PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH PENYIMPANAN TERHADAP STABILITAS EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) DALAM SEDIAAN MULTIEMULSI A/M/A DAN SUSPENSI LIPOSOM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Me Li NIM : 118114177
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH PENYIMPANAN TERHADAP STABILITAS EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) DALAM SEDIAAN MULTIEMULSI A/M/A DAN SUSPENSI LIPOSOM
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Me Li NIM : 118114177
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
There are three methods to gaining wisdom. The first is reflection, which is the highest. The second is limitation, which is the easiest. The third is experience, which is the bitterest. Confucius
I hear and I Forget I See and I Remember I do and I understand Confucius
We keep moving forward, opening new doors, and doing new things, Because we‟re curious and curiosity keep leading us down new paths Walt Disney
Kupersembahakan karya ini kepada: Tuhan Yang Maha Esa Papa Budiono, Mama Yuliana, dan Kuku Sonia Adikku Me La, Van Ni,dan Seluruh Keluarga Besar Bapak/Ibu dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Sahabat dan teman-teman seperjuangan Dan Almamaterku Tercinta
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia yang telah dilimpahkan sehingga saya dapat meyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penyimpanan terhadap Stabilitas Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) dalam Sediaan Multiemulsi A/M/A dan Suspensi Liposom” dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama proses perkuliahan, penelitian, penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis mendapakan motivasi, dorongan, doa, semangat, dukungan, saran serta kritik dari berbagai pihak. Oleh Karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Ibu Aris Widyawati, M.Si., Ph.D selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2.
Ibu Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, bimbingan, diskusi, kritik, dan saran kepada penulis mulai dari proposal hingga selesainya skripsi ini.
3.
Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt. dan Dr. Yustina Sri Hartini, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta memberikan pengarahan saran dan ktitik kepada penulis.
4.
Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Kepala Penanggungjawab Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah bersedia memberikan izin dalam penggunaan fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian ini.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5.
Bapak Budiono dan Ibu Yuliana selaku orang tua penulis yang telah melahirkan, membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, edukasi informal, dan doa tiada henti sehingga penulis diperkenankan melanjutkan studi dan melakukan penelitian ini.
6.
Drs. Sanjayadi, M.Sc., selaku dosen permbimbing pendamping yang telah banyak membimbing, dan memberikan banyak ilmu dan pengetahuan serta motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi.
7.
Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik atas pendamping dan perhatian atas perkembangan saya selama perkuliahan.
8.
Eva Mayangsari dan Yolana Kwartono sebagai sahabat dan keluarga satu penelitian atas kerja sama, bantuan, kebersamaan dan berbagi dalam suka dan duka selama proses penelitian ini.
9.
Ibu Sonia Chang, saudari Yessi Harianti, dan saudari Van-Ni selaku tante dan adik-adik dari penulis yang selalu memberikan motivasi dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penelitian.
10.
Han‟s Junidar, S.E., atas dukungan, motivasi, serta bantuan baik dalam bentuk semangat, sahabat cerita berbagi suka dan duka serta penyedia alat kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.
11.
Bapak Bimo, bapak Musrifin, bapak Kayat, bapak Agung, bapak Sigit, bapak Parlan, bapak Kunto, bapak Parjiman, bapak-bapak satpam dan seluruh laboran serta karyawan lain di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah banyak membantu selama penelitian.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12.
Tim Udang (Yolanda dan Adit), tim melon (Kiki, Lika, Devi, dan Miko), dan tim PPD (Verni, Shiro, Canly dan Erita) selaku teman dengan pembimbing yang sama, atas bantuan berupa sarana dan motivasi.
13.
Seluruh dosen, teman-teman FSM D, teman-teman FST B 2011 dan Temanteman satu angkatan 2011 Fakultas Farmasi Sanata Dharma, dan temanteman KKN yang telah mendukung dan berbagi keceriaan untuk menyelesaikan penelitian ini.
14.
Keluarga besar Pusdiklat Sukhawati Maitreiya, Vihara Bodhicitta Maitreya, teman-teman seperantauan 2011, atas doa, nasihat, dukungan selama peneiltian ini.
15.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam bentuk doa, dukungan, dan nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik. Penulis
menyadari
bahwa
penulis
masih
dalam
proses
pembelajaran sehingga penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak demi kemajuan di masa yang akan datang. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di bidang ilmu Farmasi.
Penulis
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSERTUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ................. vi PRAKATA
....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................x DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi INTISARI
.................................................................................................... xviii
ABSTRACT ...................................................................................................... xix BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 A. Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.
Perumusan Masalah ...................................................................................3
2.
Manfaat Penelitian .....................................................................................3
3.
Keaslian Penelitian.....................................................................................4
B. Tujuan .............................................................................................................. 4 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA.......................................................................6 A. Photoaging ....................................................................................................... 6 B. Antioksidan ...................................................................................................... 7 C. Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ............................................ 7 D. Antosianin ........................................................................................................ 9 E. Multiemulsi A/M/A ....................................................................................... 11 F. Stabilitas Multiemulsi A/M/A........................................................................ 12 G. Bahan- Bahan Tambahan dalam Multiemulsi A/M/A ................................... 15 H. Suspensi Liposom .......................................................................................... 21 I.
Stabilitas suspensi liposom ............................................................................ 23 x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
J.
Spektrofotometer Visibel Metode Derivatif .................................................. 24
K. Laju Disipasi .................................................................................................. 25 L. Entrapment efficiency .................................................................................... 26 M. Landasan Teori ............................................................................................... 27 N. Hipotesis ........................................................................................................ 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................30 METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................30 A. Jenis Rancangan Penelitian ............................................................................ 30 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................................ 30 C. Bahan ............................................................................................................. 32 D. Alat ................................................................................................................. 33 E. Tata Cara Penelitian ....................................................................................... 33 1.
Ekstrasi Kelopak Bunga Rosella ..............................................................33
2.
Karakterisasi fisika-kimia ekstrak kelopak bunga rosella .......................34
3.
Penetapan bobot tetap ekstrak kelopak bunga rosella..............................34
4.
Optimasi multiemulsi A/M/A ..................................................................34
5.
Cara pembuatan multiemulsi A/M/A hasil optimasi ...............................36
6.
Evaluasi sediaan multiemulsi A/M/A ......................................................37
7.
Evaluasi sediaan suspensi liposom ..........................................................38
8.
Pembuatan kurva baku .............................................................................39
9.
Optimasi Preparasi Multiemulsi A/M/A ..................................................41
10. Preparasi multiemulsi A/M/A ..................................................................42 11. Preparasi Suspensi Liposom ....................................................................43 F. Analisis Hasil ................................................................................................. 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................47 A. Penetapan Bobot Tetap Ekstrak Kelopak Bunga Rosella .............................. 48 B. Formulasi Multiemulsi A/M/A ...................................................................... 49 C. Evaluasi Multiemulsi A/M/A ......................................................................... 54 D. Evaluasi Suspensi Liposom ........................................................................... 62 E. Kurva Baku Ekstrak Kelopak Bunga Rosella ................................................ 63 F. Optimasi Preparasi Multiemulsi A/M/A ........................................................ 67 xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
G. Penetapan Laju Disipasi ................................................................................. 70 H. Penetapan Entrapment efficiency ................................................................... 76 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................81 A. Kesimpulan .................................................................................................... 81 B. Saran .............................................................................................................. 81 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................83 LAMPIRAN ........................................................................................................87 BIOGRAFI PENULIS .........................................................................................114
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Formula emulsi primer A/M ...........................................................52
Tabel II.
Formula multiemulsi A/M/A ..........................................................54
Tabel III.
Laju disipasi dan waktu paruh antosianin dalam multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom .........................................................73
Tabel IV.
Hasil t-test laju disipasi antosianin multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom total.....................................................................75
Tabel V.
Entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam multiemulsi A/M/A ..............................................................76
Tabel VI.
Tabel t-test entrapment efficiency antosianin pada multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom .........................................................80
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Kelopak bunga rosella ......................................................................8
Gambar 2.
Struktur dasar antosianin ...............................................................10
Gambar 3.
Stuktur antosianin pada pH yang berbeda ......................................11
Gambar 4.
Droplet multiemulsi A/M/A ...........................................................12
Gambar 5.
Struktur Tween 80® ........................................................................17
Gambar 6.
Struktur Span 80 .............................................................................18
Gambar 7.
Struktur setil alkohol ......................................................................19
Gambar 8.
Struktur dimethicone ......................................................................20
Gambar 9.
Struktur xanthan gum .....................................................................20
Gambar 10.
Struktur liposom .............................................................................21
Gambar 11.
Spektra derivatif orde ke-nol sampai orde ke-dua ..........................25
Gambar 12.
Spektra antosianin ekstrak kelopak bunga rosella ..........................48
Gambar 13.
Penampilan emulsi A/M dan multiemulsi A/M/A..........................56
Gambar 14.
Pengamatan uji fase emulsi primer dalam minyak dan multiemulsi dalam aquadest ...........................................................57 Hasil pengamatan mikroskopik emulsi A/M dan multiemulsi A/M/A pada hari pertama dengan perbesaran 40 kali ....................60
Gambar 15. Gambar 16.
Hasil pengamatan mikroskopik multiemulsi A/M/A kontrol dan multiemulsi A/M/A perlakuan pada hari ke-28 dengan perbesaran 40 kali ...........................................................................60
Gambar 17.
Hasil pengujian mekanik dengan sentrifugasi ................................61
Gambar 18.
Persentase pemisahan pada multiemulsi A/M/A ............................61
Gambar 19.
Hasil pengamatan mikroskopik suspensi liposom pada hari pertama dengan perbesaran 40 kali ................................................63
Gambar 20.
Spektra kurva baku antosianin ektrak kelopak bunga rosella dalam metanol ................................................................................64
Gambar 21.
Spektra derivat kurva baku antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam metanol .....................................................................65
Gambar 22.
Kurva baku konsentrasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dengan pelarut metanol terhadap tinggi derivat ..................65
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 23.
Kurva baku konsentrasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dengan pelarut aquadest terhadap tinggi derivat ................66
Gambar 24.
Kurva baku konsentrasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella:pelarut Triton 10% (1:1) metanol terhadap tinggi derivat .............................................................................................66
Gambar 25.
Tinggi derivat optimasi lama ultrasonifikasi multiemulsi A/M/A ekstrak kelopak bunga rosella ............................................68
Gambar 26.
Hasil optimasi lama sentrifugasi pada multiemulsi A/M/A ...........69
Gambar 27.
Hasil sentrifugasi supernatan yang telah ditambahkan metanol .....70
Gambar 28.
Pengaruh lama penyimpanan terhadap antosianin ekstrak kelopak bunga rosella total pada sediaan multiemulsi A/M/A .......71
Gambar 29.
Pengaruh lama penyimpanan terhadap antosianin kelopak bunga rosella yang berada di fase luar multiemulsi A/M/A ...........71 Pengaruh lama penyimpanan terhadap antosainin ekstrak kelopak bunga rosella total dan berada di fase luar pada suspensi liposom.............................................................................73
Gambar 30.
Gambar 31.
Pengaruh waktu penyimpanan terhadap entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam sediaan multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan ....................................78
Gambar 32.
Pengaruh waktu penyimpanan terhadap entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam suspensi liposom ...........................................................................................79
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Serangkaian alat spektrofotometer UV-Vis....................................88
Lampiran 2.
Perhitungan bobot tetap ..................................................................88
Lampiran 3.
Hasil optimasi HLB pada emulsi primer ........................................88
Lampiran 4.
Hasil optimasi kecepatan pencampuran emulsi A/M .....................90
Lampiran 5.
Hasil optimasi lama pencampuran emulsi A/M .............................90
Lampiran 6.
Hasil optimasi setil alkohol sebagai stiffening agent pada emulsi A/M .....................................................................................91
Lampiran 7.
Hasil optimasi konsentrasi dimethicone sebagai antifoaming agent pada emulsi A/M ..................................................................91
Lampiran 8.
Hasil optimasi ratio fase emulsi A/M dengan fase air multiemulsi A/M/A ........................................................................92
Lampiran 9.
Hasil optimasi konsentrasi Tween 80® sebagai emusifier pada multiemulsi A/M/A ........................................................................92
Lampiran 10. Hasil optimasi lama pencampuran pada multiemulsi A/M/A ........93 Lampiran 11. Hasil pengukuran mikromeritik ......................................................93 Lampiran 12. Penentuan persentase pemisahan multiemulsi A/M/A ...................96 Lampiran 13. Kurva baku antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dengan pelarut metanol ...............................................................................96 Lampiran 14. Kurva baku antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dengan pelarut aquadest..............................................................................97 Lampiran 15. Kurva baku antosianin ekstrak kelopak bunga rosella : Triton X-100 10% (1:1) dengan pelarut metanol ......................................98 Lampiran 16. Sampel uji multiemulsi A/M/A kontrol dan multiemulsi A/M/A perlakuan ............................................................................99 Lampiran 17. Sampel uji suspensi liposom ........................................................100 Lampiran 18. Optimasi volume metanol pada supernatan sediaan multiemulsi A/M/A ekstrak kelopak bunga rosella ..........................................100 Lampiran 19. Perhitungan laju disipasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella pada multiemulsi A/M/A ..................................................101 Lampiran 20. Perhitungan laju disipasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella pada suspensi liposom ......................................................102
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 21. Perhitungan entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga rosella pada multiemulsi A/M/A kontrol ...........................103 Lampiran 22. Perhitungan entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga rosella pada multiemulsi A/M/A perlakuan .......................105 Lampiran 23. Perhitungan entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga rosella pada suspensi liposom ............................................106 Lampiran 24. Perhitungan t-test laju disipasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella multiemulsi A/M/A kontrol dan multiemulsi A/M/A perlakuan serta multiemulsi A/MA perlakuan dan suspensi liposom...........................................................................107 Lampiran 25. Perhitungan t-test entrapment efficiency antosianin multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom ...................................111
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Sinar UV menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat ditanggulangi dengan antioksidan. Kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdarifa L.) mengandung senyawa antioksidan antosianin namun rentan terhadap kerusakan, sehingga perlu diformulasikan dalam sediaan yang dapat menjerap yaitu multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom. Penelitian bertujuan untuk memperoleh formula optimum dan kondisi penyimpanan multiemulsi A/M/A, serta mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap stabilitas antosianin ekstrak rosella dalam multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom yang ditunjukkan dengan laju disipasi dan entrapment efficiency. Formula optimum diperoleh dengan optimasi formula kemudian diuji sifat dan stabilitas fisiknya. Laju disipasi ditetapkan slope persamaan ln jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella total dan fase luar multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom. Entrapment efficiency dihitung dengan mengukur persentase selisih antosianin ekstrak kelopak bunga rosella total dan fase luar kedua sediaan dengan menggunakan metode spektrofotometer visibel derivatif. Analsis statistik dilakukan dengan t-test. Hasil penelitian menunjukkan pada multiemulsi A/M/A diperoleh formula optimum, kondisi penyimpanan optimum yaitu pada suhu rendah -4C dalam wadah terlindung dari cahaya dengan penambahan gas nitrogen, serta multiemulsi A/M/A dengan kondisi penyimpanan optimum memiliki laju disipasi dan entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga rosella lebih tinggi daripada suspensi liposom. Kata kunci : Ekstrak kelopak bunga rosella, Multiemulsi A/M/A, Suspensi Liposom, Laju disipasi, Entrapment efficiency
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT UV light could induced production of Reactive Oxygen Spesies (ROS) which can solved by using antioxidant. Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) was contained anthocyanin as an antioxidant agent, but this compound was less stable in environmental conditions, so it needs to be formulated in a dosage form that could entrapped and protect it. The aim of this study were to determine optimum formula of multiple emulsion and storage condition, stability of anthocyanin roselle extract in W/O/W multiple emulsion and liposome suspension by evaluating the rate of dissipation and entrapment efficiency. Optimum formula were obtain by optimize formula then was tested physical charateristic and stability. Rate of dissipation was determine by calculated slope ln amount of anthocianin roselle extract in entrapped and outer phase multi emulsion and liposome suspension. Entrapment efficiency was calculated by separating the total extract and the extract that not entrapped in both of dosage form, then was analyzed by derivative visible spectrophotometry. Statistical analyze was conducted by t-test. The result showed that optimum multiple emulsion was produced, optimum storage condition are low temperature (-4ºC), in fotoprotective continer with adding nitrogen gas, W/O/W multiple emulsion in optimum storage condition has higher rate of dissipation and entrapment efficeincy than liposome suspension. Keywords : Roselle pathel extract, W/O/W multiple emulsion, Liposome suspension, Rate of dissipattion, Entrapment efficiency
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis. Sebagai negara tropis, Indonesia mendapat intensitas sinar matahari lebih besar. Penyinaran sinar matahari dapat memberikan efek positif maupun negatif (Depkes RI, 1985). Secara in vitro dari matahari yang merupakan inisiator pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) pada kulit. Berdasarkan panjang gelombangnya, sinar UV dibedakan atas ultraviolet aging (UVA 320-400 nm), ultraviolet burning (UVB 290-320 nm), dan ultraviolet c (200-290 nm). UVA dapat menyebabkan kerusakan melalui Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat menyebabkan photoaging atau penuaan kulit yang disebabkan sinar matahari (Ardhie, 2011). Senyawa antioksidan alami telah terbukti, meningkatkan proteksi terhadap sinar UV dengan menginduksi ekspresi berlebihan matrix metalloproteinase (MMP1). MMP1 adalah enzim utama yang terlibat dalam kerusakan kolagen dan photoaging pada kulit yang teradiasi sinar UV (Matsui dkk., 2009). Tanaman merupakan sumber berbagai antioksidan. Screening tanaman telah dilakukan untuk mengetahui aktifitas antioksidan dari tanaman dengan berbagai metode (Gupta dan Sharma, 2006). Senyawa yang berperan sebagai antioksidan dalam rosella salah satunya adalah antosianin (Pinsuwan, Amnuaikit, Ungphaiboon, dan Ithara, 2010). Kestabilan warna senyawa antosianin yang mengidentifikasikan kestabilan , dipengaruhi oleh tingkat keasaman, suhu, lama penyimpanan, oksigen dan cahaya (Hermawan, Hayati, Budi, dan Barizi, 2010). Antosianin dalam zat
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
aktif ekstrak rosella yang bersifat polar dapat stabil dalam kondisi asam sehingga perlu diformulasikan dalam pembawa yang juga bersifat asam yang sesuai sehingga dapat menjaga kestabilan antosianin. Ekstrak kelopak bunga rosella diformulasikan dalam multiemulsi A/M/A (air dalam minyak dalam air) dan suspensi liposom yang memiliki kemampuan untuk melindungi zat aktif di dalam sistemnya terhadap lingkungan eksternal (Shasi, Satinder, dan Bharat, 2012). Multiemulsi dengan tipe A/M/A dikarenakan antosianin yang bersifat polar. Multiemulsi dapat digunakan sebagai sediaan yang dapat melindungi senyawa aktif dalam partikel ganda. Multiemulsi merupakan suatu sistem dispersi kompleks cairan yang dikenal dengan „emulsi dalam emulsi‟, di mana droplet suatu dispersi cairan (air dalam minyak atau minyak dalam air) didispersikan ke cairan lainnya (air atau minyak) untuk menghasilkan multiemulsi A/M/A atau M/A/M (Lutz dan Aserin, 2008). Dalam penyimpanan, fenomena yang sering terjadi yaitu koalesensi fase internal emulsi sekunder dan micellar transport yang dapat mengakibatkan zat aktif
fase internal keluar ke fase luar. Fenomena
tersebut disebabkan karena tekanan osmosis dan tekanan Laplace (Myers, 2006). Jika antosianin yang berada di fase internal keluar ke fase eksternal, maka dapat mengalami kerusakan terutama teroksidasi akibat pengaruh suhu dan oksigen. Liposom merupakan contoh pembawa zat aktif yang baik dalam produk kefarmasian dan kosmetik, tersusun dari lipid bilayer yang berbentuk vesikel. Liposom meningkatkan bioavailbilitas zat aktif pada jaringan tertentu, meningkatkan indeks terapetik, dan mengurangi efek samping seperti toksisitas (Kakumanu dan Schroeder, 2012). Liposom dapat menjadi sediaan yang dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
stabil disimpan dalam jangka panjang. Fenomena ketidakstabilan liposom, salah satunya yaitu fusi, yaitu penggabungan partikel liposom sehingga menyebabkan perbesaran ukuran dapat menyebabkan ketidakstabilan (Kumar, Kumar, dan Mahadevan, 2011). 1. Perumusan Masalah a.
Bagaimana sifat dan stabilitas fisis formula optimum multiemulsi A/M/A ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)?
b.
Bagaimana kondisi penyimpanan yang optimum untuk multiemulsi A/M/A dalam menjaga stabilitas antosianin pada ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)?
c.
Bagaimana pengaruh kondisi dan lama penyimpanan terhadap stabilitas ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dalam multiemulsi A/M/A yang optimum sifat fisis dan kimianya dan suspensi liposom yang ditinjau dari laju disipasi dan entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga rosella?
2. Manfaat Penelitian a.
Manfaat teoritis Penelitian ini menambah informasi bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kefarmasian mengenai formulasi multiemulsi A/M/A serta melihat pengaruh kondisi dan lama penyimpanan terhadap antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam multiemulsi A/M/A dan dalam suspensi liposom.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
4
Manfaat praktis Penelitian ini memberikan informasi tentang waktu dan kondisi
penyimpanan yang sesuai untuk sediaan multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom ekstrak kelopak bunga rosella. 3. Keaslian Penelitian Penelitian terkait ekstrak rosella yang pernah dilakukan yaitu: Liposom-Containing Hibiscus sabdariffa Calyx Extract Formulation with Increased Antioxidant Activity, Improved Dermal Penetration and Reduce Dermal Toxicity Testing oleh Pinsuwan, Amnuaikit, Ungphaiboon, dan Ithara, 2010. Penelitian tersebut belum melakukan uji stabilitas ekstrak kelopak bunga rosella dalam sediaan liposom selama penyimpanan sejauh penelusuran pustaka oleh peneliti, belum ada penelitian mengenai pengaruh penyimpanan terhadap stabilitas ekstrak kelopak bunga rosella dalam multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom yang ditinjau dari laju disipasi dan entrapment efficiecy.
B. Tujuan 1.
Memperoleh formula optimum multiemulsi A/M/A yang mengandung ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dengan sifat dan stabilitas fisik yang baik
2.
Mengetahui kondisi penyimpanan multiemusi A/M/A optimum yang mengandung ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
3.
Mengetahui pengaruh kondisi dan lama penyimpanan terhadap stabilitas antosianin pada ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
formula optimum multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom yang ditinjau dari laju disipasi antosianin dan entrapment efficiency.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Photoaging Photoaging adalah bentuk utama kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari, frekuensi berlebih sering dibandingkan dengan kanker kulit. Paparan UV kronis dapat mengakibatkan penuaan dini kulit yang disebut dengan premature skin aging, ditandai dengan kerutan halus dan kasar oleh kulit, dispigmentasi, warna pucat, perubahan tekstur, kehilangan elastisitas, dan premalignant actinic keratoses. Sebagian besar tanda-tanda klinis disebabkan oleh perubahan dermal (Draelos, 2010). Ketika kulit terkena sinar matahari, radiasi UV diserap oleh molekulmolekul kulit yang dapat menghasilkan senyawa berbahaya yang disebut Reactive Oxygen Species (ROS), kemudian menyebabkan kerusakan oksidatif pada komponen seluler seperti dinding sel, membran lipid, mitokondria, dan DNA. Radiasi UV memicu pembentukan ROS dan menginduksi AP-1 yang menyebabkan produksi MMP meningkat, sehingga meningkatkan penghancuran kolagen. Selain itu, radiasi sinar UV menyebabkan penurunan ekspresi dari (TGF)-β2, salah satu bagian dari TGF-β. TGF-β berfungsi sebagai peningkat pembentukan kolagen sehingga penurunan TGF-β menurunkan produksi kolagen. Peningkatan kerusakan dan penurunan produksi kolagen adalah penyebab terjadinya photoaging (Helfrich, Sachs, dan Voorhees, 2008).
6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
B. Antioksidan Antioksidan merupakan suatu inhibitor reaksi radikal bebas. Kerja antioksidan akan bereaksi dengan radikal bebas sehingga akan membentuk radikal bebas baru yang bersifat kurang reaktif dan relatif stabil (Fessenden dan Fessenden, 1986). Antioksidan
dikategorikan
menjadi
antioksidan
enzimatik
dan
nonenzimatik. Antioksidan enzimatik mencakup superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase. Antioksidan nonenzimatik mencakup vitamin c, vitamin e, glutation, asam urat, dan albumin (Fouad, 2005). Selain digolongkan di atas, antioksidan juga dapat dikategorikan dari perolehannyayaitu dikenal juga antioksidan alami yang biasa terdapat pada buah-buahan, teh, sayuran, dan bir. Terdapat pula antioksidan sintetik misalnya BHA (butylated hydroxyanisole) dan BHT (butylated hydroxytoluene) (Sofia, 2005).
C. Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) 1. Taksonomi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Bangsa
: Malvales
Suku
: Malvaceae
Marga
: Hibiscus
Spesies
: Hibiscus sabdariffa L. (Backer dan Brink, 1965).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
2. Deskripsi tanaman rosela Rosella dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim tropis dan subtropis. Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) merupakan anggota famili Malvaceae. Tanaman ini mempunyai habitat asli di daerah yang terbentang dari India sampai Malaysia. Rosella merupakan herba tahunan yang bisa mencapai ketinggian 0,5-3 meter. Batangnya bulat, tegak, berkayu, dan berwarna merah. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur, pertulangan menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi, dan pangkal berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm (Backer dan Brink, 1965).
Gambar 1. Kelopak bunga rosella (Mahadevan, Shivali, dan Kamboj, 2008)
Kelopak bunga rosella (gambar 1) yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm, pangkalnya saling berlekatan, dan berwarna merah. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman. Mahkota bunga berbentuk corong, terdiri dari 5 helai, panjangnya 3-5 cm. Buahnya berbentuk kotak kerucut, berambut, berwarna merah. Bentuk biji
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
menyerupai ginjal, berbulu, dengan panjang 5 mm dan lebar 4 mm (Backer dan Brink, 1965). 3. Fitokimia kelopak bunga rosella Kelopak bunga rosella mengandung flavonoid seperti flavonoid gosipetin, hibisetin, dan sabdatin. Selain itu juga mengandung alkaloid, βsitosterol, antosianin, asam sitrat, sianidin-3-rutinosa, delfinidin, galaktosa, pektin, protocatechuic acid, kuersetin, asam stearik dan lilin (Mahadevan dkk., 2008) Pigmen warna rosella bertanggung jawab atas warna merah dan sumber utama kapasitas antioksidan. Namun pigmen warna tersebut tidak stabil pada perubahan suhu, lama penyimpanan, dan variasi bunga rosella (Tsai, McIntosh, Pearce, Camden, dan Jordan, 2002).
D. Antosianin Antosianin merupakan sumber pewarna alami pada kelopak bunga rosela yang memberikan warna pigmen kuat berwarna merah, jingga, ungu, dan biru. Rosella mengandung dua kandungan utama antosianin yaitu delphinidin-3-sambubioside / delphinidin–3–xylosylglucoside / hibiscin dan cyanidin-3-sambubioside / cyanidin-3-xylosylglucoside / gossypicyanin (Du dan Francis, 1973). Antosianin merupakan senyawa pigmen warna pada tanaman yang larut dalam air dan termasuk dalam kelas senyawa flavonoid. Senyawa antosianin memiliki struktur dasar yang terdiri dari dua cincin aromatis (cincing A dan B) yang terikat bersama oleh tiga atom karbon
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
membentuk cincin heterosiklik (cincin C) dengan gugus gula yang terikat pada atom karbon pada posisi C-3 atau A-5 (gambar 2).
Gambar 2. Struktur dasar antosianin (Miguel, 2011)
Antosianin merupakan golongan senyawa yang bersifat polar dan dengan kelarutan yang lebih tinggi dalam metanol daripada etanol dan air (Bridger, Chinn dan Truong, 2010). Kestabilan warna senyawa antosianin dipengaruhi oleh tingkat keasaman, suhu, lama penyimpanan, oksigen dan cahaya. Laju kerusakan (degredasi) antosianin cenderung meningkat selama proses penyimpanan yang diiringi kenaikan suhu. Degredasi termal menyebabkan hilangnya warna pada antosianin. Laju penurunan termal antosianin mengukuti kinetika orde pertama (Hermawan dkk,2010). Antosianin dapat mengalami perubahan warna dari merah hingga jingga pada pH asam (pH 1-4) karena terdapat ikatan rangkap terkonjugasi yang membawa ion positif, tidak berwarna pada pH 5 dan 6 yang disebabkan terbentuk senyawa karbonil dan kalkon yang terdegradasi pada pH 5 dan 6 (Miguel, 2011). Adapun struktur dan perubahan warna pada antosianin karena perbedaan tingkatan pH dapat dilihat pada gambar 3.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
antosianin
Gambar 3. Stuktur antosianin pada pH yang berbeda (Hermawan dkk., 2010)
E. Multiemulsi A/M/A Salah satu inovasi terbaru dalam teknologi emulsi adalah pengembangan emulsi ganda yakni emulsi yang fase terdispersinya mengandung tetesan-tetesan kecil atau globul. Emulsi ganda (gambar 4) terbagi atas dua tipe emulsi yakni emulsi tipe M/A/M artinya emulsi M/A terdispersi pada fase air, dan tipe emulsi A/M/A dengan emulisi A/M terdispersi pada fase air (Gennaro, 1990). Ukuran droplet multiemulsi lebih besar daripada ukuran partikel emulsi biasa sehingga emulsi ganda kurang stabil secara termodinamika. Pelepasan zat aktif dari fase dalam ke fase luar atau sebaliknya, sering tidak terkendali. Stabilitas serta mekanisme pelepasan multiemulsi saling berhubungan dan memiliki keterkaitan (Lutz dan Aserin, 2008). Penggunaan multiemulsi memiliki keuntungan yakni menutupi rasa yang tidak enak saat penggunaan, meningkatkan absorbsi obat, memperpanjang pelepasan obat, serta dapat memisahkan dua bahan hidrofilik yang tidak saling
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
bercampur (incompatible) yakni pada fase air internal dan fase air eksternal yang dipisahkan oleh fase pertengahan minyak pada emulsi ganda tipe A/M/A (Gennaro,1990). Fase minyak Fase air internal Droplet minyak Lapisan surfaktan Lapisan air eksternal
Gambar 4. Droplet multiemulsi A/M/A (Deepak, 2013)
Pembentukan emulsi ganda dipengaruhi oleh pemilihan emulgator/agen pengemulsi yang mempengaruhi kekuatan lapisan antarmuka dari fase minyak dengan surfaktan hidrofobik maupun lapisan antarmuka pada fase air dengan surfaktan hidrofilik, juga dipengaruhi oleh tekanan osmotik di dalam globul atau tetesan-tetesan fase internal dan fase eksternal (Tirnaksiz, 2005). F. Stabilitas Multiemulsi A/M/A Mekanisme yang dapat menyebabkan ketidakstabilan dalam multiemulsi yang utama adalah disebabkan oleh reduksi energi bebas sistem melalui penurunan area antarmuka. Surfaktan memiliki peran dalam mereduksi energi antar permukaan melalui proses adsorpsi. Sistem multiemulsi, mekanisme utama yang menyebabkan stabilitas jangka pendek adalah koalesensi droplet pada emulsi primer. Maka dari itu, pemilihan emulsifier berupa surfaktan tunggal atau campuran menjadi penting agar dapat menghasilkan stabilitas optimum untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
sistem tersebut, baik untuk emulsi A/M maupun M/A. Mekanisme lain penyebab ketidakstabilan adalah hilangnya droplet-droplet emulsi fase internal yang disebabkan oleh pecahnya lapisan yang memisahkan droplet-droplet kecil fase internal dari fase eksternal. Perbedaan tekanan osmotik antara fase internal dan eksternal dalam suatu sistem sediaan menyebabkan material yang terkandung pada fase internal berpindah ke fase eksternal (micellar transport). Tekanan tinggi dalam droplet yang lebih kecil dapat menghasilkan energi atas hilangnya material dari droplet tersebut (Myers, 2006). Efek tekanan osmotik pada stabilitas beberapa emulsi telah diselidiki selama hampir empat dekade. Pada multiemulsi A/M/A komponen fase minyak dapat berfungsi sebagai membran yang memisahkan fase air internal dan eksternal. Ketebalan membran minyak bervariasi dengan perubahan komposisi dan proses multiemulsi. Air dapat melewati membran pada fase minyak dari fase internal ke fase eksternal atau dari fase eksternal ke fase internal bergantung pada tekanan osmosis. Apabila tekanan osmotik fase air internal lebih tinggi dibandingkan dengan fase air eksternal menyebabkan air masuk ke dalam fase air internal, sehingga terjadi pembengkakan droplet fase internal sehingg akhirnya meledak dan melepaskan isinya ke fase eksternal. Apabila tekanan osmotik lebih tinggi di fase air luar dibandingkan fase air internal, air akan keluar dari fase internal ke fase eksternal, menyebabkan penyusutan droplet fase internal dan fase minyak (Jiao dan Burgess, 2008). Tekanan tersebut dapat berupa tekanan osmosis yang ditidak diamati pada emulsi sederana. Jika tekanan osmotik lebih tinggi pada fase air internal, air
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
akan masuk ke dalam fase internal sehingga menyebabkan droplet internal membengkak hingga pada akhirnya pecah dan fase air internal ke fase eksternal. Transfer air dari fase internal dapat meyebabkan penyusutan tetesan internal yang terjadi jika gradien sebaliknya ada sehingga mempengaruhi destabilitas (Florence and Whitehill, 1985). Tegangan antarmuka pada dua cairan pada antarmuka yang melengkung ketika salah satu cairan tersebar sebagai droplet ke fase cair lain disebut tekanan Laplace. Tekanan Laplace berbanding terbalik dengan jari-jari kelengkungan. Pemberian sejumlah kecil elektrolit dalam fase air internal dapat menangkal efek tekanan Laplace. Tekanan Laplace dalam proses emulsifikasi menyebabkan emulsi menjadi tidakefektif secara termodinamikan. Pembentukan emulsi dengan droplet kecil (tetesan sangat melengkung), dibutuhkan energi yang lebih untuk mengatasi tekanan Laplace yang besar pada droplet. Tekanan Laplace selama penyimpanan terjadi sepanjang permukaan antar droplet. Droplet yang dipengaruhi tekanan
Lapalce menjadi berbentuk memanjang dan berbentuk
silindris, untuk mengurangi tekanan Laplace dari droplet berbentuk bola, yang menyebabkan ketidakstabilan. Kehadiran elektrolit dengan jumlah yang tidak tepat dapat berdampak negatif terhadap stabilitas multiemulsi. Jumlah elektrolit yang diformulasikan harus cukup tinggi untuk melawan tekanan Laplace namun cukup rendah untuk menghindari efek osmotik (Jiao dan Burgess, 2008). Suhu secara signifikan memberikan pengaruh terhadap stabilitias emulsi dengan meningkatkan energi kinetik dan tegangan antarmuka yang memacu sedimentasi, koalesensi, dan fenomena yang lain. Penyimpanan pada suhu rendah meningkatkan stabilitas emulsi dalam jangka panjang karena terjadi peningkatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
kekentalan atau pemadatan antar fase (Blinks dan Rocher, 2009). Dalam konteks aplikasi obat seperti pelepasan obat terkontol, yang mana mekanisme penghantarannya adalah difusi terkontrol, mekanisme ketidakstabilan dapat merugikan terhadap aksi dari sistem, karena dapat menyebabkan pelepasan yang cepat dari zat aktif dengan kemungkinan efek yang berbahaya. Mekanisme ketidakstabilan emulsi harus dimengerti dan dikontrol dalam sistem multiemulsi. Dalam semua kasus, stabilitas akhir sistem sangat bergantung pada sifat dari fase minyak dan air, karakteristik dari emulsifier primer dan sekunder dalam sistem, serta hubungan antara fase internal dan eksternal (Myers, 2006). G. Bahan- Bahan Tambahan dalam Multiemulsi A/M/A 1. Surfaktan (emulsifying agent) Surfaktan adalah rantai asam lemak pendek yang bersifat amfifilik atau amfifatik, yang memiliki bagian dengan afinitas polar dan nonpolar. Surfaktan merupakan molekul yang dapat berorientasi dengan menurunkan tegangan permukaan pada media dispersi. Sifat hidrofilik terdapat pada bagian kelompok kepala dan lipofilik terdapat pada rantai (atau ekor) pada molekul surfaktan (Schramm, 2000). Menurut ionisasi dalam air, surfaktan di klasifikasikan menjadi: a. Surfaktan anionik. Surfaktan anionik adalah surfaktan yang terionisasi dalam air pada ampifilik berupa anion dan kation, yang pada umumnya merupakan logam alkali (Na+ dan K+) atau amonium. Surfaktan anionik dapat berupa alkilbenzen sulfonat (detergen), asam lemak (sabun), dialkil sulfosiksinat (wetting agent), lignosulfonat (dispersant), dan lain lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
b. Surfaktan nonionik. Surfaktan nonionik merupakan surfaktan yang tidak mengalami ionisasi pada larutan air, karena gugus hidrofobik merupakan tipe dissociable, seperti alkohol, fenol, eter, ester, atau amida. Surfaktan nonionik terbentuk dari hidrofobik yang terdiri dari rantai polietilen glikol. Surfaktan nonionik merupakan detergen, wetting agent dan emulsifier yang baik. c. Surfaktan kationik. Surfaktan kationik merupakan surfaktan yang terionisasi dalam air menjadi kation yang umumnya berupa halogen dan anion. (Salager, 2002). Surfaktan memiliki rentang dari komponen larut minyak untuk menstabilkan emulsi A/M hingga material larut air yang memberikan produk M/A. Surfaktan biasa digunakan dalam kombinasi surfaktan larut air dan larut minyak untuk mengurangi tegangan antarmuka pada lapisan antarmuka yang penting dalam stabilitas emulsi yang optimum. Surfaktan nonionik memiliki toksisitas dan iritasi yang rendah (Billany, 2002). Surfaktan nonionik memiliki bermacam-macam nilai hydrophilelipophile balances (HLB) yang dapat menstabilkan emulsi M/A atau A/M. Penggunaan surfaktan nonionik yang baik bila menghasilkan nilai HLB yang seimbang antara dua surfaktan nonionik, di mana salah satu bersifat hidrofilik dan yang lain bersifat hidrofobik. Surfaktan nonionik bekerja dengan menurunkan tegangan antar muka pada lapisan antarmuka dari droplet-droplet dalam medium dispersi, namun tidak memiliki muatan untuk menstabilkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
emulsi. Cara menstabilkan emulsi adalah dengan adanya gugus polar dari surfaktan yang terhidrasi dan bulky, yang menyebabkan halangan sterik antar droplet dan mencegah koalesen (Kim, 2005). Surfaktan
nonionik
merupakan
emulgator
yang
memiliki
kesetimbangan hidrofilik-lipofilik yang seimbang di dalam molekulnya. Tidak seperti emulgator anionik dan kationik, emulgator nonionik tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan pH dan adanya elektrolit (Gennaro, 1990). a.
Tween 80® H2 C
H2 C
H3 C
C H2
H2 C
H2 C
H 3C
C H2
H2 C C H2
H2 C C H2
z
CH H C
x H2 C
H 3C
H2 C
H yC
CH3 C CH2
CH 2
HC
CH 2
CH 2 C H2
w + x + y + z = 20
w ®
Gambar 5. Struktur Tween 80 (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009)
Tween 80® atau polysorbate 80 (gambar 5) merupakan ester oleat dari sorbitol di mana tiap molekul anhidrida sorbitolnya berkopolimerisasi dengan 20 molekul etilenoksida. Tween 80® berupa cairan kental berwarna kuning dan agak pahit (Rowe dkk., 2009). Polysorbate digunakan sebagai surfaktan pada emulsi topikal tipe minyak dalam air, dikombinasikan dengan emulsifier hidrofilik pada emulsi minyak dalam air, dan untuk menaikkan kemampuan menahan air pada salep, dengan konsentrasi 115% sebagai solubilizer. Tween 80® digunakan secara luas pada kosmetik sebagai surfaktan dengan HLB 15 (Smolinske, 1992). Tween 80® larut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
dalam air dan etanol (95%), namun tidak larut dalam mineral oil dan vegetable oil (Rowe dkk., 2009). b. Span 80® Span 80® (gambar 6) mempunyai nama lain sorbitan monooleat dengan nilai HLB 4,3. Pemeriannya berupa warna kuning gading, cairan seperti minyak kental, bau khas tajam, terasa lunak. Kelarutannya tidak larut tetapi terdispersi dalam air, bercampur dengan alkohol, tidak larut dalam propilen glikol, larut dalam hampir semua minyak mineral dan nabati, dan sedikit larut dalam eter (Rowe dkk.., 2009). O H 2C
O
HC
OH O OH
OH
Gambar 6. Struktur Span 80 (Rowe dkk., 2009)
Span 80® secara luas digunakan dalam kosmetik, produk makanan, dan obat sebagai surfaktan nonionik lipofilik. Ester sorbitan secara umum dalam formulasi berfungsi sebagai surfaktan dalam pembuatan krim, emulsi, dan salep untuk penggunaan topikal. Ketika digunakan sebagai surfaktan tunggal, ester sorbitan menghasilkan emulsi air dalam minyak yang stabil dan mikroemulsi, namun ester sorbitan lebih sering digunakan dalam kombinasi bersama bermacam-macam proporsi polysorbate untuk menghasilkan emulsi atau krim, baik tipe M/A atau A/M (Rowe dkk., 2009).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
2. Parafin cair Dalam formulasi topikal parafin cair umumnya digunakan untuk formulasi krim dan salep karena tidak menyebabkan iritasi kulit. Parafin cair berbentuk berupa cairan kental bening tidak berwarna. Konsentrasi parafin cair yang digunakan dalam sediaan topikal adalah 1,0 - 32,0% (Rowe dkk., 2009).
3. Setil alkohol Setil alkohol (gambar 7) dengan nama lain alcohol cetylicus. Setil alkohol berupa butiran putih, tidak larut air yang secara luas digunakan dalam formulasi kosmetik dan farmasetis seperti supositoria, modifield-realease solid dosage form, emulsi, lotion, krim, dan salep. Aplikasi setil alcohol bidang farmasetis berfungsi sebagai coating agent, emulsifer, stiffening agent dan meningkatkan konsistensi pada emulsi A/M. Setil alkohol memiliki titik lebur 45–52C dan stabil terhadap keberadaan asam, basa, cahaya dan pada udara tidak mengumpal. Konsentrasi setil alkohol sebagai stiffening agent adalah 210% (Rowe dkk., 2009).
