PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
UPAYA PENINGKATAN HIDUP ROHANI KELUARGA KRISTIANI DI LINGKUNGAN SANTO PAULUS MAGUWOHARJO PAROKI MARGANINGSIH YOGYAKARTA MELALUI KATEKESE KELUARGA
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Sophia Nona Puka NIM: 101124057
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada Kongregasi Suster Misi Abdi Roh Kudus (SSpS), khususnya Provinsi Maria Ratu Para Rasul Kalimantan Provinsi Maria Bunda Allah Jawa. Komunitas Roh Suci SSpS Yogyakarta, Keluarga, Sahabat dan Umat di lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, jalanmu bukanlah jalan-Ku” (Yes 55:8)
“Tuhan adalah Gembalaku” (Mzm 23:1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Judul skripsi ini adalah “ UPAYA PENINGKATAN HIDUP ROHANI KELUARGA-KELUARGA KRISTIANI DI LINGKUNGAN ST. PAULUS MAGUWOHARJO MELALUI KATEKESE”. Latar belakang penulisan skripsi ini adalah berdasarkan keprihatinan yang penulis lihat sehubungan dengan kehidupan rohani keluarga-keluarga Kristiani di lingkungan St. Paulus Maguwoharjo. Keluargakeluarga Kristiani masih sibuk dengan masing-masing pekerjaannya sehingga jarang melaksanakan kegiatan rohani dalam keluarga. Menanggapi situasi tersebut penulis sangat tertarik untuk menulis skripsi ini untuk memberi sumbangan pemikiran kepada keluarga-keluarga Kristiani sekaligus memberi dukungan dan semangat di dalam meningkatkan hidup rohani di tengah masing-masing keluarganya agar semakin dekat dengan Yesus dan melaksanakan karya pewartaan Yesus di tengah-tengah dunia. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana meningkatkan hidup rohani keluarga-keluarga Kristiani di lingkungan melalui katekese keluarga. Untuk menanggapi permasalahan tersebut maka penulis mengumpulkan data hidup rohani keluarga-keluarga Kristiani. Oleh karena itu penulis menyebarkan kuesioner dan wawancara yang berhubungan dengan judul skripsi kepada keluarga-keluarga Kristiani di lingkungan St. Paulus. Di samping itu diperlukan studi pustaka untuk memperoleh pemikiran-pemikiran yang diharapkan untuk membantu keluargakeluarga dalam mengembangkan hidup rohani dalam keluarga, lingkungan dan Gereja. Untuk menindaklanjuti keprihatinan tentang hidup rohani keluarga-keluarga Kristiani penulis membuat usulan program pembinaan dalam keluarga Kristiani melalui katekese keluarga. Katekese keluarga dapat membantu keluarga-keluarga untuk kembali sadar dan berbenah diri serta memberikan pandangan kepada keluarga bahwa hidup rohani dalam keluarga sangat penting, dimana dapat terjalin komunikasi yang baik, saling meneguhkan, menguatkan dan membuat keluarga bisa ikut terlibat dalam kegiatan di lingkungan dan Gereja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT The title of this minithesis is DO EFFORTS IN DEVELOPING SPIRITUAL LIFE OF THE CHRISTIAN FAMILIES IN THE ST. PAUL COMMUNITY MAGUWOHARJO PARISH MARGANINGSIH KALASAN YOGYAKARTA THROUGH CATECHISM. The background of writing this minithesis is based on my concern on the life of the christian families in the community of st. Paul Maguwoharjo. The families are rushing outside along day so it is not easy for them even to find a single minute for prayer. From this point of view, I am interested to do my research and try to put more ideas how to build a family prayer up in such situation and how to motivate them in developing their families' spiritual life so they can come close to Jesus in prayer any time they want and take part in Jesus' mission in the world. The main issue in this minithesis is how to develop the spiritual life of christisn families in community through a family catechism. To answer the main issue, I have to collect the details of spiritual life of the Christian families. I have to distribute questionnare and making interview in accord with my title of minithesis to the Christian families in st. Paul community Maguwoharjo. In addition, I do a library research to get more new ideas and thoughts in which can help the families in developing their spiritual life in the community and in the Church. As an action plan regarding my concern about the spiritual life of the christisn families, I make a suggestion of doing an impressive christian families program through family catechism. Family catechism can help families to realize and get ready, open a new thoughts as well to them that spiritual life in a family is very important in bringing families to a good communication and deepest faith.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Tritunggal Maha Kudus, atas segala berkat dan bimbingan-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripi ini dengan baik. Kasih Allah begitu indah. Ia telah mendampingi, menyertai dan hadir nyata dalam diri setiap pribadi yang dengan caranya sendiri telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul
“UPAYA PENINGKATAN HIDUP ROHANI KELUARGA-
KELUARGA
KRISTIANI
DI
LINGGKUNGAN
SANTO
PAULUS
MAGUWOHARJO PAROKI MARGANINGSIH KALASAN YOGYAKARTA MELALUI KATEKESE KELUARGA. Skripsi ini ditulis berdasarkan keprihatinan penulis terhadap pelaksanaan hidup rohani dalam keluarga-keluarga Kristiani di lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo. Mereka perlu mendapat perhatian dalam mengembangkan hidup rohani. Penyusunan skripsi dimaksudkan untuk membantu keluarga-keluarga di lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo dalam meningkatkan hidup rohani di tengah-tengah keluarganya sehingga mereka juga ikut ambil bagian dalam kegiatan di lingkungan dan di Gereja. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ,M.Ed, selaku kaprodi dan dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, tenaga dalam membimbing
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
penulis baik dalam menempu studi di IPPAK maupun dalam penulisan skripsi ini mulai dari penyusunan hingga pertanggungjawaban skripsi ini. 2. Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, SJ. selaku dosen penguji II dan DPA yang dengan caranya sendiri telah mendukung dan memberi semangat dalam penulisan skripsi ini 3. Bapak Drs. L. Bambang Hendrato, Y.M.Hum. selaku dosen penguji III yang selalu setia memberi dukungan, sapaan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini. 4. Kongregasi SSpS, secara khusus Tim Pimpinan Propinsi Maria Ratu Para Rasul Kalimantan, yang memberi kepercayaan, dukungan baik spiritual, moril maupun finansial kepada penulis selama masa studi dan penulisan skripsi di IPPAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 5. Untuk Tim Pimpinan Propinsi Maria Bunda Allah Jawa dan para suster di komunitas Biara Roh Suci Yogyakarta yang dengan caranya masing-masing telah mendukung, mendoakan dan memberi motivasi kepada penulis selama studi hingga penyelesaian penulisan skripsi ini. 6. Bapak Lumaksono selaku ketua lingkungan beserta bapak-bapak dan ibu-ibu di lingkungan St. Paulus Maguwoharjo, yang telah meluangkan waktu, memberi kesempatan kepada penulis mengadakan penelitian dan memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Orang tua dan anggota keluarga yang telah mendukung penulis lewat cinta, perhatian, doa dan dukungan selama ini 8. Rekan-rekan mahasiswa, khususnya angkatan 2010, yang telah mendukung secara spiritual dn moril maupun dalam bentuk apa saja sampai terselesainya skripsi ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv MOTTO ................................................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vii ABSTRAK ........................................................................................................ viii ABSTRACT.......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ..........................................................................................x DAFTAR ISI..................................................................................................... xiii DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………...xix
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................1 A. Latar Belakang ..........................................................................................1 B. Rumusan Masalah .....................................................................................6 C. Tujuan Penulisan.......................................................................................6 D. Manfaat Penulisan.....................................................................................6 E. Metode Penulisan………………………………………………………..7 F. Sistematika Penulisan ...............................................................................7 BAB II. HIDUP ROHANI DALAM KELUARGA-KELUARGA KRISTIANI DI ZAMAN SEKARANG .................................................9 A. Hidup Rohani ..........................................................................................10 1. Pengertian Hidup Rohani ...................................................................10 2. Bentuk-bentuk Kegiatan Hidup rohani...............................................12 a. Doa Pribadi dan Bersama ..............................................................12 b. Mengikuti Perayaan Ekaristi .........................................................13 c. Membaca dan Merenungkan Kitab Suci ........................................14 d. Ikut Aktif dalam Kelompok Pembinaan Iman ...............................14 e. Ikut Ambil Bagian dalam Rekoleksi, Retret, Ziarah ......................14 f. Refleksi Harian ...............................................................................15 g. Terlibat dalam Perkumpulan Keluarga Katolik (ME) ....................15
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Tujuan Hidup Rohani ...........................................................................16 a. Meningkatkan Relasi dengan Tuhan ............................................16 b. Memupuk Relasi Kasih dengan Sesama Manusia ........................16 c. Membangun Sikap Peduli Terhadap Semesta ..............................16 B. Keluarga Kristiani ...................................................................................17 1. Pengertian Keluarga Kristiani ...........................................................17 2. Pokok-Pokok Keluarga Kristiani ......................................................18 a. Keluarga adalah Komunitas Pribadi-pribadi dalam Cinta Kasih ..................................................................................18 b. Keluarga adalah Persekutuan Pembela Kehidupan .....................19 c. Keluarga adalah Gereja Rumah Tangga......................................20 1) Persekutuan (Koinonia) ..........................................................21 2) Liturgi (Leiturgia) ..................................................................21 3) Pewartaan Injil (Kerygma) .....................................................22 4) Pelayanan (Diakonia) .............................................................23 5) Kesaksian Iman (Martyria) ....................................................23 d. Keluarga adalah “Sel Terkecil Masyarakat ” ..............................23 e. Tanggung Jawab Keluarga Kristiani ...........................................24 f. Tujuan Keluarga Kristiani ...........................................................26 1) Kesejahteraan Keluarga ..........................................................26 2) Demi Keturunan .....................................................................28 3) Perkembangan Pribadi ............................................................29 g. Tugas Keluarga Kristiani ............................................................30 1) Membentuk Kesatuan Pribadi-Pribadi ...................................30 (a) Cinta Kasih Sebagai Asas Kekuaran Persatuan......................30 (b) Persatuan Utuh Suami-Istri.....................................................30 (c) Kesatuan Persekutuan Sami-Istri yang Tak Terceraikan ........31 (d) Persatuan Keluarga yang Lebih Luas .....................................31 (e) Hak-hak serta Peranan Wanita ...............................................32 (f) Kaum Wanita dan Masyarakat ...............................................32 (g) Pria Sebagai Suami dan Ayah ................................................32 (h) Hak-hak Anak .........................................................................33 2) Melayani Kehidupan ..............................................................33
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a) Penerus Hidup ........................................................................33 (1) Bekerjasama dalam Kasih Allah Pencipta .........................33 (2) Ajaran dan kaidah Gereja, sudah lama tetapi selalu Baru .........................................................................34 (3) Gereja Membela Kehidupan ..............................................34 b) Pendidikan ..............................................................................35 (1) Hak dan Kewajiban Orang Tua untuk Mendidik ...............35 (2) Mendidik Menuju Nilai-Nilai Hakiki Hidup Manusia ......35 (3) Hubungan dengan Para Pelaksana Pendidikan yang lain ..36 3) Turut Serta Mengembangkan Masyarakat..............................36 (a) Keluarga sebagai sel masyarakat yang pertama dan amat penting ................................................................36 (b) Hidup Berkeluarga Sebagai Pengalaman Hidup Bersatu dan Berbagi Rasa ..................................................37 (c) Peranan Sosial dan Politis ..................................................37 (d) Masyarakat Melayani Keluarga .........................................38 (e) Piagam Hak-Hak Keluarga ................................................38 (f) Rahmat dan Tanggungjawab Keluarga Kristiani ...............39 (g) Menuju Tatanan Internasional yang Baru ..........................39 4) Turut Serta Dalam Hidup dan Perutusan Gereja ....................40 (a) Keluarga dalam Misteri Gereja ..........................................40 (b) Peranan Gereja yang Khusus dan asli ................................40 C. Makna Hidup Rohani Keluarga Kristiani di Zaman Sekarang ...............41 BAB III. PENGHAYATAN HIDUP ROHANI KELUARGA-KELUARGA KRISTIANI DI LINGKUNGAN ST. PAULUS MAGUWOHARJO PAROKI MARGANINGSIH KALASAN YOGYAKARTA ...........................44 A. Keadaan Umum Umat di lingkungan St. Paulus Maguwoharjo .............44 1. Letak Lingkungan St. Paulus Maguwoharjo ......................................44 2. Jumlah dan Situasi Umat Katolik .......................................................46 3. Kegiatan-Kegiatan yang ada di Lingkungan St. Paulus .....................47 4. Kesulitan-Kesulitan yang Dihadapi oleh Umat di Lingkungan St. Paulus Maguwoharjo ............................................49 B. Gambaran Hidup Rohani Keluarga Kristiani di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lingkungan St. Paulus Maguwoharjo .....................................................51 C. Penelitian Pelaksanaan Hidup Rohani Keluarga di Lingkungan St. Paulus Maguwoharjo Melalui Katekese Umat ..................................53 1. Desain Penelitian ................................................................................53 a. Latar Belakang Penelitian ............................................................53 b. Tujuan Penelitian ..........................................................................55 c. Jenis Penelitian .............................................................................56 d. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian .....................................56 e. Responden Penelitian ...................................................................56 f. Waktu dan Tempat .......................................................................57 g. Variabel Penelitian .......................................................................57 2. Laporan Hasil Penelitian Penghayatan Hidup Rohani Keluarga-Keluarga di Lingkungan St. Paulus Maguwoharjo ............58 a. Gambaran Kegiatan Rohani pada Umumnya ...............................59 b. Gambaran tentang Keluarga Kristiani Menghayati Panggilannya sebagai Gereja Domestik .......................................62 c. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penghayatan Hidup Rohani Keluarga Kristiani ...........................63 3. Laporan Hasil Penelitian dengan Wawancara ...................................65 a. Keluarga Menyediakan Waktu untuk Berdoa Bersama dalam Keluarga.............................................................................65 b. Seluruh Keluarga Ikut Terlibat dalam Kegiatan Doa Lingkungan dan Pendalaman Iman ......................................66 c. Hambatan dan Faktor Pendukung yang Dialami dalam Melaksanakan Doa Bersama dalam Keluarga .....66 d. Keluarga Memiliki Kebiasaan Doa Bersama Saat Ulang Tahun Kelahiran dan Ulang Tahun Perkawinan .................67 e. Seluruh Keluarga Ikut Terlibat dalam Kegiatan di Gereja dan Lingkungan .............................................................67 4. Kesimpulan Hasil Penelitian ..............................................................71 BAB IV. KATEKESE KELUARGA SEBAGAI JALAN UNTUK MENINGKATKAN HIDUP ROHANI KELUARGA KRISTIANI ................................73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
A. Katekese ..................................................................................................73 1. Pengertian Katekese ...........................................................................73 2. Tujuan Katekese .................................................................................75 3. Pelaku Katekese .................................................................................77 a. Para Uskup .....................................................................................77 b. Para Imam ......................................................................................78 c. Para Biarawan/Biarawati ...............................................................78 d. Para Katekis Awam .......................................................................78 e. Keluarga.........................................................................................78 f. Seluruh Umat .................................................................................79 B. Katekese Keluarga ..................................................................................79 1. Pengertian Katekese Keluarga............................................................79 2. Tujuan Katekese ................................................................................80 3. Kekhasan Katekese keluarga ..............................................................81 4. Hal-hal yang perlu diperhatikan pendamping dalam Ketekese Keluarga ..............................................................................83 a. Keadaan Keluarga..........................................................................83 b. Tema ..............................................................................................83 c. Materi Katekese .............................................................................83 d. Sasaran atau peserta katekese keluarga .........................................84 e. Waktu dan tempat katekese keluarga ............................................84 C. Proses Katekese Keluarga .......................................................................85 1. Pengungkapan Pengalaman ...........................................................85 2. Refleksi Pengalaman Hidup .........................................................85 3. Pendalaman Kitab Suci ..................................................................85 4. Penerapan Sabda Tuhan dalam Situasi konkrit .............................86 5. Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit……………………………...86 D. Usulan Program Katekese Keluarga .......................................................86 1. Latar Belakang Pemilihan Program………………………………...86 2. Tujuan dan Pembinaan Hidup Rohani……………………………..87 3. Rumusan Tema dan Tujuan………………………………………...87 E. Matriks Program………………………………………………………..89 F. Contoh Satuan Pertemuan Katekese Keluarga .......................................93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V. PENUTUP ..........................................................................................106 A. Kesimpulan ...........................................................................................106 B. Saran .....................................................................................................108 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...110 LAMPIRAN………………………………………………………………….. Lampiran I: Surat Izin Penelitian……………………………………………...(1) Lampiran II: Bukti Pelaksanaan Penelitian……………………………………(2) Lampiran III: Angket Penelitian………………………………………………(3) Lampiran IV: Contoh Jawaban Responden…………………………………...(5) Lampiran V: Pertanyaan Wawancara………………………………………….(7) Transkip VI: Transkip Hasil Wawancara……………………………………..(8) Lampiran VII: Teks Cerita……………………………………………………(12) Lampiran VIII: Teks Injil……………………………………………………..(13)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH A. Singkatan Kitab Suci Luk
: Lukas
Kor
: Korintus
Mzm : Mazmur Kej
: Kejadian
B. Singkatan Dokumen-Dokumen Resmi Gereja CT
: Catechest Tradendae Anjuran Apostolik Paus Yohanes II kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, tanggal 16 Oktober 1979
FC
: Familiaris Consortio Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, imam-imam dan umat beriman seluruh Gereja Katolik 22 November 1981
GS
: Gaudium et Spes merupakan dokumen Konstitusi Pastoral tentang Gereja dalam dunia modern, hasil Konsili Vatikan II, 7 Desember 1965.
LG
: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja tanggal 21 November 1964
KWI : Konfrensi Waligereja Indonesia KHK : Kitab Hukum Kanonik C. Singkatan Lain Art
: Artikel
LBI
: Lembaga Biblika Indonesia
ME
: Marriage Encounter (Gerakan dari Gereja Katolik untuk pasangan suami/istri
OMK
: Orang Muda Katolik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PIA
: Pendampingan Iman Anak
PIR
: Pendampingan Iman Remaja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hidup rohani adalah hidup yang dijiwai oleh Roh Tuhan atau relasi pribadi dengan Tuhan, sehingga manusia mengalami ketenangan dan kedamaian hati. Supaya
mencapai kematangan hidup rohani, orang harus berjuang meluangkan
waktu untuk membangun relasi dengan Tuhan, diri sendiri dan sesama. Namun situasi perkembangan kehidupan yang semakin modern membuat orang semakin sibuk. Waktu menjadi hal yang sangat berharga sehingga membuat orang merasa takut kehilangan waktu. Bahkan ada yang tak mau lagi meluangkan waktu untuk membangun relasi dengan Tuhan. Membangun relasi dengan Tuhan menjadi tidak teratur lagi sehingga hal ini membuat
orang mengalami krisis iman, krisis
panggilan, dan lain sebagainya. Artinya hidup rohani yang sebenarnya menjadi hal yang mendasar bagi hidup manusia menjadi hilang dan kabur. Hidup rohani merupakan kekuatan yang berasal dari Allah. Setiap umat beriman yang telah dipermandikan mendapat kekuatan dari Allah yaitu melalui Yesus Kristus berkat sakramen permandian. Yang menjadi persoalan adalah apakah setiap pribadi berusaha untuk menjaga, memelihara dan memperkembangkan hidup rohaninya. Untuk memperkembangkan sesuatu dibutuhkan sarana dan cara tertentu, demikian juga dalam kehidupan rohani, bila cara dan sarana tidak diperhatikan, maka tidak akan terjadi perkembangan dan hidup rohani pun akan mati. Dalam
hidup rohani,
tidak dapat dipungkiri bahwa setiap pribadi
mengalami perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini bisa terjadi karena lingkungan yang mendukung, dan juga usaha pribadi itu sendiri yang mengembangkannya. Maka hal ini bisa menjadi kekuatan untuk saling menguatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2 dan membantu satu sama lain. Misalnya mengingatkan dan memberi perhatian pada sesama untuk memperhatikan hidup doa. Ataupun kita tetap memberi suasana batin yang membantu orang lain untuk tetap menjalin hubungan pribadinya dengan Tuhan. Saling membantu dalam memperkembangan hidup rohani bukan tugas pribadi masing-masing tetapi tanggung jawab kita bersama. Maka secara bersamasama kita perlu menyediakan waktu untuk mengadakan kegiatan yang mendukung perkembangan hidup rohani tersebut. Misalnya kegiatan Bakti Sosial untuk membantu mereka yang lemah miskin dan yang menderita. Kemudian menyediakan waktu secara khusus untuk mengadakan kegiatan rekoleksi bersama sebagai bentuk rasa syukur sekaligus menjadi kesempatan untuk berbagi pengalaman iman dan merefleksikan setiap kegiatan rohani yang dilaksanakan. Kehidupan rohani menyangkut relasi pribadi manusia dengan Tuhan. Untuk membangun relasi yang semakin mendalam dengan Tuhan, maka manusia terus menerus menyediakan waktu untuk membangun relasi dan memupuknya dengan cara berdoa, membaca Kitab Suci, mengikuti perayaan Ekaristi, ibadat lingkungan, meditasi serta devosi-devosi dan juga ikut terlibat dalam kegiatan menggereja.Untuk memperkembangkan hidup rohani, tentunya manusia tidak sendirian. Maka kehadiran sesama
menjadi sangat penting dalam hal mengembangakan hidup
rohani. Hal ini bisa dimulai dari keluarga. Karena keluarga memberi arti mendalam bagi perkembangan dan pertumbuhan seseorang. Keluarga merupakan tempat utama dan pertama dalam hidup seseorang. Maka, keluarga menjadi jantung dan persemaian nilai-nilai hidup Kristiani. Dari keluargalah diharapkan lahir orangorang yang mengalami dan kemudian mewartakan kabar gembira di tengah-tengah masyarakat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3 Keluarga Kristiani pada dasarnya merupakan persekutuan hidup antara ayah, ibu dan anak-anak yang hidup berdasarkan cinta kasih, saling memberi, saling menerima, saling membantu dan saling menolong satu sama lain sehingga tercapai kesejahteraan bersama atau pribadi. Dalam keluarga Kristiani iman masing-masing anggota keluarga harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan dikembangkan sehingga makin hari makin menjadi mendalam. Kegiatan yang dilaksanakan dalam keluarga yang dapat menumbuh kembangkan hidup rohani anggota keluarga adalah doa bersama seperti membaca dan merenungkan Kitab Suci, merayakan ulang tahun anak atau ulang tahun perkawinan, rekoleksi, doa bersama sebelum dan sesudah sarapan dan lain sebagainya. Pada dasarnya keluarga terdiri dari pribadi-pribadi. Oleh karena itu keluarga merupakan sekolah hidup bersama yang utama dan pertama, sebagai komunitas cinta, keluarga bergerak dan berkembang dengan memberikan dirinya. Kebersamaan dan cinta yang merupakan bagian dari suka-duka hidup keluarga adalah guru yang baik karena mengajarkan keterlibatan dan perhatian kepada masyarakat sekitarnya. Keluarga merupakan sekolah hidup bersama. Jadi, dengan membangun persekutuan pribadi-pribadi yang otentik dan dewasa, keluarga menjadi sekolah hidup bersama yang pertama dan tak tergantikan. Keluarga Kristiani diharapkan menjadi contoh bagi keluarga-keluarga yang lain dengan sikap saling menghormati, memupuk martabat pribadi pada masing-masing anggota, sikap memberi dengan sukarela dan tulus hati. Setiap keluarga Kristen juga dipanggil untuk mempersiapkan, memelihara dan melindungi berbagai panggilan yang ditumbuhkan Allah dalam keluarganya. Panggilan di sini memang lebih ditekankan pada suatu panggilan khusus dalam Gereja seperti menjadi imam, biarawan dan biarawati. Justru dalam keluargalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4 panggilan-panggilan semacam ini tumbuh. Ini suatu tugas dan peran yang luhur bagi keluarga. Oleh karena itu, mereka harus memperkaya diri sendiri dan seluruh keluarga dengan nilai-nilai rohani dan moral, seperti semangat keagamaan yang mendalam dan penuh keyakinan, kesadaran merasul dan menggereja, dan pengertian jelas mengenai apa itu panggilan. Untuk mencapai kehidupan keluarga Kristiani yang lebih baik, Gereja berusaha membantu untuk meningkatkan kehidupan rohani di dalam keluarga. Salah satu usaha untuk meningkatkan iman dalam keluarga Kristiani ialah melalui katekese keluarga yang akan penulis uraikan sebagai berikut: Katekese keluarga adalah usaha saling tolong menolong secara terus menerus untuk memperdalam iman mereka sendiri dalam keluarga antara orang tua dan anakanak melalui doa bersama, membaca dan merenungkan Kitab Suci, saling berbagi pengalaman iman. Katekese keluarga mau membangkitkan kesadaran tentang tugas orangtua dalam hidup iman dari hari ke hari, baik dalam hubungan mereka maupun dengan anak-anaknya (Egong, 1983:24). Dari rumusan tersebut dapat dimengerti bahwa katekese keluarga merupakan salah satu katekese umat. Katekese keluarga merupakan komunikasi iman dalam keluarga dan antar keluarga. Melalui katekese, keluarga berusaha untuk menciptakan keluarga Kristiani yang saling bekerjasama sebagai bagian dari Gereja yang lebih luas. Katekese keluarga berusaha untuk menumbuhkan persekutuan hidup Kristiani dalam keluarga yang dapat memberikan pengaruh pada perkembangan manusia secara keseluruhan sebagai umat Allah. Melalui katekese, umat mengungkapkan pengalaman hidupnya sehari-hari yang dihayati sesuai dengan Injil. Mereka saling memberi dan memperoleh kekuatan dan keuntungan dalam tugas sebagai pendidik bagi anggota keluarganya. Dengan berkomunikasi
dalam
katekese
setiap
keluarga
saling
membantu
dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5 perkembangan hidup beriman serta dapat saling memperoleh pengetahuan dan pengalaman dengan seluruh anggota keluarganya. Jadi katekese keluarga ialah katekese yang diadakan di lingkungan untuk para orang tua sekaligus menjadi katekese dari para orang tua kepada anak-anaknya. Dalam berkatekese peserta memiliki rasa saling percaya, terbuka dan mengungkapkan pendapatnya dengan bebas serta berani untuk mendengarkan orang lain. Dalam dunia modern sekarang ini banyak perubahan-perubahan yang terjadi yang membawa dampak bagi kehidupan manusia termasuk juga dalam kehidupan keluarga-keluarga Kristiani. Ada keluarga Kristiani yang masih berpegang teguh pada nilai-nilai Kristiani namun sebagian besar menjadi ragu, dan bimbang tentang makna hidup keluarga sehingga mereka mudah putus asa dan ingin menyerah bahkan ada yang mulai menjauhkan diri dari kehidupan menggereja. Orang ke Gereja, ikut kegiatan di lingkungan atau kegiatan rohani lainnya hanyalah sekedar rutinitas bahkan dalam keluarga tidak ada kegiatan rohani yang menumbuh kembangkan iman anggota keluarga. Anggota keluarga lebih senang dengan dunianya sendiri dan bahkan mengabaikan orang lain disekitarnya. Berdasarkan pengalaman di lingkungan Santo Paulus, situasi yang demikian ternyata juga dialami oleh keluarga Kristiani. Penulis juga pernah mendengarkan sharing pengalaman yang dibagikan oleh beberapa keluarga Kristiani bahwa yang menjalankan kegiatan rohani hanya sebagian keluarga. Maka hal ini menjadi keprihatinan penulis. Untuk itu penulis mau menganalisis sejauh mana keterlibatan keluarga Kristiani dalam kegiatan kerohanian. Karena kegiatan rohani yang dijalankan hanya sekedar rutinitas, ketika ada kegiatan di Gereja atau lingkungan yang ikut terlibat hanya orang-orang tertentu saja sedangkan yang lain sibuk dengan pekerjaan atau tugas rumah. Melihat realitas di atas maka penulis ingin mengkaji hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6 tersebut dengan menulis skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Hidup Rohani Keluarga Kristiani di Lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo Paroki Marganingsih Kalasan Yogyakarta melalui Katekese Keluarga”
B. Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang kehidupan keluarga-keluarga Kristiani maka penulis akan membahas dalam tulisan ini permasalahan-permasalahan sebagai berikut: 1.
Bagaimana gambaran hidup rohani keluarga Kristiani menurut pandangan Gereja Katolik ?
2.
Sejauh mana keluarga-keluarga Kristiani di lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo Paroki Marganingsih Kalasan Yogyakarta telah menghayati hidup rohaninya ?
3.
Bagaimana katekese
keluarga dapat digunakan untuk meningkatkan hidup
rohani keluarga Kristiani di lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo Paroki Marganingsih Kalasan Yogyakarta
C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah : 1. Menggambarkan hidup rohani keluarga Kristiani dalam kenyataan hidup seharihari 2. Mengetahui sejauhmana keluarga Kristiani menghayati hidup rohaninya ? 3. Bagaimana katekese keluarga dapat meningkatkan hidup rohani keluarga? D. Manfaat Penulisan 1.
Bagi Keluarga Kristiani :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7 Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai kehidupan rohani keluarga kristiani melalui katekese umat. Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan kepada keluarga Kristiani untuk lebih memperhatikan kehidupan rohani dalam keluarganya agar iman keluarga semakin bertumbuh. 2.
Menambah pengetahuan penulis tentang kehidupan keluarga Kristiani melalui katekese keluarga.
E. Metode Penulisan Metode
penulisan
yang
digunakan
adalah
deskripsi
analisis,
yaitu
menggambarkan apa yang penulis dapatkan berdasarkan studi pustaka dan penelitian di lapangan serta mengumpulkan data berdasarkan penyebaran angket dan wawancara kepada umat di lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo Paroki Marganinsih Kalasan Yogyakarta kemudian dilaporkan, dianalisis dan dibuat kesimpulan. F. Sistematika Penulisan Supaya memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis akan menyampaikan pokok-pokok gagasan dalam penulisan ini: 1.
BAB I berisi pendahuluan, yang meliputi latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan
2.
BAB II menguraikan pentingnya keluarga Kristiani dalam meningkatkan hidup rohani keluarga.
3.
BAB III menggambarkan sejauhmana keluarga-keluarga Kristiani telah menghayati hidup rohani di lingkungan St. Paulus. Pada bab ini bagian pertama memaparkan gambaran umum lingkungan santo Paulus, jumlah umat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8 lingkungan St. Paulus, Situasi Lingkungan Santo Paulus, Permasalahan di lingkungan Santo Paulus, kegiatan hidup rohani. Bagian kedua menyampaikan hasil penelitian pembahasan serta kesimpulan. 4.
BAB IV Katekese keluarga sebagai jalan untuk meningkatkan hidup rohani keluarga Kristiani.
5.
BAB V penulis membuat kesimpulan dan saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9 BAB II HIDUP ROHANI DALAM KELUARGA-KELUARGA KRISTIANI DI ZAMAN SEKARANG
Salah satu panggilan hidup manusia adalah berkeluarga. Panggilan hidup yang luhur ini dikehendaki oleh Allah. Cinta kasih suami istri itu disempurnakan dengan cinta kasih Allah dalam sakramen perkawinan. Agar cinta kasih itu langgeng dibutuhkan kesetiaan yang tiada hentinya yang terus menerus perlu diusahakan. Keluarga sebagai Gereja domestik mempunyai tanggung jawab utama dan pertama dalam mendidik anak-anak. Gereja Domestik menunjukan bahwa wajah Gereja semesta ditentukan oleh kualitas hidup beriman keluarga-keluarga Kristiani. Jika setiap keluarga Kristiani mampu menghidupi semangat Kristus, mereka berpeluang menjadi contoh bagi keluarga-keluarga lain. Bahkan, Paus Paulus VI menekankan keluarga Kristiani berkewajiban menjadi “penginjil bagi keluarga-keluarga lain”. Di mana keluarga mampu menghadirkan Kristus di tengah umat lain melalui pelayanan dan kesaksian hidup mereka. Keluarga Kristiani juga diharapkan mampu mewartakan kabar gembira tentang kerajaan Allah, namun pertama-tama hendaknya melalui keluargakeluarganya sendiri dan setelah itu baru ke orang lain (Sarasehan Membangun Keluarga, 2013: 2). Seperti terjadi pada kebanyakan keluarga dalam dunia modern mereka kurang memperhatikan kehidupan rohani dalam keluarganya sehingga kehidupan iman semakin melorot. Meskipun ada beberapa keluarga mencoba tetap setia pada iman akan Yesus Kristus, tetapi ada keluarga yang menjadi bimbang dengan hidup keluarganya, bahkan ada banyak keluarga yang menjadi ragu-ragu dan hampir tak sadar akan makna hidup berkeluarga di zaman ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10 Melihat realitas seperti ini keluarga Kristiani perlu mengembangkan hidup rohani dalam keluarganya. Hidup rohani merupakan aspek terpenting dari kehidupan manusia karena menyangkut tujuan hidup manusia. Melalui hidup rohani manusia bisa bertemu dengan Tuhan dalam doa bersama maupun doa pribadi, refleksi dan ikut terlibat aktif dalam kegiatan menggereja baik di lingkungan, wilayah maupun di paroki. Melalui kegiatan ini setiap anggota keluarga akan mengalami dan merasakan hidup aman, damai dan menyertakan Tuhan dalam seluruh peristiwa hidup.
A. Hidup Rohani 1.
Pengertian Hidup Rohani Kata rohani berasal dari kata Ibrani ruah yang berarti nafas. Adanya hidup
dalam tubuh manusia sering dihubungkan dengan adanya nafas sehingga manusia sebagai makhluk rohani berarti manusia sanggup berhubungan dengan Sang Sumber hidupnya. Makna rohani lebih dipusatkan pada kesanggupan untuk berhubungan dengan Tuhan dan menyadari kehadiran Yang Ilahi dalam hidupnya. Manusia dipanggil untuk mengenal Dia yang hadir dalam batinnya (Heuken, 2005: 120). Hidup rohani juga menyangkut “roh” (spirit). Roh mengacu pada keseluruhan diri sejati.Siapa diri kita tercermin dalam sikap terhadap Tuhan. Aspek rohani menyangkut segala sesuatu yang bersifat “immaterial” dan tak terlihat secara fisik, karena itu kehidupan rohani menyangkut sikap hati, jiwa atau roh secara keseluruhan terhadap Tuhan (Hidya Tjahya, 2011: 60). Alkitab menyebutkan suatu unsur yang mutlak perlu bagi kerohanian manusia. Santo Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus mengemukakan bahwa manusia rohani digambarkan sebagai orang yang menerima roh yang berasal dari Allah. Roh ini adalah tenaga aktif Allah, dan bekerjanya roh tersebut merupakan syarat mutlak untuk mengetahui hal-hal rohani. Dengan demikian,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11 seseorang bisa menguji dan memahami segala sesuatu dari sudut pandang rohani.Orang yang tidak memiliki roh Allah disebut manusia jasmani, yang menganggap hal-hal rohani sebagai kebodohan (1 Kor 2: 12-15). Maka, meski kita memiliki kesanggupan untuk bertindak dan berpikir seperti Allah karena diciptakan menurut gambar-Nya, kerohanian yang sejati tidak bisa dikembangkan melalui hikmat manusia semata, kesadaran akan kesanggupan pribadi, atau prestasi pribadi saja. Untuk itu diperlukan Roh Kudus Allah. Orang yang menolak kehadiran Roh Allah, tetapi memilih untuk mengejar keinginannya sendiri, digambarkan sebagai orang yang tidak rohani. Roh mendorong
setiap orang beriman untuk semakin bertumbuh dan
berkembang menjadi pribadi yang semakin rohani dalam segala hal. Proses kehidupan manusia adalah riwayat rohani masing-masing dan berlangsung terus sampai manusia meninggalkan dunia ini. Walaupun hidup rohani manusia bersifat pribadi dan unik, namun terdapat persamaan, rahmat panggilan, cita-cita rohani dan bakat-bakat kodrati yang merupakan dasar kemanusiaan. Manusia zaman sekarang ada yang begitu mencintai imannya akan Yesus dan sebaliknya ada yang menolak dan tampak jauh dari Tuhan, namun demikian Roh Kudus tetap bekerja dalam diri manusia. Yang diperlukan sekarang ini ialah kaum Kristiani yang mau menjumpai dan mengalami kasih Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari. Karena itu dalam kehidupan rohaninya, umat Kristiani perlu menjalin relasi yang dekat dengan Tuhan. Bila manusia berkehendak untuk sampai kepada Allah melalui Yesus Kristus maka niatnya harus dilaksanakan dengan seluruh jiwa raganya, dalam setiap tindakan dalam kehidupan sehari-hari, dalam pekerjaannya dan di tengah sesama dan di tengah lingkungan keluarganya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12 2.
Bentuk- Bentuk Kegiatan Hidup Rohani dalam Keluarga Untuk mencapai hidup rohani yang semakin matang dan mendalam masing-
masing pribadi perlu mempererat hubungannya dengan Tuhan: antara lain dengan mendengarkan sabdaNya dalam Injil melalui hatinya, semakin menghidupkan dan meningkatkan cara berdoa. Berdoa merupakan kegiatan manusia yang paling mulia. Dalam doa segala segi kehidupan dan iman seseorang menyatu, lalu dihantarkan kepada Tuhan. Panggilan pribadi didengar dan dipertajam dalam doa, karena Tuhan memanggil kita sebagai anak-Nya yang disayangi-Nya. Oleh karena itu, sebagai anak tugas kita adalah menyapa Tuhan dengan berterimakasih, mengeluh, memuji atau meminta namun terutama dengan mendengarkan-Nya dalam hati. Dengan demikian, Tuhan sendirilah yang menuntun kita dalam dan melalui berbagai peristiwa hidup kita (Heuken, 2002: 12). Konferensi Waligereja Indonesia dalam buku Pedoman Pastoral Keluarga, 2011 menyatakan bahwa setiap keluarga Katolik harus memperhatikan kehidupan iman anggota keluarganya karena keluarga adalah sekolah nilai-nilai kemanusiaan dan iman Katolik. Cara yang dilakukan bersama dalam keluarga agar kehidupan iman dan rohaninya semakin berkembang antara lain: a.
Doa Pribadi dan doa bersama Dalam keluarga perlu dibiasakan untuk berdoa secara teratur, baik secara
pribadi maupun secara bersama. Doa pribadi yang teratur oleh masing-masing anggota keluarga, dapat dilakukan terutama sebelum dan sesudah tidur dan sebelum dan sesudah makan. Sedangkan doa bersama di dalam keluarga dapat dilakukan terutama ketika ada anggota keluarga yang merayakan ulang tahun, sedang bersedih, atau sedang menghadapi tugas penting. Maka dalam kaitan dengan doa pribadi dan doa bersama, perlu dijelaskan bahwa berdoa adalah komunikasi dengan Tuhan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13 sehingga setiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk mengungkapkan isi hatinya melalui doa-doa spontan. Dalam berdoa keluarga juga perlu menggunakan secara tepat benda-benda rohani seperti salib, patung, gambar, rosario dan lain-lain (Pedoman Pastoral Keluarga, 2011:35) b. Mengikuti Perayaan Ekaristi Sejak dini keluarga perlu ikut ambil bagian secara aktif dalam perayaan liturgi, terutama Ekaristi supaya dapat mengenal dan mencintai Tuhan. Hari Raya Natal dapat digunakan sebagai moment untuk memperkenalkan kepada anak-anak, Pribadi Yesus Kristus yang datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Sebaiknya anak juga dilibatkan dalam persiapan perayaan tersebut, misalnya dengan menghias pohon natal atau membantu membuat gua natal. Perayaan ekaristi khusus untuk anak-anak sangat membantu mereka untuk terlibat di dalamnya. Lagu-lagu yang sederhana, kotbah yang menarik dan mudah dimengerti, dapat memikat perhatian anak. Dengan cara demikian mereka dibiasakan untuk terlibat dalam perayaan ekaristi. Mungkin pada awalnya anak-anak hanya menirukan sikap orang tua. Selanjutnya mereka dapat mengungkapkan iman dalam ekaristi. Bila mereka sudah mampu memahami, orang tua sebaiknya menjelaskan makna perayaan ekaristi yaitu sebagai perjamuan kasih Tuhan. Dalam perjamuan itu Tuhan memberikan Diri-Nya dan memanggil manusia untuk bersatu dengan-Nya. Maka menyambut tubuh Kristus dalam komuni berarti bersatu dengan Tuhan sendiri. Juga perlu dijelaskan bahwa perayaan ekaristi adalah perayaan syukur atas karya keselamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus bersatu dengan Tuhan dan Gereja yang adalah Tubuh Mistik Kristus (seri puskat no, 22, 40).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14 c.
Membaca dan Merenungkan Kitab Suci Keluarga Kristiani mempunyai kebiasaan untuk membaca dan merenungkan
Kitab Suci. Melalui pembacaan Kitab Suci, keluarga mengenal Allah yang menyelamatkan manusia dalam sejarah keselamatan yang berpuncak dalam diri Yesus Kristus. Dengan membaca dan mendengarkan serta merenungkan Kitab Suci, hati mereka diarahkan kepada Allah yang hadir melalui sabda-Nya, sehingga anggota keluarga dapat menimba inspirasi untuk hidup iman melalui teladan hidup Yesus dan tokoh-tokoh iman dalam Kitab Suci (Pedoman Pastoral Keluarga, 2011:35) d. Ikut Aktif dalam Kelompok Pembinaan Iman Untuk membantu keluarga dalam memberikan pendidikan iman dan menumbuhkan sikap hidup menggereja dalam diri keluarga Kristiani, maka keluarga Kristiani harus terlibat aktif dalam kegiatan menggereja baik di lingkungan, wilayah, maupun paroki. Maka, sejak kecil, anak-anak sebaiknya didorong untuk terlibat kegiatan kelompok pembinaan iman, seperti Sekolah Minggu, Pembinaan Iman Anak dan Remaja. Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut di atas, iman anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain itu, anak juga dapat menghayati kebersamaan hidup sebagai anggota
Gereja (Pedoman Pastoral
Keluarga, 2011:35) e.
Ikut Ambil Bagian dalam Rekoleksi, Retret, Ziarah Rekoleksi, retret, ziarah sudah dikembangkan cukup lama dalam Gereja dan
menghasilkan buah-buah yang baik. Maka keluarga Kristiani hendaknya mendorong dan mendukung seluruh anggota keluarganya untuk mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan tersebut demi pengembangan hidup beriman mereka. Melalui kegiatan-kegiatan ini setiap anggota keluarga akan semakin terlibat aktif dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15 kegiatan di keluarga dan Gereja dan saling terbuka satu dengan yang lain (Pedoman Pastoral Keluarga, 2011:35) f.
Refleksi Harian Refleksi harian merupakan hal yang paling penting dalam hidup manusia,
karena dengan refleksi manusia dapat menemukan siapa dirinya sesungguhnya dengan segala situasi hidup yang dialami dan dirasakan, sehingga dapat memaknai hidup ini begitu berati. Demikian pula dalam hidup berkeluarga, setiap anggota keluarga mampu merefleksikan setiap pengalaman yang mereka alami dalam hidup sehari-hari sehingga mereka mampu menerima segala kekurangan dan kelebihan setiap anggota keluarganya agar hidup mereka semakin sempurna dimana ada cinta kasih timbal balik. g.
Terlibat dalam Perkumpulan Keluarga Katolik (ME)
Marriage Encounter atau yang disingkat dengan ME adalah sebuah gerekan dari Gereja Katolik untuk pasangan suami istri, atau sebuah program yang biasanya diberikan pada akhir pekan dimana para pasutri mendapat kesempatan untuk melatih teknik berkomunikasi dengan kasih yang dapat mereka gunakan sampai akhir hayat. Hal tersebut adalah sebuah kesempatan untuk dapat melihat sejauh mana hubungan mereka satu sama lain, dan hubungan mereka dengan Tuhan. Selain itu merupakan kesempatan untuk berbagi perasaan, harapan, dan mimpi-mimpi dari mereka. Weekend dalam Marriage Encounter merupakan kesempatan untuk membangun komunikasi antara suami istri. Weekend memberikan suasana yang kondusif bagi pasutri untuk menghabiskan waktu bersama, jauh dari tekanan hidup sehari-hari, sekaligus mendukung mereka untuk memusatkan perhatiaan pada satu sama lain dan hubungan mereka. (Gema Warta).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16 3.
Tujuan Hidup Rohani
a.
Meningkatkan Relasi dengan Tuhan Hidup merupakan anugerah indah dari Tuhan yang harus selalu terasa indah bila
kita hayati sesuai dengan tujuan yang dikehendaki oleh Tuhan. Hal yang paling penting yang harus selalu disadari oleh manusia adalah bahwa Tuhan senantiasa mengasihi dan menyayangi semua makhluk-Nya, termasuk manusia tanpa batas. Tuhan adalah kasih dan kasih-Nya yang telah kita terima dengan cuma-cuma hendak dibagikan kepada semua makhluk ciptaan sehingga mereka pun mengalami kasih Tuhan. Sebagai balasannya manusia perlu belajar untuk lebih percaya kepada Tuhan dan menjalin relasi yang dekat dengan Tuhan agar manusia dapat bersatu erat dengan Tuhan dan kembali seutuhnya kepada Tuhan (Hidya Tjahya, 2011: 24). b.
Memupuk Relasi Kasih dengan Sesama Manusia Manusia adalah citra Allah. Ia diciptakan oleh Allah menurut gambar dan rupa-
Nya (Kej 1: 26-27). Kasih menjadi dasar bagi Allah untuk menciptakan manusia dan selanjutnya menyelamatkan manusia. Oleh kasih Allah itu, manusia dapat hidup.Maka, sebagai makhluk pribadi sekaligus sebagai mahkluk social, manusia harus menjalin relasi yang penuh kasih dengan sesama manusia. Dengan itu, manusia dapat hidup dengan aman, damai dan tenteram bersama dengan sesamanya. c.
Membangun Sikap Peduli terhadap Alam Semesta Akal budi yang menjadi nilai lebih dari manusia yang adalah “gambar dan rupa”
Allah (Kej 1:26) mewajibkan manusia untuk terlibat untuk menjaga keutuhan dan kelestarian lingkungan. Dengan akal budinya manusia dituntut untuk memelihara alam. Oleh karena itu, manusia adalah rekan kerja Allah. Meskipun dalam pemahaman ekologis, manusia memiliki asal usul yang sama dengan segala sesuatu yang ada di dunia, namun manusia adalah makhluk yang istimewa. Keistimewaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17 manusia terletak pada aspek kesadaran diri (self consciousness) yang memampukan manusia untuk membuat distingsi antara yang baik dan yang buruk bagi keberlangsungan hidup ciptaan di dunia ini. Atas dasar itu, maka peran, kedudukan dan tugas manusia adalah menjadi mitra kerja Allah yang bersama-sama memelihara dan menjaga alam semesta. Manusia menjadi kolaborator Allah dalam karya penciptaan, bukan menggantikan kedudukan dan peran Allah (Surip, 2010:28)
B. Keluarga Kristiani 1. Pengertian Keluarga Kristiani Keluarga Kristiani adalah suatu institusi yang dibentuk melalui sakramen perkawinan. Nilai-nilai yang menggerakan keluarga itu adalah nilai iman, harapan dan kasih yang ditimba dari Kitab Suci dan Ajaran Gereja. Sebagai suatu komunitas iman, Keluarga Kristiani yang terdiri dari ayah, ibu, anak dipandang sebagai suatu perwujudan, pewahyuan dan penampakkan yang istimewa dari komunitas Gereja. Dalam kesehariannya, mereka selalu bersama-sama baik itu dalam kesusahan maupun dalam kebahagiaan. Keluarga menjadi besar karena hadirnya sanak saudara di dalamnya yang selalu memberikan dukungan dan memberikan rasa aman (Konferensi Waligereja Indonesia,1996: 54) Keluarga adalah komunitas pertama dan asal mula keberadaan setiap manusia dan merupakan “persekutuan pribadi-pribadi” (communion personarum) yang hidupnya berdasarkan dan bersumber pada cinta kasih (Pedoman Pastoral Keluarga 2011:10). Kasih sejati yang selalu hadir dalam keluarga akan membuahkan kebaikan bagi semua anggota keluarga. Maka setiap pribadi dalam keluarga harus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18 mewujudkan cinta kasih dalam tindakan konkret untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan keselamatan seluruh keluarga. Gaudium et Spes, art. 48 menyatakan bahwa Keluarga Kristiani merupakan “Gambaran dan partisipasi perjanjian cinta kasih antara Kristus dan Gereja”. Gambaran dan partisipasi yang dimaksudkan dalam rumusan ini adalah gambaran dan partisipasi sebuah keluarga yang dibangun berdasarkan perjanjian cinta kasih kepada Kristus dan kepada Gereja, karena perjanjian cinta kasih dalam sebuah keluarga harus selalu berlandaskan pada cinta kasih akan Kristus yang telah mempersatukan mereka dalam Gereja dan menjadikan sebuah keluarga menjadi keluarga yang Kristiani. Jika gambaran dan partisipasi akan perjanjian cinta kasih antara Kristus dan Gereja sudah terwujud maka Keluarga Kristiani dapat dibangun dengan baik. Keluarga Kristen adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan seharihari. Pengertian ini dibangun dari pengertian Kristen itu sendiri.Kristen artinya menjadi pengikut Kristus, yang meneladani hidup dan ajaran-ajaran Kristus. 2.
Pokok-Pokok Keluarga Kristiani
a.
Keluarga adalah Komunitas Pribadi-Pribadi dalam Cinta kasih Keluarga adalah komunitas pertama dan asal mula keberadaan setiap mnusia
dan merupakan “persekutuan pribadi-pribadi”(communion personarum) yang hidupnya berdasarkan dan bersumber pada cinta-kasih. Kasih sejati dalam keluarga adalah kasih yang membuahkan kebaikan bagi semua anggota keluarga. Setiap pribadi dalam keluarga semestinya mewujudkan cinta-kasih melalui tindakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19 konkret untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan keselamatan seluruh anggota keluarganya. Cinta-kasih merupakan kekuatan keluarga yang utama, karena tanpa cinta-kasih keluarga tidak akan mengalami kerukunan dalam hidup dan tidak dapat berkembang serta menyempurnakan diri sebagai persektuan pribadi-pribadi. Pada hakekatnya setiap manusia memiliki kebutuhan untuk dikasihi dan mengasihi. Maka keluarga mempunyai tugas yang utama, yakni menghayati dirinya sebagai persekutuan hidup yang dilandasi cinta-kasih dan berusaha terus menerus untuk mengembangkan hidup rukun antaranggota keluarganya (Pedoman Pastoral Keluarga, 2010: 10). b. Keluarga adalah Persekutuan Pembela Kehidupan Allah menciptakan laki-laki dan perempuan “menurut gambar-Nya” (bdk. Kej 1:26-28). Laki-laki dan
perempuan
itu kemudian
diberkati
oleh
Allah.
“Pemberkatan” ini memang dapat diartikan sebagai “pemberkatan nikah” karena laki-laki dan perempuan yang diberkati itu kemudian diberi tugas untuk “beranakcucu” dan “menguasai bumi”. Hal ini mau menegaskan bahwa Keluarga yang dibangun adalah sebuah persekutuan yang diutus oleh Tuhan untuk menjada pembela kehidupan (Purwa Hadiwardoyo,1988: 12-13). Laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Allah untuk menjadi satu daging dan ikut ambil bagian dalam karya perutusan-Nya. Salah satunya adalah dengan melahirkan anak dan mendidik anak. Melahirkan dan mendidik anak adalah tugas suami-istri yang paling istimewa dan tak tergantikan. Anak-anak yang dilahirkan merupakan buah cinta antara suami istri maka anak-anak harus diterima dengan penuh sukacita. Orang tua harus mendidik dan membantu mereka untuk bertumbuh dalam segala segi aspek sehingga menjadi anak yang baik bagi keluarga, Gereja dan masyarakat (Pedoman Pastoral Keluarga, 2011: 12).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20 c.
Keluarga adalah Gereja Rumah Tangga Gereja merupakan sebuah keluarga. Sebaliknya keluarga adalah Gereja.
Keluarga Kristiani tidak hanya merupakan bagian dari seluruh Gereja, namun juga merupakan sebuah Gereja, artinya : dalam Keluarga Kristiani, nampak adanya unsur paguyuban atau persekutuan iman. Ada kemiripan antara Gereja dan Keluarga (Paus Paulus VI 1994: 17). Keluarga merupakan tempat bertumbuh dan berkembangnya cinta kasih Allah. Oleh karena itu, setiap anggota keluarga dipanggil untuk mengambil bagian dalam pewartaan kasih Allah baik dalam keluarga maupun di luar keluarga. Selain itu keluarga Kristiani sebagai Gereja rumah tangga merupakan persekutuan orang beriman yang saling mencintai dan mendukung satu sama lain (Kila ,2005: 7). Dalam hidup sehari-hari anggota keluarga juga melaksanakan tiga tugas Kristus yakni sebagai imam, nabi dan raja. Yang dimaksud dengan tiga tugas Kristus adalah tiga tugas yang melekat dalam diri semua orang yang telah dibaptis. Sejak seseorang menerima baptisan dan menjadi anggota Gereja, ia mengemban tugas sebagai imam, nabi dan raja (bdk. KHK 204 art. 1). Tugas sebagai imam, nabi dan raja juga diemban oleh keluarga Kristiani sebagai Gereja Rumah Tangga. Dasar dari tiga tugas Kristus dalam keluarga Kristiani adalah Baptisan yang telah diterima oleh semua anggotanya. Selain itu, suami-isteri juga dapat mengemban tugas ini berkat Sakramen Perkawinan yang mereka terima. Di dalam janji perkawinan, mereka sepakat untuk membentuk keluarga yang berdasarkan Injil. Sebagai nabi, keluarga Kristiani mempunyai tugas berpegang teguh pada kebenaran dan hidup menurut kebenaran yang telah ditetapkan oleh Kristus melalui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21 Gereja-Nya. Keluarga Kristiani diajak untuk turut aktif dalam setiap karya pewartaan baik melalui katekese atau kesaksian hidup sehari-hari. Sebagai imam, keluarga Kristiani diajak untuk terus berpartisipasi dalam kehidupan sakramen dan liturgi terutama sakramen Ekaristi dan sakramen tobat. Selain itu keluarga Kristiani juga diajak untuk hidup kudus dengan mengasihi Allah dan mengasihi sesama atas dasar kasih terhadap Allah. Sebagai raja, keluarga Kristiani diajak dalam tugas pelayanan, pelayanan pastoral dan persaudaraan dengan semua orang. Keluarga Kristiani bukan hanya merupakan sebuah komunitas basis manusia, melainkan juga komunitas basis Gerejawi. Sebagai komunitas basis Gerejawi, keluarga Kristiani dipanggil untuk ikut ambil dalam karya penyelamatan Allah dengan melaksanakan lima tugas Gereja yaitu: 1) Persekutuan (Koinonia) Keluarga adalah ‘persekutuan seluruh hidup’ (consortium totius vitae) antara seorang laki-laki dan seorang perempuan berlandaskan perjanjian antara kedua pihak dan diteguhkan melalui kesepakatan perkawinan (bdk. KHK 1055 art. 1). Ciri pokok dari persekutuan tersebut adalah hidup bersama berdasarkan iman dan cinta kasih serta kesediaan untuk saling mengembangkan pribadi satu sama lain. Persekutuan dalam keluarga diwujudkan dengan menciptakan saat-saat bersama, doa bersama, kesetiaan dalam suka dan duka, untung dan malang, ketika sehat maupun sakit. (Pedoman Pastoral Keluarga, 2011: 15). 2) Liturgi (Leiturgia) Liturgi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani, “leitourgia”, yang berarti ‘kerja’ atau ‘pelayanan yang dibaktikan bagi kepentingan bangsa’. Dalam perkembangan selanjutnya, leitourgia mendapat arti kultis yakni pelayanan ibadat. Dalam liturgy juga mengandung kerja bersama. Kerja sama ini memiliki makna
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22 peribadatan kepada Allah dan pelaksanaan kasih. Jadi liturgy adalah perayaan misteri karya keselamatan Allah dalam Kristus, yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, Sang Imam Agung, bersama Gereja-Nya di dalam ikatan Roh Kudus (Martasudjita,1999: 18-27). Kepenuhan hidup umat beriman Katolik tercapai dalam sakramen-sakramen dan hidup doa. Melalui sakramen-sakramen dan hidup doa, keluarga bertemu dan berdialog dengan Allah. Relasi antara Kristus dengan Gereja terwujud nyata dalam Sakramen Perkawinan, yang menjadi dasar panggilan dan tugas perutusan suami istri. Suami istri mempunyai tanggungjawab membangun kesejahteraan rohani dan jasmani keluarganya, dengan setia akan memberi kekuatan iman dalam hidup mereka terutama ketika mereka sedang menghadapi dan mengalami persoalan sulit dan berat, dan membuahkan berkat rohani, yaitu relasi yang mesra dengan Allah sehingga mereka dapat merasakan hidup dalam kedamaian dan saling meneguhkan (Pedoman Pastoral Keluarga, 2011:16). 3) Pewartaan Injil (Kerygma) Keluarga mengambil bagian dalam tugas Gereja untuk mewartakan Injil. Tugas itu dilaksanakan terutama dengan mendengarkan, menghayati, melaksanakan, dan mewartakan Sabda Allah.“ Keluarga, seperti Gereja, harus menjadi tempat Injil disalurkan dan memancarkan sinarnya”. Orangtua tidak sekadar menyampaikan Injil kepada anak-anak, melainkan dari anak-anak mereka juga mampu menyampaikan Injil. Keluarga Kristiani menerima injil dalam bentuk penghayatan yang mendalam. Sabda Allah termuat dalam Kitab Suci yang tidak selalu dipahami, maka keluarga sebaiknya ikut mengambil bagian secara aktif dalam kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci (Pedoman Pastoral Keluarga, 201: 16).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23 4) Pelayanan (Diakonia) Keluarga merupakan persekutuan cinta kasih, maka keluarga dipanggil untuk mengamalkan cinta kasih itu melalui pengabdiaannya kepada sesama, terutama bagi mereka yang papa. Dijiwai oleh cinta kasih dan semangat pelayanan, keluarga Katolik menyediakan diri untuk melayani setiap orang sebagai pribadi dan anak Allah. Pelayanan keluarga hendaknya bertujuan memberdayakan mereka yang dilayani, sehingga mereka dapat mandiri (Pedoman Pastoral keluarga, 2011:17). 5)
Kesaksian Iman (Martyria) Keluarga hendaknya berani memberi kesaksian imannya dengan perkataan
maupun tindakan serta siap menanggung risiko yang muncul dari imannya itu. Kesaksian iman dilakukan dengan berani menyuarakan kebenaran, bersikap kritis terhadap berbagai ketidakadilan dan tindak kekerasan yang merendahkan martabat manusia serta merugikan masyarakat umum. Dalam situasi sulit apapun keluarga Kristiani harus tetap setia mempertahankan imannya akan Yesus dan berani menjadi saksi iman ditengah situasi yang tidak menentu (Pedoman Pastoral Keluarga, 201:17). d. Keluarga adalah “ Sel Terkecil Masyarakat” Gereja juga mengakui, bahwa keluarga adalah sel terkecil dalam masyarakat, karena di sana seluruh jaringan hubungan sosial dibangun. Melalui kehadiran dan peran anggota-anggotanya, keluarga menjadi tempat asal dan upaya efektif untuk membangun masyarakat yang manusiawi dan rukun. Oleh karena itu keluarga Katolik diharapkan dapat menyumbangkan keutamaan-keutamaan dan nilai-nilai Katolik yang dimiliki dan dihayatinya. Dalam hidup bermasyarakat keluarga Katolik hendaknya mempunyai sikap terbuka, toleran, dan menghargai pluralitas yang ada. Pluralitas ini tidak hanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24 dalam masyarakat tapi juga ditemukan dan dialami oleh keluarga. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan keterlibatan keluarga dalam kehidupan bermasyarakat berdasarkan prinsip solidaritas. Solidaritas dapat terwujud dalam semangat gotongroyong, keluarga secara konkret menyumbangkan keutamaan hidup dan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur (Pedoman Pastoral Keluarga, 2011: 17). e.
Tanggungjawab Keluarga Kristiani Setiap keluarga pasti memiliki peran dan tanggungjawabnya yang khas. Peran
ini bisa berbeda-beda dalam setiap jenjang usia perkawinan. Keluarga yang baru saja terbentuk pasti memiliki peran dan tanggungjawab berbeda bila dibandingkan dengan keluarga yang sudah lama dibangun. Peran dan tanggungjawab keluarga yang baru saja dibangun bisa jadi berkisar di level adaptasi. Mereka berada dalam proses pengenalan dan penyesuaian dalam segala aspek kehidupan pasangannya, baik fisik, karakter, sosial maupun spiritualitas. Peran keluarga dalam kehidupan menggereja dan masyarakat semakin diakui dan dirasakan oleh semua pihak. Keberadaannya sebagai “sel pertama dan utama Gereja dan masyarakat” sangat mewarnai dan menentukan kehidupan menggereja dan bermasyarakat. Kehadiran dan keterlibatan anggota keluarga sangat menentukan terbangunnya kehidupan bersama yang harmonis, bahagia dan sejahtera. Dalam kehidupan dan tugas perutusan Gereja, keluarga memegang peranan yang sangat penting bagi masa depan pewartaan Injil. Agar dapat melaksanakan tugas perutusannya keluarga perlu mempersiapkan anggota-anggotanya, terutama anak-anak melalui pendidikan, baik mengenai iman Katolik maupun nilai-nilai kemanusiaan, karena keluarga adalah sekolah yang pertama dan utama bagi mereka. Anak-anak perlu dibimbing menjadi pribadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25 Katolik yang dewasa dan memiliki kepedulian serta kesediaan mengambil bagian dalam pembangunan kehidupan bersama. Oleh karena itu, keluarga Kristiani dipanggil untuk secara aktif dan bertanggung jawab ikut serta menjalankan perutusan Gereja dengan hidup dalam “persekutuan mesra dan penuh cinta kasih”. Selain itu, keluarga Kristiani juga dapat berpartispasi aktfi dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat. Peran serta keluarga dalam misi Gereja harus mengikuti pola persekutuan dimana suami-istri serentak sebagai pasangan dan orangtua serta anak-anak selaku keluarga, menghayati pengabdian mereka kepada Gereja dan dunia. Mereka harus sehati sejiwa dalam iman dengan semangat merasul bersama yang menjiwai mereka melalui kesanggupan mereka untuk menjalankan karya pengabdian kepada Gereja maupun pengabdian mereka dalam hidup bermasyarakat. Selain itu keluarga Kristiani harus membangun Kerajaan Allah dalam sejarah melalui kenyataan sehari-hari, yang berkaitan dengan status hidupnya serta kekhasannya. Dengan kata lain, dalam cinta kasih antara suami dan istri, serta antara anggota keluargalah, cinta kasih yang dihayati beserta seluruh kekayaannya yang luar biasa berupa nilai-nilai dan tuntutannya dapat diwartakan kepada sesame sehingga merekapun dapat merasakan kasih Allah (FC, art. 78). Dalam rencana Allah keluarga tidak hanya menemukan jatidirinya, tetapi juga menemukan tugas perutusannya, yakni apa yang akan ia laksanakan dalam hidupnya sehari-hari yakni mewartakan kasih Allah dalam hidup konkret. Keluarga diharapkan mampu mengembangkan misi untuk selalu menjaga, mengungkapkan serta menyalurkan cinta kasih kepada semua orang, agar manusia dapat mengalami kasih Allah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26 Keluarga Kristiani wajib membentuk diri menjadi Gereja yang missioner, Gereja hidup berdasarkan
cinta kasih yang berwawasan luas. Orangtua
berkewajiban mendidik dan membentuk semangat berdoa sejak dini dan membangun jalinan hati dengan Allah lewat doa-doa bersama dalam keluarga. Selain itu juga semangat dalam mewartakan Injil pun sudah harus diterapkan di rumah, dengan melatih mereka membaca Kitab Suci sebelum makan bersama dan mengadakan lomba membaca Kitab Suci di rumah dengan menyediakan hadiahhadiah khusus, terutama pada hari ulang tahun setiap anak (Kila, 2005: 10). f.
Tujuan Keluarga Kristiani
1) Kesejahteraan Keluarga Kesejahteraan keluarga dan kesejahteraan pribadi tiap-tiap orang di dalam masyarakat pada umumnya memiliki hubungan yang sangat erat; bahkan keselamatan keluarga sering kali merupakan keselamatan masyarakat. Hal terpenting dalam membina sebuah keluarga adalah kejujuran dan kewajaran. Dengan kata lain, Keluarga harus dibina dalam sebuah sikap yang terbuka. Open management membuat rencana atau pembagian kerja, tatatertib keluarga dan anggaran belanja bersama (Budyapranata, 1991 : 19-20). Selain yang sudah disebut di atas, tujuan mendasar keluarga adalah mau menciptakan bonum coniugum (kesejahteraan pasangan). Tujuan ini terjabarkan dalam bonum prolis (terbuka pada kelahiran dan pendidikan anak-anak), bonum fidei (membangun kesetiaan pasangan dalam suka dan duka, untung dan malang, sehat dan sakit), serta bonum sacramenti (menciptakan kesucian dan keluhuran martabat perkawinan agar menjadi tanda kehadiran dan keselamatan Tuhan pada manusia) (Sutarno, 2013: 26). Hal ini ditegaskan dalam KHK 1055 art. 1 “Perjanjian (foedus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27 mereka persekutuan (consortium) seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami isteri (bonum coniugum) serta kelahiran anak dan pendidikan anak, antara orang-orang yang dibaptis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat Sakramen”. Tujuan perkawinan adalah kesejahteraan suami-istri, bermakna bahwa perkawinan menjadi sarana untuk saling memberi dan menerima secara lebih. Semua dilakukan untuk memberikan rasa nyaman dan kesejahteraan pasangannya. Keutamaan untuk saling memberi dan menerima itu, satu sisi untuk kesejahteraan mereka dan di sisi lain, terbuka untuk prokreasi demi kelangsungan kelompok dan diri. Secara Kristiani, prokreasi menjadi sarana untuk ikut serta dalam karya Allah bagi dunia. Dengan menekankan hubungan pribadi antar suami istri, KV II mengoreksi pandangan dari masa lampau, yang menganggap keturunan sebagai tujuan utama dalam perkawinan. (GS, art. 50) Perkawinan diadakan bukan hanya demi adanya keturunan saja. Hubungan seksual antara suami istri mempunyai nilai yang tidak hanya berkaitan dengan prokreasi (GS, art. 49), tetapi pertama-tama demi kesejahteraan suami dan istri. Namun demikian, anak-anak merupakan karunia perkawinan yang paling luhur (GS, art. 50). Tujuan ini sejak awal harus disadari oleh pasangan suami istri. Perbedaan pandangan, budaya, dan agama harus memberi warna positif sehingga keluarga bisa sehat, harmonis, dan stabil. Tujuan ini pasti akan berhadapan dengan tantangan. Namun, ketahanan keluarga dalam menghadapi tantangan dapat menjadikan keluarga berkualitas dan bisa meraih tujuan yang dicanangkan (Sutarno, 2013: 26).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28 2) Demi Keturunan Kitab Kej 1:28 mengatakan “Beranakcuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi dan taklukanlah itu…”Melalui sabda di atas, Allah menghendaki agar manusia (pria dan wanita) memiliki keturunan. Oleh karena itu perkawinan bukan sekedar untuk kebahagian suami dan istri melainkan atas dasar cinta mereka berdua inilah tumbuh keturunan. Yang diperhatikan adalah bahwa “berkembang biaknya manusia”. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa persetubuhan diadakan bukan sekedar menuruti hawa nafsu, melainkan dengan kesadaran dan tanggung jawab bahwa itu merupakan pelaksanaan dari Sabda Tuhan. Maka, setiap persetubuhan antar suami-isteri harus terbuka pada keturuan. Prokreasi atau hubungan suami-isteri bukan tujuan tunggal atau utama perkawinan, namun tetap merupakan suatu tugas luhur. Maka prokreasi pun bukan peristiwa alam, melainkan peristiwa pribadi, yang dijalankan dengan tanggung jawab manusiawi dan Kristiani serta penuh hormat dan patuh taat kepada Allah. Disini orang perlu berembug dan berusaha bersama guna membentuk pendirian yang sehat, sambil mengindahkan baik kesejahteraan mereka sendiri maupun kesejahteraan anak-anak, baik yang sudah lahir maupun yang diperkirakan masih akan ada. Sementara itu hendaknya mereka mempertimbangkan juga kondisi-kondisi zaman dan status hidup mereka yang bersifat jasmani maupun rohani. Akhirnya mereka perlu memperhitungkan juga kesejahteraan dan kerukunan keluarga, masyarakat serta Gereja sendiri (GS, art. 50). Dalam mempertimbangkan semua kepentingan itu, mungkin akan timbul konflik lagi antara keinginan mempunyai anak di satu pihak, dan kemampuan ekonomi keluarga, kesehatan dan kekuatan psikis ibu serta keadaan masyarakat di pihak lain. Lebih lagi, dapat timbul konflik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29 antara keinginan mengungkapkan kemesraan kasih dalam perkawinan dan tanggungjawab untuk tidak menambah jumlah anak (GS, art. 51). Apabila hubungan suami istri ini diletakkan dalam konteks penciptaan, maka menjadi jelas juga bahwa sifat monogam dan tak terceraikan itu sangat terkait dengan cita-cita Kitab Suci atau masuk dalam rencana Allah yang menghendaki manusia untuk menjadi citra-Nya, “...menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita ...”(lih. Kej.1:26), yaitu Tritunggal yang sekaligus Maha Esa karena dipersatukan oleh kasih yang sempurna. Yang khas dari perkawinan adalah bahwa ikatan mereka adalah ikatan cinta kasih.Ikatan cinta kasih inilah yang mendasar dan merupakan jiwa perkawinan. Cinta bukan semata-mata dorongan nafsu, rasa tertarik, melainkan hubungan pribadi yang mendorong mereka untuk bersatu dan saling menyerahkan diri demi kebahagiaan yang lain (Budyapranata,1981:17-18). 3) Perkembangan Pribadi Cinta itu memperkembangkan dan mengisi hidup manusia. Hal ini menjadi jelas bahwa setiap manusia sangat membutuhkan cinta, dimengerti dan diterima dalam seluruh hidupnya, sekurang-kurangnya oleh satu orang yang diharapkan. Keluarga Kristiani mampu menjadi teladan dalam hal mencintai setiap anggota keluarganya dengan utuh, mereka saling menghargai dan menerima setiap keunikan dalam keluarganya sehingga menjadi anggota keluarga yang benar-benar harmonis. Tuhan menciptakan pria dan wanita bertujuan untuk melengkapi satu dengan yang lain sehingga apa yang menjadi milik suami harus juga menjadi milik istri demikian juga dengan anak-anak (Budyapranata, 1998:17-18).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30 g.
Tugas Keluarga Kristiani Sinode para uskup yang dilaksanakan tanggal 26 September-25 Oktober
1980 menekankan empat tugas umum bagi keluarga Kristiani yakni: 1) Membentuk Kesatuan Pribadi-pribadi (a) Cinta Kasih sebagai Asas Kekuatan Persatuan Keluarga yang didasarkan pada cintakasih serta dihidupkan olehnya merupakan persekutuan pribadi: suami dan isteri, orangtua dan anak-anak. Tugas seluruh anggota keluarga adalah dengan setia menghayati kenyataan persekutuan, disertai usaha terus menerus untuk mengembangkan rukun hidup yang otentik antara pribadi-pribadi. Seluruh anggota keluarga dalam hidup bersama harus tetap menjaga satu sama lain dan mengingat bahwa tujuan hidup adalah cintakasih. Tanpa cintakasih keluarga tidak mengalami hidup rukun dan berkembang sebagai persekutuan pribadi-pribadi. Manusia tidak dapat hidup tanpa cintakasih karena hidup tidak ada artinya bila cintakasih tidak dapat diungkapkan dan dibagikan kepada orang lain (FC, art. 18). (b) Persatuan Utuh Suami-Istri Keluarga terbentuk karena hubungan cinta kasih antara pria dan wanita, yang dengan ketulusannya saling memberikan diri dalam kehidupan perkawinan (bdk. KHK. 1057 art. 2). Hanya pribadi-pribadi yang cakap dan dewasalah yang mampu mengatakan, “saya akan setia kepadamu dalam kesatuan ini sepanjang seluruh hidup saya”. Hal ini nampak dalam janji perkawinan yang mereka ikrarkan. Dalam hubungan cinta suami-istri itulah, Gereja menemukan juga salah satu lambang persatuannya dengan Kristus. Kasih suami-istri menggambarkan cinta Kristus kepada mempelai-Nya, yakni Gereja. Ada relasi timbal balik yakni di satu pihak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31 persatuan Gereja mendukung persatuan suami istri, dan di lain pihak persatuan suami isteri turut membentuk persatuan Gereja. Persatuan yang pertama ialah: yang dijalin dan berkembang antara suami dan isteri: berdasarkan perjanjian pernikahan pria dan wanita ”bukan lagi dua, melainkan satu daging”. Mereka dipanggil untuk tetap bertumbuh dalam persekutuan mereka melalui kesetiaan dari hari ke hari terhadap janji pernikahan mereka untuk saling menyerahkan diri seutuhnya (FC, art. 19). (c) Kesatuan Persekutuan Suami-Isteri yang Tak Terceraikan Persatuan suami-istri tidak hanya berciri monogam (unitas) tetapi juga tak terceraikan (indisolubilitas). Hal ini berarti bahwa perkawinan yang telah dilangsungkan secara sah menurut hukum, mempunyai akibat tetap dan tidak terceraikan atau diputuskan oleh kuasa manapun, kecuali oleh kematian. Ciri tak terceraikan ini mengarah pada ”pemberian diri timbal balik” antar suami istri demi kesejahteraan keluarga. Persatuan suami istri maupun kesejahteraan anak-anak mewajibkan suami-istri untuk setia seutuhnya-utuhnya dan menuntut adanya kesatuan yang tak terceraikan antara mereka (FC, art. 19) (d) Persatuan Keluarga yang Lebih Luas Persatuan suami-istri merupakan landasan pembangunan persatuan keluarga yang lebih luas, persatuan orang tua dan anak-anak, persatuan saudara laki-laki dan saudara perempuan, persatuan sanak saudara dan anggota-anggota yang lain dalam rumah tangga. Keluarga Kristiani dipanggil untuk mengalami persatuan yang baru dan sejati yang kodrati dan manusiawi. Persatuan keluarga dapat dilestarikan dan disempurnakan dengan semangat berkorban yang besar. Semangat berkorban menuntut dari masing-masing anggota keluarga untuk bersikap terbuka, siap sedia,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32 saling memahami, bersabar serta memiliki sikap pengampunan karena keluarga dipanggil oleh Allah untuk membawa perdamaian, kegembiraan dan sukacita (FC, art. 21) (e) Hak-hak Serta Peranan Wanita Karena keluarga adalah dan harus selalu menjadi persatuan dan persekutuan pribadi-pribadi, keluarga menemukan cinta kasih sumber dan daya dorong yang tetap untuk menyambut, menghormati, dan meningkatkan anggotanya masingmasing dalam martabatnya yang luhur sebagai pribadi, yakni sebagai citra Allah yang hidup. Sinode memberi perhatian istimewa kepada kaum wanita, hak-hak dan peranan mereka dalam keluarga dan masyarakat. Penting digarisbawahi martabat dan tanggung jawab wanita yang sederajat dengan pria. Kesamaan ini diwujudkan secara unik dalam pemberian diri timbal balik antara suami dan istri dan pemberian diri kepada anak-anaknya (FC, art. 22) (f) Kaum Wanita dan Masyarakat Dengan menghormati secara semestinya perbedaan panggilan pria dan wanita, Gereja haruslah dalam hidupnya sendiri meningkatkan sebaik mungkin kesamaan hak-hak dan martabat mereka. Tujuannya adalah demi kebaikan semua keluarga, Gereja dan masyarakat. Wanita harus mencapai kepenuhan kemanusiaan kewanitaannya yang sejati, yang harus diungkapkan dalam kegiatannya, di dalam keluarga maupun di luar keluarga, tanpa mengabaikan perbedaan-perbedaan adat istiadat dan kebudayaan (FC, art. 23). (g) Pria sebagai Suami dan Ayah Di dalam persatuan persekutuan suami-istri dan keluarga, pria dipanggil untuk menghayati karisma dan peranannya sebagai suami dan ayah. Cinta kasih suami-istri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33 yang sejati mengandaikan dan menuntut bahwa seorang suami mempunyai penghormatan yang mendalam pada martabat istrinya yang sederajat (bdk. 1 Kor 7:3-4). Cinta kasih kepada istrinya sebagai ibu anak-anak mereka dan cinta kasih kepada anak-anak sendiri merupakan bagi suami cara kodrati untuk memahami dan memenuhi peranannya sebagai ayah (FC, art. 25) (h) Hak-hak Anak Anak yang dilahirkan merupakan buah cinta suami istri. Oleh karena itu, anak memiliki hak untuk dicintai dan dikasihi oleh orangtuanya. Maka tugas suami isteri sebagai orangtua adalah mendidik anak-anaknya dengan mengembangkan penghargaan yang dalam atas martabat pribadi mereka dan penghormatan yang besar serta kepedulian yang murah hati atas hak-hak mereka. Dengan kata lain, orang tua harus mendidik anak-anaknya dengan baik agar mereka dapat berkembang dalam iman dan moral Kristiani. Dengan memupuk dan mengembangkan kepedulian yang penuh kasih sayang dan kekuatan kepada setiap anak yang datang ke dunia ini, Gereja memenuhi suatu tugas asasi: sebab Gereja dipanggil untuk melaksanakan perinta Kristus Tuhan yang menempatkan anak pada pusat Kerajaan Allah (FC, art. 26) 2.
Melayani Kehidupan
a) Penerusan Hidup (1) Bekerja Sama dalam Kasih Allah Pencipta Allah menciptakan pria dan wanita menurut gambar dan rupa-Nya sendiri dan memahkotai serta menyempurnakan karya tangan-Nya. Ia memanggil mereka untuk ambil bagian yang istimewa dalam kasih-Nya dan dalam Kuasa-Nya sebagai pencipta dan Bapa, dengan bekerja sama dan bertanggung jawab dalam meneruskan anugerah hidup manusiawi: “Allah memberkati mereka, lalu berfirman kepada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34 mereka, ‘beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu” (Kej 1:28). Maka tugas pokok keluarga ialah melayani dan meneruskan hidup, mewujudkan dalam sejarah berkat sejati Allah yakni meneruskan citra ilahi dari orang ke orang dengan menurunkan anak (FC, art. 28) (2)
Ajaran dan Kaidah Gereja, Sudah Lama Tetapi Selalu Baru Cinta kasih suami istri merupakan partisipasi unik dalam misteri hidup dan
kasih Allah sendiri. Gereja mengetahui bahwa ia menerima perutusan istimewa menjaga dan melindungi martabat luhur perkawinan dan tanggungjawab besar untuk meneruskan
hidup
manusia.
Untuk
itu
Gereja
perlu
menegaskan
dan
memperjelaskan ajaran dan kaidah Gereja yang sudah lama tetapi selalu baru tentang perkawinan dan tentang penerusan hidup manusia sehingga setiap suami dan istri tetap terbuka dan jujur dalam membina rumah tangga diwarnai dengan cinta kasih (FC, art. 29) (3)
Gereja Membela Kehidupan Dengan perkembangan zaman yang semakin maju membuat manusia ikut
terlibat dalam menguasai alam, bukannya memberi harapan yang baik tetapi menyebabkan kegelisahan yang makin besar tentang masa depan. Ada yang bertanya tentang kehidupan “apakah baik untuk hidup atau lebih baik tidak pernah lahir? Orang-orang saling bersaing, menganggap diri mereka lebih hebat, saling menjatuhkan satu sama lain dan mengejar harta jasmani dan menolak kekayaan rohani, karena di hati mereka tidak ada lagi Allah yang cinta kasih-Nya lebih kuat dari pada ketakutan-ketakutan dunia. Melihat realitas ini Gereja dipanggil untuk memperlihatkan kepada setiap orang, dengan keyakinan yang jelas dan lebih kuat untuk mendukung hidup manusia.Meingat maraknya aborsi, euthanasia dan program kontrasepsi, Gereja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35 mengajak Keluarga Kristiani untuk membela kehidupan dan melawan setiap serangan, bagaimanapun situasi dan taraf perkembanganya Orang tua diharapkan agar mendidik anak-anaknya agar mereka dapat bertumbuh dewasa dan beriman, serta mempunyai keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan di dalam masyarakat sehingga mereka tidak dengan mudah meninggalkan imannya akan Kristus (FC, Art. 30). b)
Pendidikan
(1)
Hak dan Kewajiban Orangtua untuk Mendidik Tugas untuk memberikan pendidikan berakar dalam panggilan utama orang-
orang yang menikah untuk ambil bagian dalam karya penciptaan Allah. Hak dan kewajiban orangtua untuk memberikan pendidikan adalah hal yang esensial, sebab berhubungan dengan meneruskan hidup manusia. Pendidikan bagi anak-anaknya merupakan salah satu hal yang penting dan juga ditekankan dalam Konsili Vatikan II. Konsili Vatikan II menyatakan bahwa, “suami-isteri yang mengemban martabat serta tugas kebapaan dan keibuan, akan melaksanakan dengan tekun kewajiban memberi pendidikan terutama di bidang keagamaan, yang memang pertama-tama termasuk tugas mereka” (GS, art. 48). Dari kutipan ini, dapat dikatakan bahwa pendidikan anak merupakan hal yang penting dan orang tua adalah pendidik pertama dan utama. Hal ini juga ditegaskan dalam dokumen GE, art. 3 yang mengatakan, “karena mereka meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, maka orangtua mengemban tugas mahaberat: yaitu mendidik putera-puterinya dan sebab itu mereka harus diakui sebagai pendidik pertama dan utama”. (2)
Mendidik Menuju Nilai-nilai Hakiki Hidup Manusia. Di tengah-tengah kesulitan-kesulitan karya pendidikan yang kerap kali
makin besar, orang tua harus dengan penuh percaya dan berani melatih nilai-nilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36 hakiki hidup manusia pada diri anak-anak mereka.Anak-anak harus menjadi besar dan dewasa dengan sikap bebas yang tepat terhadap barang-barang jasmani, dengan menjalani hidup sederhana dan keras dan berkeyakinan bahwa manusia lebih berharga dari pada barang yang dipunyainya. Mereka dididik untuk menghormati martabat pribadi tiap-tiap individu, melatih mereka untuk hidup peduli dengan sesama terutama dengan orang-orang yang paling miskin, pelayanan yang tulus dan cinta kasih kepada semua orang sehingga tanpa membeda-bedakan siapa dia (FC, art. 37). (3)
Hubungan dengan Para Pelaksana Pendidikan yang Lain Keluarga adalah persekutuan pendidikan yang utama tetapi bukan eksklusif
dan satu-satunya, sehingga perlu juga melaksanakan pendidikan lain di luar rumah. Maka peranan keluarga Kristiani dalam mendidik mempunyai tempat yang sangat penting dalam karya pastoral di mana bentuk kerja sama antara orang-orang tua dan jemaat-jemaat Kristiani dan dengan berbagai kelompok pendidikan dan para pastor perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, tugas orang tua adalah memilih sekolah-sekolah yang cocok agar pendidikan yang didapat dari sekolah tersebut selaras dengan iman agamanya. (FC, art. 40) 3.
Turut Serta Mengembangkan Masyarakat
a.
Keluarga sebagai Sel Masyarakat yang pertama dan Amat Penting Di satu sisi keluarga merupakan bagian dari masyarakat dan di sisi lain
masyarakat terbentuk melalui keluarga. Oleh karena itu, keluarga mempunyai hubungan-hubungan yang amat penting dan organik dengan masyarakat karena keluarga merupakan landasan masyarakat dan selalu menghidupi masyarakat melalui peranannya sebagai pelayan kehidupan. Maka dapat dikatakan bahwa tidak ada masyarakat tanpa keluarga dan tidak keluarga tanpa masyarakat (FC art. 42)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37 b. Hidup Berkeluarga sebagai Pengalaman Hidup Bersatu dan Berbagi Pengalaman hidup bersatu dan berbagi rasa yang semestinya mencirikan hidup keluarga sehari-hari merupakan sumbangan keluarga yang pertama dan mendasar bagi masyarakat. Pengembangan persatuan yang sejati dan matang antara pribadi-pribadi dalam keluarga merupakan sekolah hidup sosial yang pertama dan tak tergantikan.Selain itu, persatuan dalam keluarga juga menjadi teladan dan rangsangan untuk hubunganhubungan persekutuan yang lebih luas dalam masyarakat. Hal ini ditandai dengan sikap hormat terhadap sesama manusia, membangun dialog dengan umat beragama lain, mewujukan keadilan dan cinta kasih dalam hidup bersama dengan orang lain (FC, art. 43). c. Peranan Sosial dan Politis Peranan sosial keluarga tidak dapat berhenti pada penurunan dan pendidikan anak saja, tetapi terutama membaktikan diri pada aneka macam kegiatan pelayanan sosial terutama demi kepentingan orang-orang miskin, atau demi keuntungan semua orang dan pada hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh organisasi kesejahteraan yang diadakan oleh penguasa penguasa masyarakat. Sumbangan keluarga di bidang sosial memiliki sifat yang khas, sifat yang harus diberi pengakuan yang lebih besar dan dukungan yang lebih mantap, terutama ketika anak-anak besar dan betul-betul melibatkan mereka semua dalam kegiatan yang ada di masyarakat. Peranan keluarga di bidang sosial diharapkan akan diungkapkan juga dalam bentuk intervensi politis: keluarga-keluarga haruslah yang pertama mengambil bagian langkah-langkah untuk mengupayakan agar undang-undang dan lembagalembaga Negara tidak hanya tidak melanggar tetapi juga mendukung dan membela secara positif hak-hak dan kewajiban-kewajiban keluarga. Keluarga harus semakin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38 sadar bahwa mereka menjadi tokoh utama yang dikenal sebagai politik keluarga dan memikul tanggung jawab untuk mengubah masyarakat (FC, art. 44). d.
Masyarakat Melayani Keluarga Keluarga dan masyarakat mempunyai fungsi yang saling melengkapi satu sama
lain. Keluarga dan masyarakat dipanggil untuk membela dan mengembangkan kebaikan setiap orang. Masyarakat, dalam hal ini negara harus mengakui bahwa “keluarga merupakan masyarakat dengan haknya sendiri”. Oleh karena itu masyarakat dalam hubungan-hubungannya dengan keluarga mempunyai kewajiban serius untuk berpegang teguh pada asas subsidiaritas (FC, Art. 45). Asas Subsidiaritas mau menegaskan bahwa lembaga tinggi wajib membantu lembaga-lembaga yang lebih rendah apabila mereka tidak dapat menyelesaikan keperluan-keperluan mereka sendiri. Dan sebaliknya, tugas-tugas yang dapat diselesaikan secara memuaskan oleh lembaga-lembaga yang lebih rendah, tidak boleh diambil alih oleh lembaga lebih tinggi (QA, art. 79, LE, art. 17, MM, art. 5152, 54-55). Prinsip inilah yang melatarbelakangi “otonomi keluarga”.Apa yang dapat menjadi hak dan kewajiaban keluarga, tidak boleh dipersoalkan bahkan diambil alih oleh Negara. e.
Piagam Hak-Hak Keluarga Di satu sisi, Keluarga dan masyarakat merupakan dua lembaga yang saling
mendukung satu sama lain, namun di sisi lain, keluarga dan masyarakat juga seringkali bertentangan satu sama lain. Dalam kenyataan ini, Gereja dipanggil untuk membela hak-hak keluarga. Gereja juga terpanggil untuk memperjuangkan keadilan dan kebenaran bagi keluarga dari pelangggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Negara dan masyarakat (FC, art. 46).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39 f.
Rahmat dan Tanggung Jawab Keluarga Kristiani Dalam hidup bermasyarakat dan bernegara, keluarga Kristiani juga terpanggil
untuk terlibat aktif dalam bidang sosial dan politik. Panggilan untuk terlibat dalam bidang sosial dan politik merupakan salah satu tugas keluarga Kristiani sebagai raja. Tugas ini diterima oleh pasangan suami-istri berkat sakramen perkawinan. Dalam menjalankan tugas ini, mereka menerima baik perintah yang tidak dapat mereka abaikan maupun rahmat yang menopang dan menggugah mereka. Tugas rajawi pertama-tama adalah tugas melayani sesama seturut teladan Kristus yang sepanjang hidup-Nya melayani sesama. Maka keluarga Kristiani dipanggil untuk memberikan kepada setiap orang kesaksian hidup dengan murah hati dan tanpa pamrih mengabdi pada perkara-perkara sosial, melalui pilihan yang mengutamakan orang-orang miskin dan kurang beruntung. Keluarga Kristiani diharapkan melayani sesamanya, karena digerakan dan didorong oleh cinta, entah di dalam maupun di luar rumah ( FC, art. 47). g.
Menuju Tatanan Internasional yang Baru Persatuan rohani antara keluarga-keluarga Kristiani, yang berakar dalam iman
dan pengharapan bersama dan dihidupkan oleh cinta kasih, merupakan daya kekuatan batin yang melahirkan, menyebarluaskan, dan mengembangkan keadilan, kerukunan, persaudaraan, dan perdamaian bagi semua orang. Sebagai Gereja kecil, keluarga Kristiani dipanggil, seperti “Gereja Besar“ untuk menjadi tanda kesatuan bagi dunia. keluarga Kristiani sebagai “Gereja Kecil” juga dipanggil untuk menuaikan peranan kenabiannya memberikan kesaksian tentang Kerajaan dan damai sejahtera Kristus, yang menjadi tujuan perjalanan hidup semua orang. Keluarga-keluarga Kristiani dapat melaksanakan tugas kenabian melalui kegiatan pendidikan dan teladan hidup. Mereka dapat mendidik anak-anaknya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40 dengan memperkenalkan nilai-nilai kebenaran, kebebasan, keadilan dan cinta kasih sekaligus memberikan teladan yang baik dalam hidupnya. Dengan teladan hidup yang baik, suami isteri secara tidak langsung melibatkan diri dan mengajak anakanaknya untuk terlibat dalam mewartakan kasih Tuhan (FC, Art. 48). 4.
Turut Serta Dalam Hidup dan Perutusan Gereja.
a.
Keluarga dalam Misteri Gereja. Satu di antara tugas-tugas pokok keluarga Kristiani adalah tugas menggereja:
keluarga diabdikan untuk membangun Kerajaan Allah dalam sejarah dengan mengambil bagian dalam hidup dan perutusan Gereja. Keluarga Kristiani dalam Gereja ikut ambil bagian menurut caranya sendiri, dalam tugas penyelamatan yang merupakan perutusan khas Gereja. b. Peranan Gerejani yang Khusus dan Asli Keluarga Kristiani dipanggil untuk mengambil bagian secara aktif dan bertanggung jawab dalam tugas perutusan Gereja dengan cara yang asli dan khas, dengan mendudukkan diri, dalam keberadaan dan karyanya, sebagai “komunitas hidup dan kasih mesra”, untuk melayani Gereja dan masyarakat. Perutusan keluarga Kristiani bukanlah tugas yang ditambahkan, namun melekat dalam diri sendiri, karena keluarga Kristiani adalah “Gereja Rumah Tangga. Sebagai persekutuan pribadi-pribadi yang beriman akan Kristus, tugas keluarga Kristiani adalah memelihara agar persekutuan itu dapat menumbuhkembangkan pribadi manusia secara penuh dan penghayatan iman yang semakin mendalam. Iman menjadi pemersatu dan memberi makna kepada persekutuan itu. Keluarga menjadi kenisah Allah kalau ia menjadi komunitas yang berdialog dengan Allah. hal ini tampak dalam doa bersama, pendalaman Kitab Suci bersama, maupun dengan doa-doa yang dilakukan secara pribadi maupun bersama dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41 anggota keluarga lainnya (FC, art. 59-62). Selain itu, keluarga Kristiani juga dikuduskan melalui ‘sakramen-sakramen’ yang diterimanya dan diutus untuk menguduskan jemaat Gerejawi serta dunia (FC, art. 56-58). Keluarga Kristiani diharapkan menjadikan keluarga lain sebagai saudara dan itu diwujudkan dalam semangat melayani. Keluarga Kristiani membantu mereka semua untuk bertumbuh dan berkembang dalma kedewasaan rohani dan jasmani sebagaimana yang telah dikehendaki oleh Allah. C. Makna Hidup Rohani Keluarga Kristiani di Zaman Sekarang Makna hidup rohani merupakan buah yang ditemukan melalui refleksi yang dilakukan oleh seluruh semua manusia dan khususnya anggota Keluarga Kristiani. Buah refleksi lahir dari suasana hati yang tenang dan harus diolah dalam doa, sehingga anggota keluarga dapat menemukan makna rohani dari setiap pengalaman hidup mereka. Makna rohani tersebut muncul sebagai rasa syukur atas setiap peristiwa yang telah manusia lalui. Melalui dialog antara manusia dengan Allah maka manusia mampu mendengarkan setiap pesan yang disampaikan Allah melalui doa dan pengalaman iman dalam kehidupan sehari-hari. Dengan terus belajar melalui pengalaman iman ini, semua keluarga dapat mengubah setiap emosi yang muncul dengan rasa syukur dan terimakasih, sehingga hidupnya menjadi lebih makna Setiap anggota keluarga dapat mengembangkan hidup rohaninya dengan cara selalu menyadari kehadiranAllah dalam hidup hariannya. Oleh karena itu setiap manusia terpanggil untuk benar-benar mengenal Dia yang hadir dalam batinnya. Memang, Tuhan ada dimana-mana tetapi kehadiran Tuhan dalam batin manusia bermakna khusus: Kehadiran yang bersifat pribadi itu bukan masalah jarak yang dapat diukur. Kehadiran dan hubungan antarpribadi berlandaskan kodrat manusia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42 sebagia makhluk yang berakal budi dan berkehendak bebas sehingga dapat mengerti dan mencinta. Berkat kodrat inilah hubungan dapat terjalin antara manusia dan Tuhan yang adalah Roh. Hubungan pribadi dengan Tuhan dapat terjalin dalam relasi kasih. Oleh Karena itu, manusia harus mengasihi sesamanya karena Tuhan telah mengasihi dia. Dengan mengasihi sesamanya, manusia bisa mengerti makna kasih Tuhan. Hidup rohani atau spiritualitas menyangkut keberadaan orang beriman sejauh dialami sebagai anugerah Roh Kudus yang meresapi seluruh dirinya (Heuken, 2002:12). Senada dengan yang dikatakan oleh Heuken, untuk mencapai kehidupan rohani yang matang manusia perlu menjalin relasi khusus dengan Tuhan Sang Pencipta dengan penuh iman agar hidup imannya semakin berkembang ke arah yang lebih baik. Dalam hidup sehari-hari iman seseorang bertumbuh dan berkembang bukan dalam aspek rohani saja, namun juga melalui kesaksian hidupnya sehari-hari. Keluarga Kristen harus menjadi sekolah doa yang sejati, di mana perjumpaan dengan Kristus tidak hanya merupakan moment untuk memohon dan mengadu tetapi terutama untuk mendengarkan, merenungkan, memuji, dan bersyukur, hingga hatinya sungguh jatuh cinta dan rindu akan kehadiran Tuhan. Doa sejati tidak terpisah dari kenyataan hidup. Dengan membuka hati untuk mencintai Tuhan serentak hati kita pun terbuka untuk mencintai sesama, dan mempukan kita untuk menjalani hidup ini seturut rencana dan tuntunan kasih-Nya ( Yeremias Bala Pito, 2003: 68-71). Makna hidup rohani dalam keluarga Kristiani sangat penting karena bisa membantu perkembangan iman setiap anggota keluarganya dan memampukan setiap pribadi untuk bisa bertemu dengan Tuhan, saling mencintai, saling menghargai dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43 saling menerima satu sama lain dan dapat membagikan hidupnya kepada sesama yang mereka jumpai dan yang mereka layani.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44 BAB III PENGHAYATAN HIDUP ROHANI KELUARGA-KELUARGA KRISTIANI DI LINGKUNGAN SANTO PAULUS MAGUWOHARJO
Setelah melihat arti dari hidup rohani keluarga Kristiani, bentuk-bentuk hidup rohani, tujuan hidup rohani, pengertian keluarga Kristiani, pokok-pokok keluarga Kristiani serta makna hidup rohani di zaman sekarang, maka pada bab III ini penulis akan membahas tentang gambaran penghayatan hidup rohani keluargakeluarga Kristiani di lingkungan santo Paulus Maguwoharjo. Penulisan ini mencakup letak lingkungan Santo Paulus, jumlah dan situasi umat Katolik, permasalahan yang terjadi dan kegiatan kerohanian. Sedangkan bagian selanjutnya akan membahas tentang gambaran pelaksanaan hidup rohani keluargakeluarga Kristiani, persiapan penelitian, laporan hasil penelitian, pembahasan penelitian dan kesimpulan hasil penelitian.
A. Keadaan Umum Umat di lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo Lingkungan Santo Paulus merupakan salah satu lingkungan yang berada dalam Paroki Santa Maria Marganingsih Kalasan. Pada bagian ini penulis akan mengemukakan keadaan umum lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo yang meliputi: letak Lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo, jumlah dan situasi umat Katolik, permasalahan dan kegiatan kerohanian di lingkungan
Santo Paulus
Maguwoharjo. 1.
Letak Lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo. Berdasarkan wawancara pada tanggal 29 November 2014 dengan bapak
Yanuarius penulis mendapatkan gambaran tentang lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo. Lingkungan Santo Paulus merupakan bagian dari stasi Bunda Maria
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45 Maguwoharjo, Paroki Marganingsih Kalasan. Umat yang berada di lingkungan Santo Paulus menyebar di lima pedukuhan yakni, pedukuhan Demangan, pedukuhan Corongan, pedukuhan Kalongan, pedukuhan Nayan dan pedukuhan Sanggrahan. Namun jumlah umat Katolik minoritas bila dibandingkan umat beragama lainnya, karena umat Katolik ini berasal dari luar Pulau Jawa dan luar daerah Yogyakarta. Mereka memilih menetap di lima pedukuhan tersebut dengan berbagai alasan. Sebagian umat mengatakan bahwa dekat dengan tempat pekerjaan dan sebagian lain merasa lebih nyaman untuk tinggal di pinggiran kota. Lingkungan Santo Paulus sebelumnya masih bergabung dengan Lingkungan Santo Petrus namun karena umat semakin banyak maka dibagi menjadi dua lingkungan. Letak lingkungan ini berada di pinggiran kota namun masih sangat ramai. Lingkungan diwarnai dengan suasana damai, tenang dan udara cukup bersih, karena umat dan masyarakat setempat menjunjung nilai persaudaraan. Hal ini didukung dengan semangat gotong royong dan kerjasama yang baik sehingga mereka hidup rukun satu sama lain. Adapun batas-batas lingkungan santo Paulus Maguwoharjo ini sebagai berikut: sebelah Utara
berbatasan dengan
lingkungan Santo Theresia, sebelah Timur
berbatasan dengan lingkungan Santo Petrus sebelah Selatan berbatasan dengan paroki Pangkalan dan sebelah Barat berbatasan dengan paroki Babarsari. Letak lingkungan Santo Paulus tidak jauh dari stasi Santa Maria Maguwoharjo sehingga memudahkan umat untuk ikut terlibat dalam kegiatan menggereja. Stasi Maguwoharjo memiliki kapel yang digunakan setiap hari minggu dan hari raya untuk merayakan perayaan ekaristi bersama. Setiap hari minggu ke III ada perayaan ekaristi dalam bahasa Jawa. Kapel ini dibangun dengan tujuan supaya umat yang ada di stasi Maguwoharjo bisa ikut terlibat dalam kegiatan menggereja. Pada perayaan Natal dan Paskah lingkungan–lingkungan yang berada di bawah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46 naungan stasi Maguwoharjo bergabung ke pusat paroki untuk ambil bagian dalam parayaan ekaristi bersama. 2.
Jumlah dan Situasi Umat Katolik Bersadarkan hasil wawancara pada tanggal 25 November 2014 dengan Bapak
Lumaksono sebagai ketua lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo didapat jumlah umat adalah sebagai berikut: Kategori Umat Orang
dewasa, Remaja dan Anak-anak
di lingkungan usia 25-90 tahun
OMK
St.
14-25 tahun
Paulus
usia usia
0-13
tahun
Maguwoharjo 163 145
8
10
Jumlah jiwa Jumlah KK
orang 44 KK
Jumlah umat Katolik berdasarkan data lingkungan adalah 163 jiwa. Dengan kategori orang dewasa pada rentang usia 25 tahun – 90 tahun adalah 145 orang. Remaja dan OMK berusia 14 tahun - 24 tahun berjumlah 8 orang sedangkan anakanak yang berusia 0-13 tahun berjumlah 10 orang. Dari keseluruhan jumlah kategori maka jumlah umat seluruhnya adalah 163 jiwa. Dari 44 KK di lingkungan St. Paulus Maguwoharjo terdapat 25 keluarga muda dan 19 keluarga tua. Dari jumlah KK keluarga muda yang ada situasi ekonominya sangat cukup, karena pekerjaan mereka sebagian sebagai pengusaha dan sebagian guru dan PNS sedangkan keluarga tua kebanyakan pensiunan. Maka situasi ekonominya pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan hidup harian mereka. Dengan demikian situasi ekonomi di lingkungan Santo Paulus Maguharjo bisa dikatakan bahwa sangat cukup dan cukup.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47 Pada umumnya umat lingkungan berasal dari luar pulau Jawa termasuk para suster SSpS yang berdomisili di pedukuhan Nayan. Dalam kehidupan sehari-hari keterlibatan umat dalam kehidupan menggereja cukup aktif. Selain mengikuti kegiatan di Gereja umat juga ikut terlibat dalam kegiatan kehidupan masyarakat seperti: ada yang menjadi ketua RT, bendahara sehingga terjalin kasih persaudaraan, kekeluargaan, gotong- royong serta memberi sumbangan dana kematian ketika ada warga masyarakat yang meninggal dunia. 3.
Kegiatan-kegiatan yang ada di Lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo. Untuk mendukung kegiatan hidup rohani umat, maka umat di Lingkungan
Santo Paulus Maguwoharjo melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti: doa rutin yang dilaksanakan setiap hari Jumat pukul 19.00 malam secara bergiliran dari rumah ke rumah sesuai dengan jadwal. Doa dipimpin oleh prodiakon atau para suster SSpS yang diberi kepercayaan oleh ketua lingkungan untuk memimpin bergantian sehingga umat tidak merasa bosan karena hanya satu orang yang memimpin doa. Doa di lingkungan diadakan sekali dalam seminggu yakni pada hari Kamis pukul 19.00. Doa ini dilaksanakan secara bergilir dari satu rumah ke rumah yang lain. Namun pada bulan September (bulan Kitab Suci), masa prapaskah dan masa adven diadakan pendalam iman. Dalam proses pendalam iman umat saling berbagi pengalaman imannya. Harapannya dengan saling berbagi pengalaman iman umat dapat saling meneguhkan dan semakin bersemangat dan aktif terlibat dalam kegiatan hidup menggereja baik di keluarga, lingkungan, paroki dan masyarakat. Pada bulan Mei dan Oktober umat di lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo mengadakan pertemuan untuk doa rosario bersama yang dimulai pada pukul 19.00 WIB. Doa rosario ini dilaksanakan pada setiap malam dan dilakukan secara bergilir. Selain berdoa rosario umat juga merenungkan sabda Tuhan dan mendapat tambahan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48 pengetahuan mengenai hal-hal praktis dalam liturgi yang disusun oleh tim pewartaan paroki. Dengan mendapat ini umat semakin aktif dan giat dalam hidup menggereja. Sebagai penutupan rangkaian doa rosario, umat lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo mengadakan ziarah bersama di gua Maria sesuai dengan kesepakatan bersama umat dalam lingkungan. Dengan kegiatan ziarah ini, umat semakin meneladani keutamaan-keutamaan Bunda Maria. Selain itu nilai yang didapat mereka semakin saling mengenal sebagai satu keluarga dalam satu lingkungan sehingga dapat saling membantu dalam perkembangan hidup rohaninya. Selain itu ada juga kegiatan rutin setiap tahun yakni Natalan dan Paskahan bersama sebagai ungkapan syukur dan kebersamaan satu keluarga besar lingkungan Santo Paulus. Kegiatan ini diadakan di biara susteran SSpS, selain lokasinya strategis dan jarak tempuhnya dekat, biara susteran SSpS berada di tengah-tengah lingkungan sehingga memudahkan umat untuk ikut ambil bagian dalam acara ini. Acara ini biasanya diramaikan dengan pertunjukkan-pertunjukkan seni, seperti seni suara dan seni musik yang berasal dari lingkungan itu sendiri. Suasana kebersamaan membuat
umat
semakin
menyadari
betapa
pentingnya
membangun
rasa
persaudaraan di antara satu keluarga besar lingkungan Santo Paulus. Perayaan ekaristi di lingkungan dilaksanakan 3 bulan sekali dengan tujuan untuk berbagi pengalaman dan mensharingkan tentang situasi yang ada di lingkungan kepada romo sehingga apa yang belum maju dapat ditingkatkan. Dengan kedatangan romo ke lingkungan, umat dapat mengutarakan kerinduan-kerinduan mereka untuk dikunjungi. Dengan demikian, romo dapat semakin mengenal umatnya dan umat pun semakin aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan paroki dan lingkungan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49 Latihan koor lingkungan diadakan ketika umat mendapat tugas bernyanyi di gereja dan biasanya diadakan dua kali dalam seminggu. Seminggu sebelum bernyanyi di gereja, latihan diadakan tiga kali sehingga benar-benar siap dalam menyanyikan lagu-lagu liturgis. Selain umat lingkungan yang ikut, hadir pula sustersuster SSpS, yang semakin menambah semangat umat untuk bernyanyi. Suasana ini menjadikan umat semakin aktif terlibat dalam kegiatan yang diadakan di lingkungan. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh umat yang sudah disebutkan di atas merupakan kegiatan untuk mengembangkan kehidupan rohani umat setempat. Tetapi sebagai masyarakat umat ikut terlibat dalam kegiatan yang diadakan oleh masyarakat setempat baik ditingkat RT dan RW seperti:
gotong royong yang
diadakan setiap hari Sabtu dan Minggu Sore. Kegiatan yang dilaksanakan umat dan masyarakat adalah membersihkan parit, pemakaman umum dan lingkungan sekitarnya sehingga lingkungan semakin rapih dan bersih namun yang paling penting adalah meningkatkan semangat persaudaraan dengan umat beragama lain. Salah satu bentuk kepedulian yang lain adalah umat lingkungan selalu mengunjungi sesamanya yang sakit entah dirawat di rumah sakit maupun di rumah mereka. Dalam kunjungan ini mereka mendoakan, memberi semangat dan dukungan kepada yang sakit maupun anggota keluarganya. Dengan kegiatan ini umat diharapkan semakin memiliki rasa kepedulian dan belarasa terhadap sesama karena mereka juga merupakan bagian dari lingkungan dan masyarakat. 4.
Kesulitan-kesulitan yang Dihadapi Umat di Lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo Paulus Yohanes II (1994: 20) memaparkan bahwa situasi lingkungan keluarga
menampilkan segi-segi yang positif dan juga negatif. Segi-segi positif merupakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50 tanda karya penyelamatan Kristus yang bekerja di dalam dunia. Sedangkan segi-segi negatif merupakan tanda penolakan
manusia terhadap cinta dan kasih Allah.
Dengan demikian situasi yang dialami oleh setiap keluarga baik pengalaman positip maupun negatif menjadi kesempatan untuk membangun relasi dengan Allah. Maka setiap anggota keluarga perlu menjalin relasi dengan Allah dalam keluarganya. Heryatno (2012:131) memaparkan bahwa ada keluarga yang pasif, bersikap masa bodoh, dan minimalis. Dan sebagian dari mereka berpandangan yang penting setiap hari Minggu pergi ke Gereja sudah cukup. Sementara kesulitan yang dihadapi umat adalah soal minat. Misalnya sebagian umat pada kegiatan ziarah, novena, dan devosi lainnya, sebagian berminat pada pendalaman iman, kelompok Kitab Suci, dan sebagian lainnya berminat pada acara dan kegiatan yang bersifat liturgis, seperti koor, misa lingkungan, ibadat dan doa bersama. Di kalangan umat ada pula yang berminat pada kegiatan sosial karitatif. Berdasarkan hasil pra penelitian pada tanggal 2 dan 4 Desember 2014 dengan beberapa anggota keluarga penulis ketahui bahwa kesulitan-kesulitan yang dialami oleh keluarga adalah: kurang menyediakan waktu untuk berdoa bersama dalam keluarga (membaca dan merenungkan Kitab Suci, doa bersama saat makan, merayakan ulang tahun dan ulang tahun perkawinan). Kendala dari kesulitan ini disebabkan karena kesibukan kerja, anak disibukan dengan tugas belajar maka waktu untuk membangun kebersamaan hidup rohani keluarga sangat kurang. Kesulitan yang sama terjadi juga pada OMK yang ada di lingkungan tersebut yakni kurangnya partisipasi dan keterlibatan OMK di lingkungan seperti doa lingkungan, pendalaman iman, doa rosario dan kegiatan lainnya. Hal ini disebabkan karena kesibukan belajar, kurang adanya dukungan dari orang tua dan kesibukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51 pekerjaan masing-masing sehingga membuat mereka menjadi pasif dan tidak mau terlibat dalam kegiatan yang terjadi di lingkungan. PIA/PIR merupakan kesempatan untuk membina iman anak sejak awal namun yang terjadi di lingkungan St. Paulus Maguwoharjo adalah tidak ada kegiatan PIA/PIR. Hal ini disebabkan orang tua kurang menggerakan anak-anak untuk ikut terlibat dalam pembinaan iman anak-anaknya. Selain itu tidak adanya pendamping yang merelakan dirinya untuk membantu mendampingi perkembangan iman anakanak.
B. Gambaran Hidup Rohani Keluarga Kristiani di Lingkungan St. Paulus Maguwoharjo Hidup rohani merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia karena membantu manusia menjadi pribadi yang kuat, tangguh dalam menghadapi setiap persoalan yang melanda hidupnya, sehingga membuat seseorang untuk terus mencari dan menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Demikian pun halnya dalam kehidupan keluarga Kristiani di mana para orang tua terus berusaha melaksanakan kegiatan rohani dalam keluarganya sehingga dapat tercipta suasana yang harmonis dan bahagia dalam keluarga dan dalam masyarakat. Hal ini juga terjadi dalam keluarga yang ada di Lingkungan St. Paulus Maguwoharjo. Dalam pra penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan beberapa anggota keluarga, diungkapkan betapa pentingnya hidup rohani dalam keluarga karena membuat anggota keluarga semakin dekat dengan Yesus melalui doa-doa, berbagi pengalaman iman membuat mereka saling mencintai, saling menghormati, dan saling mendukung serta saling melayani satu sama lain. Untuk mencapai semuanya itu anggota keluarga khususnya yang ada di Lingkungan Santo Paulus melakukan berbagai kegiatan rohani yang mendukung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52 perkembangan imannya akan Yesus. Kegiatan kerohanian bukan hanya dilakukan saat doa bersama di lingkungan, pendalaman iman lingkungan, perayaan ekaristi di Gereja tetapi juga dalam keluarga mereka masing-masing seperti: doa sebelum dan sesudah makan. Doa ini dilakukan bersama dalam satu keluarga sebagai ungkapan kebersamaan, lebih dilakukan pada sore atau malam hari karena semua berkumpul sedangkan pada pagi dan siang hari anak-anak dan orang tua melakukannya sendiri karena tugas pekerjaan yang berbeda-beda. Tujuan dilakukan doa makan ini agar suasana cinta kasih dan komunikasi antar kedua orang tua dan anak-anak tetap terjalin dengan baik. Doa sebelum tidur dilakukan bersama seperti membaca dan merenungkan Kitab Suci bersama. Dalam doa ada pembagian tugas bersama seperti ibu yang memimpin doa, anak memimpin lagu dan bapak membaca dan membuat renungan singkat. Tugas doa ini biasanya bergantian sehingga anak-anak juga sudah dibiasakan memimpin doa sejak kecil. Dalam renungan Kitab Suci biasanya sang ayah membuat dalam bahasa sederhana sehingga mudah untuk dipahami. Tujuannya adalah sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas anugerah dan kesetian Tuhan yang telah menyertai dan mendampingi keluarga dalam seluruh hari. Selain yang sudah disebutkan di atas kebiasaan lain yang dilakukan oleh anggota keluarga adalah doa Rosario dan novena bersama. Doa ini dilakukan sesuai dengan kesepakatan bersama dalam keluarga dan menentukan hari yang tepat yang dapat diikuti oleh semua anggota keluarga. Dalam doa ini sesama anggota keluarga diberi kesempatan untuk mengungkapkan intensinya masing-masing sesuai dengan apa yang mereka alami hari ini. Tujuan lain adalah memperkenalkan anak-anak pada doa devosi dan lebih dekat dengan Bunda Maria melalui doa Rosario.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53 Mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan seperti doa rutin, pendalaman iman, ibadat syukur ulang tahun, doa Rosario pada bulan Mei dan Oktober dan lain sebagainya. Doa ini tidak semua dapat hadir karena anggota keluarga yang lain masih sibuk dengan masing-masing pekerjaannya seperti anak-anak sibuk dengan tugas belajarnya namun saat libur sekolah atau ada kesempatan orang tua mengajak mereka untuk ikut berdoa bersama sehingga bisa saling mengenal dengan anggota keluarga yang lain dan semakin mendorong anak-anak untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan di lingkungan. Dengan demikian keluarga Kristiani perlu membangun hidup rohani secara terus menerus karena dengan membangun hidup rohani melalui doa keluarga mampu membawa gerak perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Hidup yang dijiwai oleh doa membawa dampak pada perubahan sikap yang sesuai dengan nilainilai Kerajaan Allah. Maka keluarga Kristiani menjadikan hidup doa menjadi bagian hidup mereka yang meneguhkan dan menjadi kekuatan dalam hidup mereka, sehingga keluarga mampu melaksanakan kehendak Allah dalam hidup bersama sebagai keluarga, lingkungan, maupun masyarakat di mana keluarga itu tinggal.
C.
Penelitian pelaksanaan hidup rohani keluarga di Lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo melalui Katekese Umat Pada bagian ini penulis akan membahas latar belakang penelitian, tujuan
penelitian, tempat dan waktu penelitian, instrumen pengumpulan data, responden penelitian, variabel penelitian, laporan hasil penelitian, pembahasan penelitian dan kesimpulan hasil penelitian. 1.
Desain Penelitian
b. Latar Belakang Penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54 Berkat Sakramen Baptis, keluarga menjadi anggota Gereja dan ikut membangun Gereja. Keluarga bukan hanya merupakan komunitas basis manusia belaka, melainkan komunitas gerejawi yang mengambil bagian dalam karya penyelamatan Allah. Hidup keluarga ini menampakkan hidup Gereja sebagai suatu persekutuan dalam bentuk yang paling kecil namun mendasar, yang merayakan iman melalui doa peribadatan, mewujudkan pelayanan melalui pekerjaan dan
memberi kesaksian
dalam pergaulan sehari-hari di tengah masyarakat (KWI 2011:15). Kehidupan suatu keluarga tentu tidaklah berjalan mulus, tetapi juga mengalami banyak tantangan atau permasalahan, salah satunya adalah membina kehidupan rohani dalam keluarga. Orang tua serta anak-anak mempunyai kesibukan sehingga kurang memperhatikan kehidupan rohani dalam keluarga. Hal ini disebabkan karena sebagian besar orang tua memiliki mata pencaharian sebagai pegawai, wirausaha dan pengusaha sehingga untuk mengatur waktu untuk kegiatan rohani dalam keluarga masih harus ditingkatkan lagi dengan meluangkan waktu dan sarana-sarana untuk mengembangkan hidup rohani dalam keluarga. Selain itu juga orang tua harus menanamkan sikap bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sehingga menunjang keutuhan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Di samping itu juga orang tua harus menanamkan suasana cinta kasih kepada anak-anak agar mereka merasa nyaman dan mendukung perkembangan iman agar menjadi pribadi yang dewasa. Untuk meningkatkan hidup rohani, keluarga perlu membuat kesepakatan tentang kegiatan peribadatan dan kegiatan sosial yang bisa dilakukan bersama dalam keluarga. Para orang tua dan anak-anak diminta untuk meluangkan waktu sesibuk apapun untuk berkumpul bersama dalam keluarga membaca dan merenungkan Kitab Suci bersama dan orang tua perlu menjelaskan ayat-ayat Kitab Suci dengan bahasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55 anak sehingga mudah dimengerti, doa bersama sebelum makan ketika semua keluarga berkumpul
di meja makan untuk santapan bersama serta mengikuti
perayaan Ekaristi bersama dan lain sebagainya. Selain itu juga dalam sebuah keluarga pentingnya dijalin hubungan cinta kasih yaitu antara orang tua dengan anak, kakak dan adik serta keluarga-keluarga lain sehingga terciptalah suasana harmonis. Selain itu anggota keluarga harus ikut terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan Gereja karena keluarga sendiri merupakan bagian dari Gereja dan masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan
adalah terlibat dalam koor bersama,
membersihkan dan menghias altar, anak-anak bisa terlibat dalam kegiatan menjadi Putra/putri altar, ikut bina iman dan menjadi lektor serta pembawa mazmur. Sedangkan dalam hidup bermasyarakat anggota keluarga bisa terlibat dalam gotong royong membersihkan lingkungan, saling membantu dan melayani bila ada yang membutuhkan pertolongan dan kegiatan lainnya yang dapat membantu menumbuh kembangkan hidup rohani keluarga Kristiani. Untuk itu penulis mengadakan penelitian untuk melihat apa yang telah terjadi sehubungan dengan hidup rohani dalam keluarga-keluarga Kristiani di Lingkungan St. Paulus Maguwoharjo. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sejauhmana hidup rohani dalam keluarga Kristiani sudah dilakukan oleh anggota keluarga dengan baik. Penelitian ini juga diharapkan agar anggota keluarga mampu menjalankan hidup rohani dalam keluarga untuk hidup kedepannya. c.
Tujuan Penelitian
1) Mendapatkan gambaran tentang kegiatan hidup rohani keluarga-keluarga Kristiani di lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo Paroki Marganingsih Kalasan Yogyakarta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56 2) Menemukan gambaran bagaimana keluarga-keluarga Kristiani menghayati panggilan mereka 3) Menemukan faktor pendukung dan penghambat. d. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang di amati (Moleong,1988:3). e.
Instrumen Pengumpulan Data Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket. angket merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,2009:142). Wawancara merupakan teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2009:137). f.
Responden Penelitian Responden penelitian adalah keluarga-keluarga Kristiani di Lingkungan santo
Paulus Maguwoharjo. Untuk menentukan responden penelitian perlu diketehui terlebih dahulu perbedaan populasi dan sampel. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu misalnya: penduduk di wilayah tertentu (Sugiyono,2009:215).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57 Penulis menggunakan teknik Purposive Sampling yakni pemilihan responden yang bertujuan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Kriteria bagi responden yang menjadi sumber data dalam peneliti ini adalah responden memiliki data yang penulis harapkan dalam penelitian, responden aktif dalam kegiatan yang diteliti, mempunyai waktu untuk dimintai informasi sesuai yang diminta penulis (Sugiyono, 2009:221). Dalam penelitian ini penulis tidak mengambil semua umat yang ada di lingkumgan Santo Paulus Maguwoharjo. Jumlah KK di lingkungan Santo Paulus adalah 44 KK dengan jumlah 163 jiwa, dari jumlah yang ada penulis mengambil 20 KK yang terdiri dari bapak-bapak dan ibu- ibu yang mewakili keluarga-keluarga yang ada di lingkungan sebagai responden yang dapat memberikan gambaran atau data yang dibutuhkan. Dalam angket dan wawancara, yang dapat memberi jawaban adalah ibu, bapak dan juga ibu dan bapak. g.
Waktu dan Tempat Tempat penelitian adalah keluarga-keluarga di Lingkungan Santo Paulus
Maguwoharjo Paroki Marganingsih Kalasan. Sedangkan waktu pelaksanaan pada bulan Februari 2015. h. Variabel Penelitian Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono,2009:38). Variabel yang diungkapkan dalam penelitian ini sehubungan dengan hidup rohani keluarga Kristiani di Lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo melalui katekese umat yaitu:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
1) Pelaksanaan Hidup Rohani. Tabel NO
Faktor-faktor yang diungkapkan
No. Item
1
Gambaran kegiatan rohani
1, 2, 3, 4, 5, 6,
keluarga pada umumnya
7, 8, 9, 10
Jumlah 10
2) Keluarga – Keluarga Kristiani di lingkungan St. Paulus Maguwoharjo NO
Faktor-faktor yang diungkap
No. Item
1
Gambaran tentang keluarga
11, 12, 13,
Kristiani menghayati panggilan
14, 15
Jumlah
5
dalam Gereja Domestik 2
Faktor pendukung dan
16, 17, 18,
penghambat dalam hidup rohani
19, 20
5
keluarga Kristiani. 10
2.
Laporan Hasil Penelitian Penghayatan Hidup Rohani KeluargaKeluarga di Lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo Pada bagian ini akan dibahas laporan hasil penelitian yang dilaksanakan di
Lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo. Jumlah angket yang disebarkan oleh penulis sebanyak 20 angket kepada 20 responden. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17-18 Februari 2015. Laporan penelitian ini disajikan sesuai dengan urutan variabel yang tertera dalam tabel 1 yang terdiri: gambaran kegiatan rohani keluarga pada umumnya, gambaran tentang keluarga Kristiani menghayati panggilannya sebagai Gereja Domestik dan faktor pendukung dan penghambat dalam hidup rohani keluarga Kristiani. Dalam laporan ini penulis menggunakan rumusan pengolah data untuk mengolah data dengan rumusannya sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59 Rumus: A = Jumlah yang menjawab
A X 100% = ……..
N = Jumlah Responden
N a.
Gambaran Kegiatan Rohani Pada Umumnya
Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil penelitian tentang pelaksanaan hidup rohani keluarga Kristiani di lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo pada umumnya seperti yang terungkap dalam tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2 Gambaran Kegiatan Rohani Keluarga Pada Umumnya (N = 20) Jumlah No
Pernyataan
SS
S
TS
STS
1
Keluarga menyediakan waktu
16
4
0
0
(80%)
(20%)
(0%)
(0%)
13
7
0
0
(65%)
(35%)
(0%)
(0%)
Seluruh anggota keluarga ikut
3
16
1
0
terlibat dalam kegiatan doa
(35%)
(80%)
(5%)
(0%)
8
11
1
0
(40%)
(55%)
(5%)
(0%)
5
15
0
0
untuk
doa
bersama
dalam
keluarga 2
Seluruh setiap
anggota hari
keluarga
Minggu
ikut
perayaan Ekaristi di Gereja 3
lingkungan dan pendalaman iman 4
Doa bersama dalam keluarga juga mendoakan orang lain
5
Keluarga saling mendukung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60 untuk
terlibat
aktif
dalam
(25%)
(75%)
(0%)
(0%)
18
2
0
0
(90%)
(10%)
(0%)
(0%)
3
17
0
0
(15%)
(85%)
(0%)
(0%)
11
9
0
0
(55%)
(45%)
(0%)
(0%)
Doa bersama dalam keluarga
9
11
0
0
bukan hanya saat ada kesulitan
(45%)
(55%)
(0%)
(0%)
1
17
2
0
(5%)
(85%)
(10%)
(0%)
kegiatan menggereja 6
Keluarga
selalu
bersyukur
kepada Tuhan atas apa yang telah dimiliki 7
Orang tua menjelaskan arti dan makna
perayaan-perayaan
dalam agama Katolik seperti Natal, Paskah dll kepada anakanak 8
Dalam keluarga selalu ada komunikasi yang baik
9
tapi dalam situasi apapun 10
Keluarga ikut terlibat dalam ziarah bersama
Hasil penelitian tentang pelaksanaan hidup rohani keluarga Kristiani di lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo berdasarkan tabel 2 di atas bahwa dari 20 responden, banyak responden yang menyatakan bahwa keluarga menyediakan waktu untuk doa bersama dalam keluarga ini terlihat dari pernyataan no 1 diperoleh data 16 (80%) dan didukung oleh 4 (16%) responden menyatakan setuju bahwa keluarga menyediakan waktu untuk doa bersama dalam keluarga. Pada soal no 2 penulis melihat bahwa 13 (65%) dan didukung oleh 7 (35%) responden menyatakan setuju
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61 bahwa seluruh keluarga pada hari Minggu ikut perayaan Ekaristi di Gereja. Pada pernyataan no 3 terdapat 3 (15%) responden menyatakan seluruh anggota keluarga ikut terlibat dalam kegiatan doa lingkungan dan pendalaman iman dan didukung oleh 16 (80%) responden menyatakan setuju sedangkan 1 ( 5%) menyatakan tidak setuju bahwa keluarga ikut terlibat dalam kegiatan doa lingkungan dan pendalaman iman karena sibuk dengan pekerjaan. Sedangkan dari pernyataan no 4 terdapat 8 (40%) dan didukung oleh 11 (55%) responden menyatakan setuju bahwa doa bersama dalam keluarga juga mendoakan orang lain sedangkan 1 (5%) responden menyatakan tidak setuju bahwa doa bersama dalam keluarga juga mendoakan orang lain. Selanjutnya pada pernyataan no 5 terdapat 5 (25%) dan didukung oleh 15 (75%) responden menyatakan setuju bahwa keluarga saling mendukung untuk terlibat aktif dalam kegiatan menggereja. Dari pernyataan no 6 terdapat 18 (90%) dan didukung oleh 2 (10%) responden menyatakan setuju bahwa keluarga selalu bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah dimiliki. Pernyataan no 7 terdapat 3 (15%) dan didukung oleh 17 (85%) responden menyatakan setuju bahwa orang tua menjelaskan arti dan makna perayaan-perayaan dalam agama Katolik seperti hari Natal dan Paskah dan lain-lain kepada anak-anak. Pada pernyataan no 8 terdapat 11 (55%) dan didukung oleh 9 (45%) responden menyatakan setuju bahwa dalam keluarga ada komunikasi yang baik. Pernyataan no 9 terdapat 9 (45%) dan didukung oleh 11 (55%) responden menyatakan setuju bahwa doa bersama dalam keluarga bukan hanya saat ada kesulitan tapi dalam situasi apapun. Sedangkan dari pernyataan no 10 terdapat 1 (5%) dan didukung oleh 17 (85%) responden menyatakan setuju bahwa keluarga ikut terlibat dalam ziarah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62 bersama sedangkan 2 ( 10%) responden menyatakan tidak setuju bahwa keluarga ikut terlibat dalam ziarah bersama. b. Gambaran Tentang Keluarga Kristiani Menghayati Panggilannya sebagai Gereja Domestik Pada bagian ini peenulis akan memaparkan hasil penelitian tentang keluarga Kristiani menghayati panggilannya sebagai Gereja domestik yang terungkap dalam tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Gambaran tentang keluarga Kristiani menghayati panggilan dalam Gereja domestik (N=20) Jumlah No 11
Pernyataan
SS
S
TS
STS
12
8
0
0
60%
40%
0%
0%
13
7
0
0
65%
35%
0%
%
Seluruh anggota keluarga
13
7
0
0
saling memberi dukungan
65%
35%
0%
0%
Keluarga memiliki kebiasaan
8
12
0
0
untuk doa bersama saat ulang
40%
60%
0%
0%
15
5
0
0
75%
25%
0%
0%
Dalam keluarga orang mudah mengampuni
12
Anggota keluarga saling melayani
13
14
tahun
kelahiran
dan
ulang
tahun perkawinan 15
Anggota keluarga saling mendoakan satu sama lain
Hasil penelitian tentang keluarga Kristiani menghayati panggilan mereka sebagai Gereja domestik yang tertera dalam tabel 3 pernyataan no 11 terdapat 12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63 (60%) dan didukung oleh 8 (40%) responden menyatakan setuju bahwa dalam keluarga orang mudah mengampuni. Pada pernyataan no 12 terdapat 13 (65%) dan didukung oleh 7 (45%) responden menyatakan setuju bahwa anggota keluarga saling melayani. Sedangkan pada pernyataan no 13 terdapat 13 (65%) dan didukung oleh 7 (45%) respnden menyatakan setuju bahwa seluruh anggota keluarga saling memberi dukungan. Pada pernyataan no 14 terdapat 8 (40%) dan didukung oleh 12 (60%) responden menyatakan setuju bahwa keluarga memiliki kebiasaan untuk doa bersama saat ulang tahun kelahiran dan ulang tahun perkawinan. Sedangkan pada pernyataan no 15 terdapat 15 (75%) dan didukung oleh 5 (25%) responden menyatakan setuju bahwa anggota keluarga saling mendoakan satu sama lain. c.
Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penghatan Hidup Rohani Keluarga Kristiani
Pada bagian ini, penulis akan memaparkan faktor pendukung dan penghambat dalam penghayatan hidup rohaani keluarga Kristiani berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4 berikut ini Tabel 4 Faktor pendukung dan penghambat (N=20) Jumlah No
Pernyataan
SS
S
TS
STS
16
Doa bersama dalam keluarga
8
12
0
0
40%
60%
0%
0%
4
16
0
0
20%
80%
0%
0%
dapat
membuat
keluarga
semakin beriman kepada Allah 17
Anggota
keluarga
saling
memberi perhatian ketika ada yang
sedang
mengalami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64 kesulitan 18
Keluarga kurang terlibat dalam
0
2
17
1
kegiatan di lingkungan maupun
0%
10%
85%
5%
0
4
16
0
0%
20%
80%
0%
0
1
18
1
0%
5%
90%
5%
Gereja 19
Orang
tua
selalu
sibuk
sehingga waktu untuk berdoa bersama dalam keluarga jarang dilaksanakan 20
Keluarga kurang terlibat dalam kegiatan di lingkungan
Tabel 4 menunjukan bahwa pada pernyataan no 16 terdapat 8 (40%) dan didukung oleh 12 (60%) responden menyatakan setuju bahwa doa bersama dalam keluarga semakin beriman kepada Allah. Dari pernyataan no 17 terdapat 4 ( 20%) dan didukung oleh 16 (80%) responden menyatakan setuju bahwa saling memberi perhatian ketika ada yang sedang mengalami kesulitan. Sedangkan pada pernyataan no 18 terdapat 2 (10%) responden menyatakan setuju bahwa keluarga kurang terlibat dalam kegiatan di lingkungan dan di Gereja sedangkan 17 (85%) dan didukung oleh 1 (5%) menyatakan tidak setuju bahwa keluarga kurang terlibat dalam kegiatan di lingkungan dan di Gereja. Pada pernyataan no 19 terdapat 4 (20%) responden menyatakan setuju bahwa orang tua sibuk sehingga waktu untuk berdoa bersama dalam keluarga jarang dilaksanakan sedangkan 16 (80%) responden menyatakan tidak setuju bahwa orang tua selalu sibuk sehingga waktu untuk berdoa bersama dalam keluarga jarang dilaksanakan. Sedangkan pada pernyataan no 20 terdapat 1 (5%) responden
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65 menyatakan setuju bahwa keluarga kurang terlibat dalam kegiatan di lingkungan dan Gereja sedangkan 18 (90%) dan didukung oleh 1 (5%) menyatakan tidak setuju bahwa keluarga kurang terlibat dalam kegiatan di lingkungan dan Gereja. Tabel 4 menunjukan bahwa dalam kegiatan rohani keluarga Kristiani ada faktor pendukung yang membuat keluarga ikut terlibat dalam kegiatan rohani. Faktor pendukung antara lain dari dalam diri adalah menyadari bahwa kegiatan rohani itu merupakan aspek terpenting dalam hidup imannya akan Allah sehingga mereka merasa butuh dan bersedia meluangkan waktu untuk doa bersama dalam keluarga dan ikut terlibat di kegiatan lingkungan dan Gereja. Namun ada juga faktor penghambat yakni kesibukan orang tua dan anak-anak dengan masing-masing pekerjaannya sehingga mereka mengabaikan hidup rohaninya. 3.
Laporan Penelitian Hasil Wawancara dengan Para Orang Tua di Lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo Laporan ini dimaksudkan untuk membuat perbandingan antara jawaban
responden melalui penelitian hasil kuesioner dan wawancara dengan 5 orang tua yang dipilih secara acak. Penulis memilih wawancara karena dalam kuesioner penulis mendapat kesan adanya kejanggalan dimana responden tidak menjawab sesuai dengan fakta yang terjadi dalam hidup sehari-hari tetapi berdasarkan pikiran. Berdasarkan pengamatan penulis biasanya tidak semua keluarga ikut terlibat dalam kegiatan hanya yang mewakili dan beberapa keluarga yang sempat bersama. Melalui wawancara lebih mudah bagi penulis untuk mengetahui lebih lanjut pelaksanaan hidup rohani keluarga Kristiani di lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo. a.
Keluarga menyediakan waktu untuk doa bersama dalam keluarga Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan lima orang tua yang mewakali
diketahui bahwa dari lima responden, empat responden mengatakan sangat jarang bahkan ada yang tidak sama sekali melaksanakan kegiatan doa bersama dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66 keluarga. Menurut mereka doa bersama dalam keluarga itu sangat penting dimana mereka bersatu untuk memuji dan bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan kepada mereka namun mereka belum mencobanya untuk bersama-sama berdoa dan biasanya masing-masing berdoa secara pribadi saat tidur dan bangun tidur.
Ada
responden yang mengatakan sebenarnya ada kerinduan untuk berkumpul dan berdoa bersama namun waktu yang tidak memungkinkan. Hari minggu bersama-sama mereka ke Gereja untuk merayakan Ekaristi bersama. b. Seluruh keluarga ikut terlibat dalam kegiatan doa lingkungan dan pendalaman iman Dari hasil wawancara yang penulis dapatkan, lima responden mengatakan bahwa semua keluarga jarang ikut terlibat dalam kegiatan doa dan pendalaman iman di lingkungan. Satu responden mengatakan bahwa dalam keluarga mereka bergantian antara bapak dan ibu sedangkan untuk anak-anak di saat libur sekolah baru mereka bisa hadir bersama. Sedangkan empat responden mengatakan yang biasanya hadir adalah ibu-ibu, itu juga kalau ada kesempatan sedangkan bapak jarang bahkan ada yang tidak sama sekali ikut terlibat dalam kegiatan doa dan pendalaman iman di lingkungan dengan alasan pekerjaan. c.
Hambatan dan faktor pendukung yang dialami dalam melaksanakan doa bersama dalam keluarga Dari hasil wawancara orang tua mengatakan bahwa faktor penghambat dalam
melaksanakan doa bersama adalah waktu. Mereka kurang mengatur waktu untuk melaksanakan doa bersama karena pekerjaan yang berbeda-beda seperti: ibu pulang kerja dan bapak berangkat untuk kerja sehingga ketemu malam hari. Anak-anak pulang sekolah sore dan menyelesaikan tugas rumah pada malam hari, sedangkan orang tua harus menyelesaikan pekerjaannya karena merasa bertanggungjawab dengan kliennya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67 Faktor kedua adalah kurang adanya komunikasi dalam keluarga seperti tidak membuat kesepakatan bersama kapan bisa melaksanakan doa bersama. Sedangkan faktor pendukung ini penulis temukan dalam wawancara dengan satu keluarga, dia mengatakan bahwa di sela-sela kesibukan, mereka membuat kesepakatan untuk bersama melaksanakan doa bersama yaitu pada malam hari dan keluarga merasa bersyukur karena mereka masih mampu bersama-sama menjalankan itu. d. Keluarga memiliki kebiasaan untuk doa bersama saat ulang tahun kelahiran dan ulang tahun perkawinan Dari hasil wawancara, penulis menemukan bahwa keluarga mengatakan sering melakukan doa bersama saat ulang tahun khususnya ulang tahun anak-anaknya sedangkan untuk orang tua jarang dilakukan karena mereka merasa sudah tua. Dalam doa ulang tahun kelahiran ini biasanya mereka saling mendoakan satu sama lain dan juga mendoakan bagi mereka yang merayakan hari ulang tahun hari itu. Sedangkan ulang tahun perkawinan mereka jarang melakukan, kadang lupa karena sibuk dengan pekerjaan dan kadang dirayakan hanya berdua saja. e.
Seluruh keluarga ikut terlibat dalam kegiatan di Gereja dan di Lingkungan Untuk pertanyaan ini empat responden mengatakan sangat jarang atau kurang
terlibat dalam kegiatan yang diadakan oleh lingkungan seperti koor lingkungan, koor di Gereja, ziarah bersama, mengunjungi orang sakit dan lain sebagainya. Mereka tidak bisa ikut terlibat karena pulang kerja sudah lelah, mengurus anak-anak dan cucu yang masih kecil. Tapi kalau ada kesempatan mereka ikut terlibat hanya bapak-bapak jarang sekali bahkan ada yang tidak pernah ikut ambil bagian dalam kegiatan. Dua responden mengatakan mereka selalu bergantian, kalau bapak sibuk, ibu dan anak-anak ikut hadir demikian sebaliknya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68 3 Pembahasan Hasil Penelitian Melalui Kuesioner dan Wawancara Tentang Pelaksanaan Gambaran Hidup Rohani Keluarga Kristiani di Lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo Pada bagian ini penulis akan membahas hasil penelitian melalui kuesioner dan wawancara dari responden keluarga-keluarga Kristiani di lingkungan Santo Paulus Maguwoharja yang telah dilaporkan pada bagian sebelumnya. Pembahasan ini bertujuan untuk memahami lebih lanjut hasil penelitian yang menggambarkan penghayatan hidup rohani keluarga Kristiani di lingkungan santo Paulus Maguwoharjo. Hasil penelitian mengenai gambaran hidup keluarga Kristiani bagi anggota keluarga sangat penting dimana dengan membangun hidup rohani dalam keluarga maka keluarga menjalani hidup ini dengan rasa syukur dan semangat baru. Hal ini terlihat pada (tabel 2 no 1 dan 6) yang menyatakan bahwa keluarga menyediakan waktu untuk berdoa bersama dalam keluarga. Dengan menyediakan waktu untuk doa bersama dalam keluarga maka keluarga selalu bersyukur atas apa yang telah dimilikinya. Namun tidak semua keluarga bisa melaksanakan doa bersama. Hal ini dapat dilihat dalam hasil wawancara penulis dengan beberapa keluarga. Mereka mengatakan bahwa jarang dan bahkan ada yang sama sekali tidak karena sibuk dengan masing-masing pekerjaan dan anak-anak dengan tugas sekolahnya. Selain itu anggota keluarga meluangkan waktu untuk merayakan Ekaristi setiap hari Minggu, ikut terlibat dalam kegiatan doa lingkungan dan pendalaman iman, hal ini dapat dilihat pada (tabel 2 no 2 dan 3). Tetapi hasil wawancara menunjukan bahwa tidak semua keluarga ikut terlibat dalam kegiatan doa lingkungan dan pendalaman iman biasanya yang hadir adalah ibu-ibu sedangkan bapak-bapak dan anak-anak memilih tinggal untuk menyelesaikan tugasnya. Doa bersama dalam keluarga bukan saja saat mengalami kesulitan tetapi juga dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69 situasi apapun misalnya saat ulang tahun kelahiran dan ulang tahun perkawinan dimana setiap anggota keluarga saling mendoakan satu sama lain (tabel 2 no 9 dan tabel 3 no 14 dan 15). Namun tidak semua bisa melaksanakan doa saat ulang tahun kelahiran dan perkawinan hal ini dapat dilihat dalam hasil wawancara dimana orang tua lebih mementingkan anak-anaknya ketimbang merayakan ulang tahun perkawinan mereka. Sebagai ungkapan syukur dan rasa kebersamaan dalam keluarga dan di lingkungan anggota keluarga ikut terlibat dalam ziarah bersama hal ini dapat dilihat pada (tabel 2 no 10). Tugas utama para orang tua adalah mendidik dan membimbing anakanaknya untuk mengenal dan mencintai Tuhan. Untuk itu perhatian dan dukungan dari orang tua sangat bermanfaat bagi perkembangan iman anak. Untuk membantu anak berkembang dalam imannya orang tua tidak sebatas mendorong anak pergi ke Gereja atau hadir dalam doa lingkungan dan mengajari anak-anak berdoa tetapi bagaimana orang tua bisa melakukannya dalam tindakan sehari-hari seperti: mengajak mereka untuk berdoa sebelum dan sesudah makan, mengajak mereka terlibat dalam kegiatan PIA, mengenalkan doa-doa devosi, santo dan santa pelindung serta menjelaskan makna perayaan ekaristi dan perayaan-perayaan besar seperti Natal, Paskah dan lain-lain kepada anak-anaknya ( tabel 2 no 7). Dalam keluarga para orang tua bertanggung jawab untuk mengajarkan doa kepada anakanaknya, mengajak mereka mengenal secara bertahap misteri Allah dan membagun relasi dengan Allah. Kebiasaan ini hendaknya dilakukan sedari kecil sehingga anakanak mudah mengingatnya (Bala, 2003:71).
Pengalaman bersama dalam keluarga membuat mereka mampu menjalin komunikasi dan relasi yang baik dimana setiap anggota keluarga berusaha untuk saling memberi perhatian jika ada yang mengalami kesulitan. Dimana mereka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70 mampu mendengarkan, memberi perhatian dan dukungan serta saling melayani satu dengan lain. Selain itu ada pengampunan dalam keluarga Kristiani jika salah satu anggota keluarga yang membuat kesalahan mereka berusaha untuk membuat klarifikasi sehingga tidak ada rasa dendam tetapi pengampunan yang tulus. Hal ini dapat dilihat pada (tabel 2 no 8 , tabel 3 no 11, 12, 13 dan tabel 4 no 17). Selain itu keluarga juga diharapkan mampu membagikan kabar sukacita dan damai kepada sesama dengan saling mengasihi, saling mengampuni dan melayani dengan tulus hati sehingga semua orang juga turut merasakan kehadiran Allah ditengah keluarganya. Inilah panggilan khas keluarga Kristen dan apabila keluarga menyadari panggilannya ini, maka keluarga menjadi persekutuan yang menguduskan, di mana orang belajar menghayati kelemahlembutan, keadilan, belaskasihan, kasih sayang, kemurnian, kedamaian, dan ketulusan hati.
Dengan melaksanakan kegiatan rohani secara teratur dan mau meluangkan waktu untuk berelasi dengan Tuhan membuat anggota keluarga semakin beriman kepada Allah dengan demikian bisa dilihat pada (tabel 4 no 16). Dalam keluarga orang tua sesibuk apapun meluangkan waktu untuk berdoa bersama dalam keluarga dan sebagai umat Allah. Keluarga merupakan Gereja rumah tangga dimana tempat Yesus Kristus hidup dan berkarya untuk keselamatan manusia dan berkembangnya kerajaan Allah. Sebagai Gereja keluarga dipanggil untuk menyatakan kasih Allah yang begitu luar biasa baik di dalam maupun di luar keluarga. Oleh karena itu, setiap anggota keluarga
diharapkan mengalami pengalaman nyata dan terus menerus
dengan Yesus Kristus dalam Ibadah/persekutuan, puji-pujian dan doa .Hal ini dapat dilihat pada (tabel 4 no 18,19 dan 20). Namun tidak semua anggota keluarga ikut terlibat dalam kegiatan di lingkungan dan Gereja. Hal ini dapat dilihat dalam hasil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71 wawancara penulis dengan beberapa anggota keluarga, mereka mengungkapkan bahwa sulit membagi waktu dan jika ada kesempatan mereka bisa hadir. Doa keluarga mempunyai ciri khusus yaitu doa itu dilaksanakan bersamasama sebagai satu keluarga, bersatu dalam doa bersama merupakan tuntutan dari sakramen babtis dan perkawinan. Teladan konkret dan kesaksian hidup orang tua sangat penting dalam mendidik anak-anak untuk berdoa. Doa bersama justru memberikan kesan yang mendalam bagi anak-anak dan doa bersama menambah kekuatan dan kebersamaan dalam keluarga untuk turut ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah dengan melaksanakan lima tugas Gereja (Bala, 2003:71). Setelah penulis melihat hasil angket dan wawancara, penulis menemukan adanya perbedaan dimana hasil angket menunjukan bahwa keluarga di lingkungan Santo Paulus telah menghayati hidup rohaninya dengan baik tidak ada hambatan dan kesulitan. Namun dari hasil wawancara keluarga jarang melaksanakan kegiatan rohani dalam keluarga, lingkungan dan Gereja. Untuk itu penulis menggunakan hasil wawancara sebagai titik tolak dalam bab IV dan membuat program untuk membantu meningkatkan penghayatan hidup rohani dalam keluarga Kristiani di lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo. 4. Kesimpulan Hasil Penelitian Penghayatan Hidup Rohani keluarga Kristiani di lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner dan wawancara, maka penulis memperoleh gambaran penghayatan hidup rohani yang dilaksanakan oleh anggota keluarga Kristiani di lingkungan Santo Paulus dalam hidup harian mereka. Dari hasil kuesioner terlihat bahwa pada umumnya kegiatan hidup rohani keluarga sangat baik dimana mereka ikut terlibat aktif dalam kegiatan di lingkungan, Gereja dan keluarganya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72 Namun melalui wawancara penulis menemukan data yang berbeda dari hasil kuesioner dimana keluarga jarang melaksanakan kegiatan rohani seperti doa bersama dalam keluarga, merayakan perayaan syukur ulang tahun atau ulang tahun perkawinan, doa devosi atau doa yang lainnya karena masing-masing keluarga sibuk dengan pekerjaannya. Selain itu keluarga juga jarang ikut terlibat dalam kegiatan di lingkungan atau Gereja. Jika ada waktu biasanya mereka bergantian antara ibu atau bapak tetapi yang lebih banyak terlibat adalah ibu, sedangkan anak-anak jarang kecuali ada liburan. Setelah penulis melihat hasil dari data antara angket dan wawancara tersebut maka penulis mengambil data dari hasil wawancara untuk tindak lanjut dalam penulisan di Bab IV. Untuk mendukung keluarga agar semakin terlibat dalam kegiatan hidup rohani maka penulis memberi sumbangan pemikiran yang berupa usulan program. Penulis berharap dengan adanya usulan program keluarga semakin memperhatikan hidup rohani dalam keluarganya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73 BAB IV KATEKESE KELUARGA SEBAGAI JALAN UNTUK MENINGKATKAN HIDUP ROHANI KELUARGA KRISTIANI Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan bahwa penghayatan hidup rohani keluarga Kristiani di lingkungan Ssanto Paulus Maguwoharjo masih belum mendalam. Kebanyakan anggota keluarga Kristiani masih sibuk dengan masingmasing pakerjaannya sehingga kurang memperhatikan hidup rohani dalam keluarganya. Oleh karena itu pada Bab IV ini penulis mengusulkan suatu program katekese untuk meningkatkan hidup rohani keluarga Kristiani di lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo sesuai dengan kebutuhan mereka. Pada bab IV ini bagian pertama membahas tentang pengertian katekese, tujuan katekese dan pelaku katekese. Bagian kedua berisikan pengertian katekese keluarga, tujuan katekese keluarga, kekhasan katekese keluarga dan pelaksanaan katekese keluarga. Bagian ketiga berisikan tema, isi, sasaran serta tempat dan waktu dan bagian keempat sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian yang meliputi: latar belakang pemilihan program, tujuan serta alasan pemilihan tema.
A.
Katekese
1.
Pengertian Katekese Dalam Kitab Suci terdapat sejumlah kata katekese. Arti aslinya: membuat
bergema, menyebabkan sesuatu bergaung. Kata katekese ditemukan dalam beberapa kutipan dari Kitab Suci seperti dalam Luk 1:4 (diajarkan); Kis 18:25 (pengajaran dalam jalan Tuhan) dan masih banyak lagi. Dalam konteks ini, katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, pendidikan iman agar seorang Kristen semakin dewasa dalam iman. Jadi katekese diperuntukkan bagi semua orang yang telah dibabtis dan percaya kepada Tuhan (Telaumbanua, 1999: 4).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74 Paus Yohanes Paulus II, dalam ajakan Apostoliknya kepada para uskup, imam dan umat seluruh Gereja Katolik tentang katekese dalam kegiatan pastoral, menyatakan bahwa: ”…katekese adalah pembinaan anak-anak, orang muda dan orang dewasa dalam iman. Yang khususnya mencakup pengajaran doktrin Gereja yang pada umumnya diberikan secara organis, dengan tujuan mengantar para pendengar untuk masuk ke dalam kepenuhan hidup Kristiani (CT, art 18)”. Penulis dapat menjelaskan kutipan di atas sebagai berikut: katekese merupakan pembinaan iman bagi seluruh umat. Dengan demikian melaui pembinaan iman umat semakin berkembang mencapai kepenuhan hidup sebagai seorang Kristiani. Maka pelaksanaan katekese harus dilaksanakan secara sistematis, dengan tujuan umat semakin mamahami imannya akan Kristus dan Kristus menjadi pusat hidup mereka. Hasil pertemuan para katekis di Klender, yang dilaksanakan pada tanggal 22 Juni sampai 5 Juli 1980, menyatakan bahwa: “…Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui katekese para peserta saling membantu sedemikian rupa sehingga iman masing-masing anggota diteguhkan dan dihayati semakin sempurrna”. Dari kutipan di atas dapat dinyatakan bahwa katekese merupakan komunikasi iman atau pembinaan umat. Di dalam katekese ini umat saling bertukar pengalaman imannya sehingga mereka saling meneguhkan dan saling mendukung satu sama lain sehingga iman mereka semakin kuat dan berakar pada Kristus. Oleh karena itu para peserta diharapkan memandang sesama peserta sebagai sesama sederajat, mempunyai sikap terbuka, saling mendengarkan dan saling menghargai satu sama lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75 Berdasarkan tiga pengertian katekese di atas, penulis dapat memahami bahwa katekese merupakan komunikasi iman antar umat beriman yang saling mengungkapkan pengalaman hidupnya akan Allah yang dialami dan dirasakan dalam hidup harian. Melalui katekese para peserta saling berbagi pengalaman iman akan Allah sehingga semakin dikuatkan dan diteguhkan dalam iman dan pada akhirnya menemukan Allah lewat pengalaman hidupnya sehari-hari. Dari ketiga pengertian di atas penulis melihat bahwa katekese dari hasil sidang di Klender sangat cocok diterapkan pada lingkup keluarga karena semua anggota keluarga terikat dalam satu iman akan Kristus dan mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan dan memperkaya iman melalui kesaksian hidup. Kegiatan katekese mempunyai berbagai bentuk berdasarkan situasi dan kebutuhan peserta dari katekese itu sendiri. Salah satu bentuknya adalah katekese keluarga. Katekese keluarga sangat cocok diterapkan di lingkungan keluarga karena katekese keluarga mau mengajak setiap anggota keluarga untuk semakin mengembangkan imannya, mengamalkan cinta kasih sehingga keluarga mampu memberi kesaksian tentang Kristus di tengah-tengah masyarakat. 2.
Tujuan Ketekese Lalu (2007:97), menyebutkan bahwa tujuan katekese sebagai berikut: a) Supaya dalam terang injil kita semakin meresapi arti pengalamanpengalaman kita sehari-hari. b) Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari c) Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita d) Pula kita makin bersatu dalam Kristus, semakin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta e) Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76 Penulis dapat menegaskan bahwa tujuan katekese di atas adalah pertamatama menekankan pada pengalaman iman yang dialami dalam hidup setiap hari, dimana melalui sabda Tuhan peserta dapat mengartikan pengalaman iman sehingga hidup makin bermakna. Selanjutnya katekese membantu setiap anggota keluarga untuk membuka diri bagi kehadiran Allah melalui usaha pertobatan yang terus menerus, dengan demikian mereka semakin beriman, berharap dan bersatu dengan Yesus Kristus. Melalui katekese anggota keluarga membuka hati untuk terus berkarya
memberi kesaksian tentang Gereja dan Yesus Kristus di tengah
masyarakat. Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae menguraikan tujuan khas katekese yaitu: “…Berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan peri hidup Kristen umat beriman, muda maupun tua (CT, art 20)”. Dari kutipan di atas dapat penulis jelaskan bahwa katekese atau pembinaan iman bertujuan mendewasakan iman umat dan mengembangkan iman umat. Berkat bantuan Allah melalui pengalaman hidup harian mereka, umat semakin mengenal Allah dan semakin membangun relasi yang lebih intim dengan Yesus Kristus. Dalam iman keluarga menerima pribadi Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan menyerahkan seluruh diri dan hidupnya pada Tuhan. Heryatno (2008:3) dalam diktat Pendidikan Agama Katolik III menyebutkan tujuan
katekese
sebagai
berikut:”…Katekese
merupakan
gerakan
mengkomunikasikan harta kekayaan iman Gereja supaya dapat membentuk dan membantu jemaat memperkembangkan imannya pada Yesus Kristus secara personal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77 maupun komunal demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah kenyataan dunia”. Penulis dapat menegaskan bahwa harta kekayaan iman Kristiani berupa Sabda
Tuhan
atau
tradisi-tradisi
dalam
Gereja
dapat
membantu
dan
memperkembangkan iman umat baik sacara pribadi maupun bersama. Melalui komunikasi atau sharing pengalaman umat dapat saling meneguhkan dan saling menguatkan satu sama lain, nilai-nilai Kerajaan Allah dapat terwujud di tengahtengah dunia. 3.
Pelaku Katekese Menurut Paus Yohanes Paulus II, para pelaku katekese utama adalah para
uskup ( katekis utama), para imam, Para biarawan/biarawati, para katekis awam dan seluruh umat (CT 63-66). a.
Para Uskup. Para Uskup sebagai pengganti para rasul memiliki peran sebagi pelayan umat,
pengajar dan pemimpin. Seperti yang digemakan oleh sinode para uskup 1977, mereka merupakan pihak yang paling bertanggung jawab pada katekese. Bahkan mereka disebut sebagai katekis utama. Mereka memiliki tanggung jawab yang tidak dapat ditawar-tawar dan memiliki tugas khusus (bdk. LG, 26). Tugas uskup dalam berkatekese adalah menumbuhkan antusiasme dalam berkatekese, menjaga dan melayani ontentisitas serta keutuhan iman, dan menyampaikan harta kekayaan iman Gereja pada jemaatnya. Uskup sebaiknya menjadi inspirator, dinamisator dan motivator. Untuk itu ia berhak menunjuk, memilih para pembantunya yang berkompeten dan terpercaya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78 b.
Para Imam Di dalam bidang katekese para imam menjadi pembantu uskup, mereka
bertanggung jawab terhadap uskup. Tugas pokok imam adalah melayani jemaat dalam iman. Untuk itu, dalam aneka tugasnya entah di paroki, di sekolah, dalam organisasi kategorial, dan dalam pelayanan pastoral lainnya, para imam harus memandang katekese sebagai prioritas tugasnya. Karena imam adalah pelayan sabda dan pembangun jemaat dalam iman. c.
Para Biarawan/biarawati Mereka menyatukan diri dalam masing-masing kongregasinya untuk melayani
anak-anak, kaum muda dan mereka yang terabaikan. Gereja berharap mereka lebih siap sedia berkatekese. Untuk itu Paus mengajak para biarawan/biarawati agar lebih giat mengabdi Kristus, lebih tekun mempelajari katekese, lebih sedia mengabdi segala milik untuk berkatekese seturut semangat dan spiritualis kongregasi. d.
Para Katekis Awam. Paus bangga, berbesar hati, dan berterimakasi kepada para rasul dan katekis
awam baik pria maupun wanita, yang telah membaktikan hidupnya demi kepentingan pembinaan iman jemaat. Inilah salah satu bentuk khas kerasulan kaum awam. Paus mengajak mereka untuk menggalang kerjasama dengan semua pihak yang bertanggung jawab. e.
Keluarga Paus mengharapkan agar setiap anggota keluarga saling menolong dan memberi
kesaksian dalam iman sebagai salah satu bentuk katekese yang efektif. Di dalam keluarga perlu ditumbuhkan semangat dialog, suasana beriman, acara-acara doa bersama dan lain sebagainya. Keluarga dapat disebut sebagai sekolah iman dan sekolah cinta, oleh karena itu, peranan orang tua untuk mendidik iman anak-anaknya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79 tidaklah mudah. Katekese dalam keluarga sifatnya mendahului, menyertai, dan memperkaya bentuk-bentuk katekese lainnya dan perlu ditegaskan bahwa keluarga dapat menjadi tempat utama pendidikan iman. Paus juga mengharapkan agar paroki, lembaga pelayanan dan pendidikan lainnya membantu orang tua agar makin afektif menunaikan tugasnya mendidik dan memperkembangkan iman semua anggota keluarganya. f.
Seluruh Umat Sebagai anggota Gereja, seluruh umat diharapkan untuk terlibat aktif dalam
pembinaan iman umat. Dengan keterlibatan seluruh umat dalam berkatekese maka katekese semakin hidup dan umat akan terbuka hati membagikan pengalaman imannya akan Allah, semakin giat atau terlibat aktif dalam kegiatan menggereja dan mampu memberi kesaksian dan mewartakan kabar gembira Yesus Kristus di tengah masyarakat.
B. Katekese Keluarga 1.
Pengertian Katekese Keluarga Katekese keluarga merupakan aspek dari katekese. Katekese keluarga memberi
perlengkapan kepada orang tua untuk membangkitkan kesadaran dan pandangan lebih terang tentang tugas orang tua dalam hidup iman dari hari ke hari baik dalam hubungan antara mereka maupun dengan anak-anak mereka. Katekese keluarga juga mau menciptakan dialog antar orang tua dan anak-anak melalui percakapan yang sungguh-sungguh. Katekese lebih menekankan pada usaha bersama-sama antara suami-istri untuk menghayati iman mereka sendiri serta tugas dan tanggungjawab mereka sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anak yang telah dipercayakan Tuhan kepada mereka (Egong, 1983:14).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80 Katekese adalah usaha saling tolong menolong terus menerus dari setiap orang untuk orang lain menurut pola Kristus menuju kepada hidup Kristiani yang dewasa. Katekese seperti ini sangat sesuai diterapkan di lingkungan keluarga di mana mereka saling merasa terikat dan mempunyai tanggung jawab terhadap satu dengan yang lain sehingga usaha saling tolong menolong terus menerus dapat sungguh diusahakan dan diwujudkan dalam hidup sehari-hari (Caroline, 1985:10). 2.
Tujuan Katekese Keluarga Katekese keluarga bertujuan untuk membangkitkan kesadaran dan pandangan
lebih terang tentang tugas orang tua dalam hidup imannya dari hari ke hari baik dalam hubungan mereka dengan angota keluarga maupun dengan masyarakat ( Egong, 1983:24). Sebagai salah satu aspek dari katekese umat, katekese keluarga dalam kegiatannya pertama-tama lebih dipusatkan pada pendampingan dan penemuan nilai-nilai dan ajaran Kristus sebagai pedoman pembentukan pribadi. Selain itu katekese keluarga ingin semakin menyadarkan para keluarga adalah tempat pertama terjadinya proses pendidikan pribadi yang meliputi penyerapan nilai-nilai, pembentukan suara hati, dan penentuan pemilihan nilai. Tetapi dalam kenyataan yang terjadi sering dijumpai bahwa keluarga Kristiani mengalami kesulitan sehubungan dengan penghayatan imannya. Untuk itu perlu adanya pendampingan secara intensif terhadap keluarga-keluarga Kristiani dalam usaha mengarahkan iman anggota keluarga menuju ke arah iman yang dewasa. Katekese keluarga dimaksudkan untuk menolong para orang tua yang merasa diri sebagai seorang beriman, supaya menciptakan suasana
baik yang memungkinkan
komunikasi iman dalam keluarga dan menjadi peka untuk menggunakan kesempatan di mana komunikasi iman terjadi sehingga menyadari iman sebagai dimensi pokok hidup berkeluarga (Egong, 1983:19).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81 Katekese keluarga tidak
bermaksud memberi pelajaran agama di rumah
melainkan bertujuan menyakinkan para orang tua bahwa mereka adalah pengajar hidup, yaitu mengajar mengenai hidup dan iman di dalam keluarga mereka masingmasing. Melalui katekese keluarga anggota keluarga saling berbagi pengalaman hidup, saling memberi dan menerima sesama anggota keluarganya. Dalam hal ini orang tua menghayati imannya diharapkan mampu menemukan menemukan nilainilai iman Kristiani yang dapat dikomunikasikan dan dihayati dalam hidup seharihari. Katekese keluarga perlu dipahami dengan sungguh sebagai sarana pewartaan kabar gembira Yesus Kristus yang merupakan usaha untuk membuka jalan kepada pertumbuhan rohani dan pembentukan iman yang hidup. Setiap orang secara bersama-sama di dalam keluarga mengalami proses pembentukan iman sehingga menumbuhkan kesadaran baru bahwa semua anggota keluarga harus membina hidup rohaninya untuk semakin dekat dengan Yesus Kristus. Keterlibatan anggota keluarga dalam kegiatan katekese merupakan kunci tercapainya tujuan dari katekese sehingga katekese keluarga diusahakan sedemikian rupa untuk menyadarkan anggota keluarga Kristiani akan peranannya yang penting dalam
pembinaan
iman
anggota
keluarganya.
Kesadaran
tersebut
akan
membangkitkan semangat setiap keluarga untuk semakin menemukan nilai kebenaran dalam Kristus sebagai pedoman hidupnya sehari-hari di tengah keluarga dan masyarakat. 3.
Kekhasan Katekese Keluarga Untuk menghindari salah paham terhadap katekese keluarga maka dikemukakan
kekhususannya dengan bentuk katekese lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82 a.
Katekese keluarga bukan bermaksud agar orang tua menjadi pengajar agama di rumah. Sebab jika demikian orang tua merasa tidak mampu, mereka merasa guru di sekolah lebih pandai karena mereka dipersiapkan untuk tugas mengajar. Maka menurut orang tua pendidikan iman anak adalah tugas guru di sekolah. Ketekese keluarga bertujuan untuk menyakinkan orang tua bahwa mereka adalah pengajar hidup yaitu mengajar mengenai hidup dan iman di dalam keluarga mereka masing-masing.
b.
Katekese keluarga bukan berarti membubarkan atau menggantikan katekese yang lain seperti: katekese di sekolah, paroki dan katekese dewasa melainkan mau memperlihatkan bahwa komunikasi dalam keluarga merupakan dasar bagi katekese yang lain. Komunikasi iman dalam keluarga sangat penting karena dapat membantu katekese lain, namun tidak cukup maka harus dilengkapi dengan katekese di sekolah dan paroki. Dengan kata lain dibutuhkan kerjasama yang baik antara orang tua, sekolah dan paroki.
c.
Katekese keluarga bukan arena untuk penataran atau kursus yang merupakan suatu kesempatan untuk berdiskusi iman melainkan katekese keluarga mau menolong orang tua untuk mengambil keputusan yang tepat dalam terang iman. Untuk itu perlu adanya komunikasi iman yang berlangsung setiap hari sehingga orang tua semakin peka dan dapat mempengaruhi hidup keluarga. Komunikasi sehari-hari memberi banyak kesempatan di mana mereka dapat mewujudkan imannya, yang awalnya hanya percakapan biasa, tetapi makin lama pembicaraan makin mendalam dan dalam situasi tertentu orang tua mengarahkan pada soal iman (Egong, 1983:26-27).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83 4.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Pendamping dalam Katekese Keluarga Dalam mewujudkan suatu tujuan tentu dipengaruhi oleh berbagai hal yang harus
diperhatikan demikian juga dalam katekese keluarga. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, setiap keluarga Kristiani harus memperhatikan berbagai hal yang dapat mendukung terlaksananya katekese keluarga. Di bawah ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan katekese keluarga. a.
Keadaan Keluarga Sebelum melaksanakan katekese keluarga, pendamping perlu memperhatikan
keadaan di keluarga-keluarga. Keadaan keluarga dapat mempermudah pendamping untuk membuat suatu perencanaan katekese sesuai dengan kebutuhan yang ada dalam keluarga sehingga apa yang direncanakan dapat mencapai suatu tujuan. b. Tema Pemilihan tema dalam berkatekese perlu memperhatikan kebutuhan dan permasalahan yang ada dalam peserta katekese. Permasalahan yang diangkat dalam katekese keluarga merupakan keprihatinan seluruh peserta sehingga ada dialog dan saling berbagi pengalaman imannya sehingga peserta dapat saling menguatkan dan saling meneguhkan satu sama lain. Tema dibuat dalam beberapa kali pertemuan, sehingga memberi kesempatan kepada kepada para peserta untuk mempersiapkan diri, dan merenungkan pengalaman hidupnya dan ada kesempatan untuk mensyaringkan bagaimana mereka telah mencoba menangani pengalaman hidupnya sehingga mereka saling belajar dari pengalaman peserta lain (Caroline, 1985:11-12). c.
