PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ANALISIS CAMPURAN PARASETAMOL, PROPIFENAZON DAN KAFEIN DALAM TABLET DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh: Happy Suryawan Eko Wardoyo NIM: 058114011
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ANALISIS CAMPURAN PARASETAMOL, PROPIFENAZON DAN KAFEIN DALAM TABLET DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh: Happy Suryawan Eko Wardoyo NIM: 058114011
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 ii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
5 Februari 2009
iii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
iv
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tidak ada masalah yang terlalu besar untuk dihadapi Tidak ada jalan yang terlalu panjang untuk dijalani dan tidak ada orang yang terlalu sulit untuk dihadapi, ketika kita mampu menyikapi setiap peristiwa yang terjadi dengan hati yang jernih, kepala dingin dan semangat dari Yesus Kristus.
Kupersembahkan karyaku ini kepada: Papa, mama dan keluargaku tercinta Semua sahabat-sahabatku yang selalu mendukungku Almamaterku
v
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di Surga, hanya karena berkat dan kasih karunia-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu penulis
dalam
menyelesaikannya,
maka
pada
kesempatan
ini
penulis
mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Ibu Christine Patramurti, M. Si., Apt. selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan arahan dan semangat selama penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Jeffry Julianus, M.Si. selaku penguji yang telah meluangkan waktunya dan memberi banyak masukkan. 4. Ibu Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. selaku penguji yang telah meluangkan waktunya dan member banyak masukkan. 5. Seluruh staf laboratorium kimia : Mas Bimo, Mas Kunto, Mas Parlan, dan Pak Kasiran yang telah membantu penulis selama penelitian di laboratorium. 6. Henny, makasih atas dukungan, semangat, doa, diskusi dan semuanya.
vi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
7. Mia, Sutok, dan Adrian, makasih atas canda tawa, suka duka bersama dan sudah banyak memberi masukkan. 8. Mas Rian, makasih atas banyak masukkan dan sudah memberikan banyak pelajaran. 9. Berto,, Yoyok, Agus, Fian, dan Wisely makasih atas dukungan dan masukkannya. 10. Feli, Linna, Hadian, dan Iman makasih untuk kebersamaan kita di laboratorium. 11. Oktaf dan Robby makasih atas bantuannya. 12. Sinta “lele”, Imel, Erlin, Inus, Nikson, Dani, makasih dukungannya. 13. Teman-teman kelompok A2 makasih atas canda tawa dan kebersamaannya. 14. Teman-teman kos makasih atas doa dan bantuannya. 15. Ko Vicky, Arif, makasih atas masukkannya. 16. Teman-teman kelas A dan FST 2005 makasih atas dukungannya, friends forever. 17. Semua orang yang sudah membantuku dan tidak tertulis di sini, makasih atas semua bantuannya. Penulis menyadari bahwa skripsi yang disusun ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan perkembangan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Penulis
vii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PERSYARATAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lai, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 2 Desember 2008 Penulis,
Happy Suryawan Eko Wardoyo
viii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama
: Happy Suryawan Eko Wardoyo
Nomor Mahasiswa
: 058114011
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : ANALISIS CAMPURAN PARASETAMOL, PROPIFENAZON, DAN KAFEIN DALAM TABLET DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 16 Februari 2009 Yang menyatakan
(Happy Suryawan Eko Wardoyo)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
INTISARI Dewasa ini banyak obat analgesik yang beredar di pasaran, terutama dalam bentuk tablet. Obat tersebut biasanya mengandung beberapa campuran zat aktif untuk mendapatkan khasiat yang lebih baik. Beberapa kombinasi campuran zat aktif yang dipakai adalah parasetamol, propifenazon, dan kafein. Belum adanya metode resmi yang cepat dan akurat untuk penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet secara simultan. Hal ini yang mendasari penulis untuk melakukan penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet secara simultan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi fase terbalik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode KCKT dapat digunakan dalam penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet dan juga mengetahui apakah kadar ketiga zat aktif tersebut sesuai atau tidak dengan kadar yang tertera pada etiket. Penelitian ini mengikuti jenis dan rancangan penelitian non eksperimental deskriptif , menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik dengan kolom C18, fase gerak metanol : akuabides (40 :60), kecepatan alir 2,0 ml/menit dan detektor UV pada panjang gelombang 272 nm. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa metode KCKT dapat digunakan untuk menetapkan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet. Kadar masing-masing senyawa sesuai dengan yang tertera pada etiket, yaitu untuk parasetamol, propifenazon dan kafein berturut-turut adalah (247,0+9,62) mg/tablet, (146,7+5,50) mg/tablet, dan (52,2+2,07) mg/tablet. Kata kunci : parasetamol, propifenazon, kafein, KCKT
ix
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Nowadays, analgesic medicine have a lot revolves, especially in tablets. That’s medicines usually contains more than one active compounds to have better virtue. Several active compounds combination are used, there are paracetamol, propyphenazone and caffeine. Determination method of paracetamol, propyphenazone and caffeine in tablet simultaneous which uses according to accurate are not available. It becomes the basic of this research in the determination of paracetamol, propyphenazone and caffeine in tablet with reverse phase High Performance Liquid Chromatography method. The aims from this research are to know whether HPLC method can be used in determining concentration of paracetamol, propyphenazone and caffeine in tablet and to know whether concentration of these three actives compounds suitable with the one which is stamped in the etiquette. This research is descriptive non experimental research, uses reverse phase High Performance Liquid Chromatography method with C18 column, mobile phase methanol : aquabidest (40 : 60), flow rate 2,0 ml/minute and UV detector in 272 nm. The result of this research is reverse phase High Performance Liquid Chromatography method can be used to determination concentration of paracetamol, propyphenazone and caffeine in tablet. The concentration of each compound in tablet should be suitable with the etiquette, that are (247,0+9,62) mg/tablet for paracetamol, (146,7+5,50) mg/tablet for propyphenazone, and (52,2+2,07) mg/tablet for caffeine. Keyword: paracetamol, propyphenazon, caffeine, HPLC
x
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……….……….……….……….……….……….
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….……….…….
iii
HALAMAN PENGESAHAN……….……….……….……….………
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……….……….……….….…………
v
PRAKATA……….……….……….……….……….…………….…..
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………
viii
INTISARI……….……….……….……….……….……….………….
ix
ABSTRACT……….……….……….……….……….……….…………
x
DAFTAR ISI……….……….……….……….……….……………….
xi.
DAFTAR TABEL……….……….……….……….……….……….……
xiv
DAFTAR GAMBAR……….……….……….………….……….……….
xv
DAFTAR LAMPIRAN……….……….……….…….……….………….
xvii
BAB I. PENDAHULUAN……….……….……….…….……….…………
1
A. Latar Belakang……….……….……….….……….……….……………. 1 1. Permasalahan……….……….……….……….……….……………… 2 2. Keaslian penelitian……….……….……….….……….……………… 2 3. Manfaat penelititan……….……….………….……….……………… 3 B. Tujuan Penelitian……….……….………….……….……….…………… 3 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA……….……….………….………….. 4 A. Tablet……….………….……….……….……….……………………….. 4 B. Parasetamol……….…………….……….……….……….………………. 5 C. Propifenazon……….……….…….……….……….……………………… 7
xi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
D. Kafein……….……….……….……….……….……….………………… 7 E. Tablet Flu……….……….……….……….……….……….…………….. 9 F. Spektrofotometer UV……….……….……….…….……………………. 10 G. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi……….……….…….………………… 11 1. Definisi dan instrumentasi……….………….……….………………. 11 2. Pembagian jenis kromatografi……….……….……….……………… 16 3. Kromatografi partisi……….……….………….……….…………….. 17 4. Pemisahan puncak dalam kromatografi……….……….…………….. 19 5. Analisis kualitatif dan kuantitatif……….………..……….…………. 26 H. Keterangan Empiris……….……….……….……….……….…………… 27 BAB III. METODE PENELITIAN……….…………………………..
28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian……….……….……….………………… 28 B. Definisi Operasional……….……….……….……….……….………….. 28 C. Bahan Penelitian……….…….……….……….……….……….……….. 29 D. Alat Penelitian.……….……….……….……….……….………………. 29 E. Tata Cara Penelitian………….……….……….……….……….………
30
1. Pembuatan larutan baku parasetamol….……….……….…………… 30 2. Pembuatan larutan baku propifenazon……….……….…………….. 31 3. Pembuatan larutan baku kafein……….……….……….……….…..
31
4. Pembuatan fase gerak……….……….……….……….…………….
31
5. Optimasi metode KCKT……….……….……….……….…………
32
6. Pembuatan larutan sampel……….……….……….………………..
32
7. Penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam sampel. 33
xii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
F. Analisis Hasil……….……….……….….……….……….……………
33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……….………….……………
35
A. Pemilihan dan Penyiapan Sampel……….……….……………………
35
B. Penyiapan Fase Gerak……….……….…………….……….…………
36
C. Pembuatan Larutan Baku……….……….……….……….…………..
37
D. Optimasi Metode……….….……….……….……….……………….
38
1. Penentuan panjang gelombang overlapping………..…………….
38
2. Pembuatan
kurva
baku
parasetamol,
propifenazon
dan
kafein……….……….……………………………………………
45
E. Analisis Kualitatif……….……….……….……….……….…………
51
F. Analisis Kuantitatif……….…….……….……….……….………….
52
BAB V. KESIMPULAN…………….……….……….…………………
54
DAFTAR PUSTAKA……….……….….……….……….……….……
55
LAMPIRAN……….…….……….……….……….……….…………..
57
BIOGRAFI PENULIS……….……….……….……….……….……….
92
xiii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel I.
Karakteristik
beberapa
pelarut
pada
HPLC
fase
terbalik……….…………………………………………...
15
Tabel II.
Penimbanagan tablet………………………………………
36
Tabel III.
Data kurva baku parasetamol……….……….…….……….
48
Tabel IV.
Data kurva baku propifenazon……….…………….……….
49
Tabel V.
Data kurva baku kafein……….……….….……….……….
50
Tabel VI.
Data waktu retensi (tR) masing-masing senyawa baku dan dalam sampel……………………………………………….
Tabel VII.
52
Data kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet……….………………………………………………
xiv
53
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Rumus struktur parasetamol…………….……….………….
5
Gambar 2.
Rumus struktur propifenazon……….……….……….…….
7
Gambar 3.
Rumus struktur kafein……….……….……….…………..
8
Gambar 4.
Peralatan KCKT……….……….……….…………………
13
Gambar 5.
Mekanisme pemisahan kromatografi partisi……….………
17
Gambar 6.
Reaksi silanisasi……….……….……….…….……………
19
Gambar 7.
Reaksi pembuatan kolom oktadesilsilan……….………….
19
Gambar 8.
Pemisahan dua senyawa……….……….………….……..
20
Gambar 9.
Diffusi Edy……….……….……….……….…………….
23
Gambar 10. Transfer massa fase diam……….……….……………….
24
Gambar 11. Transfer massa fase gerak……….……….…….………..
24
Gambar 12. Penentuan peak asymmetry dan peak tailling factor…….
25
Gambar 13. Distribusi analit dalam fase gerak dan fase diam……....
25
Gambar 14. Gugus kromofor dan auksokrom parasetamol……….. ..
39
Gambar 15. Gugus kromofor dan auksokrom propifenazon……… ..
40
Gambar 16. Gugus kromofor kafein……….……….……….…….
40
xv
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 17. Spektra serapan parasetamol……….……….………..
41
Gambar 18. Spekta serapan propifenazon……….……….………
42
Gambar 19. Spekta serapan kafein……….……….…………….
43.
Gambar 20. Gabungan spektra serapan maksimum……….…….
44
Gambar 21. Kromatogram
campuran
baku
parasetamol,
propifenazon dan kafein…………………………….
45
Gambar 22. Gugs non polar parasetamol, propifenazon dan kafein. .
46
Gambar 23. Kurva baku parasetamol……………………………….
48
Gambar 24. Kurva baku propifenazon………………………………
49
Gambar 25. Kurva baku kafein……………………………………..
50
Gambar 26. Kromatogram parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet……………………………………………
xvi
52
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran1.
Sertifikat analisis parasetamol……….……….……
58
Lampiran 2.
Sertifikat analisis propifenazon……….……….…
59
Lampiran 3.
Sertifikat analisis kafein……….……….………..
61
Lampiran 4.
Data penimbanagn bahan……….……….……….
62
Lampiran 5.
Kromatogram baku parasetamol……….…………
63
Lampiran 6.
Kromatogram baku propifenazon……….………..
69
Lampiran 7.
Kromatogram baku kafein……….……….……….
75
Lampiran 8.
Kromatogram parasetamol, propifenazon dan kafein dalam sampel……………………………...
Lampiran 9.
Contoh
perhitungan
kadar
larutan
baku
parasetamol……………………………………….. Lampiran 10.
Contoh
perhitungan
kadar
larutan
81
82
baku
propifenazon………………………………………..
84
Lampiran 11.
Contoh perhitungan kadar larutan baku kafein………
86
Lampiran 12.
Contoh perhitungan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam sampel……….……….…………...
Lampiran 13.
88
Perhitungan CV parasetamol, propifenazon dan kafein dalam sampel………………………………… xvii
91
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini banyak obat analgesik yang beredar di pasaran, terutama dalam bentuk tablet. Obat tersebut biasanya mengandung beberapa campuran zat aktif untuk mendapatkan khasiat yang lebih baik. Selain itu penggunaan kombinasi zat aktif bertujuan untuk meminimalisir efek samping dari zat aktif bila diberikan pada bentuk tunggal dengan dosis yang tinggi untuk mencapai efek terapi yang diinginkan (Raffa,2006). Beberapa kombinasi campuran zat aktif yang sering dipakai adalah parasetamol, propifenazon, dan kafein. Contoh obat yang mengandung ketiga senyawa aktif tersebut adalah Saridon, Bodrex migraine, dan Paramex. Obat tersebut berkhasiat sebagai analgesik. Dalam percobaan ini digunakan obat dengan merek “X” yang memiliki kandungan parasetamol, propipenazon dan kafein dengan perbandingan 5:3:1. Dalam campuran obat yang mengandung parasetamol, propifenazon dan kafein diperlukan suatu metode yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar ketiga senyawa tersebut. Suatu metode yang tepat sangat diperlukan untuk mengontrol kualitas dan mutu suatu obat, dalam hal ini adalah mengetahui jumlah zat aktif yang sesuai dengan etiket, sehingga dapat diketahui keamanan dari obat tersebut. Pada penelitian ini, penulis mengacu dari penelitian Rendy (2008) mengenai optimasi pemisahan campuran parasetamol, propifenazon dan kafein
1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2
secara simultan dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik. Pada penelitian tersebut telah didapatkan bahwa metode KCKT yang digunakan telah teruji memiliki validitas yang baik dalam menetapkan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein. Hal ini yang mendasari penulis melakukan penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam produk obat menggunakan metode KCKT fase terbalik. Produk obat yang digunakan adalah tablet.
1. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun permasalahan sebagai berikut: a. Apakah metode KCKT fase terbalik dapat digunakan untuk penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet? b. Apakah kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket? 2. Keaslian Penelitian Metode analisis penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet pernah dilakukan oleh Dimitrovska, dkk dengan metode kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri UV (Dimitrovska et al, 1995). Namun metode KCKT fase terbalik belum pernah dilakukan untuk penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet secara simultan.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3
Penelitian ini mengacu pada penelitian dari Rendy (2008) mengenai optimasi pemisahan campuran parasetamol, propifenazon dan kafein dengan metode KCKT fase terbalik. 3. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: a. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui apakah kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket. b. Manfaat Metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan prosedur penggunaan metode KCKT dalam penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet. B. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui apakah metode KCKT fase terbalik dapat digunakan untuk penetapan kadar parsetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet. 2. Mengetahui apakah kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Tablet Dalam Farmakope Indonesia (1995) menyebutkan definisi dari tablet adalah suatu sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal yang dicetak dari serbuk kering, Kristal atau granulat yang umumnya dengan penambahan bahan pembantu yang pembuatannya menggunakan mesin yang sesuai dengan tekanan yang tinggi. Tablet merupakan bentuk sediaan yang banyak digunakan saat ini. Keuntungan dari bentuk tablet antara lain adalah relatif murah dan relatif mudah digunakan pada masyarakat (Voight,1984). Komponen dalam tablet dibagi menjadi dua, yaitu zat aktif dan eksipien. Zat aktif dapat terdiri dari satu macam, atau lebih tergantung dari tujuan efek terapi yang diinginkan. Demikian juga dengan eksipien, dalam sediaan tablet dapat mengandung berbagai jenis eksipien tergantung dari kebutuhan. Aturan umum yang harus dipegang adalah antar komponen yang terdapat dalam tablet tidak boleh terjadi inkompatibilitas baik secara fisika maupun kimia. Eksipien yang digunakan dalam tablet adalah bahan pengisi, pengikat, penghancur, lubricant, antiadherent, dan glidant (Sulaiman, 2007). Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan cara pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada
4
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
5
pemberian obat secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis. Tablet lain yang penggunaannya dengan cara sublingual, bukal, atau melalui vaginal, tidak boleh mengandung bahan tambahan seperti pada tablet yang diberikan secara oral (Ansel, 1985). B. Parasetamol Parasetamol atau asetaminofen memiliki bobot molekul sebesar 151,16. Parasetamol memiliki rumus molekul C8H9NO2 (Anonim, 1995). O
HN
OH
Gambar 1. Rumus struktur parasetamol (Anonim,1995)
Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat. Parasetamol merupakan serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau, dan berasa sedikit pahit (Anonim, 1995). Parasetamol memiliki titik lebur antara 1690C dan 1720C. Satu bagian parasetamol larut dalam 70 bagian air, 20 bagian air panas, 7 bagian etanol, dan 50 bagian kloroform. Parasetamol tidak larut dalam eter (Clarke,1969).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
6
Parasetamol mempunyai serapan maksimum di daerah ultraviolet. Serapan 1%
jenis parasetamol dalam etanol pada 250,0 nm dengan A 1cm =913. Serapan jenis 1%
parasetamol dalam metanol pada 250,0nm dengan A 1cm =900 (Autherhoff,1987). Parasetamol merupakan derivat asetanilida dengan efek antipiretik yang telah digunakan sejak tahun 1893. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol juga digunakan sebagai analgesik. Namun penggunaan parasetamol untuk meredakan demam (antipiretik) tidak seluas penggunaannya sebagai analgesik. Efek analgesik dari parasetamol yaitu meredakan rasa nyeri ringan hingga sedang. Dosis oral untuk nyeri dan demam 2- 3 kali sehari 0,5- 1 g, maksimum 4 g/hari (Tjay dan Rahardja,2002). Tablet parasetamol mengandung parasetamol tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Anonim, 1995).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
7
C. Propifenazon
O
N
N
Gambar 2. Rumus struktur propifeanzon (Anonim,1989)
Propifenazon atau propilantipirin adalah derivat fenazon tanpa daya antiradang dengan sifat kurang lebih sama. Risiko agranulositosis lebih ringan. Dosis penggunaan 1-3 kali sehari 150-300 mg. Umumnya dikombinasi dengan analgetika lain (Tjay dan Rahardja, 2007). Propifenazon berbentuk kristal dengan rasa agak pahit. Titik didih 1030C. mudah larut dalam alkohol dan eter. Kelarutan dalam air sebesar 0,24 g / 100 ml pada 16,50C (Anonim, 1989). Tablet propifenazon mengandung propifenazon tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Anonim, 1995). D. Kafein Kafein merupakan senyawa turunan xantin yang mempunyai nama lain 1,3,7-trimetilxantin atau 1,3,7-trimetil-2,6-dioksopurin. Kafein memiliki bobot
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
8
molekul 194,19 atau hidrat dengan mengandung 1 molekul air dengan bobot molekul 212,21 (Anonim, 1995). Kafein berupa serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat, biasanya menggumpal, tidak berbau dan berasa pahit. Kafein mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C8H10N4O2 dihitung terhadap zat anhidrat. Larutan bersifat netral terhadap kertas lakmus (Anonim,1995). O N N N O
N
Gambar 3. Rumus struktur kafein (Anonim,1995)
Kafein memiliki titik lebur antara 2350C dan 2370C. Satu bagian kafein larut dalam 60 bagian air, 2 bagian air panas, 130 bagian etanol dan 7 bagian kloroform. Kafein larut dalam eter dan lebih larut dalam larutan asam. Kafein dalam HCl 0,1 N memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 1%
272nm (A 1cm =470) sedangkan dalam etanol kafein memberikan serapan 1%
maksimum pada panjang gelombang 273 nm (A 1cm = 519) (Clarke,1969). Kafein merupakan turunan xantin yang menyebabkan relaksasi otot polos, terutama otot polos bronkus, merangsang sistem saraf pusat (SSP), otot jantung dan meningkatkan diuresis. Efek samping dari penggunaan kafein ini berupa debar jantung, gangguan lambung, tangan gemetar, gelisah, ingatan berkurang dan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
