PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
STUDI DESKRIPTIF: GAMBARAN CULTURE SHOCK YANG DIALAMI MAHASISWA ASAL PAPUA DI YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh : Heni Ariyanti 089114016
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
STUDI DESKRIPTIF: GAMBARAN CULTURE SHOCK YANG DIALAMI MAHASISWA ASAL PAPUA DI YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh : Heni Ariyanti 089114016
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN MOTTO
“Pesawat dapat terbang karena menantang angin. Hadapi masalahmu! Tantang! Dan terbanglah!”
“ If you fill your heart with regrets of yesterday and the worries of tomorrow, so you have no today to thankfull for” (Anonim)
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan bagi, Allah SWT yang selalu melindungi, mendampingi dan memberikan pertolongan pada setiap proses hidupku. Ibu dan bapak yang selalu memberikan dukungan, doa, semangat serta cinta yang tulus untukku. Adikku hesti yang selalu memberikan motivasi untukku Serta teman-teman terbaik dalam hidupku.
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
STUDI DESKRIPTIF: GAMBARAN CULTURE SHOCK YANG DIALAMI MAHASISWA ASAL PAPUA DI YOGYAKARTA
Heni Ariyanti
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana culture shock yang dialami oleh mahasiswa asal Papua di Yogyakarta dengan berfokus pada tahapan dan gejala yang dialami. Kedua fokus tersebut dinilai perlu karena tahapan dan gejala yang terjadi mungkin saja berbeda karena terdapat faktor interpersonal dan intrapersonal yang dapat mempengaruhi culture shock. Pendekatan deksriptif dipilih untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut. Penelitian ini melibatkan mahasiswa asal Papua yang melanjutkan studi di Yogyakarta dan tinggal di Yogyakarta dalam kurun waktu 1 sampai 2 tahun, subjek dipilih menggunakan criterion sampling. Mengacu kepada kedua fokus penelitian, hasil penelitian ini menunjukkan ada empat tahapan culture shok yang dialami, yaitu honeymoon, crisis/culture shock, recovery, dan adjustment. Terdapat delapan gejala culture shock yang dialami, yaitu a) Merasa sedih, sendirian dan terasingkan; b) Tidak mampu berbicara dan mengerti bahasa yang digunakan oleh orang setempat dan cenderung menghindari kontak dengan orang lokal; c) Takut melakukan kontak fisik; d) Keinginan untuk berinteraksi dengan rekan sesama; e) Merasa tidak aman (rasa ketakutan yang berlebihan) takut ditipu, dirampok, takut terluka; f) Kehilangan identitas dan kurang percaya diri; g) Merindukan keluarga dan rumah; h) Bermasalah dengan kesehatan (flu, demam, diare, alergi).
Kata kunci: tahapan culture shock, gejala culture shock, mahasiswa asal Papua di Yogyakarta
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DESCRIPTIVE STUDY: THE DESCRIPTION OF CULTURE SHOCK EXPERIENCED PAPUA STUDENTS IN YOGYAKARTA
Heni Ariyanti
ABSTRACT This research aims to describe how the culture shock experienced by Papuan students in Yogyakarta by focusing on the stages and symptoms experienced. The second focus was considered necessary because of the stages and symptoms that occur may be different because there are interpersonal and intrapersonal factors that can affect the culture shock. Descriptive approach was chosen to answer the research question. The study involved students from Papua who study and live in Yogyakarta in Yogyakarta over a period of 1 to 2 years, subjects were selected using criterion sampling. Referring to the second focus of the study, the results of this study indicate there are four stages of culture shock is experienced, the honeymoon, crisis / culture shock, recovery, and adjustment. There are eight symptoms experienced culture shock, namely a) Feeling sad, alone and alienated, b) Not being able to speak and understand the language used by the local people and tend to avoid contact with the local people; c) Fear of physical contact; d) desire for interact with fellow; e) feeling Insecure (excessive fear) fear of being cheated, robbed, fearing f) Loss of identity and lack of confidence; g) Longing for family and home; h) Troubled by health (flu, fever, diarrhea, allergies). Key words: The stage of culture shock, the symptoms of culture shock, Papuan students in Yogyakarta.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT atas segala penyertaan dan berkah yang melimpah sehingga Skripsi dengan judul “Struktur Deskriptif: Gambaran Culture Shock yang Dialami Mahasiswa Asal Papua Di Yogyakarta” ini dapat diselesaikan dengan baik. Selama menulis Skripsi ini, penulis menyadari bahwa ada begitu banyak pihak yang telah berkontribusi besar dalam proses pengerjaan Skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak C. Siswa Widyatmoko, S.Psi., M.Psi selaku dekan Fakultas Psikologi. 2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan pelajaran berharga tentang perjuangan menyelesaikan skripsi. 3. Ibu M.M. Nimas Eki, S., M.Si., Psi selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih atas bimbingan, kerjasama, ilmu, perhatian, dan support yang telah diberikan hingga Skripsi ini selesai pada waktu yang telah ditentukan-Nya. 4. Bapak H. Wahyudi, M. Si dan Ibu Dra. Lucia Pratidarmanastiti selaku Dosen Penguji Skripsi, terima kasih atas bimbingan dan saran yang telh diberikan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Mas Gandung, Ibu Nanik, Mas Doni, dan Mas Muji, Pak Gie, terima kasih atas keramahan dan pelayanan yang begitu hangat selama menimba ilmu di Fakultas Psikologi 6. AS, HR, VL dan IF selaku subjek penelitian ini. Terima kasih atas bantuan dan kesediaan kalian untuk berbagi pengalaman dan informasi dengan penulis. 7. Segenap keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan serta doa kepada penulis. Sepupu – sepupu mba ndit, mba ika, mba endah, nane yang selalu mengingatkan untuk segera menyelesaikan penelitian ini. 8. Sahabat – sahabat saya Tiwi, Cik Mei, Nursih, Pauline, Anis, Lusi terima kasih untuk kebersamaan, keceriaan, semangat, pengalaman yang telah terjalin selama ini. 9. Teman – Teman Psikologi kelas A yang namanya tidak bisa disebutkan satu – persatu, terima kasih atas segala kebersamaan dan pengalaman yang telah diberikan. 10. Teman – teman kos yang selalu memberikan semangat dan bantuannya kepada penulis Mba icha, Feni, Novia, Rista, Ori, Agnes, Ka lisa, Maria, Indah, Hellen, Angel, Cilla, Rossa, Epong dan Mba Sum terima kasih atas semuanya. Teman kos lamaku Carol, terima kasih atas rekomendasian subjek penelitiannya. 11. Sahabat – sahabat jauhku yang selalu memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan studi di Yogyakarta agar bisa berkumpul kembali, Dita,
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Nube, Ani, Ole, Mas Adji, Kojek, Kiki, Om Domi, A ucup. Terima kasih atas segala keceriaan dan kelucuan kalian yang selalu membuat rindu. 12. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini, terima kasih. Saya menyadari dalam pembuatan skripsi ini ada kesalahan yang saya perbuat. Oleh karena itu saya mengucapkan maaf kepada semua pihak yang telah dirugikan. Penelitian ini juga masih jauh dari kata sempurna sehingga besar harapan saya untuk mendapatkan kritik dan saran yang membangun demi perkembangan penelitian selanjutnya. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 23 Juli 2013 Penulis,
Heni Ariyanti
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING............................ ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................. vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSTRACT .................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8 1. Manfaat Teoritis ............................................................................ 8 2. Manfaat Praktis .............................................................................. 8
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 9 A. Culture Shock ....................................................................................... 9 1. Pengertian Culture Shock ......................................................... 9 2. Tahap – tahap Culture Shock ................................................... 11 3. Gejala – gejala Culture Shock .................................................. 14 4. Faktor – faktor yang mempengaruhi Culture Shock ................ 20 B. Mahasiswa Asal Papua......................................................................... 22 C. Review Penelitian Terdahulu Mengenai Culture Shock ...................... 24 D. Gambaran Culture Shock pada Mahasiswa Asal Papua di Yogyakarta ........................................................................................... 27 E. Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 31 BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 32 A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 32 B. Fokus Penelitian ................................................................................... 32 C. Subjek Penelitian.................................................................................. 33 D. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 33 E. Prosedur Analisis Data ......................................................................... 37 1. Organisasi Data .............................................................................. 37 2. Pengkodean (Coding) ..................................................................... 37 3. Interpretasi ..................................................................................... 38 4. Membuat Rangkuman Temuan Penelitian ..................................... 38 F. Kredibilitas dan Reliabilitas Penelitian .................................................. 38 1. Kredibilitas Penelitian .................................................................... 38
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Kredibilitas Alat Pengumpul Data ................................................. 39 3. Reliabilitas Penelitian .................................................................... 40 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 41 A. Proses Penelitian .................................................................................. 41 1. Persiapan Penelitian ....................................................................... 41 2. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 42 3. Proses Analisis Data....................................................................... 43 4. Jadwal Pengambilan Data ............................................................. 44 B. Profil Subjek ........................................................................................ 48 1. Subjek 1 (AS) ................................................................................. 48 2. Subjek 2 (HR) ................................................................................ 53 3. Subjek 3 (VL)................................................................................. 57 4. Subjek 4 (IF) .................................................................................. 61 C. Rangkuman Tema Temuan Penelitian ................................................. 65 D. Deskripsi Tema .................................................................................... 67 E. Pembahasan .......................................................................................... 80 1. Temuan dari Fokus Penelitian........................................................ 80 2. Temuan Tambahan ......................................................................... 85 BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 88 A. Kesimpulan .......................................................................................... 88 B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 89
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. Saran..................................................................................................... 89 1. Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................... 89 2. Bagi Subjek Penelitian ................................................................... 90 3. Bagi Lembaga Pendidikan/Instansi Terkait ................................... 90 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 91 LAMPIRAN .................................................................................................... 94
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Panduan Pertanyaan Wawancara ......................................... …….…34 Tabel 2. Jadwal Wawancara dengan Subjek 1 (AS)………………………….45 Tabel 3. Jadwal Wawancara dengan Subjek 2 (HR) ...................................... .45 Tabel 4. Jadwal Wawancara dengan Subjek 3 (VL) ....................................... 46 Tabel 5. Jadwal Wawancara dengan Subjek 4 (IF) ......................................... 47 Tabel 6. Rangkuman Tema Temuan Penelitian .............................................. 65 Tabel 7. Rangkuman Temuan Tambahan ....................................................... 66
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Protokol Wawancara...................................................... …….…95 Lampiran 2. Transkip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek Penlitian ............................................ ………………………….99 Lampiran 3. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara ............................... 191 Lampiran 4. Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancra ........................ 196
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas sebagian orang memilih untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya, yaitu perguruan tinggi. Sebagian besar dari mereka memilih melanjutkan studi di kota yang berbeda dengan tempat tinggalnya ketika SMA. Hal ini tentu dilatar belakangi oleh berbagai macam alasan, salah satunya ialah mencari perguruan tinggi yang memiliki kualitas cukup baik. Bukan hanya berpindah kota, bahkan bagi mereka yang berasal dari luar Pulau Jawa juga banyak yang berlomba-lomba mendaftarkan diri ke perguruan tinggi yang terdapat di Pulau Jawa. Biasanya mereka yang berasal dari luar Pulau Jawa memilih untuk meneruskan pendidikannya di Pulau Jawa, karena selain terdapat banyak perguruan tinggi, kualitas perguruan tinggi di Pulau Jawa pun dinilai lebih baik dibanding perguruan tinggi di Luar Pulau Jawa (Niam, 2009). Daerah yang banyak diminati oleh pelajar untuk melanjutkan pendidikan umumnya adalah kota-kota besar yang berada di Pulau Jawa, seperti Bandung, Jakarta, Bogor, Surabaya, Malang, Semarang, Solo dan Yogyakarta. Dari beberapa daerah tersebut Yogyakarta yang cukup dikenal sebagai kota pelajar. Hal ini dikarenakan Yogyakarta memiliki banyak perguruan tinggi, baik yang berstatus negeri maupun swasta. Pada setiap tahunnya Yogyakarta kedatangan
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
sekitar puluhan ribu calon mahasiswa baru. Diantara mereka banyak yang berasal dari berbagai daerah di luar Pulau Jawa (Republikaonline, 2010). Salah satu populasi terbesar mahasiswa yang berasal dari luar Pulau Jawa di Yogyakarta adalah populasi mahasiswa yang berasal dari Papua. Terlihat dari jumlah mahasiswa asal Papua yang ada di Yogyakarta, mencapai kurang lebih 7.500 orang. Jumlah ini terdiri atas mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di jenjang S1, S2 dan S3 (Aliansi Mahasiswa Papua Jogja, 2011). Keadaan ini tentu saja dilatar belakangi oleh berbagai macam alasan.Menurut Boveington (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Sebuah Survei tentang Para Pelajar Papua yang Kuliah di Jawa Timur, salah satu hal yang memotivasi mahasiswa yang berasal dari Papua untuk melanjutkan pendidikannya di Jawa Timur, yakni karena mereka merasa mutu pendidikan di Papua masih kurang bagus. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Boveington (2007) ini dijelaskan bahwa yang memotivasi mahasiswa asal Papua melanjutkan pendidikannya di pulau Jawa karena mutu pendidikan di Papua yang masih kurang baik. Hal ini dilakukan karena mereka ingin mengembangkan Papua dengan ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Bagi mahasiswa asal Papua dengan mendapatkan pendidikan yang lebih baik, mahasiswa akan memperbaiki ketertinggalan dan mengembangkan sumber daya manusia yang ada di Papua. Mereka ingin membagikan ilmu yang mereka miliki disana dan mereka menyebutkan ingin “Papua yang Maju” sebagai cita-cita mereka (Boveington, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Perilaku mahasiswa asal Papua yang belajar ke Pulau Jawa dan setelah selesai studi kembali ke kampung halaman, membuat mereka dapat digolongkan ke dalam sojourner. Menurut Ady, Klineberg & Hull (dalam Ward, Bochner & Furnham, 2001) sojourner adalah orang-orang yang datang sementara waktu di tempat yang baru dan setelah tujuan tercapai akan kembali ke tempat asal. Datang ke sebuah tempat yang baru merupakan situasi yang dapat menimbulkan kecemasan, karena mereka menjumpai beberapa perbedaan antara tempat asal mereka dengan tempat tinggal mereka yang baru. Hal ini juga dialami oleh mahasiswa asal Papua yang memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Pulau Jawa, terutama di Yogyakarta. Papua dan Yogyakarta tentu saja memiliki latar belakang budaya yang sangat berbeda. Yogyakarta memiliki budaya Jawa yang cukup kental dan bahasa daerah yang digunakan oleh mayoritas penduduknya. Mayoritas penduduk Yogyakarta menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari – hari. Dalam menyampaikan pendapatnya pun budaya di Jawa tengah, termasuk Yogyakarta lebih bersifat unggah – ungguh dan kurang dapat bersikap arsetif (Bagus, M. G., 2002). Hal yang berbeda antara Yogyakarta dengan kota di Jawa Tengah lainnya yaitu di Yogyakarta terdapat banyak mahasiswa yang berasal dari beragam daerah dan memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Ini yang menyebabkan Yogyakarta disebut sebagai kota pelajar. Dengan demikian, mahasiswa di Yogyakarta dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar dapat menyesuaikan diri di lingkungan barunya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Mahasiswa Papua mengatakan bahwa tidak sedikit dosen yang menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar, selain bahasa Indonesia sebagai bahasa utamanya. Situasi seperti ini terkadang membuat mahasiswa yang berasal dari Papua merasa tidak nyaman. Hal ini pernah dialami oleh salah satu mahasiswa asal Papua, ia mengatakan bahwa terkadang dosen menggunakan bahasa Jawa ditengah-tengah perkuliahannya. Hal ini dirasa sebagai salah satu hambatan baginya dalam memahami materi perkuliahan (Wawancara, 16 Oktober 2012). Di Papua, mahasiswa asal Papua terbiasa dengan bahasa Indonesia dengan logat Papua yang khas. Bahasa tersebut biasanya lebih singkat dibandingkan dengan bahasa Indonesia yang asli. Misalnya dalam bahasa Indonesia kita mengatakan “saya atau kami pergi ke pasar” dengan logat Papua bisanya mereka cukup mengucap “sa atau kam pi di pasar”. Contoh lain misalnya kalimat tanya dalam bahasa Indonesia “anda hendak pergi kemana?” dalam bahasa Indonesia dengan logat Papua yang khas akan mengucap “ko mo pi dimana?”. Selain bahasa yang lebih disingkat pola atau penggunaan kata bantu seperti di- dan ke- cukup berbeda (Fauzi, 2012). Selain itu, nada bicara yang digunakan oleh mahasiswa Papua cenderung lebih kerasa sehingga terkesan seperti orang yang marah atau membentak. Hal ini dibenarkan oleh salah satu mahasiswa asal Papua di Yogyakarta yang mengaku bahwa terkadang ketika mereka berbicara banyak orang di Yogyakarta menduga mereka sedang marah. Kemudian ia pun mengatakan dalam menyatakan ketidaksetujuannya atau penolakan mereka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
terbiasa untuk asertif. Akan tetapi, mereka menyadari bahwa di Yogyakarta mereka harus lebih berhati – hati dalam berbicara karena karakter orang Jawa yang sensitif (Wawancara, 16 oktober 2012). Mahasiswa Papua juga memiliki sikap individualitas yang tinggi, khususnya mereka yang berasal dari daerah Pantai Utara, Papua. Hal ini menyebabkan mereka tidak mampu untuk bisa bekerja sama dan menerima kehadiran orang lain (Koentjaraningrat, 2002). Hal ini sesuai dengan pernyataan Kroeber & Kluckhohn yang menyebutkan bahwa budaya sangat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang, seperti penyesuaian diri, pemecahan masalah, belajar dan kebiasaan yang dimiliki (dalam Berry, Poortinaga, Segall & Dasen 1999). Perbedaan-perbedaan antara kondisi di daerah asal dengan di daerah baru dapat memunculkan hal-hal yang tidak menyenangkan bagi mahasiswa pendatang. Menurut Furnham dan Bochner (Hidajat dalam Niam, 2009) halhal yang tidak menyenangkan seperti masalah perbedaan bahasa antara daerah asal dan daerah baru, perbedaan cara berbicara, cara berbahasa dan kesulitan mengartikan ekspresi bicara seringkali menjadi sumber atau penyebab dari munculnya culture shock. Culture shock didefinisikan sebagai dampak yang timbul dari perpindahan budaya yang familiar ke budaya yang tidak familiar, biasa dialami oleh orang-orang ketika mereka berpergian atau pergi ke suatu sosial budaya yang baru (Odera, 2003).Culture shock biasanya ditandai dengan adanya perasaan cemas, hilangnya arah, perasaan tidak tahu apa yang harus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
dilakukan atau tidak tahu bagaimana harus melakukan sesuatu, yang dialami oleh individu ketika ia berada dalam suatu lingkungan yang secara budaya maupun sosial baru.Oberg (dalam Irwin, 2007) menjelaskan hal ini disebabkan oleh kecemasan individu karena ia kehilangan simbol-simbol yang selama ini dikenalnya dalam interaksi, yang terjadi ketika individu tinggal dalam budaya yang baru dengan jangka waktu yang relatif lama. Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai perilaku yang tertanam dalam diri individu.Budaya merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari individu, akumulasi dari pengalaman yang disosialisasikan dalam bentuk perilaku melalui pembelajaran sosial (social learning). Selain itu, kebudayaan juga didefinisikan sebagai pandangan hidup dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai dan simbol – simbol yang mereka terima. Semua hal itu diwariskan melalui proses komunikasi dan peniruan dari satu generas kepada generasi berikutnya (Liliweri. A, 2002). Pada penelitian ini budaya dibatasi pada perilaku terkait dengan cara berinteraksi yang telah tertanam dalam diri individu, karena di perguruan tinggi mereka harus berinteraksi dengan kelompok sebaya dari daerah yang lebih beragam dan memiliki latar belakang budaya yang beragam, dan peningkatan pada prestasi dan penilaiannya (Belle & Paul, Upcraft dan Gardner, dalam Santrock, 2002). Dampak culture shock sangat terasa bagi mahasiswa baru, sebab mahasiswa baru sedang berada pada masa peralihan dari remaja menuju dewasa awal. Selain itu, mahasiswa baru harus menghadapi masa transisi dari sekolah menengah atas menuju perguruan tinggi yang memiliki struktur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
sekolah yang lebih besar, dan tidak bersifat pribadi. Keadaan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Thomson, Rosenthal & Russell (2006) yang menemukan bahwa remaja mudah terpengaruh oleh perubahan yang terjadi dalam hidupnya, apalagi perubahan yang berkaitan dengan adanya perubahan budaya yang mudah menimbulkan culture shock. Mahasiswa yang berasal dari Papua sangat rentan mengalami culture shock. Hal ini dikarenakan mereka memiliki latar budaya yang sangat berbeda dengan budaya yang berada di Yogyakarta.Hal ini didukung oleh Niam (2009) dalam penelitiannya yang berjudul koping terhadap stres pada mahasiswa luar Jawa yang mengalami culture shock di Universitas Muhammadiyah Surakarta menemukan bahwa mahasiswa pendatang yang berasal dari luar Pulau Jawa banyak mengalami masalah atau kesulitan ketika ia berada di Surakarta. Mahasiswa yang berasal dari Papua memiliki perbedaan budaya yang sangat mencolok dibandingkan dengan mahasiswa lainnya. Teori sebelumnya menjelaskan bahwa salah satu hal yang memperngaruhi culture shock adalah besar kecilnya perbedaan budaya di lingkungan asalnya dengan lingkungan kebudayaan yang dimasukinya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa cara berkomunikasi dan berinteraksi yang berlangsung di Papua dan Yogyakarta memiliki perbedaan yang cukup jauh. Dengan demikian, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran culture shock yang dialami oleh mahasiswa asal Papua ketika melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
B. Rumusan Masalah Rumusan yang mendasari penelitian ini adalah peneliti ingin melihat bagaimana gambaran culture shock yang dialami oleh mahasiswa asal Papua ketika melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta.
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis gambaran culture shock yang dialami oleh mahasiswa asal Papua ketika melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat menambah literatur pengetahuan dan riset penelitian di Indonesia mengenai gambaran mahasiswa yang mengalami culture shock, mengingat Indonesia merupakan negara yang kaya akan ragam budaya. Selain itu, penelitian ini juga ingin memberikan sumbangan pengetahuan di bidang antropologi dan psikologi, khususnya psikologi budaya. 2. Manfaat Praktis Bagi subjek penelitian, dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengevaluasi diri. Bagi dosen dan orang tua penelitian ini dapat memberikan informasi untuk selanjutnya digunakan dalam
upaya
peningkatan
kesehatan
mental
mahasiswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Culture Shock 1. Pengertian Culture Shock Kebudayaan
didefinisikan
sebagai
pandangan
hidup
dari
sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai dan simbol – simbol yang mereka terima. Semua hal itu diwariskan melalui proses komunikasi dan peniruan dari satu generasi kepada generasi berikutnya (Liliweri. A, 2002). Culture shock dideskripsikan sebagai reaksi individu ketika mereka menyadari dirinya berada pada suatu tempat baru, aneh dan tidak dikenal (Bochner dalam Lonner & Malpass, 1994). Culture shock juga didefinisikan sebagai pengalaman depresi dan kecemasan dari banyak orang ketika mereka melakukan perjalanan atau berpindah ke sebuah keadaan sosial dan aturan budaya yang baru (Irwin, 2007). Guanipa (1998) mendeskripsikan culture shock sebagai kecemasan yang dialami oleh individu ketika ia pindah ke lingkungan yang benarbenar baru. Istilah culture shock mengungkapkan kurangnya arah, perasaan tidak tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukan suatu hal dilingkungan yang baru dan mengetahui apa saja yang cocok dan tidak cocok dalam lingkungan yang baru tersebut. Culture shock merupakan suatu keadaan yang dihadapi oleh hampir semua individu yang berada di lingkungan budaya yang baru
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
(Lysgaard dalam Martin & Nakayama, 2004), meskipun individu tersebut hanya tinggal dalam kurun waktu yang singkat. Hal ini terjadi karena individu merasakan ketidaknyamanan dan mengalami disorientasi saat berada
di
lingkungan
yang
baru,
ditambah
petunjuk
-
petunjuk yang ada di lingkungan baru tersebut tidak dapat dikenali (Lysgaard dalam Martin & Nakayama, 2004). Petunjuk-petunjuk tersebut merupakan tanda-tanda yang berkaitan dengan cara-cara yang dimiliki oleh individu untuk mengendalikan diri dalam hidup sehari-hari. Selain itu, tanda-tanda tersebut juga digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain (Oberg (dalam Hooves) dalam Mulyana & Rakhmat, 2009). Perasaan negatif akan muncul ketika individu kehilangan petunjuk dalam hidup dan merasakan seuatu ketidaknyamanan saat berada di lingkungan yang baru. Biasanya individu tersebut akan mengalami perasaan cemas, tidak berdaya dan lekas marah. Kalervo Oberg (1960) menyebutkan bahwa kecemasan dipicu akibat individu kehilangan tanda-tanda dan simbol-simbol sosial yang familiar dalam pergaulan (dalam Irwin, 2007). Individu tersebut juga akan merasakan rindu pada lingkungan yang lama (Chruch, dalam Heine, 2008). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa culture shock merupakan perasaan cemas yang dialami oleh individu ketika ia mengalami perpindahan tempat dan memasuki lingkungan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
baru, karena individu tersebut kehilangan tanda-tanda sosial yang familiar dalam pergaulannya.
2. Tahap – tahap Culture Shock Culture shock dapat diketahui melalui tahapan yang dirasakan oleh individu. Dalam culture shock terdapat empat tahap-tahap reaksi emosional yang akan dirasakan oleh individu, yaitu: a. Tahap honeymoon Tahap pertama yang akan dialami oleh individu adalah tahap ‘bulan madu’. Pada tahap ini, individu akan mengalami ketertarikan pada suatu hal yang baru. Orang-orang di lingkungan baru tersebut terlihat sangat ramah dan sopan (Irwin 2007). Selain itu, pendatang sangat antusias dan senang dengan hal-hal baru yang ada di lingkungan barunya. Segala bentuk pertemuan yang dialami oleh pendatang baru akan menjadi menyenangkan dan memuaskan (Odera, 2003). Pada tahap ini, individu menikmati kemampuannya dapat berkomunikasi
dengan
bahasa
setempat
dan
gembira
dapat
berpartisipasi dengan lingkungannya yang baru dan asing (Lysgaard dalam Heine, 2008). Tahap ini terjadi selama beberapa hari atau minggu hingga enam bulan, bergantung pada kegiatan yang akan dihabiskan oleh orang tersebut selama berada di lingkungan yang baru (Oberg dalam Mulyana & Rakhmat, 2009). Ada pula individu yang menjalaninya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
selama satu tahun. Selama bulan-bulan pertama ini, biasanya merupakan waktu yang sangat baik. Sebab waktu tersebut merupakan proses pertama mengenal hal-hal baru dapat dilakukan dengan baik (Pujiriyani & Rianty, 2010). Di tahap ini, individu sedang berusaha untuk bisa beradaptasi dengan keadaan di lingkungan barunya.Individu sedang belajar untuk mengenali lingkungannya. Baginya seluruh keadaan baru yang dialami merupakan suatu hal yang unik dan masih menyenangkan. Dalam melewati tahap honeymoon ini, ada individu yang kurang mampu untuk mengenali lingkungannya dengan baik. Individu yang kurang mampu tersebut akan memasuki tahap yang selanjutnya, yaitu crisis atau culture shock (Pujiriyani & Rianty, 2010). b. Tahap crisis atau culture shock Pada tahap kedua ini, individu mungkin mengalami beberapa masa sulit dan krisis dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya kesulitan dalam komunikasi yang mungkin terjadi, seperti tidak dipahami oleh individu lain (Odera, 2003). Pada tahap ini, mungkin ada perasaan ketidakpuasan, ketidaksabaran, marah, sedih dan inkompetensi perasaan. Hal ini terjadi ketika seseorang sedang mencoba untuk beradaptasi dengan budaya baru yang sangat berbeda dengan budaya lamanya (Odera, 2003). Biasanya individu-individu akan berpaling kepada temanteman yang berasal dari daerah yang sama, yang dianggap lebih bisa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
diajak bicara dengan cara pandang yang sama. Seringkali muncul pendewaan terhadap kultur yang paling baik, dan mengkritik kultur barunya sebagai kulutr yang tidak masuk akal, tidak menyenangkan dan aneh (Irwin, 2007). Transisi antara metode lama yang digunakan untuk beradaptasi dengan individu-individu di lingkungan yang baru adalah proses yang sulit dan membutuhkan waktu untuk dapat menyelesaikannya. Selama masa transisi ini, individu akan mengalami perasaan ketidakpuasan yang kuat (Odera, 2003). Oberg menyebut masa ini sebagai masa krisis yang akan menentukkan apakah individu akan tinggal atau meninggalkan tempat barunya. Pada masa ini bisa muncul keinginan regresi, keinginankeinginan untuk pulang ke rumah, rindu dengan dengan kondisikondisi yang ada di daerah asalnya serta mendapatkan perlindungan dari individu-individu yang memiliki budaya yang sama (dalam Irwin, 2007). Di tahap ini, individu seringkali menyadari bahwa kemampuan berbahasa individu tidak cukup baik untuk membantunya di lingkungan yang baru.Selain itu, individu mulai merindukan tentang kampung halamannya, seperti cuaca, jenis-jenis olahraga yang populer, atau makanan aneh yang mereka makan pada waktu libur festival. Tahap ini berlangsung selama 6 sampai 18 bulan setelah melewati tahap honeymoon (Lysgaard dalam Heine, 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
c. Tahap recovery Tahap ini meliputi kemampuan individu memecahkan krisis yang dimiliki dan mempelajari budaya yang ada di lingkungan barunya (Oberg dalam Ward, Bochner & Furnham, 2001). d. Tahap adjustment Tahap ini menggambarkan perasaan senang dan telah memiliki kemampuan fungsional yang baik dalam lingkungan barunya (Oberg dalam Ward, Bochner & Furnham, 2001).Dimana, individu mulai merasa terbiasa dan mulai menikmati pengalaman yang dimiliki. Kemampuan berbahasa individu juga mulai meningkat dan dapat mengikuti pola kehidupan sehari-hari.Individu juga lebih mampu untuk bersahabat dengan orang-orang lokal dan dapat beradaptasi dengan hal-hal di lingkungan yang baru.Individu sudah tidak merasa aneh di lingkungan barunya. Kemampuan individu dalam berpikir juga sudah bisa menyesuaikan dengan orang-orang di lingkungan barunya. Keadaan ini dapat bertahan selama beberapa tahun lamanya (Lysgaard dalam Heine, 2008).
3. Gejala – gejala Culture Shock Untuk dapat menangani gejala culture shock yang dialami individu, maka perlu dikenali beberapa gejalanya. Gejala yang ditunjukkan oleh individu antara lain, individu akan merasa terasingkan dan sendirian, sehingga ini menimbulkan perasaan sedih dalam diri individu tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
(Pujiriyani & Rianty, 2010). Hal tersebut ditunjukkan dengan menghindari kontak dengan orang-orang yang berasal dari lingkungannya yang baru dan enggan untuk berbicara dengan orang lain (Pujiriyani & Rianty, 2010). Hal ini terjadi karena individu tersebut merasa tidak nyaman untuk berinteraksi dengan orang lain. Individu tersebut merasa kehilangan petunjuk untuk bisa digunakan dalam lingkungan pergaulannya (Hooves, dalam Mulyana & Rakhmat, 2009). Selain itu, dirinya juga harus hidup terpisah dari orang-orang terdekatnya dan mulai merasa kehilangan dukungan (Sandhu & Asrabadi, dalam Furnham, 2004). Gejala lain yang akan dialami oleh individu ialah masalah terkait dengan perubahan tempramen. Hal ini ditunjukkan oleh perilaku individu yang mudah tersinggung, mudah kesal dan marah. Selain itu, individu tersebut juga akan menunjukan perasaan depresi, merasa lemah dan menderita (Pujiriyani & Rianty, 2010). Hal tersebut terjadi karena dalam diri individu tersebut diliputi oleh respon-respon negatif akibat keberadaannya di lingkungan yang baru (Oberg dalam Bochner, 1994; Smith & Bond, 1993). Keadaan ini membuat individu tersebut menjadi mudah marah menghadapi hal-hal yang dialaminya (Church dalam Heine, 2008). Keadaan ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan bahwa orang yang mengalami culture shock rentan mengalami kecemasan, depresi dan stress (Thomson, Rosenthal & Russell, 2006). Gejala berikutnya yang mungkin muncul adalah mulai muncul perasaan
tidak
berdaya
dalam
melakukan
suatu
hal,
termasuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
menyelesaikan masalah-masalah yang sederhana (Pujiriyani & Rianty, 2010). Dengan demikian, akan muncul keinginan untuk terus bergantung pada orang yang berasal dari tempat yang sama (Hooves dalam Mulyana & Rakhmat, 2009). Pertemuan antara dua budaya yang berbeda, dapat memunculkan persoalan dan terkadang persoalan tersebut belum pernah dialami sebelumnya. Dalam setiap pemecahan masalah, setiap individu akan bernegosiaasi dengan caranya masing-masing (Ward, Bochner & Furnham, 2001). Oleh karena itu, ketika individu menghadapi masalah di lingkungan budayanya yang baru dan masih menggunakan model pemecahan masalah dari budayanya yang lama, maka masalah tersebut dirasa berat dan tidak dapat diselesaikannya. Keadaan seperti ini yang kemudian membuat individu tersebut ingin tetap dekat dan bergantung dengan orang yang berasal dari budaya yang sama dan dapat diajak berkomunikasi dengan lebih dekat (Oberg dalam Irwin, 2008; Guanipa, 2008). Individu tersebut juga lebih suka bersahabat dengan individu yang berasal dari budaya yang sama (Bochner & Furnham, 2001). Kesulitan untuk berkonsentrasi atau tidak dapat bekerja secara efektif juga menjadi gejala culture shock (Pujiriyani & Rianty, 2010). Seorang individu yang mengalami gejala culture shock biasanya akan mengalami gangguan pada kemampuannya dalam melakukan suatu hal. Individu tersebut tidak dapat bekerja seefektif dan sebaik mungkin. Keadaan tersebut muncul dikarenakan dalam diri individu tersebut telah muncul perasaan tidak berdaya atau tidak mampu melakukan sesuatu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
(Pujiriyani & Rianty, 2010). Dengan demikian, pekerjaan yang sedang atau telah dilakukan oleh individu tersebut akan selalu terasa kurang memuaskan. Individu yang mengalami culture shock juga akan menunjukkan rasa kehilangan identitas dan kurangnya percaya diri (Pujiriyani & Rianty, 2010). Perubahan dalam konteks budaya tersebut mampu mengubah identitas individu. Keadaan ini disebabkan karena indentitas dibentuk dan dipertahankan berdasarkan konteks budaya, sehingga pengalaman dalam konteks budaya yang baru seringkali memunculkan pertanyaan tentang identitas (Lysgaard dalam Martin & Nakayama, 2004). Perubahan identitas diri karena adanya perubahan pengalaman inilah yang kemudian dapat mempengaruhi rasa percaya diri individu (Pujiriyani & Rianty, 2010). Hal ini terjadi karena ketika individu masuk ke dalam lingkungan budaya yang baru, individu tersebut akan berinteraksi dengan keadaan yang ada di dalamnya. Pengalaman yang didapatkannya, mampu membuat dirinya merasa bahwa identitas dirinya yang selama ini tidak sesuai dengan keadaannya saat ini. Dengan demikian, kedaan tersebut pada akhirnya mempengaruhi rasa percaya diri individu tersebut, sehingga ia akan mengalami rasa kurang percaya diri (Pujiriyani & Rianty, 2010). Orang-orang yang mengalami culture shock juga akan merasakan kerinduan yang sangat kuat terhadap orang-orang terdekat, seperti teman, keluarga dan rumah (Pujiriyani & Rianty, 2010; Lysgaard dalam Heine,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
2008). Hal ini terjadi karena orang tersebut merasa tidak nyaman dengan lingkungan baru dan membuatnya merindukan lingkungan lamanya (Church dalam Heine, 2008). Gejala culture shock yang selanjutnya adalah individu mulai mengalami gangguan makan, minum dan istirahat yang berlebihan (Pujiriyani & Rianty, 2010). Individu yang mengalami culture shock mungkin akan mengalami gangguan makan dan minum. Hal tersebut terjadi karena kebiasaan makan juga diatur dalam budaya (Porter & Samovar dalam Mulyana & Rakhmat, 2009). Ketika seseorang memasuki budaya yang baru, orang tersebut juga akan dihadapkan pada kebiasaan makan yang berbeda. Selain itu, budaya juga berkaitan dengan perubahan gaya hidup. Hal ini berkaitan dengan pekerjan yang dimiliki, kondisi kehidupan, aktivitas sosial yang diikuti dan perubahan tempat tinggal (Furnham & Bochner, 2001). Perubahan yang dialami oleh individu tersebut, akhirnya mengganggu gaya hidup yang sudah dimiliki dalam budaya yang sebelumnya. Individu yang mengalami gangguan makan, minum dan pola tidur ini pada akhirnya juga akan bermasalah dengan kesehatan dan berlebihan dalam menghadapi penyakit-penyakit yang dialami. Meskipun penyakit yang dialaminya termasuk penyakit yang sepele (Pujiriyani & Rianty, 2010; Hooves dalam Mulyana & Rakhmat, 2009). Individu tersebut juga mulai mengalami sakit kepala dan sakit perut (Gudykunst & Kim dalam Samovar, Porter & McDaniel, 2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
Pada saat individu berada di lingkungan budaya yang berbeda, orang tersebut akan lebih banyak mengalami distress dan membutuhkan konsultasi medis (Babiker, Cox & Miller dalam Heine, 2008). Hal ini dilakukan karena individu tersebut merasa butuh bantuan seseorang yang memahami tentang penyakit yang dialami. Oleh karena itu, pada saat mengalami suatu penyakit yang ringan, orang tersebut akan langsung melakukan pemeriksaan medis. Keadaan tersebut juga mendukung munculnya gejala lain, yaitu obsesi terhadap kebersihan diri dan lingkungannya yang menjadi berlebihan (Pujiriyani & Rianty, 2010). Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan beberapa gejalagejala culture shock antara lain: a. Merasa sedih, sendirian dan terasingkan b. Tidak mampu berbicara dan mengerti bahasa yang digunakan oleh orang setempat dan cenderung menghindari kontak dengan orang lokal c. Takut melakukan kontak fisik d. Keinginan untuk berinteraksi dengan rekan sesama e. Merasa tidak aman (rasa ketakutan yang berlebihan) takut ditipu, dirampok, takut terluka f. Perubahan tempramen, depresi, merasa menderita, dan lemah g. Mudah tersinggung, kesal dan marah h. Sulit berkonsentrasi dan tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah yang sederhana i. Kehilangan identitas dan kurang percaya diri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
j. Merindukan keluarga dan rumah k. Memiliki hasrat makan, minum dan tidur yang berlebihan atau bahkan sangat kurang/sedikit (insomnia) l. Bermasalah dengan kesehatan (flu, demam, diare, alergi) m. Mengembangkan obsesi seperti over-cleanliness (kebersihan yang berlebihan) terkait dengan masalah makan, minum, piring ataupun tempat tidur . 4. Faktor - faktor yang mempengaruhi Culture Shock Sandhu dan Asrabadi (dalam Furnham, 2004) juga menjelaskan bahwa munculnya culture shock dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor interpersonal dan intrapersonal. Faktor
interpersonal
meliputi
kemampuan
individu
dalam
berkomunikasi, seperti kecakapan bahasa dan kemampuan sosial. Ada pula kesulitan individu untuk membentuk pertemanan dan membangun dukungan sosial dengan orang-orang di lingkungan pergaulan yang baru. Perasaan individu yang kehilangan dukungan sosial dari orang-orang terdekat, terutama keluarga.Selain itu, adanya perbedaan harapan dan norma-norma sosial antara lingkungan lama dan baru. Kemudian muncul pula masalah pendidikan yang sedang dijalani dan kesulitan imigrasi. Faktor intrapersonal yang dapat mempengaruhi culture shock meliputi, munculnya perasaan kehilangan yang mendalam terhadap keluarga dan teman. Selain itu, muncul pula perasaan inferioritas dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
ketidaktentuan karena individu berada pada lingkungan pergaulan yang baru. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan budaya yang baru sangat berpengaruh terhadap culture shock.Penyesuaian diri antarbudaya sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern, menurut Brislin (1981), ialah faktor watak (traits) dan kecakapan (skills). Watak adalah segala tabiat yang membentuk keseluruhan kepribadian seseorang. Kecakapan atau skills menyangkut segala sesuatu yang dapat dipelajari mengenai lingkungan budaya yang akan dimasuki, seperti bahasa, adat-istiadat, tata karma, keadaan geografi, keadaan ekonomi, situasi politik dan sebagainya. Selain itu, sikap individu juga sangat berpengaruh terhadap penyesuaian diri antar budaya. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri antarbudaya adalah besar kecilnya perbedaan antara kebudayaan tempat asalnya dengan kebudayaan lingkungan yang dimasukinnya (Soelaeman, 1987) Dengan demikian, dapat disimpulkan faktor yang mempengaruhi culture shock terbagi menjadi tiga, yakni faktor interpersonal, faktor intrapersonal dan faktor ekstern (yang berasal dari luar diri individu). Faktor interpersonal seperti kemampuan sosial dan kecakapan yang dimiliki terkait dengan bahasa, adat istiadat, tata krama. Sedangkan faktor intrapersonal yang mempengaruhi culture shock seperti watak, munculnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
perasaan kehilangan yang mendalam terhadap keluarga dan teman. Selain itu, munculnya perasaan inferioritas dan ketidaktentuan karena individu berada pada lingkungan pergaulan yang baru. Faktor esktern yang mempengaruhi culture shock adalah besar kecilnya perbedaan kebudayaan tempat asalnya dengan kebudayaan lingkungan yang dimasukinya. . B. Mahasiswa Asal Papua Mahasiswa merupakan sebuah status yang diberikan kepada seseorang yang belajar di perguruan tinggi. Dalam bahasa inggris, orang yang belajar di perguruan tinggi juga disebut sebagai student yang artinya “seseorang yang berusaha keras”. Julukan tersebut memang sangat cocok diberikan kepada mahasiswa. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa bukan hanya merupakan status, melainkan orang yang memiliki tugas untuk bekerja keras dalam studinya (Bertens, 2005). Mahasiswa juga digambarkan sebagai orang muda, berpendidikan, memiliki motvasi tinggi, memiliki kemampuan beradaptasi dan lebih baik daripada banyak teman sebayanya (Furnham, 2004). Orang Papua adalah mereka yang berasal dari suku asli Papua, yaitu mereka yang berasal dari salah satu kelompok Suku Melanesia, seperti suku Aitinyono, Aefak, Asmat, Agast, Dani, Ayamatu, Mandaca, Biak dan Serui (Albarra dalam Kompasiana, 2011). Orang-orang muda tersebut memiliki ciriciri fisik, seperti berambut keriting, berkulit hitam dan berhidung mancung (Soemantri, 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
Berdasarkan penjelasan mahasiswa di atas, diketahui mahasiswa asal Papua merupakan status yang dimiliki oleh orang muda yang berasal dari suku asli Papua. Dimana orang muda tersebut memilih untuk belajar terlebih dahulu di sebuah institut atau pendidikan sarjana/ professional, sebelum memasuki dunia kerja yang kompleks yang menuntut persiapan karir yang spesifik. Mahasiswa asal Papua memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mahasiswa dari budaya lain di Indonesia, yaitu kebiasaan untuk memakan pinang dan sirih. Selain itu, ada juga perilaku mahasiswa asal Papua yang suka minum minuman keras lalu membuat keributan (Albarra dalam Kompasiana, 2011). Seorang pelajar asal Papua membenarkan keadaan tersebut. Dia mengatakan bahwa kebiasaan mahasiswa asal Papua yang suka minum minuman keras dan membuat keributan, memunculkan pandangan bahwa orang Papua itu kasar dan keras kepala. Hal ini pada akhirnya membuat mahasiswa Papua kurang dapat diterima dengan baik dan membuat mereka merasa tidak nyaman berada di wilayah orang lain. Kebiasaan lain yang dimiliki oleh beberapa mahasiswa asal Papua yang dapat menyebabkan mereka mengalami culture shock adalah sikap individualitas yang tinggi, khusunya mereka yang berasal dari daerah Pantai Utara, Papua. Hal ini menyebabkan mereka tidak mampu untuk bisa bekerja sama dan menerima kehadiran orang lain (Koentjaraningrat, 2002). Sedangkan pada saat memasuki bangku kuliah, mahasiswa juga diharapkan mampu untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
bekerja sama dengan mahasiswa yang lainnya (Chen, Irvine & York, Shade & New, Thomas dalam Ward, Bochner & Furnham, 2001).
C. Review Penelitian Terdahulu Mengenai Culture Shock Terdapat beberapa penelitian terkait dengan culture shock yang telah dilakukan terlebih dahulu. Beberapa penelitian terfokus pada pengalaman culture shock yang dialami oleh mereka yang berpindah ke lingkungan yang baru.salah satu pengalaman culture shock adalah pengalaman culture shock pendatang yang berada di Rwanda yang dilakukan oleh Peter Odera (2003). Subjek penelitian ini merupakan orang yang berasal dari Afrika Timur yang sedang berdomisili di Rwanda. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan beberapa pengalaman culture shock yang mereka alami, antara lain. Pola – pola perilaku yang berbeda antara Afrika Timur (terutama dari Kenya, Urganda dan Tanzania) dengan Rwanda.Di Afrika Timur mereka terbiasa menyapa dengan megatakan hey atau sekedar jabat tangan. Hal ini bertentangan dengan cara menyapa yang berlaku di Rwanda, mereka biasanya menyapa orang lain dengan memeluk secara berlebihan. Kurangnya budaya antri yang terjadi di Rwanda menjadi kekagetan tersendiri bagi pendatang yang berasal dari Kenya, Uganda dan Tanzania.Mereka yang berasal dari Negara – Negara tersebut terbiasa menggunakan prinsip yang pertama datang maka yang dilayani dalam mengantri. Namun perilaku penduduk asal tidak seperti itu, dalam antrian mereka cenderung bersikap bebas, mereka yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
datang terlambat memiliki hak untuk melompat antrian dan untuk mendorong jalan agar maju kedepan. Ketepatan waktu tampaknya bukan menjadi prinsip nomor satu bagi penduduk asli Rwanda. Kebiasaan seperti ini kemudian yang menyebabkan keterlambatan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Disisi lain, waktu adalah sesuatu yang dihargai di Negara-negara Afrika Timur. Orang menjaga waktu mereka untuk janji, karena setiap penundaan itu artinya ia akan kesulitan untuk kembali membuat janji baru. Afrika timur terkenal ramah kepada orang asing ketika mereka berada di daerahnya sendiri. Biasanya mereka mengundang tamu ke rumahnya atau sekedar mengajak tamunya jalan-jalan dan menunjukkan beberapa tempat menarik di daerahnya. Hal ini bertentangan dengan apa yang terjadi di Rwanda. Orang – orang di Rwanda umumnya cenderung menyendiri dan malu untuk mengundang mitra asing mereka atau untuk menunjukkan kepada mereka tempat – tempat menarik di Negaranya. Hal ini membuat interaksi antara penduduk asal dengan pendatang menjadi sangat dangkal. Selain itu, penelitian terkait dengan culture shock yang pernah dilakukan di Indonesia adalah koping terhadap stres pada mahasiswa luar jawa yang mengalami culture shock di Univeristas Muhammadiyah Surakarta (Niam, 2009). Hasil dari penelitian ini ada 13 bentuk koping yang dilakukan mahasiswa luar Jawa untuk mengatasi culture shock, antara lain: a) mencari dukungan sosial, b) penerimaan terhadap perbedaan, c) keaktifan diri, d) kontrol diri, e) mencari hiburan, f) tindakan instrumental, g) religiusitas, h)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
negosiasi, i) pengurangan beban masalah, j) harapan, k) penghindaran terhadap masalah, l) putus asa, m) koping individual tidak efektif. Penelitian lainnya terkait dengan culture shock yaitu berjudul culture shock communication mahasiswa perantauan di Madura, yang dilakukan oleh Suryandari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis fenomena culture shock yang dialami oleh mahasiswa perantauan UTM. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, peneliti menggunakan metode observasi dan depth interview dalam teknik pengambilan data. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa perantauan di UTM angkatan 2010 yang diambil secara acak.Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagian besar mahasiswa perantauan Mahasiswa UTM mengalami fase optimistik dimana mereka merasa senang dan tertantang ketika awal berpindah ke Madura.Sebagian besar mahasiswa mengalami culture shock. Mereka mengalami beberapa masalah kultural baik secara fisik maupun emosional.Dari perasaan tidak nyaman ringan hingga depresi. Dari pola makan yang tidak teratur hingga mengalami sakit. Mahasiswa yang tidak mengalami masalah kultural (culture shock) adalah mereka yang berasal dari 4 daerah di wilayah Madura. Semakin mirip dan dekat budaya asal dengan budaya baru maka kemungkinan terjadinya culture shock pun semakin kecil. Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis manajemen konflik yang dilakukan mahasiswa yaitu beradaptasi dengan menerima dan memahami budaya di Madura sedangkan yang satunya lagi menghindar. Dengan beradaptasi dan meyesuaikan diri dengan budaya di Madura
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
mahasiswa merasalebih nyaman tinggal di Madura dan tidak mengalami kesulitan dalam denganproses belajar mereka. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui beberapa pengalaman culture shock
yang dialami oleh beberapa subjek
dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Hal tersebut memberikan gambaran kepada peneliti mengenai berbagai perbedaan dalam berkomunikasi dan berinteraksi yang di pengaruhi oleh latar belakang budaya. Dengan demikian peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran culture shock yang dialami oleh mahasiswa Papua ketika melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta.
D. Gambaran Culture Shock pada Mahasiswa Asal Papua di Yogyakarta Ketika seorang individu berpindah ke suatu tempat dengan keadaan sosial budaya yang baru maka orang tersebut akan mengalami culture shock, individu tersebut mengalami perpindahan dari budaya yang familiar ke budaya yang tidak familiar (Odera, 2003). Mahasiswa Papua yang melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta mengalami perubahan keadaan sosial budaya, mereka berpindah dari budaya yang familiar ke suatu budaya yang tidak familiar. Hal ini dikarenakan Papua dan Yogyakarta memiliki latar belakang budaya yang tentu saja sangat berbeda. Sebagian besar masyarakat Papua menggunakan bahasa Indonesia dengan logat papua yang khas. Penggunaan logat Papua yang khas ini biasanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat informal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Penggunaan bahasa Indonesia dengan logat Papua yang khas biasanya lebih singkat dibandingkan dengan Bahasa Indonesia yang asli. Misalnya dalam bahasa Indonesia kita mengucapkan “saya atau kami pergi ke pasar” dengan logat Papua biasanya mereka cukup mengucapkan “sa atau kam pi di pasar”. Contoh lain misalnya kalimat tanya dalam bahasa Indonesia “anda hendak pergi kemana?” dalam bahasa Indonesia dengan logat Papua yang khas mereka akan mengucapkan “ko mo pi dimana?” (Fauzi, 2012). Ketika mahasiswa asal Papua berpindah ke Yogyakarta, salah satu hal yang harus mereka hadapi adalah perbedaan bahasa. Yogyakarta memiliki bahasa daerah, yakni bahasa Jawa sedangkan mahasiswa asal Papua terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dengan logat Papua yang khas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan mahasiswa asal Papua merasa cukup kesulitan untuk bisa memahami bahasa Jawa. Ini tentu saja dapat menimbulkan munculnya culture shock bagi mahasiswa asal Papua yang melanjutkan studi di Yogyakarta. Menurut Furnham dan Bochner (Hidajat dalam Niam, 2009) hal-hal yang tidak menyenangkan seperti masalah perbedaan bahasa antara daerah asal dan daerah baru, perbedaan cara berbicara, cara berbahasa dan kesulitan mengartikan ekspresi bicara seringkali menjadi sumber atau penyebab dari munculnya culture shock. Selain itu, hal lain yang dapat memicu timbulnya culture shock adalah munculnya perasaan kehilangan yang mendalam terhadap keluarga dan teman. Ketika mereka berpindah dari Papua ke Yogyakarta tentu saja mereka akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
terpisah dengan orang-orang terdekatnya seperti keluarga dan temantemannya. Keadaan seperti ini tentu saja akan memunculkan rasa kehilangan. Mereka akan merasa kehilangan dukungan dari keluarga dan temannya (Sandhu & Asrabadi, dalam Furnham, 2004). Mahasiswa baru yang berasal dari Papua merasakan kesulitan ketika berada di Lingkungan barunya di Yogyakarta. Rasa kesulitan ini diperburuk oleh timbulnya rasa kehilangan karena mereka harus terpisah dengan orang terdekatnya seperti keluarga, sahabat dan teman. Keadaan seperti ini yang kemudian memunculkan perasaan inferioritas dan ketidaktentuan dalam diri individu. Ketika mahasiswa asal Papua berpindah ke Yogyakarta, ia akan mengalami situasi lingkungan pergaulan yang baru. Di daerah asalnya yaitu Papua, mereka menjadi masyarakat mayoritas. Namun ketika berada di Yogyakarta mereka akan menjadi masyarakat minoritas. Keadaan seperti inilah yang kemudian akan memunculkan rasa inferioritas pada diri individu. Selain itu, individu juga akan mengalami perubahan identitas. Perubahan identitas diri ini terjadi karena diri adanya perubahan pengalaman yang kemudian dapat mempengaruhi rasa percaya diri individu (Pujiriyani & Rianty, 2010). Hal ini terjadi karena ketika individu masuk ke dalam lingkungan budaya yang baru, individu tersebut akan berinteraksi dengan keadaan yang ada di dalamnya. Pengalaman yang didapatkannya, mampu membuat dirinya merasa bahwa identitas dirinya yang selama ini tidak sesuai dengan keadaannya saat ini. Dengan demikian, akan muncul rasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
ketidakpastian dalam diri individu yang dapat memicu timbulnya culture shock. Hal lain yang turut mempngaruhi munculnya culture shock pada mahasiswa asal Papua adalah besar kecilnya perbedaan kebudayaan tempat asalnya dengan lingkungan kebudayaan yang dimasukinya. Semakin berbeda kebudayaan antar individu yang berinteraksi, semakin sulit kedua indivudi tersebut membangun dan memelihara hubungan yang harmonis. Selain itu, semakin berbeda antar budaya maka interaksi sosial degan mahasiswa lokal akan semakin rendah (Munandar, 1995). Mahasiswa Papua terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dengan logat Papua yang khas dan Yogyakarta pun memiliki bahasa daerah yaitu bahasa Jawa. Selain itu, mahasiswa asal Papua terbiasa menggunakan nada bicara yang keras, sehingga ketika itu digunakan di Yogyakarta memunculkan interpretasi yang berbeda atau disalahpahami. Hal lain yang juga berbeda adalah cara menyampaikan penolakan atau ketidaksetujuan, mahasiswa asal Papua terbiasa menyampaikan ketidaksetujuan atau penolakannya dengan asertif. Sedangkan di Yogyakarta orang biasanya menunjukkan penolakannya dengan hati – hati atau unggah – ungguh.Perbedaan yang cukup jauh antara Papua dan Yogyakarta inilah yang memicu munculnya culture shock pada mahasiswa asal Papua di Yogyakarta. Berdasar dari faktor – faktor tersebut mahasiswa Papua yang melanjukan studi di Yogyakarta kemungkinan mengalami culture shock Culture shock itu sendiri terdiri atas beberapa tahapan dan gejala. Tahapan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
gejala culture shock yang dialami oleh individu kemungkinan berbeda. Dengan demikian, peneliti ingin melihat bagaimana gambaran culture shock yang dialami oleh mahasiswa asal Papua ketika melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta.
E. Pertanyaan Penelitian Dalam sebuah penelitian deskriptif, hal yang paling mendasar untuk melakukan suatu penelitian adalah pertanyaan penelitian. Pertanyaan utama di dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran culture shock yang dialami oleh mahasiswa asal Papua ketika melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta? Selanjutnya, pertanyaan diperinci menjadi dua fokus, yaitu: 1. Bagaimana tahapan culture shock yang dialami oleh subjek? 2. Apa sajakah gejala culture shock yang dialami oleh subjek?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian yang berjudul “Gambaran Culture Shock Mahasiswa Asal Papua Di Yogyakarta” ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Pilihan metode ini dinilai sesuai untuk memenuhi tujuan peneilitian, yaitu untuk memberikan gambaran mengenai tahapan culture shock yang dialami subjek dan gejala culture shock yang muncul, karena penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi. Dengan demikian, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah – masalah aktual sebagaimana adanya. Dalam penelitian ini peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatiannya untuk kemudian digambarkan atau dilukiskan.
B. Fokus Penelitian Terdapat dua fokus dalam penelitian ini, yaitu: 1. Tahapan culture shock
yang dialami oleh mahasiswa asal Papua di
Yogyakarta (Bagaimana tahapan culture shock yang dialami oleh subjek?) 2. Bentuk gejala culture shock yang dialami oleh mahasiswa asal Papua di Yogyakarta (Apa sajakah gejala yang dialami oleh subjek?)
32
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini berjumlah empat orang yang merupakan mahasiswa asal Papua yang sedang menjalani perkuliahan aktif di Yogyakarta. Keempat subjek ditentukan mennggunakan criterion sampling, yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dari peneliti yaitu mahasiswa asal Papua di Yogyakarta yang masih duduk di semester 2 dan semester 4. Keempat subjek penelitian ini memiliki karakteristik yang sama yakni lahir dan tinggal di Papua sampai dengan SMA. Selain itu mereka memiliki perawakan khas Papua dimana mereka mayoritas berkulit hitam dan berambut ikal. Tiga subjek dalam penelitian ini tinggal di perkotaan di Papua yakni Jaya Pura, sedangkan satu subjek berasal dari daerah pedalaman di Papua. Tiga dari subjek penelitian ini tinggal di kost di Yogyakarta dan satu dari subjek penelitian ini tinggal bersama neneknya di Yogyakarta. Kriteria tersebut dinilai peneliti sesuai dengan pengalaman atas fenomena yang hendak diteliti (Creswell, 2007).
D. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode wawancara untuk memperoleh data. Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pedoman umum, yaitu selama proses wawancara peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara. Tujuan penggunaan pedoman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
wawancara adalah untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah semua aspeknya sudah ditanyakan (Poerwandari, 2005). Daftar pertanyaan disusun oleh peneiliti sebagai panduan selama proeses wawancara agar peneliti tetap fokus dengan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan sebelumnya.Panduan pertanyaan disusun berdasarkan fokus penelitian dan bersifat terbuka agar tidak mengarahkan subjek pada jawaban tertentu. Berikut ini adalah panduan pertanyaan wawancara yang digunakan selama proses wawancara: Tabel 1 Panduan Pertanyaan Wawancara PROSES CULTURE SHOCK NO TAHAP PERTANYAAN WAWANCARA 1. Tahap 1. Tolong ceritakan apa yang memotivasi Anda untuk melanjutkan pendidikan di kota Honeymoon Yogyakarta? 2. Bagaimana perasaan Anda ketika awal sekali Anda tiba di Yogyakarta? Kenapa? 3. Tolong deskripsikan bagaimana perasaan senang dan antusias Anda ketika Anda tinggal di lingkungan yang baru? 4. Apa saja yang Anda pikirkan tentang Yogyakarta pada saat itu? Kenapa? 5. Apa saja yang Anda lakukan pada saat itu? Kenapa? 6. Berapa lama perasaan dan pikiran itu Anda rasakan? 2. Tahap crisis 1. Bagaimana perasaan Anda ketika Anda harus tinggal di Yogyakkarta terpisah dengan keluarga atau culture di Papua? shock 2. Menurut Anda hal apa saja yang Anda rasakan berbeda ketika Anda berada di Papua dan ketika Anda berada di Yogyakarta? 3. Apakah Anda merasakan ketidaknyamanan ketika Anda melihat perbedaan – perbedaan terkait
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
4.
NO 1.
35
dengan bahasa, kebiasaan dan budaya yang ada di Yogyakarta? 4. Apa saja yang ada dalam pemikiran Anda saat Anda melihat beberapa hal yang berbeda dan belum pernah Anda alami sebelumnya? Kenapa? 5. Apa saja yang Anda rasakan pada saat itu? Kenapa? 6. Kapan perasaan tidak nyaman itu mulai muncul? 7. Apakah keadaan seperti itu kemudian memberikan dampak bagi aktivitas Anda sehari – hari? 8. Tolong ceritakan apa saja dampak yang Anda rasakan? (tanyakan gejala yang dialami) Tahap 1. Bagaimana cara Anda mengatasi perasaan tidak nyaman tersebut? recovery 2. Kapan Anda merasa mulai bisa mengatasi perasaan – perasaan tidak nyaman itu? 3. Apa saja yang Anda pikirkan pada saat itu? Kenapa? 4. Lalu bagaimana perasaan Anda ketika Anda sudah mulai bisa mengatasi rasa tidak nyaman tersebut? Kenapa? Tahap 1. Apakah saat ini Anda merasakan perasaan Anda sudah jauh lebih baik? Kenapa? adjustment 2. Apa saja perasaan yang Anda rasakan sekarang? 3. Kenapa perasaan – perasaan itu bisa muncul? 4. Apakah saat ini Anda sudah merasa nyaman tinggal di Yogyakarta? Kenapa? 5. Apa yang Anda pikirkan tentang Yogyakarta dan orang – orang di Yogyakarta? 6. Bagaimana kemampuan bahasa Jawa Anda saat ini? 7. Apakah saat ini Anda sudah memiliki rutinitas? 8. Apa saja rutinitas Anda saat ini? 9. Apakah itu sudah dapat berjalan dengan baik? 10. Bagaimana relasi Anda di lingkungan yang baru ini? 11. Apakah Anda memiliki cukup banyak teman di lingkungan baru sekarang? 12. Sejak kapan Anda merasakan hal ini? GEJALA CULTURE SHOCK GEJALA – GEJALA CULTURE PERTANYAAN WAWANCARA SHOCK a. Merasa sedih, sendirian dan terasingkan b. Tidak mampu berbicara dan mengerti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
bahasa yang digunakan oleh orang setempat dan cenderung menghindari kontak dengan orang lokal c. Takut melakukan kontak fisik d. Keinginan untuk berinteraksi dengan rekan sesama e. Merasa tidak aman (rasa ketakutan yang berlebihan) takut ditipu, dirampok, takut terluka f. Perubahan tempramen, depresi, merasa menderita dan lemah g. Mudah tersinggung, kesal dan marah h. Sulit berkonsentrasi dan tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah yang sederhana i. Kehilangan identitas dan kurang percaya diri j. Merindukan keluarga dan rumah k. Memiliki hasra makan, minum dan tidur yang berlebihan atau bahkan sangat kurang/sedikit (insomnia) l. Bermasalah dengan kesehatan (flu, demam, diare, alergi) m. Mengembangkan obsesi seperti overcleanliness (kebersihan yang berlebihan) terkait dengan masalah makan, minum, piring ataupun tempat tidur.
36
(pertanyaan akan disesuaikan oleh jawaban dari masingmasing subjek, karena gejala yang dirasakan oleh subjek mungkin saja berbeda)
Proses wawancara ini melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Mencari subjek yang sesuai dengan kriteria dan bersedia untuk berpartisipasi menjadi subjek penelitian. 2. Membangun rapport, menjelaskan tujuan penelitian dan kembali memastikan kesediaan subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian. 3. Menyusun jadwal wawancara berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan subjek penelitian. 4. Menyususn panduan wawancara yang bersifat terstruktur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
5. Melakukan wawancara Data wawancara akan direkam menggunakan digital recorder dan selanjutnya akan disalin dalam bentuk transkrip verbatim.
E. Prosedur Analisis Data Dalam penelitian kualitatif tidak ada rumusan baku untuk melakukan analisis data. Patton (dalam Poerwandari, 2005) memyatakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengolahan dan analisis data yaitu, peneliti wajib memonitor dan melaporkan proses dan prosedur analisis data secara jujur dan selengkap mungkin. Berikut ini adalah langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini: 1. Organisasi Data Organisasis data diawali dengan memindahkan rekaman hasil wawancara setiap subjek dari digital voice recorder ke dalam bentuk tulisan dan menghasilkan transkrip verbatim yang berbentuk kolom. Pengetikan transkrip verbatim dilakukan segera setelah proses wawancara berakhir. Hal ini dilakukan agar ingatan peneliti masih segar dengan kondisi dan bahasa non verbal subjek saat wawancara berlangsung. 2. Pengkodean (coding) Setelah data mentah hasil wawancara disusun menjadi transkip verbatim, peneliti melakukan penomoran untuk setiap baris kemudian dilanjutkan dengan pemberian kode. Kode diberikan dibelakang jawaban subjek.Peneliti melakukan pengkodean untuk mengenali mana data yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
relevan dengan fokus penelitian dan yang bukan. Pada tahap ini peneliti tidak mengubah esensi kalimat yang diucapkan subjek dan yang bisa dilakukan adalah mengeluarkan kata-kata atau kalimat kunci (Audifax, 2008). 3. Interpretasi Maksud interpretasi dalam penelitian ini adalah peneliti melakukan analisis tematik dengan mencari dan menemukan tema dari data yang diperoleh. Analisis tematik dilakukan setelah data berbentuk kolom dan diberi kode. Analisis tematik merupakan proses mengkode data yang selanjutnya akan menghasilkan daftar tema dan model tema. Tema-tema yang muncul diharapkan dapat mendeskripsikan fenomena dari hasil penelitian ini dan dapat digunakan untuk menginterpretasikan data hasil penelitian. 4. Membuat Rangkuman Temuan Penelitian Rangkuman temuan penelitian dibuat setelah peneliti melakukan interpretasi dengan analisi tematik. Selanjutnya, peneliti mendeskripsikan tema-tema yang muncul dari hasil analisis dan membuat rangkuman temuan penelitian secara keseluruhan dalam bentuk tabel.
F. Kredibilitas dan Reliabilitas Penelitian 1. Kredibilitas Penelitian Dalam penelitian kualitatif istilah kredibilitas dipakai setara dengan validitas dalam penelitian kuantitatif yang dimaksudkan untuk menguji
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
kualitas penelitian kualitatif. Suatu penelitian memiliki kredibilitas yang baik apabila berhasil mencapai maksud dari eksplorasi masalah atau deskripsi setting proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks (Poerwandari, 2005). Krediblitas penelitian dicapai dengan cara: 1. Membuktikan hasil temuan dan kesimpulan penelitian dengan melihat kembali ke data mentah (validitas argumentatif). Selain itu, validitas argumentatif juga ditunjukkan dengan ketelitian peneliti selama proses koding. 2. Melakukan pengambilan data pada kondisi alamiah atau “apa adanya” dari subjek penelitian (validitas ekologis).
2. Kredibilitas Alat Pengumpul Data Peneiliti adalah alat pengumpul data dalam penelitian kualitatif. Oleh karena itu, kredibilitas peneliti sangat diperlukan demi tercapainya hasil penelitian yang kredibel (dapat dipercaya karena mewakili kenyataan yang sebenarnya). Demi tercapainya kredibilitas, sebelum wawancara dilakukan peneliti mendiskusikan panduan wawancara dengan dosen pembimbing terkait dengan contoh pertanyaan yang akan ditanyakan pada subjek saat proses wawancara. Kemudian selama proses analisis data peneliti secara berulang melaporkan dan mendiskusikan data yang diperolehnya kepada dosen pembimbing sehingga dosen pembimbing dapat memberikan saran dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
pendapatnya untuk perbaikan maupun tambahan pertanyaan yang dinilai penting untuk menggali informasi dari subjek.
3. Reliabilitas Penelitian Salah satu persyaratan dalam reliabilitas adalah consistency, maka dari itu peneliti mengkonfirmasi kembali transkip wawancara beserta analisisnya kepada subjek penelitian untuk menguji keakuratan temuan penelitian. Subjek diminta untuk membaca transkip hasil wawancara dan mengkoreksinya apabila terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan maksud mereka. Selanjutnya peneliti juga menginformasikan rangkuman temuan penelitian kepada subjek. Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas dilakukan pada tanggal 9 April 2013, 19 April 2013, 25 April 2013 dan 15 Mei 2013.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Proses Penelitian 1. Persiapan Penelitian Peneliti melakukan persiapan sebelum melakukan penelitian. Proses persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah: a. Peneliti mencari subjek, mahasiswa yang berasal dari Papua dan baru tinggal di Yogyakarta dalam kurun waktu 1 hingga 2 tahun. Informasi tentang mahasiswa asal Papua yang baru tinggal di Yogyakarta dalam kurun waktu 1 hingga 2 tahun tersebut diperoleh dengan bantuan teman. Peneliti melakukan rapport pada subjek dengan cara bertemu langsung maupun berkomunikasi melalui SMS. b. Setelah memastikan subjek merupakan mahasiswa asal Papua dan baru tinggal di Yogyakarta dalam kurun waktu 1 hingga 2 tahun, peneliti meminta kesediaan subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. c. Setelah subjek bersedia untuk berpartisipasi menjadi subjek penelitian ini, peneliti meminta subjek untuk membaca surat persetujuan untuk terlibat dalam penelitian sebelum memberikan tanda tangan. Peneliti juga mengatakan secara langsung kepada subjek bahwa peneliti menjamin kerahasiaan semua data yang diberikan oleh subjek karena data
hanya
akan
dipergunakan
41
untuk
keperluan
penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
d. Peneliti mempersiapkan digital voice recorder sebagai alat untuk meream sesi wawancara dengan subjek. Selain itu, peneliti juga mempersiapkan alat perekam cadangan untuk mengantisipasi apabila alat perekam utama mengalami masalah selama proses wawancara. e. Peneliti membuat janji secara langsung dengan subjek untuk melakukan wawancara.
2. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian melewati beberapa tahapan mulai dari meminta
persetujuan
wawancara,
pelaksanaan
wawancara,
dan
menunjukkan hasil verbatim dan analisis data kepada subjek untuk mendapatkan surat keterangan keabsahan hasil wawancara. Berikut akan dijabarkan secara urut dan rinci tentang tahapan pelaksanaan penelitian: a. Peneliti melakukan wawancara dengan keempat subjek sesuai dengan jadwal wawancara yang sudah disepakati sebelumnya. Sebelum wawancara,
peneliti
meminta
subjek
untuk
membaca
dan
menandatangani surat persetujuan wawancara. Untuk membantu kelancaran
proses
wawancara,
peneliti
menggunakan
panduan
wawancara yang sudah disusun sebelumnya. Jumlah sesi wawancara untuk masing – masing subjek berbeda karena menyesuaikan dengan kesediaan waktu dari setiap subjek. Secara keseluruhan proses wawancara dilakukan dengan bertatap muka langsung dan seluruh pembicaraan yang relevan dengan penelitian direkam mengguunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
digital voice recorder. Pemilihan tempat wawancara disesuaikan dengan kenyamanan
subjek
dan
situasi
tempat
yang
memungkinkan
dilangsungkannya proses wawancara. b. Setelah proses analisis data selesai dilakukan, peneliti bertemu dengan subjek untuk menunjukkan hasil verbatim wawancara dan hasil analisis data guna memastikan apakah hasil wawancara sudah benar – benar sesuai dengan realitas yang dialami oleh subjek. Selanjutnya, peneliti meminta subjek untuk membaca dan menandatangani surat keterangan keabsahan hasil wawancara.
3. Proses Analisis Data Proses analisis data meliputi pengorganisasian data, pengkodean, interpretasi dan pengambilan kesimpulan. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci tentang proses analisis data yang sudah dilakukan dalam penelitian ini: a. Setelah proses wawancara untuk masing – masing subjek berakhir, peneliti melakukan organisasi data yaitu dengan segera memindahkan hasil rekaman wawancara dari digital voice recorder ke dalam bentuk tulisan dan menghasilkan transkip verbatim. b. Transkip verbatim dibuat dalam bentuk tabel yang terdiri dari 4 kolom. Kolom pertama berisi penomoran untuk setiap baris kalimat pertanyaan pewawancara dan jawaban subjek atas pertanyaan wawancara.Kolom
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
kedua berisi verbatim hasil wawancara.Kolom ketiga berisi koding awal, dan kolom terakhir berisi analisis tema – tema yang muncul. c. Selanjutnya, peneliti membaca secara teliti transkip verbatim wawancara dari masing – masing subjek. Kemudian peneliti melakukan proses pengkodean yaitu dengan cara member garis bawah pada kalimat atau kata – kata subjek yang relevan dengan fokus penelitian. Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah mengeluarkan atau menemukan kata – kata atau kalimat kunci yang relevan dengan fokus penelitian.Kalimat atau kata – kata subjek yang mengarah pada fokus penelitian tersebut kemudian dituliskan kembali secara ringkas tanpa mengubah esensi kalimat yang disampaikan oleh subjek ke dalam kolom koding awal. d. Setelah itu, peneliti mencoba membuat analisis dari hasil koding untuk menemukan kemungkinan tema – tema yang muncul. e. Langkah terakhir yang dilakukan peneliti adalah membuat rangkuman hasil temuan penelitian dalam bentuk tabel dan skema untuk memudahkan pembaca mengetahui hasil penelitian.
4. Jadwal Pengambilan Data Berikut ini adalah jadwal wawancara dengan keempat subjek penelitian:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 2 Jadwal Wawancara dengan Subjek 1 (AS) Hari Tanggal Waktu Tempat Rabu
3 April 13.00 – Hall 2013 13.30 USD
Sabtu
6 April 17.00 – Café 2013 18.00 coffe and read, paingan
Selasa 9 April 15.00 – Kost 2013 16.30 subjek
Kondisi lingkungan Tempat - memastikan kembali cukup ramai, kesediaan AS untuk ada beberapa menjadi subjek mahasiswa penelitian - mengatur waktu untuk yang duduk dan lewat. pelaksanaan Akan tetapi pengambilan data hal tersebut (wawancara) tidak mengganggu. - Meminta AS untuk Tempat membaca dan sangat sepi menandatangani surat karena hanya pernyataan terdapat satu persetujuan orang wawancara pelayan café, - Menanyakan data subjek pribadi AS (interviewee) - Menanyakan tentang dan peneliti hal – hal yang (interviewer) berkaitan dengan culture shock Tempat - Melengkapi data cukup sepi, tentang culture shock terdapat - Meminta subjek beberapa membaca hasil penghuni verbatim yang telah kost di dalam dibuat oleh peneliti kamarnya - Meminta subjek masing – membaca dan menandatangani surat masing, sehingga keabsahan hasil tidak wawancara mengganggu.
Tabel 3 Jadwal Wawancara dengan Subjek 2 (HR) Hari Tanggal Waktu Tempat Jumat
12 April 2013
16.00 – 16.30
Panggung Realino USD
45
Kegiatan
Kegiatan
- memastikan kembali kesediaan HR untuk menjadi
Kondisi lingkungan Tempat cukup ramai, ada beberapa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
subjek penelitian - mengatur waktu untuk pelaksanaan pengambilan data (wawancara)
Selasa 16 April 2013
18.00 – 19.20
Jumat
16.00 – 17.30
19 April 2013
Café kolam - Meminta HR untuk membaca susu, pringwulung dan menandatangani surat pernyataan persetujuan wawancara - Menanyakan data pribadi HR - Menanyakan tentang hal – hal yang berkaitan dengan culture shock - Melengkapi data Panggung tentang culture Realino, USD shock - Meminta subjek membaca hasil verbatim yang telah dibuat oleh peneliti - Meminta subjek membaca dan menandatangani surat keabsahan hasil wawancara
Tabel 4 Jadwal Wawancara dengan Subjek 3 (VL) Hari Tanggal Waktu Tempat Sabtu
20 April 2013
17.00 – Melalui 17.15 pesan singkat SMS
mahasiswa yang duduk dan lewat. Akan tetapi hal tersebut tidak mengganggu. Tempat cukup sepi, terdapat beberapa orang di café tersebut akan tetapi tidak mengganggu proses wawancara.
Tempat cukup ramai, ada beberapa mahasiswa yang duduk dan lewat. Akan tetapi hal tersebut tidak mengganggu.
Kegiatan
- memastikan kembali kesediaan VL untuk menjadi subjek penelitian - mengatur waktu untuk pelaksanaan
46
Kondisi lingkungan -
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Senin
22 April 2013
Kamis 25 April 2013
pengambilan data (wawancara) 14.00 – Lantai 3 - Meminta VL untuk membaca dan 15.20 gedung menandatangani surat pusat pernyataan USD, persetujuan paingan wawancara - Menanyakan data pribadi VL - Menanyakan tentang hal – hal yang berkaitan dengan culture shock 14.00 – Depan - Melengkapi data 15.00 ruang tentang culture shock dosen - Meminta subjek farmasi membaca hasil USD verbatim yang telah dibuat oleh peneliti - Meminta subjek membaca dan menandatangani surat keabsahan hasil wawancara
Tabel 5 Jadwal Wawancara dengan Subjek 4 (IF) Hari Tanggal Waktu Tempat Jumat
10 Mei 12.00 – Depan 2013 12.30 ruang dosen farmasi
Senin
13 Mei 11.00 – Drost 2013 12.10 USD
Kegiatan
47
Tempat cukup sepi, terdapat beberapa orang mahasiswa di sana akan tetapi tidak mengganggu proses wawancara. Tempat cukup sepi, ada beberapa mahasiswa yang duduk dan lewat. Akan tetapi hal tersebut tidak mengganggu.
Kondisi lingkungan Tempat - memastikan kembali cukup ramai, kesediaan IF untuk ada beberapa menjadi subjek mahasiswa penelitian - mengatur waktu untuk yang duduk dan lewat. pelaksanaan Akan tetapi pengambilan data hal tersebut (wawancara) tidak mengganggu. Tempat - Meminta IF untuk cukup sepi, membaca dan menandatangani surat terdapat beberapa pernyataan mahasiswa persetujuan yang duduk wawancara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Rabu
15 Mei 11.00 – Drost 2013 12.45 USD
- Menanyakan data pribadi HR - Menanyakan tentang hal – hal yang berkaitan dengan culture shock - Melengkapi data tentang culture shock - Meminta subjek membaca hasil verbatim yang telah dibuat oleh peneliti - Meminta subjek membaca dan menandatangani surat keabsahan hasil wawancara
48
dan lewat, akan tetapi tidak mengganggu proses wawancara. Tempat cukup sepi, ada beberapa mahasiswa yang duduk dan lewat. Akan tetapi hal tersebut tidak mengganggu.
B. Profil Subjek Berikut ini adalah profil subjek dalam penelitian ini: 1. Subjek 1 (AS) a. Deskripsi Subjek Subjek pertama dalam penelitian ini adalah seorang perempuan berusia 20 tahun dengan inisial AS. AS yang lahir pada tanggal 20 Januari 1993 di Jayapura. Subjek memiliki perawakan yang cukup kurus dan berkulit hitam. AS adalah pribadi yang ramah dan senang membantu. Pada awal perkenalan pun subjek menunjukkan keramahan dan sikap yang supel. Saat ini subjek sedang menempuh pendidikan di bangku kuliah. Subjek merupakan mahasiswa fakultas Farmasi dari salah satu universitas swasta di Yogyakarta. Saat ini subjek berada di tingkat dua atau semester empat.Subjek merupakan mahasiswa yang berasal di Papua. Subjek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
bukanlah asli Papua, akan tetapi subjek telah tinggal di Papua sejak bayi sampai dengan SMA. Subjek mulai tinggal di Yogyakarta pada bulan agustus tahun 2011. Di Yogyakarta subjek tinggal di kos daerah Paingan. b. Gambaran Umum Culture Shock yang Dialami Oleh Subjek 1 (AS) AS mendapatkan motivasi untuk melanjutkan studi di Yogyakarta dari orang tuanya. Ketika pertama kali AS tiba di Yogyakarta subjek merasakan sangat senang karena AS akan hidup mandiri. AS merasa sangat antusias untuk menjalani kehidupannya di Yogyakarta. AS juga banyak mendengar cerita – cerita positif tentang Yogyakarta dari temannya, diantaranya adalah di Yogyakarta banyak terdapat turis. AS juga mengatakan bahwa salah satu hal yang membuatnya ingin segera tinggal di Yogyakarta adalah karena di Yogyakarta banyak turis, AS sangat antusias karena ingin melihat turis di Yogyakarta. Ketika tiba di Yogyakarta AS memiliki pemikiran bahwa Yogyakarta merupakan kota yang ramai dan mengasikkan baginya. Ketika awal tiba di Yogyakarta AS banyak menghabiskan waktunya untuk mengunjungi tempat – tempat wisata di Yogyakarta. Ini merupakan tahap honeymoonyang dialami oleh AS. AS berada pada tahap honeymoon selama 2 bulan pertama tinggal di Yogyakarta. Setelah 2 bulan AS tinggal di Yogyakarta AS merasakan bahwa ia sendiri di Yogyakarta. AS mulai merasakan rindu dengan mamanya, AS rindu dengan kampung halamannya dan juga teman – temannya di Papua. AS mulai memasuki tahap berikutnya, yakni tahap crisis atau culture
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
shock. Pada tahap ini AS sudah mulai merasakan adanya perbedaan situasi antara Papua dan Yogyakarta.AS mulai merasakan tidak nyaman, AS merasa kehilangan teman – temannya dan AS merasa teman – teman di Yogyakarta memilih – milih dalam berteman. Selain itu, AS merasakan tidak nyaman karena adanya perbedaan bahasa. AS merasa tidak mengerti dengan bahasa yang digunakan oleh mayoritas temannya dan AS juga khawatir apabila temannya tidak bisa mengerti ketika AS berbicara. Ketika AS tidak mengerti dengan bahasa Jawa AS biasanya bertanya langsung kepada temannya. AS merasa bahwa komunikasinya menjadi terhambat karena ada perbedaan bahasa tersebut. Selain bahasa, AS juga merasakan perbedaan terkait dengan kebiasaan cara makan. AS mengatakan ketika kebiasaan makan AS di Papua di terapkan di Yogyakarta beberapa temannya memandang bahwa AS boros. Selain itu, AS pun merasa bahwa cara bertingkah laku di Yogyakarta lebih sopan, dan sangat berbeda dengan di Papua. Oleh karena itu, AS merasa harus menyesuaikan diri dengan bahasa dan budaya yang ada di Yogyakarta. Ketika awal di Yogyakarta AS merasa kesulitan untuk berteman dan hal ini yang membuat AS berubah menjadi pribadi yang lebih pendiam. AS merasakan adanya perubahan dalam dirinya, AS merasa menjadi lebih pemalu dan pendiam. Hal ini membuat AS menjadi tidak dapat mengeksplor kemampuan yang dimilikinya. AS pun mengaku bahwa konsentrasinya pada saat itu sempat menurun.Oleh karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
keterbatasan dalam kemampuan berbahasa AS merasa minder dan tidak dapat mengeksplor kemampuan yang ada di dalam dirinya. Selain itu, AS merasa takut untuk melakukan kontak fisik dengan teman – temannya di Yogyakarta karena AS menyadari adanya perbedaan budaya. Di sisi lain, AS merasa rindu dengan keluarganya di Papua, meskipun tidak berlarut – larut tetapi rasa rindu itu membuat AS menjadi menangis. Ketika awal – awal di Yogyakata AS mengaku sering sakit dan sampai di opname di rumah sakit, tetapi lama – kelamaan kesehatan AS sudah lebih baik karena AS sudah bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. AS mengaku bahwa di Papua pun dirinya tidak terbiasa untuk makan atau jajan di pinggir jalan, sehingga ketika pertama kali AS makan di angkringan AS merasakan sakit perut. Perasaan – perasaan tidak nyaman tersebut dirasakan AS selama kurang lebih sebulan, kemudian perasaan itu dapat teratasi karena kedatangan orang tua AS ke Yogyakarta. AS merasa sudah mulai bisa mengatasi perasaan tidak nyamannya itu setelah 2 bulan tinggal di Yogyakarta. Setelah 2 bulan AS tinggal di Yogyakarta perasaan AS sudah bisa lebih baik. AS sudah mulai bisa mengatasi perasaan – perasaan tidak nyamannya. Dalam tahapan culture shock ini berarti AS sudah dapat mengatasi masa crisisnya dan beralih ke tahap selanjutnya yaitu tahap recovery. AS merasa sudah menemukan cara – cara untuk mengatasi perasaan – perasaan tidak nyaman terkait dengan perbedaan yang dialaminya. Ketika AS merasakan rindu dengan orang tuanya, AS dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
meredam rasa rindunya dengan cara menelpon dan berbincang dengan orang tuanya. Di sisi lain, AS merasa bahwa kemampuannya untuk mengerti bahasa Jawa sudah meningkat, hal ini berdampak untuk kepercayaan dirinya. Pada semester tiga dan empat AS mengaku sudah bisa menjadi lebih percaya diri. Hal lain yang membuat AS menjadi percaya diri kembali adalah usaha AS untuk mengubah pola pikirnya. AS berpikir bahwa ternyata kemampuan yang dimilikinya tidak jauh berbeda dengan kemampuan yang dimiliki oleh teman – temannya yang berasal dari Jawa. Oleh karena perubahan pola pikir tersebut AS merasa sudah tidak ada yang membebani pikiran dan dirinya lagi, sehingga AS sudah mampu menikmati kehidupannya di Yogyakarta. AS sudah merasa nyaman tinggal di Yogyakarta.Keadaan ini menunjukkan bahwa AS sudah beralih ke satu tahap berikutnya yaitu tahap adjustment. AS mengaku sudah merasakan amat senang tinggal di Yogyakarta. AS juga sudah dapat mengikuti alur kehidupannya di Yogyakarta. Hal ini yang kemudian mempengaruhi pandangan AS terhadap Yogyakarta. AS mengatakan bahwa Yogyakarta merupakan kota yang istimewa bagi dirinya. Kemudian AS juga mengaku sudah dapat mengerti bahasa Jawa, meskipun ia belum mahir untuk mengucapkannya. Selain itu, AS juga mengaku sudah dapat menjalani rutinitasnya dengan baik dan sudah bisa menjadi dirinya sendiri. Hal ini membuat AS memiliki lebih banyak teman dan sudah bisa berbaur dengan teman – teman yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
berasal dari Jawa, meskipun tidak semuanya. Di tahun kedua AS menjalani
kehidupannya
di
Yogyakarta
AS
sudah
merasakan
kenyamanannya dan mengatasi masalah – masalah yang dihadapi sebelumnya.
2. Subjek 2 (HR) a. Deskripsi Subjek Subjek kedua dalam penelitian ini adalah seorang laki – laki berusia 19 tahun. Subjek adalah mahasiswa asal Papua yang melanjutkan studi di Yogyakarta.Subjek memiliki perawakan yang sedang, kulit hitam dan juga rambut keriting khas Papua. Subjek lahir di Sinak, Papua pada tanggal 5 Januari 1994. Dari lahir sampai dengan SMA subjek tinggal di Papua, tepatnya di daerah Dogiyai. Ketika SMA subjek tinggal di asrama di daerah Papua. Setelah SMA subjek memilih melanjutkan studi di salah satu universitas swasta di Yogyakarta. Pada saat ini Subjek berada pada semester 2. Subjek tinggal di Yogyakarta sejak tanggal 23 Agustus 2012 dan subjek tinggal di kos daerah pringgodani, mrican. b. Gambaran Umum Culture Shock yang Dialami Oleh Subjek 2 (HR) HR memilih untuk melanjutkan studi di Yogyakarta karena pada saat SMA HR mendapatkan pengarahan dari guru BK dan pada akhirnya HR memilih di Yogyakarta. HR mengatakan ketika tiba di Yogyakarta ia sangat terkesima dengan keadaan di Yogyakarta. HR mengatakan bahwa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
bangunan di Yogyakarta megah, mewah dan bagus – bagus.Jalanan di Yogyakarta juga sudah bagus – bagus itu yang semakin memotivasi HR untuk melanjutkan studi di Yogyakarta. Setibanya di Yogyakarta HR di jemput oleh salah seorang temannya dan diantarkan ke kos. Ketika memasuki lingkungan kosnya di Yogyakarta, HR merasa serba salah dan takut karena orang di lingkungannya itu banyak yang memperhatikannya, ini dikarenakan penampilan HR yang memang khas dengan penampilan orang Papua. Di sisi lain, HR merasa senang karena di Yogyakarta HR dapat bertemu dengan teman – teman SMAnya. Selain itu, HR merasa senang karena harga – harga kebutuhan di Yogyakarta relatif lebih murah jika dibandingkan dengan di Papua. Hal lain yang membuat HR senang tinggal di Yogyakarta pada saat itu adalah tersalurkannya hobi HR untuk berorganisasi. HR mengikuti beberapa organisasi di kampusnya dan itu membuat HR merasa senang. Ketika awal tiba di Yogyakarta ini HR mengaku sangat antusias untuk menjalani kehidupannya di Yogyakarta dan semangat belajarnya pada saat itu sangatlah besar. HR mengaku tinggal terpisah dengan orang tuanya bukanlah suatu masalah baginya karena HR sudah terbiasa sejak SMA. Keadaan ini menunjukkan bahwa HR sedang berada pada tahap pertama dari culture shock, yakni tahap honeymoon. HR mengaku merasakan perasaan – perasaan senang dan atusias tersebut pada lima bulan pertama HR tinggal di Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Memasuki bulan ke enam HR tinggal di Yogyakarta HR merasakan masalah mulai muncul dan itu membuat ia menjadi down. HR mulai merasakan rasa khawatir dengan keadaan orang tuanya yang sedang menderita sakit karena pada saat ini HR tinggal sangat jauh dengan orang tuanya. Di sisi lain, HR menyadari bahwa saat ini ia harus bisa mengatur segala sesuatunya sendiri karena saat ini ia tinggal sendiri di Yogyakarta. Kemudian HR pun merasa adanya perbedaan cara berinteraksi orang di Papua dan di Yogyakarta. Orang Papua memiliki bahasa yang agak kasar dengan nada bicara yang tinggi, ini berbeda sekali dengan orang – orang di Yogyakarta.Oleh karena itu, ketika sesama orang Papua bertemu di Yogyakarta dan mereka bertegur sapa orang – orang di Yogyakarta sering memperhatikan dan menganggap bahwa mereka sedang marah – marah. Keadaan seperti ini membuat HR merasa tidak nyaman. Selain itu, HR mengaku belum terlalu akrab dengan teman – teman di Yogyakarta, hal ini terntu saja sangat berbeda dengan keadaan ketika HR berada di Papua. Ketika di Papua HR mengaku lebih merasa bebas untuk melakukan apa saja dan berteman dengan siapa saja. Di Yogyakarta HR masih merasa takut untuk menyapa temannya dan bergabung dengan mereka karena takut sapaannya tersebut tidak dibalas. Oleh karena perbedaan cara komunnikasi tersebut HR merasa tidak nyaman untuk berteman dengan teman – teman yang berasal dari Yogyakarta. Hal ini yang kemudian mendorong HR untuk memilih bersahabat dengan teman – teman yang juga berasal dari Papua. Meskipun demikian, HR sudah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
pernah mencoba untuk mendekati teman – temannya di Yogyakarta akan tetapi masih ada beberapa temannya yang tidak bisa menerimanya. HR berusaha untuk melawan pikiran negatif dan perasaan tidak nyaman yang dialaminya dengan memberanikan diri untuk memulai menyapa terlebih dahulu. Akan tetapi, terkadang sapaan HR tidak dihiraukan oleh temannya. Hal ini yang membuat HR menyingkir dari temannya, walaupun masih ada beberapa temannya yang menerima HR dengan baik.HR mengatakan ketika memiliki masalah di Yogyakarta, HR memilih shareing dengan temannya yang berasal dari Papua. HR mengatakan ia merasa rindu dengan lingkungannya di Papua dan memiliki keinginan untuk kembali ke sana untuk bertemu dengan temannya. Walaupun begitu, HR mengaku tidak pernah merasakan sendirian dan kesepian tinggal di Yogyakarta karena ada teman – temannya yang juga berasal dari Papua.Hanya saja HR merasa tidak mampu untuk mengerti bahasa yang digunakan oleh orang – orang di lingkungan barunya. HR juga merasa terhambat untuk memahami penjelasan dari dosen yang menggunakan bahasa Jawa.HR sering merasakan kesalahpahaman dalam bahasa ketika awal – awal tinggal di Yogyakarta. Selain itu, HR juga terkadang merasakan rasa tidak aman pada waktu – waktu tertentu. HR mengaku bahwa semenjak tinggal di Yogyakarta HR merasa kehilangan dirinya yang dulu, saat ini ia lebih senang untuk menyendiri karena HR merasa banyak tertinggal oleh teman – teman lainnya. Meskipun demikian, HR mengatakan bahwa dirinya masih memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
kepercayaan diri dan tidak merasakan adanya perubahan tempramen ataupun emosi dalam dirinya. Keadaan – keadaan tersebut menunjukkan bahwa HR sedang berada pada tahap crisis atau culture shock. Tahap ini dialami HR selama kurang lebih 3 bulan dan baru bisa diatasi memasuki bulan ke sembilan tinggal di Yogyakarta. HR mencoba mengatasi masalah – masalahnya diantaranya dengan membaca
buku
untuk
menambah
perbendaharaan
kata
untuk
mempermudah ia berinteraksi dengan temannya di Yogyakarta. Setelah HR mulai mampu untuk mengatasi masalahnya ia menjadi semakin termotivasi. HR merasa senang ketika ia mampu mengatasi masalahnya dan perasaannya pun menjadi lebih baik. HR mengaku saat ini ia sudah dapat berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. HR sudah dapat menjalankan rutinitasnya dengan baik. Keadaan ini menunjukkan bahwa HR sudah mulai memasuki tahap selanjutnya, yakni tahap recovery. HR memasuki tahap recovery pada saat semester 2 ini.
3. Subjek 3 (VL) a. Deskripsi Subjek Subjek ketiga dalam penelitian ini adalah seorang perempuan berusia 20 tahun. Subjek adalah mahasiswa asal Papua yang melanjutkan studi di Yogyakarta. Subjek tinggal di Papua sejak lahir sampai dengan SMP, sedangkan SMA subjek tinggal di asrama. Subjek lahir di Sorong pada tanggal 8 Maret 1993. Subjek saat ini kuliah di salah satu universitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
swasta di Yogyakarta, saat ini subjek berada di semester 4. Di Yogyakarta subjek tinggal bersama neneknya di daerah condong catur. b. Gambaran Umum Culture Shock yang Dialami Oleh Subjek 3 (VL) Ketika awal VL tinggal di Yogyakarta VL merasakan perasaan senang karena akan tinggal di kota yang baru. Menurut VL Yogyakarta merupakan kota yang bagus dan memiliki suasana yang enak. VL mengatakan bahwa dirinya sudah sangat tertarik dengan Yogyakarta, sehingga ia ingin tinggal di Yogyakarta. Selain itu, VL juga mengaku dengan tinggal sendiri di Yogyakarta VL menjadi merasa tertantang untuk menjalaninya. Keadaan ini menunjukkan bahwa VL sedang berada pada tahap honeymoon. Tahap ini di alami VL selama 1 bulan pertama tinggal di Yogyakarta. Pada bulan selanjutnya VL mengaku bahwa masalah – masalah mulai bermunculan. VL mengatakan bahwa dirinya mengalami banyak masalah yang menyebabkan perasaan senang yang dirasakan ketika awal – awal tinggal di Yogyakarta berkurang. VL mulai menyadari bahwa dirinya tinggal jauh dari orang tua dan adik – adiknya, hal ini menyebabkan VL merasakan perasaan sedih dan rindu dengan keluarganya. Selain itu, hidup di Yogyakarta membuat menuntut VL untuk menjadi lebih sabar dan mandiri. Di sisi lain, VL merasakan adanya perbedaan bahasa atau cara bicara antara Papua dan Yogyakarta. VL mengatakan bahwa teman – temannya di Yogyakarta seringkali tidak mengerti dengan cara bicara VL.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Ketika hal itu terjadi VL mencoba untuk menjelaskan apa yang dimaksud, namun temannya tetap saja tidak mengerti. Hal ini kemudian yang memicu perasaan tidak nyaman dalam diri VL. Masalah lain yang dialami oleh VL adalah masalah terkait dengan kekasih VL. VL merasa bahwa semenjak VL tinggal di Yogyakarta kekasih VL seringkali mengekang VL.
Hal
ini
yang
menyebabkan
VL
berkelahi
dengan
kekasihnya.Perkelahian tersebut yang kemudian menimbulkan masalah bagi VL. Selain itu, VL juga mengalami masalah dengan Omanya. VL mengatakan bahwa Omanya sudah tidak mau mengantar – jemput VL, padahal saat itu VL belum bisa mengendarai sepeda motor ataupun mobil. Hal ini menyebabkan VL dituntut untuk bisa membawa kendaraan sendiri. Keadaan seperti ini menimbulkan suatu masalah bagi VL. Di sisi lain, VL merasa bahwa teman – temannya yang berasal dari Jawa lebih memilih untuk berinteraksi sendiri dan tidak mengajak VL. Hal ini mengakibatkan VL menjadi merasa terasingkan.VL juga mengatakan bahwa dirinya memiliki kebiasaan tertawa terbahak – bahak dan VL merasa teman – temannya sering memandang heran terhadap kebiasaannya itu. VL menceritakan bahwa dirinya memiliki keinginan untuk selalu berinteraksi dengan rekannya yang juga berasal dari Papua, supaya ketika VL ada masalah VL dapat meminta bantuan kepada temannya tersebut. VL mengaku bahwa dirinya pernah merasakan perasaan tidak aman di Yogyakarta, ini disebabkan oleh cerita yang didengar VL dari teman – temannya tentang kejahatan di Yogyakarta. VL
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
mengatakan dirinya pernah mengalami masalah dengan teman – temannya, hal ini dikarenakan VL tidak cocok dengan sifat temannya. Keadaan ini menunjukkan bahwa VL sedang berada pada tahap crisis atau culture shock. Tahap ini dialami VL selama 9 bulan. VL berusaha untuk mengatasi perasaan – perasaan tidak nyamannya dengan cara merubah pola pikirnya. Ketika temannya tidak mengerti cara bicara VL, VL mencoba untuk menyesuaikan diri dengan belajar bahasa yang bisa dimengerti teman – temannya dan berusaha untuk mengerti bahasa Jawa. Selain itu, VL berusaha untuk menunjukkan kepada lingkungannya bahwa dirinya mampu.VL menunjukkan kepada Omanya bahwa dirinya mampu untuk mandiri. VL juga menunjukkan ke teman – temannya dengan apa adanya dirinya. Semua usaha VL tersebut berhasil dan VL sudah dapat mengatasi semua masalahnya. Keadaan ini menunjukkan bahwa VL telah memasuki tahap selanjutnya, yakni tahap recovery.VL mulai memasuki tahap recovery. VL mulai memasuki tahap recovery setelah setahun tinggal di Yogyakarta. Ketika VL sudah berhasil mengatasi semua masalahnya, VL merasa sangat bersyukur.VL mengatakan bahwa dirinya sudah lebih baik, VL sangat merasa senang dan bahagia. Di sisi lain, VL merasa bahwa dirinya sudah mampu beradaptasi dengan fakultas. VL juga merasa bahwa teman – temannya sudah bisa menerima dirinya.Hal ini yang membuat perasaan VL sudah jauh lebih baik. Di Yogyakarta VL merasa sudah memiliki sahabat yang seperti keluarga sendiri dan VL merasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
bahwa Yogyakarta sudah menjadi bagian dari hidupnya. VL mengatakan bahwa saat ini VL sudah merasa nyaman sekali tinggal di Yogyakarta. Rutinitas VL sudah dapat berjalan dengan baik dan relasi VL dengan orang – orang di lingkungannya sudah menjadi lebih dekat. Saat ini VL sudah memiliki sahabat dan bisa bergabung dengan teman – teman yang berasal dari Jawa. Keadaan ini menggambarkan bahwa pada saat ini VL telah memasuki tahap adjustment. VL memasuki tahap ini setelah dua tahun tinggal di Yogyakarta.
4. Subjek 4 (IF) a. Deskripsi Subjek Subjek ke empat dalam penelitian ini adalah seorang laki – laki berusia 20 tahun. Subjek adalah seorang mahasiswa asal Papua yang melanjutkan studi di Yogyakarta. Saat ini subjek sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta di Yogyakarta. Subjek lahir pada tanggal 3 September 1993 di Abepura. Subjek tinggal di Yogyakarta sejak tahun 2011 dan bertempat tinggal di kos daerah Paingan. b. Gambaran Umum Culture Shock yang Dialami Oleh Subjek 4 (IF) Ketika tiba di Yogyakarta IF merasa merasa senang karena IF ingin mencari pengalaman baru. IF merasa sangat senang ketika ia mendapatkan kesempatan untuk pergi ke Jawa. Selain itu, IF juga merasa senang karena di Yogyakarta orangnya ramah – ramah dan IF bisa mendapatkan teman baru di Yogyakarta. Keadaan ini menunjukkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
bahwa IF berada pada tahap honeymoon. IF mengalami tahap pertama selama 6 bulan pertama tinggal di Yogyakarta. Kemudian IF merasa sendirian di Yogyakarta dan ini membuat IF merasa sedih. IF merasakan bahwa dirinya kehilangan temannya. Selain itu, IF juga mulai menyadari bahwa tinggal terpisah dengan orang tuanya merupakan hal yang tidak menyenangkan. Selain itu, IF juga merasakan adanya perbedaan bahasa antara Papua dengan Yogyakarta, ini yang membuat IF merasa harus menyesuaikan diri dengan keadaan di Yogyakarta. IF mengatakan bahwa cara berbicara di Papua cenderung lebih kasar, sedangkan orang – orang di Yogyakarta cenderung lebih halus dan ini membuat IF merasa benar – benar harus menyesuaikan diri, terutama cara bicaranya. Ketika awal tinggal di Yogyakarta IF merasa tidak mengerti bahasa Jawa yang digunakan temannya dan temannya pun tidak dapat mengerti dengan bahasa yang IF gunakan. Hal ini menimbulkan ketidak nyamanan bagi IF. Ketika IF tidak dapat mengerti bahasa Jawa yang digunakan oleh temannya biasanya IF hanya terdiam. Selain itu, IF pun mengatakan bahwa ada beberapa dosen yang menggunakan bahasa Jawa. Hal ini membuat IF merasa bingung untuk dapat mengerti maksud dari dosen tersebut. IF menceritakan bahwa ia memiliki keinginan yang besar untuk bisa bergabung dengan teman – teman yang berasal dari Jawa. IF berusaha untuk mengerti bahasa Jawa dan belajar menggunakan bahasa Jawa, namun seringkali ketika pengucapannya tidak pas IF ditertawakan oleh teman – temannya. Hal ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
yang kemudian membuat IF merasa minder dan malu untuk bergabung dengan teman – temannya. IF juga mengatakan bahwa ketika temannya berkumpul banyak diantara mereka yang menggunakan bahasa Jawa. IF ingin bergabung dengan mereka, tetapi IF takut kalau menggunakan bahasa Jawa agak aneh. Oleh karena itu, IF merasa interaksinya menjadi terhambat oleh perbedaan bahasa tersebut. Rasa nyaman dalam diri IF seringkali muncul, IF berusaha untuk meredam akan tetapi kemudian rasa nyaman itu muncul kembali. Di sisi lain, IF merasa sendirian di kos lamanya, ini membuat IF merasa sedih dan terasingkan. Selain itu, IF pernah merasa segan untuk melakukan kontak fisik dengan orang – orang di Yogyakarta, sehingga IF sangat berhati – hati dalam berkata karena takut menyinggun apabila berkata refleks. IF juga pernah merasa tidak aman tinggal di Yogyakarta karena IF pernah mengalami kehilangan dan mendengar berita konflik orang Papua di Yogyakarta. Pada awalnya IF merasa tidak percaya diri, IF takut menjadi orang yang berkulit hitam sendiri di Yogyakarta. Selain itu, IF juga memiliki kekhawatiran tidak didengarkan ketika berbicara karena berasal dari Papua. IF takut orang – orang di Yogyakarta menganggap IF sebagai orang Papua yang tidak tahu apa – apa. Hal lain yang IF rasakan adalah rasa rindu dengan keluarganya yang membuat ia menjadi malas untuk beraktifitas. Di sisi lain, IF pun pernah mengalami masalah dengan kesehatannya ketika awal ia tinggal di Yogyakarta. Keadaan ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
menunjukkan bahwa IF berada pada tahap crisis atau culture shock. Tahap ini dialami IF selama kurang lebih enam bulan. Kemudian IF berusaha untuk menghilangkan perasaan tidak nyamannya. IF berusaha untuk dapat mengerti bahasa Jawa dan mencoba untuk merubah pola interaksinya. IF selalu berusaha sampai If bisa disenangi dan diteriman oleh teman – temannya. Selain itu, IF juga mulai merubah pola pikirnya. Pada akhirnya IF mampu mengatasi perasaan – perasaan tidak nyamannya. IF merasa senang karena ia sudah dapat menyesuaikan diri. Masalah yang dialami dan hal – hal yang ditakutkan sudah mulai dapat IF atasi. IF pun mengubah cara bicara ataupun bahasa agar teman – temannya dapat mengerti. Keadaan ini menunjukkan bahwa IF sudah berada pada tahap recovery. Tahap ini IF alami selama 6 bulan berikutnya. Saat ini IF merasa bahwa perasaannya sudah jauh lebih baik. IF sudah
dapat
mengerti
lingkungan
Yogyakarta
dan
kemampuan
beradaptasinya pun sudah baik. IF menyadari adanya perbedaan antara Papua dan Yogyakarta kemudian IF menyesuaikan diri dan pada saat ini IF merasa nyaman tinggal di Yogyakarta. Kemampuan bahasa yang dimiliki IF saat ini sudah meningkat. Rutinitas IF sudah dapat berjalan dengan baik. Selain itu, IF juga sudah bisa mengerti karakter teman – temannya dan ia mampu untuk menyesuaikan diri. Dengan demikian, saat ini IF sudah memiliki banyak teman dari berbagai fakultas. Keadaan ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
menunjukkan bahwa IF sudah berada pada tahap adjustment. IF mulai merasakan kenyamanan saat IF memasuki semester tiga.
C. Rangkuman Tema Temuan Penelitian Tabel 5 Rangkuman Tema Temuan Penelitian Fokus Rincian Tema Temuan Penelitian Penelitian 1. Tahapan 1.1 Tahap honeymoon yang dialami subjek dalam Culture kurun waktu 1 sampai 6 Shock bulan di tahun pertama
1.2 Tahap crisis atau culture shock yang dialami subjek pada tahun pertama tinggal di Yogyakarta berlangsung dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan.
1.3 Tahap recovery dialami subjek setelah subjek tinggal selama 6 bulan sampai 1 tahun di Yogyakarta
Rincian Tema 1.1.1 Pada tahap ini subjek merasakan perasaan senang dan antusias karena akan menjalani kehidupan barunya di Yogyakarta. 1.1.2 Yogyakarta di pandang sebagai tempat yang menyenangkan, orangnya ramah – ramah, banyak tempat wisata dan kota yang ramai 1.2.1 Pada tahap ini subjek merasakan perasaan – perasaan tidak nyaman karena menyadari adanya perbedaan antara Papua dan Yogyakarta 1.2.3 Subjek mengalami masalah terkait dengan bahasa 1.2.3 Subjek mengalami rasa rindu dengan keluarga dan teman – teman di Papua 1.2.4 Subjek merasa kehilangan teman – teman dan sendiri di Yogyakarta 1.2.5 Timbul gejala – gejala culture shock 1.3.1 Pada tahap ini subjek sudah mulai bisa mengatasi masalahnya 1.3.2 Subjek berusaha untuk beradaptasi dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.4 Tahap adjustment dialami subjek pada tahun kedua tinggal di Yogyakarta.
2. Gejala Culture Shock
66
lingkungan barunya 1.3.3 Subjek merubah pola pikirnya 1.4.1 Pada tahap ini subjek sudah merasa nyaman tinggal di Yogyakarta 1.4.2 Kemampuan beradaptasi subjek sudah baik 1.4.3 Sudah memiliki cukup banyak teman di lingkungan barunya 1.4.4 Rutinitas sudah dapat berjalan dengan baik
2.1 Merasa sedih, sendirian dan terasingkan 2.2 Tidak mampu berbicara dan mengerti bahasa yang digunakan oleh orang setempat dan cenderung menghindari kontak dengan orang lokal 2.3 Takut melakukan kontak fisik 2.4 Keinginan untuk berinteraksi dengan rekan sesama 2.5 Merasa tidak aman (rasa ketakutan yang berlebihan) takut ditipu, dirampok, takut terluka 2.6 Kehilangan identitas dan kurang percaya diri 2.7 Merindukan keluarga dan rumah 2.8 Bermasalah dengan kesehatan (flu, demam, diare, alergi)
Tabel 6 Rangkuman Temuan Tambahan Cara Mengatasi Perasaan Tidak Nyaman Pada Tahap Crisis atau Culture Shock 1. Mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang – orang di lingkungan barunya 2. Banyak membaca buku untuk menambah perbendaharaan kata untuk mempermudah berinteraksi dengan orang di lingkungan barunya. 3. Merubah pola pikir yang ada di dalam diri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
4. Mencoba memahami karakter teman – teman barunya agar dapat diterima oleh teman – teman di lingkungan barunya
D. Deskripsi Tema Berdasar hasil analisis data yang sudah dilakukan pada keempat subjek penelitian, diperoleh rumusan tema mengenai tahapan culture shock dan gejala culture shock yang dialami oleh subjek. Berikut ini akan dijelaskan secara lebih detail tentang tahapan culture shock dan gejala culture shock yang dialami oleh subjek penelitian secara keseluruhan: 1. Tahapan Culture Shock Analisis data dari keseluruhan subjek menemukan ada empat tahapan culture shock yang dialami oleh subjek penelitian. Tahapan tersebut adalah tahap honeymoon, tahap crisis atau culture shock, tahap recovery dan tahap adjustment. Berikut ini adalah penjelasan dari tahap culture shockculture shock yang dialami: a. Tahap honeymoon Keempat subjek mengalami tahap honeymoon ketika awal tinggal di Yogyakarta.Mereka merasakan perasaan senang dan antusias ketika awal tinggal di Yogyakarta. Mereka mengatakan sangat antusias untuk menjalani kehidupan di lingkungan barunya dan ingin mendapatkan pengalaman baru. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
(Subjek 1, AS) “Awal datang ke Jogja tu rasanya aduh seneng banget ya akhirnya bisa mandiri. Jadi gimana kehidupanku entar aku jadi kayak udah ga sabar nanti-nanti gimana si hidup sendiri.” (Subjek 3, VL) “Jadinya rasa senang, rasa menarik aja. Sesuatu yang menarik karena kan baru dari kota yang berbeda juga kan, jadi ya rasa senang. Sesuatu yang menarik dan tertantang begitu.”
Tahap honeymoon ini dialami subjek dalam kurun waktu 1 sampai 6 bulan pertama tinggal di Yogyakarta. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut:
(Subjek 3, VL) “Terus kira – kira masih ingat ga berapa lama perasaan senang dan antusias tadi itu bertahan?Itu berjalan hanya sekitar satu bulan” (Subjek 4, IF) “Senang itu saya merasa mungkin hampir satu semester saya senang.”
b. Tahap crisis atau culture shock Pada tahap ini keempat subjek mengalami perasaan – perasaan tidak nyaman.Subjek mengalami masalah terkait dengan bahasa. Selain itu, subjek juga mengalami rasa rindu dengan keluarga dan teman – teman di Papua. Subjek juga mengalami rasa kehilangan teman – teman dan merasa sendiri di Yogyakarta, serta timbul gejala – gejala culture shock lainnya. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
(Subjek 2, HR) “….kalau kami di Papua itu mungkin bahasanya itu agak kasar begitu. Jadi kalau kami ngomong ke orang – orang di sini mungkin agak bagaimana begitu…. Ya tidak enak, tidak nyaman gitu.” (Subjek 1, AS) “….di Papua kan kita tu udah biasa bicara yang yaudah bicara aja pake bahasa Papua kan yang gak formal. Kalau misalnya datang disini kan, apalagi bahasa Jawa kan aku sama sekali ga ngerti. Orangorang kebanyakan, teman – teman di kampus itu bicaranya pakai bahasa Jawa jadi aku kalau mau ngomong pakai bahasa Indonesia juga agak – agak gimana, agak susah buat cari kata – katanya, takutnya gak ngerti mereka.” (Subjek 4, IF) “…..ada yang berbeda mungkin pertama dari bahasa.Mungkin kita di sana tu bahasanya seperti kalau kita bilang saya itu ‘sa’, mungkin di sini kita banyak pakainya bahasa Jawa.” (Subjek 3, VL) “….di praktikum saya itu kebanyakan anak – anak Jawa dan mereka tuh berinteraksi sendiri gitu kak. Mereka itu tidak mengajak saya, jadi saya merasa terasingkan begitu.Seperti ih kenapa sih, kita juga sama saja dengan mereka.” (Subjek 1, AS) “….gak nyaman juga kalau misalnya kita mau dekat sama mereka kita juga kayak agak – agak. Kadang mereka itu juga kayak liat, kita itu kan bukan dari Jawa, bukan dari kota yang besar. Kita dari Papua, jadi mereka kalau mau berteman juga agak pilih – pilih juga sih.
Tahap crisis atau culture shock ini berlangsung dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut: (Subjek 2, HR) “Perasaan tidak nyaman itu kira – kira bertahan sekitar berapa bulan? Sekitar 3 bulan.”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
(Subjek 4, IF) “Oke.Terus perasaan – perasaan tidak nyaman itu kamu alami berapa nyaman? Kalau perasaan – perasaan itu mungkin saya alami selama satu semester kak.
c. Tahap recovery Pada tahap ini
keempat subjek sudah mulai bisa mengatasi
masalahnya dengan berbagai usaha yang dilakukannya. Subjek berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya.Selain itu, subjek juga berusaha untuk merubah pola pikirnya. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut:
(Subjek 1, AS) “…..Tapi pas udah berjalan ke sini dan aku tahu kemampuan mereka ternyata nggak beda jauh juga sama kemampuan kita. Liat kesehariannya mereka, liat nilai – nilai mereka, jadi aku mikirnya ternyata mereka itu sama aja sama kita. Jadi nggak ada yang bodoh, nggak ada yag pintar lah, sama aja di dalam kelas. Jadi kenapa mesti takut? Udah mulai PD deh dari situ” (Subjek 3, VL) “…Kemudian yang kedua itu ya saya merubah pola pikir saya sendiri kak. Agar saya bisa menjadi lebih baik, agar saya bisa menguatkan diri saya sendiri, ayo ayo kamu pasti bisa. Jadi saya lebih merubah diri saya sema gitu kak, saya berpikir jangan sampai ini semua membuat diri saya nggak maju.”
Tahap recovery dialami subjek setelah subjek tinggal selama 6 bulan sampai 1 tahun di Yogyakarta. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
(Subjek 3, VL) “Oke.Terus kamu sendiri kapan mulai merasa bisa mengatasi semuanya ini? Sekitar setahunan lah kak.” (Subjek 4, IF) “…..Itu mulai semester dua kak cara berpikir saya
itu sudah mulai saya rubah.”
d. Tahap adjustment Tahap adjustment ini hanya dialami oleh ketiga subjek, sedangkan satu subjek lagi yaitu subjek 2 (HR) belum mencapai tahap ini. Ketiga subjek ini sudah merasa nyaman tinggal di Yogyakarta. Kemampuan beradaptasi yang dimiliki oleh ketiga subjek tersebut sudah baik. Selain itu ketiga subjek sudah memiliki banyak teman di lingkungan barunya dan rutinitas subjek sudah dapat berjalan dengan baik. Di sisi lain, kemampuan bahasa yang dimiliki subjek pun sudah meningkat. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut:
(Subjek 1, AS) “……..udah senang aja yah kayak udah benar – benar nikmati masa kuliah di sini. Udah bisa mengikuti alur kehidupan di sini.Ya udah nyaman lah kak.” (Subjek 3, VL) “…….saya juga sudah bisa beradaptasi dengan fakultas saya, farmasi.Saya sangat bersyukur sekarang saya sudah bisa beradaptasi dengan fakultas saya, kemudian saya bersyukur dengan teman – teman saya yang bisa menerima saya.” (Subjek 4, IF) “…….Iya sudah.Kalau dibandingkan dengan tahun kemarin atau semester – semester kemarin mungkin jauh, sekarang itu saya mulai merasa berbeda. Gimana ya teman sudah banyak, terus sudah lebih mengerti, terus sudah bisa mengerti lingkungan jogja tu seperti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
apa. Jadi ya senang, ketika jalan – jalan itu wah rasanya senang gitu.Adaptasinya sudah baik gitu kak.”
Tahap adjustment dialami ketiga subjek pada tahun kedua tinggal di Yogyakarta. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut:
(Subjek 1, AS) “Dari semester tiga. Oh semester tiga ya, sekarang kamu semester empat kan ya? Iya kak semester empat, sudah sekitar setahun.”
(Subjek 4, IF) “Semester tiga kak, sebenarnya paling nyaman itu semester tiga.”
Satu subjek dalam penelitian ini belum mencapai tahap adjustment. Hal ini dipengaruhi oleh faktor interpersonal yang ia miliki yakni terkait dengan kemampuan sosial dan kecakapan yang dimiliki terkait dengan bahasa, adat istiadat, tata krama. Subjek kedua dalam penelitian ini (HR) mengaku bahwa ia masih merasa sangat kesulitan untuk berkomunikasi dan memahami bahasa yang digunakan oleh teman – temannya. HR mengaku ia belum mampu untuk berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan terlepas dari logat Papuanya. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara sebagai berikut: (Subjek 2, HR) “Sebenarnya tuh apa yang mau saya ungkapkan itu memang sudah ditangkep sama dosennya tapi cara ungkapkan itu yang masih beda. Jadi kebanyakan di apa ya, diperbaiki oleh dosen.”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
2. Gejala Culture Shock Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui ada beberapa gejala culture shock yang dialami oleh subjek penelitian. Gejala tersebut adalah: a. Merasa sedih, sendirian dan terasingkan. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut:
(Subjek 3, VL) “…….di praktikum saya itu kebanyakan anak – anak Jawa dan mereka tuh berinteraksi sendiri gitu kak.Mereka itu tidak mengajak saya, jadi saya merasa terasingkan begitu.”
b. Tidak mampu berbicara dan mengerti bahasa yang digunakan oleh orang setempat dan cenderung menghindari kontak dengan orang lokal. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut:
(Subjek 2, HR) “Jadi awal – awal itu memang terasa benar. Yang saya apa, ngomong itu kadang dosennya itu tidak nangkap benar dengan apa yang saya omong. Entah karena salah kata, atau karena logatnya, apa gimana.”
c. Takut melakukan kontak fisik. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut:
(Subjek 1, AS) “kontak fisik secara negatif itu aku emang ga terlalu suka. Apalagi di sini kan budaya beda kan dengan di Papua.”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
d. Keinginan untuk berinteraksi dengan rekan sesama. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut:
(Subjek 2, HR) “mungkin sampai sekarang ini aku lebih menjaga jarak, bersahabat dengan teman itu lebih memilih bersahabat dengan teman – teman dari Papua. Karena ada perasaan – perasaan seperti tadi. Terus berkaitan dengan cara – cara kami bergaul itu agak beda. Jadi takut gitu.”
e. Merasa tidak aman (rasa ketakutan yang berlebihan) takut ditipu, dirampok, takut terluka. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut:
(Subjek 4, IF) “…..takut ketika saya jalan mungkin mereka kalau mereka mulai membabi buta siapapun bisa kena gitu semuanya. Terus yang baru-baru ini juga yang membuat saya mulai takut lagi masalah tidak aman disitu karena baru-baru ini laptop sama hp saya hilang dicuri dan ternyata ya memang mungkin, kalau menurut saya mungkin lagi musiman atau gimana karena banyak yang hilang juga kan. Udah gitu mulai ketika saya bilang sama orang tua saya, disuruh hatihatilah. Jadi kan saya mulai mucul rasa takut lagi kan, mulai waspada lagi buat semuanya.”
f. Kehilangan identitas dan kurang percaya diri. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut:
(Subjek 1, AS) “Kalau di kelas atau ketemu teman – teman yang lain itu benar – benar ngerasa kayak bukan aku banget, kayak diam, kayak gak banyak ngomong, ngelakuin sesuatu tuh jadi kayak malu”
74
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
(Subjek 4. IF) “…..waktu kesini itu saya rasa jangan-jangan saya orang papua disini sendiri, terus saya lihat mungkin dari kulit saya hitam sendiri kan. Kadang-kadang mungkin ketika itu terus saya asalnya dari papua, terus ketika saya harus berbicara dengan teman-teman saya yang asalnya dari jogja ataupun Palembang dan lainlain. Itu saya takutnya mereka ngga menghargai saya, mereka tidak percaya, mungkin mereka punya pemikiran seperti ini “ah ngapaidengar dia orang Papua, orang Papua tidak tau”
g. Merindukan keluarga dan rumah. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut:
(Subjek 3, VL) “Itu terjadi ketika saya merasa kangen adik – adik saya.Saya merasa sedih aja sih kalau ingat mama, misalnya saya sakit terus ingat mama gitu.”
h. Bermasalah dengan kesehatan (flu, demam, diare, alergi). Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut:
(Subjek 1, AS) “Pas datang ke sini awal – awalnya suka sakit juga sampai di opname juga kak.” (Subjek 4, IF) “Pernah, herpest. Datang pertama kali ke sini itu aku rasa kulit ku kering – kering tu apa, kok kaya luka itu kan. Periksa ke dokter ternyata katanya herpest.Kemudian itu berlangsung pas semester satu.”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Skema di bawah ini akan menunjukkan tahapan dari culture shock yang secara umum terjadi pada keempat subjek.
T A H
Tahap Honeymoon: - Subjek merasakan perasaan senang dan antusias karena akan menjalani kehidupan berunya di Yogyakarta - Yogyakarta dipandang sebagai tempat yang menyenangkan, orangnya ramah – ramah, banyak tempat wisata dan kota yang ramai
Tahap honeymoon yang dialami subjek dalam kurun waktu 1 sampai 6 bulan
A P
C
Tahap crisis atau culture shock: - Subjek merasakan perasaan tidak nyaman karena menyadari adanya perbedaan - Masalah mulai muncul - Timbul gejala – gejala culture shock
U
Tahap crisis atau culture shock yang dialami subjek pada tahun pertama tinggal di Yogyakarta berlangsung dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan.
L T U R E
Tahap recovery: - Subjek sudah mulai bisa mngatasi masalahnya - Subjek berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya - Subjek merubah pola pikirnya
Tahap recovery dialami subjek setelah subjek tinggal selama 6 bulan sampai 1 tahun di Yogyakarta
S H O C K
Tahap adjustment: - Subjek sudah merasa nyaman tinggal di Yogyakarta - Kemampuan beradaptasi subjek sudah baik - Sudah memiliki cukup banyak teman di lingkungan barunya - Rutinitas sudah dapat berjalan dengan baik - Kemampuan berbahasa subjek sudah meningkat
Skema 1. Tahapan Culture Shock yang Dialami Subjek
Tahap adjustment dialami subjek pada tahun kedua tinggal di Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
3. Temuan Tambahan: Cara Mengatasi Perasaan Tidak Nyaman Pada Tahap Crisis atau Culture Shock Dalam data penelitian ini ditemukan beberapa cara yang digunakan subjek untuk mengatasi perasaan tidak nyamannya terkait dengan culture shock. Berikut ini akan dibahas secara lebih rinci cara – cara tersebut: a. Mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang – orang di lingkungan barunya. Dalam mengatasi perasaan tidak nyamannya keempat subjek penelitian ini berusaha untuk mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang di lingkungan barunya. Beberapa subjek berusaha untuk mempelajari bahasa lokal setempat, yakni bahasa Jawa. Kemudian beberapa subjek berusaha untuk menghilangkan logat bahasa Papuanya dan menggunakan bahasa Indonesia. Berikut ini adalah kutipan pernyataan subjek yang menunjukkan usaha tersebut:
(Subjek 1, AS) “Terus kalau yang sama teman – teman kayak bahasa gitu , lama – lama kalau pake bahasa – bahasa jawa yang standar itu aku udah bisa ngerti.” (Subjek 4, IF) “Iya, kalau berusaha pasti ada.ya seperti tadi berusaha coba untuk saya mengerti apa yang dikatakan teman saya yang menggunakan bahasa Jawa.” (Subjek 3, VL) “…..mulai ngga nyaman, tapi harus menyesuaikan. Apalagi ini kan kota orang jadi ya harus mempelajari kotanya, orang – orangnya. Jadi aku mulai belajar bahasanya.”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
b. Banyak membaca buku untuk menambah perbendaharaan kata untuk mempermudah berinteraksi dengan orang di lingkungan barunya Dalam mengatasi perasaan tidak nyamannya, salah satu subjek penelitian yakni subjek 2 (HR) memiliki cara tersendiri. HR memilih untuk banyak membaca buku untuk menambah perbendaharaan katanya. Menurutnya, ketika perbendaharaan kata yang dimiliki sudah banyak maka ia akan lebih mudah lagi untuk berinteraksi dengan teman – temannya di Yogyakarta. Berikut ini adalah kutipan pernyataan subjek yang menunjukkan usaha tersebut:
(Subjek 2, HR) “…..Saya pikir lebih banyak baca buku itu lebih baik, karena di situ tuh melalui membaca buku tuh perbendaharaan kata – kata saya itu jadi lebih banyak.Lalu berinteraksi itu nantinya jadi lebih mudah.”
c. Merubah pola pikir yang ada di dalam diri. Untuk mengatasi perasaan tidak nyaman yang timbul pada tahap crisis atau culture shock keempat subjek penelitian berusaha untuk merubah pola pikir yang ada di dalam dirinya. Pola pikir negatif yang ada di dalam diri subjek berusaha diubah menjadi pola pikir yang lebih positif. Berikut ini adalah kutipan pernyataan subjek yang menunjukkan usaha tersebut:
(Subjek 1, AS) “……pas udah semester tiga, empat itu udah mulai kayak kita itu sebenarnya sama aja, nggak ada yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
pintar, nggak ada yang, jadi udah bisa ngomong lagi dalam kelas, udah bisa nunjukin kemampuan kita. Jadi aku tuh udah percaya diri aja.” (Subjek 2, HR) “……saya jadi termotivasi, wah ini kemungkinan untuk sukses dalam bidang studi nih mudah saja nanti.” (Subjek 3, VL) “…..Jadi saya lebih merubah diri saya sema gitu kak, saya berpikir jangan sampai ini semua membuat diri saya nggak maju.Saya mikir kan udah orang tua saya menyekolahkan jauh – jauh, kasian juga sama orang tua saya.” (Subjek 4, IF) “Kalau kita bisa menyesuaikan diri otomatis kan masalah – masalah yang kita alami, hal – hal yang kita takutkan ketika kita datang ke sini sudah mulai teratasi.”
d. Mencoba memahami karakter teman – teman barunya agar dapat diterima oleh teman – teman di lingkungan barunya. Salah satu cara yang digunakan subjek untuk mengatasi perasaan tidak nyamannya adalah dengan memahami karakter teman – teman barunya. Usaha ini dilakukan agar subjek dapat diterima oleh teman – teman di lingkungan barunya, sehingga subjek dapat memiliki cukup banyak teman. Berikut ini adalah kutipan pernyataan subjek yang menunjukkan usaha tersebut:
(Subjek 4, IF) “……, jadi ya saya sudah bisa mengerti karakter teman – teman. Mereka kan berasal dari berbagai daerah yang berbeda, nah di situ saya juga sudah bisa melihat karakter – karakter mereka seperti apa. Nah ketika saya berbicara dengan mereka saya harus seperti apa.”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
E. Pembahasan 1. Temuan dari Fokus Penelitian Berdasarkan temuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, diketahui bahwa terdapat empat tahap culture shock yang dialami oleh keseluruhan subjek yaitu tahap honeymoon, tahap crisis atau culture shock, tahap recovery, dan tahap adjustment. Keempat tahap culture shock tersebut menegaskan tahapan yang telah dikemukakan sebelumnya oleh para akademisi (Irwin, 2007; Odera 2003; Lysgaard dalam Heine, 2008; Oberg dalam Mulyana dan Rakhmat, 2009; Pujiriyani & Rianty, 2010; Oberg dalam Ward, Bochner & Furnham, 2001). Meskipun demikian, dalam penelitian ini temuan tentang jangka waktu berlangsungnya keempat tahap culture shock lebih tergambarkan secaa jelas dalam praktik kehidupan nyata dan bukan sekedar konsep atau teori. Teori sebelumnya mengatakan bahwa tahap pertama dalam culture shock, yakni tahap honeymoonterjadi selama beberapa hari atau minggu hingga enam bulan, bergantung pada kegiatan yang akan dihabiskan oleh orang tersebut selama berada di lingkungan yang baru (Oberg dalam Mulyana & Rakhmat, 2009). Ada pula individu yang menjalaninya selama satu tahun.Selama bulan-bulan pertama ini, biasanya merupakan waktu yang sangat baik. Sebab waktu tersebut merupakan proses pertama mengenal hal-hal baru dapat dilakukan dengan baik (Pujiriyani & Rianty, 2010). Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa tahap ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
berlangsung selama 1 sampai 6 bulan pertama subjek tinggal di Yogyakarta. Selain itu, dari penelitian ini dapat diketahui bahwa keseluruhan subjek memasuki pada tahap selanjutnya yaitu tahap crisis atau culture shock. Pada teori sebelumnya dijelaskan dalam melewati tahap honeymoon ini, ada individu yang kurang mampu untuk mengenali lingkungannya dengan baik. Individu yang kurang mampu tersebut akan memasuki tahap yang selanjutnya, yaitu crisis atau culture shock (Pujiriyani & Rianty, 2010). Dengan demikian, keseluruhan subjek dalam penelitian ini kurang memiliki kemampuan untuk mengenali lingkungannya dengan baik, sehingga keseluruhan subjek dalam penelitian ini mengalami tahap crisis atau culture shock. Tahap kedua dari culture shock adalah tahap crisis atau culture shock. Pada teori sebelumnya telah dijelaskan bahwa pada tahap kedua ini, individu mungkin mengalami beberapa masa sulit dan krisis dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya kesulitan dalam komunikasi yang mungkin terjadi, seperti tidak dipahami oleh individu lain (Odera, 2003). Dari data yang diperoleh menemukan bahwa secara keseluruhan subjek dalam penelitian ini mengalami kesulitan komunikasi pada tahap ini. Adanya perbedaan bahasa yang mencolok antara Papua dan Yogyakarta merupakan salah satu hal yang memicu masalah dalam komunikasi. Selain itu, pada tahap ini seluruh subjek penelitian merasakan rindu akan keluarga dan kampung halaman. Temuan ini menegaskan teori yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
menyebutkan bahwa pada tahap ini individu mulai merindukan tentang kampung halamannya, seperti cuaca, jenis-jenis olahraga yang populer, atau makanan aneh yang mereka makan pada waktu libur festival (Lysgaard dalam Heine, 2008). Akan tetapi, berdasarkan data yang diperoleh tahap crisis atau culture shock ini mulai terjadi pada bulan ke 3 subjek tinggal di Yogyakarta dan berlangsung dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini menemukan tahap crisis atau culture shock dialami lebih awal oleh subjek penelitian, jika dibandingkan dengan teori sebelumnya yang menyatakan bahwa tahap ini berlangsung selama 6 sampai 18 bulan setelah melewati tahap honeymoon (Lysgaard dalam Heine, 2008). Tahap ketiga culture shock adalah tahap recovery.Berdasarkan teori sebelumnya dapat diketahui bahwa tahap ini meliputi kemampuan individu memecahkan krisis yang dimiliki dan mempelajari budaya yang ada di lingkungan barunya (Oberg dalam Ward, Bochner & Furnham, 2001). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa seluruh subjek penelitian telah berhasil melewati tahap culture shock dan memasuki pada tahap selanjutnya, yaitu recovery. Dari temuan diatas dapat diketahui bahwa seluruh subjek dalam penelitian ini memiliki kemampuan untuk memecahkan krisis yang dimiliki dan mempelajari budaya yang ada di lingkungan barunya. Secara keseluruhan subjek penelitian berusaha untuk mempelajari bahasa yang digunakan di Yogyakarta. Selain itu, mereka juga berusaha untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
menyesuaikan diri dengan aturan dan tata krama yang berlaku di Yogyakarta. Teori maupun penelitian sebelumnya belum menjelaskan secara pasti rentang waktu yang terjadi pada tahap ini. Penelitian ini menemukan rentang waktu yang terjadi pada tahap recovery, yaitu setelah 6 bulan sampai 1 tahun subjek tinggal di Yogyakarta. Tahap keempat dari culture shock adalah tahap adjustment. Teori sebelumnya menjelaskan bahwa tahap ini menggambarkan perasaan senang dan telah memiliki kemampuan fungsional yang baik dalam lingkungan barunya (Oberg dalam Ward, Bochner & Furnham, 2001). Ketiga subjek dalam penelitian ini sudah mencapai pada tahap adjustment. Sedangkan salah satu subjek pada penelitian ini masih berada pada tahap recovery. Ketiga subjek yang mencapai tahap ini telah tinggal selama 2 tahun di Yogyakarta.Secara keseluruhan, mereka memasuki tahap ini pada tahun kedua tinggal di Yogyakarta. Sedangkan salah satu subjek yang belum mencapai tahap adjustment, baru 1 tahun tinggal di Yogyakarta, sehingga ia masih berada pada tahap recovery. Satu subjek yang masih berada pada tahap recovery ini disebabkan oleh faktor interpersonal yang dimilikinya yaitu kemampuan sosial dan kecakapan yang dimiliki terkait dengan bahasa, adat istiadat, tata krama. Subjek kedua dalam penelitian ini yakni HR masih memiliki kemampuan bahasa yang kurang, sehingga ini menyulitkan ia untuk beralih pada tahap berikutnya yaitu tahap adjustment.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
Temuan penelitian selanjutnya adalah gejala dari culture shock. Hasil dari penelitian ini menemukan ada 8 gejala yang dialami oleh subjek penelitian secara keseluruhan. Gejala tersebut sesuai dengan teori yang telah dikemukakan sebelumnya. Akan tetapi, ada beberapa gejala dari teori sebelumnya yang tidak muncul pada penelitian ini. Gejala yang ditemukan oleh penelitian ini, antara lain: a) Merasa sedih, sendirian dan terasingkan; b) Tidak mampu berbicara dan mengerti bahasa yang digunakan oleh orang setempat dan cenderung menghindari kontak dengan orang lokal; c) Takut melakukan kontak fisik; d) Keinginan untuk berinteraksi dengan rekan sesama; e) Merasa tidak aman (rasa ketakutan yang berlebihan) takut ditipu, dirampok, takut terluka; f) Kehilangan identitas dan kurang percaya diri; g) Merindukan keluarga dan rumah; h) Bermasalah dengan kesehatan (flu, demam, diare, alergi). Gejala yang tidak ditemukan dalam penelitian ini namun dikemukakan pada teori sebelumnya antara lain: a) Perubahan tempramen, depresi, merasa menderita dan lemah; b) Mudah tersinggung, kesal dan marah; c) Sulit berkonsentrasi dan tidak mampu menyelesaikan masalah – masalah yang sederhana; d) Memiliki hasrat makan, minum dan tidur yang berlebihan
atau
Mengembangkan
bahkan obsesi
sangat seperti
kurang/sedikit
over-cleanliness
(insomnia); (kebersihan
e) yang
berlebihan) terkait dengan masalah makan, minum, piring ataupun tempat tidur (Pujiriyani & Rianty, 2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
2. Temuan Tambahan Selain temuan penelitian yang didasarkan pada kedua fokus penelitian, terdapat juga temuan tambahan dalam penelitian ini yaitu cara mengatasi perasaan tidak nyaman pada tahap crisis atau culture shock. Berikut ini temuan tambahan dalam penelitian ini akan dijelaskan satu persatu secara ringkas: a. Mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang – orang di lingkungan barunya. Secara keseluruhan subjek dalam penelitian ini berusaha untuk mengerti dan belajar bahasa yang digunakan oleh orang – orang di lingkungan barunya. Sebagian subjek penelitian ada yang berusaha untuk mengerti bahasa lokal yang digunakan, yaitu bahasa Jawa. Sedangkan sebagian subjek lainnya berusaha untuk mempelajari bahasa Indonesia yang baik agar tetap bisa berkomunikasi dengan teman yang berasal dari berbagai macam daerah. b. Banyak membaca buku untuk menambah perbendaharaan kata untuk mempermudah berinteraksi dengan orang di lingkungan barunya. Salah satu usaha yang ditemukan dari penelitian ini adalah dengan banyak membaca buku untuk menambah perbendaharaan kata untuk mempermudah berinteraksi dengan orang di lingkungan barunya. Dengan banyak membaca buku, perbendaharaan yang dimiliki pun akan meningkat. Hal inilah yang kemudian mempermudah individu untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
berinteraksi dengan orang – orang di lingkungan barunya. Ini merupakan salah satu cara untuk memecahkan krisis yang dialami. c. Merubah pola pikir yang ada di dalam diri Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa salah satu cara untuk dapat mengatasi perasaan tidak nyaman adalah dengan merubah pola pikir yang ada di dalam diri individu. Secara keseluruhan, subjek dalam penelitian ini merubah pola pikirnya yang negatif, menjadi pola pikir yang positif untuk dapat mengatasi perasaan tidak nyamannya. Penelitian ini menemukan ketika individu memiliki pola pikir yang positif maka ia akan mampu untuk mengatasi kekhawatiran yang muncul. Selain itu, masalah yang dihadapi pun dapat diatasi dan terselesaikan. Individu dapat menikmati kehidupannya di lingkungan baru dan merasa nyaman tinggal di sana. d. Mencoba memahami karakter teman – teman barunya agar dapat diterima oleh teman – teman di lingkungan barunya Usaha lain yang ditemukan dalam penelitian ini untuk mengatasi perasaan tidak nyaman adalah dengan mencoba memahami karakter dari teman – teman barunya. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa dengan memahami karakter dari masing – masing temannya, individu tersebut dapat menyesuaikan diri dengan baik. Dengan demikian, individu tersebut dapat diterima oleh teman – teman di lingkungan barunya. Ketika individu sudah dapat diterima oleh teman – teman di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
lingkungan barunya, maka individu tersebut akan memiliki banyak teman dan merasa nyaman tinggal di lingkungan tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Secara keseluruhan, semua subjek mengalami culture shock dan dapat mengatasi culture shock tersebut dengan beberapa usaha yang dilakukan. Hasil penelitian yang berfokus pada tahap culture shock dan gejala culture shock ini menunjukkan bahwa terdapat empat tahap culture shock dan delapan gejala culture shock yang dialami oleh mahasiswa asal Papua yang melanjutkan studi di Yogyakarta. Empat tahap culture shock itu adalah tahap honeymoon yang berlangsung dalam kurun waktu 1 sampai 6 bulan di tahun pertama. Tahap selanjutnya yaitu tahap crisis atau culture shock yang berlangsung dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan setelah tahap pertama. Tahap ketiga adalah tahap recovery yang dimulai setelah 6 sampai 1 tahun subjek tinggal di Yogyakarta. Tahap keempat adalah tahap adjustment yang dimulai pada tahun kedua subjek tinggal di Yogyakarta. Akan tetapi, tahap keempat dalam penelitian ini hanya dialami oleh ketiga subjek penelitian. Salah satu subjek penelitian (HR) belum memasuki tahap adjustment, ini dikarenakan adanya faktor intrapersonal yang mempengaruhi culture shock. Selain hasil penelitian yang berdasar pada kedua fokus penelitian terdapat temuan tambahan yang dinilai turut beperan dalam culture shock. Temuan tambahan tersebut adalah cara mengatasi perasaan tidak nyaman pada
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Tahap crisis atau culture shock. Cara tersebut antara lain: mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang – orang di lingkungan barunya, banyak membaca buku untuk menambah perbendaharaan kata untuk mempermudah berinteraksi dengan orang di lingkungan barunya, merubah pola pikir yang ada di dalam diri, mencoba memahami karakter teman – teman barunya agar dapat diterima oleh teman – teman di lingkungan barunya.
B. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu pola pikir peneliti yang cenderung dipengaruhi oleh konsep penelitian kuantitaif. Selain itu, pertanyaan dalam wawancara pun banyak terdapat bentuk pertanyaan tertutup yang bukan merupakan konsep wawancara bagi penelitian kualitatif.
C. Saran 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti yang tertarik untuk meneliti topik serupa mungkin dapat menyempurnakan penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara dianjurkan banyak menggunakan pertanyaan yang lebih terbuka agar teori baru yang khas mengenai tahapan dan gejala culture shock mahasiswa asal Papua di Yogyakarta lebih dapat ditemukan.
pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
2. Bagi Subjek Penelitian Bagi mahasiswa asal Papua yang berada di Yogyakarta sebaiknya menyadari adanya perbedaan budaya antara Papua dan Yogyakarta. Kemudian mencoba memahami kebudayaan barunya untuk memudahkan berinteraksi dengan masyarakat atau mahasiswa lainnya. 3. Bagi Lembaga Pendidikan/Instansi Terkait Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini, akan lebih baik jika lembaga pendidikan/instansi terkait menyediakan sarana berupa pengenalan atau pelatihan bagi mahasiswa mengenai budaya lain, mengingat Negara Indonesia merupakan Negara yang majemuk dan memiliki beragam budaya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Albarra, Abdun. 2011. Papua negeri impian. Diakses 20 Oktober 2012 dari http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/01/23/papua-negeriimpian/ Aliansi Mahasiswa Papua Jogja. 2011. Diakses 17 Oktober 2012 dari http://ampjogja.blogspot.com/2011/11/ribuan-mahasiswa-papua-yangberada-di.html Ansiga, Maria., F. 2012. Hubungan Prestasi Belajar Dan Culture Shock Pada Mahasiswa Asal Papua. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Ariestanty, Windy., Andri, Maurin. 2007. Studying abroad: Belajar sambil berpetualangan di negeri orang. Cetakan 1. Jakarta: Gagas Media Berry, John W., Poortinga, Ype H., Segall, Marshall H., Dasen, Pierre R. 1999. Psikologi lintas budaya: Riset dan aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia Utama Bertens, K. 2005. Metode belajar untuk mahasiswa: Beberapa petunjuk bagi mahasiswa baru. Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Boveington, Tristram Frederick.2006/ 2007.Sebuah Survei Tentang Para Pelajar Papua yang Kuliah di Jawa Timur; Latar Belakang, Unsur-Unsur dan CitaCitanya.Skripsi (Diterbitkan). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Diakses 17 Oktober 2012 dari http://www.acicis.murdoch.edu.au/hi/field_topics/tristramboveington.pdf. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Creswel, J. W. 2007. Qualitative Inquiry And Research Design Choosing Among Five Traditions. California: SAGE Publications. Djudju Sudjana, Prof. Ph. D, M. Ed. 2007. Dasar – Dasar Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. UPI: SPS. Fauzi, Akhmad. 2012. Bahasa Indonesia Menembus Pedalaman Papua. Diakses 3 Januari 2013 dari http://bermututigaputri.guru-indonesia.net
91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
Furnham, Adrian. 2004. Foreign Student: Education and Culture Shock. Diakses 2 Oktober 2012 dari http://www.aaa.uniaugsburg.de/ausland/downloads_vz/furnham_foreign_students.pdf Guanipa, Carmen. 1998. Culture Shock and The Problem of Adjustment to New Cultural Environment. Diakses 2 Oktober 2010 dari http://edweb.sdsu.edu/people/cguanipa/cultshok.htm Heine, Steven J. 2008. Cultural psychology.www. Norton & Company, Inc. Irwin, Rachel. 2007. Culture shock: negotiating feelings in the field. Anthropology Matters Journal.Vol. 9 (1). Diakses 4 Oktober 2012 dari http://www.anthropologymatters.com/index.php?journal=anth_matters&pa ge=article&op=view&path[]=64&path[]=124 Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Penerbit: Djambatan Liliweri, Alo, Dr. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara Lonner, Walter J., Malpass, Roy S. 1994. Psychologyand culture. USA: by Allyn & Bacon. A division of Simon & Schuster, Inc. 160 Gould Street. Needham Heights, MA 02194
Mulyana, Deddy., Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Komunikasi antarbudaya: Panduan berkomunikasi dengan orang-orang berbeda budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Munandar, Sulaeman. 1995. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT. Eresco. Nana Sudjaman, Dr & Ibrahim. Dr, MA,. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo Niam, Erni Khoirun. 2008. Koping Terhadap Stress Pada Mahasiswa Luar Jawa yang Mengalami “Culture Shock” di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi Thesis (Diterbitkan). Solo: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses 28 Septermber 2012 dari http://etd.eprints.ums.ac.id/8948/. Odera, P. 2003. Culture Shock in a Foreign Land: Rwandan Experience. Kigali Institute of Education Journal Vol 1, No, 1.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
Poedjiastutie, Dwi. Tanpa tahun. Culture Shock Experienced by Foreign Students Studying at Indonesian University. Poerwandari, E. K. 2005. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi UI. Pujiriyani, Dwi Wulan., Rianty, Almira. 2010. Kiat-Kiat Mengantisipasi Culture Shock. Yogyakarta: PSAP UGM bekerja sama dengan Ford Foundation Safaria, T., dan Saputra, N. E., 2009, Manajemen Emosi ( Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda), Bumi Aksara, Jakarta. Samovar, Larry A., Porter, Richard E. McDaniel, Edwin R. 2007.Communication between cultures 6th. USA: Thomson Wadsworth. --------------------, 2010.Komunikasi lintas budaya:Communication cultures. Ed. 7. Jakarta: Salemba Humanika
between
Santrock, John W. 2002. Life-span development: Perkembangan masa hidup 5 ed. Jilid II. Jakarta: Erlangga Smith, Peter B., Bond, Michael Harris. 1993. Social psychology across cultures: analysis and perspectives. USA: Harvester Wheatsheaf Sumadi Suryabrata, B.A, Drs, M.A, ED. S, Ph. D. 2003. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Raja Gravindo Persada. Suryandari, Nikmah. Tanpa tahun.Culture Shock Communication Mahasiswa Perantauan Di Madura.Thesis. Madura: Universitas Trunojoyo Madura. Susanti, Yulian. 2012. Dukungan Teman Sebaya Sebagai Mediator Hubungan Antara Culture Shock Dengan Prestasi Belajar.Thesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Diakses 28 November 2012. http://etd.ugm.ac.id Thomson, Gary., Rosenthal, Doreen., Russell, Jean. 2006. Cultural Stress among International Students at An Australian University. Diakses 28 September 2012 http://www.aiec.idp.com/pdf/Thomson%20(Paper)%20Fri%201050%20M R5.pdf
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
Yusuf, Yusmar. 1991. Psikologi Antarbudaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Ward, Collen., Bochner, Stephen., Furnham, Adrian. 2001. The psychology of culture shock 2nd ed. London: Routledge.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
LAMPIRAN 1 Protokol Wawancara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
PROTOKOL WAWANCARA
Waktu wawancara (hari/tanggal/jam) : Durasi wawancara
:
Tempat wawancara
:
Nama interviewee (Inisial)
:
Tempat/tanggal lahir
:
Prodi/tahun angkatan
:
Daerah asal di Papua
:
Tinggal di Yogyakarta sejak
:
Tempat tinggal di Yogyakarta
:
Tinggal di Yogyakarta bersama
:
No 1.
Panduan Pertanyaan bagi Subyek TAHAPAN CULTURE SHOCK a. Tahap honeymoon 1. Tolong ceritakan apa yang memotivasi anda untuk melanjutkan pendidikan di kota Yogyakarta? 2. Bagaimana perasaan anda ketika awal sekali anda tiba di Yogyakarta? Kenapa? 3. Tolong deskripsikan bagaimana perasaan senang dan antusias anda ketika anda tinggal di lingkungan yang baru? 4. Apa saja yang anda pikirkan tentang Yogyakarta pada saat itu? Kenapa? 5. Apa saja yang anda lakukan pada saat itu? Kenapa? 6. Berapa lama perasaan dan pikiran itu anda rasakan? b. Tahap crisis atau culture shock 1. Bagaimana perasaan anda ketika anda harus tinggal di Yogyakarta terpisah dengan keluarga di Papua? 2. Menurut anda hal apa saja yang anda rasakan berbeda ketika anda berada di Papua dan ketika anda berada di Yogyakarta? 3. Apakah anda merasakan ketidaknyamanan ketika anda melihat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
perbedaan-perbedaan terkait dengan bahasa, kebiasaan dan budaya yang ada di Yogyakarta? 4. Apa saja yang ada dalam pemikiran anda saat anda melihat beberapa hal yang berbeda dan belum pernah anda alami sebelumnya? Kenapa? 5. Apa saja yang anda rasakan pada saat itu? Kenapa? 6. Kapan perasaan tidak nyaman itu mulai muncul? 7. Apakah keadaan seperti ini kemudian memberikan dampak bagi aktivitas anda sehari-hari? 8. Tolong ceritakan apa saja dampak yang anda rasakan? 9. Berapa lama perasaan tidak nyaman ini anda alami? c. Tahap recovery 1. Bagaimana cara anda mengatasi perasaan tidak nyaman tersebut? 2. Kapan anda merasa mulai bisa mengatasi perasaan-perasaan tidak nyaman itu? 3. Apa saja yang anda pikirkan pada saat itu? Kenapa? 4. Lalu bagaimana perasaan anda ketika anda sudah mulai bisa mengatasi rasa ketidaknyamanan tersebut? Kenapa? d. Tahap adjustment 1. Apakah saat ini anda merasakan perasaan anda sudah jauh lebih baik? Kenapa? 2. Apa saja perasaan yang anda rasakan sekarang? 3. Kenapa perasaan – perasaan itu bisa muncul? 4. Apakah saat ini anda sudah merasa nyaman tinggal di Yogyakarta? Kenapa? 5. Apa yang anda pikirkan tentang Yogyakarta dan orang-orang di Yogyakarta? 6. Bagaimana kemampuan bahasa Jawa anda saat ini? 7. Apakah saat ini anda sudah memiliki rutinitas dan sudah dapat menjalani rutinitas anda dengan baik? Apa saja rutinitas anda pada saat ini? 8. Bagaimana relasi anda di lingkungan yang baru ini?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
9. Apakah anda memiliki cukup banyak teman di lingkungan baru sekarang? 10. Sejak kapan anda merasakan hal ini? 2.
GEJALA – GEJALA CULTURE SHOCK
Checklist
a. Merasa sedih, sendirian dan terasingkan
………
b. Tidak mampu berbicara dan mengerti bahasa yang digunakan oleh orang setempat dan cenderung menghindari
………
kontak dengan orang lokal c. Takut melakukan kontak fisik
………
d. Keinginan untuk berinteraksi dengan rekan sesama
………
e. Merasa tidak aman (rasa ketakutan yang berlebihan) takut
………
ditipu, dirampok, takut terluka f. Perubahan tempramen, depresi, merasa menderita dan lemah
………
g. Mudah tersinggung, kesal dan marah
………
h. Sulit berkonsentrasi dan tidak mampu menyelesaikan
………
masalah-masalah yang sederhana i. Kehilangan identitas dan kurang percaya diri
………
j. Merindukan keluarga dan rumah
………
k. Memiliki hasra makan, minum dan tidur yang berlebihan
………
atau bahkan sangat kurang/sedikit (insomnia) l. Bermasalah dengan kesehatan (flu, demam, diare, alergi)
………
m. Mengembangkan obsesi seperti over-cleanliness (kebersihan yang berlebihan) terkait dengan masalah makan, minum, ……… piring ataupun tempat tidur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
LAMPIRAN 2 Transkip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 101
Transkip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 1 (AS) BARIS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
VERBATIM Tolong ceritakan apa yang memotivasi Anda untuk melanjutkan pendidikan di Yogyakarta?
KODING AWAL
ANALISIS
Kalau aku sendiri si awalnya itu kan mama papa ku sempat datang ke jogja buat nerusin kuliahnya mereka, itu sekitar 3 bulanan disini. Terus mereka itu bilang kalau jogja itu bagus banget, terus ga macet kaya Jakarta, amanlah kalau untuk sekolah gitu. Aku tuh awalnya kan emang belum pernah ke jogja, liburan juga belum pernah ke jogja, paling ke Jakarta, Surabaya gitu, jadi belum ada gambaran. Jadi aku cuma ngikut kata mama si bagus. Pas pertama kali kesini si belum terlalu - Kesan pertama subyek mengenai kota Yogyakarta gimana ya karena jogja aku kiranya kan udah kota kayak di Jakarta, terus pokoknya padet gitu kan, tapi pas pertama sampai di bandara itu ngeliatnya kok kaya kota-kota biasa ya. Masih kecil, oh mungkin ini kota kecil, terus aku tuh merasa kayanya bagus karena kebeteluan aku juga dapat di Paingan sini kan, ga rame jadi ya nyaman aja buat belajar. Awalnya si belum tau kota Jogja itu kaya gimana. Pas udah sekarang, udah rasa kayanya enak juga ga banyak gangguan. Kamu masih ingat ga waktu awal pertama kali kamu datang ke Yogyakarta itu perasaanmu tuh seperti apa? Awalnya si aku ngerasa senang si, karena pertama tu bebas dari orang tua. Bukan bebas karena apa tapi secara kan aku baru pertama kali misah. Selama ini kan diawasi terus sama orang tua, 24 jam. Awal datang ke Jogja tu rasanya aduh Sesampainya di Yogyakarta
Subyek mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 102
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54.
seneng banget ya akhirnya bisa mandiri. Jadi gimana subyek merasa sangat senang Æ kehidupanku entar aku jadi kayak udah ga sabar nanti-nanti subyek antusias untuk menjalani hari - hari ke depan di Yogyakarta. gimana si hidup sendiri. Oh perasaannya kayak gitu ya, terus perasaan senangmu itu terkait sama lingkungan atau sama yang lain. ada ngga misalnya kaya “wah jogja ni kata orang banyak tempat wisatanya” gitu? Iya si, karena kan dulu itu sempet diceritain teman-temanku kan udah banyak disini tu, anak SMA, kata mereka sering bilang kalau disini tu banyak bule. Jadi aku tu kayak seneng banget kan, soalnya aku itu kan juga seneng banget sama bule, seneng bahasa inggris. Jadi pengen ngeliat langsung bule itu kaya gimana si. Emm iya ya, terus waktu pertama kali kamu sampai di Yogyakarta, yang kamu pikirkan pertama kali tentang Yogyakarta itu gimana? Kalau yang aku pikirin si pasti kotanya itu besar, ramai, banyak mall-mallnya, banyak anak gaulnya, banyak tempat nongkrongnya, asik lah pokoknya. Itu yang aku pikirin tentang Jogja.
Subyek senang sekali ketika tahu di Yogyakarta banyak turis dari luar negeri ÆSubyek merasa sangat antusias ingin melihat turis.
Subyek merasa senang dan antusias ketika awal datang ke Yogyakarta, karena di Yogyakarta banyak turis Æ ini merupakan tahap honeymoon.
Subyek berpikir kalau Yogyakarta merupakan kota besar yang ramai Æ Yogyakarta mengasikkan baginya.
Pemikiran subyek mengenai Yogyakarta pada saat awal subyek tinggal di Yogyakarta Æ ini merupakan tahap honeymoon.
Oh iya ya, hehe. Terus yang kamu lakukan begitu sampe Jogja itu apa? Misalnya jalan-jalan atau mengunjungi tempat-tempat yang kamu pikir menarik gitu? Kalau pertama kali datang ke sini itu aku sering diajakin Saat – saat awal di Yogyakarta teman-temanku pergi ke malioboro gitu. Disinikan yang paling subyek banyak menghabiskan
perasaan senang ketika awal datang ke Yogyakarta Æ ini merupakan tahap honeymoon.
Subyek banyak menghabiskan waktu untuk
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 103
55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82.
terkenal malioboro kan. Jadi aku pengen liat gimana sih malioboro. Terus pergi ke yang nyebrangin pohon apa si, pohon yang di alun-alun. Terus ngeliat apa ya, kayak keratin gitu, terus aku pergi ke bukit bintang. Pokoknya yang temanteman ku bilang, kayak ini ni yang paling terkenal di Jogja, terus kita kesana. Ke pantai. Oh iya, kamu cobain semuanya ya. Terus kira-kira perasaan senang yang kamu rasakan itu bertahan berapa lama? Kalau itu si sekitar 2 bulanan ya, aku ngerasain benar-benar yang senang banget soalnya cuma jalan – jalan sama temanteman. Kan waktu itu juga belum mulai kuliah, jadi masih bebas. Emm iya ya, terus setelah 2 bulan itu apa yang kamu rasain? Mungkin kamu udah mulai ngerasain kangen sama orang tua atau rasa pengen pulang? Pernah ga ngerasain kaya gitu? Iya sih, apalagi kan waktu pertama kali datang itu kan aku ga ditemenin sama mama, jadi benar-benar sendiri di sini. Sama kakak Ria juga waktu itu yang aku tinggal disitu, dia juga pergi KKN kan jadi aku sendiri di kos. Jadi bener-bener kaya yang ya ampun kangen sama mama, kangen suasana Papua, kangen teman-teman. Iya ya, itu berarti bulan ketiga kamu tinggal di Yogyakarta ya?
waktunya untuk berjalan – jalan Æ subyek mengunjungi beberapa tempat – tempat wisata yang menarik baginya.
mengunjungi beberapa tempat yang menurutnya menarik di Yogyakarta Æ ini merupakan tahap honeymoon.
Subyek merasakan perasaan senang selama 2 bulan pertama ia tinggal di Yogyakarta Æ karena pada saat itu perkuliahan belum dimulai.
Tahap honeymoon dialami subyek selama dua bulan pertama.
Setelah 2 bulan subyek baru merasakan sendiri Æ subyek mulai merasa kangen dengan mama nya, kangen dengan kampun halamannya di Papua dan kangen teman – temannya
Pada bulan ketiga subyek mulai merasakan kesepian Æ subyek ingin pulang dan rindu akan kampung halaman Æ subyek mulai memasuki tahap crisis/culture shock.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 104
83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110.
Iya, udah mulai ada rasa kangen karena sepi juga.
Pada bulan ke 3 subyek merasakan kesepian.
Pada bulan ketiga subyek mulai merasakan kesepian, ingin pulang dan rindu akan kampung halaman Æ subyek mulai memasuki tahap crisis/culture shock.
Subyek mulai merasakan perbedaan – perbedaan situasi ketika di Papua dan Yogyakarta Æ perbedaannya terkait dengan pertemanan yang subyek alami.
Subyek merasakan adanya perbedaan situasi yang dihadapi Æ subyek merasa kehilangan temannya ÆIni merupakan tahap crisis/culture shock.
Subyek mulai merasakan perasaan tidak nyaman Æ subyek merasa teman – teman di Yogyakarta memilih – milih dalam berteman
Subyek merasakan perasaan tidak nyaman Æ subyek merasa mulai terasingkan oleh teman – teman yang berasal dari Jawa ÆIni merupakan tahap crisis/culture shock.
Udah mulai kerasa sepi ya? (mengangguk) Terus ada nggak situasi-situasi yang berbeda ketika kamu tinggal di Yogyakarta? Ada. Ada si, itu kalau yang beda misalnya, kalau disana kan aku tuh punya banyak teman, terus di Papua itu kan terkenal banget kayak mereka tuh persaudaraannya tinggi banget kan. Jadi aku kayak apa-apa tu bisa ada teman, ngarepin bantuan teman. Kalau disini tuh pertama kali aku datang kan belum punya teman dan ketika aku pun juga punya teman yang kayak biasa itu juga tuh rasanya beda banget sama pertemanan yang di Papua gitu kan. Individualnya tinggi, beda sama Papua kalau teman itu udah kayak keluarga sendiri. Kalau disini kan kayak masih ada batasannya, masih ada, individualnya masih tinggi lah. Jadi kerasa banget kalau lagi kayak gitu. Terus begitu kamu menghadapi situasi-situasi seperti itu kamu merasa ada perasaan tidak nyaman? Iya si, gak nyaman juga kalau misalnya kita mau dekat sama mereka kita juga kayak agak – agak. Kadang mereka itu juga kayak liat, kita itu kan bukan dari Jawa, bukan dari kota yang besar. Kita dari Papua, jadi mereka kalau mau berteman juga agak pilih – pilih juga sih. Oh iya ya. Itu terkait sama teman ya, kalau terkait dengan
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 105
111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138.
budaya, kamu merasa ketidaknyamanan? Iya, kalau di Papua kan kita tu udah biasa bicara yang yaudah bicara aja pake bahasa Papua kan yang gak formal. Kalau misalnya datang disini kan, apalagi bahasa Jawa kan aku sama sekali ga ngerti. Orang-orang kebanyakan, teman – teman di kampus itu bicaranya pakai bahasa Jawa jadi aku kalau mau ngomong pakai bahasa Indonesia juga agak – agak gimana, agak susah buat cari kata – katanya, takutnya gak ngerti mereka.
Subyek merasa tidak nyaman terkait dengan bahasa yang digunakan ÆSubyek tidak mengerti bahasa Jawa Æ subyek juga subyek khawatir teman – temannya tidak mengerti ketika subyek berbicara.
Terus kalau misalnya ada temanmu yang ngomong dengan bahasa Jawa itu kamu gimana? Ya kadang aku tanya aja “bahasa Indonesianya apa si?” kayak Subyek bertanya pada temannya gitu. Kalau engga ya aku bilang “bicara pakai bahasa apabila ia tidak mengerti dengan bahasa Jawa. Indonesia dong kita kan ga ngerti”
Bahasa merupakan salah satu kendala yang subyek alami Æ Perbedaan bahasa tersebut menimbulkan perasaan tidak nyaman Æ Ini merupakan tahap crisis/culture shock.
Cara subyek mengatasi masalah terkait dengan bahasa.
Hehe iya si. Terus pernah ga si ngalamin kayak dosen ada yang menjelaskan itu ada yang pakai bahasa Jawa? Pernah Terus kamu gimana? Ya aku paling nanya artiannya sama teman sebelahku “itu artinya apa?” Itu sebenarnya ngadepin kayak gitu jadi kesulitan ga si buat kamu? Iya karena kan kadang aku tu jadi ga ngerti apa yang mereka Subyek merasa kesulitan untuk maksud, kita ga bisa nangkep kan mereka itu bicara apa kalau memahami perkataan teman dan
Dikarenakan perbedaan bahasa tersebut, subyek
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 106
139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157. 158. 159. 160. 161. 162. 163. 164. 165. 166.
pake bahasa kayak gitu kan dan belum tentu mereka juga dosennya ÆSubyek merasa ngerti bahasa kita. Jadi kadang komunikasinya jadi terhambat. komunikasinya terhambat Hmm iya si. Lalu terkait dengan kebiasaan, ada ga yang beda antara di Yogyakarta dengan di Papua? Ada. kebiasaan makan ya. Kalau disini kan kita makan tu yang misalnya pesan sesuai dengan yang, maksudnya ga yang banyak – banyak. Apa yang mau dimakan ya itu yang dipesan. Nggak kayak kalau di Papua kan yaudah yang namanya makanan pesan pesan aja, kalau mau makan ya makan aja, sebanyak-banyaknya. Apalagi kalau disini kalau kita, kayak aku kan terbiasa suka makan jadi kalau disini aku, apalagi kalau disini kan murah harganya makanan. Jadi aku beli aja semuanya gitu kan dan kadang tuh mereka kayak, kayaknya tuh kayak wah boros banget si, kayak buang – buang uang cuma buat beli makanan, mending buat beli apa. Tapi kalau buat kita yang dari Papua tuh hal biasa sih kalau makanan. Kalau disana kan mahal, jadi disini itu kayak gak apa – apa beli makan yang banyak, jadi sekali makan itu banyak. Emm iya ya, tapi teman – teman nganggepnya gimana gitu ya. Iya (mengangguk) Sekarang terkait dengan budaya, ada ga si budaya – budaya yang di Yogyakarta bikin kamu kaget? Misalnya?
merasa komunikasinya menjadi terhambat Æ Ini merupakan tahap crisis/culture shock.
Subyek merasakan ada perbedaan terkait dengan kebiasaan makan di Papua dan di Yogyakarta
Selain bahasa, kebiasaan makan pun dirasakan berbeda oleh subyek Æ Ini merupakan tahap crisis/culture shock.
Subyek merasa beberapa temannya menjudge subyek boros ketika kebiasaan makan di Papua diterapkan di Yogyakarta.
Beberapa temannya memandang negatif kebiasaan makan yang dimiliki oleh subyek ÆIni merupakan tahap crisis/culture shock.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 107
167. 168. 169. 170. 171. 172. 173. 174. 175. 176. 177. 178. 179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194.
Emm kayak misalnya kalau di Yogyakarta ketemu orang itu harus menyapa, itu di Papua juga sama seperti itu atau berbeda? Emmm kalau di Papua, kalau nyapa si ya memang harus nyapa ya, tapi mungkin kalau di Jawa sini nyapanya yang lebih, yang lebih sopan aja apalagi sama orang tua, lebih yang sopan. Kalau di Papua kalo nyapa ya paling panggil nama, langsung peluk atau yang apa itu kan udah biasa kan. Kalau disini kan harus lebih sopan, pake kata – kata yang, apalgi sama orang tua. Kayak gitunya sih, terus tingkah lakunya juga gak boleh yang sembarangan, di Papua kan asik – asik aja.
Subyek merasa cara menyapa di Jawa harus jauh lebih sopan Æ tingkah laku pun tidak boleh sembarangan ÆKeadaan ini sangat berbeda dengan Papua.
Subyek merasakan adanya perbedaan terkait dengan tata krama yang berlaku di Papua dan Yogyakarta ÆIni merupakan tahap crisis/culture shock.
Subyek merasa harus menyesuaikan diri dengan bahasa dan budaya yang ada di Yogyakarta
Penyesuaian diri dirasakan perlu oleh subyek, terutama terkait dengan bahasa dan budaya Æ Ini merupakan tahap crisis/culture shock.
Iya. Itu sempat buat kamu agak kesulitan gak? Iya. He’em (mengangguk) Okay. Terus, nah keadaan – keadaan yang tadi kamu ungkapkan itu sebenarnya berdampak gak sih buat keseharianmu atau buat aktivitas sehari-harimu? Oh itu sih jelas berdampak si kak. Karena aku lama kelamaan pasti akan terbiasa dengan budaya sini. Terus jadi kan aku udah lumayan lama, setahun lebih lah aku disini, jadi mau ga mau aku menyesuaikan diri dengan keadaan sini dari bahasanya, dari budayanya mereka kayak gimana. Ooh iya. Terus dari ketidaknyamanan – ketidaknyamanan yang kam hadapi itu menimbulkan perasaan – perasaan negatif nggak dalam dirimu? Kayak tadikan kamu sempat bilang tuh kayak ngerasa sedih, kamu ngerasa kesepian,
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 108
195. 196. 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203. 204. 205. 206. 207. 208. 209. 210. 211. 212. 213. 214. 215. 216. 217. 218. 219. 220. 221. 222.
kaya kamu kangen rumah kan, ada lagi nggak yang membuatmu jadi berubah sebelum ketika kamu di Papua. Misalnya kayak dulu aku waktu di Papua aku tuh orangnya ceria tapi disini aku ngerasa jadi pendiam? Ada nggak kamu merasa seperti itu? Oh iya dulu waktu di Papua kan waktu SMA kan aku terkenal jahil banget, terus ceria, gak pernah diam kah, pas datang di sini tuh aku udah berubah banget, apalagi kan mau nyari teman itu kan susah banget kan. Nyari teman yang cocok buat kita kan susah dan lama kelamaan tuh jadi buat aku kayak udah jadi, aku jadinya tuh pendiam banget kalau di kelas. Kuliah tuh pendiam banget, paling kalau main, senang – senang itu sama teman – teman dekat aja. Aku kan disini punya empat teman kan, jadi seringnya tuh sama mereka aja. Kalau di kelas atau ketemu teman – teman yang lain itu benar – benar ngerasa kayak bukan aku banget, kayak diam, kayak gak banyak ngomong, ngelakuin sesuatu tuh jadi kayak malu. Padahal dulu waktu di Papua kan udah mau ngelakuin apa aja terserah, mau malu apa engga terserah aja yang penting senang – senang sih.
Subyek merasakan kesulitan untuk berteman Æ itu membuat subyek menjadi pendiam.
Kesulitan untuk berteman di Yogyakarta membuat subyek menjadi pendiam ÆIni merupakan tahap crisis/culture shock.
Subyek merasa perubahan dalam dirinya Æ ia merasa menjadi pendiam dan pemalu Æ Subyek merasa itu bukan dirinya.
Subyek mengalami perubahan dalam dirinya Æ subyek merasa kehilangan dirinya yang sebelumnyaÆ Ini merupakan gejala crisis/culture shock.
Iya, nah yang keempat temanmu itu juga berasal dari Papua juga? Ada yang dari Papua, ada yang dari Kalimantan, ada yang dari Subyek memiliki beberapa teman dekat yang juga berasal dari luar Timur, dari NTT, kupang gitu. pulau Jawa Oh iya, terus kamu ada perasaan ga aman disini, kayak ada rasa takut, misalnya takut dijahatin sama orang. Ada
Subyek merasa lebih nyaman berteman dengan orang yang juga berasal dari luar pulau Jawa ÆIni merupakan gejala
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 109
223. 224. 225. 226. 227. 228. 229. 230. 231. 232. 233. 234. 235. 236. 237. 238. 239. 240. 241. 242. 243. 244. 245. 246. 247. 248. 249. 250.
perasaan takut semacam itu? Engga sih
Subyek tidak merasakan perasaan tidak aman
Engga ya, biasa aja berarti ya. Oke terus kamu mengalami perubahan – perubahan emosi atau tidak? Engga ada si kak, aku merasanya biasa aja Subyek tidak merasakan adanya perubahan emosi Terus karena situasi tidak nyaman itu kamu merasa ga konsentrasi mu jadi menurun? Iya sih sedikit. Aku merasa ga bisa eksplor yang aku punya. Subyek merasakan konsentrasinya Jadi aku merasa ga bisa mengemukakan pendapat jadi malu, sedikit menurun Æ Subyek merasa jadi minder gara – gara bahasa tadi. Jadi aku ga bisa nunjukin tidak dapat mengeksplor kalau sebenarnya aku tuh juga bisa, bisa ngomong, bisa apa kemampuan yang ada dalam gitu. Cuma karena aku juga, yah ngeliat sekeliling aku, jadi dirinya Æ keterbatasan bahasa yang dimiliki dan membuat minder kalau misalnya mau ngomong takut salah. subyek minder. Iya sih ya. Emm lalu kamu ada perasaan takut melakukan kontak fisik dengan teman – teman mu ga? Iya takut. Hehehe. Hehe. Emang ketakutannya itu gimana? Misalnya kaya kontak fisik secara negatif itu aku emang ga terlalu suka. Apalagi di sini kan budaya beda kan dengan di Papua. Jadi untuk marah pun juga aku jarang banget, apalagi untuk mukul atau apa gitu aku takut. Kalau misalnya kayak bercanda dengan kontak fisik gitu, kayak cubit pipi gitu, gimana?
Subyek takut melakukan kontak fisik yang sifatnya negatif Æ subyek menyadari adanya perbedaan budaya juga.
crisis/culture shock. Pada tahap crisis/culture shock subyek tidak merasakan perasaan tidak aman dan juga tidak merasakan adanya perubahan emosi.
Pada tahap crisis/culture shock subyek merasakan konsentrasi yang menurun dan tidak percaya diri Æ ini dikarenakan keterbatasan bahasa yang dimilikinya.
Subyek tidak melakukan kontak fisik karena subyek menyadari adanya perbedaan budaya Æ Ini merupakan tahap crisis/culture shock.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 110
251. 252. 253. 254. 255. 256. 257. 258. 259. 260. 261. 262. 263. 264. 265. 266. 267. 268. 269. 270. 271. 272. 273. 274. 275. 276. 277. 278.
Aku dari dulu emang ga terlalu suka kak bercanda seperti itu.hehehe. Oh gitu ya. Kemudian kamu merasakan ada rasa rindu ke keluarga? Iya pasti kak. Subyek merasakan rindu dengan keluarganya Akan tetapi, tidak berlarut – larut Perasaannya berlarut-larut tidak? karena keluarganya sering Tidak sih kak, karena mereka juga sering datang ke sini. mengunjungi subyek. Pernah nggak kamu merasakan kangen sampe nggak bisa tidur, sampe malas untuk beraktivitas, maunya cuma ngelamun aja? Subyek terkadang menangis Engga sih kak, paling aku cuma nangis aja. karena merasakan rindu dengan Oh iya. Terus untuk nafsu makan dan minum ada keluarga. perubahan tidak ketika kamu di Papua dan ketika kamu di Yogyakarta? Berubah sih kak, kalau di sana aku jarang banget makan. Nafsu makan dan minum subyek Padahal di masakin mama terus, tapi aku jarang banget makan. meningkat semenjak subyek Tapi pasa datang ke sini, ngeliat makanan, apalagi murah – tinggal di Yogyakarta murah kan. Yaudah makan, makannya jadi banyak, makanya sekarang aku jadi gendut kan. Iya ya. Lalu untuk masalah kesehatan gimana? Misalnya kamu jadi sering sakit semenjak tinggal di sini atau gimana? Kalau aku sih emang dari dulu udah sering sakit. Pas datang Awal – awal di Yogyakarta
Ada rasa rindu pada keluarga, akan tetapi rasa tersebut tidak berlarut – larut karena keluarganya sering mengunjungi subyek Æ Ini merupakan tahap crisis/culture shock. Menangis merupakan salah satu cara subyek mengekspresikan rasa rindunya Æ Ini merupakan gejala crisis/culture shock. Subyek mengalami perubahan pola makan dan minum Æ ini bukan gejala dari culture shock karena perubahan tersebut dipengaruhi oleh harga makanan & minuman yang lebih murah. Subyek mengalami masalah
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 111
279. 280. 281. 282. 283. 284. 285. 286. 287. 288. 289. 290. 291. 292. 293. 294. 295. 296. 297. 298. 299. 300. 301. 302. 303. 304. 305. 306.
ke sini awal – awalnya suka sakit juga sampai di opname juga subyek sering sakit dan sampai di opname di rumah sakit. kak. Oh iya ya, sakit apa waktu itu? Sakit mag kak, aku kan emg punya mag udah kronis kak. Tapi Semakin ke sini subyek mulai merasa terbiasa dan jarang sakit. makin ke sini – sini udah terbiasa. Oh udah terbiasa ya, udah jarang sakit? Iya kak Oke. Lalu ada nggak kamu di kos jadi sering bersih – bersih, terus misalnya dulu di Papua kamu makan di pinggir jalan nggak masalah, tapi semenjak di Yogyakarta kamu jadi nggak mau makan di pinggir jalan karena kotor. Seperti itu ada kamu merasakan? Ada sih kak. Dulu di Papua kan hidup itu mama yang atur, mau makan di tempat kayak gini, bawa bekal ke sekolah. Pas datang ke sini itu, awal datang itu diajak teman – teman makan di angkringan itu kak. Ya mau ngga mau kan kak karena nggak enak juga sama teman. Jadi awalnya itu kayak sakit perut, terus nggak bisa makan di pinggir jalan juga. Tapi pas udah biasa – biasa ke sini sih makan dimana saja sudah saya ikut saja.
kesehatan ketika awal tinggal di Yogyakarta Æ Ini merupakan gejala crisis/culture shock. Semakin lama kesehatan subyek semakin membaik karena sudah mampu beradaptasi Æ Ini merupakan tahap recovery.
Membeli makanan dipinggir jalan merupakan bukan hal yang biasa bagi subyek Æ sehingga awalnya subyek merasa sakit perut ketika harus makan makanan dipinggir Oh oke. Itu kan tadi perasaan – perasaan tidak jalan Æ ini merupakan nyamannya kamu alami ya, kira – kira pada saat itu gejala crisis/culture shock. berlangsung berapa lama? Sebulan aja kayaknya kak, karena habis itu mama ku juga Selama sebulan subyek mengalami Rasa tidak nyaman yang
Awalnya subyek merasa sakit perut sehabis makan di angkringan ÆSubyek merasa tidak bisa makan di pinggir jalan
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 112
307. 308. 309. 310. 311. 312. 313. 314. 315. 316. 317. 318. 319. 320. 321. 322. 323. 324. 325. 326. 327. 328. 329. 330. 331. 332. 333. 334.
datang ke sini, lumayan lama disini sekitar 2 bulanan disini. Lalu setelah mamamu pergi gimana? Ya kangen lagi kak.
perasaan tidak nyaman Æ kemudian teratasi sementara karena kedatangan mama nya.
Nah itu kan tadi awalnya kamu merasa sedih, kangen, dll itu. Lalu mama mu datang kan terobati rasa tidak nyamannya tadi. Nah ketika mama mu pergi kamu merasakan perasaan tidak nyaman lagi kan ya. Nah perasaan – perasaan seperti itu berlangsung berapa lama? Emm dari semester berapa sampai semester berapa? 2 bulanan setelah mama pergi, terus kan aku punya teman Setelah mama nya pergi subyek merasakan perasaan – perasaaan banyak. Jadi lama – lama udah biasa kak. tidak nyaman lagi setelah 2 bulan Oh jadi beberapa bulan itu kamu mengalami perasaan – perasan tidak nyaman itu ya. Kemudian lama – kelamaan udah jadi biasa lalu kamu sudah bisa bergaul lagi dengan teman – teman mu ya? Iya kak (mengangguk sambil tersenyum)
dirasakan oleh subyek sempat teratasi sementara karena kedatangan mamanya. Walau begitu subyek masih berada pada tahapan crisis/culture shock karena setelah mamanya pergi, rasa tidak nyaman tersebut kembai dirasakan oleh subyek.
Nah berarti kemudian kamu mencoba mengatasi perasaan – perasaan tidak nyaman itu ya? Itu berhasil kamu atasi? Kayak perasaan kangen sama mama gitu kak? Iya dan perasaan – perasaan lainnya yang tadi kamu ungkapkan, kayak sedih, terus yang tadinya sama sekali tidak mengerti bahasanya, itu sudah bisa diatasi? Subyek sudah mulai bisa Iya sih kak, sekarang aku udah biasa aja.
Subyek merasa sudah bisa mengatasi masalah – masalahnya Æ Subyek sudah mulai memasuki
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 113
335. 336. 337. 338. 339. 340. 341. 342. 343. 344. 345. 346. 347. 348. 349. 350. 351. 352. 353. 354. 355. 356. 357. 358. 359. 360. 361. 362.
mengatasi perasaan tidak Oh iya sekarang udah biasa ya. Lalu cara kamu untuk nyamannya mengatasi rasa tidak nyaman itu gimana? Kalau kangen ya aku telponan, terus paling mama sempatin Ketika merasakan kangen subyek datang ke sini jadi kangennya terobati. Terus kalau yang sama menelpon mama nya teman – teman kayak bahasa gitu , lama – lama kalau pake Kemampuan bahasa subyek juga bahasa – bahasa jawa yang standar itu aku udah bisa ngerti. sudah lebih baik, subyek sudah Kalau misalnya kayak masalah aku di dalam kelas kayak sedikit mengerti bahasa Jawa minder sama yang lain itu, awal – awal aja si. Tapi pas udah semester tiga, empat itu udah mulai kayak kita itu sebenarnya sama aja, nggak ada yang pintar, nggak ada yang, jadi udah Semester tiga dan empat subyek bisa ngomong lagi dalam kelas, udah bisa nunjukin sudah mulai percaya diri lagi kemampuan kita. Jadi aku tuh udah percaya diri aja.
tahap recovery. Cara subyek meredam rasa rindunya adalah dengan menelpon mamanya. Subyek merasa kemampuan bahasanya sudah meningkat Æ Ini merupakan tahap recovery. Subyek mulai memasuki ke tahap recovery pada saar semester tiga atau setelah kurang lebih satu tahun tinggal di Yogyakarta.
Iya, sudah mulai PD ya? Itu semester tiga dan semester empat ya? Iya (mengangguk) Oke, lalu yang kamu pikirkan pada saat itu apa sampai akhirnya kamu punya rasa PD lagi, bisa nyaman bergaul lagi? Kan kalau awalnya teman – teman di farmasi itu kalau di liat mukanya kan kayak uh ini pintar, apalagi yang cina – cina kan kak. Tapi pas udah berjalan ke sini dan aku tahu kemampuan mereka ternyata nggak beda jauh juga sama kemampuan kita. Liat kesehariannya mereka, liat nilai – nilai mereka, jadi aku Subyek sudah mulai merasa PD Æ mikirnya ternyata mereka itu sama aja sama kita. Jadi nggak subyek berpikir ternyata ada yang bodoh, nggak ada yag pintar lah, sama aja di dalam kemampuannya tidak berbeda jauh
Rasa percaya diri subyek sudah mulai kembali karena subyek merubah pola
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 114
363. 364. 365. 366. 367. 368. 369. 370. 371. 372. 373. 374. 375. 376. 377. 378. 379. 380. 381. 382. 383. 384. 385. 386. 387. 388. 389. 390.
kelas. Jadi kenapa mesti takut? Udah mulai PD deh dari situ dengan kemampuan teman – sama liat kesehariannya mereka, kemampuan mereka juga temannya. ternyata sama aja, semua juga bisa kan. Emmm, lalu perasaan mu bagaimana ketika kamu sudah mulai bisa mengatasi itu semua, udah mulai bisa berbaur dengan teman – teman, udah mulai bisa mengatasi rasa rindu keluarga, seperti itu. Perasaanmu seperti apa? Yang pasti udah nggak, nggak, nggak apa ya, nggak kepikiran lagi. Maksudnya nggak jadi beban lagi. Udah bisa senang aja tinggal di Jogja. Udah bisa nikmatin lah, nikmati masa kuliah, masa sama teman – teman di Jogja, merasakan hidup di Jogja.
pikirnya Æ Ini merupakan tahap recovery.
Subyek merasa sudah tidak kepikiran lagi Æ sudah tidak ada yang membebani dan mulai menikamti kehidupannya di Yogyakarta
Subyek sudah bisa menikmati kehidupannya di lingkungan baru Æ Subyek sudah mulai memasuki tahap adjustment.
Subyek merasakan saat ini sudah bebas Ætidak ada beban dan sudah merasakan amat senang Æ Subyek sudah dapat mengikuti alur kehidupan di Yogyakarta Æ Subyek sudah merasa nyaman.
Perasaan senang dan nyaman sudah dirasakan oleh subyek pada saat ini Æ Subyek sudah berada pada tahap adjustment.
Oh iya berarti sekarang perasaanmu udah jauh lebih baik ya dari waktu kemarin – kemarin? (mengangguk dan tersenyum) Lalu perasaanmu sekarang bagaimana? Boleh minta tolong digambarin nggak ke aku? Sekarang pastinya tuh lebih ngerasa free aja, bebas, terus nggak ada beban yang lain – lain lagi tuh udah nggak ada. udah senang aja yah kayak udah benar – benar nikmati masa kuliah di sini. Udah bisa mengikuti alur kehidupan di sini. Ya udah nyaman lah kak. Udah nyaman ya dek. oke, terus tadikan aku tanya waktu kamu awal sampai di Yogyakarta pertama kali yang kamu pikirkan apa. Nah sekarang aku mau tanya, saat ini yang
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 115
391. 392. 393. 394. 395. 396. 397. 398. 399. 400. 401. 402. 403. 404. 405. 406. 407. 408. 409. 410. 411. 412. 413. 414. 415. 416. 417. 418.
kamu pikirkan tentang Yogyakarta dan orang – orang di Yogyakarta itu seperti apa? Ternyata Jogja itu luar biasa kak istimewanya. Hehehe. Jadi penuh kenangan aja si kota ini. Jadi biar pun kotanya gak besar, gak ramai seperti Jakarta, Bali. Tapi menurut aku di sini tuh benar – benar kita bisa memperbaiki apa yah. Kayak bisa jadi membentuk karakter kita disini.
Subyek merasakan kota Yogyakarta sebagai kota yang istimewa, meskipun Yogyakarta bukan kota besar.
Heem ya. Oke, terus sekarang kamu sudah bisa bahasa Jawa? Emmm belum, tapi kalau dengar orang berbicara sekilas ya Subyek sudah dapat mengerti bahasa Jawa, meskipun belum bisa udah bisa ngerti. Tapi kalau untuk ngomongnya belum bisa. berbicara langsung. Oke, lalu kan tadi aku tanya katanya ketidaknyamanan yang tadi berdampak untuk keseharianmu kan. Nah sekarang gimana? Rutinitasmu sudah bisa berjalan dengan baik? Iya sih sekarang udah biasa kak, sudah bisa menunjukkan diri Subyek sudah bisa menjalani rutinitasnya dengan baik Æ saya yang sebenarnya. Subyek sudah bisa kembali Iya kamu udah bisa keluar dari ketidaknyamanan yang menjadi dirinya sendiri. tadi yah? Heem kak (mengangguk) Lalu relasi mu dengan lingkunganmu yang baru gimana? Kalau dulu kan kamu hanya bisa berteman dengan teman – teman dekatmu, lalu kalau sekarang bagaimana? Kalau sekarang aku udah bisa berteman dengan teman – teman Subyek merasa sudah memiliki
Pandangan subyek mengenai Yogyakarta sudah sangat positif ÆIni merupakan tahap adjustment.
Kemampuan bahasa subyek sudah sedikit lebih meningkat ÆIni merupakan tahap adjustment.
Rutinitas subyek sudah dapat berjalan dengan baik Æ Ini merupakan tahap adjustment.
Relasi subyek dengan
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 116
419. 420. 421. 422. 423. 424. 425. 426. 427. 428. 429. 430. 431. 432. 433. 434. 435. 436. 437.
yang dari Jawa juga. Tapi nggak semuanya sih, ada beberapa aja yang mereka tahu kita dari Papua terus gimana. Tapi kebanyakan dari mereka bagusnya mereka welcome, mau gabung bareng merekam jadi nggak teman sama yang itu – itu aja.
lebih banyak teman Æ Subyek sudah bisa berbaur dengan teman – temannya yang berasal dari Jawa, meskipun tidak semuanya
Oh oke sudah tidak berteman dengan yang itu – itu aja ya. Nah sejak kapan perasaan – perasaan senang mu itu sudah muncul lagi? Lalu kamu bisa mengembalikan dirimu yang Di tahun kedua subyek menjalani sebenarnya itu semenjak kapan? kehidupannya di Yogyakarta Dari semester tiga. subyek sudah merasakan Oh semester tiga ya, sekarang kamu semester empat kan kenyamanannya dan mengatasi masalah – masalah yang di hadapi ya? sebelumnya Iya kak semester empat, sudah sekitar setahun. Oke segitu saja. Sudah selesai. Terima kasih ya atas waktu dan kesediaannya. Iya kak (tersenyum)
teman – temannya sudah lebih baik Æ Pergaulan subyek sudah meluas, subyek tidak hanya berteman dengan teman – teman yang berasal dari luar pulau Jawa Æ Ini merupakan tahap recovery. Subyek mulai berada pada tahap adjustment semenjak memasuki tahun kedua hidup di Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 117
Transkip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 2 (HR) BARIS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
VERBATIM Silahkan ceritakan apa yang memotivasi Anda untuk melanjutkan studi di Yogyakarta. Yang memotivasi saya itu pertama tu guru – guru BK saya. Di sekolah kami itu kan ada dua guru BK, pada saat kami kelas tiga itu mereka selalu masuk dengan, apa mereka selalu membawa brosur-brosur dari universitas – universitas yang ada di Indonesia. Terus memberi bimbingan – bimbingan khusus kami itu semestinya kemana, sesuai dengan yang kami sukai begitu. Kemudian saya pikir – pikir kembali, merefleksikan kembali, perjalanan hidup saya selama beberapa tahun itu ternyata saya cocoknya di bidang manajemen. Manajemen terus, saya cari di brosur – brosur itu mana yang cocok untuk saya. Ternyata di Yogyakarta ada universitas banyak yang punya prodi manajemen. Tapi dikarena sekolah saya disana juga Jesuit saya kemudian inginnya masuk di Sanata Dharma. Itu saya kemudian mencari informasi ke para pastor yang mengajar kami disana, mereka bilang lebih baik masuk di Sanata Dharma karena mutu pendidikannya bagus.
KODING AWAL
Iya, emm kan baru ya sampai di Yogyakarta, masih ingat banget dong bagaimana perasaan Anda ketika pertama kali Anda sampai di Yogyakarta seperti apa?
ANALISIS
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 118
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54.
Pas tiba disini itu saya dari Papua itu pas hari idul fitri. Jadi waktu tiba itu kan tidak ada teman – teman yang saya beri tahu. Begitu tiba di sini saya sms teman saya, karena dia sudah berada duluan di Yogyakarta “Kawan datang jemput aku di airport” kemudian dia datang jemput. Terus antar aku ke kosku, sebelumnya kos yang aku tempatin sekarang itu kosnya tapi kemudian dia pindah ke UTY akhirnya kosnya itu aku yang tempatin. Perasaannya pada saat itu seperti apa ya? Perasaan tu, wah..macam bagaimana ya kan belum ada pengalaman begitu. Waktu itu kan 2011 itu sempat kesini tapi belum begitu tahu. Perasaannya itu waktu aku masuk ke komplek itu tuh semua orang pada ngeliatin. Aku jadi bagaimana begitu, mau bagaimana itu salah – salah. Pada awal – awal itu aku tuh sempat takut – takut tapi lama kelamaan aku ya biasa saja. Ah mereka juga manusia, jalan saja santai biasa dan lama kelamaan ada yang mulai nyapa, ku balas. Makin enak gitu, sekarang sudah makin biasa. Terus waktu pertama kali datang ke Yogyakarta ada rasa senang tidak? Eeemm…yang pertama rasa senangnya itu karena ada teman – teman yang dari SMA ku itu disini juga. Aku ketemu mereka, itu pertama. Kedua, mungkin harga makan disini lumayan murah. Kalau dibandingkan di
Ketika subyek tiba di lingkungan tempat tinggalnya subyek merasa serba salah dan takut karena orang – orang di lingkungannya banyak yang memperhatikannya. Lama kelamaan orang – orang di lingkungannya mulai menyapanya, dan saat ini subyek sudah merasa biasa saja tinggal di lingkungan yang baru.
Ini merupakan tahap crisis/culture shock yang pertama kali dialami oleh subyek ketika tiba di Yogyakarta.
Subyek merasa senang tinggal di Yogyakarta dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu: bertemu kembali dengan teman – teman SMAnya,
Subyek merasa senang ketika akan tinggal di Yogyakarta dikarenakan oleh beberapa hal. Ini merupakan tahap honeymoon.
Subyek mencoba merubah pola pikirnya dan lama kelamaan orang – orang disekitarnya juga sudah terbiasa.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 119
55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82.
sana lebih murah. Terus aku masuk ke sanata dharma itu wah aku memang suka sekali itu. Karena memang disana, proses pendidikan yang ada di dalam itu memang aku suka. Suka sekali, tidak ada jam kosong, tugasnya juga lancar semuanya, itu menyangkut kuliah. Terus kalau menyangkut pergaulan teman – teman yang dari Papua itu aku sukanya banyak organiasasi. Organisasi kemahasiswaan yang bisa mengeksplorasi. Kami mulai tumbuh disitu ya mulai dewasa.
harga makanan yang relatif lebih murah jika dibandingkan dengan tinggal di Papua, senang menjalani kuliah di Universitas Sanata Dharma, dan senang mengikuti berbagai macam organisasi. Subyek merasa dengan berorganisasi ia jadi dapat mengeksplorasi kemampuannya dan dapat tumbuh menjadi dewasa.
Okay, terus waktu pertama kali memijakkan kaki di Yogyakarta apa yang ada di pikiranmu tentang Yogyakarta ini? Waktu pertama kali datang kesini itu wah bangunan – bangunannya megah – megah, mewah – mewah, bagus – bagus. Jalannya juga bagus terus itu memotivasi aku nanti untuk kembali sekolah disini lagi.
Subyek merasa sangat terkesan dengan keberadaan bangunan – bangunan dan jalanan yang bagus ketika pertama kali datang ke Yogyakarta.
Oke. Ketika anda sampai di Yogyakarta pemikiran yang ada dalam diri anda itu seperti apa? (diam, tampak bingung) Misalnya pemikiran tentang ketakutan akan menjalani hidup sendiri disini, atau tentang keantusiasan wah aku akan menjalani hidup baru
Subyek menikmati kegiatannya di Yogyakarta. Ini merupakan tahap honeymoon.
Subyek sangat terkesan dengan keadaan lingkungan di Yogyakarta. Ini merupakan tahap honeymoon.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 120
83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110.
disini. Nah yang waktu itu ada dipikiran anda seperti apa? Emmm waktu itu, kalau masalah tinggal sendiri atau bagaimana itu tidak sempat terpikir karena sejak SMP itu sudah merantau. Semua juga sudah sendiri, kuliah juga nanti sendiri jadi sudah terbiasa. Yang ada di pemikiran ku itu di sini untuk belajar saja nanti bagaimana, apapun yang terjadi ya aku harus belajar banyak. Apapun aku harus belajar.
Subyek tidak merasa khawatir untuk menjalani kehidupannya sendiri di Yogyakarta karena subyek sudah terbiasa tinggal terpisah dengan orang tuanya. Subyek merasa sangat antusias menjalani kehidupannya di sini untuk belajar.
Tinggal terpisah dengan orang tua bukanlah suatu hal yang dikhawatirkan oleh subyek. Rasa antusias subyek untuk menjalani kehidupan di Yogyakarta juga masih sangat besar. Ini merupakan tahap honeymoon.
Berarti memang rasa antusiasnya untuk semangat belajar ya? Iya (mengangguk) Itu kan tadi kamu sebutkan ada perasaan senang dan antusias, itu bertahan berapa lama? Misalnya sebulan, dua bulan, atau tiga bulan? Itu bertahan, kalau untuk lingkungan kampus itu masih bertahan, masih ada sampai sekarang. Mungkin itu terkait dengan keputusanku sendiri. Kalau di lingkungan organisasi itu kira – kira bertahan hingga 6 bulan. Kira – kira februari lalu itu aku mulai down karena banyak teman – teman yang tidak open. Ada yang ngomong di belakang – belakang, ada yang menyembunyikan masalah – masalah. Seharusnya kita selesaikan bersama, mereka malah ngomong di belakang – belakang.
Rasa antusias terkait dengan belajar masih bertahan sampai saat ini Rasa antusias untuk belajar masih subyek menjalani kuliah di semester subyek rasakan hingga saat ini. dua. Perasaan senang dan antusias subyek Setelah memasuki bulan ke enam subyek tinggal di Yogyakarta, subyek mulai beralih ke perasaan tidak merasa masalah mulai muncul dan itu nyaman ketika memasuki bulan ke enam. Ini merupakan tahap membuat ia merasa down. crisis/culture shock.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 121
111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138.
Oh gitu. Berarti sudah mulai ada masalah ya? Iya Ini ada pertanyaan lagi terkait dengan bagaimana perasaan Anda ketika Anda harus tinggal terpisah dari orang tua? Mungkin tadi anda sudah menjawab biasa saja yak arena dari SMP sudah tinggal terpisah, tapi kan untuk kuliah ini jaraknya jauh ya, Iya Nah sekarang bagaimana perasaannya? Kalau perasaan pas pisah itu, setelah pisah itu memang perasaan masih macam – macam tidak terlalu terikat gitu, biasa saja. Tapi hanya saja saat bapak saya sakit itu terasa mulai wah ini bagaimana keadaannya, macam mana. Itu ada rasa – rasa sedih. Oh iya, itu pasti ada rasa sedih ya? Iya
Subyek tidak merasa sedih ketika harus tinggal terpisah dengan orang tuanya, hanya saja subyek mulai merasa sedih ketika mendengar berita bahwa orang tuanya sakit. Subyek merasa khawatir dengan keadaan orang tuanya, karena sekarang ia tinggal jauh dari orang tuanya.
Terus merasa ada perbedaan nggak ketika anda di Papua dan di Yogyakarta? Ada hal – hal yang berbeda? Hal yang berbeda, kalau di sini. Di sini saya mungkin hal yang berbedanya mungkin menyangkut mental. Di Subyek merasa harus mampu mengatur segala sesuatunya sendiri sini saya memang benar – benar di pacu untuk ketika ia tinggal di Yogyakarta. tumbuh lebih dewasa. Bagaimana cara ngatur
Perasaan sedih dan khawatir subyek mulai muncul ketika ia mendengar orang tuanya sakit karena saat ini ia tinggal berjauhan dengan orang tuanya. Ini merupakan tahan crisis/culture shock.
Kemandirian subyek dan kemampuan subyek untuk mengatur segala sesuatunya sangat diperlukan ketika
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 122
139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157. 158. 159. 160. 161. 162. 163. 164. 165. 166.
ia tinggal di Yogyakarta. Ini merupakan tahap crisis/culture shock.
uangnya bagaimana, apa atur waktunya bagaimana untuk mengerjakan tugas, untuk bermain, untuk organisasi bagaimana, benar – benar dipacu. Kalau disana tuh, disana tinggalnya di asrama, jadi terfokusnya ke belajar. He’em. Kalau disini lebih bebas ya untuk mainnya. Lalu ada nggak aturan – aturan sosial yang berbeda antara Yogyakarta dengan Papua? Aturan sosial? (tampak bingung) Iya misalnya ni di Yogyakarta kan ada aturan tentang jam malam, di Papua ada aturan semacam itu juga tidak? Atau bagaimana cara orang berinteraksi di Papua dengan di Yogyakarta itu berbeda atau tidak? Mungkin cara berinteraksinya, kalau kami di Papua itu mungkin bahasanya itu agak kasar begitu. Jadi kalau kami ngomong ke orang – orang di sini mungkin agak bagaimana begitu. Apalagi kalau kami sesama Papua sudah bertemu begitu, umpamanya dia di jarak sana aku di jarak sini. Waah sudah teriak – teriak disertai dengan nada yang hahahahaha (tertawa). Jadi pandangan orang itu ini dia lagi marah atau gimana.
Subyek merasa adanya perbedaan cara berinteraksi orang di Papua dengan di Yogyakarta. Papua memiliki bahasa yang agak kasar dengan nada bicara yang agak tinggi. Ketika sesama orang Papua bertemu dan saling sapa mereka saling berteriak dan itu membuat orang lain menganggap mereka sedang marah.
Hehe karena nadanya tadi ya? Iya hahahahaha
Cara berinteraksi yang ada di Yogyakarta juga dirasakan berbeda ketika ia berada di Papua, terkadang ketika ia bertemu dengan rekan sesame yang di Papua ia membawa cara berinteraksi yang digunakan di Papua sehingga banyak orang di lingkungannya sekarang menganggap mereka sedang marah. Ini merupakan tahap crisis/culture shock.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 123
167. 168. 169. 170. 171. 172. 173. 174. 175. 176. 177. 178. 179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194.
Terus perasaanmu seperti apa ketika terjadi seperti itu? Ya tidak enak, tidak nyaman gitu. Terus ada lagi selain itu? Terus menyangkut emm apalagi ya yang berbeda. Menyangkut pertemanan mungkin? Pertemanan di Papua seperti apa keeratannya, di Yogyakarta seperti apa? Iya kalau menyangkut keeratan, kalau kami di Papua. Di sini mungkin saya belum berpengalaman jadi mungkin belum terlalu akrab. Kalau di sana ya di sana memang lahir di sana, besar di sana, memang orang Papua, jadi lebih menguasai situasi. Jadi kalau berteman mau berteman sama siapa saja, mau buat apa saja itu bisa, bebas. Kalau di sini masih macam takut – takut gitu, nanti kalau aku nyapa dia nanti dibalas atau tidak. Nanti kalau aku berteman dengan dia nanti bagaimana ya, ada perasaan – perasaan seperti itu kak.
Subyek merasa masih belum terlalu akrab dengan teman – teman di sini. Di Papua subyek merasa lebih bebas untuk melakukan apa saja dan berteman dengan siapa saja. Di Yogyakarta subyek masih merasa takut untuk menyapa karena takut tidak dibalas.
Iya, ada perasaan – perasaan khawatir ya? Iya Okay. Terus karena perbedaan – perbedaan itu menimbulkan perasaan tidak nyaman nggak
Pertemanan subyek di Yogyakarta masih belum terlalu bebas seperti di Papua. Ada ketakutan dan kekhawatiran yang masih dirasakan oleh subyek. Ini merupakan tahap crisis/culture shock.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 124
195. 196. 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203. 204. 205. 206. 207. 208. 209. 210. 211. 212. 213. 214. 215. 216. 217. 218. 219. 220. 221. 222.
untuk anda? Misalnya dengan cara berbicara yang berbeda tadi lalu membuat jadi kaya “aku nggak nyaman nih kalau komunikasi sama orang – orang” Iya itu benar sekali itu. Eem sejak, mungkin sampai sekarang ini aku lebih menjaga jarak, bersahabat dengan teman itu lebih memilih bersahabat dengan teman – teman dari Papua. Karena ada perasaan – perasaan seperti tadi. Terus berkaitan dengan cara – cara kami bergaul itu agak beda. Jadi takut gitu. Emm iya jadi lebih nyaman bergaul dengan yang sesama ya? Heem, tapi beberapa teman yang sudah saya dekati yang asli sini itu. Ternyata ada beberapa dari mereka itu suka bergaul dengan kami. Mereka ingin gali lebih dalam tentang kami. Saat – saat kami biasa ngobrol – ngobrol itu dia suka tanya banyak, Papua mu dimana, kenapa gini – gini, kenapa begitu. Pokoknya mereka lebih banyak bertanya.
Oleh karena perbedaan cara berkomunikasi tersebut subyek merasa tidak nyaman untuk berteman dengan teman – teman yang berasal dari Yogyakarta. Subyek memilih untuk bersahabat dengan teman – teman yang juga berasal dari Papua.
Subyek sudah mendekati beberapa temannya yang berasal dari Yogyakarta dan menurutnya beberapa dari mereka bisa menerimanya dengan baik.
Iya, ada beberapa yang dekat ya, tapi lebih banyak dekat dengan yang berasal dari daerah yang sama ya? Iya Okay. Lalu, kan Anda menyadari ada perbedaan – perbedaan itu ya?
Perbedaan cara berkomunikasi membuat subyek merasa tidak nyaman untuk berteman dengan teman – teman yang berasal dari Yogyakarta. Ini merupakan tahap crisis/culture shock Hal inilah yang kemudian membuat subyek cenderung bersahabat dengan teman – teman yang juga berasal dari Papua. Ini merupakan salah satu gejala dari culture shock. Cara subyek untuk mengatasi ketidaknyamanan yang dirasakan subyek terkait dengan masalah pertemanan. Ini merupakan bagian dari tahap recovery.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 125
223. 224. 225. 226. 227. 228. 229. 230. 231. 232. 233. 234. 235. 236. 237. 238. 239. 240. 241. 242. 243. 244. 245. 246. 247. 248. 249. 250.
Iya Terus yang ada di dalam pikiran Anda itu bagaimana? Biasanya saya itu berusaha untuk melawan. Melawan perasaan – perasaan, pikiran – pikiran seperti itu. Tapi terkadang tuh kalau saya nyapa, mungkin cara nyapanya itu tidak bagaimana ya. Tidak emm bagaimana ya, tidak sesuai gitu dengan keadaan mereka makanya mereka kerap kali itu tidak membalas sapaan saya. Itu membuat saya macam lebih menyingkir dari mereka.
Subyek cenderung melawan pikiran negatif dan perasaan tidak nyaman yang dialaminya. Akan tetapi, ada beberapa temannya yang masih tidak bisa menerimanya, terkadang sapaan subyek tidak dihiraukan oleh temannya dan ini membuat subyek menyingkir dari temannya.
Ada beberapa temannya yang tidak bisa menerimanya dan hal itu membuat subyek menyingkir dari teman – temannya. Ini merupakan tahap crisis/culture shock yang dialami oleh subyek.
Iya, jadi kayak jaga jarak ya sama mereka? He’em. Ada beberapa yang seperti itu ya? Iya ada beberapa yang begitu, tapi ada juga beberapa yang begitu aku datang mereka nyapa aku gitu “hei”. Enak hehehehe Hehehe iya, terus keadaan seperti itu sebenarnya menganggu nggak untuk aktivitas sehari – hari? Selama ini…belum sepertinya. Jadi kalau ada sesuatu yang aku belum tahu biasanya saya lari ke teman – teman yang dari Papua atau kakak – kakak yang berasal dari Papua. Jadi kalau dampaknya belum terasa.
Cara subyek untuk mengatasi permasalahannya. Ini merupakan tahap recovery. Ketika ada suatu hal yang belum dimengerti atau tidak diketahui olehnya subyek cenderung memilih shareing dengan temannya, sehingga tidak menngganggu aktivitasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 126
251. 252. 253. 254. 255. 256. 257. 258. 259. 260. 261. 262. 263. 264. 265. 266. 267. 268. 269. 270. 271. 272. 273. 274. 275. 276. 277. 278.
Oh oke. Emm sudah mulai merasakan kangen – kangen Papua belum? Kangen – kangen Papua sudah. Ada perasaan apa saja ketika kamu merasa kangen itu? Ada rasa ingin kembali kesana? Iya ada rasa ingin kembali, mungkin bertemu teman – teman disana, bertemu, bergurau. Terus ada rasa ingin lihat keindahan – keindahan alam yang dulu pernah saya lihat. Apalagi ya, makanan – makanan khas yang kaya dulu saya pernah makan itu. Disana makanan khasnya umbi – umbian tapi diparaben, pernah dengar? Itu kalau ibaratnya batu dipanaskan dulu terus nanti menggunakan batu panas itu kita masak.
Subyek merasa rindu dengan lingkungannya di Papua dan ada keinginan untuk kembali kesana untuk bertemu dengan temannya.
Terus, sekarang anda merasa melihat hal – hal yang berbeda dan belum pernah anda temui di Papua tidak? Mungkin kaitannya dengan tempat – tempat seperti ini. Terutama mungkin tempat seperti café itu, kalau di sana mungkin cafenya jarang. Jadi orang kalau miras, minum – minuman keras itu biasanya orang minum saja terus berkeliaran, jadi ribut sini, ribut sana. Kalau di sini ka nada café banyak, jadi kalau orang mau miras itu mungkin kaya tempat – tempat disana, jadi kalau sudah tenang baru pulang.
Adanya rasa rindu dan ingin kembali ke kampung halaman. Ini merupakan tahap crisis/culture shock.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 127
279. 280. 281. 282. 283. 284. 285. 286. 287. 288. 289. 290. 291. 292. 293. 294. 295. 296. 297. 298. 299. 300. 301. 302. 303. 304. 305. 306.
Iya ya, lalu terus kalau untuk makanan bagaimana? Kamu merasa tidak cocok dengan makanan di Yogyakarta? Atau mungkin malah senang, bagaimana? Salah satu perbedaannya itu begini, kalau di Papua mungkin apa warungnya di sana itu tutup jam 10 semua. Jam 10 itu kebanyakan sudah tutup. Kalau untuk makanannya di sini saya lihat makanannya itu enak – enak. Berarti cocok ya? Hehehehe Iya cocok hehe saya tidak terbiasa memilih – milih makanan itu, semuanya saya makan saja. Cuma kalau makan sambal saya itu saya tidak suka. Terus kamu pernah merasa sedih, sendirian, atau merasa terasingkan? Kalau di sanata dharma ini tidak, sejauh ini teman – teman ada teman – teman Papua juga. Jadi tidak ada ruang yang kosong. Jadi kalau ada pun itu mungkin pada saat – saat itu pun saya yang menyendiri, saya ingin baca buku misalnya. Terus kamu merasa tidak mampu mengerti bahasa yang di gunakan oleh orang – orang di Yogyakarta? Oh itu ada.
Subyek tidak pernah merasakan sendirian tinggal di Yogyakarta karena ada teman – temannya yang berasal dari Papua.
Gejala culture shock terkait dengan perasaan sendirian tidak dialami oleh subyek.
Subyek merasa tidak mampu mengerti bahasa yang digunakan oleh orang – orang di lingkungan barunya.
Merasa tidak mampu mengerti bahasa yang digunakan oleh orang – orang setempat merupakan gejala dari culture shock.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 128
307. 308. 309. 310. 311. 312. 313. 314. 315. 316. 317. 318. 319. 320. 321. 322. 323. 324. 325. 326. 327. 328. 329. 330. 331. 332. 333. 334.
Iya ya. Terus kamu merasa takut nggak untuk melakukan kontak fisik dengan orang – orang di sekitar? Iya itu ada. Terus ada merasa tidak aman nggak? Kaya rasa takut untuk berpergian, takut di rampok, atau takut dipukulin? Kalau itu mungkin ada pada waktu – waktu tertentu, kayak macam seumpamanya itu ulang tahun Papua merdeka itu. Pas 1 desember itu, terus macam kemarin ada pembunuhan di Hugo’s café itu kan teman – teman biasa smsin jalan hati – hati, begini begitu. Biasanya di situ ada rasa takut itu, pada saat – saat tertentu. Lalu merasa ada perubahan tempramen tidak? Tidak kak
Subyek merasakan perasaan tidak aman pada waktu – waktu tertentu.
Adanya rasa tidak aman merupakan gejala dari culture shock.
Subyek tidak merasakan adanya perubahan tempramen dan emosi.
Perubahan tempramen dan emosi tidak dialami oleh subyek dalam tahap crisis/culture shock.
Subyek merasa kehilangan dirinya yang dulu, saat ini lebih senang
Adanya perubahan dalam diri subyek, merasa kehilangan dirinya merupakan
Merasa lebih mudah tersinggung atau lebih cepat tersinggung nggak? Nggak kak hehehehe Terus merasa ada rasa kehilangan dirimu nggak, kayak misalnya dulu aku di Papua itu ceria lalu disini jadi lebih pendiam? Emm..bagaimana ya. Kalau itu…mungkin iya ya. Karena beberapa saat ini saya lebih suka menyendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 129
335. 336. 337. 338. 339. 340. 341. 342. 343. 344. 345. 346. 347. 348. 349. 350. 351. 352. 353. 354. 355. 356. 357. 358. 359. 360. 361. 362.
Maksudnya saya merasa kalau banyak hal yang tertinggal dari teman – teman di sini. Makanya lebih suka menyendiri. Jadi kebiasaan – kebiasaan disana seperti bermain bersama teman, ceria – ceria, itu tuh beda. Oh iya jadi sudah mulai hilang ya kebiasaan – kebiasaannya tadi. Emm kalau rasa percaya dirinya bagaimana? Kalau percaya diri masih.
menyendiri karena subyek merasa banyak tertinggal oleh teman – temannya yang lain.
gejala dari culture shock.
Subyek masih percaya diri.
Kehilangan rasa percaya diri tidak dialami subyek dalam tahap crisis/culture shock.
Subyek merasakan adanya rasa rindu keluarga.
Rasa rindu terhadap keluarga merupakan gejala dari culture shock.
Oh masih percaya diri ya, hanya saja sudah mulai merasa dirinya berbeda ya dengan dulu saat di Papua? Iya kak Oke. Sudah mulai merasa merindukan rumah dan keluarga? Tentu saja hehehe Lalu kamu mengalami perubahan hasrat untuk makan, minum atau tidur yang berbeda dengan saat di Papua nggak? Kalau berkaitan dengan tidur mungkin waktu tidur lebih berkurang, karena lebih banyak di depan laptop. Mengerjakan tugas, terus facebook, terus apa, iya dua itu. Kalau berkaitan dengan makan, makan masih sama saja.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 130
363. 364. 365. 366. 367. 368. 369. 370. 371. 372. 373. 374. 375. 376. 377. 378. 379. 380. 381. 382. 383. 384. 385. 386. 387. 388. 389. 390.
Masih sama ya. Lalu untuk kesulitan tidur itu benar – benar karena kegiatan itu atau kadang karena ada sesuatu yang dipikirkan berlarut – larut sampai tidak bisa tidur? Kalau itu, kadang itu begini. Kan aku juga di sini suka berorganisasi. Nah kalau pikir organisasi itu sampai susah sekali tidurnya. Jadi pikirannya itu terus berjalan, jadi susah tidur. Maksudnya ada harapan – harapan yang terus terpikirkan – terpikirkan, kadang susahnya disitu. Oh iya kamu suka berorganisasi ya. Terus kamu pernah mengalami masalah di dalam organisasi itu nggak? Emm ada. itu biasanya seperti yang saya tadi bilang itu. Masalahnya itu misalnya ketika ada teman – teman diantara kami ada yang menyembunyikan masalah, tidak open. Nah itu, biasanya macam bagaimana ya, walaupun kami saling tegur, menyapa gitu tapi ada rasa lain gitu, aneh. Begitu ya, tapi kalau terkait dengan perbedaan komunikasi ada tidak? Misalnya kayak maksudmu kamu ingin ngomong kayak gini, tapi sama temanmu ditangkapnya berbeda. Pernah mengalami seperti itu atau tidak? Pernah. Waktu itu kami diskusi di APMD itu tentang
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 131
391. 392. 393. 394. 395. 396. 397. 398. 399. 400. 401. 402. 403. 404. 405. 406. 407. 408. 409. 410. 411. 412. 413. 414. 415. 416. 417. 418.
pameran, terus saya tuh jelasin yang lain terus sama yang notulensi itu nangkapnya yang lain. hahahahah jadi tu saya berpikir apakah saya yang salah bahasa ataukah dia yang salah nangkap. Saya tuh bingung hahahaha Oh itu notulensinya orang Papua juga atau bukan? Orang Papua juga hehehehe Oh padahal orang Papua juga ya hehehehe Iya, kalau apa, di kampus itu dengan dosen – dosen ada juga. Pernah ada. yang saya ingat dua kali, waktu di mata kuliah ekonomi makro, satu di mata kuliah pengantar bisnis. Sebenarnya tuh apa yang mau saya ungkapkan itu memang sudah ditangkep sama dosennya tapi cara ungkapkan itu yang masih beda. Jadi kebanyakan di apa ya, diperbaiki oleh dosen. Ada dosen yang biasa menggunakan bahasa Jawa ketika mengajar nggak? Ada Lalu bagaimana? Itu jadi masalah tersendiri gak buat kamu? Hahahahaha kalau ada dosen yang pakai bahasa Jawa saya biasanya lihat saja hahahaha itu di mata kuliah pendidikan pancasila.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 132
419. 420. 421. 422. 423. 424. 425. 426. 427. 428. 429. 430. 431. 432. 433. 434. 435. 436. 437. 438. 439. 440. 441. 442. 443. 444. 445. 446.
Hehehehe iya ya, lalu itu sebenarnya menjadi hambatan buatmu nggak untuk mengerti pelajaran? Iya kalau dilihat – lihat memang menjadi hambatan, Subyek merasa terhambat untuk karena biasanya itu pas dosen ngomong Jawa itu pas – memahami penjelasan dosen yang menggunakan bahasa Jawa. pas apa. Itu tuh memang peluapan hatinya itu yang memang dikatakan hahahahahaha. Jadi itu tuh intinya pembicaraan tapi dia malah memakai bahasa Jawa. Apa, akhirnya saya juga tidak nangkap begitu. Oh iya ya. Hehehe..terus selama berada di Yogyakarta pernah bermasalah dengan kesehatan? Seperti flu, diare, demam? Iya sesekali. Oh. Lalu di Yogyakarta ada perubahan menjadi orang yang terlalu bersih tidak? Misalnya ketika di Papua cuek – cuek saja, tapi ketika di Yogyakarta menjadi lebih sering untuk bersih – bersih kos – kosan atau tempat tidur. Lalu kalau untuk makan tidak mau makan di tempat sembarangan, tidak mamu makan di pinggir jalan. seperti itu, ada kecenderungan begitu tidak? Kalau itu ada, karena kan biasanya ada banyak teman – teman datang. Jadi kalau berantakan begitu ada rasa ah, apa, malu. Jadi memang biasa bersihkan. Terus kalau masalah makan, saya tuh kalau makan tidak
Hambatan dari segi bahasa yang digunakan oleh dosen juga dialami oleh subyek. Ini merupakan tahap crisis/culture shock.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 133
447. 448. 449. 450. 451. 452. 453. 454. 455. 456. 457. 458. 459. 460. 461. 462. 463. 464. 465. 466. 467. 468. 469. 470. 471. 472. 473. 474.
pikir tempat tidak pikir apa..hahahaha… Hehehe tidak pilih – pilih ya? Iya hehehehe Terus perasaan – perasaan mulai nggak nyaman itu, kamu inget nggak munculnya itu sejak kapan? Bulan ke berapa kamu tinggal di sini? Perasaan nggak nyaman yang? Yang tadi masalah komunikasi, lalu ada masalah – masalah lain yang muncul, lalu merasa takut – takut mau menyapa karena pernah di cuekin. Itu munculnya kapan? Itu di awal – awal. Jadi awal – awal itu memang terasa benar. Yang saya apa, ngomong itu kadang dosennya itu tidak nangkap benar dengan apa yang saya omong. Entah karena salah kata, atau karena logatnya, apa gimana. Saya juga kurang tahu, tapi sekarang sudah mulai bisa beradaptasi, bisa berkomunikasi itu mulai lancar, tidak apa – apa. Perasaan tidak nyaman itu kira – kira bertahan sekitar berapa bulan? Sekitar 3 bulan.
Subyek merasa banyak mengalami kesalahpahaman dalam bahasa ketika awal tinggal di Yogyakarta.
Kesalahpahaman terkait dengan bahasa sering dialami subyek pada masa awal subyek tinggal di Yogyakarta. Ini merupakan tahap crisis/culture shock.
Subyek merasakan perasaan tidak nyaman pada selama 3 bulan.
Tahap crisis/culture shock dialami subyek selama 3 bulan.
Okay, tadi masalah – masalahnya sudah diungkapkan ya. Lalu sekarang bagaimana cara
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 134
475. 476. 477. 478. 479. 480. 481. 482. 483. 484. 485. 486. 487. 488. 489. 490. 491. 492. 493. 494. 495. 496. 497. 498. 499. 500. 501. 502.
kamu mengatasi perasaan – perasaan tidak nyaman yang muncul tadi? Kalau perasaan tidak nyaman itu saya lebih banyak baca – baca buku. Saya pikir lebih banyak baca buku itu lebih baik, karena di situ tuh melalui membaca buku tuh perbendaharaan kata – kata saya itu jadi lebih banyak. Lalu berinteraksi itu nantinya jadi lebih mudah. Oke. Terus kapan anda merasa mulai bisa mengatasi masalah – masalah yang tadi? Itu sekitar 2 – 3 bulan. Iya jaraknya itu sekitar segitu. Setelah 2 – 3 bulan itu baru kalau sudah ngomong itu ya biasa saja. Lalu setelah kamu bisa mengatasi masalah di atas itu apa saja yang ada dipikiran anda? Setelah itu tuh saya jadi termotivasi, wah ini kemungkinan untuk sukses dalam bidang studi nih mudah saja nanti. Apa, kan teman – teman juga mulai bisa berinteraksi, jadi ada kemudahan – kemudahan nanti. Oke. Terus perasaannya ketika anda sudah bisa mengatasi itu bagaimana? Ada rasa senang. Memang jadi wah, sekarang macam bagaimana yah. Aku bisa ngalahin rasa ini, senang sekali begitu.
Subyek memilih untuk membaca buku untuk menambah perbendaharaan kata untuk mempermudah ia berinteraksi.
Membaca buku merupakan salah satu subyek mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Ini merupakan tahap recovery.
Subyek merasa dapat mengatasi masalahnya setelah tiga bulan.
Pada bulan ke sembilan subyek tinggal di Yogyakarta, subyek sudah mulai bisa mengatasi masalahnya. Subyek mulai memasuki tahap recovery.
Subyek menjadi semakin termotivasi ketika ia sudah mulai mampu mengatasi masalahnya.
Motivasi subyek untuk menjalani kehidupan di Yogyakarta semakin meningkat ketika ia sudah mampu mengatasi masalahnya. Ini merupakan tahap recovery.
Subyek merasa senang ketika ia sudah mampu mengatasi masalahnya.
Perasaan senang kembali muncul ketika subyek sudah mampu mengatasi masalahnya. Ini merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 135
503. 504. 505. 506. 507. 508. 509. 510. 511. 512. 513. 514. 515. 516. 517. 518. 519. 520. 521. 522. 523. 524. 525. 526. 527. 528. 529. 530.
tahap recovery. Terus sekarang, hari ini apakah perasaan anda sudah juah lebih baik? Sudah baik. Emm sudah lebih baik ya, kenapa? Semuanya sudah bisa saya tata. Maksudnya sudah bisa memanage, jadi semuanya sudah bisa berjalan ini ke sini, dari sini ke sini, gitu. Jadi semuanya sudah tertata.
Subyek merasa saat ini perasaannya sudah baik.
Perasaan subyek sudah baik, ini merupakan tahap recovery yang dialami oleh subyek.
Subyek merasa semua hal sudah tertata dengan baik.
Semua hal sudah bisa ditata subyek dengan baik, ini merupakan tahap recovery.
Oke. Lalu apa saja yang anda rasakan saat ini? Selain rasa senang tadi, ada perasaan apa saja? Emm. Mungkin sekarang ini lagi gelisah. Hehe Oh, kenapa? Sekarang tuh bapakku lagi sakit jadi wah bagaimana keadaannya, sekarang bagaimana gitu ada rasa gelisah. Emm sakit apa? Belum tau sakitnya apa hanya baru dikabarin kakak saya bapak saya lagi sakit begitu. Oh gitu. Semoga cepat sembuh ya, amin. Amin. Lalu saat ini apakah anda sudah merasa nyaman
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 136
531. 532. 533. 534. 535. 536. 537. 538. 539. 540. 541. 542. 543. 544. 545. 546. 547. 548. 549. 550. 551. 552. 553. 554. 555. 556. 557. 558.
tinggal di Yogyakarta? Sudah Kenapa? Karena di lingkungan tempat tinggal juga sudah bisa menyapa sama tetangga – tetangga. Sudah kalau aku lewat gitu tuh warga di situ tuh, di tempat aku tinggal itu biasa nyapa wah mas kemana? Darimana? Gitu
Subyek sudah merasa nyaman tinggal di Yogyakarta.
Ini merupakan tahap recovery.
Subyek merasa sudah bisa berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
Masyarakat di sekitar tempat tinggal subyek sudah dapat berinteraksi. Ini merupakan tahap recovery.
Oh gitu. Sudah mulai bisa berinteraksi dengan orang sekitar ya jadi ngerasa nyaman. Kan tadi aku tanya gimana pemikiran anda saat pertama kali sampai di Yogyakarta. Lalu sekarang bagaimana pemikiranmu tentang Yogyakarta dan orang – orang di Yogyakarta? Kalau tentang Yogyakarta. Yogyakarta itu kalau saya lihat orang – orangnya, mereka lebih menghargai pemimpinnya. Jadi ketua RT, RW, sampai sultan itu memang dihargai. Itu maksudnya kalau dibandingkan dengan Papua. Kalau disana kan mereka itu kurang menghargai, boleh dibilang kurang menghargai pemimpin. Maksudnya bupati, seperti – seperti itu kurang di hargai benar. Oh kalau di sini itu lebih dihargai ya. Oke terus kemampuan bahasa Jawa anda saat ini bagaimana? Hehehehe Aah hehehehe belum sama sekali
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 137
559. 560. 561. 562. 563. 564. 565. 566. 567. 568. 569. 570. 571. 572. 573. 574. 575. 576. 577. 578. 579. 580. 581. 582. 583. 584. 585. 586.
Belum sama sekali ya..hehe terus kalau misalnya ada teman yang bercanda menggunakan bahasa Jawa itu bagaimana? Kalau teman bercanda pakai bahasa Jawa itu biasanya saya hanya senyum – senyum saja hahahaha belum terlalu paham Hahaha oh iya, nanti lama – lama bisa kok sedikit – sedikit hehe..oke sekarang apakah anda sudah memiliki rutinitas dan menjalain rutinitas dengan baik? Sudah
Subyek sudah dapat menjalankan rutinitasnya dengan baik.
Rutinitas subyek sudah dapat berjalan dengan baik. Ini merupakan tahap recovery.
Subyek hanya memiliki teman dekat yang juga berasal dari Papua Æ subyek masih bergantung apda rekan
Ini merupakan gejala dari culture shock
Apa saja rutinitas anda pada saat ini? Kuliah pasti. Kuliah, belajar, ngerjain tugas – tugas, berorganisasi, berolahraga. Lalu bagaimana relasi anda di lingkungan yang baru? punya teman dekat? Teman dekat seperti? Seperti sahabat atau yang kemana – mana pergi sama dia, ada masalah apa ceritanya sama dia, punya? Iya tapi dari Papua juga Sudah punya teman dekat yang asalnya dari
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 138
587. 588. 589. 590. 591. 592. 593. 594. 595. 596. 597. 598. 599. 600. 601. 602. 603. 604. 605. 606. 607. 608. 609.
Yogyakarta? Emm sejauh ini yang benar – benar akrab itu belum ada.
sesamanya
Emm tapi kalau teman – teman biasa sudah ada? Iya sudah Oke. Apakah sekarang anda memiliki cukup banyak teman di lingkungan yang baru? Iya, di sini teman – teman ku lebih banyak. Oh iya. Lalu sejak kapan anda mulai merasakan hal – hal tadi? Kayak rutinitas mulai tertata, teman sudah mulai banyak. Emm setelah semester dua ini. Setelah masuk semester dua ini.
Setelah memasuki semester dua subyek sudah merasa semuanya menjadi lebih baik.
Emm berarti mulai bulan ke tujuh ya? Iya kak Oke sudah cukup. Terimakasih ya untuk kesediaannya memberikan informasi. Okay kak hehe
Pada bulan ke enam subyek tinggal di Yogyakarta subyek sudah memasuki tahap recovery.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 139
Transkip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 3 (VL) BARIS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
VERBATIM Tolong ceritakan apa yang memotivasi kamu untuk melanjutkan kuliah di Yogyakarta? Emm sebenarnya tuh yang memotivasi saya itu pertama memang dari orang tua. Pertama dari mama, mama sendiri yang bilang kalau kamu harus sekolah di Jogja ya. Terus yaudah akhirnya bilang ke papah, papah kan bilang terserah kamu mau kuliah dimana. Awalnya kan aku mau disekolahin di luar, bukan di Indonesia kan awalnya. Tapi aku bilang pah udah di jogja aja lagipula kalau di luar itu paling asrama juga, kan perkuliahannya itu kaya perkuliahan adven jadi kan itu berasrama. Aku SMA asrama jadi aku males kalau kuliah asrama juga. Jadi aku bilang ke papah di Jogja aja, kebetulan ada oma ku juga di sini. Oke. Terus bisa diceritain perasaan pertama kali kamu menginjakkan kaki di Yogyakarta. Perasaannya itu seperti apa? Awalnya tuh karena, terlepas dari di Manado ya, karena kan saya SMA nya di Manado, tapi dari kecil sampai SMP di Papua. Rasanya itu senang aja karena kan terbebas dari asrama. Jadinya rasa senang, rasa menarik aja. Sesuatu yang menarik karena kan baru dari kota yang berbeda juga kan, jadi ya rasa senang. Sesuatu yang menarik dan tertantang begitu.
KODING AWAL
Akan tinggal di kota yang baru Æ sesuatu yang menarik dan tertantang Æ merasa senang.
ANALISIS
Subyek merasa senang Æ ini merupakan tahap honeymoon
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 140
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54.
Oh iya jadi pengen tahu Yogyakarta ya. Oke. Terus waktu itu apa aja yang ada di pikiranmu waktu pertama kali sampai di Yogyakarta? Pikiran saya pertama kali adalah bagaimana saya bisa beradaptasi dengan teman – teman orang Jawa. Itu yang pertama saya berpikir begitu, dan yang kedua itu saya berpikir apakah saya bisa berkompetisi dengan orang – orang/anak – anak Jawa. Karena setahu saya anak – anak Jawa kompetisinya mereka itu pinter – pinter. Jadi saya berpikir dua itu aja kak. Terus apakah saya bisa membanggakan orang tua saya, terus apakah saya bisa dapat teman, Oh itu yang ada dipikiranmu pertama kali ya. Terus kalau kesan awal tentang Yogyakarta saat pertama kali datang itu gimana? Yogyakarta pertama kali saya liat itu sangat ini ya, bagus gitu. Suasananya enak, kemana – mana nggak jauh, jadi serba terjangkau. Tidak susah, seperti itu aja si kak.
Kesan awal subyek tentang Yogyakarta Æ Yogyakarta bagus, suasananya enak dan kemana – mana serba terjangkau.
Subyek memiliki kesan awal yang positif terhadap Yogyakarta Æ ini merupakan tahap honeymoon.
Terus tadi kan sempat bilang ada perasaan senang, tertarik, menantang gitukan ketika sampai disini. Boleh diceritakan perasaan senang, tertarik dan menantangnya itu terkait dengan apa? Emm kalau perasaan senang itu terkait dengan kota Jogjanya sendiri karena emang senang dengan Yogyakarta. Terus tertantangnya itu karena itu hal
Subyek merasa senang dengan kota Yogyakarta Æ timbul perasaan senang Subyek tinggal di Yogyakarta sendiri
Subyek merasa senang dengan kota Yogyakarta Æ ini merupakan tahap honeymoon.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 141
55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82.
yang baru saya sendiri di sini, meskipun ada nenek saya tetapi mereka tuh engga care gitu sama saya. Jadi saya itu harus sendiri, hidup di sini sendiri. Saya mati dan hidup di sini itu sendiri. Itu tertantang sekali gitu kak. Tertariknya itu ya bagaimana ya, tertarik aja karena kan tertarik di Jogjanya itu jadi pengen coba.
Æ subyek merasa tertantang.
Subyek merasa ingin tinggal di Yogyakarta Æ timbul perasaan tertarik
Oke. Terus yang pertama kali kamu lakukan ketika pertama kali sampai di Yogyakarta itu apa? Pertama kali itu saya membersihkan jerawat, saya ke dokter. Terus habis itu mempersiapkan beli perlengkapan kuliah, insadha, beli sepatu, beli buku – buku juga. Gitu aja si kak. Terus ada rasa pengen jalan – jalan mencoba tempat – tempat rekreasi di Yogyakarta nggak? Emm. Kalau untuk itu sih tidak terlalu suka ya. Saya lebih suka tu ke mall gitu soalnya kalau ke tempat rekreasi itu panas kak. Hehehehe. Terus kira – kira masih ingat ga berapa lama perasaan senang dan antusias tadi itu bertahan? Itu berjalan hanya sekitar satu bulan Satu bulan awal di sini ya? Iya.
Perasaan senang yang di rasakan subyek berlangsung selama satu bulan.
Oke. Terus setelah itu perasaannya berganti
Tahap honeymoon berlangsung selama satu bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 142
83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110.
menjadi seperti apa? setelah itu si…..kan senangnya itu cuma segitu aja, setelah itu si proses beradaptasi. Saya beradaptasi dengan oma saya. Maksudnya saya kan saat itu belum bisa bawa motor, terus habis itu oma saya yang selalu antar – antarin saya. Saya beradaptasi dengan oceh – ocehannya dia kaya kamu harus bisa bawa motor, kaya – kaya gitu. Terus saya mencoba bawa mobil dan saya menabrakan mobil. Saya dimarah – marahin, saya stress. Trus ada lagi masalah di luar, dari keluarga juga saya mengalami masalah – masalah. Pokoknya banyak masalah, mulai muncul, senangnya itu udah, udah ngga terlalu senang. Terus perasaamn sendiri ketika kamu harus meninggalkan Papua dan berjauhan dengan keluarga itu seperti apa? Perasaan saya pertamanya itu sedih karena kan jauh dari mama, adik – adik. Mama sama adik – adik itu kan mungkin penghibur saya gitu. Jadi mama ada, kalau adik – adik itu kan walaupun sering tengkar itu kan tetap ada rasa kangen gitu kan. Lalu apa saja yang kamu rasakan berbeda ketika kamu tinggal di Papua dan tinggal di Yogyakarta? Yang berbeda adalah di sini saya mulai dewasa, saya mulai diajarkan banyak pengalaman, dimana harus bersabar, dimana harus bisa semua – semua itu sendiri
Setelah perasaan senang subyek hilang Æ subyek merasa harus beradaptasi dengan keadaan yang baru.
Perasaan senang subyek mulai berkurang Æ subyek memasuki tahap crisis/culture shock
Masalah – masalah sudah mulai bermunculan Æ mengalami banyak masalah Æ perasaan senangnya sudah berkurang.
Subyek mengalami banyak masalah Æ ini merupakan tahap crisis/culture shock
Subyek tinggal jauh dari orang tua dan adik – adiknya Æ timbul perasaan sedih dan kangen
Subyek merasa rindu dengan keluarga Æ timbul perasaan sedih Æ ini merupakan tahap crisis/culture shock
Di Yogyakarta subyek merasa harus mengerjakan semuanya sendiri Æ lebih mandiri dan bersabar.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 143
111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138.
dan pokoknya lebih mandiri lagi kak. Kalau di sanakan saya lebih ngga bisa bersabar, trus apa namanya, lebih ke semua mama, semua papa. Jadi bedanya ya itu aja si kak. Terus kalau di teman – teman, kalau di Papua itu kan teman – temannya itu kan ngga terlalu gimana ya. Aku tuh lebih sering di dalam rumah aja, kalau di Jogja ini kan aku sering keluar – keluar sama teman – teman. Kaya hangout gitu kan kak, begitu aja sih kak. Okee. Terus kalau untuk aturan sosialnya sendiri atau cara orang berinteraksi antara di Yogyakarta dan di Papua itu bedanya seperti apa? Oh iya. Bedanya itu jauh banget ya, karena kalau di Papua itu sangat kasar. Soalnya dikit – dikit kita itu kayak ada, maksudnya kayak ngga aman gitu di sana, karena banyak orang mabuknya, kan ngeri – ngeri kak. Terus kalau malam itu udah takut untuk keluar gitu. Kalau di sini kan kalau udah jam 12/1 itu aku masih berani keluar. Papahku aja waktu ini, aku kan mau beli makan jam 11, terus papa bilang udah beli aja aman ko di Jogja. Nah terus kalau untuk orang – orangnya lebih ramah. Sebenarnya tingkat ramahnya itu sama saja tapi keamanannya itu lebih aman di Jogja daripada di Papua. Ada perasaan was – was gitu kalau di Jayapura. Kalau misalnya untuk cara berkomunikasi itu ada
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 144
139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157. 158. 159. 160. 161. 162. 163. 164. 165. 166.
perbedaan ngga antara Papua dan Yogyakarta? Emm…bahasa ya kalau di Jogja ini lebih halus ya lebih sopan, kayak aku aku mau ke ini. Kalau di Papua kan lebih ke sa mau ke sini. Bahasanya itu lebih kalau di Papua itu lebih di tekan dan sedikit dengan emosi. Padahal sebenarnya biasa saja. Oke, terus terkait dengan perbedaan – perbedaan itu sendiri kamu merasakan ada ketidaknyamanan ngga? Awalnya si memang tidak nyaman karena kan saya terbiasa ngomong kah gitu kan, jadi orang – orang kaya yang “kamu bicara apa e?” kaya gitu. Terus aku ya bingung juga, ak coba jelasin ya ini cara bicaraku kaya gini tapi mereka bilang mereka tidak mengerti. Yasudah jadi aku mulai ngga nyaman, tapi harus menyesuaikan. Apalagi ini kan kota orang jadi ya harus mempelajari kotanya, orang – orangnya. Jadi aku mulai belajar bahasanya.
Teman – temannya tidak mengerti dengan cara bicara subyek Æ subyek mencoba menjelaskan, tapi temannya tetap tidak mengerti Æ timbul perasaan tidak nyaman. Subyek merasa tidak nyaman Æ subyek merasa harus menyesuaikan dengan lingkungannya Æ subyek mulai belajar.
Terus kalau misalnya dari teman – teman yang orang Jawa itu kan mereka sering tuh menggunakan bahasa mereka sendiri kan ya, bahasa Jawa. Malah terkadang ada dosen ya yang disela – sela perkuliahannya menggunakan bahasa Jawa. Nah kamu sendiri bagaimana pengalamannya? Aku si sebenarnya sudah mengerti sedikit – sedikit
Subyek merasakan perasaan tidak nyaman terkait dengan perbedaan cara bicara Æ ini merupakan tahap crisis/culture shock Subyek merasa harus menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya Æ ini merupakan tahap recovery
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 145
167. 168. 169. 170. 171. 172. 173. 174. 175. 176. 177. 178. 179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194.
bahasa Jawa kak, karena nenek ku juga ada yang orang Jawa, memang ketika nenek ku di Jayapura mereka juga kadang menggunakan bahasa Jawa. Itu aku udah agak agak ngerti tapi kalau bahasa Jawanya yang alus, aku udah ngga ngerti, tapi kalau bahasa sehari – hari aku masih ngerti. Kalau kayak dosen itu kan biasanya juga menggunakan bahasa sehari – hari kan.
Subyek sedikit mengerti bahasa Jawa Æ bahasa Jawa yang digunakan oleh dosen dan teman – teman bisa dimengerti subyek Æ bukan merupakan suatu kendala bagi subyek.
Bahasa Jawa yang digunakan oleh lingkungan sekitar tidak terlalu menjadi kendala bagi subyek.
Subyek bisa belajar cara bicara yang lebih sopan lagi Æ timbul perasaan senang Subyek terbiasa dengan cara bicara yang digunakan di Yogyakarta Æ
Subyek merasa senang dapat belajar cara bicara yang digunakan di Yogyakarta Æ subyek merasa jadi bisa lebih sopan Æ ini merupakan tahap recovery.
Oh gitu. Berarti nggak ada masalah ya kalau soal itu? Iya enggak kak. Lalu apa yang ada di pemikiranmu ketika kamu melihat perbedaan itu? Pemikiran saya tuh cuma, oh ternyata lebih halus ketika orang Jogja ngomong dibanding kalau orang Papua ngomong. Gitu aja si kak. Terus apa saja yang kamu rasakan ketika kamu melihat perbedaan itu? Eemm..lebih gimana ya, mmm lebih baik aja sih. Kalau misalnya itu kan ‘aku’ itu kan penggunaan kata – kata yang emang bener – bener kan, jadi aku si ya seneng aja, karena aku jadi bisa belajar cara bicara yang lebih sopan lagi. Tapi kalau aku ketemu teman – teman ku yang dari Papua itu biasanya mereka menertawakan aku begitu. Katanya “hei ga usah
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 146
195. 196. 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203. 204. 205. 206. 207. 208. 209. 210. 211. 212. 213. 214. 215. 216. 217. 218. 219. 220. 221. 222.
bicara seperti itu” Oh gitu..hehehe..lalu tadi kan kamu bilang ada mulai muncul masalah – masalah. Nah itu mulai kapan munculnya? Ketika kan itu waktu masalah itu, masalah sama mantan saya. Pas pacaran itu kan saya kayak ditekan – tekan gitu kan karena dia tahu kan kalau ini kota besar. Jadi dia itu mengekang saya gitu ka, dia bilang kamu ga boleh keluar malam ya, kamu ga boleh jalan – jalan sama teman – teman kamu ya. Akhirnya saya bertengkar sama dia, itu jadi suatu masalah kak buat saya. Lalu yang kedua itu oma saya kak, karena dia menekan – nekan saya untuk bisa membawa kendaraan dan dia sudah tidak mau mengantar - antar saya lagi. Oh begitu. Itu mulai muncul kapan dek? Emm sekitar setelah 2 bulan tinggal di sini kak.
sering ditertawakan teman – teman yang berasal dari Papua.
Semenjak tinggal di Yogyakarta pacar subyek banyak mengekang subyek Æ mereka bertengkar Æ menimbulkan masalah bagi subyek.
Subyek mengalami masalah dengan pacarnya semenjak tinggal di Yogyakarta Æ ini merupakan tahap cirisis/culture shock
Oma subyek sudah tidak mau mengantarkan subyek Æ subyek dituntut untuk bisa membawa kendaraan sendiri Æ menimbulkan suatu masalah bagi subyek.
Subyek mengalami masalah dengan omanya Æ ini merupakan tahap crisis/culture shock
Masalah tersebut muncul setelah 2 bulan tinggal di Yogyakarta.
Setelah 2 bulan subyek tinggal di Yogyakarta subyek mengalami tahap crisis/culture shock.
Menurut subyek teman – teman yang
Subyek merasa terasingkan Æ ini
Oke. Lalu kamu pernah merasakan sedih, sendirian atau terasingkan tidak? Iya pernah kak. Nah itu kenapa? Waktu awal semester satu itu kan teman saya cuma Asri, meri sama melin. Itukan sekelas tapi beda praktikum, nah sedangkan di praktikum saya itu
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 147
223. 224. 225. 226. 227. 228. 229. 230. 231. 232. 233. 234. 235. 236. 237. 238. 239. 240. 241. 242. 243. 244. 245. 246. 247. 248. 249. 250.
kebanyakan anak – anak Jawa dan mereka tuh berinteraksi sendiri gitu kak. Mereka itu tidak mengajak saya, jadi saya merasa terasingkan begitu. Seperti ih kenapa sih, kita juga sama saja dengan mereka. Jadi saya mulai mempelajari sifat mereka dan saya mulai beradaptasi lagi dengan mereka. Akhirnya mereka sudah mulai bisa bersama.
berasal dari Jawa berinteraksi sendiri Æ tidak mengajak subyek Æ subyek merasa terasingkan
merupakan gejala culture shock
Subyek mempelajari sifat temannya Æ mencoba beradaptasi Æ akhirnya bisa bersama dengan mereka
Subyek mencoba beradaptasi dengan sifat temannya Æ ini merupakan bagian dari tahap recovery
Oh jadi waktu awal itu sempat merasa terasingkan dari teman – teman ya? Subyek mermiliki kebiasaan tertawa Iya kak, jadi aku kan kalau tertawa suka gede –gede kan kak, terus mereka itu seperti melihat aneh ke arah terbahak – bahak Æ subyek merasa temannya sering memandang heran saya, seperti “ih kenapa nih orang” gitu kak. terhadap kebiasaannya itu. Oh iya. Lalu kamu pernah merasa tidak mampu berbicara dan mengerti bahasa yang digunakan oleh orang – orang setempat? Engga kak.
Subyek merasa temannya memandang heran terhadap kebiasaannya Æ ini merupakan tahap crisis/culture shock
Pernah merasa ada perasaan takut untuk melakukan kontak fisik? Enggak si kak Ada keinginan untuk selalu berinteraksi dengan rekan yang juga berasal dari Papua juga? Iya kak. Itu kenapa?
Subyek ada keinginan untuk berinteraksi dengan rekan yang juga berasal dari Papua Æ supaya pada
Subyek memiliki keterikatan dengan rekan sesame yang berasal dari Papua Æ ini merupakan gejala dari culture
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 148
251. 252. 253. 254. 255. 256. 257. 258. 259. 260. 261. 262. 263. 264. 265. 266. 267. 268. 269. 270. 271. 272. 273. 274. 275. 276. 277. 278.
Ya kerena kan kita sama – sama dari Jayapura kak, ya aku nggak mau di bilang sombong lah kak, karena kita kan sama – sama merantau kak. Jadi aku pengen kita ada keterikatan, maksudnya persahabatan gitu kak. Meskipun dia bukan sahabat saya, cuma teman tapi saya tetap baik gitu sama mereka. Maksudnya mungkin ketika nanti saya ada masalah mereka bisa bantu, karena kan sama – sama dari sana.
saat ada masalah subyek bisa meminta bantuan kepada mereka.
shock
Subyek mendengar cerita tentang kejahatan di Yogyakarta Æ subyek merasa takut dan tidak aman
Subyek merasa takut dan tidak aman tinggal di Yogyakarta Æ ini merupakan gejala dari culture shock
Oh seperti rasa kekeluargaan begitu ya. Lalu pernah merasa ada perasaan tidak aman seperti takut dirampok, takut dilukai? (mengangguk) pernah sih kak..hehehe Oh pernah. Itu bagaimana ceritanya? Waktu di Jogja ini katanya ada, di casa grande itu ada pembacokan pembacokan seperti itu. Nah itu saya mulai merasa tidak aman. Itu ada rasa takut gitu kak, takut dibacok seperti itu gitu kak..hehe Habis itu juga saya dapat berita begitu dari sepupu saya katanya “jangan keluar malam loh, kemarin ada yang dibacok di dekat casa grande” gitu kak, jadi ya semakin takut kak. Oh iya sih dulu sempat ada berita – berita seperti itu ya. Lalu kamu pernah merasa ada perubahan tempramen semenjak tinggal di Yogyakarta ini, seperti merasa lemah, menderita?
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 149
279. 280. 281. 282. 283. 284. 285. 286. 287. 288. 289. 290. 291. 292. 293. 294. 295. 296. 297. 298. 299. 300. 301. 302. 303. 304. 305. 306.
Pernah. Itu pada saat saya diputusin pacar saya. Kalau menurut saya Jogja ini kota yang banyak mengajari saya banyak hal gitu kak. Jadi waktu itu saya diputusin pacar saya, sempat hampir terpikir untuk bunuh diri. Jadi itu beban sekali untuk saya kak, saya menjadi sangat tempramen kak. Down sekali juga kak, sampai saya itu di kamar saja kak, saya kan tinggalnya sendiri begitu kak. Di kamar itu saya cuma seperti mayat hidup aja kak, tidak keluar – keluar, karena kan pada saat putus itu juga pas liburan kak. Saya tidak makan 3 hari kak, saking downnya. Itu saya mengalami di Jogja dan saya sendiri kak di sini. Mamah saya tidak ada, sahabat – sahabat sedang berangkat semua. Sama siapa gitu ka, ketika saya digituin sama pacar saya pada saat itu.
Subyek mengalami masalah dengan pacarnya Æ terjadi perubahan tempramen dalam diri subyek
Subyek jauh dari orang tuanya dan sahabat – sahabatnya Æ merasa sendirian ketika sedang mengalami masalah dengan pacarnya.
Terus bagaimana akhirnya? Akhirnya saya berpikir. Saya itu baru bisa move on ketika saya pas tahun 2013 ini. Tapi untungnya saya lebih banyak berdoa terus si kak, supaya tuhan lebih menguatkan saya. Dan sampai pada akhirnya saya sudah bisa lebih baik ya. Emm sekarang sudah jauh lebih baik ya. Oke, lalu pernah merasa semenjak tinggal di Jogja menjadi lebih mudah tersinggung, lebih cepat kesal dan marah? Engga sih kak, masih sama saja.
Subyek mengalami perubahan tempramen dalam dirinya Æ ini bukan merupakan gejala dari culture shock
Subyek merasa sendirian dalam menghadapi masalahnya Æ ini merupakan gejala culture shock
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 150
307. 308. 309. 310. 311. 312. 313. 314. 315. 316. 317. 318. 319. 320. 321. 322. 323. 324. 325. 326. 327. 328. 329. 330. 331. 332. 333. 334.
Lalu pernah merasa lebih sulit berkonsentrasi semenjak tinggal di sini? Tidak kak Terus pernah merasa kehilangan dirimu ngga? Maksudnya begini, misalnya ketika di Papua kamu tipe orang yang periang lalu di Yogyakarta kamu menjadi lebih pemurung? Oh tidak kak, saya pemurungnya ketika ada masalah saja kak. Selebihnya sudah kembali lagi, jadi gila kak. Hahahahaha. Ada rasa kurang percaya diri semenjak tinggal di Yogyakarta? Pernah saya merasa kurang percaya diri ketika jerawat Subyek pernah merasakan kurang saya banyak, dan ketika IP saya turun saya merasa percaya diri Æ karena jerawat dan menjadi kurang percaya diri. Itu yang pernah saya IPK yang menurun. alami kak. Dan ketika memang, emm menurut saya secara fisikly itu ya, orang lebih menilai fisik daripada kita punya hati. Saya ingin menunjukkan ke semua orang bahwa saya ini apa adanya dan saya tidak ingin orang menilai saya secara fisik. Keminderan itu dulu sempat ada tapi kemudian saya berpikir ah ya sudahlah saya harus bersyukur karena saya masih bisa berjalan, bisa makan, bisa bernafas itu sudah lebih dari cukup.
Subyek merasa tidak percaya diri tapi karena jerawat dan IPK yang menurun Æ ini bukanlah gejala dari culture shock
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 151
335. 336. 337. 338. 339. 340. 341. 342. 343. 344. 345. 346. 347. 348. 349. 350. 351. 352. 353. 354. 355. 356. 357. 358. 359. 360. 361. 362.
Terus semenjak di sini merasa sangat merindukan keluarga dan rumah nggak? Oh iya itu kak.
Subyek merasakan rindu dengan keluarga di rumah Æ rindu dengan adik – adiknya Æ ketika subyek sakit Itu kira – kira terjadi sering atau jarang? Itu terjadi ketika saya merasa kangen adik – adik saya. ingat mamanya Æ menimbulkan rasa Saya merasa sedih aja sih kalau ingat mama, misalnya sedih bagi subyek. saya sakit terus ingat mama gitu. Tapi ya ga terlalu sering si ya karena di sini juga kan banyak kegiatan, kuliah, tugas – tugas gitu. Terus kalau rasa rindunya itu sendiri sebenarnya mengganggu ga si buat aktivitasmu? Pernah nggak merasakan rindu yang sampai bikin nggak bisa tidur, nggak niat mau ngapa – ngapain. Belum pernah si kak kalau gitu. Kemudian merasakan ada perubahan nafsu makan/minum dan pola tidur semenjak tinggal di Yogyakarta? Itu bangun lebih awal, minum dan makan juga lebih banyak karena ketika saya sudah tidak memiliki beban ya saya jadi lebih bahagia, lebih suka makan gitu kak. Kemudian pernah mengalami masalah dengan kesehatan seperti flu, demam, diare dan lain – lain?
Subyek merasakan rindu dengan keluarga Æ ini merupakan gejala culture shock
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 152
363. 364. 365. 366. 367. 368. 369. 370. 371. 372. 373. 374. 375. 376. 377. 378. 379. 380. 381. 382. 383. 384. 385. 386. 387. 388. 389. 390.
Iya pernah kak Menjadi lebih sering atau sama saja ketika waktu tinggal di Papua? Emm..sama saja kak. Kemudian semenjak tinggal di Yogyakarta merasa berubah menjadi lebih bersihan tidak? Semisal tidak mau makan di pinggir jalan atau membersihkan kamar itu menjadi lebih sering? Oh itu tidak si kak, makan di pinggir jalan juga saya pernah, tidak masalah. Oke. Kemudian perasaan – perasaan negatif yang tadi kamu ceritain itu sebenarnya berdampak nggak sih buat aktivitasmu sehari – hari? Engga si kak, masih bisa di atasi, kalo misalnya masalah rindu sama orang tua. Kalau untuk masalah selain rindu sama orang tua itu berdampak untuk kehidupan sehari – hari? Kalau masalah lainnya iya si kak, sedikit berdampak, sempat aku nggak keluar rumah gitu waktu ada masalah yang sama mantanku tadi. Kalau kamu sendiri pernah merasakan ada masalah dengan teman – teman di sini? Emm dengan temaan – teman pernah. Itu masalahnya
Pernah mengalami masalah dengan
Subyek merasa tidak cocok dengan
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 153
391. 392. 393. 394. 395. 396. 397. 398. 399. 400. 401. 402. 403. 404. 405. 406. 407. 408. 409. 410. 411. 412. 413. 414. 415. 416. 417. 418.
soal ketidakcocokkan seperti waktu itu kan kita baru – baru aja, jadi saya harus beradaptasi dengan sifat – sifat mereka kan. Jadi ada ketidakcocokkan dengan mereka. Teman saya itu kan ada dari timur tu kak, tapi di itu ‘sok’. Saya tidak suka kalau ada orang ‘sok’ di depan saya. Dia itu ‘sok’, init u teman saya, sahabat saya. Jadi waktu itu dia itu marahin sahabat saya, kemudian saya juga bilang ke dia “ngapain kamu marahin teman saya” ya saya marahin lagi dia kak. Ya tapi kesini – kesini saya berpikir ngapain juga marah – marahan kan kita sudah besar harusnya pola pikirnya juga berkembang kak, akhirnya bisa dipecahkan sendiri. Kemudian ada nggak dampak akibat kejadian sama temanmu buat aktivitasmu sehari – hari? Dampaknya ada sih, saya jadi nggak enak gitu kak, kan pernah masalah. Untuk pertemananmu itu sendiri akhirnya udah bisa kembali lagi atau tidak? Udah bisa balik, sekarang saya sudah bisa bercanda lagi dengan mereka.
teman – temannya Æ subyek merasa tidak cocok dengan sifat temannya
sifat temannya Æ ini merupakan tahap crisis/culture shock
Subyek mengubah pola pikirnya Æ hubungan subyek dengan temannya dapat membaik kembali
Subyek mengubah pola pikirnya Æ ini merupakan tahap recovery
Subyek merasakan masalah dengan temannya tersebut berdampak baginya Æ subyek menjadi merasa tidak enak.
Pada akhirnya pertemanan subyek dapat kembali seperti semula.
Kemudian untuk perasaan tidak nyaman yang tadi kamu ceritain itu kamu alami berapa lama kira – kira? Subyek merasakan perasaan – Kalau masalah itu ya kira – kira sembilan bulanan
Pertemanan subyek dapat kembali seperti semula Æ ini merupakan tahap recovery
Subyek mengalami tahap
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 154
419. 420. 421. 422. 423. 424. 425. 426. 427. 428. 429. 430. 431. 432. 433. 434. 435. 436. 437. 438. 439. 440. 441. 442. 443. 444. 445. 446.
kak.
perasaan tidak nyaman tersebut selama sembilan bulan.
crisis/culture shock selama sembilan bulan
Subyek berusaha untuk mengatasi perasaan – perasaan tidak nyamanya tersebut Æ subyek merubah pola pikirnya
Subyek mulai merubah pola pikirnya Æ ini merupakan tahap recovery
Setelah setahun subyek tinggal di Yogyakarta subyek merasa sudah bisa mengatasi masalahnya.
Subyek mulai memasuki tahap recovery setelah setahun tinggal di Yogyakarta.
Oh gitu ya. Kemudian kamu sendiri ada usaha untuk mengatasi perasaan – perasaan tidak nyaman itu nggak? Ada kak. Lalu cara kamu mengatasinya itu bagaimana? Pertama ya saya berdoa dulu ya kak. Kemudian yang kedua itu ya saya merubah pola pikir saya sendiri kak. Agar saya bisa menjadi lebih baik, agar saya bisa menguatkan diri saya sendiri, ayo ayo kamu pasti bisa. Jadi saya lebih merubah diri saya sema gitu kak, saya berpikir jangan sampai ini semua membuat diri saya nggak maju. Saya mikir kan udah orang tua saya menyekolahkan jauh – jauh, kasian juga sama orang tua saya. Oke. Terus kamu sendiri kapan mulai merasa bisa mengatasi semuanya ini? Sekitar setahunan lah kak. Satu tahun setelah tinggal di sini ya? Iya kak Lalu yang kamu pikirkan pada saat itu apa saja ketika kamu menyadari ada perbedaan, lalu kamu mencoba untuk mengatasi masalah – masalah,
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 155
447. 448. 449. 450. 451. 452. 453. 454. 455. 456. 457. 458. 459. 460. 461. 462. 463. 464. 465. 466. 467. 468. 469. 470. 471. 472. 473. 474.
beradaptasi dengan perbedaan itu. Terus setelah itu yang kamu pikirkan apa saja? Yang saya pikirkan adalah emmm menunjukkan bahwa saya bisa. Saya menunjukkan ke oma saya bahw saya bisa mandiri tanpa bantuan dia. Kemudian saya menunjukkan ke teman – teman saya bahwa inilah diri saya, apa adanya saya agar saya bisa diterima oleh mereka. Dan puji tuhannya itu semua berhasil.
Subyek menunjukkan bahwa dirinya mampu Æ subyek menunjukkan ke omanya bahwa ia mampu mandiri Æ subyek menunjukkan ke teman – temannya dengan apa adanya dirinya Æ subyek merasa semua usahanya tersebut berhasil.
Subyek merasa semua usaha untuk mengatasi masalahnya berhasil Æ ini merupakan tahap recovery
Oke. Lalu bagaimana perasaanmu ketika kamu sudah bisa mengatasi semuanya? Pertama ya saya rasa syukur sama tuhan ya kak, karena kan karena Dia juga saya bisa mengatasi semuanya. Kemudian ya saya merasa senang dan bahagia kak.
Subyek sudah bisa mengatasi semua masalahnya Æ subyek bersyukur kepada tuhan Æ subyek merasa senang dan bahagia.
Subyek merasa senang dan bahagia karena sudah bisa mngatasi masalahnya Æ ini merupakan tahap adjustment
Subyek merasa sudah bisa mengatasi semua masalahnya Æ subyek merasa senang Æ subyek merasa sudah lebih baik
Subyek merasa sudah menjadi lebih baik Æ ini merupakan tahap adjustment
Senangnya itu kenapa? Senangnya itu ya karena saya sudah bisa mengatasi itu semua kak. Jadi saya sudah tidak stuck di belakang aja, saya sudah bisa lebih maju lagi walaupun selangkah demi selangkah kak. Hehehehe. Sudah lebih baik lah kak. Iya ya. Kemudian kamu sendiri sekarang merasa perasaanmu sudah lebih baik dari yang kemarin – kemarin? Iya, saya merasa sudah menjadi lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 156
475. 476. 477. 478. 479. 480. 481. 482. 483. 484. 485. 486. 487. 488. 489. 490. 491. 492. 493. 494. 495. 496. 497. 498. 499. 500. 501. 502.
Kenapa? Karena ya saya sudah bisa mengikhlaskan masalah – masalah yang kemarin sempat timbul. Kemudian saya juga sudah bisa beradaptasi dengan fakultas saya, farmasi. Saya sangat bersyukur sekarang saya sudah bisa beradaptasi dengan fakultas saya, kemudian saya bersyukur dengan teman – teman saya yang bisa menerima saya.
Subyek sudah bisa mengatasi masalahnya Æ subyek sudah mampu beradaptasi dengan fakultasnya Æ subyek merasa teman – temannya sudah bisa menerima dirinya Æ perasaan subyek sudah jauh lebih baik.
Oh gitu ya. Terus kamu bisa nggak menceritakan masalah – masalah yang kira – kira kamu alami di fakultas farmasi? Seperti emm pertama saya kaget dengan laporannya kak. Laporan kan kalau dulu semester satu itu kan praktikum terus ada laporannya. Laporan itu kan minjem kakak tingkat, dan saya kan memang minjem gitu kak tapi saya itu nggak tau kalau habis praktikum itu kan ada diskusi. Nah diskusi itu teman – teman yang nggak suka sama saya itu mereka tau kalau diskusi itu harus pelajari di bahasan kakak tingkat, tapi saya nggak pelajari. Saya pikir ah cuma praktikum doang. Akhirnya mereka itu ya bisa jawab, ternyata setelah saya pelajari itu oh ternyata mereka belajar dulu dari laporan pembahasan kakak tingkat itu. Terus mata kuliahnya, ada mata kuliah namanya itu kimia organik, itu susah sekali kak. Jadi saya bersyukur di semester empat ini mata kuliahnya sudah
Perasaan subyek sudah jauh lebih baik Æ ini merupakan tahap adjustment
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 157
503. 504. 505. 506. 507. 508. 509. 510. 511. 512. 513. 514. 515. 516. 517. 518. 519. 520. 521. 522. 523. 524. 525. 526. 527. 528. 529. 530.
tidak seribet itu. Lalu perasaan yang kamu rasakan saat ini seperti apa? Saat ini saya lagi sedikit bersedih kak, karena ada sedikit masalah pribadi kak. Lalu saat ini kamu sendiri sudah merasa nyaman tinggal di Yogyakarta? Iya kak. Kenapa? Karena Yogyakarta sudah menjadi bagian dari kehidupan saya. Pertama karena sahabat saya sudah seperti keluarga sendiri ya. Di kampus juga sudah merasa nyaman, udanh dekat. Jadi kampus sudah menjadi bagian dari hidup saya, lalu teman – teman di gereja juga sudah bagian dari hidup saya. Jadi saya sudah merasa nyaman sekali hidup di sini. (tersenyum)
Subyek merasa sudah memiliki sahabat yang seperti keluarganya sendiri Æ subyek merasa Yogyakarta sudah menjadi bagian dari hidupnya Æ subyek sudah merasa nyaman sekali tinggal di Yogyakarta.
Iya ya, sudah merasa senang ya hidup di sini? Iya kak. Lalu yang anda pikirkan tentang Yogyakarta saat ini seperti apa? Yang pasti Yogyakarta itu suatu tempat yang nyaman.
Subyek sudah merasa nyaman sekali tinggal di Yogyakarta Æ ini merupakan tahap adjustment
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 158
531. 532. 533. 534. 535. 536. 537. 538. 539. 540. 541. 542. 543. 544. 545. 546. 547. 548. 549. 550. 551. 552. 553. 554. 555. 556. 557. 558.
Oke. Untuk kemampuan bahasa Jawa Anda sendiri pada saat ini seperti apa? Sudah ada kemajuan sedikit kak. Hehe. Sudah mulai mengerti sedikit – sedikit bahasa Jawa. Lalu untuk saat ini kamu merasa sudah bisa menjalankan rutinitas dengan baik belum? Iya sudah kak.
Rutinitas subyek sudah dapat berjalan Ini merupakan tahap adjustment dengan baik.
Oke. Lalu untuk relasi mu sendiri di lingkungan yang baru ini sudah seperti apa? Untuk pertemanan, saya sudah lebih baik dan sudah lebih dekat.
Relasi subyek sudah lebih baik dan sudah lebih dekat.
Ini merupakan tahap adjustment
Terus untuk teman dekat atau sahabat itu sudah punya? Iya, tetapi kadang sahabat itu kan tidak sempurna, kadang mengecewakan juga, tapi saya berusaha untuk mengerti dan tidak mau terlalu berlama – lama kalau ada percekcokan.
Subyek sudah memiliki sahabat di Yogyakarta Æ walaupun terkadang terjadi perselisihan tetapi itu tidak berlangsung lama
Ini merupakan tahap adjustment
Oke. Untuk berteman dengan orang – orang yang berasal dari Jawa sudah bisa berteman dengan mereka? Iya, sudah bisa.
Subyek sudah mampu berteman dengan teman – teman yang berasal dari Jawa
Ini merupakan tahap adjustment
Apakah teman di lingkunganmu yang baru ini sudah cukup banyak?
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 159
559. 560. 561. 562. 563. 564. 565. 566. 567. 568. 569. 570. 571. 572. 573.
Iya sudah cukup banyak kak.
Subyek sudah memiliki cukup banyak teman.
Ini merupakan tahap adjustment
Setelah memasuki semester empat subyek merasa semuanya sudah menjadi jauh lebih baik.
Subyek memasuki tahap adjustment setelah dua tahun tinggal di Yogyakarta.
Sejak kapan kamu merasakan hal – hal seperti itu? Sejak saya semester ini kak. Oh berarti mulai semester empat ya? Iya kak, semester empat sudah mulai ‘seimbang’. Hehehehe. Oke viola, wawancara kita hari ini sudah selesai. Mungkin nanti apabila saya memerlukan informasi tambahan saya bisa menghubungi kamu lagi ya? Iya kak, dengan senang hati.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 160
Transkip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 4 (IF) BARIS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
VERBATIM Yang pertama mungkin bisa tolong diceritakan apa yang memotivasi kamu untuk melanjutkan studi di Yogyakarta? Mungkin kalau dari motivasi saya sendiri, memang di tempat saya itu sudah ada universitas. Tapi yang saya lihat mungkin di sana itu, sistem pembelajarannya itu saya rasa kurang. Jadi saya ingin mencoba pengalaman baru dengan kuliah di Jawa sini, siapa tau saya bisa menemukan cara belajar yang baik gitu kak. Selama ini mungkin di Jayapura mungkin, emm ya jujur – jujuran saja ya kak. Di sana itu kita budayanya masalah nyontek atau apapun itu biasa. Ketika saya di sini saya memang benar – benar merasa bagaimana eeee apa ya kalau kita itu di sini hidup sendiri itu rasanya bagaimana gitu. Jadi ketika di dalam perkuliahan pun saya rasa seperti itu. Gimana jadi kalau kita belajar, ataupu kerja tugas, ataupun ujian saja, nyontek itu biasa. Tapi ketika di sini itu saya rasa semuanya itu pada kerja sendiri. Dan di situ saya mulai berlatih bagaimana menghilangkan kebiasaan lama. Jadi alasan saya pindah ke sini itu seperti kak, untuk mencari pengalaman baru.
KODING AWAL
Oke. Terus kamu masih ingat nggak ketika pertama kali sampai di Yogyakarta itu perasaanmu seperti apa?
ANALISIS
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 161
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54.
Em yang pertama, perasaan saya mungkin istilahnya ‘wow’ gitu kak, oh ini yang namanya jogja. Jadi saya rasa bagaimana ya, wah istilahnya suasananya sudah beda gitu kak, tidak seperti di Papua. Mungkin kalau di Papua, saya lihatnya orang – orangnya kebanyakan hitam – hitam, kalau di sini saya lihat orangnya itu kan beda – beda gitu kak. Rata – rata ya sama, putih gimana gitu kak orang jawa. Jadi istilahnya awalnya itu ya saya juga terkejut, kaget gitu kak, tapi ya senang karena istilahnya saya bisa, kalau kata bahasa gaulnya ‘move on’. Hehehe. Jadi saya tidak hanya di Papua saja, saya juga bisa ke sini untuk mencari pengalaman baru gitu kak. Terus tadi kan kamu sebutin ada perasaan senang, nah boleh di deskripsiin nggak perasaan senangnya itu terkait dengan apa? Oke. Senang mungkin pertama karena saya bisa ke Jawa. Selama ini, seumur hidup saya pernah ke Jawa tapi itu ketika saya masih kecil, belum bisa merasakan bagaimana rasanya di Jawa gitu kan. Jadi ketika itu saya rasa akhirnya saya bisa ke Jawa. Kemudian saya melihat senang juga mungkin eeee ketika di sini saya dapat teman. Awalnya saya ragu, teman itu bisa bergaul dengan saya atau tidak, tapi kemudian saya berusaha dengan apa yang saya punya ternyata saya di senangi oleh teman saya juga. Jadi istilahnya saya merasa di sini bahwa oh ternyata saya juga dihargai di sini, tidak disingkirkan gitu. Jadi mereka bisa
Subyek merasa kaget ketika awal melihat suasana di Yogyakarta Æ subyek ingin mencari pengalaman baru di Yogyakarta Æ subyek merasa senang.
Subyek merasa senang ketika awal tiba di Yogyakarta Æ ini merupakan tahap honeymoon
Subyek merasa senang ketika mendapat kesempatan untuk pergi ke Jawa Æ subyek senang ketika ia mendapatkan teman di Yogyakarta Æ subyek senang karena di lingkungannya orangnya ramah – ramah
Subyek merasakan perasaan – perasaan senang terkait dengan kehidupan barunya di Yogyakarta Æ ini merupakan tahap honeymoon
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 162
55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82.
bersahabat dengan saya. Kemudian senang karena dari lingkungan orangnya itu ramah – ramah gitu. Jadi mungkin kalau di sana saya itu dulu kalau berbicara agak – agak kasar ketika di sini itu saya ketika berbicara itu belajar berbicara halus, karena di sini itu orang – orangnya sangat ramah. Jadi sekarang saya seperti itu. Oh oke. Lalu kesan awal ketika kamu tiba pertama kali di Yogyakarta itu seperti apa? Awalnya saya itu eeee gimana ya, saya menganggap bahwa dari apa yang saya dengar itu katanya Jogja itu kota pendidikan. Maksudnya banyak sekali universitas di sini katanya. Ketika saya datang ke sini, ternyata itu betul. Ketika dari bandara menuju ke tempat saya, saya melihat billboard yang ada tulisan – tulisan universitas apa gitu kak, kesan saya oh termyata di sini memang banyak universitas kan jadi saya rasanya memang betul apa yang dikatakan teman saya bahwa di sini itu kota pelajar itu benar sekali. Kemudian saya juga merasa lingkungannya itu enak. Mungkin kalau di bandingkan dengan Jayapura, mungkin keindahannya Jayapura. Tapi saya melihat di sini juga ada suasana tersendiri untuk saya. Kalau di sana saya merasa itu panas sekali, kalau di sini itu rasanya tidak terlalu panas gitu kak, jadi enak. Kesan saya seperti itu kak, seperti rumah kedua. Hehehe. Lebih ramai di Jogja atau di Papua?
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 163
83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110.
Sebenarnya kalau lebih ramai Jogja kak, tapi di Papua juga ramai tapi ya lebih ramai di sini. Oh gitu, oke. Lalu ketika pertama kali sampai di Yogyakarta yang kamu lakukan apa? Oke kebetulan saya lahir di Papua, dari kecil sampai SMA di Papua tapi ibu saya memiliki keluarga di Klaten. Jadi ketika saya pertama kali sampai saya harus berkunjung terlebih dahulu ke sana. Setelah itu saya tinggal beberpa lama di keluarga itu tinggal dulu di situ sambil nunggu insadha mulai. Baru beberapa hari kemudian baru ke kos. Jadi yang pertama kali kunjungi itu mereka. Oke. Terus ketika kamu sudah mulai tinggal di kos ada perubahan perasaan nggak? Misalnya dari yang tadinya antusias atau seneng terus tiba – tiba merasa harus sendirian di sini? Wah, banget kak. Jadi saya cerita itu sepert ini. Ketika masuk ke kos, awalnya mungkin seneng, ya bisa ngerasa juga si awalnya mungkin wah kayanya enak gitu. Tetapi lama kelamaan di situ mungkin di kos saya, saya belum mendapatkan teman. Mereka cenderung orangnya itu individual gitu kak, mereka hanya keluar untuk memenuhi kebutuhan mereka, habis itu mereka ya masuk kamar gitu kak. Agak kurang untuk berinteraksi, dan teman sebaya saya itu belum ada. Jadi ketika saya di kos itu ya saya
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 164
111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138.
memang merasa sendiri. Pagi bangun nonton sebentar, turun sebentar cari makan, habis itu naik lagi, nonton lagi, tidur lagi, mandi, seperti itu terus, besoknya keulang lai. Ya lama kelamaan jujur saja saya sempat juga menangis, karena saya juga merasa aduh kenapa saya sendirian di sini. Padahal kalau di sana mungkin sama keluarga ramai. Kemudian waktu itu saya telpon orang tua saya, saya cerita seperti itu kemudian orang tua saya bilang “tidak papa itu resiko, kamu hidup sendirian di sini cari pengalaman itu seperti itu”. Oke dari situ saya mulai mencoba, istilahnya apa ya, kuat seperti itu sambil kelamaan di kos itu sudah mulai penuh dengan teman – teman sebaya, kami mulai berteman. Nah dari situ saya sudah bisa mulai senang lagi. Oke. Sebelumnya nih yang tadi kan kamu sempat merasakan ada perasaan senang terlebih dahulu ya, nah perasaan senangnya itu bertahan berapa lama? Senang itu saya merasa mungkin hampir satu semester saya senang. Tapi lama kelamaan saya mulai merasa teman saya yang tadinya dekat dengan saya di kost itu, ketika ada teman baru dia jadi lebih sering sama sama dia dan saya tidak diajak gitu kan. Jadi ngerasanya sepi, walaupun saya punya teman farmasi, tapi kan kost mereka lebih jauh. Kalau saya sih yang lebih dekat dengan saya ya mereka, yang satu kost
Subyek merasa sendirian di Yogyakarta Æ subyek merasa sedih Subyek menceritakan apa yang dirasakannya kepada orang tuanya Æ orang tuanya memberikan motivasi Æ subyek berusaha merubah pola pikirnya Æ subyek mendapatkan teman Æ subyek kembali merasa senang lagi
Subyek merasakan perasaan senang selama satu semester Æ subyek merasa kehilangan teman dekatnya
Subyek mulai merasakan sedih karena merasa sendirian Æ ini merupakan tahap crisis/culture shock Subyek dapat merasa senang lagi ketika sudah mendapatkan teman baru Æ ini merupakan bagian dari tahap recovery
Tahap honeymoon dirasakan subyek selama satu semester.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 165
139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157. 158. 159. 160. 161. 162. 163. 164. 165. 166.
dengan saya. Jadi kemudian setelah itu saya mulai diajak teman saya yang farmasi untuk mengontrak. Oya boleh, akhirnya sekarang saya ngontrak. Oh gitu, oke. Terus perasaan kamu sendiri ketika kamu harus tinggal terpisah dari orang tua seperti apa? Dulu itu saya itu orangnya itu agak gimana ya, emm pengen tinggal di Jogja cepat – cepat, pengen sendiri. Mungkin saya di sana di suruh nyapu lah, di suruh ini itu kan saya malas ya. Jujur saya itu dulu orangnya pemalas. Kemudian saya pengen cepat – cepat ke jogja. Tapi yang masih saya ingat dari kata mamah saya dan nenek saya itu begini “nanti kamu tinggal di jogja lama, mumpung kamu belum di jogja senang – senanglah dulu dengan adek – adekmu” mungkin dulu itu aku kalau di dekat adek – adekku itu sering marah gitu kak, pengennya itu bebas. Oke, mungkin dulu ketika dengar begitu ya tenang, tapi kemudian ya saya biasa lagi. Sifat seperti saya tadi kesal itu ya keluar lagi. Ketika saya di jogja awal – awal itu saya sempat berpikir wah senang akhirnya saya tinggal sendiri, tapi lama kelamaan ya seperti yang tadi saya cerita. Saya merasa sendiri, ternyata itu tidak enak, makan di sini cari sendiri kalau di sana mungkin saya tinggal makan. Pakaian kotor ada yang nyuciin, di sini saya cuci sendiri. Di situ sudah mulai wah sesuatu sekali, sudah mulai terasa sekali kak.
Awalnya subyek merasa senang tinggal di Yogyakarta Æ kemudian subyek mulai merasakan bahwa tinggal terpisah dengan orang tua tidak menyenangkan Æ subyek merasa sendirian
Subyek beralih dari tahap honeymoon Æ subyek memasuki tahap crisis/culture shock
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 166
167. 168. 169. 170. 171. 172. 173. 174. 175. 176. 177. 178. 179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194.
Oke. Terus udah kayak gitu, dengan budaya yang berbeda juga kamu sendiri ngerasain ada hal – hal apa saja yang berbeda antara ketika kamu tinggal di Papua dan di Yogyakarta? Oke kalau di bilang ada yang berbeda mungkin pertama dari bahasa. Mungkin kita di sana tu bahasanya seperti kalau kita bilang saya itu ‘sa’, mungkin di sini kita banyak pakainya bahasa Jawa. Lama kelamaan saya harus menyesuaikan diri dengan keadaan di sini, saya mulai sedikit – sedikit belajar bahsa Jawa, cara ngomongnya gimana, walaupun belum terlalu bisa ya tapi belajar aja. Hahaha. Walaupun mungkin di sini juga masih ada beberapa teman yang belum bisa bahasa Jawa tapi mereka juga kebanyakan memakai seperti aku, kamu gitu gitu. Jadi saya juga mulai coba ikut – ikut lagi, mulai bahasa saya itu seperti mereka. Mungkin yang saya rasakan berbeda itu ya bahasa. Terus mungkin lingkungannya juga mungkin setelah kuliah kan ini kita mungkin tinggalnya paingan kan di desa, jadi saya rasa ini tu enak juga walaupun jauh dari desa mungkin di sini makan juga ada, kebutuhan – kebutuhan juga ada seperti di kota. Mungkin itu kalau suasana tempat tinggal juga, mungkin kalau di sana saya tinggalnya di kota. Ya gimana ya mungkin agak sedikit berbeda karena kan ya namanya orang tinggal di kota dan di desa itu kan perbedaannya ada. jadi saya rasa lebih
Subyek merasakan perbedaan dalam segi bahasa Æ subyek merasa harus menyesuaikan diri dengan keadaan di Yogyakarta
Ini merupakan tahap crisis/culture shock
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 167
195. 196. 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203. 204. 205. 206. 207. 208. 209. 210. 211. 212. 213. 214. 215. 216. 217. 218. 219. 220. 221. 222.
enak, lebih tenang, jadi ya konsentrasi untuk ke kuliah juga ada. kalau di sana kan mungkin saya tinggal bersama orang tua, terus bayak adik – adik ganggu gitu. Seperti itu kak. Oh oke. Terus terkait dengan perbedaan tadi, itu kan dari segi bahasanya ya. Kalau dari segi kebiasaan mungkin ada perbedaan nggak antara di Yogyakarta dan di Papua? Kebiasaan ya, kalau kebiasaan di sana mungkin, emm kalau di sana itu cara orang berinteraksi itu kasar. Saya bilang kasar itu karena kita di sana itu dari nada suara saja itu udah kasar, maksudnya itu sudah keras. Kemudian dari nada juga, terus kadang – kadang juga mengeluarkan kata – kata yang tidak baik. Kalau di sini itu saya merasa orang itu memang kita harus benar – benar menyesuaikan diri, karena di sini itu memang cenderung halus. Dan ibu saya juga bilang kalau kamu di Jawa, cara ngomongnya itu di sesuaikan karena mereka itu berbeda. Begitu kak. Oke. Terus terkait beda tadi kamu sendiri pernah nggak sih merasa nggak nyaman karena adanya perbedaan tersebut? Iya iya, mungkin dulu waktu pertama – tama. Sebenarnya saya sendiri sudah belajar untuk menyesuaikan tapi ketika saya sudah terlalu senang, mungkin bahasa saya di sana, logat saya itu keluar.
Ini merupakan tahap crisis/culture Subyek merasa cara berbicara di Papua cenderung lebih kasar Æ orang shock. – orang di Yogyakarta cenderung halus Æ subyek merasa benar – benar harus menyesuaikan diri, terutama cara bicaranya
Saat pertama subyek tinggal di Yogyakarta subyek merasa tidak mengerti bahasa Jawa yang digunakan temannya Æ temannya juga tidak dapat mengerti dengan bahasa yang subyek gunakan Æ
Ini merupakan tahap crisis/culture shock
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 168
223. 224. 225. 226. 227. 228. 229. 230. 231. 232. 233. 234. 235. 236. 237. 238. 239. 240. 241. 242. 243. 244. 245. 246. 247. 248. 249. 250.
Kadang – kadang teman saya itu seperti yang itu apa gitu kan. Begitu juga dengan saya, waktu insadha itu mayoritas di kelompok saya itu menggunakan bahasa Jawa gitu kan. Jadi kadang – kadang mereka kalau berbicara menggunakan bahasa jawa, mengeluarkan satu kata dan saya tidak mengerti kata itu, ya saya cuma bisa diam gitu. Apalagi kalau ditanyakan ke saya ya paling saya diam dan senyum – senyum. Kalau begitu ya biasanya saya paling tanyakan itu artinya apa. Lalu yang ada di pemikiran kamu ketika kamu melihat perbedaan – perbedaan itu sendiri seperti apa? Emm yang dari pemikiran saya dari perbedaan – perbedaan itu ya memang kita, apalagi dari masing – masing daerah itu kan perbedaan – perbedaan itu kan pasti ada. Ketika disatukan perbedaan itu juga tetap masih ada, kalau dari saya si itu tergantung bagaimana orangnya. Jadi, kalau dia melihat seperti itu ketika itu dia tinggal dimana. Dia harus bisa menyesuaikan keadaan di situ. Walaupun di daerah dia itu tidak seperti itu, walalupun berbeda tetapi dia itu harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan di situ. Jadi dengan lingkungannya, kalau dari saya begitu kak. Kalau untuk saya mungkin seperti yang saya bilang tadi ketika ada satu kata yang tidak saya mengerti dan dosen ada yang mengatakan satu kata
subyek merasa tidak nyaman karena ada perbedaan bahasa tersebut Subyek tidak mengerti bahasa Jawa Æ subyek biasanya hanya diam ketika temannya menggunakan bahasa Jawa
Ini merupakan tahap crisis/culture shock
Subyek merasakan perbedaan – perbedaan antara Papua dan Yogyakarta Æ subyek merasa harus menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya
Ini merupakan tahap recovery
Ini merupakan tahap crisis/culture Ada beberapa dosen yang menggunakan bahasa Jawa Æ subyek shock merasa bingung untuk dapat mengerti
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 169
251. 252. 253. 254. 255. 256. 257. 258. 259. 260. 261. 262. 263. 264. 265. 266. 267. 268. 269. 270. 271. 272. 273. 274. 275. 276. 277. 278.
gitu. Dia kadang menggunakan bahasa Jawa dan dia juga tidak mengerti bahasa Indonesianya, ketika di lempar ke kita, kita juga tidak tau. Kadang aku juga mungkin berpikir aduh itu artinya apa, kadang juga mungkin teman – teman yang dari Jawa asli mungkin dia nangkap itu maksudnya gini, secara garis besar itu begini.
maksudnya
Oh gitu ya. Mungkin terus pada saat itu kamu merasa tidak kosnsentrasi mu untuk menangkap pelajaran menjadi terhambat karena adanya perbedaan bahasa tadi tidak? Kalau sejauh ini untuk bahasa mungkin belum terasa begitu pengaruh untuk konsentrasi saya. Terus perbedaan bahasa itu sendiri menghambat mu untuk berteman dengan teman – teman yang dari Jawa atau tidak? Ah iya itu kak. Terkadang gini kak, kalau mungkin teman yang dari luar juga ketika di sini mungkin mereka menggunakan bahasa Indonesia juga seperti saya, kamu. Tapi itu mungkin saya masih bisa masuk ke dalam pun masih bisa akrab. Tetapi ketika mau masuk ke teman yang memakai bahasa Jawa banget gitu kak, mereka kalau sudah berkumpul dengan teman – teman ya menggunakan bahasa Jawa. Itu aku bener – bener bingung kan, kadang aku pengen ikut gabung bersama mereka, tapi aku mau coba itu susah,
Ini merupakan tahap crisis/culture Subyek ingin bergabung dengan teman – teman yang berasal dari Jawa shock Æ teman – temannya banyak menggunakan bahasa Jawa Æ subyek tidak bisa bahasa Jawa Æ subyek ingin belajar Æ terkadang temannya
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 170
279. 280. 281. 282. 283. 284. 285. 286. 287. 288. 289. 290. 291. 292. 293. 294. 295. 296. 297. 298. 299. 300. 301. 302. 303. 304. 305. 306.
jadi kadang itu ya aku malu kak. Ketika saya mau mencoba gabung dengan mereka, mau mencoba belajar bahasa Jawa dengan mereka nanti mereka tertawakan karena logat saya mungkin dari kata – katanya itu kurang pas. Kadang – kadang saya juga merasa agak minder begitu, tetapi ketika mereka yang terlebih dahulu mengajak saya berbicara menggunakan bahasa Indonesia ya pasti saya balas. Ya tapi kalau itu si tidak istilahnya tidak membuat saya tidak ingin berteman dengan mereka, saya tetap mau berteman dengan mereka. Hanya kadang – kadang kalau di situ saya juga tidak bisa menjawab mungkin saya cuma mendengar dan diam, oh maksudnya itu kata ini itu gini gini gitu. Ya masih beajar terus gitu kak. Terus kan perbedaan – perbedaan itu menimbulkan rasa tidak nyaman buatmu, kemudian rasa tidak nyaman itu berpengaruh nggak sih untuk aktivitasmu sehari – hari? Iya, kalau saya mungkin yang saya rasa mungkin ada perasaan seperti itu tentunya. Sekarang kan saya ikut kepanitiaan insadha seksi keamanan, terus kemarin kita kan baru makrab. Terus mereka itu kalau berkumpul itu kan menggunakan bahasa Jawa, nah itu jadi seperti tadi kak. Jadi itu yang menghambat saya untuk bisa berinteraksi banyak dengan mereka. Soalnya kalau aku pake bahasa Jawa itu takut gimana
menertawakan karena logat yang kurang pas Æ subyek menjadi mindet dan malu untuk bergabung
Subyek masih ingin berteman dengan mereka Æ subyek terkadang hanya diam dan mendengarkan Æ subyek masih terus belajar bahasa Jawa
Ini merupakan bagian dari tahap recovery
Ini merupakan tahap crisis/culture Temannya yang berasal dari Jawa shock. ketika berkumpul banyak menggunakan bahasa Jawa Æ subyek ingin bergabung dengan mereka, tetapi subyek takut kalau
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 171
307. 308. 309. 310. 311. 312. 313. 314. 315. 316. 317. 318. 319. 320. 321. 322. 323. 324. 325. 326. 327. 328. 329. 330. 331. 332. 333. 334.
ya agak – agak aneh. Mereka kan sudah asik menggunakan bahasa Jawa, bisa melucu lagi kan. Kepengen sebenarnya gitu, jadi ya kalau untuk menghambat aktivitas saya untuk kepanitiaan ya seperti itu kak. Kalau untuk sehari – hari tidak juga kak. Mungkin ada teman saya juga yang istilahnya tidak sama sekali mengerti bahasa Jawa. Jadi tuh saya masih merasa ya gak papalah, teman saya juga ada yang tidak mengerti, saya juga masih belum mengerti. Jadi kita masih sama – sama belajar, tapi kalau untuk saat ini tidak ada masalah karena teman – teman saya juga masih ada yang menggunakan bahasa Indonesia.
menggunakan bahasa Jawa agak aneh Æsubyek merasa interaksinya menjadi terhambat
Di aktivitas sehari – harinya subyek tidak merasa terhambat Æ karena banyak temannya yang juga menggunakan bahasa Indonesia
Emm iya ya. Kemudian karena perbedaan bahasa itu tadi jadi memicu kamu untuk terus berteman dengan teman – teman yang sama – sama berasal dari Papua juga karena lebih dimengerti. Ada perasaan seperti itu mungkin? Kalau saya mungkin justru terbalik kak. Jadi begini, saya merasa dari kecil sampai SMA itu merasa berteman dengan orang – orang Papua karena memang dulu hidup di sana. Kadang saya melihat banyak sekali kesalahan dalam cara mereka berteman gitu kan. Dari bahasa lah, dari inilah, dari sikap mereka, mungkin banyak yang tidak baik. Jadi saya juga ketika di sini mencoba berteman dengan teman yang bukan berasal dari Papua dan saya rasa itu memang ada perbedaan sekali. Kalau di sana itu kan
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 172
335. 336. 337. 338. 339. 340. 341. 342. 343. 344. 345. 346. 347. 348. 349. 350. 351. 352. 353. 354. 355. 356. 357. 358. 359. 360. 361. 362.
cepat sekali emosi, ngomong sedikit saja itu sudah mulai wah, mulai maki lah, mulai berantem, seperti itu. Kalau di sini mungkin saya merasa orangnya tidak seperti sekarang. Umpama aja contohnya kayak gini kak, eeemm kalau di sana teman saya pinjam uang, pinjam uang itu dia bilang nanti ganti. Tapi ketika kita minta itu malah nggak diganti itu loh. Kalau di sini mungkin yang selama ini saya rasa mereka bisa dipercaya. Jadi karena mungkin lingkungan saya di Paingan sini, mayoritas orang Papuanya sedikit. Jadi mungkin saya terbiasa berteman dengan orang yang bukan berasal dari daerah saya. Nah nanti ketika kita ada ngumpul – ngumpul, mungkin pusatnya itu di babarsari situ ya kak, teman – teman saya banyak di babarsari. Nah itu kalau kita sedang ngumpul – ngumpul berbicara Papua itu gimana, ya seperti biasa lah seperti hal nya kita di Papua. Tapi kadang – kadang kalau sudah ke sana lagi yang membuat menghambat saya itu bahasa lagi. Jadi sudah terbiasa pake bahasa seperti ini, jadi kagok lagi gitu kak. Jadi kadang – kadang biasa pake logat tiba – tiba meleset ke bahasa Jawa, jadi ditertawakan. Hahahaha kadang – kadang suka begitu. Oke. Terus kamu sendiri mulai menyadari ada perbedaan lalu muncul perasaan – perasaan tidak nyaman itu kapan? Oh mungkin iya, mulai dari dulu itu saya sudah mulai
Sampai sekarang subyek masih
Ini merupakan tahap crisis/culture
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 173
363. 364. 365. 366. 367. 368. 369. 370. 371. 372. 373. 374. 375. 376. 377. 378. 379. 380. 381. 382. 383. 384. 385. 386. 387. 388. 389. 390.
merasakan seperti itu. Jadi sampai sekarang pun masih ada rasa – rasa begitu kak, seperti yang saya bilang tadi yang seperti saya makrab itu pun masih ada. Sudah mulai – mulai muncul lagi masalah seperti itu, tapi kan kembali ke orangnya kan kak. Kalau saya ini orangnya suka berteman, saya berusaha jangan hanya gara – gara bahasa saya jadi tidak bisa berteman sama orang lain gitu kak. Berarti itu kadang muncul kadang tidak ya? Iya kak, jadi kadang perasaan itu muncul lalu kemudian saya bisa meredam lagi, nanti muncul lagi. Seperti itu kak tidak menentu. Hahahaha.
merasakan ada perasaan tidak nyaman
shock
Subyek merasa perasaan tidak nyamannya sering muncul Æ subyek berusaha untuk meredam Æ tapi kemudian muncul lagi
Ini merupakan tahap crisis/culture shock
Oh seperti itu ya. Kemudian kamu pernah merasa sedih karena merasa sendirian, terasingkan di Yogyakarta? Sedih dan terasingkan. Ya itu mungkin, kalau merasa Subyek merasa sendirian di kos sendiri itu mungkin ketika saya di kos lama. Yang tadi lamanya Æ subyek menjadi merasa saya bilang, awal – awal ada teman sebaya kemudian sedih dan terasingkan teman saya pindah yang ada tinggal angkatan – angkatan atas. Jadi saya rasa macam tidak ada teman begitu, jadi mungkin ketika itu ya paling saya bertemannya dengan teman – teman farmasi. Jadi saya ke mereka, tapi ya istilahnya seperti itu, jauh juga kan jadi kadang – kadang malas. Kalau malas ya paling di kos aja, nonton, ya gitu – gitu aja si kak.
Ini merupakan gejala dari culture shock
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 174
391. 392. 393. 394. 395. 396. 397. 398. 399. 400. 401. 402. 403. 404. 405. 406. 407. 408. 409. 410. 411. 412. 413. 414. 415. 416. 417. 418.
Terus kamu pernah nggak merasa tidak mampu untuk berbicara dan mengerti bahasa yang digunakan oleh orang –orang sekitar? Emm pernah. Soalnya saya bisa mengerti beberapa kata kalau orang berbicara menggunakan bahasa Jawa, tetapi saya tidak terlalu mengerti dengan bahasa Jawa yang terlalu halus gitu kak. Kan ada kan bahasa Jawa yang biasa, terus ada yang kalau ngomong sama orang tua itu halus. Kadang – kadang juga ada kata – kata yang masih asing. Belum pernah saya dengar, kadang – kadang mungkin kalau dari awal kalimat sudah disambung gitu langsung bingungkan itu maknanya kemana gitu kan. Jadi kadang – kadang kalau kaya gitu aku langsung diem, nggak tau, bingung kak.
Subyek pernah merasa tidak mampu mengerti bahasa yang digunakan oleh orang – orang sekitar Æ terutama bahasa Jawa yang masih asing Æ subyek merasa bingung dan biasanya langsung diem
Oh iya bingung ya. Terus ada nggak ketakutan untuk melakukan kontak fisiki dengan orang – orang di sini? Pernah. Saya pernah ada dulu waku itu kan di angkringan. Kebetulan waktu di kos lama itu kan saya suka ke angkringan. Wah orang – orang di situ kalau ngomongnya juga itu istilahnya kalau dalam pengertian saya itu sudah berlebihan. Tapi menurut saya masih ada yang lebih berlebihan lagi di daerah saya gitu kan. Ketika itu mungkin sudah pernah mengalami hal itu mungkin di daerah saya, ketika saya menanggapinya lagi saya agak – agak menahan
Ini merupakan gejala dari culture shock
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 175
419. 420. 421. 422. 423. 424. 425. 426. 427. 428. 429. 430. 431. 432. 433. 434. 435. 436. 437. 438. 439. 440. 441. 442. 443. 444. 445. 446.
diri. Saya harus, coba ketika saya ingin membalas candaan itu. Saya harus, emm sekali lagi dari bahasa, saya harus menggunakana bahasa apa. Walaupun dia menyindir aku berlebihan, aku ingin membalas dia, tapi jangan sampai kata yang aku keluarkan itu lebih membuat dia tidak suka. Kalau yang saya rasakan sih seperti itu, jadi aku berpikir dulu apa yang mau aku keluarin untuk ngomong ke dia kan. Kadang – kadang orang itu kan bedanya itu orang yang ngomong refleks langsung gitukan dengan orang ngomong yang dipikir dulu itu akan beda rasanya. Jadi kalau yang langsung ngomong aja itu kan semacam takut, takut juga kan kalau nanti yang di sana tersinggung sekali gitu kan. Kalau di sana saya tidak terlalu takut karena memang kebiasaannya seperti itu, tapi siapa tau kalau buat aku ke dia itu nanti dia perasaannya beda, lebih sensitif sekali gitu. Pernah merasa tidak aman merasa takut yang berlebihan kayak takut dijahatin, takut dirampok, seperti itu ada? Ada, awalnya itu saya takut karena dulu waktu di kos lama mungkin bapak kosnya itu di Jakarta, jadi tidak ada yang jaga, pintu kos pun tidak dikunci. Saya mungkin takut, mungkin motor, mungkin ada orang jahat yang naik ke atas kamarku terus macam-macam dan setelah itu kelamaan saya merasa aman-aman saja. Terus ada lagi konflik yang, kasus orang papua
Ini merupakan gejala dari culture Subyek pernah merasa segan untuk melakukan kontak dengan orang – shock orang di sini Æ subyek sangat berhati – hati dalam berkata takut menyinggung apabila berkata refleks
Subyek mendengar konflik yang
Ini merupakan gejala culture shock
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 176
447. 448. 449. 450. 451. 452. 453. 454. 455. 456. 457. 458. 459. 460. 461. 462. 463. 464. 465. 466. 467. 468. 469. 470. 471. 472. 473. 474.
di babarsari jadi saya mulai takut lagi, takut ketika saya jalan mungkin mereka kalau mereka mulai membabi buta siapapun bisa kena gitu semuanya. Terus yang baru-baru ini juga yang membuat saya mulai takut lagi masalah tidak aman disitu karena baru-baru ini laptop sama hp saya hilang dicuri dan ternyata ya memang mungkin, kalau menurut saya mungkin lagi musiman atau gimana karena banyak yang hilang juga kan. Udah gitu mulai ketika saya bilang sama orang tua saya, disuruh hati-hatilah. Jadi kan saya mulai mucul rasa takut lagi kan, mulai waspada lagi buat semuanya. Jadi yang dulunya mungkin keluar kamar, kamar ngga usah dikunci, tutup aja gitu kan. Jadi sekarang harus dikunci semua. Terus merasa ada perubahan tempramen ngga, sempat despresi atau merasa menderita disini, lemah gitu. Ada merasa seperti itu atau tidak? Kalau temparamen itu, kalau untuk saya itu mungkin hanya ini saja ka lebih ke masalah kuliah. Saya rasa, walaupun saya tau di masing-masing fakultas mempunyai kesulitan masing-masing. Tapi kalau untuk saya sendiri misalnya farmasi tuh, wah istilahnya menyita waktu banyak, udah kuliah sampai sore, belum lagi ada tugas seperti itu kan. Kalau ketika, saya tidak mempunyai cukup waktu untuk mengerjakan tugas itu dan ketika itu tugas itu harus dikumpulkan, itu kadang-kadang mulai tempramen
terjadi pada orang Papua di daerah babarsari Æ subyek merasa takut Æ subyek mengalami kehilangan di Yogyakarta Æ subyek menjadi takut dan merasa tidak aman tinggal di Yogyakarata
Subyek merasa kuliah di farmasi memerlukan waktu yang banyak Æ apabila subyek tidak bisa mengatur waktu subyek tidak memiliki waktu
Ini bukan gejala dari culture shock karena perubahan tempramen disebabkan oleh aktivitas kuliahnya, bukan karena unsur budaya yang
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 177
475. 476. 477. 478. 479. 480. 481. 482. 483. 484. 485. 486. 487. 488. 489. 490. 491. 492. 493. 494. 495. 496. 497. 498. 499. 500. 501. 502.
saya pun mulai naik. Jadi karena ada perasaan takut dan emosi itu mungkin aku berpikir kenapa aku ngga kerja dari kemarin-kemarin kan seperti itu kan orang ya. Kalau menderita itu paling akhir bulan ka hahaha. Kalau saya, kalau merasa lemah gimana ya. Aku merasa lemah itu ketika seandainya aku telponan sama orang tua, kemudian saya mendengar disana itu ada masalah, cuma saya merasa lemah gitu. Saya langsung tiba-tiba mendadak lemah gitu. Jadi kalau saya hidup di dunia ini tuh saya berusaha untuk kuat, soalnya kalau hidup disini kita misalkan lemah, itu kita bisa-bisa ditindas sama orang lain gitu loh. Aku mikirnya seperti itu, jadi aku disini belajar untuk kuat, lebih kuat lagi karena hidup jauh dari orang tua.
yang cukup Æ ini menimbulkan perubahan tempramen dalam diri subyek
Mudah tersinggung, cepat kesal dan cepat marah. Merasa disini lebih seperti itu dibandingkan di papua atau malah disini jusru lebih baik? Kalau di papua sana memang saya juga orangnya cepat tersinggung , karena kalau teman saya ledekanledekannya tuh isinya masuk ke hati sekali. Kalau disini itu mungkin kadang-kadang ada yang seperti itu tapi gimana ya, sekali lagi kan saya menyesuaikan diri dengan ligkungan, saya bukan di lingkungan papua, kalau di papua mungkin saya bertindak lebih mungkin bisa, kalau disini saya menjaga diri saya, karena saya disini juga orang baru , ya pendatanglah. Jadi kalau ketika saya macam-macam akibatnya untuk saya itu
dirasakan.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 178
503. 504. 505. 506. 507. 508. 509. 510. 511. 512. 513. 514. 515. 516. 517. 518. 519. 520. 521. 522. 523. 524. 525. 526. 527. 528. 529. 530.
apa gitu kan. Kalau disana mungkin masih ada yang bisa membantu saya, kalau disini kan istilahnya gimana ya, istilahnya benar-benar sendiri gitu kan. Jadi, kalu untuk hal-hal seperti itu mungkin, kalau disini mungkin masih agak bisa diredam meski kurang. Kalau disana wah ini sekali langsung. Pernah merasa sulit untuk berkonsentrasi dan tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah yang sebenarnya sepele? Terkadang ka, mungkin itu beberapa faktor untuk saya. Mungkin faktor-faktornya seperti ketika kita lelah , kalau lelah sekali. Contoh gampangnya saja mba, kalau misalnya mungkin dalam pelajaran, contoh kemarin tuh statistik, sebenarnya itu kan hari selasa, selasa tuh dari pagi jam7 terus sampai jam 3 tuh ngitung terus gitu kan. Terus statistiknya itu mulai dari jam 4 sampai jam 6 karena memang praktiknya sudah melelahkan, istirahatnya kurang juga langsung kuliah, jadi ketik duduk menghadapi pelajaran untuk menyelesaikan topik hari itu, itu jadi kaya susah padahal kemarin-kemarin itu topiknya sama tapi ketika diulang gitu kan langsung merasa tidak tahu sama sekali. Padahal kemarin-kemarin tuh kita tahu, jadi mungkin faktor-faktor seperti itu membuat saya susah untuk menyelesaikan masalah-masalah kaya gitu. Kalau diluar kuliah pun sama, mungkin ada suatu masalah terus ketika itu kita ada masalah baru
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 179
531. 532. 533. 534. 535. 536. 537. 538. 539. 540. 541. 542. 543. 544. 545. 546. 547. 548. 549. 550. 551. 552. 553. 554. 555. 556. 557. 558.
lagi jadinya kita merasa masalah yang itu tuh mau kita selesaikan tapi masalah yang datang itu harus diselesaikan dulu, jadi kaya terhambat. Faktor kelelahan, kondisi tubuh juga saya rasa mempengaruhi sekali. Di Jogjakarta merasa kehilangan dirimu seperti di Papua ngga, aku orangnya seperti ini terus di Jogjakarta berubah jadi seperti apa? Ya, merasa. Mungkin kalau saya di Papua itu, kalau yang kehilangan itu negatifnya. Kalau disini itu yang ada positifnya. Yang kehilangan negatifnya itu, kalau disana itu saya pemalas, tapi ketika disini saya rajin gitu, itu mungkin kalau dibilang suatu kehilangan mungkin kehilangan ka. Tapi kalau untuk dihilangin lagi janganlah. Terus kalau kehilangan mungkin cara berbicara saya, saya dulu kan orangnya kalau ngomong pakai logat sukanya cepet gitu kan, cepatcepea lalu teman-teman langsung tertawa, bercandabecanda gitu. Nah ketika disini kan saya harus menyesuaikan bahasa, jadi ketika saya ngomong memakai bahasa disini belum tentu mereka merasa lucu, saya merasa kehilangan sekali cara-cara berbicara saya enak gitu loh, disini langusung berubah kan seperti kalau kembali dengan teman-teman jadi canggung lagi cara ngomongnya. Disini pernah merasakan kurang percaya diri atau
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 180
559. 560. 561. 562. 563. 564. 565. 566. 567. 568. 569. 570. 571. 572. 573. 574. 575. 576. 577. 578. 579. 580. 581. 582. 583. 584. 585. 586.
malah justru pede-pede aja disini? Awalnya pernah, satu mungkin waktu kesini itu saya rasa jangan-jangan saya orang papua disini sendiri, terus saya lihat mungkin dari kulit saya hitam sendiri kan. Kadang-kadang mungkin ketika itu terus saya asalnya dari papua, terus ketika saya harus berbicara dengan teman-teman saya yang asalnya dari jogja ataupun Palembang dan lain-lain. Itu saya takutnya mereka ngga menghargai saya, mereka tidak percaya, mungkin mereka punya pemikiran seperti ini “ah ngapaidengar dia orang Papua, orang Papua tidak tau apa – apa” seperti itu. Mungkin saya sempat berpikir seperti itu, tapi mungkin saya mencoba kan bicara dengan apa yang saya miliki saya berbicara. Ternyata teman – teman saya menghargai, mulai dari situ saya mulai percaya diri. Percaya diri saya mulai bangkit, tidak merasa seperti yang saya bilang tadi. Dan kemudian saya mulai berpikir, mungkin bukan hanya saya yang merasa seperti itu. Teman – teman lain yang berasal dari luar Jawa mungkin juga akan merasakan hal yang seperti itu. Jadi di sini saya intinya dibawa santai, kemudian cara berinteraksi harus saya jaga supaya mereka itu menghargai saya. Sebab itu yang membuat saya PD untuk melakukan aktivitas yang lain.
Awalnya subyek merasa tidak percaya diri Æ subyek takut menjadi orang yang berkulit hitam sendiri di Yogyakarta Æ subyek takut ketika berbicara tidak didengarkan karena subyek berasal dari Papua Æ subyek takut orang disini menganggap subyek sebagai orang Papua yang tidak tau apa - apa
Ini merupakan gejala dari culture shock.
Subyek mencoba berbicara dengan kemampuan yang dimilikinya Æ teman – teman subyek dapat menghargainya Æ subyek merubah pola pikirnya Æ kepercayaan diri subyek mulai bangkit kembali
Ini merupakan tahap recovery
Oh gitu ya. Em itu berapa lama kamu merasakan ada rasa tidak percaya diri itu?
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 181
587. 588. 589. 590. 591. 592. 593. 594. 595. 596. 597. 598. 599. 600. 601. 602. 603. 604. 605. 606. 607. 608. 609. 610. 611. 612. 613. 614.
Satu semester kak. Satu semester pertama itu masih yang mulai, em gimana ya, aku dan teman – teman itu di kelas itu masih agak – agak ya ada yang belum dikenal. Masuk semester dua perlahan sudah mulai akrab. Sampai semester tiga saya mulai merasa, saya sudah mulai menganggap teman – teman sekelas keluarga. Tapi yang bikin sedih lagi ketika semester empat kita kan dibagi lagi, nah itu mulai kita berpisah lagi di sana. Baru kemarin kita merasa sudah seperti keluarga, terus harus terpisah lagi. Dan yang saya rasa sekarang ini teman sekelas saya itu saya merasa masih kayanya masih kayak kembali ke semester satu. Masih penyesuaian lagi, jadi kalau di kelas dulu mungkin saya riang gembira, mungkin bisa ngomong gitu teman saya mengerti. Jadi sekarang itu saya takut pake cara saya berinteraksi ketika bersama – sama teman satu kelas saya yang dulu. Takutnya teman – teman yang baru ini tidak mengerti, tidak tau maksudku itu gimana. Jadi kadang – kadang masih di jaga. Seperti itu kak.
Subyek merasakan tidak percaya diri selama kurang lebih enam bulan Æ enam bulan berikutnya subyek sudah semakin akrab dengan temannya
Subyek berada pada tahap crisis/culture shock selama enam bulan Æ subyek beralih ke tahap recovery
Subyek pernah merasakan rindu sekali dengan keluarganya Æ subyek menjadi malas beraktivitas dan sering
Ini merupakan gejala dari culture shock
Oke. Terus merasa merindukan keluarga dan rumah? Ah itu pasti kak. Pernah merasakan yang benar – benar kangen banget sampai malas untuk beraktivitas? Jadi kaya hanya ingin bengong, ingin pulang kaya gitu,
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 182
615. 616. 617. 618. 619. 620. 621. 622. 623. 624. 625. 626. 627. 628. 629. 630. 631. 632. 633. 634. 635. 636. 637. 638. 639. 640. 641. 642.
mungkin pernah merasakan seperti itu? Wah pernah kak, pernah sekali itu.
melamun di kost
Itu pas kapan? Emm itu…baru – baru aja juga itu kak. Jadi kemarin ketika saya pulang ke sini, itu tanggal 22 Januari. Saya kira di sini itu masih ada teman – teman saya. Mana kita kan kalau berangkat dari sana itu kan pasti rasa sedih sekali kan kak, sampai di sini juga kan wah sendiri lagi, teman – teman juga belum ada. jadi istilahnya di kos juga ngelamun – ngelamun gitu. Aku berpikir coba kalau sekarang aku masih di rumah kan, mungkin masih banyak hal yang bisa aku lakukan dengan keluarga. Tapi ya sudah mau apalagi kita udah di sini. Itu yang membuat saya merasa jadi malas mau ngapa – ngapain juga kak. Oh seperti itu ya, kemudian kamu merasakan ada perubahan pola makan/minum dan juga pola tidur nggak? Itu hanya kalau kelelahan kak, jadinya cepat lapar, walaupun baru makan jadi pengen makan lagi. Kemudian kalau aku pengen sesuatu biasanya aku kurangi makan ku supaya bisa menabung. Itu pernah terjadi waktu semester 2, semester 2 itu aku pengen punya gitar, mungkin harganya itu mahal. Aku berusaha sendiri tiap bulan itu aku tabung.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 183
643. 644. 645. 646. 647. 648. 649. 650. 651. 652. 653. 654. 655. 656. 657. 658. 659. 660. 661. 662. 663. 664. 665. 666. 667. 668. 669. 670.
Terus di sini ada perasaan takut untuk makan di sembarang tempat? Kemudian merasa lebih menjadi bersihan di sini, maksudnya kamu lebih menjaga kebersihanmu di sini ketimbang waktu di Papua? Oh kalau dari pengetahuanku memang makan di rumah lebih nyaman dibandingkan makan di luar. Soalnya kita tidak tau apakah mereka masaknya bersih atau tidak. Tapi kalau ketika di sini kan, ya namanya cowok ya kak, masak itu jarang, bisa jadi tidak sama sekali. itu kadang – kadang makannya warung. Kalau ketakutan ya memang ketakutan di sini karena dari awal kita kan makannya di warung kan kak, terus tiba – tiba ada gosip itu seperti di sini itu hepatitis. Nah jadi takut kak kira – kira makanannya itu baik atau tidak. Kalau di Papua kan di rumah kak. Pernah mengalami masalah dengan kesehatan selama tinggal di Yogyakarta? Pernah, herpest. Datang pertama kali ke sini itu aku rasa kulit ku kering – kering tu apa, kok kaya luka itu kan. Periksa ke dokter ternyata katanya herpest. Kemudian itu berlangsung pas semester satu. Tidak lama begitu kayak macam timbul bentol – bentol kayak dermatitis. Saya tidak tau penyebabnya apa dan ternyata, dulu aku nggak tau kalau di kos ku banyak tomcat. Ku pikir itu kan semut – semut biasa kan, ku ambil ku pencet – pencet, ku buang. Aku nggak tau
Subyek pernah mengalami masalah dengan kesehatannya ketika tinggal di Yogyakarta
Ini merupakan gejala dari culture shock
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 184
671. 672. 673. 674. 675. 676. 677. 678. 679. 680. 681. 682. 683. 684. 685. 686. 687. 688. 689. 690. 691. 692. 693. 694. 695. 696. 697. 698.
kalau itu penyebabnya dermatitis. Kemudian pas masuk semester dua, lagi mulai heboh – hebohnya tomcat terus aku liat bentuk tomcat ini seperti ini. Terus aku mulai pikir kok bentuk semut yang di kos ku ini tuh bentuknya sama. Ternyata masih ada kan sampai sekarang aku liat oh ternyata kayaknya aku memang kena ini. Tapi sekarang sudah aman karena sudah tau. Kalau kecapean terus panas itu ya biasa aja si kak, di sana juga sering mengalami. Oke. Terus perasaan – perasaan tidak nyaman itu kamu alami berapa nyaman? Kalau perasaan – perasaan itu mungkin saya alami selama satu semester kak. Terus cara kamu mengatasi perasaan – perasaan tidak nyaman tersebut gimana? Iya, kalau berusaha pasti ada. ya seperti tadi berusaha coba untuk saya mengerti apa yang dikatakan teman saya yang menggunakan bahasa Jawa. Kemudian itu emm apalagi ya, ketika di lingkungan baru saya mencoba merubah cara berinteraksi saya. Yang dari sana ke sini gitu loh. Kalau saya sih, saya orangnya itu senang bercanda senang bergaul ya saya berusaha dengan apa yang saya miliki itu saya bisa berteman dengan teman – teman yang lain. Jadi buat apa istilahnya jaim (jaga image) mending kalau saya sendiri caranya ya saya apa adanya, saya datang ke
Subyek mengalami perasaan – perasaan tidak nyamannya selama kurang lebih satu semester.
Tahap crisis/culture shock dialami subyek kurang lebih selama enam bulan.
Subyek berusaha untuk menghilangkan perasaan tidak nyamannya Æ subyek berusaha mengerti bahasa Jawa Æ subyek mencoba merubah pola interaksinya Æ subyek selalu berusaha sampai bisa disenangi oleh teman - temannya
Ini merupakan tahap recovery
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 185
699. 700. 701. 702. 703. 704. 705. 706. 707. 708. 709. 710. 711. 712. 713. 714. 715. 716. 717. 718. 719. 720. 721. 722. 723. 724. 725. 726.
mereka. Kalau mereka suka syukur, senang sekali. kalau mereka tidak suka tidak apa – apa, saya akan mencoba lagi bagaimana sampai saya bisa disenangi oleh teman – teman yang lain. Oke. Terus kamu sendiri kapan merasa mulai bisa mengatasi perasaan – perasaan tidak nyaman itu? Mungkin masa – masa itu kan timbul ketika saya mulai di Jogja, semester satu. Dan seiring berjalannya waktu saya rasa saya sudah mulai besar. Lama kelamaan kan saya merasa sudah mulai dewasa. Jadi mulai pemikiran – pemikiran saya yang seperti itu saya kesampingkan dulu. Itu mulai semester dua kak cara berpikir saya itu sudah mulai saya rubah.
Subyek mulai merubah pola pikirnya ketika memasuki semester dua Æ subyek mulai bisa mengatasi perasaan – perasaan tidak nyamannya
Oke. Terus yang kamu pikirkan pada saat itu apa? Saya belajar dari semester satu, saya menganggap mungkin orang Papua dengan orang di sini sama saja. Misalnya dalam ujian di sana kita tanya jawaban mereka kasih gampang. Ketika masuk ke ruang ujian di sini saya merasakan suasananya sudah berbeda kan. Itu langsung diawasi oleh dua orang sekaligus, kalau di sana kan hanya di jaga oleh satu orang guru dan itu pun tidak fokus. Kalau di sini penjaganya itu saya lihat fokus sekali, ketika itu saya mencoba bertanya ke teman sebelah tapi tidak bisa karena teman saya itu juga sendang konsen kan. Sedangkan pengawas mengawasinya itu sangat ketat. Jadi saat itu saya rasa
Subyek mulai bisa mengatasi perasaan – perasaan tidak nyamannya Æ ini merupakan bagian dari tahap recovery
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 186
727. 728. 729. 730. 731. 732. 733. 734. 735. 736. 737. 738. 739. 740. 741. 742. 743. 744. 745. 746. 747. 748. 749. 750. 751. 752. 753. 754.
salah sekali, wah ketika saya datang ke sini harusnya saya sudah mengubah itu semua. Kenapa ketika saya sudah mengalami hal ini saya baru mau mengubah. Dari mulai dari situ saya sudah mulai belajar banyak bahwa mereka itu ciri khasnya seperti ini seperti ini. Mulai semester dua saya sudah tau semester satu bagaiamana, nah semester dua itu saya sudah tidak mengulanginya lagi. Oke. Terus gimana perasaanmu ketika kamu sudah mulai bisa mengatasi masalah – masalah yang di awal tadi? Perasaan jujur pasti senang. Kalau kita bisa menyesuaikan diri otomatis kan masalah – masalah yang kita alami, hal – hal yang kita takutkan ketika kita datang ke sini sudah mulai teratasi. Terus jadi asik gitu istilahnya wah aku ternyata tidak hanya bisa bergaul dengan teman – teman dari Papua saja. Berteman dengan yang lain juga, memang bahasa harus sedikit diubah supaya mereka bisa mengerti kan kak. Terus saat ini apakah kamu merasakan perasaanmu sudah jauh lebih baik dari yang kemarin – kemarin? Iya sudah. Kalau dibandingkan dengan tahun kemarin atau semester – semester kemarin mungkin jauh, sekarang itu saya mulai merasa berbeda. Gimana ya
Subyek merasa senang Æ sudah dapat menyesuaikan diri Æ masalah yang dialami, hal – hal yang ditakutkan sudah mulai teratasi
Ini merupakan tahap recovery
Subyek menyesuaikan diri Æ mengubah cara bicara/bahasa agar teman – temannya mengerti
Ini merupakan tahap recovery
Subyek merasa perasaannya sudah jauh berbeda Æ sudah mendapatkan banyak teman Æ sudah bisa mengerti
Ini merupakan tahap adjustment
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 187
755. 756. 757. 758. 759. 760. 761. 762. 763. 764. 765. 766. 767. 768. 769. 770. 771. 772. 773. 774. 775. 776. 777. 778. 779. 780. 781. 782.
teman sudah banyak, terus sudah lebih mengerti, terus sudah bisa mengerti lingkungan jogja tu seperti apa. Jadi ya senang, ketika jalan – jalan itu wah rasanya senang gitu. Adaptasinya sudah baik gitu kak.
lingkungan jogja Æ adaptasinya sudah baik
Oke. Terus sekarang perasaan apa saja yang sedang kamu rasakan? Kalau saat ini perasaan saya mungkin cemas karena sebentar lagi ujian kak. Perasaan senang ada karena habis ujian kan libur jadi bisa berkumpul dengan keluarga. Terus apakah saat ini kamu sudah merasa nyaman tinggal di Yogyakarta? Kalau sekarang saya sudah lebih nyaman dibandingkan saya tinggal di Papua. Mungkin kalau dilihat dari kebutuhan di sini mungkin, apa yang saya butuhkan di sini ada. kalau di sana mungkin kurang kak. Mungkin karena di sana kan jauh dari ibu kota Indonesia jadi barang – barang kan susah ke daerah – daerah. Pastikan kalau dikirim ke tempatku jauh dan menggunakan trasnportasi yang cukup lama. Jadi ya tidak seperti di sini, kebutuhan mungkin saya lebih suka di sini karena lebih mudah untuk dijangkau. Terus suasana tempat tinggalnya juga di sini mungkin tidak terlalu ramai karena di desa. Walaupun banyak mahasiswa tapi tidak terlalu ini. Warga – warganya juga baik walaupun mereka masih menggunakan adat
Subyek sudah merasa lebih nyaman tinggal di Yogyakarta.
Ini merupakan tahap adjustment
Subyek menyadari adanya perbedaan adat antara warga di Yogyakarta
Ini merupakan tahap adjustment
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 188
783. 784. 785. 786. 787. 788. 789. 790. 791. 792. 793. 794. 795. 796. 797. 798. 799. 800. 801. 802. 803. 804. 805. 806. 807. 808. 809. 810.
mereka sendiri tapi kita yang harus menyesuaikan dan dengan dirinya Æ subyek menyesuaikan diri Æ subyek merasa baik – baik saja. Jadi membuat saya merasa betah nyaman tinggal di Yogyakarta sekali itu ya seperti itu. Kemudian saya di sini bisa belajar bagaimana cara hidup sendiri daripada di sana. Soalnya di sana kan masih bersama orang tua, jadi melakukan apa itu tidak bebas. Kalau di sini itu bebas, bebas bukan berarti bebas sebebas – bebasnya, masih ada aturan yang mengikat. Walaupun aturan itu tidak terlalu membuat kita merasa terbebani. Oke. Terus sekarang pemikiranmu tentang Yogyakarta dan orang – orangnya seperti apa? Pemikiranku ya, oke, Yogyakarta itu ternyata indah, banyak tempat – tempat wisata yang bisa saya kunjungi di sini. Tempat yang sering saya kunjungi itu mungkin alun – alun malioboro. Yang saya rasa juga macetnya tidak terlalu, kalau di tempat saya itu kan mungkin banyak sekali orang tapi jalannya masih sempit, jadi belum bisa menyeimbangi kepadatan penduduknya. Kalau orang – orangnya ya itu tadi saya melihatnya mereka itu beda cara ngomongnya, tidak seperti kita orang sana. Cara bersikapnya juga sopan – sopan. Memang saya akui kadang – kadang orang Papua itu tidak tau diri kak. Sampai dimana pun mereka pergi kadang kalau dasarnya seperti itu dan dia tidak mau berubah ya akan sama aja kak. Dia pikir semua tempat itu seperti Papua. Contohnya itu misalnya mabuk – mabukan di pinggir jalan. Di sana
Subyek menyadari perbedaan antara Papua dengan Yogyakarta Æ subyek merasa perlu untuk menyesuaikan diri
Ini merupakan tahap adjustment
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 189
811. 812. 813. 814. 815. 816. 817. 818. 819. 820. 821. 822. 823. 824. 825. 826. 827. 828. 829. 830. 831. 832. 833. 834. 835. 836. 837. 838.
banyak kak, di dekat rumahku juga ada, tapi kan seharusnya dia bisa melihat dimana dia sekarang tinggal. Belum tentu kan di sini itu sama dengan di sana tapi dia mencoba buat di sini itu sama dengan di sana. Kan di sini mayoritasnya itu bukan orang – orang seperti dia. Kalau saya melihat mungkin beberapa anak Jawa itu seperti anak nakal tapi ternyata tidak nakal, mungkin hanya gayanya saja. Oke. Terus kemampuan bahasa Jawa yang kamu miliki sekarang seperti apa? Eemm…hahahaha…kalau mengerti sekarang saya sudah bisa. Sudah bisa membalas omongan teman yang menggunakan bahasa Jawa dengan bahasa Jawa juga sedikit – sedikit. Beberapa bahasa Jawa aku sudah bisa lah yang sehari – hari.
Subyek sudah bisa mengerti bahasa Jawa
Terus rutinitasmu saat ini apakah sudah dapat berjalan dengan baik? Iya , puji tuhan seperti itu. Jadi saya sudah mulai bisa Subyek sudah dapat menjalankan rutinitasnya dengan baik ikut kepanitiaan. Dulu awalnya mungkin saya ikut kepanitiaan di farmasi, kemudian saya mulai mencoba kepanitiaan di luar fakultas. Saya mencoba masuk ke DPMU dan ikut insadha seperti itu. Ya sudah mulai mengembangkan kembali relasi. Emm untuk relasi mu sendiri di lingkungan yang baru ini seperti apa?
Ini merupakan tahap adjustment
Ini merupakan tahap adjustment
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 190
839. 840. 841. 842. 843. 844. 845. 846. 847. 848. 849. 850. 851. 852. 853. 854. 855. 856. 857. 858. 859. 860. 861. 862. 863. 864. 865. 866.
Kalau itu mungkin, mulai dari sekarang ini saya sudah memiliki banyak teman. Mungkin ya entah teman dari fakultas farmasi ataupun dari fakultas yang lain. terus gimana ya, jadi ya saya sudah bisa mengerti karakter teman – teman. Mereka kan berasal dari berbagai daerah yang berbeda, nah di situ saya juga sudah bisa melihat karakter – karakter mereka seperti apa. Nah ketika saya berbicara dengan mereka saya harus seperti apa.
Subyek sudah bisa mengerti karakter teman – temannya Æ subyek bisa menyesuaikan diri Æ subyek sudah memiliki banyak teman dari berbagai fakultas
Ini merupakan tahap adjustment
Subyek merasakan perasaan nyaman memasuki semester tiga
Pada tahun kedua subyek memasuki tahap adjustment
Oh gitu, terus sejak kapan kamu sudah mulai merasakan – merasakan hal – hal tadi? Itu saya rasakan setelah semester satu. Terus yang kamu rasakan sudah benar – benar nyaman itu semester berapa? Semester tiga kak, sebenarnya paling nyaman itu semester tiga. Oh seperti itu, kalau untuk teman – teman dekat merasa lebih nyaman dengan teman – teman dari Papua atau teman – teman dari daerah lain? Kalau untuk saya, saya tidak memilih yang dari Papua. Jadi saya itu netral, saya bisa berteman dengan siapa saja. Mau dari Palembang, mau dari NTT, mau dari aceh saya mau. Karena memang orangnya saya suka berteman dan tidak mencari musuh gitu kak.hehehe.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 191
867. 868. 869. 870.
Oh gitu. Oke wawancaranya sudah selesai. Terima kasih banyak ya untuk bantuannya. Oh sudah kak. Hahahaha.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
192
LAMPIRAN 3 Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
193
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
194
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
195
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
196
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
197
LAMPIRAN 4 Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
198
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
199
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
201