Gambar 7. Struktur setil alkohol (Rowe dkk., 2009)
4. Dimethicone
Dimethicone
(gambar
8)
dengan
nama
lain
ABIL® atau
dimetilsilikon cair. Dimethicone digunakan pada bidang kefarmasian sebagai antifoaming agent, water-repelling agent dan emolient dengan konsentrasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
dimethicone dalam sediaan krim, lotion, dan ointment adalah 10%-30% (Rowe dkk., 2009).
Gambar 8. Struktur dimethicone (Rowe dkk., 2009)
5. Xanthan gum
Gambar 9. Struktur xanthan gum (Rowe dkk., 2009)
Xanthan gum (gambar 9) merupakan golongan gum polisakarida yang memiliki molekul besar. Xanthan gum memiliki warna krem keputih-putihan, tidak berbau, mudah mengalir, dan berbentuk berupa serbuk halus. Xanthan gum sedikit larut dalam etanol dan eter, dan larut dalam air dingin dan panas. Xanthan gum berfungsi sebagai gelling agent, suspending agent, susteined-release agent,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
dan agen peningkat viskositas karena berbentuk hidrokoloid. Xanthan gum dapat memberikan
peningkatan
viskositas
atau
pengental,
penstabil
dalam
penyimpanan jangka panjang dengan temperatur tinggi (Rowe dkk., 2009). 6. Aquadest
Aquadest merupakan air yang telah mengalami proses destilasi. Aquadest, digunakan secara luas sebagai bahan baku, dan bahan pelarut selama proses produksi dan formulasi produk farmasetis, bahan aktif farmasi (API) dan intermediet, dan reagen analitis (Rowe dkk., 2009).
H. Suspensi Liposom
Gambar 10. Struktur liposom (Laouini, Jaafar-Maalej, Blouza, Sfar, Charcosset, dan Fessi, 2012).
Liposom (gambar 10) adalah vesikel mikroskopik yang tersusun dari satu atau lebih enkapsulasi lipid lapis ganda. Lapisan ganda terbentuk dari lipid seperti kolesterol dan lesitin. Lesitin memiliki bagian molekul hidrofilik dan hidrofobik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
uang memiliki kelarutan berbeda dan secara spontan membentuk lapisan tunggal atau ganda, yang kemudian membentuk vesikel tertutup dengan adanya larutan air. Kemampuan liposom dalam menjerap dan mempertahankan obat secara luas serta fleksibilitas struktur adalah elemen utama untuk mengontrol aksi obat (Krowczynski, 1987). Liposom terbentuk ketika lipid yang terdiri dari kepala yang bersifat hidrofilik dan ekor yang bersifat hidrofilik didispersikan ke dalam air, dan membentuk lapisan tipis berupa lipid bimolekuler. Selama agregasi, lapisan lipid bimolekuler tipis terhidrasi akan terpisah kemudian masing-masing lapisan tersebut akan bergabung membentuk vesikel yang dapat mencegah interaksi lapisan lipid hidrokarbon dengan air sekitarnya (Laouini dkk., 2012). Sistem
pembawa
meningkatkan indeks
obat
terapi,
dengan
menggunakan
meningkatkan
liposom
bioavalibilitas,
mampu
meningkatkan
efektifitas, dan mengurangi toksisitas (Wang, Teruna, Siahaan, Richard, dan Soltero, 2005). Variasi fosfolipid dapat digunakan dalam pembuat liposom. Fosfolipid yang paling sering digunakan adalah fosfatidilkolin, secara individu atau kombinasi dengan kolesterol. Kolesterol dapat digunakan untuk memadatkan bilayer fosfatidilkolin, sehingga dapat meningkatkan rigiditas vesikel liposom (Ranade dan Hollinger, 2004). Ukuran vesikel merupakan parameter penting dalam mendeterminasi liposom karena ukuran dan jumlah bilayer mempengaruhi jumlah obat yang terenkapsulasi dalam liposom. Berdasarkan ukuran dan jumlah bilayer, liposom diklasifikasikan menjadi 2 yaitu Unilamellar Vesicles (UV) dan Lamellar Vesicles (LV). Unilamellar Vesicles terdiri dari satu lapis bilayer dengan klasifikasi ukuran berbeda yaitu Small Unilamellar Vesicles (SUV) yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
berukuran 20–100 nm, Large Unilamellar Vesicles (LUV) berukuran >100 nm, dan Giant Unilamellar Vesicles (GUV) berukuran >1000 nm. Lamellar Vesicles (LV) terdiri dari lebih dari 1 lapis bilayer yang diklasifikasikan berdasarkan ukuran yaitu Oligolamellar Vesicles (OLV) berukuran 100 – 500 nm dan Multilamellar Vesicles (MLV) berukuran >500 nm (Laouini dkk., 2012).
I.
Stabilitas suspensi liposom
Liposom dapat menjadi sediaan yang stabil disimpan dalam jangka panjang (Kumar dkk., 2011). Berdasarkan pemilihan dan konsentrasi dari zat aktif, vesikel liposom dapat menjadi stabil atau tidak stabil. Masalah stabilitas liposom diketahui berasal dari vesikel unilamelar karena dapat berfusi dengan vesikel lain membentuk vesikel unilamelar dengan ukuran besar atau Large Unilamelar Vesicle (LUV) (Meier dan Schreiber, 2005). Parameter yang harus dipertimbangkan untuk menstabilkan sistem liposom dalam suatu formulasi, yaitu: 1.
Membuat liposom dengan lipid murni karena lipid yang tidak murni (teroksidasi/terhidrolisis atau lipid yang tersuspensi pada minyak/trigliserida) akan mendestabilisasi liposom.
2.
Hindari penggunaan surfaktan ionik dalam fase di mana liposom akan ditambahkan.
3.
Hindari pemanasan tinggi (>40oC) ketika membuat produk akhir yang mengandung liposom. Liposom dapat ditambahkan pada fase pembawa pada akhir proses ketika temperatur fase tersebut telah di bawah 40oC.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
24
pH produk dipertahankan mendekati pH netral karena kecepatan hidrolisis terendah pada pH 6,5.
5.
Produk yang mengandung liposom idealnya disimpan dalam suhu lemari pendingin. Namun, jika produk akhir dibuat dengan viskositas tertentu menggunakan gum atau pengental yang netral maka produk tersebut dapat disimpan pada suhu ruangan.
6.
Wadah produk yang mengandung liposom berupa wadah dengan bahan opaque untuk menghindari/mengurangi kerusakan oleh cahaya pada liposom. (Kulkami, 2005). J.
Spektrofotometer Visibel Metode Derivatif
Prinsip spektrofotometri adalah radiasi pada panjang gelombang 400-800 nm yang melalui larutan yang mengandung molekul tertentu akan menyebabkan elektron pada ikatan antar molekul tereksitasi. Eksitasi menyebabkan molekul memiliki bilangan kuantum yang lebih tinggi dan mengabsorbsi energi yang melewati larutan (Watson, 1999). Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Rumus
A adalah absorban, ε adalah absorptivitas, b adalah
tebal kuvet (cm) dan c adalah konsentrasi. Absorptivitas merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet, dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel melainkan tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi (Gandjar dan Rohman, 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Kekurangan utama dari spektrofotometri UV-Vis adalah kurangnya selektifitas. Pengukuran absorbansi sering kali merupakan pengakumulasian dari interfensi yang berasal dari komponen sampel yang lain seperti matriks (reagen atau senyawa lain). Salah satu metode yang paling sederhana untuk meningkatkan selektifitas yang dapat mengatasi overlapping secara kuantitatif adalah dengan derivatisasi spektra (Karpinska, 2010). Metode spektrofotometri derivatif atau metode kurva turunan adalah salah satu metode spektrofotometri yang dapat digunakan untuk analisis campuran beberapa zat secara langsung tanpa harus melakukan pemisahan terlebih dahulu walaupun dengan panjang gelombang yang berdekatan (Nurhidayati, 2007).
Gambar 11. Spektra derivatif orde ke-nol sampai orde ke-dua (Nurhidayati, 2007)
K. Laju Disipasi Laju disipasi adalah parameter kinetik yang mendeskripsikan laju suatu substansi yang hilang pada lingkungan. Laju disipassi tidak spesifik, yang mendeskripsikan degredasi dan perpindahan. Laju disipasi dapat dipengaruhi oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
suhu. Laju disipasi sebenarnya membentuk laju pseudoplastik (NAFTA, 2006). Antosianin ekstrak kelopak bunga rosella mengikuti reaksi orde pertama (Hermawan dkk., 2010). Integrasi persamaan laju disipasi dapat menggunakan ln dan logaritma. Laju disipasi menghubungkan berkurangnya konsentrasi dengan waktu (Martin dkk., 1993). Waktu paruh merupakan waktu yang dibutuhkan agar suatu substansi terdegradasi atau terdisipasi yang dideskripsikan dengan kinetika orde pertama dan diikuti dengan konsep eksponensial yang bergantung pada konsentrasi dan waktu. Waktu paruh (t1/2) yang berhubungan dengan degredasi dan disipasi (k) dihitung menggunakan rumus berikut: t1/2 =
...............................................................................................................(2) (NAFTA, 2006)
L. Entrapment efficiency Entrapment adalah proses penjerapan zat aktif ke dalam cangkang atau matriks berupa padat atau cait yang bertujuan untuk melindungi zat aktif, mengendalikan pelepasan dan imobilisasi. Entrapment efficiency didefinisikan sebagai persentase zat aktif dalam mikrokapsulasi dari total jumlah zat aktif yang ditambahkan selama proses penjerapan. Entrapment efficiency merupakan parameter penting pada sediaan vesikel (Vladisavljević dan Holdich, 2012). Variabel
yang mempengaruhi
entrapment
efficiency
obat
adalah
konsentrasi polimer yang tinggi, ratio polimer terhadap obat rendah, kecepatan pengadukan rendah, konsentrasi emulsifier yang rendah, konsentrasi cross-linking yang tinggi, interaksi obat dan polimer tinggi, kelarutan obat dalam fase
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
selanjutnya rendah, kelarutan polimer dalam pelarut nonorganik rendah, dan kelarutan pelarut organik terhadap air rendah (Dhakar, 2010).
M. Landasan Teori Indonesia merupakan negara tropis sehingga mendapatkan intensitas sinar matahari yang lebih besar. Kulit merupakan organ tubuh yang secara langsung terpejan langsung sinar ultraviolet (UV) dari matahari. Kulit secara berkesinambungan terpapar oxidative stress menyebabkan terbentuknya ROS (Reactive Oxygen Species) dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan kulit. Antioksidan diperlukan untuk menanggulangi ROS. Rosella merupakan salah satu tanaman yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Salah satu antioksidan yang banyak terkandung dalam kelopak bunga rosella
adalah
antosianin.
Kestabilan
warna
senyawa
antosianin
yang
mngindikasikan kestabilan ekstrak kelopak bunga rosella dipengaruhi oleh tingkat keasaman, suhu, lama penyimpanan, oksigen dan cahaya (Hermawan dkk., 2010). Rosella perlu diformulasikan ke dalam sediaan yang dapat melindungi dari pengaruh lingkungan seperti multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom. Multiemulsi A/M/A dapat melindungi ekstrak kelopak bunga rosella dengan membentuk droplet pelindung berupa fase minyak, sedangkan liposom berupa vesikel yang terdiri fosfolipid. Evaluasi stabilitas ekstrak kelopak bunga rosella dievaluasi dari laju disipasi dan entrapment efficiency. Kondisi penyimpanan mempengaruhi stabilitas multiemulsi A/M/A dan antosianin ekstrak kelopak bunga rosella. Suhu tinggi dapat memicu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
ketidakstabilan sediaan emulsi dan kerusakan antosianin ekstrak kelopak bunga rosella. Suhu yang tinggi memicu ketidakstabilan multiemulsi A/M/A karena meningkatkan energi kinetik dan tekanan osmotik. Energi kinetik dan tekanan osmotik yang memicu fenomena ketidakstabilan seperti koalesensi dan micellar transport yang dapat mengakibatkan ekstrak rosella keluar dari droplet minyak dan berada di fase luar dan mengalami kerusakan. Suhu rendah meningkatkan kekentalan sediaan sehingga memperlambat terjadinya fenomena ketidakstabilan. Suhu tinggi dan keberadaan oksidator dapat mengoksidasi antosianin yang bersifat antioksidan dalam ekstrak kelopak bunga rosella. Keberadaaan oksidator seperti oksigen dapat dikurangi dengan pemberian gas nitrogen. Kondisi penyimpanan suspensi liposom telah dioptimasi oleh Juniarka (2010) yaitu dengan penyimpanan suhu 4ºC dengan pemberian dengan nitrogen. Multiemulsi A/M/A merupakan sediaan yang secara termodinamika tidak stabil. Formulasi multiemulsi A/M/A optimum diperlukan untuk memberikan stabilitas antosianin ekstrak kelopak bunga rosella yang lebih lama dan entrapment efficiency yang optimum dan stabil, sehingga diperlukan optimasi formula dan cara pembuatan multiemulsi A/M/A. Liposom dapat menjadi sediaan yang dapat stabil disimpan dalam jangka panjang. Fenomena ketidakstabilan liposom umumnya berupa agregasi dan fusi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sonakpuriya, Bhowmick, Pandoy, Joshi, dan Dubey (2013), formulasi multiemulsi A/M/A dengan surfaktan Span 80® dan Tween 80® memiliki entrapment efficiency 95,79% dengan droplet internal rata-rata 3,111µm. Menurut penelitian Pinsuwan dkk. (2010), entrapment
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
efficiency suspensi liposom ekstrak kelopak bunga adalah 65±9,4% dengan ukuran partikel 0,673±0,084 µm. Multiemulsi A/M/A yang memiliki diameter internal dan entrapment efficiency lebih besar memungkinkan menjerap ekstrak rosella lebih tinggi. Penjerapan yang lebih tinggi yang ditunjukkan dengan entrapment efficiency meningkatkan perlindungan terhadap ekstrak kelopak bunga rosella dari kerusakan akibat pengaruh lingkungan.
N. Hipotesis 1. Multiemulsi A/M/A mempunyai sifat fisik yaitu pH sesuai pH kulit dan memiliki kemampuan menjerap ekstrak kelopak bunga rosella serta stabilitas fisis yang baik ditunjukan dengan memiliki dengan persentase pemisahan yan kecil. 2. Stabilitas ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dengan kondisi penyimpanan pada suhu rendah dan dengan pemberian gas nitrogen lebih baik daripada multiemulsi A/M/A pada kondisi penyimpanan pada suhu ruangan tanpa pemberian gas nitrogen yang ditinjau dari laju disipasi yang lebih kecil dan entrapment efficiency lebih besar. 3. Formula optimum multiemulsi A/M/A ekstrak kelopak bunga rosella pada kondisi penyimpanan memberikan stabilitas yang lebih baik ditinjau dari laju disipasi lebih kecil dan entrapment efficiency yang lebih besar dibandingkan dalam suspensi liposom.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis rancangan penelitian ini adalah eksperimental murni yaitu untuk mendapatkan formula multiemulsi A/M/A yang optimum, mengetahui kondisi penyimpanan optimum pada multiemulsi A/M/A serta mengetahui stabilitas ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dalam multiemulsi air dalam minyak dalam air (A/M/A) dan dalam suspensi liposom dengan menggunakan metode spektrofotometri visibel selama penyimpanan.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1.
Variabel utama a.
Variabel bebas. Variabel bebas pada penelitian ini adalah konsentrasi bahan-bahan dan HLB pada multiemulsi A/M/A dan konsentrasi bahanbahan pada suspensi liposom serta waktu penyimpanan
b.
Variabel tergantung. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah sifat fisis, stabilitas fisis, laju disipasi, entrapment efficiency antosianin pada ekstrak kelopak bunga rosella dalam multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom
2. Variabel pengacau a.
Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah cahaya selama pembuatan dan penyimpanan, suhu, pengadukan, dan penambahan gas nitrogen.
30
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
31
Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali pada penelitian ini adalah ukuran droplet multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom, udara, tekanan osmotik, serta kelembaban selama pembuatan dan penyimpanan.
3. Definisi operasional a.
Ekstrak kelopak bunga rosella adalah sediaan kental hasil ekstraksi 5 kg kelopak bunga rosella segar dengan menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut metanol dan kemudian disimpan pada suhu -4C dengan pemberian gas nitrogen dan wadah tertutup rapat yang telah dilapisi aluminium foil.
b.
Antosianin adalah senyawa golongan flavonoid yang memilliki pigment warna kuat pada ekstrak kelopak bunga rosella dan memiliki panjang gelombang 490-550 nm, yang memberikan efek sebagai antioksidan.
c.
Surfaktan adalah emulsifier berupa Tween 80® dan Span 80® pada emulsi A/M dan Tween 80® pada pembuatan multiemulsi A/M/A, yang berfungsi mengurangi tegangan antarmuka fase internal dan fase eksternal.
d.
Multiemulsi A/M/A kontrol adalah multiemulsi A/M/A yang disimpan pada suhu ruangan (27ºC) dengan wadah tidak tembus cahaya tanpa penggunaan gas nitrogen.
e.
Multiemulsi A/M/A perlakuan adalah multiemulsi A/M/A yang disimpan pada suhu rendah (-4ºC) dengan wadah tidak tembus cahaya dengan penggunaan gas nitrogen.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
f.
32
Lama penyimpanan adalah rentang waktu pengujian yaitu pada multiemulsi A/M/A selama 1,3,7,14 dan 28 hari sedangkan suspensi liposom 1 dan 14 hari.
g.
Suspensi liposom adalah sediaan cair yang mengandung 500 µL ekstrak kelopak bunga rosella yang terjerap oleh fosfolipid berupa lesitin dan dispersikan ke dalam medium dispersi aquadest.
h.
Spektofotometri visibel derivat adalah spektra yang telah diderivatisasi kedua dan delta lambda 40 nm, kemudian diukur tinggi derivat dengan menggunakan penggaris rotring Ziegel.
i.
Entrapment efficiency adalah persentase ekstrak kelopak bunga rosella yang terjerap dalam sediaan multiemulsi A/M/A dan dalam suspensi liposom yang diperoleh dengan menggunakan metode spektrofotometri visibel derivatisasi.
j.
Laju disipasi adalah laju kehilangan ekstrak rosella yang ditunjukkan dengan derajat kemiringan atau slope pada persamaan antosianin ekstrak kelopak bunga rosella total dan yang berada di fase luar dalam sediaan multiemulsi A/M/A dan dalam suspensi liposom.
C. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdarifa L.) diekstraksi oleh Sanjayadi, Tween 80® (kualitas pro analisis, Merck), Span 80® (kualitas farmasetis), parafin liquid (kualitas farmasetis), dimethicone (kualitas farmasetis), xanthan gum (kualitas farmasetis), setil alkohol (kualitas farmasetis), MgSO4 (kualitas farmasetis), suspensi liposom
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
diperoleh dari Sanjayadi, aquadest, metanol (kualitas pro analisis, Merck), Triton X-100 (kualitas pro analisis, Merck), dan gas nitrogen teknis yang diperoleh dari CV. Perkasa Yogyakarta.
D. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixer (Miyako), waterbath (Elbanton), labu takar (Pyrex®), beaker (Pyrex®), cawan porselin, termometer, tabung sentrifuge, sentrifuge (Top Sentrifuge model PLC-03), mikroskop (Olympus), timbangan analitik digital (Mettler Toledo), batang pengaduk, cawan porselin, sonikasi (Retsch), pH indikator universal, seperangkat alat
spektrofotometer UV-Vis Shimadsu UV-1800 (lampiran A), mikropipet
(Secorex), flakon, parafilm, aluminium foil, dan penggaris (Rotring Ziegel Germany).
