PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
EVALUASI KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP (Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun Ajaran 2013/2014) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Sandy Adityo NIM: 111114034
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN MOTTO
“Nilai dari seseorang itu di tentukan dari keberaniannya memikul
tanggungjawab, mencintai hidup dan pekerjaannya” (Kahlil Gibran)
“Kemajuan bukanlah semata-mata perbaikan dari masa silam, kemajuan adalah bergerak maju menuju masa depan” (Kahlil Gibran)
“Tujuan tanpa perencanaan hanyalah sebuah harapan” (Larry Elder)
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Hasil Karya ini Sandy persembahkan bagi... Sang Teladan Kehidupan, Cinta, dan Kebijaksanaan Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa membawa pada titik pengenalan diri seutuhnya atas kerja keras dan kesadaran terhadap berbagai kepedulian. Bagi semua orang terdekat yang senantiasa memberikan dukungan, perhatian, semangat dari awal hingga akhir proses perjalanan pendidikan ini Orang tua tercinta, Ibu Veronika Krismayati, Kakek dan Nenek Petrus Soehardi, Rosa Delima Mentasir Anggota keluarga besarku Cik Wat, Wak Yus, Wak Titin, Irene, Geral, Della, Aldo Bagi pasanganku yang senantiasa bersama membantu dan setia mendampingi dalam serangkaian ceritera hidup saat ini Elisabet Rubiningsih Beserta para sahabat dan teman-teman dekatku dimanapun mereka berada yang mendoakan dan mendukung perjalananku.
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Juni 2015 Penulis
Sandy Adityo
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama
: Sandy Adityo
Nomor Mahasiswa
: 111114034
Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: EVALUASI KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP (Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun Ajaran 2013/2014) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 18 Juni 2015 Yang menyatakan
Sandy Adityo vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK EVALUASI KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP (Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun Ajaran 2013/2014) Sandy Adityo Universitas Sanata Dharma 2015 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan dan hambatan pedidikan karakter di SMP yang meliputi: (1) Perencanaan Pendidikan Karakter, (2) Pelaksanaan Pendidikan Karakter, (3) Evaluasi Pendidikan Karakter, (4) Hambatan Pendidikan Karakter, (5) Usaha-Usaha Sekolah Mengatasi Hambatan Pendidikan Karakter. Subjek dalam penelitian ini adalah empat orang guru mata pelajaran, satu orang guru BK dan kepala sekolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dan analisis data digunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter yang dilakukan oleh empat orang guru mata pelajaran, satu orang guru BK dan kepala sekolah sudah terlaksana dengan baik. Sebelum kegiatan pembelajaran, keempat guru telah menyusun perangkat pembelajaran yang berwawasan pendidikan karakter dengan melakukan penyesuaian bahan pengajaran dengan nilai karakter yang akan disampaikan. Dalam merancang pendidikan karakter sekolah mengkombinasikan peraturan pemerintah dan visi-misi sekolah untuk melihat dan menjawab kebutuhan sekolah. Sebelum memberikan materi pembelajaran, guru-guru menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang terkandung muatan nilai-nilai karakter berdasarkan 12 nilai karakter unggulan Stella Maris. Pelaksanaan pendidikan karakter diselenggarakan dengan kolaborasi antara guru dan peserta didik; peserta didik dan peserta didik. Evaluasi pendidikan karakter yang dilakukan adalah dengan mengamati perilaku peserta didik, memberlakukan sistem point modifikasi perilaku dan sistem point testimoni serta melihat kebiasaan peserta didik sehari-hari di sekolah. Hambatan pendidikan karakter terkait dengan sikap orang tua yang membiarkan anaknya bersikap semaunya, membela perilaku salah anaknya dan kecenderungan menghina teman yang lemah kemampuan kognitifnya. Usaha mengatasi hambatan pendidikan karakter adalah dengan memberi tahu langsung peserta didik mengenai sikap apa yang perlu mereka ambil, supaya tidak terjadi kebingungan antara apa yang dikatakan oleh guru dan orang tua, diberlakukannya sistem point, pemberian hukuman dan yang paling penting dari semua itu adalah adanya tindakan preventif yang diberikan oleh sekolah. Kata kunci: Pendidikan Karakter, Sekolah, Guru, Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan. viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT EVALUATION OF IMPLEMENTATION AND OBSTACLES ON CHARACTER EDUCATION IN JUNIOR HIGH SCHOOL (Evaluation Study of Implementation and Obstacles on Character Education in Stella Maris Junior High School, Tangerang, Banten, Academic Year 2013/2014) Sandy Adityo Sanata Dharma University 2015 This was a descriptive research with qualitative approach. The goal of this research was to know the implementation and obstacles on character education in junior high school including: (1) Character Education Plan, (2) Character Education Implementation, (3) Character Education Evaluation, (4) Character Education Obstacles, (5) The School’s Efforts to Overcome Character Education Obstacles. The subject in this research were four teachers, counselor, and headmaster. The use of instrument was interview. Data collected by using interviews and The source triangulation was used to check the data validity. The result of this research showed that character education plan and implementation done by four teachers, counselor, and headmaster have done well. Before doing the learning activity, the four teachers had set a character education conception of learning equipment through adapting the teaching material with the character value that would be delivered. In setting character education, the school combined the government rule and the school’s visions to know and answer the school’s need. Before giving learning material, the teachers set a syllabus and lesson plan that had the character values based on Stella Maris’ 12 excellent character values. Character education implementation did through collaboration between teacher and students; students and students. Character education evaluation did by observing students’ behavior, applying behavior modification point system and testimony point system, and seeing students’ habit in the school. Character education obstacles related to the parents’ habit that let their child behave disordered, supported the wrong child’s behavior, and tend to humiliate his/her friend who had weakness in cognitive aspect. The efforts to overcome the obstacles were giving direct notice to students towards the behavior they should have done. In order to avoid confusing information what the teacher and the parents said, the school applied point system, give punishment, and the most important was the school gave preventive action. Keywords: Character Education, School, Teacher, Evaluation of Implementation and Obstacles.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan naungan kasih-Nya, Penulis tugas akhir dengan judul “Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP (Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun Ajaran 2013/2014)” dapat terselesaikan dengan baik. Selama proses penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari sungguh begitu banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung, setiap proses yang penulis jalani. Oleh karena itu, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1.
Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2.
Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.
3.
Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, sekaligus sebagai dosen pendamping skripsi.
4.
Segenap bapak/ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh Studi.
5.
Petugas sekretariat Mas Moko yang memberikan pelayanan selama penulis menempuh pendidikan.
6.
Ibu Veronika Krismayati selaku orang tua yang memberikan dukungan, doa dan nasehat kepada penulis selama ini.
7. Kakek, nenek, acik, dan uwak yang telah memberikan dukungan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8. Sahabatku yang telah dengan sabar mengingatkan dan mendukung aku dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman BK angkatan 2011, terima kasih atas kebersamaan kita selama perkuliahan. 10. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses awal pembuatan hingga penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang penulis lakukan selama proses pembuatan tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis memohon maaf kapada semua pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya bagi mereka yang memerlukan.
Yogyakarta, 18 Juni 2015 Penulis
Sandy Adityo
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................................ vii ABSTRAK ....................................................................................................... viii ABSTRACT .....................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR .....................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 7 C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 7 D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 8 E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8 F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8 G. Batasan Istilah ........................................................................................... 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan Karakter .................................................................... 12 1. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter ................................... 12 xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP .................................................
19
3. Nilai-Nilai Karakter di SMP ..............................................................
20
4. Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP .........................................
25
5. Peran Guru BK/ Konselor dalam Pendidikan Karakter .....................
28
6. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Karakter...............................
32
7. Implementasi Pendidikan Karakter ....................................................
34
8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter ..........................................................................
37
9. Kriteria Keberhasilan Pendidikan Karakter .......................................
38
B. Hakikat Evaluasi Hasil Program Pendidikan ............................................
41
1. Definisi Evaluasi Program .................................................................
41
2. Ciri-ciri Persyaratan Evaluasi Program .............................................
42
3. Tujuan Evaluasi Program ...................................................................
43
4. Manfaat Evaluasi Program .................................................................
43
5. Langkah-Langkah Evaluasi Program .................................................
45
6. Evaluasi Hasil Program......................................................................
45
C. Kajian Penelitian yang Relevan ................................................................
49
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian..........................................................................................
53
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................
54
C. Subjek Penelitian dan Sumber Data ..........................................................
55
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................
56
E. Validitas Data ............................................................................................
61
F. Teknik Analisis Data .................................................................................
61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .........................................................................................
63
1. Deskripsi data secara umum ..............................................................
63
a. Profil sekolah .............................................................................
63
b. Kurikulum sekolah .....................................................................
64
2. Perencanaan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang ..
68
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang ..
79
4. Evaluasi Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang ........
85
5. Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang .....
92
6. Usaha-Usaha Sekolah Mengatasi Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang ........................................................
98
B. Pembahasan ............................................................................................... 107 1. Perencanaan Pendidikan Karakter ..................................................... 107 2. Hambatan Pendidikan Karakter ........................................................ 111 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................... 114 B. Saran ......................................................................................................... 116 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 118 LAMPIRAN ..................................................................................................... 120
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan bahwa Pemerintah Negara Indonesia harus melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan demikian, Pemerintah diwajibkan untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional bagi seluruh warga negara Indonesia. Tahun 2010 ini boleh dikatakan sebagai tahun pendidikan karakter. Pasalnya sejak awal tahun 2010, tepatnya pada tanggal 14 Januari 2010, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional mencanangkan program “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” sebagai gerakan nasional. Misi pertama pembangunan nasional adalah terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berbudi luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
dan berorientasi IPTEK (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007). Proses pembelajaran peserta didik seperti yang telah dicanangkan pemerintah pada satuan pendidikan hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19). Dalam proses penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan-perhitungan yang matang, cermat, dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral sebagai dasar yang sangat penting dalam setiap peradaban bangsa, yaitu melalui adanya pendidikan karakter siswa. Para remaja yang memiliki karakter yang rendah akan menemukan atau menghadapi suatu masalahmasalah seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya. Mengutip data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) hingga 2014 ini menunjukkan, setengah dari jumlah gadis muda perkotaan dan 62,7 persen pelajar putri SMP tidak perawan. KOMNAS-PA juga menunjukan 97 persen remaja SMP mengaku pernah menonton film porno, dan 93,7 persen remaja itu mengaku pernah melakukan berbagai macam adegan intim lawan jenis sesama pelajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Selain pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba juga menjadi dampak dari penyimpangan pergaulan pelajar. Berdasarkan hasil penelitian Badan Nasional Narkoba (BNN) dan pusat kesehatan Universitas Indonesia (UI), selalu ada peningkatan pengguna narkoba di Indonesia setiap tahunnya. Pada tahun 2004, pengguna narkoba di Indonesia diperkirakan mencapai 3,2 juta jiwa. Pada tahun 2008 pengguna narkoba tersebut meningkat menjadi sekitar 3,6 juta jiwa dan pada tahun 2011 meningkat mencapai angka 3,8 juta jiwa. Tahun 2011 hingga Agustus 2014, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat 369 pengaduan terkait masalah bullying. Jumlah itu sekitar 25% dari total pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Bullying yang disebut KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah, tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar (Republika, Rabu 15 Oktober 2014) Berdasarkan fenomena di atas mengenai lemahnya karakter hidup peserta didik cukup mengkhawatirkan, maka diperlukan suatu rancangan atau model pendidikan karakter guna mengatasi permasalahan dan menjadi alternatif-alternatif solusi pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP. Krisis pendidikan karakter telah mencapai puncaknya, perlu adanya pembaruan yang konsisten guna membangun mental peserta didik. Pendidikan karakter yang implementasinya belum optimal tampak pada esensi pendidikan karakter sendiri yang membutuhkan pembiasaan, bukan sebatas hafalan dan menjawab soal-soal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Terlepas dari pembahasan mengenai esensi pendidikan karakter, perkembangan peserta didik di usia SMP, hal lain yang patut menjadi sorotan utama adalah siswa SMP berada pada masa peralihan atau pencarian jati diri. Rendahnya
kemampuan
peserta
didik
dalam
mengelola
emosi,
ketidakmampuan mengontrol diri, kegagalan bersosialisasi, rendahnya motivasi dan ketidak mampuan bekerja sama
akan menjadi pertanda
gagalnya peserta didik dalam mengembangkan kemampuan pribadi berkarakter. Perlu diadakan pembaruan dalam pembelajaran peserta didik di SMP guna mengembangkan kemampuan pribadi berkarakter, langkah tersebut dapat berupa pembaruan kurikulum. Mulai tahun ajaran 2014/2015 Kementrian Pendidikan Republik Indonesia resmi menggunakan kurikulum baru, yaitu Kurikulum 2013. Esensi Kurikulum 2013 adalah keseimbangan antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dalam hal ini sikap harus menjadi dasar utama yang menyelimuti keterampilan dan pengetahuan dalam arti, sikap harus dapat memandu keterampilan dan pengetahuan. Mulyasa (2014:7) mengemukakan bahwa pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan standard kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Tentunya kurikulum 2013 lebih mengaktifkan siswa dan guru hanya sebagai fasilitator yang menggunakan pendekatan experential learning. Pendekatan ini bertujuan supaya siswa mampu memperoleh pengalaman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
belajar langsung, baik di kelas ataupun diluar kelas sehingga akhirnya pengalaman tersebut mampu meresap menjadi karakter siswa. Harapan diberlakukannya revisi kurikulum mampu menciptakan suasana atau iklim belajar yang lebih baik bagi siswa, begitu pula dengan implementasi kurikulum 2013 yang saat ini digunakan. Akan tetapi dalam praktek dilapangan banyak keluhan dari para guru yang mengalami kesulitan, baik dari buku-buku yang belum terdistribusikan, penyusunan RPP yang nilai-nilai karakter sebatas tertulis tanpa adanya proses penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar, penekanan pada aspek kognitif saja dan muatan pembelajaran yang begitu banyak. Pengkajian yang dilakukan mengenai terlaksananya pendidikan karakter tidak lepas dari peranan guru BK yang memiliki pemahaman mengenai karakteristik perkembagan peserta didik usia SMP. Adapun kendala yang ditemui oleh guru BK dalam berproses di lapangan dapat menjadi hambatan dalam terlaksananya pendidikan karakter. Kompotensi profesional guru BK yang rendah, baik dalam pemberian layanan bimbingan dan kemampuan memberikan layanan konseling akan menambah guratan gagalnya pembangunan karakter bangsa. SMP Stella Maris, Tangerang ini menjadi salah satu sekolah yang menjadi contoh penelitian nasional pendidikan karakter di Indonesia. SMP Stella Maris, Tangerang memililiki Visi: Menjadi sekolah terbaik di Indonesia yang mempersiapkan lulusan bermutu tinggi berlandaskan iman Kristiani. Sedangkan misi yang diemban sekolah adalah (1) Menciptakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
suasana yang mendorong pengembangan intelektualitas, bakat, kreatifitas, dan kedisiplinan, (2) Mendorong siswa menerapkan nilai-nilai moral dan etika yang dilandasi iman Kristiani agar menjadi berkat bagi sesama, (3) Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan siswa, guru, dan karyawan, (4) Mengembangkan kurikulum dan metode pembelajaran aktif yang dapat mengoptimalkan proses belajar. Adapun ciri khas pendidikan yang diangkat oleh SMP Stella Maris ialah (1) Penerapan metode Joyful Learning dan Active Learning, (2) Pengembangan aspek intelektual siswa secara berimbang dengan aspek emosional dan spiritual, (3) Penanaman dan pelatihan kemampuan berpikir kritis, (4) Pembentukan kepribadian siswa yang disiplin dan mandiri berdasarkan nilai-nilai Kristiani, (5) Pengintensifan pelajaran Bahasa Inggris dan Mandarin. Maka, peneliti tertarik untuk mengetahui keterlaksanaan dan hambatan yang dicapai oleh sekolah SMP Stella Maris, Tangerang. Setelah melihat hal diatas peneliti mengangkat judul “Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP” dalam skripsi ini. Kajian ini juga dimaksudkan agar design pendidikan karakter mampu mengembangkan potensi individu manusia yang mampu mentukan nasib bangsa di kemudian hari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
B. Identifikasi Masalah Melihat dari latar belakang masalah yang terkait dengan pendidikan karakter pada siswa SMP. Maka dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1.
Pendidikan karakter diformulasikan menjadi pelajaran-pelajaran tertentu, seperti agama, bahasa, dan kewarganegaraan.
2.
Pendidikan karakter diberi batasan sampai pada pemahaman pada nilainilai secara kognitif semata.
3.
Sekolah-sekolah SMP belum mengerti apa maksud dan tujuan pendidikan karakter.
4.
Sekolah-sekolah SMP lebih menekankan pengajaran dari segi kognitif sedangkan pada sisi lain diabaikan.
5.
Guru-guru tidak memberi muatan pendidikan karakter dalam mata pelajaran yang diajarkan disekolah.
6.
Belum adanya penelitian yang secara langung mengevalusi sistem pembelajaran yang memuat tentang pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang.
C. Pembatasan Masalah Melihat berbagai bentuk permasalahan yang muncul dalam latar belakang, perlu dilakukannya revisi sistem pendidikan yang terus menerus demi perkembangan pendidikan nasional, seperti tinjauan terhadap penerapan kurikulum 2013. Peneliti turut andil melakukan sebuah penelitian yang terkait dengan pendidikan karakter. Penelitian ini memfokuskan pada keterlaksanaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
dan hambatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Stella Maris Tangerang. Sebuah penelitian studi evaluatif mengenai sistem baru yang diberlakukan oleh pemerintah.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut: 1.
Bagaimana gambaran pelaksanaan penanaman nilai-nilai melalui pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang?
2.
Hambatan-hambatan apa saja yang ditemukan SMP Stella Maris Tangerang dalam pelaksanaan pendidikan karakter?
E. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan gambaran pelaksanaan penanaman nilai-nilai melalui pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang. 2. Mendeskripsikan hambatan-hambatan yang dialami SMP Stella Maris, Tangerang dalam pelaksanaan pendidikan karakter. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya dalam bidang penerapan bimbingan dan konseling terkait peran guru BK dalam pelaksanaan pendidikan karakter, sehingga dapat dijadikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam. 2. Manfaat praktis a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi dan bahan evaluatif untuk membenahi atau menata ulang kebijakan pelaksanaan pendidikan karakter secara komprehensif, terpadu, dan tepat sasaran. b. Bagi guru pendidik karakter (Guru BK dan guru mata pelajaran) di SMP, hasil penelitian ini dapat menjadi pemahaman baru dan refleksi mendalam bagi sekolah, agar seluruh anggota sekolah dapat mengaplikasikan pendidikan karakter secara tepat dan berdaya guna mencerdaskan peserta didik. c. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu menumbuhkan kerja sama kemitraan profesional kolaborasi semua guru dalam mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi program pendidikan karakter yang reintegrasi dengan pembelajaran. d. Bagi lembaga pendidikan konselor sekolah, prosedur dan hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi alternatif untuk mengembangkan konsep bimbingan dan konseling karakter, pengembangan kurikulum program studi BK, kajian pendidikan karakter, dan terapan ilmu bimbingan dan konseling dalam optimalisasi pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMP.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
e. Bagi penulis 1) Penulis memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru mengenai pelaksanaan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaborasi dengan pendekatan experiential learning di SMP Stella Maris Tangerang. 2) Sebagai calon guru BK, penulis mendapat pengalaman dan keterampilan baru untuk semakin peka melihat dan mengkaji permasalahan konkrit yang sedang terjadi di sekitar dan mampu mengembangkan secara ilmiah di kemudian hari. 3) Penulis mendapat kesempatan pembelajaran dan mengalami praktik
langsung
melakukan
prosedur
penelitian
dan
pengembangan secara ilmiah. G. Batasan Istilah 1. Evaluasi Pendidikan Karakter Evaluasi pendidikan karakter dalam penelitian ini merupakan suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan sikap dan perilaku atau tugas-tugas perkembangan peserta didik melalui program kegiatan yang telah dilaksanakan yang bertujuan untuk menjamin capaian kerja agar sesuai dengan rencana dan tujuan yang ditetapkan dalam proses penyelenggaraan penanaman nilai-nilai karakter.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
2. Keterlaksanaan Pendidikan Karakter Ketelaksanaan pendidikan karakter dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengetahui cara menjalankan rencana, praktek penyelenggaraan, dan proses penyelenggaraan penanaman nilainilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi pribadi yang utuh dan berdaya guna. 3. Hambatan-Hambatan Pendidikan karakter Hambatan-hambatan pendidikan karakter dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang menjadi kendala dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian terselenggaranya penanaman nilainilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi pribadi yang utuh dan berdaya guna.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan tentang kajian teori pendidikan karakter dan kajian penelitian yang relevan. A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter Menurut Peraturan Pemerintah Tahun 2010 tentang Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025 disebutkan bahwa Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Menurut Michael Novak (dalam Lickona, 2013: 81) karakter merupakan
“campuran
kompatibel
dari
seluruh
kebaikan
yang
diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah.” Prayitno (2011: 47) mendefinisikan karakter sebagai sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam
12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
standar nilai dan norma yang tinggi. Definisi karakter menurut Gunawan (2012: 3-4): “Karakter adalah perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.”
Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik-kebiasaan dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan (Lickona, 2013: 82). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah kecenderungan individu dalam berpikir, berperasan, dan bertindak yang didasari oleh nilai-nilai luhur. Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, akhlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif bukan netral. Sedangkan Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku. Proses perkembangan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang khas yang ada pada orang yang bersangkutan yang juga disebut faktor bawaan (nature) dan lingkungan (nurture) dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Faktor bawaan boleh dikatakan berada di luar jangkauan masyarakat dan individu untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
mempengaruhinya. Sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang berada
pada
jangkauan
masyarakat
dan
individu.
Jadi
usaha
pengembangan atau pendidikan karakter seseorang dapat dilakukan oleh masyarakat atau individu sebagai bagian dari lingkungan melalui rekayasa faktor lingkungan. Berbicara mengenai karakter terkadang tidak bisa kita lepaskan dari pemahaman mengenai etika, norma, moral, budi pekerti dan nilai. Bertens (Adisusilo, 2012: 54) etika mengandung multi arti. Etika dalam arti seperangkat nilai atau norma yang menjadi pegangan hidup seseorang atau sekolompok orang dalam dalam bertingkah laku. Sastrapratedja (Adisusilo, 2012: 54) Moral merupakan sistem nilai tentang bagaimana seseorang seharusnya hidup secara baik sebagai manusia. Budi pekerti berarti tingkah laku atau perbuatan yang sesuai dengan akal sehat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermartabat. Pendidikan karakter adalah segala usaha yang dilakukan secara sunguh-sungguh untuk membantu orang lain untuk memahami, peduli dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai etika. Menurut Samani & Hariyanto (2012: 45): “Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan karsa.”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
Definisi lainnya dikemukakan oleh Gaffar (Kesuma, 2012: 5) yaitu
semua
proses
transformasi
nilai-nilai
kehidupan
untuk
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam prilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pemikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-nilai, 2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku. Kemendiknas (2010: 15) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter sebagai usaha yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan pada peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, pendidikan karakter sebagai upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat. Berdasarkan grand design yang dikembangkan kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosialkultural tersebut dapat dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
emotional), Olah Pikir (Intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinesthetic development), dan Olah Rasa Karsa (Affective and Creativity development) yang secara diagramatik dapat di lukiskan seperti pada gambar 1.
Gambar 1. Koherensi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter tentunya memiliki makna yang lebih tinggi dari pada pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar ataupun salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan atau habbit tentang hal-hal yang baik dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
kehidupan, sehingga peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi untuk menerapkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Fokus utama pendidikan karakter terletak pada penerapan pada nilai-nilai luhur dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Oleh Sebab itu Apabila ada seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang dan kejam maka akan dikatakan sebagai orang yang memiliki karaktrer yang buruk, sedangkan orang yang berperilaku baik, jujur, dan suka mengasihi orang lain dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter yang baik. Tidak dapat kita pungkiri bahwa manusia itu unik sehingga memiliki karakter yang unik pula. Tentunya istilah karakter berkaitan erat dengan kepribadian (Personality) seseorang, sehingga orang tersebut dapat dikatakan orang yang berkarakter jika perilakunya sesuai dengan etika dan moral. Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin seseorang memahami secara sadar pentingnya nilai-nilai karakater. Bisa jadi perbuatan baik sebelumnya dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena betapa tingginya penghargaan pribadi tersebut terhadap nilai-nilai karakter. Dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP Tahun 2010 ditegaskan bahwa pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter. 2. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter. 4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian. 5. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik. 6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses. 7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik. 8. Memfungsikan seluruh staff sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama. 9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter. 10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter. 11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter posisitf dalam kehidupan peserta didik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
2. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP Pendidikan
karakter
bertujuan
untuk
meningkatkan
mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Suyanto, 2010). Jika dicermati secara jeli, terdapat tautan yang saling mutual antara tujuan-tujuan pendidikan karakter dengan tujuan-tujuan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Mengingat bimbingan merupakan bagian integral dalam pendidikan, maka tujuan pelaksanaan bimbingan merupakan bagian tak terpisahkan dari tujuan pendidikan tingkat nasional maupun tujuan pendidikan dasar (SD dan SMP). Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling berfokus pada pengembangan nilainilai kehidupan (karakter) peserta didik sebagai pribadi, sekurangkurangnya mencakup upaya untuk: (1) memperkuat dasar keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) membiasakan diri untuk berperilaku yang baik, (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar, (4) memelihara kesehatan jasmani dan rohani, (5) menanamkan kesadaran berbudaya belajar dan melatih kemampuan untuk terampil belajar, dan (6) membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
Pengembangan sebagai anggota masyarakat mencakup upaya untuk: (1) memperkuat kesadaran hidup beragama dan toleransi keberagamaan dalam masyarakat, (2) menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam lingkungan hidup, dan (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar
yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan
bermasyarakat. Pengembangan sebagai warga negara mencakup upaya untuk: (1) mengembangkan perhatian dan pengetahuan menyangkut hak dan kewajiban sebagai warga negara RI, (2) menanamkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan negara, (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan
serta
dalam
kehidupan
berbangsa
dan
bernegara.
Pengembangan sebagai umat manusia mencakup upaya untuk: (1) meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, (2) meningkatkan kesadaran tentang HAM, (3) memberi pengertian tentang ketertiban dunia, (4) meningkatkan kesadaran tentang pentingnya persahabatan antar bangsa, dan (5) mempersiapkan peserta didik untuk menguasai isi kurikulum (Ahman, 1998).
3. Nilai-Nilai Karakter di SMP
Pada tingkat SMP dipilih 20 nilai karakter utama yang disarikan dari butir-butir SKL SMP (Permen Diknas no. 23 tahun 2006) dan SK/KD (Permen Diknas no. 22 tahun 2006). Berikut ini adalah daftar 20 nilai utama yang dimaksud dan diskripsi singkatnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (religius). Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang
yang diupayakan selalu
berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan ajaran agamanya. b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri 1) Jujur Perilaku yang di dasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain. 2) Bertanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. 3) Bergaya hidup sehat Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. 4) Disiplin Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
5) Kerja keras Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. 6) Percaya diri Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. 7) Berjiwa wirausaha Sikap dan perilaku mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. 8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki. 9) Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
10) Ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 11) Cinta ilmu Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama 1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik atau hak diri sendiri dan orang lain serta tugas atau kewajiban diri sendiri serta orang lain. 2) Patuh pada aturan-aturan sosial Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. 3) Menghargai karya dan prestasi orang lain Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna
bagi
masyarakat,
mengakui,
dan
menghormati keberhasilan orang lain. 4) Santun Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
5) Demokratis Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. e. Nilai kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 1) Nasionalis Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. 2) Menghargai keberagaman Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagai macam hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
4. Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Berdasarkan pedoman Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional (2010), pendidikan karakter terintegrasi di SMP dilaksanakan melalui proses pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan. a. Pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran Pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai, serta menjadikannya sebagai perilaku. Pada struktur kurikulum SMP, dasar setiap mata pelajaran memuat materi-materi yang berkaitan dengan karakter. Secara subtantif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan sampai taraf
tertentu
menjadikan
peserta
didik
peduli
dan
menginternalisasi nilai-nilai. Integrasi pendidikan karakter pada mata-mata pelajaran di SMP mengarah pada internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. b. Pendidikan karakter terintegrasi melalui manajemen sekolah Pada konteks dunia pendidikan, yang dimaksud dengan manajemen pendidikan sekolah adalah suatu proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan dalam upaya untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan itu sendiri. Penyelenggaraan pendidikan karakter memerlukan pengelolaan yang memadai. Pengelolaan yang dimaksudkan adalah bagaimana pembentukan karakter dalam pendidikan direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan secara memadai.
Unsur-unsur
pendidikan
karakter
yang
akan
direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan tersebut antara lain meliputi: (1) nilai-nilai karakter kompetensi lulusan, (2) muatan kurikulum nilai-nilai karakter, (3) nilai-nilai karakter dalam pembelajaran, (4) nilai-nilai karakter pendidik dan tenaga kependidikan, kepesertadidikan.
dan
(5)
nilai-nilai
karakter
pembinaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
Beberapa contoh bentuk kegiatan pendidikan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah antara lain: (1) pelanggaran tata tertib yang berimplikasi pada pengurangan nilai dan hukuman/pembinaan, (2) penyediaan tempat-tempat pembuangan sampah, (3) penyelenggaraan kantin kejujuran, (4) penyediaan kotak saran, (5) penyediaan sarana ibadah dan pelaksanaan ibadah, misalnya: shalat dzuhur berjamaah, (6) salim-taklim (jabat tangan) setiap pagi saat siswa memasuki gerbang sekolah, (7) pengelolaan dan kebersihan ruang kelas oleh siswa, dan bentuk-bentuk kegiatan lainnya. c. Pendidikan karakter terintegrasi melalui kegiatan pembinaan kesiswaan Kegiatan pembinaan kesiswaan adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berwenang di sekolah. Visi kegiatan pembinaan kesiswaan adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi kegiatan pembinaan kesiswaan adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan
minat
mereka;
(2)
menyelenggarakan
kegiatan
yang
memberikan kesempatan peserta didik mengeskpresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
5. Peran Guru BK/Konselor dalam Pendidikan Karakter Guru setidaknya diidentikkan dengan dua definisi berikut. Pertama, dipandang dari sudut etimologis, guru berasal dari Bahasa Sansekerta (gu) yang berarti kegelapan dan (ru) yang berarti membebaskan atau menyingkirkan. Jadi, dilihat dari makna asalinya guru bermakna menyingkirkan atau menghalau kegelapan. Kedua, guru juga sering dianggap sebagai akronim dari seseorang yang digugu dan ditiru. Guru adalah pribadi yang diteladani karena ia menunjukkan keutamaankeutamaan (virtues) dalam praktek laku hidupnya. Guru hormat pada kejujuran, setia dalam ketekunan (persistence), luwes dalam bergaul dengan berbagai kalangan, memegang teguh kedisiplinan, dan mencintai anak didiknya. Karakteristik guru yang seperti inilah yang hendaknya dimiliki, terutama oleh guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling atau yang akrab disapa guru BK mengembangkan suatu program atau layanan bimbingan dan konseling guna membantu tumbuh dan kembang peserta didik. Program bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian inti pendidikan karakter yang dilaksanakan dengan berbagai strategi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
pelayanan dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai kemandirian, dengan memiliki karakter yang dibutuhkan saat ini dan masa depan. Pekerjaan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan berbasis nilai, layanan etis normatif, dan bukan layanan bebas nilai. Seorang konselor perlu memahami betul hakekat manusia dan perkembangannya sebagai makhluk sadar nilai dan perkembangannya ke arah normatif-etis. Seorang konselor harus memahami perkembangan nilai, namun seorang konselor tidak boleh memaksakan nilai yang dianutnya kepada konseli (peserta didik yang dilayani), dan tidak boleh meneladankan diri untuk ditiru konselinya, melainkan memfasilitasi konseli untuk menemukan makna nilai kehidupannya (Sunaryo, 2006)
a. Peran konselor dalam pendidikan karakter Peran dan keterlibatan konselor/guru BK sangat tegas disebutkan dalam kutipan berikut: “Professional school counselors need to take an active role in initiating, facilitating and promoting character education programs in the school curriculum. The professional school counselor, as a part of the school community and as a highly resourceful person, takes an active role by working cooperatively with the teachers and administration in providing character education in the schools as an integral part of the school curriculum and activities” (ASCA dalam Nur Wangid, 2010). “Konselor sekolah yang profesional perlu mengambil peran aktif dalam memulai, memfasilitasi dan mempromosikan program pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah. Konselor sekolah yang profesional sebagai bagian dari komunitas sekolah dan sebagai orang yang mengerti mengenai pendidikan perlu mengambil peran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
aktif dengan bekerja secara kooperatif dengan para guru dan bagian administrasi dalam memberikan layanan pendidikan karakter di sekolah-sekolah sebagai bagian integral dari kurikulum dan kegiatan sekolah.” (ASCA dalam Nur Wangid, 2010; Terjemahan). Konselor atau guru BK adalah sosok yang memiliki peran besar dalam memulai, memfasilitasi dan mempromosikan program pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah. Guru BK memiliki inisiatif dalam mengembangankan potensi peserta didik dalam pengembangan
kehidupan
sehari-hari
dan
pendidik
yang
mengarahkan peserta didik ke arah aktualiasasi diri sebagai seorang pribadi. Tugas yang diemban oleh guru BK tentunya perlu dikolaborasikan dengan sekolah sebagai suatu lembaga formal yang mendidik para peserta didik. Sekolah memiliki
tanggungjawab
mendidik dari segi kognitif, afeksi dan konasi anak. Guru BK turut ambil bagian dalam pendidikan tersebut dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dengan kurikulum sekolah. Perlu dipahami bahwa guru BK yang mengambil bagian dalam pendidikan karakter tidak bekerja sendiri sebagai guru yang mengembangkan karakter peserta didik, perlu adanya kerjasama antara guru BK dan guru mata pelajaran dalam mengakomodasi program pendidikan karakter yang seyogyanya membantu perkembangan peserta didik dengan prinsipprinsip nilai yang dianut oleh sekolah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
b. Materi pendidikan karakter dalam layanan bimbingan dan konseling
Materi Pendidikan Karakter dalam Layanan Bimbingan, antara lain dapat mencakup: (1) Perilaku seksual sehat; (2) Pengetahuan tentang
karakter;
(3)
Pemahaman
tentang
moral
sosial;(4)
Keterampilan pemecahan masalah; (5) Kompetensi Emosional; (6) Hubungan dengan orang lain; (7) Perasaan keterikatan dengan sekolah; (8) Prestasi akademis; (9) Kompetensi berkomunikasi; (10) sikap kepada guru (Berkowitz, Battistich, dan
Bier dalam
Muhammad Nur Wangid, 2010). c. Strategi
penyampaian
pendidikan
karakter
melalui
layanan
bimbingan dan konseling
Strategi pendidikan karakter melalui pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui: (1) Layanan Dasar; (2) Layanan Responsif; (3) Perencanaan Individual; dan (4) Dukungan Sistem. Strategi layanan dasar bimbingan merupakan pintu masuk bagi penyaluran pendidikan karakter melalui proses dan aktivitas bimbingan klasikal untuk membantu pemenuhan kebutuhan semua siswa terhadap penanaman nilai-nilai karakter. Perjumpaan interaktif di kelas antara konselor/guru BK dengan peserta didik secara rutin/terjadual sangat dibutuhkan dalam mana kesempatan itu sangat berguna untuk memberikan layanan preventif dan pengembangan diri. Kehadiran konselor tidak dapat direduksi hanya sekedar untuk melaksanakan layanan konseling bagi peserta didik bermasalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
(Gysbers, 2004; Gysbers dan Henderson, 2000; Sink dan Stroh, 2003; Lapan, 2001; Rowley, 2005).
6. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Karakter Pembelajaran pendidikan karakter perlu dibuat punyusunan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Baik silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi atau berwawasan pendidikan karakter. Cara yang mudah untuk membuat silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter adalah dengan mengadaptasi silabus dan RPP yang telah dibuat dengan menambahkan kegiatan pembelajaran yang bersifat memfasilitasi dikenalnya nilai-nilai, disadarinya pentingnya nilai-nilai, dan diinternalisasinya nilai-nilai. Berikut adalah contoh model silabus, RPP, dan bahan ajar yang telah mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalamnya. a. Silabus Silabus dikembangkan dengan rujukan utama Standar Isi (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006). Silabus memuat Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber
belajar. Materi
pembelajaran,
kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dirumuskan di dalam silabus pada dasarnya ditujukan untuk memfasilitasi peserta didik menguasai SK/KD. Agar juga memfasilitasi terjadinya pembelajaran yang membantu peserta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
didik mengembangkan karakter, setidak-tidaknya perlu dilakukan perubahan pada tiga komponen silabus berikut: 1) Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter. 2) Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter. 3) Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik penilaian yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur perkembangan karakter. Penambahan
dan/atau
adaptasi
kegiatan
pembelajaran,
indikator pencapaian, dan teknik penilaian harus memperhatikan kesesuaiannya dengan SK dan KD yang harus dicapai oleh peserta didik. Kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan teknik penilaian yang ditambahkan dan/atau hasil modifikasi tersebut harus bersifat lebih memperkuat pencapaian SK dan KD tetapi sekaligus mengembangkan karakter. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
disusun
berdasarkan silabus yang telah dikembangkan oleh sekolah. RPP secara umum tersusun atas SK dan KD, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian. Seperti yang terumuskan pada silabus,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian yang dikembangkan di dalam RPP pada dasarnya dipilih untuk menciptakan proses pembelajaran untuk mencapai SK dan KD. Oleh karena itu, agar RPP memberi petunjuk pada guru dalam menciptakan pembelajaran yang berwawasan pada pengembangan karakter, RPP tersebut perlu diadaptasi. Seperti pada adaptasi terhadap silabus, adaptasi yang dimaksud antara lain meliputi: 1) Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter 2) Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter 3) Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik penilaian yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur perkembangan karakter 7. Implementasi Pendidikan Karakter Berbicara mengenai pendidikan karakter di sekolah tidak pernah lepas
dari
kata
implementasi
pendidikan
karakter
itu
sendiri.
Implementasi pendidikan karakter garis besarnya menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
a. Fungsi perencanaan Fungsi perencanaan meliputi perencanaan yang menyangkut perumusan kompetensi dasar, penetapan jenis karakter dan memperkirakan
cara
pembentukannya.
Perencanaan
di
sini
dipandang sebagai fungsi sentral dari manajemen pendidikan karakter dan harus berorientasi ke masa depan. Pengimplementasian pendidikan karakter di sekolah, perencanaan pendidikan karakter dituangkan dalam program pendidikan yang berkaitan dengan strategi pembelajaran di sekolah guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dalam mencapai tujuan tersebut tentu saja akan berkaitan dengan pembuatan dan pengambilan keputusan yang harus memberi gambaran tentang proses pembelajaran yang diinginkan. Guru sebagai pengelola sistem pendidikan dan proses pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola berbagai sumber daya pembelajaran dan sumber daya manusia yang ada untuk membentuk kompetensi dan karakter peserta didik serta mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b. Fungsi pelaksanaan Fungsi pelaksanaan bisa juga disebut dengan implementasi. Implementasi merupakan proses yang memberikan kepastian bahwa program pembelajaran memiliki alternatif sumber daya manusia dan sarana serta prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
dapat membantu kompetensi dan karakter yang diinginkan. Fungsi pelaksanaan ini mencakup adanya pola kerjasama, pengorganisasian dan kepemimpinan guna pengaplikasian setiap kegiatan. Contohnya, pembagian pekerjaan seperti apa yang harus dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam pembelajaran di kelas.
c. Fungsi pengendalian Fungsi pengendalian sering juga disebut penilaian dan pengendalian/
kontrol.
Fungsi
pengendalian
bertujuan
untuk
menjamin kinerja yang dicapai agar sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pola penilaian dan pengendalian diperlukan langkah membandingkan kinerja pengimplementasian yang telah dilakukan atau yang lebih dikenal dengan kinerja aktual dengan kinerja standar atau pedoman yang telah direncanakan sejak awal sebagai sebuah program. Guru memegang kendali utama dalam program pembelajaran. Guru dapat mengambil alih strategi dan tindakan perbaikan apabila terjadi kesenjangan antara proses pembelajaran yang telah terjadi secara aktual dengan yang telah direncanakan dalam program pembelajaran. Penilaian dan pengendalian merupakan salah satu aspek penting dalam proses pendidikan karakter, agar sebagian besar peserta didik dapat membentuk kompetensi dan karakter yang diharapkan secara optimal. Tidak dapat dipungkiri bahwa cukup
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
banyak peserta didik yang mendapat nilai rendah, di bawah standar atau berperilaku yang tidak sesuai dengan norma kehidupan akan mempengaruhi efektifitas pendidikan karakter secara keseluruhan. Implementasi pendidikan karakter di sekolah, penilaian dan pengendalian
harus
dilakukan
secara
terus-menerus
dan
berkesinambungan untuk mengetahui dan memantau perubahan serta kemajuan peserta didik maupun untuk memberi nilai yang biasa dikonversi dalam penilaian hasil belajar. 8. Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Keberhasilan
Pendidikan
Karakter Menurut
Zubaedi
(2012)
terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter, yaitu: a. Insting (naluri) Aneka corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan manusia dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh naluri seseorang. b. Adat atau kebiasaan Adat atau kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur, berolahraga, dan lain sebagainya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
c. Keturunan Secara
langsung
atau
tidak
langsung
keturunan
sangat
mempengaruhi pembentukan karakter seseorang. d. Lingkungan Salah satu aspek yang turut memberikan pengaruh dalam terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor lingkungan di mana seseorang berada.
