PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERBEDAAN PENERIMAAN DIRI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDA BERDASARKAN KEPUTUSAN SENDIRI DAN BUKAN BERDASARKAN KEPUTUSAN SENDIRI Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Sheilla Ardhistia 109114131
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI
PERBEDAAI\I PEI\ERIMAAN DIRI ANTARA LAI{SIA YAI\G TINGGAL
DI PANTI WREDA BERDASARKAN KEPUTUSAN SENDIRI DAN BUKAN BERDASARKAN KEPUTUSAI\I SENDIRI
*-,%,t-.qtftry. :J' \-' rdsrt4rrr d
"'',1
-t ti
,#* r""T,:W:,**i: H /'*',T,:,*ffi
i,,
%K-nlfl
k;-muu*.*
$,t
H
Pembimbing,
Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S
Padatanggal:
28
AUC
2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI PERBEDAAI\I PEI{ERIMAAN DIRI ANTARA LAI\SIA YANG TINGGAL
DI PAI\ITI WREDA BERDASARKAN KEPUTUSAN SENDIRI DAI\I BUKAN BERDASARKAI\I KEPUTUSAN SENDIRI
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Sheilla Ardhistia
{f7 {ba
.l*aan TIJ
I
7^
?
)''t 'i:j"
Penguji 3 :Debri Pristinella, S.Psi., M.Si.
Yogyakarta,
-2?
lU6
?n1s
Fakultas Psikologi itas SanataDharma
yo Widiyanto, M.Si.
lll
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN Awal dan akhir selalu bergantian. Tidak ada suatu awalan yang tidak bisa diakhiri dan tidak ada akhir tanpa suatu awalan.
Percayalah, ketika Tuhan mengizinkanmu untuk memulai sesuatu, maka Ia juga akan menemanimu untuk menyelesaikannya.
Berusaha sekeras apapun tanpa memberikan tempat bagiNya untuk bekerja atasmu adalah nol.
Kupersembahkan karya ini untuk, Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas berkat dan kasihNya yang berlimpah, Mama dan Papa, perpanjangan tangan Tuhan dengan cinta yang tak pernah putus, Kakak dan Adik yang selalu menyemangati, Oma dan Opa semua, terima kasih sudah berbagi banyak hal.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERI\YATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Agustus 201 5 Penulis
Sheilla Ardhistia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERBEDAAN PENERIMAAN DIRI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDA BERDASARKAN KEPUTUSAN SENDIRI DAN BUKAN BERDASARKAN KEPUTUSAN SENDIRI Sheilla Ardhistia ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan penerimaan diri antara lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri dan yang bukan berdasarkan keputusan sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif. Subjek dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di panti wreda, berusia 60 tahun ke atas dan masih mampu berkomunikasi dengan baik. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 45 lansia, yaitu 20 lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri dan 25 lansia yang bukan berdasarkan keputusannya sendiri. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan skala penerimaan diri yang dibuat oleh penulis. Reliabilitas skala penerimaan diri yang diperoleh sebesar 0,978. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan independent t-test dengan hasil t = 5,822 dengan signifikansi 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan penerimaan antara lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri dan yang bukan berdasarkan keputusan sendiri. Kata kunci: penerimaan diri, lansia, panti wreda, keputusan sendiri, bukan keputusan sendiri
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DIFFERENCE OF SELF ACCEPTANCE BETWEEN ELDERLY WHO LIVE IN NURSING HOME ON HIS/HER OWN AND WHO IS NOT Sheilla Ardhistia ABSTRACK This research had purposes to see the differences of self acceptance between elderly who lived in nursing home on his/her own and who was not. This research was a comparative quantitative research. Subject of this research was elderly who lived in nursing home, more than 60 years old and could communicate with other people. The number of subjects in this research were 45 elderly, 20 elderly lived in nursing home on his/her own and the rest were not. Data of this research came from self acceptance scale which was made by writer. The reliability of this scale was 0,978. The data itself then had been analyzed using independent sample t-test, resulted t=5,822 with a significance of 0,000. Result of this analysis showed that there were differences of self acceptance between elderly who lived in nursing home on his/her own and who was not. Keyword: self acceptance, elderly, nursing home, on his/her own, who is not
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama Nomor
: Sheilla Ardhistia
Mahasiswa : 109114I3I
Demi pengernbangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia yang Tinggal di Panti Wreda
Berdasarkan Keputusan Sendiri dan Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya di intemet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta
ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 28 Agustus 201 5
Yang menyatakan,
W
Sheilla Ardhistia
vlll
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menjaga, membimbing, dan menyertai penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia yang Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri dan Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini juga tak lepas dari dukungan, doa, dan bimbingan banyak pihak yang hadir dalam kehidupan penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mengizinkan saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Kepala Program Studi Psikologi yang
juga
telah
mengizinkan
saya
untuk
mengerjakan
dan
menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S., terima kasih atas kesabaran, semangat, arahan, dan bimbingan yang diberikan selama proses penulisan skripsi ini. 4. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. dan Ibu Debri Pristinella, S.Psi., M.Si., terima kasih untuk semua saran dan dinamika selama penyelesaian skripsi ini.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Papa dan Mama, terima kasih telah menjadi perpanjangan tangan Tuhan yang tak pernah berhenti memberikan doa, semangat, dan dukungan selama proses penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk kesabaran dan semua yang telah Papa dan Mama berikan. 6. Mami, terima kasih untuk semua cerita yang banyak menginspirasi saya untuk melakukan penelitian ini. 7. Oh Troy Distira - Ci Hanna Kusuma Dewi dan si kecil Luigi, terima kasih untuk semangat dan dukungan yang diberikan kepada saya, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. 8. Claudia Amaranantia, terima kasih untuk “celoteh tamparan” yang selalu menguatkan penulis hingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik. 9. Ik Agnes - Bung Erwin, Ernest dan Ezra, terima kasih selalu mengingatkan saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini. 10. Rm. Niko Antosaputro, MSF dan Rm. Christy Mahendra, Pr untuk bantuan, semangat, dan doa selama proses penyusunan skripsi. Matur nuwun, Mo. 11. Oma dan Opa yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian saya, terima kasih untuk partisipasi, dukungan, dan doa yang selalu mengalir. Terima kasih untuk semua cerita yang telah dibagi, semoga Oma dan Opa sehat dan bahagia selalu. 12. Seluruh pengurus Panti Wreda, terima kasih untuk bantuan dan kerjasamanya.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terima kasih untuk semua ilmu, kebaikan, keramahan, dan bantuan yang Bapak dan Ibu berikan. 14. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Univesitas Sanata Dharma: Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gi, Mas Muji, dan Mas Donny. Terima kasih untuk semua bantuan dan kerjasamanya. 15. Seluruh karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, terima kasih untuk pelayanan yang sangat baik dan telah menyediakan tempat yang nyaman dan kondusif. 16. Mega, Martha, Uli, Disti, Regina, Novi, dan Aning, terima kasih untuk tawa, canda, dukungan, dan semangat yang selalu diberikan kepada saya. Semoga kepompongnya cepat menjadi kupu-kupu cantik seutuhnya ya. 17. Suster Petra, terima kasih untuk dinamika dari awal hingga akhir, untuk semangat dan dukungan selama proses proses perkuliahan dan proses penyusunan skripsi dari awal hingga akhir. Semangat selalu ya ter. 18. Engger, terima kasih sudah membantu saya dalam mempelajari statistik dan SPSS. 19. Teman-teman angkatan 2010, terima kasih untuk pertemanan, dinamika, dan semua yang sudah kita lalui bersama-sama selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20. Seluruh pihak yang telah membantu saya dalam proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk semangat dan dukungan yang sangat berarti. 21. Semua pihak yang membaca skripsi ini, semoga dapat memberikan makna dan dapat menginspirasi kalian semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka pada saran dan kritik yang terkait dengan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menambah kajian ilmu psikologi dan bermanfaat untuk masyarakat.
Yogyakarta, 28 Agustus 2015 Penulis
Sheilla Ardhistia
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...........................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .........................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................
v
ABSTRAK .....................................................................................................
vi
ABSTRACK ....................................................................................................
vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..............
viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii DAFTAR SKEMA ........................................................................................ xviii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xix
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang .........................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................
9
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................
10
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................
10
1.
Manfaat Teoritis ................................................................................
10
2.
Manfaat Praktis .................................................................................
10
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................
11
A. Penerimaan Diri .......................................................................................
11
1.
Definisi ..............................................................................................
11
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri ........................
13
3.
Ciri-ciri Individu yang Dapat Menerima Diri ...................................
15
4.
Manfaat Penerimaan Diri ..................................................................
18
B. Usia Lanjut ...............................................................................................
19
1.
Definisi ..............................................................................................
19
2.
Masalah yang Dihadapi Usia Lanjut .................................................
21
3.
Tugas Perkembangan Usia Lanjut ....................................................
22
4.
Perkembangan dan Perubahan pada Usia Lanjut ..............................
23
5.
Teori Tentang Usia Lanjut ................................................................
26
C. Panti Wreda ..............................................................................................
27
D. Keputusan Untuk Tinggal di Panti Wreda ...............................................
30
E. Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia yang Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri dan yang Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri ....................................................................................
33
F. Hipotesis ..................................................................................................
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................
38
A. Jenis Penelitian .........................................................................................
38
B. Variabel Penelitian ...................................................................................
38
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................................
38
D. Subjek Penelitian .....................................................................................
40
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
E. Metode Pengumpulan Data ......................................................................
40
F. Validitas dan Reliabilitas Skala ...............................................................
43
1.
Validitas ............................................................................................
43
2.
Reliabilitas ........................................................................................
43
G. Metode Analisis Data ...............................................................................
45
1.
Uji Asumsi ........................................................................................
45
2.
Uji Hipotesis .....................................................................................
45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................
47
A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................
47
B. Deskripsi Subjek Penelitian .....................................................................
48
C. Deskripsi Data Penelitian .........................................................................
50
D. Analisis Data Penelitian ...........................................................................
51
1.
Uji Asumsi ........................................................................................
51
2.
Uji Hipotesis .....................................................................................
53
E. Analisis Data Tambahan ..........................................................................
55
F. Pembahasan ..............................................................................................
66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
73
A. Kesimpulan ..............................................................................................
73
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................
74
C. Saran ........................................................................................................
74
1.
Bagi Keluarga dan Pihak Panti Wreda ..............................................
74
2.
Bagi Penelitian Selanjutnya ..............................................................
75
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
76
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN ...................................................................................................
xvi
79
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Blue-print Skala Penerimaan Diri sebelum dan sesudah seleksi aitem 41
Tabel 2
Reliabilitas Sebelum Analisis Aitem ..............................................
44
Tabel 3
Reliabilitas Setelah Analisis Aitem ...............................................
44
Tabel 4
Karakteristik Jenis Kelamin ...........................................................
49
Tabel 5
Karakteristik Tingkat Pendidikan ...................................................
49
Tabel 6
Deskriptif Data Penelitian ..............................................................
50
Tabel 7
Ringkasan Hasil Uji Normalitas .....................................................
52
Tabel 8
Ringkasan Hasil Uji Homogenitas .................................................
53
Tabel 9
Independent Sample T-Test ............................................................
54
Tabel 10 Perbedaan Penerimaan Diri Pada Lansia Wanita dan Lansia Pria .
55
Tabel 11 Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia Wanita dan Lansia Pria yang Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri ......
56
Tabel 12 Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia Wanita dan Lansia Pria yang Tinggal di Panti Wreda Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri 58 Tabel 13 Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia Wanita yang Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri dan yang Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri .....................................................
59
Tabel 14 Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia Pria yang Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri dan yang Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri ..........................................................................
61
Tabel 15 Perbedaan Penerimaan Diri Berdasarkan Tingkat Pendidikan .......
64
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SKEMA
Skema 1
Skema Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia yang Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri dan yang Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri .............................
xviii
37
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Penerimaan Diri Sebelum Analisis Aitem .......................
79
Lampiran 2 Skala Penerimaan Diri Sesudah Analisis Aitem ........................
90
Lampiran 3 Analisis Reliabilitas Skala dan Kualitas Aitem Skala ...............
101
Lampiran 4 Hasil Analisis Data ....................................................................
108
Lampiran 5 Hasil Analisis Data Tambahan ..................................................