Materi Katekese Dalam katekese keluarga, isi dapat diambil dari situasi konkrit keluarga baik
pengalaman suka maupun duka. Isi juga bisa diambil dari majalah, radio, televisi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84 dan lain-lain yang dapat membantu mengembangkan iman umat. Melalui dialog, semua pengalaman itu dapat direfleksikan dalam terang iman Kristiani. Iman akan dialami sebagai suatu warisan yang wajib disampaikan pada anggota keluarga, khususnya kepada anak-anak mereka. Iman juga mengundang kreativitas positif untuk membangun dan menyelamatkan. Dengan demikian mereka semakin mantap dan dipercayai oleh sesama khusunya masyarakat sekitar (Caroline, 1985:13). d.
Sasaran atau Peserta Katekese Keluarga Yang menjadi sasaran utama dalam katekese keluarga adalah anggota-anggota
keluarga yang beriman pada Kristus yang dapat mewujudkan keluarga sebagai persekutuan umat beriman. Para orang tua mempunyai tanggung jawab kepada Tuhan terhadap pendidikan iman anaknya. Dalam katekese keluarga orang tua diharapkan untuk menjalankan tugasnya dan bertanggung jawab atas pendidikan iman anak atas dasar iman akan Yesus Kristus yang dilaksanakan dalam kehidupan setiap hari. Pelaksanaan katekese Keluarga dilaksanakan di rumah keluarga yang merupakan kesepakatan bersama dari setiap anggota. e.
Waktu dan Tempat Katekese Keluarga Diusahakan adanya kesepakatan bersama untuk menentukan waktu dan tempat
yang paling tepat dalam melaksanakan katekese keluarga. Dengan kesepakatan dan perencanaan teratur sehingga semua keluarga dapat menyempatkan diri hadir dalam ketekese tersebut. Untuk di mana dan kapan dilaksanakan. Hal-hal di atas merupakan bagian penting yang diperhatikan dalam setiap pelaksanaan katekese. Katekese akan terlaksana dengan baik apabila beberapa pedoman di atas mendapat perhatian yang serius dari pendamping dan peserta. Katekese yang dilaksanakan dengan terencana jelas, suasana gembira dan hidup
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85 akan memungkinkan terjadinya keterbukaan diantara setiap pribadi yang mau berbagi pengalaman hidupnya kepada orang lain (Carolina, 1985:10-13). C. Proses Katekese Keluarga Dalam melaksanakan katekese keluarga perlu adanya proses sehingga katekese yang dilaksanakan benar-benar mencapai tujuan yang diharapkan. Ada pun langkahlangkah untuk berkatekese keluarga yaitu: 1.
Pengungkapan Pengalaman Hidup Peserta Pada langkah ini peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan atau
mensharingkan pengalaman mereka yang sungguh-sungguh terjadi dalam hidupnya entah itu pengalaman suka maupun pengalaman duka. Pada langkah ini pendamping juga dapat menyiapkan salah satu bentuk cerita bergambar, video, berita yang ada di majalah atau koran yang berkaitan dengan situasi yang terjadi dalam keluarga Kristiani. Melalui sarana-sarana yang telah disiapkan dapat membantu keluarga untuk lebih terbuka mau mensharingkan pengalaman imannya satu terhadap yang lain, dengan demikian mereka saling meneguhkan dan menguatkan dalam perjalanan hidup. 2.
Refleksi Pengalaman Hidup Pada langkah ini pendamping mengajukan pertanyaan yang berhubungan
dengan pengalaman hidup peserta. Para peserta diajak untuk merefleksikan secara mandalam setiap peristiwa yang terjadi dalam keluarga yang berkaitan dengan hidup rohani. Peserta diajak untuk melihat kelebihan dan kekurangan yang berkaitan dengan hidup rohani keluarga Kristiani. 3.
Pendalaman Kitab Suci Pada langkah ini para peserta diajak untuk mendalami ajaran dalam Kitab Suci
atau dokumen Gereja. Di sini pendamping mempersiapkan beberapa panduan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86 pertanyaan yang berkaitan dengan Kitab Suci atau dokumen Gereja. Kemudian peserta diajak untuk merenungkan kembali pengalaman hidupnya sesuai dengan isi Kitab Suci atau dokumen Gereja lalu mengungkapkan pesan apa yang telah mereka terima dan apa yang harus dilakukan sehingga peserta semakin menyadari bahwa Allah sungguh hadir dalam setiap peristiwa yang mereka alami. 4.
Penerapan Sabda Tuhan dalam Situasi Konkrit Pada langkah ini peserta diajak untuk mendialogkan hasil dari langkah pertama
sampai langkah ketiga kemudian mengajak peserta untuk menemukan
nilai-nilai
baru dalam terang injil dan tradisi yang akan melahirkan kesadaran, sikap-sikap dan niat-niat baru yang akan diwujudkan dalam hidup sehari-hari. 5.
Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit Langkah ini mengajak peserta untuk mengusahakan suatu niat atau aksi yang
akan dilaksanakan sebagai wujud tobat. Dan niat ini hendaknya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.
D. Usulan Program Katekese Keluarga 1.
Latar Belakang Pemilihan Program Di zaman modern ini banyak sekali pengaruh dari luar yang dapat merusak
kehidupan rumah tangga. Melihat situasi seperti ini anggota keluarga harus menyikapi dengan postif. Salah satu kegiatan yang dapat menolong agar keluarga Kristiani tidak ikut terjerumus dalam situasi seperti ini adalah dengan melaksanakan kagiatan rohani dalam keluarga, ikut terlibat di lingkungan dan Gereja. Program yang diharapkan dapat membantu orang tua melaksanakan kegiatan rohani dalam keluarga sehingga sama-sama bertumbuh dalam iman akan Kristus. Namun kenyataan orang tua dan anak-anak terlalu sibuk dengan masing-masing tugasnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87 sehingga jarang melaksanakan kegiatan rohani di keluarga serta ikut terlibat di kegiatan lingkungan, Gereja dan masyarakat. Pendampingan hidup rohani melalui katekese keluarga mengajak keluarga Kristiani untuk kembali membenah diri dan keluarganya untuk lebih memperhatikan lagi hidup rohani dalam keluarganya serta mau terlibat dalam kegiatan di lingkungan dan paroki. Katekese merupakan salah satu bentuk komunikasi iman. Komunikasi iman harus memperhatikan situasi peserta dan situasi zaman. Oleh karena itu penulis memberikan sumbangan pemikiran berupa program pembinaan melalui katekese keluarga. Program ini menindaklanjuti dari hasil wawancara penulis dengan keluarga-keluarga Kristiani di lingkungan st. Paulus Maguwoharjo, dimana kehidupan rohani keluarga masih harus ditingkatkan lagi. Melalui program ini peserta diharapkan untuk menggali dan terbuka membagikan pengalaman hidup sehari-hari berdasarkan terang Kitab Suci sehingga benar-benar bermanfaat bagi hidupnya dan keluarga mereka. 2.
Tujuan dan Pembinaan Hidup Rohani Pembinaan hidup rohani keluarga merupakan hal yang mendasar bagi setiap
anggota keluarga Kristiani. Oleh karena itu, tujuan dari pembinaan hidup rohani keluarga Kristiani adalah bagaimana peran katekese keluarga dapat meningkatkan hidup rohani keluarga Kristiani. Dengan tema yang penulis usulkan di bawah ini setiap anggota keluarga diharapakan semakin meningkatkan hidup rohani mereka dan menjadikan Kristus sebagai pusat dan tujuan hidup mereka. 3. Rumusan Tema dan Tujuan Tema dan tujuan akan dijabarkan dalam tiga sub tema dengan rumusan sebagai berikut: Tema Umum:
Upaya meningkatkan hidup rohani dalam keluarga-keluarga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88 Kristiani Tujuan Umum:
membantu keluarga-keluarga Kristiani di lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo sehingga memampukan mereka untuk lebih setia dalam menjalankan hidup rohani dan terlibat dalam kegiatan diakonia, leiturgia dan martirya.
Sub Tema 1:
Keluarga Kristiani sebagai rumah doa.
Tujuan:
Membantu anggota keluarga untuk menyadari bahwa rumah mereka merupakan tempat berdoa sehingga mereka meluangkan waktu untuk doa bersama dan melaksanakan kegiatan rohani lainnya.
Sub Tema 2:
Keluarga Kristiani sebagai Komunitas Kasih.
Tujuan:
Membantu keluarga untuk menyadari betapa pentingnya komunikasi yang baik dalam keluarga. Melalui komunikasi keluarga saling terbuka dan berbagi pengalaman hidup.
Sub Tema 3:
Keluarga di dalam Misi Gereja.
Tujuan:
Membantu keluarga Kristiani untuk menyadari tugasnya
dalam Gereja, sehingga memampukan setiap anggota keluarga ikut terlibat aktif dalam membangun Gereja sehingga Yesus Kristus semakin dikenal dan dicintai.
No 1
: Membantu Keluarga-Keluarga di lingkungan Santo Paulus Maguwoharjo sehingga
Tujuan
rumah
merupakan tempat 2. Pengalaman
komunitas
doa sehingga
mereka
bahwa
dan melaksanakan
untuk doa bersama
meluangkan waktu
mereka
berdoa
menyadari
Pribadi
3. Refleksi
Peserta
keluarga
dalam
bersama
sebagai
untuk
keluarga
Kristiani Suci
2. Teks Kitab
5. Peneguhan
4. Refleksi
jawab
3. Tanya
pengalaman 3. Teks Cerita
2. Sharing
peserta
Metode Sarana Doa 1. Pendalaman 1. Teks lagu
Tujuan Materi Membantu anggota 1. FC 59
Sub Tema Keluarga
II (1981).
3. Yohanes Paulus
Kanisius. Hal.45
Yogyakarta:
Perjanjian Baru.
tafsir Alkitab
OFM (2002)
dan Karris, R.J.,
2. Bergant D.C.A
Sumber Bahan 1. Mateus 7:7-11
memampukan mereka untuk melaksanakan empat tugas Gereja dalam hidup sehari-hari.
: Upaya Meningkatkan Hidup Rohani Keluarga
Tema Umum
E. Matriks Program
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menyadari
sebagai
Pembinaan
c. Kiat-kiat
Hidup a. Tanda-
pengalaman hidup.
dan 2. Komunitas
saling
Melalui
berbagi
terbuka
keluarga
komunikasi
keluarga.
Allah
Yogyakarta:
Perjanjian Baru:
tafsir Alkitab
OFM (2002)
dan Karris, R.J.,
jawab
(2002). Hal. 29
Yogyakarta:
Keluarga.
Rekoleksi
.Panduan
1. Wignyasumarta
Consortio. Art 59
Sumber Bahan Familiaris
2. Bergant D.C.A
pertanyaan
5. Panduan
4. Teks lagu
3. Alkitab
2. LCD
1. Laptop
Sarana
4. Tanya
3. Informasi
b. Rencana
dalam
baik
cemara)
zaman
yang
komunikasi
Kasih
(keluarga
Film
tanda
a. Tanda-
2. Nonton
1. Sharing
Metode
Komunitas pentingnya
betapa
Kasih
keluarga
Kristiani
untuk
Membantu anggota 1. Komunitas
Materi
Keluarga
rohani
2
lainnya
Tujuan kegiatan
Sub Tema
No
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tugasnya
Gereja
jawab
hidup peserta
keluarga
setiap
3. Sharing 4. Tanya
Kristiani
2. Informasi
peserta
sehingga 3. Pengalaman
dalam
menyadari 2. Keluarga
ikut
anggota
memampukan
Gereja,
untuk
misi
Gereja
Metode
Sarana
4. Kitab Suci
3. Hand Oud
2. Laptop
tugas 1. Pendalaman 1. LCD
Pembinaan
c. Kiat-kiat
Allah
b. Rencana
Zaman
Materi tanda
Membantu anggota 1. Lima
Tujuan
dalam keluarga Kristiani
Keluarga
3
di
Sub Tema
No
Kanisius.
Yogyakarta:
Perjanjian Baru:
tafsir Alkitab
OFM (2002)
dan Karris, R.J.,
2. Bergant D.C.A
1. Lukas 2:41-52
Sumber Bahan Kanisius.
91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No
Sub Tema
dan
dikenal
dicintai.
semakin
Kristus
Consortio. Art 49
Familiaris
Yesus
Sumber Bahan Yohanes Paulus
sehingga
Sarana
II (1983).
Metode
membangun Gereja
Tujuan Materi terlibat aktif dalam
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
E. SATUAN PERTEMUAN 1. IDENTITAS a. Tema
: Keluarga Dalam Misi Gereja
b. Tujuan
: Membantu keluarga Kristiani untuk menyadari tugasnya dalam Gereja, sehingga memampukan setiap anggota keluarga ikut terlibat aktif dalam membangun Gereja sehingga Yesus Kristus semakin di kenal dan dicintai
c. Peserta
: Orang Tua
d. Tempat
: Lingkungan St. Paulus Maguwoharjo
e. Hari/Tanggal
: Kamis/ Menyusul
f. Waktu
: 19.00-20.30
g. Metode
:-
h. Sarana
i. Sumber Bahan
Informasi
-
Sharing Pengalaman
-
Tanya jawab
-
Refleksi
: - Kitab Suci -
Teks Cerita
-
Teks Pertanyaan
: - Yohanes Paulus II. (1981). FC art.49 -
Pengalaman Peserta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
2.
PEMIKIRAN DASAR Keluarga adalah Gereja domestik/rumah tangga, artinya dalam keluarga,
setiap anggota mengalami bahwa Allah hadir dan berkarya. Keluarga menjadi tempat dimana Gereja hidup dan menghidupkan. Untuk itu peranan keluarga Kristiani dalam kehidupan Gereja dan masyarakat, sangat dibutuhkan dan diharapkan oleh semua orang beriman. Kehadiran dan keterlibatan anggota keluarga sangat menentukan terbangunnya kehidupan bersama yang harmonis, bahagia dan sejahtera. Dalam kehidupan dan tugas perutusan Gereja, keluarga Kristiani mempunyai peranan yang sangat penting bagi masa depan pewartaan Injil. Keluarga adalah sekolah pertama dan utama sehingga setiap anggota keluarga perlu dibimbing menjadi pribadi Katolik yang dewasa dan memiliki kepedulian serta kesiapsediaan mengambil bagian dalam pembangunan kehidupan bersama. Gereja bergembira dan bersyukur melihat keluarga-keluarga Katolik yang setia menghayati panggilan hidup mereka dalam keluarganya. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa sejumlah keluarga Kristiani mengalami persoalan dan kesulitan. Persoalan dan kesulitan ini muncul karena pengaruh-pengaruh perkembangan zaman yang semakin maju sehingga membuat orang tidak dewasa dalam menghadapi perubahan zaman. Ada sebagian keluarga Kristiani yang jarang mengikuti atau terlibat dalam kegiatan hidup menggereja dan masyarakat, mereka lebih sibuk dengan dunianya dan pekerjaannya sendiri. Familiaris Consortio artikel 49 menguraikan bahwa tugas mendasar keluarga Kriatiani adalah peran sertanya dalam dalam Gereja. Keluarga dipanggil untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
mengabdikan diri demi pembangunan Kerajaan Allah dengan ikut menghayati kehidupan dan misi Gereja. Gereja sebagai ibu yang melahirkan, membina dan dan membangun keluarga Kristiani dengan melaksanakan secara nyata misi penyelamatan yang diterimanya dari Tuhan. Dengan merayakan sakramen-sakramen, Gereja memperkaya dan menguatkan keluarga Kristiani dengan rahmat Kristus supaya keluarga dikuduskan demi kemuliaan Tuhan. Tiada hentinya keluarga mewartakan perintah baru tentang cinta kasih, serta mendorong dan membimbing keluarga Kristiani dalam pelayanan cinta kasih, sehingga mampu meneladan dan menghidupkan secara nyata cinta kasih, pengorbanan, cinta kasih Tuhan demi segenap umat manusia. Keluarga tidak hanya menerima cinta kasih Kristus melainkan keluarga juga diharapkan untuk menyalurkan cinta kasih kepada saudara/saudari mereka dan dengan demikian menjadi persekutuan yang menyelamatkan. Dari pertemuan katekese diharapkan peserta semakin menyadari tugas dan tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas dan misi Gereja yang telah dipercayakan. Dengan demikian keluarga Kristiani semakin mampu mengamalkan cinta kasih kristus dalam kehidupan sehari-hari kepada sesama dan semakin ikut terlibat aktif dalam kegiatan menggereja, lingkungan dan masyarakat sehingga Yesus semakin dikenal dan dicintai oleh semua orang. 3.
PENGEMBANGAN LANGKAH-LANGKAH
a.
Pembukaan
1). Pengantar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96
Bapak Ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus selamat malam berkah dalem. Kita patut bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan karena masih memberi kita kesempatan untuk hidup dan mengalami kasihnya sehingga pada malam hari ini dapat berkumpul di tempat ini untuk melaksanakan pertemuan pendalalam dengan tema “keluarga dalam misi Gereja”. Melalui pertemuan ini kita diajak untuk melihat betapa pentingnya tugas dan tanggung jawab kita dalam Gereja dan masyarakat. Semoga melalui pertemuan ini kita kembali disadarkan untuk lebih aktif lagi dalam mengikuti kegiatan di Gereja dan masyarakat. 2). Lagu Pembukaan: “ 3). Doa Pembukaan. Allah Tritunggal Mahakudus, kami bersyukur dan bergembira kepadaMu untuk kasih dan kesetiaan-Mu yang telah menjaga dan melindungi kami hingga saat ini. Kami bersyukur karena Engkau telah menghimpun kami dalam keluarga sebagai Gereja kecil untuk mengembang tugas yakni membangun persekutuan kasih sehingga setiap orang dapat tumbuh dan berkembang menjadi matang dan dewasa dalam iman, harapan dan kasih. Jadikanlah keluarga-keluarga Kristiani sebagai Gereja domestik tempat kami mengalami kehadiran dan penyertaan Bapa beserta Putra dalam persekutuan dengan Roh Kudus kini dan sepanjang masa. Amin. b. Langkah I: Mengungkapkan pengalaman hidup peserta. 1). Membagikan teks cerita “ Keluarga bapak Rudi” kepada peserta dan memberi kesempatan untuk membacanya sendiri-sendiri kisah tersebut. (cerita terlampir).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97
2). Penceritaan kembali isi cerita. untuk lebih jelasnya pendamping meminta seorang peserta untuk menceritakan isi pokok dari kisah “ Keluarga bapak Rudi” 3). inti cerita Pada suatu hari di sekolah diadakan pementasan drama, dan pemainnya adalah siswa-siswi sekolah itu sendiri. Setiap anak mendapat peran dan memakai kostum sesuai dengan perannya. Orang tua ikut hadir dalam menyemarakan pentasan tersebut. Semua anak tampil secara maksimal, ada yang berperan sebagai petani dan nelayan. Ada yang terlihat pemarah, pemurung, menangis dan lain-lain. Setelah selesai pementasan pak guru memberi pengumuman siapa yang berhak mendapat hadiah dan dalam hati mereka berdoa
serta berharap mereka akan menjadi
pemenangnya. Kemudian pak guru menyebutkan sebuah nama, ternyata Ahha yang berperan sebagai pemarah ia bergegas menuju panggung, orang tuanya merasa bangga, kemudian pak guru bertanya apa rahasiamu sehingga kamu bisa tampil sebaik ini? sang anak menjawab, “ Terimaksih untuk hadiahnya pak. Sebenarnya saya harus berterimakasih kepada ayah saya. Karena dari ayah saya belajar berteriak dan menjadi pemarah. Ayah sering berteriak dan marah kepada saya sehingga bukan hal yang sulit saya menjadi seorang pemarah”. Kedua orang tua Ahha bukannya bangga namun mereka merasa malu, mereka berdiri sebagai orang yang terdakwa. Mereka belajar sesuatu hari itu, ada yang perlu diperbaiki dalam perilaku mereka. 4). Pengungkapan pengelaman: peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan: a) Coba ceritakan bagaimana peranan ayah dalam mendidik anaknya?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
b) Ceritakanlah pengalaman bapak dan ibu sebagai orang tua dalam mendidik anak-anaknya! 5). Contoh Arah Rangkuman. Dalam kisah tersebut mengisahkan bagaimana seorang ayah yang selalu marah dan berteriak setiap kali anak-anaknya membuat kesalahan. Ayahnya itu membesarkan anaknya dengan cara seperti itu sehingga pengalaman itu membuat anaknya selalu ingat dan bisa menirukan perbuatan ayahnya dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan kita sehari-hari, setiap kita mengalami pengalaman yang hampir sama dimana kita mempunyai anak-anak dan diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk membimbing dan mendidik mereka. Cara kita mendidik dan mendampingi anak-anak tentulah berbeda, ada yang dengan cara halus dan ada yang dengan kekerasaan sehingga anak bertumbuh dan berkembang juga berbeda-beda. Agar anakanak bertumbuh menjadi orang yang baik dan berguna maka kita sebagai orang tua juga harus berusaha memberi yang terbaik untuk anak-anak.
c.
Langkah II: Mendalami pengalaman hidup peserta
1). Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman di atas dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut: Kesulitan apa saja yang bapak/ibu rasakan dalam mendidik anak-anaknya? Usaha apa saja yang bapak/ibu lakukan agar semua keluarga bisa ikut terlibat dalam kegiatan di Gereja?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99
Dari jawaban yang telah diungkapkan peserta, pendamping memberikan rangkuman singkat: Orang tua memiliki peranan pertama dan utama dalam mendidik dan mendampingi anak-anaknya. Dalam menjalankan tugas tersebut tentulah tidak mudah karena dihadapkan dengan berbagai tantangan dan kesulitan dimana orang tua mengharapkan yang terbaik untuk anak-anaknya namun belum tentu anak-anaknya menyukai dan menyetujui apa yang dilakukan oleh orang tua. Terkadang orang tua merasa sudah cukup dengan memberi nasihat, teguran atau sapaan namun tidak demikian bagi anak-anak. Anak- anak begitu cepat meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya sehingga orang tua bisa melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya seperti terlibat dalam doa bersama dikeluarga, lingkungan dan mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja, memberi kesempatan kepada anak-anak untuk ikut terlibat dalam kegiatan PIA/PIR, orang tua terlibat dalam kegiatan kerja bakti di Gereja atau masyarakat, ikut terlibat dalam melayani dan membantu sesama yang sakit atau mengalami kekurangan, dan membangun komunikasi yang baik diantara keluarga. Bila ini semua dilakukan dan dimulai sejak dini maka dengan sendirinya orang tua dan anak-anak akan peka dan terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja dan masyarakat. d. Langkah III: Menggali pengalaman iman Kristiani 1). Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop langsung dari Kitab Suci, Lukas 2:41-52 ( Teks fotocopy dibagikan kepada peserta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100
2). Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi bacaan Kitab Suci dengan tuntunan pertanyaan sebagai berikut: Ayat mana dari perikope ini yang menunjukan tugas dari Yosep dan Maria sebagai orang tua Yesus? Bagaimana sikap Yesus terhadap kedua orang tuanya ketika Maria mengatakan bahwa mereka sangat mencemaskannya? 3). Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan unti dari
perikop
sehubungan dengan jawaban atas dua pertanyaan di atas 4). Pendamping memberikan tafsiran dari injil Luk: 2:41-52 dan
menghubungkan
dengan tanggapan peserta. Ayat 40 sebagai penutup tentang kehidupan Yesus sebagai orang dewasa. Kisah asal usul Yesus menjadi menjadi pelengkap dengan kembalinya keluarga kudus ke tanah asalnya sesudah kelahiran dan pemenuhan hukum, namun ditambah suatu kisah yang unik dimana Yesus tetap tinggal di Yerusalem dan tidak kembali bersama Maria dan Yusup ke Nazareth. Kisah ini menggambarkan kebijaksanaan yang membuat semakin jelas tentang tugas dan perutusan Yesus. kebayakan cerita masa kanak-kanak dari orang-orang terkenal, cerita yang satu ini layak diperhatikan karena menunjukan sekilas masa kanak-kanak Yesus. Yesus dan orang tua-Nya mengadakan perjalanan ke Yerusalem untuk merayakan pesta Paskah dan Yesus hilang selama tiga hari kemudian kedua orang tua-Nya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
menemukan Dia dalam bait Allah sementara mengajar orang banyak dan orang banyak sangat terkesan dengan ajaran Yesus. Dan ibu Yesus menyimpan semuanya itu dalam hatinya. Dalam pewartaan-Nya, Yesus tidak dapat berbicara atas namanya sendiri, orang lain harus menginterpretasi jati diri dan misi-Nya bagi dirinya. Sekarang Yesus mewartakan makna hidup-Nya, Ia menyatakan keutamaan panggilan Allah dalam misi-Nya. Dengan demikian Yesus memenuhi nubuat pedang dari Simeon. Keheranan dari orang tua Yesus sukar untuk disesuaikan dengan pewahyuan sekitar kelahiran anak mereka. Ini merupakan tanda bahwa cerita masa kanak-kanak terpisah satu sama yang lain dan juga menekankan bahwa pemahaman penuh mengenai jati diri Yesus dan perutusan-Nya menunggu sampai kebangkitan. Makna yang ditonjolkan dari bacaan diatas adalah bagaimana orang tua Yesus yang begitu luar biasa dimana sejak kecil mereka mendidik Yesus dengan baik dan selalu menjalin relasi dengan Bapa melalui doa, perayaan syukur dan mentaati peraturan dan adat istiadat sehingga Yesus
dapat meniru kebiasaan yang
dilaksanakan oleh kedua orang tuanya. Yesus selalu menjalin relasi yang baik dengan Bapa-Nya sampai suatu saat mereka berangkat ke Yerusalem untuk merayakan Paskah dan kembali Yesus tetap tinggal disana dan mengajar orang banyak. e.
Langkah IV: Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit.
a. Pengantar Bapak ibu yang terkasih, dalam pembicaraan tadi kita sudah menemukan bagaimana cara hidup keluarga kudus dari Nazareth. Bagaimana Yusuf dan Maria
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
menjadi orang tua yang baik untuk Yesus, Yesus memilih lahir dan berkembang dalam asuhan keluarga Kudus Maria dan Yusuf. Disana Yesus dididik dan dibimbing seperti anak-anak pada umumnya, dikasihi dan dicintai. Yesus juga membantu orang tuanya menjadi tukang kayu. Tindakan Yesus juga tidak jauh berbeda dengan anak-anak pada umumnya, bisa dikatakan Yesus menjadi anak yang tidak menghargai kedua orang tuanya. Bagaimana tidak ketika kedua orang tuanya kembali Yesus tetap tinggal di Yerusalem dan ketika tiga hari mereka mencari dan menemukan-Nya, dia menjawab kenapa kamu harus mencari Aku, apakah kamu tidak tahu kalau Aku harus berada di rumah Bapa-Ku. Namun kedua orang tuanya menyimpan semua itu dalam hatinya. Semoga dalam pertemuan ini kita semaki disadarkan untuk tetap menjaga keharmonisan diantara keluarga kita. 2). Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin menghati dan menyadari kasih Allah dalam hidup kita sebagai pegangan dalam membangun keluarga yang harmonis maka kita mencoba merenungkan pertanyaan-
pertanyaan sebagi berikut:
Sikap seperti apa yang dapat bapak/ibu serta keluarga kembangkan agar semua ikut terlibat dalam menjalankan misi Gereja? 3). Arah rangkuman singkat: Di dalam keluarga, semua anggota keluarga melaksanakan tugas imamat umum karena pembabtisan, melalui penerimaan sakramen, doa, ucapan syukur, kesaksian hidup, penyangkalan diri dan amal kasih. Keluarga merupakan sekolah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
pertama dalam hidup bersama sehingga keluarga saling membantu dan mendukung satu sama lain agar bisa terlibat dalam menjalankan misi Gereja. Marilah kita sebagai orang tua semakin berusaha untuk meluangkan waktu dan tidak lupa saling mendukung satu sama lain untuk tetap dan turut ambil bagian dalam misi Gereja, mulailah dari keluarga dan akan berkembang menjadi lebih luas.
f. Langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkrit. 1. Pengantar Bapak-ibu yang terkasih, mulai dari cerita Ayah Rudi tadi kita telah bersamasama menggali pengalaman hidup sebagai orang tua. Bapak ibu diharapkan untuk sungguh-sungguh memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan seluruh anggota keluarganya secara khusus dalam memperhatikan sikap dan tingkah laku kita sebagai orang tua sehingga anak-anak dapat meniru yang terbaik. Kemudian kita bersamasama merefleksikan bersama pengalaman-pengalaman bagaimana cara kita mengatasi kesulitan-kesulitan yang kita alami dalam keluarga terutama sehubungan dengan keterlibatan kita dalam misi Gereja agar kita bisa meluangkan waktu untuk bisa terlibat dalam pelayanan. Dalam teks Kitab Suci, mengisahkan tentang keluarga Kudus dari Nazareth, bagaimana Maria dan Yusup yang begitu setia dalam mendidik dan mendampingi Yesus. Mereka bersama-sama selalu melaksanakan kegiatan selayaknya keluarga yang lainnya. Maka dari itu dalam kesempatan ini diharapkan kita sebagai orang tua semakin diteguhkan 2. untuk memperhatikan keluarga kita agar bisa lebih terlibat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
aktif dalam melaksanakan misi Gereja yang telah dipercayakan oleh Allah kepara kita semua. Marilah kita bersama-sama merencanakan usaha atau bentuk tindakan nyata kita dalam membantu keluarga kita untuk lebih aktif lagi. 2. Memikirkan niat-niat dan bentuk-bentuk keterlibatan yang bisa kita lakukan bersama-sama (pribadi, kelompok atau bersama). Berikut ini adalah pertanyaan penuntun untuk membantu peserta membuat niat-niat: Niat-niat apa yang dapat bapak/ibu lakukan untuk memberi perhatian dalam menjalankan misi Gereja 3. Selanjutnya para peserta diberi kesempatan dalam suasana hening memikirkan sendiri-sendiri tentang niat-niat pribadi yang akan dilakukan. 4. Niat-niat pribadi diungkapkan untuk saling meneguhkan. 5. Kemudian
pendamping
mengajak
peserta
untuk
membicarakan
dan
mendiskusikan bersama guna menentukan niat bersama konkrit, yang dapat segera diwujudkan sebagai niat bersama di lingkungan St. Paulus Maguwoharjo.
g.
Penutup
1). Peserta diajak hening sejenak untuk merenungkan niat-niat yang telah disampaikan 2). Kesempatan untuk doa umat spontan yang diawali oleh pendamping, kemudian disusul oleh peserta yang lain dan akhirnya ditutup dengan doa bapa kami serta doa penutup dari pendamping.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105
3). Doa Penutup. Allah Bapa Yang Maha Kuasa, kami bersyukur dan berterimakasih kepadaMu untuk kesempatan istimewah yang telah Engkau berikan kepada kami semua sehingga kami boleh terbuka hati untuk mau berbagi pengalaman satu sama lain. Kami juga bersyukur karena Engkau telah meneguhkan kami melalui sabda-Mu dimana sebagai orang tua kami harus selalu memperhatikan dan mendukung setiap anggota keluarga untuk terlibat dalam kegiatan misi Gereja. Kami juga mohon semoga Engkau sungguh meneguhkan niat-niat kami yang akan kami laksanakan dalam hidup kami setiap hari. Semua ini kami mohon kepada-Mu dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin. 4). Setelah doa penutup, pertemuan diakhiri dengan lagu penutup dari Madah Bakti no 304 (Berakhirlah Doa dan Kurbanmu).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini penulis akan membuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan menanggapi permasalahan yang ada dalam skripsi. Untuk menindaklanjuti kesimpulan penulis menyampaikan saran. A. Kesimpulan Hidup rohani merupakan hubungan antara manusia dengan Allah, dimana manusia secara terus menerus berdialog dengan Allah agar imannya semakin bertumbuh. Untuk itu manusia perlu menjalin relasi yang intim dengan Allah melalui doa-doa, perayaan Ekaristi, membaca dan merenungkan Kitab Suci, mengikuti kegiatan kerohanian yang ada di Gereja maupun di lingkungan, ikut ambil bagian dalam kegiatan retret atau ziarah bersama, membuat refleksi harian dan lain sebagainya. Melalui kegiatan ini umat akan semakin dekat dengan Allah dan akan mengalami kebahagiaan, rasa damai dan aman. Disini Roh Kudus juga berperan penting, Dialah yang mendorong setiap orang beriman untuk semakin bertumbuh menjadi pribadi yang semakin rohani sehingga dibutuhkan keterbukaan hati untuk mau menerima karya Roh Kudus dalam diri. Hidup rohani dalam keluarga Katolik merupakan tugas dan tanggung jawab bersama-sama. Untuk itu keluarga Kristiani diharapkan saling membantu dan bekerja sama sehingga kehidupan rohaninya dapat berjalan dengan baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107
Sebagai anggota Gereja dan masyarakat keluarga Kristiani dipanggil untuk ikut terlibat dalam melaksanakan lima tugas Gereja antara lain: Persekutuan (Koinonia) secara khusus keluarga mewujudkan persekutuan mereka dengan ikut ambil bagian dalam doa bersama di keluarga, lingkungan dan lain-lain serta kesetiaan dalam suka dan duka sehingga terciptalah suatu keluarga yang bahagia dan saling menghormati satu dengan yang lain. Liturgi (Leiturgia) dimana lebih menekankan kebersamaan keluarga dalam mengikuti perayaan Ekaristi dan doa-doa lain, sehingga keluarga mampu menjalin relasi yang mesrah dengan Allah sehingga mereka merasa hidup dalam kedamaian dan saling meneguhkan. Pewartaan Injil (Kerygma) keluarga mengambil bagian dalam mewartakan injil dengan mendengarkan, menghayati dan melaksanakan dalam kehidupan seharihari sehingga semua orang merasakan kebaikan dan kasih Allah dalam diri anggota keluarga. Pelayanan (Diakonia) keluarga dipanggil untuk mengamalkan cinta kasih melalui pengabdian kepada sesama dengan menyediakan diri untuk melayani setiap orang yang membutuhkan dan terakhir adalah kesaksian iman (Martyria) keluarga berani memberi kesaksian imannya tanpa takut dan berani mengambil resiko dalam situasi apapun juga. Berdasarkan hasil penelitian dengan keluarga Kristiani penulis menemukan bahwa hidup rohani keluarga Kristiani belum begitu baik dan masih harus ditingkatkan lagi. Mereka masih sibuk dengan masing-masing tugasnya sehingga tidak meluangkan waktu untuk melaksanakan kegiatan rohani dalam keluarga dan ikut terlibat di kegiatan lingkungan seperti doa rutin setiap hari kamis, pendalaman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108
Kitab Suci dan kegiatan lainnya. Melihat realitas ini penulis memilih peranan katekese keluarga untuk meningkatkan hidup rohani keluarga Kristiani. Hal yang mendorong pemilihan katekese ini karena penulis tertantang untuk mengoptimalkan pendampingan rohani melalui katekese keluarga. Untuk menanggapi keprihatinan penulis membuat usulan program pelatihan atau pembinaan dalam keluarga Kristiani melalui katekese Keluarga. Katekese keluarga merupakan salah satu bentuk katekese dewasa yang ditujukan kepada orang tua yang bertujuan membantu mereka dalam melaksanakan hidup rohani dalam keluarganya. Katekese keluarga dapat menciptakan dialog antara para peserta melalui sharing-sharing pengalaman dari setiap peserta sehingga mereka terbantu untuk memperdalam hidup rohani dan lebih memperhatikan hidup rohani dalam keluarganya. Berbagi pengalaman para peserta katekese diharapkan akan saling membantu, menyemangati dan memberi dukungan sehingga para peserta selalu memberi perhatian yang lebih dalam hidup rohani ditengah-tengah keluarganya. Selain itu katekese keluarga membantu para peserta untuk melihat sejauh mana pelaksanaan hidup rohani dalam keluarganya yang sudah berjalan.
B. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas penulis akan menyampaikan saran yang dapat membantu keluarga Kristiani di lingkungan St. Paulus Maguwoharjo dalam melaksanakan hidup rohani di keluarganya sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109
1. Untuk pengurus lingkungan: lebih memperhatikan kehidupan rohani keluargakeluarga Kristiani, dengan mengadakan pembinaan atau pelatihan untuk meningkatkan hidup rohani keluarga Kristiani 2. Anggota keluarga meluangkan waktu untuk berkumpul bersama membicarakan tentang hidup rohani dalam keluarga dan menciptakan suasana persaudaraan yang mendukung keharmonisan dalam keluarga. 3. Untuk pengurus lingkungan diharapkan membuat program-program pembinaan yang dapat mengembangkan hidup rohani keluarga Kristiani.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110
DAFTAR PUSTAKA Budyapranata, AL, Pr. (1981).Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Caroline, Sr, ADM. (1985). Katekese Keluarga. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik. Bala Pito Duan, Yeremias. MSF. (2003). Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Egong, Albertine, Sr, OSU. (1983). Katekese Keluarga Seri Pastoral No. 85. Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta Gilarso. T. Drs, SJ. (1998). Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. (gemawarta.Wordpress.com/2006/ 10/23/ mengenal marriage encounter). Heryatno Wono Wulung, F.X. (2008). Pendidikan Agama Katolik. Diktat Mata Kuliah Pendidikan Agama Katolik II Untuk Mahasiswa Semester II Prodi IPPAK, FKIP, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Heuken, Adolf, SJ. (2002). Spiritualitas Kristiani. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Hidya Tjahya, Thomas, S.J..Ph.D. (2011).Peziarahan Hati. Yogyakarta: Kanisius Kila, Pius. SVD. (2005). Gereja Rumah Tangga. Jakarta: Obor Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik, Yogyakarta: Kanisius. ________ (2011).Pedoman Pastoral Keluarga. Yogyakarta: Kanisius Komkat Kas. (1994). Katekese untuk Keluarga-keluarga. Panitia Tahun keluarga Keuskupan Agung Semarang. _______(2013). Sarasehan.(Membangun Keluarga sebagai Sekolah Iman di Era Modern). KWI, (2006).Kitab Hukum Kanonik-Edisi Revisi Bahasa Indonesia, Lalu, Yosef, Rm, Pr. (2005). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI Martasudjita, E. Pr., (1999) Pengantar Liturgi : Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi, Yogyakarta: Kanisius’ Moleong, Lexi J. (1988). Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Paulus VI, (1994). Imbauan Apostolik Evangelii Nuntiandi, Dokumen Peneragan KWI, Jakarta. Purwa Hadiwardoyo, Al. MSF., (1988). “Perkawinan dalam Tradisi Katolik”, Kanisius, Yogyakarta Seri Dokumen Gereja no.30.(1981). Familiaris Consortio. Yogyakarta: Kanisius. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D. Bandung: Alfabate. Surip, Stanislaus OFMCap, (2010) Penduli Ekologi : Belajar dari Kej 1:28, dalam Kajian Lingkungan Hidup, Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ., dkk., Sekretariat Komisi PSE/APP bekerjasama dengan LDD – KAJ dan Komisi PSE-KWI, Jakarta STFK Pradnyawidya, “Pastoral Ekaristi Untuk Anak-Anak”, seri puskat no. 22.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
Sutarno, Alfonsus, Pr. (2013). Catholic Parenting. Yogyakarta: Kanisius. Telaumbanua, Marinus, OFMCap. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor Wignyasumarta, Ign. MSF, dkk. (1999). Panduan Rekoleksi Keluarga. Yogyakarta: Kanisius. Yohanes Paulus II, Paus (1981). Familiaris Consortio (22 November 1981), Anjuran Apostolik tentang peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern, terj. Indonesia oleh R. Hardiwiryana, SJ, Jakarta ___________ (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
(2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3 : Angket Penelitian PETUNJUK PENGISIAN 1.
Bacalah dengan seksama pertanyaan-pertanyaan yang ada sebelum anda menjawab Berilah tanda (√) pada jawaban yang paling benar menurut pengalaman dan
2.
keadaan yang sebenarnya. SS: Sangat Setuju S : Sering
No. A
TS
: Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
PERNYATAAN
SS
GAMBARAN KEGIATAN ROHANI KELUARGA
1.
Keluarga menyediakan waktu untuk doa bersama dalam keluarga
2
Seluruh anggota keluarga setiap hari minggu ikut perayaan ekaristi di Gereja
3
Seluruh anggota keluarga ikut terlibat dalam kegiatan doa lingkungan dan pendalaman iman
4
Doa bersama dalam keluarga juga mendoakan orang lain
5
Keluarga saling mendukung untuk terlibat aktif dalam kegiatan menggereja
6
Keluarga selalu bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah dimiliki
7
Orang tua menjelaskan arti dan makna perayaan-
(3)
S
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
perayaan dalam agama katolik seperti hari natal, paskah dll kepada anak-anak 8
Dalam keluarga selalu ada komunikasi yang baik
9
Doa bersama dalam keluarga bukan hanya saat ada kesulitan tapi dalam situasi apapun
10
Keluarga ikut terlibat dalam ziarah barsama
B
GAMBARAN TENTANG KELUARGA KRISTIANI MENGHAYATI PANGGILAN DALAM GEREJA DOMESTIK
11
Dalam keluarga orang mudah mengampuni
12
Anggota keluarga saling melayani
13
Seluruh anggota keluarga saling memberi dukungan
14
Keluarga memiliki kebiasaan untuk doa bersama saat ulang tahun kelahiran dan ulang tahun perkawinan
15
Anggota keluarga saling mendoakan satu sama lain
C
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
16
Doa bersama dalam keluarga dapat membuat keluarga semakin beriman kepada Allah
17
Saling memberi perhatian ketika ada yang sedang mengalami kesulitan
18
Keluarga kurang terlibat dalam kegiatan di lingkungan maupun Gereja
19
Orang tua selalu sibuk sehingga waktu untuk berdoa bersama dalam keluarga jarang
(4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dilaksanakan 20
Keluarga kurang terlibat dalam kegiatan di lingkungan dan Gereja
Terima kasih
(5)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran IV: Contoh Jawaban Responden PETUNJUK PENGISIAN 1.
Bacalah dengan seksama pertanyaan-pertanyaan yang ada sebelum anda menjawab Berilah tanda (√) pada jawaban yang paling benar menurut pengalaman dan
2.
keadaan yang sebenarnya. SS: Sangat Setuju S : Sering
No. A
TS
: Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
PERNYATAAN
SS
GAMBARAN KEGIATAN ROHANI KELUARGA
1.
Keluarga menyediakan waktu untuk doa bersama dalam keluarga
2
Seluruh anggota keluarga setiap hari minggu ikut perayaan ekaristi di Gereja
3
Seluruh anggota keluarga ikut terlibat dalam kegiatan doa lingkungan dan pendalaman iman
4
Doa bersama dalam keluarga juga mendoakan orang lain
5
Keluarga saling mendukung untuk terlibat aktif dalam kegiatan menggereja
6
Keluarga selalu bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah dimiliki
7
Orang tua menjelaskan arti dan makna perayaan-
(6)
S
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
perayaan dalam agama katolik seperti hari natal, paskah dll kepada anak-anak 8
Dalam keluarga selalu ada komunikasi yang baik
9
Doa bersama dalam keluarga bukan hanya saat ada kesulitan tapi dalam situasi apapun
10
Keluarga ikut terlibat dalam ziarah barsama
B
GAMBARAN TENTANG KELUARGA KRISTIANI MENGHAYATI PANGGILAN DALAM GEREJA DOMESTIK
11
Dalam keluarga orang mudah mengampuni
12
Anggota keluarga saling melayani
13
Seluruh anggota keluarga saling memberi dukungan
14
Keluarga memiliki kebiasaan untuk doa bersama saat ulang tahun kelahiran dan ulang tahun perkawinan
15
Anggota keluarga saling mendoakan satu sama lain
C
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
16
Doa bersama dalam keluarga dapat membuat keluarga semakin beriman kepada Allah
17
Saling memberi perhatian ketika ada yang sedang mengalami kesulitan
18
Keluarga kurang terlibat dalam kegiatan di lingkungan maupun Gereja
19
Orang tua selalu sibuk sehingga waktu untuk berdoa bersama dalam keluarga jarang
(7)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dilaksanakan 20
Keluarga kurang terlibat dalam kegiatan di lingkungan dan Gereja
Terima kasih
(8)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran V: Pertanyaan Wawancara
a. b. c. d. e.
Keluarga menyediakan waktu untuk doa bersama dalam keluarga Seluruh keluarga ikut terlibat dalam kegiatan doa lingkungan dan pendalaman iman Hambatan dan faktor pendukung yang dialami dalam melaksanakan doa bersama dalam keluarga Keluarga memiliki kebiasaan untuk doa bersama saat ulang tahun kelahiran dan ulang tahun perkawinan Seluruh keluarga ikut terlibat dalam kegiatan di Gereja dan di Lingkungan
(9)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran VI: Transkip Hasil Wawancara
1.
Apakah bapak, ibu serta keluarga menyediakan waktu untuk doa bersama dalam keluarga? Responden I: Jarang kami melaksanakan, kalau ada kesempatan atau ada keinginan baru kami bisa melaksanakan doa bersama dalam keluarga. Bahkan hampir sama sekali tidak karena tugas pekerjaan yang harus diselesaikan, kami lebih mementingkan rasa tanggung jawab kami dengan pekerjaan. Responden II Tidak pernah, karena semua sibuk dengan pekerjaan. Pulang kerja sudah lelah sehingga tidak ada doa bersama dalam keluarga. Responden III Ada, namun tidak rutin. Biasanya malam hari kami berkumpul dan meluangkan waktu untuk doa bersama sebagai ungkapan syukur atas hari itu. Responden IV Kadang-kadang, tapi bukan setiap hari.Bahkan jarang kami lakukan bersama. Biasanya anak-anak yang ajak kami doa bersama. Kami jarang melakukan karena pekerjaan kami berbeda, biasanya saya pulang kerja, bapak berangkat kerja dan bertemu jam sebelas atau jam dua belas malam. Responden V Kami jarang melaksanakan doa bersama dalam keluarga. Kalau hari minggu baru kami sama-sama ke Gereja.Ini terjadi karena kami jarang berkumpul bersama. Anak-anak pulang sekolah sore hari dan kami berdua juga pulang kerja ada yang sore ya sampai malam hari sehingga kami tidak pernah berdoa bersama-sama.
2.
Apakah seluruh keluarga ikut terlibat dalam kegiatan doa lingkungan dan pendalaman iman?
(10)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Responden I: Tidak semua ikut terlibat, kadang ibu dan kadang saya (Ayah), kalau saya sibuk ibu yang hadir dan sebaliknya ayah. Kalau anak-anak saat libur biasanya mereka ikut, tapi kalau tidak ya tidak bisa hadir. Responden II: Tidak semua ikut terlibat, Cuma saya (ibu) yang bisa meluangkan waktu untuk hadir dan terlibat dalam kegiatan doa. Sedangkan anak, suami dan menantu jarang karena sibuk dengan masing-masing tugas.Sekarang saya (ibu) kurang ikut terlibat karena harus menjaga cucu yang masih kecil. Responden III: Kalau seleuruh keluarga itu jarang sekali ikut terlibat dalam doa bersama, biasanya hanya saya (ibu) yang terkadang meluangkan waktu untuk hadir dalam kegiatan doa bersama ( kalau ada kesempatan). Responden IV: Sering ikut terlibat dalam doa lingkungan dan pendalaman kalau ada waktu kami bisa ikut karena pulang kerja sore hari. Kalau bapak jarang dan hampir tidak ikut terlibat dalam doa di lingkungan, sedangkan anak-anak saat libur diajak untuk ikut. Responden V Kami jarang terlibat suster. Kalau ada waktu kami dan keluarga bisa ikut hadir dalam kegiatan doa dan pendalaman iman. Kami sadar bahwa hampir kegiatan rohani kami tidak terlibat dan lebih fokus dengan pekerjan kami. 3.
Hambatan dan kesulitan apa saja yang bapak ibu alami dalam melaksanakan doa bersama dalam keluarga? Responden I: Hambatan dan kesulitan yang kami alami adalah. Sibuk dengan masing-masing pekerjaan dan kebutuhan social di masyarakat, jadwal yang bertabrakan, adikadik pulang sekolah sore hari sehingga lelah untuk doa bersama dalam keluarga.
(11)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Responden II: Waktu yang tidak pas dan juga tidak pernah melaksanakan doa bersama dalam keluarga sehingga sulit untuk memulai. Selain itu pekerjaan anggota keluarga yang berbeda-beda sehingga waktu untuk berkumpul sangat jarang. Responden III: Bagi kami, waktu itu ada sehingga ada kesempatan bagi kami meluangkan waktu untuk doa bersama. Selain itu kami berbeda pekerjaan sehingga jarang untuk berdoa bersama. Responden IV: Pertama-tama kami merasakan kesulitan karena waktu yang kurang pas, pekerjaan yang berbeda-beda dan dalam keluarga tidak ada komunikasi misalnya saling mengajak untuk doa bersama. Responden V: Kurang membicarakan tentang kegiatan rohani dalam keluarga sehingga doa bersama dan kegiatan rohani lain tidak berjalan. Selain itu kami lebih sibuk dengan pekerjaan kami sehingga melupakan hal yang paling penting yakni kegiatan rohani. 4.
Apakah keluarga memiliki kebiasaan untuk doa bersama saat ulang tahun kelahiran dan ulang tahun perkawinan? Responden I: Pasti ada, karena kami merasa bersyukur atas rahmat kehidupan yang telah Tuhan berikan kepada anak-anak dan keluarga kami, dan juga bersyukur atas rahmat perkawinan dan kesetiaan kami sebagai suami dan istri Responden II: Doa bersama ulang tahun ada dimana kami sekeluarga saling mendoakan, misalnya anak mendoakan ibunya, demikian sebaliknya, namun biasanya yang merayakan ulang tahun Cuma anak-anak, sedangkan kami berdua jarang dan terkadang kami juga lupa merayakan ulang tahun perkawinan
(12)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Responden III: Ya ada kami selalu meluangkan waktu untuk doa bersama sebagia ungkapan syukur dan terimakasi kepada Tuhan, atas rahmat yang telah Ia limpahkan kepada keluarga kami. Responden IV: Kalau untuk anak-anak pasti ada dibuat doa bersama dalam keluarga. Tapi kalau untuk kami berdua jarang dilakukan dan kecenderungan doa sendiri-sendiri. Responden V: Selalu ada, saat ulang tahun kami berkumpul bersama satu keluarga untuk merayakan perayaan syukur atas kelahiran anak-anak kami dengan doa bersama, dan kami orang tua ya terkadang kami rayakan tapi terkadang tidak karena kami merasa tidak terlalu penting.
5.
Apakah bapak ibu dan anak-anak ikut terlibat dalam kegiatan di lingkungan dan di Gereja? Responden I: Sebisa mungkin kami ikut terlibat, seperti koor bersama, jaga malam saat hari raya Natal dan Tahun baru, namun anak-anak jarang ikut terlibat.Biasanya bergantian dengan ibu. Responden II: Biasanya yang ikut terlibat hanya saya (ibu), sedangkan bapak dan anak-anak jarang ikut terlibat, mereka lebih mementingkan pekerjaan mereka.Sekarang saya juga jarang terlibat karena harus menjaga cucu saya. Responden III Jarang ikut terlibat karena sudah punya anak kecil jadi waktu lebih banyak dengan anak dan keluarga.Bapak dan anak-anak juga jarang, tapi kalau ada kesempatan kami ikut kegiatan bersama.
(13)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Responden IV: Ikut terlibat juga kalau ada waktu.Anak-anak ikut terlibat dalam kegiatan PIA, kegiatan doa-doa ibu lingkungan, mengunjungi orang-orang sakit.Hanya bapak yang tidak ikut terlibat, dia sibuk dengan pekerjaannya. Responden V: Kami biasanya ikut terlibat ketika ada waktu, bebas dari pekerjaan dan anak-anak libur sekolah.Kegiatan yang kami ikut bersama adalah latihan koor dan anakanak juga terlibat menjadi putra dan putri altar.
(14)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran VII: Teks Cerita Suatu ketika di sebuah sekolah diadakan pementasan drama.Pentas drama itu meriah dengan pemain yang semuanya siswa/siswi sekolah itu sendiri.Setiap anak mendapat peran, dan memakai kostum sesuai dengan tokoh yang diperankannya.Semuanya tampak serius, sebab pak guru memberi hadiah kepada anak-anak yang tampil terbaik dalam pentas. Sementara di depan panggung, semua orang tua murid ikut hadir dan menyemarakkan acara itu. Lakon drama berjalan dengan sempurna.Semua anak tampil dengan maksimal.Ada yang berperan sebagai petani, lengkap dengan cangkul dan topinya, ada juga yang menjadi nelayan dengan jala yang sampirkan di bahu. Di sudut sana, tampak pula seorang anak dengan dengan raut muka ketus, sebab dia kebagian peran pak tua yang pemarah, sementara di sudut lain, terlihat anak dengan wajah sedih, layaknya pemurung yang selalu menangis. Tepuk tangan dari para orang tua dan guru kerap terdengar, di sisi kiri dan kanan panggung.Tibalah kini akhir dari pementasan drama. Itu berarti, sudah saatnya pak Guru mengumumkan siapa yang berhak mendapat hadiah. Setiap anak tampak berdebar dalam hati, berharap mereka terpilih menjadi pemain drama yanh terbaik. Dalam komat kamit mereka berdoa supaya pak Guru menyebutkan nama mereka, dan mengundang ke atas panggung untuk menerima hadiah. Para orang tua pun ikut berdoa, membayangkan anak mereka menjadi yang terbaik.Saat yang dinantinantikan pun tiba. Pak Guru telah menaiki panggung, dan tak lama kemudian ia menyebutkan sebauh nama. Ahha…ternyata, anak yang menjadi pak tua pemarah-lah yang menjadi juara. Dengan wajah berbinar, sang anak bersorak gembira, “ Aku menang…..” Ia pun bergegas menuju panggung, diiringi kedua orang tuanya yang tampak bangga. Tepuk tangan terdengar lagi.Kedua orang tua itu menatap sekeliling dan keseluruh hadirin.Mereka sangat bangga. Pak Guru menyambut mereka. Sebelum menyerahkan hadiah, ia bertanya kepada sang jagoan. “ Nak, kamu memang hebat. Kami pantas mendapatkannya.Peranmu sebagai seorang yang pemarah terlihat bagus sekali. Apa rahasianya, sehingga kamu bias tampil sebaik ini?” Sang anak menjawab, “Terimakasih atas hadiahnya, pak. Sebenarnya saya harus berterimakasih kepada Ayah saya. Karena dari Ayalah saya belajar berteriak dan menjadi pemarah.Kepada Ayalah saya meniru perilaku ini. Ayah sering berteriak kepada saya, maka bukan hal yang sulit untuk menjadi pemarah seperti Ayah.” Tampak sang Ayah mulai tercenung. Sang anak melanjutkan.“ Ayah membesarkan saya dengan cara seperti ini, jadi peran ini, adalah peran yang mudah buat saya.” Suasana senyap. Begitupun kedua orang tua sang anak di atas panggung, mereka tampak tertunduk. Jika sebelummya mereka bangga, kini keadaannya berubah.Mereka berdiri seakan sebagai terdakwa di muka pengadilan.Mereka belajar sesuatu hari itu.Ada yang perlu diluruskan dalam perilaku mereka.Setiap anak adalah duplikat dan cermin di dalam keluarga.
(15)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran VIII: Teks Injil Lukas 2:41-52 Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya paskah.Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tuaNya.Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencarai Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah, Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan akan kecerdasanNya dan segala jawab yang diberikan-Nya. Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: “ Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.”Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.
(16)