9. Kriteria Keberhasilan Pendidikan Karakter Kualitas pembelajaran dan pembentukan karakter yang dilalui oleh peserta didik dapat dilihat dari segi proses dan hasilnya. Pertama dari segi proses, pembelajaran dan pembentukan karakter dikatakan berhasil dan berkualitas apabila setidaknya 85% peserta didik terlibat secara aktif, khususnya dalam aspek mental dan sosial dalam proses pembelajaran. Selain itu semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri juga menjadi faktor penentunya. Kedua, dari segi hasil pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya 80%. Segi proses dan segi hasil merupakan pemenuhan tuntutan yang perlu dikembangkan sebagai pengalaman belajar yang kondusif untuk membentuk manusia yang berkarakter. Hal ini berarti tidak cukup hanya pembelajaran yang mengandung muatan nilai kognitif namun unsur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
afektif psikomotorik adalah langkah yang perlu dicapai sebagai bentuk penghayatan mewujudnyatakannya ke dalam perilaku. Mulyasa, (2013:16) memaparkan keberhasilan implementasi pendidikan karakter di sekolah dapat dilihat dalam jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang dengan kriteria atau indikator sebagai berikut. a. Kriteria Jangka Pendek 1) Sekurang-kurangnya 85% isi dan prinsip-prinsip pendidikan karakter dapat dipahami, diterima, dan diterapkan oleh para peserta didik dan guru. 2) Sekurang-kurangnya
85%
peserta
didik
merasa
mendapat
kemudahan, senang, dan memiliki kemauan belajar yang tinggi. 3) Para peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. 4) Karakter yang ditanamkan sesuai dengan perkembangan peserta didik dan mereka memandang bahwa hal tersebut akan sangat berguna bagi kehidupannya kelak. 5) Pendidikan karakter yang dikembangkan dapat menumbuhkan minat belajar para peserta didik untuk belajar lebih lanjut (continuing) b. Kriteria Jangka Menengah 1) Adanya umpan balik terhadap para guru tentang pendidikan karakter yang diimplementasikan bersama peserta didik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
2) Para peserta didik menjadi insan yang berkarakter, kreatif dan mampu menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapinya. 3) Para peserta didik tidak memberikan pengaruh negatif terhadap masyarakat lingkungannya dengan cara apapun.
c. Kriteria Jangka Panjang 1) Adanya peningkatan mutu pendidikan yang dicapai oleh sekolah melalui kemandirian dan inisiatif kepala sekolah dan guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah. 2) Adanya peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber belajar pendidikan karakter melalui pembagian tanggungjawab yang jelas, transparan dan demokratis. 3) Adanya peningkatan perhatian serta partisipasi warga dan masyarakat sekitar sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan karakter yang dicapai melalui pengambilan keputusan bersama. 4) Adanya peningkatan tanggungjawab sekolah kepada pemerintah, orang tua peserta didik dan masyarakat pada umumnya berkaitan dengan mutu sekolah, terutama dalam pendidikan karakter. 5) Adanya kompetisi yang sehat antar sekolah dan peningkatan mutu pendidikan
karakter
melalui
upaya-upaya
inovatif
dengan
dukungan orang tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6) Tumbuhnya
karakter
kemandirian
dan
41
berkurangnya
ketergantungan di kalangan warga sekolah, bersifat adaptif dan proaktif
serta memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi (ulet,
inovatif dan berani mengambil resiko). 7) Terwujudnya proses pembelajaran berkarakter yang efektif, yang lebih menekankan pada belajar menjadi diri sendiri (learning to be) dan belajar hidup bersama secara harmonis (learning to live together). 8) Terciptanya iklim sekolah yang aman, nyaman dan tertib sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (enjoyable learning). 9) Adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. Evaluasi pendidikan karakter secara teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui tingkat pembentukan karakter peserta didik, tetapi untuk memanfaatkan hasil evaluasi tersebut bagi perbaikan dan penyempurnaan pendidikan karakter di sekolah.
B. Hakikat Evaluasi Hasil Program Pendidikan 1.
Definisi Evaluasi Program Ralph Tyler (Arikunto, S. & Jabar, C. P., 2014: 5) menyatakan bahwa evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasikan. Cronbach dan Stufflebeam (Arikunto, S. & Jabar, C. P., 2014: 5) mengemukakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
bahwa evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. 2.
Ciri-ciri dan Persyaratan Evaluasi Program Sejalan dengan pengertian yang terkandung di dalam, maka evaluasi program memiliki ciri-ciri dan persyaratan sebagai berikut: a. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi penelitian pada umumnya. b. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara sistematis, yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dari objek yang dievaluasi. c. Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dari objek yang dievaluasi, perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program. d. Menggunakan
standar,
kriteria,
atau
tolok
ukur
sebagai
perbandingan dalam menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk mengambil kesimpulan. e. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau rekomendasi bagi sebuah kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standar, kriteria, atau tolok ukur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
f. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk mengetahui bagaimana dari program yang belum terlaksana, maka perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi subkomponen, sampai pada indikator dari program yang dievaluasi. g. Standar kriteria, atau tolok ukur diterapkan pada indikator, yaitu bagian yang paling kecil dari program agar dapat dengan cermat diketahui letak kelemahan dari proses kegiatan. h. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat (Arikunto, S. & Jabar, C. P., 2014: 8-9). 3.
Tujuan Evaluasi Program Tujuan dari evaluasi program adalah untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program, karena evaluator program ingin mengetahui bagian mana dari komponen dan sub komponen program yang belum terlaksana dan apa sebabnya.
4.
Manfaat Evaluasi Program Dalam
organisasi
pendidikan,
evaluasi
program
dapat
disamaartikan dengan kegiatan supervisi. Secara singkat, supervisi dapat diartikan sebagai upaya mengadakan peninjauan untuk memberikan pembinaan, maka evaluasi program adalah langkah awal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
dalam supervisi, yakni mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan memberikan pembinaan yang tepat pula. Berdasarkan pengertian di atas, supervisi sekolah yang diartikan sebagai evaluasi program, dapat disamartikan dengan validasi lembaga dan akreditasi. Evaluasi program merupakan langkah awal dari proses akreditasi dan validasi lembaga. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi program pendidikan adalah supervisi pendidikan dalam pengertian khusus, tertuju pada lembaga secara keseluruhan. Informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna bagi pengambilan keputusan dari kebijakan lanjutan program, karena dari masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan. Wujud dari hasil evaluasi adalah sebuah rekomendasi dari evaluator untuk pengambil keputusan. Ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam pelaksanaan sebuah program keputusan, yaitu: a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan. b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan, tetapi hanya sedikit).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
c. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat. d. Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempattempat
lain atau mengulangi program di lain waktu), karena
program tersebut berhasil dengan baik, maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain (Arikunto, S. & Jabar, C. P., 2014: 21-22). 5.
Langkah-langkah Evaluasi Program Menurut Arikunto, S. & Jabar, C. P. (2014), evaluasi program dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Secara garis besar tahapan tersebut
meliputi:
tahap
persiapan
evaluasi
program,
tahap
pelaksanaan evaluasi program, dan tahap monitoring pelaksanaan program. 6.
Evaluasi Hasil Program a. Definisi evaluasi hasil program Evaluasi hasil merupakan jenis evaluasi program yang paling tua. Evaluasi hasil dimaksud sebagai hasil belajar dalam pengertian pengetahuan yang dapat diserap oleh peserta didik. Jumlah pengetahuan yang dimiliki peserta didik merupakan indikator keberhasilan suatu program pembelajaran. Makin banyak pengetahuan yang dimiliki peserta didik makin tinggi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
tingkat keberhasilan suatu program pembelajaran (Arikunto, S. & Jabar, C. P., 2014: 113). Menurut Arikunto (1988), penilaian hasil (evaluasi hasil) adalah penilaian yang dilakukan oleh peneliti dalam mengukur keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran tujuan tersebut dikembangkan dan diadministrasikan. Data yang dihasilkan akan sangat berguna bagi administrator dalam menentukan apakah program diteruskan, dimodifikasi, atau dihentikan.
b. Prosedur pelaksanaan evaluasi hasil program 1) Menentukan tujuan evaluasi Tahap
pertama
dalam
melakukan
evaluasi
adalah
menentukan tujuan evaluasi. Penentuan tujuan ini merupakan hal yang sangat penting karena berdasarkan tujuan inilah peneliti akan melakukan evaluasi. Tujuan evaluasi secara umum berkaitan dengan dua hal, yakni aspek yang akan dievaluasi dengan objek evaluasi. Penentuan aspek hasil menandakan bahwa peneliti ingin mengetahui dampak dari program. Aspek hasil evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat program yang memberikan pengaruh pada pencapaian kompetensi/tujuan layanan yang telah ditetapkan (Badrujaman, A, 2011: 114).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
2) Menentukan kriteria evaluasi Sebuah program akan dikatakan berhasil dan sukses apabila memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Membahas mengenai kriteria keberhasilan sebagai patokan evaluasi tidak akan terlepas membahas standar dan indikator. Kriteria merupakan karakteristik program yang dianggap sebagai basis relevan dan penting untuk melakukan riset evaluasi. Menetapkan kriteria sebagai patokan dalam evaluasi program memang tidak mudah. Schimdt (Badrujaman, A, 2011: 115) menjelaskan empat cara untuk menentukan kriteria dalam evaluasi hasil, yaitu: menggunakan pencapaian melalui persentase;
membandingkan
pencapaian
subjek
yang
mengikuti program dan yang tidak mengikuti program; menanyakan kepada peserta didik, orang tua, atau guru; serta dengan membandingkan skor pre-test dan post-test. 3) Memilih desain evaluasi Desain evaluasi program merupakan suatu rencana yang menunjukkan waktu evaluasi akan dilakukan dan dari siapa evaluasi atau informasi akan dikumpulkan. Desain ini dibuat untuk menyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan menurut organisasi yang teratur dan menurut aturan evaluasi yang baik (Badrujaman, A, 2011: 116).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
4) Menyusun tabel perencanaan evaluasi Berdasarkan tujuan evaluasi yang telah ditetapkan, maka segera dilakukan penyusunan tabel perencanaan evaluasi. Tabel perencanaan evaluasi terdiri atas empat kolom, yaitu: kolom komponen, kolom indikator, kolom sumber data, dan kolom teknik pengumpulan data (Badrujaman, A, 2011: 116). 5) Menentukan instrumen evaluasi Teknik pengumpulan data yang umumnya digunakan dalam evaluasi hasil ini adalah teknik pengumpulan data melalui pemberian instrumen berupa angket (Badrujaman, A, 2011: 116). 6) Menentukan teknik analisis data Analisis data pada evaluasi hasil menggunakan teknik analisis kuantitatif untuk mengetahui pengaruh program pada pencapaian kompetensi/tujuan peserta didik yang diteliti (Badrujaman, A, 2011: 117). c. Penyusunan laporan evaluasi hasil program Laporan evaluasi hasil berisi gambaran umum pencapaian tujuan program.
Laporan evaluasi hasil terdiri dari tiga
komponen, yaitu: deskripsi data evaluasi hasil, analisis data evaluasi hasil, dan keputusan/kesimpulan diteliti (Badrujaman, A, 2011: 118).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
C. Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian Strategi Nasional (Stranas, 2014) yang dilakukan oleh beberapa dosen bimbingan dan konseling, Universitas Sanata Dharma, yaitu Dr. Gendon Barus, M.Si, Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si, A. Setyandari, S.Pd, S.Psi, Psi., M.A dan Juster Donal Sinaga, M.Pd dengan judul “Pengembangan Model Pendidikan Karakter di SMP Berbasis Layanan Bimbingan
Klasikal
Kolaboratif
dengan
Pendekatan
Experential
Learning”. Beberapa poin kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Terdapat keragaman cara atau strategi dan perbedaan saluran dalam implementasi pendidikan karakter di SMP satu dengan SMP lainnya. Dalam kasus penelitian terbatas ini, variasi gagasan dan strategi aksi yang ditempuh sekolah-sekolah swasta nasional dalam implementasi pendidikan karakter lebih kaya
dan beragam dibanding apa yang
dikerjakan sekolah-sekolah negeri. 2. Beberapa
hambatan
yang
teridentifikasi
dalam
implementasi
pendidikan karakter di SMP pada 5 kota di Indonesia adalah (1) Pedoman pendidikan karakter dari pemerintah c.q. Direktorat Pembinaa
SMP (2010) tidak operasional; (2) Penanaman nilai
karakter yang diintegrasikan melalui pembelajaran masih bersifat tempelan di RPP, indah dalam perencanaan tetapi miskin dalam aksi, para guru mengaku sulit untuk menerapkannya, tidak tahu cara atau strategi
yang tepat
dalam penyampaian nilai karakter yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
dicantumkan dalam RPP kecuali sekedar memberi nasehat-nasehat dan diceramahkan sambil memberi pesan-pesan moral (berhenti pada tataran pengenalan kognitif); (3) tidak tersedia alat dan cara evaluasi untuk mengukur ketercapaian karakter, dan
(4) komitmen dan
konsistensi para guru dalam menjaga gawang karakter tidak selalu sama, cenderung rapuh dan belum tercipta kolaborasi yang baik antara guru mata pelajaran dan guru BK/Konselor sekolah
dalam
implementasi pendidikan karakter. 3. Dilihat dari hasilnya, implementasi pendidikan karakter terintegrasi di SMP, efektifitasnya belum menggembirakan. Temuan evaluatif secara empirik menunjukkan bahwa 36,4% dari 653 siswa SMP di 5 kota yang diteliti masih berada pada kategori kurang baik dan beberapa diantaranya buruk dalam capaian skor karakternya. Hanya 12,3% dari 653 siswa tersebut yang masuk pada kategori baik dengan capaian skor ≥ 7 pada skala Stannine. 4. Teridentifikasi 25 dari 50 pernyataan nilai karakter (dari skala pengukuran hasil pendidikan karakter) yang capaian skornya kurang baik dari 5 butir diantaranya bahkan dalam kategori buruk. Jiwa kewirausahaan, kemandirian, rasa ingin tahu, patuh pada peraturan sosial, dan menghargai karya/prestasi orang lain teridentifikasi sebagai 5 nilai karakter yang capaiannya masih buruk, baik pada siswa kelas VII maupun pada siswa kelas VIII.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
5. Terdapat kecenderungan bahwa capaian hasil pendidikan karakter lebih baik pada siswa kelas VII dibanding pada siswa kelas VIII, baik pada rata-rata capaian skor maupun pada banyaknya ragam nilai karakter. Siswa kelas VII hampir dua kali lebih banyak dari siswa kelas VIII yang mencapai skor karakter pada kategori baik, sebaliknya siswa kelas VIII dua kali lebih banyak jumlahnya dari siswa kelas VII yang capaian skornya terpuruk pada kategori kurang baik dan buruk. 6. Ditemukan 23 topik nilai karakter yang dibutuhkan oleh siswa, guru, dan orang tua dengan peringkat skala prioritas 1-23. Topik kebutuhan nilai karakter dengan peringkat lima tertinggi adalah (1) lebih rajin mengamalkan
ajaran
agama
yang
dianut;
(2)
menghargai
keberagaman; (3) meningkatkan rasa percaya diri; (4) memahami kekurangan dan kelebihan diri; dan (5) berperilaku hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik. 7. Berdasarkan kajian konseptual dan hasil-hasil empiris preliminary study, telah dirancang disain hipotetik model pendidikan karakter di SMP Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaborasi dengan Pendekatan Experential Learning yang dituangkan/disusun dalam draft modul Pendidikan Karakter di SMP jilid 1, 2, 3 yang dilengkapi dengan seluruh perangkat model dan siap diujikembangkan dan divalidasi melalui implementasi terbatas pada tahapan penelitian tahun II (2015).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Dari beberapa kajian teori yang relevan di atas, peneliti semakin tertarik untuk melakukan penelitian di SMP swasta lain di pulau jawa. Mengingat bahwa pengembangan diri dan penanaman nilai-nilai karakter merupakan suatu pembiasaan yang berkelanjutan, maka diperlukan suatu model pendidikan karakter dengan strategi penyajian yang efektif, menarik dan praktis yang dilakukan pada tataran sekolah menengah, khususnya SMP. Oleh sebab itu penelitian ini sangat strategis untuk dilakukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, keabsahan data, dan teknik analisis data. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2005: 234). Penelitan kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak (Sugiyono, 2010:15). Desain penelitian ini adalah penelitian evaluasi, Evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Menurut Arikunto, (2007: 222) penelitian evaluasi dapat diartikan suatu proses yang dilakukan dalam rangka menentukan kebijakan dengan terlebih dahulu mempertimbangkan nilai-nilai positif dan keuntungan suatu program, serta mempertimbangkan proses serta teknik yang telah digunakan untuk melakukan suatu penelitian.
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di satu sekolah swasta yang ada di Tangerang, yaitu SMP Stella Maris. SMP ini menjadi salah satu SMP swasta yang sudah menerapkan kurikulum 2013 berbasis pendidikan karakter, sehingga tepat digunakan sebagai tempat penelitian ini. Waktu penelitian dilakukan selama dua bulan. Selama peneliti melakukan penelitian, peneliti tidak selalu datang ke sekolah sebagai tempat penelitan, melainkan mengajukan pertanyaan wawancara kepada kepala sekolah, guru BK, guru mata pelajaran. Peneliti banyak melakukan analisis data di Kampus Paingan Universitas Sanata Dharma. Berikut merupakan jadwal yang ditentukan peneliti selama melakukan penelitian. Tabel 1 Jadwal Penelitian NO
TANGGAL PERTEMUAN
KETERANGAN
TEMPAT
1.
Selasa, 1 Maret 2014
Pembahasan pola pelaksanaan penelitian Stranas 2014
Kampus Paingan USD
2.
Selasa, 18 Maret 2014
Kampus Paingan USD
3.
Senin, 21 April 2014
3.
Jumat, 23 Mei 2014
Pembagian tugas analisis mengenai keterlaksanaan, hambatan dan hasil pendidikan karkater. Penyusunan pedoman wawancara tahap 1 dan evaluasinya. Informasi pengunduran kedatangan tim peneliti. Evaluasi pedoman wawancara tahap 1
Kampus Paingan USD Kampus Paingan USD
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
Rabu, 29 Mei 2014
5.
Senin, 19 Mei 2014
6
7
8
9
10
Evaluasi pedoman wawancara tahap 2
Konfirmasi ke SMP Stella Maris, Tangerang, Banten melalui via telepon, bahwa pada senin, 2 Juni 2014 peneliti akan datang ke sekolah melakukan penelitan. Senin, 26 Mei Persiapan mencetak lembar 2014 observasi, wawancara, dan kuesioner yang akan dibawa ke sekolah Senin, 2 Juni Observasi sekolah, wawancara 2014 kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru BK, dan siswa, serta menitipkan lembar kuesioner yang akan diberikan kepada orang tua. Senin, 9 Juni – 23 Menganalisis hasil wawancara dan Juni 2014 observasi, serta membuat verbatim hasil wawancara. Hasil wawancara kemudian dibuat dalam bentuk kode-kode. Senin, 30 Juni Menganalisi hasil kuesioner dari 2014 orang orang tua. Kuesioner akan direduksi menjadi bagian-bagian terpenting. Senin 27– Triangulasi teknik dan sumber Minggu 10 Mei sebagai uji validitas. 2015
55
Kampus Paingan USD Kampus Paingan USD
Kampus Paingan USD SMP Stella Maris, Tangerang, Banten
Kampus Paingan USD
Kampus Paingan USD Kost subyek
C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah empat orang guru mata pelajaran, satu orang guru BK dan kepala sekolah. Beberapa subyek tersebut dipilih sebagai perwakilan anggota sekolah yang menerapkan dan menerima pendidikan karakter, sehingga informasi yang didapatkan bersifat menyeluruh. Program sekolah dievaluasi untuk mengukur hasil program atau proyek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
(efektifitas suatu program) sesuai dengan tujuan yang direncanakan atau tidak, dengan cara mengumpulkan, menganalisis dan mengkaji pelaksaaan program yang dilakukan secara objektif. Kemudian merumuskan dan menentukan kebijakan dengan terlebih dahulu mempertimbangkan nilai-nilai positif dan keuntungan suatu program. Sumber data dalam penelitian ini adalah anggota sekolah, diantaranya kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru BK, dan siswa SMP Stella Maris Tangerang. Beberapa subjek tersebut dipilih sebagai perwakilan anggota sekolah yang menerapkan dan menerima pendidikan karakter, sehingga informasi yang didapatkan bersifat menyeluruh. Berikut adalah daftar jumlah subjek penelitian yang akan menjadi sumber informasi. Tabel 2. Daftar Jumlah Subjek Penelitian No. 1. 2. 3.
Subjek
Jumlah
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Guru BK
1 4
Keterangan Guru Olahraga, guru Fisika, guru PKN, guru Bahasa Indonesia.
1
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Wawancara Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu, Esterberg (dalam Sugiyono, 2010: 317). Jenis pertanyaan yang digunakan oleh peneliti dalam proses wawancara adalah pertanyaan terstruktur. Wawancara ditujukan kepada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
kepala sekolah, guru BK, dan guru mata pelajaran. Berikut ini adalah panduan wawancara terstruktur yang akan di aplikasikan pada subyek. Tabel 3 Pedoman Wawancara Terstruktur NO 1.
