PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH PAPARAN SINAR MATAHARI TERHADAP KADAR BISFENOL A DALAM AIR YANG BERASAL DARI BOTOL POLIKARBONAT DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK DENGAN METODE PENGAYAAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Topan Fajar Pamungkas NIM : 098114022
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
PENGARTJH PAPARAN SINAR MATAHARI TERHADAP KADAR BISFENOL
A DALAM AIR YANG BERASAL DARI BOTOL POLIKARBONAT DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERIA TINGGI (KCKT) FASE
TERBALIK DENGAT\T METODE PENGAYAAN
Skripsi yang diajukan oleh: Topan Fajar Parrungkas
NIS{:098114022
Telah disetujui oleh
Pembimbing,
(Prof. Sri Noegrohati, Apt.) Tanggal 14 Juti 2013
n
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pengesahan Skripsi Berjudul
PENGARUII PAPARAN SINAR MATAHARI TERIIADAP KADAR BISFENOL A DALAM AIR YAI\G BERASAL DARI BOTOL POLIKARBONAT DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINIERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK DENGAI\I METODE PENGAYAAI\
Oleh: Topan Fajar Pamungkas
NIIM:098 114022
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
universitas Sanata Dharma Pada tanggal: 16
Juliz0n Mengetahui, Fakultas Farmasi ias Sanata Dharma
o, M.Sc., Apt.
Panitia penguji:
1. Prof. Dr. Sri Noegrohati, APt.
2. Jeffry Julianus, M.Si. 3.
Lucia Wiwid Wljayanti, M.Si'
111
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNTYATAAN KDASLIAN KARYA
$aya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya abu bagian karya orang lairq kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftarpustakq sebagaimana layaknya karya ihniah.
Apabila dikemudian hari ditemukan indilrasiplagiarism dalam naskah ini,
maka saya bersedia m€nganggung segala sanlsi sesuai peraturan perundangrmdangan yang berlaku.
Yogyakarta, 28 Juni 2013
(Topan Faj
a
lV
ungkas)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEIVIBAR PER]\TYATAAhI PERSETUJUAI\ PUBLIKASI KARYA
ILMIAH
T}NTT]K KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
:
Topan Fajar Pamungkas
Nomor mahasiswa
:
098
rr4a22
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul *PENGARUH PAPARAN SINAR IUATAII{RI TERHADAP KADAR BISFENOL A DALAM
AIR YANG BERASAL DARI BOTOL POLIKARBONAT DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERIA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK DENGAN METODE PENGAYAAN' Beserca perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak unfuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data mendistribusikan secara terbatas, mempublikasikan
di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta liin dari saya ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nirma saya sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenamya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 28 Juni 2013
Yang .rqenyatakan
Pamungkas)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Memang roda akan selalu berputar. Tetapi untuk membuat roda berputar diperlukan energi yang berupa usaha dan doa
vL
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga dapat terselesaikannya skripsi yang berjudul “PENGARUH BISFENOL
PAPARAN A
DALAM
SINAR AIR
MATAHARI YANG
TERHADAP
BERASAL
DARI
KADAR BOTOL
POLIKARBONAT DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK DENGAN METODE PENGAYAAN”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Proses pelaksanaan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 2. C.M. Maria Rini Nastiti, M.Phar, selaku Kepala Program Studi Farmasi Sanata Dharma. 3. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt. selaku dosen pembimbing yang telah banyak sekali memberikan bimbingan, saran, arahan, nasehar, serta inspirasi yang bisa mengantarkan terseleseikannya skripsi ini. 4. Jeffry Julianus M.Si dan Lucia Wiwid Wijayanti M.Sc selaku dosen penguji atas masukan, kritik, dan sarannya selam proses penelitian.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Rini Dwi Astuti, M.Sc., Apt. Selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan dorongan dan motivasi dalam hal perkuliahan, serta perannya sebagai Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengerjakan penelitian di laboratorium. 6. Pak Sanjaya selaku dosen yang telah memberikan saran, nasehat, dan masukan dalam proses pengerjaan penelitian ini. 7. Segenap dosen yang telah berkenan membagikan ilmu kepada penulis selama belajar di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 8. Mas Bimo, Pak Parlan, Mas Kunto, Mas Kethul serta segenap laboran dan staf Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu selama proses penelitian di laboratorium. 9. Papa dan Mama sebagai orang tua yang luar biasa, yang selalu memberikan semangat, doa, dukungan moral maupun materi 10. Prisma Andini Mukti, yang berperan sangat baik sebagai kakak 11. Ning Uswiyatun, yang selalu memberikan dukungan dalam kelancaran kuliah peneliti maupun dalam mengarjakan skripsi ini 12. Teman-teman satu kelompok skripsi Leo dan Ina atas kerja keras dan kerjasamanya dalam menyelesaikan penelitian ini. 13. Teman-teman satu bimbingan: Jimmy, Gunggek, Rachel, Netty dan Jo yang bersama-sama saling menguatkan dan memberi semangat dalam mengerjakan penelitian ini.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14. Teman-teman kelas 2009 A dan kelas FST-A : Nopes, Hera, Lambang, Bertha, Anggi, Raras, Yanshen, Danny, Jenny, Kenny, Wanda, Danu, Deny, Putra, Aldo, Felix, Mikhael, yang telah mewarnai hari-hari peneliti selama empat tahun perkuliahan, selalu menghadirkan tawa dan canda, serta selalu memerikan semangat bagi peneliti. 15. Teman-teman skripsi di laboratorium kimia analisis instrumental : Novia, Agnes, Victor, Shinta, Sasya, Metri, Teti, Febrin, Wisnu, dan Ozy yang selalu menghadirkan tawa saat kejenuhan melanda di lab, serta terimakasih untuk surprise ulang tahun yang telah dihadirkan. 16. Semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu-persatu yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Akhir kata, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dalam penyusunan skripsi ini akibat dari keterbatasan dari kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca serta perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL …………………………………………………….
i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………............................. ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………….
iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH……………………
v
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….
vi
PRAKATA……………………………………………………….............
vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………..
x
DAFTAR TABEL………………………………………………………..
xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………......
xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………..
xvi
INTISARI……………………………………………………………….....
xvii
ABSTRACT……………………………….……………………………….
xviii
BAB I. PENGANTAR……………………………………………...........
1
A. Latar Belakang……………………………………………………
1
1. Perumusan masalah …………………………………………
4
2. Keaslian Penelitian …………………………………………..
5
3. Manfaat penelitian …………………………………………...
6
B. Tujuan Penelitian ………………………………………………...
6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ……………………………….........
7
A. Plastik Polikarbonat…..……………………..……………………
8
B. Bisfenol A….. …………………………………………...………..
11
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. Radiasi Sinar Matahari…………………………………………...
13
D. Solid Phase Extraction (SPE)..…...………………………………
16
E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).……………………..
19
F. Landasan teori ……………………………………………………
23
G. Hipotesis …………………………………………………………
24
H. Bagan penelitian…………………………………………………
25
BAB III. METODE PENELITIAN ……………………………………..
26
A. Jenis dan rancangan penelitian …………………………………..
26
B. Variabel Penelitian……………………………………………….
26
C. Definisi Operasional……………………………………………...
27
D. Bahan-bahan Penelitian ………………………………………….
27
E. Alat-Alat Penelitian ………...……………………………………
28
F. Tata Cara Penelitian ……………………………...………………
28
1. Preparasi sampel………………………………………...........
28
2. Pemekatan sampel air………………...………………………
29
3. Pembuatan fase gerak…………………………………….…..
30
4. Injeksi sampel ke dalam KCKT……………………………....
31
G. Analisis hasil……………………………………………………...
31
1. Analisis kualitatif……………………………………………..
31
2. Analisis kuantitatif……………………………………………
31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………..……
32
A. Pengambilan dan pembuatan sampel…..…………………………
34
B. Proses pemberian perlakuan pada sampel………………………..
35
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. Pemekatan sampel air……….……………………………………
36
D. Optimasi eluen SPE.……..……………………………………….
38
E. Validasi prosedur analisis…………………………………………
42
1. Efisiensi proses pemekatan sampel...…………………….
42
2. Akurasi …………….….………………………………….
43
3. Linearitas dan LOQ...….…………………………………
45
F. Penetapan kadar bisfenol A dalam sampel air…………………….
47
1. Analisis kualitatif bisfenol A……………………………...
47
2. Analisis kualitatif bisfenol A pada sampel air…………….
48
G. Laju migrasi bisfenol A dari botol ke air……………………..…….
52
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………...
56
A. Kesimpulan ……………………………………………………..
56
B. Saran ……………………………………………………………
56
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………
58
LAMPIRAN ……………………………………………………………..
62
BIOGRAFI PENULIS ………………………………………………….
121
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I
Sifat-sifat plastik polikarbonat
9
Tabel II
Rata-rata recovery SPE….……………………………………..
43
Tabel III
Efisiensi proses ekstraksi………………………………………
43
Tabel IV
Akurasi dan presisi sampel….…...……………………………..
44
Tabel V
Linearitas kurva adisi……….…...……………………………..
45
Tabel VI
Uji t kurva adisi dengan kurva baku……………….………….
46
Tabel VII
Nilai limit of quantification (LOQ)...………………………….
46
Tabel VIII
Pengamatan waktu retensi……………………………………..
47
Tabel IX
Kadar bisfenol A sampel perlakuan replikasi I………….…….
48
Table X
Kadar bisfenol A sampel perlakuan replikasi II…………..….
48
Tabel XI
Kadar bisfenol A sampel kontrol replikasi I...………………….
48
Table XII
Kadar bisfenol A sampel kontrol replikasi II..……………….
49
Tabel XII
Lenearitas orde reaksi replikasi I………………………………
51
Tabel XIII
Lenearitas orde reaksi replikasi II……………………………
51
Tabel XIV
Laju peningkatan bisfenol A menurut orde 1 replikasi I……….
52
Tabel XV
Laju peningkatan bisfenol A menurut orde 1 replikasi II…….
52
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Mekanisme hidrolisis polikarbonat…………………………..
9
Gambar 2.
Mekanisme photo-Fries rearrangement………………….
10
Gambar 3.
Mekanisme photo-oxidation……………………………
11
Gambar 4.
Struktur bisfenol A…………..………………………………..
11
Gambar 5.
Jenis spektrum elektromagnetik…….………………………..
14
Gambar 6.
Solid phase extraction tipe cartridge…………………...……
18
Gambar 7.
Diagram KCKT……………………..………………………..
20
Gambar 8.
