PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
AKTIVITAS ANTIBAKTERI LOTION MINYAK KAYU MANIS TERHADAP Staphylococcus epidermidis PENYEBAB BAU KAKI
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Fitri Apriliyani Tiran NIM : 098114052
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
AKTIVITAS ANTIBAKTERI LOTION MINYAK KAYU MANIS TERHADAP Staphylococcus epidermidis PENYEBAB BAU KAKI
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Fitri Apriliyani Tiran NIM : 098114052
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Percetujuan Pembimbing
AKTIVITAS AIYTIBAKTERI LOTION MII\TYAK KAYU MANIS TERIIADAP Staphyloeoetrus qtidtmffis SEBAGAI ANTIBAU $AKI
Shipsi yang diajukan oleh: Fitri Apriliyani Tiran
NiM: Se81i4of,j
te-iah disetrdui oie.h:
C.
M
RarraRl$l-
N6fti
M.Pharm., Ap-t
tanegal:
16
h3unber
X3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pengesahan Skripsi Berjudul
AKTTVITAS ANTIBAKTENI LOTION MINYAK KAYU MANUS 'TERHADAP Stophylococcus epidermidis PEI\IYEBAB BAU KAKI Oleh:
Fitri Apriliyani Tiran NIM:098114052
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi
##-? #fr
s"4
kffi
M.Sc., Apt.
tangan
1.
C.M. Raha Rini Nastiti, M.Pharm., Apt.
2
Agustina Setiawati M.Sc., Ap1.
3.
Dr. Sri HartatiYuliani, Apt.
r-\
1u
F
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
tidak rrernuat karya atau bagian karya orargl aiq kecuali yang telah diryFutkan dalarn kutipan dan' daftar pustak4'sebagaimana layaknya karya ikniah.
Apabila dikemudian hari ditemul€n indikasi plagiarisme dalam karya ini,
maka saya bersedia are,nanggung sanksi sesuai &ngnn peraturan perundangundangan yang berlaku.
Yogyakart4 8 Januari 2014 Penulis
a@
(Fitri Apriliyarii Tiran)
lv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PER}TYATAAI\I PERSETUJUAIT PTIBLIKASI KARYA ILMIAII UNTUK KEPENTINGAI\ AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas'Sanata Dharma:
Nama : Fitri Apriliyani Tiran
NIM
:098114052
demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
AKTIIVITAS AI\TTIBAKTERI TOIIOIr MINYAK KAYTJ MANIS TERIIADAP Staphylococcus epiderrmdis PINYEBAB BAU KAKI Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak
untuk menyimpan, rnengalihkan dalam bentuk lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendisfribusikan secara terbatas, dan mernpublikasikannya di internet atau media lain demi kepentingan akadernis tanpa perlu meminta izin dari saya ataupun memberikan royalti kepada saya seldma mencantumkan ndma saya sebagai penulis.
Dengan demikian pemyataan ini saya buat denang sebenarnya
Dibuat di Yogyakana Pada tanggal 8 Januari 2014
Yang menyatakan
(Fitri Apriliyani Tiran)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan buat: Papaku, Christofel Tiran & Ibuku, Sri Wahyuni Susilawati Kedua saudaraku, Fitri Apriliyana Tiran & Hellena Vivian Christa Tiran Teman-teman dan kerabatku dan Almamaterku tercinta
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan penyertaan-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi “Aktivitas Antibakteri Lotion Minyak Kayu Manis terhadap Staphylococcus epidermidis Penyebab Bau Kaki” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam mengerjakan penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak bantuan doa, semangat, arahan, saran, serta kritik yang membangun dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Orang tua, Bapak Christofel Tiran dan Ibu Sri Wahyuni Susilawati, atas pengertian, dukungan doa, dan segala bantuan yang tak terhingga yang telah diberikan kepada penulis selama ini dan hingga detik ini. 2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku
Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma. 3. Ibu Christofori Maria Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan arahan, saran, serta semangat kepada penulis selama penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. 4. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt. selaku dosen penguji atas masukan, arahan, dan kritik yang membangun kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji dan pendamping akademik atas masukan, arahan, dan kritik yang membangun kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini, serta pendampingan, baik akademik maupun non akademik. 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si. atas masukan dan arahannya dalam bidang Mikrobiologi kepada penulis selama penelitian. 7. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah mendampingi dan berbagi ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 8. Seluruh staf laboratorium, staf kebersihan, dan staf keamanan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, terutama Bapak Mukminin dan Bapak Musrifin yang telah membantu penulis selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. 9. Fitri Apriliyana Tiran dan Hellena Vivian Christa Tiran selaku saudara kandung penulis atas doa, kasih sayang, dan dorongan, serta ledekan-ledekan membangun kepada penulis. Terima kasih. 10. Prita, Eny, dan Ela atas ilmu, cerita-cerita yang menyenangkan, suka duka selama penelitian bersama penulis. Akhirnya, urusan dengan bakteri-bakteri telah selesai dengan baik. Terima kasih. 11. Teman-teman Kos “99999”, Dian, Ole, Laurin, Ella, Kris, Asti, Febria, Lele, Itha atas doa, dukungan, keceriaan, semangat, cerita, serta kebersamaan kepada penulis selama lebih dari empat tahun. Kalian adalah keluarga kedua selama penulis hidup sebagai mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Sanata Dharma, Yogyakarta. Tidak lupa, penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Sakidjan selaku ibu kos yang telah memberikan dukungan doa. 12. Teman-teman kelompok praktikum B FST A, Wisnu, Oni, Prita, Yenny, Evy, Ningsih, Fani, Tina, Adel, Demas, David, Yulio, Kodrat, Singgih, Risa, Hendrot, Reza, Lani, Saka, Jati, Felix, atas kerja sama, kebersamaan, dan keceriaan selama hampir empat tahun. Terima kasih. 13. Teman-teman angkatan 2009 tanpa terkecuali, atas dukungan doa, keceriaan, kekompakkan, dan kebersamaan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 14. Gandes, Vidi, Tian, Talcha, Lulu, Sheila, Yunan, atas dukungan doa, keceriaan dan kebersamaan kepada penulis. Terima kasih atas kesediaannya menjadi teman dan keluarga. 15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga kritik dan saran yang membangun untuk perubahan yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 8 Desember 2013
Penulis
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ..........................................................v HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi PRAKATA ........................................................................................................... vii DAFTAR ISI ...........................................................................................................x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xv INTISARI ............................................................................................................ xvi ABSTRACT ....................................................................................................... xvii BAB I ......................................................................................................................1 A. Latar Belakang ...............................................................................................1 1. Perumusan masalah ...........................................................................3 2. Keaslian penelitian ............................................................................4 3. Manfaat penelitian .............................................................................5 B. Tujuan Penelitian ..........................................................................................5 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ......................................................................6 A. Bau Kaki ........................................................................................................6
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Minyak Kayu Manis ......................................................................................8 C. Emulsi Minyak dalam Air (Lotion) ................................................................9 D. Uji Aktivitas Antibakteri ..............................................................................11 1. Metode disc diffusion .......................................................................11 2. E-test ................................................................................................11 3. Metode ditch-plate ...........................................................................12 4. Metode cup-plate .............................................................................12 E. Sifat Fisik Sediaan Topikal ..........................................................................12 1. Viskositas .........................................................................................13 2. Daya sebar ........................................................................................13 F. Landasan Teori ............................................................................................14 G. Hipotesis ......................................................................................................15 BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................16 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................................................16 B. Variabel dan Definisi Operasional .............................................................16 1. Variabel penelitian ...........................................................................16 2. Definisi operasional .........................................................................17 C. Bahan dan Alat Penelitian ..........................................................................18 1. Bahan penelitian ..............................................................................18 2. Alat penelitian ...................................................................................19 D. Tata Cara Penelitian ...................................................................................19 1. Identifikasi dan verifikasi minyak kayu manis ................................19
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Uji aktivitas antibakteri minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis dengan metode difusi sumuran ....................................20 3. Formulasi lotion minyak kayu manis................................................22 4. Uji sifat fisik lotion minyak kayu manis ..........................................23 5. Uji aktivitas antibakteri lotion minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis dengan metode difusi sumuran ..........24 E. Analisis Data ..............................................................................................25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................27 A. Identifikasi dan Verifikasi Minyak Kayu Manis .......................................27 B. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Kayu Manis terhadap Staphylococcus epidermidis dengan Metode Difusi Sumuran ............................................29 C. Formulasi Lotion Minyak Kayu Manis .....................................................32 D. Uji Sifat Fisik Lotion Minyak Kayu Manis ..............................................35 E. Uji Aktivitas Antibakteri Lotion Minyak Kayu Manis terhadap Staphylococcus epidermidis dengan Metode Difusi Sumuran ..................37 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................42 A. Kesimpulan ...............................................................................................42 B. Saran ..........................................................................................................42 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................43 LAMPIRAN ..........................................................................................................47 BIOGRAFI PENULIS ..........................................................................................59
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I. Formula lotion minyak kayu manis untuk 100 gram basis .....................22 Tabel II. Hail verifikasi minyak kayu manis yang diperoleh dari CV Eteris Nusantara...............................................................................................................28 Tabel III. Hasil pengukuran rerata diameter zona hambat minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis ..................................................................30 Tabel IV. Hasil uji sifat fisik lotion minyak kayu manis ....................................36 Tabel V. Hasil pengukuran rerata diameter zona hambat lotion minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis ........................................................38 Tabel VI. Perbandingan rerata diameter zona hambat minyak kayu manis sebelum dan setelah formulasi terhadap Staphylococcus epidermidis ...............................40
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Minyak kayu manis yang diperoleh dari CV Eteris Nusantara ..........28 Gambar 2. Diagram hasil pengukuran rerata diameter zona hambat minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis ........................................................31 Gambar 3. Lotion minyak kayu manis dengan konsentrasi 12% (b/b) (a); 18% (b/b) (b); 24% (b/b) (c) ………. ......................................................................................35 Gambar 4. Hasil zona hambat yang terbentuk dari uji aktivitas antibakteri lotion minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis ..................................38 Gambar 5. Hubungan antara konsentrasi lotion minyak kayu manis dengan rerata diameter zona hambat terhadap Staphylococcus epidermidis ..............................39
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1: Certificate of Analysis (COA) Cinnamomum burmannii ............. 48 Lampiran 2: Surat keterangan Stapyhlococcus epidermidis ............................. 49 Lampiran 3: Uji karakteristik minyak kayu manis ............................................ 50 Lampiran 4: Uji aktivitas antibakteri minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis ........................................................................................................ 52 Lampiran 5: Uji aktivitas antibakteri klindamisin terhadap Staphylococcus epidermidis ........................................................................................................ 53 Lampiran 6: Hasil formulasi lotion minyak kayu manis ................................... 54 Lampiran 7: Uji sifat fisik lotion minyak kayu manis ...................................... 55 Lampiran 8: Uji aktivitas antibakteri lotion minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis .............................................................................. 56 Lampiran 9: Hasil perhitungan statistik ............................................................ 57
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Trans-sinamaldehid merupakan kandungan utama minyak kayu manis dan berpotensi sebagai agen antibakteri. Minyak kayu manis diformulasikan dalam sediaan lotion untuk meningkatkan penerimaan dan kenyamanan pengguna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri minyak kayu manis dan lotion minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis yang merupakan salah satu bakteri penyebab bau pada kaki. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah. Tahapan penelitian diawali dengan uji aktivitas antibakteri minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis dengan metode difusi sumuran (variasi konsentrasi 100; 75; 50; 25; 20; 15; 10; 5; dan 2,5% (v/v)), kemudian dilanjutkan dengan formulasi minyak kayu manis dalam sediaan lotion dengan variasi konsentrasi 12; 18; dan 24% (b/b). Selanjutnya, dilakukan uji sifat fisik lotion minyak kayu manis dan pengujian aktivitas antibakteri lotion minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis. Aktivitas antibakteri diukur berdasarkan diameter zona hambat yang dihasilkan dan dianalisis secara statistik dengan uji Kruskal-wallis. Data dianalisis menggunakan software R 2.14.1. Hasil penelitian menunjukkan minyak kayu manis memiliki aktivitas antibakteri yang tidak berbeda pada 10; 15; dan 20% (v/v). Hasil analisis statistik menunjukkan lotion minyak kayu manis memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. Minyak kayu manis memberikan aktivitas antibakteri yang berbeda setelah diformulasikan dalam lotion minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis. Berdasarkan hasil uji sifat fisik, lotion minyak kayu manis yang memenuhi kriteria yang diharapkan adalah lotion minyak kayu manis dengan konsentrasi 12% (b/b). Kata kunci: aktivitas antibakteri, minyak kayu manis, lotion, Staphylococcus epidermidis
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Trans-cinnamaldehyde is the major chemical compound of cinnamon oil which is potential as an antibacterial agent. Cinnamon oil can be formulated into a lotion to enhance acceptance and the comfort of use. This study aimed to determine the antibacterial activity of cinnamon oil and cinnamon oil lotion against Staphylococcus epidermidis, the bacteria which becomes one of the causes of unacceptable foot odor. This study was a pure experimental study using randomized study design complete unidirectional pattern. Stages of this study were starting with the evaluation of antibacterial activity of cinnamon oil against Staphylococcus epidermidis which was done by using diffusion method (series of concentration were 100; 75; 50; 25; 20; 15; 10; 5; and 2.5% (v/v)) to determine the concentrations which used in the formulation. Cinnamon oil was then formulated into lotions with variations concentration to 12; 18; and 24% (w/w) respectively. Furthermore, the quality of lotion based on its physical properties such as viscosity and spread-ability, and the antibacterial activity of lotion are determined. The data of measurement result of inhibition were zones statistically analyzed with the Kruskal-Wallis test. Data were analyzed by using the R 2.14.1software. The result showed that cinnamon oil had no significant activity against Staphylococcus epidermidis at various concentration of 10; 15; and 20% (v/v). Statistical analysis showed cinnamon oil lotion had antibacterial activity against Staphylococcus epidermidis at various concentration of 12; 18; and 24% (w/w). Cinnamon oil had different antibacterial activity against Staphylococcus epidermidis after formulated into cinnamon oil lotion. Cinnamon oil lotion had good physical properties at a concentration of 12% (w/w). Keywords: antibacterial activity, cinnamon oil, lotion, Staphylococcus epidermidis
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Pemanasan global yang terus terjadi menyebabkan peningkatan suhu rata-rata bumi, sehingga suhu bumi hampir mencapai rekor tertinggi. Hal tersebut tentu saja berdampak pada seluruh isi di dalamnya, salah satunya adalah manusia (Natural
Resources
Defense
Council,
2008).
Tubuh
manusia
mampu
mempertahankan suhu yang cukup konstan dalam berbagai kondisi lingkungan dengan dua jenis mekanisme, yaitu pendinginan atau pertahanan suhu tubuh (Pattie dan Finke, 1986). Pendinginan merupakan mekanisme alami tubuh yang dilakukan dengan mengeluarkan atau menguapkan keringat. Kondisi bumi dengan peningkatan suhu menyebabkan tidak sedikit dari manusia yang mengalami pengeluaran keringat dengan frekuensi lebih sering dan bahkan dalam jumlah yang lebih banyak. Pengeluaran keringat dalam jumlah yang lebih banyak tersebut juga dapat meningkatkan kelembaban, tentu saja akan berdampak pada mekanisme penguapan keringat (Ladock, 2012). Salah satu bagian tubuh yang tidak jarang mengalami keringat dengan frekuensi lebih sering dan banyak adalah kaki karena bagian tersebut sering ditutupi oleh penggunaan kaos kaki dan sepatu. Keadaan kaki yang tertutup serta didukung suhu yang tinggi atau panas dapat menjadi salah satu faktor timbulnya masalah pada kaki, salah satunya adalah bau tidak sedap atau bau kaki (The Society of Chiropodists &
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Pediatrists, 2011). Bau kaki dapat timbul akibat keringat yang bercampur dengan bakteri (Landsman, 2013). Kobayashi (1990) melaporkan bahwa kebanyakan bakteri cocci pada kaki adalah Staphylococcus epidermidis. Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri
gram-positif
yang menjadi bagian dari flora normal tubuh.
Staphylococcus epidermidis umumnya ditemukan pada permukaan kulit (Schaechter, 2004). Staphylococcus epidermidis dapat mendegradasi leusin yang dihasilkan oleh keringat, sehingga terbentuk asam isovaleric. Asam isovaleric merupakan suatu asam lemak yang dilaporkan oleh Ara dkk. (2006) sebagai penyebab timbulnya bau pada kaki. Staphylococcus epidermidis, sebelumnya, hanya dianggap sebagai mikroorganisme yang tidak berbahaya pada kulit manusia, namun, saat ini, bakteri ini merupakan patogen oportunistik yang penting (Otto, 2009). Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mereduksi bau tersebut adalah dengan menghambat produksi mikroba penyebab bau kaki tanpa mengganggu flora normal pada kulit (Ara dkk, 1990). Tanaman penghasil minyak atsiri sudah sering dijumpai, salah satunya adalah tanaman kayu manis. Kayu manis dengan jenis Cinnamomum burmannii (Ness. & T. Nees.) Bl. merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang sudah banyak dibudidayakan (Nuryastuti dkk. 2009). Minyak atsiri merupakan komponen utama tanaman ini dan memiliki banyak manfaat, antara lain sebagai pewangi dan penyedap makanan (Guenther, 1990). Seiring dengan gerakan back to nature, pemanfaatan tanaman obat dalam dunia pengobatan semakin diminati. Nuryastuti dkk. (2009) juga menyatakan bahwa minyak kayu manis memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
manfaat sebagai agen antibakteri dan diketahui dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis (Gupta, Garg, Uniyal, dan Kumari, 2008). Sesuai penelitian Wang dan Yang (2009) serta Wijayanti, Zetra, dan Burhan (2009), trans-sinamaldehid merupakan komponen terbesar dalam minyak kayu manis, yaitu sekitar 60-80%. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melihat aktivitas antibakteri minyak kayu manis apabila diformulasikan dalam bentuk sediaan emulsi minyak dalam air, atau seperti yang dijelaskan oleh Mitsui (1997) bahwa sediaan kosmetik dengan sistem minyak dalam air dapat disebut sebagai lotion. Bentuk sediaan lotion dipilih karena kandungan airnya yang cukup besar, sehingga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas antibakterinya. Selain itu, lotion juga memiliki keuntungan lain, yaitu mudah untuk diaplikasikan, daya penyebaran dan penetrasinya cukup tinggi, tidak memberikan rasa berminyak, memberikan efek sejuk dilihat dari kandungan airnya, juga mudah dicuci dengan air (Aulton, 2007), sehingga diharapkan dapat meningkatkan penerimaan dan kenyamanan minyak kayu manis sebagai salah satu alternatif untuk mereduksi bau kaki akibat Staphylococcus epidermidis. 1. Perumusan masalah a. Apakah lotion minyak kayu manis memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis? b. Adakah perbedaan aktivitas antibakteri antara minyak kayu manis tanpa formulasi dengan lotion minyak kayu manis dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
2. Keaslian penelitian Penelitian-penelirian yang telah dilakukan, antara lain oleh: a. Ara dkk. (2006) yang menemukan bahwa bau kaki muncul akibat metabolisme bakteri karena keringat dipecah dan mengakibatkan munculnya asam isovaleric; b. Garg dkk. (2013) yang membandingkan dua jenis tanaman kayu manis, yaitu Cinnamomum zeylanicum dan Cinnamomum cassia dalam penghambatannya terhadap bakteri pembusuk makanan dan bakteri air; c. Gupta dkk. (2008) yang meneliti aktivitas antimikroba beberapa minyak atsiri terhadap bakteri-bakteri pembusuk makanan, salah satunya adalah Staphylococcus epidermidis dan diperoleh bahwa minyak atsiri yang salah satunya adalah berasal dari tanaman kayu manis, memiliki aktivitas penghambatan terhadap Staphylococcus epidermidis; d. Kobayashi (1990) yang melihat hubungan antara bau tidak sedap yang dilepaskan oleh kaki manusia dengan Staphylococcus epidermidis dan dari penelitian ini dilaporkan bahwa Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu penyebab timbulnya bau tersebut; e. Magetsari (2013) yang melihat efektivitas minyak kayu manis
yang
dibentuk dalam krim terhadap Staphylococcus epidermidis sebagai alternatif dalam mencegah pertumbuhan bakteri pada implant ortopedi untuk mengurangi infeksi;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
namun, sejauh penelusuran penulis, uji aktivitas lotion minyak kayu manis terhadap salah satu bakteri penyebab bau kaki, yaitu Staphylococcus epidermidis belum pernah dilakukan. 3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoretis. Menambah informasi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang farmasi mengenai aktivitas antibakteri lotion minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis. b. Manfaat praktis. Menyediakan alternatif formula lotion minyak kayu manis untuk mereduksi bau kaki akibat Staphylococcus epidermidis.
B. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui aktivitas antibakteri lotion minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis. 2. Mengetahui perbedaan aktivitas antibakteri minyak kayu manis tanpa formulasi dengan lotion minyak kayu manis dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Bau Kaki Bau kaki merupakan bau yang muncul akibat keringat yang bercampur dengan bakteri. Bau kaki dapat sangat tidak menyenangkan hingga menimbulkan rasa malu bagi sebagian orang. Banyak orang yang menggambarkan bau kaki sebagai bau yang tidak sedap atau bau cuka yang menempel pada kaki, kaos kaki, dan sepatu. Kebanyakan orang memiliki lebih dari 250.000 kelenjar keringat di kaki yang menghasilkan kelembaban., Sebagian orang bahkan memiliki lebih dari rata-rata jumlah kelenjar keringat, sehingga daoat menimbulkan keringat yang berlebihan. Sebagian besar kelembaban pada kaki diproduksi setiap harinya dan sebelum terjadi penguapan, lembab memiliki kesempatan untuk menarik bakteri. Dalam kondisi kaki yang tertutup, seperti menggunakan kaos kaki dan sepatu, atau kondisi yang tidak memungkinkan terjadinya penguapan, lembab akan terjebak dan bakteri pun mulai tumbuh. Pada awalnya, bakteri menempel pada sepatu dan kaos kaki, namun seiring berjalannya waktu, bakteri mulai menempel pada kulit dan menyebabkan bau kaki, namun, alas kaki bukanlah satu-satunya hal yang dapat menyebabkan bau kaki. Beberapa penyebab yang dapat menimbulkan bau pada kaki, antara lain hiperhidrosis (kaki berkeringat), stress, obat, alkohol dan obat-obatan, perubahan hormon seperti pubertas atau menopause, dan kurangnya menjaga kebersihan (Landsman, 2013).
