PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN PADA LANSIA DENGAN BUDAYA JAWA DAN BUDAYA TIONGHOA Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh : Alfonsus Bayu Dirgantara NIM : 109114031
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN PADA LANSIA DENGAN BUDAYA JAWA DAN BUDAYA TIONGHOA
Dipersiapkan dan ditulis oleh : Alfonsus Bayu Dirgantara NIM : 109114031
Telah disetujui oleh :
Pembimbing
Tanggal :
Dra.Lusia Pratidarmanastiti, M.S.
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PENGESAHAN
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN PADA LANSIA DENGAN BUDAYA JAWA DAN BUDAYA TIONGHOA
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Alfonsus Bayu Dirgantara NIM: 109114031
Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 19 November 2014 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji:
Nama Lengkap
Tanda Tangan
Penguji 1
Dra.Lusia Pratidarmanastiti M.S.
.........................
Penguji 2
C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi.
.........................
Penguji 3
MM. Nimas Eki Suprawati, M.Si., Psi.
.........................
Yogyakarta, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si.
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Hasil karya ini ku persembahkan untuk:
Kedua Nenek yang menjadi inspirasiku dalam membuat karya ini...
Kedua Orang Tuaku yang selalu mendoakan dan menyemangatiku...
Kakak dan Sanak Saudara yang selalu mendoakan dan menyemangatiku...
Kekasih yang selalu mendoakan dan menyemangati serta menemani selama pembuatan karya ini dari awal hingga akhir...
Dosen pembimbing yang selalu mendoakan dan menyemangati serta tak pernah lelah membimbing dan mengajariku...
Teman-teman seperjuangan Psikologi 2010 yang selalu saling menyemangati, mendoakan, membimbing satu sama lain dan saling bertukar pikiran...
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN MOTTO
Progress. Not Perfection. (Robert McCall – The Equalizer) “That's because you keep looking up all the time. The trick is to wait patiently and pick up the ones from the ground around you. You won't see any opportunities from below if you keep looking above your head all the time.” (Yasu-ba – Barakamon) “If you can't do something, then don't. Focus on what you can.” “Always look thirty seconds ahead.”
(Shiroe – Log Horizon)
Learning is not memorizing the exact words from the book. Learning is understanding it and being able to explain it in your own words. (Rancho Shamaldas Chanchad– 3 Idiots) “Using no way as way.Having no limitation as limitation.” (Bruce Lee)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 November 2014 Penulis,
Alfonsus Bayu Dirgantara
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN PADA LANSIA DENGAN BUDAYA JAWA DAN BUDAYA TIONGHOA Alfonsus Bayu Dirgantara ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa. Subjek dalam penelitian ini adalah lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa yang berusia 60 tahun ke atas dan masih komunikatif. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 60 orang, 30 lansia dengan budaya Jawa dan 30 lansia dengan budaya Tionghoa. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan skala Likert yaitu, Skala kecemasan terhadap kematian. Relibilitas Skala kecemasan terhadap kematian adalah 0,916. Reliabilitas diperoleh menggunakan teknik Cronbach’s Alpha. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan independent sample t-test. Hasil analisis dalam penelitian ini adalah (t = 1,898 dengan signifikansi 0,063). Berdasarkan hasil analisis tersebut ditarik kesimpulah bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa. Kata kunci: tingkat kecemasan, kematian, lansia, budaya Jawa, budaya Tionghoa
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DIFFERENCE IN ANXIETY LEVEL OF DEATH IN THE ELDERLY WITH JAVANESE CULTURE AND CHINESE CULTURE Alfonsus Bayu Dirgantara ABSTRACT This research aimed to determine the differences in the level of anxiety of deathin elderly with Javanese culture and Chinese culture. Subjects in this study were elderly with Javanese culture and Chinese culture are aged 60 years and over and still communicative. The number of subjects in this study were 60 people, 30 elderly with Javanese culture and 30 elderly with Chinese culture. Hypothesis in this research was there is a difference in anxiety level of death in elderly with Javanese culture and Chinese culture. The data were obtained by using a Likert scale, death anxiety scale. The reliability of the death anxiety scale was 0.916. Reliability was obtained using Cronbach's Alpha technique. The data in this study were analyzed using independent sample t-test. The results of the analysis in this study were (t =1.898 with a significance of 0.063). Based on the results of this analysis conclude that there is no difference in the level of anxiety of death in elderly with Javanese culture and Chinese culture. Keywords: anxiety level, death, elderly, Javanese culture, Chinese culture
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama
:
Alfonsus Bayu Dirgantara
Nomor Mahasiswa
:
109114031
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN PADA LANSIA DENGAN BUDAYA JAWA DAN BUDAYA TIONGHOA Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpusatakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royaliti kepada saya selama saya tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 19 November 2014
Yang menyatakan,
(Alfonsus Bayu Dirgantara)
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Perbedaan Tingkat Kecemasan terhadap Kematian pada Lansia dengan Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan mendapatkan dukungan serta bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya secara tulus kepada: 1. Bpk. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 2. Ibu Ratri Sunar Asusti, M.Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S., selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih atas kesabaran, bantuan, dan bimbingan yang diberikan selama proses penyusunan skripsi saya. 4. Papa dan Mama yang berada jauh di rumah. Terima kasih atas doa dan dukungannya setiap hari selama proses penyusunan skripsi. 5. Kakak yang berada jauh di rumah. Terima kasih atas bimbingan serta masukkannya selama penyusunan skripsi saya.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6. Popoh dan Amah yang berada di Tangerang. Terima kasih atas ceritacerita yang diberikan selama liburan yang menjadi sebuah inspirasi dalam pengambilan tema penelitian saya. 7. C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi. dan M.M. Nimas Eki Suprawati, M.Si., Psi. selaku Dosen Penguji Skripsi. Terima kasih atas saran dan masukkannya untuk membuat skripsi ini menjadi lebih baik. 8. Ibu P. Henrietta PDADS., MA. Selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terima kasih atas dukungan serta masukkannya selama saya berkuliah di Universitas Sanata Dharma dan selama saya menyususun skripsi saya. 9. Filinia selaku kekasih. Terima kasih atas bantuan, masukkan, dukungan serta pendampingannya selama penyususunan skripsi saya. 10. Komunitas Lansia Alkid selaku responden dalam penelitian saya. Terima kasih atas partisipasi, dukungan, masukkan dan cerita-ceritanya yang sangat membantu dan menginspirasi saya. 11. Komunitas Tionghoa Fu Qin selaku responden dalam penelitian saya. Terima kasih atas partisipasi, dukungan, masukkan dan cerita-ceritanya yang sangat membantu dan menginspirasi saya. 12. Para responden lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas partisipasi, dukungan, masukkan dan cerita-ceritanya yang sangat membantu dan menginspirasi saya. 13. Grup Budaya Tionghoa di Facebook. Terima kasih atas masukkan dan bantuannya dalam mencari sumber teori dalam skripsi saya.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14. Bapak Ardian Cangianto. Terima kasih atas ketersediaan dan bantuannya dalam mendapatkan sumber teori dalam skripsi saya. 15. Seluruh staf Perpustakaan Universitas Respati Yogyakarta. Terima kasih atas ketersediaan dan bantuannya dalam mencari sumber teori dalam skripsi saya. 16. Seluruh staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas bimbingan serta ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan. 17. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma (Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gi, Mas Muji, dan Mas Donny). Terima kasih atas bantuannya selama menjalani perkuliahan dan penyelesaian skripsi saya. 18. Seluruh karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas pelayanannya yang sangat membantu selama perkuliahan dan penyusunan skripsi saya. 19. Teman-teman Fakultas Psikologi Angkatan 2010 Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas bantuan, masukkan, bimbingan dan inspirasinya selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi. 20. Teman-teman Fakultas Farmasi Angkatan 2007, 2009, 2010 dan 2011 Universitas Sanata Dharma (Yudi, Benny, Albert, Suryo dan Ade). Terima kasih atas bantuan, masukkan, bimbingan dan inspirasinya selama penyusunan skripsi.
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21. Seluruh pihak yang terlibat selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi yang mungkin saya lupa atau tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya yang sangat berarti. 22. Seluruh orang yang akan membaca skripsi saya. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca skripsi saya ini, semoga skripsi ini dapat menjadi masukkan dan inspirasi bagi kalian semua. Penulis menyadari akan kekurangannya dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka dalam kritik dan saran yang terkait dalam skripsi ini. Kritik dan saran dapat dikirimkan langsung ke alamat e-mail:
[email protected]. Semoga skripsi ini dapat menambah kajian pengetahuan mengenai pengaruh budaya terhadap kecemasan dan perkembangan dalam masa lanjut usia dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Yogyakarta, 19 November 2014 Penulis
Alfonsus Bayu Dirgantara
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................... vi ABSTRAK........................................................................................................ vii ABSTRACT...................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................ x DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ......................................................................................... xviii DAFTAR SKEMA .......................................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xx BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian .................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian .................................................................. 8 1. Manfaat Teoritis ................................................................ 8 2. Manfaat Teoritis ................................................................ 8 xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI ................................................................ 10 A. Kecemasan terhadap Kematian.............................................. 10 1. Pengertian ....................................................................... 10 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan terhadap Kematian ......................................................................... 11 3. Indikator Kecemasan terhadap Kematian ......................... 14 B. Kematian menurut Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa ........ 16 1. Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa ................................ 16 2. Kematian menurut Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa... 18 3. Tradisi Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa terhadap kematian.......................................................................... 22 C. Lansia ................................................................................... 29 1. Pengertian ....................................................................... 29 2. Tipe-tipe Lansia .............................................................. 29 3. Ciri-ciri Lansia ................................................................ 30 D. Perbedaan Tingkat Kecemasan terhadap Kematian pada Lansia dengan Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa .......................... 34 E. Hipotesis ............................................................................... 37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 39 A. Jenis Penelitian ..................................................................... 39 B. Variabel Penelitian ................................................................ 39 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................... 39 D. Metode Pengambilan Data .................................................... 40 xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Subjek Penelitian............................................................. 40 2. Metode Pengambilan Sampel .......................................... 41 E. Metode Pengumpulan Data ................................................... 41 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ...................................... 44 1. Validitas .......................................................................... 44 2. Analisis Aitem ................................................................ 45 3. Reliabilitas ...................................................................... 46 G. Metode Analisis Data ............................................................ 47 1. Uji Asumsi ...................................................................... 47 2. Uji Hipotesis ................................................................... 48 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 49 A. Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 49 B. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................... 49 C. Deskripsi Data Penelitian ...................................................... 50 D. Hasil Penelitian ..................................................................... 51 1. Uji Asumsi ...................................................................... 51 2. Uji Hipotesis ................................................................... 52 E. Analisis Tambahan ................................................................ 54 F. Pembahasan .......................................................................... 57
BAB V
PENUTUP ................................................................................. 61 A. Kesimpulan ........................................................................... 61 B. Keterbetasan Penelitian ......................................................... 61 C. Saran..................................................................................... 62 xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Bagi Lansia ..................................................................... 62 2. Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................. 62 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64 LAMPIRAN ..................................................................................................... 67
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Penilaian pada pilihan respon dalam pernyataan favourable................43
Table 2
Penilaian pada pilihan respon dalam pernyataan unfavourable............43
Tabel 3
Blue-Print Skala kecemasan terhadap kematian sebelum try-out.........44
Table 4
Blue-Print Skala kecemasan terhadap kematian sesudah try-out..........45
Table 5
Reliability Statistic.................................................................................47
Table 6
Profile Subjek........................................................................................50
Tabel 7
Descriptive Statistic...............................................................................50
Table 8
Test of Normality...................................................................................51
Tabel 9
Uji Homogenitas....................................................................................52
Tabel 10 Independent Sample T-Test...................................................................53 Tabel 11 Kecemasan terhadap kematian pada lansia wanita dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa.............................................................................54 Tabel 12 Kecemasan terhadap kematian pada lansia pria dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa.............................................................................56
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SKEMA
Skema 1
Skema Dinamika Perbedaan Tingkat Kecemasan Terhadap Kematian pada Lansia dengan Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa...................38
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Skala Kecemasan terhadap Kematian Sebelum Try-out................67
Lampiran 2
Skala Kecemasan terhadap Kematian Sesudah Try-out.................79
Lampiran 3
Analisis Reliabilitas Data dan Kualitas Aitem Data......................88
Lampiran 4
Hasil SPSS Uji Asumsi dan Uji Hipotesis.....................................93
Lampiran 5
Hasil SPSS Data Analisis Tambahan.............................................96
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kecemasan terhadap kematian pasti dialami oleh kebanyakan orang di dunia ini, kapan, dimana dan bagaimana sikap seseorang dalam menghadapi kematian sangatlah bervariasi pada tiap-tiap kebudayaan. (Indriana, 2012) Kecemasan terhadap kematian lebih banyak dialami oleh lansia karena lansia lebih dekat dengan kematian. Hal ini juga diperkuat dengan banyaknya penyakit kronis yang dialami oleh lanjut usia. (Kübler-Ross, 1998). Menurut Lazarus (1991) kecemasan adalah suatu reaksi pada individu terhadap sesuatu hal yang sedang atau akan dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan, ketakutan, kebingungan dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek emosi. Kecemasan merupakan gejala yang akan selalu dirasakan oleh seseorang sejak lahir hingga menghadapi kematian. Kecemasan adalah tidak tentram hati (karena khawatir atau takut); gelisah (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 3, 2002). Kecemasan adalah kondisi perasaan yang ditandai oleh ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi dan gejala somatik dari ketegangan dimana seseorang mengantisipasi bahaya yang akan datang, malapetaka, atau kemalangan. Ancaman di masa depan mungkin saja sebuah kenyataan atau imajinasi, dari dalam atau dari luar. Kecemasan itu mungkin saja sebuah situasi yang dapat diidentifikasi atau
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
sebagai ketakutan yang tidak diketahui kejelasannya (APA Dictionary of Psychology, 2007). Kecemasan adalah keadaan perasaan dan kondisi fisik yang tidak menyenangkan yang membuat sebuah peringatan terhadap individu akan sesuatu buruk yang akan terjadi. (Semiun, 2006). Menurut Freud kecemasan ada tiga jenis.Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap suatu bahaya yang tidak diketahui.Perasaan itu sendiri ada dalam ego, tetapi sumbernya berasal dari id.Tipe kecemasan kedua adalah kecemasan moral yang terjadi karena konflik antara ego dan superego.Hal ini disebabkan oleh adanya konflik antara kebutuhan realistik dan tuntutan superego kita.Tipe kecemasan ketiga adalah kecemasan realistik, yang juga dikenal
sebagai
kecemasan
objektif,
hampir
serupa
dengan
ketakutan.Kecemasan realistik ini dapat didefinisikan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik terhadap suatu bahaya yang mungkin terjadi (Semiun, 2006). Kematian dinyatakan terjadi ketika nafas dan denyut jantung individu telah berhenti selama beberapa waktu yang signifikan atau ketika seluruh aktifitas syaraf di otak berhenti bekerja (Papalia,Olds, & Feldman,2004).Mati adalah sudah hilang nyawa; tidak hidup lagi; tidak bernyawa.(Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 3, 2002). Kematian adalah perhentian permanen proses fisik dan mental dalam suatu organisme (APA Dictionary of Psychology, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Kematian merupakan peristiwa yang terjadi dari berpisahnya jiwa dan raga, raga atau badan adalah kualitas kebendaan yang pada saat datang kematian akan musnah, sedangkan jiwa adalah kualitas rohani yang pada saat datang kematian akan bersifat abadi (Zubair, 2001). Kecemasan akan kematian adalah gangguan emosi dan ketidakamanan yang timbul oleh karena teringatnya atau kesadaran diri akan kematian, termasuk kenangan sendiri dan pikiran (APA Dictionary of Psychology, 2007). Templer (dalam Kastenbaum, 2000) mendefinisikan kecemasan akan kematian sebagai suatu kondisi emosional yang tidak menyenangkan yang dialami oleh individu yang disebabkan oleh keadaan tidak jelas yang menyertai kematian. Lansia menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 13
Tahun 1998 adalah sebutan untuk orang tua yang berusia 60 tahun atau lebih (Yeniar, 2012). Penelitian mengenai lansia sangat jarang dilakukan khususnya dalam hal mengenai kecemasan terhadap kematian. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab kecemasan yaitu jenis kelamin, umur, kondisi kesehatan, kondisi keuangan, sosial budaya, tingkat pendidikan dan sebagainya. Menurut Wijaya dan Safitri (2010), faktor tingkat pendidikan, terdapat hasil penelitian yang menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan dan pemahaman mengenai kematian yang dimiliki oleh lansia maka kecemasan terhadap kematian pada lansia akan semakin berkurang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Pada faktor agama, terdapat penelitian yang menunjukkan semakin tinggi tingkat kereligiusitasan seseorang maka semakin rendah tingkat kecemasan kematian yang akan dialami oleh orang tersebut (Ya-Hui Wen, 2010). Pada faktor jenis kelamin, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa wanita cenderung mengalami kecemasan terhadap kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Hal tersebut di karena sikap wanita yang cenderung takut akan kehilangan bentuk tubuh yang baik serta ketakutkan akan rasa sakit yang nanti dialami (Thorson dan Powell, 1988). Pada faktor umur, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa semakin tua umur seseorang maka semakin rendah kecemasan terhadap kematian akan dirasakan. Hal ini disebabkan oleh semakin dewasa dan bijak pola pikir dengan seiringnya bertambah usia (Thorson dan Powell, 1988). Pada faktor lingkungan sosial, menunjukkan bahwa ada budaya yang mempengaruhi tingkat kecemasan terhadap kematian, namun ada beberapa budaya yang mampu menenangkan kecemasan terhadap kematian (Letho dan Stein, 2009). Pada faktor budaya, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa budaya timur memiliki tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia lebih rendah dibandingkan dengan lansia dengan budaya barat.Hal ini di sebabkan oleh lansia budaya timur pada penelitian ini merupakan Chinesse dengan kepercayaan Budha yang mempercayai mengenai adanya reinkarnasi yang berbeda dengan kepercayaan budaya barat (Anise, Catherine, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
Timothy, 2002). Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti ingin melihat tingkat kecemasan terhadap kematian pada budaya Jawa dan budaya Chinesse, dimana kedua budaya tersebut termasuk ke dalam budaya Timur. Peneliti juga memilih subjek lansia dikarenakan masih sedikitnya penelitian yang membahas mengenai lansia di Indonesia khususnya mengenai kecemasan terhadap kematian. Menurut Letho dan Stein (2009) meskipun kecemasan terhadap kematian bersifat normal dan universal namun dapat memiliki konsekuensi yang cukup signifikan terhadap masalah kesehatan mental. Kecemasan terhadap kematian memiliki hubungan dengan semakin buruknya perilaku lansia seiring bertambahnya usia dan terhadap kecemasan terhadap
bertambahnya
umur.
Kecemasan
terhadap
kematian
juga
berhubungan dengan gangguan makan serta perilaku melukai diri sendiri. Oleh karena itu, lansia perlu mengatasi kecemasan terhadap kematian yang cenderung akan terjadi karena dapat berdampak negatif bagi lansia. Budaya merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia.Budaya pada masyarakat menghubungkan persepsi tiap individu terhadap lingkungan tempat tinggal mereka. Individu dari kultur yang berbeda memiliki pandangan atau patokan untuk bertindak yang berbeda demikian juga pandangan terhadap kematian dan sekarat. Oleh karena itu, budaya dapat memberikan nilai dan makna yang berbeda-beda mengenai kehidupan dan kematian (Kübler-Ross, 1981).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Budaya Jawa dan budaya Tionghoa memiliki persepsi atau pandangan mengenai kehidupan.Dalam memahami hakekat hidup, budaya Jawa dan budaya Tionghoa sama-sama memandang bahwa hidup penuh dengan penderitaan yang pasti diterima oleh semua orang. Kedua budaya tersebut juga meyakini bahwa mereka harus tetap berusaha dan memperbaiki kondisi yang ada dengan cara yang berbeda sesuai dengan kebudayaan mereka (Hariyono, 1993). Menurut Subagya (2004) kematian menurut budaya Jawa dipandang sebagai titik akhir yang akan dihadapi oleh semua individu.Budaya Jawa mempercayai bahwa orang yang sudah meninggal tidak dapat melakukan apaapa untuk menebus dosa kesalahan yang telah mereka lakukan selama masih hidup.Masyarakat Jawa mempercayai bahwa dengan sanak saudara yang masih hidup mendoakan seseorang yang telah meninggal dalam waktu-waktu tertentu dapat meringankan beban dan dosa yang dimiliki oleh seseorang yang telah meninggal.Hal ini mengakibatkan kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa cenderung tinggi. Menurut Nio Joe Lan (2013) Budaya Tionghoa mempercayai bahwa kematian adalah sesuatu hal yang menyenangkan.Hal ini disebabkan oleh kepercayaan orang Tionghoa dimana individu yang telah meninggal berarti individu tersebut telah berpesiar ke kalangan dewa-dewa atau telah menunggangi seekor burung bangau.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
Menurut Cangianto A. (dalam Setyaningrum, R., 20 Agustus 2012) Budaya Tionghoa mempresepsi kematian sebagai keadaan dimana arwah seseorang akan menjalani kehidupan lainnya di dunia arwah atau berpindah alam. Sebagian dari budaya Tionghoa yang beragama Buddha mempercayai adanya Reinkarnasi.Reinkarnasi adalah keadaan dimana individu yang telah mati dilahirkan kembali menjadi seorang manusia. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa Budaya Tionghoa cenderung memandang kematian adalah awal dari kehidupan selanjutnya. Selain itu, Budaya Tionghoa juga mempercayain bahwa hidup di dunia ini memang hanya sementara, kehidupan yang sebenarnya akan dijalani oleh manusia setelah kematian. Akibat adanya harapan untuk hidup di masa yang ada setelah kematian menyebabkan kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Tionghoa cenderung rendah. Dari uraian di atas dapat di tarik permasalahan : “Apakah ada perbedaan kecemasan terhadap kematian pada lansia Jawa dan lansia Tionghoa.” B. Rumusan Masalah Dalam merumuskan masalah ini, penulis akan mengemukakan masalah yang terkait dengan latar belakang masalah yang ada di atas, yaitu: Apakah ada perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dari penulisan ilmiah ini adalah : Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai bagaimana budaya mempengaruhi kecemasan terhadapan kematian pada lansia, khususnya pada budaya Jawa dan budaya Tionghoa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk melatih dan mengembangkan diri dalam bidang penelitian, serta menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kecemasan dan perkembangan lanjut usia. b. Bagi subjek penelitian Penelitian
ini
dapat
memberikan
informasi
mengenai
bagaimana budaya yang dimiliki dapat mempengaruhi kecemasan terhadap kematian yang cenderung dapat dialami oleh lansia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
c. Bagi peneliti lain Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya khususnya mengenai faktor budaya dalam mempengaruhi tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kecemasan terhadap Kematian 1. Pengertian Kecemasan adalah sebuah perasaan yang tidak berbentuk secara spesifik yang disebabkan oleh sesuatu hal yang tidak pasti dan cenderung mengawali sebuah pengalaman baru (Stuartdan Laraia, 2005). Berdasarkan APA Dictionary of Psychology, kecemasan akan kematian diartikan sebagai gangguan emosi dan perasaan tidak nyaman yang muncul dari pemikiran atau kenangan individu mengenai kematian. Kecemasan kematian merupakan fenomena yang kompleks yang mewakili perpaduan dari berbagai proses berpikir dan emosi, antara lain: ketakutan akan kematian, kengerian akan kerusakan fisik dan mental, perasaan akan kesendirian, pengalaman akhir tentang separation anxiety (kecemasan akan keterpisahan), kesedihan tentang akhir dari diri, kemarahan dan perasaan putus asa yang ekstrim tentang sebuah situasi di mana kita tidak memiliki kendali (Firestone dan Catleet, 2009). Berdasarkan uraian tersebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa kecemasan terhadap kematian merupakan sebuah ketakutan yang cenderung akan dialami oleh semua orang yang dikarenakan oleh hal-hal yang tidak jelas dibalik kematian yang belum diketahui oleh manusia. Selain itu, kecemasan terhadap kematian juga dapat disebabkan oleh
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
adanya rasa kurang baik dalam diri selama hidup, kondisi anggota sanak keluarga yang belum baik dan adanya keinginan yang masih belum tercapai. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan terhadap kematian Menurut
Stuart
dan
Sundeen
(1998)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kecemasan adalah sebagai berikut: a. Jenis Kelamin Menurut Kaplan dan Sadock (Stuart dan Laraia, 2005) Wanita cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari pria.Hal ini disebabkan oleh kepribadian wanita yang cenderung lebih labil dan peran hormon yang mempengaruhi keadaan emosi wanita yang cenderung mudah emosi, cemas dan curiga. b. Umur Orang yang lebih muda akan lebih mudah mengalami kecemasan. Sedangkan orang yang lebih tua akan lebih sulit mengalami kecemasan. c. Tingkat Pendidikan Seseorang yang memiliki status pendidikan rendah cenderung lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan seseorang yang memiliki status pendidikan tinggi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
d. Lingkungan Lingkungan yang asing cenderung lebih membuat seseorang mudah dalam mengalami kecemasan. Lingkungan yang tidak mendukung perkembangan seseorang akan lebih mudah membuat seseorang mengalami kecemasan. e. Sosial Budaya Budaya cenderung menentukkan pola pikir manusia dan keyakinan agama yang kuat cenderung membuat seseorang lebih sulit mengalami kecemasan.Budaya merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh
masyarakat
terhadap
menghubungkan
perilaku persepsi
individu.Budaya tiap
individu
pada
terhadap
lingkungan tempat tinggal mereka. Individu dari kultur yang berbeda memiliki pandangan atau patokan untuk bertindak yang berbeda demikian juga pandangan terhadap kematian dan sekarat. Oleh karena itu, budaya dapat memberikan nilai dan makna yang berbeda-beda mengenai kehidupan dan kematian.(Kübler-Ross, 1981). f. Keadaan Fisik Keadaan fisik seseorang yang kurang baik seperti cedera, penyakit, operasi dan cacat cenderung menyebabkan seseorang lebih mudah mengalami kecemasan.Ibu hamil cenderung lebih mudah mengalami kecemasan yang disebabkan oleh perubahan fisik, penampilan yang menjadi kurang menarik, peningkatan hormon yang menyebabkan mudah emosi dan cemas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
g. Tipe Kepribadian Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan orang yang berkepribadian B. Hal ini disebabkan oleh sikap orang berkepribadian B yang lebih santai dan bebas. h. Potensi Stressor Stressor psikososial cenderung membuat orang mengalami kecemasana
yang
disebabkan
perubahan
pada
lingkungan
sosialnya.Hal tersebut menyebabkan seseorang harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru. i. Maturasi Kematangan dalam kepribadian menjadi hal yang berpengaruh dalam seberapa mudah seseorang berpotensi mengalami kecemasan. Semakin tinggi kematangan dalam kepribadian seseorang maka akan semakin rendah tingkat potensis seseorang mengalami kecemasan. Hal ini disebabkan karena
seseorang
yang
memiliki kematangan
kepribadian yang tinggi cenderung memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi dalam menghadapi stressor yang muncul atau dialami. j. Teori Biologi Berdasarkan teori biologis terdapat penghambat asam pada sistem neurotransmitter gamma aminobtyriacid (GABA), seroanim dan neropinetrin yang memiliki peranan penting dalam mekanisme biologi
untuk
mengatur
kecemasan.Kecemasan
juga
bersifat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
diturunkan. Kurang lebih 25% generasi pertama akan mengalami kecemasan. Pada anak kembar satu sel sebanyak 50% dan pada anak kembar dua sel telur sebanyak 15% mengalami gangguan kecemasan. k. Teori Psikologis Pada teori psikologi terdapat dua faktor pikiran utama yang menyebabkan gangguan kecemasan pada seseorang yaitu bidang psikoanalitik dan bidang kognitif perilaku.Menurut psikoanalitik kecemasan adalah bentuk konflik emosional yang disebabkan oleh id dan super ego.Menurut kognitif perilaku kecemasan merupakan segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang dalam mendapatkan sesuatu yang diinginkan. 3. Indikator kecemasan terhadap kematian Menurut Stuart dan Laraia (2005), kecemasan pada seseorang dapat dilihat dari 3 respon yang terjadi pada seseorang. Respon-respon tersebut adalah: a. Respon fisiologis dan perilaku adalah respon dalam bentuk fisik dan perilaku pada individu yang muncul akibat membayangkan kematian atau saat adanya peristiwa kematian di sekitarnya. Bentuk-bentuk
respon
tersebut
yaitu:
tekanan
darah
meningkat/menurun, detak jantung meningkat/menurun, nyeri di dada dan detak jantung serasa hilang, nafas tersengal-sengal, rasa seperti tercekik dan sering menarik nafas panjang, hilang nafsu makan, mual, rasa tertekan pada perut, diare, sulit menelan, berat badan menurun,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
peningkatan refleks, wajah tegang, insomnia,sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk, kelelahan secara umum dan gemetaran, gelisah, kelelahan secara umum, ketakutan dan gemetaran, tidak dapat menahan buang air kecil, sering buang air kecil, muka pucat, perasaan panas/dingin pada kulit, berkeringat setempat atau seluruh tubuh dan gatal-gatal, nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot, pengelihatan kabur, hilangnya indera pengecapan sementara. b. Respon kognitif adalah respon dalam bentuk pemikiran pada individu yang keliru akibat membayangkan kematian atau saat adanya peristiwa kematian di sekitarnya. Bentuk-bentuk respon tersebut yaitu: konsentrasi menurun, pelupa, ruang persepsi berkurang atau menyempit, kehilangan kontrol, obyektifitas hilang, takut cidera atau terluka, menjadi lebih berhatihati, aktifitas dan produktivitas menurun. c. Respon emosional adalah respon dalam bentuk perasaan pada individu yang sangat kuat dan tidak tepat akibat membayangkan kematian atau saat adanya peristiwa kematian di sekitarnya. Bentuk-bentuk respon tersebut yaitu: takut dan gelisah, cepat marah, kecewa, merasa tidak berdaya, takut akan pikiran sendiri, otot sakit dan kaku serta tertusuk-tusuk pada kulit, takut akan pikiran sendiri, dan tubuh terasa panas dan gatal-gatal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
B. Kematian menurut Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa 1. Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa a. Budaya Jawa Menurut Koentjaraningrat (2007) Budaya Jawa merupakan sebuah tata cara kehidupan dan tata cara berbahasa yang berkembang di daerah pulau Jawa khususnya pada bagian tengah dan timur yang merupakan peninggalan dari kerajaan Mataram.Kebudayaan tersebut meliputi istilah teknis, dialek bahasa dan pembagian tingkat bahasa pada masing-masing derajat kedudukan. Pada sistem kemasyarakatan, budaya Jawa dibagi menjadi 2 istilah yaitu priyayi yang cenderung menjadi sebutan bagi orang yang menjadi pegawai negeri dan kaum terpelajar dan wong cilik yang menjadi sebutan bagi orang yang menjadi pekerja kasar, petani-petani dan tukang-tukang. Pada sistem kepemelukan agama, budaya Jawa cenderung terbagi menjadi 2 yaitu agama santri dan agama kejawen. Keduanya cenderung beragama Islam namun pada agama kejawen cenderung tidak secara patuh menjalankan rukun-rukun agama Islam, misalnya tidak puasa, tidak salat, tidak naik haji dan sebagainya.Selain kedua agama tersebut, terdapat juga sebagian kecil masyarakat Jawa yang beragama Nasrani dan agama besar lainnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
b. Budaya Tionghoa Menurut
Koentjaraningrat
(2007)
Budaya
Tionghoa
merupakan sebuah tata cara kehidupan dan tata cara berbahasa yang masuk ke Indonesia dari dua propinsi yaitu Fukien dan Kwangtung. Perkembangan budaya Tionghoa yang masuk ke Indonesia terbagi menjadi 4 kelompok besar yaitu Hokkien, Teo-Chiu, Hakka, dan Kanton. Keempat kelompok besar tersebut memiliki suku bangsa, tata cara berbahasa dan tradisi yang berbeda-beda. Pada sistem kemasyarakatan, budaya Tionghoa terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu Tionghoa Totok dan Tionghoa Peranakan. Tionghoa Totok adalah masyarakat Tionghoa yang masih murni tanpa campuran budaya lain dalam silsilah keluarganya. Tionghoa Peranakan adalah masyarakat Tionghoa yang sudah memiliki campuran budaya dalam silsilah keluarganya.Kedua kelompok ini saling memandang rendah lawannya. Pada sistem kepemelukan agama, budaya Tionghoa di Indonesia sebagian besar masyarakatnya memeluk agama Budha, Katolik, Kristen, Kung Fu-Tse, Tao dan Islam.Pada Tionghoa Totok mayoritas masih memeluk agama Kung Fu-Tse.Sebenarnya, Kung FuTse bukanlah sebuah agama melainkan sebuah ajaran untuk hidup dengan baik yaitu dengan berbakti pada orang tua sehingga Kung FuTse melakukan pemujaan kepada leluhur sebagai rasa syukur dan terima kasih serta bentuk kebaktian anak pada orang tua atau leluhur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