112
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Beberapa dekade terakhir ini, usia atau angka harapan hidup penduduk Indonesia telah meningkat secara signifikan. Data dari USA Bureau of the Cencus memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga usia lanjut terbesar seluruh dunia, antara 1990 – 2025, yaitu sebesar 414% (Darmojo dalam Gunarsa, 2004). Di samping peningkatan angka harapan hidup, jumlah dan proporsi kelompok lansia di negara kita pun dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan meningkat yang cukup tajam. Adanya kenyataan seperti ini, problematik yang akan dihadapi oleh lansia pun tentu akan semakin bertambah dan meluas ke masalah-masalah lain di samping ekonomi dan kesehatan (Achir, 2001). Suardiman (2011) juga menjelaskan bahwa semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia maka akan berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan terkait dengan penurunan pada kondisi fisik, psikis, dan sosial. Hal ini menegaskan bahwa masalah-masalah yang dihadapi oleh lansia bersifat kompleks, sehingga para lansia perlu mendapatkan perhatian khusus, baik dari keluarga maupun pemerintah. Memang tak bisa dipungkiri bahwa perhatian dari keluarga merupakan salah satu hal yang dibutuhkan oleh para lansia dalam menghadapi segala keterbatasannya. Ancok (dalam Suardiman, 2011)
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
menyatakan bahwa salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan lansia dalam menjalani sisa kehidupannya adalah sikap orang di sekitarnya. Keluarga merupakan lembaga masyarakat yang paling dekat serta sumber kesejahteraan sosial bagi lansia, sehingga keluarga wajib menciptakan suasana nyaman bagi para lansia. Selain itu, Suardiman (2011) juga mengungkapkan bahwa keluarga merupakan sumber utama terpenuhinya kebutuhan emosional, semakin besar dukungan emosional dalam keluarga semakin menimbulkan rasa senang dan bahagia, sebaliknya
semakin
miskin
dukungan
emosi
keluarga
semakin
menimbulkan perasaan tidak senang. Dukungan keluarga yang diberikan pada lansia saat ini cenderung mengalami penurunan karena adanya perubahan struktur keluarga dari extended family menjadi nucleus family. Hal ini menjadi salah satu penyebab kurangnya dukungan yang diberikan pada lansia. Nucleus family atau keluarga batih yang jumlahnya kecil, yaitu hanya suami istri dan anak-anak saja, membatasi adanya anggota keluarga yang dapat melayani kehadiran lansia di rumah. Permasalahan semakin bertambah ketika mobilitas keluarga semakin tinggi, yang menuntut suami maupun istri sama-sama bekerja, sehingga mengurangi perhatian mereka pada lansia. Terlihat jelas bahwa upaya orang muda untuk melayani dan merawat orang tuanya semakin terbatas, bahkan berangsur-angsur semakin kecil (Suardiman, 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Andini dan Supriyadi (2013) menjelaskan bahwa banyak lansia yang berharap saat mencapai tahap akhir perkembangan hidupnya, lansia dapat hidup tenang, damai, dan hidup bersama dengan anak –anak serta cucu dengan bahagia. Tapi pada kenyataannya, sebagian besar harapanharapan kaum usia lanjut tersebut tidak terwujud. Kesulitan lansia untuk mencapai harapan hidup yang bahagia dikarenakan salah satu hal seperti lansia yang diantarkan ke panti wreda. Hal tersebut salah satunya disebabkan karena anak-anak tidak dapat mengurus usia lanjut yang tinggal di rumah dengan alasan sibuk bekerja. Satiadarma
(dalam
Gunarsa,
2004)
mengatakan
bahwa
berkurangnya peluang anggota keluarga untuk membantu para orang tua dalam menghadapi hidup mereka sehari-hari menimbulkan ketakutan pada diri orang tua bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama mereka mungkin akan dimasukkan ke dalam panti wreda. Penelitian yang dilakukan oleh BKKBN dalam Suardiman (2011) menyebutkan bahwa pada tahun 1990 sebanyak 1,04% orang tua tinggal bersama dengan anak dan menantunya, sedangkan pada tahun 1999 turun menjadi 0,12%. Hal ini menunjukkan semakin banyaknya kaum lansia yang tinggal mandiri maupun di dalam panti/institusi. Semula anak-anak lama tinggal dengan orang tua, namun sekarang berkumpulnya orang tua dengan anak merupakan hal yang langka (Monks, Knoers,S.R Haditono, 2002). Kebanyakan dari kasus penitipan lansia, anak-anak tidak meminta persetujuan lansia terlebih dahulu, lansia dipaksa untuk tinggal di panti.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Ketika lansia diantarkan oleh keluarga ke panti wreda, maka lansia akan merasa tidak berguna dan tidak diinginkan sehingga membuat banyak lansia akan mengembangkan perasaan rendah diri dan marah terhadap diri sendiri, orang lain dan juga lingkungan. Perasaan rendah diri tersebut tidak akan membantu penyesuaian sosial dan menjadi pribadi yang lebih baik (Andini & Supriyadi, 2013). Di sisi lain, ada pula lansia yang ingin tinggal di panti wreda berdasarkan keinginannya sendiri. Sebagian besar lansia memilih untuk tinggal di panti wreda karena tidak ingin merepotkan anak atau sanak saudaranya. Tidak hanya itu, motivasi lain seperti ingin hidup mandiri tanpa tergantung dengan orang lain, menjaga privasi agar tetap dapat melakukan aktivitas sesuai dengan keinginannya, dan memiliki hubungan sosial dengan teman seusia juga melandasi keputusan lansia untuk tinggal di panti wreda (Hurlock, 1990). Hurlock (1990) mengatakan bahwa pria atau wanita yang masuk dalam suatu lembaga secara sukarela, maka mereka akan merasa bahagia dan mempunyai motivasi yang kuat untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan yang mendadak pada lembaga tersebut. MacKinley (dalam Gunarsa, 2004) menjelaskan bahwa betapa pun terbatasnya dukungan sosial yang diterima seseorang dalam pelayanan panti wreda, setidak-tidaknya keberadaan orang lain dan bantuan profesional yang diberikan mampu mereduksi rasa sepi seseorang daripada tidak memperoleh bantuan sama sekali.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
Upaya untuk mengatasi peningkatan kebutuhan-kebutuhan fisik dan emosional pada lansia, mendorong keputusan seseorang untuk menempatkan orang tua atau sanak keluarga yang lanjut usia di panti wreda (Rybash, Roodin & Santrock dalam Santrock, 2002). Santrock (2002) mengatakan bahwa keputusan untuk menempatkan lansia dalam panti wreda seringkali menimbulkan stress bagi lansia tersebut. Suardiman (2011) menjelaskan bahwa lansia belum tentu menerima bila mereka ditempatkan di panti wreda karena merasa dirinya dibuang, tidak diterima lagi, tidak disayang lagi, dan disia-siakan oleh anaknya. Hal serupa juga diungkapkan oleh Hurlock (1990) bahwa banyak lansia yang menolak untuk meninggalkan rumah pribadinya dan tinggal di lembaga penampungan, baik untuk tinggal di rumah pensiunan atau di rumah perawatan. Terlihat bahwa lansia yang tinggal di panti wreda dengan latar belakang keputusan yang berbeda akan menyebabkan kondisi yang berbeda. Walaupun demikian, ada satu kesamaan yang sering dialami oleh lansia yaitu kesepian. Banyak hal yang menyebabkan kesepian pada lansia, salah satunya adalah berkurangnya kontak sosial karena perubahan bentuk keluarga dan masyarakat yang semakin individualistik. Tak terkecuali pada lansia yang tinggal di panti wreda, yang tidak hidup dengan keluarganya (Suardiman, 2011). Akibat negatif yang ditimbulkan oleh kesepian pada lansia antara lain cenderung menilai dirinya sebagai orang yang tidak berharga, tidak diperhatikan, dan tidak dicintai. Beyene et al.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
(2002) mengungkapkan bahwa sekalipun di panti wreda lansia memperoleh perawatan khusus dari para tenaga profesional, namun lansia lebih mengharapkan dukungan sosial dari anggota keluarga. Sumber ancaman terbesar yang dialami oleh lansia adalah keterpisahan dari anggota keluarga yang memicu munculnya kesepian sekalipun mereka hidup bersama penghuni lainnya. Segala macam kondisi penuaan yang terjadi pada usia lanjut terjadi secara alami, namun pada kenyataannya kondisi tersebut kurang bisa diterima oleh lansia. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya label-label yang berkembang dalam masyarakat terhadap diri lansia (Sari & Nuryoto, 2002). Berbagai kemunduran kondisi pada kaum usia lanjut serta label yang kurang baik akan memperburuk keadaan diri usia lanjut. Maka dari itu, perlu adanya upaya agar lansia dapat lebih menerima segala keadaan dirinya. Hurlock (1990) mengatakan bahwa orang tua diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan kesehatan secara bertahap. Lansia pun memiliki tugas perkembangan sama seperti periode perkembangan lainnya, yaitu melihat kembali masa lalu dan mengevaluasi segala sesuatu yang telah mereka lakukan di kehidupannya (Santrock, 2002). Lansia perlu mengevaluasi dan menerima kehidupannya. Pada tahap terakhir ini, lansia berusaha untuk mencapai perasaan utuh atas diri dan kehidupannya, daripada menyerah terhadap keputusasaan (Erikson, Erikson, & Kivnick dalam Papalia 2009). Jika lansia berhasil dalam tugas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
ini maka akan memiliki kebermaknaan hidup dan mencapai kebijaksanaan. Kebijaksanaan menurut Erikson (dalam Papalia 2009) berarti menerima kehidupan dan menerima segala ketidaksempurnaan yang ada pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Allport (dalam Schultz 2006) menyatakan bahwa kualitas utama orang yang sehat mental adalah penerimaan diri yang ditandai dengan menerima kekurangan pada dirinya, mampu menerima dan mengendalikan emosi-emosi pada dirinya, serta mengarahkan emosi ke hal-hal yang positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerimaan diri merupakan suatu hal yang penting. Hurlock (1974) juga menjelaskan bahwa semakin seseorang dapat menerima dirinya, maka akan semakin baik pula penyesuaian diri dan sosialnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerimaan diri yang positif akan mempengaruhi kehidupan lansia sebagai pribadi yang utuh, lansia dengan orang lain dan dengan lingkungannya. Johnson (dalam Putri & Hamidah, 1993) menjelaskan bahwa ciri-ciri orang yang menerima dirinya adalah menerima diri sendiri apa adanya, sadar memiliki kekurangan, mampu mencintai dirinya sendiri, sehingga seseorang tidak harus dicintai oleh orang lain dan dihargai oleh orang lain untuk merasa berharga. Menurut Hurlock (dalam Oktaviana, 2009) penerimaan diri adalah suatu tingkat kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik dirinya. Individu yang dapat menerima dirinya diartikan sebagai individu yang tidak bermasalah dengan dirinya sendiri. Sedangkan menurut Calhoun dan Acocella (dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
Oktaviana, 2009) menambahkan bahwa individu yang dapat menerima diri secara baik lebih banyak memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Terdapat beberapa penelitian mengenai penerimaan diri. Penelitian yang dilakukan oleh Widjanarko (2011) mengenai penerimaan diri perempuan pekerja seks yang menghadapi status HIV positif dilakukan dengan metode kualitatif. Wijayanti, W.S (2004) juga melakukan penelitian kepada penyandang cacat fisik dan hasilnya tingkat seseorang menerima dirinya akan menentukan bentuk penyesuaian hidupnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa penerimaan diri merupakan hal yang penting karena mempengaruhi aspek lain dalam kehidupan seseorang. Penelitian lainnya dilakukan oleh Sari dan Nuryoto (2002) mengenai penerimaan diri pada lanjut usia ditinjau dari kematangan emosi. Penelitian tersebut dilakukan pada lansia yang tidak tinggal di panti wreda. Kedua penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Perbedaan metode dan subjek menjadi celah yang diambil oleh peneliti untuk melakukan penelitian ini. Pada penderita HIV positif berbeda dengan lansia yang tinggal di panti wreda. Penderita HIV positif hal terburuk adalah kematian dan jumlah subjek yang sedikit kurang dapat digeneralisasikan pada subjek lainnya. Begitu pun pada penelitian mengenai penerimaan diri lansia yang ditinjau dari kematangan emosi dengan karakteristik subjek yang tidak tinggal di panti wreda. Pada penelitian tersebut, subjek yang terlibat masih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
berkumpul atau berdekatan dengan keluarganya, sehingga memungkinkan lebih mudah untuk menerima dirinya di masa lansia. Penelitian mengenai lansia sendiri belum banyak dilakukan. Penelitian mengenai lansia yang dilakukan oleh Moore dan Schultz (dalam Crandall, 1989) menjelaskan mengenai peran tanggung jawab dan kontrol terhadap kesepian yang dialami oleh lansia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang dapat mengontrol kesepiannya dengan baik akan lebih mampu mengatasi kesepiannya tersebut. Penelitian lain dilakukan oleh Listyaningsih (1999) yang mengatakan bahwa kesepian yang dialami oleh lansia timbul akibat kehilangan berbagai aspek kehidupannya. Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat perbedaan penerimaan diri pada lansia, khususnya lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri dan bukan berdasarkan
keputusan sendiri, dimana
mereka memiliki motivasi yang berbeda serta aktivitas dan kesempatan bertemu dengan keluarga maupun lingkungan sosial pun terbatas.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Adakah perbedaan penerimaan diri antara lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri dengan yang bukan berdasarkan keputusan sendiri?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penerimaan diri antara lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri dengan yang bukan berdasarkan keputusan sendiri.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya pengetahuan serta informasi dalam ilmu psikologi perkembangan mengenai penerimaan diri pada kaum lansia. 2. Manfaat praktis a. Bagi Lansia Lansia diharapkan dapat memahami keadaan dirinya dan memiliki penerimaan diri yang positif. b. Bagi Keluarga dan Pihak Panti Wreda Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau tambahan pengetahuan bagi keluarga dan panti wreda ataupun lembaga sejenisnya yang bergerak di bidang serupa, untuk melihat bagaimana penerimaan diri kaum usia lanjut, sehingga dapat lebih membantu kaum usia lanjut yang dalam mencapai penerimaan diri yang positif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penerimaan Diri 1. Definisi Menurut Ryff (dalam Wilsa, 1997) penerimaan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan merasa positif terhadap kehidupan yang dijalani. Hal ini juga didukung oleh Ryff (dalam Kail & Cavanaugh, 2000) mengenai penerimaan diri sebagai individu yang memiliki pandangan positif tentang dirinya, mengakui, dan menerima segi yang berbeda dari dirinya sendiri. Selain itu, Pannes (dalam Hurlock 1990) menjelaskan bahwa penerimaan diri merupakan suatu keadaan dimana individu memiliki keyakinan akan karakteristik dirinya, serta mampu dan mau untuk hidup dengan keadaan tersebut. Artinya, individu ini memiliki kepastian
akan
kelebihan-kelebihannya,
dan
tidak
mencela
kekurangan-kekurangan dirinya. Individu yang memiliki penerimaan diri mengetahui potensi yang dimilikinya dan dapat menerima kelemahannya. Allport (dalam Hjelle & Ziegler, 1992) juga berpendapat bahwa penerimaan diri merupakan sikap yang positif ketika individu
11
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
menerima diri sebagai seorang manusia, ia dapat menerima keadaan emosionalnya (depresi, marah, takut, cemas, dan lain-lain) tanpa mengganggu orang lain. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Hjelle dan Ziegler (dalam Sari & Nuryoto, 2002) yang mengatakan bahwa individu dengan penerimaan diri memiliki toleransi terhadap frustasi atau kejadian-kejadian
yang
menjengkelkan
dan
toleransi
terhadap
kelemahan-kelemahan dirinya tanpa harus menjadi sedih atau marah. Individu ini dapat menerima dirinya sebagai seorang manusia yang memiliki kelebihan dan kelemahan. Jadi, individu yang mampu menerima dirinya adalah individu yang dapat menerima kekurangan dirinya sebagaimana dirinya mampu menerima kelebihannya. Selain itu, Supratiknya (1995) mengatakan bahwa menerima diri adalah memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri dan memandang diri sendiri disenangi, mampu, berharga, dan diterima orang lain. Hurlock (1980) mengemukakan bahwa untuk dapat mencapai suatu penyesuaian diri yang baik, maka seseorang harus memiliki penerimaan diri yang baik pula. Ahli lain, Wiley (dalam Anugerah, 1995) menjelaskan bahwa penerimaan diri berhubungan dengan penyesuaian diri yang tinggi selain memberi sumbangan pada kesehatan mental seseorang serta hubungan antar pribadi. Penerimaan diri mengandung pengertian adanya persepsi terhadap diri sendiri mengenai kelebihan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
keterbatasannya untuk digunakan secara efektif. Seseorang yang memiliki penerimaan diri berarti dapat mengenali kekurangannya sendiri dan berusaha untuk memperbaiki diri. Penerimaan diri akan meningkatkan penilaian diri, akan dapat mengkritik dirinya sendiri, dan bertanggungjawab terhadap pilihannya sendiri tidak menyalahkan ataupun mencela orang lain karena keadaan dirinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri merupakan suatu keadaan dimana seorang individu memiliki sikap positif dan keyakinan akan segala hal yang terdapat pada dirinya, baik kelebihan maupun kekurangannya, sehingga individu tersebut mampu dan mau untuk menerima kelebihan dan kekurangan dalam dirinya, serta mampu mengelola segala macam emosi yang muncul dalam dirinya secara tepat. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Menurut Hurlock (1990), faktor-faktor yang berperan dalam penerimaan diri yang positif adalah: a. Adanya pemahaman tentang diri sendiri. b. Adanya harapan yang realistik. c. Tidak adanya hambatan di dalam lingkungan. d. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan. e. Tidak adanya gangguan emosional yang berat. f. Pengaruh keberhasilan yang dialami, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
g. Identifikasi dengan orang lain yang memiliki penyesuaian diri yang baik. h. Adanya perpektif diri yang luas. i. Pola asuh di masa kecil yang baik. j. Konsep diri yang stabil. Selain itu, Chaplin (2005) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri adalah: a. Konsep diri yang stabil, artinya individu yang memiliki konsep diri yang stabil akan mampu melihat dirinya secara konstan dari waktu ke waktu dan tidak berubah-ubah. b. Kondisi emosi yang menyenangkan dengan menunjukkan tidak adanya tekanan emosi sehingga memungkinkan seorang individu untuk memilih yang terbaik dan sesuai dengan dirinya. Selain itu, individu juga memiliki sikap yang positif dan menyenangkan yang akan mengarahkan pada pembentukan sikap individu untuk mudah menerima diri karena tidak adanya penolakan. Sari dan Nuryoto (2002) juga menyebutkan bahwa pendidikan dan dukungan sosial juga merupakan faktor yang mempengaruhi penerimaan diri. Lebih luas dijelaskan bahwa penerimaan diri akan semakin baik apabila ada dukungan dari lingkungan sekitar, seperti yang dikatakan Ichramsjah (2002), hal ini dikarenakan individu yang mendapatkan dukungan sosial akan mendapat perlakuan yang baik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