6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
Bau kaki berbeda dari jenis bau badan lainnya. Sebagian bau badan berasal dari alat kelamin dan ketiak yang mengandung kelenjar keringat ekrin. Bagian tubuh lainnya termasuk kaki, selain mengandung kelenjar keringat ekrin, juga terdapat kelenjar keringat apokrin. Keringat dari kelenjar ekrin berair dan tipis, sehingga cenderung menguap cukup cepat dan tidak menimbulkan bau, tetapi keringat dari kelenjar apokrin mengandung protein dan asam amino yang merupakan nutrisi bagi bakteri, sehingga bakteri mampu hidup pada kulit. Bakteri inilah yang menghasilkan bau (Freeman, 2013). Menurut Ara dkk. (2006) bau yang timbul akibat terbentuknya senyawa asam isovaleric yang diproduksi oleh bakteri dengan mendegradasi leusin yang terkandung dalam keringat. Bakteri yang ditemukan pada kaki sebagai penyebab bau adalah bakteri coccus gram positif, yaitu Staphylococcus epidermidis (Kobayashi, 1990). Kulit manusia terdiri dari tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan. Dalam lapisan epidermis terdapat desmosom yang terdiri dari berbagai jenis lemak atau protein yang bertindak dalam pendorongan epidermis tua. Lapisan tua tersebut terurai secara alami sekitar 28 hari. Epidermis yang mengelupas dikenal sebagai lapisan sel kulit mati. Sel kulit mati yang terdiri dari keratin ini bertindak sebagai pelindung epidermis dari rangsangan eksternal dan juga untuk mempertahankan tubuh dari kelembaban. Jika beban seperti gesekan atau tekanan dikenakan pada kaki lebih berat dari rata-rata dan diterapkan dalam waktu yang lama, maka akan terjadi akumalasi sel kulit mati. Sel-sel kulit mati yang menumpuk tidak hanya menyebabkan penyebaran bakteri, tetapi juga beberapa masalah lain, seperti buruknya sirkulasi darah dan menurunnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
kepekaan terhadap dingin. Selain itu, sel-sel kulit mati ditemukan di antara jarijari kaki yang juga menciptakan bau kaki (Liberta, 2010).
B. Minyak Kayu Manis Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak terbang atau minyak eteris (essential oil atau volatile). Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri yang cukup penting. Minyak atsiri dapat dihasilkan dari berbagai bagian tanaman seperti akar, batang, ranting, daun, bunga, atau buah. Jenis tanaman penghasil minyak atsiri ada adalah 150 hingga 200 spesies. Di Indonesia terdapat sekitar 40 jenis tanaman penghasil minyak atsiri, salah satunya adalah kayu manis (Kardinan, 2005). Minyak atsiri bersifat mudah menguap pada suhu kamar, memiliki rasa getir, serta berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak atsiri larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Depkes RI, 1977). Menurut penelitian Wijayanti, Zetra, dan Burhan (2009) minyak kayu manis memiliki komponen penyusun yang beragam, antara lain α-pinen, benzaldehid, β-pinen, limonene, 1,8-sineol, benzenpropanal, terpineol, αterpineol, cis-sinamaldehid, trans-sinamaldehid, α-kopaen, asam sinamat, βkariofilen, α-humulen, valencen, α-muurolen, delta-kadinen, α-kalakoren, kariofilen oksida, widdren, torreyol, benzyl benzoat, linalool, α-bergamoten, kumarin, tetradekanal, β-elemen, naftalen, α-kadinol, dan α-sinensal, dan komponen
penyusun
utamanya
adalah
trans-sinamaldehid.
Sinamaldehid
memiliki aktivitas antibakteri terbaik dari komponen-komponen minyak kayu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
manis (Chang, Chen, dan Chang S.C., 2001). Minyak kayu manis memiliki aktivitas terhadap sebagian besar bakteri patogen. Salah satu bakteri yang merespon aktivitas minyak kayu manis sebagai antibakteri adalah Staphylococcus epidermidis (Gupta dkk., 2008). Sinamaldehid memiliki keelektronegativan yang tinggi. Senyawa elektronegatif akan mengganggu proses biologi dengan menyertakan transfer elektron dan bereaksi dengan senyawa yang mengandung nitrogen, seperti protein dan asam nukleat, sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Menurut Gill dan Holley (2004) mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri transsinamaldehid adalah dengan mencegah penambahan adenosine triphosphate (ATP) dari glukosa ke dalam sel dan menyebabkan penipisan ATP sel, sehingga metabolisme bakteri dihambat. Minyak kayu manis mengandung asam benzoat, benzaldehid, dan asam sinamat yang merupakan senyawa lipofilik yang diakui responsif sebagai antimikrobial (Singh dan Maurya, 2005). Selain itu minyak kayu manis juga mengandung 17,62% eugenol dan 13,37% kumarin (Wang dkk., 2009). Jumlah kelas ini diketahui dapat berperan sebagai agen bakteriostatik tergantung pada konsentrasi yang digunakan (Pelczar dan Chan, 1988).
C. Emulsi Minyak dalam Air (Lotion) Emulsi merupakan campuran dua cairan yang tidak saling campur yang distabilkan dengan suatu sistem emulsi (Aulton, 2007). Dalam dunia kosmetik dikenal dua bentuk emulsi, yaitu emulsi M/A (minyak dalam air) dan emulsi air dalam minyak (air dalam minyak). Emulsi M/A mempunyai fase dalam minyak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
dan fase luar air, sedangkan emulsi A/M mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak. Adanya zat-zat polar yang bersifat lemak seperti setil alkohol dan gliseril monostearat cenderung menstabilkan emulsi M/A dalam sediaan semi padat (Lachman, 1994). Emulsi tipe M/A memiliki beberapa keuntungan, yaitu mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik karena jika digunakan pada kulit maka akan terjadi penguapan, dan meningkatan konsentrasi dari suatu obat yang larut dalam air, sehingga mendorong penyerapanya kedalam jaringan kulit (Aulton, 2007). Menurut Mitsui (1997) sediaan emulsi dengan sistem emulsi minyak dalam air (termasuk bentuk lotion) kebanyakan memiliki viskositas yang lebih rendah dibandingkan emulsi dengan sistem emulsi air dalam minyak karena komposisi air pada emulsi minyak dalam air lebih banyak. Wilkinson dan Moore (1982) juga menyebutkan bahwa lotion merupakan produk kosmetik yang umumnya berupa emulsi, terdiri dari sedikitnya dua cairan yang tidak saling campur dan memiliki viskositas rendah serta dapat mengalir di bawah pengaruh gravitasi. Sistem emulsi yang terbentuk distabilkan dengan suatu agen pengemulsi melalui proses emulsifikasi. Emulsifikasi merupakan proses pendispersian suatu larutan ke dalam larutan yang tidak saling campur. Emulsi berbentuk droplet dan ukurannya dipengaruhi oleh kecepatan pemutaran selama proses emulsifikasi (Silva, Riberio, Figueiredo, Ferreira, dan Veiga, 2006).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
D. Uji Aktivitas Antibakteri Uji daya antibakteri ditujuan untuk mengetahui kemampuan suatu senyawa uji dalam menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengukur respon pertumbuhan populasi mikroorganisme terhadap agen antibakteri (Setiabudy dan Gan, 2007). Menurut Agbor, Ma’ori, dan Opajobi (2011) metode yang umum digunakan untuk mengetahui aktvitas antibakteri adalah metode difusi. Metode difusi merupakan salah satu metode untuk melihat aktivitas antimikroba atau antibakteri suatu senyawa dengan pengukuran potensi antibakteri berdasarkan pengamatan diameter daerah hambatan bakteri karena terjadi proses difusi senyawa uji dari titik awal pemberian ke daerah difusi (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 1996). Beberapa metode difusi yang sering digunakan, antara lain metode disc diffusion, e-test, metode ditch-plate, metode cup-plate. 1. Metode disc diffusion Metode ini digunakan untuk menentukan aktivitas agen antibakteri. Piringan yang berisi agen antibakteri diletakkan pada media agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji, kemudian area jernih yang terbentuk mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan media agar. 2. E-test Metode ini digunakan untuk mengestimasi KHM (kadar hambat minimum), yaitu konsentrasi minimal suatu agen antibakteri untuk dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen antibakteri dari kadar terendah hingga kadar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
tertinggi dan diletakkan pada permukaan media agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji. Pengamatan dilakukan pada area jernih yang ditimbulkannya yang menunjukkan kadar agen antibakteri yang menghambat pertumbuhan bakteri pada media agar. 3. Metode ditch-plate Metode ini dilakukan dengan cara menghilangkan potongan agar dari cawan dan mengisi lubang yang terbentuk dengan agar yang telah mengandung senyawa antibakteri. Medium dapat diatur sedemikian rupa hingga beberapa bakteri dapat diinokulasikan secara streakplate tegak lurus pada agar yang telah mengandung antibakteri tersebut. Metode ini cocok untuk pengujian suatu senyawa terhadap sejumlah besar bakteri. Kelemahan metode ini adalah plat yang digunakan harus selalu baru tiap harinya. 4. Metode cup-plate Metode ini serupa dengan metode disc diffusion, di mana dibuat sumur pada media agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji dan pada sumur tersebut diberi agen antibakteri yang akan diuji, kemudian area jernih yang terbentuk mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan media agar (Pratiwi, 2008).
E. Sifat Fisik Sediaan Topikal Uji sifat fisik sediaan topikal yang penting untuk sediaan semi solid atau semi cair, antara lain uji viskositas dan daya sebar untuk mengetahui penyebaran dan pelekatan sediaan pada kulit, pemindahan atau pengeluaran sediaan dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
wadah atau pengeluaran dari wadah, dan pelepasan bahan aktif dari basis (Martin, 1993). Uji sifat fisik sediaan topikal, antara lain uji viskositas dan daya sebar. 1. Viskositas Viskositas merupakan tahanan suatu sistem untuk mengalir pada suatu tekanan yang diberikan. Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang diperlukan untuk membuat cairan tersebut dapat mengalir dengan laju tertentu (Sinko, 2006). Viskositas termasuk faktor yang penting dalam karakteristik sediaan semisolid, viskositas suatu sediaan menentukan lama tinggal sediaan pada kulit sehingga obat dapat terpenetrasi dengan baik (Garg, Aggarwal, Garg, dan Singla, 2002). Standar viskositas menurut SNI 16-4399-1997 berkisar antara 2000-50.000 cP. Sediaan lotion yang menggunakan bahan aktif berupa minyak akan terjadi penurunan viskositas apabila konsentrasi minyaknya semakin tinggi (Dewi, 2012). 2. Daya sebar Daya sebar merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan luasnya wilayah dimana sediaan topikal mudah menyebar ketika diaplikasikan pada kulit (Mishra, Murthy, Pasa, dan Nayak, 2011). Daya sebar, pada prinsipnya, berkaitan dengan sudut kontak dari setetes cairan atau sediaan semi padat atau semi cair pada substrat terstandar dan berkaitan dengan koefisien gesekan. Parallel-plate method adalah metode yang paling banyak digunakan untuk menentukan dan mengukur daya sebar sediaan semi padat atau semi cair. Keuntungan dari metode ini adalah sederhana dan relatif murah. Selain itu, dapat dirancang dan dibuat sesuai dengan kebutuhan peneliti mengenai jenis data yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
dibutuhkan, rute administrasi, dan luas permukaan yang dibahas, namun metode ini kurang tepat dan sensitif, serta data yang dihasilkannya harus ditafsirkan secara manual (Garg dkk., 2002). pH merupakan salah satu karakteristik yang penting yang harus diukur dan dikontrol, terutama jika produk akan digunakan pada makhluk hidup. Menurut SNI 16-4399-1997 pH lotion harus berada dalam rentang 4,5-8 karena pH yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan mengalami iritasi akibat terjadinya kerusakan mantel asam pada lapisan sel kulit mati. Mantel asam adalah film berminyak yang tipis yang terdiri dari keringat dan sebum. Mantel asam berada di atas lapisankulit terluar dan berfungsi untuk melindungi kulit dari pemasukan bakteri. Banyak kontaminan yang mungkin masuk ke kulit, seperti bahan kimia dari atmosfer dan bakteri berbahaya. Ketika bakteri dibunuh oleh asam, mereka tidak dapat merusak kulit, tetapi jika mantel asam dihilangkan maka bakteri menjadi lebih mudah menemukan jalan masuk. Mantel asam menjadi tidak seimbang dengan penggunaan bahan dengan sifat alkali yang kuat. Keringat berlebih juga dapat menjadi faktor penyebab ketidakseimbangan mantel asam karena berkeringat lebih dari rata-rata membuat mantel asam memiliki proporsi yang lebih tinggi, sehingga kulit kehilangan keseimbangan alaminya (pHisoderm, 2011).