c. Batasan Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa dalam penelitian Pada partisipan masyarakat dengan budaya Jawa dalam penelitian ini dibatasi dengan menggunakan kriteria yaitu berada di wilayah
Yogyakarta,
lebih
pada
priyayi
dan
beragama
kejawen.Sedangkan, pada masyarakat budaya Tionghoa dalam penelitian ini di batasi dengan menggunakan kriteria yaitu berada di wilayah Yogyakarta, lebih pada Tionghoa Totok dan beragama Kung Fu-Tse. 2. Kematian menurut Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa a. Pengertian Kematian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berdasarkan kata “mati”, kematian adalah sudah tidak bernyawa atau tidak hidup lagi. Menurut APA Dictionary of Psychology, kematian diartikan sebagai berhentinya proses fisik dan mental yang dialami oleh suatu makhluk hidup secara permanen. Kematian dinyatakan terjadi ketika nafas dan denyut jantung individu telah berhenti selama beberapa waktu yang signifikan atau ketika seluruh aktifitas syaraf di otak berhenti bekerja (Papalia, Olds, dan Feldman, 2004).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
b. Konsep Budaya Jawa mengenai kematian Menurut Subagya (2004) kematian dipandang sebagai titik akhir yang akan dihadapi oleh semua individu. Sebagian besar masyarakat dengan budaya Jawa beragama Islam. Hal ini mempengaruhi pandangan masyarakat dengan budaya Jawa mengenai kematian karena agama Islam mempercayai bahwa bila orang mati maka sudah selesai tugasnya di dunia ini dan tidak ada waktu untuk berbuat kebaikan lagi untuk menebus kesalahan yang dilakukan individu selama hidup.Selain itu, hanya sanak saudaranya yang masih hidup yang dapat mendoakan untuk pengampunan dosa yang telah dilakukan individu tersebut. Orang Jawa juga mempercayai adanya siksa kubur dan api penyucian yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan atau dosa-dosa yang dilakukan saat individu masih hidup. Budaya Jawa juga beranggapan bahwa dunia merupakan tempat kehidupan yang fana. Kehidupan yang sebenarnya ada saat kematian datang dalam diri seseorang. Hal ini membuat masyarakat Jawa memiliki kebiasaan untuk mencari ngelmu. Ngelmu adalah ajaran mengenai kehidupan sejati yang tataran puncaknya dapat dicapai oleh individu dalam angraga sukma. Angraga sukma adalah perwujudan lain dari manunggaling kawila lan gusti atau bersatunya hamba dengan Tuhan yang dapat dicapai saat individu meleburkan diri dalam suasana saung atau tiada. Masyarakat Jawa meyakini hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
tersebut dengan menjauhkan diri dari hal-hal duniawi dengan cara mati raga atau mati di tengah kehidupan. Budaya Jawa juga mempercayai bahwa kematian itu sudah ditentukan dan tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui kapan saat kematian akan tiba. Alam kematian merupakan misteri yang tidak bisa dijelaskan oleh individu kecuali dengan iman dan keyakinan. c. Konsep Budaya Tionghoa mengenai kematian Menurut Cangianto A. (Setyaningrum, R., 20 Agustus 2012) budaya Tionghoa mempresepsi kematian sebagai keadaan dimana arwah seseorang menjalani kehidupan lainnya di dunia arwah atau berpindah alam.Reinkarnasi adalah sebuah pandangan yang berasal dari jaman Yunani sebelum masa kekristenan dimulai.Reinkarnasi dipahami sebagai keadaan dimana individu yang telah mati dilahirkan kembali menjadi daging. Budaya Tionghoa memiliki perayaan Qing Ming, dimana saat itu seluruh sanak keluarga ziarah kekuburan leluhur untuk membersihkan kuburan dan memberikan sesuatu kepada luluhur dengan membakarnya. Hal ini dilakukan dengan membuat altar sederhana yang dilengkapi dengan 2 lilin merah kecil dan beberapa makanan. Budaya Tionghoa menganggap kegiatan ini untuk mengundang arwah leluhur untuk berkumpul bersama yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
merupakan sebuah upaya untuk membangun “tali asih” agar tidak terputus begitu saja. Menurut Liu Weilin (2013), pandangan kalangan Ru (Khonghucu) mengenai kematian adalah sebuah kehidupan baru atau kehidupan lain. Sedangkan, dari pandangan Taoism kematian adalah tidak mati. Menurut Buddhism kematian adalah kehidupan baru yang akan terjadi setelah individu mati. Menurut
Suryadi
(2014),
kematian
menurut
ajaran
Confusianisme adalah saat dimana roh terpisah dari badan. Seseorang yang hidupnya senantiasa melaksanakan hal-hal yang sesuai dengan kaidah agama, maka roh orang tersebut akan menjadi Shen atau roh suci dan naik ke surga. Sedangkan, seseorang yang semasa hidupnya selalu melanggar kaidah agama, maka rohnya akan menjadi Kuei atau roh jahat dan akan turun ke neraka. Cangianto A. (2013) mengatakan bahwa dalam budaya Tionghoamemiliki
konsep
kematian
sebagai
sebuah
takdir.Masyarakat Tionghoa mempercayai bahwa kehidupan dan kematian seseorang adalah sebagai sebuah takdir yang tidak bisa dihindari.Budaya Tionghoa mempercayai dimana ada kehidupan pasti ada kematian.Kehidupan dan kematian adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan seperti langit dan bumi atau seperti sebuah perjalanan maka ada saatnya kembali pulang.Walaupun dalam kenyataannya banyak orang yang menyukai kehidupan dan takut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
akan kematian dan juga sebaliknya. Hal itu disebabkan oleh kondisi bagaimana seseorang menjalani kehidupannya.Budaya Tionghoa mengajarkan seseorang untuk dapat memikirkan dan menjalani kehidupan yang ada dengan baik dan benar baru memikirkan hal yang lebih jauh lagi.Hal ini dimaksudkan agar seseorang lebih menjadi berguna bagi kehidupannya terlebih dahulu dan memandang kematian adalah sebagai sesuatu yang wajar. 3. Tradisi Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa terhadap kematian a. Tradisi Budaya Jawa Menurut Hardjowirogo M. (1979) budaya Jawa menganggap meninggalnya
seseorang
menyebabkan
terjadinya
peristiwa
kesripahan, yaitu kematian bagi keluarga yang ditinggalkan. Masyarakat Jawa cenderung melakukan slametan-slametan yang dipercaya dapat melindungi keluarga. Slametan yang dilakukan yaitu hari geblak atau hari meninggalnya. Slametan ini dilakukan dengan menghidangkan sego-asahan yang terdiri dari nasi putih biasa yang diletakan secara ungkur-ungkuran atau secara berhadapan terbalik setengah-setengah dari nasi yang telah dipotong menjadi dua belah bagian. Hidangan itu terus dilakukan sejak hari geblaknya, nigaharinya, nujuhharinya, ngempatpuluhharinya, nyeratusharinya, mendaksepisan atau setahunannya, mendak-pindo atau dua tahunnya, mendak-telu, nyewu atau seribuharinya, pada kesempatan itu diberikan juga piring, cangkir dan sapu tangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
Budaya Jawa percaya bahwa seseorang yang meninggal pada hari Sabtu cenderung akan mengajak orang lain untuk menemaninya. Bentuk slametan yang dilakukan untuk kepercayaan ini adalah dengan membuka sebagian genting rumah. Membuka sebagian genting rumah ini bertujuan agar saat hari ke-empat puluh sesudah meninggalnya orang tersebut arwahnya dapat meninggalkan rumah melalui lubang yang dibuat tersebut. Masyarakat Jawa mempercayai bahwa nyawa orang mati belum akan pergi dari rumahnya sebelum hari ke-empatpuluh. Bentuk
slametan
dari kematian yang
ketiga adalah
sadranan.Sadranan adalah kegiatan dimana keluarga dari orang yang meninggal akan mendatangi makam untuk berkumpul bersama keluarga besar saat menjelang bulan Ruwah atau bulan menjelang Rahmadhan. Kegiatan ini juga bertujuan untuk membersihkan atau memperbaiki makam dari leluhur. Kegiatan ini sudah mulai pudar dilakukan masyarakat Jawa karena sering kali dianggap sudah tidak jaman
lagi,
namun
masih ada
sebagian masyarakat
yang
melakukannya.
Bentuk slametan yang terakhir adalah kolkolan.Kolkolan adalah kegiatan yang dilakukan saat upacara setahunan seseorang meninggal.Slametan ini dilakukan dengan menghidangkan nasi gurih, ingkung ayam utuh yang direbus dalam santan yang hanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
berbumbu garam, merica dan salam. Nasi gurih tersebut ditaburi dengan gorengan kedelai dengan lalapan mentimun, cabai hijau utuh dan bawang merah utuh. Selain itu, dihidangkan pula apem, ketan dan kolak pisang dan ubi. Bentuk slametan ini dilakukan secara terus-menerus
sesuai
dengan
kesepakatan
ahli
waris
yang
bersangkutan. Berdasarkan
penjelasan
di
atas,
peneliti
mengambil
kesimpulan bahwa masyarakat dengan budaya Jawa memiliki tradisi untuk mendoakan seseorang yang sudah meninggal agar dapat tenang di alam kubur dan tidak membawa sanak saudaranya pergi kea lam kubur. Masyarakat dengan budaya Jawa memiliki waktuwaktu tertentu untuk mendoakan seseorang yang telah meninggal agar dosanya dapat di ringankan. Ketenangan seseorang yang sudah meninggal tergantung pada doa yang diberikan oleh sanak saudaranya yang masih hidup di dunia ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat dengan budaya Jawa cenderung akan memiliki kecemasan terhadap kematian yang tinggi. b. Tradisi BudayaTionghoa Menurut Nio Joe Lan (2013), budaya Tionghoa memandang duka cita atau kematian sebagai hukum alam yang tak terelakkan. Bahkan kegermelapan suka cita hanya dapat berkilauan dikarenakan adanya kesuraman akan duka cita. Duka cita yang terkecil bagi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
masyarakat dengan budaya Tionghoa adalah saat salah satu sanak keluarganya mengalami suatu penyakit. Masyarakat dengan budaya Tionghoa memandang kematian sebagai kedukaan yang terbesar yang menimpa seseorang namun bagi masyarakat Tionghoa, peti mati bukanlah sesuatu yang menakutkan seperti masyarakat lainnya. Lansia Tionghoaakan sangat senang jika pada hari ulang tahunnya diberikan peti mati dari kayu yang berkualitas bagus dan dengan ukiran atau lukisan yang indah di peti tersebut. Peti mati bagi budaya Tionghoa dianggap sebagai siupan yang artinya peti panjang umur. Budaya Tionghoa juga memiliki siu-i yang artinya baju panjang umur. Baju ini dikenakan pada orang yang akan meninggal disaat keluarganya mendapatkan keputusan bahwa seseorang tersebut akan meninggal. Masyarakat Tionghoa mempercayai bahwa seseorang yang telah meninggal itu berarti orang tersebut telah “menunggangi seekor burung bangau” atau “berpesiar kekalangan dewa-dewa”. Istilah menunggangi seekor burung bangau menurut sejarahnya terbentuk dari sejarah, dimana ada seorang yang bernama Shao Kan-chieh yang menderita sakit keras. Saat sedang tidur siang Shao Kan-chieh bermimpi bahwa ada seekor burung bangau yang turun dari langit mendatanginya dan membawanya terbang kepegunungan. Budaya Tionghoa juga memiliki tradisi atau kebiasaan, dimana saat ada seorang sanak keluarga yang meninggal, mereka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
akan membeli sebuah hio-lou atau alat tempat menancapkan batang dupa. Tempat dupa tersebut diletakkan pada meja di samping jenazah dekat kakinya, dimana di meja tersebut diletakkan juga sepasang lilin merah kecil yang menyala. Di alat tersebut diisikan dengan abu dari dapur rumah lalu ditancapkan dupa yang menyala. Abu yang berada di dalam alat penancap dupa tersebut tidak selalu dari abu hasil pembakaran jenazah leluhur. Di depan rumah dibakar sebuah kayu bakar yang akan terus menyala selama peti jenazah berada didalam rumah. Di samping jenazah diletakkan sebuah lelangse yang ditaruh sebuah pasu. Pasu tersebut digunakan untuk membakar kertas perak secara terus menerus oleh salah satu anak atau anggota keluarga. Pada pintu dan jendela rumah ditempelkan kertas putih kecil panjang dengan posisi diagonal menyilang selama dalam kondisi berkabung. Seluruh anggota keluarga menggunakan baju serba putih yang terbuat dari karung goni dengan kondisi terbalik, bagian luar menjadi bagian dalam. Ada juga kopiah bewarna putih untuk menantu laki-laki.Sepatu yang digunakan diwarnai putih dengan pasta putih, namun sekarang menggunakan sepatu dengan bahan berwarna putih. Budaya Tionghoa memiliki tradisi sembahyang tutup peti.Sembahyang tutup peti ini dilakukan saat sore hari menjelang magrib. Peti mati akan ditutup dengan dipantekkan empat buat paku pada tiap ujung peti. Pemantekkan dilakukan oleh pemimpin agama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
atau pihak pembuat peti mati dengan menyerukan ucapan doa bagi anak dan cucu dari jenazah agar makmur, bahagia dan lain-lain. Setelah itu, semua sanak keluarga berkeliling peti jenazah dengan membawa lilin merah kecil, lalu meneteskan lilin pada setiap empat paku yang ada di peti mati. Selain itu, masyarakat Tionghoa memiliki tradisi sembahyang geser peti. Tradisi ini sering disebut juga dengan sembahyang ki-hok, acara sembahyang ini dilakukan setelah tiga hari peti mati jenazah diletakkan ditengah-tengah ruang. Sembahyang ini dilakukan untuk memindahkan peti mati sejajar dengan dinding tempat diletakkannya peti mati sambil menunggu hari baik untuk dimakamkannya jenazah. Saat menjelang dikuburkan, masyarakat Tionghoa memiliki tradisi untuk memecahkan buah semangka sampai hancur saat peti jenazah akan diangkat menuju kuburan. Setelah sampai pada jarak tertentu sanak keluarga yang berlutut di pinggir jalan yang dilalui oleh peti mati berdiri lalu mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat jenazah yang telah hadir dan telah menunjukkan rasa cinta dan penghormatannya terhadap jenazah. Saat mengantar peti jenazah ke pemakaman, ada tradisi untuk berlutut pada setiap jembatan yang dilewati. Hal ini dilakukan dikarenakan oleh kepercayaan akan adanya malaikat sungai, sebagai tanda hormat dan pengharapan agar jenazah dapat pergi ke alam baka dengan baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Setelah tujuh hari akan diadakan sembahyang dengan membakar sebuah perahu, rumah, peralatan rumah tangga, kendaraan dan lain-lainnya sebagai harta yang akan dimiliki oleh arwah leluhur di alam baka. Perahu juga dimaksudkan sebagai kendaraan menuju alam baka.Selanjutnya, masyarakat dengan budaya Tiongoa akan mengunjungi makam leluhurnya setiap tahun pada
hari
perayaan
Cheng-beng.
Selama
3
tahun setelah
meninggalnya salah satu anggota keluarga, seluruh anggota keluarga tidak boleh menggunakan perhiasan emas dan menghadiri pesta maupun mengadakan pesta. Berdasarkan
penjelasan
di
atas,
peneliti
mengambil
kesimpulan bahwa budaya Tionghoa cenderung memandang kematian sebagai sebuah hal yang tidak terelakkan namun masyarakat Tionghoa tidak memandang kematian itu sebagai hal yang menakutkan. Masyarakat Tionghoamemiliki tradisi yang menggambarkan bahwa setelah seseorang meninggal maka mereka akan memiliki kehidupan selanjutnya. Hal tersebut di tunjukkan dengan tradisi membakar barang-barang kebutuhan yang dibentuk dari kertas minyak sebagai hadiah atau bekal untuk kehidupan selanjutnya. Masyarakat Tionghoa juga melakukan sembahyang kubur dan membakar uang kertas untuk arwah yang ada di alam sana setiap tahun. Tradisi ini menunjukkan bahwa kematian bukan sesuatu yang menakutkan bagi masyarakat Tionghoa.Hal tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
dapat membuat tingkat kecemasan terhadap kematian pada masyarakat dengan budaya Tionghoa menjadi kecil. C. Lansia 1. Pengertian Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Bab 1 Pasal 1, lansia merupakan salah satu sebutan untuk orang tua yang berusia 60 tahun atau lebih (Indriana, 2012). 2. Tipe-tipe lansia Menurut Indriana (2012) lansia dibedakan menjadi 2 tipe berdasarkan potensial lansia dibedakan menjadi 2 yaitu : a. Lanjut usia potensial Lanjut usia yang masih dapat melakukan suatu hal untuk memenuhi kebutuhan yang dimiliki dirinya secara mandiri. b. Lanjut usia tidak potensial Lanjut usia yang tidak mampu dan berdaya lagi untuk memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri secara mandiri dan selalu bergantung pada bantuan orang lain. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti akan menggunakan subjek yang masuk kedalam tipe lansia yang masih potensial. Hal ini dikarenakan lansia yang menjadi subjek diharapkan masih dapat membaca dengan baik dan menjawab skala yang akan diberikan kepada lansia demi kepentingan penelitian ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
3. Ciri-ciri lansia Ciri utama lansia adalah mengalami perubahan. Nugroho (2002) membagi perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia berdasarkan tiga jenis perubahan yaitu: a. Perubahan Fisik Perubahan fisik yang dialami oleh lansia meliputi perubahan dari tingkat sel hingga ke sistem tubuh yaitu : 1) Sistem Pernafasan Lansia cenderung mengalami kehilangan kekuatan dan pengkakuan otot pernafasan serta penurunan aktifitas silia yang menyebabkan penurunan reaksi batuk dan penurunan aktifitas paruparu sehingga jumlah udara untuk pernafasan yang masuk kedalam paru-paru mengalami penurunan. Pengurangan dan pelebaran jumlah
aveoli,
serta
kemampuan
batuk
yang
berkurang
menyebabkan pengeluaran sekret berkurang dan mengalami sumbatan dan obstruksi yang dapat mengakibatkan sulitnya bernafas. 2) Sistem Pendengaran Lansia sering kali mengalami pengurangan kemampuan pendengaran
yang
disebabkan oleh
hilangnya
kemampuan
pendengaran dalam telinga dalam, terjadinya pengumpulan serumen yang dapat mengeras karena mengumpulnya keratin dan membran timpani atropi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
3) Sistem Pengelihatan Permasalahan pengelihatan yang dialami oleh lansia cenderung disebabkan oleh kornea lebih berbentuk skeris, lensa menjadi lebih keruh, meningkatnya daya adaptasi lensa terhadap cahaya yang membuat lansia susah melihat dalam keadaan gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang dan luas pandang serta menurunnya daya membedakan warna biru dan hijau. 4) Sistem Kardiovaskuler Permasalahan kardiovaskuler yang sering terjadi pada lanisa adalah katup jantung menebal dan menjadi lebih kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% pertahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat akibat meningkatnya retensi pembuluh darah perifer. 5) Sistem GenitoUrinaria Permasalahan genito urinaria yang dialami oleh lansia adalah ginjal atropi, vesikaurinaria
otot-ototnya
melemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga menyebabkan frekuensi BAK meningkat. 6) Sistem Endokrin Hampir semua produksi hormon pada lansia menurun, menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
gonad (progesteron, esterogen, dan testosteron), defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotiroidism depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu mengatasi tekanan jiwa. 7) Sistem Pencernaan Lansia cenderung mengalami permasalahan pencernaan yang disebabkan oleh kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esophagus melebar, peristaltic melemah dan menyebabkan konstipasi, dan fungsi absorpsi melemah. 8) Sistem Muskuloskeletal Permasalahan
muskuloskeletal
pada
lansia
adalah
kehilangan kepadatan tulang sehingga mudah rapuh, kyphosis (tubuh menjadi membungkuk), serta persendian membesar dan kaku. 9) Sistem Integumen Pada lansia permasalahan integumen yang dialami adalah kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang elastis karenan kekurangan cairan dan hilangnya jaringan adipos, kelenjar-kelenjar keringat mulai tidak bekerja dengan baik, kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya
aliran
darah
dan
menurunnya
sel-sel
yang
memproduksi pigmen, kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh, pertumbuhan rambut berhenti dan mengalami penipisan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
b. Perubahan Mental atau Psikologis Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental pada lansia adalah perubahan fisik yang terjadi khususnya dalam organ perasa, kesehatan yang cenderung terus menurun, keturunan yang belum sukses, lingkungan yang cenderung menjauhi atau kurang menerima, gangguan pada memori yang cenderung membuat lansia lupa akan hal yang baru saja terjadi dan perubahan yang terjadi pada IQ, perubahan pada IQ tidak dalam informasi dan perkataan verbal melainkan lebih kepada berkurangnya penampilan, persepsi dan kemampuan psikomotor. c. Perubahan Psikososial Perubahan psikososial yang dialami oleh lansia adalah perubahan ekonomi akibat pensiun atau penghentian jabatan, penyakit kronis atau ketidakmampuan yang bertambah parah, gangguan syaraf yang cenderung menyerang panca indera sehingga menyebabkan tuli dan kebutaan, kehilangan hubungan dengan teman-teman yang cenderung sudah meninggal terlebih dahulu, kehilangan hubungan dengan keluarga yang cenderung diakibatkan karena anggota keluarga tidak mau mengurus lansia atau sudah meninggal terlebih dahulu, dan kehilangan kekuatan dan ketegapan fisik. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa lansia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun atau lebih. Lansia pada umumnya akan mengalami perubahan-perubahan baik di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
dalam maupun di luar tubuhnya yang akan berpengaruh pada kehidupan lansia tersebut. Oleh adanya perubahan-perubahan tersebut akan timbul kecemasan pada diri lansia yang salah satunya adalah kecemasan terhadap kematian. Akibatnya lansia cenderung akan mengalami kecemasan terhadap kematian. D. Perbedaan Tingkat Kecemasan terhadap Kematian pada Lansia dengan Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa Semua individu pasti mengalami kematian, namun kematian tersebut belum jelas secara pasti mengenai apa yang akan terjadi dan dialami saat individu mengalami kematian. Hal ini membuat individu mengalami kecemasan terhadap kematian yang akan dihadapinya. Individu yang cenderung lebih dekat dengan kematian adalah lansia. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan kecemasan yaitu jenis kelamin, usia, agama, sosial budaya, kesehatan, lingkungan dan sebagainya. Hal ini menyebabkan kecemasan menjadi sangat luas.Peneliti ingin memfokuskan
penelitian pada
faktor
budaya
sebagai
faktor
yang
menyebabkan kecemasan. Budaya adalah salah satu bentuk persepsi yang cenderung sangat mempengaruhi pola pikir dimiliki oleh individu, sehingga budaya menjadi salah satu faktor yang kuat untuk membuat perbedaan dalam konsep pemikiran lansia mengenai kematian dan kecemasan yang menyertai kematian tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
Budaya Jawa cenderung menganggap kematian adalah titik kehidupan terakhir dari individu di dunia ini dan tidak bisa diperbaiki lagi apa yang sudah terjadi atau bertobat untuk menebus kesalahan yang telah dilakukan individu selama ini. Masyarakat Jawa memiliki tradisi untuk mendoakan seseorang yang telah mati dalam rentan waktu tertentu. Hal tersebut diharapkan dapat membantu meringankan beban dan dosa dari seseorang yang telah meninggal sehingga arwahnya dapat menjadi lebih tenang. Masyarakat Jawa yang beragama katolik juga mempercayai adanya api penyucian, dimana individu yang telah meninggal masuk kedalam api penyucian untuk mempertanggung jawabkan semua kesalahannya selama hidup untuk baru dapat masuk surga, jika tidak maka individu akan masuk ke neraka. Sedangkan, masyarakat Jawa yang beragama Islam cenderung percaya bahwa ada siksa kubur yang akan dijalani oleh semua individu yang telah
mati
untuk
mempertanggungjawabkan
dosa-dosa
yang
telah
diperbuatnya. Masyarakat Jawa juga menganggap kematian adalah sebuah takdir yang tidak dapat dihindari dan dapat menjadi berbahaya bagi sanak saudara yang ditinggalkan, oleh sebab itu ada berbagai tradisi yang dilakukan saat seseorang meninggal sebagai upacara keselamatan. Selain itu, masyarakat Jawa tidak memiliki imajinasi mengenai apa yang akan terjadi pada seseorang setelah meninggal. Namun di sisi lain, sebagian masyarakat Jawa mempercayai bahwa dunia ini hanyalah kehidupan yang fana dan ada kehidupan yang lebih sejati nantinya. Hal-hal tersebut membuat kematian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
berdasarkan sudut pandang budaya Jawa terlihat menakutkan, sehingga menyebabkan masyarakat Jawa cenderung mengalami kecemasan yang tinggi terhadap kematian. Budaya Tionghoa cenderung menganggap kematian adalah kehidupan baru yang akan dijalani oleh individu setelah kematian. Masyarakat Tionghoa memiliki imajinasi bahwa arwah individu yang telah meninggal akan terbang bersama burung bangau atau berlayar ke kalangan para dewa-dewa. Masyarakat Tionghoa yang beragama Buddha mempercayai adanya reinkarnasi sebagai perwujudan tanggung jawab atas kesalahan yang telah dilakukan oleh individu semasa hidupnya. Reinkarnasi akan terus menerus terjadi hingga manusia terbebas dari dukha dan dapat masuk ke dalam Nirvana dan menjadi dewa. Masyarakat Tionghoa juga mempercayai bahwa kematian dapat dipersiapkan sebelum dan sesudah seseorang meninggal. Budaya Tionghoa memiliki tradisi untuk mencari hari baik untuk seseorang dimakamkan dan memiliki tradisi memperingati kematian seseorang dengan memberikan uang orang mati, rumah dan benda-benda lain yang dibuat dari kertas minyak sebagai modal untuk kehidupan di alam selanjutnya dan sebagai persiapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik setelah kematian. Masyarakat Tionghoa juga mempercayai bahwa kematian adalah sebuah takdir yang tak bisa dihindari oleh semua orang dan kematian adalah sebuah duka terbesar bagi keluarga yang ditinggalkan, namun kematian dapat membuat keluarga yang ditinggalkan lebih makmur dan bahagia. Di sisi lain, sebagian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
masyarakat Tionghoa mempercayai adanya surga dan neraka, bila seseorang selama hidup melakukan banyak kebaikan maka akan masuk surga dan jika seseorang sering berbuat jahat maka mereka akan menjadi hantu dan masuk neraka. Hal-hal tersebut membuat kematian menurut sudut pandang budaya Tionghoa terlihat tidak menakutkan, sehingga menyebabkan masyarakat Tionghoa cenderung mengalami kecemasan yang rendah terhadap kematian. Perbedaan pandangan akan kematian dari kedua budaya yang ada akan mengakibatkan perbedaan tingkat kecemasan yang dialami individu, terutama pada lansia. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwaakan adanya perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian yang terjadi pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa. E. Hipotesis Ada perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Skema Penelitian Sudut Pandang Budaya terhadap kematian
Budaya Jawa
Budaya Tionghoa
1. Titik akhir dari kehidupan. 2. Tidak bisa diperbaiki apa yang sudah terjadi, bergantung pada bakti anakcucu dan saudara, 3. Tidak dapat dihindari. 4. Tidak adanya imaginasi mengenai apa yang terjadi setelah kematian. 5. Kematian sebuah bencana dan dapat berbahaya bagi keluarga yang ditinggalkan. 6. Ada kehidupan sejati. 7. Ada siksa kubur dan api penyucian.
1. Awal dari sebuah kehidupan baru. 2. Dapat dipersiapkan agar menjadi baik bagi yang meninggal. 3. Tidak dapat dihindari. 4. Ada imajinasi mengenai apa yang terjadi setelah kematian. 5. Kematian sebuah duka terbesar namun dapat membuat makmur dan bahagia keluarga yang ditinggalkan 6. Ada surga dan neraka
Kematian cenderung terlihat menakutkan
Kematian cenderung terlihat tidak menakutkan
Menyebabkan kecemasan terhadap kematian cenderung tinggi
Menyebabkan kecemasan terhadap kematian cenderung rendah Lansia Hipotesis
Adanya perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan lansia dengan budaya Tionghoa. Skema 1 Skema Dinamika Perbedaan Tingkat Kecemasan Terhadap Kematian pada Lansia dengan Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa
38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan satu variabel dengan variabel lainnya (Purwanto & Sulistyastuti, 2008). Peneliti ingin membandingkan atau melihat perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan lansia dengan budaya Tionghoa. B. Variabel Penelitian Kecemasan terhadap kematian adalah ketakutan yang cenderung akan dialami oleh semua orang yang dikarenakan oleh hal-hal yang tidak jelas dibalik kematian yang belum diketahui oleh manusia. Budaya adalah suatu sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan belajar. C. Definisi Operasional Variabel Penelitian Kecemasan terhadap kematian dalam penelitian ini adalah kecemasan yang diukur dengan menggunakan skala kecemasan yang dibuat oleh peneliti. Semakin tinggi subjek mendapat skor dalam skala penelitian maka semakin tinggi tingkat kecemasan subjek. Kematian yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah
kematian
yang
39
dirasakan
subjek
berdasarkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
pengalaman, bayangan atau kejadian yang dirasakan, dilihat dan didengar oleh subjek dari lingkungan sekitar subjek. Budaya dalam penelitian ini adalah suatu gagasan dan pandangan yang
dimiliki
oleh
subjek
penelitian
dalam
menjalani
kehidupan
bermasyarakat. Budaya subjek penelitian ini adalah budaya Jawa dan budaya Tionghoa. Subjek dengan budaya Jawa didapatkan dari sebuah komunitas lansia Jawa yang ada di daerah Yogyakarta. Subjek dengan budaya Tionghoa juga didapatkan dari sebuah komunitas lansia Tionghoa dan sebagian didapatkan dengan mendatangi rumah lansia yang disarankan oleh kerabat peneliti. D. Metode Pengambilan Sampel 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia 60 tahun atau lebih. Subjek diharapkan masih dapat membaca dan mengisi lembar skala untuk mempelancar penelitian atau komunikatif. Subjek berasal dari suku Jawa dan Tionghoa. Subjek dengan budaya Jawa dibatasi dengan kriteria yaitu berada di wilayah Yogyakarta, lebih pada priyayi atau berpendidikan tinggi dan beragama kejawen. Sedangkan, pada masyarakat budaya Tionghoa dalam penelitian ini dibatasi dengan menggunakan kriteria yaitu berada di wilayah Yogyakarta, lebih pada Tionghoa Totok dan beragama Kung Fu-Tse.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
2. Metode Pengambilan Sampel Subjek dipilih dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu
purposive
sampling.
Hal
ini
dilakukan
kerena
peneliti
membutuhkan sample yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan dalam penelitian. Selain itu dipergunakan teknik snowballing sampling. Peneliti menggunakan jenis sampling ini dikarenakan jumlah subjek yang cenderung sedikit dan keadaan kondisi subjek yang akan lebih mudah didapat jika ada rekomendasi dari teman atau orang yang subjek kenal. E. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data adalah dengan skala. Skala yang digunakan adalah skala tertutup, dimana sudah tersedianya jawaban untuk dipilih oleh responden. Skala yang digunakan akan berbentuk rating-scale yang jenisnya adalah skala Likert. Skala Likert yang digunakan akan menjabarkan beberapa pertanyaan dari variabel-variabel mengenai tingkat kecemasan terhadap kematian kedalam sub-sub variabel yang sesuai. Indikator kecemasan terhadap kematian yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator berdasarkan Stuart and Laraia. Berdasarkan hal tersebut, kecemasan terhadap kematian dibagi menjadi 3 dimensi respon kecemasan yaitu respon fisiologis dan perilaku, respon kognitif dan respon emosional. Ketiga dimensi respon tersebut memiliki beberapa sub-dimensi yang akan dijadikan sebuah pernyataan yang akan menjadi aitem dalam penelitian yang dilakukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
Indikator tingkat kecemasan dalam penelitian ini dilihat dari nilai mean pada kelompok budaya yang ada. Nilai mean yang ada pada setiap subjek merupakan mean empirik yang kemudian akan dibandingkan dengan mean teoritis atau nilai mean soal yang ada. Nilai mean empirik didapatkan dengan menggunakan penghitungan sebagai berikut. 𝛍 =
𝚺𝐱 𝐧
Keterangan : μ = Mean empirik Σx = Total nilai n = Jumlah aitem Sedangkan,
untuk
mencari
nilai
mean
teoritik
digunakan
penghitungan sebagai berikut. 𝛍 =
𝐈_𝐦𝐚𝐤𝐬 + 𝐈_𝐦𝐢𝐧 𝚺𝐤 𝟐
Keterangan : μ = Mean teoritis I_maks = Nilai maksimal aitem I_min = Nilai minimal aitem Σk = Jumlah aitem Mean teoritik yang dimiliki dalam skala ini adalah 82,5. Nilai tersebut didapat dengan menggunakan rumus di atas dengan nilai minimal aitem 0 dan nilai maksimal item 5 dan jumlah aitem 33.Jumlah aitem yang digunakan adalah 33 karena merupakan jumlah aitem pernyataan yang digunakan setelah try-out. Tingkat kecemasan dalam skala ini ada 2 yaitu kecemasan rendah dan kecemasan tinggi. Penentuan tinggi rendahnya kecemasan dilakukan dengan membandingkan nilai mean empirik dengan nilai mean teoritik. Jika nilai mean empirik lebih rendah dari mean teoritik maka dapat disimpulkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
kecemasan yang ada dalam kelompok hitung termasuk dalam tingkat kecemasan yang rendah. Jika nilai mean empirik lebih tinggi dari mean teoritik maka dapat disimpulkan kecemasan yang ada dalam kelompok hitung termasuk dalam tingkat kecemasan yang tinggi. Nilai dalam skala didapatkan sesuai dengan respon yang diberikan subjek pada masing-masing pernyataan. Nilai yang diberikan juga ditentukan oleh jenis pernyataan yang ada dalam skala. Jenis pernyataan dalam skala penelitian ini ada dua yaitu Favorable dan Unfavorable. Pilihan respon yang terdapat dalam skala adalah STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), ATS (Agak Tidak Setuju), AS (Agak Setuju), S (Setuju), SS (Sangat Setuju). Nilai yang terdapat pada masing-masing pilihan respon adalah sebagai berikut. Tabel 1 Penilaian pada pilihan respon dalam pernyataan Favorable. Respon Nilai STS (Sangat Tidak Setuju) 0 TS (Tidak Setuju) 1 ATS (Agak Tidak Setuju) 2 AS (Agak Setuju) 3 4 S (Setuju) SS (Sangat Setuju) 5 Tabel 2 Penilaian pada pilihan respon dalam pernyataan Unfavorable. Respon Nilai STS (Sangat Tidak Setuju) 5 TS (Tidak Setuju) 4 ATS (Agak Tidak Setuju) 3 AS (Agak Setuju) 2 1 S (Setuju) SS (Sangat Setuju) 0
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
Skala yang dibuat oleh peneliti sebelum try-out memiliki 60 butir pernyataan dengan 6 pilihan jawaban yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), ATS (Agak Tidak Setuju), AS (Agak Setuju), S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju).Peneliti tidak menyediakan pilihan jawaban N (Netral) untuk menghindari kecenderungan subjek untuk mengisi jawaban dengan pilihan netral sehingga data mengenai perbedaan dari responden menjadi kurang informatif (Azwar, 1999). Setelah try-out, skala memiliki 33 butir pernyataan dengan 6 pilihan jawaban. Berikut merupakan blue-print skala penelitian sebelum try-out. Tabel 3 Blue-Print Skala Kecemasan terhadap kematian sebelum try-out Keterangan Favorable Unfavorable Jumlah (Σ) Respon Fisiologis dan Perilaku 15 5 20 Respon Kognitif 15 5 20 Respon Emosional 15 5 20 Jumlah (Σ) 45 15 60 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas Validitas merupakan suatu pengukuran yang digunakan untuk mengeahui sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997). Validitas yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity) yang mengukur tingkat kebenaran suatu instrumen melalui isi dari area yang akan diukur. Validitas isi merupakan sebuah cara pengestimasian validitas melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau dengan professional judgement (Azwar, 1997).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Peneliti melakukan pengujian validitas isi terhadap skala penelitian dengan mendiskusikannya kepada dosen pembimbing. 2. Analisis Aitem Pada seleksi aitem, parameter yang paling penting adalah daya diskriminasi aitem. Daya diskriminasi aitem merupakan sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu maupun kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur. Penghitungan daya diskriminasi aitem akan menghasilkan koefisien korelasi aitem-total (rix). Aitem yang akan dipilih adalah aitem yang baik dengan koefisien korelasi ≥0,30. Aitem yang memiliki nilai koefisien korelasi kurang dari 0,30 dianggap sebagai aitem yang kurang baik dan tidak akan digunakan. Meskipun demikian, apabila jumlah aitem yang lolos tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka peneliti dapat menurunkan kriteria penilaian menjadi 0,25 tetapi tidak sampai dibawah 0,20 (Azwar, 2009). Hasil uji aitem yang dilakukan setelah try-out menunjukkan ada 33 aitem yang memenuhi syarat untuk diujikan lebih lanjut kepada subjek. Berikut merupakan blue-print skala penelitian sesudah try-out. Tabel 4 Blue-Print Skala Kecemasan terhadap kematian sesudah try-out Keterangan Favorable Unfavorable Jumlah (Σ) Respon Fisiologis dan Perilaku 10 1 11 Respon Kognitif 10 0 10 Respon Emosional 11 1 12 Jumlah (Σ) 31 2 33
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
Soal yang digunakan setelah try-out adalah untuk dimensi respon fisiologis dan perilaku sejumlah 11 aitem, dimensi respon kognitif sejumlah 10 aitem, dimensi respon emosional sejumlah 12 aitem (lihat Tabel 2). Aitem pada masing-masing dimensi tidak dilakukan penyetaraan dikarenakan masing-masing dimensi tidak mempunyai tujuan ukur yang berbeda secara spesifik melainkan merupakan suatu dimensi yang memiliki tujuan ukur yang lebih luas yaitu kecemasan. Hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan selama semua aitem yang digunakan memiliki nilai keofisien korelasi yang memuaskan yaitu di atas 0,30 (Azwar, 1999). 3. Reliabilitas Realibilitas merupakan pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat di percaya (Azwar, S., 1997). Koefisien reliabilitas (rxx’) berada dalam rentang 0 sampai 1,00. Koefisien reliabilitas yang baik adalah yang nilainya semakin mendekati 1,00. Reliabilitas yang rendah terjadi jika koefisien reliabilitasnya semakin mendekati 0 (Azwar, 1999).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
Hasil koefisien reliabilitas dari skala yang dibuat oleh peneliti bernilai 0,916, dengan jumlah soal 33 butir. Tabel 5 Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based Cronbach's on N of Items Alpha Standardized Items ,916 ,918 33 G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas adalah sebuah pengujian yang dilakukan terhadap data penelitian untuk mengecek data penelitian yang dilakukan oleh peneliti berasal dari populasi yang sebarannya normal (Santoso, 2010). Uji normalitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov melalui program SPSS 16.0. Jika nilai p lebih kecil daripada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data yang dimiliki berbeda secara signifikan, sehingga sebaran data tidak normal. Jika nilai p lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data yang dimiliki tidak berbeda secara signifikan, sehingga sebaran data normal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas adalah sebuah pengujian yang dilakukan terhadap data penelitian untuk melihat apakah asumsi pada varian penelitian sama atau tidak. Uji homogenitas ini akan dilakukan dengan menggunakan analisis Levene Test melalui program SPSS 16.0. Jika varian dalam penelitian ini sama, maka uji t akan menggunakan nilai pada kolom Equal Variance Assumed. Jika varian dalam penelitian ini berbeda, maka uji t akan menggunakan nilai pada kolom Equal Variance Not Assumed. Hal tersebut dilakukan dengan melihat nilai signifikansi yang pada hasil pengujian. Jika nilai signifikansinya lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama, sedangkan jika nilai signifikansinya kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang memiliki varian yang berbeda (Priyanto, 2012) 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Independent Sample T-Test. Metode ini digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai signifikan dari dua kelompok sampel dalam penelitian yang independen (Purwanto & Sulistyastuti, 2008). Hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti dalam kerangka pemikiran adalah: “Ada perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan lansia dengan budaya Tionghoa”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian sempat mengalami beberapa kendala dalam mencari subjek dilapangan yang dikarenakan sulitnya menemui subjek yang sesuai dengan kriteria penelitian dan ada subjek yang tidak ingin ikut dalam penelitian, namun dapat diatasi oleh peneliti. Penelitian dilakukan dengan datang ke rumah seorang subjek lalu menanyakan kerabat subjek yang dapat turut berpartisipasi dalam penelitian ini atau secara snowballing. Penelitian untuk masyarakat dengan budaya Jawa dilakukan di daerah Alun-Alun Lor, dimana terdapat sebuah komnunitas lansia Alkid yang bersedia menjadi subjek dan dapat memenuhi kriteria subjek yang diperlukan dalam penelitian. Penelitian untuk subjek dengan budaya Tionghoa dilakukan di kelompok masyarakat Tionghoa Fu Qin dan beberapa subjek berasal dari kerabat dan saudara teman-teman peneliti. B. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia. Subjek berasal dari kelompok perkumpulan yang ada di daerah Yogyakarta. Subjek yang ikut serta dalam penelitian berusia 60-80 tahun.Subjek bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
49
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 6 Profile subjek Budaya Jawa
Tionghoa
Jenis Kelamin Pria Wanita Tidak teridentifikasi Pria Wanita Tidak teridentifikasi
50
Jumlah 23 6 1 16 12 2
C. Deskripsi Data Penelitian Tabel 7 Deskriptive Statistics Keterangan N Kecemasan terhadap 60 kematian Jawa Tionghoa Valid N (listwise)
30 30
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
10
93
47,52
19,254
20 10
93 86
52,13 42,90
19,280 18,397
30
Rata-rata nilai kecemasan terhadap kematian pada 60 orang lansia adalah 47,52 dengan standart deviasi 19,254. Nilai terendah yang diperoleh subjek adalah 10 dan nilai tertingginya adalah 93. Pada subjek dengan budaya Jawa nilai terendah adalah 10 dan nilai tertinggi 93 dengan mean 47,52 dan standard deviasi 19,280. Sedangkan pada subjek dengan budaya Tionghoa memiliki nilai terendah 20 dan nilai tertinggi 86 dengan mean 42,90 dan standard deviasi 18,397. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai mean empirik 47,52 lebih rendah dari nilai mean teoritis yaitu 82,5, maka dapat disimpulkan bahwa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
lansia dalam penelitian ini memiliki tingkat kecemasan terhadap kematian yang rendah. D. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Berdasarkan analisis Kolmogorov-Smirnov yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 16.0, menunjukkan nilai signifikansi untuk lansia dengan budaya Jawa sebesar 0,180. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p lebih besar 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal. Pada lansia dengan budaya Tionghoa memiliki nilai signifikansi sebesar 0,200, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal. Tabel 8 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Keterangan
Budaya
Skor Total
Jawa Tionghoa
Statistic
df
Sig.
,134 ,130
30 30
,180 ,200*
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
b. Uji Homogenitas Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan menggunakan SPSS 16.0, menunjukkan hasil berdasarkan Levene’s Test for Equality of Variances yang memperlihatkan nilai F adalah 0,835 dengan p = 0,365. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikasi lebih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya persamaan varian antara kedua populasi budaya Jawa dan budaya Tionghoa. Tabel 9 Uji Homogenitas Skor Total Assumptions Equal Equal variances variances assumed not assumed ,835
Statistics
Levene's Test for Equality of Variances
F Sig.
,365
2. Uji Hipotesis Pada
penelitian
ini,
pengujian
hipotesis
menggunakan
Independent Sample T-Test yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 16.0.Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan Tionghoa. Kesimpulan dalam penelitian ini ditentukan dengan hasil uji 2 sisi dengan menggunakan taraf signifikan 0,05. Berikut merupakan hasil uji Independent Sample T-Test.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Tabel 10 Independent Samples Test Assumptions Dependent variables
Equal Equal variances variances not assumed assumed
Statistics
t
1,898
1,898
58
57,873
,063
,063
9,233
9,233
4,865
4,865
-,506
-,506
18,972
18,973
df Sig. (2-tailed) T-Test for Skor Total Equality Mean Difference of Means Std. Error Difference 95% Confidence Lower Interval of the Upper Difference Group Statistics Budaya Skor Total Jawa Tionghoa
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
30
52.13
19.280
3.520
30
42.90
18.397
3.359
Ho : Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa. Ha : Ada perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan melihat nilai signifikan pada hasil t-test. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperoleh nilai t = 1,898 dengan nilai signifikansi 0,063 sehingga Ho diterima. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa. E. Analisis Tambahan Peneliti menambahkan pengelompokkan hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin pada masing-masing budaya untuk melihat perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian berdasarkan jenis kelamin subjek.Berikut tabel hasil pengelompokkan jenis kelamin pada masing-masing budaya. Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh dua analisis tambahan yang terkait dengan pengelompokkan jenis kelamin dari subjek penelitian sebagai berikut. 1. Perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia wanita dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa. Tabel 11 Kecemasan terhadap kematian pada lansia wanita dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa Budaya Wanita
Jawa Tionghoa
N Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
6
54.00
18.133
7.403
12
49.50
21.138
6.102
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Independent Samples Test Wanita Equal variances assumed Levene's Test for Equality of Variances
Equal variances not assumed
F
.493
Sig.
.493
t-test for Equality of t Means df
.445
.469
16
11.657
.663
.648
4.500
4.500
10.123
9.593
Lower
-16.961
-16.471
Upper
25.961
25.471
Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference
Hasil tabel di atas menunjukkan lansia dengan budaya Jawa yang berjenis kelamin wanita memiliki nilai mean 54 dan lansia dengan budaya Tionghoa yang berjenis kelamin wanita memiliki nilai mean 49,5.Berdasarkan nilai mean keduanya jika dibandingkan dengan mean teoritik maka tingkat kecemasan kedua kelompok berada di tingkat kecemasan yang rendah. Meskipun demikian, nilai mean pada lansia wanita dengan budaya Jawa lebih tinggi 4,5 daripada mean pada lansia wanita dengan budaya Tionghoa. Dengan demikian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa lansia wanita dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa tidak memiliki perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian.Keduanya sama-sama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
dalam tingkat kecemasan yang rendah dalam hal kematian namun lansia wanita dengan budaya Jawa memiliki kecemasan yang cenderung lebih tinggi sedikit dibanding dengan lansia wanita budaya Tionghoa. 2.
Perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia pria dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa.
Tabel 12 Kecemasan terhadap kematian pada lansia pria dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa Budaya Pria Jawa Tionghoa
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
23
50.61
19.646
4.097
16
39.00
15.765
3.941
Independent Samples Test Pria Equal variances assumed Levene's Test for Equality of Variances
F Sig.
t-test for Equality of T Means Df
Equal variances not assumed
1.687 .202 1.962
2.042
37
36.150
.057
.048
11.609
11.609
Std. Error Difference
5.916
5.685
95% Confidence Lower Interval of the Upper Difference
-.378
.081
23.596
23.136
Sig. (2-tailed) Mean Difference
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
Hasil tabel di atas menunjukkan lansia dengan budaya Jawa yang berjenis kelamin pria memiliki nilai mean 50,61 dan lansia dengan budaya Tionghoa yang berjenis kelamin pria memiliki nilai mean 39.Berdasarkan nilai mean keduanya jika dibandingkan dengan mean teoritik maka tingkat kecemasan kedua kelompok berada di tingkat kecemasan yang rendah. Meskipun demikian, nilai mean pada lansia pria dengan budaya Jawa lebih tinggi 11,609 daripada mean pada lansia pria dengan budaya Tionghoa. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa lansia pria dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa tidak memiliki perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian. Keduanya sama-sama dalam tingkat kecemasan yang rendah dalam hal kematian namun lansia pria dengan budaya Jawa memiliki kecemasan yang cenderung lebih tinggi sedikit dibanding dengan lansia pria budaya Tionghoa. F. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan hipotesis yang diajukan oleh peneliti “ada perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa” ditolak maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikasi sebesar 0.063. Lansia dengan budaya Jawa memiliki kecemasan terhadap kematian yang cenderung sama dengan lansia dengan budaya Tionghoa. Hal ini di tunjukkan dengan nilai mean yang diperoleh oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
kelompok budaya tersebut, dimana kelompok budaya Jawa memperoleh nilai mean sebesar 52,13 dan kelompok budaya Tionghoa memperoleh nilai mean sebesar 42,90. Berdasarkan hasil kedua mean tersebut, tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa masuk ke dalam tingkat kecemasan yang ringan. Hal tersebut disebabkan oleh nilai mean kedua budaya lebih rendah dari nilai mean teoritik skala penelitian yaitu 82,5. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa budaya tidak mempengaruhi tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia. Budaya Jawa dan budaya Tionghoa memiliki kecemasan yang samasama rendah dapat disebabkan oleh kedua budaya memiliki kepercayaan bahwa ada kehidupan baru dan sejati setelah kematian. Selain itu, kedua budaya tersebut memiliki pengharapan akan bentuk bakti dari anak cucu dan sanak saudara yang ditinggalkan yang dapat membantu mereka untuk lebih bahagia dan meringankan beban kesalahan mereka selama hidup yang belum dapat diperbaiki. Peneliti juga menemukan penyebab lain yang menyebabkan kecemasan kedua budaya rendah. Hal tersebut adalah hasil penelitian Stein dan Letho yang mengatakan bahwa budaya Jawa dan Tionghoa termasuk ke dalam budaya Timur, dimana dalam penelitian yang menunjukkan bahwa budaya Timur memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah terhadap kematian. Selain itu, Stein dan Letho juga menyebutkan bahwa ada beberapa budaya yang cenderung menenangkan kecemasan terhadap kematian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Peneliti juga menemukan beberapa hal yang dapat menyebabkan kecemasan terhadap kematian pada seseorang menjadi rendah yaitu agama, kondisi kesehatan, kondisi ekonomi dan lingkungan sosial. Peneliti melakukan penelitian terhadap subjek dengan budaya Jawa pada kelompok lansia di Yogyakarta yang sebagian besar adalah pensiunan dan memiliki tingkat ekonomi yang tinggi. Kelompok lansia tersebut sering berkumpul untuk bersenang-senang dan bercanda gurau satu sama lain. Keadaan ekonomi mereka yang masih baik dan mencukupi, dapat menjadi faktor penyebab kecemasan terhadap kematian menjadi berkurang dikarenakan sudah terpenuhinya semua kebutuhan dan keinginan mereka.Selain itu, mereka juga mendapatkan situasi lingkungan yang mendukung dari sesama lansia. Hal tersebut bisa merupakan faktor penyebab kecemasan terhadap kematian pada subjek dengan budaya Jawa menjadi rendah. Peneliti melakukan penelitian terhadap subjek dengan budaya Tionghoa dengan subjek yang sebagian besar berasal dari perkumpulan Tionghoa yang cukup besar di Yogyakarta. Kelompok ini terdiri dari lansia dengan ekonomi yang cukup mapan dan dapat memenuhi kebutuhan mereka. Kelompok ini juga melakukan kebaktian sosial terhadap lingkungan sekitar dengan memberikan jasa tusuk jarum, pengobatan, kunjungan sosial dan sebagainy setiap minggunya. Selain melakukan kegiatan sosial, kelompok ini juga melakukan kegiatan yang menyenangkan bagi mereka seperti makan bersama dan karaoke. Hal-hal tersebut dapat menjadi faktor yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
menyebabkan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia Tionghoa menjadi rendah. Peneliti melihat adanya faktor lain yang mempengaruhi tingkat kecemasan terhadap kematian pada kedua kelompok budaya tersebut. Faktor ekonomi dan dukungan sosial dari lingkungan sekitar lansia menjadi hal yang cukup berpengaruh bagi lansia dalam menghadapi kecemasan terhadap kematian. Faktor ekonomi yang mencukupi membuat mereka dapat tercukupi dan terpenuhi kebutuhannya. Faktor dukungan sosial dari lansia yang berinteraksi dengan mereka menjadi salah satu faktor yang cukup berpengaruh. Hal ini dapat disebabkan adanya rasa kesamaan atau kemiripan antara
lansia
sepenanggungan.
sehingga
mereka
merasa
masih
memiliki
teman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa.Tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa sama-sama dalam tingkat kecemasan yang rendah. B. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh peneliti pada masyarakat dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa yang berada dalam satu kota yaitu Yogyakarta. Kota Yogyakarta sudah dikenal dengan kekentalan budaya Jawa. Ada kemungkinan jika subjek dengan budaya Tionghoa diperoleh dari wilayah yang masih kental dengan budaya Tionghoa seperti Kalimantan Barat atau Semarang, hasil dari penelitian ini akan dapat berubah. Penelitian ini juga memiliki keterbatasan dalam jumlah subjek. Hasil dari penelitian ini mungkin akan berubah jika subjek penelitian ini dapat lebih banyak lagi. Hal ini cukup sulit karena subjek yang dibutuhkan cukup sedikit dan kurangnya subjek yang mau ikut dalam penelitian ini.
61
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
C. Saran 1. Bagi Lansia Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa budaya tidak memiliki pengaruh besar dalam membentuk kecemasan terhadap kematian pada lansia. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor lain yang membentuk kecemasan terhadap kematian untuk lansia seperti tingkat keagamaan dan dukungan dari lingkungan sekitar lansia. 2. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya tidak memberikan perbedaan yang signifikan mengenai kecemasan terhadap kematian pada lansia namun jika dicermati lebih lanjut, terdapat perbedaan skor rata-rata dari masing-masing budaya, dimana skor rata-rata budaya Jawa sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata budaya Tionghoa. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini dapat mengalami perubahan hasil jika penelitian selanjutnya dapat lebih ketat lagi dalam menyaring subjek penelitian. Seperti pada penelitian Stein dan Letho yang menjelaskan bahwa budaya Timur cenderung menyebabkan kecemasan terhadap kematian menjadi berkurang. Pada subjek dengan budaya Jawa cenderung terdapat subjek yang menganut agama Islam dan Nasrani. Agama Islam berasal dari budaya Timur dan agama Nasrani berasal dari budaya Barat. Hal ini menunjukkan bahwa agama cukup berpengaruh dalam sebuah budaya, sehingga peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan subjek yang menganut agama yang sama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
berasal dari budaya Timur seperti subjek dengan budaya Jawa yang beragama Islam dan subjek dengan budaya Tionghoa yang beragama Buddha. Peneliti juga menyarakna untuk peneliti lain dapat menggunakan faktor lain yang dapat menyebabkan kecemasan terhadap kematian misalnya faktor ekonomi dan dukungan sosial dari lingkungan sekitar. Jumlah subjek dalam penelitian juga cukup penting dalam menentukkan hasil penelitian jadi disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat memakai subjek yang lebih banyak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
DAFTAR PUSTAKA Anise M.S. Wu, Catherine S.K. Tang and Timothy C.Y. Kwok. (2002). Death Anxiety among Chinese Elderly People in Hong Kong. Journal of Aging and Health, Vol. 14 No. 1, February 2002 42-56 APA Dictionary of Psychology edited by Gary R. VandenBos. (2007). Washington, DC. American Psychological Association. Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Cangianto, A. 03 April 2013. Apa Yang Terjadi Setelah Kita Mati?, diperoleh pada 11 Maret 2014 dari http://web.budayationghoa.net/index.php/item/3592-apa-yang-terjadi-setelah-kita-mati-? Cangianto, A. 08 April 2013. Beberapa Pandangan Tentang Kematian, diperoleh pada 11 Maret 2014 dari http://web.budayationghoa.net/index.php/item/1875-beberapa-pandangan-tentang-kematian. Firestone, R., Catlett, J. (2009). Beyond Death Anxiety: Achieving LifeAffirming Death Awareness. New York. Springer Publishing Company, LLC. Hall, C.S. (1960). Sigmund Freud:Pengantar Kedalam Ilmu Djiwa Sigmund Freud. Jakarta. PT. Pembangunan Djakarta. Hardjowirogo, M. (1979). Adat Istiadat Jawa: Sedari Seseorang Masih Dalam Kandungan Hingga Sesudah Ia Tiada Lagi. Bandung.Patma. Hariyono, P.(1993). Kultur Cina dan Jawa: Pemahaman Menuju Asimilasi Kultural. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. Helgeson, V.C. (2012). Psychology of Gender 4th edition. New Jersey. Pearson Education, Inc. Hidayat, K.(2005). Psikologi Kematian: Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. Jakarta. Hikmah. Indriana, Y. (2012). Gerontologi dan Progeria.Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3.(2002). Jakarta. Balai Pustaka. Kastenbaum, R. (2000). Psychology of Death 3rd edition. New York. Springer Publishing Company, Inc. Koentjaraningrat. (2007). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta. Djambatan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Kübler-Ross, E.(1981). Living with Death and Dying. New York. Macmillan Publishing Co., Inc. Kübler-Ross, E. (1998). On Death and Dying (Kematian sebagai bagian Kehidupan). Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Lathief, S.I. (2010). Psikologi Fenomenologi Eksistensialisme. Lamongan. PUstaka puJAngga. Lazarus, R.S. (1991). Progress on a cognitive-motivational-relational theoryof Emotion.American Psychologist Association Vol.46, No. 8, 819-834. Liu Weilin. 27 Agustus 2013. PandanganOrang Tionghoa Terhadap Kematian, diperoleh pada 11 Maret 2014 dari http://web.budayationghoa.net/index.php/item/3675-pandangan-orang-tionghoa-terhadapkematian. Myers, D.G. (1983). Social Psychology. Michigan. McGraw Hill. Nio Joe Lan. (2013). Peradaban Tionghoa Selayang Pandang. Jakarta. Kepustakaan Populer Gramedia. Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik & Geriatric edisi 3. Jakarta.EGC. Papalia, D.E., Olds, S.W., dan Feldman, R.D. (2004). Human Development 9th Edition. New York. McGraw-Hill. Publication Manual of the American Psychological Association. (2010). Washington, DC.American Psychological Association. Purwanto, E.A., Sulistyastuti, D.R. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial. Yogyakarta. Gava Media Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi dari Blog menjadi Buku. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma. Semiun, Y. (2006). Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta. Kanisius. Setyaningrum. R. 20 Agustus 2012.Notulensi Seminar: Alam Arwah Menurut Tradisi Tionghoa, diperoleh pada 11 Maret 2014 dari http://web.budayationghoa.net/index.php/item/2272-notulensi-seminar--alam-arwahmenurut-tradisi-tionghoa. Stein, K.F., Letho, R.H. (2009). Death Anxiety: An Analysis of an Evolving Concept. Research and Theory for Nursing Practice: An International Journal, Vol. 23, No. 1, 2009
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
Stuart, G.W., Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing 8th edition. Missouri. Elsevier Mosby, Inc. Stuart,
R.F., Sundeen P.C. (1998). Buku Saku Diterjemahkan oleh Achir Yani S. Jakarta. EGC.
Keperawatan
Jiwa.
Subagya, Y.T. (2004). Menemui Ajal: Etnografi Jawa Tentang Kematian. Yogyakarta. Kepel Press. Suryadi, H. 10 April 2014. Seri Tulisan Confusius [20] – Kehidupan dan Kematian, diperoleh pada 11 Maret 2014 dari http://web.budayationghoa.net/index.php/item/1886-seri-tulisan-confucius-20-kehidupandan-kematian. Thorson, J.A., Powell. F.C. (1988). Elements of Death Anxiety and Meanings of Death. JournalofClinicalPsychology, September 1988, Vol.44,No.5. Trihendradi, C.(2013). Langkah Praktis Menguasai Statistik untuk Ilmu Sosial dan Kesehatan + Konsep & Penerapannya menggunakan SPSS.Yogyakarta.Andi. Wijaya, F.S., Safitri, R.M. (2010). Persepsi Terhadap Kematian dan Kecemasan Menghadapi Kematian pada Lanjut Usia. Naskah Publikasi. Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Ya-Hui Wen. (2010). Religiosity and Death Anxiety. The Journal of Human Resource and Adult Learning, December 2010 Vol. 6, Num. 2. Zubair, A.C.(2001). Dari Kematian ke Epistemologi Da’wah: Sebuah Refleksi Tentang Keislaman. Yogyakarta.Philosophy Press.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 1 Skala Kecemasan terhadap Kematian Sebelum Try-out
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKALA PENELITIAN
Alfonsus Bayu Dirgantara
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
68
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
Yogyakarta, Juni 2014 Yth. Bapak/ Ibu yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini Terkait dengan penelitian yang saya lakukan, perkenankan saya memohon izin untuk meminta bantuan serta partisipasi Bapak/ Ibu untuk merelakan waktu dalam rangka mengisi skala berikut ini. Skala ini terdiri dari beberapa pernyataan yang dikelompokkan dalam beberapa bagian. Dalam merespon pernyataan-pernyataan tersebut, saya sangat berharap Bapak/ Ibu untuk mengisinya dengan sebenar-benarnya, apa adanya, dan sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan Bapak/ Ibu dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengisian skala ini tidak ada penilaian benar atau salah, serta data yang diberikan oleh Bapak/ Ibu sangat terjaga kerahasiaannya. Saya juga mohon Bapak/ Ibu untuk selalu memperhatikan petunjuk pengerjaan dan instruksi yang diberikan dalam mengisi skala ini, karena hasil dari pengisian ini akan digunakan untuk kepentingan ilmiah. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/ Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.
Hormat saya,
Alfonsus Bayu Dirgantara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
DATA DIRI Nama / Inisial
:
Jenis Kelamin
: Laki-laki / Perempuan *
Usia
: ______ tahun
Status Pernikahan
: Lajang / Menikah / Janda / Duda *
Suku Adat
:
(* coret yang tidak sesuai) PERNYATAAN KESEDIAAN Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk mengisi skala ini tanpa adanya paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun namun saya dengan suka rela mengisi skala ini demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah yang disusun. Semua respon yang saya berikan mewakili apa yang saya alami dalam kehidupan saya sehari-hari dan bukan atas pandangan masyarakat pada umumnya. Saya juga memberikan ijin agar jawaban saya dapat digunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah meskipun tanpa mencantumkan identitas pribadi saya. Yogyakarta, Juni 2014
(................................................)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
PETUNJUK PENGERJAAN Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang terkait dengan apa yang Anda rasakan, Anda pikirkan, dan Anda lakukan ketika melihat, membayangkan, mendengar dan mengalami pengalaman yang berhubungan dengan peristiwa kematian yang ada di sekitar Anda. Anda hanya diminta untuk memberikan persetujuan Anda terhadap pernyataan-pernyataan yang disajikan dengan membubuhkan tanda centang (√) pada kolom jawaban yang paling mewakili keadaan atau kondisi yang Anda alami. Enam pilihan jawaban yang tersedia adalah sebagai berikut : Kolom SS, jika Anda Sangat Setuju dengan pernyataan Kolom S, jika Anda Setuju dengan pernyataan Kolom AS, jika Anda Agak Setuju dengan pernyataan Kolom ATS, jika Anda Agak Tidak Setuju dengan pernyataan Kolom TS, jika Anda Tidak Setuju dengan pernyataan Kolom STS, jika Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan Masing-masing orang memiliki jawaban yang berbeda untuk setiap pernyataan, oleh sebab itu pilihlah jawaban yang paling sesuai untuk mewakili persetujuan Anda terhadap pernyataan yang disajikan.Tidak ada jawaban yang salah. Selamat mengerjakan, jangan sampai ada yang terlewatkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
PERNYATAAN
1.
Saat saya melihat seseorang meninggal, detak jantung saya menjadi lebih cepat.
2.
Saya sangat takut untuk membayangkan kematian yang akan terjadi dengan diri saya.
3.
Suara saya menjadi hilang saat melihat kematian secara langsung.
4.
Saya mendapat berita kematian saya menjadi lupa dengan apa yang sedang saya lakukan.
5.
Saya menerima pemberitahuan dokter bahwa saya memiliki penyakit kronis, saya menjadi sangat marah pada diri saya.
6.
Saat menghadiri pemakaman seseorang saya sering berpikir bagaimana jika yang dimakamkan adalah saya.
7.
Saat didiagnosis memiliki penyakit kronis, pikiran saya tetap tenang dan fokus.
8.
Saya akan berhenti melakukan pekerjaan saya setelah mendapatkan berita tentang kematian seseorang.
9.
Detak jantung saya terasa hilang sejenak saat mendengar pemberitahuan dari dokter bahwa saya memiliki penyakit yang membuat saya meninggal.
STS TS ATS AS
S
72
SS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
PERNYATAAN
10. Saya merasa ketakutan saat melihat peristiwa kematian secara langsung. 11. Saya cenderung memiliki firasat buruk saat sedang bekendara di jalan. 12. Saat terjadi kecelakaan di lingkungan sekitar, saya berani menolong korban kecelakaan tersebut walau kondisinya sudah meninggal. 13. Saya tidak dapat berkonsentrasi setelah mendengar pemberitahuan dokter mengenai penyakit kronis yang saya derita. 14. Pengelihatan saya menjadi kabur saat saya menerima berita kematian teman saya. 15. Saya tidak berani datang ke pemakaman seseorang. 16. Saya tetap tenang saat melihat peristiwa kematian secara langsung. 17. Saya takut untuk menolong orang yang mengalami kecelakaan di lingkungan sekitar saya. 18. Saya sering merasa banyak hal di lingkungan sekitar dapat mencelakakan diri saya.
STS TS ATS AS
S
73
SS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
PERNYATAAN
19. Saya tetap melakukan aktifitas saya dengan baik setelah mendapatkan berita mengenai kematian. 20. Saat membayangkan mengenai kematian yang akan saya alami secara tidak sadar saya mengertakkan gigi saya. 21. Saya menjadi terus terpikirkan mengenai kematian saat melihat peristiwa kecelakaan secara langsung. 22. Saya menjadi dipresi saat mengetahui bahwa saya memiliki penyakit kronis yang dapat membuat saya meninggal. 23. Produktivitas saya menurun saat saya mengetahui saya memiliki penyakit yang dapat membuat saya meninggal. 24. Saat menghadiri pemakaman seseorang, saya selalu kehilangan nafsu makan saya. 25. Saya tenang-tenang saja saat menerima berita kematian seseorang. 26. Pikiran saya terpecah-pecah setelah membayangkan mengenai kematian. 27. Saya sering merasakan perasaan ingin buang air kecil saat saya menghadiri pemakaman seseorang.
STS TS ATS AS
S
74
SS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
PERNYATAAN
28. Saya tetap tegar dan tidak depresi saat saya didiagnosis bahwa saya memiliki penyakit kronis yang dapat merenggut nyawa saya. 29. Saya menjadi sangat hati-hati di jalan, setelah melihat peristiwa kecelakaan yang merenggut nyawa seseorang. 30. Perasaan saya menjadi sangat cemasa saat menghadiri pemakaman seseorang. 31. Saya sering menarik nafas yang panjang dan dalam saat melihat peristiwa kematian secara langsung. 32. Saya sering memikirikan apa yang akan terjadi jika saya meninggal nantinya. 33. Saat menghadiri pemakaman seseorang saya tidak pernah merasakan perasaan ingin buang air kecil. 34. Saya merasakan kegundahan di dalam hati saya setelah membayangkan tentang kematian. 35. Saya tetap dapat mengingat banyak hal setelah mendengar berita tentang kematian. 36. Saat membayangkan mengenai kematian saya menjadi sangat gelisah.
STS TS ATS AS
S
75
SS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
PERNYATAAN
37. Saya merasakan kepedihan mendalam saat mendapat kematian seseorang.
STS TS ATS AS yang berita
38. Pikiran saya menjadi negatif saat setelah melihat peristiwa kecelakaan yang merenggut nyawa seseorang. 39. Keringat saya menjadi banyak saat saya membayangkan mengenai kematian. 40. Pikiran saya tetap fokus setelah saya melihat peristiwa kematian secara langsung. 41. Saat berkendara di jalan saya sering merasa khawatir akan mengalami kecelakaan yang dapat menghilangkan nyawa saya. 42. Setelah menerima kabar dokter mengenai penyakit kronis yang saya derita, saya selalu memikirkan apa saja yang dapat membahayakan saya. 43. Nafas saya menjadi tersengal-sengal saat saya membayangkan mengenai kematian. 44. Indera pengecapan saya berkurang fungsinya saat saya berada di pemakaman seseorang. 45. Pikiran saya melayang saat melihat kematian secara langsung.
S
76
SS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
PERNYATAAN
46. Saya merasa tenang dan dapat menghibur orang lain saat menghadiri pemakaman orang lain. 47. Saat mengetahui saya memiliki penyakit kronis saya merasa sangat tidak berdaya. 48. Saya tetap dapat mengontrol pikiran saya setelah membayangkan mengenai kematian. 49. Saat saya membayangkan mengenai kematian, saya tidak dapat menahan buang air kecil. 50. Saya dapat mengontrol nafas saya dengan baik saat mendengar pemberitahuan dokter bahwa saya memiliki penyakit kronis. 51. Saya menjadi tidak dapat tidur setelah membayangkan mengenai kematian. 52. Saya merasa tidak terima dan cenderung menyalahkan orang lain saat menerima berita dari dokter bahwa saya memiliki penyakit kronis. 53. Saat membayangkan mengenai kematian, saya tidak pernah mengeluarkan keringat dingin. 54. Wajah saya menjadi sangat pucat saat melihat peristiwa kecelakaan secara langsung.
STS TS ATS AS
S
77
SS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
PERNYATAAN
STS TS ATS AS
55. Saya tidak mengertakkan gigi saya saat melihat peristiwa kematian secara langsung. 56. Saat mendengar pemberitahuan dokter mengenai penyakit saya yang kronis, pemahaman saya mengenai hal-hal yang sederhana menjadi berkurang. 57. Saya dapat mengontrol suasana hati saya untuk tidak sedih terlalu dalam saat menghadiri pemakaman seseorang. 58. Saya tidak dapat melakukan banyak hal saat mendengar berita kematian seseorang. 59. Tubuh saya menjadi tegang dan gemetaran saat dokter memberitahu bahwa umur saya hanya tinggal sebentar. 60. Saat menerima berita kematian seseorang, emosi saya menjadi meluapluap.
Terima kasih atas partisipasi Anda. Mohon diperiksa kembali untuk memastikan semua soal terisi dengan baik.
S
78
SS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 2 Skala Kecemasan terhadap Kematian Sesudah Try-out
79
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKALA PENELITIAN
Alfonsus Bayu Dirgantara
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
80
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Yogyakarta, Juni 2014 Yth. Bapak/ Ibu yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini Terkait dengan penelitian yang saya lakukan, perkenankan saya memohon izin untuk meminta bantuan serta partisipasi Bapak/ Ibu untuk merelakan waktu dalam rangka mengisi skala berikut ini. Skala ini terdiri dari beberapa pernyataan yang dikelompokkan dalam beberapa bagian. Dalam merespon pernyataan-pernyataan tersebut, saya sangat berharap Bapak/ Ibu untuk mengisinya dengan sebenar-benarnya, apa adanya, dan sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan Bapak/ Ibu dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengisian skala ini tidak ada penilaian benar atau salah, serta data yang diberikan oleh Bapak/ Ibu sangat terjaga kerahasiaannya. Saya juga mohon Bapak/ Ibu untuk selalu memperhatikan petunjuk pengerjaan dan instruksi yang diberikan dalam mengisi skala ini, karena hasil dari pengisian ini akan digunakan untuk kepentingan ilmiah. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/ Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.
