PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
TINDAK ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA “SUNGGUH – SUNGGUH TERJADI“ HARIAN KEDAULATAN RAKYAT BULAN FEBRUARI-MARET 2012 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh: Stefani Sweet Tanti 061224060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
TINDAK ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA “SUNGGUH – SUNGGUH TERJADI“ HARIAN KEDAULATAN RAKYAT BULAN FEBRUARI-MARET 2012 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh: Stefani Sweet Tanti 061224060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA yang memberi kekuatan kepadaku. (Filipi 4:13)
Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar, tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. (Efesus 4:2) Tidak semua yang bisa dihitung itu berharga, dan tidak semua yang berharga bisa dihitung. (Albert Einstein) Sesuatu yang bisa dikerjakan kapan saja, sebenarnya bisa dikerjakan dalam sekejap. (Penulis)
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus Bapak ibu tercinta, bapak PK. Triatmo dan ibu A. Endang S. Kedua kakakku, YB. Doni Mahardhana dan Maria Luki Susanti Teman di hatiku, Bernadus Dani Anggoro
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Tanti, Stefani Sweet. 2013. Tindak Ilokusi dan Perlokusi Pada SungguhSungguh Terjadi Harian Kedaulatan Rakyat Bulan Februari-Maret 2012. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan tindak tutur yang digunakan dalam teks “Sungguh-Sungguh Terjadi” yan ditampilkan pada media cetak Kedaulatan Rakyat, sedangkan secara rinci ingin mendeskripsikan tindak tutur ilokusi dan perlokusi yang digunakan dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi pada media cetak Kedaulatan Rakyat. Data yang dianalisis berupa pesan teks yang terdapat dalam 30 teks Sungguh-Sungguh Terjadi pada media cetak Kedaulatan Rakyat selama bulan Februari-Maret 2012. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teori pragmatik, teori tindak tutur. Kedua teori tersebut digunakan untuk menjelaskan tiga macam tindak tutur yang biasa digunakan dalam pemakaian bahasa yaitu tindak lokusioner (locutionary acts), tindak ilokusioner (illocutionary acts), dan tindak perlokusioner (perlocutionary acts). Penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik baca dan teknik catat. Hasilnya memperlihatkan (1) semua teks yang dianalisis secara pragmatik dan tindak tuturnya mengandung tindak ilokusi dan tindak perlokusi, (2) dari tindak ilokusinya, terdapat lima jenis tindak ilokusinya yaitu tindak ilokusi asertif, tindak ilokusi direktif, tindak ilokusi komisif, tindak ilokusi deklaratif, tindak ilokusi ekspresif, (3) dari tindak perlokusi teks Sungguh-Sungguh Terjadi yang dianalisis ingin memberikan efek pada pembaca berupa menarik perhatian, ketertarikan, keinginan, kayakinan dan tindakan. Efek yang diharapkan pembaca bukan saja tertarik tetapi meyakini kalau teks Sungguh-Sungguh Terjadi memang benar terjadi bukan rekayasa.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Tanti, Stefani Sweet. 2013. Illocutionary and Perlocutionary Acts on SungguhSungguh Terjadi Daily news of Kedaulatan Rakyat during the Months of February until March 2012. Thesis. Yogyakarta: Indonesian and Vernacular Language Education Study Program, Teachers Training Faculty, Sanata Dharma University. This research was aimed to describe the speech acts used in the texts of Sungguh-Sungguh Terjadi” written in Kedaulatan Rakyat newspaper. It was also aimed to describe illocutionary and perlocutionary speech acts used in SungguhSungguh Terjadi written in Kedaulatan Rakyat newspaper in detail. The data in the form of message written in 30 texts of Sungguh-Sungguh Terjadi in Kedaulatan Rakyat during the months of February until March 2012. The theoretical backgrounds used in this research were pragmatic theory and speech theory. Those two theories were used to explain three kinds of speech acts frequently used in language usage. They were locutionary acts, illocutionary acts, and perlocutionary acts. It was a qualitative research. The data using reading technique and notetaking technique. The results showed that (1) there were illocutionary and perlocutionary acts in all texts analyzed pragmatically and in the speech acts, (2) the illocutionary acts consisted of five kinds of illocutionary acts. The were assertive illocutionary acts, directive illocutionary acts, comissive illocutionary acts, declarative illocutionary acts, and expressive illocutionary acts, (3) the perlocutionary acts showed that the Sungguh-Sungguh Terjadi texts wanted to give certain effects to the readers. The expected effects were attention attraction, interest, desire, belief, and action. Not only were the readers expectedly interested in reading Sungguh-Sungguh Terjadi but also convinced that the stories in Sungguh-Sungguh Terjadi were true stories rather than imaginary ones.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan atas karunia, rahmat, berkat dan cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tindak Ilokusi dan Perlokusi Pada “Sungguh-Sungguh Terjadi” Harian Kedaulatan Rakyat Bulan Febuari-Maret 2012”. Skripsi ini digunakan memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat bantuan berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk, dan nasehat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. 2. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran-saran, dan motivasi yang dapat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Y. Karmin, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan, saran-saran, dan motivasi yang dapat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku Dosen Penguji yang telah memberikah pengarahan yang berguna dalam skripsi ini. 5. Segenap Dosen dan Karyawan Program Studi Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan bantuan kepada penulis selama ini. 6. Bapak dan ibu tercinta, bapak P. K Triatmo dan ibu A. Endang S. yang selama ini membimbing dengan penuh perhatian, kasih sayang, doa dan cinta yang tidak pernah padam sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iii
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.........................................
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................
vii
ABSTRAK ......................................................................................................
viii
ABSTRACT .....................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................
3
1.3 Tujuan penelitian. .....................................................................
3
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................
3
1.5 Batasan Istilah .........................................................................
4
1.6 Sistematika Penyajian ...............................................................
5
LANDASAN TEORI .....................................................................
7
2.1 Tinjauan Terhadap Penelitian terdahulu yang Relevan ............
7
2.2 Kajian Teori ..............................................................................
9
2.2.1 Pragmatik ......................................................................
9
2.2.2 Tindak tutur ..................................................................
11
2.2.3 Jenis Tindak Tutur ........................................................
12
2.2.3.1 Tindak Lokusi ...................................................
12
2.2.3.2 Tindak Ilokusi ...................................................
12
2.2.3.3 Tindak Perlokusi ...............................................
13
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.4 Konteks ...........................................................................
14
2.2.5 Perubahan Makna ............................................................
16
2.2.6 Gaya Bahasa ....................................................................
17
2.2.7 Media Cetak ....................................................................
22
2.3 Keterkaitan Tindak Ilokusi dan Perlokusi ................................
23
2.4 Kerangka Teori .........................................................................
23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................
27
3.1 Jenis Penelitian .........................................................................
27
3.2 Sumber Dan Data Penelitian ....................................................
28
3.3 Instrumen penelitian .................................................................
29
3.4 Objek Penelitian .......................................................................
29
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................
29
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................
30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................
31
4.1 Deskripsi Data ..........................................................................
31
4.2 Hasil Analisis Data ...................................................................
31
4.2.1 Ilokusi dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi ................
31
4.2.1.1 Tindak Ilokusi Asertif .......................................
32
4.2.1.2 Tindak Ilokusi Direktif .....................................
34
4.2.1.3 Tindak Ilokusi Komisif .....................................
37
4.2.1.4 Tindak Ilokusi Deklaratif ..................................
39
4.2.1.5 Tindak Ilokusi Ekspresif ...................................
41
4.2.2 Perlokusi dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi ............
43
4.3 Pembahasan ..............................................................................
48
4.3.1 Tindak Ilokusi .................................................................
49
4.3.1.1 Tindak Ilokusi Asertif .......................................
50
4.3.1.2 Tindak Ilokusi Direktif .....................................
51
4.3.1.3 Tindak Ilokusi Komisif .....................................
52
4.3.1.4 Tindak Ilokusi Dlekaratif ..................................
52
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.3.1.5
Tindak Ilokusi Ekspresif ..................................
53
4.3.2 Perlokusi dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi ............
60
4.3.3 Jenis Ilokusi yang terdapat pada teks Sungguh-Sungguh Terjadi .............................................................................
63
4.3.3.1 Ilokusi Meyakinkan ..........................................
64
4.3.3.2 Ilokusi Mempengaruhi ......................................
65
4.3.3.3 Ilokusi Membujuk .............................................
66
4.3.3.4 Ilokusi Menyindir .............................................
67
4.3.3.5 Ilokusi Perintah .................................................
69
PENUTUP ......................................................................................
70
5.1 Kesimpulan ............................................................................
70
5.2 Saran.......................................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
73
BIODATA .......................................................................................................
75
LAMPIRAN ....................................................................................................
76
BAB V
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa definisi bahasa menurut para ahli. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1992:21). Menurut Nababan (1991:1) bahasa adalah salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang membedakan dari mahkluk-mahkluk lain. Dengan kata lain bahasa mempunyai fungsi yang penting bagi manusia terutama fungsi komunikasi. Makna dalam komunikasi tersebut diungkapkan dengan kalimat. Dalam kehidupan sehari–hari manusia menggunakan bahasa dengan berbagai bentuk,
guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan komunikasi
manusia dapat memenuhi keinginannya sebagai mahkluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan pendapatnya serta bekerja sama. Salah satu jenis media komunikasi yang dapat digunakan oleh masyarakat adalah surat kabar atau koran. Koran merupakan media cetak yang sangat mudah dijumpai dan didapatkan di masyarakat. Koran berperan dalam membagikan informasi yang terjadi secara cepat dan aktual. Koran bersifat visual, karena dalam beritanya disertakan gambar yang menggambarkan sebuah peristiwa dengan disertai penjelasan yang menceritakan keadaan gambar tersebut. Koran memberikan banyak manfaat dan kemudahan sehingga banyak orang yang
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
tertarik. Selain koran mudah didapatkan dengan harga terjangkau, koran memiliki banyak ragamnya. Jumlah pengguna koran yang begitu besar inilah yang membuat para penerbit untuk menciptakan kreatifitas dan dijadikan sebagai ciri khas koran terbitannya itu. Koran yang ada saat ini beragam, antara lain: Suara Merdeka, Kompas , Tribun, Kedaulatan Rakyat, dan lain-lain.
Masing-masing
koran
tersebut mempunyai kekhasan isi beritanya. Penelitian ini mengkaji
tindak ilokusi dan tindak perlokusi kolom
Sungguh- Sungguh Terjadi pada surat kabar Kedaulatan Rakyat. Kedua hal tersebut merupakan faktor penting dalam penyampaian pesan yang disampaikan oleh Sungguh-Sungguh Terjadi pemberi informasi kepada pembaca. Hal ini dikarenakan dibuat kolom Sungguh-Sungguh Terjadi adalah agar pembaca dapat mengerti apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh pemberi informasi tersebut. Kolom ini menarik perhatian masyarakat karena ceritanya juga benar- benar terjadi dalam kehidupan dan dialami oleh pembuat informasi. Ilmu bahasa yang sesuai untuk menganalisis tindak lokusi dan tindak ilokusi adalah pragmatik. Pragmatik adalah studi tentang suatu makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca) (Yule, 1996: 3). Dari paparan latar belakang di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian tindak lokusi dan tindak ilokusi kolom Sungguh- Sungguh Terjadi pada media cetak Kedaulatan Rakyat. Kalimat yang terdapat dalam Sungguh- Sungguh Terjadi akan dianalisis berdasarkan maksud yang disampaikan oleh penulis informasi tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar
belakang di atas,
rumusan masalah
penelitiannya
adalah sebagai berikut. 1. Ilokusi apa sajakah yang ditemukan pada “Sungguh-Sungguh Terjadi” terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret 2012? 2. Perlokusi apa sajakah yang terjadi pada “Sungguh-Sungguh Terjadi” terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret 2012? 3. Apa keterkaitan ilokusi dan perlokusi pada “Sungguh-Sungguh Terjadi” terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret?
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut. 1.
Mendeskripsikan ilokusi “Sungguh-Sungguh Terjadi” terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret 2012.
2.
Mendeskripsikan perlokusi yang terjadi pada “Sungguh-Sungguh Terjadi” terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret 2012.
3.
Mengaitkan ilokusi dan perlokusi pada “Sungguh-Sungguh Terjadi” terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret?
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, manfaat tersebut adalah sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
1. Bagi bidang bahasa Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan teori kebahasaan dan menambah pengetahuan mengenai ilmu pragmatik khususnya tindak tutur yang mempelajari maksud yang tersembunyi di balik makna sebuah tuturan. 2. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ani diharapkan dapat dijadikan bahan untuk penelitian yang lebih lanjut mengenai tindak tutur khususnya lokusi dan ilokusi.
1.5 Batasan Istilah 1. Tindak Tutur Suatu ujaran sebagai suatu satuan fungsional dalam komunikasi (Sumarsono, 2004:48 ). 2. Tindak ilokusi Tindak ilokusi adalah suatu tindak yang dilakukan dalam mengatakan sesuatu seperti membuat janji, membuat pernyataan, mengeluarkan perintah atau permintaan, menasbihkan nama suatu kapal, dan lain- lain (Lyons, 1977 : 730). 3. Tindak perlokusi Tindak perlokusi adalah tindakan untuk mempengaruhi lawan tutur seperti memalukan, mengintimidasi, membujuk, dan lain-lain (Searle, 1975). 4. Media cetak Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
perhatian, dan minat. Media cetak merupakan bagian dari media massa yang digunakan dalam penyuluhan (Hamundu, 1999).