ASPEK Kepala Sekolah
PERTANYAAN
Keterlaksanaan a. Bagaimana sekolah merancang pendidikan karakter? b. Apakah sekolah mengikuti peraturan pemerintah dalam merancang pendidikan karakter ataukah sekolah berinisiatif merancang pendidikan karakter berdasarkan visi misi sekolah? c. Apakah sekolah pernah membaca peraturan direktorat pembinaan SMP tahun 2010 mengenai pendidikan karakter dalam merancang pendidikan karakter di sekolah ini? d. Bagaimana bentuk-bentuk pembelajaran direncanakan yang memuat pendidikan karakter saat di kelas/sekolah? e. Bagamana model pendidikan karakter direncanakan dalam pembelajaran di kelas? f. Apa yang dipahami sekolah mengenai pendidikan karakter? g. Karakter-karakter siswa apa saja yang dibentuk oleh sekolah dan atas dasar pertimbangan apa dipilihnya karakter-karakter tersebut? h. Sejauh mana pendidikan karakter dilakukan di sekolah ini sejak sekolah ini berdiri? i. Langkah apa yang diambil oleh sekolah untuk melaksanakan pendidikan karakter di sekolah dan langkah-langkah tersebut menjadi suatu kebijakan sekolah? j. Dari manakah sumber informasi yang diperoleh sekolah mengenai pendidikan karakter yang saat ini diterapkan? k. Kiat-kiat apa yang telah dilakukan sekolah dalam melaksanakan program pendidikan karakter? l. Apakah sarana dan prasarana di sekolah ini sudah cocok dan mendukung model pendidikan karakter di sekolah ini? m. Cara-cara apa saja yang ditempuh sekolah untuk mengidentifikasi kebtuhan karakter yang harus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
dimiliki oleh para siswa? Apakah melibatkan orang tua? Para guru? Para siswa? Evaluasi a. Apa tanggapan kepala sekolah tentang pendidikan karakter yang harus masuk ke dalam kurikulum sekolah? b. Seberapa pentingkah pendidikan karakter untuk sekolah ini? c. Apakah tuntutan kepala sekolah terhadap keterlaksanaan pendidikan karakter? d. Kasus-kasus apa saja yang sering muncul yang mengindikasikan bahwa pendidikan karkater disekolah ini tidak berhasil? e. Bagaimana kepala sekolah memikirkan solusi untuk mengatasi ketidak berhasilan pendidikan karakter di sekolah ini? f. Ide-ide apa lagi yang dipikirkan kepala sekolah untuk memperkuat pendidikan karakter di sekolah itu? g. Menurut bapak/ibu kepala sekolah/guru BK apa saja peran stake holder/orangtua siswa dalam mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter? h. Apa saja bentuk-bentuk dukungan sekolah (Kebijakan sekolah) untuk melaksanakan pendidikan karakter? (penyediaan saranaprasarana, anggaran, pelatihan para guru, dll) i. Apakah pelaksanaan pendidikan karakter dimonitoring oleh kepala sekolah? Bagaimana bentuk monitoringnya?
Hambatan dan Solusi a. Hambatan apa saja yang ditemukan sekolah dalam menerapkan pendidikan karakter? b. Solusi seperti apa yang diambil oleh sekolah setelah sekolah mengetahui hambatan-hambatan keterlaksanaan pendidikan karakter? 2.
Guru BK
Keterlaksanaan a. Apa yang Bapak/Ibu pahami mengenai pendidikan
karakter? b. Apakah guru BK memberikan bimbingan klasikal
secara rutin (minimal satu minggu satu kali) di setiap tingkat kelas? c. Bagaimanakah guru BK memadukan materi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
pendidikan karakter dengan bimbingan klasikal? d. Bagaimana cara atau metode yang digunakan oleh
guru BK dalam menyampaikan pendidikan karakter kepada siswa? e. Bagaimana mekanisme kolaborasi guru BK dan guru Mapel untuk melaksanakan pendidikan karakter? f. Apakah pendidikan karakter di sekolah sesuai dengan kebutuhan anak? Evaluasi a. Bagaimanakah Bapak/Ibu mengukur atau
b.
c.
d.
e.
mengetahui perubahan-perubahan karakter baik yang terjadi dalam diri siswa melalui bimbingan klasikal yang Bapak/Ibu lakukan selama ini? Hal apa yang mengindikasikan bahwa pendidikan karakter di sekolah ini berhasil setelah diberikan melalui bimbingan klasikal secara rutin? Bagaimana sekolah mengetahui atau mengukur tingkat perubahan karakter siswa setelah diberikan experensial learning (EL)? Hal apa yang mengindikasikan bahwa pendidikan karakter di sekolah ini berhasil? Apakah karakter siswa dinilai untuk dimasukkan dalam raport siswa? Bagaimana isu-isu terkait permasalahan pendidikan yang terjadi di sekolah yang berpijak dari pendidikan karakter di sekolah, misalnya Sexual Abuse dan Bullying?
Hambatan a. Hambatan apa yang dialami oleh guru BK dalam
menerapkan atau mengimplementasikan pendidikan karakter dalam bimbingan klasikal? b. Solusi seperti apa yang diambil oleh guru BK setelah guru BK mengetahui hambatan-hambatan penerapan pendidikan karakter dalam bimbingan klasikal? 3.
Guru Mata Pelajaran
Keterlaksanaan
a. Apa yang Bapak/Ibu pahami mengenai pendidikan karakter? b. Sejauh mana pendidikan karakter dilakukan di sekolah? Apakah pendidikan karakter yang direncanakan sungguh-sungguh direncanakan? (Kesesuaian antara rencana dalam RPP dengan pelaksanaan di dalam kelas)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
c. Bagaimanakah guru Mapel memadukan materi pendidikan karakter dengan pelaksanaan di dalam kelas? d. Bagaimana cara atau metode yang digunakan oleh guru Mapel dalam menyampaikan pendidikan karakter kepada siswa? e. Bagaimana mekanisme kolaborasi guru BK dan guru Mapel untuk melaksanakan pendidikan karakter? f. Apakah RPP yang disusun oleh Bapak/Ibu telah memuat materi-materi karakter sebagai isi dari pendidikan karakter? g. Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan Bapak/Ibu sehingga materi pendidikan karakter tersampaikan juga bersamaan dengan materi pelajaran? Evaluasi a. Bagaimanakah Bapak/Ibu mengukur atau mengetahui perubahan-perubahan karakter baik yang terjadi dalam diri siswa melalui pembelajaran yang Bapak/Ibu lakukan selama ini? b. Hal apa yang mengindikasikan bahwa pendidikan karakter di sekolah ini berhasil? c. Apakah terjadi perubahan pada pribadi siswa setelah mendpat pendidikan karakter? Apa saja bentuk-bentuk perubahannya? Apakah bisa terlihat dari perilaku sehari-hari? Hambatan dan Solusi a. Kesulitan apa yang dihadapi oleh Bapak/ibu guru dalam menerapkan pendidikan karakter melalui pembelajaran di kelas? b. Solusi seperti apa yang diambil oleh Bapak/ibu guru setelah Bapak/ibu guru mengetahui hambatan-hambatan penerapan pendidikan karakter melalui pembelajaran di kelas? 4.
Kondisi Diri
a. Bagaimana anda menggambarkan diri anda? b. Apakah anda menerima fisik yang anda miliki saat ini? c. Bagaimana anda menanggapi kelemahan dan kelebihan yang anda miliki? d. Kapan anda merasa di bawah tekanan? e. Apakah anda mengahargai karya anda? f. Bagaimana anda menilai diri anda sendiri? g. Apakah anda merasa berharga? h. Kapan anda merasa diri anda berguna?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
i. j.
61
Kapan anda merasa terancam? Apakah yang anda ketahui tentang penilaian orang lain terhadap diri anda?
E. Validitas Data Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi untuk melihat validitas penelitian. Sugiyono (2010: 330) menyatakan bahwa ada dua jenis triangulasi yaitu, triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Sedangkan triangulasi sumber untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Triangulasi sumber berguna untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangualasi sumber. Triangulasi sumber yang peneliti pergunakan memuat perbandingan tiga sumber yang berbeda, yaitu kepala sekolah, guru BK dan guru mata pelajaran. F. Teknik Analisis Data Analisis data yang terdapat dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Terdapat beberapa aktivitas dalam analisis data, yaitu Reduksi data, Penyajian data, Penarikan kesimpulan.
1. Reduksi data
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Sugiyono (2012:338)
62
mengemukakan bahwa mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Adapun data yang telah mengalami proses reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. 2. Penyajian data Penyajian data dilakukan agar data tersebut semakin terorganisir, tersusun dalam suatu pola sehingga semakin mudah dipahami. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan hubungan antar kategori. 3. Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan adalah langkah ketiga dalam analisis data kualitatif. Penarikan kesimpulan atau penarikan kesimpulan yang akan diungkap melalui proses ini masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutanya. Akan tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Penyajian hasil penelitian didasarkan pada rumusan masalah yang telah disusun oleh peneliti. A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data secara Umum Pada penelitian ini, peneliti mengambil subyek penelitian yang menjadi salah satu sekolah yang menjadi contoh penelitian nasional pendidikan karakter di Indonesia yaitu, SMP Stella Maris Tangerang. a. Profil Sekolah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Stella Maris Tangerang beralamat di Jl. Artha Kencana Blok C1 No. 1 Sektor XII Kencana Loka - Bumi Serpong Damai. SMP Stella Maris didirikan pada tahun 1995.
SMP Stella Maris Tangerang memililiki Visi: Menjadi sekolah terbaik di Indonesia yang mempersiapkan lulusan bermutu tinggi berlandaskan iman Kristiani. Misi yang diemban sekolah adalah (1) Menciptakan suasana yang mendorong pengembangan intelektualitas, bakat, kreatifitas, dan kedisiplinan, (2) Mendorong siswa menerapkan nilai-nilai moral dan etika yang dilandasi iman Kristiani agar menjadi berkat bagi sesama, (3) Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan siswa, guru, dan
karyawan, (4) Mengembangkan kurikulum dan
63
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
metode pembelajaran aktif yang dapat mengoptimalkan proses belajar. Adapun ciri khas pendidikan yang diangkat oleh SMP Stella Maris ialah (1) Penerapan metode Joyful Learning dan Active Learning, (2) Pengembangan aspek intelektual siswa secara berimbang dengan aspek emosional dan spiritual, (3) Penanaman dan pelatihan kemampuan berpikir kritis, (4) Pembentukan kepribadian siswa yang disiplin dan mandiri berdasarkan nilai-nilai Kristiani, (5) Pengintensifan pelajaran Bahasa Inggris dan Mandarin. b. Kurikulum Sekolah 1) Kurikulum Mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMP Stella Maris menyajikan metode pembelajaran student center, dengan berbagai pengembangan diantaranya adalah menerapkan, applied science, entrepreneurship, Bahasa Inggris, dan program bilingual untuk mata pelajaran matematika dan fisika. Tujuan pendidikan di tingkat SMP difokuskan untuk menghasilkan siswa yang mempunyai karakter, kecakapan dan ketrampilan untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya serta mengembangkan kemampuan lebih lanjut untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya dengan berlandaskan dua belas learner profile Stella Maris School.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Tingkat SMP Stella Maris melakukan beberapa pengembangan pendidikan diantaranya: a) Entrepreneurship Mata pelajaran entrepreneurship mulai diberikan di kelas 7 yang kurikulumnya berkesinambungan sampai kelas 11. Mata pelajaran entrepreneurship ini bertujuan untuk mengembangkan kreativitas dan memberikan dasar-dasar ilmu bagi peserta didik dalam bidang entrepreneurship sebagai bekal di masa depan. b) Program Bilingual Penerapan dua bahasa (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris) dalam proses pembelajaran fisika dan matematika merupakan salah satu pengembangan yang dilakukan di SMP Stella Maris. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa inggris peserta didik terutama dalam bidang sains sebagai bekal untuk tingkat pendidikan selanjutnya. c) Applied Science Program ini dilaksanakan dengan cara integrasi dalam pelajaran sains, sehingga pelajaran sains akan lebih bersifat aplikatif daripada teoritis. Dengan demikian siswa akan lebih merasakan manfaat dari ilmu sains dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
d) Bahasa Inggris Pelajaran bahasa Inggris di SMP Stella Maris menggunakan kurikulum dari Pemerintah dengan beberapa pengembangan materi seperti postcard, invitation, greeting card, short message, announcement, warning/caustion, notice, shopping list, E-mail, formal and informal letters, interview, advertisement interview, news reading, label, presenter yang disajikan dalam bentuk tematik. 2. Muatan kurikulum Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) meliputi mata pelajaran yang keluasaan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidik dasar: a) Mata pelajaran wajib Mata
pelajaran
wajib
Religiositas,
Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA (Biologi), IPA (Fisika), IPA (Kimia), Praktikum, IPS (Sejarah, Geografi, Ekonomi), Seni Budaya (Kesenian), Olahraga dan Komputer (IT).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
b) Muatan lokal Muatan
lokal
merupakan
kegiatan
kurikuler
untuk
mengembangkan kompetensi siswa. Bahasa Mandarin dan entrepreneurship dipilih sebagai muatan lokal untuk satuan pendidikan dasar. Mata pelajaran muatan lokal tersebut wajib diambil siswa sesuai dengan yang telah diprogramkan oleh sekolah. c) Pengembangan diri: Pengembangan diri bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat peserta didik. Pengembangan diri di tingkat satuan pendidikan sekolah dasar adalah Morning Assembly & Perwalian, Bimbingan Konseling, Ekstrakurikuler, dan Olahraga bersama.
3. Aktivitas Ekstrakurikuler
Aktivitas ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan kurikulum. (1) Komputer, (2) Biola, (3) Tenis Meja, (4) Paduan Suara, (5) Modern Dance, (6) Seni Lukis, (7) Bulu Tangkis, (8) Futsal, (9) Basket, (10) Sains Toys.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
2. Perencanaan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang. Perencanaan pendidikan karakter dilaksanakan melalui perencanaan program dan kegiatan sekolah yang kemudian dilaksanakan melalui pengembangan dan penyusunan tahapan rencana kerja sekolah. Upaya pendidikan karakter SMP Stella Maris Tangerang direncanakan melalui keinginan yang kuat untuk mendorong terbentuknya karakter yang luhur pada diri siswa, kedisiplinan serta kejujuran. Kesimpulan pemahaman perencanaan pendidikan karakter guru di SMP Stella Maris Tangerang diperoleh data sebagai berikut. Hasil wawancara pelaksanaan perencanaan pendidikan karakter di SMP Stella Maris Tangerang dapat disimpulkan bahwa: a. Perencanaan di dahului dengan adanya keinginan untuk memiliki lulusan ataupun siswa yang sedang bersekolah memiliki karakter luhur seperti, disiplin dan jujur. Cerminan lulusan yang memiliki kualitas kepribadian yang baik merupakan bukti kesuksesan sekolah dalam membina, mendidik, dan mengembangkan kepribadian peserta didiknya. Ketika setiap peserta didik telah matang kepribadiannya dan terjun di dunia masyarakat, karakter dirinyalah yang akan menjadi penilaian orang-orang yang ada disekitarnya dan karakter tersebut terbina di lingkungan sekolah dan keluarga. Berawal dari harapan inilah SMP Stella Maris mengarahkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
haluan pendidikannya untuk membangun karakter para peserta didiknya. Semuanya itu terungkap dari penuturan kepala sekolah. “Sekolah merancang pendidikan karakter pertama-tama menginginkan bahwa setiap lulusan ataupun yang sedang bersekolah memiliki karakter yang luhur, seperti disiplin, jujur.”(B1. PPK. K.SEK-A).
Pernyataan ini menunjukkan harapan yang akan dibangun oleh sekolah dalam merancang karakter awal yang menjadi ciri khas sekolah. SMP Stella Maris menyadari bahwa setiap peserta didik adalah pribadi yang unik, namun para peserta didik yang bersekolah di SMP Stella Maris mesti memiliki sesuatu yang sama dan menjadi simbol identitas pribadi yang sama sebagai keluarga SMP Stella Maris, yaitu disiplin dan jujur.
b. Sekolah mengkombinasikan peraturan pemerintah dan visi-misi sekolah untuk menyelaraskan pola pendidikan karakter yang sesuai dengan anak. Sekolah menyadari bahwa dalam perkembangan yang dilakukan sekolah sebagai lembaga pendidikan swasta tentunya tidak begitu saja lepas dari peraturan pemerintah dalam menyelenggarakan
kegiatan
pendidikan. Oleh sebab itu dalam penyelenggaraan pendidikan di bidang pengembangan kepribadian peserta didik perlu ada kombinasi yang tepat untuk dilakukan. “Sekolah mengkombinasikan peraturan pemerintah dan dengan visi misi sekolah. Sekolah melihat bahwa peraturan pemerintah belum menyentuh ke anak-anak dan saat saya melihat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
pedoman dari pemerintah ternyata tidak sesuai dengan anak-anak. Lebih baik pendidikan karakter lebih menekankan pada keperluan anak seperti disiplin, jujur dan tanggungjawab, dan dari visi misi sekolah yang ditekankan ialah iman kristiani.” (B1. PPK. K.SEK-B). Demikian hasil wawancara, dalam penuturan Subjek 1 tampak jelas persiapan yang dilakukan sekolah dalam bidang penyesuaian peraturan pemerintah dengan program yang akan dirancang oleh sekolah dalam pembinaan para siswa di bidang karakter. Langkah ini diambil semata-mata untuk terbinanya karakter yang tangguh dan kuat dalam rangka pembinaan peserta didik yang lebih terarah dan sesuai dengan citacita bersama. Sekolah beranggapan bahwa pola yang dianut oleh pemerintah belum menyentuh sisi karakter anak dan berkutat di bagian sisi akademik saja oleh sebab itu tidak ada salahnya apabila sekolah berusaha menjawab kebutuhan tersebut dengan dibuatnya pendidikan karakter peserta didik yang disesuaikan dengan landasan visi dan misi sekolah.
c. Guru menyesuaikan penyampaian nilai karakter dengan topik-topik pembelajaran. Guru-guru di SMP Stella Maris menerangkan bahwa mereka selalu membuat topik-topik pembelajaran. Pada saat penyusunan topik tersebut tentu saja ada nilai-nilai yang ingin di capai dari proses belajar tersebut. Setiap guru memberikan muatan nilai-nilai karakter tidak saja terpaku pada satu nilai karakter saja atau nilai karakter yang menjadi identitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
sekolah namun disesuaikan dengan topik pembelajaran. Seperti penuturan salah seorang guru: “Kadang saya tidak terlalu terpaku dengan nilai-nilai ini bisa saja saya menambahkan dengan karakterkarakter yang lain sesuai dengan topik pembelajaran yang nanti akan dibahas bersama.” (B1. PPK. G.F). Pendapat tersebut didukung pendapat guru yang lain: “Pelajaran
dalam membaca cerpen tentunya banyak sekali nilai- nilai yang bisa diambil entah itu nilai moral, nilai sosial dan banyak nilai disana yang bisa diambil terkait dengan amanat. Biasanya evaluasinya di akhir dan unsur intrinsik ada disitu. Anak-anak bisa membaca dari situ dan nantinya ada, nilai-nilai karakter yang terkait dalam cerpen.” (B1. PPK. G.BI-B) Berdasarkan hasil penuturan beberapa guru terkait perencanaan pembelajaran di kelas, nilai-nilai karakter perlu dipersiapkan terlebih dahulu dan nilai-nilai karakter yang ada akan ditemukan dalam proses pembelajaran berlangsung. Subyek 4, berbicara nilai-nilai karakter bisa ditambah ataupun dikurangi sesuai dengan cakupan pembelajaran, kejadian ini juga dimaksudkan agar terjadi efisiensi pemahaman yang akan diterima oleh peserta didik. Ini dimaksudkan agar peserta didik lebih mampu untuk memaknai maksud dan tujuan dari karakter itu sendiri. Langkah yang diambil oleh para guru merupakan langkah yang tepat dalam pengaplikasian pendidikan karakter di sekolah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Subyek 3,
72
lebih berfokus pada eksplorasi langsung dari
pengalaman pembelajaran di kelas. Apa yang ditemukan oleh peserta didik saat ia terlibat dalam aktivitas belajar di kelas. Proses memadukan materi pembelajaran dan pengalaman belajar peserta didik adalah langkah yang diambil oleh subyek 3. Subyek 4 dan subyek 3 tidak terkait atau terikat dengan sistem pendidikan karakter yang ada di SMP Stella Maris. Mereka berusaha untuk menyesuaikan dan menemukan nilai-nilai apa saja yang dapat ditemukan oleh peserta didik ketika belajar di kelas sesuai dengan materi yang diberikan.
d. Dari ke 12 nilai karakter unggulan SMP Stella Maris terdapat nilai-nilai yang mengakar lebih kuat dibandingkan nilai karakter lainnya. SMP Stella Maris memiliki 12 karakter unggulan. 12 nilai karakter tersebut memiliki derajat yang sama sebagai 12 nilai unggulan. Akan tetapi, terdapat nilai-nilai yang menjadi nilai dominasi paling tinggi diantara yang lainnya yang menjadi pembeda dan dimiliki oleh setiap anak. Dalam perencanaan pendidikan karakter perlu dikaji lebih dalam mengenai proses yang selama ini telah dibangun oleh sekolah dan perencanaan yang telah disusun sejak awal. Kajian ini dimasudkan untuk mengetahui pada tahap perencanaan pendidikan karakter sampai pada hari wawancara sejauh mana perencanaan pendidikan karakter itu telah berjalan. Ternyata pertanyaan seperti ini cukup sulit dijawab oleh beberapa guru. Letak kesulitannya adalah para guru yang kurang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
mengikuti perkembangan pendidikan di SMP Stella Maris. Para guru mengetahui SMP Stella Maris memiliki nilai karakter unggulan dan dalam proses perjalanannya dari nilai karakter tersebut terdapat beberapa nilai karakter yang lebih kuat sehingga tercermin dalam pemaparan salah seorang guru: “Saya mulai mengajar di sekolah ini sejak tahun 1995. Setahu saya Stella Maris pernah merumuskan 12 nilai karakter pada tahun 2008-2009. Saya tidak ingat betul ke-12 nilai-nilai tersebut akan tetapi beberapa nilai yang cukup mengakar dari nilai-nilai yang dirumuskan tersebut ialah kristiani, disiplin, mandiri, santun, kreatif dan cerdas.” (B1. PPK. G.O)
Penuturan-penuturan yang telah disampaikan oleh beberapa guru mengenai perencanaan pendidikan karakter, menjadi tonggak kelanjutan tentang pemahaman para guru mengenai pendidikan karakter. Berdasarkan hasil penuturan oleh beberapa guru mata pelajaran, guru BK dan kepala sekolah, akhirnya terumuslah kesimpulan pendidikan karakter dari bapak/ibu guru SMP Stella Maris yaitu, Pendidikan karakter adalah pendidikan yang dapat merubah sikap, pemikiran, tutur kata dan tingkah laku siswa menjadi lebih baik. Jelas sekali pemahaman yang dapat diperoleh dari para para guru SMP Stella Maris bahwa karakter itu dilihat dari sikap lahiriah pribadi yang bersangkutan atau para peserta didik. “Pendidikan karakter berhubungan dengan sikap, tingkah laku, tutur kata yang baik.”(B1. PK. G.O). Demikian pernyataan salah satu guru tentang pendidikan karakter.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Selain itu pendapat dari beberapa subyek lainnya yang terkait dengan pemahamannya mengenai pendidikan karakter.