Hormat saya,
Alfonsus Bayu Dirgantara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
DATA DIRI Nama / Inisial
:
Jenis Kelamin
: Laki-laki / Perempuan *
Usia
: ______ tahun
Status Pernikahan
: Lajang / Menikah / Janda / Duda *
Suku Adat
:
(* coret yang tidak sesuai) PERNYATAAN KESEDIAAN Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk mengisi skala ini tanpa adanya paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun namun saya dengan suka rela mengisi skala ini demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah yang disusun. Semua respon yang saya berikan mewakili apa yang saya alami dalam kehidupan saya sehari-hari dan bukan atas pandangan masyarakat pada umumnya. Saya juga memberikan ijin agar jawaban saya dapat digunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah meskipun tanpa mencantumkan identitas pribadi saya. Yogyakarta, Juni 2014
(................................................)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
PETUNJUK PENGERJAAN Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang terkait dengan apa yang Anda rasakan, Anda pikirkan, dan Anda lakukan ketika melihat, membayangkan, mendengar dan mengalami pengalaman yang berhubungan dengan peristiwa kematian yang ada di sekitar Anda. Anda hanya diminta untuk memberikan persetujuan Anda terhadap pernyataan-pernyataan yang disajikan dengan membubuhkan tanda centang (√) pada kolom jawaban yang paling mewakili keadaan atau kondisi yang Anda alami. Enam pilihan jawaban yang tersedia adalah sebagai berikut : Kolom SS, jika Anda Sangat Setuju dengan pernyataan Kolom S, jika Anda Setuju dengan pernyataan Kolom AS, jika Anda Agak Setuju dengan pernyataan Kolom ATS, jika Anda Agak Tidak Setuju dengan pernyataan Kolom TS, jika Anda Tidak Setuju dengan pernyataan Kolom STS, jika Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan Masing-masing orang memiliki jawaban yang berbeda untuk setiap pernyataan, oleh sebab itu pilihlah jawaban yang paling sesuai untuk mewakili persetujuan Anda terhadap pernyataan yang disajikan.Tidak ada jawaban yang salah. Selamat mengerjakan, jangan sampai ada yang terlewatkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
PERNYATAAN
1.
Saya sangat takut untuk membayangkan kematian yang akan terjadi dengan diri saya.
2.
Saat mendapat berita kematian saya menjadi lupa dengan apa yang sedang saya lakukan.
3.
Saat menerima pemberitahuan dokter bahwa saya memiliki penyakit kronis, saya menjadi sangat marah pada diri saya.
4.
Saya merasa ketakutan saat melihat peristiwa kematian secara langsung.
5.
Saya cenderung memiliki firasat buruk saat sedang berkendara di jalan.
6.
Saya tidak berani datang ke pemakaman seseorang.
7.
Saya tetap tenang saat melihat peristiwa kematian secara langsung.
8.
Saat membayangkan mengenai kematian yang akan saya alami secara tidak sadar saya mengertakkan gigi saya.
9.
Saya menjadi terus terpikirkan mengenai kematian saat melihat peristiwa kecelakaan secara langsung.
10. Saya menjadi depresi saat mengetahui bahwa saya memiliki penyakit kronis yang dapat membuat saya meninggal.
STS TS ATS AS
S
84
SS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
PERNYATAAN
STS TS ATS AS
11. Produktivitas saya menurun saat saya mengetahui saya memiliki penyakit yang dapat membuat saya meninggal. 12. Saat menghadiri pemakaman seseorang, saya selalu kehilangan nafsu makan saya. 13. Pikiran saya terpecah-pecah setelah membayangkan mengenai kematian. 14. Saya sering merasakan perasaan ingin buang air kecil saat saya menghadiri pemakaman seseorang. 15. Saya merasakan kegundahan di dalam hati saya setelah membayangkan tentang kematian 16. Saat membayangkan mengenai kematian saya menjadi sangat gelisah. 17. Saya merasakan kepedihan mendalam saat mendapat kematian seseorang.
yang berita
18. Pikiran saya menjadi negatif saat setelah melihat peristiwa kecelakaan yang merenggut nyawa seseorang. 19. Keringat saya menjadi banyak saat saya membayangkan mengenai kematian. 20. Setelah menerima kabar dokter mengenai penyakit kronis yang saya derita, saya selalu memikirkan apa saja yang dapat membahayakan saya.
S
85
SS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
PERNYATAAN
21. Nafas saya menjadi tersengal-sengal saat saya membayangkan mengenai kematian. 22. Indera pengecapan saya berkurang fungsinya saat saya berada dipemakaman seseorang. 23. Pikiran saya melayang saat melihat kematian secara langsung. 24. Saat mengetahui saya memiliki penyakit kronis saya merasa sangat tidak berdaya. 25. Saat saya membayangkan mengenai kematian, saya tidak dapat menahan buang air kecil. 26. Saya menjadi tidak dapat tidur setelah membayangkan mengenai kematian. 27. Saya merasa tidak terima dan cenderung menyalahkan orang lain saat menerima berita dari dokter bahwa saya memiliki penyakit kronis. 28. Saat membayangkan mengenai kematian, saya tidak pernah mengeluarkan keringat dingin. 29. Wajah saya menjadi sangat pucat saat melihat peristiwa kecelakaan secara langsung. 30. Saya tidak dapat melakukan banyak hal saat mendengar berita kematian seseorang.
STS TS ATS AS
S
86
SS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
PERNYATAAN
STS TS ATS AS
31. Saat mendengar pemberitahuan dokter mengenai penyakit saya yang kronis, pemahaman saya mengenai hal-hal yang sederhana menjadi berkurang. 32. Tubuh saya menjadi tegang dan gemetaran saat dokter memberitahu bahwa umur saya hanya tinggal sebentar lagi. 33. Saat menerima berita kematian seseorang, emosi saya menjadi meluapluap. Terima kasih atas partisipasi Anda. Mohon diperiksa kembali untuk memastikan semua soal terisi dengan baik.
S
87
SS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 3 Analisis Reliabilitas Data dan Kualitas Aitem Data
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
1. Hasil Uji Reliabilitas Data dan Kualitas Aitem Data Sebelum Seleksi Aitem. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .884
Cronbach's Alpha Based on Standardize d Items N of Items .889
60 Item-Total Statistics
Scale Scale Mean Variance Corrected Squared Cronbach's if Item if Item Item-Total Multiple Alpha if Item Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted Pernyataan 01
104.77
617.495
.251
.
.884
Pernyataan 02
105.67
604.989
.436
.
.881
Pernyataan 03
105.77
625.220
.174
.
.884
Pernyataan 04
105.57
605.082
.449
.
.881
Pernyataan 05
106.00
615.034
.543
.
.881
Pernyataan 06
104.40
622.110
.182
.
.885
Pernyataan 07
105.50
630.052
.079
.
.886
Pernyataan 08
105.27
627.375
.094
.
.886
Pernyataan 09
104.80
646.441
-.165
.
.889
Pernyataan 10
105.50
606.328
.489
.
.880
Pernyataan 11
105.83
618.351
.353
.
.882
Pernyataan 12
105.47
618.189
.239
.
.884
Pernyataan 13
104.47
627.844
.120
.
.885
Pernyataan 14
105.37
625.413
.160
.
.885
Pernyataan 15
106.40
621.352
.323
.
.883
Pernyataan 16
105.80
627.476
.169
.
.884
Pernyataan 17
105.23
621.771
.163
.
.885
Pernyataan 18
105.73
626.202
.168
.
.884
Pernyataan 19
105.77
615.357
.324
.
.882
Pernyataan 20
105.77
624.530
.274
.
.883
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
Pernyataan 21
105.10
605.679
.476
.
.880
Pernyataan 22
105.50
607.569
.541
.
.880
Pernyataan 23
105.17
598.075
.626
.
.878
Pernyataan 24
105.63
607.757
.453
.
.881
Pernyataan 25
104.90
621.128
.195
.
.884
Pernyataan 26
105.63
596.309
.647
.
.878
Pernyataan 27
106.10
611.403
.402
.
.881
Pernyataan 28
105.70
621.872
.213
.
.884
Pernyataan 29
103.33
640.368
-.119
.
.886
Pernyataan 30
105.97
623.137
.260
.
.883
Pernyataan 31
104.33
629.264
.085
.
.886
Pernyataan 32
104.40
624.662
.165
.
.885
Pernyataan 33
105.70
625.183
.175
.
.884
Pernyataan 34
105.60
605.972
.526
.
.880
Pernyataan 35
105.83
625.040
.249
.
.883
Pernyataan 36
105.83
595.661
.685
.
.878
Pernyataan 37
104.90
611.541
.353
.
.882
Pernyataan 38
105.33
600.989
.517
.
.880
Pernyataan 39
106.07
618.892
.487
.
.881
Pernyataan 40
105.70
612.079
.399
.
.881
Pernyataan 41
105.17
621.040
.238
.
.884
Pernyataan 42
104.70
611.114
.360
.
.882
Pernyataan 43
106.23
621.357
.441
.
.882
Pernyataan 44
106.07
613.513
.436
.
.881
Pernyataan 45
105.60
595.076
.589
.
.878
Pernyataan 46
106.23
633.151
.163
.
.884
Pernyataan 47
105.83
609.040
.613
.
.880
Pernyataan 48
105.77
619.357
.266
.
.883
Pernyataan 49
106.27
624.271
.341
.
.883
Pernyataan 50
105.87
630.809
.103
.
.885
Pernyataan 51
105.40
598.800
.604
.
.879
Pernyataan 52
105.97
615.206
.339
.
.882
Pernyataan 53
105.70
612.217
.386
.
.882
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
Pernyataan 54
105.43
608.047
.414
.
.881
Pernyataan 55
105.77
618.254
.284
.
.883
Pernyataan 56
105.73
617.444
.421
.
.882
Pernyataan 57
106.27
631.168
.129
.
.884
Pernyataan 58
105.83
618.282
.384
.
.882
Pernyataan 59
104.93
601.030
.495
.
.880
Pernyataan 60
106.13
623.361
.296
.
.883
2. Hasil Uji Reliabilitas Data dan Kualitas Aitem Data Sesudah Seleksi Aitem. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .916
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
.918
33
Item-Total Statistics Scale Scale Mean Variance if Corrected Squared Cronbach's if Item Item Item-Total Multiple Alpha if Deleted Deleted Correlation Correlation Item Deleted Pernyataan 02
51.29
350.280
.454
.
.914
Pernyataan 04
51.16
357.406
.333
.
.916
Pernyataan 05
51.58
362.252
.447
.
.914
Pernyataan 10
51.06
354.329
.454
.
.914
Pernyataan 11
51.42
361.985
.349
.
.915
Pernyataan 15
52.00
361.333
.400
.
.914
Pernyataan 16
51.39
363.712
.302
.
.916
Pernyataan 20
51.35
362.437
.402
.
.914
Pernyataan 21
50.71
349.546
.528
.
.913
Pernyataan 22
51.10
355.624
.488
.
.913
Pernyataan 23
50.77
347.914
.588
.
.912
Pernyataan 24
51.23
350.581
.525
.
.913
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
Pernyataan 26
51.23
344.647
.660
.
.911
Pernyataan 27
51.71
350.213
.539
.
.913
Pernyataan 34
51.19
352.095
.534
.
.913
Pernyataan 36
51.42
350.852
.542
.
.913
Pernyataan 37
50.48
353.658
.414
.
.915
Pernyataan 38
50.94
344.462
.602
.
.912
Pernyataan 39
51.65
359.303
.602
.
.913
Pernyataan 42
50.32
354.559
.385
.
.915
Pernyataan 43
51.84
362.940
.474
.
.914
Pernyataan 44
51.68
354.492
.523
.
.913
Pernyataan 45
51.23
346.447
.531
.
.913
Pernyataan 47
51.42
357.985
.518
.
.913
Pernyataan 49
51.84
366.406
.343
.
.915
Pernyataan 51
51.00
342.867
.697
.
.910
Pernyataan 52
51.55
354.056
.461
.
.914
Pernyataan 53
51.29
358.146
.364
.
.915
Pernyataan 54
51.00
350.333
.492
.
.913
Pernyataan 56
51.32
355.959
.580
.
.913
Pernyataan 58
51.45
357.589
.488
.
.913
Pernyataan 59
50.55
344.523
.572
.
.912
Pernyataan 60
51.71
364.813
.324
.
.915
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 4 Hasil SPSS Uji Asumsi dan Uji Hipotesis
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Budaya
Statistic
SkorTotal Jawa Tionghoa
df
Sig.
.134
30
.180
.130
30
.200*
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
b. Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic Skor Total
df1
df2
Sig.
Based on Mean
.835
1
58
.365
Based on Median
.832
1
58
.366
Based on Median and with adjusted df
.832
1 55.775
.366
Based on trimmed mean
.844
1
.362
58
2. Uji Hipotesis Group Statistics Budaya Skor Total Jawa Tionghoa
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
30
52.13
19.280
3.520
30
42.90
18.397
3.359
94
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
Independent Samples Test Assumptions Dependent variables Skor Total
Statistics Levene's Test F for Equality of Sig. Variances t-test for Equality of Means
t
Equal Equal variances variances not assumed assumed .835 .365 1.898
1.898
58
57.873
.063
.063
Mean Difference
9.233
9.233
Std. Error Difference
4.865
4.865
95% Confidence Lower Interval of the Upper Difference
-.506
-.506
18.972
18.973
df Sig. (2-tailed)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 5 Hasil SPSS Data Analisis Tambahan
96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
1. Hasil Independent Sample T-Test Kecemasan terhadap Kematian pada Lansia Wanita dengan Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa. Group Statistics Budaya Wanita
N
Jawa Tionghoa
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
6
54.00
18.133
7.403
12
49.50
21.138
6.102
Independent Samples Test Wanita Equal variances assumed
Equal variances not assumed
Levene's Test for F Equality of Variances Sig.
.493
t-test for Equality of Means
.445
.469
16
11.657
.663
.648
4.500
4.500
10.123
9.593
-16.961
-16.471
25.961
25.471
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Lower Interval of the Upper Difference
.493
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
2. Hasil Independent Sample T-Test Kecemasan terhadap Kematian pada Lansia Pria dengan Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa. Group Statistics Budaya Pria Jawa Tionghoa
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
23
50.61
19.646
4.097
16
39.00
15.765
3.941
Independent Samples Test Pria Equal variances assumed Levene's Test for Equality of Variances
F
Equal variances not assumed
1.687
Sig.
.202
t-test for Equality of t Means df
1.962
2.042
37
36.150
.057
.048
11.609
11.609
Std. Error Difference
5.916
5.685
95% Confidence Interval of the Difference
Lower
-.378
.081
Upper
23.596
23.136
Sig. (2-tailed) Mean Difference