F. Landasan Teori Bau kaki dapat memberikan rasa yang kurang nyaman dalam berinteraksi terhadap lingkungan. Salah satu penyebab munculnya bau tersebut adalah akibat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
keringat yang kontak dan berinteraksi dengan bakteri. Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu yang ditemukan sebagai penyebab bau pada kaki sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kobayashi (1990). Salah satu usaha yang dapat mereduksi bau pada kaki adalah dengan mengurangi produksi asam isovaleric yang timbul akibat degradasi leusin oleh bakteri flora normal yang tumbuh berlebih akibat meningkatnya produksi keringat. Trans-sinamaldehid merupakan senyawa yang banyak terkandung dalam minyak atsiri kayu manis dan memiliki aktivitas antibakteri yang efektif terhadap sebagian besar bakteri patogen, salah satunya Staphylococcus epidermidis, sehingga minyak kayu manis diformulasikan dalam bentuk sediaan lotion sebagai alternatif untuk mereduksi bau pada kaki. Suatu agen antibakteri dapat memberikan aktivitas yang berbeda jika media pembawa bahan aktifnya pun berbeda (Hanudin, Nuryani, Silvia, Djatnika, dan Marwoto, 2010). Lotion sebagai penggunaan topikal diharapkan memiliki kriteria sesuai dengan SNI 16-4399-1997, yaitu pH berkisar antara 4,5-8 dan memiliki viskositas 2000-50.000 cP.
G. Hipotesis 1. Lotion minyak kayu manis memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermis. 2. Minyak kayu manis memiliki perbedaan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis setelah diformulasikan dalam bentuk lotion.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian a. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi minyak kayu manis. b. Variabel tergantung. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah diameter zona hambat. c. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah media penanaman bakteri, waktu dan suhu inkubasi, diameter sumuran, kepadatan suspensi bakteri uji, suhu pembuatan lotion, waktu dan kecepatan pencampuran, wadah penyimpanan, dan metode pengujian aktivitas. d. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah kriteria tanaman kayu manis yang digunakan produsen sebagai sumber minyak kayu manis serta metode destilasinya dan kelembaban ruangan.
16
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
2. Definisi operasional a. Minyak kayu manis adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman kayu manis jenis Cinnamomum burmannii (Nees. & T. Nees.) Bl. yang memiliki komponen trans-sinamaldehid dan memiliki aktivitas sebagai agen antibakteri yang diperoleh dari CV Eteris Nusantara. b. Staphylococcus
epidermidis
adalah
biakan
murni
bakteri
uji
Staphylococcus epidermidis ATCC 12228 yang diperoleh dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta dan merupakan salah satu bakteri penyebab bau pada kaki. c. Lotion minyak kayu manis adalah sediaan topikal semi cair hasil emulsifikasi dengan minyak kayu manis sebagai bahan aktif yang diharapkan dapat dijadikan alternatif untuk mereduksi bau kaki. d. Kontrol basis adalah sediaan semi padat hasil emulsifikasi tanpa minyak kayu manis sebagai bahan aktif dan digunakan sebagai pembanding lotion minyak kayu manis terhadap kemampuannya dalam menghambat pertumbuhaan Staphylococcus epidermidis. e. Kontrol positif adalah sediaan semi padat yang mengandung klindamisin konsentrasi 2% yang diformulasikan dengan formula yang sama dengan lotion minyak kayu manis sebagai pembanding lotion minyak kayu manis dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis dengan melihat dan mengukur diameter zona hambatnya. f. Metode difusi sumuran adalah metode yang digunakan untuk mengetahui aktivitas
penghambatan
lotion
minyak
kayu
manis
terhadap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
Staphylococcus epidermidis dengan mengukur zona hambat (zona jernih) pada sekitar sumuran. g. Diameter zona hambat adalah parameter aktivitas antibakteri berupa diameter zona jernih yang dihasilkan oleh interaksi antara lotion minyak kayu manis dengan Staphylococcus epidermidis. h. Aktivitas antibakteri lotion minyak kayu manis adalah kemampuan lotion minyak kayu manis dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis yang dilihat dengan mengukur diameter zona hambat yang dihasilkan, kemudian dibandingkan dengan kontrol basis. i. Viskositas lotion adalah tingkat kekentalan lotion yang dapat diaplikasikan dengan baik pada kulit. Rentang viskositas yang diharapkan 10-20 dPa.s. j. Daya sebar adalah kemampuan lotion untuk tersebar merata pada kulit saat diaplikasikan, sehingga obat dapat terpenetrasi dengan baik. Daya sebar dinyatakan dalam diameter penyebaran sediaan. Rentang diameter daya sebar yang diharapkan 5-7 cm.
C. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri uji Staphylococcus epidermidis ATCC 12228 (Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta), minyak atsiri kayu manis (ETERIS NUSANTARA), media MuellerHinton Broth (MERCK), media Muller-Hinton Agar (MERCK), alkohol 96% (BRATACHEM), gliserin (BRATACHEM), asam stearat (BRATACHEM), setil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
alkohol (BRATACHEM), VCO (BRATACHEM), BHT (BRATACHEM), trietanolamin (BRATACHEM), kapsul klindamisin (DEXA MEDICA), nipagin (BRATACHEM), dan aquadest. 2. Alat penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (METTLER-TOLEDO),
hand refractometer, piknometer (PYREX), mixer
(PHILIPS), glasswares (PYREX), autoklaf, microbiological safety cabinet, pelubang sumuran, jarum ose, mikropipet, waterbath, hotplate,
termometer,
lempeng kaca pengukur daya sebar, viscometer seri VT 04 (RION-JAPAN) dan alat pengukur (penggaris).
D. Tata Cara Penelitian 1. Identifikasi dan verifikasi minyak kayu manis Bahan yang diidentifikasi pada penelitian ini adalah minyak kayu manis dari tanaman kayu manis dengan jenis Cinnamomum burmannii (Nees. & T. Nees.) Blume yang diperoleh dari CV Eteris Nusantara Yogyakarta dan telah diuji identitasnya. Verifikasi minyak kayu manis meliput: a. Pengamatan organoleptis. Pengamatan organoleptis berupa pengamatan bentuk, warna, dan bau minya kayu manis. b. Verifikasi indeks bias minyak kayu manis. Indeks bias minyak kayu manis diukur dengan menggunakan hand refractometer. Sebanyak 2-3 tetes minyak kayu manis diteteskan di atas prisma utama, kemudian prisma ditutup dan ujung refraktometer diarahkan ke sumber cahaya yang terang,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
sehingga melalui lensa skala dapat dilihat secara jelas. Nilai indeks bias minyak kayu manis ditunjukkan oleh garis batas yang memisahkan sisi gelap dan sisi terang. c. Verifikasi bobot jenis minyak kayu manis. Bobot jenis minyak kayu manis diukur dengan menggunakan piknometer yang telah dikalibrasi. Kalibrasi dilakukan dengan menetapkan bobot piknometer kosong dan bobot air pada suhu 25oC. Piknometer yang telah dikalibrasi diisi dengan minyak kayu manis dan dikondisikan dalam suhu 25oC, kemudian piknometer ditimbang. Bobot piknometer yang telah diisi minyak kayu manis, kemudian dikurangi dengan bobot piknometer kosong. Bobot jenis minyak kayu manis merupakan perbandingan antara bobot minyak kayu manis dengan bobot air dalam piknometer pada suhu 25oC. 2. Uji aktivitas antibakteri minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis dengan metode difusi sumuran a. Penentuan konsentrasi minyak kayu manis. Minyak kayu manis dibuat dalam beberapa seri konsentrasi, yaitu 2,5; 5; 10; 15; 20; 25; 50; 75; dan 100%(v/v) dengan pelarut alkohol 96%. b. Pembuatan suspensi bakteri uji. Sebanyak satu ose koloni bakteri uji Staphylococcus epidermidis diambil dari stok bakteri dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi media MHB steril, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC di dalam inkubator, selanjutnya suspensi bakteri uji Staphylococcus epidermidis dilihat kekeruhannya dan disesuaikan dengan standar Mac Farland 0,5 (1,5 x 108 CFU/mL).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
c. Pembuatan kontrol media. Media MHA steril dituang ke dalam cawan petri dan dibiarkan memadat, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC di dalam inkubator, selanjutnya diamati dan dibandingkan dengan perlakuan. d. Pembuatan kontrol partumbuhan bakteri uji. Media MHA steril diinokulasikan suspensi bakteri uji Staphylococcus epidermidis dengan kepadatan dan jumlah yang sama pada perlakuan, kemudian dituang ke dalam cawan petri steril dan digoyang agar pertumbuhan bakteri uji merata. Cawan petri yang telah berisi suspensi bakteri uji didiamkan hingga memadat, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC di dalam inkubator, selanjutnya pertumbuhan bakteri uji diamati dengan melihat kekeruhan media dan dibandingkan dengan perlakuan. e. Uji aktivitas antibakteri minyak kayu manis terhadap bakteri uji. Sebanyak 15 mL media MHA diisi ke dalam cawan petri steril dan dibiarkan memadat (lapis pertama), kemudian sebanyak 25 mL media MHA yang telah diinokulasikan suspensi bakteri uji Staphylococcus epidermidis dituangkan di atas lapisan pertama, sehingga menjadi lapisan kedua dan dibiarkan memadat, selanjutnya media dengan dua dibuat sepuluh sumuran dengan diameter sumuran 0,8 cm. Sebanyak sembilan sumuran masingmasing diisi dengan 50 µL minyak kayu manis dengan konsentrasi berbeda (2,5; 5; 10; 15; 20; 25; 50; 75; dan 100%(v/v)) dan sumuran yang tersisa diisi dengan 50 µL alkohol 96% sebagai kontrol pelarut. Cawan petri dibungkus dengan menggunakan plastic wrab, kemudian diinkubasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
selama 24 jam pada suhu 37oC di dalam inkubator, selanjutnya diamati dan diukur diameter zona hambat yang dihasilkan. Seri konsentrasi dengan diameter zona hambat dalam rentang aktif atau sangat aktif (aktif: 13-18 mm dan sangat aktif: >18) sesuai dengan penelitian Junior & Zanil (2000) dipilih sebagai konsentrasi yang akan diformulasikan dalam bentuk lotion dan dilanjutkan dengan pengujian aktivitas antibakteri lotion minyak kayu manis tersebut. 3. Formulasi lotion minyak kayu manis Formula yang digunakan adalah sebagai berikut. Tabel I. Formula lotion untuk 100 gram basis
A
B
C
Komponen
Basis
Asam stearat Setil alkohol VCO BHT Gliserin Trietanolamin Nipagin Aquadest Minyak kayu manis
5 2,5 2,5 0,1 8,5 1 0,5 80 -
Lotion 12% (b/b) 4,4 2,2 2,2 0,088 7,48 0,88 0,44 70,4 12
Lotion 18% (b/b) 4,1 2,05 2,05 0,082 6,97 0,82 0,41 65,6 18
Lotion 24% (b/b) 3,8 1,9 1,9 0,076 6,46 0,76 0,38 60,8 24
Basis formula yang digunakan dalam formulasi lotion minyak kayu manis mengacu pada penelitian Christania (2010) yang memformulasikan ekstrak etil asetat isoflavon dalam bentuk sediaan emulsi sistem minyak dalam air. Cara pembuatan lotion minyak kayu manis adalah sebagai berikut. a. Bagian A dipanaskan pada hotplate hingga suhu 70°C. Setelah semua meleleh dan mencapai suhu 70°C, kemudian masukkan setil alkohol ke dalam asam stearat dan diaduk hingga homogen. BHT ditambahkan ke
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
dalam VCO sebagai emollient dan penetration enhancer, kemudian diaduk hingga homogen. Campuran BHT dan VCO ditambahkan ke dalam campuran setil alkohol dan asam stearat, maka fase minyak telah siap. b. Bagian B dipanaskan pada hotplate hingga suhu 70°C. Setelah semua mencapai suhu 70°C, TEA dimasukkan ke dalam aquadest dan diaduk hingga homogen. Nipagin ditambahkan dalam gliserin dan diaduk hingga homogen. Campuran gliserin dan TEA ditambahkan ke dalam campuran aquadest dan TEA, kemudian diaduk hingga homogen, maka fase air telah siap. c. Fase air yang telah siap ditambahkan ke dalam fase minyak dengan suhu pencampuran 70oC di atas waterbath dan diaduk dengan menggunakan mixer selama sepuluh menit. Pada menit kelima minyak kayu manis ditambahkan saat pencampuran dengan mixer. 4. Uji sifat fisik lotion minyak kayu manis Uji sifat fisik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. Pengukuran pH. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter stick. b. Uji viskositas. Pengukuran viskositas menggunakan viscometer. Lotion minyak kayu manis dimasukkan ke dalam cup dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas lotion minyak kayu manis diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan segera setelah 48 jam pembuatan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
c. Uji daya sebar. Uji daya sebar lotion minyak kayu manis dilakukan langsung setelah 48 jam pembuatan. Lotion minyak kayu manis ditimbang seberat satu gram, kemudian diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Di atas lotion minyak kayu manis tersebut diletakkan kaca bulat lain dan pemberat 150 gram, kemudian didiamkan selama satu menit. Setelah pendiaman selama satu menit, penyebaran diukur dengan menggunakan penggaris, kemudian dicatat diameter penyebarannya. 5. Uji
aktivitas
antibakteri
lotion
minyak
kayu
manis
terhadap
Staphylococcus epidermidis dengan metode difusi sumuran a. Pembuatan suspensi bakteri uji. Sebanyak satu ose koloni bakteri uji Staphylococcus epidermidis diambil dari stok bakteri dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi media MHB steril, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC di dalam inkubator, selanjutnya suspensi bakteri uji Staphylococcus epidermidis dilihat kekeruhannya dan disesuaikan dengan standar Mac Farland 0,5 (1,5 x 108 CFU/mL). b. Pembuatan kontrol media. Media MHA steril dituang ke dalam cawan petri dan dibiarkan memadat, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC di dalam inkubator, selanjutnya diamati dan dibandingkan dengan perlakuan. c. Pembuatan kontrol partumbuhan bakteri uji. Media MHA steril diinokulasikan suspensi bakteri uji Staphylococcus epidermidis dengan kepadatan dan jumlah yang sama pada perlakuan, kemudian dituang ke dalam cawan petri steril dan digoyang agar pertumbuhan bakteri uji merata.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Cawan petri yang telah berisi suspensi bakteri uji didiamkan hingga memadat, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC di dalam inkubator, selanjutnya pertumbuhan bakteri uji diamati dengan melihat kekeruhan media dan dibandingkan dengan perlakuan. d. Uji aktivitas antibakteri lotion minyak kayu manis terhadap bakteri uji. Sebanyak 15 mL media MHA diisi ke dalam cawan petri steril dan dibiarkan memadat (lapis pertama), kemudian sebanyak 25 mL media MHA yang telah diinokulasikan suspensi bakteri uji Staphylococcus epidermidis dituangkan di atas lapisan pertama, sehingga menjadi lapisan kedua dan dibiarkan memadat, selanjutnya dibuat lima sumuran dengan diameter sumuran 0,8 cm. Sebanyak tiga sumuran masing-masing diisi dengan 0,5 gram lotion minyak kayu manis dengan konsentrasi berbeda (12; 18; dan 24%(b/b)) dan sumuran yang tersisa masing-masing diisi dengan 0,5 gram basis lotion sebagai kontrol basis dan lotion klindamisin 2% sebagai kontrol positif Cawan petri dibungkus dengan menggunakan plastic wrab, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC di dalam inkubator, selanjutnya diamati dan diukur diameter zona hambat yang dihasilkan.
E. Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data aktivitas antibakteri minyak kayu manis dan lotion minyak kayu manis. Data dianalisis menggunakan software R 2.14.1. Analisis statistik digunakan untuk melihat signifikansi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
perbedaan dari data yang diperoleh. Uji normalitas data dilakukan dengan analisis statistik Saphiro-Wilk. Pada distribusi data normal dilakukan analisis statistik parametrik (uji T tidak berpasangan atau ANOVA satu arah), sedangkan pada distribusi data tidak normal digunakan analisis statistik non parametrik (Wilcoxon atau Kruskal-Wallis).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi dan Verifikasi Minyak Kayu Manis Identifikasi bahan dalam penelitian ini dilakukan untuk menjamin kesesuaian bahan dengan tujuan penelitian, sehingga hasil penelitian tidak bias. Pada penelitian ini digunakan minyak atsiri yang berasal dari tanaman kayu manis (Cinnamomum burmannii (Nees & T. Nees) Blume.) yang diperoleh dari CV Eteris Nusantara Yogyakarta dan telah diuji identitasnya. Minyak kayu manis yang diperoleh telah disertai Certificate of Analysis (CoA) yang terlampir (Lampiran 1). Minyak kayu manis dipilih sebagai bahan aktif dalam penelitian ini karena minyak atsiri ini berasal dari famili Lauraceae yang banyak ditemukan di daerah tropis (Guenther, 2006) dan menurut Wang dan Yang (2009) minyak atsiri yang berasal dari Cinnamomum burmannii mengandung beberapa senyawa dengan jumlah besar dan memiliki aktivitas antibakteri, seperti transsinamaldehid (60,72%, eugenol (17,62%), dan kumarin (13,37%). Pada penelitian ini dilakukan verifikasi minyak kayu manis untuk memastikan identitas minyak kayu manis yang digunakan. Verifikasi yang dilakukan meliputi pengamatan organoleptis, uji indeks bias, dan bobot jenis. Minyak atsiri yang berasal dari sumber dan jenis tanaman yang berbeda memiliki indeks bias dan bobot jenis yang berbeda, sehingga pengujian ini digunakan sebagai verifikasi awal dalam penentuan keaslian minyak atsiri. Hasil verifikasi minyak atsiri kayu manis yang diperoleh adalah sebagai berikut (Lampiran 3).
27
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Gambar 1. Minyak kayu manis yang diperoleh dari CV Eteris Nusantara
Tabel II. Hasil verifikasi minyak kayu manis yang diperoleh dari CV Eteris Nusantara
Uji
Organoleptis
Indeks bias Bobot jenis
Badan Standarisasi Nasional (2006) Bentuk: cair Warna: Kuning muda – coklat muda Bau: Khas kayu manis 1,559 – 1,595 1,008 – 1,030
Certificate of Analysis
Verifikasi
Cair
Cair
Kuning
Kuning
Aromatis
Aromatis
1,580 1,013
1,5621 ± 0,0099 1,0290 ± 0,0120
Berdasarkan hasil verifikasi diketahui bahwa minyak kayu manis memenuhi persyaratan organoleptis, indeks bias, dan bobot jenis minyak kayu manis berada dalam rentang yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (2006) sebagai minyak kayu manis yang bermutu. Dengan demikian, minyak kayu manis yang diperoleh dari CV Eteris Nusantara sesuai dengan Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan merupakan minyak kayu manis yang bermutu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
B. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Kayu Manis terhadap Staphylococcus epidermidis dengan Metode Difusi Sumuran Uji aktivitas antibakteri minyak kayu manis merupakan uji pendahuluan yang dilakukan untuk menentukan konsentrasi minyak kayu manis yang dapat dipertimbangkan dalam formulasi lotion minyak kayu manis. Pada penelitian ini digunakan Staphylococcus epidermidis ATCC 12228 sebagai bakteri uji. Bakteri uji diperoleh Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta dan telah diuji kemurniannya dengan surat keterangan kultur Staphylococcus epidermidis terlampir (Lampiran 2). Staphylococcus epidermidis dipilih sebagai bakteri uji karena menurut Kobayashi (1990) bakteri ini merupakan salah satu penyebab bau yang tidak sedap pada kaki. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dalam Microbiological Safety Cabinet (MSC) untuk meningkatkan kondisi lingkungan yang aseptis selama penelitian. Metode difusi sumuran dipilih untuk melihat aktivitas antibakteri dalam penentuan konsentrasi minyak kayu manis karena berdasarkan sifat bahan uji, minyak kayu manis memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah, bahkan cenderung non polar (Mulyono, 2005) dibanding media MHA yang komposisi utamanya adalah air, oleh sebab itu pengenceran variasi minyak kayu manis digunakan pelarut alkohol 96% yang cenderung lebih polar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan difusi minyak atsiri ke permukaan media MHA. Selain itu, pemilihan alkohol 96% sebagai pelarut juga diharapkan dapat melarutkan minyak kayu manis tanpa mempengaruhi aktivitas antibakteri minyak kayu manis karena menurut Darmadi (2005) konsentrasi optimal alkohol sebagai antiseptik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
adalah 70% dan sebagai desinfektan adalah 60-90%. Suatu senyawa memiliki aktivitas antibakteri apabila memiliki zona hambat berupa area jernih di sekeliling sumuran dan lebih besar dengan perbedaan bermakna dari kontrol pelarut (kontrol negatif). Kontrol negatif atau kontrol pelarut berfungsi untuk mengetahui pelarut yang
digunakan
memiliki
aktivitas
antibakteri
terhadap
pertumbuhan
Staphylococcus epidermidis. Pelarut yang memiliki aktivitas penghambatan bakteri uji dapat membiaskan hasil penelitian karena menyebabkan positif palsu zona hambat pada variasi konsentrasi. Variasi konsentrasi minyak kayu manis yang digunakan dalam pengujian aktivitas anibakteri adalah 2,5; 5; 10; 15; 20; 25; 50; 75; dan 100% (v/v). Berikut merupakan hasil pengukuran rerata diameter zona hambat terhadap bakteri uji Staphylococcus epidermidis (lampiran 4). Tabel III. Hasil pengukuran rerata diameter zona hambat minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis
Konsentrasi % (v/v) 2,5 5 10 15 20 25 50 75 100 Kontrol negatif (Alkohol 96%)
𝒙 ± SD Diameter Zzona Hambat (mm) 0±0 0±0 16,83 ± 0,58 18 ± 0,87 19,17 ± 0,76 19,83 ± 1,53 12,83 ± 5,35 11,5 ± 2,65 12,5 ± 1,73 0±0
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
Gambar 2. Diagram hasil pengukuran rerata diameter zona hambat minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis
Menurut Junior and Zanil (2000), tingkatan keaktifan suatu antibakteri dilihat dari diameter zona hambat yang terbentuk adalah golongan inaktif (diameter zona hambat < 9 mm); cukup aktif (diameter zona hambat 9-12 mm); aktif (diameter zona hambat 13-18 mm); dan sangat aktif (diameter zona hambat >18 mm). Dari hasil pengukuran rerata diameter zona hambat diketahui bahwa minyak kayu manis konsentrasi 10; 15; dan 20% (v/v) memiliki rerata zona hambat yang tidak berbeda dan rerata zona hambat tersebut masuk dalam golongan aktif, sehingga minyak kayu manis konsentrasi 10; 15; dan 20% (v/v) dipilih sebagai pertimbangan dalam formulasi sediaan lotion minyak kayu manis. Pada konsentrasi 50; 75; dan 100% (b/b) terjadi penurunan aktivitas antibakteri yang dilihat dari penurun diameter zona hambat. Hal tersebut diduga akibat terjadinya kejenuhan difusi minyak kayu manis pada permukaan media agar karena pada konsentrasi 50; 75; dan 100% (v/v) jumlah minyak semakin tinggi dan jumlah pelarut (alkohol 96%) semakin rendah, sehingga kemampuan difusi minyak kayu manis dalam pelarut pun semakin menurun akibat perbedaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
polaritas. Minyak kayu manis memiliki polaritas yang cukup rendah dan menyebabkan minyak kayu manis sedikit larut dalam pelarut air. Suatu agen antibakteri dapat memberikan aktivitas antibakteri yang berbeda jika media pembawanya berbeda, sehingga pada penelitian ini minyak kayu manis diformulasikan dalam bentuk lotion, dengan kata lain pembawa minyak kayu manis merupakan suatu sistem emulsi minyak dalam air, selanjutnya diuji aktivitas antibkaterinya untuk melihat pengaruh formulasi terhadap aktivitas antibakteri minyak kayu manis.
C. Formulasi Lotion Minyak Kayu Manis Pada penelitian ini, minyak kayu manis diformulasikan dalam bentuk lotion yang merupakan suatu emulsi dengan sistem minyak dalam air yang dimaksudkan sebagai media pembawa bahan aktif. Pemilihan bentuk lotion didasarkan pada sifat minyak kayu manis yang lipofil, sehingga diperlukan media pembawa yang dapat meningkatkan penerimaan dan kenyamaan penggunaan minyak kayu manis karena dapat mengurangi sensasi berminyak dan lengket apabila minyak kayu manis digunakan secara langsung. Sistem emulsi minyak dalam air pada formulasi minyak kayu manis diharapkan dapat memberikan sensasi dingin dan segar karena kandungan airnya yang lebih dominan dalam formula yang digunakan. Pemilihan sistem emulsi ini disesuaikan dengan tujuan pembuatan sediaan yang diharapkan dapat mereduksi bau kaki yang disebabkan oleh bakteri, sehingga sistem emulsi ini dapat meningkatkan proses difusi minyak kayu manis dengan kandungan airnya yang cukup besar, sehingga membran sel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
yang bersifat semipermeabel mudah ditembus. Oleh sebab itu, sistem emulsi minyak dalam air ini sebagai pembawa bahan aktif diharapkan dapat meningkatkan aktivitas antibakteri minyak kayu manis untuk menekan pertumbuhan Staphylococcus epidermidis. Bahan-bahan yang digunakan dalam formula lotion minyak kayu manis tidak memberikan efek antibakteri. Selain itu, sistem emulsi minyak dalam air merupakan sistem emulsi yang paling banyak digunakan dalam produk-produk kosmetik dan banyak disukai (Mitsui, 1997) karena memiliki kelebihan mudah untuk dioleskan, tingkat penyebaran dan penetrasinya tinggi, mudah dicuci dengan air, tidak memberikan rasa berminyak saat diaplikasikan pada kulit (Voigt, 1994),
sehingga dapat meningkatkan penerimaan dan kenyamanan dalam
penggunaannya serta biaya yang dibutuhkan relatif lebih rendah jika dilihat dari kandungan air dalam formulanya. Variasi konsentrasi minyak kayu manis yang digunakan dalam formula lotion mengacu pada hasil uji aktivitas antibakteri minyak kayu manis pada uji pendahuluan, yaitu konsentrasi 10% (v/v), 15% (v/v), dan 20% (v/v), namun ketika minyak kayu manis dijadikan sediaan lotion, konsentrasi yang terkandung dalam minyak kayu manis menjadi 12% (b/b), 18% (b/b), dan 24% (b/b). Hal tersebut dikarenakan pada formulasi lotion minyak kayu manis, bobot jenis minyak kayu manis tidak diabaikan, sehingga konsentrasi minyak kayu manis yang diformulasikan diharapkan memiliki konsentrasi yang sama dengan konsentrasi minyak kayu manis sebelum dilakukan formulasi. Pada formulasi lotion minyak kayu manis dibuat kontrol basis dan kontrol positif. Kontrol basis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
berfungsi sebagai pembanding aktivitas antibakteri lotion minyak kayu manis terhadap pertumbuhan Staphylococcus epidermidis. Dengan kata lain, kontrol basis merupakan faktor koreksi pengamatan aktivitas antibakteri lotion minyak kayu manis, sehingga dapat diketahui diameter zona hambat pertumbuhan bakteri lotion minyak kayu manis bukan berasal dari basis, melainkan hanya dari bahan aktif yang terkandung dalamnya, yaitu minyak kayu manis. Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah klindamisin dengan konsentrasi 2% yang diformulasikan dalam bentuk sediaan yang sama dengan sediaan minyak kayu manis. Klindamisin merupakan antibiotik semisintetik turunan linkomisin. Klindamisin efektif melawan bakteri kokus gram positif, seperti golongan Streptococcus maupun Staphylococcus yang resisten terhadap penisilin (Kresnawati, 2010). Menurut MedinePlus (2013), klindamisin digunakan untuk mengobati beberapa jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri, termasuk pada kulit. Mekanisme kerja klindamisin adalah menghambat atau menghentikan pertumbuhan bakteri. Klindamisin diformulasikan sendiri dalam bentuk lotion dengan formula yang sama dengan lotion minyak kayu manis karena cukup sulit ditemukan klindamisin dalam bentuk emulsi lotion atau krim. Selain itu, keuntungan dibentuknya lotion klindamisin dengan formula yang sama dengan lotion minyak kayu manis adalah untuk meminimalisir terjadi bias pada pengukuran diameter zona hambat akibat pengaruh formula, sehingga dapat diketahui diameter zona yang dihasilnya hanya berasal dari bahan aktif yang terkandung dalam lotion klindamisin saja ataupun lotion minya kayu manis saja. Kontrol positif digunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
untuk melihat aktivitas antibakteri lotion minyak kayu manis memiliki aktivitas antibakteri yang sama dengan salah satu agen antibakteri yang telah beredar di pasaran, yaitu klindamisin. Berikut merupakan hasil formulasi lotion minyak kayu manis (Lampiran 6).
(a)
(b)
(c)
Gambar 3. Lotion minyak kayu manis dengan konsentrasi 12% (b/b) (a); 18% (b/b) (b); dan 24% (b/b) (c)
D. Uji Sifat Fisik Lotion Minyak Kayu Manis Uji sifat fisik merupakan salah satu bagian evaluasi dari formula yang dilakukan dalam penelitian ini. Uji sifat sifat fisik sediaan dimaksudkan untuk menjamin kualitas dan memdapatkan suatu sediaan yang memenuhi syarat sediaan yang baik. Uji sifat fisik yang dilakukan meliputi uji viskositas dan daya sebar. Viskositas merupakan bentuk tahanan suatu sediaan untuk mengalir, sehingga semakin tinggi viskositas suatu sediaan, maka semakin besar pertahanannya.
Daya
sebar
merupakan
salah
satu
karakteristik
dalam
pengaplikasian, sehingga semakin besar daya sebar, maka suatu sediaan dapat tersebar merata pada kulit. Menurut Garg et al. (2002) daya sebar merupakan karakteristik penting dalam formulasi yang menjamin kemudahan saat sediaan diaplikasikan di kulit, dan yang paling penting mempengaruhi penerimaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
konsumen. Pada sediaan semi solid atau semi cair, daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas sediaan. Semakin tinggi nilai viskositas suatu sediaan, maka daya sebar sediaan cenderung semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Viskositas yang diinginkan yaitu 10-20 dPa.s dan diameter daya sebar yang diinginkan yaitu 5-7 cm. Karakteristik viskositas dan daya sebar yang dirumuskan sesuai dengan orientasi yang telah dilakukan sebelumnya. Uji sifat fisik lotion minyak kayu manis dilakukan sebanyak satu kali, yaitu 48 jam setelah pembuatan. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberi waktu bagi lotion minyak kayu manis membentuk sistemnya dengan sempurna dan diasumsikan lotion minyak kayu manis telah terbebas dari energi saat pembuatan, sehingga data yang dihasilkan tidak bias. Berikut merupakan hasil uji sifat fisik lotion minyak kayu manis (Lampiran 7). Tabel IV. Hasil uji sifat fisik lotion minyak kayu manis
Kelompok Lotion minyak kayu manis 12% (b/b) Lotion minyak kayu manis 18% (b/b) Lotion minyak kayu manis 24% (b/b)
𝒙 ± SD Viskositas (dPa.s) 13,3 ± 2,9 7,3 ± 0,6 4±0
𝒙 ± SD Daya Sebar (mm) 7 ± 0,1 9,2 ± 0,3 9,5 ± 0,4
Berdasarkan hasil rerata uji sifat fisik lotion minyak kayu manis diketahui bahwa lotion minyak kayu manis konsentrasi 12% (b/b) merupakan sediaan yang masuk dalam rentang viskositas dan daya sebar yang diinginkan, sehingga lotion minyak kayu manis 12% (b/b) baik secara fisik. Penetapan pH sediaan lotion minyak
kayu manis dilakukan untuk
memastikan bahwa lotion minyak kayu manis yang masuk dalam rentang pH yang ditentukan oleh SNI 16-4399-1997, yaitu 4,5-8, sehingga diharapkan lotion
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
minyak kayu manis tidak mengiritasi kulit apabila diaplikasikan. Dari hasil pengukuran pH lotion minyak kayu manis baik konsentrasi 12% (b/b), 18% (b/b), dan 24% (b/b) diketahui memiliki pH 7, sehingga lotion minyak kayu manis sesuai dengan pH yang diharapkan dan masuk dalam rentang pH yang ditetapkan oleh SNI.
E. Uji Aktivitas Antibakteri Lotion Minyak Kayu Manis terhadap Staphylococcus epidermidis dengan Metode Difusi Sumuran Uji aktivitas antibakteri lotion minyak
kayu manis bertujuan untuk
mengetahui kemampuan lotion minyak kayu manis dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis yang merupakan salah satu bakteri peyebab bau kaki yang dibandingkan dengan kontrol basis. Selain untuk mengetahui kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri penyebab bau kaki. Uji aktivitas antibakteri lotion minyak kayu manis dilakukan dengan metode difusi sumuran, karena bentuk sediaan merupakan bentuk semi cair yang. Dengan demikian, metode difusi sumuran dipilih untuk uji aktivitas antibakteri lotion minyak kayu manis. Pada penelitian ini, kontrol yang digunakan, antara lain kontrol sterilitas media, kontrol pertumbuhan bakteri, kontrol basis, dan kontrol positif. Kontrol basis merupakan sediaan lotion tanpa minyak kayu manis di dalam formulanya. Kontrol basis digunakan untuk melihat ada atau tidaknya daya antibakteri basis lotion terhadap
bakteri Staphylococcus epidermidis. Diameter zona hambat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis yang dihasilkan pada penelitian ini disajikan pada tabel berikut (Lampiran 8). Tabel V. Hasil pengukuran rerata diameter zona hambat lotion minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis
Kelompok Lotion minyak kayu manis 12% (b/b) Lotion minyak kayu manis 18% (b/b) Lotion minyak kayu manis 24% (b/b) Kontrol basis Kontrol positif (lotion klindamisin 2%)
𝒙 ± SD Diameter Zona Hambat (mm) 14,67 ± 0,29 21,83 ± 2,52 26,33 ± 1,26 0±0 14 ± 0,87
Lotion 18% (b/b)
Lotion 24% (b/b)
Lotion 12% (b/b)
Kontrol basis
Kontrol positif
Gambar 4. Hasil zona hambat yang terbentuk dari uji aktivitas lotion minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis
Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri lotion minyak kayu manis diktetahui bahwa rerata diameter zona hambat yang terbentuk masuk dalam golongan aktif untuk lotion minyak kayu manis 12% (b/b) dan sangat aktif untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
lotion minyak kayu manis konsentrasi 18% (b/b) dan 24% (b/b) sesuai dengan ketentuan Junior dan Zanil (2000), sehingga dapat disimpulkan bahwa formulasi minyak kayu manis dalam bentuk sediaan lotion memberikan aktivitas antibkateri yang berbeda dalam menghambat Staphylococcus epidermidis. Hasil pengamatan juga diketahui bahwa kontrol basis tidak menghasilkan zona hambat, sehingga zona hambat yang dihasilkan oleh lotion minyak kayu manis hanya berasal dari bahan aktif yang terkandung dalam formula lotion minyak kayu manis. Dari grafik hasil pengukuran rerata diameter zona hambat lotion minyak kayu manis juga diketahui bahwa peningkatan konsentrasi akan diikuti peningkatan aktivitas antibakteri minyak kayu manis dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis (Pelczar dan Chan, 1998), hal tersebut dapat dilihat bahwa arah korelasinya positif.
Gambar 5. Hubungan antara konsentrasi lotion minyak kayu manis dengan rerata diameter zona hambat terhadap Staphylococcus epidermidis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
Tabel VI. Perbandingan rerata diameter zona hambat minyak kayu manis sebelum dan setelah formulasi terhadap Staphylococcus epidermidis
Konsentrasi 10% (v/v) ≈ 12% (b/b) 15% (v/v) ≈ 18% (b/b) 20% (v/v) ≈ 24% (b/b)
𝒙 ± SD Diameter Zona Hambat (mm) Sebelum Formulasi Setelah Formulasi 16,83 ± 0,58 14,67 ± 0,29 18 ± 0,87 21,83 ± 2,52 19,17 ± 0,76 26,33 ± 1,26
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa aktivitas antibakteri minyak kayu manis sebelum dan setelah diformulasikan memiliki perbedaan dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis. Peningkatan konsentrasi minyak kayu manis meningkatan aktivitas antibakteri minyak kayu manis (Pelczar dan Chan, 1998), dan berdasarkan media pembawa bahan aktif, lotion minyak kayu manis yang diformulasikan memberikan peningkatan aktivitas antibkateri terhadap Staphylococcus epidermidis. Hal tersebut disebabkan oleh sistem emulsi yang digunakan dalam formulasi lotion minyak kayu manis merupakan sistem emulsi minyak dalam air yang memiliki komposisi air cukup besar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan difusi minyak kayu manis baik dipermukaan media agar, maupun dalam menembus membran sel bakteri karena terjadi peningkatan permeabilitas membran sel. Membran sel yang bersifat semipermeabel, yang artinya mudah ditembus oleh molekul-molekul kecil, seperti air, sama halnya pada kulit. Kulit merupakan membran semipermeabel, sehingga apabila lotion minyak kayu manis diaplikasikan pada kulit dapat membawa bahan aktif ke target yang diharapkan. Sistem emulsi minyak dalam air juga diharapkan dapat mencegah terjadi penguapan minyak kayu manis karena miyak kayu manis berada di dalam bersama fase terdispersi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
Pelepasan bahan aktif dari suatu sediaan dapat dipengaruhi oleh faktor fisika kimia sediaan dan faktor biologis bakteri. Faktor fisika kimia sediaan meliputi lama difusi dan viskositas, sedangkan faktor biologis bakteri meliputi pertumbuhan bakteri dan aktivitas antibakteri. Pada penelitian ini, lama difusi telah dikontrol melalui pengamatan diameter zona hambat setelah 24 jam. Faktor biologis bakteri, seperti pertumbuhan bakteri juga telah dikontrol dengan adanya kontrol pertumbuhan bakteri dan pertumbuhan bakteri pun merata pada media agar di dalam cawan petri. Penelitian ini menggunakan metode difusi sumuran yang jumlah bakteri dalam suspensi hanya ditentukan berdasarkan perbandingan kekeruhan terhadap Mac Farland 0,5 (1,5 x 108 CFU/mL) secara visual, sehingga hal tersebut berisiko terjadinya variasi kepadatan bakteri yang kemungkinan cukup signifikan pada tiap cawan petri. Metode difusi sumuran dengan media agar yang digunakan pada penelitian ini kurang sesuai diaplikasikan pada bahan aktif yang berbentuk minyak terkait dengan ketidakcampuran air-minyak yang dapat mempengaruhi proses difusi, namun pada kondisi sebelum diformulasi dalam penelitian ini, keterbatasan tersebut diatasi dengan penggunaan pelarut semi polar untuk memfasilitasi proses difusi yang berlangsung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Lotion minyak kayu manis memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. 2. Aktivitas
antibakteri
minyak
kayu
manis
berbeda
antara
sebelum
diformulasikan dengan yang setelah diformulasikan dalam bentuk lotion minyak kayu manis dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis. Lotion minyak kayu manis memiliki aktivitas antibakteri yang lebih baik daripada minyak kayu manis dalam alkohol 96%.
B. Saran 1. Minyak kayu manis yang diformulasikan dalam bentuk lotion di atas konsetrasi 10% (b/b) memiliki aktivitas antibakteri lebih baik daripada yang hanya dilarutkan dalam alkohol 96% dengan konsentrasi minyak yang sama, namun perlu diwaspadai risiko iritasi yang mungkin timbul pada konsentrasi yang lebih tinggi, sehingga perlu dilakukan uji iritasi primer untuk mengetahui keamanan lotion minyak kayu manis. 2. Perlu dilakukan optimasi formula dan proses terhadap pembuatan, serta uji kestabilan lotion minyak kayu manis terkait dalam hal penyimpanan.
42
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
DAFTAR PUSTAKA Agbor, V.O., Ma’Ori, L., dan Opajobi, S.O., 2011, Bacterial Resistance to Cephalosporins in Clinical Isolates in Jos University Teaching Hospital, NYSJ, 4 (9), 46-55. Ara, K., Hama, M., Akiba, S., Koike, K., Okisaka, K., Hagura, T., Kamiya T., Tomita, F., 2006, Foot odor due to microbial metabolism and its control, Can. J. Microbiol., 52, 357-364. Aulton, M., 2007, Aulton’s Pharmaceutics: The Design and Manufacture of Medicines, Churchill Livingstone Elsevier, London, pp. 273-284. Badan Standarisasi Nasional, 2006, Minyak Kulit Kayu Manis, SNI 06-37342006, Jakarta. Chang, S.T., Chen, P. F., dan Chang, S. C., 2001, Antibacterial Activity of Leaf Essential Oils and Their Constituens from Cinnamomum osmophloeum, J. Essent Oil Res., 77, 123-127. Christania, 2010, Optimasi Formula Krim Anti-Ageing Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe dengan Cetyl Alcohol dan Humektan Gliserin : Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Darmadi, 2008, Infeksi Nosokomial, Salemba Medika, Jakarta, hal. 71-74. Depkes RI, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 43-46. Dewi, R.K., 2012, Studi Awal Pemanfaatan Minyak Biji Mangga (Mangifera indica L. Var. Arumanis) sebagai Bahan Pembuatan Lotion, Skripsi, Universitas Kristen Satya Wacana. Freeman, S., 2013, Causes of Foot Odor, http://health.howstuffworks.com/ wellness/men/sweating-odor/how-to-get-rid-of-foot-odor1.htm, diakses tanggal 4 November 2013. Garg, A., Aggrawal, D., Garg, S., Singla, A. K., 2002, Spreading of Semisolid Formulations: An Update, Pharmaceutical Technology, http://www.pharmtech.com, diakses tanggal 4 November 2013. Garg, H., Gupta, A., Katiyar, M., Nimje, P.D., Ramalingan, C., Srivastava, N., 2013, Comparison of Antimicrobial Activity of Cinnamomum zeylanicum and Cinnamomum cassia on Food Spoilage Bacteria and Water Borne Bacteria, Der Pharmacia Lettre, 5 (1), 53-59.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
Gill, A.O., dan Holley, R.A., 2004. Mechanisms of Bactericidal Action of Cinnamaldehyde against Listeria monocytogenes and of Eugenol against L. monocytogenes and Lactobacillus sakei, Applied and Enviromental Microbiology, 70 (10), 5750-5755. Guenther, E., 1990, Minyak Atsiri, Jilid IV, Penerjemah R.S. Keteran, UI Press, Jakarta, hal. 241-243, 273-284. Gupta C., Garg, A. P., Uniyal, R. S., Kumari, A., 2008, Comparative Analysis of The Antimicrobial activity of Cinnamon Oil and Cinnamon Extract on Somefood-borne microbes, African Journal of Microbiology Research, 2 (9), 247-251. Hanudin, Nuryani, W., Silvia, E., Djatnika, I., Marwoto, B., 2010, Formulasi Biopestisida Berbahan Aktif Bacillus subtilis, Pseudomonas fluorescens, dan Corynebacterium sp. Nonpatogenik untuk Mengendalikan Penyakit Karat pada Krisan, J. Hort., 20 (3), 247-261. Inna, M., Atmania, N., Prismasari, S., 2010, Potensial Use of Cinnamomum burmanii Essential Oil-based Chewing Gum as Oral Antibiofilm Agent, Journal of Dentistry Indonesia, 17 (3), 80-86. Jawetz, E., Melnick, J.L., dan Adelberg E., 1996, Mikrobiologi Kedokteran, EGC, Jakarta, hal. 239-241. Junior, A., Zanil, C., 2000, Biological Screening of Brazilian Medicinal Plants, Bra. J. Sci., 95 (3), 367-373. Kardinan, A., 2005, Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Komoditas Wangi Penuh Potensi. Agro Media Pustaka, Jakarta, hal. 31, 62. Kobayashi S., 1990, Relationship between an offensive smell given off from human foot and Staphylococcus epidermidis, Nihon Saikingaku Zasshi, 45 (4), 797-800. Kresnawati, W., 2010, Clindamycin, http://milissehat.web.id/?p=1508, diakses tanggal 4 November 2013. Lachman L., Lieberman H.A., Kanig J.L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Penerjemah Suyatni S., Edisi II, UI Press, Jakarta. Ladock, Jason, 2012, How to Prevent Stinky Feet, http://www.healthguidance.org /entry/11520/1/How-to-Prevent-Stinky-Feet.html, diakses tanggal 2 Mei 2012.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Landsman, M., 2013, Foot Odor Causes, Treatment and Prevention, http://www.footvitlas.com/skin/foot-odor.html diakses tanggal 5 November 2013. Langley, C.A., dan Belcher, D., 2008, Applied Pharmaceutical Practice, 1ST Edition, Pharmaceutical Press, London, pp. 114-150. Liberta, 2010, What is The Connection Between Foot Odor and Dead Skin Cells?, http://babyfoot.co.jp/e/why/why2.html, diakses tanggal 4 November 2013. Magetsari, R., 2013, Effectiviness of Cinnamon Oil Coating on K-wire as an Antimicrobial Agent against Staphylococcus epidermidis, Malaysian Orthopaedic Journal, 7 (4), 10-14. Martin, A.., 1993, Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik, Edisi Ketiga 1. UI Press, Jakarta. Mulyono, 2005, Kamus Kimia, PT Genersindo, Bandung, hal. 40-55. Natural Resources Defense Council, 2008, Temperature Rising: Global Warming Turns Up the Heat on Human Health, Health Facts, www.nrdc.org/policy, diakses tanggal 8 Januari 2014. Nuryastuti, T., Van der Mei, H.C., Busscher, H.J., Iravati, S., Aman, A. T., Krom, B.P., 2009, Effect of Cinnamon Oil on icaA Expression and Biofilm Formation by Staphylococcus epidermidis, Appl. Environ. Microbiol, 75 (21), 6850-6855. Otto, M., 2009, Staphylococcus epidermidis-the “accidental” pathogen, Nat Rev Microbiol., 7 (8), 555-567. Pattie,
Finke, W., 2010, Running in Extreme Temperatures, http://www.runtheplanet.com/trainingracing/marathon/tempextreme.asp diakses pada 8 Januari 2014.
Pelczar, M.J., dan Chan, E.C., 1988, Dasar-dasar Mikrobiologi, UI Press, Jakarta, hal. 249-251. pHisoderm, 2011, pH (Potential of Hydrogen), http://www.phisoderm.ca/en/whatis-ph.html, diakses pada 8 Januari 2014. Pratiwi, S. T., 2008 Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, Jakarta, pp. 188-191. Schaechter, M., 2004, Desk Encyclopedia of Microbiology, Elsevier Academic Press, London, pp. 902-904.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
Setiabudy, R., Gan, V. H., 2007, Pengantar Antimikroba. Dalam : Farmakologi dan Terapi, Edisi V, Gaya Baru, Jakarta, pp. 571-578. Silva, C.M., Riberio, A.J., Figueiredo, M., Ferreira, D., Veiga, F., 2006, Microencapsulation of Hemoglobin in Chitosan-coated Alginate Microspheres Prepared by Emulsification Internal Gelation, AAPS Journal, 7, 903-912. Sinko, P.J., 2006, Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika : Prinsip Kimia Fisiska Dan Biofarmasetika dalam Ilmu Farmasetika, EdisiV, EGC, Jakarta, hal. 604, 644-645. Singh, G., dan Maurya, S., 2005, Antimicrobial, Antifungal, Insecticidal Investigation on Essential Oils on An Overview, Natural Product Radiance, 4 (3), 179-192. SNI 16-4399-1977, Sediaan Tabir Surya, http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/ files/SNI%2016-4399-1996.PDF, diakses tanggal 8 Januari 2014. Sudaryani, T., Sugiharti E., 1990, Budi Daya dan Penyulingan Nilam, PT Penebar Swadaya, Jakarta, hal. 268. The
Society of Chiropodists & Pediatrists, 2011, Sweaty Feet, http://www.scop.org/foot/-health/common-foot-problems/sweaty-feet/ diakses tanggal 4 November 2013.
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal. 102, 312-335. Wang, R., dan Yang, B., 2009, Extraction of Essential Oils from Five Cinnamon Leaves and Identification of Their Volatile Compound Compositions, Innovative Food Science and Emerging Technologies, 10, 289-292. Wijayanti, W.A., Zetra, Y., dan Burhan, P., 2009, Minyak Atsiri dari Kuli Batang Cinnamomum burmannii (Kayu Manis) dari Famili Lauraceae sebagai Insektisida Alami, Antibakteri, dan Antioksidan, Institut Teknologi Sepuluh November. Wilkinson, J.B., and Moore, R.J., 1982, Harry’s Cosmeticology, 7th Edition, George Godwin, London, pp. 174-188.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1. Certificate of Analysis (COA) Cinnamomum burmannii
48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Surat keterangan Stapyhlococcus epidermidis
49
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3. Uji karakteristik minyak kayu manis a. Pengamatan organoleptis minyak kayu manis Uji Bentuk Warna Bau
Hasil Cair Kuning Aromatis
Minyak kayu manis b. Uji indeks bias minyak kayu manis Rumus : ns = np + 0,0004 ( Tp – Ts) Ts = 250C dan Tp = 270C Perlakuan np Replikasi 1 1,542 Replikasi 2 1,558 Replikasi 3 1,560 𝒙 ± SD
ns 1,5508 1,5668 1,5688 1,5621 ± 0,099
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
c. Penetapan bobot jenis minyak kayu manis Perlakuan
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
bobot pikno (g)
24,3036
23,6675
23,8791
bobot pikno + air (g)
33,7130
33,7166
34,2125
bobot air (g)
9,4094
10,0491
10,3334
0,99707
0,99707
0,99707
9,4371
10,0786
10,3638
34,1078
33,9459
34,4339
9,8042
10,2784
10, 5548
1,0429
1,0228
1,0214
kerapatan air (250C) (g/ml) volume air (ml) bobot pikno + minyak kayu manis (g) bobot minyak kayu manis (g) 𝝆 𝐦𝐢𝐧𝐲𝐚𝐤 𝐤𝐚𝐲𝐮 𝐦𝐚𝐧𝐢𝐬
𝒙 ± SD = 𝟏, 𝟎𝟐𝟗𝟎 ± 𝟎, 𝟎𝟏𝟐𝟎 d. Penetapan bobot jenis minyak kayu manis konsentrasi 15% Perlakuan
1
2
3
bobot pikno (g)
24,3432
24,3694
24,3694
bobot pikno + air (g)
34,5671
34,5104
34,5104
bobot air (g)
10,2239
10,1410
10,1410
0,99707
0,99707
0,99707
9,4371
10,0786
10,3638
32,8510
32,8250
32,8701-3
8,5078
8,4556
8,5007
0,8321
0,8338
0,8383
kerapatan air (250C) (g/ml) volume air (ml) bobot pikno + minyak kayu manis (g) bobot minyak kayu manis (g) 𝝆 𝐦𝐢𝐧𝐲𝐚𝐤 𝐤𝐚𝐲𝐮 𝐦𝐚𝐧𝐢𝐬
𝒙 ± SD = 0,8347 ± 3,2036.10
-3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Lampiran 4. Uji aktivitas antibakteri minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis Konsentrasi (%) 2,5 5 10 15 20 25 50 75 100 Kontrol pelarut (Alkohol 96%)
Diameter zona hambat (mm) Replikasi I Replikasi II Replikasi III 0 0 0 0 0 0 16,5 16,5 17,5 17,5 17,5 19 19 18,5 20 19,5 18,5 21,5 19 9,5 10 12,5 8,5 13,5 14,5 11,5 11,5 0
0
𝒙 ± SD 0±0 0±0 16,83 ± 0,58 18 ± 0,87 19,17 ± 0,76 19,83 ± 1,53 12,83 ± 5,35 11,5 ± 2,65 12,5 ± 1,73
0
(a)
(b) (c) Keterangan: Hasil uji aktivitas antibakteri minyak kayu manis dengan variasi konsetrasi 10-25% replikasi I (a); replikasi II (b); replikasi III (c)
0
±0
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Lampiran 5. Uji aktivitas antibakteri clindamycin terhadap Staphylococcus epidermidis Konsentrasi (%) 1 1,5 2 2,5
Diameter zona hambat (mm) Replikasi Replikasi I Replikasi II III 15 17,5 0 15,5 18 19,5 17 19,5 18 18,5 21,5 18
(a)
𝒙 ± SD 10,83 ± 9,47 17,67 ± 2,02 18,17 ± 1,26 19,33 ± 1,89
(b)
(c) Keterangan: Hasil uji aktivitas antibakteri clindamycin terhadap Staphylococcus epidermidis replikasi I (a); replikasi II (b); replikasi III (c)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Lampiran 6. Hasil formulasi lotion minyak kayu manis
(a)
(b)
(c)
(d)
(e) Keterangan: Lotion minyak kayu manis kosentrasi 12%b/b (a); konsentrasi 18%b/b (b); konsentrasi 24%b/b (c); kontrol positif (lotion clindamycin 2%) (d); kontrol basis (e)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Lampiran 7. Uji sifat fisik lotion minyak kayu manis a. Uji viskositas Sediaan
Viskositas (dPa.s) Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Lotion minyak kayu manis 12% Lotion minyak kayu manis 18% Lotion minyak kayu manis 24%
𝒙 ± SD
15
15
10
13,33 ± 2,89
8
7
7
7,30 ± 0,58
4
4
4
4±0
b. Uji daya sebar Sediaan
Diameter daya sebar (cm) Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Lotion minyak kayu manis 12% Lotion minyak kayu manis 18% Lotion minyak kayu manis 24%
𝒙 ± SD
6,9
7,1
7
7,00 ± 0,10
9,5
9
9,1
9,20 ± 0,26
9,9
9,1
9,4
9,47 ± 0,40
c. Pengukuran pH Sediaan Lotion minyak kayu manis 12% Lotion minyak kayu manis 18% Lotion minyak kayu manis 24%
Replikasi I
pH sediaan Replikasi II
Replikasi III
7
7
7
7±0
7
7
7
7±0
7
7
7
7±0
𝒙 ± SD
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Lampiran 8. Uji aktivitas antibakteri lotion minyak kayu manis terhadap Staphylococcus epidermidis Perlakuan Lotion minyak kayu manis 12% Lotion minyak kayu manis 18% Lotion minyak kayu manis 24% Kontrol (+) Kontrol basis
Diameter zona hambat (mm) Replikasi I Replikasi II Replikasi III 14,5 14,5 15
𝒙 ± SD
14,67 ± 0,29 21,5
19,5
24,5 21,83 ± 2,52
27,5
26,5
25 26,33 ± 1,26
14,5 0
Replikasi I
13 0
14,5 0 Replikasi II
Replikasi III
14,0 ± 0,87 0±0
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 9. Hasil perhitungan statistik a. Uji Normalitas Diameter Zona Hambat Minyak Kayu Manis Minyak kayu manis konsentrasi 10%
Minyak kayu manis konsentrasi 15%
Minyak kayu manis konsentrasi 20%
Uji Kruskal-Wallis
b. Uji Normalitas Diameter Zona Hambat Lotion Minyak Kayu Manis Lotion minyak kayu manis 12%b/b
Lotion minyak kayu manis 18%b/b
57
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lotion minyak kayu manis 24%b/b
Uji Kruskal-Wallis
58
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
BIOGRAFI PENULIS Fitri Apriliyani Tiran. Penulis lahir pada tanggal 22 April 1991 di Nabire, Papua dan merupakan anak kedua dari pasangan suami-istri Christofel Tiran dan Sri Wahyuni Susilawati. Penulis memiliki dua saudara kandung perempuan yang bernama Fitri Apriliyana Tiran dan Hellena Vivian Christa Tiran. Penulis telah menempuh pendidikan di TK Aisiyah Bustanul Atfal Nabire pada tahun 1995 sampai dengan 1997, SD Al-Hikmah YAPIS Nabire pada tahun 1997 sampai dengan 2003, SMP YAPIS Nabire pada tahun 2003 sampai dengan 2006, SMA YPPK Adhi Luhur, Kolese Le Cocq d’Armandville Nabire pada tahun 2003 sampai dengan 2006, dan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2009 sampai dengan 2013. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti beberapa organisasi, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi sebagai anggota Humas periode 2010/2011 dan Unit Kegiatan Fakultas Islam “Fistara” sebagai anggota. Penulis juga terlibat dalam beberapa kepanitiaan, diantaranya Pelepasan Wisuda 2010 sebagai anggota seksi konsumsi dan Pharmacy Performance and Event Cup 2010 sebagai anggota seksi Humas. Penulis pun berkesempatan membantu korban erupsi Gunung Merapi dalam kegiatan pelayanan kemanusiaan bersama tim Gerakan Kemanusiaan Indonesia pada tahun 2010.