PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN KESEMPATAN KERJA PADA PENYANDANG DISABILITAS FISIK
Skripsi
Diajukkan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Dorotea Hening Adiana 119114095
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN KESEMPATAN KERJA PADA PENYANDANG DISABILITAS FISIK
Skripsi
Diajukkan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Dorotea Hening Adiana 119114095
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN KESEMPATAN KERJA PADA PENYANDANG DISABILITAS FISIK
Disusun oleh: Dorotea Hening Adiana NIM: 119114095
Telah Disetujui Oleh:
Pembimbing
Tanggal: 29 Oktober 2015
YB. Cahya Widiyanto, M.Si.
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN KESEMPATAN KERJA PADA PENYANDANG DISABILITAS FISIK
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Dorotea Hening Adiana NIM: 119114095
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 23 November 2015 dan dinyatakan memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap 1. Ketua
: YB. Cahya Widiyanto, M.Si.
Tanda Tangan _______________
2. Penguji 1 : Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S.
_______________
3. Penguji 2 : Debri Pristinella, M.Si
_______________
Yogyakarta, ______________ Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Dekan,
Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN MOTTO
“Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5: 2-5)
“Karena setiap perjuangan untuk mencapai akhir akan menghasilkan sebuah awal yang baru”
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan bagi keluargaku tercinta, Mama dan Papa, adikku tercinta, Michael Hikari Adiana, dan terutama bagi kakakku tercinta dan terkasih, Yudith Nikita Gusti Adiana.
Terima kasih karena kalian menjadi satu bagian yang paling penting dan berharga dalam hidupku.
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 1 Oktober 2015 Penulis,
Dorotea Hening Adiana
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN KESEMPATAN KERJA PADA PENYANDANG DISABILITAS FISIK
Dorotea Hening Adiana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara self esteem dan dukungan sosial dengan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik, serta melihat self esteem atau dukungan sosial yang memiliki hubungan lebih kuat dengan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik. Hipotesis yang diajukkan dalam penelitian ini adalah 1) ada hubungan negatif yang signifikan antara self-esteem dan dukungan sosial dengan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik dan 2) dukungan sosial memiliki hubungan negatif yang lebih kuat dengan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik dibandingkan dengan self-esteem. Subjek dalam penelitian sebanyak 74 orang yang menyandang disabilitas fisik (daksa), berusia 18 – 40 tahun, dan belum bekerja. Alat pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran self-esteem, dukungan sosial, dan skala pengukuran kecemasan kesempatan kerja yang dikonstruksikan dengan model penskalaan Likert. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis korelasi Product Moment Pearson dengan program SPSS 16.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-esteem dan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik (r = -0.648, p = 0.000), 2) terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik (r = -0.710, p = 0.000), dan 3) dukungan sosial memiliki hubungan negatif yang lebih kuat dengan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik dibandingkan dengan self-esteem.
Kata kunci: self-esteem, dukungan sosial, kecemasan kesempatan kerja, penyandang disabilitas fisik (daksa)
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-ESTEEM AND SOCIAL SUPPORT WITH THE ANXIETY OF JOB OPPORTUNITIES ON PERSONS WITH PHYSICAL DISABILITY
Dorotea Hening Adiana
ABSTRACT
This study was aimed to determine whether there was the relation between self-esteem and social support with the anxiety of job opportunities on persons with physical disability, and to know self-esteem or social support that had more strong correlation with the anxiety of job opportunities on persons with physical disability. The hypotheses of this study were 1) there was negative significant correlation between self-esteem and social support with the anxiety of job opportunities on persons with physical disability and 2) social support had more strong negative correlation with the anxiety of job opportunities on persons with physical disability than selfesteem. Subject in this study were 74 persons with physical disabilities, aged 18 – 40 years, and unemployed. This study used scale measurement of self-esteem, scale measurement of social support, and scale measurement of anxiety on job opportunities that constructed with Likert model scale. The data was analyzed using Product Moment Pearson Correlation analysis by SPSS 16.0. The result shown that 1) there was a negative significant correlation between self-esteem and anxiety of job opportunities on persons with physical disability (r = -0.648, p = 0.000), 2) there was a negative significant correlation between social support and anxiety of job opportunities on persons with physical disability (r = -0.710, p = 0.000), and 3)social support had more strong negative correlation with the anxiety of job opportunities on persons with physical disabilities than self-esteem.
Keywords : self-esteem, social support, anxiety of job opportunities, physical disability
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Dorotea Hening Adiana NIM
: 119114095
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya, yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN KESEMPATAN KERJA PADA PENYANDANG DISABILITAS FISIK
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau di media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 1 Oktober 2015 Yang menyatakan,
(Dorotea Hening Adiana)
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan rahmat-Nya yang selalu diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan Skripsi ini dengan baik. Terima kasih karena Tuhan Yesus selalu menopang dan memberikan jalan pada setiap hal yang terjadi selama proses pembuatan Skripsi ini. Penulis menyadari bahwa banyak sekali pihak yang membantu dalam proses pengerjaan Skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 2. Ibu Ratri Ratri Sunar Astuti, M. Si. selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak YB. Cahya Widiyanto, M. Si. selaku dosen pembimbing Skripsi. Terima kasih Pak atas bimbingan, kepercayaan, dukungan, dan nasihat – nasihat yang Bapak berikan selama ini. 4. Ibu Debri Pristinella, M. Si selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih
Bu
atas
dukungan,
bantuan,
dorongan
semangat,
dan
kepercayaannya kepada saya selama ini. 5. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M. Psi. yang telah meluangkan waktu dan membantu saya dalam proses konstruksi alat ukur penelitian saya.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6. Bapak Agung Santoso, M. A. yang selalu meluangkan waktu untuk membalas email dan menjawab pertanyaan – pertanyaan saya di tengah – tengah kesibukan Bapak (tentunya). 7. Sr. Lidwina Tri Ariastuti, FCJ., M. A. dan Ibu Sylvia CMYM., M. Si. yang meluangkan waktunya ketika saya ingin menanyakan tentang statistika dan masalah perkembangan selama proses pembuatan skripsi ini. 8. Seluruh dosen dan staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 9. Keluargaku tercinta, mama dan papa, terima kasih atas setiap cinta, doa, kepercayaan, dukungan, dan kesabaran yang selalu diberikan. Kakak ku yang tercinta dan teristimewa, Yudith Nikita Gusti Adiana, terima kasih atas semua perjuangan yang kita lalui bersama, terima kasih karena telah menjadi sumber kekuatan, semangat, inspirasi, dan segala-galanya bagiku. Adikku tercinta, Michael Hikari Adiana, yang selalu menjadi sumber motivasiku. 10. Mas Bejo (dan kawan-kawan), Mas Arif (YPCM), Mbak Juju (dan kawan – kawan Sapda), Mas Yuli (FPDB), Pak Widodo (dan kawan – kawan PPCK), Pak Sarjiya (dan kawan – kawan PPCKP), pihak SLBN 1 Bantul, dan pihak BRTPD Pundong, terima kasih atas bantuanya selama ini. 11. Flaviana Rinta Ferdian (2011), Kak Engger (2010), Sadriyah Pratiwi (2011), Ricca, Mariana Aprilia I. A. Sogen (2011), dan Pakdhe (2009) yang banyak membantu dalam proses pengerjaan skripsi.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12. Teman – teman satu bimbingan skripsi, terutama Ruth, Clara, Beatriks, Arum, Reza, Kak Tirza, dan Kak Efrem yang mau berdiskusi, selalu mendengarkan keluh kesahku, dan memberi semangat tentunya. 13. Seluruh teman – teman yang tidak mampu kusebutkan satu per satu (terutama yang angkatan 2011). Terima kasih atas semua bantuan, semangat, dan perhatian yang selalu diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ........................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... ix KATA PENGANTAR .............................................................................................x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii BAB I .......................................................................................................................1 A.
Latar Belakang ..............................................................................................1
B.
Rumusan Masalah .......................................................................................10
C.
Tujuan Penelitian ........................................................................................10
D.
Manfaat Penelitian ......................................................................................11 1.
Manfaat Teoritis ......................................................................................11
2.
Manfaat Praktis........................................................................................11
BAB II ....................................................................................................................13 A.
Self-Esteem ..................................................................................................22 xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
Pengertian Self-Esteem ............................................................................22
2.
Komponen Self-Esteem ...........................................................................25
3.
Faktor Pembentuk Self-Esteem ................................................................27
B. Dukungan Sosial .............................................................................................16 1.
Pengertian Dukungan Sosial ...................................................................16
2.
Jenis Dukungan Sosial.............................................................................18
3.
Faktor Pendukung Dukungan Sosial .......................................................21
C. Kecemasan Kesempatan Kerja Penyandang Disabilitas Fisik........................22 1.
Pengertian Kecemasan ............................................................................22
2.
Jenis Kecemasan......................................................................................25
3.
Gejala Kecemasan ...................................................................................27
4.
Dampak Kecemasan……………………………………………..……..31
5.
Kecemasan Kesempatan Kerja pada Penyandang Disabilitas Fisik……31
D.
Penyandang Disabilitas Fisik ......................................................................33 1.
Pengertian Disabilitas Fisik .....................................................................33
2.
Sebab dan Jenis Disabilitas Fisik ............................................................35
3.
Dampak Psikologis dan Permasalahan Penyandang Disabilitas Fisik ....36
E.
Remaja Akhir dan Individu Dewasa Awal .................................................39 F.
Hubungan Antara Self-Esteem Dan Dukungan Sosial Dengan Kecemasan
Kesempatan Kerja Pada Penyandang Disabilitas Fisik..........................................42 G. Hipotesis .........................................................................................................46 BAB III ..................................................................................................................48 A.
Jenis Penelitian............................................................................................48
B.
Variabel Penelitian ......................................................................................48
C.
1.
Variabel Bebas ........................................................................................48
2.
Variabel Tergantung ................................................................................48 Definisi Operasional ...................................................................................49 xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
Kecemasan kesempatan kerja ..................................................................49
2.
Self-Esteem ..............................................................................................49
3.
Dukungan Sosial......................................................................................50
D.
Subjek Penelitian.........................................................................................51
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ..............................................................53 F.
Validitas dan Reliabilitas ................................................................................57 1.
Validitas Skala .........................................................................................57
2.
Reliabilitas Skala .....................................................................................58
G.
Metode Analisis Data ..................................................................................60 1.
Uji Asumsi...............................................................................................60
2.
Uji Hipotesis ............................................................................................62
BAB IV ..................................................................................................................63 A.
Persiapan Penelitian ....................................................................................63
B.
Proses Penelitian .........................................................................................64
C.
Hasil Penelitian ...........................................................................................66
D.
1.
Uji Linearitas ...........................................................................................66
2.
Uji Normalitas .........................................................................................67
3.
Hasil Uji Hipotesis ..................................................................................68
4.
Hasil Analisis Tambahan.........................................................................70 Pembahasan .................................................................................................72
E. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................80 BAB V....................................................................................................................82 A.
Kesimpulan .................................................................................................82
B.
Saran............................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................84 LAMPIRAN ...........................................................................................................92 xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1 Cetak Biru Skala Self-Esteem Sebelum Seleksi Aitem ............................ 54 Tabel 2 Cetak Biru Skala Dukungan Sosial Sebelum Seleksi Aitem ................... 55 Tabel 3 Cetak Biru Skala Kecemasan Kesempatan Kerja Sebelum Seleksi Aitem ............................................................................................................................... 56 Tabel 4 Sistem Skoring Skala Pengukuran ........................................................... 56 Tabel 5 Cetak Biru Skala Self-Esteem Sebelum dan Setelah Seleksi Aitem ........ 59 Tabel 6 Cetak Biru Skala Dukungan Sosial Sebelum dan Setelah Seleksi Aitem 60 Tabel 7 Cetak Biru Skala Kecemasan Kesempatan Kerja Sebelum dan Setelah Seleksi Aitem ........................................................................................................ 60 Tabel 8 Deskripsi Jenis Kelamin Subjek .............................................................. 65 Tabel 9 Deskripsi Tempat Tinggal ........................................................................ 66 Tabel 10 Ringkasan Hasil Uji Linearitas Variabel Self Esteem dengan Kecemasan Kesempatan Kerja ................................................................................................. 67 Tabel 11 Ringkasan Hasil Uji Linearitas Variabel Dukungan Sosial dengan Kecemasan Kesempatan Kerja .............................................................................. 67 Tabel 12 Hasil Uji Statistik Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov.................... 68 Tabel 13 Hasil Uji Korelasi Product Moment Pearson antara Self-Esteem dengan Kecemasan Kesempatan Kerja .............................................................................. 69 Tabel 14 Hasil Uji Korelasi Product Moment Pearson antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan Kesempatan Kerja ................................................................. 69 Tabel 15 Hasil Uji Regresi .................................................................................... 71
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Skema 1 Kaitan antar Variabel ............................................................................. 46
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Penelitian ................................................................................ 93 Lampiran 2. Reliabilitas ...................................................................................... 108 Lampiran 3. Hasil Analisis Tambahan ................................................................ 117
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Banyak individu yang pernah merasakan sebuah kecemasan dalam kehidupannya
sehari-hari.
Contohnya
saja
ketika
individu
akan
menghadapi sebuah ujian atau saat akan membacakan sebuah pidato di depan umum. Kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan – perasaan subjektif, seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran, dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat (Post, 1978 dalam Gunawan & Anwar, 2012). Kecemasan seringkali mengganggu performansi individu dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian-penelitian sebelumnya menemukan bahwa kecemasan yang tinggi memiliki asosiasi dengan pemikiran individu yang dapat mengganggu kinerja individu tersebut (dalam Byrne & Kelley, 1981). Penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa kecemasan memiliki hubungan negatif dengan motivasi untuk berprestasi atau sukses (achievement motivation) pada individu (Bhagirathi, 2008). Di era modern ini, individu seringkali mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan. Padahal pekerjaan memiliki kaitan dengan salah satu tugas perkembangan di masa remaja akhir dan dewasa awal. Salah satu tugas perkembangan
yang ada pada masa remaja adalah
mempersiapkan karir ekonomi (Hurlock, 1999), sedangkan individu akan 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
meniti karir dalam rangka memantapkan kehidupan ekonominya pada masa dewasa awal (Dariyo, 2003). Hal – hal tersebut berhubungan dengan perubahan status ekonomi yang dimiliki individu. Individu akan berusaha memenuhi tugas perkembangan ini dengan baik karena tujuan dari tugas perkembangan ini memiliki keterkaitan dengan kesejahteraan individu tersebut. Salah satu cara individu untuk mempersiapkan karir ekonominya adalah dengan cara bekerja. UU ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 pasal 68 dan UU No. 20 tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 138 tahun 1973 juga mengimplikasikan bahwa individu yang telah berusia 18 tahun ke atas merupakan individu yang sudah dianggap mampu menjalankan fungsinya untuk bekerja secara penuh menurut hukum yang berlaku. Pekerjaan merupakan hal yang cukup penting dalam kehidupan manusia. Individu bekerja karena hal tersebut merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya dan mencapai kemapanan dalam hal ekonomi. Seorang individu memiliki keinginan untuk mencapai kemapanan ekonomi karena status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis individu tersebut, misalnya saja dalam hal kemiskinan yang memiliki hubungan dengan kesehatan mental seseorang (Kuruvilla & Jacob, 2007). McClelland (dalam Riggio, 2009) juga memaparkan bahwa individu bekerja untuk memenuhi kebutuhannya akan prestasi, kekuasaan, dan kedekatan secara sosial (afiliasi). Hal – hal tersebut menunjukkan besarnya peran sebuah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
pekerjaan bagi kehidupan psikologis individu, sehingga membuat setiap individu berlomba – lomba untuk mencari dan memiliki sebuah pekerjaan. Individu mengalami kesulitan dalam mendapat pekerjaan karena tingginya permintaan pasar akan kemampuan dan kompetensi individu yang diperlukan untuk masuk dalam dunia kerja, serta kecilnya kesempatan kerja yang disediakan oleh lapangan pekerjaan saat ini. Kesempatan kerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah tersedianya lowongan pekerjaan yang ditawarkan oleh pasar kerja, baik oleh pemerintah maupun oleh swasta. Hubungan antara angkatan kerja dan kemampuan penyerapan tenaga kerja akan menggambarkan adanya sebuah kesempatan kerja. Besarnya jumlah individu yang hendak mencari pekerjaan tidak diimbangi dengan luasnya lapangan pekerjaan yang tersedia membuat persaingan individu yang hendak mencari sebuah pekerjaan semakin lama semakin ketat. Persaingan tersebut membuat individu – individu yang hendak mencari pekerjaan seringkali mengalami kecemasan bahwa mereka mungkin tidak akan mendapatkan sebuah pekerjaan. Hal tersebut dikarenakan persaingan dipandang sebagai realitas yang mengancam dan menimbulkan kecemasan pada individu dalam mencapai pemenuhan fungsi kerja individu. Kecemasan
memiliki
kaitan
erat
dengan
perasaan
ketidakberdayaan. Kecemasan menjadi ekspresi emosional dari perasaan ketidakberdayaan yang dirasakan dua kali lipat, yakni dari perasaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
ketidakberdayaan untuk mengubah lingkungan yang mengancam dan ketidakberdayaan
untuk
menampung
perasaan
terancam
tersebut
(Mikulincer, 1994). Perasaan ketidakberdayaan tersebut muncul dari adanya penilaian yang menyertai bahwa coping yang tersedia tidak mampu menyelesaikan suatu permasalahan maupun tidak mampu digunakan untuk menghindari konfrontasi dengan suatu ancaman (Mikulincer, 1994). Perasaan ketidakberdayaan memiliki kaitan yang erat dengan self esteem yang dimiliki individu. Self esteem adalah evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai hal – hal yang berkaitan dengan dirinya, yang diekspresikan melalui suatu bentuk sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat individu dalam meyakini dirinya sendiri sebagai individu yang mampu, penting, dan berharga (Coopersmith, 1967 dalam Fitria, Brouwer, Khan, & Almigo, 2013). Seseorang dengan self esteem yang relatif tinggi akan memiliki pandangan positif terhadap dirinya dan memiliki kepercayaan bahwa ia memiliki kemampuan dalam mengatasi persoalan dalam kehidupannya. Seseorang dengan self esteem yang relatif rendah akan memandang dirinya dengan penuh ketidakberdayaan dan merasa tidak aman terhadap keberadaan dirinya, sehingga ia merasa tidak mampu menghadapi persoalan dalam kehidupannya. Self esteem adalah salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan karena memiliki kaitan yang luas dengan kehidupan sehari-hari. Penelitian sebelumnya
menunjukkan
bahwa
self
esteem
berkaitan
dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
kemampuan individu dalam mengambil keputusan. Ketidakmampuan seseorang untuk mengambil keputusan dikarenakan adanya permasalahan pada self esteem individu yang membuat individu memiliki kecurigaan pada pemikiran dan penilaian yang dimiliki individu itu sendiri (dalam Branden, 1992). Self esteem juga dikaitkan dengan tingkat ekspektasi individu terhadap suatu kesuksesan dan penetapan suatu tujuan. Individu dengan self esteem yang tinggi akan memiliki sedikit sekali permasalahan yang berkaitan dengan kontrol penetapan sebuah tujuan (dalam Branden, 1992). Coping
performance
yang
terkait
dengan
perasaan
ketidakberdayaan juga memiliki kaitan erat dengan dukungan sosial yang dimiliki individu. Dukungan sosial merupakan perasaan atau persepsi menjadi seseorang yang penting di hadapan orang lain, dipedulikan dan dicintai oleh orang lain, serta diterima keberadaannya oleh orang lain (Peterson, 2007 dalam Farzaee, 2012). Orang – orang terdekat, seperti keluarga dan sahabat dapat menjadi sumber pemberian dukungan sosial pada individu. Dukungan yang didapatkan seseorang akan meningkatkan performansi akan suatu penyelesaian masalah (coping performance) (Lakey dan Cohen, 2000). Seseorang yang mendapatkan dukungan sosial juga lebih memiliki perasaan aman dan tenteram bila dibandingkan dengan individu yang tidak memperoleh dukungan sosial. Perasaan dicintai dan dihargai yang ditimbulkan oleh dukungan yang diberikan oleh orang lain juga membantu individu untuk dapat membuat evaluasi yang positif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
terhadap dirinya, sehingga dukungan sosial juga menyumbangkan nilai positif bagi self esteem yang dimiliki individu. Menjadi seorang difabel bukanlah hal yang diinginkan oleh individu. Individu lebih menyukai hidup secara normal seperti individu – individu lain pada umumnya. Difabel merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat sehari – hari. Istilah difabel digunakan untuk menyebut orang – orang yang memiliki kemampuan berbeda jika dibandingkan dengan kemampuan orang pada umumnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), difabel diartikan sebagai penyandang cacat, sedangkan Undang – Undang No. 4 tahun 1997 pasal 1 menyatakan bahwa penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan / atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari: penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, dan penyandang cacat fisik dan mental. Difabel memiliki tahap perkembangan yang sama dengan individu pada umumnya. Difabel juga akan mengalami perkembangan pada masa remaja akhir dan dewasa awal, sehingga mereka sama-sama memiliki tugas perkembangan untuk mempersiapkan karir ekonomi. Bekerja adalah salah satu cara yang juga dapat digunakan difabel dalam memenuhi tugas perkembangan tersebut, sama seperti individu pada umumnya. Difabel seringkali mengalami kesulitan dalam mendapatkan sebuah pekerjaan. Hal ini terkait dengan diskriminasi yang seringkali dialami oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
para difabel dalam hidup sehari-hari, baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya saja dalam hal pendidikan. Saat ini kita berhadapan dengan kecanggihan teknologi, namun pelatihan bagi difabel kebanyakan masih berkutat pada keterampilan menjahit, sablon, atau bagian pertukangan. Hal ini menyebabkan keterampilan yang mereka miliki menjadi kurang dibutuhkan oleh pasar kerja. Hal ini didukung oleh pernyataan Ir. Ronny Hudi Prakoso, selaku Ketua Persatuan Penyandang Cacat Indonesia untuk Daerah Provinsi Jawa Tengah, yang menyatakan bahwa saat ini telah ada upaya dari pemerintah dalam rangka fasilitasi kerja bagi penyandang disabilitas. Salah satu bentuk upayanya adalah melalui pelatihan. Adapun contoh pelatihan yang pernah diberikan adalah pelatihan menjahit, menganyam, sablon, dan komputer. Namun beliau merasa bahwa jenis pelatihan yang saat ini dilakukan oleh pemerintah sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman, bahkan tidak mampu lagi
memenuhi
kebutuhan
hidup
penyandang
disabilitas
(dalam
Latuconsina, 2014). Di Indonesia juga terdapat Undang-Undang yang mengatur peluang kerja untuk difabel secara khusus. Hal tersebut tertuang pada Undang – Undang no. 4 tahun 1997 pasal 14 yang menjelaskan bahwa sebuah perusahaan harus mempekerjakan sekurang – kurangnya 1 (satu) orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi pekerjaan yang bersangkutan untuk setiap 100 (seratus) orang karyawan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
Hal tersebut menjelaskan bahwa penyandang cacat memiliki peluang kerja dengan perbandingan 1:100. Adanya Undang – Undang yang mengatur hak peluang kerja difabel dengan perbandingan 1:100 seringkali tidak berjalan sebagaimana mestinya di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini didukung oleh pernyataan Ir. Ronny Hudi Prakoso yang mengatakan bahwa kuota tersebut tidak pernah terpenuhi, baik untuk di perusahaan swasta maupun daerah (BUMD). Penyandang disabilitas masih merasa kesulitan untuk memperoleh kerja (dalam Latuconsina, 2014). Data Kompas Jakarta pada tahun 2013 juga menyebutkan bahwa partisipasi badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah dalam pemenuhan kuota 1% bagi penyandang disabilitas tergolong rendah. Terhitung baru 76 perusahaan saja yang telah memenuhi kuota 1% dan kebanyakan merupakan perusahaan swasta nasional dan internasional. Data Kompas pada tahun 2006 menyebutkan bahwa terdapat sekitar 2000 orang difabel yang tinggal di daerah Solo dan sekitar 20% di antaranya menggantungkan hidup di jalan sebagai pengamen atau pengemis karena sulitnya mencari pekerjaan dengan status difabel. Data Kompas pada tahun 2010 juga menyebutkan bahwa jumlah difabel di Jawa Barat diperkirakan 120.000 orang, yang antara lain terdiri dari cacat badan dan mata. Diperkirakan 60% atau 72.000 orang dari data tersebut sudah memiliki keterampilan, namun baru 20% yang bekerja sesuai kemampuan atau diterima sebagai PNS. Sisanya harus berjuang sendiri untuk menemukan mata pencaharian layak sesuai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
dengan keterampilannya. Ditambah lagi dengan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat yang menyebutkan ada sekitar 400.000 orang difabel produktif dan tak sedikit yang memiliki ijazah S1 atau D3, namun hanya sekitar 1% yang bisa bekerja dari sekitar 26.000 perusahaan di Jawa Barat (Kompas, 2013). Kenyataan memperlihatkan adanya tuntutan yang tinggi dalam memasuki dunia kerja dan seringkali tidak diimbangi oleh situasi pendidikan keterampilan yang dimiliki orang difabel. Hal tersebut membuat kaum difabel seringkali dipandang kurang memiliki kompetensi standard, sehingga mudah termarginalisasi dalam persaingan untuk mendapatkan pemenuhan kesejahteraan yang akan didapatkan dari sebuah pekerjaan.
Situasi
tersebut
membuat
kaum
difabel
memiliki
kemungkinannya untuk mengalami kecenderungan merasakan sebuah kecemasan karena kecilnya kesempatan kerja yang diberikan pada difabel. Menjadi seorang difabel memang bukanlah hal yang mudah. Damayanti dan Rostiana (2003) memaparkan bahwa individu tunadaksa seringkali menghadapi berbagai masalah, baik dari segi emosi, sosial, dan bekerja dikarenakan kecacatan yang dimilikinya (dalam Machdan & Hartini, 2012). Hal ini membuat difabel lebih rentan untuk memiliki self esteem yang rendah karena sulit menerima keadaan dan kurang memberikan pandangan yang positif pada dirinya, serta memandang dukungan sosial yang didapatkan secara negatif. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa disabilitas fisik mempengaruhi aspek – aspek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
self esteem, baik dalam kompetensi atletik, sosial, maupun penampilan fisik. Penyandang disabilitas fisik tidak hanya merasa kurang mampu dalam kemampuan secara fisik, namun juga pada penampilan fisik dan kehidupan sosialnya (Miyahara & Piek, 2006). Penelitian Forouzan (dkk) juga menunjukkan bahwa penyandang disabilitas fisik tidak memiliki keadaan yang menyenangkan sehubungan dengan dukungan sosialnya yang diterima dari lingkungan sosialnya. Padahal dukungan sosial merupakan salah satu faktor sosial yang menentukan kesehatan, serta memiliki peran dalam meningkatkan keadaan psikologis individu (Forouzan dkk, 2013). Berangkat dari realitas yang telah dipaparkan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara self esteem dan dukungan sosial dengan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik.
B. Rumusan Masalah Permasalahan yang ingin diungkap oleh peneliti dalam penelitian ini adalah “Apakah secara empirik ada hubungan yang signifikan antara self esteem dan dukungan sosial dengan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik?”
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara self esteem dan dukungan sosial dengan kecemasan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik. Penelitian ini juga dapat melihat self esteem atau dukungan sosial yang memiliki hubungan lebih kuat dengan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi kajian ilmu psikologi industri dan organisasi terkait dengan selfesteem, dukungan sosial, dan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik.
2. Manfaat Praktis a. Bagi penyandang disabilitas fisik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi penyandang disabilias fisik terkait dengan self esteem dan dukungan sosial pada penyandang disabilitas fisik, sehingga para penyandang disabilitas fisik dapat lebih mengenali diri mereka dan mempersiapkan diri dalam merespon realitas sosial terkait dengan kesempatan kerja yang ada di tengah – tengah masyarakat saat ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
b. Bagi orangtua dan masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi orangtua dan masyarakat terkait dengan self esteem dan dukungan sosial pada penyandang disabilitas fisik, sehingga orangtua dan masyarakat dapat lebih memahami dan mendukung para penyandang disabilitas fisik dalam mempersiapkan para penyandang disabilitas fisik untuk dapat menghadapi realitas sosial terkait dengan kesempatan kerja yang ada di tengah – tengah masyarakat saat ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Self-Esteem 1. Pengertian Self-Esteem Coopersmith (1967) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi personal atau penilaian atas keberhargaan yang diekspresikan dalam sikap yang dibawa individu tentang diri mereka (dalam Fitria, Brouwer, Khan, & Almigo, 2013). Mendukung pernyataan tersebut, Branden (1992) mendefinisikan self-esteem sebagai kekuatan yang besar dari setiap orang. Self-esteem adalah pengalaman yang sesuai dengan kehidupan dan kebutuhan hidup seseorang. Self-esteem merupakan kepercayaan individu pada kemampuan dirinya untuk berpikir dan mengatasi tantangan dasar kehidupan, serta percaya pada hak individu untuk merasa bahagia, merasa layak, dan berhak mengungkapkan kebutuhan dan keinginannya, serta menikmati hasil usahanya. Dapat dikatakan bahwa harga diri merupakan penilaian terhadap diri sendiri yang dibuat individu dan dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki orang lain yang menjadi pembanding. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa self-esteem merupakan evaluasi personal atau penilaian seorang individu terhadap perasaan
13
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
keberhargaan atas dirinya. Penilaian tersebut dapat dipengaruhi oleh karakteristik individu lain yang menjadi pembanding.
2. Komponen Self-Esteem Buss (1995) menyatakan bahwa self-esteem memiliki 2 aspek, yakni aspek percaya diri dan aspek kecintaan pada diri. Aspek percaya diri terdiri atas komponen penampilan (appearance), kemampuan (ability), prestasi (performance), dan kekuatan (power). Kecintaan pada diri diartikan sebagai penghormatan terhadap diri sendiri atau pemusatan cinta kepada diri sendiri. Aspek kecintaan pada diri terdiri atas komponen penghargaan sosial (social rewards), pengalaman (vicariousness), dan moral (morality). Heartherton dan Polivy (1991) mengungkapkan bahwa selfesteem terdiri atas 3 komponen, yaitu performance self-esteem, social self-esteem, dan physical self-esteem. Performance self-esteem merupakan perasaan terhadap kompetensi umum yang meliputi kemampuan intelektual, prestasi di sekolah, kapasitas regulasi diri, percaya diri, efikasi diri, dan agency. Social self-esteem merujuk pada keyakinan individu akan persepsi orang lain terhadap dirinya, sedangkan physical self-esteem merujuk pada pandangan seseorang terhadap keadaan fisiknya yang meliputi kemampuan atletik, ketertarikan fisik, body image, seperti stigma fisik dan perasaan mengenai ras dan etnik (dalam Heatherton, Wyland, & Lopez, 2003).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
Berdasarkan komponen yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa self-esteem terdiri atas 3 komponen. Komponen – komponen tersebut meliputi komponen performansi, sosial, dan fisik. Komponen performansi meliputi evaluasi individu terhadap kemampuan – kemampuan intelektual, kepercayaan diri, prestasi, dan kompetensi – kompetensi umum yang dimiliki oleh individu tersebut. Komponen sosial meliputi evaluasi dan persepsi individu terhadap respon yang diterima individu dari lingkungan sosialnya. Komponen fisik meliputi evaluasi individu terhadap kondisi dirinya secara fisik.
3. Faktor Pembentuk Self-Esteem Coopersmith (dalam Fitria, Brouwer, Khan, & Almigo, 2013) mengungkapkan bahwa terdapat 4 faktor yang berkontribusi pada perkembangan self-esteem. Faktor – faktor yang membentuk selfesteem adalah -
besar penerimaan individu dari orang – orang terdekat,
-
sejarah keberhasilan yang dicapai, status, dan posisi mereka di dunia,
-
pengalaman yang diinterpretasikan dan dimodifikasi yang sesuai dengan nilai – nilai dan menjadi aspirasi individu karena kesuksesan, kekuasaan, dan perhatian tidak secara langsung dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
segera dipersepsikan, tetapi disaring melalui nilai – nilai dan tujuan yang dimiliki individu, -
cara seseorang menghadapi devaluasi karena individu dapat meminimalkan, mendistorsi, atau menekan tindakan merendahkan orang lain karena kegagalan mereka sendiri, mereka mungkin menolak hak orang lain untuk menghakimi mereka, serta dapat menjadi sangat sensitif terhadap penilaian yang dibuat orang lain.
B. Dukungan Sosial 1. Pengertian Dukungan Sosial Dukungan sosial merupakan suatu hal yang mengacu pada persepsi
individu
terhadap
perasaan
nyaman,
kepedulian,
penghargaan terhadap dirinya, atau pertolongan yang diterima oleh individu dari orang lain atau suatu kelompok tertentu (Wallston et al., 1983; Wills & Fegan, 2001 dalam Sarafino, 2008). Dukungan dapat berasal dari banyak sumber, misalnya pasangan, keluarga, teman – teman, dokter, atau organisasi kemasyarakatan (Sarafino, 2008). Siegel (1993) mendefinisikan dukungan sosial sebagai suatu informasi dari individu bahwa ia merasa dicintai dan diperhatikan, dihormati dan dihargai, menjadi bagian dari sebuah jaringan komunikasi dan melakukan hubungan yang saling menguntungkan dengan orangtua, pasangan atau kekasih, kerabat, teman – teman, hubungan sosial, dan komunitas tertentu (dalam Taylor, 1999).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
Thompson (1995) menyatakan bahwa dukungan sosial terdiri dari relasi sosial yang menyediakan (atau berpotensi untuk dapat menyediakan) sumber material dan interpersonal yang bernilai bagi penerimanya, seperti konseling, akses informasi dan pelayanan, berbagi tugas dan responsibilitas, dan kemampuan akuisisi (dalam Miyahara, 2008). Sedikit berbeda dengan Thompson, Peterson (2007) mendefinisikan dukungan sosial sebagai perasaan menjadi bagian, diterima, dicintai, dan dipedulikan oleh keluarga, teman, rekan kerja, dan orang lain yang dapat memberikan hal – hal tersebut. Dukungan sosial membentuk perasaan aman dalam berelasi, yakni perasaan cinta dan kedekatan yang menjadi aspek utama dalam relasi tersebut (dalam Farzaee, 2012). Walen dan Lachman (2000) menyatakan bahwa dukungan sosial dioperasionalkan sebagai persepsi seseorang yang melihat sikap kepedulian dan sikap memahami yang ditunjukkan oleh orang lain. Dengan melihat beberapa penjelasan terkait dengan pengertian dukungan sosial yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan pandangan dan perasaan diterima, dicintai, dan dipedulikan oleh orang lain di sekitarnya, serta menjadi bagian dalam kelompok yang dimiliki oleh tiap individu. Dukungan sosial yang didapatkan individu akan membentuk perasaan aman dalam berelasi yang didasarkan pada dua aspek utama, yaitu cinta dan kedekatan dengan orang lain. Dukungan sosial dapat diperoleh dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
orang – orang di sekitar individu, antara lain dari keluarga, teman, masyarakat, ataupun kelompok – kelompok sosial tertentu.
2. Jenis Dukungan Sosial Dukungan sosial menyediakan empat fungsi dasar bagi individu (Cutrona & Gardner, 2004; Schaefer, Coyne, & Lazarus, 1981; Wills & Fegan, 2001 dalam Sarafino, 2008). -
Dukungan
emosional
(emotional
atau
esteem
support)
memberikan empati, kepedulian, perhatian, pandangan positif, dan dorongan pada individu tersebut. Hal ini memberikan rasa nyaman dan keyakinan akan rasa saling memiliki dan dicintai, terutama saat individu dalam keadaan yang tidak menyenangkan. -
Dukungan instrumental (tangible atau instrumental support) meliputi bantuan secara langsung, seperti saat seseorang meminjamkan uang atau membantu tugas yang dimiliki oleh individu tersebut.
-
Dukungan
informasional
(informational
support)
meliputi
pemberian nasihat, arahan, saran, atau masukan terkait hal – hal yang individu tersebut lakukan. -
Dukungan pendampingan (companionship support) mengacu pada kesediaan orang lain untuk menghabiskan waktu bersama dengan individu, sehingga hal tersebut memberikan perasaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
sebagai anggota dalam suatu kelompok individu yang dapat saling berbagi minat dan aktivitas secara sosial. Beberapa peneliti lain juga menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat memiliki beberapa bentuk, antara lain dukungan penilaian (appraisal support), bantuan secara langsung (tangible assistance), dukungan informasional (informational support), dan dukungan emosional (emotional support). Dukungan penilaian (appraisal support) meliputi bantuan yang diberikan pada individu untuk memahami peristiwa yang kurang menyenangkan dengan lebih baik, serta memahami sumber dan strategi coping yang harus digunakan untuk dapat menghadapi permasalahan tersebut. Individu yang menghadapi peristiwa tidak menyenangkan dapat menentukan kemungkinan ancaman yang diberikan oleh situasi tersebut dan bisa mendapatkan keuntungan dari saran yang diberikan terkait dengan cara yang digunakan untuk mengelola peristiwa tersebut melalui pertukaran pandangan dengan orang lain. Bantuan dan dukungan secara langsung (tangible assistance) melibatkan ketersediaaan dukungan secara material, seperti layanan bantuan keuangan atau barang. Keluarga dan teman – teman dapat menyediakan dukungan informasional (informational support) terkait dengan peristiwa yang kurang menyenangkan tersebut. Individu juga sering merasa menderita secara emosional selama berada pada masa – masa yang berat dan mungkin sekali akan mengalami depresi, kesedihan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
kecemasan, dan kehilangan harga dirinya. Teman – teman dan keluarga yang mendukung dapat memberikan dukungan emosional (emotional support) dengan meyakinkan individu tersebut bahwa dirinya merupakan orang yang berharga dan selalu dipedulikan (e.g., S. Cohen, 1988; Reis, 1984; Schwarzer & Leppin, 1991; Wills, 1991 dalam Taylor, 1999 ). Rock dan Itwart (1999; Zaki, 2008; dalam Tajbakhsh & Rousta, 2012) menyatakan bahwa dukungan sosial memiliki dua bentuk, yakni emosi dan instrumen. Dukungan sosial secara emosional dapat dianggap sebagai suatu bentuk relasi yang penuh kepercayaan dan afeksional dengan orang lain, sedangkan tujuan dukungan sosial instrumental adalah untuk memberikan pelayanan, berkontribusi dalam kegiatan – kegiatan, menyediakan dukungan finansial, dan memberi bantuan pada individu tersebut. Berdasarkan beberapa pandangan para ahli tersebut, maka dukungan sosial dapat dikelompokkan menjadi 4 bentuk yang meliputi dukungan emosional (emotional support), dukungan instrumental (informational
(instrumental support),
support), dan
dukungan dukungan
informasional pendampingan
(companionship support). -
Dukungan emosional merupakan dukungan yang diberikan pada individu sehingga individu dapat merasa bahwa dirinya berharga, dicintai, dan dipedulikan oleh orang lain. Dukungan emosional
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
dapat diwujudkan dengan cara memberikan empati, perhatian, kepedulian, dorongan semangat, atau pandangan positif pada individu tersebut. -
Dukungan instrumental adalah dukungan yang diberikan dalam bentuk bantuan secara langsung dan biasanya dalam hal material, seperti meminjamkan barang, uang, atau
membantu dalam
mengerjakan sesuatu. -
Dukungan informasional merupakan dukungan yang diberikan dalam bentuk saran, nasihat, arahan, serta masukan sehingga individu dapat memahami suatu hal atau peristiwa tertentu dengan baik.
-
Dukungan pendampingan lebih mengacu pada ketersediaan orang lain dalam meluangkan waktunya untuk mendampingi individu.
3. Faktor Pendukung Dukungan Sosial Dukungan sosial memiliki peran yang penting dalam kehidupan individu, namun tidak semua individu mendapatkan dukungan sosial yang sama besarnya satu sama lain. Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi besarnya dukungan sosial yang diterima oleh tiap individu (Antonnuci, 1985; Broadhead et al., 1983; Wortman & Dunkel-Schetter, 1987 dalam Sarafino, 2008). Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi besar dukungan sosial yang diterima individu, antara lain:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
-
Faktor yang terkait dengan potensi penerimaan individu yang menerima dukungan sosial. Individu tidak akan mungkin menerima dukungan sosial apabila individu tersebut tidak ramah dan tidak membiarkan orang lain mengetahui bahwa dirinya membutuhkan suatu pertolongan. Beberapa individu tidak cukup yakin untuk meminta bantuan dari orang lain dan berpikir bahwa mereka harus bersikap independen atau tidak boleh membebani orang lain.
-
Faktor yang terkait dengan pihak yang memberikan dukungan, misalnya saja bila individu yang menjadi sumber pemberi dukungan sosial tidak memiliki sumber daya yang dibutuhkan, tidak mampu membantu dirinya sendiri, atau tidak peka terhadap kebutuhan orang lain.
-
Ukuran, komposisi, tingkat keintiman, dan frekuensi individu untuk melakukan kontak dengan lingkungan sosialnya, seperti jumlah orang yang mereka kenal juga turut mempengaruhi besarnya dukungan sosial yang dapat dimiliki individu (Cutrona & Gardner, 2004; Wills & Fegan, 2001 dalam Sarafino, 2008).
C. Kecemasan Kesempatan Kerja Penyandang Disabilitas Fisik 1. Pengertian Kecemasan Freud (dalam Feist & Feist, 2008) mendefinisikan kecemasan sebagai
sebuah
kondisi
yang tidak
menyenangkan,
bersifat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
emosional, dan sangat terasa kuatnya, disertai sebuah sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat. Kecemasan seringkali samar – samar, namun selalu dapat dirasakan dan hanya ego yang dapat mendeteksi tiap jenis kecemasan, sedangkan id, super ego, dan dunia eksternal masing – masing terlibat hanya pada satu jenis kecemasan. Begitu pula dengan Rogers (dalam Feist & Feist, 2008) yang menyatakan bahwa kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman atau tegang tanpa penyebab yang jelas. Kecemasan muncul saat kita tidak terlalu menyadari kontradiksi antara penghayatan organismik dan konsep
diri.
Gunarsa
(dalam
Nainggolan, 2011) juga
mendefinisikan kecemasan sebagai perasaan yang tidak menentu, takut yang tidak jelas, dan tidak terikat pada suatu ancaman bisa menyebabkan individu menjauhkan diri, menghindar dari lingkungan, atau tempat – tempat dan keadaan tertentu. Sedikit berbeda dengan pengertian sebelumnya, Sullivan (dalam Feist & Feist, 2008) menyatakan bahwa kecemasan adalah tegangan yang mengganggu pemenuhan kebutuhan. May (dalam Feist & Feist, 2008) mendefinisikan kecemasan sebagai perasaan terancam oleh sesuatu yang belum terjadi. Kecemasan adalah kondisi subjektif individu yang semakin menyadari bahwa eksistensinya tidak bisa dihancurkan, tetapi juga bahwa dia bisa saja jadi „tidak – mengada‟. Kecemasan dapat tumbuh dari kesadaran terhadap ketidakmengadaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
atau dari ancaman terhadap sejumlah nilai yang esensial bagi eksistensi dan hadir ketika manusia berkonfrontasi dengan potensi pemenuhan dirinya. Seligman (2001) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan gelisah secara umum terkait dengan bahaya – bahaya yang tidak jelas atau spesifik. Beberapa ahli teori juga memandang kecemasan sebagai respon terhadap situasi yang mengancam, sedangkan para ahli yang lain menjelaskan kecemasan sebagai dorongan yang mengarah pada respon untuk mengatasi situasi tertentu. Meskipun banyak mekanisme yang berbeda, banyak pihak merasa setuju bahwa tingkat kecemasan yang wajar bertindak sebagai perlindungan untuk menjaga individu agar tidak mengabaikan suatu hal yang membahayakan (Sue dkk., 1986). Kecemasan terkadang sering dianggap sama dengan perasaan takut. Kecemasan dan perasaan takut adalah perasaan yang sangat mirip dan ditandai dengan keadaan yang tidak menyenangkan dari suatu ketegangan, ketakutan akan suatu objek atau peristiwa tertentu, dan keinginan untuk menghindari sumber penyebab munculnya perasaan tersebut. Walaupun sangat mirip, kecemasan berbeda dengan perasaan takut. Perasaan takut biasanya mengacu pada sumber tertentu, sedangkan penyebab kecemasan tidak cukup jelas dan lebih bersifat abstrak (Byrne & Kelley, 1981).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
Berdasarkan beberapa pengertian kecemasan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan suatu kondisi atau perasaan yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan – perasaan subjektif, seperti ketegangan, ketakutan, dan kekhawatiran. Penyebab perasaan cemas berasal dari hal-hal yang bersifat lebih abstrak atau tidak jelas.
2. Jenis Kecemasan Freud (dalam Feist & Feist, 2008) menyatakan bahwa terdapat 3 jenis kecemasan, yakni: a. Kecemasan neurotis, yakni kekhawatiran mengenai bahaya yang tidak
diketahui.
Kecemasan
neurotis
dihasilkan
dari
ketergantungan ego pada id. b. Kecemasan moral, yang berasal dari konflik antara ego dan superego. c. Kecemasan realistik, yakni perasaan tidak tentu yang tidak menyenangkan terhadap bahaya yang bisa saja terjadi. Kecemasan realistik dihasilkan oleh ketergantungan kepada dunia eksternal yang menghasilkan kecemasan analitis. May (dalam Feist & Feist, 2008) mengemukakan bahwa kecemasan memiliki 2 sifat, yakni:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
a. Kecemasan normal adalah suatu hal yang proporsional bagi ancaman, tidak melibatkan represi, dan bisa ditentang secara konstruktif di tingkatan sadar. b. Kecemasan neurotik merupakan reaksi tidak proporsional terhadap ancaman, melibatkan represi, dan bentuk – bentuk konflik intrapsikis lainnya, dan diatur oleh beragam jenis pemblokiran aktivitas dan kesadaran. Spielberger membagi kecemasan menjadi dua tipe, yakni trait anxiety dan state anxiety (dalam Byrne & Kelley, 1981). Trait anxiety mengacu pada perbedaan tiap individu yang cukup stabil dalam level kecemasan, sedangkan state anxiety mengacu pada suatu kondisi yang terjadi sementara waktu dan bersifat fluktuatif dalam menanggapi suatu situasi tertentu. Spielberger juga memaparkan bahwa state anxiety ditandai dengan perasaan subjektif dari sebuah kekhawatiran dan ketegangan yang ditambah dengan aktivasi sistem saraf otonom, sedangkan trait anxiety lebih mengacu pada sistem motif atau sebuah kecenderungan yang merupakan predisposisi seseorang untuk merespon dengan reaksi state anxiety ke dalam situasi – situasi yang dipersepsikan sebagai sebuah ancaman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
3. Gejala Kecemasan Kaplan dan Sadock (dalam Nainggolan, 2011) mengatakan bahwa gejala kecemasan dapat dilihat dari 3 (tiga) aspek, yaitu: a. Kesadaran adanya sensasi fisiologis (seperti jantung berdebar – debar dan berkeringat). b. Kesadaran adanya sensasi psikologis (kesadaran sedang gugup atau ketakutan). c. Kesadaran adanya sensasi kognitif. Sue dkk. (1986) menjelaskan bahwa kecemasan dapat diwujudkan dalam empat hal, yakni secara kognitif (dalam pemikiran seseorang), motorik (dalam tindakan seseorang), somatik (berupa reaksi fisik atau biologis), dan secara afekif (emosi seseorang). Kecemasan yang diwujudkan secara kognitif dapat bervariasi mulai dari kekhawatiran yang ringan hingga yang paling panik. Kecemasan yang cukup berat dapat membawa dampak yang terparah berupa kematian, keterpakuan pada bahaya yang tidak diketahui, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau membuat keputusan, dan kesulitan untuk tidur. Perilaku motorik juga akan terpengaruh ketika individu mengalami kecemasan. Individu yang mengalami kecemasan memperlihatkan gerakan – gerakan secara acak mulai dari tubuh yang bergemetar secara halus hingga bergetar dengan lebih parah. Perilaku yang bermacam – macam dapat ditunjukkan oleh individu, seperti kegelisahan secara umum, mondar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
– mandir, menggeliatkan tubuh, menggigit bibir, menggigit kuku, menggemeretakan ruas jari, dan melompat. Tubuh mempersiapkan untuk merespon ancaman – ancaman yang mungkin muncul pada tiap waktu. Perubahan secara somatik juga mungkin muncul dari cara menarik nafas, mulut yang kering, tangan dan kaki yang terasa dingin, mengalami diare, meningkatnya frekuensi buang air kecil, pingsan, jantung yang berdebar – debar, ketegangan otot (terutama di bagian kepala, leher, bahu, dan dada), dan mengalami gangguan pencernaan. Manifestasi kecemasan yang paling banyak dialami berada pada bagian afektif, yakni semacam perasaan ketegangan yang sedikit berdekatan dengan perasaan terteror dalam keadaan kecemasan yang cukup kronis. Individu merasa gelisah dan khawatir terus – menerus akan adanya bahaya yang mungkin terjadi dalam kondisi semacam ini, tanpa mempedulikan seberapa baiknya kondisi lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Seligman (2001) juga mengungkapkan bahwa kecemasan memiliki empat komponen yang sama seperti rasa takut, namun memiliki perbedaan utama dalam elemen kognitif. Komponen kognitif dari rasa takut adalah pemikiran bahwa terdapat bahaya yang jelas dan spesifik, sedangkan komponen kognitif dari kecemasan adalah pemikiran terhadap bahaya yang lebih menyebar dan tidak jelas. Komponen somatik dari kecemasan sama dengan perasaan takut, yakni elemen sebagai reaksi terhadap keadaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
darurat. Banyak sekali elemen emosional dari kecemasan yang juga terjadi pada perasaan takut, seperti suatu perasaan yang sedikit aneh pada bagian ulu hati atau merasa ketakutan. Individu merasa terdorong untuk melakukan tindakan (seperti mematung atau berlari) ketika merasa ketakutan, namun individu cenderung merasa tidak pasti untuk bertindak saat mengalami kecemasan. Komponen perilaku antara kecemasan dan ketakutan tidak jauh berbeda yang termasuk dalam reaksi „flight’ (kabur atau melarikan diri) atau „fight’ (menghadapi), namun individu mudah untuk menargetkan diri pada stimulus yang menjadi ancaman dan bereaksi dalam keadaan takut, sedangkan individu akan merasa panik untuk dapat menemukan stimulus yang menjadi ancaman saat mengalami kecemasan dan mengakibatkan individu mengalami kesulitan untuk bereaksi. Individu akan bereaksi dengan cepat saat merasa takut, sedangkan individu harus sedikit waspada terhadap pertanda yang akan membantu dalam mengidentifikasi ancaman yang ada, sekaligus mempersiapkan diri untuk menghadapi atau melarikan diri dari hal tersebut. State anxiety memiliki tiga komponen, yakni ideational (item – item yang terkait dengan proses – proses kognitif dan berpikir), motorik (item – item yang memiliki keterkaitan utama dengan sistem kerangka otot atau aktivitas motor), dan otonom (item – item yang terkait dengan sistem organ yang dipersarafi oleh sistem saraf
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
otonom). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa stressor secara fisik dan psikologis akan meningkatkan ketiga komponen state anxiety, namun Lushene menemukan bahwa stressor fisik akan memproduksi peningkatan lebih besar pada komponen otonom dari pada komponen ideational maupun motorik pada state anxiety. Pendekatan yang mengisolasi pemisahan komponen – komponen state anxiety mendorong beberapa komponen mungkin berinteraksi dengan jenis situasi stressor di lingkungan individu berada (London & Exner, 1978). Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan secara umum memiliki empat komponen. Komponen yang dimaksud meliputi gejala secara kognitif yang terjadi dalam tingkat pemikiran individu, gejala motorik yang nampak pada perilaku individu, gejala somatik yang terjadi dalam reaksi – reaksi secara biologis, dan gejala afektif atau emosi individu. Beberapa komponen mungkin tidak selalu muncul dalam setiap situasi yang memicu timbulnya kecemasan karena gejala yang ditunjukkan oleh individu juga dipengaruhi oleh jenis situasi stressor, maka komponen kecemasan akan kesempatan kerja dalam penelitian ini dibatasi hanya pada komponen kognitif, somatik, dan afektif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
4. Dampak Kecemasan Kecemasan cenderung menimbulkan kebingungan dan distorsi persepsi, tidak hanya pada ruang dan waktu, tetapi pada orang dan arti peristiwa. Distorsi tersebut dapat mengganggu proses kognitif individu dengan menurunkan kemampuan memusatkan perhatian, menurunkan daya ingat, dan mengganggu kemampuan untuk menghubungkan satu hal dengan hal lain untuk membuat asosiasi. Menambahkan penjelasan tersebut, Sullivan (dalam Feist & Feist, 2008) menyatakan bahwa kecemasan menghasilkan perilaku – perilaku yang: a. mencegah manusia belajar dari kesalahan – kesalahan mereka, b. mempertahankan agar mereka terus mengejar harapan – harapan kanak – kanak terhadap rasa aman, dan c. umumnya memastikan agar manusia tidak akan pernah bisa belajar dari pengalaman – pengalaman.
5. Kecemasan Kesempatan Kerja pada Penyandang Disabilitas Fisik Kesempatan kerja berasal dari kata sempat dan kerja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), kata sempat berarti memiliki peluang dan kata kerja memiliki arti kegiatan melakukan sesuatu atau mengindikasikan
sebuah
matapencaharian
atau
pekerjaan.
Kesempatan kerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
adalah tersedianya lowongan pekerjaan yang ditawarkan oleh pasar kerja, baik oleh pemerintah maupun oleh swasta. Kesempatan kerja adalah tersedianya lapangan kerja bagi angkatan kerja yang membutuhkan pekerjaan (Alam, 2007). Kesempatan kerja (employment) merupakan penggunaan faktor – faktor produksi, khususnya tenaga kerja (Gilarso, 1992). Dalam pengkajian ketenaga kerjaan, kesempatan kerja sering dipicu sebagai permintaan tenaga kerja (Sumarsono, 2009). Ritonga, dkk (2007) menjelaskan bahwa kegiatan ekonomi dalam masyarakat membutuhkan tenaga kerja dan kebutuhan akan tenaga kerja tersebut dapat disebut sebagai kesempatan kerja (demand of labor). Ritonga, dkk (2007) juga menyebutkan bahwa kesempatan kerja juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang menggambarkan tersedianya lapangan kerja (pekerjaan) untuk diisi oleh para pencari kerja. Sukwiaty, dkk (2009) memiliki pandangan yang sejalan dengan Ritonga, dkk. Sukwiaty, dkk (2009) juga menjelaskan bahwa kesempatan kerja adalah jumlah lapangan kerja yang tersedia bagi masyarakat, baik yang telah ditempati (employment) maupun lapangan kerja yang masih kosong (vacancy). Sukwiaty, dkk menyatakan bahwa kesempatan kerja menggambarkan tersedianya lapangan kerja dalam masyarakat, sehingga sering disebut sebagai besarnya permintaan terhadap tenaga kerja. Kesempatan kerja juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan – perusahaan, baik swasta maupun pemerintah dalam berbagai jenis dan ukuran untuk menampung atau menyerap tenaga kerja yang terkait langsung dengan kegiatan produksi. Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa kesempatan kerja merupakan ketersediaan lowongan pekerjaan yang ditawarkan oleh pasar kerja dan dapat menunjukkan besarnya permintaan akan tenaga kerja. Pendefinisian tersebut sekaligus menunjukkan bahwa kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik merupakan perasaan atau kondisi yang tidak menyenangkan pada penyandang disabilitas
fisik
yang
disebabkan
oleh
pandangan
terhadap
ketersediaan lowongan pekerjaan yang ditawarkan oleh pasar kerja, baik oleh pemerintah maupun oleh swasta.
D. Penyandang Disabilitas Fisik 1. Pengertian Disabilitas Fisik Difabel berasal dari kata different ability yang artinya kemampuan yang berbeda atau dari bahasa Inggris disabled person yang dapat diartikan sebagai penyandang cacat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), difabel diartikan sebagai penyandang cacat. Undang – undang No. 4 tahun 1997 pasal 1 menyatakan bahwa penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
dan / atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari: penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, dan penyandang cacat fisik dan mental. Damayanti dan Rostiana menjelaskan tunadaksa sebagai kerusakan, kecacatan, atau ketidaknormalan pada tubuh, seperti kelainan pada tulang atau gangguan pada otot dan sendi yang menyebabkan kurangnya kapasitas normal individu untuk bergerak dan melakukan aktivitas sehari – hari (dalam Machdan & Hartini, 2012). Mangunsong (1998) mendefinisikan tunadaksa sebagai ketidakmampuan tubuh secara fisik untuk menjalankan fungsi tubuh seperti dalam keadaan normal. Hasil Seminar Nasional, Puskurandik, Balitbang, Depdikbud mengartikan anak tunadaksa sebagai anak yang menderita cacat akibat polio myelitis, kecelakaan, keturunan, cacat sejak lahir, kelemahan otot – otot, akibat peradangan otak, dan kelainan motorik yang disebabkan oleh kerusakan pada pusat syaraf atau cerebrum (dalam Mangunsong, 1998). Somantri (2006) mengartikan tunadaksa sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri. White House Conference (1931) menjelaskan tunadaksa sebagai suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir (dalam Somantri, 2006). Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa penyandang disabilitas fisik merupakan setiap orang yang memiliki kondisi cacat secara fisik sehingga menghambat kapasitas normal individu untuk bergerak dan melakukan aktivitas sehari – hari. Kecacatan yang dimiliki biasanya terdapat pada salah satu anggota tubuh, sedangkan anggota tubuh lain dan bagian otak individu dapat berfungsi secara normal.
2. Sebab dan Jenis Disabilitas Fisik Somantri (2006) menjelaskan bahwa ketunadaksaan dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu penyebab yang timbul sebelum, sesudah, dan pada waktu kelahiran. Penyebab yang timbul sebelum kelahiran dapat meliputi faktor keturunan, trauma dan infeksi pada waktu kehamilan, usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak, pendarahan pada waktu kehamilan, maupun keguguran yang dialami ibu. Penyebab yang timbul pada waktu kelahiran dapat meliputi penggunaan alat – alat pembantu kelahiran (seperti tang, tabung, vacuum, dan lain – lain) yang tidak lancar dan penggunaan obat bius pada waktu kelahiran. Penyebab yang timbul sesudah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
kelahiran dapat meliputi infeksi, trauma, tumor, dan kondisi – kondisi lainnya. Mangunsong (1998) mengklasifikasikan kecacatan secara umum menjadi tunadaksa yang tergolong bagian D (SLB D) dan tunadaksa yang tergolong bagian D1 (SLB D1). Anak tunadaksa yang tergolong bagian D (SLB D) ialah anak yang menderita cacat polio atau lainnya, sehingga mengalami ketidaknormalan dalam fungsi tulang, otot – otot atau kerjasama fungsi otot – otot, tetapi mereka berkemampuan normal. Anak tunadaksa yang tergolong bagian D1 (SLB D1) ialah anak yang cacat semenjak lahir atau cerebral palsy, sehingga mengalami cacat jasmani karena tidak berfungsinya tulang, otot sendi, dan syaraf – syaraf. Kemampuan inteligensi mereka di bawah normal atau terbelakang.
3. Dampak Psikologis dan Permasalahan Penyandang Disabilitas Fisik Damayanti dan Rostiana (2003) memaparkan bahwa individu tunadaksa seringkali menghadapi berbagai masalah, baik dari segi emosi, sosial, dan bekerja dikarenakan kecacatan yang dimilikinya (dalam Machdan & Hartini, 2012). Mangunsong (1998) menjelaskan bahwa difabel cacat fisik dapat menunjukkan reaksi emosi yang berbeda – beda terhadap keadaannya tersebut. Reaksi yang ditunjukkan dapat berupa berdiam diri karena depresi, menyalahkan diri sendiri atau kecewa dan khawatir atau membenci keadaannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
sendiri.
Individu
menjadi
malu,
murung,
sedih,
melamun,
menyendiri, dan berputus asa. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa usia ketika ketunadaksaan mulai terjadi turut mempengaruhi perkembangan emosi anak tersebut. Anak yang tunadaksa sejak kecil mengalami perkembangan emosi sebagai anak tunadaksa secara bertahap. Anak yang mengalami ketunadaksaan setelah besar akan mengalaminya sebagai suatu hal yang mendadak, di samping anak yang bersangkutan pernah menjalani kehidupan sebagai orang yang normal, sehingga keadaan tunadaksa dianggap sebagai suatu kemunduran dan sulit untuk diterima. Oleh karena hal tersebut, maka dukungan orangtua dan orang – orang di sekeliling anak tunadaksa merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan emosi anak tunadaksa (Somantri, 2006). Anak yang memiliki kecacatan fisik, namun mampu mengatasi krisis awal keadaannya akan dapat menumbuhkan rasa penerimaan diri terhadap kenyataan yang dihadapi. Sikap positif menyebabkan anak berani berinteraksi dengan lingkungannya, dapat menerima keadaannya dengan jiwa besar, berusaha mandiri sesuai dengan kemampuannya, dan aktif sebagai anak sesuai dengan usianya. Sikap positif ini perlu didukung oleh keluarga, saudara, teman, dan masyarakat di lingkungannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
Anak difabel yang tidak mampu mengatasi krisis yang terjadi pada dirinya akan mengalami ketertekanan, menyesali dirinya terus menerus, dan merasa marah pada orang lain yang memiliki keadaan fisik
yang
normal.
Anak
tidak
mau
berinteraksi
dengan
lingkungannya, mengurung atau mengisolasi diri, dan merasa curiga pada orang lain karena merasa akan diejek, sehingga ia merasa tidak aman dengan keadaan dirinya (Mangunsong, 1998). Papu (2002) menjelaskan bahwa individu tunadaksa mengalami kesusahan dalam mencari kerja karena banyak orang yang menganggap atau memberi stigma bahwa individu tunadaksa tidak memiliki kualifikasi yang cukup untuk bekerja (dalam Machdan & Hartini, 2012). Individu tunadaksa jika bekerja lebih banyak merepotkan, serta menambah pengeluaran perusahaan karena harus menyediakan akomodasi dan fasilitas khusus untuk membantu tunadaksa dalam melakukan pekerjaannya. Lapangan pekerjaan khusus individu tunadaksa juga sangat minim sekali, meskipun telah dibuatnya UU bagi penyandang cacat. Hal – hal tersebut yang seringkali membuat para pelamar tunadaksa gagal diterima bekerja bahkan sebelum mereka sempat menunjukkan kualifikasinya (Machdan & Hartini, 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
E. Remaja Akhir dan Individu Dewasa Awal Perjalanan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa ditandai oleh periode transisional panjang yang dikenal sebagai masa remaja. Papalia (2008)
mendefinisikan
masa
remaja
sebagai
periode
transisi
perkembangan antara masa kanak – kanak dan masa dewasa yang mengandung perubahan besar secara fisik, kognitif, dan psikososial. Sejalan dengan Papalia, Steinberg (2002) juga mendefinisikan masa remaja sebagai periode transisi yang dialami individu secara biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi. Para ahli membagi masa remaja menjadi 3, yakni masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Masa remaja awal mencakup periode usia 10 hingga 13 tahun, masa remaja pertengahan mencakup periode usia 14 hingga 18 tahun, serta masa remaja akhir yang mencakup periode usia 19 hingga 22 tahun (Arnett, 2000; Kagan & Coles, 1972; Keniston, 1970; Lipsitz, 1977 dalam Steinberg, 2002). Hurlock
(1999)
mengungkapkan
bahwa
salah
satu
tugas
perkembangan remaja adalah mempersiapkan karir ekonomi untuk masa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan perubahan status yang dialami oleh remaja, terutama pada status ekonomi dan kelegalan dalam hukum. Remaja mulai mendapatkan izin untuk bekerja karena remaja memiliki hak untuk mengatur keuangan mereka sendiri terkait dengan perubahan status ekonomi, serta mereka sudah legal secara hukum untuk dapat masuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
dalam dunia kerja terkait perubahan status legalitas dalam hukum yang berlaku (Steinberg, 2002). Undang – undang ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 pasal 68 menyatakan bahwa pengusaha dilarang untuk mempekerjakan anak, sedangkan yang dimaksud dengan anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 tahun. Anak yang berusia antara 13 hingga 15 tahun mendapat pengecualian dan diperbolehkan bekerja dengan beberapa ketentuan, diantaranya diperbolehkan melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial. Undang – undang No. 20 tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 138 tahun 1973 pasal 3 juga menyatakan bahwa usia minimum untuk diperbolehkan bekerja di setiap jenis pekerjaan, yang karena sifat atau keadaan lingkungan tempat pekerjaan itu dilakukan dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral orang muda, tidak boleh kurang dari 18 tahun. Hal – hal tersebut dapat menunjukkan bahwa remaja yang berusia 18 tahun ke atas telah dianggap memiliki legalitas dalam hukum untuk bekerja secara utuh dan efektif. Setelah melewati masa remaja akhir, maka individu akan memasuki masa dewasa awal. Individu yang tergolong sebagai dewasa muda merupakan individu yang secara umum berusia antara 20 – 40 tahun (Dariyo, 2003). Santrock (1999) mengungkapkan bahwa individu dewasa muda mengalami transisi, baik secara fisik, intelektual, dan transisi peran sosial (dalam Dariyo, 2003).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
Havighurst (Turner dan Helms, 1995 dalam Dariyo, 2003) mengemukakan tugas – tugas perkembangan dewasa muda, di antaranya (a) mencari dan menemukan calon pasangan hidup, (b) membina kehidupan rumah tangga, (c) meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga, dan (d) menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Sejalan dengan tugas perkembangannya untuk meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga, maka individu dewasa muda berupaya menekuni karier sesuai minat-bakat yang dimiliki dan mampu memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Dariyo (2003) memaparkan bahwa individu dewasa muda akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerjanya bila mereka merasa cocok dan sesuai dengan kriteria tersebut. Bila mereka merasa bahwa minat dan bakatnya belum cocok dengan jenis pekerjaan tersebut, mereka cenderung akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera mereka. Individu dewasa muda terkadang juga akan bertahan dengan suatu pekerjaan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilmu yang mereka miliki karena pekerjaan tersebut memberikan hasil keuangan yang layak (baik). Hal tersebut dapat terjadi karena individu dewasa muda berpikir bahwa dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka dapat membangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
F. Hubungan Antara Self-Esteem Dan Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Kesempatan Kerja Pada Penyandang Disabilitas Fisik Kehidupan individu banyak dipengaruhi oleh banyak hal, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri individu. Salah satu faktor dari dalam diri individu yang memiliki peran penting dalam kehidupan individu adalah self esteem, sedangkan salah satu faktor dari luar diri individu adalah dukungan sosial. Self esteem adalah evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai hal – hal yang berkaitan dengan dirinya, yang diekspresikan melalui suatu bentuk sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat individu dalam meyakini dirinya sendiri sebagai individu yang mampu, penting, dan berharga
(Coopersmith, 1967; dalam Fitria, Brouwer, Khan, &
Almigo, 2013). Self-esteem merupakan salah satu faktor internal yang memiliki peran penting dalam mempengaruhi kinerja dan perilaku seseorang dalam menjalankan kegiatan sehari – hari. Seseorang dengan self-esteem yang relatif tinggi akan memiliki pandangan positif terhadap dirinya dan memiliki kepercayaan bahwa ia memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan dalam kehidupannya. Seseorang dengan self-esteem yang
relatif
rendah
akan
memandang
dirinya
dengan
penuh
ketidakberdayaan dan merasa tidak aman terhadap keberadaan dirinya, sehingga ia merasa tidak mampu menghadapi persoalan dalam kehidupannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
Dukungan sosial adalah perasaan menjadi bagian, diterima, dicintai, dan dipedulikan oleh keluarga, teman, rekan kerja, dan orang lain yang dapat memberikan hal – hal tersebut (Peterson, 2007; dalam Farzaee, 2012). Dukungan sosial membentuk perasaan aman dalam berelasi, yakni perasaan cinta dan kedekatan yang menjadi aspek utama dalam relasi tersebut. Seseorang yang mendapatkan dukungan sosial akan lebih memiliki perasaan aman dan tenteram bila dibandingkan dengan individu yang tidak memperoleh dukungan sosial, maka dukungan sosial merupakan salah satu faktor dari luar diri manusia yang berperan penting dalam mempengaruhi sikap, perilaku, dan kecenderungan kepribadian seseorang. Besarnya dukungan sosial yang dimiliki individu juga akan meningkatkan performansi akan suatu penyelesaian masalah (coping performance), sehingga dapat mengurangi efek dari sebuah stressor (Lakey dan Cohen, 2000). Menjadi seorang difabel memang bukanlah hal yang mudah. Damayanti dan Rostiana (2003) memaparkan bahwa individu tunadaksa seringkali menghadapi berbagai masalah, baik dari segi emosi, sosial, dan bekerja dikarenakan kecacatan yang dimilikinya (dalam Machdan & Hartini, 2012). Hal ini membuat difabel lebih rentan untuk memiliki self esteem yang rendah karena sulit menerima keadaan dan kurang memberikan pandangan yang positif pada dirinya, serta memandang dukungan sosial yang didapatkan secara negatif. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa disabilitas fisik mempengaruhi aspek – aspek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
self esteem, baik dalam kompetensi atletik, sosial, maupun penampilan fisik. Penyandang disabilitas fisik tidak hanya merasa kurang mampu dalam kemampuan secara fisik, namun juga pada penampilan fisik dan kehidupan sosialnya (Miyahara & Piek, 2006). Penelitian Forouzan (dkk) juga menunjukkan bahwa penyadang disabilitas fisik tidak memiliki keadaan yang menyenangkan sehubungan dengan dukungan sosialnya yang diterima dari lingkungan sosialnya. Padahal dukungan sosial merupakan salah satu faktor sosial yang menentukan kesehatan, serta memiliki peran dalam meningkatkan keadaan psikologis individu (Forouzan dkk, 2013). Penyandang disabilitas fisik yang memiliki self esteem rendah cenderung akan mengevaluasi dirinya secara lebih negatif, sehingga mereka akan memandang dirinya dengan penuh ketidakberdayaan. Penyandang disabilitas fisik yang kurang mendapat dukungan sosial dari lingkungannya juga akan memiliki performansi akan suatu penyelesaian masalah (coping performance) yang buruk. Hal ini membuat penyandang disabilitas mudah terkena efek stressor. Padahal coping performance yang buruk memiliki kaitan yang erat dengan perasaan ketidakberdayaan dan keduanya berkaitan dengan perasaan kecemasan. Mikulincer (1994) menggambarkan kecemasan sebagai ekspresi emosional dari perasaan ketidakberdayaan yang dirasakan dua kali lipat, yakni dari perasaan ketidakberdayaan untuk mengubah lingkungan yang mengancam dan ketidakberdayaan untuk menampung perasaan terancam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
tersebut. Perasaan ketidakberdayaan tersebut muncul dari adanya penilaian yang menyertai bahwa coping yang tersedia tidak mampu menyelesaikan suatu permasalahan maupun tidak mampu digunakan untuk menghindari konfrontasi dengan suatu ancaman (Mikulincer, 1994). Di era modern ini, penyandang disabilitas seringkali mengalami kesulitan dalam mendapatkan sebuah pekerjaan. Selain karena banyak pihak menganggap keterampilan yang dimiliki penyandang disabilitas fisik kurang memadai atau kurang dibutuhkan oleh pasar kerja, hal ini juga disebabkan oleh peraturan Undang – Undang no. 4 tahun 1997 pasal 14 tentang peluang kerja penyandang disabilitas yang belum berjalan sebagaimana mestinya di dalam kehidupan sehari – hari. Penyandang disabilitas fisik yang memiliki self esteem rendah, serta kurang mendapat dukungan sosial dari lingkungannya akan mengalami kesulitan dalam menghadapi realitas terkait peluang kerja yang tersedia bagi penyandang disabilitas. Hal ini membuat para penyandang disabilitas fisik rentan untuk mengalami kecemasan kesempatan kerja yang tinggi dikarenakan tidak mampu menghadapi stressor yang dalam hal ini adalah pandangan terkait realitas peluang kerja yang tersedia bagi penyandang disabilitas. Hal ini akan berlaku sebaliknya apabila penyandang disabilitas fisik memiliki self esteem yang tinggi, serta mendapat dukungan sosial yang besar dari lingkungannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
Skema 1 Kaitan antar Variabel Difabel (fisik)
Difabel (fisik)
SelfEsteem (↑)
Dukungan Sosial (+)
SelfEsteem (↓)
Dukungan Sosial (-)
Evaluasi diri (+)
Coping performance baik
Evaluasi diri (-)
Coping performance buruk
Merasa percaya bahwa diri memiliki kemampuan
Diri merasa penuh ketidakberdayaan
Kecemasan Kesempatan Kerja
Kecemasan Kesempatan Kerja
(↓)
(↑)
G. Hipotesis Hipotesis yang diajukkan dalam penelitian ini adalah “ada hubungan negatif yang signifikan antara self-esteem dan dukungan sosial terhadap kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik”. Semakin tinggi self-esteem dan dukungan sosial yang dimiliki penyandang disabilitas fisik, maka akan semakin rendah tingkat kecemasan kesempatan kerja yang dirasakan penyandang disabilitas fisik. Semakin rendah self-esteem dan dukungan sosial yang dimiliki penyandang disabilitas fisik, maka akan semakin tinggi tingkat kecemasan kesempatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
kerja yang dirasakan penyandang disabilitas fisik. Penelitian ini juga memiliki hipotesis bahwa “dukungan sosial memiliki hubungan negatif yang lebih kuat terhadap kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik dibandingkan dengan self-esteem”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional karena menghubungkan dua variabel independen dengan variabel dependen. Penelitian korelasional digunakan untuk menentukan apakah terdapat asosiasi antara dua variabel atau lebih, serta seberapa jauh korelasi yang ada di antara variabel yang diteliti. Penelitian ini menekankan pada penentuan tingkat hubungan yang dapat pula digunakan untuk melakukan prediksi (Sangadji & Sopiah, 2010).
B. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah self-esteem dan dukungan sosial. 2. Variabel Tergantung Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kecemasan kesempatan kerja.
48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
C. Definisi Operasional 1. Kecemasan kesempatan kerja Kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik merupakan perasaan atau kondisi yang tidak menyenangkan pada penyandang disabilitas fisik yang disebabkan oleh pandangan terhadap ketersediaan lowongan pekerjaan yang ditawarkan oleh pasar kerja, baik oleh pemerintah maupun oleh swasta. Kecemasan kesempatan kerja dapat ditunjukkan melalui 3 gejala, yakni gejala secara kognitif yang terjadi dalam tingkat pemikiran individu, gejala somatik yang terjadi dalam reaksi – reaksi secara biologis, dan gejala afektif atau emosi individu. Kecemasan kesempatan kerja
dapat
diukur dengan
skala
kecemasan kesempatan kerja. Aitem – aitem yang terdapat dalam skala kecemasan kesempatan kerja disusun berdasarkan 3 gejala yang ditunjukkan, yakni gejala secara kognitif, somatik, dan afektif. Tingkat kecemasan dapat dilihat dari perolehan skor total pada skala kecemasan kesempatan kerja. Semakin tinggi skor yang diperoleh mengindikasikan tingkat kecemasan yang tinggi.
2. Self-Esteem Self-esteem penyandang disabilitas fisik merupakan evaluasi personal atau penilaian difabel terhadap perasaan keberhargaan atas dirinya. Hal ini dapat diukur dengan menggunakan skala pengukuran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
self-esteem. Skala pengukuran tersebut disusun berdasarkan 3 komponen self-esteem, yakni komponen performansi, sosial, dan fisik. Tinggi atau rendahnya self-esteem difabel dapat diketahui dengan melihat skor total pada skala pengukuran self-esteem. Semakin tinggi skor total yang diperoleh pada skala pengukuran mengindikasikan semakin tinggi self-esteem yang dimiliki oleh penyandang disabilitas fisik.
3. Dukungan Sosial Dukungan sosial pada penyandang disabilitas fisik merupakan pandangan dan perasaan diterima, dicintai, dan dipedulikan oleh orang lain di sekitarnya, serta menjadi bagian dalam kelompok yang dimiliki oleh penyandang disabilitas fisik. Dukungan sosial dapat diperoleh dari orang – orang di sekitar penyandang disabilitas fisik, antara lain dari keluarga, teman, masyarakat, ataupun kelompok – kelompok sosial tertentu. Dukungan sosial dapat dikelompokkan menjadi 4 bentuk yang meliputi dukungan emosional (emotional support), dukungan
instrumental
(instrumental
support),
dukungan
informasional (informational support), dan dukungan pendampingan (companionship support). Dukungan sosial yang dimiliki penyandang disabilitas fisik dapat diukur dengan menggunakan skala pengukuran dukungan sosial. Aitem – aitem dalam skala tersebut disusun berdasarkan 4 bentuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
dukungan sosial. Tinggi atau rendahnya dukungan sosial yang dirasakan oleh penyandang disabilitas fisik dapat diketahui dengan melihat skor total pada skala pengukuran dukungan sosial. Semakin tinggi
skor
total
yang
diperoleh
pada
skala
pengukuran
mengindikasikan semakin tinggi dukungan sosial yang dirasakan oleh penyandang disabilitas fisik.
D. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang digunakan adalah subjek yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Berusia 18 tahun sampai dengan 40 tahun. Alasan pemilihan subjek dengan rentang 18 hingga 40 tahun didasarkan pada rentang usia remaja akhir dan dewasa awal. Remaja pertengahan merupakan individu yang mencakup periode usia 14 hingga 18 tahun, sedangkan masa remaja akhir mencakup periode usia 19 hingga 22 tahun (Arnett, 2000; Kagan & Coles, 1972; Keniston, 1970; Lipsitz, 1977 dalam Steinberg, 2002). Mereka memiliki tugas perkembangan untuk mempersiapkan karir ekonomi untuk masa yang akan datang (Hurlock, 1999). Individu yang tergolong sebagai dewasa muda merupakan individu yang secara umum berusia antara 20 – 40 tahun dan memiliki tugas perkembangan yang salah satunya adalah meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga (Dariyo, 2003). Undang – undang ketenagakerjaan No. 13
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
tahun 2003 pasal 68 dan Undang – undang No. 20 tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 138 tahun 1973 pasal 3 juga mengungkapkan bahwa batas minimun seseorang yang diperbolehkan bekerja secara efektif adalah individu yang berusia 18 tahun ke atas. 2. Menderita cacat fisik atau termasuk dalam kategori bagian D (SLB D). Subjek merupakan individu yang memiliki cacat fisik, namun memiliki kemampuan inteligensi normal, layaknya individu normal pada umumnya. Alasan pemilihan subjek karena karakteristik subjek yang dimungkinkan dapat bekerjasama dengan baik dalam penelitian yang dilakukan peneliti. 3. Belum Bekerja Subjek merupakan individu yang belum pernah bekerja atau belum memiliki pekerjaan. Alasan pemilihan subjek dengan karakteristik tersebut didasarkan pada definisi kecemasan kesempatan kerja, yakni perasaan atau kondisi yang tidak menyenangkan pada individu yang disebabkan oleh pandangan terhadap ketersediaan lowongan pekerjaan yang ditawarkan oleh pasar kerja. Individu yang belum bekerja dimungkinkan akan lebih representatif dibandingkan dengan individu yang sudah bekerja. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling. Convenience sampling merupakan metode sampling dengan cara mengambil sampel yang tersedia dan mudah ditemui sesuai karakteristik yang ditetapkan (Siregar, 2013). Alasan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
pemilihan metode sampling dengan convenience sampling didasarkan pada pertimbangan karakteristik subjek yang telah ditetapkan, yakni subjek yang menderita cacat fisik dan berusia 18 hingga 40 tahun.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data Metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data adalah dengan cara menyebarkan skala pengukuran penelitian pada subjek yang telah ditentukan untuk melakukan pengisian pada skala pengukuran. Alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah skala pengukuran yang terdiri atas skala pengukuran self-esteem, skala pengukuran
dukungan
sosial,
dan
skala
pengukuran
kecemasan
kesempatan kerja. Ketiga skala pengukuran disusun sendiri oleh peneliti. Skala self-esteem terdiri atas 49 pernyataan yang disusun berdasarkan 3 komponen self-esteem, yakni komponen performansi, sosial, dan fisik. Komponen performansi meliputi evaluasi terhadap kemampuan – kemampuan intelektual, kepercayaan diri, prestasi, dan kompetensi – kompetensi umum yang dimiliki individu. Komponen sosial meliputi evaluasi dan persepsi terhadap respon yang diterima individu dari lingkungan sosialnya. Komponen fisik meliputi evaluasi individu terhadap kondisi dirinya secara fisik. Skala self-esteem memuat pernyataanpernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable. Pernyataan yang bersifat favorable adalah pernyataan yang merujuk pada penilaian self-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
esteem secara lebih positif, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang merujuk pada penilaiaan self-esteem secara lebih negatif. Tabel 1 Cetak Biru Skala Self-Esteem Sebelum Seleksi Aitem No. 1. 2. 3.
Aspek
Favorable 1, 11, 21, 31, Performansi 39, 44 4, 9, 10, 19, Fisik 20, 29, 30, 46 2, 8, 12, 18, Sosial 22, 28, 32, 38, 40, 43, 45 Total 25
Unfavorable 6, 16, 26, 36, 42, 47 5, 14, 15, 24, 25, 34, 35 3, 7, 13, 17, 23, 27, 33, 37, 41, 48, 49 24
Jumlah 12 15 22 49
Skala dukungan sosial terdiri atas 58 pernyataan yang disusun berdasarkan 4 bentuk dukungan sosial, yakni dukungan emosional (emotional support), dukungan instrumental (instrumental support), dukungan
informasional
(informational
support),
dan
dukungan
pendampingan (companionship support). Dukungan emosional merupakan dukungan yang diberikan sehingga individu dapat merasa bahwa dirinya berharga, dicintai, dan dipedulikan oleh orang lain. Dukungan emosional dapat diwujudkan dengan cara memberikan empati, perhatian, kepedulian, dorongan semangat, atau pandangan positif pada individu tersebut. Dukungan instrumental adalah dukungan yang diberikan dalam bentuk bantuan secara langsung dan biasanya dalam hal material, seperti meminjamkan barang, uang, atau membantu dalam mengerjakan sesuatu. Dukungan informasional merupakan dukungan yang diberikan dalam bentuk saran, nasihat, arahan, serta masukan sehingga seseorang dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
memahami suatu hal atau peristiwa tertentu dengan baik. Dukungan pendampingan lebih mengacu pada ketersediaan orang lain dalam meluangkan waktunya untuk mendampingi individu. Skala dukungan sosial memuat pernyataan-pernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable. Pernyataan yang bersifat favorable adalah pernyataan yang merujuk pada penilaian dukungan sosial yang diterima secara lebih positif, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang merujuk pada penilaiaan dukungan sosial yang diterima secara lebih negatif. Tabel 2 Cetak Biru Skala Dukungan Sosial Sebelum Seleksi Aitem No. Aspek Favorable 2, 7, 11, 32 1. Instrumental Pendampingan 18, 19, 28, 39, 2. (Companionship) 47 3, 12, 17, 23, 26, 38, 48, 51, 3. Informasional 57, 58 1, 5, 9, 14, 15, 30, 31, 36, 40, 4. Emosional 50, 53 Total 30
Unfavorable 6, 22, 37, 42 24, 25, 29, 34, 44 8, 13, 16, 33, 45, 55, 43, 52 4, 10, 20, 21, 27, 35, 41, 46, 49, 54, 56 28
Jumlah 8 10 18
22 58
Skala kecemasan kesempatan kerja terdiri atas 24 pernyataan yang disusun berdasarkan 3 gejala kecemasan, yakni gejala secara kognitif yang terjadi dalam tingkat pemikiran individu, gejala somatik yang terjadi dalam reaksi – reaksi secara biologis, dan gejala afektif atau emosi individu. Skala kecemasan kesempatan kerja memuat pernyataanpernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable. Pernyataan yang bersifat favorable adalah pernyataan yang merujuk pada sikap yang lebih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
cemas, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang merujuk pada sikap yang tidak cemas. Tabel 3 Cetak Biru Skala Kecemasan Kesempatan Kerja Sebelum Seleksi Aitem No. Aspek 1. Somatik 2. Kognitif 3. Afektif Total
Favorable 2, 5, 8, 11, 23 4, 10, 17, 22 3, 6, 15, 18, 24 14
Unfavorable 14 1, 7, 13, 20 9, 12, 16, 19, 21 10
Jumlah 6 8 10 24
Ketiga skala disusun dengan menggunakan model Likert. Skala Likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu (Siregar, 2013). Ketiga skala memuat 4 pilihan respon pernyataan, yakni Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skor untuk tiap respon terbagi dalam rentang 1 hingga 4. Sistem skoring yang digunakan pada tiap skala dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4 Sistem Skoring Skala Pengukuran Skoring Pernyataan Favorable Respon Skor Sangat Sesuai (SS) 4 Sesuai (S) 3 Tidak Sesuai (TS) 2 Sangat Tidak Sesuai 1 (STS)
Skoring Pernyataan Unfavorable Respon Skor Sangat Sesuai (SS) 1 Sesuai (S) 2 Tidak Sesuai (TS) 3 Sangat Tidak Sesuai 4 (STS)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
Sistem skoring yang digunakan dalam skala penelitian dapat menjelaskan bahwa : -
semakin tinggi total skor yang diperoleh pada skala self-esteem menunjukkan bahwa individu memiliki penilaian self-esteem yang tinggi pada dirinya, sedangkan semakin rendah total skor menunjukkan bahwa individu memiliki penilaian self-esteem yang rendah pada dirinya.
-
Semakin tinggi total skor yang diperoleh pada skala dukungan sosial menunjukkan bahwa individu memiliki penilaian yang lebih positif terhadap dukungan sosial yang diterima dari lingkungan sosialnya, sedangkan semakin rendah total skor menunjukkan bahwa individu memiliki penilaian yang negatif terhadap dukungan sosial yang diterima dari lingkungan sosialnya.
-
Semakin tinggi total skor yang diperoleh pada skala kecemasan kesempatan kerja menunjukkan bahwa individu merasakan kecemasan yang tinggi akan kesempatan kerja yang ada, sedangkan semakin rendah total skor menunjukkan perasaan kecemasan yang rendah pada individu.
F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Skala Validitas
adalah
ketepatan
dan
kecermatan
skala
dalam
menjalankan fungsi ukurnya. Dapat dikatakan bahwa validitas melihat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
sejauh mana skala mampu mengukur atribut yang diukur (Azwar, 1999). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi mengacu pada sejauh mana suatu alat ukur mencakup berbagai perilaku atau kemampuan yang diukur. Salah satu cara yang digunakan untuk memeriksa validitas isi suatu alat ukur adalah dengan meminta penilaian ahli yang berkompeten (Clark-Carter, 2004). Peneliti meminta penilaian skala ukur yang telah disusun kepada dosen pembimbing dan dosen yang berkompetensi dalam bidangnya. Validitas isi dalam penelitian ini telah terpenuhi melalui penilaian kesesuaian isi alat ukur dengan domainnya oleh dosen ahli.
2. Reliabilitas Skala Reliabilitas mengacu pada sejauh mana suatu tindakan akan menghasilkan hasil yang kurang lebih sama dari satu kesempatan ke kesempatan yang lain. Hal itu merujuk pada suatu konsistensi (ClarkCarter, 2004). Metode uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji statistik Cronbach Alpha. Nunnally (1967) menyatakan bahwa suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60 (dalam Ghozali, 2006). Peneliti melakukan uji reliabilitas pada 74 data yang diperoleh dari pengisian skala yang dilakukan oleh subjek yang memenuhi kriteria subjek dalam penelitian ini, yakni individu yang memiliki disabilitas fisik atau termasuk dalam kategori bagian D (SLB D) yang berusia 18
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
hingga 40 tahun dan belum bekerja. Pengujian reliabilitas dilakukan pada semua skala dengan menggunakan program SPSS for Windows version 16.0. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa skala self-esteem, skala dukungan sosial, dan skala kecemasan kesempatan kerja memiliki reliabilitas yang baik. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji reliabilitas pada skala self-esteem yang memiliki nilai Cronbach Alpha sebesar 0.904 sebelum seleksi aitem dilakukan dan memiliki nilai Cronbach Alpha sebesar 0.911 setelah 9 aitem digugurkan. Hasil uji reliabilitas pada skala dukungan sosial menunjukkan bahwa skala memiliki nilai Cronbach Alpha sebesar 0.937 sebelum seleksi aitem dilakukan dan memiliki nilai Cronbach Alpha sebesar 0.949 setelah 15 aitem digugurkan. Hasil uji reliabilitas pada skala kecemasan kesempatan kerja juga menunjukkan nilai Cronbach Alpha yang baik, yakni sebesar 0.842 sebelum seleksi aitem dan 0.860 setelah 7 aitem digugurkan. Tabel 5 Cetak Biru Skala Self-Esteem Sebelum dan Setelah Seleksi Aitem No. 1. 2. 3.
Aspek
Favorable
Unfavorable 6, 16, 26, 36, Performansi 1, 11, 21, 31, 39, 44 42, 47 4, 9, 10, 19, 20, 29, 5, 14, 15, 24, Fisik 30, 46 25, 34, 35 3, 7, 13, 17, 2, 8, 12, 18, 22, 28, Sosial 23, 27, 33, 37, 32, 38, 40, 43, 45 41, 48, 49 Total 18 22
Jumlah 11 11 18 40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
Tabel 6 Cetak Biru Skala Dukungan Sosial Sebelum dan Setelah Seleksi Aitem No. Aspek Favorable 2, 7, 11, 32 1. Instrumental Pendampingan 18, 19, 28, 39, 2. (Companionship) 47 3, 12, 17, 23, 26, 38, 48, 51, 3. Informasional 57, 58 1, 5, 9, 14, 15, Emosional 30, 31, 36, 40, 4. 50, 53 Total 15
Unfavorable 6, 22, 37, 42 24, 25, 29, 34, 44 8, 13, 16, 33, 45, 55, 43, 52 4, 10, 20, 21, 27, 35, 41, 46, 49, 54, 56 28
Jumlah 7 6 13
17 43
Tabel 7 Cetak Biru Skala Kecemasan Kesempatan Kerja Sebelum dan Setelah Seleksi Aitem No. Aspek Favorable 2, 5, 8, 11, 23 1. Somatik 4, 10, 17, 22 2. Kognitif 3, 6, 15, 18, 24 3. Afektif Total 13 Keterangan : pada nomor aitem-aitem
Unfavorable Jumlah 5 14 1, 7, 13, 20 3 9, 12, 16, 19, 21 7 2 15 yang tercetak tebal dan diberi
garis bawah pada tabel 5, 6, dan 7 menunjukkan aitem-aitem yang gugur yang selanjutnya tidak digunakan dalam uji asumsi dan uji hipotesis dalam penelitian.
G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi Terdapat 2 macam uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
a. Uji Linearitas Uji persamaan
linearitas linear
dilakukan
cocok
untuk
digunakan
mengetahui
pada
data
apakah
yang
ada
(Yudiaatmaja, 2013). Bila cocok, maka data yang ada dapat diwakili oleh persamaan linear atau persamaan yang berbentuk garis lurus. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengecek asumsi linearitas adalah dengan test for linearity dalam SPSS (Santoso, 2010). Bila nilai signifikansi pada Linearity > 0.05, maka hubungan antara dua variabel tidak linier. Bila nilai signifikansi pada Linearity < 0.05, maka hubungan antara dua variabel dinyatakan linier (dalam Priyatno, 2012).
b. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal (Santoso, 2010). Salah satu uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data adalah dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (Santoso, 2010). Bila hasil uji statistik nonparametrik Kolmogorov-Smirnov menghasilkan nilai p < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data bersifat tidak normal. Sebaliknya bila hasil uji statistik non-parametrik KolmogorovSmirnov menghasilkan nilai p > 0.05, maka dapat dikatakan bahwa sebaran data bersifat normal (Santoso, 2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
2. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan teknik analisis korelasi dengan Product Moment Pearson karena penelitian ini melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependennya. Analisis dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows version 16.0. Sugiyono (2007) menyatakan bahwa korelasi dengan rentang 0.00 - 0.199 tergolong sangat rendah, 0.20 – 0.399 tergolong rendah, 0.40 – 0.599 tergolong sedang, 0.60 – 0.799 tergolong kuat, dan 0.80 –
1.000
tergolong
sangat
kuat
(dalam
Priyatno,
2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian Peneliti melakukan beberapa persiapan sebelum melakukan proses penelitian. Persiapan yang dilakukan peneliti berkaitan dengan proses perizinan untuk melaksanakan suatu penelitian di suatu tempat. Proses perizinan diawali dengan memastikan bahwa peneliti memungkinkan untuk melakukan penelitian di tempat tersebut terkait dengan ketersediaan partisipan (subjek penelitian) dan mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di tempat tersebut. Peneliti mengurus surat – surat perizinan resmi yang diminta oleh beberapa instansi atau tempat setelah memastikan bahwa peneliti diizinkan meneliti di tempat tersebut, sedangkan peneliti tidak perlu melanjutkan pembuatan surat perizinan resmi untuk beberapa tempat (dalam hal ini adalah komunitas – komunitas) yang tidak mensyaratkan pelampiran surat izin resmi untuk mendapatkan izin penelitiannya. Peneliti mendapatkan surat izin penelitian dari pihak Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma pada awal bulan Maret tahun 2015. Surat izin penelitian dari pihak Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma kemudian diberikan langsung pada pihak Yayasan Penyandang Cacat Mandiri (Yogyakarta) dan Sapda Yogyakarta (Sentra Advokasi Perempuan, Difabel, dan Anak). Peneliti mendapatkan izin untuk 63
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
melakukan penelitian di Yayasan Penyandang Cacat Mandiri (Yogyakarta) dan Sapda Yogyakarta (Sentra Advokasi Perempuan, Difabel, dan Anak) setelah menyerahkan keterangan izin penelitian yang diberikan oleh pihak Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma. Surat izin penelitian dari pihak Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma juga digunakan untuk melanjutkan pembuatan surat perizinan di Sekretariat Daerah Yogyakarta. Peneliti mendapatkan surat izin penelitian dari Sekertariat Daerah Yogyakarta pada tanggal 17 Maret 2015. Proses perizinan kemudian dilanjutkan ke BAPPEDA daerah Bantul, Yogyakarta dan Dinas Sosial DIY. Peneliti mendapatkan surat izin penelitian dari BAPEDDA daerah Bantul, Yogyakarta pada tanggal 20 Maret 2015 dan mendapat surat izin penelitian dari Dinas Sosial DIY pada tanggal 24 Maret 2015. Surat keterangan izin penelitian yang diperoleh peneliti kemudian disampaikan pada pihak SLB Negeri 1 (Bantul) dan BRTPD (Pundong).
B. Proses Penelitian Penelitian dilakukan di beberapa tempat dan komunitas yang ada di daerah Yogyakarta dan Klaten. Peneliti melakukan penelitian di SLB Negeri 1 (Bantul), BRTPD (Pundong), Forum Peduli Difabel Bantul, Yayasan Penyandang Cacat Mandiri (Yogyakarta), Sapda Yogyakarta (Sentra Advokasi Perempuan, Difabel, dan Anak), Persatuan Penyandang Disabilitas Kulon Progo, Persatuan Penyandang Cacat Klaten, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
perkumpulan penyandang disabilitas di daerah Bantul. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Maret hingga bulan Juni tahun 2015. Subjek dalam penelitian ini adalah penyandang disabilitas fisik atau termasuk dalam kategori bagian D (SLB D) yang berusia 18 hingga 40 tahun dan belum memiliki pekerjaan. Peneliti menyebarkan skala penelitian pada 92 orang penyandang disabilitas fisik yang berusia 18 hingga 40 tahun, namun hanya 74 data penelitian yang dapat diolah. Hal tersebut dikarenakan 18 data tidak dapat diolah akibat data yang diperoleh dari 14 orang subjek menyatakan bahwa mereka telah bekerja dan skala penelitian dari 4 orang subjek yang belum bekerja tidak terisi secara lengkap atau terisi dengan lebih dari satu pilihan tanggapan pada tiap item pernyataan. Data subjek penelitian yang dapat diolah terdiri atas 40 data subjek laki – laki, 33 data subjek perempuan, dan 1 data subjek yang tidak mencantumkan keterangan jenis kelamin. 43 subjek tinggal di dalam lingkungan asrama instansi tertentu, 30 subjek tinggal di rumah pribadinya atau dengan keluarga, dan 1 orang subjek tinggal di luar asrama dan tidak tinggal bersama keluarga atau di rumah pribadinya. Tabel 8 Deskripsi Jenis Kelamin Subjek Jenis Kelamin Laki - laki Perempuan Tidak teridentifikasi Total
Frekuensi 40 33 1
Persentase 54.1 % 44.6 % 1.4 %
74
100 %
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
Tabel 9 Deskripsi Tempat Tinggal Tempat Tinggal Asrama Rumah pribadi atau dengan keluarga Lain – lain
Frekuensi 43 30 1
Persentase 58.1 % 40.5 % 1.4 %
74
100 %
Total
Data yang dapat diolah dari ke-74 subjek selanjutnya digunakan untuk mengetahui reliabilitas skala penelitian. Setelah uji reliabilitas dilakukan, peneliti menyeleksi aitem-aitem yang memiliki nilai rit yang tidak memenuhi standar untuk selanjutnya tidak digunakan dalam pengujian asumsi dan hipotesis dalam penelitian ini.
C. Hasil Penelitian Peneliti melakukan beberapa uji asumsi sebelum melakukan uji hipotesis. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa data penelitian telah memenuhi persyaratan data yang tepat untuk menggunakan analisis data yang sesuai. Adapun uji asumsi yang dilakukan antara lain : 1. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows version 16.0. Berdasarkan hasil test of linearity dalam SPSS diperoleh hasil bahwa variabel kecemasan memiliki hubungan yang linear dengan variabel self esteem (F = 71.486, p = 0.000; p < 0.05) dan variabel dukungan sosial (F = 113.020, p = 0.000; p < 0.05).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
Tabel 10 Ringkasan Hasil Uji Linearitas Variabel Self Esteem dengan Kecemasan Kesempatan Kerja Sum of Squares Linearity Deviation from Linearity
Df
1485.830
Mean Square
F
Sig.
1 1485.830 71.486
1408.715 41
34.359
0.000
1.653
0.075
Tabel 11 Ringkasan Hasil Uji Linearitas Variabel Dukungan Sosial dengan Kecemasan Kesempatan Kerja Sum of Squares Linearity Deviation from Linearity
1782.721 1251.408
Df
Mean Square
F
Sig.
1 1782.721 113.020 40
31.285
1.983
0.000 0.024
2. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows version 16.0. Berdasarkan hasil uji statistik nonparametrik Kolmogorov-Smirnov dapat dikatakan bahwa sebaran data dari tiap variabel memenuhi distribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai Kolmogorov-Smirnov untuk self-esteem sebesar 0.560 dengan nilai signifikansi sebesar 0.912 (p > 0.1),
untuk
dukungan sosial sebesar 1.085 dengan signifikansi sebesar 0.190 (p > 0.1),
dan untuk kecemasan kesempatan kerja sebesar 0.822
dengan signifikansi sebesar 0.508 (p > 0.1).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
Tabel 12 Hasil Uji Statistik Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Skor Total Skor Total Skor Total Self Esteem Social Kecemasan Fix Support Fix Fix N
74
74
74
Normal Parametersa
Mean
119.0405
130.1081
33.9595
Std. Deviation
13.90618
18.03389
6.96260
Most Extreme Differences
Absolute
.065
.126
.096
Positive
.065
.056
.074
Negative
-.053
-.126
-.096
Kolmogorov-Smirnov Z
.560
1.085
.822
Asymp. Sig. (2-tailed)
.912
.190
.508
a. Test distribution is Normal.
3. Hasil Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi yang diolah dengan program SPSS for Windows version 16.0. Berdasarkan hasil uji Pearson Correlation dapat dikatakan bahwa self-esteem memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik (r = -0.648, p = 0.000; p < 0.05) dan dukungan sosial juga memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik (r = -0.710, p = 0.000; p < 0.05).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
Tabel 13 Hasil Uji Korelasi Product Moment Pearson antara Self-Esteem dengan Kecemasan Kesempatan Kerja Correlations Skor Total Kecemasan Fix Skor Total Kecemasan Fix Skor Total Self Esteem Fix
Pearson Correlation
Skor Total Self Esteem Fix -.648**
1
Sig. (2-tailed)
.000
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
74 -.648** .000 74
74 1 74
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Tabel 14 Hasil Uji Korelasi Product Moment Pearson antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan Kesempatan Kerja Correlations Skor Total Skor Total Social Support Kecemasan Fix Fix Skor Total Kecemasan Fix Skor Total Social Support Fix
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 74 -.710** .000 74
-.710** .000 74 1 74
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan hasil uji Pearson Correlation juga terlihat bahwa dukungan sosial memiliki hubungan negatif yang lebih kuat dengan kecemasan kesempatan kerja dibandingan dengan self-esteem.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
4. Hasil Analisis Tambahan Peneliti melakukan beberapa analisis tambahan yang tidak dimasukkan dalam hipotesis utama dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan hasil pengujian hipotesis utama membuat uji analisis tambahan memungkinkan untuk dapat dilakukan. Uji analisis tambahan yang pertama dilakukan dengan pengujian regresi untuk melihat apakah variabel self-esteem dan dukungan sosial dapat menjadi prediktor yang baik untuk memprediksi munculnya kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik. Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa self-esteem bukanlah prediktor yang signifikan untuk memprediksi kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik (β = -0.111, p = 0.112), sedangkan dukungan sosial merupakan prediktor utama dari kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik (β = 0.206, p = 0.000).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
Tabel 15 Hasil Uji Regresi
Model 1 (Constant)
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 73.88 4.939 4
t 14.960
Skor Total Self -.111 .069 -.221 -1.609 Esteem Fix Skor Total Social -.206 .053 -.533 -3.877 Support Fix a. Dependent Variable: Skor Total Kecemasan Fix
Sig. .000 .112 .000
Peneliti melakukan uji statistik non-parametrik KruskalWallis untuk melihat perbedaan dukungan sosial pada penyandang disabilitas fisik yang tinggal di asrama, tinggal bersama dengan keluarga atau di rumah pribadi, serta yang tinggal di luar asrama dan tidak tinggal bersama dengan keluarga. Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan dukungan sosial pada penyandang disabilitas fisik yang tinggal di asrama, tinggal bersama dengan keluarga atau di rumah pribadi, serta yang tinggal di luar asrama dan tidak tinggal bersama dengan keluarga (p = 0.164; p > 0.05). Peneliti juga melakukan uji statistik non-parametrik Kruskal-Wallis
untuk
melihat
perbedaan
kecemasan
pada
penyandang disabilitas fisik yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
perbedaan kecemasan pada penyandang disabilitas fisik yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan (p = 0.255; p > 0.05).
D. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-esteem dan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik. Hal tersebut menunjukan bahwa hipotesis adanya hubungan negatif yang signifikan antara self-esteem dan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik telah terbukti. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan beberapa data hasil penelitian terkait relasi self esteem dengan kecemasan yang dicantumkan dalam penelitian milik Sowislo dan Orth (2013). Meskipun bukan merupakan penelitian yang serupa dengan penelitian ini, namun data hasil penelitian – penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa self esteem memiliki korelasi yang negatif terhadap kecemasan (bandingkan dengan Sowislo dan Orth, 2013). Self-esteem memiliki hubungan yang negatif dengan kecemasan kesempatan kerja pada difabel menunjukkan bahwa semakin tinggi selfesteem yang dimiliki penyandang disabilitas fisik, maka penyandang disabilitas fisik tersebut akan memiliki kecemasan yang semakin rendah akan kesempatan kerja yang ada. Individu dengan self-esteem yang tinggi mengevaluasi dirinya dengan lebih positif dan mengalami perasaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
keberhargaan diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang memiliki self-esteem rendah (Brown, 1998 dalam Brown & Marshall, 2006). Individu dengan self-esteem tinggi juga cenderung lebih bersikap proaktif dan optimis, sedangkan individu dengan self-esteem rendah cenderung lebih bersikap reaktif dan pesimis (Rosenberg & Owens, 2001 dalam Owens & McDavitt, 2006). Evaluasi positif membuat individu dengan self-esteem tinggi memiliki kepercayaan bahwa ia memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan dalam kehidupannya. Berbeda dengan individu yang memiliki self-esteem rendah, mereka akan memandang dirinya dengan penuh ketidakberdayaan dan cenderung menyerah terhadap suatu persoalan atau tidak menggali kemampuannya (Tajbakhsh, 2012), sedangkan Mikulincer (1994) menyatakan bahwa kecemasan adalah ekspresi emosional dari perasaan ketidakberdayaan yang dirasakan dua kali lipat, yakni dari perasaan ketidakberdayaan untuk mengubah lingkungan yang mengancam dan ketidakberdayaan untuk menampung perasaan terancam tersebut. Perasaan ketidakberdayaan tersebut muncul dari adanya penilaian yang menyertai bahwa coping yang tersedia tidak mampu menyelesaikan suatu permasalahan maupun tidak mampu digunakan untuk menghindari konfrontasi dengan suatu ancaman (Mikulincer, 1994). Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa difabel yang memiliki self-esteem tinggi akan mampu bersikap lebih optimis dalam menghadapi realitas akan kesempatan kerja yang ada, sedangkan difabel dengan self-esteem rendah akan bersikap lebih pesimis dan merasa tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
berdaya dalam menghadapi realitas akan kesempatan kerja yang ada. Perasaan
ketidakberdayaan
tersebut
memiliki
kaitan
erat
dalam
membentuk kecemasan akan kesempatan kerja pada difabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dan kecemasan kesempatan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis adanya hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dan kecemasan kesempatan kerja pada difabel telah terbukti. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yasin dan Dzulkifli (2010) terkait dengan hubungan antara variabel dukungan sosial dan kecemasan secara umum. Meskipun bukan merupakan penelitian yang serupa dengan penelitian ini, namun penelitian yang dilakukan oleh Yasin dan Dzulkifli (2010) juga menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap kecemasan. Hubungan negatif yang dimiliki variabel dukungan sosial terhadap kecemasan kesempatan kerja pada difabel juga sejalan dengan penelitian Teoh dan Rose (2001) yang menyatakan bahwa rendahnya dukungan sosial merupakan salah satu hal yang menjadi prediktor pada permasalahan psikologis. Hal tersebut diasosiasikan dengan tingginya level depresi, kecemasan, masalah dalam hal memperhatikan (attention problem), masalah dalam berpikir, permasalahan sosial, keluhan somatik, dan rendahnya self esteem (dalam Yasin dan Dzulkifli, 2010). Dukungan sosial memiliki hubungan yang negatif dengan kecemasan kesempatan kerja pada difabel menunjukkan bahwa semakin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
tinggi dukungan sosial yang dimiliki oleh seorang difabel, maka difabel memiliki kecemasan yang semakin rendah akan kesempatan kerja yang ada. Mikulincer (1994) menyebutkan bahwa kecemasan adalah ekspresi emosional dari perasaan ketidakberdayaan dan perasaan ketidakberdayaan tersebut muncul dari adanya penilaian yang menyertai bahwa coping yang tersedia tidak mampu menyelesaikan suatu permasalahan maupun tidak mampu digunakan untuk menghindari konfrontasi dengan suatu ancaman (Mikulincer, 1994). Meskipun demikian, dukungan sosial yang didapatkan seseorang dapat meningkatkan performansi akan suatu penyelesaian masalah (coping performance) selama individu mempersepsi bahwa ia memiliki dukungan sosial yang cukup dan membawa individu menilai bahwa situasi yang mengancam hanyalah sebagai stressor yang kurang berarti (Lakey dan Cohen, 2000). Seorang difabel yang memiliki dukungan sosial yang baik akan mampu mengembangkan coping yang baik untuk mengatasi stressor yang ia hadapi, dalam hal ini adalah pandangan akan ketersediaan kesempatan kerja yang semakin sempit. Hal ini juga akan berlaku sebaliknya ketika difabel kurang mendapatkan dukungan secara sosial, maka difabel tidak akan mampu mengembangkan coping yang baik untuk mengatasi stressor yang ia hadapi. Dukungan sosial dapat berasal dari banyak pihak, seperti orang tua, keluarga, teman, maupun orang – orang di sekeliling individu. Meskipun banyak pihak yang dapat menyediakan kebutuhan individu akan dukungan sosial, dukungan yang diberikan mungkin saja tidak membantu bahkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
ditolak oleh individu yang akan menerima ketika dukungan itu diberikan oleh orang yang tidak tepat. Setiap keadaaan dengan stressor yang berbeda akan memunculkan kebutuhan dukungan yang berbeda pula (dalam Taylor, 1999). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan negatif yang lebih kuat dengan kecemasan kesempatan kerja pada difabel dibandingkan dengan self-esteem, meskipun perbedaannya tidak terlalu besar. Hal ini sekaligus membuktikan hipotesis yang diajukkan dalam penelitian ini. Hubungan dukungan sosial yang lebih kuat dengan kecemasan kesempatan kerja dapat terkait dengan sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial. Individu sejak kecil tinggal dan berkembang dalam suatu sistem sosial, mulai dari perkembangan dalam keluarga hingga berinteraksi dengan masyarakat luas. Perkembangan awal dalam keluarga tersebut yang menjadi landasan penting bagi kondisi psikososial individu (dalam Uchino, 2009). Lingkungan keluarga yang positif di awal perkembangan individu (seperti dukungan dari orang tua, rendahnya konflik dalam keluarga) akan mengembangkan profil keadaan psikososial yang positif pada individu (dalam Uchino, 2009). Profil yang positif tersebut membuat individu dapat mengatasi stressor/ permasalahan dalam hidupnya dengan lebih efektif, fleksibel, dan proaktif. Individu memiliki banyak pilihan dan kemampuan yang luas atau sekumpulan coping yang dapat digunakan untuk mengatur dan mengantisipasi tantangan-tantangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
dalam hidup (dalam Uchino, 2009). Hasil dari perkembangan dalam keluarga di masa awal kehidupan tersebut dapat digeneralisasikan pada masa
perkembangan
anak
dan
dewasa,
sebagai
faktor
yang
menggambarkan bahwa rendahnya dukungan sosial yang diterima dari keluarga akan terkait dengan strategi coping yang buruk ( Hardy, Power, & Jaedicke, 1993; Valentiner, Holohan, & Moos, 1994 dalam Uchino, 2009). Coping yang buruk tersebut yang pada akhirnya berkaitan dengan perasaan kecemasan akan kesempatan kerja. Hasil analisis tambahan menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat menjadi prediktor munculnya kecemasan kesempatan kerja pada difabel, sedangkan self-esteem tidak dapat dijadikan prediktor munculnya kecemasan kesempatan kerja pada difabel. Meskipun dukungan sosial dan self-esteem sama-sama memiliki hubungan dengan kecemasan kesempatan kerja, namum self-esteem tidak dapat dijadikan faktor yang memprediksi kecemasan kesempatan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial merupakan prediktor utama yang dapat digunakan untuk memprediksi munculnya kecemasan kesempatan kerja pada difabel, sehingga bila individu ingin melakukan tindakan untuk mencegah munculnya kecemasan kesempatan kerja pada difabel, maka harus lebih banyak ditekankan pada faktor dukungan sosialnya. Difabel pada tahap perkembangan remaja akhir hingga dewasa awal memiliki tugas perkembangan untuk meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonominya (dalam Dariyo, 2003). Ketika
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
penyandang disabilitas fisik belum memiliki pekerjaan di tahap perkembangan ini, maka difabel lebih rentan untuk merasa cemas saat memikirkan peluang kerja yang terbilang sempit bagi penyandang disabilitas. Dalam hal inilah peran dukungan sosial yang tepat mampu mereduksi perasaan – perasaan cemas yang berpotensi untuk muncul. Papu (2002) menjelaskan bahwa individu tunadaksa mengalami kesusahan dalam mencari kerja karena banyak orang yang menganggap atau memberi stigma bahwa individu tunadaksa tidak memiliki kualifikasi yang cukup untuk bekerja (dalam Machdan & Hartini, 2012). Individu tunadaksa jika bekerja lebih banyak merepotkan, serta menambah pengeluaran perusahaan karena harus menyediakan akomodasi dan fasilitas
khusus
untuk
membantu
tunadaksa
dalam
melakukan
pekerjaannya. Lapangan pekerjaan khusus individu tunadaksa juga sangat minim sekali, meskipun telah dibuatnya UU bagi penyandang cacat. Hal – hal tersebut yang seringkali membuat para pelamar tunadaksa gagal diterima
bekerja
kualifikasinya
bahkan
(Machdan
sebelum &
mereka
Hartini,
2012).
sempat
menunjukkan
Gambaran
tersebut
mencerminkan situasi dukungan sosial yang kurang mendukung bagi difabel. Gambaran dukungan sosial seperti inilah yang dapat menimbulkan kecemasan yang tinggi pada difabel. Situasi yang bertolak belakang dengan gambaran dukungan sosial tersebut, seperti menghilangkan stigma negatif terhadap kemampuan difabel maupun menjalankan UU bagi penyandang cacat sebagaimana mestinya merupakan salah satu bentuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
dukungan sosial yang dapat diberikan oleh semua pihak, baik dari dalam keluarga maupun lingkungan yang berada di sekitar para difabel. Hasil analisis tambahan juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan dukungan sosial yang dimiliki oleh penyandang disabilitas fisik yang tinggal di asrama, tinggal bersama keluarga di rumah pribadi, ataupun tidak tinggal di asrama maupun bersama dengan keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan tempat tinggal tidak menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi dukungan sosial yang dimiliki oleh difabel, melainkan siapa pun orang yang berada dekat dengan difabel dan mampu memberikan dukungan sosial yang tepat dapat lebih berperan dalam penilaian difabel terhadap dukungan yang ia miliki. Penyandang disabilitas fisik yang tinggal bersama dengan keluarga di rumahnya maupun yang tinggal di asrama memiliki peluang yang sama besar untuk dapat memperoleh dukungan sosial yang positif. Penyandang disabilitas fisik yang tinggal dalam keluarga dapat memperoleh dukungan sosialnya dari anggota keluarganya maupun dari pasangannya (suami atau istri bagi yang sudah berkeluarga). Penyandang disabilitas fisik yang tinggal di asrama juga dapat memperoleh dukungan sosialnya dari temanteman yang juga tinggal di asrama, serta dari para pendamping yang ada di asrama. Besar dukungan yang diterima tersebut yang berkaitan dengan perasaan kecemasan pada penyandang disabilitas fisik dalam menyikapi realitas tentang kesempatan kerja bagi para difabel.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
Hasil analisis tambahan yang terakhir menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik yang berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan kesempatan kerja pada difabel. Hal ini dimungkinkan terjadi akibat adanya gerakan kesetaraan gender yang sudah ada di masa kini. Walsh (1985) menyatakan bahwa selama tahun 1960-an, 1970-an, dan 1980-an, perempuan yang masuk dalam angkatan kerja tercatat cukup banyak dan membuat perubahan pada kehidupan perempuan, laki-laki, dan anak-anak (dalam Brannon, 1996). Hal ini membuat perempuan memiliki hak yang sama untuk bisa bekerja dan memungkinkan dapat merasakan kecemasan kesempatan kerja yang sama dengan laki-laki.
E. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tidak lepas dari adanya beberapa keterbatasan akan penelitian. Subjek penelitian ini adalah penyandang disabilitias fisik (daksa) saja, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada kelompok masyarakat pada umumnya dan kelompok penyandang disabilitas
lain,
seperti
penyandang
disabilitas
netra,
tunarungu,
tunagrahita, dan sebagainya. Penelitian ini juga dilakukan pada penyandang disabilitas fisik yang berada pada tahap perkembangan remaja pertengahan hingga dewasa awal, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
digeneralisasikan pada tahap perkembangan lainnya. Selain itu, penelitian ini dilakukan pada subjek yang memiliki konteks budaya kolektif, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada subjek dengan konteks budaya lainnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka terlihat bahwa self-esteem memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik. Meskipun tidak berbeda jauh, hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan negatif yang lebih kuat dengan kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik dibandingkan dengan self-esteem. Berdasarkan hasil analisis tambahan yang telah dilakukan, maka terlihat bahwa dukungan sosial dapat menjadi prediktor yang baik bagi kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik, namun self-esteem tidak dapat menjadi prediktor bagi kecemasan kesempatan kerja pada penyandang disabilitas fisik. Hasil analisis tambahan juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan dukungan sosial yang dimiliki oleh penyandang disabilitas fisik yang tinggal di asrama, tinggal bersama keluarga di rumah pribadi, ataupun tidak tinggal di asrama maupun bersama dengan keluarga. Selain itu, hasil analisis tambahan 82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kecemasan kesempatan kerja pada difabel yang berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki.
B. Saran 1. Bagi Penyandang Disabilitas Fisik Penyandang disabilitas fisik yang memiliki kecemasan tinggi dalam merepon realitas sosial terkait dengan kesempatan kerja yang ada di tengah – tengah masyarakat saat ini diharapkan mampu merefleksikan kembali pandangan yang dimiliki terkait kondisi diri secara pribadi dan pandangan terhadap dukungan-dukungan yang didapatkan dari lingkungannya. Hal ini dikarenakan pentingnya pandangan yang dimiliki oleh kaum difabel dalam membentuk dan mengembangkan dirinya. Tidak setiap orang mampu mendapatkan dukungan sosial yang mereka butuhkan karena banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Individu yang tidak terbuka pada lingkungan sosialnya atau tidak suka memberi bantuan pada orang lain akan sulit mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya (Sarafino, 2008). Oleh karena itu, memiliki sikap terbuka pada lingkungan dan mampu berinteraksi dengan baik dengan lingkungannya merupakan salah satu hal penting untuk dilakukan para difabel agar lingkungan juga mampu membangun dukungan sosial terhadap dirinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
2. Bagi Orang Tua, Anggota Keluarga, dan Masyarakat Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diberikan lingkungan secara khusus memiliki sumbangan terhadap rasa kecemasan kesempatan kerja yang dimiliki oleh penyandang disabilitas fisik. Oleh karena itu, baik bila orang tua dan keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan disabilitas fisik dapat memberikan dukungan yang positif dan penerimaan yang baik bagi para penyandang disabilitas fisik. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang dapat menyediakan suatu dukungan pada difabel dalam bentuk moral maupun material. Hal ini juga akan turut mereduksi perasaan-perasaan cemas pada para penyandang disabilitas fisik, sehingga para penyandang disabilitas fisik dapat lebih baik dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi realitas sosial terkait dengan kesempatan kerja yang ada di tengah – tengah masyarakat saat ini. Lingkungan masyarakat juga diharapkan dapat menyediakan dan memberikan dukungan yang positif dan membangun pada para penyandang disabilitas fisik. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan penerimaan yang baik dan tidak memarginalisasikan para penyandang disabilitas fisik, sehingga para penyandang disabilitas fisik dapat mengembangkan diri dalam masyarakat. Baik bila masyarakat juga dapat membuka peluang kerja bagi penyandang disabilitas fisik dan tidak memberikan penilaian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
dengan pandangan sebelah mata pada kondisi secara fisik yang dimiliki oleh difabel, melainkan dengan melihat kemampuan dan kemauan para penyandang disabilitas fisik untuk berkarya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini memiliki keterbatasan pada subjek dengan disabilitas fisik (daksa), sehingga penelitian selanjutnya baik bila dapat mengembangkannya pada karakteristik disabilitas yang lain. Selain itu, penelitian ini secara khusus belum mampu merepresentasikan keadaan penyandang disabilitas fisik pada umumnya dikarenakan jumlah subjek yang tidak terlalu besar. Oleh sebab itu, baik bila peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian semacam ini dengan jumlah subjek yang cukup besar dan yang terutama adalah dapat merepresentasikan keadaan para
penyandang disabilitas
fisik.
Penelitian ini juga belum melakukan pembatasan pada keadaan disabilitas yang dimiliki sejak lahir ataupun dimiliki akibat suatu peristiwa tertentu, sehingga hal ini mungkin juga dapat turut dipertimbangkan
untuk
penelitian
selanjutnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bhagirathi. (2008). Relationship of Anxiety and Achievement Motivation to Goal Keeping among Secondary School Level Girl Hockey Players. Journal of Exercise Science and Physiotherapy. Vol. 4. No. 2: 115-118 Branden, Nathaniel. (1992). The Power of Self-Esteem. Florida: Health Communications, Inc. Brannon, L. (1996). Gender: Psychological Perspectives. Boston: Allyn and Bacon Brown, Jonathon D., & Marshall, Margaret A. (2006). The Three Faces of Self Esteem. Self-Esteem Issues and Answers: A Sourcebook of Current Perspectives. New York: Psychology Press Buss, Arnold H. (1995). Personality: Temprament, Social Behavior, and the Self. Boston: Allyn and Bacon Byrne, Donn & Kelley, Kathryn. (1981). An Introduction to Personality. 3rd Ed. New Jersey: Prentice-Hall Carter, David C. (2004). Quantitative Psychological Research. New York: Psychology Press CHE. (2010, Juli 29). Jabar Belum Ramah bagi Difabel * Mereka Belum Dapat Pekerjaan Layak. Jawa Barat: KOMPAS
86
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
Dariyo, Agoes. (2003). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo DOE. (2013, Desember 14). Persamaan Hak: Rendah, Kesempatan Kerja Penyandang Disabilitas. KOMPAS (Nasional) Farzaee, N. (2012). Self Esteem and Social Support vs. Student Happiness. International Research Journal of Applied and Basic Sciences. Vol 3. Feist, Jess & Feist, Gregory J. (2008). Theories of Personality . 6th. New York: McGraw Hill Fitria, I., Brower, Rachel J., Khan, Shams Ur R., & Almigo, N. (2013). Does Self-Esteem Contribute Any Effect to Social Anxiety among International University Students. Malaysian Journal of Research. Vol 1. No 1 Forouzan, Ameneh S., et al.(2013). Perceived Social Support among People with Physical Disability. Iranian Red Crescent Medical Journal. 15(8). Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Gilarso, T. (1992). Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Makro. Yogyakarta: Kanisius Gunawan, Rinawati & Anwar, Amanah. (2012). Kecemasan Body Image pada Perempuan Dewasa Tengah yang Melakukan Bedah Plastik Estetik. Jurnal Psikologi. Vol. 10. No. 2 Heatherton, T. F., Wyland, C. L., & Lopez, S. J. (2003). Assessing self-esteem. Positive psychological assessment: A handbook of models and measures, 219-233.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
Hurlock, Elisabeth B. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Ed 5. Jakarta: Erlangga Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Cetakan Pertama Edisi IV. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional: Gramedia Kerlinger, Fred N. (1985). Asas – Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada Press Kuruvilla, A., & Jacob, K. S. (2007). Poverty, Social Stress, & Mental Health. Indian J Med Res 126. pp 273-278 Lakey, B., & Cohen, S. (2000). Social Support Theory and Measurement. In Cohen, S., Underwood, L., & Gottlieb, B. H. (Eds.), Social Support Measurement and Interventions: A Guide for Health and Social Scientists. New York: Oxford Latuconsina, Z. (2014). Afirmasi Kebijakan Pemerintah dalam Fasilitasi Kerja bagi Penyandang Disabilitas. Pandecta. Vol. 9. No. 2 London, H., & Exner, John E. (1978). Dimensions of Personality. New York: John Wiley & Sons, Inc. Machdan, Denia M., & Hartini, N. (2012). Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja Pada Tunadaksa Di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh Pasuruan. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. Vol 1. No 02 Mangunsong, Frieda. (1998). Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta: LPSP 3 UI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
Mikulincer, M. (1994). Human Learned Helplessness: A Coping Perspective. New York: Springer Science + Business Media Miyahara, M. (2008). Social Support for Developmental Disabilities: Theoretical Framework, Practice, and Research Agenda. New Zealand Journal of Disability Studies Miyahara, M., & Piek, J. (2006) Self-Esteem of Children and Adolescent with Physical Disabilities: Quantitative Evidence from Meta-Analysis. Journal of Developmental and Physical Disabilities. Vol. 18. No. 3 Nainggolan, T. (2011). Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Sosial Pada Pengguna NAPZA. Jurnal Sosiokonsepsia. Vol 16. No 02. Nugroho, Rony A., & Helmy, C. (2013, Juni 18). Penyandang Cacat: Kami Hanya Butuh Satu Kesempatan. KOMPAS (Nasional) Owens, Timothy J., & McDavitt, Alyson R. (2006).The Self-Esteem Motive: Positive and Negative Consequence for Self and Society. Self-Esteem Issues and Answers: A Sourcebook of Current Perspectives. New York: Psychology Press Papalia, Diane E., Old, Sally W., & Feldmen, Ruth D. (2008). Human Development. Jld 2. Ed 9. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Priyatno, Duwi. (2012). Belajar Praktis Analisis Parametrik dan Non Parametrik dengan SPSS & Prediksi Pertanyaan Pendadaran Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Gava Media Rejeki, S. (2006, Maret 25). Difabel Perlu Perda. Jawa Tengah: KOMPAS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90
Riggio, Ronald E. (2009). Introduction to Industrial/ Organization Psychology. 5th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc. Ritonga, M. T., Firdaus, Y., Wahyono, T., dkk. (2007). Ekonomi untuk SMA Kelas XI. Jakarta: PT. Phibeta Aneka Gama S, Alam. (2007). Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga Sangadji, Etta M., & Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset Santoso, Agung. (2010). Statistik untuk Psikologi: Dari Blog Menjadi Buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Santoso, Singgih. (2014). Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Sarafino, Edward P. (2008). Health Psychology Biopsychosocial Interactions. 6th Ed. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc. Seligman, Martin E. P., Walker, Elaine F., & Rosenhan, David L. (2001). Abnormal Psychology. 4th Ed. New York: W. W. Norton & Co. Inc. Siregar, Syofian. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara Somantri, T. S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama Sowislo, Julia F., & Orth, Ulrich. (2013). Does Low Self-Esteem Predict Depression and Anxiety? A Meta-Analysis of Longitudinal Studies. Psichological Bulletin. Vol.139. No. 1. 213-240 Steinberg, L. (2002). Adolescence. 6th Ed. America: The McGraw-Hill Companies
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
Sukwiaty, Jamal, S., & Sukamto, Slamet. (2009). Ekonomi SMA Kelas XI. Bogor: Yudhistira Sue, David., Sue, Derald., & Sue, Stanley. (1986). Understanding Abnormal Behavior. 2nd Ed. Dallas: Hougton Mifflin Company Sumarsono, Sonny. (2009). Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu Tajbakhsh, G., & Rousta, M. (2012). The Effect of Social Support on SelfEsteem. Journal of Basic and Aplied Scientific Research Taylor, Shelley E. (1999). Health Psychology. 4th Ed. Boston: The McGraw-Hill Trihendradi, C. (2013). Langkah Mudah Menguasai SPSS 21. Yogyakarta: Andi Offset Uchino, Bert N. (2009). Understanding the Links Between Social Support and Physical Health: A Life-Span Perspective with Emphasis on the Separability of Perceived and Received Support. Association for Psychological Science. Vol. 4. No. 3 Walen, Heather R., & Lachman, Margie E. (2000). Social Support and Strain from Partner, Family, and Friends: Costs and Benefits for Men and Women in Adulthood. Journal of Social and Personal Relationships. 17 (1). 5-30. Yasin, Md. A. S. Md., & Dzulkifli, M. A. (2010). The Relationship between Social Support and Psychological Problems among Students. International Journal of Business and Social Science. Vol. 1. No. 3. Yudiaatmaja, Fridayana. (2013). Analisis Regresi dengan Menggunakan Aplikasi Komputer Statistik SPSS. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
Lampiran 1. Skala Penelitian
________________
SKALA PENELITIAN
Disusun oleh : Dorotea Hening Adiana
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
PERNYATAAN KESEDIAAN
Salam sejahtera. Saya, Dorotea Hening Adiana, adalah mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma. Saat ini, saya sedang melakukan penelitian terkait dengan penyusunan tugas akhir saya. Tujuan penelitian ini untuk lebih memahami Saudara/i. Oleh karena itu, saya ingin memohon bantuan dan partisipasi Saudara/i untuk terlibat dalam penelitian ini dengan mengisi skala penelitian yang telah saya sediakan. Jawaban Saudara/i akan dirahasiakan, sehingga baik saya maupun orang lain tidak akan mengetahui identitas asli Saudara/i. Saudara/i juga dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapanpun Saudara/i inginkan tanpa adanya konsekuensi apapun. Dalam proses pengisian skala ini, Saudara/i mungkin akan mendapati pernyataan yang membuat Saudara/i merasa tidak nyaman. Saya sangat menghargai bila Saudara/i bersedia mengisi seluruh skala ini dengan jujur tanpa ada satu kolom yang terlewati. Tidak akan ada jawaban yang benar ataupun salah, maka Saudara/i diharapkan untuk mengisi skala ini sesuai dengan keadaan diri Saudara/i. Partisipasi Saudara/i dalam pengisian skala ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan referensi ilmu pengetahuan psikologi. Silahkan memberikan paraf di bagian bawah sebagai tanda persetujuan, apabila Saudara/i bersedia terlibat dalam penelitian ini. Saudara/i juga dapat menghubungi saya pada nomor +62 852 695 03092 atau pada email
[email protected]. Saya mengucapkan terimakasih atas partisipasi dan kerjasama Saudara/i.
Saya bersedia untuk terlibat dalam penelitian ini tanpa paksaan dari siapapun. ________________________ ( paraf tanpa nama )
tanggal___________________
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
Skala I Petunjuk: Skala ini terdiri atas 49 pernyataan. 1. Saudara/i dimohon untuk menanggapi pernyataan – pernyataan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang paling cocok dengan keadaan diri Saudara/i. 2. Berilah tanda silang ( X ) pada kolom jawaban yang tersedia dengan pilihan jawaban sebagai berikut : SS : bila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan diri Saudara/i. S : bila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan diri Saudara/i. TS : bila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan diri Saudara/i. STS: bila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan diri Saudara/i. Perhatikan contoh pengisian skala berikut : No.
Pernyataan
1.
Saya senang mengkoleksi perangko.
SS
S
TS
STS
X
Tidak ada tanggapan yang benar atau salah, sehingga Saudara/i dimohon untuk menanggapi sesuai dengan keadaan Saudara/i yang sebenarnya. Bacalah tiap pernyataan dengan seksama dan periksalah kembali agar tidak ada pernyataan yang terlewatkan.
No.
Pernyataan
1.
Saya mampu menyelesaikan pekerjaan saya dengan baik.
2.
Orang lain merasa senang ketika berada di dekat saya.
3.
Orang lain enggan membantu saya saat saya membutuhkan pertolongan.
SS
S
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96
4.
Saya memiliki wajah yang menarik.
5.
Saya kurang menjaga kebersihan tubuh saya.
6.
Saya tidak mampu menyelesaikan pekerjaan saya dengan baik.
7.
Orang lain merasa tidak nyaman saat berada di dekat saya.
8.
Anggota keluarga saya selalu memberikan semangat ketika saya mengalami kegagalan.
9.
Saya memiliki penampilan fisik yang menarik.
10.
Saya menjaga kesehatan tubuh saya dengan baik.
11.
Saya memiliki keterampilan yang mampu saya banggakan di hadapan orang lain.
12.
Orang lain merasa senang ketika berbincang – bincang dengan saya.
13.
Anggota keluarga saya akan mengabaikan saya ketika saya mengalami kegagalan.
14.
Saya memiliki penampilan yang kurang menarik.
15.
Saya kurang memperhatikan kesehatan tubuh saya.
16.
Saya tidak memiliki keterampilan yang mampu saya banggakan di hadapan orang lain.
17.
Orang lain merasa canggung saat mengobrol dengan saya.
18.
Orang lain akan menghibur saya ketika saya merasa sedih.
19.
Saya memiliki kondisi tubuh yang sehat.
20.
Saya memperhatikan dan menjaga penampilan fisik saya dengan baik.
21.
Saya mampu mengendalikan diri saya dalam situasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97
yang sulit. 22.
Saya memiliki banyak teman.
23.
Orang lain mengabaikan hal – hal yang saya rasakan.
24.
Saya seringkali merasa kurang sehat.
25.
Saya kurang mempedulikan penampilan fisik saya.
26.
Saya tidak mampu mengendalikan diri saya dalam situasi yang sulit.
27.
Saya memiliki sedikit teman.
28.
Orang lain memperlakukan saya dengan baik.
29.
Saya merasa bersemangat.
30.
Saya memiliki bentuk tubuh yang baik.
31.
Saya yakin dapat mengerjakan suatu pekerjaan dengan baik tanpa bantuan orang lain.
32.
Orang lain menghargai diri saya dengan baik.
33.
Orang lain memperlakukan saya dengan tidak baik.
34.
Saya seringkali merasa tidak bersemangat.
35.
Saya tidak menyukai bentuk tubuh saya.
36.
Saya merasa akan gagal saat mengerjakan suatu pekerjaan seorang diri.
37.
Orang lain kurang menghargai diri saya.
38.
Orang lain mudah menaruh kepercayaan pada saya.
39.
Saya mampu mengambil keputusan dengan baik.
40.
Orang lain mau membantu saya saat saya membutuhkan pertolongan.
41.
Orang lain tidak mudah percaya pada saya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
42.
Saya merasa kesulitan dalam mengambil sebuah keputusan.
43.
Orang lain merasa senang ketika harus bekerja bersama saya.
44.
Saya berani melakukan hal – hal yang baru.
45.
Orang lain merasa puas dengan hasil pekerjaan saya.
46.
Saya menjaga kebersihan tubuh saya dengan baik.
47.
Saya takut untuk melakukan hal – hal yang baru.
48.
Orang lain merasa enggan untuk bekerja bersama saya.
49.
Orang lain tidak menyukai hasil pekerjaan yang saya lakukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99
Skala II Petunjuk : Skala ini terdiri atas 58 pernyataan. 1. Saudara/i dimohon untuk menanggapi pernyataan – pernyataan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang paling cocok dengan keadaan diri Saudara/i. 2. Berilah tanda silang ( X ) pada kolom jawaban yang tersedia dengan pilihan jawaban sebagai berikut : SS : bila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan diri Saudara/i. S : bila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan diri Saudara/i. TS : bila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan diri Saudara/i. STS : bila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan diri Saudara/i. Perhatikan contoh pengisian skala berikut : No. 1.
Pernyataan
SS
Saya senang menyapa orang lain yang
S
TS
STS
X
saya temui.
Tidak ada tanggapan yang benar atau salah, sehingga Saudara/i dimohon untuk menanggapi sesuai dengan keadaan Saudara/i yang sebenarnya. Bacalah tiap pernyataan dengan seksama dan periksalah kembali agar tidak ada pernyataan yang terlewatkan.
No.
Pernyataan
1.
Keluarga saya mencintai dan menyayangi saya apa adanya.
2.
Teman – teman saya akan membantu saya ketika saya membutuhkan pertolongan.
3.
Teman – teman senang berdiskusi dengan saya.
SS
S
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100
4.
Keluarga saya mencintai dan menyayangi saya di saat – saat tertentu saja.
5.
Teman – teman saya ada di dekat saya ketika saya mengalami kesusahan.
6.
Teman – teman enggan membantu saya ketika saya membutuhkan pertolongan.
7.
Teman – teman akan meminjamkan barang yang dimilikinya dengan senang hati ketika saya membutuhkannya.
8.
Teman – teman enggan berdiskusi dengan saya.
9.
Keluarga saya mengkhawatirkan saya di saat saya sedang bersusah hati.
10.
Teman – teman saya meninggalkan saya di saat saya mengalami kesusahan.
11.
Teman – teman akan membantu saya dengan perasaan ikhlas dan senang hati.
12.
Teman – teman akan memberikan saran yang baik saat saya merasa bimbang terhadap suatu hal.
13.
Teman – teman saya sungkan untuk mengkritik saya bila saya berbuat suatu kesalahan.
14.
Keluarga saya memahami suasana hati saya.
15.
Keluarga saya ikut merasa bahagia ketika saya memperoleh kesuksesan.
16.
Teman – teman tidak memberi masukan pada saya ketika saya merasa bimbang akan suatu hal.
17.
Teman – teman akan berusaha menjawab dan menjelaskan hal – hal yang saya tanyakan ketika saya merasa bingung terhadap suatu hal.
18.
Teman – teman sering mengajak saya untuk bepergian bersama – sama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
19.
Keluarga saya mengajak saya bepergian atau berekreasi bersama.
20.
Keluarga saya kurang memahami suasana hati saya.
21.
Keluarga saya mengabaikan saya, meskipun saya sedang mencapai kesuksesan.
22.
Teman – teman yang membantu saya mengharapkan balasan.
23.
Keluarga saya akan memberikan nasihat yang membangun dan memberikan kemajuan pada diri saya.
24.
Teman – teman jarang mengajak saya untuk bepergian bersama – sama.
25.
Keluarga saya tidak mengajak saya bepergian atau berekreasi bersama.
26.
Teman – teman saya tidak sungkan untuk memberikan kritik yang bertujuan untuk membangun diri saya ke arah yang lebih positif.
27.
Saya merasa kurang dekat dengan teman – teman saya.
28.
Teman – teman saya akan meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah yang saya rasakan.
29.
Anggota keluarga saya tidak mau meluangkan waktu untuk sekedar mendengarkan keluh kesah yang saya rasakan.
30.
Teman – teman saya menyayangi saya apa adanya.
31.
Saya merasa dekat dengan teman – teman saya.
32.
Keluarga saya akan membantu saya saat saya mengalami kesulitan.
33.
Teman – teman saya merasa malas untuk menjawab dan menjelaskan hal – hal yang saya tanyakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
ketika saya merasa bingung terhadap suatu hal. 34.
Teman – teman saya tidak meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah yang saya rasakan.
35.
Teman – teman saya mendekati saya dengan pamrih.
36.
Saya merasa dekat dengan anggota keluarga saya.
37.
Teman – teman enggan meminjamkan barang yang dimilikinya ketika saya membutuhkannya.
38.
Keluarga saya dengan sabar akan menjawab dan berusaha menjelaskan hal – hal yang saya tanyakan ketika saya merasa bingung terhadap suatu hal.
39.
Anggota keluarga saya akan mendengarkan keluh kesah yang saya rasakan.
40.
Anggota keluarga saya menyemangati saya ketika saya mengalami kegagalan.
41.
Saya merasa kurang dekat dengan anggota keluarga saya.
42.
Keluarga saya mengabaikan saya saat saya sedang mengalami kesulitan.
43.
Keluarga saya jarang memberi masukan saat saya kesulitan dalam mengambil suatu keputusan tertentu.
44.
Saya merasa bahwa teman – teman tidak meluangkan waktu untuk berbincang – bincang dengan saya.
45.
Keluarga saya enggan menjawab dan menjelaskan hal – hal yang saya tanyakan ketika saya merasa bingung terhadap suatu hal.
46.
Banyak teman yang menghindari saya.
47.
Teman – teman akan meluangkan waktu untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
berbincang – bincang dengan saya. 48.
Teman – teman akan memberikan informasi yang berguna bagi saya.
49.
Anggota keluarga saya mengabaikan saya saat saya mengalami kegagalan.
50.
