PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI BERDASARKAN KAJIAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN DI DUKUH BLAMBANGAN, JOGOTIRTO, BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oeh: Meilisa Maria Rapa NIM : 118114054
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI BERDASARKAN KAJIAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN DI DUKUH BLAMBANGAN, JOGOTIRTO, BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oeh: Meilisa Maria Rapa NIM : 118114054
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Halaman Persembahan “The Best is yet to Come” Inilah kalimat yang tertera di salah satu album rohani True Worshippers. Kalimat ini menginspirasi penulis bahwa yang terbaik disediakan Tuhan dan akan segera datang. Hal inilah yang terus memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini dan mengimani bahwa hasil karya ini akan mendatangkan sesuatu yang terbaik.
Hasil karya ini dipersembahkan untuk : Tuhan Yesus yang senantiasa membimbing dan memberikan hikmat, serta kekuatan dalam menghadapi masa sulit. Orang tua tercinta, Ibu Alprida Patasik dan Bapak Fidelis Arimpa Rapa, yang senantiasa memberikan cinta dan perhatian kepada penulis. Dosen Pembimbing, Dr. Rita Suhadi, MSi., Apt. yang sangat perhatian dan sabar membimbing penulis. Ketiga kakak yang luar biasa dan selalu memotivasi penulis untuk menjadi orang yang berpengaruh dan menjadi saluran berkat bagi sesama. Para sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang selau mewarnai hari-hari penulis dan mengingatkan penulis banyak hal terutama dalam hal bersyukur. Adik-adik tingkat dan Almamater, Universitas Sanata Dharma yang memberikan penulis kesempatan untuk belajar banyak hal.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Adapun judul dari penelitian ini yaitu Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi berdasarkan Kajian Faktor Risiko Kesehatan di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Banyak rintangan yang penulis hadapi selama menulis tugas akhir ini, namun itu semua dapat diatasi berkat campur tangan banyak pihak. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Bapak Dukuh beserta Ibu Dukuh, dan juga warga Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. 3. Dr. Rita Suhadi, MSi., Apt. sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar dan perhatian memberikan bimbingan kepada penulis. 4. dr. Fenty, M. Kes., Sp.PK. dan Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. sebagai dosen penguji yang bersedia menguji dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 5. Orang tua tercinta, Ibu Alprida Patasik dan Bapak Fidelis Arimpa Rapa, yang senantiasa memberikan cinta dan perhatian, serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6. Alfeatra Rapa, Ceny Rapa, dan Fransiscus Braveno Rapa sebagai kakak yang senantiasa memotivasi dan memberikan nilai-nilai kehidupan yang membuat penulis semangat mengerjakan tugas akhir ini. 7. Para Pastor, Suster dan Frater Fransiskan di Jayapura yang senantiasa memberikan dukungan doa dan motivasi kepada penulis. 8. Rekan-rekan Muda beserta Tim Pelayan Persekutuan Doa Karismatik Katolik Yerusalem Baru, Bintaran, Yogyakarta yang senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada penulis. 9. GENESIS, angkatan sembilan SMAN 5 Jayapura yang selalu memotivasi dan mewarnai hari-hari penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 10. Rekan-rekan Skripsi (Tessa, Oppy, Niken, Yudist, Yovica, Greta, Danik, Shinta, Gita, Agesty, dan Berna) yang selalu membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 11. Teman-teman FSM-B 2011 dan FKK-A 2011 yang selalu mendukung dan membantu penulis dalam penyusunan tugas akhir ini. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang baik secara langsung
maupun
tidak
langsung
turut
membantu
penulis
dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
Yogyakarta, 18 Maret 2015 Penulis
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………… ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… iii HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………… iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………. v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……………………… vi PRAKATA ………………………………………………………………. vii DAFTAR ISI …………………………………………………………….. ix DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xiii DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xv DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xvi INTISARI ………………………………………………………………... xvii ABSTRACT……………………………………………………………….. xviii BAB I PENGANTAR ……………………………………………………. 1 A. Latar Belakang ………………………………………………………… 1 B. Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 12 BAB II …………………………………………………………………… 13 A. Penelaahan Pustaka …………………………………………………… 13 1. Definisi …………………………………………………………… 13 2. Epidemiologi ……………………………………………………... 17 ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Etiologi …………………………………………………………… 18 4. The Rule of Halves ………………………………………………. 23 5. Pengukuran Tekanan Darah ………………………………………. 24 B. Landasan Teori …………………………………………………………26 C. Hipotesis ……………………………………………………………... 28 BAB III METODE PENELITIAN………………………………………. 29 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………………………...…………… 29 B. Variabel Penelitian …………………………………………………... 30 1. Variabel Bebas …………………………………………………... 30 2. Variabel Tergantung …………………………………………….. 30 3. Variabel Pengacau ………………………………………………. 30 C. Definisi Operasional …………………………………………………. 31 D. Responden Penelitian ………………………………………………... 34 E. Lokasi Penelitian ……………………………………………………... 34 F. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………… 34 G. Teknik Pengambilan Sampel ………………………………………... 35 H. Instrumen Penelitian …………………………………………………. 36 I. Tata Cara Penelitian …………………………………………………. 37 1. Observasi Awal …………………………………………………... 37 2. Permohonan Ijin dan Kerjasama ………………………………….. 37 3. Pembuatan Inform Consent dan leaflet …………………………… 37 4. Penetapan Calon Responden ………………………………………. 37 5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian …………………. 38 x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6. Pengukuran Tekanan Darah ……………………………………... 38 7. Wawancara dan penyampaian hasil pengukuran tekanan darah ……………………………………………………………… 39 8. Pengelompokkan Data …………………………………………… 39 J. Analisis Data Penelitian ………………………………………………. 39 K. Kelemahan dan Kesulitan Penelitian ………………………………… 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………. 46 A. Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta …………………………………………………… 49 1. Proporsi Responden Penelitian terhadap Jenis Kelamin, Usia dan Faktor Risiko Kesehatan di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta … 52 2. Hubungan Tekanan Darah terhadap Jenis Kelamin, Usia dan Faktor Risiko Kesehatan di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta … 64 B. Hubungan Faktor Risiko Kesehatan terhadap Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta ……….65 1. Responden Hipertensi ……………………………………………... 66 2. Responden Sadar Hipertensi ……………………………………… 70 3. Responden yang Melakukan Terapi Hipertensi …………………. 73 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………... 76 A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 76 B. Saran ………………………………………………………………….. 76 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 77 LAMPIRAN ……………………………….……………………………… 82 xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS …………………………………………………. 95
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I.
Penelitian-penelitian yang Berkaitan dengan Faktor Risiko Kesehatan terhadap Hipertensi yang telah Dipublikasikan …...….6
Tabel II.
Klasifikasi Tekanan Darah menurut ESH dan ESC 2013 …….... 13
Tabel III. Klasifikasi BMI pada Orang Dewasa ……………………...…… 21 Tabel IV. Definisi Operasional Penelitian ………………………………... 31 Tabel V.
Karakteristik Responden Penelitian di Dukuh Blambangan ........47
Tabel VI. Proporsi Responden Hipertensi terhadap Jenis Kelamin, Usia, dan Faktor Risiko Kesehatan Terkait Prevalensi Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta …………………...………... 53 Tabel VII. Proporsi Responden Sadar Hipertensi terhadap Jenis Kelamin, Usia, dan Faktor Risiko Kesehatan Terkait Prevalensi Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta …………………..….……... 58 Tabel VIII. Proporsi Responden Terapi Hipertensi terhadap Jenis Kelamin, Usia, dan Faktor Risiko Kesehatan Terkait Prevalensi Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta ………………..…….……. 61 Tabel IX. Profil Tekanan Darah Responden Penelitian (n=200) terhadap Jenis Kelamin, Usia, dan Faktor Risiko Kesehatan di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta ………..………………………………… 64 Tabel X.
Hasil Analisis Chi-Square pada Responden Hipertensi …….. 66
Tabel XI. Hasil Analisis Chi-Square pada Responden Sadar Hipertensi .. 70
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel XII. Hasil Analisis Chi-Square pada Responden yang Melakukan Terapi Hipertensi ……….……………………………………. 73
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Penelitian Payung “Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Hipertensi berdasarkan Kajian Risiko Kesehatan dan Faktor Sosio-Ekonomi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta ……………………………… 35 Gambar 2. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ………………………… 35 Gambar 3. Analisis Hipotesis Perbedaan Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi yang Disebabkan oleh Faktor Risiko Kesehatan ………………………………………………... 44 Gambar 4. Data Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta ……………………… 50 Gambar 5. Perbandingan Data Penelitian berdasarkan The Rule of Halves ... 51
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Protokol Izin Kepada Komisi Etik …………………….…….. 83 Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data …. 85 Lampiran 3. Surat Pelatihan Penggunaan Alat Sphygmomanometer …….. 86 Lampiran 4. Sertifikat Peneraan Alat Timbangan Berat Badan …………... 87 Lampiran 5. SOP Pengukuran Tekanan Darah menggunakan Sphygmomanometer digital …………………………………………………..……. 88 Lampiran 6. Lembar Pertanyaan kepada Responden Penelitian ………….. 89 Lampiran 7. Case Report Form (CRF) …………………………………..... 90 Lampiran 8. Inform Consent ……………………………………………… 91 Lampiran 9. Hasil Analisis Post Hoc pada Variabel Usia dan BMI terhadap Tekanan Darah Sistolik ………………………………...……. 94
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Hipertensi merupakan keadaan dengan nilai tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau nilai tekanan darah diastolik ≥90mmHg. Salah satu penyebab hipertensi adalah faktor risiko kesehatan yang meliputi Body Mass Index (BMI), pola hidup (aktivitas fisik, pola makan, merokok, alkohol), serta riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi, serta identifikasi hubungan faktor risiko kesehatan terhadap hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan teori The Rule of Halves. Jenis penelitian adalah observasional, rancangan penelitian secara cross-sectional, dan pengambilan sampel secara non-random dengan jenis purposive sampling. Responden penelitian berusia ≥40 tahun dengan jumlah 200 orang. Analisis data menggunakan uji normalitas, univariat, Anova, t dan Chisquare. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 55% (110 responden), sadar hipertensi sebesar 32,5% (65 responden), dan melakukan terapi hipertensi sebesar 31,5% (63 responden). Terdapat perbedaan yang signifikan antara BMI (p=0,012; OR=0,455; 95% CI=0,238-0,870) dan melakukan aktivitas fisik (p=0,018; OR=0,493; 95% CI=0,265-0,918) terhadap hipertensi; BMI (p=0,000; OR=0,122; 95% CI=0,034-0,437), melakukan aktivitas fisik (p=0,004; OR=0,292; 95% CI=0,121-0,702), menjaga pola makan (p=0,018; OR=0,403; 95% CI=0,183-0,887), dan riwayat penyakit penyerta (p=0,024; OR=0,172; 95% CI=0,034-0,873) terhadap kesadaran hipertensi; serta tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara faktor risiko kesehatan terhadap terapi responden hipertensi.
Kata kunci: Hipertensi, Kesadaran, Terapi, Faktor Risiko Kesehatan, Dukuh Blambangan.
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Hypertension is a condition with systolic blood pressure ≥140mmHg and/or diastolic blood pressure ≥90mmHg. One of the causes of hypertension is health risk factors which are Body Mass Index (BMI), lifestyle (physic activities, dietary habit, cigarette, alcohol), and history of comorbidities associated with cardiovascular. The aim of this research is analyze the prevalence, awareness, and therapy respondent of hypertension, and also identify correlation between health risk factors with hypertension in Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta. This research use The Rule of Halves theory. The type of this research is observational, the research design is cross-sectional, and sampling had been taken by random with purposive sampling type. The respondents of this research were ≥40 years old and were 200 people. The datas were analyzed using normalitas test, univariat test, Anova test, t test, and Chi-square test. The results show that prevalence of hypertension is 55% (110 respondents), awareness of hypertension is 32,5% (65 respondents), and did therapy of hypertension is 31,5% (63 respondents). There are significant difference between BMI (p=0,012; OR=0,455; 95% CI=0,238-0,870) and did physic activities (p=0,018; OR=0,493; 95% CI=0,265-0,918) with hypertension; BMI (p=0,000; OR=0,122; 95% CI=0,034-0,437), did physic activities (p=0,004; OR=0,292; 95% CI=0,121-0,702), dietary food (p=0,018; OR=0,403; 95% CI=0,183-0,887), and history of comorbidities associated with cardiovascular (p=0,024; OR=0,172; 95% CI=0,034-0,873) with awareness of hypertension; and also there are no significant difference between health risk factors with the therapy of hypertension respondent.
Keywords: Hypertension, Awareness, Therapy, Health Risk Factors, Dukuh Blambangan.
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Menurut European Society of Hypertension (ESH) dan European Society of Cardiology (ESC),
hipertensi adalah keadaan yang disertai dengan nilai
tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau nilai tekanan darah diastolik ≥90mmHg. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kasus hipertensi yang terjadi di Indonesia cukup tinggi. Menurut WHO pada tahun 2011 untuk Indonesia, sebesar 42,7% hipertensi terdeteksi pada pria dan pada wanita 39,2%. Pada tahun 2008, Provinsi DIY menduduki peringkat kedua untuk kasus hipertensi. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 menunjukkan pada usia 18 tahun ke atas, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%. Sebesar 7,2% penduduk mengetahui dirinya mengidap penyakit hipertensi dan 0,4% penduduk melakukan terapi pengobatan. Menurut Profil Kesehatan Provinsi DIY, sampai dengan tahun 2007, lebih dari 80% masyarakat DIY meninggal akibat penyakit tidak menular, salah satunya hipertensi. Prevalensi hipertensi di Pulau Jawa dan Sumatera memiliki prevalensi yang lebih tinggi dari prevalensi nasional di Indonesia. Tingginya kasus hipertensi dimungkinkan karena pengetahuan masyarakat masih minim mengenai gejala-gejala yang ditimbulkan. Biasanya, hipertensi akan terdeteksi ketika masyarakat melakukan pemeriksaan dengan keluhan penyakit lain. Penyebab lain adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap risiko penyakit hipertensi. Hipertensi tidak menyebabkan kematian secara langsung, 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
tetapi dapat mengancam nyawa melalui komplikasinya, berupa penyakit jantung dan pembuluh darah. Banyak penderita hipertensi meninggal karena tidak sadar sehingga terlambat untuk melakukan penanganan penyakit hipertensi. Menurut WHO tahun 2010, setengah dari penderita hipertensi diketahui hanya seperempat (25%) yang mendapat pengobatan. Sementara hipertensi yang diobati dengan baik hanya 12,5%. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Salah satu penyebab terjadinya hipertensi adalah faktor risiko kesehatan, antara lain kebiasaan pola hidup dan pola makan yang kurang tepat. Masyarakat dengan tekanan darah tinggi seharusnya menghindari aktivitas merokok karena dapat meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan frekuensi jantung (Wahdah, 2011). Bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal, maka risiko hipertensi juga meningkat. Perhitungan BMI (Body Mass Index) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat digunakan untuk mengetahui seseorang memiliki berat badan yang berlebih atau tidak. Berat badan yang mencapai indeks massa tubuh >25 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) disebut obesitas atau kegemukan. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko timbulnya hipertensi. Bila berat badan meningkat di atas berat badan ideal, maka risiko hipertensi juga meningkat. Semakin besar massa tubuh, maka semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk menambah oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Volume darah yang beredar melalui pembuluh darah mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan tekanan lebih besar pada dinding arteri sehingga dapat menimbulkan hipertensi. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air (Suyono dan Slamet, 2001). Faktor risiko kesehatan lainnya adalah kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Kebiasaan ini diduga dapat meningkatkan kadar kortisol dan peningkatan volume eritrosit, serta kekentalan darah yang berperan dalam menaikkan tekanan darah. Orang yang jarang melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga, dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan darah. Olahraga teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (Suyono dan Slamet, 2001). Penambahan usia menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis. Pada wanita kemungkinan terkena penyakit kardiovaskuler lebih kecil sebelum menopause. Wanita sebelum mengalami menopause dilindungi dengan hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
imunitas wanita pada usia premenopause (Kumar, 2005). Setelah
menopause, wanita lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria. Hal ini disebabkan terdapatnya hormon estrogen pada wanita menopause (Bustan, 2007). Hipertensi biasanya tidak menimbulkan gejala. Oleh sebab itu, untuk dapat mendiagnosis penyakit ini didasarkan pada pengukuran tekanan darah secara berulang (Katzung, 2007). Pada stadium berat (kritis) gejala dapat muncul. Gejala yang dapat terjadi berupa sakit kepala dan gangguan penglihatan (Rubenstein, 2003).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Dukuh Blambangan berada di wilayah Berbah, Sleman, Yogyakarta. Penduduk di dukuh ini cukup banyak yang berusia lansia. Jarak dari tempat ini ke kota Yogyakarta adalah 15 km. Jarak yang jauh dari pusat kota inilah yang dimungkinkan dapat mempengaruhi perilaku kesehatan warga terkait pengecekan tekanan darah rutin di pusat pelayanan kesehatan. Walaupun pada dua RT di wilayah pegunungan Dukuh Blambangan terdapat pelayanan kesehatan yang dilayani oleh bidan, namun hal ini kurang memadai kebutuhan warga dan juga kurang menarik minat warga untuk berperan aktif dalam melakukan pemeriksaan kesehatan, dalam hal ini pemeriksaan tekanan darah. Pengendalian tekanan darah dapat dilakukan warga dengan rutin melakukan pengukuran tekanan darah. Pengecekan kesehatan penunjang yang dapat mempengaruhi tekanan darah, seperti pemeriksaan gula darah, asam urat, dan kolesterol juga dapat membantu dalam mengendalikan tekanan darah, khususnya warga dengan penyakit komplikasi. Edukasi yang efektif dari pelayan kesehatan juga dapat membantu warga dalam meningkatkan motivasi untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Aktivitas warga sehari-hari lebih banyak dihabiskan di sawah, namun tidak sedikit pula yang bekerja sebagai buruh bangunan. Aktivitas seharian dikhawatirkan membuat warga tidak memperhatikan kesehatan diri, terutama melakukan pemeriksaan tekanan darah rutin. Pemeriksaan kesehatan ke pelayanan kesehatan hanya dilakukan jika warga mengalami sakit atau bahkan hanya dibiarkan dengan harapan akan sembuh dengan sendirinya. Warga juga cenderung menghindari penggunaan obat-obatan. Data-data di atas merupakan data yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dukuh dan responden
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
penelitian di Dukuh Blambangan. Hal-hal inilah yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi yang disebabkan oleh faktor risiko kesehatan di Dukuh Blambangan. 1. Rumusan masalah a) Berapa besar proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta? b) Apakah terdapat perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi yang disebabkan faktor risiko kesehatan, yaitu Body Mass Index (BMI), pola hidup (aktivitas fisik, pola makan, merokok, alkohol), serta riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler? 2. Keaslian penelitian Beberapa penelitian yang berkaitan dengan faktor risiko kesehatan terhadap hipertensi yang telah dipublikasikan antara lain tercantum pada tabel dan paragraf-paragraf berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Tabel I. Penelitian-penelitian yang Berkaitan dengan Faktor Risiko Kesehatan terhadap Hipertensi yang telah dipublikasikan Judul Penelitian Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang (Kartikasari, 2012)
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012 (Anggara dan Prayitno, 2013) Assessing awareness and knowledge of hypertension in an at-risk population in the Karen ethnic rural community, Thasongyang, Thailand (Aung, Lorga, Srikrajang, Promtingkran, Kreuangchai, and Tonpanya et al., 2012). Health Risk Behaviours,Awareness, Treatment and Control of Hypertension among Rural Community People in Thailand (Howteerakul, Suwannapong, Sittilerd, and Rawdaree, 2006) Prehypertension And Hypertension Among Young Indonesian Adults At A Primary Health Care In A Rural Area (Widjaja, Santoso, Barus, Pradana, dan Estetika, 2013).
Persamaan Responden penelitian adalah warga pedesaan dan metode penelitian (wawancara).
Perbedaan Jumlah responden, pengambilan sampel, dan faktor risiko hipertensi.
Hasil Penelitian
Teknik pengambilan sampel (purposive sampling).
Metode penelitian, responden penelitian (tempat), dan faktor risiko hipertensi.
Faktor risiko hipertensi berupa usia, pendidikan, pekerjaan, BMI, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, kebiasaan olahraga, asupan natrium, dan asupan kalium.
Rancangan penelitian (crosssectional).
Responden penelitian (tempat, jumlah, dan kriteria usia) & faktor risiko hipertensi.
Terdapat hubungan antara gaya hidup, kesadaran, dan pengetahuan tentang hipertensi.
Rancangan penelitian (crosssectional).
Responden penelitian (tempat, jumlah, dan kriteria usia) & faktor risiko hipertensi.
Didapatkan prevalensi, kesadaran, terapi dan kontrol terapi hipertensi, serta adanya pengaruh usia, status perrnikahan, riwayat hipertensi keluarga, dan BMI terhadap hipertensi.
Rancangan penelitian (crosssectional).
Responden penelitian (tempat, jumlah, dan kriteria usia) & faktor risiko hipertensi.
Didapatkan prevalensi hipertensi dam prehipertensi, serta hubungan faktor risiko terhadap hipertensi dan prehipertensi.
Faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi adalah usia, riwayat keluarga, merokok, dan obesitas.
a. Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang (Kartikasari, 2012). Penelitian ini menggunakan 106 responden (53 kasus dan 53 kontrol). Penelitian dilakukan di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang pada bulan Maret 2012. Sampel diambil secara simple random sampling. Hasil menunjukkan faktor risiko hipertensi pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
masyarakat di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang adalah usia, riwayat keluarga, merokok, dan obesitas, sedangkan faktor jenis kelamin, konsumsi garam, konsumsi lemak dan aktivitas bukan merupakan faktor risiko hipertensi. Perbedaan penelitian ditemukan pada jumlah responden penelitian yang berjumlah 106 responden. Jumlah ini berbeda dengan jumlah responden yang ada dalam penelitian yang dilakukan penulis dengan jumlah 200 responden penelitian. Selain itu, terdapat pula perbedaan pada kategorisasi responden. Pada penelitian Kartikasari (2009), 106 responden meliputi 53 kasus dan 53 kontol, sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis, tidak terdapat kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling, sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis menggunakan purposive sampling. Faktor risiko hipertensi adalah usia, riwayat keluarga, merokok, dan obesitas, sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi adalah BMI dan aktivitas fisik. Selain itu, penelitian ini hanya menganalisis pengaruh faktor risiko yang telah disebut sebelumnya dengan kejadian hipertensi, sedangkan pada penelitian yang penulis lakukan bukan hanya menganalisis pengaruh faktor risiko terhadap hipertensi, namun juga menganalisis variabel tersebut dengan kesadaran dan terapi responden hipertensi. b. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012 (Anggara dan Prayitno, 2013). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2012 dengan objek penelitian, yaitu pasien yang berobat di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
Puskesmas Telaga Murni. Teknik pengambilan sampel secara purposif. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan secara statistik dengan tekanan darah, sedangkan umur, pendidikan, pekerjaan, BMI, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, kebiasaan olahraga, asupan natrium, asupan kalium berhubungan secara statistik dengan tekanan darah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan terdapat pada metode, responden, serta hasil penelitian. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif. Pada penelitian yang penulis lakukan, penelitian dilakukan dengan melakukan pengukuran langsung pada responden. Perbedaan lainnya adalah responden penelitian. Penelitian ini menggunakan responden yang merupakan pasien Puskesmas (Puskesmas Telaga Murni), sedangkan responden penelitian penulis merupakan warga padukuhan (Dukuh Blambangan). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa umur, pendidikan, pekerjaan, BMI, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, kebiasaan olahraga, asupan natrium, dan asupan kalium berhubungan secara statistik dengan tekanan darah, sedangkan hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi adalah BMI dan aktivitas fisik. Selain itu, penelitian yang penulis lakukan bukan hanya menganalisis pengaruh faktor risiko terhadap hipertensi, namun juga menganalisis variabel tersebut dengan kesadaran dan terapi responden hipertensi. c. Assessing awareness and knowledge of hypertension in an at-risk population in the Karen ethnic rural community, Thasongyang, Thailand (Aung et al, 2012). Penelitian dilakukan di Suku Karen, Thasongyang, Thailand.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
Responden penelitian terdiri dari 298 warga yang berusia di atas 30 tahun. Penelitian ini menggunakan pendekatan rancangan cross-sectional. Hasil menunjukkan adanya hubungan antara gaya hidup, kesadaran dan pengetahuan tentang penyakit hipertensi. Perbedaan penelitian ini terdapat pada tempat pengambilan data responden penelitian, jumlah dan kriteria usia responden, serta hasil penelitian. Penelitian ini dilakukan di Thailand pada suku tertentu, yaitu Suku Karen, sedangkan penelitian penulis dilakukan pada satu padukuhan. Responden penelitian ini berjumlah 298 responden dengan usia di atas 30 tahun, sedangkan pada penelitian penulis berjumlah 200 orang dengan usia di atas 40 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara gaya hidup, kesadaran, dan pengetahuan terhadap penyakit hipertensi. Pada penelitian yang penulis lakukan, hasil penelitian didapatkan dari identifikasi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi, serta pengaruh faktor risiko kesehatan yang mempengaruhi hipertensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi. d. Health Risk Behaviours,Awareness, Treatment and Control of Hypertension among Rural Community People in Thailand (Howteerakul, Suwannapong, Sittilerd, and Rawdaree, 2006). Penelitian dilakukan dikomunitas pedesaan yang ada di Thailand. Responden penelitian terdiri 527 orang yang berumur 35-60 tahun yang dipilih secara random. Penelitian ini menggunakan pendekatan rancangan cross-sectional. Hasil menunjukkan prevalensi, kesadaran, terapi dan kontrol terapi hipertensi, serta adanya pengaruh usia, status perrnikahan, riwayat hipertensi keluarga, dan BMI terhadap hipertensi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Perbedaan penelitian terdapat pada tempat pengambilan data responden penelitian, jumlah dan kriteria usia responden, serta hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan responden pada suatu komunitas pedesaan di Thailand, sedangkan penelitian penulis menggunakan responden pada satu padukuhan. Responden penelitian ini berjumlah 527 orang dengan usia 35-60 tahun. Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan responden 200 orang dengan kriteria usia responden 40 tahun ke atas. Hasil menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 17,8%, kesadaran 64,9% (61/94) dari jumlah responden hipertensi, terapi 42,6% dari jumlah responden sadar hipertensi (26/61) dan kontrol terapi hipertensi 42,3% (11/26) dari jumlah responden yang melakukan terapi hipertensi, serta adanya pengaruh usia, status perrnikahan, riwayat hipertensi keluarga, dan BMI terhadap hipertensi. Pada penelitian yang penulis lakukan, hasil penelitian tidak hanya mengidentifikasi hubungan faktor risiko terhadap responden hipertensi, namun juga melakukan identifikasi pengaruh faktor risiko kesehatan terhadap kejadian hipertensi, kesadaran, dan terapi hipertensi. e. Prehypertension And Hypertension Among Young Indonesian Adults At A Primary Health Care In A Rural Area (Widjaja, Santoso, Barus, Pradana, Estetika, 2013). Penelitian dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Responden penelitian terdiri 111 dewasa muda yang berusia antara 18–25 tahun, tidak hamil atau dalam kondisi syok. Penelitian ini menggunakan pendekatan rancangan cross-sectional. Hasil menunjukkan prevalensi prehipertensi 34,2%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
dan hipertensi 17,1%, serta adanya pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian prehipertensi dan BMI terhadap kejadian hipertensi
pada responden dewasa
muda. Perbedaan penelitian terdapat pada tempat pengambilan data, jumlah dan kriteria usia responden, serta hasil penelitian. Responden penelitian yang digunakan adalah pasien Puskesmas, sedangkan pada penelitian penulis menggunakan responden pada satu padukuhan. Responden penelitian ini berjumlah 111 orang dengan rentang usia 18-25 tahun. Hal ini berbeda dengan penelitian penulis yang menggunakan 200 orang dengan kriteria usia 40 tahun ke atas. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi prehipertensi 34,2% dan hipertensi 17,1%, serta adanya pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian prehipertensi dan BMI terhadap kejadian hipertensi
pada responden dewasa
muda. Hal ini berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Penelitian penulis mengidentifikasi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi serta mengidentifikasi faktor risiko kesehatan terhadap ketiga variabel tersebut. 3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoretis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi mengenai korelasi faktor risiko kesehatan yang meliputi BMI, pola hidup (aktivitas fisik, pola makan, merokok, dan alkohol), serta riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
b. Manfaat praktis. Data yang didapatkan diharapkan memberikan gambaran mengenai korelasi faktor risiko kesehatan terhadap responden hipertensi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi ”The Rules of Halves” terkait proporsi prevalensi, tingkat kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a.
Mengidentifikasi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.
b.
Mengidentifikasi perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta yang disebabkan faktor risiko kesehatan yang meliputi BMI, pola hidup (aktivitas fisik, pola makan, merokok, dan alkohol), serta riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II A. Penelaahan Pustaka 1. Definisi Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg (Mancia, Fagard, Narkiewicz, Redon, Zanchetti, and Bohm, 2013). Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi, misalnya stroke, gagal ginjal, dan hipertrofi ventrikel kanan (Bustan, 2007). Berikut klasifikasi tekanan darah (mmHg) yang mengacu pada ESH dan ESC 2013 yang didefinisikan mulai dari tingkat tekanan darah tertinggi, baik sistolik maupun diastolik. Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah menurut ESH dan ESC 2013 Klasifikasi Tekanan Darah SBP/DBP (mmHg) Optimal <120 dan <80 Normal 120-129 dan/atau 80-84 Normal Tinggi 130-139 dan/atau 85-89 Hipertensi tingkat 1 140-159 dan/atau 90-99 Hipertensi tingkat 2 160-179 dan/atau 100-109 Hipertensi tingkat 3 ≥180 dan/atau ≥110 Isolated Systolic Hypertension ≥140 dan <90 (Mancia et al., 2013). Penyebab hipertensi digolongkan menjadi dua bagian, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah kombinasi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik menekankan pada kemampuan gen dalam menjaga homeostatis natrium. Faktor lingkungan menekankan pada pengaruh gaya hidup, yaitu kebiasaan mengkonsumsi garam, alkohol, dan obesitas. Hipertensi sekunder disebabkan adanya gangguan pada ginjal, endokrin, gangguan genetik pada fungsi 13
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
renal tubular, dan hal terkait lainnya seperti kehamilan, induksi obat, sleep apnoea (Ng, Stanley, and Williams, 2010). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kesadaran adalah keinsafan, keadaan mengerti, dan hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang. Kesadaran diri adalah kesadaran seseorang atas keadaan dirinya sendiri (Setiawan, 2014). Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengintrospeksi dan mengenali diri sendiri sebagai individu yang terpisah dari lingkungan dan orang lain (Ferris, 2012). Secara keseluruhan, tujuan penanganan hipertensi adalah mengurangi morbiditas dan kematian. Target nilai tekanan darah adalah kurang dari 140/90mmHg untuk hipertensi tidak komplikasi dan kurang dari 130/80mmHg untuk penderita diabetes mellitus serta ginjal kronik. Terapi non-farmakologi yang dapat dilakukan penderita prehipertensi dan hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk memodifikasi gaya hidup, termasuk penurunan berat badan jika berat badan berlebih, melakukan diet makanan yang diambil DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension), mengurangi asupan natrium hingga ≤2,4 g/hari (6 g/hari NaCl), melakukan aktivitas fisik seperti aerobik, mengurangi konsumsi alkohol dan menghentikan kebiasaan merokok. Penderita hipertensi tahap 1 atau 2 sebaiknya ditempatkan pada terapi modifikasi gaya hidupdan terapi obat secara bersamaan (Sukandar et al., 2009). Pada terapi farmakologi, pemilihan obat tergantung pada derajat meningkatnya tekanan darah dan keberadaan compelling indications. Kebanyakan penderita hipertensi tahap 1 sebaiknya terapi diawali dengan diuretik thiazide.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
Penderita hipertensi tahap 2 pada umumnya diberikan terapi kombinasi, salah satunya diuretik thiazide kecuali terdapat kontraindikasi. Diuretik, β blocker, inhibitor
Angiotensin-Converting Enzyme (ACE), Angiotensin II Receptor
Blocker (ARB), dan Calcium Channel Blocker (CCB) merupakan agen primer berdasarkan pada data kerusakan organ target atau morbiditas dan kematian kardiovaskular. Alfa bloker, alfa-2 agonis sentral, inhibitor adrenergik, dan vasodilator merupakan alternative yang dapat digunakan penderita setelah mendapatkan obat pilihan pertama (Sukandar et al., 2009). Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis. Pengurangan volume plasma dan stroke volume (SV) berhubungan dengan diuresis dalam penurunan curah jantung (Cardiac Output¸ CO) dan tekanan darah pada akhirnya. Penurunan curah jantung yang utama menyebabkan peningkatan resistensi perifer (Sukandar et al., 2009). ACE membantu produksi angiotensin II (berperan penting dalam regulasi tekanan darah arteri). ACE didistribusikan pada beberapa jaringan dan ada pada beberapa tipe sel yang berbeda tetapi pada prinsipnya merupakan sel endothelial. Kemudian, tempat utama produksi angiotensin II adalah pembuluh darah bukan ginjal. Inhibitor ACE mencegah perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Inhibitor ACE ini juga mencegah degradasi bradikinin dan menstimulus sintesis senyawa vasodilator lainnya termasuk prostaglandin E 2 dan prostasiklin (Sukandar et al., 2009). ARBs menahan langsung reseptor angiotensin tipe I (AT 1), reseptor yang memperantarai efek angiotensin II (vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
simpatetik, pelepasan hormon antidiuretik, dan konstriksi arteriol eferen glomerulus). ARB tidak mencegah pemecahan bradikinin. Hal ini tidak memberikan efek samping batuk (Sukandar et al., 2009). CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam sel. Relaksasi otot polos vaskular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium dihidropiridini dapat menyebabkan aktivasi refleks simpatetik (Sukandar et al., 2009). Penghambat reseptor α1 menginhibisi katekolamin pada sel otot polos vaskular perifer yang memberikan efek vasodilatasi. Kelompok ini tidak mengubah aktivitas reseptor α2 sehingga tidak menimbulkan efek takikardia. Antagonis α2 (pusat) menurunkan tekanan darah pada umumnya dengan cara menstimulasi reseptor α2 di otak, yang mengurangi aliran simpatetik dari pusat vasomotor dan meningkatkan tonus vagal. Stimulasi reseptor α 2 presinaptik secara perifer menyebabkan penurunan tonus simpatetik. Oleh karena itu, dapat terjadi penurunan denyut jantung, curah jantung, resistensi perifer total, aktivitas rennin plasma, dan reflex baroreseptor (Sukandar et al., 2009). Vasodilator arteri langsung menyebabkan relaksasi langsung otot polos arteriol. Aktivitas reflex baroreseptor dapat meningkatkan aliran simpatetik dari pusat vasomotor, meningkatkan denyut jantung, curah jantung, dan pelepasan rennin. Oleh karena itu, efek hipotensif dari vasodilator langsung berkurang pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
penderita yang juga mendapatkan pengobatan inhibitor simpatetik dan diuretik (Sukandar et al., 2009). 2. Epidemiologi Masalah hipertensi yang terjadi di Indonesia cenderung meningkat. Penderita hipertensi di Indonesia menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 sebesar 8,3% dan mengalami peningkatan pada tahun 2004 menjadi 27,5% (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah tahun 2007, Yogyakarta merupakan provinsi kelima dengan kasus hipertensi terbanyak. Hipertensi dapat menjadi masalah kesehatan publik karena hipertensi menyebabkan kerusakan organ tubuh dan dapat menginduksi penyakit kardiovaskuler, penyakit jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, dan komplikasi lainnya (Qiao et al., 2013). Pengontrolan tekanan darah secara rutin dapat mengurangi angka kejadian penderita hipertensi. Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL), hipertensi tidak menimbulkan gejala dan tanda yang khas pada awal terjadinya penyakit. Hal ini memperburuk keadaan penderita karena akan menyadari mengalami penyakit ini dalam waktu yang lama. Hal ini tidak jarang berisiko pada terjadinya stroke dan gangguan fungsi jantung. Kesadaran masyarakat untuk mengontrol tekanan darah masih rendah. Hingga saat ini, angka kesadaran
hipertensi di Indonesia mencapai 50%.
Persentase ini lebih rendah dibandingkan dengan Amerika. Angka kesadaran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
hipertensi di Amerika mencapai 69%. Dari data tersebut kurang dari 10% yang tekanan darahnya terkontrol dengan baik (Bustan, 1997). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2007 menyatakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di Indonesia belum terdiagnosa. Pernyataan ini didasarkan pada prevalensi hasil pengukuran tekanan darah pada usia di atas 18 tahun sebesar 31,7%. Dari data tersebut hanya 7,2% dari populasi yang telah mengetahui bahwa mereka mengidap hipertensi dan hanya 0,4% dari populasi yang menjalani terapi (Depkes, 2012). Menurut survei tahun 2002, angka prevalensi hipertensi tanpa pengobatan di Indonesia sebesar 37,32% dari populasi dewasa yang berusia 40 tahun ke atas yang berasal dari berbagai pulau besar di Indonesia (Setiati dan Sutrisna, 2005). 3. Etiologi Faktor penyebab penyakit hipertensi sangat bervariasi. Penganjuran untuk memulai gaya hidup sehat, seperti mengurangi kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, memulai melakukan aktivitas seperti yoga atau meditasi, dapat mengurangi prevalensi hipertensi. Peningkatan pemahaman tentang hipertensi, serta penghimbauan untuk mematuhi mengonsumsi obat-obat antihipertensi juga dapat mengendalikan faktor-faktor risiko yang relevan (Qiao et al., 2013). Faktor risiko hipertensi memiliki korelasi yang signifikan dengan usia, aktivitas fisik, body mass index (BMI), dan pola hidup. Penelitian di Suburban (Nepal) menemukan bahwa adanya peningkatan prevalensi hipertensi terhadap usia (Sharma et al., 2006). Aktivitas fisik dan BMI berhubungan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
peningkatan tekanan darah. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara hipertensi dan BMI (Chataut, Adhikari, and Sinha, 2011). Pola hidup dilihat dari kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, maupun jumlah garam yang dikonsumsi. Seseorang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang tidak memiliki riwayat tersebut (Wang et al., 2006). Faktor risiko hipertensi sangat penting untuk dikendalikan dalam mencegah komplikasi kardiovaskuler. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain tekanan darah, kelainan metabolik (diabetes mellitus, lipid darah, asam urat dan obesitas), merokok, alkohol, dan inaktivitas, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, dan faktor genetik (Gunawan, Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth, 2007). a. Usia Hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Pasien berusia 60 tahun ke atas, 50–60% memiliki tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya (Oktora, 2005). Pada kelompok usia 31-55 tahun, penyakit hipertensi paling banyak dialami. Pada umumnya kejadian hipertensi cenderung meningkat pada usia paruh baya, khususnya usia lebih dari 40 tahun, bahkan pada usia lebih dari 60 tahun (Krummel, 2004). Pada usia 45 tahun ke atas, dinding arteri akan mengalami penebalan akibat adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Peningkatan umur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik (Kumar, 2005). b. Jenis Kelamin Wanita
terlindung
dari
penyakit
kardiovaskuler
sebelum
menopause.Wanita yang belum menopause memiliki proteksi berupa hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Pada premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen. Umumnya proses ini mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Kumar, 2005). LDL mudah menembus plak dalam dinding nadi pembuluh darah jika dalam keadaan teroksidasi. Estrogen pada wanita juga berfungsi sebagai antioksidan dengan cara mencegah proses oksidasi LDL sehingga kemampuan LDL untuk menembus plak menurun. Estrogen pada wanita juga berfungsi dalam melebarkan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah lancar dan suplai oksigen ke jantung cukup (Khomsan, 1996). c. BMI Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi hipertensi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional) (Cortas, 2008). BMI atau Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu cara untuk mengukur status gizi seseorang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
Pengukuran ini hanya berlaku bagi orang dewasa berusia diatas 18 tahun. Seseorang yang mengalami obesitas memiliki risikoterkena berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan diabetes mellitus (Supariasa, 2002). Berikut tabel klasifikasi status gizi menggunakan BMI orang dewasa. Tabel III. Klasifikasi BMI pada Orang Dewasa Kategori BMI (kg/m2) Kurus <18,5 Normal ≥18,5 - <25,0 BB lebih ≥25,0 - <27,0 Obesitas ≥27,0 (Depkes RI, 2008). d. Pola makan Konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan dalam porsi yang memadai dapat menjadi sumber asupan antioksidan bagi tubuh. Adanya antioksidan dapat menangkap radikal bebas dan mencegah kerusakan pada pembuluh darah (Almatsier, 2003). Konsumsi pangan tinggi lemak dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis). Lemak yang terdapat dalam minyak goreng tersusun dari asam lemak jenuh rantai panjang (long-saturated fatty acid). Lemak yang berada dalam waktu yang lama dalam tubuh, menyebabkan penumpukan dan pembentukan plak di pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan pembuluh darah semakin sempit dan terjadi penurunan elastisitas pembuluh darah (Almatsier, 2003). e. Merokok Kandungan nikotin dan karbondioksida yang terkandung dalam rokok dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan berkurangnya elastisitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan tekanan darah meningkat (Depkes, 2007). Merokok dapat meningkatkan kadar LDL dalam darah dan menurunkan kadar HDL. Merokok juga dapat meningkatkan pengaktifan platelet (sel-sel penggumpal
darah)
karbonmonoksida,
(Khomsan, memiliki
1996).
kemampuan
Asap
rokok
menarik
yang
eritrosit
mengandung lebih
kuat
dibandingkan kemampuan menarik oksigen. Hal ini menyebabkan penurunan kapasitas eritrosit pembawa oksigen ke jantung dan jaringan lainnya (Karyadi, 2002). f. Alkohol Kebiasaan ini diduga dapat meningkatkan kadar kortisol dan peningkatan volume eritrosit, serta kekentalan darah yang berperan dalam meningkatkan tekanan darah (Suyono dan Slamet, 2001). Terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal tingginya tekanan darah jika dilakukan perbandingan antara orang bukan peminum alkohol dan orang peminum alkohol. Konsumsi alkohol 3 kali dalam sehari dapat memicu peningkatan tekanan darah dan berhubungan dengan peningkatan 3mmHg (Krummel, 2004). g. Aktivitas fisik Orang yang jarang melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga, dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan darah.
Olahraga
teratur dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (Suyono dan Slamet, 2001). Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Sheps, 2005, dalam Aris, 2007). h. Riwayat Penyakit Penyerta yang berhubungan dengan Kardiovaskuler Hipertensi sering muncul dengan faktor risiko lain yang timbul sebagai sindrom metabolik, yaitu hipertensi dengan gangguan toleransi glukosa atau diabetes mellitus (DM), dislipidemia (tingginya kolesterol darah) dan obesitas (Krummel, 2004). Kondisi fisiologis lainnya yang dapat menyebabkan hipertensi diantaranya adalah aterosklerosis (penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh darah), bertambahnya jumlah darah yang dipompa ke jantung, penyakit ginjal, kelenjar adrenal, dan system saraf simpatis (Ganong, 1998). Hipertensi lama dan/atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa kerusakan organ pada jantung, otak, ginjal, mata dan pembuluh darah perifer. Kerusakan pada jantung yang dapat terjadi adalah hipertrofi ventrikel kiri sampai gagal jantung, pada otak dapat terjadi stroke akibat pecahnya pembuluh darah serebral dan pada ginjal dapat menyebabkan penyakit ginjal kronik sampai gagal ginjal. Hipertensi juga merupakan faktor risiko terjadinya aterosklerosis dengan akibat penyakit jantung koroner dan stroke iskemik. Pengendalian berbagai faktor risiko hipertensi sangat penting dalam mencegah komplikasi kardiovaskuler (Gunawan, Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth, 2007). 4.
The Rule of Halves The Rule of Halves untuk hipertensi menyatakan bahwa setengah dari
orang dengan tekanan darah tinggi tidak mengetahuinya (aturan pertama),
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
setengah dari mereka tidak diterapi (aturan kedua), dan setengah dari orang yang diterapi tidak melakukan kontrol (aturan ketiga) (Hooker, Cowab, Freeman, 1999). The Rule of Halves merupakan teori penyajian median dalam statistik yang mencakup populasi dalam bentuk apapun dan dapat menggunakan ukuran apapun. Setengah dari populasi akan berada pada satu sisi median dan setengahnya pada sisi yang lain (Deepa, 2003). Aturan pertama menggambarkan status kesadaran tentang penyakit dan efektivitas program skrining yang berlaku dalam mendiagnosis penyakit sejak dini. Aturan kedua menggambarkan status pengobatan untuk hipertensi antara mereka yang didiagnosis dan kesadaran tentang perawatan diri dalam pencegahan terjadinya risiko komplikasi. Aturan ketiga membahas status kecukupan dalam pengobatan untuk hipertensi (Varadaraja and Arun, 2014). 5. Pengukuran Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik. Nilai tekanan darah normal orang dewasa berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80. Pengukuran tekanan darah secara rutin perlu dilakukan untuk mengendalikan tekanan darah. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
dapat menimbulkan masalah kesehatan lain. Pada pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphgmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer and Bare, 2001). Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan posisi responden dalam keadaan duduk. Lengan kanan responden dikondisikan dalam keadaan rileks, lengan baju diatur agar tidak mengganggu proses pengukuran tekanan darah. Setelah itu, manset dipasang dengan lebar dapat melingkar sekurang-kurangnya dua per tiga panjang lengan atas dan tidak menempel baju. Lalu, lakukan pemompaan (pengukuran) tekanan darah dan catat hasil pengukuran. Pengukuran dilakukan dua kali berturut-turut dengan interval dua menit. Apabila terdapat selisih tekanan darah >10 mmHg pada pengukuran pertama dan kedua, baik pada sistolik dan atau pada diastolik, lakukan pengukuran ketiga (Handayani, 2013). Tujuan dilakukan kalibrasi alat kesehatan adalah meningkatkan keamanan dan keakurasian informasi hasil pengukuran peralatan kesehatan. berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.363/Menkes/Per/IV/1998, Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) sebagai institusi penguji dan kalibrasi alat kesehatan, diberi wewenang melakukan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan. Hal ini dilakukan untuk menjamin mutu (ketelitian, ketepatan dan keamanan) peralatan kesehatan. Peraturan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
Pemerintah (PP) No.72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan merupakan kebijakan yang mendukung pengujian dan kalibrasi (Depkes RI, 2007). B. Landasan Teori Hipertensi merupakan penyakit dengan gejala yang tidak khas untuk dideteksi. Orang yang mengalami hipertensi tidak dapat mengetahui bahwa dirinya mengalami hipertensi apabila tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007 yang menyatakan prevalensi hipertensi dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia di atas 18 tahun sebesar 31,7%. Sebesar 7,2% dari data tersebut yang mengetahui dirinya hipertensi dan hanya 0,4% dari populasi yang menjalani terapi. Seiring perkembangan zaman, diperkirakan persentase di atas semakin memburuk akibat gaya hidup yang cenderung semakin buruk. Hipertensi dapat dihindari dengan cara memulai gaya hidup yang sehat, seperti mengurangi kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, melakukan aktivitas fisik seperti olahraga teratur, dan hal terkait lainnya. Adanya pengontrolan tekanan darah yang dilakukan orang yang mengalami hipertensi juga dapat mengurangi angka kejadian hipertensi. Faktor risiko kesehatan yang mempengaruhi hipertensi dapat dipengaruhi oleh Body Mass Index (BMI), pola hidup (aktivitas fisik, pola makan, merokok, alkohol),
serta
riwayat
penyakit
penyerta
yang
berhubungan
dengan
kardiovaskuler. Seseorang yang memiliki BMI >30 masuk kategori obesitas. Orang obesitas memiliki banyak lemak dalam tubuh dan berisiko terkena hipertensi akibat adanya plak terbentuk di pembuluh darah dan menyumbat aliran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
darah. Aktivitas fisik atau olahraga yang tidak rutin juga dapat meningkatkan tahanan perifer sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Makanan yang mengandung banyak lemak (digoreng) serta jarang mengonsumsi buah, dapat meningkatkan hipertensi. Orang dengan gaya hidup tidak sehat atau dengan riwayat penyakit penyerta, sebaiknya mulai menyadari risiko hipertensi dengan melakukan pengecekan tekanan darah. Seseorang yang berisiko terkena hipertensi, diharapkan mulai menghindari faktor-faktor penyebab tersebut agar risiko hipertensi tidak meningkat. Orang yang mengalami hipertensi yang sudah mengetahui bahwa dirinya hipertensi, diharapkan patuh mengonsumsi obat antihipertensi dan melakukan kontrol ke pihak pelayanan kesehatan. Kesadaran masyarakat terkait masalah hipertensi masih rendah. Banyak masyarakat yang mengalami hipertensi sudah melakukan terapi, namun ada juga pasien yang belum melakukan terapi. Hal ini dikarenakan orang tersebut belum menyadari bahaya hipertensi. Beberapa faktor risiko kesehatan di atas, telah diuji pengaruhnya terhadap hipertensi pada beberapa wilayah. Hasil dari beberapa wilayah memiliki persamaan, namun juga perbedaan terkait faktor yang menunjukkan adanya hubungan antara risiko kesehatan terhadap hipertensi. Faktor-faktor inilah yang akan dianalisis pengaruhnya di dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta untuk mendapatkan data apakah faktor risiko di atas juga berlaku di dukuh Blambangan atau tidak. Analisis ini juga dapat digunakan untuk identifikasi hubungan faktor risiko terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi. Jika
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
masyarakat Dukuh Blambangan memiliki gaya hidup yang kurang baik dan jarang melakukan pengecekan kesehatan, serta memiliki riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler, maka dimungkinkan bahwa prevalensi hipertensi tinggi, serta dapat mempengaruhi kesadaran dan terapi responden hipertensi. C. Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi reponden hipertensi yang disebabkan faktor risiko kesehatan, yaitu Body Mass Index (BMI), pola hidup (aktivitas fisik, pola makan, merokok, alkohol), serta riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian
ini
farmakoepidemiologi).
merupakan Peneliti
jenis
penelitian
melakukan observasi
observasional terhadap
(survei
responden
penelitian tanpa adanya intervensi sehingga data yang didapatkan merupakan data yang menggambarkan keadaan sesungguhnya dari responden penelitian. Pada
penelitian
observasional,
peneliti
tidak
melakukan
perlakukan/intervensi apapun terhadap variabel penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian jenis observasional analitik. Menurut Jasaputra dan Santosa (2008), pada penelitian jenis observasional analitik, peneliti mencari hubungan antar variabel, yaitu dengan melakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan. Pendekatan rancangan secara cross-sectional (potong lintang). Menurut Jasaputra dan Santosa (2008), pada penelitian cross-sectional, peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat. Pada studi ini, variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) dinilai secara simultan pada saat yang bersamaan. Analisis yang dilakukan adalah prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi dengan kajian faktor risiko kesehatan. Data penelitian yang diperoleh diolah dengan statistika.
29
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
B. Variabel Penelitian 1.
Variabel bebas
Faktor risiko kesehatan : BMI, pola hidup (aktivitas fisik, pola makan, merokok, alkohol), serta riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler. 2.
Variabel tergantung
Tekanan darah (mmHg), prevalensi dan kesadaran responden terhadap hipertensi, serta terapi yang yang dilakukan responden. 3.
Variabel pengacau
a.
Variabel pengacau terkendali: usia, jenis kelamin.
b.
Variabel pengacau tak terkendali: aktivitas, lifestyle (gaya hidup), pola makan, dan faktor lain diluar definisi operasional.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
C. Definisi operasional
Variabel Hipertensi
Prevalensi hipertensi
Kesadaran Hipertensi
Terapi Hipertensi
Tabel IV. Definisi Operasional Penelitian Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Suatu keadaan dengan Sphygmomano Pengukuran nilai tekanan darah meter digital, tekanan CRF darah, sistolik ≥140mmHg wawancara dan/atau nilai tekanan darah diastolik ≥90mmHg atau suatu keadaan dengan nilai tekanan darah normal, namun sedang menjalani terapi hipertensi Angka kejadian CRF Pengukuran hipertensi di Dukuh tekanan Blambangan, Sleman, darah, Yogyakarta wawancara Faktor internal dari CRF Wawancara dalam diri seseorang yang membuat orang tersebut mengetahui bahwa dirinya mengalami hipertensi lewat pengecekan tekanan darah, dibagi dalam kategori sadar dan tidak sadar hipertensi Terapi dengan konsumsi CRF Wawancara obat hipertensi, melakukan pengobatan mandiri (konsumsi bahan-bahan alami untuk terapi hipertensi), maupun terapi lainnya terkait pengatasan tekanan darah tinggi. Terapi dilakukan setelah responden menyadari dirinya mengalami hipertensi, dibagi dalam kategori melakukan terapi dan tidak melakukan terapi
Skala Ukur Rasio
Rasio
Nominal
Nominal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Tabel Lanjutan …
Subjek penelitian
Karakteristik penelitian
Aktivitas Fisik
Pola makan
Selanjutnya disebut sebagai responden penelitian. Responden penelitian adalah penduduk dewasa berusia ≥40 tahun di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi penelitian Usia, jenis kelamin, BMI, pola hidup (aktivitas fisik, pola makan, merokok, alkohol), dan riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler Rutin/sering (minimal 1 kali tiap hari) melakukan aktivitas olahraga (lari/jalan pagi/sore, bersepeda, atau senam) atau melakukan aktivitas berat tiap hari (pekerja di sawah, buruh bangunan, atau tukang kayu), dibagi dalam kategori melakukan aktivitas fisik dan tidak melakukan aktivitas fisik Lebih banyak mengonsumsi makanan yang direbus daripada yang digoreng atau rutin/sering (minimal 2 hari 1 kali) mengonsumsi buah, dibagi dalam kategori menjaga pola makan dan tidak menjaga pola makan
CRF
Wawancara
Rasio
-
Wawancara
-
CRF
Wawancara
Ordinal
CRF
Wawancara
Ordinal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Tabel Lanjutan …
Merokok
Penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler Riwayat Penyakit Penyerta
Tekanan Darah Responden Penelitian
Standar Pengukuran Tekanan Darah
Dibagi dalam dua kategori, yaitu responden yang merupakan perokok aktif, sedangkan kategori tidak merokok adalah responden yang tidak merokok atau perokok pasif Diabetes mellitus, asam urat, stroke, kolesterol, dan penyakit jantung.
CRF
Wawancara
Ordinal
-
-
-
Riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler, dibagi dalam kategori responden yang memiliki riwayat penyakit penyerta dan tidak memiliki riwayat penyakit penyerta Diperoleh dari hasil pemeriksaan peneliti menggunakan sphygmomanometer digital yang telah dikalibrasi.
CRF
Wawancara
Ordinal
Sphygmomano meter digital
Pengukuran tekanan darah menggunakan Sphygmomanometer digital -
Rasio
Standar yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada ESH dan ESC 2013.
-
-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
D. Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah penduduk dewasa berusia ≥40 tahun di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta. Kriteria inklusi penelitian meliputi responden yang bersedia mengikuti penelitian dan memiliki usia ≥40 tahun. Kriteria eksklusi meliputi responden tidak dapat memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan nilai tekanan darah responden tidak dapat terdeteksi dengan sphygmomanometer digital. E. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Dukuh Blambangan, Kelurahan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Hipertensi berdasarkan Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Faktor SosioEkonomi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan oleh 12 peneliti secara berkelompok. Setiap 2 orang meneliti 1 dukuh sehingga terdapat 6 dukuh di Kabupaten Sleman yang menjadi tempat penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
Gambar 1. Penelitian Payung “Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Hipertensi berdasarkan Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Faktor Sosio-Ekonomi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta” G. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian dilakukan secara non-random dengan jenis purposive sampling. 211 orang (Total Populasi Berusia ≥40 tahun)
200 orang (Total Responden Penelitian di Dukuh Blambangan)
Purposive Sampling
110 orang (Total Responden Hipertensi)
65 orang (Total Responden Sadar Hipertensi)
63 orang (Total Responden Terapi Hipertensi)
Gambar 2. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
H. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Case Report Form (CRF), alat pengukur tinggi badan, timbangan, sphygmomanometer digital, leaflet dan informed consent. CRF (lampiran 7) dan informed consent (lampiran 8) dilampirkan pada lampiran. CRF sebagai instrumen yang digunakan saat melakukan wawancara dengan responden, yang selanjutnya akan diisi oleh peneliti berdasarkan jawaban responden penelitian. Alat pengukur tinggi badan digunakan untuk mengukur tinggi badan responden. Timbangan digunakan untuk mendapatkan data berat badan responden penelitian. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan inilah yang digunakan untuk mengukur Body Mass Index (BMI). Sphygmomanometer digital digunakan peneliti untuk mengukur tekanan darah responden penelitian. Hasil pengukuran tekanan darah langsung disampaikan kepada responden saat itu juga dan selanjutnya dicatat pada CRF sesuai kolom yang tersedia. Leaflet digunakan untuk membantu peneliti dalam menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, serta hal terkait lainnya dalam penelitian kepada responden penelitian. Hal ini juga dilakukan agar responden penelitian dapat lebih memahami pentingnya menjaga tekanan darah dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Instrumen penelitian lainnya adalah informed consent. Instrumen ini digunakan sebagai bukti bahwa responden penelitian bersedia mengikuti penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal Observasi awal dilakukan dengan mencari dukuh yang tepat untuk diteliti terkait prevalensi, tingkat kesadaran, dan terapi hipertensi. Hal ini dilakukan lewat wawancara dengan Kepala Dukuh setempat, serta melihat data padukuhan. 2. Permohonan ijin dan kerjasama Permohonan
ijin
ditujukan
kepada
Kepala
Dukuh
Blambangan.
Permohonan ijin selanjutnya ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk mendapatkan Ethical Clearance (lampiran 1). Ethical Clearance (Ref: KE/FK/579/EC) digunakan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan tekanan darah manusia dan hasil penelitian dapat dipublikasikan. 3. Pembuatan inform consent dan leaflet Informed consent yang dibuat telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya. Leaflet berupa selembaran kertas berukuran A4 yang berisi informasi mengenai penjelasan tentang penelitian. 4. Penetapan calon responden Penetapan responden penelitian dilakukan setelah mendapat ijin Kepala Dukuh Blambangan. Peneliti memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian, serta tata cara penelitian yang akan dilakukan peneliti kepada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
calon responden. Jika responden bersedia, maka responden diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatangani informed consent. 5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian Instrumen yang memiliki validitas dan reliabel yang baik dapat dinyatakan dengan nilai CV (coefficient of variation) 5%. Menurut Sugiyono (2007), validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Menurut Arikunto (1999), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria. Reabilitas adalah tingkat konsitensi suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan nilai yang konsisten, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukuran yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil. Reliabel tes berhubungan dengan ketetapan hasil tes (Arikunto, 1999). 6. Pengukuran tekanan darah Pengukuran tekanan darah responden yang telah menandatangani informed consent, dilakukan pada bagian lengan kiri atas dengan posisi responden duduk tegak. Pengukuran tekanan darah
menggunakan sphygmomanometer digital.
Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak 2 kali dengan jeda 2 menit dari pengukuran tekanan darah pertama terhadap pengukuran tekanan darah yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
kedua. Pengukuran tekanan darah pertama cenderung lebih tinggi dari tekanan darah seharusnya, maka pengukuran tekanan darah yang kedualah yang dimasukan dalam data responden. 7. Wawancara dan penyampaian hasil pengukuran tekanan darah Peneliti akan menjelaskan hasil pemeriksaan kepada responden secara langsung. Hasil pemeriksaan berupa pemeriksaan tekanan darah, baik tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik. Penjelasan hasil pemeriksaan disertai dengan penggalian beberapa informasi dari responden. Informasi yang didapatkan dari responden akan diolah sebagai data analisis. 8. Pengelompokkan data Pengelompokkan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu menyusun dan menggolongkannya dalam kategori-kategori, lalu dilakukan interpretasi data. Data dikumpulkan dalam CRF dan dipindahkan ke file Microsoft Excel, lalu diolah lebih lanjut untuk mendapatkan hasil analisis terkait. Pengumpulan data disesuaikan dengan uji yang dilakukan. J. Analisis Data Penelitian Data yang sudah diperoleh kemudian diolah secara statistik. Langkah pertama dengan uji normalitas Q-Q plot untuk melihat distribusi normal suatu data. Data yang terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan, lalu dilanjutkan dengan uji Chi-Square (Dahlan dan Sopiyudin, 2009). Uji normalitas Q-Q plot dilakukan terhadap variabel usia. Distribusi pada variabel usia menggambarkan distribusi data penelitian. Hasil uji normalitas Q-Q plot menunjukkan bahwa data penelitian tidak terdistribusi normal. Menurut Aulia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
(2013), berdasarkan pengalaman empiris beberapa pakar statistik, data dengan jumlah lebih dari 30 angka (n>30), maka sudah dapat diasumsikan bahwa data terdistribusi normal. Selain uji normalitas, dilakukan pula uji univariat terhadap variabel usia, jenis kelamin, dan faktor risiko kesehatan. Menurut Kamus Kesehatan (2015), analisis univariat adalah analisis statistik yang memperhitungkan faktor atau variabel tunggal. Pada variabel usia didapatkan frekuensi pada 5 rentang usia, yaitu 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun, 70-79 tahun, dan usia di atas 80 tahun. Pada variabel faktor risiko kesehatan terdapat 6 faktor yang diteliti, yaitu BMI, aktivitas fisik, pola makan, merokok, alkohol dan riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler. Pada penelitian ini, data untuk faktor alkohol tidak dapat dianalisis karena di Dukuh Blambangan tidak ditemukan responden yang memiliki gaya hidup mengonsumsi alhohol. Frekuensi pada faktor BMI dinyatakan dalam 4 rentang BMI, yaitu <18,5 kg/m2, ≥18,5 - <25,0 kg/m2, ≥25,0 - <27,0 kg/m2, ≥27,0 kg/m2. Frekuensi pada faktor aktivitas fisik dinyatakan dalam 3 kategori, yaitu responden yang melakukan aktivitas berat, olahraga rutin, dan tidak melakukan aktivitas fisik. Frekuensi pada faktor pola makan dinyatakan dalam 3 kategori, yaitu responden yang mengonsumsi makanan yang direbus lebih banyak dibanding makanan yang digoreng, mengonsumsi buah secara rutin, dan tidak menjaga pola makan. Frekuensi pada faktor merokok dinyatakan dalam 3 kategori, yaitu responden yang merupakan perokok aktif, pasif, dan tidak merokok. Frekuensi pada faktor riwayat penyakit penyerta dinyatakan dalam 3 kategori, yaitu responden dengan komplikasi DM, asam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
urat,stroke, penyakit kolesterol, penyakit jantung, dan responden tanpa penyakit komplikasi terkait kardiovaskuler. Hasil data univariat ini selanjutnya akan dibahas lebih lanjut pada bagian pembahasan. Pada penelitian ini dilakukan pula uji Anova terhadap variabel tekanan darah (tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik) terhadap usia dan BMI. Uji ini dimaksudkan untuk menganalisis perbedaan antara tekanan darah dengan pertambahan usia dan BMI. Pada penelitian ini, terjadi peningkatan tekanan darah sistolik seiring adanya pertambahan usia, namun tidak demikian terhadap tekanan darah diastolik. Hasil menunjukkan bahwa pertambahan usia tidak berbeda secara signifikan terhadap tekanan darah diastolik. Hal ini dapat dibuktikan pula lewat nilai p dari masing-masing variabel. Perbedaan antara tekanan darah dengan usia selanjutnya akan dibahas lebih rinci pada bagian pembahasan. Sebelum dilakukan uji Anova, variabel BMI dianalisis menggunakan uji t, namun karena nilai p yang dihasilkan dalam pembagian dua kategori BMI tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna, maka peneliti melakukan sub-analisis terhadap variabel BMI menjadi 4 kategori. Kategori yang dimaksud adalah BMI <18,5 kg/m2, ≥18,5 <25,0 kg/m2, ≥25,0 - <27,0 kg/m2, ≥27,0 kg/m2. Setelah melakukan sub-analisis, variabel BMI diuji dengan uji Anova. hasil menunjukkan bahwa hanya tekanan darah sistolik yang berbeda secara signifikan dengan BMI. Hal ini dapat dibuktikan pula lewat nilai p dari masing-masing variabel. Perbedaan antara tekanan darah dengan BMI selanjutnya akan dibahas lebih rinci pada bagian pembahasan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
Menurut Dahlan (2009), pada hasil uji Anova, jika terdapat perbedaan yang bermakna, maka uji selanjutnya adalah menganalisis kelompok mana yang berbeda secara signifikan menggunakan analisis Post Hoc. Variabel usia dan BMI yang telah diuji Anova pada penelitian inilah yang selanjutnya dianalisis menggunakan analisis Post Hoc. Uji t dilakukan pula pada penelitian ini. Uji ini dilakukan untuk menganalisis hubungan tekanan darah terhadap jenis kelamin dan faktor risiko kesehatan. Selain itu, uji ini pula menunjukkan perbedaan tekanan darah terhadap masing-masing faktor pada faktor risiko kesehatan. Tujuan uji ini sama dengan uji Anova. Perbedaan terdapat pada variabel yang akan dihubungkan. Pada uji ini, tekanan darah dianalisis terhadap jenis kelamin dan faktor risiko kesehatan, kecuali BMI, yang masing-masing hanya memiliki 2 kategori analisis. Pada variabel jenis kelamin, kategorisasi ada dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Pada risiko kesehatan, untuk faktor BMI terdapat kategori ≤25 kg/m2 dan >25 kg/m2. Pada faktor aktivitas fisik, kategorisasi berupa responden yang melakukan aktivitas fisik dan tidak melakukan aktivitas fisik. Pada faktor pola makan, kategorisasi berupa responden yang mengatur pola makan dan tidak mengatur pola makan. Pada faktor merokok, kategorisasi dibagi menjadi responden yang merokok dan tidak merokok. Pada faktor riwayat penyakit penyerta, kategorisasi dibagi menjadi responden yang memiliki riwayat penyakit penyerta dan tidak memiliki riwayat penyakit penyerta. Hasil uji t ini selanjutnya akan dibahas lebih rinci pada bagian pembahasan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Uji yang dilakukan pula dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square. Pada uji ini, masing-masing faktor risiko kesehatan dikategorikan menjadi dua kategori. Pengkategorian masing-masing faktor risiko kesehatan, sama seperti kategorisasi pada uji t yang telah dipaparkan sebelumnya di atas. Pada variabel BMI, kategori dibagi dalam dua kelompok, yaitu ≤25 kg/m2 dan >25 kg/m2. Uji ini dilakukan untuk menganalisis adanya perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi yang disebabkan faktor risiko kesehatan. Hasil uji tiap faktor risiko kesehatan yang didapatkan berupa nilai p dan Odds Ratio (OR), beserta interval kepercayaan sebesar 95%. Nilai p yang menunjukkan nilai <0,05 menandakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi yang disebabkan faktor tersebut. Nilai OR menunjukkan seberapa besar risiko, kesadaran, ataupun terapi hipertensi yang dapat terjadi secara bermakna antara dua kategori dalam analisis satu faktor risiko kesehatan. Dari hasil uji ini, akan didapatkan 3 nilai p dan 3 nilai OR beserta interval kepercayaan untuk setiap faktor risiko kesehatan. Nilai p dan nilai OR beserta interval kepercayaan untuk analisis dengan prevalensi hipertensi, nilai p dan nilai OR beserta interval kepercayaan untuk analisis dengan kesadaran hipertensi, serta nilai p dan nilai OR beserta interval kepercayaan untuk analisis dengan terapi hipertensi. Dalam menganalisis hipotesis, jika Ho ditolak, maka hipotesis diterima. Gambar berikut menggambarkan analisis hipotesis hubungan faktor risiko kesehatan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ho
: P1=P2
H1, 2, 3
: P1≠P2 ; <0,05
44
Prevalensi (H1) Faktor Risiko Kesehatan
Kesadaran (H2) Terapi (H3)
Gambar 3. Analisis Hipotesis Perbedaan Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi yang Disebabkan oleh Faktor Risiko Kesehatan Keterangan : P1 = proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden merokok; tidak olahraga; tidak mengatur pola makan; BMI>25; adanya penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskular. P2 = proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden yang tidak merokok; berolah raga; mengatur pola makan; BMI<25; tidak ada penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskular. K. Kelemahan dan Kesulitan Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan hanya satu kali kunjungan ke tiap rumah responden. Pengambilan data yang hanya satu kali ini merupakan salah satu kelemahan penelitian ini. Hal ini berkaitan dengan hasil pengukuran tekanan darah responden penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian tentang hipertensi, maka idealnya pengukuran tekanan darah tidak dilakukan hanya sekali untuk menyatakan seseorang mengalami hipertensi, namun berulang kali dalam beberapa periode (pengecekan rutin). Data wawancara yang dimuat dalam CRF sebagian besar hanya berdasarkan data subjektif dari responden penelitian. Data subjektif yang dimaksudkan adalah data hanya berdasarkan jawaban responden
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
tanpa dapat dibuktikan apakah pernyataan dari responden sesuai dengan kebiasaan responden sehari-hari atau tidak. Data yang dimaksud meliputi kebiasaan responden sehari-hari terkait pola hidup dan riwayat penyakit penyerta. Hal ini menyebabkan terdapat beberapa pertanyaan tertentu yang dijawab secara bias. Dalam menanggulangi jawaban yang bias ini, peneliti harus mampu membuat spesifikasi yang jelas. Kesulitan yang dialami peneliti adalah jarak antara tempat peneliti dan tempat penelitian cukup jauh. Jarak antar rumah responden juga cukup jauh terutama pada dua RT yang terletak di pegunungan. Kondisi jalan menuju rumah responden juga ada beberapa yang sulit dilalui karena rusak ataupun medan yang harus dilalui dengan berhati-hati. Kesulitan lain yang dialami peneliti adalah kesulitan berbahasa Jawa karena sebagian besar lansia merespon pertanyaan peneliti dengan bahasa setempat. Dalam mengatasi hal tersebut, peneliti biasanya meminta bantuan orang lain untuk menerjemahkan atau menggunakan bahasa tubuh untuk dapat lebih berinteraksi dengan responden.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Warga Dukuh Blambangan paling banyak menggunakan sepeda untuk melakukan aktivitas di sawah maupun dalam mencari rumput. Selain sepeda, warga dukuh Blambangan ada juga yang menggunakan motor menuju sawah atau membawa beberapa keperluan di sawah. Warga di tempat ini juga ada yang memiliki mobil, namun tidak terlalu banyak sebanyak pengguna sepeda dan motor. Warga di dukuh ini kebanyakan berprofesi sebagai buruh tani. Aktivitas sehari-hari lebih banyak dihabiskan di sawah dan di rumah. Kebanyakan warga dukuh Blambangan juga memiliki hewan ternak, seperti ayam, kambing, atau bahkan sapi. Pada siang menjelang sore hari, warga mencari rumput sebagai makanan untuk diberikan kepada hewan ternak (kambing dan sapi). Di sore hari, ada yang melakukan aktivitas jalan sore, senam bagi para ibu, bersepeda, atau sekedar berkunjung ke tetangga. Pada malam hari, biasanya setelah maghrib, masyarakat di Dukuh Blambangan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga. Di RT 6 dan 7, hampir semua warga memiliki kartu asuransi kesehatan (BPJS). BPJS diurus oleh bidan terdekat untuk warga pada dua RT di pegunungan. BPJS yang digunakan warga baru berkisar dua bulan. Diharapkan dengan adanya BPJS, warga terbantu untuk semakin memperhatikan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dituju oleh warga di tujuh RT lainnya beragam. Walaupun sebagian besar warga biasanya mengikuti pemeriksaan kesehatan di 46
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
posyandu, ada beberapa yang juga memeriksakan kesehatan ke dokter di Rumah Sakit (RS) ataupun di tempat praktek dokter. Berikut tabel yang menjabarkan karakteristik responden penelitian di Dukuh Blambangan. Tabel V. Karakteristik Responden Penelitian di Dukuh Blambangan Variabel Jumlah 200 Jumlah Responden 45 Laki-laki (%) Usia (Tahun) o 40-49 89 o 50-59 45 o 60-69 30 o 70-79 26 o >80 10 BMI (kg/m2) o <18,5 32 o ≥18,5 - <25,0 111 o ≥25,0 - <27,0 31 o ≥27,0 26 Aktivitas Fisik o Aktivitas Berat 76 o Olahraga Rutin 61 o Tidak Melakukan Aktivitas Fisik 63 Pola Makan o Rebus > Goreng 46 o Makan Buah Rutin 67 o Tidak Menjaga Pola Makan 87 Merokok o Aktif 57 o Pasif 20 o Tidak Merokok 123 Riwayat Penyakit Penyerta o DM 5 o Asam Urat 3 o Stroke 1 o Kolesterol 1
Berdasarkan data pada tabel V, prevalensi laki-laki sebesar 45% (90 orang) dan perempuan 55% (110 orang). Proporsi ini menandakan bahwa responden penelitian lebih banyak responden perempuan dibanding laki-laki.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
Prevalensi usia yang paling banyak adalah 40-49 tahun dengan jumlah 89 responden. Responden berusia 50 tahun ke atas lebih banyak dibanding responden berusia dibawah 50 tahun. Hal ini menandakan di Dukuh Blambangan, jumlah penduduk lansia lebih banyak. Prevalensi BMI yang paling banyak ditemukan di Dukuh Blambangan adalah BMI ≥18,5 kg/m2 - <25 kg/m2 dengan jumlah 111 responden. Hasil ini selaras dengan kebiasaan hidup orang setempat yang terbiasa bersepeda, berjalan kaki, dan beraktivitas secara aktif. Makanan yang dikonsumsi, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dan jarang mengonsumsi daging-dagingan, menunjang BMI yang tidak berlebih (obesitas). Faktor gaya hidup juga dapat mempengaruhi BMI seseorang. Prevalensi paling tinggi adalah responden yang melakukan aktivitas fisik berat dengan jumlah 76 responden. Hasil ini selaras dengan pekerjaan orang setempat yang sebagian besar bekerja sebagai petani. Cukup banyak warga yang berprofesi sebagai buruh bangunan dan tukang kayu. Jumlah responden yang melakukan olahraga rutin juga cukup banyak (61 responden). Di Dukuh Blambangan, para ibu sering melakukan senam bersama. Olahraga lainnya yaitu bersepeda dan lari/jalan pagi/sore yang juga dilakukan warga di Dukuh Blambangan. Responden paling banyak tidak menjaga pola makan dengan jumlah 87 responden, namun jika jumlah responden yang lebih sering mengonsumsi makanan yang direbus daripada yang digoreng (46 responden) digabung dengan jumlah responden yang rutin mengonsumsi buah (67 responden), maka jumlah responden yang menjaga pola makan lebih tinggi daripada responden yang tidak menjaga pola makan. Hal ini sesuai dengan kebiasaan beberapa warga Dukuh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Blambangan yang lebih banyak mengonsumsi makanan yang direbus daripada digoreng. Kebiasaan lain yang menunjang adalah rutin/sering (minimal 2 hari 1 kali) mengonsumsi buah. Kebanyakan warga rutin mengonsumsi buah karena buah yang dikonsumsi berasal dari kebun atau hasil tanaman sendiri sehingga untuk mendapatkan buah juga lebih mudah. Responden penelitian sebagian besar tidak merokok (123 responden). Jika jumlah responden perokok aktif (57 responden) dan pasif (20 responden) digabung pun tidak lebih besar dari jumlah responden yang tidak merokok. Di Dukuh Blambangan, jumlah perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Perempuan di Dukuh ini tidak merokok, sedangkan laki-laki hampir sebagian besar merokok. Laki-laki cenderung melakukan pekerjaan berat hampir tiap hari sehingga kebanyakan warga laki-laki merokok untuk menghilangkan stress atau kebosanan ataupun sebagai pemacu semangat dalam bekerja, atau bahkan karena tuntutan sosial yang mencitrakan laki-laki untuk merokok lewat tawaran rekan sekerja. Responden penelitian sebagian besar tidak
memiliki
riwayat
penyakit
penyerta
yang
berhubungan
dengan
kardiovaskuler. Hal ini selaras dengan kehidupan warga Dukuh Blambangan yang sebagian besar memiliki pola hidup yang baik sehingga penyakit yang timbul pula sedikit.
A. Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta Jumlah responden penelitian sebanyak 200 orang dengan usia 40 tahun ke atas. Dari jumlah tersebut didapatkan data prevalensi, kesadaran, dan terapi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
hipertensi. Berikut data yang didapatkan dan dianalisis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta.
Gambar 4. Data Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta Berdasarkan data di atas, didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 55% (110 orang) dan yang tidak hipertensi sebesar 45% (90 orang) dari responden penelitian sebanyak 200 orang. Prevalensi yang sadar hipertensi sebesar 32,5% (65 orang) dan yang tidak sadar hipertensi sebesar 22,5% (45 orang). Responden yang sadar hipertensi mengetahui dirinya memiliki tekanan darah tinggi berdasarkan pengukuran tekanan darah sebelumnya di posyandu ataupun pelayanan kesehatan lainnya. Responden yang tidak sadar hipertensi mengetahui tekanan darahnya tinggi pada saat dilakukan pengukuran tekanan darah oleh peneliti sebanyak 2 kali (selang waktu pengukuran sekitar 2 menit. Pengukuran sebanyak 2 kali untuk memastikan keakuratan hasil pengukuran). Prevalensi yang melakukan terapi hipertensi sebesar 31,5% (63 orang) dan yang tidak melakukan terapi hipertensi sebesar 1% (2 orang). Terapi yang dilakukan responden yang sadar hipertensi berupa jamu atau obat-obatan atau lain-lain yang bertujuan mengatasi tekanan darah yang tinggi. Responden yang tidak melakukan terapi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
walaupun sadar hipertensi adalah responden yang sudah mendapatkan obat hipertensi, namun tidak diminum. Penelitian ini menggunakan The Rule of Halves. Berdasarkan The Rule of Halves, jumlah orang yang mengalami hipertensi merupakan jumlah dari setengah populasi, jumlah orang yang sadar hipertensi merupakan jumlah dari setengah orang hipertensi, jumlah orang yang melakukan terapi merupakan jumlah dari setengah orang yang sadar hipertensi, dan setengah dari jumlah orang yang melakukan terapi, melakukan kontrol terapi. Pada penelitian ini, yang diteliti hanya sampai terapi. Berikut data yang membandingkan data penelitian dengan data yang sesuai The Rules of Halves. The Rules of Halves
Data Penelitian
Gambar 5. Perbandingan Data Penelitian berdasarkan The Rule of Halves Pada data penelitian, populasi penelitian sebanyak 200 orang. Responden yang mengalami hipertensi sebanyak 110 orang dari populasi sebanyak 200 orang. Jika dikaitkan dengan The Rule of Halves, dari jumlah populasi sebanyak 200 orang, responden hipertensi berjumlah 100 orang. Pada data penelitian, jumlah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
responden yang mengalami hipertensi mendekati angka 100 (selisih 10 angka). Hal ini menandakan bahwa responden penelitian yang mengalami hipertensi lebih banyak dari yang dikemukakan pada The Rules of Halves. Responden yang sadar hipertensi sebanyak 65 orang. Jika dikaitkan dengan The Rule of Halves, dari jumlah populasi sebanyak 200 orang, orang yang mengalami hipertensi berjumlah 100 orang, dan orang yang sadar hipertensi berjumlah 50 orang. Pada data penelitian, jumlah responden yang sadar hipertensi adalah 65, namun dengan nilai yang cukup mendekati angka 50 (selisih 15 angka). Responden sadar hipertensi pada penelitian memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan jumlah pada The Rules of Halves. Hal ini menandakan bahwa hasil penelitian lebih baik daripada yang dikemukakan pada The Rule of Halves. Responden yang melakukan terapi hipertensi sebanyak 63 orang. Jika dikaitkan dengan The Rule of Halves, dari jumlah populasi sebanyak 200 orang, orang yang mengalami hipertensi berjumlah 100 orang, orang yang sadar hipertensi berjumlah 50 orang, dan orang yang melakukan terapi sebanyak 25 orang. Pada data penelitian, jumlah responden yang melakukan terapi hipertensi adalah 63 orang. Nilai ini cukup jauh dari angka 25 (selisih 38 angka). Angka yang cukup jauh ini menandakan bahwa hasil penelitian lebih baik daripada yang dikemukakan pada The Rules of Halves. 1. Proporsi Responden Penelitian terhadap Jenis Kelamin, Usia dan Faktor Risiko Kesehatan di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta Pada tabel berikut, masing-masing variabel dibagi dalam dua kategori untuk analisis selanjutnya. Dari dua kategorisasi ini, didapatkan nilai proporsi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
untuk setiap variabel. Berikut tabel proporsi responden hipertensi terhadap jenis kelamin, usia, dan faktor risiko kesehatan terkait prevalensi hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta. Tabel VI. Proporsi Responden Hipertensi terhadap Jenis Kelamin, Usia, dan Faktor Risiko Kesehatan Terkait Prevalensi Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta Variabel Jumlah n % 110 55 Responden Hipertensi Jenis Kelamin o Laki-laki 50 45,5 o Perempuan 60 54,5 Usia (tahun) o <50 34 30,9 o ≥50 76 69,1 2 BMI (kg/m ) o ≤25 83 75,5 o >25 27 24,5 Melakukan Aktivitas Fisik o Ya 71 64,5 o Tidak 39 35,5 Menjaga Pola Makan o Ya 59 53,6 o Tidak 51 46,4 Tanpa Merokok o Ya 83 75,5 o Tidak 27 24,5 Tanpa Riwayat Penyakit Penyerta o Ya 100 90,9 o Tidak 10 9,1
Berdasarkan data di atas, prevalensi laki-laki sebesar 45,5% (50 orang) dan perempuan 54,5% (60 orang). Terkait jenis kelamin, laki-laki lebih berisiko terkena hipertensi dibandingkan dengan perempuan sebelum menopause, namun setelah menopause perempuan juga dapat berisiko terkena hipertensi terkait defisiensi hormon estrogen. Pada masa sebelum menopause, perempuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
terlindung dari penyakit kardiovaskuler karena adanya proteksi berupa hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan HDL. Kadar HDL yang tinggi dapat mencegah terjadinya aterosklerosis yang dapat memacu tekanan darah tinggi. Umumnya perempuan usia 45-55 tahun mengalami pre-menopause yang ditandai dengan penurunan kadar hormon estrogen dalam tubuh. Pada tabel di atas, prevalensi responden perempuan yang mengalami hipertensi (54,5%) lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki (45,5%). Hal ini dapat dimungkinkan pula karena usia lanjut dari responden penelitian terkait sifat protektif estrogen untuk mencegah aterosklerosis sehingga dimungkinkan prevalensi perempuan yang mengalami hipertensi lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang mengalami hipertensi. Prevalensi usia <50 tahun sebesar 30,9% (34 orang) dan ≥ 50 tahun sebesar 69,1% (76 orang). Semakin bertambah usia, seseorang berisiko terkena hipertensi. Hal ini sejalan dengan prevalensi di atas. Pada kelompok usia 31-55 tahun, penyakit hipertensi paling banyak dialami. Pada umumnya kejadian hipertensi cenderung meningkat pada usia paruh baya, khususnya usia lebih dari 40 tahun, bahkan pada usia lebih dari 60 tahun. Pada usia 45 tahun ke atas, terjadi penebalan pada dinding arteri akibat adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot. Penebalan ini mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan menjadi kaku. Selain itu, usia yang bertambah juga menyebabkan peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Selain itu, umumnya usia 45-55 tahun (wanita) mengalami pre-menopause yang ditandai dengan penurunan kadar hormon estrogen dalam tubuh. Estrogen ini berfungsi juga sebagai protektor
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
terhadap kejadian aterosklerosis. Pada percobaan yang dilakukan oleh Oktora (2005), sebesar 50-60% pasien hipertensi berusia lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini dikarenakan pula pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usia. Prevalensi BMI ≤ 25 kg/m2 sebesar 75,5% (83 orang) dan BMI > 25 kg/m2 sebesar 24,5% (27 orang). Menurut Cortas et al. (2008), status gizi normal sesuai standar internasional adalah < 25 kg/m2 dan BMI >30 masuk dalam kategori obesitas. Pada prevalensi di atas, responden yang memiliki BMI ≤ 25 kg/m2 lebih banyak dibanding responden dengan BMI > 25 kg/m2. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa obesitas menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi, namun hal ini dapat dimungkinkan bahwa penyebab terjadinya hipertensi dapat beragama. Hal tersebut dapat pula merupakan dampak dari berbagai faktor penyebab yang mungkin menyebabkan hipertensi. Prevalensi responden yang melakukan aktivitas fisik sebesar 64,5% (71 orang) dan responden yang tidak melakukan aktivitas fisik sebesar 35,5% (39 orang). Menurut Suyono dan Slamet (2001), olahraga teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Menurut Sheps (2005) dalam Aris (2007), orang yang tidak aktif cenderung mempunyai frekuensi jantung yang lebih tinggi. Makin keras dan sering otot jantung memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. Teori- teori di atas tidak sejalan dengan prevalensi di atas. Sesuai teori, prevalensi responden yang melakukan aktivitas fisik lebih kecil daripada prevalensi responden yang tidak melakukan aktivitas fisik, namun pada data penelitian dihasilkan prevalensi yang sebaliknya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Hal ini dapat dimungkinkan karena penyebab hipertensi pada responden penelitian dipengaruhi faktor lain selain faktor aktivitas fisik, seperti riwayat hipertensi dari keluarga dan pola makan. Prevalensi responden yang menjaga pola makan sebesar 53,6% (59 orang) dan responden yang tidak menjaga pola makan sebesar 46,4% (51 orang). Menurut Almatsier (2003), konsumsi buah-buahan dalam porsi yang memadai merupakan sumber asupan antioksidan bagi tubuh yang berfungsi menangkap radikal bebas dan mencegah kerusakan pada pembuluh darah. Selain itu, konsumsi pangan tinggi lemak dapat meningkatkan risiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis). Prevalensi dari data di atas menunjukkan bahwa responden yang menjaga pola makan lebih besar daripada responden yang tidak menjaga pola makan. Hal ini menandakan prevalensi pada faktor pola makan tidak selaras dengan teori. Penyebab ketidaklarasan ini dapat dimungkinkan karena berbagai faktor lain yang dibahas di penelitian ini atau faktor lain yang tidak diteliti peneliti pada penelitian ini. Prevalensi responden yang merokok sebesar 24,5% (27 orang) dan responden yang tidak merokok sebesar 75,5% (83 orang). Kandungan nikotin dan karbondioksida yang terkandung pada rokok dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah dan dapat mengurangi elastisitas pembuluh darah. Menurut Khomsan (1996), merokok dapat meningkatkan kadar LDL dan menurunkan kadar HDL. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Pada prevalensi di atas, hasil tidak selaras dengan teori. Responden yang merokok memiliki prevalensi yang lebih kecil dibanding responden yang tidak merokok. Hal ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
dapat dimungkinkan adanya faktor penyebab lain yang memicu peningkatan tekanan darah. Prevalensi responden yang memiliki riwayat penyakit penyerta terkait kardiovaskuler sebesar 9,1% (11 orang) dan responden yang tidak memiliki riwayat penyakit penyerta terkait kardiovaskuler sebesar 90,9% (100 orang). Menurut Krummer (2004), penyakit penyerta yang sering muncul pada keadaan hipertensi adalah sindrom metabolik, yaitu DM, dislipidemia, dan obesitas. Menurut Ganong (1998), kondisi fisiologis yang menyebabkan hipertensi antara lain adalah aterosklerosis, bertambahnya jumlah darah yang dipompa ke jantung, penyakit ginjal, kelenjar adrenal, dan sistem saraf simpatis. Pada data di atas, prevalensi responden yang memiliki riwayat penyakit penyerta sangat kecil dibanding yang tidak memiliki riwayat penyakit penyerta. Hal ini dimungkinkan bahwa hipertensi pada responden penelitian disebabkan oleh faktor lainnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Berikut tabel proporsi responden sadar hipertensi terhadap jenis kelamin, usia, dan faktor risiko kesehatan terkait prevalensi hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta. Tabel VII. Proporsi Responden Sadar Hipertensi terhadap Jenis Kelamin, Usia, dan Faktor Risiko Kesehatan Terkait Prevalensi Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta Variabel Jumlah n % 65 32,5 Responden Sadar Hipertensi Jenis Kelamin o Laki-laki 23 35,4 o Perempuan 42 64,6 Usia (tahun) o <50 19 29,2 o ≥50 46 70,8 2 BMI (kg/m ) o ≤25 48 73,8 o >25 17 26,2 Melakukan Aktivitas Fisik o Ya 39 60 o Tidak 26 40 Menjaga Pola Makan o Ya 32 49,2 o Tidak 33 50,8 Tanpa Merokok o Ya 56 86,2 o Tidak 9 13,8 Tanpa Riwayat Penyakit Penyerta o Ya 55 84,6 o Tidak 10 15,4
Berdasarkan data di atas, prevalensi laki-laki sebesar 35,4% (23 orang) dan perempuan 64,6% (42 orang). Umumnya di Dukuh Blambangan, perempuan lebih sering melakukan pengecekan tekanan darah di posyandu atau bidan dibandingkan responden laki-laki sehingga hal ini memungkinkan perempuan lebih sadar hipertensi. Prevalensi usia < 50 tahun sebesar 29,2% (19 orang) dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
≥50 tahun sebesar 70,8% (46 orang). Usia 50 tahun ke atas umumnya mengalami berbagai gangguan kesehatan,. Hal ini menyebabkan pada usia tersebut lebih banyak yang terdeteksi tekanan darahnya pada saat pemeriksaan kesehatan di pelayanan kesehatan dibanding yang berumur dibawahnya. Prevalensi BMI ≤ 25 sebesar 73,8% (48 orang) dan BMI > 25 sebesar 26,2% (17 orang). Di Dukuh Blambangan, responden penelitian umumnya jarang melakukan pemeriksaan tekanan darah. Pemeriksaan dilakukan hanya jika mengalami sakit pada tubuh. Orang dengan BMI ≤ 25 cenderung lebih aktif melakukan pemerikasaan tekanan darah dibanding orang dengan BMI >25. Hal ini menyebabkan orang dengan BMI ≤ 25 lebih banyak yang sadar hipertensi dibandingkan orang dengan BMI >25. Prevalensi responden yang melakukan aktivitas fisik sebesar 60% (39 orang) dan responden yang tidak melakukan aktivitas fisik sebesar 40% (26 orang). Sebagian besar responden penelitian biasanya bekerja seharian dengan aktivitas atau pekerjaan yang aktif. Hal inilah yang dimungkinkan bagi mereka untuk melakukan pengecekan tekanan darah guna memastikan nilai tekanan darahnya. Prevalensi responden yang menjaga pola makan sebesar 49,2% (32 orang) dan responden yang tidak menjaga pola makan sebesar 50,8% (33 orang). Hasil sebesar 50,8% ini dimungkinkan bahwa responden belum mengetahui bahwa dirinya memiliki tekanan darah tinggi atau belum adanya kesadaran bahwa pola makan tidak sehat berisiko meningkatkan tekanan darah. Prevalensi responden yang merokok sebesar 13,8% (9 orang) dan responden yang tidak merokok sebesar 86,2% (56 orang). Hasil ini dapat dimungkinkan karena jumlah responden penelitian yang sebagian besar (71,5%) yang bukan perokok aktif. Responden
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
yang tidak merokok lebih tinggi pervalensinya terkait kesadaran akan hipertensi dibanding yang merokok. Faktor lain yang dapat memungkinkan hasil ini adalah kemauan dari dalam diri untuk melakukan pengecekan tekanan darah. Walaupun seseorang mengetahui bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan, namun untuk menimbulkan kesadaran melakukan pengecekan kesehatan, dalam hal ini pengecekan tekanan darah, tidak dapat dipastikan. Prevalensi responden yang memiliki riwayat penyakit penyerta terkait kardiovaskuler sebesar 15,4% (10 orang) dan responden yang tidak memiliki riwayat penyakit penyerta terkait kardiovaskuler sebesar 84,6% (55 orang). Orang dengan riwayat penyakit penyerta dapat mengetahui nilai tekanan darahnya karena pada saat melakukan pengecekan kesehatan, pelayan kesehatan akan melakukan pengecekan tekanan darah sehingga seharusnya prevalensi responden yang memiliki riwayat penyakit penyerta lebih tinggi. Hasil ini dimungkinkan karena prevalensi responden penelitian yang sebagian besar (94,5%) tidak memiliki riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler sehingga hasil yang didapatkan bahwa hanya 15,4% responden yang sadar hipertensi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
Berikut tabel proporsi responden yang melakukan terapi hipertensi terhadap jenis kelamin, usia, dan faktor risiko kesehatan terkait prevalensi hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta. Tabel VIII. Proporsi Responden yang Melakukan Terapi Hipertensi terhadap Jenis Kelamin, Usia, dan Faktor Risiko Kesehatan Terkait Prevalensi Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta Variabel Jumlah n % Responden yang Melakukan 63 31,5 Terapi Hipertensi Jenis Kelamin o Laki-laki 21 33,3 o Perempuan 42 66,7 Usia (tahun) o <50 18 28,6 o ≥50 45 71,4 2 BMI (kg/m ) o ≤25 46 73 o >25 17 27 Melakukan Aktivitas Fisik o Ya 37 58,7 o Tidak 26 41,3 Menjaga Pola Makan o Ya 31 49,2 o Tidak 32 50,8 Tanpa Merokok o Ya 56 88,9 o Tidak 7 11,1 Tanpa Riwayat Penyakit Penyerta o Ya 53 84,1 o Tidak 10 15,9 Berdasarkan data di atas, prevalensi laki-laki sebesar 33,3% (21 orang) dan perempuan 66,7% (42 orang). Hal ini dimungkinkan karena perempuan lebih sering
melakukan
pengecekan
tekanan
darah
ke
pelayanan
kesehatan
dibandingkan laki-laki. Jika responden memiliki tekanan darah tinggi, maka dimungkinkan bahwa responden akan mencari tahu penyebab atau sekadar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
menggali informasi dari pelayan kesehatan. Hal inilah yang kemudian dimungkinkan dapat meningkatkan motivasi responden dalam melakukan terapi hipertensi. Prevalensi usia <50 tahun sebesar 28,6% (18 orang) dan ≥ 50 tahun sebesar 71,4% (45 orang). Responden berusia 50 tahun ke atas diberi terapi hipertensi karena bersamaan dengan pemeriksaan kesehatan lainnya. Selain itu, jika dikaitkan dengan data responden sadar hipertensi, hanya 29,2% responden dengan usia <50 yang sadar hipertensi sehingga hasil di atas sinkron dengan kesadaran responden terhadap pelaksanaan terapi hipertensi. Prevalensi BMI ≤ 25 sebesar 73% (46 orang) dan BMI >25 sebesar 27% (17 orang). Hasil ini belum dapat dipastikan secara pasti alasannya, namun hal ini dapat dimungkinkan karena responden dengan BMI ≤ 25, lebih menyadari pentingnya menjaga tekanan darah normal dibanding responden dengan BMI >25. Prevalensi responden yang melakukan aktivitas fisik sebesar 58,7% (37 orang) dan responden yang tidak melakukan aktivitas fisik sebesar 41,3% (26 orang). Hal ini dimungkinkan karena responden yang melakukan aktivitas fisik memiliki kesadaran yang lebih tinggi untuk menjaga tekanan darah normal dibandingkan yang tidak melakukan aktivitas fisik. Poin khas yang dimiliki responden yang melakukan aktivitas fisik adalah kesadaran menjaga kesehatan diri yang dibuktikan dengan rutinitas dalam beraktivitas secara aktif. Prevalensi responden yang menjaga pola makan sebesar 49,2% (31 orang) dan responden yang tidak menjaga pola makan sebesar 50,8% (32 orang). Hal ini dapat dimungkinkan karena responden yang mengetahui dirinya tidak menjaga pola makan, memiliki kesadaran bahwa kebiasaan tersebut berisiko menimbulkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
penyakit, dalam hal ini tekanan darah tinggi sehingga responden terpacu untuk melakukan terapi untuk mengatasi hipertensi. Prevalensi responden yang merokok sebesar 11,1% (7 orang) dan responden yang tidak merokok sebesar 88,9% (56 orang). Hal ini juga dapat dipicu karena jumlah responden yang sadar hipertensi hanya 13,8% untuk responden yang
merokok sehingga pada data di atas
responden yang melakukan terapi lebih banyak dilakukan oleh responden yang tidak merokok. Prevalensi responden yang memiliki riwayat penyakit penyerta terkait kardiovaskuler sebesar 15,9% (10 orang) dan responden yang tidak memiliki riwayat penyakit penyerta terkait kardiovaskuler sebesar 84,1% (53 orang). Hal ini selain karena pengaruh data responden sadar hipertensi yang kecil (15,4%) untuk responden yang memiliki riwayat penyakit penyerta, juga dapat dikarenakan bahwa dalam melakukan terapi hipertensi ada faktor penyebab lain yang belum dapat dipastikan secara jelas dan membutuhkan penelitian lebih lanjut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
2. Hubungan Tekanan Darah terhadap Jenis Kelamin, Usia, dan Faktor Risiko Kesehatan di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta Tabel IX. Profil Tekanan Darah Responden Penelitian terhadap Jenis Kelamin, Usia, dan Faktor Risiko Kesehatan di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta (n=200) Variabel TDS TDD Nilai p Total Subjek 138,5±20,1 83,3±13,1 Jenis Kelamin o Laki-laki 138,1±20,1 84,3±11,9 TDS = 0,889 o Perempuan 138,9±20,2 82,6±14,1 TDD = 0,962 Usia (tahun) o 40-49 131,5±18,1 84,2±14,3 o 50-59 138,0±17,5 85,8±10,7 TDS = 0,000 o 60-69 143,0±20,5 82,0±10,5 TDD = 0,151 o 70-79 148,8±17,7 77,9±14,4 o >80 163,1±20,8 82,7±13,2 2 BMI (kg/m ) o <18,5 137,1±20,4 79,8±14,1 TDS = 0,028 o ≥18,5 - <25,0 136,3±18,9 83,8±13,8 TDD = 0,271 o ≥25,0 - <27,0 138,8±20,6 82,7±11,6 o ≥27,0 149,3±21,4 86,3±10,1 Melakukan Aktivitas Fisik o Ya 136,9±19,0 82,9±14,1 TDS = 0,367 o Tidak 142,0±22,0 84,2±10,6 TDD = 0,125 Menjaga Pola Makan o Ya 135,8±19,2 82,2±14,5 TDS = 0,668 o Tidak 142,0±20,7 84,7±11,0 TDD = 273 Tanpa Merokok o Ya 139,5±20,1 84,5±11,8 TDS = 0,910 o Tidak 136,0±19,9 80,4±15,7 TDD = 0,559 Tanpa Riwayat Penyakit Penyerta o Ada 138,4±19,7 83,9±12,9 TDS = 0,078 o Tidak Ada 140,1±27,8 73,3±13,7 TDD = 0,577
Berdasarkan data di atas, hanya variabel usia dan BMI terhadap tekanan darah sistolik yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini sesuai dengan nilai p yang bernilai <0,05. Nilai p untuk variabel usia pada tekanan darah sistolik adalah 0,000 dan nilai p untuk variabel BMI pada tekanan darah sistolik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
adalah 0,028. Hasil ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara usia dan BMI dengan tekanan darah sistolik pada responden penelitian di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta. Hasil uji selanjutnya adalah analisis Post Hoc untuk menganalisis kelompok usia dan BMI mana yang berbeda signifikan. Berdasarkan data pada lampiran 9, nilai p yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) terdapat pada 1 hubungan pada variabel BMI, yaitu ≥18,5 - <25,0 dengan ≥27,0, serta 5 hubungan pada variabel usia, yaitu usia 40-49 dengan 60-69, 40-49 dengan 70-79, 40-49 dengan >80, 50-59 dengan >80, dan 60-69 dengan >80.
B. Hubungan Faktor Risiko Kesehatan terhadap Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta Analisis hubungan faktor risiko kesehatan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi di Dukuh Blambangan, dilakukan menggunakan uji ChiSquare. Pada uji ini, nilai p<0,05 menandakan terdapat hubungan yang signifikan antara masing-masing faktor risiko kesehatan dengan prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
1. Responden Hipertensi Berikut tabel yang menyatakan hasil analisis Chi-Square pada responden yang mengalami hipertensi di Dukuh Blambangan. Tabel X. Hasil Analisis Chi-Square pada Responden Hipertensi OR Faktor Risiko Kesehatan Nilai p (95% CI) 0,455 BMI 0,012* (0,238-0,870) Melakukan 0,493 0,018* Aktivitas Fisik (0,265-0,918) Menjaga 0,600 0,052 Pola Makan (0,340-1,060) 0,718 Tanpa Merokok 0,185 (0,388-1,330) Tanpa Riwayat 0,528 0,256 Penyakit Penyerta (0,144-1,933) * Berbeda Bermakna
a. BMI BMI ideal adalah BMI dengan nilai 18-22 kg/m2. BMI di atas 25, berisiko mengalami obesitas. Orang yang mengalami obesitas memiliki risiko terkena penyakit kardiovaskuler. Lemak dalam jumlah banyak dalam tubuh seseorang yang mengalami obesitas dapat memicu terbentuknya plak pada pembuluh darah. Hal ini lama-kelamaan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga jantung akan memompa darah lebih kencang dan menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Pada tabel di atas, ditunjukkan hasil analisis hubungan BMI dengan prevalensi hipertensi. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,012 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara BMI dengan hipertensi pada responden penelitian. Nilai OR sebesar 0,455 dengan interval 0,238-0,870 yang berarti responden yang memiliki BMI ≤25 kg/m2 memiliki risiko 0,455 kali
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
lebih kecil secara bermakna terkena hipertensi dibandingkan responden yang memiliki BMI >25 kg/m2. Hal ini selaras dengan teori bahwa obesitas berisiko menimbulkan terjadinya hipertensi. b. Pola Hidup (1) Aktivitas Fisik Aktivitas fisik secara teratur dapat menurunkan tahanan perifer. Tahanan perifer berbanding lurus dengan tekanan darah sehingga orang yang melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat menurunkan risiko tekanan darah tinggi. Pada orang yang tidak aktif melakukan aktivitas fisik cenderung memiliki frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan otot jantung harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Semakin keras dan semakin sering otot jantung memompa, semakin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. Pada hasil uji statistik penelitian menunjukkan nilai p sebesar 0,018 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan hipertensi. Nilai OR sebesar 0,493 dengan interval 0,265-0,918 yang berarti responden yang melakukan aktivitas fisik memiliki risiko 0,493 kali lebih kecil secara bermakna terkena hipertensi dibandingkan responden yang tidak melakukan aktivitas fisik. Hal ini sesuai dengan teori bahwa orang yang jarang melakukan aktivitas fisik rutin berisiko terkena hipertensi. (2) Pola Makan Orang yang sering mengonsumsi buah-buahan maupun sayur-sayuran dan makanan berserat lainnya, dapat menurunkan terjadinya hipertensi. Sayur-sayuran dan buah-buahan dalam porsi yang cukup dapat merupakan sumber asupan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
antioksidan bagi tubuh. Antioksidan dapat menangkap radikal bebas dan mencegah kerusakan pada pembuluh darah. Makanan yang digoreng memiliki kandungan lemak yang kurang baik bagi tubuh, terutama bagi pembuluh darah. Konsumsi makanan dengan kandungan lemak yang tinggi dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah akibat terbentuknya plak pada pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Pada hasil uji statistik penelitian menunjukkan nilai p sebesar 0,052 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola makan dengan hipertensi. Nilai OR sebesar 0,600 dengan interval 0,340-1,060. (3) Merokok Orang yang merokok berisiko terkena hipertensi. Kandungan nikotin dan karbondioksida pada rokok dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengurangi elastisitasan pembuluh darah sehingga memicu tekanan darah menjadi tinggi. Merokok juga dapat meningkatkan kadar LDL (kolesterol jahat) dan menurunkan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah. Peningkatan kadar LDL dalam darah memicu terbentuknya plak dan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan tekanan yang dibutuhkan untuk memompa darah menjadi tinggi. Pada hasil uji statistik penelitian menunjukkan nilai p sebesar 0,185 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara merokok dengan hipertensi. Nilai OR sebesar 0,718 dengan interval 0,388-1,330.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
c. Riwayat Penyakit Penyerta yang berhubungan dengan Kardiovaskuler DM, dislipidemia, obesitas, aterosklerosis,
serta penyakit
terkait
kerdiovaskuler lainnya merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi. Orang yang memiliki kadar lemak yang berlebih atau dalam jumlah banyak dalam tubuh, dapat memicu pembentukan plak pada pembuluh darah. Hal ini menyebabkan pembuluh darah menjadi sempit sehingga tekanan yang dibutuhkan jantung untuk memompa darah meningkat. Hipertensi juga dapat terjadi pada orang yang mengalami stroke. Tekanan darah yang tinggi dapat memicu pecahnya pembuluh darah di otak (stroke hemoragik). Tekanan darah yang tinggi juga dapat memicu kerusakan jaringan. Jika suplai darah ke jaringan tubuh tidak cukup, lama-kelamaan dapat merusak jaringan karena jaringan tidak mendapat nutrisi serta oksigen untuk kelangsungan hidup sel. Pada hasil uji statistik penelitian menunjukkan nilai p sebesar 0,256 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara riwayat penyakit penyerta dengan hipertensi. Nilai OR sebesar 0,528 dengan interval 0,144-1,933.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
2. Responden Sadar Hipertensi Berikut tabel yang menyatakan hasil analisis Chi-Square pada responden yang sadar akan hipertensi yang dialaminya di Dukuh Blambangan. Tabel XI. Hasil Analisis Chi-Square pada Responden Sadar Hipertensi OR Faktor Risiko Kesehatan Nilai p (95% CI) 0,122 BMI 0,000* (0,034-0,437) Melakukan 0,004* 0,292 Aktivitas Fisik (0,121-0,702) Menjaga 0,018* 0,403 Pola Makan (0,183-0,887) 0,554 Tanpa Merokok 0,135 (0,230-1,330) Tanpa Riwayat 0,024* 0,172 Penyakit Penyerta (0,034-0,873) * Berbeda Bermakna
a. BMI Pada responden hipertensi yang sadar hipertensi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,000 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara BMI dengan kesadaran terhadap hipertensi pada responden hipertensi. Nilai OR sebesar 0,122 dengan interval 0,034-0,437 yang berarti responden yang memiliki BMI ≤25 kg/m2 0,122 kali lebih kecil secara bermakna sadar hipertensi dibandingkan responden yang memiliki BMI >25. Hal ini dapat dimungkinkan karena warga menganggap dirinya sehat jadi tidak perlu memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat. Di Dukuh Blambangan, umumnya orang yang tidak memiliki berat badan berlebih, beberapa warga lebih aktif melakukan pemeriksaan kesehatan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
b. Pola Hidup (1) Aktivitas Fisik Pada responden hipertensi yang sadar hipertensi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,004 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kesadaran terhadap hipertensi pada responden hipertensi. Nilai OR sebesar 0,292 dengan interval 0,121-0,702 yang berarti responden yang melakukan aktivitas fisik 0,292 kali lebih kecil secara bermakna sadar hipertensi dibandingkan responden yang tidak melakukan aktivitas fisik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang sudah melakukan aktivitas fisik merasa tidak perlu lagi melakukan pemeriksaan kesehatan karena cenderung merasa sehat dan tidak mengalami gangguan pada tubuh. (2) Pola Makan Pada responden hipertensi yang sadar hipertensi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,018 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara pola makan dengan kesadaran terhadap hipertensi pada responden hipertensi. Nilai OR sebesar 0,403 dengan interval 0,183-0,887 yang berarti responden yang menjaga pola makan memiliki risiko 0,403 kali lebih kecil secara bermakna sadar hipertensi dibandingkan responden yang tidak menjaga pola makan. Hal ini dimungkinkan karena orang yang menjaga pola makan tidak terkena hipertensi, maka pengecekan tekanan darah tidak diperhatikan dan menganggap tidak terjadi gangguan pada tubuh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
(3) Merokok Pada responden hipertensi yang sadar hipertensi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,135 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara merokok dengan kesadaran terhadap hipertensi pada responden hipertensi. Nilai OR sebesar 0,554 dengan interval 0,230-1,330. Hal ini menandakan bahwa perbedaan antara responden yang merokok dengan yang tidak merokok, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam menyatakan berapa kali lipat kesadaran responden terhadap hipertensi yang dialaminya. Faktor yang mempengaruhi hal ini dapat beragam dan perlu uji lanjutan untuk mengidentifikasi lebih lanjut penyebabnya. c. Riwayat Penyakit Penyerta yang berhubungan dengan Kardiovaskuler Pada responden hipertensi yang sadar hipertensi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,024 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara riwayat penyakit penyerta dengan kesadaran terhadap hipertensi pada responden hipertensi. Nilai OR sebesar 0,172 dengan interval 0,034-0,873 yang berarti responden yang tidak mempunyai riwayat penyakit penyerta memiliki risiko 0,172 kali lebih kecil secara bermakna sadar hipertensi dibandingkan responden yang mempunyai riwayat penyakit penyerta. Hal ini dimungkinkan karena orang yang memiliki riwayat penyakit penyerta cenderung sering melakukan pengecekan kesehatan rutin sehingga lebih menyadari risiko hipertensi yang dapat dialami.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
3. Responden yang Melakukan Terapi Hipertensi Berikut tabel yang menyatakan hasil analisis Chi-Square pada responden yang melakukan terapi hipertensi di Dukuh Blambangan.
Tabel XII. Hasil Analisis Chi-Square pada Responden yang Melakukan Terapi Hipertensi OR Faktor Risiko Kesehatan Nilai p (95% CI) 2,938 BMI 0,458 (0,173-49,741) Melakukan 0,644 1,520 Aktivitas Fisik (0,091-25,434) Menjaga 0,746 0,969 Pola Makan (0,058-16,179) 0,145 Tanpa Merokok 0,260 (0,008-2,564) Tanpa Riwayat 0,260 0,145 Penyakit Penyerta (0,008-2,564) a. BMI Pada responden sadar hipertensi yang melakukan terapi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,458 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara BMI dengan terapi hipertensi pada responden sadar hipertensi. Nilai OR sebesar 2,938 dengan interval 0,173-49,741. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di Dukuh Blambangan, peran bidan dalam sosialisasi BPJS kepada warga cukup baik, serta adanya posyandu yang biasanya rutin dilaksanakan juga dapat mempengaruhi hasil ini. b. Pola Hidup (1) Aktivitas Fisik Pada responden sadar hipertensi yang melakukan terapi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,644 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
signifikan antara aktivitas fisik dengan terapi hipertensi pada responden sadar hipertensi. Nilai OR sebesar 1,520 dengan interval 0,091-25,434. Banyak faktor yan dapat mempengaruhi hasil ini. Peran bidan dalam sosialisasi BPJS dan adanya posyandu yang biasanya rutin dilaksanakan juga dapat mempengaruhi hasil ini. (2) Pola Makan Pada responden sadar hipertensi yang melakukan terapi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,746 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola makan dengan terapi hipertensi pada responden sadar hipertensi. Nilai OR sebesar 0,969 dengan interval 0,058-16,179. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Adanya peran BPJS dan posyandu juga dapat dimungkinkan sebagai faktor yang mempengaruhi hasil yang didapatkan. (3) Merokok Pada responden sadar hipertensi yang melakukan terapi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,260 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara merokok dengan terapi hipertensi pada responden sadar hipertensi. Nilai OR sebesar 0,145 dengan interval 0,008-2,564. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor BPJS dan posyandu dimungkinkan mempengaruhi hasil ini. c. Riwayat Penyakit Penyerta yang berhubungan dengan Kardiovaskuler Pada responden sadar hipertensi yang melakukan terapi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,260 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara riwayat penyakit penyerta dengan terapi hipertensi pada responden sadar hipertensi. Nilai OR sebesar 0,145 dengan interval 0,008-2,564.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Hal ini dapat disebabkan berbagai faktor. Peran bidan dalam sosialisasi BPJS kepada warga cukup baik. Posyandu pun biasanya rutin dilaksanakan. Hal ini dimungkinkan ikut mempengaruhi hasil ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Prevalensi hipertesi di Dukuh Blambangan sebesar 55% (110 orang dari 200 orang responden penelitian), prevalensi responden sadar hipertensi sebesar 32,5% (65 orang dari 200 responden penelitian), dan prevalensi responden yang melakukan terapi hipertensi sebesar 31,5% (63 orang dari 200 responden penelitian). 2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara BMI (p=0,012; OR=0,455; 95% CI=0,238-0,870) dan melakukan aktivitas fisik (p=0,018; OR=0,493; 95% CI=0,265-0,918) terhadap hipertensi; BMI (p=0,000; OR=0,122; 95% CI=0,034-0,437), melakukan aktivitas fisik (p=0,004; OR=0,292; 95% CI=0,121-0,702), menjaga pola makan (p=0,018; OR=0,403; 95% CI=0,1830,887), dan riwayat penyakit penyerta (p=0,024; OR=0,172; 95% CI=0,0340,873) terhadap kesadaran hipertensi; serta tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara faktor risiko kesehatan terhadap terapi responden hipertensi. B. Saran Untuk peneliti berikutnya, penulis menyarankan pengukuran tekanan darah pada penelitian dilakukan tidak hanya satu kali, melainkan dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam suatu periode. Peneliti juga berharap bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran bagi warga dukuh setempat untuk lebih memperhatikan faktor-faktor risiko kesehatan dalam pelayanan kesehatan.
76
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S., 2003, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, pp. 87-88. Anggara, F. H. D., dan Prayitno, N., 2013, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012, Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1). Arikunto, S., 1999, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Yogyakarta, pp. 65, 75. Aris, S., 2007, Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi, PT. Intisari Mediatama, Jakarta, pp. 53-56. Aulia, V. I., Menghitung Uji Normalitas, http://statistikapendidikan.com, diakses pada tanggal 20 Februari 2015. Aung, M. N., Lorga, T., Srikrajang, J., Promtingkran, N., Kreuangchai, S., and Tonpanya, W., et al., 2012, Assessing awareness and knowledge of hypertension in an at-risk population in the Karen ethnic rural community, Thasongyang, Thailand, Int J Gen Med., 2012;5:553-61. Bustan, M.N., 1997, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta, pp. 29-38. Chataut, J., Adhikari, R.K., and Sinha, N.P., 2011, Prevalence and Risk Factors for Hypertension in Adults Living in Central Development Region of Nepal, Kathmandu Univ Med J., 33 (1). 13 – 8. Cortas, K., 2008, Hypertension, http//:www.emedicine.com, diakses pada tanggal 5 Maret 2014. Dahlan, M., dan Sopiyudin, 2009, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS, Edisi 4, Salemba Medika, Jakarta, pp. 62-79, 101, 121123. Deepa, R., Shanthirani, C.H., Pradeepa, R., and Mohan, V., 2003, Is the „Rule of Halves‟ in Hypertension Still Valid - Evidence from the Chennai Urban Population Study, JAPI, http://www.ncbi.nlm.gov/pubmed/12725257, diakses pada tanggal 20 Februari 2014. Depkes RI, 2008, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2007, Balitbangkes-Depkes RI, Jakarta.
77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
Depkes RI, 2012, Masalah Hipertensi di Indonesia, Departemen Kesehatan RI, http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1909, diakses pada tanggal 20 Februari 2014. Depkes RI, 2007, Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan Riskesdas 2007, Tim Riskesdas Balitbangkes, Jakarta. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013, Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013, http://www.depkes.go.id, diakses pada tanggal 21 Februari 2014. Ferris, J., 2012, Self-Awareness with Simple Brain, http://www.scientificamerican.com/article/self-awareness-with-a-simplebrain/, diakses pada tanggal 21 Februari 2015. Ganong, W. F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, Widjajakusumah MD dkk, penerjemah; Widjajakusumah MD, editor, EGC, Jakarta, Terjemahan dari: Review of Medical Physiology, pp. 567-569. Gunawan, S. G., Setiabudi, R., Nafrialdi, dan Elysabeth, 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, p. 343. Handayani, Y.,N., 2013, Hipertensi pada Pekerja Perusahaan Migas X di Kalimantan Timur, Indonesia, Indonesia Makara Seri Kesehatan In Press, 28-30. Hooker, R.C., Cowab, N., and Freeman, G.K., 1999, Better by half : hypertension in the elderly and the „ the of halves‟: a primary care audit of the clinical computer record as a springboard to improving care, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10381016, diakses pada tanggal 20 Februari 2014. Howteerakul, N., Suwannapong, N., Sittilerd, R., and Rawdaree, P., 2006, Health Risk Behaviours,Awareness, Treatment and Control of Hypertension among Rural Community People in Thailand, Asia Pac J Public Health, 2006;18(1):3-9. Jasaputra, D. K., dan Santosa, S., 2008, Metodologi Penelitian Biomedis, Edisi 2, PT. Danamartha Sejahtera Utama, Bandung, pp. 47-49. Kamus Kesehatan, 2015, Analisis Univariat, http://kamuskesehatan.com/arti/analisis-univariat/, diakses pada tanggal 20 Februari 2014. Kartikasari, A. N., 2012, Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
http://eprints.undip.ac.id/37291/1/AGNESIA_NUARIMA_G2A008009_LA P_KTI.pdf, diakses pada tanggal 15 Februari 2015. Karyadi, E., 2002, Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung Koroner, PT. Intisari Mediatama, Jakartap. p. 78. Katzung, B.,G., 2007, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 10, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, p. 161. Khomsan, A., 1996, Defisiensi dan Kelebihan Gizi. Di dalam: Khomsan A dan Sulaeman A, editor, 1996, Gizi dan Kesehatan dalam Pertanian, IPB Pres., Bogor. Krummel, D. A., 2004, Medical Nutrition Therapy in Hypertension. Di dalam: Mahan LK dan Escott-Stump S, editor, 2004, Food, Nutrition and Diet Therapy, USA: Saunders co. hlm. 900-918. Kumar, V., Abbas, A.K., and Fausto N., 2005, Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robn and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th ed., Elsevier Saunder, Philadelpia, pp. 528-529. Mancia, G., Fagard, R., Narkiewicz, K., Redon, J., Zanchetti, A., and Bohm, M., et al., 2013, 2013 ESH/ESC Guidelines for the Management of Arterial Hypertension, J. Hypertens, 31(7):1281-357. Ng, H.K., Stanley, A.G., and Williams, B., 2010, Hypertension, Elsevier Ltd, 403404. Oktora, R., 2005, Gambaran Penderita Hipertensi Yang Dirawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode Januari Sampai Desember, Skripsi, FK UNRI, hal 41-42. Qiao, S., Ye, Q., Dou, Y., Li, M., Kou, Y., and Qian, D., et al., 2013, Analysis for Hypertension and Related Risk Factors of Physical Examination Population, Laporan Penelitian, Int J ClinExp Med., 6(9), 785-793. Rahajeng, E., dan Tuminah, S., 2009, Prevalensi Hipertensi dan Determinasinya di Indonesia, Majalah Kedokteran Indonesia, Volume 59, Nomor 12, 581582. Rubenstein, D., Wayne, D., and Bradley J., 2003, Kedokteran Klinis, Edisi VI, Erlangga, Jakarta, p. 317. Santoso, S., 2010, Statistik Nonparametrik, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, p, 98.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
Setiati, S., dan Sutrisna, B., 2005, Prevalence of Hypertension without Antihypertensive Medications and Its Association with Social Demographic Characteristics Among 40 Yearsand Above Adult Population in Indonesia, Acta Med Indones, 37(1):20-5. Setiawan, E., 2014, Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kbbi.web.id/sadar, diakses pada tanggal 21 Februari 2015. Sharma, D., Man, B. K. C., Rajbhandari, S., Raut, R., Baidya, S. G., and Kafle, P. M., et al., 2006, Study of Prevalence, Awereness and Control of Hypertension in a Suburban Area of Kathmandu, Nepal, Indian Heart J., 58, 34 – 37. Shapo, L., Pomerleau, J., and McKee, M., 2003, Epidemiology of Hypertension and Associated Cardiovascular Risk Factors in a Country in Transition, Albania: Journal Epidemiology Community Health, pp. 57,734–739. Smeltzer, S. C., and Bare, B. G., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, pp. 45-57. Supariasa, I. D. N., Bakri, B., dan Fajar, I., 2001, Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta, p. 42. Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung, p. 137. Sukandar, Y. E., Andrajati, R., Sigit, J. I., Adnyana, I. K., Setiadi, A. P., dan Kusnandar, 2009, ISO Farmakoterapi, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta, pp. 120, 121. Suyono dan Slamet, 2001, Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II, FKUI, Balai Pustaka, Jakarta, pp. 253, 454-459,463-464. Varadaraja, B. A., and Arun, D. J., 2014, Application of the Rule of Halves for Hypertension as an Assessment Tool in an Urban Slum at Davangere, http://njcmindia.org, diakses pada tanggal 20 Februari 2015. Wahdah, N., 2011, Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes, Multipress, Yogyakarta, pp.43, 52. Wang, W., Lee, E. T., Fabsitz, R. R., Devereux, R., Best, L., and Welty, T. K., et al., 2006, A Longitudinal Study of Hypertension Risk Factors and Their Relation to Cardiovascular Disease: The Strong Heart Study, Hypertension, 47, 403 – 409. Widjaja, F. F., Santoso, L. A., Barus, N. R. V., Pradana, G. A., dan Estetika, C., 2013, Prehypertension And Hypertension Among Young Indonesian Adults
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
At A Primary Health Care In A Rural Area, http://mji.ui.ac.id/journal/index.php/mji/article/view/519/509, diakses pada tanggal 15 Februari 2015.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1. Protokol Izin Kepada Komisi Etik (Ethical Clearence)
83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3. Surat Pelatihan Penggunaan Alat Sphygmomanometer
86
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4. Sertifikat Peneraan Alat Timbangan Berat Badan
87
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran
5.
SOP
Pengukuran
Tekanan
Darah
88
menggunakan
Sphygmomanometer digital
SOP PENGUKURAN TEKANAN DARAH MENGGUNAKAN SPHYGMOMANOMETER DIGITAL 1.
Baterai diperiksa sebelum digunakan.
2.
Lilitkan Cuff di sekitar lengan secara pas dan tidak ketat. Sejajarkan dengan jantung.
3.
Letakkan lengan dengan ditumpukan di atas meja agar sejajar dengan jantung.
4.
Pasien dijelaskan bahwa saat pengukuran berjalan, Cuff akan mengembang untuk sementara waktu dan akan mengempis kembali.
5.
Saat dilakukan pengukuran, biarkan Cuff mengembang dan mengempis. Jika responden penelitian merasa tidak nyaman, matikan alat. Kemudian catat hasil pengukuran sistolik dan diastolik pada layar pembacaan.
6.
Biarkan responden penelitian istirahat terlebih dahulu. Jika nilai sistolik dan diastolik yang diukur
mempunyai perbedaan lebih dari 5mmHg, maka
dilakukan pengukuran ulang. Nilai tekanan darah yang diambil adalah nilai tekanan darah dari pengukuran terakhir. 7.
Catat tekanan darah sistolik (atas) dan diastolik (bawah).
8.
Hasil pengukuran tekanan darah diberitahukan kepada responden penelitian. Apabila hasil pengukuran tekanan darah tidak normal, sarankan ke responden penelitian untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter untuk mengetahui informasi selanjutnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Lampiran 6. Lembar Pertanyaan kepada Responden Penelitian Kategori Pertanyaan Nama Alamat Umur Jenis Kelamin Tekanan Darah
Pertanyaan
Data yang digunakan adalah data pengukuran terakhir.
Berat Badan Tinggi Badan Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Kesadaran
Terapi (obat)
Sumber Pengobatan
Tempat pengobatan Merokok Alkohol
Mengatur pola makan
Mengatur Aktivitas Fisik
Maaf sebelumnya, saya ingin bertanya. Apa pendidikan terakhir Bapak/Ibu? Apa pekerjaan Bapak/Ibu sehari-hari? Maaf sebelumnya, kalau boleh tahu penghasilan Bapak/Ibu berapa per bulan? Dari hasil percakapan dan hasil pengukuran tekanan darah, peneliti menganalisa apakah setelah dilakukan pengukuran tekanan darah, responden penelitian telah mengetahui sebelumnya bahwa tekanan darahnya tinggi atau tidak. Selama ini Bapak/Ibu pernah mengonsumsi obat/terapi untuk hipertensi? Selama ini Bapak/Ibu berobat atau melakukan pemeriksaan kesehatan, seperti cek tekanan darah, berat badan, tinggi badan, dan sebagainya dimana? Berapa kira-kira jarak dari tempat Bapak/Ibu ke tempat pengobatan? Apakah Bapak/Ibu merokok? Apakah pasangan anda merokok? Apakah Bapak/Ibu pernah minum alkohol? Jika pernah, seberapa sering? Berapa kali biasanya Bapak/Ibu makan dalam sehari? Manakah yang lebih sering, makan makanan yang digoreng atau yang direbus? Apakah Bapak/Ibu sering mengonsumsi buah? Seberapa sering? Apa aktvitas Bapak/Ibu sehari-hari? Adakah olahraga yang sering dilakukan? Seberapa sering?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7. Case Report Form (CRF)
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
Lampiran 8. Inform Consent
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK
Kami dari tim peneliti yang diketuai oleh Yovica Sagina. Dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma akan melakukan penelitian yang berjudul “Prevalensi Kesadaran dan Terapi Hipertensi dengan Kajian Faktor Resiko
Kesehatan dan
Sosio-Ekonomi di Sleman”. Penelitian ini bertujuan untuk 1. Melakukan evaluasi kesadaran pasien terkait hipertensi 2. Melakukan evaluasi terapi hipertensi yang digunakan oleh pasien 3. Melakukan identifikasi faktor resiko kesehatan dan sosio-ekonomi hipertensi Tim peneliti mengajak Dr. Rita Suhadi, MSi., Apt untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan sekitar 300 atau 400 subyek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan masing-masing subyek sekitar 1 bulan . A. Kesukarelaan untuk ikut penelitian Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila Anda sudah memutuskan untuk ikut, Anda juga bebas untuk mengundurkan diri/ berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau pun sanksi apapun. B. Informasi Tambahan Bapak/ ibu/ saudara diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu terjadi efek samping atau membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Bapak/ ibu/ saudara dapat menghubungi Yovica Sagina pada 085743337760. Bapak/ ibu/ saudara juga dapat menanyakan tentang penelitian kepada Komite Etik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM (Telp. 9017225 dari lingkungan UGM) atau 0274-7134955 dari luar, atau email:
[email protected]).
PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN Semua penjelasan tersebut telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan, saya dapat menanyakan kepada Yovica Sagina dan Greta Paulina Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini
Tandatangan pasien/subyek:
Tanggal:
(Nama jelas :................................................)
Tanda Tangan saksi :
(Nama jelas :................................................)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK Kami dari tim peneliti yang diketuai oleh Yovica Sagina dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma akan melakukan penelitian yang berjudul “Prevalensi Kesadaran dan Terapi Hipertensi dengan Kajian Faktor Resiko
Kesehatan dan
Sosio-Ekonomi di Sleman”. Penelitian ini bertujuan untuk 1. Mengevaluasi kesadaran pasien terkait hipertensi 2. Mengevaluasi terapi hipertensi yang digunakan oleh pasien 3. Mengevaluasi faktor resiko kesehatan hipertensi dan sosio-ekonomi Tim peneliti mengajak bapak/ibu/saudara untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan sekitar 300 atau 400 subyek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan masing-masing subyek sekitar 1 bulan. Sebelum peneliti menemui bapak/ibu/saudara, peneliti ingin menanyakan: 1. Apakah bapak/ibu/saudara bersedia bertemu secara langsung (tatap muka) dengan peneliti? a. ya b. tidak
2. Jika tidak setuju, apakah bapak/ibu/saudara mau memberikan informasi melalui media komunikasi (telepon, HP) a. ya b. Tidak
Bila semua dijawab dengan tidak, maka peneliti tidak berhak menghubungi calon subyek penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
Lampiran 9. Hasil Analisis Post Hoc pada Variabel Usia dan BMI terhadap Tekanan Darah Sistolik*
Variabel o Usia (tahun) 40-49
50-59 60-69 o BMI (kg/m2) ≥18,5 - <25,0
Nilai p 60-69 70-79 >80 >80 >80
0,029 0,000 0,000 0,001 0,026
≥27,0
0,015
*sub-kelompok yang berbeda bermakna; sub-kelompok lain tidak berbeda bermakna
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS Penulis skripsi berjudul “Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi berdasarkan Kajian Faktor Risiko Kesehatan di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta” ini memiliki nama lengkap Meilisa Maria Rapa. Penulis lahir di Jayapura, Papua pada tanggal 6 Mei 1993. Penulis merupakan keturunan asli suku Toraja. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Penulis menempuh pendidikan formal dari TK hingga SMA di Jayapura dimulai dari TK Trikora II BKOW, SDN Inpres II APO, SMPN 12 Angkasa, dan SMAN 5 Angkasa. Selama menempuh pendidikan formal di Jayapura, penulis mengikuti berbagai lomba dan kegiatan, antara lain keikutsertaan dalam pelayanan sebagai Putri Altar (Misdinar) dan Orang Muda Katolik (OMK) di Gereja Katolik St. Fransiscus Asisi APO, berbagai lomba menyanyi solo Rohani Kristen, lomba pidato dan menulis esai Bahasa Indonesia tingkat kota Jayapura, lolos audisi untuk suara sopran mewakili Provinsi Papua dalam merayakan HUT RI ke-65 di Istana Negara, serta bergabung dalam Paduan Suara dan Orkestra Gita Bahana Nusantara tahun 2010. Lalu, pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Selama menjalani masa perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa kegiatan dan organisasi antara lain partisipasi sebagai peserta dalam seminar nasional “Menyongsong Penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional 2014 (2013), kepanitiaan Desa Mitra 2013 dalam tiga kegiatan, yaitu “Peduli Kesehatan untuk Sembir Lebih Baik”, “Apoteker Kecil, Sehatkan Sekolahku”, dan “Pengobatan dan Jalan Sehat Awali Warak Lor Lebih Baik” sebagai seksi dokumentasi, Panitia Sumpahan Apoteker (2014), Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat yang lolos didanai oleh DIKTI dengan judul “Serukan Umbul Bebas Kapur Kanggo Srawung (SRUMBUNG) sebagai ketua (2014), dan keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Pelayanan Pelajar dan Kaum Muda Kevikepan DIY (2011-sekarang).
95