1.6 Sistematika Penyajian Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas beberapa bab. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pembaca di dalam memahami penelitian ini. Bab satu adalah bab pendahuluan. Bab ini mengkaji latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab dua adalah kerangka teori. Bab ini berisi seputar tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang saat ini sedang dilakukan oleh peneliti dan landasan teori yaiti teori- teori yang mendasari penulis dalam melakukan penelitian. Bab tiga adalah metodologi penelitian. Bab ini membahas seputar jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, tehnik pengumpulan data, instrumen penelitian, tehnik analisis data. Bab empat adalah hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini menyajikan deskripsi data, hasil analisis data, dan pembahasan. Di dalam bab ini peneliti menguraikan bagaiman deskripsi data penelitian, bagaiman memperoleh data serta cara menganalisis data, dan hasil pembahasan hasil penelitian. Bab lima adalah bab penutup yang berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian, implikasi hasil penelitian, dan saran-saran dalam penelitian ini. Selain bab-bab diatas peneliti juga menyajikan daftar pustaka yang akan dipergunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
dalam penelitian ini. Selain itu, terdapat juga lampiran – lampiran yang mendukung dalam penelitian ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Hubungan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh
A. S. Joko Sukoco, Mahardika, Ventianus
Sarwoyo, I Dewa Putu Wijana, Yustina Wiwik Iswanti. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh A. S. Joko Sukoco dengan judul Penanda Lingual Kesantunan Berbahasa Indonesia Dalam Bentuk Tuturan Imperatif: Studi Kasus Pemakaian Tuturan Imperatif di Lingkungan SMU Stella Duce Bantul. Hasil penelitian penanda lingual kesantunan berbahasa tuturan imperatif adalah ungkapan kata- kata tolong, ayo (yok), mari, silakan, dan pemakaian kata maaf sebagai bentuk eufimisme bahasa. Kedua, penelitian Mahardika dengan judul Kesantunan dan Pemakaian Gaya Bahasa dalam Tuturan Langsung dan tak Langsung (Analisis kesantunan Leech dalam Tuturan pelawak
Extravaganza). Hasil penelitian menyebutkan
bahwa ketidaksantunan sebuah tuturan menjadi kekuatan utama tuturan humor terbentuk. Ketiga, penelitian dilakukan oleh Ventianus Sarwoyo dengan judul Tindak Ilokusi dan Penanda Tingkat Kesantunan tuturan di dalam Surat Kabar. Penelitian ini mendeskripsikan jenis- jenis tindak ilokusidan jenis- jenis penanda yang menunjukan tingkat kesantunan tuturan dalam surat kabar. Hasil penelitian ini ditemukan empat jenis tindak ilokusi ( direktif, komisif, representatif dan
7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
ekspresif ) dan enam jenis penanda tingkat kesantunan dalam surat kabar (analogi, diksi, gaya bahasa, penggunaan kata modalitas, penyebutan subyek yang menjadi tujuan tuturan dan bentuk tuturan). Keempat, penelitian dilakukan oleh I Dewa Putu Wijana dengan judul Implikatur dalam Wacana Pojok. Hasil penelitian menyebutkan bahwa tuturan yang disampaikan untuk maksud mengkritik, mengecam, memberikan saran dengan sopan. Implikatur wacana pojok diungkapkan dalam tindak tutur langsung, tindak tutur tak langsung, tindak tutur lateral, tindak tutur tidak lateral. Kelima, penelitian dilakukan oleh Yustina Wiwik Iswanti yang berjudul Analisis Wacana Persuasi Iklan Media Cetak
Berbahasa Indonesia Pada
Majalah Mingguan Tempo. Hasil penelitian menyebutkan bahwa wacana iklan melanggar maksim cara, maksim pujian dan kerendahan hati. Pelanggaran itu sengaja dengan tujuan untuk menarik pehatian pembaca. Relevansi penelitian terdahulu terhadap penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah memberikan masukan dan gambaran mengenai ciri tindak bahasa yang terdapat dalam kolom Sungguh-Sungguh Terjadi yang meliputi tindak ilokusi
dan tindak perlokusi dalam berita atau informasi yang disampaikan
penulis kepada pembaca. Dari penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini, kebanyakan dari penelitian terdahulu menemukan jenis implikatur, jenis ilokusi, penanda kesantunan, dan segi sosiolinguistik dari iklan. Masukan dari peneliti terdahulu memberikan gambaran dalam menganalisis tindak ilokusi dan tindak perlokusi dalam penelitian ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
Kedudukan penelitian ini menyempuranakan kajian dalam penelitian terdahulu. Penelitian ini akan membahas tindak lokusi dan tindak ilokusi yang terdapat dalam kolom Sungguh-Sungguh Terjadi pada media cetak Kedaulatan Rakyat. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan ilmu bahasa Pragmatik, belum ditemukan mengenai tindak ilokusi dan tindak perlokusi yang terdapat dalam kolom Sungguh-Sungguh Terjadi pada koran Kedaulatan Rakyat. Kebanyakan peneliti membedakan ilokusi kedalam lima jenis ilokusi yang meliputi ilokusi asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Penelitian ini menganalisis tindak ilokusi dan tindak perlokusi dengan tujuan mengetahui maksud dibalik tuturan pada kolom Sungguh-Sungguh Terjadi.
2.2 Kajian Teori 2.2.1. Pragmatik Pengertian pragmatik menurut Prof. Dr. P. W. J Nababan (1987) adalah kajian hubungan unsur-unsur bahasa dengan pemakaian bahasa itu. David R. Dan Dowty (1981) menjelaskan pengertian pragmatik adalah telaah terhadap pertuturan langsung maupun tidak langsung, presuposisi, implikatur, entailment, dan percakapan atau kegiatan konversasioanal antara penutur dan mitra tutur. Pragmatik menurut cf. Charles Peire dan W. James (1902) adalah suatu aliran atau pendekatan pengkajian makna dan kebenaran satuan bahasa (kata atau kalimat) yang didasarkan pada kenyataan praktis atau wujud sosial dan material. George (1964) telah menunjukkan bahwa ilmu bahasa pragmatik adalah ilmu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
tentang makna bahasa, dalam kaitan dengan keseluruhan perilaku umat manusia dan tanda-tanda atau lambang-lambang bahasa yang ada di sekelilingnya. Morris (1938) mendefinisikan pragmatik sebenarnya adalah bidang bahasa yang mempelajari relasi antara lambang-lambang bahasa dengan para penafsirnya. Levinson (1983) mendefinisikan pragmatik sebagai studi perihal ilmu bahasa yang mempelajari relasi-relasi antara bahasa dengan konteks tuturannya. Konteks tuturan yang dimaksud telah terkodifikasikan sedemikian rupa sehingga tidak dapat dilepaskan begitu saja dari struktur kebahasaannya. Parker (1986) menyatakan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Parker dengan tegas membedakan antara studi ilmu bahasa pragmatik dengan studi tata bahasa atau gramatika bahasa, yang disebutkan terakhir itu semata-mata dianggapnya sebagai studi ihwal seluk beluk bahasa secara internal, terlepas dari konteks situasi pemakaiannya di dalam masyarakat sesungguhnya. Menurut parker studi gramatika bahasa tidak perlu dikaitkan dengan konteks situasi tuturnya, sedangkan studi tentang gramatika mutlak harus dikaiteratkan dengan konteks situasi tutur tersebut. Jacob L. Mey (1983) mendefinisikan pragmatik sebagai ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian atau penggunaan bahasa, yang pada dasarnya selalu harus ditentukan oleh konteks situasi tutur didalam masyarakat dan wahana kebudayaan yang mewadahi dan melatarbelakanginya. Konteks situasi tutur yang dimaksud Mey (1983) tersebut mencakup dua hal yakni konteks sosial dan konteks sosietal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
2.2.2. Tindak Tutur Teori tindak tutur merupakan bagian dari pragmatik. Pragmatik mempelajari berbagai wujud bahasa sebagai refleksi keberagaman maksud (intention) penuturnya. Dalam hal ini maksud dibedakan dengan makna. Maksud adalah unsur luar bahasa, sedangkan makna adalah unsur dalam bahasa. Maksud adalah speaker’s meaning, sedangkan makna adalah linguistik meaning (Putu Wijana, 2002: 67). Teori tindak tutur berawal dari ceramah yang disampaikan oleh filsuf berkebangsaan Inggris, John L. Austin (1962:98-99) menyebutkan bahwa pada dasarnya saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Searle (1975) berpendapat bahwa unsur yang paling kecil dalam komunikasi adalah tindak tutur seperti menyatakan, membuat pertanyaan, memberi perintah, menguraikan, menjelaskan, minta maaf, berterima kasih, mengucapkan selamat, dan lain-lain. Searle (1975) juga membagi tindak tutur menjadi tiga macam tindakan yang berbeda, yaitu tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak perlokusioner, yang dimaksud dengan tindak lokusioner adalah tindak tutur yang semata-mata menyatakan sesuatu. Tindak ilokusioner adalah apa yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu dan marupakan tindakan menyatakan, berjanji, minta maaf, mengancam, meramalkan, memerintah, meminta, dan lain sebagainya. Tindak perlokusioner yaitu tindakan untuk mempengaruhi lawan tutur seperti memalukan, mengintimidasi, membujuk dan lain-lain. Menurut Wijana (1996:17-20) pada hakekatnya ketiga tindakan tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
dapat dijelaskan sebagai tindakan untuk menyatakan sesuatu, tindakan untuk melakukan sesuatu, dan tindakan untuk mempengaruhi. Tindak tutur yang disampaikan Searle (1969) secara lengkap adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. John Austin mendefinisikan tindak tutur sebagai konsep teori yang menyatakan pada dasarnya bila seseorang mengatakan sesuatu maka sebenarnya dia juga melakukan sesuatu.
2.2.3 Jenis Tindak Tutur 2.2.3.1 Tindak lokusi John R. Searle (1983) menjelaskan bahwa tindak lokusi adalah tindak bertutur dengan kata, frase, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frase, dan kalimat itu. Dalam tindak lokusi tidak tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan oleh penutur. 2.2.3.2 Tindak ilokusi John R. Searle (1983) mengemukakan tindak ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu. Tuturan tanganku gatal bukan semata-mata dimaksudkan untuk memberitahu bahwa pada saat itu sedang menyerang dan bersarang pada lengan tangannya. Namun, lebuh dari semua itu, menginginkan agar melakukan tindakan tertentu yang berkaitang dengan rasa gatal pada lengannya itu. Misalkan saja, mengambilkan obat penghilang rasa gatal dan sebagainya. Searle (1983) menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertutur dalam lima macam bentuk tuturan sebagai berikut: (1) Asertif adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya: menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. (2) Direktif adalah bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya: memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan merekomendasi. (3) Ekspresif adalah bentuk tututran yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya: berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan belasungkawa. (4) Komisif adalah bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penewaran, misalnya: berjanji, bersumpah, menawarkan sesuatu. (5) Deklarasi adalah bentuk tutur yang menghubungkan
isi tuturan dengan kenyataannya, misalnya:
berpasrah, memecat, membaptis, memberi nama, mengangkat, mengucilkan, dan menghukum. Austin (1962: 142) mengatakan bahwa tindak ilokusi adalah tindak mengatakan sesuatu berbeda dengan tindak dalam mengatakan ssesuatu. Tindak mengatakan sesuatu hanyalah bersifat mengungkapkan sesuatu sedangkan tindak dalam mengatakan sesuatu mengandung tanggung jawabuntuk melaksanakan sesuatu sehubungan dengan ujaran.
Tindak ilokusi adalah suatu tindak yang
dilakukan dalam mengatakan sesuatu seperti membuat janji, membuat pernyataan, mengeluarkan peritah atau permintaan, menasbihkan nama sebuah kapal, dan lainlain (Lyons, 1977:730). 2.2.3.3 Tindak Perlokusi Tindak perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect) seperti memalukan, membujuk, mengintimidasi, dan lain-lain (Searle, 1983). Tuturan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
tanganku gatal, misalnya dapat digunakan untuk menumbuhkan pengaruh bagi orang lain. Rasa takut muncul karena yang mengatakan tanganku gatal berprofesi sebagai tukang pukul yang pada kesehariannya sangat eart dengan kegiatan memukul dan melukai orang lain. Tuturan ada ular , seperti yang telah disampaikan bahwa dapat digunakan untuk menimbulkan rasa takut pada anak kecil yang terus-menerus bermain sampai sore di halaman rumah, tidak mau pulang dan segera mandi, dan seterusnya. Akhir- akhir ini juga ada berita, bahwa di kota tertentu ada seorang jagal manusia yang memakan dging manusia. Nama si jagal manusia itu bisa juga digunakan untuk memberikan pengaruh rasa takut pada anak-anak kecil yang suka bermain hingga larut sore.
2.2.4 Konteks Pengertian konteks menurut Preston (1984:12) adalah segenap informasi yang berada di sekitar pemakaian bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang ada disekitarnya. Mulyana mendefinisikan konteks sebagai situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Fungsi konteks untuk menentukan makna suatu ujaran. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan itu. Unsur konteks yang cukup penting adalah waktu dan tempat. Menurut Anton M. Moeliono (1988:336) dan Samsuri (1987:4), konteks terdiri atas beberapa hal, yakni situasi, partisipan, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode, dan saluran. Imam Syafi’ie (1990:126)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
menambahkan bahwa, konteks terjadinya suatu percakapan dapat dipilah menjadi empat macam, yaitu (1) konteks linguistik adalah kalimat-kalimat dalam percakapan, (2) konteks epistemis adalah latar belakang pengetahuan yang samasama oleh partisipan, (3) konteks fisik meliputi tempat terjadinya percakapan, objek yang disajikan dalam percakapan, dan tindakan para partisipan, (4) konteks sosial adalah relasi sosio-kultural yang melengkapi hubungan antar pelaku atau partisipan dalam percakapan. Mey (1983) menjelaskan konteks situasi tutur dapat mencakup dua hal, yakni konteks sosial
dan konteks sosietal. Konteks sosial adalah konteks
kebahasaan yang timbul sebagai akibat dari munculnya komunikasi dan interaksi antaranggota, masyarakat dengan latar belakang sosial budaya yang sangat tertentu sifatnya. Konteks sosietal adalah konteks yang faktor penentunya adalah kedudukan sosial relatif setiap anggota masyarakat di dalam institusi-institusi yang ada pada masyarakat dan lingkungan sosial tertentu, dengan demikian dapat dikatakan bahwa menurut pakar bahasa ini, dasar kemunculan dari sosok konteks sosietal itu adalah kekuatan atau kekuasaan, sedangkan dasar dari hadirnya konteks sosial adalah solidaritas. Geoffrey N. Leech (1983) mendefisikan konteks sebagai pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai konteks tuturan, yang identitas atau jati dirinya adalah semua latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh para pelibat pertuturan, jelas-jelas akan dapat membantu para pelibat pertuturan itu untuk menafsirkan kandungan pesan atau maksud yang hendak disampaikan di dalam setiap pertuturan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
2.2.5 Perubahan Makna Makna kata dari waktu ke waktu mengalami perubahan (Keraf, 2002:95). Oleh karena itu setiap penutur bahasa harus selalu memperhatikan perubahnperubahan makna yang terjadi. Macam-macam perubahan makna yang penting (Keraf, 2002:97-99) antara lain (1) perluasan arti, maksudnya suatu proses perubahan makna yang dialami sebuah kata yang tadinya mengandung makna khusus, tetapi kemudian meluas sehingga melingkupi sebuah kelas makna yang lebih umum. Contohnya kata berlayar, dulu dipakai dengan pengertian bergerak dilaut dengan menggunakan layar, sekarang meluas menjadi semua tindakan mengarungi lautan atau perairan dengan mempergunakan alat apa saja disebut berlayar. (2) penyempitan arti, maksudnya suatu proses yang dialami sebuah kata dimana makna yang lama lebih luas cakupannya dari makna yang baru. Contohnya, kata pendeta dulu semua orang yang berilmu, sekarang dipakai untuk menyebut guru agama Kristen. (3) Ameliorasi, maksudnya suatu proses perubahan makna, dimana arti yang baru dirasakan lebih tinggi nilainya dari arti yang lama. Contonya, kata wanita dirasakan nilainya lebih tinggi dari kata perempuan. (4) Peyorasi, maksudnya perubahan makna sebagai kebalikan dari ameliorasi. Contohnya, kata bini jaman lampau dianggap tinggi, sekarang dirasakan sebagai kata yang kasar. (5) Metafora, merupakan perubahan makna karena persamaan sifat antara dua objek. Contohnya, kata putri malam untuk bulan. (6) Metomini, merupakan proses perubahan makna terjadi karena hubungan yang erat antara kata-kata yang terlihat dalam suatu lingkungan makna
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
yang sama, dan dapat diklasifikasi menurut tempat dan waktu, menurut hubungan isi dan kulit, hubungan sebab dan akibat.
2.2.6 Gaya Bahasa Gaya bahasa merupakan terjemahan dari istilah latin style. Keraf (2002:113) mengartikan gaya bahasa sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Suatu gaya bahasa yang baik harus mengundang tiga unsur yaitu kejujuran, sopan santun, dan menarik (Keraf, 2002:113). Kejujuran dalam berbahasa berarti mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahsa. Sopan santun berarti memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara (pendengar atau pembicara). Rasa hormat dalam gaya bahasa dimanifestasikan melalui kejelasan dan kesingkatan. Menyampaikan sesuatu harus jelas, jangan membuat pembicara bingung. Kesingkatan dapat dicapai dengan menggunakan kata-kata secara efisien. Gaya bahasa juga harus menarik. Sebuah gaya yang menarik dapat diukur melalui komponen-komponen berikut: variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik, dan penuh daya khayal. Tarigan mengklasifikasikan gaya bahasa berdasarkan maksud dan tujuan yang ingin dicapai
dibagi atas gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa
pertentangan, gaya bahasa pertautan, gaya bahasa perulangan. Gaya bahasa perbandingan antara lain koreksio yaitu suatu gaya yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya. Misalnya, sudah empat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali. Pleonasme dan tautologi adalah acuan yang mempergunakan kata-kata yang lebih banyak dari pada yang diperlukan untuk menyatakan satu pilihan atau gagasan. Misalnya, saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri. Perifasis adalah gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata yang lebih banyak dari yang diperlukan. Perbedaannya terletak dalam hal kata-kata yang berkelebihan itu sebenarnya dapat diganti dengan satu kata saja. Misalnya, ia telah beristirahat dengan damai (=mati atau meninggal). Prolepsis atau antisipasi adalah gaya bahasa dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi. Misalnya, pada pagi yang naas itu ia mengendarai sedan biru. Persamaan atau simile yaitu perbandingan yang bersifat eksplisit. Misalnya, matanya seperti bintang timur. Metafora, semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Misalnya, pemuda adalah bunga bangsa. Alegori, parabel dan fabel. Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. Parabel adalah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh biasanya manusia. Fabel adalah suatu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang.
Personofikasi
adalah
semacam
gaya
bahasa
kiasan
yang
menggambarkan benda-banda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Misalnya, matahari baru saja kembali ke peraduannya ketika kami tiba di sana. Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Misalnya, Bandung adalah Paris Jawa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
Gaya bahasa pertentangan antara lain anastrof atau inversi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Misalnya, pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat perangainya. Apofasis atau preterisio adalah adalah sebuah gaya dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal. Misalnya, saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan uang ratusan juta rupiah uang negara. Apostrof adalah semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Misalnya, hai kamu dewa-dewa yang ada di surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari belenggu penindasan ini. Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Misalnya, rumah yang buruk inilah hasil usaha kami bertahun-tahun. Histeron proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis, atau kebalikan dari sesuatu yang wajar. Misalnya, jendela ini telah memberi sebuah kamar padamu untuk dapat berteduh dengan tenang. Silepsis dan zeugma adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama. Misalnya, ia sudah kehilangan topi dan semangatnya. Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Misalnya, kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir-hampir meledak aku. Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
Misalnya, musuh sering merupakan kawan akrab. Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan. Misalnya, keramah-tamahan yang bengis. Eponim adalah suatu gaya dimana seseorang yang namanya begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan kekuatan. Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal. Misalnya, lonceng pagi untuk ayam jantan, puteri malam untuk bulan. Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian. Misalnya, setiap kepala dikenakan sumbangan Rp. 1.000,00. Metoniamia adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain,karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Misalnya, saya minum satu gelas. Ia minum dua gelas. Antonomasia adalah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi. Misalnya, pangeran yang meresmikan gedung ini. Hipalase adalah semacam gaya bahasa dimana sebuah kata tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya diperkenakan pada sebuah kata lain. Misalnya, ia berbaring di sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah adalah manuasianya bukan bantalnya). Ironi, sirine dan sarkasme. Ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Misalnya, tidak diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
semua kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya. Sinisme adalah suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keiklasan dan ketulusan hati. Misalnya, memang Andalah gadis tercantik di jagad ini yang mampu menghancurkan isi jagad ini. Sinisme lebih kasar dari ironi. Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Misalnya, mulut kau harimau kau. Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Inuendo adalah semacam sindiran yang mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri. Misalnya, engkau memang mulia dan terhormat. Paronomasia adalah kiasan yang mempergunakan kemiripan bunyi. Misalnya, “Engkau orang kaya!”, “ya kaya monyet”. Gaya bahasa pertautan antara lain asidenton adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dimana beberapa kata, frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Misalnya, dan kesesakan, kepedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghaabisan orang melepaskan nyawa. Polisidenton adalah suatu gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari asidenton. Misalnya, dan kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pad gelapdan dingin yang bakal merontokan bulubulunya?. Elipsis adalah gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar sehingga struktur kalimatnya memenuhi pola yang berlaku. Misalnya, jika Anda gagal melaksanakan tugasmu....tetapi baiklah kita tidak membicarakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
hal itu. Eufimismus adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang. Misalnya, pikiran sehatnya semakin merosot akhirakhir ini (=gila). Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya jawaban. Misalnya, rakyatkah yang harus menanggung akibat korupsi dan manipulasi di negara ini?. Gaya bahasa perulangan antara lain aliterasi, gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama, biasanya berfungsi untuk penekanan. Misalnya, keras-keras kerak kena air lembut juga. Asonasi, gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama, biasanya untuk penekanan atau sekadar keindahan. Misalnya, kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu. Kiasmus adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frase atau klausa lainnya. Misalnya, semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu.
2.2.7 Media cetak Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat. Media cetak merupakan suatu media yang bersifat statis dan mengutamakan pesan- pasan visual. Media cetak merupakan bagian dari media massa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
digunakan dalam penyuluhan (Hamundu, 1999). Media cetak membantu penerimaan informasi untuk mengatur masukan informasi tersebut.
2.3 Keterkaitan tindak ilokusi dan perlokusi Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ilokusi adalah untuk meyakinkan seseorang untuk menarik perhatian dengan cara mengatakan, mengiklankan, menyarankan. Perlokusi dalam teks bacaan ini adalah menarik minat seseorang untuk mencobanya.
2.4 Kerangka Teori Kerangka teori dalam penelitian ini memiliki dasar yang jelas bagi unsurunsur masalah yang akan diteliti, yaitu: 1. Pragmatik Parker (1986) menyatakan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Parker dengan tegas membedakan antara studi ilmu bahasa pragmatik dengan studi tata bahasa atau gramatika bahasa, yang disebutkan terakhir itu semata-mata dianggapnya sebagai studi ihwal seluk beluk bahasa secara internal, terlepas dari konteks situasi pemakaiannya di dalam masyarakat sesungguhnya. Menurut parker studi gramatika bahasa tidak perlu dikaitkan dengan konteks situasi tuturnya, sedangkan studi tentang gramatika mutlak harus dikaiteratkan dengan konteks situasi tutur tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
2. Tindak Tutur Tindak tutur yang disampaikan Searle (1969) secara lengkap adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. John Austin mendefinisikan tindak tutur sebagai konsep teori yang menyatakan pada dasarnya bila seseorang mengatakan sesuatu maka sebenarnya dia juga melakukan sesuatu. 3. Jenis tindak tutur Ilokusi Kelima macam bentuk tuturan ilokusi disebutkan Rahardi (2009:73) pertama, asertif (assertives), yakni bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Kedua, direktif (direktives), yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya memesan, memerintah, memohon, menasehati, dan merekomendasi. Ketiga, ekspresif (exspressives), yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan belasungkawa. Keempat, komisif (cummisives), yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya berjanji, bersumpah dan menawarkan sesuatu. Kelima, deklaratif (declarations), yakni bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya, misalnya berpasrah, memecat, membaptis, memberi nama, mengangkat, mengucilkan dan menghukum.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
4. Tindak tutur perlokusi Tindak perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect) seperti memalukan, membujuk, mengintimidasi, dan lain-lain (Searle, 1983). 5. Konteks Pengertian konteks menurut Preston (1984:12) adalah segenap informasi yang berada di sekitar pemakaian bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang ada disekitarnya. Mulyana mendefinisikan konteks sebagai situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. 6. Perubahan makna Makna tidak selalu bersifat statis, dari waktu ke waktu makna kata-kata dapat mengalami perubahan (Keraf, 2002:95). 7. Gaya Bahasa Gaya bahasa merupakan terjemahan dari istilah latin style. Keraf (2002:113) mengartikan gaya bahasa sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). 8. Media cetak Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat. Media cetak merupakan suatu media yang bersifat statis dan mengutamakan pesan- pasan visual. Media cetak merupakan bagian dari media massa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
digunakan dalam penyuluhan (Hamundu, 1999). Media cetak membantu penerimaan informasi untuk mengatur masukan informasi tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Subjek penelitian tentang tindak ilokusi dan tindak perlokusi adalah kolom yang terdapat di bagian pojok surat kabar harian Kedaulatan Rakyat yaitu Sungguh-Sungguh Terjadi bulan Februari-Maret 2012. Dari kolom SungguhSungguh Terjadi itu diperoleh data bahasa yang berupa tindak ilokusi dan tindak perlokusi, dengan harapan tuturan yang disampaikan dalam kolom tersebut dapat dibaca dan pembaca memahami maksud dan memperoleh manfaat dari hasil penelitian ini. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau yang sebagaimana adany (Nawawi, 1985:63). Penelitian ini tidak bertujuan untuk mencari atau menjelaskan hubungan-hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau menemukan makna dan implikasi. Sesuai dengan pendapat Bodgan dan Taylor, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bodgan dan Taylor dalam Moleong, 2006:4).
27
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
Hasil sajian data deskriptif dalam penelitian ini berupa teks dalam Sungguh-Sungguh Terjadi.
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian Dalam penelitian ini data yang ada berupa tulisan atau teks pada kolom Sungguh-Sungguh Terjadi terbitan Kedaulatan Rakyat edisi Februari 2011. Sumber data dari penelitian ini hanya ada satu yaitu dari surat kabar harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta edisi Februari 2011. Surat kabar Kedaulatan Rakyat terbit setiap hari dan libur hanya pada hari libur nasional. Dalam bulan Februari, surat kabar Kedaulatan Rakyat terbit 28 hari karena dalam bulan tersebut tidak terdapat hari libur nasional. Data dan sumber data tersebut sesuai dengan acuan teori dan apa yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini. Menurut Loftland (Moleong, 2006:157) sumber data utama dalam seperti dokumen lampiran, dan lain-lain. Jenis data yang akan dianalisis dikelompokkan dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis dan kolom Sungguh-Sungguh Terjadi yang terdapat dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat tersebut akan dilampirkan sebagai data penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan yang dianalisis. Data penelitian ini berupa pemakaian bahasa Indonesia yang terdapat pada teks Sungguh-Sungguh Terjadi. Data penelitian kemudian dicatat dan dianalisis sesuai dengan tindak ilokusi dan tindak perlokusi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
3.3 Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Menurut Moleong (2007:168), yang dimaksud dengan peneliti sendiri adalah peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi si pelapor hasil penelitiannya.
3.4 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Kedua objek tersebut bias ditemukan dalam kolom Sungguh-Sungguh Terjadi yang terdapat Dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat edisi Februaru-Maret 2012.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Dalam sebuah penelitian, metode yang digunakan haruslah sesuai dengan tujuannya. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat dengan menggunakan komputer dan alat tulis. Menurut Arikunto (1990:134), metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam sebuah penelitian metode yang digunakan haruslah sesuai dengan tujuannya. Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada.gejala dan status yang dimaksud adalah keadaan apa adanya pada saat penelitian dilakukan(Arikunto,1990:309). Bahan-bahan yang diperlukan untuk penelitian ini antara lain: kertas, gunting, lem. Bahan tersebut berguna saat pengumpulan data. Proses
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
pengumpulan data dimulai dari mengumpulkan surat kabar Kedaulatan Rakyat edisi Februari-Maret 2012. Selanjutnya memotong setiap kolom SungguhSungguh Terjadi yang ada setiap harinya. Potongan data yang berupa teks pada halaman depan tersebut dikumpulkan dan ditempel pada kertas HVS, kemudian difotokopi dan diurutkan sesuai dengan tanggal terbit. Selanjutnya peneliti membaca teks Sungguh-Sungguh Terjadi adisi Februari 2011. Dalam pengumpulan data peneliti melakukan tiga tahapan yaitu, klasifikasi, identifikasi, dan deskripsi. Dalam pengumpulan data sebagai bahan penelitiannya, peneliti tidak membuat instrumen sendiri, karena data-data yang dibutuhkan sudah tersedia dalam bentuk dokumen yang berupa teks SungguhSungguh Terjadi surat kabar Kedaulatan Rakyat edisi februari 2011.
3.6 Teknik Analisis data Tehnik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah tehnik analisis data kualitatif. Menurut Hasan (2002:98), analisis kualitatif adalah analisis yang tidak menggunakan model matematika, statistik, ekonometrik, atau model-model tertentu lainnya. Data-data yang ada hanya akan diolah dan dilakukan uraian dan penafsiran. Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti setelah data terkumpul adalah menganalisis dan mengklasifikasikan. Langkah-langkah dalam menganilisis data tersebut sebagai berikut: 1.
Membaca teks Sungguh-Sungguh Terjadi yang telah dikumpulkan.
2.
Mengidentifikasi sesuai dengan tindak ilokusi dan tindak perlokusi.
3.
Mendeskripsikan teks tersebut berdasarkan tindak ilokusi dan perlokusi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Data yang dianalisis dalam skripsi ini adalah teks pada kolom SungguhSungguh Terjadi (hal-hal yang disampaikan dengan tuturan) pada koran Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret 2012. Ditemukan 30 teks SungguhSungguh Terjadi yang dianalisis mengandung jenis tindak ilokusi, data selengkapnya terlampir.
4.2 Hasil Analisis Data Ditemukan 30 teks Sungguh-Sungguh Terjadi yang diamati, mengandung tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Teks Sungguh-Sungguh Terjadi tersebut berisi beragam pesan dari segi sosial, politik, ekonomi, budaya,dan lain-lain. Dari segi tindak ilokusi ada lima jenis tindak ilokusi yang mengandung kalimat. Kelima jenis tindak ilokusi tersebut meliputi tindak ilokusi asertif, ilokusi direktif, ilokusi komisif, ilokusi deklaratif, dan ilokusi ekspresif. Selain itu, dari segi tindak perlokusi secara umum bahasa-bahasa dalam tuturan teks dimaksudkan agar pembaca terpengaruh dan melaksanakan apa yang disarankan atau disampaikan penulis. Di bawah ini akan dijelaskan secara rinci.
4.2.1 Ilokusi dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi Setiap kata yang disampaikan dalam pesan teks Sungguh-Sungguh Terjadi memiliki maksud dan fungsi masing-masing yang dikenal dengan tindak ilokusi.
31
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
Berdasarkan dari hasil analisis data-data yang ada, ditemukan ada lima jenis tindak ilokusi yang terkandung dalam teks tersebut. Kelima tindak ilokusi tersebut adalah asertif, direktif, komisif, deklaratif, dan ekspresif. Kelimanya diuraikan di bawah ini.
4.2.1.1 Tindak Ilokusi Asertif Tindak ilokusi asertif adalah tindak ujar yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar pendengar mengakui kebenaran yang diungkapkan misalnya menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Pembaca yang mengakui kebenaran yang diungkapkan tersebut diharapkan agar mengikuti apa yang disarankan itu. Hal ini dapat dilihat pada data teks di bawah ini. (1) Berebut apem Yogowiyu di Jatinom, Klaten, Jumat 14-1-2011benar-benar meriah. Ribuan warga berebut 5 ton apem dengan cara dan alat macammacam. Ada yang “menangkap” pakai topi, tambir, payung dibalik, helm, jaring, dan lain-lain. Nyentriknya, ada 4 orang pakai sarung dibentangkan. (2) Saya agak terkejut menyaksikan kecelakaan lalu lintas di kota Taoyuan Taiwan, tempat saya belajar. Tak ada satu orang pun yang membantu mengangkat tubuh korban. Tetapi para saksi mata berusaha mangatur lalulintas. Ketika saya bertanya pada seorang teman tentang hal itu, ia menjelaskan bahwa membantu mengangkat atau memindahkan tubuh korban justru bisa membahayakan korban. Menurutnya, hanya tenaga para medis yang boleh mengangkat tubuh korban. (3) Tahun 2011 ini memang unik. Karena kita banyak menemukan tanggaltanggal unik. Misalnya 1-1-11, 11-1-11, 1-11-11, 11-11-11. Dan yang lebih unik lagi, bila dua digit terakhir tahun kalahiran kita datambah dengan umur kita tahun ini, hasilnya pasti 111. (4) Fenomena crop circle yang muncul di Sleman, Bantul dan Magelang juga “merembet” ke Klaten. Sabtu 29-1-2011 di pasar Cawas Klaten ada tukang cukur keliling bernama Pak Rusno yang kadang mangkal di tepi jalan CawasSemin mencari langganan dengan teriak-teriak pada setiap orang lewat begini, “model anyar, crop circle, model rambut anyar crop circle” sambil menujukan kertas laminating bergambar 3 model potong rambut crop circle.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
(5) Bulan Februari 2011 ini merupakan bulan yang punya jumlah paling sedikit masuk kerja bagi karyawan yang kantornya memberlakukan sistem 5 hari kerja per minggu. Coba kita hitung, jumlah hari ada 28. Hari Minggu ada 4. Hari Sabtu ada 4. Hari libur nasional ada 2. Maka efektif kerjanya hanya 284-4=18 hari. Enak ya. (6) Di dekat terminal Gilingan (Tirtonadi) Solo, ada penjual terbelo dan kijing yang pasang papan diberi tulisan bunyinya begini: jual rumah mayat berbagai ukuran bergaransi. Sesuai dengan teori Searle (1990:357-363) tindak ilokusi asertif adalah tindak tutur yang menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu adanya. Begitu juga dengan teori Kunjana (2003:73), tindak ilokusi asertif yaitu bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan.
Data di atas
sesuai yang dimaksud oleh Searle dan Kunjana. Makna teks (1) di atas adalah “menyatakan” yang dituturkan oleh seorang warga yang bermakna suatu pernyataan bahwa apem yang jumlahnya 5 ton tersebut diperebutkan dengan berbagai macam cara antara lain dengan menggunakan topi, payung, helm, bahkan dengan sarung yang dibentangkan. Makna Teks (1) termasuk dalam tindak ilokusi asertif “menyatakan” karena teks tersebut berisi suatu pernyataan yang dituturkan seorang warga untuk menyatakan suasana saat berebut apem sangat meriah. Teks (2) termasuk dalam tindak ilokusi asertif “menyatakan” karena teks tersebut berisi suatu pernyataan yang dituturkan untuk menyatakan bahwa memang benar hanya para medis yang layak untuk menangani korban karena memiliki keahlian medis agar tidak semakin membahayakan korban. Teks (3) termasuk dalam tindak ilokusi asertif “menyarankan” karena teks tersebut berisi suatu kebenaran bahwa memang benar pada tahun 2011 banyak ditemukan tanggal unik yang berkaitan dengan angka 1,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
dan uniknya lagi apabila tahun kelahiran kita ditambah dengan umur kita, hasilnya menjadi 111. Teks (4) termasuk dalam tindak ilokusi asertif “menyarankan” karena teks tersebut yang dituturkan oleh seorang jasa salon untuk memperkenalkan model rambut baru yaitu model crop circle yang juga sedang ramai diberitakan dan manjadi tren rambut baru. Teks (5) termasuk dalam tindak ilokusi asertif “menyarankan” karena mempunyai masa kerja paling sedikit terdapat pada bulan Februari dan mengajak untuk menghitung menghitung jumlah hari efektif pada bulan tersebut. Teks (6) juga termasuk dalam tindak ilokusi asertif “menyarankan” karena berisi suatu pesan yang menyarankan agar pembaca tidak perlu lagi bingung mencari kijing dengan berbagai macam bentuk, tinggal pilih dan bergaransi. Fungsi tuturan “menyatakan” adalah untuk menyatakan kebenaran akan suatu hal, karena kebenaran tindak ilokusi asertif menyatakan adalah apa yang dituturkan sesuai dengan kebenaran. Fungsi tuturan “menyarankan” adalah untuk menyarankan sesuatu hal sebagai gambaran adanya suatu hal yang terjadi yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.
4.2.1.2 Tindak Ilokusi Direktif Tindak ilokusi direktif adalah bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya
memesan
(ordering),
memerintah
(commanding),
memohon
(requesting), menasihati (advising), merekomendasi (recommending). Dalam tindak ilokusi direktif ini, seorang penutur yang mengeluarkan suatu tuturan sesungguhnya menghendaki orang lain akan melakukan sesuatu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
(7)
Sekitar tahun 1990 di Inggris, pada suatu hari teman kami pak Rahmat sekeluarga pergi ke luar kota mengendarai mobil. Tiba-tiba dari arah belakang ada mobil patroli polisi mengejar, lantas menjejeri mobilnya. Jantung berdegup kencang, menduga pasti ada masalah. Jika kena tilang, uang pas-pasan bisa hilang. Dengan isyarat polisi minta mobil berhenti dan polisi teriak (tentu saja bahasa Inggris) : “ban kiri belakang gembos, Pak, nanti di pom bensin di pompa ya?!” kemudian polisi pergi. Alhamdulilah!
(8)
Di SMP N 3 Purworejo, untuk memberikan semangat belajar siswa, setiap pergantian jam pelajaran, selalu ditandai dengan berkumandangnya lagulagu perjuangan, lagu-lagu daerah dan atau lagu-lagu dolanan. Silakan cek!
(9)
Di jalan raya Butuh, Mojosongo, Boyolali, ada warung soto rumput dan sate rumput. Sepintas agak nyleneh, tapi ternyata, soto dan sate ayamnya dilengkapi sayur dan lalapan menggunakan rumput laut. Mau coba?sotonya satu porsi Rp 3.000, satenya Rp 6.000. murah meriah dan uenak tenaaan!
(10) Bakso lumprah ada di Brebes, bakso bola berkepala ada di Cirebon, bakso rudal ada di Tegal, bakso gepeng ada di Purwokerto, bakso empat rasa ada di Banjarnegara, bakso mak lampir ada di Cipondoh, Tangerang, dan bakso mercon ada di Glagah, Magelang. (11) Beli ikan laut segar di Cilacap sangat mudah. Bisa beli di tepi pantai, di Teluk Penyu dan di pasar. Ada masakan ikan laut yang “merakyat”. Bumbunya sederhana, masaknya tidak lama yaitu ikan laut direbus dengan bawang merah, bawang putih dan garam. Masakan ini namanya blekecek. (12) Jika kita cermati selama ini, ternyata ada 2 jenis barang yang sangat bertentangan namun harganya justru selalu sama seiring perjalanan waktu. Barang tersebut yakni seliter bensin jenis premium dengan semangkuk mie ayam biasa. Mulai dari harga Rp 750,00 naik jadi Rp 1.500,00 naik lagi jadi Rp 2.500,00 lalu naik lagi menjadi Rp 4.500,00. Nah besok ini jika jadi naik lagi bensinnya, akankah harga mie ayam juga ikut naik. Maka kita tunggu saja jawabannya. Sesuai dengan teori Searle (1990:357-363) dan Wijana (1996:17-20), makna teks (7) di atas adalah tuturan “menasihati” yang dituturkan oleh polisi yang bermakna suatu pernyataan bahwa polisi berteriak bukan untuk menilang melainkan memberitahu bahwa ban kiri mobil belakang gembos dan polisi mengatakan agar bannya segera dipompa di pom bensin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
Teks (7) termasuk dalam tindak ilokusi direktif “menasihati” karena teks tersebut berisi suatu nasihat yang disampaikan oleh polisi kepada pengendara mobil yang bannya gembos dan menasehati agar bannya segera dipompa di pom bensin. Teks (8) termasuk dalam tindak ilokusi direktif “merekomendasi karena tuturan tersebut berisi suatu pernyataan bahwa dengan berkumandangnya lagu perjuangan, lagu daerah, lagu dolanan akan mampu meningkatkan semangat belajar siswa. Kegiatan tersebut menjadi acuan dan masukan bagi sekolah lain agar ikut serta mengembangkan semangat para siswanya. Teks (9) juga termasuk dalam tindak ilokusi direktif“ merekomendasi” karena tuturan tersebut berisi suatu pernyataan bahwa di Mojosongo daerah Boyolali ada nama makanan khas yang dilengkapi dengan rumput laut sebagai lalapannya. Menu utama yang disajikan adalah soto dan sate ayam, harganya murah, terjangkau dan enak sehingga menarik perhatian pembaca untuk masuk dalam daftar kuliner. Teks (10) termasuk dalam tindak ilokusi direktif “merekomendasi” karena tuturan tersebut berisi suatu keterangan bahwa tiap kota mempunyai makanan khas yang istimewa sehingga apabila singgah di kota-kota tersebut wajib untuk berkuliner bakso sesuai dengan ciri khas masing-masing kota tersebut. Teks (11) termasuk dalam tindak ilokusi direktif “merekomendasi” karena dalam teks tersebut berisi suatu. Teks (7) termasuk dalam tindak ilokusi direktif “menasihati” karena tuturan tersebut berisi suatu nasehat agar pengendara mobil segera memompa bannya yang gembos di pom bensin. Teks (8), (9), (10) termasuk dalam tindak ilokusi direktif “merekomendasi” karena masing-masing teksnya berisi suatu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
gambaran yang bisa dijadikan sebagai referensi untuk mencoba kuliner di berbagai kota. Fungsi tuturan “menasihati’adalah untuk memberikan solusi dan jalan keluar akan kebenaran suatu hal sesuai dengan situasi pada waktu itu. Fungsi tuturan “merekondasi” adalah untuk memberikan suatu gambaran akan suatu hal. Teks (7), (8), (9), (10) merupakan fakta yang sebenarnya yang terjadi pada saat itu. Masing-masing dari penutur itulah yang membuat peneliti memasukannya kedalam tindak ilokusi direktif “menasehati” dan tindak ilokusi direktif “merekomendasi”.
4.2.1.3 Tindak Ilokusi Komisif Tindak ilokusi komisif adalah tindak ujar yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam ujarannya. Jadi, erat kaitannya dengan suatu tindakan di masa depan, seperti berjanji, bersumpah, mengancam, menawarkan. Data tindak ilokusi komisif, antara lain, (13) Selalu saja ada taktik nyleneh baru orang jualan bakso. Seperti misalnya di desa Giwangretno, kecamatan Sruweng, Pak Yono, pemilik warung bakso “Gila” membuat variasi bakso yang harganya disesuaikan. Semakin besar ukuran, semakin mahal harganya. Ada bakso Rp 5.000, Rp 7.000, Rp 10.000, Rp 12.000 dan Rp 30.000 per porsi. Dan yang paling “Gila” dijual seharga Rp 300.000 berukuran sebesar kalapa. Selain punya kios, pak Yono juga menjajakan baksonya dengan mobil. (14) Sewaktu saya naik bus jalur 15 pulang sekolah, ada penjual koran masuk bus langsung menawarkan korannya. Karena tidak laku, penjual itu turun sambil teriak: “koran, koraaaan, siapa lagi yang tidak mau beli”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
Teori Searle menyatakan bahwa tindak ilokusi komisif adalah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan di masa yang akan datang. Makna Teks (11) adalah tuturan “menawarkan sesuatu” yang dituturkan oleh seorang penjual bakso yang bermakna suatu penawaran bahwa seorang pedagang bakso yang menjajakan dagangannya dengan membuat variasi warung bakso, baksonya pun bemacam-macam ukuran sesuai dengan harganya. Teks (11) termasuk dalam tindak ilokusi komisif “menawarkan sesuatu” karena dalam tuturan tersebut berisi suatu penawaran yang dituturkan oleh seorang pedagang bakso yang menawarkan variasi baksonya sesuai ukuran dan harganya pun ikut menyesuaikan kepada pembeli. Teks (12) termasuk dalam tindak ilokusi komisif “penawaran” karena dalam tuturan tersebut berisi suatu penawaran yang dituturkan oleh seorang penjual koran untuk menawarkan korannya, namun karena loper koran tersebut kesal korannya tidak laku, yang ia tawarkan bukan lagi korannya melainkan orang-orang di dalam bus itu yang tidak bersedia membeli korannya. Fungsi tuturan “menawarkan sesuatu” dan fungsi tuturan “penawaran” adalah untuk menawarkan sesuatu hal yang berkaitan dengan pedagang dan pembeli. Tindak ilokusi komisif “menawarkan sesuatu”adalah apa yang dituturkan sesuai dengan kenyataan. Teks (11), (12) hampir sama untuk menawarkan sesuatu hal. Pernyataan teks tersebut di atas membuat peneliti memasukannya ke dalam tindak ilokusi komisif “menawarkan sesuatu” dan tindak ilokusi komisif “penawaran”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
4.2.1.4 Tindak Ilokusi Deklaratif Tindak ilokusi deklaratif merupakan bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan, misalnya berpasrah, memecat, membabtis, memberi nama, mengangkat, mengucilkan dan menghukum. Saya ada tamu famili dari Purbalingga. Mereka mampir dari rumah temannya yang sedang tasyukuran aqiqah bayi perempuannya. Karena lahirnya tengah malam saatnya orang tidur, bayi tersebut diberi nama Naumi dari kata Minannaum (bahasa Arab) yang artinya tidur.
(15) Pemilik warung makan kelas bawah banyak yang memilih memberi nama warungnya secara sederhana. Ada yang memberi nama Gelis Wareg dan lain-lain.di jalan Karet, Tangerang, Banten, ada warung makan Tegal (warteg) memasang tulisan terbaca begini: “Full Jengkol’. (16) PUSAT kegiatan biasanya disebut Centre. Di Yogya ada LPH Service Centre, Layanan perbaiakan HP. Di Cilacap ada London Beauty Centre, klinik kecantikan, layanan untuk pria dan wanita. Di Purwokerto ada pusat khusus layanan pria, namanya Khitan Centre. (17) Ketika saya di rumah mertua di Bantul, seorang tetangga menemui saya dan berkata: “pak, mau pinjam celeng”. Dengan sikap agak bengong, saya menjawab: “maaf, kami tidak memelihara celeng”. Sambil menunjuk arah yang dimaksud , dia berkata: “lha itu...!”Eeee, ternyata celeng itu alat angkut material beroda satu yang biasan di dorong. Saya kira babi hutan. (18) Harga cabai rawit hingga sekarang masih mahal. Ternyata cabai rawit punya nama berbeda-beda di banyak daerah: yaitu Cengek leutik (Sunda), Pentek (Gayo), Taena Manok (Madura), Lada Mini (Nias), dan Yogya adalah Lombok Riwit. (19) Biasanya jasa cukur menamakan dirinya tukang cukur, potong rambut, salon. Tapi, yang ada di jalan Wates, Yogya, menamakan dirinya servis rambut dan yang ada di jalan Gedongkuning, Yogya, memilih nama nyentrik, yaitu profesor cukuer. Ana –ana wae!.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
Searle mengungkapkan bahwa tindak ilokusi deklaratif adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Pada waktu menggunakan deklarasi penutur mengubah dunia dengan kata-kata. Makna teks (13) di atas adalah tuturan “memberi nama” yang dituturkan oleh
pemilik warung makan yang bermakna memberi nama pada warung
makannya yang terletak di kota Tegal dengan memasang tulisan full jengkol. Teks (13) termasuk dalam tindak ilokusi deklaratif “memberi nama”karena tuturan tersebut berisi suatu pernyataan yang dititirkan oleh pemilik warung untuk menyatakan bahwa warungnya diberi nama full jengkol yang artinya menu masakannya serba jengkol namun diolah dengan berbagai macam masakan. Teks (14) termasuk dalam tindak ilokusi deklaratif “memberi nama” karena
teks
tersebut berisi suatu pernyataan yang dituturkan oleh pemilik pusat kegiatan baik khusus pria maupun khusus wanita yang berkaitan dengan khitan dan salon kecantikan yang diberi nama sesuai dengan kebutuhan dan layanan yang ada di pusat kegiatan tersebut di masing-masing kotanya. Teks (15) juga termasuk dalam tindak ilokusi deklaratif “memberi nama” karena teks tersebut berisi suatu pernyataan yang dituturkan oleh seorang tetangga yang mau pinjam alat roda tiga yang di desa setempat dinamakan celeng. Teks (16) termasuk dalam tindak ilokusi deklaratif “memberi nama” karena teks tersebut berisi suatu cerita dan penuh makna mengenai harga cabai yang mahal dan cabai yang rasanya pedas itu mempunyai nama yang berbeda-beda dibanyak daerah. Fungsi tuturan “memberi nama” adalah untuk memberikan nama akan suatu hal, karena ilokusi deklaratif “memberi nama” adalah apa yang dituturkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
sesuai dengan kenyataan. Teks (13), (14), (15), (16), (17) sama-sama memberi nama pada suatu hal yang merupakan fakta yang sebenarnya. Masing-masing dari penutur itulah yang membuat peneliti memasukkannya kedalam tindak ilokusi deklaratif “memberi nama”.
4.2.1.5 Tindak Ilokusi Ekspresif Tindak Ilokusi Ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya saja berterima kasih (thanking), memberi selamat (congratulation), meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blaming), memuji (praising), dan berbelasungkawa (condoling). (20) INDONESIA kalah telak 0-10 lawan Bahrain dalam penyisihan Pra Piala Dunia 2014. Tenang! Itu belum apa-apa jika dibanding pertandingan resmi lain yang juga diakui FIFA. Pada tahun 2000 Kuwait pernah mengalahkan Bhutan 20-0. Masih ada lagi pada tahun 2001 Australia mengalahkan Samoa 31-0. Meski demikian, kita malu juga kan? (19) Hari pertama lima hari kerja di lingkungan Pemda Provinsi DIY 1 Februari 2011 teman saya benar-benar memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Sebelum pukul16.00 mandi di kantor, pulang sudah seger. (20) Selasa 8-2-2011 saya naik KA Ekonomi jurusan Jakarta-Surabaya. Menjelang masuk stasiun Cirebon diluar sana ada orang yang tega melempar batu, tepat mengenai kaca di samping kanan saya duduk. Kaca jendela tidak pecah, cuma retak. Beberapa saat sesudah kereta berangkat dari stasiun Cirebon, kaca jendela di samping saya duduk kena lemparan batu lagi. Beruntung lagi, kaca tidak pecah. Kok bisa ya, dua kali kena lemparan batu, padahal ada puluhan jendela lain dalam rangkaian gerbong kereta api itu. (21) Hari raya Imlek identik dengan kue keranjang. Dimana-mana menjual pernik-pernik Imlek. Anehnya banyak orang menyebut “ Kue Keranjang”. Padahal “Kue” tersebut tidak ada hubungannya dengan “Keranjang”. Uniknya lagi setiap hari raya Imlek selalu di musim hujan. Apalagi Imlek tahun ini disambut dengan cuaca ekstrem. Selamat! Gong Xi Fat Choi. Kiong Hi Kiong Hi!.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
(22) Ada pengemis tua yang setiap kali saya kasih uang, lalu bilang begini: “Mugi-mugi panjenengan tansah dipun paringi sugeng rahayu”. Padahal itu adalah nama saya dan si pengemis itu belum pernah menanyakan nama saya. (23) Taksi di Jepang pakai sistem hidraulik. Buka atau tutup pintu, sopir tinggal pencet tombol. Penumpang keluar taksi langsung pergi, tidak usah menutup pintu. Teman saya (orang Jepang) ketika di Jakarta pernah dimaki-maki oleh sopir taksi. Karena ketika keluar dari taksi, langsung pergi..tanpa menutup pintu. Teori Searle menyatakan bahwa tindak ilokusi ekspresif yaitu jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Pada waktu menggunakan
ekspresif
penutur
menyesuaikan
kata-kata
dengan
dunia
(perasaannya). Makna teks (18) di atas adalah tuturan “menyalahkan” yang dituturkan oleh seorang sporter Indonesia saat berlaga do lapangan hijau yang jagoannya harus kalah dalam pertandingan sepak bola tersebut. Teks (18) termasuk dalam tindak ilokusi ekspresif “menyalahkan” karena teks tersebut berisi suatu pernyataan bahwa sporter kecewa karena Indonesia selalu kalah dalam pertandingan sepak bola. Teks (19) termasuk dalam tindak ilokusi ekspresif “memuji” karena teks tersebut berisi suatu pujian yang dituturkan oleh seorang karyawan kantor kepada rekan kerjanya bahwa seharusnya pulang kerja dalam kondisi penuh peluh, capek, lesu namun karena banyak waktu luang sehingga dia memanfaatkan waktunya dengan mandi di kantor. Teks (20) termasuk dalam tindak ilokusi ekspresif “ menyalahkan” karena teks tersebut berisi suatu pernyataan yang dituturkan seorang penumpang kereta api kepada tangan jail yang melempari batu ke arah jendela kaca kereta, penumpang menyalahkan dan menyesalkan sikapnya yang dapat mencelakai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
orang lain. Teks (21) termasuk dalam tindak ilokusi ekspresif “memberi selamat” karena teks tersebut berisi ucapan selamat hari raya IMLEK yang meriah, terdapat kue keranjang dan cuaca yang ekstrem dengan turunnya hujan. Teks (22) termasuk dalam tindak ilokusi ekspresif “berterimaksih” karena teks tersebut berisi ucapan terimaksih dan doa ayng diucapkan pengemis kepada seseorang yang telah memberinya uang agar diberikan keselamatan, kesehatan, rejekinya lancar. Teks (23) termasuk dalam tindak ilokusi ekspresif “menyalahkan” karena bermakna suatu kebenaran bahwa seorang sopir yang marah karena penumpang tidak menutup kembali pintunya setelah keluar dari taksinya. Fungsi tuturan “menyalahkan” adalah untuk menyalahkan sesuatu hal yang dianggap tidak sesuai dengan suatu kebenaran yang semestinya. Fungsi tuturan “memuji” adalah untuk membuat seseorang menjadi senang dan bangga akan dirinya sendiri. Fungsi tuturan “memberi selamat” adalah segala bentuk ucapan yang menggambarkan suatu keadaan yang membahagiakan. Fungsi tuturan “berterimakasih” adalah untuk mengucapkan rasa terimakasihnya untuk suatu pengorbanan dan bantuan yang telah diberikan.
4.2.2 Perlokusi dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi Tindak perlokusi adalah tuturan yang sering dikeluarkan oleh seseorang yang mempunyai daya pengaruh, atau efek bagi yang mendengarnya (Putu Wijana, 2009: 23). Tindak tutur semacam ini kadang disebut the act of effecting someone (Rahardi 2009: 72). Jadi perlokusi merupakan hasil atau efek yang diharapkan timbul pada diri pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan itu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
Efek yang diharapkan dalam tuturan tersebut, sangat tergantung pada isi pesan yang ingin disampaikan. pada tindak ilokusi hal yang dibahas berkaitan dengan maksud yang ingin disampaikan penutur kepada mitra tutur, dalam penelitian ini oleh penutur dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi, dengan efek yang diharapkan dilakukan oleh pembaca/mitra tutur. Dalam hal ini pembaca menanggapi tuturan pesan dalam teks sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat pengucapan itu. pesan biasanya memanfaatkan kata, frase atau kalimat untuk menarik perhatian (attention), menciptakan ketertarikan (interest), mendorong keinginan (desive), membentuk keyakinan (conviction), dan tindakan (action). Pada tindak ilokusi hal yang dibahas berkaitan dengan maksud yang ingin disampaikan oleh menulis kepada pembaca, dalam konteks penelitian ini oleh pembaca dengan efek yang diharapkan dilakukan oleh pembaca, dalam hal ini pembaca menanggapi isi pesan teks sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat pengucapan itu. Tindak ilokusi dan tindak perlokusi saling berkaitan erat. Pada tindak ilokusi asertif misalnya pesan yang dituturkan dalam teks dimaksudkan agar pembaca mengakui kebenaran yang diungkapkan, dengan demikian tidak perlokusi yang diharapkan adalah pembaca mengakui kebenaran dan mengikuti apa yang disarankan. Demikian pula pada tindak ilokusi direktif, pesan teks dimaksudkan menyuruh atau memakai dan melaksanakan apa yang diperintahkan. Pada tindak ilokusi komisif, isi pesan teks adalah untuk melaksanakan apa yang disebutkan dalam ujarannya, maka tindak perlokusi yangdiharapkan pembaca mau menerima apa yang dijanjikan, sedangkan pada tindak ilokusi deklaratif pesan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
teks menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan, maka tindak perlokusi yang diharapkan bersedia menerima kenyataan tersebut. Secara umum efek yang diharapkan setelah membaca teks ada dua. Pertama, pembaca tertarik dan bersedia mencoba apa yang disampaikan dalam isi teks. Kedua, mengingatkan pembaca untuk berhati-hati dan selalu waspada akan bahaya di sekitar kita. Teks (1) efek yang diperkirakan muncul adalah ingin ikut hadir dan memeriahkan pesta rebutan apem tersebut, mencoba betapa heboh dan saling berdesak-desakan saat gunungan apem menjadi rebutan. Teks (2) efek yang diperkirakan muncul adalah pembaca ingin mempraktekkan dimana saat berada untuk tidak mau membantu korban kecelakaan karena dia pun juga menganggap membahayakan nyawa korban. Teks (3) efek yang diperkirakan muncul adalah ingin mncoba membuktikan menghitung seperti yang dinyatakan dalam teks tersebut bahwa dua digit terakhir angka kelahiran kita ditambahkan hasilnya akan 111. Teks (4) efek yang diperkirakan muncul adalah penesaran ingin mencoba potongan model baru seperti model crop circle. Teks (5) efek yang diperkirakan muncul adalah baru menyadari ketika dihitung-hitung hari kerjanya singkat namun gaji tetap penuh satu bulan. Teks (6) efek yang diperkirakan muncul adalah menarik minat pembeli yang membutuhkan kijing tersebut, apalagi bergaransi sehingga harga dan barangnya bisa dipertanggungjawabkan jika terjadi kerusakan dalam jangka waktu yang disepakati. Teks (7) efek yang diperkirakan muncul adalah jika itu di Indonesia nampaknya tidak akan seperti yang diceritakan di Inggris. Polisi Di Indonesia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
jarang yang berpatroli malam hari. Polisi juga masih senang melakukan tilang, kegiatan ini merupakan kegiataan yang paling menyenangkan karena uangnya masuk kantong polisi tersebut. Teks (8) efek yang diperkirakan muncul adalah salut karena sekolah tetap melestarikan budaya yang kini mulai hilang. Diharapakan agar siswa lebih giat dan semangat dalam belajar. Teks (9) efek yang diperkirakan muncul penasaran ingin mencoba menu tersebut apalagi tertera bahwa harga perporsinya cukup murah. Berharap ketika menikmati sajian ini enak dan mantap namun jika kurang enak pun tidak menjadi soal karena tidak terlalu rugi bagi pembeli karena harganya pun murah. Teks (10) efek yang diperkirakan muncul adalah ingin mencoba rasa bakso yang ditawarkan tersebut walaupun bakso itu dimana-mana cita rasanya hampir sama, hanya saja penjual bakso mempunyai kekhasan pada kuahnya, dan sajian pendukung yang dihidangkan dalam mangkok bakso tersebut. Teks (11) efek yang diperkirakan muncul adalah nama-nama yang asing ditelinga saat mengetahui bahwa disetiap kota memiliki ciri khas bakso yang dijualnya. Bakso ternyata sangat berkembang, bahkan di setiap kota di Indonesia orang berjualan bakso dengan beragam rasa, nama, ukuran bakso. Rata-rata bakso harganya sama dan masih terjangkau oleh kantong. Teks (12) efek yang diperkirakan muncul adalah menunjukan rasa kesalnya karena tidak laku korannya. Teks (13) efek yang diperkirakan muncul adalah bagi yang suka jengkol maka saat berkunjung ke kota tersebut akan singgah dan menikmati sajian beragam jengkol, namun bagi yang tidak suka dengan jengkol saat mendengar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
bahkan membaca papan tulisan “Full Jengkol” maka akan geli dan raut wajah akan berubah jadi aneh karena merasa risih dengan jengkol tersebut. Teks (14) efek yang diperkirakan muncul adalah akan tertawa saat mendengar nama tersebut. Tempat ini hanya berlaku bagi kaum laki-laki yang akan disunatkan. Teks (15) efek yang diperkirakan muncul adalah bingung dengan celeng jika tanpa menunjukan bendanya. Yang kita tahu celeng adala hewan sedangkan di desa ini kebiasaan memberi namaceleng sebagai sebutan alat angkut beroda satu yang didorong. Secara umum alat tersebut dinamakan gerobak. Teks (16) efek yang diperkirakan muncul adalah menambah pengetahuan, menjadi tau nama cabai di setiap daerah. Teks (17) efek yang diperkiran muncul adalah saking banyaknya salon-salon dengan beragam nama, maka diharapkan dengan nama profesor cukuer ini tidak akan sama dengan yang lain, serta memiliki servis yang baik bagi pelanggan dan hasil dari potongan ranbut akan rapi sehingga menarik minat untuk memilih potong rambut di tempat ini. Teks (18) efek yang diperkirakan muncul adalah tetap malu walaupun negara lain juga pernah merasakan hal yang sama dengan Indonesia. Teks (19) efek yang diperkirakan muncul adalah aneh jika menjelang pulang kerja mandi di kantor, seandainya di jalan kehujanan sama saja kotor lagi. Teks (20) efek yang diperkirakan muncul adalah pengalaman seperti ini menjadikan pelajaran bahwa naik kereta api yang duduknya dekat jendela sangat rawan tangan jail yang senang melempar batu saat kereta api sedang melintas. Padahal kegiatan melempar seperti ini tidak ada untungya dan bahkan melukai orang lain jika batu yang dilemparkan tersebut kena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
sasaran. Kendaraan yang kita tumpangi memiliki keuntungan dan resiko masingmasing. Teks (21) efek yang diperkirakan muncul adalah jadi penasaran ingin melihat dan merasakan kue keranjang tersebut. Pada dasarnya kue keranjang bentuknya memang seperti keranjang karena dicetak menggunakan cetakan keranjang mini. Hari raya IMLEK jatuh dimusim hujan karena memang sedang berlangsung musim hujan. Hujan saat IMLEK merupakan pertanda bahwa rezeki yang baik. Teks (22) efek yang diperkirakan muncul adalah ciri-ciri pengemis yang selalu memberikan doa bagi yang memberinya sedekah, karena hanya doa yang bisa dia berikan. Teks (23) efek yang diperkirakan muncul adalah salah orang jepang tersebut karena dia menerapkan kebiasaannya ketika di Jepang. Oarang Jepang tersebut harusnya belajar dan menyesuaikan diri saat ini karena sedang berada di Jakarta. Di Indonesia belum canggih seperti di Jepang, masih manual.
4.3 Pembahasan Tujuan umum penelitian ini adalah mendeskripsikan tindak ilokusi dan tindak perlokusi pada teks Sungguh-Sungguh Terjadi yang terdapat dalam media cetak Kedaulatan Rakyat. 30 teks yang dianalisis diketahui bahwa dari semua teks Sungguh-Sungguh Terjadi mengandung ilokusi dan perlokusi. Ilokusi yang terdapat daalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi terdiri dari lima jenis yaitu meyakinkan, mempengaruhi, membujuk, menyindir, dan perintah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
4.3.1 Tindak Ilokusi Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang dapat dipergunakan untuk melaksankan sesuatu (Putu Wijana, 2009 : 22). Tindak tutur semacam ini dapat dikatakan sebagai the act of doing something (Rahardi, 2009 : 71). Ilokusi mengacu pada pengucapan suatu pernyataan, pertanyaan, tawaran, dan sebagainya. Searle (1983) menggolongkan tindak tutur ilokusioner ini dalam lima macam bentuk tuturan yaitu asertif, direktif, komisif, deklaratif dan ekspresif. Salah satu unsur penting dari teks Sungguh-Sungguh Terjadi yang dianalisis adalah
unsur
kata,
frase,
kalimat
yang
digunakan
dengan
maksud
memperkenalkan dan mempromosikan isi tuturan pesan teks tersebut. Kata, frase, kalimat yang dipakai tersebut dapat bermakna denotatif maupun makna konotatif. Mkana denotatif atau makna leksikal adalah makna yang sesungguhnya yang tertera dalam kamus, sedangkan makna konotatif atau makna interpretatif adalah makna kiasan yang bisa dipahami sesuai konteksnya. Tindak ilokusi berkaitan dengan makna konotatif atau makna kiasan. Setiap kata yang disampaikan dalam pesan teks Sungguh-Sungguh Terjadi memiliki maksud dan fungsi masing-masing yang dikenal dengan tindak ilokusi. Berdasarkan dari hasil analisis data-data yang ada, ditemukan ada empat jenis tindak ilokusi yang terkandung dalam teks tersebut. Kelima tindak ilokusi tersebut adalah asertif, direktif, komisif, dan deklaratif dan ekspresif. Kelimanya akan diuraikan di bawah ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
4.3.1.1 Tindak Ilokusi Asertif Tindak ilokusi asertif adalah tindak ujar yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar pendengar mengakui kebenaran yang diungkapkan misalnya menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Pendengar yang mengakui kebenaran yang diungkapkan tersebut diharapkan agar mengikuti apa yang disarankan itu. Hal ini dapat dilihat pada data teks di bawah ini. (1) Berebut apem Yogowiyu di Jatinom, Klaten, Jumat 14-1-2011 benar-benar meriah. Ribuan warga berebut 5 ton apem dengan cara dan alat macammacam. Ada yang “menangkap” pakai topi, tambir, payung dibalik, helm, jaring, dan lain-lain. Nyentriknya, ada 4 orang pakai sarung dibentangkan. (2) Saya agak terkejut menyaksikan kecelakaan lalu lintas di kota Taoyuan Taiwan, tempat saya belajar. Tak ada satu orang pun yang membantu mengangkat tubuh korban. Tetapi para saksi mata berusaha mangatur lalulintas. Ketika saya bertanya pada seorang teman tentang hal itu, ia menjelaskan bahwa membantu mengangkat atau memindahkan tubuh korban justru bisa membahayakan korban. Menurutnya, hanya tenaga para medis yang boleh mengangkat tubuh korban.
Teks (1) di atas penulis ingin menyampaikan suatu kebenaran bahwa saat berebut apem yang jumlahnya 5 ton tersebut diperebutkan dengan berbagai macam cara antara lain dengan menggunakan topi, payung, helm, bahkan dengan sarung yang dibentangkan. Bisa dibayangkan pada saat itu pasti sangat ramai berdesak-desakan,tersenggol badannya dengan badan orang lain, dengan adanya informasi seperti itu diharapkan untuk tidak mengikuti acara berebutan karena sebenarnya akan membahayakan diri sendiri. Teks (2) di atas ingin menyampaikan suatu pengalaman bahwa di kota Taoyuan Taiwan tidak boleh membantu menggangkat tubuh korban kecelakaan karena dapat membahayakan nyawa korban. Membahayakan nyawa korban yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
dimaksud disini karena orang awam tidak memiliki keahlian khusus dalam bidang medis maka dari itu hanya tenaga medis saja yang layak membantu dan mengangkat tubuh korban. Fakta yang dipaparkan tersebut menjadikan pengetahuan baru bagi pembaca. Tindak ilokusi asertif ini lebih menekankan kebenaran hal yang disampaikan. Harapannya seseorang akan yakin dengan kebenaran tersebut dan ingin membuktikan sendiri serta menambah ilmu pengetahuan.
4.3.1.2 Tindak Ilokusi Direktif Tindak ilokusi direktif adalah bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya
memesan
(ordering),
memerintah
(commanding),
memohon
(requesting), menasihati (advising), merekomendasi (recommending). Dalam tindak ilokusi direktif ini, seorang penutur yang mengeluarkan suatu tuturan sesungguhnya menghendaki orang lain akan melakukan sesuatu. (3) Sekitar tahun 1990 di Inggris. Pada suatu hari teman kami pak Rahmat sekeluarga pergi ke luar kota mengendarai mobil. Tiba-tiba dari arah belakang ada mobil patroli polisi mengejar, lantas menjejeri mobilnya. Jantung berdegup kencang, menduga pasti ada masalah. Jika kena tilang, uang pas-pasan bisa hilang. Dengan isyarat polisi minta mobil berhenti dan polisi teriak (tentu saja bahasa Inggris) : “ban kiri belakang gembos, Pak, nanti di pom bensin di pompa ya?!” kemudian polisi pergi. Alhamdulilah! Teks (3) di atas adalah ingin menasehati yang dituturkan oleh polisi yang bermakna suatu pernyataan bahwa polisi berteriak bukan untuk menilang melainkan memberitahu bahwa ban kiri mobil belakang gembos dan polisi mengatakan agar bannya segera dipompa di pom bensin. Tuturan bernada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
menasehati ini tepat karena pengendara mobil tidak mengetahui bila bannya bocor, sebaliknya tidak akan tepat bila pengendara mobil sudah menetahui bannya bocor. Hal ini mengingatkan pengendara baik roda dua maupun roda empat agar lebih waspada sebelum bepergian untuk mengecek kondisi kendaraan.
4.3.1.3 Tindak Ilokusi Komisif Tindak Ilokusi Komisif adalah tindak ujar yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam ujarannya. Jadi, erat kaitannya dengan suatu tindakan di masa depan, seperti berjanji, bersumpah, mengancam, menawarkan. Contoh tindak ilokusi komisif berikut ini, (4) Selalu saja ada taktik nyleneh baru orang jualan bakso. Seperti misalnya di desa Giwangretno, kecamatan Sruweng, Pak Yono, pemilik warung bakso “Gila” membuat variasi bakso yang harganya disesuaikan. Semakin besar ukuran, semakin mahal harganya. Ada bakso Rp 5.000, Rp 7.000, Rp 10.000, Rp 12.000 dan Rp 30.000 per porsi. Dan yang paling “Gila” dijual seharga Rp 300.000 berukuran sebesar kalapa. Selain punya kios, pak Yono juga menjajakan baksonya dengan mobil. Teks (4) di atas menggambarkan
seorang pedagang bakso yang
menjajakan dagangannya dengan membuat variasi warung bakso, baksonya pun bemacam-macam ukuran sesuai dengan harganya. Hal ini mampu mempersuasi pembaca agar segera mencoba yang sesuai dengan kantongnya. Bagi pecinta kuliner informasi ini akan menambah referensi kuliner di setia daerah.
4.3.1.4 Tindak Ilokusi Deklaratif Tindak ilokusi deklaratif merupakan bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan, misalnya berpasrah, memecat, membabtis, memberi nama, mengangkat, mengucilkan dan menghukum. Saya ada tamu famili dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
Purbalingga. Mereka mampir dari rumah temannya yang sedang tasyukuran aqiqah bayi perempuannya. Karena lahirnya tengah malam saatnya orang tidur, bayi tersebut diberi nama Naumi dari kata Minannaum (bahasa Arab) yang artinya tidur. (5) Pemilik warung makan kelas bawah banyak yang memilih memberi nama warungnya secara sederhana. Ada yang memberi nama Gelis Wareg dan lainlain.di jalan Karet, Tangerang, Banten, ada warung makan Tegal (warteg) memasang tulisan terbaca begini: “Full Jengkol’.
Teks (5) pemilik warung makan yang memberi nama pada warung makannya yang terletak di kota Tegal dengan memasang tulisan full jengkol yang artinya menu masakannya serba jengkol namun diolah dengan berbagai macam masakan. Diharapkan akan mempersuasi pembaca agar segera mencobanya dan bagi penggila jengkol informasi ini sangat membantu agar segera datang dan menikmati jengkol yang diolah dengan berbagai rasa.
4.3.1.5 Tindak Ilokusi Ekspresif Tindak Ilokusi Ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya saja berterima kasih (thanking), memberi selamat (congratulation), meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blaming), memuji (praising), dan berbelasungkawa (condoling). (6) INDONESIA kalah telak 0-10 lawan Bahrain dalam penyisihan Pra Piala Dunia 2014. Tenang! Itu belum apa-apa jika dibanding pertandingan resmi lain yang juga diakui FIFA. Pada tahun 2000 Kuwait pernah mengalahkan Bhutan 20-0. Masih ada lagi pada tahun 2001 Australia mengalahkan Samoa 31-0. Meski demikian, kita malu juga kan?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
Teks (6) seorang sporter Indonesia saat berlaga di lapangan hijau yang jagoannya harus kalah dalam pertandingan sepak bola tersebut. Teks (6) termasuk dalam tindak ilokusi ekspresif “menyalahkan” karena teks tersebut berisi suatu pernyataan bahwa sporter kecewa karena Indonesia selalu kalah dalam pertandingan. Untuk menegaskan kelima tindak ilokusi di atas, hampir seluruhnya menggunakan gaya bahasa yang oleh Keraf (1984) diartikan sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Beberapa gaya bahasa yang dipakai antara lain gaya bahasa personifikasi, metafora, sinedoke. Gaya bahasa hiperbola dipakai untuk melebih-lebihkan sesuatu tujuannya agar membaca semakin tertarik dan mau mencari
tahu
informasi
tersebut.
Gaya
personifikasi
dipakai
untuk
memperlihatkan bahwa manfaat sebuah benda yang namanya mirip hewan mampu memenuhi kebutuhan pemakainya. Gaya sinedoke dipakai untuk menghemat pemakaian kata, sekaligus membuat pembaca mudah mengingatnya. Beberapa gaya bahasa yang dipakai teks Sungguh-Sungguh Terjadi, antara lain: gaya bahasa kiasan seperti pada teks (1) pada ungkapan “fenomena crop circle” menegaskan bahwa crop circle terjadi di Sleman yang berkembang menjadi model baru rambut saat itu. Gaya bahasa hiperbola merupakan gaya bahasa yang terdapat pada teks Sungguh-Sungguh Terjadi. Ungkapan dengan gaya bahasa ini memang berlebihan tetapi bisa menghipnotis orang untuk mencobanya. Gaya bahasa ini digunakan pada teks (26) menunjukkan sesuatu yang mengagumkan yang mencengangkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
dan luar biasa. Dimana-mana menjual pernik imlek, ini suatu yang berlebihan tetapi begitulah cara menarik perhatian. Ungkapan disambut dengan cuaca ekstrem, memperlihatkan seperti hujan badai dan langit gelap gulita, dengan adanya pernyataan ini maka akan lebih memahami suasana imlek yang sesungguhnya. Gaya bahasa personifikasi memperlihatkan benda mati bisa beraktivitas seperti manusia. Contoh ungkapan pada teks (19) “pak, mau pinjam celeng” dengan ungkapan tersebut mau menggambarkan bahwa alat angkut material beroda satu di daerah bantul dinamakan celeng. Celeng merupakan hewan sehingga tidak semua orang mengerti dan memahami nama alat tersebut. Gaya bahasa alitersi merupakan gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama yang berfungsi untuk penekanan. Gaya bahasa ini ada pada teks (1) pada ungkapan “ benar-benar meriah” ungkapan tersebut menggambarkan suasana yang begitu ramai dipadati banyak orang. Contoh ungkapan lain yaitu “ cara dan alat macam-macam” ungkapan tersebut menyebutkan dengan berbagai macam cara dan alat yang digunakan untuk mendapatkan apem tersebut. Gaya bahasa prolepsis mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa yang sebenarnya terjadi. Gaya bahasa ini ada pada teks (2) dan teks (7), teks tersebut berisi suatu rangkaian peristiwa yang menggambarkan pada kota masing-masing berada. Teks (2) pada intinya hanya tenaga medis saja yang boleh mengangkat korban karena tenaga medis memiliki keahlian dalam menangani korban kecelakaan. Teks (7) pada intinya mau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
menceritakan bahwa bannya bocor, namun penulis menceritakan lengkap kronologi seluruhnya. Gaya bahasa sinedoke semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian. Gaya bahasa ini ditemukan pada teks (3), (5), (9), (12), (16), (17). Teks (3) ungkapan “ hasilnya pasti 111” ungkapan tersebut menyatakan jumlah dari tahun kelahiran ditambah dengan dua digit terakhir tahun kelahiran hasilnya mencapai angka 111. Pada tahun 2011 banyak angka 1 yang menghiasi disetiap bulannya sehingga angka 1 menjadi angka yang unik. Teks (5) ungkapan “ hanya 28-4-4=28 hari, enak ya” menyatakan bahwa hari kerja efektif totalnya hanya 18 hari. Teks (9) ungkapan “murah meriah dan uenak tenan” menggambarkan bahwa soto dan sate rumputnya sangat relatif murah, bersahabat dengan kantong namun harga yang demikian murah tersebut tidak sesuai dengan jumlah porsi, karena ada barang ada uang. Teks (12) ungkapan “maka kita tunggu saja jawabannya” ungkapan tersebut menggambarkan bahwa memang benar harga bensin dan mie ayam dari masa ke masa mengalami perubahan harga yang setara. Sudah terbukti saat ini harga bensin mengalami perubahan harga menjadi Rp 6.500,00 mie ayam juga berubah menjadi Rp 6.500,00. Teks (16) ungkapan “ternyata jumlah hitungannya ada 23.535 kayuhan” menyatakan bahwa dari Bantul sampai kampus UNY mengayuh sepeda dan hasilnya 23.535 kayuhan. Teks (17) ungkapan “full jengkol” ungkapan tersebut menyatakan bahwa di warungnya hanya menjual masakan jengkol, semuanya serba jengkol namun diolah dengan bermacam olahan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
masakan, agar sesuai dengan selera pembeli. Selain jengkol tidak tersedia di warung ini. Gaya bahasa hipalase ditemukan pada teks (4), (6), (13) ungkapan “model anyar” pada teks (4) menyatakan bahwa crop circle mendadak menjadi tren rambut baru akibat adanya fenomena crop circle di daerah Sleman. Teks (6) ungkapan “jual rumah mayat berbagai ukuran bergaransi” ungkapan tersebut menerangkan bahwa di daerah Tirtonadi itu banyak menjual kijing atau terbelo dengan bermacam ukuran dan bergaransi. Bukan rumah untuk mayat seperti rumah tinggal. Teks (13) “warung bakso gila” menerangkan bahwa warungnya tidak gila namun untuk menyatakan bahwa bakso yang berukuran kepala itu bisa disebut gila karena tidak lazim dan ukurannya terlalu besar untuk disantap sendirian. Gaya bahasa epitet ditemukan pada teks (8), (20), (21) untuk menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal, teks (8) “di SMP N 3 Purworejo” menegaskan bahwa di sekolah tersebut memiliki ciri khas pada saat pergantian jam pelajaran akan berkumandang lagu daerah, lagu perjuangan, lagu dolanan. Belum tentu di sekolah lain ditemukan kebiasaan seperti itu. teks (20) ungkapan “ternyata cabai rawit punya nama berbeda-beda di banyak daerah” menegaskan bahwa di masing-masing daerah memiliki nama khas pada suatu hal untuk memberi tanda satu dengan yang lain. Apabila ditemui barang atau benda yang sama persis hanya nama atau cara menyebutnya saja yang berbeda namun fungsi, rasa tetap sama jika cabai itu pedas. Teks (21) “profesor cukuer” menegaskan bahwa jasa salon memberikan servis yang bagus karena nama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
profesor adalah untuk orang yang benar-benar memiliki keahlian khusus pada bidangnya khususnya dalam bidang pendidikan. Jasa cukur ini hanya memberi nama untuk memberi tanda agar berbeda dengan salon lainnya. Gaya bahasa metonimia ditemukan pada teks (10), (18), (22). Teks (10) menyatakan suatu hal bahwa sebenarnya ingin memberikan informasi kuliner bakso dengan nama yang berbeda pada masing-masing daerah. Bakso tersebut tentunya memiliki ciri khas pada sajiannya itu. pedagang memberikan nama warung baksonya pasti dengan maksud dan tujuan yang jelas. Teks (18) hampir sama dengan teks (10) namun teks ini berisi suatu pernyataan tentang pusat kegiatan, pada intinya pusat kegiatan untuk memenuhi kebutuhan suatu hal dalam kehidupan sehari-hari. Teks (22) perubahan nama pada sebuah bus karena bus sebelumnya sering kali kecelakaan menelan korban, sebuah nama adalah sebuah doa dan harapan sehingga sering mensugesti pikiran seseorang sehingga nama bus itu berubah menjadi sumber selamat agar senantiasa diberi keselamatan. Gaya bahasa litotes pada teks (11) ungkapan “merakyat” menerangkan bahwa masakan ikan laut rebus itu dimasak dengan bumbu yang sederhana, sekalipun sederhana pastinya akan terasa mahal apapun ikannya. Ini diharapkan agar para wisatawan mau singgah ke gubugnya untuk membeli masakan blekecek tersebut. Gaya bahasa erotesis ditemukan pada teks (14), (25), teks (14) ungkapan “koran, koraaaan, siapa lagi yang tidak mau beli” ungkapan ini tidak membutuhkan jawaban dari siapapun, menyatakan bahwa penjual koran yang pasrah karena korannya tidak laku. Teks (25) “kok bisa ya dua kali kena lemparan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
batu” ungkapan tersebut juga tidak memerlukan jawaban, karena tidak bisa disalahkan juga bahwa tempat duduk penumpang sangat dekat dengan kaca jendela. Gaya bahasa silepsis pada teks (15) ungkapan “tahun ini lolos dari traktiran kan?” menerangkan bahwa 29 Februari ditemui 4 tahun sekali, hanya bisa mengalami ulang tahun 4 tahun sekali. Gaya bahasa sinisme pada teks (23) ungkapan “meski demikian kita malu juga kan?” menyindir bahwa walau negara lain pernah kalah dalam pertandingan sepak bola dengan skor yang tertinggal jauh dan lebih parah dari Indonesia, namun kekalahan itu tetap membuat malu Indonesia apapun dan bagaimana kondisinya. Kalah ya tetap kalah, Indonesia tidak bisa diandalkan. Gaya bahasa metafora pada teks (26) membandingkan dua hal secara langsung ada pada ungkapan “ kue” dan “keranjang” maksudnya kue keranjang bukan berarti bentuknya seperti keranjang namun pembuatan kue tersebut disimpan dalam keranjang bambu yang disimpan dalam waktu yang cukup lama agar kue tersebut mampu bertahan lama. Gaya bahasa antonomasia ada pada teks (27) ungkapan “mugi-mugi panjenengan tansah dipun paringi sugeng rahayu” menyatakan bahwa pengemis mendoakan agar sang dermawan akan diberikan selamat sampai tujuan. Gaya bahasa asonasi ada pada teks (28)”dimaki-maki” menegaskan bahwa ungkapan tersebut menjelaskan sesuatu hal untuk menegaskan bahwa sopir taksi sangat marah karena penumpang tidak menutup kembali pintunya setelah keluar dari taksi yang ditumpanginya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
Penggunaan gaya bahasa ini sangat tergantung target pembacanya. Gaya bahasa yang dipilih harus efektif dalam penyampaian pesan-pesan penjualan dan harus membantu mengarahkan imajinasi ke alam realitas yang dapat diterima oleh pembaca (Agustrijanto, 2002:83). Penggunaan berbagai ragam bahasa ini harus diarahkan ke perilaku membeli, menggunakan, atau beralih ke produk yang disampaikan.
4.3.2 Perlokusi dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi Tindak perlokusi adalah tuturan yang sering dikeluarkan oleh seseorang yang mempunyai daya pengaruh, atau efek bagi yang mendengarnya (Putu Wijana, 2009: 23). Tindak tutur semacam ini kadang disebut the act of effecting someone (Rahardi 2009: 72). Jadi perlokusi merupakan hasil atau efek yang diharapkan timbul pada diri pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan itu. Secara umum efek yang diharapkan dari pesan teks adalah menarik perhatian (attention) pembaca, pembaca tertarik (interest), pembaca terdorong keinginan (desire) untuk semakin meu mengenal isi pesan teks, pembaca yakin dengan isi pesan yang disampaikan (conviction) dan pembaca terdorong melakukan apa yang ada pada teks (Agustrijanto, 2002 : 39). Secara pragmatik, upaya menarik perhatian ini dilakukan dengan memanfaatkan kata, frase, kalimat yang menarik perhatian. (21) Jika kita cermati selama ini, ternyata ada 2 jenis barang yang sangat bertentangan namun harganya justru selalu sama seiring perjalanan waktu. Barang tersebut yakni seliter bensin jenis premium dengan semangkuk mie ayam biasa. Mulai dari harga Rp 750,00 naik jadi Rp 1.500,00 naik lagi jadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
Rp 2.500,00 lalu naik lagi menjadi Rp 4.500,00. Nah besok ini jika jadi naik lagi bensinnya, akankah harga mie ayam juga ikut naik. Maka kita tunggu saja jawabannya. (22) Di SMP N 3 Purworejo, untuk memberikan semangat belajar siswa, setiap pergantian jam pelajaran, selalu ditandai dengan berkumandangnya lagulagu perjuangan, lagu-lagu daerah dan atau lagu-lagu dolanan. Silakan cek! (23) Di jalan raya Butuh, Mojosongo, Boyolali, ada warung soto rumput dan sate rumput. Sepintas agak nyleneh, tapi ternyata, soto dan sate ayamnya dilengkapi sayur dan lalapan menggunakan rumput laut. Mau coba?sotonya satu porsi Rp 3.000, satenya Rp 6.000. murah meriah dan uenak tenaaan! Teks di atas menarik perhatian, pada teks (21) pembaca menjadi tertarik untuk mengikuti perkembangan dan perubahan harga antara bensin dan mie ayam, dua hal yang berbeda namun benar adanya harga bensin dan mie ayam mengalami kenaikan yang seiring. Teks (22) pembaca tertarik dengan kebiasaan yang terjadi pada sekolah tersebut, dengan kata lain pembaca secara tidak langsung ikut mendukung agar memotivasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan semangat. Teks (23) pembaca tertarik dengan menu yang ditawarkan tersebut, harganya terjangkau dan penasaran dengan hidangan yang akan disajikan dengan rumput laut btersebut. Setelah pembaca tertarik dengan pesan teks, isi pesan teks harus mampu menimbulkan keyakinan kepada pembaca bahwa pesan tersebut bisa terwujud dan mampu diterima oleh akal sehat, seperti teks di bawah ini,
(24) Saya agak terkejut menyaksikan kecelakaan lalu lintas di kota Taoyuan Taiwan, tempat saya belajar. Tak ada satu orang pun yang membantu mengangkat tubuh korban. Tetapi para saksi mata berusaha mangatur lalulintas. Ketika saya bertanya pada seorang teman tentang hal itu, ia menjelaskan bahwa membantu mengangkat atau memindahkan tubuh korban justru bisa membahayakan korban. Menurutnya, hanya tenaga para medis yang boleh mengangkat tubuh korban.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
(25) Tahun 2011 ini memang unik. Karena kita banyak menemukan tanggaltanggal unik. Misalnya 1-1-11, 11-1-11, 1-11-11, 11-11-11. Dan yang lebih unik lagi, bila dua digit terakhir tahun kalahiran kita datambah dengan umur kita tahun ini, hasilnya pasti 111. (26) Bulan Februari 2011 ini merupakan bulan yang punya jumlah paling sedikit masuk kerja bagi karyawan yang kantornya memberlakukan sistem 5 hari kerja per minggu. Coba kita hitung, jumlah hari ada 28. Hari Minggu ada 4. Hari Sabtu ada 4. Hari libur nasional ada 2. Maka efektif kerjanya hanya 284-4=18 hari. Enak ya. Teks di atas merupakan fakta dan pembaca meyakini kebenarannya, teks (24) memang benar bahwa mengangkat korban bagi orang awam sangat berbahaya karena tidak memiliki keahlian khusus dan justru membahyakan orang lain. Teks (25) pembaca meyakini setelah mencoba dihitung ternyata pesan tersebut dapat dibuktikan kebenarannya bahwa dua digit terakhir ditambah dengan tahun kelahiran jumlahnya 111. Teks (26) pembaca meyakini bahwa meyakini bahwa benar bulan Februari setelah dihitung masa kerjanya hanya 18 hari. Pada tahap ini efek yang diharapkan bukan hanya sekedar yakin, tetapi bagaimana dengan kenyataan tersebut pembaca terdorong untuk mencoba dan membeli sesuatu yang ada pesan teks tersebut seperti di bawah ini. (27) Selalu saja ada taktik nyleneh baru orang jualan bakso. Seperti misalnya di desa Giwangretno, kecamatan Sruweng, Pak Yono, pemilik warung bakso “Gila” membuat variasi bakso yang harganya disesuaikan. Semakin besar ukuran, semakin mahal harganya. Ada bakso Rp 5.000, Rp 7.000, Rp 10.000, Rp 12.000 dan Rp 30.000 per porsi. Dan yang paling “Gila” dijual seharga Rp 300.000 berukuran sebesar kalapa. Selain punya kios, pak Yono juga menjajakan baksonya dengan mobil. (28) Bakso lumprah ada di Brebes, bakso bola berkepala ada di Cirebon, bakso rudal ada di Tegal, bakso gepeng ada di Purwokerto, bakso empat rasa ada di Banjarnegara, bakso mak lampir ada di Cipondoh, Tangerang, dan bakso mercon ada di Glagah, Magelang. (29) Beli ikan laut segar di Cilacap sangat mudah. Bisa beli di tepi pantai, di Teluk Penyu dan di pasar. Ada masakan ikan laut yang “merakyat”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
Bumbunya sederhana, masaknya tidak lama yaitu ikan laut direbus dengan bawang merah, bawang putih dan garam. Masakan ini namanya blekecek. Teks di atas secara tegas meminta pembaca untuk segera mencoba apa yang disarankan pada teks tersebut, pada teks (27) bagi yang suka dengan wisata kuliner harus mencoba bakso yang sebesar kepala bayi tersebut walau harus menguras dompet hingga ratusan ribu untuk semangkuk bakso yang berukuran tak wajar itu. Teks (28) setiap kota memiliki makanan khas khususnya bakso, jika pembaca sedang ke luar kota diharapkan singgah dan menikmati bakso. Teks (29) baru dengan sebutan makanan seperti blekecek, pasti akan dicoba ketika sedang berada di kota Cilacap. Pesan pada teks dapat langsung menyuruh membeli atau menggunakan, atau sekedar mempersuasi dan memberi informasi dengan menggambarkan sesuatu pada teks tersebut, efek yang ingin dicapai seseorang tergerak untuk mencoba, membeli, sebagai informasi guna menambah pengetahuan dan pengalaman.
4.3.3 Jenis Ilokusi yang terdapat pada teks Sungguh-Sungguh Terjadi Tindak ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi yang tertentu pula. Penutur menginginkan seseorang melakukan tindakan tertentu yang berkaitan sesuatu yang dirasakannya. Tindak ilokusi ini menunjukkan fungsi ujaran atau tuturan, biasanya berkaitan dengan bentukbentuk kalimat (Rahardi, 2003 : 71-72). Berdasarkan hasil analisis teks Sungguh-Sungguh Terjadi, ditemukan lima ilokusi yang muncul. Kelima ilokusi tersebut meliputi : meyakinkan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
mempengaruhi, membujuk, menyindir, perintah. Ilokusi yang sering ditemui dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi adalah ilokusi mempengaruhi, kemudian ilokusi meyakinkan, ilokusi membujuk, menyindir, perintah. Berikut adalah rincian teks untuk masing-masing ilokusi:
4.3.3.1 Ilokusi Meyakinkan Ilokusi meyakinkan merupakan ilokusi yang paling banyak terdapat dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi. Meyakinkan berasal dari kata yakin yang berarti percaya ( tahu, mengerti) pasti (tentu, tidak salah lagi), sedangkan meyakinkan berarti menyaksikan sendiri supaya yakin (KBBI, 2007 : 1278). Berikut adalah teks yang termasuk ilokusi meyakinkan: (1) Berebut apem Yogowiyu di Jatinom, Klaten, Jumat 14-1-2011benar-benar meriah. Ribuan warga berebut 5 ton apem dengan cara dan alat macammacam. Ada yang “menangkap” pakai topi, tambir, payung dibalik, helm, jaring, dan lain-lain. Nyentriknya, ada 4 orang pakai sarung dibentangkan. (2) Saya agak terkejut menyaksikan kecelakaan lalu lintas di kota Taoyuan Taiwan, tempat saya belajar. Tak ada satu orang pun yang membantu mengangkat tubuh korban. Tetapi para saksi mata berusaha mangatur lalulintas. Ketika saya bertanya pada seorang teman tentang hal itu, ia menjelaskan bahwa membantu mengangkat atau memindahkan tubuh korban justru bisa membahayakan korban. Menurutnya, hanya tenaga para medis yang boleh mengangkat tubuh korban. (3) Selasa 8-2-2011 saya naik KA Ekonomi jurusan Jakarta-Surabaya. Menjelang masuk stasiun Cirebon diluar sana ada orang yang tega melempar batu, tepat mengenai kaca di samping kanan saya duduk. Kaca jendela tidak pecah, cuma retak. Beberapa saat sesudah kereta berangkat dari stasiun Cirebon, kaca jendela di samping saya duduk kena lemparan batu lagi. Beruntung lagi, kaca tidak pecah. Kok bisa ya, dua kali kena lemparan batu, padahal ada puluhan jendela lain dalam rangkaian gerbong kereta api itu. Teks (1) di atas menggambarkan suasana yang ramai, berdesak-desakan, banyak orang yang berteriak dan saling berebutan, segala cara dilakukan agar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
mendapatkan apem. Konon katanya apabila mendapatkan apem dan memakannya warga Jogowiyu meyakini akan menjadi sehat, rejeki lancar, enteng jodoh. Penulis ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa saat itu suasana di Jogowiyu sangat meriah dipadati banyak orangdari segala usia dan asal daerah yang bermacam-macam yang datang untuk memperebutkan apem. Teks (2) di atas meyakinkan pembaca bahwa di kota Taoyuan memang benar orang awam tidak boleh mengangkat atau membantu korban kecelakaan dalam kondisi apapun karena akan membahayakan korban. Penulis meyakinkan pembaca bahwa di kota tersebut termasuk kota yang rapi, tidak macet, bersih, tertib lalu lintas, sehingga ketika terjadi kecelakaan polisi dan tenaga medis akan siap melayani setiap waktu. Teks (3) di atas menggambarkan suasana didalam kereta. Kereta tersebut akan memasuki stasiun Cirebon, di luar stasiun tersebut banyak tangan jail yang melempari kaca jendela dengan batu. Letak kaca tersebut sangat dekat dengan kursi penumpang. Saat kaca itu dilempari batu dua kali tidak sampai pecah namun retak. Penulis meyakinkan pembaca bahwa memang benar kaca kena lemparan batu dua kali ditempat yang sama dan sebenarnya lemparan yang kedua memang tidak disengaja dan hanya kebetulan saja terjadi ditempat yang sama dengan orang yang sama pula.
4.3.3.2 Ilokusi Mempengaruhi Tuturan “mempengaruhi” juga merupakan ilokusi. Pengaruh berarti daya yang ada atau timbul dari seseorang (orang atau benda) yang ikut membentuk watak,
kepercayaan,
atau
perbuatan
seseorang.
Mempengaruhi
berarti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
berpengaruh pada batin seseorang akan daya kerjanya (KBBI, 2007: 849). Dengan membaca teks Sungguh-Sungguh Terjadi yang berilokusi mempengaruhi, diharapkan pembaca bisa terpengaruh dan percaya. Berikut teks yang termasuk ilokusi mempengaruhi. (1) Di jalan raya Butuh, Mojosongo, Boyolali, ada warung soto rumput dan sate rumput. Sepintas agak nyleneh, tapi ternyata, soto dan sate ayamnya dilengkapi sayur dan lalapan menggunakan rumput laut. Mau coba?sotonya satu porsi Rp 3.000, satenya Rp 6.000. murah meriah dan uenak tenaaan! (2) Selalu saja ada taktik nyleneh baru orang jualan bakso. Seperti misalnya di desa Giwangretno, kecamatan Sruweng, Pak Yono, pemilik warung bakso “Gila” membuat variasi bakso yang harganya disesuaikan. Semakin besar ukuran, semakin mahal harganya. Ada bakso Rp 5.000, Rp 7.000, Rp 10.000, Rp 12.000 dan Rp 30.000 per porsi. Dan yang paling “Gila” dijual seharga Rp 300.000 berukuran sebesar kalapa. Selain punya kios, pak Yono juga menjajakan baksonya dengan mobil. Teks (1) tersebut menggambarkan suasana di warung soto, dengan menu andalannya soto dan sate rumput. Sepintas mendengar pembaca akan merasa penasaran dan ingin mencoba. Penulis ingin mempengaruhi pembaca dan diperkirakan akan timbul rasa ingin tahu bahwa soto dan sate tersebut bukan disajikan dengan rumput-rumput hijau yang tumbuh ditanah melainkan rumput laut agar tercipta cita rasa yang menggugah selera. Teks (2) tersebut berisi suatu pernyataan agar mampu mempengaruhi pembaca dan diperkirakan timbul rasa ingin tahu, rasa ingin mencoba bakso dengan harga yang disesuaikan dengan kantong.
4.3.3.3 ilokusi membujuk Membujuk berarti berusaha meyakinkan seseorang dengan kata-kata manis dan sebagainya yang dikatakan benar (untuk memikat hati, menipu,dsb) (KBBI, 2007 : 171). Berikut teks yang termasuk ilokusi membujuk.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
(1) Fenomena crop circle yang muncul di Sleman, Bantul dan Magelang juga “merembet” ke Klaten. Sabtu 29-1-2011 di pasar Cawas Klaten ada tukang cukur keliling bernama Pak Rusno yang kadang mangk al di tepi jalan Cawas-Semin mencari langganan dengan teriak-teriak pada setiap orang lewat begini, “model anyar, crop circle, model rambut anyar crop circle” sambil menunjukan kertas dilaminating bergambar 3 model potong rambut crop circle. (2) Di dekat terminal Gilingan (Tirtonadi) Solo, ada penjual terbelo dan kijing yang pasang papan diberi tulisan bunyinya begini: jual rumah mayat berbagai ukuran bergaransi. Teks (1) di atas menggambarkan seorang tukang cukur keliling yang sedang menawari model baru crop circle. Fenomena crop circle terjadi di persawahan, tukang cukur mengharap apabila model crop circle diterapkan dirambut akan bagus dan menjadi tren baru. Model ini cocok untuk anak kecil dan anak remaja. Teks (2) di atas penulis menggambarkan berada di toko terbelo yang ingin membujuk pembeli dengan kata-kata yang menarik perhatian agar suatu hari nanti jika membutuhkan terbelo bisa langsung menuju desa Tirtonadi, bisa langsung datang, memilih sesuai dengan ukuran, warna, model, dan tentunya ada garansi.
4.3.3.4 Ilokusi Menyindir Menyindir berarti mengkritik (mencela, mengejek) seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang (KBBI, 2007:1069). Dalam persaingan menunjukkan diri sebagai yang terbaik, kadang merendahkan yang lain yang sejenis. Ini dilakukan agar produknya terlihat paling baik. (1) Hari pertama lima hari kerja di lingkungan Pemda Provinsi DIY 1 Februari 2011 teman saya benar-benar memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Sebelum pukul16.00 mandi di kantor, pulang sudah seger.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
(2) INDONESIA kalah telak 0-10 lawan Bahrain dalam penyisihan Pra Piala Dunia 2014. Tenang! Itu belum apa-apa jika dibanding pertandingan resmi lain yang juga diakui FIFA. Pada tahun 2000 Kuwait pernah mengalahkan Bhutan 20-0. Masih ada lagi pada tahun 2001 Australia mengalahkan Samoa 31-0. Meski demikian, kita malu juga kan? (3) Sewaktu saya naik bus jalur 15 pulang sekolah, ada penjual koran masuk bus langsung menawarkan korannya. Karena tidak laku, penjual itu turun sambil teriak: “koran, koraaaan, siapa lagi yang tidak mau beli”. Teks (1) penulis menggambarkan suasana di kantor yang jam pulang kerjanaya pukul 16.00. Karyawan yang saat itu ingin mengisi waktu luang karena pekerjaan sudah selesai dan sambil menunggu-nunggu jam pulang kerja tiba, daripada bengong lalu mandi di kantor sampai di rumah ketemu dengan anak daan istri sudah segar. Apabila dilihat dari sisi yang lain karyawan tersebut kurang pas dan diperkirakan menimbulkan komentar dari rekan-rekan kerja lainnya yang mengira mungkin air di rumah sedang mati, di jalan pulang ke rumah juga masih kena debu, belum lagi jika kena macet, berkeringat dan timbul rasa gatal, sehingga sia-sia meluangkan waktu mandi di kantor. Teks (2) penulis menggambarkan kekecewaannya kepada Indonesia yang kalah dalam pertandingan sepak bola. Negara lain juga pernah mengalami kekalahan, namun sebagai warga negara Indonesia kekalahan itu menimbulkan rasa malu dan kecewa. Teks (3) penulis menggambarkan suasana di angkot, ada seorang penjual koran yang tidak laku, setiap orang yang ditawari korannya selalu menolak untuk membeli, melirik saja tidak, sehingga loper koran tersebut menyindir dengan bahasa halus bagi penumpang lain yang tidak akan membeli korannya tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
4.3.3.5 Ilokusi perintah Perintah berarti perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu (KBBI, 2007:859). Dengan ilokusi perintah, secara langsung menyampaikan apa yang dikehendaki terhadap pemirsa yaitu suatu tindakan untuk mempengaruhi suatu produk yang dimaksudkan. (1) Di SMP N 3 Purworejo, untuk memberikan semangat belajar siswa, setiap pergantian jam pelajaran, selalu di tandai dengan berkumandangnya lagu-lagu perjuangan, lagu-lagu daerah dan atau lagu-lagu dolanan. Silakan cek! (2) Taksi di Jepang pakai sistem hidraulik. Buka atau tutup pintu, sopir tinggal pencet tombol. Penumpang keluar taksi langsung pergi, tidak usah menutup pintu. Teman saya (orang Jepang) ketika di Jakarta pernah dimaki-maki oleh sopir taksi. Karena ketika keluar dari taksi, langsung pergi..tanpa menutup pintu. Teks
(1)
di
atas
menggambarkan
suasana
di
sekolah
yang
mengumandangkan lagu-lagu perjuangan untuk meningkatkan minat belajar siswa, disarankan untuk mengecek langsung ke sekolahnya apabila kurang yakin bahwa sekolah tersebut benar-benar menyiapkan lagu untuk menarik minat belajar siswa. Teks (2) Jepang negara yang maju, orang Jepang yang sedang berada di Jakarta itu mengira taksi di kota tersebut sudah canggih seperti di Jepang. Tata kota Jepang dan Jakarta sangat berbeda, sopir taksi pasti marah mendapati penumpangnya keluar dan tidak menutup sekalian pintunya, di Jepang canggih namun di Indonesia belum bisa menerapkan tombol otomatis pada taksi karena di Jakarta masih banyak sarana dan prasarana yang belum memadai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah disajikan sebelumnya, diperoleh beberapa hal yang dapat disimpulkan dari analisis ini. Secara rinci beberapa hal itu diuraikan sebagai berikut. 30 teks yang dianalisis mengandung tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Tindak ilokusi adalah maksud yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca, sedangkan tindak perlokusinya adalah efek yang diharapkan setelah membaca teks Sungguh-Sungguh Terjadi. Ditinjau dari tindak ilokusinya, teks yang dianalisis ini mengandung 5 jenis tindak ilokusi. Pertama, tindak ilokusi asertif, merupakan tindak ujar yang dengan maksud tertentu mengakui kebenaran yang diungkapkan, dengan harapan akan mengikuti apa yang disarankan itu. Kedua, tindak ilokusi direktif, merupakan tindak ujar dengan maksug tertentu agar melakukan apa yang dikehendaki dalam ujaran itu. Ketiga, tindak ilokusi komisif, merupakan tindak ujar yang mengikat agar melaksanakan apa yang disebutkan dalam ujarannya dan diharapkan untuk menirunya. Keempat, tindak ilokusi deklaratif, merupakan tindak ujar yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya. Harapannya agar pembaca mempercayai hal itu pula. Kelima, tindak ilokusi ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan.
70
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
Terdapat lima macam ilokusi yang terdapat dalam
teks Sungguh-
Sungguh Terjadi yaitu meyakinkan, mempengaruhi, membujuk, menyindir, dan perintah. Sebagian besar teks berilokusi meyakinkan. Jadi bisa disimpulkan bahwa dalam teks tersebut dibuat agar bisa meyakinkan pembaca. Ditinjau dari tindak perlokusi, teks yang dianalisis ingin memberikan efek pada pembaca berupa menarik perhatian (attention), pembaca lalu tertarik (interest), mempunyai keinginan (desire), yakin (conviction), dan bertindak menggunakan atau membeli sesuatu yang menarik perhatiannya. Efek yang diharapkan adalah pembaca tertarik dan meyakini sehingga tergerak untuk membeli dan menggunakannya.
5.2 Saran Peneliti menyampaikan beberapa saran yang akan bermanfaat bagi pembaca, para jurnalistik khususnya penulis berita, para guru atau dosen bahasa Indonesia dan pembelajar bahasa, dan bagi peneliti lain. Pertama, pembaca untuk lebih teliti, dan lebih kritis dalam membaca sebuah berita yang ada di dalam surat kabar. Tidak hanya itu, pembaca juga dapat melakukan penilaian terhadap kualitas dari surat kabar tersebut. Dengan demikian, pembaca tidak akan menyesal berlangganan surat kabar tersebut. Kedua, para jurnalis khusunya penulis berita untuk wartawan agar mencari informasi selengkap mungkin dan memilih topik yang mampu meningkatkan kualitas surat kabar menjadi lebih baik. Wartawan harus bisa mencari berita dengan lengkap dan menuliskannya berdasarkan teknik jurnalistik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
Selain itu, seorang wartawan harus bisa mengedepankan fakta dari pada opini pribadi. Serta hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai masukan bagi para akademisi ilmu komunikasi, khususnya jurnalistik. Ketiga, guru dan pembelajaran bahasa di sekolah (SMA) hendaknya mengajarkan secara benar sejak dini bagaimana menulis sebuah berita yang baik agar nantinya kesalahan-kesalahan yang ada tidak terulang lagi. Keempat, bagi peneliti lain adalah diharapkan lebih cermat dalam melakukan analisis sebuah berita. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan sebuah penelitian dengan jenis yang sama, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau mengembangkan rumusan masalah yang telah ada.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
DAFTAR PUSTAKA
Brown dan Levinson. 1987. Polliteness: Some Universal in Language Usage. Diunduh dari perpustakaan online : htpp//books.Google.Co.Id/books. Depdiknas. 2002. Brown, Gilian & George Yule. 1996. Analisis wacana. Jakarta : Gramedia. Kamus Besar Bahasa Indonesia; Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasvatikabooks. Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Leech. Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: UI-Press. Levinson, C. Stephen. 1983. Pragmatics New York: Cambrige University Press. Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Rosdakarya.
Bandung : Remaja
Nababan, P. W. J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Depdikbud. Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik, Malang: Dioma. . 2005. Pragmatik, Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Ramlan, M. 1985. Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan Kata. Yogyakarta: Andi Offset. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sarwoyo, Ventianus. 2009. Tindak Ilokusi dan Penanda Tingkat Kesantunan Tuturan di Dalam Surat Kabar. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
Searle, John R. 1969. Speech Act. New York: Cambrige University Press. Soewandi, A. M. Slamet. 1991. Tehnik Analisis Data. Handout perkuliahan. Subagyo. Ari. 2003. Reader: Sanata Dharma.
Pragmatik 1. Yogyakarta: PBSID Universitas
Sumarsono. 2004. Filsafat Bahasa. Jakarta: Grasindo. Tarigan, Henry Guntur.1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yuliani, V. 2009. Implikatur dan Penanda Lingual Kesantunan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) Berbahasa Indonesia di Media Luar Ruang (Outdoor Media). Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI