PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
EFEK NEFROPROTEKTIF JANGKA PENDEK DEKOK BIJI Persea americana Mill. TERHADAP KADAR KREATININ DAN GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh : Irene NIM : 108114050
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
EFEK NEFROPROTEKTIF JANGKA PENDEK DEKOK BIJI Persea americana Mill. TERHADAP KADAR KREATININ DAN GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
Skripsi yang diajukan oleh : Irene NIM : 108114050
Telah disetujui oleh
Pembimbing
(Phebe Hendra, M.Si.,Ph.D.,Apt.)
tanggal
ii
17 Oktober 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
The only way to do great work is to love what you do. ~Steve Jobs~
Kupersembahkan karya kecil ini untuk... Tuhan Yesus Kristus atas segala harmat, bimbingan, penyertaaan-Nya Mama, Papa, Kakak-kakakku tercinta atas segala doa, dukungan, dan semangat yang diberikan Teman-teman tercinta Almamaterku
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul EFEK
NEFROPROTEKTIF
DEKOK
BIJI
Persea
americana
Mill.
TERHADAP KADAR KREATININ DAN GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA, tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. Yogyakarta, 17 Oktober 2013 Penulis
(Irene)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama
: Irene
Nomor Mahasiswa
: 108114050
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : EFEK NEFROPROTEKTIF JANGKA PENDEK DEKOK BIJI Persea americana Mill. TERHADAP KADAR KREATININ DAN GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet ataupun media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal :
17 Oktober 2013
Yang menyatakan,
(Irene)
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur kepada tuhan Yang Maha Kasih atas berkat berlimpah yang tiada henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “EFEK NEFROPROTEKTIF JANGKA PENDEK DEKOK BIJI Persea americana Mill. TERHADAP KADAR KREATININ DAN GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesai skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan campur tangan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Farmasi yang telah mengizinkan penulis menjalankan pembelajaran selama masa studi. 2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dosen Pembimbing skripsi atas segala kesabaran dalam membimbing, memberi masukan dan memotivasi penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dosen Penguji skripsi atas bantuan dan masukan demi kemajuan skripsi ini. 4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku Dosen Penguji skripsi dan yang telah memberikan bantuan dalam determinasi tanaman Persea americana Mill. dan masukkan demi kemajuan skripsi ini.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Ibu Rini Dwiastuti, M.Si., Apt., selaku Kepala Penanggungjawab Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin dalam penggunaan semua fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian ini. 6. Ibu drh. Ari selaku dokter hewan di laboratorium Imono yang telah membantu dengan sabar dalam menyediakan hewan uji untuk penelitian ini. 7. Ibu drh. Sitarina atas masukan dan bimbingannya demi kemajuan penelitian ini. 8. Pak Heru Purwanto, Pak Suparjiman, dan Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Farmakologi-Toksikologi dan Biokimia, Pak Wagiran selaku laboran Farmakognosi-Fitokimia, atas segala bantuan selama pelaksanaan skripsi ini. 9. Keluargaku tercinta Papa, Mama, kedua kakakku tercinta atas segala dukungan, semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman FSM A 2010, FSM B 2010, FST A 2010, dan seluruh angkatan 2010 atas kebersamaan kita. 11. Teman-teman “Persea americana” Lydia S., Ni Luh Putu Dian P.P., Inneke Devi P.S., Gidion Krisnandi Y., Ike Kumalasari A., Angelia Rosari, Priscilla Diana V., Rotua Silitonga, Komang Ayu N.S., Liana Risha G., Robert D.P., Yudytha A.Q., dan Adrienne Roma atas kerja sama, bantuan, suka, duka, dan perjuangan dalam menyelesaikan skripsi hingga akhir. 12. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang turut membantu selama penyusunan skripsi ini.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, penulis membuka dan mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi, serta semua pihak baik mahasiswa, lingkungan akademis dan masyarakat luas.
Yogyakarta, 17 Oktober 2013
Penulis
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................
vi
PRAKATA ..................................................................................................
vii
DAFTAR ISI .............................................................................................
x
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xviii
INTISARI ....................................................................................................
xix
ABSTRACT ..................................................................................................
xx
BAB I. PENGANTAR ................................................................................. 1 A. Latar Belakang …………........................................................................
1
1. Perumusan masalah ............................................................................
4
2. Keaslian penelitian .............................................................................
4
3. Manfaat penelitian .............................................................................. 5 B. Tujuan Penelitian ....................................................................................
x
5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Tujuan umum ................................................................................
5
2. Tujuan khusus ..............................................................................
6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA....................................................
7
A. Persea americana Mill. .....................................................................
7
1. Taksonomi .....................................................................................
7
2. Sinonim .........................................................................................
7
3. Nama daerah ................................................................................
7
4. Morfologi ......................................................................................
7
5. Kandungan kimia ..........................................................................
8
6. Khasiat dan kegunaan .................................................................... 9 B. Anatomi dan Fisiologi Ginjal ............................................................
9
C. Nefron ................................................................................................
14
D. Kerusakan Ginjal ...............................................................................
21
1. Penyakit yang mengenai glomerulus ...........................................
22
2. Penyakit yang mengenai tubulus dan interstisium .......................
23
3. Penyakit yang mengenai pembuluh darah ..................................... 26 E. Kreatinin .......................................................................................
26
1. Mekanisme pembentukan kreatinin .............................................
26
2. Faktor yang mempengaruhi kreatinin darah .................................
27
3. Metode pemeriksaan kreatinin .....................................................
28
F. Karbon Tetraklorida ........................................................................
28
G. Dekoksi ...........................................................................................
31
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
H. Keterangan Empiris ........................................................................
31
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................
32
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .........................................................
32
B. Variabel dan Definisi Operasional .....................................................
32
1. Variabel utama ..............................................................................
32
2. Varibel pengacau ...........................................................................
32
3. Definisi operasional ....................................................................... 33 C. Bahan Penelitian ................................................................................
33
1. Bahan utama ..................................................................................
33
2. Bahan kimia ................................................................................... 34 D. Alat Penelitian .................................................................................... 34 1. Peralatan pembuatan dekok biji Persea americana Mill. .............
34
2. Peralatan penetapan kadar air serbuk biji Persea americana Mill. 34 3. Peralatan uji nefroprotektif ............................................................ 35 E. Tata Cara Penelitian ..........................................................................
35
1. Determinasi tanaman Persea americana Mill. .............................
35
2. Pengumpulan bahan .....................................................................
35
3. Penetapan kadar air serbuk biji Persea americana Mill. .............
35
4. Pembuatan dekok biji Persea americana Mill. ............................
36
5. Pembuatan larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50% ..............
36
6. Uji pendahuluan ............................................................................
37
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7. Pengelompokan hewan uji ............................................................
37
8. Pembuatan serum ..........................................................................
38
9. Penetapan kadar kreatinin .............................................................
38
10. Pembuatan preparat histologi tikus ............................................
39
F. Tata Cara Analisis Hasil ....................................................................
39
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 40 A. Penyiapan Bahan ................................................................................ 41 1. Hasil determinasi tanaman ............................................................
41
2. Penetapan kadar air serbuk kering biji Persea americana Mill. ..
41
B. Uji pendahuluan .................................................................................
42
1. Penetapan dosis nefrotoksin karbon tetraklorida .........................
42
2. Penentuan waktu cuplikan darah ..................................................
42
C. Hasil Biokimia Uji Nefroprotektif Jangka Pendek Dekok Biji Persea americana Mill. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida
45
1. Kontrol nefrotoksin karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB ............ 46 2. Kontrol negatif olive oil dosis 2mL/kgBB ....................................
50
3. Kontrol dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB .......................................................................................
52
4. Kelompok perlakuan jangka pendek dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB pada tikus terinduksi karbon tetraklorida 2mL/kgBB ................................................. D. Hasil Histologi Ginjal Jangka Pendek Dekok Biji Persea
xiii
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
americana Mill. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida ...
56
1. Kontrol nefrotoksin karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB ............ 56 2. Kontrol negatif olive oil dosis 2mL/kgBB ....................................
57
3. Kontrol dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB ....................................................................................
59
4. Kelompok perlakuan jangka pendek dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB pada tikus terinduksi karbon tetraklorida 2mL/kgBB .................................................
59
E. Rangkuman Pembahasan ................................................................
62
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................
65
A. Kesimpulan ........................................................................................
65
B. Saran ..................................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 67 LAMPIRAN ............................................................................................
72
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................. 95
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel I. Purata kadar kreatinin tikus pada jam ke-0, 24, 48, dan 72 setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB ..........
43
Tabel II. Hasil uji Scheffe kadar kreatinin tikus jam ke-0, 24, 48, dan 72 setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB .........
44
Tabel III. Hasil purata kadar kreatinin pemberian jangka pendek dekok biji Persea americana Mill. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida ...............................................................................
48
Tabel IV. Hasil uji Scheffe kadar kreatinin tikus pemberian jangka pendek pada tikus setelah pemberian karbon tetraklorida ...................
49
Tabel V. Purata kadar kreatinin setelah pemberian olive oil dosis 2mL/kgBB pada selang waktu 0 dan 48 jam (n = 5) ..................
50
Tabel VI. Hasil uji t-test berpasangan kadar kreatinin tikus setelah pemberian olive oil dosis 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan jam ke-48 .........................................................................................
xv
51
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Letak ginjal ............................................................................
10
Gambar 2.
Struktur ginjal ........................................................................
11
Gambar 3.
Struktur mikroskopis bagian korteks ginjal ..........................
11
Gambar 4.
Struktur mikroskopis bagian medula ginjal ...........................
12
Gambar 5.
Struktur nefron .....................................................................
14
Gambar 6.
Struktur glomerulus dan kapiler glomerular .........................
15
Gambar 7. Glomerulus ginjal dan kapsula Bowman ginjal secara mikroskopik ......................................................................... Gambar 8.
16
Tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal secara mikroskopik .............................................................
17
Gambar 9. Tubulus koligens secara mikroskopik .................................
18
Gambar 10. Mekanisme pembentukan urin ............................................... 21 Gambar 11. Ginjal normal secara mikroskopik ......................................
22
Gambar 12. Mekanisme terjadinya nefritis tubulointerstisium kronik pada 24 glomerulonefritis .................................................................. Gambar 13. Gambaran mikroskopik nefritis interstisial kronik (diwarnai dengan haematoxylin dan eosin, perbesaran 600x) ................
25
Gambar 14. Proses pembentukan kreatinin ............................................
27
Gambar 15. Struktur molekul karbon tetraklorida ...................................
28
Gambar 16. Mekanisme biotransformasi dan oksidasi karbon tetraklorida
30
Gambar 17. Diagram batang rata-rata kadar kreatinin tikus pada jam ke-
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
0, 24, 48, dan 72 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ..................................................................
44
Gambar 18. Diagram batang rata-rata kadar kreatinin tikus pemberian karbon tetraklorida jam ke-1, 4, dan 6 setelah pemberian dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB ...
47
Gambar 19. Diagram batang rata-rata kadar kreatinin tikus setelah pemberian olive oil dosis 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan jam ke-48 .............................................................................
51
Gambar 20. Gambaran mikroskopik pada ginjal yang menunjukkan terjadinya intratubular hialin cast ........................................
58
Gambar 21. Gambaran mikroskopik pada ginjal yang menunjukkan degenerasi epitel tubulus ........................................................
59
Gambar 22. Gambaran mikroskopik pada ginjal yang menunjukkan tidak adanya perubahan patologi spesifik .....................................
60
Gambar 23. Gambaran mikroskopik pada ginjal yang menunjukkan adanya dilatasi lumen tubulus ..............................................
xvii
61
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.Hasil determinasi serbuk tanaman Persea americana Mill...................................................................................
73
Lampiran 2. Foto dekok biji Persea americana Mill. .............................. 75 Lampiran 3. Surat pengesahan determinasi tanaman Persea americana Mill. ...................................................................................
76
Lampiran 4. Surat pengesahan Medical and Health Research Ethics Committee (MHREC) ......................................................
77
Lampiran 5. Hasil pembacaan preparat histologi ginjal tikus .................. 78 Lampiran 6. Analisis data
statistik penentuan waktu cuplikan darah
pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ........................................................................... Lampiran 7. Hasil
analisis
statistik
darah
pada
79
kelompok
praperlakuan dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB ..................................................
84
Lampiran 8. Hasil analisis statistik data kadar kreatinin pada kelompok
olive
oil
dosis
2mL/kgBB
.........................................................................................
89
Lampiran 9. Perhitungan efek nefroprotektif .......................................... 92 Lampiran 10. Penetapan kadar air serbuk biji Persea americana Mill...... 92 Lampiran 11. Perhitungan konversi dosis untuk manusia ........................ 93 Lampiran 12. Hasil pengukuran validitas dan reabilitas ...........................
xviii
94
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi efek nefroprotektif jangka pendek pemberian dekok biji Persea americana Mill. untuk dapat menurunkan kadar kreatinin dan gambaran histologi ginjal pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui waktu efektif yang diperlukan untuk memberikan efek nefroprotektif. Penelitian menggunakan tikus sehat, jantan galur Wistar, berumur 2-3 bulan, dan berat 150-250 gram. Tikus dibagi secara acak ke dalam enam kelompok perlakuan. Kelompok I diberikan larutan karbon tetraklorida-olive oil (1:1) dosis 2 mL/kgBB secara i.p. Kelompok II diberikan olive oil dosis 2 mL/kg BB secara i.p. Kelompok III adalah kontrol dekok yang diberikan dekok biji Perseae americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB secara peroral dan setelah 6 jam dilakukan pengambilan darah dan organ ginjal. Kelompok IV-VII merupakan kelompok perlakuan yang diberikan dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71mg/kg BB, kemudian secara berturut-turut pada jam ke 1, 4, dan 6 jam setelah pemberian dekok, diberikan dosis nefrotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kg BB. Pada jam ke-48 setelah pemerian karbon tetraklorida, seluruh kelompok dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbitalis mata untuk dilakukan penetapan kadar kreatinin dan dilakukan pengambilan organ ginjal untuk dilakukan pengamatan histologi ginjal. Analisis kadar kreatinin dilakukan dengan menggunakan ANOVA pola satu arah dan dilanjutkan dengan uji Scheffe. Berdasarkan hasil penelitian, dekok biji Persea americana Mill. memberikan efek nefroprotektif dengan menurunkan kadar kreatinin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Gambaran histologi ginjal pada tikus perlakuan menunjukkan tidak ada perubahan patologi yang spesifik, dan hanya ditemukan terjadinya intratubular hialin cast dan dilatasi lumen tubulus. Waktu efektif dalam memberikan efek nefroprotektif yaitu 1 jam setelah pemberian dekok biji Persea americana Mill. Kata kunci : Persea americana Mill., dekok, jangka pendek, kreatinin, karbon tetraklorida, nefroprotektif.
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT This study investigated the short-term protective effect of the decoction of Persea americana Mill.’s seeds against carbon tetrachloride induced nephrotoxicity in rats. The creatinine level in serum and the kidney’s histological were measured for the evaluation of renal function. This study also determined the most effective time needed to give nephroprotective effect. This study was carried out in healthy, male Wistar rats, 2-3 month old, and weighing 150-250 grams. The rats were divided into six groups of five each. Group I were treated with carbon tetrachloride-olive oil (1:1) 2 mL/kgBW i.p. The second group were additionally treated with olive oil 2mL/kgBW i.p. The third group (decoction control) received the decoction of Persea americana Mill.’s seed (360,71 mg/kgBW, p.o.). The forth until sixth group were given decoction of Persea americana Mill’s seed (360,71 mg/kgBW, p.o.), and after one, four, and six hour all rats in each group were given carbon tetrachloride 2 mL/kgBW intaperitonially. Fourty eight hours later, the blood was collected from sinus orbital eye to be measured of creatinine level and collected the kidney from each group to knew the renal’s histological. Analysis of creatinine level used one-way ANOVA and then Scheffe test. Based on the research, decoction of Persea americana Mill.’s seed gave nephroprotective effects for reduced the activity of creatinine levels in rats that induced by carbon tetrachloride. The renal histology on the treatment group showed that the renal histology weren’t change, we found only intratubular hialine cast and dilatation in tubular. The most effective time which one could reduce the creatinine level and didn’t show the changed in renal histology was at 1 hours after the decoction of Persea americana Mill.’s seeds given to the rats. Keywords : Persea americana Mill., decoction, short-term, creatinine, carbon tetrachloride, nephroprotective.