9
sukar tidur. Kafein biasanya digunakan dengan dosis sebesar 50 mg jika diberikan bersama dengan analgetik (Tjay dan Rahardja, 2002). Tablet kafein mengandung kafein tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Anonim, 1995). E. Tablet Flu Tablet flu sangat banyak beredar di pasaran. Tablet flu biasanya mengandung lebih dari satu zat aktif. Kombinasi yang ada dalam tablet flu antara lain adalah analgesik, antipiretik, antihistamin, dekongestan hidung, ekspektoran, dan antitusif. Tablet flu hanya berfungsi untuk meringankan gejala saja dan tidak untuk digunakan pada jangka waktu yang panjang (Anonim, 2008). Tablet flu memiliki kombinasi beberapa zat aktif untuk mendapatkan efek terapi yang diinginkan, contoh kombinasi zat aktif yang digunakan adalah parasetamol, propifenazon, dan kafein. Propifenazon umumnya digunakan bersama analgetika lain dalam hal ini adalah parasetamol untuk mendapatkan efek terapi yang lebih cepat (Tjay dan Rahardja, 2007). Tablet flu dapat diperoleh tanpa menggunakan resep dokter karena merupakan golongan obat bebas. Untuk itu pemilihan tablet flu ini harus didasarkan pada gejala flu yang timbul. Oleh karena itu perlu diketahui secara pasti komposisi dari tablet flu agar sesuai dengan gejala flu yang akan diobati (Anonim, 2008).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
10
F. Spektrofotometer UV Spektroskopi adalah salah satu teknik analisis fisiko-kimia yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM). Spektrofotometri ultraviolet adalah salah satu teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dengan memakai instrument spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995). Apabila suatu molekul dikenai suatu radiasi elektromagnetik maka akan terjadi eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi yang dikenal sebagai orbital elektron antibonding. Ada empat tipe transisi elektronik yang mungkin terjadi yaitu δ
δ*, n
δ*, n
π*, dan π
π*. Eksitasi elektron (δ
δ*) memberikan
energi yang terbesar dan terjadi pada daerah ultraviolet jauh yang diberikan oleh ikatan tunggal, misalnya alkana. Eksitasi elektron (π
π*) diberikan oleh ikatan
rangkap dua dan tiga, juga terjadi pada daerah ultraviolet jauh. Eksitasi elektron (n
δ*) terjadi juga pada gugus karbonil (dimetil keton dan asetaldehid) yang
terjadi pada daerah ultraviolet jauh (Mulya dan Suharman, 1995). Suatu molekul dapat menyerap radiasi elektromagnetik jika memiliki kromofor, yaitu gugus penyerap dalam molekul. Molekul yang mengandung kromofor disebut kromogen. Pada senyawa organik dikenal pula gugus auksokrom, yaitu gugus yang tidak menyerap radiasi namun bila terikat bersama kromofor dapat meningkatkan penyerapan oleh kromofor atau mengubah panjang gelombang serapan maksimum (Christian, 2004). Spektrofotometer ultraviolet melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer ultraviolet lebih
11
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
banyak untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Analisis kuantitatif selalu melibatkan pembacaan absorban radiasi elektromagnetik oleh molekul, atau radiasi elektromagnetik yang diteruskan yang disebut absorban (A) tanpa satuan dan transmitan dengan satuan persen (% T). Bouger, Lambert, dan Beer membuat formula secara matematik hubungan antara transmitan atau absorban terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat yang dianalisis dan tebal larutan yang mengabsorbsi sebagai : (1)
(2)
Dimana T = persen transmitan I0 = intensitas radiasi yang datang It = intensitas radiasi yang diteruskan = daya serap molar (Lt.mol-1. Cm-1) C = konsentrasi (mol. Lt-1) b = tebal larutan (cm) A = serapan / absorbansi (Mulya dan Suharman, 1995). G. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 1. Definisi dan instrumentasi Kromatografi adalah prosedur pemisahan senyawa campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi, karena adanya perbedaan koefisien distribusi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
12
masing-masing senyawa di antara dua fase yang saling bersinggungan dan tidak saling campur, yang disebut sebagai fase gerak (mobile phase) yang berupa zat cair atau zat gas dan fase diam (stationary phase) yang berupa zat cair atau zat padat (Noegrohati, 1994). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan salah satu metode kromatografi cair yang fase geraknya dialirkan secara cepat dengan bantuan tekanan, dan hasilnya dideteksi dengan instrument (Willard, Merriet, Dean, dan Settle, 1988). Pada mulanya teknik kromatografi ini disebut dengan High Pressure Liquid Chromatography karena pada instrumen ini terdapat sistem pompa tekanan tinggi yang mampu mengalirkan fase gerak pada tekanan tinggi sampai 300 atmosfer dan tekanan pada bagian atas kolom kurang dari 70 atmosfer (Anonim, 1995). Pada akhir tahun 1970, perkembangan instrumen ini dapat menghasilkan pemisahan yang baik atau menghasilkan penampilan peak yang baik sehingga sistem ini lebih dikenal dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Kromidas, 2000). KCKT merupakan teknik analisis yang paling sering digunakan dalam analisis farmasi untuk pemisahan, identifikasi dan determinasi dalam campuran yang kompleks (Skoog, Holler, dan Nieman, 1998). Peralatan KCKT dapat dilihat pada gambar :
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
13
Gambar 4. Peralatan KCKT (Kasakevich dan Nair, 1996)
Ada tiga variabel utama pada sistem KCKT yang harus diperhatikan, yaitu: a. Fase gerak Kemampuan KCKT untuk memisahkan banyak senyawa terutama tergantung pada keanekaragaman fase gerak. Fase gerak pada KCKT sangat berpengaruh pada tambatan dan pemisahan senyawa (Munson, 1984). Fase gerak untuk analisis secara KCKT harus bersifat murni, tanpa cemaran, tidak bereaksi dengan kemasan, dapat melarutkan cuplikan (solute), viskositas rendah, memungkinkan memperoleh kembali cuplikan dengan mudah (jika diperlukan) dan harganya wajar (Johnson dan Stevenson, 1978). Fase gerak KCKT harus bebas dari gas terlarut karena dapat mempengaruhi respon detektor sehingga menghasilkan sinyal palsu dan mempengaruhi kolom (Gritter, Bobbit, dan Schwarting, 1985). Kepolaran pelarut merupakan ukuran kekuatan pelarut untuk mengelusi suatu senyawa. Kandungan utama fase gerak pada kromatografi fase terbalik adalah air. Kecenderungan air untuk melarutkan sampel dapat
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
diubah
dengan
menambahkan
garam
untuk
menimbulkan
14
pengaruh
penggaraman, asam, basa, dapar untuk melarutkan atau mengendapkan asam atau basa, pereaksi pengompleks untuk menimbulkan jenis pengaruh pelarutan yang khas untuk gugus fungsi tertentu atau golongan senyawa tertentu, atau pelarut organik yang dapat bercampur dengan air. Pemodifikasi organik yang banyak digunakan adalah metanol, asetonitril dan tetrahidrofuran (Gritter et al., 1985;Munson, 1984). Kepolaran pelarut dinyatakan dalam bentuk P’ (indeks polaritas). Besarnya polaritas campuran pelarut dapat dihitung dengan persamaan berikut: P’ = Φa P’a + Φb P’b
(3)
Dengan Φa dan Φb adalah fraksi volume pelarut a dan b dalam campuran, sedangkan P’a dan P’b adalah angka P’ pelarut murni (Gritter et al, 1991). Berikut adalah beberapa nilai indeks polaritas dari beberapa pelarut yang sering digunakan :
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
15
Tabel 1. Karakteristik beberapa pelarut pada HPLC fase terbalik
Pelarut Heksan Sikloheksan Toluen Tetrahidrofuran Etil asetat Aseton Metanol Asetonitril Dimethilformamid Dimetilsulfoksid Air
Index Eluotropic Values polarity Alumina C18 Silika 0,1 0,01 0,00 0,2 0,04 2,4 0,29 0,22 4,0 0,45 3,7 0,53 4,4 0,58 0,48 5,1 0,56 8,8 0,53 5,1 0,95 1,0 0,7 5,8 0,65 3,1 0,52 6,4 7,6 7,2 0,62 10,2 -
UV Cutoff (nm) 195 200 284 212 256 330 205 190 268 268 190 (Snyder, 1997)
Tabel di atas menunjukan bahwa semakin besar eluotropic values dari pelarut menunjukan semakin mudah untuk mengelusi sampel. Semakin besar indeks polaritas yang dimiliki oleh pelarut maka semakin bersifat polar pelarut yang digunakan (Snyder et al., 1997). b. Fase diam Kolom merupakan bagian yang sangat penting dalam pemisahan komponen-komponen sampel. Keberhasilan pemisahan komponen sampel bergantung pada keadaan kolom (Mulja dan Suharman, 1995). c. Detektor Detektor yang baik hendaknya memiliki kepekaan tinggi, rentang respon liniernya lebar, tidak dipengaruhi perubahan suhu dan aliran, memberikan hasil dengan keterulangan yang baik, dan tidak banyak decau. Secara umum detektor dibagi menjadi 2 kategori, yaitu : 1) Bulk property detectors, merupakan detektor yang mengukur perubahan sifat fisik fase gerak dan solute. Detektor tipe ini cenderung relatif tidak
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
16
sensitif dan menghendaki temperatur yang terkendali. Contoh detektor jenis ini yaitu detektor indeks bias. 2) Solute property detectors, merupakan detektor yang hanya mengukur sifat fisik solute. Detektor tipe ini 1000 kali lebih sensitif dan mampu mengukur solute sampai satuan nanogram atau lebih kecil lagi. Contoh detektor jenis ini yaitu detektor fluoresensi, detektor penyerapan (UVVis), dan detektor elektrokimia (Munson, 1984; Willard et al.,1988). 2. Pembagian jenis kromatografi Secara umum kromatografi dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu : a. Kromatografi cair-cair atau kromatografi partisi Pada kromatografi partisi, fase diam dapat polar atau non polar. Bila fase diam polar dan fase gerak non polar disebut kromatografi partisi fase normal, sedangkan bila fase diam non polar dan fase gerak polar dinamakan kromatografi partisi fase terbalik (Munson, 1984). b. Kromatografi adsorpsi Kromatografi ini menggunakan fase diam padat dan fase gerak cair atau gas. Solute dapat diadsorpsi pada permukaan partikel padat (Harris, 1999). c. Kromatografi pertukaran ion Anion atau kation diikatkan secara kovalen pada fase diam padat, biasanya resin. Ion-ion solute muatan berlawanan menyerang fase diam dengan kekuatan elektrostatik. Fase geraknya cair (Harris,1999).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
17
d. Kromatografi eksklusi Pada kromatografi ini tidak ada interaksi tarik menarik antara fase diam dan solute. Fase gerak cair atau gas melalui gel berpori. Ukuran pori cukup kecil untuk mengeluarkan molekul solute yang besar. Molekul solute yang kecil akan masuk ke dalam pori gel, sedangkan molekul yang besar akan mengalir tanpa memasuki pori gel (Harris, 1999). e. Kromatografi afinitas Digunakan untuk interaksi spesifik antara satu jenis molekul solute dan sebuah molekul yang lain yang secara kovalen terikat pada fase diam. Misalnya untuk pemisahan komponen protein (Harris, 1999). 3.
Kromatografi partisi Pada salah satu dari dua fase kromatografi partisi, yaitu fase gerak dan fase
diam harus lebih polar dibanding yang lain. Bila fase diam lebih polar, disebut kromatografi partisi fase normal. Bila sebaliknya dinamakan kromatografi partisi fase terbalik. Mekanisme pemisahan pada kromatografi partisi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5. Mekanisme pemisahan kromatografi partisi (Munson, 1984)
18
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Prinsip kromatografi partisi didasarkan pada partisi solute di antara dua fase yang tidak saling campur, karena adanya perbedaan koefisien distribusi dari masing-masing senyawa. Jika solute ditambahkan ke dalam sistem yang terdiri dari dua pelarut tidak saling campur dan keseluruhan sistem dibiarkan setimbang, maka solute akan tersebar di antara dua fase menurut persamaan: (4) K adalah koefisien distribusi, CS adalah konsentrasi solute dalam fase diam, dan Cm adalah konsentrasi solute dalam fase gerak (Johnson dan Stevenson, 1978). Kolom yang biasa digunakan pada kromatografi partisi fase terbalik adalah kolom dengan kemasan fase terikat yang memiliki sifat stabil karena fase diamnya terikat secara kimia pada penyangga, sehingga tidak mudah terbawa oleh fase gerak. Penyangga pada kemasan fase terikat biasanya terbuat dari silica yang sudah diseragamkan, berpori, dan umumnya partikel mempunyai diameter 3,5 atau 10 µm (Skoog et al., 1998). KCKT partisi fase terbalik biasanya mengandung bagian organik yang terikat secara kimia dengan gugus silanol pada permukaan silica. Bagian organik tersebut umumnya hidrokarbon rantai panjang, sehingga fase gerak umumnya polar. Gugus silanol permukaan dapat direaksikan dengan berbagai cara untuk menempelkan berbagai jenis gugus organik. Kemasan fase terikat dengan tipe ikatan siloksan (Si-O-Si-O) dibuat dengan mereaksikan organoklorosilan dengan gugus silanol pada permukaan silika gel yang terhidrolisis sebagai berikut:
19
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Si
OH + Cl
Si
Si(CH3)2R
O
Si(CH3)2R
+ HCl
Gambar 6. Reaksi silanisasi
Reaksi tersebut digunakan untuk membuat isian kolom oktadesilsilan (ODS) dari gugus silanol dan oktadesilklorosilan sebagai berikut:
Si
OH +Cl
Si
(CH2)17CH3
Si
O
Si
(CH2)17CH3 + HCl
Gambar 7. Reaksi pembuatan kolom oktadesilsilan
Pada kromatografi partisi fase terbalik dengan kemasan fase terikat, R pada siloksan biasanya berupa gugus C18 atau C8. Panjang pendeknya rantai karbon mempengaruhi tertambatnya suatu senyawa pada fase diam (Skoog et al., 1998). 4.
Pemisahan puncak dalam kromatografi Keberhasilan atau kegagalan analisis tergantung pada pemilihan kolom
dan kondisi kerja yang tepat. Ukuran kinerja dari kolom dapat dilihat dari kemampuan kolom dalam memisahkan senyawa. Kolom yang efisien mencegah pelebaran puncak atau menghasilkan puncak yang sangat sempit (Johnson dan Stevenson, 1978). Faktor resolusi adalah ukuran pemisahan dari 2 puncak. Daya pisah, R, dapat diukur dengan persamaan:
(5)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
20
Harga tR2 dan tR1 adalah waktu retensi senyawa, diukur pada titik maksimum puncak dan Δt adalah selisih antara tR2 dan tR1. Harga w2 dan w1 ialah lebar alas puncak. Pemisahan dua senyawa dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 8. Pemisahan dua senyawa (Johnson dan Stevenson, 1978)
Harga R >1,5 disebut baseline resolution, yaitu pemisahan sempurna dari dua puncak dengan ukuran yang sama. Dalam prakteknya, pemisahan dengan harga R= 1,0 (kedua puncak berhimpit lebih kurang 2%) dianggap memadai (Pescok et al., 1976). Pemisahan dari puncak-puncak dalam kromatografi erat hubungannya dengan efisiensi kolom. Pada efisiensi kolom terdapat dua teori yang menjelaskan mengenai pemisahan puncak pada kromatografi, yaitu: a. Teori lempeng Dalam teori lempeng dinyatakan bahwa kolom kromatografi digambarkan sebagai suatu seri lapisan tipis horizontal yang disebut lempeng teoritis. Setiap molekul analit akan mengalami keseimbangan antara fase diam dan fase gerak. Pemisahan akan lebih baik jika terjadi keseimbangan berkalikali dalam jumlah yang tinggi. Hal ini terjadi jika jumlah lempeng teoritis juga
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
21
tinggi. Oleh karena itu jumlah teoritis juga dapat digunakan sebagai ukuran efisiensi kolom (Noegrohati, 1994). Hubungan antara waktu retensi (tR), lebar alas peak (W), dan jumlah lempeng teoritik (N) dapat dinyatakan dengan persamaan (Johnson dan Stevenson, 1978; Munson, 1984):
(6) Bilangan lempeng teoritik (N) berbanding lurus dengan panjang kolom (L). Karena panjang kolom yang bermacam-macam, maka diperlukan ukuran koefisien kolom yang tidak tergantung pada panjang kolom. HETP (Height Equvalent to a Theoritical Plate) atau H merupakan ukuran koefisien kolom yang lebih disukai karena memungkinkan perbandingan antara kolom yang panjangnya berlainan, yang dapat diukur dengan persamaan (Munson, 1984): (7)
b. Teori laju Teori lempeng hanya menggambarkan laju migrasi secara kuantitatif, tetapi tidak dapat menggambarkan pengaruh variabel-variabel lain yang menyebabkan terjadinya pelebaran peak, oleh karena itu perlu diketahui teori laju. Pada waktu migrasi, solute mengalami transfer antara fase diam dan fase gerak berkali-kali. Karena solute hanya dapat bergerak jika berada dalam fase gerak, migrasi di dalam kolom juga tidak teratur, dan mengakibatkan laju ratarata solute relatif terhadap fase gerak juga sangat bervariasi, sehingga terjadi pelebaran peak solute (Noegrohati, 1994).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
22
Menurut teori laju ini, efisiensi kolom dinyatakan dengan persamaan Van Deemter yang dapat dinyatakan sebagai berikut (Willard et al., 1988): (8) (9) Dimana λ
= tetapan ukuran ketidakteraturan kemasan
dp
= diameter rata-rata partikel penyangga
D
= kedifusian linarut dalam fase gerak
k’
= fakor kapasitas
µ
= kecepatan alir
γ
= factor koreksi kelikuan saluran dalam kolom
Dari persamaan di atas dapat dilihat terdapat tiga variabel yang mempengaruhi efisiensi kolom, yaitu: 1) Difusi Eddy, yang dinyatakan sebagai A (2λdp). Difusi Eddy menggambarkan ketidakhomogenannya kecepatan alir dan panjang lintasan di sekitar partikel yang terpack-ing (Gambar 9). Lintasan alir yang tidak sama pasti ditemukan dalam kolom terpack-ing. Suatu molekul solute dapat melewati kolom dekat dinding kolom di mana kerapatan kolom rendah dengan cepat mencapai akhir kolom, khususnya pada kolom dengan diameter kecil. Sedangkan suatu molekul solute yang melewati bagian tengah kolom akan mencapai akhir kolom lebih lambat. Hal ini menyebabkan perbedaan laju tiap molekul melalui kolom berbeda-beda. Untuk meminimalkan difusi Eddy ini, maka diameter rata-rata partikel dalam kolom harus sekecil mungkin dan seseragam mungkin.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
23
Gambar 9. Diffusi Eddy (Willard et al., 1988)
2) Difusi longitudinal, Nilai B (2γD/µ) menyatakan efek dari difusi longitudinal, pergerakan acak dari molekul dalam fase gerak. Pengaruh difusi longitudinal terhadap ketinggian lempeng menjadi signifikan hanya pada kecepatan fase gerak yang rendah/lambat. Kecepatan difusi dari solute yang tinggi pada fase gerak dapat menyebabkan molekul solute terdispers secara aksial sementara dengan lambat bermigrasi melalui kolom. 3) Transfer massa Transfer massa dinyatakan dengan nilai Cstasionery dan Cmobile. Cstasionery merupakan hasil dari ditahannya solute karena adanya fase diam. Suatu molekul bergerak lambat dalam fase diam, sementara molekul lainnya melaju melalui kolom bersama dengan fase gerak. Untuk mengatasi hal ini diperlukan fase diam yang lebih encer (tidak terlalu kental). Peristiwa ini dapat digambarkan sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
24
Gambar 10. Transfer massa fase diam (Willard et al., 1988)
Cmobile menggambarkan adanya peristiwa dimana solute dalam fase diam bertemu dengan fase gerak yang masih baru. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut (Willard et al.,1988):
Gambar 11. Transfer massa fase gerak (Willard et al., 1988)
Pada analisis secara KCKT, kondisi percobaan yang menghasilkan puncak yang simetris selalu lebih disukai, karena puncak yang asimetris dapat menghasilkan pengukuran bilangan lempeng teoritik dan faktor resolusi yang tidak akurat, perhitungan yang tidak teliti, penurunan derajat resolusi dan puncakpuncak minor yang tidak terdeteksi pada ekor puncak, serta waktu retensi yang tidak reprodusibel. Parameter yang digunakan untuk menilai bentuk puncak adalah peak asymmetry factor (As), yang diukur pada 10% tinggi puncak. Puncak yang simetri memiliki nilai As sama dengan 1, sedangkan puncak dengan nilai As pada rentang 0,95-1,1 masih dikatakan baik. Parameter lain yang masih dapat
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
25
digunakan yaitu peak tailing factor, yang diukur pada 5% tinggi puncak (Snyder et al.,1997).
Gambar 12. Penentuan peak asymmetry dan peak tailing factor (Synder et al., 1997)
Distribusi analit dalam fase gerak dan fase diam pada saat terjadi tailing dan leading dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 13. Distribusi analit dalam fase gerak dan fase diam (Kuwana, 1980)
Gugus silanol yang tidak bereaksi karena adanya halangan sterik dapat memberikan kepolaran yang tidak dikehendaki dan menyebabkan pengekoran
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
26
pada puncak kromatogram. Untuk mengurangi gugus silanol yang masih bebas, reaksi dianjurkan dengan penambahan trimetilklorosilan yang dapat mencapai gugus silanol karena ukurannya yang lebih kecil dibanding organoklorosilan yang lain. Penambahan trimetilklorosilan dapat menutupi banyak gugus silanol yang masih bebas, namun tidak semua gugus tersebut dapat tertutupi (Skoog et al., 1998). Puncak kromatogram yang tidak simetri (tailing dan leading) sering dijumpai bila konsentrasi solute dalam fase gerak terlalu besar. Senyawa-senyawa polar juga berpotensi menimbulkan tailing apabila masih terdapat residu gugus silanol pada fase diam. Penyebab tailing yang lain yaitu ketidaksesuaian antara solute dan kolom, pengemasan kolom yang tidak seragam, dan faktor yang terjadi di luar kolom, seperti injektor (Noegrohati, 1994). 5.
Analisis Kualitatif dan Analisis Kuantitatif Waktu tambat atau waktu retensi adalah selang waktu yang diperlukan
oleh linarut (solut) mulai saat injeksi sampai keluar dari kolom dan sinyalnya ditangkap oleh detektor dan dinyatakan sebagai tR ( Mulya dan Suharman,1995). Waktu retensi tidak terpengaruh oleh adanya komponen lain (Nair,H.M dan Bonelli,E.J.,1988). Analisis kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan waktu retensi senyawa murni dan waktu retensi senyawa yang dimaksud dalam sampel. Respon yang berupa tinggi peak maupun luas area peak dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. (Noegrohati,1994).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
27
H. Keterangan Empiris Penelitian ini bersifat non eksperimental deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui apakah metode KCKT dapat digunakan untuk menetapkan kadar parasetamol, propifenazon, dan kafein dalam tablet, serta untuk mengetahui apakah kadar parasetamol, propifenazon, dan kafein dalam tablet sesuai dengan yang tercantum pada etiket.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini mengikuti jenis dan rancangan penelitian non eksperimental deskriptif karena tidak ada perlakuan terhadap subyek uji. B. Definisi Operasional 1. Parasetamol, propifenazon, dan kafein yang ditetapkan kadarnya adalah parasetamol, propifenazon dan kafein yang terkandung dalam tablet merek “X”. 2. Tablet yang dianalisis adalah tablet merek “X” yang mencantumkan kandungan parasetamol, propifenazon, dan kafein pada kemasannya dengan perbandingan 5:3:1, yang memiliki nomor produksi yang sama. 3. Sistem Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik yang digunakan adalah seperangkat alat KCKT dengan fase diam kolom reserved phase C18 dan fase gerak campuran metanol dan aquabides. 4. Kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet ditetapkan dengan satuan mg/tablet.
28
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
29
C. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah parasetamol kualitas working standar (Wenzhou Pharmaceutical Factory), propifenazon kualitas working standar (Vani Chemicals & Intermediates Limited), kafein kualitas working standar (Brataco Chemika), metanol p.a. (E. Merck), aquabides (Laboratorium Kimia Organik Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma), dan tablet merek “X” dengan nomor produksi yang sama. D. Alat –Alat Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Spektrofotometer UV/Vis merek Perkin-Elmer Lamda 20 2. Kuvet UV 3. Seperangkat KCKT yang terdiri dari : a. Pompa merek Shimadzu LC-10 AD No. C20293309457 J2 b. Detektor UV Vis merek Shimadzu SPD 10 AV No. C20343503697 KG. c. CBM 101 merek Shimadzu No. C50363502311 d. Seperangkat komputer merek ACER e. Printer merek Hewlett Packard Deskjet 670 C f. Injektor jenis katup suntik model 77251 g. Kolom C-18 merek DuPont Instruments Zorbax 4,6 mm x 25 cm P.N.880952-702 4. Syringe
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
30
5. Alat degassing ultrasonic merek Retsch tipe T640 No. 935922013 6. Penyaring Whatmann anorganik dan organik 7. Membran filter 8.
Neraca analitik merek Scaltec SBC 22
9. Vakum merek Gast model DOA-P104-BN 10. Milipore 11. Mikropipet 12. Seperangkat alat gelas E. Tata Cara Penelitian 1. Pembuatan Larutan Baku Parasetamol a. Pembuatan Larutan Baku Induk Parasetamol. Lebih kurang 50 mg baku parasetamol yang ditimbang seksama dilarutkan dalam metanol sampai 10 ml. b. Pembuatan Seri Larutan Baku Parasetamol. Larutan baku induk parasetamol dari langkah di atas dipipet 125 µl; 250 µl; 375 µl; 500 µl; 625 µl dan 750 µl dan dimasukkan dalam labu ukur 10 ml dan diencerkan dengan metanol hingga tanda sehingga didapatkan konsentrasi 62,5 ppm; 125,0 ppm; 187,5 ppm; 250,0 ppm; 312,5 ppm; dan 375,0 ppm.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
31
2. Pembuatan Larutan Baku Propifenazon a. Pembuatan Larutan Baku Induk Propifenazon. Lebih kurang 30 mg baku propifenazon yang ditimbang seksama dilarutkan dalam metanol sampai 10 ml. b. Pembuatan Seri Larutan Baku Propifenazon. Larutan baku induk propifenazon dari langkah di atas dipipet 125 µl; 250 µl; 375 µl; 500 µl; 625 µl dan 750 µl dan dimasukkan dalam labu ukur 10 ml dan diencerkan dengan metanol hingga tanda sehingga didapatkan konsentrasi 37,5 ppm; 75,0 ppm; 112,5 ppm; 150,0 ppm; 187,5 ppm; dan 225,0 ppm. 3. Pembuatan Larutan Baku Kafein a. Pembuatan Larutan Baku Induk Kafein. Lebih kurang 10 mg baku kafein yang ditimbang seksama dilarutkan dalam metanol sampai 10 ml. b. Pembuatan seri larutan baku kafein. Larutan baku induk kafein dari langkah di atas dipipet 125 µl; 250 µl; 375 µl; 500 µl; 625 µl dan 750 µl dan dimasukkan dalam labu ukur 10 ml dan diencerkan dengan metanol hingga tanda sehingga didapatkan konsentrasi 12,5 ppm; 25,0 ppm; 37,5 ppm; 50,0 ppm; 62,5 ppm; dan 75,0 ppm. 4. Pembuatan Fase Gerak Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ialah menggunakan campuran metanol dan aquabides dengan perbandingan 40:60. Fase gerak dibuat sesuai dengan volume yang dibutuhkan kemudian digojog dan disaring dengan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
32
penyaring Whatmann anorganik dengan bantuan pompa vakum. Fase gerak kemudian di degassing selama 15 menit. 5.
Optimasi metode KCKT a. Penentuan panjang gelombang overlapping dengan spektrofotometri
UV. Lebih kurang 10 mg baku parasetamol, propifenazon, dan kafein yang ditimbang seksama dilarutkan dengan metanol hingga 10 ml. Larutan tersebut diencerkan hingga konsentrasi 10 ppm untuk tiap zat dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 200 – 300 nm dengan spektrofotometer UV. Berdasarkan kurva panjang gelombang vs absorbansi parasetamol, propifenazon, dan kafein yang diperoleh, diamati dan ditentukan panjang gelombang pengamatannya.. b. Pembuatan kurva baku parasetamol, propifenazon dan kafein. Seri konsentrasi larutan baku parasetamol, propifenazon, dan kafein dari langkah no. 1 yang telah disaring dengan penyaring milipore dan degasing selama 15 menit diinjeksikan pada sistem KCKT dengan fase gerak metanol : aquabides dengan rasio 40 : 60 dan flow rate 2 ml/menit. Diamati peak yang muncul dan AUC (Area Under Curve) dari tiap peak yang muncul. Lalu, ditentukan persamaan regresi linear antara konsentrasi tiap analit terhadap AUC. 6.
Pembuatan larutan sampel Sebanyak dua puluh tablet yang memiliki nomor produksi sama ditimbang
tiap tablet kemudian dihitung bobot rata- ratanya. Tablet digerus dan ditimbang lebih kurang sejumlah sampel seksama yang setara dengan 50 mg parasetamol, 30
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
33
mg propifenazon, dan 10 mg kafein. Serbuk sampel dilarutkan dalam 10 ml. Dari larutan sampel dipipet 500 μl dan diencerkan dengan metanol hingga didapatkan volume 10 ml. Saring dengan millipore dan degassing selama 15 menit. 7.
Penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam sampel Larutan sampel diinjeksikan dalam injector port dengan menggunakan
KCKT syringe dengan fase diam kolom reverse phase C18, fase gerak metanol dan aquabides dengan perbandingan 40:60 dan flow rate 2 ml/menit. Amati kromatogram yang dihasilkan. Dengan memasukan harga AUC sampel dalam masing- masing persamaan kurva baku parasetamol, propifenazon dan kafein sehingga didapatkan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam sampel. Kemudian data disajikan dalam bentuk X+SD dengan satuan mg/tablet. F. Analisis Hasil Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1.
Analisis kualitatif Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu retensi (tR)
yang didapatkan dalam sampel dengan waktu retensi (tR) senyawa baku. 2.
Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah penetapan kadar dari
parasetamol, propifenazon dan kafein berdasarkan analisis data AUC sampel dan kurva baku dari masing- masing senyawa. Data kadar disajikan dalam bentuk
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
34
X+SD dengan satuan mg/tablet yang kemudian dibandingkan dengan yang tertera pada etiket, apakah kadarnya sudah sesuai dengan yang tertera pada etiket atau tidak.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pemilihan dan Penyiapan Sampel Pada penelitian ini yang digunakan sebagai sampel adalah tablet dengan merek “X” yang beredar di Yogyakarta. Pemilihan sampel ini didasarkan pada obat
yang mencantumkan komposisi zat aktifnya berupa parasetamol,
propifenazon dan kafein. Di masyarakat terdapat beberapa obat yang mengandung ketiga zat aktif tersebut, tetapi dengan jumlah yang berbeda. Pada penelitian ini digunakan sampel dengan merek “X” yang memiliki perbandingan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein 5:3:1. Sampel yang digunakan adalah tablet merek “X” karena pada tablet merek lain mengandung zat aktif yang berbeda. Selain itu tablet merek “X” juga banyak digunakan di pasaran karena memiliki efek terapi yang cepat. Sediaan yang memenuhi batasan tersebut hanya ada satu produk, sehingga penulis hanya menggunakan satu produk sebagai sampel. Pemilihan sampel yang dilakukan adalah pemilihan sediaan dengan merek “X” yang memiliki nomor produksi yang sama. Dari kemasan diambil 20 tablet obat ditimbang tiap tablet kemudian dihitung bobot rata-ratanya. Penimbangan dilakukan tiap tablet dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya tablet yang memiliki bobot menyimpang jauh dari bobot rata-ratanya. Bobot rata-rata tablet lebih dari 300 mg tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-ratanya sebesar 5%, dan tidak satu tabletpun yang boleh menyimpang dari bobot rata-ratanya sebesar 10%. Hasil penimbangan tablet dapat dilihat pada tabel berikut. 35
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
36
Tabel II. Penimbangan tablet
Bobot (mg)
Tablet 657,7
655,3 668,4 669,2 638,5 649,4 660,7 663,0 668,4 658,5
=657,975 mg
660,1 664,3 655,6 656,0 659,4 656,4 653,0 654,7 658,8 652,1 Dari hasil penimbangan bobot tablet, tidak ada tablet yang menyimpang sebesar 5% dari bobot rata-ratanya, dan juga tidak ada tablet yang menyimpang sebesar 10% dari bobot rata-ratanya. Pada penelitian ini dilakukan replikasi sebanyak 5 kali. B. Penyiapan Fase Gerak Pemilihan fase gerak dan fase diam dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Rendy (2008) mengenai optimasi penetapan kadar campuran parasetamol, propifenazon dan kafein dengan metode KCKT yang telah terbukti memiliki validitas yang baik. Fase gerak yang digunakan pada penelitian ini adalah campuran antara metanol dan aquabides dengan perbandingan 40:60. Campuran fase gerak ini
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
37
bersifat polar, sedangkan fase diam yang digunakan adalah kolom C18 yang bersifat non polar sehingga sistem kromatografi yang digunakan adalah kromatografi partisi fase terbalik. Pada penelitian ini tidak digunakan etanol tetapi digunakan metanol karena metanol dapat melarutkan ketiga komponen tersebut dan memiliki viskositas yang lebih rendah dari etanol sehingga dapat mengurangi tekanan pada kolom dan meningkatkan efisiensi kolom untuk memisahkan komponen campuran. C. Pembuatan Larutan Baku Larutan baku dibuat dengan konsentrasi tertentu dan menggunakan metanol p.a sebagai pelarut. Penggunaan metanol didasarkan pada kelarutan ketiga komponen yang akan diuji. Selain itu syarat pelarut yang dapat digunakan dalam sistem KCKT adalah pelarut yang kemurniannya tinggi, dapat bercampur dengan fase gerak dan mudah terelusi. Larutan baku dibuat dalam 6 seri konsentrasi untuk tiap komponen yang diuji. Konsentrasi untuk parasetamol adalah 62,74 ppm; 125,48 ppm; 188,21 ppm; 250,95 ppm; 313,69 ppm dan 376,43 ppm. Konsentrasi untuk propifenazon adalah 37,55 ppm; 75,10 ppm; 112,65 ppm; 150,20 ppm; 187,75 ppm dan 225,30 ppm sedangkan konsentrasi kafein adalah 11,20 ppm; 22,40 ppm; 33,60 ppm; 44,80 ppm; 56,00 ppm dan 67,20 ppm. Pemilihan seri konsentrasi kurva baku ini dimaksudkan agar kadar yang terdapat dalam sampel berada dalam rentang seri konsentrasi larutan baku yang digunakan sehingga persamaan kurva baku yang diperoleh dapat digunakan untuk menetapkan kadar tiap komponen dalam sampel.
38
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
D. Optimasi Metode 1. Penentuan panjang gelombang overlapping Penentuan
panjang
gelombang
overlapping
dimaksudkan
untuk
mengetahui panjang gelombang di mana parasetamol dan propifenazon masih dapat memberikan serapan serta mengetahui panjang gelombang kafein yang dapat memberikan serapan optimal. Sebelum menentukan panjang gelombang overlapping, panjang gelombang serapan maksimum dari masing-masing senyawa harus ditentukan terlebih dulu. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan panjang gelombang masing-masing senyawa dalam metanol yang menunjukan serapan maksimum. Penentuan
panjang
gelombang
serapan
maksimum
dilakukan
menggunakan kadar 1 mg% karena kadar tersebut lebih kecil dari kadar kafein pada pembuatan kurva baku, sehingga untuk memastikan kadar kafein yang terkecil tetap dapat terdeteksi. Pembacaan serapan dilakukan pada rentang panjang gelombang antara 200-300 nm karena parasetamol, propifenazon dan kafein memiliki panjang gelombang serapan maksimum pada rentang tersebut. Senyawa yang diukur secara spektrofotometri ultraviolet harus memiliki gugus kromofor dalam strukturnya agar dapat menyerap radiasi ultraviolet. Penyerapan sinar radiasi oleh suatu senyawa tergantung pada struktur elektronik dari senyawa tersebut. Pada gugus kromofor yang dimiliki oleh parasetamol, propifenazon dan kafein terdapat ikatan rangkap yang mengandung elektron π yang bila dikenai sinar radiasi elektromagnetik akan mudah tereksitasi ke tingkat yang lebih tinggi yaitu π*. Selain gugus kromofor, terdapat juga gugus auksokrom
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
39
yang langsung terikat pada gugus kromofor. Gugus auksokrom memiliki pasangan elektron bebas pada orbital n yang dapat berinteraksi dengan elektron π pada gugus kromofor sehingga dengan adanya auksokrom ini akan mengubah panjang gelombang serta intensitas serapan maksimum dari senaywa. Gambar gugus kromofor dan auksokrom masing-masing senyawa dapat dilihat pada gambar berikut.
O
HN
OH
Gambar 14. Gugus kromofor dan auksokrom parasetamol Keterangan:
=
auksokrom
=
kromofor
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
40
O
N
N
Gambar 15. Gugus kromofor dan auksokrom propifenazon Keterangan :
= auksokrom
= kromofor
O N N N O
N
Gambar 16. Gugus kromofor kafein Keterangan :
= kromofor = aukskrom
Dalam Farmakope Indonesia edisi IV (1995) disebutkan bahwa pengujian panjang gelombang serapan maksimum mempunyai makna jika serapan maksimum tersebut tepat pada atau dalam batas 2 nm dari panjang gelombang
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
41
teoritis. Serapan yang dihasilkan pada masing-masing senyawa dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 17. Spektra serapan parasetamol (λmaks= 248 nm)
Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa parasetamol memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 248 nm. Sedangkan parasetamol memiliki panjang gelombang serapan maksimum teoritis pada 249 nm. Dalam penelitian ini terdapat pergeseran panjang gelombang serapan maksimum, namun penyimpangan ini masih memnuhi syarat yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi IV sehingga dapat dipastikan senyawa tersebut adalah parasetamol.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
42
Gambar 18. Spektra serapan propifenazon (λmaks= 247 dan 274 nm)
Berdasarkan
gambar
tersebut
dapat
dilihat
bahwa
propifenazon
memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 247 dan 274 nm. Propifenazon dalam etanol memiliki panjang gelombang serapan maksimum pada 248 nm dan 277 nm. Pada pembacaan serapan maksimum ini terdapat penyimpangan sebesar 3 nm. Hal ini dapat dikarenakan pada penelitian digunakan pelarut metanol, sedangkan yang ada dalam literatur menggunakan pelarut etanol.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
43
Gambar 19. Spektra serapan kafein (λmaks= 272 nm)
Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa kafein memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 272 nm. Kafein dalam etanol memiliki panjang gelombang serapan maksimum pada 273 nm. Dalam penelitian ini
terjadi
pergeseran
panjang
gelombang
serapan
maksimum
namun
penyimpangan ini masih memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi IV. Hal ini membuktikan bahwa senyawa tersebut adalah kafein. Analisis tidak dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum salah satu senyawa karena hanya sensitif terhadap perubahan konsentrasi senyawa yang bersangkutan. Karena hal tersebut diperlukan panjang gelombang overlapping dari ketiga senyawa yang diuji. Dari ketiga gambar spektra yang
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
44
dihasilkan kemudian ditumpang tindihkan, dan didapatkan gambar sebagai berikut.
Gambar 20. Gabungan spektra serapan maksimum parasetamol (-----), propifenazon (-----), dan kafein (-----)
Dari gambar tersebut, dipilih panjang gelombang overlappingnya, yaitu 272 nm. Panjang gelombang ini dipilih dengan alasan agar kafein dalam sampel yang memiliki kadar paling kecil dapat tetap terdeteksi. Pada panjang gelombang ini serapan kafein cukup optimal, sedangkan untuk serapan parasetamol dan propifenazon kurang optimal namun tetap dapat terdeteksi karena konsentrasinya yang cukup besar dalam sampel.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
45
2. Pembuatan kurva baku parasetamol, propifenazon dan kafein Tiap konsentrasi larutan baku parasetamol, propifenazon dan kafein diinjeksikan pada KCKT dengan fase diam C18, fase gerak metanol : air dengan perbandingan 40:60, menggunakan flow rate 2 ml/menit diukur pada panjang gelombang 272 nm. Dengan
menggunakan
sistem
kromatografi
di
atas,
didapatkan
kromatogram campuran baku parasetamol, propifenazon dan kafein adalah seperti pada gambar berikut.
Parasetamol Kafein Propifenazon
Gambar 21. Kromatogram campuran baku parasetamol, propifenazon dan kafein (5:3:1)
Pada kromatogram tersebut terlihat adanya perbedaan waktu retensi (tR) tiap senyawa. Waktu retensi adalah waktu yang dibutuhkan suatu senyawa untuk keluar dari kolom. Dari gambar dapat dilihat bahwa waktu retensi parasetamol adalah 1,855 menit, propifenazon adalah 6,759 menit, dan kafein adalah 2,655
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
46
menit. Perbedaan waktu retensi tiap senyawa dipengaruhi oleh interaksi masingmasing senyawa dengan fase diam dan fase geraknya. Tiap senyawa memiliki sisi polar dan non polar pada strukturnya. Pada penelitian ini, fase diam yang digunakan bersifat non polar, sedangkan fase geraknya bersifat polar. Karena hal itu, maka senyawa yang cenderung non polar akan lebih lama keluar dari kolom atau memiliki waktu retensi yang lebih besar. Interaksi senyawa dengan fase diam terjadi pada bagian senyawa yang non polar. Gugus non polar dari masing-masing senyawa dapat dilihat pada gambar berikut. O
O
HN O
N N N
N
N O
N
OH
(A)
(B)
(C)
Gambar 22. Gugus non polar pada parasetamol (A), propifenazon (B) dan kafein (C) Keterangan : = gugus non polar
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa propifenazon memiliki gugs non polar yang paling banyak. Hal inilah yang menyebabkan propifenazon akan lebih lama tertahan pada fase diam daripada parasetamol dan kafein. Pada kromatogram yang dihasilkan didapatkan propifenazon memiliki waktu retensi yang paling besar daripada senyawa lainnya. Parasetamol memiliki gugus non polar yang paling sedikit, hal inilah yang menyebabkan parasetamol memiliki waktu retensi paling cepat daripada senyawa lainnya. Kafein memiliki gugus non polar yang
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
47
lebih banyak dari parasetamol dan lebih sedikit dari propifenazon sehingga kafein tertambat pada kolom dengan waktu yang lebih lama dari parasetamol tetapi lebih cepat dari propifenazon. Penentuan persamaan kurva baku untuk masing-masing senyawa dilakukan 3 kali replikasi. Persamaan kurva baku menyatakan hubungan linier antara konsentrasi dengan AUC yang dihasilkan. Sebagai parameter linieritasnya digunakan koefisien korelasi (r). Koefisien korelasi menunjukan korelasi antara konsentrasi dengan AUC. Dalam penelitian ini, dari 3 kali replikasi dipilih salah satu replikasi yang kemudian digunakan sebagai data kurva baku. Pemilihan data kurva baku ini didasarkan pada nilai r yang digunakan, yaitu nilai r yang lebih besar dari nilai r tabel untuk enam data dengan derajat bebas (db) = 4. yaitu sebesar 0,917 ( pada taraf kepercayaan 99%). Selain itu pemilihan data kurva baku juga didasarkan pada nilai SE (standard error) yaitu nilai SE yang paling kecil karena semakin kecil SE maka kesalahan yang terjadi dalam penelitian juga semakin kecil. Persamaan untuk masing-masing baku parasetamol, propifenazon dan kafein dapat dilihat pada tabel berikut.
48
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel II. Data kurva baku parasteamol
Replikasi 1 C (ppm) AUC
Replikasi 2 C (ppm) AUC
63,05 433277 126,10 782447 189,15 1158864 252,20 1645115 315,25 2030640 378,30 2514297 B = 6632,35 A = -36153 r = 0,9986
Replikasi 3 C (ppm) AUC
62,24 375404 124,48 736919 186,71 1148448 248,95 1555291 311,19 1979372 373,43 2323369 B = 6369,16 A = -34268,87 r= 0,9996
SE = 47038,95
62,74 363578 125,48 744345 188,21 1138321 250,95 1521173 313,69 1905797 376,43 2260491 B = 6080,56 A = -12893,13 r = 0,9999 y=6080,56x-12893,13 SE = 11593,81
SE = 23093,16
Keterangan :
merupakan data kurva baku yang digunakan
Kurva Baku Parasetamol 2500000 2000000 A U C
1500000 1000000 500000 0 0
50
100
150
200
250
Konsentrasi (ppm)
Gambar 23. Kurva baku parasetamol
300
350
400
49
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel III. Data kurva baku propifenazon
Replikasi 1 C (ppm) AUC
Replikasi 2 C (ppm) AUC
37,55 534864 75,10 908171 112,65 1297158 150,20 1760441 187,75 2230475 225,30 2653911 B = 11432,70 A = 61627 r = 0,9991 y=11482,7x+61627 SE = 38495,19
Replikasi 3 C (ppm) AUC
37,16 584806 74,33 880325 111,49 1349126 148,65 1852736 185,81 2159391 222,98 2706848 B = 11494,70 A = 93770,2 r = 0,9970
36,95 426220 73,90 815260 110,85 1250126 147,80 1710807 184,75 2264568 221,70 2829904 B = 13011,42 A = -133221,67 r = 0,9973
SE = 69505,94
Keterangan :
SE = 74641,29
merupakan data kurva baku yang digunakan
Kurva Baku Propifenazon 3000000 2500000 A U C
2000000 1500000 1000000 500000 0 0
50
100
150
Konsentrasi (ppm)
Gambar 24. Kurva baku propifenazon
200
250
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
50
Tabel IV. Data kurva baku kafein
Replikasi 1 C (ppm) AUC
Replikasi 2 C (ppm) AUC
Replikasi 3 C (ppm) AUC
12,13 197727 24,25 347263 36,38 545312 48,50 731223 60,63 1001288 72,75 1105900 B = 15761,65 A = -14099,6 r = 0,9956
12,54 162383 25,08 340703 37,61 512751 50,15 802826 62,69 950287 75,23 1120367 B = 15744,19 A = -42655,2 r = 0,9962
SE = 37797,89
SE = 35909,83
Keterangan :
11,20 181499 22,40 308807 33,60 465661 44,80 647505 56,00 803060 67,20 961379 B = 14193,89 A = 4918,2 r = 0,9991 y=14193,89x+4918,2 SE = 14419,999
merupakan data kurva baku yang digunakan
Kurva Baku Kafein 1200000 1000000 A U C
800000 600000 400000 200000 0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
Konsentrasi (ppm)
Gambar 25. Kurva baku kafein
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa nilai r yang diperoleh mempunyai nilai yang lebih besar daripada nili r tabel, hal ini menunjukkan persamaan kurva tersebut mempunyai korelasi yang baik sehingga dapat digunakan untuk
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
51
menghitung kadar senyawa. Dari data kurva baku parasetamol dapat dilihat bahwa pada replikasi ketiga menunjukan nilai r yang terbaik dan nilai SE terkecil sehingga persamaan tersebut yang digunakan untuk menghitung kadar parasetamol. Persamaan kurva baku parasetamol yang diperoleh adalah Y = 6080,6X – 12893,1. Dari data kurva baku propifenazon dapat dilihat bahwa pada replikasi pertama menunjukan nilai r yang terbaik dan nilai SE terkecil sehingga persamaan tersebut yang digunakan untuk menghitung kadar propifenazon. Persamaan kurva baku propifenazon yang diperoleh adalah Y = 11432,7X + 61627, sedangkan dari data kurva baku kafein diperoleh persamaan kurva baku Y = 14193,89X + 4918,2 yang merupakan data kurva baku replikasi ketiga. E. Analisis Kualitatif
Pada KCKT, analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu retensi (tR) sampel dengan waktu retensi (tR) baku/ pembanding (gambar 21). Pada penelitian ini dilakukan analisis kualitatif dari sampel. Gambar kromatogram sampel dapat dilihat pada gambar berikut.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
52
Parasetamol Kafein Propifenazon
Gambar 26. Kromatogram parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet
Dari gambar kromatogram sampel tersebut dapat dilihat waktu retensi tiap senyawa dan dibandingkan dengan waktu retensi baku yang dapat ditampilkan sebagai berikut. Tabel V. Data waktu retensi (tR) masing-masing senyawa baku dan dalam sampel
Senyawa
tR baku (menit)
tR sampel (menit)
Parasetamol Propifenazon Kafein
1,855 6,759 2,655
1,849 6,468 2,642
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dalam sampel mengandung parasetamol, propifenazon dan kafein. Hal ini karena baik pada baku maupun pada sampel masing-masing senyawa memiliki waktu retensi yang relatif sama. F. Analisis Kuantitatif
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
53
Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung kadar tiap zat aktif dari tablet yang meliputi parasetamol, propifenazon dan kafein. Penetapan kadar ini dilakukan dengan sistem yang sama seperti yang digunakan pada pembuatan kurva baku masing-masing senyawa. Dari 5 kali replikasi pengukuran diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel VI. Data kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet
Parasetamol Sampel
Kafein
Propifenazon
AUC
Kadar (mg/tablet)
AUC
Kadar (mg/tablet)
AUC
Kadar (mg/tablet)
1
1479757
245,3
1779040
150,1
759675
53,1
2
1432569
238,6
1698099
143,7
713058
50,1
3
1507179
252,3
1800810
153,5
747292
52,8
4
1565249
260,8
1647418
139,4
712774
50,1
5
1424412
238,1
1726166
146,6
777912
54,8
247,0
52,2
146,7
SD
9,62
SD
5,50
SD
2,07
CV
1,7%
CV
1,7%
CV
2,3%
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet secara berturut-turut (247,0+9,62) mg/tablet, (146,7+5,50) mg/tablet, dan (52,2+2,07) mg/tablet. Dalam etiket tertulis bahwa tablet merek ”X” mengandung parasetamol 250 mg, propifenazon 150 mg, dan kafein 50 mg. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tablet merek ”X” mengandung parasetamol, propifenazon dan kafein sesuai dengan yang tertera pada etiket, yaitu 90%-110% dari yang tertulis sebagai jumlah senyawa dalam etiket, yaitu untuk
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
54
parasetamol pada rentang 225-275 mg/tablet, propifenazon adalah pada rentang 135-165
mg/tablet
dan
kafein
pada
rentang
45-55
mg/tablet.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN 1.
Metode KCKT dengan kondisi: Instrumen
: Shimadzu LC-10 AD
Kolom
: C-18 merek DuPont Instruments Zorbax 4,6 mm x 25 cm P.N.880952-702
Fase gerak
: metanol : aquabides (40:60)
Flow rate
: 2,0 ml/menit
AUFs/Attenuation
: 0,01/8
Detektor
: UV pada 272 nm
Dapat digunakan untuk menetapkan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet. 2.
Kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet secara berturutturut adalah (247,0+9,62) mg/tablet, (146,7+5,50) mg/tablet, dan (52,2+2,07) mg/tablet. Kadar tersebut sesuai dengan jumlah yang tertera pada etiket.
54
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
56
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008, http://www.dechacare.com/Obat-Flu-I170.html, diakses tanggal 1 November 2008. Anonim, 1989, The Merck Index an Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biologicals, 11th ed., 7784, Merck & Co. Inc., Rahway N. J., USA. Anonim,1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, 254,649,753, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Ansel H C., 1985, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, 244-245, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Auterhoff,Kovar,1987,Identifikasi Obat,165,176, ITB Press, Bandung Christian, G. D., 2004, Analytical Chemiiistry, 6thed,465, John Wiley and Sons, Inc., USA. Clarke,E.G.C.,1986, Isolation and Identification of Drugs, 2nd edition, 234,465,538, The Pharmaceutical Press, London Dimitrovska, A., dkk, 1995, Determination of Propyphenazone, Paracetamol, Caffeine and Codeine Phosphate with Thin Layer Chromatography, Bulletin of the Chemists and Technologists of Macedonia, 14, 1, 39 – 41. Gritter,R.J,dkk,1991, Pengantar Kromatografi diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, edisi II, 205-219, ITB, Bandung Harris,D.C.,1999, Quantitative Chemical Analysis, 2nd ed., 643, 648, 661, 664, W.H.Freeman and Company, New York Johnson EL. and Stevenson R., 1978, Basic Liquid Chromatography, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, 6-9,17-25,90-91,99-103, Penerbit ITB, Bandung. Kazakevich, Y. and Nair,H.M., 1996, Basic Liquid Chromatography Textbook on KCKT, http://KCKT.chem.shu.edu/NEW/KCKT_Book. Kromidas, S., 2000, Pratical Problem Solving in HPLC, 1st ed,2, Wiley-VCH Weinheim Kuwana,1980, Physical Methods in Modern Chemical Analysis, Vol. II 13, Academic Press, New York Mulja,M. dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 6-11,26,31,34 Universitas Airlangga, Surabaya
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
57
Munson,J.W.,1984, Pharmaceutical Analysis Modern Methods, diterjemahkan oleh Harjana, Parwa.B,15,33-34, Universitas Airlangga Press, Surabaya Nair,H.M. and Bonelli,E.J.,1988, Basic Gas Chromatography,diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata,4,19, ITB,Bandung Noegrohati, S., 1994, Pengantar Kromatografi, 16-17, UGM, Yogyakarta Pescok, R. L., Shields, L. D., and Cains, T., 1976, Modern Methods of Chemical Analysis, 2nd ed, 51, John Wiley Sons, Canada Raffa, R. B., 2006, Remington :The Science and Practice of Pharmacy, 21st edition, 1542, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia. Skoog,D.A., Holler, F.J. and Nieman, T.A. , 1998, Principles of Instrumental Analysis, Fifth 5th edition, 329-351, Harcourt Brace College Publishers , Philadelphia Snyder, L.R., dkk, 1997, Practical HPLC Method Development, 2nd ed., 208209,252, John Willey & Sons Inc., New York Sulaiman, T.N.S.,2007, Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, 71-76, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Tjay, T.H. dan Rahardja, K.,2002, Obat- Obat Penting, ed. V, 163-222- Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Tjay, T.H. dan Rahardja, K.,2002, Obat- Obat Penting, ed. VI, 315, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Voigt R, 1984, Lehrbuch der Pharmaceutischen Technologie, diterjemahkan oleh Soendoni Noeromo, Edisi ke-5, 163-164, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Willard, H.H., dkk, 1988, Instrumental Methods of Analysis, 7th edition, 525529,592 Wadsworth Publishing Company, California
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
57
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 1 Sertifikat Analisis Parasetamol
58
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 2 Sertifikat Analisis Propifenazon
59
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
60
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 3. Sertifikat Analisis Kafein
61
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 4. Data penimbangan bahan 1. Penimbangan baku parasetamol, propifenazon dan kafein Replikasi 1 2 3
Parasetamol (mg) 50,44 49,79 50,19
2. Penimbangan sampel Sampel 1 2 3 4 5
Bobot sampel (mg) 131,70 131,1 130,39 130,98 130,66
Propifenazon (mg) 30,04 29,72 29,56
Kafein (mg) 9,7 10,03 8,95
62
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 5. Kromatogram baku parasetamol 1. Kromatogram baku parasetamol 125
63
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2. Kromatogram baku parasetamol 250
64
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3. Kromatogram baku parasetamol 375
65
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
4. Kromatogram baku parasetamol 500
66
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
5. Kromatogram baku parasetamol 625
67
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
6. Kromatogram baku parasetamol 750
68
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 6. Kromatogram baku propifenazon 1. Kromatogram baku propifenazon 125
69
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2. Kromatogram baku propifenazon 250
70
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3. Kromatogram baku propifenazon 375
71
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
4. Kromatogram baku propifenazon 500
72
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
5. Kromatogram baku propifenazon 625
73
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
6. Kromatogram baku propifenazon 750
74
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 7. Kromatogram baku kafein
1. Kromatogram baku kafein 125
75
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2. Kromatogram baku kafein 250
76
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3. Kromatogram baku kafein 375
77
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
4. Kromatogram baku kafein 500
78
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
5. Kromatogram baku kafein 625
79
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
6. Kromatogram baku kafein 750
80
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 8. Kromatogram parasetamol, propifenazon dan kafein dalam sampel
81
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
82
Lampiran 9. Contoh perhitungan kadar larutan baku parasetamol 1. Skema pembuatan Timbang seksama ± 50 mg parasetamol ↓ Larutkan dalam metanol ad 10 ml (Larutan induk PCT) ↓ Pipet larutan induk PCT sebanyak 125 µl; 250 µl; 375 µl; 500 µl; 625 µl dan 750 µl ↓ Encerkan dengan metanol ad 10,0 ml 2. Perhitungan seri kadar parasetamol (replikasi 3) • Bobot parasetamol hasil penimbangan = 0,05019 g = 50,19 mg • Kadar parasetamol dalam larutan induk PCT = 50,19 mg/10ml = 5019 ppm • Seri larutan baku parasetamol : Kadar parasetamol=
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Volume pemipetan 125 µl
250 µl
375 µl
500 µl
625 µl
750 µl
83
Perhitungan (Kadar dalam larutan induk PCT x pengenceran ) 0,125 5019 ppm x = 62,7375 ppm 10 5019 ppm x
0,250 = 125,4750 ppm 10
5019 ppm x
0,375 = 188,2125 ppm 10
5019 ppm x
0,500 = 250,9500 ppm 10
5019 ppm x
0,625 = 313,6875 ppm 10
5019 ppm x
0,750 = 376,4250 ppm 10
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
84
Lampiran 10. Contoh perhitungan kadar larutan baku propifenazon 1. Skema pembuatan Timbang seksama ± 30 mg propifenazon ↓ Larutkan dalam metanol ad 10 ml (Larutan induk P) ↓ Pipet larutan induk P sebanyak 125 µl; 250 µl; 375 µl; 500 µl; 625 µl dan 750 µl ↓ Encerkan dengan metanol ad 10,0 ml 2. Perhitungan seri kadar propifenazon (replikasi 1) • Bobot propifenazon hasil penimbangan = 0,03004 g = 30,04 mg • Kadar propifenazon dalam larutan induk PPZ = 30,04 mg/10ml = 3004 ppm • Seri larutan baku propifenazon : Kadar propifenazon=
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Volume pemipetan 125 µl
250 µl
375 µl
500 µl
625 µl
750 µl
85
Perhitungan (Kadar dalam larutan induk PPZ x pengenceran ) 0,125 3004 ppm x = 37,55 ppm 10 3004 ppm x
0,250 = 75,10 ppm 10
3004 ppm x
0,375 = 112,65 ppm 10
3004 ppm x
0,500 = 150,20 ppm 10
3004 ppm x
0,625 = 187,75 ppm 10
3004 ppm x
0,750 = 225,30 ppm 10
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
86
Lampiran 11. Contoh perhitungan kadar larutan baku kafein 1. Skema pembuatan Timbang seksama ± 10 mg kafein ↓ Larutkan dalam metanol ad 10 ml (Larutan induk P) ↓ Pipet larutan induk P sebanyak 125 µl; 250 µl; 375 µl; 500 µl; 625 µl dan 750 µl ↓ Encerkan dengan metanol ad 10,0 ml 2. Perhitungan seri kadar propifenazon (replikasi 3) • Bobot kafein hasil penimbangan = 0,00896 g = 8,96 mg • Kadar kafein dalam larutan induk KAF = 8,96 mg/10ml = 896 ppm • Seri larutan baku kafein : Kadar kafein=
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Volume pemipetan
125 µl
250 µl
375 µl
500 µl
625 µl
750 µl
87
Perhitungan (Kadar dalam larutan induk KAF x pengenceran ) 0,125 896 ppm x = 11,20 ppm 10 896 ppm x
0,250 = 22,40 ppm 10
896 ppm x
0,375 = 33,60 ppm 10
896 ppm x
0,500 = 44,80 ppm 10
896 ppm x
0,625 = 56,00 ppm 10
896 ppm x
0,750 = 67,20 ppm 10
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
88
Lampiran 12. Contoh perhitungan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam sampel 1. Skema kerja Timbang seksama lebih kurang sampel yang setara dengan 50 mg parasetamol, 30 mg propifenazon dan 10 mg kafein ↓ Larutkan dalam metanol ad 10 ml (Larutan induk P) ↓ Pipet larutan induk P sebanyak 500 µl ↓ Encerkan dengan metanol ad 10,0 ml 2. Perhitungan kadar parasetamol dalam tablet Untuk sampel 1, didapat AUC =1479757 Nilai AUC dimasukkan dalam persamaan kurva baku parasetamol, yaitu: Y= 6080,56X – 12893,13 X= X= X= 245,47 ppm Kadar parasetamol dalam sampel = 245,47 X factor pengenceran = 245,47 X 20 = 4909,58 ppm = 49,10 mg/10 ml Bobot sampel yang ditimbang = 131,7 mg
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Bobot rata-rata tablet = 657,98 mg Kadar parasetamol dalam tablet =
=
245,28 mg/tablet
3. Perhitungan kadar propifenazon dalam tablet Untuk sampel 1, didapat AUC =1779040 Nilai AUC dimasukkan dalam persamaan kurva baku propifenazon, yaitu: Y= 11432,70X + 61627 X= X= X= 150,22 ppm Kadar propifenazon dalam sampel = 150,22 X factor pengenceran = 150,22 X 20 = 3004,39 ppm = 30,04 mg/10 ml Bobot sampel yang ditimbang = 131,7 mg Bobot rata-rata tablet = 657,98 mg Kadar propifenazon dalam tablet =
89
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
=
150,08 mg/tablet
4. Perhitungan kadar kafein dalam tablet Untuk sampel 1, didapat AUC =759675 Nilai AUC dimasukkan dalam persamaan kurva baku kafein, yaitu: Y= 14193,89X + 4918,2 X= X= X= 53,17 ppm Kadar kafein dalam sampel = 53,17 X factor pengenceran = 53,17 X 20 = 1063,4 ppm = 10,63 mg/10 ml Bobot sampel yang ditimbang = 131,7 mg Bobot rata-rata tablet = 657,98 mg Kadar kafein dalam tablet = =
53,13 mg/tablet
90
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 13. Perhitungan CV parasetamol, propifenazon dan kafein dalam sampel Parasetamol Sampel
Kafein
Propifenazon
AUC
Kadar (mg/tablet)
AUC
Kadar (mg/tablet)
AUC
Kadar (mg/tablet)
1
1479757
245,3
1779040
150,1
759675
53,1
2
1432569
238,6
1698099
143,7
713058
50,1
3
1507179
252,3
1800810
153,5
747292
52,8
4
1565249
260,8
1647418
139,4
712774
50,1
5
1424412
238,1
1726166
146,6
777912
54,8
247,0
52,2
146,7
SD
9,62
SD
5,50
SD
2,07
SE
4,30
SE
2,46
SE
1,32
CV
1,7%
CV
1,7%
CV
2,3%
SE= 1. Perhitungan CV parasetamol CV=
= 3,9 %
2. Perhitungan CV propifenazon CV=
= 3,7 %
3. Perhitungan CV kafein CV=
= 3,9 %
91
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
92
BIOGRAFI PENULIS Penulis skripsi berjudul “Analisis Campuran Parasetamol, Propifenazon dan Kafein dalam Tablet dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik” ini memiliki nama lengkap Happy Suryawan Eko Wardoyo. Penulis dilahirkan di Purwokerto pada tanggal 23 Juni 1987 sebagai anak bungsu dari empat bersaudara dari pasangan Hartono Eko Wardoyo dan Christine Endang Pusposari. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis yaitu TK Santa Maria Purwokerto (1991-1993), SD Santa Maria Purwokerto (1993-1999), SLTP Susteran Purwokerto (1999-2002), SMU Negri I Purwokerto (2002-2005), dan pada tahun 2005 melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan mahasiswa, yaitu menjadi panitia Titrasi bidang Humas (2006), panitia Pharmacy Event Cup (2006), dan panitia Pharmacy Performance (2007).