“Pendidikan karakter
adalah lebih mengacu pada bagaimana kita sebagai pribadi.” (B1. PK. G.BI); ”Pendidikan karakter itu adalah pendidikan yang dapat merubah
anak dari segi sikap, pemikiran dan intelektualnya.” (B1. PK. G.F) Pemaparan-pemaparan yang telah dijabarkan oleh para subyek, baik subyek 5, 3 dan 4 memiliki kesamaan pada komponen pemahaman, contoh, perilaku ideal, hal apa saja yang seharusnya ada pada diri seorang individu dan inti dari proses pendidikan karakter. Pemahaman yang dimiliki oleh tiap subyek mengarah pada pendidikan karakter membawa pengaruh positif dan baik. Contohnya siswa dapat bersikap sebagaimana mestinya sebagai seorang pribadi. Perilaku idealnya, sebagai seorang pribadi, peserta didik dituntut dan atas kesadarannya sendiri memiliki keinginan, aku ingin menjadi seseorang yang baik sesuai dengan apa yang ia bayangkan. Lalu yang terakhir melalui pendidikan karakter, para peserta didik mampu menemukan jati diri yang sesuai dengannya untuk diterapkan dan dihayati sebagai seorang pribadi yang bermartabat dan luhur. Subyek 5 mau menekankan pada aspek sikap, tingkah laku, dan tutur kata yang baik. Tingkah laku atau perbuatan merupakan tindakan yang tampak dari kehidupan sehari-hari dan melalui tutur kata, sikap dan tingkah laku dapat dikenali. Setiap penuturan yang disampaikan oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
subyek 1 memberikan bukti untuk menjadi orang yang berkarakter harus memberi tekanan kuat pada sikap, tingkah laku dan tutur kata. Subyek 3, memberikan gambaran untuk memiliki gambaran diri ideal yang semestinya diharapkan, yaitu manusia yang berbudi luhur. Subyek 4 tidak terlalu jauh dengan pemikiran subyek 5 akan tetapi yang sedikit membedakan adalah sisi intelektual. Pengembangan karakter tidak lepas dari pengembangan aspek kognitif dan pengembangan aspek kognitif juga tidak bisa dipisahkan dari pengembangan karakter. Keduanya merupakan sisi mata uang yang tidak terpisahkan dan saling menyatu. Pelaksanaan pendidikan karaker di SMP Stella Maris Tangerang, salah satu cara pengaplikasiannya adalah dengan penggabungan bahan ajar dengan nilai-nilai karakter dalam rupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan metode penyampaian di kelas. Kedua kegiatan ini merupakan
kunci pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.
Konsep dasar silabus dan RPP adalah konsep yang dijadikan acuan dalam pengembangan silabus dan RPP. Pembuatan RPP sepenuhnya menjadi tanggungjawab guru. Setiap guru memiliki tanggungjawab untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada setiap aspek pembelajaran yang ingin ia bangun bersama dengan peserta didiknya. Berdasarkan intepretasi hasil wawancara penyusunan RPP dengan muatan pendidikan karakter, kesimpulannya adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
a. Sebelum proses pembelajaran dimulai para guru menyusun dan merancang RPP sebagai pedoman mengajar. Pedoman mengajar atau yang lebih akrab dengan nama RPP (Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran)
membantu
guru
untuk
mempersiapkan guru memberikan materi pembelajaran di kelas, selain itu pada hakekatnya RPP merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan
tindakan
apakah
yang
akan
dilakukan
dalam
pembelajaran, baik oleh pengajar maupun perserta didik untuk mencapai suatu kompetensi yang sudah ditetapkan. “Materi pendidikan karakter telah tertuang dalam RPP yang telah saya buat. Hasilnya memang terletak pada saat saya memberikan pengajaran dan permainan saat di lapangan ataupun di kelas.”(B2. RPPPK. G.O) Berdasarkan penuturan subyek 5, subyek 5 telah menjalankan pembuatan dan penyusunan RPP sebagaimana mestinya sebagai seorang guru. Dampak lain yang dapat dilihat dari hasil penuturan subyek 5, pada saat memberikan materi pembelajaran subyek 5 juga dapat melihat respon atau tanggapan para peserta didik yang mengindikasikan penanaman nilai karakter pada peserta didik telah terjadi. Hasilnya, subyek 5 mampu melihat perkembangan peserta didik dari RPP yang telah disusun sebelumnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
b. Setiap kali menyusun RPP, para guru perlu menyesuaikan karakter yang ingin dibangun dengan tema pembelajaran. Penulisan nilai-nilai karakter bangsa dalam RPP, bertujuan supaya para tenaga pendidik lebih fokus dan waspada dalam penerapan nilai afeksi, sehingga siswa terlatih, terbiasa dan akhirnya menjadi karakter kepribadian yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan nilai-nilai karakter bangsa dalam RPP hanya dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi pengetahuan, keahlian, keterampilan dan kepedulian terhadap perkembangan kehidupan peserta didiknya. Berikut pemaparan salah seorang guru terhadap penyusunan RPP berkarakter. “RPP memang telah memuat mengenai pendidikan karakter bagi siswa dan saya tentunya menyesuaikan karakter yang ingin dibangun sesuai dengan tema pembelajaran yang saat ini sedang dipelajari.” (B2. RPPPK. G.F) Peran dan tanggungjawab subyek 4 telah terpenuhi dengan menyusun RPP yang bermuatan nilai karakter. Sebagai seorang guru, subyek 4 telah mengembangkan kompetensi keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya, guna mengembangkan kehidupan berkarakter peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara berikutnya RPP yang telah dibuat disesuaikan per-KD. Pernyataan ini menjadi dukungan bahwa guru-guru yang telah diwawancarai memberikan muatan karaker pada RPP yang mereka buat. “Ada tertulis. Misalnya kalau kami membuat RPP itu kan per KD. Nah, KD 1 nilai-nilai yang akan diambil, dimasukkan di dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
situ. Dituliskan misalnya nilai religiusitas, nilai kepercayaan diri dan nilai kerja sama. (B2. RPPPK. G.BI) Pengembangan RPP yang merupakan tindak lanjut dari silabus, guru diberi kewenangan merubah, memodifikasi, dan menyesuaikan RPP dengan kondisi tingkat satuan pendidikan dan kondisi daerah, serta dengan karakteristik peserta didik. RPP merupakan perencanaan jangka pendek untuk memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran dalam rangka penuntasan kompetensi untuk satu KD. Satu silabus untuk satu KD, satu silabus untuk satu RPP, satu RPP dapat untuk beberapa kali pertemuan dalam proses kegiatan pembelajaran. Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, RPP adalah panduan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, hal inilah yang sebenarnya menjadi fungsi RPP yang telah disusun sedemikian rupa, dengan tujuan guru menyiapkan diri, secara optimal baik secara lahir mapun batin. Guru yang telah siap secara lahir dan batin untuk melakukan proses pembelajaran, tentunya ia akan dapat mengaktifkan proses kegiatan pembelajaran secara baik dan benar, sesuai dengan perencanaan kompetensi yang akan dicapai. Guru dapat mengembangkan RPP sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tingkat satuan pendidikan. guru juga diwajibkan mengadakan perkembangan, sebab jumlah unsur dan urutannya masih dimungkinkan terdapat banyak peluang. Peluang tersebut dilakukan dengan cara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
menganalisis terlebih dahulu dengan alat ukur yang ada dengan melihat keurgensian dan sesuai dengan tuntutan prinsip-prinsip penyusunan RPP.
c. Muatan nilai karakter dalam RPP dapat terlihat langsung hasilnya saat pembelajaran berlangsung.
Pemaparan-pemaparan yang tertera diatas, telah membuka gambaran mengenai perencanaan pendidikan karakter di SMP Stella Maris.
Komentar
para
guru
terkait
penyusunan
RPP
dan
pengimplementasiannya dalam kegiatan belajar terlihat langsung. Perencanaan pendidikan karakter tentunya tidak selalu dapat dilihat secara langsung perkembangannya. Walaupun demikian akan tampak perubahan sikap yang terjadi pada peserta didik ketika mengikuti proses belajar-mengajar. Perlu ada pembiasaan dan keinginan untuk mengulangulang perilaku tersebut sehingga menjadi habbit. “Materi pendidikan karakter telah tertuang dalam RPP yang telah saya buat. Hasilnya memang terletak pada saat saya memberikan pengajaran dan permainan saat di lapangan ataupun di kelas.” (B2. RPPPK. G.O)
3. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Guru memiliki tanggungjawab moral untuk mendidik peserta didiknya dengan baik dan mengembangkan dirinya dalam bidang kompetensi serta memegang tanggungjawab penuh terhadap kelas yang diajarnya. Metode penyampaian pendidikan karakter yang guru berikan adalah bentuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
kepedulian guru terhadap perkembangan peserta didiknya. Berikut intepretasi hasil wawancara guru mata pelajaran mengenai metode penyampaian pendidikan karakter, kesimpulannya adalah a. Terdapat kerjasama dan kolaborasi antara guru dan murid dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan penturan salah seorang guru: “Dengan membaca cerpen, anak menganalisis dan mentransfer cerita tersebut dengan kehidupan anak. Jadi anak dapat mengambil dan memetik nilai-nilai yang berkaitan dengan pendidikan karakter.” (B2. MPK. G.BI)
Kerjasama dan kolaborasi yang dilakukan oleh guru dan peserta didik dilakukan dengan tahapan, dimana guru menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik dan peserta didik tersebut memberikan respon
berupa
tanggapan-tanggapan.
Tanggapan
dapat
berupa
memperhatikan, mengerjakan, mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban serta menganalisis guna memetik nilai-nilai kehidupan ataupun nilai-nilai karakter yang terdapat dari materi untuk kehidupan sehari-hari. Subyek 3 memberikan bahan ajar berupa pendalaman mengenai cerpen, lalu cerpen tersebut
dianalisis oleh peserta didik dan direfleksikan
dengan pengalaman yang pernah dialami oleh peserta didik. Refleksi dilakukan dengan tujuan menggali nilai-nilai karakter dari bahan ajar yang ada untuk disesuaikan dengan peserta didik sehingga, peserta didik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
mampu mengingat, merasakan dan memiliki keyakinan teguh untuk menguatkan dirinya bahwa nilai karakter tersebut cocok bagi dirinya. Pendapat ini juga didukung oleh seorang guru yang menuturkan bahwa, “Saya memperhatikan proses belajar siswa dari awal, pertengahan dan akhir. Dimulai dimana siswa-siswa berproses mengerjakan soal-soal, mengemukakan jawaban dan mengevaluasi sesi belajar. Semuanya perlu dipertimbagkan dan disesuaikan dengan karakter siswa. Kenapa? Karena pembelajaran perlu meresap dan turun sampai ke dalam hati anak-anak sehingga nantinya mereka dapat mengaktualisasikannya.” (B2. MPK. G.F)
Refleksi tidak bisa dilepaskan dengan pendidikan karakter mengingat bahwa penanaman pendidikan karakter melalui proses belajar menuntut proses yang dilakukan terus menerus, melihat nilai karakter dengan diri ideal dan proses pengendapan nilai karakter sehingga nilai karakter menjadi ciri dari pribadi yang bersangkutan.
Subyek 4
menuturkan dengan sangat jelas bahwa menanamkan nilai karakter pada siswa perlu turun sampai ke hati, maksudnya secara sehat dan sadar peserta didik mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai pribadi yang berkarakter. b. Guru dapat menemukan cara-cara yang unik dalam penyampaian materi pembelajaran guna menarik minat anak untuk mendalami pelajaran serta mengasah keterampilan hidup peserta didik melalui setiap bahan ajar yang disajikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Guru merupakan sosok promotor tindakan kreatif dikelas yang diajarnya. Tindakan kreatif yang dimiliki oleh para guru, diantaranya dapat berupa penyampaian bahan ajar yang menyenangkan dan dapat dimengerti oleh siswa terlebih dapat diingat dan diaplikasikan langsung oleh peserta didiknya. Semuanya itu dilakukan dalam rangka, meningkatkan minat belajar peserta didik yang diajarnya dan menimbulkan kesan semangat, bahagia dan positif. Pada kesimpulan ini, subyek 6 memaparkan bahwa suasana belajar yang kondusif dan kemampuan yang dimiliki oleh guru untuk menemukan cara-cara unik dalam mengajar adalah sangat penting. Semua itu dilakukan agar para peserta
didik
memiliki
keinginan
dan
kesediaan
untuk
mengembangkan dirinya lewat pelajaran yang diberikan oleh guru di kelas. Semua itu terbukti dengan penuturan guru lain yang berupa pernyataan sebagai berikut: “Saya menghindari banyak ceramah karena mungkin menurut mereka ceramah adalah suatu hal yang membosankan. Jadi setiap kali saya masuk ke pelajaran itu, saya awali dengan nonton film.”(B2. MPK. G. PKN) Pernyataan ini mau menegaskan bahwa dalam penyampaian nilai-nilai karakter yang diakumulasikan dalam bahan pengajaran seorang guru, tidak hanya menuntut penanaman nilai karakter yang terpaku pada faktor internal peserta didik, namun juga perlu memperhatikan
faktor
eksternal
peserta
didik,
yaitu
membangun suasana yang aman dan nyaman untuk belajar.
dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
c. Adanya evaluasi hasil belajar setiap kali proses belajar mengajar usai dilakukan. Proses pembelajaran di kelas memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru menyampaikan materi dan peserta didik menyimak materi dan mengerjakan materi yang menjadi tugasnya. Indikator keberhasilan dalam belajar tidak hanya ditentukan dari kemauan dan pekerjaan yang dilakukan oleh peserta didik saat menerima materi yang diberikan. Indikator lain yang turut berperan adalah evaluasi hasil belajar. Berikut adalah pemaparan yang diberikan oleh salah seorang guru terkait dengan dilakukannya evaluasi pembelajaran untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman peserta didik beserta nilai karakter apa saja yang diperoleh siswa melalui proses belajar dikelas. “Saya terbiasa untuk melakukan evaluasi bersama ketika seusai pelajaran berlangsung. Dalam evaluasi biasanya membahas mengenai positif dan negatifnya anak dalam pembelajaran di kelas, bagaimana tingkat pemahaman anak di kelas, perilaku anak dalam menghargai orang, guru dan temannya. (B2. MPK. G.F) Dari hasil wawancara, evaluasi yang dilakukan oleh guru bidang studi tersebut membahas mengenai tingkat kedalaman materi yang di dapat siswa, bagian mana saja yang telah dipahami dan belum dipahami serta sikap-sikap apa saja yang muncul selama pembelajaran dan hal apa yang perlu dibangun untuk bersikap terhadap orang-orang yang ada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
di sekitarnya. Pemahaman mengenai pendidikan karakter tidak hanya terbatas pada pemahaman benar dan salah, tetapi membahas bagaimana menanamkan kebiasaan pada diri anak tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi untuk menerapkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Cara-cara yang diberikan oleh subjek 4 dalam mengimplementasikan pendidikan karakter dengan menerapkan pola evaluasi hasil belajar sudahlah tepat. Pertama,
menyesuaikan bahan ajar yang dimiliki
dengan nilai karakter. Kedua, melakukan evaluasi belajar dalam rangka melihat pemahaman peserta didik. Ketiga, membangun perilaku yang tepat terhadap orang-orang di lingkungan sekitarnya. d. Metode penyampaian nilai karakter yang dilakukan oleh para guru perlu disesuaikan dengan tiap bahan ajar dan karakteristik mata pelajarannya. Setiap guru bidang studi perlu menyesuaikan karakteristik mata pelajarannya dengan nilai-nilai karakter untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan memancing minat belajar anak, guna memperdalam materi yang diajar serta penanaman nilai melaui pelajaran tersebut. Bukti-bukti yang didapatkan berupa keselarasan metode penyampaian nilai karakter dengan karakteristik mata pelajaran. Terungkap dari narasumber yang menuturkan bahwa “Dengan membaca cerpen, anak menganalisis dan mentransfer cerita tersebut dengan kehidupan anak, Jadi anak dapat mengambil dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
memetik nilai-nilai yang berkaitan dengan pendidikan karakter.” (B2. MPK. G.BI) Selain itu guru lain juga mengatakan bahwa: “Karena saya mengajar dibidang pendidikan jasmani tentunya saya menyampaikan muatan karakter dalam bentuk permainan-permainan. Bentuk permainan tersebut di antaranya dengan kreatifitas leadernya. Saya berusaha untuk memberikan arahan pada masing-masing leader sehingga dengan kreatifitas yang mereka miliki mereka dapat mengatur jalannya pertandingan dan permainan yang saya berikan.” (B2. MPK. G.O) Berdasarkan keterangan dari narasumber terlihat jelas bahwa para guru
selaku
guru mata pelajaran
benar-benar menyesuaikan
karakteristik mata pelajaran yang mereka ampu dengan penyampaian nilai-nilai karakter. Hal ini membuktikan adanya kesesuaian antara penyampaian metode pembelajaran dengan karakteristik mata pelajaran. 4. Evaluasi Pendidikan Karakter SMP Stella Maris Tangerang, Banten Terdapat tiga kegiatan utama berjalannya suatu program, yakni perencanaan, proses dan hasil. Perencanaan selalu dilakukan di bagian awal untuk mengkonsep suatu program, proses merupakan tahapan di mana program tersebut dijalankan sehingga tahapan terakhir didapatlah hasil dari pelaksanaan program tersebut. Perlu diadakan sebuah tinjauan atas setiap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
program yang dilakukan dan tinjauan tersebut dapat disebut dengan istilah evaluasi. Evaluasi berfungsi untuk melihat dan mengukur seberapa besar perubahan itu terjadi dan efektifitas dari terselenggaranya suatu program. Pada sub sebelumnya telah dijelaskan singkat mengenai evaluasi hasil belajar siswa. Kini evaluasi yang mau dibahas pada bab ini lebih mengarah pada evaluasi pendidikan karakter yang telah dimulai dari tahapan perencanaan dan pelaksanaan. Evaluasi pendidikan karakter merupakan tindakan yang sangat penting untuk dilakukan berkaitan dengan ketercapaian hasil yang ingin didapatkan. Tentunya evaluasi dilakukan untuk terus menemukan perubahan dan pembenahan ke arah yang lebih baik lagi. Berikut kesimpulan wawancara guru tentang evaluasi pendidikan karakter: a. Guru secara langsung mengamati perilaku anak di kelas. Pada dasarnya guru harus mampu membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didiknya dalam proses pembelajaran untuk itu guru dituntut untuk mengenal lebih dekat kepribadian dan karakter peserta didiknya. Proses memperkirakan keadaan siswa adalah langkah awal untuk mengetahui lebih lanjut kondisi siswa untuk kemudian dievaluasi keberlanjutan dan kesiapannya, diharapkan jika guru telah mengetahui betul kondisi siswanya akan mempermudah memberikan meteri pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat siswa. Berikut penuturan salah seorang guru: “Kalau saya lebih pada mengamati. Si anak berulah hari apa ini. Misalnya langsung saya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
panggil lalu ada pendekatan tertentu disitu. Lalu untuk hukuman, biasanya saya tawarkan pada anak. Hukuman itu diharapkan bisa membuat anak melakukannya dengan tidak berat hati tetapi benar-benar bahwa anak itu menyadari bahwa dia salah. Jadi dia harus melakukan hukuman itu.”(B3. KPK. G.BI) Evaluasi yang dilakukan oleh para guru mengenai proses pendidikan karakter pada sub bab ini menjelaskan bahwa guru selalu melakukan pengamatan atau mengobservasi kegiatan sehari-hari siswa. Kegiatan itu bisa diamati saat berada di dalam kelas ataupun berada di luar kelas. Contoh yang diberikan oleh subjek 3 mengenai perilaku siswa adalah perilaku yang tidak pantas untuk dilakukan. Perilaku yang tidak pantas untuk dilakukan akan berbuah hukuman. Hukuman yang diberikan mengandung dua buah kategori yakni, hukuman ringan dan hukuman berat. Sifat hukuman tersebut berdasarkan pandangan subjektif guru. Apabila hukuman tersebut bersifat ringan maka akan diberikan sanksi yang kecil biasanya peserta didik yang memilih hukuman apa yang pantas bagi dirinya. Sedangkan, hukuman yang bersifat berat maka sanksi yang diberikan langsung berhubungan dengan peraturan sekolah. Sanksi yang diberikan diharapkan mampu menyadarkan peserta didik bahwa perbuatan yang telah dilakukannya adalah salah dan menimbulkan efek jera. Dalam sanksi yang diberikan sebenarnya juga mau mengisyaratkan pesan guru yang bersangkutan untuk jangan mengulangi perbuatan tersebut dan jadilah peserta didik yang berbudi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
luhur. Berdasarkan penuturan yang dilakukan oleh guru terkait dengan kesimpulan pertama mengenai guru secara langsung mengamati perilaku anak di kelas merupakan langkah yang tepat dan perlu untuk dilakukan bahwa memperhatikan sikap dan suasana hati peserta didik adalah salah satu langkah hasil mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah. b. Memberikan teguran pada anak, apabila tidak berhasil akan diberlakukan sistem poin modifikasi perilaku.
Sanksi yang diberikan oleh SMP Stella Maris, terkait pelanggaran di sekolah cukuplah ketat. Semua itu dapat dirujuk dari dokumen sekolah mengenai diberlakukannya sistem kartu point berupa testimoni dan point modifikasi perilaku. Sistem testimoni akan dibahas pada kesimpulan berikutnya dan saat ini, sistem yang akan dibahas adalah sistem point modifikasi perilaku. Salah seorang guru memaparkan: “Siswa-siswa yang mengalami masalah dalam karakter seperti ribut di kelas, kurang menghargai guru dan teman, melanggar tata tertib sekolah biasanya akan diberlakukan sistem poin khusus yang dikenal dengan istilah poin modifikasi perilaku. Apabila poin anak melebihi dari 100 maka selama 1 hari mereka akan live in di panti asuhan dan panti jompo untuk sekedar membantu disana ataupun berbincang-bincang bersama. Melalui proses tersebut diharapkan mereka mampu untuk berubah dengan melihat kenyataan hidup yang ada. Biasanya sepulang dari panti memang terlihat ada perubahan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
terjadi pada diri siswa dalam karakternya. Di sinilah letak keungguglan dari poin modifikasi perilaku yang mampu merubah karakter siswa.”(B3. KPK. G.F) Peneliti beranggapan bahwa kartu point modifikasi perilaku merupakan salah satu cara yang efektif untuk membantu anak memahami realita kehidupan sekaligus belajar bersikap. Pemahaman mengenai karakter yang dimiliki setiap orang berbeda-beda, ada orang-orang yang belajar dari buku ataupun dari ceramah sudah dapat menemukan makna, fungsi dan manfaat nilai-nilai karakter dalam hidupnya, tetapi ada juga sejumlah orang yang perlu mengerti dengan terjun langsung ke masyarakat untuk menemukan nilai-nilai kehidupan. Sistem poin modifikasi perilaku yang diangkat oleh SMP Stella Maris membawa para peserta didiknya sampai pada pemahaman tersebut. Tinggal selama 1 hari bersama orang-orang yang berada di panti asuhan ataupun panti jompo membuat peserta didik tergerak hatinya untuk menemukan pengalaman yang belum pernah dialaminya lalu direfleksikan. Proses pengalaman inilah yang perlu diangkat bahwa kenyataanya sistem ini sangat efektif dan dapat dilihat langsung perubahan yang terjadi pada diri anak. Capaian hasil seperti inilah yang perlu digaris bawahi dan terus diamati perkembangannya untuk semakin meningkatkan kualitas pendidikan karakter di SMP Stella Maris.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
c. Diberlakukakannya sistem kartu point testimoni sebagai sistem penilaian relasi horizontal. Sistem penilaian sikap yang diberlakukan oleh SMP Stella Maris dilakukan dengan sistem dua arah, maksudnya selain guru yang secara langsung menilai pribadi peserta didik ternyata teman-teman yang berada dalam satu lingkungan kelas juga turut menilai satu sama lainnya. Penilaian yang dilakukan antar teman inilah yang dinamakan sistem kartu point testimoni. Penilaian ini tentunya hanya mengangkat nilai-nilai positif dari salah seorang teman yang menjadi objek penilaian. Peneliti melihat cara yang demikian akan membuat penilaian yang objektif terhadap diri peserta didik. Hal itu disebabkan guru yang notabene memiliki wewenang untuk menilai sikap positif dan negatif siswa terbantu dengan adanya paradigma peserta didik lain terhadap objek penilaian. “Testimoni ini juga merupakan sebuah kartu dimana siswa dapat menilai sesama siswa yang ada, tentunya nilai-nilai yang positif dan sikap seperti apa yang perlu diubah oleh teman yang ingin kita nilai. Saya juga menekankan pada anak-anak untuk tidak membicarakan hal yang bersifat negatif disana.”(B3. KPK. G.O) Sistem kartu point testimoni, selain berfungsi untuk menilai salah seorang teman dikelas, kartu ini juga berperan bagus dalam membangun paradigma positif siswa. Kartu testimoni, ternyata secara implisit juga bermaksud untuk mengembangkan kemampuan berpikir positif terhadap orang lain dan menghargai orang lain. Cara ini adalah metode pengembangan pendidikan karakter dua arah yang sama-sama meningkatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
pemahaman positif kedua penggunanya. Pertama, bagi objek yang mendapat penilaian atau masukan dari teman-teman yang ada dikelasnya. Kedua, bagi subjek yang memberikan penilaian positif kepada teman yang dinilai. d. Perubahan karakter anak dapat dilihat dari kebiasaan setiap harinya. Berdasarkan hasil penuturan beberapa guru, perubahan karakter yang terjadi pada diri peserta didik terlihat ketika guru memberikan pelajaran di kelas yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu atau diajar oleh guru yang bersangkutan. Perubahan yang telah dituturkan oleh guru tersebut belum memiliki dasar yang kuat dan memiliki kepastian bahwa karakter anak pasti akan baik. Perlu latihan dan pembiasaan (habbit) yang berulang-ulang untuk bisa mengatakan bahwa karakter anak yang bersangkutan adalah baik adanya. “Pohon itu kan dikenal dari buahnya, demikian pula anak. Perubahan karakter itu dikenal dari perbuatannya setiap hari. Nah setiap hari kita melihat dia yang tadinya biasanya terlambat lalu kita melakukan pendampingan dan akhirnya datangnya lebih tepat waktu. Nah itulah namanya buah. Buah dari tingkah laku dan pembentukan karakter.”(B3. KPK. G.BK) Peserta didik memiliki kesadaran penuh dalam menentukan sikap apa yang diambilnya. Kesadaran penuh tersebut dapat menggerakkan peserta didik untuk mengambil sikap yang sesuai dengan dirinya. Sikap tersebut akan mengarahkannya untuk selalu melakukan atau tidak. Disinilah letak pembentukan karakter siswa yang dilandaskan oleh kesadaran penuh dalam olah pikir, olah rasa, olah hati dan olah raga. Berawal dari tindakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
yang tidak mampu menjadi mampu, tidak mau menjadi mau, tidak bisa menjadi bisa, dan ragu-ragu menjadi yakin, hal demikianlah yang menjadi buah karakter dari hasil pendidikan yang selama ini dibangun dan dijalani. Guru mengambil contoh yang sangat sederhana dimana peserta didik yang sering datang terlambat kemudian diberikan pendampingan hingga akhirnya datang tepat waktu, disinilah letak nilai karakter disiplin telah dihidupi oleh peserta didik yang bersangkutan. Kehidupan pribadi seseorang adalah fluktuatif atau naik turun, misalkan peserta didik tersebut datang terlambat kembali ke sekolah tidak bisa dikatakan pendidikan karakter gagal. Para guru perlu melakukan perhitungan yang lebih cermat untuk melihat setelah diberi pendampingan aspek mana yang jauh berkembang, tepat waktu ataukah terlambat. 5. Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang, Banten Pendidikan merupakan usaha sadar manusia dalam mencapai tujuan yang dalam prosesnya diperlukan metode yang efektif dan menyenangkan. Oleh karena itu ada sebuah prinsip dalam belajar bahwa pembelajaran perlu disampaikan dalam suasana interaktif, menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan, dan memberikan ruang gerak yang lebih leluasa kepada peserta didik dalam mencapai tujuannya. Proses mendidik yang semacam ini tentunya didapatkan tidak hanya di bangku sekolah mengingat peserta didik hanya 7 jam di sekolah dan selebihnya berada di rumah. Jadi, orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
tua turut berperan dalam pendampingan karakter anak. Berikut kesimpulan hasil wawancara dengan guru SMP Stella Maris. a. Ada orang tua yang mendidik anaknya dengan pola perilaku hidup yang semaunya dan bertentangan dengan pola pengajaran guru di sekolah. Lembaga pendidikan pertama dan utama anak adalah keluarga. Anak belajar banyak hal dari orang tuanya baik hal yang positif ataupun hal yang negatif. Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti, hambatan dalam pendidikan karakter yang terjadi di SMP Stella Maris, salah satu diantaranya berasal dari orang tua. Gaya hidup mewah dan memandang orang lain lebih rendah derajatnya merupakan faktor terbesar dalam mendukung gagalnya pendidikan karakter. Sikap mental anak mengalami benturan terhadap apa yang ia pelajari di sekolah dan kenyataan yang ia dapatkan dirumah. “Hambatan yang terbesar adalah bagaimana mengkomunikasikan pemahaman dengan anak-anak, dengan orang tua. Itulah yang biasanya beda pola pendampingannya. Biasanya dalam pola berpakaian dan menyapa atau menegur orang yang lebih tua. Anak-anak terbiasa untuk menyebut nama pada orang-orang yang menjadi pembantu ataupun supir mereka. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini yang sebenarnya ingin kami ubah pada diri si anak, bahwa untuk mamanggil orang yang lebih tua perlu memanggil mas atau mbak. Kadang anak juga menjawab tapi di rumah papa atau mama manggilnya begitu bu. maka kami ikut seperti itu.” (B4. HPK. K.SEK)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
Permasalahan yang demikian muncul dapat disebabkan oleh keterbatasan anak untuk menyaring informasi yang di dapatnya sehingga ia belum bisa menilai dan menimbang perbuatannya tersebut tergolong sebagai tindakan yang benar atau salah. Anak merasa sah-sah saja berbuat demikian karena belajar dari orang tuanya. Hal ini akan menjadi masalah apabila anak mendapat informasi baru yang bertentangan dengan kebiasaan yang terbentuk dari rumah. Anak berusaha untuk merekonstruksi ulang pikirannya dan terus bertanya-tanya tindakan manakah yang benar. Disinilah peran guru dalam mengarahkan anak untuk membuka wawasan peserta didik untuk berpikir kritis mengenai kehidupannya. Subjek 1 dalam pemaparannya menunjukkan keprihatinannya terhadap pola asuh yang diberikan oleh beberapa keluargaa. Pola asuh tersebut menjadikan anak apatis dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya dan yang jauh lebih parah lagi adalah merendahkan orang lain. Pendapat subjek 1 juga didukung oleh guru lain yang memberikan pengalamannya mendidik salah seorang peserta didiknya yang mengikuti tingkah laku orang tuanya yang tidak pantas untuk ditiru. “Kesulitan itu banyak, ketika saya menjadi wali kelas di suatu kelas yang paling saya rasakan, anak itu mengalami masalah di keluarganya. Selain yang ayahnya ringan tangan, juga berbicaranya tidak sopan. Lalu akan terbawa ke sekolah. Si anak tadi di sekolah tidak disukai teman-teman karena perangainya yang mudah emosian kemudian pemarah. Lalu kalau sudah marah mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan. (B4. HPK. G.BI)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
Berdasarkan pemaparan subjek 3, peserta didik melakukan peniruan langsung yang dilakukan oleh orang tuanya baik di sadari ataupun tidak disadari olehnya. Sikap semacam ini mengindikasikan bahwa anak kerap kali mendapat perlakuan yang kurang baik dari orang tuanya dan berdampak pada pengelolaan perasaan atau manajemen perasaan yang rendah. Peserta didik yang rendah manajemen perasaannya akan mengalami kesulitan bergaul dengan teman-teman sebayanya. Oleh sebab itu peranan orang tua sangat penting untuk dalam mendukung terwujudnya karakter anak yang baik. Sekolah telah mengusahakan terbentuknya karakter anak berdasarkan visi dan misi sekolah, apabila terjadi perilaku-perilaku yang tidak mendukung terbentuknya karakter seperti yang telah dipaparkan sebelumnya kemungkinan besar akan terjadi kegagalan. b. Orang tua membela perilaku anaknya yang salah dan berusaha menutupinya. Hasil wawancara dengan para guru SMP Stella Maris, Tangerang, Banten sebelumnya berbicara mengenai “Orang tua yang mendidik anaknya dengan pola perilaku hidup yang semaunya dan bertentangan dengan pola pengajaran guru di sekolah” dan kini kesimpulan lain adalah orang tua membela perilaku anaknya yang salah dan berusaha menutupinya. Berikut pernyataan salah seorang guru: “Kadang ada anak yang masa bodoh dan cuek lalu kita itu jengkel karena orang tua menutupi. Misalnya: anak bapak terlambat sudah beberapa kali, makanya terpaksa saya pulangkan. Padahal itu saya yang mengantar bu,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
anaknya sudah bangun. Anaknya saya tanya bangun kesiangan lalu bapaknya bilang macet. Berarti itu menutupi kejelekan anaknya.” (B4. HPK. G.PKN) Berdasarkan hasil wawancara, peneliti mengintepretasikan bahwa orang tua tidak ingin anaknya disalahkan terhadap situasi yang mendera anaknya. Orang tua berkeinginan untuk membantu anaknya keluar dari masalah yang ada. Orang tua bertindak sebagai pahlawan agar mampu menolong anaknya. Permahasalahannya adalah peserta didik tidak menjadi pribadi yang mandiri dan berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri. Tampak jelas dari hasil penuturan guru bahwa peserta didik datang terlambat karena bangun kesiangan namun sang ayah membela dengan mengatakan jalan macet. Dapat ditarik benang merah, apabila anak bangun lebih pagi maka tidak akan terjebak macet akan tetapi karena peserta didik bangun terlambat maka terjebak macet. Guru perlu bertindak tegas untuk menegur tindakan-tindakan semacam ini dan memberikan pendampingan pada orang tua. Permasalahan pembentukan karakter tidak selalu terletak pada faktor internal peserta didik namun faktor eksternal peserta didik juga memberikan sumbangsih yang cukup besar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
c. Perbedaan kemampuan berpikir dan konsentrasi peserta didik yang dominan membuat anak memperlakukan temannya secara rendah (menghina) sehingga butuh pendampingan khusus. Peserta didik mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan mengikuti proses pembelajaran di sekolah. SMP Stella Maris dalam sistem pembelajarannya menghapus sistem rangking, supaya tidak terjadi diskriminasi pendidikan dimana secara tidak langsung akan memberikan label pada peserta didik sebagai siswa cerdas atau bodoh. Penghapusan sistem tersebut telah dilakukan dalam kurun waktu ± 5 tahun yang lalu. Selama proses belajar mengajar yang dilakukan, beberapa guru mendapati bahwa terjadi fenomena dimana peserta didik yang lebih cerdas menghina teman-teman yang kemampuan kognisinya terbilang rendah. “Hambatan yang biasanya saya temui dalam kelas adalah kemampuan konsentrasi anak yang begitu rendah. Di sekolah ini memang ada anak yang begitu cerdas, sedang dan dibawah rata meskipun sedikit. Bagi anak-anak yang cerdas biasanya yang menjadi masalah adalah mereka dimana mereka menganggap diri mereka bisa dan mengejek teman-temannya yang belum bisa. Biasanya apabila terjadi hal seperti ini saya akan mendampingi anak tersebut untuk membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan sehingga nantinya ia mampu mengerti kesulitan seperti apa yang temannya hadapi tersebut.” (B4. HPK. G.F)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
Berdasarkan penuturan subjek 4, hambatan pendidikan karakter yang ditemui selama memberikan pembelajaran adalah para peserta didik yang memiliki daya konsentrasi yang rendah dan peserta didik yang cerdas merendahkan peserta didik lainnya. Subjek 4, perlu mencari alternatif mengajar supaya mampu mengembangkan kemampuan berkonsentrasi siswa dan melakukan evaluasi belajar untuk memberikan pemahaman mengenai cakupan bahan ajar serta penanaman nilai-nilai karakter yang berguna bagi peserta didik. Peneliti mendengar apa yang dikatakan oleh subjek 4 merupakan sebuah bukti keprihatinan yang dimiliki oleh seorang guru dimana harapan guru yang bersangkutan, peserta didik yang mengalami kemampuan lebih seyogyanya mampu membantu temannya yang kurang mampu, namun malah teman-teman yang mampu menghina teman yang kesulitan belajar. Kenyataan seperti ini
mengindikasikan
bahwa
tingkat
kesadaran
siswa
untuk
mengembangkan nilai-nilai karakter dan menghidupi nilai-nilai karakter masih rendah. 6. Usaha-Usaha Sekolah Mengatasi Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang SMP Stella Maris, Tangerang melakukan evaluasi mengenai terselenggaranya pendidikan karakter dan ditemukanlah tiga hal yang menjadi hambatan-hambatan. Tindakan yang diambil oleh sekolah dalam mengatasi pendidikan karakter, tertuang dalam beberapa kesimpulan yaitu,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
a. Memberi tahu langsung pada peserta didik mengenai sikap yang apa yang perlu mereka ambil supaya tidak terjadi kebingungan antara apa yang dikatakan oleh guru dan orang tua. Para guru memaparkan bahwa salah satu hambatan pendidikan karakter yang terjadi di SMP Stella Maris Tangerang adalah pola mendidik yang dilakukan oleh orang tua dan guru berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada kebiasaan-kebiasaan yang muncul untuk bersikap terhadap orang lain dan gaya hidup sehari-hari. Kebiasaan mencontoh atau me-modeling perilaku orang tua menjadi anggapan kebenaran yang mutlak pada diri anak sehingga apa yang dilakukan oleh orang tua sudah pasti benar, padahal belum tentu demikian. Anggapan seperti inilah yang perlu dirombak oleh para guru untuk menunjukkan bahwa ini adalah perilaku benar dan/atau perilaku yang salah. Pada taraf pemahaman ini, masuklah paham-paham nilai moral untuk melihat secara lebih detail dan mengupas secara tajam perilaku etis apa yang perlu dilakukan dan tindakan nyata macam apa pula untuk mengakhirinya. Berbicara mengenai karakter terkadang tidak bisa kita lepaskan dari pemahaman mengenai etika, norma, moral, budi pekerti dan nilai. Guru memiliki ketakutan atau kecemasan bahwa anak akan tetap mengikuti orang tuanya dan mengabaikan pelajaran yang selama ini didapatkan di bangku sekolah. Berikut penuturan yang disampaikan oleh salah seorang guru mengenai usaha yang perlu dilakukan untuk mengatasi hambatan pendidikan karakter. “Langkah yang kami ambil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
tentunya dengan memberitahukan pada anak sikap apa yang perlu mereka ambil dan mereka lakukan untuk kedepannya sehingga anak tidak lagi memiliki kebingungan. Kebingungan seperti apa? Kebingungan ketika orang tua mengatakan A dan para guru mengatakan B. Anak perlu bersikap tegas pada orang tua dan memberi tahu pada orang tua bahwa sesuatu yang kurang baik itu patut untuk tidak dilakukan dan mencoba melakukan hal yang lebih baik lagi.”(B5. UMPK. K.SEK) Berdasarkan pemaparan subjek 1,
muncul harapan kepada
peserta didik untuk menjadi agen perubahan bagi keluarganya. Sekolah berusaha untuk menanamkan nilai-nilai ketegasan untuk memberikan pemahaman bahwa tindakan yang tidak baik dan tidak pantas untuk dilakukan. Sekolah menuntut keberanian para peserta didiknya untuk merubah keluarga-keluarga yang memiliki kebiasaan hidup yang kurang pas dengan nilai-nilai kemasyarakatan yang didalamnya dimungkin mengandung nilai-nilai bermuatan karakter. Kebingungan pada diri peserta didik tentu saja bisa terjadi dimana peserta didik melakukan seperti apa yang dilakukan oleh orang tua mereka lalu perilaku tersebut mereka terapkan pada kondisi diluar lingkungan rumah dan ternyata mendapatkan teguran. Disini letak proses pembelajaran yang dialami oleh peserta didik, ketika mereka telah dihadapkan pada situasi seperti ini mereka akan bertanya apa yang seharusnya mereka lakukan? Dan bagaimana dengan orang tua mereka?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
Disinilah letak peran seorang guru masuk untuk membantu memberikan penjelasan yang benar dan konkrit mengenai sesuatu yang benar dan harus dicontoh oleh peserta didik. Tentunya pendekatan yang perlu dilakukan oleh para guru-guru memberikan rincian jawaban yang betul-betul mengubah pandangan peserta didik, memberikan contoh dan tidak menyinggung perasaan peserta didik b. Sekolah memiliki sistem point plus dan minus yang sudah sangat membantu jalannya pendidikan karakter. Dengan mengikuti sistem tersebut pendidikan karakter akan berjalan dengan baik. Sekolah SMP Stella Maris, Tangerang, Banten memberikan apresiasi
yang
tinggi
bagi
peserta
didiknya
yang
berhasil
mengembangkan dirinya untuk bersikap lebih baik dan berprestasi dengan sistem point plus. Selain itu sekolah juga memberikan perhatian yang lebih banyak pada peserta didik yang belum bisa menyesuaikan diri dengan peraturan sekolah sehingga masih ada beberapa pelanggaran yang mereka lakukan, peserta didik yang belum bisa menyesuaikan diri akan mendapat perhatian berupa sistem point minus dan nasehat. Berikut pemaparan salah seorang guru terkait sistem point plus dan minus. “Kalau saya menyoroti di SMP, sudah sangat mendukung artinya bahwa segala upaya yang dilakukan wali kelas memang sudah ada seperti buku panduannya dan ada poin-poin yang menjelaskan bahwa jika anak melakukan ini maka ada poin plus dan poin minus. Disitu sudah tertulis secara jelas bahwa ketika si anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
misalnya tidak membawa dasi itu poinnya seperti apa, tapi kalau si anak aktif di kelas itu pasti ada poin plusnya. Sistem itu sudah sangat mendukung wali kelas dan guru mata pelajaran untuk benar-benar tahu bahwa anak ini sudah melakukan ini, maka akan mendapatkan apa.”(B5. UMPK. G.BI) Peserta didik selain menjadi tanggungjawab guru BK dalam perkembangan kepribadiannya, guru wali kelas juga memiliki andil tersebut. SMP Stella Maris memberikan wewenang pada guru wali kelas untuk menilai peserta didiknya dengan sistem poin plus dan minus. Hal ini dilakukan karena guru wali kelas memiliki tanggungjawab utama bagi peserta didik asuhannya dalam pelajaran maupun kepribadian terlebih lagi intensitas pertemuan dengan peserta lebih banyak dari guru BK. Subjek 3 menjelaskan pengalamannya sebagai guru mata pelajaran dan wali kelas, kartu poin plus dan minus ini memberikan manfaat untuk memberikan perubahan pada diri peserta didik. Tujuan utama dari kartu point plus dan minus ini memberikan apresiasi pada perbuatan-perbuatan baik dan penghargaan atas prestasi siswa, serta memberikan efek jera bagi peserta didik yang melanggar peraturan. Sistem kartu poin tersebut memiliki beberapa tingkatan poin, tingkatan tersebut akan memberikan sejumlah bentuk penghargaan apa yang akan diberikan pada peseta didik bila ia telah mencapai target tertentu. Sedangkan tingkatan yang lain memberikan sanksi apa yang diberikan bagi peserta didik yang telah melanggar tata tertib sekolah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
c. Pemberian hukuman untuk menimbulkan efek jera pada peserta didik adalah salah satu langkah yang diperlukan dan dirasa cukup efektif. Kita perlu memahami bahwa pelaksanaan pendidikan dan pengajaran para guru tidak akan terlepas dari bagaimana cara untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dan bagaimana cara mengajar itu sendiri agar bisa berjalan dengan lancar sesuai dengan metode atau alat yang akan digunakan. Alat pendidikan yang mau dimaksudkan disini adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan tertentu. Hukuman sebagai salah satu teknik pengelolaan kelas sebenarnya masih terus menjadi bahan perdebatan. Akan tetapi, apa pun alasannya, hukuman sebenarnya tetap diperlukan dalam keadaan sangat terpaksa, katakanlah semacam pintu darurat yang suatu saat mungkin diperlukan. Hukuman merupakan alat pendidikan represif, disebut juga alat pendidikan korektif, yaitu bertujuan untuk menyadarkan anak kembali kepada hal-hal yang benar atau yang tertib. Dengan kata lain, hukuman adalah penyajian stimulus tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera tingkah laku siswa yang tidak diharapkan. Berikut pernyataan salah seorang guru terkait pemberian hukuman: “Yang penting saya tidak main tangan berarti main kaki boleh, dengan membersihkan kaca saja itu sudah membuat efek jera pada anak.”(B5. UMHPK. G.PKN)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
Salah satu upaya yang dilakukan oleh subjek 5 terkait upaya mengatasi hambatan pendidikan karakter di SMP Stella Maris Tangerang adalah dengan memberikan efek jera pada peserta didik, dengan kata lain memberikannya hukuman. Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya. Pemberian hukuman yang tidak melibatkan aspek fisik, seperti pemukulan atau penganiayaan tetap diperkenankan. Pemberian hukuman kepada peserta didik perlu dipertimbangkan jenis hukumannya sehingga hukuman tersebut ketika dijalankan timbul kesadaran dan niat untuk tidak mengulanginya kembali. Subjek 5 sepenuhnya sadar bahwa pengunaan hukuman yang bersifat fisik seyogyanya dilarang. Pemberian hukuman seperti yang dipaparkan sebelumnya mengandung dua nilai penting, yaitu Pertama, hukuman itu ialah sebagai akibat dari pelanggaran atau kesalahan yang diperbuat. Kedua, hukuman itu adalah sebagai titik tolak untuk mengadakan perbaikan. Point penting dari hukuman ialah adanya perbaikan dalam diri peserta didik atas perilaku yang telah dilakukannya, sehingga hukuman yang diberikan merupakan hukuman yang bernilai mendidik atau hukuman paedagogis. Apabila peserta didik telah menerima hukuman atas kesalahan yang diperbuatnya dan tidak mengalami perubahan, bisa diindikasikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
bahwa pemberiam hukuman pada peserta didik tersebut merupakan sebuah kegagalan. d. Tindakan preventif merupakan langkah yang paling tepat untuk dilakukan
yaitu
dengan
memberikan
masukan,
saran
dan
pendampingan bagi siswa supaya peserta didik tahu bagaimana cara bersikap yang tepat. Apabila terjadi pelanggaran perlu dihadapkan pada aturan dan saksi yang telah disepakati bersama. Upaya-upaya yang dilakukan oleh para guru dalam mengatasi hambatan pendidikan karakter seperti pemberian sistem kartu poin plus dan minus, pemberian hukuman pada peserta didik maupun memberikan penjelasan pandangan yang benar dan baik atas apa yang sudah terjadi pada peserta didik, akan selalu lebih baik bila diberikan tindakan preventif. Tindakan preventif atau tindakan pencegahan merupakan langkah awal yang senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya supaya tidak dialami oleh peserta didik. Guru BK merupakan sosok guru yang tepat dalam memberikan layanan bimbingan bagi peserta didik dalam melaksanakan fungsi preventif. Melalui fungsi preventif ini, guru BK memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. “Saya lebih melakukan apa pun konteksnya preventif jauh lebih baik dari pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
kuratif. Lebih baik mencegah dari pada mengobati dari sisi waktu, pembiayaan dan sebagainya akan menjadi lebih baik. Saya sering melakukan tindakan preventif. Setiap hari Senin kita ada kegiatan yang dinamakan MA, Morning Assembling itu semacam upacara bendera di selasar. Saya lalu memberikan masukan-masukan terkait soal bagaimana mereka bersikap, soal bagaimana mereka disiplin, soal bagaimana mereka menjaga ketenangan, terus motivasi belajar dan lain sebagainya dan itu selalu saya berikan sehingga bernuansa klasikal yang besar dan saya pikir itu cukup membantu bahwa mereka akan lebih bersikap baik dari pada saat mereka punya masalah baru.”(B5. UMHPK. G.BK) Subjek 2 menerangkan bahwa dalam pelayanannya sebagai seorang guru di SMP Stella Maris, Tangerang ia telah menjalankan tugasnya dengan sebagai mana mestinya. Subjek 2 telah mengarahkan kompetensi yang dimilikinya dalam memberikan pendampingan peserta didik, dimana beliau menindak lanjuti bahwa peranan tindakan preventif lebih baik dari tindakan kuratif dan lebih menghemat biaya. Tindakan preventif senantiasa mengantisipasi berbagai masalah. Hal ini menandakan bahwa tindakan preventif sebagai salah satu komponen untuk mengatasi hambatan pendidikan karakter adalah cara yang sesuai dan tepat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
B. Pembahasan 1.
Perencanaan Pendidikan Karakter Dari hasil wawancara diketahui bahwa Perencanaan pendidikan karakter dilaksanakan melalui perencanaan program dan kegiatan sekolah yang kemudian dilaksanakan melalui pengembangan dan penyusunan tahapan rencana kerja sekolah. Upaya penerapan pendidikan karakter SMP Stella Maris Tangerang direncanakan melalui keinginan yang kuat untuk mendorong terbentuknya karakter yang luhur pada diri siswa, kedisiplinan serta kejujuran. Sekolah mengkombinasikan peraturan pemerintah dan visi misi sekolah untuk menyelaraskan pola pendidikan karakter yang sesuai dengan peserta didik. Sekolah menyadari bahwa dalam perkembangan yang dilakukan sekolah sebagai lembaga pendidikan swasta tentunya tidak begitu saja lepas dari peraturan pemerintah dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Oleh sebab itu dalam penyelenggaraan pendidikan di bidang pengembangan kepribadian peserta didik perlu ada kombinasi yang tepat untuk dilakukan. Guru menyesuaikan penyampaian nilai karakter dengan topik-topik pembelajaran. Guru-guru di SMP Stella Maris menerangkan bahwa mereka selalu membuat topik-topik pembelajaran. Pada saat penyusunan topik tersebut tentu saja ada nilai-nilai yang ingin di capai dari proses belajar tersebut. Setiap guru memberikan muatan nilai-nilai tidak saja terpaku pada satu nilai karakter saja atau nilai karakter yang menjadi identitas sekolah namun disesuaikan dengan topik pembelajaran. SMP Stella Maris memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
12 karakter unggulan. 12 nilai karakter tersebut memiliki derajat yang sama sebagai 12 nilai unggulan, akan tetapi terdapat nilai-nilai yang menjadi nilai dominasi paling tinggi diantara yang lainnya yang menjadi pembeda dan dimiliki oleh setiap anak. Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, tentang sistem pendidikan nasional (SNP), yakni: tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Format silabus dan RPP yang masing-masing memiliki unsur yang terdiri dari: identitas, isi, dan penutup. Pengembangan selanjutnya dilakukan oleh tingkat satuan pendidikan, dalam hal ini adalah pendidik (guru). Pembuatan RPP sepenuhnya
menjadi
tanggungjawab
guru.
Setiap
guru
memiliki
tanggungjawab untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada setiap aspek pembelajaran yang ingin ia bangun bersama dengan siswa-siswanya. Sebelum proses pembelajaran dimulai para guru menyusun dan merancang RPP sebagai pedoman mengajar. Setiap kali menyusun RPP, para guru perlu menyesuaikan karakter yang ingin dibangun dengan tema pembelajaran. Penulisan karakter bangsa dalam RPP, bertujuan supaya para tenaga pendidik lebih fokus dan waspada dalam penerapan nilai afeksi, sehingga siswa terlatih, terbiasa dan akhirnya menjadi karakter kepribadian, yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. “RPP memang telah memuat mengenai pendidikan karakter bagi siswa dan saya tentunya menyesuaikan karakter yang ingin dibangun sesuai dengan tema pembelajaran yang saat ini sedang dipelajari.” dan “Materi pendidikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
karakter telah tertuang dalam RPP yang telah saya buat. Hasilnya memang terletak pada saat saya memberikan pengajaran dan permainan saat di lapangan ataupun di kelas.” Berdasarkan pernyataan guru tersebut yang disesuaikan dengan (Permendiknas no. 22 tahun 2006) yang memuat mengenai tiga komponen silabus yaitu, Pertama, pembelajaran yang mengembangkan nilai karakter telah telah terpenuhi, Kedua, Indikator pencapaian peserta didik telah tercapai dengan bukti terjadi perubahan saat siswa di lapangan, Ketiga, Modifikasi teknik penilaian dilakukan oleh setiap guru mata pelajaran yang semuanya terdapat pada sistem point modifikasi perilaku, plus dan minus guna mengembangkan dan/atau mengukur perkembangan karakter. Berdasarkan hasil penelitian, Pelaksanaan pendidikan karakter yang dilakukan oleh guru-guru SMP Stella Maris, Tangerang sudah terlaksana dengan baik dan berhasil. Kemendiknas (2010: 51) menuliskan bahwa kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktikan nila-nilai karakter yang di targetkan. Hal ini sudah sejalan dengan pembelajaran yang terjadi di SMP Stella Maris, Tangerang yang terdiri dari tiga tahap pendahuluan, inti dan penutup. Pendahuluan dari segi perencanaan, inti yang di isi dengan proses kegiatan dan penutup dengan evaluasi yang diberikan. Pelaksanaan pendidikan karakter terdapat beberapa hal penting yang menjadi point-point penting SMP Stella Maris, Tangerang. Terdapat kerjasama dan kolaborasi antara guru dan murid dalam melaksanakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
kegiatan belajar mengajar. Guru dapat menemukan cara-cara yang unik dalam penyampaian materi pembelajaran, guna menarik minat anak untuk mendalami pelajaran serta mengasah keterampilan hidup anak melalui setiap bahan ajar yang disajikan. Adanya evaluasi hasil belajar setiap kali proses belajar mengajar usai dilakukan. Metode penyampaian nilai karakter yang dilakukan oleh para guru perlu disesuaikan dengan tiap bahan ajar dan karakteristik mata pelajarannya. Pelaksanaan pendidikan karakter menuntut peran serta guru dan peserta didik seperti yang tertera sebelumnya. Kegiata pembelajaran di sekolah selama proses belajar mengajar berlangsung sudah memberikan peran aktif pada peserta didik. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip kegiatan pembelajaran yang potensial dan dapat mengembangkan karakter peserta didik yaitu, agar peserta didik terfasilitasi dalam mengenal, menjadi peduli dan menginternalisasi karakter, peserta didik diberi peran aktif dalam pembelajaran (Kemendiknas, dalam Gunawan 2012: 229) Berdasarkan hasil penelitian, evaluasi pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang, Banten sudah terlaksana dengan baik. Adapun evaluasi pendidikan karakter yang dilaksanakan dengan pengamatan secara langsung peserta didik, pemberian teguran dan diberlakukannya sistem point. Evaluasi pendidikan karakter yang dilakukan oleh para guru seputar pengamatan Proses
secara
langsung
peserta
didik
merupakan
memperkirakan keadaan siswa adalah langkah awal untuk
mengetahui lebih lanjut kondisi siswa untuk kemudian dievaluasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
keberlanjutan dan kesiapannya, diharapkan jika guru telah mengetahui betul kondisi siswanya akan mempermudah memberikan meteri pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat siswa. Guru memberikan teguran. Teguran tersebut adalah tindakan keberlanjutan dari apa yang telah diamati oleh guru dalam menilai apa yang telah dicapai oleh peserta didik, selain itu teguran juga langkah yang diambil para guru untuk menyikapi pelanggaran yang telah dilakukan. Pemberian sistem point yang diberikan oleh para guru dan teman satu kelas akan memberikan penilaian yang obyektif pada diri peserta didik supaya penilaian tidak hanya berpusat pada guru namun teman sebaya pun juga memiliki andil dalam perkembangan diri teman satu kelasnya. Sistem point yang terdapat di SMP Stella Maris Tangerang berupa modifikasi perilaku, testimoni, plus dan minus tujuan utamanya mendidik peserta didik memiliki karakter yang telah ditetapkan sekolah meskipun tidak tertutup kemungkinan terjadi degradasi sikap bagi para peserta didik yang ada di SMP Stella Maris, Tangerang. 2. Hambatan Pendidikan Karakter Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa hambatan pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang diantaranya adalah orang tua yang mendidik anaknya dengan pola perilaku hidup yang semaunya dan bertentangan dengan pola pengajaran guru di sekolah, Orang tua membela perilaku anaknya yang salah dan berusaha menutupinya. Seperti yang terungkap dalam wawancara berikut: “Kadang ada anak yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
masa bodoh dan cuek lalu kita itu jengkel karena orang tua menutupi. Misalnya: anak bapak terlambat sudah beberapa kali, makanya terpaksa saya pulangkan. Padahal itu saya yang mengantar bu, anaknya sudah bangun. Anaknya saya tanya bangun kesiangan lalu bapaknya bilang macet. Berarti itu nutupi kejelekan anaknya.” Hal demikian bertentangn dengan nilai karakter yang dalam hubungannya dengan diri sendiri, bagi peserta didik. Peserta didik belum mampu untuk mandiri, disiplin dan bertanggung jawab. Padahal dalam Permendiknas no. 23 tahun 2006, nilai kemandirian, kedisiplinan dan bertanggungjawab menjadi point-point utama dalam pengembangan pendidikan karakter. Berdasarkan bukti-bukti yang telah dipaparkan ternyata orang tua peserta didik juga perlu mendapat pendampingan berupa seminar guna mengembangkan kemampuan nilai kemandirian, kedisiplinan dan bertanggungjawab pada diri anaknya dan tidak perlu menutupi kesalahan anak-anaknya. Hambatan-hambatan yang ditemukan dalam pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang tidak hanya disebabkan oleh peserta didik namun orang tua juga bisa menjadi penghambat jalannya pendidikan karakter. Para peserta didik perlu ditanamkan ketegasan dan keberanian untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam keluarga untuk menjadi agen perubahan. Selain disebabkan oleh orang tua, kurangnya pengendalian diri dan kerendahan hati juga menjadi salah satu faktor penghambat jalannya pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang. Peserta didik yang saling merendahkan satu sama lainnya karena perbedaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
kemampuan intelektual menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian lebih, oleh sebab itu kemampuan kognitif perlu diimbangi dengan kemampuan mengelola perasaan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini dipaparkan kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan memuat kesimpulan dari penelitian. Kesimpulan dari penelitian ini mencakup garis besar hasil dan yang didapatkan oleh peneliti. Bagian saran memuat saran untuk peneliti selanjutnya. A. Kesimpulan Berdasarkan hsil penelitian mengenai evaluasi keterlaksanaan dan hambatan pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang, Banten, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan: 1. Perencanaan pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang sudah terlaksana dengan baik. Dalam merancang pendidikan karakter sekolah mengkombinasikan peraturan pemerintah dan visi-misi sekolah untuk melihat dan menjawab kebutuhan sekolah. Sebelum memberikan materi pembelajaran, guru-guru menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang terkandung muatan nilai-nilai
karakter
berdasarkan 12 nilai karakter unggulan Stella Maris. Setiap kali penyusunan RPP guru menyesuaikan nilai-nilai karakter yang mau ditanamkan dengan tema pembelajaran supaya berjalan dengan harmonis antara perencanaan dan proses. Pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang berjalan dengan efektif. Terdapat kolaborasi antara guru dan murid dalam
114
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang berupa memperhatikan, mengerjakan, mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban serta menganalisisnya guna memetik nilai-nilai kehidupan yang terdapat dari materi untuk kehidupan sehari-hari. Berdasarkan penuturan 6 subjek setiap guru memiliki kemampuan yang sama untuk memberikan cara yang unik dalam penyampaian materi yang diberikannya. Seusai memberikan materi pembelajaran, guru-guru berkesempatan untuk melakukan evaluasi untuk melihat batas-batas pemahaman dan koreksi diri peserta didik atas apa yang sudah diperoleh bersama teman-teman satu kelasnya. Evaluasi pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang, Banten antara lain: a) Secara langsung melalui proses pembelajaran di kelas mengamati perilaku peserta didik; b) Memberikan teguran kepada peserta didik apabila ia membuat kesalahan, namun apabila kesalahan tersebut masih diulangi maka sistem point modifikasi perilaku akan diberlakukan; c) Diberlakukannya sistem kartu point testimoni sebagai sistem penilaian relasi horizontal. Penilaian sistem kartu point hanya mengangkat nilai-nilai positif dari salah seorang teman yang menjadi objek penilaian; d) Untuk melihat dan menilai terjadi perubahan karakter pada peserta didik bisa dilihat dari kebiasaannya setiap hari. 2. Hambatan pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang antara lain: a) Orang tua mendidik anak dengan pola hidup yang semaunya berdasarkan prinsip senang dan ingin; b) Orang tua membela perilaku anaknya dan berusaha menutupi; c) Perbedaan kemampuan berpikir dan berkonsentrasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
peserta didik membuat peserta didik yang lebih cerdas menghina teman yang lebih lemah kemampuan kognitifnya. Usaha mengatasi hambatan pendidikan karakter SMP Stella Maris antara lain: a) Memberi tahu langsung pada peserta didik mengenai sikap yang apa yang perlu mereka ambil supaya tidak terjadi kebingungan antara apa yang dikatakan oleh guru dan orang tua; b) Sekolah memiliki sistem point plus dan minus yang sudah sangat membantu jalannya pendidikan karakter. Dengan mengikuti sistem tersebut pendidikan karakter akan berjalan dengan baik; c) Pemberian hukuman untuk menimbulkan efek jera pada peserta didik adalah salah satu langkah yang diperlukan dan dirasa cukup efektif; d) Tindakan preventif merupakan langkah yang paling tepat untuk dilakukan yaitu dengan memberikan masukan, saran dan pendampingan bagi siswa supaya peserta didik tahu bagaimana cara bersikap yang tepat. Apabila terjadi pelanggaran perlu dihadapkan pada aturan dan sanksi yang telah disepakati bersama. B. Saran Untuk mengoptimalkan pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran di SMP Stella Maris, Tangerang, maka peneliti menyarankan: 1. Kepala sekolah hendaknya melakukan evaluasi secara berkelanjutan mengenai RPP yang dibuat oleh para guru sebelum menandatangani perangkat pembelajaran tersebut demi kelancaran pelaksanaan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
2. Guru a. Bagi guru wali kelasnya hendaknya memberikan sistem point testimoni sebagai dasar untuk melakukan perubahan sikap yang dimulai dari masukan para teman satu kelasnya. Apabila sistem ini belum berhasil maka sistem point lain seperti modifikasi perilaku bisa dipergunakan, jangan sampai point modifikasi perilaku menjadi landasan generaslisai permasalahan berat peserta didik. b. Para guru hendaknya terus melakukan evaluasi dan menindaklanjutinya dengan usaha mengatasi hambatan pendidikan karakter secara berkala. Salah satu upaya yang bisa dilakukan dengan memberikan pemahaman kepada para orang tua peserta didik dalam sebuah sesi pendampingan antara orang tua dan anak. 3. Para Peneliti Lain a. Bagi para peniliti lain yang berminat pada pengembangan pendidikan karakter dapat menggunakan hasil penelitin ini untuk melakukan penelitian lanjutan pada semua guru mata pelajaran yang ada di SMP Stella Maris, Tangerang, demi keterlaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran. b. Peneliti lain yang berminat pada pengembangan karakter dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai ketercapaian sejumlah indikator karakter tertentu pada peserta didik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Adisusilo, Sutarjo. (2012). PEMBELAJARAN NILAI-NILAI KARAKTER: Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ahman. (1998). Bimbingan Perkembangan: Model Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar. Disertasi (tidak diterbitkan). Bandung: Program Pascasarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto, S. & Jabar, C. P. (2014). Evaluasi Program Pendidikan Karakter (Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara. Azwar, Saifudin. 2011. Reliabilitas dan Validitas Ed. 3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badrujaman, A. (2011). Teori Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Indeks. Erford, B.T. (2007). Transforming the School Counseling Profession (Second Edition). New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall. Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. Gysbers, N.C. & Henderson, P. (2000). Developing and Managing Your School Guidance Program (3rd ed.). Alexandria, VA: American Counseling Association. Gysbers, N.C. (2004). Comprehensive Guidance and Counseling Programs: The Evolution of Accountability. Professional School Counseling, 8 (1), 1-14, Oct, 2004. Hayes, R. L., Paisley, P. O., Phelps, R. E., Pearson, G., & Salter, R. (1997). Integrating theory and practice: Counselor educator-school counselor collaborative. Professional School Counseling, 1(1), 9-12. Kemendiknas. 2010. Panduan Pendidikan Karakter Di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kemendiknas Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Lickona, Thomas. 2013. Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility (Mendidik untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah dapat Mengajarkan Sikap Hormat dan Tanggung Jawab). Bandung: Remaja Rosdakarya Mochtar Buchori. (2007). “Character Building” dan Pendidikan Kita. http://paramadina.Word-press.com/2007/03/04/character-building-danpendidikan-kita/ diunduh 20 Mei 2012 Muhadjir, N. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
118
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
Muhammad, Nur Wangid. (2010) PERAN KONSELOR SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER. Cakrawala Pendidikan Edisi Dies 2010. Mullis, F. & Otwell, P. (1997). Counselor accountability: A study of counselor effects on academic achievement and student behaviors. Georgia School Counselors Association Journal. Mulyasa, H. E. (2014). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nongo, Adrianus (2012) Guru, Teruslah belajar atau matiara, atau Mati. Timur Express. Prayitno. 2011. Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa. Jakarta: Grasindo. Raybum, C. (2004). Assessing Students for Morality Education: A New Role for School Counselors. Professional School Counseling, 7 (5) 356-362, Jun 2004 Rowell, L.L. (2005). Collaborative Action Research and School Counselors. Professional School Counseling, 9 (1), 74-87, Oct, 2005. Schmidt, J.J. (1993). Counseling in Schools: Essential Services and Comprehensive Programs. Boston: Allyn and Bacon. Samani & Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sink, C.A. & Stroh, H.R. (2003). Raising Achievement Test Scores of Early Elementary School Students Through Comprehensive School Counseling Programs. Professional School Counseling, 6 (6), 350-357, Jun, 2003 Sink, A.C. (2005). Contemporary School Counseling: Theory, Research, and Practice. Boston: Lahaska Press Houghton Mifflin. Sunaryo, Kartadinata (2006). Layanan Bimbingan dan Konseling Sarat Nilai. Harian Pikiran Rakyat. Suyanto. (2010). Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP, Ditjenmandikdasmen Waras
Kamdi. (2005). Paradigma http://www.kompas.com/
Baru
Pendidikan
Indonesia.