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A.
Latar Belakang
Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam sistem ekskresi yang berfungsi untuk menyaring dan membuang sisa metabolisme dari dalam tubuh. Melalui
ginjal
sebagian
besar
xenobiotika
diekskresikan.
Ginjal
akan
mengeliminasi xenobiotika dari darah untuk menjaga agar tubuh tidak mengalami keracunan akibat timbunan hasil metabolisme (Donatus, 2001). Kerusakan pada ginjal diantaranya dapat disebabkan oleh penyakit seperti diabetes, hipertensi maupun karena senyawa kimia (obat-obatan) (U.S. Department of Health and Human Services, 2010; Central for Disease Control and Prevention, 2013). Tahun 1995-1999 di Amerika, tercatat 100 kasus gagal ginjal per juta penduduk pertahun. Angka ini terus meningkat 8% per tahunnya (Suwitra, 2009). Tahun 2011 lalu di Amerika Serikat penyakit ginjal menduduki peringkat sembilan penyebab kematian. Tercatat sedikitnya terjadi 45.000 kematian di Amerika karena penyakit ginjal pada tahun 2011. Selain itu juga terdapat sekitar 20 juta orang dewasa di Amerika yang menderita gagal ginjal kronik (Central for Disease Control and Prevention, 2013). Angka kejadian penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia sendiri cukup tinggi. Menurut data dari Persatuan Nefrologi Indonesia (Perneftri), diperkirakan prevalensi penyakit ginjal mencapai 200-250 orang pertahunnya (Resultanti, 2010).
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Karbon tetraklorida (CCl4) adalah salah satu senyawa model yang diketahui dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal (Goldfrank, Neal, Neal, Mary, Robert, and Lewis, 2002). Karbon tetraklorida dapat menyebabkan terjadinya kerusakan ginjal karena karbon tetraklorida dapat membentuk radikal bebas (Hippeli and Elstner, 1999). Senyawa radikal ini yang dapat menyebabkan terjadinya nefrotoksisitas. Gagal ginjal akut yang berhubungan dengan keracunan oleh CCl4 dapat menyebabkan penurunan kerja ginjal melalui sindrom hepatorenal tetapi secara langsung dapat menyebabkan terjadinya luka pada tubulus ginjal. CCl4 dapat juga menyebabkan terjadinya nekrosis pada tubulus kontortus ginjal dan pada lengkung Henle (Goldfrank et al., 2002). Saat ini banyak tumbuhan yang dapat digunakan sebagai salah satu pengobatan alternatif untuk mengobati berbagai penyakit kronis seperti kanker, gangguan ginjal, maupun gangguan hepar. Persea americana Mill. diketahui mempunyai banyak kegunaan. Persea americana Mill. diketahui mengandung komponen di antaranya yaitu avocadofuran, proanthocyanidin, quersetin, quersetrin, luteolin, epigenin, catechin, isoquersetrin, tanin, dan saponin (Jerz and Maria, 2009; Konsinska, Magdalena, Isabel, Teresa, Begona, and Gary, 2012; Ding, Chin, Kinghorn, and Ambrosio, 2007). Pada ekstrak metanol biji Persea americana Mill. diketahui adanya flavonoid, saponin, tanin terkondensasi, alkaloid, dan triterpenoid (Leite et al.,2009). Penelitian oleh Arukwe et al. (2012) menyebutkan biji Persea americana Mill. mengandung saponin, tanin, alkaloid, komponen fenolik, sianogenik glikosida, flavonoid, dan steroid. Pada ekstrak heksan biji Persea americana Mill.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
diketahui terkandung sterol dan triterpenoid. Pada analisis lipid pada ekstrak heksan biji Persea americana Mill. juga diketahui adanya asam palmitoleic (1,6%), asam stearat (2,2%), palmitic acid (21,3%), oleic acid (24,1%) dan linoleic acid (27,6%). Juga terdentifikasi adanya 1,2,4-trihydroxy-nonadecane and β-sitosterol pada ekstrak heksan (Ding et al., 2007). Selain itu, hasil skrining fitokimia yang dilakukan oleh Zuhrotun, Nikodemus, dan Muhtadi (2004) terhadap simplisia dan ekstrak etanol biji alpukat menunjukkan bahwa biji alpukat mengandung polifenol, flavonoid, triterpenoid, kuinon, saponin, tanin dan monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Senyawa-senyawa antioksidan dapat digunakan sebagai nefroprotektor yang dapat mencegah radikal bebas yang terbentuk dari proses metabolisme CCl 4. Hal itu disebabkan karena senyawa tersebut dapat memberikan satu elektronnya pada senyawa radikal bebas sehingga tidak lagi membentuk radikal (Winarsi, 2007). Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (2010) dekok merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi sediaan herbal dengan air pada suhu 900C selama 30 menit. Pada penelitian ingin diketahui apakah sediaan dekok dari biji Persea americana Mill. mempunyai efek sebagai nefroprotektif. Hal ini didasarkan pada kebiasaan masyarakat yang sering menggunakan air rebusan dari sediaan herbal yang dibuat dengan pemanasan tinggi dan perebusan dalam waktu yang relatif lama untuk mengobati berbagai penyakit. Pada penelitian ini digunakan dekok dosis 360,71 mg/kgBB didasarkan pada dosis yang umum digunakan di masyarakat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Penelitian efek nefroprotektif jangka pendek dekok biji Persea americana Mill. dilakukan untuk membandingkan dengan penelitian efek nefroprotektif jangka panjang dekok biji Persea americana Mill. terhadap tikus terinduksi karbon tetraklorida (Quiraisyin, 2013) yang juga dilaksanakan bersamaan. Oleh karena itu, penelitian efek nefroprotektif jangka pendek dekok biji Persea americana Mill. pada tikus galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida menarik untuk diteliti dan belum pernah dilakukan sebelumnya.
1. Perumusan masalah a. Apakah praperlakuan jangka pendek dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB mempunyai efek nefroprotektif pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida dengan indikator perubahan kadar kreanitin dan gambaran histologi ginjal? b. Berapakah waktu paling efektif dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB yang dapat menimbulkan efek nefroprotektif pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida?
2. Keaslian penelitian Penelitian yang menggunakan biji Perseae americana Mill. yang pernah dilakukan yaitu oleh Leite, et al. (2009) tentang komposisi kimia biji Perseae americana Mill., toksisitas, dan efeknya sebagai larvasida. Arukwe, et al. (2012) melakukan penelitian tentang komposisi kimia pada daun, buah, dan biji Persea americana Mill. Imafidon and Amaechina (2010) meneliti tentang efek ekstrak air
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
dari biji Persea americana Mill. terhadap tekanan darah dan profil lemak pada tikus terkena hipertensi. Konsisnka, et al. (2009) melakukan penelitian komposisi komponen fenolik dan kapasitas antioksidan dari biji Perseae americana Mill. Pada tahun 2007 Ding, et al. meneliti efek kemopreventif dari buah Persea americana Mill. Zuhrotun, et al. (2004) melakukan uji antidiabetik ekstrak etanol biji Perseae americana Mill. Anaka, Ozolua, and Okpo (2009) melakukan penelitian tentang efek ekstrak Persea americana Mill. pada tekanan darah tikus Sprague Dawley. Berdasarkan penelusuran pustaka, penelitian dekok biji Perseae americana Mill. mempunyai efek nefroprotektif pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida jangka pendek belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian a.
Manfaat teoritis. Hasil pelitian ini diharapkan dapat ikut berperan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian mengenai efek nefroprotektif jangka pendek dekok biji Perseae americana Mill. b.
Manfaat praktis. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi
informasi waktu penggunaan dekok biji Persea americana Mill. yang efektif bagi masyarakat. B. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum Mengetahui efek nefroprotektif pemberian dekok biji Perseae americana
Mill. jangka pendek pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dengan indikator penurunan kadar kreatinin dan gambaran histologi ginjal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
6
Tujuan khusus Mengetahui berapa waktu efektif dekok biji Perseae americana Mill.
yang dapat menimbulkan efek nefroprotektif pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Persea americana Mill. 1.
2.
Taksonomi Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Divisio
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-Divisi
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Classis
: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub-classis
: Magnoliidae
Ordo
: Laurales
Familia
: Lauraceae
Genus
: Persea
Spesies
: Persea americana Mill. (Suhono et al., 2010).
Sinonim Persea gratissima Gaertn., Persea drymifolia, Persea mubigena, Persea
guatemalensis (Sunarjono, 2008). 3.
Nama daerah Apokat, alpokat (Melayu), arpuket (Sunda), alpokat (Jawa), alpuket
(Betawi) (Suhono et al., 2010). 4.
Morfologi Persea americana Mill. merupakan pohon yang dapat tumbuh pada lahan
terbuka pada ketinggian 200-1000 meter. Persea americana Mill. berkulit batang
7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
coklat kelat dengan tinggi 8-20 m, dan diameter 25-40 cm. Persea americana Mill. berdaun tunggal, berwarna hijau tua, dan berbentuk lonjong. Daun bertangkai dan mengumpul pada ujung ranting, berukuran 8x17 cm. Bunga berwarna putih kekuningan dan wangi. Bunga Persea americana Mill. berkelamin ganda. Benang sari berjumlah 12, berwarna coklat atau jingga, tumbuh mengelilingi putik. Benang sari dan putik pada pohon ini tidak masak bersama sehingga pembuahan sukar terjadi (Suhono et al., 2010). Buah Persea americana Mill. termasuk buah buni berbentuk bulat. Buah berwarna hijau, hijau kekuningan, dan coklat keunguan. Buah berukuran 5-30 cm dengan berat 100-600 g. Daging buah berwarna hijau kekuningan atau kuning. Daging buah tebal dengan rasa hambar atau sedikit manis dan berminyak. Berbiji tunggal, dengan ukuran biji yang besar, berbentuk bulat atau lonjong, dan ditutupi oleh selaput biji (Suhono et al., 2010). 5.
Kandungan kimia Alpukat
mengandung
beberapa
komponen
diantaranya
yaitu
avocadofuran, proanthocyanidin, quersetin, quersetrine, luteolin, epigenin, catechin, isoquersetrin, tanin, dan saponin (Jerz and Maria, 2009; Kosinska et al., 2012; Ding et al., 2007). Pada ekstrak metanol biji Persea americana Mill. diketahui adanya flavonoid, saponin, tanin terkondensasi, alkaloid, dan triterpenoid (Leite et al., 2009). Penelitian oleh Arukwe et al., (2012) menyebutkan biji Persea americana Mill. mengandung saponin, tanin, alkaloid, komponen fenolik, sianogenik glikosida, flavonoid, dan steroid. Pada ekstrak heksan biji Persea
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
americana Mill. diketahui terkandung sterol dan triterpenoid. Pada analisis lipid pada ekstrak hexane biji Persea americana Mill. juga diketahui adanya asam palmitoleic (1,6%), asam stearat (2,2%), palmitic acid (21,3%), oleic acid (24,1%) dan linoleic acid (27,6%). Juga terdentifikasi adanya 1,2,4-trihydroxynonadecane and β-sitosterol pada ekstrak heksan (Ding et al., 2007). Selain itu, hasil skrining fitokimia yang dilakukan oleh Zuhrotun et al. (2004) terhadap simplisia dan ekstrak etanol biji alpukat menunjukkan bahwa biji alpukat mengandung polifenol, flavonoid, triterpenoid, kuinon, saponin, tanin dan monoterpenoid dan seskuiterpenoid. 6.
Khasiat dan kegunaan Kegunaan dari ekstrak biji Persea americana Mill. yang telah diketahui
diantaranya berdasarkan penelitian Imafidon and Amaechina (2010) dan Anaka, et al., (2009) ekstrak air biji Persea americana Mill. mempunyai khasiat sebagai antihipertensi. Penelitian oleh Leite, et al., (2009) diketahui bahwa ekstrak metanol dan heksan dari biji Persea americana Mill. mempunyai aktivitas sebagai larvasidal dan antifungal. Penelitian oleh Zuhrotun, et al., (2004) menyebutkan juga bahwa ekstrak metanol biji Persea americana Mill. mempunyai efek antidiabetes. Ekstrak aqueous dari biji Persea americana Mill. diketahui juga mempunyai aktivitas sebagai antidiabetes berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alhassan et al., (2012). B. Anatomi dan Fisiologi Ginjal Ginjal merupakan organ yang memproduksi urin, suatu cairan yang berisi air, ion, dan sejumlah senyawa larut air. Pada tubuh manusia terdapat dua buah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
ginjal yang terletak pada sisi kanan dan kiri antara vetebra torakalis ke-12 dan vetebra lumbalis ke-3. Ginjal kiri berada pada posisi superior dari ginjal kanan karena hati menduduki banyak ruang di sebelah kanan (Gambar 1.) (Martini and Nath, 2009).
Gambar 1. Letak ginjal (Sherwood, 2007) Ginjal pada orang dewasa berbentuk seperti biji kacang dengan sisi dalam menghadap ke tulang punggung. Ginjal berwarna merah-kecoklatan dengan panjang sekitar 10 cm, lebar 5,5 cm dan dengan tebal 3 cm. Masing-masing ginjal mempunyai berat kurang lebih 150 g. Setiap ginjal dilingkupi kapsul tipis dari jaringan fibrus dan membentuk pembungkus halus (Martini and Nath, 2009). Ginjal terdiri atas bagian korteks dan medula (Gambar 2.). Pada bagian korteks ini terdapat struktur tubular yang disebut nefron. Masing-masing ginjal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
memiliki 1,25 juta nefron yang bila dikombinasikan mempunyai panjang sekitar 145 km.
Gambar 2. Struktur ginjal (Huether and McCance, 2008) Bagian-bagian nefron yang terdapat pada bagian korteks ginjal diantaranya yaitu glomerulus, kapsula Bowman, tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal (Gambar 3.) (Martini and Nath, 2009). Bagian nefron yang terdapat pada bagian medula diantaranya yaitu lengkung Henle, dan collecting duct (Gambar 4.) (SIU School of Medicine, 2005).
Gambar 3. Struktur mikrokopis bagian korteks ginjal. P, tubulus kontortus proksimal; d, tubulus kontortus distal; glom, glomerolus (SIU School of Medicine, 2005)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
Gambar 4. Struktur mikroskopis bagian medula ginjal yang terdiri dari lengkung Henle bersegmen tipis (ts), lengkung Henle bersegmen tebal (dt), dan collecting duct (cd) (SIU School of Medicine, 2005) Ginjal adalah organ yang kaya akan pembuluh darah. Ginjal dapat menerima sekitar 1200 mL darah per menit atau sekitar 25 % curah jantung (Kumar, Abas, and Fausto, 2010). Sedikitnya selama 24 jam ginjal pada orang dewasa mampu menyaring sekitar 180 L air (dimana total air dalam tubuh sekitar 25-60L) (Goldfrank et al., 2002). Korteks ginjal adalah bagian paling kaya pembuluh darah bila dibandingkan dengan bagian medula ginjal. Korteks ginjal menerima sedikitnya 90% dari total aliran darah ginjal. Masing-masing ginjal menerima darah melalui renal arteri (Kumar et al., 2010). Ginjal menerima aliran darah melalui arteri ginjal. Selanjutnya darah dialirkan menuju ke arteri segmental dan arteri interlobar yang melewati renal coloumn diantara piramid renal. Arteri interlobar kemudian mengalirkan darah menuju arteri arcuate yang berada diantara korteks dan medula ginjal. Setelah itu darah dialirkan menuju cortical radiate arteri, afferent arteriol, cotical radiate
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
veins, arcuate vein, interlobar veins, dan terakhir menuju vena ginjal (Huether and McCance, 2008). Fungsi ginjal secara disingkat diantaranya yaitu 1.
Pembentukan urin. Ginjal membentuk urin yang selanjutnya dialirkan menuju ke ureter dan kandung kemih. Komposisi urin menunjukkan pertukaran zat antara nefron dan darah di kapilar renal. Produk sisa metabolisme protein diekskresikan, kadar elektrolit dikontrol dan pH dipertahankan dengan ekskresi ion hidrogen.
2.
Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
3.
Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai terutama melalui regulasi keseimbangan H2O. Fungsi ini penting untuk mencegah fluks-fluks osmotik masuk atau keluar sel, yang masing-masing dapat menyebabkan pembengkakan atau penciutan sel yang merugikan.
4.
Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian ion cairan ekstra seluler termasuk natrium, klorida, kalium, kalsium, ion hidrogen, bikarbonat, fosfat, sulfat, dan magnesium.
