PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KEBIASAAN MINUM TUAK DAN KONSEP DIRI SISWA STUDI DESKRIPSI TERHADAP SISWA/I SMA N 6 SENDAWAR KALIMANTAN TIMUR TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh: Eva Agustha Sifra Uan NIM: 081114005
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTO Tuhan Memberikan Ujian Dulu Sebelum Menghadiahkan Sesuatu yang Sangat Spesial. (Merry Riana, “Mimpi Sejuta Dolar”) Dengan Kuasa Allah yang Giat Bekerja di Dalam Diri Kita, Allah Dapat Melakukan Jauh Lebih Banyak Daripada Apa yang Dapat Kita Minta atau Pikirkan. (Efesus 3:10)
PERSEMBAHAN Felix Tingang Muya, almarhum ayahanda ku tercinta Cresentia Bulan, ibunda ku tersayang Ita, Asen, Iliq, saudara- saudaraku yang aku banggakan Brigpol Geri Bilmando, yang aku kasihi
iv
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK KEBIASAAN MINUM TUAK DAN KONSEP DIRI SISWA STUDI DESKRIPSI TERHADAP SISWA/I SMA NEGERI 6 SENDAWAR KALIMANTAN TIMUR TAHUN AJARAN 2013/2014 Eva Agustha Sifra Uan Universitas Sanata Dharma, 2013 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebiasaan minum tuak siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur Tahun Ajaran 2013/2014, bagaimana deskripsi konsep diri siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur Tahun Ajaran 2013/2014 berkaitan dengan kebiasaan minum tuak, untuk mengetahui perbedaan konsep diri antara siswa peminum tuak dan bukan peminum tuak serta mengetahui perbedaan konsep diri antara siswa pendatang dengan siswa asli. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian adalah seluruh siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 123 siswa dengan perincian siswa asli sebanyak 116 siswa dan siswa pendatang 7 siswa. Pertanyaan yang secara khusus dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana kebiasaan minum tuak siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur Tahun Ajaran 2013/2014, bagaimana deskripsi konsep diri siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur Tahun Ajaran 2013/2014 berkaitan dengan kebiasaan minum tuak, apakah ada perbedaan konsep diri antara siswa peminum tuak dan bukan peminum tuak dan apakah ada perbedaan konsep diri antara siswa pendatang dengan siswa asli. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner ini memiliki 37 butir pernyataan yang mengungkapkan tiga aspek konsep diri, yaitu (1) pengetahuan; (2) harapan dan (3) penilaian. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan mean, standar deviasi serta pengkategorisasian. Konsep diri siswa dikategorikan menjadi lima kategori, yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur Tahun Ajaran 2013/2014 mempunyai kebiasan minum tuak yang tergolong sedang (56,10%), sebagian besar siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur Tahun Ajaran 2013/2014 mempunyai konsep diri tinggi (40,65%), tidak ada perbedaan konsep diri antara siswa peminum tuak dengan siswa bukan peminum tuak dan tidak ada perbedaan konsep diri antara siswa pendatang dengan siswa asli.
Kata kunci: Konsep Diri, Kebiasaan Minum Tuak
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT THE HABIT OF DRINKING PALM WINE AND STUDENT SELF-CONCEPT (DESCRIPTIVE STUDY OF THE STUDENTS AT SMA NEGERI 6 SENDAWAR EAST BORNEO IN 2013/2014 ACADEMY YEAR) Eva Agustha Sifra Uan Sanata Dharma University, 2013 The purpose of this study is to determine the students’ habit of drinking palm wine at SMA Negeri 6 Sendawar East Borneo in 2013/2014 academic year, to describe the students’ self-concept at SMA Negeri 6 Sendawar East Borneo in 2013/2014 academic year related to the habit of drinking palm wine, to know the differences of self-concept between the students who are palm wine drinkers and those who are not, to know the differences of self-concept between newcomer students and native students. This research is a descriptive study using survey method. The population is all the students at SMA Negeri 6 Sendawar East Borneo in 2013/2014 academic year consisting 123 students, 116 of which are native students and 7 of which are newcomer students. The questions to be answered in this study is what is the students’ habit of drinking palm wine at SMA Negeri 6 Sendawar East Borneo in 2013/2014 academic year, what is the students’ self-concept at SMA Negeri 6 Sendawar East Borneo in 2013/2014 academic year related to the habit of drinking palm wine, are there any differences between the students who are palm wine drinkers and those who are not and are there any differences between newcomer students and native students. The research instrument is a questionnaire prepared by the researcher herself. The questionnaire has 37 items which reveal three aspects to self-concept, namely (1) knowledge, (2) hope and (3) assessment. The technique of data analysis is using descriptive statistical analysis which includes the presentation of data through tables, the mean calculation, standard deviation and categorization. The students’ self-concept is categorized into five, namely very high, high, medium, low and very low. The result show that most of the students at SMA Negeri 6 Sendawar East Borneo in 2013/2014 academic year have the habit of drinking palm wine which is classified as moderate (56.10%), most of the students at SMA Negeri 6 Sendawar East Borneo in 2013/2014 academic year have a high self-concept (40.65%), there is no difference of self-concept between the students who are palm wine drinkers and those who are not, and there is no difference of selfconcept between newcomer students and native students.
Keywords: Self-Concept, the Habits of Drinking Palm Wine
viii
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK .................................. vi ABSTRAK .................................................................................................... vii ABSTRACT ................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................. ix DAFTAR ISI ................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
7
E. Definisi Operasional .................................................................
8
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri ...................................................... 10 2. Jenis-Jenis Konsep Diri ...................................................... 14 3. Aspek-Aspek Konsep Diri .................................................. 15 4. Dimensi-Dimensi Konsep Diri ........................................... 17
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ............... 22 6. Karakteristik Konsep Diri ................................................... 25 7. Konsep Diri dalam Perspektif Lintas Budaya .................... 27 8. Pengaruh Konsep Diri terhadap Perilaku Individu ............. 30 B. Budaya 1. Definisi Budaya .................................................................. 31 2. Ciri-Ciri Budaya ................................................................. 31 3. Kebiasan Minum Tuak ....................................................... 32 4. Proses Enkulturasi .............................................................. 32 C. Remaja dan Tugas-Tugas Perkembangan 1. Definisi Remaja .................................................................. 33 2. Tugas Perkembangan Remaja ............................................ 34
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ......................................................................... 35 B. Subjek Penelitian ...................................................................... 36 C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ............... 36 D. Teknik Analisis Data ................................................................ 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kebiasaan Minum Tuak Siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 ................................................................................. 43 B. Konsep Diri Siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 ............................... 45 C. Perbedaan
Konsep
Diri
antara
Siswa
Peminum Tuak dan Bukan Peminum Tuak ............................... 46 D. Perbedaan Konsep Diri antara Siswa Pendatang dan Siswa Asli ............................................................................................ 46 E. Pembahasan .............................................................................. 47
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................... 51 B. Saran ......................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 54 LAMPIRAN
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 Kisi-Kisi Kuesioner Konsep Diri ................................................... 39 Tabel 2 Kriteria Kategori Konsep Diri ........................................................ 40 Tabel 3 Kriteria Kategori Kebiasan Minum Tuak ........................................ 41 Tabel 4 Kebiasan Minum Tuak Siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur dalam tahun ajaran 2013/2014 ........................................................................................ 44 Tabel 5 Konsep Diri Siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur dalam tahun ajaran 2013/2014........................... 45 Tabel 6 Perbedaan Konsep Diri Siswa antara Siswa Peminum Tuak Dan Bukan Peminum Tuak..................................... 46 Tabel 7 Perbedaan Konsep Diri Siswa antara Siswa Pendatang dengan Siswa Asli ......................................................... 46
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 : Kuesioner Kebiasaan Minum Tuak dan Konsep Diri Siswa …….. 56 Lampiran 2 : Tabel Identitas Responden ………………………………………. 61 Lampiran 3 : Tabel Tanggapan Responden Tentang Kebiasaan Minum Tuak ……………………………………………………………… 64 Lampiran 4 : Tabel Tanggapan Responden Tentang Konsep Diri ……………... 67 Lampiran 5 : Tabel Validitas dan Reliabilitas Konsep Diri ……………………. 75 Lampiran 6 : Tabel T-Test Konsep Diri Siswa Peminum dan Bukan Peminum ………………………………………………………… 81 Lampiran 7 : Tabel T-Test Konsep Diri Siswa Pendatang dan Asli …………… 82 Lampiran 8 : Surat Ijin Uji Coba Alat Penelitian/Ijin Penelitian ………………. 83 Lampiran 9 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ………………….. 84
