PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
STUDI KASUS TENTANG PROSES PENJURUSAN BEBERAPA SMA DI YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh : VERONIKA NIKEN WIDOWATI NIM : 111424023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Mundur beberapa langkah untuk melesat lebih jauh”
Kupersembahkan karyaku ini untuk: Ibundaku tercinta dan Papah Budi tersayang kak Adimas yang selalu ada untukku Keluarga Besar Prodi Pendidikan Fisika
“Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan” (Filipi 3:1)
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
Veronika Niken Widowati. 2015. Studi Kasus Tentang Proses Penjurusan Beberapa SMA Di Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Telah dilakukan penelitian studi kasus mengenai proses seleksi penjurusan beberapa SMA di Yogyakarta. Penjurusan di SMA mengacu pada tiga pedoman yang berasal dari dinas pendidikan, yaitu nilai akademis, minat dan psikotes (tes psikologi). Penempatan siswa pada jurusan di SMA dimulai dengan penelusuran identifikasi minat, melihat nilai akademis siswa dan diakhiri dengan psikotes. Pengambilan data dalam penelitian dilakukan dengan mewawancarai guru-guru yang berperan dalam penjurusan, yaitu guru IPA (fisika) kelas X, guru BK, dan Wakasek Kurikulum. Dalam penjurusan, selain ketiga pedoman tersebut sekolah maupun guru mempunyai pedoman lain yang digunakan sebagai acuan dalam menjuruskan siswa untuk masuk jurusan IPA maupun jurusan IPS. Penjurusan di SMA terlihat sederhana, namun pada relita sering terdapat banyak kendala. Kendala-kendala tersebut bisa berasal dari siswa maupun berasal dari orang tua siswa. Kendala dalam penjurusan ini bisa diselesaikan oleh guru BK maupun guru mata pelajaran yang bersangkutan. Sebagai calon terutama guru fisika, sudah sewajarnya jika kita mengetahui hal-hal apa saja yang dipertimbangkan dalam penjurusan. Dari hasil penelitian, terlihat bahwa hal utama yang dijadikan acuan dalam penjurusan adalah dengan melihat ketuntasan nilai akademis. Karena ketuntasan nilai akademis ini yang menjadi keputusan jurusan yang akan dijalani siswa.
Kata kunci : Penjurusan, nilai akademis, minat, psikotes
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Veronika Niken Widowati. 2015. A Case Study on Process of Class Majoring from Some High Schools in Yogyakarta. Thesis. Physics Education Study Program, Departement Matematics and Science Education, Faculty of Techers Training and education, Sanata Dharma University, Yogyakarta. A case study has been conducted on the process of selection in determining student‟s major class in several High Schools in Jogjakarta. The student placement in major classes for High School is referred to the three guidelines that are derived from education authorities. Those are academic values, interests and psycho-test (psychological tests). It begins with the identification of interests, referring to students score or academic value and ends with a psychological test. In this research the data are collected by interviewing the teachers who play the role in major classes. Those are the Science teacher (physics) for grade X, Counseling teachers and the teachers who work on curriculum. Beside those three guidelines, schools and teachers have other guidelines that are used as a reference to determine students‟ major class, both in Science and Social. The student placement in major class looks simple but in fact there are many obstacles that appeared in the process. These problems faced might come from students and their parents. Therefore counseling teachers and the major class teachers must hold the role to find the solution. As the future physics teacher, we should know what to be considered in placing students in their major class. The result from this research shows that students‟ academic score should be the primarily considered. Since the mastery of their academic value will be undertaken their majors. Keywords: major class, academic values, interests, psychological.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma. Dalam penulisan skripsi ini. Tentunya penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Baik bantuan berupa tenaga maupun dukungan yang selalu ada. Selain bantuan tersebut, penulis juga mendapat bantuan berupa bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Bapak Rohandi,Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini 2. Kepala sekolah SMAN 6 Yogyakarta, SMAN 9 Yogyakarta, SMA PIRI 1 dan SMA Immanuel Kalasan yang telah menginjinkan penulis untuk mengambil data di sekolah. 3. Kepada Bapak dan Ibu guru di SMAN 6 Yogyakarta, SMAN 9 Yogyakarta, SMA PIRI 1, dan SMA Immanuel Kalasan yang telah bersedia menjadi narasumber dalam pengambilan data. 4. Mamah dan Papah tercinta yang selalu mendukung dalam penyelesaian skripsi.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Dion, Eri dan Pery teman seperjuangan dalam skripsi yang telah membantu menyumbangkan ide dan pemikirannya. 6. Temanku tersayang Felbi, Tammy, Lisa, Vensy, dan Erlin yang selalu menyemangatiku dan membantu dalam berbagai kesempatan. 7. Kak Adimas yang selalu menemani dalam penyelesaian skripsi, tempat emosiku, dan selalu mendengarkan keluh kesahku. 8. Keluarga besar prodi pendidikan fisika angkatan 2011. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.
Penulis
Veronika Niken Widowati
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ........... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT ....................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi BAB I ............................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... B. Pembatasan Masalah ............................................................................ C. Permasalahan yang Mau Diteliti .......................................................... D. Tujuan Penelitian ................................................................................. E. Manfaat Penelitian ................................................................................
1 3 3 3 4
BAB II ............................................................................................................. 5 KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................ 5 A. Pendidikan............................................................................................ B. Belajar dan Pembelajaran ..................................................................... 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ............................................... 2. Tujuan Pembelajaran ......................................................................... 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar .....................................
xi
5 6 6 6 6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a. Faktor-faktor dalam diri individu .......................................... 7 b. Faktor-faktor lingkungan ....................................................... 8 4. Pembelajaran di IPA ........................................................................ 8 a. Minat siswa IPA ..................................................................... 8 b. Karakteristik siswa IPA ......................................................... 9 C. Penjurusan di SMA ............................................................................. 12 1. Pengertian Penjurusan ..................................................................... 12 2 .Tujuan Penjurusan ........................................................................... 13 3. Persyaratan dalam Penjurusan ......................................................... 13 D. Bimbingan Karir ................................................................................. 14 1. Definisi Bimbingan Karir ................................................................ 14 2. Perlunya Bimbingan Karir ............................................................... 15 3. Tujuan Bimbingan Karir ................................................................. 16 BAB III ............................................................................................................ 17 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 17 A. Jenis Penelitian..................................................................................... 17 B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 17 C. Subyek Penelitian ................................................................................. 18 D. Variabel Penelitian ............................................................................... 18 E. Desain Penelitian .................................................................................. 18 1. Kegiatan Penelitian ............................................................................ 18 2. Kegiatan Pengumpulan Data ............................................................. 19 F. Instrumen Penelitian .............................................................................. 20 G. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 21 H. Analisis data ........................................................................................... 21 BAB IV ............................................................................................................ 23 HASIL DAN ANALISA .................................................................................. 23 A. Pelaksanaan penelitian.......................................................................... 23 B. Analisa Data.......................................................................................... 24 1.Latar Belakang Sekolah ....................................................................... 24 a. SMAN 6 Yogyakarta ........................................................................ 24 b. SMAN 9 Yogyakarta........................................................................ 25 c. SMA PIRI1 1 Yogyakarta ................................................................ 26 d. SMA IMMANUEL Yogyakarta ...................................................... 26 2. Kebijakan Jurusan di Sekolah .............................................................. 27 3. Faktor –Faktor yan Dipertimbangkan dalam Penjurusan ..................... 28 a. Nilai Akademis ................................................................................. 29 b. Minat Siswa ..................................................................................... 30 xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c. Psikotes ............................................................................................ 32 4. Peran Guru Fisika dalam Penjurusan .................................................... 39 5. Peran Bimbingan Karir ......................................................................... 41 6. Penyelesaian Masalah dalam Penjurusan ............................................. 43 a. masalah dari lingkungan sekolah ..................................................... 43 b. masalah dari luar lingkungan sekolah .............................................. 45 C. Implikasi ...................................................................................................... 47 BAB V.............................................................................................................. 49 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 49 A. Kesimpulan ................................................................................................. 49 B. Saran ............................................................................................................ 50 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 51
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Nilai akademis minimal tiap sekolah .................................................................... 30 Tabel 2. : Cara mengetahui minat siswa dari setiap sekolah............................................... 31 Tabel 3. : Penjurusan IPA di SMA ..................................................................................... 34 Tabel 3. : Aspek utama dalam penjurusan di sekolah ......................................................... 38
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Penjurusan Tentang Minat dan KKM siswa ..................................... 33
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN SURAT IJIN PENELITIAN ......................................................................... 53 A. SMAN 6 dan SMAN 9 Yogyakarta ......................................................... 53 B. SMA PIRI1 1 Yogyakarta ......................................................................... 55 C.SMA IMMANUEL Yogyakarta ................................................................. 56 SURAT SELESAI PENELITIAN ................................................................ 57 A. SMAN 6 Yogyakarta ................................................................................. 57 B. SMAN 9 Yogyakarta .................................................................................. 58 C. SMA PIRI 1 Yogyakarta ............................................................................ 59 D. SMA IMMANUEL Yogyakarta................................................................. 60 Contoh Pedoman penjurusan sekolah dari SMAIMMANUEL ....................... 61 Pedoman wawancara A. Pedoman wawancara dengan guru BK........................................................ 63 B. Pedoman wawancara dengan guru mata pelajaran IPA (fisika) .................. 63 C. Pedoman wawancara dengan Wakasek Kurikulum .................................... 63 Contoh hasil wawancara ............................................................................... 64 A. Wawancara dengan Pak Bambang Widodo ................................................ 64 B. Wawancara dengan Bu Esti Utami ............................................................. 69
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM). Tujuan pengembangan kualitas ini untuk meningkatkan taraf kehidupan. Salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui pendidikan. Pendidikan dibedakan menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang terikat dengan sebuah instansi, contohnya pendidikan di lingkungan sekolah. Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang tidak terikat dengan instansi, contohnya pendidikan di lingkungan keluarga. Pendidikan formal di Indonesia dimulai dari taman bermain hingga perguruan tinggi. Pendidikan formal yang wajib diikuti warga Indonesia adalah selama 9 (sembilan) tahun. Wajib belajar ini terhitung sejak sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP). Seiring berkembangnya jaman, warga Indonesia menempuh pendidikan formal melebihi wajib belajar sembilan tahun. Saat siswa telah menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah pertama (SMP), selanjutnya akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu sekolah menengah atas (SMA) atau sekolah menengah kejuruan (SMK). Pada jenjang pendidikan ini siswa mulai lebih diarahkan untuk memilih dunia kerja. Jika siswa memilih SMA, maka siswa akan dipilihkan 3 (tiga) jurusan yaitu IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), dan Bahasa.
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Penjurusan di SMA (Sekolah Menengah Atas) merupakan suatu hal yang wajib dan tidak terelakkan dari dunia pendidikan. Penjurusan dilakukan untuk mengarahkan siswa agar menekuni karir yang dinginkan dan sesuai dengan kemampuan. Dalam penjurusan ada beberapa hal yang dipertimbangkan sekolah untuk menempatkan siswa pada jurusan yang sesuai. Peraturan penjurusan sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 74 tahun 2008 tentang guru. Diluar peraturan tersebut, sekolah mempunyai peraturan khusus yang digunakan sebagai pedoman penjurusan seperti halnya penetapan nilai ketuntasan minimal. Penjurusan merupakan suatu proses penempatan dalam pemilihan program studi siswa. Penjurusan ini diadakan karena yang akan menentukan keberhasilan para siswa; baik pada waktu belajar di SMA maupun setelah perguruan tinggi maka diperlukan suatu bimbingan penjurusan. Karena hal tersebut, Williamson berpendapat bahwa di dalam penjurusan ini terdapat kaitan yang erat antara bimbingan penjurusan dengan bimbingan karir, yaitu merupakan suatu proses yang bebas, meluas dan berurutan. (Gani, 1986). Sebagai calon guru yang akan terjun didunia pendidikan, sudah sewajarnya untuk mengetahui detail-detail pertimbangan dalam menjuruskan siswa baik ke IPA maupun IPS. Untuk mengetahui pertimbangan-pertimbangan yang sekolah lakukan untuk menjuruskan siswa ke jurusan IPA atau jurusan IPS, diperlukan informasi yang dibutuhkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
B. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, tidak akan diteliti seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penjurusan siswa oleh sekolah di jenjang pendidikan SMA. Adapun faktor-faktor yang diteliti adalah faktor eksternal berdasarkan jawaban hasil wawancara yang dipandu dengan pertanyaan terstruktur.
C. Permasalahan yang akan diteliti Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu : 1. Pedoman dan aspek utama apa yang digunakan oleh sekolah dalam menjuruskan siswa ke jurusan IPA ? 2. Bagaimana kebijakan sekolah tentang penjurusan? 3. Bagaimana cara sekolah menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat kurang sesuainya jurusan yang diinginkan siswa?