5.
Mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh yang tepat dengan menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3- di urin.
6.
Mengekskresikan produk-produk akhir (sisa) metabolisme tubuh seperti urea, asam urat, dan kreatinin. Jika bahan-bahan ini menumpuk dalam tubuh dapat menyebabkan toksisitas terutama toksisitas pada otak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7.
14
Mengeluarkan banyak senyawa asing seperti obat, aditif makanan, pestisida, dan bahan eksogen non-nutritif lain yang masuk ke dalam tubuh (Sherwood, 2007). C. Nefron Nefron merupakan satuan-satuan fungsional ginjal dengan jumlah sekitar
1,25 juta nefron dalam tiap ginjal. Setiap nefron terdiri atas komponen vaskular dan komponen tubular, dan keduanya berkaitan erat secara struktural maupun fungsional (Gambar 5.) (Sherwood, 2007; Thorp, 2008).
Gambar 5. Struktur nefron (Sherwood, 2007) Komponen-komponen penyusun nefron, secara umum terdiri atas : a.
Glomerulus. Glomerulus merupakan komponen vaskular nefron
yang berupa suatu kuntum kapiler berbentuk bola tempat filtrasi sebagian air dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
zat terlarut dari darah yang melewatinya (Gambar 6.) (Sherwood, 2007; Leeson, 1996). Darah disuplai menuju glomerulus oleh arteriol afferent dan dibawa keluar oleh arteriol efferent (Gambar 6.) (Thorp, 2008). Aparatus jukstaglomerulus terletak dekat glomerulus pada masuknya arteriol afferent. Aparatus ini merupakan tempat utama produksi renin pada ginjal (Kumar et al., 2010).
Gambar 6. Struktur glomerulus dan kapiler glomerular (Huether and McCance, 2008) Terdapat lapisan pembungkus glomerulus yaitu sel lapisan epitel viseral. Epitel viseral bergabung ke dalam dan menjadi bagian intrinsik dinding kapiler, yang dipisahkan dari dinding endotel oleh suatu membran basal. Membran basal ini terletak di antara sel epitel dan kapiler (Kumar et al., 2010). Sel-sel endotel menyusun bagian terdalam dari rumbai kapiler. Sel-sel endotel, membran basal, dan sel epitel viseral merupakan lapisan yang membentuk membran filtrasi glomerolus ( Price and Wilson, 1985).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
Sel-sel mesangial merupakan sel-sel endotel yang berupa suatu jalinan kontinyu antara lengkung-lengkung kapiler glomerolus dan berfungsi sebagai jalinan penyokong (Gambar 7.). Ruang antar kapiler pada glomerolus disebut mesangium (Ganong, 2010; Price and Wilson, 1985).
Gambar 7. Glomerulus ginjal dan kapsula Bowman ginjal secara mikroskopik (SIU School of Medicine, 2005) b. Kapsula Bowman. Kapsula Bowman merupakan bagian komponen tubular nefron yaitu suatu tabung berongga berisi cairan yang dibentuk oleh satu lapisan sel epitel. Komponen tubular berupa saluran kontinyu dari pangkal dekat glomerulus hingga ke ujungnya di pelvis ginjal. Kapsul Bowman, suatu invaginasi yang melingkupi glomerulus untuk mengumpulkan cairan dari kapiler glomerulus (Gambar 7.). Cairan dari kapsula Bowman yang difiltrasi, kemudian dialirkan menuju tubulus kontortus proksimal (Sherwood, 2007; Thorp, 2008). c. Tubulus kontortus proksimal. Cairan yang berasal dari kapsula Bowman kemudian akan masuk menuju tubulus kontortus proksimal. Tubulus ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
terletak di dalam korteks ginjal dengan panjang 14 mm dan diameter 50-60 nm. Berbentuk berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran lurus menuju kearah medula yaitu ansa Henle (lengkung Henle) (Leeson et al., 1996). d. Ansa Henle. Cairan selanjutnya dibawa menuju ansa Henle (lengkung Henle) yang membentuk lengkungan U tajam atau hairpin yang masuk dalam medula ginjal (Sherwood, 2007). e. Tubulus kontortus distal. Tubulus kontortus distal terletak setelah ansa Henle yang terdapat pada bagian kortek yang membentuk kumparan erat. Tubulus kontortus distal lebih pendek dibandingkan dengan tubulus kontortus proksimal (Gambar 8.) (Lesson et al., 1996; Sherwood, 2007).
Gambar 8. Tubulus kontortus proksimal (p) dan tubulus kontortus distal (d) secara mikroskopik (SIU School of Medicine, 2005) f. Tubulus koligentes. Tubulus kontortus ginjal selanjutnya mengalirkan cairan menuju tubulus koligentes yang mana masing-masing tubulus ini menerima cairan dari delapan nefron yang berbeda (Gambar 9.). Setiap duktus koligentes berjalan ke dalam medula untuk mengosongkan cairan isinya ke dalam pelvis ginjal (Sherwood, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
Gambar 9. Tubulus koligens (cd) secara mikroskopik (SIU School of Medicine, 2005) Nefron memiliki fungsi yang penting yang secara garis besar merupakan proses dasar di ginjal yang diuraikan sebagai berikut : a. Filtrasi glomerulus. Cairan yang difiltrasi melalui glomerulus menuju kapsul Bowman disebut sebagai filtrat glomerulus. Cairan tersebut harus melewati dinding kalpiler glomerulus, membran basal, dan lapisan dalam kapsul Bowman (Setiadi,2007). Lapisan-lapisan tersebut berfungsi sebagai saringan molekuler halus yang menahan sel darah dan protein plasma tetapi mudah terlewati oleh H2O dan zat-zat terlarut dengan ukuran molekul kecil lewat (Sherwood,2007). Komposisi cairan filtrat glomerulus serupa dengan cairan yang terserap masuk dari ujung arteri ke dalam cairan interstisium. Cairan ini tidak mengandung eritrosit dan hanya terdapat 0,03% protein dalam plasma (Setiadi,2007). Terdapat gaya-gaya yang berperan dalam filtrasi glomerulus yang diuraikan sebagai berikut : 1. Tekanan darah kapiler glomerulus. Tekanan ini ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler glomerolus. Tekanan ini tergantung pada kontraksi jantung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
dan resisitensi terhadap aliran darah yang ditimbulkan oleh arteriol aferen dan eferen. Tekanan darah pada glomerulus adalah 55 mmHg. Tekanan yang tinggi ini disebabkan oleh perbedaan garis tengah arteriol aferen dan eferen dimana garis tengah arteriol aferen lebih besar. Tekanan darah glomerulus yang tinggi ini mendorong cairan keluar glomerulus menuju kapsul Bowman (Sherwood, 2007). 2. Tekanan osmotik koloid plasma. Tekanan ini disebabkan oleh distribusi yang tidak seimbang dari protein-protein plasma pada kedua sisi membran glomerulus. Protein plasma yang tidak dapat terfiltrasi berada pada kapiler glomerulus, tetapi tidak pada kapsul Bowman. Oleh karena konsentrasi H2O lebih tinggi pada kapsul Bowman maka timbul kecenderungan H2O utuk berpindah menuju glomerulus. Gaya osmotik ini berkisar 30 mm Hg (Sherwood, 2007). 3. Tekanan hidrostatik kapsul Bowman. Tekanan yang ditimbulkan oleh cairan pada bagian awal tubulus ini sekitar 15 mmHg. Tekanan ini cenderung mendorong cairan keluar kapsul Bowman melawan filtrasi cairan glomerulus (Sherwood, 2007). Jumlah filtrat glomerulus yang terbentuk setiap menit disebut laju filtrasi glomerolus (GFR = Glomerular Filtration Rate). GFR ditentukan oleh tiga gaya diatas, permeabilitas dan luas permukaan kapiler yang berfungsi (Martini and Nath , 2009). Pada keadaan normal, nilai GFR berkisar 120 mL/menit. Urin dalam bentuk awal merupakan ultrafiltrat plasma kecuali sejumlah kecil protein yang dapat diabaikan dan direabsorbsi pada tubulus (Laboratorium Amerind Bio-Clinic, 2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
GFR dapat ditentukan dengan menggunakan rumus. Rumus Cockcroft and Gault merupakan rumus umum yang biasa digunakan dengan pertimbangan umur, berat badan, dan nilai kreatinin plasma (Pcr) (Huether and McCance, 2008). GFR (mL/min)
=
140−𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔 ) 𝑃𝑐𝑟 𝑥 72
x 0.85 (wanita)
The National Kidney Foundation merekomendasikan perhitungan GFR dengan rumus Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) yaitu : GFR (mL/min) = 186 x Pcr -1,154 x umur
-0,203
x ( 0,742 pada wanita dan
1,210 pada pria) (Huether and McCance, 2008). b. Transport tubular. Pada tubulus kontortus proksimal terjadi proses reabsorbsi 2/3 bagian filtrat glomerulus. Susunan anatomik nefron yang khusus menyebabkan tekanan hidrostatik pada glomerulus lebih besar dibandingkan tekanan onkotik. Pada bagian kapiler peritubular tubulus kontortus proksimal tekanan hidrostatik lebih kecil dibandingkan tekanan onkotik (Laboratorium Amerind Bio-Clinic, 2010). Ion Cl- mengalami peningkatan di dalam tubulus. Air dan ion natrium, ion bikarbonat, asam amino, dan glukosa mengalami proses reabsorbsi. Peningkatan reabsorpsi natrium akan menyebabkan reabsorpsi air sehingga volume plasma mengalami peningkatan. Peningkatan volume plasma berperan dalam peningkatan tekanan darah yang seterusnya akan mengurangi iskemia ginjal (Laboratorium Amerind Bio-Clinic, 2010; Price and Wilson, 1985). Urin yang dikeluarkan mengandung air, ureum, kreatinin, fosfat, dan juga sulfat hasil katabolisme tubuh. Terdapat pula ion K+, H+, asam urat. Protein dalam jumlah kecil ikut diekskresikan. Glukosa yang difiltrasi akan direabsorbsi kembali
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
pada tubulus kontortus proksimal. Selain itu dapat ditemukan adanya eritrosit, leukosit, dan kristal metabolit serta sel-sel epitel dalam jumlah kecil (Laboratorium Amerind Bio-Clinic, 2010).
Gambar 10. Mekanisme pembentukan urin (Huether and McCance, 2008) D. Kerusakan Ginjal Ginjal merupakan organ penting dalam sistem urinari yang berfungsi untuk mengekskresikan produk sisa metabolisme tubuh. Penyakit ginjal terbilang kompleks sehingga untuk mempermudah pemahaman tentang penyakit ginjal maka penyakit ginjal dapat dibagi berdasarkan morfologik dasar ginjal yaitu glomerulus, tubulus, interstisium dan pembuluh darah. Pendekatan ini cukup dapat membantu, sebab terdapat kecenderungan yang khas awal penyakit pada masing-masing komponen tersebut (Kumar et al., 2010). Beberapa bagian pada ginjal yang rentan terhadap cedera seperti penyakit glomerulus yang disebabkan oleh proses imunologik, sedangkan penyakit pada tubulus dan interstisium sering disebabkan oleh bahan toksik atau infeksi (Kumar et al., 2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
Penyakit ginjal kronik dapat merusak keempat komponen ginjal tadi dan memuncak menjadi gagal ginjal kronik. Cadangan fungsional ginjal sebenarnya cukup besar sehingga mungkin telah terjadi kerusakan yang luas sebelum timbul tanda-tanda gangguan fungsional (Kumar et al., 2010). Gambaran kondisi ginjal normal secara mikroskopik dalam dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. Ginjal normal secara mikroskopik (diwarnai dengan haematoxylin dan eosin). A. Korteks ginjal, 1: renal corpuscle; 2: proximal convoluted tubules; 3: distal convoluted tubulus; 4: Bowman’s capsulae space, (B) Medula ginjal, 1: thick ascending limb of the loop of Henle; 2: interstitial connective tissue (Gunin, 2000) Beberapa penyakit pada ginjal yaitu diantaranya adalah 1.
Penyakit yang mengenai glomerulus Sebagian besar penyakit ini tidak menunjukkan adanya reaksi peradangan selular (penyakit nefrotik), sedangkan yang lain disertai dengan proteinuria yang disertai adanya eritrosit atapun leukosit pada urin (penyakit nefritik). Penyakit nefrotik memperlihatkan adanya pengendapan kompleks imun pada ataupun di bawah sel epitel. Sedangkan penyakit nefritik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
memperlihatkan adanya pengendapan kompleks imun pada subendotel ataupun pada membran basal glomerulus dan atau mesangium (Ganong, 2010). 2.
Penyakit yang mengenai tubulus dan interstisium Cedera pada bagian tubulus umumnya berhubungan dengan interstisium. Interstisium merupakan ruang diantara tubulus ginjal. Kerusakan pada tubulus ginjal karena adanya senyawa nefrotoksik dapat dilihat dengan adanya penyempitan pada tubulus kontortus proksimal, nekrosis sel pada sel epitel tubulus kontortus proksimal (Kumar et al., 2010). Selain itu pula nefrotoksisitas yang terjadi di tubulus kontortus proksimal dapat berupa degenerasi disertai reaksi inflamasi dan perbaikan tergantung dari tempat dan luasnya luka. Kelainan dapat berupa hidrofik, inklusi, dan nekrosis (Glaister, 1986). Nekrosis merupakan pembengkakan sel yang diikuti dengan lisisnya sel. Sel nekrotik akan terlihat membesar dan terlihat merah dibandingkan dengan sel normal (Kumar et al., 2010). Nefritis tubulointerstisium merupakan salah satu penyakit terjadi pada tubulus dan interstisium. Terdapat dua jenis nefritis tubulointerstisium yaitu akut dan kronis. Nefritis tubulointerstisium akut (Gambar 12.) umumnya ditandai dengan terjadinya edema interstisial yang dapat disertai dengan infiltrasi leukositik pada interstisium dan tubulus dan terjadinya nekrosis tubulus fokal. Nefritis tubulointerstisium kronik ditandai dengan terjadinya interstisium,
infiltrasi dan
terutama atrofi
oleh
tubulus
leukosit luas.
mononukleus, Secara
umum
fibrosis nefritis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
tubulointerstisium akut ditandai dengan adanya edema dan (jika ada) eosinofil dan neutrofil sedangakan pada nefritis tubulointerstisium kronik ditemukan adanya fibrosis dan atrofi tubulus (Kumar et al., 2010).
Gambar 12. Mekanisme terjadinya nefritis tubulointerstisium kronik pada glomerulonefritis (Kumar et al., 2010) Terjadinya kerusakan pada tubulus terutama tubulus kontortus proksimal karena adanya toksin dapat terjadi dikarenakan pada tubulus ini kadar sitokrom P-450 yang tinggi untuk mendetoksifikasi ataupun mengaktifkan toksikan. Dengan demikian, tempat ini dapat menjadi sasaran efek toksik (Lu, 1995). Nefrotoksisitas pada tubulus kontortus distal umumnya berupa kristaluria dan nekrosis papila ginjal. Hal ini terkait dengan fungsi tubulus distal dalam mengatur keseimbangan air, elektrolit, dan asam basa (Glaister, 1986). Nefritis interstisial merupakan peradangan pada daerah interstisium yang disebabkan oleh reaksi alergi obat, infeksi, autoimun, dan penyakit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
infiltrasi lainnya. Pada nefritis interstisial akut menyebabkan terjadinya disfungsi tubular ginjal dengan atau tanpa gagal ginjal. Disfungsi ginjal ini umumnya bersifat reversibel (Kumar et al., 2010). Nefritis interstisial ditandai dengan adanya pembengkakan tubulus kontortus proksimal, sitoplasma yang keruh hingga penyempitan lumen bahkan menghilang. Sel pada
tubulus
kontortus
proksimal
dan
interstisium
mengalami
pembengkakan yang disebabkan oleh pergeseran air ekstraseluler menuju intrasel. Hal ini terjadi karena toksin menyebabkan terjadinya perubahan muatan listrik permukaan sel epitel pada tubulus, transport ion aktif dan asam organik, dan kemampuan mengkonsentrasikan dari ginjal hingga akhirnya tubulus mengalami kerusakan (Wijaya and Miranti, 2005). Nefritis interstisial kronik (Gambar 13.) terjadi dengan ditandai menyusutnya tubulus dan terjadinya atrofi (ditunjukkan oleh tanda panah), dan dipisahkan oleh fibrosis interstisial yang luas (ditunjukkan oleh panah) (Perazella and Markowitz, 2010).