E. Tata Cara Penelitian 1. Ekstrasi Kelopak Bunga Rosella Sebanyak 5 kg kelopak bunga rosella segar dicuci dengan air hasil destilasi mengalir sebanyak tiga kali. Kelopak bungga rosella yang dimaserasi dengan 5 L metanol pro analiss dengan menggunakan ultraturrax dan dibiarkan pada suhu ruangan selama 2 hari. Hasil maserasi disaring dengan menggunakan penyaring Buchner dengan kertas saring Whatman No.1. hasil filtrat di rotary evaporator pada suhu 40ºC, dan disimpan pada wadah PE yang telah dilapisi alumunium foil pada suhu -4 ºC. Ekstraksi kelopak bunga rosella dilakukan oleh Sanjayadi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
2. Karakterisasi fisika-kimia ekstrak kelopak bunga rosella Ekstrak yang diperoleh dari Sanjayadi dilakukan karakterisasi secara organoleptis, pengukuran pH, dan kandungan kimia dengan menggunakan spektrofotometer visibel. 3. Penetapan bobot tetap ekstrak kelopak bunga rosella Sebanyak 500 µL ekstrak metanol rosella diuapkan dalam cawan porselin kering yang telah ditimbang dengan menggunakan waterbath pada suhu 40-50ºC kemudian ditimbang kembali hingga memperoleh bobot dua kali berturut tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang ditimbang (Depkes RI, 1975). 4. Optimasi multiemulsi A/M/A a. Optimasi HLB emulsi primer A/M Emulsi primer dibuat dengan menggunakan komposisi Span 80® dan Tween 80® dengan HLB 5; 5,3; 5,5; dan 5,8. HLB optimal dipilih berdasarkan persentase pemisahan dari 25 ml emulsi A/M selama 24 jam penyimpanan. b. Optimasi kecepatan pencampuran emulsi A/M Pembuatan emulsi A/M dilakukan dengan pembuatan emulsi A/M dengan kecepatan mixer 4 dan 5. Kecepatan optimal dipilih berdasarkan persentase pemisahan dari 25 mL selama 24 jam penyimpanan. c. Optimasi setil alkohol sebagai stiffening agent Setil alkohol yang merupakan komponen fase minyak dioptimasi dengan konsentrasi 4; 4,5; 5; 5,5; 6; 8; dan 10%. Konsentrasi setil alkohol
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
optimal dipilih dengan melihat persentase pemisahan dari 25 mL emulsi A/M selama 24 jam. d. Optimasi dimethicone sebagai antifoaming agent Konsentrasi dimethicone yang dioptimasi adalah 2; 4; 6; dan 8%. Konsentrasi dimethicone optimal dipilih dengan melihat kestabilan dari persentase pemisahan dari 25 mL emulsi A/M selama 24 jam. e. Optimasi rasio fase emulsi primer A/M dalam multiemulsi A/M/A Emulsi primer A/M yang ditambahkan dalam multiemulsi A/M/A dioptimasi sejumlah 27,8; 37,8; dan 47,8 g. Jumlah optimal emulsi primer A/M yan dimasukkan dalam multiemulsi A/M/A dipilih berdasarkan persentase pemisahan minimal dari 25 mL yang dihasilkan setelah penyimpanan 24 jam. f. Optimasi konsentrasi Tween 80® dalam multiemulsi A/M/A Surfaktan pada multiemulsi A/M/A berupa Tween 80® dioptimasi dengan konsentrasi 2; 4; dan 6%. Konsentrasi surfaktan optimal dipilih berdasarkan persentase pemisahan dari 25 mL multiemulsi A/M/A selama penyimpanan 24 jam. g. Optimasi lama pencampuran multiemulsi A/M/A Waktu pencampuran multiemulsi A/M/A yang dioptimasi adalah 10; 12; dan 15 menit dengan kecepatan mixer 1. Pemilihan lama pencampuran optimal dipilih berdasarkan persentase pemisahan dari 25 mL multiemulsi A/M/A selama 24 jam.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
5. Cara pembuatan multiemulsi A/M/A hasil optimasi a.
Pembuatan emulsi primer A/M Ekstrak kental metanol Rosella yang telah diuapkan, Tween 80®, dan MgSO4 dilarutkan dalam aquadest internal. Span 80®, setil alkohol, dan dimethicone
dilarutkan dalam parafin cair yang merupakan fase
minyak. Kedua fase tersebut dipanaskan hingga suhu 50º±3C, fase air kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam fase minyak, diaduk selama 10 menit dengan menggunakan mixer dengan dialiri gas nitrogen. b.
Pembuatan multiemulsi A/M/A Tween 80® dan xanthan gum dilarutkan dalam aquadest sekunder hingga homogen sebagai fase air eksternal. Emulsi primer (A/M) dan fase air yang telah tercampur masing-masing dipanaskan hingga 50ºC. Emulsi primer ditambahkan sedikit demi sedikit dalam fase air yang telah mengandung Tween 80® dan xanthan gum sambil dicampur dengan menggunakan mixer selama 10 menit dengan dialiri gas nitrogen. Multiemulsi A/M/A disimpan pada kondisi penyimpanan kontrol dan perlakuan. Multiemulsi A/M/A kontrol disimpan pada suhu 27 ºC dalam flakon yang telah dilapisi aluminium foil dan tanpa penjenuhan nitrogen ini ditutup rapat dengan parafilm. Multiemulsi A/M/A perlakuan disimpan pada suhu -4ºC dalam flakon yang telah dilapisi aluminium foil dan telah dijenuhkan dengan nitrogen, kemudian ditutup rapat dengan parafilm.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
6. Evaluasi sediaan multiemulsi A/M/A a. Pengamatan organoleptis Multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan diamati bau, warna, dan homogenitas pada hari ke 1, 3, 7, 14 dan 28 setelah pembuatan. b. Penetapan pH Sejumlah multiemulsi A/M/A dioleskan pada kertas indikator pH universal dan dibandingkan dengan warnanya dengan standar (Direktrorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1975). c. Penentuan tipe emulsi Pengujian fase dilakukan dengan memasukkan sejumlah emulsi primer A/M dan multiemulsi A/M/A ke dalam air dan minyak. Tipe A/M ditunjukkan apabila secara visual emulsi primer atau multiemulsi A/M/A larut dalam fase minyak dan tidak larut dalam fase air. Sedangkan tipe M/A ditunjukkan apabila emulsi primer atau multiemulsi A/M/A larut dalam air dan tidak larut dalam minyak (Billany, 2001). Air yang digunakan berupa aquadest dan fase minyak berupa parafin cair. d. Pengukuran mikromeritik Sampel multiemulsi A/M/A pada hari pertama, multiemulsi A/M/A perlakuan hari ke 28 dan multiemulsi A/M/A kontrol pada hari ke 28 dioleskan pada preparat cekung, lalu diletakkan pada meja objek mikroskop cahaya yang dilengkapi dengan lensa okuler mikrometer yang telah terkalibrasi dan seperangkat kamera (Martin, Swarbrick, dan Cammarata, 1990). Ukuran droplet multiemulsi A/M/A diamati dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400 kali yang terhubung dengan software OptiLab, ukuran partikel diperoleh dengan mengukur diameter partikel menggunakan sofware ImageJ. e. Uji mekanik Sediaan multiemulsi A/M/A dimasukkan kedalam tabung sentrifugasi, kemudian disentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm selama 20 menit. Hasil sentrifugasi diamati dengan melihat ada atau tidaknya pemisahan fase dari 25 mL multiemulsi A/M/A (Mahmmod, Akhtar, dan Manickam, 2014). f. Uji persentase creaming Multiemulsi A/M/A dengan kondisi penyimpanan kontrol dan perlakuan ditempatkan tabung reaksi berskala kemudian diamati secara berkala selama rentang waktu pengujian apabila terjadi perubahan tinggi akibat pemisahan. Multiemulsi A/M/A kontrol disimpan pada suhu 27ºC tanpa pemberian gas nitrogen dan multiemulsi A/M/A perlakuan disimpan pada suhu -4ºC dengan penambahan gas nitrogen. Tabung reaksi berskala 25 mL ditempatkan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya (Billany, 2001). 7. Evaluasi sediaan suspensi liposom Suspensi liposom yang diperoleh dari Sanjayadi disimpan pada suhu 4ºC selama 14 hari dengan wadah terbungkus dengan alluminium foil agar terlindung dari cahaya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a.
39
Pengamatan organoleptis Suspensi liposom diamati bau, warna, dan homogenitas pada hari ke-1 dan 14 setelah pembuatan.
b.
Penetapan pH Sejumlah suspensi liposom dioleskan pada kertas indikator pH universal dan dibandingkan dengan warnanya dengan standar (Direktrorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1975).
c.
Pengukuran mikromeritik Sampel suspensi liposom pada hari pertama dioleskan pada preparat cekung, lalu diletakan pada meja objek mikroskop cahaya yang dilengkapi dengan lensa okuler mikrometer yang telah terkalibrasi dan seperangkat kamera (Martin dkk., 1993). Ukuran droplet suspensi liposom diamati dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400 kali yang terhubung dengan software OptiLab, ukuran partikel diperoleh dengan mengukur diameter partikel menggunakan sofware ImageJ.
8. Pembuatan kurva baku a.
Kurva baku ekstrak kelopak bunga rosella dengan pelarut metanol Pembuatan kurva baku dilakukan dengan membuat larutan stok kemudian diencerkan dan diukur. Larutan stok diambil dari 100 µL ekstrak kental rosella dilarutkan dalam metanol pro analisis dan encerkan ke dalam labu takar 25 mL hingga batas tanda. Larutan stok diambil sejumlah 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; 1; 2; 3; 4; dan 5 mL larutan kemudian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
dilarutkan dengan metanol pro analisis ke dalam labu takar 10 mL, lalu di encerkan hingga batas tanda. b.
Kurva baku ekstrak kelopak bunga rosella dengan pelarut aquadest Pembuatan kurva baku dilakukan dengan membuat larutan stok kemudian diencerkan dan diukur. Larutan stok diambil dari 100 µL ekstrak kental rosella dilarutkan dalam aquadest dan encerkan dalam labu takar 10 mL hingga batas tanda. Larutan stok diambil sejumlah 0,08 ; 0,09; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; dan 1 mL, larutan kemudian dilarutkan dengan aquadest dalam labu takar 5 mL, dan diencerkan hingga batas tanda
c.
Kurva baku ekstrak kelopak bunga rosella : Triton X-100 10% (1:1) dengan pelarut metanol Pembuatan kurva baku dilakukan dengan membuat larutan stok kemudian diencerkan dan diukur. Larutan stok diambil dari 100 µL ekstrak kental kelopak bunga rosella dilarutkan dalam aquadest dan encerkan ke dalam labu takar 10 mL hingga batas tanda. Larutan stok diambil sejumlah 0,08; 0,09; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; dan 1 mL, dan larutan ditambahkan Triton X-100 10% (1:1) dan metanol pro analisis dalam labu takar 5 mL, dan diencerkan hingga batas tanda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
9. Optimasi Preparasi Multiemulsi A/M/A a.
Optimasi lama ultrasonifikasi multiemulsi A/M/A ekstrak kelopak bunga rosella Sebanyak 8,5 g multiemulsi AM/A dilakukan ultrasonifikasi selama 0; 15; dan 30 menit. Bagian supernatan diambil dan ditambahkan metanol pro analisis 5 mL dan disentrifugasi selama 20 menit. Hasil tinggi spektra derivat optimum yang dihasilkan kemudian digunakan sebagai lama ultrasonifikasi pada multiemulsi A/M/A untuk memperoleh ekstrak kelopak bunga rosella dalam total sediaan dan hasil minimun digunakan untuk memperoleh ekstrak kelopak bunga rosella yang berada pada fase luar multiemulsi A/M/A.
b.
Optimasi lama sentrifugasi sediaan multiemulsi A/M/A Sebanyak 8,5 g multiemulsi A/M/A di ultrasonifikasi selama 30 menit. Multiemulsi A/M/A tersebut selanjutnya sentrifugasi selama 0; 20; dan 40 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Lama sentrifugasi optimum ditentukan dari volume supernatan multiemulsi A/M/A optimum.
c.
Optimasi volume metanol pada supernatan sediaan multiemulsi A/M/A ekstrak kelopak bunga rosella Bagian supernatan multiemulsi A/M/A di tambahkan metanol dengan volume 1; 3; 4; dan 5 mL kemudian di-vortex. Volume metanol optimum ditentukan dari tingkat kejernihan setelah di sentrifugasi selama 10 menit.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
d.
42
Optimasi lama sentrifugasi supernatan yang telah ditambahkan metanol Bagian supernatan yang telah ditambahkan metanol dan di vortex, selanjutnya di sentrifugasi selama 10 dan 20 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Lama sentrifugasi optimum ditentukan dari volume optimum supernatan yang telah jernih.
10.
Preparasi multiemulsi A/M/A a. Preparasi sampel penetapan laju disipasi dan entrapment efficiency multiemulsi A/M/A Laju disipasi dan entrapment efficeincy diukur dengan melakukan pemisahan terhadap antosianin ekstrak kelopak rosella total dan yang berada pada fase luar multiemulsi A/M/A dengan cara sentrifugasi. Sebanyak 8,5 g multiemulsi A/M/A yang mengandung ekstrak kelopak bunga rosella diultrasonifikasi selama 30 menit, kemudian disentrifugasi selama 40 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Bagian supernatan dari hasil sentrifugasi diambil kemudian ditambahkan 5 mL metanol pro analisis. kemudian di-vortex dan di sentrifugasi selama 20 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Hasil sentrifugasi kemudian diambil dan ditambahkan pada labu takar 10 mL dan dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer visibel metode derivatisasi. Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella yang berada di fase luar multiemulsi A/M/A dilakukan dengan cara yang sama tanpa ultrasonifikasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
b. Penetapan laju disipasi pada multiemulsi A/M/A Laju disipasi ditetapkan dengan slope (b) persamaan y = bx+a fungsi ln dari jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella total dan berada pada fase luar multiemulsi A/M/A ada rentang pengujian yaitu 1, 3, 7, 14 dan 28 hari. Penetapan laju disipasi dilakukan pada multiemulsi dengan kondisi penyimpanan kontrol dan perlakuan. c. Penetapan entrapment efficiency multiemulsi A/M/A Entrapment efficiency diukur dengan menghitung selisih jumlah antosianin total ekstrak kelopak bunga rosella (dengan ultrasonifikasi) dengan jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella yang berada pada fase luar dari jumlah antosianin total multiemulsi A/M/A. Selain itu, dilakukan pengukuran entrapment efficeiency pada multiemulsi A/M/A yang dilakukan pada penyimpanan perlakuan dan kontrol dengan waktu hari ke 1,3, 7, 14, dan 28. 11.
Preparasi Suspensi Liposom a. Preparasi sampel penetapan laju disipasi dan entrapment efficiency suspensi liposom Laju disipasi dan entrapment efficeincy diukur dengan melakukan pemisahan terhadap antosianin ekstrak kelopak rosella total dan yang berada pada fase luar suspensi liposom. Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella total diperoleh dari 500 µL suspensi liposom mengandung ekstrak kelopak bunga rosella yang diperoleh dari Sanjayadi, ditambahkan TritonX-100 10% (1:1) kemudian di vortex. Hasil vortex kemudian di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
tambahkan dalam labu takar 5 mL dengan metanol pro analisis. Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella suspensi liposom yang berada pada fase luar suspensi liposom diperoleh dari 500 µL suspensi liposom ditambahkan aquadest sebanyak 500 µL dan ditambahkan labu takar 5 mL dengan aquadest. b. Penetapan laju disipasi pada suspensi liposom Laju disipasi ditetapkan dengan slope (b) persamaan y = bx+a fungsi ln dari jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella total dan berada pada fase luar suspensi liposom pada hari ke-1 dan 14. Laju disipasi diukur dengan membandingkan kandungan total ekstrak kelopak bunga rosella dalam suspensi liposom total dengan kandungan ekstrak kelopak bunga rosella yang berada di fase luar suspensi liposom pada hari pertama dan hari ke-14 pada penyimpanan suhu rendah (4ºC) dengan penambahan gas nitrogen (Juniarka, 2012). c. Penetapan entrapment efficiency suspensi liposom Entrapment efficiency diukur dengan menghitung selisih jumlah antosianin total ekstrak kelopak bunga rosella (dengan ultrasonifikasi) dengan jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella yang berada pada fase luar dari jumlah antosianin total suspensi liposom.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
F. Analisis Hasil Analisis hasil pada penelitian ini yaitu: 1.
Kurva baku Kurva baku diperoleh dari hubungan konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosella dengan tinggi spektra derivat dan diperoleh nilai linieritas (r), slope (b) dan intersep (a) selanjutnya digunakan untuk membuat persamaan kurva baku y = bx+a.
2.
Penetapan laju disipasi dan entrapment efficiency ekstrak kelopak bunga rosella dalam multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom Spektra hasil analisis menggunakan spektrofotometri visibel dilakukan derivatisasi kedua dengan delta lambda 40 nm. Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella total dalam multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom diperoleh dengan: a.
Plot nilai tinggi derivat ekstrak kelopak bunga rosella total dalam multiemulsi A/M/A pada persamaan kurva baku ekstrak kelopak bunga rosella dalam metanol
b.
Plot nilai tinggi derivat ekstrak kelopak bunga rosella total dalam suspensi liposom pada persamaan kurva baku ekstrak kelopak bunga rosella : TritonX-100 10% (1:1) dalam metanol. Jumlah ekstrak kelopak bunga rosella fase luar multiemulsi A/M/A
dan suspensi liposom diperoleh dengan plot nilai tinggi derivat ekstrak kelopak bunga rosella fase luar multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom pada persamaan kurva baku ekstrak kelopak bunga rosella dalam aquadest.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
Laju disipasi multiemulsi A/M/A dibandingkan dengan laju disipasi suspensi liposom berdasarkan nilai slope (b) persamaan regresi linier antara lama penyimpanan dan ln jumlah ekstrak rosella. Waktu Paruh ditetapkan berdasarkan konstanta laju disipasi, yang dihitung dengan menggunakan rumus berikut: ......................................................................................................(2) (Martin dkk., 1993). Entrapment efficiency multiemulsi A/M/A dihitung pada hari ke-1, 3, 7, 14, dan 28, dan dibandingkan dengan entrapment efficiency suspensi liposom yang dihitung pada hari ke-1 dan 14. Entrapment efficiency dihitung berdasarkan rumus berikut: x 100% (3)
Uji signifikasi secara statistik dengan t-test dilakukan terhadap laju disipasi dan entrapment efficiency antosianin pada antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam multiemulsi A/M/A dan dalam suspensi liposom pada hari ke-1 dan 14.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh formula multiemulsi A/M/A optimum dan mengetahui stabilitas ekstrak kelopak bunga rosella dalam sediaan multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom selama penyimpanan. Kelopak rosella dipilih karena memiliki kemampuan sebagai antioksidan dengan kandungan seperti antosianin, gossipetin, flavonoid, riboflavin, asam askorbat, niacin, karoten, vitamin, dan mineral (Al-Hashimi, 2012). Antosianin dalam ekstrak
metanol
rosella
meliputi
3-sambubiosida,
sianidin-3-sambiosia,
delphinidin,-3 glukosida dan sianidin 3-glukosida (Kalima , Ramg, Chove, dan Wicklund, 2014). Antioksidan antosianin mudah mengalami kerusapak terutapa karena pengaruh lingkungan untuk mengatasi kekurangan tersebut ekstrak kelopak bunga rosella perlu diformulasikan dalam bentuk sediaan vesikel (Pinswuan dkk., 2010). Formulasi multiemulsi dan liposom merupakan contoh sediaan vesikel sehingga dapat melindungi antosianin yang terkandung dalam ekstrak kelopak bunga rosella. Tipe multiemulsi A/M/A digunakan karena ekstrak kelopak bunga rosella yang cenderung bersifat polar. Ekstrak kelopak bunga rosella
yang diperoleh dari Sanjayadi
dikareterisasi untuk mengetahui organoleptis, pH, dan kandungan kimia. Ekstrak kelopak bunga rosella memilki warna merah tua dengan pH 4. Kandungan kimia dapat oditetapkan secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometri visibel. Spektra yang dihasilkan (gambar 12 memiliki λ max pada 537,5 nm. Panjang gelombang tersebut merupakan λ max antosianin 490-550 nm
47
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
(Susmiyanto, Wibowo, dan Sutresno, 2013). Pengukuran ekstrak kelopak bunga rosella selanjutnya merupakan pengukuran antosianin.
Gambar 12. Spektra antosianin ekstrak kelopak bunga rosella
A. Penetapan Bobot Tetap Ekstrak Kelopak Bunga Rosella Formulasi multiemulsi A/M/A menggunakan ekstrak metanol kelopak rosella. Fraksi metanol dipilih untuk menghasilkan recovery antosianin yang lebih tinggi. Pelarut polar seperti metanol direkomendasikan untuk mengektraksi komponen fenolik dari bahan tanaman (Halima, 2014). Metanol dapat diserap oleh kulit sehingga menyebabkan kulit kering dan eritema atau dermatitis pada aplikasi secara topikal (Pritchard, 2007), sehingga sebelum digunakan sebagai zat aktif, dilakukan penetapan bobot tetap ekstak rosella untuk menghilangkan pelarut metanol pada ekstrak rosella. Bobot tetap (lampiran 2) dari 500 µL ekstrak kental kelopak bunga rosella adalah 0,5117 gram. Bobot tetap tersebut selanjutnya digunakan dalam perhitungan konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosella air dalam sediaan maupun kurva baku.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
B. Formulasi Multiemulsi A/M/A Ekstrak kelopak bunga rosella merupakan zat aktif sedangkan bahanbahan untuk membuat multiemulsi A/M/A merupakan eksipien. Eksipien dalam formula berfungsi sebagai menjaga stabilitas zat aktif, dari kondisi lingkungan, menambah nilai estetika, efisiensi dan efektifitas zat aktif. Ekstrak kelopak bunga rosella yang ditambahkan dalam formulasi multiemulsi A/M/A adalah 2000 µL. Multiemulsi adalah sistem pembawa yang kompleks dan polidispers dalam emulsi A/M ataupun M/A secara bersamaan dalam satu sistem. Surfaktan lipofilik dan hidrofilik digunakan untuk menstabilkan masing-masing emulsi. Droplet fase terdispersi berisi droplet terdispersi yang lebih kecil, sehingga disebut emulsi dalam emulsi. Terdapat 2 tipe multiemulsi yaitu multiemulsi airminyak-air (A/M/A) dan minyak-air-minyak (M/A/M) (Kumar dkk., 2012). Multiemulsi tipe A/M/A digunakan karena ekstrak kelopak bunga rosella lebih bersifat hidrofilik. Multiemulsi dipilih karena memiliki kemampuan menjerap zat aktif sehingga dapat melindungi pada zat aktif yang mudah terdegradasi oleh faktor lingkungan seperti senyawa antosianin yang terkandung dalam ekstrak kelopak bunga rosella. Multiemulsi A/M/A yang optimum diperoleh dengan proses optimasi formula dan proses pembuatan. Optimasi ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu pada emulsi primer A/M dan multiemulsi A/M/A. Pembuatan emulsi primer A/M dilakukan dengan kecepatan pencampuran tinggi untuk menghasilkan droplet yang lebih kecil, droplet kecil akan meningkatkan stabilitas emulsi primer A/M. Kemudian untuk menghasilkan multiemulsi A/M/A, emulsi primer A/M
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
didispersikan dalam fase air ekstrenal dengan kecepatan rendah untuk menghindari pecahnya droplet air pada emulsi primer A/M. Optimasi emulsi primer dilakukan optimasi HLB, kecepatan pengadukan, konsentrasi setil alkohol, dan konsentrasi dimethicone. Pengujian tersebut dilakukan untuk memperoleh emulsi primer A/M yang stabil, sehingga menghasilkan pada multiemulsi yang lebih stabil pula. Emulsi A/M memiliki HLB 3-6 sehingga pada optimasi emulsi primer A/M (lampiran 3), HLB yang diuji adalah 5; 5,3; 5,5; dan 5,8. Untuk menghasilkan emulsi primer A/M dengan HLB tersebut peneliti menggunakan 2 emulsifier yaitu dengan Span 80® dengan HLB 4,3 dan Tween 80® dengan HLB 15. Span 80® dan Tween 80® merupakan emulgator nonionik yang memiliki keseimbangan lipofilik dan hidrofilik bersifat tidak toksik, tidak iritatif, memiliki potensi yang rendah untuk menyebabkan reaksi hipersensitivitas, serta stabil terhadap asam lemah dan basa lemah. Konsentrasi emulsifier yang disarankan adalah 1–10% sehingga pada percobaan digunakan emulsifier dengan konsentrasi 10% b/b (Rowe dkk., 2009). Berdasarkan persentase pemisahan setelah penyimpanan 24 jam, formula dengan nilai HLB 5-5,8 menghasilkan tipe emulsi M/A. Formula dengan HLB 5, 5,3, 5,5 dan 5,8 mengalami creaming dengan persen pemisahan dari 25 ml sebesar 66% pada HLB 5, 64,4% pada 5,3 HLB, 60% pada HLB 5,5 dan 56% pada HLB 5,8. Emulsi primer dengan HLB 5,8 yang menunjukkan persen pemisahan fase terendah sehingga digunakan untuk proses optimasi selanjutnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
Optimasi kecepatan pencampuran emulsi A/M (lampiran 4) dilakukan pada skala kecepatan 4 dan 5 menggunakan formula primer hasil optimasi sebelumnya menunjukkan bahwa emulsi primer dengan kecepatan mixer 4 memiliki persen pemisahan fase sebesar 56% dan dengan kecepatan mixer 5 memiliki persen pemisahan fase sebesar 52%. Kecepatan putar mixer berpengaruh terhadap distribusi ukuran droplet, viskositas, dan stabilitasi emulsi. Kecepatan putar memiliki hubungan erat dengan ukuran droplet yang dihasilkan. Semakin besar energi kinetik yang diberikan mixer, maka ukuran partikel yang dihasilkan akan semakin kecil. Semakin kecil ukuran droplet yang dihasilkan maka jumlah droplet yang dihasilkan semakin banyak sehingga dihasilkan luas permukaan spesifik yang lebih besar dibandingkan dengan droplet-droplet yang berukuran besar (Putra, 2010). Dengan demikian dipilih kecepatan pencampuran emulsi A/M skala kecepatan 5 untuk membuat emulsi primer A/M. Optimasi lama pencampuran emulsi A/M dilakukan selama 10; 15; dan 20 menit. Hasil optimasi (lampiran 5) menunjukan 10 dan 15 menit merupakan lama pencampuran yang menghasilkan persentase pemisahan minimal yaitu 52%. Persentase pemisahan yang dihasilkan tidak memiliki bermakna yang berbeda sehingga dipilih lama pencampuran 10 menit dengan mempertimbangkan efisiensi waktu. Hasil optimasi setil alkohol berperan sebagai stiffening agent yang dapat meningkatkan meningkatkan konsistensi emulsi air dalam minyak (Rowe et.al, 2009). Selain sebagai stiffening agent, setil alkohol juga dapat peran sebagai kosurfaktan yang dapat menfasilitasi surfaktan dari antar muka air dan minyak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
menuju fase minyak (Garti dan Bisperink, 1998). Konsentrasi setil alkohol sebagai stiffening agent adalah sebesar 2-10% b/b (Rowe dkk, 2009). Konsentrasi yang digunakan pada optimasi adalah 4; 4.5; 5; 6; 8; dan 10%. Hasil optimasi (lampiran 6) menunjukkan bahwa setelah penyimpanan selama 24 jam, diperoleh emulsi yang stabil pada konsentrasi 6% karena tidak terjadi pemisahan, tetapi emulsi tersebut mengalami foaming karena setil alkohol dalam kecepatan pengadukan yang tinggi dapat berperan sebagai foaming booster dan mengakibatkan foaming. Foaming tidak diharapkan dalam emulsi A/M karena foaming terjadi akibat surfaktan yang menjerap udara sehingga memungkinkan kontak ekstrak kelopak bunga rosella yang terdapat pada fase luar multiemulsi A/M/A dengan udara. Hal ini dapat menyebabkan ekstrak kelopak bunga rosella mengalami oksidasi. Oleh karena itu, foam perlu dihilangkan dengan penambahan antifoaming agent. Tabel I. Formula emulsi primer A/M Komposisi Berat (gram) Parafin cair ®
Span 80
Tween 80
59,65 7,4
®
Aquadest internal
1,21 18,32
MgSO4
0,6
Setil alkohol
5,49
Dimethicone
7,33
Total
100,0
Optimasi dimethicone sebagai antifoaming agent dilakukan dengan konsentrasi 2; 4; 6; dan 8% b/b. Hasil optimasi (lampiran 7) menunjukkan bahwa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
setelah penyimpanan 24 jam, formula dengan konsentrasi dimethicone 2, 4, dan 6% mengalami keretakan yang merupakan gejala ketidakstabilan sedangkan formula dengan konsentrasi dimethicone 8% stabil dan tidak mengalami pemisahan fase sehingga formula tersebut digunakan untuk proses optimasi selanjutnya. Serangkaian proses optimasi pada emulsi primer menghasilkan formula optimum emulsi primer A/M seperti terlihat pada tabel I. Formulasi emulsi primer A/M dilanjutkan dengan optimasi formula multiemulsi A/M/A meliputi rasio emulsi primer A/M dalam multiemulsi A/M/A, konsentrasi Tween 80®, dan lama pencampuran multiemulsi A/M/A. Emulsi A/M yang memiliki fase luar berupa fase minyak didispersikan ke dalam fase air untuk memperoleh tipe multiemulsi air dalam minyak dalam air. Jumlah emulsi A/M/A yang ditambahkan ke dalam fase air eksternal yaitu sebesar 27,8; 37,8; dan 47,8 gram dioptimasi untuk memperoleh multiemulsi A/M/A yang stabil. Hasil optimasi (lampiran 8) menunjukkan bahwa formula dengan jumlah emulsi primer sebesar 37,8 gram yang dimasukkan dalam fase air eksternal belum mengalami pemisahan setelah penyimpanan selama 24 jam. Multiemusi A/M/A diperoleh dengan mencampurkan emulsi A/M dengan fase air dengan sejumlah emulsifier untuk menghasilkan HLB yang cenderung bersifat hidrofilik. Emulsifier hidrofilik yaitu Tween 80® dengan memiliki HLB 15,5 digunakan sebagai emulsifier sekunder. Konsentrasi Tween 80® yang disarankan 1-15% b/b (Rowe dkk., 2009). Optimasi konsentrasi Tween 80® (lampiran 9) yaitu 2%; 4%; dan 6% b/b menunjukkan bahwa formula dengan konsentrasi Tween 80® 2% merupakan formula yang optimum yang ditunjukkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
dengan tidak adanya pemisahan fase setelah penyimpanan selama 24 jam. Optimasi yang telah dilakukan menghasilkan formula multiemusi A/M/A yang optimal seperti terlihat pada tabel II. Optimasi terhadap lama pencampuran pada multiemulsi A/M/A yaitu selama 10, 15 dan 20 menit. Hasil optimasi (lampiran 10) menunjukkan tidak adanya pemisahan fase pada multiemulsi A/M/A setelah penyimpanan selama 24 jam untuk ketiga formula tersebut, maka dipilih lama pencampuran selama 10 menit untuk membuat multiemulsi A/M/A. Serangkaian proses optimasi pada multiemulsi A/M/A menghasilkan formula optimum multiemulsi A/M/A seperti terlihat pada tabel II. Tabel II. Formula multiemulsi A/M/A Komposisi Berat (gram) Emulsi primer
37,72
Tween 80® eksternal
2,0
Xanthan gum
0,4
Aquadest eksternal
59,88
Total
100,0
Multiemulsi A/M/A yang homogen kemudian disimpan dalam wadah flakon yang telah dibungkus alumunium foil agar tidak tembus cahaya, tertutup rapat untuk mencegah kontaminasi terhadap ekstrak kelopak bunga rosella serta disimpan pada kondisi penyimpanan kontrol dan perlakuan.
C. Evaluasi Multiemulsi A/M/A Pembuatan multiemulsi A/M/A dilakukan dengan dua tahap yaitu pembuatan emulsi A/M dan multiemulsi A/M/A. Dalam pembuatan emulsi A/M,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
fase air berupa ekstrak kelopak bunga rosella dilarutkan dalam aquadest kemudian ditambahkan Tween 80® dan magnesium sulfat. Parafin cair pilih karena selain berfungsi sebagai minyak dalam emulsi A/M namun juga karena memiliki sifat sebagai emolien yang dapat mencegah kehilangan air pada kulit saat sediaan diaplikasikan. Magnesium sulfat digunakan sebagai elektrolit untuk mengurangi atau mencegah tekanan osmotik antara fase air internal dan fase air eksternal. Fase minyak dalam emulsi A/M merupakan campuran dari paraffin cair, Span 80®, dimethicone, dan setil alkohol. Fase air dan fase minyak emulsi A/M selanjutnya dicampurkan dengan menggunakan mixer dengan skala kecepatan 5 selama 10 menit. Emulsi A/M sebanyak 37,72 gram diemulsikan ke dalam fase cair eksternal yang terdiri dari Tween 80® dan xanthan gum. Emulsifikasi dilakukan dengan menggunakan mixer skala kecepatan 1 agar droplet air ada emulsi A/M tidak pecah dan bercampur dengan fase luar. Xanthan gum berperan sebagai agen meningkatkan viskositas. Ekstrak kelopak bunga rosella merupakan zat aktif multiemulsi A/M/A, mengandung antioksidan. Kestabilan antioksidan juga dipengaruhi oleh suhu. Laju kerusakan antosianin yang terkandung dalam ekstrak kelopak bunga cenderung meningkat selama proses penyimpanan yag diiringi dengan kenaikan suhu. (Hermawan dkk, 2010). Suhu memberikan efek tidak langsung terhadap multiemulsi yaitu pada viskositas, adsorpsi surfaktan dan tegangan antar muka. Perbedaan suhu yang tinggi pada saat penyimpanan dapat berpengaruh drastis terhadap kestabilan multiemulsi dan bentuk sediaan vesikel lainnya (Prajapati,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Bhatt, Koli, Dharamsi, dan Shah, 2013). Keberadaan oksidator seperti oksigen dapat mengoksidasi antosianin, sehingga perlu diberikan gas nitrogen untuk menghilangkan oksigen di udara sehingga mencegah oksidasi ekstrak kelopak bunga rosella yang berada pada permukaan fase eksternal multiemulsi A/M/A. Perbedaan suhu dan keberadaan gas nitrogen selama penyimpanan dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap kestabilan antosianin ekstrak kelopak bunga rosella selama distribusi sediaan pada kedua jenis penyimpanan tersebut. Kestabilan antosianin ekstrak kelopak bunga rosella selama distribusi perlu diperhatikan agar saat sediaan sampai di tangan konsumen, ekstrak kelopak bunga rosella masih stabil. Pengujian pada multiemulsi A/M/A yang disimpan pada suhu kamar 2 C
tanpa pemberian gas nitrogen dan suhu rendah dengan
pemberian gas nitrogen -4C untuk mengetahui perbedaan stabilitas antosianin ekstrak rosella dalam kondisi penyimpanan berbeda.
(b) (a) Gambar 13. Penampilan (a) emulsi A/M dan (b) multiemulsi A/M/A
Multiemulsi A/M/A formula optimum kemudian dievaluasi sifat dan stabilitas fisisnya. Secara organoleptis yang dilakukan selama penyimpanan, multiemulsi memiliki warna merah muda yang ditunjukkan pada gambar 13. Warna tersebut diperoleh dari warna ekstrak kelopak bunga rosella yang berwarna
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
merah pekat. Multiemulsi A/M/A kontrol memiliki intensitas warna merah yang semakin hari semakin memudar dan berbau tengik sejak hari ke-14. Hal ini dapat terjadi karena multiemulsi kontrol disimpan dengan suhu ruangan dan tanpa nitrogen sehingga memungkinkan udara yang berada dalam flakon mengandung air dan menyebabkan tumbuhnya jamur serta adanya oksidasi pada biopolimer xanthan gum. Hasil pengamatan organoleptis multiemulsi A/M/A perlakuan berwarna merah dan tidak berjamur hingga penyimpanan hari ke-28. pH sediaan multiemulsi A/M/A perlu ditetapkan untuk mengetahui apakah sediaan yang dihasilkan sudah sesuai untuk pH sediaan topikal yang ditetapkan. Multiemulsi A/M/A yang dihasilkan adalah 4 yang bersifat asam, hal ini dipengaruhi oleh ekstrak kelopak bunga rosella yang bersifat asam. pH tersebut sesuai dengan nilai pH kulit yang berkisar antara 4 hingga 6 (Lamber, Piessens, Bloem, Pronk, dan Finkel, 2006).
(a)
(b)
Gambar 14. Pengamatan uji fase (a) emulsi primer A/M dalam minyak dan (b) multiemulsi A/M/A dalam air
Emulsi dan multiemulsi yang telah diperoleh dilakukan pengujian untuk mengetahui tipe yang dihasilkan apakah sudah sesuai dengan tujuan yaitu A/M dan A/M/A atau air dalam minyak dalam air sehingga dapat melindungi ekstrak kelopak bunga rosella yang terlarut dalam aquadest. Pengujian fase menunjukkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
fase luar pada sediaan emulsi dan multiemulsi. Emulsi primer yang dihasilkan merupakan A/M yang larut dalam minyak dan multiemulsi primer yang dihasilkan merupakan A/M/A karena multiemulsi A/M/A larut dalam air seperti yang ditunjukkan pada gambar 14. Pengamatan mikroskopik dilakukan untuk mengetahui keberadaan droplet air pada emulsi primer A/M dan ukuran partikel multiemulsi A/M/A yang dihasilkan. Metode mikroskopik merupakan metode sederhana yang hanya menggunakan satu alat yaitu mikroskop yang dapat mengukur ukuran partikel berkisar dari 0,2 µm sampai kira-kira 100 µm. Partikel diukur sepanjang garis yang melewati pusat partikel. Kerugian dari metode mikroskopik adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dua dimensi dari droplet tersebut, yaitu diameter. Selain itu jumlah droplet yang harus dihitung sekitar 300-500 droplet agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi, sehingga metode ini membutuhkan waktu dan ketelitian (Martin dkk.,1993). Pengamatan
mikroskopik
yang
dilakukan
menunjukkan,
droplet
multiemulsi berbentuk matriks. Matriks droplet merupakan droplet multiemulsi yang di dalamnya terdapat beberapa partikel fase terdispersi pada emulsi primer (Tadros, 1993). Hasil pengukuran mikromeritik emulsi A/M dapat dilihat dan multiemulsi A/M/A pada lampiran 11 dan 16 pada setiap hari pengujian. Ukuran partikel rata-rata emulsi primer A/M pada hari pertama; multiemulsi A/M/A pada hari pertama (gambar 15); multiemulsi A/M/A kontrol pada hari ke-28; dan multiemulsi A/M/A perlakuan pada hari ke-28 (gambar 16) berturut-turut adalah 4,543; 12,191; 4,343; dan 5,709 µm. Ukuran partikel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
multiemulsi A/M/A menunjukkan lama penyimpanan dan kondisi penyimpanan mempengaruhi ukuran partikel. Hal ini juga ditunjang dari modus pada multiemulsi A/M/A pada hari pertama lebih besar daripada multiemulsi A/M/A ke-28 pada kondisi penyimpanan kontrol maupun perlakuan. Pengecilan ukuran partikel kemungkinan disebabkan karena tekanan antarmuka berupa tekanan osmosis dan tekanan Laplace. Tekanan osmosis pada fase luar (tidak terjerap) lebih besar daripada tekanan osmosis dalam partikel dalam (yang terjerap) dikarenakan adanya penambahan jumlah elektrolit yang tidak optimum. Apabila tekanan osmotik lebih tinggi dalam fase air internal dibandingkan dengan air terus menerus eksternal fase menyebabkan air masuk ke dalam fase air internal, sehingga pembengkakan tetesan internal yang sebelum mereka akhirnya meledak dan melepaskan isinya dan apabila perbedaan tersebut terlalu ekstrim maka perpindahan air akan terlalu cepat dan menyebabkan kerusakan pada fase minyak. Ketika fase minyak rusak maka fase air internal akan keluar dan bercampur dengan fase air eksternal sehingga terbentuk emulsi A/M. Pemecahan droplet tersebut menyebabkan gradien osmotik menurun dan keseimbangan tekanan tercapai, tetapi hilangnya tetesan air fase internal bersifat ireversibel. Konsentrasi MgSO4 sebagai elektrolit dalam penelitian tidak dilakukan optimasi sehingga masih terdapat perbedaan tekanan osmotik dan tekanan Laplace. Kehadiran elektrolit (MgSO4) dengan jumlah yang tidak tepat dapat berdampak negatif terhadap stabilitas multiemulsi. Jumlah elektrolit yang di formulasikan harus cukup untuk melawan tekanan Laplace yang tinggi namun, cukup rendah untuk menghindari efek osmotik (Jiao dan Burgess, 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Tekanan Laplace selama penyimpanan terjadi sepanjang permukaan antar droplet. Droplet yang dipengaruhi tekanan Lapalce menjadi berbentuk memanjang dan berbentuk silindris, untuk mengurangi tekanan Laplace dari droplet berbentuk bola, yang menyebabkan ketidakstabilan dengan membentuk droplet yang lebih besar (Jiao dan Burgess, 2008).
(a) (b) Gambar 15. Hasil pengamatan mikroskopik pada hari pertama (a) emulsi A/M dengan rentang modus 4,395 - 5,030 µm dan (b) multiemulsi A/M/A dengan rentang modus 10,820 - 12,113 µm pada perbesaran 40 kali
(a) (b) Gambar 16. Hasil pengamatan mikroskopik pada hari ke-28 (a) multiemulsi A/M/A kontrol dengan rentang modus 3,420 - 4,082 µm dan (b) multiemulsi A/M/A perlakuan dengan rentang modus 6,497 - 7,522 µm pada perbesaran 40 kali
Penggojokan mekanik dapat dilakukan pada suatu sediaan yang secara termodinamika tidak stabil seperti multiemulsi A/M/A. Kestabilan dengan pengojokan dapat diuji dengan melakukan uji mekanik. Hasil pengujian terlihat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
pada gambar 17. Sediaan terbagi menjadi empat bagian yang terdiri dari fase minyak, emulsi, fase air, dan xanthan gum.
Fase minyak Emulsi A/M
Fase air Xanthan gum Gambar 17. Hasil pengujian mekanik dengan sentrifugasi
Persentase pemisahan (%)
7 6 5 4
Multiemulsi A/M/A kontrol
3 2
Multiemulsi A/M/A perlakuan
1 0 -1 0
10 20 30 Lama penyimpanan (hari)
Gambar 18. Persentase pemisahan pada multiemulsi A/M/A
Stabilitas multiemulsi A/M/A dapat dilihat dari persentase pemisahan selama penyimpanan. Sediaan multiemulsi A/M/A kontrol disimpan dalam tabung reaksi berskala menunjukkan bahwa terjadi pemisahan pada hari percobaan ke-28 dengan laju pemisahan multiemulsi A/M/A sebesar 0,2357 yang terlihat pada lampiran 12. Multiemulsi A/M/A kontrol disimpan pada ruangan mengalami pemisahan pada hari ke-19 sedangkan multiemulsi A/M/A perlakuan tidak mengalami pemisahan hingga hari ke-28 (gambar 18). Multiemulsi A/M/A
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
kontrol mengunakan hari ke-19 bukan hari ke-7 dan 14, hal ini dikarenakan tabung reaksi berskala yang digunakan untuk menunjukan volume pemisahan, tidak memiliki skala dibawah 1 mL. Persentase pemisahan multiemulsi A/M/A kontrol
ditentukan setelah pemisahan 1 mL dan ketikavolume pemisahan
mencapai skala tertentu pada labu takar reaksi berskala.
D. Evaluasi Suspensi Liposom Jenis sediaan lain yang dapat menjerap zat aktif berupa ekstrak kelopak bunga rosella adalah suspensi liposom, sehingga dilakukan pengujian pada suspensi liposom. Liposom merupakan koloid yang terdiri dari satu atau lebih lipid bilayer yang berbentuk vesikular dikelilingi komponen air. Liposom dipilih karena dapat menjerap zat aktif berupa cairan sehingga melindungi dari pengaruh lingkungan dan degradasi. Selain itu, liposom memiliki kelebihan karena tersusun dari lipid bilayer maka bersifat biokompatibel, biodegradabel, dan nonimmunogenik. Lipid pembentuk liposom dapat menghidrasi dan mengurangi kekeringan pada kulit apabila sediaan diaplikasikan pada kulit (Shashi, Satider, dan Bharat, 2012). Suspensi liposom mengandung 500 µL ekstrak kelopak bunga rosella. Jumlah ekstrak tersebut berbeda dari ekstrak yang terkandung dari multiemulsi A/M/A, namun hal ini tidak berpengaruh karena disipasi dinyatakan dengan laju disipasi dan entrapment efficiency dinyatakan dalam satuan persen. Suspensi liposom yang diperoleh memiliki warna merah tua muda bening (lampiran 17), tidak berbau, dan pH 4. iposom disimpan pada kondisi jenuh nitrogen dan suhu rendah yaitu 4C dan diuji pada hari ke-1 dan 14. Hal ini untuk mengetahui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
pengaruh lama penyimpanan terhadap ekstrak kelopak bunga rosella di dalamnya dan entrapment efficiency. Pada pengamatan organoleptis, suspensi liposom pada hari ke-1 hingga ke-14 memiliki warna merah jernih, tidak berbau tengik dan tidak mengalami pemisahan. Suspensi liposom diamati secara mikroskopik untuk mengetahui jenis liposom dan ukuran partikel. Hasil pengukuran partikel suspensi liposom ditunjukkan pada lampiran 10. Diketahui bahwa partikel liposom (gambar 19) yang dihasilkan merupakan large unilameral dengan ukuran partikel rata-rata partikel suspensi liposom adalah 2,450 µm sehingga masuk dalam gaint unilamellar vesikel (GUV).
Gambar 19. Hasil pengamatan mikroskopik suspensi liposom pada hari pertama dengan perbesaran 40 kali dengan rentang modus 2,738 - 3,156 µm
E. Kurva Baku Ekstrak Kelopak Bunga Rosella Kurva baku digunakan untuk mengetahui linieritas dari konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosella terhadap tinggi derivat dan mengetahui konsentrasi ekstrak rosella pada sampel uji. Ekstrak kelopak bunga rosella dibuat larutan stok kemudian dibuat seri pengenceran dengan pelarut metanol, aquadest, dan ekstrak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
kelopak bunga rosella : Triton X-100 10% (1:1) dalam metanol sehingga diperoleh tinggi derivat spektra. Pada saat pembuatan kurva baku antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dengan pelarut metanol (gambar 20), hasil spektra tidak memiliki baseline yang sama yang menyebabkan bertambahnya absorbansi akibat matrix yangditunjukkan dengan gambar 20. Perbedaan baseline tersebut dapat dikarenakan terdapat perbedaan jumlah matrik atau komponen senyawa lain pada setiap pengenceran. Untuk memperoleh spektra antosianin ekstrak rosella dengan baseline yang sama maka dilakukan derivatisasi pada hasil spektra spektrofotometri visibel (gambar 21). Metode derivatisasi adalah salah satu metode spektrofotometri yang dapat digunakan untuk melakukan pemisahan pada beberapa zat secara langsung tanpa harus melakukan pemisahan terlebih dahulu (Nurhidayati, 2007). Spektra yang telah diderivatisasi ditunjukkan pada gambar 21.
Gambar 20. Spektra kurva baku antosianin ektrak kelopak bunga rosella dalam metanol
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Gambar 21. Spektra derivat kurva baku antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam metanol
Penetapan kurva baku antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dengan pelarut metanol (gambar 22) menghasilkan persamaan kurva baku y=0,6941x0,0325 dengan koefisien relasi (r) sebesar 0,9980. LOD dan LOQ persamaan ini yaitu 0,558 mg/mL dan 1,692 mg/mL. Kurva baku ini (lampiran 13) digunakan untuk mengkonversikan tinggi derivat menjadi konsentrasi antosianin ekstrak
Tinggi derivat (cm)
kelopak bunga rosella total dalam multiemulsi A/M/A.
1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 0
0,5
1 1,5 Konsentrasi (mg/mL)
2
2,5
Gambar 22. Kurva baku konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosella dengan pelarut metanol terhadap tinggi derivat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
Tinggi derivat (cm)
2 1,5 1 0,5 0 0,000 -0,5
0,500
1,000
1,500
2,000
2,500
Konsentrasi (mg/mL)
Gambar 23. Kurva baku konsentrasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dengan pelarut aquadest terhadap tinggi derivat
Tinggi derivat (cm)
1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 0,000 -0,2
0,500
1,000 1,500 2,000 Konsentrasi (mg/mL)
2,500
Gambar 24. Kurva baku konsentrasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella:pelarut Triton10% (1:1) metanol terhadap tinggi derivat
Persamaan kurva baku konsentrasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dengan pelarut aquadest terhadap tinggi derivat terhadap (lampiran 14) adalah y=0,8832x-0,2035 dengan koefisien relasi (r) yaitu 0,9949. Gambar 23 menunjukan kurva baku antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dengan pelarut aquadest yang digunakan untuk mengkonversikan tinggi derivat menjadi konsentrasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella pada multiemulsi A/M/A
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
dan suspensi liposom yang berada di fase luar. LOD dan LOQ dengan nilai 1,634 mg/mL dan 4,951 mg/mL. Persamaan kurva baku antosianin ekstrak kelopak bunga rosella : TritonX-100 10% (1:1) dengan pelarut metanol (lampiran 15) yaitu y= 0,6043x0,1673, koefisien relasi (r) sebesar 0,9945, serta LOD dan LOQ dengan nilai 2,323 mg/mL dan 7,039 mg/mL. Gambar 24 menunjukan kurva baku antosianin ekstrak kelopak bunga rosella : Triton X-100 10% (1:1) dengan pelarut metanol. Persamaaan ini digunakan untuk mengetahui konsentrasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella total pada suspensi liposom. Menurut ICH (1994), metode analsisis linier apabila nilai r lebih besar dari 0,95, sehingga ketiga koefisien relasi (r) persamaan kurva baku tersebut linier.
F. Optimasi Preparasi Multiemulsi A/M/A Sebelum dilakukan penetapan entrapment efficiency ekstrak rosella dalam multiemulsi A/M/A, dilakukan optimasi preparasi sampel untuk memisahkan antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dari eksipient multiemulsi dan liposom. Optimasi tersebut berupa optimasi lama ultrasonifikasi, lama sentrifugasi, volume metanol pada supernatan, dan sentrifugasi supernatan. Optimasi lama ultrasonifikasi bertujuan untuk memecah multiemulsi A/M/A tanpa menggunakan substansi kimia. Ultrasonifikasi dapat digunakan sebagai metode untuk memecah multiemulsi. Gelombang ultrasonik yang dipancarkan akan menyebabkan perubahan tekanan sehingga udara yang terdapat pada sediaan keluar. Udara yang keluar dalam bentuk ledakan gelembung menyebabkan microstreaming pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
cairan dan meningkatkan temperatur yang selanjutnya menyebabkan multiemulsi pecah (Singh dan Pandey, 1992). Hasil optimasi ditunjukkan pada gambar 25. Lama ultrasonifikasi yang menghasilkan tinggi derivat optimum adalah 30 menit yang selanjutnya akan digunakan sebagai lama sentrifugasi ekstrak kelopak bunga rosella total pada multiemulsi A/M/A. Lama sentrifugasi minimum yang selanjutnya akan digunakan sebagai lama sentrifugasi ekstrak rosella yang berada di fase luar dalam multiemulsi A/M/A.
Gambar 25. Tinggi derivat optimasi lama ultrasonifikasi multiemulsi A/M/A ekstrak kelopak bunga rosella
Multiemulsi A/M/A selanjutnya disentrifugasi untuk memisahkan fase air luar yang terdapat pada multiemulsi A/M/A. Lama sentrifugasi optimum ditentukan dari volume supernatan optimum secara visual, yang ditunjukan pada gambar 26. Setelah disentrifugasi supernatan yang di hasilkan pada ekstrak kelopak bunga rosella total dalam sediaan adalah 2,5 mL dan 2 mL pada ekstrak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
kelopak bunga rosella di fase air luar multiemulsi A/M/A. Supernatan tersebut masih berwarna keruh karena mengandung xanthan gum. Xanthan gum dapat dipisahkan dengan menggunakan metanol, karena memiliki sifat inkompatibel dengan metanol sehingga dapat membentuk endapan (Rowe dkk., 2009). Volume metanol yang optimum adalah 5 mL seperti yang ditunjukkan pada lampiran 18. 0menit
20menit
40menit
Gambar 26. Hasil optimasi lama sentrifugasi pada multiemulsi A/M/A
Lama sentifugasi pada supernatan multiemulsi A/M/A yang mengandung ekstrak kelopak bunga rosella kemudian dioptimasi untuk memperoleh hasil yang lebih optimal. Lama sentrifugasi supernatan multiemulsi A/M/A dengan sentrifugasi 10 menit dan 20 menit adalah 3,5 mL dan 4 mL. Lama sentrifugasi 20 menit menghasilkan pemisahan optimum yang ditunjukan pada gambar 27. Supernatan kemudian ditambahkan pelarut dalam labu takar 10 mL hingga batas tanda. Pelarut yang digunakan saat ditambahkan pada labu takar pada ekstrak kelopak rosella total yaitu metanol, karena lebih dapat menyari antosianin ekstrak kelopak bunga lebih tinggi. Pelarut ekstrak kelopak yang berada pada fase luar multiemulsi A/M/A yaitu aquadest, karena aquadest merupakan fase luar multiemulsi A/M/A. Multiemulsi A/M/A yang telah di preparasi berwarna merah muda bening yang telah dapat dianalisis dengan menggunakan spektrofotometri visibel.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
Hasil sentrifugasi supernatan yang telah ditambahkan metanol Xanthan gum yang menggumpal Gambar 27. Hasil sentrifugasi supernatan yang telah ditambahkan metanol
G. Penetapan Laju Disipasi Keberadaaan antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam sediaan diukur dengan menggunakan spektrofotometri visibel. Hal ini dikaitkan dengan ekstrak kelompok rosella yang memiliki ciri-ciri sebagai pewarna alami. Senyawa antosianin merupakan sumber pewarna alami yang terdapat pada kelopak rosella yang memberikan pigmen berwarna kuat (Hermawan dkk., 2010). Laju disipasi merupakan laju kehilangan antosianin yang dapat berupa degradasi, pemisahan fase dan lain-lain yang diperoleh dari slope antara waktu penyimpanan terhadap jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella pada multiemulsi A/M/A kontrol atau perlakuan. Laju disipasi antosianin ekstrak rosella mengikuti orde pertama. (Hermawan dkk., 2010). Penetapan laju disipasi dan waktu paruh orde pertama dapat dilakukan dengan fungsi ln (Martin dkk.,1993). Penetapan laju disipasi dilakukan setelah disimpan selama 28 hari. Pengaruh penyimpanan terhadap ekstrak kelopak bunga rosella total dalam sediaan multiemulsi A/M/A kontrol ditunjukan dengan gambar 28 dan diperoleh persamaan y= -0,0193x + 3,5628. Pengaruh ekstrak kelopak bunga rosella total dalam multiemulsi A/M/A perlakuan ditunjukan pada gambar 28 dan diperoleh persamaan y= -0,0116x –3,184.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Kandungan antosianin ekstrak kelopak bunga rosella total dan berada di fase luar lebih stabil dalam sediaan multiemulsi A/M/A perlakuan daripada kontrol yang dilihat dari laju disipasi dan waktu
paruh. Waktu paruh adalah waktu yang
diperlukan sehingga kadar obat tinggal separuhnya. Semakin cepat laju disipasi antosianin maka semakin cepat waktu paruh antosianin.
Ln jumlah ekstrak rosella
0,000 -0,500 0 -1,000
10
20
-1,500 -2,000 -2,500 -3,000
30
Kontrol Perlakuan
-3,500 -4,000 -4,500
Lama penyimpanan (hari)
Gambar 28. Pengaruh lama penyimpanan terhadap ekstrak kelopak bunga rosella total pada sediaan multiemulsi A/M/A
Ekstrak kelopak bunga rosella dalam multiemulsi A/M/A terdapat dalam droplet internal yang terjerap dan fase luar yang merupakan ekstrak kelopak bunga rosella yang berada di fase luar. Pengaruh lama penyimpanan selama 28 hari pada ekstrak kelopak bunga rosella yang berada pada fase luar multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan ditunjukkan pada gambar 29 dan lampiran 19. Persamaan dari pengaruh lama penyimpanan terhadap jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam multiemulsi A/M/A pada fase luar kontrol diperoleh y = -0,0373x - 3,2634, sedangkan persamaan dari pengaruh lama penyimpanan terhadap jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam multiemulsi A/M/A perlakuan yaitu y= -0,0069x-2,9446.
In jumlah ekstrak rosela
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
0,000 -0,500 0 -1,000 -1,500 -2,000 -2,500 -3,000 -3,500 -4,000 -4,500 -5,000
10
20
72
30
Kontrol Perlakuan
Lama penyimpanan (hari)
Gambar 29. Pengaruh lama penyimpanan terhadap ekstrak kelopak bunga rosella yang berada di fase luar multiemulsi A/M/A
Pengukuran jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella pada suspensi liposom ditunjukkan pada gambar 30 dan lampiran 20. Persamaan dari pengaruh lama penyimpanan terhadap ln jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella total adalah y = -0,0134x - 2,6126. Persamaan dari pengaruh lama penyimpanan terhadap ln jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella total dalam suspensi liposom fase luar(tidak terjerap) adalah y= -0,0275x – 2,3355. Dari setiap persamaan y = bx+a, nilai b merupakan slope yang menunjukkan laju disipasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam sediaan multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom baik total maupun yang berada di fase luar seperti yang ditunjukan dalam tabel III.
In jumlah ekstrak rosella
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
-2,300 -2,350 0 -2,400 -2,450 -2,500 -2,550 -2,600 -2,650 -2,700 -2,750 -2,800 -2,850
5
10
73
15 Antosianin ekstrak kelopak bunga rosella total pada suspensi liposom Antosianin ekstrak kelopak bunga rosella yang berada di fase luar suspensi liposom
Lama penyimpanan (hari)
Gambar 30.Pengaruh lama penyimpanan terhadap ekstrak kelopak bunga rosella total dan yang berada fase luar pada suspensi liposom
Tabel III. Laju disipasi dan waktu paruh antosianin dalam multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom Sediaan
Bagian
Laju disipasi
Waktu paruh (hari)
Multiemulsi A/M/A kontrol
Total
0,0193
35
Fase luar
0,0373
18
Multiemulsi A/M/A perlakuan
Total
0,0120
59
Fase luar
0,0069
100
Total
0,0134
51
Fase luar
0,0270
25
Suspensi liposom
Laju disipasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella total pada multiemulsi A/M/A perlakuan lebih kecil daripada ekstrak kelopak bunga rosella pada multiemulsi A/M/A kontrol. Laju disipasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella fase luar pada multiemulsi A/M/A kontrol memberikan laju disipasi yang lebih besar daripada antosianin ekstrak kelopak bunga rosella pada fase luar. Hal ini dapat dikarenakan suhu dan oksigen pada fase luar merusak antosianin lebih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
tinggi daripada yang berada pada fase internal. Namun laju disipasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella pada fase luar multiemulsi A/M/A perlakuan lebih rendah dari pada total. Hal ini dapat dikarenakan gas nitrogen dan suhu rendah mengurangi penagaruh lingkungan terhaa stabilitas antosianin ekstrak kelopak bunga rosella, sehingga laju disipasi antosianin total merupakan akumulasi dari laju disipasi pada fase internal dan fase luar. Laju disipasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam sediaan multiemusi A/M/A perlakuan lebih kecil daripada suspensi liposom sehingga diketahui kehilangan antosianin ekstrak kelopak bunga rosela pada multiemulsi A/M/A lebih kecil daripada suspensi liposom. Kehilangan antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dapat dikarenakan terpapar oksigen saat pembuatan, terdegredasi selama penyimpanan, berpindah ke dalam atau keluar vesikel, dan lain-lain. Keberadaan gas pada wadah penyimpanan juga mempengaruhi stabilitas ekstrak kelopak bunga rosella. Oleh karena ini, multiemulsi A/M/A kontrol disimpan dengan gas yang berasal dari udara bebas dan multiemulsi A/M/A perlakuan diberikan gas nitrogen untuk mengurangi keberadaan oksigen di udara. Urutan tinggi laju disipasi pada antosianin ekstrak kelopak bunga rosella yang yang berada di fase luar secara berturut-turut adalah multiemulsi A/M/A kontrol, suspensi liposom dan multiemulsi A/M/A perlakuan. Uji statistik kebermaknaan pada laju disipasi antosiain ekstrak kelopak bunga rosella yang dilakukan adalah t-test tidak berpasangan. Sebelum dilakukan t-test dilakukan f-test untuk melihat homogenitas varian antara multiemulsi A/M/A kontrol dan multiemulsi A/M/A perlakuan serta multiemulsi A/M/A
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
perlakuan dan suspensi liposom sehingga menentukan rumus yang akan digunakan dalam perhitungan t-test yang terlampir pada lampiran 24. Tabel IV. Hasil t-test laju disipasi antosianin multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom total Lama Penyimpanan (hari)
tlaju disipasi multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan
tlaju disipasi multiemulsi A/M/A perlakuan dan suspensi liposom
Total
Fase luar
Total
Fase luar
1
-15,615
-
-1,408
228,739
14
-189,982
-
-
-
t tabel
2,78
Perhitungan f-test tidak dapat dihitung pada laju disipasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella yang berada pada fase luar multiemulsi A/M/A kontrol dan multiemulsi A/M/A perlakuan pada hari ke-1 dan 14 serta multiemulsi A/M/A perlakuan dan suspensi liposom pada hari ke-14 karena pada hari pertama SD laju disipasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella yang berada di fase luar dan pada hari ke-14 SD laju disipasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella multiemulsi A/M/A perlakuan serta antosianin pada suspensi liposom total dan berada di fase luar, memberikan nilai 0. Setelah perhitungan uji bermakna (t-test) diperoleh nilai t hitung seperti pada tabel IV. Kedua data berbeda bermakna apabila nilai t tabel lebih besar dari t hitung. Tabel IV menunjukan nilai t tabel laju disipasi total pada multiemulsi A/M/A lebih kecil daripada t hitung, sehingga laju disipasi multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan tidak berbeda bermakna, sedangkan laju disipasi multiemulsi A/M/A perlakuan dan suspensi liposom menghasilkan nilai t tabel yang lebih kecil dari t hitung sehingga laju disipasi pada kedua sediaan tersebut tidak berbeda bermakna.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
H. Penetapan Entrapment efficiency Entrapment efficiency merupakan paremeter penting pada formulasi dengan bentuk vesikular. Entrapment efficiency yang tinggi memberikan bioavailbilitas yang lebih tinggi dan dapat membantu mengurangi dosis zat aktif yang ditargetkan (Raslan, 2013). Entrapment efficiency secara umum dipengaruhi oleh ukuran partikel, konsentrasi polimer, jenis polimer, rasio polimerfase luar, rasio fase terdispersi dengan interaksi polimer dengan zat aktif, kelarutan zat aktif dalam fase luar, kecepatan pengadukan, metode preparasi, jumlah tingkatan sistem emulsi, konsentrasi polimer, dan interaksi konsentrasi crosslink (Dhakar dkk., 2010). Entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga rosella pada multiemulsi A/M/A kontrol dapat dilihat pada tabel IV dan lampiran 21. Entrapment efficiency multiemulsi A/M/A (gambar 31) mengalami peningkatan selama penyimpanan karenaterjadi perbedaan tekanan osmotik dan tekanan Laplace. Penambahan sejumlah kecil MgSO4 yang merupakan elektrolit, bertujuan untuk mennyeimbangkan tekanan internal dan eksternal, namun apabila tidak optimal dapat menginduksi transportasi air yang berada pada fase eksternal menuju dalam fase air internal, yang bertindak sebagi penyeimbang arus keluar arus yang dihasilkan oleh tekanan Laplace. Pada formulasi multiemulsi A/M/A penelitian ini dengan konsentrasi MgSO4 yang tidak dioptimasi dapat mengakibatkan pembengkakan pada droplet internal karena masuknya fase air eksternal. Antosianin yang terkandung dalam fase air eksternal akan ikut terbawa masuk ke dalam fase air internal sehinggaentrapement efficiency meningkat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
Sebagian entrapment efficiency pada multiemulsi A/M/A kontrol bernilai negatif. Nilai tersebut dapat dikarenakan sediaan total dan fase luar berbeda batch, sehingga terdapat perbedaan kadar antosianin dan wadah penyimpanan berbeda pada batch yang berbeda menyebabkan antosianin fase luar bernilai lebih tinggi daripada total dan menghasilkan entrapment efficiency bernilai negatif. Urutan entrapment efficiency dari yang paling besar adalah multiemulsi A/M/A perlakuan, suspensi liposom, dan multiemulsi A/M/A kontol.
Tabel V. Entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam multiemulsi A/M/A
Multiemulsi A/M/A kontrol
Multiemulsi A/M/A perlakuan
Suspensi liposom
Lama penyimpanan (hari)
Entrapment efficiency (%)
1
-9,939
3
-58,948
7
-12,359
14
-11,922
28
-21,334
1
10,836
3
29,145
7
25,470
14
30,207
28
28,325
1
-30,126
14
-8,975
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
Ebntrapment efficiency (%)
40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 -10,0 0
10
20
-20,0 -30,0 -40,0 -50,0 -60,0 -70,0
30
Entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga rosella multiemulsi A/M/A kontrol Entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga rosella multiemulsi A/M/A Perlakuan
Waktu penyimpanan (Hari)
Gambar 31. Pengaruh waktu penyimpanan terhadap entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam sediaan multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan
Gambar 31 menunjukkan peningkatan entrapment efficiency tidak konstan. Entrapment efficiency selama pengujian naik turun tidak konstan dapat dikarenakan pengambilan sampel yang tidak dilakukan secara acak (Random). Setiap batch diberi label sesuai waktu pengujian, sehingga setiap replikasi kondisi penyimpanan merupakan batch yang berbeda. Apabila terjadi kesalahan dalam satu batch dalam pembuatan maka dapat menyebabkan kesalahan pada satu replikasi selama waktu pengujian. Triton X-100 digunakan preparasi suspensi liposom untuk memperoleh antosianin ekstrak kelopak bunga rosella total dalam sediaan suspensi liposom. TritonX-100 merupakan detergen yang digunakan untuk memecahkan membran. Suspensi dipreparasi yang telah dipreparasi dilanjutkan dengan pengukuran entrapment efficiency suspensi liposom. Suspensi liposom memiliki entrapment efficiency pada hari pertama dan empat belas (lampiran 23) yaitu -30,126% dan 9,347% dengan standar deviasi pada hari ke-1 dan 14 ± 12,516% dan 0.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga pada suspensi liposom
Entrapment efficiency (%)
ditunjukan dengan gambar 32. 0 -5 0
5
10
15
-10 -15 -20 -25 -30 -35
Lama penyimpanan (hari)
Gambar 32. Pengaruh waktu penyimpanan terhadap entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam suspensi liposom
Pada penetapan entrapment efficiency (lampiran 23) antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam suspensi liposom menghasilkan nilai negatif. Hal ini dapat dikarenakan kadar antosianin yang lebih kecil dari LOD kurva baku. Pada entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga rosella multiemulsi A/M/A perlakuan lebih tinggi pada entrapment efficiency multiemulsi A/M/A kontrol. Entrapment efficiency multiemulsi A/M/A dengan kondisi penyimpanan optimum (perlakuan) lebih tinggi daripada entrapment efficiency suspensi liposom. Entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam suspensi liposom hari ke-14 pada ketiga replikasi sama yaitu -9,347% sehingga tidak memiliki standar deviasi dan tidak dapat dihitung dengan f-test dan t-test. Seperti pada pengujian statistik kebermaknaan laju disipasi, pengujian statistik kebermaknaan entrapment efficiency dilakukan t-test. T-test entrapment efficiency (tabel VI dan lampiran 25) menunjukan nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
sehingga entrapment efficiency multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan serta entrapment efficiency multiemulsi A/M/A perlakuan dan suspensi liposom berbeda bermakna. Tabel VI. Tabel t-test entrapment efficiency antosianin pada multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom
Lama penyimpanan (hari) 1 14
tentrapment efficiency
tentrapment efficiency
multiemulsi A/M/A kontrol
multiemulsi A/M/A perlakuan
dan perlakuan
dan suspensi liposom
-2,699 -0,483
-0,083 -
t tabel
2,78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1.
Multiemulsi A/M/A mempunyai sifat fisik baik karena memiliki pH 4 yang sesuai pH kulit, secara mikroskopik dapat menjerap ekstrak kelopak bunga rosella serta stabilitas yang baik yang ditinjau dari persentase pemisahan pada kondisi penyimpanan kontrol dan perlakuan sebanyak 6,4% dan 0 % pada hari ke-28.
2.
Multiemusi A/M/A perlakuan dengan penyimpanan suhu rendah (-4oC) dan pemberian gas nitrogen lebih baik dalam menjaga stabilitas antosianin ekstrak kelopak bunga rosella ditinjau dari laju disipasi lebih kecil dan entrapment efficiency yang lebih tinggi daripada multiemulsi A/M/A kontrol dengan penyimpanan suhu ruangan (27oC) tanpa pemberian gas nitrogen.
3.
Formula optimum multiemulsi A/M/A pada kondisi penyimpanan yang optimum (perlakuan) lebih baik ditinjau dari laju disipasi lebih kecil dan entrapment efficiency lebih besar daripada suspensi liposom.
B. Saran 1. Perlu dilakukan elusidasi struktur untuk mengetahui keberadaan antosianin secara kualitatif pada ekstrak kelopak bunga rosella. 2. Perlu dilakukan optimasi jenis dan konsentrasi eµektrolit untuk menyeimbangkan tekanan osmosis dan tekanan Laplace sehingga diperoleh stabilitas fisis multiemulsi A/M/A yang lebih baik.
81
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
3. Perlu dilakukan pengukuran volume pemisahan fase selama penyimpanan dengan ketelitian lebih tinggi untuk memperoleh % pemisahan creming multiemulsi A/M/A. 4. Perlu dilakukan pengukuran tinggi derivat dengan alat atau software yang memiliki ketelitian yang lebih tinggi untuk mengetahui jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dalam sampel uji. 5. Perlu dilakukan random sampling pada pemilihan sampel yang akan dianalisis untuk mengurangi kesalahan yang terjadi. 6. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang optimasi untuk memperoleh stabilitas dan entrapment efficiency yang lebih baik pada kedua jenis sediaan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hashimi, A.G., 2012, Antioxidant and Antibacterial Activities of Hibiscus sabdariffa L. Extracts, African Journal of Food Science, Iraq, Vol. 6(21), 506. Ardhie, A.M., 2011, Radikal Bebas dan Peran Antioksidan Dalam Mencegah Penuaan, Medicinus.,24(1), 5-6. Backer, C. A., and Van den Brink, R. C., 1965, Flora of Java (Spermathophytes Only), Volume I, NVP., Nordhorff, Groningen, The Netherlands. Beringer, C.M., 2005, Cosmetic Dermatology, Jerman Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Billany, M., 2001, Suspension and Emulsion, Aulton‟s Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, Second Edition, Churchill Livingstone, London, hal. 334 – 358, 341. Blinks, B.P., Rocher, A., 2009, Effects of Temperature on Water-in-oil emulsions Stabilised Solely by Wax Microparticles, J Colloid Interface Sci., 35(1): 94-104 Bridger, E.N., Chinn, M.S., Truong, V.D., 2010, Extraction of Anthocyanins from Industrial Purple-Fleshed Sweetpotatoes and Enzymatic Hydrolysis of Residues for Fermentable Sugars, Industrial Crops and product, 32, hal. 619. Departemen Kesehatan RI, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 34. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1975, Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta, hal. xxxiii, 757. Dhakar, C.R., Maurya, S.D, Sagar, B.P.S, Bhagat, S., Prajapati, S.K., dan Jain, C.P., 2010, Variables Influencing The Drug Entrapment efficiency of Microspheres: A Pharmaceutical Review, Der Pharmacia Lettre, 102116. Draelos, Z.D., 2010, Cosmetic Dermatology Products and Procedures, John Wiley & Sons, Singapore. Du, C. T. dan Francis, F. J. 1973, Anthocyanins of Roselle Extract (Hibiscus sabdariffa L.), J. Food. Sci. 38, 810–812. Fessenden, R. J, dan Fessenden. J.S., 1986, Kimia Organik, Jilid 1. diterjemahkan oleh Pudjaatmaka, A.H., Edisi ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta Florence, A.T., Whitehill, D., 1982, The Formulation And Stabilitiy Of Multiple Emulsions, Int J Pharm, 11, 277-308 Fouad, T., 2005, Antioksidant, Nature, and Chemistry, http://www.thedoctorslouge.net/medlouge/articles/antioksidant, diakses tanggal 5 Juni 2015 Friberg, S.E., L.G. Quencer, dan M.L. Hilton. 1996, Theory of Emulsions, in Lieberman H.A., Rieger, M.M., and Banker, G.S., (Eds.). Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse Systems, Second Edition, Revised and Expanded, New York, hal. 57.
83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
Garti, N., dan Bisperink, C., 1998, Double Emulsions: Progress and Applications, Current Opinion in Colloidal & Interface Science, 3, 657-667. Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2008, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 240-246. Gennaro, R., 1990, Remington’s Pharmaceutical Sciences, 18th edition, Mack Publishing Company, Penn-sylvania, hal.320-327, 303, 306, 1308, 1315. Gordon, M.F., 1990, The mechanism of antioxidant action in vitro, London: Elsevier Applied Science, hal. 1-18. Gupta, V.K. dan Sharman, S.K, 2006, Plants as Natural Antioxidants, Naturan Product Radiance, India, Vol. 5(4), 326. Halima, C., 2014, Evaluation of Antioxidant Capacity of Methanol Extract and Its Solvent Fractions Obtained from Four Moroccan Macro Algae Species, European Scientific Journal, Morocco, Vol.10, 36. Helfrich, Y.R., Sachs, D.L. dan Voorhees, J.J., 2008, Overview of Skin Aging and Photoaging, Derm Nurs, 20, 177-183. Hermawan, R., Hayati, E.K., Budi, U.S., dan Barizi, A., 2010, Effect of Temperatur, pH on Total Concentration and Colour Stability of Anthocyanins Compound Extract Roselle Calyx (Hibiscus sabdarifa L.), Alchemy, Vol. 2 No.1,104. International Conference On Harmonisation Of Technical Requirements For Registration Of Pharmaceuticals For Human Use, 1994, Validation Of Analytical Procedures: Text And Methodology, Q2(R1), hal.8. Jiao, J., dan Burgess, D.J., 2008, Multiple Emulsion: Technology and Applications, John Wiley & Sons, Inc., 1, 1-6. Jigar, V., Adarsh, S., Dhaval, R., dan Vijay, P., 2011, Development of Stable Multiple Emulsion of Atorvastatin, International Journal of Applied Biology and Pharmaceutical Technology, 2(2), 419 – 428. Juniarka, I.G.A., 2012, Analisis Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Antosianin Total Ekstrak dan Liposom Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.), Tesis, 148-`49,.Universitas Gadjah Mada Kakumanu , S., dan Schroeder. A., 2012, Formulating Liposomes : Focused Ultrasound – A Novel Tool for Liposome Formulation, Drug Development & Delivery, 12 (5), hal.47. Kalima, M., Ramberg, S.F., Chove, B.E, dan Wicklund, T., 2014, PhysioChemical, Mineral Composition and Antioxidant Properties of Roselle (Hibiscus Sabdariffa L.) Extract Blended with Tropical Fruit Juices, Affican Journal of Food Agriculture, Nutrition and Development, Vol 14, 8967 Karpinsk, J., 2010, Basic Principles and Analytical Application of Derivative Spectrophotometry,Bialystok, Polandia, hal.1. Kim, Cheng-ju, 2005, Advanced Pharmaceutics: Physicochemical Principles, CRC Press LLC, Florida, hal. 214-235. Kulkami, V.S., 2005, Liposomes in Personal Care Products, in Delivery System Handbook for Personal Care and Cosmetic Products, William Andrew Publishing, USA, hal. 296.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
Kumar, R., Kumar, M.S., dan Mahadevan, N., 2012, Multiple Emulsion : A Review, International Journal of Recent Advances in Pharmaceutical Research, 2(1), 9-19. Krowczynski, L., 1987, Extended-Release Dosage Form, CRC Press, USA, hal. 979. Lambers, H., Piessens, S., Bloem, A., Pronk, H., dan Finkel, P., 2006, Natural Skin Surface pH is on Average Below 5, which is Beneficial for Its Resident Flora, Internation Journal of Cosmetic Science, 28, 359-370. Laouini1, A., Jaafar-Maalej, C., Blouza, I.L., Sfar, S., Charcosset, C., Fessi, H., 2012, Preparation, Characterization and Applications of Liposomes: State of the Art, Journal of Colloid Science and Biotechnology, Tunisia, Vol. 1, 150 Mahadevan, N., Shivali., dan Kamboj, P., 2009, Hibiscus sabdariffa Linn. – An Overview, Natural Product Radiance, 8(1), 77-83. Mahmood, T., Akhtar, N., dan Manickam, S., 2014, Interfacial Film Stabilized W/O/W Nano Multiple Emulsions Loaded with Green Tea and Lotus Extracts: Systematic Characterization of Physicochemical Properties and Shelf-storage Stability, Journal of Nanobio Technology, 12(20), 1-8. Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata, A., 1993, Dasar-dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik, diterjemahkan oleh Yoshita, UI Press, Jakarta, hal.739-743,1022-1030. Matsui, M.S, Hsia, A., Miller, J.D., Hanneman, K., Scull, H., Cooper, K.D., dkk., 2009, Non-Sunscreen Photoprotection: Antioxidants Add Value to a Sunscreen, J Investig Dermatol Symp Proc.,14,56–59. Meier, W., dan Schreiber, J., 2005, Delivery System Handbook for Personal Care and Cosmetic Product Technology, Applications, and Formulations, Ed.Rosen, M.R., William Andrew, New York, hal.587-602. Miguel, M.G., 2011, Anthocyanins: Antioxidant and/or Anti-inflammatory Activities, Journal of Applied Pharmaceutical Science, 1(6), 7-15. Miller, J.N., dan Miller, J.C., 2010, Statistics and Chemometrics for Analytical Chemistry, Sixth Edition, Pearson Education Limited, England, hal.3847, 266-267. Myers, D., 2006, Surfactant Science and Technology, Third Edition, John Wiley & Sons, Inc., New Jersey, 280-322. NAFTA, 2006, Guidance for Evaluating and Calculating Degradation Kinetics in Environmental Media, Technical Working Group on Pesticides, hal.6. Nurhidayati, L., 2007, Spektofotometri Derivatif dan Aplikasinya dalam Bidang Farmasi, Jurnal Ilmu Kerfarmasian Indonesia, Vol. 5, 93-99. Pinsuwan, S., Amnuaikit, T., Ungphaiboon, S., dan Itharat, A., 2010, LiposomeContaining Hibiscus sabdariffa Calyx Extracts Formulations with Increased Antioxidant Activity, Improved Dermal Penetration and Reduced Dermal Toxicity, J Med Assoc Thai, 93(7), 216-226. Prajapati, S.B., Bhatt, H., Koli, A., Dharamsi, A., dan Shah, S.A., 2013, Review Article : an Overview of Preparation, Evaluation, and Application of Multiemulsins, Internation Journal for Pharmacetical Reseacrh Scholars, India, 142.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
Pritchard, J.D., 2007, Metanol Toxicological Overview, Human Protection Agency, USA, 5. Putra, O.R.A., 2010, Optimasi Proses Pencampuran Cold Cream Virgin Coconut Oil Dengan Perbandingan Kecepatan Putar Mixer Dan Lama Pencampuran Menggunakan Metode Desain Factorial, Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Ranade, V.V., dan Hollinger, M.A., 2004, Drug Delivery System, Second Edition, CRC Press, Boca Raton, Florida. Raslan, M.A.E, 2013, Effect of some formulation variables on the Entrapment efficiency and In Vitro Release of Ketoprofen from Ketoprofen Niosomes, Journal of Life Medicine, Vol.1,17. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipient, Sixth Edition, Pharmaceutical Press, London, hal. 155-156, 233-234, 474-475, 549-553, 675-678, 782-784. Salager, J.L., 2002, Surfactans Types and Uses, Universidad De Los Andes, Venezuela, 3-4. Schramm, L.L., 2000, Surfactants: Fundamentals and Applications in The Petroleum Industry, Cambridge University Press, United Kingdom, p.5. Shasi, K., Satinder, K., dan Bharat, P., 2012, A Complete Review on: Liposom, International Research Journal of Pharmacy, 3 (7), 10. Singh, B.P., and B.P., Pandey, 1992, Ultrasonification for breaking water-in-oilemulsion, Proc.Indian.national Science Academia, 58, India, p.192. Sofia, D., 2005, Antioksidan dan Radikal Bebas, Majalah ACID FMIPA Universitas Lampung, Edisi III, Lampung, hal.1410-1858. Sonakpuriya, P., Bhowmick, M., Pandey, G.K., Joshi, A., dan Dubey, B., 2010, Formulation and Evaluation of Multiple Emulsion of Valsartan, International Journal of PharmTech Research, 5(1), 132-146. Susmiyanto, D., Wibowo, N.A.,dan Sutresno, A., 2013, Karakterisasi Ekstrak Antosianin Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) sebagai Fotosensitiser pada Sel Surya Pewarna Tersensitisasi, Seminar Nasional 2nd Lontar Physics Forum, Indonesia, 1. Tadros, T.F., 2005, Applied Surfactants Principles and Applications, Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA., Weiheim, hal.2, 115 – 136. Tirnaksiz, F., 2005, A Topical W/O/W Multiple Emulsions Pre-pared With Tetronic 908 As Hydrofilik Surfactant ; Formulation Characterization And Realease Study, 2. Tsai, P.J., McIntosh, J., Pearce, P., Camden, B. dan Jordan, B.R. 2002. Anthocyanin and Antioxidant Capacity in Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) extract. Food Research Int., 35, 351-356. Vladisavljević, G.T, dan Holdich, 2012, Encapsulation, Loughtborough University, United Kingdom, 3. Wang, B., Teruna, J., Siahaan, Richard, A., Soltero, 2005, Drug Delivery Principles dan Application, John Wiley & Sons, New Jersey. 2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
87
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
Lampiran 1. Serangkaian alat spektrofotometer UV-Vis
Serangkaian alat spektrofotometer UV-Vis Lampiran 2. Perhitungan bobot tetap
Lampiran 3. Hasil optimasi HLB pada emulsi primer HLB = X*HLB(X) + Y*HLB(Y) .........................................................................(4) X = Span 80(HLB 4,3) Y = Tween 80(HLB 15) X+Y = 1
HLB 5 5 = X*4,3 + (1 – X)*15 5 = 4,3X + 15 – 15X
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
X = 0,935 Y = 0,065
HLB 5,3 5,3= X*4,3 + (1 – X)*15 5,3= 4,3X + 15 – 15X X = 0,907 Y = 0,093
HLB 5,5 5,5= X*4,3 + (1 – X)*15 5,5= 4,3X + 15 – 15X X = 0,888 Y = 0,112
HLB 5,8 5,8= X*4,3 + (1 – X)*15 5,8= 4,3X + 15 – 15X X = 0,860 Y = 0,140
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HLB
90
5
5,3
5,5
5,8
Jumlah Span 80®
9,35 mg
9,07 mg
8,88 mg
8,60 mg
Jumlah Tween 80®
0,65 mg
0,93 mg
1,12 mg
1,40 mg
A/M
A/M
A/M
A/M
16,5 mL
16,1 mL
15 mL
14 mL
66 %
64,4 %
60 %
56 %
Tipe fase Volume pemisahan Selama penyimpanan 24 jam Persentase pemisahan
Dari persentase pemisahan, nilai HLB yang optimum adalah 5,8.
Lampiran 4. Hasil optimasi kecepatan pencampuran emulsi A/M Kecepatan pencampuran
Skala 4
Skala 5
Volume pemisahan
14 mL
13 mL
Persentase pemisahan 56 % 52 % Dari persentase pemisahan, kecepatan pencampuran yang optimum adalah skala 5. Lampiran 5. Hasil optimasi lama pencampuran emulsi A/M Waktu pencampuran
10 menit
15 menit
20 menit
Volume pemisahan
13 mL
13 mL
14 mL
Persentase pemisahan 52 % 56 % 52 % Dari persentase pemisahan, lama pencampuran emulsi A/M yang optimum adalah 20 menit.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
Lampiran 6. Hasil optimasi setil alkohol sebagai stiffening agent pada emulsi A/M Konsentrasi setil alkohol
Hasil setelah penyimpanan selama 24 jam
4%
Pisah menjadi dua fase (air dan emulsi)
4,5%
Pisah menjadi dua fase (air dan emulsi)
5%
Pisah menjadi dua fase (air dan emulsi)
5,5%
Pisah menjadi dua fase (air dan emulsi)
6%
Foaming
8%
Foaming Padat
10%
Foaming Padat
Dari persentase pemisahan, konsentrasi setil alkohol yang optimum adalah 6%. Konsentrasi 6% masih menunjukkan emulsi A/M yang tidak mengalami pemisahan dan tidak memadat walaupun mengalami foaming. Lampiran 7. Hasil optimasi konsentrasi dimethicone sebagai antifoaming agent pada emulsi A/M Konsentrasi antifoaming agent
2%
4%
6%
8%
Penampakan visual
Emulsi retak
Emulsi retak
Emulsi retak
Stabil
Volume pemisahan
0 mL
0 mL
0 mL
0 mL
Persentase pemisahan
0%
0%
0%
0%
Dari persentase pemisahan, konsentrasi dimethicone yang optimum untuk menghasilkan emulsi A/M yang homogen adalah 8%.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
Lampiran 8. Hasil optimasi ratio fase emulsi A/M dengan fase air multiemulsi A/M/A Formula
I
II
III
27,8 g
37,8 g
47,8 g
2
2
2
Xanthan gum
0,4
0,4
0,4
Air
60
60
60
Volume pemisahan
1 mL
0 mL
0,5 mL
Persentase pemisahan
4%
0%
2%
Emulsi primer Tween eksternal
Dari persentase pemisahan, emulsi A/M yang optimum untuk selanjutnya didispersikan pada fase air eksternal multiemulsi A/M/A adalah 37,8 %. Lampiran 9. Hasil optimasi konsentrasi Tween 80® sebagai emusifier pada multiemulsi A/M/A Konsentrasi Tween
2%
4%
6%
2,0 mg
4,0 mg
6,0 mg
Volume pemisahan
0 mL
2,6 mL
2,8 mL
Persentase pemisahan
0%
10,4 %
11,2 %
Jumlah Tween 80®
Dari persentase pemisahan, konsentrasi Tween 80® sebagai emulsifier pada multiemulsi A/M/A yang optimum adalah 5,8.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
Lampiran 10. Hasil optimasi lama pencampuran pada multiemulsi A/M/A Lama pencampuran multiemulsi
10 menit
12 menit
15 menit
Volume pemisahan
0 mL
0 mL
0 mL
Persentase pemisahan
0%
0%
0%
Lampiran 11. Hasil pengukuran mikromeritik n = 75 k = 1 + 3,322log95 = ,23 ≈
Emulsi primer A/M I= Kelas (k)
Rentang μm
Nilai tengah/d μm
Jumlah (n)
nxd
1
2,487 - 3,122
2,805
3
8,414
2
3,123 - 3,758
3,441
17
58,489
3
3,759 - 4,394
4,077
13
52,995
4
4,395 - 5,03
4,713
21
98,963
5
5,031 - 5,666
5,349
11
58,834
6
5,667 - 6,302
5,985
5
29,923
7
6,303 - 6,938
6,621
5
33,103
75
340,718
Jumlah ∑ diameter rata-rata =
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
Multiemulsi hari ke-1 I= Kelas (k)
Rentang μm
Nilai tengah/d μm
Jumlah (n)
nxd
1
9,527 - 10,819
10,173
20
203,463
2
10,820 - 12,113
11,466
24
275,194
3
12,114 - 13,406
12,760
12
153,117
4
13,407 - 14,699
14,053
11
154,583
5
14,700 - 15,992
15,346
6
92,078
6
15,993 - 17,286
16,640
0
0,000
7
17,287 - 18,579
17,933
2
35,866
75
914,300
Jumlah ∑ diameter rata-rata =
Multiemulsi hari ke-28 (kontrol) I= Kelas (k)
Rentang μm
Nilai tengah/d μm
Jumlah (n)
nxd
1
2,095 - 2,757
2,426
10
24,258
2
2,758 - 3,419
3,088
8
24,707
3
3,420 - 4,082
3,751
16
60,015
4
4,083 - 4,744
4,414
13
57,376
5
4,745 - 5,407
5,076
10
50,761
6
5,408 - 6,069
5,739
10
57,386
7
6,070 - 6,732
6,401
8
51,210
75
325,712
Jumlah ∑ diameter rata-rata =
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
Multiemulsi A/M/A perlakuan hari ke-28 I= Kelas (k)
Rentang μm
Nilai tengah/d μm
Jumlah (n)
nxd
1
2,392 - 3,417
2,905
8
23,237
2
3,418 - 4,443
3,931
10
39,307
3
4,444 - 5,469
4,957
17
84,267
4
5,470 - 6,496
5,983
10
59,830
5
6,497 - 7,522
7,009
21
147,192
6
7,523 - 8,548
8,035
7
56,247
7
8,549 - 9,574
9,061
2
18,123
75
428,202
Jumlah ∑ diameter rata-rata =
Suspensi liposom I= Kelas (k)
Rentang μm
Nilai tengah/d μm
Jumlah (n)
nxd
1
1,063 - 1,481
1,272
7
8,903
2
1,482 - 1,899
1,691
12
20,287
3
1,900 - 2,318
2,109
12
25,311
4
2,319 - 2,737
2,528
15
37,920
5
2,738 - 3,156
2,947
19
55,988
6
3,157 - 3,574
3,365
6
20,193
7
3,575 - 3,993
3,784
4
15,137
75
183,738
Jumlah ∑ diameter rata-rata =
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
Lampiran 12. Penentuan persentase pemisahan multiemulsi A/M/A Penentuan persentase pemisahan multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan
Multiemulsi A/M/A kontrol
Lama penyimpanan
Volume pemisahan dari 25 mL multiemulsi A/M/A kontrol
Persentase pemisahan
1 hari
0 mL
0,0 %
19 hari
1 mL
4,0 %
28 hari
1,6 mL
6,4 %
Multiemulsi A/M/A Perlakuan Volume pemisahan dari Lama penyimpanan 25 mL multiemulsi A/M/A perlakuan
Persentase pemisahan
1 hari
0 mL
0,0 %
14 hari
0 mL
0,0 %
28 hari
0 mL
0,0 %
Lampiran 13. Kurva baku antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dengan pelarut metanol Konsentrasi stok (4,0936 mg/mL) didapatkan dari : /25mL = 4,0936 mg/mL
Konsentrasi (mg/mL)
Derivat (cm)
2,047
1,45
1,637
1,13
1,228
0,93
0,818
0,63
0,409
0,30
0,164
0,13
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
diperoleh persamaa kurva baku y= 0,6941x+0,0325 dengan r = 0,9980 Sa = 1,3047 b = 7,7068 LOD =
=
= 0,558 mg/mL
LOQ =
=
= 1,692 mg/mL
Lampiran 14. Kurva baku antosianin ekstrak kelopak bunga rosella dengan pelarut aquadest Konsentrasi stok (4,0936 mg/mL) didapatkan dari : /10mL = 10,234 mg/mL Konsentrasi (mg/mL)
Tinggi derivat (cm)
0,184
0,05
0,409
0,18
0,614
0,33
0,819
0,43
1,023
0,68
1,228
0,83
1,433
1,03
1,637
1,23
1,842
1,45
2,047
1,68
diperoleh persamaan kurva baku y= 0,6941x+0,0325 dengan r= 0,9980 Sa = 2,6331 b = 5,3183
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LOD =
=
= 1,634 mg/mL
LOQ =
=
= 4,951 mg/mL
98
Lampiran 15. Kurva baku antosianin ekstrak kelopak bunga rosella : Triton X-100 10% (1:1) dengan pelarut metanol Konsentrasi stok (4,0936 mg/mL) didapatkan dari : /10mL = 10,234 mg/mL Konsentrasi (mg/mL)
Tinggi derivat (cm)
0,205
0,03
0,409
0,08
0,614
0,18
0,819
0,3
1,023
0,43
1,228
0,53
1,433
0,68
1,637
0,8
1,842
1
2,047
1,1
Diperoleh persamaan kurva baku y = 0,6043x-0,1673 Dengan r = 0,9945
Sa = 2,5663 b = 3,6457 LOD =
=
= 2,323 mg/mL
LOQ =
=
= 7,039 mg/mL
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
Lampiran 16. Sampel uji multiemulsi A/M/A kontrol dan multiemulsi A/M/A perlakuan
Multiemulsi A/M/A kontrol H-3
Multiemulsi A/M/A perlakuan H-3
Multiemulsi A/M/A kontrol H-7
Multiemulsi A/M/A perlakuan H-7
Multiemulsi A/M/A kontrol H-14
Multiemulsi A/M/A perlakuan H-14
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Multiemulsi A/M/A kontrol H-28
Multiemulsi A/M/A perlakuan H-28
Lampiran 17. Sampel uji suspensi liposom
R1
100
R2
R3
Suspensi liposom pada penyimpanan hari ke-14 Lampiran 18. Optimasi volume metanol pada supernatan sediaan multiemulsi A/M/A ekstrak kelopak bunga rosella Volume metanol
Tingkat kejernihan
1 mL
+
2 mL
+++
3 mL
+++
4 mL
+++++
5 mL
+++++
Sehingga volume optimum metanol adalah 4 mL.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
Lampiran 19. Perhitungan laju disipasi ekstrak kelopak bunga rosella pada multiemulsi A/M/A Pengaruh penyimpanan multiemulsi A/M/A kontrol terhadap ekstrak kelopak bunga rosella Hari
Total
Fase luar
1
-3,021
-2,932
3
-4,047
-3,583
7
-3,760
-3,643
14
-4,061
-3,949
28
-3,949
-4,189
y = -0,0193x - 3,5628
y = -0,0373x - 3,2634
Laju disipasi
0,019
0,0373
(hari)
35
18
Persamaan
⁄
Rumus waktu paruh sebagai berikut:
⁄
.............................................................................................................(2) (Martin dkk., 1993).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
Pengaruh penyimpanan multiemulsi A/M/A perlakuan terhadap ekstrak kelopak bunga rosella Hari
Total
Fase luar
1
-2,724
-2,838
3
-3,127
-3,471
7
-3,028
-3,322
14
-3,138
-3,498
28
-3,070
-3,403
Persamaan
y = -0,0116x - 3,184
y = -0,0069x - 2,9446
Laju disipasi
0,0116
0,0069
(hari)
59
100
⁄
Lampiran 20. Perhitungan laju disipasi ekstrak kelopak bunga rosella pada suspensi liposom Hari
Total
Fase luar
1
-2,626
-2,363
14
-2,800
-2,715
y= -0,0134x-2,6119
y = 0,027x- 2,336
Laju disipasi
0,0134
0,027
(hari)
51
25
Persamaan
⁄
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
Lampiran 21. Perhitungan entrapment efficiency antosianin ekstrak kelopak bunga rosella pada multiemulsi A/M/A kontrol Berat rata-rata emulsi A/M = 52 g Berat emulsi A/M pada multiemulsi A/M/A = 38 g Berat rata-rata multiemulsi A/M/A = 92 g Berat sampel uji = 8,5 g Jumlah ekstrak yang dimasukan pada multiemulsi A/M/A =
x 0,5117 g = 2,0468 g = 2.046,80 mg
Konsentrasiekstrak dalam multiemulsi A/M/A = Konsentrasi ekstrak saat preparasi =
x 38 g = 1.497,05 mg
x 1.497,05 mg = 138,31 mg
Konsentrasi ekstrak sampel uji =
= 13,831 mg/mL Kontrol
Lama penyimpanan (hari)
1
3
Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella (mg) Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella ratarata (mg) EE rata-rata (%) Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella(mg) Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella ratarata (mg) EE rata-rata (%)
Total
Fase luar
R1
R2
R3
R1
R2
R3
0,067
0,040
0,040
0,053
0,053
0,053
0,049
0,053 -9,396
0,015
0,028
0,009
0,030
0,017
0,029
0,028 -58,948
0,024
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
14
28
Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella (mg) Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella ratarata (mg) EE rata-rata (%) Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella (mg) Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella ratarata (mg) EE rata-rata (%) Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella (mg) Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella ratarata (mg) EE rata-rata (%)
Keterangan : EE = Entrapment efficiency
0,017
0,038
0,015
0,027
0,023
0,024
104
0,027
0,026 -12,359
0,017
0,017
0,017
0,022
0,017
0,018
0,018
0,019 -11,922
0,017
0,021
0,021
0,018
0,019
0,022
0,015 21,334
0,006
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
Lampiran 22. Perhitungan entrapment efficiency ekstrak kelopak bunga rosella pada multiemulsi A/M/A perlakuan Perlakuan Lama penyimpanan (hari)
1
3
7
14
Kondisi Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella(mg) Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella ratarata(mg) EE rata-rata (%) Kondisi Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella(mg) Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella ratarata(mg) EE rata-rata (%) Kondisi Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella(mg) Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella ratarata(mg) EE rata-rata (%) Kondisi Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella(mg) Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella ratarata(mg) EE rata-rata (%)
R1 -
Total R2 -
R3 -
0,061
0,069
0,067
Fase luar R1 R2 R3 0,057
0,066
0,063
0,055
0,059 10,836
-
-
-
-
-
-
0,044
0,046
0,042
0,033
0,030
0,030
0,044
0,031 29,145
-
-
-
-
-
-
0,045
0,051
0,049
0,036
0,037
0,034
0,048
0,036 25,470
-
-
-
-
-
-
0,038
0,046
0,046
0,030
0,030
0,030
0,043
0,030 30,207
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Kondisi Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella(mg) Jumlah antosianin ekstrak kelopak bunga rosella ratarata(mg) EE rata-rata (%)
-
-
-
-
-
-
0,050
0,046
0,044
0,033
0,034
0,033
0,046
106
0,033 28,325
Keterangan : EE = Entrapment efficiency Lampiran 23. Perhitungan entrapment efficiency ekstrak kelopak bunga rosella pada suspensi liposom Jumlah ekstrak pada suspensi liposom = Konsentrasi ekstrak saat preparasi == Konsentrasi ekstrak sampel uji =
x 0,5117 g = 0,4094 g = 409,40 mg
x 409,4 mg = 6,823 mg = 0,365 mg/mL Perlakuan
Lama penyimpanan (hari) Kondisi 1
Konsentrasi (mg/g)
R1 Total
R2 Total
R3 Total
R1 FL
R2 FL
R3 FL
-
-
-
-
-
-
0,069
0,074
0,074
0,098
0,098
0,087
Konsentrasi rata2 (%)
0,072
0,094
EE Rata-Rata (%) Kondisi 14
Konsentrasi (mg/g) Konsentrasi rata2 (%) EE Rata-Rata (%)
-30,126 -
-
-
-
-
-
0,061
0,061
0,061
0,066
0,066
0,066
0,060
0,066 -9,347
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
Keterangan : FL (fase luar) = ekstrak kelopak bunga rosella yang berada pada fase luar suspensi liposom Lampiran 24. Perhitungan t-test laju disipasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella multiemulsi A/M/A kontrol dan multiemulsi A/M/A perlakuan serta multiemulsi A/MA perlakuan dan suspensi liposom
Lama penyimpanan (hari)
1
Antosianin ekstrak kelopak bunga rosella
Standar deviasi
Multiemulsi A/M/A kontrol
Total
-3,053
0,298
Fase luar
-2,932
0,000
Multiemulsi A/M/A perlakuan
Total
-2,725
0,061
Fase luar
-2,840
0,071
Total
-2,627
0,040
Fase luar
-2,364
0,071
Multiemulsi A/M/A kontrol
Total
-4,062
0,026
Fase luar
-3,954
0,119
Multiemulsi A/M/A perlakuan
Total
-3,142
0,106
Fase luar
-3,498
0,000
Total
-2,800
0,000
Fase luar
-2,715
0,000
Suspensi Liposom
14
Rata-rata laju disipasi
Suspensi Liposom
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
F-test multiemulsi A/M/A kontrol dan multiemulsi A/M/A perlakuan serta multiemulsi A/MA perlakuan dan suspensi liposom H0 = tidak ada perbedaan antara dua variansi multiemulsi A/M/A kontrol dan multiemulsi A/M/A perlakuan maupun multiemulsi A/MA perlakuan dan suspensi liposom pada hari pertama dan ke-14. Rumus f-test f=
.............................................................................................................(4) (Miller dan Miller, 2010). flaju disipasi pada multiemulsi A/M/A
Lama penyimpanan (hari)
kontrol dan perlakuan
flaju disipasi pada multiemulsi A/M/A perlakuan dan suspensi liposom
Total
Fase luar
Total
Fase luar
1
24,055
-
2,302
1,013
14
0,060
-
-
-
f-test laju disipasi pada multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan total hari pertama f2,2 = 19,00 < f hitung = 24,055, maka H0 ditolak. sehingga f hitung laju disipasi antosianin ekstrak kelopak bunga rosella multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan pada hari pertama memberikan varian yang tidak homogen
f-test laju disipasi pada multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan total hari ke-14, dan f-test laju disipasi pada multiemulsi A/M/A perlakuan dan suspensi liposom total dan fase luar hari pertama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
f2,2 = 19,00 > f hitung = 0,060, 2,302, dan 1,013, maka H0 ditolak, sehingga varian-varian pada kedua kelopok secara statistik mempunyai besar yang berbeda (tidak homogen).
t-test laju disipasi multiemulsi A/M/A kontrol dan multiemulsi A/M/A perlakuan serta multiemulsi A/MA perlakuan dan suspensi liposom Pernyataan hipotesis nol: H01 = laju disipasi multiemulsi A/M/A kontrol lebih dari atau tidak berbeda signifikan dengan laju disipasi multiemulsi A/M/A perlakuan H02 = laju disipasi multiemulsi A/M/A lebih dari atau tidak berbeda signifikan dengan slope laju penurunan aktivitas antioksidan suspensi liposom Nilai S untuk t-test n1(multiemulsi A/M/A)=3 n2(suspensi liposom) = 3 √
......................................................................................(5) (Miller dan Miller, 2010).
Lama penyimpanan (hari)
Slaju disipasi multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan
Slaju disipasi multiemulsi A/M/A perlakuan dan suspensi liposom
Total
Fase luar
Total
Fase luar
1
0,046
-
0,045
0,003
14
0,006
-
-
-
Perhitungan t-test untuk varian homogen t=
̅̅̅̅ ̅̅̅̅ √
......................................................................................................(6) (Miller dan Miller, 2010).
dengan degree of freedom = n1 + n2 – 2 = 3 + 3 – 2 = 4
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
Perhitungan t-test untuk varian tidak homogen pada laju disipasi multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan hari pertama t= ̅
̅̅̅
.....................................................................................................(7)
√
(Miller dan Miller, 2010). dengan degree of freedom (
)
=
(
)
=
= 38,270
Keterangan n = jumlah nilai s = standar deviasi x = hasil penelitian Lama Penyimpanan (hari)
tlaju disipasi multiemulsi A/M/A
tlaju disipasi multiemulsi A/M/A
kontrol dan perlakuan
perlakuan dan suspensi liposom
Total
Fase luar
Total
Fase luar
1
-15,615
-
-1,408
228,739
14
-189,982
-
-
-
T-test laju disipasi pada multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan total hari pertama pada hari pertama dan ke-14 dan multiemulsi A/M/A perlakukan dan suspensi liposom pada total hari pertama t30(P=0,005) = 2,04 ≤ |t| hitung = 15,615, 189,982, dan 228,739, maka H0 ditolak. sehingga ada perbedaan pada laju disipasi pada multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan total hari pertama pada hari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
pertama dan ke-14 serta multiemulsi A/M/A perlakukan dan suspensi liposom pada total dan berada ada fase luar hari pertama.
T-test laju disipasi pada multiemulsi A/M/A perlakuan dan suspensi liposom fase luar hari pertama T30(P=0,005) = 2,04 ≥ |t| hitung = 1,408, maka H0
diterima.
Sehingga tidak ada perbedaan pada laju disipasi pada multiemulsi A/M/A perlakuan dan suspensi liposom fase luar hari pertama
Lampiran 25. Perhitungan t-test entrapment efficiency multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom Lama penyimpanan (hari)
1
Multiemulsi A/M/A kontrol Multiemulsi A/M/A perlakuan Suspensi liposom
14
Multiemulsi A/M/A kontrol Multiemulsi A/M/A perlakuan Suspensi liposom
Rata-rata entrapment efficiency (%)
Standar deviasi
-9,396
31,227
10,836
5,994
-30,126
12,516
-11,922
12,460
30,207
7,648
-9,347
0
F-test entrapment efficiency multiemulsi A/M/A kontrol dan multiemulsi A/M/A perlakuan serta multiemulsi A/MA perlakuan dan suspensi liposom H0 = tidak ada perbedaan antara dua variansi multiemulsi A/M/A kontrol dan multiemulsi A/M/A perlakuan maupun multiemulsi A/MA perlakuan dan suspensi liposom pada hari pertama dan ke-14. Rumus f-test
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
f=
112
...........................................................................................................(4) (Miller dan Miller, 2010).
Lama penyimpanan (hari)
fentrapment efficiency multiemulsi A/M/A
fentrapment efficiency multiemulsi A/M/A
kontrol dan perlakuan
perlakuan dan suspensi liposom
1
27,138
0,229
14
2,655
-
Nilai f2,2(P=0,005) = 19,00 < f hitung = 27,138, diketahui entrapment efficiency multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan pada hari pertama memberikan varian yang tidak homogen
T-test entrapment efficiency multiemulsi A/M/A kontrol dan multiemulsi A/M/A perlakuan serta multiemulsi A/MA perlakuan dan suspensi liposom Nilai S untuk t-test n1(multiemulsi A/M/A)=3 n2(suspensi liposom) = 3 √
....................................................................................(5) (Miller dan Miller, 2010).
Lama penyimpanan (hari)
Sentrapment efficiency multiemulsi
Sentrapment efficiency multiemulsi
A/M/A kontrol dan perlakuan
A/M/A perlakuan dan suspensi liposom
1
505,530
96,295
14
106,874
29,243
Perhitungan t-test untuk varian homogen t=
̅̅̅ ̅̅̅ √
......................................................................................................(6) (Miller dan Miller, 2010).
dengan degree of freedom = n1 + n2 – 2 = 3 + 3 – 2 = 4
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
Perhitungan t-test untuk varian tidak homogen pada entrapment efficiency multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan hari pertama t=
̅
̅̅̅
.....................................................................................................(7)
√
(Miller dan Miller, 2010).
(
)
dengan degree of freedom =
(
)
=
= 4,549
Keterangan n = jumlah nilai s = standar deviasi x = hasil penelitian Lama penyimpanan (hari)
tentrapment efficiency multiemulsi
tentrapment efficiency multiemulsi
A/M/A kontrol dan perlakuan
A/M/A perlakuan dan suspensi liposom
1 14
-2,699 -0,483
-0,083 0,000
T-test entrapment efficiency pada multiemulsi A/M/A kontrol dan perlakuan maupun multiemulsi A/M/A perlakukan dan suspensi liposom hari pertama pada hari pertama dan ke-14 terdapat perbedaan karena : t4 (P=0,005) = 2,774 ≥ |t| hitung, maka H0 ditolak, sehingga terdapat perbedaan secara statistik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS Penulis dengan skripsi berjudul “Pengaruh Penyimpanan terhadap Stabilitas Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dalam Formulasi Multiemulsi A/M/A dan Suspensi iposom” bernama lengkap Me Li, dilahirkan di Singkawang, 17 Oktober 1993. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan bapak Budiono dan ibu Yuliana. Penulis telah menempuh pendidikan formal di TK Cahaya Mulia Pangkalan Bun (1997-1999), tingkat Sekolah Dasar di SD Katholik Santa Maria Pangkalan Bun (1999-2005), tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Arut Selatan (2005-2008), dan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pangkalan Bun (2008-2011). Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan sarjana program S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah, penulis pernah berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seperti menjadi ketua dalam Seminar Motivasi Andrie Wongso “Who are you Give or be Given?” 2012), sekretaris dan bendahara dalam kegiatan Latihan Kepemimpinan KMBK Dharma Virya Universitas Sanata Dharma (2012), bendahara dalam kegiatan TITRASI (2012), divisi acara pada kegiatan SIGMA KMBK Dharma Virya (2013), koordinator acara Seminar Vegetarian Gobind Vashdev “ Your Health, Your Happiness” 2013 , dan berbagai kepengurusan dan kepanitiaan lainnya.
114