dan menyenangkan. Selain itu, pendidikan juga mengambil peran dalam hal ini, yaitu jika individu memiliki pendidikan yang lebih tinggi, maka individu tersebut akan lebih siap dan akan mencari cara untuk menghadapi masa tuanya. Dengan kata lain, di kalangan individu yang memiliki pendidikan lebih tinggi, upaya untuk menghadapi masa tua bisa diantisipasi lebih dini. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi proses penerimaan diri seseorang adalah faktor usia. Individu yang memiliki usia lebih matang, lebih memiliki penerimaan diri yang positif. Menurut Ratnawati (1990) jenis kelamin juga akan mempengaruhi penerimaan diri dan terdapat perbedaan yang mencolok antara pria dan wanita. Pria dinilai memiliki penerimaan diri yang lebih positif bila dibandingkan dengan wanita. Hal ini karena wanita relatif lebih sensitif serta lebih menitikberatkan pada afektif daripada pria. 3. Ciri-ciri Individu yang Dapat Menerima Diri Menurut Sheere (dalam Cronbach, 1963) ciri-ciri seseorang yang dapat menerima diri adalah: a. Mempunyai keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi kehidupannya. b. Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan orang lain. c. Berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya. d. Menerima pujian dan celaan secara objektif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
e. Tidak menyalahkan dirinya akan keterbatasan yang dimilikinya ataupun mengingkari kelebihannya. Menurut Allport (dalam Hjelle & Zeigler, 1992) ciri-ciri orang yang dapat menerima diri adalah: a. Memiliki gambaran yang positif tentang dirinya. b. Dapat mengatur dan dapat bertoleransi dengan rasa frustasi dan kemarahannya. c. Dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa memusuhi mereka apabila orang lain memberi kritik. d. Dapat mengatur keadaan emosi mereka (depresi, kemarahan). Chaplin (2005) juga mengatakan bahwa ciri-ciri penerimaan diri yang positif adalah: a. Mampu menerima tanggung jawab terhadap perilakunya. b. Mempunyai keyakinan akan kemampuan untuk menghadapi kebutuhan. c. Memiliki pandangan positif mengenai diri. d. Menerima kelemahan dan kelebihan yang ada. Ahli lain, Jersid dalam Sari & Nuryoto (2002) menjelaskan bahwa ciri-ciri individu dengan penerimaan diri yaitu: a. Memiliki penghargaan yang realistis terhadap kelebihan-kelebihan dirinya. b. Memiliki keyakinan akan standar-standar dan prinsip-prinsip dirinya tanpa harus diperbudak oleh opini individu-individu lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
c. Memiliki kemampuan untuk memandang dirinya secara realistis tanpa harus menjadi malu akan keadaannya. d. Mengenali
kelebihan-kelebihan
dirinya
dan
bebas
memanfaatkannya. e. Mengenali kelemahan-kelemahan dirinya tanpa harus menyalahkan dirinya. f. Memiliki spontanitas dan rasa tanggung jawab dalam diri. g. Menerima potensi dirinya tanpa menyalahkan dirinya atas kondisikondisi yang berada di luar kontrol mereka. h. Tidak melihat diri mereka sebagai individu yang harus dikuasai rasa marah atau takut atau menjadi tidak berarti karena keinginankeinginannya tetapi dirinya bebas dari ketakutan untuk berbuat kesalahan. i. Merasa memiliki hak untuk memiliki ide-ide dan keinginankeinginan serta harapan-harapan tertentu. j. Tidak merasa iri akan kepuasan-kepuasan yang belum mereka raih. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa indikator penerimaan diri yang positif adalah: a. Mampu menerima kelebihan dan kekurangan dirinya. b. Mampu memahami emosinya dengan baik dan mengekspresikan emosinya secara tepat. c. Mampu menghadapi masalah-masalah kehidupan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
d. Mampu menerima pujian maupun kritikan secara obyektif dari orang lain. e. Mampu bertanggungjawab atas segala keputusan yang dibuat maupun yang dilakukan. Indikator penerimaan diri yang positif menurut Sheere (dalam Cronbach, 1963) dan Allport (dalam Hjelle & Zeigler, 1992) di atas yang akan digunakan oleh peneliti sebagai dasar pembuatan skala penelitian. 4. Manfaat dari Penerimaan Diri Hurlock (dalam Sari & Nuryoto, 2002) menjelaskan bahwa semakin seseorang dapat menerima dirinya, maka akan semakin baik pula penyesuaian diri dan sosialnya. Selain itu, Calhoun dan Acocella (1990) mengatakan bahwa penerimaan diri yang positif berkaitan dengan konsep diri yang positif. Seseorang yang memiliki konsep diri yang positif dapat memahami dan menerima fakta-fakta yang berbeda antara harapan dan realitas diri. Individu yang bersangkutan tetap mampu menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya sehingga ia mampu mengevaluasi diri dengan positif. Allport (dalam Schultz, 2006) menjelaskan bahwa kualitas utama orang yang sehat mental adalah penerimaan diri yang ditandai dengan menerima kelemahan dan kekurangan diri tanpa menyerah secara pasif, mampu menerima emosi-emosi, mampu mengendalikan emosi
sehingga
tidak
mengganggu
aktivitas
antar
pribadi,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
mengarahkan emosi ke saluran yang konstruktif, “sabar terhadap kekecewaan” dimana kekecewaan tidak melumpuhkan diri. Menurut Esthy dan Sugoto (1998) orang yang dapat menerima diri sendiri akan memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah. Individu tidak perlu merasa cemas akan keterbatasannya karena ia mengetahui bagaimana menghadapi keterbatasan tersebut. Kritikan dari orang lain merupakan suatu alarm untuk semakin mengenali diri. Kritikan tersebut tidak membuat diri merasa semakin kecil dan tak berdaya sehingga individu tidak perlu merasa cemas. Jadi, jika seorang individu memiliki penerimaan diri yang positif, individu tersebut juga akan lebih memiliki penyesuaian diri dan sosial yang baik pula. Selain itu, individu tersebut juga akan lebih memiliki konsep diri yang positif dan mampu mengelola emosi secara tepat.
B. Usia Lanjut 1. Definisi Laslett (dalam Suardiman, 2011) menyatakan bahwa usia lanjut (old age) adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan. Hurlock (1990) menyebut lansia sebagai usia tua yaitu periode penutup dalam rentang hidup seseorang dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
Menurut Papalia, D. E., et al (2009) lansia dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: a. Lansia muda usia 65-74 tahun b. Lansia tua usia 75-84 tahun c. Lansia tertua usia 85 tahun ke atas Pada lansia muda biasanya dinilai masih aktif, sehat, dan masih kuat. Sedangkan, lansia tertua lebih mungkin untuk menjadi rapuh dan renta serta mengalami kesulitan untuk mengatur kehidupan sehari-hari. Menurut Santrock (2002) terdapat dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Menurut pandangan orang barat, yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun ke atas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umumnya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa lansia adalah salah satu tahap dalam suatu perkembangan individu yang ditandai dengan beberapa
perubahan
dalam
segi
kehidupannya
dan
biasanya
mengalami beberapa penurunan. Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan lansia yang berusia 60 tahun ke atas sebagai standar lansia di Indonesia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
2. Masalah yang Dihadapi Usia Lanjut Menurut Suardiman (2011), masalah yang pada umumnya dihadapi oleh lansia dapat dikelompokkan ke dalam: a. Masalah Ekonomi Lansia biasanya ditandai dengan menurunnya produktivitas kerja, memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Hal ini berakibat pada menurunnya pendapatan yang kemudian terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Terkadang, karena kondisi mereka tidak memungkinkan untuk produktif lagi, sehingga penghasilan mereka menjadi berkurang atau bahkan tidak memiliki penghasilan sama sekali. Padahal di sisi lain, di usia mereka yang tergolong lansia tersebut, banyak hal yang harus diperhatikan seperti kebutuhan makanan yang bergizi, perawatan kesehatan, dsb. Penghasilan lansia pada umumnya berasal dari pensiun, tabungan, bantuan dari anak atau anggota keluarga yang lain. b. Masalah Sosial Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga, anggota masyarakat maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya hubungan kerja karena pensiun. Selain itu juga adanya kecenderungan meluasnya keluarga inti daripada keluarga luas sehingga akan mengurangi kontak sosial usia lanjut. Kurangnya kontak sosial ini juga menyebabkan lansia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
menjadi kurang terperhatikan, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Hal tersebut seringkali menyebabkan perasaan kesepian, murung pada lansia. c. Masalah Kesehatan Pada lansia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Masa tua juga ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap berbagai penyakit. d. Masalah Psikologis Masalah psikologis yang dihadapi oleh lansia pada umumnya meliputi: kesepian, terasing dari lingkungan, kurang percaya diri, ketergantungan, keterlantaran terutama bagi usia lanjut yang miskin, post power syndrome, dsb. Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan akan rasa aman; kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki serta akan rasa kasih sayang; kebutuhan akan aktualisasi diri. 3. Tugas Perkembangan Usia Lanjut Setiap tahap perkembangan pasti ditandai dengan tugas perkembangannya masing-masing, termasuk pada tahap usia lanjut. Hurlock
(1990)
mengatakan
bahwa
sebagian
besar
tugas
perkembangan lansia lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang daripada kehidupan orang lain. Orang tua diharapkan untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan, dan menurunnya kesehatan secara bertahap. Havighurst (dalam Suardiman, 2011) menyatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang timbul pada satu periode tertentu dalam hidupnya, di mana keberhasilan dalam menyelesaikan tugas ini menimbulkan perasaan bahagia, sedangkan kegagalan menimbulkan ketidakbahagiaan dan kesulitan atau hambatan dalam menyelesaikan
tugas
berikutnya.
Menurut
Havighurst
(dalam
Suardiman, 2011), tugas-tugas perkembangan usia lanjut adalah: a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan. b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya pendapatan keluarga. c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup. d. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia. e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan. f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes. 4. Perkembangan dan Perubahan pada Usia Lanjut a. Fisik Menurut Suardiman (2011), lansia adalah suatu proses alami yang ditandai dengan penurunan fisik.
Proses menjadi tua
disebabkan oleh faktor biologis yang terdiri atas 3 fase, yaitu (1) fase progresif, (2) fase stabil, dan (3) fase regresif. Dalam fase
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
regresif, mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dialami oleh sel, komponen terkecil dari tubuh manusia. Usia biologis ini sering juga dibedakan atas: fase pertumbuhan; fase pematangan; dan fase penurunan. Penurunan pada aspek fisik meliputi perubahan pada kerangka tubuh, tulang menjadi keras, dan mudah patah. Sistem syaraf pusat juga berkurang yang mengakibatkan menurunnya kecepatan belajar dan mengingat, sehingga usia lanjut mudah lupa. Samino
(2002)
mengatakan
bahwa
proses
menua
didefinisikan sebagai akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu dan sering meningkatkan kemungkinan terserang penyakit atau kematian. Menua ini dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) unhealthy aging; (2) healthy aging; dan (3) active aging. b. Kognitif Suardiman (2011) menjelaskan bahwa selain penurunan fisik, lansia juga mengalami penurunan fungsi kognitif. Kesulitan dengan fungsi ingatan atau dalam mengekspresikan secara verbal atau berbicara merupakan bentuk-bentuk penurunan fungsi kognitif. Fungsi fisik dan kognitif sangat berpengaruh pada kondisi psikososial yang nampak dari kondisi emosional dan kemampuan hidup
secara
mandiri.
Departemen
Kesehatan
RI
(1998)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
menyatakan bahwa menjadi tua ditandai oleh kemundurankemunduran kognitif antara lain sebagai berikut: 1. Mudah lupa, ingatan tidak befungsi dengan baik; 2. Ingatan kepada hal-hal pada masa muda lebih baik daripada kepada hal-hal yang baru terjadi, yang pertama dilupakan adalah nama-nama; 3. Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang/tempat mundur, karenaa daya ingat sudah mundur dan juga karena penglihatan biasanya sudah mundur; 4. Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman, skor yang dicapai dalam tes intelegensi menjadi lebih rendah; dan 5. Tidak mudah menerima hal-hal atau ide baru. c. Psikososial Emosi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan lansia, yang mengandung arti menggerakkan (Suardiman, 2011). Hal ini berarti tubuh kita bergerak atau timbul gerakan selama berlangsung emosi. Arti lainnya, orang sering termotivasi atau bertindak, yang didorong oleh emosi seperti: takut, marah, atau gembira. Emosi adalah suatu keadaan pada diri seseorang yang ditandai oleh timbulnya aktivitas fisik, perubahan dalam ekspresi wajah, gerak sikap, sikap badan, dan perasaan subjektif (Coon & Mitter, dalam Suardiman, 2011). Banyak pendapat tentang emosi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
pada lansia. Sama dengan aspek lain, pada lansia juga didominasi dengan tema “kehilangan”. Lansia dipandang sebagai satu waktu penurunan, kaku/sukar, emosi yang datar, rendahnya energi efektif, rendahnya semangat, dan kecilnya perhatian emosi. 5. Teori Tentang Usia Lanjut Lafrancois (dalam Suardiman 2011) mengemukakan bahwa terdapat dua teori yang menerangkan hubungan antara umur manusia dengan kegiatannya: yaitu teori Pengunduran Diri dan Teori Aktivitas. a. Teori Pengunduran Diri (Disengagement) Teori ini secara formal diajukan oleh Cumming dan Henry pada tahun 1961. Teori ini berpendapat bahwa semakin tinggi usia manusia akan diikuti secara berangsurangsur oleh semakin mundurnya interaksi sosial, fisik, dan emosi dengan kehidupan dunia. Lansia berhasil ditandai dengan saling menarik diri antara lansia dan masyarakat. Sesuai dengan pandangan ini, usia lanjut mengundurkan diri dari perannya karena tidak dapat memenuhi tuntutan masyarakat lagi. b. Teori Aktivitas (Activity Theory) Teori ini bertolak belakang dengan teori yang pertama. Teori yang dikemukakan oleh Neugarten dan teman-teman ini menyatakan bahwa agar usia lanjut berhasil maka usia lanjut harus tetap seaktif mungkin, bahwa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
semakin tua seseorang akan semakin memelihara hubungan sosial, baik fisik maupun emosionalnya. Kepuasan hidup orang
tua
sangat
tergantung
pada
kelangsungan
keterlibatannya pada berbagai kegiatan.
C. Panti Wreda Menurut yayasan Gerontologi ABIYOSO Jawa Timur (1999), yang dimaksud dengan panti wreda adalah wadah bagi para lansia atau suatu perkumpulan yang berada di suatu pedesaan atau RT/RW yang anggotanya adalah para usia lanjut. Para lansia dirawat dan diberi fasilitas serta pelayanan yang memadai supaya tidak terlantar, bagi yang tidak punya sanak saudara atau bagi mereka yang ingin hidup tenang jauh dari keramaian. Pengertian lainnya juga dijelaskan oleh Rinawati (dalam Salamah, 2005) yang mengatakan bahwa panti wreda merupakan lembaga sosial yang bertujuan untuk mengurus dan merawat orang-orang lansia agar mereka terjamin keselamatan dan kesehatannya. Salamah (1997) mengatakan bahwa panti wreda adalah suatu lembaga yang dapat menggantikan keluarga untuk merawat sebaik-baiknya hingga lansia dapat menikmati hari tuanya dengan senang dan tenang. Serupa dengan penjelasan di atas, Hurlock (1990) juga menjelaskan bahwa panti wreda adalah tempat tinggal yang dirancang khusus untuk orang lanjut usia, yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
didalamnya disediakan semua fasilitas lengkap yang dibutuhkan orang lanjut usia. Menurut Mariani (2007) pada awalnya institusi panti wreda dibangun untuk menampung kaum lansia yang miskin dan terlantar untuk diberikan fasilitas yang layak mulai dari kebutuhan makan dan minum sampai kebutuhan aktualisasi. Namun, seturut berkembangnya zaman, dirasa yang membutuhkan pelayanan kesejahteraan berbasis panti bukan hanya mereka yang miskin dan terlantar saja tetapi orang yang berkecukupan pun membutuhkan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, seperti perubahan tipe keluarga yang dulunya keluarga besar menjadi keluarga kecil. Selain itu juga karena fungsi ibu, dulu ibu berperan mengurus rumah tangga namun sekarang berubah peran menjadi pencari nafkah juga selain ayah. Hal tersebut menyebabkan anggota keluarga yang lain seperti anak, kakek, dan nenek dititipkan pada institusi tertentu. Pada kenyataannya, lansia merasa takut untuk dimasukkan ke dalam panti wreda ketika semakin berkurangnya peluang anggota keluarga dalam membantu orang tua menghadapi kehidupan sehari-hari (Beyene et al., 2002). Penelitian tentang Tingkat Stres Lansia di Panti Werdha “Pucang Gading” Semarang oleh Indriana, Y., dkk (2010) juga menunjukkan bahwa keluarga menjadi salah satu fakor yang berperan dalam menyebabkan stress bagi lansia panti. Keberadaan keluarga dirasakan sangat penting bagi lansia. Beberapa dari lansia yang tiggal di panti wreda merasa terbuang, menjadi sampah masyarakat, dan tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
berarti lagi dengan kondisi fisik yang semakin melemah. Mereka merasa dicampakkan oleh keluarganya, bahkan bagi beberapa lansia yang semula hidup dengan keluarganya merasa tidak betah lagi berada di dunia ini dan mempertanyakan keberadaan mereka ini untuk siapa. Menurut Hurlock (1980), terdapat beberapa keuntungan dan kerugian bagi lansia yang tinggal di Panti wreda, antara lain: a. Keuntungan 1. Perawatan dan perbaikan wisma serta perlengkapannya dikerjakan oleh lembaga. 2. Semua makanan mudah didapatkan dengan biaya memadai. 3. Perabot dibuat untuk rekreasi dan hiburan. 4. Terdapat kemungkinan untuk berhubungan dengan teman yang seusia, yang mempunyai minat dan kemampuan sama. 5. Kesempatan yang besar untuk dapat diterima secara temporer oleh teman seusia daripada dengan orang yang lebih muda. 6. Menghilangkan kesepian karena orang-orang di panti tersebut dapat dijadikan teman. 7. Perayaan hari libur bagi mereka yang tidak mempunyai keluarga, tersedia di panti. 8. Ada kesempatan untuk berprestasi berdasarkan prestasi masa lalu, kesempatan semacam ini tidak mungkin terjadi dengan kelompok orang-orang muda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
b. Kerugian 1. Lebih mahal daripada tinggal di rumah sendiri. 2. Seperti halnya makanan di semua lembaga, biasanya kurang menarik daripada masakan rumah sendiri. 3. Pilihan makanan terbatas dan seringkali diulang-ulang. 4. Berhubungan dekat dan menetap dengan beberapa orang yang tidak menyenangkan. 5. Letaknya seringkali jauh dari tempat pertokoan, hiburan, dan organisasi masyarakat. 6. Tempat tinggalnya cenderung lebih kecil daripada rumah sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa panti wreda adalah suatu tempat atau wadah yang disediakan bagi kaum usia lanjut dengan segala fasilitas yang dibutuhkan oleh para lansia, agar pada masa tuanya para lansia memiliki tempat yang nyaman demi kesejahteraannya.
D. Keputusan untuk Tinggal di Panti Wreda 1. Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri Meskipun banyak kasus yang menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusannya sendiri, namun masih ada pula lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri. Keputusan untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
tinggal di pani wreda tentu berhubungan dengan keinginan, kebutuhan dan motivasi seorang individu. Terry (dalam Moekijat, 2002) mengatakan bahwa motivasi adalah keinginan di dalam diri individu yang mendorong untuk bertindak. Prihanto (1993) mengungkapkan bahwa untuk berbicara tentang motivasi, tentu harus berbicara tentang kebutuhan-kebutuhan. Setiap individu tentunya memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya sehingga memotivasi individu tersebut untuk memenuhinya. Sejalan dengan Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa motivasi itu sendiri berasal dari keinginan dan kebutuhan dalam diri individu. Hal ini juga berlaku bagi lansia yang memutuskan untuk tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri. Lansia memiliki keinginan dan kebutuhan dalam hidupnya yang memotivasi dirinya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hurlock (1990) menyatakan bahwa salah satu kondisi yang membuat seorang usia lanjut berhasil menyesuaikan diri dalam suatu lembaga adalah ketika seorang pria atau wanita tersebut masuk ke dalam suatu lembaga secara sukarela. Ketika mereka memutuskan untuk masuk secara sukarela dalam suatu lembaga tanpa adanya paksaan dari kondisi lingkungan mereka, mereka akan merasa bahagia dan mempunyai motivasi yang kuat untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan yang mendadak yang diakibatkan oleh lembaga tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Darmadi (1987) juga menyebutkan bahwa para lansia yang masuk atas inisiatif sendiri ke dalam panti sosial tresna wreda akan merasa senang karena mendapatkan teman sebaya dan dapat melakukan aktivitas sesuai dengan hobi tanpa diganggu oleh anak cucu mereka. Karena mereka tinggal bersama lansia lain maka mereka harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan baik kondisi sosialnya bersama sesama lansia maupun terhadap fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh pihak panti sosial tresna wreda tersebut. 2. Tinggal di Panti Wreda Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri Kebanyakan dari kasus penitipan lansia, anak-anak tidak meminta persetujuan lansia terlebih dahulu, lansia dipaksa untuk tinggal di panti. Ketika lansia diantarkan oleh keluarga ke panti wreda, maka lansia akan merasa tidak berguna dan tidak diinginkan sehingga membuat banyak kaum usia lanjut akan mengembangkan perasaan rendah diri dan marah terhadap diri sendiri, orang lain dan juga lingkungan. Perasaan rendah diri tidak akan membantu penyesuaian sosial dan menjadi pribadi yang lebih baik (Andini & Supriyadi, 2013). Hutapea (dalam Andini & Supriyadi, 2013) juga mengatakan bahwa sangat banyak lansia yang dirawat di berbagai panti wreda dengan alasan anak-anak tidak mampu lagi mengurus lansia. Oleh karena itu, seringkali lansia yang tinggal di panti wreda dengan keadaan seperti ini memiliki anggapan bahwa jika mereka masih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
tinggal bersama anak-anaknya, akan menyusahkan serta menghambat masa depan anak-anak.
E. Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia yang Tinggal di Panti Wreda
Berdasarkan
Keputusan
Sendiri
dan
yang
Bukan
Berdasarkan Keputusan Sendiri Masa tua adalah masa akhir dalam suatu rentang kehidupan. Seperti halnya pada masa-masa sebelumnya, masa tua pun tentu memiliki perubahan dan permasalahannya sendiri. Masa tua seringkali dianggap sebagai fase penurunan dalam berbagai segi kehidupan. Dengan terjadinya penurunan yang dialami oleh para lansia tentu saja diperlukan perhatian yang lebih dari berbagai pihak, terutama anak. Namun, seiring berkembangnya pola kehidupan, banyak anak yang memiliki mobilitas yang tinggi, sehingga perhatian yang dibutuhkan oleh orang tua seringkali menjadi terabaikan. Permasalahan mulai muncul ketika anak mulai merasa tidak sanggup untuk merawat dan memberi perhatian yang dibutuhkan oleh orang tuanya. Pada banyak kasus, karena kesibukan dan ketidaksanggupan anak untuk merawat orang tuanya, anak memilih untuk memasukkan orang tuanya untuk tinggal di panti wreda. Permasalahannya tentu tidak berhenti hanya sampai disini. Seperti yang dijelaskan di awal bahwa tidak semua lansia yang hidup di panti wreda memutuskan sendiri untuk tinggal di sana. Ada diantara lansia yang tinggal di institusi berdasarkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
keinginannya sendiri tapi juga tak sedikit dari mereka yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusan sendiri, entah itu berdasarkan kehendak anak maupun sanak saudara yang lain. Lansia
merupakan
kaum
yang
rentan
terhadap
beberapa
permasalahan, diantaranya adalah permasalahan sosial dan psikologis. Karena perubahan zaman, seperti perubahan tipe keluarga yang semula keluarga besar menjadi keluarga kecil dan peranan istri yang semula mengurus rumah tangga, tetapi sekarang juga ikut bekerja seperti suami, maka kehidupan keluarga pun berubah, dimana dahulu keluarga anak bertanggung jawab terhadap kehidupan orang tuanya yang sudah lansia sekarang berubah, mereka tidak terperhatikan, kesepian, bahkan merasa menjadi hambatan dalam keluarga. Melihat kondisi yang seperti ini, terkadang lansia memutuskan untuk hidup di panti wreda agar tidak merepotkan anggota keluarga dan juga tetap mendapatkan perhatian serta pelayanan dari peran profesional. Lansia memilih untuk tinggal di panti wreda karena merasa lebih nyaman hidup dengan sesama teman lansia dan dapat melakukan aktivitas yang disukainya tanpa gangguan. Akan tetapi, ada pula kebutuhan lain dalam diri lansia yang memotivasinya untuk memutuskan tinggal di panti wreda. Dengan begitu, kebutuhan dalam diri lansia dapat terpenuhi. Seperti yang dikatakan Hurlock (1990) bahwa lansia memiliki kebutuhan untuk mandiri dan memiliki privasi dalam hidupnya. Namun, banyak pula lansia yang lebih memilih tinggal di tengah-tengah keluarga. Seperti yang telah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
dijelaskan bahwa hidup di tengah-tengah keluarga merupakan suatu kebutuhan tersendiri bagi lansia karena mereka akan tetap merasa aman dan merasa dicintai. Lansia yang memutuskan sendiri untuk tinggal di panti wreda juga lebih memiliki kesiapan menghadapi segala macam situasi yang mungkin terjadi di dalam panti. Kesiapan tersebut juga dikarenakan pertimbanganpertimbangan yang dilakukan oleh lansia sebelum memutuskan untuk tinggal di panti wreda. Berbeda dengan lansia yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusannya sendiri. Lansia ini mungkin saja belum memiliki persiapan untuk menghadapi lingkungan baru di dalam panti dan tak jarang hal tersebut akan menyebabkan pengalaman yang menyedihkan di masa tua. Dari penjelasan di atas peneliti melihat bahwa ada kemungkinan perbedaan penerimaan diri antara lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri dengan yang bukan berdasarkan keputusannya sendiri. Lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri memiliki kebutuhan yang memotivasi dirinya untuk memenuhi kebutuhannya tersebut dengan tinggal di panti wreda. Lansia dapat lebih memiliki persiapan akan hal-hal yang mungkin terjadi di panti wreda dan dapat menerima keadaannya serta lingkungannya. Sedangkan bagi lansia yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusannya sendiri, lebih mungkin timbul perasaan-perasaan negatif yang dapat membuat lansia kurang menerima dirinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
F. Hipotesis Ada perbedaan penerimaan diri antara lansia yang tinggal di panti werdha berdasarkan keputusan sendiri dan yang bukan berdasarkan keputusan sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
Skema Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia yang Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri dan yang Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri
Lansia yang tinggal Lansiadi panti wreda
Berdasarkan keputusan sendiri
Bukan berdasarkan keputusan sendiri
- Memungkinkan untuk lebih siap
- Kemungkinan
kurang
siap
menghadapi situasi-situasi yang
menghadapi situasi-siatuasi di
terjadi di dalam panti wreda
dalam panti wreda
(Hurlock, 1990)
- Kurang
- Lebih mampu mengelola emosiSkema Penelitian emosi negatif
(Hurlock, 1990) motivasi
mengelola
emosi-emosi negatif - Merasa dibuang, disingkirkan
- Lebih memahami diri sendiri
- Adanya
mampu
- Tidak ada motivasi dalam diri untuk tinggal di panti wreda
dalam
diri
untuk tinggal di panti wreda (Hurlock, 1990)
Penerimaan diri positif
Penerimaan diri negatif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif. Penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2011). Penelitian ini bertujuan membandingkan variabel penerimaan diri pada dua sampel yang berbeda yaitu lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri dengan yang bukan berdasarkan keputusannya sendiri.
B. Variabel Penelitian Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel Tergantung
: Penerimaan Diri
2. Variabel Bebas
: Keputusan untuk Tinggal di Panti Wreda
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Penerimaan Diri Penerimaan diri merupakan suatu keadaan dimana seorang individu memiliki sikap positif dan keyakinan akan segala hal yang terdapat pada dirinya, baik kelebihan maupun kekurangannya, sehingga individu tersebut mampu dan mau untuk menerima kelebihan
38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
dan kekurangan dalam dirinya, serta mampu mengelola segala macam emosi yang muncul dalam dirinya secara tepat. Dalam penelitian ini, penerimaan diri diukur dengan menggunakan skala penerimaan diri yang dibuat oleh peneliti. Semakin tinggi skor skala yang diperoleh oleh subjek, maka subjek memiliki penerimaan diri yang positif. Indikator skala penerimaan diri dalam penelitian ini berdasarkan ciriciri penerimaan diri yang positif yang dikemukakan oleh Sheere (dalam Cronbach, 1963) dan Allport (dalam Hjelle & Zeigler, 1992). Indikator tersebut ialah: a. Mampu menerima kelebihan dan kekurangan dirinya. b. Mampu
memahami
emosinya
dengan
baik
dan
mengekspresikan emosinya secara tepat. c. Mampu menghadapi masalah-masalah kehidupan. d. Mampu menerima pujian maupun kritikan secara obyektif dari orang lain. e. Mampu bertanggungjawab atas segala keputusan yang dibuat maupun yang dilakukan. 2. Keputusan untuk Tinggal di Panti wreda Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan keputusan untuk tinggal di panti wreda adalah lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri dan lansia yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusannya sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
D. Subjek Penelitian Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik purposive sampling, yaitu teknik pemilihan subjek berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang mempunyai keterikatan yang erat dengan ciriciri atau sifat dari populasinya (Hadi, 2004). Berdasarkan ciri-ciri yang telah ditentukan, kriteria subjek dalam penelitian ini yaitu: 1.
Lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri dan yang bukan berdasarkan keputusannya sendiri.
2.
Berusia diatas 60 tahun dan masih dapat berkomunikasi dengan baik. Pada penelitian ini diperoleh 45 subjek yang memiliki kriteria
tersebut.
E. Metode Pengumpulan Data Pada penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan skala. Skala penelitian ini dibuat dari indikator yang diperoleh berdasarkan ciri-ciri penerimaan diri yang dikemukakan oleh Sheere (dalam Cronbach, 1963) dan Allport (dalam Hjelle & Zeigler, 1992). Terdapat dua pilihan jawaban untuk masing-masing pernyataan dalam skala, yaitu “Setuju” dan “Tidak Setuju”. Skala dengan dua pilihan jawaban ini dikenal dengan Skala Guttman (Sugiyono, 2011). Nilai pada masing-masing respon pilihan jawaban berada dalam rentang 1-2. Jika dalam pernyataan favorable, subjek menjawab „Setuju”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
maka akan diberi nilai 2, namun jika subjek memilih jawaban “Tidak setuju” maka akan diberi nilai 1. Sebaliknya, dalam pernyataan unfavorable, jika subjek memilih jawaban “Setuju” maka akan diberi nilai 1 dan jika memilih jawaban “Tidak Setuju” maka akan diberi nilai 2. Pada masing-masing pernyataan favorable, mengarah pada penerimaan
diri
yang
positif,
sedangkan
pernyataan-pernyataan
unfavorable mengarah pada penerimaan diri yang negatif. Blue-print skala penelitian sebagai berikut: Tabel 1 Blue-print Skala Penerimaan Diri sebelum dan sesudah seleksi aitem Indikator
Nomor Aitem Favorable Unfavorable
Mampu
menerima 18, 23, 33, 1, 28, 35,
kelebihan
dan 44, 46
Jumlah Sebelum
Sesudah
11
11
12
11
12
12
39, 41, 43
kekurangan dirinya. Mampu
memahami 2, 7, 27,
emosinya dengan baik 32, 36, 54
5, 19, 25, 31, 40, 50
dan mengekspresikan emosinya secara tepat. Mampu
menghadapi 3, 8, 15,
masalah-masalah kehidupan.
21, 34, 38
16, 24, 48, 51, 52, 55
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Mampu
menerima 12, 20, 29, 9, 11, 14,
pujian
maupun 45, 47
kritikan obyektif
42
10
9
10
7
55
50
49, 53
secara dari
orang
lain. Mampu bertanggungjawab atas
10, 13, 17, 4, 6, 26, 37, 22, 30
42
segala keputusan yang dibuat maupun yang dilakukan. Jumlah
27
28
Keterangan : nomor aitem yang dicetak tebal adalah aitem-aitem yang gugur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
F. Validitas dan Reliabilitas Skala 1. Validitas Pengujian validitas perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa akurat data yang dihasilkan oleh skala psikologi sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 1999). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity), yaitu sebuah cara pengestimasian validitas melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau dengan professional judgement (Azwar, 1997). Analisis ini dilakukan dengan cara mengkonsultasikan aitem-aitem yang telah dibuat kepada dosen pembimbing, agar aitem-aitem tersebut dapat mencakup komponen-komponen dalam keseluruhan dalam kawasan isi objek yang hendak diukur dan sejauh mana item-item tes mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (Azwar, 2005). 2. Reliabilitas Reliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 1999). Reliabilitas ini dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx‟) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 1999).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
Di bawah ini adalah hasil reliabilitas skala dengan seluruh aitem (sebelum analisis aitem): Tabel 2 Reliabilitas sebelum analisis aitem Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .973
55
Berikut ini adalah hasil reliabilitas skala setelah analisis aitem: Tabel 3 Reliabilitas sesudah analisis aitem Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .978
50
Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa skala dapat dikatakan reliabel karena nilai α Cronbach yang ideal berada diantara 0,7 – 0,9. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya (Azwar, 1999).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas dalam suatu penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengecek data penelitian yang didapat oleh peneliti berasal dari populasi yang sebarannya normal atau tidak (Santoso, A., 2010). Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan analisis Kolmogorov – Smirnov. Dari hasil analisis tersebut, apabila nilai p lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data tidak normal. Sebaliknya, jika p yang diperoleh lebih besar dari 0,05 maka data yang diperoleh sebaran datanya normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk melihat ada tidaknya kesamaan varian dari dua populasi yang diuji. Priyatno (2010) mengungkapkan jika p lebih besar dari 0,05 maka data berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama (homogen). Namun, apabila p yang diperoleh kurang dari 0,05 dapat dikatakan bahwa data berasal dari populasi yang memiliki varian yang berbeda (tidak homogen). 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan independent sample t-test. Analisis ini digunakan untuk menguji perbedaan rata-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
rata dari dua kelompok sampel yang independen. Jika signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan. Namun jika signifikansinya lebih kecil sama dengan 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada perbedaan (Priyatno, 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta surat izin penelitian kepada pihak fakultas. Setelah surat izin penelitian diberikan, peneliti mengajukan izin ke Panti Wreda Hanna Yogyakarta pada tanggal 8 Agustus 2014 dan mendapatkan izin pada tanggal 10 Agustus 2014. Kemudian, peneliti juga mengajukan izin ke Panti Wreda Dharma Bhakti Kasih Surakarta pada tanggal 9 Agustus 2014 dan mendapatkan izin pada tanggal 12 Agustus 2014. Pada bulan September, peneliti mengajukan izin pada tiga panti wreda yang terletak di kota Semarang. Pertengahan September, peneliti mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di dua panti wreda yang berada di bawah naungan Yayasan Pelayanan Kristen. Selanjutnya, pada bulan Oktober peneliti mendapatkan izin dari Wisma Lansia Harapan Asri untuk melakukan penelitian. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti bertemu dengan pihak panti wreda dan meminta daftar nama lansia yang masih dapat berkomunikasi dengan baik. Kemudian peneliti mendatangi lansia satu per satu untuk melakukan pendekatan terlebih dahulu dan melihat pada
47
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
masing-masing lansia masih mungkin untuk telibat dalam proses pengambilan data atau tidak. 2. Proses Penelitian Penelitian pertama dilakukan di Panti wreda Hanna Yogyakarta pada tanggal 11 Agustus 2014 – 13 Agustus 2014. Selanjutnya, peneliti melaksanakan penelitian di Panti Wreda Dharma Bhakti Kasih Surakarta pada tanggal 14 Agustus 2014 – 15 Agustus 2014. Penelitian berikutnya dilakukan di tiga panti wreda lainnya yang terletak di kota Semarang. Peneliti melanjutkan penelitian di dua panti wreda yang berada di bawah naungan Yayasan Pelayanan Kristen Semarang pada bulan September dan terakhir di Wisma Lansia Harapan Asri pada bulan Oktober. Penelitian dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan bertemu secara langsung dengan masing-masing subjek. Selama proses pelaksanaan penelitian, ada beberapa hambatan yang dialami oleh peneliti, seperti susahnya subjek yang diharapkan dan perlunya waktu yang cukup lama untuk sekali pengambilan data. Hal ini dikarenakan adanya subjek yang meminta untuk dibacakan satu per satu dan peneliti yang memberikan check list pada skala penelitian.
B. Deskripsi Subjek Penelitian Pada penelitian ini, subjek yang berpartisipasi adalah lansia yang tinggal di panti wreda (berdasarkan keputusannya sendiri dan bukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
berdasarkan keputusannya sendiri), berusia 60 tahun ke atas, serta mampu berkomunikasi dengan baik. Penelitian juga dilakukan untuk melihat beberapa karakteristik subjek, yaitu berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan subjek. Berikut adalah tabel karakteristik subjek penelitian: Tabel 4 Karakteristik jenis kelamin
Jenis Kelamin Wanita Pria
Keputusan Tinggal di Panti wreda Bukan Keputusan Keputusan Sendiri Sendiri 13 17 7 8
Jumlah 30 15
Tabel 5 Karakteristik tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD
Keputusan Tinggal di Panti wreda Bukan Keputusan Keputusan Sendiri Sendiri Wanita Pria Wanita Pria 1 1 2
Jumlah
1 3
SMP
1
3
4
3
11
SMA
7
3
10
2
22
Perguruan Tinggi
5
1
2
-
8
Selain itu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa subjek penelitian tidak hanya berada di wilayah Yogyakarta namun juga Solo dan Semarang. Hal ini dikarenakan susahnya menemukan subjek hanya pada satu tempat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
C. Deskripsi Data Penelitian Berikut adalah deskripsi data penelitian: Tabel 6 Deskriptif Data Penelitian Variabel
Empiris
Teoritis
Sig.
Xmin
Xmax
Mean
SD
Xmin
Xmax
Mean
KS
88,00
100,00
96,25
3,95
50
100
75
,000
BKS
56,00
100,00
77,16
15,79
50
100
75
,501
Keterangan:
KS
= Keputusan Sendiri
BKS
= Bukan Keputusan Sendiri
Berdasarkan hasil data di atas dapat dilihat bahwa nilai mean teoritis yang didapatkan sebesar 75 dengan cara hitung manual. Jika dilihat dari pada masing-masing kelompok, nilai mean empiris pada kelompok lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri lebih besar dari nilai mean teoritis (96,25>75) dan nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Sedangkan pada kelompok lansia yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusannya sendiri, nilai empiris yang diperoleh lebih besar dari nilai mean teoritis (77,16>75), akan tetapi nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05 (0,501>0,05). Dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan namun tidak signifikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai mean empiris yang dimiliki kedua kelompok, sama-sama memiliki nilai mean empiris yang lebih tinggi dari nilai mean teoritiknya dan hal tersebut dapat diartikan bahwa rata-rata lansia memiliki penerimaan diri yang cenderung positif. Hanya saja, pada kelompok lansia yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusannya sendiri menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan.
D. Analisis Data Penelitian 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian yang diperoleh berasal dari populasi yang sebarannya normal atau tidak. Analisis ini menggunakan analisis Kolmogorov – Smirnov pada program SPSS versi 16.0.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Berikut adalah tabel ringkasan analisisnya: Tabel 7 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Keputusan Tinggal di Panti wreda
Skor Total
One-Sample KolmogorovSmirnov
Ket.
N 20
Z 1,229
Sig. 0,098
Normal
Bukan Keputusan 25 Sendiri
0,867
0,440
Normal
Keputusan Sendiri
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa sebaran data dalam penelitian ini tergolong normal. Hasil uji normalitas dikatakan normal karena nilai signifikansi yang dihasilkan oleh lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,098. Begitu juga dengan nilai signifikansi untuk lansia yang tinggal di panti werdha bukan berdasarkan keputusannya sendiri pun menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,440. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas diolah dengan menggunakan Levene’s Test for Equality of Variances dalam program SPSS versi 16.0.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut: Tabel 8 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Levene’s Test for Equality of Variances F Equal variances assumed
80, 533
Sig. 0,000
Berdasarkan Levene’s Test for Equality of Variances diperoleh hasil F sebesar 80,533 dengan p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa data penelitian tergolong tidak homogen karena nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05.
2. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan analisis Independent Sample TTest menggunakan perangkat SPSS versi 16.0. Pada uji homogenitas, terlihat bahwa data penelitian tidak memiliki homogenitas varians (p = 0,000). Oleh karena itu, jika varian data yang dihasilkan tidak homogen, maka yang diperhatikan adalah nilai pada tabel equal variances not assumed.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Tabel 9 Independent Sample T-Test Independent Sample Test
Levene's Test for Equality of Variances
F skor_tot Equal al variances assumed
Equal variances not assumed
Sig.
t-test for Equality of Means
T
80.533 .000 5.266
Sig. Std. (2Mean Error taile Differenc Differe d) e nce
df
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
43 .000 19.09000 3.62523 11.77902 26.40098
5.822 27.679 .000 19.09000 3.27880 12.37017 25.80983
Berdasarkan hasil Independent Sample Test, diperoleh t hitung pada bagian equal variances not assumed sebesar 5,822 dengan p (sig. (2-tailed)) = 0,000. Oleh karena p<0,05, maka Ho ditolak atau dapat dikatakan bahwa ada perbedaan penerimaan diri pada lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri dan bukan berdasarkan keputusannya sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
E. Analisis Data Tambahan Pada penelitian ini, peneliti juga melakukan analisis data berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan subjek. Berikut adalah tabel hasil analisis data tambahan: 1. Perbedaan penerimaan diri pada lansia wanita dan lansia pria Tabel 10 Group Statistics
jenis kelamin lansia
N
Mean
Std. Error Mean
Std. Deviation
Wanita
30
88.0000
12.99071
2.37177
Pria
15
80.9333
18.77486
4.84765
Independent Samples Test Levene’s Test for Equality of Variances F Equal assumed
Sig.
variances 10,452
Dependent Variables
Skor Total
Statistics
t-test for Equality of Means
T
0,002
Assumptions Equal Equal variances variances not assumed assumed 1,478 1,309
Df 43 Sig. (2- 0,147 tailed)
20,926 0,205
Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada
perbedaan penerimaan diri antara lansia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
wanita dan lansia pria (p>0,05). Jika dilihat dari rata-rata secara keseluruhan, nilai mean yang diperoleh kedua kelompok lansia sama-sama lebih tinggi dari nilai mean teoritis. Sehingga, dapat dikatakan bahwa kedua kelompok lansia cenderung memiliki penerimaan diri yang positif. Secara lebih rinci, dapat dilihat bahwa nilai mean yang diperoleh kelompok lansia wanita lebih tinggi 7,07 dari nilai mean yang diperoleh kelompok lansia pria. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa lansia wanita memiliki penerimaan diri yang lebih positif daripada lansia pria.
2. Perbedaan penerimaan diri antara lansia wanita dan lansia pria yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri Tabel 11 Group Statistics
jenis kelamin keputus wanita an_send pria iri
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
13
96.0769
3.92559
1.08876
7
96.5714
4.27618
1.61624
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
Independent Samples Test Levene’s Test for Equality of Variances F Equal assumed
Sig.
variances 0,002
Dependent Variables
Skor Total
Statistics
t-test for Equality of Means
T
0,964
Assumptions Equal Equal variances variances not assumed assumed -0,261 -0,254
Df 18 Sig. (2- 0,797 tailed)
11,497 0,804
Berdasarkan tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan penerimaan diri antara lansia wanita dan lansia pria yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri (p>0,05). Secara umum, nilai mean yang diperoleh keduanya sama-sama lebih tinggi dari nilai mean teoritis. Sehingga, dapat dikatakan bahwa kedua kelompok lansia memiliki penerimaan diri yang positif. Akan tetapi, secara lebih rinci pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai mean yang diperoleh kelompok lansia pria lebih tinggi 0,5 dari nilai mean yang diperoleh kelompok lansia wanita. Hal ini menunjukkan bahwa lansia pria yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri lebih memiliki penerimaan diri yang positif daripada lansia wanita.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
3. Perbedaan penerimaan diri antara lansia wanita dan lansia pria yang tinggal di panti wreda
bukan berdasarkan keputusan
sendiri Tabel 12 Group Statistics
jenis kelamin
N
bukan_ke Wanita putusan_s endi Pria
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
17 81.8235
14.16967
3.43665
8 67.2500
15.19163
5.37105
Independent Samples Test Levene’s Test for Equality of Variances F Equal assumed
Sig.
variances 0,024
Dependent Variables
Skor Total
Statistics
t-test for Equality of Means
T
0,877
Assumptions Equal Equal variances variances not assumed assumed 2,346 2,286
Df 23 Sig. (2- 0,028 tailed)
12,955 0,040
Tabel di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan penerimaan diri antara lansia wanita dan lansia pria yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusan sendiri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
(p<0,05). Jika dibandingkan dengan nilai mean teoritis, terlihat bahwa kelompok lansia wanita memiliki penerimaan diri yang positif karena nilai mean yang didapatkan lebih tinggi. Sedangkan pada kelompok lansia pria dapat dikatakan bahwa penerimaan dirinya negatif karena nilai mean yang diperoleh lebih rendah dari mean teoritik. Begitu pula perbandingan kedua mean pada dua kelompok menunjukkan bahwa penerimaan diri lansia wanita yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusannya sendiri lebih positif daripada lansia pria.
4. Perbedaan penerimaan diri antara lansia wanita yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri dan bukan berdasarkan keputusan sendiri Tabel 13 Group Statistics
dasar keputusan wanita
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
keputusan sendiri
13 96.0769
3.92559
1.08876
bukan keputusan sendiri
17 81.8235
14.16967
3.43665
Independent Samples Test
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Levene’s Test for Equality of Variances F Equal assumed
Sig.
variances 31,524
Dependent Variables
Skor Total
Statistics
t-test for Equality of Means
T
0,000
Assumptions Equal Equal variances variances not assumed assumed 3,512 3,954
Df 28 Sig. (2- 0,002 tailed)
19,116 0,001
Berdasarkan tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan penerimaan diri antara lansia wanita yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri dan yang bukan berdasarkan keputusan sendiri (p<0,05). Secara umum, nilai mean yang diperoleh kedua kelompok sama-sama lebih tinggi dari nilai mean teoritis. Sehingga, dapat dikatakan bahwa kedua kelompok memiliki penerimaan diri yang positif. Namun, secara lebih rinci pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai mean yang diperoleh kelompok lansia wanita yang tinggal di panti werdha berdasarkan keputusannya sendiri lebih tinggi 14,2534 dari kelompok lansia wanita yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusan sendiri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa lansia wanita yang tinggal di panti
wreda
berdasarkan
keputusan
sendiri
memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
penerimaan diri yang lebih positif dibandingkan dengan lansia wanita yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusan sendiri.
5. Perbedaan penerimaan diri antara lansia pria yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri dan bukan berdasarkan keputusan sendiri Tabel 14 Group Statistics
dasar keputusan pria
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
keputusan sendiri
7
96.5714
4.27618
1.61624
bukan keputusan sendiri
8
67.2500
15.19163
5.37105
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
Independent Samples Test Levene’s Test for Equality of Variances F Equal assumed
Sig.
variances 8,382
Dependent Variables
Skor Total
Statistics
t-test for Equality of Means
T
0,013
Assumptions Equal Equal variances variances not assumed assumed 4,918 5,228
Df 13 Sig. (2- 0,000 tailed)
8,246 0,001
Berdasarkan tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan penerimaan diri antara lansia pria yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri dan yang bukan berdasarkan keputusan sendiri (p<0,05). Secara umum, jika dibandingkan dengan nilai teoritis, nilai mean yang diperoleh oleh kelompok lansia pria yang tinggal di panti wreda berdasarkan
keputusan
sendiri
lebih
tinggi.
Hal
ini
menunjukkan bahwa kelompok tersebut memiliki penerimaan diri yang positif. Sedangkan, pada kelompok lansia pria yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusan sendiri memiliki nilai mean lebih rendah dari mean teoritis yang menunjukkan bahwa kelompok tersebut memiliki penerimaan diri yang negatif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
Secara lebih rinci pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai mean yang diperoleh kelompok lansia pria yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri lebih besar 29,3214 dari kelompok lansia pria yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusan sendiri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa lansia pria yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri memiliki penerimaan diri yang lebih positif dibandingkan dengan lansia pria yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusan sendiri.
Berdasarkan lima analisis data yang dilakukan di atas berdasarkan jenis kelamin dapat disimpulkan bahwa secara umum, tidak ada perbedaan penerimaan diri antara lansia wanita dan lansia pria. Secara lebih rinci, tidak ada perbedaan penerimaan antara lansia wanita dan pria yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri, keduanya sama-sama memiliki penerimaan diri yang positif. Akan tetapi ada perbedaan penerimaan diri antara lansia wanita dan pria yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusan sendiri, dimana lansia wanita memiliki penerimaan diri yang lebih positif dibandingkan dengan lansia pria.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
Selain itu, jika dilihat dari keputusan untuk tinggal di panti wreda, ada perbedaan penerimaan diri antara lansia baik wanita maupun pria yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri dan yang bukan berdasarkan keputusan sendiri. Baik lansia wanita maupun lansia pria yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri memiliki penerimaan diri yang lebih positif dibandingkan dengan lansia yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusan sendiri.
6. Perbedaan penerimaan diri berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 15 Descriptives
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Mean
SD
Wanita -
Pria 1
Jumlah 1
57,0000
SD
1
2
3
80,3333
19,50
SMP
5
6
11
84,6364
18,18
SMA
17
5
22
84,6818
13,71
Perguruan Tinggi
7
1
8
95,2500
9,54
Tidak Sekolah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
ANOVA skor_total Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
1674.826
4
418.707
Within Groups
8653.485
40
216.337
10328.311
44
Total
F
Sig.
1.935
Berdasarkan hasil analisis One Way ANOVA terlihat bahwa F hitung ≤ F tabel (1,935 ≤ 2,839) dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,123 > 0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan penerimaan diri antara lansia yang tinggal di panti werdha berdasarkan keputusan sendiri dan yang bukan keputusan sendiri berdasarkan tingkat pendidikan. Namun, jika dilihat lebih rinci, dari lima tingkat pendidikan, nilai mean yang diperoleh lansia tidak bersekolah lebih rendah dari nilai mean teoritis (57 < 75). Hal ini menunjukkan bahwa subjek yang tidak bersekolah memiliki penerimaan diri yang negatif. Sedangkan, nilai keempat tingkat pendidikan lainnya lebih tinggi dari nilai mean teoritis yang berarti subjek memiliki penerimaan diri yang positif. Selain itu, dari nilai mean yang diperoleh lansia dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang
.123
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
dimiliki oleh lansia maka semakin positif pula penerimaan diri yang dimiliki.
F. Pembahasan Hasil perhitungan rata-rata penerimaan diri pada lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri adalah sebesar 96,25. Sedangkan, rata-rata penerimaan diri pada lansia yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusan sendiri adalah 77,16. Analisis data menunjukkan bahwa ada perbedaan penerimaan diri yang signifikan antara lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri dan bukan berdasarkan keputusan sendiri (t(27,679) = 5,822; p < 0,05). Jika dilihat dari nilai mean empiris tersebut, sekilas terlihat bahwa kedua kelompok memiliki nilai mean empiris yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai mean teoritis. Hal ini menunjukkan bahwa ratarata subjek memiliki penerimaan diri yang positif. Akan tetapi, hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelompok lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri memiliki perbedaan penerimaan diri yang signifikan antara populasi dengan sampel (p = 0,000). Namun, pada kelompok lansia yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusan sendiri menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan dalam hal penerimaan diri (p = 0,501). Kecenderungan penerimaan diri yang positif ini salah satunya dikarenakan adanya dukungan dari lingkungan sekitar. Sari dan Nuryoto
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
(2002) mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi
penerimaan
diri
seseorang.
Mereka
yang
mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan akan mendapatkan perlakuan yang baik dan menyenangkan, sehingga mereka juga merasa diperhatikan dan menganggap dirinya berharga. Selain itu, MacKinley (2004) juga mengatakan bahwa dukungan sosial yang diterima seorang lansia dalam pelayanan di panti wreda, setidak-tidaknya keberadaan orang lain dan bantuan profesional yang diberikan mampu mereduksi rasa sepi seseorang daripada jika ia tidak memperoleh bantuan sama sekali. Mereka masih melihat bahwa walaupun mereka jauh dari keluarga, paling tidak ada orang lain yang mampu memberikan bantuan yang mereka butuhkan di masa tua. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri memiliki penerimaan diri yang lebih positif dibandingkan dengan lansia yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusannya sendiri. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hurlock (1990) bahwa apabila pria atau wanita yang masuk dalam suatu lembaga secara sukarela, artinya tidak dipaksa oleh kondisi lingkungan mereka, maka mereka akan merasa bahagia dan mempunyai motivasi yang kuat untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan yang mendadak yang diakibatkan oleh lembaga itu sendiri. Para lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri memang terlihat lebih dapat “berteman” dengan lingkungannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Mereka merasa bahwa hidup di panti wreda bukanlah suatu tekanan atau keterbatasan akan kondisi penuaan yang mereka alami, namun sebagian besar dari lansia menganggap bahwa panti wreda adalah tempat yang nyaman dan mampu memberikan pelayanan yang mereka butuhkan di usia senja. Di sisi lain, bagi lansia yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusannya sendiri, mungkin tinggal di rumah tua adalah hal yang kurang menyenangkan. Pada kebanyakan kasus penitipan lansia, anak-anak tidak meminta persetujuan lansia terlebih dahulu, lansia dipaksa untuk tinggal di panti. Ketika kaum usia lanjut diantarkan oleh keluarga ke panti wreda, maka lansia akan merasa tidak berguna dan tidak diinginkan sehingga membuat banyak kaum usia lanjut akan mengembangkan perasaan rendah diri dan marah terhadap diri sendiri, orang lain dan juga lingkungan. Perasaan rendah diri tidak akan membantu penyesuaian sosial dan menjadi pribadi yang lebih baik (Andini & Supriyadi, 2013). Perasaan tidak berguna, disingkirkan, tak jarang membuat lansia menjadi tertekan di masa tuanya. Lansia pun terkadang ada yang memiliki pemikiran bahwa karena proses penuaan yang dialaminya membuat lansia menjadi seperti tidak bisa berbuat banyak hal dan disingkirkan. Hal tersebut yang seringkali membuat lansia kurang menerima dirinya dengan segala yang dialaminya di masa tua. Peneliti juga melihat faktor kehadiran keluarga mempengaruhi penerimaan diri seorang lansia. Terkadang ketika anak maupun keluarga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
sudah menitipkan orang tua mereka ke dalam panti wreda, mereka merasa tanggung jawabnya tidak begitu besar dan karena semakin banyaknya kesibukan yang dialami anak pada zaman ini terkadang mengabaikan keberadaan mereka. Hal ini tentunya akan membuat lansia cenderung melihat sisi negatif dari dirinya karena dengan keadaanya yang seperti itulah mereka merasa tersisihkan. Ancok (dalam Suardiman 2011) menyatakan bahwa salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan lanjut usia dalam menjalani sisa kehidupannya adalah sikap orang di sekitarnya. Keluarga merupakan lembaga masyarakat yang paling dekat serta sumber kesejahteraan sosial bagi lansia. Di dalam keluargalah para usia lanjut menghabiskan masa tuanya, sehingga keluarga wajib menciptakan suasana nyaman bagi para usia lanjut. Berdasarkan hasil analisis data tambahan dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum tidak ada perbedaan penerimaan diri antara lansia wanita dan lansia pria. Hanya saja, jika dilihat dari nilai mean yang diperoleh kedua kelompok subjek penelitian menunjukkan bahwa lansia wanita memiliki penerimaan diri yang lebih positif dibandingkan dengan lansia pria. Hal ini mungkin berbeda dengan yang disampaikan oleh Ratnawati (1990) yang mengatakan bahwa pria dinilai memiliki penerimaan diri yang lebih positif bila dibandingkan dengan wanita. Hal ini karena wanita relatif lebih sensitif serta lebih menitikberatkan pada afektif daripada pria.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
Akan tetapi, pada kenyataannya, berdasarkan hasil observasi dan cerita subjek, peneliti melihat bahwa ada faktor lain yang menyebabkan lansia wanita lebih memiliki penerimaan diri yang positif daripada lansia laki-laki. Para lansia wanita terlihat lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman wanita lainnya dan mereka mengakui bahwa hal tersebut salah satu hal yang membuat mereka tidak merasa sendiri dan saling mendukung satu dengan yang lain. Bahkan dalam beberapa peristiwa terlihat banyak dari lansia wanita saling membantu satu dengan yang lain, mereka mengaku senang dengan aktivitas tersebut karena walaupun dengan keterbatasan di masa tua, mereka tetap dapat melakukan aktivitas yang mereka mampu dan paling tidak mereka tetap mempunyai rasa berharga pada diri sendiri karena dapat berbagi dan membantu teman lainnya. Berbeda dengan lansia laki-laki, sebagian besar dari mereka lebih banyak menghabiskan waktu sendiri. Mereka juga berkata bahwa kondisi mereka seringkali membuat diri mereka terlihat tak berdaya. Hal ini disebabkan karena perubahan dari masa-masa produktif dimana mereka dapat bekerja dan bertemu banyak orang namun sekarang mereka hanya tergantung pada pihak panti wreda. Kedua hal tersebut terlihat sesuai dengan teori yang menerangkan hubungan antara umur manusia dengan kegiatan yang menjadi dasar keberhasilan usia lanjut menurut Lafrancois. Salah satu teori yang dikemukakan oleh Lafrancois (dalam Suardiman, 2011), yaitu teory
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
activity mengatakan bahwa semakin tua seseorang akan semakin memelihara hubungan sosial, fisik, atau emosionalnya. Orang yang tetap aktif, baik secara fisik, mental, maupun sosial akan melakukan penyesuaian yang lebih baik seiring dengan bertambah usianya. Mereka yang menghabiskan masa tua di panti wreda juga memiliki hak yang sama untuk terus menjalin hubungan sosial dengan siapapun. Dengan begitu, mereka tidak hanya meratapi kemundurannya di masa tua, namun lebih dapat mengoptimalkan kemampuan yang mereka punya dalam hidup bersama. Selain itu, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa selain faktor jenis kelamin, faktor pendidikan juga memiliki peran dalam penerimaan diri seseorang. Hasil analisis data secara umum menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan penerimaan diri berdasarkan tingkat pendidikan. Namun, jika dilihat dari nilai rata-rata terlihat ada perbedaan penerimaan diri pada masing-masing tingkat pendidikan. Nilai mean yang didapat oleh lansia yang tidak bersekolah adalah 57, dimana lebih rendah dari nilai mean teoritik. Hal ini menunjukkan bahwa subjek yang tidak bersekolah memiliki penerimaan diri yang negatif. Sementara itu, keempat tingkat pendidikan lainnya (SD, SMP, SMA, dan PT) menunjukkan nilai mean yang lebih tinggi dari nilai mean teoritis. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa lansia pada keempat tingkat pendidikan tersebut memiliki penerimaan diri yang positif. Secara lebih terinci, nilai mean yang dihasilkan pada tiap-tiap tingkatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
pendidikan cenderung meningkat dan tertinggi ada pada tingkat pendidikan Perguruan Tinggi. Lansia yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan lebih siap dan akan mencari cara untuk menghadapi masa tuanya. Dengan kata lain, di kalangan individu yang memiliki pendidikan lebih tinggi, upaya untuk menghadapi masa tua bisa diantisipasi lebih dini (Ichramsjah, 2002). Berdasarkan hasil diatas dapat dikatakan bahwa hipotesis awal yang diajukan oleh peneliti diterima, yaitu ada perbedaan penerimaan diri antara lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusannya sendiri dan yang bukan berdasarkan keputusannya sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Ada perbedaan penerimaan diri yang signifikan antara lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri dan bukan berdasarkan keputusan sendiri (t=5,822; sig=0,000). Lansia yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri memiliki penerimaan diri yang lebih positif (M=96,25) dibandingkan lansia yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusan sendiri (M=77,16). 2. Tidak ada perbedaan penerimaan diri antara lansia wanita dan lansia pria (t=1,309; sig=0,205). Hanya saja, jika dilihat dari mean yang diperoleh kedua kelompok, dapat dilihat bahwa lansia wanita memiliki penerimaan diri yang lebih positif (M=88) daripada lansia pria (M=80,93). 3. Tidak ada perbedaan penerimaan diri antara lansia wanita dan lansia pria yang tinggal di panti wreda berdasarkan keputusan sendiri (t=0,261; sig=0,797). 4. Ada perbedaan penerimaan diri antara lansia wanita dan lansia pria yang tinggal di panti wreda bukan berdasarkan keputusan sendiri (t=2,346; sig=0,028).
73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Lansia wanita memiliki penerimaan diri positif (M=81,82) daripada lansia pria (M=67,25). 5. Tidak ada perbedaan penerimaan diri berdasarkan tingkat pendidikan (F hitung ≤ F tabel (1,935 ≤ 2,839)) dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,123 > 0,05). Hanya saja, dilihat dari mean yang diperoleh masing-masing kelompok lansia berdasarkan tingkat pendidikan, lansia yang tidak bersekolah memiliki penerimaan diri yang
negatif (M=57). Sedangkan lansia pada empat tingkat
pendidikan lainnya memiliki penerimaan diri yang positif (M>75).
B. Keterbatasan Penelitian Peneliti merasa memiliki keterbatasan dalam menemukan subjek dalam penelitian ini karena terbatasnya jumlah responden yang ada dan sesuai dengan kriteria. Selain itu, ada pula subjek yang memerlukan bantuan untuk mengisi skala penelitian, sehingga membutuhkan lebih banyak waktu.
C. Saran 1. Bagi Keluarga dan Pihak Panti Wreda Pihak keluarga diharapkan membantu dan mengajak lansia untuk mengambil keputusan dan menghargai keputusan yang berhubungan dengan kehidupan lansia, sehingga lansia merasa dihargai keberadaannya. Keluarga juga diharapkan untuk tetap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
menjaga komunikasi dan memberikan perhatian kepada lansia yang tinggal di panti wreda. Bagi pihak panti wreda juga diharapkan untuk membantu dan mendampingi lansia dalam menjalani masa tuanya sehingga lansia dapat menerima keadaan dirinya dan dapat hidup bahagia. 2. Bagi Penelitian Selanjutnya Bagi peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian dengan tema atau topik yang sama, dapat melihat variabel penting lainnya pada diri lansia. Peneliti juga lebih dapat mengontrol pemilihan subjek.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Achir, Yaumil C. Agoes. (2001). Bunga Rampai: Psikologi Perkembangan Pribadi dari Bayi sampai Lanjut Usia. Jakarta: UI Press. Andini, A., & Supriyadi. (2013). Hubungan antara Berpikir Positif dengan Harga Diri pada Lansia yang Tinggal di Panti Jompo di Bali. Jurnal Penelitian. Bali: Jurnal Psikologi universitas Udayana, Vol. 1, No. 1, 129-137. Anugerah, D.E. (1995). Studi Hubungan antara Penerimaan Diri terhadap Kondisi Fisik dengan Penyesuaian Sosial Remaja Cacat Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa Suryatama Bangil Kabupaten Pasuruan. Skripsi (tidak diterbitkan). Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Azwar, Syaifuddin. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, Syaifuddin. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, Syaifuddin. (2005). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Beyene, Y., Becker, G. & Mayen, N. (2002). Perception of Aging and Sense of Well-Being among Latino Elderly. Journal of Cross-Cultural Gerontology, 17 (2), 155-172. Calhoun, J.F.,Acocella, J. R. (1990). Psychology Adjustment Human Relationship. New York: Mc. Graw Hill Publishing Company. Chaplin. J.P. Penerjemah: Dr. Kartini Kartono (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cronbach , L.J. (1963). Educational Psychology. New York: Haecourt, Brace and World. Inc. Darmadi. M.W. (1987). Perbedaan Tingkat Rigiditas Lanjut Usia Antara Penghuni Panti Wredha Abiyoso dan Panti Wredha Hana Propinsi DIY. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.. Esthy, Josephine & Sugoto, Srisiuni . (1998). Hubungan Penerimaan Diri Terhadap Kondisi Fisik Dengan Kesehatan Mental pada Waria. Fakultas Psikologi Universitas Surabaya: Anima, Vol. XIII-No.51, April-Juni 1998.
76
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
Gunarsa, S.D. (2004). Bunga Rampai Psikologi Perkembangan dari Anak sampai Usia Lanjut. Jakarta : Gunung Mulia . Hadi, Sutrisno. (2004). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. Hjelle, L. A & Zeigler, D. J. (1992). Personality Theories: Basic Assumptions, Research And Application. Tokyo: Mc. Graw Hill. http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2206284-pengertian-panti werdha/#ixzz2nDkrU8ow Hurlock, E.B. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Edisi 5.Jakarta: Erlangga. Hurlock, E.B. (1974). Personality Development. Tokyo: Mc Graw Hill. Hurlock, E.B. (1980). Developmental Psychology. USA: Mc Graw Hill. Ichramsjah. (2002). Menjadi Tua dengan Penuh Rahmat. Dalam Kompas. 28 Juli 2002. Jakarta. Indriana, Yeniar., Kristiana, Ika Febrian., Sonda, Andrewinata. A., & Intanirian, Annisa. (2010). Tingkat Stres Lansia Di Panti Wredha “Pucang Gading” Semarang. Jurnal Penelitian. Semarang: Jurnal Psikologi UNDIP, Vol. 8, No. 2, Oktober 2010. Kail & Cavanaugh. (2000). Human Development: A Life Span View. USA: Wadswoth. Mariani, S.Sos. dan Subhan Kadir, S.Kep. (2007). Diunduh pada tanggal 20 Mei 2014. https://subhankadir.wordpress.com/2007/08/20/panti-werdhaadalah-pilihan/ Moekijat. (2002). Dasar-dasar motivasi. Bandung: Pionir Jaya. Monks, FJ., Knoers, AMP., dan Haditono, S. Rahayu. (2002). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Oktaviana, R. (2009). Hubungan Antara Penerimaan Diri Terhadap Ciri-ciri Perkembangan Sekunder Dengan konsep Diri Pada Remaja Puteri SLTPN 10 Yogyakarta, Jurnal Psyche (Palembang: Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma) Papalia, Diane E, et al. (2009). Human Development (Perkembangan Manusia) edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
Priyatno, D. (2010). 5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi Offset. Priyatno, D. (2012). Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset. Putri, Arimbi Kaniasih., & Hamidah. (2012). Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Depresi pada Wanita Perimenopause. Jurnal Penelitian. Surabaya: Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, Vol. 1, No. 02, Juni 2012. Ratnawati, D. (1990). Hubungan Keasertifan dengan Penerimaan Diri atas Kecacatan yang Disandang Para Penyandang Cacat Tubuh di PRPCT “Prof. Dr. Suharso” Surakarta. Intisari Skripsi. Tidak diterbitkan. Samino. (2002). Proses Menua Menjadi Penyakit? Old is a Desease?. Makalah seminar, 12 Oktober 2002. Santoso, Agung. (2010). Statistik Untuk Psikologi, Dari Blog Menjadi Buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Santrock, John. W. (2002). Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup) Jilid 2, ed. kelima. Jakarta, Indonesia: Erlangga. Sari, E.P., & Nuryoto, S. (2002). Penerimaan Diri Pada Lanjut Usia Ditinjau Dari Kematangan Emosi. Jurnal Penelitian. Yogyakarta: Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, No. 2, 73-88. Schultz, Duane. (2006). Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius. Suardiman, Siti Partini. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta, Indonesia: Gadjah Mada University Press. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Sunaryo, Drs. M.Kes. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Kedokteran EGC. Supratiknya, A. (1995). Komunikasi Antar Pribadi: Tinjauan Psikologi. Yogyakarta: Kanisius. Wilsa. (1997). Penerimaan Diri pada Wanita yang Bekerja. Tesis (Tidak diterbitkan). Depok: Universitas Indonesia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 1 Skala Penerimaan Diri Sebelum Analisis Aitem
79
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKALA PENELITIAN
disusun oleh: Sheilla Ardhistia
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
80
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
PERNYATAAN KESEDIAAN Salam sejahtera. Saya adalah Sheilla Ardhistia, mahasiswi tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Bersama dengan ini, saya ingin meminta bantuan Anda untuk terlibat dalam penelitian saya, dalam rangka pemenuhan tugas akhir mengenai perkembangan usia lanjut dengan mengisi skala penelitian ini. Semua jawaban dan identitas yang Anda berikan kepada saya akan sangat dijaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, saya berharap Anda dapat memberikan jawaban dengan sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya, sesuai dengan keadaan diri Anda yang sebenarnya. Jika anda bersedia untuk terlibat dalam penelitian ini, Anda dapat memberikan paraf (tanpa nama) pada tempat yang telah disediakan di bawah ini. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya mengucapkan banyak terima kasih. Saya bersedia terlibat dalam penelitian:
.…….………………..
Hormat saya,
Sheilla Ardhistia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI IDENTITAS Inisial
:
Jenis Kelamin
: P / L (lingkari yang sesuai)
Pendidikan
:
Usia
:
Lama tinggal di Panti Werdha
:
Masuk ke Panti Werdha berdasarkan : (lingkari yang sesuai) Kemauan sendiri Kemauan anak Kemauan saudara Dll ………………
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
PETUNJUK PENGISIAN Skala ini terdiri dari 55 pernyataan dan Anda diminta untuk menjawab 55 pernyataan yang paling sesuai dengan diri Anda. Dalam skala ini tidak ada jawaban yang benar ataupun salah. Jawablah setiap pernyataan dengan jujur sesuai dengan keadaan diri Anda. Berilah tanda (√) pada jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan diri Anda. Terdapat empat pilihan jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Perhatikan contoh berikut ini : NO.
PERNYATAAN
1.
Saya senang karena masih diberi kesempatan yang sama seperti orang lain.
---SELAMAT MENGERJAKAN---
SS
S √
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
SKALA PENELITIAN Setelah saya menjadi tua : NO.
PERNYATAAN
SS
1.
Saya merasa banyak penurunan yang terjadi dalam diri saya, sehingga saya lebih memilih untuk berdiam diri dan meratapinya.
2.
Saya merasa tenang dalam menjalani masa tua ini, karena semua yang terjadi telah diatur oleh Tuhan.
3.
Saya merasa cukup puas dengan segala sesuatu yang sudah saya capai hingga saat ini.
4.
Saya menyesal karena harus terpisah dari keluarga dan menghabiskan masa tua di panti wreda.
5.
Saya sering marah dan kecewa terhadap diri saya sendiri karena tidak dapat melakukan sesuatu yang saya harapkan.
6.
Saya merasa ragu dengan beberapa keputusan yang saya ambil,
sehingga
saya
kurang
siap
menerima
konsekuensinya. 7.
Ketika saya merasa kecewa, saya akan melakukan aktivitas yang menyenangkan bagi saya.
8.
Saya tetap merasa senang dan bersyukur walaupun saya tidak tinggal bersama dengan anak atau saudara, karena saya mendapatkan lebih banyak bantuan yang saya butuhkan di panti wreda ini.
S
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9.
Saya merasa orang-orang hanya sering merasa kasihan dengan kondisi saya.
10.
Saya tidak menyesal ketika harus menghabiskan masa tua saya di panti wreda.
11.
Saya merasa orang lain kurang puas dengan hasil kerja saya karena kondisi saya yang sudah mulai menurun.
12.
Saya merasa orang lain tetap memperlakukan saya sama seperti orang tua pada umumnya.
13.
Sebelum memutuskan atau melakukan sesuatu, saya selalu melihat minat dan kemampuan diri saya, sehingga saya tidak menyerahkan tanggung jawab saya kepada orang lain.
14.
Saya merasa minder ketika orang-orang membicarakan kekurangan saya.
15.
Saya siap dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di masa usia lanjut ini.
16.
Saya merasa bahwa sakit yang saya alami di masa tua akan semakin membuat saya terlihat tidak berguna.
17.
Saya selalu yakin dengan keputusan yang saya ambil, sehingga nantinya saya siap menerima konsekuensinya.
18.
Saya yakin bahwa segala perubahan yang saya alami saat ini adalah perubahan yang wajar terjadi pada kaum usia lanjut pada umumnya.
19.
Sebanyak apapun teman, saya merasa hidup saya tidak berharga lagi setelah saya masuk ke panti wreda karena
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI saya tidak dapat berkumpul dengan keluarga saya. 20.
Saya merasa senang ketika orang lain terlihat puas dan dapat menghargai hasil kerja saya.
21.
Saya mampu bertahan walaupun hidup terpisah dari keluarga.
22.
Saya selalu berusaha untuk menjalankan tugas yang diberikan kepada saya sebaik mungkin, sesuai dengan kemampuan yang saya miliki.
23.
Saya selalu ingin mengembangkan diri saya dengan segala kemampuan yang saya miliki.
24.
Saya merasa hidup saya hanya sebatang kara karena tidak ada keluarga di sekitar saya.
25.
Saya merasa takut menjalani masa tua ini karena saya sudah tidak bisa melakukan banyak hal seperti dulu.
26.
Saya lebih memilih diam dan malu untuk mengakui suatu kesalahan akibat dari perbuatan saya.
27.
Saya tetap merasa berharga dan mampu menjalani hidup walaupun harus tinggal di panti wreda.
28.
Saya merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas, semenjak saya memasuki masa tua.
29.
Saya menyadari bahwa dalam masa usia lanjut, ada beberapa hal yang memang harus saya lakukan dengan bantuan orang lain.
30.
Ketika saya melakukan suatu kesalahan karena perbuatan saya,
saya
bersedia
untuk
memperbaikinya
dan
86
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI bertanggung jawab akan hal tersebut. 31.
Saya merasa disingkirkan ke tempat ini karena keberadaan saya hanya merepotkan keluarga saya.
32.
Ketika saya merasa kesepian, saya memilih untuk mengobrol atau menghabiskan waktu dengan temanteman di panti wreda ini.
33.
Saya dapat menerima kondisi saya saat ini.
34.
Ketika saya sakit, saya merasa bahwa hal ini wajar dialami oleh orang tua seperti saya dan saya tidak menyesali hal tersebut.
35.
Saya merasa bahwa perubahan yang terjadi pada diri saya disebabkan karena kesalahan saya di masa lalu.
36.
Saya selalu bersyukur karena masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk tetap menikmati hidup di dalam panti wreda ini.
37.
Saya selalu menerima atau melakukan sesuatu tanpa melihat minat dan kemampuan diri, sehingga terkadang saya menyesal di akhir.
38.
Saya merasa semakin bijaksana ketika menemui beberapa hal yang kurang menyenangkan di panti wreda.
39.
Saya merasa menjadi orang yang lemah dengan keadaan saya saat ini.
40.
Saya merasa sedih dan sering menangis sendiri karena keadaan saya saat ini serta tanpa adanya keluarga di samping saya.
87
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41.
Saya selalu memaksa diri saya untuk dapat melakukan apapun yang saya inginkan.
42.
Saya tidak terlalu memikirkan kewajiban yang telah diserahkan kepada saya karena saya merasa memiliki kekurangan.
43.
Saya merasa terhambat dengan kondisi saya yang seperti ini.
44.
Saya tetap merasa nyaman dengan keadaan saya saat ini.
45.
Saya tetap percaya diri walaupun ada orang-orang yang membicarakan kekurangan saya.
46.
Saya tetap dapat beraktivitas sesuai dengan kemampuan dan kondisi saya saat ini.
47.
Saya merasa terbantu ketika suatu hal yang saya kerjakan kurang memuaskan, mendapatkan masukan dari orang lain.
48.
Saya merasa kecewa karena di masa tua saya, saya harus dirawat oleh orang lain, bukan oleh anak atau saudara saya.
49.
Saya merasa bahwa bantuan orang lain untuk saya hanya akan semakin membuat saya merasa lemah, karena saya terlihat tergantung pada orang lain.
50.
Sejak tinggal di panti wreda, saya lebih sering merasa kesepian dan lebih memilih untuk menghabiskan waktu sendirian.
51.
Saya merasa takut tidak dapat berbuat apa-apa dengan
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI perubahan-perubahan yang saya alami di masa usia lanjut ini. 52.
Saya merasa tertekan ketika hidup di panti wreda dan menemui beberapa hal yang tidak menyenangkan.
53.
Saya merasa tidak dihargai ketika orang lain memberi masukan mengenai pekerjaan saya yang kurang baik.
54.
Saya tetap merasa senang walaupun jauh dari keluarga dan keadaan saya seperti ini, karena di panti wreda ini banyak orang yang peduli dengan saya.
55.
Saya merasa kecewa karena masih banyak hal yang belum saya capai, namun saat ini saya sudah tidak dapat melakukannya lagi.
Pastikan semua penyataan telah terisi ---TERIMA KASIH---
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 2 Skala Penerimaan Diri Sesudah Analisis Aitem
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKALA PENELITIAN
disusun oleh: Sheilla Ardhistia
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
PERNYATAAN KESEDIAAN Salam sejahtera. Saya adalah Sheilla Ardhistia, mahasiswi tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Bersama dengan ini, saya ingin meminta bantuan Anda untuk terlibat dalam penelitian saya, dalam rangka pemenuhan tugas akhir mengenai perkembangan usia lanjut dengan mengisi skala penelitian ini. Semua jawaban dan identitas yang Anda berikan kepada saya akan sangat dijaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, saya berharap Anda dapat memberikan jawaban dengan sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya, sesuai dengan keadaan diri Anda yang sebenarnya. Jika anda bersedia untuk terlibat dalam penelitian ini, Anda dapat memberikan paraf (tanpa nama) pada tempat yang telah disediakan di bawah ini. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya mengucapkan banyak terima kasih. Saya bersedia terlibat dalam penelitian:
.…….………………..
Hormat saya,
Sheilla Ardhistia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI IDENTITAS Inisial
:
Jenis Kelamin
: P / L (lingkari yang sesuai)
Pendidikan
:
Usia
:
Lama tinggal di Panti Werdha
:
Masuk ke Panti Werdha berdasarkan : (lingkari yang sesuai) Kemauan sendiri Kemauan anak Kemauan saudara Dll ………………
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
PETUNJUK PENGISIAN Skala ini terdiri dari 55 pernyataan dan Anda diminta untuk menjawab 55 pernyataan yang paling sesuai dengan diri Anda. Dalam skala ini tidak ada jawaban yang benar ataupun salah. Jawablah setiap pernyataan dengan jujur sesuai dengan keadaan diri Anda. Berilah tanda (√) pada jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan diri Anda. Terdapat empat pilihan jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Perhatikan contoh berikut ini : NO.
PERNYATAAN
1.
Saya senang karena masih diberi kesempatan yang sama seperti orang lain.
---SELAMAT MENGERJAKAN---
SS
S √
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
SKALA PENELITIAN Setelah saya menjadi tua : NO.
PERNYATAAN
SS
1.
Saya merasa banyak penurunan yang terjadi dalam diri saya, sehingga saya lebih memilih untuk berdiam diri dan meratapinya.
2.
Saya merasa cukup puas dengan segala sesuatu yang sudah saya capai hingga saat ini.
3.
Saya menyesal karena harus terpisah dari keluarga dan menghabiskan masa tua di panti wreda.
4.
Saya sering marah dan kecewa terhadap diri saya sendiri karena tidak dapat melakukan sesuatu yang saya harapkan.
5.
Saya merasa ragu dengan beberapa keputusan yang saya ambil,
sehingga
saya
kurang
siap
menerima
konsekuensinya. 6.
Ketika saya merasa kecewa, saya akan melakukan aktivitas yang menyenangkan bagi saya.
7.
Saya tetap merasa senang dan bersyukur walaupun saya tidak tinggal bersama dengan anak atau saudara, karena saya mendapatkan lebih banyak bantuan yang saya butuhkan di panti wreda ini.
8.
Saya merasa orang-orang hanya sering merasa kasihan dengan kondisi saya.
S
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9.
Saya tidak menyesal ketika harus menghabiskan masa tua saya di panti wredaa.
10.
Saya merasa orang lain kurang puas dengan hasil kerja saya karena kondisi saya yang sudah mulai menurun.
11.
Saya merasa orang lain tetap memperlakukan saya sama seperti orang tua pada umumnya.
12.
Sebelum memutuskan atau melakukan sesuatu, saya selalu melihat minat dan kemampuan diri saya, sehingga saya tidak menyerahkan tanggung jawab saya kepada orang lain.
13.
Saya merasa minder ketika orang-orang membicarakan kekurangan saya.
14.
Saya siap dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di masa usia lanjut ini.
15.
Saya merasa bahwa sakit yang saya alami di masa tua akan semakin membuat saya terlihat tidak berguna.
16.
Saya selalu yakin dengan keputusan yang saya ambil, sehingga nantinya saya siap menerima konsekuensinya.
17.
Saya yakin bahwa segala perubahan yang saya alami saat ini adalah perubahan yang wajar terjadi pada kaum usia lanjut pada umumnya.
18.
Sebanyak apapun teman, saya merasa hidup saya tidak berharga lagi setelah saya masuk ke panti wreda karena saya tidak dapat berkumpul dengan keluarga saya.
96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19.
Saya merasa senang ketika orang lain terlihat puas dan dapat menghargai hasil kerja saya.
20.
Saya mampu bertahan walaupun hidup terpisah dari keluarga.
21.
Saya selalu berusaha untuk menjalankan tugas yang diberikan kepada saya sebaik mungkin, sesuai dengan kemampuan yang saya miliki.
22.
Saya selalu ingin mengembangkan diri saya dengan segala kemampuan yang saya miliki.
23.
Saya merasa hidup saya hanya sebatang kara karena tidak ada keluarga di sekitar saya.
24.
Saya merasa takut menjalani masa tua ini karena saya sudah tidak bisa melakukan banyak hal seperti dulu.
25.
Saya tetap merasa berharga dan mampu menjalani hidup walaupun harus tinggal di panti wreda.
26.
Saya merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas, semenjak saya memasuki masa tua.
27.
Saya merasa disingkirkan ke tempat ini karena keberadaan saya hanya merepotkan keluarga saya.
28.
Ketika saya merasa kesepian, saya memilih untuk mengobrol atau menghabiskan waktu dengan temanteman di panti wreda ini.
29.
Saya dapat menerima kondisi saya saat ini.
97
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30.
Ketika saya sakit, saya merasa bahwa hal ini wajar dialami oleh orang tua seperti saya dan saya tidak menyesali hal tersebut.
31.
Saya merasa bahwa perubahan yang terjadi pada diri saya disebabkan karena kesalahan saya di masa lalu.
32.
Saya selalu bersyukur karena masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk tetap menikmati hidup di dalam panti wreda ini.
33.
Saya merasa semakin bijaksana ketika menemui beberapa hal yang kurang menyenangkan di panti wreda.
34.
Saya merasa menjadi orang yang lemah dengan keadaan saya saat ini.
35.
Saya merasa sedih dan sering menangis sendiri karena keadaan saya saat ini serta tanpa adanya keluarga di samping saya.
36.
Saya selalu memaksa diri saya untuk dapat melakukan apapun yang saya inginkan.
37.
Saya tidak terlalu memikirkan kewajiban yang telah diserahkan kepada saya karena saya merasa memiliki kekurangan.
38.
Saya merasa terhambat dengan kondisi saya yang seperti ini.
39.
Saya tetap merasa nyaman dengan keadaan saya saat ini.
40.
Saya tetap percaya diri walaupun ada orang-orang yang membicarakan kekurangan saya.
98
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41.
Saya tetap dapat beraktivitas sesuai dengan kemampuan dan kondisi saya saat ini.
42.
Saya merasa terbantu ketika suatu hal yang saya kerjakan kurang memuaskan, mendapatkan masukan dari orang lain.
43.
Saya merasa kecewa karena di masa tua saya, saya harus dirawat oleh orang lain, bukan oleh anak atau saudara saya.
44.
Saya merasa bahwa bantuan orang lain untuk saya hanya akan semakin membuat saya merasa lemah, karena saya terlihat tergantung pada orang lain.
45.
Sejak tinggal di panti wreda, saya lebih sering merasa kesepian dan lebih memilih untuk menghabiskan waktu sendirian.
46.
Saya merasa takut tidak dapat berbuat apa-apa dengan perubahan-perubahan yang saya alami di masa usia lanjut ini.
47.
Saya merasa tertekan ketika hidup di panti wreda dan menemui beberapa hal yang tidak menyenangkan.
48.
Saya merasa tidak dihargai ketika orang lain memberi masukan mengenai pekerjaan saya yang kurang baik.
49.
Saya tetap merasa senang walaupun jauh dari keluarga dan keadaan saya seperti ini, karena di panti wreda ini banyak orang yang peduli dengan saya.
99
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50.
Saya merasa kecewa karena masih banyak hal yang belum saya capai, namun saat ini saya sudah tidak dapat melakukannya lagi. Pastikan semua penyataan telah terisi ---TERIMA KASIH---
100
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 3 Analisis Reliabilitas Skala dan Kualitas Aitem Skala
101
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
A. Tabel Uji Reliabilitas Sebelum Seleksi Aitem Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.973
55
B. Tabel Hasil Uji Kualitas Aitem Sebelum Seleksi Aitem Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance Corrected Item-
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
if Item Deleted Total Correlation
Item Deleted
Item1
93.2222
225.586
.643
.973
Item2
92.7333
235.609
.000
.973
Item3
92.9556
227.907
.593
.973
Item4
93.1111
224.283
.755
.972
Item5
92.9778
224.068
.873
.972
Item6
93.0222
227.068
.603
.973
Item7
93.2222
228.040
.479
.973
Item8
92.9333
225.745
.798
.972
Item9
93.1556
227.362
.531
.973
Item10
93.0000
223.545
.887
.972
Item11
93.0444
230.543
.341
.973
Item12
92.9333
228.882
.536
.973
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
Item13
92.8667
232.164
.318
.973
Item14
93.0444
224.089
.806
.972
Item15
93.0000
224.591
.807
.972
Item16
93.0444
225.862
.677
.972
Item17
92.9333
227.155
.680
.972
Item18
92.7778
233.040
.397
.973
Item19
93.0444
222.680
.910
.972
Item20
92.9333
226.882
.703
.972
Item21
92.8000
233.027
.327
.973
Item22
93.0222
226.840
.620
.973
Item23
93.1333
226.073
.624
.973
Item24
93.0444
223.953
.816
.972
Item25
92.9333
226.655
.722
.972
Item26
93.0222
237.113
-.121
.975
Item27
93.0000
224.000
.852
.972
Item28
93.0222
227.068
.603
.973
Item29
93.0444
232.043
.235
.974
Item30
92.8667
237.755
-.214
.974
Item31
93.0222
223.704
.853
.972
Item32
93.2000
227.345
.526
.973
Item33
92.8667
228.891
.634
.973
Item34
92.8667
228.482
.674
.973
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
Item35
92.9556
230.362
.397
.973
Item36
92.7778
233.131
.383
.973
Item37
92.9111
234.583
.074
.974
Item38
93.1778
224.149
.745
.972
Item39
93.2222
227.131
.540
.973
Item40
93.0889
223.310
.834
.972
Item41
93.0000
225.364
.748
.972
Item42
93.1778
224.649
.711
.972
Item43
93.1111
222.692
.866
.972
Item44
93.0000
223.409
.898
.972
Item45
92.9556
224.725
.849
.972
Item46
92.8667
228.573
.666
.973
Item47
93.1111
228.646
.453
.973
Item48
93.1111
224.056
.771
.972
Item49
93.0444
224.043
.810
.972
Item50
93.1556
224.043
.757
.972
Item51
92.9556
225.953
.750
.972
Item52
93.1333
224.300
.746
.972
Item53
92.9111
228.174
.624
.973
Item54
93.0444
222.998
.886
.972
Item55
93.0889
225.446
.683
.972
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
C. Tabel Uji Reliabilitas Setelah Seleksi Aitem Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.978
50
D. Tabel Hasil Kualitas Aitem Setelah Seleksi Aitem Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance Corrected Item-
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
if Item Deleted Total Correlation
Item Deleted
item1
84.1333
224.618
.651
.977
item3
83.8667
227.073
.591
.978
item4
84.0222
223.522
.748
.977
item5
83.8889
223.328
.864
.977
item6
83.9333
226.382
.590
.978
item7
84.1333
227.118
.483
.978
item8
83.8444
224.771
.808
.977
item9
84.0667
226.427
.536
.978
item10
83.9111
222.765
.882
.977
item11
83.9556
229.771
.334
.978
item12
83.8444
227.998
.538
.978
item13
83.7778
231.313
.316
.978
item14
83.9556
223.180
.810
.977
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
item15
83.9111
223.628
.815
.977
item16
83.9556
224.998
.678
.977
item17
83.8444
226.407
.671
.977
item18
83.6889
232.174
.396
.978
item19
83.9556
221.816
.911
.977
item20
83.8444
225.953
.709
.977
item21
83.7111
232.256
.314
.978
item22
83.9333
226.155
.607
.978
item23
84.0444
225.271
.620
.977
item24
83.9556
222.998
.824
.977
item25
83.8444
225.907
.712
.977
item27
83.9111
223.037
.861
.977
item28
83.9333
226.155
.607
.978
item31
83.9333
222.791
.857
.977
item32
84.1111
226.419
.531
.978
item33
83.7778
228.040
.633
.977
item34
83.7778
227.631
.673
.977
item35
83.8667
229.436
.402
.978
item36
83.6889
232.265
.382
.978
item38
84.0889
223.128
.756
.977
item39
84.1333
226.209
.544
.978
item40
84.0000
222.455
.834
.977
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
item41
83.9111
224.628
.739
.977
item42
84.0889
223.765
.713
.977
item43
84.0222
221.840
.866
.977
item44
83.9111
222.583
.896
.977
item45
83.8667
223.800
.855
.977
item46
83.7778
227.677
.669
.977
item47
84.0222
227.840
.450
.978
item48
84.0222
223.022
.783
.977
item49
83.9556
223.271
.804
.977
item50
84.0667
223.018
.769
.977
item51
83.8667
224.936
.763
.977
item52
84.0444
223.362
.751
.977
item53
83.8222
227.240
.630
.977
item54
83.9556
222.134
.887
.977
item55
84.0000
224.545
.686
.977
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 4 HASIL ANALISIS DATA
108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI A. Statistik Deskriptif Data Penelitian 1. Statistik Deskriptif Lansia Berdasarkan Keputusan Sendiri
Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
keputusan_sendiri
20
Valid N (listwise)
20
88.00
Mean
Std. Deviation
100.00 96.2500
3.94535
2. Statistik Deskriptif Lansia bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
bukan_berdasarkan 25 _keputusan_sendiri Valid N (listwise)
25
56.00
100.00 77.1600
15.78945
109
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
3. One Sample Test One-Sample Statistics
N keputusan_sendiri bukan_keputusan_sen diri
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
20
96.2500
3.94535
.88221
25
77.1600
15.78945
3.15789
One-Sample Test Test Value = 75
t KS BKS
Sig. (2tailed)
df
Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
24.08 7
19
.000
21.25000
19.4035
23.0965
.684
24
.501
2.16000
-4.3576
8.6776
B. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test VAR00003 N
VAR00004 20
25
Mean
96.2500
77.1600
Std. Deviation
3.94535
15.78945
Most Extreme Absolute Differences Positive
.275
.173
.171
.160
Negative
-.275
-.173
Kolmogorov-Smirnov Z
1.229
.867
.098
.440
Normal Parametersa
Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
C. Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis Group Statistics
keputusan_tinggal_di_panti skor keputusan sendiri _tota bukan keputusan sendiri l
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
20 96.2500
3.94535
.88221
25 77.1600
15.78945
3.15789
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F skor Equal variances 80.533 _tot assumed al Equal variances not assumed
Sig.
t-test for Equality of Means
t
.000 5.266
Std. Sig. Mean Error (2- Differenc Differen tailed) e ce
df
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
43
.000 19.09000 3.62523 11.77902 26.40098
5.822 27.679
.000 19.09000 3.27880 12.37017 25.80983
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 5 HASIL ANALISIS DATA TAMBAHAN
112
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
A. Hasil Independent T-Test Perbedaan Penerimaan Diri Wanita dan Pria
Group Statistics
jenis kelamin
N
nilai Wanita Pria
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
30
88.0000
12.99071
2.37177
15
80.9333
18.77486
4.84765
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F nilai
Equal variances assumed Equal variances not assumed
10.452
Sig.
t-test for Equality of Means
t
.002 1.478
Std. Sig. Mean Error (2- Differenc Differe tailed) e nce
df
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
43
.147 7.06667 4.78100 -2.57514 16.70848
1.309 20.926
.205 7.06667 5.39676 -4.15892 18.29225
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
B. Hasil Independent T-Test Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia Wanita dan Lansia Pria yang Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri Group Statistics jenis kelamin keputusan_sendiri wanita
N
Mean
Std. Deviation Std. Error Mean
13
96.0769
3.92559
1.08876
7
96.5714
4.27618
1.61624
pria
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F keputusan_s Equal endiri variances assumed Equal variances not assumed
.002
Sig.
t-test for Equality of Means
t
.964 -.261
df
Sig. Std. 95% Confidence Interval of the (2Error Difference taile Mean Differe d) Difference nce Lower Upper 18 .797
-.49451 1.89671 -4.47935 3.49034
-.254 11.497 .804
-.49451 1.94876 -4.76116 3.77215
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
C. Hasil Independent T-Test Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia Wanita dan Lansia Pria yang Tinggal di Panti Wreda Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri Group Statistics jenis kelamin bukan_keputusan_sendiri Wanita
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
17 81.8235
14.16967
3.43665
8 67.2500
15.19163
5.37105
Pria
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F bukan_keputus Equal an_sendiri variances assumed Equal variances not assumed
Sig.
t-test for Equality of Means
t
.024 .877 2.346
Std. 95% Confidence Interval of the Sig. Mean Error Difference (2- Differenc Differe tailed) e nce Lower Upper
df 23
.028 14.57353 6.21182 1.72340 27.42366
2.286 12.955
.040 14.57353 6.37642 .79323 28.35383
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
D. Hasil Independent T-Test Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia Wanita yang Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri dan yang Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri Group Statistics
dasar keputusan wanita
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
keputusan sendiri
13
96.0769
3.92559
1.08876
bukan keputusan sendiri
17
81.8235
14.16967
3.43665
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F wanita Equal variances assumed Equal variances not assumed
Sig.
t-test for Equality of Means
t
31.524 .000 3.512
95% Confidence Interval of the Sig. Difference (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference Lower Upper
df 28
.002 14.25339
4.05843 5.94007 22.56672
3.954 19.116
.001 14.25339
3.60499 6.71116 21.79562
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
E. Hasil Independent T-Test Perbedaan Penerimaan Diri Antara Lansia Pria yang Tinggal di Panti Wreda Berdasarkan Keputusan Sendiri dan yang Bukan Berdasarkan Keputusan Sendiri Group Statistics
dasar keputusan pria
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
keputusan sendiri
7
96.5714
4.27618
1.61624
bukan keputusan sendiri
8
67.2500
15.19163
5.37105
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F pria
Equal variances assumed Equal variances not assumed
8.382
Sig.
t
.013 4.918
df
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference Lower
Upper
13
.000 29.32143
5.96213 16.44103 42.20183
5.228 8.246
.001 29.32143
5.60896 16.45406 42.18880
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
F. Hasil Perbedaan Penerimaan Diri Berdasarkan Tingkat Pendidikan Descriptives
95% Confidence Interval for Mean Std. N
Mean
Deviation Std. Error
Lower
Upper
Bound
Bound
BetweenMinimu Maximu Componen m
m
.
57.00
57.00
19.50214 11.25956
31.8873 128.7793
58.00
94.00
1
1 57.0000
2
3 80.3333
3
11 84.6364
18.18391
5.48265
72.4202
96.8525
59.00
100.00
4
22 84.6818
13.71265
2.92355
78.6020
90.7617
56.00
100.00
5
8 95.2500
9.54314
3.37401
87.2717 103.2283
72.00
100.00
45 85.6444
15.32104
2.28393
81.0415
90.2474
56.00
100.00
14.70840
2.19260
81.2130
90.0759
3.72584
75.2999
95.9890
Total Model
Fixed Effects
.
Random Effects
.
.
t Variance
27.06278
ANOVA
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
1674.826
4
418.707
Within Groups
8653.485
40
216.337
10328.311
44
Total
F
Sig. 1.935
.123