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk 1. Mengetahui pedoman dan aspek utama yang digunakan sekolah dalam penjurusan. 2. Mengetahui kebijakan sekolah perihal penjurusan. 3. Mengetahui cara sekolah dalam menyelesaikan permasalahan akibat penjurusan yang kurang sesuai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
E. Manfaat penelitian 1. Bagi guru dan guru muda Menjadi referensi saat penjurusan dilakukan, agar guru mempunyai gambaran atau kriteria-kriteria yang sesuai sehingga tidak terjadi kurang sesuainya penjurusan berdasarkan kemampuan siswa. 2. Bagi peneliti dan calon guru Memberikan gambaran sebagai calon guru tentang penjurusan di SMA yang terdapat beberapa aspek yang yang harus diperhitungkan agar siswa tidak salah jurusan. 3. Bagi pembaca Dapat dijadikan pedoman maupun referensi saat akan memilih suatu jurusan dengan mengetahui poin-poin yang harus terpenuhi sebagai syarat dalam penjurusan, serta sebagai bahan kajian untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Pengertian atau konsep pendidikan bisa ditemukan dalam berbagai hubungan dan lingkungan. Lingkungan pendidikan terdiri dari tiga macam, yaitu : a. Lingkungan keluarga; b. Lingkungan sekolah; c. Lingkungan masyarakat Secara umum, fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu anak didik berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, terutama berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar mencapai tujuan pendidikan yang optimal. ( Tatang S, 2012). Menurut Pribadi dalam Rasyidin (2014:17) dalam bahasa Inggris, pendidikan digunakan istilah „education‟. Itu adalah kata benda atau hal-aktif yang terikat erat dengan perkataan bahas Latin “educere”, yang berarti „mengeluarkan atau melahirkan suatu kemampuan”; “education/educating” berarti membimbing dalam pergaulan untuk mewujudkan sesuatu kemampuan yang tersimpan atau terpendam dalam diri anak (Rasyidin, 2014). Pendidikan memiliki dua fungsi, yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan (Afifuddin, 2011). Tujuan pendidikan di Indonesia tertulis pada Undang-Undang Republik Indonesia (UURI) no 22 Tahun 2003 tentang
5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Sistem Pendidikan Nasional serta peraturan-peraturan pemerintah yang bertalian dengan pendidikan (Pidarta, 2014).
B. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian belajar dan pembelajaran Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku ( Slameto, 2010). 2. Tujuan Pembelajaran Tujuan belajar penting bagi guru dan siswa sendiri. Dalam desain intruksional guru merumuskan tujuan intruksional khusus atau sasaran belajar siswa. Rumusan tersebut disesuaikan dengan perilaku yang hendaknya dapat dilakukan siswa. Sebagai ilustrasi, misalnya guru merumuskan sasaran belajar sebagai “siswa dapat menyebutkan ciri khas suatu prosa atau puisi”. Sasaran belajar tersebut berfaedah bagi guru untuk membelajarkan siswa. Dalam hal ini, ada kesejajaran pada sasaran belajar (rumusan guru dan diinformasikan kepada siswa) dengan tujuan belajar (Dimyati. Mudjiono,2006). 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor faktorfaktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau di luar dirinya atau di luar lingkungannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
a. Faktor-faktor dalam diri individu Aspek jasmaniah mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Tiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda, ada yang tahan belajar selama lima atau enam jam terus-menerus, tetapi ada juga yang hanya tahan satu sampai dua jam saja. Indra yang paling penting dalam belajar adalah penglihatan dan pendengaran. Kesehatan merupakan syarat muthlak bagi keberhasilan belajar. Aspek psikis atau rohaniah tidak kalah pentingnya dalam belajar dengan aspek jasmaniah. Aspek psikis menyangkut kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan kognitif dari individu. Kondisi intelektual juga berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Kondisi intelektual ini menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat, baik bakat sekolah maupun pekerjaan Kondisi sosial menyangkut hubungan siswa dengan orang lain, baik gurunya, temannya, orang tuanya, maupun teman-teman lainnya. Seseorang yang memiliki kondisi hubungan yang wajar dengan orang-orang disekitarnya akan memiliki ketentraman hidup, dan hal ini mempengaruhi konsentrasi dan kegiatan belajarnya. Hal lain yang ada pada diri individu yang juga berpengaruh terhadap kondisi belajar adalah situsi afektif, selain ketenangan dan ketentraman psikis juga motivasi untuk belajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
b. Faktor-faktor lingkungan Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama dalam pendidikan, memberi landasan bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik seperti lingkungan kampus, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumbersumber belajar, media belajar, dsb. Lingkungan masyarakat dimana siswa atau individu berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat dimana dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumbersumber belajar di dalamnya akan memberi pengaruh yang positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi mudanya (Sukmadinata, 2009). 4. Pembelajaran di IPA a. Minat siswa IPA Dalam proses pembelajaran, salah satu yang mempengaruhi adalah motivasi siswa. Memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena fungsinya yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar (Hamalik, 2001). Minat berperan sangat penting dalam kehidupan peserta didik dan mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku. Siswa yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras dibandingkan siswa yang kurang berminat (Rosdiani, 2013, hal 1).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang mempelajari berbagai peristiwa di sekitar kita. Dalam IPA, anak dibekali dengan berbagai keterampilan. Selain melatih anak untuk mampu mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip, dalam IPA juga anak dilatih untuk memiliki berbagai keterampilan proses. Hal yang menarik dari IPA adalah proses pembelajaran yang dilakukan lebih menekankan pada pengalaman langsung, sehingga hal ini akan membantu dan mempermudah anak mempelajari tentang berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan. Hal yang demikian akan merangsang siswa untuk berpikir kritis dan bersikap alamiah (Rosdiani, 2013, hal 6). b. Karakteristik siswa IPA Sains merupakan ilmu yang terkonstruksi baik secara personal maupun sosial. IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yang mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab-akibatnya. IPA merupakan ilmu yang awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang tak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA yang
merupakan
pengetahuan
faktual,
konseptual,
prosedural,
dan
metakognitif, dan IPA sebagai proses yaitu kerja ilmiah. Menurut Carin dan Sund (1993) dalam Wisudawati dan Sulistyowati (2014:24) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
observasi dan eksperimen”. Merujuk pada definisi Carin dan Sund tersebut maka IPA memiliki empat unsur utama, yaitu : 1) Sikap : IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup, serta hubungan sebab akibat. Persoalan IPA dapat dipecahkan dengan prosedur yang bersifat open ended. 2) Proses : Proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. 3) Produk : IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori dan hukum. 4) Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran IPA, keempat unsur tersebut dapat muncul sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh dan menggunakan rasa ingin tahunya untuk memahami fenomena alam melalui pemecahan masalah yang menerapkan langkah-langkah metode ilmiah. IPA mempunyai cara berpikir yang khusus. Cara berpikir IPA merupakan ciri-ciri orang IPA. Adapaun cara berpikir IPA tersebut adalah sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
1) Percaya (believe) Kecenderungan para ilmuwan melakukan penelitian terhadap masalah gejala alam dimotivasi oleh kepercayaan bahwa hukum alam dapat dikonstruksi, diobservasi, diterangkan dengan pemikiran dan penalaran. 2) Rasa ingin tahu (Curiosity) Kepercayaan alam dapat didorong rasa ingin tahu untuk menemukannya. 3) Imajinasi (imagination) Para ilmuwan sangat mengandalkan pada kemampuan imajinasinya dalam memecahkan masalah gejala alam. 4) Penalaran (Reasoning) Penalaran setingkat dengan imajinasi. Para ilmuwan juga mengandalkan penalaran dalam memecahkan masalah gejala alam. 5) Koreksi diri (Self examination) Pemikiran ilmiah adalah sesuatu yang lebih tinggi dari pada sekedar usaha untuk mengerti alam. Pemikiran ilmiah juga merupakan sarana untuk memahami dirinya, untuk melihat seberapa jauh para ahli sampai pada kesimpulan tentang alam (Wisudawati dan Sulistyowati, 2014).
C. Penjurusan di SMA 1. Pengertian penjurusan Penjurusan adalah merupakan suatu proses penempatan dalam pemilihan program studi siswa. Penjurusan ini diadakan karena yang akan menentukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
keberhasilan para siswa; baik pada waktu belajar di SMA maupun setelah perguruan tinggi maka diperlukan suatu bimbingan penjurusan. Karena hal tersebut, Williamson berpendapat bahwa di dalam penjurusan ini terdapat kaitan yang erat antara bimbingan penjurusan dengan bimbingan karir, yaitu merupakan suatu proses yang bebas, meluas dan berurutan. Para pembimbing diharapkan dapat memilihkan program studi, jurusan, studi lanjutan atau pekerjaan. Para pembimbing diharapkan pula memperhatikan ciri-ciri kepribadian siswa dan pengaruh lingkungan terhadap diri siswa yang bersangkutan. Suatu pihak yang membedakan atau memisahkan antara : inteligensi, bakat khusus, minat dan kepribadian dengan dasar dari setiap faktor ini dapat diukur melalui indikatornya masing-masing. Dilain pihak, berpendapat bahwa kepribadian tersebut meliputi seluruh faktor-faktor di atas. Hal ini pun dapat diterima karena individu adalah merupakan pribadi tersendiri yang terintegrasi secara keseluruhan.yang dimaksud oleh Williamson mengenai kepribadian ini yaitu kepribadian meliputi faktor-faktor secara keseluruhan. Sedang yang dimaksud faktor lingkungan didalamnya antar lain faktor (peran) orang tua dan pendidikan (Gani : 1986). 2. Tujuan Penjurusan Penjurusan di SMA ini diadakan atas dasar bahwa para siswa adalah merupakan individu-individu yang mandiri dengan keanekaragamannya (perbedaan individual). Para siswa dijururuskan untuk :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
a. Mengelompokkan para siswa yang mempunyai kecakapan, kemampuan, bakat, dan minat yang relatif sama. b. Membantu mempersiapkan para siswa dalam melanjutkan studi dan memilih dunia kerjanya. c. Membantu meramalkan keberhasilan untuk mencapai prestasi yang baik ; dalam kelanjutan studi dan dunia kerjanya. d. Membantu memperkokoh keberhasilan dan kecococokan atas prestasi yang akan dicapai diwaktu mendatang (kelanjutan studi dan dunia kerja).
3.
Persyaratan dalam Penjurusan Penjurusan akan terlaksana dengan baik, apabila persyaratan-persyaratan
untuk hal itu terpenuhi. Untuk memenuhi persyaratan yang lengkap tergantung pada : a. Kondisi sekolah yang bersangkutan; fasilitas, dan personalia di dalamnya (kepala sekolah, guru bidang studi, guru BP/Penyuluh) b. Kemauan/keinginan dari setiap personalia di atas dalam melengkapi data yang diperlukan untuk penjurusan. c. Pengetahuan dan kemampuan dari staf pelaksana tersebut mengenai data yang diperlukan d. Pengertian dari pihak orang tua siswa; atas obyektivitas dalam menilai kemampuan putra-putrinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
Persyaratan dalam penjurusan selain di atas, terdapat data yang harus dipertimbangkan dalam hal penjurusan, yaitu; prestasi belajar, pengukuran tes psikologis dan hasil bimbingan karir (Gani, 1986). Untuk kurikulum SMA (Sekolah Mengenengah Atas) terdapat rancangan kurikulum, khususnya pada kurikulum 2013, yaitu : a. Penjurusan mulai kelas X (sepuluh) Kelebihan dari kebijakan ini adalah ada pengurangan pelajaran di kelas X yang dianggap memberatkan. Sehingga siswa dapat berkonsentrasi penuh mempelajari bidang tertentu. b. Berdasarkan minat pada pendidikan lanjutan Kelebihan dari kebijakan ini, pemilihan mata pelajaran ke pendidikan lanjutan, memungkinkan untuk memilih mata peljaran pada bidang yang berbeda dan tidak harus mengambil mata pelajaran yang tidak disukai c. Non penjurusan (SKS) Kelebihan dari kebijakan ini adalah siswa belajar mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya serta tersedia pilihan mata pelajaran untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, atau sekedar ingin tahu (Hidayat, 2013).
D. 1.
Bimbingan Karir Definisi Bimbingan Karir Menurut Herr dalam Manrihu (1988:15) bimbingan karir adalah suatu
perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses-proses, teknik-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
teknik, atau layanan-layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatankesempatan
dalam
mengembangkan
pekerjaan,
pendidikan,
keterampilan-keterampilan
dan yang
waktu
luang,
bersangkutan
serta dapat
menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya (Manrihu,1988).
2. Perlunya Bimbingan Karir Implikasi
utama
bimbingan
dan
konseling
komprehensif
adalah
penerapannya pada berbagai jenis populasi. Dalam pada itu, individu-individu secara berangsur-angsur menuntut agar pekerjaanya memberikan dorongan untuk berprestasi dan identitas kepadanya. Beberapa orang mencari jalan-jalan lain untuk sampai kepada tujuan ini melalui gaya-gaya hidup yang bersifat mengurangi aktivitas-aktivitas yang ditunjukan untuk mengejar pendapatan yang banyak ke arah posisi-posisi yang relatif kurang berarti. Pekerjaan yang kurang sesuai dapat sangat positif bagi keseluruhan pengalaman individu. Keuntungan-keuntungan potensial dari pekerjaan yang sesuai dapat dijelaskan berdasarkan efek-efek yang membawa malapetaka karena kurang pekerjaan. Menurut O‟Toole dalam Manrihu (1988:17) walaupun kurangnya pekerjaan membawa akibat yang sangat negatif, juga melemahkan dorongan berprestasi individu. Tidak semua pekerjaan memiliki potensi yang menantang dan mendorong, dan dalam berbagai situasi, pengaturan kembali lingkungan kerja sangat dibutuhkan. Tetapi pilihan dan perencanaan yang lebih baik, akan membantu orang-orang menemukan jenis pekerjaan
yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
memungkinkan memainkan peranan-peranan yang lebih disukai dalam hidupnya (Manrihu, 1988).
3. Tujuan Bimbingan Karir Tujuan umum bimbingan karir ialah membantu individu (siswa) agar memperoleh pemahaman diri dalam proses mempersiapkan diri untuk berkarier, sehingga dapat berguna dalam masyarakat. Tujuan khusus bimbingan karir: a. Agar siswa dapat memahami dan menilai dirinya mengenai potensi dasar tentang bakat, minat, sikap, kecakapan, dan cita-citanya b. Agar siswa sadar dan memahami nilai-nilai dirinya dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat c. Agar siswa mengetahui jenis-jenis pendidikan yang berkaitan dengan pemilihan program d. Agar siswa dapat menemukan hambatan-hambatan yang disebabkan oleh faktor dirinya dan faktor lingkungannya serta dapat mengatasi hambatan-hambatan itu e. Agar siswa dapat menentukan pilihan program sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat dalam pemantapan pemilihannya, dan siswa dapat merencanakan keputusan pemilihan untuk masa depannya. (Sutiksna, 1988).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dan deskriptif analisis. Menurut Whitney dalam Prastowo (2010:17) penelitian deskriptif merupakan pencarian fakta dengan interprestasi tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandanganpandangan, serta protes-protes yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dalam suatu fenomena (Prastowo, 2010). Menurut Maxfield dalam Prastowo (2010:127) studi kasus adalah penelitian tentang subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase yang spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Prastowo, 2010). Penelitian studi kasus ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang proses penjurusan IPA yang telah berlangsung di beberapa SMA di Yogyakarta. Dengan demikian kesimpulan yang akan ditarik dalam penelitian ini berlaku pada beberapa SMA yang terletak di kota Yogyakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2015 - April 2015 dan dilakukan di
17
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
beberapa SMA di Yogyakarta. Adapun SMA-SMA tersebut adalah; SMAN 6 IMMANUEL Kalasan Yogyakarta pada tahun ajaran 2014/2015.
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah guru-guru yang berperan langsung dalam penjurusan. Adapun guru-guru yang berperan dalam penjurusan meliputi: Wakasek kurikulum, guru BK, dan guru IPA kelas X (guru fisika kelas X). Guru-guru tersebut yang berperan dalam penjurusan di SMA-SMA yang menjadi subyek penelitian pada tahun ajaran 2014/2015.
D. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah cara sekolah menyeleksi siswa untuk masuk ke jurusan IPA. Cara penyeleksian penjurusan yang termasuk dalam kriteria-kriteria penjurusan, yaitu penjurusan siswa untuk masuk ke jurusan IPA.
E. Desain Penelitian 1.
Kegiatan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti mencari informasi bagaimana cara dan
pertimbangan apa saja yang sekolah lakukan untuk menyeleksi siswa yang masuk jurusan IPA. Perolehan informasi diperoleh dengan melakukan wawancara kepada guru maupun perangkat sekolah yang berperan dalam penjurusan. Adapun guru-guru yang berperan dalam penjurusan adalah; Wakasek kurikulum, guru BK dan guru IPA kelas X (guru fisika kelas X).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
Setelah diperoleh data mengenai apa saja pertimbangan yang sekolah lakukan dalam penjurusan, kemudian peneliti mencari informasi lebih lanjut sebagai tambahan. Kemudian data-data yang telah diperoleh nantinya akan analisis lebih lanjut sehingga hasilnya dapat menjadi referensi maupun gambaran umum untuk mengambil keputusan bagi yang akan memilih jurusan di SMA.
2.
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen wawancara. Wawancara
yang dilakukan bersifat terstruktur dengan adanya pedoman wawancara. Jawaban hasil wawancara dapat menghasilkan pertanyaan tambahan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. Data tentang informasi penjurusan dari setiap sekolah yang diperoleh kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan hasil dan kesimpulan dari penelitian. Adapun wawancara yang ditunjukan adalah wawancara dengan guru yang berperan dalam penjurusan, yaitu : a) Wawancara dengan Guru BK Wawancara dengan guru BK dilakukan untuk mengetahui permasalahanpermasalahan dalam penjurusan yang berhubungan dengan guru BK. Permasalahan-permasalahan itu biasanya berkaitan dengan kebimbangan siswa saat pemilihan jurusan ataupun masalah yang diakibatkan oleh kehendak orang tua atau siswa yang memaksakan untuk masuk jurusan tertentu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
b) Wawancara dengan Guru Mata pelajaran IPA Wawancara dengan guru IPA dimaksudkan untuk melihat pertimbangan penjurusan perihal nilai akademis siswa. Adapun guru IPA yang diwawancara dalam penelitian ini adalah guru Fisika kelas X (sepuluh). Wawancara dengan guru IPA juga dimaksudkan untuk mengetahui kreteria-kriteria khusus yang menjadi pedoman guru dalam untuk menjuruskan siswa. c) Wawancara dengan Wakasek Kurikulum Wawancara dengan Wakasek kurikulum bertujuan untuk memperoleh data lengkap mengenai pertimbangan-pertimbangan dalam penjurusan yang ditetapkan di SMA.
F. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian (Suparno,2010:56). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa pedoman wawancara. Pedoman wawancara tersebut diperoleh dari berbagai sumber yang relevan dan realita dalam dunia pendidikan. Pedoman wawancara merupakan sebuah alat yang dapat membantu diperolehnya informasi yang lebih akurat. Wawancara dalam pengambilan data dilakukan secara bebas dan terstruktur. Artinya peneliti mempunyai pedoman wawancara, namun dari hasil wawancara bisa diperoleh pertanyaan baru yang dapat ditanyakan pada narasumber untuk memperkaya data. Pedoman wawancara berisi beberapa pertanyaan terkait dengan
penjurusan siswa. Seperti halnya,
faktor-faktor pertimbangan dalam penjurusan, aspek utama yang dipertimbangkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
sekolah, kendala dan cara mengatasinya, serta bimbingan yang diberikan oleh sekolah dalam penjurusan tersebut. Pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran.
G. Metode Pengumpulan Data Winarno Surakhman dalam Prastowo (2010:17) mengemukakan bahwa metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan (Prastowo, 2010). Metode perolehan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen pedoman wawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara berupa pertanyaan untuk memperoleh informasi perihal penjurusan di SMA. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada narasumber berasal dari pedoman wawancara yang telah dipersiapkan lebih dahulu. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara dapat berkembang berdasarkan jawaban dari narasumber.
H. Analisis Data Lodico, Spaulding dan Voegtle dalam Emzir (2010:2) mendefinisikan penelitian kualitatif yang juga disebut penelitian interpretif atau penelitian lapangan adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi dan antropologi dan diadaptasi kedalam seting pendidikan (Emzir, 2010). Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara kualitatif. Data diperoleh dari hasil wawancara. Saat pengambilan data diperlukan bantuan alat rekam untuk merekam percakapan saat wawancara berlangsung. Alat rekam yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
digunakan saat pengambilan data minimal menggunakan dua alat rekam, hal ini dilakukan sebagai antisipasi jika salah satu alat rekam kurang baik saat merekam ataupun menghindari kemungkinan kehilangan data dari rekaman tersebut. Data yang diperoleh saat wawancara terlebih dahulu di tuliskan atau diubah dari bentuk rekaman suara dalam bentuk teks. Penerjemahan data dilakukan dengan mendengarkan rekaman hasil wawancara, kemudian seluruh percakapan ditulis dalam ms word. Setelah penerjemahan data selesai, data asli ini diringkas untuk mendapatkan data yang diinginkan. Kemudian data dianalisis secara kualitatif dengan mengacu pada hasil wawancara dan rumusan masalah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV DATA DAN ANALISA A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di empat SMA di Yogyakarta yang berlangsung selama bulan Maret 2015 - April 2015. Adapun sekolah yang dijadikan subyek penelitian adalah SMAN 6 Yogyakarta, SMAN 9 Yogyakarta, SMA PIRI 1 Yogyakarta dan SMA IMMANUEL YOGYAKARTA. Penelitian dimulai pada hari kamis tanggal 26 Maret 2015 dan diakhiri pada hari rabu tanggal 1 April 2015. Pengambilan data pertama kali dilakukan di SMAN 6 Yogyakarta dan diakhiri di SMAN 9 Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan dengan mewawancarai tiga guru yang berperan dalam penjurusan siswa, yaitu guru mata pelajaran IPA (fisika) kelas X, guru BK (Bimbingan dan Konseling), serta guru yang memegang jabatan sebagai Wakasek kurikulum di sekolah. Namun pada kasus yang terjadi di SMA IMMANUEL YOGYAKARTA, pengambilan data pada guru BK digantikan dengan guru biologi, hal ini karena guru BK di sekolah sedang cuti panjang. Selain itu, wawancara guru mata pelajaran fisika kelas X di SMA IMMANUEL dilakukan pada guru mata pelajaran fisika yang mengajar di kelas XII. Keputusan ini diambil karena guru mata pelajaran fisika yang mengajar kelas X adalah guru baru, jadi peneliti mewawancarai guru yang lebih senior. Secara keseluruhan penelitian di setiap sekolah dilakukan dengan mewawancarai tiga orang guru. Wawancara ini dilakukan secara personal, yaitu 23
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
antara narasumber dan peneliti. Akan tetapi untuk SMA IMMANUEL Yogyakarta, saat pengambilan data wawacara dengan Wakasek kurikulum dan guru biologi (pengganti BK), wawancara dilakukan secara bersamaan. Hal ini dilakukan agar guru biologi (Bu Anna) dan Wakasek Kurikulum (Pak Yakobus) saling melengkapi jawaban. Jenis wawancara yang dilakukan yaitu wawancara terstruktur dengan pedoman pertanyaan dan bisa menghasilkan pertanyaan baru sesuai jawaban dari
narasumber. Saat
melakukan wawancara,
peneliti
menggunakan alat bantu berupa rekaman dalam bentuk redorcer maupun video. B. Analisa Data 1. Latar Belakang Sekolah Sekolah yang dijadikan subyek dalam penelitian berjumlah 4 (empat) sekolah, yang dipilih berdasarkan status dalam pemerintah yaitu sekolah Negeri dan sekolah Swasta. Selain dilihat dari status, subyek penelitian juga dipilih berdasarkan adanya jurusan IPA dan jurusan IPS di sekolah tersebut. Keempat sekolah yang dijadikan subyek penelitian adalah SMAN 6 Yogyakarta, SMAN 9 Yogyakarta, SMA PIRI 1, dan SMA IMMANUEL Yogyakarta. Pemilihan sekolah yang berbeda ini bertujuan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih signifikan tentang proses penjurusan yang dilakukan oleh setiap sekolah. a) SMAN 6 Yogyakarta SMAN 6 Yogyakarta terletak di Jl. C. Simanjutak no 2 Yogyakarta. SMAN 6 Yogyakarta ini merupakan sekolah Negeri dengan akreditasi A. SMAN 6 mempunyai pedoman yaitu sekolah berbasis riset. Karena itu SMAN 6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Yogyakarta mendapat julukan The Research School Of Jogja. SMAN 6 Yogyakarta membuka dua jurusan yaitu jurusan IPA dan jurusan IPS. SMAN 6 mempunyai kelas IPA lebih banyak dibandingkan kelas IPS. Jumlah kelas yang dimiliki oleh SMAN 6 sebanyak 24 kelas yang terbagi atas 8 kelas untuk kelas X, 8 kelas untuk kelas XI (6 kelas IPA dan 2 kelas IPS) dan 8 kelas untuk kelas XII (6 kelas IPA dan 2 kelas IPS). Penempatan siswa dalam kelas di sekolah ini tidak berdasarkan pada kepandaian siswa. Hal ini dikarenakan sekolah menginginkan persaingan antar siswa dalam kelas yang lebih merata. Untuk masuk di SMAN 6 Yogyakarta pada tahun ajaran 2014/2015 mempunyai nilai UN minimal 36,25. b) SMAN 9 Yogyakarta SMAN 9 Yogyakarta terletak di Jl. Sagan, Gondokusuman, Kota Yogyakarta. SMAN 9 Yogyakarta mempunyai akreditasi A dengan
motto
sekolah yang mengembangkan budaya. Hal ini terlihat saat memasuki ruang tamu di SMAN 9 Yogyakarta terdapat berbagai lukisan jenis-jenis batik, dan suara lonceng pertanda pergantian jam pelajaran maupun waktu istirahat bernada gamelan oleh karena itu sekolah ini dijuluki sebagai The Art and Culture School. SMAN 9 Yogyakarta membuka dua jurusan yaitu IPA dan IPS. Jumlah kelas yang dimiliki oleh SMAN 9 Yogya sebanyak 20 kelas yang terbagi atas 6 kelas untuk kelas X, 7 kelas untuk kelas XI (5 kelas IPA dan 2 kelas IPS), dan 7 kelas untuk kelas XII (5 kelas IPA dan 2 kelas IPS). Di SMAN 9, penempatan siswa dalam kelas tidak berdasarkan kepandaian siswa. Tujuannya adalah karena sekolah menginginkan persaingan siswa lebih merata
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
dan dengan adanya kualitas antar kelas yang merata diharapkan antar siswa mampu lebih bekerjasama dengan baik. Siswa yang ingin masuk di sekolah ini pada tahun ajaran 2014/2015 mempunyai nilai UN minimal 35,85. c) SMA PIRI 1 Yogyakarta Subyek penelitian selanjutnya adalah SMA PIRI 1 Yogyakarta. SMA PIRI 1 Yogyakarta adalah salah satu sekolah Swasta bernuansa muslim dengan akreditasi sekolah A yang terletak di Jl. Kemuning No 14, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. SMA PIRI 1 membuka jurusan IPA dan IPS yang masing-masing jurusan dalam setiap angkatan berjumlah satu kelas dan setiap kelas rata-rata diisi 29-30 siswa. SMA PIRI 1 ini mempunyai 6 kelas yaitu 2 kelas untuk kelas X (X.1 dan X.2), 2 kelas untuk kelas XI (IPA dan IPS) dan 2 kelas untuk kelas XII (IPA dan IPS). Penempatan siswa di kelas X.1 dan X.2 melalui penyeleksian terlebih dahulu. Artinya, SMA PIRI 1 ini sudah menyiapkan siswa yang akan masuk jurusan IPA ataupun IPS dari awal siswa masuk kelas X yaitu dengan penempatan kelas yang dilakukan oleh sekolah. Dengan kata lain, kelas X.1 berisi siswa yang cenderung masuk ke IPA, sedangkan kelas X.2 berisi siswa yang cenderung masuk ke IPS. Persiapan ini dilakukan sejak awal agar guru lebih mudah mengontrol siswa dan siswa dapat mempersiapkan diri untuk masuk jurusan yang sudah terlihat lebih awal. d) SMA IMMANUEL Yogyakarta Sekolah terakhir yang dijadikan subyek penelitian adalah SMA IMMANUEL Yogyakarta yang terletak di
Jalan Yogyakarta-Solo Km 15,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
Sleman, Yogyakarta. SMA IMMANUEL Yogyakarta merupakan sekolah Swasta yang bernuansa nasrani dengan akreditasi sekolah B. SMA IMMANUEL Yogyakarta merupakan sekolah kecil dengan jumlah siswa yang terhitung sedikit. Untuk kelas X tahun 2014/2015 ini SMA IMMANUEL mempunyai siswa baru yang mengisi dua kelas, dan setiap kelas tidak diisi oleh siswa dengan jumlah banyak. SMA IMMANUEL membuka dua jurusan yaitu IPA dan IPS. Untuk kelas XI siswa IPA di SMA IMMANUEL berjumlah 9 siswa, sedangkan untuk kelas XII IPA jumlah siswa sebanyak 4 siswa. SMA IMMANUEL mempunyai 6 kelas yaitu 2 kelas untuk kelas X (X.1 dan X.2), 2 kelas untuk kelas XI (IPA dan IPS), dan 2 kelas untuk kelas XII (IPA dan IPS). 2. Kebijakan Jurusan di Sekolah Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah jenjang pendidikan dimana karir siswa mulai dibentuk. Saat siswa mulai memasuki jenjang ini, mereka sudah dihadapkan pada pemilihan jurusan yang merupakan langkah awal untuk menata masa depan, hal ini terlihat dari adanya penjurusan. Adanya dua jurusan di SMA diimbangi dengan adanya sumber daya manusia yang mengampu. Dengan adanya jurusan IPA dan jurusan IPS tentu ada guru di kedua jurusan tersebut. Akan tetapi dengan adanya dua jurusan, sering terjadi ketidakseimbangan antara jumlah guru dan kelas yang akan diampu. Ketidakseimbangan jumlah guru bisa terjadi bagi guru jurusan IPA maupun guru jurusan IPS. Berdasarkan hasil penelitian, untuk SMA Negeri jumlah guru dan jumlah kelas yang akan diampu cenderung seimbang. Seperti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
yang terjadi di SMAN 9 Yogyakarta, untuk guru jurusan IPS yaitu untuk guru Sosiologi, Ekonomi, dan Akuntasi masing-masing diampu oleh satu guru yang mengajar di kelas X, XI dan kelas XII. Sehingga tidak ada guru yang kekurangan jam mengajar yang mengharuskan guru keluar untuk mengajar di sekolah lain. Sedangkan untuk SMA swasta, yaitu SMA Immanuel ada beberapa guru yang kekurangan jam mengajar sehingga harus mengajar di sekolah lain. Pembukaan dua jurusan selain biaya operasionalnya berat, hal lain yang menjadi faktor pertimbangan adalah adanya hak guru yang sudah menjadi ketetapan untuk memperoleh jam mengajar. Syarat para guru mendapatkan hak adalah jika jam mengajar minimal terpenuhi dan memenuhi syarat minimal siswa yang diajar dalam satu kelas. Adapun syarat minimal tersebut dalam satu kelas rombongan belajar adalah sejumlah 20 siswa untuk jenjang sekololah menengah atas (SMA) dengan tatap muka minimal 20 jam setiap minggunya hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 74 tahun 2008 tentang guru.
3. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Penjurusan Pada dasarnya, setiap sekolah mempunyai pedoman penjurusan yang sama, karena peraturan penjurusan sudah ditetapkan dalam peraturan yang mengacu pada SK Dirjen Mendikdasmen No 12/C/kep/TU/2008. Selain peraturan tersebut, ada beberapa peraturan yang dibuat oleh sekolah yang tidak lebih berat dari peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Contoh peraturan yang ditetapkan sekolah adalah penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
Secara keseluruhan, faktor-faktor yang menjadi pertimbangan oleh setiap sekolah adalah sama, yaitu dengan mempertimbangkan tiga faktor dalam penjurusan. Faktor-faktor tersebut adalah : a) Nilai Akademis Nilai akademis yang dimaksud di sini adalah nilai tuntas dari standar KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. Standar KKM yang ditentukan oleh setiap sekolah berbeda dikarenakan kondisi sekolah dan keadaan siswa yang berbeda. Penetapan standar KKM dilakukan melalui rapat oleh para dewan guru dan dimusyawarahkan bersama. Siswa dapat masuk di jurusan yang dikehendaki apabila telah memenuhi KKM yang ditetapkan oleh sekolah. Jika siswa ingin masuk jurusan IPA, maka nilai mata pelajaran IPA harus memenuhi KKM. Standar KKM untuk seleksi masuk jurusan yang ditetapkan setiap sekolah berbeda. Untuk SMAN 6 Yogyakarta KKM yang ditentukan sekolah adalah 75, artinya jika ingin masuk jurusan IPA maka nilai Biologi, Kimia dan Fisika haruslah minimal 75. Jika nilai siswa sudah mencapai 75 maka siswa tersebut dapat masuk ke jurusan IPA. Hal ini juga berlaku bagi siswa yang ingin masuk jurusan IPS. Untuk SMAN 9 Yogyakarta, KKM yang ditetapkan sekolah adalah 76 akan tetapi jika siswa ingin masuk jurusan IPA maka syarat untuk mata pelajaran di jurusan adalah KKM+1 yang artinya nilai minimal siswa untuk masuk jurusan IPA adalah 77. Sedangkan untuk SMA IMMANUEL Yogyakarta, KKM yang ditetapkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
sekolah adalah 70. Sedangkan untuk SMA PIRI1 1, KKM setiap mata pelajaran berbeda tergantung guru mata pelajaran yang menetapkan. Untuk mata pelajaran fisika, KKM yang ditetapkan adalah 75 sedangkan secara keseluruhan KKM di SMA PIRI1 1 adalah 76. Penetapan KKM yang berbeda ini dikarenakan pertimbangan akan tingkat kesulitan setiap mata pelajaran berbeda. Jika dibuat dalam bentuk tabel, syarat penjurusan ke-empat sekolah tersebut dalam hal nilai akademis adalah: Tabel 1. Nilai akademis minimal tiap sekolah
Sekolah KKM Syarat penjurusan
SMAN 6
SMAN 9
SMA PIRI 1
SMA
Yogyakarta
Yogyakarta
Yogyakarta
IMMANUEL
75
76
76
70
min KKM
KKM+1
min KKM
min KKM
b) Minat siswa Saat penjurusan, minat siswa adalah yang pertama kali dilihat oleh sekolah. Sekolah melihat minat siswa terlebih dahulu untuk identifikasi siswa yang memiliki minat ke jurusan IPA dan yang memiliki minat ke jurusan IPS. Setelah dilakukan identifikasi minat siswa, nilai akademis siswa dievaluasi. Jika nilai akademis siswa yang minat ke IPA maupun yang minat ke IPS memenuhi syarat maka siswa akan masuk jurusan yang diminati. Akan tetapi, syarat mutlak yang ditetapkan oleh pemerintah dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
sekolah dalam menjuruskan siswa baik ke IPA maupun ke IPS adalah dengan melihat nilai siswa di mata pelajaran pokok jurusan yang berada diatas atau berada minimal KKM. Identifikasi minat yang dilakukan setiap sekolah berbeda, ada yang menggunakan angket dan ada yang menggunakan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian, SMA IMMANUEL Yogyakarta yang menggunakan wawancara untuk mengetahui minat siswa. Hal yang menjadi pertimbangan dari SMA IMMANUEL adalah agar guru dapat mengetahui minat dan rencana siswa lebih jelas. Jika dibuat dalam bentuk tabel, syarat penjurusan di ke-empat sekolah mengenai cara mengetahui minat adalah: Tabel 2. Cara mengetahui minat siswa dari setiap sekolah
Sekolah
SMAN 6
SMAN 9
SMA PIRI 1
SMA
Yogyakarta
Yogyakarta
Yogyakarta
IMMANUEL
Angket
Angket
Angket
Wawancara
Cara mengetahui minat
Proses pemberian angket dan penjaringan minat siswa di sekolah dilakukan oleh guru BK. Akan tetapi untuk SMA IMMANUEL, proses penjaringan minat dilakukan oleh hampir semua guru. Berdasarkan hasil penelitian, jika siswa minat masuk ke jurusan IPA namun nilai akademisnya kurang, siswa tersebut memiliki peluang untuk masuk ke jurusan IPA
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
dengan catatan kekurangan nilai tidak banyak. Hal ini kembali lagi pada guru yang mengampu meskipun tidak semua dapat membantu. c) Psikotes (Tes Psikologi) Hasil
psikotes
merupakan
menempatan siswa di suatu jurusan.
salah
satu
pertimbangan
dalam
Psikotes berfungsi untuk melihat
seberapa besar IQ siswa. Prosedur pemilihan jurusan yang digunakan oleh setiap sekolah, sebagaimana telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, dimulai dari penelusuran minat, identifikasi minat siswa digunakan sebagai acuan untuk mengelompokkan siswa. Sebut saja siswa itu berminat masuk jurusan IPA, maka setelah mengetahui minat siswa, kemudian melihat nilai siswa cukup atau tidak untuk masuk di jurusan IPA, setelah itu melihat hasil psikotesnya. Jika ketiga unsur tersebut terjadi kecocokan maka siswa tersebut dinyatakan lolos seleksi dan dapat masuk jurusan IPA. Selain untuk melihat IQ, psikotes berfungsi sebagai pertimbangan dalam menjuruskan siswa. Artinya, meskipun nilai siswa baik namun hasil psikotesnya kurang baik untuk jurusan yang diinginkan, maka siswa tersebut ada kemungkinan tidak dapat masuk jurusan yang diinginkan. Akan tetapi psikotes yang dipertimbangkan sekolah tidak berlaku bagi siswa yang mendapat nilai di bawah KKM pada jurusan tertentu yang diinginkan. Psikotes merupakan faktor dalam penjurusan yang dipertimbangkan sekolah dan menjadi hasil akhir dalam pengambilan keputusan. Di SMA Negeri, psikotes dilakukan dengan bekerjasama bersama Instansi terkait
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
agar memperoleh data yang lebih valid. Akan tetapi, untuk sekolah Swasta seperti halnya SMA IMMANUEL psikotes tidak dilkukan saat sekolah menjuruskan siswanya. Hal ini dikarenakan sekolah tersebut mempunyai siswa yang terhitung sedikit jadi guru lebih mengenal siswa. Meskipun di SMA IMMANUEL tidak melakukan Psikotes, namun psikotes tetap menjadi peraturan yang ditetapkan dalam penjurusan. Sedangkan untuk SMA PIRI 1, psikotes diuji oleh guru BK. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan seperti nilai akedemis, minat, dan tes psikologi merupakan cara penyeleksian sekolah dalam penjurusan dan berjalan secara beriringan. Pertimbangan yang dilakukan sekolah dalam penyeleksian yang cenderung ketat adalah untuk menghindari kegagalan siswa dikemudian hari karena jurusan yang kurang sesuai. Berikut ini adalah bagan penjurusan yang dilakukan oleh sekolah terkait minat dan KKM siswa : Bagan 1. Penjurusan Tentang Minat dan KKM siswa
IPA
Tidak < KKM Memenuhi IPS & IPA Tidak Memenuhi Tinggal Kelas
KKM IPS
Tidak Memenuhi
Memenuhi Dipertim bangkan ke IPS
KKM IPA
Memenuhi IPA
Minat
IPS
KKM IPS Memenuhi IPS
Tidak Memenuhi
KKM IPA
Memenuhi Dipertim bangkan ke IPA
Tidak Memenuhi
< KKM IPS & IPA
Tidak Memenuhi Tinggal Kelas
Dari bagan di atas terlihat bila siswa minat ke jurusan IPA sedangkan KKM di rapot adalah IPS, maka keputusan jurusan dipertimbangkan. Begitu pula siswa yang minat ke IPS namun KKM di rapot yang tertinggi adalah IPA, keputusan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
jurusan siswa bisa dipertimbangkan. Sedangkan bagi siswa yang nilai KKM kurang dari mata pelajaran pokok IPA dan IPS, maka siswa tersebut akan tinggal kelas. Hal ini seperti yang dikatakan oleh bu Dita yaitu “Parahnya kalau tidak memenuhi semuanya ya dia tinggal kelas, tapi hal ini jarang terjadi [jawaban dari pertanyaan ke 11 hal 7]”. Keputusan penjurusan bagi siswa yang menunjukkan minat dan KKM kurang sesuai dapat dipertimbangkan. Pertimbangan penjurusan dapat dipertimbangkan karena terdapat masa percobaan pindah jurusan selama kurang lebih satu bulan. Proses pindah jurusan ini dapat dilakukan dengan catatan nilai siswa untuk mata pelajaran pokok IPA dan IPS berada di atas KKM. Pindah jurusan juga dapat dilakukan jika siswa merasa bimbang untuk memilih suatu jurusan tertentu. Tabel 3. Penjurusan IPA di SMA
Minat
KKM yang
Kemungkinan
Memenuhi
Jurusan
Potensi Akademik
Jurusan
(psikotes)
IPA
IPA
IPA
IPA
IPA
IPA
IPS
IPA/IPS
IPA
IPA
IPA
IPA
IPS
IPA
IPS
IPA/IPS
IPS
IPS
IPS
IPS
IPS
IPS
IPS
IPS
IPA
IPA/IPS
IPS
Masa percobaan IPA Masa percobaan IPA
Masa Percobaan IPS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
IPS
IPS
IPS
IPA
IPS
IPA
IPA/IPS
IPA
35
Masa Percobaan IPS Masa Percobaan IPS
Tabel di atas terlihat bahwa selain minat dan nilai akademis, psikotes juga dipertimbangkan dalam penjurusan. Bagi siswa yang memiliki kecocokan jurusan dari minat, nilai KKM serta potensi akademis dapat langsung diputuskan lolos seleksi jurusan yang diinginkan, sedangkan bagi siswa yang kurang terjadi kecocokan antara minat, nilai KKM dan potensi akademis akan berada pada masa percobaan. Kasus lain bagi siswa yang minat jurusan IPA, namun nilai KKM dan potensi akademis berada di IPS maka siswa tersebut secara otomatis akan masuk jurusan IPS. Selain pedoman penjurusan yang dikeluarkan oleh Peraturan Pemerintah (PP), guru juga mempunyai pemikiran lain dalam memberi pertimbangan menjuruskan siswa. Misalnya pemikiran yang dimiliki oleh guru BK SMA PIRI1 yaitu pak Tarda yang berpikir siswa aktif berorganisasi cocok untuk masuk jurusan IPA, hal ini terlihat dalam percakapan sebagai berikut : Peneliti
: “Menurut bapak sendiri, aktivitas siswa yang nunjukin dia cocok di IPA seperti apa ?”
Pak Tarda
:“Kalau yang cocok IPA itu saya pikir gimana, karena saya ini mengagungkan osis karena ini kuat. Jadi sepintas kalau mereka tidak terfokus pada sekolah saja tapi mau berorganisasi itu IPA yang baik menurut saya” [Pertanyaan dan Jawaban wawancara no 13 dengan pak Tarda hal 7-8]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
Pak Tarda berpendapat demikian karena menurut beliau siswa yang cocok di jurusan IPA adalah yang mempunyai motivasi tinggi serta selalu berusaha menjadi lebih baik dan itu ditunjukan dengan kegiatan siswa di OSIS. Hasil percakapan dengan bu Esti selaku guru fisika SMAN 6 Yogyakarta yang mengatakan bahwa yang menjadi eksekutor utama dalam penjurusan adalah nilai akademis siswa. Peneliti :“Selain nilai akademik, apakah ibu punya pedoman lain dalam menjuruskan siswa ke IPA? Bu Esti:“Untuk penjurusan, pyur 100% saya berasal dari nilai akademik. Tidak ada nilai sikap, tidak ada nilai lain, jadi betul-betul nilai akademik mereka” Peneliti : “Bagaimana dengan proses belajar mereka?” Bu Esti : “Susahnya ada anak yang benar-benar belajar tapi hasilnya tetap dibawah standar dan itu tidak bisa. Karena kemampuannya hanya disitu. Bahkan ada anak yang pelajaran IPA sambil lalu tapi ketika dia dikasih pertanyaan, ketika diberikan soal bisa. Berarti kemampuan dasar anaknya itu ada di IPA. jadi nilai yang ibu gali ya kemampuan dasarnya itu”. [Pertanyaan dan jawaban wawancara dengan bu Esti ke 7 dan 8 di halaman 4]
Pendapat yang dikemukakan Bu Esti berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh pak Bambang selaku guru fisika di SMAN 9 Yogyakarta, beliau berpendapat bahwa nilai siswa tidaklah menjadi syarat mutlak dalam penjurusan, melainkan ada pertimbangan khususnya untuk motivasi siswa. Peneliti
: Kalau menurut bapak antara minat dan nilai mana yang lebih penting dalam penjurusan?”
Pak Bambang
:“Sebenarnya kalau dari guru-guru ya nilainya, ya sebenarnya dua-duanya saling mengisilah”
Peneliti
: “kalau menurut bapak sendiri?”
Pak Bambang
: “Kalau menurut saya motivasi”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Peneliti
:“Kenapa menurut bapak itu penting?”
Pak Bambang
:“Karena saya sendiri termasuk termotivasi disitu. Jadi nilai saya saat disemester 1 dulu tidak bagus tapi ada motivasi dari kakak bahwa kalau masuk jurusan IPA bisa gini-gini akhirnya saya kejar dan masuk jurusan IPA. Saya membayangkan bahwa saya bisa, jadi jika ada motivasi ya bisa karena punya target. Dan itu seterusnya untuk jurusan. Jadi tak pindah haluan. Waktu SMA fisika saya 5, untungnya penjurusan dikelas 2. Jadi saya naik kan bisa masuk jurusan IPA, jadi saya berpandangan bahwa jika ada motivasi bisa”
37
[Hasil wawancara dengan Pak Bambang Widodo pada pertanyaan dan jawaban ke 6 hal 3-4]
Kedua pendapat tersebut meskipun berlainan namun mereka mempunyai alasan yang cukup kuat tentang pemikiran pribadi dalam menjuruskan siswa. Jika dilihat kembali, baik pendapat bu Esti maupun pak Bambang sama-sama relevan. Mereka mempunyai pendapat yang beralasan cukup kuat. Pendapat pak Bambang yang mengatakan motivasi juga diperhitungkan di dukung oleh pak Gampang selaku guru fisika dari SMA PIRI 1 Peneliti
:“Untuk SMA PIRI 1, minat dan nilai mana yang lebih penting?”
Pak Gampang
:”Yang minatnya, karena nilai itu nanti dapat kita maaf bukan rekayasa jadi karena minat lebih dominan dari pada nilai. Karena bisa jadi saat ulangan kondisi anak kita nggak tau, kemudian kondisi keluarganya saat kita mengadakan ulangan seperti apa. Maka minat lebih dominan dari pada nilai kognitifnya”. [Pertanyaan dan jawaban wawancara ke 5 dengan pak Gampang di hal 2]
Penjurusan di SMA jika dilihat secara sepintas memang terlihat sederhana, namun jika dilihat secara lebih mendalam, penjurusan merupakan hal yang berat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
kerena secara tidak langsung penjurusan adalah satu langkah awal untuk menentukan masa depan siswa. Aspek utama yang ditentukan dalam penjurusan khususnya oleh sekolah dan guru merupakan cara untuk menyeleksi siswa yang cocok di jurusan tertentu. Dalam penjurusan, guru mata pelajaran berperan penting, karena guru mata pelajaran selalu membimbing dan lebih mengerti kemampuan siswa. Jika dilihat dalam bentuk tabel, maka aspek utama yang dipertimbangkan dalam penjurusan dari keempat sekolah tersebut yaitu : Tabel 4. Aspek utama dalam penjurusan di sekolah
Sekolah Aspek utama yang dilihat dalam penjurusan
SMA
SMA
PIRI 1
IMMANUEL
Nilai
Minat dan
Minat dan
akademis
Akademis
motivasi
Motivasi
Tidak
Ya
Ya
Ya
SMAN 6
SMAN 9
Nilai
Adanya toleransi nilai dari guru mata pelajaran
Dalam penjurusan, hal utama yang harus dilakukan guru adalah mengenal siswa dengan baik. Sederhana saja, guru maupun sekolah tidak dapat serta merta menempatkan siswa pada suatu jurusan tertentu jika belum mengetahui secara pasti kemampuan siswa, hal ini perlu dihindari agar siswa tidak berada dijurusan yang kurang sesuai dengan kemampuannya. Selain itu jika dilihat secara lebih detail, dalam penjurusan hal yang paling utama dipertimbangkan oleh sekolah secara keseluruhan adalah minat dari siswa itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
sendiri, sedangkan nilai akademis akan mengikuti minat. Hal ini terlihat dari syarat penjurusan adalah nilai siswa yang berada diatas KKM. Dimana nilai berada diatas KKM juga merupakan syarat utama agar siswa bisa naik kelas. SMAN 6 Yogyakarta mempunyai cara lain dalam menempatkan siswa di suatu jurusan, yaitu dengan mengambil nilai rata-rata dari siswa. Bagi siswa yang nilainya berada di bawah rata-rata, maka akan berada di jurusan IPS sedangkan bagi siswa yang nilainya berada diatas rata-rata akan berada di jurusan IPA, hal ini dapat dilakukan dengan melihat minat dari siswa. 4. Peran Guru Fisika dalam Penjurusan Proses penjurusan melibatkan guru bidang IPA. Dalam hal ini, guru fisika mengambil peran yang besar dalam penjurusan. Guru fisika berperan dalam mengevaluasi ketuntasan nilai akademis siswa dan bertanggung jawab terhadap nilai siswa dalam ketuntasan belajar. Selain itu, peran guru fisika dalam penjurusan yang utama adalah untuk memotivasi dan menambah minat belajar siswa terutama bagi siswa yang nilai akademisnya kurang baik. Setiap guru mempunyai cara yang berbeda dalam memotivasi siswa. Bu Esti selaku guru fisika dari SMAN 6 Yogyakarta mempunyai cara sendiri dalam memotivasi siswa yaitu dengan mencontohkan dirinya sendiri. Seperti jawaban beliau saat wawancara berlangsung. Peneliti: “Apakah ibu mempunyai dukungan untuk anak yang kurang mempunyai nilai akademis yang baik, bentuk dukungannya seperti apa?”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
Bu Esti: “Ya bentuk dukungan saya mengatakan bahwa semua itu bisa dipelajari. Saya mendukung anak itu dengan saya apa mencontohkan diri saya sendiri. Bahwa saya pernah tidak naik kelas, saya pernah mempunyai nilai matematika dan IPA tidak terlalu bagus. Tapi ada suatu hal yang memotivasi saya bangkit, ya itu yang saya gunakan untuk mengejar ketertinggalan dan ternyata bisa. Artinya semua bisa dipelajari, tidak ada yang tidak mungkin. Saya selalu mengingatkan anak seperti itu. Jika kita punya niat, kita punya semangat, kelemahan itu bisa ditutupi bahkan bisa melampaui mereka yang bakatnya lebih baik. Terutama yang memiliki potensi lebih, namun belum dikembangkan. Saya selalu bilang seperti itu kepada anak-anak.” [Pertanyaan dan jawaban ke 9 wawancara dengan bu Esti halaman 5]
Selain bu Esti, pendapat yang lain juga di ungkapkan oleh bu Christina dari SMA Immanuel yaitu : Peneliti
: “Bagaimana cara ibu menumbuhkan minat siswa untuk belajar fisika?”
Bu Christina
: “waktu saya ngajar kelas X ya, kan ini penjurusan kan. Saya hubungkan materi saya dengan kehidupan sehari-hari, jadi misalnya tentang pengukuran, listrik kan ada juga itu sedikit, kemudian saya mengajak mereka menghitung apa, arus listrik sehari-hari dengan setrum, yang kedua ya hanya sedikit ya tidak mendalam kan kemudian ada asas black terus cara apa yaa memakai itu dalam kehidupan sehari-hari. Hanya kalau saya contoh kan misalnya bagaimana kalau mau minum dan panas bisa dicampur gitu tuh, tapi ya mereka cuma sekedar tau. Dan saya harap mereka tidak merasa ketakutan dengan fisika” [Pertanyaan dan Jawaban ke 3 wawancara dengan Bu Christina hal 1]
Jadi, dalam penjurusan peran utama guru fisika adalah sebagai penanggung jawab dalam ketuntasan nilai siswa. Selain itu sebagai seorang pengajar, guru fisika juga berjasa dalam meningkatkan minat dan motivasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
siswa. Tidak hanya itu, sebagai seorang pengajar guru fisika juga berperan untuk memberi arahan kepada siswa sebelum penjurusan dilakukan. 5. Peran Bimbingan Karir Bimbingan karir dalam proses penjurusan di SMA menjadi sesuatu yang dibutuhkan. Dengan adanya bimbingan karir, siswa diharapkakan lebih mempersiapkan diri untuk rencana masa depannya. Penyuluhan bimbingan karir di SMA merupakan tugas dari guru BK, namun guru mata pelajaran juga berperan dalam memberi bimbingan karir selama PBM berlangsung. Guru BK di sekolah yang menjadi subyek penelitian, ada yang mendapat jadwal masuk ke dalam kelas dan ada juga yang tidak mendapat jadwal. Meskipun tidak mendapat jadwal masuk kelas, guru BK tetap memberikan penyuluhan bimbingan karir bagi siswa yang akan dijuruskan di sela-sela jam pelajaran kosong meskipun tidak sedetail kelas XII (dua belas). Hal ini diungkapkan oleh ibu Nurhandayani selaku guru BK di SMAN 9 Yogyakarta. Peneliti
:”Apakah Ibu memberikan bimbingan karir saat masuk kelas?”
Ibu Nurhandayani
:”Tentu saja, tapi tidak sedetail kelas 12. Karena heemmmm kelas 12 sudah siap untuk itu dan lebih ke arah praktek langsung. Jadi hmmmm untuk kelas X kami hanya bisa memberi wawasan jurusanjurusan yang bisa dimasuki oleh anak-anak IPA maupun anak-anak IPS. Ya seperti itu” [Pertanyaan dan Jawaban ke 8 wawancara dengan Bu Nurhandayani hal 6-7]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
Guru mata pelajaran juga memberikan penyuluhan tentang karir, seperti yang dikatakan Ibu Anna dan Pak Yakobus dari SMA IMMANUEL. Peneliti
:”Ibu Anna kan juga mengajar di kelas, apakah ibu itu kalau mengajar fokus pada pelajaran atau ibu masih mempertimbangkan karir mereka? Jadi sejenis bimbingan karir gitu, kalau masuk IPA nanti bekerja sebagai apa?”.
Pak Yakobus : Sudah menyatu Ibu Anna
: Sudah menyatu jadi di sini walaupun bukan wali itu lho, saya kan ngajar biologi nah saya ngomong ke anak. Besok kalau kamu bisa biologi keuntungannya nanti akan seperti ini, masuk IPA keuntungannya akan seperti ini. Untuk IPS juga karena saya tidak hanya di IPA, di IPS juga seperti itu. [Pertanyaan dan Jawaban ke 11 wawancara dengan Bu Anna dan Pak Yakobus hal 17]
Bimbingan karir ini bertujuan agar siswa tidak salah dalam mengambil langkah. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Pak Bambang Widodo selaku guru IPA dari SMAN 9 Yogyakarta. Peneliti
:”Apakah selama mengajar, bapak memberi gambaran tentang karir di suatu penjurusan? Misalnya kamu kalau masuk IPA nanti bisa ambil jurusan ini, kerja seperti ini. Apa bapak memberikan bimbingan yang demikian?”
Pak Bambang
:”Ya jelas, bahkan dari awal anak-anak sudah diberi gambaran. Jika ambil jurusan ini bisa kerja di sini , apakah bagus mengambil D3 atau S1. Apakah bagus mengambil jurusan IPA atau IPS. Bisa masuk universitas dimanamana swasta pun bisa. Dan punya karir, jadi tidak harus di negeri semua. Kalau tidak diterima kayaknya sudah dunia runtuh”. [Pertanyaan dan jawaban wawancara ke 13 dengan Pak Bambang hal 5]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
6. Penyelesaian Masalah dalam Penjurusan Pada proses penjurusan, ada beberapa masalah yang terjadi. Masalah dalam penjurusan bisa digolongkan menjadi masalah yang berasal dari lingkungan sekolah dan masalah yang berasal dari non lingkungan sekolah. a. Masalah dari lingkungan sekolah Masalah dalam sekolah yang terjadi yaitu masalah yang berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan dalam menjuruskan siswa ke salah satu jurusan. Masalah penjurusan dialami oleh guru mata pelajaran yang mengampu di kelas X dan guru BK. Kesulitan yang dialami guru mata pelajaran dalam penjurusan yang utama adalah saat menentukan jurusan bagi siswa. Terkadang hal ini menjadi dilema para guru karena jika salah menjuruskan, maka akan berpengaruh pada masa depan siswa. Di SMAN 9 Yogyakarta, terdapat peraturan khusus mengenai formasi jumlah siswa dalam setiap kelas dan setiap jurusan. Jumlah siswa maksimal dalam satu kelas adalah 32, untuk jurusan IPS jumlah siswa maksimal adalah 64 siswa yang terdiri dari dua kelas, jika jumlah siswa dalam jurusan melebihi formasi yang ditentukan maka akan ada pergeseran jurusan. Seperti yang dikemukakan Bapak Bambang Istianto selaku Wakasek Kurikulum Peneliti Pak Bambang Is
:“Di SMAN 9, peraturan khusus dari sekolah tentang penjurusan itu apa pak? Selain KKM?” :“Kalau kita hanya yang jelas yaaaaa formasi, misalnya nanti anak semua milih IPA tapi satu kelas ternyata kok melebihi kuota. Kan atu kelas minimal 32, eh maksimal 32, tapi kok ini 33 ya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
tidak bisa. Mau tidak mau harus ada yang ke IPS. IPS ada 2 kelas ya kita, tapi kok melebihi 64 lebih, ya tidak bisa jadi harus ada yang dikurangi dipindahkan ke IPA. Ya lihat nilainya, liat psikologinya, dan liat rekomendasi juga dari BK meskipun hal ini belum pernah terjadi”. [Hasil wawancara dengan Pak Bambang Istianto, pertanyaan dan jawaban ke 5 hal 2]
Pernyataan yang dikemukakan oleh pak Bambang Istianto selaku Wakasek kurikulum menegaskan bahwa jika kuota untuk kelas IPA maupun IPS melebihi, maka akan ada siswa yang secara terpaksa berada pada jurusan yang lainnya. Sedangkan permasalahan yang dialami guru BK bersumber dari siswa yaitu saat siswa merasa bimbang dan meminta bimbingan dari guru BK. Hal ini diungkapkan ibu Dita selaku guru BK di SMAN 6 Yogyakarta dalam percakapan berikut ; Bu Dita
:“Guru memberi perhatian dan anak juga berusaha. Saat sudah tidak bisa, mungkin IPS yang terbaik. Jika masuk IPA bisa jadi kurang terbaik kurang maksimal hasilnya, ya mungkin jika masuk IPS lebih optimal kan bisa akan lebih baik. Prinsipnya memotivasi dan komunikasi dengan orang tua. Karena kadang-kadang ada anak yang mantep di IPS tapi orang tua banyak yang protes, ini sering terjadi saat kenaikan kelas.” [Hasil wawancara dengan Bu Dita, pertanyaan ke 5 hal 3]
Menurut bu Dita, jika siswa terlalu memaksakan kehendaknya, beliau hanya bisa memberi nasehat bahwa jurusan yang dikehendaki siswa tersebut mungkin bukan yang terbaik. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memotivasi siswa agar tetap semangat meskipun tidak berada di jurusan yang dikehendakinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
45
Masalah dari luar lingkungan sekolah Masalah penjurusan yang termasuk masalah luar sekolah adalah yang bersumber dari orang tua siswa. Dalam penjurusan, sering ditemui kasus orang tua dan siswa yang memiliki kehendak yang berbeda dengan siswa. Perbedaan kehendak yang seperti ini banyak terjadi karena kurang komunikasi yang baik antara orang tua dan siswa, atau karena orang tua yang terlalu memaksakan kehendaknya. Meskipun ini masalah penjurusan yang berasal dari luar sekolah, dewan guru tetap membantu dalam menyelesaikan masalah. Seperti yang dikatakan ibu Dita selaku guru BK dari SMAN 6 Yogyakarta yaitu: Peneliti
:“Adakah orang tua protes ke sekolah tentang penjurusan siswa yang kurang sesuai harapan? Bagaimana prosesnya bu?”
Bu Dita
:“Banyak, dan itu level 1 bertemu wali kelas, kurang puas ketemu guru bk kurang puas, lari ke kurikulum untuk masalah prestasi, rapot dan sampai ke sekolah hingga pada akhirnya dikembalikan lagi ke wali kelas yang tiap hari bertemu dan memantau siswa bisa tau tidak. Biar bagaimanapun guru karena guru yang memantau siswa dan juga yang mengetahui bagaimana kondisi siswa” [Pertanyaan dan jawaban ke 6 dari hasil wawancara dengan Bu Dita di halaman 3]
Untuk permasalahan dalam penjurusan yang berkaitan dengan orang tua, solusi yang dilakukan adalah mempertemukan mereka dan guru akan menjembatani komunikasi antara siswa dan orang tua. Hal ini disampaikan oleh ibu Esti selaku guru SMAN 6 Yogyakarta dalam petikan wawancara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Bu Esti
46
: “Kalau menurut saya yang sangat berperan di sini mengenai penjurusan, menurut saya penjurusan berkaitan dengan nasib anak ke depannya, jadi saya sangat hati-hati saat menjuruskan anak ini kemana. Yang utama dan yang paling utama adalah ya orang tua dan anak itu sendiri, jadi harus ada komunikasi dua arah antara mereka. Kadang keinginan orang tua berbeda dengan keinginan anak, kadang orang tua memaksakan anak ini harus mengambil jurusan apa, karena jurusan ipa yang dipandang lebih baik sedangkan anaknya mampu di ips. Kita harus menjembatani komunikasi dua arah ini.” [Pertanyaan dan Jawaban ke 1 wawancara dengan Bu Esti hal 1]
Cara yang bu Esti lakukan untuk menjembatani komunikasi dua arah antara siswa dan orang tua adalah dengan mempertemukan guru dan orang tua siswa. Pendapat bu Esti juga didukung oleh ibu Syamsiyah selaku Wakasek kurikulum di SMA PIRI 1 sekaligus sebagai guru Biologi. Baik pendapat dari bu Esti maupun bu Syamsiyah didasarkan atas ketidakingingan mereka dalam memaksakan kehendak siswa. Peneliti
:“Bagaimana dengan orang tua yang ingin siswa masuk IPA tapi siswa itu di IPS, mana yang lebih akan dikabulkan? Sedangkan nilai akademik mereka sama-sama baik?”
Bu Syamsiyah
:“Untuk itu solusinya kita panggil dulu duaduanya, orang tua dan anak. Kan yang mau sekolah anaknya”. [Pertanyaan dan jawaban ke 3 dengan bu Syamsiyah hal 2]
Fungsi guru dalam penyelesaian masalah penjurusan sebagai penjembatan antara orang tua dan siswa adalah untuk meyakinkan orang tua bahwa keputusan yang dipilih anak untuk berada pada jurusan yang berlainan dengan keinginan orang tua bisa didiskusikan secara baik-baik, namun bagi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
orang tua yang datang ke sekolah untuk memindahkan anaknya di jurusan karena tidak lolos seleksi tidak akan dikabulkan oleh sekolah. Yang menjadi pertimbangan sekolah untuk hal ini adalah kemampuan dari siswa. Untuk SMA IMMANUEL, dalam penjurusan orang tua sepenuhnya mempercayakan anak mereka kepada sekolah. Orang tua beranggapan guru sudah mempertimbangkan apa yang terbaik untuk anak mereka. Adanya jurusan IPA di SMA IMMANUEL meskipun jumlah siswa tidak memadai, bisa dilihat karena di sekolah tersebut mempunyai guru IPA dan jika terpaksa sekolah tidak membuka jurusan IPA karena jumlah siswa yang tidak memadai maka akan merugikan sekolah itu sendiri. Meskipun untuk pembukaan dua jurusan dengan siswa yang sedikit membutuhkan biaya administrasi yang cukup besar, sekolah tetap membuka dua jurusan dengan pertimbangan bisa jadi di tahun-tahun berikutnya akan ada siswa yang minat dan mampu di jurusan IPA.
C. Implikasi Penelitian ini bertujuan untuk melihat cara beberapa sekolah dalam menjuruskan siswa. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kriteria penjurusan yang cenderung sama yaitu dengan mempertimbangkan minat, nilai akademis dan psikotes. Identifikasi minat siswa dilakukan dengan menyebar angket atau melalui wawancara. Penetapan standar kelulusan di setiap sekolah berbeda, hal ini berdasarkan pada input siswa, dan akreditasi. Sedangkan untuk psikotes tidak semua sekolah mengetesnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
Setelah penjurusan, khususnya untuk jurusan IPA guru tidak mengecek kembali secara signifikan hal-hal yang semula menjadi syarat dalam penjurusan. IPA identik dengan kerja ilmiah dan keterampilan proses, dalam hal ini guru berasumsi bahwa siswa yang telah masuk ke jurusan IPA mempunyai keterampilan proses yang baik tanpa harus mengeceknya. Sebagai contoh, terdapat suatu instrumen yang mampu mengecek kualitas keterampilan proses sains siswa, yaitu dari Journal of Research in Science Teaching (1985) yang berjudul Development of an Integrated Process Skills Test:TIPS II. Sedangkan untuk nilai akademik dan minat siswa, guru dapat melihatnya saat proses belajar mengajar berlangsung. Dalam hal penjurusan khusunya bagi guru fisika yang harus diperhatikan adalah guru harus benar-benar mampu mengidentifikasi kemampuan siswa. Guru harus mampu menempatkan siswa pada jurusan yang sesuai dengan kemampuan siswa, agar siswa tidak merasa kesulitan saat masuk pada jurusan tertentu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian mengenai proses seleksi penjurusan bertujuan untuk melihat pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan sekolah dalam menyeleksi siswa yang cocok untuk masuk jurusan tertentu. Pertimbangan penjurusan yang dilakukan setiap sekolah dari hasil penelitian mempunyi persamaan, yaitu dengan mengacu pada peraturan penjurusan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara keseluruhan, untuk penjurusan para guru lebih menyarankan dilakukan setelah siswa mengalami PBM dalam jangka waktu tertentu agar tidak terjadi salah penafsiran. Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan: 1. Pedoman penjurusan yang digunakan sekolah sama yaitu dengan melihat nilai akademis siswa, minat dan hasil tes psikologi siswa. 2. Peran guru fisika dalam penjurusan yaitu bertanggung jawab terhadap ketuntasan nilai siswa dan berperan untuk mempertimbangkan cocok tidaknya siswa untuk masuk jurusan IPA. 3. Penyelesaian masalah yang timbul akibat penjurusan yang kurang sesuai yaitu dengan melakukan musyawarah antara guru, siswa dan orang tua, atau jika KKM siswa memenuhi maka siswa akan berada pada masa percobaan jurusan.
49
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran, yaitu: 1.
Dalam penjurusan, baik jika para guru dapat mengenal kemampuan siswa terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan.
2.
Bagi orang tua, baik jika sebelum penjurusan dilaksanakan untuk terlebih dahulu berkomunikasi dengan anak agar tidak timbul pemaksaan kehendak dari pihak manapun.
3.
Bagi siswa, baik jika mempersiapkan diri sejak awal jika ingin masuk jurusan yang diinginkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Afifuddin, H. 2011. Perencanaan Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia A.Gani, Ruslan. 1986. Bimbingan Penurusan. Angkasa : Bandung Dimyati. Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Emzir. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta:Rajawali Press Hidayat, Manrihu,
Sholeh.2013.Pengembangan Rosdakarya Bandung
Kurikulum
Mohamad Thayeb.1988.Pengantar Karir.Jakarta:Dinas Pendidikan
Baru.
Bimbingan
Serang: dan
Remaja Konseling
Pidarta, Made. 2014. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta Prastowo,Andi. 2010. Memahami Metode-metode Penelitian. Jogjakarta:AR-Ruz Media Rasyidin, H Waini. 2014. Pendagogik Teoritis dan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Rosdiani, Yuli. 2013. Upaya meningkatkan Minat Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Keterampilan Proses. Diunduh pada 25 Mei 2015 pukul 19:42 di http://repository.upi.edu/8380/6/s_pgsd_1008588_chapter_v.pdf Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Landasan Psikologis Proses Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya Bandung Suparno,Paul.2010.Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Jogjakarta:Universitas Sanata Dharma Sutiksna, Agus. 1988.Bimbingan Karier dengan Lembaran Kegiatan Siswa (LKS).Jakarta:Intan Pariwara Tatang S. 2012. Ilmu Pendidikan Bandung : Pustaka Setia Wisudawati,Asih Widi dan Sulistyowati, Eka. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA.Jakarta : Bumi Aksara
51
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SURAT IJIN PENELITIAN A. SMAN 6 DAN SMAN 9 YOGYAKARTA
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. SMA PIRI1 1 YOGYAKARTA
55
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. SMA IMMANUEL KALASAN
p
56
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI SURAT SELESAI PENELITIAN A. SMAN 6 YOGYAKARTA
57
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI B. SMAN 9 YOGYAKARTA
58
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI C. SMA PIRI 1 YOGYAKARTA
59
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI D. SMA IMMANUEL YOGYAKARTA
60
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI CONTOH PEDOMAN PENJURUSAN DI SMA IMMANUEL
61
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
PEDOMAN WAWANCARA A. Wawancara dengan Guru BK a. Pedoman guru BK dalam penjurusan siswa baik penjurusan ke IPA maupun ke IPS b. Permasalahan dalam penjurusan di BK c. Keyakinan guru BK siswa yang masuk jurusan IPA beserta alasannya d. Kemampuan khusus siswa yang dipertimbangkan guru BK dalam penjurusan e. Penjurusan yang dipakai guru BK dalam penjurusan siswa ke IPA maupun ke IPS f. Peran guru BK dalam bimbingan karir siswa g. Pertimbangan penjurusan lain
B. Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran IPA (Fisika) a. Peran guru IPA dalam penjurusan siswa ke jurusan IPA maupun ke jurusan IPS b. Kondisi awal siswa yang diperoleh guru IPA sebelum menjuruskan siswa ke IPA c. Pedoman khusus yang digunakan guru IPA saat menjuruskan siswa ke IPA d. Aktivitas dan sikap siswa yang cocok masuk ke jurusan IPA e. Keyakinan guru IPA (fisika) pada siswa setelah menjuruskan siswa ke IPA f. Masalah yang dihadapi saat penjurusan siswa
C. Wawancara dengan Wakasek Kurikulum 1) Peran Wakasek kurikulum dalam penjurusan siswa ke jurusan IPA dan jurusan IPS 2) Tanggapan sekolah tentang ketentuan yang mengatur tentang penjurusan siswa 3) Ketentuan khusus yang ditetapkan sekolah untuk mengatur penjurusan siswa 4) Faktor-faktor dan kriteria khusus yang dipertimbangkan sekolah dalam penjurusan siswa 5) Permasalahan yang terjadi dalam penjurusan 6) Kemampuan siswa yang lain yang menjadi pertimbangan dalam penjurusan 7) Peraturan sekolah mengenai penjurusan yang bekerjasama dengan peraturan sekolah yang lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
CONTOH HASIL WAWANCARA A. Wawancara dengan pak Bambang Widodo guru IPA (FISIKA)
di SMAN 9
Yogyakarta Wawancara pada Rabu, 1 April 2015 pukul 12.10-12.30 bertempat di ruang tamu SMAN 9 Yogyakarta 1. Seberapa besar peran bapak selaku guru fisika dalam penjurusan IPA di SMA 9? Sebenarnya kontribusi itu memang sangat saat mengajar di kelas X, ya di nilai. Nilai untuk penjurusan kan batas minimal untuk IPA itu KKM + 1, mata pelajaran yang lain juga rata-ratanya KKM+1. Jadi kalau kkm 75, ya kalau mau IPA 76 nah 77 baru masuk kriteria pilihan jurusan. Itu sesuai di IPA maupun di IPS, kalau tidak masukedua-duanya ya dijuruskan ke IPS. Jadi memang tidak ada pilihan bahasa. Jadi dijuruskan ke IPS. Walaupun sebenarnya itu di IPS tidak masuk, di IPA juga tidak masuk karena tidak masuk KKM +1. Jadi peran utama bapak dalam penjurusan di SMA 9 ini terhadap nilai? Iya penilaian, kalau mau ke IPA ya masuk IPA asalkan nilainya mencukupi. 2. Kalau dari bapak sendiri apakah bapak punya pedoman khusus untuk menjuruskan siswa ke IPA
selain melihat nilai IPA misalkan minat dalam
menjuruskan siswa? Sebenarnya pada motivasi, sebenarnya saya masih menghargai motivasi anak untuk menjadi IPA atau IPS. Motivasi? Iya motivasi, karena kita tidak tau nasib anak itu seperti apa, jadi kita mengakomodir jika ada niat, niatan pengen. Keinginan itu kan juga satu point tersendiri kalau nilai kan bisa jadi nomor 2. Jika ada semangat, bahkan mungkin nanti dijurusannya itu tertarik nantipun kalau dia ada progress positif tetap semangat tetap optimis ya bisa itu. Karena kan jurusan itu tidak signifikan dengan pendidikan di perguruan tinggi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Misalnya dari IPA ambil jurusan IPA, yang jelas dari IPA ada nilai positifnya yaitu serendah apapun jurusan IPA nilainya masih berani mengambil jurusan IPS. Sedangkan juara di IPS kok kayaknya nggak berani mengambil jurusan di IPA. itu bukan berarti loh kok tidak konsisten dengan jurusan itu tidak, karena belajar itu kan melatih otak untuk belajar lebih cerdas. Kalau dia berpikiran saya belajar IPA dan saya terlatih lebih cerdas, kemudian saya belajar IPS supaya saya cepat lulus kemudian komptensi kerjanya saya bagus dan saya dapat nilai bagus, kenapa tidak? Jadi Ya saya masih bisa menghargai itu, lho kenapa kamu mengambil jurusan IPA kalau diperguruan tingginya IPS? Itu tidak masalah. Karena kita tidak tau nasib siswa gimana, ya boleh-boleh aja, tetap kita hargai. Kita tidak boleh lha kui jenenge ngakali, tidak seperti itu. 3. Jadi apakah di SMA 9 untuk masuk IPA jika ada salah satu nilai pokok yang kurang masih bisa dibantu? Misalnya nilai biologinya kurang gitu pak? Menurut bapak? Kalau menurut saya jika ada permintaan atau keinginan dan nilainya tidak terlalu jelek ya saya masih bisa membantu dengan syarat nilai tidak terlalu jelek gitu ya pak? oh iya, tidak jika nilai sudah rendah mau memaksakan ya juga susah. 4. Cara bapak mengetahui motivasi siswa darimana? Ya dari sikap bisa, profilnya, kita kan sering tanya pengennya keperguruan tinggi apa itukan minat bawaan. Kemudian tadi pas pembelajaran, kan kadang ada anak aktif itu tidak seiring dengan nilainya bagus juga ada. Siswa belum ketemu cara belajar yang bener. Istilahnya kan ingin menjadi lebih pinter atau lebih cerdas karena apa. Lebih pinter atau lebih cerdas itukan juga karena cara belajarnya lebih bener. Kalau di SMA itu kebanyakan mau belajar saat mau ujian. Kalau belajarnya hanya pada saat-saat tertentu tidak tampak, sehingga tidak tampak kenaikan. Ada hubungan yang signifikan antara di SMA pinter kuliahnya juga pinter itu tidak, bisa-bisa di SMAnya itu biasa saja ya nggak karu-karuan tapi saat kuliah pintar sekali dan itu banyak. Tapi hemmmmmm sudah keumuman kalau SMAnya pintar, perguruan tingginya juga pintar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
5. Bapak kan sebagai guru IPA kelas X. Apakah bapak mendapat kondisi awal siswa sebelum penjurusan? Misalnya melihat kepandaian siswa atau gimana? Kemampuan awal, itu juga tidak signifikan. Nilai ipanya sudah diatas 9 tapi untuk pelajaran fisika juga tidak berjalan sempurna. Saya tidak tau, apakah pembimbing pandai sehingga mengangkat nilai nem supaya tinggi atau bagaimana. Karena awal itu kan masuk kurikulum 2013 dengan penjurusan yaitu dengan nem, kemudian peminatan hmmmmm dan itu kejurusan IPA juga ada yang opini. Jadi memang tidak signifikan kalau nem baik di SMP kemudian masuk IPA juga tidak bisa. Masih banyak juga yang nilainya kurang. Saya mengajar ehmmmm juga rata-ratanya masih banyak yang belum . 6. Kalau menurut bapak anatar minat dan nilai mana yang lebih penting terutama dalam hal penjurusan? Sebenarnya kalau dari guru-guru ya nilainya, ya sebenarnya dua-duanya saling mengisilah kalau menurut bapak sendiri? Kalau menurut saya motivasi. Kenapa menurut bapak itu penting? Karena saya sendiri termasuk termotivasi disitu. Jadi nilai saya saat disemester 1 dulu tidak bagus tapi ada motivasi dari kakak bahwa kalau masuk jurusan IPA bisa ginigini akhirnya saya kejar dan masuk jurusan IPA. Saya membayangkan bahwa saya bisa, jadi jika ada motivasi ya bisa karena punya target ya. Dan itu seterusnya untuk jurusan. Jadi tak pindah haluan. Waktu SMA fisika saya 5 heheheehe, untungnya penjurusan dikelas 2. Jadi saya naik kan bisa masuk jurusan IPA, jadi saya ber ber berpandangan bahwa jika ada motivasi bisa. Walaupun kadang-kadang kalau nilainya tidak masuk ya sudah. 7. Nilai untuk modal utama masuk IPA apa pak? Apakah ada salah satu nilai yang diunggulkan? Misalnya nilai matematika lebih bagus gitu pak? Atau cukup kkm +1? Matematikanya bagus, kok tidak kkm +1 tapi nilai matematinya mendukung. Kalau sudah ya tidak apa. Walaupun sebenarnya tidak signifikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
Apakah matematika itu syarat muthlak? Oh tidak, itu ya cuma untuk membantu dan sebagai referensi. 8. Adakah kasus siswa masuk IPA nilai hitungan bagus dan teori kurang? Ya kaya matematikanaya bagus tapi biologinya kurang? Ada, asal masuk KKM +1 ya ada. Jadi kkm 76 dan nilainya 78 kan bisa meskipun yang lain lebih diatas. Di atas kkm lho ya kan masuk. Ini yang paling rendah ada asalkan semua masuk kkm. Tuntas semua dan syaratnya harus lebih. Walaupun dia sudah kkm namun ada yang pas kkm gitu. 9. Apakah bapak punya gamabaran khusus siswa yang masuk jurusan IPA menunjukan sikap/aktivitas seperti apa? Siswa yang cocok ke IPA seperti apa? Ya, bertanya bisa melihat sikap bisa ada ya. Ada yang introven tapi fisikanya bagus, ada yang rajin, ada yang pendiam, ada yang sering tanya, ada yang tidak bertanya tapi bisa. Sikap itu relatif ya tapi yang utama di nilai. 10. Apakah bapak punya keyakinan setelah dijuruskan nilai siswa lebih baik? Seperti tadi kan bapak melihat dari motivasi, apakah bapak punya keyakinan? Yaa tergantung anaknya. Ada yang sudah termotivasi keluar. Jadi misalnya di kelas X sudah jurusan IPA tapi nilainya seperti ini hmmmm itu tidak otomatis masuk jurusan IPA. jadi inikan sudah terlihat di sini masuk IPA. tapi di semester dua kan ikut kurikulum 2007 sehingga ada penjurursannya di situ. Jadi tidak otomatis kelas X1 ya IPA,tapi kalau nilainya tidak bunyi ya ya istilahnya tidak bunyi maksudnya sulit diangkat. Sebenarnya saya bisa mengangkat tapi kalau terpaksa diangkat ya kasian juga, jadi misal dia memang termotivasi dan ada progres bagus meskipun tidak menunjukan istimewa namun ada progress bagus saya masih bisa mengangkat lagi bisa. 11. Apakah sekolah ini menerapkan kalau siswa rajin masuk di IPA? Tidak, hasilnya yang IPS lebih bagus. Rangking di ujian nasional tingkat kota tingkat provinsi bagusan IPS. Jadi IPS bukan nomor dua dan ya sama. Iya, malah hasil kompetensinya dari IPS lebih bagus. Di Dinas nilainya lebih tinggi dari yang IPA. 12. Apakah setelah penjurusan anak IPA bisa pindah ke IPS dan sebaliknya? Ya ada dan bisa, tapi kalau di IPS tidak bisa. Karena melihat juga bahwa anak ini jika masuk ke IPA istimewa, namun anak ini pindah di IPS dan punya visi tersendiri jika
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
di IPS nilainya bagus kompetisinya juga menang. Jadi dari anak sendiri sudah memperhitungkan kalau saya masuk di IPS ya saya lebih pinter. Lho kok ambil jurusan IPS? Ya heheheeheheh pengen aja. Tiap tahun ada, ini IPA masuk ini. 13. Apakah selama mengajar, bapak memberi gambaran tentang karir di suatu penjurusan? Misalnya kamu kalau masuk IPA nanti bisa ambil jurusan ini, kerja seperti ini. Apa bapak memberikan bimbingan yang demikian? Ya jelas, bahkan kan dari awal anak-anak sudah diberi gambaran. Jika ambil jurusan ini bisa kerja di sini , apakah bagus mengambil D3 atau S1. Apakah
bagus
mengambil jurusan IPA atau IPS. Bisa masuk universitas dimana-mana swasta pun bisa. Dan punya karir, jadi tidak harus di negeri semua. Kalau tidak diterima kayaknya sudah dunia runtuh. Karena saya muslim ya takdir yang terjadi adalah baik, walaupun dirasakan pahit. Ya itu tidak harus UGM semua dan ternyata ada ITS, ITB , UI. Swasta, saya juga swasta, ibu itu juga swasta. Jadi tidak harus dinegri semua jika tidak diterima yaudah. Kataknya sudah dunia runtuh padahal tidak. Belum tentu tidak bagus tuh kaya gimana, jadi saya memberi motivasi gambaran. Tapi ya saya sedikit curang itu tadi, jika nilai IPAmu renda bisa ambil IPS tapi kalau IPS tinggi tidak bisa ambil IPA. sehingga kompetisinya itu lebih tinggi. Saya tidak merasa tersinggung kalau dari IPS ke IPA karena kamu pinter sebenrnya mengambil celah untuk berkompetisi. Jadi saya masih bisa menerima, kalau temen-temen ada yang masih belum bisa berkompetisi. Jadi pola pikir dan penyelesaian anak IPS dan IPA itu bedabeda. Jadi meskipun di IPA rendah di IPS masih bisa istimewa. Pak Bambang Widodo, Guru IPA SMAN 9 Yogyakarta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
B. Wawancara dengan bu Esti Utami guru IPA (FISIKA) di SMAN 6 Yogyakarta Narasumber : Ibu Esti Utami Guru Fisika SMAN 6 Yogyakarta Wawancara pada Jumat, 27 Maret 2015 pukul 07.50-08.20 bertempat di ruang perpustakaan SMAN 6 Yogyakarta 1. Nah sebagai guru IPA di SMA 6,seberapa besar peran ibu selaku guru IPA (fisika) dalam penjurusan? Ya, saya sudah 16 tahun mengajar di SMA dan kebetulan selalu mengajar di kelas X atau XI. Kalau dulu penjurusan di kelas XI, sekarang penjurusan di kelas X mau ke kelas XI. Dulu sekali di kelas XI naik kelas XII. Ya untuk penjurusan selama hampir kurang lebih 15 tahun saya berkecimpung untuk menjuruskan nasib anak itu kemana. Kalau menurut saya yang sangat berperan di sini mengenai penjurusan, menurut saya penjurusan berkaitan dengan nasib anak ke depannya, jadi saya sangat hati-hati saat menjuruskan anak ini kemana. Yang utama dan yang paling utama adalah ya orang tua dan anak itu sendiri, jadi harus ada komunikasi dua arah antara mereka. Kadang keinginan orang tua berbeda dengan keinginan anak, kadang orang tua memaksakan anak ini harus mengambil jurusan apa, karena jurusan ipa yang dipandang lebih baik sedangkan anaknya mampu di ips. Kita harus menjembatani komunikasi dua arah ini. Kalau BK hanya sebagai fasilitator aja, untuk mengungkapkan kemampuan si anak , untuk memvisualisasikan kemampuan di anak dimana nanti kan terlihat, itu faktor BK. Kalau penentu utama ya guru bidang studi. Untuk Ipa ya ada guru kimia, fisika dan biologi itu yang menentukan, eksekutornya istilahnya begitu. Jadi kalau saya boleh berharap, ketika guru bidang studi memberi penilaian tentang penjurusan ya yang betul-betul berdasarkan fakta Jangan ada mark up nilai, sudah bukan menjadi suatu rahasia lagi kadang ada nilai anak yang tidak jujur memang di mark up seperti itu agar memperoleh hasil yang tidak mengecewakan. Berhubung ini berkaitan dengan penjurusan maka alangkah baiknya untuk dalam bidang studi IPA menunjukan kemampuan yang sebenarnya. Saya selalu bilang seperti itu di setiap kesempatan di setiap rapat, karena ini menyangkut nasib anak. Dan di awal pembelajaran saya juga berbicara pada anak bahwa kelas X ini lah penentu masa depanmu, jadi kalian harus benar-benar genal diri kamu, memengenal bakatmu apa keinginanmu apa. Dan ini harus di mixkan antar minat dan keingingan dan bakat. Jadi tidak hanya sekedar keinginan tanpa usaha, jadi di kelas X ini istilahnya hmmmm apa ibaratnya proses usaha kamu sampai dimana.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
2. Tadi kan ibu berbicara kalau guru kan sebagai penjembatan antara guru dengan siswa. Cara ibu menjembatani komunikasi 2 arah? Setiap pertemuan antar orang tua murid dengan guru karena setiap beberapa bulan sekali ada pertemuan itu saya tidak segan-segan menjelaskan bahwa kelas X ini adalah saat penjurusan. Semua jurusan baik, tidak ada jurusan yang tidak baik. Itu tergantung bagaimana cara anak menyikapinya di IPS sepertii apa, IPA seperti apa eeee jadi tidak ada jurusan yng tidak baik. Tidak benar eee jika Ipa itu selalu jaminan masa depan, dan IPS sebagai jurusan nomor 2. Alangkah bijaknya jika orang tua tidak memaksakan kehendak. Bahwa kita harus melihat bakat, minat, anak itu seperti apa. Jadi saya meminta orang tua untuk mengarahkan saja. Di IPA seperti ini, IPS seperti ini Jadi di IPA peluang kerjanya seperti ini, di IPS peluang kerjanya seperti ini . Jadi anak diberi wawasan lebih luas lagi agar bisa bertanggung jawab dari keinginannya itu. 3. IPA kan ada 3 mata pelajaran pokok ya bu ya, ada kimia, biologi dan juga fisika. Apakah kalau mau masuk Ipa semua mata pelajaran tersebut harus baik? Menurut standar undang-undang, anak bisa masuk di IPA itu jika materi IPA fisika, kimia biologi itu minimal tuntas. Kalau di SMA itu kkm 75, maka siswa perlu nilai minimal 75 jika mau masuk di IPA. ini menjadi dilema bagi bapak/ibu guru terutama saya, eeee saya inginnya untuk masuk ke IPA itu penjaringannya ketat. Tidak hanya sekedar untuk nilai tuntas. Karena ini sudah menjadi kebijakan ya maka saya tidak bisa berbuat banyak. Makanya, untuk mengantisipasinya bahwa dalam memberi penilaian itu harus lebih ketat lagi. Jadi kalau memang tidak tuntas ya jangan dituntaskan, jangan ditambah-tambah lagi nilainya. Karena ini masalah penjurusan, kemudian sebenarnya, matematika kan pendukung untuk masuk ke IPA. tapi kenapa undang-undang tidak menyebutkan bahwa matematika menjadi syarat untuk masuk di IPA. Padahal matematika kan menjadi syarat untuk mempelajari IPA seperti itu. Bagi saya ini menjadi masalah juga karena matematika tidak menjadi syarat untuk penjurusan di IPA. Fisika kan dasarnya harus matematika jika matematikanya lemah fisikanya juga susah dikembangkan. Tapi disini matematika tidak sebagai syarat. 4. Apakah di SMA 6 ini fisika mempunyai porsi nilai yang berbeda ? Nah ini, gini jadi menurut hati kecil saya ya, hati kecil saya yang berbicara, saya sangat tidak setuju dan menyayangkan ketika jam porsi fisika untuk k13 itu dipangkas. Dan maaf, untuk mata pelajaran yang dianggap ya maaf ini anggapan saya kurang penting atau apalah itu mempunyai porsi yang banyak sekali. Ya mungkin negara punya tujuan keinginan tersediri, saya nggak tau tapi kalau K.13 itu dikembangkan saya merasa ada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
kemundurusan pendidikan terutama untuk persaingan globalisasi karena mapel-mapel untuk persaingan global dikurang seperti fisika, bhs. Inggris, bahkan TI sekarang nggak ada, untuk bekal mereka bersaing di era globalisasi malah dipersempit. Itu yang sangat saya sayangkan. Bahasa Indonesia banyak sekali, sejarah banyak sekali. Bahasa Jawa yang dulunya satu jam sekarang menjadi 2 jam, ya... ya kit nggak nggk tau pemikiran Negara mau di bawa kemana. Katanya ingin menguatkan karakter bangsa, ya kita lihat aja hasilnya seperti apa nanti hehehehehe. 5. Jika mau masuk IPA kan nilainya harus tuntas, bagaimana jika ada salah satu nilai yang kurang? Misalnya nilai matematika bagus, kimia bagus, fisika juga bagus, apakah masih bisa dipertimbangkan? Tidak bisa, minimal tuntas untuk 3 mapel IPA. Ketika jika dijuruskan sudah tidak bisa dianulir, tidak ada keputusan kedua. Ketika sudah dijuruskan, sudah menjadi keputusan tetap. Maka kamu jika ingin merubah ya dari sekarang, tidak bisa sesudah penjurusan kamu bingung, itu yang selalu saya tekankan sama anak-anak. Bahkan campur tangan orang tua tidak bisa, sering sekali disini terjadi karena penjurusan tidak sesuai dengan keinginan anak atau orang tua sampai akhirnya lapor ke dinas tetap tidak bisa. Sampai akhirnya keluar, yasudah. Bahkan kalaupun keluar, misalnya minta rapotnya dirubah ke IPA yang tadinya IPS ya tidak bisa. Sekolah tidak bisa, itu sudah menjadi ketetapan yang tidak bisa diganggu gugat. Jalan satu-satunya ya tinggal kelas lagi. itu yang selalu saya tekankan sama anak-anak agar mereka itu pemikirannya terbuka dengan apa yang akan mereka hadapi, seperti itu. 6. Sebelum penjurusan itu dilakukan, apakah ibu mendapatkan data tentang kondisi awal siswa? Untuk data kondisi awal siswa itu tidak, hanya untuk anak-anak tertentu yang dalam tanda kutip istimewa yang positip atau yang negatif biasanya saya buka-buka lagi. yang negatif itu ya bisa berasal dari akademiknya atau perilakunya seperti itu. Biasanya saya buka backgroud anak itu seperti apa, orang tuaaya seperti apa, ya seperti itu. 7. Selain nilai akademik, apakah ibu punya pedoman lain dalam menjuruskan siswa ke IPA? Mungkin minat atau sikap? Kalau untuk penjurusan, pyur 100% saya berasal dari nilai akademik. Tidak ada nilai sikap, tidak ada nilai lain, jadi betul-betul nilai akademik mereka. 8. Bagaimana dengan proses belajar mereka? Susahnya ada anak yang benar-benar belajar tapi hasilnya tetap dibawah standar dan itu tidak bisa. Karena kemampuannya hanya disitu. Bahkan ada anak yang pelajaran IPAnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
sambil lalu tapi ketika dia dikasih pertanyaan, ketika diberikan soal bisa. Berarti kemampuan dasar anaknya itu ada di IPA. jadi betul-betul nilai yang ibu gali ya kemampuan dasarnya itu. 9. Apakah ibu mempunyai dukungan untuk anak yang kurang mempunyai nilai akademis yang baik, bentuk dukungannya seperti apa? Ya bentuk dukungan saya mengatakan bahwa semua itu bisa dipelajari. Saya mendukung anak itu dengan saya apa mencontohkan diri saya sendiri. Bahwa saya pernah tidak naik kelas, saya pernah mempunyai nilaimatematika dan IPA tidak terlalu bagus. Tapi ada suatu hal yang memotivasi saya bangkit, ya itu yang saya gunakan untuk mengejar ketertinggalan dan ternyata bisa. Artinya semua bisa dipelajari, tidak ada yang tidak mungkin. Saya selalu mengingatkan anak seperti itu. Jika kita punya niat, kita punya semangat, kelemahan itu bisa ditutupi bahkan bisa melampaui mereka yang bakatnya lebih baik. Terutama yang memiliki potensi lebih, namun belum dikembangkan. Saya selalu bilang seperti itu kepada anak-anak. 10.
Apakah ibu mempunyai ciri sikap atau aktivitas siswa yang cocok untuk masuk
dijurusan IPA? Iya, jadi hampir 15 tahun saya mengajar. Dari perilaku anak sudah terlihat sebenarnya bakat mereka itu dimana, tanpa harus melalui tes anak harus dites atau bagaimana. Kalau anak cocok di IPA lebih serius dalam mengikuti pelajaran tidak malas-malasan. 11.
Bagaimana dengan siswa yang belum menunjukan sikap rajin. Apa ibu ada
upaya dari ibu untuk membuat siswa itu rajin? Upaya saya ya awalnya paling teguran, kalau teguran tidak mempan ketika diberi tugas dan terlambat. Mengerjakannya asal-asalan, mencontek, seperti itu saya ingatkan. Ya biasanya seperti itu. 12.
Menurut ibu, dalam dalam proses penjurusan ke IPA, teknis pembelajaran apa
yang cocok dalam penjurusan IPA? Kalau saya, bukan untuk berharap bahwa jumlah IPA harus lebih banyak atau IPSnya lebih sedikit. Tujuan saya tidak itu, hanya memilah-milah. Mana anak yang tujuannya di IPA dan mana anak yang tujuannya di IPS. Saya tidak ingin menghimpun anak IPA sebanyak-banyaknya. Ya berjalan sesuai dengan apa yang saya hadapi aja. Oh anak-anak tahun ini kemampuan IPAnya bagus, jadi lebih banyak. Oh yang kemaren lagi anak-anak dengan kempuan IPSnya lebih banyak jadi kelasnya lebih banyak, seperti itu. Jadi saya tidak mengarahkan anak agar lebih banyak ke IPA itu tidak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13.
73
Apakah ibu mempunyai keyakinan bahwa siswa yang telah dijuruskan
mempunyai perkembangan yang lebih baik ketika dijuruskan ke IPA? Berdasakan yang saya amati selama ini, anak yang dijuruskan ke IPA dalam kemandirian belajar ya lebih baik. Ketika di kelas X, kemampuan anak kan heterogen banget, jadi kemampuan masing-masing anak belum terlihat. Apa, kemampuan masing-masing anak. Tapi ketika dijuruskan kemampuan anak terlihat, perilakunya terlihat yang heheh kalau anak IPS itu lebih santai lebih terliat hura-huranya seperti itu. Untuk anak IPS terlihat perilakunya seperti apa, kemandiriannya seperti apa ya lebih santai. Seperti itu.
Bu Esti, guru IPA SMAN 6 Yogyakarta
*** Dalam data dan analisa (bab iv) terdapat petikan wawancara dari guru-guru yang dijadikan responden dalam penelitian, namun data hasil wawancara dengan guru-guru tersebut tidak dimasukkan seluruhnya dalam lampiran. Jumlah guru keseluruhan yang dijadikan responden berjumlah 12, namun yang dimasukkan dalam lampiran yaitu hasil wawancara 2 guru. Jawaban dari hasil wawancara kedua guru tersebut dianggap sudah mewakili jawaban dari guru yang lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74