PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
EFEK HEPATOPROTEKTIF PEMBERIAN JANGKA PENDEK INFUSA HERBA Bidens pilosa L. TERHADAP AKTIVITAS ALT-AST SERUM PADA TIKUS BETINA TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Prasetyo Handy Kurniawan NIM : 118114108
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
EFEK HEPATOPROTEKTIF PEMBERIAN JANGKA PENDEK INFUSA HERBA Bidens pilosa L. TERHADAP AKTIVITAS ALT-AST SERUM PADA TIKUS BETINA TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Prasetyo Handy Kurniawan NIM : 118114108
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Education is a weapon whose effects depend on who holds it in his hands and at whom it is aimed” -Stalin Joseph-
Kupersembahkan karya kecil ini untuk : Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan pertolongan-Nya di dalam hidupku Papa, Mama, Kakak dan Adik tercinta yang senantiasa memberi doa, dukungan semangat dan kasih sayang Lenny Lawren atas doa, cinta, kesabaran, dan dukungan Sahabat-sahabatku terkasih Almamaterku tercinta
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efek Hepatoprotektif pemberian Jangka Pendek Infusa Herba Bidens pilosa L. terhadap Aktivitas ALT-AST Serum pada Tikus Betina Terinduksi Karbon Tetraklorida” ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis
menyadari
sepenuhnya
bahwa
dalam
pelaksanaan
dan
penyusunan skripsi, tidak terlepas dari bantuan dan campur tangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2.
Prof. Dr. CJ Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Pembimbing, atas segala arahan, bantuan, dukungan, motivasi, pengertian, kesabaran, dan ketulusannya selama membimbing penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi.
3.
Ibu Phebe Hendra, Ph.D., Apt., selaku Dosen Penguji skripsi atas bantuan dan masukkan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.
4.
Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji skripsi atas bantuan dan masukkan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5.
Bapak Yohanes Dwiatmaka, M. Si., yang telah membantu peneliti dalam determinasi tanaman Bidens pilosa L.
6.
Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., sebagai Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi terdahulu dan Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt., selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi saat ini yang telah memberi
izin
dalam
penggunaan
fasilitas
laboratorium
Imono,
Farmakologi-Toksikologi, Biofarmasetika-Farmakokinetika, Biokimia, Farmakognosi-Fitokimia, dan Kimia Analisis demi terselesaikannya skripsi ini. 7.
Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, atas
didikan,
bimbingan,
dan
pendampingannya
dalam
proses
perkuliahan. 8.
Pak Supardjiman selaku laboran Laboratorium Farmakologi-Toksikologi, Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, serta Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia atas kerja sama dan segala bantuan selama dilaboratorium.
9.
Komite Etik Universitas Gadjah Mada, atas ijin penggunaan hewan uji dalam penelitian.
10. Alexander Budi Kuncoro, Apriyanto Gomes, Leonardo Susanto, dan Vina Alvionita Soesilo sebagai rekan tim Bidens pilosa L dalam menjalankan penelitian yang dengan rela membantu kegiatan penelitian penulis. viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11. Seluruh warga FKK B angkatan 2011 dan kelas C serta semua teman Farmasi USD khususnya angkatan 2011. 12. Semua pihak yang telah membantu, memudahkan, dan memperlancar proses skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik, saran dan masukan demi kemajuan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kefarmasian, serta semua pihak, baik mahasiswa, lingkungan akademis, maupun masyarakat.
Yogyakarta, 7 Januari 2015
Penulis
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .....................................................
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................
vi
PRAKATA ..................................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xviii
INTISARI....................................................................................................
xix
ABSTRACT ..................................................................................................
xx
BAB I. PENGANTAR ................................................................................
1
A. Latar Belakang...................................................................................
1
1. Perumusan masalah ....................................................................
4
2. Keaslian penelitian .....................................................................
4
3. Manfaat penelitian ......................................................................
5
B. Tujuan Penelitian ...............................................................................
6
1. Tujuan umum .............................................................................
6
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Tujuan khusus ............................................................................
6
BAB II. PENELAHAAN PUSTAKA ........................................................
7
A. Herba Bidens pilosa L. ......................................................................
7
1. Deskripsi tanaman ......................................................................
7
2. Klasifikasi tanaman ....................................................................
7
3. Nama daerah...............................................................................
8
4. Penyebaran .................................................................................
8
5. Kandungan fitokimia ..................................................................
8
6. Khasiat dan kegunaan ................................................................
10
B. Hati ....................................................................................................
11
1. Anatomi dan fisiologi hati ..........................................................
11
2. Kerusakan hati ............................................................................
12
3. Perlemakan hati ..........................................................................
13
C. Hepatotoksin ......................................................................................
14
D. Karbon Tetraklorida (CCl4) ...............................................................
15
1. Sinonim karbon tetraklorida .....................................................
15
2. Sifat karbon tetraklorida ...........................................................
15
3. Penggunaan karbon tetraklorida ...............................................
15
4. Metabolisme karbon tetraklorida .............................................
16
E. Metode Penyarian ..............................................................................
18
F. Pengukuran serum Alanine Transaminase (ALT) dan Aspartate Transaminase (AST) .........................................................................
19
G. Landasan Teori ..................................................................................
20
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
H. Hipotesis ............................................................................................
21
BAB III. METODE PENELITIAN.............................................................
22
A. Jenis dan Rancangan Penelitian.........................................................
22
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................
22
1. Variabel utama ...........................................................................
22
2. Variabel pengacau ......................................................................
22
3. Definisi operasional ...................................................................
23
C. Bahan Penelitian ................................................................................
24
1. Bahan utama ...............................................................................
24
2. Bahan kimia ...............................................................................
24
D. Alat Penelitian ...................................................................................
26
E. Tata Cara Penelitian ...........................................................................
26
1. Determinasi herba Bidens pilosa L. ..........................................
26
2. Pengumpulan bahan uji .............................................................
26
3. Pembuatan serbuk herba Bidens pilosa L. ...............................
27
4. Penetapan kadar air pada serbuk herba Bidens pilosa L. ..........
27
5. Pembuatan infusa herba Bidens pilosa L. .................................
27
6. Penetapan dosis infusa herba Bidens pilosa L. .........................
28
7. Pembuatan larutan karbon tetraklorida dalam olive oil.............
28
8. Uji pendahuluan ........................................................................
28
9. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji .................................
29
10.Pembuatan serum ......................................................................
30
11. Pengukuran aktivitas serum ALT dan AST .............................
30
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
F. Tata Cara Analisis Hasil.....................................................................
30
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
32
A. Penyiapan Bahan ...............................................................................
32
1. Determinasi tanaman ................................................................
32
2. Penetapan konsentrasi infusa ...................................................
32
3. Hasil penetapan kadar air .........................................................
34
B. Uji Pendahuluan.................................................................................
34
1. Penetapan dosis hepatotoksin kabon tetraklorida.....................
34
2. Penetapan waktu pencuplikan darah hewan uji........................
35
3. Penentuan dosis infusa herba Bidens pilosa L. ........................
40
C. Hasil Uji Efek Hepatoprotektif Jangka Pendek Infusa Herba Bidens Pilosa L. pada Tikus Betina Terinduksi Karbon Tetraklorida ..........
40
1. Kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB .......................................
44
2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB ............
45
3. Kontrol perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. 2 g/kgBB ....
46
4. Kelompok perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. dosis 0,5; 1; 2 g/kgBB pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB ..................................................................................
47
D. Rangkuman Pembahasan ...................................................................
55
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
58
A. Kesimpulan ........................................................................................
58
B. Saran ..................................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
59
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN ................................................................................................ 64 BIOGRAFI PENULIS ................................................................................ 90
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Tingkat relatif peningkatan enzim serum pada beberapa kasus kerusakan hati oleh racun ........................................................
17
Komposisi dan konsentrasi reagen ALT ..................................
25
Tabel III. Komposisi dan konsentrasi reagen AST ..................................
25
Tabel II.
Tabel IV. Aktivitas serum ALT-AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0, 24 , 48 jam ............................................................................................ Tabel V.
36
Perbedaan kenaikan aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon
tetraklorida
dosis
2
mL/kgBB
pada
waktu
pencuplikan darah jam ke 0, 24, 48 jam ...................................
37
Tabel VI. Perbedaan kenaikan aktivitas serum AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB pada waktu pencuplikan darah jam ke 0, 24, 48 ..............................................................
39
Tabel VII. Purata ± SE aktivitas serum ALT dan AST, serta % efek hepatoprotektif tikus perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB .....................
41
Tabel VIII. Perbandingan hasil antara seluruh kelompok kontrol terhadap perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. berdasarkan serum ALT pada variasi dosis tertentu ...............................................
xv
42
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel IX. Perbandingan hasil antara seluruh kelompok kontrol terhadap perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. berdasarkan serum AST pada variasi dosis tertentu ................................................
43
Tabel X. Aktivitas serum ALT-AST tanpa perlakuan (jam-0) dengan perlakuan kontrol negatif (jam 24) ...........................................
44
Tabel XI. Perbandingan aktivitas serum ALT tanpa perlakuan (jam-0) dengan perlakuan kontrol negatif (jam-24) ..............................
45
Tabel XII. Perbandingan aktivitas serum AST tanpa perlakuan (jam-0) dengan perlakuan kontrol negatif (jam-24) ..............................
xvi
45
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Herba Bidens pilosa L. ............................................................
7
Gambar 2. Struktur Metabolit Herba Bidens pilosa L. .............................
9
Gambar 3. Struktur Mikroskopik Hati .......................................................
11
Gambar 4. Struktur Karbon tetraklorida ...................................................
15
Gambar 5. Mekanisme toksisitas karbon tetraklorida .................................
17
Gambar 6. Diagram batang rata-rata aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada waktu 0, 24, 48 jam .............................................................................
37
Gambar 7. Diagram batang rata-rata aktivitas serum AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada waktu 0, 24 ,48 jam .............................................................................
39
Gambar 8. Diagram batang rata-rata aktivitas serum ALT tikus perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. terinduksi karbon tetraklorida ...............................................................................
42
Gambar 9. Diagram batang rata-rata aktivitas serum AST tikus perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. terinduksi karbon tetraklorida ...............................................................................
xvii
43
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Serbuk Herba Bidens pilosa L. ...................................
65
Lampiran 2. Foto Pembuatan Infusa Herba Bidens pilosa L. .................
65
Lampiran 3. Foto Infusa Herba Bidens pilosa L. ....................................
65
Lampiran 4. Surat Determinasi Herba Bidens pilosa L. .........................
66
Lampiran 5. Surat Medical and Health Research Ethics Committee (MHREC)...........................................................................
67
Lampiran 6. Hasil analisis statistik aktivitas serum ALT dan AST pada uji pendahuluan waktu pencuplikan darah hewan uji setelah induki karbon tetraklorida 2 mL/kgBB..................
68
Lampiran 7. Hasil analisis statistik data ALT dan AST pada kelompok kontrol olive oil dosis 2 mL/kgBB ....................
73
Lampiran 8. Hasil analisis statistik data kontrol CCl4, kontrol olive oil, kontrol infusa, dan perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. dosis 0,5 g/kgBB; 1 g/kgBB; dan 2 g/kgBB .......
77
Lampiran 9. Perhitungan %hepatoprotektif ............................................
87
Lampiran 10. Penetapan kadar air serbuk herba Bidens pilosa L. ..........
88
Lampiran 11. Perhitungan konversi dosis untuk manusia ......................
88
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif dan dosis efektif pemberian jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. terhadap tikus putih betina galur Wistar terinduksi karbon tetrklorida. Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus betina galur Wistar, umur 2-3 bulan, dengan berat ±120-200 gram dibagi secara acak menjadi 6 kelompok. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal dan setelah jam ke-24 diambil darahnya. Kelompok II (kontrol negatif) diberi olive oil 2 mL/kgBB secara intraperitoneal dan setelah jam ke-24 diambil darahnya. Kelompok III (kontrol perlakuan) diberi infusa herba Bidens pilosa L. dosis 2 g/kgBB secara per oral, kemudian setelah 6 jam diambil darahnya. Kelompok IV, V, dan VI (kelompok perlakuan) masingmasing diberi infusa herba Bidens pilosa L. dengan dosis 0,5; 1 ;dan 2 g/kgBB, kemudian 6 jam setelah pemberian infusa secara per oral dilakukan pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal. Pada jam ke-24 setelah pemberian karbon tetraklorida, kelompok perlakuan diambil darahnya melalui sinus orbitalis mata tikus. Data serum ALT dan AST yang didapat, dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi datanya kemudian dilanjutkan analisis dengan uji One Way Anova untuk mengetahui perbedaan aktivitas ALT dan AST serum antar kelompok. Hasil penelitian menunjukkan adanya efek hepatoprotektif dari infusa herba Bidens pilosa L. dengan %hepatoprotektif dari peringkat dosis 1 hingga 3 berdasarkan serum ALT secara berurutan sebesar 73,38; 89,93; dan 62,63% dan berdasarkan serum AST sebesar 40,9; 57,3; dan 34,17%. Dari data pengukuran diperoleh dosis efektif pemberian jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. sebesar 1 g/KgBB. Kata kunci : Hepatoprotektif, Bidens pilosa L., infusa, karbon tetraklorida, jangka pendek, ALT, AST.
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT The aim of study research were to prove the hepatoprotective of Bidens pilosa L. herb infusion and the effective dose in short term period in female Wistar rats induced carbon tetrachloride. This research was purely experimental research with randomized complete direct sampling design. This research used 30 female Wistar rats, aged 2-3 month and 120-200 gram weight. Group I was carbon tetrachloride hepatotoxin control dose 2 mL/kgBW intraperitoneally and group II was olive oil control given 2 mL/kgBW intraperitoneally then after 24 hour their blood was drawn. Group III was control treatment given 2 g/kgBW infusion of Bidens pilosa L. herb orally, then after 6 hour, their blood was drawn. Group IV-VI were the treatment group for infusion of Bidens pilosa L. herb with dose 0.5, 1, and 2 g/kgBW orally and then 6 hours after treatment given hepatotoxic dose of carbon tetrachloride at a dose of 2 mL/kgBW intraperitioneally. At the 24 hour after administration CCl4, all groups had blood drawn at the orbital sinus region for measured of ALT and AST serum activity. Data of ALT and AST serum which obtained were analyzed using Shapiro-Wilk test to look at data distribution and One Way ANOVA test was used to determine the differences in ALT and AST serum of each group. The result of this study shown, that the infusion Bidens pilosa L. herbs had hepatoprotective effect with %hepatoprotective ALT serum were 73.38, 89.93, and 62.63%. The %hepatoprotective AST serum were 40.9, 57.3, and 34.17%. Based on those data, the most effective dose from infusion of Bidens pilosa L. in short term period was 1 g/kgBW. Keywords : Hepatoprotective, Bidens pilosa L., infuse, carbon tetrachloride, short term, ALT, AST.
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Hati merupakan organ metabolisme terbesar dan kompleks yang terletak di bawah kerangka iga. Salah satu fungsi hati adalah menjaga homeostatis metabolik dengan mendetoksifikasi senyawa-senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Jika hati mengalami kerusakan atau kelainan maka fungsinya dalam tubuh akan terganggu. Salah satu kelainan atau kerusakan organ hati yang sering dijumpai adalah perlemakan hati (steatosis). Penyakit perlemakan hati berdasarkan etiologinya dibedakan menjadi dua, yaitu perlemakan hati diperantarai alkohol dan perlemakan hati yang tidak diperantarai alkohol. Penyakit perlemakan hati yang tidak diperantarai alkohol disebut nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD). Pada sebagian pasien yang menderita NAFLD dikaitkan dengan faktor resiko sindrom metabolit seperti obesitas, diabetes mellitus, dan dislipidemia. Secara histologi NAFLD dibagi menjadi nonalcoholic fatty liver (NAFL) dan nonalcoholic steatohepatitis (NASH). NAFL didefinisikan steatosis hati tanpa adanya kerusakan hepatosit (ballooning). NASH didefinisikan sebagai steatosis hati dan peradangan dengan kerusakan hepatosit (ballooning) dengan atau tanpa fibrosis (Chalasani, et al., 2012). NAFLD menjadi penyakit hati yang paling umum di seluruh dunia. Prevalensi dari NAFLD pada populasi di negara-negara bagian Barat diperkirakan 20-30% dan di negara-negara Asia prevalensi NAFLD sekitar 15%. Di Indonesia 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
sendiri prevalensi NAFLD mencapai 30% (Hasan, Gani, and Machmud., 2002). Sekitar 2-3% dari populasi umum diperkirakan memiliki nonalcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis hati dan hepatocarcinoma (Bellentani, Scaglioni, Marino, and Bedogni, 2010). Indonesia adalah negara dengan biodiversitas tinggi yang memiliki 30.000 jenis tumbuhan dan 7.000 di antaranya merupakan tanaman obat (Sampurno, 2003). Herba Bidens pilosa L. adalah salah satu tanaman di antaranya yang berasal dari Amerika Selatan dan sekarang ditemukan di hampir semua negara wilayah tropis dan subtropis di seluruh dunia termasuk Indonesia. Seluruh bagian herba Bidens pilosa L., termasuk akar, batang, daun dan bunga baik dalam bentuk segar ataupun kering sering digunakan sebagai bahan obat tradisional dan hampir semua bagian pada herba Bidens pilosa L. memiliki kandungan flavonoid (Bartolome, Villaseñor, Yang, 2013). Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa produk alami, mengandung antioksidan akan mengurangi peroksidasi lipid yang disebabkan oleh karbon tetraklorida (Khan and Ahmed, 2009). Di Taiwan herba Bidens pilosa L. yang memiliki kandungan antioksidan telah terbukti efektif untuk menyembuhkan hepatitis (Lee, Peng, Chang, Huang, and Chyau, 2013). Berdasarkan penelitian Yuan, et al. (2008) ekstrak Bidens pilosa L. memiliki kadar flavonoid tinggi dan berpotensi sebagai hepatoprotektor. Penelitian di Brazil menunjukan bahwa aktivitas antioksidan dari herba Bidens pilosa L. sebagian besar diwakili oleh senyawa golongan flavonoid (Cortés-Rojas, Chagas-Paula, Da Costa, Souza, Oliveira, 2013).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa sebanyak 5,6 miliar orang didunia ini, 80% populasi telah memanfaatkan jamu untuk menjaga kesehatan primer (Bartolome, et al., 2013). Di Indonesia, sebagian besar pemanfaatan tanaman obat sebagai jamu dilakukan dengan cara merebus tanaman obat yang kemudian air rebusan tersebut dikonsumsi. Proses pembuatan sediaan farmasi yang mendekati dengan rebusan adalah infundasi karena dalam prosesnya sama-sama mendapat pemanasan dengan penyari air. Penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti (2007) menguji aktivitas antioksidan dari fraksi air ekstrak metanolik herba Bidens pilosa L. dan diketahui pada fraksi air terdapat kandungan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan. Ekstrak air dari herba Bidens pilosa L. memiliki efek hepatoprotektif terhadap penyakit kolestasis pada tikus muda yang berumur 21 hari (Suzigan, Battochio, Coelho, and Coelho, 2009). Berdasarkan kedua penelitian tersebut herba Bidens pilosa L. dalam pelarut air memiliki aktivitas antioksidan dan hepatoprotektif. Oleh karena itu, penggunaan infusa herba Bidens pilosa L. yang juga menggunakan air sebagai pelarut diharapkan memiliki efek serupa. Penelitian terbaru menunjukkan fraksi etil asestat herba Bidens pilosa L. mengandung derivat flavonoid yang teridentifikasi quercetin memiliki aktivitas hepatoprotektif terhadap kerusakan hati pada mencit terinduksi karbon tetraklorida (Kviecinski, et al., 2011). Proses pemanasan pada infundasi akan meningkatan kelarutan senyawa-senyawa fenolik serta flavonoid yang kurang larut air. Salah satunya adalah metabolit sekunder quercetin dalam herba Bidens pilosa L. akan lebih mudah terlarut dalam air panas (Xu, Chen, Xhang, Jiang, Ye,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
2008). Kandungan flavonoid yang tersari dalam infusa diharapkan memiliki efek hepatoprotektif terhadap kerusakan hati yang disebabkan oleh senyawa model karbon tetraklorida. Senyawa karbon tetraklorida (CCl4) merupakan pelarut industri yang sering digunakan sebagai senyawa model untuk menginduksi perlemakan hati. CCl4 dimetabolisme oleh mikrosomal hati sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) dan akan membentuk radikal bebas triklorometil (•CCl3) (Jeon, et al., 2003). Ketika radikal bebas triklorometil bereaksi dengan oksigen akan membentuk radikal triklorometilperoksi yang lebih reaktif. Radikal bebas triklorometil dan radikal triklorometilperoksi akan merusak membran lipid endoplasma diawali dengan peroksidasi lipid. Peningkatan radikal bebas karbon tetraklorida akan berpengaruh pada berbagai perubahan patologis hati (Cemek, et al., 2010). Kerusakan sel-sel hati (hepatosit) atau kenaikan permeabilitas membran akan melepaskan enzim-enzim transaminase seperti ALT menuju ke aliran darah. Serum ALT merupakan indikator yang sensitif untuk kerusakan hati akut, walaupun ALT lebih spesifik untuk penyakit hati dibandingkan AST, tetapi kedua enzim ini sering diukur secara bersamaan untuk mengevaluasi kelainan hati. (Bairwa, Kumar, Sharma, and Roy, 2010). Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh pemberian jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. sebagai efek hepatoprotektif pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat aktivitas serum ALT dan AST dan untuk mengetahui dosis efektif pemberian jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. dalam memberikan efek hepatoprotektif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
1. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : a. Apakah pemberian perlakuan jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. memiliki pengaruh hepatoprotektif terhadap penurunan aktivitas serum ALT dan AST pada tikus putih betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida? b. Berapakah dosis paling efektif pemberian jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. pada tikus putih betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida? 2. Keaslian penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Kviecinski, et al. (2011) melihat aktivitas antioksidan dan efek hepatoprotektif dari fraksi etil asestat herba Bidens pilosa L. yang mengandung quercetin–derivat flavonoid. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa herba Bidens pilosa L. memiliki efek hepatoprotektif pada mencit. Penelitian Cortés-Rojas et al. (2013) yang meneliti senyawa bioaktif herba Bidens pilosa L. didapatkan hasil yang menunjukan kandungan flavonoid pada herba Bidens pilosa L. bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan. Penelitian Suzigan, et al. (2009) melakukan uji hepatoprotektif terhadap penyakit kolestasis dengan pemberian ekstrak air pada tikus berumur 21 hari. Sejauh studi pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian tentang efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas serum ALT dan AST tikus putih betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida belum pernah dilakukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
3. Manfaat penelitian a.
Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kefarmasian mengenai infusa herba Bidens pilosa L. yang memiliki efek hepatoprotektif jangka pendek. b.
Manfaat praktis
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat terkait dosis efektif pemberian jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. dalam menghasilkan efek hepatoprotektif. B. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum Untuk membuktikan pemberian jangka pendek infusa herba Bidens
pilosa L. memiliki efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas serum ALT dan AST pada tikus putih betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. 2.
Tujuan khusus a. Mengetahui efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. terhadap penurunan aktivitas serum ALT dan AST pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. b. Mengetahui dosis efektif pemberian jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. dalam memberikan efek hepatoprotektif pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Herba Bidens pilosa L. 1. Deskripsi tanaman
Gambar 1. Herba Bidens pilosa L. (Bairwa, et al., 2010) Herba Bidens pilosa L. (gambar 1) merupakan tanaman terna (berbatang lunak) yang berasal dari Amerika namun dinaturalisasi di Indonesia. Tanaman ini tumbuh pada ketinggian 250-2.500 meter dpl. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 150 cm dengan batang berbentuk segi empat berwarna hijau. Daun terbagi tiga, berbentuk bulat telur dengan tepi bergerigi. Bunga bertangkai panjang, mahkota bunga berwarna putih dengan putik berwarna kuning (Redaksi AgroMedia, 2008). 2. Klasifikasi tanaman Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Superdivision
: Spermatophyta
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Subclass
: Asteridae
Order
: Asterales
Family
: Asteraceae
Genus
: Bidens
Species
: Bidens pilosa L.
8
(Agriculture USDA, 2014). 3.
Nama daerah Nama lokal herba Bidens pilosa L. di daerah Sunda adalah ajeran, dan
hareuga, sedangkan di Jawa, herba Bidens pilosa L. dikenal dengan nama jarongan, ketul, dan petul (Redaksi AgroMedia, 2008). 4. Penyebaran Herba Bidens pilosa L. tersebar di hampir semua daerah tropis dan subtropis, antara lain Amerika, Afrika, Asia, dan Oceania (Arthur, Naidoo, and Coopoosamy, 2012). 5. Kandungan fitokimia Kandungan herba Bidens pilosa L. adalah poliasetilen, flavonoid, sterol, terpenoid, dan hidrokarbon. Flavonoid merupakan metabolit yang paling dominan pada herba Bidens pilosa L. yang dibagi kembali menjadi auron, kalkon, flavanon, falvon, dan flavonol (Silva, et al., 2011). Beberapa golongan flavonoid yang telah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
ditemukan dalam herba Bidens pilosa L. adalah auron, okaninglycoside, centaurein, luteolin, quercetin, dan isoquercetin (gambar 2) (Bairwa, et al., 2010).
Gambar 2. Struktur Flavonoid Herba Bidens pilosa L. (Bairwa, et al., 2010) Berdasarkan penelitian Bartolome, et al. (2013), dari 116 publikasi mengenai eksplorasi dan penggunaan herba Bidens pilosa L. ditemukan 201 senyawa metabolit yang teridentifikasi. Dari 201 senyawa metabolit terbagi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
menjadi 12 golongan, yaitu 70 aliphatic, 60 flavonoid, 25 terpenoid, 19 phenylpropanoid, 13 aromatic, 8 porphiryns dan 6 golongan lainnya. Herba Bidens pilosa L. memiliki kandungan flavonoid yang dominan, tetapi dari 60 flavonoid yang telah teridentifikasi hanya tujuh yang telah dipelajari memiliki aktivitas biologis. Beberapa nama flavonoid yang telah dipelajari memiliki aktivitas biologis, yaitu centaureidin, centaurien, luteolin, butein, quercetin 3-O-ß-D-galactopyranoside, quercetin 3,3’-dimethyl eter, dan jacein (Bartolome, et al., 2013). 6. Khasiat dan kegunaan Di Martinique, dekokta herba Bidens pilosa L. digunakan untuk mengobat inflamasi dan hipoglikemik. Orang-orang Zulu memanfatkan rebusan herba Bidens pilosa L. untuk pengobatan disentri, diare dan kolik. Di negara Cina, Bidens pilosa L. telah populer digunakan sebagai bahan teh herbal atau obat tradisional untuk mengobati berbagai gangguan, seperti diabetes, peradangan, enteritis, disentri basiler dan faringitis (Chiang, Chang, Chang, Yang, Shyur, 2007). Di Brasil, herba Bidens pilosa L. secara luas telah digunakan sebagai oleh masyarakat setempat untuk mengobati berbagai penyakit seperti demam, angina, diabetes, edema, infeksi dan peradangan (Silva, et al., 2011). Suku Amazon Indian telah menggunakan herba Bidens pilosa L. sebagai obat tradisional antimalaria dan antitumor (Kviecinski, et al., 2008). Selain itu, di Amazon dan Brasil selatan, rebusan hydroalcoholic akar Bidens pilosa L. berguna dalam pengobatan malaria dan tumor (Silva, et al., 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B.
11
Hati
1. Anatomi dan fisiologi hati Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia dengan berat rata-rata sekitar 1500 g atau sekitar 2,5% dari berat badan orang dewasa normal. Bentuk hati menyesuaikan struktur di sekitarnya (Price dan Wilson, 2005). Hati terletak di regio hypochondrium kanan dan epigastrium, dan secara keseluruhan hati tertutup oleh dinding thorax. (Wibowo dan Paryana, 2009). Bagian atas hati berbentuk cembung dan terletak di bagian kanan bawah diafragma dan sebagian di sebelah kiri bawah. Bagian bawah hati berbentuk cekung dan melindungi pankreas, ginjal kanan, lambung, dan usus (Price dan Wilson, 2005). Hati terdiri dari dua lobus utama, yaitu kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral. Di antara lempengan sel hati terdapat kapiler yang dinamakan sinusoid. Sel Kupffer (gambar 3) yang terdapat pada dinding sinusoid hati, berfungsi sebagai sel endotel untuk memfagositosis mikroorganisme dalam vena porta sebelum darah menyebar melewati seluruh sinusoid (Husadha, 1996).
Gambar 3. Struktur Mikroskopik Hati (Baradero, Dayrit, Siswadi, 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
Hati mempunyai peranan yang vital dalam kelangsungan hidup, hampir setiap metabolisme dalam tubuh dilakukan oleh hati dengan 500 aktivitas yang berbeda. Fungsi utama dari hati adalah untuk membentuk dan mensekresi empedu. Selain itu, hati berperan dalam metabolisme protein, lemak dan karbohidrat. Fungsi metabolisme lainnya adalah untuk penyimpanan vitamin, besi, dan tembaga, konjugasi dan eksresi steroid adrenal, dan detoksifikasi beberapa senyawa eksogen dan endogen. Detoksifikasi dilakukan secara enzimatis melalui reaksi oksidasi, hidrolisis, reduksi, atau konjugasi senyawa-senyawa berbahaya bagi tubuh kemudian mengubahnya menjadi bentuk yang tidak aktif (Price dan Wilson, 2005). 2.
Kerusakan hati Kerusakan hati disebabkan karena adanya kerusakan yang parah pada
sel-sel hepatosit atau kerusakan berulang sel parenkim. Hati memiliki kapasitas cadangan sehingga manifestasi klinis dari kerusakan hati baru akan muncul ketika telah terjadi kerusakan hati yang mencapai 80%-90%. Kerusakan hati dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kerusakan hati akut, kerusakan hati kronis dan disfungsi hati tanpa nekrosis yang tampak (Crawford dan Liu, 2010). Berdasarkan manifestasi klinis yang terjadi dan pola spesifik pada histopatologi, kerusakan sel hati dapat dibagi lebih lanjut sebagai berikut: a.
Nekrosis sentrolobuler Sering terjadi pada induksi obat hepatotoksik yang bergantung pada dosis. Nekrosis sentrolobuler biasanya terjadi karena produksi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
metabolit beracun dari suatu senyawa. Kerusakan yang terjadi menyebar ke luar mulai dari tengah lobus. b. Perlemakan hati (Steatosis) Merupakan suatu kerusakan sel hati akut yang ditandai dengan penumpukan lemak pada sel-sel hati. Obat-obat dapat menyebabkan terjadinya steatonecrosis dengan cara mempengaruhi proses oksidasi asam lemak di dalam mitokondria. c.
Phospholipidosis Merupakan akumulasi dari fosfolipid sebagai pengganti asam lemak. Fosfolipid biasanya menelan badan lisosom dari sel hati.
d.
Kematian sel (nekrosis) hepatoselular tergeneralisasi Nekrosis hepatoselular tergeneralisasi hampir mirip perubahan karena adanya infeksi hati oleh virus yang umum. Waktu terjadinya gejala biasanya terjadi setelah satu minggu atau lebih setelah pemejanan zat beracun (Kirchain and Allen, 2008).
3.
Perlemakan hati Perlemakan hati dapat ditandai dengan adanya timbunan lemak melebihi
5% dari berat hati atau mengenai lebih dari separuh jaringan di sel hati. Perlemakan ini terjadi akibat akumulasi lipid terutama dalam bentuk trigliserida pada hepatosit yang merupakan akibat kelebihan suplai asam lemak dari jaringan adiposa. Gangguan ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan pada sintesis protein atau pada konjugasi trigliserida dan protein, penurunan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
sintesis fosfolipid, gangguan pada trasfer VLDL melalui membran sel, dan gangguan beta oksidasi lipid pada mitokondria (Hodgson, 2010). Penumpukan lemak pada hati dapat menimbulkan beberapa hal yang tidak diinginkan antara lain (1) peningkatan apoptosis, (2) peningkatan regulasi TNF-α yang merupakan faktor pro-inflammatory dan pro-steatotic, (3) disfungsi mitokondria yang dapat meningkatkan reactive oxygen species (ROS) dan menginduksi peroksidasi lipid pada membran sel, (4) menginduksi CYP2E1 yang menghasilkan ROS, dan (5) menginduksi faktor pro-inflammatory seperti COX-2 dan TNF-α (Tolman and Dalpiaz, 2007). C.
Hepatotoksin
Obat-obat atau senyawa yang dapat menyebabkan kerusakan hati diklasifikasi menjadi dua, yaitu hepatotoksin teramalkan (intrinsik) dan tak teramalkan (idiosinkratik) (Hodgson, 2011). Hepatotoksin teramalkan merupakan senyawa yang dapat merusak hati jika diberikan dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan efek toksik. Jadi jenis hepatotoksin ini bergantung dari jumlah dosis pemberian senyawa. Parasetamol dan karbon tetraklorida merupakan contoh hepatotoksin teramalkan (Forrest, 2006). Hepatotoksin tak teramalkan merupakan senyawa toksik pada hati yang hanya memberikan efek toksik orang-orang tertentu. Kejadian toksisitasnya tiap individu akan berbeda-beda dan hepatotoksin jenis ini tidak bergantung pada dosis pemberian. Contoh senyawa yang termasuk jenis ini adalah isoniazid dan clorpromazine (Forrest, 2006).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D. 1.
15
Karbon tetraklorida
Sinonim karbon tetraklorida Nama lain dari karbon tetraklorida adalah karbona, freon 10, metana
tetraklorida, perklorometana, tetraklorometana, tetraklorokarbon, dan tetrafinol. 2.
Sifat karbon tetraklorida (CCl4)
Gambar 4. Struktur karbon tetraklorida (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995) Karbon tetraklorida (CCl4) adalah senyawa golongan halogen alifatik berupa cairan tak berwarna, tidak terbakar, berbau khas. Berat molekul karbon tetraklorida adalah 153,84; titik didih 77oC dan titik beku -23oC (Budavari, O'Neil, Smith, Heckelman (1989); Lide and Frederikse, 1993). Struktur karbon tetraklorida terdiri dari atom C yang mengikat arom Cl (gambar 4) (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Kelarutan karbon tetraklorida 1 mL dalam 2000 mL air, sangat mudah larut dalam alkohol, benzena, kloroform, eter, karbon disulfida, dan minyak (Budavari, et al.,1989) 3.
Penggunaan karbon tetraklorida (CCl4) Karbon tetraklorida digunakan sebagai pelarut untuk laboratorium dan
industri
sebagai
perantara
dalam
sintesis
triklorofluorometana
dan
diklorodifluorometana. Selain itu, karbon tetraklorida juga digunakan untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
fumigasi atau pengasapan di pertanian, sebagai agen pembersih dan anti cacing (Royal Society of Chemistry, 1989). 4.
Metabolisme karbon tetraklorida (CCl4) Karbon tetraklorida akan mengalami reduksi dehalogenasi di hati melalui
aktivasi enzim pemetabolisme sitokrom P450, terutama CYP2EI yang dapat membentuk radikal bebas triklorometil (•CCl3). Enzim sikotrom CYP2EI akan mereduksi dan mengkatalis adisi elektron yang mengakibatkan hilangnya satu ion klorin sehingga terbentuk radikal bebas triklorometil (•CCl3). Radikal bebas triklorometil merupakan metabolit reaktif dan akan bertambah reaktif jika bereaksi dengan oksigen akan membentuk radikal triklorometilperoksi (•OOCCl3) (Gregus and Klaaseen, 2001). Ikatan kovalen dari radikal bebas triklorometil •CCl3 akan memulai penghambatan sekresi lipoprotein dan proses perlemakan hati (steatosis), sedangkan reaksi dengan oksigen yang membentuk radikal triklorometilperoksi (gambar 5) akan memulai peroksidasi lipid (Weber, Boll , and Stampfl, 2003). Radikal triklorometilperoksi yang bereaksi dengan enzim gluthation (GSH) membentuk phosgene. Metabolit ini merupakan intermediet yang bersifat sangat reaktif dan dapat bereaksi dengan makromolekul seluler untuk menginduksi terjadinya kerusakan sel (Hodgson, 2010). Metabolit radikal dari karbon tetraklorida akan membentuk ikatan kovalen dengan jaringan sekitar seperti pada jaringan lemak sampai pada protein subseluler. Senyawa radikal ini kemudian dapat melakukan peroksidasi pada lipid sehingga mengawali terjadinya steatosis (Boll, Weber, Becker, and Stampfl, 2001).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
Gambar 5. Mekanisme toksisitas karbon tetraklorida (Timbrell, 2008). Peroksidasi pada lipid akan menyebabkan gangguan integritas membran sel hati. Kerusakan membran sel pada hati akan menyebabkan terlepasnya enzimenzim transaminase antara lain enzim Alanine transaminase (ALT) yang akan menuju ke peredaran darah (Zimmerman, 1999). Tabel I. Tingkat relatif peningkatan enzim serum pada beberapa kasus kerusakan hati oleh racun (Zimmerman, 1999) Lesion Toxicant CCl4 Thioacetamide Tetracycline Ethionine Phosphorous
Zona Necrosis + + +
Steatosis + + + +
Degree of increasse in serum enzyme levels OCT, AST ALT SDH 4+ 3+ 4+ 4+ 3+ 4+ 2 + 1+ + + 1-2+ 1-2+ 1-2+
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
Karbon tetraklorida dapat meningkatkan kerusakan hati dengan jenis perlemakan hati. Kerusakan hati yang dikarenakan karbon tetraklorida dapat dilihat dari kenaikan aktivitas serum ALT dan AST yang terukur (tabel I). Karbon tetraklorida dapat meningkatkan aktivitas serum ALT sebesar 3 kali normal dan aktivitas serum AST sebesar 4 kali normal (Zimmerman, 1999). E. Ekstrasi
merupakan
Metode Penyarian sediaan
pekat
yang
didapat
dengan
cara
mengekstrasi zat aktif yang berasal dari simplisia nabati atau hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah di tetapkan (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Metode ekstrasi dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perlokasi, dan penyarian berkesinambungan. Cairan penyari yang dapat digunakan adalah air, eter atau campuran etanol dan air. Infundasi adalah metode ekstraksi untuk mendapatkan sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 15 menit. Infusa dibuat dengan mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci yang berisi air secukupnya, panaskan diatas tangas air selama 15 menit yang mulai dihitung ketika mencapai suhu 90ºC sambil sesekali diaduk. Setelah 15 menit, infusa diserkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1979).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
F.
19
Pengukuran Serum ALT-AST
Untuk mengidentifikasi kerusakan hati, dapat digunakan enzim serum didasarkan spesifikasi dan sensitivitas berbagai tipe kerusakan hati. Beberapa enzim lain yang dapat digunakan sebagai penanda untuk mengetahui adanya kerusakan hati adalah enzim-enzim golongan hidrogenase seperti laktat dehidrogenase, glutamat dehidrogenase, isositrat dehidrogenase, dan malat dehidrogenase. Enzim-enzim tersebut jarang digunakan untuk mendeteksi kerusakan hati dan kurang sensitif dibandingkan kombinasi AST dan ALT (Hodgson, 2010). Alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase (AST) serum merupakan dua enzim yang paling sering berikatan dengan kerusakan hepatoselular. ALT memiliki fungsi memindahkan antara alanin dan asam alfaketoglutamat. AST berfungsi memerantarai reaksi antara asam aspartat dan asam alfa-ketoglutamat. Sejumlah AST terdapat di hati, miokardium, otot rangka serta eritrosit dalam kadar sedang. Pada konsentrasi tinggi ALT terdapat di hati sedangkan pada konsentrasi sedang terdapat pada ginjal, jantung serta otot rangka (Sacher dan McPherson, 2002). Pendeteksian kerusakan hepatoselular yang sedang berlangsung dapat dilakukan dengan mengukur indek fungsional dan mengamati produk hepatosit yang rusak (Sacher dan McPherson, 2002). Kondisi stres oksidatif akibat radikal bebas akan meningkatkan permeabilitas membran dan nekrosis hepatosit (Pujar, Kashinakunti, Kalaganad, Dambala, Doddamani, 2010). Hal tersebut akan menyebabkan enzim-enzim intraseluler seperti ALT dan AST terlepas dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
membran plasma menuju pembuluh darah dan masuk ke aliran darah. Hal ini akan menyebabkan kenaikan jumlah enzim tersebut di dalam aliran darah sehingga dapat menandakan adanya kerusakan pada sel-sel hati (Dongare, Dhande, and Kadam 2013). G.
Landasan Teori
Hati merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia karena memiliki peran metabolisme dan detoksifikasi rancun dalam tubuh. Ketika fungsi hati mengalami kerusakan, akan terjadi nekrosis dari sel-sel hepatosit. Kerusakan sel-sel hepatosit akan menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding sel dan melepaskan enzim enzim transaminase menuju aliran darah (Dongare, et al., 2013). Karbon tetraklorida adalah senyawa model yang biasa digunakan untuk menginduksi kerusakan hati dengan mekanisme perlemakan hati. Karbon tetraklorida akan dimetabolisme oleh sitokrom P450 2E1 menjadi senyawa radikal bebas triklorometil (∙CCl3) yang akan memulai reaksi berantai hingga menyebabkan kerusakan sel hepatosit (Gregus and Klaaseen, 2001). Kandungan fitokimia herba Bidens pilosa
L. golongan polifenolik
memiliki peran penting dalam mempertahankan fungsi normal hati (Bairwa, et al., 2010). Ketika hati mengalami kerusakan akibat peroksidasi lipid, senyawasenyawa polifenolik sepertik flavonoid dan fenolik dapat membantu menetralkan senyawa-senyawa radikal penyebab peroksidasi lipid. Penelitian Cortés-Rojas, et al. (2013) menunjukan bahwa aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh herba Bidens pilosa L. disebabkan oleh kandungan flavonoid yang dominan. Pada hasil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
penelitian Kviecinski, et al., (2011) didapatkan efek hepatoprotektif pemberian fraksi etil asetat herba Bidens pilosa L. yang berasal dari kandungan quercetin. Berdasarkan penelitian Ueno, Nakano, dan Hirono (1983) yang meneliti tentang distribusi dosis tunggal quercetin dan metabolitnya yang diberikan secara per oral didalam tubuh tikus. Diketahui bahwa pemberian dosis tunggal senyawa quercetin yang telah diberi label radioaktif memiliki konsentrasi tertinggi pada hati dan ginjal pada jam ke-6 setelah pemberian. Hal tersebut mendasari pemilihan waktu enam jam (jangka pendek) sebagai waktu praperlakuan sebelum diinduksi dengan karbon tetraklorida. Penelitian ini menggunakan sediaan infusa herba Bidens pilosa L. didasarkan pada kebiasaan masyarakat Indonesia memanfaatkan tanaman obat dengan cara direbus dan air rebusan tersebut dikonsumsi. Proses pembuatan tanaman obat hasil perebusan memiliki kemiripan dalam membuat sediaan infusa. Selain itu, proses pemanasan pada teknik infundasi juga akan membantu penyarian senyawa-senyawa polifenolik seperti flavonoid dalam herba Bidens pilosa L. yang bersifat polar hingga semipolar. Harapannya senyawa quercetin dalam herba Bidens pilosa L. yang bersifat semipolar juga dapat tersari karena berdasarkan penelitian Kviecinski, et al. (2011) senyawa quercetin bertanggung jawab terhadap efek hepatoprotektif pada mencit. H. Hipotesis Pemberian jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. mempunyai efek hepatoprotektif ditandai penurunan aktivitas serum ALT-AST pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida .
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian mengenai efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas serum ALT-AST pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. B. Variabel dan Definisi Operasional 1.
Variabel utama a.
Variabel bebas Variabel bebas penelitian ini adalah variasi dosis infusa herba Bidens pilosa L. jangka pendek pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
b.
Variabel tergantung Variabel tergantung penelitian ini adalah efek hepatoprotektif infusa herba Bidens pilosa L. ditandai dengan penurunan aktivitas serum ALT dan AST (U/I) tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian infusa herba Bidens pilosa L. jangka pendek.
2.
Variabel pengacau a.
Variabel pengacau terkendali Kondisi hewan uji yang digunakan, yaitu
tikus dengan galur Wistar dengan jenis kelamin betina, berat badan ±120-200 g, umur 2-3 bulan. Cara pemberian hepatotoksin secara intraperitoneal
22
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
dengan selang waktu pemberian infusa herba Bidens pilosa L. selama enam jam secara per oral. Kondisi herba Bidens pilosa L. saat panen yang masih segar, tidak kering, berwarna hijau dan memiliki bagian lengkap diatas tanah (batang, daun, bunga, dan buah). Lokasi dan waktu panen herba Bidens pilosa
L. disekitar tanah lapang sekitar Dusun
Jenengan, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sleman yang dipanen pada bulan Juli 2014. Cara penyimpanan serbuk herba Bidens pilosa L. didalam kotak kedap udara dan diberi silika gel. b.
Variabel pengacau tak terkendali Dalam penelitian tersebut, variabel pengacau tak terkendali adalah kondisi patologis tikus betina galur Wistar yang digunakan sebagai hewan uji.
3.
Definisi operasional a.
Herba Bidens pilosa L. Didefinisikan semua bagian tumbuhan di atas
tanah (batang, daun, bunga, dan buah) Bidens pilosa L. b.
Infusa herba Bidens pilosa L. Didefinisikan sebagai infusa serbuk kering
herba Bidens pilosa L. dengan konsentrasi 16% yang didapatkan dari proses infudasi 8,0 g serbuk kering herba Bidens pilosa L. dibasahi dengan 16 mL kemudian ditambah 50,0 mL aquadest pada suhu 90°C selama 15 menit. c.
Efek hepatoprotektif. Didefinisikan kemampuan infusa herba Bidens
pilosa L. dalam melindungi hati dari hepatotoksin dengan penurunkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
aktivitas serum ALT dan AST pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. d.
Jangka pendek. Didefinisikan sebagai selang waktu 6 jam pemberian
praperlakuan infusa herba Bidens pilosa L. kepada hewan uji e.
Dosis efektif. Didefinisikan sebagai sejumlah gram per kilogram berat
badan (g/kgBB) infusa herba Bidens pilosa L. terkecil yang memiliki %hepatoprotektif dari aktivitas ALT paling mendekati 100% proteksi hati. C. Bahan Penelitian 1. Bahan utama a. Bahan uji yang digunakan berupa herba Bidens pilosa L. yang diperoleh dari tanah lapang sekitar Dusun Jenengan, Desa Maguwoharjo, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Sleman. b. Hewan uji yang digunakan adalah tikus betina galur Wistar berumur 2-3 bulan dengan berat badan ±120-200 yang diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2.
Bahan kimia a.
Hepatotoksin yang digunakan adalah karbon tertraklorida (Merck®) berupa cairan tidak berwarna dan berbau khas.
b.
Kontrol negatif dan pelarut hepatotoksin yang digunakan adalah olive oil yang dibeli dari PT. Brataco Chemika, Yogyakarta.
c.
Pelarut untuk infusa adalah aquadest yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
d.
25
Blanko pengukuran aktivitas serum ALT dan AST menggunakan aqua bidestilata yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
e.
Reagen ALT yang digunakan adalah reagen ALT Diasys. Komposisi dan konsentrasi dari reagen ALT tercantum pada tabel II. Tabel II. Komposisi dan konsentrasi reagen ALT
R1:
R2: Pyridoxal-5-phosphate FS: f.
TRIS pH 7.15 L-Alanine LDH (lactate dehydrogenase) 2-Oxoglutarate NADH
140 mmol/L 700 mmol/L
Good’s buffer pH 9.6
100 mmol/L
≥ 2300 U/L
85 mmol/L 1 mmol/L
Reagen AST yang digunakan adalah reagen ALT DiaSys. Komposisi dan konsentrasi dari reagen AST tercantum pada tabel III. Tabel III. Komposisi dan konsentrasi reagen AST TRIS pH 7.15
R1:
R2: Pyridoxal-5-phosphate FS:
L-Aspartate MDH (malate dehydrogenase) LDH (lactate dehydrogenase) 2-Oxoglutarate
110 mmol/L 320 mmol/L ≥ 800 U/L
≥ 1200 U/L
65 mmol/L
NADH
1 mmol/L
Good’s buffer pH 9.6 Pyrodoxal-5phosphate
100 mmol/L 13 mol/L
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
D. Alat atau Instrumen Penelitian Alat-alat yang digunakan untuk membuat serbuk antara lain oven, mesin penyerbuk, ayakan, dan timbangan analitik. Alat- alat yang digunakan untuk infundasi berupa seperangkat alat gelas berupa thermometer, Beaker glass, gelas ukur, batang pengaduk, cawan porselen, panci enamel, penangas air, timbangan analitik, stopwatch, dan kain flanel. Sedangkan alat untuk menguji efek hepatoprotektif adalah seperangkat alat gelas berupa Beaker glass, gelas ukur, tabung reaksi, labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®), timbangan analitik Mettler Toledo®, sentrifuge Centurion Scientific®, vortex Genie Wilten®, spuit injeksi per oral, pipa kapiler, tabung Eppendorf, Vitalab mikro (Microlab-200, Merck®), stopwatch, micropipette, dan blue tip. E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi herba Bidens pilosa L. Determinasi tanaman dilakukan dengan mencocokkan herbarium herba Bidens pilosa L. yang diperoleh dari Dusun Jenengan dengan buku acuan “Flora of Java” (Backer, 1963). Determinasi dilakukan oleh Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., Dosen Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta hingga tingkat spesies. 2. Pengumpulan bahan uji Bahan uji yang akan dibuat menjadi serbuk adalah herba Bidens pilosa L. yang masih segar, berwarna hijau, terhindar dari penyakit dan memiliki bagian tumbuhan lengkap diatas tanah (batang, daun, bunga dan buah). Herba Bidens pilosa L. dipanen dari tanah lapang Dusun Jenengan, Desa Maguwoharjo,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sleman pada bulan Juli 2014. 3. Pembuatan serbuk herba Bidens pilosa L. Herba Bidens pilosa L. dicuci dengan air mengalir hingga bersih dan diangin-anginkan hingga .Pengeringan dilakukan dengan oven pada suhu 50oC selama 48 jam. Setelah benar-benar kering, herba Bidens pilosa L. diserbuk dengan alat penyerbuk dan diayak dengan ayakan mesh nomor 40 untuk mendapatkan serbuk herba Bidens pilosa L. yang lebih halus dan homogen. 4. Penetapan kadar air pada serbuk herba Bidens pilosa L. Serbuk kering herba Bidens pilosa L. yang sudah diayak, dimasukkan ke dalam alat moisture balance sebanyak 5 g kemudian diratakan. Bobot serbuk kering herba tersebut ditetapkan sebagai bobot sebelum pemanasan (bobot A), setelah itu dipanaskan pada suhu 1050C selama 15 menit. Serbuk kering herba Bidens pilosa L. ditimbang kembali dan dihitung sebagai bobot setelah pemanasan (bobot B). Kemudian dilakukan perhitungan terhadap selisih bobot A terhadap bobot B yang merupakan kadar air serbuk herba Bidens pilosa L.
5. Pembuatan infusa herba Bidens pilosa L. Serbuk kering herba Bidens pilosa L. diambil sejumlah 8 g kemudian dibasahkan dengan 16 mL aquadest dan kemudian ditambahkan dengan 50 mL aquadest didalam panci infundasi yang dilapis enamel. Penggunaan panci berbahan dasar logam reaktif seperti aluminium dihindari karena memungkinkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
terjadinya reaksi kelasi antara metabolit sekunder terutama flavonoid dengan logam aluminium (Buchweishaija, 2009; Nnanna, Obasi, Nwadiuko, Mejeh, Ekekwe, Udensi, 2012; Keservani and Sharma, 2014). Campuran ini kemudian dipanaskan di atas heater pada suhu 90°C selama 15 menit, waktu dihitung ketika suhu pada campuran mencapai 90°C. Setelah 15 menit air hasil infundasi disaring dengan kain flanel. Apabila volume infusa belum mencapai 50 mL, ditambahkan aquadest panas kedalam ampas sisa dalam panci dan disaring ulang hingga volume mencapai 50 mL. 6. Penetapan dosis infusa herba Bidens pilosa L. Dasar penetapan peringkat dosis adalah berat badan tertinggi tikus pada penelitian ini (200 gram), separuh dari volume pemberian maksimal secara peroral pada tikus (2,5 mL), dan konsentrasi maksimal yang merupakan hasil orientasi pembuatan infusa herba Bidens pilosa L. (16%). Penetapan dosis tertinggi infusa adalah sebagai berikut : D x BB = C x ½V D x 0,2 kgBB = 16 g/ 100 mL x 2,5 mL D = 2 g/kgBB (Dosis maksimum) Peringkat dosis yang lainnya diperoleh dengan faktor kelipatan 2. Dosis II didapat dengan membagi dosis maksimum (2 g/kgBB) sebanyak 2 nilai dan dosis I didapat dengan membagi dosis maksimum sebanyak 4 nilai. Dengan demikian, dosis infusa herba Bidens pilosa L. yang akan digunakan dalam penelitian adalah 0,5; 1 dan 2 g/kgBB.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
7. Pembuatan larutan karbon tetraklorida dalam olive oil Larutan karbon tetraklorida dalam olive oil dibuat dengan cara mengambil volume karbon tetraklorida secara seksama, kemudian dilarutkan dengan olive oil dengan perbandingan 1 : 1 (Murugesan, et al., 2009). 8. Uji pendahuluan a. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida mengacu pada penelitian Murugesan, et al. (2009) dosis hepatotoksik 2,0 mL/kgBB dalam olive oil dengan perbandingan 1 : 1 secara intraperitoneal. Penelitian dari Wijayanti (2013) juga membuktikan bahwa karbon tetraklorida 2 mL/kgBB mampu meningkatkan aktivitas serum ALT dan AST pemberian secara intraperitoneal. Dosis ini mampu merusak sel-sel hati pada tikus yang ditunjukkan melalui peningkatan aktivitas ALT-AST dan tidak menimbulkan kematian pada hewan uji. b. Penetapan waktu pencuplikan darah Penetapan waktu pencuplikan darah ditentukan melalui pencuplikan darah setelah diinduksi hepatotoksin dengan tiga kelompok (n=5) perlakuan waktu, yaitu pada jam ke - 0, 24, dan 48. 9. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji Hewan uji sebanyak 30 ekor tikus betina galur Wistar dibagi secara acak dalam enam kelompok masing-masing lima ekor tikus. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberi karbon tetraklorida dalam olive oil (1:1) dengan dosis 2 mL/kgBB secara per oral. Kelompok II (kontrol negatif) diberi olive oil dosis 2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
mL/kgBB secara per oral. Kelompok I dan II diambil darahnya pada jam ke-24 setelah pemberian. Kelompok III (kontrol infusa) diberi infusa herba Bidens pilosa L. pada dosis tertinggi, kemudian setelah 6 jam diambil darahnya. Kelompok IV, V, dan VI (kelompok perlakuan) masing- masing diberi infusa herba Bidens pilosa L. pada dosis 0,5; 1, dan 2 g/kgBB kemudian enam jam setelah pemberian infusa dilakukan pemberian dosis hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal. Pada jam ke-24 (hasil penentuan waktu pencuplikan hepatotoksin), semua kelompok diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis mata untuk pengukuran aktivitas serum ALT-AST. 10. Pembuatan serum Darah tikus diambil melalui bagian sinus orbitalis mata tikus, kemudian ditampung dalam tabung Eppendorf. Darah didiamkan selama 15 menit dan disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 8.000 rpm. Bagian supernatan diambil menggunakan mikro pipet dan disentrifugasi kembali selama 10 menit dengan kecepatan 8.000 rpm. 11. Pengukuran aktivitas serum ALT dan AST Pengukuran aktivitas serum ALT dan AST (U/L) dilakukan dengan Vitalab mikro (Mikrolab-200) di Laboratorium Anatomi Fisiologi Manusia Fakultas Farmasi Santa Dharma Yogyakarta. Aktivitas serum diukur pada panjang gelombang 340 nm . Analisis serum ALT dilakukan dengan cara mencampur 100 μL serum dengan1000 μL reagen I, kemudian dicampurkan 250 μL reagen II dan dibaca resapan setelah satu menit. Untuk analisis serum AST serum dilakukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
dengan cara mencampur 100 μL serum dengan 1000 μL reagen I, kemudian dicampurkan 250 μL reagen II dan dibaca serapan setelah satu menit. F. Tata Cara Analisis Hasil Data aktivitas serum ALT dan AST diuji dengan Saphiro-Wilk untuk mengetahui distribusi data dan analisis varian untuk melihat homogenitas varian antar kelompoknya sebagai syarat analisis parametrik. Apabila didapat distribusi data yang normal maka analisis dilanjutkan dengan analisis pola searah (One Way ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan masingmasing kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat perbedaan masing-masing antar kelompok bermakna (signifikan) (p<0,05) atau tidak bermakna (tidak signifikan) (p>0,05). Namun bila distribusi data yang didapatkan tidak normal, maka dilakukan analisis dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan aktivitas serum ALT dan AST antar kelompok. Setelah itu dilanjutkkan dengan uji Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan tiap kelompok bermakna (signifikan) (p<0,05) atau tidak bermakna (tidak signifikan) (p>0,05). Perhitungan persen efek hepatoprotektif terhadap hepatotoksin karbon tetraklorida diperoleh dengan rumus :
(Wakchaure, Jain, Singhai, and Somani, 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek hepatoprotektif dan dosis efektif dari infusa herba Bidens pilosa L terhadap tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida (CCl4). Untuk mengetahui seberapa besar efek hepatoprotektif yang dihasilkan maka dilakukan pengujian dengan aktivitas ALT dan AST sebagai tolak ukur kuantitatif dalam penelitian ini. A. Penyiapan Bahan 1. Determinasi tanaman Determinasi herba Bidens pilosa L. yang didapat dari tanah lapang sekitar dusun Jenengan untuk menjamin kebenaran tanaman yang diteliti. Determinasi dilakukan oleh Yohanes Dwiatmaka, M.Si dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Determinasi tanaman Bidens pilosa L. menggunakan buku acuan karangan Backer (1963) hingga ke tingkat spesies. Bagian tanaman yang dideterminasi antara lain batang, daun, biji, dan bunga. Hasil determinasi (lampiran 4) membuktikan bahwa batang, daun, buah, dan bunga yang digunakan pada penelitian ini adalah benar dari tanaman Bidens pilosa L. 2. Penetapan konsentrasi infusa Pada pembuatan infusa dilakukan penetapan konsentrasi maksimal yang dapat dibuat untuk menentukan dosis maksimal infusa herba Bidens pilosa L. Konsentrasi maksimal adalah konsentrasi dimana semua serbuk herba 32
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Bidens pilosa L. terbasahi dan terendam oleh perlarut air. Hasil dari pembuatan infusa didapatkan konsentrasi maksimal sebesar 16% yang akan digunakan untuk menentukan dosis maksimal infusa herba Bidens pilosa L. 3.
Hasil penetapan kadar air Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam serbuk
herba Bidens pilosa L. dan untuk memenuhi persyaratan serbuk yang baik, yaitu memiliki kadar air kurang dari 10% (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Gravimetri dengan menggunakan alat moisture balance. Serbuk dipanaskan pada suhu 105 oC selama 15 menit di dalam alat, kemudian dilakukan perhitungan kadar air. Pengaturan suhu 105
o
C selama 15 menit dilakukan untuk menguapkan
kandungan air sehingga serbuk herba Bidens pilosa L. memenuhi persyaratan strandarisasi non spesifik. Berdasarkan hasil yang diperoleh serbuk herba Bidens pilosa L. memiliki kadar air sebesar 8,614%. Hal ini menunjukan bahwa serbuk herba Bidens pilosa L. memenuhi syarat serbuk yang baik dengan kadar air kurang dari 10%. B. Uji Pendahuluan 1. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida Pada penelitian ini digunakan karbon tetraklorida sebagai senyawa model hepatotoksin. Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida bertujuan untuk mengetahui dosis karbon tetraklorida yang dapat menimbulkan kerusakan hati ringan yaitu steatosis. Terjadinya steatosis ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas serum ALT sebanyak tiga kali lipat dan serum AST sebanyak empat kali
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
dari nilai normal (Zimmerman, 1999). Pemberian hepatotoksin melalui intraperitoneal dilakukan agar hepatotoksin dapat langsung terabsorpsi dengan cepat menuju pembuluh darah melalui rongga peritoneal sehingga menimbulkan toksisitas dalam waktu yang singkat. Olive oil berfungsi sebagai pelarut karbon tetraklorida karena bersifat non toksik dan dapat melarutkan senyawa nonpolar seperti karbon tetraklorida (Strickley, 2004). Dosis hepatotoksin karbon tetraklorida yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 2 mL/kgBB dalam olive oil (1:1) secara intraperitoneal mengacu pada penelitian Murugesan, et al. (2009). Berdasarkan penelitian Murugesan, et al. (2009) diketahui bahwa dosis 2 mL/kgBB karbon tetraklorida dapat menimbulkan kerusakan hati steatosis tanpa menyebabkan kematian dari hewan uji. 2. Penetapan waktu pencuplikan darah hewan uji Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji dilakukan untuk mengetahui waktu terjadinya kerusakan yang paling besar pada organ hati yang ditandai dengan peningkatan aktivitas serum ALT dan AST yang paling besar tanpa menyebabkan kematian hewan uji. Pencuplikan darah hewan uji dilakukan pada jam ke-0, 24, dan 48 setelah diinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal. Setelah itu, dilakukan pengukuran terhadap nilai aktivitas serum ALT dan AST. Data aktivitas serum ALT dan AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada jam ke 0, 24 dan 48 dapat dilihat pada tabel IV. Peneliti tidak melakukan orientasi pencuplikan pada jam ke-72 karena pada jam ke-48 telah terjadi penurunan yang signifikan baik terhadap aktivitas serum ALT dan AST sehingga telah dapat dipastikan pada jam ke-72 aktivitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
serum ALT dan AST menurun. Dengan demikian pencuplikan pada jam ke-72 tidak perlu dilakukan karena yang diinginkan adalah waktu dimana karbon tetraklorida merusak hati paling berat ditunjukan dengan aktivitas serum ALT dan AST yang paling tinggi. Tabel IV. Aktivitas serum ALT-AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0, 24 , 48 jam Selang Waktu Purata Aktivitas Serum Purata Aktivitas Serum (jam) ALT±SE (U/I) AST±SE (U/I) 0 51,2 ± 3,7 109 ± 4,6 24 153,0 ± 2,1 425,6 ± 10,4 48 61,4 ± 2,4 150,6 ± 7 Keterangan : SE = Standar Error Berdasarkan tabel IV nilai aktivitas serum ALT pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam adalah 51,2 ± 3,7; 153,0 ± 2,1 dan 61,4 ± 2,4 U/I. Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa aktivitas serum ALT pada pencuplikan jam ke-24 dengan dosis karbon tetraklorida 2 mL/kgBB lebih tinggi dibandingkan dengan pencuplikan darah pada jam ke-0 dan 48. Aktivitas serum ALT pada jam ke-24 mengalami kenaikan 3 kali lipat dibandingkan dengan aktivitas serum pada jam ke-0. Pada pencuplikan ke-48, aktivitas serum ALT mendekati nilai normal. Data aktivitas serum ALT yang didapatkan dianalisis menggunakan uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi normal (p>0,05) dan dengan levene test didapatkan variansi homogen (p=0,263). Setelah itu dilanjutkan dengan analisis pola searah (One Way ANOVA) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara jam ke-0, 24, dan 48. Hasil analisis statistik aktivitas serum ALT antara jam ke-0 dengan jam ke-48 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p=0,072), sedangkan antara jam ke24 dengan jam ke-0 dan 48 terdapat perbedaan yang tidak bermakna (p<0,05). Hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
ini menunjukkan bahwa pada jam ke-24 terjadi kerusakan hati yang paling tinggi ditandai dari puncak tertinggi nilai aktivitas serum ALT dibandingkan dengan waktu pencuplikan lainnya. Hasil statistik aktivitas serum ALT pada pencuplikan darah jam ke-0, 24 dan 48 jam dapat dilihat di tabel V. Tabel V. Perbedaan kenaikan aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan darah jam ke 0, 24, 48 jam ALT
Jam 0
Jam 0 Jam 24
BB
Jam 48
BTB
Jam 24
Jam 48
BB
BTB BB
BB
BB = Berbeda bermakna (p<0,05); BTB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)
Gambar 6. Diagram batang rata-rata aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada waktu 0, 24, 48 jam Berdasarkan tabel IV dan gambar 7 aktivitas serum AST yang paling tinggi juga terdapat pada kelompok pencuplikan jam ke-24. Hal ini dapat dilihat dari nilai aktivitas serum AST pada kelompok jam 0, 24 dan 48 secara berturutturut 109 ± 4,6; 425,6 ± 10,4; dan 150,6 ± 7 U/I. Aktivitas kenaikan serum AST
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
pada jam ke-24 mengalami kenaikan sebesar 4 kali lipat dibandingkan aktivitas serum AST jam ke-0. Sedangkan pada jam ke-48 terjadi penurunan aktivitas serum AST. Pengujian aktivitas serum AST sama seperti aktivitas serum ALT, yaitu dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi normal (p>0,05) dan dengan levene test didapatkan variansi homogen (p=0,320). Analisis statistik dilanjutkan dengan analisis pola searah (One Way ANOVA) dengan hasil aktivitas serum AST pada jam ke- 0 dan 48 menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap pencuplikan jam ke-24 (p<0,05). Pada pencuplikan jam ke-0 dengan jam ke-48 terjadi perbedaan bermakna (p=0,009), hal ini menunjukkan bahwa pada jam ke-48 aktivitas serum AST mulai mendekati normal (jam ke-0). Penurunan aktivitas serum AST pada jam ke-48 berbeda dengan aktivitas serum ALT karena enzim AST tidak hanya dilepaskan oleh organ hati ketika mengalami stres oksidatif. Organ-organ lain seperti jantung, otot rangka juga dapat melepas enzim AST jika mengalami kerusakan serupa. Pemberian karbon tetraklorida
secara
intraperitoneal
akan
melalui
rute
sistemik
yang
memungkinkan terjadinya stres oksidatif pada organ-organ lain selain hati, seperti otot jantung, otot rangka, ginjal, otak, paru-paru, leukosit, dan eritrosit yang dapat melepas serum AST (Pratt and Kaplan, 2000). Selain itu, penurunan aktivitas serum AST membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali ke kisaran normal, karena kapasitas regenerasi organ lain tidak memiliki kecepatan yang serupa dengan hati. Peningkatan aktivitas serum AST umumnya lebih besar dibanding aktivitas serum ALT dimana kenaikan aktivitas serum ALT mencapai tiga kali lipat dan kenaikan aktivitas serum AST empat kali lipat dari nilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
normalnya. Hal tersebut dikarenakan serum AST tidak spesifik dilepaskan oleh hati saja. Pada penelitian ini walaupun serum AST tidak spesifik pada kerusakan hati, pengamatan aktivitas AST dapat digunakan sebagai data pendukung. Hasil statistik aktivitas serum AST pada pencuplikan darah jam ke-0, 24 dan 48 jam dapat dilihat di tabel VI. Tabel VI. Perbedaan kenaikan aktivitas serum AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan darah jam ke 0, 24, 48 AST
Jam 0
Jam 0 Jam 24
BB
Jam 48
BB
Jam 24
Jam 48
BB
BB BB
BB
BB = Berbeda bermakna (p<0,05); BTB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)
Gambar 7. Diagram batang rata-rata aktivitas serum AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada waktu 0, 24 ,48 jam Dari data diatas, kenaikan aktivitas serum ALT dan AST tertinggi terjadi pada jam ke-24 dan hasil analisis statistik menunjukkan aktivitas serum pada jam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
ke-24 berbeda bermakna dengan jam ke-0 dan 48. Oleh karena itu, dalam penelitian ini waktu pengambilan cuplikan darah dilakukan pada jam ke-24 setelah pemberian hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB. 3.
Penentuan dosis infusa herba Bidens pilosa L. Penetapan dosis infusa herba Bidens pilosa L. bertujuan untuk
menentukan peringkat dosis yang akan digunakan dalam penelitian ini. Penentuan dosis infusa herba Bidens pilosa L. didasarkan pada konsentrasi maksimal infusa herba Bidens pilosa L. yang dapat dibuat (16%) dan setengah volume maksimal rute per oral yang dapat diberikan pada tikus (2,5 mL). Dari konsentrasi tertinggi dan setengah volume maksimal rute per oral pada tikus diperoleh dosis maksimal infusa herba Bidens pilosa L. sebesar 2 g/kgBB. Kemudian ditentukan tiga peringkat dosis infusa herba Bidens pilosa L., yaitu 0,5; 1; dan 2 g/kgBB. C. Hasil uji efek hepatoprotektif jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida Efek hepatoprotektif infusa herba Bidens pilosa L. dievaluasi berdasarkan pada penurunan aktivitas serum Alanin aminotransferase (ALT) dan Aspartat aminotransferase (AST) dengan pra-perlakuan pemberian tiga peringkat dosis berbeda infusa herba Bidens pilosa L. selama enam jam sebelum diberikan hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB. Peringkat dosis yang diberikan terdiri dari tiga peringkat, dosis terendah sebesar 0,5 g/kgBB ; dosis tengah sebesar 1 g/kgBB dan dosis tertingi sebesar 2 g/kgBB.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
Hasil penelitian efek hepatoprotektif infusa herba Bidens pilosa L. berupa aktivitas serum ALT dan AST (U/I) terukur akan ditampilkan dalam bentuk purata ± SE dalam diagram batang dan tabel. Tabel VII. Purata ± SE aktivitas serum ALT dan AST, serta % efek hepatoprotektif tikus perlakuan infusa herba Bidens pilosa terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
Kelompok
Purata ± SE Purata ± SE Persen (U/L) (U/L) Hepatoprotektif aktivitas aktivitas (serum ALT) serum ALT serum AST
Persen Hepatoprotektif (serum AST)
I
174,4 ± 2,9
409,6 ± 7,8
-
-
II
57,2 ± 3,1
101,8 ± 3,8
-
-
III
57,4 ± 2,9
105,6 ± 3,7
-
-
IV
88,4 ± 2,5
283,6 ± 4,1
73,38 %
40,9 %
V
69 ± 3
233,2 ± 3,5
89,93 %
57,3 %
VI
101 ± 5
304,4 ± 5,5
62,63 %
34,17 %
Keterangan : I : Kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB II : Kelompok kontrol negatif (olive oil dosis 2 mL/kgBB) III : Kelompok kontrol perlakuan ( IHBP dosis 2 g/kgBB) IV : Kelompok praperlakuan dosis I (IHBP 0,5 g/kg BB 6 jam + CCl4 2 mL/kgBB) V : Kelompok praperlakuan dosis II (IHBP 1 g/kg BB 6 jam + CCl4 2 mL/kgBB) VI : Kelompok praperlakuan dosis III (IHBP 2 g/kg BB 6 jam + CCl4 2 mL/kgBB) IHBP: Infusa herba Bidens pilosa L. SE : Standar Error CCl4: karbon tetraklorida
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
Tabel VIII. Perbandingan hasil antara seluruh kelompok kontrol terhadap perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. berdasarkan serum ALT pada variasi dosis tertentu Kelompok Perlakuan Kontrol hepatotoksin CCl4 2mL/kgBB Kontrol negatif olive oil 2mL/kgBB Kontrol IHBP 2 g/kgBB IHBP 0,5 g/kgBB + CCl4 2mL/kgBB IHBP 1 g/kgBB + CCl4 2mL/kgBB IHBP 2 g/kgBB + CCl4 2mL/kgBB
Keterangan :
Kontrol hepatotoksin CCl4 2mL/kgBB
Kontrol negatif olive oil 2mL/kgBB
Kontrol IHBP 2 g/kgBB
IHBP 0,5 g/kgBB + CCl4 2mL/kgBB
IHBP 1 g/kgBB + CCl4 2mL/kgBB
IHBP 2 g/kgBB + CCl4 2mL/kgBB
BB
BB
BB
BB
BB
BTB
BB
BTB
BB
BB
BTB
BB
BB
BTB
BB
BB
BTB
BB
BB
BB
BB
BTB
BTB
BB
BB
BB
BB
BTB
BB
BB
IHPB = Infusa herba Bidens pilosa L. BB = Berbeda bermakna (p ≤ 0,05) TB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
Gambar 8. Diagram batang rata-rata aktivitas serum ALT tikus perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. terinduksi karbon tetraklorida
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
Tabel IX. Perbandingan hasil antara seluruh kelompok kontrol terhadap perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. berdasarkan serum AST pada variasi dosis tertentu Kelompok Perlakuan Kontrol hepatotoksin CCl4 2mL/kgBB Kontrol negatif olive oil 2mL/kgBB Kontrol IHBP 2 g/kgBB IHBP 0,5 g/kgBB + CCl4 2mL/kgBB IHBP 1 g/kgBB + CCl4 2mL/kgBB IHBP 2 g/kgBB + CCl4 2mL/kgBB
Keterangan :
Kontrol hepatotoksin CCl4 2mL/kgBB
Kontrol negatif olive oil 2mL/kgBB
Kontrol IHBP 2 g/kgBB
IHBP 0,5 g/kgBB + CCl4 2mL/kgBB
IHBP 1 g/kgBB + CCl4 2mL/kgBB
IHBP 2 g/kgBB + CCl4 2mL/kgBB
BB
BB
BB
BB
BB
BTB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BTB
BB
BB
BTB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BTB
BB
BB
IHPB = Infusa herba Bidens pilosa L. BB = Berbeda bermakna (p ≤ 0,05) TB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
Gambar 9. Diagram batang rata-rata aktivitas serum AST tikus perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. terinduksi karbon tetraklorida
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
43
Kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB Pada penelitian ini kontrol negatif (kelompok II) yang digunakan adalah
olive oil dengan dosis 2 mL/kgBB yang diberikan secara intraperitoneal. Dosis olive oil yang diberikan sama dengan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida karena olive oil merupakan pelarut karbon tetraklorida. Tujuan dilakukan pengukuran aktivitas serum ALT dan AST pada kelompok kontrol negatif olive oil untuk memastikan bahwa olive oil sebagai pelarut dari hepatotoksin karbon tetraklorida tidak memberikan pengaruh peningkatan aktivitas serum ALT dan AST tikus pada jam ke-24 yang merupakan waktu pencuplikan darah tikus. Pengukuran aktivitas serum ALT dan AST dilakukan pada jam ke-0 dan 24. Hasil pengukuran aktivitas serum ALT pada jam ke-0 dan 24 berturutturut adalah 55,2 ± 2,1 dan 57,2 ± 3,1 U/I (tabel X). Aktivitas serum AST pada jam ke-0 dan 24 berturut-turut adalah 105,2 ± 1,4 dan 101,8 ± 3,8 U/I (tabel X). Perbandingan aktivitas serum ALT dan AST dilakukan dengan analisis statistik uji t berpasangan untuk melihat perbedaan antara kondisi sebelum menerima perlakuan (pengambilan cuplikan jam ke-0) dan setelah menerima perlakuan kontrol negatif (pengambilan cuplikan jam ke-24). Tabel X. Aktivitas serum ALT-AST tanpa perlakuan (jam 0) dengan perlakuan kontrol negatif (jam 24) Selang Waktu (jam)
Purata Aktivitas Serum ALT±SE (U/I)
Purata Aktivitas Serum AST±SE (U/I)
0
55,2 ± 2,1
105,2 ± 1,4
24
57,2 ± 3,1
101,8 ± 2,1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
Tabel XI. Perbandingan aktivitas serum ALT tanpa perlakuan (jam-0) dengan perlakuan kontrol negatif (jam-24) Jam 0 ALT Jam 0 Jam 24 BTB BTB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)
Jam 24 BTB
Tabel XII. Perbandingan aktivitas serum AST tanpa perlakuan (jam-0) dengan perlakuan kontrol negatif (jam-24) Jam 0 AST Jam 0 4 Jam 24 BTB BTB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)
Jam 24 BTB
Hasil statistik uji t berpasangan menunjukkan aktivitas serum ALT pada jam ke-0 berbeda tidak bermakna (p=0,593) dengan aktivitas serum pada jam ke24 setelah mendapat perlakuan olive oil. Data statistik perbandingan aktivitas serum ALT dapat dilihat pada table XI. Hasil uji t berpasangan aktivitas serum AST menunjukkan bahwa pada jam ke-0 juga tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,344) dengan aktivitas serum pada jam ke-24 (tabel XII). Dari kedua hasil ini, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian olive oil yang berfungsi sebagai pelarut karbon tetraklorida tidak memiliki pengaruh dalam peningkatan aktivitas serum ALT dan AST, sehingga kelompok kontrol negatif ini dapat dijadikan acuan nilai normal aktivitas ALT dan AST pada penelitian ini. 2.
Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB Pengukuran aktivitas serum ALT dan serum AST pada kontrol
hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB (kelompok I) bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB terhadap kerusakan hati ditandai dengan peningkatan aktivitas serum ALT dan AST.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Kerusakan hati yang diamati pada jam ke-24 di tunjukkan dengan kenaikan aktivitas serum ALT dan AST yang paling tinggi. Pada jam ke-24 aktivitas serum ALT dan AST sebesar 174,4 ± 2,9 U/I dan 409,6 ± 7,8 U/I. Dari hasil pengukuran ini memunjukkan terjadinya kenaikan aktivitas serum ALT sebesar tiga kali lipat dan kenaikan aktivitas serum AST lebih dari empat kali lipat dari nilai kontrol negatif ALT (57,2 ± 3,07 U/I) dan AST (101,8 ± 2,08 U/l). Menurut Zimmerman (1999), perlemakan hati (steatosis) pada tikus ditandai dengan meningkatnya nilai serum ALT sebanyak tiga kali lipat dan serum AST sebanyak empat kali lipat. Hasil analisis statistik serum ALT dapat dilihat pada tabel VIII dan serum AST pada tabel IX. Analisis statistik menunjukkan bahwa akvititas serum ALT dan AST pada kontrol hepatotoksin berbeda secara signifikan dengan kontrol negatif. Hasil tersebut menegaskan bahwa pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB memiliki efek hepatotoksik pada tikus secara akut. Selain itu, hasil kontrol hepatotoksin dalam penelitian ini digunakan sebagai dasar perhitungan untuk melihat efek hepatoprotektif yang dimiliki oleh infusa herba Bidens pilosa L. dengan tiga peringkat dosis yang berbeda. 3.
Kontrol perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. 2 g/kgBB Kontrol infusa herba Bidens pilosa L. dosis 2 g/kgBB (kelompok III)
bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian infusa berpengaruh terhadap aktivitas serum ALT dan AST. Pemberian dosis sebesar 2 g/kgBB yang merupakan dosis tertinggi dari ketiga peringkat dosis karena mampu mewakili kelompok perlakuan dari dosis terendah 0,5 g/kgBB hingga dosis tertinggi 2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
g/kgBB. Dosis tertinggi dianggap mewakili karena apabila menggunakan dosis rendah atau tengah tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas serum ALT dan AST maka dosis tertinggi pun juga tidak akan memberikan pengaruh. Pada Tabel VII dapat dilihat bahwa kontrol infusa herba Bidens pilosa L. dosis 2 g/kgBB memiliki nilai aktivitas serum ALT dan AST sebesar 57,4 ± 2,9 U/I dan 105,6 ± 3,7 U/l. Secara statistik aktivitas serum ALT dan AST pada kontrol perlakuan memiliki perbedaan yang tidak bermakna terhadap aktivitas serum ALT dan AST kelompok kontrol negatif olive oil 57,2 ± 3,07 U/I (p=1) dan 101,8 ± 2,08 U/l (p=0,998). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa dosis 2 g/kgBB praperlakuan enam jam tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas serum ALT maupun AST. Hasil analisis statistik kelompok perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. dengan kontrol negatif olive oil dapat dilihat pada tabel VIII (ALT) dan tabel IX (AST). 4.
Kelompok perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. dosis 0,5; 1; 2 g/kgBB pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB Pengujian pada kelompok praperlakuan ini bertujuan untuk melihat efek
hepatoprotektif praperlakuan jangka pendek (jangka waktu enam jam) infusa herba Bidens pilosa L. pada tikus betina yang terinduksi karbon tetraklorida yang ditandai dengan penurunan aktivitas serum ALT dan AST. Hasil dari kelompok praperlakuan menunjukkan bahwa tidak adanya kekerabatan dosis dengan efek yang muncul. Semakin tinggi dosis praperlakuan infusa herba Bidens pilosa L. yang diberikan, tidak diikuti dengan peningkatan efek yang muncul.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Perhitungan %hepatoproteketif
47
digunakan untuk mengevaluasi efek
hepatoprotektif yang didapat dengan mengurangkan 100% dengan perbandingan kerusakan hati praperlakuan infusa dan kerusakan hati yang terjadi tanpa pemberian infusa. Kerusakan hati praperlakuan diperoleh dari pengurangan purata aktivitas serum praperlakuan infusa herba Bidens pilosa L. dengan purata aktivitas serum kontrol negatif olive oil. Kerusakan hati yang terjadi tanpa pemberian infusa diperoleh dari pengurangan purata aktivitas serum kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dengan kontrol negatif olive oil (Wakchaure, et al., 2011). Purata aktivitas serum kontrol negatif olive oil yang diperoleh digunakan sebagai pengurang karena aktivitas serum pada kontrol negatif serupa dengan aktivitas serum pada kondisi normal. Secara statistik aktivitas serum pada kondisi normal (jam ke-0) juga berbeda tidak bermakna dengan kontrol negatif olive oil yang sudah dibahas sebelumnya. Data aktivitas serum ALT dan AST dianalisis dengan analisis pola searah (One Way ANOVA) memiliki variansi homogen dengan angka signifikansi serum ALT 0,060 (p>0,05) dan serum AST 0,075 (p>0,05). Analisis dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan antar kelompok, hasil uji Scheffe aktivitas serum ALT dan AST dapat dilihat pada tabel Tabel VIII dan IX. Kelompok IV merupakan kelompok praperlakuan infusa herba Bidens pilosa L. dosis 0,5 g/kgBB yang diberikan enam jam sebelum diinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB. Aktivitas serum ALT kelompok IV yang didapatkan sebesar 88,4 ± 2,5 U/I, secara statistik kelompok ini memiliki perbedaan bermakna dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida (p=0,000) dan kontrol
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
negatif olive oil (p=0,000). Hasil statistik menunjukkan bahwa kelompok praperlakuan infusa herba Bidens pilosa L. dosis 0,5 g/kgBB dapat menurunkan aktivitas ALT dibanding dengan kontrol hepatotoksin. Perbandingan kelompok praperlakuan infusa dosis 0,5 g/kgBB
dengan kontrol negatif
memiliki
perbedaan yang bermakna. Hal tersebut menunjukkan bahwa penurunan nilai serum ALT belum mencapai nilai normal. Dari perhitungan % hepatoprotektif terhadap aktivitas serum ALT, kelompok IV memiliki %hepatoprotektif sebesar 73,38 %. Aktivitas serum AST pada kelompok IV didapatkan sebesar 283,6 ± 4,1 U/I, secara statistik nilai serum AST berbeda bermakna dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida (p=0,000) dan kontrol negatif olive oil (p=0,000). Perbandingan dengan kontrol hepatotoksin menunjukkan bahwa infusa herba Bidens pilosa dosis 0,5 g/kgBB dapat menurunkan aktivitas serum AST, tetapi jika dibandingkan dengan kontrol negatif penurunan aktivitas serum AST belum mencapai nilai normal. Dari perhitungan %hepatoprotektif terhadap aktivitas serum AST didapatkan presentasi daya hepatoprotektif sebesar 40,9 %. Kelompok V merupakan kelompok praperlakuan infusa herba Bidens pilosa L. dosis 1 g/kgBB yang diberikan enam jam sebelum induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB. Aktivitas serum ALT kelompok ini sebesar 69 ± 3U/I, secara statistik berbeda bermakna dengan nilai aktivitas serum ALT kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida (p=0,000) yang berarti pada praperlakuan pada kelompok V dapat menurunkan aktivitas serum ALT. Penurunan nilai aktivitas ALT pada praperlakuan kelompok V mencapai batas nilai normal, hal ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
ditunjukan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara nilai aktivitas serum ALT dengan kelompok kontrol negatif olive oil (p=0,320). Dari perhitungan %hepatoprotektif terhadap aktivitas serum ALT didapatkan hasil persentase hepatoprotekif sebesar 89.93 %. Aktivitas serum AST pada kelompok V sebesar 233,2 ± 3,5 U/I, secara statistik kelompok V memiliki perbedaan yang bermakna terhadap nilai aktivitas serum AST pada kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dan kontrol negatif olive oil. Perbedaan yang bermakna dengan kontrol hepatotoksin (p=0,000) menunjukkan adanya penurunan aktivitas serum AST, sedangkan pada kontrol negatif (p=0,000) menunjukkan bahwa penurunan aktivitas serum AST pada kelompok V tidak mencapai kisaran normal. Dari perhitungan %hepatoprotektif terhadap aktivitas serum AST, didapatkan hasil presentase hepatoprotektif sebesar 57,3 %. Aktivitas serum ALT pada kelompok V dapat turun hingga kisaran normal, sedangkan serum AST tidak mencapai kisaran normal. Selain itu, dilihat dari presentase hepatoprotektif, infusa herba Bidens pilosa L. memiliki kemampuan yang cukup besar dalam menurunkan aktivitas serum ALT dibanding serum AST. Kelompok VI merupakan kelompok praperlakuan infusa herba Bidens pilosa L. dosis 2 g/kgBB enam jam sebelum diinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB. Aktivitas serum ALT kelompok ini sebesar 101 ± 5 U/I, secara statistik terdapat perbedaan bermakna aktivitas serum ALT dengan kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida (p=0,000) dan kontrol negatif olive oil (p=0,000). Perbedaan bermakna dengan kontrol hepatotoksin menunjukkan bahwa terjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
penurunan aktivitas serum ALT pada kelompok VI, sedangkan perbedaan bermakna dengan kontrol negatif menunjukkan penurunan aktivitas serum ALT belum mencapai kisaran normal. Aktivitas serum AST kelompok VI sebesar 304,4 ± 5,5 U/I, secara statistik terjadi perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dan kontrol negatif olive oil. Perbedaan aktivitas serum dengan kelompok kontrol hepatotoksin (p=0,000) menunjukkan terjadinya penurunan aktivitas serum AST, dan perbedaan dengan kelompok kontrol negatif (p=0,000) menunjukkan penurunan aktivitas serum AST belum mencapai kisaran normal. Persentase hepatoprotektif terhadap aktivitas serum AST yang didapat pada kelompok VI sebesar 34,17 %. Secara statistik terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas serum ALT antara kelompok V (praperlakuan dosis 1 g/kgBB) dengan kelompok IV (praperlakuan dosis 0,5 g/kgBB) (p=0,000) dan kelompok VI (praperlakuan dosis 2 g/kgBB) (p=0,000). Aktivitas serum ALT pada kelompok V mengalami penurunan yang paling besar diantara kedua kelompok tersebut. Pada kelompok IV dan VI terjadi perbedaan yang tidak bermakna (p=0,254). Hal ini menunjukkan penurunan aktivitas serum ALT dengan praperlakuan infusa herba Bidens pilosa L. dosis 0,5 g/kg BB dan 2 g/kg BB tidak sebaik dibanding dosis 1 g/kgBB dalam menurunkan aktivitas serum ALT. Selain itu, jika dibandingkan dengan kontrol negatif, penurunan aktivitas serum ALT pada kelompok V tidak berbeda bermakna. Pada kelompok IV dan VI memiliki perbedaan bermakna dengan kontrol negatif. Dengan demikian maka dosis pemberian infusa herba Bidens
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
pilosa L. yang efektif untuk menurunkan aktivitas serum ALT hingga mencapai kisaran normal adalah 1 g/kgBB. Secara statistik aktivitas serum AST pada kelompok V memiliki perbedaan yang bermakna dengan kelompok IV dan VI (p=0,000). Hal ini menunjukkan bahwa penurunan aktivitas serum AST yang paling optimal pada kelompok V dengan dosis 1 g/kgBB. Pada kelompok IV dan VI terdapat perbedaan yang tidak bermakna (p=0,137) sehingga dapat dibilang kelompok IV dan VI memiliki efek hepatoprotektif yang serupa dalam menurunkan aktivitas serum AST. Aktivitas serum AST pada ketiga kelompok jika dibandingkan dengan kontrol negatif, menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Dengan demikian maka dosis infusa herba Bidens pilosa L. yang efektif untuk menurunkan aktivitas serum AST adalah 1 g/kgBB tetapi penurunan tersebut belum mencapai kisaran normal. Pada
penelitian
ini
digunakan
model
hepatoprotektif
dimana
praperlakuan pemberian senyawa antioksidan dalam infusa herba Bidens pilosa L. diberikan terlebih dahulu sebelum terjadinya kerusakan hati. Pada model ini hati memiliki perlindungan dari dalam maupun luar ketika terjadi perusakan hati. Perlindungan dari dalam meliputi enzim-enzim antioksidan alami seperti glutathion (GSH), glutathion peroxidase (GPx), glutathion reductase (GR) dan superoxide dismutases (SOD). Keempat enzim berkoordinasi membentuk mekanisme pertahanan antioksidan alami, sedangkan perlindungan dari luar meliputi senyawa-senyawa antioksidan seperti senyawa fenolik dan flavonoid yang ada dalam infusa herba Bidens pilosa L.. Kelompok hidroksil pada flavonoid
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
akan berfungsi sebagai agen pereduksi pada radikal bebas dan mengkonversi radikal bebas menjadi senyawa yang tidak lebih reaktif seperti flavonoid kuinon. Mekanisme penangkapan radikal bebas oleh senyawa polifenol (flavonoid dan fenolik) dalam herba Bidens pilosa L. adalah salah satu mekanisme yang bertanggung jawab terhadap efek hepatoprotektif pada penelitian jangka pendek. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan uji kadar flavonoid total serta kadar fenolik total dalam herba Bidens pilosa L untuk melihat secara kuantitatif kandungan flavonoid serta fenolik yang ada. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut ekstrak etanol herba Bidens pilosa L. sehingga senyawa-senyawa lain seperti flavonoid glikosida yang kurang larut air atau bersifat semipolar dapat tersari. Pada tikus terinduksi karbon tetraklorida peningkatan aktivitas serum ALT dan AST disebabkan adanya pembentukan radikal bebas triklorometil (•CCl3) yang berasal dari reduksi halogenasi karbon tetraklorida oleh sitokrom P450. Senyawa triklorometil radikal akan menginisiasi proses peroksidasi lipid atau bereaksi dengan oksigen membentuk triklorometilperoksi radikal (•OOCCl3) yang sifatnya lebih reaktif. Peroksidasi lipid dapat membentuk produk yang merusak membran sel, kerusakan retikulum endoplasma, serta pengurangan sintesis protein. Penurunan sintesis protein akan mempengaruhi produksi lipoprotein yang bertanggung jawab untuk transport lipid menuju ke plasma sehingga terjadi penumpukan lipid pada hati (Timbrell, 2008; Wakchaure, et al., 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Kandungan flavonoid dan fenolik dalam infusa herba Bidens pilosa L. berperan penting dalam hepatoprotektif karena memiliki kemampuan menangkap radikal bebas seperti triklorometil (•CCl3). Flavonoid yang merupakan senyawa antioksidan akan membuat radikal bebas menjadi kurang reaktif dengan memberikan donor elektron. Mekanisme antioksidan dari flavonoid dipengaruhi oleh jumlah dari kelompok hidroksil pada cincin B, sedangkan substitusi pada cincin A dan C hanya memiliki pengaruh kecil dalam melawan radikal bebas (Procházková, Boušová, Wilhelmová, 2011). Senyawa antioksidan akan mengurangi ikatan kovalen antara radikal bebas reaktif dengan molekul seluler (asam nukleat, protein, lemak) yang dapat menyebabkan gangguan proses-proses seluler penting seperti metabolisme lipid. Senyawa antioksidan akan mengurangi gangguan metabolisme lipid dan sintesis lipoprotein yang memungkinkan terjadinya penumpukan lemak di hati (steatosis). Penangkapan radikal bebas oleh senyawa antioksidan akan membantu melindungi hati dari peroksidasi lipid sehingga kerusakan pada hepatosit akan menurun dan diikuti dengan penurunan aktivitas serum ALT dan AST. Selain pengujian biokima fungsi hati dari aktivitas serum ALT dan AST dalam penelitian ini dapat dilakukan pengujian struktural dengan histologi. Pengujian histologi ini dapat digunakan sebagai data pendukung dalam uji fungsi hati, sehingga dengan adanya efek hepatoprotektif dilihat dari penurunan aktivitas ALT dan AST dapat dibuktikan dengan uji histopatologi dari kondisi hati. Dari ketiga peringkat dosis infusa herba Bidens pilosa L., dapat disimpulkan bahwa efek hepatoprotektif infusa herba Bidens pilosa L. tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
tergantung oleh dosis. Hal ini ditunjukan dengan efek hepatoprotektif yang paling efektif pada dosis 1 g/kgBB, sedangkan dosis 2 g/kgBB terjadi penurunan efek hepatoprotektif. Penurunan efek hepatoprotektif mungkin saja terjadi karena pemberian flavonoid dalam dosis tinggi dapat meningkatkan sifat pro-oksidan dari flavonoid. Reaksi penangkapan radikal bebas oleh flavonoid dengan radikal akan menghasilkan senyawa radikal seperti flavonoid phenoxyl radical (Fl-O•) dan flavonoid quinone. Flavonoid phenoxyl radical bersifat sangat reaktif dan dapat memicu proses oksidasi, sedangkan flavonoid quinone juga memiliki sifat reaktif tetapi dapat distabilkan oleh enzim GSH. Ketika dosis flavonoid yang diberikan berlebih maka semakin banyak flavonoid radikal yang dihasilkan, jumlah enzim GSH dalam tubuh yang terbatas tidak dapat membantu menetralkan radikal flavonoid tersebut (Procházková, et al., 2011). Dari penelitian ini dinyatakan bahwa infusa herba Bidens pilosa L. memiliki efek hepatoprotektif pada dosis 0,5 dan 1 g/KgBB, sedangkan pada dosis 2 g/KgBB terjadi penurunan efek hepatoprotektif. Pemberian infusa herba Bidens pilosa L. juga tidak menunjukan peningkatan efek yang dihasilkan ketika diberi dosis yang lebih tinggi. Pada penelitian bila ketiga dosis 0,5; 1; dan 2 g/kgBB di konversi ke manusia maka berturut-turut didapatkan 0,08; 0,16; dan 0,32 g/kgBB manusia. Hasil konversi ini kurang dapat dilakukan untuk manusia karena terlalu besar. Berdasarkan kedua hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian infusa herba Bidens pilosa L. dengan variasi dosis yang lebih kecil dari 0,5 g/kgBB untuk mendapatkan dosis efektif dari infusa herba Bidens pilosa L. yang lebih dapat diterapkan ke manusia dan tidak memiliki potensi aktivitas prooksidan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Berdasarkan perhitungan %hepatoprotektif aktivitas serum ALT, didapatkan berturut-turut sebesar 73,38; 89,93; dan 62,63%. Berdasarkan perhitungan %hepatoprotektif aktivitas serum AST, didapatkan berturut-turut sebesar 40,9; 57,3; dan 34,17%. D. Rangkuman Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek hepatoprotektif infusa herba Bidens pilosa L. terhadap tikus betina galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida. Dosis infusa herba Bidens pilosa L. yang digunakan adalah 0,5; 1; dan 2 g/kgBB. Efek hepatoprotektif dievaluasi dengan melihat kerusakan hati ditunjukan dengan aktivitas serum ALT dan data pendukung aktivitas serum AST yang diambil pada jam ke-24 setelah pemejanan hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB. Praperlakuan infusa herba Bidens pilosa L. menunjukkan bahwa pemberian infusa dosis 2 g/kg BB tanpa induksi hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB tidak mempengaruhi aktivitas serum ALT maupun AST pada jam ke24. Hasil ini menunjukkan bahwa kenaikan aktivitas serum ALT dan AST yang terukur merupakan pengaruh dari pemberian karbon tetraklorida yang menyebabkan perlemakan hati. Perlakuan pemberian olive oil secara i.p. tidak menunjukkan peningkatan aktivitas serum ALT dan AST antara sebelum (jam ke0) dan sesudah (jam ke-24) pemberian olive oil dosis 2 mL/kgBB. Hasil ini menunjukkan bahwa olive oil tidak mempengaruhi aktivitas serum ALT dan AST. Analisis statistik aktivitas serum ALT praperlakuan infusa herba Bidens pilosa L. dosis 0,5 ; 1 ; dan 2 g/kgBB menunjukkan perbedaan yang bermakna
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
dengan aktivitas serum ALT kontrol hepatotoksin. Tetapi dosis 0,5 dan 2 g/kgBB memiliki perbedaan yang tidak bermakna dengan kontrol negatif olive oil. Hal ini berarti pemberian infusa herba Bidens pilosa L. dosis 0,5; 1; dan 2 g/kgBB dapat menurunkan aktivitas serum ALT tetapi pada dosis 0,5 dan 2 g/kgBB belum dapat menurunkan hingga mencapai kisaran normal. Penurunan aktivitas serum ALT yang mencapai kisaran normal dapat dicapai dengan pemberian infusa herba Bidens pilosa L. dosis 1 g/kgBB. Dari penelitian ini didapatkan dosis efektif praperlakuan infusa herba Bidens pilosa L., yaitu 1 g/kgBB yang ditinjau dari penurunan aktivitas serum ALT. Aktivitas serum ALT digunakan sebagai parameter untuk menentukan dosis efektif karena ALT merupakan enzim spesifik yang dilepaskan hati ketika mengalami kerusakan hati serta dapat menggambarkan tingkat kerusakan yang terjadi pada hati. Berdasarkan hasil statistik aktivitas serum ALT pada kelompok V didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok IV (dosis 0,5 g/kgBB) dan VI (dosis 2 g/kgBB). Hal ini berarti infusa herba Bidens pilosa L. pada dosis 1 g/kgBB memiliki kemampuan hepatoprotektif yang lebih baik dibanding dosis 0,5 dan 2 g/kgBB. Selain itu, pada kelompok V terdapat perbedaan yang tidak bermakna dibanding kelompok kontrol negatif olive oil yang berarti penurunan aktivitas serum ALT dengan dosis 1 g/kgBB mencapai kisaran normal. Hasil perhitungan %hepatoprotektif berdasarkan aktivitas serum ALT dan AST setelah diberi perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. pada dosis 0,5; 1; dan 2 g/KgBB berdasarkan aktivitas serum ALT, didapatkan %hepatoprotektif berturut turut sebesar 73,38; 89,93; dan 62,63%. Berdasarkan perhitungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
%hepatoprotektif aktivitas serum AST, didapatkan berturut-turut sebesar 40,9; 57,3; dan 34,17%. Penurunan efek hepatoprotektif pada dosis 2 g/KgBB mungkin terjadi akibat aktivitas pro-oksidan dari flavonoid. Flavonoid dosis tinggi akan menyebabkan kejenuhan dari GSH untuk menetralkan radikal hasil reaksi antara flavonoid dan radikal bebas dari karbon tetraklorida. Dari hasil ini dapat dinyatakan bahwa efek hepatoprotektif dari infusa herba Bidens pilosa L. tidak tergantung dosis dan dosis efektif yang didapat sebesar 1 g/KgBB.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisis statistik yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan : 1. Infusa herba Bidens pilosa L. memiliki efek hepatoprotektif pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida pada penggunaan jangka pendek. 2. Dosis efektif hepatoprotektif infusa herba Bidens pilosa L. jangka pendek pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida adalah 1 g/kgBB. B. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai : 1. Uji efek hepatoprotektif infusa herba Bidens pilosa L. dengan variasi dosis dibawah 0,5 g/kgBB 2. Uji efek hepatoprotektif dengan ekstrak etanol herba Bidens pilosa L. 3. Penetapan kadar flavonoid & fenolik total pada sediaan infusa Herba Bidens pilosa L. 4. Uji histopatologi hati hewan uji sebagai data pendukung.
58
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
DAFTAR PUSTAKA Agriculture USDA, 2014, Plants database: Natural Resources Conservation Service, http://www.nrcs.usda.gov/wps/portal/nrcs/site/national/home, diakses tanggal 10 November 2014. Ariyanti, N.K.N., 2007, Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Air Ekstrak Metanolik Herba Ketul (Bidens pilosa L.), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Arthur, G. D., Naidoo, K. K., and Coopoosamy, R. M., 2012, Bidens pilosa L.: Agricultural and pharmaceutical importance, Journal of Medicinal Plants Research, 6(17), pp. 3282-3287. Backer, C.A., 1963, Flora of Java, vol 2, N.V.P. Noordhoff - Groningen, The Netherland, pp. 362-366,412-413. Bairwa K., Kumar, R., Sharma, R.J., Roy, R.K., 2010, An updated review on Bidens Pilosa L., Der Pharma Chemica, 2(3), 325-337. Baradero, M., Dayrit, M. W.,dan Siswadi, Y, 2008, Klien Gangguan Hati : Seri Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 1-3. Bartolome, A.P., Villaseñor, I.M., and Yang, W.C., 2013, Bidens pilosa L. (Asteraceae): Botanical Properties, Traditional Uses, Phytochemistry, and Pharmacology, Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, Vol 2013, 1-2. Bellentani, S., Scaglioni, F., Marino, M., Bedogni, G., 2010, Epidemiology of Non-Alcoholic Fatty Liver Disease, Dig. Dis., 28, 155–161. Boll, M., Weber, L.W., Becker, E., Stampfl, A., 2001, Mechanism of carbon tetrachloride-induced hepatotoxicity. Hepatocellular damage by reactive carbon tetrachloride metabolites, Z Naturforsch C, 56(7-8), 649-59. Buchweishaija, J., 2009, Phytochemicals as green corrosion inhibitors in various corrosive media: a Review, Tanz. J. Sci., 35, 77-92. Budavari, S., O'Neil, M.J., Smith, A., Heckelman, P.E., (Eds.), 1989. The Merck Index, 11th ed, Merck and Co., Rahway, NJ., pp. 754. Cárdenas, M.B., Álvarez, C.S., Morgado, E.B., Gutiérrez, M.G., Monteagudo, G.L., Suarez, O.S., 2006, Toxicological evaluation of an Infusion of Bidens pilosa L., Pharmacologyonline, 3, 428-434. Cemek, M., Aymelek, F., Buyukokuroglu, M.E., Karaca, T., Buyukben, A., Yilmaz, F., 2010, Protective potential of Royal Jelly against carbon tetrachloride inducedtoxicity and changes in the serum sialic acid levels, Food Chem Toxicol, 48(10), 2827–2832. Chalasani, N., Younossi, Z., Lavine, J.E., Diehl, A.M., Brunt, E.M., Cusi, K., et al., 2012, The Diagnosis and Management of Non-Alcoholic Fatty Liver Disease: Practice Guideline by the American Association for the Study of
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Liver Diseases, American College of Gastroenterology and the American Gastroenterological Association, Hepatology, 55, 6. Chiang, Y.M., Chang, C.L.T., Chang, S.L., Yang, W.C., Shyur, L.F., 2007, Cytopiloyne, a novel polyacetylenic glucoside from Bidens pilosa, functions as a T helper cell modulator. J Ethnopharmacol. ,110, 532-538. Cortés-Rojas, D.F., Chagas-Paula, D.A., Da Costa, F.B., Souza, C.R.F., Oliveira, W.P., 2013, Bioactive compounds in Bidens pilosa L. populations: a key step in the standardization of phytopharmaceutical preparations, Rev. bras. Farmacogn, 23(1), 28-35. Crawford, J.M., and dan Liu, C., 2010, Pathologic Basis of Disease, 8th Ed, Saunder Elsevier, Philadelphia, pp. 835-836. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2007, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hati, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pp. 7. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi ketiga, Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pp.65. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 7, 46, 410. Dongare, P.P., Dhande, S.R., and Kadam, V.J., 2013, Standardization of Carbon Tetrachloride-Induced Hepatotoxicity in the Rat, Am. J. PharmTech Res., 3(5), 439-445. Forrest, E., 2006, Hepatic Disorders, Edisi 2, Pharmaceutical Press, London, pp.193, 201 – 202. Gregus and Klaaseen, C. D., 2001, Mechanism of Toxicity, in Klaaseen, C. D., Cassarett and Doull’s Toxicology: the Basic Science Poisons, 6th edition, McGraw-Hill, New York, pp. 57-64. Hasan, I., Gani, R.A., and Mahmud, R., 2002, Prevalence and risk factors for nonalcoholic fatty liver in Indonesia, J. Gastroenterol Hepatol.,17, S154. Hodgson, E., 2010, A textbook of Modern Toxicology, Fourth Edition, John Wiley&Sons,Inc, Canada,pp. 292- 294. Husadha, Y., 1996, Fisiologi dan Pemeriksaan Biokimia Hati, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Edisi Ketiga, Balai Pustaka FKUI, Jakarta, pp. 224-227. Janakat, S., dan Al-Merie, H., 2002, Optimization of the dose and route of injection, and characterization of the time course of carbon tetrachlorideinduced hepatotoxicity in the rat, J. Pharm. Tox. Methods, 48, 41-44. Jeon, T.I., Hwang, S.G., Park, N.G., Jung, Y.R., Shin, S.I., Choi, S.D., et al., 2003, Antioxidative effect of chitosan on chronic carbon tetrachloride induced hepatic injury in rats, Toxicology, 187(1), 67-73.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
Keservani, R.K. and Sharma, A.K., 2014, Flavonoids: emerging trends and potential health benefits, J. Chin. Pharm. Sci., 23 (12), 815–822. Kessler, Ubeaud, G., and Jung, L., 2003, Anti- and pro-oxidant activity of rutin and quercetin derivatives, J Pharm Pharmacol., 55(1),131-42. Khan, M.R., Ahmed, D., 2009, Protective effects of Digera muricata (L.) Mart. On testis against oxidative stress of carbon tetrachloride in rat, Food Chem Toxicol, 47(6), 1393–1399. Kirchain W.R., and Allen, R.E., 2008, Drug-Induced Liver Disease, in DiPiro, J. T., Robert L. T., Gary C. Y., Gary R. M., Barbara G. W., and, Posey L.M., (Eds.), Pharmacotherapy : A pathophysiologic Approach, 7th Ed., Mc Graw Hill, New York, pp, 651-656. Kviecinski M.R., Felipe, K.B., Schoenfelder, T., Wiese, L.P.L., Rossi, M.H., Goncalvez, E., et al., 2008, Study of the antitumor potential of Bidens pilosa (Asteraceae) used in Brazilian folk medicine, J Ethnopharmacol.,117, 69-75. Kviencinski, M.R., Felipe, K.B., Correia, J.F., Ferreira, E.A., Rossi, M.H., De Moura Gatti, F., et al., 2011, Brazilian Bidens pilosa Linné yields fraction containing quercetin-derived flavonoid with free radical scavenger activity and hepatoprotective effects, The Libyan Journal of Medicine, 6, 176-184. Lee,W., Peng, C., Chang, C., Huang, S., and Chyau, C., 2013, Extraction of Antioxidant Components from Bidens pilosa Flowers and Their Uptake by Human Intestinal Caco-2 Cells, Molucules, 18, 1582-1601. Lide, D.R., Frederikse, H.P.R., (Eds.), 1993, CRC Handbook of Chemistry and Physics, CRC Press, Boca Raton, FL., pp. 16-24. Moskaug, J.,Carlsen, H., Myhrstad, M.C.W., and Blomhoff, R., 2005, Polyphenols and glutathione synthesis regulation, Am J Clin Nutr., 81(suppl), 277S– 83S. Murugesan, G.S., Sathiskumar, M., Jayabalan,R., Binupriya, A.R., Swaminantan, K., Yun, S.E., 2009, Hepatoprotective and Curative Properties of Kombucha Tea Against Carbon Tetrachloride-Induced Toxicity, J of Microbiology and Biotechnology, 19 (4), 397-402. Nnanna, L. A., Obasi, V. U., Nwadiuko, O. C., Mejeh, K. I., Ekekwe, N. D., Udensi, S. C., 2012, Inhibition by Newbouldia leavis Leaf Extract of the Corrosion of Aluminium in HCl and H2SO4 Solutions, Arch. Appl. Sci. Res., 4 (1), 207-217. Pratt, D.S., and Kaplan, M.M., 2000, Evaluation of Abnormal Liver-Enzyme Results in Asymptomatic Patients, N Engl J Med, 342, 1266-1271. Price, S. A., Wilson, L. M., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6 , Vol 1, Penerbit EGC, Jakarta, pp.473-476.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
Procházková, D., Boušová, I., and Wilhelmová, N., 2011, Antioxidant and prooxidant properties of flavonoids, Fitoterapia, 82, 513–523. Pujar,S., Kashinakunti, S.V., Kalaganad, G.S., Dambala, A., Doddamani, G.B., 2010, Evaluation of Deritis In Alcoholic and Non-Alcoholic Heart Disease- A Case Control Study, Journal of Clinical and Diagnostic Research, (4), 2463-2466. Redaksi Agromedia, 2008, Buku Pintar Tanaman Obat: 431 jenis tanaman penggempur aneka penyakit, Agromedia Pustaka, Jakarta, pp. 6. Royal Society of Chemistry, 1989, Chemical Safety Data Sheets, Vol. 1, Solvents, The University of Nottingham, England, pp. 38-41. Sacher, R.A., dan McPherson, R. A., 2002, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan, Edisi 11, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 369-370. Sampurno, 2003, Obat Herbal dalam Prespektif Medik dan Bisnis, http://mot.farmasi.ugm.ac.id/files/13OBAT%20HERBAL_Sampurno.pdf , diakses tanggal 3 Mei 2014. Silva, F.L., Fischer, D.C., Tavares, J.F., Silva, M.S., de Athayde-Filho, P.F., Barbosa-Filho, J.M., 2011, Compilation of secondary metabolites from Bidens pilosa L., Molecules,16(2) 1070-1102. Stine, K.E., and Brown, T.M., 1996, Principles of Toxicology, Lewis Publishers, New York, pp. 149-157. Strickley, R. G., 2004, Solubilizing excipients in oral and injectable formulations, Pharm Res, 21, 201–30. Sugiura, T., Ito, N., Goto, K., Naito, H., Yoshioka, T., and Powers, S. K.,2006, Estrogen administration attenuates immobilization-induced skeletal muscle atrophy in male rats, J Physiol Sci, 56, 393–99. Suzigan, M.I., Battochio, A.P.R., Coelho, K.L., Coelho, C.A.R., 2009, An acqueous extract of Bidens pilosa L. protects liver from cholestatic disease. Experimental study in young rats, Acta Cirúrgica Brasileira, 24(5), 347-352. Timbrell, A.J., 2008, Principles of Biochemcal Technology, Edisi 4, Informa Healthcare, USA Inc, USA, p. 195. Tolman, K.G., and Dalpiaz, A.S., 2007, Treatment of non-alcoholic fatty liver disease, Ther Clin Risk Manag., 3(6): 1153–1163. Ueno, I., Nakano, N., Hirono, I.,1983, Metabolic fate of [14C] quercetin in the ACI rat, Jpn J Exp Med, 53, 41–50. Wakchaure, D., Jain, D., Singhai, A.K., and Somani, R., 2011, Hepatoprotective activity of Symplocos racemosa bark on carbon tetrachloride-induced hepatic damage in rats, J Ayurveda Integr Med., 2(3), 137–143.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
Weber, L.W., Boll, M., Stampfl, A., 2003, Hepatotoxicity and mechanism of action of haloalkanes: carbon tetrachloride as a toxicological model, Crit Rev Toxicol, 33(2):105-36. Wibowo dan Paryana, 2009, Anatomi Tubuh Manusia, Graha Ilmu, Indonesia, pp. 347-348. Wijayanti, F.D.R., 2013, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L. Pada Tikus Terinduksi karbon Tetraklorida : Kajian Terhadap Praperlakuan Jangka Waktu 30 Menit, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Xu, G.H., Chen, D.H., Xhang, Y.H., Jiang, P., Ye, X.Q., 2008, Minerals, Phenolic Compounds, and Antioxidant Capacity of Citrus Peel Extract by Hot Water, Journal of Food Science, 73 (1), c11-c18. Yuan, L., Chen, F., Ling, L., Dou, P., Bo, H., Zhong, M., Xia, L., 2008, Protective effects of total flavonoids of Bidens pilosa L. (TFB) on animal liver injury and liver fibrosis, J Ethnopharmacol, 116, 539-546. Zimmerman H.J., 1999, Hepatotoxicity: The adverse Effects of Drugs and Other Chemicals on The liver, Lippincott Williams and Wilkins, USA, pp.126128.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran
64
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1. Foto Serbuk Herba Bidens pilosa L.
Lampiran 2. Foto Pembuatan Infusa Herba Bidens pilosa L.
Lampiran 3. Foto Infusa Herba Bidens pilosa L.
65
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4. Surat Determinasi Herba Bidens pilosa L.
66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5. Surat Medical and Health Research Ethics Committee (MHREC)
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Lampiran 6. Hasil analisis statistik aktivitas serum ALT dan AST pada uji pendahuluan waktu pencuplikan darah hewan uji setelah induki karbon tetraklorida 2 mL/kgBB Descriptives Kelompok ALT
jam_0
Statistic Mean
51.2000
95% Confidence Interval for Lower Bound
40.9459
Mean
61.4541
Upper Bound
5% Trimmed Mean
51.0000
Median
49.0000
Variance
8.25833
Minimum
43.00
Maximum
63.00
Range
20.00
Interquartile Range
15.50
Skewness
.705
.913
-1.028
2.000
Mean
153.0000
2.12132
95% Confidence Interval for Lower Bound
147.1103
Mean
158.8897
Kurtosis
Upper Bound
5% Trimmed Mean
153.0556
Median
155.0000
Variance
22.500
Std. Deviation
4.74342
Minimum
147.00
Maximum
158.00
Range
11.00
Interquartile Range
9.00
Skewness
-.468
.913
-2.385
2.000
Mean
61.4000
2.35797
95% Confidence Interval for Lower Bound
54.8532
Mean
67.9468
Kurtosis jam_48
3.69324
68.200
Std. Deviation
jam_24
Std. Error
Upper Bound
5% Trimmed Mean
61.2222
Median
60.0000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Variance
69
27.800
Std. Deviation
5.27257
Minimum
56.00
Maximum
70.00
Range
14.00
Interquartile Range
8.50
Skewness
1.314
.913
Kurtosis
2.283
2.000
Tests of Normality a
Kelompok
Kolmogorov-Smirnov Statistic
ALT
jam_0 dimension1
df
Shapiro-Wilk
Sig.
.205
5
Statistic
df
Sig.
.200
*
.932
5
.612
.900
5
.410
.905
5
.435
jam_24
.263
5
.200
*
jam_48
.255
5
.200
*
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Test of Homogeneity of Variances ALT Levene Statistic
df1
df2
1.496
2
Sig. 12
.263
ANOVA ALT Sum of Squares Between Groups
Mean Square
31429.733
2
15714.867
474.000
12
39.500
31903.733
14
Within Groups Total
df
F 397.845
Sig. .000
Multiple Comparisons ALT Scheffe (I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
95% Confidence Interval
Difference (IJ) dimension2
jam_0
dimension3
jam_24
-101.80000
Std. Error *
3.97492
Sig. .000
Lower Bound Upper Bound -112.8804
-90.7196
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
jam_48 jam_24
-10.20000
3.97492
.072
-21.2804
.8804
3.97492
.000
90.7196
112.8804
jam_0
101.80000
*
jam_48
91.60000
*
3.97492
.000
80.5196
102.6804
jam_0
10.20000
3.97492
.072
-.8804
21.2804
*
3.97492
.000
-102.6804
-80.5196
dimension3
jam_48
70
dimension3
jam_24
-91.60000
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Descriptives Kelompok AST
Jam_0
Statistic Mean
109.0000
95% Confidence Interval for Lower Bound Mean
Upper Bound
Median
109.0000 106.500 10.31988
Minimum
95.00
Maximum
124.00
Range
29.00
Interquartile Range
16.00
Skewness
.237
.913
1.815
2.000
Mean
425.6000
10.42881
95% Confidence Interval for Lower Bound
396.6450
Kurtosis Jam_24
121.8138 108.9444
Std. Deviation
4.61519
96.1862
5% Trimmed Mean
Variance
Std. Error
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Mean
Upper Bound
454.5550
5% Trimmed Mean
426.0556
Median
425.0000
Variance
543.800
Std. Deviation
23.31952
Minimum
391.00
Maximum
452.00
Range
61.00
Interquartile Range
41.50
Skewness
-.646
.913
.357
2.000
Mean
150.6000
7.01855
95% Confidence Interval for Lower Bound
131.1134
Mean
170.0866
Kurtosis Jam_48
71
Upper Bound
5% Trimmed Mean
149.9444
Median
144.0000
Variance
246.300
Std. Deviation
15.69395
Minimum
137.00
Maximum
176.00
Range
39.00
Interquartile Range
26.50
Skewness
1.378
.913
Kurtosis
1.503
2.000
Tests of Normality Kelompok
a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
AST
Jam_0 dimension1
df
.261
Sig. 5
Statistic .939
5
.658
.967
5
.853
.871
5
.272
.189
5
.200
Jam_48
.263
5
.200
*
Test of Homogeneity of Variances
Sig.
*
Jam_24
*. This is a lower bound of the true significance.
df
.200
*
a. Lilliefors Significance Correction
AST
Shapiro-Wilk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Levene Statistic
df1
df2
1.257
2
72
Sig. 12
.320
ANOVA AST Sum of Squares Between Groups
Mean Square
295985.200
2
147992.600
3586.400
12
298.867
299571.600
14
Within Groups Total
df
F 495.179
Sig. .000
Multiple Comparisons AST Scheffe (I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
95% Confidence Interval
Difference (IJ) Jam_0
Jam_24
Lower Bound Upper Bound
-316.60000
Jam_48
-41.60000
*
10.93374
.009
-72.0786
-11.1214
Jam_0
316.60000
*
10.93374
.000
286.1214
347.0786
Jam_48
275.00000
*
10.93374
.000
244.5214
305.4786
41.60000
*
10.93374
.009
11.1214
72.0786
-275.00000
*
10.93374
.000
-305.4786
-244.5214
dimension3
Jam_48
Sig.
Jam_24 dimension3
dimension2
Std. Error *
Jam_0 dimension3
Jam_24
10.93374
.000
-347.0786
-286.1214
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
Lampiran 7. Hasil analisis statistik aktivitas serum ALT dan AST pada kelompok kontrol olive oil dosis 2 mL/kgBB Descriptives Kelompok ALT
Jam_0
Statistic Mean
55.2000
95% Confidence Interval for Lower Bound
49.4159
Mean
60.9841
Upper Bound
5% Trimmed Mean
55.1667
Median
54.0000
Variance
2.08327
21.700
Std. Deviation
4.65833
Minimum
50.00
Maximum
61.00
Range
11.00
Interquartile Range
9.00
Skewness
.309
.913
-2.218
2.000
Mean
57.2000
3.07246
95% Confidence Interval for Lower Bound
48.6695
Mean
65.7305
Kurtosis Jam_24
Std. Error
Upper Bound
5% Trimmed Mean
57.3333
Median
60.0000
Variance
47.200
Std. Deviation
6.87023
Minimum
48.00
Maximum
64.00
Range
16.00
Interquartile Range
13.00
Skewness
-.607
.913
-2.038
2.000
Kurtosis
Tests of Normality Kelompok
a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
ALT
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
Jam_0
.202
5
.200
*
Jam_24
.258
5
.200
*
dimension1
df
Sig.
.933
5
.619
.902
5
.419
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Test of Homogeneity of Variances ALT Levene Statistic
df1
df2
2.049
1
Sig. 8
.190
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Jam_0
55.2000
5
4.65833
2.08327
Jam_24
57.2000
5
6.87023
3.07246
Paired Samples Correlations N Pair 1
Jam_0 & Jam_24
Correlation 5
Sig.
.147
.814
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence
Mean Pair Jam_0 1
Jam_24
2.00000
Std.
Interval of the
Std.
Error
Difference
Deviation
Mean
7.71362
3.44964
Lower 11.57773
Sig. (2-
Upper
t
7.57773
-.580
df
tailed) 4
.593
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Descriptives Kelompok AST
Jam_0
Statistic Mean
105.2000
95% Confidence Interval for Lower Bound
101.3329
Mean
109.0671
Upper Bound
5% Trimmed Mean
105.1667
Median
104.0000
Variance
1.39284
9.700
Std. Deviation
3.11448
Minimum
102.00
Maximum
109.00
Range
7.00
Interquartile Range
6.00
Skewness
.437
.913
-2.681
2.000
101.8000
3.83927
Kurtosis Jam_24
Std. Error
Mean 95% Confidence Interval for Lower Bound Mean
91.1405
Upper Bound
112.4595
5% Trimmed Mean
101.9444
Median
105.0000
Variance
73.700
Std. Deviation
8.58487
Minimum
90.00
Maximum
111.00
Range
21.00
Interquartile Range
16.00
Skewness
-.584
.913
-1.437
2.000
Kurtosis
Tests of Normality Kelompok
a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
AST
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
Jam_0
.250
5
.200
*
Jam_24
.245
5
.200
*
dimension1
a. Lilliefors Significance Correction
df
Sig.
.885
5
.332
.936
5
.639
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Tests of Normality a
Kelompok
Kolmogorov-Smirnov Statistic
AST
Jam_0
df
.250
Shapiro-Wilk
Sig. 5
.245
5
df
Sig.
.200
*
.885
5
.332
.200
*
.936
5
.639
dimension1
Jam_24
Statistic
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Jam_0
105.2000
5
3.11448
1.39284
Jam_24
101.8000
5
8.58487
3.83927
Paired Samples Correlations N Pair 1
Jam_0 & Jam_24
Correlation 5
.619
Sig. .266
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence
Pair Jam_0 1
Jam_24
Std.
Interval of the
Std.
Error
Difference
Mean
Deviation
Mean
3.40000
7.09225
3.17175
Lower
Upper
Sig. (2t
-5.40619 12.20619 1.072
df
tailed) 4
.344
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
Lampiran 8. Hasil analisis statistik data kontrol CCl4, kontrol olive oil, kontrol infusa, dan perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. dosis 0,5 g/kgBB; 1 g/kgBB; dan 2 g/kgBB Descriptives Kelompok
ALT
Kontrol CCl4
Std.