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
Bab Pendahuluan ini menguraikan beberapa hal yang berhubungan dengan latar belakang masalah, perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional variabel penelitian. Latar belakang masalah berisi alasan pemilihan topik. Perumusan masalah menguraikan tentang pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian. Tujuan penelitian menguraikan tentang tujuan yang akan dicapai dalam penelitian. Manfaat penelitian menguraikan tentang manfaat dari penelitian untuk beberapa pihak dan definisi operasional variable penelitian menguraikan tentang definisi dari variable penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan instrumen. A. Latar Belakang Masalah Konsep diri tidak terbentuk secara langsung. Ketika seseorang lahir, konsep diri belum terbentuk. Hal ini disebabkan seorang bayi belum mengetahui apapun tentang dunianya, sampai tiba saatnya kedua orang tua memperkenalkan
lingkungan
sekitarnya,
sehingga
dapat
mengenali
lingkungan dan dirinya sendiri. Pada umumnya orang tua mengajari anaknya melalui bahasa, pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal. Apabila seorang anak membuang sampah pada tempatnya, maka akan mendapat pujian. Hal tersebut membuatnya mengerti
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
bahwa yang dilakukannya adalah benar. Sebaliknya, apabila seorang anak membuang sampah bukan pada tempatnya maka dia akan dimarahi. Hal itu akan membuat anak mengerti bahwa yang dilakukannya salah. Apa yang diajarkan orang tua mengenai dasar-dasar etika merupakan etika yang berlaku pada budaya lingkungan. Dasar-dasar mengenai etika tersebut yang akan tertanam hingga tua nanti dan berpengaruh pada pembentukan konsep diri. Dengan demikian budaya dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri. Budaya merupakan suatu kebiasaan cara hidup dari sekelompok orang yang ada di suatu tempat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari unsur-unsur agama, adat istiadat, karya seni, bahasa dan lain lain. Unsur-unsur tersebut, akan mempengaruhi perkembangan individu dalam mengenali lingkungannya. Dalam melakukan proses sosialiasi dengan lingkungannya, individu dibantu oleh pergaulan dengan teman-temannya yang akan mempengaruhi terbentuknya karakter atau konsep diri. Misalnya, seorang individu bergaul dengan orang-orang yang religius maka individu tersebut cenderung akan menjadi orang yang religius, sebaliknya apabila seorang individu bergaul dengan preman maka individu tersebut cenderung akan ikut-ikutan menjadi preman. Kondisi tersebut terjadi melalui pemahaman terhadap norma, mempelajari etika, belajar dari orang-orang disekitarnya, melakukan kontak dengan orang lain dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan suatu bukti bahwa individu baik secara langsung maupun tidak langsung harus terlibat dengan lingkungannya, dimana lingkungan tersebut pasti memiliki budaya,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya memiliki peranan besar terbentuknya konsep diri. Salah satu budaya yang ada di negeri ini adalah budaya minum tuak. Tuak merupakan minuman tradisional yang berasa pahit dan bisa memabukkan. Banyak daerah di Indonesia yang masih mempertahankan tradisi minum tuak sebagai salah satu ciri khas budaya daerah mereka. Diantaranya, daerah Tuban di Jawa Timur. Di daerah yang berjulukan sebagai Kota Ronggolawe, Tuak sudah menjadi minuman wajib bagi sebagian warganya, sehingga kota Tuban dijuluki Kota Tuak. Tuak dari kota Tuban terbuat dari getah nira yang disadap dari bunga Siwalan atau Lontar (www.log.viva.co.id). Daerah lain yang menjadikan minum tuak sebagai budaya adalah suku Sahu di Jailolo Halmahera Barat. Minuman ini disediakan pada saat menjamu tamu yang datang ke daerah tersebut dan menjadi minuman wajib bagi tamu saat mengikuti upacara makan adat. Tuak dari daerah Jailolo Halmahera Barat diambil dari tangkai pohon Anau yang dimasak selama 6 jam lalu disuling (www.travel.detik.com). Kabupaten Sendawar merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Kalimantan Timur. Penelitian ini dilakukan di SMA N 6 yang terletak di desa Tiong Ohang, kecamatan Long Apari. Sebagai salah satu desa, Tiong Ohang juga tentunya mempunyai tradisi-tradisi yang menjadi ciri khas daerah tersebut, yang membuatnya berbeda dengan daerah lain. Tradisi adalah
kebiasaan minum tuak secara terbuka baik pada acara pesta atau
tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
perayaan pernikahan, syukuran atau acara apa saja yang mengungkapkan rasa suka cita dari pihak atau keluarga yang menyelengggarakan acara pesta. Minuman tuak dalam acara ini secara sengaja disediakan oleh pihak atau keluarga yang memiliki hajat bagi semua tamu yang diundang. Minuman tuak dari daerah kabupaten Sendawar terbuat dari ketan yang difermentasikan Kebiasaan minum tuak ini sudah berjalan turun temurun, baik oleh orangtua maupun remaja. Kebiasaan minum tuak di kabupaten Sendawar sudah menjadi bagian keseharian dari masyarakat. Hal ini disebabkan karena minum tuak merupakan salah satu budaya yang sudah ada sejak dulu dan masih berkembang hingga saat ini. Dalam setiap pesta yang diselenggarakan oleh warga, minuman tuak selalu ada karena minuman tuak sudah menjadi tradisi atau keharusan, yang membedakan budaya masyarakat di kabupaten Sendawar dengan masyarakat di daerah lain. Menurut survei di lapangan, kebiasaan minum tuak ini merambat sampai ke sekolah, dimana sebagian siswa ada yang membawa tuak di sekolah dan meminumnya secara bersama-sama saat istirahat tanpa adanya sanksi yang tegas dari pihak sekolah. Tentunya kondisi ini menjadi dilema bagi pihak sekolah, di satu pihak, kebiasan minum tuak sudah menjadi tradisi, di lain pihak sekolah merupakan tempat belajar dan bukan sebuah pesta. Hal inilah yang mendorong pihak sekolah sampai saat ini belum memberikan sanksi yang tegas kepada siswa yang minum tuak di sekolah. Saat ini pihak sekolah hanya sebatas pada pemberian himbauan kepada siswa untuk tidak melakukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
hal tersebut di sekolah. Menurut wawancara penulis dengan guru mata pelajaran, pada umumnya siswa yang minum tuak di sekolah adalah siswasiswa yang tergolong siswa yang kurang menonjol kemampuan akademisnya. Mereka minum tuak dengan tujuan agar mendapat perhatian dari teman-teman atau dari guru-guru. Tradisi minum minuman keras yang seharusnya hanya dilakukan pada saat acara pesta, tapi dilakukan juga pada saat jam belajar di sekolah, menunjukkan bahwa tradisi yang merupakan bagian dari budaya diperkirakan oleh penulis telah mempengaruhi terbentuknya konsep diri siswa, terutama konsep diri negatif. Hal ini disebabkan oleh lingkungan termasuk orang-orang di dalamnya telah mengajarkan siswa untuk melakukan tindakan tersebut, yaitu minum tuak. Tradisi yang telah berjalan bertahun-tahun telah membentuk karakter siswa, untuk terbiasa dengan hal tersebut, sehingga lambat laun membentuk konsep diri negatif pada diri siswa. Padahal pada mulanya
tradisi atau kebudayaan tersebut diciptakan untuk membantu
manusia untuk bertahan dan berkembang. Berdasarkan gambaran tentang konsep diri dan kebiasaan minum tuak siswa SMAN 6 Sendawar Kalimantan Timur maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana deskripsi konsep diri siswa SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur berkaitan dengan kebiasaan minum tuak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
B. Rumusan Masalah Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana deskripsi kebiasan minum tuak siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014? 2. Bagaimana deskripsi konsep diri siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014? 3. Apakah ada perbedaan konsep diri antara siswa SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 yang peminum tuak dan bukan peminum tuak? 4. Apakah ada perbedaan konsep diri antara siswa SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 yang pendatang dan siswa asli?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan kebiasan minum tuak siswa SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014. 2. Mendeskripsikan konsep diri siswa SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014. 3. Mendeskripsikan perbedaan konsep diri antara siswa SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 yang peminum tuak dan bukan peminum tuak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
4. Mendeskripsikan perbedaan konsep diri antara siswa SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 yang pendatang dan siswa asli.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat: 1. Teoritis Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa Bimbingan dan Konseling untuk menambah pengetahuan terkait pentingnya budaya atas terciptanya konsep diri siswa, sehingga dapat menjadi bekal untuk menjadi guru pembimbing di sekolah. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan agar dapat memahami adat dan tingkah laku yang berbeda yang dianut yang berbeda pula dan mengetahui persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis dalam berbagai budaya dan kelompok etnik. 2. Praktis a. Bagi guru BK Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru BK sebagai bahan temuan yang dapat dimanfaatkan untuk menyusun program layanan bimbingan yang mengarah pada bagaimana pemecahan masalah pembentukan konsep diri riil dan ideal siswa agar sesuai dengan budaya dan cara pandang masyarakat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
b. Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat digunakan: 1) Untuk mempraktekkan ilmu yang telah dipelajari di perkuliahan Program Studi Bimbingan dan Konseling. 2) Untuk berlatih meneliti secara ilmiah informasi yang dapat dijadikan bekal dalam dunia kerja di bidang bimbingan dan konseling khususnya di sekolah.
