PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI i
OPTIMALISASI PENCAHAYAAN REKAMAN POLA INTERFERENSI SINAR LASER HELIUM NEON DENGAN PENGATURAN SHUTTER SPEED, APERTURE DAN ISO PADA KAMERA DIGITAL SINGLE LENS REFLEX
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh: Anton Wibisono NIM : 081424048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ii
SKRIPSI OPTIMALISASI PENCAHAYAAN REKAMAN POLA INTERFERENSI SINAR LASER HELIUM NEON DENGAN PENGATURAN SHUTTER SPEED, APERTURE DAN ISO PADA KAMERA DIGITAL SINGLE LENS REFLEX
Oleh: Anton Wibisono NIM : 081424048
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si
Tanggal : 23 Agustus 2013
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI iii
SKRIPSI OPTIMALISASI PENCAHAYAAN REKAMAN POLA INTERFERENSI SINAR LASER HELIUM NEON DENGAN PENGATURAN SHUTTER SPEED, APERTURE DAN ISO PADA KAMERA DIGITAL SINGLE LENS REFLEX
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Anton Wibisono NIM : 081424048
Telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal 30 Januari 2014 dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap
Tanda tangan
Ketua
: Drs. Aufridus Atmadi, M.Si.
..........................
Sekretaris
: Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si.
..........................
Anggota 1
: Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si.
..........................
Anggota 2
: Drs. A. Atmadi, M.Si.
..........................
Anggota 3
: Drs. Domi Severinus, M.Si.
..........................
Yogyakarta, 30 Januari 2014 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan,
(Rohandi, Ph.D.) iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Januari 2014 Penulis
Anton Wibisono
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama
: Anton Wibisono
Nomor Induk Mahasiswa
: 081424048
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :
OPTIMALISASI PENCAHAYAAN REKAMAN POLA INTERFERENSI SINAR LASER HELIUM NEON DENGAN PENGATURAN SHUTTER SPEED, APERTURE DAN ISO PADA KAMERA DIGITAL SINGLE LENS REFLEX
Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain, untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 30 Januari 2014 Yang menyatakan,
(Anton Wibisono)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI vi
ABSTRAK
Wibisono, Anton. 2013. Optimalisasi Pencahayaan Rekaman Pola Interferensi Sinar Laser Helium Neon dengan Pengaturan Shutter speed, Aperture dan ISO pada Kamera Digital Single Lens Reflex. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan mengoptimalkan pencahayaan pola interferensi sinar laser Helium Neon, dengan pengaturan Shutter speed, Aperture dan ISO. Pada hasil rekaman berupa pola interferensi sinar laser helium neon yang melewati dua celah dengan pengaturan Aperture/perhentian-f(fstop), ISO dan Shutter Speed. Pengaturan ISO mempengaruhi kepekaan sensor, sedangkan pengaturan Shutter Speed berpengaruh pada intensitas hasil rekaman. Telah diperoleh pengaturan untuk menghasilkan rekaman pola interferensi dengan intensitas maksimum yang merupakan nilai paling ideal/optimal untuk intensitas yang dapat diterima sensor. Pada kondisi dengan pengaturan Aperture/perhentian-f (fstop) f8, ISO 200 dengan pengaturan Shutter Speed 1, 0.8, 0.6, 0.5, 0.4, 0.33, 0.25, 0.2, 0.16, 0.126, 0.1, 0.076, 0.066, 0.05, dan 0.04 sekon, nilai intensitas maksimum yang dihasilkan dibawah nilai saturasi dengan menghasilkan grafik yang menunjukkan perubahan intensitas antara 9 a/u sampai 169 a/u. Pada pengaturan tersebut grafik dapat dianggap linear, pada kondisi ini sensor dapat digunakan sebagai sensor karena mampu mendeteksi setiap perubahan intensitas. Nilai yang paling ideal/optimal untuk hasil rekaman pola interferensi dan untuk intensitas yang dapat diterima sensor yaitu pada pengaturan Aperture/perhentian-f (fstop) f8, ISO 200, Shutter Speed 0.04 sekon.
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI vii
ABSTRACT
Wibisono, Anton. 2013. Optimization of Lighting Recording Pattern Interference Helium Neon Laser Light with setting Shutter Speed, Aperture and ISO on Digital Single Lens Reflex Camera. Thesis. Physics Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta. This research aims to optimize the illumination pattern Helium Neon laser light
interference,
with
setting
Shutter
Speed,
Aperture
and
ISO.
In recording the interference pattern in the form of a helium neon laser light passing through two slits with Aperture settings/fstop, ISO and Shutter Speed. ISO settings affect the sensor sensitivity, shutter speed settings while the effect on the intensity of the recording. Have obtained the recording settings to produce an interference pattern with a maximum intensity value of the ideal/optimal for an acceptable intensity sensor. In conditions with Aperture settings/fstop f8, ISO 200 with a shutter speed setting 1, 0.8, 0.6, 0.5, 0.4, 0.33, 0.25, 0.2, 0.16, 0.126, 0.1, 0.076, 0.066, 0.05, and 0.04 second, the resulting maximum intensity value below the saturation value by generating a graph showing the change in intensity between 9 a/u to 169 a/u. In such an arrangement graph can be considered linear, in this condition the sensor can be used as a sensor because it is able to detect any change in the intensity. Value most ideal/optimal for recording the interference pattern and intensity acceptable for a sensor that is on the Aperture setting/(fstop) f8, ISO 200, Shutter Speed 0.04 second.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI viii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Alam, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari selama proses penyusunan skripsi ini banyak hambatan dan kesulitan yang ada. Akan tetapi, semua masalah itu dapat teratasi berkat bantuan, bimbingan, dan semangat dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan nasehat dengan sabar, terima kasih atas segala saran, kritik dan motivasi yang telah diberikan. 4. Dosen penguji yang telah memberi saran dan masukkan demi perbaikan skripsi ini menjadi lebih baik. 5. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S. selaku kepala Laboratorium Ruang Gelap Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk peneliti melakukan penelitian. 6. Bapak Ngadiyono selaku petugas Laboratorium yang telah membantu dalam peneliti mempersiapkan alat. 7. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Terima kasih atas segala informasi dan pelayanan yang diberikan. 8. Keluargaku tercinta, Bapak dan Ibu, kakak-kakaku Eka, Agung, Guruh, serta adik-adiku Novi, Intan, Juli, dan Sheila yang selalu setia mendoakan dan memberikan semangat serta dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ix
9. Untuk Redha yang telah setia membantu dalam penelitian ini mulai dari observasi hingga penyusunan skripsi ini selesai dan selalu memberikan semangat. 10. Keluarga baruku di Jogja, Bapak Antonio da Vespa dan Ibu Rina, serta adikadikku Irma dan Lita yang memberikan motivasi dan membuatku tersenyum. 11. Teman-teman komunitas fotografi Alpharian Jogjakarta, komunitas Lensa Manual reg Magelang, komunitas Jogja Punya Ninja serta Kawasaki Ninja seIndonesia, teman-teman Jurnalis Foto Indonesia reg Jogjakarta. Terima kasih atas segala informasi dan pengalaman yang telah diberikan. 12. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan Inosensius, Ganda, Rian, Arnold, Dimas, Alex, Edwin, Yoseph, Brian, Mas Feri, Mas heru, Buser, Hole, Sammy, yang menemani dikala suka dan duka serta untuk teman-teman seperjuangan di P.Fis‟08, semangat untuk menjadi yang terbaik. 13. Berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis baik berupa bantuan nyata, dukungan, serta bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan di masa mendatang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................... ... .
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... .......
v
ABSTRAK ....................................................................................... ........
vi
ABSTRACT ...........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...........................................................................
vii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................
3
C. Pembatasan Masalah ...................................................................
3
D. Tujuan Penelitian.........................................................................
4
E. Manfaat Penelitian ………………………………………………
4
BAB II DASAR TEORI .......................................................................
5
A. Kamera .......................................................................................
5
B. Refleksi dan Refraksi...................................................................
9
C. Lensa ..........................................................................................
11
D. Penyimpangan pembentukan bayangan pada lensa .....................
14
a. Aberrasi sferis...........................................................................
14
b. Astigmatisme............................................................................
15
c. Kelengkungan bidang ....................................................... ……
15
d. Distorsi......................................... ...........................................
16
e. Aberrasi kromatik.....................................................................
16
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xi
E. Elemen Lensa Kamera …………………………………………..
17
F. Pencahayaan (Exposure) ....................................................................
18
G. Mode Pencahayaan Kamera ..............................................................
22
H. Laser…………………………………………………………………………………………………
26
I. Matlab .........................................................................................
27
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................
29
A. Alat Penelitian …………………………………………………...
29
B. Waktu dan Tempat Penelitian.………….....…………........…......
29
C. Cara Kerja Komponen Utama.……………..……........….....…....
29
D. Cara Kerja Penelitian...............………................….......…......….
31
1. Persiapan ……………………………………………………..... 32 2. Pengambilan Data ……………………………………………..
33
E. Metode Pengumpulan Data .………...….....…………........…......
34
F. Metode Analisis Hasil …………………………………………...
38
BAB IV Hasil dan Pembahasan ……………………………………….
42
A. Deskripsi Penelitian ……………………………………………... 42 B. Data Penelitian …………………………………………………... 44 C. Pengaruh ISO pada Pola Hasil Rekaman ……………………......
52
D. Hubungan Shutter Speed dengan Intensitas Hasil Rekaman …...
53
BAB V PENUTUP ................................................................................
60
A. Kesimpulan .................................................................................
61
B. Keterbatasan Penelitian ...............................................................
61
C. Saran ...........................................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
63
LAMPIRAN ...........................................................................................
64
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pilihan mode dial dengan cara kerja pada kamera ................
22
Tabel 2.2 Pilihan pre-set mode dial dengan cara kerja pada kamera .....
24
Tabel 3.1 Tabel data pada perhentian fstop f1.7.....................................
34
Tabel 3.2 Tabel data pada perhentian fstop f2.8.....................................
35
Tabel 3.3 Tabel data pada perhentian fstop f4......................................
35
Tabel 3.4 Tabel data pada perhentian fstop f5.6.....................................
36
Tabel 3.5 Tabel data pada perhentian fstop f8......................................
36
Tabel 3.6 Tabel data pada perhentian fstop f11.....................................
37
Tabel 3.7 Tabel data pada perhentian fstop f16.....................................
37
Tabel 3.8 Tabel data pada setiap perhentian fstop..................................
38
Tabel 3.9 Tabel data perhentian fstop f1.7 dan intensitas......................
40
Tabel 3.10 Tabel data pada setiap perhentian fstop shutter speed dan Iso........................................................................................
41
Tabel 4.1 Tabel kode gambar untuk 2 celah dengan f1.7 ......................
44
Tabel 4.2 Tabel kode gambar untuk 2 celah dengan f2.8 ......................
45
Tabel 4.3 Tabel kode gambar untuk 2 celah dengan f4..........................
46
Tabel 4.4 Tabel kode gambar untuk 2 celah dengan f5.6.......................
47
Tabel 4.5 Tabel kode gambar untuk 2 celah dengan f8..........................
48
Tabel 4.6 Tabel kode gambar untuk 2 celah denganf11.........................
49
Tabel 4.7 Tabel kode gambar untuk 2 celah dengan f16. ......................
50
Tabel 4.8 Tabel data pada setiap perhentian fstop shutter speed dan Iso..........................................................................................
xii
55
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Skema Sensor pada kamera DSLR........................................
2
Gambar 2.1a Kamera obscura ....................................................................
6
Gambar 2.1.b pembentukan bayangan pada kamera obscura......................
6
Gambar 2.2
Kamera dengan lensa tunggal...............................................
6
Gambar 2.3
Kamera degan beberapa lensa gabungan..............................
7
Gambar 2.4a Kamera tampak depan..........................................................
8
Gambar 2.4b Kamera tampak belakang .....................................................
8
Gambar 2.4c Kamera tampak atas ..............................................................
8
Gambar 2.4d Kamera tampak samping .....................................................
8
Gambar 2.5
Pemantulan cahaya ...............................................................
9
Gambar 2.6
Pemantulan teratur ...................... ........................................
10
Gambar 2.7
Pemantulan baur .................. ................................................
10
Gambar 2.8
Pembiasan cahaya ................... ............................................
11
Gambar 2.9
Lintasan cahaya melalui lensa positif ..................................
12
Gambar 2.10 Lintasan cahaya melalui lensa negatif .................................
12
Gambar 2.11 Tiga lintasan membentuk bayangan real .............................
13
Gambar 2.12 Aberrasi sferis ......................................................................
15
Gambar 2.13 Kelengkungan bidang ..........................................................
16
Gambar 2.14 Distorsi .................................. ..............................................
16
Gambar 2.15 Aberrasi kromatik ................. ..............................................
17
Gambar 2.16 Elemen lensa ......................... ..............................................
17
Gambar 2.17 Sistem Metering Kamera DSLR ..........................................
18
Gambar 2.18 Celah lensa ...........................................................................
19
Gambar 2.19 Tiga jenis Transisi antara dua tingkat energi dalam atom ...
26
Gambar 3.1
Lensa Minolta AF 50mm f1.7...............................................
30
Gambar 3.2
Susunan alat ..........................................................................
31
Gambar 4.1
Grafik intensitas dengan fstop ..............................................
51
Gambar 4.2
Rekaman pola interferensi yang terekam untuk setiap kondisi ISO...........................................................................................
xiii
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xiv
Gambar 4.3
Rekaman pola interferensi yang terekam untuk setiap shutter speed......................................................................................
53
Gambar 4.4
Pola intensitas Vs shutter speed, ISO 800 ............................
56
Gambar 4.5
Pola intensitas Vs shutter speed, ISO 800 yang mencapai nilai saturasi ..........................................................................
Gambar 4.6
56
Grafik intensitas Vs shutter speed, ISO 800 yang mencapai nilai saturasi ...........................................................................
57
Gambar 4.7
Grafik intensitas Vs shutter speed, ISO 200..........................
57
Gambar 4.9
Kondisi f8, ISO 200, untuk setiap shutter speed...................
59
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xv
DAFTAR LAMPIRAN
Kode Gambar Data hasil rekaman dalam bentuk kode gambar pada f1.7 untuk setiap shutter speed dan setiap kondisi ISO .................................................... 65 Data hasil rekaman dalam bentuk kode gambar pada f2.8 untuk setiap shutter speed dan setiap kondisi ISO .................................................... 65 Data hasil rekaman dalam bentuk kode gambar pada f4 untuk setiap shutter speed dan setiap kondisi ISO .................................................... 66 Data hasil rekaman dalam bentuk kode gambar pada f5.6 untuk setiap shutter speed dan setiap kondisi ISO .................................................... 66 Data hasil rekaman dalam bentuk kode gambar pada f8 untuk setiap shutter speed dan setiap kondisi ISO .................................................... 67 Data hasil rekaman dalam bentuk kode gambar pada f11 untuk setiap shutter speed dan setiap kondisi ISO .................................................... 67 Data hasil rekaman dalam bentuk kode gambar pada f16 untuk setiap shutter speed dan setiap kondisi ISO .................................................... 68
Pola Rekaman Interferensi Rekaman pola interferensi yang terbentuk pada f1.7 untuk setiap shutter speed dan setiap kondisi ISO .................................................... 69 Rekaman pola interferensi yang terbentuk pada f2.8 untuk setiap shutter speed dan setiap kondisi ISO .................................................... 77 Rekaman pola interferensi yang terbentuk untuk f4 pada setiap shutter speed dan setiap kondisi ISO ………………………………… 85 Rekaman pola interferensi yang terbentuk pada f5.6 untuk setiap shutter speed dan setiap kondisi ISO .................................................... 93 Rekaman pola interferensi yang terbentuk pada f8 untuk setiap shutter speed dan setiap kondisi ISO ...................................................
101
Rekaman pola interferensi yang terbentuk pada f11 untuk setiap shutter speed dan setiap kondisi ISO ................................................... xv
109
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xvi
Rekaman pola interferensi yang terbentuk pada f16 untuk setiap shutter speed dan setiap kondisi ISO ...................................................
117
Tabel Tabel nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada f1.7 ……………………………………........ 125 Tabel nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada f2.8 ……………………………………….... 126 Tabel nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada f4 …………………………………………... 127 Tabel nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada f5.6 ………………………………………… 128 Tabel nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada f8 …………………………………………..
129
Tabel nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada f11 ………………………………………....
130
Tabel nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada f16 ………………………………………....
131
Grafik Grafik nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada bukaan f1.7....................................................
132
Grafik nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada bukaan f2.8..................................................... 134 Grafik nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada bukaan f4 ....................................................... 136 Grafik nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada bukaan f5.6..................................................... 138 Grafik nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada bukaan f8 ......................................................
xvi
140
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xvii
Grafik nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada bukaan f11 ....................................................
142
Grafik nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada bukaan f16 ....................................................
144
Gambar skema peralatan.......................................................................
146
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi dewasa ini sangat pesat, termasuk juga dalam bidang fotografi. Perkembangan teknologi pada kamera membuat kualitas gambar yang dihasilkan semakin meningkat. Kamera diciptakan pertama kali pada sebelum abad X, yang disebut kamera obskura (obscura camera), berasal dari bahasa Latin yang berarti “kamar digelapkan”. Kamera ini berupa sebuah kamar kecil dengan sebuah lubang pada salah satu dindingnya. Lubang itu akan menyebarkan sinar cahaya yang berasal dari pantulan benda di luar kamar sehingga mengenai dinding di hadapan lubang dan membentuk bayangan benda yang terbalik pada film.
Dewasa ini, teknologi yang kaitannya dengan kamera semakin berkembang. Kamera dapat digunakan sebagai perekam citra dari sebuah objek yang dapat disimpan dalam sebuah media penyimpanan data. Kamera digital bekerja dengan prinsip dasar sama seperti kamera obskura tetapi sebagai pengganti bayangan yang dipantulkan pada dinding, bayangan tersebut direkam pada media perekam digital yaitu sensor gambar (sensor image) atau sensor Charge Coupled Device (CCD).
Elemen-elemen dasar sebuah kamera adalah sebuah lensa konvergen atau sering disebut lensa positif. Lensa positif dibuat dari kaca optik, yang membelokkan cahaya untuk membentuk bayangan. Bayangan itu difokuskan dengan cara menggerakkan ring lensa ke depan atau ke belakang relatif agar cahaya mengenai sensor gambar (image sensor) (Young and Freedman, 2001: 566).
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
Sensor gambar (Image sensor) digunakan untuk menerima cahaya yang difokuskan oleh lensa, kemudian cahaya itu membentuk citra yang direkam oleh sensor dalam data digit, yang selanjuutnya dikonversikan dengan teknologi ADC (analog to digital converters) sehingga dapat terbentuk gambar digital.
Gambar 1.1. Skema Sensor pada kamera DSLR
Penggunaan kamera sebagai pengolahan citra dalam media digital membutuhkan kemampuan untuk mengatur cahaya yang masuk dan pemfokusan yang tepat. Pengaturan cahaya yang masuk ke lensa kamera dapat kita lakukan dengan memperhatikan pengaturan shutter speed, pengaturan lebar celah lensa/diafragma (lens aperture) dan ISO (International Organization for Standardization). Untuk menghasilkan gambar yang baik diperlukan intensitas cahaya yang tepat, maka untuk mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang pemotret bisa mengatur pencahayaan tersebut dengan mengubah kombinasi, pembuka/penutup rana (shutter speed), diafragma/perhentian-f (lens aperture/fstop) dan ISO (International Organization for Standardization). Kombinasi antara Diafragma, Shutter dan ISO disebut sebagai pencahayaan (exposure) atau waktu pencahayaan (exposure time).
Perkembangan teknologi kamera juga mendukung perkembangan percobaan fisika, termasuk percobaan dalam bidang optika yaitu pola
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
interferensi dua celah. Dengan dukungan software, seperti matlab7.0, proses perekaman pola interferensi dapat teramati dengan jelas.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti ingin melakukan perekaman percobaan optika fisis yaitu pola interferensi yang terbentuk dari berkas laser helium neon sebagai sumber cahaya dengan mengembangkan secara khusus sifat lensa pada kamera digital single lens reflex. Dari percobaan ini peneliti dapat menentukan apakah ada hubungan ISO dengan intensitas berkas laser yang tampak, menentukan hubungan setiap perhentian-f
(fstop), serta hubungan
pembuka/penutup (shutter) dengan intensitas pada perekaman percobaan optika fisis.
A. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin meneliti
Bagaimana pola interferensi yang dihasilkan dari sinar laser Helium Neon (He-Ne) yang terekam oleh setiap fstop
Apakah ISO berpengaruh pada intensitas spot berkas laser
Apakah ada hubungan shutter dengan intensitas hasil rekaman
B. Batasan Masalah Permasalahan yang diteliti dibatasi pada:
Kamera yang digunakan Sony alpha 230 dengan lensa Minolta yang memiliki jarak fokus 50mm dan intensitas cahaya yang dihasilkan oleh berkas laser
Intensitas yang masuk pada image sensor diatur oleh pengaturan Shutter speed, aperture (fstop) dan ISO (International Organization for Standardization).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
C. Tujuan
Dapat menghasilkan rekaman pola interferensi yang dihasilkan sinar laser Helium Neon (He-Ne) yang melewati dua celah untuk setiap perhentian-f (fstop)
Menyelidiki pengaruh ISO pada hasil rekaman
Menyelidiki hubungan shutter speed terhadap intensitas hasil rekaman
D. Manfaat Manfaat yang ingin dicapai dari penyusunan skripsi ini adalah:
Bagi siswa/mahasiswa, supaya siswa/mahasiswa lebih termotivasi untuk belajar fisika
Bagi guru, agar guru lebih terdorong untuk mengembangkan alatalat sederhana dalam kaitanya dengan konsep fisika dan pembelajaran fisika
Bagi peneliti, memperluas wawasan dalam penerapan fisika di bidang optika khususnya dalam bidang fotografi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
BAB II DASAR TEORI
A. Kamera
Menurut Pujiastuti, 2005: 4, kamera diciptakan pertama kali pada sebelum abad X, yang disebut kamera obskura (obscura camera), berasal dari bahasa Latin yang berarti “kamar digelapkan”. Kamera ini berupa sebuah kamar kecil dengan sebuah lubang pada salah satu dindingnya (gambar 2.1a). Lubang itu akan menyebarkan sinar cahaya yang berasal dari pantulan benda di luar kamar sehingga mengenai dinding di hadapan lubang dan membentuk bayangan benda yang terbalik pada film (gambar 2.1b). Kamera ini memerlukan pencahayaan yang cukup lama karena: 1. Lubang tidak cepat menyalurkan cahaya 2. Film yang digunakan tidak begitu peka terhadap cahaya Kemudian lubang diganti dengan sebuah lensa tunggal (satu elemen) hingga penyaluran cahaya bertambah cepat, seperti pada gambar 2.2. Perkembangan selanjutnya menunjukkan dibuatnya lensa-lensa, yang terdiri dari beberapa komponen (gabungan lebih dari satu lensa tunggal) dan elemen (unsur-unsur lensa tunggal) lensa-lensa itu ada yang cekungcembung, cekung-cekung, atau cembung-cembung, lihat gambar 2.3. (Soelarko 1975 : 1)
5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
lubang film
Gambar 2.1 a. Kamera obscura
Gambar 2.1 b. Pembentukan bayangan pada kamera obscura
(diadaptasi dari http://www.chapelgallery.org/camera_obscura.htm)
Gambar 2.2. Kamera dengan lensa tunggal (diadaptasi dari http://kaita91.wordpress.com/2011/11/22/alat-optik/)
Dengan berkembangnya kemajuan teknologi dalam media perekam bayangan, kamera saat ini bekerja dengan prinsip dasar sama seperti kamera obskura tetapi sebagai pengganti bayangan yang dipantulkan pada dinding (film), bayangan tersebut direkam pada media perekam digital yaitu sensor gambar (image sensor). Sensor gambar digunakan untuk menerima/menyerap cahaya yang difokuskan oleh lensa, kemudian cahaya itu membentuk citra yang direkam oleh sensor dalam data digit, kemudian dikonversikan dengan teknologi ADC (analog to digital converters) sehingga dapat terbentuk gambar digital, yang sekarang dikenal dengan digital single lens reflex camera (Camera DSLR).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
pentaprism diafragma
Elemen lensa
shutter sensor sinar
Flip up miror Gambar 2.3 kamera dengan beberapa lensa gabungan dan sensor (diadaptasi dari http://tukangmoto.files.wordpress.com/2010/11/0-7645-98031_0204.jpg)
Kamera film maupun kamera digital mempunyai bagian-bagian dasar yang sama, antara lain: 1. Sebuah kotak tertutup (body camera), untuk menjaga agar cahaya tidak dapat masuk 2. Lensa konvergen (lensa positif), untuk membentuk bayangan nyata dan diperkecil dari suatu objek 3. Celah lensa (lens aperture), untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk 4. Jendela pembidik (viewfinder), untuk pemotret membidik dengan pandangan melalui lensa.
Kamera digital mempunyai sistem dengan tersedianya tomboltombol yang terdapat pada body kamera yang memudahkan pemotret memilih pengaturan menu. Bagian-bagian body kamera (ditunjukan pada gambar 2.4).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
2
5
6
3
7
1 4
8 9
10
11 12
1 (a)
14
(b)
13
16 20
15 19
21
2 22
2 18
17 (c)
(d)
Gambar 2.4. Kamera dilihat tampak depan (a), tampak belakang (b), tampak atas (c), tampak samping (d) dan keterangannya
Keterangan: 1.
Pengatur shutter speed, untuk mengatur kecepatan pembuka/penutup rana dan cermin
2.
Konektor lensa AF, chip pada lensa agar suatu keterangan (exif) data pada lensa terbaca
3.
Cermin
4.
Pengatur AF (auto focus) / MF (manual focus), untuk mengatur lensa agar berkerja secara auto focus atau manual fokus
5.
Jendela bidik (viewfinder), untuk melihat gambar yang akan difoto/dibidik
6.
Tombol fungsi , untuk mengatur fungsi didalam kamera
7.
Tampilan pada LCD , menampilkan keterangan pada layar LCD
8.
Pengatur flash on /off , untuk mengatur flash menyala dan mati
9.
Tombol spot AF, untuk mengunci sasaran yang akan difokuskan
10. Pengatur ISO , untuk mengatur kepekaan sensor yang akan digunakan 11. Tombol timer shutter, untuk pengatur waktu shutter 12. Tombol penghapus gambar 13. Tombol penampil gambar (display picture) 14. LCD, untuk menampilkan pengaturan setiap mode yang dijalankan dan menampilkan hasil gambar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
15. Tombol shutter, untuk mengambil gambar 16. Pengatur on/off kamera, untuk mengidupkan dan mematikan kamera 17. Hot shoe, dudukan / tempat flash external 18. Tombol menu 19. Tombol mode, untuk memilih mode dial yang akan digunakan 20. Konektor usb, konektor dari usb ke computer 21. Tempat slot memory, untuk menyimpan mmc ke kamera 22. Slot kabel HDMI, konector dari usb ke computer/TV
B. Refleksi dan Refraksi (Young and Feedman, 2001:498) Bila sebuah gelombang cahaya menumbuk sebuah antar muka (interface) halus yang memisahkan dua medium transparan (medium tembus cahaya, seperti udara, kaca atau air), maka pada umumnya sebagian gelombang itu direfleksikan dan sebagian lagi direfraksikan (ditransmisikan) kedalam medium kedua.
Refleksi adalah pemantulan cahaya ketika cahaya melewati batas antar medium, bagian dari sinar yang datang dipantulkan, berlaku hukum pemantulan cahaya, sudut datang (Ɵ1) = sudut pantul (Ɵ1‟), (ditunjukkan pada gambar 2.5). ’
Ɵ1
Ɵ1
Gambar 2.5. Pemantulan cahaya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan teratur / refleksi spekular (specular reflection) dan pemantulan baur / refleksi tersebar (diffuse reflection). Pemantulan teratur terjadi jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang rata seperti permukaan kaca, permukaan cermin datar atau permukaan air yang tenang, maka pemantulannya teratur (ditunjukkan pada gambar 2.6).
Gambar 2.6. Pemantulan teratur
Pemantulan baur terjadi jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang kasar (tidak rata/bergelombang), berkas cahaya akan dipantulkan ke berbagai arah yang tidak menentu (ditunjukkan pada gambar 2.7).
Gambar 2.7. Pemantulan baur
Refraksi adalah ketika cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya, cahaya yang datang melewati medium yang kedua dikatakan dibiaskan. Indeks bias (n) mutlak suatu medium adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
perbandingan laju cahaya (c) dalam ruang hampa terhadap laju cahaya (v) dalam medium tersebut: n=
(1)
Indeks bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua medium berbeda. Indeks bias relative medium kedua terhadap medium pertama adalah perbandingan indeks bias antara medium kedua dengan indeks bias medium pertama. Berlaku hukum pembiasan cahaya, sin Ɵ1 / sin Ɵ2 = n2 / n1
(2)
atau n1 sin Ɵ1 = n2 sin Ɵ2
Ɵ1
(3)
’
Ɵ1
n1 n2 Sudut bias Ɵ2
Gambar 2.8. Pembiasan cahaya, refleksi dan refraksi dalam kasus dimana medium 2 mempunyai indeks refraksi yang lebih kecil dari pada medium 1, maka n 2 < n1
C. Lensa
(Minto, 2008:7) Lensa adalah suatu bahan transparan yang dapat memfokuskan berkas cahaya sedemikian sehingga bayangan dapat dibentuk. Lensa biasanya terbuat dari kaca (gelas) atau plastik dengan indeks bias (n) tertentu.
Secara umum, lensa dapat dikategorikan menjadi lensa konvergen dan divergen. Lensa konvergen sering juga disebut lensa positif akan membelokkan sinar (cahaya) yang lewat lensa kearah sumbu lensa sehingga kalau sinar (cahaya) paralel lewat lensa positif maka cahaya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
tersebut akan melalui suatu titik pada jarak tertentu dari lensa positif. Titik tertentu tersebut dikenal sebagai titik fokus lensa. Jarak titik fokus dari pusat lensa disebut panjang fokus lensa (f) (ditunjukkan dalam gambar 2.9) untuk lensa positif. Karena lensa yang ditinjau adalah lensa yang mempunyai permukaan sferis (bola), maka permukaan lensa tersebut mempunyai jari-jari kelengkungan (r). Sinar datang
f Gambar 2.9. lintasan cahaya melalui lensa positif
Lensa
divergen
sering
disebut
juga
lensa
negatif
akan
membelokkan sinar (cahaya) yang melewatinya kearah yang menjauhi sumbu lensa (ditunjukkan pada gambar 2.10)
f Gambar negatif
2.10. lintasan cahaya melalui lensa
Permukaan lensa dapat cembung dan cekung atau datar. Permukaan lensa cembung mempunyai jari-jari kelengkungan positif, lensa yang permukaan cekung mempunyai jari-jari kelengkungan negatif, dan lensa yang permukaan datar mempunyai jari-jari kelengkungan tak berhingga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
Pembentukan bayangan suatu objek (benda) yang ditempatkan didepan permukaan lensa tipis dapat dijelaskan dengan meninjau hukumhukum lensa berikut ini: 1. Sinar datang merambat sejajar sumbu lensa akan dibelokkan oleh lensa menuju titik fokus lensa. 2. Sinar berasal dari titik fokus setelah melewati lensa akan diteruskan sejajar dengan sumbu lensa. 3. Sinar yang merambat menuju titik pusat lensa tidak dibelokkan.
Ketiga aturan lintasan sinar oleh keberadaan lensa diperlihatkan secara grafis pada gambar 2.11. bayangan suatu benda (objek) terbentuk pada jarak tertentu dari lensa, yaitu 1
objek
2
3
bayangan
f
f
Gambar 2.11. Tiga lintasan membentuk bayangan real
pada titik dimana ketiga sinar tersebut lewat. Bayangan dapat real (nyata) dan dapat juga imajiner (maya). Bayangan real adalah bayangan suatu objek yang dapat diamati pada layar yang ditempatkan pada jarak tertentu dari lensa sedangkan bayangan maya adalah bayangan yang tidak dapat diamati pada layar yang ditempatkan didaerah lintasan cahaya yang sudah melewati lensa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
Untuk melukiskan lintasan sinar yang melewati sebuah lensa secara skematis digunakan perjanjian berikut: 1. Sinar selalu berasal dari sebelah kiri gambar sistem optik menuju kekanan 2. Objek real berada sebelah kiri lensa dan bayangan real berada sebelah kanan lensa 3. Bayangan maya berada sebelah kiri lensa dan benda maya sebelah kanan lensa.
D. Penyimpangan Pembentukan Bayangan pada Lensa (Aberration Lens)
Bayangan-bayangan yang terjadi melalui lensa tunggal tidak selalu identik dengan bendanya, melainkan pada umumnya mengalami penyimpangan-penyimpangan atau kesalahan-kesalahan pembentukan bayangan yang sering disebut aberrasi lensa (aberration lens / cacat lensa) Aberrasi (aberration) adalah kegagalan sebuah cermin atau lensa untuk berperilaku secara tepat. Bentuk bentuk penyimpangan Aberrasi meliputi
a. Aberrasi sferis Aberrasi
sferis
adalah
penyimpangan
pembentukan
bayangan dari suatu benda yang terletak di sumbu utama karena bentuk lengkung dari lensa. Berkas sejajar sumbu utama lensa tidak semua dibiaskan melalui titik fokus. Hanya sinarsinar paraksial (dekat dengan pusat lensa) yang dibiaskan melalui titik fokus. Sedangkan sinar-sinar sejajar yang semakin jauh dari sumbu utama akan dibiaskan melalui titik yang semakin dekat dengan lensa (ditunjukkan dalam gambar 2.12).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
fokus
Sinar datang fokus
f Gambar 2.12. Sinar-sinar yang terletak jauh dari sumbu utama dibiaskan tidak tepat di fokus utama
Penyimpangan pembentukan bayangan seperti aberrasi sferis ini dapat diatasi dengan memakai lensa gabungan aplanatis dan diafragma. Lensa gabungan aplanatis terdiri dari dua buah lensa yang berlainan. Diafragma berfungsi untuk memblok sinar-sinar tepi sehingga sinar yang melalui lensa hanya sinar-sinar paraksial (sinar dekat dengan pusat lensa). Benda yang tidak terletak disumbu utama lensa akibar aberrasi sferis akan membentuk bayangan seperti komet, penyimpangan ini disebut gejala koma.
b. Astigmatisme Astigmatisme adalah aberrasi sferis yang menyebabkan sinar atau cahaya merambat melalui lensa membentuk lebih dari satu titik fokus pada sumbu utama (ditunjukkan dalam gambar 2.12).
c. Kelengkungan bidang Kelengkungan bidang terjadi jika benda tidak terletak pada sumbu utama (jauh dari sumbu utama), bayangan dari suatu benda datar tidak lagi berbentuk datar tetapi melengkung (ditunjukkan dalam gambar 2.13).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
Gambar 2-13. Kelengkungan bidang
d. Distorsi Distorsi adalah aberrasi yang disebabkan oleh perbesaran bayangan yang tidak merata. Perbesaran pada bagian-bagian yang paling luar tidak sama. Benda-benda yang berupa garisgaris akan melengkung (ditunjukkan dalam gambar 2.14).
Distorsi barrel
Distorsi pincushion
Gambar 2-14. Distorsi
e. Aberrasi kromatik (chromatic abberation) Aberrasi kromatik adalah akibat dari distorsi, karena perubahan nilai indeks bias lensa untuk panjang gelombang berbeda-beda, inilah yang menyebabkan bahwa berkas sinar polikromatis (banyak warna) setelah dibiaskan lensa terurai menjadi beberapa warna dan setiap warna mempunyai fokus sendirisendiri (ditunjukkan dalam gambar 2.15).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
Cahaya putih
Cahaya pecah menjadi spectrum warna
Gambar 2.15. aberrasi kromatik
E. Elemen Lensa Kamera
Lensa pada kamera yang sebenarnya terdiri dari beberapa elemen lensa (ditunjukan dalam gambar 2.16). Lensa cembung berfungsi untuk membentuk bayangan benda, celah diafragma berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk, dan sensor berfungsi untuk menangkap bayangan yang dibentuk lensa. Masing-masing elemen mengarahkan jalan sinar cahaya untuk menciptakan gambar seakurat mungkin pada sensor digital. Tujuannya adalah untuk meminimalkan abberrasi (cacat) pada lensa.
(diadaptasi dari http://www.cambridgeincolour.com/tutorials/camera-lenses.htm) Gambar 2.16. Elemen lensa
Aberrasi lensa (cacat lensa) terjadi ketika perubahan nilai indeks bias lensa untuk panjang gelombang yang berbeda-beda. Aberrasi lensa dapat diatasi dengan digunakannya lapisan permukaan lensa (lens coating), lensa gabungan aplanatis dan diafragma. Lapisan permukaan lensa (lens coating) mampu menangkal refleksi dari permukaan depan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
lensa. Lensa gabungan aplanatis terdiri dari dua buah lensa yang berlainan (cembung-cekung, datar -cekung, cembung-datar) untuk memfokuskan dan membelokkan cahaya. Diafragma berfungsi untuk membatasi sinarsinar tepi sehingga sinar yang melalui lensa hanya sinar-sinar paraksial (dekat dengan pusat lensa).
F. Pencahayaan (Exposure) Menurut Ansel (1970: 69) setiap kamera DSLR dilengkapi dengan metering mode, exposure metering / pengukur pencahayaan (ditunjukkan dalam gambar 2.17). Metering dipakai untuk mengukur cahaya yang dilihat oleh kamera (cahaya yang masuk ke lensa). Saat kita melihat objek foto melalui viewfinder kamera, kondisi cahaya di objek foto akan diukur oleh sistem metering. Tujuan dari sistem metering kamera adalah menghasilkan foto yang optimal/pas pencahayaannya.
Diadaptasi dari: belajarfotografi.com Gambar 2.17. Sistem metering kamera dslr
Metering pada kamera bekerja saat melihat objek, sistem metering akan mengukur besar cahaya (gelap terang) yang dipantulkan oleh objek (reflective), dengan menganalisa tingkat gelap terang sebuah objek foto kemudian menentukan besarnya shutter speed, aperture, dan ISO agar menghasilkan foto secara optimal, tidak terlalu gelap (under exposure) dan tidak terlalu terang (over exposure).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
Pencahayaan pada kamera menentukan seberapa terang atau gelap gambar yang akan muncul ketika ditangkap oleh kamera. Pencahayaan kamera ditentukan dengan tiga pencahayaan pengaturan kamera: lens aperture, ISO dan shutter speed atau sering disebut segitiga eksposure.
lens aperture, celah lensa, bukaan lensa, yang dimaksud adalah sama. Yang disebut diafragma sebenarnya daun-daun (blade). Diafragma berfungsi menciutkan (mengecilkan) dan membuka lebar lensa, diafragma tidak pernah menutup lensa sepenuhnya, akan tetapi dalam bukaan lensa yang paling kecil dapat dilihat didalam lensa seperti sebuah lubang yang hampir berbentuk lingkaran berdiameter
D. Celah lensa
(lens aperture)
(ditunjukan dalam gambar 2.18) yang dapat diatur biasanya mempunyai skala yang dapat ditandai dengan bilanganbilangan yang berturutan yang tercetak pada gelang (ring) melingkar lensa, seringkali dinamakan perhentian-f (fstop), seperti:
f/1,8; f/2; f/2,8; f/4; f/5,6; f/8; f/11; f/16;
f;22
nilai-nilai perhentian-f (fstop) ini dicapai dengan persamaan, Bilangan - f = (4)
Gambar 2.18. Celah lensa
=
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
Bukaan pada lensa kamera mengatur agar cahaya yang masuk dapat berjalan mengenai sensor gambar. Ukuran bukaan lensa diukur dalam fstop, dengan f1 bukaan terbesar atau lebar, sedangkan f32 bukaan terkecil atau sempit (Freeman, 2008:632).
(Soelarko, 1975:52) Bukaan lensa akan menentukan seberapa panjang ruang tajam yang ditangkap lensa. Ruang tajam biasa diistilahkan DoF (Depth of Field). Ruang tajam tergantung dari beberapa faktor: 1. Jarak fokus (focal lengh), makin panjang focal lengh, makin sempit ruang ketajaman. 2. Diafragma, makin kecil bukaan lensa (f angka besar), makin lebar Depth of Field , makin besar bukaan lensa (f angka kecil), makin sempit Depth of Field. 3. Jarak pemotretan, makin dekat jarak pemotretan, semakin sempit Depth of Field, semakin jauh jarak pemotretan, semakin lebar Depth of Field.
Shutter artinya “penutup” (to shut = menutup). Kata istilah ini sebenarnya salah karena tidak sesuai dengan apa yang terjadi, shutter diterjemahkan dengan “rana” atau mudahnya ”kedip”, karena dalam kedip mata, mata menutup dan membuka lagi (Soelarko, 1975:39). Pada waktu pemotret menekan tombol shutter release untuk mengambil foto, maka terjadi justru pembukaan lensa, hingga cahaya/sinar dapat masuk dan mengenai sensor. Prinsip shutter sebenarnya membuka dan menutup lagi. Lamanya shutter membuka tergantung dari pilihan kita (Seolarko, 1975:39). Kalau kita pilih
sekon , maka shutter
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
akan membuka selama
sekon, kemudian menutup kembali.
Kalau kita pilih 1 sekon, shutter akan membuka selama 1 sekon, kemudian menutup kembali. Shutter yang dapat diatur dan pilih biasanya mempunyai skala yang dinamakan shutter speed yang dapat ditandai dengan bilangan (biasanya ditulis dengan pecahan atau penyebut pecahan), seperti: Bulb; 1;
;
;
;
;
;
;
;
;
;
sekon (Ansel adam, 1970:111). Jika kita atur kecepatan shutter (shutter speed) lambat mulai
sekon kebawah misal 1, maka kamera harus dipasang
tripod, karena sangat mungkin bahwa getaran kamera pada waktu menekan tombol shutter release, akan tampak pada gambar (kabur atau kamera-shake). Bulb artinya jika menekan tombol shutter release, maka shutter akan terbuka, dan pada waktu kita lepaskan tekanan, shutter menutup (Soelarko, 1975 : 39).
Kepekaan Sensor atau ISO adalah sama. Seberapa sensitif sensor mampu menangkap cahaya inilah yang dinyatakan oleh besaran nilai ISO. Setiap sensor memiliki nilai ISO dasar/ISO normal yaitu nilai sensitivitas terendah dari sensor yang umumnya setara dengan ISO 100/ISO 200 (tergantung jenis dan merk kamera). Pada nilai ISO normal kepekaan sensor terhadap cahaya berada pada level terendah sehingga dibutuhkan cukup banyak cahaya untuk mendapatkan foto dengan pencahayaan (exposure) yang tepat. Oleh karena itu umumnya ISO normal hanya dipakai saat pemotretan diluar ruangan (outdoor) pada siang hari. Nilai ISO biasanya ditandai dengan bilangan seperti ISO 100, 200, 400, 800, 1600, 3200.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
Dengan nilai ISO yang lebih tinggi juga memungkinkan pemotretan dengan shutter speed yang lebih cepat. Hal ini dikarenakan ISO tinggi memberikan sensitivitas tinggi sehingga kamera tidak memerlukan banyak cahaya untuk mendapat pencahayaan (exposure) yang tepat. Shutter speed cepat bermanfaat untuk membuat objek yang bergerak jadi nampak diam, seperti membekukan objek. Penggunaan ISO rendah (misalnya ISO 100) akan membuat shutter speed kurang cepat (misal 1/20 detik) untuk mampu menangkap objek bergerak. Dengan menaikkan ISO (misal ISO 800), didapat nilai shutter speed yang lebih cepat (misal 1/200 detik) sehingga objek yang bergerak jadi nampak diam.
G. Mode pencahayaan Kamera
Sebagian
besar
kamera
digital
memiliki
standart
mode
pencahayaan, seperti: Mode Otomatis (Auto), Program Auto (P), Aperture Priority (A), Shutter Priority (S), Manual Eksposure (M). Masing-masing mode mempengaruhi bagaimana aperture, ISO dan shutter speed dipilih untuk pilihan pencahayaan. Beberapa mode berusaha mengatur pencahayaan shutter speed, ISO dan lens aperture secara otomatis untuk kita, sementara mode yang lain membiarkan kita untuk menentukan satu pengaturan. Tabel 2.1 akan
menggambarkan
pencahayaan (eksposure):
bagaimana
setiap
mode
berkaitan
dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
Tabel 2.1. Pilihan mode dial dengan cara kerja pada kamera Exposure Mode
How it work
Auto
Allows easy shooting without worrying about the subject and environment. Most setting preselected by the camera
Program Auto (P)
Automatically sets aperture and shutter speed, iso sensitivity, creative style. Can be set as desired
Aperture Priority (A) Shutter Priority (S)
Adjust aperture change range that is in focus and background blur Adjust shutter speed to change the expression of a moving subject
Manual Eksposure
Adjust aperture and shutter speed manually.
(M) (diadaptasi dari buku Instruksi manual DSLR A-230)
Setiap mode pencahayaan pada kamera mempunyai cara kerja seperti yang sudah dijelaskan dalam tabel 2.1, seperti: a. Mode auto (otomatis, auto), Memungkinkan pengambilan gambar yang mudah tanpa khawatir tentang subjek dan lingkungan. Sebagian besar pengaturan terpilih oleh kamera secara otomatis, b. Mode Program Auto (program otomatis, P), pengaturan diafragma (aperture) dan shutter speed diatur secara terpilih oleh kamera secara otomatis, dan ISO dapat diatur sesuai yang diinginkan, c. Mode Aperture Priority (Prioritas diafragma, A), pengaturan shutter speed dan ISO diatur secara terpilih oleh kamera secara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
otomatis, diafragma (aperture) dapat diatur sesuai yang dinginkan untuk mendapat fokus dan blur pada background (latar), d. Mode Shutter Priority (Prioritas Shutter, S), pengaturan diafragma (aperture) dan ISO diatur secara terpilih oleh kamera secara otomatis, shutter speed dapat diatur sesuai yang kita inginkan untuk mengubah ekspresi objek yang bergerak, e. Mode Manual Eksposure (Pencahayaan Manual, M), diafragma (aperture), shutter speed dan ISO dapat diatur secara manual untuk mendapat pencahayaan yang diinginkan
Selain itu, kamera juga mungkin memiliki beberapa mode pre-set, meliputi mode Night, Sunset, Sport Action, Macro, Landscape, Portrait. Symbol yang digunakan untuk setiap mode sedikit berbeda dari kamera ke kamera (ditunjukkan dalam tabel 2.2). Tabel 2.2. Pilihan pre-set mode dial dengan cara kerja pada kamera Exposure Mode
How it work
Night
Shoots portraits in night scenes with the flash. Set flash off for night scanes without people.
Sunset
Vividly exresses and dramatically captures the redness of dusk and dawn
Sport action
Shoots fast motion at higher shutter speed, hold down shutter button for continuous shooting.
Macro
Shoots close-ups of small subjects such as flowers and food in clear and sharp focus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
Landscape
Shoots the entire range of scenery in sharp focus with vivid colors.
Potrait
Emphasize subject by luring away background. Reproduces soft skin tone.
Flash off
No flash. Similar to auto mode, use this for shooting where use of a flash is restricted. (diadaptasi dari buku Instruksi manual DSLR A-230)
Setiap pre-set mode pencahayaan pada kamera mempunyai cara kerja seperti yang sudah dijelaskan dalam tabel 2.2, seperti: a. Mode Night (malam), memotret pada malam hari dengan menggunakan lampu kilat, mengatur lampu kilat tidak ada (mati) untuk melakukan pemotretan tanpa orang b. Mode Sunset (matahari terbenam), mengekspresikan jelas dan menangkap secara dramatis kemerahan senja dan fajar c. Mode Sport action (olahraga), memotret gerak cepat dengan kecepatan shutter yang lebih tinggi tahan tombol shutter untuk pengambilan gambar terus menerus d. Mode Macro (makro), memotret close-up (muka) dan subjek kecil seperti bunga dan makanan di fokus yang jelas dan tajam e. Mode Landscape (pemandangan), memotret seluruh rentang pemandangan dalam fokus yang tajam dengan warna yang hidup f. Mode Potrait (potret), menekankan subjek dengan latar belakang memikat menjauh. Menghasilkan warna kulit lembut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
g. Mode Flash off (lampu kilat tidak ada), tidak ada lampu kilat, mirip dengan pengaturan otomatis, menggunakan pilihan ini untuk memotret dimana penggunaan lampu kilat dibatasi
Beberapa mode diatas juga dapat mengontrol pengaturan kamera yang tidak berhubungan dengan pencahayaan, karena pada pengaturan bervariasi dari kamera ke kamera, seperti pengaturan tambahan auto fokus point, mode metering, dan mode auto focus. Kamera yang peneliti gunakan adalah Kamera DSLR Sony Alpha 230 dengan Lensa Minolta AF 50mm f1.7.
H. Laser Laser yang merupakan singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation (Bellis, Jeanette, 1980: 1), yang artinya adalah penguatan cahaya karena emisi terstimulasi radiasi. Cahaya yang dihasilkan laser memiliki sifat yang sangat istimewa, yaitu koheren, hampir ekawarna, tidak menyebar, dan mempunyai intensitas yang sangat besar (Andrianto, 2008:7). Laser dapat bersumber dari atom-atom, ion-ion , molekul-molekul gas, cairan, benda padat, gelas, nyala api, plastic, dan semikonduktor (Andrianto 2008:1). Laser bekerja di berbagai panjang gelombang, dari panjang gelombang ultraviolet sampai daerah frekuensi radio (Andrianto, 2008:1). Laser ditemukan pertama kali pada tahun 1960, akan tetapi prinsip terjadinya laser telah ditemukan jauh sebelumnya oleh Einstein. Pada tahun 1917, Albert Einstein mempostulatkan kesetimbangan termal suatu gas yang sedang menyerap dan memancarkan radiasi. Menurut Einstein, ada 3 proses yang terlibat dalam kesetimbangan termal tersebut, yaitu absorsi, emisi spontan, dan emisi terstimulasi (ditunjukan dengan gambar 2.19). Peristiwa terstimulasi inilah yang mendasari prinsip kerja laser.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
Gambar 2.19. Tiga jenis transisi antara dua tingkat energi dalam atom (Beiser, 1987:158) I. Matlab
(Deomedes, 2012:69) Matlab adalah sebuah bahasa pemrograman dengan unjuk kerja tinggi untuk komputasi teknis, yang mengintergrasikan komputasi, visualiasai, dan pemrograman didalam lingkungan yang memudahkan penggunaya untuk memecahkan persoalan dengan solusinya yang dinyatakan dengan notasi matematik. Matlab adalah sebuah sistem interaktif yang elemen data dasarnya menggunakan array yang tidak membutuhkan dimensi. Dalam proses analisis gambar matlab menentukan nilai-nilai pixel dan statistiknya, matlab menyediakan fungsi yang menghasilkan informasi tentang nilai-nilai data yang membentuk gambar. Informasi yang dihasilkan dari fungsi-fungsi tersebut menyangkut gambar dengan berbagai bentuk, yaitu:
Nilai-nilai data untuk pixel yang dipilih (nama fungsi: pixval, impixel)
Nilai-nilai data sepanjang lintasan dalam sebuah gambar (nama fungsi: improfil)
Plot konur dari data gambar (nama fungsi: imcontour)
Histogram dari data gambar (nama fungsi: imhist)
Rangkuman statistik untuk data gambar (nama fungsi: mean2, std2, corr2)
Pengukuran fitur untuk area gambar (nama fungsi: imfeture)
Ada 2 fungsi yang menyediakan informasi tentang nilai-nilai data warna dari pixel gambar yang diterapkan yaitu:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
Fungsi pixval secara interaktif menampilkan nilai-nilai data untuk pixel
Fungsi impixel menghasilkan nilai-nilai data untuk sebuah pixel atau sekumpulan pixel
Fungsi imfrofile akan melakukan proses perhitungan dan menggambarkan nilai-nilai intensitas yang terdiri dari banyak warna sebuah gambar, untuk merekam gambar spektrum dalam penelitian ini menggunakan kamera digital.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. ALAT PENELITIAN Alat yang dipakai 1.
Laser helium neon (He-Ne) dengan λ = 632.8 nm
2.
Kamera Sony Alpha 230
3.
Lensa Minolta AF 50mm f1.7
4.
Celah
5.
Kertas kalkir
6.
Statip
7.
Meja
8.
Meja optik
9.
Penggaris kayu
10. Tripod 11. Baterai kamera 12. Kartu memori 13. Komputer yang telah terinstal program matlab7.0
B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian berlangsung pada Mei 2013, penelitian dan pengambilan data dilakukan diruang gelap Kampus III Paingan Universitas Sanata Dharma.
C. CARA KERJA KOMPONEN UTAMA
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
1. Laser Helium Neon (He-Ne) Laser yang digunakan untuk penelitian ini adalah laser Helium Neon (He-Ne) dengan λ = 632,8 nm sebagai sumber cahaya. Pancaran sinar yang dihasilkan laser terbentuk setelah melewati celah dan ditangkap oleh layar. 2. Kamera Sony Alpha 230 Kamera Sony Alpha 230 digunakan untuk merekam pola yang ditangkap oleh layar dari belakang 29 celah. Untuk mendapatkan perekaman pola yang terbentuk dari sinar laser helium neon pada viewfinder digunakan pengaturan pada kamera. Pengaturan yang dilakukan antara lain mengatur kecepatan shutter (shutter speed) dan ISO. Kecepatan shutter (shutter speed) mempunyai beberapa skala yang ditandai dengan bilangan 1 sampai dengan 1/4000 untuk mengatur pencahayaan yang diterima sensor, sedangkan ISO mempunyai beberapa pilihan yang ditandai dengan bilangan 100 hingga 3200 untuk pilihan kepekaan sensor.
3. Lensa Minolta AF 50mm f1.7 Lensa Minolta AF 50mm f1.7 buatan jepang, terdiri dari lensa gabungan, gelang pemfokus (focusing ring), celah difragma dan bodi lensa terbuat dari bahan besi metal, dengan panjang fokus lensa 50mm dan pembuka celah diafragma terbesar f1.7. Pembuka celah diafragma mempunyai beberapa pilihan yang ditandai dengan bilangan pembuka celah terbesar f1.7 hingga pembuka celah terkecil f16. Pembuka celah diafragma digunakan untuk menentukan seberapa panjang ruang tajam yang ditangkap lensa. lensa gabungan dibuat dari kaca optik, yang membelokkan cahaya untuk membentuk bayangan, bayangan itu difokuskan dengan cara menggerakkan ring lensa kedepan atau kebelakang relatif untuk mengenai sensor gambar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
Gambar 3.1. Lensa AF 50mm f1.7
4. Komputer Komputer yang sudah terinstal program matlab7.0 dan program Microsoft excel berfungsi sebagai bantuan untuk peneliti mengolah hasil data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan.
5. Tripod Tripod adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menahan getaran pada kamera. Tripod digunakan untuk mengantisipasi pada saat pengambilan gambar pola yang terbentuk, gambar yang dihasilkan tidak kabur (blur) akibat guncangan (shake) atau pengaturan kecepatan shutter yang lambat. Dengan menggunakan Tripod maka kamera terhindar dari guncangan / goyangan yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti goyang karena getaran tangan atau goyang karena tarikan nafas, fotopun akan tetap tajam walau menggunakan speed yang lambat
D. Cara Kerja Penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
1. Persiapan a) Meja sebagai tempat laser Helium Neon, celah dan layar. b) Laser Helium Neon yang dihubungkan dengan tegangan listrik. c) Pemasangan celah didepan laser Helium Neon. d) Pemasangan layar di belakang celah. e) Pemasangan baterai pada bodi kamera. f)
Pemasangan kartu memori pada bodi kamera.
g) Pemasangan lensa pada kamera. h) Pemasangan kamera diatas tripod pada sisi belakang layar i)
Menyalakan kamera, setelah itu pengambilan data dimulai.
j)
Langkah pendahuluan sebelum melakukan pemotretan/perekaman pola adalah mengatur kamera pada mode M (manual) untuk mengatur pengatur Shutter, ISO, dan Diafragma (fstop) secara manual.
k) Mengatur format data gambar pada kamera dengan format data RAW. l)
Mengatur variabel diafragma pada lensa setiap fstop sebanyak 7 pilihan, f1.7, f2.8, f4, f5.6, f8, f11 dan f16.
m) Pemotretan dilakukan dengan bervariasi shutter speed sebanyak 15 kali dengan setiap pengaturan Shutter 1, 0.8, 0.6, 0.5, 0.4, 0.33, 0.25, 0.2, 0.16, 0.126, 0.1, 0.076, 0.066, 0.05, 0.04 dan setiap pengaturan ISO kamera sebanyak 6 pilihan, 100, 200, 400, 800, 1600 dan 3200. n) Setelah pemotretan selesai diperoleh 90 kondisi untuk setiap perhentian-f (fstop), sehingga jumlah seluruh gambar yang diperoleh sebanyak 630 gambar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
o) Setelah proses pengambilan data semua variabel selesai, hasil data berupa kode gambar dan gambar kemudian disimpan pada folder didalam komputer untuk pengamatan kondisi dari masing-masing variabel (ditunjukan dalam tabel 3.1 sampai tabel 3.7).
2. Pengambilan Data A. Mencari pola interferensi yang dihasilkan sinar laser Helium Neon yang melewati celah ganda untuk setiap perhentian-f (fstop). Langkah Kerja : 1. Menyusun peralatan (ditunjukkan dalam gambar 3.2). 2. Mengatur format gambar menggunakan format data gambar RAW. 3. Mengatur kamera pada ISO dan shutter dengan nilai tetap, misalkan pada ISO 100 dan Shutter 1 sekon. 4. Melakukan
pengambilan
gambar
dengan
pengaturan
diafragma untuk setiap perhentian-f (fstop) dimulai dari bukaan diafragma terbesar (f1.7) sampai terkecil (f16). 5. Diperoleh data dalam bentuk gambar dengan format RAW&JPEG. 6. Untuk setiap nilai fstop yang digunakan, dihitung diameter lubang pembuka lensa, dari persamaan : D=
(5)
B. Menyelidiki pengaruh ISO pada hasil rekaman Langkah Kerja : 1.
Menyusun peralatan (ditunjukkan dalam gambar 3.2).
2.
Mengatur format gambar menggunakan format data gambar RAW.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
3.
Mengatur kamera pada fstop dan shutter dengan nilai tetap, misalkan pada fstop f1.7 dan Shutter 1 sekon.
4.
Melakukan pengambilan gambar dengan pengaturan ISO untuk setiap ISO dimulai dari kepekaan ISO 100 hingga 3200.
5.
Diperoleh
data
dalam
bentuk
gambar
dengan
format
RAW&JPEG.
C. Menyelidiki hubungan shutter speed dengan intensitas berkas laser Langkah Kerja : 1.
Menyusun peralatan (ditunjukan dalam gambar 3.2).
2.
Format gambar menggunakan format data gambar RAW.
3.
Kamera diatur pada fstop dan ISO dengan nilai tetap, misalkan pada fstop f1.7 dan ISO100.
4.
Pengambilan gambar dilakukan dengan variasi Shutter speed dimulai dari Shutter speed 1 sekon hingga 1/25 sekon.
5.
Diperoleh
data
dalam
bentuk
gambar
dengan
format
RAW&JPEG.
E. METODE PENGUMPULAN DATA Data yang diperoleh dari hasil pemotretan dalam bentuk gambar dengan format data RAW&JPEG. Gambar dianalisis dengan menggunakan program matlab untuk mendapatkan nilai dari setiap variabel, kemudian data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel untuk mendapat grafik nilai intensitas terhadap variabel yang diukur. Data kondisi fisik dari masing-masing variabel dicatat dalam tabel Tabel 3.1. Tabel Data pada Perhentian-f (fstop) f1.7
ISO No.
Shutter
100
200
400
800
1600
3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tabel 3.2. Tabel Data pada Perhentian-f (fstop) f2.8
ISO No.
Shutter
100
200
400
800
1600
3200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tabel 3.3. Tabel Data pada Perhentian-f (fstop) f4 ISO No. 1
Shutter
100
200
400
800
1600
3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tabel 3.4. Tabel Data pada Perhentian-f (fstop) f5.6
ISO No.
Shutter
100
200
400
800
1600
3200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tabel 3.5. Tabel Data pada Perhentian-f (fstop) f8 ISO No.
Shutter
100
200
400
800
1600
3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tabel 3.6. Tabel Data pada Perhentian-f (fstop) f11 ISO No.
Shutter
100
200
400
800
1600
3200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tabel 3.7. Tabel Data pada Perhentian-f (fstop) f16 ISO No. 1
shutter
100
200
400
800
1600
3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
F. METODE ANALISIS HASIL Data yang diperoleh dari hasil pemotretan dalam bentuk data kode gambar (DSC xxx) dengan format data RAW&JPEG (ditunjukan pada tabel 3.8)
Tabel 3.8. Tabel data pada setiap perhentian-f (fstop) ISO No.
D 1
Shutter
100
1
DSC xxx
2
0.8
3
0.6
4
0.5
5
0.4
6
0.33
7
0.25
8
0.2
9
0.16
10
0.125
11
0.1
12
0.076
13
0.066
14
0.05
15
0.04
200
400
800
1600
3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
Dari setiap data gambar dianalisis dengan menggunakan program matlab7 untuk mendapatkan nilai intensitas maksimum pada setiap variabel, Untuk membuat grafik dari data gambar dengan menggunakan software program Matlab7.0, Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Buka program matlab7.0, pilih menu, file, new, Mfile, pada mfile ketik perintah untuk membuat grafik, sebagai berikut: xyfile=input('=>Masukkan nama file gambar: ','s'); curvefile1=input('=>Masukkan nama file data yang akan disimpan: ','s'); dataA=imread (xyfile); data1=dataA(:,:,1); data2=dataA(:,:,2); data3=dataA(:,:,3); jumlah_baris=size(data1,1); jumlah_kolom=size(data1,2); Y1=data1(jumlah_baris/2,1:jumlah_kolom); Y2=data2(jumlah_baris/2,1:jumlah_kolom); Y3=data3(jumlah_baris/2,1:jumlah_kolom); X=linspace(1,jumlah_kolom,jumlah_kolom); X=X'; Y=Y1; Y=Y'; plot(X,Y); Puncak=max(Y); [i,j]=find(Y>=Puncak); Pixel=i; Waktu=datestr(now); disp(Waktu); disp(['Gambar yang dianalisa = ' xyfile]);
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
disp(['Plot horizontal selesai dengan sukses!']); Puncak Pixel bb X=double(X); Y=double(Y); data_grafik=[X'; Y']; fid = fopen(curvefile1,'w'); count=fprintf(fid,'%12.8g %12.8g\n',data_grafik); fclose(fid); successfulbit=count;
2) Simpan dalam bin dan dalam „work‟ pada Matlab7.0 dengan nama file ‟analisiscontoh. 3) Untuk membuat grafik dari gambar hasil rekaman, buka „Matlab Command Window‟, kemudian ketik „analisiscontoh‟, tekan Enter, kemudian
ketik
lokasi
data
yang
akan
dianalisa
„F:\skripsigambar\celah2\celah 2 f1.7\_DSC2759.jpg, tekan Enter . kemudian pilih lokasi penyimpanan data dalam format (x,y), „F:\cont\a6.txt‟, tekan Enter. 4) Grafik dari gambar akan muncul, simpan gambar dengan cara, pilih Menu, File, Save As, pilih pada „Work‟ dari program Matlab7.0, beri nama „a1‟ dengan format JPG. kemudian data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel untuk mendapat grafik nilai intensitas terhadap variabel yang diukur. Langkah-langkahnya sebagai berikut: a) Untuk membuat grafik intensitas terhadap setiap perhentian-f (fstop) dengan shutter speed tetap dan ISO tetap (ditunjukan pada tabel 3.9). Tabel 3.9. Tabel data perhentian-f (fstop) dan intensitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
fstop 1,7 2,8 4 5,6 8 11 16
intensitas (a/u)
b) Untuk membuat grafik Intensitas terhadap shutter speed, dengan perhentian-f (fstop) tetap dan ISO tetap (ditunjukan pada tabel 3.10). Tabel 3.10. Tabel data pada setiap perhentian-f (fstop), Shutter speed dan ISO f1.7 shutter 1 0,8 0,6 0,5 0,4 0,33 0,25 0,2 0,16 0,125 0,1 0,076 0,066 0,05 0,04
ISO 100
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di Ruang Gelap Laboratorium Fisika Dasar Universitas Sanata Dharma Paingan. Persiapan penelitian dilakukan sejak awal bulan Mei 2013 dan uji coba peralatan dilaksanakan pada tanggal 21 dan 23 Mei 2013. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 28, 30, dan 31 Mei 2013.
Pada tanggal 28 Mei 2013 dilakukan pengamatan pola Interferensi sinar laser Helium Neon yang melalui 5 celah dengan lebar celah 0.04 mm dan jarak antar celah 0.125 mm dengan nomor seri 9165-D. Jarak antara sumber cahaya (laser) dengan celah sebesar 20.8cm, jarak celah ke layar sebesar 60.2cm, jarak layar dengan lensa kamera sebesar 41mm.
Pola yang terbentuk dilayar direkam menggunakan Kamera DSLR Sony Alpha 230 dengan Lensa Minolta AF 50mm f1.7. Perekaman dimulai dari perhentian-f (fstop) f1.7, pada shutter speed 1 untuk setiap perubahan ISO 100, 200, 400, 800, 1600, dan 3200. Kemudian pada fstop yang sama dilakukan pada shutter speed 0.8 untuk setiap perubahan ISO. Demikian selanjutnya perekaman dilakukan pada shutter speed 0.6 sampai 0.04. Untuk perhentian-f (fstop) f2.8, f4, f5.6, f8, f11, dan f16 juga dilakukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
seperti pada perhentian-f (fstop) f1.7 untuk perubahan ISO pada setiap shutter speed. Pada tanggal 30 Mei 2013 dilakukan pengamatan pola Interferensi sinar laser Helium Neon yang melalui 4 celah dan 3 celah. Celah yang digunakan masih sama dengan celah yang digunakan pada pengambilan
data tanggal 28 Mei 2013 yakni dengan lebar celah 0.04 mm dan jarak antar celah 0.125 mm dengan nomor seri 9165-D. Variabel jarak sumber cahaya-celah, jarak-celah-layar, 42 jarak layar kamera masih tetap sama, yakni jarak antara sumber cahaya (laser) dengan celah sebesar 20.8cm, jarak celah ke layar sebesar 60.2cm, jarak layar dengan lensa kamera sebesar 41mm.
Pola yang terbentuk dilayar direkam menggunakan Kamera DSLR Sony Alpha 230 dengan Lensa Minolta AF 50mm f1.7. Perekaman dimulai dari perhentian-f (fstop) f1.7, pada shutter speed 1 untuk setiap perubahan ISO 100, 200, 400, 800, 1600, dan 3200. Kemudian pada fstop yang sama dilakukan pada shutter speed 0.8 untuk setiap perubahan ISO. Demikian selanjutnya perekaman dilakukan pada shutter speed 0.6 sampai 0.04. Untuk perhentian-f (fstop) f2.8, f4, f5.6, f8, f11, dan f16 juga dilakukan seperti pada perhentian-f (fstop) f1.7 untuk perubahan ISO pada setiap shutter speed.
Pada tanggal 31 Mei 2013 dilakukan pengamatan pola Interferensi sinar laser Helium Neon yang melalui 2 celah dengan lebar celah 0.04 mm dan jarak antar celah 0.125 mm dengan nomor seri 9165-D. Jarak antara sumber cahaya (laser) dengan celah sebesar 20.8cm, jarak celah ke layar sebesar 60.2cm, jarak layar dengan lensa kamera sebesar 41mm.
Pola yang terbentuk dilayar direkam menggunakan Kamera DSLR Sony Alpha 230 dengan Lensa Minolta AF 50mm f1.7. Perekaman dimulai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
dari perhentian-f (fstop) f1.7, pada shutter speed 1 untuk setiap perubahan ISO 100, 200, 400, 800, 1600, dan 3200. Kemudian Pada fstop yang sama dilakukan pada shutter speed 0.8 untuk setiap perubahan ISO. Demikian selanjutnya perekaman dilakukan pada shutter speed 0.6 sampai 1/25. Untuk perhentian-f (fstop) f2.8, f4, f5.6, f8, f11, dan f16 juga dilakukan seperti pada perhentian-f (fstop) f1.7 untuk perubahan ISO pada setiap shutter speed. B. Data Penelitian Data yang diperoleh dari hasil rekaman adalah data gambar dan untuk mempermudah peneliti menganalisis peneliti menggunakan kode gambar sebagai data dalam tabel untuk setiap kondisi. Tabel 4.1. Tabel kode gambar dengan dua celah pada f1.7
No.
ISO
Shutter Speed
100
200
1
1
DSC2720
DSC2721
DSC2722 DSC2723 DSC2724 DSC2725
2
0.8
DSC2731
DSC2730
DSC2729 DSC2728 DSC2727 DSC2726
3
0.6
DSC2732
DSC2733
DSC2734 DSC2735 DSC2736 DSC2737
4
0.5
DSC2743
DSC2742
DSC2741 DSC2740 DSC2739 DSC2738
5
0.4
DSC2744
DSC2745
DSC2746 DSC2747 DSC2748 DSC2749
6
0.33
DSC2755
DSC2754
DSC2753 DSC2752 DSC2751 DSC2750
7
0.25
DSC2756
DSC2757
DSC2758 DSC2759 DSC2760 DSC2761
8
0.2
DSC2767
DSC2766
DSC2765 DSC2764 DSC2763 DSC2762
9
0.16
DSC2768
DSC2769
DSC2770 DSC2771 DSC2772 DSC2773
10
0.125
DSC2779
DSC2778
DSC2777 DSC2776 DSC2775 DSC2774
11
0.1
DSC2780
DSC2781
DSC2782 DSC2783 DSC2784 DSC2785
12
0.076
DSC2791
DSC2790
DSC2789 DSC2788 DSC2787 DSC2786
13
0.066
DSC2792
DSC2793
DSC2794 DSC2795 DSC2796 DSC2797
14
0.05
DSC2803
DSC2802
DSC2801 DSC2800 DSC2799 DSC2798
15
0.04
DSC2804
DSC2805
DSC2806 DSC2807 DSC2808 DSC2809
400
800
1600
3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
Dari lensa yang digunakan dapat dihitung diameter lubang pembuka lensa pada setiap perhentian-f (fstop) f1.7, jarak fokus pemotretan 50mm, sehingga didapatkan diameter lubang pembuka lensa, dengan D adalah diameter pembuka lensa (mm), f adalah jarak fokus lensa (mm), fstop adalah nilai perhentian diafragma. = 29.41mm Tabel 4.2. Tabel kode gambar dengan dua celah pada f2.8
No.
ISO
Shutter Speed
100
200
1
1
DSC2810
DSC2811
DSC2812 DSC2813 DSC2814 DSC2815
2
0.8
DSC2821
DSC2820
DSC2819 DSC2818 DSC2817 DSC2816
3
0.6
DSC2822
DSC2823
DSC2824 DSC2825 DSC2826 DSC2827
4
0.5
DSC2833
DSC2832
DSC2831 DSC2830 DSC2829 DSC2828
5
0.4
DSC2834
DSC2835
DSC2836 DSC2837 DSC2838 DSC2839
6
0.33
DSC2845
DSC2844
DSC2843 DSC2842 DSC2841 DSC2840
7
0.25
DSC2846
DSC2847
DSC2848 DSC2849 DSC2850 DSC2851
8
0.2
DSC2857
DSC2856
DSC2855 DSC2854 DSC2853 DSC2852
9
0.16
DSC2858
DSC2859
DSC2860 DSC2861 DSC2862 DSC2863
10
0.125
DSC2869
DSC2868
DSC2867 DSC2866 DSC2865 DSC2864
11
0.1
DSC2870
DSC2871
DSC2872 DSC2873 DSC2874 DSC2875
12
0.076
DSC2881
DSC2880
DSC2879 DSC2878 DSC2877 DSC2876
13
0.066
DSC2882
DSC2883
DSC2884 DSC2885 DSC2886 DSC2887
14
0.05
DSC2893
DSC2892
DSC2891 DSC2890 DSC2889 DSC2888
15
0.04
DSC2894
DSC2895
DSC2896 DSC2897 DSC2898 DSC2899
400
800
1600
Dari lensa yang digunakan dapat dihitung diameter lubang pembuka lensa pada setiap perhentian-f (fstop) f2.8, jarak fokus pemotretan
3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
50mm, sehingga didapatkan diameter lubang pembuka lensa, dengan D adalah diameter pembuka lensa (mm), f adalah jarak fokus lensa (mm), fstop adalah nilai perhentian diafragma. = 17.85 mm
Tabel 4.3. Tabel kode gambar dengan dua celah pada f4 ISO
No.
Shutter Speed
1
1
DSC2900 DSC2901 DSC2902 DSC2903 DSC2904 DSC2905
2
0.8
DSC2911 DSC2910 DSC2909 DSC2908 DSC2907 DSC2906
3
0.6
DSC2912 DSC2913 DSC2914 DSC2915 DSC2916 DSC2917
4
0.5
DSC2923 DSC2922 DSC2921 DSC2920 DSC2919 DSC2918
5
0.4
DSC2924 DSC2925 DSC2926 DSC2927 DSC2928 DSC2929
6
0.33
DSC2935 DSC2934 DSC2933 DSC2932 DSC2931 DSC2930
7
0.25
DSC2936 DSC2937 DSC2938 DSC2939 DSC2940 DSC2941
8
0.2
DSC2947 DSC2946 DSC2945 DSC2944 DSC2943 DSC2942
9
0.16
DSC2948 DSC2949 DSC2950 DSC2951 DSC2952 DSC2953
10
0.125
DSC2959 DSC2958 DSC2957 DSC2956 DSC2955 DSC2954
11
0.1
DSC2960 DSC2961 DSC2962 DSC2963 DSC2964 DSC2965
12
0.076
DSC2971 DSC2970 DSC2969 DSC2968 DSC2967 DSC2966
13
0.066
DSC2972 DSC2973 DSC2974 DSC2975 DSC2976 DSC2977
14
0.05
DSC2983 DSC2982 DSC2981 DSC2980 DSC2979 DSC2978
15
0.04
DSC2984 DSC2985 DSC2986 DSC2987 DSC2988 DSC2989
100
200
400
800
1600
Dari lensa yang digunakan dapat dihitung diameter lubang pembuka lensa pada setiap perhentian-f (fstop) f4, jarak fokus pemotretan 50mm, sehingga didapatkan diameter lubang pembuka lensa, dengan D
3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
adalah diameter pembuka lensa (mm), f adalah jarak fokus lensa (mm), fstop adalah nilai perhentian diafragma. = 12.5 mm Tabel 4.4. Tabel kode gambar dengan celah pada f5.6 ISO
No.
Shutter Speed
1
1
DSC2990 DSC2991 DSC2992 DSC2993 DSC2994 DSC2995
2
0.8
DSC3001 DSC3000 DSC2999 DSC2998 DSC2997 DSC2996
3
0.6
DSC3002 DSC3003 DSC3004 DSC3005 DSC3006 DSC3007
4
0.5
DSC3013 DSC3012 DSC3011 DSC3010 DSC3009 DSC3008
5
0.4
DSC3014 DSC3015 DSC3016 DSC3017 DSC3018 DSC3019
6
0.33
DSC3025 DSC3024 DSC3023 DSC3022 DSC3021 DSC3020
7
0.25
DSC3026 DSC3027 DSC3028 DSC3029 DSC3030 DSC3031
8
0.2
DSC3037 DSC3036 DSC3035 DSC3034 DSC3033 DSC3032
9
0.16
DSC3038 DSC3039 DSC3040 DSC3041 DSC3042 DSC3043
10
0.125
DSC3049 DSC3048 DSC3047 DSC3046 DSC3045 DSC3044
11
0.1
DSC3050 DSC3051 DSC3052 DSC3053 DSC3054 DSC3055
12
0.076
DSC3061 DSC3060 DSC3059 DSC3058 DSC3057 DSC3056
13
0.066
DSC3062 DSC3063 DSC3064 DSC3065 DSC3066 DSC3067
14
0.05
DSC3073 DSC3072 DSC3071 DSC3070 DSC3069 DSC3068
15
0.04
DSC3074 DSC3075 DSC3076 DSC3077 DSC3078 DSC3079
100
200
400
800
1600
Dari lensa yangdigunakan dapat dihitung diameter lubang pembuka lensa pada setiap perhentian-f (fstop) f5.6, jarak fokus pemotretan 50mm, sehingga didapatkan diameter lubang pembuka lensa, dengan D adalah diameter pembuka lensa (mm), f adalah jarak fokus lensa (mm), fstop adalah nilai perhentian diafragma.
3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
= 8.92 mm
Tabel 4.5. Tabel kode gambar dengan dua celah pada f8
No.
ISO
Shutter Speed
100
200
400
800
1600
3200
1
1
DSC3080 DSC3081 DSC3082 DSC3083 DSC3084 DSC3085
2
0.8
DSC3091 DSC3090 DSC3089 DSC3088 DSC3087 DSC3086
3
0.6
DSC3092 DSC3093 DSC3094 DSC3095 DSC3096 DSC3097
4
0.5
DSC3103 DSC3102 DSC3101 DSC3100 DSC3099 DSC3098
5
0.4
DSC3104 DSC3105 DSC3106 DSC3107 DSC3108 DSC3109
6
0.33
DSC3115 DSC3114 DSC3113 DSC3112 DSC3111 DSC3110
7
0.25
DSC3116 DSC3117 DSC3118 DSC3119 DSC3120 DSC3121
8
0.2
DSC3127 DSC3126 DSC3125 DSC3124 DSC3123 DSC3122
9
0.16
DSC3128 DSC3129 DSC3130 DSC3131 DSC3132 DSC3133
10
0.125
DSC3139 DSC3138 DSC3137 DSC3136 DSC3135 DSC3134
11
0.1
DSC3140 DSC3141 DSC3142 DSC3143 DSC3144 DSC3145
12
0.076
DSC3151 DSC3150 DSC3149 DSC3148 DSC3147 DSC3146
13
0.066
DSC3152 DSC3153 DSC3154 DSC3155 DSC3156 DSC3157
14
0.05
DSC3163 DSC3162 DSC3161 DSC3160 DSC3159 DSC3158
15
0.04
DSC3164 DSC3165 DSC3166 DSC3167 DSC3168 DSC3169
Dari lensa yang digunakan dapat dihitung diameter lubang pembuka lensa pada setiap perhentian-f (fstop) f8, jarak fokus pemotretan 50mm, sehingga didapatkan diameter lubang pembuka lensa, dengan D adalah diameter pembuka lensa (mm), f adalah jarak fokus lensa (mm), fstop adalah nilai perhentian diafragma.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
= 6.25 mm
Tabel 4.6. Tabel kode gambar dengan dua celah pada f11
No.
ISO
Shutter Speed
100
200
400
800
1600
3200
1
1
DSC3170 DSC3171 DSC3172 DSC3173 DSC3174
DSC3175
2
0.8
DSC3181 DSC3180 DSC3179 DSC3178 DSC3177
DSC3176
3
0.6
DSC3182 DSC3183 DSC3184 DSC3185 DSC3186
DSC3187
4
0.5
DSC3193 DSC3192 DSC3191 DSC3190 DSC3189
DSC3188
5
0.4
DSC3194 DSC3195 DSC3196 DSC3197 DSC3198
DSC3199
6
0.33
DSC3205 DSC3204 DSC3203 DSC3202 DSC3201
DSC3200
7
0.25
DSC3206 DSC3207 DSC3208 DSC3209 DSC3210
DSC3211
8
0.2
DSC3217 DSC3216 DSC3215 DSC3214 DSC3213
DSC3212
9
0.16
DSC3218 DSC3219 DSC3220 DSC3221 DSC3222
DSC3223
10
0.125
DSC3229 DSC3228 DSC3227 DSC3226 DSC3225
DSC3224
11
0.1
DSC3230 DSC3231 DSC3232 DSC3233 DSC3234
DSC3235
12
0.076
DSC3241 DSC3240 DSC3239 DSC3238 DSC3237
DSC3236
13
0.066
DSC3242 DSC3243 DSC3244 DSC3245 DSC3246
DSC3247
14
0.05
DSC3253 DSC3252 DSC3251 DSC3250 DSC3249
DSC3248
15
0.04
DSC3254 DSC3255 DSC3256 DSC3257 DSC3258
DSC3259
Dari lensa yang digunakan dapat dihitung diameter lubang pembuka lensa pada setiap perhentian-f (fstop) f11, jarak fokus pemotretan 50mm, sehingga didapatkan diameter lubang pembuka lensa, dengan D adalah diameter pembuka lensa (mm), f adalah jarak fokus lensa (mm), fstop adalah nilai perhentian diafragma.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
= 4.54 mm
Tabel 4.7. Tabel kode gambar dengan dua celah pada f16
No.
ISO
Shutter Speed
100
200
400
800
1600
3200
1
1
DSC3260 DSC3261 DSC3262 DSC3263 DSC3264
DSC3265
2
0.8
DSC3271 DSC3270 DSC3269 DSC3268 DSC3267
DSC3266
3
0.6
DSC3272 DSC3273 DSC3274 DSC3275 DSC3276
DSC3277
4
0.5
DSC3283 DSC3282 DSC3281 DSC3280 DSC3279
DSC3278
5
0.4
DSC3284 DSC3285 DSC3286 DSC3287 DSC3288
DSC3289
6
0.33
DSC3295 DSC3294 DSC3293 DSC3292 DSC3291
DSC3290
7
0.25
DSC3296 DSC3297 DSC3298 DSC3299 DSC3300
DSC3301
8
0.2
DSC3307 DSC3306 DSC3305 DSC3304 DSC3303
DSC3302
9
0.16
DSC3308 DSC3309 DSC3310 DSC3311 DSC3312
DSC3313
10
0.125
DSC3319 DSC3318 DSC3317 DSC3316 DSC3315
DSC3314
11
0.1
DSC3320 DSC3321 DSC3322 DSC3323 DSC3324
DSC3325
12
0.076
DSC3331 DSC3330 DSC3329 DSC3328 DSC3327
DSC3326
13
0.066
DSC3332 DSC3333 DSC3334 DSC3335 DSC3336
DSC3337
14
0.05
DSC3343 DSC3342 DSC3341 DSC3340 DSC3339
DSC3338
15
0.04
DSC3344 DSC3345 DSC3346 DSC3347 DSC3348
DSC3349
Dari lensa yang digunakan dapat dihitung diameter lubang pembuka lensa pada setiap perhentian-f (fstop) f16, jarak fokus pemotretan 50mm, sehingga didapatkan diameter lubang pembuka lensa, dengan D adalah diameter pembuka lensa (mm), f adalah jarak fokus lensa (mm), fstop adalah nilai perhentian diafragma.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
= 3.12 mm
Pengaruh perhentian-f (fstop) dengan intensitas dapat diamati pada grafik nilai intensitas maksimum terhadap setiap perhentian-f (fstop), yang sebelumnya telah dianalisis menggunakan software matlab7 (tabel intensitas maksimum pada lampiran hal 126-132). Berikut (Grafik 4.1) sebagai sampel / contoh dari data untuk mengetahui pengaruh perhentian-f (fstop) dengan intensitas pada pola interferensi dua celah yang terbentuk dari sinar laser Helium Neon yang terekam pada kamera dengan ISO 100, shutter shutter speed 1/3 sekon (0,33 sekon), pada berbagai kondisi untuk setiap perhentian- f (fstop) f1.7, f2.8, f4, f5.6, f8, f11, dan f16.
Gambar 4.1. Grafik hubungan intensitas terhadap fstop
Pada fstop f1.7 dan jarak fokus 50mm, diameter pembuka lensa akan terbuka dengan diameter lubang celah 29.41 mm. Dengan dimeter sebesar 29.41mm maka intensitas cahaya yang akan mengenai sensor lebih banyak / besar. Dengan diameter pembuka lensa besar, maka nilai intensitas yang paling besar dicapai pada perhentian-f (fstop) f1.7. Pada fstop f16 dan jarak fokus 50mm, diameter pembuka lensa akan terbuka dengan diameter lubang celah 3.12 mm. Dengan dimeter sebesar 3.12 mm maka intensitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
yang akan mengenai sensor sedikit / kecil. Dengan diameter pembuka lensa kecil, maka nilai intensitas yang paling rendah dicapai pada perhentian-f (fstop) f16.
C. Pengaruh ISO terhadap pola hasil rekaman ISO menyatakan kepekaan cahaya pada suatu sensor, pada hasil penelitian pola Interferensi yang terekam pada kamera mempunyai beberapa kondisi yang berbeda pada setiap ISO. Berikut sebagai sample / contoh data pola interferensi dua celah yang terbentuk dari sinar laser Helium Neon yang terekam pada perhentian-f (fstop) f16, shutter speed 1/3 sekon (0,33 sekon) pada berbagai kondisi pada setiap nilai ISO (ditunjukan pada gambar 4.2).
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Gambar 4.2. Rekaman pola interferensi yang terekam untuk setiap kondisi ISO
Pada kondisi dengan nilai ISO 3200 tampak intensitas cahaya yang terekam sangat terang dan tampak bercak banyak pada gambar, pada kondisi dengan nilai ISO 1600 intensitas cahaya terang dan masih tampak bercak, pada kondisi dengan nilai ISO 800 intensitas cahaya terang dan bercak berkurang, pada kondisi ISO 400 intensitas cahaya yang terekam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
terang dan bercak berkurang, pada kondisi ISO 200 intensitas cahaya yang terekam berkurang (redup) dan bercak tampak sangat tipis, pada kondisi ISO 100 intensitas cahaya yang terekam berkurang (redup) jelas dan tidak menghasilkan bercak. Pada kondisi hasil rekaman bercak yang tampak banyak terlihat pada gambar yang menggunakan nilai ISO 3200, dengan nilai ISO tinggi maka sensor akan lebih peka terhadap cahaya, pada kondisi dengan nilai ISO 100, gambar yang dihasilkan tidak ada bercak. Dengan kondisi nilai ISO semakin kecil maka kepekaan sensor terhadap cahaya akan berkurang. D. Hubungan shutter speed dengan intensitas hasil rekaman Untuk menunjukan hubungan shutter speed dengan intensitas digunakan sampel / contoh data pada hasil rekaman pola interferensi dua celah yang terbentuk dari sinar laser Helium Neon yang terekam pada perhentian (fstop) f16, ISO 100, untuk berbagai kondisi pengaturan shutter speed 1, 0.8, 0.6, 0.5, 0.4, 0.33, 0.25, 0.2, 0.16, 0.126, 0.1, 0.076, 0.066, 0.05, 0.04 (ditunjukan pada gambar 4.3).
1
0.8
0.6
0.5
0.4
0.33
0.25
0.2
0.16
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
0.125
0.1
0.0076
0.066
0.05
0.04
Gambar 4.3. Rekaman pola interferensi yang terekam untuk setiap pengaturan shutter speed
Dari hasil rekaman pola interferensi menyatakan hubungan shutter speed dengan intensitas, Pada kondisi shutter speed cepat 0.04 sekon intensitas cahaya yang diterima sensor sangat
rendah sehingga
menyebabkan pola interferensi yang terekam redup. Pada kondisi shutter speed lambat 1 sekon, intensitas cahaya yang diterima sensor semakin banyak sehingga menyebabkan pola interferensi yang terekam lebih terang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
Perubahan pengaturan kondisi shutter speed juga mempengaruhi intensitas yang diterima sensor. Dengan melakukan analisis data menggunakan software matlab7, maka akan mendapatkan intensitas maksimum yang terukur pada setiap kondisi pengaturan shutter speed (tabel intensitas maksimum pada halaman 126-132) Pada kondisi f1.7, pengaturan ISO 800 dengan berbagai kondisi pengaturan shutter speed 1, 0.8, 0.6, 0.5, 0.4, 0.33, 0.25, 0.2, 0.16, 0.126, 0.1, 0.076, 0.066, 0.05, dan 0.04 sekon (ditunjukan pada tabel 4.8). Tabel 4.8. Tabel data pada setiap perhentian-f (fstop), Shutter speed dan ISO F1.7 shutter speed 1 0,8 0,6 0,5 0,4 0,33 0,25 0,2 0,16 0,125 0,1 0,076 0,066 0,05 0,04
ISO 800 255 255 255 253 252 242 239 238 234 228 233 205 225 201 206
Dari intensitas maksimum yang terukur pada setiap kondisi pengaturan shutter speed didapat tabel intensitas terhadap shutter speed
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
dengan nilai intensitas maksimum yang cukup bervariasi (tabel intensitas maksimum pada halaman 126-132).
Pada kondisi f1.7, pengaturan ISO 800 dengan kondisi pengaturan shutter speed 1/3 (0.33) sekon didapat intensitas maksimum sebesar 242 a/u (ditunjukkan pada gambar 4.4).
Gambar 4.4. Pola yang menunjukkan hubungan intensitas pada shutter speed
Sedangkan untuk kondisi f1.7, pengaturan ISO 800 dengan kondisi pengaturan shutter speed 0.8 sekon didapat intensitas maksimum sebesar 255 a/u (ditunjukkan pada gambar 4.5).
Gambar 4.5. Pola yang menunjukan intensitas dan shutter speed yang mencapai nilai saturasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
Pola intensitas yang menunjukan nilai saturasi dapat dilihat pada kondisi f1.7, pengaturan ISO 800 dengan kondisi berbagai pengaturan shutter speed 1, 0.8, 0.6, 0.5, 0.4, 0.33, 0.25, 0.2, 0.16, 0.126, 0.1, 0.076, 0.066, 0.05, dan 0.04 sekon, semakin besar intensitas dengan pengaturan kondisi shutter speed lambat/lama maka intensitas yang terserap sensor akan mencapai nilai saturasi sebesar 255 a/u (ditunjukkan dalam gambar 4.6).
ISO 800 Gambar 4.6. Grafik yang menunjukan intensitas dan shutter speed
Untuk kondisi f8, pengaturan ISO 200 dengan kondisi berbagai pengaturan shutter speed 1, 0.8, 0.6, 0.5, 0.4, 0.33, 0.25, 0.2, 0.16, 0.126, 0.1, 0.076, 0.066, 0.05, dan 0.04 sekon (ditunjukkan dalam gambar 4.7).
ISO 200 Gambar 4.7. Grafik yang menunjukan intensitas dan shutter speed
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
Grafik menunjukan perubahan nilai intensitas maksimal yang cukup berarti untuk setiap perubahan shutter speed. Pada grafik tersebut terjadi perubahan intensitas antara 9 a/u sampai 169 a/u. Pada kondisi pengaturan shutter speed dapat dianggap linear, sehingga pada kondisi ini sensor dapat digunakan sebagai sensor karena mampu mendeteksi setiap perubahan intensitas. Pada kondisi dengan pengaturan perhentian-f (fstop) f8, ISO 200 dengan pengaturan shutter speed 1, 0.8, 0.6, 0.5, 0.4, 0.33, 0.25, 0.2, 0.16, 0.126, 0.1, 0.076, 0.066, 0.05, dan 0.04 sekon, nilai intensitas maksimum yang dihasilkan dibawah nilai saturasi. Dengan pengaturan tersebut, dihasilkan intensitas maksimum yang merupakan nilai paling ideal untuk intensitas yang dapat diterima sensor dan dengan pengaturan tersebut hasil kualitas gambar yang didapat sangat terang dan tajam (ditunjukkan pada gambar 4.8).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
1
0.8
0.6
0.5
0.4
0.33
0.25
0.2
0.16
0.125
0.1
0.076
0.066
0.05
0.04
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
Gambar 4.8. Kondisi dengan perhentian-f (fstop) f8, ISO 200, untuk pengaturan shutter speed 1, 0.8, 0.6, 0.5, 0.4, 0.33, 0.25, 0.2, 0.16, 0.126, 0.1, 0.076, 0.066, 0.05, dan 0.04.
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dan pembahasan dari grafik, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu: 1. Pengaruh perhentian-f (fstop) terhadap intensitas yang terbentuk pada rekaman pola interferensi yaitu jika perhentian-f(fstop) dengan angka kecil seperti f1.7 maka intensitas cahaya yang menenai sensor lebih banyak / besar, sedangkan jika perhentian-f(fstop) dengan angka besar seperti f16, maka intensitas cahaya yang mengenai sensor sedikit / kecil. 2. Pengaruh ISO terhadap pola interferensi hasil rekaman yaitu mempengaruhi kepekaan terhadap sensor. Pencahayaan pada kondisi ISO 100 tidak ada bercak yang tampak (gambar bersih tanpa bercak) pada hasil rekaman, kondisi ISO 200 bercak yang tampak sangat tipis, untuk ISO 400, ISO 800, ISO 1600, dan ISO 3200 bercak semakin tampak banyak, sehingga dengan kondisi nilai ISO semakin besar maka sensor akan lebih peka (sensitif) terhadap cahaya. 3. Hubungan shutter speed dengan intensitas, dari hasil rekaman pola interferensi menyatakan pada setiap pengaturan shutter speed berpengaruh
pada
intensitas
yang
diterima
sensor,
semakin
lambat/lama pengaturan shutter speed maka energi cahaya yang terserap sensor semakin besar (nilai intensitas besar), sebaliknya semakin cepat pengaturan shutter speed maka energi cahaya yang terserap sensor semakin sedikit (nilai intensitas kecil). Pada suatu nilai shutter speed tertentu karena energi cahaya semakin besar maka sensor tidak mampu mendeteksi intensitas diatas nilai saturasi yaitu 255 a/u,
60
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
sehingga pada kondisi tertentu dengan shutter speed lambat/lama akan tetap terekam 255 a/u. 4. Telah diperoleh pengaturan untuk menghasilkan rekaman pola
interferensi dengan intensitas maksimum yang merupakan nilai paling ideal/optimal untuk intensitas yang dapat diterima sensor. Pada kondisi dengan pengaturan Aperture/perhentian-f (fstop) f8, ISO 200 dengan pengaturan Shutter Speed 1, 0.8, 0.6, 0.5, 0.4, 0.33, 0.25, 0.2, 0.16, 0.126, 0.1, 0.076, 0.066, 0.05, dan 0.04 sekon, nilai intensitas maksimum
yang
dihasilkan
dibawah
nilai
saturasi
dengan
menghasilkan grafik yang menunjukkan perubahan intensitas antara 9 a/u sampai 169 a/u. Pada pengaturan tersebut grafik dapat dianggap linear, pada kondisi ini sensor dapat digunakan sebagai sensor karena mampu mendeteksi setiap perubahan intensitas. Nilai yang paling ideal/optimal untuk hasil rekaman pola interferensi dan untuk intensitas yang dapat diterima sensor yaitu pada pengaturan Aperture/perhentian-f (fstop) f8, ISO 200, Shutter Speed 0.04 sekon.
B. Keterbatasan penelitian Beberapa keterbatasan pada perekaman pola interferensi dalam penelitian yang telah dilakukan, yaitu: 1. Kamera DSLR yang digunakan peneliti memiliki hentakan mirror yang keras, sehingga menimbulkan getaran pada hasil gambar. 2. Peneliti tidak memiliki battery cadangan, sehingga pada saat pemotretan dengan menggunakan pengaturaan shutter lambat akan lebih banyak menguras battery 3. Ruangan yang digunakan penelitian masih terdapat celah cahaya yang masuk dari kaca jendela
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
C. Saran Bila perekaman pola interferensi dengan kamera DSLR yang telah dibuat ingin diperbaiki, maka perlu diperhatikan: 1. Memilih kamera DSLR dengan hentakan mirror yang sangat minim, penelitian bisa menggunakan kamera DSLT karena pada saat proses pemotretan getaran (hentakan) yang ditimbulkan karena mirror didalam bodi tidak ada, atau bisa menggunakan kamera mirrorless karena hentakan yang ditimbulkan bersumber dari shutter rana saja. 2. Selalu gunakan tripod ketika pemotretan berlangsung 3. Suhu kamera, jika kamera digunakan pemotretan terus menerus, kamera menjadi hangat, untuk itu sebaiknya pemotretan berhenti untuk beberapa saat. 4. Pemilihan layar harus tepat, karena jika layar tidak semi transparan, maka intensitas dan pola interferensi yang terekam tidak akan terlihat jelas 5. Intensitas yang sangat tinggi jangan langsung terkena sensor, sebaiknya berkas intensitas jatuh pada layar 6. Pemilihan Lensa yang digunakan, jika lensa mempunyai perhentian-f (fstop) f1.7 maka yang harus terbaca pada exif data f1.7, berbeda dengan lensa yang mempunyai perhentian-f (fstop) f1.7, namun yang terbaca pada exif data f3.5, agar lensa dapat bekerja secara optimal. 7. Sediakan battery cadangan untuk menggantikan battery yang habis agar percobaan dapat berjalan lancar, dan tidak menunggu charger battery penuh selama 1.5 jam.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
DAFTAR PUSTAKA Adam, Ansel. Camera and Lens. London: Morgan & Morgan, Inc. Andrianto. 2008. Optimalisai Daya Laser CO2 Tipe Semi Sealed-Off sebagai Sumber Radiasi Spektroskopi Fotoakustik Melalui Variasi Komposisi Gas CO2, N2 dan He. Yogyakarta: USD (Skripsi). Bellis, Jeanette. 1980. Lasers, Operation, Equipment, Application, and Design. USA: Coherent, Inc. Freeman, Michael. 2008. Matering Digital Photography. India: Ilex. Minto. 2008. Penggunaan Metode Grafik Untuk Penentuan Elemen Matriks Sistem Optik. Yogyakarta: USD (Skripsi). Pujianti, Theresia. 2005. Kamera digital komersial: Karakteristik dan Pemanfaatannya untuk Percobaan Optika Fisis. Salatiga: UKSW (Skripsi). Rudyanto. 2010. Pengukuran Konsentrasi Gas Etilen Pada Perkecambahan Kedelai Menggunakan Teknik Spektroskopi Fotoakustik. Yogyakarta: USD (Skripsi). Soelarko. 1975. Teknik Fotografi. Bandung:PT.Karya Nusantara Young & Freedman. 2000. Fisika Universitas Edisi 10 Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Jurnal M. Rossi, L. M. Gratton, and S. Oss. 2013: Vol.51: 143. Bringing the Digital Camera to the Physics Lab. University of Trento, Trento, Italy: The Physics Teacher Deomedes, dkk. 2012. Pemanfaatan Kamera Digital untuk Mengukur Panjang Gelombang Spektrum Neon. Salatiga: UKSW (Jurnal) Internet (http://www.cambridgeincolour.com/tutorials/camera-lenses.htm) diakses pada bulan mei 2012 (
[email protected]) diakses pada bulan juni 2012
63
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
Data hasil rekaman dalam bentuk data kode gambar Dengan dua celah pada f1.7 No.
Shutter Speed
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 0.8 0.6 0.5 0.4 0.33 0.25 0.2 0.16 0.125 0.1 0.076 0.066 0.05 0.04
ISO 100 DSC2720 DSC2731 DSC2732 DSC2743 DSC2744 DSC2755 DSC2756 DSC2767 DSC2768 DSC2779 DSC2780 DSC2791 DSC2792 DSC2803 DSC2804
200 DSC2721 DSC2730 DSC2733 DSC2742 DSC2745 DSC2754 DSC2757 DSC2766 DSC2769 DSC2778 DSC2781 DSC2790 DSC2793 DSC2802 DSC2805
400 DSC2722 DSC2729 DSC2734 DSC2741 DSC2746 DSC2753 DSC2758 DSC2765 DSC2770 DSC2777 DSC2782 DSC2789 DSC2794 DSC2801 DSC2806
800 DSC2723 DSC2728 DSC2735 DSC2740 DSC2747 DSC2752 DSC2759 DSC2764 DSC2771 DSC2776 DSC2783 DSC2788 DSC2795 DSC2800 DSC2807
1600 DSC2724 DSC2727 DSC2736 DSC2739 DSC2748 DSC2751 DSC2760 DSC2763 DSC2772 DSC2775 DSC2784 DSC2787 DSC2796 DSC2799 DSC2808
3200 DSC2725 DSC2726 DSC2737 DSC2738 DSC2749 DSC2750 DSC2761 DSC2762 DSC2773 DSC2774 DSC2785 DSC2786 DSC2797 DSC2798 DSC2809
ISO 400 800 DSC2812 DSC2813 DSC2819 DSC2818 DSC2824 DSC2825 DSC2831 DSC2830 DSC2836 DSC2837 DSC2843 DSC2842 DSC2848 DSC2849 DSC2855 DSC2854 DSC2860 DSC2861 DSC2867 DSC2866 DSC2872 DSC2873 DSC2879 DSC2878 DSC2884 DSC2885 DSC2891 DSC2890 DSC2896 DSC2897
1600 DSC2814 DSC2817 DSC2826 DSC2829 DSC2838 DSC2841 DSC2850 DSC2853 DSC2862 DSC2865 DSC2874 DSC2877 DSC2886 DSC2889 DSC2898
3200 DSC2815 DSC2816 DSC2827 DSC2828 DSC2839 DSC2840 DSC2851 DSC2852 DSC2863 DSC2864 DSC2875 DSC2876 DSC2887 DSC2888 DSC2899
Dengan dua celah pada f2.8 No.
Shutter Speed
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 0.8 0.6 0.5 0.4 0.33 0.25 0.2 0.16 0.125 0.1 0.076 0.066 0.05 0.04
100 DSC2810 DSC2821 DSC2822 DSC2833 DSC2834 DSC2845 DSC2846 DSC2857 DSC2858 DSC2869 DSC2870 DSC2881 DSC2882 DSC2893 DSC2894
200 DSC2811 DSC2820 DSC2823 DSC2832 DSC2835 DSC2844 DSC2847 DSC2856 DSC2859 DSC2868 DSC2871 DSC2880 DSC2883 DSC2892 DSC2895
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
Dengan dua celah pada f4 No.
Shutter Speed
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 0.8 0.6 0.5 0.4 0.33 0.25 0.2 0.16 0.125 0.1 0.076 0.066 0.05 0.04
ISO 100 DSC2900 DSC2911 DSC2912 DSC2923 DSC2924 DSC2935 DSC2936 DSC2947 DSC2948 DSC2959 DSC2960 DSC2971 DSC2972 DSC2983 DSC2984
200 DSC2901 DSC2910 DSC2913 DSC2922 DSC2925 DSC2934 DSC2937 DSC2946 DSC2949 DSC2958 DSC2961 DSC2970 DSC2973 DSC2982 DSC2985
400 DSC2902 DSC2909 DSC2914 DSC2921 DSC2926 DSC2933 DSC2938 DSC2945 DSC2950 DSC2957 DSC2962 DSC2969 DSC2974 DSC2981 DSC2986
800 DSC2903 DSC2908 DSC2915 DSC2920 DSC2927 DSC2932 DSC2939 DSC2944 DSC2951 DSC2956 DSC2963 DSC2968 DSC2975 DSC2980 DSC2987
1600 DSC2904 DSC2907 DSC2916 DSC2919 DSC2928 DSC2931 DSC2940 DSC2943 DSC2952 DSC2955 DSC2964 DSC2967 DSC2976 DSC2979 DSC2988
3200 DSC2905 DSC2906 DSC2917 DSC2918 DSC2929 DSC2930 DSC2941 DSC2942 DSC2953 DSC2954 DSC2965 DSC2966 DSC2977 DSC2978 DSC2989
1600 DSC2994 DSC2997 DSC3006 DSC3009 DSC3018 DSC3021 DSC3030 DSC3033 DSC3042 DSC3045 DSC3054 DSC3057 DSC3066 DSC3069 DSC3078
3200 DSC2995 DSC2996 DSC3007 DSC3008 DSC3019 DSC3020 DSC3031 DSC3032 DSC3043 DSC3044 DSC3055 DSC3056 DSC3067 DSC3068 DSC3079
Dengan dua celah pada f5.6 No.
Shutter Speed
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 0.8 0.6 0.5 0.4 0.33 0.25 0.2 0.16 0.125 0.1 0.076 0.066 0.05 0.04
ISO 100 DSC2990 DSC3001 DSC3002 DSC3013 DSC3014 DSC3025 DSC3026 DSC3037 DSC3038 DSC3049 DSC3050 DSC3061 DSC3062 DSC3073 DSC3074
200 DSC2991 DSC3000 DSC3003 DSC3012 DSC3015 DSC3024 DSC3027 DSC3036 DSC3039 DSC3048 DSC3051 DSC3060 DSC3063 DSC3072 DSC3075
400 DSC2992 DSC2999 DSC3004 DSC3011 DSC3016 DSC3023 DSC3028 DSC3035 DSC3040 DSC3047 DSC3052 DSC3059 DSC3064 DSC3071 DSC3076
800 DSC2993 DSC2998 DSC3005 DSC3010 DSC3017 DSC3022 DSC3029 DSC3034 DSC3041 DSC3046 DSC3053 DSC3058 DSC3065 DSC3070 DSC3077
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
Dengan dua celah pada f8 No.
Shutter Speed
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 0.8 0.6 0.5 0.4 0.33 0.25 0.2 0.16 0.125 0.1 0.076 0.066 0.05 0.04
ISO 100 DSC3080 DSC3091 DSC3092 DSC3103 DSC3104 DSC3115 DSC3116 DSC3127 DSC3128 DSC3139 DSC3140 DSC3151 DSC3152 DSC3163 DSC3164
200 DSC3081 DSC3090 DSC3093 DSC3102 DSC3105 DSC3114 DSC3117 DSC3126 DSC3129 DSC3138 DSC3141 DSC3150 DSC3153 DSC3162 DSC3165
400 DSC3082 DSC3089 DSC3094 DSC3101 DSC3106 DSC3113 DSC3118 DSC3125 DSC3130 DSC3137 DSC3142 DSC3149 DSC3154 DSC3161 DSC3166
800 DSC3083 DSC3088 DSC3095 DSC3100 DSC3107 DSC3112 DSC3119 DSC3124 DSC3131 DSC3136 DSC3143 DSC3148 DSC3155 DSC3160 DSC3167
1600 DSC3084 DSC3087 DSC3096 DSC3099 DSC3108 DSC3111 DSC3120 DSC3123 DSC3132 DSC3135 DSC3144 DSC3147 DSC3156 DSC3159 DSC3168
3200 DSC3085 DSC3086 DSC3097 DSC3098 DSC3109 DSC3110 DSC3121 DSC3122 DSC3133 DSC3134 DSC3145 DSC3146 DSC3157 DSC3158 DSC3169
Dengan dua celah pada f11 No.
Shutter Speed
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 0.8 0.6 0.5 0.4 0.33 0.25 0.2 0.16 0.125 0.1 0.076 0.066 0.05 0.04
ISO 100 DSC3170 DSC3181 DSC3182 DSC3193 DSC3194 DSC3205 DSC3206 DSC3217 DSC3218 DSC3229 DSC3230 DSC3241 DSC3242 DSC3253 DSC3254
200 DSC3171 DSC3180 DSC3183 DSC3192 DSC3195 DSC3204 DSC3207 DSC3216 DSC3219 DSC3228 DSC3231 DSC3240 DSC3243 DSC3252 DSC3255
400 DSC3172 DSC3179 DSC3184 DSC3191 DSC3196 DSC3203 DSC3208 DSC3215 DSC3220 DSC3227 DSC3232 DSC3239 DSC3244 DSC3251 DSC3256
800 DSC3173 DSC3178 DSC3185 DSC3190 DSC3197 DSC3202 DSC3209 DSC3214 DSC3221 DSC3226 DSC3233 DSC3238 DSC3245 DSC3250 DSC3257
1600 DSC3174 DSC3177 DSC3186 DSC3189 DSC3198 DSC3201 DSC3210 DSC3213 DSC3222 DSC3225 DSC3234 DSC3237 DSC3246 DSC3249 DSC3258
3200 DSC3175 DSC3176 DSC3187 DSC3188 DSC3199 DSC3200 DSC3211 DSC3212 DSC3223 DSC3224 DSC3235 DSC3236 DSC3247 DSC3248 DSC3259
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
Dengan dua celah pada f16 No.
Shutter Speed
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 0.8 0.6 0.5 0.4 0.33 0.25 0.2 0.16 0.125 0.1 0.076 0.066 0.05 0.04
ISO 100 DSC3260 DSC3271 DSC3272 DSC3283 DSC3284 DSC3295 DSC3296 DSC3307 DSC3308 DSC3319 DSC3320 DSC3331 DSC3332 DSC3343 DSC3344
200 DSC3261 DSC3270 DSC3273 DSC3282 DSC3285 DSC3294 DSC3297 DSC3306 DSC3309 DSC3318 DSC3321 DSC3330 DSC3333 DSC3342 DSC3345
400 DSC3262 DSC3269 DSC3274 DSC3281 DSC3286 DSC3293 DSC3298 DSC3305 DSC3310 DSC3317 DSC3322 DSC3329 DSC3334 DSC3341 DSC3346
800 DSC3263 DSC3268 DSC3275 DSC3280 DSC3287 DSC3292 DSC3299 DSC3304 DSC3311 DSC3316 DSC3323 DSC3328 DSC3335 DSC3340 DSC3347
1600 DSC3264 DSC3267 DSC3276 DSC3279 DSC3288 DSC3291 DSC3300 DSC3303 DSC3312 DSC3315 DSC3324 DSC3327 DSC3336 DSC3339 DSC3348
3200 DSC3265 DSC3266 DSC3277 DSC3278 DSC3289 DSC3290 DSC3301 DSC3302 DSC3313 DSC3314 DSC3325 DSC3326 DSC3337 DSC3338 DSC3349
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
Pola Interferensi dua celah yang terbentuk dari sinar laser Helium Neon yang terekam oleh setiap perhentian-f (fstop) f1.7 Untuk shutter speed 1
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.8
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
Untuk shutter speed 0.6
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.5
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
Untuk shutter speed 0.4
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.33
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
Untuk shutter speed 0.25
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.2
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
Untuk shutter speed 0.16
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.125
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
Untuk shutter speed 0.1
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.0076
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
Untuk shutter speed 0.066
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.05
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
Untuk shutter speed 0.04
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
Pola Interferensi dua celah yang terbentuk dari sinar laser Helium Neon yang terekam oleh setiap perhentian-f (fstop) f2.8 Untuk shutter speed 1
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.8
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
Untuk shutter speed 0.6
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.5
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
Untuk shutter speed 0.4
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.33
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
Untuk shutter speed 0.25
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.2
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
Untuk shutter speed 0.16
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.125
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
Untuk shutter speed 0.1
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.0076
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83
Untuk shutter speed 0.066
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.05
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
Untuk shutter speed 0.04
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
Pola Interferensi dua celah yang terbentuk dari sinar laser Helium Neon yang terekam oleh setiap perhentian-f (fstop) f4 Untuk shutter speed 1
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.8
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
Untuk shutter speed 0.6
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.5
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
Untuk shutter speed 0.4
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.33
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
Untuk shutter speed 0.25
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.2
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
Untuk shutter speed 0.16
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.125
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90
Untuk shutter speed 0.1
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.0076
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
Untuk shutter speed 0.066
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.05
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
Untuk shutter speed 0.04
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
Pola Interferensi dua celah yang terbentuk dari sinar laser Helium Neon yang terekam oleh setiap perhentian-f (fstop) f5.6 Untuk shutter speed 1
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.8
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
Untuk shutter speed 0.6
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.5
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
Untuk shutter speed 0.4
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.33
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96
Untuk shutter speed 0.25
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.2
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97
Untuk shutter speed 0.16
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.125
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
Untuk shutter speed 0.1
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.0076
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99
Untuk shutter speed 0.066
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.05
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100
Untuk shutter speed 0.04
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
Pola Interferensi dua celah yang terbentuk dari sinar laser Helium Neon yang terekam oleh setiap perhentian-f (fstop) f8 Untuk shutter speed 1
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.8
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
Untuk shutter speed 0.6
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.5
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
Untuk shutter speed 0.4
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.33
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
Untuk shutter speed 0.25
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.2
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105
Untuk shutter speed 0.16
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.125
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106
Untuk shutter speed 0.1
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.0076
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107
Untuk shutter speed 0.066
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.05
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108
Untuk shutter speed 0.04
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109
Pola Interferensi dua celah yang terbentuk dari sinar laser Helium Neon yang terekam oleh setiap perhentian-f (fstop) f11 Untuk shutter speed 1
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.8
ISO 100
ISO 200
ISO 800
ISO 1600
ISO 400
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110
Untuk shutter speed 0.6
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.5
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
Untuk shutter speed 0.4
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.33
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
Untuk shutter speed 0.25
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.2
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113
Untuk shutter speed 0.16
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.125
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
Untuk shutter speed 0.1
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.0076
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115
Untuk shutter speed 0.066
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.05
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116
Untuk shutter speed 0.04
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117
Pola Interferensi dua celah yang terbentuk dari sinar laser Helium Neon yang terekam oleh setiap perhentian-f (fstop) f16 Untuk shutter speed 1
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.8
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118
Untuk shutter speed 0.6
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.5
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119
Untuk shutter speed 0.4
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.33
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120
Untuk shutter speed 0.25
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.2
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121
Untuk shutter speed 0.16
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.125
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122
Untuk shutter speed 0.1
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.0076
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123
Untuk shutter speed 0.066
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
Untuk shutter speed 0.05
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124
Untuk shutter speed 0.04
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 125
Tabel nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter
f1.7 ISO No.
Shutter Speed 100
200
400
800
1600
3200
1
1
235
235
255
255
255
255
2
0.8
232
234
246
255
255
255
3
0.6
235
240
255
255
255
255
4
0.5
223
233
236
253
255
255
5
0.4
171
221
233
252
255
255
6
0.33
177
208
233
242
255
255
7
0.25
188
214
235
239
255
255
8
0.2
118
191
225
238
255
255
9
0.16
148
197
225
234
242
255
10
0.125
100
125
191
228
241
255
11
0.1
92
148
212
233
242
255
12
0.076
86
134
160
205
240
254
13
0.066
65
113
169
225
234
244
14
0.05
32
85
124
201
223
243
15
0.04
48
64
162
206
230
255
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126
f2.8 ISO No.
Shutter Speed 100
200
400
800
1600
3200
1
1
212
234
233
245
255
255
2
0.8
173
224
238
245
255
255
3
0.6
195
218
235
242
255
255
4
0.5
151
198
234
242
255
255
5
0.4
162
184
234
237
255
255
6
0.33
147
200
224
241
255
255
7
0.25
150
214
221
238
245
255
8
0.2
116
142
188
223
240
255
9
0.16
115
147
208
231
243
255
10
0.125
74
161
196
229
238
255
11
0.1
102
145
193
225
240
255
12
0.076
63
64
172
207
234
255
13
0.066
44
100
159
194
238
255
14
0.05
31
53
112
197
223
241
15
0.04
36
65
137
182
218
243
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127
f4 ISO No.
Shutter Speed 100
200
400
800
1600
3200
1
1
228
233
235
255
255
255
2
0.8
186
221
236
255
255
255
3
0.6
203
204
235
239
255
255
4
0.5
170
211
218
239
248
255
5
0.4
153
203
231
236
247
255
6
0.33
120
159
196
234
240
255
7
0.25
118
171
214
233
240
255
8
0.2
67
140
188
228
238
255
9
0.16
91
132
181
227
239
254
10
0.125
44
104
177
211
231
247
11
0.1
47
77
157
203
229
243
12
0.076
18
64
139
187
229
242
13
0.066
22
52
115
171
213
238
14
0.05
14
33
95
161
179
232
15
0.04
14
37
93
144
201
231
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128
f5.6 ISO No.
Shutter Speed 100
200
400
800
1600
3200
1
1
165
220
233
238
246
255
2
0.8
108
129
184
237
251
255
3
0.6
147
147
230
221
242
244
4
0.5
99
94
163
236
235
255
5
0.4
114
125
202
231
237
255
6
0.33
88
135
180
228
252
255
7
0.25
65
92
148
192
230
255
8
0.2
38
74
115
196
277
255
9
0.16
37
89
152
209
238
244
10
0.125
29
62
93
169
223
240
11
0.1
28
53
107
151
229
239
12
0.076
18
41
94
147
196
231
13
0.066
11
28
68
119
173
216
14
0.05
6
13
42
94
168
217
15
0.04
7
10
44
77
140
196
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129
f8 ISO No.
Shutter Speed 100
200
400
800
1600
3200
1
1
158
196
219
232
238
253
2
0.8
96
167
192
228
242
255
3
0.6
124
125
190
222
244
243
4
0.5
59
129
180
197
233
255
5
0.4
60
103
169
215
237
249
6
0.33
27
71
106
189
231
255
7
0.25
31
70
128
188
222
243
8
0.2
18
39
81
165
199
239
9
0.16
16
42
104
134
197
242
10
0.125
14
24
79
127
182
233
11
0.1
11
19
39
85
151
206
12
0.076
5
11
19
61
147
195
13
0.066
7
11
29
75
110
188
14
0.05
4
9
20
39
92
177
15
0.04
4
11
20
53
85
160
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130
f11 ISO No.
Shutter Speed 100
200
400
800
1600
3200
1
1
104
163
140
212
219
232
2
0.8
39
53
111
169
207
255
3
0.6
44
66
135
167
221
236
4
0.5
11
39
110
137
181
242
5
0.4
25
28
80
175
203
231
6
0.33
23
35
43
108
199
234
7
0.25
15
16
55
111
178
224
8
0.2
6
19
62
118
154
209
9
0.16
10
24
55
103
169
203
10
0.125
7
14
43
85
140
198
11
0.1
5
11
33
67
118
173
12
0.076
4
10
22
47
96
162
13
0.066
4
9
17
47
75
116
14
0.05
3
5
11
32
60
119
15
0.04
1
5
10
20
36
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131
f16 ISO No.
Shutter Speed 100
200
400
800
1600
3200
1
1
28
46
113
169
195
234
2
0.8
18
65
58
135
170
242
3
0.6
21
16
55
111
160
209
4
0.5
10
13
29
97
132
222
5
0.4
12
14
29
70
120
214
6
0.33
5
19
35
55
106
208
7
0.25
8
9
21
60
89
184
8
0.2
4
8
24
59
77
183
9
0.16
5
8
14
39
101
140
10
0.125
2
6
11
23
77
147
11
0.1
3
6
11
36
53
106
12
0.076
0
4
8
21
54
99
13
0.066
0
2
10
9
30
73
14
0.05
0
3
6
12
20
46
15
0.04
0
1
5
9
15
37
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 132
Grafik nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada bukaan f1.7
ISO 100
ISO 200
ISO 400
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 133
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 134
Grafik nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada bukaan f2.8
ISO 100
ISO 200
ISO 400
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 135
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 136
Grafik nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada bukaan f4
ISO 100
ISO 200
ISO 400
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 137
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 138
Grafik nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada bukaan f5.6
ISO 100
ISO 200
ISO 400
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 139
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 140
Grafik nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada bukaan f8
ISO 100
IS O 200
ISO 400
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 141
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 142
Grafik nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada bukaan f11
ISO 100
ISO 200
ISO 400
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 143
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 144
Grafik nilai intensitas maksimal yang terukur pada pengubahan nilai waktu buka shutter pada bukaan f16
ISO 100
ISO 200
ISO 400
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 145
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 146
Skema Peralatan
Laser
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 147
Celah
Layar