini muncul kesadaran bahwa penghayatan yang bertitik tolak pada antroposentris dan teosentris terasa pincang apabila tidak disertai dengan penghayatan ekologis atau penghayatan tentang lingkungan hidup. Dari penghayatan baru inilah manusia akan semakin memahami siapa sesamanya. Bertolak dari perumpaan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati (Luk 10:25-37) dapat dipahami krisis ekologis sama halnya dengan penderitaan orang yang turun dari Yeriko ke Yerusalem. Perumpaan itu juga memberikan pertanyaan dasar, yakni siapa sesamamu? Sunarko menegaskan bahwa “Sesama dalam konsep teologi penciptaan adalah sesama mahluk ciptaan di hadapan Sang Pencipta” (2008: 14). Sunarko dalam hal ini menjelaskan bahwa manusia di hadapan Allah memiliki martabat yang sama sebagai mahluk ciptaan, kendati ada kelebihan yang dimiliki manusia. Di sisi lain, disadari bahwa kehidupan di bumi memiliki suatu ikatan yang kuat dalam bentuk ekosistem. Maka, untuk memahami siapa manusia dan lingkungannya, perlu diperhatikan kedudukan manusia dalam sebuah sistem.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
Ked dudukan mannusia dalam m keseluruhaan ekosistem m:
(sumber: (s Buuntara, 19966: 14) Gam mbar di atass menunjukkkan bahwa manusia berada di an ntara unsur-uunsur lainnya, tiidak di atass juga tidak k di bawah yang lain. Unsur-unsuur yang terrdapat dalam gam mbar di ataas menunjukkkan bahwaa ada hubuungan yang saling berkkaitan yang mem mbentuk suuatu ekosiistem. Denngan kata lain, unsurr-unsur terrsebut memberik kan pengaruuh dan suumbangan untuk u unsuur-unsur laainnya. Maanusia dengan akkal budi sebbagai kekhaasannya tidaak bisa lepaas dari unsuur lainya. Maka, M manusia dengan d keuunggulan ittu tidak boleh meng ggunakannyaa untuk diirinya sendiri, teetapi harus memberikaan sumbanggan untuk unsur-unsur u lainnya seebagai kesatuan ekosistem. e
4.
m Ciptaan Gerejja dan Alam Dalaam Gereja Katolik, K teoologi mengeenai alam ciiptaan kuran ng begitu kental. k
Teologi alam a ciptaaan masih terdengar asing di telinga t um mat Katolikk bila
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
dibandingkan dengan teologi tentang Kristosentris dan anthroposentris. Teologi yang sering didengar oleh umat Katolik kurang memperhatikan masalah-masalah lingkungan. Kebanyakan teologi yang dikembangkan oleh otoritas yang berwenang (magisterium) lebih menekankan pada penderiataan manusia yang diakibatkan oleh ketidakadilan. Gereja Katolik menyadari betapa penting teologi alam ciptaan atau lingkungan. Kesadaran ini dimulai ketika Paus Paulus VI memberikan pesan pada kesempatan pembukaan konferensi PBB di Stockholm tentang ligkungan hidup pada 01-06-1972 (Seri Dok. Gereja 2014: 19). Dalam kesempatan itu, Paus Paulus VI menyampaikan pesan bahwa manusia harus mengganti daya dorong kamajuan materiil yang sering kali buta dan brutal diganti dengan rasa hormat pada alam ciptaan sebagai satu bumi. Tidak jauh dengan Paus Paulus VI, Paus Yohanes Paulus II juga selalu mengajak manusia sebagai umat Allah untuk memperhatikan alam ciptaan. Paus Benedictus XV bersama Partiarkh Bartolomeus I dari Gererja Ortodok Yunani pada 30 November 2006 juga aktif mengkampanyekan kepedulian pada alam ciptaan sebagai tempat tinggal manusia (Seri Dok. Gereja 2014: 143). Bersama dengan Vatikan sebagai reprentasi Gereja Katolik universal telah melakukan kegiatan-kegiatan nyata, yaitu dengan mengalokasikan sejumlah dana untuk memelihara hutan seluas 15 hektar di Hongaria. Vatikan juga melengkapi atap bangunan dengan panel tenaga surya supaya konsumsi listrik konvensional bisa dikurangi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
Gereja Katolik di Indonesia sebenarnya sudah mulai memikirkan permasalahan yang sangat memprihatinkan khususnya masalah martabat manusia dan alam ciptaan melalui surat Gembala KWI 2001 tentang Lingkungan Hidup. Dalam surat Gembala tersebut, para Uskup Indonesia mengajak seluruh umat untuk ikut serta memikirkan dan melakukan usaha-usaha nyata agar umat bertumbuh bersama menuju masyarakat yang lebih manusiawi, adil, demokratis, dan sejahtera (Seri Dok. Gereja 2014: 194)
C. Urgensi Katekese Hijau Dalam Upaya Menjaga Keutuhan Alam Ciptaan 1.
Kerusakan Alam Ciptaan Semakin Terlihat Jelas Secara Global Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kerusakan lingkungan di bumi Indonesia
secara khusus mengalami peningkatan yang begitu pesat. Kegiatan penggundulan hutan, penambangan, pemakaian pestisida yang berlebihan dan pengrusakan alam bawah laut sering kali menjadi pembicaraan yang tidak ada habisnya. Bila diperhatikan lebih seksama, kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh manusia terjadi hampir di semua negara di bumi ini. Dari data statistik, di mana sumber daya alam sedang dieksploitasi, maka proses pemiskinanpun terjadi. Dari 10.961 Izin Usaha Pertambangan, 4500 an adalalah izin eksploitasi, maka bisa dipastikan di tempat-tempat itu kemiskinan pasti akan terjadi (Gita Sang Surya, 2014: 10). Kenyataan yang terjadi di atas menunjukkan bahwa begitu banyaknya perilaku manusia yang sifatnya merusak. Dari data itu pula dapat dipahami bahwa kegiatan seperti penambangan sebetulnya bukanlah proses penyejahteran dan kebahagian bagi manusia sendiri, melainkan sebuah pembodohan diri. Tindakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
yang tidak bertanggungjawab tersebut akan menghadirkan kemiskinan yang berkepanjangan bila masalah ini tidak segera diatasi. Kerusakan alam ciptaan pada kenyataannya tidak selalu disebabkan oleh manusia, melainkan juga karena fenomena alam seperti gempa, gunung meletus, badai dan tsunami. Namun fenomena alam tersebut lebih kecil dampaknya dibandingkan dengan apa yang lakukan oleh manusia terhadap lingkungannya. Kerusakan alam ciptaan yang terjadi di seluruh belahan bumi berdampak langsung pada susunan ekosistem yang sudah tersusun dengan rapi. Dampak dari rusaknya susana ekosistem juga akan terasa langsung untuk semua ciptaan yang ada karena kegiatan-kegiatan manusia yang melampaui batas kemampuan lingkungan, sehingga fungsi lingkungan tidak berjalan dengan baik. Di Indonesia, kerusakan lingkungan sudah cukup memprihatinkan. Perubahan cuaca yang ekstrim, banjir, kebakaran hutan, illegal logging, penambangan yang tidak terkendali dan pembukaan hutan untuk area perkebunan hampir terjadi di seluruh daerah di Indonesia dan berbagai kasus lainnya yang merusak lingkungan. Dari salah satu situs di Internet, penulis menemukan data dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) tahun 2012 menyebutkan bahwa kerusakan lingkungan di Indonesia selalu mengalami peningkatan. Hutan di Kalimantan, Sumatera dan Papua mengalami kerusakan yang parah dan masih banyak kerusakan yang terjadi di daerah-daerah lainnya yang tidak kalah memperihatinkan, seperti banjir di Jawa, kekeringan di wilayah NTT dan lain sebagainya. Keadaan ini menunjukkan dampak kerusakkan lingkungan sudah terasa di berbagai wilayah di Indonesia secara khusus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
Surat kabar Media Indonesia (MI) memuat pandangan Bernaulus Saragih yang diterbitkan pada Kamis, 30 April 2015 yakni eksploitasi sumber daya alam di Kalimantan Timur telah berdampak pada lingkungan. Dari kerusakan lingkungan itu bila dihitung dalam bentuk uang sudah mencapai nilai Rp 6,3 triliun pertahun. Kerugian atas rusaknya lingkungan juga dirasakan oleh 3,6 juta penduduk Kalimantan Timur, sebagai contoh ketika musim hujan, wilayah Kalimantan Timur akan terkena bencana banjir.
2.
Praktik Hidup yang Merusak Kebutuhan hidup yang meningkat, persaingan dan ketidakadilan sosial
merupakan beberapa penyebab praktik hidup yang merusak. Dalam Nota Pastoral KWI pada tahun 2013 yang berjudul “Keterlibatan Gereja Dalam Melestarikan Keutuhan Ciptaan” dibahas beberapa praktik-pratik hidup merusak yang dilakukan oleh manusia seperti: a.
Pertambangan Bersadarkan catatan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
pada tahun 2012 telah dikeluarkan ijin pertambangan sebanyak 10.677 Ijin Usaha Pertambangan (IUP). Dari catatan direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Dirjen PHKA) terdapat 1.724 kasus pertambangan ilegal dalam rentang tahun 2004 hingga 2012 yang beroperasi dalam hutan lindung yang merusak hampir 950.000 hektar (Nota Pastoral KWI 2013: 3). Dalam kasus ini, diakui pula bahwa industri-industri yang beroperasi dalam bidang pertambangan memberikan peningkatan ekonomi, membuka lapangan kerja secara nasional dan regional.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
Di sisi lain, kegiatan pertambangan menyisakan kerusakan hutan yang begitu dahsyat. Kenyataan yang terjadi adalah kurang diperhatikannya kelanjutan dari kegiatan pengambilan sumber daya alam yang berlebihan ini. Usaha untuk mengembalikan keadaan hutan seperti semula tidak akan mungkin dapat dilakukan, sebab wilayah pertambangan telah meninggalkan lobang-lobang besar yang tidak mungkin untuk dibentuk seperti semula lagi. Oleh karena itu, perlu adanya ketegasan pada diri sendiri untuk berhenti mengeksploitasi hutan dalam skala besar dan ketegasan dari pemerintah untuk mengerem laju kerusakan hutan melalui pertambangan.
b.
Perkebunan Nota paastoral KWI tahun 2013: 4 menuliskan usaha perkebunan dilakukan
oleh beberapa perusahaan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Bila dibandingkan dengan usaha perkebunan rakyat, perkebunan yang dikembangkan oleh perusahaan jauh lebih besar. Dari perbandingan tersebut, dipahami bahwa banyaknya luas tanah yang dirubah untuk dijadikan perkebunan. Data dari Dirjen Perkebunan dalam rentang waktu tahun 2000-2010 mengalami peningkatan hingga 88% untuk usaha perkebunan kelapa sawit yang mencapai luas tanah sebanyak 7,8 juta hektare. Data di atas menunjukkan hancurnya habitat yang ada di hutan akibat usaha pekebunan dalam skala besar ini. Akibat lain yang ditimbulkan adalah masalah sosial, dan penderitaan yang dialami manusia dan alam dengan banyaknya pestisida yang digunakan dalam usaha perkebunan ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
c.
Kehutanan Ketidakbijaksanaan dalam memanfaatkan hutan telah merubah fungsi hutan.
Hutan tidak bisa lagi diandalkan menjadi paru-paru bumi, tetapi berubah menjadi bencana yang merugikan manusia, baik tingkat ekonomi dan sosial. Berdasarkan data Dirjen Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial, Kementerian Kehutanan, luas lahan kritis dan sangat kritis tahun 2011 telah mencapai 29,3 juta hektar (Nota Pastoral 2013: 5). Sebagian besar kerusakan hutan disebabkan oleh penebangan yang berlebihan, praktik illegal logging dan semakin luasnya pembukaan hutan untuk area perkebunan, pertambangan dan pemukiman. Pembukaan hutan yang berlebihan tersebut tidak disertai dengan penanaman sehingga hutan semakin rusak. Akibat dari rusaknya hutan tersebut biaya hidup semakin mahal, biaya ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mengatasi bencana banjir longsor, kekeringan dan krisis air bersih. Jika dilihat dari ekonomi masyarakat saat ini, kemiskinan akan terus melanda negeri ini, karena pemerintah ada kemungkinan tidak akan sanggup menanggung atau memenuhi biaya hidup masyarakat. d.
Pencemaran Tanah Pencemaran tanah dipahami sebagai rusaknya tanah alami yang disebabkan
oleh banyaknya bahan-bahan kimia buatan manusia yang masuk ke dalam tanah. Tanah tempat tinggal manusia, tumbuhan dan hewan mengalami pencemaran oleh limbah-limbah industri yang yang mengandung bahan kimia, limbah pabrik, limbah rumah tangga yang pada akhirnya berakibat pada kelangsungan hidup. Dengan masuknya limbah-limbah tersebut ke dalam tanah, maka akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
memusnahkan spesies dan tentu akan menggangu rantai makanan dalam tubuh manusia. Pencemaran tanah akan mengubah fungsi tanah itu sendiri sebagai sumber kehidupan yang dibutuhkan oleh semua mahluk hidup. Selain itu, juga akan terjadi penurunan kualitas hidup manusia akibat dari rusaknya rantai makanan yang tercemar. e.
Pencemaran Udara Bentuk pencemaran udara yang sering terjadi adalah kebakaran hutan, asap
kendaraan, industri, kegiatan rumah tangga dan usaha-usaha komersial. Di kotakota besar Indonesia sudah sejak lama dinyatakan sebagai kota dengan pencemaran udara yang paling buruk, melebihi standar WHO. Sejak tahun 1998, Indonesia telah dinyatakan sebagai negara dengan kondisi pencemaran udara di perkotaan yang terburuk di mana tingkat konsentrasi dari tiga jenis parameter yang dipantau yaitu kadar timbal, nitrogen dioksida, dan total padatan tersuspensi melebihi standar WHO. (Nota Pastoral 2013: 6) Data di atas menunjukkan bahwa keadaan udara di perkotaan di Indonesia sudah tidak lagi baik untuk kesehatan manusia. Dengan semakin banyaknya asap yang dihasilkan oleh pabrik dan kendaraan, semakin buruk pula keadaan udara di perkotaan di Indonesia. Parikel-partikel yang ada dalam udara yang sangat kecil memungkinkan untuk masuk dalam proses pernafasan pada manusia dan hewan. Untuk manusia bahaya yang ditimbulkan dari pencemaran udara adalah turunnya tingkat kecerdasan pada anak, infeksi saluran pernafasan, asma, radang paru-paru dan penyakit mata. Oleh karena itu, untuk mengerem laju pencemaran udara diperlukan kebijakan pemerintah dalam menangani masalah pencemaran udara.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
f.
Pencemaran Air Kenyataan sungai-sungai dan sumber mata air yang sudah tidak dapat
dijadikan sumber air bersih dan sehat karena banyaknya bahan-bahan kimia yang masuk dalam air. Kebiasaan membuang sampah di sungai, membuang limbah di sembarang tempat, penggunaan pestisida yang berlebihan dan lain sebagainya mengakibatkan air tidak layak untuk dikonsumsi. Indonesia sebagai negara yang cukup besar dengan jumlah penduduk yang banyak tentu membutuhkan air besih untuk kelangsungan hidup. Kenyataan yang terjadi adalah pada tahun 2011 banyak sungai yang tercemar. Pusat Sarana Pengendaliaan Dampak Lingkungan mencatat ada 31 dari 51 sungai besar di Indonesia yang tercemar berat. Kebiasaan dan perilaku manusia yang buruk terhadap air juga akan berdampak lebih buruk bagi kelangsungan hidup, bukan hanya manusia tetapi mahluk lainnya (Nota Pastoral 2013: 7). g.
Sampah Kebiasan membuang sampah yang sembarangan dan pemikiran tentang
masalah sampah merupakan tugas pemerintah harus segera dirubah. Permasalahan sampah merupakan permasalahan bersama, bukan hanya pemerintah yang bertanggungjawab atas masalah sampah melainkan semua pribadi-pribadi manusia. Di kota-kota besar Indonesia, masalah sampah menjadi masalah yang pelik, sebab dari 1 juta meter kubik sampah hanya 42% yang dapat diolah, selebihnya menjadi masalah lingkungan (Nota Pastoral 2013: 7).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
3.
Tekanan Tanggungjawab Moral Terhadap Pelestarian Lingkungan Keadaan bumi saat ini sudah tidak lagi nyaman untuk dijadikan tempat
tinggal bagi manusia. Oleh karena itu, ada beberapa upaya yang dilakukan manusia untuk mencari jalan keluar dari masalah yang berdampak untuk semua mahluk di bumi ini. Ilmu pengetahuan dan kemajuan jaman mengantar manusia untuk mencari tempat tinggal baru dengan menyusuri jagat raya sebagai upaya mencari alternatif bagi tempat tinggal manusia. Paus Yohanes Paulus II menyampaikan sebuah gagasan pada hari perdamaian dunia pada 1 Januari 1990 yakni: “Krisis ekologi zaman ini memperlihatkan kita sejumlah persoalan moral”. Persoalan moral yang dimaksudkan ialah semakin tidak dihidupnya nilai moral yang mengatur keseimbangan dalam kehidupan yang pada akhirnya merusak tatanan atau ekosistem yang sudah ada. Dalam menyampaikan gagasannya itu, beliau juga memberikan beberapa contoh kasus kerusakan lingkungan seperti efek rumah kaca, penipisan lapisan ozon yang pada umumnya disebabkan oleh keteledoran yang kurang jeli dalam bertindak untuk memenuhi kebutuhannya baik melalui industri-industri, konsentrasi urbanisasi yang masif dan tidak terkendalinya kebutuhan energi. Dari segala tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, terlihat jelas banyak kerusakan ditimbulkan oleh limbah-limbah yang dihasilkan oleh industri, pembakaran fosil, batu bara dan pembabatan hutan yang tidak terkendali. Semua itu mengakibatkan rusaknya lingkungan dan atmosfer. Masalah utama yang dihadapi saat ini adalah tidak padunya aplikasi ilmu teknologi dan pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sering
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
kali mengabaikan martabat kehidupan. Untuk meningkatkan hasil produksi sering diabaikannya kesejahteraan pribadi-pribadi maupun masyarakat secara luas yang pada akhirnya menjadikan hidup manusia hancur. Kenyataan bahwa pada zaman ini kurang diperhatikannya penghormatan bagi segi-segi kehidupan, maka perlu digagas kembali pengajaran moral terhadap lingkungan hidup. Salah satu yang mendesak adalah pengajaran tentang penghormatan tehadap hidup, terlebih penghormatan terhadap martabat hidup semua mahluk, bukan hanya manusia. Dalam pengamatannya mengenai perilaku dan sikap manusia terhadap lingkungan hidup, Chang (2008: 37) mengemukakan padangan Terence R. Anderson yaitu “Moral lingkungan hidup memusatkan usaha dan kegiatannya pada apa yang seharusnya dilakukan manusia dan sikap yang seharusnya diambil manusia untuk melakukan tindakan yang berkaitan dengan alam atau benda duniawi”. Hidup manusia berhadapan dengan semua mahluk hidup, maka manusia seharusnya mengambil sikap yang bijaksana dan bertanggungjawab dalam melakukan segala tindakannya. Manusia yang dianugerahi akal yang lebih dibandingkan mahluk lainnya bisa saja melakukan banyak tindakan. Dalam hal ini, manusia dituntut untuk bisa bisa mengambil keputusan yang tepat, untungrugi dapat dipertimbangkan dengan cara yang lebih arif. Dimensi tanggungjawab menjadi sorotan utama. Pendikan moral lingkungan dan hidup bertanggungjawab merupakan kunci utama untuk menjaga lingkungan hidup yang sehat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
4.
Menciptakan Kehidupan yang Selaras dengan Kehendak Allah Tidak dapat disangkal lagi jika kerusakan alam sudah berada di depan mata
semua manusia. Kerusakan alam yang terjadi tidak akan pernah diselesaikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi saja. Maka yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan meninggalkan sifat egoisme. Sikap baru yang hendak dibangun yang sekiranya selaras dengan kehendak Allah adalah dengan membentuk persaudaraan yang universal. Persaudaraan berarti “di hadapan Allah kedudukan manusia dan semua mahluk itu setara dan sederajat saja” (Gita Sang Surya, 2014: 39). Hidup yang selaras dengan kehendak Allah berarti juga menjadi manusia yang bertanggungjawab. Dalam hal ini, dapat dipahami bahwa “manusia harus mengembangkan sikap penghargaan dan tanggungjawab penuh atas tindakannya sehubungan dengan keadaan alam” (Chang, 2001: 110). Dari uraian tersebut, Chang menyatakan bahwa pada hakikatnya manusia perlu merubah pola pikir dengan semakin menyadari tanggungjawabnya atas alam ciptaan. Manusia diberikan tugas seperti ini karena manusia merupakan gambaran dari Allah sendiri, manusia secitra dengan Allah. Maka, manusia dipilih Allah untuk merawat alam ciptaan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
BAB III KEGIATAN PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEDONO DALAM UPAYA MENJAGA KEUTUHAN ALAM CIPTAAN
Dalam bab ini, penulis memaparkan gambaran paroki Santo Thomas Rasul Bedono berdasarkan lutrum paroki tahun 2014. Selanjutnya akan dipaparkan juga mengenai penelitian tentang pertisipasi umat dalam upaya menjaga keutuhan alam ciptaan yang meliputi empat bagian. Pertama, desain penelitian yang berisi latar belakang penelitian, tujuan penelitian, jenis penelitian, instrumen penelitian, responden penelitian, tempat dan waktu penelitian serta pembahasan hasil penelitian. Kedua, laporan hasil penelitian yang membahas tujuan penelitian. Ketiga, laporan hasil dan pembahasan hasil wawancara. Keempat, pembahasan hasil penelitian, dan kesimpulan hasil penelitian. Pokok-pokok bahasan tersebut akan dijelaskan secara lengkap sebagai berikut.
A. Gambaran Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang Dalam rangka mendapatkan gambaran Gereja paroki Santo Thomas Rasul Bedono, penulis memilih lustrum paroki dalam bentuk hard copy yang di susun pada tahun 2014. Adapun lustrum tersebut diperoleh dari sekretariat paroki. 1.
Letak Geografis Paroki Dalam rangka mendapatkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan,
penulis menggunakan lustrum paroki untuk mendapatkan informasi letak geografis paroki ini. Dalam lustrum tersebut, paroki Santo Thomas Rasul Bedono digambarkan terletak di Jalan Raya Ambarawa-Magelang km 10. Dengan pusat paroki di pinggir jalan raya persisnya terletak di RT 2 RW 1 dusun Lendoh, desa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
Bedono Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Luas wilayahnya Gereja paroki adalah terhitung dari jarak sekitar 4 km ke sebelah utara (desa Kalurahan), 10 km ke sebelah selatan (desa Rejosari), 5 km ke timur (desa Ngrancah) dan 8 km ke barat (desa Genting). Secara geografis, semua wilayahnya berada di pegunungan, mulai dari ketinggian 500 m dpl (wilayah Tempuran dan Kalurahan) sampai pada ketinggian 950 m dpl (Dusun Sodong, Desa Genting). Pusat paroki sendiri berada di punggung bukit dengan ketinggian 700 m dpl. Bila dilihat dari letaknya yang berada pada ketinggian, dapat dipastikan paroki ini merupakan daerah dingin dengan kemiringan yang curam, jalan yang berkelok-kelok, sempit dan terjal. Selain area kampung hunian, wilayah ini merupakan wilayah perkebunan dengan banyak ditemukan tanaman kopi, tanaman karet milik PTPN, sengon, perkebunan milik warga dengan berbagai jenis tanaman sayuran dan buah-buahan. Dalam tata pemerintahan, wilayah paroki ini mencakup 3 kabupaten, yakni Kabupaten Semarang (meliputi Desa Kalurahan, Bedono, Gemawang, Rejosari, Kebondalem, dan Genting Kecamatan Jambu), Kabupaten Magelang (meliputi Desa Losari, Ngrancah dan Kalipucung Kecamatan Grabag), dan Kabupaten Temanggung (meliputi Desa Pingit, Rejosari, Klepu, Sabareja, Pagergunung dan Wonokersa di Kecamatan Pringsurat). Dalam tatanan wilayah Gereja, paroki ini berbatasan dengan Paroki Santo Yusup Ambarawa (Sumowono, Bandungan dan Brongkol) di sebelah Utara dan Barat, serta berbatasan dengan paroki Santa Maria Fatima Magelang (Grabag dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
Secang) di sebelah selatan dan timur. Di antara dua dua paroki tersebut letak paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang. 2.
Sejarah Menjadi Paroki Mandiri Santo Thomas Rasul Bedono Sebagai
sumber
dalam
mendapatkan
sejarah
paroki
ini,
penulis
menggunakan lustrum paroki tahun 2014. Secara lebih jelas, sejarah paroki Santo Thomas Rasul Bedono diterangkan sebagai berikut: Sejak Dewan Paroki dipegang Bp. A. Jumadi dan Pastornya A. Puja Harsana, SJ, setiap ada kesempatan beraudiensi dengan Bapak Uskup Keuskupan Agung Semarang selalu permasalahan permohonan pastor yang menetap di Gereja Bedono diajukan. Namun jawabannya selalu sama, yaitu supaya sabar menunggu kesempatan yang baik. Demikian pula saat Dewan Paroki dijabat oleh Bp. Andreas Suwardi. Pada tanggal 6 Januari 2008 pelantikan pengurus Dewan Paroki Administratif Santo Thomas Rasul periode 2008-2010, oleh Vikep Semarang yaitu Pastor Yulius Sukardi, Pr, dilanjutkan dengan acara ramah tamah dan serah terima keadministrasian Dewan Paroki. Senin tanggal 11 Februari 2008 Dewan Paroki mengadakan rapat pembentukan kepanitiaan Penerimaan Sakramen Penguatan. Jumat pada tanggal 4 April 2008 pelaksanaan penerimaan Sakramen Penguatan oleh Bapa Uskup Mgr. Ignatius Suharyo, dilanjutkan acara audiensi bersama tokoh umat dan Dewan Harian. Dalam kesempatan ini, umat menginginkan agar ada seorang pastor yang menetap di Bedono.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
Pada rapat Konsultores Keuskupan Agung Semarang Selasa 8 April 2008, dibicarakan kemungkinan Paroki Administratif Santo Thomas Rasul Bedono menjadi paroki mandiri. Pada hari Jumat tanggal 9 Mei 2008 diadakan rapat yang diikuti Pengurus Dewan Harian Paroki Santo Yusup Ambarawa dan Pengurus Dewan Harian Paroki Administratif Santo Thomas Rasul Bedono. Dalam rapat tersebut dibahas persiapan kemandirian Paroki Administratif Santo Thomas Rasul Bedono, di antaranya perihal batas teritorial wilayah, mempersiapkan pastoran, harta benda Gereja dan pelayanan pastoral. Guna persiapan umat melayani seorang pastor, telah ditetapkan bahwa Romo Gregorius Awan Widyaka, Pr menetap di pastoran Bedono. Pada kesempatan itu telah beredar berita bahwa Bedono pada tanggal 3 Mei 2008 resmi menjadi paroki mandiri. Pemberitaan peresmian menjadi paroki mandiri tersebut ternyata diundur pada tanggal 11 Agustus 2008. Karena menunggu kedatangan pastor yang ditugaskan di Bedono. Dengan demikian pastor yang akan menetap di Bedono diharapkan hadir pada tanggal 10 Agustus 2008. Penetapan Paroki Administratif Santo Thomas Rasul Bedono menjadi paroki mandiri, ditetapkan dengan Surat Keputusan Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang, tanggal 7 Agustus 2008, nomor 0748/B/I/b-14/08. Pada tanggal 10 Agustus 2008, Pastor St. Koko Pudjiwayulistyono, Pr sebagai pastor pertama mandiri datang. Ternyata wisuda paroki diundur lagi tanggal 31 Agustus 2008. Paroki Administratif Santo Thomas Rasul Bedono dikukuhkan menjadi paroki mandiri pada tanggtal 31 Agustus 2008 dalam perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
didampingi Rm. RB. Riyo Mursanto, SJ (Provinsial SJ), Rm. A. Puja Harsana, SJ (Delegatus diaspora), Rm. SP. Bambang Ponco Sukamat, SJ (Pastor Paroki Santo Yusup Ambarawa), dan Rm. St. Koko Pudjiwahyulistyono, Pr (Pastor Paroki Santo Thomas Rasul Bedono).
3.
Data Umat dan Kewilayahan Jumlah umat paroki Santo Thomas Rasul Bedono berdasarkan data yang
diperoleh melalui wawancara dengan sekretariat paroki tahun 2014 berjumlah 1.681 jiwa (tidak termasuk penghuni asrama SMA Sedes Sapientiae yang berjumlah sekitar ± 200 jiwa). Jumlah tersebut terbagi dan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Untuk jenis kelamin laki-laki berjumlah 818, sedangkan jumlah umat dengan jenis kelamin perempuan adalah 863. Secara teritorial, jumlah umat tersebut terbagi dalam 6 wilayah dan 24 Lingkungan sebagai berikut: Tabel 1: Jumlah Umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono No
1
2
Wilayah/Lingkungan
Jumlah Umat L
P
N
1.1 Lingk. Yulius Pingit
38
39
77
1.2 Lingk. Maria Klepu
29
37
66
60
59
119
Wilayah Yohanes Pembaptis
Wilayah Regina Pacis 2.1 Lingk. Yusuf Gemawang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
3
4
5
6
2.2 Lingk. Mater Dei Bedono
46
46
92
2.3 Lingk. Alfonsus Bedono
28
39
67
2.4 Lingk. Sang Timur Bedono
44
34
78
3.1 Lingk. Gregorius Agung Bedono
45
39
84
3.2 Lingk. Cicilia Bedono
33
45
78
3.3 Lingk. Wawar Kidul
20
24
44
4.1 Lingk. Aloysius Wawar Lor
62
61
123
4.2 Lingk. Yohanes Pembaptis Wawar Lor
27
36
63
4.3 Lingk. Fransisikus Tempuran
37
43
80
5.1 Lingk. Yoakhim Sadang
44
52
96
5.2 Lingk. Agnes Rejosari
25
17
42
5.3 Lingk. Emmanuel Gitungan
25
19
44
5.4 Lingk. Antonius Sedono
14
11
25
5.5 Lingk. Amos Kalipucung
22
24
46
5.6 Lingk. Herman Yosef Sodong
52
60
112
5.7 Lingk. Daniel GTG
31
29
60
5.8 Lingk. Mikael Dlimas
35
41
76
30
31
61
Wilayah Ignatius
Wilayah Mikael
Wilayah Santa Maria
Wilayah Santa Anna 6.1 Lingk. Ignatius Rosari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
6.2 Lingk. Petrus Rosari
21
23
44
6.3 Lingk. Margaretha Nawangsari
24
27
51
6.4 Lingk. Theresia Kragan
26
27
53
Jumlah
818
863
1681
Keterangan: L: laki-laki; P: Perempuan; N: jumlah total
4.
Situasi Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Berdasarkan lustrum paroki tahun 2014, dapat dipahami pula keberadaan
dan budaya yang berkembang di sekitar paroki. Untuk memperjelas hal tersebut, penulis akan memaparkan lebih terperinci sebagai berikut:
a.
Berada di daerah pedesaan dan pegunungan. Pada umumnya daerah ini adalah titik hulu sungai dengan banyak mata air,
tetapi ada juga beberapa daerah yang kesulitan air, misalnya di Dlimas dan Sodong. Sebagian besar umat hidup dengan mengandalkan pertanian tetapi dengan kepemilikan lahan yang rata-rata sangat kecil, sementara sebagian lahan yang ada merupakan milik PTPN yang sekarang menjadi kebun karet. Oleh karena itu, pastoral khas daerah agraris menjadi prioritas di paroki ini. Dalam kaitannya dengan Arah Dasar (ARDAS) Keuskupan Agung Semarang, yang salah satu temanya berisikan tentang melestariakan keutuhan alam ciptaan, maka tema ini digarap secara khusus.
b.
Lapisan kebudayaan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Bedono sangat kental dengan berbagai kebudayaan. Tercatat ada tiga lapis kebudayaan yang pernah berkembang di Bedono, yakni: 1) Lapisan kebudayaan Hindu dapat dilihat dari jejaknya dalam beberapa situs sejarah, seperti situs Batu Tapak, Yoni Bedono dan Candi Asu Losari. 2) Lapisan kebudayaan Islam masuk ke Bedono terlacak jejaknya dalam bangunan makam dan beberapa cerita legenda yang masih hidup subur di tengah masyarakat sehingga lapisan kebudayaan ini terus berkembang pesat dan menjadi warna utama masyarakat Bedono hingga saat ini. 3) Lapisan kebudayaan Hindia Belanda tampak dalam peninggalan stasiun kereta dan kehadiran perkebunan PTPN. Lapisan-lapisan kebudayaan tersebut menandai keterbukaan masyarakat setempat terhadap pengaruh-pengaruh baru. Sampai saat ini sangat tampak keterbukaan masyarakat terhadap pengaruh luar. Pada periode 1930an Gereja Katolik hadir dengan pengaruh kuat dalam dunia pendidikan dan itu disambut baik oleh masyarakat. Tetapi sangat disayangkan dalam dasawarsa terakhir lebih banyak pengaruh negatif yang mendominasi, ditandai dengan terjadinya kasus yang meresahkan diakibatkan gerakan fundamentalisme dan tindakan intoleransi. Jalur kebudayaan yang masih terus berkembang di daerah ini menjadi jalur yang ditempuh Gereja untuk menjadikan Gereja yang relevan dan signifikan. Jalur kebudayaan masih menjadi jalur yang strategis yang dipilih Gereja untuk menghadirkan pengaruh baik dalam upaya perubahan dalam kehidupan bermasyarakat melalui nilai-nilai budaya warga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
c.
Paroki Santo Thomas Rasul Bedono adalah paroki baru. Paroki ini berdiri 7 tahun lalu. Salah satu perjuangannya adalah untuk
membangun kemandirian sebagai paguyuban iman dan membangun identitas diri yang baik di antara Gereja sekitar maupun yang utama di tengah masyarakat setempat. Dengan melihat catatan di atas, gambar Gereja yang tidak kaku dan sibuk mengurus dirinya sendiri tetapi mengutamakan pengembangan iman dan paguyuban untuk mengahadirkan pengaruh positif bagi masyarakat sekitar, merupakan gambaran yang lebih menarik untuk diperjuangkan.
5.
Menjadi Gereja yang Semakin Membumi di Tengah-tengah Masyarakat
a.
Iman yang Semakin Mendalam Gereja adalah persekutuan orang-orang yang beriman kepada Kristus. Iman
akan Kristus merupakan dasar hidup Gereja, maka “semakin membumi” pertamatama berarti “iman yang semakin mendalam dan tangguh” sesuai dengan “ARDAS KAS 2011-2015” dalam diri kita masing-masing dan iman itu kemudian melandasi hidup bersama sebagai paguyuban. Dalam hal ini, beberapa kegiatan menggereja sudah dilakukan untuk semakin menghidupi iman mereka: 1) Umat semakin menghidupi tradisi iman Katolik dalam liturgi, devosi dan tradisi harian. 2) Kesediaan untuk ambil bagian dalam tata pelayanan hidup menggereja khususnya dimulai dari anak-anak, kaum muda dan keluarga muda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
b.
Iman yang Melestarikan Bumi Keprihatinan terhadap kerusakan alam telah diangkat oleh Gereja menjadi
keprihatinan iman. Dalam ARDAS KAS 2011-2015 ditegaskan dan dicita-citakan bahwa Gereja menjadi semakin signifikan dan relevan. Maka, paroki ini memulai cita-cita itu dengan melaksanakan beberapa gerakan yang signifikan dan relevan dengan keberadaan paroki ini. Adapaun beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan untuk menuju cita-cita tersebut adalah sebagai berikut: 1) Gerakan menanam pisang, pecutan, manggis, sayur dan tanaman hias pengganti bunga. 2) Membangun lingkungan Gereja yang hijau. 3) Misa alam lestari bagi kaum muda, jalan salib alam bagi anak-anak, juga jalan salib peduli sumber air.
c.
Iman yang Membudaya Mengembangkan tata perayaan iman umat yang semakin selaras dengan
budaya setempat. Secara riil mengusahakan agar nuansa budaya Jawa semakin memperkaya pengungkapan iman umat, sekaligus mendorong umat untuk mencintai dan mengembangkan kebudayaan Jawa sehingga dapat mempelopori berkembangnya seni kebudayaan di masyarakat. Dengan demikian, citra Gereja Katolik yang identik dengan “Agamane Landa” yang terkesan asing di mata masyarakat menjadi “Agamane Jawa Pribumi”. Dengan kata lain Gereja semakin menjadi dekat dengan pergumulan umat dalam keseharian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
d.
Iman yang Peduli Membumi juga berarti semakin terlibat menanggapi keprihatinan-
kerihatinan sosial kemasyarakatan. Wujud dari iman yang peduli terlihat dalam tindakan nyata yang sudah dilakukan oleh umat, seperti: 1) Peduli keselamatan jalan: menyadari bahwa ruas jalan Jambu-Pringsurat yang rawan kecelakaan berada dalam wilayah Paroki Bedono. Umat semestinya semakin terpanggil untuk mengupayakan keselamatan jalan tersebut. 2) Peduli pendidikan: Jalan Salib peduli pendidikan adalah bentuk kepedulian Gereja terhadap sekolah Katolik agar tetap berkembang dan dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap murid. Kegiatan jalan salib yang dilakukan dalam masa prapaskah 2013 menjadi awalan bagi paroki untuk menyadari keberadaan sekolah-sekolah Katolik di paroki ini serta tanggungjawab bersama untuk mengembannya. Sanggar anak yang dimiliki paroki juga sebagai wujud kepedulian terhadap pendidikan bagi putera-puteri Gereja. 3) Peduli masalah sampah: di beberapa RT sekitar paroki permasalahan sampah sudah cukup mengganggu, oleh karena itu umat paroki berusaha mendampingi salah satu RT agar dapat menjadi percontohan dalam hal pengolahan sampah.
e.
Gereja sebagai Pelopor Perubahan dalam Masyarakat Dalam tatanan dewan paroki, bidang kemasyarakatan bertanggungJawab
mengemban tema “Menjadi Gereja yang Semakin Membumi”. Kehadiran Gereja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
diharapkan semakin menjadi signifikan dan relevan bagi masyarakat sekitarnya, yakni dengan menegaskan peran Gereja menjadi pelopor gerakan perubahan dalam masyarakat. Dua tema dalam ARDAS KAS 2011-2015 mendapat perhatian yang khusus dalam bidang ini, yakni “melestarikan keutuhan ciptaan dan memberdayakan kaum awam”. Kedua tema tesebut digarap secara khusus dikarenakan letak geografis dan kebudayaan umat serta keperihatinan terhadap alam ciptaan yang mengalami kerusakan. Beberapa gerakan yang sudah dimulai oleh Gereja dan kemudian berpengaruh terhadap masyarakat sebagai berikut: 1) Gerakan penanaman manggis (Oktober 2012). PSE paroki mensubsidi pengadaan bibit buah manggis hingga setiap keluarga dapat menanam minimal 2 batang 2) Gerakan penanaman kimpul plocot (Oktober 2012). PSE Mengangkat komoditas lokal menjadi produk unggulan. Perayaan Hari Pangan Sedunia (HPS) 2013 dilakukan untuk meneguhkan gerakan ini melalui seminar umum di balai desa Genting, lomba masak menu olahan kimpul antar ibu PKK desa Genting, serta perayan Ekaristi sebagai penutup acara bersama rayon Bagusto. 3) Gerakan menanam sayur di polibak (tempat menanam sayuran) pada bulan Mei 2013. Gerakan ini mendapat perhatian dari umat sehingga gerakan sayur mandiri mini bekembang begitu cepat dan luas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
4) Gerakan menanam mawar tabur (Maret 2013). Gerakan ini merupakan tindak lanjut dari PSE paroki agar umat dapat menanam bunga tabur di rumahnya masing-masing. 5) Lahan sayur organik Sodong Lestari. Lahan ini digunakan sebagai sarana belajar seluruh umat Sodong. Dalam kegiatannya umat melakukan gerakan menanam sayur secara mandiri sebagai buah dari belajar di lahan dengan menanam sayuran di rumah mereka masingmasing. 6) Pada awal tahun 2015 umat mulai mengembangkan pembudidayaan berbagai tanaman obat-obatan. Hal ini dilakukan sebagai wujud kepedulian umat akan kesehatan.
B. Penelitian tentang Partisipasi Umat Paroki Santo Thomas dalam Upaya Menjaga Keutuhan Alam Ciptaan 1.
Desain Penelitian
a.
Latar Belakang Penelitian Pandangan manusia terhadap alam ciptaan dan kerusakan-kerusakannya
yang terjadi menjadi fokus penulis dalam melakukan penelitian ini. Telah dipahami bersama bahwa kerusakan alam ciptaan sebagian besar dikarenakan ulah manusia sendiri, baik karena masalah ekonomi sampai masalah moral. Begitu banyak seruan yang mengajak manusia memperhatikan alam ciptaan, tetapi penulis belum begitu merasakan pengaruh dari seruan-seruan itu. Dari apa yang penulis lihat dan rasakan lebih banyak kerusakan alam yang terjadi dari pada pemulihan atas kerusakan alam.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
Katekese hijau yang sudah dilaksanakan di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono merupakan salah satu wujud kepedulian seluruh umat untuk mencintai alam atau lingkungannya sebagai rumahnya sendiri. Kesadaran pentingnya menjaga keutuhan alam ciptaan memerlukan waktu yang cukup lama untuk merubah cara pandang terhadap alam ciptaan. Pada mulanya, alam ciptaan dipandang sebagai tempat untuk mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Tetapi dengan melihat semakin hancurnya alam ciptaan itu sendiri, umat mulai sadar bahwa sikap yang tidak bermoral terhadap alam harus dihentikan. Berdasarkan dari hasil pengalaman dan pengamatan penulis yang pernah tinggal dan terlibat dalam kegiatan umat berkaitan dengan menjaga keutuhan alam ciptaan, penulis mengandaikan bahwa umat paroki ini sudah memahami katekese hijau yang dilaksanakan oleh paroki. Selain itu, penulis juga mengandaikan bahwa umat paroki ini sudah ikut aktif terlibat dalam kegiatan katekese hijau dan merasakan dampak dari kegiatan katekese hijau tersebut. Berdasarkan pengamatan dan persepsi penulis serta semangat perubahan yang ada di dalam diri umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono tersebut, penulis merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai katekese hijau sebagai wujud keterlibatan umat dalam upaya menjaga keutuhan lam ciptaan di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang. Ketertarikan ini dikarenakan katekese hijau merupakan katekese yang baru dan sangat relevan untuk zaman sekarang. Selain itu, penulis juga ingin lebih mengenal katekese hijau sehingga model ketekese hijau dapat dilaksanakan dan dikembangkan di wilayah lainnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
b.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui seberapa dalam tingkat persepsi umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono mengenai katekese hijau. 2)
Mengetahui gambaran pelaksanaan katekese hijau umat paroki Santo Thomas Rasul Bedono.
3) Mengetahui dampak pelaksanaan katekese hijau dalam upaya menjaga keutuhan alam ciptaan di paroki Santo Thomas Rasul Bedono.
c.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian kualitatif yang
didukung oleh data-data kuantitatif. Sebab bukan data statistik atau sebagainya tetapi dalam penelitian ini penulis ingin mendapatkan gambaran data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2007: 6), yang benar-benar terjadi dan dialami oleh umat paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Dari hasil penelitian nantinya akan didapat data berupa angka dalam bentuk persentase, tetapi hal ini bukan berarti jenis penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kuantitatif. Hal serupa juga dikemukakan oleh Moleong melalui bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif bahwa pendekatan kuantitatif dan kualitatif dapat pula digunakan secara bersama apabila desainnya adalah memanfaatkan satu paradigma sedangkan paradigma lainnya hanya sebagai pelengkap saja (Moleong, 1991: 22). Berdasarkan uraian di atas maka tidak ada salahnya apabila pada hasil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
penelitian nantinya penulis menggunakan data berupa angka dalam bentuk persentase. d.
Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data menurut Suharsimi (2013: 101) adalah “alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”. Dalam rangka mengumpulkan data, peneliti menggunakan angket. Angket adalah “daftar pertayaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna” (Suharsimi, 2012: 102). Peneliti memilih angket karena dalam penelitian ini yang diperlukan adalah data yang sesuai dengan keadaaan yang terjadi pada diri responden terkait katekese hijau yang ada di paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Adapaun angket tersebut akan ditujukan kepada kelompok paguyuban Biji Sesawi. Untuk memperkuat hasil penelitian yang diperoleh dari penyebaran angket, akan dilaksanakan juga wawancara sebagai cross check. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih oleh penulis, yakni penelitian kualitatif maka sangat tepat bila penulis memilih jenis wawancara terbuka. Dalam bukunya, Moleong (2012: 188) mengungkapkan wawancara terbuka sangat cocok untuk jenis penelitian kualitatif yang mana para subyeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara itu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
e.
Responden Penelitian Dalam penelitian ini, responden yang akan dipilih oleh peneliti adalah
kelompok paguyuban Biji Sesawi. Dari data yang peneliti dapatkan, jumlah kelompok paguyuban Biji Sesawi adalah 30 orang. Kelompok Biji Sesawi dipilih sebagai responden karena kelompok ini terdiri dari umat yang berasal lingkungan-lingkungan yang ada di paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Secara tidak langsung, kelompok paguyuban Biji Sesawi telah mewakili keseluruhan umat paroki ini. Dalam bukunya Suharsimi (2002: 112) mengungkapkan bahwa “jika subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Dari konsep inilah penulis mengambil semua responden yang berjumlah 30 orang dari kelompok paguyuban biji sesawi.
f.
Tempat dan Waktu Penelitian Dalam rangka mendapatkan data, peneliti memilih paroki Santo Thomas
Rasul Bedono sebagai tempat penelitian. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan bulan Juli 2015. Dalam rangka mendapatkan data yang lebih dapat dipertanggungjawabkan, peneliti akan melaksanakan wawancara pada akhir bulan Agustus 2015. g.
Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini ialah tingkat persepsi umat Paroki Santo
Thomas Rasul Bedono mengenai katekese hijau, gamabaran pelaksanaan katekese hijau di paroki Santo Thomas Rasul Bedono dan dampak katekese hijau dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
upaya menjaga keutuhan alam ciptaan. Variabel tersebut akan diperinci sebagai berikut. Tabel 2: Variabel Penelitian Variabel
Aspek yang Diuji Identitas Responden
Tingkat Paroki
persepsi Santo
A, B, C, D, E
umat Arti dan tujuan katekese hijau Thomas Isi katekese hijau
1, 2, 3 4, 5
Rasul Bedono mengenai Pelaku katekese hijau katekese hijau.
Jumlah Item
6, 7
Urgensi katekese hijau
8, 9, 10, 11
Jumlah
16
Gambaran
pelaksanaan Menunjukkan
proses
12, 13
katekese hijau di paroki pelaksanaan katekese hijau Santo Bedono
Thomas
Rasul Menunjukkan
tema-tema
14, 15
yang relevan yang didalami dalam katekese hijau Menunjukkan
partisipasi
16, 17
umat dalam berkatekese Menunjukkan
perananan
18, 19
katekis dalam pelaksanaan katekese hijau Menunjukkan tujuan katekese
20, 21
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
pada setiap pertemuan Jumlah
10
Dampak katekese
pelaksanaan Menunjukkan bahwa dengan hijau
terhadap katekese
keutuhan alam ciptaan
hijau
perlakuan
sikap
umat
lingkungannya
22, 23, 24, 25
dan
terhadap mengalami
perubahan dari yang acuh tidak acuh berganti peduli terhadap lingkungannya. Faktor
pendukung
penghambat
dan
26, 27, 28, 29, 30
pelaksanaan
katekese hijau Jumlah
9
Jumlah Total
35
2.
Laporan Hasil Penelitian dan Tehnik Pembahasan Sebelum menyampaikan laporan hasil penelitian, penulis akan memaparkan
terlebih dahulu tentang tehnik penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, Suharsimi (2013: 269) menyatakan “analisis data yang yang menggunakan teknik deskripsi kualitatif memanfaatkan persentase sebagai langkah awal. Selanjutnya analisis tersebut harus dinyatakan dalam bentuk predikat yang menunjuk pada pernyataan keadaan, ukuran kualitas”. Dalam hal ini peneliti telah menentukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
predikat penelitian yakni, sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Setelah melaksanakan penelitian, peneliti akan menguraikan pembahasan dari hasil penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan angket yang berjumlah 30 eksemplar dan jumlah angket yang ditujukan kepada responden dikembalikan dengan jumlah yang sama. Penelitian ini juga diperkuat dengan mengadakan wawancara yang ditujukan kepada responden yang berjumlah 6 orang responden. Dalam tahap ini pula, peneliti akan menguraikan hasil dalam bentuk tabel yang terdiri dari: Identitas responden, tingkat persepsi umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono mengenai katekese hijau, gambaran pelaksanaan katekese hijau di paroki Santo Thomas Rasul Bedono dan dampak pelaksanaan katekese hijau terhadap keutuhan alam ciptaan.
a.
Identitas Responden Tabel berikut ini menyampaikan tentang identitas responden berdasarkan
data yang diperoleh dari lapangan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah dalam persen adalah: % = Jumlah X 100% N Tabel 3: Identitas Responden (N= 30) No
Identitas Responden
Item A
Alternatif
Jumlah
Jawaban Jenis Kelamin
Laki-laki
Dalam Persen (%)
29
96,7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
No
Identitas Responden
Item
B
C
Alternatif
Jumlah
Jawaban
Umur
Pekerjaan
Dalam Persen (%)
Perempuan
1
3,3
21 – 30
1
3,3
31 – 40
5
16,7
41 – 50
13
43,3
51 – 60
6
20
61-
5
16,7
Petani
15
50
Wiraswasta
4
13,3
Pegawai/
3 10
karyawan Buruh
5
16,7
PNS
2
6,67
Ibu Rumah
1 3,3
Tangga D
Lingkungan
Herman Yosef
16
53,3
Daniel GTG
6
20
Agnes
1
3,3
Petrus
2
6,67
Gregorius
1 3,3
Agung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
No
Identitas Responden
Item
Alternatif
Jumlah
Jawaban
Dalam Persen (%)
Sang Timur
1
3,3
Cicilia
2
6,67
Yoakim
1
3,3
Dari hasil penelitian yang sudah terlaksana, peneliti mendapat data mengenai identitas responden sebagai berikut. Pada bagian A (jenis kelamin) responden yang berjenis kelamin laki-laki mendominasi paguyuban ini yakni sebanyak 29 responden atau 96,7% dan hanya terdapat 1 responden yang berjenis kelamin perempuan atau 3,3%. Pada bagian B, peneliti mendapat data mengenai usia responden. Dari data yang sudah didapatkan, terdapat rentang umur yang cukup jauh. Data yang diperoleh usia yang mendominasi paguyuban ini adalah usia 40-45 tahun yakni sebanyak 13 responden atau 43,3%. Selanjutnya terdapat 6 responden yang berusia 51-60 atau 20%. Terdapat jumlah yang sama yakni pada usia 31-40 dan 61...yakni sebanyak 5 responden atau 16,7%. Selanjutnya hanya ada 1 responden atau 3,3% yang berusia antara 21-30 tahun. Pada bagian C, peneliti mendapat data mengenai pekerjaan responden. Dari data yang diperoleh terdapat 6 jenis pekerjaan yang ditekuni responden. Pekerjaan sebagai petani berjumlah 15 responden atau 50%, wiraswata berjumlah 4 responden atau 13,3%, pegawai/karyawan berjumlah 3 atau 10%, buruh berjumlah 5 atau 16,7%, PNS berjumlah 2 atau 6,67 dan ibu rumah tangga yang berjumlah 1 atau 3,3%.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
Untuk bagian D, peneliti mendapat data mengenai lingkungan responden. Dari hasil penelitian terdapat 8 lingkungan tempat tinggal responden, yakni lingkungan Herman Yosef yang berjumlah 16 (53,3%), Daniel GTG berjumlah 6 (20%), Agnes berjumlah 1 (3,3%), Petrus yang berjumlah 2 (6,67%), Gregorius Agung berjumlah 1 (3,3%), Sang Timur berjumlah 1 (3,3%), Cicilia berjumlah 2 (6,67%), dan Yoakim berjumlah 1 (3,3%). Dari data yang sudah diperoleh dapat disimpulkan bahwa jumlah laki-laki mendominasi paguyuban ini. Sedangkan untuk kelompok umur didominasi oleh kelompok umur 41-50. Untuk jenis pekerjaan, petani yang mendominasi paguyuban ini yakni sebagai 50% dari jumlah keseluruhan dan untuk lingkungan asal responden didominasi oleh lingkungan Herman Yosef yang berjumlah 53,3% dari jumlah keseluruhan. b.
Tingkat Persepsi Umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Mengenai Katekese Hijau. Tabel 4: Tingkat persepsi umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono mengenai katekese hijau (N= 30)
No
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah
Item
Dalam Persen (%)
1
Ketekese hijau berarti a) Sangat Setuju
20
66,7
kegiatan
10
33,3
ditandai c) Ragu-ragu
0
0
menjaga d) Tidak Setuju
0
0
iman dengan
perwujudan b) Setuju
yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
No
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah
Item
Dalam Persen (%)
2
keutuhan alam ciptaan. e) Sangat Tidak Setuju
0
0
Tujuan katekese hijau: a. Sangat Setuju
8
26,7
agar umat mengetahui b. Setuju
22
73,3
fungsi
0
0
mengembangkan alam d. Tidak Setuju
0
0
ciptaan
0
0
lainnya a. Sangat Setuju
8
26,7
adalah
b. Setuju
21
70
mengembangkan
c. Ragu-ragu
0
0
1
3,3
0
0
17
56,7
12
40
ambil c. Ragu-ragu
1
3,3
dalam d. Tidak Setuju
0
0
0
0
dan
mampu c. Ragu-ragu
sebagai e. Sangat Tidak Setuju
tuntutan
moral
Kristiani 3
Tujuaan
budaya
hidup
yang d. Tidak Setuju
bertanggungjawab
4
Isi
katekese
adalah iman
hijau a. Sangat Setuju
pengalaman b. Setuju umat
bagian pelestarian ciptaan
e. Sangat Tidak Setuju
alam e. Sangat Tidak Setuju
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
No
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah
Item
Dalam Persen (%)
5
Isi
katekese
hijau a. Sangat Setuju
20
66,7
10
33,3
mengupayakan hidup c. Ragu-ragu
0
0
yang harmonis sebagai d. Tidak Setuju
0
0
kesatuan
0
0
Pelaku katekese hijau a. Sangat Setuju
7
23,3
adalah
semua umat, b. Setuju
18
60
maka
umat
1
3,3
ambil bagian dalam d. Tidak Setuju
4
13,3
prosesnya.
0
0
1
3,3
katekese hijau, umat b. Setuju
2
6,67
tidak perlu aktif dalam c. Ragu-ragu
4
13,3
menyampaikan
d. Tidak Setuju
22
73,3
pengalaman imannya
e. Sangat Tidak Setuju
1
3,3
Urgensi katekese hijau a. Sangat Setuju
0
0
yakni umat tidak perlu b. Setuju
4
13,3
memperbaiki
1
3,3
lainnya
adalah b. Setuju
ekosisitem e. Sangat Tidak Setuju
sesuai dokumen atau ajaran Gereja 6
7
8
Sebagai
harus c. Ragu-ragu
e. Sangat Tidak Setuju pelaku a. Sangat Setuju
moral c. Ragu-ragu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
No
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah
Item
Dalam Persen (%)
terhadap alam ciptaan
9
d. Tidak Setuju
20
66,7
e. Sangat Tidak Setuju
5
16,7
0
0
5
16,7
2
6,67
alam ciptaan karena d. Tidak Setuju
16
53,3
banyak
7
23,3
Urgensi katekese hijau a. Sangat Setuju
10
33,3
lainnya
18
60
1
3,3
ciptaan yang bijaksana d. Tidak Setuju
1
3,3
untuk
depan e. Sangat Tidak Setuju
0
0
Selanjutnya
sangat a. Sangat Setuju
10
33,3
penting
untuk b. Setuju
19
63,3
menyelaraskan hidup c. Ragu-ragu
1
3,3
sesuai
0
0
0
0
Saya
tidak
perlu a. Sangat Setuju
bertanggungjawab terhadap
b. Setuju
kerusakan c. Ragu-ragu
orang
yang e. Sangat Tidak Setuju
melakukan pengerusakan 10
adalah b. Setuju
pemanfaatan
alam c. Ragu-ragu
masa
yang lebih baik. 11
dengan d. Tidak Setuju
kehendak Allah.
e. Sangat Tidak Setuju
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
Pada bagian ini, peneliti akan mamaparkan hasil penelitian mengenai persepsi umat paroki terhadap katekese hijau. Dari data yang sudah terkumpul dapat diperinci sebagai berikut: Pernyataan nomer 1 yang berisi tentang arti katekese hijau yakni buah-buah iman yang diwujudnyatakan dengan menjaga keutuhan alam ciptaan, terdapat 20 responden (66,7%) menjawab sangat setuju dan 10 responden (33,7%) memberikan jawaban setuju. Dari item pernyataan nomer 1 ini menunjukkan hasil positif karena seluruhnya menyadari buah-buah iman melalui alam ciptaan. Penyataan nomer 2 menyatakan tujuan katekese hijau, data yang diperoleh menunjukkan 8 responden (26,7%) menyatakan sangat setuju dan 22 responden (73,3%) dari keseluruhan responden menyatakan setuju. Data yang terkumpul di atas menunjukkan hasil positif sebab seluruh responden mengetahui fungsi dan mampu mengembangkan alam ciptaan sebagai tuntutan moral Kristiani. Pernyataan nomer 3 tentang tujuan katekese hijau yakni mampu mengembangkan budaya hidup yang bertangungjawab. Data yang diperoleh terdapat 8 responden (26,7%) menyatakan sangat setuju dan 22 responden (70%) menyatakan setuju dengan pernyataan di atas. Data yang diperoleh menunjukkan hasil yang positif karena responden mengetahui tujuan katekese hijau sesuai pernyataan di atas. Pernyataan nomer 4 tentang isi katekese hijau yakni ambil bagian dalam pelesetarian alam ciptaan. Data yang diperoleh menunjukkan 17 responden (56,7%) menyatakan sangat setuju, 12 responden (40%) menyatakan setuju dan 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
responden (3,3%) menyatakan ragu-ragu. Hasil yang diperoleh menunjuukkan hasil yang positif sebab terdapat 96,7% setuju dengan isi katekese hijau sesuai pernyataan di atas. Pernyataan nomer 5 yakni mengupayakan hidup yang harmonis sebagai kesatuan ekosistem. Data yang diperoleh terdapat 20 responden (66,7%) menyatakan sangat setuju dan 10 (33,3%) menyatakan setuju. Data yang diperoleh tersebut menunjukkan hasil positif sebab seluruh responden menyatakan hal positif berkaitan dengan pernyataan di atas. Pernyataan nomer 6 tentang pelaku katekese hijau, yakni katekese milik semua umat oleh karenanya umat ambil bagian pada setiap kegiatan yang diadakan oleh paroki. Data yang diperoleh menunjukkan 7 responden (23,3%) menyatakan sangat setuju, 18 responden (60%) menyatakan setuju, 1 responden (3,3%) menyatakan ragu-ragu dan 4 responden (13,3%) menyatakan tidak setuju. Dari perbandingan persentase, dapat dikatakan bahwa pernyataan di atas positif sebab 83,3% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa katekese hijau milik seluruh umat. Pada pernyataan nomer 7 ini penulis menyampaikan penyataan negatif mengenai pelaku katekese hijau yakni dalam setiap pertemuan katekese hijau, responden tidak perlu menyampaikan pengalaman imannya dengan maksud agar responden dapat mengkritisi pernyataan tersebut. Diperoleh 1 responden (3,3%) menyatakan sangat setuju, 2 responden (6,67%) menyatakan setuju, 4 responden (13,3%) menyatakan ragu-ragu, 22 responden (73,3%) menyatakan tidak setuju dan 1 responden (3,3%) menyatakan sangat tidak setuju. Data yang diperoleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
menunjukkan hasil positif sebab 76,6% responden setuju bila dalam setiap pertemuan katekese hijau perlu menyampaikan pengalaman iman. Pada pernyataan nomer 8 penulis menyatakan pernyataan negatif dengan tujuan agar responden dapat berpikir kristis dalam menanggapi pernyataan yakni tidak perlu memperbaiki moral terhadap alam ciptaan. Data yang diperoleh menunjukkan 4 responden (13,3%) menyatakan setuju, 1 responden (3,3%) ragu-ragu, 20 responden (66,7%) menyatakan tidak setuju dan 5 responden (16,7%) menyatakan sangat tidak setuju. Data yang diperoleh menunjukkan hasil positif karena terdapat 83,4% responden menyatakan perlu mempebaiki moral terhadap alam ciptaan. Seperti halnya pernyataan nomer 8, pada pernyataan nomer 9 ini penulis
memberikan
pernyataan
negatif
yakni
responden
tidak
perlu
bertanggungjawab sepenuhnya terhadap kerusakan alam ciptaan. Data yang diperoleh menunjukkan 5 responden (16,7%) dari menyatakan setuju, 2 responden (6,67%) menyatakan ragu-ragu, 16 responden (53,3%) menyatakan tidak setuju dan 7 responden (23,3%) menyatakan sangat tidak setuju. Perbandingan persentase di atas menunjukkan hasil positif sebab terdapat 76,6% responden menyatakan perlu bertangungjawab atas kerusakan alam ciptaan. Pernyataan
nomor
10
menyatakan
urgensi
katekese
hijau
yakni
pemanfaatan alam ciptaan yang bijaksana. Data yang diperoleh menunjukkan 10 responden (33,3%) menyatakan sangat setuju, 18 responden (60%) menyatakan setuju, 1 responden (3,3%) menyatakan ragu-ragu dan 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
responden (3,3%) menyatakan tidak setuju. Hasil ini dapat dikatakan postif karena
sebagian
besar
menyatakan
harus
ada
kebijaksanaan
dalam
memanfaatkan alam ciptaan. Pernyataan nomor 11, yakni menyelarasakan hidup sesuai dengan kehendak Allah. Data yang diperoleh menunjukkan 10 responden (33,3%) menyatakan sangat setuju, 19 responden (63,3%) menyatakan setuju dan 1 responden (3,3%) menyatakan ragu-ragu. Dari perbandingan persentase di atas diperoleh hasil positif sebab terdapat 96,7% responden menyatakan hidup harus selaras dengan kehendak Allah. c.
Gambaran Pelaksanaan Katekese Hijau di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Tabel 5: Gambaran Pelaksanan Katekese Hijau (N= 30) No
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah
Item
Dalam Persen (%)
12
Pelaksanaan
5
16,7
akan lebih bermanfaat b. Setuju
23
76,7
bila dilaksanakan pada c. Ragu-ragu
1
3,3
setiap
1
3,3
0
0
2
6,67
26
86,7
pendalaman d. Tidak Setuju
iman 13
hijau a. Sangat Setuju
Kesepakatan dihasilkan
e. Sangat Tidak Setuju yang a. Sangat Setuju dalam b. Setuju
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
No
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah
Item
Dalam Persen (%)
14
proses katekese hijau c. Ragu-ragu
2
6,67
harus segera mendapat d. Tidak Setuju
0
0
tindak lanjut.
0
0
Menjadi pribadi yang a. Sangat Setuju
12
40
peduli terhadap alam b. Setuju
18
60
ciptaan
0
0
0
0
0
0
0
0
7
23,3
sebagai perusak alam c. Ragu-ragu
11
36,7
ciptaan
11
36,7
1
3,3
15
50
15
50
0
0
hijau yang diadakan d. Tidak Setuju
0
0
oleh paroki berkaitan e. Sangat Tidak Setuju
0
0
tema
e. Sangat Tidak Setuju
merupakan c. Ragu-ragu yang
relevan d. Tidak Setuju
untuk didalami. 15
Selanjutnya
e. Sangat Tidak Setuju tema a. Sangat Setuju
tentang
manusia b. Setuju
juga
harus d. Tidak Setuju
mendapat perhatian. 16
Saya berpartisipasi kegiatan
dengan
e. Sangat Tidak Setuju
ikut a. Sangat Setuju dalam b. Setuju katekese c. Ragu-ragu
menjaga
keutuhan alam ciptaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
No
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah
Item
Dalam Persen (%)
17
Saya terpanggil dalam a. Sangat Setuju
3
10
ambil bagian menjaga b. Setuju
11
36,7
alam ciptaan terlebih c. Ragu-ragu
3
10
di tempat tinggal saya. d. Tidak Setuju
11
36,6
2
6,67
Sosok katekis dalam a. Sangat Setuju
7
23,3
katekese hijau adalah b. Setuju
21
70
sosok
2
6,67
menjadi teladan dan d. Tidak Setuju
0
0
panutan dalam segala e. Sangat Tidak Setuju
0
0
Memiliki kemampuan a. Sangat Setuju
8
26,7
dan
19
63,3
3
10
Suci merupakan hal d. Tidak Setuju
0
0
pokok
harus e. Sangat Tidak Setuju
0
0
setiap a. Sangat Setuju
6
20
20
66,7
4
13,3
e. Sangat Tidak Setuju 18
yang
mampu c. Ragu-ragu
tindakannya 19
wawasan b. Setuju
mengenai
isi
yang
Kitab c. Ragu-ragu
dimiliki katekis. 20
Dalam pertemuan,
saya b. Setuju
memahami tujuan dari c. Ragu-ragu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
No
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah
Item
Dalam Persen (%)
21
katekese hijau yang d. Tidak Setuju
0
0
telah terlaksana
0
0
Saya menyadari tujuan a. Sangat Setuju
2
6,67
katekese hijau adalah b. Setuju
5
16,7
agar
5
16,7
15
50
3
10
saya
mencintai ciptaan
e. Sangat Tidak Setuju
semakin c. Ragu-ragu alam d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan rincian gambaran pelaksanaan katekese hijau di paroki Santo Thomas Rasul Bedono berdasarkan hasil penelitian yang sudah terlaksana. Pada pernyataan nomer 12 yang berisikan proses pelaksanan katekese hijau diperoleh hasil sebagai berikut. Sebanyak 5 responden (16,7%) menyatakan sangat setuju, 23 responden (76,7%) menyatakan setuju, 1 responden (3,3%) menyatakan ragu-ragu, 1 responden (3,3%) menyatakan tidak setuju. Dari perbandingan persentase di atas menunjukkan hasil yang positif sebab terdapat 93,4% responden memilih sanagat setuju dan setuju bila katekese hijau dilaksanakan di setiap pendalaman iman lingkungan. Pernyataan nomer 13 menyatakan bahwa aksi nyata yang ditentukan dalam setiap pertemuan katekese hijau harus segera mendapat tindak lanjut. Hasil yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
diperoleh menunjukkan sebanyak 2 responden (6,67%) menyatakan sangat setuju, 26 responden (86,7%) menyatakan setuju dan 2 responden (6,67%) menyatakan ragu-ragu. Data di atas positif sebab hanya 6,67% responden yang menyatakan ragu-ragu mengenai pernyatan di atas dan selebihnya memilih sangat setuju dan setuju. Pernyataan item 14 menunjukkan tema-tema yang relevan untuk didalami dalam katekese hijau. Pada item ini peneliti menyatakan tema tentang pribadi yang peduli terhadap alam ciptaan. Hasil yang didapatkan menunjukkan 12 responden (40%) menyatakan sangat setuju dan sisanya sebanyak 18 responden (60%) menyatakan setuju. Data di atas positif karena seluruh responden menyatakan sangat setuju dan setuju mengenai pernyataan di atas. Nomor 15 menyatakan tema katekese hijau yakni, manusia sebagai perusak alam ciptaan. Hasil yang diperoleh menunjukkan 7 responden (23,3%) menyatakan setuju, 11 (36,7%) menyatakan ragu-ragu, 11 responden (36,7%) menyatakan tidak setuju dan 1 (3,3%) menyatakan sangat tidak setuju. Hasil yang diperoleh dalam pernyataan di atas adalah negatif sebab terdapat 40% responden menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Pernyataan nomer 16 menunjukkan partisipasi umat dalam mengikuti katekese hijau. Data yang diperoleh menunjukkan 15 responden (50%) menyatakan sangat setuju. Sedangkan 15 (50%) menyatakan setuju. Data di atas menunjukkan hasil positif sebab seluruh responden menyatakan sangat setuju dan setuju terhadap pernyataan di atas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
Pada pernyataan nomer 17 yakni umat merasa terpanggil untuk menjaga keutuhan alam ciptaan. Dalam hal ini peneliti membuat pernyataan negatif yakni umat terpanggil hanya untuk menjaga tempat tinggalnya saja. Data yang diperoleh 2 responden (6,67%) menyatakan sangat setuju, 11 responden (36,7%) menatakan setuju, 3 responden (10%) menyatakan ragu-ragu, 11 responden (36,7%) menyatakan tidak setuju dan 2 responden (6,67%) menyatakan sangat tidak setuju. Data yang diperoleh menunjukkan hasil yang berimbang antara pernyataan setuju dan tidak setuju mengenai pernyataan di atas. Penyataan nomer 18 peneliti menyatakan bahwa sosok katekis dalam katekese hijau adalah sosok yang mampu menjadi teladan dan penutan dalam segala tindakannya menjaga alam ciptaan. Data yang diperoleh menunjukkan 7 responden (23,3%) menyatakan sangat setuju, 21 responden (70%) menyatakan setuju, 2 responden (6,67%) menyatakan ragu-ragu. Dari perbandingan jumlah persentase di atas dapat katakan bahwa responden sangat mendukung bila sosok katekis yang diharapkan mampu menjadi teladan dan panutan dalam menjaga keutuhan alam ciptaan. Penyataan nomer 19 menyatakan sosok katekis yang harus memiliki kemampuan dan wawasan mengenai isi Kitab Suci. Data yang diperoleh menunjukkan 8 responden (26,7%) menyatakan sangat setuju, 19 responden (63,3%) menyatakan setuju dan 2 responden (6,67%) menyatakan ragu-ragu. Dari perbandingan persentase di atas menunjukkan bahwa responden mengharapkan sosok katekis yang mampu memberikan pemahaman yang benar yang bertitik tolak dari Kitab Suci.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83
Pada pernyataan nomer 20 peneliti memberikan pernyataan bahwa responden memahami tujuan dari setiap pertemuan katekese hijau. Data yang diperoleh menunjukkan 6 responden (20%) menyatakan sangat setuju, 20 responden (66,7%) menyatakan setuju dan 4 responden (13,3%) menyatakan ragu-ragu. Data yang diperoleh adalah positif karena 80,7% responden menyatakan sangat setuju dan setuju sesaui pernyataan di atas. Pernyataan nomer 21, peneliti memberikan pernyataan negatif mengenai katekese hijau, yakni katekese hijau dirasa kurang menyadarkan umat untuk mencintai alam ciptaan. Data yang diperoleh terdapat 2 responden (6,67%) menyatakan sangat setuju, 5 responden (16,7%) menyatakan setuju, 5 responden (16,7%) menyatakan ragu-ragu, 15 responden (50%) menyatakan tidak setuju dan 3 (10%) menyatakan sangat tidak setuju. Data di atas menunjukkan hasil positif karena sebanyak 60% responden merasa katekese hijau menyadarkan umat untuk mencintai alam ciptaan.
d.
Dampak Pelaksanaan Katekese Hijau terhadap Keutuhan Alam Ciptaan. Tabel 6: Dampak Pelaksanaan Katekese Hijau (N= 30) No
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah
Item
Dalam Persen (%)
22
Dampak
katekese a. Sangat Setuju
hijau: saya semakin b. Setuju
7
23,3
17
56,7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
No
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah
Item
Dalam Persen (%)
menyadari diri saya c. Ragu-ragu
4
13,3
semakin berguna bagi d. Tidak Setuju
2
6,6
semua ciptaan dan hal e. Sangat Tidak Setuju
0
0
Saya terpengaruh ilmu a. Sangat Setuju
2
6,67
pengetahuan yang ada b. Setuju
18
60
dalam diri saya dalam c. Ragu-ragu
8
26.7
memandang
2
6,67
0
0
Dampak katekse hijau a. Sangat Setuju
1
3,3
selanjutnya
12
40
belum adanya sikap c. Ragu-ragu
9
30
respek
7
23,3
2
6,67
Dampak katekse hijau a. Sangat Setuju
13
43,3
selanjutnya
16
53,3
umat merasa hidunya c. Ragu-ragu
0
0
lebih sehat.
1
3,3
ini
memberikan
keuntungan
pada
setiap usaha saya. 23
alam d. Tidak Setuju
ciptaan 24
e. Sangat Tidak Setuju
dan
adalah b. Setuju
hormat d. Tidak Setuju
terhadap alam ciptaan 25
e. Sangat Tidak Setuju
adalah b. Setuju
d. Tidak Setuju
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
No
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah
Item
Dalam Persen (%)
e. Sangat Tidak Setuju 26
0
0
Faktor pendukung dan a. Sangat Setuju
2
6,67
penghambat:
12
40
3
10
12
40
1
3,3
0
0
dalam katekese hijau b. Setuju
13
43,3
lainnya adalah
aksi c. Ragu-ragu
2
6,67
kurang d. Tidak Setuju
14
46,7
1
3,3
6
20
katekese hijau adalah b. Setuju
24
80
keinginan memahami c. Ragu-ragu
0
0
ajaran
0
0
kurang
saya b. Setuju
memahami c. Ragu-ragu
tugas
manusia d. Tidak Setuju
terhadap alam ciptaan e. Sangat Tidak Setuju menurut Kitab Suci. 27
Faktor
nyata
penghambat a. Sangat Setuju
yang
diperdalam saya sepenuhnya
sehingga e. Sangat Tidak Setuju belum dekat
dengan semua ciptaan Allah 28
Faktor
pendukung a. Sangat Setuju
Gereja d. Tidak Setuju
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
No
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah
Item
Dalam Persen (%)
29
mengenai alam ciptaan e. Sangat Tidak Setuju
0
0
Faktor
penghambat a. Sangat Setuju
0
0
hijau b. Setuju
1
3,3
1
3,3
saya belum menyadari d. Tidak Setuju
23
80
tanggungjawab
3
10
1
3,3
lainnya adalah kurang b. Setuju
13
43,3
mempertimbangkan
8
26,7
8
26,7
0
0
katekese selanjutnya
adalah c. Ragu-ragu
e. Sangat Tidak Setuju
terhadap alam ciptaan 30
Faktor
penghambat a. Sangat Setuju
dampak
c. Ragu-ragu
yang d. Tidak Setuju
ditimbulkan dari yang e. Sangat Tidak Setuju diperbuat
terhadap
alam ciptaan.
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan hasil penelitian secara lebih terperinci berkaitan dengan dampak dari pelaksanaan, faktor pendukung dan penghambat katekese hijau. Data yang diperoleh sebagai berikut. Pernyataan nomer 22 berisikan tentang dampak katekese hijau, yakni menyadari perubahan hidup yang dirasakan melalui katekese hijau. Diperoleh data
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
sebagai berikut, sebanyak 7 responden (23,3%) pernyataan sangat setuju, 17 responden (56,7%) menyatakan setuju, 4 responden (13,3%) menyatakan raguragu, 2 responden (6,67%) menyatakan tidak setuju. Data di atas menunjukkan hasil positif sebab 80% responden menyatakan sangat setuju dan setuju sesuai pernyataan di atas. Pernyataan nomer 23 yakni perubahan cara pandang mengenai alam ciptaan berdasarkan pemahaman dari ilmu pengetahuan yang didapatkan responden. Data yang diperoleh menunjukkan 2 responden (6,67%) menyatakan sangat setuju, 18 responden (60%) menyatakan setuju, 8 responden (26,7%) menyatakan ragu-ragu, 2 responden (6,67%) menyatakan tidak setuju. Data yang diperoleh menunjukkan hasil yang positif karena 66,67% responden menyatakan bila ilmu pengetahuan yang diperoleh responden ambil bagian dalam cara pandang responden terhadap alam ciptaan. Pernyataan nomer 24 peneliti memberikan pernyataan negatif, yakni katekese hijau belum menumbuhkan sikap respek dan hormat terhadap alam ciptaan. Data yang diperoleh menunjukkan 1 responden (3,3%) menyatakan sangat setuju, 12 responden (40%) menyatakan setuju, 9 responden (30%) menyatakan ragu-ragu, 7 responden (23,3%) menyatakan rag-ragu
dan 2
responden (6,67%) menyatakan sangat tidak setuju. Data yang diperoleh menunjukkan hasil negatif, karena 43,3% responden menyatakan sangat setuju dan setuju sesuai pernyatan di atas. Pada pernyataan nomer 25 mengenai dampak katekese hijau, yakni dengan katekese hijau hidup responden menjadi lebih sehat. Data yang diperoleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
menunjukkan 13 responden (43,3%) menyatakan sangat setuju, 16 responden (53,3%) menyatakan setuju dan 1 responden (3,3%) menyatakan tidak setuju. Hasil pada pernyataan ini adalah positif karena 96,6% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bila katekese hijau membuat hidup responden menjadi lebih sehat. Pernyataan nomer 26 yakni responden kurang memahami ajaran Gereja menururt Kitab Suci dalam memahami tugasnya sebagai manusia. Data yang diperoleh menunjukkan 2 responden (6,67%) menyatakan sangat setuju, 12 responden (40%) menyatakan setuju, 3 responden (10%) menyatakan ragu-ragu, 12 responden (40%) menyatakan tidak setuju dan 1 responden (3,3%) menyatakan sangat tidak setuju. Data di atas menunjukkan hasil yang sama yakni ada yang memahami ajaran Gereja dan belum memahami ajaran Gereja. Pernyataan nomer 27 yakni aksi nyata dalam katekese hijau tidak sepenuhnya membuat responden merasa lebih dekat dengan ciptaan Allah lainnya. Data yang diperoleh menunjukkan 13 responden (43,3%) menyatakan setuju, 2 responden (6,67%) menyatakan ragu-ragu, 14 responden (46,7%) menyatakan tidak setuju dan 1 (3,3%) menyatakan sangat tidak setuju. Data yang diperoleh menunjukkan hasil positif karena 50% responden merasa lebih dekat dengan ciptaan Allah lainnya. Pada pernyataan nomer 28 yakni keinginan untuk memahami ajaran Gereja mengenai alam ciptaan. Data yang diperoleh menunjukkan 6 responden (20%) menyatakan sangat setuju dan 24 responden (80%) menyatakan setuju. Dari data
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
di atas memperoleh hasil positif, karena seluruh responden menyatakan keinginannya untuk lebih memahami ajaran Gereja mengenai alam ciptaan. Pada pernyataan nomer 29 tentang ketidaktahuan responden atas tanggungjawabnya terhadap alam ciptaan. Data yang diperoleh menunjukkan 1 responden (3,3%) menyatakan setuju, 1 responden (3,3%) menyatakan ragu-ragu, 23 responden (80%) menyatakan tidak setuju dan 3 responden (10%) menyatakan sangat tidak setuju. Data di atas menunjukkan hasil positif, karena 90% responden menyatakan mengetahui tanggungjawabnya terhadap alam ciptaan. Pada pernyataan item nomer 30 berisi tentang kurangnya pertimbangan responden ketika melakukan segala aktivitasnya berkaitan dengan menjaga keutuhan alam ciptaan. Data yang diperoleh menunjukkan 1 responden (3,3%) menyatakan sangat setuju, 13 responden (43,3%) menyatakan setuju, 8 responden (26,7%) menyatakan ragu-ragu dan 8 responden (26,7%) menyatakan tidak setuju. Dari persentase di atas diperoleh hasil positif, karena 46,6% responden memberikan pernyatan mempertimbangkan segala tindakannya. 3.
Laporan dan Pembahasan Hasil Wawancara terhadap Kelompok Paguyuban Biji Sesawi Paroki Santo Thomas Rasul Bedono
a. Identitas Responden Tabel 7: Identitas Responden No
Nama
Usia
Lingkungan
Pekerjaan
1
Y. Suralip (R1)
48 tahun
Herman Yosef
Petani
2
Y. Sunaryo (R2)
40 tahun
Herman Yosef
Petani
3
Y. Paiman (R3)
45 tahun
Herman Yosef
Wiraswata
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90
4
P. Supana (R4)
49 tahun
Herman Yosef
Petani
5
Jarot Susanto R (R5)
43 tahun
Herman Yosef
Petani
6
Edy Winarno (R6)
56 tahun
Danien GTG
PNS
Berdasarkan tabel 7 di atas, diketahui jumlah responden yang diwawancarai adalah 6 orang. Dari ke 6 responden tersebut diketahui bahwa responden telah berusia 40 tahun hingga 56 tahun. Bila dilihat dari lingkungan tempat tinggal terdapat 5 responden yang berasal dari lingkungan Herman Yosef dan 1 responden dari lingkungan Daniel GTG. Adapun jenis pekerjaan yang ditekuni oleh responden adalah sebagai petani, hanya ada satu yang berprofesi sebagai PNS dan sebagai wiraswasta. b.
Arti dan Tujuan Katekese Hijau Dari hasil wawancara yang sudah dilaksanakan, dapat digali informasi lebih
dalam mengenai arti dan tujuan katekese hijau yang diutarakan responden. Adapun arti dan tujuan katekese hijau menurut responden adalah sebagai berikut. Arti katekese hijau menurut R2 dan R4 adalah memperbaharui hidup dengan kembali hidup ke alam berdasarkan pada ARDAS KAS. R1 menambahkan katekese
hijau
berarti
bentuk
cinta
manusia
mencintai
alam
dengan
mengupayakan hidup selaras dengan alam. Sedangkan R6 menyampaikan bahwa katekese hijau merupakan penyampaian warta kabar gembira lewat alam ciptaan, senada dengan R6, R5 menambahkan jika katekese hijau merupakan perwujudnyataan iman yang diperoleh dari ajaran Gereja dengan melaksanakan kegiatan yang berfokus pada alam ciptaan. R3 menyampaikan pandangan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
berbeda dengan responden lainnya, yakni katekese hijau diartikan sebagai orang yang mampu memotivasi umat untuk mencintai alam ciptaan. Berkaitan dengan tujuan katekese hijau, R2, R3 dan R6 menyampaikan bahwa katekese hijau bertujuan membangun manusia agar sadar akan pentingnya menjaga keutuhan alam ciptaan. R6 secara lebih tegas menyampaikan bahwa salah satu bentuk cinta terhadap generasi yang mendatang adalah dengan memberikan tanah/lingkungan yang subur mengingat saat ini penggunaan pupuk kimia yang tidak terkendali. R1 menyampikan tujuan katekese hijau adalah agar lingkungan terasa kembali segar. Sejalan dengan pendapat R1, R4 menuturkan agar bumi tetap hijau dan lesatari. R5 melengkapi kedua pendapat sebelumnya yakni katekse hijau bertujuan agar bumi terasa layak dan nyaman untuk dijadikan tempat tinggal manusia.
c.
Gambaran Pelaksanaan Katekese Hijau Dalam rangka menggali informasi mengenai gambaran pelaksanaan
katekese hijau di paroki Santo Thomas Rasul Bedono, peneliti menyampaikan beberapa pertanyan sebagai berikut: Apakah repoden sudah merasa puas dengan pelaksanaan katekese hijau? Apakah katekese hijau sudah membantu responden dalam menyadari tugasnya menjaga keutuhan alam ciptaan? Sosok katekis yang diharapkan oleh responden? Apa yang respoden ketahui tentang ajaran Gereja mengenai alam ciptaan? R4 dan R6 dalam penuturannya merasa puas dengan berbagai kegiatan katekese hijau yang sudah terlaksana. Perasaan puas dikarenakan sudah mulai tumbuh kepedulian terhadap lingkungan baik dalam lingkup perumahan maupun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
di area perkebunan. Di lain pihak, yakni R1, R2, R3 dan R5 belum merasa puas dengan berbagai kegiatan yang sudah terlaksana karena masih beranggapan kegiatan ketekese hijau masih dalam proses yang
harus terus dilaksanakan.
Walaupun demikian, R6 sudah mengungkapkan sudah ada perubahan dalam diri umat dalam menyadari lingkungannya saat ini sehingga umat mulai sadar untuk merawat lingkungannya. Semua responden menyatakan bahwa katekese hijau sudah sangat membantu umat dalam menyadari tugasnya dalam menjaga keutuhan alam ciptaan. R5 menyatakan bahwa kegiatan katekese hijau yang berkaitan erat dengan alam ciptaan, saat ini harus mendapatkan perhatian khusus. Hal senada juga diungkapan oleh R4 dan R6 yakni tugas menjaga keutuhan alam ciptaan adalah tugas semua umat. R1 mengungkapkan sosok katekis yang diharapkan adalah sosok yang mampu menggerakkan umat sehingga dapat berpartisipasi dalam kegiatan katekese hijau serta memiliki perhatian pada hal-hal yang kecil seperi masalah membuang sampah. Kemampuan menggerakkan anggota/umat juga disampaikan oleh R5 dan R6. Menggerakkan dalam hal ini lebih menekankan pada kemampuaan penguasaan praktek di lapangan. R2 menyatakan jika sosok katekis tidak perlu orang yang pandai dalam ilmu pengetahuan tentang ajaran Gereja dan ilmu pengetahuan. Orang yang mampu menyatu dengan alam, peka terhadap alam, tahu apa yang harus dilakukan adalah sosok katekis yang diharapkan oleh R2. Sedana dengan R2, R3 dan R5 menyampaikan sosok yang bertanggungjawab dan aktif ambil bagian pada setiap kegiatan katekese hijau. R4 menyatakan sosok
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
yang diharapkan adalah sosok yang mampu membangkitkan iman dan dapat mengungkapkan iman tersebut dengan peduli pada lingkungan, hal ini diperkaya dengan pendapat R6 yakni seorang katekis harus bisa mempraktekan hidupnya sesuai ajaran Gereja. Mengenai pengetahuan responden tentang ajaran Gereja yang berkaitan dengan alam ciptaan terdapat 3 responden (R2, R3 dan R6) yang mengutarakan mengetahui ARDAS KAS yakni menjaga kelestarian lingkungan. Sedangkan R1 menyampaikan bahwa manusia semestinya bersyukur atas alam ciptaan yang begitu indah dengan cara terus merawat dan melesatarikannya. Ungkapan R1 juga diperkaya dengan penuturan dari R5 yakni dalam tubuh Gereja umat sudah tidak asing lagi dengan hukum cinta kasih. Secara lebih tegas R5 menyampaikan seharusnya hukum tersebut diberlakukan untuk semua ciptaan Allah, bukan hanya manusia kepada manusia saja. Sedangkan R4 menyatakan banyak mendapat inspirasi lewat khotbah para Imam ketika merayakan perayaan Ekaristi. Hal ini membangkitkan semangat untuk terus berupaya menjaga alam ciptaan. Dari keenam responden, hanya terdapat satu responden (R6) yang telah mendengar Ensiklik Paus Fransiskus, yakni Laudato Si.
d.
Faktor Penghambat Dan Pendukung Pelaksanaan Katekese Hijau Terhadap Alam Ciptaan Dalam rangka menggali informasi yang lebih mendalam mengenai faktor
penghambat dan pendukung pelaksanaan katekese hijau, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Adapun pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: apa sajakah faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
katekese hijau? Niat apa yang akan dibangun dalam upaya menjaga keutuhan alam ciptaan? Yang menjadi faktor pendukung menurut R1 adalah semakin tumbuh kesadaran dalam diri umat yang mampu menjadi penyemangat. Pernyataan R1 juga senada dengan pernyataan R5 yakni umat mulai sadar untuk terlibat dalam gerakan hijau. Peranan Gereja juga sangat penting, tanpa adanya ajakan dari Gereja ada kemungkinan katekese hijau atau gerakan hijau tidak terlaksana di Bedono. Hal ini diungkapkan oleh R2 dan R3. Ajakan dari Gereja rupa-rupanya mendapat tanggapan yang positif sehingga katekese hijau terus berkembang di paroki ini. Selain faktor-faktor di atas, adanya dampak langsung yang dirasakan juga menjadi pendukung gerakan ini, bukan saja hidup mereka menjadi sehat melainkan juga adanya tambahan penghasilan. Dalam penuturannya R4 menyampaikan
bila
penggunaan
pupuk
organik
terhadap
tanaman
di
perkebunannya telah menambah penghasilannya karena harga dari tanaman dari pupuk organik lebih mahal. Hal ini juga menguntungkan karena dapat mengembalikan keadaan tanah untuk tetap subur. R6 menambahkan keadaan alam Bedono memang cocok untuk katekese hijau. R6 juga menyampaikan bukan tidak mungkin katekese hijau juga dilaksanakan di tempat lain. Sedangkan yang menjadi penghambat kegiatan katekese hijau adalah pribadi manusia itu sendiri. Semua responden menyampaikan pendapat yang sama mengenai hal ini. R1 mengungkapkan masih kurang persiapan ketika akan melaksanakan katekese hijau. Pribadi-pribadi yang
yang dianggap sebagai
penghambat adalah responden yang malas, pribadi yang putus asa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
menyebabkan dirinya mencari jalan yang instan untuk memperoleh keuntungan yang salah satunya dengan merusak alam ciptaan. Secara lebih detail R6 menyampaikan apabila masyarakat di Bedono memiliki taraf pendidikan yang rendah. Oleh karena itu harus ada bukti yang nyata untuk membuat masyarakat percaya dengan dampak baik dari katekese hijau. Adapun niat yang akan dibangun oleh responden adalah sebagai berikut. R1 ingin selalu menyadari tugasnya dan menaruh rasa cinta dalam menjaga alam ciptaan. R2 menyampaikan niatnya yakni dalam jangka pendek ingin menjaga mata air agar terus hidup dengan mulai menanam tanaman yang dapat hidup dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, R2 juga ingin menghijaukan pekarangan rumahnya. Melakukan penghijauan dan pengurangan penggunaan pupuk kimia disampaikan oleh R3, R4 dan R5. Hal ini dilengkapi oleh R6 yang menyimpulkan dari semua niat itu pada dasarnya manusia memiliki cinta yang sangat besar terhadap generasi yang akan datang. Oleh karena itu, R6 mengupayakan tindakan kongkrit dengan maksud memberikan warisan berupa tanah yang subur, hijau dan lestari kepada generasi yang akan datang.
4.
Pembahasan Hasil Penelitian Untuk melihat lebih dalam ketiga variabel penelitian di atas, maka pada
bagian ini akan dibahas apakah ketiga variabel tersebut sudah sesuai dengan hasil penelitian beradasarkan hasil penyebaran angket ataupun hasil wawancara. Berikut adalah pembahasan hasil penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96
Berdasarkan pada hasil penyebaran angket diketahui bahwa 100% responden sependapat dengan arti katekese hijau pada bab sebelumnya, yakni katekese hijau diartikan sebagai kegiatan pembinaan iman yang dilakukan oleh seluruh umat untuk menyadari dan menanggapi kehadiran Kristus dalam lingkungan hidup yang pada akhirnya menjadikan manusia berperilaku baik dan peduli terhadap bumi berserta isinya sebagai tempat tinggalnya. Sedangkan hasil penelitian melalui wawancara menunjukkan keberagaman arti yang diutarakan oleh responden. Bila mengacu pada arti katekese hijau sendiri, maka dapat dikatakan tingkat pemahaman masih rendah dalam memahami arti katekese hijau. Dari keenam responden yang telah diwawancarai hanya ada 3 responden yang sejalan dengan arti katekese di atas. Hasil penyebaran angket menunjukkan bahwa responden setuju dengan tujuan katekese hijau, yakni mengetahui fungsi dan mampu mengembangkan alam ciptaan sebagai tuntutan moral Kristiani dan dapat mengembangkan budaya hidup yang bertanggungjawab. Sedangkan hasil penelitian melalui wawancara yang dilaksanakan terhadap enam responden menunjukkan pemahaman yang sama, yakni katekese hijau turut ambil bagian dalam menjaga keutuhan alam ciptaan atau dengan hadirnya katekese hijau telah menyadarkan responden untuk hidup bertanggungjawab terhadap tugas menjaga alam ciptaan. Gambaran katekese hijau berisikan tentang pelaku katekese hijau, isi ketekse hijau dan urgensi katekese hijau serta pelaksanaan katekese hijau. Pelaku katekese “adalah semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk memahami Kristus...” Lalu (2007: 92). Dari konsep
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97
ini diketahui bahwa hasil penyebaran angket menunjukkan responden menyadari dirinya sebagai pelaku katekese hijau yang bersedia mengikuti proses katekese hijau itu sendiri. Sedangkan hasil wawancara sangat jelas bahwa responden merupakan pelaku-pelaku katekese hijau, karena mereka telah memulai gerakan hijau yang dijadikan ungkapan syukur mereka atas alam ciptaan dan terus berupaya untuk menjaga keutuhan alam ciptaan tersebut. Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai isi katekese hijau yang meliputi pengalaman iman dan aksi nyata dalam mengupayakan hidup yang harmonis sebagai keatuan ekosistem. Hasil penyebaran angket menunjukkan tidak ada satupun responden yang memberikan jawaban tidak setuju, semuanya memilih setuju. Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa isi katekese hijau lebih menekankan tindakan nyata responden. Dalam penuturannya responden menyatakan ingin selalu menjaga alam ciptaan agar semua ciptaan Allah menjadi harmonis. Urgensi katekese hijau meliputi kerusakan alam yang terlihat jelas secara global, tekanan tanggungajawab moral terhadap lingkungan, praktik hidup yang merusak dan menciptakan kehidupan yang selaras dengan kehendak Allah. Hasil angket menunjukkan adanya kesadaran responden yang menunjukkan keinginan untuk merubah dirinya menjadi pribadi-pribadi yang peduli terhadap alam ciptaan. Pada bab sebelumnya telah disampaikan gagasan Paus Yohanes Paulus II yakni “krisis ekologi zaman ini memperlihatkan kita sejumlah persoalan moral”. Pendapat Paus sejalan dengan keinginan responden yang ingin memperbaiki moral terhadap lingkungannya dengan memulai gerakan hijau. Chang (2001: 110)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
mengungkapkan
gagasan
yakni
“manusia
harus
mengembangkan
sikap
penghargaan dan tanggungjawab penuh atas tindakannya sehubungan dengan keadaan alam”. Ungkapan Chang juga sudah sejalan dengan keadaan responden atau umat secara umum. Hal ini dibuktikan dengan hasil penyebaran angket yang menunjukkan hampir 94% menyatakan setuju untuk hal ini. Hasil wawancara juga menunjukkan hal serupa yakni responden sudah merasa harus melakukan tindakan nyata untuk merubah cara hidup, salah satu cara yang diungkapkan adalah mulai mengurangi penggunaan pupuk kimia secara berlebihan dan mulai memperhatikan mata air sebagai sumber kebutuhan sehari-hari. Paroki Santo Thomas Rasul Bedono sebagai penggagas katekese hijau telah ambil bagian dalam menuntun umatnya untuk memberikan waktu khusus memperhatikan alam ciptaan. Dari penyebaran angket diketahui bahwa responden yang mewakili umat secara umum menunjukkan bahwa dirinya aktif ambil bagian menjaga keutuhan alam ciptaan dengan pernyataan positif tentang dirinya yang terpanggil untuk mencintai alam ciptaan. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang menunjukkan bahwa pada setiap prosesnya responden aktif dalam kegiatan katekese hijau, bahkan secara lebih mendalam responden menyatakan mendapat manfaat yang sangat berguna bagi dirinya saat ini maupun yang akan datang. Berikut ini juga akan dijabarkan mengenai dampak dari katekese hijau serta faktor pendukung dan pengambatnya. Untuk melihat apakah katekese hijau sudah benar-benar berdampak positif terhadap pribadi responden dan terlebih pada lingkungan. Dalam hal ini penulis meyampaikan berdasarkan pada hasil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99
penyebaran angket yang diperkuat dengan hasil wawancara. Katekese hijau yang terlaksana di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono sudah menunjukkan hasil yang positif, yang pertama adanya perubahan cara pandang pelaku katekese dan perubahan perilaku pelaku katekese hijau terhadap alam ciptaan di sekitarnya. Tumbuhnya rasa kecintaan pada alam ciptaan atau lingkungan telah menunjukkan bahwa katekese hijau sudah merubah diri pelaku katekese hijau. Hal ini pula telah memecahkan masalah yang diungkapkan oleh Anderson dalam Chang (2008: 38) yakni ”hingga saat ini masih hidup dan berkembang pikiran dan kecenderungan manusia mengobjekan alam. Selain
itu juga responden telah
menunjukkan perubahan kesadaran moral terhadap lingkungan yang sesuai dengan pandangan Chang (2008:40) yakni “ pertimbangan mesti dilakukan sambil memperhatikan masa depan genarasi mendatang”. Pernyataan Chang di atas sudah sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada diri responden yang menunjukkan sudah mulai mempertimbangan segala tindakannya demi masa depan yang akan datang serta memandang alam ciptaan sebagai saudara. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara yang menunjukkan bahwa responden yang dipilih sudah menyatakan ingin lebih memperhatikan dan mencintai alam ciptaan. Dalam upaya menjaga keutuhan alam ciptaan, responden sebagai pelaku katekese hijau juga menyatakan ada dukungan dari Gereja yang terus mendorongnya untuk tetap memperhatikan alam ciptaan. Melalui wawancara yang ditujukan kepada 6 responden diketahui bahwa seruan atau ajakan Gereja telah banyak membantu responden menyadari lingkungannya, seperti ARDAS KAS dan yang terbaru Ensiklik Paus Fransiskus Laudato Si. Walaupun demikian masih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100
terdapat penghambat yang dirasakan oleh responden, yakni pribadi manusia itu sendiri yang cenderung malas dan menginginkan hasil memuaskan dengan cara yang instan. Hal ini juga diungkapkan oleh Raymundus Sudhiarsa (2008: 179) yakni ”manusia pada umunya berpikir pendek dan hampir selalu memikirkan keuntungan dan kepentingan sendiri”. Pandangan di atas juga terjadi di paroki Santo Thomas Rasul Bedono yang menjadikan katekese hijau mendapat hambatan yang sangat mendasar, yakni pribadi manusia itu sendiri.
5.
Kesimpulan Hasil Penelitian Bersadarkan laporan dan pembahasan hasil penelitian melalui angket,
peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Diketahui bahwa responden yang telah mengisi angket sudah memiliki tingkat persepsi mengenai katekese hijau yang tinggi. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden sudah memahami arti, tujuan, isi, pelaku katekese dan urgensi katekese hijau tersebut. Telah diketahui dalam pembahasan penelitian di atas, hampir seluruh responden memahami dan menyadari pentingnya katekese hijau dalam upaya menjaga keutuhan alam ciptaan. Berkaitan dengan gambaran pelaksanaan katekese hijau, responden telah melaksanakan proses kegiatan dengan cukup baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden telah menyadari proses katekese hijau telah banyak membantu responden untuk peduli pada lingkungan. Dari proses katekese hijau tema-tema yang dibahas juga sangat relevan dengan kehidupan responden dan umat secara umum. Katekese hijau juga menjadikan responden lebih tergerak untuk melakukan gerakan hijau, hal ini juga didukung dengan kehadiran katekis yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
mampu membantu responden dalam menyadari tugas menjaga keutuhan alam ciptaan sesuai ajaran Kitab Suci dan ajakan dari ajaran Gereja. Katekese hijau yang dilaksanakan oleh responden dan umat secara umum telah berdampak pada perubahan sikap terhadap alam ciptaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perubahan cara pandang responden mengenai alam ciptaan yang mana pada sebelumnya responden belum begitu peduli pada ligkungan tetapi dengan hadirnya katekese hijau telah merubah responden untuk peduli dengan alam ciptaan. Tindakan nyata mulai muncul dalam diri responden untuk menjaga keutuhan lingkungannya. Dalam prosesnya, responden masih perlu mendapat pemahaman dari ajaran Gereja sehingga dalam prosesnya nanti responden semakin menyadari tugasnya dan gerakan hijau yang diprakarsai Gereja dapat semakin berkembang. Dalam rangka memperkuat hasil penelitian melalui penyebaran angket, peneliti mengadakan wawancara. Dari hasil wawancara diketahui bahwa 4 responden dari 6 responden yang diwawancara telah memahami arti katekese hijau. Walaupun demikian, keempat responden ini memiliki pengertian yang berbeda, tetapi peneliti dapat memahami dari penuturan keempat responden yang mengartikan katekese hijau sebagai aktualisasi iman dari ajaran Gereja (Arah Dasar KAS) mengenai alam ciptaan yang tertuang melalui gerakan hijau. Dalam hal
pemahaman
mengenai
tujuan
katekese
hijau
semua
responden
mengungkapkan bahwa katekese hijau membantu responden untuk menjaga keutuhan alam ciptaaan agar kembali hijau.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
Dalam ketekese hijau, sosok katekis yang diharapkan semua responden adalah sosok yang mampu menjadi panutan, sosok yang mengerti keadaan alam ciptaan, sosok yang mampu menyadarkan umat agar mencintai alam ciptaan (air, tanah, udara, dan panas). Kebutuhan akan pemahaman ajaran Gereja sangat diharapkan oleh responden, karena responden hanya melakukan gerakan hijau tanpa ada pemahaman yang mendalam mengenai ajaran Gereja berkaitan dengan menjaga keutuhan alam ciptaan. Berkembangnya katekese hijau di paroki Santo Thomas Rasul Bedono dikarenakan ajakan Gereja dan umat menanggapi. Katekese hijau yang dilaksanakan telah berdampak langsung pada pribadi-pribadi responden dan umat secara umum sehingga katekese hijau bisa terus berkembang dan tentu memberikan keuntungan. Selain dukungan dalam prosesnya katekese hijau juga mendapat hambatan yang ada dalam pribadi-pribadi umat. Keputusasaan yang mengakibatkan orang tidak lagi memperhitungkan dampak yang ditimbulkan dari tindakan eksploitasi hutan, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan yang tentu merusak tanah. Dari hambatan-hambatan tersebut diketahui bahwa responden sangat membutuhkan bimbingan untuk semakin memahami katekese hijau yang berupaya menjaga alam ciptaan sehingga umat dapat mempertimbangkan segala tindakannya agar tidak menimbulkan kerugian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
BAB IV USULAN PROGRAM KEGIATAN PENINGKATAN PARTISIPASI UMAT PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEDONO DALAM MENJAGA KEUTUHAN ALAM CIPTAAN MELALUI KATEKESE HIJAU
Pada bab IV ini penulis akan menjabarkan sumbangan pemikiran berupa usulan program peningkatan partisipasi umat dalam upaya menjaga keutuhan alam ciptaan. Usulan program tersebut merupakan tindak lanjut dari hasil penelitian pada bab III. Usulan pemikiran program tersebut akan dijabarkan dengan rincian meliputi latar belakang program, tujuan program, usulan program, bentuk program, matriks program dan satuan persiapan program.
A. Latar Belakang Program Katekese hijau yang dihidupi oleh paroki Santo Thomas Rasul Bedono telah membantu umat untuk menyadari pentingnya menjaga alam ciptaan sebagai ungkapan iman mereka. Dengan kesadaran akan pentingnya menjaga alam ciptaan dan harapan semakin tumbuh subur kesadaran itu, penulis akan menyampaikan usulan pemikiran kegiatan dengan maksud agar semakin banyak umat semakin tergerak hatinya untuk terlibat secara aktif dalam berkatekese hijau. Melihat hasil penelitian pada bab sebelumnya, diketahui terdapat keinginan yang kuat dari responden untuk mengerti ajaran Gereja mengenai keutuhan alam ciptaan. Hal ini dibuktikan melalui hasil wawancara pada bab sebelumnya yang menunjukkan responden kurang memahami bahkan belum mengetahui ajaran Gereja mengenai lingkungan. Oleh karena itu, penulis akan memberikan usulan pemikiran kegiatan berupa pemahaman mengenai ajaran Gereja agar responden
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
dan umat secara umum semakin cerdas memaknai ajaran Gereja tentang keutuhan alam ciptaan. Dilihat dari latar belakang dan situasi responden yang hidup berkaitan langsung dengan alam ciptaan, memahami dan memaknai ajaran Gereja akan semakin membantu usaha Gereja dalam upaya mengerem laju kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, bagian ini akan menjawab kebutuhan responden dan umat secara umum mengenai ajaran Gereja tentang alam ciptaan dengan melaksanakan katekese hijau yang akan dikemas dengan mengadakan kegiatan sarasehan. Untuk lebih mendalami isi katekese hijau tersebut maka akan diusulkan juga kegiatan pendalaman Ensiklik Laudato Si yang secara garis besar berbicara mengenai keberadaan bumi yang mengalami kerusakan dan upayaupaya yang harus dilakukan. Kegiatan ini dilakukan agar umat memiliki wawasan yang luas dan selalu bersyukur atas segala pemberian Tuhan memalui alam ciptaan. Adapun usulan pemikiran kegiatan ini akan ditujukan kepada semua umat paroki Santo Thomas Rasul Bedono dengan harapan semua umat mampu menghayati panggilannya dalam upaya menjaga keutuhan alam ciptaan.
B. Tujuan Program Untuk lebih memahami isi dan maksud program, penulis akan menjabarkan tujuan program. Adapun tujuan program tersebut adalah sebagai berikut. 1.
Umat paroki Santo Thomas Rasul Bedono memahami ajaran Gereja mengenai alam ciptaan sehingga semakin termotivasi dan diteguhkan dalam menjaga keutuhan alam ciptaan.
2.
Umat semakin menyadari penting dan mendesaknya menjaga keutuhan alam ciptaan demi masa depan yang lebih baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105
3.
Umat semakin terampil dalam mengaktualisasikan kegiatan berkaitan dengan upaya menjaga keutuhan alam ciptaan.
4.
Katekese hijau menjadi budaya baru yang menggairahkan sehingga umat tergerak dan semakin mencintai alam ciptaan.
C. Usulan Program Pada bagian ini penulis akan memberikan usulan program sebagai tindak lanjut dari kebutuhan umat berdasarkan hasil penelitian. Adapun tema yang akan menjadi pendalaman bersama adalah “menjadi komunitas yang peduli terhadap alam ciptaan selaras dengan kehendak Allah (dan Gereja)”. Berdasarkan pada hasil penelitian pada bab sebelumnya, kiranya tema ini akan membantu meningkatkan tanggungjawab umat menyadari tugasnya sebagai pelestari alam ciptaan dan sebagai upaya menanggapi Ensiklik Laudato Si yang sangat relevan untuk menjawab kebutuhan umat. Pada bab sebelumnya telah diketahui bahwa hampir seluruh responden membutuhkan pemahaman yang lebih luas mengenai ajaran Gereja berkaitan dengan keberadaan alam ciptaan. Pernyataan yang diberikan oleh responden sangat baik bila ditanggapi dengan melaksanakan pendalaman ajaran Gereja yang ditujukan kepada seluruh umar paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Dalam upaya menanamkan nilai kesadaran pada pribadi umat, maka akan diusulkan juga katekese hijau yang akan mendalami keberadaan manusia saat ini yang terlibat langsung dalam kerusakan alam ciptaan. Oleh karena itu, dalam upaya semakin menyadarkan responden dan umat secara umum mengenai tugasnya sebagai penjaga dan pelestari alam ciptaan maka akan diusulkan kegiatan yang akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106
memacu dan memotivasi umat untuk terus melakukan kegiatan katekese hijau yang sudah dilaksanakan. D. Bentuk Program Berdasarkan pada pemikiran sebelumnya, usulan program yang ditujukan kepada responden dan umat secara umum akan dikemas dalam bentuk sarasehan andragogi. Dilihat dari usia responden dan umat secara umum, mereka sudah dapat dikatakan pada usia dewasa. Oleh karena itu, langkah yang diambil penulis untuk menyentuh pribadi umat yang lebih mendalam akan dilaksanakan katekese hijau dengan format sarasehan andragogi, yakni pembinaan bagi orang dewasa yang akan dilaksanakan di lingkungan-lingkungan teritorial paroki. Bentuk program yang diusulkan ini diharapkan akan semakin menambah wawasan responden dan umat secara umum mengenai ajaran Gereja mengenai lingkungan dan juga semakin memotivasi untuk terus mencintai lingkungan hidup sebagai ungkapan iman.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 107
E. Matriks Program Tema umum
: Menjadi komunitas yang peduli terhadap alam ciptaan selaras dengan kehendak Allah dan Gereja
Tujuan Umum
: Dengan katekese hijau umat paroki Santo Thomas Rasul Bedono semakin peduli terhadap keberadaan alam ciptaan.
Tujuan Khusus
: Umat paroki Santo Thomas Rasul Bedono semakin menyadari panggilannya untuk bertanggungjawab menjaga keutuhan alam ciptaan.
No
Judul
Tujuan Pertemuan
Uraian Materi
Metode
Pertemuan 1
Peserta dapat mengungkapkan
keberadaan
kenyataan mengenai alam
saat ini
Sumber Bahan
Waktu
Media
Menyadari
alam
Sarana dan
a. Pengalaman keseharian
mampu melakukan tindakan nyata menjaga keutuhan alam
Viewer,
tanya jawab,
Laptop,
informasi dan hand out,
ciptaan cipataan yang semakin memperihatinkan sehingga
Sharing,
peserta yang berinteraksi dengan alam
ciptaan.
refleksi
a. Pengalaman hidup peserta
90 menit
b. Seri dokumen
gambar
Gereja no 92.
keindahan
Lingkungan
dan
hidup
kerusakan ciptaan
alam 107
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 108
No
Judul
Tujuan Pertemuan
Uraian Materi
Metode
Pertemuan
Sarana dan
Sumber Bahan
Waktu
Media b. Pidato Paus
ciptaan.
Fransiskus, Audensi Umum.
2
Menjaga
dan
- Agar
umat
memahami a. Mendalami
a. Sharing
Teks Kitab
Pengalaman
alam
dan
pengalaman
b. Diskusi
Suci,
hidup dan
hidup sehari-
c. Tanya
viewer,
teks Kitab
hari
jawab
laptop, film
Suci
pendek:
Kejadian
tugas
keindahan
1:26-31
manusia
alam
dalam
Indonesia.
merawat
fungsi
lingkungan
mengembangkannya sebagai
hidup sebagai
tuntutan moral Kristiani
bentuk
- Agar umat ikut bertanggung
tanggung jawab
tahu
jawab atas kelestarian alam atas
cinta Tuhan.
sebagai
bentuk
tanggung
jawab kepada Tuhan
b. Mendalami
90 menit
menjaga alam ciptaan 108
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 109
No
Judul
Tujuan Pertemuan
Uraian Materi
Metode
Pertemuan
Sarana dan
Sumber Bahan
Waktu
90
Media - Agar umat mampu menjaga alam dengan baik dan teratur
berdasarkan Kej 1:26-31.
sebagai tanggung jawab atas cinta Tuhan. 3
Refleksi
- Agar umat mengetahui adany a. Memuji
Ensiklik
ajakan
dari
Gereja
unt
menjaga
Laudato Si
Laptop,
Ensiklik Laudato
kemuliaan
tanya jawab
viewer dan
Si
Allah
dan diskusi.
hand out
menit
melalui
rumah sebagai tempat tinggal -
Informasi,
Semakin teguh
dalam
alam. b. Melihat bumi
panggilan
menjaga
tumpukan
keutuhan alam ciptaan - Semakin
siap
sebagai
sedia
besar kotoran
menjadikan bumi sebagai
109
c. Menghayati
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 110
No
Judul
Tujuan Pertemuan
Uraian Materi
Pertemuan
Metode
Sarana dan
Sumber Bahan
Waktu
Media rumah untuk saat ini dan masa yang mendatang.
panggilan menjaga alam ciptaan
110
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
F. Satuan Persiapan Program Berikut ini akan dijabarkan mengenai persiapan perogram yang diusulkan sebagai tanggapan atas kebutuhan umat. Satuan Persiapan (SP) 1 a. Judul Pertemuan
: Menyadari keberadaan alam ciptaan saat ini
b. Tujuan
: Peserta dapat mengungkapkan keberadaan alam saat ini dan mampu melakukan tindakan nyata dalam upaya menjaga keutuhan alam ciptaan.
c. Peserta
: Kelompok paguyuban Biji Sesawi secara khusus dan seluruh umat paroki Santo Thomas Rasul Bedono secara umum.
d. Medel
: Sarasehan
e. Metode
: Sharing, tanya jawab, informasi dan refleksi
f. sarana
: Viewer, Laptop, hand out dan gambar keindahan dan kerusakan alam ciptaan.
g. Tempat
: Aula Gereja Santo Thomas Rasul Bedono
h. Waktu
: 90 menit
1.
Pemikiran Dasar Pada saat ini persaingan ekonomi dan politik yang begitu kacau telah
berpengaruh
pada
kesadaran
manusia
dalam
menyadari
keberadaan
lingkungannya. Melihat situasi seperti ini, upaya memberikan pemahaman yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
tepat kepada umat adalah hal yang penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan. Kebutuhan hidup manusia yang semakin meningkat mengakibatkan kerusakan lingkungan yang disertai dengan situasi politik yang masuk dalam tatanan kehidupan manusia semakin memeperumit keadaan. Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut dari penelitian yang dilaksanakan di paroki Santo Thomas Rasul Bedono sangatlah tepat bila bagian ini menyadari alam ciptaan saat ini. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa ada sebagian dari responden yang belum menyadari keberadaan alam ciptaan yang mengalami kerusakan. Pelaksanaan Pertemuan I.
Pembuka
1.
Lagu Pembukaan : Sungai Sukacita
2.
Tanda salib dan kata pengantar Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin Bapak, ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus pada malam hari ini kita
berkumpul bersama untuk menyadari apa yang terjadi di ligkungan sekitar kita. Kita semua telah menyadari dan merasakan akhir-akhirnya kita merasa kurang nyaman dengan keadaan lingkungan. Begitu banyak bencana yang terjadi di bumi tempat kita tinggal ini. Merebah perilaku terhadap alam ciptaan merupakan hal yang penting dan mendesak untuk segera kita laksanakan. Bapak/ibu yang terkasih, pada perjumpaan malam ini kita akan bersamasama menyadari keberadaan alam ciptaan di sekitar kita dan diharapkan kita mampu melaksanakan perubahan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113
3.
Doa pembukaan Marilah kita berdoa, Allah Bapa maha baik, syukur kami ucapkan kepadaMu atas kesempurnaan
alam yang Engkau berikan. Kebahagian hidup yang Engkau berikan melalui ciptaanMu telah membuat kami terlena. Keserakahan telah membuat kami merasa menderita saat ini. Ya Bapa, bantulah kami untuk semakin menjadi pribadi yang peka terhadap segala ciptaanMu. Kami mohon semoga pada perjumpaan pada malam ini membawa diri kami semakin mengenal kesempurnaan kasihMu. Dikau kami puji untuk selama-lamanya. Amin. Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin II. Melihat dan memaknai pengalaman hidup Pemandu mengajak peserta untuk mendalami pengalaman yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan keberadaan alam ciptaan saat ini. Pemandu menyampaikan beberapa pertanyaan sebagai panduan sharing pengalaman. a)
Apa saja yang anda ketahui mengenai kerusakan alam ciptaan?
b) Bagaiamana perasaan anda melihat keadaan alam ciptaan seperti saat ini? c)
Hal-hal apa saja yang membuat kita sering berpikir pendek dalam hal memanfaatkan alam secara tidak bijaksana?
III. Langkah-langkah Pengembangan 1.
Pengembangan Pemandu membagikan 2 gambar yakni keindahan alam ciptaan dan gambar
kerusakan alam ciptaan yang merugikan manusia. (terlampir).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
2.
Mendalami makna gambar Untuk semakin memahami makna gambar yang dibagikan, pemandu
mengajak peserta untuk menyampaikan gagasannya dengan pertanyaan sebagai berikut. -
Apa yang bapak/ibu rasakan jika pada saat ini hidup di tengah-tengah alam yang lestari seaperti yang ada pada gambar 1 tersebut?
-
Sebaliknya apa yang bapak/ibu rasakan bila harus hidup di tengah-tengah alam yang rusak seperti pada gambar 2 tersebut?
3.
Pemandu memberikan rangkuman atas sharing peserta untuk memberikan peneguhan dan penegasan. Bapak/ibu yang terkasih, bila kita melihat gambar pertama kita akan
merasakan kedamaian. Keberadaan alam ciptaan yang masih utuh memang menjadikan kehidupan manusia dan keberadaaan ciptaan Allah lainnya dapat hidup harmonis. Dengan kelsatraian alam yang terjaga seperti pada gambar kita akan merasakan ketenangan baik itu ketengan jiwa maupun raga. Hal seblaiknya akan terjadi bila kita hidup berada pada kedaaan alam yang rusak seperti pada gambar kedua. Konflik akan terjadi karena keberadaan tempat tinggal yang tidak lagi nyaman yang juga akan berpengaruh pada hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungannya (ciptaan Allah lainnya) dan yang sering terjadi pada kenyaatn sekarang adalah kita sering berontak kepada Allah karena ketidaknyamanan hidup yang ditandai semaikin benyaknya konflik dan kerugiankerugian yang ditimbulkan oleh hancurnya alam ciptaan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115
4.
Mendalami teks seruan Paus Fransiskus Pemandu membagikan dan meminta peserta untuk membacakan dokumen :
Paus Fransiskus, Audensi Umum. (terlampir) 5.
Merefleksikan teks Setelah salah seorang peserta membacakan teks yang akan di dalami
bersama secara secara terbuka, selanjutnya pemandu mengajak peserta untuk membaca teks yang sudah dibagikan secara pribadi. Untuk lebih mendalami maksud teks tersebut, pemandu akan memberikan pertanyaan sebagai berikut: -
Apa yang bapak/ibu pahami mengenai keberadaan alam ciptaan saat ini?
-
Hal-hal baik apa saja yang sudah bapak/ibu lakukan terhadap lingkungan dan hal-hal yang merugikan apa saja yang pernah bapak/ibu lakukan terhadap lingkungan?
-
Dampak apa saja yang ditimbulkan dari perbuatan bapak/ibu berkaitan dengan tindakan bapak/ibu terhadap lingkungan?
-
Apa yang bapak/ibu pahami mengenai budaya sampah? Apa yang akan bapak/ibu usahakan untuk melawan kebiasaan tersebut?
6.
Rangkuman dan peneguhan atas sharing pengalaman Bapak/ibu yang terkasih, kita semua tahu bahwa alam ciptaan pada saat ini
mengalami kerusakan. Pada kenyataanya kerusakan alam ciptaan itu terus meningkat dan terjadi dimana-mana. Memang keadaan ini membuat hidup kita menjadi tidak nyaman dan bahkan kita sering ingin berontak karena kita merasa tidak puas terhadap hidup yang seperti ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi dengan alam ciptaan. Dalam interaksi sehari-hari itu pula banyak kegiatan yang sudah kita lakukan, baik itu kegiatan pengerusakan maupun kegiatan pemulihan kerusakan tersebut. Namun satu hal yang harus kita semua ingat dan sadari bahwa kita memiliki tugas penting yakni menjaga alam ciptaan, bukan menguasai ciptaan Allah. Perbuatan yang kita lakukan semua memiliki dampak. Bial kita semua melakukan perbuatan baik, maka hasil yang memuasakan yang kita peroleh, begitupun sebaliknya bila kita berbuat yang tidak sesuai dengan perintah Allah maka penderitaan yang kita peroleh. Bapak/ibu yang terkasih Paus Fransiskus telah mengajak kita semua untuk memberikan waktu untuk lingkungan sekitar kita. Dalam hal ini Paus mengajak kita untuk semakin peka terhdap alam ciptaan, kita tidelah meyak hanya cukup dengan menanam dan memelihar tetapi lebih dari itu kita juga perlu memperbaiki diri kita yang pada saat ini sedang pada masa krisis. Budaya menyampah merupakan salah satu budaya yang terus hidu dan perlu kita lawan. Budaya sampah cenderung menjadi mentalitas kehidupan pada masa sekarang. oleh karena itu, pad malah hari ini kita telah menyadari apa yang sedang terjadi di bumi kita ini, maka marilah kita bersama-sama melaksanakan tugas kita yang diberikan Alah sendiri yakni memelihara bumi, bukan untuk menguasi. IV. Tanggapan dan Tindak Lajut 1.
Rencana Aksi Bapak dan ibu yang terkasih, untuk semakin memantapkan panggilan kita,
mari secara bersama-sama kita merenung sejenak untuk membangun sebuah niat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117
Bapak/i apa saja yang dapat kita usahakan berkaitan dengan menjaga keutuhan alam ciptaan. Kapan kita akan melaksanakan kegiatan itu dan di mana kita akan melaksanakannya? V. Penutup Bapak dan ibu, tibalah saatnya untuk kita merenungkan apa yang sudah kita dalami bersama pada hari ini, kita juga sudah membuat niat baik sebagai upaya kita ikut ambil bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan Allah. Untuk itu, marilah kita sejenak memberikan waktu pada diri kita sendiri untuk mengendapkan apa yang sudah kita dapatkan pada kesempatan kali ini. Marilah bapak dan ibu kita merenungkannya. 1.
Doa penutup Marilah kita berdoa. Bapak dan ibu kegaiatan sarasehan pada kali ini sudah usai. Untuk itu marilah kita berdoa secara bersama. (Doa terlampir)
2.
Lagu penutup : Madah Baikti No. 455 “Jadilah Saksi Kristus”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118
Satuan Persiapan (SP) 2 1. Tema
: Menjaga dan merawat lingkungan hidup sebagai bentuk tanggungjawab atas cinta Tuhan.
2.
Tujuan
: -
Agar umat memahami fungsi alam dan tahu mengembangkannya sebagai tuntutan moral Kristiani
-
Agar umat ikut bertanggung jawab atas kelestarian alam sebagai bentuk tanggung jawab kepada Tuhan
-
Agar umat mampu menjaga alam dengan baik dan teratur sebagai tanggung jawab atas cinta Tuhan
3.
Kelompok Sasar: Paguyuban Biji Sesawi dan umat secara umum
4.
Model
: Sarasehan
5.
Metode
: Sharing, diskusi dan tanya jawab.
6.
Sarana
: Teks Kitab Suci, viewer, laptop dan film pendek “keindahan alam Indonesia”
7.
Sumber
: pengalaman hidup dan teks Kitab Suci Kej 1:26-31
8.
Pemikiran Dasar Allah sebagai pencipta seluruh makhluk hidup telah memberi mandat
kepada manusia untuk menjaga alam dan seluruh isinya. Ia telah memberikan yang terbaik bagi manusia. Manusia menerima mandat menaklukkan ciptaan serta memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, hal ini dilakukan agar kehidupan manusia tetap ada dan terus berlansgsung. Manusia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119
tidak bisa hidup dengan tanpa menggunakan segala sesuatu yang ada pada alam. Manusia-alam atau lingkungan
hidup-manusia, kedua-duanya tak
dapat
dipisahkan satu sama lain. Allah menempatkan manusia untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan alam dan seluruh isinya. Dengan segala kemampuan yang dimiliki, manusia bisa menggunakan alam untuk memennuhi kebutuhannya. Keberadaannya tak dapat dijalankan tanpa kehadiran alam. Alam menunjang kebutuhan manusia seperti pangan, papan, dan sandang. Kebutuhan manusia semuanya berasal dari alam. Udara yang segar dan makanan yang lezat berasal dari alam yang damai dan teratur. Kekuasaan manusia untuk menguasai alam telah membawa akibat fatal yang merusak kehidupan manusia. Perintah Allah untuk menguasai dan menaklukkan dunia telah membawa manusia kepada kesombongan. Keserakahan manusia untuk mengolah alam tanpa kesadaran membuat alam menjadi terganggu dan rusak. Manusia menjadi lupa atau bahkan pura-pura tidak tahu bahwa ulahnya akan menghancurkan lingkungan di mana ia berada. Maka alam pun mengamuk dengan berbagai hal yang telah merusak kehidupan manusia dalam segala sisi. Realitas menggenaskan pada alam menampar wajah bumi yang telah habis dikeruk manusia. Beragam tindakan manusia yang membawa akibat misalnya membakar hutan, membuang sampah tidak pada tempatnya, menebang pohon tidak sesuai aturan. Kekejaman manusia karena manusia sudah tak mengindahkan perintah Allah. Bencana-bencana yang terjadi seperti longsor, banjir, gelombang pasang yang mencapai darat, pemanasan global sudah menjadi berita yang tidak asing lagi. Namun, saat itu manusia cenderung mengutuk Tuhan karena Ia memberikan cobaan kepada manusia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120
Ratapan manusia akan bencana tersebut lebih lama tanpa mau mencari penyebab bencana yang terjadi. Manusia cenderung pula menyalahkan Tuhan sebagai penyebab. Menjaga keselarasan alam adalah tugas manusia sebagai pemegang mandat Tuhan. Manusia telah diberi kuasa untuk menguasai alam namun dengan beberarapa aturan yang harus ditaati. Kesadaran manusia untuk menjaga alam adalah hal yang utama. Kesadaran tak hanya berkutat pada kemauan untuk mencintai alam tetapi juga pada tanggung jawab manusia atas pemberian Tuhan. Tuhan telah memberikan segala sesuatu dengan cuma-cuma. Disinilah manusia menampakkan tanggung jawabnya sebagai citra Allah. Selain itu, manusia menjadi agen keselarasan alam dengan generasi selanjutnya. Tanggung jawab manusia sangat dibutuhkan dewasa ini. Allah hadir dalam segala bentuk khususnya alam yang menjadi pijakan kehidupan manusia. Allah telah memberi kesempatan kepada manusia untuk menggunakan alam. Yang dituntut ialah tidak hanya tugas manusia sebagai ciptaan utama untuk menguasai alam tetapi juga yang paling utama ialah bertanggung jawab atas kepercataan Allah kepada manusia. Tindak lanjut yang harus dilakukan manusia ialah: membuat tempat sampah dan membuang sampah pada tempatnya, melakukan reboisasi, menggunakan kendaraan yang bebas polusi, melakukan tebang pilih tanam, dan hal-hal yang yang dapat menjaga kelestarian alam sekitar sehingga manusia dapat menikmatinya sebagai tanggung jawab akan cinta Allah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121
Pelaksanaan Pertemuan I.
Pembuka
1.
Lagu Pembukaan: Madah Bakti no. 488 “Syukur BagiMu Tuhan”
2.
Tanda Salib dan Kata Pengantar Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Amin. Bapak, ibu saudara/i sekalian, pada malam hari ini kita akan mengikuti
katekese dengan tema besar: menjaga lingkungan hidup. Kita mengetahui bahwa Tuhan telah memberikan alam dan lingkungan kita umat manusia untuk tetap berkarya dengan baik. Keberadaan alam telah membawa banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Kita juga menggantungkan hidup kita pada alam sebagai tempat kita hidup. Namun, selama ini kita mendengar begitu banyak masalah akibat kelalaian kita menjaga alam kita. Alam seakan-akan mengamuk karena kita tidak dapat menjaganya. Kita seharusnya menyadari bahwa alam adalah pemberian Tuhan yang seharusnya kita pelihara, jaga dan lestarikan dengan berbagai kegiatan sosial. Semoga dengan mengikuti katekese ini, kita mampu menyadari peran alam bagi kehidupan kita sehingga alam tak lagi hancur tetapi tetap indah dan membawa berkah bagi kita.
3. Doa pembuka: Marilah berdoa, Allah Bapa yang Mahakuasa, pemberi segala anugerah, puji syukur kami haturkan kepada-Mu atas rahmat dan berkat yang telah Engkau berikan pada kami khususnya alam melimpah ini. Engkau pun telah memberi tugas kepada kami umat-Mu untuk menjaga dan merawat alam ini. Namun kami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122
tak dapat bertindak sesuai dengan kehendak-Mu. Kini kami akan memulai pertemuan tentang menjaga alam. Semoga Engkau mencurahkan Roh Kudus ke atas diri kami sehingga kami mampu mengerti dan memahami apa yang akan kami bicarakan khususnya tentang ala, dalam pertemuan ini. Semoga pula karyaMu yang begitu indah lewat alam dan lingkungan sekitar dapat kami kembangkan sesuai kehendak-Mu dan kemuliaan nama-Mu. Semua permohonan ini kami satukan dengan perantaraaan Kritus, Tuhan kami. Amin.
II. Mendalami dan Memaknai Pengalaman Hidup Peserta diajak untuk mendalami realitas yang terjadi, baik pengalaman hidup sehari-hari, media yang dilihat baik media cetak ataupun elektronik. Peserta terlebih dahulu diajak untuk menyaksikan film “keindahan alam Indonesia”. Beberapa pertanyaan untuk menemukan pengalaman antara lain: -
Apakah Anda lihat berkaitan dengan keberadaan alam ciptaan saat ini?
-
Bagaimana Anda melihat semua ini, apa yang Anda rasakan? Sejauh ini apa yang sudah Anda usahakan untuk ikut ambil bagian menjaga dan merawat alam ciptaan?
-
Alam ciptaan saat ini sudah mengalami kerusakan. Apa yang seharusnya Anda lakukan untuk membalas cinta Tuhan yang telah memberikan alam yang indah ini?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123
III. 1.
Mendalami Kitab Suci Pemandu meminta salah seorang umat diminta untuk membacakan teks Kitab Suci Kejadian 1:26-31 dan peserta yang lain mendengarkannnya dengan penuh iman dan perhatian.
2.
Mendalami Teks Peserta diminta untuk membaca ulang teks tersebut secar pribadi, sambil membiarkan diri disapa oleh Sabda Tuhan. Untuk memudahkan peserta memahmai isi teks, pemandu memberikan tiga pertanyaan penuntun yang sesuai dengan isi perikop Kitab Suci.
-
Apa yang dilakukan Allah pada dunia yang telah diciptakannya? (Allah menciptakan manusia untuk berkuasa pada ciptaan-Nya)
-
Apa yang telah diberikan Allah kepada manusia? (Allah memberikan berbagai macam hewan dan tumbuhan kepada manusia untuk dapat bertahan hidup)
-
Apa yang diperintahkan Allah kepada manusia? (Allah memerintahkan agar manusia bertambah banyak, memenuhi bumi, dan menjaga serta melestarikan ciptaan yang lain)
3.
Rangkuman
Pemandu
membuat
beberapa
rangkuman
kecil
untuk
meneguhkan,Mmerangkum dan menegaskan pengalaman dan sharing dari peserta. -
Allah telah memberi kita dunia dan segala isinya. Ia pun telah memberikan kita kuasa untuk menguasai dan memelihara serta menjaganya sesuai dengan tuntutan manusia. Manusia pun harus menerima tugas ini sebagai bentuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124
tanggung jawab terhadap Tuhan. Alam pun menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Alam menjadi rekan kerja yang turut membantu kerja manusia demi keberlangsungan hidup manusia yang membutuhkan kedamaian. Dalam bacaan Kejadian, Allah menempatkan alam sebagai bantuan bagi manusia. -
Alam pun telah dikuasai manusia. Namun kekuasaan manusia ternyata diluar batas kebaikan. Manusia menguasai alam secara serakah dan sombong. Alam tak lagi menjadi nyawan. Ia dikeruk habis-habisan. Selain itu pula manusia tak bisa menjaga alam karena tidak menyadari pentingnya kehadiran alam. Lantas, bencan-bencana yang terjadi disebabkan oleh manusia sendiri. Banjir terjadi karena manusia membuang sampah sembarangan, menebang pohon di hutan secara tak adil; longsor terjadi karena manusia tidak menanam pohon, dan berbagai bencana lainnya. Alam tak lagi menjadi teman yang baik bagi manusia. Lalu manusia dengan kelemahannya xmenyalahkan Tuhan sebagai penyebab masalah tersebut. Manusia belum menyadari kuasa Tuhan yang hadir lewat alam sekitar.
-
Tanggung jawab manusia sangat dibutuhkan dewasa ini. Allah hadir dalam segala bentuk khususnya alam yang menjadi pijakan kehidupan manusia. Allah telah memberi kesempatan kepada manusia untuk menggunakan alam. Yang dituntut ialah tidak hanya tugas manusia sebagai ciptaan utama untuk menguasai alam tetapi juga yang paling utama ialah bertanggung jawab atas kepercayaan Allah kepada manusia. Manusia seharusnya bertanggung jawab agar alam sekitar tidak sia-sia berada bersama manusia. Manusia harus bisa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 125
menjaga, memelihara, dan melestarikan alam sebagai bentuk tanggung jawab bukannya merusak hingga alam bertampang buruk. IV. Tanggapan-Tindak Lanjut a. Doa Umat -
Bagi Gereja: semoga Gereja mampu menciptakan suasana damai dan harmonis serta tetap setia mengajarkan pedoman menjaga alam sebagai ciptaan Tuhan. Marilah kita mohon, Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.
-
Bagi Pemerintah: Semoga pemerintah dapat membantu proses alam dengan melakukan kegiatan-kegiatan bakti yang membantu keberadaan masyarakat. Semoga pula pemerintah menjadi peka terhadap rintihan masyarakat yang menjadi korban bencana alam. Marilah kita mohon, Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.
-
Bagi kita yang ada disini.: semoga Ia memberkati tugas kita selanjutnya dengan menjadi agen pastoral yang mampu membawa kesadaran bagi umat seluruhnya sehingga alam menjadi rumah kita selamanya. Marilah kita mohon, Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.
b.
Rencana Aksi Peserta diajak untuk mengutarakan rencana aksi untuk menjaga alam sekitar
yang sesuai dengan tujuan pertemuan ini. Rencana aksi untuk menjaga lingkungan hidup misalnya tidak membuang sampah sembarangan, tebang pilih tanam, melakukan reboisasi, menggunakan kendaraan yang bebas polusi, merawat tanaman sekitar rumah dan lain-lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126
Pemandu mengajak umat untuk menyatukan seluruh doa dan niat dalam doa Bapa Kami. V. Penutup 1.
Doa Penutup Marilah berdoa, Ya Allah Bapa yang Maha Baik, terima kasih karena Engkau telah hadir
bersama kami dalam pertemuan ini. Ada banyak hal yang telah kami bicarakan untuk pengembangan iman khususnya tentang kelestarian alam. .Kedalam tanganMu kami menyerahkan seluruh usaha dan perjuangan hidup kami selanjutnya. Semoga apa yang menjadi tugas kami, kami dapat menghayatinya dengan baik khususnya menjaga dan memelihara alam sekitar yang Engkau ciptakan. Semoga pula kami dapat menyadari betapa besar cinta-Mu yang telah kami terima sehingga kami mampu menciptakan dunia yang penuh demi kemuliaan nama-Mu. Dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin. 2.
Lagu Penutup: Madah Bakti no. 486 “Lagu Pujian”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127
SP 3 Refleksi Ensiklik Laudato Si
1.
Tema: Pendalaman Ensiklik Laudato Si (menjaga rumah bersama)
2.
Tujuan: - Agar umat memahami isi ensiklik Laudato Si sebagai ajakan untuk menjaga bumi sebagai tempat tinggal bersama. - Mendapat inspirasi dalam menaggapi panggilan sebagai menjaga alam ciptaan. - Semakin siap sedia dalam melaksanakan aksi nyata berkaitan menjaga keutuhan alam ciptaan.
3.
Kelompok Sasar: Paguyuban Biji Sesawi dan umat secara umum
4.
Metode: Informasi dan tanya jawab
5.
Sumber: Ensklik Laudato Si
6.
Pemikiran Dasar Dilihat dari hasil penelitian telah diketahui bahwa responden/umat secara
umum membutuhkan pemahaman yang mendalam. Pada tahun 2015 ini, Paus Fransiskus telah mengeluarkan Ensklik Laudato Si yang berkaitan dengan ajakan menjaga bumi sebagai rumah bersama. Dalam kenyataan yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia masih banyak orang yang belum peduli pada lingkungannya, bahkan umat Katolik pun masih belum tergerak hatinya untuk menjaga keutuhan bumi sebagai rumahnya. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya peristiwa pengerusakan lingkungan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128
Kehadiran katekese hijau telah banyak membantu umat untuk menyadari perannya dalam menjaga rumahnya. Maka untuk semakin memantapkan kesadaran akan panggilan tersebut akan dilaksanakan refleksi bersama Ensiklik Laudato Si sebagai upaya semakin menyadarkan umat akan pentingnya menjaga bumi untuk saat ini dan masa yang akan mendatang. Dalam Ensiklik tersebut dijabarkan mengenai keprihatinan-keprihatinan bersama tentang apa yang terjadi di bumi. Kedaaan bumi sebagai rumah yang sudah tidak nyaman untuk didiami menjadi pokok pembahasan bersama dan apa penyebabnya. Dari pokok permasalahan bersama ini, umat semakin giat melaksanakan tugasnya menjaga keutuhan alam ciptaan. Proses Pelaksanaan Pertemuan I.
Pembuka
a.
Lagu Pembukaan : Tresno Gusti
b.
Tanda salib dan kata pengantar Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin Bapak, ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus pada malam hari ini kita
berkumpul bersama untuk menyadari apa yang terjadi di ligkungan sekitar kita. Kita semua telah menyadari dan merasakan akhir-akhirnya kita merasa kurang nyaman dengan keadaan lingkungan. Begitu banyak bencana yang terjadi di bumi tempat kita tinggal ini. Merebah perilaku terhadap alam ciptaan merupakan hal yang penting dan mendesak untuk segera kita laksanakan. Bapak/ibu yang terkasih, pada perjumpaan malam ini kita akan bersama-sama menyadari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129
keberadaan alam ciptaan di sekitar kita dan diharapkan kita mampu melaksanakan perubahan. c.
Doa pembukaan Marilah kita berdoa, Allah Bapa maha baik, syukur kami ucapkan kepadaMu atas kesempurnaan
alam yang Engkau berikan. Kebahagian hidup yang Engkau berikan melalui ciptaanMu telah membuat kami terlena. Keserakahan telah membuat kami merasa menderita saat ini. Ya Bapa, bantulah kami untuk semakin menjadi pribadi yang peka terhadap segala ciptaanMu. Kami mohon semoga pada perjumpaan pada malam ini membawa diri kami semakin mengenal kesempurnaan kasihMu. Dikau kami puji untuk selama-lamanya. Amin. Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin II. Langkah-langkah Pengembangan a.
Pengembangan Pemandu memberikan hand out kepada peserta agar peserta lebih bisa
mengikuti dan memahami tujuan kegiatan sarasehan. Dalam kegiatan sarasehan ini, pemandu akan memberikan materi yang dikemas memalui slide show refleksi Ensiklik Laudato Si. Secara garis besar isi refeleksi tersebut menguraikan hal-hal berikut: 1.
Kegiatan sarasehan di mulai dengan Ensiklik Laudato Si #87 Kapan kita bisa melihat Allah tercermin dalam semua yang ada, sehingga hati kita semakin memuji Tuhan untuk semua makhluk yang diciptakanNya dan berdoa dalam persatuan dengan mereka ".
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130
Melalui alam memungkinkan kita menyadari kehadiran Allah, Allah hadir lewat alam yang diciptakanya. Tuhan membawa Adam dan menetapkan dia di taman Eden untuk mengusahakan dan mengurusnya (Kej 2:15) 2.
Fransiskus dari Assisi mengingatkan kita bahwa rumah kita bersama adalah seperti saudara, dengan siapa kita berbagi hidup kita, dan seperti ibu cantik yang membuka lengannya untuk memeluk kita. Laudato Si #1 Komunitas manusia dan masyarakat bumi bersama-sama membentuk sebuah komunitas suci tunggal (Thomas Berry) “Ibu bumi adalah rumah kita, di mana kita hidup sebagai manusia bersama (semua) yang ada . Dia memberi kita kehidupan . " Padre Fernando Alvarado Castro, mitra CAFOD, Bolivia
3.
“Ibu-ibu ini sekarang mengalami kesulitan karena kerusakan akibat kesalahan kita ternyata ditimpakan pada diri mereka, karena kita tidak cukup bertanggung jawab menggunakan atau bahkan melakukan penyalahgunaan barang yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita " Laudato Si #2 “Bila kita tidak lagi berbicara dengan bahasa persaudaraan dan keindahan dalam kita berhubungan dengan dunia, sikap kita akan berubah dari boss, pengguna, menjadi penghisap darah sesama kita manusia yang kejam". Laudato Si # 1
4.
Bumi, rumah kita, semakin terlihat lebih lebih seperti tumpukan besar kotoran ". Laudato Si # 66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131
5.
"Dalam kondisi masyarakat global sekarang ini, di mana ketidakadilan terjadi di-mana-mana. Berkaitan dengan ini semua kepentingan umum menjadi panggilan solidaritas kita, khususnya dengan yang termiskin dari saudarasaudara kita “.Laudato Si #158 “ Dulu banyak hujan, sekarang panas walaupun ada sedikit hujan. Tanahtanah
mengering sangat cepat, padahal kita tetap harus tetap menyiram
tanaman juga.“ Flor Vilma Dueñas Olivo, Peru. Orang-orang Yanomami dipengaruhi oleh keadaan ini, buminya menjadi retak . Perusakan hutan yang membuat kami sakit. Kami masyarakat adat, melihat langit itu berubah, matahari berubah, hujan berubah. "Davi Kopenawa Yanomami, Brazil. “Kami ingin agar orang di kota-kota mendengarkan dan percaya kepada kami. Karena mereka tidak melihatnya, mereka membiarkan saja semua itu terjadi". "Laut kami tidak bersih , itu kotor ... Ketika saya melihat laut aku tidak bisa melupakan kenangan saya Yolanda . " Edzil, Philippines 6.
Konversi ekologis, "Merupakan panggilan jaman ini, untuk bersama-sama menumbuhkan semangat perawatan yang murah hati terhadap alam lingkungan, dengan penuh kelembutan". Laudato Si # 220 Anak Allah, dengan menjadi daging, telah memanggil kita untuk sebuah revolusi kelembutan" Paus Fransiskus, Evangelii Gaudium. "Berbahagialah orang yang murah hatinya: karena mereka akan mengalami kemurahan". Mat 5:7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 132
"Kami berbicara tentang sikap hati, suatu pendekatan hidup yang tenang penuh perhatian ... yang menerima setiap kesempatan sebagai karunia Allah untuk hidup dengan penuh". Laudato Si #226 7.
Menghayati
panggilan menjadi penjaga karya Allah untuk kebajikan;
bukanlah opsional atau segi sekunder saja dari penghayatan hidup Kristiani kita. Laudato Si #217 8.
"Kita semua bisa bekerja sama sebagai instrumen Allah untuk perawatan penciptaan, masing-masing menurut sendiri budaya, pengalaman, keterlibatan dan bakat". Laudato Si #14 "Dengan adanya perubahan iklim ini berarti orang harus bekerja sama. Sangat penting untuk saling mendukung dan bisa menjadi tetangga yang baik". Sinteyo Legei , Kenya "Semoga perjuangan kami dan kepedulian kami terhadap planet ini tidak pernah mengambil sukacita harapan kami“.Laudato Si #244 "Mari kita membangun tanah air ini, mari kita membuat bumi ibu kami . Jangan mari kita menghancurkannya. Dan dengan demikian kita akan menunjukkan rasa terima kasih kami untuk semua yang telah Allah berikan kepada kita". Lazaro Gutierrez , Nikaragua.
III. Tanggapan dan Tindak Lajut 2.
Niat Saudara/i yang terkasih, tiba saatnya bagi kita untuk mengambil langkah
kongkrit. Pada kesempatan ini marilah secara bersama-sama kita menentukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 133
tindakan nyata yang akan kita laksanakan sebagai tanggapan kita atas ajakan Santo Fransiskus. a.
Kegiatan apa yang akan kita laksanakan bersama sebagai tanggapan kita ata ajakan Paus Fransiskus?
b.
Di mana kita akan melaksankan kegiatan tersebut?
c.
Kapan pelaksanaan kegiatan tersebut?
d.
Siapa yang bersedia mengkoordnir kegiatan tersbut?
3.
Doa umat Saudara/i yang terkasih dalam Yesus Kristus, telah kita sadari bersama apa
yang menjadi keprihatinan kita mengenai apa yang sedang terjadi di bumi ini. pada kesempatan ini kita juga telah memantapkan hati dan niat kita untuk menjaga keutuhan alam ciptaan. Oleh karena itu untuk memantapkan apa yang sudah kita sepakati, marilah kita bersama-sama berdoa kepada Allah agar apa yang akan kita usakan nanti dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Marilah kita berdoa. P
: Allah Bapa maha kasih, pujian kami haturkan kepadaMu alamciptaan yang Engkau berikan kepada kami. Lewat alam ciptaanMu yang sempurna itu hidup kami dapat terus berlangsung. Sadarkanlah kami untuk terus berucap syukur kepadamu. Kami mohon...
U
: Kabulkanlah doa kami ya Tuhan
P
: Ya Bapa, Paus Fransiskus telah mengajak kami semua untuk merawat bumi sebagai rumah bersama. Berilah kami semangat untuk menaggapi ajakan Paus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 134
Fransiskus, agar kami semakin menyadari tugas yang Engkau berikan kepada kami yakni merawat bumi bukan untuk mengusainya. Kami mohon... U
: Kabulkanlah doa kami ya Tuhan
P
: Ya Bapa, pada kesempatan kali ini kami telah menyadari dan telah mengambil langkah kongkrit dalam upaya menjaga semua ciptaanMu. Berilah kami kekuatan untuk melaksanakan apa yang sudah kami sepakati. Kami mohon..
U
: Kabulkanlah doa kami ya Tuhan...
P
: saudara/i yang terkasih, dipersilahkan untuk menyampaikan doa umat.
IV. Penutup 3.
Doa penutup (Didoakan secara bersama) Ya Allah yang maha kuasa, Engkau hadir di seluruh alam semesta bahkan di bagian terkecil dari makhluk ciptaan. Engkau merangkul kami dengan segala kelembutan. Curahkan pada kami semua kekuatan cinta-Mu, sehingga kami dapat menjaga kehidupan dan keindahan. Mengisi hidup dengan kedamaian, dengan berusaha hidup sebagai saudara dan saudari, dan tidak merugikan siapapun. Mengajarkan kita untuk menemukan nilai di setiap perkara , mengisinya dengan kekaguman dan perenungan, mengakui bahwa kita bersatu secara mendalam dengan setiap makhluk, seperti yang kita jalani menuju cahaya-Mu yang tak terbatas. Kami berterima kasih karena Kau selalu bersama kami setiap saat, menguatkan kami, baik dalam doa kami, dan perjuangan kami demi keadilan, dan cinta. Amin. Bapa kami.... (1X)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 135
Salam Maria... (3X) 4.
Lagu penutup Laudato Si.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 136
BAB V PENUTUP Pada bagian penutup, penulis akan menyampaikan kesimpulan tulisan ini beserta saran berkaitan dengan “Katekese Hijau sebagai Wujud Keterlibatan Umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang”. Bagian kesimpulan berisi mengenai gagasan pokok dari keseluruhan tulisan skripsi ini dan pada bagian saran akan berisikan gagasan yang bermaksud untuk meningkatkan gairah umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono dalam menjaga keutuhan alam ciptaan.
A. Kesimpulan Katekese hijau berarti kegiatan pembinaan iman yang dilakukan oleh seluruh umat untuk menyadari dan menanggapi kehadiran Kristus melalui alam ciptaan yang pada akhirnya menjadikan manusia berperilaku baik dan peduli terhadap bumi beserta isinya sebagai tempat tinggalnya. Melihat keadaan alam ciptaan yang memperihatinkan, maka katekse hijau sangat penting dilaksanakan untuk ikut ambil bagian dalam upaya mengerem laju kerusakan lingkungan. Ketidaksetabilan alam ciptaan ini dirasa perlu mendapat perhatian yang khusus agar kelestarian semua alam ciptaan kembali lestari. Katekese hijau sangat penting dilaksanakan oleh paroki-paroki mengingat keadaan alam ciptaan yang semakin rusak. Katekse hijau mendesak untuk segera dilaksankan karena kerusakan alam ciptaan sudah terjadi secara global. Kerusakan alam ciptaan bukan hanya terjadi di Indonesia melainkan hampir di seluruh belahan bumi. Hal ini disebabkan oleh praktik hidup manusia yang sering merusak. Penebangan hutan, banjir,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 137
pencemaran air, kekeringan, pencemaran udara, dan lain sebagainya merupakan dampak yang dihasilkan oleh tindakan manusia. Masalah lingkungan juga menunjukkan msalah moral. Paus Yohanes Paulus II pada hari perdamaian dunia mengungkapkan masalah kerusakan lingkungan hidup menunjukkan masalah moral manusia. Menanggapi masalah ini, diperlukan pengajaran tanggungjawab moral terhadap lingkungan. Hal ini dirasa sangat perlu guna memberikan pemahaman pada diri manusia agar tidak menggunakan alam sebagai tempat mencari keuntungan sebesar-besarnya melainkan alam ciptaan dijadikan tempat tinggal yang dapat menyejahterakan. Selain pengajaran tanggungjawab moral terhadap lingkungan, juga perlu diciptakan kehidupan yang selaras dengan kehendak Allah. Dalam hal ini, manusia sebagai penjaga keutuhan alam ciptaan harus mengembangkan sikap pengahargaan dan tanggungjawab atas tindakannya sehubungan dengan alam ciptaan. Berdasarkan hasil penelitian, umat paroki Santo Thomas Rasul Bedono yang diwakili paguyuban Biji Sesawi telah melaksanakan katekese hijau sebagai wujud keterlibatan dalam menjaga keutuhan alam ciptaan. Banyak kegiatan yang diprakarsai oleh pastor paroki agar umat menyadari pentingnya menjaga alam ciptaan demi masa depan yang lebih baik untuk genarasi selanjutnya. Salah satu kegiatan itu adalah diadakannya pelatihan bagi kelompok Biji Sesawi dalam mengelola tanah. Hal ini dilakukan karena sebagian besar umat yang hidup di paroki ini bermatapencaharian sebagai petani. Namun, dari kegiatan katekese hijau tersebut, kebanyakan umat belum mendapatkan dasar pengetahuan mengenai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 138
ajaran Gereja berkaitan dengan alam ciptaan yang mampu mendorong dan memotivasi umat untuk selalu melaksanakan katekese hijau. Hasil penelitian yang menunjukan umat membutuhkan dasar pemahaman ajaran Gereja tentang alam ciptaan. Dengan pemahaman yang luas maka juga akan menambah wawasan dan keterbukaan pikiran sehingga umat akan semakin termotivasi dan memaknai ajaran Gereja tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Maka diusulkan kegiatan katekese dalam bentuk sarasehan dan pendalaman Ensiklik Ludato Si. Hal ini dirasa penting agar umat semakin mantap dan semakin menyadari bahwa menjadi Katolik juga harus siap sedia menjaga lingkungannya dengan berperilaku baik terhadap semua ciptaan Allah. Usulan pemikiran juga diharapkan agar ketekese hijau semakin tumbuh dan berkembang dan mampu mempengaruhi umat lainnya. B. Saran Saran berikut ditujukan kepada kelompok Biji Sesawi dan umat paroki Santo Thomas Rasul Bedono secara umum. Kelompok Biji Sesawi telah memulai kegiatan katekese hijau yang didukung oleh semua umat dalam menjaga keutuhan alam ciptaan. Maka untuk semakin meningkatkan kegiatan menjaga keutuhan alam ciptaan disarankan beberapa hal berikut: 1.
Kelompok Biji Sesawi dan umat secara umum terus melaksanakan katekese hijau sebagai wujud keterlibatanya dalam menjaga keutuhan alam ciptaan.
2.
Umat melaksanakan usulan pemikiran program yang sudah dijabarkan oleh penulis. Usulan pemikiran program ini merupakan kebutuhan umat yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 139
ingin memiliki pemahaman dan dasar yang kuat mengenai alam ciptaan dari ajaran Gereja. Oleh karena itu, penting bagi umat paroki Santo Thomas Rasul Bedono untuk melaksanakannya. 3.
Kelompok
Biji
Sesawi
menjadi
pelopor
umat
di
masing-masing
lingkungannya berkaitan dengan upaya menjaga keutuhan alam ciptaan. 4.
Umat semakin memaknai ajaran Gereja dan semakin termotivasi dalam melaksanakan tugas menjaga alam ciptaan.
5.
Semua umat yang terlibat dalam kegiatan katekese hijau saling memotivasi dan memberikan dukungan agar katekese hijau mampu mewujudkan citacitanya, yakni menyediakan alam yang lebih baik bagi generasi mendatang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 140
DAFTAR PUSTAKA
Andang Binawan, L . (2012) Gereja Katolik Indonesia di Tengah Bumi yang Memanas. Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta. Arikunto Suharsimi. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Buntara, Freddy (1996) Saudari Bumi Saudara Manusia. Yogyakarta: Kanisius Chang, William (2001) Moral Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Kanisius Groome, Thomas H. (2010) Chritian Religious Education-Pendidikan Agama Kristen (Daniel Stefanus, Penyandur). Jakarta : Gunung Mulia (Buku asli diterbitkan 1980). JPIC-OFM (2014) Gita Sang Surya: Merusak Alam sebagai Kejahatan Manusia. Jakarta: Sekretariat JPIC-OFM Indonesia Komisi Teologi KWI (2008). Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi. Yogyakarta: Kanisius. KWI (1991) Sidang Paripurna Federasi Konperensi-konperensi Para Uskup Asia (FABC). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. KWI (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius Lalu, Yosef (2007) Katekse Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI Leenhouwers, P (1988) Manusia dalam Lingkungannya. Jakarta: PT Gramedia Moelong, Lexy. 2007. Dasar Penelitian Kuantitatif: Perbedaan antara Penelitian Kualititatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: PusatPastoral Bidang Pembangunan Jemaat. ______________ 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset Resosoedarmo, S. Dkk. (1985). Pengantar Ekologi. Jakarta: Seri Dokumen Gereja No. 92 (2014). Lingkungan Hidup. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. Soemarwoto, Otto. (1989). Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Percetakan Sapdodadi. Sonny Keraf, A (2014) Filsafat Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Kanisius Sutrisno Hadi (2004). Metodologi Research. Yogyakarta: Penerbit Andi Tara, Yohanes Kristoforus (2008) Ekologi dlam Kristen dan Islam: Sebuah Perjumpaan Tranformatif Menuju Dialog Ekologis. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama Telaumbanua, Marinus (1999) Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor Dari Internet http://dokumengerejakatolik.blogspot.co.id/2013/04/nota-pastoral-kwitahun2013.html Minggu 21 juni 2015. Pukul 14.15 WIB http://gemaeklesia.blogspot.com/2012/06/sejarah-gereja-paroki-santothomas.html Minggu 21 juni 2015. Pukul 13. 53 WIB http://indonesia.ucanews.com/2015/02/11/paus-desak-umat-beriman-lindungilingkungan/ 22 Juni 2015. Pukul 19:11WIB http://mediaindonesia.com/mipagi/read/11188/Dikeruk-tapi-tidakDinikmati/2015/04/30 Pukul 13.19 WIB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 141
http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-lingkungan-hidup-menurutahli.html Pukul 21.45 WIB http://www.pontianak.kapusin.org/2010/04/st-fransiskus-assisi-pelindung.html Pukul 19.00 WIB http://www.pontianak.kapusin.org/2008/01/fransiskus-assisi-pencinta-damaidan.html Pukul 19.00 WIB http://www.pujasumarta.web.id/index.php/kwi/9-kwi/87-keterlibatan-gerejadalam-melestarikan-keutuhan-ciptaan.23 Maret 2015. Pukul 20.15 WIB