E. Definisi Operasional Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Konsep diri (self-concept) adalah pendapat atau kesan remaja terhadap dirinya sendiri secara keseluruhan yang mencakup pendapatnya tentang pengetahuan mengenai dirinya, harapan dirinya di masa depan dan penilaian terhadap dirinya sendiri. 2. Kebiasaan minum tuak adalah kebiasaan sekelompok orang yang meminum minuman tradisional yang berasa pahit dan bisa memabukkan yang terjadi secara turun temurun, dimana kebiasaan ini terbagi menjadi tiga golongan yaitu tinggi apabila rata-rata meminum tuak lebih dari 6 kali dalam sebulan, tergolong sedang apabila rata-rata meminum tuak antara 46 kali dalam sebulan dan rendah apabila rata-rata meminum tuak kurang dari 4 kali dalam sebulan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
3. Ciri-ciri peminum antara lain adalah kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, pemarah, tidak bisa menghentikan kebiasan minum tuak, dan mulai jauh dari keluarga. Intensitas atau frekuensi minum tuak rata-rata 46 kali dalam sebulan. 4. Ciri-ciri non peminum antara lain adalah optimis, tidak cepat putus asa, harmonis dengan keluarga, berat badan normal. 5. Siswa pendatang adalah siswa SMAN 6 Sendawar Kalimantan Timur yang berasal dari daerah di luar kabupaten Sendawar, yaitu suku yang non Dayak, misalnya suku Jawa, suku Bugis dan lain-lain. 6. Siswa asli adalah siswa SMAN 6 Sendawar Kalimantan Timur yang berasal dari dalam daerah kabupaten Sendawar, dimana kedua orangtuanya merupakan penduduk asli daerah tersebut, yaitu suku Dayak Penihing, suku Dayak Bahau, suku Dayak Kayan, dan suku Dayak Seputan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
Bab II memaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan landasan teori. Teori-teori yang dibahas dalam bab II antara lain pengertian konsep diri, aspek-aspek konsep diri, pengertian budaya, karakteristik budaya, pengertian remaja dan tugas perkembangan remaja. Teori-teori tersebut digunakan sebagai bahan rujukan dalam membahas hasil penelitian.
A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri James (1890) dalam Hutagalung (2007: 21), mengemukakan diri (self) adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan psikisnya sendiri, melainkan juga tentang anak, istri/suami, rumah, pekerjaan, nenek moyang, teman-teman, milik, uang dan lain-lain. Diri adalah semua ciri, jenis kelamin, pengalaman, latar belakang budaya, pendidikan dan sebagainya yang melekat pada seseorang. Makin dewasa dan makin tinggi kecerdasan seseorang, makin mampu orang tersebut menggambarkan dirinya sendiri, makin baik konsep dirinya. Lebih lanjut dijelaskan oleh James bahwa ada dua jenis diri, yaitu ‘diri’ dan ‘aku’. Diri adalah aku sebagaimana dipersepsikan oleh orang 10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
lain atau diri sebagai objek (objective self), sedangkan Aku adalah inti dari diri aktif, mengamati, berpikir, dan berkehendak (subjective self: 1). Dalam perkembangan baik praktik maupun penelitian-penelitian sulit untuk membedakan kedua diri ini. Oleh karena itu, kedua konsep digabung ke dalam satu konsep yang lebih menyeluruh, yaitu kepribadian (Hutagalung, 2007: 21). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa diri merupakan suatu persepsi orang lain tentang diri seseorang yang meliputi semua aspek, baik dalam dirinya, atau keluarganya dan semua hal yang berkaitan dengan dirinya. Calhaoun dan Acocella (1995) dalam Ghufron dan Risnawita (2010: 13), mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran mental diri seseorang. Hurlock (1979) dalam Ghufron dan Risnawita (2010: 13), mengatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai. Lebih lanjut, Hurclock (1990) dalam Hutagalung (2007: 22), mengemukakan bahwa konsep diri dapat dibagi menjadi dua, yaitu konsep diri sebenarnya merupakan konsep seseorang tentang dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh peran dan hubungannya orang lain serta persepsinya tentang penilaian orang lain terhadap dirinya, sedangkan konsep diri ideal merupakan gambaran seseorang mengenai keterampilan dan kepribadian yang didambakannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
Burn (1993) dalam Ghufron dan Risnawita (2010: 13), mendefinisikan konsep diri sebagai kesan terhadap diri sendiri secara keseluruhan yang mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri, pendapat tentang gambaran diri di mata orang lain, dan pendapatnya tentang hal-hal yang dicapai. Konsep diri adalah apa yang dipikirkan dan dirasakan tentang dirinya sendiri. Ada dua konsep diri, yaitu konsep diri komponen kognitif dan konsep diri komponen afektif. Komponen kognitif disebut self image dan komponen afektif disebut self esteem. Komponen kognitif adalah pengetahuan individu tentang dirinya mencakup pengetahuan “siapa saya” yang akan memberikan gambaran tentang diri saya. Gambaran ini disebut citra diri. Sementara itu, komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang akan membentuk bagaimana penerimaan terhadap diri dan harga diri individu. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi. Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkat lakunya di kemudian hari (Ghufron dan Risnawita, 2010: 13). Fitts (1971) dalam Agustiani (2006: 138) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
berinteraksi dengan lingkungan. Ia menjelaskan konsep diri secara fenomenologis, dan mengatakan bahwa ketika individu memper-sepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberikan arti dan penilaian serta membentuk abstraksi tentang dirinya, berarti ia menunjukkan suatu kesadaran diri (self awareness) dan kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti yang ia lakukan terhadap dunia di luar dirinya. Diri secara keseluruhan (total self) seperti yang dialami individu disebut juga diri fenomenal (Snygg & Combs, 1949, dalam Agustiani, 2006: 139). Diri fenomenal ini adalah diri yang diamati, dialami, dan dinilai oleh individu sendiri, yaitu diri yang ia sadari. Keseluruhan kesadaran atau persepsi ini merupakan gambaran tentang diri atau konsep diri individu. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh seseorang mengenai dirinya sendiri. Lebih lanjut, Fits juga mengatakan bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, kita akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut. Pada umumnya tingkah laku individu berkaitan dengan
gagasan-gagasan
tentang
dirinya
sendiri.
Jika
seseorang
mempersepsikan dirinya sebagai orang yang inferior dibandingkan dengan orang lain, walaupun hal ini belum tentu benar, biasanya tingkah laku yang ia tampilkan akan berhubungan dengan kekurangan yang dipersepsinya secara subjektif tersebut (Agustiani, 2006: 138).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
Setiap macam konsep diri mempunyai aspek fisik dan psikologis. Aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya, kesesuaian dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungannya dengan perilakunya, dan gengsi yang diberikan tubuhnya dimata orang lain. Aspek psikologis terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan ketidakmampuannya, harga dirinya, dan hubungannya dengan orang lain.
2. Jenis-Jenis Konsep Diri Rogers dalam Boeree (2009: 293), membagi konsep diri menjadi dua, yaitu diri riil (real self) dan diri ideal (ideal self). Diri riil adalah “Anda” sebagaimana adanya jika segala sesuatunya berjalan dengan baik, sedangkan diri ideal adalah sesuatu yang tidak riil, sesuatu yang tidak akan pernah dicapai, standar-standar yang tidak akan pernah kita penuhi. Dengan kata lain diri riil adalah apa yang dirasakan oleh seseorang tentang dirinya, sedangkan diri ideal adalah apa yang seharusnya dirasakan oleh seseorang tentang dirinya. Konsep diri menurut Calhoun dan Acocella (1995) dalam Ghufron dan Risnawita (2010: 19), dibagi menjadi konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri negatif dibagi dua jenis. Pertama, yaitu pandangan terhadap seseorang terhadap dirinya tidak teratur, tidak memiliki kestabilan, dan keutuhan diri. Kondisi seperti ini acapkali terjadi pada remaja. Namun, tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
Pada orang dewasa hal ini dapat terjadi karena ketidakmampuan menyesuaikan diri. Kedua, kebalikan yang pertama, yaitu konsep diri yang terlalu stabil dan terlalu teratur alias kaku. Hal ini karena pola asuh dan didikan yang sangat keras. Konsep diri yang positif adalah penerimaan yang mengarahkan individu ke arah sifat yang rendah hati, dermawan, dan tidak egois. Jadi, orang dengan konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang bermacam-macam tentang dirinya sendiri baik yang merupakan kekurangan maupun kelebihan.
3. Aspek-Aspek Konsep Diri Calhoun dan Acocella (1995) dalam Ghufron dan Risnawita (2010: 17), mengatakan konsep diri terdiri dari tiga aspek, yaitu: a. Pengetahuan Pengetahuan adalah apa yang individu ketahui tentang dirinya. Individu di dalam benaknya terdapat satu daftar yang menggambarkan dirinya, kelengkapan atau kekurangan fisik, usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan, agama, dan lain-lain. Pengetahuan tentang diri juga berasal dari kelompok sosial yang diidentifikasikan oleh individu tersebut. Julukan ini juga dapat berganti setiap saat sepanjang individu mengidentifikasian diri terhadap suatu kelompok tertentu, maka kelompok tersebut memberikan informasi lain yang dimasukkan ke dalam potret dari mental individu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
b. Harapan Pada saat-saat tertentu, seseorang mempunyai aspek pandangan tentang dirinya. Individu juga mempunyai satu aspek pandangan tentang kemungkinan dirinya menjadi apa di masa depan. Pendeknya, individu mempunyai harapan bagi dirinya sendiri untuk menjadi diri yang ideal. Diri yang ideal sangat berbeda pada masing-masing individu. Seseorang mungkin akan lebih ideal jika dia berdiri di atas podium berorasi dengan penuh semangat. Dihadapannya banyak orang antusiasi mendengarkan setiap kata yang diucapkannya sambil sesekali meneriakkan semacam yel-yel. Sementara itu, bagi yang lain merasa sebagai diri yang ideal jika dia merenung dan menulis di rumah dengan menghasilkan suatu karya tulis yang dapat dibaca setiap orang. c. Penilaian Di dalam penilaian, individu berkedudukan sebagai penilai tentang dirinya sendiri. Apakah bertentangan dengan “siapakah saya”, pengharapan bagi individu; “seharusnya saya menjadi apa”, standar bagi individu. Hasil penilaian tersebut disebut harga diri. Semakin tidak sesuai antara harapan dan standar diri, maka akan semakin rendah harga diri seseorang. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek konsep diri terdiri atas pengetahuan, harapan dan penilaian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
4. Dimensi-Dimensi Konsep Diri Fitts (1971) dalam Agustiani (2006: 139), membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok, yaitu sebagai berikut: a. Dimensi Internal Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal (internal frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu yakni penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan kondisi dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk: 1) Diri Identitas (identity self) Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada pertanyaan, “Siapakah saya?” Dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri (self) oleh individu-individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya, bertambahnya
misalnya usai
“Saya
dan
Ita”.
interaksi
Kemudian
dengan
dengan
lingkungannya,
pengetahuan individu tentang dirinya juga bertambah, sehingga ia dapat melengkapi keterangan tentang dirinya dengan hal-hal yang lebih kompleks, seperti “Saya pintar tetapi terlalu gemuk” dan sebagainya. Pengetahuan individu tentang dirinya juga bertambah, sehingga ia dapat melengkapi keterangan tentang dirinya dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
hal-hal yang lebih kompleks, seperti “Saya pintar tetapi terlalu gemuk” dan sebagainya. 2) Diri Perilaku (behavioral self) Diri perilaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh diri”. Selain itu bagian ini berkaitan erat dengan diri identitas. Diri yang adekuat akan menunjukkan adanya keserasian antara diri identitas dengan diri perilakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerima, baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai perilaku. Kaitan dari keduanya dapat dilihat pada diri sebagai penilai. 3) Diri Penilai (judging self) Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator) antara diri identitas dan diri perilaku. Manusia cenderung memberikan penilaian terhadap apa yang dipersepsikannya. Oleh karena itu, label-label yang dikenakan pada dirinya bukanlah semata-mata menggambarkan dirinya, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai. Selanjutnya, penilaian ini lebih berperan dalam menentukan tindakan yang akan ditampilkannya. Diri penilai menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Kepuasan diri yang rendah akan menimbulkan harga diri (self esteem) yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
rendah pula dan akan mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar pada dirinya. Sebaliknya, bagi individu yang memiliki kepuasan memungkinkan individu yang bersangkutan untuk melupakan keadaan dirinya dan memfokuskan energi serta perhatiannya ke luar diri, dan pada akhirnya dapat berfungsi lebih konstruktif. Ketiga bagian internal ini mempunyai peranan yang berbedabeda, namun saling melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu diri yang utuh dan menyeluruh. b. Dimensi Ekternal Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya. Dimensi ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang berkaitan dengan sekolah, organisasi, agama, dan sebagainya. Namun, dimensi yang dikemukakan oleh Fitts adalah dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua orang, dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu: 1) Diri Fisik (physical self) Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuh (tinggi, pendek, gemuk, kurus).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
2) Diri etika-moral (moral-ethical self) Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk. 3) Diri Pribadi (personal self) Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat. 4) Diri Keluarga (family self) Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga. 5) Diri Sosial (social self) Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya dalam dimensi eksternal ini dapat dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain. Seseorang tidak dapat begitu saja menilai bahwa ie memiliki fisik yang baik tanpa adanya reaksi dari orang lain yang memperlihatkan bahwa secara fisik ia memang menarik. Demikian pula seseorang tidak dapat mengatakan bahwa ia memiliki diri pribadi yang baik tanpa adanya tanggapan atau reaksi orang lain di sekitarnya yang menunjukkan bahwa ia memang memiliki pribadi yang baik. Seluruh bagian diri ini, baik internal maupun eksternal, saling berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan yang utuh untuk menjelaskan hubungan antara dimensi internal dan dimensi eksternal, Fitts dalam Agustiani
(2006:
142),
mengemukakan
suatu
analogi
dengan
mengumpamakan diri secara keseluruhan sebagai sebuah jeruk, yang dapat dipotong secara horizontal maupun vertikal. Potongan yang diperoleh dengan cara horizontal akan tampak berbeda dari yang dipotong secara vertikal, walaupun keduanya merupakan bagian dari suatu keseluruhan yang sama. Jika bagian-bagian internal dianggap sebagai lapisan-lapisan yang membentuk jeruk tersebut, maka diri identitas merupakan bagian yang paling dalam, diri tingkah laku merupakan kulit luar, dan diri penerimaan diri eksternal dapat diumpamakan sebagai bagian-bagian vertikal dari jeruk itu. Masing-masing merupakan bagian lain, dan semua bagian ini turut menentukan bentuk dan struktur jeruk tersebut secara keseluruhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
Bagian-bagian internal dan eksternal tersebut saling berinteraksi satu sama lain. Sehingga tiga dimensi internal dan lima dimensi eksternal akan diperoleh lima belas kombinasi yaitu identitas fisik, identitas moral-etik, identitas pribadi, identitas keluarga, identitas sosial, tingkah laku fisik, tingkah laku moral-etik, tingkah laku pribadi, tingkah laku keluarga, tingkah laku sosial, penerimaan fisik, penerimaan moral-etik, penerimaan pribadi, penerimaan keluarga, dan penerimaan sosial.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, adalah sebagai berikut (Hutagalung, 2007: 27): a. Orang lain Seseorang mengenal tentang dirinya dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Konsep diri seorang individu terbentuk dari bagaimana penilaian orang lain mengenai dirinya. Tidak semua orang berpengaruh pada diri seseorang. Yang paling berpengaruh adalah orang-orang yang disebut significant others, yakni orang-orang yang sangat penting bagi diri seseorang. Ketika kecil, significant others adalah orang tua dan saudara. Dari merekalah seseorang membentuk konsep dirinya. Seorang individu akan menilai dirinya positif ketika yang bersangkutan mendapatkan senyuman, penghargaan, pelukan ataupun pujian. Sebaliknya seorang akan menilai dirinya negatif jika memperoleh
kecaman,
cemoohan
ataupun
makian.
Dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
perkembangannya, significant others meliputi semua orang yang memengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan seseorang. Jika individu telah dewasa, maka yang bersangkutan akan mencoba untuk menghimpun penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengannya. Konsep ini disebut dengan generalized others, yaitu pandangan seseorang mengenai dirinya berdasarkan keseluruhan pandangan orang lain terhadap dirinya. b. Kelompok acuan (reference group) Dalam kehidupannya, setiap orang sebagai anggota masyarakat menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok memiliki norma-norma sendiri. Diantara kelompok tersebut, ada yang disebut kelompok acuan, yang membuat individu mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu. Kelompok inilah yang memengaruhi konsep diri seorang. Menurut psikologi budaya, suatu kelompok masyarakat dan kebudayaan merupakan tayangan besar dari kehidupan bersama antara individu-individu manusia yang bersifat dinamis. Pada masyarakat yang kompleks memiliki banyak kebudayaan dengan standar perilaku yang
berbeda
dan
kadangkala
bertentangan.
Perkembangan
kepribadian individu pada masyarakat ini sering dihadapkan pada model-model perilaku yang suatu saat diambil saat yang lain disetujui oleh beberapa kelompok individu, namun dicela oleh kelompok yang lain. Dengan demikian seorang anak seorang anak yang sedang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
berkembang akan belajar dari kondisi yang ada, dalam hal ini kebudayaan yang ada di lingkungan masyarakat tersebut. Misalnya, seorang anak lahir di daerah yang memiliki kebudayaan minum tuak, maka dalam perkembangan kepribadiannya, anak tersebut akan dipengaruhi oleh kondisi masyarakat setempat, yaitu kesukaannya terhadap minuman jenis tuak. Menurut psikologi sosial dalam mempelajari diri sendiri, dapat melalui proses perbandingan sosial dengan orang-orang lain yang berada
di
sekitarnya.
Bagaimana
cara
orang-orang
dalam
menggambarkan dirinya membuktikan bahwa diri ada suatu konstruksi sosial dan bahwa kita mendefinisikan diri sendiri sebagian melalui perbandingan dengan orang lain (Dayakisni dan Hudaniah, 2009: 56). Dengan demikian, keberadaan orang lain mampu mempengaruhi seorang individu dalam menggambarkan dirinya. Fitss (1971) dalam Agustiani (2006: 139), menyebutkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang adalah: a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga. b. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain c. Aktualisasi diri atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang sebenarnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi konsep diri antara lain adalah orang lain, kelompok acuan, pengalaman, kompetensi dan aktualisasi diri.
6. Karakteristik Konsep Diri a. Konsep diri negatif Karakteristik konsep diri yang negatif secara umum tercermin dari keadaan diri sebagai berikut (Hutagalung, 2007: 23): 1) Individu sangat peka dan mempunyai kecenderungan sulit menerima kritik dari orang lain. Kritik dipandang sebagai penabsahan lebih lanjut kepada inferioritas mereka. 2) Individu yang mengalami kesulitan dalam berbicara dengan orang lain. Sikap yang hiperkritis dipergunakan untuk mempertahankan citra diri yang goyah, dan mengarahkan kembali perhatian kepada kekurangan dari orang lain daripada kekurangan dirinya sendiri. 3) Individu yang sulit mengakui bahwa ia salah. Terdapat kompleks penyiksaan di mana kegagalan ditempatkan pada rencana tersembunyi dari orang lain dan kesalahan ditujukan kepada orang lain. Dengan kata lain, kelemahan pribadi dan kegagalan diri tidak mau diakui sebagai bagian dari dirinya sendiri. 4) Individu yang kurang mampu mengungkapkan perasaan dengan cara wajar. Sering terdapat respons yang berlebihan terhadap sanjungan. Setiap pujian adalah lebih baik daripada tidak ada sama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
sekali, dan untuk meningkatkan rasa aman maka individu akan berupaya keras untuk mendapatkan pujian tersebut. 5) Individu dengan konsep diri negatif berkecenderungan untuk menunjukkan sikap mengasingkan diri, malu-malu dan tidak ada minat pada persaingan. Sikap menarik diri dan menolak untuk berpartisipasi ini merupakan suatu upaya untuk mencegah inferioritas
terpublikasikan
secara
terbuka
sehingga
mengkonfirmasikan apa yang diyakini oleh orang lain mengenai dirinya. Calhoun dan Acocella (1995) dalam Ghufron dan Risnawita (2010: 19), menyebutkan ciri konsep diri yang negatif adalah peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian, punya sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disukai orang lain, dan pesimistis terhadap kompetisi. b. Konsep diri positif Karakteristik konsep diri yang positif secara umum tercermin dari keadaan diri sebagai berikut (Hutagalung, 2007: 25): 1) Orang yang terbuka 2) Orang yang tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan orang lain, bahkan dalam situasi yang masih asing sekalipun, 3) Orang yang cepat tanggap terhadap situasi sekelilinginya. Calhoun dan Acocella (1995) dalam Ghufron dan Risnawita (2010: 19), menyebutkan bahwa konsep diri yang positif mempunyai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
ciri-ciri yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam mengatasi masalah, merasa sejajar dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar bahwa tiap orang mempunyai keragaman perasaan, hasrat, dan perilaku yang tidak disetujui oleh masyarakat serta mampu mengembangkan diri karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang buruk dan berupaya untuk mengubahnya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai konsep diri positif ditandai dengan ciri-ciri bahwa orang tersebut merupakan orang yang terbuka, tidak mengalami hambatan untuk berbicara, orang yang cepat tanggap, yakin terhadap kemampuan sendiri, merasa sejajar, menerima pujian tanpa rasa malu, hasrat dan mampu mengembangkan diri. Sedangkan orang yang mempunyai konsep diri negative mempunyai ciri-ciri sulit menerima kritik, sulit berbicara dengan orang lain, sulit mengakui bahwa ia salah, kurang mampu mengungkapkan perasaan, cenderung menunjukkan sikap mengasingkan diri, malu-malu, tidak mempunyai minat untuk bersaing, merasa tidak dihargai orang lain.
7. Konsep Diri dalam Perspektif Lintas Budaya Sedikit sekali perhatian dalam penelitian lintas budaya yang meneliti tentang konsep diri. Namun demikian tidak berarti psikolog dan sosiolog tidak memiliki pandangan teoritik maupun metodologis tentang masalah konsep diri dengan pendekatan lintas budaya. Secara teoritis maupun parktis tampaknya penelitian tentang konsep diri diperlukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Secara teoritis pengertian konsep diri akan memberikan pemahaman terhadap situasi sosiokultural sehubungan dengan konsep diri para individu yang ada di masyarakat tersebut. Secara praktis, pada dasarnya konsep diri memainkan peranan penting dalam berbagai tingkah laku. Struktur dan isi dari konsep diri baik secara individual dan khususnya secara kultural dapat dibedakan dengan jelas. Penelitian mengenai konsep diri bukan hanya secara langsung berhubungan dengan isi dari konsep diri tetapi juga dengan aspek-aspek lainnya. Perhatian secara langsung pada isi dari konsep diri, merupakan keseluruhan dari elemen-elemen kognitif. Konsepsi kognitif tentang individu adalah tentang dirinya. Pada pada konteks ini perlu memberi perhatian pada berbagai konsepsi, tetapi juga perlu diperhatikan cara dimana terjadi saling berhubungannya yang terorganisasikan secara sistematis. Terdapat indikasi yang cukup memadai bahwa representasi kognitif dari individu tidak berada didalam dirinya tapi sebagai unit yang terpisah dari informasi luar tetapi secara menyeluruh saling berhubungan, hal ini disebut sebagai skema. Dapat dikatakan bahwa berbagai struktur dalam skema sama seperti gugusan informasi yang saling berhubungan (Markus, 1977; Pratkanis & Greenwald, 1985 dalam Agustiani, 2006: 145).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
Triandis (1989), Baumeister (1986) dan Greewald & Pratkanis (1984) dalam Agustiani (2006: 145), mengajukan 3 komponen dari self: 1) Private Self Meliputi pengetahuan tentang perilaku dan kebiasaan dirinya sendiri. 2) Public Self Menyangkut
kemampuan
kognisi
untuk
menggeneralisasikan
pandangan orang lain mengenai dirinya. 3) Collective Self Berhubungan dengan keterkaitan individu dengan kelompoknya. Berdasarkan tiga komponen self di atas, maka konsep diri dalam penelitian ini mengacu pada komponen private self, yaitu konsep diri yang dibentuk oleh pengetahuan tentang perilaku dan kebiasan dirinya sendiri dalam hal ini kebiasan minum tuak yang ada di daerah Sendawar. Oerter (1990) dalam Agustiani (2006: 146), menjelaskan bahwa dengan latar belakang cultural dapat diasumsikan bahwa identitas diri pada masyarakat di Jawa Barat lebih kearah public dan collective self dibandingkan subjek dari Barat. Responden dengan tingkat pendidikan rendah misalnya responden dari perkebunan teh, lebih sering menjelaskan identitas dirinya melalui collective dan public identity. Sedangkan responden ditingkat pendidikan yang lebih tinggi menjelaskan identitas dirinya melalui private identity (autonomous identity). Karakter pribadi lebih disesuaikan dengan kehendak lingkungan. Norma sosial dan keagamaan tampak lebih absolut dibandingkan dengan budaya Barat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
8. Pengaruh Konsep Diri terhadap Perilaku Individu Pujijogjanti dalam Ghufron dan Risnawita (2010: 18), mengatakan ada tiga peranan penting dari konsep diri sebagai penentu perilaku. a. Konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin. Pada dasarnya individu selalu mempertahankan keseimbangan dalam kehidupan batinnya. Bila timbul perasaan, pikiran, dan persepsi yang tidak seimbang atau bahkan saling berlawanan, maka akan terjadi iklim psikologi yang tidak menyenangkan sehingga akan mengubah perilaku. b. Keseluruhan sikap dan pandangan individu terhadap diri berpengaruh besar terhadap pengalamannya. Setiap individu akan memberikan penafsiran yang berbeda terhadap sesuatu yang dihadapi. c. Konsep diri adalah penentu pengharapan individu. Jadi pengharapan adalah inti dari konsep diri. Konsep diri merupakan seperangkat harapan dan penilaian perilaku yang menunjuk pada harapan tersebut. Sikap dan pandangan negatif terhadap kemampuan diri menyebabkan individu menetapkan tiitik harapan yang rendah. Titik total yang rendah menyebabkan individu tidak mempunyai motivasi yang tinggi. Berdasarkan ketiga peranan konsep diri tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep diri selain berperan sebagai pengharapan juga berperan sebagai sikap terhadap diri sendiri dan penyeimbangan batin bagi individu. Konsep diri pada setiap orang sesungguhnya tidak mutlak dalam kondisi biner antara positif dan negatif, tetapi karena konsep diri berperan penting sebagai pengarah dan penentu perilaku, maka harus diupayakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
dengan keras agar individu mempunyai banyak ciri-ciri konsep diri yang positif.
B. Budaya 1. Definisi Budaya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya
merupakan
nilai-nilai
yang
dimiliki
manusia,
bahkan
mempengaruhi sikap dan perilaku manusia. Menurut Koentjaraningrat (1999: 72), kebudayaan menurut antropologi adalah seluruh system gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan belajar. Menurut Weber dalam Sardjono (2005:111), budaya mempunyai aspek bersifat personal, subjektif dan unik.
2. Ciri-Ciri Budaya Kebudayaan mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut (Suhandi, 2004: 6): a. Kebudayaan itu harus dipelajari b. Kebudayaan itu diwariskan atau diteruskan dan diturunkan. c. Kebudayaan itu didukung dan dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat dalam kehidupan bersama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
d. Kebudayaan itu berkembang dan berubah. e. Kebudayaan itu merupakan satu kesatuan yang bagian-bagiannya terintegrasi.
3. Kebiasaan Minum Tuak Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai kemampuan yaitu berupa akal atau budinya. Dengan akal dan budinya, manusia mengembangkan berbagai macam system tindakan demi keperluan hidupnya. Namun, berbagai macam system tindakan tersebut harus dibiasakan oleh seorang individu dengan belajar sejak lahir sampai saat ia mati. System tindakan yang dibiasakan tersebut dikenal dengan nama budaya (Koentjaraningrat, 1999). Dengan demikian keseluruhan tindakan dan hasil karya manusia yang dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari dinamakan kebudayaan. Hal ini juga berlaku bagi tindakan masyarakat Sendawar yang terbiasa minum tuak dalam sebuah pesta. Kebiasaan minum tuak tersebut diturunkan secara turun temurun dari nenek moyang mereka kepada generasi penerusnya melalui belajar dan penyesuaikan diri.
4. Proses Enkulturasi Proses enkulturasi adalah proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, system norma dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya (Koentjaraningrat, 1999). Proses enkulturasi dimulai sejak kecil dalam alam pikiran warga suatu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
masyarakat,
mula-mula
dari
orang-orang
di
dalam
lingkungan
keluarganya, kemudian dari teman-temannya bermain. Proses ini terus berlangsung dan dipelajari oleh setiap individu dalam suatu masyarakat. Dengan proses ini memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan sikapnya terhadap tradisi yang berlaku di masyarakat.
C. Remaja dan Tugas-Tugas Perkembangannya Penelitian ini meneliti tentang kebiasan minum tuak dan konsep diri pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang biasanya disebut dengan remaja. Oleh karena itu, diperlukan penjabaran mengenai definisi remaja dan tugas-tugas perkembangannya yang berkaitan dengan konsep diri. 1. Definisi Remaja Remaja berasal dari bahasa Latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Masa remaja antara pria dan wanita tidak sama. Masa remaja bagi pria berlangsung dari usia 13 tahun sampai dengan 22 tahun, sedangkan wanita mulai usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa wanita lebih dahulu mencapai tingkat kedewasaan daripada pria. Menurut Piaget (Ali dan Asrori, 2005: 9), secara psikologis, remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Pada dasarnya remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, karena remaja sudah bukan anak-anak lagi tapi juga belum bisa diterima pada golongan orang dewasa. Oleh karena itu, masa remaja juga dikenal dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
nama fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Seperti yang diungkapkan oleh Monks (Ali dan Asrori, 2005: 10), bahwa remaja masih belum mampu untuk menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya.
2. Tugas Perkembangan Remaja Konsep diri seorang remaja tidak terbentuk secara langsung, namun melalui suatu proses atau perkembangan. Perkembangan yang terjadi pada masa remaja dapat membentuk konsep diri. Hurlock (Ali dan Asrori, 2005: 10) menyebutkan bahwa tugas-tugas perkembangan masa remaja adalah: a. Mampu menerima keadaan fisiknya. b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa. c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. d. Mencapai kemandirian emosional. e. Mencapai kemandirian ekonomi. f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat. g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua. h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa. i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan beberapa hal berkaitan dengan metode yang digunakan dalam penelitian yaitu jenis penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data, teknik analis data. Jenis penelitian menguraikan penggunaan metode penelitian yang digunakan. Subjek penelitian menguraikan siapa orang yang menjadi responden dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data menguraikan teknik apa yang digunakan dalam penelitian yang biasanya berhubungan denga teknik pengumpulan data. Teknik analisis data menguraikan alat analisis yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah.
A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh
jawaban dari pertanyaan tentang siapa, apakah, kapan, di mana dan bagaimana dari suatu topik penelitian (Sumarni dan Wahyuni, 2006: 52). Jadi, penelitian berupaya mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau suatu daerah. Penelitian deskriptif dengan metode survei dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan minum tuak dan deskripsi konsep diri siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014, dan mendeskripsikan perbedaan konsep diri 35
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
dilihat dari siswa peminum tuak dan bukan peminun serta siswa pendatang dan siswa asli.
B. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang digunakan adalah semua siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 mulai dari kelas X, XI dan kelas XII yang berjumlah 123 orang dengan perincian jumlah siswa asli sebanyak 116 orang dan siswa pendatang sebanyak 7 orang. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian population sampling.
C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik angket atau kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara menyiapkan daftar pertanyaan tertulis yang dikirim kepada responden untuk dijawab (Sumarni dan Wahyuni, 2006: 89). Kuesioner yang disusun oleh peneliti memuat aspek-aspek konsep diri yaitu pengetahuan, harapan, penilaian. Dalam penelitian ini digunakan skala dengan empat jawaban yaitu pernyataan yang favorable dimulai dari sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan unfavorable dimulai dari sangat setuju diberi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
skor 1, setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 3, dan sangat tidak setuju diberi skor 4.
1. Validitas Instrumen Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2008:5). Teknik uji yang digunakan adalah dengan cara mengkorelasikan skor-skor item terhadap skorskor aspek melalui pendekatan analisis korelasi Pearson Product Moment. Formula; rXY =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X
2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
}
Keterangan :
rXY = Indeks korelasi validitas item N = jumlah subyek X = skor butir kuesioner Y = skor total aspek yang memuat item yang di uji validitasnya Untuk menguji validitas data dalam penelitian
ini, digunakan uji
korelasi Pearson Product Moment dengan ketentuan jika nilai r hitung > nilai r tabel maka item pernyataan dinyatakan valid (Ghozali, 2011: 52). Penelitian ini menggunakan pengujian terpakai, sehingga responden yang digunakan pada saat ujicoba juga digunakan dalam penelitian. Hasil ujicoba yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 44 item pernyataan, terdapat 7 item yang nilai r hasilnya lebih kecil dari r table (r = 0,2512) yaitu item 1, 10, 14, 20, 25, 30, dan 44, sehingga tidak valid dan sisanya sebanyak 37 item termasuk dalam item yang valid karena nilai r
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
hasilnya lebih besar dari r table (r = 0,2512). Item-item yang tidak valid tidak dipakai dalam pengujian selanjutnya.
2. Reliabilitas Kuesioner Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan ukuran kestabilan dan konsistensi dari konsep ukuran instrumen atau alat ukur, sehingga nilai yang diukur tidak berubah dalam nilai tertentu. Data yang reliabel dalam instrumen penelitian berarti data tersebut dapat dipercaya. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan nilai Cronbach Alpha dengan ketentuan apabila nilai Alpha lebih dari 0,70 maka instrumen tersebut reliabel (Nunnally, 1994 dalam Ghozali, 2011: 47). Rumusnya adalah 2 ⎡ K ⎤ ⎡ Σσb ⎤ r11 = ⎢ 1 − ⎢ σ 2 t ⎥⎦ ⎣ K − 1⎥⎦ ⎣
Keterangan : r11
:
Reliabilitas instrumen
K
:
Jumlah butir pertanyaan
∑σb2
:
Jumlah varian butir
σ2 t
:
Jumlah varian total
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas maka diperoleh nilai alpha sebesar 0,910. Nilai tersebut lebih besar dari 0,70. Dengan demikian pernyataan tersebut reliable.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
Adapun hasil akhir instrumen penelitian setelah uji coba adalah sebagai berikut: Tabel 1. Kisi-Kisi Kuesioner Konsep Diri Aspek-Aspek Pengetahuan
1. 2. 3.
Harapan
4. 5. 6.
Penilaian
7. 8. 9.
Indikator Yakin terhadap kemampuan diri Terbuka dengan orang lain Cepat tanggap terhadap situasi lingkungan Menerima pujian Mampu mengembangkan diri Berusaha untuk mengubah kepribadian yang buruk Menyadari keragaman perasaan tiap orang Menyadari keragaman hasrat tiap orang Menyadari keragaman perilaku tiap orang
Favorable
Unfavorable
Jumlah
1,2
3,4
4
5,6,7
8,9
5
10,11
12,13, 14
5
15,16
17,18
4
19,20,21
22
4
23,24
25,26
4
27,28
29,30
4
31,32
33,34
4
35,36
37
3
20
17
37
Sumber: Indikator dirangkum dari Ghufron dan Risnawita (2010),Hutagalung (2007)
D. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistic deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan mean, standar deviasi serta pengkategorisasian menurut norma yang telah ditentukan penulis. Langkah-langkah yang digunakan peneliti untuk menganalisis data adalah sebagai berikut: 1. Memeriksa keabsahan administrasi hasil jawaban responden untuk diolah lebih lanjut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
2. Memberi skor setiap alternatif jawaban. Alternatif jawaban, Sangat setuju = 4, setuju =3, tidak setuju = 2 dan sangat tidak setuju = 1 untuk pernyataan favorable dan sebaliknya untuk pernyataan unfavorable. 3. Membuat tabulasi data, menghitung skor total dari masing-masing item kuesioner dan skor rata-rata subjek. 4. Mengkategorikan subjek yang berpedoman pada penjelasan menurut Azwar (2009: 107) sebagai berikut Adapun kategorisasi konsep diri siswa-siswi
SMA Negeri 6
Sendawar Kalimantan Timur dalam tahun ajaran 2013/2014 secara keseluruhan diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: jumlah item 37; nilai tertinggi: 4x37= 148, nilai terendah: 1x37=37, sehingga luas jarak sebenarnya: 148-37=111. Dengan demikian satuan deviasi standarnya adalah (148-37)/6=18,5 dan mean teoritisnya adalah (148+37)/2=92,5. Kategorisasi konsep diri siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2 Kriteria Kategori Konsep Diri No
Formula Kategori
Rentang Skor
Keterangan
1
X < [µ - 1,5σ]
0 – 64,75
Sangat rendah
2
[µ - 1,5σ] < X < [µ - 0,5σ]
64,76 – 83,25
Rendah
3
[µ - 0,5σ] < X < [µ +
83,26 – 101,75
Sedang
101,76 – 120,25
Tinggi
120,26 - 148
Sangat tinggi
0,5σ] 4
[µ + 0,5σ] < X < [µ + 1,5σ]
5
[µ + 1,5σ] < X
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
Sedangkan kategori tentang kebiasan minum tuak pada siswa-siswi SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur dalam tahun ajaran 2013/2014 diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: jumlah item 3; nilai tertinggi: 3x3= 9, nilai terendah: 1x3=3, sehingga luas jarak sebenarnya: 93=6. Dengan demikian satuan deviasi standarnya adalah (9-3)/6=1 dan mean teoritisnya adalah (9+3)/2=6. Kategorisasi kebiasan minum tuak oleh siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3 Kriteria Kategori Kebiasan Minum Tuak No
Formula Kategori
Rentang Skor
Keterangan
1
X < [µ - 1,5σ]
0 – 4,5
Sangat rendah
2
[µ - 1,5σ] < X < [µ - 0,5σ]
4,6 – 5,5
Rendah
3
[µ - 0,5σ] < X < [µ +
5,6 – 6,5
Sedang
6,6 – 7,5
Tinggi
7,6 - 9
Sangat tinggi
0,5σ] 4
[µ + 0,5σ] < X < [µ + 1,5σ]
5
[µ + 1,5σ] < X
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Analisis uji beda (t-tes).
42
Pengujian ini digunakan untuk menentukan
apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki rata-rata yang berbeda-beda. Uji beda t-test dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel atau secara rumus dapat ditulis sebagai berikut (Ghozali, 2011: 64): rata-rata sampel pertama – rata-rata sampel kedua t= standar error perbedaan rata-rata kedua sampel Dalam penelitian ini uji beda dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi 17.0 dengan ketentuan apabila nilai probabilitas < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan. Sebaliknya, apabila nilai probabilitas > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian mengenai hasil penelitian konsep diri siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 dan pembahasan hasil penelitian. Hasil penelitian meliputi: (1) perhitungan kategorisasi kebiasan minum tuak siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 yang terbagi dalam lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. (2) perhitungan kategorisasi konsep diri siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 yang terbagi dalam lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. (3) pengujian perbedaan konsep diri antara siswa yang tergolong peminum dengan siswa bukan peminum. (4) pengujian perbedaan konsep diri antara siswa yang merupakan penduduk asli dengan siswa yang berasal dari luar daerah (pendatang). Pembahasan meliputi penjelasan tentang hasil-hasil penelitian disertai teori-teori yang terkait hasil penelitian.
A. Kebiasan Minum Tuak Siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur dalam tahun ajaran 2013/2014 Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil mengenai kebiasan minum tuak siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014, yang ditampilkan dalam tabel di bawah ini.
43
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
Tabel 4 Kebiasan Minum Tuak Siswa-Siswi SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 No Rentang Skor 1 2 3 4 5
0 – 4,5 4,6 – 5,5 5,6 – 6,5 6,6 – 7,5 7,6 - 9
Kategori Kebiasan Minum Jumlah Persentase Tuak Siswa Siswa Sangat rendah 5 4,06 Rendah 49 39,84 Sedang 69 56,10 Tinggi 0 0,0 Sangat tinggi 0 0,0 123 100,0
Dari tabel di atas, terlihat bahwa: 1. Ada 5 siswa (4,06%) yang sangat rendah kebiasan minum tuaknya. 2. Ada 49 siswa (39,84%) yang rendah kebiasan minum tuaknya. 3. Ada 69 siswa (56,10%) yang kebiasan minum tuaknya termasuk sedang. Sedangkan untuk kategori tinggi dan sangat tinggi tidak ada satupun siswa yang tergolong dalam kategori tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa-siswi SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 mempunyai kebiasan minum tuak yang tergolong sedang. Hal ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa dari 123 orang siswa hanya 51 orang (41,46%) yang menyatakan sering minum tuak, sedangkan sisanya sebanyak 72 orang siswa (58,54%) menyatakan tidak pernah minum tuak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
B. Konsep Diri Siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil mengenai konsep diri siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5 Konsep Diri Siswa-Siswi SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 No 1 2 3 4 5
Rentang Skor 0 – 64,75 64,76 – 83,25 83,26 – 101,75 101,76 – 120,25 120,26 - 148
Kategori Konsep Diri Siswa Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Jumlah Persentase Siswa 0 0,0 1 0,81 3 2,44 50 40,65 69 56,10 123 100,0
Dari tabel di atas tampak bahwa: 1. Ada 1 siswa (0,81%) yang mempunyai konsep diri rendah. 2. Ada 3 siswa (2,44%) yang mempunyai konsep diri sedang. 3. Ada 50 siswa (40,65%) yang mempunyai konsep diri tinggi. 4. Ada 69 siswa (56,10%) yang mempunyai konsep diri sangat tinggi. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 mempunyai konsep diri tinggi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
C. Perbedaan Konsep Diri antara Siswa Peminum Tuak Dan Bukan Peminum Tuak Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan konsep diri antara siswa peminum tuak dengan siswa bukan peminum tuak dapat dilihat pada tabel berikut ini (hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran). Tabel 6 Perbedaan Konsep Diri Siswa antara Siswa Peminum Tuak Dan Bukan Peminum Tuak Siswa Peminum Bukan peminum Sig t
Jumlah 51 72
Rata-Rata 122,51 122,94 0,844
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai sig sebesar 0,844 > 0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan konsep diri yang signifikan antara siswa yang peminum tuak dengan siswa yang bukan peminum tuak. Hasil ini didukung oleh nilai rata-rata dari kedua kelompok yang hampir sama, yaitu 122,51 untuk yang peminum dan 122,94 untuk yang bukan peminum.
D. Perbedaan Konsep Diri antara Siswa Pendatang dan Siswa Asli Untuk mengetahui perbedaan konsep diri antara siswa pendatang dengan siswa asli dapat dilihat pada tabel berikut ini (hasil selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran). Tabel 7 Perbedaan Konsep Diri Siswa antara Siswa Pendatang dengan Siswa Asli Siswa Siswa Pendatang Siswa Asli Sig t
Jumlah 5 118
Rata-Rata 116,20 123,04 0,221
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai sig sebesar 0,221 > 0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan konsep diri yang signifikan antara siswa pendatang dengan siswa asli. Walaupun nilai dari nilai rata-rata menunjukkan bahwa siswa asli mempunyai konsep diri yang lebih tinggi dibanding dengan siswa pendatang.
E. Pembahasan Dari analisis di atas diketahui bahwa sebagian besar siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 mempunyai kebiasan minum tuak yang tergolong sedang (56,10%). Minuman tuak termasuk salah satu jenis minuman keras yang terbuat dari getah pohon lontar atau beras ketan yang telah difermentasikan. Di Kabupaten Sendawar, minuman tuak sudah menjadi suatu kebiasan atau kebudayaan, yang selalu tersedia dalam setiap acara pesta yang diselenggarakan oleh masyarakat setempat. Sebagai salah satu tradisi atau kebudayaan, minuman tuak ini diturunkan dari generasi ke generasi dan masih dipertahankan hingga saat ini yang menjadi ciri khas dari daerah Sendawar. Hasil penelitian yang menunjukkan kebiasan minum tuak siswa/i di SMA Negeri 6 Sendawar tergolong sedang, mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa menyadari bahwa mereka hanya akan meminum tuak pada saat-saat tertentu saja, misalnya pada saat ada acara pesta yang diselenggarakan oleh salah satu warga, dan hanya sebagian kecil siswa yang meminum tuak di sekolah. Menurut wawancara dengan guru BK, siswa yang biasanya minum tuak di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
sekolah adalah siswa yang mempunyai prestasi akademik di bawah rata-rata, dan mereka meminum tuak di sekolah dengan tujuan untuk menarik perhatian dari teman-temannya atau dari guru-guru. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 mempunyai konsep diri yang termasuk kategori tinggi (40,65%) dan sangat tinggi (56,10%). Untuk memudahkan pembahasan maka kedua kategori tersebut digabung menjadi kategori tinggi. Dengan demikian, siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 mempunyai konsep diri yang tinggi. Konsep diri merupakan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri bukan bawaan dari lahir melainkan tumbuh dan berkembang sesuai usia seorang individu. Makin dewasa umur seseorang dan makin tinggi kecerdasan seseorang, makin mampu orang tersebut menggambarkan dirinya sendiri maka makin baik konsep dirinya. Konsep diri seseorang berkembang dari pengalamanpengalaman yang diperolehnya yang berasal dari interaksi dengan lingkungannya. Konsep diri sangat penting, karena konsep diri seorang individu merupakan dasar dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian konsep diri berhubungan dengan tingkah laku seseorang. Seperti yang dinyatakan oleh Fits dalam Agustiani (2006: 138) bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Orang yang menganggap dirinya kuat dibandingkan dengan orang lain, biasanya akan bertingkah laku seperti yang dipersepsikannya. Menurut Pujijogjanti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
dalam Ghufron dan Risnawita (2010: 18), konsep diri mempunyai peran penting dalam menentukan perilaku seseorang yaitu dalam mempertahankan keselarasan batin, keseluruhan sikap dan pandangan individu terhadap pengalamannya dan penentu pengharapan individu. Penelitian ini juga membuktikan bahwa tidak ada perbedaan konsep diri yang signifikan antara siswa peminum tuak dengan siswa yang bukan peminum tuak. Ditunjukkan oleh nilai sig sebesar 0,844 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa konsep diri seorang peminum tuak dengan yang bukan peminum tuak adalah sama. Hal ini disebabkan karena siswa sudah mengenal minuman tuak sebagai tradisi sejak kecil, sehingga sudah terbiasa dengan jenis minuman tersebut. Mereka lahir dan dibesarkan dalam lingkungan yang mayoritas masyarakatnya mengkonsumsi minuman tuak dan menjadikan minuman tersebut sebagai suatu tradisi, sehingga tidak ada perbedaan antara yang sering minum tuak dengan yang tidak pernah minum tuak terhadap apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh seseorang mengenai dirinya sendiri. Hal ini didukung oleh jawaban responden yang menyatakan bahwa minuman tuak tidak mampu menambah kepercayaan dirinya. Penelitian ini juga membuktikan bahwa tidak ada perbedaan konsep diri yang signifikan antara siswa pendatang dengan siswa asli. Ditunjukkan oleh nilai sig sebesar 0,221 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa konsep diri siswa pendatang dan siswa yang merupakan penduduk asli adalah sama. Hal ini disebabkan karena konsep diri salah satunya dipengaruhi oleh kelompok acuan. Oleh karena itu, siswa yang bukan penduduk asli, setelah menetap di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
daerah Sendawar perlahan-lahan akan mempunyai sikap atau perilaku yang sama dengan siswa yang berasal dari penduduk asli. Seorang anak yang sedang berkembang akan belajar dari kondisi yang ada, dalam hal ini kebudayaan yang ada di lingkungan masyarakat tersebut. Misalnya, seorang anak lahir di daerah yang memiliki kebudayaan minum tuak, maka dalam perkembangan kepribadiannya, anak tersebut akan dipengaruhi oleh kondisi masyarakat setempat, yaitu kesukaannya terhadap minuman jenis tuak. Dengan demikian, siswa pendatang akan menyesuaikan sikapnya dengan budaya asli daerah Sendawar. Proses ini dalam teori antrolopogi disebut enkulturasi, yaitu proses seorang individu mempelajari
dan
menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, sistem norma dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya (Koentjaraningrat, 1999). Hal ini berarti, siswa pendatang akan mempelajari dan menyesuaikan dirinya dengan kebudayaan dari penduduk asli, sehingga siswa pendatang akan mempunyai sikap dan perilaku yang sama dengan siswa yang merupakan penduduk asli Sendawar. Dengan demikian, tidak ada perbedaan konsep diri antara siswa pendatang dengan siswa asli dari kabupaten Sendawar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran bagi pihak-pihak yang terkait dengan konsep diri siswa.
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan: 1. Sebagian besar siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 mempunyai kebiasan minum tuak yang tergolong sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa mulai menyadari bahwa kebiasaan minum tuak hanya berlaku pada saat-saat tertentu, yaitu pada saat ada pesta yang diselenggarakan oleh warga, dan bukan dilakukan di sekolah yang merupakan tempat belajar. 2. Sebagian besar siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 mempunyai konsep diri tinggi. hal ini menunjukkan bahwa apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain mengenai diri siswa sudah baik. Dengan kata lain, perilaku atau tindakan siswa sudah sesuai dengan harapan orang-orang disekitarnya, dalam arti siswa berperilaku sesuai dengan kepribadiannya bukan karena dibuat-buat hanya untuk mendapat pujian dari orang lain. 3. Tidak ada perbedaan konsep diri antara siswa yang peminum tuak dengan siswa yang bukan peminum tuak. Hal ini mengindikasikan bahwa
51
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
meminum tuak tidak menyebabkan seseorang menjadi lebih percaya terhadap kemampuan dirinya sendiri atau menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya. 4. Tidak ada perbedaan konsep diri antara siswa pendatang dengan siswa asli. Kondisi ini mengindikasikan bahwa konsep diri seseorang tidak terbentuk oleh daerah asal orang tersebut, melainkan oleh sekelompok orang yang dijadikannya sebagai model.
B. Saran Berikut ini dikemukakan beberapa saran yang sesuai dengan hasil penelitian untuk berbagai pihak. 1. Bagi Guru Bimbingan Konseling Diharapkan guru bimbingan konseling memberikan penjelasan yang sesuai dengan aturan pendidikan yang melarang siswa minum minuman keras di sekolah tanpa menyinggung tradisi yang sudah berkembang di daerah tersebut. 2. Peneliti lain Penelitian ini hanya menggunakan satu variable yaitu konsep diri, diharapkan peneliti selanjutnya menambah variable lain sehingga dapat dilihat hubungan sebab akibatnya serta mengkaitkannya dengan dengan variable budaya yang lain. Misalnya budaya nikah muda. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, sehingga memungkinkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
hasil yang bias. Peneliti selanjutnya diharapkan mengkonsultasikan kuesioner ke validator sebelum disebar kepada responden. 3. Bagi Manajemen Sekolah Pihak sekolah diharapkan dapat memperketat pengawasan kepada siswa agar tidak membawa minuman tuak ke dalam lingkungan sekolah serta aktif memberikan penyuluhan kepada siswa tentang bahaya minuman keras. 4. Bagi Para Pemangku Adat Pihak pemangku adat diharapkan lebih bijaksana dalam mengambil sikap terkait tradisi yang berlaku di daerah tersebut..
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Refika Aditama Ali,
Mohammad dan Asrori, Mohammad. 2005. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara
Remaja:
Azwar, Saifuddin. 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Boeree, G. 2009. Personality Theories; Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. Penerjemah: Inyiak Ridwan Muzir. Jogyakarta: Prismaso. Burns. 1993. Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta: Arcan. Dayakisni, Tri dan Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press Dewi dkk. 2004. “Komparasi Konsep Diri Ditinjau dari Latar Belakang Budaya dan Jenis Kelamin pada Siswa Sekolah Menengah di Semarang dan Wonosobo” Jurnal Psikologi, 1, 2, 145-155. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: BP Universitas Diponegoro Ghufron, Nur dan Risnawita, Rini. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: ArRuzz Media Hurlock, E.B. 1994. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi ke-5. Alih bahasa: Wasana. Jakarta: Erlangga. Hutagalung, Inge. 2007. Pengembangan Kepribadian: Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Positif. Jakarta: PT Indeks Koentjaraningrat. 1999. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Sardjono, Maria A. 2005. Merambah Bukit Wadas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Soelaeman, Munandar. 2005. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT Refika Aditama Suhandi, Agraha. 2004. Pokok-Pokok Antropologi: Suatu Pengantar. Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjajaran Sumarni, Murti dan Wahyuni, Salamah. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi Widodo, Prasetyo Budi. 2006. “Konsep Diri Mahasiswa Jawa Pesisiran dan Pedalaman Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No. 2, Desember 2006 www.log.viva.co.id. Budaya Minum Tuak yang Bebas di Tuban. Diakses tanggal 18 Agustus 2013 www.travel.detik.com. Upacara Makan Adat Ala Suku Sahu di Jailolo dan Tradisi Minum Tuak. Diakses tanggal 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT