PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
EFEKTIVITAS METODE EKSPERIMEN BEBAS DAN EKSPERIMEN TERBIMBING TERHADAP KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMAN 2 NGAGLIK DALAM MATERI PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA SKRIPSI
HALAMAN JUDUL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
oleh JOHAN PAMUNGKAS NIM : 111424035 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI EFEKTIVITAS METODE EKSPERIMEN BEBAS DAN EKSPERIMEN TERBIMBING TERHADAP KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMAN 2 NGAGLIK DALAM MATERI PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
oleh: Johan Pamungkas NIM: 111424035
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Tanggal: 18 Agustus 2015
Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T.
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI EFEKTIVITAS METODE EKSPERIMEN BEBAS DAN EKSPERIMEN TERBIMBING TERHADAP KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMAN 2 NGAGLIK DALAM MATERI PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA HALAMAN PENGESAHAN oleh: Johan Pamungkas NIM: 111424035
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 31 Agustus 2015 dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap
Tanda Tangan
Ketua
: Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd.
……………….
Sekretaris
: Dr. Ign. Edi Santosa, M.S.
……………….
Anggota
: Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T.
……………….
Anggota
: Drs. A. Atmadi, M.Si.
……………….
Anggota
: Dr. Drs. Vet. Asan Damanik
……………….
Yogyakarta, 31 Agustus 2015 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan,
Rohandi, Ph.D. iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tidak ada yang tidak dapat kita capai apabila kita berusaha. “Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. (Al-Baqarah:152)
Jadikan kepandaian sebagai kebahagiaan bersama, sehingga mampu meningkatkan rasa ikhlas untuk bersyukur atas kesuksesan. (Mario Teguh)
Karya ini saya persembahkan kepada:
(1) Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. (2) Keluarga Ayah dan ibu tercinta, Bapak H. Mulyono, S.Pd., dan Ibu Hj. Asil Mulyani, S.Pd., ketiga kakakku Herlina Ana Susanti, S.Pd., Yeni Puspandari, S.Si., dan Deny Pradita Tri Handaru, S.Pd.. (3) Teman-teman pendidikan Fisika angkatan 2011 yang selalu berbagi suka dan duka. (4) Kekasihku, Jenny Resty Harjanti, S.Pd.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 31 Agustus 2015 Penulis
Johan Pamungkas
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Johan Pamungkas NIM
: 111424035
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: EFEKTIVITAS METODE EKSPERIMEN BEBAS DAN EKSPERIMEN TERBIMBING TERHADAP KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMAN 2 NGAGLIK DALAM MATERI PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA
Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk
pangkalan
data,
mendistribusikan
secara
terbatas,
dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 31 Agustus 2015 Yang menyatakan
Johan Pamungkas vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
Pamungkas, Johan. 2015. Efektivitas
Metode Eksperimen
Bebas
dan
Eksperimen Terbimbing terhadap Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMAN 2 Ngaglik dalam Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing terhadap keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X SMAN 2 Ngaglik dalam materi pembiasan cahaya pada lensa. Jenis penelitian ini adalah eksperimental kuantitatif dan kualitatif. Subyek penelitian adalah siswa kelas X MIA 2 dan 4 yang terdiri dari 59 siswa. Penelitian ini menggunakan dua kelas eksperimen yang diberikan treatment berbeda, yaitu metode eksperimen bebas dan metode eksperimen terbimbing. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data yaitu: tes tertulis (pre-test dan post-test), serta observasi melalui rekaman video. Hasil prestasi belajar berdasarkan pre-test dan post-test dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS 22, sedangkan keaktifan siswa berdasarkan rekaman video dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode eksperimen terbimbing lebih efektif untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X SMAN 2 Ngaglik daripada metode eksperimen bebas.
Kata kunci: metode eksperimen bebas, metode eksperimen terbimbing, keaktifan, prestasi belajar.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
Pamungkas, Johan. 2015. The Effectiveness of Free Experimental Method and Guided Experimental Method to Activity and Student Achievement for Class X of SMAN 2 Ngaglik about Light Refraction in Lens. Thesis. Yogyakarta: Physics Education, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research aims to know the effectiveness of free experimental method and guided experimental method to activity and student achievement for class X of SMAN 2 Ngaglik about light refraction in lens. This type of research is quantitative and qualitative experimental. The subjects of this research were students in X MIA 2 and 4 which totally of 59 students. This research uses two experimental groups given two different treatments: free experimental method and guided experimental method. Instruments used in this research to collect experimental data were written test (pre-test and post-test), and observation uses video recordings. The results of student achievement based on pre-test and post-test have been statistically analyzed using SPSS 22, while students activities based on video recordings have been analyzed descriptively. The results of this research showed that the application of the guided experimental methods is more effectively to enhance activity and student achievement for class X of SMAN 2 Ngaglik than the free experimental method. Keywords: free experimental method, guide experimental method, activity, learning achievement.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Metode Eksperimen Bebas dan Eksperimen Terbimbing terhadap Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMAN 2 Ngaglik dalam Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa”. Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu dan meraih gelar sarjana pendidikan sesuai kurikulum Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (JPMIPA), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2.
Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan Dosen Pembimbing Akademik (DPA) Pendidikan Fisika yang telah memberikan semangat, saran, arahan dan bimbingan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma.
3.
Romo Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T., sebagai dosen pembimbing yang dengan pengertian dan kesabaran telah memberikan bimbingan, motivasi, serta berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis sejak awal sampai akhir penulisan skripsi ini.
4.
Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si., sebagai validator yang bersedia memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam pembuatan instrumen soal, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5.
Segenap karyawan sekretariat JPMIPA yang telah memberikan bantuan dalam memperlancar surat perizinan penelitian.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6.
x
Bapak Darwito, S.Pd., selaku kepala SMAN 2 Ngaglik yang telah memberikan izin penelitian.
7.
Bapak Drs. Warsun Latif, sebagai guru bidang studi fisika kelas X SMAN 2 Ngaglik yang telah membantu dan memberikan masukan selama penelitian.
8.
Siswa kelas X MIA 2 dan X MIA 4 SMAN 2 Ngaglik yang telah bersedia menjadi subyek penelitian dan membantu dalam kelancaran penelitian.
9.
Kedua orang tua saya, Bapak H. Mulyono, S.Pd., dan Ibu Hj. Asil Mulyani, S.Pd., yang senantiasa menjadi semangat penulis dalam hal apapun. Ketiga kakak saya, Herlina Ana Susanti, S.Pd., Yeni Puspandari, S.Si., dan Deny Pradita Tri Handaru, S.Pd., yang selalu mendorong penulis untuk maju.
10. Teman-teman kelompok penelitian, Yoana Maria Vianey, S.Pd., Ginanjar Alvi Mubaroq, Ignatius Mayo Aquino Pang, terima kasih atas dukungannya. 11. Kekasih saya, Jenny Resty Harjanti, S.Pd. yang senantiasa memberikan semangat dan membantu saya dalam proses pengerjaan skripsi. 12. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2011 Universitas Sanata Dharma yang telah berjuang dalam kebersamaan guna menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas pengalaman-pengalaman indah yang selama ini kita bangun bersama.
Penulis menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mohon masukan, kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Yogyakarta,
Agustus 2015
Johan Pamungkas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............. vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii ABSTRACT ......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 A.
Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
C.
Tujuan Penelitian......................................................................................... 4
D.
Manfaat Penelitian....................................................................................... 4
E.
Definisi Istilah ............................................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................6 A.
Filsafat Kontruktivisme ............................................................................... 6
B.
Metode Eksperimen................................................................................... 10
1.
Eksperimen Terbimbing ................................................................................. 10
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
xii
Eksperimen Bebas........................................................................................... 12
C.
Keaktifan ................................................................................................... 14
D.
Prestasi Belajar .......................................................................................... 20
1.
Belajar .............................................................................................................. 20
2.
Prestasi Belajar ................................................................................................ 25
E.
Pembiasan Cahaya pada Lensa ................................................................. 26 1.
Pengertian dan Sifat Lensa ............................................................................ 26
2.
Diagram Pembentukan Bayangan pada Lensa ............................................ 28
3.
Hubungan Jarak Benda, Jarak Bayangan, Jarak Fokus dan Indeks Bias Lensa................................................................................................................. 31
4.
Perbesaran Bayangan ..................................................................................... 32
5.
Kekuatan Lensa ............................................................................................... 33
F.
Penelitian yang relevan ............................................................................. 33
G.
Kaitan Teori dengan Penelitian ................................................................. 35
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................36 A.
Desain Penelitian ....................................................................................... 36
B.
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 37
C.
Populasi dan Sampel ................................................................................. 37
D.
Treatment .................................................................................................. 37
E.
Instrumen ................................................................................................... 39 1.
Instrumen Pembelajaran ................................................................................. 39
2.
Instrumen Pengumpulan Data ....................................................................... 40
F.
Validitas .................................................................................................... 42
G.
Metode Analisis yang digunakan .............................................................. 43
1.
Analisis Prestasi Belajar Siswa ..................................................................... 43
2.
Analisis Keaktifan Belajar Siswa ................................................................. 46
BAB IV DATA DAN ANALISA DATA .............................................................48 A.
Deskripsi Penelitian................................................................................... 48
B.
Data dan Analisa Data ............................................................................... 49
1.
Prestasi Belajar Siswa .................................................................................... 49
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xiii
2.
Keaktifan Siswa .............................................................................................. 54
3.
Kaitan Keaktifan dengan Prestasi Belajar ................................................... 63
C.
Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................66 A.
Kesimpulan................................................................................................ 66
B.
Saran .......................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................67 LAMPIRAN ..........................................................................................................69 BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................161
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Sifat bayangan pada lensa cembung. ....................................................29 Tabel 3.1. Design static group Pre-test-Post-test ................................................. 36 Tabel 3.2. Kisi-kisi Pre-Test dan Post-Test .......................................................... 41 Tabel 3.3. Indikator keaktifan siswa ..................................................................... 42 Tabel 4.1. Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 48 Tabel 4.2. Nilai pre-test - post-test kelas eksperimen I dan II .............................. 49 Tabel 4.3. Perbandingan pre-test kelas eksperimen I dan II ................................. 50 Tabel 4.4. Perbandingan pre-test dan post-test pada kelas eksperimen I.............. 51 Tabel 4.5. Perbandingan pre-test dan post-test pada kelas eksperimen II ............ 52 Tabel 4.6. Perbandingan post-test kelas eksperimen I dan II ................................ 53 Tabel 4.7. Perbandingan keaktifan siswa kelas eksperimen I dan II. ................... 63
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Berbagai jenis bentuk lensa .............................................................. 27 Gambar 2.2. Pembiasan cahaya pada lensa cembung dan cekung. ....................... 27 Gambar 2.3. Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung. ...................................... 28 Gambar 2.4. Diagram sinar lensa cembung untuk benda berjarak (< f) .............. 29 Gambar 2.5. Sinar-sinar istimewa pada lensa cekung........................................... 30 Gambar 2.6. Diagram sinar lensa cekung. ............................................................ 31 Gambar 2.7. Perbesaran bayangan linear pada lensa ............................................ 32 Gambar 4.1. Siswa yang memberikan gagasan kepada teman sekelompok. ........ 55 Gambar 4.2. Siswa yang memberi tahu pendapatnya kepada teman kelompok. .. 55 Gambar 4.3. Siswa yang mempresentasikan dan menjelaskan hasil percobaan. .. 57 Gambar 4.4. Antusiasme siswa untuk menyampaikan hasil percobaan................ 57 Gambar 4.5. Siswa yang mencoba mencari bayangan paling fokus. .................... 58 Gambar 4.6. Kelompok siswa yang sedang mengukur jarak lilin dan lensa......... 58 Gambar 4.7. Siswa kelas eksperimen II yang sedang mengerjakan soal ............. 60 Gambar 4.8. Siswa kelas eksperimen I yang sedang menyelesaikan soal. ........... 60 Gambar 4.9. Siswa yang sedang memanggil peneliti untuk bertanya................... 61 Gambar 4.10. Siswa yang sedang bertanya kepada peneliti. ................................ 61 Gambar 4.11. Suasana kelas eksperimen I ketika ditanya oleh peneliti. .............. 62 Gambar 4.12. Antusiasme siswa menjawab pertanyaan di kelas eksperimen II. .. 62
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat permohonan izin penelitian ..................................................... 70 Lampiran 2. Surat perizinan pelaksanaan penelitian............................................. 71 Lampiran 3. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian .............................. 72 Lampiran 4. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas eksperimen I........ 73 Lampiran 5. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas eksperimen II ...... 82 Lampiran 6. Lembar kegiatan siswa kelas eksperimen I ...................................... 90 Lampiran 7. Lembar kegiatan siswa kelas eksperimen II ..................................... 92 Lampiran 8. Kisi-kisi soal pre-test dan post-test .................................................. 96 Lampiran 9. Soal pre-test dan post-test................................................................. 97 Lampiran 10. Kunci jawaban dan pedoman penilaian pre-test dan post-test ....... 99 Lampiran 11. Lembar validitas soal oleh Dosen ................................................. 105 Lampiran 12. Lembar validitas soal oleh Guru ................................................... 107 Lampiran 13. Nilai pre-test dan post-test kelas eksperimen I dan II .................. 109 Lampiran 14. Contoh hasil pre-test dan post-test siswa kelas eksperimen I ..... 110 Lampiran 15. Contoh hasil pre-test dan post-test siswa kelas eksperimen II. ... 116 Lampiran 16 Contoh hasil lembar kerja siswa kelas eksperimen I ..................... 122 Lampiran 17. Contoh hasil lembar kegiatan siswa kelas eksperimen II. ............ 124 Lampiran 18. Transkrip Video. ........................................................................... 128 Lampiran 19. Dokumentasi Penelitian ................................................................ 161
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kurikulum
2013
menggunakan
pendekatan
yang
bersifat
alamiah
(konstektual), karena berfokus dan bermuara pada hakikat siswa untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini, siswa merupakan subyek belajar. Proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge). John Dewey (Gentry, 1990), seorang filsuf dan reformator pendidikan, serta kritikus sosial yang berpengaruh sampai dengan pertengahan abad 20, menjelaskan bahwa belajar itu dengan melakukan (learning by doing), sehingga berlangsung melalui pengalaman. Sangatlah penting pengalaman di dalam proses pendidikan. Ungkapan kuno menyatakan bahwa: "Tell me and I forget, show me and I remember, involve me and I understand." Jadi, belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman suatu konsep. Dengan demikian, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun tanggung jawab pada diri siswa. Namun pada umumnya, pengetahuan yang diterima siswa hanya bersifat sebagai informasi. Siswa tidak dikondisikan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan atau informasi tersebut. Akibatnya, pengetahuan itu tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari dan cepat terlupakan. Metode ceramah sering dipakai guru tanpa
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
banyak melihat kemungkinan penerapan metode lain sesuai dengan jenis materi dan bahan serta alat yang tersedia. Pembelajaran fisika di SMAN 2 Ngaglik masih berpusat pada guru, meskipun sudah menerapkan kurikulum 2013. Hal itu peneliti temukan ketika melakukan observasi di SMAN 2 Ngaglik. Saat pelajaran fisika, guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah. Guru menjelaskan materi dan siswa hanya
memperhatikan.
Jadi,
keterlibatan
siswa
menemukan
sendiri
pengetahuannya secara langsung kurang optimal. Seharusnya, siswa diajak aktif dalam menemukan pengetahuannya dan informasi baru. Kenyataan tersebut perlu menjadi perhatian berbagai pihak yang terkait, salah satunya adalah guru. Guru memiliki peranan penting dalam keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dalam pembelajaran meliputi kemampuan menguasai materi, menyampaikan materi, dan menggunakan metode yang tepat dalam menyampaikan materi. Salah satu metode yang kontruktivistik dalam pembelajaran fisika adalah eksperimen. Penelitian yang dilakukan Sartika (2012) menemukan bahwa penerapan metode eksperimen mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar. Nilai kinerja produk kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol, sedangkan nilai kinerja proses yaitu aspek afektif dan psikomotorik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih tinggi dari nilai aspek kognitifnya. Siswa masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal hitungan matematis. Siswa lebih senang terlibat aktif dalam melakukan kegiatan. Guru dan siswa terlibat aktif dalam kegiatan eksperimen, diskusi, dan presentasi hasil eksperimen, sedangkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
aktivitas guru dan siswa pada kelas kontrol yang sering teramati yaitu guru dan siswa terlibat aktif dalam kegiatan diskusi materi dan presentasi hasil diskusi. Menurut Suparno (2007, 77-82), metode eksperimen dibedakan menjadi dua, yaitu eksperimen terbimbing dan eksperimen bebas. Dalam pembelajaran fisika
di
SMA,
guru
cenderung
menggunakan
eksperimen
terbimbing
dibandingkan dengan eksperimen bebas, karena proses pembelajaran dalam model eksperimen terbimbing berlangsung terarah dan teratur. Dengan eksperimen, siswa menemukan bukti kebenaran dari teori yang dipelajarinya. Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, siswa diberikan kesempatan mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu obyek keadaan atau proses tertentu. Berdasarkan uraian latar belakang dan asumsi-asumsi yang ada, peneliti mengadakan penelitian tentang “Efektivitas Metode Eksperimen Bebas dan Terbimbing terhadap Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMAN 2 Ngaglik dalam Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa.” B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah yang ingin diteliti adalah: 1.
Apakah ada perbedaan keaktifan siswa antara kelas yang menggunakan metode eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing?
2.
Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa antara kelas yang menggunakan metode eksperimen bebas dan terbimbing?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
Sejauhmana
efektivitas
penggunaan
metode
4
eksperimen
bebas
dan
eksperimen
bebas
dan
eksperimen terbimbing terhadap keaktifan siswa? 4.
Sejauhmana
efektivitas
penggunaan
metode
eksperimen terbimbing terhadap prestasi belajar siswa? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1.
Perbedaan keaktifan siswa pada kelas eksperimen bebas dengan eksperimen terbimbing.
2.
Perbedaan prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen bebas dengan eksperimen terbimbing.
3.
Efektivitas penggunaan metode eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing terhadap keaktifan siswa.
4.
Efektivitas penggunaan metode eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing terhadap prestasi belajar siswa.
D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai beikut: 1.
Bagi siswa Pembelajaran fisika dengan menggunakan metode eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing dapat membantu siswa memahami materi pelajaran, sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa.
2.
Bagi guru Sebagai bahan masukan dalam rangka pemilihan metode proses pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
5
Bagi sekolah Sebagai masukan dalam rangka memperbaiki kegiatan belajar mengajar fisika di sekolah.
4.
Bagi penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan bidang pendidikan, terutama berkaitan dengan masalah keefektifan metode eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing terhadap keaktifan dan prestasi belajar.
E. Definisi Istilah Dalam laporan penelitian ini dipakai beberapa istilah. Pada bagian ini, dijelaskan lebih dahulu istilah-istilah tersebut. 1.
Efektivitas Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana tujuan yang telah diterapkan pada pembelajaran fisika, berhasil pada proses maupun hasil dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing dan eksperimen bebas.
2.
Keaktifan Keaktifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa ikut berpastisipasi aktif selama proses pembelajaran.
3.
Prestasi belajar Prestasi belajar yang dimaksud adalah kemampuan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran fisika yang dilihat melalui hasil pre-test dan post-test.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Filsafat Kontruktivisme Menurut von Glasersfeld (Suparno, 1997: 18), konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan yang kita peroleh adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Secara sederhana, konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Jadi, tidak bisa transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain, karena setiap orang membangun pengetahuan pada dirinya. Pengetahuan tidak bisa langsung ditransfer begitu saja dari pikiran yang mempunyai pengetahuan ke pikiran orang yang belum mempunyai pengetahuan, dalam hal ini guru dan siswa. Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya, menunjukkan bahwa pengetahuan itu tidak dapat ditransfer begitu saja. Pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungannya. Struktur konsepsi tersebut membentuk pengetahuan, bila struktur itu dapat digunakan dalam menghadapi pengalaman mereka. Piaget (Suparno, 1997: 18) menjelaskan bahwa proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi, karena adanya suatu pemahaman yang baru. Jadi, seorang guru yang bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus dikonstruksikan oleh siswa itu sendiri. Dalam proses itu, keaktifan seseorang yang ingin tahu sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. 6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
Menurut Bettencourt (Suparno, 1997: 21), konstruktivisme tidak bertujuan untuk mengerti hakikat realitas, namun lebih melihat bagaimana proses seseorang menjadi tahu tentang sesuatu. Dengan kata lain, teori konstruktivisme lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan pembelajaran memang dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan cara dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya membangun pemahaman siswa “mengkonstruksi” terhadap fenomena yang ditemui menggunakan pengalaman dan keyakinan yang dimiliki. Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekedar menghafal. Akan tetapi, proses merekonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah pemberian dari orang lain seperti guru. Akan tetapi, hasil proses merekonstruksi yang dilakukan setiap individu. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses merekonstruksi pengetahuan itu oleh individu, akan memberikan makna mendalam dan lebih lama diingat dalam setiap individu. Dalam dunia pendidikan, aliran atau pandangan kontruktivisme yang berkaitan dengan teori konstruktivisme psikologis adalah konstruktivisme yang lebih personal (Piaget) dan yang lebih sosial (Vygotsky). Teori konstruktivisme personal (Piaget) biasa juga disebut teori perkembangan kognitif. Teori tersebut berkenaan dengan kesiapan siswa untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Piaget lebih menekankan bagaimana siswa secara sendiri mengkonstruksi pengetahuan dan interaksinya dengan pengalaman dan obyek yang dihadapi. Tampak bahwa perhatian Piaget lebih pada keaktifan individu dalam membentuk pengetahuan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
Dalam kasus belajar, siswa diberi kebebasan untuk mempelajari sendiri dan kemajuannya dapat sendiri-sendiri. Berbeda halnya dengan teori konstruktivisme personal (Piaget), Vygotsky menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Konstruktivisme ini oleh Vygotsky disebut sosiokulturalisme. Dalam interaksinya dengan lingkungan sosial,
siswa
ditantang
untuk
lebih
mengerti
pengertian
ilmiah
dan
mengembangkan pengetahuan mereka. Itulah sebabnya dalam pendidikan, siswa perlu berinteraksi dengan para ahli yang dapat bercerita tentang tugas dan pekerjaan serta penemuan-penemuan mereka, yang membuat siswa aktif berpartisipasi. Dalam interaksi itulah siswa ditantang untuk mengkonstruksikan pengetahuaannya lebih sesuai dengan konstruksi para ahli (Suparno, 1997: 43-47). Bagi konstruktivis (Suparno, 1997: 61-72), belajar adalah proses aktif dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari apa yang mereka pelajari dengan cara menyesuaikan konsep dan ide-ide baru, membandingkan dengan pengetahuan yang telah mereka punyai. Sangat jelas bahwa tanpa keaktifan kognitif yang sungguh-sungguh, siswa tidak akan berhasil dalam proses belajar mereka. Kaum konstruktivis juga beranggapan bahwa mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Oleh karena itu, peran seorang guru lebih sebagai mediator dan fasilitator yang membantu siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka secara cepat dan efektif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
Secara garis besar, prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar oleh Khairani (2014: 76-77) sebagai berikut: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa itu sendiri. 2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar. 3. Siswa aktif mengkonstruksi secara terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah. 4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar. 5. Siswa menghadapi masalah yang relevan. 6. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
Dari prinsip tersebut, terlihat jelas bahwa guru tidak boleh hanya sematamata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar menyadari serta menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, sehingga membantu siswa dalam mencapai tingkat penemuan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
B. Metode Eksperimen Menurut Suparno (2007, 77-82), metode eksperimen adalah metode mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar. Jadi, metode ini lebih untuk mengecek siswa semakin yakin dan jelas akan teorinya. Dalam praktiknya, guru juga dapat melakukan eksperimen untuk menemukan teorinya dan hukumnya. Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, siswa diberikan kesempatan mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu obyek keadaan atau proses tertentu. Proses pembelajaran seperti ini menekankan siswa yang aktif dalam belajar, bukan gurunya sendiri yang aktif. Jadi, guru lebih sebagai fasilitator. Guru lebih membantu siswa agar aktif belajar dan menemukan pengetahuan mereka. Dalam hal ini, tugas guru lebih pada merangsang siswa belajar, memantau dan mengevaluasi apa yang diperoleh siswa. Dalam penerapannya, metode eksperimen dibedakan menjadi dua, yaitu eksperimen terbimbing dan eksperimen bebas. 1.
Eksperimen Terbimbing Dalam metode eksperimen terbimbing, seluruh jalannya percobaan sudah dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa. Langkah-langkah yang harus dibuat siswa, peralatan yang harus digunakan, apa yang harus diamati dan diukur, semuanya sudah ditentukan sejak awal oleh guru. Jadi, siswa tidak akan bingung tentang langkah-langkah yang akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
dibuat. Data yang harus dikumpulkan dan kesimpulan mana yang akan dituju cukup jelas. Hasil kesimpulan tergantung pada data yang mereka lakukan. Biasanya ada petunjuk langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh siswa, ada lembar kegiatan siswa (LKS). a.
Dalam eksperimen terbimbing tugas guru adalah sebagai berikut: Memilih eksperimen apa yang akan ditugaskan kepada siswa, tentu sesuai dengan materi atau tujuan pembelajaran; Merencanakan langkah-langkah percobaan: tujuan, peralatan yang digunakan, prosedur percobaan, analisis data dan kesimpulan; Mempersiapkan petunjuk dan langkah percobaan dalam satu lembar kerja, sehingga memudahkan siswa bekerja; Mempersiapkan semua peralatan; Memonitoring dan memberi masukan siswa dalam melakukan percobaan; Membantu siswa dalam menarik kesimpulan dengan percobaan yang dilakukan.
b.
Tugas Siswa Dalam eksperimen, siswa melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru. Sebaiknya kelompok dibuat kecil (2-3 orang), sehingga siswa dapat sungguh melakukan percobaan dan bukan hanya melihat percobaan teman. Dalam percobaan, siswa antara lain akan melakukan tindakan berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
Membaca petunjuk percobaan dengan teliti; Mencari alat yang diperlukan; Merangkai alat-alat sesuai dengan skema percobaan; Mulai mengamati jalannya percobaan; Mencatat data yang diperlukan; Mendiskusikan dalam kelompok untuk ambil kesimpulan dari data yang ada; Membuat laporan percobaan dan mengumpulkan; Mempresentasikan percobaannya di depan kelas. 2.
Eksperimen Bebas Dalam penerapan metode eksperimen bebas, guru tidak memberikan petunjuk pelaksanaan percobaan secara rinci. Dengan kata lain, siswa harus lebih banyak berpikir sendiri, bagaimana akan merangkai, apa yang harus diamati, diukur, dan disimpulkan. Guru hanya memberikan tugas, misalnya dengan menyampaikan tujuan yang ingin dicapai. Keuntungan dengan penerapan metode ini adalah siswa ditantang untuk merencanakan percobaan sendiri tanpa banyak dipengaruhi arahan guru. Dengan demikian, akan nampak kreativitas, kepandaian dan kemampuan siswa dalam memecahkan tugas yang diberikan guru. Model ini jelas lebih konstruktivis daripada percobaan yang sudah dibuatkan langkah-langkahnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Menurut Djamarah (2010: 84-85), metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan eksperimen dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Jadi, eksperimen dapat diartikan sebagai keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan. Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu. Kegiatan yang menyenangkan bagi siswa, bila diarahkan dan dihubungkan dengan pengujian hipotesis secara praktis akan menimbulkan kegiatan eksperimen sederhana. Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: 1) Kelebihan metode eksperimen (1) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya; (2) Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia; (3) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan; (4) Hasil- hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
2) Kekurangan metode eksperimen (1) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah; (2)Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan. C. Keaktifan Dimyati (2006: 44-46) menggangap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. John Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2007: 95). Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak diartikan keterlibatan fisik semata. Namun keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan nilainilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihanlatihan dalam pembentukan keterampilan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
Menurut teori ini, anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar, siswa mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis dan menarik kesimpulan. Selain itu, melalui indikator keaktifan belajar siswa, dapat dilihat tingkah laku mana yang muncul dalam suatu proses belajar mengajar, berdasar apa yang dirancang oleh guru. Paul B. Diedrich (Hamalik, 2005: 172) membagi kegiatan belajar siswa dalam 8 kelompok, yaitu: 1. Kegiatan visual (visual activities) Kegiatan belajar siswa seperti membaca, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2. Kegiatan lisan (oral activities) Siswa
mengemukakan
suatu
fakta,
menghubungkan
suatu
kejadian,
mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. 3. Kegiatan mendengarkan (listening activities) Siswa mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, pidato dan sebagainya. 4. Kegiatan menulis (writing activities) Siswa menulis laporan, cerita, karangan, tes, angket, menyalin dan sebagainya. 5. Kegiatan menggambar (drawing activities) Siswa menggambar, membuat grafik, peta, diagram, dan pola.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
6. Kegiatan motorik (motor activities) Siswa melakukan kegiatan seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, bermain dan sebagainya. 7. Kegiatan mental (mental activities) Siswa merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan. 8. Kegiatan emosional (emotional activities) Siswa merasa menaruh minat, bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya. Dengan adanya pembagian kegiatan siswa tersebut, maka akan lebih mudah bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Setidaknya memberi rambu-rambu bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran siswa yang aktif belajar. Guru harus menyadari bahwa keaktifan membutuhkan keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan pembelajaran. Namun demikian, perlu diingat bahwa keterlibatan langsung secara fisik tidak menjamin keaktifan belajar. Untuk dapat melibatkan siswa secara fisik, mental-emosional, dan intelektual dalam kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan karakteristik isi pelajaran. Oleh karena itu, proses belajar mengajar yang dapat memungkinkan siswa aktif belajar harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematik. Dalam pelaksanaan pembelajaran, hendaknya diperhatikan beberapa prinsip belajar sehingga pada waktu proses belajar mengajar siswa melakukan kegiatan belajar secara optimal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
Ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang siswa aktif belajar (Ahmadi, 2013: 213-216), diantaranya adalah: 1. Stimulasi Belajar Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal, visual, auditif, taktik dan lain-lain. Stimulus hendaknya benar-benar menginformasikan informasi atau pesan yang ingin disampaikan guru kepada siswa. Cara yang mungkin membantu siswa agar informasi tersebut mudah diterima adalah dengan pengulangan ataupun bertanya. 2. Perhatian dan Motivasi Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi hasil belajar yang dicapai siswa tidak akan optimal. Perhatian dan motivasi belajar siswa tidak akan lama bertahan selama proses belajar mengajar berlangsung. Jadi, perlu cara menumbuhkan perhatian dan motivasi. Salah satunya mengajar dengan metode yang bervariasi dan menyenangkan. 3. Respons yang dipelajari Belajar adalah proses yang aktif, sehingga apabila siswa tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan belajar, sebagai respon siswa terhadap stimulus guru, tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil belajar yang dikehendaki. Dalam proses belajar mengajar banyak kegiatan belajar siswa yang ditempuh melalui respon fisik di samping respon intelektual. Respon inilah yang harus ditumbuhkan pada diri siswa dalam kegiatan belajarnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
4. Penguatan Setiap tingkah laku siswa yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan, siswa akan mempunyai kecenderungan untuk mengulang kembali manakala diperlukan. Kepuasan siswa diperoleh melalui penguatan belajar berasal dari seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, hadiah dan lain-lain. Penguat dari dalam siswa terjadi apabila respons yang dilakukan siswa betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhan. Prinsip belajar yang menunjang siswa aktif belajar, menekankan peran guru dalam mengorganisasikan kesempatan belajar bagi siswa. Guru harus menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada. Jadi, guru memberikan kesempatan belajar kepada para siswa. Hal ini berarti bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru, akan menuntut siswa selalu aktif mencari, memperoleh, dan mengolah perolehan belajarnya. Implikasi prinsip keaktifan dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka di dalam proses pembelajaran guru dapat melaksanakan perilakuperilaku berikut (Aunurrahman, 2011: 119-121): 1. Menggunakan multimetode dan multimedia; 2. Memberikan tugas secara individual dan kelompok; 3. Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil (maksimal 3 orang); 4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berkreativitas dalam proses pembelajarannya; 5. Mengadakan tanya jawab dan diskusi;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
6. Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi; 7. Melibatkan siswa mencari informasi atau pesan dari sumber informasi di luar kelas atau luar sekolah; 8. Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi. Dengan melihat beberapa maksud belajar, faktor keaktifan siswa sebagai subjek belajar sangat menentukan. Memang pada pembelajaran dimasa lalu banyak interaksi belajar-mengajar yang berjalan secara searah. Dalam hal ini, fungsi dan peranan guru menjadi amat dominan. Di lain pihak, siswa hanya menyimak dan mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan gurunya. Ini menjadikan kondisi yang tidak proporsional, dimana guru sangat aktif, tetapi sebaliknya siswa menjadi pasif dan tidak kreatif. Bahkan kadangkadang masih ada anggapan yang keliru, yaitu memandang siswa sebagai obyek, sehingga siswa kurang dapat mengembangkan potensinya. Sebab dalam konsep belajar-mengajar, siswa adalah subyek belajar. Jadi, guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan. Guru membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan, agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Jadi, siswa dikatakan aktif belajar apabila ditandai dengan adanya aktivitas siswa itu sendiri.
Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran lebih
ditekankan. Keaktifan yang timbul dari siswa diharapkan akan menghasilkan terbentuknya pengetahuan serta keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
D. Prestasi Belajar Pemahaman mengenai makna prestasi belajar ini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Belajar Menurut Cronbach (Ahmadi, 2013: 127), belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang ditunjukkan sebagai hasil dari pengalaman. “Learning is shown by change in behaviour as a result of experience.” Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang sesuai dengan pengalamannya. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan. Menurut Ahmadi (2013: 128), belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
Menurut Khairani (2014: 3-16), belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuannya, sikap dan tingkah laku keterampilan, kecakapannya, kemampuannya dan daya penerimanya. Jadi, belajar adalah suatu proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada siswa. Menurut Dewey (Dimyati, 2006: 116), belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa itu sendiri. Guru adalah pembimbing dan pengarah, yang mengemudikan perahu, tetapi tenaga untuk menggerakkan perahu tersebut haruslah berasal dari siswa yang belajar. Sedangkan Gage secara sederhana mengungkapkan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya. Dari batasan belajar yang dikemukakan oleh Dewey serta Gage, belajar merupakan suatu proses yang melibatkan manusia secara orang per orang sebagai satu kesatuan organisasi, sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya. Dengan demikian, dalam belajar orang tidak mungkin melimpahkan tugas-tugas belajarnya kepada orang lain. Orang yang belajar adalah orang yang mengalami sendiri proses belajar. Menurut pandangan dan teori konstruktivisme (Suparno, 1997: 61), belajar adalah proses aktif dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari apa yang mereka pelajari dengan cara menyesuaikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
konsep dan ide-ide baru, membandingkan dengan pengetahuan yang telah mereka punyai. Hal ini karena pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Jadi, belajar merupakan proses aktif dari siswa untuk merekonstruksi pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi berkembang. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk merekontruksi sendiri pengetahuannya melalui asilmilasi dan akomodasi. Dalam konstruksi ini, menekankan bahwa belajar bukan dari proses meniru, tetapi karena siswa yang berpikir mengenai sesuatu. Siswa diharapkan untuk menjadi pemikir yang mandiri. Siswalah yang lebih aktif, sedangkan guru sebagai mediator dan fasilitator dalam proses belajar. Memang kalau kita bertanya kepada seseorang tentang apakah belajar itu, akan memperoleh jawaban yang bermacam-macam. Perbedaan pendapat orang tentang arti belajar itu disebabkan karena adanya kenyataan, bahwa perbuatan belajar itu sendiri bermacam-macam. Namun dari sejumlah pengertian belajar yang telah diuraikan di atas, ada kata “perubahan” atau change. Perubahan yang dimaksudkan tentu saja perubahan yang sesuai dengan perubahan yang dikehendaki oleh pengertian belajar, karena tidak setiap perubahan adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
sebagai hasil belajar. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan di akhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Dari beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli mengenai belajar, nampak adanya beberapa ciri-ciri belajar (Djamarah, 2011: 15-17), yaitu: a) Adanya perubahan tingkah laku Ini berarti bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dan lain sebagainya. Tanpa pengamatan dari tingkah laku hasil belajar, orang tidak dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar. Misalnya saja orang yang belajar itu dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru atau dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Karena perubahan hasil belajar hendaknya dinyatakan dalam bentuk yang dapat diamati. b) Perubahan yang terjadi secara sadar Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Jadi, perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar, karena individu tidak menyadari akan perubahan itu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
c) Perubahan belajar bersifat aktif Perubahan yang bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Keaktifan di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya siswa tidak belajar, karena siswa tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. d) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Dengan demikian, perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkannya. e) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Jadi, aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Berdasarkan pengertian belajar yang sudah dikemukakan oleh para ahli, belajar didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. 2. Prestasi Belajar Dalam kamus besar bahasa Indonesia, prestasi berarti hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan dan dikerjakan. Nana Sudjana (2004: 3) mendefinisikan prestasi belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Dimyati (2006: 190), prestasi belajar adalah informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan belajar. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan suatu hasil yang dicapai atau pengukuran kemampuan seseorang dalam penguasaan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam dunia pendidikan, prestasi dan belajar mempunyai hubungan yang sangat erat. Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar. Belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut. Prestasi dapat menunjukkan seberapa jauh nilai yang diperoleh dalam setiap kegiatan atau belajar, sehingga merupakan cerminan dari tingkatan yang mampu dicapai oleh siswa. Bagi siswa, belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
Menurut Djamarah (2011: 175-180), ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor yang berasal dari dalam (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal berasal dari dalam diri siswa, meliputi faktor fisiologis (kondisi jasmani) dan psikologis (minat, intelegensi, motivasi, bakat, dan sikap). Faktor eksternal berasal dari luar diri siswa meliputi lingkungan fisik, instrumen, dan sosial. Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa. Dengan kata lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. E. Pembiasan Cahaya pada Lensa Materi pembiasan cahaya pada lensa terdapat dalam kompetensi dasar kurikulum 2013 di SMA kelas sepuluh semester kedua. Kompetensi dasar terkait yaitu menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. Peneliti menggunakan buku Fisika 1 untuk Kelas X SMA dan MA (Purwanto, 2013: 229-269), sebagai acuan dalam menjelaskan materi pembiasan cahaya pada lensa. 1.
Pengertian dan Sifat Lensa Lensa merupakan zat optik yang dibatasi oleh dua permukaan lengkung atau permukaan lengkung dan permukaan datar. Lengkung lensa biasanya berupa lengkungan bola, sehingga dinamakan lensa sferis. Adapun dua jenis lensa, yaitu lensa cembung (convex lens) dan lensa cekung (concave lens). Berbagai jenis bentuk lensa dapat dilihat pada Gambar 2.1.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
(a)
(b) Gambar 2. 1. Berbagai jenis bentuk lensa. (a) Bikonveks, konveks-konkaf, plankonveks. (b) Bikonkaf, konkaf-konveks, plankonkaf.
Lensa cembung memiliki ciri bagian tengahnya lebih tebal dibangingkan dengan tepinya. Lensa cekung memiliki ciri bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan dengan tepinya. Gambar 2.2 menunjukkan sinar-sinar sejajar yang mengenai lensa cembung dan lensa cekung. Jika sinar-sinar sejajar mengenai lensa cembung, sinar-sinar sejajar dibiaskan menuju titik fokus. Lensa ini disebut juga lensa konvergen atau lensa positif. Jika sinar-sinar sejajar mengenai lensa cekung, sinar-sinar sejajar dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus. Lensa ini disebut juga lensa divergen atau lensa negatif.
Gambar 2.2. Pembiasan cahaya pada lensa cembung dan cekung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
28
Diagram Pembentukan Bayangan pada Lensa Pembentukan bayangan pada lensa dapat dilukiskan menggunakan sinarsinar istimewa. a) Sinar-Sinar Istimewa pada Lensa Cembung (Lensa Positif) Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dapat dijelaskan dan digambarkan seperti pada Gambar 2.3 berikut: 1) Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus di belakang lensa;
2) Sinar
datang
melalui
titik
fokus di depan lensa dibiaskan sejajar sumbu utama;
3) Sinar datang melalui pusat lensa
diteruskan
(tidak
dibiaskan). Gambar 2.3. Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung.
Dengan menggunakan minimal dua dari tiga sinar utama, dapat ditentukan sifat bayangan yang terbentuk. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung merupakan perpotongan atau perpanjangan sinar-sinar bias. Apabila bayangannya merupakan perpotongan dari sinar-sinar bias maka bayangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
bersifat nyata, sedangkan apabila bayangannya merupkan perpotongan dari perpanjangan sinar-sinar bias maka bayangannya bersifat maya. Pada benda yang berjarak lebih kecil dari fokus (s
Gambar 2.4. Diagram sinar lensa cembung untuk benda berjarak dari fokus lensa cembung (s < f).
Sifat bayangan yang dibentuk oleh pembiasan lensa cembung mempunyai beberapa kemungkinan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut. Tabel 2. 1. Sifat bayangan pada lensa sembung.
No 1 2
3
4
5
Daerah
Sifat bayangan
Benda terletak di ruang I, yaitu antara maya, tegak, diperbesar pusat dan fokus lensa (s < f) Benda terletak di ruang II, yaitu antara fokus dan pusat kelengkungan lensa (2f nyata, terbalik, diperbesar < s < f) Benda terletak di ruang III, yaitu di sebelah kiri pusat kelengkungan lensa nyata, terbalik, diperkecil (s > 2f) tidak terbentuk bayangan karena sinar-sinar bias dan Benda terletak di titik fokus lensa (s =f) dan perpanjangannya tidak berpotongan (sejajar) Benda terletak di pusat kelengkungan nyata, terbalik, sama besar lensa (s = 2f)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
b) Sinar-sinar Istimewa pada Lensa Cekung (Lensa Negatif) Sinar-sinar istimewa pada lensa cekung dapat dijelaskan seperti Gambar 2.5 berikut: 1) Sinar utama
datang
sejajar
dibiaskan
sumbu
seolah-olah
berasal dari titik fokus di depan lensa; 2) Sinar datang menuju titik fokus di
belakang
lensa
dibiaskan
sejajar sumbu utama;
3) Sinar datang menuju pusat lensa tidak dibiaskan tetapi diteruskan.
Gambar 2.5. Sinar-sinar istimewa pada lensa cekung.
Sama halnya seperti pada lensa cembung, untuk menentukan bayangan oleh lensa cekung diperlukan sekurang-kurangnya dua berkas sinar utama. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung merupakan perpotongan perpanjangan sinar-sinar bias, sehingga bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung bersifat maya. Pada Gambar 2.6, diagram sinar lensa cekung dimana hasil bayangan bersifat maya, tegak, dan diperkecil.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
Gambar 2.6. Diagram sinar lensa cekung.
3.
Hubungan Jarak Benda, Jarak Bayangan, Jarak Fokus dan Indeks Bias Lensa. Persamaan untuk lensa tipis, yaitu
(1) Jika jarak benda tak berhingga (s = dengan jarak bayangan (
), maka jarak fokus (f) akan sama
). Pada cermin, panjang fokus sama dengan
setengah pusat kelengkungan. Untuk sebuah lensa tipis di udara, panjang fokus dihubungkan dengan indeks bias n dan pusat kelengkungan kedua sisinya
dan
.
(
)
(2)
Persamaan (2) disebut persamaan pembentukan lensa (Tipler, 2001: 495). Pada persamaan ini ,
,
, dan
dianggap positif jika obyeknya,
bayangan, atau pusat kelengkungan terletak pada sisi yang nyata dari elemennya. Untuk lensa, sisi nyata adalah sisi datang bagi obyek dan sisi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
transmisi bagi bayangan dan pusat kelengkungan. Jika
32
positif,
bayangannya nyata yang berarti berkas-berkas cahaya benar-benar menyebar dari titik bayangan. Bayangan nyata dapat dilihat pada sebuah layar. Jika negatif, bayangannya maya, yang berarti tidak ada cahaya yang benar-benar menyebar dari titik bayangan. 4.
Perbesaran Bayangan Perbesaran bayangan yang dimaksud di sini adalah perbesaran bayangan linear, yaitu perbandingan tinggi bayangan dengan tinggi benda. Perbesaran bayangan linear pada lensa cembung maupun lensa cekung dapat dilihat pada Gambar 2.7. Dengan catatan, sudut yang dibentuk oleh tinggi bayangan dan tinggi benda terhadap pusat lensa, baik lensa positif maupun negatif adalah sama. Dengan kata lain, perbesaran sudutnya sama dengan 1.
(a)
(b) Gambar 2.7. Perbesaran bayangan linear pada lensa (a) cembung dan (b) cekung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Mengingat sudut yang dibentuk bayangan dan benda terhadap lensa adalah sama misalnya, maka (3) (4) Karena perbandingan tinggi bayangan (h‟) dengan tinggi benda (h) merupakan definisi dari perbesaran bayangan (M) maka perbesaran linear dirumuskan
| | 5.
(6)
Kekuatan Lensa Kekuatan lensa (P) adalah kemampuan lensa untuk memfokuskan sinarsinar. Kekuatan lensa didefinisikan sebagai kebalikan dari jarak fokus lensa. Jika panjang fokus diungkapkan dalam meter, maka kekuatan lensanya adalah kebalikan dari meter yang disebut dioptri (D). (5) Sebuah lensa dengan panjang fokus lensa penyebar adalah negatif, kekuatan lensa juga negatif.
F. Penelitian yang relevan Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan Sartika (2012) dengan judul Pengaruh Penerepan Metode Eksperimen Sebagai Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Dalam penelitiannya, Sartika menemukan bahwa penerapan metode eksperimen
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar. Nilai kinerja produk kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol, sedangkan nilai kinerja proses yaitu aspek afektif dan psikomotorik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih tinggi dari nilai aspek kognitifnya, karena siswa masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal hitungan matematis dan mereka lebih senang terlibat aktif dalam melakukan kegiatan. Aktivitas guru dan siswa terlibat aktif dalam kegiatan eksperimen, diskusi dan presentasi hasil eksperimen, sedangkan aktivitas guru dan siswa pada kelas kontrol yang sering teramati yaitu guru dan siswa terlibat aktif dalam kegiatan diskusi materi dan presentasi hasil diskusi. Persamaan penelitian Sartika dengan penulis adalah penerapan metode eksperimen (terbimbing) dan aspek yang diukur yaitu prestasi belajar dan keaktifan siswa. Namun demikian, ada perbedaan yang terdapat pada pembelajaran fisika yang digunakan Sartika dengan peneliti yaitu penerapan metode eksperimen bebas. Penelitian lain dilakukan Rozaq (2009) tentang prestasi belajar fisika antara siswa yang belajar dengan metode eksperimen berbasis konstruktivistik dan siswa yang belajar dengan metode ekspeimen terbimbing. Penelitian ini relevan dengan yang dilakukan oleh peneliti, karena treatment yang digunakan dalam penelitan sama yaitu metode eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing. Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa yang belajar dengan metode eksperimen berbasis konstruktivistik dan siswa yang belajar dengan metode eksperimen terbimbing. Nilai rata-rata prestasi belajar fisika (post-test) kelas eksperimen konstruktivis lebih tinggi dibandingkan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
kelas eksperimen terbimbing. Hal yang membedakan adalah aspek yang menjadi variabel terikat, dimana Rozaq mengukur prestasi belajar, sedangkan peneliti mengukur prestasi belajar dan keaktifan siswa. G. Kaitan Teori dengan Penelitian 1. Teori konstruktivisme Teori konstruktivisme menjadi salah satu alasan peneliti memilih metode eksperimen sebagai treatment dalam penelitian. 2. Metode eksperimen Metode eksperimen merupakan metode yang digunakan sebagai treatment dalam proses penelitian yang dilaksanakan di SMAN 2 Ngaglik. Jenis metode eksperimen yang digunakan adalah eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing. 3. Keaktifan dan prestasi belajar Keaktifan dan prestasi belajar siswa digunakan sebagai variabel yang diukur dalam penelitian. Teori keaktifan digunakan dalam pembuatan indikator keaktifan siswa. 4. Teori pembiasan cahaya pada lensa Pembiasan cahaya pada lensa merupakan materi yang digunakan selama pembelajaran dalam penelitan. Oleh karena itu, teori ini juga digunakan dalam pembuatan instrumen pembelajaran (RPP dan LKS). Teori pembiasan cahaya pada lensa merupakan materi pokok pada instrumen pengambilan data yang berupa pre-test dan post-test.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimen kuantitatif dan kualitatif. Hal ini karena ada perlakuan pada partisipan dengan menggunakan metode eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing. Dikatakan penelitian kuantitatif karena data yang diperoleh untuk prestasi belajar siswa dalam bentuk skor dan dianalisis secara statistik. Dikatakan penelitian kualitatif karena peneliti menjelaskan gambaran keaktifan siswa selama penelitian secara deskriptif dan data dianalisis secara kualitatif.
Dalam penelitian ini, penelitian kualitatif bermanfaat
untuk
memperkuat data kuantitatif yang telah diperoleh. Design static group pre-test post-test adalah penelitian yang terdiri dari dua grup yang diberikan treatment berbeda serta diobservasi atau diukur sebelum dan sesudahnya. Kedua kelas tersebut diukur dengan menggunakan tes, yaitu pre-test dan post-test. Pre-test digunakan untuk mengukur pengetahuan awal kedua kelompok, sedangkan post-test digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa setelah diberi treatment. Desain penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1. Design static group Pre-test-Post-test
Eksperimen I grup
O
O
Eksperimen II grup
O
O
O adalah observasi adalah treatment dengan menggunakan metode eksperimen bebas. adalah treatment dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing. 36
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisika SMA N 2 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
2.
Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2015 di SMA N 2 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA SMA N 2 Ngaglik Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 123 siswa terdiri dari 4 kelas paralel.
2.
Sampel Penelitian Sampel penelitian dipilih 2 kelas dari 4 kelas paralel dengan cara undian. Sampel penelitian yang terpilih adalah siswa kelas X MIA 2 dengan jumlah siswa 29 sebagai kelas eksperimen I dan X MIA 4 dengan jumlah siswa 30 sebagai kelas eksperimen II, pada semester genap Tahun Ajaran 2014/2015.
D. Treatment Treatment adalah perlakuan peneliti kepada subyek yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2010: 51). Treatment yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan metode eksperimen bebas dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
eksperimen terbimbing. Pada penelitian ini, treatment diberikan kepada kedua kelas. Kelas eksperimen I menggunakan metode eksperimen bebas, sedangkan kelas eksperimen II menggunakan metode eksperimen terbimbing. 1. Pada kelas eksperimen bebas, treatment diberikan sebanyak dua kali pembelajaran. Secara sederhana, proses pembelajaran sebagai berikut: a. Menyajikan
pertanyaan
atau
masalah:
guru
membimbing
siswa
mengindentifikasi masalah dan menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, serta membagi siswa dalam kelompok; b. Membuat hipotesis: siswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat dalam membentuk hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan; c. Merancang eksperimen: siswa diberikan kesempatan untuk menetukan prosedur eksperimen, alat dan bahan yang digunakan serta hal-hal yang akan diamati dan dicatat sebagai hasil kegiatan eksperimen sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan melalui sumber belajar apapun misalnya buku, internet; d. Melakukan eksperimen untuk memperoleh informasi; e. Mengumpulkan dan menganalisis data: setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul; f. Membuat kesimpulan: siswa dibimbing saat membuat kesimpulan. 2. Pada kelas eksperimen terbimbing, treatment diberikan sebanyak dua kali pembelajaran. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing diuraikan sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a. Menyajikan
pertanyaan
atau
masalah:
guru
membimbing
39
siswa
mengindentifikasi masalah dan menyampaikan tujuan yang ingin dicapai serta membagi siswa dalam kelompok; b. Membuat hipotesis: siswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat dalam membentuk hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan; c. Melakukan eksperimen: siswa melakukan eksperimen berdasarkan petunjuk yang telah dibuat guru; d. Mengumpulkan dan menganalisis data: setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul; e. Membuat kesimpulan: siswa dibimbing saat membuat kesimpulan. E. Instrumen Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Tujuannya adalah untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan dan pokok masalah penelitian. Instrumen penelitian ini terdiri dari dua, yaitu instrumen pembelajaran dan pengumpulan data. 1.
Instrumen Pembelajaran Instrumen
pembelajaran
ini
meliputi
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). a.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan panduan langkahlangkah yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. RPP ini disusun dalam skenario pembelajaran yang akan dilakukan selama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
pengambilan data penelitian. Bagian dari RPP adalah 1) Identitas Sekolah, Mata Pelajaran, Kelas/Semester dan Alokasi Waktu; 2) Kompetensi Inti; 3) Kompetensi Dasar; 4) Indikator; 5) Tujuan Pembelajaran; 6) Metode Pembelajaran; 7) Kegiatan Pembelajaran; 8) Materi Pembelajaran; 9) Sumber Belajar. RPP dibuat untuk kedua kelas eksperimen. RPP lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. b.
Lembar Kegiatan Siswa Lembar kegiatan siswa adalah panduan yang digunakan siswa untuk melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS ini digunakan ketika kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen bebas dan metode eksperimen terbimbing. LKS siswa dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 6 dan 7.
2.
Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelititan ini adalah: (1) tes tertulis yang terdiri dari pre-test dan post-test, (2) observasi. a.
Tes tertulis (pre-test dan post-test) Pre-test
diberikan
sebelum
pembelajaran
kepada
kelas
eksperimen I dan II. Pre-test ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal siswa mengenai konsep pembiasan cahaya pada lensa. Soal pre-test terdiri dari 5 soal yang memuat aspek hafalan (C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3). Post-test diberikan setelah pembelajaran kepada kelas eksperimen I dan II. Soal post-test ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman siswa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
mengenai konsep pembiasan cahaya pada lensa. Jumlah dan bobot soal post-test sama dengan soal pre-test. Pembuatan soal pre-test dan post-test berdasarkan kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal berdasarkan kompetensi dasar dan indikator harus dicapai siswa. Kisi-kisi soal pre-test dan post-test seperti Tabel 3.2 atau Lampiran 8. Kemudian soal pre-test dan post-test dapat dilihat pada Lampiran 9, sedangkan jawaban pre-test dan post-test dapat dilihat pada Lampiran 10. Tabel 3.2. Kisi-kisi Pre-Test dan Post-Test
KD : 3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. 4.9 Menyajikan ide atau rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa. No Soal 1
2
3
4 5
No Butir Soal
Dimensi Kognitif
Menjelaskan pengertian lensa Menyebutkan jenis-jenis lensa Menggambarkan sinar istimewa lensa cembung atau cekung
1a 1b
C2 C1
2a
C3
Menjelaskan sinar istimewa lensa cembung atau cekung
2b
C3
Menentukan letak bayangan yang dihasilkan oleh lensa
3a
C3
Menentukan perbesaran bayangan yang dihasilkan oleh lensa
3b
C3
Menentukan sifat bayangan oleh lensa
3c
C3
4a
C3
4b 5a 5b
C3 C3 C3
Indikator Soal
Menggambarkan diagram terbentuknya bayangan pada lensa cembung atau lensa cekung Menentukan sifat bayangan oleh lensa Menentukan jarak fokus lensa di udara Menentukan kekuatan lensa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
b. Observasi Dalam penelitian ini, observasi dilakukan peneliti dengan cara mengamati
langsung
keaktifan
siswa
selama
mengikuti
proses
pembelajaran, baik kelas eksperimen I dan II. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran dengan metode
eksperimen
bebas
dan
metode
eksperimen
terbimbing.
Pengukuran keaktifan dilihat dari banyaknya siswa yang aktif ketika mengikuti pembelajaran fisika dengan menggunakan metode eksperimen. Sarana observasi yang digunakan adalah rekaman video untuk melihat bagaimana keaktifan belajar siswa. Peneliti membuat indikator keaktifan belajar berdasarkan teori keaktifan seperti pada Tabel 3.3 berikut: Tabel 3.3. Indikator keaktifan siswa
Aspek
Indikator keaktifan
Menjelaskan
Mengungkapkan gagasan
Interpretasi
Menyampaikan hasil percobaan
Aplikasi
Sudut pandang
Melakukan percobaan Mengerjakan latihan soal Mengajukan pertanyaan Menjawab pertanyaan
F. Validitas Validitas dapat mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Validitas menunjukkan kesesuaian dan bergunanya kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulannya valid bila sesuai dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
tujuan penelitian. Validitas yang digunakan dalam penelititan ini adalah validitas isi. Validitas isi digunakan untuk mengukur apakah isi dari instrumen atau item test yang akan digunakan sungguh mengukur isi dari domain yang mau diukur (Suparno, 2010: 67-68). Dalam penelitian ini, instrumen dibuat berdasarkan pada kisi-kisi yang mengacu pada kompetensi dasar. Validitas isi dalam instrumen penelitian ini dikembangkan oleh peneliti berdasarkan bimbingan dari dosen dan guru Fisika. Dosen maupun guru Fisika mengoreksi soal dan jawaban soal, serta memberikan masukan
kepada
peneliti.
Hasil
bimbingan
dijadikan
pedoman
untuk
menyempurnakan isi atau materi item test yang akan digunakan. Hal ini bertujuan agar validitas isi (content validity) instrumen dapat dipertanggungjawabkan. Lembar validitas ini dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12. G. Metode Analisis yang digunakan 1. Analisis Prestasi Belajar Siswa Pre-test diberikan sebelum siswa mempelajari subbab pembiasan cahaya pada lensa, sedangkan post-test dilakukan setelah siswa mempelajari mengenai pembiasan cahaya pada lensa. Soal pre-test dan post-test berhubungan dengan materi yang dipelajari yaitu pembiasan cahaya pada lensa. a.
Analisis Penskoran Soal pre-test dan post-test masing-masing terdiri dari 5 soal. Skor maksimal untuk masing-masing soal benar disesuaikan dengan bobot soal. Kriteria pemberian skor dapat dilihat pada Lampiran 10. Jumlah skor maksimal adalah 40. Perhitungan nilai siswa dapat dihitung dengan cara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
jumlah skor masing-masing siswa dibagi dengan skor maksimal dikali seratus.
b. Analisis Kuantitatif Pre-test dan Post-test. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada materi pembiasan cahaya pada lensa, maka peneliti menggunakan pre-test dan post-test pada kelas eksperimen I dan II. Adapun statistik yang digunakan untuk menganalisa pre-test dan post-test pada kelas eksperimen I dan II adalah menggunakan uji t. 1) Untuk menguji apakah sampel kelompok eksperimen I dengan eksperimen II sama dalam hal prestasi awal tentang materi pembiasan cahaya pada lensa, maka digunakan uji-t untuk dua grup independen. Dalam penelitian ini
, maka: ̅
̅
√[
(1) ]*
+
Keterangan: ̅ = mean kelas eksperimen I ̅ = mean kelas eksperimen II = jumlah siswa kelas eksperimen I = jumlah siswa kelas eksperimen II = standar deviasi kelas eksperimen I = standar deviasi kelas eksperimen II df (derajat kebebasan) = N-1 diperoleh dari tabel dengan level signifikan α = 0.05; two tailed
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Jika |tobserved| > |tcritcical| maka signifikan, ada perbedaan hasil pretest pada kelas eksperimen I dan II. Artinya, ada perbedaan pengetahuan awal siswa pada kelas eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing dalam materi pembiasan cahaya pada lensa. Jika |tobserved| < |tcritcical| maka tidak signifikan, berarti tidak ada perbedaan hasil pre-test pada kelas eksperimen I dan II. 2) Untuk menguji apakah metode eksperimen pada materi pembiasan cahaya pada lensa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, maka digunakan uji-t untuk kelompok yang dependen. Uji-t dependen ini biasa yang digunakan untuk menguji satu kelompok yang diuji dua kali. Oleh karena itu, pre-test dan post-test pada kelas eksperimen I dengan metode eksperimen bebas, maupun pre-test dan post-test pada kelas eksperimen II dengan metode eksperimen terbimbing dianalisis dengan uji-t ini. Adapun rumus perhitungan untuk uji-t dependen adalah sebagai berikut: ̅ √
[∑
̅ ∑
(2) ]
Keterangan: ̅ = mean pre-test ̅ = mean post-test D= perbedaan antara skor tiap subyek N= jumlah pasang skor (jumlah pasangan) df (derajat kebebasan) = N-1 diperoleh dari tabel dengan level signifikan α = 0.05
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
Jika |tobserved| > |tcritcical| maka signifikan, berarti ada peningkatan prestasi belajar siswa pada materi pembiasan cahaya pada lensa. Jika |tobserved| < |tcritcical| maka tidak signifikan, berarti tidak ada peningkatan prestasi belajar siswa pada materi pembiasan cahaya pada lensa. 3) Untuk membandingkan apakah prestasi belajar tentang pembiasan cahaya pada lensa pada kelas eksperimen I lebih baik dari kelas eksperimen II, maka digunakan uji-t untuk kelompok yang independen. Adapun persamaan yang digunakan dapat dilihat pada persamaan (1). Jika |tobserved| > |tcritcical| maka signifikan. Artinya, ada perbedaan hasil post-test pada kelas eksperimen I dan II. Jika |tobserved| < |tcritcical| maka tidak signifikan. Berarti tidak ada perbedaan hasil post-test pada kelas eksperimen I dan II. Agar hasil lebih teliti, maka untuk analisa uji-t digunakan program SPSS 22. Dengan melakukan 4 kali uji-t seperti di atas, peneliti dapat mengetahui bagaimana efektivitas metode eksperimen bebas dan metode eksperimen terbimbing terhadap prestasi belajar siswa.
2. Analisis Keaktifan Belajar Siswa Keaktifan siswa diamati dari kegiatan kelompok maupun individu, misalnya: mengungkapkan gagasan, melakukan eksperimen, menyampaikan hasil eksperimen, menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, dan mengerjakan soal latihan. Data keaktifan yang diperoleh masih dalam bentuk rekaman video. Rekaman video ditranskrip atau dideskripsikan dalam bentuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
tulisan. Hasil transkrip video juga dianalisis secara deskriptif berdasarkan indikator yang telah dijelaskan pada Tabel 3.3. Untuk mengetahui efektivitas metode eksperimen bebas dan metode eksperimen terbimbing terhadap keaktifan siswa, peneliti menganalisis hasil observasi secara kualitatif. Kemudian keaktifan siswa dalam kelas eksperimen I dibandingkan dengan keaktifan siswa pada kelas eksperimen II, serta diambil kesimpulan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV DATA DAN ANALISA DATA
A. Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 2 Ngaglik pada tanggal 24 April 27 Mei 2015. Peneliti menggunakan dua kelas yaitu kelas X MIA 2 sebagai kelas eksperimen I dan X MIA 4 sebagai kelas eksperimen II. Pada kelas eksperimen I, peneliti menggunakan metode eksperimen bebas, sedangkan kelas eksperimen II menggunakan eksperimen terbimbing. Jadwal pelajaran Fisika kelas X MIA dilaksanakan satu kali pertemuan (3x45 menit) dalam satu minggu. Kegiatan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4. 1. Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
Jumlah No
1
2
Waktu
Kelas
X MIA 2
X MIA 4
Siswa
Siswa hadir
Siswa tidak hadir
Pelaksanaan
29
27
2
4 Mei 2015 (11.00-11.45)
29
28
1
11 Mei 2015 (08.30-11.00)
29
28
1
18 Mei 2015 (09.30-11.45)
30
30
-
6 Mei 2015 (10.00-11.00)
30
30
-
13 Mei 2015 (08.30-11.00)
30
29
1
20 Mei 2015 (08.30-11.00)
48
Kegiatan
-
Perkenalan Pre-test Peneliti menjelaskan materi pembiasan Eksperimen bebas lensa cembung Latihan soal Eksperimen bebas lensa cekung Latihan soal Post-test Perkenalan Pre-test Peneliti menjelaskan materi pembiasan Eksperimen terbimbing lensa cembung Latihan soal Eksperimen terbimbing lensa cekung Latihan soal Post-test
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
B. Data dan Analisa Data 1. Prestasi Belajar Siswa Data prestasi belajar berupa nilai pre-test dan post-test untuk pembelajaran Fisika dengan menggunakan metode eksperimen bebas di kelas eksperimen I (X MIA 2) dan metode eksperimen terbimbing di kelas eksperimen II (X MIA 4) dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Nilai pre-test - post-test kelas eksperimen I dan II
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Rata-rata
Eksperimen I Pre-Test Post-Test 30.00 73.75 30.00 85.00 30.00 81.25 35.00 77.50 40.00 85.00 30.00 78.75 60.00 72.50 50.00 77.50 25.00 80.00 27.50 82.50 30.00 75.00 28.75 72.50 30.00 80.00 27.50 70.00 32.50 80.00 52.50 80.00 27.50 75.00 25.00 77.50 12.50 80.00 67.50 75.00 15.00 85.00 63.75 85.00 25.00 75.00 40.00 85.00 72.50 85.00 50.00 72.50 30.00 76.25
36.57
78.75
Eksperimen II Pre-Test Post-Test 37.50 82.50 42.50 87.50 50.00 92.50 49.38 87.50 47.50 87.50 45.00 90.00 47.50 67.50 41.88 82.50 50.00 92.50 45.00 81.25 37.50 87.50 40.00 85.00 55.00 92.50 25.00 77.50 25.00 85.00 5.00 85.00 15.00 77.50 50.00 85.00 59.38 75.00 32.50 80.00 50.00 92.50 22.50 85.00 50.00 77.50 27.50 75.00 25.00 75.00 14.38 73.75 40.00 87.50 25.00 82.50 12.50 77.50 36.92 83.02
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
Untuk mengetahui efektivitas metode eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing terhadap prestasi belajar siswa, maka peneliti menggunakan pretest dan post-test pada kelas eksperimen I dan II yang dianalisa secara statistik. Adapun statistik yang digunakan untuk menganalisa pre-test dan post-test pada kelas eksperimen I dan II adalah menggunakan uji t. a. Uji t independen pre-test (kelas eksperimen I dan II) Uji t independen pre-test dilakukan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelas tersebut memiliki varian yang sama atau tidak. Dengan kata lain, uji t ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel kelompok eksperimen I (eksperimen bebas) dengan kelompok eksperimen II (eksperimen terbimbing) sama dalam hal prestasi awal tentang materi pembiasan cahaya pada lensa. Perhitungan uji t independen pre-test dilakukan dengan menggunakan program SPSS 22. Hasil analisa data pretest dapat dilihat pada Tabel 4.3 seperti berikut: Tabel 4.3. Perbandingan pre-test kelas eksperimen I dan II
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
Berdasarkan data hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS pada Tabel 4.3, nilai mean pre-test kelas eksperimen I = 36.57 dan nilai mean pre-test kelas eksperimen II = 36.92. Oleh karena nilai t = -.087, p = .0931 > = .05, maka tidak signifikan. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan hasil pre-test pada kelas eksperimen I dan II. Jadi, dapat dikatakan bahwa kemampuan awal siswa untuk kedua kelas adalah sama. b. Uji t dependen pre-test dan post-test pada kelas eksperimen I Untuk menguji apakah metode eksperimen bebas pada materi pembiasan cahaya pada lensa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, maka
pre-test dan post-test
dianalisa dengan uji t untuk kelompok
dependen. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4. Perbandingan pre-test dan post-test pada kelas eksperimen I
Berdasarkan data hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS pada Tabel 4.4, nilai mean pre-test = 36.57 dan nilai mean post-test = 78.61. Oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
karena nilai t = -13.73, p = .000 <
52
= .05, maka signifikan. Hal ini
menunjukkan ada perbedaan hasil pre-test dan post-test. Dengan kata lain ada peningkatan prestasi belajar pada kelas eksperimen bebas. c. Uji t dependen pre-test dan post-test pada kelas eksperimen II Untuk menguji apakah metode eksperimen terbimbing pada materi pembiasan cahaya pada lensa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, maka pre-test dan post-test dianalisa dengan uji test-t untuk kelompok dependen. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5. Perbandingan pre-test dan post-test pada kelas eksperimen II
Berdasarkan data hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS pada Tabel 4.5, nilai mean pre-test = 36.81 dan nilai mean post-test = 83.02. Oleh karena nilai t = -18.54, p = .000 <
= .05, maka signifikan. Hal ini
menunjukkan ada perbedaan hasil pre-test dan post-test. Dengan kata lain ada peningkatan prestasi belajar pada kelas eksperimen terbimbing.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
d. Uji t independen post-test (kelas eksperimen I dan II) Hasil analisa data menunjukkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar fisika baik yang menggunakan metode eksperimen bebas maupun eksperimen terbimbing. Maka, untuk mengetahui metode eksperimen mana yang lebih meningkatkan prestasi belajar siswa, pengujian mean post-test dianalisa dengan statistik uji-t dua sampel independen (IndependentSamples T test). Hasil output analisa menggunakan SPSS dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Perbandingan post-test kelas eksperimen I dan II
Berdasarkan data hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS pada Tabel 4.6, nilai mean post-test kelas eksperimen I = 78.75 dan nilai mean post-test kelas eksperimen II = 83.02. Oleh karena nilai t = -2.86, p = .006 < = .05, maka signifikan. Artinya bahwa ada perbedaan hasil post-test kelas eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Oleh karena mean post-test kelas eksperimen I lebih kecil daripada kelas eksperimen II, maka menandakan prestasi belajar menggunakan metode eksperimen terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan metode eksperimen bebas. 2. Keaktifan Siswa Data keaktifan siswa selama proses belajar mengajar diperoleh melalui rekaman video. Agar memudahkan dalam menganalisa keaktifan siswa, rekaman video tersebut ditranskrip atau dideskripsikan terlebih dahulu dalam bentuk tulisan. Hasil transkrip video dapat dilihat pada Lampiran 18. Berdasarkan data rekaman video yang sudah ditranskrip, peneliti mendeskripsikan secara umum bagaimana keaktifan siswa selama proses pembelajaran sesuai dengan indikator keaktifan pada bab 3. Kemudian deskripsi untuk setiap indikator pada kelas eksperimen I dan II dibandingkan serta ditarik kesimpulan secara deskriptif. Hasil analisa keaktifan belajar sesuai dengan indikator seperti berikut: 1) Mengungkapkan gagasan Selama pembelajaran pada kelas eksperimen I, hanya beberapa siswa yang menyampaikan gagasan terkait materi kepada peneliti. Namun yang terlihat lebih sering adalah ketika siswa menyampaikan gagasan kepada temannya. Misalnya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 yaitu ketika siswa ada yang mencoba meletakkan lensa cembung terlalu dekat lilin, kemudian siswa itu mencari bayangannya dengan menggeser layar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Siswa lainnya langsung memberi tahu jika jarak antara lensa cembung dan lilin terlalu dekat maka tidak bisa atau tidak ada hasil bayangannya. Begitu pula pada Gambar 4.2 yang menunjukkan salah satu siswa yang memberikan pendapat kepada temannya tentang hasil bayangan yang terbentuk bisa sedemikian karena permukaan lensa yang cekung. Pada kelas eksperimen II, siswa menyampaikan gagasan ketika ada perbedaan hasil yang siswa dapatkan dengan siswa lain. Sebagai contoh ketika ada kelompok siswa yang menyampaikan hasil percobaan tentang sifat bayangan yang terbentuk, ternyata ada kelompok lain yang mendapatkan sifat bayangan yang berbeda. Beberapa dari mereka juga menyampaikan pendapat ketika peneliti memberikan suatu contoh permasalahan dalam kehidupan sehari-hari terkait materi pembiasan.
Gambar 4.1. Siswa yang memberikan gagasan kepada teman sekelompok.
Gambar 4.2. Siswa yang memberi tahu pendapatnya kepada teman kelompok.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Berdasarkan deskripsi di atas, siswa pada kelas eksperimen I dan II terkadang mengungkapkan gagasannya kepada peneliti. Meskipun sebenarnya ketika di dalam kelompok, siswa berdiskusi dan saling menyampaikan pendapatnya. Bahkan ketika peneliti berada di kelompok, sebagian siswa juga menyampaikan gagasannya kepada peneliti. Hal ini karena yang tertangkap dan terdengar pada rekaman video hanyalah beberapa momen saat siswa berdiskusi dengan siswa lain. Terutama kelompok siswa yang paling dekat dengan posisi handycam. Oleh karena itu, siswa di bagian yang jauh terhadap handycam, terlihat sedang melakukan diskusi, namun apa yang mereka diskusikan tidak terdengar pada rekaman video. 2) Menyampaikan hasil percobaan Setelah selesai percobaan, peneliti menyuruh siswa menyampaikan hasil percobaan. Pada kelas eksperimen I, hasil percobaan berbeda-beda karena data yang diambil memang berbeda. Peneliti mempersilahkan perwakilan siswa untuk mempresentasikan hasil percobaannya. Akhirnya ada salah satu siswa yang mau untuk menyampaikan hasil percobaan di depan kelas seperti pada Gambar 4.3. Begitu pula pada kelas eksperimen II. Peneliti mempersilahkan kepada siswa untuk menyampaikan hasil percobaannya. Pada Gambar 4.4 terlihat bahwa beberapa siswa di kelas eksperimen
II
mengangkat
tangan
untuk
menyampaikan
hasil
percobaannya. Pada kelas eksperimen II, semua kelompok memperoleh hasil yang sama karena sesuai dengan prosedur LKS.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 4.3. Siswa yang mempresentasikan dan menjelaskan hasil percobaan.
57
Gambar 4.4. Antusiasme siswa untuk menyampaikan hasil percobaan.
Dari penjelasan tersebut, siswa kelas eksperimen II lebih terlihat antusias. Sebagian siswa sampai berebutan untuk menyampaikan hasil percobaan. Pada kelas eksperimen, hanya beberapa siswa saja yang mau mempresentasikan hasil percobaannya. Jadi dapat dikatakan bahwa siswa yang menyampaikan hasil percobaan pada kelas eksperimen II lebih aktif dibandingkan dengan kelas eksperimen I. 3) Melakukan percobaan Pada kelas eksperimen I dan II, semua siswa berpartisipasi saat melakukan percobaan. Hal yang terlihat jelas selama eksperimen adalah siswa kelas eksperimen I terlihat bingung ketika melakukan percobaan. Hal tersebut karena siswa harus mencari sendiri prosedur percobaan. Kebanyakan dari mereka menggunakan buku paket serta modul yang telah mereka miliki dari guru Fisika. Mereka harus memahami sendiri prosedur yang telah mereka dapatkan dari sumbernya. Kemudian mempraktikkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
percobaan tersebut. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.5, siswa masih mencoba-coba memposisikan alat untuk mendapatkan bayangan yang jelas. Selama percobaan, setiap kelompok siswa membagi tugasnya. Ada siswa yang memposisikan alat-alat percobaan, menggeser-geser lensa, membaca skala yang ditunjuk pada penggaris serta ada yang mencatat data. Pada kelas eksperimen II, siswa langsung dapat mempraktikkan percobaanya karena sudah ada prosedur pada LKSnya. Awalnya sebagian siswa mengambil alat percobaan di depan kelas. Setelah mendapatkan alat percobaan, sebagian siswa dari setiap kelompok membaca prosedur di LKS dan langsung memposisikan alat sesuai dengan prosedur. Pada Gambar 4.6 memperlihatkan kelompok siswa yang menempatkan alat dan mengukur jarak benda sesuai dengan prosedur di LKS. Siswa pada kelas ini juga membagi tugasnya ketika percobaan. Ada siswa yang memposisikan alat-alat percobaan, menggeser-geser lensa, membaca skala yang ditunjuk pada penggaris serta ada yang mencatat data.
Gambar 4.5. Siswa yang mencoba-coba melakukan eksperimen untuk mencari bayangan paling fokus.
Gambar 4.6. Kelompok siswa yang sedang mengukur jarak lilin dan lensa secara bersama-sama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Dari penjelasan tersebut, terlihat jika siswa pada kedua kelas tidak terlalu berbeda saat melakukan percobaan. Mereka sama-sama membagi tugas untuk kepada setiap anggota kelompok. Perbedaan terjadi karena memang kelas eksperimen I lebih diberi kebebasan dalam melakukan percobaan dibandingkan dengan kelas eksperimen II. Sebagian besar siswa terlibat aktif dalam melaksanakan percobaan. 4) Mengerjakan latihan soal Selama peneliti memberikan latihan soal, sebagian siswa langsung mencoba untuk menyelesaikan persoalan, baik siswa kelas eksperimen I dan II. Beberapa dari mereka mengerjakan secara bersama teman satu kelompoknya dan ada juga yang mengerjakan sendiri. Meskipun demikian, ada juga beberapa siswa yang tidak mengerjakan soal latihan. Hal ini peneliti dapati ketika mengecek pekerjaan siswa. Jumlah siswa yang mengerjakan soal di papan tulis pada masing-masing kelas adalah tiga siswa. Dari kelas eksperimen I, ada beberapa siswa yang menawarkan diri untuk mengerjakan dan akhirnya maju mengerjakan di papan tulis seperti pada Gambar 4.7. Sama halnya dengan siswa kelas eksperimen II yang mengangkat tangan supaya dipilih peneliti mengerjakan latihan soal di depan kelas. Kemudian dua siswapun mengerjakan soal di papan tulis yang ditunjukkan pada Gambar 4.8.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Gambar 4.7. Siswa kelas eksperimen II yang sedang mengerjakan soal di depan kelas.
Gambar 4.8. Siswa kelas eksperimen I yang sedang menyelesaikan soal di depan kelas.
Berdasarkan gambaran di atas, siswa pada kelas eksperimen I dan II tidak berbeda dalam hal mengerjakan latihan soal. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah siswa yang mengerjakan soalpun hampir sama dan yang mengerjakan soal latihan di depan kelaspun sama. 5) Mengajukan Pertanyaan Pada
kelas
eksperimen
I,
siswa
sering
menanyakan
atau
mengkonfirmasi kepada peneliti tentang prosedur atau hasil percobaan yang mereka dapatkan sudah benar apa belum. Namun juga banyak dari siswa tersebut yang bertanya karena tidak tahu apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Sebagian siswa bahkan sering berjalan mendatangi peneliti untuk bertanya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.9. Mereka juga sering melihat kelompok lain saat ada yang mereka tidak tahu. Pada kelas eksperimen II, siswa jarang bertanya kepada peneliti. Hanya beberapa siswa saja yang terkadang bertanya menghampiri peneliti. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.10 dimana siswa yang mengangkat tangan sedang memanggil peneliti dan bertanya tentang hasil percobaan yang telah siswa tersebut lakukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 4.10. Siswa yang sedang bertanya kepada peneliti.
61
Gambar 4.9. Siswa yang sedang memanggil peneliti untuk bertanya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa di kelas eksperimen I lebih aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada peneliti maupun siswa lainnya daripada siswa di kelas eksperimen II.
6) Menjawab pertanyaan Sebelum
percobaan
dan
setelah
percobaan
peneliti
selalu
memberikan pertanyaan kepada siswa kelas eksperimen I dan II. Pada Gambar 4.11 terlihat kondisi siswa kelas eksperimen II yang berebutan menjawab pertanyaan peneliti. Pada Gambar 4.12 ditunjukkan bagaimana siswa kelas eksperimen I mendengarkan pertanyaan peneliti tapi tidak berusaha menjawab. Namun jika ada salah satu siswa menjawab, siswa lainpun juga mulai ikutan menjawab. Selama percobaan pun terkadang peneliti bertanya kepada setiap kelompok dan sebagian dari anggota kelompok menjawab pertanyaan dari peneliti.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 4.12. Antusiasme siswa yang mau menjawab pertanyaan pada kelas eksperimen II.
62
Gambar 4.11. Suasana kelas eksperimen I ketika siswa sedang ditanya oleh peneliti.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa di kelas eksperimen II lebih aktif dalam menjawab pertanyaan daripada siswa di kelas eksperimen I.
Berdasarkan analisa data keaktifan di atas, dibuat tabel perbandingan keaktifan siswa kelas eksperimen I dan II seperti pada Tabel 4.7. Secara umum keaktifan siswa antara kelas eksperimen I dan II selama proses pembelajaran tidak terlalu berbeda karena selama proses pembelajaran kedua kelas samasama menggunakan metode eksperimen. Keaktifan siswa yang sama pada kedua kelas sesuai dengan indikator adalah mengungkapkan gagasan dan latihan soal. Dalam hal menyampaikan hasil percobaan dan menjawab pertanyaan, siswa kelas eksperimen II terlihat lebih antusias dan aktif dibandingkan dengan kelas eksperimen I. Kemudian bahwa siswa kelas eksperimen I memang lebih aktif dalam hal mengajukan pertanyaan dan melakukan percobaan dibandingkan kelas eksperimen II.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
Tabel 4. 7. Perbandingan keaktifan siswa kelas eksperimen I dan II.
Kelas No
Indikator
Eksperimen I
Eksperimen II
1
Mengungkapkan gagasan
Cukup aktif
Cukup aktif
2
Menyampaikan hasil percobaan
Cukup aktif
Aktif
3
Melakukan percobaan
Aktif
Cukup aktif
4
Mengerjakan latihan soal
Cukup aktif
Cukup aktif
5
Mengajukan pertanyaan
Aktif
Cukup aktif
6
Menjawab pertanyaan
Cukup aktif
Aktif
Perbedaan itu salah satunya adalah karena jenis metode eksperimen yang berbeda. Kelas eksperimen I lebih diberi kebebasan dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan kelas eksperimen II lebih mengacu pada LKS. Jadi, meskipun secara psikomotorik siswa kelas eksperimen I lebih terlibat aktif dalam percobaan, namun keterlibatan siswa tidak dikonstruksikan dengan baik. Artinya hanya fisik siswa yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, sehingga tujuan pembelajaran pun tidak tercapai secara maksimal. Berdasarkan analisa data tersebut dapat dikatakan bahwa penerapan metode eksperimen terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan metode eksperimen bebas.
3. Kaitan Keaktifan dengan Prestasi Belajar Berdasarkan hasil analisa keaktifan dan prestasi belajar siswa di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang lebih aktif dalam melakukan percobaan dan bertanya (kelas eksperimen I) memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
dengan siswa pada kelas eksperimen II. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Rozaq (2009), dimana nilai rata-rata prestasi belajar fisika (post-test) kelas eksperimen konstruktivis lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen terbimbing. Padahal, jika dilihat dari teori konstruktivisme, metode eksperimen bebas tentu saja lebih konstruktivis dibandingkan dengan metode eksperimen terbimbing, karena siswa dapat lebih aktif dalam menemukan pengetahuannya sendiri. Meskipun siswa kelas eksperimen bebas lebih aktif dari kelas eksperimen terbimbing
saat
melakukan
percobaan,
keterlibatan
mereka
tidak
dikonstruksikan dengan baik. Jadi, prestasi belajar siswa tersebut tidak maksimal. Beberapa alasan yang menyebabkan permasalahan tersebut adalah 1) Siswa pada kelas eksperimen bebas kebingungan ketika memahami dan melakukan percobaan. Siswa pada kelas eksperimen terbimbing mendapat LKS, sehingga lebih terstruktur selama proses pembelajaran. 2) Siswa kelas eksperimen bebas lebih mementingkan hasil akhir dibandingkan dengan proses. Jadi, siswa sekedar melakukan percobaan saja tanpa disertai dengan pemahaman pengetahuan pada dirinya. Seharusnya keterlibatan siswa di dalam belajar tidak diartikan keterlibatan fisik
semata.
Namun
keterlibatan
kognitif
dalam
memperoleh
pengetahuan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penerapan metode eksperimen terbimbing lebih efektif untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X MIA SMAN 2 Ngaglik dari pada menggunakan metode eksperimen bebas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
C. Keterbatasan Penelitian 1.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan treatment yang berbeda dengan yang guru gunakan selama pembelajaran. Artinya, siswa tidak terbiasa dengan treatment yang diberikan peneliti. Siswapun terkadang bingung dan peneliti harus menjelaskan, sehingga waktu pelajaran tidak dapat digunakan secara maksimal. Oleh karena itu, perlu diberikan latihan treatment terlebih dahulu sebelum mengambil data penelitian, agar siswa terbiasa dengan treatment yang digunakan.
2.
Evaluasi yang digunakan peneliti untuk mengetahui prestasi belajar siswa saat pre-test dan post-test adalah tes tertulis. Namun bentuk tes tertulis ini hanya mengukur kemampuan kognitif siswa saja. Evaluasi yang digunakan dalam instrumen ini kurang lengkap, karena kedua kelas menggunakan metode eksperimen yang lebih menekankan keterampilan dalam melakukan percobaan.
3.
Saat mengamati keaktifan siswa kelas eksperimen I dan II, peneliti menggunakan
handycam
untuk
merekam
aktivitas
siswa
selama
pembelajaran. Namun penggunaan handycam ini membatasi ruang observasi pada siswa. Artinya, hanya yang terekam pada video recorder saja yang dapat dianalisa. Misalnya, kelompok siswa yang berada paling jauh pada posisi handycam, terkadang tertutupi oleh kelompok siswa yang berada di depannya, sehingga apa yang sedang dilakukan siswa tidak diketahui. Begitu juga saat siswa saling berbicara satu sama lain. Suara siswa pada hasil rekaman video pun kurang jelas. Jadi, apa yang didiskusikan siswa dalam kelompok sulit dimengerti.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data dan analisa data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Keaktifan siswa pada kelas eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing tidak berbeda. 2. Prestasi belajar siswa pada kelas yang menggunakan metode eksperimen terbimbing lebih baik daripada metode eksperimen bebas. 3. Penerapan metode eksperimen terbimbing lebih efektif dalam meningkatkan keaktifan siswa kelas X MIA SMA N 2 Ngaglik daripada metode eksperimen bebas. 4. Penerapan metode eksperimen terbimbing lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X MIA SMA N 2 Ngaglik daripada metode eksperimen bebas. B. Saran 1. Perlu diberikan treatment pendahuluan sebelum mengambil data penelitian, agar siswa terbiasa dan tidak kebingungan dengan treatment yang digunakan. 2. Evaluasi yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa tidak hanya berupa tes tertulis, namun juga tes keterampilan siswa dalam melakukan percobaan. 3. Dalam penggunaan video recorder perlu diperhatikan luas area observasi, posisi, kapasitas video, dan jumlah video recorder yang diperlukan. Bahkan jika perlu menggunakan audio recorder sebagai pelengkap. 66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gentry, James W.. 1990. What is Experiential Learning? Chapter 2. Diunduh dari journal http://www.wmich.edu/casp/servicelearning/files/What%20is%20Experien tial%20Learning.pdf pada tanggal 18/11/2014. Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Khairani, Makmun. 2014. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Purwanto, Budi. 2013. Fisika 1 untuk kelas X SMA dan MA. Jawa Tengah: PT Wangsa Jatra Lestari. Rozaq, Mutrofin. 2009. Perbedaan Prestasi Belajar Fisika antara Siswa yang Belajar dengan Metode Eksperimen Berbasis Konstruktivistik dan Siswa yang Belajar dengan Metode Eksperimen Terbimbing di Kelas X SMA PGRI 1 Lumajang. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Fisika
FMIPA
Universitas
Negeri
Malang.
http://fisika.um.ac.id/skripsi/110-mutrofin-rozaq.pdf
Diunduh pada
dari tanggal
21/04/2015. Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Sartika, Septi B.. Pengaruh Penerepan Metode Eksperimen Sebagai Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Pedagogia Vol 1, No. 2, Juni 2012: 189-211. Diunduh dari journal.umsida.ac.id/files/SeptiV1.2.pdf tanggal 02/12/2014. Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Rosda. Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika: Konstruktivistik & Menyenangkan. Yogyakarta: Kanisius. hal 77-82. Suparno, Paul. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta: USD. Suparno, Paul. 2011. Pengantar Statistika untuk Pendidikan dan Psikologi. Yogyakarta: USD. Tipler, Paul A.. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik. Edisi ketiga jilid 2. Translated
by
Soegidjono,
B.
2001.
Jakarta:
Erlangga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 1. Surat permohonan izin penelitian
70
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 2. Surat perizinan pelaksanaan penelitian
71
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 3. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian
72
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 4. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas eksperimen I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (R P P) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu
: SMAN 2 Ngaglik : Fisika : X MIA 2/Genap (Eksperimen Bebas) : Pembiasan pada Lensa : 2 x 3 JP
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif, dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan B. Kompetensi Dasar dan Indikator Kompetensi Dasar
Indikator
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya 1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik matahari dan bumi sehingga memiliki gaya gravitasi, orbit, dan temperatur yang sesuai untuk kehidupan manusia di muka bumi 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah Karakter (memiliki rasa ingin tahu,objektif, 1) Siswa dapat menunjukkan rasa ingin jujur, teliti, cermat, tekun, hati-hati, tahu dalam eksperimen dan diskusi bertanggung jawab, terbuka, kritis, 2) Siswa dapat menunjukkan sikap kreatif, inovatif dan peduli disiplin dalam eksperimen dan diskusi 73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI lingkungan) dalam aktivitas seharihari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi 2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan 3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
74
Keterampilan Sosial 1) Berkomunikasi dengan kelompok 2) Bekerjasama dalam kelompok
1) Menjelaskan pengertian lensa. 2) Menyebutkan jenis-jenis lensa. 3) Menggambarkan sinar-sinar istimewa pada lensa 4) Menggambarkan diagram pembentukan bayangan yang dihasilkan oleh lensa. 5) Menentukan letak benda, letak bayangan, tinggi benda, tinggi bayangan dan perbesaran bayangan. 6) Menentukan sifat bayangan yang dihasilkan oleh lensa. 4.9 Menyajikan ide/rancangan sebuah alat 1) Melakukan percobaan pembiasan optik dengan menerapkan prinsip cahaya pada lensa pemantulan dan pembiasan pada 2) Mengolah data hasil analisis percobaan cermin dan lensa pembiasan cahaya pada lensa.
C. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian lensa. 2. Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis lensa. 3. Siswa dapat menggambarkan sinar-sinar istimewa pada lensa. 4. Siswa dapat menggambarkan diagram pembentukan bayangan yang dihasilkan oleh lensa. 5. Siswa dapat menentukan letak benda, letak bayangan, tinggi benda, tinggi bayangan dan perbesaran bayangan. 6. Siswa dapat menentukan sifat bayangan yang dihasilkan oleh lensa. 7. Siswa dapat melakukan percobaan pembiasan cahaya pada lensa 8. Siswa dapat mengolah data hasil analisis percobaan pembiasan cahaya pada lensa. D. Materi Pembelajaran Pembiasan Cahaya pada Lensa
1.
Pengertian dan Sifat Lensa Lensa merupakan zat optik yang dibatasi oleh dua permukaan lengkung atau permukaan lengkung dan permukaan datar. Lengkung lensa biasanya berupa lengkungan bola, sehingga dinamakan lensa sferis. Adapun dua jenis lensa, yaitu lensa cembung (convex lens) dan lensa cekung (concave lens). Berbagai jenis bentuk lensa dapat dilihat pada Gambar 2.1.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
(a)
(b) Gambar 2. 8. Berbagai jenis bentuk lensa. (a) Bikonveks, konveks-konkaf, plankonveks. (b) Bikonkaf, konkaf-konveks, plankonkaf.
Lensa cembung memiliki ciri bagian tengahnya lebih tebal dibangingkan dengan tepinya. Lensa cekung memiliki ciri bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan dengan tepinyalensa konkaf atau lensa negatif. Gambar 2.2 menunjukkan sinar-sinar sejajar yang mengenai lensa cembung dan lensa cekung. Jika sinar-sinar sejajar mengenai lensa cembung, sinar-sinar sejajar dibiaskan menuju titik fokus. Lensa ini disebut juga lensa konvergen atau lensa positif. Jika sinar-sinar sejajar mengenai lensa cekung, sinar-sinar sejajar dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus.Lensa ini disebut juga lensa divergen atau lensa negatif.
Gambar 2.9. Pembiasan cahaya pada lensa cembung dan cekung.
2.
Diagram Pembentukan Bayangan pada Lensa Pembentukan bayangan pada lensa dapat dilukiskan menggunakan sinar-sinar istimewa. a) Sinar-Sinar Istimewa pada Lensa Cembung (Lensa Positif)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dapat dijelaskan dan seperti pada Gambar 2.3 berikut. 1) Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus di belakang lensa;
76
digambarkan
2) Sinar datang melalui titik fokus di depan lensa dibiaskan sejajar sumbu utama;
3) Sinar datang melalui pusat diteruskan (tidak dibiaskan).
lensa
Gambar 2.10. Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung.
Dengan menggunakan minimal dua dari tiga sinar utama, dapat ditentukan sifat bayangan yang terbentuk. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung merupakan perpotongan atau perpanjangan sinar-sinar bias. Apabila bayangannya merupakan perpotongan dari sinar-sinar bias maka bayangan bersifat nyata, sedangkan apabila bayangannya merupkan perpotongan dari perpanjangan sinar-sinar bias maka bayangannya bersifat maya. Pada benda yang berjarak
Gambar 2. 11. Diagram sinar lensa cembung untuk benda berjarak
Sifat bayangan yang dibentuk oleh pembiasan lensa cembung mempunyai beberapa kemungkinan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
Tabel 2. 1. Sifat bayangan pada lensa cembung
No 1 2
3
4
5
Daerah
Sifat bayangan
Benda terletak di ruang I, yaitu antara maya, tegak, diperbesar pusat dan fokus lensa (s < f) Benda terletak di ruang II, yaitu antara fokus dan pusat kelengkungan lensa (2f nyata, terbalik, diperbesar < s < f) Benda terletak di ruang III, yaitu di sebelah kiri pusat kelengkungan lensa nyata, terbalik, diperkecil (s > 2f) tidak terbentuk bayangan karena sinar-sinar bias dan Benda terletak di titik fokus lensa (s =f) dan perpanjangannya tidak berpotongan (sejajar) Benda terletak di pusat kelengkungan nyata, terbalik, sama besar lensa (s = 2f)
b) Sinar-sinar Istimewa pada Lensa Cekung (Lensa Negatif) Sinar-sinar istimewa pada lensa cekung dapat dijelaskan seperti Gambar 2.5 berikut: 1) Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus di depan lensa;
2) Sinar datang menuju titik fokus di belakang lensa dibiaskan sejajar sumbu utama;
3) Sinar datang menuju pusat lensa tidak dibiaskan tetapi diteruskan.
Gambar 2. 12. Sinar-sinar istimewa pada lensa cekung.
Sama halnya seperti pada lensa cembung, untuk menentukan bayangan oleh lensa cekung diperlukan sekurang-kurangnya dua berkas sinar utama. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung merupakan perpotongan perpanjangan sinar-sinar bias, sehingga bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung bersifat maya. Pada Gambar 2.6, diagram sinar lensa cekung dimana hasil bayangan bersifat maya, tegak, dan diperkecil.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
Gambar 2. 13. Diagram sinar lensa cekung.
3.
Hubungan Jarak Benda, Jarak Bayangan, Jarak Fokus dan Indeks Bias Lensa. Persamaan untuk lensa tipis, yaitu (1) Jika jarak benda tak berhingga (s = ), maka jarak fokusnya (f) akan sama dengan jarak bayangannya ( ). Pada cermin, panjang fokusnya sama dengan setengah pusat kelengkungannya. Untuk sebuah lensa tipis di udara, panjang fokusnya dihubungkan dengan indeks bias n dan pusat kelengkungan kedua sisinya dan .
(
4.
)
(2)
Persamaan (2) disebut persamaan pembentukan lensa (Tipler, 2001: 495). Pada persamaan ini , , , dan dianggap positif jika obyeknya, bayangan, atau pusat kelengkungan terletak pada sisi yang nyata dari elemennya. Untuk lensa, sisi nyata adalah sisi datang bagi obyek dan sisi transmisi bagi bayangan dan pusat kelengkungan. Jika positif, bayangannya nyata yang berarti berkas-berkas cahaya benar-benar menyebar dari titik bayangan. Bayangan nyata dapat dilihat pada sebuah layar. Jika negatif, bayangannya maya, yang berarti tidak ada cahaya yang benar-benar menyebar dari titik bayangan. Perbesaran Bayangan Perbesaran bayangan yang dimaksud di sini adalah perbesaran bayangan linear, yaitu perbandingan tinggi bayangan dengan tinggi benda. Perbesaran bayangan linear pada lensa cembung maupun lensa cekung dapat dilihat pada Gambar 2.7. Dengan catatan, sudut yang dibentuk oleh tinggi bayangan dan tinggi benda terhadap pusat lensa, baik lensa positif maupun negatif adalah sama. Dengan kata lain, perbesaran sudutnya sama dengan 1.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
(a)
(b) Gambar 2. 14. Perbesaran bayangan linear pada lensa (a) cembung dan (b) cekung.
Mengingat sudut yang dibentuk bayangan dan benda terhadap lensa adalah sama misalnya, maka (3) (4) Karena perbandingan tinggi bayangan (h‟) dengan tinggi benda (h) merupakan definisi dari perbesaran bayangan (M) maka perbesaran linear dirumuskan
| | 5.
(6)
Kekuatan Lensa Kekuatan lensa (P) adalah kemampuan lensa untuk memfokuskan sinar-sinar. Kekuatan lensa didefinisikan sebagai kebalikan dari jarak fokus lensa. Jika panjang fokus diungkapkan dalam meter, maka kekuatan lensanya adalah kebalikan dari meter yang disebut dioptri (D). (5) Sebuah lensa dengan panjang fokus lensa penyebar adalah negatif, kekuatan lensa juga negatif.
E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran 1. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan Saintifik 2. Metode Pembelajaran Eksperimen Bebas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
F. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan pertama Kegiatan Pendahuluan
Inti
Penutup
Kegiatan Pendahuluan
Rincian Kegiatan Persiapan Situasi Kelas Mengkondisikan situasi kelas Apersepsi Siswa mengingat kembali tentang lensa dalam kehidupan sehari-hari. Motivasi - Apa bedanya cermin dan lensa? Pre-test tentang pembiasan cahaya pada lensa Orientasi (Tujuan dan Kegiatan) Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran Mengamati Mengamati set alat pembiasan cahaya pada lensa cembung serta mencari informasi ataupun prosedur percobaan berdasarkan sumber belajar misalnya buku, internet. Menanya Menanyakan dan mencari tahu sendiri konsep pembiasan cahaya pada lensa cembung(Guru membimbing siswa untuk merumuskan pertanyaan). Mencoba Melakakuan percobaan pembiasan cahaya pada lensa cembung berdasarkan langkah-langkah percobaan yang telah didiskusikan bersama teman sekelompok. Mengasosiasi Menghubungkan antara jarak benda, tinggi benda, jarak bayangan dan tinggi bayangan. Mengkomunikasikan Siswa mempresentasikan hasil eksperimen Umpan balik dan rangkuman Bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pembiasan cahaya pada lensa cembung Tugas-tugas Menyampaikan informasi materi pada pertemuan berikutnya, yaitu: pembiasan cahaya pada lensa cekung Pertemuan kedua Rincian Kegiatan Persiapan Situasi Kelas Mengkondisikan situasi kelas Apersepsi Siswa mengingat kembali tentang lensa dalam kehidupan sehari-hari. Motivasi - Apa bedanya lensa cembung dan lensa cekung? Orientasi (Tujuan dan Kegiatan) Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran
Waktu
45 menit
80 menit
10 menit
Waktu
10 menit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kegiatan
Rincian Kegiatan
Inti
Mengamati Mengamati set alat pembiasan cahaya pada lensa cekung serta mencari informasi ataupun prosedur percobaan berdasarkan sumber belajar misalnya buku, internet. Menanya Menanyakan dan mencari tahu sendiri konsep pembiasan cahaya pada lensa cekung(Guru membimbing siswa untuk merumuskan pertanyaan). Mencoba Melakakuan percobaan pembiasan cahaya pada lensa cekung berdasarkan langkah-langkah percobaan yang telah didiskusikan bersama teman sekelompok. Mengasosiasi Menghubungkan antara jarak benda, tinggi benda, jarak bayangan dan tinggi bayangan. Mengkomunikasikan Siswa mempresentasikan hasil eksperimen Umpan balik dan rangkuman Bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pembiasan cahaya pada lensa cekung Post-test
Penutup
81
Waktu
85 menit
45 menit
G. Sumber Belajar, Media, Alat/Bahan 1. Sumber Belajar Buku Fisika SMA Purwanto, Budi. 2013. Fisika 1 untuk kelas X SMA dan MA. Jawa Tengah; PT. Wangsa Jatra Lestari Buku yang relevan Lembar Kerja Siswa Internet 2. Alat/Bahan Set alat pembiasan cahaya pada lensa
Yogyakarta,
April 2015
Mengetahui Guru Fisika SMAN 2 Ngaglik
Peneliti
Drs. Warsun Latif
Johan Pamungkas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 5. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas eksperimen II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (R P P) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu
: SMAN 2 Ngaglik : Fisika : X MIA 4/Genap (Eksperimen Terbimbing) : Pembiasan pada Lensa : 2 x 3 JP
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan B. Kompetensi Dasar dan Indikator Kompetensi Dasar 1.1 Bertambah keimanannya
Indikator
dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya 1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik matahari dan bumi sehingga memiliki gaya gravitasi, orbit, dan temperatur yang sesuai untuk kehidupan manusia di muka bumi 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah Karakter (memiliki rasa ingin tahu,objektif, 1) Siswa dapat menunjukkan rasa ingin jujur, teliti, cermat, tekun, hati-hati, tahu dalam eksperimen dan diskusi bertanggung jawab, terbuka, kritis, 2) Siswa dapat menunjukkan sikap kreatif, inovatif dan peduli disiplin dalam eksperimen dan diskusi 82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI lingkungan) dalam aktivitas seharihari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi 2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan 3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
83
Keterampilan Sosial 1) Berkomunikasi dengan kelompok 2) Bekerjasama dalam kelompok
1) Menjelaskan pengertian lensa. 2) Menyebutkan jenis-jenis lensa. 3) Menggambarkan sinar-sinar istimewa pada lensa 4) Menggambarkan diagram pembentukan bayangan yang dihasilkan oleh lensa. 5) Menentukan letak benda, letak bayangan, tinggi benda, tinggi bayangan dan perbesaran bayangan. 6) Menentukan sifat bayangan yang dihasilkan oleh lensa. 4.9 Menyajikan ide/rancangan sebuah alat 1) Melakukan percobaan pembiasan optik dengan menerapkan prinsip cahaya pada lensa pemantulan dan pembiasan pada 2) Mengolah data hasil analisis percobaan cermin dan lensa pembiasan cahaya pada lensa.
C. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian lensa. 2. Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis lensa. 3. Siswa dapat menggambarkan sinar-sinar istimewa pada lensa. 4. Siswa dapat menggambarkan diagram pembentukan bayangan yang dihasilkan oleh lensa. 5. Siswa dapat menentukan letak benda, letak bayangan, tinggi benda, tinggi bayangan dan perbesaran bayangan. 6. Siswa dapat menentukan sifat bayangan yang dihasilkan oleh lensa. 7. Siswa dapat melakukan percobaan pembiasan cahaya pada lensa. 8. Siswa dapat mengolah data hasil analisis percobaan pembiasan cahaya pada lensa. D. Materi Pembelajaran Pembiasan Cahaya pada Lensa
1. Pengertian dan Sifat Lensa Lensa merupakan zat optik yang dibatasi oleh dua permukaan lengkung atau permukaan lengkung dan permukaan datar. Lengkung lensa biasanya berupa lengkungan bola, sehingga dinamakan lensa sferis. Adapun dua jenis lensa, yaitu lensa cembung (convex lens) dan lensa cekung (concave lens). Berbagai jenis bentuk lensa dapat dilihat pada Gambar 2.1.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
(a)
(b) Gambar 2. 15. Berbagai jenis bentuk lensa. (a) Bikonveks, konveks-konkaf, plankonveks. (b) Bikonkaf, konkaf-konveks, plankonkaf.
Lensa cembung memiliki ciri bagian tengahnya lebih tebal dibangingkan dengan tepinya. Lensa cekung memiliki ciri bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan dengan tepinyalensa konkaf atau lensa negatif. Gambar 2.2 menunjukkan sinar-sinar sejajar yang mengenai lensa cembung dan lensa cekung. Jika sinar-sinar sejajar mengenai lensa cembung, sinar-sinar sejajar dibiaskan menuju titik fokus. Lensa ini disebut juga lensa konvergen atau lensa positif. Jika sinar-sinar sejajar mengenai lensa cekung, sinar-sinar sejajar dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus.Lensa ini disebut juga lensa divergen atau lensa negatif.
Gambar 2.16. Pembiasan cahaya pada lensa cembung dan cekung.
2.
Diagram Pembentukan Bayangan pada Lensa Pembentukan bayangan pada lensa dapat dilukiskan menggunakan sinar-sinar istimewa. a) Sinar-Sinar Istimewa pada Lensa Cembung (Lensa Positif) Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dapat dijelaskan dan digambarkan seperti pada Gambar 2.3 berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
1) Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus di belakang lensa; 2) Sinar datang melalui titik fokus di depan lensa dibiaskan sejajar sumbu utama; 3) Sinar datang melalui pusat lensa diteruskan (tidak dibiaskan).
Gambar 2.17. Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung.
Dengan menggunakan minimal dua dari tiga sinar utama, dapat ditentukan sifat bayangan yang terbentuk. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung merupakan perpotongan atau perpanjangan sinar-sinar bias. Apabila bayangannya merupakan perpotongan dari sinar-sinar bias maka bayangan bersifat nyata, sedangkan apabila bayangannya merupkan perpotongan dari perpanjangan sinar-sinar bias maka bayangannya bersifat maya. Pada benda yang berjarak
Gambar 2. 18. Diagram sinar lensa cembung untuk benda berjarak
Sifat bayangan yang dibentuk oleh pembiasan lensa cembung mempunyai beberapa kemungkinan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1. Sifat bayangan pada lensa cembung
No 1 2 3
Daerah
Sifat bayangan
Benda terletak di ruang I, yaitu antara pusat dan fokus maya, tegak, diperbesar lensa (s < f) Benda terletak di ruang II, yaitu antara fokus dan pusat nyata, terbalik, diperbesar kelengkungan lensa (2f < s < f) Benda terletak di ruang III, yaitu di sebelah kiri pusat nyata, terbalik, diperkecil kelengkungan lensa (s > 2f)
4
Benda terletak di titik fokus lensa (s =f)
tidak terbentuk bayangan karena sinar-sinar bias dan dan perpanjangannya tidak berpotongan (sejajar)
5
Benda terletak di pusat kelengkungan lensa (s = 2f)
nyata, terbalik, sama besar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
b) Sinar-sinar Istimewa pada Lensa Cekung (Lensa Negatif) Sinar-sinar istimewa pada lensa cekung dapat dijelaskan seperti Gambar 2.5 berikut: 1) Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus di depan lensa;
2) Sinar datang menuju titik fokus di belakang lensa dibiaskan sejajar sumbu utama;
3) Sinar datang menuju pusat lensa tidak dibiaskan tetapi diteruskan. Gambar 2. 19. Sinar-sinar istimewa pada lensa cekung.
Sama halnya seperti pada lensa cembung, untuk menentukan bayangan oleh lensa cekung diperlukan sekurang-kurangnya dua berkas sinar utama. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung merupakan perpotongan perpanjangan sinar-sinar bias, sehingga bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung bersifat maya. Pada Gambar 2.6, diagram sinar lensa cekung dimana hasil bayangan bersifat maya, tegak, dan diperkecil.
Gambar 2. 20. Diagram sinar lensa cekung.
3.
Hubungan Jarak Benda, Jarak Bayangan, Jarak Fokus dan Indeks Bias Lensa. Persamaan untuk lensa tipis, yaitu (1) Jika jarak benda tak berhingga (s = ), maka jarak fokusnya (f) akan sama dengan jarak bayangannya ( ). Pada cermin, panjang fokusnya sama dengan setengah pusat kelengkungannya. Untuk sebuah lensa tipis di udara, panjang fokusnya dihubungkan dengan indeks bias n dan pusat kelengkungan kedua sisinya dan .
(
)
(2)
Persamaan (2) disebut persamaan pembentukan lensa (Tipler, 2001: 495). Pada persamaan ini , , , dan dianggap positif jika obyeknya, bayangan, atau pusat kelengkungan terletak pada sisi yang nyata dari elemennya. Untuk lensa, sisi nyata adalah sisi datang bagi obyek dan sisi transmisi bagi bayangan dan pusat kelengkungan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
87
Jika positif, bayangannya nyata yang berarti berkas-berkas cahaya benar-benar menyebar dari titik bayangan. Bayangan nyata dapat dilihat pada sebuah layar. Jika negatif, bayangannya maya, yang berarti tidak ada cahaya yang benar-benar menyebar dari titik bayangan. Perbesaran Bayangan Perbesaran bayangan yang dimaksud di sini adalah perbesaran bayangan linear, yaitu perbandingan tinggi bayangan dengan tinggi benda. Perbesaran bayangan linear pada lensa cembung maupun lensa cekung dapat dilihat pada Gambar 2.7. Dengan catatan, sudut yang dibentuk oleh tinggi bayangan dan tinggi benda terhadap pusat lensa, baik lensa positif maupun negatif adalah sama. Dengan kata lain, perbesaran sudutnya sama dengan 1.
(a)
(b) Gambar 2. 21. Perbesaran bayangan linear pada lensa (a) cembung dan (b) cekung.
Mengingat sudut yang dibentuk bayangan dan benda terhadap lensa adalah sama misalnya, maka (3) (4) Karena perbandingan tinggi bayangan (h‟) dengan tinggi benda (h) merupakan definisi dari perbesaran bayangan (M) maka perbesaran linear dirumuskan
| | 5.
(6)
Kekuatan Lensa Kekuatan lensa (P) adalah kemampuan lensa untuk memfokuskan sinar-sinar. Kekuatan lensa didefinisikan sebagai kebalikan dari jarak fokus lensa. Jika panjang fokus diungkapkan dalam meter, maka kekuatan lensanya adalah kebalikan dari meter yang disebut dioptri (D). (5) Sebuah lensa dengan panjang fokus lensa penyebar adalah negatif, kekuatan lensa juga negatif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
1.
Pendekatan Pembelajaran Pendekatan Saintifik 2. Metode Pembelajaran Eksperimen Terbimbing F. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan pertama Kegiatan Pendahuluan
Inti
Penutup
Rincian Kegiatan Persiapan Situasi Kelas Mengkondisikan situasi kelas Apersepsi Siswa mengingat kembali tentang lensa dalam kehidupan sehari-hari. Motivasi - Apa bedanya cermin dan lensa? Pre-test tentang pembiasan cahaya pada lensa Orientasi (Tujuan dan Kegiatan) Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran Mengamati Mengamati prosedur dan demonstrasi tentang pembiasan cahaya pada lensa cembung. Menanya Menanyakan konsep pembiasan cahaya pada lensa cembung(Guru membimbing siswa untuk merumuskan pertanyaan). Mencoba Melakakuan percobaan pembiasan cahaya pada lensa cembung berdasarkan LKS yang di sediakan. Mengasosiasi Menghubungkan antara jarak benda, tinggi benda, jarak bayangan dan tinggi bayangan. Mengkomunikasikan Siswa mempresentasikan hasil eksperimen Umpan balik dan rangkuman Bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pembiasan cahaya pada lensa cembung Tugas-tugas Menyampaikan informasi materi pada pertemuan berikutnya, yaitu: pembiasan cahaya pada lensa cekung
Waktu
45 menit
80 menit
10 menit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Pertemuan kedua Kegiatan Pendahuluan
Inti
Penutup
Rincian Kegiatan Persiapan Situasi Kelas Mengkondisikan situasi kelas Apersepsi Siswa mengingat kembali tentang lensa dalam kehidupan sehari-hari. Motivasi - Apa bedanya lensa cembung dan lensa cekung? Orientasi (Tujuan dan Kegiatan) Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran Mengamati Mengamati prosedur dan demonstrasi tentang pembiasan cahaya pada lensacekung. Menanya Menanyakan konsep pembiasan cahaya pada lensa cekung(Guru membimbing siswa untuk merumuskan pertanyaan). Mencoba Melakakuan percobaan pembiasan cahaya pada lensa cekung berdasarkan LKS yang di sediakan. Mengasosiasi Menghubungkan antara jarak benda, tinggi benda, jarak bayangan dan tinggi bayangan. Mengkomunikasikan Siswa mempresentasikan hasil eksperimen Umpan balik dan rangkuman Bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pembiasan cahaya pada lensa cembung Post-test
Waktu
10 menit
85 menit
45 menit
G. Sumber Belajar, Media, Alat/Bahan
1. Sumber Belajar Buku Fisika SMA Purwanto, Budi. 2013. Fisika 1 untuk kelas X SMA dan MA. Jawa Tengah; PT. Wangsa Jatra Lestari Buku yang relevan Lembar Kerja Siswa 2. Alat/Bahan Set alat pembiasan cahaya pada lensa Yogyakarta,
April 2015
Mengetahui Guru Fisika SMAN 2 Ngaglik
Peneliti
Drs. Warsun Latif
Johan Pamungkas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 6. Lembar kegiatan siswa kelas eksperimen I
Lembar Kegiatan Siswa Pembiasan Cahaya pada Lensa Cembung
Nama No Kelas
: : :
A. Judul
: Pembiasan cahaya pada lensa cembung.
B. Tujuan : 1. Mengamati jalannya sinar pembentukan bayangan pada lensa cembung. 2. Mengamati sifat-sifat bayangan yang dihasilkan oleh lensa cembung. 3. Menentukan titik fokus lensa cembung dan perbesaran bayangan benda yang dihasilkan. C. Alat dan Bahan
D. Langkah kerja
E. Tabel Data Hasil Pengamatan
F. Kesimpulan Dari praktikum yang telah kalian lakukan, buat kesimpulan tentang pembiasan cahaya pada lensa cembung.
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
Lembar Kegiatan Siswa Pembiasan Cahaya pada Lensa Cekung
Nama No Kelas
: : :
A. Judul
: Pembiasan cahaya pada lensa cembung.
B. Tujuan : 1. Mengamati jalannya sinar pembentukan bayangan pada lensa cekung. 2. Mengamati sifat-sifat bayangan yang dihasilkan oleh lensa cekung. 3. Menentukan titik fokus lensa cekung dan perbesaran bayangan benda yang dihasilkan. C. Alat dan Bahan
D. Langkah kerja
E. Tabel Data Hasil Pengamatan
F. Kesimpulan Dari praktikum yang telah kalian lakukan, buat kesimpulan tentang pembiasan cahaya pada lensa cekung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
Lampiran 7. Lembar kegiatan siswa kelas eksperimen II
Lembar Kegiatan Siswa Pembiasan Cahaya pada Lensa Cembung Nama No Kelas
: : :
A. Judul
: Pembiasan cahaya pada lensa cembung.
B. Tujuan : 1. Mengamati jalannya sinar pembentukan bayangan pada lensa cembung. 2. Mengamati sifat-sifat bayangan yang dihasilkan oleh lensa cembung. 3. Menentukan titik fokus lensa cembung dan perbesaran bayangan benda yang dihasilkan. Ketika lensa cembung didekatkan pada jarak tertentu pada tulisan dibukumu, apakah terlihat terjadi perubahan ukuran pada tulisanmu? apakah yang menyebabkan peristiwa tersebut ? C. Alat dan Bahan: 1. Lilin atau lampu 2. Lensa cembung
3. Kertas putih atau layar 4. Penggaris
D. Langkah kerja Hadapkan lensa ke matahari atau
sumber
cahaya
yang
jauh.
Kemudian letakkan kertas di bawah lensa. Cari posisi lensa sehingga bayangan terlihat paling jelas dan terang. Ukurlah jarak lensa cembungkertas (layar). Nilai ini sebagai fokus lensa cembung. f = .........cm
1. Set alat seperti gambar 1 dibawah, yaitu letakkan lensa cembung diantara lilin dan layar. 2. Nyalakan lilin sebagai sumber cahaya. 3. Cari bayangan cahaya/sinar yang dibentuk oleh lensa hingga terlihat paling terang dengan meggeser kertas putih sebagai layar. 4. Ubahlah jarak benda (s) pada posisi yang berbeda beda, dan cari lagi bayangan cahaya/sinar yang dibentuk oleh lensa hingga terlihat paling terang. Catat dalam tabel.
Gambar 1. Rangkaian percobaan lensa cembung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
E. Tabel Data Hasil Pengamatan No
Sifat
s (cm)
(cm)
(cm-1)
M= (cm-1)
(cm-1)
(cm-1)
bayangan
1 2 3 4 5 Keterangan: s = jarak benda ke lensa (cm) = jarak bayangan ke lensa (cm) f = fokus lensa cembung (cm) M = perbesaran bayangan F. Pertanyaan (1) Bagaimana nilai (2) Bagaimana nilai Jadi nilai
:............................................................................................ dengan
:............................................................................
= ................................. Nilai fokus lensa cembung dari percobaan
adalah .................... (3) Bagaiamana sifat bayangan yang terlihat oleh layar setelah cahaya melewati lensa cembung? Jawab :
(4) Gambarkan jalannya sinar dari sumber cahaya menuju layar yang melewati lensa cembung?
G. Kesimpulan Dari praktikum yang telah kalian lakukan, buat kesimpulan tentang pembiasan cahaya pada lensa cembung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
Lembar Kegiatan Siswa Pembiasan Cahaya pada Lensa Cekung Nama No Kelas
: : :
A. Judul : Pembiasan cahaya pada lensa cekung. B. Tujuan : 1. Mengamati jalannya sinar pembentukan bayangan pada lensa cekung. 2. Mengamati sifat-sifat bayangan yang dihasilkan oleh lensa cekung. 3. Menentukan titik fokus lensa cekung dan perbesaran bayangan benda yang dihasilkan. Ketika lensa cekung didekatkan pada jarak tertentu pada tulisan dibukumu, apakah terlihat terjadi perubahan ukuran pada tulisanmu? apakah yang menyebabkan peristiwa tersebut ? C. Alat dan Bahan: 1. Lilin atau lampu 2. Lensa cekung
3. Lensa cembung 4. Kertas putih atau layar 5. Penggaris
D. Langkah kerja 1. Susunlah alat seperti gambar 1 dibawah, yaitu lilin (benda); lensa cembung; layar. Benda diletakkan di ruang III lensa cembung (s > 2f). Bayangan lensa cembung akan digunakan sebagai benda oleh lensa cekung. Catat jarak bayangan sebagai s.
Gambar 1. Rangkaian percobaan lensa cembung 2. Tempatkan lensa cekung di antara lensa cembung dan layar, sehingga tampak seperti gambar 2. 3. Ukur jarak lensa cekung-layar. Jarak ini sebagai s. 4. Geser layar tersebut hingga terlihat bayangan nyata. 5. Ukur jarak lensa negatif-bayangan. Jarak ini sebagai s‟
Gambar 2. Rangkaian percobaan lensa cekung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
E. Tabel Data Hasil Pengamatan No
Sifat
s (cm)
(cm)
(cm-1)
M= -1
(cm )
-1
(cm )
-1
bayangan
(cm )
1 2 3 4 5 Keterangan: s = jarak benda ke lensa (cm) = jarak bayangan ke lensa (cm) f = fokus lensa cekung (cm) M = perbesaran bayangan F. Pertanyaan (1) Bagaimana nilai (2) Bagaimana nilai Jadi nilai
:............................................................................................ dengan
:............................................................................
= ................................. Nilai fokus lensa cekung dari percobaan adalah
.................... (3) Bagaiamana sifat bayangan yang terlihat oleh layar setelah cahaya melewati lensa cekung? Jawab : (4) Gambarkan jalannya sinar dari sumber cahaya menuju layar yang melewati lensa cekung?
G. Kesimpulan
95
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 8. Kisi-kisi soal pre-test dan post-test
Kisi-Kisi Soal Pre-Test dan Post-Test
Mata Pelajaran : Fisika Kompetensi Dasar : 3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa. 4.9 Menyajikan ide/rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa
No Soal
No Butir
Dimensi
Soal
Kognitif
Menjelaskan pengertian lensa
1a
C2
Menyebutkan jenis-jenis lensa
1b
C1
Menggambarkan sinar istimewa lensa cembung atau cekung
2a
C3
Menjelaskansinar istimewa lensa cembung atau cekung
2b
C3
Menentukan letak bayangan yang dihasilkan oleh lensa
3a
C3
Menentukan perbesaran bayangan yang dihasilkan oleh lensa
3b
C3
Menentukan sifat bayangan oleh lensa
3c
C3
4a
C3
Menentukan sifat bayangan oleh lensa
4b
C3
Menentukan jarak fokus lensa di udara
5a
C3
Menentukan kekuatan lensa
5b
C3
Indikator Soal
1
2
3
Menggambarkan diagram terbentuknya bayangan pada lensa 4
cembung atau lensa cekung
5
96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 9. Soal pre-test dan post-test
SOAL PRE-TEST PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA
Nama No Kelas Mata Pelajaran Alokasi Waktu
: : : : Fisika : 1 x 45 mnt
Petunjuk Umum: 1. Tuliskan nama, nomor absen dan kelas pada lembar jawaban. 2. Jumlah soal sebanyak 5 butir uraian. 3. Dilarang menyontek dalam bentuk apapun. 4. Jawablah soal pada kolom atau baris yang sudah disediakan.
Soal: 1. (a) Apa yang dimaksud dengan lensa? (b) Sebutkan jenis-jenis lensa! 2. Gambarkan sinar-sinar istimewa pada lensa cekung! Jelaskan! 3. Sebuah benda diletakkan 30 cm di depan lensa cembung dengan jarak fokus 15 cm. Tentukan: (a) Letak bayangan, (b) perbesaran bayangan, (c) sifat-sifat bayangan. 4. Sebuah benda diletakkan di antara fokus dan pusat kelengkungan (2f) lensa cekung, Tentukan: (a) Gambar pembentukan bayangan; (b) Sifat-sifat bayangan. 5. Sebuah lensa (indeks bias=1,5) dibatasi oleh permukaan cekung berjari-jari 10 cm dan permukaan cembung berjari-jari 30 cm. Hitunglah: (a) Jarak fokus jika lensa berada di udara (n=1); (b) Kekuatan lensa.
97
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
SOAL POST-TEST PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA
Nama No Kelas Mata Pelajaran Alokasi Waktu
: : : : Fisika : 1 x 45 mnt
Petunjuk Umum: 1. Tuliskan nama, nomor absen dan kelas pada lembar jawaban. 2. Jumlah soal sebanyak 5 butir uraian. 3. Dilarang menyontek dalam bentuk apapun. 4. Jawablah soal pada kolom atau baris yang sudah disediakan.
Soal: 1. (a) Apa yang dimaksud dengan lensa? (b) Sebutkan jenis-jenis lensa! 2. Gambarkan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung! Jelaskan! 3. Sebuah benda diletakkan 20 cm di depan lensa cekung dengan jarak fokus 20 cm. Tentukan: (a) Letak bayangan, (b) perbesaran bayangan, (c) sifat-sifat bayangan. 4. Sebuah benda diletakkan di pusat kelengkungan (2f) lensa cembung. Tentukan: (a) Gambar pembentukan bayangan; (b) Sifat-sifat bayangan. 5. Sebuah lensa (indeks bias=1,5) dibatasi oleh permukaan cembung berjari-jari 10 cm dan permukaan cekung berjari-jari 30 cm. Hitunglah: (a) Jarak fokus jika lensa berada di udara (n=1); (b) Kekuatan lensa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 10. Kunci jawaban dan pedoman penilaian pre-test dan post-test
KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENILAIAN PRE-TEST
No Soal
Skor
No Butir
Alternatif Jawaban
Soal
Skor
maksimal
Lensa adalah suatu benda yang tembus pandang dan mempunyai paling sedikit satu permukaan lengkung. 1a
atau
2
Lensa adalah zat optik yang dibatasi oleh dua permukaan lengkung atau permukaan lengkung dan datar.
1
4
Lensa cembung dan lensa cekung. 1b
Lensa positif dan lensa negatif.
2
Lensa konvergen dan lensa divergen.
2a
3 6
2
2b
Sinar datang menuju titik fokus di belakang lensa dibiaskan sejajar sumbu utama; Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus di depan lensa; Sinar datang menuju pusat lensa tidak dibiaskan tetapi diteruskan. 99
3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100
Jarak benda s = +30 cm (+ karena benda di depan lensa) Jarak fokus f = +15 cm (+ karena lensa cembung) Letak bayangan
4
3a
10
3
Jadi, bayangan terletak di belakang lensa (bayangan nyata) 3b
|
|
|
|
3
Jadi bayangan benda yang terbentuk sama besar dengan bendanya. 3c
Sifat-sifat bayangan:
3
(1) nyata, (2) terbalik, (3) sama besar dengan bendanya; M=1 kali.
4
4a
4b
6
Sifat-sifat bayangan yang terbentuk adalah maya, tegak, diperkecil.
4
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
(
) (
( 5a
)(
) (
( )(
)
)(
) ( )(
)
7
) 10
5 kekuatan lensa
5b
3
P = -3,3 dioptri Nilai
40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENILAIAN POST-TEST
No Soal
Skor
No Butir
Alternatif Jawaban
Soal
Skor
maksimal
Lensa adalah suatu benda yang tembus pandang dan mempunyai paling sedikit satu permukaan lengkung. 1a
atau
2
Lensa adalah zat optik yang dibatasi oleh dua permukaan lengkung atau permukaan lengkung dan datar.
1
4
Lensa cembung dan lensa cekung. 1b
2
Lensa positif dan lensa negatif. Lensa konvergen dan lensa divergen.
2a
3 6
2
2b
3
3a
Sinar datang melalui titik fokus di depan lensa dibiaskan sejajar sumbu utama; Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus di belakang lensa; Sinar datang melalui pusat lensa diteruskan (tidak dibiaskan Jarak benda s = 20 cm (+ karena benda di depan lensa) Jarak fokus f = -20 cm (- karena lensa cekung)
102
3
4
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
Letak bayangan
Jadi, bayangan terletak di depan lensa (bayangan maya) Perbesaran lensa M 3b
|
|
|
|
3
Jadi bayangan benda diperkecil 0,5 kali bendanya. 3c
Sifat-sifat bayangan:
3
(1) maya, (2) tegak, (3) diperkecil; M = 0,5 kali.
4a
6
4
4b
Sifat bayangan yang terbentuk adalah nyata, terbalik, diperbesar.
4
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
( (
)(
(
) )
(
)(
( )(
)
5a ( )(
)
) ) 7
10
5
kekuatan lensa 5b
3
P = 3,3 dioptri Nilai
40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 11. Lembar validitas soal oleh Dosen
105
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 12. Lembar validitas soal oleh Guru
107
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 13. Nilai pre-test dan post-test kelas eksperimen I dan II
Nilai pre-test - post-test kelas eksperimen I dan II
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Ratarata
Siswa kelas eksperimen I A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 A29
Eksperimen I PreTest 30.00 30.00 30.00 35.00 40.00 30.00 60.00 50.00 25.00 27.50 30.00 28.75 30.00 27.50 32.50 52.50 27.50 25.00 12.50 67.50 15.00 63.75 25.00 40.00 72.50 50.00 30.00
PostTest 73.75 85.00 81.25 77.50 85.00 78.75 82.50 72.50 77.50 80.00 82.50 75.00 72.50 80.00 70.00 80.00 80.00 75.00 77.50 80.00 75.00 85.00 85.00 75.00 85.00 85.00 72.50 76.25
36.57
78.75
Siswa kelas eksperimen II B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 B21 B22 B23 B24 B25 B26 B27 B28 B29 B30
Eksperimen II PreTest 37.50 42.50 50.00 49.38 47.50 45.00 47.50 41.88 50.00 45.00 37.50 40.00 55.00 25.00 40.00 25.00 5.00 15.00 50.00 59.38 32.50 50.00 22.50 50.00 27.50 25.00 14.38 40.00 25.00 12.50
PostTest 82.50 87.50 92.50 87.50 87.50 90.00 67.50 82.50 92.50 81.25 87.50 85.00 92.50 77.50 85.00 85.00 77.50 85.00 75.00 80.00 92.50 85.00 77.50 75.00 75.00 73.75 87.50 82.50 77.50
36.92
83.02
109
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 14. Contoh hasil pre-test dan post-test siswa kelas eksperimen I
110
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 15. Contoh hasil pre-test dan post-test siswa kelas eksperimen II.
116
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
120
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 16 Contoh hasil lembar kerja siswa kelas eksperimen I
122
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
123
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 17. Contoh hasil lembar kegiatan siswa kelas eksperimen II.
124
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
125
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
127
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 18. Transkrip Video.
Transkrip Video (Kelas Eksperimen I) Hari pertama Hari, tanggal : Senin, 4 Mei 2015 Kelas : X MIA 2 Jam pelajaran : 11.00-11.45 (6) Materi : Pre-test Jumlah siswa : 27 Peneliti berdiri di depan kelas sambil memberikan salam selamat siang dan siswa pun serentak menjawab kembali. Suasana di dalam kelas saat itu masih ramai dan sebagian siswa juga masih mengobrol. Ketika peneliti mau memperkenalkan diri, ada salah satu siswa yang memberikan instruksi kepada temannya untuk diam sehingga siswa lain langsung diam dan mulai memperhatikan. Ketika peneliti mulai memperkenalkan diri, semua siswa antusias dan memperhatikan. Terbukti ketika peneliti memperkenalkan diri, sebagian siswa menanggapi kembali meskipun dengan humornya. Suasanapun menjadi gaduh di dalam kelas. Siswa sudah saling mengobrol. Penelitipun langsung mengganti topik pembicaraan atau bercerita, siswapun langsung kembali diam dan memperhatikan. Peneliti kembali bercerita tentang pendidikannya. Siswa mulai tertarik dan bertanya kembali karena peneliti pernah sekolah di SMA tersebut. Peneliti dan siswa cukup lama dalam berdinamika. Setelah selesai memperkenalkan diri, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan sebagian siswa meminta nomor HP atau kontak yang bisa dihubungi, bahkan bertanya tentang status sosial. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan mengajar di SMA N 2 Ngaglik karena terkait dengan penelitiannya yang sedang dilakukan. Ketika peneliti mengumumkan bahwa dirinya yang akan mengajar pelajaran Fisika dalam beberapa pertemuan kedepan, siswapun terlihat senang bahkan ada yang sampai tepuk tangan. Peneliti juga menjelaskan jika pelajaran Fisika dilaksanakan di laboratorium Fisika karena dalam proses pembelajaran akan dilakukan eksperimen. Siswapun serentak mengeluh „aahh‟ karena jarak laboratorium dan kelasnya lumayan jauh dalam lingkup SMA tersebut. Penelitipun mulai bertanya kepada siswa tentang pendapat siswa mengenai Fisika. Banyak respon yang berbeda dari siswa, ada yang bilang bahwa Fisika itu sulit, tidak jelas dan banyak rumus. Salah satu siswa malah ada yang meminta kepada peneliti untuk membahas soal-soal karena sudah mau memasuki ujian kenaikan kelas. Kemudian penelitipun menawarkan diri untuk les privat bersama dirinya. Sebagian siswa terlihat antusias dan ingin mengikuti les tersebut. Setelah itu peneliti mulai mengabsen siswa dan bertanya kepada setiap siswa yang diabsen. Suasana kelaspun menjadi ramai setiap ada siswa yang dipanggil.
128
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
129
Peneliti mengumumkan bahwa sebagai perkenalan, peneliti akan memberikan soal kepada siswa. Semua siswa sedikit mengeluh dan protes kepada peneliti. Reaksi yang terjadi adalah siswa teriak “waah.” Kemudian peneliti menjelaskan maksud soal pre-test tersebut dan gambaran tentang soalnya. Peneliti memberikan instruksi kepada siswa untuk mengerjakan sendiri atau tidak menyontek. Peneliti berkeliling membagikan soal kepada siswa. Kemudian salah satu siswa bercanda dengan bertanya, “Mas, jawabannya ditulis ora?”. Siswa lainpun langsung menyoraki temannya tersebut yang membuat situasi kelas ramai. Siswa dibagian depan yang sudah mendapatkan soal langsung membacanya dan terlihat tenang, sedangkan siswa dibelakang yang belum diberi soal masih berbincang dengan teman-temannya. Peneliti menjelaskan tentang alokasi waktu, jumlah soal dan aturan pengerjaan. Peneliti menyuruh siswa untuk menutup buku Fisika dan memasukkannya ke dalam tas. Beberapa siswa mengatakan jika soalnya sulit karena bentuk soalnya essai. Siswapun mulai mengerjakan soal, sedangkan peneliti mengawasinya di depan kelas. Suasana masih sedikit tidak kondusif karena ada beberapa siswa yang bertanya tentang membedakan cembung dan cekung. Namun lama-kelamaan situasi mulai sedikit lebih tenang. Ketika mengerjakan ada beberapa siswa yang terkadang mengobrol satu sama lain. Ada beberapa siswa laki-laki yang membaca soal dan bertanya kepada teman sampai terdengar siswa lainnya, sehingga membuat suasana kelas jadi tidak kondusif. Kemudian ada salah satu siswa yang berdiri dan menanyakan kepada temannya,”Stel, bawa penggaris nggak?” dan siswa lainnya menawarkan penggaris kepadanya lalu siswa tersebut kembali duduk. Suasana kelaspun tenang dan cukup kondusif. Beberapa saat kemudian salah satu siswa bertanya tentang soal nomor 3, sehingga memicu siswa lainnya bertanya tentang nomor yang lain. Terkadang ketika mengerjakan soal, beberapa siswa dibagian depan tertawa sampai terdengar. Meskipun demikian siswa tetap mengerjakan soal. Situasi mulai kembali kondusif dimana siswa fokus pada lembar jawabannya dan jarang menengok siswa di sebelahnya. Salah satu siswa bertanya kepada peneliti tentang lensa cembung dan cermin cekung itu sama apa tidak. Siswa lain menjadi ikutan membahas masalah tersebut dan ada beberapa siswa yang bilang bahwa lensa cembung itu sama dengan cermin cekung. Peneliti bertanya kepada siswa apakah sudah ada yang selesai mengerjakan soal dan siswa serentak bilang belum selesai. Penelitipun menyuruh siswa kembali mengerjakan soal dan tetap menjaga ketenangan. Ketika waktu mengerjakan soal tersisa 5 menit, situasi kelas menjadi sedikit ramai. Ada beberapa siswa yang sudah selesai dan mengobrol dengan dengan teman sebelahnya. Lalu ada salah satu siswa yang bertanya, „Pak, kalau bayangan nyata itu bisa tegak po?‟. Siswa lainnya pun langsung mengomentari siswa tersebut. Peneliti memberikan instruksi kepada siswa untuk belajar di rumah tentang pembiasan cahaya pada lensa. Kemudian satu siswa mengumpulkan lembar soal pre-test ke depan kelas, siswa lainnya juga langsung ikut mengumpulkan lembar soal pre-test tersebut. Belpun berbunyi dan siswa mulai kembali ke kelasnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Hari kedua Hari, tanggal Kelas Jam pelajaran Materi Jumlah siswa
130
:Senin, 11 Mei 2015 : X MIA 2 : 08.30-11.00 (3-5) : Lensa Cembung : 28
Bel tanda masuk kelaspun sudah terdengar. Namun masih banyak siswa yang belum masuk kelas. Bahkan di kelaspun siswa masih sibuk mengobrol dan main handphone. Salah satu siswa masuk dan mengucapkan salam dan bilang, “Pak, maaf terlambat.” Siswa tersebut bertanya lagi, “Ayo ulangi dari awal lagi, sampai mana?” Penelitipun menjawab, “Sampai percobaan.” Kelompok siswa di bagian kiri terlihat membaca LKS. Mereka sudah langsung memposisikan diri dan mempersiapkan alat tulis, sedangkan kelompok siswa di sebelah kanan masih terlihat sepi karena banyak yang belum masuk. Peneliti kemudian menyampaikan bahwa di depan mereka sudah ada alat eksperimen dan mereka akan melakukan percobaan lensa lengkung. Peneliti menjelaskan alat-alat yang disediakan berupa lensa, layar, lilin dan penggaris. Karena kondisi di kelas masih cukup ramai, sampai suara peneliti tidak terdengar siswa, salah satu siswa langsung bilang, “Apa Pak? Tidak kedengaran”. Penelitipun menjelaskan kembali dengan suara yang lebih keras. Beberapa saat kemudian ada salah satu siswa yang masuk kelas dan langsung menuju tempat duduknya. Siswa tersebut langsung kembali mencatat materi. Setelah selesai mencatat, siswa itu memperhatikan penjelasan dari peneliti. Saat itu ada siswa yang minta izin untuk pergi ke kamar mandi. Sambil menunggu siswa yang lain, peneliti menyampaikan sedikit hasil pretest mereka, bahwa banyak siswa yang menganggap bahwa lensa cembung sama dengan cermin cekung sedangkan lensa cekung sama dengan cermin cembung. Siswa di bagian kanan ada yang menjawab, “Iya, itu aku.” Siswa lainnya ada yang memperhatikan dan melanjutkan mencatat, serta ada juga yang bermain hp. Siswa di bagian kiri terlihat ada yang memperhatikan dan ada yang mengobrol dengan temannya, bahkan ada yang bermain hp. Beberapa saat kemudian dua siswa akhirnya masuk. Siswa yang baru masuk tadi masih berjalan-jalan mengganggu temannya dan penelitipun menasehatinya. Peneliti menyampaikan bahwa tujuan percobaan adalah menentukan panjang fokus lensa cembung. Penelitipun mempersilahkan siswa untuk melakukan percobaan dan jika ada yang tidak jelas boleh bertanya. Salah satu siswa dibelakang langsung bertanya, “Pak mau tanya, caranya gimana?” Penelitipun menyampaikan untuk membaca petunjuk dari buku maupun media lain. Siswa yang sedang mencatat di bagian depan terlihat diganggu oleh temannya. Akhirnya siswa yang terganggu menyuruh siswa itu untuk mengambil kursi yang lainnya. Salah satu siswa berdiri dan bilang, “Mas dikerjain bareng-bareng aja”. Siswa yang lain masih ada yang mengambil alat di meja depan. Kelompok siswa di sebelah kanan sudah ada yang melakukan percobaan. Mereka sudah menempatkan alat pada posisi tertentu. Siswa lain pun sudah sibuk berjalan-jalan mengambil alat yang diperlukan, sedangkan ada salah satu kelompok siswa masih duduk saja dan terlihat bingung harus melakukan apa. Anggota siswa tersebut memanggil peneliti dan izin ke UKS untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
131
mengambil obat. Dia pergi ditemani oleh temannya. Akhirnya siswa yang masih dalam kelas tersebut bertanya kepada peneliti, “Mas, punyaku gimana?” Kelompok siswa yang lainpun sudah ada yang mulai mencoba menggeser posisi lensa terhadap lilin. Saat itu juga ada siswa yang di belakangnya sedang melihat percobaan mereka. Siswa dibagian depanpun sudah kembali dengan membawa alat yang digunakan. Setelah itu mereka meninggalkan alat di meja dan pergi melihat ke kelompok lainnya. Siswa yang ditinggal sendiri tadi akhirnya malah melihat pekerjaan kelompok siswa di belakangnya. Saat itu peneliti berkeliling untuk mengecek pekerjaan siswa. Saat berkeliling peneliti dipanggil oleh kelompok siswa yang sudah memposisikan alatnya. Mereka bertanya untuk mengecek posisinya dan bertanya, “Pak, kalau sudah begini gimana?” Kemudian peneliti mengecek posisi alat-alat tersebut. Peneliti disitu melihat bahwa posisi lilin dan layar tidak sama dimana lilinnya lebih tinggi daripada layar. Penelitipun langsung mengganti menggunakan layar yang lebih besar dan bayangannya terlihat meskipun tidak jelas. Siswa di sebelah kanan tadi sudah kembali dengan membawa lilin. Salat satu siswa akhirnya mulai memposisikan alat-alat dan siswa lainnya memberi tahu kalau jarak antara layar dan lilin masih belum tepat. Kemudian siswa tersebut memanggil peneliti dan bertanya, “Mas, ini yang paling terang?” Peneliti kemudian menjawab, “Yang paling jelas.” Siswa itu akhirnya kembali mencoba mencari bayangan yang paling jelas dan akhirnya ketemu sampai siswa tersebut bilang, “Lha. itu” Setelah itu peneliti kembali melihat ke kelompok yang lain. Saat itu ada siswa yang menghampiri peneliti untuk melihat pekerjaan kelompoknya. Disitu peneliti mengecek permasalahan siswa dan siswa pun menjelaskan. Mereka memperhatikan penjelasan peneliti karena mereka terlihat hanya berdiri dan diam saja sekitar alat percobaan. Kelompok siswa di meja paling depan juga sedang melakukan percobaan. Ada siswa yang mencatat data di LKS, kemudian ada siswa yang memposisikan lensa dan layar untuk mencari bayangan yang terlihat jelas, serta siswa lainnya yang membaca dan mengukur jarak antara lilin dengan lensa dan jarak antara lensa dengan layar. Dalam kelompok tersebut mereka berdiskusi saling meyakinkan ketika sudah ada bayangan yang terlihat paling jelas. Salah satu siswa duduk dan mengambil handphonenya. Siswa yang mencatat tadi beridiri di samping meja, lalu mengatakan kepada temannya, “Tapi itunya gag pernah kayak gini deh!” Salah satu temannya menjawab, “Inikan cekung, lensa jadi permukaan cembung” sambil memperagakan dengan tangannya. Salah satu siswa lainnya sedang mencari bayangan paling jelas dengan menggeser lensanya sedangkan layarnya malah yang dalam posisi diam. Kedua siswa tadi juga ikut memperhatikan bayangan yang terbentuk pada layar. Siswa disampingnya menyuruh memposisikan lensa dan lilin pada jarak yang semakin dekat baru digeser sampai bayangan terlihat jelas. Siswanya pun menuruti apa kata temannya dan menggesernya dengan lensa dengan pelan-pelan. Saat itu terlihat masih ada siswa yang bermain handphone. Kemudian peneliti datang ke kelompok siswa paling depan dan menanyakan, “Ada yang perlu ditanyakan?” Salah satu siswa bertanya balik, “Ini udah fokus belum pak?” Penelitipun kembali bertanya kepada siswa tentang pendapat mereka. Penelitipun mengecek kelompok lainnya. Setelah itu, ada dua siswa yang sedang berdiskusi dengan menunjukkan jarinya atau dengan memperagakan jarak yang dimaksud. Siswa lainnya juga ikut berdiskusi dengan temannya dimana mereka menunjuk dan bertanya tentang data pada LKS temannya. Mereka menghitung panjang fokus lensa bersama-sama. Salah satu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
132
siswa ada yang mencatat dan yang lainnya menghitung menggunakan kalkulator hp. Siswa tersebut langsung memasukkan hpnya. Ternyata setelah ditanya hasilnya oleh siswa lain, siswa tadi kembali mengeluarkan hp. Sontak siswa lain tertawa karena mengira siswa tadi sudah menghitungnya dan ternyata tadi dipakai buat mengecek bbm kata temannya. Akhirnya siswa tadi kembali menghitung dan siswa lainnya mencatat hasilnya. Ketiga siswa itu mencatat data pada LKSnya. Siswa tersebut saling berdiskusi tentang perhitungannya. Ketika peneliti sedang melihat kelompok lain, terkadang siswa di depan saling mengobrol dengan temannya. Bahkan ada siswa yang bermain hp. Ketika sudah selesai mengambil data, mereka memanggil peneliti. Salah satu siswa menyampaikan,”Pak ini hasilnya harus sama tidak?” Peneliti memberi tahu jika hasilnya sama atau mendekati ya tidak apa-apa, kalau tidak sama ya juga tidak apa-apa. Siswa kembali bertanya, “Ini benar, jarak benda dari ini ke ini?” Peneliti terkadang dalam memberikan jawaban cuma dengan menganggukkan kepalanya. Begitu pula dengan kelompok di belakangnya, dimana salah satu siswa juga sedang memposisikan alat percobaan. Siswa tersebut menggeser layar mencari bayangan yang jelas, sedangkan siswa lainnya duduk dan melihat saja. Karena bingung akhirnya siswa yang memposisikan alat maju ke depan untuk melihat cara kerja kelompok lain. Saat itu ada siswa di bagian tengah yang memanggil peneliti. Siswa tersebut bertanya kepada peneliti karena bingung. Salah satu siswa kelompok itu terlihat kesulitan memahami apa yang dicari. Penelitipun memberi arahan kepada kelompok tersebut. Ketika itu banyak siswa yang memanggil peneliti untuk bertanya. Siswa di belakangpun menghampiri kelompok siswa tadi dan memperhatikan juga penjelasan peneliti. Begitu pula siswa yang berada di meja paling depan. Peneliti pun pergi ke kelompok lain. Setelah itu mereka kembali melakukan eksperimen, dimana hanya satu siswa yang terlihat menempatkan alatnya. Siswa tersebut juga yang menggeser layar untuk mencari bayangan yang jelas. Sementara siswa lainnya hanya duduk, mencatat dan memperhatikan temannya. Beberapa saat kemudian siswa lainnya mulai membantunya. Ada yang menggeser layar. Siswa lainnya pun juga ikut melihat dan mencari bayangan yang jelas. Mereka berempat melihat hasil bayangan yang terbentuk. Ketika sudah ketemu salah satu siswa mengukurnya dan siswa lain mencatat datanya pada LKS. Setelah mendapatkan data pertama, mereka mulai melanjutkan untuk mencari data berikutnya. Siswa yang menggeser lensa dan layar tetap sama. Mereka tidak bergantian dalam melakukan percobaan. Meskipun demikian, ketika temannya mencari data mereka tetap memperhatikan dan juga ikut berkomentar jika bayangan sudah ditemukan. Ketika mereka sudah selesai mengambil data, mereka memanggil peneliti. Peneliti memberi tahu untuk melanjutkan mencari panjang fokus lensa berdasarkan data yang sudah diperoleh. Siswa di meja paling depan masih mencoba gambar yang lain dan temannya mencari penggaris, sedangkan siswa lainnya masih sibuk mencatat. Dua siswa lain mendatangi kelompok tersebut dan mencoba melihat percobaannya. Siswa yang sedang menata alat bertanya kepada teman disampingnya, “Ini jaraknya seberapa?” Temannya pun menjawab, “Ya terserah” sambil menata alat milik temannya itu. Siswa yang mencari penggaris akhirnya kembali dengan membawa penggaris. Dia mulai meletakkan penggaris di meja dan mengukur jaraknya. Kelompok itu dilihat dan dibantu oleh dua siswa dari kelompok lain. Salah satu siswa masih mencoba menempatkan alat pada posisi yang pas. Siswa lainnya bilang, “Ini 30”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
133
sedangkan siswa yang sedang menata menjawab kembali, “63 ni lohh” Siswa yang mencatat tadi memberikan solusi, “Itu dipasin sama lilinnya”. Temannya pun langsung memposisikan lilin di penggaris pada posisi tertentu. Kemudian siswa tersebut menyuruh siswa lain untuk membaca jarak dari lilin ke lensa. Siswapun bertanya kepada peneliti, “Mas, nulisnya dimana?” Siswa di kelompok ini malah bermain dengan lilinnya. Peneliti kemudian memberi tahu untuk menulis di LKSnya. Kemudian dia menyampaikan data pertama yang diambil kepada peneliti, sedangkan siswa yang lain kurang memperhatikan. Akhirnya dia mulai mencatatkan data pada lembar kerjanya. Siswa itu kemudian menghitung lewat calculator di handphone. Siswa yang lain masih saling mengobrol disampingnya. Salah satu siswa di depan kemudian menggeser-geser lagi lensanya. Kemudian dia menggeser layarnya untuk menemukan bayangan yang jelas. Ada satu siswa di meja depan yang sering bertanya,”Terus gimana Mas? Mas? Mas bagus?”. Bahkan ada siswa yang bilang, “Paknya, aku dulu.” Penelitipun mendatangi lagi kelompok siswa tersebut. Siswa menyampaikan lagi data percobaanya, salah satunya tentang jarak benda ke lilin. Disitu peneliti merasa aneh karena ukurannya tidak proporsional seperti yang diucapkan. Penelitipun menyuruh siswa tersebut untuk mengecek kembali. Siswa mengatakan, “Ora, kuwi mau wis diubah-ubah.” Kemudian peneliti memberikan saran untuk menentukan jarak benda dulu baru mengukur jarak bayangan. Salah satu siswa langsung mempraktikkan dengan menempatkan alat pada posisi kemudian menggeser layar. Siswa lainnya pun juga ikut melihat dan mencari bayangan yang paling jelas. Ketika bayangan sudah fokus, salah satu siswa mengatakan, “Mas ini berarti terbalik, diperbesar?” Peneliti menjawab, “Ya gimana, coba dilihat!” Setelah mendapatkan data pertama, mereka mengambil data selanjutnya. Salah satu siswa menggeser lensa, kemudian dia juga mencari bayangan yang jelas dengan menggeser layar mendekat dan menjauh. Siswa yang lain ada yang mencatat dan siswa yang duduk di depannya terkadang membantu menggeser layar. Ketika siswa tersebut mendekatkan layar terlalu dekat, siswa lain berkomentar, “Kalau terlalu dekat tidak bisalah.” Kemudian siswa yang mencatat tadi juga mencoba menggeser layar. Siswa yang berdiri memperbesar jarak lensa dengan lilin. Kemudian kembali menggeser layar. Siswa yang lainpun ikut melihat bayangan pada layar. Ketika sudah ketemu, salah satu siswapun tersenyum. Siswa tersebut kemudian mencatat data pada LKSnya. Setelah selesai mengambil data merekapun mulai mengobrol lagi bersama temannya. Mereka bertanya kepada peneliti, “Kalau udah kayak gini langsung dihitung aja?” Penelitipun menunjuk tujuan yang ada pada LKS. Siswa bertanya lagi, “Pakai rumus ini?” Kemudian siswa yang lain mencari hp untuk menghitung panjang lensa cembung tersebut. Salah satu siswapun terus menghitung sendiri dengan menggunakan kalkulator sedangkan siswa lainnya hanya duduk saja sambil mengobrol. Siswa yang menghitung tadi mendatangi peneliti dan menanyakan sesuatu di meja belakang. Siswa itupun kembali dan melanjutkan menghitung panjang fokus lensa dengan serius meskipun kondisi di sekitarnya sedikit ramai. Salah satu siswa tersebut menghampiri peneliti dan bertanya, “Mas ini kuk 33 semua ya?” Penelitipun menyuruh siswa untuk mengecek salah satu data tersebut. Siswa itu kembali ke mejanya dan langsung memposisikan alatnya. Dia mulai menempatkan lensa pada jarak tertentu, kemudian diikuti dengan menggeser layar. Setelah itu dia membetulkan jawaban di LKSnya. Siswa tersebut melakukan hal yang sama lagi seperti sebelumnya dengan jarak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
134
benda yang berbeda. Saat itu siswa lainpun menyalin data punya siswa tersebut. Terkadang teman disampingya berdiskusi tentang hasil data yang telah didapat. Mereka bersama menghitung panjang fokus lensa dan mencatat hasil datanya bersama. Kelompok siswa di belakang masih berdiri mengerjakan percobaan tersebut. Mereka berdiskusi dalam kelompok dan tidak ada anggotanya yang jalan-jalan ke kelompok lain. Siswa dalam anggota tersebut ada yang mencatat, menggeser lensa dan ada yang membaca skala yang terbaca pada penggaris. Salah satu siswa menyuruh untuk menutupi lilin karena ada angin. Anggota mereka terlihat aktif dan tidak ada masalah dalam percobaannya. Setelah mengambil data selesai, salah satu siswa mematikan lilin, kemudian mereka kembali duduk. Merekapun melanjutkan mencatat data di LKS dan sudah menghitung nilai panjang fokus lensa. Siswa dalam kelompok itu terlihat saling berdiskusi. Lalu beberapa saat kemudian mereka kembali menyalakan lilin dan memposisikan alat serta mengambil data percobaan lagi. Kemudian siswa tersebut di bangku masing-masing. Mereka terlihat memasukkan dan menghitung data secara bersamaan. Ke empat siswa teresebut masih duduk saja di bangkunya. Mereka terkadang ngobrol dengan siswa lainnya namun suaranya tidak keras dan mengganggu. Ketika sudah selesai, mereka tetap tenang. Penelitipun menghampiri mereka dan mengecek pekerjaan siswa tersebut. Disitu dua siswa terlihat bergantian bertanya kepada peneliti. Merekapun mengobrol sambil menunggu siswa yang lainnya selesai mengerjakan tugas tersebut. Kemudian kelompok siswa paling belakang maju menghampiri peneliti membawa LKSnya dan menunjukkan pekerjaannya. Peneliti menanyakan sifat bayangan kepada mereka. Siswa lainnya menjawab “terbalik” Peneliti menyuruh mereka untuk mengecek kembali. Mereka akhirnya kembali ke meja paling belakang. Dua siswa tersebut kemudian mengambil alat dan berpindah ke tepi meja lainnya. Siswa lainnya ada yang masih tetap duduk dan melihat LKS. Beberapa saat kemudian siswa tersebut pindah ke teman kelompoknya. Mereka melakukan eksperimen di meja paling pojok. Salah satu siswa menggeser-geser lensa maupun layar, sedangkan dua siswa lainnya melihat dan mencatat. Kemudian mereka memanggil peneliti dan bertanya. Mereka tanya jawab dengan peneliti dan ketiga siswa terlihat memperhatikan. Ada juga siswa di depan kelompok tersebut yang melakukan percobaan sendiri karena temannya sedang ke UKS mengambil obat. Siswa tersebut menata alat percobaan, mengukur data yang diperlukan dan mencatat datanya sendiri. Siswa tersebut sedikit lambat di banding kelompak lain karena cuma sendiri. Siswa terbeut terkadang berjalan ke kelompok lain untuk melihat percobaannya. Beberapa saat kemudian teman kelompoknya kembali. Peneliti mendatangi kelompok tersebut untuk melihat perkembangannya. Salah satu siswa terlihat banyak bertanya kepada peneliti, sedangkan siswa yang lain hanya duduk dan memperhatikan. Siswa tersebut sedang mencatat datanya pada lembar kerjanya. Siswa yang baru datang dari UKSpun hanya duduk dan bermain-main dengan alat. Karena melihat temannya masih duduk saja, siswa tersebut sedikit menggeser alat-alatnya mendekat kepada dirinya karena terlalu jauh dari bangkunya. Siswa tersebut mulai memposisikan alat, dimulai dengan menempatkan lilin dan layar. Siswa tersebut menggeser-geser lensanya. Ketika sudah dapat data langsug dia catat. Siswa tersebut terlihat serius ketika mencatat, dimana terlihat dia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
135
tidak terganggu oleh teman yang berisik di sekitarnya. Setelah itu dia melanjutkan lagi percobaannya. Disitu siswa disebelahnya mulai memperhatikan temannya. Dia juga melihat layar untuk mencari bayangan paling jelas. Merekapun juga mencatatkan data pada LKSnya. Ketika pengambilan data sudah selesai, peneliti mengecek hasil pekerjaan mereka. Karena ada yang berbeda jauh dari hasil yang diinginkan, peneliti menyuruh mereka mengambil data lagi, hanya yang kurang sesuai. Siswa tersebut bersama kelompoknya langsung mengambil data lagi. Setelah beberapa saat, akhirnya semua siswa sudah selesai. Kemudian peneliti menyuruh siswa untuk mempresentasikan percobaannya dari perwakilan kelompok. Saat itu siswa hanya duduk dan diam saja. Akhirnya ada salah satu siswa yang maju menyampaikan hasil percobaan kepada teman lainnya. Siswa itu maju ke depan kelas dengan membawa LKS dan buku paket. Disitu siswa menyampaikan secara garis besar dan menjawab pertanyaan yang ada di berikan. Ketika dia melaporkan hasilnya, sebagian siswa ada yang memperhatikan dan sebagian lagi malah mengobrol dengan teman sebangkunya. Penelitipun menegur siswa yang lain untuk menghargai temannya yang maju di depan. Siswa itu masih menggambarkan diagram bayangannya di papan tulis. Siswa tersebut menjelaskan persoalan berdasarkan buku paket yang dia bawa. Kemudian ketika sudah selesai siswa itu bertanya kepada siswa lain, “Gimana? Sudah dong?” sambil ketawa. Namun siswa lainpun hanya tertawa juga. Peneliti dan siswa yang lainpun memberikan tepuk tangan kepada siswa tersebut. Disitu peneliti kembali menegaskan kembali hasil yang telah disampaikan oleh siswa tadi. Peneliti kemudian memberikan latihan soal kepada siswa tentang materi pembiasan cahaya pada lensa. Siswa banyak yang langsung mengerjakan ada yang berdikusi, bahkan ada yang langsung maju ke depan dengan membawa buku paket. Peneliti pun mempersilahkan siswa tersebut untuk mengerjakan soal di papan tulis. Siswa yang lainpun masih ada yang mengerjakau, namun ada yang terlihat tidak mengerjakan juga. Sambil menunggu siswa mengerjakan soal, peneliti mengumumkan materi dan kegiatan pertemuan selanjutnya. Siswapun hanya bilang, “Ya, Mas”. Setelah itu siswa yang mengerjakan tadi langsung kembali ke tempat duduknya. Peneliti kemudian menyuruh siswa untuk memperhatikan papan tulis dan membahasnya bersama-sama. Siswapun ada yang memperhatikan dan ada juga yang mencatat. Namun ada juga siswa yang mengobrol dengan temannya sehingga situasi di kelas menjadi ramai. Ketika mau memberikan latihan soal lagi, belpun berbunyi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Hari ketiga Hari, tanggal Kelas Jam pelajaran Materi Jumlah siswa
136
: Senin, 18 Mei 2015 : X MIA 2 : 09.30-11.45 (4-6) : Lensa Cekung dan Post-test : 28
Pelajaran Fisika di kelas X MIA 2 dilaksanakan setelah istirahat jam pertama. Saat bel tanda istirahat telah selesai, sebagian siswa sudah berada di dalam kelas. Siswa yang berada di dalam kelas masih saling mengobrol dengan siswa lain, bahkan dengan peneliti. Peneliti menyuruh siswa menyiapkan alat tulisnya masing-masing sambil menunggu siswa lainnya yang masih berada di luar kelas. Peneliti menanyakan kepada siswa siapa yang tidak berangkat pada pada hari ini. Salah satu siswa di depan menjawab, “Satu orang mas yang tidak berangkat.” Peneliti kemudian bertanya kembali tentang identitas siswa tersebut dan mencatatnya dalam buku kehadiran. Siswa yang berada di dalam kelas masih mengobrol dengan siswa lainnya. Setelah itu, siswa lainnya sudah mulai pada masuk laboratorium. Penelitipun langsung menyuruh siswa untuk duduk di kelompoknya masing-masing. Peneliti memulai pelajaran dengan memberi salam kepada siswa, “Selamat siang semuanya.” Semua siswa menjawab, “Siang, pak.” Peneliti menjelaskan pelajaran Fisika hari ini adalah tentang pembiasan pada lensa cekung. Peneliti mengatakan, “Jadi pelajaran hari ini melanjutkan materi minggu lalu. Kalau minggu lalu pakai lensa cembung, sekarang memakai lensa cekung.” Peneliti bertanya kepada siswa, “Semuanya bawa LKS yang sudah dibagikan kan?” Siswapun menjawab,”Bawa mas.” Namun ada beberapa siswa tidak membawa LKS tersebut. Penelitipun langsung memberikan LKS yang baru. Peneliti bertanya kepada siswa, “Sudah dipelajari apa belum?” Sebagian siswa menjawab dengan serentak, ”Belum mas.” Peneliti bertanya, “Lha.. terus dirumah ngapain?” Salah satu siswa menjawab, “Sibuk mas.” Siswa lain ada yang menyambung, “Sibuk pacaran kalau dia mas” sambil tertawa. Siswa lainnya pun juga ikutan tertawa. Suasana kelas mnejadi ramai. Peneliti menjelaskan bahwa tujuan utama dalam percobaan adalah menentukan panjang fokus lensa cekung dan sifat bayangan yang dihasilkan saat percobaan. Peneliti akhirnya menyuruh siswa untuk melengkapi LKS yang telah dibagikan, serta dapat langsung melakukan percobaan. Salah satu siswa bertanya, “Mas, ini diisi kayak yang kemarin?” Peneliti menjawab, “Iya, diisi berdasarkan apa yang kalian dapatkan. Sama seperti yang pertemuan minggu lalu. Searching pakai HP juga boleh ta kemarin.” Salah satu siswa bertanya, “Pak prosedurnya berarti sama seperti yang kemarin juga?” Peneliti menjawab, “Ya di coba dulu, nanti bisa apa tidak.”Siswa dibagian depanpun sudah mulai mengisi LKSnya. Beberapa siswa juga ada yang menggunakan handphone diatas meja, tetapi peneliti tidak tahu digunakan untuk mencari sumber dari internet atau hanya bermain saja. Siswa dibagian belakang masih saling mengobrol dengan teman di kelompoknya. Ada beberapa siswa yang melengkapi berdasarkan pada buku paket. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk melanjutkan LKSnya sendiri. Peneliti memberi tahu kepada siswa, jika sudah ada kelompok siswa yang menemukan langkah kerjanya dan menulisnya di LKS, maka dapat langsung melakukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
137
percobaan. Penelitipun mengingatkan bahwa waktu pelajaran terbatas, jadi harus cepat dalam menyelesaikan pekerjaan. Peneliti bertanya kepada siswa, “Sudah ada yang selesai?” Sebagian siswa menjawab, “ Sebentar lagi pak.” Siswa lain ada yang menjawab, “Belum pak.” Beberapa saat kemudian kelompok siswa bagian tengah memanggil peneliti dan menyampaikan bahwa sudah membuat prosedurnya. Penelitipn menyuruh siswa untuk mengambil alat-alat percobaan yang telah disediakan di meja paling depan dan melanjutkan percobaan. Kedua siswa dari kelompok itu maju di depan kelas dan mengambil alat percobaan sedangkan siswa lainnya hanya di bangkunya saja. Selang berapa lama, kelompok lain juga sudah selesai menyelesaikan prosedur dan mengambil alat percobaan. Beberapa siswa di belakan masih ada yang mengerjakan. Akhirnya siswa yang belum selesai pergi bertanya dan melihat kelompok lainnya yang sudah selesai. Peneliti menuju ke sekitar alat percobaan dan melihat bahwa semua kelompok siswa hanya mengambil lensa cekung. Setelah mengambil alat, siswa langsung kembali ke kelompoknya. Siswa sudah mulai melakukan percobaan. Kelompok siswa paling depan mencoba melakukan percobaan setelah selesai mensetting posisi alatnya. Salah satu siswa mencoba menggeser-geser layar agar mendapatkan bayangan benda. Siswa lainnya ada yang berdiri di samping meja dan ada yang duduk sambil mengobrol dengan temannya. Siswa yang sedang mencari bayangan benda terlihat kesulitan. Siswa tersebut mengganti posisi lensa cekung dan menggeser-geser lagi posisi layar. Akhirnya siswa yang lainpun mulai membantu. Siswa itu ikut memperhatikan dan membantu menggeser layar. Terkadang mereka melihat buku dan berdiskusi bersama. Siswa dari kelompok lain ada yang menghampiri kelompok ini dan melihat percobaan yang sedang dilakukan. Siswa itu memperhatikan siswa lain yang sedang melakukan percobaan, namun juga mengobrol dengan siswa lainnya. Siswa itu kembali ke kelompoknya, sedangkan dua siswa yang lainnya masih bermain api pada lilin. Mereka masih bermain api meskipun digunakan siswa kelompok itu untuk percobaan. Siswa yang sedang menggunakan lilin tersebut untuk percobaanpun tidak menegur temannya. Siswa itu tidak merasa terganggu. Terkadang siswa itu mengobrol dan ikutan bermain lilin bersama teman kelompoknya.. Siswa itu kembali memposisikan alat-alat lagi dengan menggeser lilin, lensa maupun layar. Siswa itu menghitung dengan menggunakan kalkulator dan mencatat datanya pada LKS, sedangkan siswa lainnya masih bermain api pada lilin. Siswa yang bermain lilin mulai mencatat di LKSnya. Siswa itu melihat LKS milik temannya dan kemudian mencatat lagi. Salah satu siswa mengitung menggunakan kalkulator, kemudian siswa lainnya mulai mencatat datanya di LKS. Saat itu, siswa yang lain juga sudah mulai mencoba mengambil data lagi. Kedua siswa itu mulai memposisikan lensa cekung pada jarak tertentu kemudian menggeser-geser layar untuk mencari bayangan benda. Saat itu, salah satu siswa memanggil peneliti dan bertanya. Penelitipun menghampiri kelompok tersebut. Siswa pada kelompok itu menunjukkan hasil percobaan menggunakan LKSnya, sedangkan siswa lainnya masih melanjutkan percobaan. Siswa itu bertanya tentang perhitungan yang dilakukan sudah benar apa belum. Penelitipun memberikan petunjuk kepada siswa sesuai dengan LKS yang dimilikinya. Kemudian peneliti menuju ke kelompok siswa paling belakang karena ada yang bertanya. Siswa dalam kelompok itu masih melanjutkan percobaan. Siswa yang duduk tengah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138
memposisikan alat dengan meletakkan lensa cekung pada jarak tertentu. Siswa yang berada ditepi mulai menggeser layar untuk menangkap bayangan benda. Siswa lainnya masih tetap duduk. Siswa itu terkadang melihat temannya melakukan percobaan. Kemudian salah siswa tersebut menghitung menggunakan kalkulator dan siswa lainnya melihat LKSnya. Setelah mengetahui hasilnya, mereka mencatat data bersama-sama. Ketika siswa kelompok itu selesai mengambil data,mereka mulai berdiskusi tentang data percobaan yang telah diambil dengan seksama. Salah satu siswa yang berada ditengah mencatat dan menjelaskan kepada temannya berdasarkan data pada LKSnya. Ketiga siswa lainpun memperhatikan siswa yang sedang menjelaskan tentang perhitungannya. Mereka fokus dan melihat LKS temannya. Ketika siswa itu selesai menjelaskan dan menghitung, mereka mencatat hasil perhitungan pada LKSnya masing-masing. Setelah itu mereka tertawa karena mau mengambil data lagi namun api lilinnya sudah mati karena ditiup oleh temannya. Salah satu siswa kemudian mengambil lilin itu dan mencoba menyalakan lilin dari kelompok lain.Saat itu ada siswa yang kembali masuk ke dalam kelas sambil bernyanyi. Siswa itu menuju kelompok paling depan dan mengobrol dengan siswa lain di depan. Mereka masih mengobrol sambil menunggu siswa lain yang menyalakan lilin. Akhirnya siswa yang membawa lilin sudah kembali. Siswa kelompok itu mulai melanjutkan percobaannya. Kelompok siswa yang berada dibelangkangnya yaitu meja no dua juga tidak terlalu berbeda dengan kelompok siswa paling depan. Dalam percobaan lensa cekung, kelompok ini hanya menggunakan alat lensa cekung seperti pada kelompok paling depan. Salah satu siswa sedang memposisikan alat percobaan. Siswa langsung memposisikan alat seperti halnya pada saat percobaan lensa cembung. Hanya saja lensa cembung ini digantikan dengan menggunakan lensa cekung. Siswa tersebut menempatkan lensa cekung pada jarak tertentu terhadap posisi lilin. Kemudian siswa yang lain menggeser layar untuk mencari bayangan yang jelas. Siswa lainnya hanya duduk dan melihat saja. Karena bingung akhirnya siswa yang memposisikan alat maju ke depan untuk melihat cara kerja kelompok lain. Saat itu ada siswa di bagian tengah yang memanggil peneliti. Siswa tersebut bertanya kepada peneliti karena bingung. Setelah itu mereka kembali melakukan eksperimen, dimana hanya satu siswa yang terlihat menempatkan alatnya. Siswa tersebut juga yang menggeser layar untuk mencari bayangan yang jelas. Sementara siswa lainnya hanya duduk, mencatat dan memperhatikan temannya. Beberapa saat kemudian siswa lainnya mulai membantunya. Ada yang menggeser layar. Siswa lainnya pun juga ikut melihat dan mencari bayangan yang jelas. Mereka berempat melihat hasil bayangan yang terbentuk. Ketika sudah ketemu salah satu siswa mengukurnya dan siswa lain mencatat datanya pada LKS. Setelah mendapatkan data pertama, mereka mulai melanjutkan untuk mencari data berikutnya. Siswa yang menggeser lensa dan layar tetap sama. Mereka tidak bergantian dalam melakukan percobaan. Meskipun demikian, ketika temannya mencari data mereka tetap memperhatikan dan juga ikut berkomentar jika bayangan sudah ditemukan. Ketika mereka sudah selesai mengambil data, mereka memanggil peneliti. Peneliti memberi tahu untuk melanjutkan mencari panjang fokus lensa berdasarkan data yang sudah diperoleh. Setelah selesai melakukan percobaan mereka mulai melengkapi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
139
data pada LKS masing-masing. Mereka tetap tenang menyelesaikan pekerjaannya. Selain mengisi jawaban pada LKS, ketiga siswa itu terkadang saling berdiskusi. Kondisi ini berlansung cukup lama sekitar 5 menit. Kedua siswapun meminta izin kepada peneliti untuk ke kamar mandi. Merekapun pergi meninggalkan ruang kelas. Salah satu siswa yang masih di kelaspun tetap berada di tempat duduknya sambil bermain handphone. Siswa itu terkadang melihat dan mengobrol dengan siswa yang berada di depan maupun belakangnya. Beberapa saat kemudian, kedua siswa kembali masuk ke dalam kelas. Salah satu siswa itu menuju ke kelompok paling depan sambil bernyanyi, sedangkan siswa lainnya langsung kembali duduk pada bangkunya. Sama halnya seperti kelompok siswa yang berada di depannya yaitu meja no dua, kelompok siswa yang berda di meja no tiga dari depan pun sering tertutupi. Jadi kegiatan siswa tidak dapat diketahui secara detail. Siswa dalam kelompok tersebut sedang melakukan percobaan. Ketiga siswa itu terlihat fokus melakukan percobaan.Mereka duduk disekitar alat percobaannya. Namun terkadang terganggu salah satu siswa yang berada hanya berdiri dan berjalan-jalan. Saat itu peneliti menghampiri kelompok tersebut. Disitu peneliti mengecek pekerjaan siswa. Peneliti dan siswa pun terlihat berdiskusi satu sama lain. Setelah itu peneliti menuju ke kelompok lainnya. Mereka pun melanjutkan percobaan dan berdiskusi di mejanya. Kedua siswa ada yang duduk dan siswa lainnya berdiri. Salah satu siswa yang berdiri menuju ke kelompok siswa yang paling depan. Siswa itu bertanya sambil menunjuk LKS yang dimiliki siswa lain, “Ininya apa ininya?”. Salah satu siswa di tengah pun menjawab dengan menunjuk LKS yang dimilikinya. Siswa itu lanjut membaca dan mendalami LKS yang dimiliki temannya. Setelah selesai, siswa itu kembali ke tempat kelompoknya.Mereka mulai berdiskusi lagi dalam kelompoknya. Salah satu siswa membawa LKSnya dan menghampiri peneliti untuk bertanya. Setelah bertanya, siswa itu kembali ke kelompoknya. Ketiga siswa terlihat berdiskusi satu sama lain. Mereka saling berbicara di temapat duduknya dan jarang pergi ke kelompok lain. Berbeda dengan salah satu siswa yang sering berdiri dan jalan-jalan ke kelompok lain. Salah satu siswa kembali lagi menuju ke peneliti dengan membawa LKSnya. Siswa yang lainpun saling mengobrol sambil menunggu temannya yang bertanya kepada peneliti. Siswa yang bertanya pun kembali ke kelompoknya dan memberi tahu siswa dalam kelompoknya. Peneliti menyadari bahwa semua kelompok siswa salah dalam melakukan pengukuran masih salah. Semua kelompok tidak mengukur dengan benar apa yang dimaksudkan yaitu jarak bayangan oleh lensa cekung. Semua kelompok siswa hanya menggunakan lensa cekung yang membuat hasil bayangan seharusnya bersifat maya sehingga tidak tertangkap layar. Namun semua kelompok mengira bahwa bayangan bulat yang berada di layar adalah hasil bayangan oleh lensa cekung, padahal bukan. Suara bel perganti jam pelajaran terdengar aat itu. Suasan kelas pun jadi sedikit ramai karena siswa menjadi banyak yang mengobrol dengan siswa lain. Peneliti akhirnya memberikan petunjuk kepada siswa, “Perhatian semuanya.” Siswapun langsung memperhatikan peneliti yang berada di depan kelas. Ada beberapa kelompok yang memperhatikan sambil melanjutkan percobaannya. Peneliti bertanya kepada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
140
siswa,”Sifat bayangan oleh lensa cekung bagaimana?” Beberapa siswa yang sudah mengambil beberapa data menjawab, “nyata, bulat pak.” Peneliti bertanya kembali, “Kalau misalkan kemarin pas percobaan lensa cembung, sifat bayangan yang dihasilkan apa?” Beberapa siswa menjawab sifat bayangan tergantung pada letak atau posisi benda. Peneliti menjawab dan bertanya lagi, “Iya benar. Kalau bentuk bayangannya kayak apa?” Salah satu siswa menjawab, “Ya kayak lilin mas, kan lilin sebagai benda.” Peneliti berkomentar, “Lilin atau api lilinya?” Siswa menjawab, “Apinya ding mas” sambil tertawa. Peneliti kemudian bertanya lagi, “Berarti kalau sekarang bagaimana bayangannya?” Sebagian siswa masih menjawab sifat bayangannya adalah nyata dan bentuknya bulat, dan siswa lainnya pun hanya duduk-duduk saja. Peneliti berkomentar lagi, “Lha gimana, katanya bendanya lilin, masak bentuknya bulat.” Salah satu siswa menanggapi juga, tetapi tidak terdengar suaranya. Peneliti kemudian bertanya lagi kepada siswa tentang sifat bayangan yang dihasilkan. Beberapa siswa di depan masih berdiskusi dengan temannya. Salah satu siswa menjawab dengan suara pelan, “Sifat bayangannya maya pak.” Peneliti menjawab kembali, “Kalau maya berarti apa?” Siswa yang lain menjawab, “Tidak ada pada layar yo mas.” Peneliti menjawab dan berkata, “Iya. Terus dari tadi kalian mengukur apa?” Sebagian siswa tertawa dan ada yang bilang, “Wah.. berarti datanya salah mas?” Peneliti kemudian menunjukkan hasil bayangan oleh lensa cekung di kelompok bagian tengah. Siswa lainnya pun juga langsung melihat hasil bayangan yang berada di dalam lensa. Ada beberapa siswa yang berkata, “Yah. Ngulang lagi no?” Karena waktu terbatas, peneliti menyuruh siswa melanjutkan percobaan dan mengambil 2-3 data saja. Kelompok siswa di depan dan tengah langsung kembali mengulangi percobaannya. Mereka kembali lagi memposisikan alat, dan mengukur jarak dari lensa ke lilin. Suasana kelas menjadi ramai lagi. Siswa di belakang masih ada yang mengobrol dengan siswa lain, sementara peneliti masih melihat percobaan yang dilakukan siswa. Setelah beberapa saat ada siswa yang bertanya kepada peneliti, “Pak, terus ngukur jarak benda sama fokusnya gimana?” Peneliti menjawab kembali namun tidak terdengar suaranya pada rekaman. Selang beberapa waktu, sebagian siswa sudah menyelesaikan percobaannya. Siswa kelompok tersebut menghampiri peneliti saat dikelompok lain dan menanyakan tentang data percobaannya. Setelah itu siswa kembali lagi ke kelompoknya dan mengobrol dengan siswa lainnya sambil melengkapi LKSnya. Peneliti memutuskan untuk menyudahi percobaan dan lanjut untuk mempresentasikan hasil percobaan. Peneliti menyuruh siswa untuk berhenti melakukan percobaan dan kembali ke bangku masing-masing. Siswa langusung memposisikan diri. Saat suasana sudah mulai kondusif, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil percobaannya. “Ayo. Siapa yang mau mempresentasikan hasil percobaannya?”, tanya peneliti. Siswa masih belum ada yang mau presentasi dan masih saling melihat ke teman-temannya. Peneliti memberi tahu kepada siswa, “Siapa? Presentasinya di tempat aja tidak apa-apa, tidak usah maju di depan kelas.” Akhirnya mulai ada siswa yang memberanikan diri untuk presentasi. Siswa tersebut menyebutkan sifat bayangan yang dihasilkan oleh lensa cekung bersifat maya. Kemudian nilai panjang fokus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
141
lensa cekung tidak diketahui karena tidak bisa mencari jarak bayangan benda yang berada di dalam lensa. Peneliti memberikan tepuk tangan kepada siswa, diikuti sebagian siswa di kelas karena telah mau menyampaikan hasil percobaannya. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa lain, “Gimana yang lainnya?” Siswa lainnya pun menjawab, “Sama mas.” Peneliti kemudian menjelaskan bahwa dalam pengukuran fokus lensa cekung diperlukan bantuan menggunakan lensa cembung atau cermin cekung. Peneliti juga menjelaskan kepada siswa jika hanya menggunakan lensa cekung, pengukurannya hanya bisa dibayangkan atau dikira-kira saja. Peneliti kemudian menambahkan materi yang belum tersampaikan yaitu tentang diagram sinar lensa cekung dan juga persamaan pembentuk lensa. Peneliti menjelaskan jika di cermin, jumlah dari ruang benda ditambah dengan ruang bayangan akan sama dengan lima. Peneliti kemudian bertanya, “Terus kalau di lensa bagaimana? Sama apa tidak?” Serentak siswa langsung menjawab dimana kebanyakan siswa menjawab sama dan beberapa siswa lain menjawab berbeda. Peneliti kemudian menggambarkan diagram pembentukan cahaya pada lensa. Ketika peneliti menggambarkan diagram, ada sebagian siswa yang mencatat dan ada sebagian siswa yang juga mengobrol. Penelitipun duduk dan memberi kesempatan siswa untuk mencatatnya. Ketika sudah selesai mencatat, siswapun mulai mengobrol dengan teman lainnya. Peneliti melanjutkan dengan mengandaikan jika sudah diketahui nilai fokusnya besaran lainpun juga bisa dicari. Peneliti kembali menjelaskan pembagian ruang pada lensa agar membantu dalam menyelesaikan persoalan. Sebagian siswa terkadang menjawab pertanyaan dari peneliti. Peneliti kemudian memberikan latihan soal diagram pembentukan bayangan kepada siswa. Peneliti bertanya, “Kalau bendanya disini, bayangannya dimana?” Sebagian siswa menjawab dengan menunjukkan jarinya. Salah satu siswapun akhirnya maju ke depan kelas untuk mengerjakan. Ketika ada siswa yang maju, siswa lainnya tidak begitu memperhatikan. Mereka lebih asyik mengobrol dengan teman kelompoknya sehingga suasana di kelas menjadi ramai. Setelah siswa selesai mengerjaka, dia kembali lagi ke tempat duduk. Peneliti menyuruh siswa lain untuk memberikan tepuk tangan karena sudah bersedia mengerjakan tugas tersebut. Siswapun bertepuk tangan dan bahkan ada yang bersorak-sorak. Setelah itu, peneliti memberikan persoalan lain lagi. Kelompok siswa yang di sebelah kanan terlihat lebih memperhatikan, dimana mereka menjawab pertanyaan dari peneliti. Misalnya saja mereka mampu menyebutkan sifat bayangan yang terbentuk oleh lensa cembung dan cekung dengan benar. Ketika itu bel tanda pergantian jam pelajaran pun berbunyi. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya namun mereka tidak bertanya. Peneliti menyampaikan bahwa jam terakhir ini akan digunakan untuk mengerjakan soal. Kemudian peneliti meminta siswa untuk membantu membagikan soal. Dua siswa maju ke depan mengambil lembar soal kemudian membagikan kepada teman yang lain. Peneliti menyampaikan kepada siswa bahwa soal tersebut berbeda dengan yang sebelumnya dan menyuruh siswa untuk membacanya baik-baik dan teliti. Ketika susasan sudah mulai kondusif, peneliti mempersilahkan siswa untuk mengerjakan dengan tenang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Transkrip Video (Kelas Eksperimen II) Hari pertama Hari, tanggal : Rabu, 6 Mei 2015 Kelas : X MIA 4 Jam pelajaran : 10.00-11.00 (5) Materi : Pre-test Jumlah siswa : 30 Peneliti berdiri di depan kelas bersama guru pelajaran Fisika. Guru mempersilahkan peneliti untuk memperkenalkan diri kepada siswa. Peneliti memulai pembelajaran dengan memberi salam. Semua siswa memberikan salam balik kepada peneliti. Suasana kelas saat itu cukup tenang, dimana siswa tidak berjalan-jalan dan lebih memperhatikan peneliti. Penelitipun langsung memperkenalkan diri kepada siswa tentang identitasnya. Karena suasana sedikit sepi, peneliti bertanya kepada siswa, “Emm, sudah kenal semua kan ya?” Serentak siswa langsung menjawab “belum” sambil tertawa. Padahal pada pertemuan sebelumnya tentang materi cermin, peneliti sudah diperkenalkan oleh guru Fisika meskipun secara singkat. Peneliti memberi tahu tentang nama dan alamat tinggalnya. Salah satu siswa bilang, “Mas, aku wis ngerti.” Ternyata siswa tersebut adalah adik dari teman si peneliti. Kemudian peneliti kembali bercerita tentang pendidikannya. Ketika peneliti bilang pernah bersekolah di SMA tersebut, sebagian siswa langsung menjawab, “Ooow.” Siswapun mulai tertarik dan bertanya kembali kepada peneliti. Salah satu siswa bertanya, “Mas, lulusan angkatan berapa?” Penelitipun langsung memberi tahu bahwa dirinya lulusan angkatan 2011 di SMA tersebut. Ada salah satu siswa langsung menyambung, “Oow, berarti Mas Johan kenal Mas Adit jurusan IPA?” Siswa lainpun juga ikutikutan bertanya seperti sebelumnya, “Dulu diajar sama Pak Warsun juga berarti?” Peneliti juga memberi tahu bahwa dirinya sebagai mahasiswa Pendidikan Fisika semester 8 di Universitas Sanata Dharma yang sedang melakukan penelitian. Saat itu banyak siswa yang tertarik dengan universitas tersebut. Sebagian siswa ada yang bertanya tentang jurusan yang bagus di universitas tersebut. Kemudian ada siswa yang bertanya tentang biaya di universitas yang katanya mahal. Penelitipun menceritakan sedikit tentang Universitas Sanata Dharma. Setelah selesai memperkenalkan diri, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan sebagian siswa meminta no hp atau kontak yang bisa dihubungi. Salah satu siswa bertanya kepada peneliti, “Mas, umurnya berapa?” Peneliti memberi tahu bahwa umurnya adalah 21 tahun, lalu ada siswa yang menanggapi dan berbicara kepada temannya “Kae, masih mudah lohh, cuma beda 6 tahun.” Siswa lainpun juga sedikit kaget karena mengira peneliti sudah mau menjadi guru tapi umurnya masih muda. 142
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
143
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan mengajar di SMA N 2 Ngaglik karena terkait dengan penelitiannya yang sedang dilakukan. Ketika peneliti mengumumkan bahwa dirinya yang akan mengajar pelajaran Fisika dalam beberapa pertemuan kedepan, siswapun terlihat senang dan ada yang bilang, “Yaa, tidak sama Pak Warsun berarti.” sambil tertawa. Penelitipun langsung bertanya balik kepada siswa, “Memangnya kenapa kalau yang mengajar Pak Warsun? Soalnya saya dulu pas diajar beliau enak kuk, banyak humornya.” Salah satu siswa lainnya langsung berkomentar, “Iya mas, banyak humor, tapi kalau pas ngajar kecepetan jadinya nggak dong.” Siswa lain juga ikutan bercerita tentang hal tersebut. Setelah itu peneliti juga menjelaskan jika pelajaran Fisika dilaksanakan di laboratorium Fisika karena dalam proses pembelajaran akan dilakukan eksperimen. Siswapun langsung protes dan meminta pelajaran dilakukan di kelas. Penelitipun memberi penjelasan melakukan pembelajaran di laboratorium karena terkait dengan materi yang dipelajari akan menggunakan metode eksperimen. Akhirnya siswa setuju dan mengerti kondisi tersebut. Sama halnya seperti kelas lainnya, peneliti juga bertanya kepada siswa tentang pendapat siswa mengenai Fisika. Siswa menunjukkan respon yang berbeda-beda, ada yang bilang bahwa Fisika itu sulit dan banyak rumus, namun juga ada yang memang tertarik dengan Fisika. Beberapa saat kemudian, peneliti mulai mengabsen setiap siswa agar lebih saling kenal. Suasana kelas saat itupun cukup kondusif dan tetap tenang, dimana siswa memperhatikan peneliti, meskipun ada beberapa siswa yang saling mengobrol. Setelah mengabsen, peneliti mengumumkan bahwa sebagai hadiah perkenalan, peneliti akan memberikan soal kepada siswa. Sama halnya seperti kelas lainnya, semua siswa sedikit mengeluh dan protes kepada peneliti. Ada siswa yang bilang, “Waah, soal lagi”. Meskipun demikian siswa sudah langsung menyiapkan alat tulis mereka di atas meja. Kemudian peneliti menjelaskan maksud soal pre-test tersebut dan gambaran tentang soalnya. Peneliti memberikan instruksi kepada siswa untuk mengerjakan sendiri atau tidak menyontek. Peneliti berkeliling membagikan soal kepada siswa. Kemudian salah satu siswa bercanda dengan bertanya, “Mas, aturannya tidak boleh menyontek dalam bentuk apapun, kalau buka buku?” sambil tertawa. Siswa lainpun langsung menyoraki dan mendukung temannya tersebut yang membuat situasi kelas ramai. Setelah semua siswa mendapatkan soal, peneliti menjelaskan tentang alokasi waktu, jumlah soal dan aturan pengerjaan. Salah satu siswa bertanya, “Mas, soalnya kuk essai semua, tidak ada yang pilihan ganda po?” Peneliti menjelaskan bahwa soal tersebut tidak akan mempengaruhi nilai di raport. Siswa lainpun langsung berkomentar, “Berarti kalau tidak dikerjain tidak apa-apa?” Penelitipun langsung menyemangati kepada siswa untuk mengerjakan sebisanya saja dan yang terpenting tidak menyontek.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
144
Siswapun mulai mengerjakan soal, sedangkan peneliti mengawasinya di depan kelas. Meskipun awalnya tadi banyak yang berkomentar, namun beberepa saat kemudian suasana kelas menjadi tenang. Bahkan siswa yang saling mengobrolpun hampir tidak ada. Semua siswa fokus mengerjakan soal tersebut. Siswa tetap duduk dibangkunya dan tidak jalan-jalan. Terkadang ada siswa yang bertanya tentang maksud dari soal. Suasana kondusif ini terjadi hampir sampai pelajaran selesai. Meskipun terkadang peneliti harus menegur siswa yang tertangkap membuka buku. Peneliti menegaskan kembali bahwa nilai tersebut tidak akan mempengaruhi nilai raport. Peneliti menanyakan kepada siswa, “Apa sudah ada yang selesai mengerjakan soalnya?” Beberapa siswa ada yang sudah sudah selasai. Peneliti mengingatkan kepada siswa yang sudah selesai untuk mengecek kembali hasil pekerjaannya dan tetap menjaga ketenangan. Peneliti kemudian berkeliling mengecek lembar jawab siswa yang sudah selesai mengerjakan soal. Kemudian peneliti meminta siswa yang sudah selesai untuk mengumpulkan lembar jawabannya di depan kelas. Akhirnya situasi sedikit mulai ramai karena siswa yang sudah selesai meminta kepada peneliti mengijinkan siswa yang sudah selesai mengerjakan soal dapat kembali ke kelas. Namun peneliti meminta siswa tersebut untuk menunggu siswa lainnya yang masih mengerjakan soal. Sambil menunggu siswa yang lain menyelesaikan soal, peneliti memberikan instruksi untuk belajar di rumah tentang pembiasan cahaya pada lensa. Beberapa saat kemudian, belpun berbunyi dan siswa mulai mengumpulkan lembar jawaban di depan kelas. Siswapun mulai berkemas dan kembali ke kelasnya. Hari kedua Hari, tanggal Kelas Jam pelajaran Materi Jumlah siswa
: Rabu, 13 Mei 2015 : X MIA 4 : 08.30-11.00 (3-5) : Lensa Cembung : 30
Keadaan masih belum kondusif dimana siswa masih ramai. Siswa masih ada yang bermain hp dan mengobrol dengan siswa lain. Peneliti menyuruh menyiapkan buku tentang pelajaran. Sebelum memasuki materi membahas sedikit tentang pertemuan sebelummnya yaitu tentang pemantulan cahaya. Kemudian peneliti juga menjelaskan aturan pembelajaran kepada siswa. Peneliti menyampaikan kepada siswa bahwa pelajaran hari itu terkait dengan pembiasan. Peneliti menanyakan tentang maksud dari pembiasan. Sebagian siswapun langsung membuka-buka buku paketnya. Setelah itu ada dua siswa yang mengangkat tangan. Kedua siswa itupun berebut menjawab soalnya. Peneliti bertanya kapada siswa,”Contohnya apa?” Kemudian ada dua siswa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
145
mengankat tangan dan mau menjawab. Salah satu siswa menjawab “pensil yang dimasukkan ke air.” Siswa lainnya tidak jadi menjawab karena contohnya sudah disebutkan. Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa yang lain dan kemudian ada tiga siswa yang mau menjawab. Ada siswa yang menjawab bolpoin yang dimasukkan kedalam air dan ada yang menjawab kolam yang tampak dangkal. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa di belakang, namun tidak ada yang menunjukkan jari. Lalu peneliti menunjukkan peristiwa pembiasan dari sedotan yang dimasukkan dalam air. Peneliti menjelaskan materi tentang pembiasan cahaya, serta bertanya tentang konsep arah pembiasan cahaya dari medium udara ke air. Ada beberapa siswa yang mengatakan kepada peneliti,”Agak bengkok ke dalam.” Sedangkan siswa lainnya ada yang sambil memperagakan arah rambat cahayanya. Kemudian ada enam siswa yang menjawab dan siswa yang di belakangpun juga ikutan menjawab. Peneliti menanyakan alasan kenapa bisa terjadi demikian. Kemudian ada dua siswa menjawab, salah satunya berpendapat bahwa hal itu karena kerapantannya dari udara ke air. Peneliti menjelaskan lagi tentang pembiasan cahaya. Kemudian ada dua siswa dibelakang yang bertukar tempat. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat dan bertanya tentang materi pembiasan. Belpun berbunyi menandakan waktu istirahat. Setelah 15 menit, bel berbunyi menandakan jam pelajaran ke-4 dimulai. Siswa sudah mulai pada masuk ke laboratorium. Meskipun demikian masih ada beberapa siswa yang makan di kelas. Peneliti memberikan kesempatan siswa untuk menyelesaikan urusannya namun agar dipercepat. Setelah itu peneliti menyuruh siswa mengambil alat yang sudah disediakan di depan kelas. Siswapun langsung maju ke depan untuk mengambil alat untuk eksperimen. Peneliti membimbing siswa keluar kelas untuk melakukan percobaan menentukan panjang fokus lensa cembung. Kemudian salah satu siswa langsung berjalan keluar mengikuti peneliti sambil membawa LKS, yang berpasasan dengan dua siswa lain yang baru masuk. Siswa tersebut memberitahu untuk eksperimen di luar kelas. Siswa tadi diikuti teman sekelompoknya yang membawa penggaris, lensa cembung dan LKS. Sebagian siswa yang berjumlah 8 orang masih sibuk mengambil alat percobaan di depan kelas sedangkan siswa yang lain masih ada yang duduk dan mengobrol di tempat duduk bagian belakang terutama siswa. Salah satu siswa yang baru masuk tadi bingung dan bertanya kepada siswa lain yang sedang mengambil alat-alat untuk eksperimen. Akhirnya siswa tersebut diberitahu oleh temannya dan ikut melihat lensa di depan kelas. Salah satu siswa bertanya kepada salah satu siswa tentang apakah lensa yang digunakan sudah benar, dimana mereka saling menunjukkan lensa yang digunakan. Siswa tersebut langsung kembali kepada teman kelompoknya dan menunjukkan lensa yang digunakan untuk eksperimen dan dia gunakan untuk melihat wajah temannya. Siswa tersebut terlihat tertarik dengan lensa tersebut, karena dia terlihat memainkan lensa ke obyek yang dilihatnya untuk mengetahui hasil bayangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
146
yang terbentuk di dalam lensa cembung. Saat itu beberapa kelompok siswa sudah mulai berjalan keluar laboratorium, dimana ada satu siswa ada yang menyuruh temannya untuk membawa kertas ataupun layar. Siswa tersebut mengingatkan juga untuk membawa penggaris. Siswa lainnya ada yang mengajak temannya untuk segera keluar kelas untuk melakukan eksperimen, “Ayoo” katanya. Temannya langsung menanggapi juga, “Yoo” Saat itu masih ada siswa yang mengambil alat di depan kelas, sedangkan masih ada kelompok siswa yang duduk di belakang. Setelah beberapa kelompok sudah mulai keluar kelas untuk melakukan percobaan, siswapun mulai keluar juga untuk melakukan percobaan. Terkadang ada siswa yang masuk lagi untuk mengambil alat eksperimen yang kurang, seperti penggaris dan LKS. Bahkan ada siswa yang baru mengambil peralatan seperti lensa ketika percobaan di luar sudah ada yang selesai. Salah satu kelompok siswa yang pertama tadi sudah keluar laboratorium untuk mencari panjang fokus lensa. Kelompok siswa tersebut masih bingung. Meskipun mereka sudah mendapatkan LKS mereka juga masih bertanya kepada peneliti. Penelitipun hanya memberi tahu caranya mirip seperti yang dilakukan pada percobaan cermin. Mereka mulai melakukan percobaan mengukur panjang lensa cembung dengan membagi-bagi tugas pada setiap siswa. Ada salah satu siswa memegang lensa dan layar. Kemudian dua siswa lainnya mulai membantu dengan mengukur jarak dengan penggaris. Namun cara pengukuran yang mereka lakukan masih tidak tepat. Kemudian peneliti memberikan petunjuk untuk melakukan langkah percobaan yang lebih tepat. Kemudian kelompok lain juga sudah keluar dengan membawa peralatan dan mulai melakukan percobaan seperti yang dilakukan temannya. Namun masih banyak mereka yang belum yakin sehingga bertanya kepada peneliti. Kelima kelompok terdiri dari putri semua melakukan percobaan, namun ada kelompok siswa yang salah mengambil lensa cembung. Kemudian peneliti menyuruh siswa untuk masuk kelas jika sudah selesai melakukan pengukuran untuk melanjutkan percobaan. Peneliti dan siswapun sudah kembali masuk ke dalam kelas. Sebagian siswa yang tadinya sudah selesai duluan mengukur panjang fokus lensa cembung sudah duduk di bangkunya. Situasinya masih sedikit ramai dimana masih ada siswa yang berdiri dan jalan-jalan. Peneliti langsung menginstruksikan siswa untuk mengambil peralatan seperti lilin, penggaris kayu serta layar. Perwakilan kelompok sekitar 12 siswa langsung maju ke depan kelas untuk mengambil peratalan eksperimen. Mereka masih sibuk mengambil alat sedangkan teman kelompok yang lain ada yang tetap duduk di bangkunya dan ada siswa yang berdiri sambil main hp di meja belakang. Siswa tersebut kemudian langsung berjalan menuju meja yang terdapat alat eksperimen lensa. Beberapa siswa yang mengambil alat eksperimen terlihat bertanya kepada peneliti. Ada siswa yang bertanya, “Alatnya sama apa lagi?” Kemudian salah satu siswa menjawab, “Lensa, layar, penggaris” Peneliti membimbing dan mengawasi saat siswa-siswa mengambil alat-alat tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
147
Ada kelompok siswa yang berjumlah 3 orang menuju ke mejanya dimana 1 siswa membawa lensa, siswa lain ada yang membawa penggaris dan lilin, serta ada yang memegangi LKS. Merekapun langsung memulai eksperimennya. Salah satu siswa membaca perintah dari LKS kemudian menempatkan alat seperti pada prosedur percobaan dibantu dengan temannya yang sudah duduk. Siswa lainnya yang masih berdiri malah asyik bermain dengan menggunakan lensa cembung. Kemudian siswa yang membawa lensa berinisiatif untuk menyalakan lilinnya. Siswa yang mengambil alat di depan masih sekitar 7 orang.Saat itu ada dua siswa yang meminta izin peneliti untuk pergi ke kamar mandi. Beberapa kelompok sudah mualai berkumpul di mejanya dan sebagian masih ada yang beridiri. Terlihat kelompok putri sedang mencoba mensetting alat percobaan dan berdiskusi dengan teman kelompoknya. Kemudian peneliti mulai berkeliling sambil memberikan arahan dalam mempersiapkan percobaan. Ada siswa yang bertanya kepada peneliti, “Pak, ini gimana naruhnya?” Beberapa kelompok baik yang di depan maupun yang di belakang sedang mengeset alat yang digunakan. Kebanyakan siswa terlibat dalam aktivitas kelompok saat mengeset alat, meskipun ada beberapa siswa yang cuma duduk dibangkunya saja. Kelompok siswa dibelakang malah sudah selesai dalam menempatkan alatnya dan ada siswa yang fokus membaca LKS. Siswa tersebut kemudian melambaikan tangan dan memanggil peneliti, “Pak” Siswa tersebut mengkonfirmasi kepada peneliti, “Inikan jarak benda, berarti dari sini ke sini.” Siswa tersebut menunjuk jarak benda itu dari lilin sampai ke layar, kemudian peneliti memverifikasi jika jarak benda itu diukur dari lilin ke lensa. Penelitipun memberi tahu siswa tersebut untuk mengambil data sesuai dengan yang diinstruksikan. Kemudian ada siswa yang bertanya dari depan kepada peneliti, “Mas, ini nanti naruh lilinnya gimana?” Salah satu siswa dibelakang ada yang alah bermain dengan lilin. Beberapa saat kemudian siswa yang dibelakang tadi maju kedepan dan menghampiri peneliti serta bertanya tentang data yang mau diukur. Siswa kelompoknya memperhatikan dengan seksama dan akhirnya mereka kembali lagi ke mejanya. Kondisi kelas saat itu terlihat ramai, karena setiap siswa di dalam kelompok saling berbicara dan sebagian siswa ada yang berdiri. Untuk memberi motivasi, peneliti bertanya kepada siswa, “Bisa tidak?” Kemudian ada siswa yang memanggil peneliti, “Mas, mau tanya?” Siswa lainnya pun juga bertanya, “Mas, ini gimana ee?” Peneliti maju di depan kelas dan bertanya, “Sekarang, apakah sudah siap semuanya?” Karena sudah siap, peneliti menyuruh siswa memperhatikan setelah percobaan siswa sudah siap. Meskipun sudah siap, suasana masih sedikit ramai dan masih banyak yang berdiskusi serta berdiri. Salah satu siswa langsung teriak, “Eee mbok ya diperhatikan itu lohh!” Lalu siswa udah langsung memposisikan diri dan memperhatikan. Peneliti menjelaskan penempatan alat lewat papan tulis. Sebagian siswapun sering merespon dengan jawaban, “Yaa” Peneliti menyuruh menempatkan lilin dan lensa cembung pada jarak 10 cm. Sebagian siswa langsung beridiri dan lansung mempraktikkan hal tersebut. Ada kelompok siswa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
148
langsung selesai dalam menempatkan posisi tersebut, namun juga ada kelompok siswa yang berdiskusi mengukurnya dari mana. Selain itu ada juga kelompok yang bermasalah dan bingung karena tinggi lensa, lilin dan layar yang tidak sama. Siswa tersebut memberi tahu, “Mas, apinya tu terlalu tinggi.” Peneliti menyuruh siswa lain untuk menunggu kelompok lain yang belum selesai. Peneliti mendatangi kelompok yang bermasalah tadi lalu memberikan solusinya. Sementara peneliti menenelitisi kelompok yang bermasalah dengan alat, kelompok yang lain mencoba dan melihat hasil bayangan yang terjadi sambil mengobrol dengan temannya di dalam kelompok. Ada salah satu siswa yang menggangu temannya dengan meniup lilin kelompok siswa sehingga mati terus dihidupkan kembali. Ada kelompok siswa paling depan mencoba mendekatkan lensa ke arah lilin dan bilang bahwa “semakin dekat cahaya semakin jelas”. Lalu siswa mengomentari, „Katanya siapa?” Peneliti kemudian menyuruh untuk mencari dan melihat bagaimana hasil bayangan yang terbentuk. Peneliti menanyakan apakah ada bayang dilayar dan sebagian kelompok pun bliang terdapat bayangan dilayar sedangkan kelompok lainnya masih mencoba. Sebagian siswa tetap menjawab bahwa ada bayangan benda yang ditangkap layar dan bentuk bayangannya adalah bulat Kemudian peneliti memberi tahu bahwa bayangan berada di dalam lensa. Lalu setiap kelompok langsung mencoba dan melihat bayangan tersebut. Siswa di bagian depan saling bergantian untuk melihat hasil bayangan yang terbentuk oleh lensa cembung pada kasus demikian. Sedangkan kelompok bagian belakang asyik bereksperimen sendiri. Peneliti menanyakan sifat bayangan yang dihasilkan, dan semua siswa pun menjawab bersama bayangan bersifat maya, tegak. Kemudian siswa bingung menjawab diperbesar atau diperkecil. Mereka masih tidak yakin pada jawaban mereka, sebagian ngotot menjawab diperbesar dan sebagian yang lain diperkecil. Situasi kelas jadi semakin ramai karena mereka saling menunjukkan hasil bayangan yang terbentuk. Peneliti bertanya lagi, “Diperbesar apa diperkecil?” Siswapun masih berbeda pendapat satu sama lain. Penelitipun menjelaskan lewat diagram pembentukan bayangan di papan tulis. Sebagian siswa memperhatikan penjelasan peneliti di papan tulis, sedangkan ada siswa laki-laki yang jalan-jalan di belakang. Sebagian siswa salah karena mereka melihat dari sisi yang salah. Mereka melihat hasil bayangannya diperkecil padahal bayangan yang dihasilkan diperbesar. Ada siswa yang bertanya, “Terus bagaimana mengukur bayangannya?” Penelitipun menjelaskan bagaimana mengukurnya tetapi tidak dilakukan karena bayangan yang terbentuk bersifat maya. Peneliti kemudian menyuruh siswa melanjutkan percobaan berdasarkan prosedur yang telah ditentukan yaitu membuat jarak lilin terhadap lensa cembung (jarak benda) yaitu 20 cm; 30 cm; 40 cm. Setiap siswa dalam kelompok pun melanjutkan percobaan. Terlihat kelompok siswa dibelakang langsung menempatkan alat pada posisi tertentu dan langsung mengukurnya. Sedangkan salah satu kelompok siswa di depan masih bingung dengan cara menempatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
149
dan melihat bayangannya. Ketika peneliti menghampiri dan menanyai tentang bayangannya, merekapun menjawab tidak ada. Akhirnya peneliti menunjukkan kesalahan dalam cara melihat mereka. Setelah diberi petunjuk oleh penelti akhirnya mereka mengerti. Salah satu siswa kelompok tersebut berkata, “Oow iya ada, terbalik tadi.” Sedangkan kelompok siswa yang lain tidak mengalami masalah. Peneliti menunjuk setiap kelompok dan menanyakan sifat bayangan yang dihasilkan. Kelompok siswa dibagian depan melaporkan bahwa bayangan yang dihasilkan bersifat nyata, terbalik dan diperbesar. Kemudian penelitipun bertanya kepada siswa yang dibelakang dan sifat bayangan yang dibentuk bersifat nyata, terbalik dan diperbesar. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menulisnya di LKS dan melanjutkan percobaan. Peneliti kemudian berkeliling dan mengecek pekerjaan siswa di setiap kelompok. Ada siswa yang bertanya, “Mas, yang ini s‟?” Penelitipun mendatangi dan memberikan arahan. Meskipun suasana sedikit berisik, tapi siswa tetap berusaha bereksperimen dengan baik terlihat dari mereka yang tetap bereksperimen dan berdiskusi di dalam kelompoknya. Salah satu siswa bertanya kepada peneliti, “Mas, kalau maya itu berarti disini?” Kemudian peneliti menjelaskan jika bayangan maya itu berada di dalam lensa. Siswa yang dibelakang kembali melambaikan tangan dan peneliti. Siswa tersebut menunjukkan hasil pekerjaannya kepada peneliti. Dia menjelaskan hasil percobaannya kepada peneliti dimana siswa yang lainnya juga ikut memperhatikan. Setelah itu peneliti kembali melihat kelompok yang lainnya. Ketika peneliti mengecek kelompok yang berada di belakang, siswa di bagian depan ada yang bernyanyi. Meskipun begitu, mereka tetap melaksanakan percobaan. Siswa dibagian di depan terlihat membagi tugasnya dimana ada yang mengatur posisi alat, ada yang mencatat dan ada pula yang melihat hasil bayangannya. Beberapa saat kemudian ada siswa ditengah memanggil dan bertanya kepada peneliti. Ketika peneliti berada di kelompok depan bagian depan, siswa di belakang telihat jalan-jalan dikelompok lain untuk melihat hasil percobaan temannya. Sekelompok siswa di depan berdiskusi, sedangkan salah satu kelompok siswa di belakang yang sudah selesai melakukan percobaan menggunakan alat-alat percobaan untuk bermain seperti lilin. Akhirnya mengganggu dan membuat kelompok disampingnya ikut bermain. Sampai salah satu siswa terkena lilin dan teman lainnya pun malah menyalahkan perbuatannya itu sambil tertawa. Saat itu ada salah satu peneliti kimia yang masuk kelas untuk memberikan pengumuman bahwa kalau yang mengajar bukan beliau, melainkan mahasiswa S2 yang akan mengajar dalam penyusunan thesis. Setelah beliau keluar kelas, situasipun menjadi ramai. Respon siswa terlihat senang dan banyak yang tersenyum. Bahkan terlihat sekali siswa senang, sampai ada yang menepuk dadanya. Kelompok siswa di bagian depanpun terus melanjutkan percobaannya sambil berdiskusi, sedangkan salah satu kelompok siswa di belakang dibantu oleh siswa sebelahnya yang telah selesai percobaannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
150
Salah satu siswa yang datang menuju kelompok siswa di depan untuk melihat dan meminjam catatan temannya. Tentu sebagian siswa jadi mengobrol dengan siswa tersebut. Kemudian ada kelompok siswa yang menanyakan kepada peneliti tentang hasil percobaannya yang berbeda dari yang diharapkan. Saat itu siswa yang di depan kembali mejanya dan menggangu teman lainnya. Lalu siswa di meja dua dari depan meninggalkan kelompoknya untuk ke kamar mandi sedangkan siswa lainnya masih mencatat dan mengerjakan tugasnya. Beberapa saat kemudian siswa tersebut malah bermain hp. Kelompok siswa di bagian belakang yang sudah selesai sibuk bermain dengan menggunakan lilin bersama teman-temannya. Kelompok siswa di bagian depan masih kondusif dalam berdiskusi dimana mereka tidak ada yang berjalan-jalan dan tetap dibangkunya, meskipun terkadang diikuti dengan cerita mereka. Salah satu siswa berkacamata terlihat asyik bermain menggunakan lilin. Bahkan ada siswa dari kelompok lain yang menghampirinya dan ikutan bermain. Siswa tersebut mengganggu siswa lain dengan meniupkan asap dari lilin. Kelompok siswa dibagian tengah bertanya kepada peneliti, “Mas ini loh kuk bisa begini?” tanya salah satu siswa. Kemudian peneliti mendatangi kelompok tersebut dan mendengarkan masalahnya. Peneliti menjelaskan dan ketiga siswa tersebut memperhatikan serta terkadang memberitahukan hasilnya. Setelah dari kelompok tersebut, giliran kelompok siswa yang berada di depannya memanggil peneliti untuk memeriksa hasil pekerjaannya. Penelitipun langsung memeriksa hasil pekerjaan siswa tersebut. Kemudian siswa lainnya juga meminta peneliti untuk memeriksa pekerjaanya. Penelitipun kembali memeriksa siswa di belakang yang belum selesai untuk melanjutkan percobaannya. Salah satu siswa tersebut mengatakan, “Kuk bayangannya semakin kecil je.” Saat itu Guru Fisika masuk ke kelas dan siswapun kembali duduk di bangkunya masing-masing. Beliau menanyakan kepada siswa yang di belakang tentang sudah percobaannya dan siswapun menjawab sudah melakukan percobaan. Peneliti menghapus tulisan di papan tulis sedangkan guru Fisika mengecek kelompok siswa yang lain. Setelah selesai percobaan, peneliti mengajak siswa untuk membahas bersama percobaan yang telah dilakukan. Pertama peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil percobaannya dari data nomor 1. Kemudian ada tiga siswa yang mengangkat tangan dan menyampaikan hasilnya. Siswa yang yang pertama melaporkan hasil percobaan yang pertama adalah bahwa bayangan yang terbentuk bersifat maya, tegak, diperkecil. Siswa yang lain mengungkapkan jika bayangan yang dihasilkan bersifat maya, tegak, diperbesar. Peneliti bertanya lagi, “Bayangannya diperbesar apa diperkecil?” Siswa yang pertama menjawab langsung mengoreksi jawabannya, “Ehh iya diperbesar.” Siswa lain dibelakang juga mengangkat tangan kemudian menyampaikan hasil percobaannya. Peneliti melanjutkan ke percobaan data nomor dua. Ada empat siswa yang mengankat tangan sambil mengatakan “Saya.” Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa yang lain dengan cara menunjuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
151
siswa yang belum menyampaikan hasil percobaannya. Salah satu siswa dikelompok mengatakan bahwa bayangan yang terbentuk pada data percobaan nomor 2 adalah nyata, terbalik dan diperbesar. Kemudian ada siswa lain yang mengomentari temannya “Kata siapa?” dengan nada mengejek dan terbawa. Siswa lainpun juga mengatakan hasil yang sama. Namun ada siswa yang kurang memperhatikan sehingga jawabannya salah. Kemudian langsung dikoreksi sama siswa lainnya. Peneliti langsung melanjutkan ke data nomor 4 dan memberikan kesempatan lagi kepada siswa untuk menyampaikan hasilnya. Saat itu ada 5 siswa yang mengangkat tangan dan hasil yang disampaikan pun juga sama. Peneliti berlanjut membahas tentang pertanyaan permasalahan. Peneliti bertanya kepada siswa, “Bagaimana nilai
?” Siswa bergiliran menjawab “relatif sama” ada
pula yang menjawab “hampir sama.” Peneliti melanjutkan ke pertanyaan nomor dua, dimana siswa langsung menjawab nilai sehingga siswa dapat menyimpulkan bahwa
hampir sama dengan nilai
,
. Sebagian siswa ada yang
bilang untuk mengulangi hasilnya dan peneliti menyuruh bertanya kepada temannya yang sudah dan mengecek data di LKSnya. Kemudian peneliti memberikan siswa untuk menuliskan hasilnya. Peneliti melanjutkan pertanyaan, “Sifat bayangan yang terbentuk oleh lensa cembung adalah?” Sebagian siswa menjawab “tergantung posisi benda” sedangkan siswa yang lain hanya mendengarkan dan mencatat jawaban pada LKS. Siswa juga menyampaikan bahwa bayangan yang dapat ditangkap oleh layar adalah bayangan nyata. Peneliti bertanya lagi kepada siswa, “Bayangan nyata dibentuk oleh?” Salah satu siswa menjawab, “Perpotongan sinar pantul,, ehh bias.” Siswa lainnya berkomentar, “Hayoo apa?” Sebagian siswa ada yang menjawab sinar pantul dan sebagian lainnya menjawab sinar bias. Penelitipun akhirnya menjelaskan lagi tentang pemantulan dan pembiasan. Kemudian siswa juga menyampaikan bahwa bayangan yang tidak dapat ditangkap layar adalah bayangan maya dan dibentuk oleh perpotongan perpanjangan sinar bias. Peneliti memberikan latihan soal dari buku latihan. Siswapun mulai mengerjakan soal tersebut sambil berdiskusi dengan teman kelompoknya. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal. Kemudian peneliti mengajak siswa untuk membahas soal tersebut. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan di depan kelas. Ada empat siswa yang mengangkat tangan dan akhirnya dua siswa yang mengerjakan di depan kelas. Sementara dua siswa menuliskan jawabannya di papan tulis, sebagian siswa ada yang masih mengerjakan dan sebagian lagi ada yang mengobrol dengan temannya, bahkan ada siswa yang berjalan-jalan, sehingga situasi kelas menjadi ramai. Salah satu siswa laki yang berkacamata kembali bermain dengan menggunakan lensa, bahkan dia sempat memfoto bayangan api lilin dari lensa cembung. Setelah selesai, peneliti mengajak siswa untuk membahas hasil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
152
pekerjaan temannya. Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menyampaikan hasil pekerjaanya jika ada yang berbeda. Peneliti kemudian membahas soal yang pertama, dimana sebagian siswa memperhatikan dan ada yang tidak. Disitu peneliti menasehati siswa untuk lebih memperhatikan agas tidak ada salah konsep. Penelitipun lanjut menjelaskan. Ketika ada siswa yang berisik, ada siswa yang sering menyuruh untuk diam. Akhirnya suasana cukup kondusif dan tenang, sehingga suara peneliti terdengar di dalam kelas. Penelitipun hanya mengecek sampai rumus dan penggunaan tanda positif dan negatif pada lensa. Kemudian peneliti menyuruh siswa melanjutkan perhitungan tersebut sampai didapatkan hasil akhir. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuliskan kembali jawabannya. Belpun berbunyi dan suasana kelas menjadi ramai. Disitu peneliti mengingatkan kembali untuk belajar tentang materi yang sudah dipelajari hari itu dan belajar tentang pembiasan cahaya pada lensa cekung. Siswapun mulai mengemasi alat tulisnya dan kembali ke kelasnya.
Hari ketiga Hari, tanggal Kelas Jam pelajaran Materi Jumlah siswa
: Rabu, 20 Mei 2015 : X MIA 4 : 08.30-11.00 (3-5) : Lensa Cekung dan Post-test : 29
Pelajaran Fisika di kelas X MIA 4 dijadwalkan jam 8.30 A.M Bel berbunyi, peneliti masih menunggu siswa di laboratorium. Karena siswa harus berjalan menuju ke laboratorium dan itu memang membutuhkan waktu. Setelah beberapa menit, siswapun mulai memasuki ruang laboratorium. Sebagian siswa langsung pada duduk di bangkunya masing-masing. Siswa masih saling mengobrol dengan siswa lain dan juga kepada peneliti sambil menunggu siswa yang lain. Tentu hal ini menyebabkan waktu pembelajaran berkurang. Oleh karena itu, peneliti langsung menyuruh siswa untuk mempersiapkan alat tulisnya. Akhirnya siswa yang lain juga memasuki laboratorium sambil memberi salam kepada peneliti. Suasana kelas saat itu masih cukup ramai, terutama siswa dibagian belakang yang baru datang. Peneliti memulai pembelajaran dengan memberi salam. Siswapun serentak menjawab salam dari peneliti. Peneliti menjelaskan bahwa materi pelajaran Fisika hari ini adalah lensa cekung. Materi ini melanjutkan materi pelajaran sebelumnya yaitu tentang lensa cembung. Salah satu siswapun bertanya kepada peneliti, “Pak, ini nanti percobaan lagi kayak kemarin?” Peneliti menjawab, “Iya, tapi sekarang menggunakan lensa cekung.” Peneliti menanyakan kepada siswa, “Semuanya bawa LKS yang kemarinkan?” Sebagian siswa menjawab, “Bawa pak.” Namun ada beberapa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
153
siswa yang tidak membawa LKS yang pada pertemuan sebelumnya telah dibagikan. Bebepara siswa yang tidak membawa menuju peneliti dan mengambil LKS yang baru. Siswa yang lainnya pun ada yang bersorak karena beberapa siswa tidak membawa LKS. Suasana kelas menjadi sedikit ramai. Peneliti langsung bertanya kepada siswa, “Kemarin pas dirumah, LKSnya dibaca tidak?” Sebagian ada yang menjawab, “Tidak pak” sambil tertawa. Siswa lain juga langsung berkomentar, “Iya pak, soalnya banyak PR jadi gag ada waktu?” Peneliti menyuruh siswa untuk membaca dan memahami LKS. Peneliti memberikan waktu kurang lebih 5 menit kepada siswa. Saat itu sebagian siswa dibagian depan sudah mulai membaca LKS dengan suasana yang cukup tenang. Meskipun mereka terkadan sambil mengobrol dengan siswa lain. Namun ada beberapa siswa dibelakang yang hanya mengobrol dengan teman sekelompoknya. Penelitipun menghampiri siswa tersebut dan menanyakan kepada kelompok siswa tersebut, “Gimana? Sudah jelas apa belum? Kalau sudah bisa langsung dimulai praktikumnya.” Siswa kelompok itu menjwab, “Belum mas, bentar lagi yak” sambil memegang LKS dan membacanya. Peneliti maju kedepan kelas dan menanyakan kepada siswa, “Sudah jelas semuanya?” Sebagian siswa menjawab, “Sedikit mas.” Ada beberapa dibagian depan yang bertanya, “Pak, ini kuk pakai lensa cembung juga? Kan percobaannya itu tentang lensa cekung?” Peneliti kemudain langsung memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab, “Iya mohon perhatiannya sebentar, ini ada temannya yang bertanya. Kenapa kuk harus pakai lensa cembung? Padahal percobaannya tentang lensa cekung.” Saat itu siswa hanya bergumam “hmmmm” sambil berpikir. Karena tidak ada siswa yang menjawab, peneliti akhirnya menyuruh siswa untuk mengambil alat-alat percobaan yang telah disediakan di depan kelas. Beberapa siswa di bagian depan langsung berdiri dan mengambil alat percobaan. Setelah itu disusul dengan siswa yang berda di belakang. Suasana kelas pun menjadi sedikit ramai karena siswa ada yang mengambil alat dan siswa lainnya ada yang mengobrol di bangkunya sambil menunggu temannya mengambil alat. Peneliti menuju ke tempat alat percobaan dan memastikan siswa telah mendapatkan alat dengan benar. Disitu terlihat siswa yang bertanya dan mengobrol dengan peneliti tentang alat-alat yang dipakai. Sebagian siswa yang sudah mengambil alat kembali ke kelompoknya. Sebagian siswa sudah langsung menyalakan lilin dan langsung memposisikan alat percobaan. Peneiti menyuruh siswa mempersiapkan peralatan seperti pada percobaan sebelumnya dan melakukan percobaan jika kelompok itu sudah siap. Setelah semua kelompok sudah terdapat alat percobaan, peneliti memberi tahu kepada siswa untuk mencoba mengukur panjang fokus lensa cembung dan mencari bayangannya menggunakan prosedur yang sama seperti saat percobaan lensa cembung. Siswa dibagian depan bertanya kepada peneliti, “Caranya sama kayak yang percobaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
154
lensa cembung minggu lalu pak?” Sebagian siswa yang sudah siap langsung memposisikan alat dan mencoba mencari bayangan yang dihasilkan oleh lensa cekung. Siswa pada setiap kelompok pun langsung memposisikan alat sesuai dengan prosedur percobaan. Kelompok siswa yang paling depan mempraktikkan hal tersebut secara bersama-sama. Ada siswa yang menempatkan lensa, kemudian ada yang menggeser-geser layar untuk mencari bayangan yang dihasilkan lensa. Siswa lain juga ikut memperhatikan dan melihat temannya. Begitu pula beberapa kelompok yang berada disekitarnya. Namun ada juga siswa yang melakukan percobaannya sendiri, sedangkan siswa lainnya hanya memperhatikan, melihat dan terkadang membantunya. Saat itu, peneliti bertanya kepada siswa, “Bagaimana hasil bayangannya?” Sebagian siswa di depan menjawab, “Bayangannya bulat pak.” Peneliti langsung menjawab, “Lha.. bulat? Yang bener?” Kelompok siswa itu langsung menjawab, “Iya, ni coba dilihat mas.” Penelitipun langsung bertanya kepada kelompok siswa tersebut, “Kalau percobaan kemarin kan pakai lensa cembung, bentuk bayangannya bagaimana?” Salah satu siswa kelompok itu menjawab, “Bentuknya api tapi terbalik?” Penelitipun langsung bertenya lagi, “Lha kalau ini, bentuknya gimana?” Siswa kelompok menjawab, “Bulat mas.” Peneliti melanjutkan pertanyaan, “Berarti?” Siswa kelompok itu pada diam. Peneliti kemudian bertanya kepada siswa yang lain, “Bagaimana dengan yang lain?” Sebagian siswa masih mecoba mencari bayangan yang dihasilkan oleh lensa. Kemudian salah satu dari kelompok siswa menjawab, “Tidak ada bayangannya pak.” Penelitipun akhirnya memberikan penjelasan bahwa dalam mengukur fokus lensa cekung diperlukan lensa cembung, karena bayangan yang dihasilkan oleh lensa cekung bersifat maya atau tidak tertangkap layar jika bendanya nyata. Peneliti memberi tahu kepada siswa bila bayangan yang dihasilkan lensa cekung berada di dalam lensa sambil mempraktikkan di kelompok siswa yang paling depan. Siswapun juga langsung melihat hasil bayangan dalam kelompok. Ada beberapa siswa yang berkata bahwa bayangan yang dihasilkan semakin kecil. Peneliti memberi tahu kepada siswa bahwa jika langsung mengukur jarak bayngan pada sedemikian akan ulit karena hanya menduga-duga. Oleh karena itu harus memakai bantuan lensa cembung atau bisa juga memakai cermin cekung. Sebagian siswapun memperhatikan penjelasan dari peneliti, sedangkan siswa yang lain masih mencoba-coba percobaanya. Peneliti menyuruh siswa untuk melakukan kembali percobaan sesuai dengan prosedur dalam LKS. Semua kelompok siswa langsung mempraktikkan hal tersebut. Kemudian ada siswa yang bertanya, “Pak, ini perlu nyari fokus lensa cembung lagi tidak?” Peneliti menjawab, “Oo iya, perhatian semuanya. Fokus lensa cembung tidak usah dicari lagi karena kemarin sudah. Fokus lensa cembungnya pakai yang 15 cm. Semua lensa cembungnya sama.” Penelitipun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
155
berkeliling dan mengecek setiap kelompok siswa dalam melakukan percobaan. Pada saat itu ada beberapa siswa yang bingung tentang aturan penempatan lensa cembung dan cekung. Peneliti menghampiri kelompok tersebut dan menjelaskan sesuai dengan prosedur. Siswa dari kelompok lain ada juga yang menghampiri kelompok itu saat peneliti menjelaskan. Peneliti berdiskusi cukup lama dengan siswa untuk menjelaskan persoalan tersebut. Ada juga siswa yang bertanya dan melihat ke kelompok lain. Sebagian siswa lain pada setiap kelompok melakukakan percobaan. Kelompok siswa dibagian depan membagi tugasnya masing-masing. Ada siswa yang menggeser-geser lensa cembung, kemudian menggeser layar untuk mencari bayangan paling fokus. Siswa kelompok itu bersama-sama melihat layar dan saling memberi tahu jika bayangan yang dihasilkan sudah jelas. Salah satu siswa kemudian menempatkan posisi lensa cekung di antara lensa cembung dan layar. Siswa kemudian mengukur jarak dari layar ke lensa cembung. Kedua siswa melihat besama dan memberi tahu kepada siswa lain yang mencatat data pada LKSnya. Mereka berdiskusi dalam kelompoknya dan saling bertanya kelanjutan lankah prosedurnya. Salah satu siswa membaca kembali LKS cukup lama. Siswa tersebut menggeser layar mendekat dan menjauhi lensa cembung, serta mencari bayangan yang dihasilkan. Salah satu siswa memberitahu temannya ketika mendapatkan bayangan yang paling jelas. Siswa yang tadi membaca LKS langsung mengukur jarak antara lensa cembung terhadap layar sebagai jarak bayangan. Siswa itu memberi tahu kepada temannya, dan siswa lainnya pun mulai mencatat. Siswa tersebut melanjutkan menghitung menggunakan kalkulator. Kelompok siswa lainpun juga sedang melakukan percobaan. Salah satu kelompok siswa dibelakang mencoba namun hanya menggunakan lensa cekung. Kelompok tersebut salah dalam melakukan percobaan karena mungkin saat penjelasan pertama belum begitu jelas. Karena masih bingung, siswa tersebut maju kedepan bertanya kepada peneliti. Setelah bertanya tentang percobaan dia kembali lagi kedalam kelompoknya dan memberi tahu teman-temannya saat melakukan percobaan. Namun salah satu teman-temannya malah bermain lilin. Kelompok siswa dibelakang ini lebih mengerjakan sendiri, dimana salah satu siswa melakukan percobaan dan teman yang lainnya mencatat, sedangkan siswa lainnya hanya berjalan-jalan dan terkadang kembali namun hanya melihat temannya melakukan percobaan. Saat itu bel tanda istirahatpun berbunyi. Ketika bel masuk berbunyi, masih ada sebagian siswa yang belum masuk laboratorium. Beberapa siswa yang di dalam laboratorium juga masih ada yang makan dan mengobrol dengan temannya. Peneliti menyuruh siswa untuk menyelesaikan dengan cepat dan langsung melanjutkan percobaan. Siswa lain yang sudah berada di dalam kelaspun langsung melanjutkan percobaan sambil menunggu siswa lain yang belum masuk laboratorium. Penelitipun mengecek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
156
siswa di bagian tengah sedang melanjutkan percobaan. Disitu ketiga siswa sedang mencari bayangan yang dihasilkan oleh lensa cembung. Salah satu siswa berdiri di depan meja, sedangkan kedua siswa lainnya hanya duduk. Ketika peneliti menghampiri kelompok siswa itu, mereka malah berhenti melakukan percobaan karena malu dan bingung. Penelitipun menyuruh mereka melanjutkan percobaan. Salah satu siswa menggeser-geser layar dan siswa lainnya hanya melihat. Saat itu beberapa siswa masuk laboratorium, dan penelitipun langsung menyuruh siswa itu melanjutkan percobaannya. Siswa sudah mulai melakukan percobaannya kembali. Kelompok yang tadi sedang melakukan percobaan tertutupi oleh kelompok yang berda di depannya. Peneliti masih berda dalam kelompok itu dalam melakukan percobaan. Siswa dalam kelompok itu terkadang bertanya kepada peneliti. Peneliti menjelaskan sesuatu ke kelompok itu, dan siswanya pun memperhatikan. Kelompok siswa yang lain juga sedang melakukan percobaan. Salah satu kelompok siswa di bagian tengah masih berdiri mengerjakan percobaan tersebut. Mereka berdiskusi dalam kelompok dan tidak ada anggotanya yang jalan-jalan ke kelompok lain. Siswa dalam anggota tersebut ada yang mencatat, menggeser lensa dan layar, serta ada yang membaca skala yang terbaca pada penggaris. Salah satu siswa menyuruh untuk menutupi lilin karena ada angin. Siswa dalam kelompok itu melakukan percobaan dan terkadang mengobrol dengan temannya juga. Ada siswa yang menggeser-geser lensa cembung, kemudian menggeser layar untuk mencari bayangan paling fokus. Siswa kelompok itu bersama-sama melihat layar dan saling memberi tahu jika bayangan yang dihasilkan sudah jelas. Salah satu siswa kemudian menempatkan posisi lensa cekung di antara lensa cembung dan layar. Siswa kemudian mengukur jarak dari layar ke lensa cembung. Kedua siswa melihat besama dan memberi tahu kepada siswa lain yang mencatat data pada LKSnya. Siswa tersebut kembali menggeser layar mendekat dan menjauhi lensa cembung, serta mencari bayangan yang dihasilkan. Salah satu siswa memberitahu temannya ketika mendapatkan bayangan yang paling jelas. Kelompok siswa itu melanjutkan mengambil data kembali. Setelah selesai mengambil data, salah satu siswa mematikan lilin, kemudian mereka kembali duduk. Merekapun melanjutkan mencatat data di LKS dan sudah menghitung nilai panjang fokus lensa cekung. Siswa dalam kelompok itu terlihat saling berdiskusi. Ketika sudah selesai, mereka tetap tenang. Penelitipun menghampiri mereka dan mengecek pekerjaan siswa tersebut. Disitu dua siswa terlihat bergantian bertanya kepada peneliti. Merekapun mengobrol sambil menunggu siswa yang lainnya selesai mengerjakan tugas tersebut. Siswa di meja paling depan masih mencoba gambar yang lain dan temannya mencari penggaris, sedangkan siswa lainnya masih sibuk mencatat. Dua siswa lain mendatangi kelompok tersebut dan mencoba melihat percobaannya. Siswa yang sedang menata alat bertanya kepada teman disampingnya, “Ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
157
jaraknya seberapa?” Temannya pun menjawab, “Ya terserah” sambil menata alat milik temannya itu. Siswa yang mencari penggaris akhirnya kembali dengan membawa penggaris. Dia mulai meletakkan penggaris di meja dan mengukur jaraknya. Kelompok itu dilihat dan dibantu oleh dua siswa dari kelompok lain. Temannya pun langsung memposisikan lilin di penggaris pada posisi tertentu. Kemudian siswa tersebut menyuruh siswa lain untuk membaca jarak dari layar ke lensa. Siswa itu kemudian menghitung lewat kalkulator di handphone. Siswa yang lain masih saling mengobrol disampingnya. Salah satu siswa di depan kemudian menggeser-geser lagi lensanya. Kemudian dia menggeser layarnya untuk menemukan bayangan yang jelas. Ketika bayangan sudah fokus, salah satu siswa mengatakan, “Mas ini berarti terbalik, diperbesar?” Peneliti menjawab, “Ya gimana, coba dilihat!” Kemudian dilanjutkan dengan menempatkan lensa cekung di antara lensa cembung dan layar. Siswa itu dibantu dengan temannya mengukur dan mencatat jarak dari lensa cekung terhadap layar. “Setelah it terus bagaimana?” tanya peneliti. Salah satu siswa menjawab, “Dicari lagi bayangan yang paling jelas mas.” Siswa kelompok itu akhirnya menggeser-geser layar untuk mendapatkan bayangan. Setelah mendapatkan bayangan, siswa tersebut membaca jarak hasil bayangan menggunakan penggaris. Siswa lainnya pun mencatat data tersebut. Setelah mendapatkan data pertama, mereka mengambil data selanjutnya. Siswa itu memposiskan alat percobaan seperti pada percobaan yang awal. Mereka mengulangi percobaan dan pengukuran seperti data yang pertama, namun dengan jarak benda yang berbeda. Salah satu siswa menggeser kembali lensa cekung, kemudian dia juga mencari bayangan yang jelas dengan menggeser layar mendekat dan menjauh. Siswa yang lain ada yang mencatat dan siswa yang duduk di depannya terkadang membantu menggeser layar. Setelah selesai melakukan percobaan , siswa mulai fokus pada lembar kerjanya masing-masing. Siswa dibagian paling depan memanggil peneilti dan menanyakan hasil percobaannya. Peneliti menghampiri kelompok itu. Siswa di kelompok itu menjelaskan sambil menunjukkan data percobaannya. Siswapun mendengarkan penjelasan peneliti. Setelah itu peneliti menuju ke kelompok siswa yang berada di belakangnya. Siswa dikelompok itu sudah selesai melakukan percobaan namun masih melengkapi isi LKSnya. Mereka terlihat sibuk menulis di lembar kerja siswa. Penelitipun menuju ke kelompok di belakangnya. Ketika peneliti mengecek data percobaan kelompok tersebut, siswapun langsung ikut memperhatikan dan melihat hasil percobaannya dengan seksama. Kedua siswa di tepi pun berdiri dan ikut memperhatikan. Kondisi yang tidak berbeda pada kelompok siswa di bagian kiri. Siswapun fokus pada lembar kerja siswanya. Siswa menulis dan melengkapi data. Terkadang mereka bertanya dengan teman kelompoknya, misalnya saja siswa yang paling depan bertanya dan meminjam LKS milik temannya. Begitu pula dengan siswa yang siswa yang berada di meja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
158
no dua. Siswa pada kelompok juga menulis di LKSnya. Kedua siswa di kelompok itu terkadang berhenti menulis ketika salah satu temannya bertanya. Mereka berdiskusi sebentar lalu melanjutkan menulis dan mengisi LKSnya. Meskipun demikian, ada beberapa siswa yang terkadang jalan-jalan ke kelompok lain. Kelompok siswa yang paling depan pun juga mulai mengobrol sambil bermain lilin. Suasana kelas menjadi gaduh. Peneliti memutuskan untuk memberhentikan percobaan siswa mengingat waktu pelajaran yang terbatas. Sebagian siswa berkomentar, “Pak, percobaannya belum selesai.” Peneliti menjawab,”Iya, tidak apa-apa. Soalnya ini waktunya terbatas. Nanti bisa dilanjutkan lagi kalau ada waktu.” Peneliti menyuruh siswa untuk duduk pada tempat masing-masing. Siswapun langsung memposisikan ke bangkunya masing-masing. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil percobaannya, “Iya, siapa yang mau mempresentasikan hasil percobaannya?” Beberapa siswa mengangkat tangan dan berkata, “Aku mas, aku.” Peneliti pun menunjuk beberapa siswa untuk menyampaikan hasil percobaannya. Siswapun menyampaikan hasil percobaannya di tempat duduknya. Salah satu siswa menyebutkan panjang fokus lensa yaitu 9 cm. Kemudian siswa tersebut menjelaskan bahwa bayangan yang dihasilkan pada percobaan ini adalah nyata, terbalik, dan diperbesar. Sifat bayangan tersebut berlaku untuk semua data percobaannya. Peneliti kemudian memberikan kesempatan kepada siswa lainnya. Siswa lainnyapun ada yang menyebutkan panjang fokus lensa cekung adalah 12 cm. Siswa tersebut juga menyebutkan sifat bayangan yang dihasilkan dalam percobaan ini adalah nyata, terbalik, dan diperbesar. Penelitipun kembali menanyakan kepada siswa yang lain, “Gimana yang lain? Sifat bayangannya ada yang beda atau tidak?” Sebagian siswa menjawab, “Sama pak. Nyata, terbalik, diperbesar.” Penelitipun mengoreksi hasil percobaan siswa dengan menanyakan kembali, “Kalau sifat bayangan yang dihasilkan oleh lensa cembung tadi apa?” Beberapa siswa menjawab, “Nyata, terbalik, diperkecil.” Peneliti bertanya kembali, “Kalau sifat bayangan yang terbentuk oleh lensa cekung tadi?” Siswa menjawab lagi, “Nyata, terbalik, diperbesar.” Peneliti bertanya lagi, “Lha. Berarti?” Siswa masih bingung. Akhirnya peneliti menjelaskan bahwa hasil bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung dalm percobaan ini adalah nyata, tegak, diperbesar. Peneliti mau menjelaskan bagaimana pemakaian tanda positif dan negatif pada lensa di depan kelas. Salah satu siswa yang berada di tengah memindah kursinya ke depan agar lebih terlihat jelas. Terlihat siswa tersebut juga membawa perlengkapan tulisnya. Peneliti mulai menjelaskan lagi tentang bentuk-bentuk lensa. Peneliti menyebutkan permukaan lensa itu ada yang cembung dan cekung. Peneliti menjelaskan aturan jika permukaan cembung maka pusat kelengkungan (R) bernilai positif, sebaliknya jika permukaan cekung maka pusat kelengkungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
159
(R) bernilai negatif. Peneliti bertanya kepada siswa, “Bagaimana jika bentuk permukaan lensanya cembung-cekung?” Siswa dengan serentak menjawab salah satunya positif dan yang lain negatif. Salah satu siswa bertanya, “Mas, itu bisa dibalik tandanya?” Jadi peneliti kemudian menjelaskan sebenarnya ada dua versi rumus yang digunakan. Salah satunya ada yang positif dan yang lainnya negatif, dimana salah satu cara yaitu berdasarkan arah datangnya cahaya menuju permukaan lensa. Agar rumus yang digunakan konsisten dan sama dengan pandangan peneliti Fisika, maka peneliti memberi tahu kepada siswa untuk memakai rumus yang bertanda positif saja. Kemudian peneliti bertanya, “ Bagaimana jika salah satu permukaan lensa adalah datar?” Salah satu siswa menjawab pusat kelengkungan (R) adalah tak berhingga. Kondisi kelas saat itu cukup tenang dimana ada siswa yang mencatat dan memperhatikan peneliti. Meskipun ada satu siswa yang berjalan-jalan ketika peneliti tidak melihatnya. Peneliti kemudian juga menjelaskan bahwa jika di cermin jumlah dari ruang benda ditambah dengan ruang bayangan akan sama dengan lima. Peneliti kemudian bertanya, “Terus kalau di lensa bagaimana? Sama apa tidak?” Serentak siswa langsung menjawab dimana kebanyakan siswa menjawab sama dan beberapa siswa lain menjawab berbeda. Peneliti kemudian menggambarkan diagram pembentukan cahaya pada lensa. Ketika peneliti menggambarkan diagram, ada sebagian siswa yang mencatat dan ada sebagian siswa yang juga mengobrol. Penelitipun duduk dan memberi kesempatan siswa untuk mencatatnya. Ketika sudah selesai mencatat, siswapun mulai mengobrol dengan teman lainnya. Peneliti melanjutkan dengan mengandaikan jika sudah diketahui nilai fokusnya besaran lainpun juga bisa dicari. Peneliti kembali menjelaskan pembagian ruang pada lensa agar membantu dalam menyelesaikan persoalan. Sebagian siswa terkadang menjawab pertanyaan dari peneliti. Peneliti kemudian memberikan latihan soal diagram pembentukan bayangan kepada siswa. Peneliti bertanya, “Kalau bendanya disini, bayangannya dimana?” Sebagian siswa menjawab dengan menunjukkan jarinya. Salah satu siswapun akhirnya maju ke depan kelas untuk mengerjakan. Ketika ada siswa yang maju, siswa lainnya tidak begitu memperhatikan. Mereka lebih asyik mengobrol dengan teman kelompoknya sehingga suasana di kelas menjadi ramai. Setelah siswa selesai mengerjakan, dia kembali lagi ke tempat duduk. Peneliti menyuruh siswa lain untuk memberikan tepuk tangan karena sudah bersedia mengerjakan tugas tersebut. Siswapun bertepuk tangan dan bahkan ada yang bersorak-sorak. Setelah itu, peneliti memberikan persoalan lain lagi. Kelompok siswa yang di sebelah kanan terlihat lebih memperhatikan, dimana mereka menjawab pertanyaan dari peneliti. Misalnya saja mereka mampu menyebutkan sifat bayangan yang terbentuk oleh lensa cembung dan cekung dengan benar. Sedangkan kelompok siswa lainnya di sebelah kiri kurang memperhatikan. Penelitipun juga memberi pertanyaan kepada siswa tersebut, namun jawaban yang diberikan siswa tersebut kurang tepat karena tidak memperhatikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
160
Peneliti memberikan latihan soal lagi kepada siswa. Soal yang diberikan peneliti terkait dengan diagram pembentukan lensa dan persamaan lensa. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal tersebut. Siswapun langsung disuruh mengerjakan ke depan oleh peneliti. Ketika peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuliskan jawabannya dipapan tulis, ada dua siswa yang jadi atau bersedia mengerjakan soal. Siswa yang lain tetap duduk dan mengerjakan soal, sedangkan siswa dibelakang mengerjakan namun terkadang jalan-jalan dan mengobrol dengan temannya. Ketika peneliti melihat dan mengoreksi jawaban siswa di depan, suasana kelas sedikit ribut. Salah satu siswa pindah ke meja paling depan untuk mencatat. Lama kelamaan situasi mulai tenang dan siswa antusias memperhatikan meskipun ada satu siswa yang berjalan-jalan. Beberapa saat kemudian bel tanda pergantian jam pelajaran pun berbunyi. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya namun mereka tidak bertanya. Peneliti menyampaikan bahwa jam terakhir ini akan digunakan untuk mengerjakan soal. Siswapun berkata, “Yahh, Soal lagi”. Kemudian peneliti meminta siswa untuk membantu membagikan soal. Dua siswa maju ke depan mengambil lembar soal kemudian membagikan kepada teman yang lain. Siswapun langsung mempersiapkan alat tulisnya. Ketika soal sudah terbagi semua, ada siswa yang bilang, “Wehh, soalnya sama kayak yang pertama”. Peneliti meminta perhatian kepada siswa untuk memperhatikan. Sebagian siswa di depan pun langsung diam dan memperhatikan peneliti, sedangkan yang di bagian belakang masih mengobrol. Mereka di tegur temannya untuk diam, “Zzztt diam.” Ketika suasana kelas sudah lebih tenang, peneliti menyampaikan aturan mengerjakan soal. Peneliti juga menyampaikan kepada siswa bahwa soal tersebut berbeda dengan yang sebelumnya dan menyuruh siswa untuk membacanya baikbaik dan teliti. Terkadang mereka mempeributkan masalah tidak boleh membuka buku catatan atau buku paket. Peneliti kemudian juga menjelaskan fungsi soal tersebut. Setelah semuanya sudah siap, peneliti mempersilahkan siswa untuk mengerjakan dengan tenang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 19. Dokumentasi Penelitian
Dokumentasi Penelitian
161
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Johan Pamungkas lahir di Sleman pada tanggal 24 Juni 1993. Pendidikan dasarnya ditempuh di SD Negeri Umbulwidodo, Ngemplak, Sleman pada tahun 1999. Pada tahun 2005, ia melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Ngemplak, Sleman, dan dinyatakan lulus pada tahun 2008. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Ngaglik, Sleman, dan dinyatakan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011, ia tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma di akhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Efektivitas Metode Eksperimen Bebas dan Terbimbing terhadap Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMAN 2 Ngaglik dalam Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa.
162