Mean
174.4000
2.90861
Lower Bound
166.3244
Interval for Mean
Upper Bound
182.4756
5% Trimmed Mean
174.4444
Median
175.0000 42.300
Std. Deviation
6.50385
Minimum
166.00
Maximum
182.00
Range
16.00
Interquartile Range
12.50
Skewness
-.214
.913
-1.616
2.000
57.2000
3.07246
Kurtosis Mean 95% Confidence
Lower Bound
48.6695
Interval for Mean
Upper Bound
65.7305
5% Trimmed Mean
57.3333
Median
60.0000
Variance
47.200
Std. Deviation
6.87023
Minimum
48.00
Maximum
64.00
Range
16.00
Interquartile Range
13.00
Skewness
-.607
.913
-2.038
2.000
57.4000
2.92575
Kurtosis Kontrol Infusa
Error
95% Confidence
Variance
Kontrol Olive oil
Statistic
Mean 95% Confidence
Lower Bound
49.2768
Interval for Mean
Upper Bound
65.5232
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5% Trimmed Mean
57.2778
Median
54.0000
Variance
42.800
Std. Deviation
6.54217
Minimum
52.00
Maximum
65.00
Range
13.00
Interquartile Range
12.50
Skewness Kurtosis
.554
.913
-3.177
2.000
88.4000
2.54165
Perlakuan Dosis I (0,5
Mean
g/kgBB)
95% Confidence
Lower Bound
81.3432
Interval for Mean
Upper Bound
95.4568
5% Trimmed Mean
88.3333
Median
86.0000
Variance
32.300
Std. Deviation
5.68331
Minimum
83.00
Maximum
95.00
Range
12.00
Interquartile Range
11.00
Skewness Kurtosis
.469
.913
-3.041
2.000
69.0000
3.00000
Perlakuan Dosis II (1
Mean
g/kgBB)
95% Confidence
Lower Bound
60.6707
Interval for Mean
Upper Bound
77.3293
5% Trimmed Mean
69.1111
Median
72.0000
Variance Std. Deviation
78
45.000 6.70820
Minimum
60.00
Maximum
76.00
Range
16.00
Interquartile Range
12.50
Skewness
-.580
.913
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kurtosis
-1.874
2.000
101.0000
5.02991
Perlakuan Dosis III (2
Mean
g/kgBB)
95% Confidence
Lower Bound
87.0347
Interval for Mean
Upper Bound
114.9653
5% Trimmed Mean
101.0000
Median
102.0000
Variance
79
126.500
Std. Deviation
11.24722
Minimum
87.00
Maximum
115.00
Range
28.00
Interquartile Range
21.50
Skewness
-.049
.913
-1.491
2.000
Kurtosis
Tests of Normality a
Kelompok
Kolmogorov-Smirnov Statistic
ALT
Kontrol CCl4
df
.160
Shapiro-Wilk
Sig. 5
Statistic
df
Sig.
.200
*
.969
5
.871
*
.902
5
.419
Kontrol Olive oil
.258
5
.200
Kontrol Infusa
.298
5
.167
.777
5
.052
.264
5
.200
*
.835
5
.153
.273
5
.200
*
.911
5
.474
.162
5
.200
*
.977
5
.916
Perlakuan Dosis I (0,5 g/kgBB) Perlakuan Dosis II (1 g/kgBB) Perlakuan Dosis III (2 g/kgBB) a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance. Test of Homogeneity of Variances ALT Levene Statistic 1.096
df1
df2 5
Sig. 24
.388
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
ANOVA ALT Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
F
49086.967
5
9817.393
1344.400
24
56.017
50431.367
29
Sig.
175.258
.000
Multiple Comparisons ALT Scheffe (I) Kelompok
(J) Kelompok
95% Confidence Interval
Mean
Kontrol CCl4
Kontrol Olive oil Kontrol Infusa Perlakuan Dosis I
Difference
Std.
(I-J)
Error
Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
117.20000
*
4.73357
.000
100.0652
134.3348
117.00000
*
4.73357
.000
99.8652
134.1348
86.00000
*
4.73357
.000
68.8652
103.1348
105.40000
*
4.73357
.000
88.2652
122.5348
73.40000
*
4.73357
.000
56.2652
90.5348
(0,5 g/kgBB) Perlakuan Dosis II (1 g/kgBB) Perlakuan Dosis III (2 g/kgBB) Kontrol Olive oil
Kontrol CCl4
- 4.73357 117.20000
Kontrol Infusa Perlakuan Dosis I
.000 -134.3348 -100.0652
*
-.20000 4.73357
1.000
-17.3348
16.9348
4.73357
.000
-48.3348
-14.0652
-11.80000 4.73357
.320
-28.9348
5.3348
*
.000
-60.9348
-26.6652
.000 -134.1348
-99.8652
-31.20000
*
(0,5 g/kgBB) Perlakuan Dosis II (1 g/kgBB) Perlakuan Dosis III
-43.80000
4.73357
(2 g/kgBB) Kontrol Infusa
Kontrol CCl4
- 4.73357 117.00000
Kontrol Olive oil Perlakuan Dosis I (0,5 g/kgBB)
*
.20000 4.73357 -31.00000
*
4.73357
1.000
-16.9348
17.3348
.000
-48.1348
-13.8652
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Perlakuan Dosis II
81
-11.60000 4.73357
.339
-28.7348
5.5348
-43.60000
*
4.73357
.000
-60.7348
-26.4652
-86.00000
*
4.73357
.000 -103.1348
-68.8652
31.20000
*
4.73357
.000
14.0652
48.3348
31.00000
*
4.73357
.000
13.8652
48.1348
19.40000
*
4.73357
.019
2.2652
36.5348
-12.60000 4.73357
.254
-29.7348
4.5348
.000 -122.5348
-88.2652
(1 g/kgBB) Perlakuan Dosis III (2 g/kgBB) Perlakuan Dosis I (0,5 g/kgBB)
Kontrol CCl4 Kontrol Olive oil Kontrol Infusa Perlakuan Dosis II (1 g/kgBB) Perlakuan Dosis III (2 g/kgBB)
Perlakuan Dosis II
Kontrol CCl4
(1 g/kgBB)
- 4.73357 105.40000
*
Kontrol Olive oil
11.80000 4.73357
.320
-5.3348
28.9348
Kontrol Infusa
11.60000 4.73357
.339
-5.5348
28.7348
-19.40000
*
4.73357
.019
-36.5348
-2.2652
-32.00000
*
4.73357
.000
-49.1348
-14.8652
-73.40000
*
4.73357
.000
-90.5348
-56.2652
43.80000
*
4.73357
.000
26.6652
60.9348
Kontrol Infusa
43.60000
*
4.73357
.000
26.4652
60.7348
Perlakuan Dosis I
12.60000 4.73357
.254
-4.5348
29.7348
.000
14.8652
49.1348
Perlakuan Dosis I (0,5 g/kgBB) Perlakuan Dosis III (2 g/kgBB) Perlakuan Dosis III (2 g/kgBB)
Kontrol CCl4 Kontrol Olive oil
(0,5 g/kgBB) Perlakuan Dosis II
32.00000
(1 g/kgBB) *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
*
4.73357
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Descriptives Kelompok
AST
Kontrol CCl4
Std.
Mean
409.6000
7.78845
Lower Bound
387.9758
Interval for Mean
Upper Bound
431.2242
5% Trimmed Mean
409.3889
Median
406.0000 303.300
Std. Deviation
17.41551
Minimum
389.00
Maximum
434.00
Range
45.00
Interquartile Range
32.00
Skewness Kurtosis Mean
.448
.913
-.513
2.000
101.8000
3.83927
95% Confidence
Lower Bound
91.1405
Interval for Mean
Upper Bound
112.4595
5% Trimmed Mean
101.9444
Median
105.0000
Variance
73.700
Std. Deviation
8.58487
Minimum
90.00
Maximum
111.00
Range
21.00
Interquartile Range
16.00
Skewness
-.584
.913
-1.437
2.000
105.6000
3.74967
Kurtosis Kontrol Infusa
Error
95% Confidence
Variance
Kontrol Olive oil
Statistic
Mean 95% Confidence
Lower Bound
95.1893
Interval for Mean
Upper Bound
116.0107
5% Trimmed Mean
105.6111
Median
107.0000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Variance
70.300
Std. Deviation
8.38451
Minimum
96.00
Maximum
115.00
Range
19.00
Interquartile Range
16.50
Skewness
-.161
.913
-2.608
2.000
283.6000
4.05709
Kurtosis Perlakuan Dosis I (0,5
Mean
g/kgBB)
95% Confidence
Lower Bound
272.3357
Interval for Mean
Upper Bound
294.8643
5% Trimmed Mean
283.7222
Median
288.0000
Variance
82.300
Std. Deviation
9.07193
Minimum
272.00
Maximum
293.00
Range
21.00
Interquartile Range
17.00
Skewness
-.517
.913
-2.376
2.000
233.2000
3.54119
Kurtosis Perlakuan Dosis II (1
Mean
g/kgBB)
95% Confidence
Lower Bound
223.3681
Interval for Mean
Upper Bound
243.0319
5% Trimmed Mean
232.9444
Median
232.0000
Variance Std. Deviation
Perlakuan Dosis III (2
83
62.700 7.91833
Minimum
225.00
Maximum
246.00
Range
21.00
Interquartile Range
13.00
Skewness
1.234
.913
Kurtosis
2.073
2.000
304.4000
5.54617
Mean
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
g/kgBB)
95% Confidence
Lower Bound
289.0014
Interval for Mean
Upper Bound
319.7986
5% Trimmed Mean
304.3333
Median
305.0000
Variance
84
153.800
Std. Deviation
12.40161
Minimum
291.00
Maximum
319.00
Range
28.00
Interquartile Range
24.50
Skewness Kurtosis
.024
.913
-2.554
2.000
Tests of Normality a
Kelompok
Kolmogorov-Smirnov Statistic
AST
Kontrol CCl4
df
.182
Shapiro-Wilk
Sig. 5
Statistic
df
Sig.
.200
*
.981
5
.939
.936
5
.639
Kontrol Olive oil
.245
5
.200
*
Kontrol Infusa
.218
5
.200
*
.911
5
.475
.888
5
.346
Perlakuan Dosis I (0,5
.286
5
.200
*
.260
5
.200
*
.917
5
.510
.221
5
.200
*
.911
5
.476
g/kgBB) Perlakuan Dosis II (1 g/kgBB) Perlakuan Dosis III (2 g/kgBB) a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Test of Homogeneity of Variances AST Levene Statistic 1.547
df1
df2 5
Sig. 24
.213
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
ANOVA AST Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
F
360103.900
5
72020.780
2984.400
24
124.350
363088.300
29
Sig.
579.178
.000
Multiple Comparisons AST Scheffe (I) Kelompok
(J) Kelompok
95% Confidence Interval
Mean
Kontrol CCl4
Difference
Std.
(I-J)
Error
Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
307.80000
*
7.05266
.000
282.2705
333.3295
Kontrol Infusa
304.00000
*
7.05266
.000
278.4705
329.5295
Perlakuan Dosis I
126.00000
*
7.05266
.000
100.4705
151.5295
176.40000
*
7.05266
.000
150.8705
201.9295
105.20000
*
7.05266
.000
79.6705
130.7295
Kontrol Olive oil
(0,5 g/kgBB) Perlakuan Dosis II (1 g/kgBB) Perlakuan Dosis III (2 g/kgBB) Kontrol Olive oil
Kontrol CCl4
- 7.05266 307.80000
Kontrol Infusa
Kontrol Infusa
-3.80000 7.05266
Perlakuan Dosis I
- 7.05266
(0,5 g/kgBB)
*
181.80000
Perlakuan Dosis II
- 7.05266
(1 g/kgBB)
*
131.40000
Perlakuan Dosis III
- 7.05266
(2 g/kgBB)
*
Kontrol CCl4
202.60000
- 7.05266 304.00000
Kontrol Olive oil Perlakuan Dosis I
- 7.05266
(0,5 g/kgBB)
*
Perlakuan Dosis II
- 7.05266
(1 g/kgBB)
*
127.60000
.998
-29.3295
21.7295
.000 -207.3295 -156.2705
.000 -156.9295 -105.8705
.000 -228.1295 -177.0705
.000 -329.5295 -278.4705
*
3.80000 7.05266
178.00000
.000 -333.3295 -282.2705
*
.998
-21.7295
29.3295
.000 -203.5295 -152.4705
.000 -153.1295 -102.0705
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Perlakuan Dosis I
Perlakuan Dosis III
- 7.05266
(2 g/kgBB)
*
198.80000
Kontrol CCl4
(0,5 g/kgBB) Kontrol Olive oil Kontrol Infusa Perlakuan Dosis II
- 7.05266
86
.000 -224.3295 -173.2705
.000 -151.5295 -100.4705
126.00000
*
181.80000
*
7.05266
.000
156.2705
207.3295
178.00000
*
7.05266
.000
152.4705
203.5295
50.40000
*
7.05266
.000
24.8705
75.9295
-20.80000 7.05266
.164
-46.3295
4.7295
(1 g/kgBB) Perlakuan Dosis III (2 g/kgBB) Perlakuan Dosis II
Kontrol CCl4
(1 g/kgBB) Kontrol Olive oil Kontrol Infusa Perlakuan Dosis I
- 7.05266
.000 -201.9295 -150.8705
176.40000
*
131.40000
*
7.05266
.000
105.8705
156.9295
127.60000
*
7.05266
.000
102.0705
153.1295
-50.40000
*
7.05266
.000
-75.9295
-24.8705
-71.20000
*
7.05266
.000
-96.7295
-45.6705
.000 -130.7295
-79.6705
(0,5 g/kgBB) Perlakuan Dosis III (2 g/kgBB) Perlakuan Dosis III
Kontrol CCl4
(2 g/kgBB) Kontrol Olive oil Kontrol Infusa Perlakuan Dosis I
- 7.05266 105.20000
*
202.60000
*
7.05266
.000
177.0705
228.1295
198.80000
*
7.05266
.000
173.2705
224.3295
20.80000 7.05266
.164
-4.7295
46.3295
.000
45.6705
96.7295
(0,5 g/kgBB) Perlakuan Dosis II
71.20000
(1 g/kgBB) *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
*
7.05266
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
Lampiran 9. Perhitungan %hepatoprotektif Rumus perhitungan efek hepatoprotektif
Dengan rumus tersebut maka perhitungan efek hepatoprotektif pada aktivitas serum ALT –AST adalah sebagai berikut: Kelompok Infusa Herba Bidens pilosa L. dosis 0,5 g/kgBB (p.o.) + induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB (i.p.) Serum ALT
Serum AST
Kelompok Infusa Herba Bidens pilosa L. dosis 1 g/kgBB (po) + induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB (i.p.) Serum ALT
Serum AST
Kelompok Infusa Herba Bidens pilosa L. dosis 2 g/kgBB (po) + induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB (i.p.) Serum ALT
Serum AST
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
Lampiran 10. Penetapan kadar air serbuk herba Bidens pilosa L. Penetapan kadar air serbuk dilakukan dengan metode gravimetri menggunakan alat moisture balance. Pemanasan serbuk herba Bidens pilosa L. dilakukan pada suhu 1050 C selama 15 menit.
Replikasi I
Replikasi III =
Replikasi II
Kadar air serbuk adalah 8,614 %. Kadar air ini sudah memenuhi persyaratan kurang dari 10%. Lampiran 11. Perhitungan konversi dosis untuk manusia Nilai konversi tikus 200 g ke manusia = 56,0 Dosis untuk manusia = dosis tikus 200 g x nilai konversi tikus 200 g ke manusia Maka dapat ditetapkan dosis infusa herba Bidens pilosa L. untuk manusia adalah sebagai berikut : Infusa herba Bidens pilosa L. 0,5 g/kgBB tikus 0,5 g/kgBB
= 0,5 g/1000 gBB = 0,1 g/200 gBB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
0,1 g/ 200 gBB x 56,0 = 5,6 g/70 kgBB manusia Infusa herba Bidens pilosa L. 1 g/kgBB tikus 1 g/kgBB
= 1 g/1000 gBB = 0,2 g/200 gBB
0,2 g/ 200 gBB x 56,0 = 11,2 g/70 kgBB manusia Infusa herba Bidens pilosa L. 2 g/kgBB tikus 2 g/kgBB
= 2 g/1000 gBB = 0,4 g/200 gBB
0,4 g/ 200 gBB x 56,0 = 22,4 g/70 kgBB manusia
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
BIOGRAFI PENULIS Penulis Skripsi dengan Judul “Efek Hepatoprotektif Pemberian Jangka Pendek Infusa Herba Bidens pilosa L. Terhadap Aktivitas ALT-AST Serum Pada Tikus Betina Terinduksi Karbon Tetraklorida” dengan nama lengkap Prasetyo Handy Kurniawan, merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Suharjono Lestiono dan Ibu Hartini Singgih. Penulis dilahirkan di Magelang, pada tanggal 7 Mei 1993. Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis, yaitu TK Pius Magelang (1997-1999), tingkat Sekolah Dasar di SD Tarakanita Magelang (1999-2005), tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Tarakanita Magelang (2005-2008), tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Tarakanita Magelang (2008-2011). Pada tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Semasa menempuh pendidikan sarjana, penulis memiliki pengalaman sebagai asisten pratikum di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada laboratorium Compounding and Dispending Lab Work (2013), dan Farmakologi Toksikologi (2014). Penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan seperti Pharmacy Performance 2011 sebagai anggota seksi perlengkapan, Desa Mitra 2012 dan 2013 sebagai anggota seksi publikasi dekorasi dan dokumentasi, serta Aksi Hari Kesehatan dan Lingkungan Hidup tahun 2012 sebagai seksi acara.