Gambar 13. Gambaran mikroskopik nefritis interstisial kronik (diwarnai dengan hematoxylin dan eosin, perbesaran 600x) (Perazella and Makowitz, 2010)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
26
Penyakit yang mengenai pembuluh darah Sebagian besar penyakit ginjal melibatkan pembuluh darah secara sekunder. Salah satu penyakit yang menyerang pembuluh darah yaitu nefrosklerosis jinak yang menggambarkan kondisi patologi ginjal karena sklerosis arteriol dan arteri kecil ginjal (Kumar et al., 2010).
E. Kreatinin Kreatinin merupakan suatu produk akhir metabolisme otot
yang
diproduksi dengan kecepatan yang relatif kontan (Sherwood, 2007). Kreatinin berasal dari kreatin otot maupun kreatin fosfat yang disintesis dalam hati, ditemukan dalam otot rangka dan darah, dan diekskresikan melalui urin. Meningkatnya kadar kreatinin dalam darah merupakan indikasi rusaknya fungsi ginjal (Lu, 1995).
1. Mekanisme pembentukan kreatinin Kreatin adalah derivat atau turunan asam amino yang diperoleh dari makanan (terutama daging merah) dan juga dibentuk di hati dari asam amino arginin, glisin, dan metionin. Kreatin kemudian ditangkap oleh otot tubuh membentuk fosfokreatin, senyawa fosfat berenergi tinggi (Gambar 14.). Fosfokreatin kemudian dipecah untuk menyediakan cadangan energi (ATP) dengan katalasi enzim kreatin kinase (Pasquale, 2000; Sacher and Richard, 2004). Dalam prosesnya, sejumlah kecil kreatin diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang dikeluarkan dari sirkulasi oleh ginjal (Sacher and Richard, 2004).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
Kreatinin diproduksi dalam kecepatan yang konstan tergantung pada massa otot seseorang dan dibuang dari tubuh melalui ginjal (Fischbach and Dunning, 2004). Nilai normal kadar kreatinin pada tikus adalah 0,2 – 0,8 mg/dL (Malole dan Pramono, 1989).
Gambar 14. Proses pembentukan kreatinin (Pasquale, 2000). 2. Fakor yang mempengaruhi kadar kreatinin darah Jumlah kreatinin umumnya dianggap tidak dipengaruhi asupan protein namun terdapat pengaruh diet protein meskipun perubahan yang terjadi tidak sebesar pengaruh terhadap kadar ureum. Jumlah kreatinin dalam tubuh terutama dipengaruhi oleh massa otot. Oleh karena itu kreatinin darah pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, meningkatnya pada atlit dengan massa otot banyak, dan juga pada kelainan pemecahan otot (rhabdomiolisis) (Laboratorium Amerind Bio-Clinic, 2010). Adanya gangguan fungsi pada ginjal, akan mengurangi ekskresi kreatinin dan akan berakibat terjadinya peningkatan kadar kreatinin dalam darah (kreatinin serum). Oleh karena itu, kadar kreatinin serum dapat menggambarkan kondisi ginjal (Fischbach and Dunning, 2004).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
3. Metode pemeriksaan kreatinin Ada beberapa jenis pemeriksaan kreatinin darah diantaranya yaitu : a. Jaffe Reaction. Dasar dari metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa kuning jingga. Alat yang digunakan photometer. b. Kinetik. Dasar metodenya relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan. Alat yang digunakan autoanalyzer. c. Enzimatik. Dasar metode ini adalah dengan adanya substrat dalam sampel bereaksi dengan enzim membentuk senyawa enzim substrat dengan menggunakan alat photometer. Meskipun sejumlah kecil disekresi, tes kliren kreatinin merupakan suatu tes untuk memperkirakan GFR dalam klinik. Untuk melakukan tes kliren kreatinin, cukup mengumpulkan contoh urin atau darah selama 24 jam (Price and Wilson, 1985). F. Karbon tetraklorida
Gambar 15. Struktur molekul karbon tetraklorida (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI., 1995) Karbon tetraklorida (Gambar 15.) adalah senyawa kimia dengan rumus molekul CCl4. Karbon tetraklorida berupa cairan bening yang tidak mudah terbakar dan memiliki bau yang khas, larut dalam etanol, aseton, benzen, karbon
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
disulfida dan memiliki kelarutan rendah dalam air (Oehha, 2000). Karbon tetraklorida merupakan cairan yang mudah menguap dan senyawa kimia yang dikhawatirkan menyebabkan karsinogen dan dibuktikan melalui penelitian terhadap hewan uji. Karbon tetraklorida pada masa lalu sering digunakan sebagai cairan pembersih dan bahan pemadam kebakaran (Departement of Health and Human Services, 2011). Karbon tetraklorida merupakan senyawa yang bersifat toksik . Karbon tetraklorida di dalam tubuh akan mengalami proses biotransformasi oleh enzim CYP2E1 membentuk radikal bebas yaitu radikal triklormetil (CCl3) (Gambar 16.). Radikal ini kemudian akan bereaksi dengan oksigen dan membentuk radikal triklorometil peroksi (OOCCl3) yang lebih reaktif (Gambar 16.) (Hippeli and Elstner, 1999). Radikal triklorometil dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sitokrom P-450. Radikal triklorometil akan berikatan secara kovalen dengan lemak mikrosomal dan protein, dan akan bereaksi secara langsung dengan membran fosfolipid dan kolesterol. Reaksi ini juga menghasilkan kloroform, yang merupakan salah satu metabolit dari karbon tetraklorida (Gambar 16.). Selain itu pula radikal triklorometil dapat menginisiasi terjadinya radikal lipid yang menyebabkan terbentuknya lipid hidroperoksidase (LOOH) dan radikal lipid alkoksil (LO). Melalui proses fragmentasi, radikal lipid alkoksi tersebut akan diubah menjadi malondialdehid (Greguz and Klaaseen, 2001). Senyawa aldehid inilah yang akan menyebabkan kerusakan pada membran plasma dan meningkatkan permeabilitas membran (Bruckner dan Warren, 2001).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Cl
Cl
CYP2EI HCl
C
Cl
Cl
e-
Cl
O2
C
O
Cl
Cl
C
Cl
Carbon tetrachloride
30
O-
O
Cl
Trichloromethyl radical
Trichloromethyl peroxide radical
RH
GSH
R+ Cl
protein or lipid Cl
C
H
CCl3OH
Cl
covalent binding
GSSG
O2
Chlorof orm
O
Lipid peroxidation Cl
C
Cl
Phosgene
Toxicity
Toxicity
Toxicity
Gambar 16. Mekanisme biotransformasi dan oksidasi karbon tetraklorida (Timbrell, 2008) Senyawa radikal ini diketahui menyebabkan terjadinya hepatotoksisitas dan juga merupakan suatu nefrotoksin. Gagal ginjal akut yang berhubungan dengan keracunan oleh CCl4 dapat menyebabkan penurunan kerja ginjal melalui sindrom hepatorenal tetapi secara langsung dapat menyebabkan terjadinya luka pada tubulus ginjal. CCl4 dapat juga menyebabkan terjadinya nekrosis pada tubulus kontortus ginjal dan pada lengkung Henle. Pembengkakan pada membran glomerular umumnya terlihat (Goldfrank et al., 2002). Tubuh sebenarnya mempunyai sistem pertahanan untuk mengatasi radikal bebas, salah satunya yaitu enzim glutation-S-transferase (GST) sebagai enzim yang berperan dalam proses penangkapan radikal bebas (Timbrell, 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
G. Dekoksi Dekoksi
adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi
sediaan herbal dengan air pada suhu 900C selama 30 menit. Pembuatan dekok dilakukan dengan mencampur simplisia dalam panci dengan air, dipanaskan selama 30 menit terhitung mulai suhu 900C sambil sesekali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, dan tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume yang dikehendaki (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010). H. Keterangan Empiris Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif untuk mendapatkan bukti adanya efek nefroprotektif jangka pendek dekok biji Persea americana Mill. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional 1.
Variabel utama a.
Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi
lama pemberian dekok biji Persea americana Mill. dengan dosis tertentu pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. b.
Variabel tergantung. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah
kadar kreatinin dan struktur anatomi ginjal yang dilihat dari gambaran histologi ginjal tikus dengan pemberian jangka pendek dekok biji Persea americana Mill. pada tikus galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
2.
Variabel pengacau a.
Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam
penelitian ini adalah kondisi hewan uji yaitu tikus galur Wistar dengan berat badan 150-250 g dan umur 2-3 bulan, cara pemberian nefrotoksin secara intraperitonial, cara pemberian dekok secara per oral, digunakan berupa serbuk biji Persea americana Mill.
32
dan bahan uji yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
33
Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali
dalam penelitian ini yaitu kondisi patologis dari tikus galur Wistar yang digunakan. 3. Definisi operasional a.
Variasi lama pemberian dekok biji Persea americana Mill. Variasi
lama pemberian dekok dilakukan selama 1, 4, dan 6 jam sebelum diberikan nefrotoksin CCl4. b.
Penurunan kadar kreatinin. Kemampuan dekok biji Persea
americana Mill. pada dosis tertentu yang dapat menurunkan kadar kreatinin pada tikus galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. c.
Kerusakan struktur anatomi ginjal. Kerusakan struktur ini dilihat dari
gambaran histologi ginjal tikus yaitu ditandai dengan ditemukannya sel radang, fibrosa, cacat seluler seperti nekrosis sel-sel epitel pada glomerulus, nefritis tubulus dan interstisium, serta pembengkakan sel-sel tubulus proksimal sehingga terjadi penyempitan lumen hingga hilangnya lumen.
C. Bahan Penelitian 1.
Bahan utama a.
Hewan uji yang digunakan berupa tikus galur Wistar umur 2-3 bulan dengan berat 150-250 g yang diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
b.
Bahan uji yang digunakan adalah biji Persea americana Mill yang diperoleh dari Padang pada bulan Januari 2013 .
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
34
Bahan kimia a.
Bahan nefrotoksin yang digunakan yaitu karbon tetraklorida merk Merck® yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.
b.
Air suling sebagai pelarut yang digunakan untuk pembuatan sediaan uji diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Instrumental Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.
c.
Aqua bidestilata untuk blanko pengujian kreatinin diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Instrumental Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.
d.
Kontrol serum kreatinin Cobas® (Preci Control ClinChem Multi 2) Roche/Hitachi analyzer.
e.
Formalin 37 %
f.
Olive oil merk Bertolli sebagai kontrol negatif.
g.
Reagen diasys untuk mengukur aktivitas serum kreatinin.
D. Alat Penelitian
1.
Peralatan pembuatan dekok biji Persea americana Mill. Panci enamel, termometer, stopwatch, timbangan elektrik Mettler
Toledo® , Beker glass, gelas ukur, labu ukur, batang pengaduk, cawan porselin, kain flanel, pemanas. 2.
Peralatan penetapan kadar air serbuk biji Persea americana Mill. Moisture balance Halogen moisture analyser Mettler Toledo®, sendok.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
35
Peralatan uji nefroprotektif Peralatan gelas, seperti Beker glass, labu ukur, batang pengaduk, gelas
ukur, tabung reaksi, timbangan elektrik Mettler Toledo®, pipa kapiler, tabung Eppendorf, spuit injeksi per oral dan syringe 3mL dan 5 mL Terumo®, spuit injeksi intra peritonial dan syringe 1 mL Terumo®, stopwatch, vortex Genie Wilten®, sentrifuge Centurion Scientific
®
, mikro pipet,
Mikro vitalab 200
Merck®, pinset, jarum pentul.
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi serbuk biji Persea americana Mill. Determinasi biji Persea americana Mill. dilakukan dengan mencocokan ciri-ciri serbuk Persea americana Mill. yang diperoleh dari Padang dengan serbuk biji Persea americana Mill. yang dibuat dari contoh otentik. Determinasi serbuk biji dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang meliputi uji organoleptis serbuk, dan ciri-ciri mikroskopis serbuk biji Perseae americana Mill.yang digunakan dengan serbuk biji Persea americana Mill. pembanding. 2.
Pengumpulan bahan Bahan uji yang digunakan adalah sebuk biji Perseae americana Mill.
yang diperoleh dari Padang, Sumatra Barat pada bulan Januari 2013. 3.
Penetapan kadar air serbuk biji Perseae americana Mill Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan alat moisture
balance. Sebanyak kurang lebih 5 g serbuk biji Persea americana Mill
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
dimasukkan dalam alat moisture balance dan diratakan. Serbuk ditimbang dan dihitung sebagai bobot sebelum pemanasan. Serbuk kemudian dipanaskan pada suhu 1050 C selama 15 menit. Serbuk kemudian ditimbang dan dihitung sebagai bobot setelah pemanasan. Selisih bobot sebelum dan setelah pemanasan merupakan kadar air sampel yang diteliti.
4. Pembuatan dekok biji Persea americana Mill. Sebuk kering biji Persea americana Mill. ditimbang sebanyak 8,0 g. Serbuk kering kemudian dibasahi dengan 16,0 mL aquadest (Depkes, 1986) selanjutnya ditambahkan aquadest sebanyak 100,0 mL. Campuran serbuk dan air dipanaskan dalam panci enamel pada suhu 900 C dan dijaga tetap dalam suhu tersebut selama 30 menit. Waktu 30 menit terhitung ketika suhu campuran mencapai 900 C. Setelah 30 menit, campuran tersebut disaring dengan menggunakan kain flanel dan diperas. Filtrat kemudian dihitung volumenya dan apabila tidak mencapai volume 100 mL ditambahkan dengan aquadest hingga 100 mL dengan menggunakan labu ukur.
5.
Pembuatan larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50% Berdasarkan penelitian Janakat dan Merie (2002), larutan karbon
tetraklorida dibuat dalam konsentrasi 50% dimana perbandingan volume karbon tetraklorida dan pelarut adalah 1:1. Larutan karbon tetraklorida dibuat dengan cara dilarutkan dalam volume yang sama dengan olive oil.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6.
37
Uji pendahuluan a.
Penetapan dosis nefrotoksik karbon tetraklorida Dosis
nefrotoksik
ditentukan
berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan oleh Moneim and Khadragy (2012). Berdasarkan penelitian dosis kabon tetraklorida 2 mL/kgBB secara intraperitonial dapat menyebabkan kerusakan sel-sel ginjal pada tikus yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan kadar kreatinin tetapi tidak menyebabkan kematian pada tikus tersebut. b. Penetapan waktu cuplikan darah Penetapan waktu cuplikan darah ditentukan dengan melakukan orientasi empat kelompok perlakuan waktu. Orientasi dilakukan dengan menggunakan 4 ekor tikus. Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbitalis mata. Tikus kemudian dilakukan pengambilan darah masingmasing pada jam ke-0, 24, 48, dan 72 jam setelah pemejanan karbon tetraklorida. Kemudian dilakukan pengukuran kadar kreatinin. 7.
Pengelompokan hewan uji Sejumlah tiga puluh ekor tikus dibagi secara acak ke dalam 6 kelompok
perlakukan masing-masing sebanyak lima ekor tikus. a.
Kelompok I (kontrol nefrotoksin) yang diberikan larutan karbon tetraklorida-olive oil (1:1) dosis 2 mL/kgBB secara i.p.
b.
Kelompok II (kontrol negatif) diberikan olive oil dosis 2 mL/kg BB secara i.p.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
38
Kelompok III (kontrol dekok) diberikan dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71mg/ kgBB secara per oral. Pada jam ke6 setelah pemberian dekok biji Persea americana Mill. dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbitalis mata untuk dilakukan penetapan kadar kreatinin dan dilakukan pengambilan organ ginjal tikus untuk melihat gambaran histologi ginjal.
d.
Kelompok IV-VI (kelompok perlakuan) diberikan dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71mg/kgBB, kemudian secara berturutturut pada jam ke-1, 4, dan 6 jam setelah pemberian dekok, diberikan dosis nefrotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB.
Pada jam ke-48 setelah pemerian karbon tetraklorida, kelompok I, II, IV, V, dan VI dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbitalis mata untuk dilakukan penetapan kadar kreatinin dan dilakukan pengambilan organ ginjal tikus untuk melihat gambaran histologi ginjal. 8.
Pembuatan serum Darah yang telah diambil melalui sinus orbitalis mata tikus ditampung
dalam tabung Eppendorf
dan didiamkan selama 15 menit. Darah kemudian
disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 10.000 rpm dan diambil bagian supernatannya untuk dilakukan analisis. 9.
Penetapan kadar kreatinin Micro vitalab 200 digunakan untuk pengukuran kadar kreatinin. Sebelum
dilakukan pengukuran sampel, alat divalidasi dengan menggunakan kontrol serum. Kisaran nilai kreatinin serum kontrol yaitu 1,09-1,71 mg/dL.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a.
39
Penetapan kadar serum kontrol. Analisis dilakukan dengan mencampur 50 µL serum kontrol ditambahkan 1000 µL reagen I. Kemudian campuran divorteks selama 5 detik dan didiamkan selama 2 menit. Campuran kemudian ditambah dengan reagen II sebanyak 250 µL, divortex selama 5 detik dan didiamkan selama 1 menit. Campuran kemudian diukur dengan menggunakan mikrovitalab 200.
b.
Penetapan kadar serum kreatinin. Analisis dilakukan dengan mencampur 50 µL serum kreatinin ditambahkan 1000 µL reagen I. Kemudian campuran divorteks selama 5 detik dan didiamkan selama 2 menit. Campuran kemudian ditambah dengan reagen II sebanyak 250 µL, divortex selama 5 detik dan didiamkan selama 1 menit. Campuran kemudian diukur dengan menggunakan mikrovitalab 200.
10. Pembuatan preparat histologi tikus Ginjal tikus diambil dengan menggunakan pisau skalpel, kemudian dimasukkan dalam formalin 10%. Selanjutnya dilakukan pembuatan preparat histologis di Laboratorium Patologi Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
F. Tata Cara Analisis Hasil Data aktivitas kreatinin diuji dengan metode Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui distribusi data dan analisis varian untuk melihat kehomogenitasan varian antar kelompok sebagai syarat analisis parametik. Data kemudian dianalisis dengan analisis variansi pola searah (one way ANOVA) dengan taraf kepercayaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
95% untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat perbedaan antar kelompok bermakna (signifikan) (p ≤ 0,05) atau tidak bermakna (tidak signifikan) (p>0,05). Analisis yang digunakan untuk 2 kelompok dilakukan dengan metode KolmogorovSmirnov untuk mengetahui distribusi data dan analisis varian untuk melihat kehomogenitasan varian antar kelompok sebagai syarat analisis parametik. Apabila hasil menunjukkan distribusi normal maka dilanjutkan dengan t-test berpasangan untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok bermakna (signifikan) (p ≤ 0,05) atau tidak bermakna (tidak signifikan) (p > 0,05). Perhitungan persen efek nefroprotektif terhadap nefrotoksin karbon tetraklorida diperoleh dengan rumus : 𝑃𝑢𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑓𝑟𝑜𝑡𝑜𝑘𝑠𝑖𝑛 𝐶𝐶𝑙4 − 𝑃𝑢𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑜𝑙𝑖𝑣𝑒 − (𝑃𝑢𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 − 𝑃𝑢𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑜𝑙𝑖𝑣𝑒) 𝑥 100% 𝑃𝑢𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑓𝑟𝑜𝑡𝑜𝑘𝑠𝑖𝑛 𝐶𝐶𝑙4 − 𝑃𝑢𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑜𝑙𝑖𝑣𝑒
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dekok biji Persea americana Mill. sebagai nefroprotektor pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dengan pemberian jangka pendek. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut maka dilakukan beberapa pengujian. A. Penyiapan Bahan 1.
Hasil determinasi serbuk biji tanaman Pada penelitian ini digunakan serbuk biji Persea americana Mill. sebagai
bahan uji. Tujuan dilakukannya determinasi tanaman yaitu membuktikan bahwa bagian dari tanaman yang digunakan benar-benar berasal dari biji tanaman Persea americana Mill. sehingga nantinya tidak terjadi kesalahan dalam menyiapkan bahan yang digunakan. Proses determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia,
Fakultas
Farmasi
Universitas
Sanata
Dharma.
Determinasi dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri serbuk biji Persea americana Mill. yang dibuat dari contoh otentik dengan serbuk biji Persea americana Mill. yang diperoleh dari Padang, baik organoleptis maupun secara mikroskopis. Hasil determinasi membuktikan bahwa benar serbuk biji tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah Persea americana Mill. (Lampiran 1.). 2.
Penetapan kadar air serbuk kering biji Persea americana Mill. Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui kandungan air dalam
serbuk biji Persea americana Mill. Melalui uji ini dapat diketahui apakah serbuk biji Persea americana Mill. telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik,
41
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
dimana kadar air dalam serbuk kurang dari 10% (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Penetapan kadar air serbuk biji Persea americana Mill. dilakukan dengan menggunakan alat moisture balance menggunakan metode Gravimetri. Serbuk Persea americana Mill. yang akan digunakan, dipanaskan pada suhu 1050 C selama 15 menit. Suhu 1050 C digunakan karena pada suhu tersebut diasumsikan seluruh kandungan air yang ada dalam serbuk dapat menguap. Waktu pemanasan yang dilakukan yaitu 15 menit. Waktu ini dipilih sebab pada waktu tersebut diasumsikan kandungan air dalam serbuk telah menguap. Hasil perhitungan menunjukkan serbuk biji Persea americana Mill. memiliki kadar air sebesar 7,4 %. Hal ini menunjukkan kadar air serbuk biji Persea americana Mill. telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik.
B. Uji Pendahuluan 1.
Penetapan dosis nefrotoksin karbon tetraklorida Penetapan dosis nefrototoksin karbon tetraklorida dilakukan untuk
mengetahui dosis
yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal ringan berupa
kerusakan pada tubulus ginjal dan juga terjadinya perlemakan pada ginjal tikus yang ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar kreatinin dan terjadinya perubahan histologi pada ginjal. Pembuatan sediaan karbon tetraklorida mengacu pada penelitian Janakat and Merie (2002) dimana karbon tetraklorida dilarutkan dalam olive oil dengan perbandingan 1:1, sedangkan dosis yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Moneim and
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Khadragy (2012), dimana pada dosis 2 mL/kgBB tikus secara intraperitonial pada tikus dapat menimbulkan efek efek nefrotoksik yang ditandai dengan meningkatnya kadar kreatinin. 2.
Penentuan waktu pencuplikan darah Tujuan dilakukan penentuan waktu pencuplikan darah yaitu mengetahui
selang waktu dimana karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB dapat memberikan efek nefrotoksik maksimal yang ditandai dengan meningkatnya kadar kreatinin tertinggi pada selang waktu tertentu. Pengambilan cuplikan darah dilakukan pada jam ke-0, 24,48, dan 72 jam setelah nefrotoksin diinjeksikan pada hewan uji. Data kadar kreatinin setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0,24,48, dan 72 jam tersaji pada tabel I dan gambar 17. Tabel I . Purata kadar kreatinin tikus pada jam ke-0, 24, 48, dan 72 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB (n=4) Selang waktu (jam) 0 24 48 72
Purata kadar kreatinin ± SE (mg/dL) 0,35 ± 0,03 0,53 ± 0,05 1,0 ± 0,07 0,45 ± 0,03
Data kadar kreatinin dianalisis dengan uji Kolmogorov Smirnov dan diperoleh signifikansi untuk masing-masing kelompok yaitu 0,846; 0,905; 0,989; dan 0,846 (p> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh memiliki distribusi normal, sehingga dilanjutkan dengan uji Scheffe. Hasil uji Scheffe dapat dilihat pada tabel II.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
Gambar 17. Diagram batang rata-rata kadar kreatinin tikus pada jam ke-0, 24, 48 dan 72 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
Tabel II. Hasil uji Scheffe kadar kreatinin tikus jam ke-0,24, 48, dan 72 setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB Selang waktu (jam) 0 24 48 72 Keterangan :
0 BTB BTB BTB
B = Berbeda bermakna ( p ≤ 0,05)
24 BTB BTB BTB
48 BB BB
72 BTB BTB BTB
BB
BTB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
Menurut Malole dan Pramono (1989) nilai normal kadar kreatinin pada tikus adalah 0,2 – 0,8 mg/dL. Pada tabel I terlihat kadar kreatinin tertinggi terjadi pada jam ke-48 yaitu 1,0 ± 0,07 mg/dL. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan kadar kreatinin yang signifikan dan berbeda bermakna dengan kadar kreatinin pada jam ke-0, 24, dan 72 (Tabel II). Pengamatan yang dilakukan pada jam ke-24 setelah diinduksi dengan karbon tetraklorida menunjukkan belum terjadi peningkatan kadar kreatinin, dimana kadar kreatinin 0,53 ± 0,05 mg/dL
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
berbeda tidak bermakna dengan kadar kreatinin pada jam ke-0, dan 72. Terjadi penurunan kadar reatinin pada jam ke-72 dimana kadar kreatinin sebesar 0,45 ± 0,03 mg/dL berbeda tidak bermakna dengan kadar kreatinin pada jam ke-0 dan jam ke-24. Hal ini menunjukkan bahwa pada jam ke-72 kadar kreatinin telah kembali normal. Oleh karena itu, pengambilan cuplikan darah tikus pada penelitian ini dilakukan pada jam ke-48 setelah injeksi karbon tetraklorida.
C. Hasil Biokimia Uji Nefroprotektif Jangka Pendek Dekok Biji Persea americana Mill. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efek nefroprotektif dekok biji Persea americana Mill. praperlakuan jangka pendek dengan indikator terjadinya penurunan kadar kreatinin dan gambaran histologi ginjal pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Jangka pendek diartikan bahwa pemberian nefrotoksin karbon tetraklorida dilakukan dalam selang waktu 1 hingga 6 jam setelah pemberian dekok biji Persea americana Mill. Peneliti membatasi waktu yang digunakan pada penelitian ini yaitu 1 4, dan 6 jam. Penggunaan waktu pemberian dalam jangka pendek dilakukan untuk mengetahui perbedaan pengaruh terhadap penurunan kadar kreatinin yang mungkin terjadi. Dosis dekok biji Persea americana Mill. yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 360,71 mg/kgBB. Pemilihan dosis ini didasarkan pada penggunaan di masyarakat. Pada penelitian jangka pendek dekok biji Persea americana Mill. ini, dilakukan pencuplikan darah pada jam ke-48 setelah induksi karbon tetraklorida
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
dan pengambilan organ ginjal kanan dan kiri pada hewan uji untuk dilakukan pembuatan
preparat
histologi.
Data
kadar
kreatinin
dianalisis
dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui distribusi data. Hasil uji menunjukkan sebaran data normal sehingga analisa dilanjutkan dengan menggunakan uji Scheffe
untuk mengetahui perbedaan kebermaknaan antar
kelompok (Tabel IV). Kadar kreatinin disajikan dalam bentuk purata ± SE yang disajikan pada tabel III dan gambar 18.
1.
Kontrol nefrotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
Kontrol nefrotoksin karbon tetraklorida dibuat dengan tujuan mengetahui pengaruh pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB (Kelompok I) terhadap sel ginjal tikus. Kontrol karbon tetraklorida juga digunakan sebagai acuan dalam menganalisis efek nefroprotektif dekok biji Persea americana Mill. Uji dilakukan didasarkan pada penelitian Janakat dan Merie (2002) dengan memberikan karbon tetraklorida : olive oil (1:1) sedangkan dosis 2 mL/kgBB secara intraperitonial didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Moneim and Khadragy (2012) dimana pada dosis tersebut dapat menimbulkan nefrotoksisitas pada ginjal. Setelah 48 jam dari penyuntikan, dilakukan pengambilan darah untuk dilakukan pengukuran kadar kreatinin. Selain itu pula diambil organ ginjal tikus untuk dilakukan pembuatan preparat histologi. Hasil pengukuran kadar kreatinin pada kontrol nefrotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB yaitu 1,0 ± 0,06
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
mg/dL. Secara statistik, apabila dibandingkan dengan kontrol negatif olive oil dosis 2 mL/kgBB (Kelompok II) menunjukkan perbedaan bermakna antara kedua kelompok tersebut (Tabel IV). Hal ini menunjukkan karbon tetraklorida dapat meningkatkan kadar kreatinin pada tikus yang berdampak pada terjadinya kerusakan ginjal.
Gambar 18. Diagram batang rata-rata kadar kreatinin tikus pemberian karbon tetraklorida jam ke-1, 4, dan 6 setelah pemberian dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
Tabel III. Hasil purata kadar kreatinin pemberian jangka pendek dekok biji Persea americana Mill. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida Kelompok
Perlakuan
Purata kadar kretainin kreatinin ± SE (mg/dL)
Efek Nefroprotektif (%)
I
Kontrol nefrotoksin karbon tetraklorida 2mL/kgBB
1,0 ± 0,06
-
II
Kontrol negatif olive oil 2mL/kgBB
0,58 ± 0,02
-
III
Dekok biji Persea americana Mill. 360,71 mg/kgBB
0,58 ± 0,02
-
IV
DBPAM 360,71 mg/kgBB 1 jam + karbon tetraklorida 2 mL/kgBB
0,74 ± 0,03
61,9%
V
DBPAM 360,71 mg/kgBB 4 jam + karbon tetraklorida 2 mL/kgBB
0,78 ± 0,02
52,4%
VI
DBPAM 360,71 mg/kgBB 6 jam + karbon tetraklorida 2 mL/kgBB
0,84 ± 0,03
38,1%
Keterangan : DBPAM = Dekok biji Persea americana Mill.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Tabel IV. Hasil uji Scheffe kadar kreatinin tikus pemberian jangka pendek pada tikus setelah pemberian karbon tetraklorida Kelompok
Olive oil 2 mL/kgBB Karbon tetraklorida 2mL/kgBB DBPAM 360,71 mg/kgBB DBPAM 360,71 mg/kgBB 1 jam + karbon tetraklorida 2 mL/kgBB DBPAM 360,71 mg/kgBB 4 jam + karbon tetraklorida 2 mL/kgBB DBPAM 360,71 mg/kgBB 6 jam + karbon tetraklorida 2 mL/kgBB
Olive oil Karbon Dekok biji DBPAM DBPAM DBPAM 2mL/kgBB tetraklorida Persea 360,71 360,71 360,71 2 americana mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB mL/kgBB Mill. 1 jam + 4 jam + 6 jam + dosis karbon karbon karbon 360,71 tetraklorida tetraklorida tetraklorida mg/kgBB 2 2 2 mL/kgBB mL/kgBB mL/kgBB BB BTB BB BB BB BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BTB
BTB
BTB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BTB
BB
BB
BB
BTB
BTB
BTB
Keterangan: DBPAM = Dekok Biji Persea americana Mill. BB= Berbeda bermakna (p ≤ 0,05) BTB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
50
Kontrol negatif olive oil dosis 2 mL/kgBB Kontrol olive oil (Kelompok II) dibuat dengan tujuan memastikan bahwa
olive oil sebagai pelarut dari karbon tetraklorida tidak memiliki potensi menimbulkan efek toksik sehingga tidak mengaburkan hasil yang diperoleh. Pemilihan dosis olive oil sebesar 2 mL/kgBB disesuaikan dengan dosis pemberian karbon tetraklorida sehingga benar-benar dapat dipastikan bahwa peningkatan kadar kreatinin tikus akibat pemberian karbon tetraklorida dan bukan akibat pemberian olive oil. Kadar kreatinin kontrol negatif olive oil pada jam ke-48 yaitu 0,58 ± 0,02 mg/dL. Kadar kreatinin kontrol negatif olive oil pada jam ke-0 sebesar 0,46 ± 0,03 mg/dL (Tabel V dan Gambar 19.). Apabila kadar kreatinin antara kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB jam ke-48 dibandingkan dengan jam ke-0, secara statistik memberikan perbedaan bermakna (Tabel VI). Secara statistik kadar kratinin pada jam ke-0 dan jam ke-48 menunjukkan bahwa perbedaan bermakna (p < 0,05) namun batas kreatinin normal. Oleh karena itu, hasil ini menunjukkan bahwa olive oil sebagai pelarut karbon tetraklorida tidak meningkatkan kadar kreatinin. Tabel V. Purata kadar kreatinin setelah pemberian olive oil dosis 2mL/kgBB pada selang waktu 0 dan 48 jam (n = 5) Selang waktu (jam)
Purata kadar kreatinin ± SE (mg/dL)
0
0,46 ± 0,03
48
0,58 ± 0,02
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
Tabel VI. Hasil uji t-test berpasangan kadar kreatinin tikus setelah pemberian olive oil dosis 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan jam ke-48 Selang waktu (jam) Aktivitas serum kreatinin jam keKeterangan : B = Berbeda bermakna (p ≤ 0,05)
0 48
Kadar kreatinin jam ke0 48 BB BB
BTB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
Gambar 19. Diagram batang rata-rata kadar kreatinin tikus setelah pemberian olive oil dosis 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan jam ke-48
Hasil pengujian terhadap kadar kreatinin kontrol negatif olive oil dosis 2mL/kgBB tidak menaikkan kadar kreatinin, meskipun secara statistik berbeda bermakna namun kadar kreatinin pada jam ke-48 masih dalam kondisi normal. Kelompok kontrol negatif olive oil nantinya akan dipakai sebagai dasar nilai kadar kreatinin normal pada penelitian ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
52
Kontrol dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB Tujuan pembuatan kontrol dekok biji Persea americana Mill. (Kelompok
III) adalah melihat pengaruh dekok biji Persea americana Mill. terhadap sel ginjal tikus tanpa induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB. Dosis dekok yang diberikan pada tikus perlakuan yaitu 360,71 mg/kgBB yang merupakan dosis yang diperoleh dari dosis penggunaan masyarakat. Uji dilakukan dengan memberikan dekok biji Persea americana Mill. pada tikus secara oral, dan pada jam ke-6 dilakukan pengambilan cuplikan darah kemudian dilakukan mengukuran kadar kreatinin dan mengambilan organ ginjal untuk dilakukan proses pembuatan preparat histologi. Pada tabel III, kontrol dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB memberikan nilai kadar kreatinin sebesar 0,58 ± 0,02 mg/dL, yang memiliki perbedaan tidak bermakna (p > 0,05) terhadap kontrol negatif olive oil. Berdasarkan hasil ini dapat dinyatakan bahwa pemberian dekok biji Persea americana Mill. selama enam jam tidak memberikan pengaruh terhadap kadar kreatinin yang berarti bahwa peningkatan kadar kreatinin disebabkan oleh pemberian karbon tetraklorida. 4.
Kelompok perlakuan jangka pendek dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB pada tikus terinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB Pada penelitian ini, dilakukan pengujian jangka pendek yaitu dimana
dalam selang waktu tertentu (1,4,dan 6 jam) setelah pemberian dekok biji Persea americana Mill. secara oral, dilakukan pemejanan nefrotoksin karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB secara intraperitonial pada tikus. Kelompok perlakuan diberikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB sebelum pemejanan nefrotoksin tetraklorida 2 mL/kgBB pada tikus. Hasil kadar kreatinin pada kelompok praperlakuan jam ke-1 (Kelompok IV) pada tabel III terlihat purata kadar kreatinin sebesar 0,74 ± 0,03 mg/dL. Analisis secara statistik apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol nefrotoksin karbon tetraklorida menunjukkan hasil berbeda bermakna (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa dekok biji Persea americana Mill. mempunyai efek nefroprotektif dengan penurunan kadar kreatinin sebesar 61,9%. Perbandingan kadar kreatinin terhadap kontrol negatif olive oil menunjukkan hasil berbeda bermakna ( p < 0,05) (Tabel IV). Hal ini dapat diartikan bahwa dekok biji Persea americana Mill. memberikan efek nefroprotektif namun kerusakan pada ginjal yang ditimbulkan oleh karbon tetraklorida belum dapat kembali normal. Praperlakuan jam ke-4 (kelompok V) dekok biji Persea americana Mill. mempunyai purata kadar kreatinin sebesar 0,78 ± 0,02 mg/dL. Berdasarkan uji statistik (Tabel IV) menunjukkan kelompok V mempunyai perbedaan bermakna ( p < 0,05) dengan kelompok kontrol nefrotoksin karbon tetraklorida. Oleh karena itu, dekok biji Persea americana Mill. mempunyai efek nefroprotektif sebesar 52,4%. Kelompok V mempunyai perbedaan bermakna dengan kontrol negatif olive oil (p < 0,05). Oleh karena itu, berarti dekok biji Persea americana Mill. mempunyai efek sebagai nefroprotektor namun kerusakan pada ginjal belum kembali normal. Pada kelompok praperlakuan jam ke-6 (kelompok VI) dekok biji Persea americana Mill. mempunyai kadar purata sebesar 0,84 ± 0,03 mg/dL. Hasil ini,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
secara statistik menunjukkan hasil yang berbeda bermakna (p<0,05) dengan kelompok kontrol positif karbon tetraklorida maupun dengan kelompok kontrol negatif olive oil. Hal ini menunjukkan bahwa dekok biji Persea americana Mill. memiliki efek nefroprotektif sebesar 38,1%. Efek nefroprotektif yang diperoleh pada kelompok ini paling rendah dibandingkan dengan kelompok praperlakuan jam ke-1 dan ke-4. Berdasarkan perbandingan terhadap uji statistik antar kelompok perlakuan ( Tabel III dan IV), dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan bermakna baik dengan kontrol nefrotoksin karbon tetraklorida dan kontrol olive oil (p> 0,05). Hal ini menunjukkan, setiap kelompok praperlakuan memiliki kemampuan dalam melindungi sel ginjal. Seluruh kelompok praperlakuan menunjukkan hasil berbeda bermakna (p> 0,05) dengan kontrol negatif olive oil yang berarti bahwa kerusakan ginjal yang ditimbulkan belum kembali normal. Jangka waktu pemberian dekok biji Persea americana Mill. yang paling baik yaitu praperlakuan jam ke-1. Hal ini didasarkan pada purata kadar kreatinin yang paling rendah, waktu yang paling singkat yang dapat memberikan efek nefroprotektif paling besar yaitu 61,9%. Melalui hasil pengukuran kadar kreatinin masing-masing kelompok perlakuan, menunjukkan bahwa pemberian dekok biji Persea americana Mill. 360,71 mg/kgBB jangka pendek memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar kreatinin tikus terinduksi karbon tetraklorida 2mL/kgBB. Kemungkinan adanya pengaruh penurunan kadar kreatinin tersebut, dapat ditinjau dari mekanisme perusakan sel ginjal oleh karbon tetraklorida dan aktivitas antioksidan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
terkandung dalam dekok biji Persea americana Mill. pemejanan dosis rendah karbon tertraklorida menyebabkan terjadinya kerusakan pada bagian tubulus proksimal. Proses ini diperantarai oleh aktivasi sitokrom P-450 yang memetabolisme karbon tetraklorida menjadi bentuk radikal bebas triklorometil. Radikal ini kemudian bereaksi dengan oksigen dan membentuk radikal triklorometil peroksi yang lebih reaktif. Radikal triklorometil peroksi dapat berikatan secara kovalen dengan lemak dan protein yang dapat menyebabkan kerusakan. Selain itu pula dihasilkan produk samping berupa kloroform yang juga dapat bersifat toksik bagi sel. Radikal
triklorometil juga dapat menginisiasi
terjadinya radikal lipid yang menyebabkan terbentuknya lipid hidro peroksidase dan radikal lipid alkoksil. Radikal lipid alkoksil akan diubah menjadi malondialdehid. Senyawa aldehid ini dapat juga menyebabkan kerusakan pada sel. Tubulus kontortus proksimal menjadi sasaran utama dari karbon tetraklorida pada ginjal karena pada bagian tubulus konsentrasi sitokrom P-450 lebih tinggi dibandingkan dengan bagian lain pada ginjal. Konsentrasi sitokrom P-450 yang tinggi ini menyebabkan banyaknya radikal bebas yang terbentuk dan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada tubulus kontortus proksimal. Kandungan yang terdapat dalam biji Persea americana Mill. yang terlarut dalam pelarut dekok diduga merupakan senyawa proanthocyanidin, tanin dan flavonoid. Kemungkinan mekanisme kerja antioksidan dalam melindungi sel ginjal ditunjukkan dengan penurunan aktivitas serum kreatinin yaitu penangkapan radikal bebas triklorometil menjadi produk non toksik yang dilakukan oleh senyawa proanthocyanidin, tanin, dan flavonoid sehingga tidak menyebabkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
kerusakan sel ginjal yang berat. Selain itu juga, dimungkinkan senyawa tersebut dapat meningkatkan jumlah enzim glutation-S-transferase yang ada. Oleh karena itu dapat diduga bahwa dekok biji Persea americana Mill. mampu melindungi sel ginjal dari kerusakan akibat pemberian karbon tetraklorida. Kemampuan ini ditunjukkan dengan adanya penurunan kadar kreatinin. D. Hasil Histologi Ginjal Jangka Pendek Dekok Biji Persea americana Mill. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida Pemeriksaan histologi ginjal pada tikus dilakukan untuk menunjang hasil biokimia uji nefroprotektif jangka pendek dekok biji Persea americana Mill. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Sebagian hewan uji tiap kelompok (tiga tikus) dikorbankan untuk diambil organ ginjalnya baik ginjal kanan maupun ginjal kiri. Organ kemudian dibuat preparat histologi dan dilakukan pembacaan preparat histologi ginjal. Pengecatan organ dilakukan dengan menggunakan haematoxylin dan eosin. 1.
Kontrol nefrotoksin karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB Hasil pemeriksaan histologi ginjal pada kontrol nefrotoksin karbon
tetraklorida dosis 2 mL/kgBB menunjukkan tidak ditemukan adanya perubahan patologi spesifik (Gambar 22.). Hasil ini tidak sejalan dengan hasil uji biokimia kadar kreatinin pada kontrol positif yang menunjukkan terjadinya peningkatan kadar kreatinin dibandingkan dengan kontrol negatif olive oil (p < 0,05). Beberapa alasan yang dimungkinkan menjadi penyebab hasil histologi ginjal, tidak menggambarkan hasil biokimia yaitu sesungguhnya karbon tetraklorida sudah dapat menyebabkan terjadinya perubahan biokimia (kadar kreatinin) namun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
belum menyebabkan terjadinya perubahan struktural pada ginjal, selain itu pula juga dapat disebabkan karena pencuplikan organ ginjal tidak pada tempat terjadinya kerusakan, dan juga dimungkinkan kapasitas cadangan dari ginjal yang cukup besar sehingga kerusakan struktural pada ginjal tidak terlihat. Menurut Ramarajan, Somasundaram, Subramanian, and Pandian (2012) karbon tetraklorida dosis 1,5 mL/kgBB pemberian tunggal secara intraperitonial menunjukkan terjadinya perubahan pada epitelium tubulus pada kelompok hewan uji. Selain itu pula, penelitian yang dilakukan oleh Haggag (2011) pemberian karbon tetraklorida dosis 1 mL/kgBB pemberian secara intraperitonial menunjukkan terjadinya vacuolation pada endotelial glomerulus dan pada bagian epitel tubulus ginjal.
2.
Kontrol negatif olive oil dosis 2 mL/kgBB Hasil pembacaan preparat histologi ginjal tikus kontrol negatif olive oil
2mL/kgBB menunjukkan terjadinya intratubular hialin cast yang ditandai dengan adanya masa homogen eosinofilik dalam lumen tubulus namun hanya dalam beberapa lumen tubulus (Gambar 20.). Kata hialin biasanya merujuk pada perubahan dalam ruang ekstrasel yang menghasilkan gambaran merah muda, homogen, dan mirip kaca pada sediaan histologi yang dipulas dengan hematoksilin dan eosin. Kata hialin ini digunakan secara luas sebagai istilah histologi deskriptif dan bukan suatu penanda spesifik cedera sel. Terjadinya perubahan warna dapat disebabkan beragam kelainan. Penimbunan intrasel protein seperti eosinofilik dapat disebabkan beberapa hal diantaranya terjadinya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
kebocoran protein yang melalui filter glomerolus yang dapat meningkatkan terjadinya reabsorpsi protein dalam vesikel. Vesikel-vesikel ini kemudian menyatu dengan lisosom membentuk fagolisosom yang tampak sebagai hialin merah muda dalam sitoplasma tubulus. Proses ini bersifat reversibel (Kumar et al., 2010). Selain itu pula ditemukan adanya degenerasi hidropik epitel tubulus dimana ditandai dengan ukuran sel yang membesar dan juga adanya vakuola berbatas kurang jelas dalam sitoplasma (Gambar 21.). Hidropik epitel tubulus ini umumnya bersifat reversibel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemberian olive oil tidak menimbulkan kerusakan ginjal meskipun terjadi intratubular hialin cast dan degenerasi epitel tubulus.
Gambar 20. Gambaran mikroskopik pada ginjal yang munujukkan terjadinya intratubular hialin cast
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Gambar 21. Gambaran mikroskopik pada ginjal yang menunjukkan terjadinya degenerasi epitel tubulus 3.
Kontrol dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB Pengamatan histologi ginjal pada tikus kontrol dekok menunjukkan
bahwa prapemberian 6 jam dekok biji Persea americana Mill. pada satu tikus tidak memperlihatkan adanya perubahan patologi spesifik (Gambar 22.) dan pada 1 tikus lain menunjukkan adanya intratubular hialin cast (Gambar 20.). Hasil ini mendukung data kadar kreatinin dimana berbeda tidak bermakna dibandingkan dengan kontrol olive oil ( p > 0,05). Hal ini berarti bahwa pemberian dekok biji Persea americana Mill. baik data kadar kreatinin maupun gambaran histologi ginjal tidak menyebabkan terjadinya perubahan pada ginjal baik secara biokimia maupun struktural (Gambar 22.). 4.
Kelompok perlakuan jangka pendek dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB pada tikus terinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB Hasil gambaran histologi ginjal pada tikus dengan pemberian jangka
pendek (1,4, dan 6 jam) dekok biji Persea americana Mill. sebelum pemberian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
karbon tetraklorida menunjukkan hasil yang beragam pada tiap kelompok perlakuan. Hasil histologi ginjal pada kelompok praperlakuan jam ke-1 menunjukkan tidak adanya perubahan patologi yang spesifik pada ginjal. Hasil pengamatan histologi ginjal ini, dapat dikatakan mendukung hasil biokimia kadar kreatinin sebab kadar kreatinin kelompok praperlakuan meskipun berbeda bermakna ( p < 0,05) dengan kelompok kontrol negatif olive oil namun kadar kreatinin masih dalam range normal. Oleh karena itu, pada pengamatan histologi ginjal tikus tidak ditemukannya adanya perubahan patologi (Gambar 22.).
Gambar 22. Gambaran mikroskopik pada ginjal yang tidak menunjukkan perubahan patologi spesifik Histologi ginjal pada praperlakuan dekok biji Persea americana Mill. jam ke-4 memperlihatkan terjadinya intratubular hialin cast yang ditandai adanya masa homogen eosinofilik dalam lumen tubulus meskipun tidak pada seluruh lumen (Gambar 20.). Selain itu pula, ditemukan adanya dilatasi pada beberapa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
lumen tubulus yang ditandai dengan bentuk sel epitel tubulus yang mengalami pemendekan atau pemipihan (Gambar 23.). Kelompok praperlakuan jam ke-6, dua tikus menunjukkan tidak ditemukannya perubahan patologi spesifik pada ginjal dan satu tikus menunjukkan terjadinya intratubular hialin cast dan dilatasi lumen tubulus (Gambar 20. dan Gambar 23.). secara garis besar, hasil pembacaan histologi ginjal ini tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan biokimia dimana secara statistik terjadi perbedaan bermakna dengan kontrol olive oil dan kontrol positif karbon tetraklorida ( p < 0,05). Nilai purata kadar kreatinin kelompok praperlakuan jam ke-6 (0,84 ± 0,03 mg/dL) berada sedikit diatas batas normal (0,2-0,8 mg/dL). Tidak ditemukannya perubahan patologi spesifik pada ginjal ini dimungkinkan tidak tercupliknya bagian ginjal yang mengalami perubahan ataupun kapasitas cadangan ginjal yang relatif besar.
Gambar 23. Gambaran mikroskopik pada ginjal yang menunjukkan terjadinya dilatasi pada lumen tubulus Berdasarkan hasil histologi ginjal menunjukkan beberapa ketidak sesuai dengan hasil pemeriksaan biokimia kadar kreatinin. Hal ini dimungkinkan bahwa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
karbon teteraklorida sudah dapat menyebabkan terjadinya perubahan biokimia (kadar kreatinin) namun belum menyebabkan terjadinya perubahan struktural pada ginjal, selain itu pula juga dapat disebabkan karena pencuplikan organ ginjal tidak pada tempat terjadinya kerusakan, dan juga dimungkinkan kapasitas cadangan dari ginjal yang cukup besar sehingga kerusakan struktural pada ginjal tidak terlihat. Maka dari itu, hasil pemeriksaan histologi ginjal ini menjadi data pendukung dari hasil pemeriksaan biokimia kadar kreatinin. Untuk memperkuat hasil penelitian ini maka perlu dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan nilai BUN (Blood Urea Nitrogen) untuk mengetahui kinerja filtrasi ginjal, pemeriksaan GST ( Glutation S-transferase ) untuk mengetahui adanya radikal bebas yang ada dalam darah, pemeriksaan TBARS ( Thiobarbituric acid reactive substance) untuk mengetahui adanya metabolit aldehida karbon tetraklorida yaitu malondialdehida yang bersifat toksik bagi sel. Selain itu pula, dapat dilakukan pengujian dengan menggunakan nefrotoksikan lain seperti gentamisin untuk mengetahui apakah ada perbedaan waktu proteksi yang baik dan juga mekanisme kerja dekok biji Persea americana Mill. E. Rangkuman Pembahasan Penelitian pemberian jangka pendek dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB mampu menurunkan kadar kreatinin pada tikus terinduksi karbon tetralorida 2 mL/kgBB pada praperlakuan dekok jam ke-1,4, dan 6. Purata kadar kreatinin secara berturut-turut yaitu 0,74 ± 0,03; 0,78 ± 0,02; dan 0,84 ± 0,03 mg/dL. Hasil histologi ginjal tikus pada praperlakuan dekok jam ke-1 secara berturut-turut menunjukkan tidak adanya perubahan patologi spesifik, pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
praperlakuan jam ke-4 menujukkan terjadinya intratubular hialin cast dan dilatasi lumen tubulus, sedangkan pada praperlakuan jam ke-6 menunjukkan satu tikus ditemukan adanya intratubular hialin cast dan dilatasi lumen tubulus, pada dua tikus lain menunjukkan tidak adanya perubahan patologi spesifik pada ginjal. Hasil histologi ginjal ini praperlakuan jam ke-1 dan 4 sesuai dengan hasil pemeriksaan biokimia. Hasil histologi ginjal praperlakuan jam ke-6 tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan biokimia yang ada. Perbedaan hasil pemeriksaan biokimia dan histologi ginjal ini dimungkinkan terjadi karena pengambilan histologi ginjal tidak pada bagian ginjal yang mengalami kerusakan, dan juga dimungkinkan kapasitas cadangan ginjal yang relatif besar sehingga kerusakan tidak terlihat. Hasil pemeriksaan kadar kreatinin pada kelompok kontrol dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol olive oil. Hal dapat diartikan bahwa dekok biji Persea americana Mill. tidak memberikan pengaruh terhadap kadar kreatinin. Jangka waktu pemberian dekok biji Persea americana Mill. yang paling baik yaitu praperlakuan jam ke-1. Hal ini didasarkan pada perbandingan dengan kelompok kontrol olive oli yang menunjukkan nilai kadar kreatinin yang paling mendekati dan hasil histologi ginjal yang tidak menunjukkan perubahan patologi yang spesifik. Efek nefroprotektif tertinggi dihasilkan pada praperlakuan jam ke1 yaitu 61,9%.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
Mekanisme kerja antioksidan dalam melindungi sel ginjal ditunjukkan dengan penurunan kadar kreatinin ginjal dan gambaran histologi ginjal yaitu penangkapan radikal bebas triklorometil menjadi produk non toksik. Selain itu juga, dimungkinkan senyawa tersebut dapat meningkatkan jumlah enzim glutation-S-transferase yang ada.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dan analisis statistik yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :
1.
Pemberian dekok biji Persea americana Mill. pada dosis 360,71 mg/kgBB mampu memberikan efek nefroprotektif jangka pendek pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB dengan waktu 1,4, dan 6 jam dengan hasil purata kadar kreatinin 0,74 ± 0,03; 0,78 ± 0,02 dan 0,84 ± 0,03 mg/dL. Gambaran hasil histologi ginjal pada tikus praperlakuan pada jam ke-1 jam yaitu tidak ditemukannya perubahan patologi yang spesifik. Gambaran histologi ginjal pada praperlakuan jam ke-4 adanya intratubular hialin cast dan dilatasi lumen. Kelompok praperlakuan jam ke-6, gambaran histologi ginjal menunjukkan tidak adanya perubahan patologi spesifik.
2.
Praperlakuan jam ke-1 dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB merupakan
waktu
pemberian
yang paling efektif untuk
menghasilkan efek nefroprotektif pada tikus terinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB.
65
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
B. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang : 1.
Perlu dilakukan pengujian pendukung seperti pemeriksaan BUN (Blood Urea Nitrogen), GST (Glutation-S-Transferase) maupun pemeriksaan TBARS (Thiobarbituric acid reactive substance).
2.
Uji efek nefroprotektif dekok Persea americana Mill. pada tikus terinduksi gentamisin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
DAFTAR PUSTAKA
Alhassan, A.J., M.S. Sule, M.K. Atiku, A.M. Wudil, H. Abubakar, S.A. Mohammed, 2012, Effect of Aqueous Pear (Persea americana) Seed Extract on Alloxan Induced Diabetes Rats, Greener Journal of Medical Science, Vol. 2 (2012), pp. 5-11. Anaka, O.N., Ozolua R.I, and Okpo, S.O., 2009, Effect of Aqueous Seed Extract of Persea americana Mill. (Lauraceae) on the Blood Pressure of Sprague Dawley Rats, African Jurnal of Pharmacy and Pharmacology, Vol. 3(10), pp. 485-496. Arukwe, U., Amadi B.A., Duru M.K.C, Agomuo E.N., Adindu E.A., Odika P.C., Lele K.C., Egejuru L., and Anudike J., 2012, Chemical Composition of Persea americana Leaf, Fruit and Seed, IJRRAS, Vol. I, Issue 2, pp. 346349. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Direktorat Obat Asli Indonesia, Jakarta, pp. 3. Bruckner, J.V., dan Warren, O.A., 2001, Toxic Effect of Solvent and Vapors, Mc Graw Hill, New York, pp. 887. Cental for Disease Control and Prevention, 2013, Diabetes, High Blood Pressure Raise Kidney Disease Risk, Cental for Disease Control and Prevention, Atlanta. Depkes RI., 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal 8. Departement of Health and Human Services, 2011, National Toxicology Program, Public Health Statement: Carbon Tetracloride, Edisi 12, http://ntp.niehs.nih.gov/go/roc12, diakses tanggal 15 Juli 2013. Ding, H., Young W.C., A. Douglas K., Steven M.D., 2007, Chemopreventive Characteristics of Avocado Fruit, Seminar in Cancer Biology, 17(2007), 386-394. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp.46. Donatus, I.A., 2001, Toksikologi Dasar, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, p. 121.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Fischbach, F.T., and Dunning, M.B., 2004, A Manual of Laboratory and Diagnostic Tests, 7th Edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, pp. 350-352. Ganong, W.F., 1995, Pathophysiology of Disease, 1st Ed., Apleton and Lange, America, pp. 278-300. Ganong, W.F., 2010, Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine, 5th Ed., diterjemahkan oleh Brahm, U., hal 493-500, EGC, Jakarta. Glaister, J.R., 1986, Principles of Toxicological Pathology, Francis and Taylor, London. Goldfrank, L.R., Neal E.F., Neal A.L., Mary A.H., Robert S.H., Lewis S.N., 2002, Toxicologic Emergencies, 7th Edition, Vol. 1, McGraw-Hill Companies, New York, pp. 211-212, 354. Greguz, E., dan Klaaseen, C.D., 2001, Mechanism of Toxicity, in Klaaseen, C.D., Cassarett dan Doull’s Toxicology:The Basic Science Poisons, Edisi 6, Mc Graw Hill, New York, pp.57-64. Gunin,
A., 2000, Histology Images: Urinary http://www.histol.chuvashia.com/atlas-en/urinary-01-en.htm, tanggal 20 Agustus 2013.
System, diakses
Haggag, M.H., 2010, Protective Effect of Coriandrum sativum Plant of Hepatotoxicity and Nephrotoxicity Induced by Carbon Tetrachloride in Male Albino Rats, Development of Higher Specific Education Programs in Egypt and the Arab World, 2332-2348. Hippeli, S., Elstner, E.F., 1999, Mechanism of Carbon Tetrachloride-Induced Hepatotoxicity, hepatocellular Damage by Reactive Carbon Tetrachloride Metabolites, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles /PMC2933147/, diakses tanggal 14 April September 2013. Huether, S.E., and McCance, K.L., 2008, Understanding Pathophysiology, 4th ed., Mosby Elsevier, St. Louis, Missouri, pp. 766-783. Imafidon, K.E., and F.C. Amaechina, 2010, Effects of Aqueous Seed Extract of Persea Americana Mill. (Avocado) on Blood Pressure and Lipid Profile in Hypertensive Rats, Advance in Biological Research 4(2), 116-121. Janakat, S., dan Merie, A.H., 2002, Optimization of the Dose and Route of Injection, and characterization of the Time Course of Carbon Tetrachloride-Induced Hepatotoxicity in the Rat, JPT, 48, 41-44.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
Jerz, R., and Maria D.L., 2007, Phytochemical Analysis of Avocado Seed, http://www.cuvillier.de/flycms/de/html/30/UickI3zKPS,2cU0=/Buchdeta ils.html, diakses tanggal 3 April 2013. Konsinska, A., Magdalena K., Isabel E., Teresa H., Begona B., and Gary A.D., 2012, Phenolic Compound Profiles and Antioxidant Capacity of Persea americana Mill. Peels and Seeds of Two Varieties, Journal of Agricultural and Food Chemistry, pp. 4613-4619. Kumar, V., Abbas, A.K., and Fausto, N., 2010, Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th ed., diterjemahkan oleh Brahm, U., Penerbit Buku Kedokteran EGC , hal. 976-1042. Laboratorium Amerind Bio-Clinic, 2010, Uji Fungsi http://www.abclab.co.id/?p=944, diakses tanggal 27 Mei 2013.
Ginjal,
Leite, J.J.G., Erika H.S.B ., Rossana A.C., Raimundo S.N.B, Jose J.C.S., Lusiana M.B., Selene M.D.M, and Marcos F.G.R., 2009,Chemical Composition, Toxicity, and Larvacidal and Antifungal Activities of Persea americana (Avocado) Seed Extracts, Revista da Sociedade Brasileira de Medicana Tropical 42(2), 110-113. Leeson, C.R, Leeson T.R., and Paparo, A.A., 1996, Basic Toxicology: Fundamental, Target Organs, and Risk Assesment, diterjemahkan oleh Nugroho, E., UI Press, Jakarta hal. 47-48, 231. Lu, F.C., 1995, Basic Toxicology: Fundamental, Target Organs, and Risk Assesment, diterjemahkan oleh Nugroho, E., UI Press, Jakarta hal. 47-48, 231. Malole, M.B.M., and Pramono, C.S.U., 1989, Pengantar Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium, Pusaat Antara Universitas Bioteknologi IPB, Bogor. Martini, F.H., and Nath,J.L., 2009, Fundamental of Anatomy and Physiology, 8th Edition, Pearson Education, USA, pp. 966-971. Moneim, A.E., and Khadragy, M.F., 2012, The Potential Effects of Pomegranate (Punica granatum) Juice on Carbon Tetrachloride iduced nephrotoxicity in Rats,J Phisiol Biochem, 69: 359-370. Oehha,
2000, Chronic Toxicity Summary Carbon Tetrachloride, http://www.oehha.ca.gov/air/chronic_rels/pdf/56235.pdf, diakses tanggal 10 April 2013.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
Pasquale, M.I., 2000, Amino Acids and Proteins for the Athlete the Anabolic Edge, CRC Press, New York, 121. Perazella, M.A., and Markowitz, G.S., 2010, Drug-Induced Acute Interstisial Nephritis,http://www.nature.com/nrneph/journal/v6/n8/full/nrneph.2010. 71.html., diakses tanggal 23 Juli 2013. Price, S.A., and Wilson, L.M., 1985, Pathophysiology Clinical Concepts of Disease Processes, diterjemahkan oleh Dharma, A., Penerbit Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 5-11. Quiraisyin, Y.A., 2013, Efek Nefroprotektif Dekoksi Biji Persea americana Mill. Jangka Panjang terhadap Kadar Kreatinin dan Gambaran Histologis Ginjal Tikus yang Diinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Ramarajan, L., Somasundaram, S.T., Subramanian, S., Pandian V., 2012, Nephroprotective Effect of Colpomenia sinuosa (Derbes & Solier) Against Carbon Tetrachloride Induced Kidney Injury in Wistar Rats, Asian Pacific Journal of Tropical Disease, 5435-5441. Resultanti, 2010, Tata Laksana pada Penyakit Ginjal Kronik,http://www.majalah farmacia.com/rubric/onenews.asp, diakses padatanggal 12 Maret 2013. Sacher, R.A., and Richard, A., 2004, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, EGC, Jakarta, pp. 292. Setiadi, 2007, Anatomi dan Fisiologi Manusia, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp. 117120. Sherwood, L., 2007, Textbook of Human Physiology, 2th Ed., EGC, Jakarta. SIU School of Medicine, 2005, Histology Study Guide: Kidney and Urinary Tract, http://www.siumed.edu/~kjing2/crr/rnguide.html , diakses tanggal 3 April 2013. Suhono, B., Yuzammi, Joko R.W., Syamsul H., Tri H., Sugiarti, Sofi M., Teguh T., Inggit P.A., Sudarmono, Hary W., 2010, Ensiklopedia Flora, PT. Kharisma Ilmu, Bogor, pp. 16. Sunarjono, H., 2008, Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah, Penebar Swadaya, Depok, hal 131. Suwitra, K. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Internal publising. Jakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Timbrell, A.J., 2008, Principles of Biochemical Toxicology, Edisi 4, Informa Healthcare, USA, Inc, USA, pp.195, 308, 309. Thorp, C.M., 2008, Pharmacology for the Health Care Professions, WileyBlackwell, USA, pp. 23-25. U.S. Department of Health and Human Services, 2010, Nation Chronic Kidney Disease Fact Sheet 2010, Cental for Disease Control and Prevention, Atlanta. Wijaya, I., and Miranti, I.P., 2005, Patologi ginjal dan Saluran Kemih, 3rd Ed., Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, pp. 49-53. Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Kanisius, Yogyakarta, pp. 216. Zuhrotun, A., T. W. Nikodemus, A. Muhtadi, 2004, Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea Americana Mill.) Bentuk Bulat,Penelitian,www.farmasi.unpad.ac.id diakses tanggal 23 April 2013.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
72
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil determinasi serbuk tanaman Persea americana Mill.
73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Foto dekok biji Persea americana Mill.
75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Lampiran 3. Surat pengesahan determinasi tanaman Persea americana Mill.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4. Surat Pengesahan Medical and Health Research Ethics Committee (MHREC)
77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5. Hasil pembacaan preparat histologi ginjal tikus
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
Lampiran 6. Analisis data statistik pfenentuan waktu cuplikan darah pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
NPar Tests Descriptive Statistics
N CCl4_dosis_2mLperkg BB_jamke0 CCl4_dosis_2mLperkg BB_jamke24 CCl4_dosis_2mLperkg BB_jamke48 CCl4_dosis_2mLperkg BB_jamke72
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
4
.3500
.05774
.30
.40
4
.5250
.09574
.40
.60
4
1.0000
.14142
.90
1.20
4
.4500
.05774
.40
.50
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CCl4_dosis CCl4_dosis CCl4_dosis CCl4_dosis _2mLperkg _2mLperkg _2mLperkg _2mLperkg BB_jamke2 BB_jamke4 BB_jamke7 BB_jamke0 N Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
4
8
2
4
4
4
4
.3500
.5250
1.0000
.4500
.05774
.09574
.14142
.05774
Most Extreme
Absolute
.307
.283
.260
.307
Differences
Positive
.307
.217
.260
.307
Negative
-.307
-.283
-.240
-.307
Kolmogorov-Smirnov Z
.614
.567
.520
.614
Asymp. Sig. (2-tailed)
.846
.905
.949
.846
a. Test distribution is Normal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Oneway
Descriptives Kreatinin 95% Confidence Interval for Mean
N
Mean
CCl4 dosis 2
Std.
Lower
Upper
Deviation
Error
Bound
Bound
Minimu Maximu m
m
4
.3500
.05774
.02887
.2581
.4419
.30
.40
4
.5250
.09574
.04787
.3727
.6773
.40
.60
4 1.0000
.14142
.07071
.7750
1.2250
.90
1.20
4
.4500
.05774
.02887
.3581
.5419
.40
.50
16
.5812
.27134
.06783
.4367
.7258
.30
1.20
mL/kgBB jam ke-0 CCl4 dosis 2 mL/kgBB jam ke-24 CCl4 dosis 2 mL/kgBB jam ke-48 CCl4 dosis 2 mL/kgBB jam ke-72 Total
Std.
Test of Homogeneity of Variances Kreatinin Levene Statistic 1.100
df1
df2 3
Sig. 12
.387 ANOVA
Kreatinin Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
.997
3
.332
Within Groups
.108
12
.009
1.104
15
Total
F 37.093
Sig. .000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Kreatinin Scheffe 95% Confidence Interval
Mean (I) Kelompok
(J) Kelompok
CCl4 dosis 2
CCl4 dosis 2
mL/kgBB jam ke-0
mL/kgBB jam ke-24 CCl4 dosis 2 mL/kgBB jam ke-48 CCl4 dosis 2 mL/kgBB jam ke-72
CCl4 dosis 2
CCl4 dosis 2
mL/kgBB jam ke-24 mL/kgBB jam ke-0 CCl4 dosis 2 mL/kgBB jam ke-48 CCl4 dosis 2 mL/kgBB jam ke-72 CCl4 dosis 2
CCl4 dosis 2
mL/kgBB jam ke-48 mL/kgBB jam ke-0 CCl4 dosis 2 mL/kgBB jam ke-24 CCl4 dosis 2 mL/kgBB jam ke-72 CCl4 dosis 2
CCl4 dosis 2
mL/kgBB jam ke-72 mL/kgBB jam ke-0 CCl4 dosis 2 mL/kgBB jam ke-24 CCl4 dosis 2 mL/kgBB jam ke-48
Difference
Std.
(I-J)
Error
-.17500
.06693
.132
-.3916
.0416
*
.06693
.000
-.8666
-.4334
-.10000
.06693
.546
-.3166
.1166
.17500
.06693
.132
-.0416
.3916
*
.06693
.000
-.6916
-.2584
.07500
.06693
.743
-.1416
.2916
.65000
*
.06693
.000
.4334
.8666
.47500
*
.06693
.000
.2584
.6916
.55000
*
.06693
.000
.3334
.7666
.10000
.06693
.546
-.1166
.3166
-.07500
.06693
.743
-.2916
.1416
*
.06693
.000
-.7666
-.3334
-.65000
-.47500
-.55000
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Homogeneous Subsets
Scheffe Subset for alpha = 0.05 Kelompok CCl4 dosis 2 mL/kgBB jam ke-0 CCl4 dosis 2 mL/kgBB jam ke-72 CCl4 dosis 2 mL/kgBB jam ke-24
1
2 .3500
.4500
.5250
CCl4 dosis 2 mL/kgBB jam
1.0000
ke-48 Sig.
.132
1.000
83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
Lampiran 7. Hasil analisis statistik data pada kelompok praperlakuan dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB pada tikus jantan terinduksi karbon teraklorida 2mL/kgBB
NPar Tests Descriptive Statistics N Kontrol_Karbon_Tetraklori
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
5
1.0000
.12247
.90
1.20
5
.5800
.04472
.50
.60
5
.5800
.04472
.50
.60
Perlakuan_jam1
5
.7400
.05477
.70
.80
Perlakuan_jam4
5
.7800
.04472
.70
.80
Perlakuan_jam6
5
.8400
.05477
.80
.90
da_Dosis_2mLperkgBB Kontrol_Olive_Oil_Dosis_2 mLperkgBB Kontrol_Dekok_Dosis_360. 71mgperkgBB
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kontrol_K arbon_Te Kontrol_
Kontrol_
traklorida Olive_Oil Dekok_D _Dosis_2 _Dosis_2 osis_360. mLperkg mLperkg 71mgper Perlakua Perlakua Perlakua BB N
BB
kgBB
n_jam1
n_jam4
n_jam6
5
5
5
5
5
5
Mean
1.0000
.5800
.5800
.7400
.7800
.8400
Parameters
Std. Deviation
.12247
.04472
.04472
.05477
.04472
.05477
Most Extreme
Absolute
.300
.473
.473
.367
.473
.367
Differences
Positive
.300
.327
.327
.367
.327
.367
Negative
-.207
-.473
-.473
-.263
-.473
-.263
Kolmogorov-Smirnov Z
.671
1.057
1.057
.822
1.057
.822
Asymp. Sig. (2-tailed)
.759
.214
.214
.510
.214
.510
Normal a
a. Test distribution is Normal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Descriptive Statistics N
Mean
Kreatinin
30
Std. Deviation
.7533
Minimum
.16132
Maximum
.50
1.20
Oneway Test of Homogeneity of Variances Kreatinin Levene Statistic
df1
1.117
df2 5
Sig. 24
.378
Descriptives Kreatinin 95% Confidence Interval for Mean Std. N
Mean Deviation
Std.
Lower
Upper
Error
Bound
Bound
Minimu Maximu m
m
Kontrol Karbon Tetraklorida dosis
5 1.0000
.12247 .05477
.8479
1.1521
.90
1.20
5
.5800
.04472 .02000
.5245
.6355
.50
.60
5
.5800
.04472 .02000
.5245
.6355
.50
.60
Perlakuan jam 1
5
.7400
.05477 .02449
.6720
.8080
.70
.80
Perlakuan jam 4
5
.7800
.04472 .02000
.7245
.8355
.70
.80
Perlakuan jam 6
5
.8400
.05477 .02449
.7720
.9080
.80
.90
30
.7533
.16132 .02945
.6931
.8136
.50
1.20
2 mL/kgBB Kontrol Olive Oil dosis 2 mL/kgBB Kontrol Dekok dosis 360,71 mg/kgBB
Total
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
ANOVA Kreatinin Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
.647
5
.129
Within Groups
.108
24
.005
Total
.755
29
F
Sig.
28.741
.000
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Kreatinin Scheffe 95% Confidence Interval
Mean (I) Kelompok
(J) Kelompok
Kontrol Karbon
Kontrol Olive Oil
Std.
(I-J)
Error
Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
.42000
*
.04243
.000
.2664
.5736
.42000
*
.04243
.000
.2664
.5736
Perlakuan jam 1
.26000
*
.04243
.000
.1064
.4136
Perlakuan jam 4
.22000
*
.04243
.002
.0664
.3736
Perlakuan jam 6
.16000
*
.04243
.037
.0064
.3136
-.42000
*
.04243
.000
-.5736
-.2664
.00000
.04243
1.000
-.1536
.1536
Tetraklorida dosis 2 dosis 2 mL/kgBB mL/kgBB
Difference
Kontrol Dekok dosis 360,71 mg/kgBB
Kontrol Olive Oil
Kontrol Karbon
dosis 2 mL/kgBB
Tetraklorida dosis 2 mL/kgBB Kontrol Dekok dosis 360,71 mg/kgBB Perlakuan jam 1
-.16000
*
.04243
.037
-.3136
-.0064
Perlakuan jam 4
-.20000
*
.04243
.005
-.3536
-.0464
-.26000
*
.04243
.000
-.4136
-.1064
Perlakuan jam 6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
Kontrol Dekok dosis Kontrol Karbon 360,71 mg/kgBB
Tetraklorida dosis 2
*
.04243
.000
-.5736
-.2664
.00000
.04243
1.000
-.1536
.1536
-.42000
mL/kgBB Kontrol Olive Oil dosis 2 mL/kgBB
Perlakuan jam 1
Perlakuan jam 1
-.16000
*
.04243
.037
-.3136
-.0064
Perlakuan jam 4
-.20000
*
.04243
.005
-.3536
-.0464
Perlakuan jam 6
-.26000
*
.04243
.000
-.4136
-.1064
-.26000
*
.04243
.000
-.4136
-.1064
.16000
*
.04243
.037
.0064
.3136
.16000
*
.04243
.037
.0064
.3136
Perlakuan jam 4
-.04000
.04243
.968
-.1936
.1136
Perlakuan jam 6
-.10000
.04243
.381
-.2536
.0536
-.22000
*
.04243
.002
-.3736
-.0664
.20000
*
.04243
.005
.0464
.3536
.20000
*
.04243
.005
.0464
.3536
Perlakuan jam 1
.04000
.04243
.968
-.1136
.1936
Perlakuan jam 6
-.06000
.04243
.844
-.2136
.0936
*
.04243
.037
-.3136
-.0064
Kontrol Karbon Tetraklorida dosis 2 mL/kgBB Kontrol Olive Oil dosis 2 mL/kgBB Kontrol Dekok dosis 360,71 mg/kgBB
Perlakuan jam 4
Kontrol Karbon Tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
Kontrol Olive Oil dosis 2 mL/kgBB Kontrol Dekok dosis 360,71 mg/kgBB
Perlakuan jam 6
Kontrol Karbon Tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
-.16000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
Kontrol Olive Oil dosis 2 mL/kgBB
Kontrol Dekok dosis 360,71 mg/kgBB
.26000
*
.04243
.000
.1064
.4136
.26000
*
.04243
.000
.1064
.4136
.10000
.04243
.381
-.0536
.2536
.06000
.04243
.844
-.0936
.2136
Perlakuan jam 1
Perlakuan jam 4
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets Kreatinin Scheffe Subset for alpha = 0.05 Kelompok Kontrol Olive Oil dosis 2 mL/kgBB Kontrol Dekok dosis 360,71 mg/kgBB
N
1 5
.5800
5
.5800
2
3
Perlakuan jam 1
5
.7400
Perlakuan jam 4
5
.7800
Perlakuan jam 6
5
.8400
Kontrol Karbon Tetraklorida dosis 2 mL/kgBB Sig.
5
1.0000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
.381
1.000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Lampiran 8. Hasil anaisis statistik data kadar kreatinin pada kelompok olive oil dosis 2mL/kgBB
NPar Tests Descriptive Statistics N Kontrol_Olive_Oil_2mLperkgBB _jamke0 Kontrol_Oilve_Oil_2mLperkgBB _jamke48 Selisih
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
5
.4600
.05477
.40
.50
5
.5800
.04472
.50
.60
5
.1200
.08367
.00
.20
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kontrol_Olive_Oi Kontrol_Oilve_Oi l_2mLperkgBB_j l_2mLperkgBB_j amke0
amke48
N
Selisih
5
5
5
.4600
.5800
.1200
.05477
.04472
.08367
Absolute
.367
.473
.231
Positive
.263
.327
.194
Negative
-.367
-.473
-.231
Kolmogorov-Smirnov Z
.822
1.057
.515
Asymp. Sig. (2-tailed)
.510
.214
.953
Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
T-Test Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Kreatinin jam 0
.4600
5
.05477
.02449
Kreatinin jam 48
.5800
5
.04472
.02000
Paired Samples Correlations N Pair 1
Kreatinin jam 0 & Kreatinin jam 48
Correlation 5
-.408
Sig. .495
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of
Mean Pair 1 Kreatinin jam 0 Kreatinin jam 48
-.12000
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
.08367
.03742
the Difference Lower -.22389
Upper -.01611
Sig. (2t -3.207
df
tailed) 4
.033
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
Lampiran 9. Perhitungan efek nefroprotektif Rumus perhitungan efek nefroprotektif : 𝑃𝑢𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑓𝑟𝑜𝑡𝑜𝑘𝑠𝑖𝑛 𝐶𝐶𝑙4 − (𝑃𝑢𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛) 𝑥 100% 𝑃𝑢𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑛𝑒𝑓𝑟𝑜𝑡𝑜𝑘𝑠𝑖𝑛 𝐶𝐶𝑙4
Maka perhitungan efek nefroprotektif kadar kreatinin sebagai berikut :
Kelompok perlakuan dekok biji Persea americana Mill. 360,71 mg/kgBB 1 jam + karbon tetraklorida 2mL/kgBB : 1,0 – 0,74 1,0
Kelompok perlakuan dekok biji Persea americana Mill. 360,71 mg/kgBB 4 jam + karbon tetraklorida 2mL/kgBB : 1,0 – 0,78 1,0
𝑥 100% = 26%
𝑥 100% = 22%
Kelompok perlakuan dekok biji Persea americana Mill. 360,71 mg/kgBB 6 jam + karbon tetraklorida 2mL/kgBB : 1,0 – 0,84 1,0
𝑥 100% = 16%
Lampiran 10. Penetapan kadar air serbuk biji Persea americana Mill. Penentuan kadar air dilakukan dengan metode Gravimetri dengan menggunakan alat moisture balance. Cara penentuan kadar air 1. Masukkan ± 5 gram serbuk biji Persea americana Mill. yang sudah diayak ke dalam alat, kemudian ratakan. 2. Timbang bobot serbuk biji Persea americana Mill. sebagai bobot sebelum pemanasan (bobot A). 3. Panaskan serbuk biji Persea americana Mill. pada suhu 1050C. 4. Timbang serbuk biji Persea americana Mill. setelah pemanasan (bobot B). 5. Selisih bobot A dan B merupakan kadar air dari zat yang diteliti. Rumus penentuan kadar air Kadar air =
𝐴–𝐵 𝐴
𝑥 100 %
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
Perhitungan : Bobot serbuk biji Persea americana Mill. Sebelum Sesudah Kadar air Rata-rata
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
5,000 g 4,624 g 7,52%
5,000 g 4,636 g 7,28% 7,4%
5,000 g 4,630 g 7,4%
Replikasi I Kadar air =
𝐴–𝐵 𝐴
𝑥 100 %
5,000 𝑔 – 4,624 𝑔
=
5,000 𝑔
𝑥 100 % = 7,52%
Replikasi II Kadar air =
𝐴–𝐵 𝐴
𝑥 100 %
5,000 𝑔 – 4,636 𝑔
=
5,000 𝑔
𝑥 100 % = 7,28%
Replikasi III Kadar air = =
𝐴–𝐵 𝐴
𝑥 100 %
5,000 𝑔 – 4,630 𝑔 5,000 𝑔
𝑥 100 % = 7,4%
Lampiran 11. Perhitungan konversi dosis untuk manusia
Angka konversi tikus 200 g ke manusia 70 kg = 56,0
Dosis untuk manusia = dosis untuk tikus 200g x angka konversi ke manusia Oleh karena itu, dapat ditetapkan dosis dekok biji Persea americana Mill. untuk manusia sebagai berikut : Dekok biji Persea americana Mill. 360,71 mg/kgBB tikus 360,71 mg/kgBB = 360,71 mg/1000 gBB = 72,142 mg/200 gBB 72,142 mg/200 gBB x 56,0 = 4,040 g/ 70 kgBB manusia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 12. Hasil pengukuran validitas dan reabilitas Tabel hasil validitas dan reabilitas Dilihat dari serum kontrol (range 1,09 – 1,71 mg/dL) x (mg/dL) 1,7 1,7 1,6 1,7 1,7
1,68
SD = =
0,02 0,02 -0,08 0,02 0,02
0,0004 0,0004 0,0064 0,0004 0,0004 Σ = 0,008
= 0,008 4
= 0,04 Range =
± SD
= 1,68 ± 0,04 = 1,72 -1,64
CV = ( SD /
) x 100 %
= ( 0,04/ 1,68) x 100 % = 2,38 %
94
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
BIOGRAFI PENULIS Penulis
skripsi
dengan
judul
“Efek
Nefroprotektif Jangka Pendek Dekok Biji Persea americana Mill. terhadap Kadar Kreatinin dan Gambaran Histologi Ginjal pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida” memiiki nama lengkap Irene, merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Irawan dan Ratnawati. Penulis dilahirkan di Magelang 7 Juli 1992. Pendidikan formal yang telah ditempuh yaitu TK Among Putro (1997-1998), kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Tarakanita Magelang (1998-2004). Pendidikan Sekolah Menegah Pertama ditempuh di SMP Tarakanita Magelang (2004-2007), kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Magelang (2004-2010). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Fakultas Farmasi pada tahun 2010. Semasa kuliah penulis aktif dalam berbagai macam kegiatan kepanitiaan di fakultas. Penulis pernah menjadi anggota divisi Konsumsi Titrasi (2011), Panitia Kampanye Informasi Obat (2011), Panitia Pharmacy Performance (2012). Penulis juga pernah menjadi asisten Kimia Organik (2011), dan Farmakologi-Toksikologi (2013).