Yusuf, Syamsu. 2009. Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Bandung. Rizqi Press. Zubaedi. (2012). Desain Pendidikan Karakter (Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan). Jakarta: Kencana Prenanda Media Group.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN Intepretasi Hasil Wawancara Perencanaan Pendidikan Karakter PERENCA NAAN Perencanaan Pendidikan Karakter
Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang, Banten SubSubjek 3 Subjek 4 Subjek 5 Subje Kesimpulan jek 2 k6 1. Sekolah 1. Ya 1.Yaa 1. Saya Perencanmerancang memang ada kadang saya mulai aan pendidikan programnya tidak terlalu mengajar Pendidikan karakter Ya dimasuk- terpaku di sekolah Karakter di pertama-tama kan, dengan ini sejak Sekolah: menginginkan terutama nilai-nilai tahun 1. bahwa setiap kalau ini bisa saja 1995. Perencanalulusan sekarang K- saya Setahu an di ataupun yang 13 ya tahun menambahsaya Stella dahului sedang depan. Tapi kan dengan Maris dengan bersekolah sebelumnya karakterpernah adanya memiliki kami karakter merumuskeinginan karakter yang memang yang lain kan 12 untuk luhur, seperti menggunaka sesuai nilai memiliki disiplin, jujur. meskipun dengan topik karakter lulusan masih pakai pembelajar- pada tahun ataupun KTSP an yang 2008-2009. siswa yang (B1 . PPK. nanti akan Saya tidak sedang K.SEK-A) (B1. PPK. dibahas ingat betul bersekolah G.BI-A) 2. Sekolah 2. Pelajaran bersama. ke-12 memiliki mengkombinas dalam nilai-nilai karakter ikan peraturan membaca tersebut luhur (B1. PPK. pemerintah cerpen akan tetapi seperti, G.F) dan dengan tentunya beberapa disiplin dan visi misi banyak nilai yang jujur. sekolah. sekali nilaicukup 2. Sekolah Sekolah nilai yang mengakar mengkombin melihat bahwa bisa diambil dari nilaiasikan peraturan entah itu nilai yang peraturan pemerintah nilai moral, dirumuspemerintah belum nilai sosial kan dan visi misi menyentuh ke dan banyak tersebut sekolah anak-anak dan nilai disana ialah untuk saat saya yang bisa kristiani, menyelarasmelihat diambil disiplin, kan pola pedoman dari terkait mandiri, pendidikan pemerintah dengan santun, karakter ternyata tidak amanat ya. kreatif dan yang sesuai sesuai dengan Biasanya cerdas. dengan anak-anak. evaluasinya anak. (B1. PPK. Lebih baik di akhir, 3. Guru G.O) pendidikan unsur menyesuaikarakter lebih intrinsik ada kan menekankan disitu. Anakpenyampaia pada anak bisa n nilai keperluan membaca karakter anak seperti dari itu dan dengan disiplin, jujur nantinya ada topik-topik Subjek 1
120
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dan tanggungjawab dan dari visi misi sekolah yang ditekankan ialah iman kristiani. (B1. PPK. K.SEK-B)
bahwa ohh iya ada nilai-nilai karakter yang terkait dalam cerpen.” (B1. PPK. G.BI-B)
121
pembelajaran. 4. Dari ke 12 nilai karakter unggulan Stella Maris, terdapat nilai-nilai yang mengakar lebih kuat dibandingkan nilai karakter lainnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
Intepretasi Hasil Wawancara Pemahaman Pendidikan Karakter PERENCA -NAAN Pendidikan Karakter
Subjek 1
Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang, Banten Subjek 2 Subjek 3 Subjek 4 Subjek 5 Subjek 6 Kesimpulan
Karakter memang baik dan anak-anak terbiasa dengan mempelajari seperti Budi Pekerti menjadi Habbit mereka untuk terbiasa dengan nilainilai yang luhur, maka dari itu kita mencoba untuk mengingatkannya kembali. Displin, jujur yang paling utama. Anakanak kan sedang berproses mencari jati diri dan beberapa karakter hilang dari diri mereka ditambah lagi dengan adanya kemajuan teknologi ini. (B1. PK. K.SEK)
Pendidikan tidak hanya menekankan pada kognitif tetapi bagaimana karakter itu dibentuk, sikap, attitude itu yang menjadi dasar untuk pembekalan mereka. (B1. PK. G.BK)
Pendidikan karakter adalah yang saya pahami lebih mengacu pada bagaima na kita sebagai pribadi. (B1. PK. G.BI)
Pendidikan karakter itu adalah pendidikan yang dapat merubah anak dari segi sikap, pemikiran dan intelektu alnya. (B1. PK. G.F)
Pendidikan karakter berhubungan dengan sikap, tingkah laku, tutur kata yang baik. (B1. PK. G.O)
Mereka tidak hanya dituntut untuk nilai akademisi saja tapi mereka juga dituntut tapi bukan dituntut ya namun kami mengharapkan mereka mempunyai tingkah laku yang mungkin tidak didapatkan oleh anakanak di rumah. (B1. PK. G.PKN)
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang dapat merubah sikap, pemikiran, tutur kata tingkah laku siswa menjadi lebih baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
123
Intepretasi Hasil Wawancara Penyusunan RPP dengan Muatan Pendidikan Karakter PELAKSA -NAAN Penyusunan RPP dengan Muatan Pendidikan Karakter
Subjek 1 -
Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang, Banten Subjek Subjek 3 Subjek 4 Subjek 5 Subjek 6 Kesimpulan 2 Ada RPP Yaa.. materi Yang 12 itu Penyusunan tertulis. memang pendidikan tadi, jujur, RPP: Misalnya telah karakter demokratis, 1. Sebulum kalau kami memuat telah nasionalis, proses membuat mengenai tertuang disiplin itu pembelajarRPP itu pendidikan dalam RPP sudah masuk an dimulai kan per karakter yang telah semua. para guru KD. Nah, bagi siswa saya buat. Setiap menyusun KD 1 nilai- dan saya Hasilnya indikator itu dan nilai yang tentunya memang dicantumkan merancang akan menyesuai terletak ini. Misalnya RPP sebagai diambil kan pada saat indikator 1 pedoman dimasukkarakter saya menyebutmengajar. kan di yang ingin memberik-an kan 2. Setiap kali dalam situ. dibangun pengajaran pengertian menysun Dituliskan sesuai dan bela negara RPP, para misalnya dengan permainan lalu karakter guru perlu nilai tema saat di yang akan menyesuaikreligiusitas pembelaja- lapangan dituju itu an karakter , nilai ran yang ataupun di apa. Kalau yang ingin kepercaya saat ini kelas. saya dibangun an diri dan sedang biasanya dengan tema nilai kerja dipelajari. (B2. menyisippembelajarsama. kan 2 an. RPPPK. karakter di 3.. Muatan G.O) setiap nilai (B2. (B2. indikator. karakter RPPPK. RPPPK. Sopan dalam RPP G.BI) G.F) santunnya dapat itu kurang. terlihat Akhirnya langsung kita bantu hasilnya mereka agar saat mereka itu pembelajarada sopan an santunnya. berlangsung. (B2. RPPPK. G. PKN)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
124
Intepretasi Hasil Wawancara Metode Penyampaian Pendidikan Karakter PELAKSA -NAAN Metode Penyampaian Pendidikan Karakter
Subjek 1 -
Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang, Banten Subjek Subjek 3 Subjek 4 Subjek 5 Subjek 6 Kesimpulan 2 1. Salah 1. Saya 1. Karena Saya Penyampaisatunya terbiasa saya menghindari an metode dengan untuk mengajar banyak pendidikan metode melakukan dibidang ceramah karakter: membaca evaluasi pendidikan karena 1. Metode dan bersama jasmani mungkin penyampaia mengambil ketika seusai tentunya menurut n nilai amanat pelajaran saya mereka karakter serta nilai- berlangsung. menyampa ceramah yang nilai yang Dalam ikan adalah suatu dilakukan perlu evaluasi muatan hal yang oleh para dikembang biasanya karakter membosanguru -kan pada membahas dalam kan. Jadi disesuaikan diri anak mengenai bentuk setiap kali dengan tiap dari positif dan permainan saya masuk bahan ajar cerpen negatifnya ke pelajaran dan tersebut. anak dalam permainan. itu, saya karakteristik pembelajar- Bentuk awali mata 2. Dengan an di kelas, permainan dengan pelajaranmembaca bagaimana tersebut nonton film. nya. cerpen, tingkat diantara2. Adanya anak pemahaman nya 2. Metode evaluasi menganaanak di dengan yang saya hasil belajar lisis dan kelas, kreatifitas terapkan itu, setiap kali mentransperilaku leadernya. mereka proses fer cerita anak dalam Saya tanggung belajar tersebut menghar-gai berusaha jawab mengajar dengan orang, guru untuk terhadap usai kehidupan dan memberik- tugas yang dilakukan. anak, jadi temannya. an arahan diberikan. 3.Terdapat anak dapat pada kerjasama (B2. MPK. mengambil 2. masingdan G. PKN) dan Pembelajara masing kolaborasi memetik n yang leader antara guru nilai-nilai dilakukan sehingga dan murid yang tentunya dengan dalam berkaitan tidak sebatas kreatifitas melaksanadengan hanya pada yang kan kegiatan pendidikan segi kognitif mereka belajar karakter. saja yang miliki mengajar. saya mereka 4. Guru dapat (B2. MPK. kembangkan dapat . Saya mengatur menemukan G.BI) memperhati- jalannya cara-cara kan proses pertanding yang unik belajar -an dan dalam siswa dari permainan penyampaiawal, yang saya an materi pertengahan berikan. pembelajardan akhir. an, guna
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dimulai dimana siswa-siswa berproses mengerjakan soal-soal, mengemukakan jawaban, dan mengevaluasi sesi belajar semuanya perlu dipertimbag kan dan disesuaikan dengan karakter siswa. Kenapa? Karena pembelajaran perlu meresap dan turun sampai ke dalam hati anak-anak sehingga nantinya mereka dapat mengaktuali sasikannya. (B2. MPK. G.F)
(B2. MPK. G.O)
125
menarik minat anak untuk mendalami pelajaran serta mengasah keterampilan hidup anak melalui setiap bahan ajar yang disajikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
Intepretasi Hasil Wawancara Kriteria Pengukuran Perubahan Pendidikan Karakter EVALUASI Kriteria Pengukuran Perubahan Karakter pada Peserta Didik
Subjek 1 -
Evaluasi Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang, Banten Subjek 2 Subjek 3 Subjek 4 Subjek 5 Subjek 6 Kesimpulan Pohon itu kan dikenal dari buahnya, demikian anak. Perubahan karakter itu dikenal dari perbuatan nya setiap hari. Nah setiap hari kita melihat dia yang tadinya biasanya terlambat lalu kita melakukan pendampin gan dan akhirnya datangnya lebih tepat waktu. Nah itulah namanya buah. Buah dari tingkah laku pembentuk an karakter. (B3. KPK. G.BK)
Kalau saya lebih pada mengamati . Si anak berulah hari ini. Misalnya langsung saya panggil lalu ada pendekata n tertentu disitu. Lalu untuk hukuman biasanya saya tawarkan pada anak. Hukuman itu diharapkan bisa membuat anak melakukan nya dengan tidak berat hati tetapi benarbenar bahwa anak itu menyadari bahwa dia salah jadi dia harus melakukan hukuman itu. (B3. KPK. G.BI)
Siswasiswa yang mengalami masalah dalam karakter seperti ribut di kelas, kurang mengharga i guru dan teman, melanggar tata tertib sekolah biasanya akan diberlakuk an sistem poin khusus yang dikenal dengan istilah poin modifikasi perilaku. Apabila poin anak melebihi dari 100 maka selama 1 hari mereka akan live in d panti asuhan dan panti jompo untuk sekedar membantu disana ataupun berbincang - bincang bersama.
Cara menilainya dengan dua hal yang pertama adalah kartu point. Kartu point ini dimaksud kan untuk memberi kan point pada setiap kali pelangga ran atau kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Kemudian diakhir semester pointpoint tersebut diakumul asikan keseluru hannya dan nantinya diberikan sanksi sesuai dengan kesepaka tan diawal. kedua adalah
Ketika mereka menyeles aikan tugas dengan baik. (B3. KPK. G. PKN)
Kriteria pengukuran Perubahan Karakter pada Peserta Didik: 1. Guru secara langsung mengamati perilaku anak secara di kelas. 2. Memberikan teguran pada anak, apabila tidak berhasil akan diberlakukan sistem poin modifikasi perilaku. 3. Diberlakuka kannya sistem point testimoni sebagai sistem penilaian relasi horizontal 4. Perubahan karakter anak dapat dilihat dari kebiasaan setiap harinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(B3. KPK. G.F)
testimoni . Testimoni ini juga merupak an sebuah kartu dimana siswa dapat menilai sesama siswa yang ada, tentunya nilainilai yang positif dan sikap seperti apa yang perlu diubah oleh teman yang ingin kita nilai. Saya juga menekan kan pada anakanak untuk tidak membica rakan hal yang bersifat negatif disana. (B3. KPK. G.O)
127
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
128
Intepretasi Hasil Wawancara Hambatan Pendidikan Karakter Hambatan Subjek 1 Hambatanhambatan Pendidikan Karakter
Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang, Banten Subjek 2 Subjek 3 Subjek 4 Subjek 5 Subjek 6 Kesimpulan
Hambatan yang terbesar menurut kami bagaimana mengkomu nikasikan pemahaman dengan anak-anak, dengan orang tua itu yang biasanya beda pola pendampin gannya. Biasanya dalam pola berpakaian dan menyapa atau menegur orang yang lebih tua. Anak-anak terbiasa untuk menyebut nama pada orangorang yang menjadi pembantu ataupun supir mereka. Kebiasaan -kebiasaan seperti ini yang sebenarny a ingin kami ubah pada diri si anak, bahwa untuk mamanggil
Hambatan nya apa ya, hambatannya tidak terlalu berarti buat saya karena yang pertama kalau mau dibilang efektif kalau ekuivalen antara seorang guru BK itu dengan 150 anak ya sementara kami disini hampir menangani 250-an dan itu saya tangani sendiri, sehingga pendampin gan individual kurang berjalan dengan maksimal. (B4. HPK. G.BK)
Kesulitan itu banyak, namun dari setiap anak yang saya tangani ketika saya menjadi wali kelas di satu kelas itu yang paling saya rasakan gini, anak itu mengalami masalah di keluargany a. Selain yang ayahnya ringan tangan juga berbicaranya tidak sopan lalu akan terbawa ke sekolah. Si anak tadi di sekolah tidak disukai temanteman karena perangainya yang mudah emosian kemudian pemarah. Lalu kalau sudah marah mengeluar kan kata-
Hambatan yang biasanya saya temui dalam kelas adalah kemampuan konsentrasi anak yang begitu rendah. Di sekolah ini memang ada anak yang begitu cerdas, sedang dan dibawah rata meskipun sedikit. Bagi anakanak yang cerdas biasanya yang menjadi masalah adalah mereka dimana mereka menganggap diri mereka bisa dan mengejek temantemannya yang belum bisa. Biasanya apabila terjadi hal seperti ini saya akan
Dari saya pribadi ya, sebenarnya saya tidak mengala mi kesulitan dalam merapkan pedidikan karakter ini. Mengapa ? Karena saya menempa t-kan karakter anak sesuai dengan pribadi mereka. Jadinya saya bisa mengerti anak. (B4. HPK. G.F)
Kadang ada anak yang masa bodoh, cuek kadang kita itu jengkel karena orang tua menutupi . Misalnya : anak bapak terlamba t sudah beberapa kali, makanya terpaksa saya pulangkan. Padahal itu saya yang mengantar bu, anaknya sudah bangun. Anaknya saya tanya bangun kesiangan lalu bapaknya bilang macet. Berarti itu nutupi kejelekan anaknya.
Hambatanhambatan pendidikan karakter: 1. Ada orang tua yang mendidik anaknya dengan pola perilaku hidup yang semaunya dan bertentanga n dengan pola pengajaran guru di sekolah. 2. Perbedaan kemampuan berpikir dan konsentrasi peserta didik yang dominan membuat anak memperlaku kan temannya secara rendah (menghina) sehingga butuh pendampingan khusus. 3. Orang tua membela perilaku anaknya yang salah dan berusaha menutupinya .
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
orang yang lebih tua perlu memanggil mas atau mbak. Kadang anak juga menjawab tapi di rumah papa atau mama manggilnya begitu bu... maka kami ikut seperti itu. Yaa saya berkata kepada mereka kalianlah yang mampu mengubah orang tua kalian ketika berada di rumah. (B4. HPK. K.SEK)
kata yang tidak sopan. Nah, itu tadi kesulitan yang saya alami paling tidak anak bisa mengerem katakatanya ketika dia dalam kondisi marah sekali pun. (B4. HPK. G.BI)
mendampingi anak tersebut untuk membantu temantemannya yang mengalami kesulitan sehingga nantinya ia mampu mengerti kesulitan seperti apa yang temannya hadapi tersebut. (B4. HPK. G.F)
(B4. HPK. G.PKN)
129