Teman – teman memahami diri saya dengan baik.
51.
Teman – teman akan memberikan masukan ketika saya kesulitan dalam mengambil suatu keputusan tertentu.
52.
Teman – teman enggan berbagi informasi dengan saya.
53.
Anggota keluarga saya memahami hal – hal yang saya sukai maupun yang tidak saya sukai.
54.
Teman – teman kurang memahami diri saya.
55.
Teman – teman saya tidak memberi masukan ketika saya kesulitan dalam mengambil suatu keputusan tertentu.
56.
Anggota keluarga saya kurang memahami hal – hal yang saya sukai maupun yang tidak saya sukai.
57.
Keluarga saya akan memberi masukan ketika saya kesulitan dalam mengambil suatu keputusan tertentu.
58.
Keluarga saya akan memberikan pandangan tertentu untuk membantu saya memahami suatu persoalan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
Skala III Petunjuk : Skala ini terdiri atas 24 pernyataan. 1. Saudara/i dimohon untuk menanggapi pernyataan – pernyataan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang paling cocok dengan keadaan diri Saudara/i. 2. Berilah tanda silang ( X ) pada kolom jawaban yang tersedia dengan pilihan jawaban sebagai berikut : SS : bila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan diri Saudara/i. S : bila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan diri Saudara/i. TS : bila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan diri Saudara/i. STS : bila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan diri Saudara/i. Perhatikan contoh pengisian skala berikut : No.
Pernyataan
1.
Saya selalu bersikap tenang dalam
SS
S
TS
STS
X
menghadapi permasalahan.
Tidak ada tanggapan yang benar atau salah, sehingga Saudara/i dimohon untuk menanggapi sesuai dengan keadaan Saudara/i yang sebenarnya. Bacalah tiap pernyataan dengan seksama dan periksalah kembali agar tidak ada pernyataan yang terlewatkan.
No.
Pernyataan
1.
Saya memiliki keyakinan akan mendapatkan pekerjaan yang saya inginkan.
2.
Saya sulit tidur karena memikirkan persaingan yang ketat untuk bisa mendapatkan sebuah pekerjaan.
3.
Saya merasa gelisah ketika memikirkan persaingan
SS
S
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105
yang ketat untuk mendapatkan sebuah pekerjaan di masa kini. 4.
Saya tidak yakin bahwa saya bisa mendapatkan pekerjaan yang saya inginkan.
5.
Jantung saya berdetak lebih cepat ketika orang lain menanyakan persiapan saya memasuki dunia kerja.
6.
Suasana hati saya menjadi buruk ketika membicarakan persiapan diri saya untuk memasuki dunia kerja dengan orang lain.
7.
Saya merasa bahwa saya memiliki keterampilan yang baik untuk dapat masuk dalam dunia kerja.
8.
Perut saya terasa sakit ketika memikirkan persaingan yang ketat untuk bisa mendapatkan sebuah pekerjaan.
9.
Saya merasa senang ketika membahas persiapan diri saya untuk memasuki dunia kerja dengan orang lain.
10.
Keterampilan yang saya miliki untuk masuk dalam dunia kerja kurang mencukupi permintaan dunia kerja saat ini.
11.
Saya merasa lelah setelah berpikir bahwa saya memiliki kesempatan yang kecil untuk dapat bekerja di tempat yang saya inginkan.
12.
Saya merasa bersemangat dalam mempersiapkan diri guna memasuki persaingan dalam dunia kerja masa kini.
13.
Saya berpikir bahwa saya memiliki kesempatan untuk bekerja di tempat yang saya inginkan.
14.
Saya dapat tidur dengan nyenyak saat memikirkan bahwa saya memiliki kesempatan untuk bekerja.
15.
Saya merasa gelisah ketika membaca informasi tentang kompetensi yang diperlukan dalam sebuah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106
iklan lowongan pekerjaan. 16.
Sulitnya mencari pekerjaan di masa kini tidak mematahkan semangat saya dalam merancang masa depan saya.
17.
Saya berpikir bahwa saya tidak memiliki peluang untuk dapat bekerja di tempat yang saya inginkan.
18.
Saya merasa gelisah ketika membandingkan kemampuan yang saya miliki dengan persyaratan umum yang tertera pada iklan lowongan pekerjaan masa kini.
19.
Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan di masa kini membuat saya bersemangat untuk mempersiapkan diri sebelum saya memasuki dunia kerja.
20.
Saya mampu bersaing secara sehat dengan orang lain untuk mendapatkan pekerjaan yang saya inginkan.
21.
Saya merasa bersemangat ketika membandingkan kemampuan yang saya miliki dengan persyaratan umum yang tertera pada iklan lowongan pekerjaan masa kini.
22.
Saya merasa tidak siap dalam menghadapi persaingan dengan orang lain untuk memperoleh suatu pekerjaan.
23.
Kepala saya terasa pusing ketika berpikir bahwa saya harus menghadapi persaingan yang ketat bilamana hendak melamar pekerjaan di suatu tempat.
24.
Sulitnya mencari pekerjaan di masa kini membuat saya merasa putus asa dalam merancang masa depan saya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107
LEMBAR KARAKTERISTIK DEMOGRAFIS
Silahkan mengisi kolom berikut ini dengan sebenar – benarnya. … tahun.
Usia
:
Jenis kelamin *)
: Perempuan / Laki-laki
Status pekerjaan *)
: Sudah bekerja/ Belum bekerja
Tempat tinggal *)
: Asrama/ Rumah pribadi atau dengan keluarga/ Lain-lain
*) lingkari salah satu
Terima kasih atas partisipasi Anda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108
Lampiran 2. Reliabilitas
1. Reliabilitas Skala Self-Esteem Sebelum Seleksi Aitem Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
.904
.904
N of Items 49
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
SE1
142.39
227.776
.103
.
.905
SE2
142.77
222.563
.412
.
.902
SE3
143.04
222.724
.261
.
.904
SE4
143.07
225.160
.181
.
.905
SE5
142.77
218.590
.387
.
.902
SE6
142.80
219.643
.428
.
.902
SE7
142.96
218.176
.492
.
.901
SE8
142.61
221.063
.359
.
.903
SE9
143.04
224.998
.180
.
.905
SE10
142.51
222.938
.314
.
.903
SE11
142.66
223.021
.320
.
.903
SE12
142.69
223.477
.347
.
.903
SE13
142.69
218.299
.450
.
.902
SE14
143.07
215.352
.572
.
.900
SE15
142.76
217.858
.448
.
.902
SE16
142.93
215.379
.549
.
.900
SE17
142.97
216.465
.526
.
.901
SE18
142.66
223.816
.268
.
.904
SE19
142.76
222.406
.281
.
.904
SE20
142.66
222.062
.371
.
.903
SE21
142.84
221.699
.384
.
.902
SE22
142.53
220.609
.454
.
.902
SE23
143.08
220.980
.365
.
.903
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109
SE24
143.27
218.392
.409
.
.902
SE25
142.93
223.571
.207
.
.905
SE26
142.96
216.231
.495
.
.901
SE27
142.96
216.834
.526
.
.901
SE28
142.62
222.458
.416
.
.902
SE29
142.50
220.993
.443
.
.902
SE30
143.03
220.849
.362
.
.903
SE31
142.97
220.027
.382
.
.902
SE32
142.64
219.495
.465
.
.902
SE33
142.96
221.902
.303
.
.903
SE34
143.16
215.836
.501
.
.901
SE35
142.96
217.628
.491
.
.901
SE36
142.91
219.347
.444
.
.902
SE37
142.91
217.265
.542
.
.901
SE38
143.00
231.479
-.110
.
.908
SE39
142.76
221.913
.405
.
.902
SE40
142.68
220.715
.433
.
.902
SE41
143.11
217.742
.509
.
.901
SE42
143.23
215.823
.538
.
.900
SE43
142.74
226.550
.158
.
.905
SE44
142.66
222.145
.321
.
.903
SE45
142.95
221.230
.433
.
.902
SE46
142.53
221.403
.427
.
.902
SE47
142.97
222.164
.323
.
.903
SE48
142.95
219.449
.437
.
.902
SE49
142.97
219.588
.382
.
.902
2. Reliabilitas Skala Self-Esteem Setelah Seleksi Aitem Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .911
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .910
N of Items 40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
SE2
115.99
186.753
.424
.
.909
SE5
115.99
182.123
.436
.
.909
SE6
116.01
184.589
.410
.
.909
SE7
116.18
182.695
.502
.
.908
SE8
115.82
185.654
.353
.
.910
SE10
115.73
187.296
.312
.
.910
SE11
115.88
187.971
.284
.
.910
SE12
115.91
188.306
.312
.
.910
SE13
115.91
182.690
.465
.
.908
SE14
116.28
179.932
.591
.
.907
SE15
115.97
182.712
.443
.
.909
SE16
116.15
179.416
.592
.
.907
SE17
116.19
180.649
.558
.
.907
SE20
115.88
186.958
.343
.
.910
SE21
116.05
186.189
.381
.
.909
SE22
115.74
185.673
.422
.
.909
SE23
116.30
185.554
.360
.
.910
SE24
116.49
182.500
.435
.
.909
SE26
116.18
181.708
.468
.
.908
SE27
116.18
180.750
.572
.
.907
SE28
115.84
187.151
.395
.
.909
SE29
115.72
185.822
.423
.
.909
SE30
116.24
185.885
.335
.
.910
SE31
116.19
184.101
.405
.
.909
SE32
115.85
184.895
.423
.
.909
SE33
116.18
186.503
.293
.
.911
SE34
116.38
181.471
.470
.
.908
SE35
116.18
181.434
.538
.
.907
SE36
116.12
183.670
.460
.
.908
SE37
116.12
182.190
.536
.
.907
SE39
115.97
186.876
.372
.
.909
SE40
115.89
185.714
.405
.
.909
SE41
116.32
182.030
.533
.
.907
SE42
116.45
180.744
.538
.
.907
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
SE44
115.88
186.190
.339
.
.910
SE45
116.16
186.220
.402
.
.909
SE46
115.74
186.741
.374
.
.909
SE47
116.19
185.799
.363
.
.910
SE48
116.16
183.617
.460
.
.908
SE49
116.19
182.977
.437
.
.909
3. Reliabilitas Skala Dukungan Sosial Sebelum Seleksi Aitem Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
Cronbach's Alpha .937
.936
N of Items 58
Item-Total Statistics Scale Mean Scale if Item Variance if Deleted Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
SS1
172.84
374.466
.512
.
.936
SS2
173.04
382.724
.244
.
.937
SS3
173.19
380.238
.292
.
.937
SS4
173.47
365.239
.636
.
.935
SS5
173.54
387.649
-.017
.
.939
SS6
173.49
369.733
.551
.
.936
SS7
173.19
377.498
.442
.
.936
SS8
173.43
369.646
.636
.
.935
SS9
173.24
379.995
.225
.
.938
SS10
173.28
373.412
.535
.
.936
SS11
173.15
377.608
.419
.
.936
SS12
173.08
379.692
.290
.
.937
SS13
173.55
374.470
.442
.
.936
SS14
173.45
372.524
.523
.
.936
SS15
172.92
374.048
.498
.
.936
SS16
173.47
373.951
.449
.
.936
SS17
173.30
386.212
.032
.
.939
SS18
173.39
380.707
.208
.
.938
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
SS19
173.50
383.925
.088
.
.939
SS20
173.53
367.705
.579
.
.935
SS21
173.51
363.130
.699
.
.934
SS22
173.35
372.286
.506
.
.936
SS23
173.04
375.738
.465
.
.936
SS24
173.55
368.141
.621
.
.935
SS25
173.41
372.381
.504
.
.936
SS26
173.34
377.268
.348
.
.937
SS27
173.49
367.212
.663
.
.935
SS28
173.31
381.258
.256
.
.937
SS29
173.42
374.850
.394
.
.937
SS30
173.07
373.680
.521
.
.936
SS31
173.14
382.776
.236
.
.937
SS32
173.07
371.078
.604
.
.935
SS33
173.43
370.797
.511
.
.936
SS34
173.39
369.255
.638
.
.935
SS35
173.46
373.485
.458
.
.936
SS36
173.09
370.443
.601
.
.935
SS37
173.55
367.785
.570
.
.935
SS38
173.19
379.525
.280
.
.937
SS39
173.16
377.836
.357
.
.937
SS40
173.16
373.151
.409
.
.937
SS41
173.23
373.303
.528
.
.936
SS42
173.26
366.659
.684
.
.935
SS43
173.27
373.268
.533
.
.936
SS44
173.42
371.452
.531
.
.936
SS45
173.38
369.964
.588
.
.935
SS46
173.34
365.734
.679
.
.935
SS47
173.23
382.289
.251
.
.937
SS48
173.14
380.447
.305
.
.937
SS49
173.27
368.419
.646
.
.935
SS50
173.26
388.002
-.029
.
.939
SS51
173.30
382.951
.188
.
.938
SS52
173.51
369.486
.589
.
.935
SS53
173.32
383.345
.157
.
.938
SS54
173.46
377.211
.396
.
.937
SS55
173.47
372.335
.549
.
.936
SS56
173.42
374.028
.411
.
.936
SS57
173.24
372.433
.552
.
.936
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113
SS58
173.32
375.976
.412
.
.936
4. Reliabilitas Skala Dukungan Sosial Setelah Seleksi Aitem Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
Cronbach's Alpha .949
.948
N of Items 43
Item-Total Statistics Scale Scale Mean Variance if if Item Item Deleted Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
SS1
126.59
314.272
.460
.
.948
SS4
127.23
303.631
.670
.
.947
SS6
127.24
306.926
.616
.
.947
SS7
126.95
317.230
.375
.
.949
SS8
127.19
307.114
.700
.
.947
SS10
127.04
311.875
.546
.
.948
SS11
126.91
317.402
.351
.
.949
SS13
127.31
311.834
.491
.
.948
SS14
127.20
312.794
.464
.
.948
SS15
126.68
313.893
.448
.
.948
SS16
127.23
311.083
.507
.
.948
SS20
127.28
306.590
.590
.
.947
SS21
127.27
301.871
.728
.
.946
SS22
127.11
310.317
.536
.
.948
SS23
126.80
315.150
.426
.
.948
SS24
127.31
306.135
.665
.
.947
SS25
127.16
310.987
.512
.
.948
SS26
127.09
316.964
.297
.
.949
SS27
127.24
306.050
.678
.
.947
SS29
127.18
311.380
.468
.
.948
SS30
126.82
313.188
.486
.
.948
SS32
126.82
310.832
.569
.
.947
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
SS33
127.19
308.238
.564
.
.947
SS34
127.15
306.950
.694
.
.947
SS35
127.22
310.994
.503
.
.948
SS36
126.85
311.416
.521
.
.948
SS37
127.31
305.231
.628
.
.947
SS39
126.92
316.459
.345
.
.949
SS40
126.92
311.637
.417
.
.949
SS41
126.99
311.931
.533
.
.948
SS42
127.01
306.123
.678
.
.947
SS43
127.03
311.561
.552
.
.948
SS44
127.18
309.325
.569
.
.947
SS45
127.14
307.242
.655
.
.947
SS46
127.09
304.005
.719
.
.946
SS48
126.89
319.687
.251
.
.949
SS49
127.03
306.520
.687
.
.947
SS52
127.27
307.077
.644
.
.947
SS54
127.22
315.405
.405
.
.948
SS55
127.23
311.029
.554
.
.948
SS56
127.18
312.065
.433
.
.948
SS57
127.00
312.959
.480
.
.948
SS58
127.08
314.514
.410
.
.948
5. Reliabilitas Skala Kecemasan akan Kesempatan Kerja Sebelum Seleksi Aitem Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .842
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .835
N of Items 24
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Total Deleted Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
K1
50.85
70.402
-.040
.707
.850
K2
50.23
63.851
.477
.665
.833
K3
50.26
62.193
.541
.706
.829
K4
50.38
63.417
.524
.667
.831
K5
50.14
62.338
.550
.779
.829
K6
50.35
63.984
.481
.572
.832
K7
50.55
66.278
.277
.552
.840
K8
50.57
64.523
.428
.425
.834
K9
50.55
67.127
.312
.638
.839
K10
49.73
65.981
.290
.433
.840
K11
50.15
63.882
.537
.623
.831
K12
50.64
68.290
.189
.568
.842
K13
50.62
67.690
.247
.491
.840
K14
50.55
67.045
.248
.610
.841
K15
50.23
63.522
.467
.615
.833
K16
50.43
67.810
.144
.350
.846
K17
50.23
62.864
.546
.698
.830
K18
49.93
60.228
.681
.661
.823
K19
50.43
66.139
.308
.615
.839
K20
50.59
67.669
.205
.611
.842
K21
50.42
66.685
.277
.567
.840
K22
50.28
62.946
.618
.619
.828
K23
50.23
62.673
.511
.592
.831
K24
50.39
64.598
.404
.552
.835
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116
6. Reliabilitas Skala Kecemasan akan Kesempatan Kerja Setelah Seleksi Aitem Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
Cronbach's Alpha .869
.866
N of Items 15
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
K2
31.64
42.399
.540
.574
.859
K3
31.66
40.939
.608
.636
.856
K4
31.78
42.610
.529
.422
.860
K5
31.54
41.019
.624
.709
.855
K6
31.76
42.214
.577
.509
.858
K8
31.97
43.013
.484
.395
.862
K9
31.96
46.039
.271
.479
.870
K11
31.55
43.237
.516
.463
.861
K15
31.64
42.016
.537
.491
.859
K17
31.64
41.523
.617
.610
.855
K18
31.34
39.898
.696
.577
.850
K19
31.84
45.919
.201
.482
.875
K22
31.69
42.519
.591
.542
.857
K23
31.64
42.345
.481
.518
.862
K24
31.80
43.698
.395
.417
.866
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117
Lampiran 3. Hasil Analisis Tambahan
1. Hasil Uji Heteroskedastisistas untuk Regresi
2. Hasil Regresi Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Method
Skor Total Social Support Fix, Skor Total Self Esteem Fixa
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Skor Total Kecemasan Fix
Model Summaryb
Mod el
R
1
.722a
Change Statistics Std. Error R Adjusted of the R Square Sig. F Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change .521
.508 4.88517
.521
38.644
2
71
.000
a. Predictors: (Constant), Skor Total Social Support Fix, Skor Total Self Esteem Fix b. Dependent Variable: Skor Total Kecemasan Fix
DurbinWatson 2.210
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118
ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Mean Square
df
Regression
1844.474
2
Residual
1694.405
71
Total
3538.878
73
F
Sig. .000a
922.237 38.644 23.865
a. Predictors: (Constant), Skor Total Social Support Fix, Skor Total Self Esteem Fix b. Dependent Variable: Skor Total Kecemasan Fix
Coefficientsa Standar Unstandardized dized Coefficients Coefficients Model
B
1 (Constant)
Std. Error
Collinearity Statistics
Correlations
Beta
t
ZeroSig. order Partial
Part
Toler ance VIF
73.884
4.939
14.960 .000
Skor Total Self Esteem Fix
-.111
.069
-.221 -1.609 .112 -.648
-.188 -.132
.357 2.799
Skor Total Social Support Fix
-.206
.053
-.533 -3.877 .000 -.710
-.418 -.318
.357 2.799
a. Dependent Variable: Skor Total Kecemasan Fix
3. Hasil Uji Kruskal Wallis Variabel Tempat Tinggal dan Dukungan Sosial Ranks TempatTinggal Skor Total Social Support Fix
N
Mean Rank
Asrama
43
33.49
Rumah pribadi atau dengan keluarga
30
43.22
1
38.50
Lain - lain Total
74
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119
Test Statisticsa,b Skor Total Social Support Fix Chi-Square
3.622
df
2
Asymp. Sig.
.164
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: TempatTinggal
4. Hasil Uji Kruskal Wallis Variabel Jenis Kelamin dan Kecemasan Kesempatan Kerja Ranks JenisKelamin Skor Total Kecemasan Fix
40
35.11
Perempuan
33
39.48
1
67.50
Total
Test Statisticsa,b Skor Total Kecemasan Fix
df Asymp. Sig. a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: JenisKelamin
Mean Rank
Laki - laki
tidak teridentiikasi
Chi-Square
N
2.730 2 .255
74