PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SEJARAH GEREJA KRISTEN INJILI INDONESIA DI BENGKO, REJANG LEBONG, BENGKULU (1983-2008) “MENGGEMBALA DI TENGAH LEBATNYA RIMBA SUMATRA”
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah
Disusun oleh : Yoel Febriantoro 081314005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SEJARAH GEREJA KRISTEN INJILI INDONESIA DI BENGKO, REJANG LEBONG, BENGKULU (1983-2008) “MENGGEMBALA DI TENGAH LEBATNYA RIMBA SUMATRA”
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah
Disusun oleh : Yoel Febriantoro 081314005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Persembahan Dengan rasa syukur yang mendalam, rasa hormat, dan terimakasih yang sebesar‐ besarnya Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menemaniku dengan tulus dan selalu membimbingku biarpun aku sering meninggalkanNya. 2. Gereja Kristen Injili Indonesia (G.K.I.I.), khususnya jemaat G.K.I.I. cabang Bengko. 3. Kedua orang tuaku, seseorang yang kukasihi, dan saudariku. 4. Seluruh pendidik yang pernah memberiku ilmu di Universitas Sanata Dharma dan teman-teman Pendidikan Sejarah’08.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Motto “Kecerdasan otak tanpa disertai dengan keinginan untuk bekerja keras, sikap rajin, disiplin, dan sikap rendah hati akan menjadi sia-sia disaat mengerjakan sesuatu”
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk di hari tua”. (Aristoteles)
“Ketergesaan dalam setiap usaha membawa kegagalan”. (Herodotus)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Sejarah Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, Rejang Lebong, Bengkulu (1983-2008) : “Menggembala di Tengah Lebatnya Rimba Sumatra” Yoel Febriantoro Universitas Sanata Dharma 2013 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tiga permasalahan pokok, yaitu: 1). Latar belakang berdirinya Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, 2). Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko “hidup” sebagai kelompok minoritas dari tahun 1983-2008, 3). Dampak yang muncul dari berdirinya Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko dari tahun 1983-2008. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan multidimensional. Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1). Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko didirikan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan iman bagi keluarga-keluarga Kristen yang ada di Bengko. 2). Jemaat Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko mampu hidup berdampingan secara harmonis dengan penduduk setempat. Secara umum G.K.I.I. cabang Bengko belum terlibat dalam usaha penyelesaian masalah sosial yang terjadi di Bengko dan sekitarnya. 3). Dengan berdirinya Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, agama di Bengko menjadi beragam. Karya-karya G.K.I.I. cabang Bengko belum dirasakan oleh masyarakat luas, melainkan hanya oleh jemaatnya sendiri.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT THE HISTORY OF INDONESIAN CHRISTIAN EVANGELICAL CHURCH IN BENGKO, REJANG LEBONG, BENGKULU (1983-2008) “BEING A SHEPHERD IN THE WILDERNESS OF SUMATRANESE JUNGLE” Yoel Febriantoro Universitas Sanata Dharma 2013 This research aims to describe and analyze three research problems, namely : 1). The background of the establishment of Indonesian Christian Evangelical Church in Bengko, 2). The way how the Indonesian Christian Evangelical Church in Bengko lived as minority groups from 1983 to 2008, 3). The impact caused by the establishment of Indonesian Christian Evangelical Church in Bengko from 1983 to 2008. The method used in this research is a historical research. While the approaches are multidimensional approaches. The descriptive analysis is used as a methodnof writing. The result of this research shows that: 1). Indonesian Christian Evangelical Church in Bengko was founded to fulfill the need of spiritual services for the Christian families in Bengko, 2). The Indonesian Christian Evangelical Church was able to live harmoniously together with the local community. Generally Indonesia Christian Evangelical Church in Bengko had not yet involved in making the effort to overcome social problems that occured in Bengko and its surroundings, 3). Through the establishment of the Indonesian Christian Evangelical Church in Bengko, religion in Bengko varies. However, the services done by Indonesian Christian Evangelical Church have not been provided for the public, but only for the Indonesian Christian Evangelical Church followers.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sejarah Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko (1983-2008): Menggembala di Tengah Lebatnya Rimba Sumatra”. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian.
2.
Ketua Program Studi Pendidikan sejarah yang telah memberikan saran dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.
3.
Drs. B. Musidi, M. Pd. Selaku pembimbing tunggal yang telah banyak memberi masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4.
Para Dosen Pendidikan Sejarah, yang telah memberikan bekal pengetahuan dan bimbingan bagi penulis selama menyelesaikan tugas belajar di Universitas Sanata Dharma.
5.
Seluruh jemaat G.K.I.I. cabang Bengko (terimakasih atas doa dan dukungannya), Bapak Ishak Wasimin, Sarjana, Sumaryono, Djamin, dan Vic. Anugerah Telaumbanua (terimakasih atas informasi yang saya dapat) dan x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... I HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................
iv
HALAMAN MOTTO........................................................................................ v HALAMAN KEASLIAN KARYA................................................................... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS........................................
vii
ABSTRAK..........................................................................................................
viii
ABSTRACT......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR.......................................................................................
x
DAFTAR ISI......................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL..............................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................................ 9 C. Tujuan Penulisan.................................................................................
10
D. Manfaat Penulisan...............................................................................
10
E. Tinjauan Pustaka.................................................................................
11
F. Landasan Teori....................................................................................
14
G. Metodologi Penelitian.......................................................................... 22 H. Sistematika Penulisan.......................................................................... xii
28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA GEREJA KRISTEN INJILI INDONESIA di BENGKO....................................................
31
A. Sekilas Mengenai Bengko................................................................... 32 1.
Letak Geografis dan Kondisi Alam Bengko................................ 35
2.
Suku-suku Asli Rejang Lebong di Bangko.................................
3.
Keadaan Sosial Bengko dan sekitarnya....................................... 45
4.
Mata Pencaharian Masyarakat Bengko.......................................
38
48
B. Alasan Didirikannya G.K.I.I. di Bengko (Perintisan Pelayanan di Bengko)..............................................................................................
50
C. Hambatan-hambatan Dalam Usaha Pendirian Gereja di Bengko.......
52
D. Tokoh-tokoh yang Berjasa Dalam Cabang Bengko............................ 55 BAB III GEREJA KRISTEN INJILI INDONESIA CABANG BENGKO “HIDUP” SEBAGAI KELOMPOK MINORITAS DARI TAHUN 1983-2008................................................................................................
59
A. Sejarah Singkat Gereja Kristen Injili Indonesia di Sumatra...............
60
B. Pertumbuhan Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko (19832008)...................................................................................................
63
C. Hubungan Antara Umat Gereja Kristen Injili Indonesia Cabang Bengko dengan Masyarakat Bengko................................................... 67 D. Hal-hal yang Menguatkan Iman Umat Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko............................................................................ 70 E. Gereja Kristen Injili Indonesia dalam Usahanya Menghadapi Masalah Sosial di Bengko................................................................... 72 F. Posisi Umat Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko di Tengah Mayoritas Penduduk Muslim dari Tahun 1983-2008.........................
75
BAB IV DAMPAK DARI BERDIRINYA G.K.I.I. DI BENGKO................
78
A. Karya-karya Gereja Kristen Injili Indonesia Cabang Bengko Dalam Pewartaan Injil.................................................................................... xiii
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Kegiatan-kegiatan Gereja Kristen Injili Indonesia Cabang Bengko...
80
C. Alasan Jemaat Yang Dulu Non-Kristen Memilih Menjadi Bagian Dari Gereja..........................................................................................
83
BAB V PENUTUP.............................................................................................
87
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
90
LAMPIRAN......................................................................................................
94
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Para Penginjil di G.K.I.I. cabang Bengko dari tahun1983-2008......... 66 Tabel 4.1 : Jadwal Ibadah di G.K.I.I. cabang Bengko.........................................
xv
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.I
: Diagram tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Sindang Dataran tahun 2008................................................................
74
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara heterogen. Di dalamnya terdapat berbagai macam suku bangsa dengan keberagaman adat, tradisi, kepercayaan. Untuk itu Indonesia menjamin kehidupan dan kegiatan beragama warga negaranya. Jadi, negara harusdapat memberikan kebebasan kepada semua agama (kepercayaan) untuk berkembang dan sekaligus melindunginya.1 Masalah agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diakui negara melalui Undang-Undang Dasar 1945. Dalam bab IX pasal 29 dirumuskan 2 ayat yang berkaitan dengan hal ini, yaitu: “1). Negara berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, dan 2). Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut agamanya masing-masing dan kepercayaan itu”.2 Kristen Protestan merupakan agama yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia. Agama ini berkembang di Indonesia sejak kedatangan bangsa Belanda, dan pada umumnya yang berkembang di Indonesia termasuk ke dalam Gereja 1
Hal ini sangat berbalik dengan kenyataan di lapangan.Dalam UUD pasal 29 ayat 2 jelas tertulis bahwa setiap warga negara berhak memeluk agamanya masing-masing dengan MERDEKA. Akan tetapi pada kenyataannya ‘kekuatan’ yang dimiliki pasal 29 ayat 2 kalah dengan kekuatan lain, kekuatan yang berbasis massa dengan sikap anarkis. Kita lihat saja betapa sulitnya umat Kristen mendirikan rumah ibadah (sulit di ijin pembangunan) dan juga masih ada ormas-ormas yang mengatasnamakan agama tertentu berusaha “membasmi” kepercayaan yang dianggap oleh mereka keluar dari jalur aman (meskipun kepercayaan yang dimaksud memiliki akar yang sama; contohnya baru-baru ini Ahmadiyah yang menjadi korban). Negara seaakan-akan tidak mampu melindungi kebebasan beragama warga negaranya. Negara kalah dengan ‘otot’ ormas-ormas yang memang memiliki nyali untuk bertindak di luar hukum yang berlaku. 2 , Undang-Undang Dasar 1945 dan Amandemennya, (Surakarta: Al-Hikmah, 2000), hal. 90.
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
Calvinis. Gereja Calvinis merupakan Gereja yang menganut Calvinisme. Calvinisme adalah sebuah sistem teologis dan pendekatan kepada kehidupan Kristen yang menekankan kedaulatan pemerintahan Allah atas segala sesuatu. Calvinisme merupakan kumpulan-kumpulan ajaran dari Yohanes Calvin, seorang pengungsi Perancis di Jenewa. Yohanes Calvin memiliki pengaruh besar dalam perkembangan doktrin-doktrin Reformasi Protestan, doktrinnya tidak bersifat Lutheran, melainkan lebih mengikuti Ulrich Zwingli (pendiri Gereja Reformasi Swiss). Gereja Calvinis (Ajarannya juga mempengaruhi Gereja Hervormd) merupakan Gereja Injili tahap kedua dari Reformasi Protestan setelah Gereja Lutheran.3 Agama Kristen Protestan masuk ke Indonesia bersamaan dengan imperialisme bangsa Belanda. Pada masa kolonialisme, kebijakan pemerintah kolonial Hindia-Belanda pada masa itu kurang mengena pada misi penyebaran agama, pemerintah lebih sibuk mengurusi eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia daerah jajahan. Penyebaran agama Kristen Protestan di Nusatara pada masa itu dilakukan oleh para Zendeling (orang yang mewartakan Injil pada masyarakat pribumi). Di masa VOC, kegiatan zending dibatasi untuk melindungi monopoli perdagangan rempah-rempah di Nusantara.VOC pada saat itu berusaha mendekati kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Agar rencana menjadikan kerajaan-kerajaan Islam sebagai mitra dagang (dan dikemudian hari ditaklukkan), kegiatan zending perlu dibatasi. Dengan pembatasan kegiatan zending terutama di wilayah kerajaan 3
Calvinisme, Website: id.m.wikepedia.org/wiki/Calvinisme. (21/04/2013)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
Islam yang menjadi mitra VOC, maka segala bentuk kepentingan VOC (monopoli perdagangan rempah) akan berjalan tanpa ada gangguan berarti. Keyakinan yang tumbuh di kerajaan-kerajaan Nusantara pada masa itu sangat kuat, VOC menghindari timbulnya gesekan dengan kerajaan Islam yang diakibatkan oleh masalah keyakinan. Setelah VOC berhasil mengusir Portugis dari Maluku (1605-1677), umat Katolik yang ada dinyatakan Protestan.4Tujuan VOC menjadikan umat Katolik di Maluku menjadi pemeluk agama Protestan, adalah untuk meminimalisir pengaruh Portugis dan Spanyol di daerah tersebut. Pada dasarnya VOC dan Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda kurang memperhatikan masalah pewartaan Injil. Kepentingan niaga (monopoli perdagangan) bagi VOC dan eksploitasi sumber daya alam serta sumber daya manusia bagi Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda yang menjadi prioritas utama eksistensi mereka di Nusantara. Gereja Kristen Injili Indonesia (G.K.I.I.) merupakan lembaga Gereja yang awalnya
dirintis
oleh
Christian
Missionary
Alliance
(CMA).
Dalam
perkembangannya, G.K.I.I. lahir dan besar di Sumatera, khususnya di Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu. Pada tahun 1936,Rev. Hubert Micthell beserta istrinya memberitakan Injil kepada suku Anak Dalam (atau sering juga disebut dengan suku Kubu). Beliau datang ke Sumatera dibawah pimpinan Missi Go Ye Yelowship dari Los Angeles – Amerika Serikat. Mitchell bekerja dalam pewartaan
4
Adolf Heuken,Christianity in Asia — from its Beginning till Today, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka, 2011), hal. 34.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
Injil di Sumatra di bawah naungan CMA. Pada perkembangannya CMA menjadi induk dari gereja KINGMI atau Gereja Kemah Injili Indonesia.5 Mitchell pertama kali membaptis Suku Anak Dalam di Sungai Ketuan, Dusun Karudung Papan. Ketua sukunya, Depati Muit, ikut pula dibaptis. Dalam perkabaran Injil di Sumatera, Mitchell dibantu oleh hamba Tuhan yang berasal dari luar negeri dan dari dalam negeri. Tenaga tambahan ini sangat membantu pekerjaan Mitchell dalam perkabaran Injil di Sumatera.6 Pada tahun 1949, perkabaran Injil di Sumatera dialihkan atau setidaknya dapat dikatakan diteruskanoleh Worldwide Evangelization Crusade (WEC) dari Christian Missionary Alliance (CMA). Hal ini dilakukan agar perkabaran Injil di Sumatera tidak “mati”, sebab setelah Jepang menginvasi Hindia Belanda sampai Indonesia merdeka, CMA dan Kemah Injil sudah tidak berkarya di Sumatera lagi.7 Dari sinilah G.K.I.I. mulai dibentuk, yang semula dalam kerjanya diberi nama Gereja Persekutuan Injil (Lembaga gereja hasil kerja dari WEC). Usaha Mitchell dari CMA dilanjutkan hamba-hamba Tuhan dari WEC (F.L. Hill dan K.G. Williams) begitulah kira-kira. Pada tanggal 17 Juni 1967, diputuskan bahwa semua Gereja Persekutuan Injil dilebur menjadi gereja nasional yang bernama Gereja Kristen Injili Indonesia yang masing-masing gereja bersifat otonom. Hal ini dilakukan seiring situasi politik saat itu, diperlukan satu badan yang kuat guna mempertahankan pekerjaan
5 Gereja Kristen Injili Indonesia, Website resmi Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Jakarta, Link 59. (21/04/2012) 6 David Susilo Pranoto,Sejarah Gereja Kristen Indonesia, (Bengkulu: Majelis Sinode, 2008), hal. 46. 7 Untuk alasan keamanan para Zendelling, pewarta Injil di Hindia Belanda berkebangsaan asing diusahakan agar dapat keluar dari wilayah Hindia Belanda saat Jepang mulai merebut Indonesia dari tangan pemerintah Kolonial Hindia Belanda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
Tuhan di Sumatera. Mulai dari sini G.K.I.I. melanjutkan karya perkabaran Injil yang telah dimulai Mitchell, F.L Hill dan Williams.8 Penulis memilih rentang waktu antara tahun 1983-2008 dengan alasan perintisan G.K.I.I. di Bengko dimulai pada tahun 1983 ditandai dengan didirikannya Pos Perkabaran Injil. Pada tahun 1983, Evanjelis Charles (lulusan Institut Injili Batu Malang) dikirim G.K.I.I. untuk melayani umat di desa Bengko, Kec. Padang Ulak Tanding, Kab. Rejang Lebong, Bengkulu (Pelayanan Charles di Bengko dibuka jalannya oleh Pdt. Ishak Wasimin). Jemaat mula-mula hanya terdiri dari tiga keluarga, yaitu keluarga Sarto, Tambang dan Warno.9 Dari tahun 1984-1985 jemaat G.K.I.I. Bengko bertambah dengan datangnya pindahan penduduk dari Lampung yang semula beragama Islam, namun mereka sudah dibaptis di Lampung. Datang juga transmigran yang berasal dari Jawa Timur yang memang sudah beragama Kristen Protestan, sebanyak 11 keluarga. Dengan bertambahnya jemaat, didirikanlah gereja semi permanen pada tahun 1984 yang sifatnya masih menginduk pada pos PI (Perkabaran Injil). Sebagai kelompok minoritas di desa Bengko, jemaat harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan G.K.I.I. dapat berlanjut. Adat-istiadat kurang berpengaruhpada bangunan gereja maupun tata ibadatnya, kemungkinan disebabkan oleh karena daerah ini ditempati banyak suku-suku yang berbeda (suku Rejang, suku Lebong, suku Jawa, suku Serawai, masyarakat Bengkulu Selatan dan suku Batak). Dalam
8
Ibid.,hal. 51 Wawancara dengan pensiunan penginjil G.K.I.I., Ishak Wasimin, pukul 15.30 (Karang Jaya: 25 Juni 2012). 9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
tata ibadat, G.K.I.I. Bengko meniru tata ibadat gereja-gereja prostestan Barat (Eropa). Suku Rejang dan suku Lebong merupakan suku asli Bengkulu. Mayoritas masyarakat dari dua suku ini menganut agama Islam dan hidup dengan kebiasaan keras.10 Tradisi dari suku asli sangat bertolak belakang dengan suku Jawa. Apabila suku Jawa lebih mengedepankan kelemah-lembutan, suku asli terkesan memperlihatkan kehidupan yang dijalani memang harus keras.11Sementara itu jemaat G.K.I.I. kebanyakan berlatar belakang Jawa, sebagian lagi Batak, mereka harus dapat hidup sesuai dengan daerah yang mereka diami. Perbedaan latar belakang budaya dan agama antara Jemaat G.K.I.I. dengan penduduk asli Bengko menjadikan perlu adanya penyesuaian jemaat pada lingkungan. Tentunya kelompok pendatang harus menyesuaikan diri pada lingkungan yang telah terbentuk sebelum mereka tiba di Bengko, Kecamatan Sindang Dataran. Perkembangan umat Bengko dipengaruhi juga oleh tingginya tingkat kriminalitas di kecamatan Sindang Dataran. Tingginya tingkat kriminalitas di Bengko kurang lebih mempengaruhi perkembangan umat, khususnya tugas para penginjil G.K.I.I., sebab hal ini turut juga mempengaruhi semangat penginjil untuk mengembangkan Gereja di Bengko dan sekitarnya. Kaum muda di daerah 10
Yang dimaksud dengan kebiasaan keras disini adalah cara hidup yang bila dibandingkan dengan kehidupan suku lain lebih ekstrim, penulis tidak menganggap ini hal yang buruk karena penulis sendiri berasumsi bila mereka tidak hidup dengan cara ini, keberadaan mereka akan tergusur oleh kaum pendatang. 11 Kemungkinan kebiasaan ini disebabkan oleh faktor alam, desa-desa yang di tempati oleh suku Lembak dan Rejang adalah daerah yang terletak di kaki bukit Kaba. Untuk mengusahakan kehidupan sehari-hari, suku Lembak dan Rejang harus bekerja keras mengolah tanah, bila menginginkan suatu hal, mereka harus mau mengolah tanah dan menunggu hasilnya. Ditambah lagi daerah-daerah ini termasuk dalam kriteria daerah pelosok dengan askes jalan yang lumayan buruk serta sarana telekomunikasi dan komunikasi yang kurang memadai. Informasi dunia luar didapat masyarakat melalui televisi (mulai tahun 2000-an), saat ini handphone merupakan sarana telekomuniksai andalan masyarakat Kecamatan Sindang Dataran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
ini lebih memilih bertindak kriminal, termasuk beberapa pemuda Kristen sehingga iman mereka “macet” di tengah jalan.12 Tindakan kriminal ini dipandang biasa saat masyarakat kurang mempedulikan pendidikan dan adanya sugesti yang dianut pemuda bahwa dengan melakukan hal-hal kriminal mereka akan menjadi “kuat” di antara teman sebayanya. Penyakit ini semakin parah dan sering kambuh disebabkan juga dengan lemahnya kontrol aparatur negara (polisi). Akses masuk ke daerah ini cukup menyulitkan (meski jalanannya sudah beraspal, jalan berkelok, dengan kanan kiri jurang dan perkebunan kopi) ikut mendukung terjadinya tindak kejahatan.Tingginya tingkat tindak kejahatan di daerah ini membuat “orang luar” enggan berkunjung, sehingga menjadikan Bengko menjadi kota kecamatan yang kurang berkembang. Masalah sosial di atas membutuhkan peran lembaga-lembaga di luar lembaga pemerintahan.13 Lembaga kemasyarakatan seperti Karang Taruna, Gereja Remaja (di G.K.I.I. disebut dengan camp remaja), Pemuda Masjid, seharusnya dapat bertindak disaat lembaga pemerintahan diam saja. Masalah ini akan menjadi sangat serius bila tidak segera ditangani. Sebenarnya lembaga kemasyarakatan dapat juga mengajak pemerintah untuk bersama-sama mengatasi masalah sosial ini. Lembaga kemasyarakatan tentunya lebih dekat dengan warga terutama kaum muda yang memiliki cap “sumber masalah”. Bengko dan daerah sekitarnya tidak akan berkembang jika tidak “dibuka” dari dalam. Apabila kriminalitas di daerah 12
“macet” artinya saat pemuda Kristen terlibat dalam hal-hal yang berbau kriminalitas, kegiatan rohani mereka ikut mandeg. Penjelasannya iman Kristen tentunya tidak mengajarkan hal-hal yang berbau kriminal, kriminal sangat bertentangan dengan ajaran Kristen. 13 Lembaga pemerintahan lambat dan cenderung kurang memperhatikan masalah sosial di Bengko dan Kecamatan Sindang Dataran. Pembiaran seperti ini tentu akan menyebabkan masalah serius dikemudian hari bila dibiarkan terus menerus. Bengko dan sekitarnya akan menjadi daerah “mati”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
ini tetap tumbuh dan menjadi semacam kebudayaan maka daerah ini hanya akan menjadi daerah orang bar-bar; daerah primitif dengan kebiasaan masyarakatnya yang dapat mengancam atau merugikan orang lain. Kesan buruk yang menempel pada Bengko dan sekitarnya tentu menyebabkan beberapa masyarakat Bengko mengalami kesulitan. Jangankan berbicara tentang hubungan ekonomi dengan daerah luar atau investasi di daerah Bengko, hubungan silahturahmi dengan saudara di luar daerah juga menjadi sulit. Penyebabnya hanya karena ulah sekelompok remaja yang masih dalam masa pencaharian jati diri. Karena ulah mereka ini, Bengko dan daerah sekitarnya menjadi zona berbahaya untuk dikunjungi. Peneliti memilih judul “Sejarah Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, Rejang Lebong, Bengkulu (1983-2008) : “Menggembala di Tengah Lebatnya Rimba Sumatra””, alasannya adalah selain untuk menceritakan sejarah G.K.I.I Bengko juga untuk mengungkap realitas sosial yang ada di Bengko. Sebagai lembaga kemasyarakatan, G.K.I.I. tentunya berada ditengah masyarakat dan berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Selain mengkaji sejarah G.K.I.I. Bengko, melalui penelitian ini, peneliti juga mencari tahu apakah G.K.I.I. selama ini berusaha untuk mengatasi masalah sosial di Bengko. Bengko bukan lagi hutan rimba yang penuh dengan tanaman dan binatang berbahaya seperti dulu lagi, akan tetapi Bengko saat ini masih memiliki kesamaaan dengan hutan rimba, sebab daerah ini masih dipandang sebagai daerah yang berbahaya untuk dikunjungi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, makadapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Apa yang melatarbelakangi Gereja Kristen Injili Indonesia didirikan di Bengko? 2. Bagaimana Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko “hidup” sebagai kelompok minoritas dari tahun 1983-2008? 3. Apa saja dampak yang muncul dari berdirinya Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko dari tahun 1983-2008? Pada persoalan pertama dibahas mengenai uraian singkat mengenaiBengko, Kec. Sindang Dataran, Kab. Rejang Lebong. Selanjutnyadibicarakan mengenai alasan pendirian Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko (perintisan mula-mula), hambatan-hambatan yang dialami dalam pendirian Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, dan uraian mengenai tokoh-tokoh yang berjasa dalam pendirian Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko. Pada persoalan kedua, pembahasan meliputi sejarah singkat dirintisnya Gereja Kristen Injili Indonesia di Sumatra, perkembangan Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko dari tahun 1983-2008, hubungan antara umat Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko dengan masyarakat Bengko, hal-hal yang menguatkan iman umat Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko dalam usahanya menghadapi masalah sosial di desa Bengko dan posisi umat Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko di tengah mayoritas penduduk muslim dari tahun 1983-2008.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
Sementara itu, pada persoalan ketiga pembahasan meliputi karya-karya Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko dalam pewartaan Injil, kegiatankegiatan di Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko dan alasan beberapa jemaat Bengko yang dulu non-Kristen memilih menjadi bagian dari Gereja.
C. Tujuan Penulisan Tujuan dari diadakannya penulisan Sejarah Gereja ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memaparkan latar belakang Gereja Kristen Injili Indonesia didirikan di Bengko. 2. Untuk meninjau hal-hal yang membuat Gereja Kristen Injili Indonesia cabang sebagai kelompok minoritas bertahan dari tahun 1983-2008. 3. Untuk memaparkan dampak dari eksistensi Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko dari tahun 1983-2008. D. Manfaat Penulisan Manfaat dari diadakannya penulisan Sejarah Gereja dengan judul “Sejarah Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, Rejang Lebong, Bengkulu (1983-2008) : “Menggembala di Tengah Lebatnya Rimba Sumatra”” ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Universitas Sanata Dharma Penulisan sejarah Gereja ini diharapkan dapat menjadi referensi pengetahuan sejarah Gereja (khususnya mengenai Gereja Kristen Injili Indonesia) yang teruji dan dapat dipercaya oleh peminat sejarah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Penelitian dan penulisan sejarah Gereja ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu dalam pengembangan ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan tentang agama Kristen Protestan serta masalah-masalah sosial yang menyertai perkembangannya. Penulisan sejarah Gereja ini diharapkan mampu menjadi referensi yang dipercaya dan dapat digunakan oleh masyarakat luas yang ingin mengetahui sejarah Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko. 3. Bagi Gereja Kristen Injili Indonesia Penulisan sejarah Gereja ini dapat menjadi sarana untuk mengenal G.K.I.I. lebih dalam, khususnya G.K.I.I. Bengko. Selain itu dengan penulisan sejarah Gereja ini, jemaat G.K.I.I. pada umumnya dapat mengetahui mengenai masalah sosial yang terjadi di Bengko dan sekitarnya. 4. Bagi Pengembangan Diri Penulis Penelitian dan penulisan Sejarah Gereja ini diharapkan dapat menjadi semacam “alat” bagi penulis yang dapat meningkatkan kemampuan penulis menganalisa suatu permasalahan. Selain itu dengan ini penulis berusaha mengenal lebih dalam daerah asalnya dan juga Gerejanya. Penulis juga belajar menulis sejarah dengan baik dan benar melalui penelitian ini.
E. Tinjauan Pustaka Ketika akan menulis sejarah, seorang sejarawan perlu memperoleh sumbersumber sejarah yang berkaitan dengan topik yang ingin ia bahas. Sumber-sumber
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
sejarah dapat dibagi menjadi dua yakni sumber tertulis dan tidak tertulis, atau dokumen atau artefak (artifact).14 Sumber tertulis dan lisan masih dibagi menjadi dua yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer memiliki pengertian yaitu segala data yang diperoleh atau yang disampaikan oleh saksi mata. Sumber primer dapat berbentuk dokumen, artefak, atau informasi langsung dari orang-orang yang terlibat dalam peristiwa yang dimaksud. Sedangkan sumber sekunder dapat diartikan sebagai sumber yang disampaikan oleh orang yang tidak menjadi saksi mata. Biasanya sumber ini sudah ada pada buku, penulis buku yang dimaksud tidak mengalami secara langsung peristiwa sejarah. Mereka dapat menulis karena sudah melakukan penelitian sebelumnya, dan sumber ini dapat dipercaya apabila kebenaran yang diungkapkan bersifat obyektif. Dalam penulisan Sejarah Gereja ini, peneliti menggunakan beberapa buku sebagai acuan untuk menganalisis masalah-masalah yang akan dipecahkan, di antaranya adalah: Pengantar Teori-Teori Sosial —Dari Teori Fungsionalisme hingga Postmodernisme.15Dalam buku ini dijelaskan teori-teori sosial dari berbagai ahli ilmu sosial, seperti Emile Durkheim, Max Weber, dan Marx. Dalam beberapa bab, Pip Jones mengulas mengenai hubungan-hubungan yang ada dalam masyarakat termasuk hubungan antara agama dan masyarakat. Pip Jones menganalisisnya berdasarkan teori-teori dari Durkheim. Selain itu teori-teori sosial di dalam buku
14
Kuntowijoyo; Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Yayasan Banteng Budaya, 1995), hal. 94. Buku karangan Pip Jones, diterbitkan Yayasan Obor Indonesia yang bekerjasama dengan Pusat Perbukuan, Jakarta Pusat, 2009. 15
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
ini (seperti teori perubahansosial, teori tindakan sosial, teori labeling) dapat juga digunakan sebagai dasar dalam menganalisa perilaku-perilaku sosial. Gereja dan Masyarakat.16Buku ini menguraikan bagaimana seharusnya Gereja (jemaat) memposisikan diri dalam masyarakat. Jemaat Gereja di Indonesia (bahkan diseluruh dunia) menempati posisi sebagai warga negara. Sudah seharusnya Gereja bersama dengan warga negara lain berusaha memecahkan masalah yang erat kaitannya dengan masyarakat, baik itu masalah sosial maupun masalah ekonomi. Moralitas dan iman juga menjadi pokok bahasan buku ini, sebab menurut salah satu penulis buku ini perbuatan moral adalah perwujudan iman. Orang Kristen dalam Masyarakat.17Dalam buku ini dijabarkan mengenai bagaimana seharusnya orang Kristen hidup dalam masyarakat. Donald Stuckless dapat mengantarkan orang yang membaca buku ini untuk menjadi orang Kristen yang mampu hidup, berkarya, dan tetap memiliki iman pada Kristus di berbagai macam bentuk kehidupan bermasyarakat. Masyarakat memiliki banyak bentuk dengan sistem yang berbeda, ada masyarakat Gereja, masyarakat pekerja, masyarakat buruh, masyarakat sebuah negara, dan sebagainya. Dalam buku ini Stuckless berusaha menggambarkan bagaimana caranya orang Kristen agar bisa hidupdi dalam masyarakat yang berbeda itu. Menurutnya orang Kristen harus mampu menyesuaikan diri dalam berbagai macam bentuk masyarakat, dengan
16
Buku ini diangkat dari bahan Kursus Teologi untuk cendikiawan pada Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan IKIP Sanata Dharma, dieditor oleh JB. Banawiratma, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1986. 17 Buku ini ditulis oleh Donald Stuckless, diterbitkan oleh Penerbit Gandum Mas, Malang (Jatim), 1982.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
begitu orang Kristen yang dimaksud akan tetap “hidup” di dalam masyarakat dan mampu bersosialisasi dengan baik. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga/Peraturan, Doktrin, Ketentuan, Ketenagaan dan Pembiayaan Hidup Hamba Tuhan di Lingkungan Sinode GKII.18 Buku ini berisikan mengenai peraturan, undang-undang, visi dan misi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan sistem-sistem yang berlaku di dalam tubuh Gereja Kristen Injili Indonesia. Buku terbitan Dewan Sinode G.K.I.I ini sangat membantu dalam penelitian dan penulisan, karena dengan buku ini penulis dapat lebih memahami G.K.I.I. secara lebih dalam. Sejarah Gereja Kristen Injili Indonesia.19Di dalamnya memuat tulisan mengenai penyebaran agama Kristen di Sumatra (khususnya di daerah yang didiami Suku Anak Dalam) oleh Hubert Mitchell dari missi Go Ye Fellowship, Los Angeles – Amerika Serikat. Pekerjaan Mitchell ini dilanjutkan oleh Harold Wiliams, nantinya di masa hasil pekerjaan Williams dan Mitchell di Sumatra ini akan berkembang menjadi Gereja Kristen Injili Indonesia. Melalui buku ini diperoleh gambaran mengenai sejarah perkembangan G.K.I.I. di Sumatra.
F. Landasan Teori Sebelum membahas secara mendalam permasalahan dalam penelitian ini, penulis membutuhkan beberapa langkah yang saling terkait guna menciptakan suatu alur berpikir. Dalam penulisan sejarah, penyusunan dan penetapan suatu 18
Buku ini disusun oleh Dewan Sinode G.K.I.I., diterbitkan oleh Majelis Sinode G.K.I.I., Bengkulu, 2007. 19 Lampiran yang disusun oleh David Susilo Pranoto untuk Sidang Tahunan Majelis Sinode pada tahun 2008.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
landasan teori menjadi landasan utama.20 Teori atau alat-alat analisis lainnya dapat memberikan makna yang jelas dalam penulisan sejarah.21 Oleh karenanya landasan teori dibutuhkan dalam penulisan ini, gunanya untuk mengkaji data-data yang didapat di lapangan. Beberapa konsep yang akan digunakan dalam penulisan Sejarah Gereja ini antara lain konsep mengenai Sejarah, Gereja, Gereja Kristen, serta teori-teori sosial untuk menganalisis masalah-masalah yang muncul di sekitar Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko. Konsep-konsep ini digunakan sebagai landasan berpikir dan untuk membatasi permasalahan yang akan diuraikan dalam penulisan Sejarah Gereja ini. Sejarah dalam bahasa Arab disebut juga dengan Syajaratun yang berarti pohon, keturunan, asal-usul. Dalam bahasa Inggris kata sejarah sama dengan history, dan didalam bahasa Latin dan Yunani disebut dengan historia. Asal katanya dari bahasa Yunani yakni history atau istor yang berarti orang pandai. Sejarah juga dapat berarti rekontruksi masa lalu.22 Sebagai perbandingan bisa dilihat kata geschichte (bahasa Jerman) yang berarti sesuatu yang telah terjadi.23 Pada dasarnya sejarah membicarakan masa lalu yang dianggap penting (unik), dan kejadian itu hanya berlangsung satu kali. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan sebagai berikut:
20 Taufik Abdulah, dkk.,Ilmu Sejarah dan Historiografi; Arah dan Prespektif, (Jakarta: Penerbit Gramedia, 1985). 21 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1992), hal. 2-3. 22 Kuntowijoyo, op. cit., hal. 17. 23 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1975), hal. 27.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
”a. Kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau. b. Pengetahuan atau uraian tentang kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau.”24 Gereja merupakan kata yang berasal dari bahasa Portugis yaitu Igreja, yang berasal dari kata Yunani Eklesia: (mereka yang dipanggil kaum, golongan) Kyriake (yang dimiliki Tuhan). Oleh karenanya kata Gereja sama asal usulnya dengan kata Kerk (Belanda) dan Kirche (Jerman)”.25 Gereja adalah umat Allah. Ia adalah sakramen, yaitu keselamatan, tanda dan penghasil persatuan dan persaudaraan, cinta kasih dan sarana kesatuan mesra umat manusia dengan Allah. Allah memanggil mereka agar berhimpun dengan kepercayaan penuh kepada Yesus Kristus pencipta keselamatan, dasar kesatuan dan perdamaian, dan mereka yang dimaksud membentuk menjadi Gereja. Dengan begitu Gereja dapat diartikan sebagai himpunan dari orang-orang yang percaya akan Yesus Kristus sebagai pencipta keselamatan, dasar persatuan dan keselamatan. Th. van den End mendefiniskan Gereja sebagai berikut: Gereja merupakan persekutuan orang yang dipersatukan dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalam ziarah mereka menuju kerajaan Bapa dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan ke semua orang. Semua dan setiap anggota dipanggil untuk memberi kesaksian tentang Yesus Kristus dan Injilnya sesuai dengan kemampuan kedudukan masingmasing.26 Gereja memiliki hubungan dengan kesatuan dunia, bahwa kesatuan iman akan cinta kasih yang merupakan dasar kokoh kesatuan Gereja sendiri di dalam 24
W.J.S. Poerwadarminta,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1966), hal. 208-209. 25 Adolf Heuken,Ensiklopedia Populer Tentang Gereja, (Yogyakarta: Kanisius, 1976), hal. 60. 26 Thomas Van den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, Tanpa Tahun), hal. 7.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
Roh Kudus.27gereja dengan huruf awal “g” dan bukan “G” dapat dimengerti sebagai suatu gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama (Kristen).28 Gereja Kristen Protestan merupakan hasil dari pembaruan keagamaan pada akhir abad XVI di Jerman dan Perancis. Ada dua hal utama yang diperlihatkan oleh gerakan ini, yaitu “1). Pengetahuan langsung dan tanpa pengantara tentang sabda Allah, tanpa pengantara insani, 2). Penghiburan lantaran mendengar dan mengetahui pengampunan yang berasal dari Allah.”29 Dapat dimaklumi jika akhirnya Gereja Kristen Prostestan berarti himpunan orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai pencipta keselamatan, dasar persatuan dan keselamatan. Yesus kristus di sinimerupakan Tuhan yang dapat menjadi tempat manusia (umat Kristen khususnya) mengaku dosa, dan manusia percaya pengampunan akan dosadosa yang dilakukannya hanya datang dari Yesus Kristus. Menurut jemaat Kristen Protestan, pengakuan dosa pada imam tidak menjamin apapun, karena pengakuan semacam ini menyebabkan keraguan pada keabsahannya.30 Pernyataan yang menyatakan apabila seseorang yang mati mendadak dan di masa hidupnya ia melakukan pengakuan dosa yang baik, maka ia diselamatkan oleh Allah, juga ditolak Kristen Protestan. Pembenaran atau pernyataan semacam ini dianggap
27
J.B. Banawiratma,Gereja dan Masyarakat, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), hal. 25. W.J.S Poerwadarminta, op.cit., hal. 318. 29 Eddy Kristiyanto, Reformasi dari Dalam: Sejarah Gereja Zaman Modern. (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hal. 51. 30 Bisa dikatakan pengakuan dosa seseorang pada manusia lain (imam dalam kasus ini) hanyalah sia-sia. Ditambah lagi jika manusia yang menjadi “pengantara” tidak bisa dipercaya; tidak dapat menyampaikan inti pengakuan dosa pada Tuhan dan Tuhan-pun tidak memberi kuasa pada orang yang dimaksud untuk dapat menghapus dosa manusia. 28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
sebagai hal yang dijamin oleh tindakan manusia (jaminan tidak datang dari Allah), inilah yang ditolak Gereja Protestan. Gereja Kristen Protestan di Indonesia adalah hasil dari pekerjaan badan atau lembaga Zending yang berkarya pada masa kolonial Hindia-Belanda. Zending Protestan tidak diusahakan oleh suatu negara, ataupun oleh suatu Gereja. Zending diawali dan didukung terus oleh berbagai badan, yang dibentuk atas usaha orang beriman, yang menyadari panggilan dan tugas mereka sebagai orang Kristen. Salah satu ciri khas dari zending adalah adanya kaitan dengan lembaga-lembaga, yang (semula) berlatar belakang ‘Gerakan Kebangkitan’ (revivalisme).31 Konsep Gereja Kristen yang ditanamkan di Indonesia meniru konsep yang dipakai di negara asal Gereja atau lembaga zending. Setiap Gereja Kristen di Indonesia berkiblat pada Gereja di Eropa. Gereja Kristen di Indonesia ada yang menganut ajaran Calvin (kelompok reformed atau gereformed), ajaran Luther (Lutheran), dan ajaran Wesley (Metodist) dan sebagainya. Biasanya Gereja-gereja Kristen di Indonesia mengambil nama berdasarkan suku bangsa anggota Gereja, tempat berdiri Gereja, atau dengan mengambil nama dari Gereja Induknya. Sebagai contoh di Jawa ada Gereja Kristen Jawa (GKJ), dan di Sumatra ada Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yaitu Gereja Kristen yang dimulai di Sumatra Utara, dan masih banyak lainnya. Hal ini menggambarkan adanya Inkulturasi dalam karya zendeling di Indonesia. Inkulturasi dalam pengertian zending merupakan suatu proses di mana Gereja masuk dan berkembang dalam lingkungan masyarakat yang beraneka 31
Adolf Heuken, op.cit., hal. 113.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
ragam.Inkulturasi juga merupakan proses di mana persekutuan Gereja menghidupi iman dan pengalaman Kristennya dalam konteks budaya tertentu, sehingga penghayatan ini tidak hanya dapat diungkapkan lewat elemen-elemen kebudayaan setempat,melainkan menjadi satu kekuatan yang menjiwai, membentuk, dan secara mendalam memperbaharui kebudayaan itu. Oleh karenanya terciptalah pola-pola baru persekutuan dan komunikasi dalam kebudayaan dan di luar kebudayaan itu.32 Gereja Kristen Injili Indonesia sangat dekat dengan istilah Evangelisasi, makna dari evangelisasi berbeda-beda tergantung pada daerah misi.Evangelical berasal dari kata Yunani kuno Euaggelion yang berarti “Kabar Baik”. Dalam Alkitab bahasa Indonesia kata ini diterjemahkan menjadi “Injil”.33 Evangelisasiberasal dari kata Evangelium atau Warta Gembira Keselamatan, kata ini memiliki artikekuatan Allah yang menjiwai amanat-Nya dan sabda Allah yang
mengungkapkankuasapenyelamat-Nya.“Beravengelisasi
berarti
meluasratakan serta merasukkan Warta Gembira itu secara menyeluruh; demi terlaksananya Rencana Ilahi atas dunia ini menyumbangkan seluruh eksistensi Kristiani kita: perikehidupan sehari-hari, kegiatan perseorangan, keterlibatan kolektif, kesaksian berupa dialog”.34Evangelisasi adalah proses dinamis, yang
32
Hubertus Muda,Inkulturasi, (Flores: Percetakan Offset Arnoldus, 1992), hal. 34. Paulus Daun, Apakah Evangelicalisme Itu?, (Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 1986), hal. 1. 34 Arti kata merasukan di sini dekat dengan istilah-istilah seperti: menjadikan orang lain mengimani Yesus atau Warta Gembira sebisa mungkin harus memiliki tempat dalam hati manusia yang sebelumnya belum mengenal Yesus Kristus. 33
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
selaku kelangsungan proses perwahyuan ilahi didukung oleh umat Kristen, oleh segenap umat Allah.35 Menurut Mgr. D. Sango, relator untuk Afrika, evangelisasi dibedakan menjadi dua. Pertama evangelisasi yang ditujukan kepada masyarakat bukanKristen dan karena itu dianggap tidak percaya, dan yang kedua evangelisasi yang diarahkan kepada umat Kristen sendiri dan ini dilakukan oleh Pastor atau Pendeta.36 Evangelisasi merupakan usaha orang Kristen sebagai umat Allah untuk menyalurkan pengalaman imannya kepada masyarakat setempat, sementara itu umat Kristen sendiri ikut serta menghayati segala aspek kehidupan masyarakat itu. Gereja Kristen Protestan di Indonesia dapat dikatakan hasil dari misi yang dilaksanakan oleh para zending dari Belanda pada masa kolonial. Misi ini masuk ke dalam misi Gereja, yang disebut misiologi. Misiologi berasal dari bahasa Latin, yaitu missio (suatu penyampaian pesan dengan tugas khusus untuk dilaksanakan) dan logos (ilmu atau studi), jadi misiologi adalah ilmu misi. Misiologi pada hakikatnya adalah sebuah studi atau refleksi tentang amanat atau mandat Allah kepada Gereja yang meliputi dan mencakup seluruh dunia untuk siap dan bersedia melayani dunia dan Allah. Jadi Gereja dengan bimbingan Roh Kudus harus mampu mewartakan Injil dan hukum Allah secara total kepada seluruh umat manusia.37 Hidup menggereja.Yohanes Rasul mengatakan bahwa hidup yang sesungguhnya, dalam arti sempurna adalah Tuhan sendiri (dalam Tuhan ada hidup 35
R. Hardawiryana, Evangelisasi Dunia Ketiga, (Yogyakarta: Penerbitan Yayasan Kanisius, 1975), hal. 11-13. 36 Ibid., hal. 10. 37 Wilhelm Djulei Conterius, Misiologi dan Misi Gereja Milenium Baru, (Flores, NTT: Penerbit Nusa Indah, 2001), hal. 13‐14.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
yang menerangi manusia), maka segala bentuk hidup berasal dari-Nya. (Yoh 1:14). Jadi, Gereja di sini tidak dimengerti sebagai lembaga atau organisasi, melainkan sebagai umat yang dipersatukan dalam kesatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus, dengan tugas dan fungsi tertentu dalam karya penyelamatan Allah. Dengan demikian hidup menggereja adalah selalu berkarya dalam kehidupan sehari-hari yang berdasarkan aturan-aturan Gereja, yang berlandaskan ajaranajaran Yesus Kristus. Agama dan masyarakat pada dasarnya memiliki hubungan penting. Fungsi agama dalam masyarakat adalah mengintegrasikan sistem sosial yang ada (mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah bersama-sama dan menjadikannya suatu kesatuan). Durkheim beranggapan bahwa agama harus selalu eksis, karena seluruh sistem sosial membutuhkan integrasi. Bagi Durkheim dan pendukungnya, yang menarik adalah bukan apa yang menjadi berbedamengenai karakteristik dari keyakian dan ritual dari, contohnya, totemisme, Buddisme, Hinduisme, Judaisme, Protestanisme, Islamisme, dan Katolikisme. Bagi mereka, yang menarik adalahapa yang sama dalam hal kerjanya, yaitu mengenai fungsi-fungsi integratif yang dijalankan semua agama bagi sistem sosialnya.38 Ajaran Sosial Gereja merupakan suatu fungsi atau hasil dari kuasa mengajar Gereja. Meskipun merupakan ajaran iman, namun tidak membicarakan soal iman. Ajaran ini dipakai Gereja untuk membicarakan realitas sosial secara konkret dan kompleks.39 Gereja harus bertindak ketika muncul masalah sosial di dalam dan di luar tubuh Gereja. Ajaran ini harus selalu berubah sebab yang dibicarakan, realitas
38 Pip Jones,Pengantar Teori-Teori Sosial — Dari Teori Fungsionalisme hingga Post-modernisme, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009), hal. 57. 39 Eduard R. Dopo, dkk,Keprihatinan Sosial Gereja, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal. 18.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
sosial, juga selalu berubah sesuai dengan keadaan masyarakatnya. Cinta kasih merupakan hal utama yang perlu diterapkan dalam Ajaran Sosial Gereja. Cinta kasih bersifat netral, pemecahan masalah sosial oleh Gereja mendapat tanggapan positif dari masyarakat sekitar bila memakai hukum cinta kasih. G.K.I.I. Bengko juga menganut ajaran cinta kasih ini, pada kenyataannya jemaat G.K.I.I. Bengko sudah menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat hanya saja masyarakat sekitar kurang menyadarinya.
G. Metodologi Penelitian Setiap ilmu memiliki cara kerja atau metode sendiri untuk menggali serta mencari kebenaran yang hakiki. Metode merupakan sebuah cara yang digunakan untuk memecahkan permasalahan.Jawaban dari pemecahan masalah yang diperoleh harus mendekati atau mencapai kebenaran obyektif. Suhartono W. Pranoto dalam bukunya mendefinisikan metode sebagai cara atau prosedur untuk mendapatkan objek, juga diartikan cara untuk berbuat atau mengerjakan sesuatu dalam suatu sistem yang terencana dan teratur.40Dalam ilmu sejarah, metode penelitian disebut dengan metode sejarah. Umumnya metode sejarah harus melalui proses pengujian fakta serta penganalisaan secara kritis peristiwa masa lalu. Kuntowijoyo mengatakan bahwa dalam penelitian sejarah ada 5 tahap yang harus dilalui, yaitu 1). Pemilihan topik, 2). Heuristik, 3). Verifikasi, 4).
40
Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ghana Ilmu, 2010), hal. 11.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
Interpretasi, dan 5). Historiografi.41 Selanjutnya Nugroho Noto Susanto, menyatakan dalam penelitian sejarah metode yang digunakan harus melalui 4 tahap, yaitu: 1) Heuristik yaitu proses pengumpulan data yang relevan untuk keperluan subyek yang diteliti. 2) Kritik Sejarah, yaitu menyelidiki apakah data yang diperoleh benar atau tidak. 3) Interprestasi, yaitu menetapkan makna dan saling berhubungan dari berbagai fakta yang diperoleh. 4) Penulisan sejarah (Historiografi) merupakan gambaran atau pengisahan kembali suatu runtutan peristiwa, berdasarkan data yang diperoleh dan diuji kebenarannya.42 Secara lebih rinci, langkah-langkah yang digunakan penulis dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut: 1) Pemilihan Topik Menurut Kuntowijoyo ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan topik, yaitu 1) kedekatan emosional, 2) kedekatan intelektual, 3) rencana penelitian. Dalam proses penelitian, peneliti dapat memakai acuan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan a) where, menunjuk pada daerah mana yang menjadi obyek penelitian, b) when, menunjuk pada batasan waktu yang dipilih, c) who, menunjuk pada siapa saja yang terlibat di dalamnya, d) what, menunjuk pada apa yang dilakukan oleh pelaku, e) why, menunjuk pada pertanyaan mengapa pelaku melakukan perbuatan itu, dan f) how, menunjuk pada pertanyaan bagaimana terjadinya peristiwa itu43 41
Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Ar-Russ Media, 2007), hal. 90. 42 Nugroho Noto Susanto, Hakekat Sejarah dan Metode Sejarah, (Jakarta: Pusat Sejarah Angkatan Bersenjata, 1964), hal. 22-23. 43 Kuntowijoyo, op. cit., hal. 92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
Penulisan Sejarah Gereja ini dilakukan oleh peneliti karena adanya kedekatan emosional dan kedekatan intelektual peneliti dengan topik Sejarah Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, Rejang Lebong, Bengkulu (19832008) : “Menggembala di Tengah Lebatnya Rimba Sumatra”. a. Kedekatan Emosional Ketertarikan penulis pada Sejarah Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko beserta masalah-masalah sosial yang muncul di sekitarnya dikarenakanpenulis pernah hidup di dalam G.K.I.I, terutama G.K.I.I cabang Bengko (sebagai jemaat G.K.I.I). Dari lahir sampai lulus SMP, penulis hidup di tengah-tengah lingkungan Gereja. Orang tua penulis pernah menjadi penginjil di Gereja Kristen Injili Indonesia. Kenangan akan Gereja Kristen Injili Indonesia masih terikat kuat dalam benak penulis. Penulis juga cukup akrab dengan situasi dan kondisi di sekitar Gereja. Banyak pengalaman negatif yang penulis dapatkan di lingkungan ini. Melalui penelitian ini penulis ingin mengungkapkan hal-hal yang berpengaruh negatif pada kaum muda di Bengko dan kecamatan Sindang Dataran. Dengan begitu besar harapan penulis daerah ini nantinya menjadi daerah maju dalam hal positif
dan Gereja mampu menjadi pelopor
perbaikan sosial-masyarakat desa Bengko dan Kecamatan Sindang Dataran. b. Kedekatan Intelektual Dengan mengambil topik ini, penulis menambah wawasannya akan pengetahuan seputar Sejarah Gereja. Banyak buku-buku yang membahas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
mengenai perkembangan agama Kristen Protestan dan Katolik telah penulis baca, sehingga melahirkan semacam sikap tertentu dalam pengkajian sejarah Gereja Kristen Injili Indonesia. Sejarah Gereja juga merupakan mata kuliah yang pernah penulis dapatkan di Universitas Sanata Dharma. Dengan begitu pengetahuan yang penulis dapat ini kurang lebih dapat digunakan untuk mengulas sejarah Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko. 2) Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penulisan Sejarah Gereja ini haruslah benar adanya, maksudnya tidak direkayasa. Oleh karenanya penulis mengumpulkan data dengan melakukan: a) Studi Pustaka, yaitu dengan mengumpulkan data-data dari dokumen milik Gereja Kristen Injili Indonesia yang berhubungan dengan penelitian. Selain itu, penulis juga menggunakan buku yang relevan dengan topik yang diajukan. b) Wawancara, yaitu pengumpulan data secara lisan dengan cara melakukan tanya jawab dengan orang-orang yang terkait dengan topik penelitian. Dalam wawancara penulis menentukan terlebih dahulu target wawancara. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. 3) Verifikasi (Kritik Sumber) Setelah sumber-sumber yang diperlukan dikumpulkan, langkah berikutnya adalah melakukan kritik atas sumber atau verifikasi. Tujuan dari kritik sumber yang dilakukan adalah untuk mengetahui kebenaran informasi atau untuk menguji
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
otentisitas dan juga kredibilitasnya. Hal tersebut sangat diperlukan karena tidak setiap sumber terbebas dari unsur kekeliruan dalam hal pencatatan ataupun unsur lain. Kritik sumber terdiri dari dua macam, yaitu kritik ekstren yang berguna untuk menguji keaslian sumber dan kritik intern yang digunakan untuk mendapatkan keabsahan dari sebuah sumber.44 Kritik intern digunakan untuk memperoleh nilai kebenaran dari suatu data agar data tersebut dapat dipercaya. Kritik intern dilakukan dengan cara membandingkan berbagai sumber untuk mendapatkan data yang jelas dan lengkap.Sedangkan pada kritik ekstern pengujian dilakukan dengan meneliti data dalam dokumen yang akan digunakan, melalui pemakaian bahasa, corak penulisannya, dan lain sebagainya. Kesamaan informasi yang diberikan informan atau dokumen tertentu dapat dipandang memiliki tingkat kebenaran obyektif. Pengujian sumber ini disebut juga dengan metode perbandingan, yaitu dengan membandingkan satu informasi dengan informasi lainnya. Apabila informasi yang didapat berbeda, dapat dipecahkan dengan mengikuti informasi yang sama; maksudnya dengan mengikuti informasi yang cenderung sama dari pemberi informasi yang berbeda. 4) Interpretasi (Penafsiran) Interpretasi dapat diasumsikan sebagai penetapan makna dan saling keterkaitan berbagai fakta yang diperoleh. Interpretasi merupakan suatu langkah yang ditempuh oleh penulis dalam menafsirkan fakta-fakta yang telah diuji dan untuk menganalisis sumber supaya dapat menghasilkan suatu fakta yang 44
Kuntowijoyo, op.cit., hal. 101.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
kebenarannya dapat dipercaya. Dalam interpretasi terdapat dua kegiatan pokok yang harus dilalui, yaitu analisis (menguraikan) dan sintesis (menyatukan) data atau fakta-fakta yang telah dikumpulkan.45 Dalam tahap interpretasi ini, analisis sumber yang dilakukan juga untuk mengurangi subyektifitas dalam penulisan sejarah. Penulisan sejarah tentunya tidak dapat lepasdari unsur subyektifitas, seperti adanya pengaruh dari jiwa, kebudayaan, pendidikan, lingkungan sosial, dan agama yang melingkupi penulisnya.46 Pengaruh tersebut akan tampak pada tulisan sejarah yang dihasilkan. Sebagai contoh apabila seseorang sejarawan yang tertarik pada sastra, maka dengan mudah kita akan dapat menemukan hal-hal yang berbau sastra dalam tulisan sejarahnya. Hal semacam ini terkadang tidak disadari oleh penulisnya, oleh karenanya diperlukan analisis sumber agar data yang diperoleh dinyatakan secara murni (senyatanya tanpa ditambah-tambah). 5) Pendekatan Langkah yang terakhir dalam penulisan ini adalah penentuan pendekatan. Pengertian pendekatan dalam penelitian sejarah adalah pola pikir atau cara pandang dari penulis terhadap suatu kejadian atau peristiwa sejarah dari sudut tertentu. Sartono Kartodirdjo menyatakan bahwa pendekatan diperlukan sebagai cara pandang penulis atau sejarawan untuk memandang suatu peristiwa atau kejadian. Pendekatan yang dimaksud akan membantu sejarawan dalam menentukan berbagai ilmu sosial mana yang perlu digunakan dan dimensi-
45 46
Nugroho Noto Susanto, op. cit., hal. 22-23. Sartono Kartodirdjo, op. cit., hal. 72.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
dimensi mana yang tepat diungkapkan dalam penulisan.47 Pendekatan menjadi suatu hal yang sangat penting bagi penulisan sejarah, karena hasil penulisan sejarah yang baik sangat ditentukan oleh jenis pendekatan yang dipakai. Pendekatan yang dipakai penulis adalah pendekatan sosial, pendekatan budaya, dan pendekatan psikologi. Secara kronologis penulis akan menguraikan hal-hal yang melatarbelakangi berdirinya Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko dan perkembangan yang menyertainya. Melalui pendekatan sosial penulis menganalisa hubungan sosial dalam Gereja baik keluar maupun ke dalam, serta masalah-masalah sosial yang muncul disekitar Gereja. Sedangkan melalui pendekatan budaya penulis berusaha mendapatkan gambaran yang tepat mengenai kebudayaan suku-suku yang ada di Bengko, karena hal ini akan mempengaruhi hasil penulisan. Melalui pendekatan psikologi, peneliti menggunakan ilmu psikolog untuk memahami perilaku masyrakat di Bengko terutama perilaku kaum mudanya.
F. Sistematika Penulisan Skripsi yang berjudul Sejarah Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, Rejang Lebong, Bengkulu (1983-2008) : “Menggembala di Tengah Lebatnya Rimba Sumatra” ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I
merupakan pendahuluan, yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan pendekatan serta sistematika penulisan.
47
Ibid., hal. 4.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
Bab II
menguaraikan latar belakangberdirinya G.K.I.I. di Bengko, yang terdiri dari ulasan tentang desa Bengko, berdirinya Gereja Kristen Injili Indonesia. Di sini dibahas mengenai alasan pendirian Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, hambatan-hambatan yang dialami dalam pendirian Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, dan uraian mengenai tokoh-tokoh yang berjasa dalam pendirian Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko.
BabIII
Bab ini terdiri dari pembahasan posisi Gereja Kristen Injili Indonesia sebagai minoritas di dalam masyarakat Bengko. Di dalamnya diuraikan mengenai hubungan antara umat Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko dengan masyarakat Bengko, hal-hal yang menguatkan iman umat Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko dalam usahanya menghadapi masalah sosial di desa Bengko dan posisi umat Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko di tengah mayoritas penduduk muslim dari tahun 19832008.
Bab IV
Bab ini membahas dampak dari berdirinya Gereja Kristen Indonesia di Bengko. Pembahasan dimulai dari karya-karyaG.K.I.I. cabang Bengko,kegiatan-kegiatan yang ada di G.K.I.I. cabang Bengko, dan alasan-alasan jemaat yang semula berlatar belakang non-Kristen pada akhirnya memilih Yesus sebagai juru selamat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
Bab V
Bab ini adalah penutup. Dalam babini disajikan kesimpulan dari rangkuman bab II, III, dan IV.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA GEREJA KRISTEN INJILI INDONESIA DI BENGKO
Bengkulu
memiliki
sejarah
panjang
berkaitan
dengan
eksistensi
pemerintah kolonial Inggris dan Belanda di Indonesia. Inggris menyebut daerah yang terletak di bagian barat daya Pulau Sumatra ini dengan nama Bencoolen, sementara itu Belanda menyebutnya dengan Benkoelen atau Bengkulen. Eksistensi Inggris di Bengkulu dimulai pada tahun 1685. Di Bencoolen, EIC (British East India Company) mendirikan pusat perdagangan lada. Bencoolen/Coolen berasal kata dari “Cut Land” yang berarti tanah patah. Daerah ini memang terletak di wilayah patahan lempeng bumi, oleh karenanya di Bengkulu sering terjadi gempa. Inggris di Bengkulu berhasil mendirikan dua benteng pertahanan, yaitu Benteng York (1685) dan Benteng Marlborought (1713). Pembangunan dua benteng ini berdasarkan traktat antara Inggris dan Kerajaan Selebar pada tanggal 22 Juli 1685.
1
Seiring berjalannya waktu, EIC mulai menyadari bahwa daerah
Bengkulu kurang cocok untuk dijadikan pusat penghasil lada dan Inggris mulai mengincar Tumasik/Singapura sebagai pengganti Bengkulu. Berdasarkan Perjanjian London (1824), Bengkulu diserahkan ke Belanda dengan konpensasi Inggris mendapatkan Malaka dan penegasan atas kepemilikan Tumasik dan Pulau Belitung. Dengan begini Inggris mulai membangun bandar dagang (pusat perdagangan laut) di Tumasik/Singapura untuk mengambil-alih 1
Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Bengkulu, tanggal unduh pada 11 September 2012.
31
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
keterpusatan perdagangan rempah yang saat itu masih terpusat di Batavia. Perjanjian London ini juga yang menandai berakhirnya eksistensi Inggris di Bengkulu dan Indonesia.
A. Sekilas Mengenai Bengko Pada masa kolonial, daerah Sindang Dataran merupakan perkebunan kopi yang diusahakan oleh Belanda; eksistensi Belanda di daerah ini tidak diragukan lagi.2 Perkebunan kopi di Bengkulu (di daerah Kabupaten Rejang Lebong) mulai digalakkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda setelah ditemukan jenis tanaman kopi baru, yaitu kopi robusta pada tahun 1925. Tanaman kopi dianggap lebih menguntungkan dan cocok ditanam dibandingkan tanaman lada yang telah lebih dulu gagal diusahakan oleh EIC (Inggris) di Bengkulu. Ada dua kemungkinan alasan Belanda membuka perkebunan kopi di Kecamatan Sindang Dataran dan daerah lain di Kabupaten Rejang Lebong. Pertama, Bengkulu (terutama di daerah Rejang Lebong) memiliki daerah yang bergunung-gunung sehingga memberikan perlindungan alami bagi tanaman kopi dari kerusakan akibat tiupan angin yang kuat. Kedua, daerah di sekitar Bukit Kaba sangat subur dan baru dibuka (sebelumnya pernah ditanami tanaman komoditi) sehingga sangat baik bagi tanaman kopi.3 2 Belum ada tulisan sejarah mengenai eksistensi Pemerintah Kolonial Belanda di daerah Sindang Dataran, akan tetapi untuk membuktikan hal ini sampai sekarang kita masih bisa melihat artefak peninggalan Belanda. Contoh artefak yang dimaksud adalah penggilingan kopi, rumah Belanda (Loji), jalan beraspal, pemandian air hangat yang dibangun Belanda, dan pembangkit listrik tenaga air yang dibangun Belanda. Kesemuanya itu dapat ditemukan di desa Sindang Jati, Sindang Kelingi. Bengko dan Sindang Jati letaknya berdekatan, dapat dikatakan jika Sindang Jati merupakan desa tetangga Bengko. Sebelum terjadi pemekaran daerah yang ada di Kecamatan Sindang Dataran masuk ke dalam Kecamatan Sindang Kelingi. 3 Bukit Kaba adalah gunung berapi yang masih aktif. Daerah di sekitar Bukit Kaba menjadi sangat subur akibat abu vulkanik yang keluar dari letusan gunung berapi ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
Sampai saat ini penduduk setempat masih menjadikan kopi sebagai tanaman komoditi utama. Ada beberapa kisah mengenai asal muasal nama Bengko. Menurut cerita yang beredar, nama Bengko sendiri berasal dari Bank Company. Pada masa kolonial Hindia Belanda, Bengko merupakan pusat dari perkebunan kopi (khususnya untuk daerah Rejang Lebong, Bengkulu) sehingga di daerah yang sekarang dinamakan Bengko dulunya merupakan pusat ekonomi perkebunan (oleh karenanya disebut dengan istilah bank). Kisah lainnya menjelaskan bahwa nama Bengko bisa juga berasal dari kata Bank Coffe (Bank Kopi), sebab dilihat dari banyaknya tanaman kopi di daerah ini. Artinya kisah kedua ini menggambarkan bahwa Bengko merupakan bank-nya (pusat) kopi di masa kolonial. Perkebunan kopi di Bengko pada waktu itu dijalankan oleh perusahaan perkebunan swasta. Apabila melihat kondisi geografis Bengko, peran perkebunan swasta di Bengko menjadi mungkin. Undang-Undang Agraria 1870 menetapkan bahwa tanah yang bisa disewa oleh perusahaan perkebunan adalah woeste gronden dalam bahasa Indonesia berarti tanah “liar”.4 Tanah liar merupakan tanah yang tidak digarap oleh penduduk bagi usaha taninya. Ketetapan dalam UndangUndang Agraria ini yang menjadi sumber analisis. Bengko terletak di kaki Bukit Kaba dan terpencil; pada masa itu tentunya merupakan tanah liar, oleh karenanya perusahaan perkebunan swasta dapat menjadikan Bengko dan daerah sekitarnya sebagai perkebunan kopi.
4
Sartono Kartodirjo & Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia (Kajian Sosial-Ekonomi), (Yogyakarta: Penerbit Aditya Media, 1991), hal. 143.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
Perkebunan kopi yang diusahakan perusahan perkebunan ini melahirkan pemukiman-pemukiman baru. Perkebunan kopi milik Belanda ini tidak bisa hidup tanpa adanya pekerja, sehingga perusahaan mendatangkan pekerja dari daerah lain, seperti dari pulau Jawa, Sumatra Utara, dan daerah lain. Pada perkembangannya Kecamatan Sindang Dataran pada umumnya dan Bengko pada khususnya menjadi ramai oleh karena pembukaan pemukiman baru ini. Populasi penduduk di daerah ini makin bertambah sejak Pemerintah Republik Indonesia (pada masa Orde Baru) menggalakkan program transmigrasi. Setelah Indonesia merdeka, perusahaan Belanda tidak lagi mengurus perkebunan di daerah ini. Tanaman kopi yang tidak terpelihara setelah ditinggal Belanda, diambil alih oleh rakyat setempat. Menurut kisah tetua desa, pembagian lahan pada waktu itu berdasarkan seberapa luas seseorang mampu nebas ladang atau membersihkan lahan dari gulma. Semakin luas seseorang dan keluarganya nebas ladang, seluas itu pula tanah yang menjadi haknya. Pada saat itu sertifikat tanah belum menyentuh daerah pedalaman seperti Bengko. Untuk menjaga agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai hak akan lahan, masyarakat menyetujui untuk menjadikan beberapa jenis tanaman sebagai penanda batas dan mematenkan kepemilikan tanah berdasarkan musyawarah bersama. Masyarakat yang berlatar belakang Jawa lebih banyak memiliki kebun kopi dibandingkan penduduk asli, hal ini disebabkan karena keuletan mereka dalam usaha nebas ladang. Seperti yang biasa terjadi di daerah lainnya, kata Bank Company/Bank Coffe lama kelamaan berubah menjadi Bengko. Kebiasaan lidah orang Indonesia yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
sulit mengucapkan bahasa asing (biasanya Inggris) yang menyebabkan hal ini, selain itu orang Indonesia tidak mau repot-repot menyebutkan kata-kata yang sulit diucapkan dan dimengerti. Untuk memudahkan dalam penyebutan, nama Bengko dipilih untuk menamai ibukota Kecamatan Sindang Dataran ini. Untuk
mengetahui
lebih
luas
mengenai
Bengko,
penulis
akan
menjabarkannya sebagi berikut: 1. Letak Geografis dan Kondisi Alam Bengko Bengko merupakan sebuah kota kecil yang terletak di Kecamatan Sindang Dataran, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Kecamatan Sindang Dataran berdiri tahun 2007 dan merupakan hasil pemekaran berdasarkan peraturan daerah no. 5 tahun 2005. Sebelum terjadi pemekaran, daerah di Kecamatan Sindang Dataran masuk ke dalam Kecamatan Sindang Kelingi yang beribukota di Beringin Tiga. Bengko merupakan ibukota dari Kecamatan Sindang Dataran. Bengko merupakan daerah yang memiliki populasi penduduk terbanyak di Kecamatan Sindang Dataran. Oleh karena keterbatasan data mengenai letak geografis Bengko dan sekitarnya, penulis akan menggambarkan keadaan geografis Kabupaten Rejang Lebong terlebih dahulu. Maksudnya diharapkan gambaran keadaan geografis Rejang Lebong dapat mewakili secara umum keadaan geografis Bengko. Kabupaten Rejang Lebong merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Bengkulu. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 151.576 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 261.745 (berdasarkan survei tahun 2009). Ibukota Kabupaten
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
Rejang Lebong adalah kota Curup. Secara topografi, Kabupaten Rejang Lebong merupakan daerah yang berbukit-bukit. Hal ini menjadi wajar karena Rejang Lebong terletak pada dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian antara 100 s/d 1000 m di atas permukaan laut, kemiringan tanahnya antara 2% s/d 40%. Letak Geografis pada posisi 102 derajat 19 menit – 102 derajat 57 menit Bujur Timur dan 2 derajat 22 menit 07 detik – 3 derajat 31 menit Lintas Selatan. Rejang Lebong secara umum memiliki curah hujan rata-rata 233,75 mm per bulan, dengan jumlah hari hujan rata-rata 14,6 hari/bulan pada musim kemarau dan 23,2 hari/bulan pada musim penghujan. Menurut perhitungan yang dilakukan pada tahun 2003, jumlah curah hujan di Rejang Lebong sebesar 2.805 mm dengan rata-rata curah hujan 233,8 mm. Jumlah curah hujan di Rejang Lebong pada tahun 2002 sebesar 2.557 mm dengan rata-rata curah hujan per bulan sebesar 213,1 mm dan rata-rata hari hujan sebanyak 22 hari/bulan. Sedangkan pada Tahun 2009 jumlah curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 418 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 27 hari sedangkan jumlah curah hujan terendah terjadi bulan Juni sebesar 32 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 6 hari.5 Sementara itu suhu normal rata-rata di Rejang Lebong berkisar antara 17,730C – 30,940C dengan kelembaban nisbi rata-rata 85,5 %. Suhu udara maksimum pada tahun 2003 terjadi pada bulan Juni dan Oktober yaitu 32 derajad Celcius dan suhu udara minimum terjadi pada bulan Juli yaitu 16,2 derajad
5
Wahyuni Amelia Wulandari, dkk., Laporan Akhir Tahun Pendampingan Program PSDSK di Provinsi Bengkulu, (Bengkulu: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), 2011), hal. 15.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
Celcius. Secara umum kondisi fisik tanah di Kabupaten Rejang Lebong dapat digambarkan sebagai berikut : a. Tanah di Rejang Lebong memiliki kelerengan datar sampai bergelombang, b. Jenis tanah di Rejang Lebong yaitu : Andosol, Regosol, Podsolik, Latasol dan Alluvial, c. Tekstur tanahnya : sedang, lempung dan sedikit berpasir dengan pH tanah 4,5 –7,5, d. Kedalaman efektif tanah (untuk bercocok tanam) : sebagian besar terdiri atas kedalaman 60 cm hingga lebih dari 90 cm, sebagian terdapat erosi ringan dengan tingkat pengikisan 0 – 10 %.6 Setelah melihat gambaran keadaan geografis Kabupaten Rejang Lebong secara umum di atas, dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Sindang Dataran (Bengko) juga memiliki topografi yang berbukit-bukit dengan curah hujan cukup tinggi. Kecamatan Sindang Dataran memiliki wilayah seluas 6.218 Ha, dengan batas wilayah yaitu : sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sindang Kelingi (Kabupaten Rejang Lebong), sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Muara Kemumu (Kabupaten Kepahiang), sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kabawetan (Kabupaten Kepahiang), dan di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Binduriang (Kabupaten Rejang Lebong). Kecamatan Sindang Dataran terdiri dari enam kelurahan, yaitu: Kelurahan Air Rusa, Kelurahan Bengko, Keluarga IV (empat) Suku Menanti, Kelurahan Sinar Gunung, Kelurahan Talang Belitar, dan Kelurahan Warung Pojok. 6
Situs Resmi Pemkab Rejang Lebong, http://www.rejanglebongkab.go.id/, diunduh pada tanggal 19 Juni 2012.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
Kecamatan Sindang Dataran memiliki dua titik akses masuk. Akses masuk yang pertama merupakan jalan yang dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dan sampai sekarang masih dipergunakan walaupun keadaannya tidak bisa dibilang baik (kurang perawatan). Kualitas jalan yang dibangun Belanda cukup baik dibanding jalan beraspal yang dibangun oleh pemerintah Indonesia.7 Akses masuk kedua menuju Sindang Dataran dapat ditempuh dari Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu. 2. Suku-suku Asli Rejang Lebong di Bengko. Masyarakat Bengko terdiri dari berbagai suku. Bila dilihat dalam skala yang lebih luas, Kabupaten Rejang Lebong didominasi oleh suku asli yaitu suku Rejang (43%), disusul suku Jawa yang merupakan pendatang (35,2%), dan sebagian penduduk Rejang Lebong lainnya adalah suku Lembak, Kaur, Musi, Pasemah, Kerinci, Sunda, Minang, Palembang, India, Tionghoa, Pagar Alam dan Batak.8 Selain suku Rejang, suku Lembak adalah suku asli Rejang Lebong. Di daerah Kecamatan Sindang Dataran, mayoritas penduduknya berasal dari Jawa Timur (Malang), posisi keduanya ditempati oleh suku asli yaitu suku Lembak, suku Jawa menyusul kemudian suku Rejang. Selain suku Jawa, Lembak, dan Rejang masih ada suku lain yang bertempat tinggal di Bengko, yaitu suku Batak (Medan), Padang, dan masyarakat yang berasal dari Bengkulu Selatan (biasa dipanggil dengan wang Selatan).
7
Jalan beraspal yang dimaksud adalah jalan yang menghubungkan Kecamatan Sindang Dataran dengan jalan raya Curup-Lubuk Linggau. Jalan ini dibangun dari desa Beringin Tiga sampai Sindang Jati, Kecamatan Sindang Kelingi. Masyarakat sekitar mengakui kalau jalan ini lebih baik dari jalan yang dikembangkan kontraktor nasional akhir-akhir ini. 8 Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Rejang_Lebong, tanggal unduh pada 10 September 2012.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
Mengingat Bengko terletak di Kabupaten Rejang Lebong, penulis berkesimpulan bahwa perlu juga dijabarkan mengenai suku asli daerah ini. G.K.I.I. dalam karyanya berusaha dengan sangat untuk dapat “memeluk” sukusuku asli di Rejang Lebong. Berikut ini adalah penjabaran singkat mengenai suku Lembak dan suku Rejang. a) Suku Lembak Suku ini masih masuk ke dalam rumpun Melayu. Persebarannya selain di Bengkulu juga dapat ditemukan di Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas yang berada di Propinsi Sumatera Selatan. Suku Lembak di Kecamatan Sindang Dataran berasal dari Kepala Curup, Kecamatan Binduriang, dan Kecamatan Padang Ulak Tanding. Diperkirakan suku Lembak lebih dulu mendiami Kecamatan Sindang Dataran daripada suku Jawa. Suku Lembak memiliki bahasa yang berbeda dengan suku Rejang atau Melayu Bengkulu lainnya. Apabila suku Rejang dan Melayu Bengkulu (pesisir) kata-katanya banyak diakhiri dengan huruf ‘o’, suku Lembak lebih banyak menggunakan kata-kata diakhiri dengan huruf ‘e’. Dari segi kosakata, suku Lembak lebih dekat dengan suku Musi dan Palembang, perbedaannya hanya pada dialek (pengucapan/logat). Menurut penulis bahasa Lembak sangat khas, dan berbeda dengan suku Melayu lain. Penulis juga menemukan beberapa kosakata yang hanya ada di suku Lembak, seperti ai’yo = air, nga da = kamu itu, tekemek = buang air kecil, d’esat = pukulan dengan tangan terkepal, ge te -> belege kite = berkelahi , mba’i= apa, ada apa, dll.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
Di Kecamatan Sindang Kelingi terutama di desa IV Suku Menanti, dapat ditemukan hal unik mengenai masalah bahasa ini, yaitu adanya akulturasi antara bahasa Jawa dan bahasa Lembak. Suku Lembak dan suku Jawa yang bertempat tinggal di desa IV Suku Menanti, khususnya di dusun Airlang, dalam percakapan sehari-hari selain menggunakan bahasa Lembak juga menggunakan bahasa Jawa dengan logat Lembak. Bila mendengar secara langsung bahasa Jawa yang diucapkan dengan logat Lembak akan segera diketahui keunikannya. Suku Lembak merupakan pemeluk agama Islam sehingga budayanya banyak bernuansakan Islam. Selain bernuansakan Islam, budaya suku ini juga sangat kental dengan budaya Melayu. Ada kebiasaan buruk yang melekat pada masyarakat suku Lembak, yakni penyelesaian masalah dengan tujah. Di masa lampau, tujah merupakan salah satu cara penyelesaian masalah di antara orang kesatria (berani). Dalam tradisi tujah, dua orang memegang senjata tajam (pisau) dan masuk ke dalam sarung. Di dalam sarung itu keduanya berusaha saling menusuk, yang berhasil menusuk dalam artian dapat membuat lawannya terkapar ialah yang menang. Dewasa ini tujah telah mengalami pergeseran makna. Pisau dan kata-kata tujah sendiri sering dijadikan sebagai media untuk menekan orang lain. Contohnya saat seseorang merasa dapat memaksakan kepentingannya pada orang lain dan orang yang dimaksud terlihat menolak, akan terdengar kalimat “Tujahku nga lek” (Akan kutusuk kau nanti). Sungguh ironis, ancaman-ancaman seperti ini sering keluar, mulai dari anak usia belia sampai dewasa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
Suku Lembak memang terkenal memiliki kebiasaan buruk (karena dekat dengan kekerasan), namun tidak semuanya hidup dengan cara seperti itu. Orangorang tua asli Lembak mengajarkan anak-anak mereka untuk hidup keras agar nantinya tidak “dijajah” oleh orang lain. Selain itu mereka mengatakan bahwa hidup ini keras, “jika kamu tidak keras bagaimana kamu akan bertahan hidup?”. Rupa-rupanya didikan ini tidak ditangkap secara baik (disesuaikan dengan zaman), sehingga generasi muda Lembak saat ini menggunakan kebiasaan keras ini untuk melakukan hal-hal yang dekat dengan tindakan yang melanggar hukum. G.K.I.I. sampai saat ini belum mampu merangkul satu orangpun dari suku Lembak. Suku Lembak adalah suku yang paling sulit didekati oleh G.K.I.I. sebab suku ini terkenal dengan kebiasaan keras ditambah lagi mereka pada umumnya telah memeluk agama Islam. Sampai saat ini G.K.I.I. belum memakai pendekatan budaya untuk mengenalkan Yesus sebagai juru selamat pada suku Lembak. b) Suku Rejang Suku Rejang diduga sebagai salah satu suku bangsa tertua yang ada di Pulau Sumatra. Suku ini berdomisili di Provinsi Bengkulu dengan daerah persebaran di Kabupaten
Rejang
Lebong,
Kabupaten
Lebong,
Kabupaten
Kepahiang,
Kabupaten Bengkulu Tengah, dan Kabupaten Bengkulu Utara. Berdasarkan dialek dan kosa kata yang dimiliki suku Rejang, suku ini dikategorikan dalam Melayu Tua (Proto-Melayu).9 Asal-usul suku Rejang sulit ditelusuri karena kurangnya data-data sejarah. Sebagai suku bangsa terbesar di Bengkulu, bangsa kolonial (Inggris dan Belanda), 9
Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Rejang, tanggal unduh pada 10 September 2012.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
secara perlahan-lahan menghapus ciri asli suku Rejang. Tujuannya adalah untuk menghilangkan identitas asli suku ini, dengan begini kemungkinan adanya perlawanan dari suku Rejang dapat diminimalisir. Selain itu suku Rejang juga dijauhkan dari segala bentuk ilmu pengetahuan modern, tujuannya agar suku ini tidak mengetahui sejarah pendahulunya. Kebudayaan suku Rejang tidak jauh dari nuansa Islam, karena sebagian besar dari suku ini adalah pemeluk agama Islam. Budaya yang sampai saat ini masih dipertahankan adalah Tepung Setawar. Asal nama tradisi Tepung Setawar sendiri sulit ditelusuri, kemungkinan pemberian nama ini berdasarkan analisis berikut: konflik antara dua pihak akan selesai dengan damai melalui hukum ini, seperti tepung yang rasanya tawar (tidak ada dendam di lain hari). Persyaratan yang wajib ada dalam tradisi ini adalah tepung beras dan daun setawar. Tepung Setawar merupakan hukum adat berupa pemberian sanksi pada pelaku pelanggaran hukum dengan cara didenda dan cuci kampung. Contoh kasus pada hukum adat ini misalnya saat seorang pria (sebut dengan “A”) melecehkan wanita (sebut “B”) dan keluarga si “B” tidak menerima perlakuan si “A”, maka keluarga si “B” akan menantang si pria (dengan kekerasan; perkelahian), bila si “A” keder dan menghendaki jalan damai maka ia harus melakukan prosesi adat Tepung Setawar, permintaan maaf dari si “A” akan diterima keluarga si “B” setelah si “A” memenuhi beberapa persyaratan yang diajukan keluarga si “B”.10 10
Saat ini tradisi tepung setawar kurang semurni dan sesakral yang ada pada hukum adat. Saat ini pemangku adat kurang lagi dibutuhkan, selagi ada kesepakatan antara dua pihak yang bermasalah, perjanjian damai akan tercapai. Biasanya perdamaian akan lahir dengan pemberian mahar berupa sejumlah uang. Tradisi ini terkadang dimanfaatkan oknum tertentu untuk memeras orang lain. Tepung setawar penulis tidak hanya temukan di daerah Bengkulu saja, di Propinsi Sumatera Selatan penulis juga menemukan istilah ini dalam penyelesaian masalah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
Hukum adat ini berlaku juga untuk kasus lain seperti lakalantas, pencurian, perbuatan zinah, dan masih banyak kasus lain. Hukum adat ini berjalan saat ada pihak yang merasa dirugikan dan pihak ini berani menuntut (menantang) pihak yang dianggap merugikannya. Suku Rejang sebenarnya memiliki aksara asli yaitu kaganga. Akan tetapi kemampuan masyarakat Rejang sendiri dalam penulisan dan pelafalan aksara ini sangat kurang.11 Kemungkinan penyebabnya dikarenakan pada masa kolonial, suku Rejang dilarang mempelajari aksara ini sehingga lambat laun kemampuan menulis dan memahami kaganga hilang. Tidak adanya kemampuan suku ini dalam hal memahami aksara kaganga ini menimbulkan keraguan dari para ahli bahwa aksara ini milik suku Rejang. Saat ini aksara ini menjadi polemik, sebab Pemda Lampung juga mengakui aksara yang 99% sama dengan kaganga sebagai aksara asli dari Lampung. Kebijakan pemerintah kolonial Belanda melalui strategi memecah belah (devide et empera) turut mempengaruhi dialek dan kosakata yang dipakai suku Rejang. Saat ini dialek penuturan bahasa Rejang dapat dibagi menjadi tiga besar, yaitu dialek Rejang Kepahiang (masyarakat Rejang yang tinggal di Kepahiang), dialek Rejang Curup (mencakup masyarakat Rejang yang tinggal di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu Tengah, dan Bengkulu Utara), dan dialek Rejang Lebong (masyarakat Rejang yang tinggal di daerah Kabupaten Lebong).
11
Saat penulis duduk di bangku SD. Pemerintah Daerah Rejang Lebong menggalakkan program pembelajaran aksara Kaganga ini, akan tetapi program ini hanya berlangsung bebrapa tahun saja. Sangat disayangkan memang sebagai putera-puteri daerah kami tidak mengerti sama sekali mengenai aksara Kaganga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
Perbedaan dialek antara suku Rejang ini membuktikan bahwa mereka dapat dipecah belah oleh kolonial Belanda di masa lalu. Meskipun mereka mengaku suku Rejang, mereka tidak mau disamakan (sama-sama Rejang) dengan suku Rejang yang tinggal di daerah lain.12 Kurangnya persatuan antar suku Rejang ini, masih sering dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk kepentingan tertentu, terutama untuk kepentingan politis. Jumlah masyarakat Rejang di Kecamatan Sindang Dataran dapat dihitung dengan jari. Kemungkinan dikarenakan daerah Sindang Dataran sudah telebih dahulu ditinggali oleh suku Jawa dan suku Lembak. Suku Rejang pada dasarnya kurang terbuka dan adaptif pada segala hal yang berbau asing bagi suku mereka. Masyarakat Rejang hampir selalu tidak bisa menerima pendapat dari luar jikalau pendapat tersebut tidak lazim menurut cara pandang mereka (Kemungkinan ini yang menjadikan Bengkulu kurang berkembang, jika diamati Bengkulu cukup jauh tertinggal dari provinsi-provinsi di sekitarnya, baik itu dari pertumbuhan ekonomi, sosial, pendidikan, dan sarana prasarana umum). Sikap tertutup yang dimiliki suku Rejang ini tidak serta merta menjadikan suku Rejang berdiam diri dan tertinggal zaman. Kaum muda Rejang saat ini sudah mulai terbuka dan berani merantau ke daerah lain untuk menyiapkan diri menjadi agen perubahan di Bengkulu. 12
Contoh sederhana terjadi saat penulis duduk di bangku SMA tepatnya di SMA 1 Selupu Rejang, Rejang Lebong, Bengkulu. Penulis pernah menyaksikan perkelahian yang disebabkan oleh hal sepele, saat itu ada anak dari suku Rejang Lebong yang tidak menerima ucapan salah seorang siswa yang berasal dari suku Rejang Curup. Si anak suku Rejang Curup berucap “Kito koh dak samo kek anak Lebong tu, tobo Lebong tu Rejang kampuang” (dalam Bahasa Indonesia = ‘kita ini tidak sama dengan anak Lebong, mereka itu suku Rejang kampung). Bila menilik lebih dalam, hal ini sangat menyedihkan karena mereka sama-sama orang Rejang, yang membedakan hanyalah domisilinya saja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
3. Keadaan sosial Bengko dan sekitarnya. Saat ini Bengko bukanlah Bank Company lagi seperti dulu. Melihat Bengko yang saat ini, lebih tepat bila nama Bengko diasalnamakan dari Bank Criminality, sebab angka krimilitas di daerah ini sangat tinggi. Pencurian sepeda motor yang disertai dengan ancaman senjata tajam ataupun senjata api kerap terjadi. Buktinya terhitung sejak bulan Januari-Juni 2012, Polres Rejang Lebong berhasil mengungkap 32 kasus pencurian dan penggelapan motor di wilayah Kecamatan Sindang Dataran dan Kecamatan Sindang Kelingi. Selain mengamankan barang bukti motor curian, polisi berhasil menangkap satu tersangka curanmor dari desa Air Rusa, Kecamatan Sindang Dataran.13 Selain curanmor, perampokan juga sering terjadi di kawasan Sindang Dataran dan Sindang Kelingi, sasaran utamanya adalah para pedagang dan pengepul kopi. Cara kerja pelaku kejahatan di daerah ini adalah dengan mencegat sasarannya dengan paksa dan mengancam dengan senjata tajam atau senjata api, cara ini biasa disebut masyarakat dengan todong. Todong biasanya terjadi di jalan yang menghubungkan Sindang Dataran dan Sindang Kelingi. Keadaan geografis yang berbukit-bukit serta sepinya jalan (terletak di tengah kebun kopi) ikut mendukung terlaksananya tindak kejahatan ini. Peredaran narkoba di tengah masyarakat Sindang Dataran, khususnya ganja sangat memprihatinkan. Dari anak yang masih duduk di Sekolah Dasar sampai orang dewasa dapat dipastikan pernah mengkonsumsi rokok yang dibuat dari ganja. Lemahnya kontrol pihak kepolisian di Kecamatan Sindang Dataran 13
Harian Rakyat Bengkulu, Kolom Borgol, Selasa 12 Juni 2012.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
memungkinkan tanaman ganja ditanam dan menyebar bebas di tengah masyarakat. Pada bulan September 2010, kepolisian Rejang Lebong menemukan sekitar 1.200 batang ganja siap panen di Dusun Talang Nangka, Desa Sinar Gunung, Kecamatan Sindang Dataran. Berselang satu tahun kemudian juga ditemukan 13 batang ganja kualitas super (ganja Aceh) di dalam kebun kopi di Dusun Talang Setu, Desa Air Punggur, Kecamatan Sindang Dataran.14 Keadaan geografis Kecamatan Sindang Dataran yang berbukit-bukit serta rendahnya tingkat pendidikan yang didapat oleh masyarakat turut berperan pada bebasnya peredaran ganja di daerah ini. Ada semacam ‘kebanggaan’ tersendiri apabila kaum muda di Kecamatan Sindang Dataran melakukan hal negatif, inilah yang menyebabkan tingkat kriminalitas di daerah ini tinggi. Fishbein (1980), menyatakan bahwa perilaku erat kaitannya dengan niat. Sedangkan niat ditentukan oleh sikap. Jadi, sikap tidak bisa menjelaskan secara langsung mengenai perilaku. Selain itu, niat seseorang untuk melakukan sesuatu ditentukan oleh dua hal. Pertama adalah sesuatu yang datang dari dalam dirinya sendiri, yaitu sikap. Kedua, sesuatu yang datang dari luar, yakni persepsi tentang pendapat orang lain terhadap dirinya dalam kaitan perilaku yang diperbincangkan.15 Dalam kasus ini penulis mengajukan seseorang berinisial Ag (17) dari desa IV Suku Menanti, Kecamatan Rejang Lebong. Ag setuju untuk melakukan tindakan curanmor, sebab dengan begitu ia memperoleh uang dan membuatnya puas (ini indikator sikap). Lingkungan sekitar, terutama teman 14
Amiruddin Abdullah, Polres Rejang Lebong Temukan Tanaman Ganja, (diunduh dari http://www.mediaindonesia.com/webtorial/tanahair/?bar_id=MTkzOTY3 tanggal 21 Juli 2012) 15 Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1992), hal. 154.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
sebaya, akan “menghormati” atau mendekati takut serta memuji tindakan Ag. Dengan begini Ag akan selalu melakukan curanmor, karena niatnya memang mengarah ke sana dan perilakunya sehari-hari selalu mengindikasikan peluang untuk melakukan curanmor. Pemerintah kurang memperhatikan daerah ini, hampir dalam segala hal, pemerintah hanya memanfaatkan momen-momen tertentu untuk menunjukkan perhatiannya. Hal ini melahirkan kesan bahwa pemerintah terlihat memperhatikan tapi kenyataannya masyarakat Bengko dan Kecamatan Sindang Dataran dibiarkan berkembang semaunya sendiri tanpa ada kontrol sedikitpun. Segala hal negatif dibiarkan berkembang, bila skalanya lebih luas, biasanya akan datang beberapa oknum dengan wajah penyelamat. Pada dasarnya Sindang Dataran dan sekitarnya dibiarkan terkapar, bila sudah demikian akan mudah individu/kelompok tertentu memaksakan kepentingannya di daerah ini. Selain masalah di atas, masalah pernikahan di bawah umur masih kerap terjadi. Sangat mengherankan melihat lembaga kesehatan di Sindang Dataran tidak mengadakan penyuluhan terhadap masalah ini. Bengko dan Kecamatan Sindang Dataran sudah memiliki Pusat Kesehatan Masyarakat dengan beberapa dokter dan bidan desa. Sebenarnya mereka bisa menjadi agen perbaikan kesehatan masyarakat, terutama kesehatan alat reproduksi kaum muda Sindang Dataran. Pernikahan di bawah umur di Sindang Dataran merupakan hal biasa, ada beberapa masyarakat yang memandang hal ini baik, sebab semakin cepat anak mereka menikah akan semakin ringan beban jiwa yang ditanggung keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
Masuknya teknologi modern ke Kecamatan Sindang Dataran, terutama di desa Bengko kurang dimanfaatkan secara baik oleh penduduk sekitar. Contohnya handphone, tidak jauh berbeda dengan masyarakat di kota-kota besar, handphone yang dipegang oleh masyarakat Bengko, khususnya kaum muda, digunakan untuk hal-hal yang kurang berguna, seperti menonton film porno dan hal-hal lain. Selain kurangnya pendidikan seks, handphone juga berpengaruh pada tingginya tingkat pernikahan di bawah umur. 4. Mata Pencaharian Masyarakat Bengko. Dalam peraturan daerah Kabupaten Rejang Lebong No.4 tahun 2008 tentang rencana tata ruang wilayah, Kecamatan Sindang Dataran masuk ke dalam wilayah pengembangan II. Wilayah pengembangan II ini dimaksudkan untuk dapat dikembangkan menjadi gugus pengembangan holtikultura, terutama sayur-sayuran dan buah-buahan yang berorientasi agrobisnis.16 Dengan peraturan ini Bengko dan daerah di sekitarnya yang masuk ke dalam Kecamatan Sindang Dataran diarahkan untuk menjadi daerah pertanian dan perkebunan. Tanaman kopi merupakan komoditi pokok yang diusahakan oleh masyarakat Bengko. Selain menanam kopi, masyarakat Bengko juga menanam tanaman palawija. Tanaman palawija (seperti kubis, tomat, cabe, dan lain-lain) dapat tumbuh subur di daerah Sindang Dataran mengingat letaknya yang berada di kaki gunung berapi, Bukit Kaba. Dengan menanam sayuran ketika masa panen kopi lewat, masyarakat masih bisa menyambung hidup dengan sayuran. Selain
16
Perda Kabupaten Rejang Lebong No.4 tahun 2008 tentang rencana tata ruang wilayah, hal. 2223.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
untuk konsumsi sehari-hari, sayuran ini juga dijual ke Curup, Lubuk Linggau, Palembang dan Jambi. Untuk menjual hasil sayuran ke kota setingkat Kabupaten maupun Provinsi, petani di Sindang Dataran membutuhkan bantuan dari para pengepul17. Hubungan ini biasa ditemukan di desa-desa yang mengusahakan agrobisnis. Selain membeli sayuran dari petani, para pengepul juga menjual kebutuhan pokok lainnya seperti beras, minyak goreng, gas, dan lainnya. Barang-barang seperti itu tidak bisa dipenuhi sendiri oleh warga Bengko, dan mereka membutuhkannya. Pengepul yang menyediakan dan membawa kebutuhan sehari-hari dari kota besar, para petani terkadang menukar hasil kebunnya dengan kebutuhan sehari-hari tersebut. Kecamatan Sindang Dataran juga terkenal sebagai daerah penghasil gula merah atau gula aren. Selain kopi di kecamatan ini kita dapat menemukan dengan mudah pohon aren atau pohon nira. Selain di ambil air gulanya untuk dijadikan gula merah (masyarakat menyebutnya dengan legen), pohon aren dapat diambil ijuknya (serabut pada batang aren, setelah diolah biasanya dijadikan sapu), dan buahnya untuk dijadikan kolang-kaling. Namun sangat disayangkan sampai saat ini belum ada usaha yang mengolah barang-barang mentah dari pohon aren ini, sehingga penduduk menjualnya ke kota kabupaten dengan harga rendah. Selain bekerja sebagai petani dan pedagang sayur-sayuran, sebagian kecil masyarakat Bengko bekerja sebagai pegawai sipil seperti guru, pegawai kecamatan, perawat, dan lain-lain. 17
Pengepul yang dimaksud disini adalah pengusaha yang menampung sayuran milik para petani untuk disalurkan ke pedagang besar di kota Kabupaten atau Provinsi. Biasanya pengepul memborong hasil kebun petani sebelum masa panen untuk menjaga pasokan yang diminta pedagang besar di kota. Selain itu di Sindang Dataran terdapat pengepul kopi dan gula merah (gula aren).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
B. Alasan Didirikannya G.K.I.I. di Bengko (Perintisan Pelayanan di Bengko) Gereja Kristen Injili Indonesia didirikan di Bengko didasarkan pada visi dan misi yang diemban yaitu Gereja yang Misioner dan Menjangkau kota dan desa bagi Kristus melalui pelayanan holistik.18 Para penginjil G.K.I.I. yang juga bernaung di bawah WEC (Worldwide Evangelization Crusade) memiliki motto pelayanan yaitu “kami diselamatkan oleh Tuhan Yesus, maka kami terbeban untuk menjadikan orang-orang agar percaya kepada Yesus Kristus”, selanjutnya para penginjil G.K.I.I. menyederhanakannya dengan memakai motto “menginjili seluruh suku terabaikan (terutama suku Anak Dalam, Rejang, Lembak)”. Motto ini disesuaikan dengan nama lembaga gereja ini sendiri, yaitu Gereja Kristen Injili Indonesia.19 Pelayanan di Bengko dimulai di tahun 1970-an, pada masa itu seorang pensiunan Angkatan Darat dari kesatuan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang bernama Pais menemukan beberapa keluarga Kristen di daerah Bengko. Pak Pais kebetulan memiliki lahan di Bengko yang dikelola masyarakat setempat, sehingga beliau terkadang melakukan kunjungan untuk melihat lahannya sekaligus memberikan pelayanan kesehatan. Secara kebetulan, beliau bertemu dengan Pak Sarto dan melalui pertemuan ini Pak Pais mengetahui bahwa Pak Sarto percaya pada Kristus. Selain Pak Sarto, masih ada keluarga Pak Warno yang juga beragama Kristen. Melihat hal ini, Pak Pais mengusulkan pada dewan sinode
18
Dewan Sinode, Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga/Peraturan, Doktrin, Ketentuan, Ketenagaan dan Pembiayaan Hidup Hamba Tuhan di Lingkungan Sinode GKII, (Bengkulu: Majelis Sinode, 2007), hal. 2-3. 19 Wawancara dengan pensiunan penginjil G.K.I.I., Ishak Wasimin, pukul 15.30 WIB (Karang Jaya: 25 Juni 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
G.K.I.I. di Curup untuk melayani keluarga Kristen di Bengko. Sangat disayangkan bila keluarga ini dibiarkan saja tanpa dilayani secara rohani. Pada tahun 1978, Pak Wasimin terketuk hatinya untuk melayani umat di Bengko.20 Keadaan desa Bengko pada tahun-tahun ini dapat dikatakan daerah pedalaman, meskipun pada masa itu akses masuk sudah beraspal. Akan tetapi jalan beraspal buatan Belanda tersebut sampai saat ini minim perawatan, pemerintah baru merawat jalan bila kondisinya sudah sangat-sangat parah atau menjelang pemilihan umum kepala daerah. Cinta kasih Tuhan Yesus yang membawa Pak Wasimin datang ke tempat ini untuk memberitakan kabar gembira dari Injil. Pak Wasimin menyatakan alasan dirintisnya G.K.I.I. di Bengko adalah untuk menyelamatkan iman orang-orang yang percaya kepada Yesus di daerah yang dimaksud. Sangat disayangkan bila jiwa-jiwa orang Kristen di Bengko menjadi “haus” atau bahkan pindah ke agama lain. Memang sebelum G.K.I.I. merintis pelayanan di Bengko, di desa tetangga, desa Sindang Jati sudah berdiri gereja Katolik Roma. Akan tetapi berhubung tata cara ibadat yang berbeda, sulitnya sarana transportasi, dan jarak yang cukup jauh menjadikan keluarga Kristen di Bengko enggan untuk datang ke gereja yang dimaksud.21 Pak Wasimin juga berharap dengan melayani keluarga Kristen di Bengko, keluarga-keluarga ini dapat menjadi batu loncatan bagi perkembangan iman di daerah ini. Artinya, diharapkan keluarga ini dapat “memancing” keluargakeluarga lain di Bengko untuk percaya pada Yesus Kristus. Harapan ini menjadi 20
Selain di Bengko, Pak Wasimin merintis Pos Penginjilan di Karang Jaya (Bengkulu) dan Tugu Mulyo (Sumatera Selatan). 21 Sangat sulit bagi seseorang menerima perbedaan tata ibadat ini, meskipun baik agama Kristen Protestan ataupun Katolik percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat (juga pada Tri Tunggal).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
kenyataan, karena di tahun-tahun berikutnya ada beberapa keluarga yang mau bertobat dan menerima Yesus sebagai juru selamat. Beliau percaya bahwa dengan merintis penginjilan di Bengko, Yesus akan membukakan jalan dan hal itu memang terjadi. Dengan usaha yang disertai doa dan harapan Gereja Kristen Injili Indonesia akhirnya dapat membuka cabang di Bengko pada tahun 1983 (Pada saat itu masih berupa Pos Pewartaan Injil).
C. Hambatan-hambatan Dalam Usaha Pendirian Gereja di Bengko Hambatan-hambatan yang dialami dalam pendirian Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko tidaklah banyak, tapi cukup berarti. Maksudnya, hambatan ini tidaklah datang dari penolakan penduduk setempat, melainkan dari lembaga negara yang berwenang di daerah ini. Usaha G.K.I.I. untuk merintis pembentukan Gereja baru di Bengko mendapat sambutan positif dari penduduk setempat. Waktu itu kepala desa Bengko, Bapak Mahyudin bersedia menjadi tamu dan memberi kata sambutan saat keluarga Kristen di Bengko pertama kali merayakan Natal. Natal pertama G.K.I.I. cabang Bengko dirayakan di rumah Pak Sarto. Di rumah ini, Pak Sarto, Pdt. Ishak Wasimin, dan keluarga Kristen lainnya membuat tarup dari bambu. Dengan begitu keluarga Kristen di Bengko dapat mengundang warga sekitar untuk ikut merayakan Natal.22 Melihat adanya sambutan positif dari warga setempat, G.K.I.I. pusat di Curup (atas usulan Pak Pais dan Pdt. Ishak Wasimin) menyampaikan pada Wakil Bupati Rejang Lebong saat itu bahwa G.K.I.I. ingin mendirikan gereja permanen 22
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Sarjono, pukul 19.00 WIB (Bengko: 23 Juni 2012) dan diperkuat oleh Ishak Wasimin, pukul 15.30 (Karang Jaya: 25 Juni 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
di Bengko. Lahan yang akan digunakan sebagai lokasi pembangunan gereja merupakan sumbangan Pak Pais.23 Keluarga Kristen di Bengko menyambut dengan semangat rencana G.K.I.I. pusat ini. Mereka bersama Pak Pais segera membangun pondasi dan menyiapkan kayu-kayu, akan tetapi pemerintah daerah Kabupaten Rejang Lebong belum mengeluarkan ijin pembangunan gereja. Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong menekankan bahwa urusan pembangunan gereja harus melalui Kecamatan, pada saat itu Bengko masih berada di bawah Kecamatan Padang Ulak Tanding.Pada tahun 1979, G.K.I.I. meminta ijin ke Kecamatan Padang Ulak Tanding. Akan tetapi otoritas yang mengurusi perijinan pembangunan menyatakan bahwa tanah yang akan menjadi tempat didirikannya gereja merupakan kawasan hutan lindung.24 Pemerintah Kecamatan Padang Ulak Tanding tidak mengutus pegawainya ke tanah yang dipermasalahkan, Dewan Sinode G.K.I.I. bertanya-tanya “Bagaimana mereka bisa mengatakan tanah ini masuk hutan lindung bila mereka tidak melihat lokasinya secara langsung”25. Hal di atas menjadi sangat ganjil tentunya, melihat ini Dewan Sinode G.K.I.I. terus mendesak dan berusaha meyakinkan
pemerintah Kecamatan
Padang Ulak Tanding bahwa tanah tersebut di luar kawasan hutan lindung. Namun usaha G.K.I.I. ini tidak membuahkan hasil dan keluarga Kristen di Bengko harus menahan keinginannya untuk memiliki rumah ibadat.26 Kesulitan 23
Sampai saat ini tanah yang disumbangkan oleh Pak Pais tidak jelas berpindah ke tangan siapa, pastinya di atas tanah tersebut saat ini sudah berdiri bangunan permanen. Penulis mengalami kesulitan saat akan menulusuri masalah ini dan G.K.I.I. tidak mempermasalahkan tanah ini. 24 Pada kenyataannya tanah tersebut tidak masuk kawasan hutan lindung. Saat ini tanah yang dimaksud dan daerah disekitarnya menjadi satu perkampungan baru. 25 Wawancara dengan pensiunan penginjil G.K.I.I., Ishak Wasimin, pukul 15.30 (Karang Jaya: 25 Juni 2012). 26 Menurut isu yang berkembang di akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an, desa Bengko akan dijadikan daerah peristirahatan para pejabat. Hal ini menjadi masuk akal, melihat kondisi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
pengurusan sertifikat tanah untuk pendirian gereja ini terjadi lagi di tahun 1986, saat itu G.K.I.I. berhadapan dengan PT. Kepahiang Indah. Kondisi geografis Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 1970-an masih didominasi oleh hutan lebat. Desa Bengko bila ditilik dari keadaan geografis terletak di sisi selatan gunung Kaba.27 Pada masa itu sarana transportasi untuk masuk ke dalam desa Bengko sangat minim, sehingga komunikasi dengan G.K.I.I. pusat terkendala. Penginjil dari G.K.I.I. Curup yang siap melayani keluarga Kristen di Bengko harus siap berjalan kaki dari Beringin Tiga. Bila perjalanan dari Beringin Tiga sampai Bengko ditempuh dengan berjalan kaki akan memakan waktu sekitar 6-8 jam perjalanan. Menurut penuturan Pak Wasimin, saat ia berjalan kaki, jiwanya tidak pernah terancam oleh tindak kejahatan. Berbeda situasinya dengan sekarang, menurut beberapa sumber semenjak pemerintahan Orde Baru menggalakkan Operasi Penembakan Misterius (Petrus), daerah Bengko mulai menjadi tempat para preman bersembunyi. Meskipun harus berjalan kaki, Penginjil dari G.K.I.I. tetap melayani umat di Bengko. Semangat untuk memberitakan Injil dan keinginan untuk melayani umat di Bengkolah yang mendorong penginjil-penginjil ini melakukan pelayanan. Hanya satu truk yang pasti melewati jalan yang menghubungkan Bengko dengan dunia luar, kendaraaan ini hanya beroperasi saat akan menyetor kopi atau rotan ke geografis Bengko yang terletak di kaki Bukit Kaba dengan iklim yang sejuk. Selain itu dengan didirikanya perkebunan teh oleh PT Kepahyang Indah di Bengko, Bengko akan mempunyai stasiun kereta api dan akan dilalui rel kereta api dari Lubuk Linggau. Jemaat GKII menduga halhal inilah sebenarnya yang menghambat pendirian gereja, bukan alasan pelanggaran hutan lindung seperti yang diutarakan pemerintah Kecmatan Padang Ulak Tanding. 26 Gunung Kaba merupakan gunung berapi yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu. Lokasi di sekitar Gunung Kaba merupakan salah satu cagar alam untuk perlindungan bunga Rafflesia. Gunung ini memiliki tiga kawah, dua di antaranya sudah tidak aktif (kawah mati).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
Curup. Jadi, keberangkatannya hanya dapat dipastikan dari Bengko dan belum tentu beroperasi sebulan sekali. Jalan kaki merupakan cara satu-satunya bila truk yang dimaksud tidak beroperasi. Hambatan-hambatan di atas cukup membuat jemaat dan penginjil yang melayani di Bengko putus asa. Akan tetapi dengan campur tangan kuasa Yesus Kristus dan pertolongan Roh Kudus, Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko berhasil mendirikan gereja permanen.
D. Tokoh-tokoh yang Berjasa dalam Pendirian G.K.I.I. Cabang Bengko 1. Ishak Wasimin Ishak Wasimin adalah pendeta agama Kristen Protestan lulusan dari sekolah Theologia di Batu, Malang. Beliau berangkat ke Sumatra pada tahun 1975 dan merintis pos pelayanan di Bengko (Bengkulu), Karang Jaya (Bengkulu), dan Tugumulyo (Sumatera Selatan). Pak Wasimin sangat berperan dalam usaha pendirian Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko. Dengan tekadnya yang kuat, beliau berusaha memelihara iman umat yang ada di Bengko dan berusaha mendirikan gereja agar keluarga Kristen di Bengko semakin kuat imannya. Usahanya dimulai dengan mendirikan pos penginjilan di desa IV Suku Menananti yang di kemudian hari berkembang menjadi Jemaat Cabang G.K.I.I. Bengko. Pada awal pembentukan Jemaat Cabang G.K.I.I. Bengko, jemaat dilayani oleh tiga mahasiswa praktek dari Institut Injili Indonesia, Batu, Malang, yaitu Ev. Charles Hamid (1985), Ev. Salomon Bangun (1986), dan Ev. Natanael Watileo (1987). Mula-mula hanya beberapa keluarga Kristen yang dilayani, lambat laun banyak jiwa dimenangkan di daerah Sindang Dataran sehingga jumlah keluarga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
Kristen bertambah. Bertambahnya umat ini mendorong perlunya “wadah” yang dapat menaungi keluarga Kristen di Bengko. Pak Wasimin segera mengajukan proposal pendirian gereja pada Dewan Sinode G.K.I.I., Dewan Sinode kemudian meneruskannya ke Pemerintah Daerah Rejang Lebong. Gereja ini dimaksudkan sebagai symbol dan sarana ibadah keluarga Kristen yang ada di wilayah Sindang Dataran. Pada tahun 1984 keluarga Kristen di Bengko resmi bergabung dengan G.K.I.I. Curup. Setelah bergabung, Jemaat Cabang G.K.I.I. Bengko masih dilayani oleh Pdt. Ishak Wasimin meski tidak full time. Pak Wasimin kiranya telah ikut membuka jalan bagi G.K.I.I. dalam misi pelayanannya di Bengko. Dengan niatan tulus Pak Wasimin membuka pelayanan di Bengko banyak jiwa dimenangkan dan iman keluarga Kristen yang ada di sana dapat diselamatkan.28 2. Pais Pak Pais (alm) adalah seorang pensiunan TNI - AD. Setelah pensiun, beliau menjadi mantri yang sangat peduli pada kesehatan di perkampunganperkampungan. Bengko pada tahun 1970-an merupakan daerah pedalaman yang sulit dijangkau. Tempat-tempat pelayanan kesehatan belum ada, hal ini yang membuat beliau terketuk hatinya untuk memperhatikan kesehatan masyarakat Bengko dan sekitarnya. Beliau berdomisili di Curup, Ibukota Kabupaten Rejang Lebong. Peran Pak Pais dalam pendirian Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko
28
Hasil wawancara dengan mantan penginjil G.K.I.I., Bapak Sugeng Sihono pukul 14.00 WIB, (Airlang: 22 Juni 2012), Pak Sumaryono pukul 19.30 WIB, (Bengko: 22 Juni 2012). dan Bapak Sarjono pukul 19.00 WIB, (Bengko: 23 Juni 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
sangatlah penting. Selain menjadi mantri di Bengko, beliau memiliki kebun kopi di sana. Sekitar awal tahun 1980-an, Pak Pais giat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam pelayanannya beliau memasuki rumah-rumah penduduk dan sesekali menginap di rumah mereka. Melalui pelayanan kesehatan ini beliau bertemu dengan sesame keluarga Kristen yaitu keluarga Sartono yang berasal dari Malang, Jawa Timur. Dari pertemuannya dengan keluarga Sartono ini, diketahui bahwa keluarga Kristen di Bengko membutuhkan pelayan rohani. Selama ini keluarga Kristen di Bengko hidup dalam masyarakat tanpa dilayani. Pak Pais bersama Pak Sarto memulai mengadakan doa (persekutuan doa), dan dari sinilah awal mula berkembangnya jemaat G.K.I.I. Bengko. Seiring berjalannya waktu, Pak Pais yang merupakan jemaat G.K.I.I. Curup mengusulkan pada Dewan Sinode untuk mengutus penginjilnya ke Bengko sekaligus merintis ladang baru bagi pelayanan G.K.I.I. di Sumatra. Berkat Pak Paislah komunitas Kristen di Bengko dapat diketahui dan diselamatkan.29 3. Sarto Jasa beliau pada pendirian Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko sangatlah besar. Pada awal perintisan, rumah Pak Sarto dijadikan rumah doa.30 Pak Sarto menyediakan tempat agar keluarga Kristen di Bengko tetap bisa memuji
29
Wawancara dengan pensiunan penginjil G.K.I.I., Ishak Wasimin, pukul 15.30 (Karang Jaya: 25 Juni 2012). 30 Yang dimaksud rumah doa disini adalah rumah keluarga Kristen di Bengko yang dijadikan tempat beribadat (sementara waktu), sampai gereja permanen dibangun.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
nama Tuhan bersama-sama. Rumah Pak Sarto juga yang menjadi tempat singgah (peristirahatan) penginjil yang diutus G.K.I.I. untuk melayani di Bengko. Pada awal perintisan G.K.I.I. di Bengko, rumah Pak Sarto digunakan sebagai tempat perayaan hari kelahiran Yesus Kristus. Perayaan Natal pertama di Bengko dilakukan di rumah Pak Sarto. Pada saat itu dibangunlah tarup dari bambu, sebab keluarga Kristen di Bengko turut mengundang masyarakat sekitar untuk bersama-sama merayakan Natal. Sambutannya cukup bagus, masyarakat sekitar berdatangan untuk ikut merayakan Natal. Pada saat itu Kepala Desa Bengko juga ikut menghadiri acara perayaan Natal di tempat Pak Sarto. Melihat kenyataan ini terlihat bahwa Bengko secara umum sudah dapat menerima masuknya G.K.I.I. ke dalam sistem kemasyarakatannya.31
31 Hasil wawancara dengan mantan penginjil G.K.I.I., Sugeng Sihono, pukul 14.00 WIB, (Airlang: 22 Juni 2012), diperkuat oleh hasil wawancara dengan pensiunan penginjil G.K.I.I., Ishak Wasimin, pukul 15.30 (Karang Jaya: 25 Juni 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III GEREJA KRISTEN INJILI INDONESIA CABANG BENGKO “HIDUP” SEBAGAI KELOMPOK MINORITAS DARI TAHUN 19832008
Di dalam kehidupan beragama di Indonesia, kita dapat dengan mudah menemukan kata-kata minoritas dan mayoritas. Isu-isu keagamaan dapat berubah menjadi pangkal sebuah konflik besar antara kelompok minoritas dan mayoritas di berbagai daerah Indonesia. Kata-kata mayoritas dan minoritas umumnya berhubungan dengan banyak sedikitnya jumlah pemeluk suatu kepercayaan atau kelompok-kelompok yang memiliki ciri tertentu. Semakin banyak pemeluk sebuah kepercayaan di suatu daerah dibandingkan pemeluk kepercayaan lainnya, maka pemeluk suatu kepercayaan yang dimaksud akan memperoleh sebutan sebagai kaum mayoritas. Pemberian embel-embel kelompok minoritas dan kelompok mayoritas ini tentu melahirkan semacam cara hidup atau cara pandang tersendiri di masingmasing kelompok. Cara pandang ini terkadang menimbulkan permasalahan di antara kelompok minoritas dan kelompok mayoritas yang pada dasarnya hidup berdampingan. Di satu pihak kelompok mayoritas mau dipandang sebagai kelompok penentu kebijakan-kebijakan dalam masyarakat, karena memang kelompok ini memiliki anggota dan suara terbanyak di masyarakat; akhirnya terjadilah pemaksaan pada kelompok lain. Di pihak lain, kelompok minoritas tidak mau dipandang sebelah mata, oleh karenanya kelompok ini berusaha untuk 59
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
ikut menyumbangkan pendapatnya. Usaha kelompok minoritas ini kadang kala terlihat seperti “memancing” masalah, penyebabnya adalah adanya perbedaan pandangan dengan kelompok mayoritas. Bila perbedaan pandangan ini tidak difasilitasi dengan baik (diselesaikan), maka akan terjadi konflik sosial antara kelompok minoritas dengan kelompok mayoritas. Jemaat Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko dalam kehidupan sehari-hari terlihat lebih “menerima” dan diam. Menjalani kehidupan bermasyarakat dengan menerima dan diam bukanlah keinginan jemaat, akan tetapi seperti sudah ada hukum tidak tertulis yang wajib ditaati kelompok minoritas ini agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selama G.K.I.I. hidup di tengah masyarakat Bengko, belum ada peraturan dan kebijakan dari masyarakat Bengko yang merugikan pihak Gereja, oleh karena ini juga G.K.I.I. lebih cenderung berdiam diri dan fokus pada perkembangan iman umatnya. Sebelum membahas perkembangan Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko, ada baiknya bila pembahasan dibuka dengan melihat sejarah singkat perintisan Gereja Kristen Injili Indonesia di Sumatra.
A. Sejarah Singkat Gereja Kristen Injili Indonesia di Sumatra Pada mulanya pewartaan Injil pada Suku Anak Dalam dibawakan oleh Rev. Hubert Mitchell dan istrinya pada tahun 1936. Mitchell bekerja di bawah naungan missi Christian Missionary Alliance (CMA). Sebenarnya Mitchell adalah anggota dari missi Go Ye Fellowship dari Los Angeles, namun di Indonesia beliau bekerja di bawah naungan CMA. Pewartaan Injil oleh Mitchell meliputi daerah Pagar Alam, Lubuk Linggau, Muara Rupit, dan Jambi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
Dalam penginjilan di daerah Jambi, Mitchell membawa teman kerja orang Indonesia. Mereka adalah Tobing (seorang dari suku Batak), Kwee Toh San (keturunan Tionghoa), Guru Sulan (seorang dayak), dan Wan Embok (Keturunan Tionghoa). Selain tenaga kerja dari Indonesia, pekerjaan Mitchell juga dibantu oleh hamba Tuhan dari Amerika, yaitu Griffin Amstrong, Howthorn, dan Morken.1 Suku Anak Dalam (suku Kubu) merupakan suku yang hidupnya terisolasi dari “dunia luar”, bahkan sampai saat ini sebagian dari suku ini masih hidup secara nomaden dan jarang bersentuhan dengan dunia modern. Hal inilah yang menjadikan Suku Anak Dalam menjadi sasaran pewartaan Injil oleh Mitchell dan G.K.I.I. di perkembangan selanjutnya. Selain mewartakan Injil, Mitcell dan kawan-kawan mengajarkan baca dan tulis, kemungkinan agar memudahkan dalam pewartaan Injil itu sendiri. Pewartaan Injil di Sumatra oleh Mitchell terhenti saat Jepang mulai menjalankan politik ekspansinya di kawasan Asia Tenggara. Bersamaan dengan datangnya Jepang ke Indonesia (Tarakan, 10 Januari 1942), semua missionaries luar negeri dipulangkan dengan alasan keamanan. Setelah terjadi kekosongan selama beberapa tahun, pada tahun 1949 Worldwide Evangelization Crusade (WEC) masuk ke Indonesia di bawah perlindungan Het Nederlandsche Consulaat (Zending Konsulat). Di Sumatra, khususnya Sumatra bagian selatan, pekerjaan WEC dikenal dan didaftarkan
1
David Susilo Pranoto, Sejarah Gereja Kristen Indonesia, (Bengkulu: Majelis Sinode, 2008), hal. 46.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
sebagai Gereja Persekutuan Injil, tokohnya adalah Pdt. Williams.2 Pada perkembangannya Gereja Kristen Injil dilebur menjadi satu kesatuan. Peleburan ini dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan situasi (politik) Indonesia yang selalu berubah. Pada tanggal 17 Juni 1967 diadakan rapat yang dihadiri oleh semua wakil Gereja Persekutuan Injil. Rapat yang diadakan di Tanjung Enim, Sumatera Selatan ini melahirkan beberapa keputusan sebagai berikut: 1. Semua Gereja Persekutuan Injil dilebur menjadi gereja nasional dengan nama GEREJA KRISTEN INJILI INDONESIA disingkat G.K.I.I. dan masing-masing menjadi otonom (berdiri sendiri). 2. Untuk persatuan antar Jemaat Gereja Kristen Injili Indonesia dibentuklah satu badan yang disebut Sinode Gereja Kristen Injili Indonesia yang berkedudukan di Palembang atau berpusat di Palembang. 3. Pengurus Sinode Gereja Kristen Injili Indonesia mempunyai pengurus harian dengan susunan Ketua, Wakil Ketua, Sekertaris, Bendahara, dan Penasihat. 4. Gereja Kristen Injili Indonesia (Sinode) telah membuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan disahkan pada tanggal 17 Juni 1967 di Tanjung Enim yang kemudian mendaftarkan diri ke Kantor Urusan Agama bagian Kristen di Palembang.3 Pada tanggal 29 November 1969, Gereja Kristen Injili Indonesia mendapat pengakuan
dari
Departemen
Agama
dengan
Nomor
Daftar
No.
Dd/P/VLL/54/1217/69, Jakarta. Sampai saat ini Gereja Kristen Injili Indonesia memiliki wilayah pelayanan di Bengkulu, Curup, Muara Aman, Belah Batu, Sukaraja, Pangkalan, dan Palembang.
2 3
Ibid., hal. 48. Ibid., hal. 51-52.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
B. Pertumbuhan Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko (1983-2008). Melayani dengan iman, kasih, dan pengabdian guna menjangkau suku terasing (suku Anak Dalam, Rejang, dan Lembak) merupakan motto kerja para penginjil G.K.I.I. di Sumatra. Pada perkembangannya G.K.I.I. di Sumatra, khususnya di Bengkulu, Jambi dan Sumatera Selatan, hanya berhasil membaptis suku Anak Dalam dan suku Rejang. Untuk suku Lembak G.K.I.I. belum berhasil menjangkaunya. Bengko didiami oleh suku asli Bengkulu yaitu suku Lembak dan suku Rejang, selain itu di kota ini berdomisili pula suku Jawa, Batak, Bengkulu Selatan, dan Padang. Suku Rejang dan Lembak di Bengko belum ada yang mengenal Kristus. Hal ini bukan berarti para hamba Tuhan di Bengko tidak melaksanakan motto yang dipakai penginjil G.K.I.I. melainkan karena suku-suku ini sudah memiliki latar belakang agama Islam kuat. Selain itu alasan berdirinya Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko bukan bertujuan untuk meng-Kristenkan masyarakat di sana, melainkan untuk menyelamatkan iman keluarga Kristen yang telah ada di Bengko sebelum G.K.I.I. datang. Seperti sudah diterangkan pada bab II, pertemuan Pak Pais dan Pak Sarto telah membuka jalan perintisan G.K.I.I. di Bengko. Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko dimulai hanya dengan tiga keluarga Kristen, yaitu keluarga Sartono, keluarga Warno, dan keluarga Tambang. Pada tahun 1981-1983, pelayanan iman jemaat dilakukan dengan kegiatan yang dinamakan Persekutuan Doa. Persekutuan doa ini dilakukan rutin satu minggu sekali di rumah Bapak Sarto (Sartono) di Desa IV Suku Menanti.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
Seiring berjalannya waktu, di Bengko dibentuklah pos PI (tempat Perkabaran Injil), dengan seorang penginjil yang bernama Ev. Charles Hamid. Pada tahun 1984 jemaat Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko bertambah dengan bertobatnya empat keluarga yang semula beragama non-Kristen.4 Keluarga yang dimaksud adalah keluarga Sarjono, keluarga Sumaryono, keluarga Laseri, dan keluarga Mulyono. Melihat perkembangan yang cukup baik ini, dibangunlah bangunan semi permanen yang berukuran 5 x 10 m . Tujuan adalah agar pelayanan umat dan ibadat dapat dilaksanakan dengan nyaman di bangunan tersebut. Sebelum bangunan ini dibuat, pelayanan dan ibadat dilakukan dari rumah ke rumah umat secara bergantian (door to door). Pada tahun 1984 sampai tahun 1985, jemaat G.K.I.I. Bengko bertambah dengan datangnya transmigran dari Jawa Timur. Para transmigran ini sudah memiliki latar belakang Kristen Protestan, keluarga yang dimaksud adalah keluarga Wakino, keluarga Kawiono, keluarga Jamin, keluarga Tambang, keluarga Misdi, keluarga Tholib, keluarga Karsidi, dan keluarga Nurdin. Pendirian gereja semi permanen ini mengalami masalah pada perizinan tanah (sertifikat tanah). Adanya permasalahan dalam pengurusan sertifikat tanah gereja ini menyebabkan sebagian jemaat pindah ke Kasio Kasubun, Kecamatan Padang Ulak Tanding (antara tahun 1986-1987).5 Penyebab sulitnya pengurusan
4
Istilah bertobat disini memiliki makna yaitu mau dan mampu menerima Yesus Kristus sebagai juru selamat dan bergabung menjadi anggota Gereja. 5 Selain itu perpindahan mereka ke Kasio Kasubun juga disebabkan karena di daerah itu mereka akan mendapatkan jatah tanah dari pemerintah yang diperuntukkan bagi warga transmigran (keluarga yang pindah adalaha keluarga Wakino, keluarga Kawiono, dan keluarga Karsidi). Di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
sertifikat tanah ini dikarenakan gereja semi permanen didirikan di tanah kawasan HGU PT. Kepahiang Indah. PT. Kepahiang Indah adalah perseroan terbatas yang mengusahakan perkebunan teh di kawasan Kecamatan Kabawetan (Kabupaten Kepahiang), Talang Blitar sampai batas desa Bengko, Kecamatan Sindang Dataran. Perseroan Terbatas Kepahiang Indah mengklaim tanah yang ditempati gereja semi permanen milik G.K.I.I. adalah tanah perusahaan. Dikarenakan G.K.I.I. tidak memiliki bukti yang sah, pihak Gereja mengalah dengan memindah bangunan lebih ke bawah sekitar 2 kilo meter dari tempat awal, tepatnya di Jln. Raya Pasar Bengko, Desa Bengko, Kecamatan Sindang Dataran, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Pada bulan Juli 1992, bangunan gereja dipindahkan ke lokasi yang tidak termasuk ke dalam kawasan HGU PT. Kepahyang Indah.6 Setelah dipindah, gereja dibuat permanen sampai saat ini. Melalui perjuangan panjang, G.K.I.I. cabang Bengko memperolah IMB dengan no: r35/IMB-Grj/Kec. Sdg.Dtrn/2009 (Keputusan Bupati Rejang Lebong nomor: 620/134/Sub.5). Tanah yang dipermasalahkan oleh PT. Kepahiang Indah itu sekarang menjadi tanah kosong dengan tanaman gulma di atasnya. Kemungkinan masalah ini dulunya dibuat-buat beberapa pihak yang kurang menghendaki agama Kristen berkembang di Bengko. Kasio Kasubun, jemaat-jemaat ini mendirikan gereja cabang G.K.I.I. yang pada saat ini disebut dengan nama gereja Talang Nanjung. 6 Pada tanggal 2 Juni 2012, diresmikan bangunan gereja baru yang lebih baik. Wakil Bupati Rejang Lebong, Slamet Diono, yang mengesahkan bangunan ini. Saat awal pengurusan IMB gereja, umat mengalami kendala, beruntung tangan Tuhan ikut bekerja disini. Saat itu ikut juga seorang tokoh masyarakat Rejang Lebong, Iqbal Basyari untuk memberikan dukungan. Pak Iqbal (mantan Wakil Bupati RL) sempat mengatakan ke bagian Depag, dan mengatakan bahwa dengan pembangunan gereja Bengko tingkat kriminalitas di daerah Kecamatan Sindang Dataran bisa ditekan. Jadi, Depag diminta untuk tidak mempersulit IMB pembangunan gereja. Beliau tidak hanya menolong umat sampai disini saja, beliau jugalah yang meletakkan batu pertama pembangunan gereja, terlihat sekali bahwa beliau sangat menghargai usaha umat G.K.I.I..
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
Dari tahun 1986-1987 jemaat bertambah dengan bertobatnya keluarga Mul Ngatemun, keluarga transmigran dari Malang. Jemaat G.K.I.I. bertambah lagi dengan masuknya keluarga Joko ke dalam Gereja, keluarga ini semula beragama Islam. Keluarga Dodok ikut menambah jumlah pengikut Kristus di Bengko, beliau berasal dari Bandung dan sudah beragama Kristen Protestan. Pada perkembangannya, pertumbuhan jemaat G.K.I.I. di Bengko berasal dari pernikahan (membentuk keluarga Kristen baru). Baru pada tahun 2008 jemaat bertambah dengan pindahnya keluarga Kasman yang pada awalnya beragama Islam. Sampai tahun 2008, umat G.K.I.I. cabang Bengko berjumlah 80 jiwa. Berikut ini adalah tabel untuk menerangkan para penginjil yang pernah melayani umat Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko dari tahun 1983-2008.
Tabel 3.1 Para Penginjil Gereja Kristen Injili Indonesia Cabang Bengko tahun 1983-2008 No.
Tahun
Nama Penginjil
1.
1985
Ev. Charles Hamid
2.
1986
Ev. Salomon Bangun
3.
1987
Ev. Natanael Watitelo
4.
1988
Ev. Natanael Sunarno
5.
1988-1992
Ev. Sugeng Sihono
6.
1992-1995
Ev. Kristin Dohude
7.
1995
Ev. Sarjono
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
8.
1996
Ev. Usada Leno, S. Th.
9.
1997-2001
Pdt. David Susilo Pranoto, M. Th.
10.
2002
Vic. Sanyoto, S. Th.
11.
2003-2006
Pdt. Ponidianto, S. Th.
12.
2006
Ev. Rudy Sinaga
13.
2006-2010
Pdt. Pontas Pardede, S. Th.
C. Hubungan Antara Umat Gereja Kristen Injili Indonesia Cabang Bengko dengan Masyarakat Bengko. Masyarakat desa Bengko terdiri dari bermacam-macam suku, ada suku Rejang, Lembak, Jawa, dan Batak. Ada dua agama yang dianut oleh masyarakat di Bengko, yaitu agama Islam sebagai kelompok mayoritas dan Kristen Protestan sebagai kelompok minoritas. Meskipun terdapat perbedaan dalam hal suku, bahasa dan agama, hubungan antar masyarakat terjalin baik. Sebelum masuk ke pokok bahasan, ada baiknya dijelaskan dulu pengertian-pengertian dari masyarakat. Menurut Robert Maclver, masyarakat adalah suatu sistem hubunganhubungan yang ditertibkan.7 Berbeda dengan Robert Maclver, Harold L. Laski mendefinisikan masyarakat sebagai sekelompok manusia yang hidup bersama dan bekerjasama untuk mencapai dan terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama-sama.8 Ahli dari Indonesia, Soerjono Soekamto menyatakan bahwa
7 8
Miriam Budiharjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 2004), hal. 33. Ibid., hal. 34.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia yang mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut: 1). Manusia yang hidup bersama dan bergaul dalam jangka waktu yang cukup lama 2). Mempunyai kesadaran bahwa setiap manusia merupakan bagian dari kesatuan, 3). Mempunyai nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pedoman untuk perilaku yang dianggap pantas, 4). Memiliki kebudayaan.9 Kehidupan antar umat beragama di Bengko terlihat cukup harmonis. Namun, masih ada sikap-sikap fanatik di dalam masyarakat desa Bengko.10 Memang hal tersebut tidak se-ekstrim yang ditunjukkan ormas-ormas Islam akhirakhir ini. Tapi hal ini akan hilang sekilas mata, sebab masih jauh lebih banyak yang menghargai perbedaan agama, buktinya selama ini jemaat G.K.I.I. belum pernah mengalami kendala saat menjalankan ibadah. Kearifan lokal terlihat di sini, rasa saling menghargai satu sama lain, melindungi satu sama lain dan bekerjasama dalam beberapa hal (gotong royong). Hal-hal seperti ini yang sangat sulit ditemukan pada masyarakat perkotaan yang cenderung hidup individualis. Umat Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat Bengko lainnya. Hal ini dapat dilihat saat-saat hari raya Idul Fitri maupun Natal, kedua umat yang berbeda agama ini memperkuat tali persaudaraan dengan saling mengunjungi.11 Menurut Pak Sarjono rumahnya 9
Soerjono Soekanto, Beberapa Teori Sosiologi: tentang struktur masyarakat, (Jakarta: Rajawali, 1983), hal. 107. 10 Penulis menuliskannya berdasarkan pengalaman yang dialami sendiri oleh penulis. Hidup sebagi orang Kristen disini harus siap diejek sesama sebagai pemakan Babi, binatang yang diharamkan oleh agama Islam. Terkadang ada perkataan yang menyakitkan seperti “Pantas tingkahmu kaya gitu, gak jauh beda dengan yang kamu makan”. 11 Yang dimaksud dengan Tali Persaudaraan adalah antara masyarakat sekitar dengan jemaat G.K.I.I. sudah merasa seperti satu keluarga. Kemungkinan disebabkan mereka sudah hidup bersama cukup lama dan saling terikat satu sama lain, saling tergantung. Saudara yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
selalu penuh saat hari Natal, malah seperti orang yang punya gawe (hajatan), dengan itu saja sudah cukup menunjukkan bahwa masyarakat Bengko yang nonKristen sangat menghargai agama Kristen dan begitu juga yang ditunjukkan umat G.K.I.I. pada masyarakat sekitar.12 Dalam kehidupan sehari-hari tentu masih muncul konflik-konflik kecil antara jemaat G.K.I.I. Bengko dan masyarakat sekitarnya, namun konflik-konflik kecil ini bukan disebabkan oleh perbedaan keyakinan. Konflik-konflik yang muncul biasanya disebabkan oleh masalahmasalah ekonomi (utang-piutang, jual-beli tanah atau hasil kebun), gossip seputar rumah tangga, dan pertengkaran anak-anak yang mengikutsertakan orang tua mereka. Adanya penghargaan dan saling mendukung antar umat ini dijaga oleh masyarakat desa Bengko. Banyak kepentingan bersama dan juga cita-cita bersama yang akan terhambat jika hal-hal yang menyangkut rasa menghargai dan mendukung tidak ditegakkan. Masyarakat Bengko dan jemaat G.K.I.I. juga secara bersama-sama menjaga sistem yang ada, yaitu peraturan dan tata tertib yang telah dibuat dan disetujui oleh seluruh masyarakat Bengko. Tujuannya adalah agar kehidupan bersama tetap berjalan tanpa kurang suatu apapun. Contoh dari menjaga hubungan antara jemaat G.K.I.I. adalah sebagai berikut: ada beberapa keluarga Kristen di Bengko yang memiliki usaha sebagai pengepul sayuran (keluarga Sarjono dan keluarga Sumaryono), mereka harus mampu menjaga hubungan dengan masyarakat sekitar agar pasokan sayuran tetap sesunguhnya memang tidak memandang perbedaan, perbedaan dapat mempersatukan dan dari situ terkadang kesempurnaan tercapai. 12 Hasil wawancara dengan Pak Sarjono, pukul 17.00 WIB, (Bengko, 23 Juni 2012) dan wawancara dengan pensiunan penginjil G.K.I.I., Ishak Wasimin, pukul 15.30 (Karang Jaya: 25 Juni 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
ada, begitu juga sebaliknya masyarakat juga menjaga hubungan ini agar sayurannya diambil dan dibeli dengan harga yang sesuai. Dari sini kita sudah dapat menyimpulkan bahwasanya hubungan sosial antara jemaat G.K.I.I. dengan masyarakat Bengko sudah terjalin baik dari sejak G.K.I.I. berdiri di Bengko sampai dengan hari ini. Bahkan dalam artian tertentu hubungan ini dapat melebihi hubungan sosial biasa. Mereka dapat hidup berdampingan dan menganggap satu sama lain sebagai saudara, saudara yang saling menjaga satu sama lain. Tata tertib, hubungan antar masyarakat, rasa saling menghormati, kerjasama (gotong royong) yang ada dalam masyarakat Bengko perlu dijaga agar tatanan hidup bersama ikut terjaga.
D. Hal-hal yang Menguatkan Iman Umat Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko. Iman merupakan hal utama yang perlu dijaga oleh jemaat Gereja Kristen Injili Indonesia. Sebagai kelompok minoritas, godaan-godaan yang dapat mengoyahkan iman jemaat sangatlah banyak. Dari masa G.K.I.I. berdiri sampai saat ini jemaat tetap percaya pada Yesus Kristus. Sebenarnya faktor-faktor yang mempengaruhi iman mereka bukan datang dari perasaan sebagai kelompok minoritas, melainkan dari permasalahan ekonomi.13
13 Keterangan ini penulis dapat dari wawancara dengan Pak Sumaryono di Bengko, tertanggal 22 Juni 2012, pukul 19.30. Menurut ibu Suti (istri Pak Sumaryono), menambahkan; imannya goyah saat kesulitan ekonomi melanda keluarganya. Contohnya saat anak-anaknya perlu uang sekolah dan panenan buruk sehingga warungnya kosong. Beliau menjadi galau, berseru pada Tuhan, uang tidak akan jatuh dari langit. Akhirnya beliau seperti “menggadaikan” imannya pada Tuhan, sambil berusaha dan berdoa, dan pada akhirnya Tuhan mencopot masalah keuangan itu darinya. dengan kejadian-kejadian seperti ini, iman beliau bertambah kuat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
“Kemacetan iman” yang dialami jemaat tidaklah sampai pada kondisi kronis. Jemaat percaya pada tangan Tuhan, dan tangan Tuhan inilah yang menyentuh iman-iman jemaat yang mengalami kemacetan. Artinya jemaat G.K.I.I. menyerahkan segala macam persoalan ke dalam Tangan Tuhan, termasuk pada masalah keimanan ini. Jemaat percaya bahwa Tuhan kito ndak’kan tidok (tidak akan tidur), Tuhan akan selalu menolong umatnya yang menyerahkan segenap hidupnya dan Tuhan akan selalu menjaga keutuhan Gereja. Tuhan menolong dengan jalan menggerakkan hati orang lain untuk mendekati dan membantu umat yang sedang dilanda krisis iman. Setiap kemungkinan yang ada di sekitar umat yang sedang berkesusahan pasti muncul. Seperti contohnya kejadian pada salah satu keluarga jemaat G.K.I.I. yang berdomisili di Airlang.14 Keluarga ini meninggalkan G.K.I.I. terhitung sejak tahun 1997 sampai tahun 2000-an, pada akhirnya keluarga ini terpanggil untuk kembali menjadi anggota Gereja Bengko. Iman jemaat G.K.I.I. Bengko dari awal memilih bergabung menjadi anggota Gereja adalah tetap, yaitu percaya kepada Yesus Kristus sebagai juru selamat. Beberapa remaja yang semula menunjukkan indikasi kemacetan iman sudah berhasil kembali ke dalam tubuh Kristus. Para penginjil (pendeta) yang bertugas di Bengko dengan sabar mendatangi jemaat yang mulai menunjukkan indikasi kemacetan iman. Selain itu, untuk mengatasi kemacetan iman, G.K.I.I. Bengko selalu melakukan kegiatan rutin seperti ibadat setiap hari Minggu.
14 Airlang merupakan desa tetangga Bengko. Keluarga ini mengalami kejadian yang mengecewakan, dan kekecewaan ini tertuju pada Sinode G.K.I.I. Bengko, sehingga untuk meredam rasa kecewa mereka memilih untuk berhenti dulu beribadat di G.K.I.I. Bengko.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko juga mengadakan kebaktian keluarga pada hari Kamis sore yang dilakukan dari satu rumah ke rumah lain serta PDS (Persekutuan Doa Sapaat) yang dilaksanakan setiap Sabtu malam. Jemaat G.K.I.I. cabang Bengko juga mengikuti acara-acara yang diselenggarakan G.K.I.I. pusat, tujuannya selain untuk berbagi pengalaman mengenai kehidupan iman mereka juga untuk memperkuat tali persaudaraan antar anggota Gereja Kristen Injili Indonesia.
E. Gereja Kristen Injili Indonesia dalam Usahanya Menghadapi Masalah Sosial di Desa Bengko. Desa Bengko dan Kecamatan Sindang Dataran pada umumnya terkenal sebagai daerah rawan tindak kejahatan. Selain itu daerah ini terkenal sebagai daerah tempatnya para begundal.15 Tukang todong atau orang-orang yang berprofesi sebagai pencuri kendaraan bermotor yang disertai dengan kekerasan, pengedar ganja sampai pemadatnya (penghisap ganja), bandar judi tradisional (bola glinding, otok, kartu remi dan gaple) hidup di masyarakat ini. Moralitas masyarakat dapat dikatakan berada di posisi yang buruk. Pernikahan di usia muda yang disebabkan hamil di luar nikah kerap terjadi. Sangat memprihatinkan lagi di 15
Orang dalam (masyarakat yang tinggal di daerah Kec. Sindang Dataran, seperti Bengko, Airlang) memiliki guyonan yang bila digambarkan pada keadaan senyatanya memang benar adanya. Kami sering menamakan daerah yang kami tinggali sebagai Texas Chicken, seperti Texasnya Amerika Serikat. Daerah ini bebas dari campur tangan aparat keamanan, polisi hanya terkadang menegakkan hukum di daerah ini. Perjudian, seperti sabung ayam, dadu, kartu, togel, bola glinding, bilyard, hampir setiap malam dapat ditemukan di setiap sudut desa. Pencurian kedaraan bermotor disertai kekerasan (curas) sering terjadi, anehnya bila kejadian ini dilaporkan pada pihak kepolisian, motor yang hilang jangan harap bisa kembali. Akan tetapi kalau kita memilih menghubungi pihak-pihak yang dianggap “tahu” keberadaan kendaraan kita tersebut dan menyiapkan uang sebagai tebusan, dalam waktu satu hari kendaraan kita yang dirampas akan kembali lagi. Begitu juga dengan peredaran ganja, barang haram ini seperti hal yang tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Bengko, terutama kaum mudanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
saat-saat seperti ini aparatur negara seolah-olah tidak memiliki inisiatif atau usaha untuk memperbaiki kualitas kehidupan sosial masyarakat Sindang Dataran.16 Pendidikan dianggap tidak penting, menurut masyarakat menyekolahkan anak sampai ke jenjang setingkat SMA sampai perguruan tinggi merupakan tindakan yang sia-sia. Mereka berpandangan nantinya dengan sekolah atau tidak, anak-anak mereka akan jadi petani juga. Bisa membaca, berhitung, dan menulis saja sudah cukup untuk hidup. Mereka berpikir lebih baik uang yang ada digunakan untuk membeli ternak atau dijadikan modal tani daripada digunakan untuk sekolah yang belum jelas masa depannya.17 Akan tetapi masih ada beberapa keluarga yang berpandangan bahwa pendidikan juga penting bagi masa depan, buktinya beberapa pemuda-pemudi dari daerah ini sekolah sampai ke perguruan tinggi. Apabila dipersentasekan dari jumlah penduduk Kecamatan Sindang Dataran pada tahun 2008 (11.799 jiwa), maka dapat digambarkan melalui diagram berikut ini:
16
Penulis pada tanggal 24 Juni 2012 menonton acara di TVRI. Dalam acara Minggu Malam Bersama Slamet Raharjo di bahas mengenai Bencana Sosial. Dari sini penulis mengetahui bahwa Kementerian Sosial memiliki lembaga-lembaga yang tugasnya menangani gejala-gejala sosial, gejala sosial yang berpotensi menjadi bencana sosial. Penulis sangat berharap pada lembagalembaga yang bernaung dibawah kementerian sosial dapat mengjangkau daerah-daerah di Kec. Sindang Dataran, mengingat jumlah anggota organisasi bentukan kementerian sosial tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. 17 Penulis teringat dengan lagu salah satu grup band Indonesia, Slank, disalah satu lagunya terdapat lirik yang berbunyi “Generasi masa depan, gak berpendidikan, penyakitan”. Kemungkinan besar bila pendidikan tetap dipandang tidak penting oleh sebagian besar penduduk Kec. Sindang Dataran maka generasi masa depan di daerah ini hanya akan mengalami perubahan yang bersifat spiral. Bergerak maju, akan tetapi sangat lambat dan cenderung berputar-putar ditempat terlebih dahulu, menunggu ‘penyakit’ pada tahap kronis barulah ada kemauan untuk maju.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74 PT SMA SMP SD Tidak Sekolah h
Gambaar 3.I : Diag gram tingkat pendidikan penduduk taahun 2008. Kondisi seperti ini i sudah tterjadi dari dahulu. A Ada kejadiann menarik m mengenai m masalah sosial dan hhubungannyaa dengan Gereja Krssiten Injili I Indonesia. Pada P tahun 1983, pada masa pelayaanan Ev. Chharles Hamiid, seorang g gembong peerampok berrnama pak N Nurdin bertoobat dan meenerima Yessus sebagai j juru selamatt. Pada awallnya pak Nuurdin hanya sekedar inggin tahu dan mengikuti k kebaktian yaang saat itu diadakan ddi rumah Waagiman,18 laalu Ev. Charrles Hamid m memberikan n kuliah Injiil pada masyyarakat yangg datang daan pak Nurddin tertarik. P Pada pertem muan-pertemu muan selanjuttnya, pak Nuurdin datangg dan pada tahun t 1984 b beliau berseedia dibaptiss. Akan tetaapi, ada kejadian yang menyedihkaan G.K.I.I. k karena pak Nurdin N tak laama setelah bertobat diteembak mati oleh rekan-rrekannya. Setelah h kejadian ini, G.K.I.I. belum berani b ikut terlibat lebbih dalam p penyelesaian n masalah-m masalah sosiaal yang ada. Kriminalitaas sudah sepeerti budaya t tersendiri di d daerah inni, budaya negatif yaang sulit diihilangkan. Untuk ke d depannya, G.K.I.I. teentu ingin memiliki sumbangsihh dalam membangun m m masyarakat Bengko baiik dalam biddang sosial maupun ekkonomi. Pada dasarnya G G.K.I.I. tidaak tahan bila harus berppura-pura tidak melihatt apa yang sebenarnya s 1 18
Pada masa ittu, masyarakatt sekitar menam makan kebaktiaan sebagai “kegiatan”. Masyaarakat sekitar bbelum tahu kalau kegiatan yang y dimaksud adalah kebakttian. keterangaan ini penulis dapatkan d dari w wawancara denngan pak Sarjoono dan Pak Suumaryono.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
terjadi di tengah masyarakat Bengko. Tapi kembali lagi melihat kenyataan di lapangan, Aparat Berwajib saja dibuat seolah-olah tidak memiliki taji untuk menangani masalah sosial di Bengko dan Kecamatan Sindang Dataran pada umumnya. Pemerintah terlihat pasif dan lambat menangani masalah sosial di Bengko dan sekitarnya. Entah apa jadinya nanti bila terjadi bencana sosial seperti yang baru-baru ini terjadi di Kecamatan Binduriang terjadi pula di Kecamatan Sindang Dataran, semua ‘kelompok’ akan saling menyalahkan dan menganggap bencana sosial seperti ini terjadi di luar tanggung jawab mereka.19 Mungkin ‘kelompokkelompok’ ini memanfaatkan bencana sosial sebagai ajang mencari muka dengan saling menuding satu sama lain, masyarakat yang ‘bodoh’ kembali menjadi korban. Beruntung pada awal bulan Februari 2012 mulai dibangun kantor Polsek di Kecamatan Sindang Dataran, sebab sebuah kecamatan tentu membutuhkan satu Polsek. Harapan orang tua di sini sangat besar dengan dibangunnya Polsek ini, mereka berharap dengan ini tingkat kriminalitas di Sindang Dataran dapat dikurangi sehingga lama-kelamaan Kecamatan Sindang Dataran menjadi daerah yang aman. F. Posisi Umat Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko di Tengah Mayoritas Penduduk Muslim dari Tahun 1983-2008. Posisinya tidak bisa dikatakan sebagai kelompok yang menonjol dan juga tidak bisa dikatakan sebagai kelompok yang diacuhkan. Jemaat G.K.I.I. dari awal 19
Bencana Sosial di Binduriang yang dimaksud adalah bentrokan antara warga Kecamatan Binduriang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu dengan aparat kepolisian yakni Polres Rejang Lebong dan Brimobda Bengkulu, yang mengakibatkan 1 warga sipil meninggal, 4 lukaluka dan 4 dari pihak Polisi luka. Kejadian ini berlangsung pada hari Minggu, 17 Juni 2012.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
tahun dibentuk sampai tahun 2008 tidak mempermasalahkan hal-hal yang menyangkut posisi ini. Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko belum berani mengadakan kegiatan positif yang nantinya berdampak pada masyarakat luas, misalnya bakti sosial di tengah masyarakat Bengko. Isu-isu mengenai “Kristenisasi” mudah muncul apabila Gereja mengadakan kegiatan-kegiatan sosial yang dilandasi oleh semangat Gereja Kristen Injili Indonesia. Menurut Pak Sarjono, masih ada kekhawatiran tersendiri apabila gagasangagasan mengenai kegiatan yang skalanya mencakup masyarakat Bengko ini diwujudkan. Jemaat G.K.I.I. masih belum berani mengambil resiko. Mereka takut nantinya hal-hal seperti ini akan menyulut perpecahan antara jemaat G.K.I.I. dengan masyarakat lain. Pada dasarnya jemaat G.K.I.I. dan masyarakat sekitar sudah dapat memisahkan mana kegiatan yang berbau agama dan mana yang tidak. Hal-hal yang berbau agama ada baiknya dilakukan hanya dalam ruang lingkupnya saja, jangan sampai keluar dari batasan-batasan. Bila batasan-batasan dilanggar maka akan muncul masalah-masalah dari perbedaan keyakinan. Batasan ini tidak termasuk dalam dialog antar agama, dan dalam sejarah Bengko memang belum pernah terjadi dialog antar agama. Perbedaan keyakinan di dalam suatu masyarakat merupakan suatu hal yang rawan pada perdebatan yang bila tidak ditangani dengan baik akan menjadi konflik yang memakai kekerasan. Pada saatnya berbaur dengan masyarakat sekitar, jemaat G.K.I.I. harus mampu menjadi sosok yang lepas dari unsur-unsur Kristiani.20
20 Melepaskan unsur Kristiani disini bukan berarti melupakan iman mereka pada Yesus Kristus, melainkan dalam pergaulan usahakan agar pembicaraan hanya menyangkut hal-hal sehari-hari; diluar pembicaraan rohani.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
Akan tetapi, pak Sarjono menekankan bila ada seseorang yang dalam pergaulan sehari-hari berusaha mengusik imannya pada Yesus Kristus beliau tidak segan lagi untuk memberitakan Injil pada orang itu. Beberapa jemaat G.K.I.I. memang ada yang memiliki pengaruh dalam masyarakat Bengko, akan tetapi mereka tidak mau memaksakan diri untuk mengkabarkan Injil. Mereka berpendapat dengan atau tanpa “mengumbar” isi Injil, seseorang akan percaya pada Yesus bila hati mereka terpanggil. Mereka juga tidak ingin merusak hubungan yang selama ini sudah terjalin dengan baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV DAMPAK DARI BERDIRINYA G.K.I.I DI BENGKO
Setiap peristiwa bersejarah tentu meninggalkan jejak-jejaknya dalam peradaban manusia, di manapun dan kapanpun peristiwa bersejarah itu terjadi. Berdirinya Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko memiliki dampakdampak tersendiri bagi lingkungan sekitarnya dan perkembangan agama Kristen Protestan di Indonesia. Dampak-dampak ini dapat digambarkan melalui banyak hal, seperti karya perkabaran Injil, pertumbuhan umat Kristen, dan lain-lain. Berikut ini merupakan penjelasan dari dampak-dampak dari berdirinya Gereja Kristen Inijili Indonesia di Bengko.
A. Karya-karya Gereja Kristen Injili Indonesia Cabang Bengko dalam Pewartaan Injil. Pada dasarnya karya Gereja merupakan karya dari sebuah lembaga yang ada dalam Gereja dengan misi melaksanakan pesan dan semangat Injil dalam kehidupan nyata sehari-hari, baik kepada umat Kristiani maupun kepada umat non-Kristiani.1 Ada banyak karya-karya lembaga Gereja di Indonesia, karya-karya tersebut dapat berupa karya pendidikan, kesehatan, ibadat, akomodasi, dan tentu juga politik. Akan tetapi dalam menghasilkan karya-karya Gereja, umat Kristiani di Indonesia terkadang banyak mengalami kendala, jangankan untuk berkarya, untuk mendirikan rumah ibadah saja banyak sekali hambatannya. Akan tetapi 1
Wikipedia, http://id.Karya_Gereja, (diunduh pada tanggal 14 Desember 2012).
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
umat Kristen di Indonesia tetap berusaha sebaik mungkin agar dapat berkarya di tengah-tengah masyarakat, sebab dengan karya-karya nyata ini umat Kristen akan memperoleh tempat dalam kehidupan bermasyarakat. Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko belum memiliki karya-karya yang dapat diandalkan sejak berdirinya, yaitu di tahun 1983 sampai tahun 2008. Akan tetapi kita dapat melihat hal positif dari berdirinya Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, yaitu suatu usaha untuk menyelamatkan iman Kristen yang memang telah ada di sana. Tidak dapat dipungkiri apabila G.K.I.I. tidak membuka ladang iman di Bengko, agama Kristen Protestan tidak akan tumbuh di sana. Dengan adanya pelayanan G.K.I.I. di Bengko, ikut juga menambah keberagaman agama di daerah Kecamatan Sindang Dataran. Dari tahun 1983-2008, sekitar 85% dari jumlah jemaat G.K.I.I. cabang Bengko merupakan hasil dari penginjilan. Meskipun jumlah umat G.K.I.I. Bengko tidak mengalami pertumbuhan yang fantastis, karya penginjilan para Hamba Tuhan patut dibanggakan sebab mereka dapat membimbing 85% dari jumlah jemaat yang ada pada saat ini untuk percaya bahwa Yesus Kristus adalah Sang Juru Selamat. Hal ini cukup untuk membuktikan bahwa para penginjil Gereja Kristen Injili Indonesia mampu berkarya bagi pertumbuhan umat dan iman di Bengko. Meskipun sampai saat ini penginjil dari G.K.I.I. belum mampu membaptis seorangpun dari suku asli (suku Lembak dan Rejang), dapat diasumsikan bahwa mereka merupakan penginjil yang baik.2 2
Melihat kembali latar belakang budaya dan kebiasaan hidup suku asli yang ada di Rejang Lebong, untuk memenangkan hati orang-orang dari suku Rejang dan Lembak memang sulit. Mereka merupakan penganut agama Islam yang kuat dan memiliki rasa sentimen besar pada halhal yang berbau asing baginya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko memang belum memiliki karya pendidikan maupun kesehatan bagi masyarakat Bengko. Hal ini tidak menutup kemungkinan bagi G.K.I.I. cabang Bengko untuk berkarya lebih jauh lagi di dalam kehidupan masyarakat Bengko. Situasi dan kondisi di Bengko dan sekitarnya dapat menjadi penyebab G.K.I.I. cabang Bengko belum menghasilkan karya-karya besar. Selain itu kurangnya aliran dana turut berperan dalam hal ini. Meskipun sebenarnya faktor ini merupakan hal yang tidak pantas disebut, namun bila ditilik lebih dalam lagi hampir di semua karya pendidikan atau kesehatan yang diusahakan suatu lembaga, dana merupakan faktor penentu yang penting. Dalam hal karya, Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko lebih memfokuskan pada perkembangan iman jemaat. Berbagai kegiatan positif diadakan untuk memfasilitasi kehidupan beriman umat, seperti doa bersama, kebaktian keluarga, mengundang jemaat G.K.I.I. cabang lain untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan jemaat G.K.I.I. Bengko, dan masih banyak yang lainnya.
B. Kegiatan-kegiatan Gereja Kristen Injili Indonesia Cabang Bengko. a. Kegiatan dalam bermasyarakat Dalam kehidupan bermasyarakat, warga Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko kurang lebih sudah mampu bekerjasama dengan masyarakat lainnya. Di banyak kesempatan, jemaat G.K.I.I. cabang Bengko bersama-sama masyarakat Bengko mengadakan gotong royong, seperti membersihkan kota Bengko, membangun jembatan, dan juga gotong royong dalam mengolah lahan pertanian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
Selain ikut menyumbangkan tenaga dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di Bengko, jemaat G.K.I.I. juga menyumbangkan pikiran dan dana dalam usaha menciptakan Bengko yang lebih baik. Contohnya pada saat pemerintah Kecamatan Sindang Dataran membutuhkan dana tambahan untuk memperbaiki fasilitas umum, seperti pasar, Gereja Kristen Injili Indonesia dengan sukarela menyumbangkan dana guna menutupi kekurangan yang ada. Beberapa anggota G.K.I.I. ada juga yang menjadi pegawai kecamatan, dengan begitu ide-ide dari G.K.I.I. dalam upaya membangun Kecamatan Sidang Dataran dapat disalurkan pada pemerintah daerah. Berbagai kegiatan yang diadakan oleh pemerintah di Bengko akan mendapat dukungan dari G.K.I.I. selama kegiatan tersebut bersifat positif dan berguna bagi kehidupan bersama. Jemaat G.K.I.I. cabang Bengko selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan positif yang ada di Bengko, hal ini ditujukan agar jemaat G.K.I.I. cabang Bengko tetap dipandang sebagai warga Gereja dan warga negara yang baik.3 b. Kegiatan dalam lingkup Gereja Kegiatan dalam lingkup Gereja ini maksudnya adalah kegiatan-kegiatan yang diadakan/dijalankan dalam lingkungan G.K.I.I. Bengko. Dalam peraturan G.K.I.I. setiap gereja cabang boleh melakukan pelayanan rohani ke jemaat sesuai dengan keputusan dewan sinode gereja cabang, artinya jadwal ibadah dan pelayanan tidak terikat pada gereja pusat. Meskipun begitu, gereja cabang tetap harus berpegang pada tata tertib yang dibuat oleh G.K.I.I. pusat.
3
Wawancara dengan Vic. Anugerah Telaumbuana, S. Th. pukul 11.00 WIB di Bengko tanggal 24 Juni 2012.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
Dalam pelayanannya, G.K.I.I. cabang Bengko memberikan pendampingan pada jemaatnya melalui kegiatan-kegiatan yang secara konsep dapat dikatakan ibadah. Dalam pelayanan ini, beberapa kegiatan diadakan berdasarkan usia jemaat. Contohnya untuk melayani jemaat remaja maka hamba Tuhan akan mengadakan pelayanan lewat kegiatan yang dinamai Pemuda Remaja. Selain mengikuti kegiatan di G.K.I.I. cabang Bengko, jemaat G.K.I.I. cabang Bengko turut pula dalam acara yang diadakan oleh G.K.I.I. pusat. Kegiatan yang diadakan G.K.I.I. pusat antara lain retret, Natal bersama, kunjungan antar jemaat cabang pada saat Natal (biasanya dalam satu tahun terjadi satu kali). Dengan mengikuti kegiatan yang diadakan G.K.I.I. pusat, diharapkan tali persaudaraan (silahturahmi) antar jemaat cabang G.K.I.I. semakin erat terjalin. Berikut ini merupakan gambaran mengenai jadwal pelayanan umat di Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko:
Tabel 4.1 Jadwal Ibadah di G.K.I.I. Cabang Bengko
No.
Nama Ibadah
Hari
Waktu
1
Kebaktian Umum
Minggu
09.00 WIB
2
Sekolah Minggu
Minggu
09.00 WIB
3
Pemuda Remaja
Rabu
19.00 WIB
4
Persekutuan Wanita
Rabu
15.00 WIB
5
Kebaktian Keluarga
Jumat
15.00 WIB
6
Doa Syafaat (PDS)
Sabtu
19.00 WIB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83
C. Alasan Jemaat yang Dulu Non-Kristen Memilih Menjadi Bagian dari Gereja. Agama Kristen Protestan masuk ke Indonesia di bawa oleh para pendeta yang ikut dalam misi perdagangan maupun ekspansi wilayah kekuasaan oleh kerajaan Belanda. Pada mulanya pendeta-pendeta ini ditugaskan untuk mengurus iman semua kru kapal laut milik Belanda. Seperti yang sudah diketahui, pelayaran pada masa lalu merupakan hal yang sulit, orang bisa menjadi gila berada di atas kapal berbulan-bulan lamanya dan hal-hal yang menggoda iman kru kapal sangatlah banyak, baik itu saat di atas kapal maupun di tempat mereka mendarat. Tugas para pendeta adalah menyadarkan mereka yang imannya mulai goyah.4 Dengan seiringnya waktu para pendeta ini tidak hanya mengurusi iman bangsa Belanda saja, mereka mulai keluar benteng pertahanan dan menemui penduduk pribumi untuk mengabarkan Injil. Penduduk pribumi pada umumnya memanfaatkan situasi ini. Mereka mau dibaptis menjadi Kristen karena dengan begitu akan mendapat banyak keuntungan. Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda pada beberapa dekade sempat melarang penyebaran agama Krsiten ini, karena mereka takut akan menimbulkan masalah baru. Pemerintah kolonial memiliki kekhawatiran tersendiri apabila penyebaran agama Kristen terus dilakukan maka akan memunculkan reaksi keras dari kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda lebih memfokuskan pada eksploitasi sumber 4
Pada masa-masa ini, pelayaran masih menggunakan angin sebagai tenaga penggerak kapal. Orang-orang Belanda di Nusantara pada masa itu dekat denga kebiasaan-kebiasaan buruk seperti minum minuman keras, berjudi, dan main perempuan. Tugas para pendeta adalah membimbing iman mereka agar tidak hancur oleh kebiasaan buruk tadi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
daya alam dan manusia daripada mengurusi misi-misi perkabaran Injil. Dengan ini semboyan 3 G (Gold, Glory, Gospel) yang dibawa oleh VOC mulai ditinggalkan. Ketertarikan penduduk pribumi pada agama Kristen pada awalnya memang memiliki banyak motif, di antaranya untuk memperoleh pendidikan, keuntungan ekonomi, kesehatan dan hal-hal lain yang menyertai masuknya agama Kristen dalam kehidupan mereka. Akan tetapi lambat laun mereka juga menjadi benarbenar percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Rupa-rupanya ketertarikan mereka pada hal-hal menguntungkan saat memeluk agama Kristen itu yang membuka jalan bagi masuknya agama Kristen dalam kehidupannya. Agama Kristen Protestan dan Katolik sampai dewasa ini masih dipandang oleh sebagian mayarakat Indonesia sebagai agama para penjajah. Dengan adanya pandangan ini, mereka berasumsi agama Kristen merupakan agama yang tidak pantas dianut karena dibawa oleh “kaum kafir”. Hampir di segala aspek-aspek yang berbau agama Kristen (pendidikan dan kesehatan) sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya di Sumatra, sangat anti pada agama Kristen. Mereka yang berpandangan seperti di atas tidak akan mau untuk menyekolahkan anaknya pada sekolah yang dinaungi oleh yayasan Kristen atau Katolik. Akhir-akhir ini nampaknya jumlah masyarakat yang anti pada hal-hal yang berbau Kristen mulai berkurang. Mereka pada umumnya sudah mendapat pengetahuan bahwa dengan bersekolah di sekolah Kristen tidak serta merta akan menjadi Kristen atau kurang lebih tertarik pada agama Kristen. Mereka tetap menjadi penganut agama yang telah mereka yakini sebelum mereka masuk ke sekolah Kristen dan tidak ada Kristenisasi di sekolah-sekolah tersebut. Ditambah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
lagi sebagian besar lembaga pendidikan yang berada di bawah yayasan Kristen maupun Katolik memiliki prestasi yang baik, sehingga menarik para siswa nonKristen untuk bersekolah di sekolah milik yayasan Kristen/Katolik. Sebagian besar jemaat Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko yang semula non-Kristen kemudian memilih menjadi Kristen bukan dikarenakan adanya faktor-faktor ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Pada awalnya mereka yang semula non-Kristen hanya ikut-ikut dalam kegiatan doa yang diadakan oleh Pdt. Ishak Wasimin maupun para penginjil G.K.I.I. lainnya. Melalui kegiatan doa ini mereka mendengarkan kesaksian-kesaksian tentang Yesus Kristus dari Injil yang dibacakan oleh para penginjil. Kisah hidup Yesus rupanya menarik hati mereka untuk menjadikan Yesus sebagai juru selamat. Sebenarnya ada beberapa alasan jemaat yang semula non-Kristen memilih menjadi bagian dari Gereja, akan tetapi semuanya lepas dari unsur ekonomi. Kita dapat mengambil contoh dari kesaksian Pak Sarjono, beliau mengatakan bahwa memilih agama Kristen karena agama Kristen mudah dimengerti dan dihayati. Beliau mengatakan di agama yang dipeluknya sebelum masuk Kristen, bahasa di kitab sucinya sulit dimengerti. Rupa-rupanya faktor bahasa ikut menentukan dalam hal kepercayaan.5 Berbeda dengan kesaksian dari Pak Sarjono di atas, Pak Sumaryono memilih agama Kristen karena dia menemukan kedamaian setelah mengenal Yesus. Pada tahun 1984, Pak Sumar mendapat info dari saudaranya untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh G.K.I.I. di Bengko. Pada tahun-tahun awal 5 Hasil wawancara dengan Pak Sarjono, pukul 19.00 WIB, (Bengko, 23 Juni 2012) yang di lingkungan G.K.I.I. cabang Bengko dikenal sebagai tokoh penting dan dihormati baik oleh jemaat maupun masyarakat sekitar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
perintisan G.K.I.I. di Bengko, persekutuan-persekutuan doa yang diselenggarakan G.K.I.I. disebut oleh masyarakat sebagai “kegiatan”. Melalui kegiatan doa ini Pak Sumar menemukan nas dari Injil Yohanes 3:16 yang berbunyi “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia telah mengkaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Setelah mendengar Injil Yohanes ayat 3:16 tadi, Pak Sumar mempercayai bahwa tidak ada jalan lain di bumi ini yang menuju keselamatan selain melalui Yesus Kristus, dan sejak saat itu Pak Sumar memutuskan untuk menjadi Kristen. Beliau percaya Yesus sudah memilihnya, bukan ia yang memilih Yesus.6 Saat ini beliau menjadi salah satu anggota Dewan Sinode Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko.7 Menjadi percaya pada Tuhan Yesus memang unik, kita tidak perlu dipaksa atau terpaksa menjadi Kristen. Kebanyakan orang memutuskan menjadi pengikut Kristus disebabkan oleh adanya panggilan jiwa. Panggilan-panggilan ini dapat berwujud apapun, misalnya pertolongan kesehatan dan pendidikan dari tangantangan Tuhan. Tidak sedikit pula mereka yang terpanggil untuk percaya pada Yesus setelah mendengar lagu rohani Kristen yang diputar oleh tetangganya. Pada dasarnya kita tidak perlu mengkristenkan seseorang dengan cara-cara yang memaksa, cukup dengan mengisahkan mengenai Yesus Kristus saja bila ia terpanggil maka ia akan percaya bahwa Yesus sebagai juru selamat.
6
Hampir semua responden yang peneliti minta bersaksi tentang alasan menjadi Kristen menyatakan bahwa mereka menjadi pengikut Yesus karena mereka dipilih sendiri oleh Tuhan. Mereka tidak memilih Yesus, melainkan Yesus yang memilih mereka, dengan anggapan ini peneliti dapat melihat bahwa mereka merasa istimewa setelah menjadi Kristen. 7 Hasil wawancara dengan Pak Sumaryono pukul 19.30 WIB, (Bengko: 22 Juni 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Bab V Penutup
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1). Berdirinya Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko dipengaruhi oleh banyak hal, yaitu keadaan geografis Bengko, suku-suku yang mendiami Bengko serta budayanya. Bengko merupakan ibu kota Kecamatan Sindang Dataran, Rejang Lebong, Bengkulu. Bengko didiami oleh beberapa suku, seperti suku Jawa, Batak, Bengkulu Selatan, Rejang, dan Lembak. Suku Rejang dan Lembak adalah suku asli Kabupaten Rejang Lebong, kedua suku ini memiliki budaya berciri Melayu yang dipadu dengan budaya Islam. Mereka pada umumnya adalah pemeluk agama Islam. Suku Lembak lebih terkenal dengan cara hidupnya yang keras, ini akibat dari budaya yang mereka kembangkan.Pada akhir 1970-an, secara kebetulan ditemukan beberapa keluarga Kristen di Bengko. Berdasarkan penemuan ini, Gereja Kristen Injili Indonesia memutuskan untuk memelihara iman keluarga Kristen di Bengko dengan membuka Pos Penginjilan (cikal bakal gereja) serta ingin memberitakan Injil di ladang baru. Dalam usaha pendirian gereja, G.K.I.I. banyak menemui hambatan. Mulai dari letak Bengko yang sulit dijangkau sampai sulitnya mendapatkan ijin membangun rumah ibadah dari pemerintah daerah. Berdirinya G.K.I.I. cabang Bengko tidak lepas dari peran tokoh-tokoh, yakni
87
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
Pak Pais, Pak Sarto dan Pdt. Ishak Wasimin. Ketiga tokoh ini yang “membuka jalan” masuknya G.K.I.I. di Bengko. 2). Gereja Kristen Injili Indonesia hadir di Sumatra tidak bisa dilepaskan dari dua tokoh, yaitu Mitchell dari missi Christian Missionary Alliance (CMA) dan Williams dari Worldwide Evangelization Crusade (WEC). Seluruh daerah hasil kerja dari dua tokoh tersebut pada tanggal 29 November 1969, dilebur menjadi satu dengan nama Gereja Kristen Injili Indonesia. Gereja ini mendapat pengakuan dari Departemen Agama dengan Nomor Daftar No. Dd/P/VLL/54/1217/69, Jakarta.Dari tahun 1983-2008, Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko tidak mengalami pertumbuhan dalam hal jumlah umat (tercatat sampai tahun 2008 hanya terdiri dari 80 jiwa). Jemaat yang ada saat ini 85% merupakan hasil dari penginjilan dan kesemuanya berlatar belakang Jawa. Dalam kehidupan sehari-hari jemaat G.K.I.I. cabang Bengko tidak menemui masalah. Mereka dapat hidup berdampingan dan bekerjasama dengan mayoritas masyarakat Bengko yang beragama Islam. Meskipun mereka hidup sebagai kelompok minoritas, iman yang mereka pegang tetap yaitu percaya bahwa Yesus Kristus adalah Juru Selamat. Mereka tidak mudah goyah dalam hal keyakinan dan memperlakukan masyarakat lain seperti saudara serta diperlakukan sama oleh masyarakat sekitar. Akan tetapi sangat disayangkan sampai saat ini G.K.I.I. cabang Bengko belum berani ikut menyelesaikan masalah sosial yang telah lama menjangkiti Bengko dan sekitarnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
3). Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko belum memiliki karya yang bisa diandalkan. Karya kesehatan dan pendidikan G.K.I.I. belum terlihat di Bengko. Begitu juga dengan semangat mewartakan Injil, sampai penelitian ini selesai disusun G.K.I.I. cabang Bengko belum mampu membaptis suku asli Lembak yang juga mendiami Bengko. Kemungkinan dikarenakan suku ini terlalu fanatik, pemeluk Islam kuat, tidak terbuka akan hal baru, dan biasa hidup keras. Dalam kehidupan bermasyarakat, jemaat G.K.I.I. cabang Bengko tentu ikut dalam kegiatan-kegiatan positif yang diadakan di Bengko. Partisipasi G.K.I.I. cabang Bengko ini untuk menunjukkan bahwa mereka juga anggota masyarakat yang baik.Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko, 85% jemaatnya berasal dari latar belakang non-Kristen yang dimenangkan oleh penginjil di masa-masa awal gereja didirikan di Bengko. Hampir kesemuanya berlatar belakang Jawa. Mereka yang menjadi percaya kepada Yesus, bersaksi bahwa dengan masuk Kristen mereka mulai menemukan kedamaian. Beberapa di antara mereka mengatakan alasan masuk Kristen dikarenakan saat masih memeluk agama lamanya, mereka tidak tahu bahasa yang digunakan kitab sucinya sehingga untuk mencerna inti ajaran terkendala.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Daftar Pustaka
Sumber Buku : Banawiratma, JB. (1986). Gereja dan Masyarakat. Yogyakarta: Kanisius. Pranoto, David Susilo. (2008). Sejarah Gereja Kristen Indonesia. Bengkulu: Majelis Sinode. Dewan Sinode. (2007). Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga/Peraturan, Doktrin, Ketentuan, Ketenagaan dan Pembiayaan Hidup Hamba Tuhan di Lingkungan Sinode GKII. Bengkulu: Majelis Sinode. Eddy Kristiyanto. (2004). Reformasi dari Dalam: Sejarah Gereja Zaman Modern. Yogyakarta: Kanisius. Dudung Abdurahman. (2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: ArRuss Media. Dopo, Eduard R., dkk. (1992). Keprihatinan Sosial Gereja. Yogyakarta: Kanisius. End, Thomas van den. () Harta Dalam Bejana. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Gottschalk, Louis. (1975). Mengerti Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia. Hardawiryana, R.. (1975). Evangelisasi Dunia Ketiga: Beberapa masalah pokok dalam Sinode 1974 . Yogyakarta: Penerbitan Yayasan Kanisius. Heuken, Adolf. (1976). Ensiklopedia Populer Tentang Gereja.Yogyakarta: Kanisius. , (2011). Christianity in Asia — from its Beginning till Today. Jakarta: Yayasan Cipta Loka. 90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
Hubertus Muda. (1992). Inkulturasi. Flores: Percetakan Offset Arnoldus. Jones, Pip. (2009). Pengantar Teori-Teori Sosial — Dari Teori Fungsionalisme hingga Post-modernisme. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Kuntowijoyo. (1995). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Banteng Budaya. NN.(2000). Undang-Undang Dasar 1945 dan Amandemennya. Surakarta: AlHikmah. Nugroho Noto Susanto. (1946). Hakekat Sejarah dan Metode Sejarah. Jakarta: Pusat Sejarah Angkatan Bersenjata. Peraturan Daerah, Rencana Tata Ruang Wilayah (2008). No.4 tentang rencana tata ruang wilayah.Curup: Pemda kabupaten Rejang Lebong. Poerwadarminta, W.J.S. (1966). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sartono Kartodirjo & Djoko Suryo. (1991). Sejarah Perkebunan di Indonesia, Kajian Sosial-Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Aditya Media. , (1992). Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Stuckless, Donald. (1982). Orang Kristen dalam Masyarakat. Malang, Jawa Timur: Penerbit Gandum Mas. Suhartono W. Pranoto. (2010). Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ghana Ilmu. Taufik Abdulah, dkk. (1985).Ilmu Sejarah dan Historiografi; Arah dan Prespektif. Jakarta: Penerbit Gramedia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
Wahyuni Amelia Wulandari, dkk. (2011). Laporan Akhir Tahun Pendampingan Program PSDSK di Provinsi Bengkulu. Bengkulu: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Wilhelm Djulei Conterius. (2001). Misiologi dan Misi Gereja Milenium Baru. Flores, NTT: Penerbit Nusa Indah. Zamroni. (1992). Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Sumber Internet : Amiruddin Abdullah, Polres Rejang Lebong Temukan Tanaman Ganja, (http://www.mediaindonesia.com/webtorial/tanahair/?bar_id=MTkzOTY3 tanggal 21 Juli 2012) Gereja Kristen Injili Indonesia. Website resmi Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Jakarta, Link 59. (diunduh pada tanggal 21 April 2012) Radar Bengkulu. http://radarbengkulu.web.id/berita-utama/warga-binduriangdiprioritas-masuk-polisi-dan-tni.html/. (diunduh pada tanggal 21 Juni 2012) Situs Resmi Pemkab Rejang Lebong. http://www.rejanglebongkab.go.id/. (diunduh pada tanggal 19 Juni 2012). Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Bengkulu. (diunduh pada tanggal 11 September 2012). Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Rejang. (tanggal unduh pada 10 September 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Rejang_Lebong. (diunduh pada tanggal 11 September 2012). Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Karya_Gereja. (diunduh pada tanggal 24 Desember 2012). Wikipedia. http://id.m.wikepedia.org/wiki/Calvinisme. (diunduh pada tanggal 21 April 2013).
Sumber Wawancara: Wawancara dengan pensiunan penginjil G.K.I.I., Ishak Wasimin, pukul 15.30 (Karang Jaya: 25 Juni 2012). Wawancara dengan Pak Sarjono, pukul 19.00 WIB (Bengko: 23 Juni 2012). Wawancara dengan mantan penginjil G.K.I.I., Bapak Sugeng Sihono pukul 14.00 WIB (Airlang: 22 Juni 2012). Wawancara dengan Bapak Sumaryono pukul 19.30 WIB (Bengko: 22 Juni 2012). Wawancara dengan penginjil yang melayani G.K.I.I. cabang Bengko saat ini, Vic. Anugerah Telaumbuana, S. Th. pukul 11.00 WIB (Bengko: 24 Juni 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
Lampiran 1 Daftar Nama Responden dan Foto
1. Nama
: Ishak Wasimin.
Ttl
: 20 Mei 1950
Pekerjaan
: Pensiunan pendeta G.K.I.I.
Alamat
: Jalan Raya Curup – Lubuklinggau Km 16 No. 100,
Karang Jaya, Selupu Rejang, Rejang Lebong, Bengkulu.
2. Nama
: Vic. Anugerah Telaumbanua, S. Th.
Ttl
: 08 Mei 1978
Pekerjaan
: Pendeta G.K.I.I. cabang Bengko.
Alamat
: Jalan Raya Pasar Bengko No. 34 Kecamatan Sindang
Kelingi, Rejang Lebong, Bengkulu.
3. Nama
: Ev. Sugeng Sihono
Ttl
: 08 September 1961
Pekerjaan
: Mantan Penginjil G.K.I.I. cabang Bengko.
Alamat
: Desa IV Suku Menanti, no. 5, Kec. Sindang Kelingi,
Rejang Lebong, Bengkulu.
4. Nama
: Bapak Djamin
Ttl
: 01 Juli 1936
Pekerjaan
: Petani.
Alamat
: Jalan Raya Pasar Bengko No. 32 Kecamatan Sindang
Kelingi, Rejang Lebong, Bengkulu
5. Nama
: Bapak Sarjana.
Ttl
: 22 Juni 1948
Pekerjaan
: Petani.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
Alamat
: Jalan Raya Pasar Bengko No. 35 Kecamatan Sindang
Kelingi, Rejang Lebong, Bengkulu.
6. Nama
: Bapak Sumaryono
Ttl
: 10 November 1956
Pekerjaan
: Pedagang sayur (pengepul)
Alamat
: Jalan Raya Pasar Bengko No. 03 Kecamatan Sindang
Kelingi, Rejang Lebong, Bengkulu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
Peta Kabupaten Rejang Lebong
Diunduh dari situs Wikipedia Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
Peta Sosial Budaya Kabupaten Rejang Lebong
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
Laampiran Fotto
Foto 1. Logo Gerreja Kristen Injili Indoneesia (sumber : Gereja Kristen Injili I Indonesia. W Website resmi Perseekutuan Gereja-Geereja di Indonesia (PGI))
Gambar 2. 2 Gereja G.K K.I.I. cabang g Bengko tahhun 1990 (Kolleksi pribadi penullis)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
Gambar 2. Gereja G.K.I.I. cabang Bengko sebelum pemugaran tahun 1995-2010 (Foto koleksi pribadi penulis, 24/06/2012)
Foto 3. Jemaat G.K.I.I.cabang Bengko saat ini dan gereja permanen baru (2010). (Foto koleksi pribadi penulis, 24/06/2012)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
Foto 4. Kantor Kecamatan Sindang Dataran didirikan tahun 2008. (Foto koleksi pribadi penulis, 18/10/2012)
Foto 5. Konsonan Huruf Ka Ga Nga (sumber : Situs Resmi Pemkab Rejang Lebong. http://www.rejanglebongkab.go.id/.)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105
Foto 6. Peralatan yang digunakan dalam upacara tepung setawar ( sumber : Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Rejang)
Foto 7. Tanaman kopi yang ada di Bengko. (Foto koleksi pribadi penulis, 15/07/2012)
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
Silabus Satuan Pendidikan
: SMA Xaverius Lubuklinggau
Mata Pelajaran
: Sejarah
Kelas / Program
: XI / IPS
Semester
: Genap
Tahun Ajaran
: 2012/2013
Standar Kompetensi : Kemampuan memahami perjalanan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang. Kompetensi Materi Pembelajaran Pengalaman Dasar Belajar Menganalisis • Menjelaskan latar Dengan perkembangan melakukan belakang pengaruh kajian pustaka, berdirinya Barat dan internet, diskusi G.K.I.I. cabang perubahan kelompok, Bengko. ekonomi, presentasi dan demografi, tanya jawab dan kehidupan • Membandingkan diharapkan kehidupan jemaat sosial budaya siswa dapat : G.K.I.I. di tengah masyarakat di • Menganalisis masyarakat Indonesia latar Bengko dari tahun pada masa belakang 1983-2008. kolonial.
berdirinya G.K.I.I. cabang Bengko.
• Mengidentifikasi dampak yang muncul dari berdirinya G.K.I.I. di • Membanding Bengko. kan
Indikator
1. Kognitif : a. Produk
• Mendeskripsikan
Teknik • Tes Ulangan harian
latar belakang berdirinya G.K.I.I. cabang Bengko. b. Proses • Membandingkan kehidupan jemaat G.K.I.I. di tengah masyarakat Bengko dari tahun 19832008 dalam bidang rohani, sosial, dan ekonomi. • Mengidentifikasi
dampak yang muncul dari berdirinya G.K.I.I. 106
Penilaian Bentuk Contoh Instrumen Pilihan ganda
1. G.K.I.I. cabang Bengko memiliki tiga keluarga Kristen pertama yaitu . . . a. Keluarga Sarto, Pais, dan Sugeng b. Keluarga Sarto, Benar-Salah Tambang, Paes. c. Keluarga Tambang, Wakino, Dodok. d. Keluarga Esai Sarjana,
Waktu 9 x 45 menit
Sumber Belajar/Alat/Bahan - Mustopo, Habib . (2005). Sejarah Kelas XI IPS. Jakarta: Yudistira - Badrika, I Wayan. (2006). Sejarah untuk Kelas XI IPS. Jakarta : Erlangga. - Banawiratma, JB. (1986). Gereja dan Masyarakat. Yogyakarta: Kanisius. - Pranoto, David Susilo. (2008). Sejarah Gereja Kristen Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
kehidupan jemaat G.K.I.I. di tengah masyarakat Bengko dari tahun 19832008.
• Mengidentifi kasikan dampak yang muncul dari berdirinya G.K.I.I. di Bengko.
di Bengko. 2. Afektif : a. Karakter • Taqwa; rajin dan serius dalam berdoa; percaya diri; mampu • Non tes : Observasi mempertahankan imannya. b. Keterampilan Sosial • Menghargai teman yang berbeda agama; membantu teman; bekerjasama; sikap sopan santun di kelas.
Nontes : Observasi
3. Psikomotorik
• Dapat menyusun gambar peta Kecamatan Sindang Kelingi menjadi kesatuan utuh.
Sumaryono, dan Sulis. e. Keluarga Joko, Agus, dan Sugeng. lembar observasi
lembar observasi
1. Jelaskan bagaimana kehidupan jemaat G.K.I.I. Bengko ditengah masyarakat Bengko dalam bidang rohani, ekonomi, dan sosial? (Skor 10)
-
-
1. Jelaskan dampakdampak yang muncul dari berdirinya G.K.I.I. cabang Bengko! -
‐
107
Bengkulu: Majelis Sinode. Dewan Sinode. (2007). Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga/Peratura n, Doktrin, Ketentuan, Ketenagaan dan Pembiayaan Hidup Hamba Tuhan di Lingkungan Sinode GKII. Bengkulu: Majelis Sinode. Eddy Kristiyanto. (2004). Reformasi dari Dalam: Sejarah Gereja Zaman Modern. Yogyakarta: KanisiusBalai Pustaka. Santosa, Hery. (2000). Reader Sejarah Kebudayaan Indonesia. Tidak diterbitkan. Internet : Gereja Kristen Injili Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
Website resmi Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Jakarta, Link 59. Alat : LCD, papan tulis, gambar dan peta Bahan: Power Point, spidol/kapur dan kertas
Mengetahui,
Yogyakarta, Februari 2013
Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
Drs. B. Musidi, M. Pd.
Yoel Febriantoro
108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP
Nama Sekolah
: SMA Xaverius Lubuklinggau
Mata Pelajaran
: Sejarah
Kelas / Semester
: XI / II
Program
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Waktu
: 2 x 45 Menit
I.
Standar Kompetensi Kemampuan memahami perjalanan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang.
II.
Kompetensi Dasar Menganalisis perkembangan pengaruh Barat dan perubahan ekonomi, demografi, dan kehidupan sosial budaya masyarakat di Indonesia pada masa kolonial.
III.
Indikator
1. Kognitif : a. Produk • Mendeskripsikan latar belakang berdirinya G.K.I.I. cabang Bengko; b. Proses • Membandingkan kehidupan jemaat G.K.I.I. di tengah masyarakat Bengko dari tahun 1983-2008. • Mengidentifikasi dampak yang muncul dari berdirinya G.K.I.I. di Bengko. 2. Afektif : a. Karakter • Taqwa, rajin dan serius dalam berdoa, kemampuan mempertahankan imannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110
b. Keterampilan Sosial • Menghargai teman yang berbeda agama, percaya diri, membantu teman, bekerjasama, sikap sopan santun di kelas. c. Psikomotorik • Dapat menyusun gambar peta Kecamatan Sindang Kelingi menjadi kesatuan utuh.
IV.
Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif :
a. Produk • Siswa dapat mendeskripsikan latar belakang berdirinya G.K.I.I. cabang Bengko. b. Proses • Siswa dapat membandingkan kehidupan jemaat G.K.I.I. di tengah masyarakat Bengko dari tahun 1983-2008 dalam bidang rohani, sosial, ekonomi; dan • Siswa dapat mengidentifikasi dampak yang muncul dari berdirinya G.K.I.I. di Bengko. 2. Afektif : a. Karakter • Taqwa, rajin dan serius dalam berdoa, kemampuan mempertahankan imannya. b. Keterampilan Sosial • Menghargai teman yang berbeda agama, percaya diri, membantu teman, bekerjasama, sikap sopan santun di kelas. c. Psikomotorik • Dapat menyusun gambar peta Kecamatan Sindang Kelingi menjadi kesatuan utuh.
V.
Materi Pembelajaran Perkembangan Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko dari tahun 19832008.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
VI.
Model dan Metode Pembelajaran • Model : Cooperative learning tipe jigsaw dengan crosswords puzzle. • Metode : Ceramah, diskusi, presentasi, dan tanya jawab.
VII. Kegiatan Pembelajaran A. Kegiatan Tatap Muka Kegiatan
Alokasi waktu
1. Pendahuluan a) Apersepsi: Guru memberi salam kepada seluruh siswa, mengecek daftar hadir dan menanyakan kesiapan belajar siswa. b) Motivasi : Guru mendorong minat siswa untuk belajar dengan memperlihatkan gambar-gambar tokoh penyebar agama di Indonesia. c) Orientasi: Guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dari proses belajar tentang perkembangan G.K.I.I. cabang Bengko dari tahun 1983-2008.
10 Menit
2. Kegiatan Inti Eksplorasi a. Guru membagi siswa dalam 5
kelompok. Setiap
kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa. Setiap kelompok mendapat teka-teki silang yang berbeda Ö Teka-teki 1 berisi pertanyaan seputar hambatanhambatan dalam usaha pendirian G.K.I.I. cabang Bengko. Ö Teka-teki 2 berisi pertanyaan seputar tokoh-tokoh yang berperan dalam usaha pendirian G.K.I.I. cabang Bengko. Ö Teka-teki 3 berisi pertanyaan seputar suku-suku asli di Bengko.
30 Menit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
Ö Teka-teki 4 berisi pertanyaan seputar situasi sosial di Bengko dari tahun 1983-2008. Ö Teka-teki 5 berisi pertanyaan seputar dampak dari berdirinya G.K.I.I. di Bengko. Elaborasi a. Setiap anggota kelompok siswa ditugaskan untuk mempelajari materi yang telah dibagi menjadi beberapa topik (materi yang dipelajari sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan teka-teki silang yang telah ditetapakan). b. Setelah setiap anggota kelompok menyelesaikan pembelajarannya, kemudian diminta untuk saling menjelaskan pada anggota lain tentang materi yang telah dipelajarinya. c. Kesatuan materi yang utuh dari setiap kelompok dibutuhkan untuk menyelesaikan teka-teki silang yang telah disiapkan. d. Hasil dari teka-teki silang diulas di depan kelas. e.
Konfirmasi
a. Guru memberi penekanan atas jawaban teka-teki yang telah diulas dan diselesaikan oleh siswa. b. Siswa diberi waktu untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting. 3. Penutup • Guru memberikan tugas lanjutan mengidentifikasikan karya-karya yang dimiliki G.K.I.I. cabang Bengko dari
5Menit
tahun 1983-2008.
VIII. Sumber/Alat/Bahan a. Sumber buku •
Mustopo, Habib . ( 2005 ). Sejarah Kelas XI IPS. Jakarta: Yudistira.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113
•
Badrika, I Wayan. (2006). Sejarah untuk Kelas XI IPS. Jakarta : Erlangga.
•
Banawiratma, JB. (1986). Gereja dan Masyarakat. Yogyakarta: Kanisius.
•
Pranoto, David Susilo. (2008). Sejarah Gereja Kristen Indonesia. Bengkulu: Majelis Sinode.
•
Dewan
Sinode.
(2007).
Anggaran
Dasar/Anggaran
Rumah
Tangga/Peraturan, Doktrin, Ketentuan, Ketenagaan dan Pembiayaan Hidup Hamba Tuhan di Lingkungan Sinode GKII. Bengkulu: Majelis Sinode. •
Eddy Kristiyanto. (2004). Reformasi dari Dalam: Sejarah Gereja Zaman Modern. Yogyakarta: KanisiusBalai Pustaka.
•
Santosa, Hery. (2000). Reader Sejarah Kebudayaan Indonesia. Tidak diterbitkan.
•
Internet : Gereja Kristen Injili Indonesia. Website resmi Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Jakarta, Link 59.
b. Alat : LCD, papan tulis, gambar dan peta c. Bahan: Power Point, spidol/kapur dan kertas IX Penilaian a. Penilaian Kognitif (terlampir) b. Penilaian Afektif (terlampir) c. Penilaian Psikomotorik (terlampir)
Yogyakarta, Februari 2013
Yoel Febriantoro
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
PENILAIAN KOGNITIF A. Penilaian Produk 1. Jenis Tagihan : tes tertulis 2. Bentuk : pilihan ganda, benar-salah, esai 3. Soal : A. Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang Anda anggap benar! 1. G.K.I.I. cabang Bengko memiliki tiga keluarga Kristen pertama yaitu . . . a. Keluarga Sarto, Pais, dan Sugeng b. Keluarga Sarto, Tambang, Paes. c. Keluarga Tambang, Wakino, Dodok. d. Keluarga Sarjana, Sumaryono, dan Sulis. e. Keluarga Joko, Agus, dan Sugeng 2. Sebelum agama Kristen masuk ke Bengko masyarakat Bengko sudah memeluk agama . . . a. Katolik d. Islam b. Buddha e. Hindu c. Khong Hu Cu 3. Apa yang menyebabkan G.K.I.I. berkarya di Bengko? a. Agama Islam tumbuh pesat di Bengko b. Penduduk asli Bengko belum mengenal agama Kristen c. Keluarga Kristen di Bengko membutuhkan pelayanan rohani d. Agama Kristen terhimpit masalah sosial di Bengko e. G.K.I.I. ingin meluaskan ladang penginjilannya. 4. Salah satu faktor yang menghambat usaha pendirian gereja G.K.I.I. di Bengko adalah . . . a. Adanya kelompok yang menentang pendirian gereja di Bengko b. G.K.I.I. tidak memiliki dana yang cukup c. Pendeta yang dimiliki G.K.I.I. tidak mau melayani di Bengko d. Adanya klaim kepemilikan tanah gereja oleh PT. Kepahiang Indah e. Di samping tanah gereja telah berdiri masjid 5. Tokoh-tokoh yang berperan dalam pendirian G.K.I.I. cabang Bengko adalah ... a. Sugeng, Joko, David. d. Wasimin, Sarto, Pais. b. Wasimin, Sulis, Senen. e. Pais, Charles, Sumaryono. c. Joko, Jaka, Jeni Bobot soal : 1 x1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115
B. Isilah kotak yang tersedia dengan huruf B untuk pernyataan yang Anda anggap BENAR atau S untuk pernyataan yang Anda anggap SALAH! 1. G.K.I.I. cabang Bengko hidup damai dengan masyarakat lain. 2. Jemaat G.K.I.I. cabang Bengko mudah goyah imannya. 3. Di G.K.I.I. cabang Bengko terdapat berbagai macam unsur budaya. 4. Bengko merupakan kota yang tertutup bagi agama Kristen 5. G.K.I.I. cabang Bengko berani menyelesaikan masalah sosial di Bengko. Bobot soal : 1
C. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1. Jelaskan bagaimana kehidupan jemaat G.K.I.I. cabang Bengko di tengah masyarakat Bengko? (Skor 10) 2. Sebutkan dan deskripsikan tokoh-tokoh yang berperan dalam pendirian G.K.I.I. di Bengko? (Skor 10) 3. Apa yang Anda peroleh dan bisa dijadikan teladan bagi kehidupan seharihari dari materi perkembangan G.K.I.I. cabang Bengko dari tahun 19832008? (Skor 10) perolehan
5
100
B. Penilaian Proses 1. Jenis tagihan : diskusi Soal : 1. Bandingkan kehidupan jemaat G.K.I.I. di tengah masyarakat Bengko dari tahun 1983-2008 dalam bidang rohani, sosial, ekonomi 2. Identifikasikan dampak yang muncul dari berdirinya G.K.I.I. di Bengko! Penilaian keterampilan kooperatif Kemampuan Kerjasama Menghargai Membandingkan Nama Teman mengidentifikasi dalam permasalahan masalah kelompok
Hasil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116
Kriteria penilaian : • Skor 1 : pasif, tidak kooperatif, dan tidak menghargai teman • Skor 2 : pasif, tidak kooperatif, dan menghargai teman • Skor 3 : pasif, kooperatif, dan menghargai teman • Skor 4 : aktif, kooperatif, dan menghargai teman • Skor 5 : sangat aktif, sangat kooperatif, dan menghargai teman
20
x 100
NA (Nilai Akhir) = Nilai Produk (70 %) + Nilai Proses (30 %)
Tindak Lanjut: •
Siswa dinyatakan berhasil apabila tingkat KKM mencapai 78%.
•
Memberikan remedial bagi siswa yang tingkat KKM pencapaiannya di bawah 78%.
•
Memberikan pengayaan untuk siswa yang tingkat pencapaiannya lebih dari 78%.
Yogyakarta, Februari 2013
Yoel Febriantoro
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117
PENILAIAN AFEKTIF Instrumen Observasi Kinerja
Kegiatan yang dinilai
X1
Nama Siswa X5 X3 X4
X2
Siswa bisa menunjukkan nilai yang bersifat rohani di kelas (serius berdoa, kepatuhan pada Tuhan YME) Siswa bisa bekerja sama dengan baik dalam kelompok (percaya diri, bisa menjelaskan materi bagiannya, menjawab pertanyaan teman)
X6
X8
Siswa mampu membuat pertanyaan pada guru
Siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru Siswa bisa merefleksikan nilai-nilai sejarah dan bertindak sopan di kelas Siswa mampu menyimpulkan materi pelajaran
Total Skor
Keterangan skor penilaian : Skor 1 : Aspek tidak tampak pada diri siswa Skor 2 : Aspek tampak pada diri siswa, meskipun tidak terlalu jelas Skor 3 : Aspek sangat tampak pada diri siswa 100
Yogyakarta, Februari 2013
Yoel Febriantoro
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118
PENILAIAN PSIKOMOTORIK A. Rambu-rambu penilaian No Kriteria Penilaian Seberapa besar 1 tanggung jawab siswa dalam kelompok?
Seberapa besar tingkat kemampuan siswa mengurutkan dan mendeskripsikan gambar peta Seberapa besar kesesuaian jawaban yang diberikan siswa terkait dengan permasalahan yang diajukan? Seberapa baik pertanyaan yang dibuat peserta didik terkait dengan permasalahan yang dibicarakan? Seberapa besar tingkat kesesuaian kesimpulan dan nilai yang dibuat siswa dengan materi yang dipelajari?
2
3
4
5
Skor 1 Hanya duduk santai melihat temannya mengerjakan.
Skor 2 Turut mengerjakan, meskipun terkadang masih melakukan hal-hal lain yang tidak terkait dengan kelompok. Tidak mampu sama Mampu mengurutkan dan sekali mengurutkan dan mendeskripsikan mendeskripsikan peta, meskipun peta. kurang tepat. Tidak serius dan hanya menjawab secara singkat serta tidak jelas.
Tidak membuat pertanyaan.
Hanya diam tidak memiliki minat untuk menyampaikan nilai maupun kesimpulan materi.
Jawaban yang diberikan membingungkan dan belum menjawab pertanyaan yang diberikan. Membuat pertanyaan, tetapi kurang terkait dengan materi yang dibicarakan. Berusaha menyampaikan nilai dan menyimpulkan, meskipun kurang tepat.
Skor 3 Merasa memiliki tanggung jawab sehingga mengerjakan dari awal hingga akhir Mampu mengurutkan dan mendeskripsikan peta dengan tepat. Jawaban yang diberikan dapat menjawab pertanyaan meski belum tentu benar. Membuat pertanyaan yang sesuai dengan materi yang disampaikan. Menyimpulkan materi beserta nilai-nilai kehidupan yang bisa diteladani dengan tepat.
B. Tabel Check List No. Kriteria Penilaian X1
1.
Seberapa besar tanggung jawab siswa dalam kelompok?
X2
X3
Nama Siswa X5 X4
X6
X8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119
2.
3.
4.
5.
Seberapa besar tingkat kemampuan siswa mengurutkan dan mendeskripsikan gambar peta Seberapa besar kesesuaian jawaban yang diberikan siswa terkait dengan permasalahan yang diajukan? Seberapa baik pertanyaan yang dibuat peserta didik terkait dengan permasalahan yang dibicarakan? Seberapa besar tingkat kesesuaian kesimpulan dan nilai yang dibuat siswa dengan materi yang dipelajari? Total Skor
Yogyakarta, Februari 2013
Yoel Febriantoro