Gugus kromofor dan auksokrom pada bisfenol A…………...
33
Gambar 9.
Kromatogram baku bisfenol A yang dielusi menggunakan metanol 50:50………………………………………………..
Gambar 10
Kromatogram baku bisfenol A yang dielusi menggunakan metanol 75:25…………………………………………..……
Gambar 11.
39
40
Kromatogram baku bisfenol A yang dielusi menggunakan metanol 100% ……………………………………………….
41
Gambar 12.
Waktu retensi antara sampel dan baku adisi………………........
47
Gambar 13.
Kurva kenaikan kadar bisfenol A pada sampel replikasi I………
49
Gambar 14.
Kurva kenaikan kadar bisfenol A pada sampel replikasi II.……
50
Gambar 15.
Kurva hubungan bisfenol A dalam botol dan air sampel perlakuan replikasi I…………………………………...……..
Gambar 16.
53
Kurva hubungan bisfenol A dalam botol dan air sampel perlakuan replikasi II…………………………………...……..
xiv
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 17.
Kurva hubungan bisfenol A dalam botol dan air sampel kontrol replikasi I…………………………………...………………...
Gambar 18.
54
Kurva hubungan bisfenol A dalam botol dan air sampel kontrol replikasi II……………………………………………...……..
xv
54
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
COA bisfenol A…………...………………………………….
63
Lampiran 2.
Data penimbangan baku…..………………………………….
64
Lampiran 3.
Data optimasi eluen SPE……………………………………..
64
Lampiran 4.
Efisiensi ekstraksi…………………………………………....
64
Lampiran 5.
Data perhitungan validasi, akurasi, linearitas dan pengaruh 65 proses………………………………………………………….
Lampiran 6.
Perhitungan penetapan kadar bisfenol A dalam air…………..
71
Lampiran 7.
Regresi kadar bisfenol A menurut laju reaksi………………...
75
Lampiran 8.
Uji
beda
kadar
bisfenol
A
perlakuan
dan 83
kontrol…………………….……………………………… Lampiran 9.
Laju
migrasi
dalam
botol
dan
dalam 87
air………………….………………..…………………………. Lampiran 10.
Kromatogram sampel tanpa pemekatan……………………..
92
Lampiran 11.
Kromatogram optimasi eluen SPE….………………………..
93
Lampiran 12.
Kromatogram akurasi sampel air……………..……………..
95
Lampiran 13.
Kromatogram sampel air…………………………………….
107
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH PAPARAN SINAR MATAHARI TERHADAP KADAR BISFENOL A DALAM AIR YANG BERASAL DARI BOTOL POLIKARBONAT DENGAN METODE KROMATOGRAFI KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK DENGAN METODE PENGAYAAN
Topan Fajar Pamungkas 098114022 INTISARI Bisfenol A (BPA) atau 4-[2-(4-hydroxyphenyl)propan-2-yl]phenol merupakan bahan pembuat plastik polikarbonat. Senyawa ini mempunyai dampak negatif yaitu menganggu kerja endokrin dan menurunkan jumlah sperma pada pria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh paparan sinar matahari dalam jangka waktu 0, 7, 14, 21, dan 28 hari terhadap kadar BPA yang bermigrasi ke dalam air yang berasal dari botol polikarbonat dan dibandingkan dengan kontrol. BPA dalam sampel air dipekatkan dengan Solid Phase Extraction (SPE) kolom C18 (enrichment method) dan ditetapkan kadarnya menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik dengan detektor UV Didapatkan parameter validasi yang baik untuk proses pengayaan yaitu efisiensi sebesar 90.4962%, recovery antara 84,5746% sampai dengan 95,5770%, presisi antara 0,7156% sampai dengan 7,1677%. Limit of Quantitation (LOQ) dari penelitian ini adalah sebesar 0,0101 µg/mL. Kadar yang diperoleh dari sampel perlakuan hari ke 0 pada kedua replikasi tidak dapat terdeteksi, untuk hari ke 7, 14, 21, dan 28 replikasi I berturut-turut adalah 0,0148 µg/mL, 0,0256 µg/mL, 0,0355 µg/mL, 0,0768 µg/mL dan replikasi II berturut-turut adalah 0,0126 µg/mL, 0,0176 µg/mL, 0,0337 µg/mL, 0,0626 µg/mL. Pada semua kelompok kontrol hanya bisa terdeteksi pada hari ke 28, yaitu sebesar 0,0121 µg/mL dan 0,0118 µg/mL. kata kunci: sinar matahari, bisfenol A, polikarbonat, KCKT, SPE
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Effect Of Sunlight Exposure To Bisphenol A Concentration In The Water Leached From Polycarbonate Bottle With Riversed-Phased High Performance Liquid Chromatography By Enrichment Method
Topan Fajar Pamungkas 098114022 Abstract Bisphenol A (BPA) or 4-[2-(4-hydroxyphenyl)propan-2-yl]phenol is the raw material to make polycarbonate plastics. This material has negatif effects such as can disturb endocrine function, and reduce quantity of sperm. The aim from this study is to determine effect of sunlight exposure with 0, 7, 14, 21, and 28 days intervals to BPA concentration in the water leached from polycarbonate bottles compared with control determined by high performance liquid chromatography UV detector by enrichment method with solid phase extraction (SPE) C18. Validation for enrichment method was good with various parameters such as efficiency 90,0836%; recovery between 84,5746% to 95,5770%, precision between 0,7156% to 7,1677%. Limit of quantification (LOQ) was 0,0101µg/mL. BPA in treatment samples was not detected in day 0 in both replications, in day 7, 14, 21, 28 first replication BPA amount was 0,0148 µg/mL, 0,0256 µg/mL, 0,0355 µg/mL, 0,0768 µg/mL, in second replication was 0,0126 µg/mL, 0,0176 µg/mL, 0,0337 µg/mL, 0,0626 µg/mL. In control samples BPA a was not detected in day 0, 7, 14, 21. In day 28 first and second replication was 0,0121 µg/mL and 0,0118 µg/mL. Keyword : sunlight, bisphenol A, polycarbonate, HPLC, SPE
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Dalam dunia yang bersifat modern seperti saat ini, masyarakat lebih mengutamakan pola hidup yang bersifat praktis dan tidak susah. Tuntutan hidup yang menyita waktu tersebut juga membuat pola makan masyarakat menjadi berubah. Makan dan minum yang sebelumnya biasa dilakukan di rumah atau di rumah makan tidak jarang sampai dilakukan di tempat kerja, kantor, sekolah atau bahkan saat kita masih dalam perjalanan. Untuk membawa makanan atau minuman ke tempat bekerja atau tujuan lain biasanya digunakan suatu wadah atau kemasan untuk melindungi makanan dari kerusakan, kotoran dari luar, kerusakan kimia atau biolgis (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2009). Salah satu kemasan yang biasa digunakan untuk menyimpan makanan dan minuman adalah kemasan yang terbuat dari plastik. Alasan digunakannya plastik sebagai media penyimpanan makanan dan minuman adalah sifatnya yang kuat, ringan, fleksibel, murah, tersedia dalam berbagai macam bentuk dan ukuran, serta harganya yang bervariasi dari yang murah sampai dengan mahal (Yuyun dan Gunarsa, 2011). Mulai dari anak kecil sampai orang dewasa pasti pernah menggunakan atau bahkan mempunyai suatu kemasan yang terbuat dari bahan plastik
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Kemasan plastik yang beredar di pasaran terbuat dari bermacam-macam bahan, antara lain polyethylene terephthalate (PET), polyvinyl chloride (PVC), polypropylene (PP), high density polyethylene dan polikarbonat (PC). Bahanbahan yang digunakan sebagai material pembuat plastik diidentifikasikan dengan kode penomoran antara nomor satu sampai dengan tujuh di luar kemasan tersebut. Selain dengan penomoran, di luar kemasan plastik juga terdapat tanda food grade yang aman digunakan sebagai kemasan untuk makanan atau pun minuman. Bisfenol A atau yang biasa disingkat dengan BPA merupakan salah satu bahan pembuat plastik jenis polikarbonat. Kemasan plastik jenis polikarbonat masih banyak digunakan masyarakat sebagai pengemas makanan atau minuman. Plastik polikarbonat keunggulan mempunyai warna bening, kuat, ringan, dan relatif tahan terhadap suhu yang tinggi (Messey, 2003). Keunggulan yang dimiliki oleh plastik polikarbonat membuat plastik jenis tersebut banyak digunakan oleh masyarakat. Contoh penggunaan plastik polikarbonat adalah pada kemasan atau botol air minum, botol susu, dan kemasan makanan (Messey, 2003). Plastik polikarbonat yang berbahan dasar bisfenol A selain mempunyai keunggulan ternyata juga mempunyai efek negatif bagi kesehatan manusia. Bisfenol A yang ada dalam plastik bisa berpindah ke makanan atau minuman sehingga akhirnya bisfenol A tersebut secara tidak sengaja kita konsumsi. Menurut penelitian pada tahun 2002 oleh Moryama dkk, disebutkan bahwa senyawa bisfenol A dapat mengganggu fungsi tiroid yang ada dalam tubuh. Selain itu juga bisa menyebabkan terganggunya fungsi estrogen pada tubuh karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
senyawa bisfenol A mempunyai struktur yang mirip dengan estrogen dalam tubuh (Felis, Ledakowicz, dan Miller, 2011). Bisfenol A yang dikonsumsi oleh ibu hamil bisa berpengaruh terhadap janin yang dikandung olehnya. Penelitian yang dilakukan oleh Schönfelder, Wittfoht, Hopp, Talsness, Paul, Chahoud pada tahun 2002 menunjukkan bahwa dari 37 subjek uji ibu hamil ras kukasoid terdapat senyawa bisfenol A baik di dalam plasma ibu, plasma janin, maupun plasenta. Hal itu menunjukka bahwa konsumsi air yang mengandung senyawa bisfenol A oleh ibu hamil bisa menyebabkan terpaparnya janin yang sedang dikandungnya. Faktor yang mempengaruhi migrasi senyawa bisfenol A dari kemasan plastik ke makanan atau minuman salah satunya karena terpapar sinar matahari. Sinar matahari mempunyai cukup energi yang mampu menguraikan senyawasenyawa kimia dalam plastik termasuk senyawa bispenol a (Felis, Ledakowicz, dan Miller, 2011). Apabila kemasan plastik terpapar sinar matahari yang terus menerus bisa menyebabkan berpindahnya bisfenol A dari kemasan plastik ke makanan atau minuman sehingga bisa masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dan minuman tersebut. Menurut European Food Safety Authority (EFSA) tahun 2006, batas toleransi paparan dari bisfenol A adalah sebesar 50 µg/kg berat badan setiap harinya. Menurut Bureau of Chemical Safety Food Directorate Health Products and Food Branch, Kanada, tahun 2009, batas aman konsumsi bisfenol A setiap hari adalah sebesar 25µg/kg berat badan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar bisfenol A dalam air yang bermigrasi dari botol dengan tujuan untuk mengetahui apakah botol yang terkena pemanasan matahari dalam jangka waktu tertentu dapat melepaskan senyawa bisfenol A ke dalam air yang mengisi botol tersebut dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase terbalik dengan preparasi sampel menggunakan ekstraksi fase padat. Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan instrumen yang digunakan untuk menganalisis senyawa yang ada dalam suatu sampel baik berupa senyawa tunggal maupun senyawa campuran. Instrumen KCKT bisa digunakan alat untuk menganalisis senyawa-senyawa dalam sampel karena mempunyai keunggulan seperti bisa memisahkan senyawa campuran, mempunyai sensitifitas yang cukup baik, waktu analisis yang relatif cepat dan bisa dipasangkan dengan berbagai macam kolom maupun detektor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar bisfenol A dalam air yang bermigrasi dari botol polikarbonat dengan pengaruh paparan sinar matahari.
1. Perumusan Masalah Berdasarkan latar berlakang yang ada, dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Apakah solid phase extraction C18 mampu memekatkan konsentrasi bisfenol A dalam sampel air? b. Apakah paparan sinar matahari dapat mempengaruhi kadar bisfenol A dalam air yang bermigrasi dari botol polikarbonat dan apakah ada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
perbedaan kadar jika dibandingkan dengan yang tidak mengalami paparan sinar matahari? c. Berapakah kadar bisfenol A dalam air yang bermigrasi dari botol polikarbonat yang diberi paparan sinar matahari dan tanpa mengalami pemaparan sinar matahari?
2. Keaslian penelitian Metode Kromatografi Cair Kerja Tinggi (KCKT) fase terbalik telah banyak dilakukan untuk menetapkan kadar bisfenol A botol plastik polikarbonat yang bermigrasi ke air. Penelitian mengenai penetapan kadar bisfenol A dalam air dengan metode KCKT telah dilakukan. Pada penelitian terdahulu, yang dilakukan oleh Maragou, Makri Lampi, Thormaidis, Koupparis (2007), bisfenol A yang ditetapkan kadarnya bermigrasi karena pengaruh penggunaan berkali-kali dan perbedaan pH cariran yang menempati botol polikarbonat. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Sun, Wada, Al-Dirbashi, Kuroda, Nakazawa, Nakashima (2000) yang menetapkan kadar bisfenol A dari air dengan pengaruh penempatan air panas pada botol polikarbonat kemudian dilanjutkan dengan pemanasan dalam oven. Namun, sejauh peneliti ketahui, belum ada penelitian penetapan kadar bisfenol A dalam air yang bermigrasi dari botol polikarbonat dengan pengaruh paparan sinar matahari daerah tropis yang dilakukan di Indonesia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
3. Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: a. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat mengatahui kadar bisfenol A dalam air yang bermigrasi dari botol polikarbonat dengan pengaruh paparan sinar matahari dibandingkan dengan kadar bisfenol A yang bermigrasi ke air tanpa pengaruh paparan sinar matahari. b. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan prosedur penggunaan SPE untuk memekatkan sampel air dan metode KCKT dalam penetapan kadar bisfenol A dalam air yang bermigrasi dari botol polikarbonat dengan pengaruh paparan sinar matahari dan tanpa pengaruh paparan sinar matahari.
B. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalah yang ada, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengatahui apakah solid phase extraction C18 mampu memekatkan konsentrasi bisfenol A dalam sampel air. 2. Mengetahui pengaruh paparan sinar matahari terhadap kadar bisfenol A dalam air yang bermigrasi dari botol polikarbonat dibandingkan dengan kadar bisfenol A yang bermigrasi dari botol plastik ke air tanpa pemaparan sinar matahari. 3. Menentukan kadar bisfenol A dalam air yang bermigrasi dari botol polikarbonat dengan pengaruh paparan sinar matahari dan kadar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
bisfenol A yang bermigrasi dari botol ke air tanpa pemaparan sinar matahari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Plastik Polikarbonat Plastik merupakan bahan sintesis organik, yang berbentuk padatan. Salah satu proses pembuatan plastik adalah dengan cara polimerisasi. Proses polimerisasi dimulai dengan mereaksikan monomer-monomer pembentuk plastik, diikuti dengan hilangnya ikatan rangkap atau ikatan ganda tiga menjadi molekul polimer. Peristiwa ini berlangsung sedemikian lama, selama pada ujungnya terdapat gugus yang mampu bereaksi. Produk polimerisasi misalnya polietilen, polipropilen, polivinil klorida (Voigt, 1995). Polikarbonat (PC) merupakan polimer termoplastik yang biasanya digunakan untuk keperluan mekanik. Polikarbonat mempunyai karakteristik mempunyai sifat yang keras dan bening. Pembuatannya dilakukan dengan proses polikondensasi dari antara bisfenol A dan phosgene dalam metilen klorit atau air. Polikarbonat yang banyak terdapat di pasaran mempunyai berat molekul antara 20.000 sampai dengan 50.000 (La Mantia, 2002). Polikarbonat merupakan salah satu jenis plastik yang banyak digunakan oleh masyarakat. Plastik polikarbonat dibuat dengan proses pabrik dan diketahui mempunyai karakteristik kuat, bening, dan tahan panas. Sifat lain yang dimiliki yaitu mempunyai temperatur transisi gelas sebasar 149O C dan temperatur distorsi panas sebasar 140O C. Plastik jenis ini sangat ideal digunakan sebagai bahan
8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
untuk membuat peralatan rumah tangga seperti toples atau botol susu bayi (Barnetson, 1996). Tabel 1. Sifat-sifat plastik polikarbonat
Koefisien ekspansi panas (40O C) (/K) Kerapatan (g/cm3) Konstanta dielektrikum (1 kHz) Temperatur transisi gelas (OC) Titik leleh (OC) (isokratik) Indeks refraktif
1,2 x 10 -4 1.200 3,02 144 207 1,568 (La Mantia, 2002).
Polikarbonat adalah termoplastik yang dibuat dengan proses phosgenasi atau transesterifikasi alkohol aromatik dihidrat seperti bisfenol A. Mempunyai sifat kuat terhadap tekanan, tidak menyerap udara dari luar, cukup tahan terhadap panas. Proses pencetakan dilakukan dengan injeksi, pengecoran dengan tiupan, dan pencetakan dengan panas. Biasa digunakan untuk bahan telepon, gigi tiruan, peralatan makan, dan kotak penyimpan makanan / minuman. Bisa disebut dengan polikarbonat, PC, atau polikarbonat resin (Messey, 2004). Menurut Chan dan Balke (1997), mekanisme hidrolisis pada plastik polikarbonat terjadi pada suhu tinggi, yaitu pada suhu antara 340-380OC. Mekanisme ini menghasilkan CO2 dan bisfenol A.
Gambar 1. Mekanisme hidrolisis dari polikarbonat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Penggunaan plastik polikarbonat tidak terbatas hanya pada dalam ruangan, tetapi juga tidak jarang digunakan untuk keperluan luar ruangan. Sinar matahari, kelembaban, dan oksigen dapat menyebabkan terdegradasinya polikarbonat. Mekanisme photodegradation polikarbonat terbagi menjadi 2 berdasarkan panjang gelombang yang diserap oleh polikarbonat. Mekanisme pertama photodegradation adalah melalui proses photo-Fries rearrangement. Mekanisme ini muncul apabila gelombang cahaya yang diserap kurang dari 300 nm. Mekanisme yang kedua adalah melalui proses photo-oxidation. Mekanisme photo-oxidation terjadi apabila panjang gelombang yang diserap lebih dari 340 nm. Sinar matahari memancarkan gelombang cahaya lebih dari 300 nm, tetapi bisa juga memancarkan gelombang cahaya kurang dari 295 nm. Oleh sebab itu, baik mekanisme photo-Fries rearrangement dan photo-oxidation mungkin terjadi pada saat penggunaan plastik polikarbonat pada luar ruangan (Diepens, 2007).
Gambar 2. mekanisme photo-Fries rearrangement pada polikarbonat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
Gambar 3. Mekanisme photo-oxidation pada polikarbonat
B. Bisfenol A Bisfenol
A
(BPA)
dihidroksidifenil)propana,
4,4’-
atau
dengan
nama
isopropilidendifenol,
lain atau
2,2-(4,4’2,2’-bis(4-
hidrokfenil)propana dengan rumus kimia (CH3)2C(C6H4OH)2 (del Olmo, Gonzalez-Casado, Navas, Vilchez, 1997) telah banyak digunakan sebagai pembuat plastik polikarbonat dan resin epoksi (Szymański, Rykowska, Wasiak, 2006). Struktur dari bisfenol A sebagai berikut: CH3 HO
OH CH3
(Nerin, Philo, Salafranca, Castle, 2002). Gambar 4. Struktur bisfenol A.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
Bisphenol (dua fenol dan aseton), merupakan bahan utama dari pembuatan polikarbonat yang diproduksi dengan cara mengkombinasikan aseton dengan fenol. Polikarbonat termasuk dalam golongan poliester amorf karena mengandung ester dari asam karboksilat dan bisfenol aromatik (Lokensgard, 2010). OH O 2
H3C
C
CH3 CH3
HO
OH
H2O
CH3 fenol
aseton
bisfenol a
air
(Lokensgard, 2010). Menurut Vandenberg, Hauser, Marcus, Olea, Welshons (2007) banyak produk yang digunakan masyarakat mengandung bisfenol A yang kemungkinan besar bisa masuk dalam tubuh. Sumber bisfenol A yang utama diperoleh dari peralatan – peralatan plastik seperti botol bayi, botol plastik, dan berbagai makanan awetan yang disimpan dalam kaleng yang terbuat dari bahan resin epoksi. Bisfenol A yang berasal dari botol polikarbonat mempunyai efek yang berbahaya bagi manusia. Bisfenol A mempunyai struktur yang mirip dengan estrogen, dimana kemiripan dengan estrogen memungkinkan bisfenol A dapat berikatan dengan reseptor ekstrogen dan meningkatkan aktivitas estrogen dalam tubuh. Bisfenol A juga termasuk dalam endocrine discrupting chemical (EDC), yang berperan sebagai agen eksogen yang dapat mengganggu produksi, pelepasan, transportasi, metabolisme, aksi, dan eliminasi dari hormone-hormon alami dalam tubuh (US-FDA, 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Menurut penelitian Moriyama dkk (2002) bisfenol A dapat menghambat fungsi tiroid, menghambat transkripsi reseptor hormon toroid (TRs) dengan cara betindak menjadi senyawa antagonisnya. Bisfenol A bekerja dengan cara menekan aktivitas transkripsi yang distimulasi oleh hormon tiroid (T3). AlHisayat, Darmani, Elbetieha (2002) mengatakan bahwa pemberian bisphenol a yang pada mencit jantan dewasa galur Swiss dengan dosis 25 dan 100 µg/kg/hari menyebabkan menurunnya jumlah produksi sperma harian yang berkorelasi dengan penurunan fertilitas pada mencit jantan tersebut. Dosis 5 µg/kg/hari pada mencit jantan juga menyebabkan peningkatan berat testis. Beberapa lembaga kesehatan di dunia menentukan batas konsumsi harian bisfenol A yang masih diperbolehkan atau tolerable daily intake (TDI), Kanada sebesar 0,025 mg/KgBB.hari (Health Canada, 2008), di Eropa 0,01 mg/KgBB.hari (SCF, 2012), 0,05 mg/KgBB.hari (EFSA, 2013), Jepang 0,05 mg/KgBB.hari (AIST, 2007).
C. Radiasi Sinar Matahari Sinar ultra violet (UV) merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik anara sinar X dan cahaya tampak, yaitu mempunyai panjang gelombang antara 40 sampai 400 nm (30 – 3 eV). Spektrum UV dibagi menjadi UV vacum (40-190 nm), UV jauh (190-220 nm), UV C (220-290 nm), UV B (290-320 nm), dan UV A (320-400 nm). Matahari adalah sumber radiasi UV utama di bumi ini (Zeman, 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
Gambar 5. Jenis – jenis spektrum elektromagnetik (US Drug and Food Admininstration, 2012).
Sinar matahari merupakan sumber utama sinar ultraviolet bagi bumi. Sinar UV yang dipancarkan matahari dibagi menjadi 3, yaitu UV A, UV B dan UV C. Sebagian besar sinar UV B dan UV C dapat diabsorbsi oleh lapisan ozon bumi, tetapi residu dari sinar UV B masih bisa mencapai tanah. Residu sinar UV B tersebut bisa diabsorbsi oleh protein dan DNA yang bisa berakibat fatal, seperti terjadinya kanker (Gruijl, 1999). Peneliti menggolongkan sinar UV menjadi tiga jenis, yaitu : 1. UV A: panjang gelombang 320 – 400 nm. Tidak diabsorbsi oleh lapiran ozon. 2. UV B: panjang gelombang 290 – 320 nm. Sebagian besar diabsorbsi oleh lapisan ozon, tetapi hanya beberapa yang mencapai permukaan bumi. 3. UV C: panjang gelombang 100 – 290 nm. Seluruhnya diabsorbsi oleh lapisan ozon dan atmosfer (US Enviromental Protection Agency, 2010). Menurut WHO (2002), sinar ultraviolet (UV) adalah spektrum elektromagnetik yang dipancarkan oleh matahari, dimana mempunyai 3 jenis frekuensi yaitu sinar UVA, UVB, dan UVC. Paparan sinar matahari dengan jumlah yang cukup sangat penting untuk memproduksi vitamin D pada tubuh manusia, tetapi apabila sinar matahari yang terpapar mempunyai jumlah yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
berlebih bisa menyebabkan penyakit akut dan kronis pada kulit, mata, dan sistem imun. Efek kronis yang paling banyak terjadi dalam masyarakat adalah kanker kulit dan katarak. Degradasi plastik yang disebabkan oleh sinar UV pada sinar matahari biasanya disebabkan karena plastik digunakan untuk keperluan luar ruangan. Spektrum UV yang sangat berpengaruh dalam degradasi plastik berkisar antara 290 sampai 400 nm. Radiasi oleh sinar UV pada plastik dapat menyebabkan permukaan plastik menjadi buram, karena lapisan film yang ada mengalami kerusakan ikatan antar partikel penyusunnya. Selain itu radiasi sinar UV juga menyebabkan perubahan warna, hilangnya komponen penyusun fisik dan rusaknya ikatan antar penyusunnya (Sanders, 2003). Andrady, Hamid, Hu, Torikai (1998) meneliti tentang degradasi polimer menggunakan sinar UV menunjukkan bahwa material berbahan polikarbonat mengalami degradasi pada gelombang UV yang berkisar antara 310-340 nm yang ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi kekuningan. Secara tidak langsung penelitian itu menunjukkan bahwa radiasi sinar matahari bisa menyebabkan degradasi polimer polikarbonat yang banyak digunakan dalam masyarakat. Gelombang UV antara 310-340 nm adalah gelombang UVA dan UVB yang merupakan bagian dari sinar UV yang dipancarkan oleh sinar matahari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
D. Solid Phase Extraction (SPE) Solid phase extraction atau ekstraksi fase padat adalah salah satu tahap preparasi sampel sebelum dilakukan analisis. Preparasi yang dilakukan meliputi isolasi senyawa yang diinginkan, pembersihan senyawa dari pengotor – pengotor (Dean dan Dean, 2009). Solid phase extraction (SPE) merupakan salah satu cara yang paling banyak digunakan untuk preparasi sampel. Analit yang tertahan dalam fase diam, kemudian dielusi menggunakan sejumlah kecil pelarut organik yang sesuai. Kelebihan SPE dibanding dengan ekstraksi cair-cair yaitu hanya membutuhkan pelarut dalam jumlah yang kecil, kontaminan lebih sedikit, dan recovery yang dihasilkan lebih baik. Solid phase extraction cocok digunakan untuk memekatkan suatu analit yang jumlahnya kecil sebelum dianalisis menggunakan HPLC (Cornelis, Crews, Caruso, Heumann, 2003). Pemisahan pada solid phase extraction (SPE) didasarkan pada interaksi antara fase cair (yang berisi matrik sampel atau pelarut dengan analit) dengan fase padat (sorben). Perbedaan kepolaran antara pelarut dengan senyawa yang diinginkan menyebabkan senyawa yang diinginkan tertahan pada fase padar (sorben) pada SPE. Untuk menarik kembali senyawa yang diinginkan dari sorben, maka dilakukan pengelusian ulang SPE dengan pelarut yang sesuai (Żwir-Ferenc, Biziuk, 2006). Solid phase extraction (SPE) atau ekstraksi fase padat merupakan cara ekstraksi yang biasa digunakan sebelum dilakukan analisis lanjutan menggunakan instrumen lain seperti gas chromatography (GC) atau high performance liquid
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
chromatography (HPLC). Prinsip dasar dari penggunaan SPE adalah analit yang terkandung dalam larutan dengan volum yang relatif besar dapat tertahan dalam fase diam yang ada dalam kolom SPE. Analit yang tertahan dalam fase diam kolom tersebut kemudian diambil kembali menggunakan pelarut yang sesuai untuk didapatkan konsentrasi yang lebih pekat dari sebelumnya (Cornelis, Crews, Caruso, Heumann, 2003). SPE yang paling banyak ditemui dipasaran adalah SPE tipe cartridge. SPE jenis ini merupakan SPE untuk sekali pakai. Bahan pembuat badan SPE ini berasal dari bahan polipropilen yang memenuhi standar kesehatan. Pada bagian frit yang berfungsi untuk menahan fase diam diproduksi menggunakan bahan polipropilen atau stainless steel yang mempunyai porositas antara 10-20 µm. SPE cartridge yang ada dipasaran mempunyai berbagai macam ukuran volum (reservoir) untuk menampung larutan sampel. Rentang reservoir yang ada antara 0,5 mL sampai dengan 60 mL. SPE yang mempunyai reservoir lebar biasanya digunakan untuk sampel yang kotor yang bisa menyebabkan tumpahnya larutan sampel. SPE dengan reservoir kecil digunakan untuk larutan yang relatif bersih (Snyder, Kirkland, Dolan, 2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
Gambar 6. Solid phase extraction tipe cartridge
Kelebihan solid phase extraction dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair adalah: Bisa mengekstraksi senyawa lebih banyak Pemisahan yang terjadi lebih efektif Pelarut yang digunakan lebih sedikit Penarikan kembali senyawa yang diinginkan lebih mudah Kelebihan yang dimiliki oleh SPE dibandingkan dengan ekstraksi caircair memungkinkan recovery yang dihasilkan menjadi lebih baik. Menggunakan SPE dapat dimungkinkan untuk dapat menghilangkan seluruh pengotor yang ada dalam analit. Namun, ada beberapa kekurangan SPE dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair, diantaranya yaitu : Analit yang terperangkap dalam fase diam bersifat irreversible Metode yang dilakukan lebih kompleks (Snyder, Kirkland, Dolan, 2009).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Kromatografi adalah metode pemisahan dimana komponen yang dipisahkan terdistribusi dalam dua fase yaitu fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase) yang bergerak ke satu arah (Gandjar dan Rohman, 2007). Keunggulan metode KCKT yaitu waktu analisis yang dilakukan relatif lebih singkat, kolom KCKT bisa dipakai untuk analisis berkali – kali, resolusi hasil pemisahan lebih baik dibanding dengan metode lain (KLT dan spektrofotometer), dan bisa digunakan untuk analisis senyawa yang mudah menguap dan termolabil (Synder & Kirkland, 1979). KCKT fase terbalik hampir memiliki seluruh kesamaan pada KCKT pada umumnya. Namun, kolom yang digunakan dimodifikasi menjadi non polar melalui pelekatan rantai-rantai hidrokarbon panjang pada permukaannya secara sederhana. Kolom yang digunakan biasanya berupan kolom atom karbon 8 atau 18. Contoh pelarut polar yang biasa digunakan dalam KCKT fase terbalik adalah alkohol atau metanol (Gritter, 1991). Salah satu metode pemisahan dari kromatografi cair kinerja tingi adalah kromatografi fase terbalik. Kromatografi fase terbalik mempunyai ciri-ciri antara lain fase diam yang bersifat non polar, fase diam yang banyak digunakan antara lain C8 dan C18. Fase gerak yang digunakan relatif polar. Senyawa yang besifar polar akan terelusi terlebih dahulu dibanding dengan senyawa yang bersifat kurang polar (Meyer, 2004).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
Gambar 7. diagram rangkaian alat pada sistem KCKT
Wadah yang digunakan sebagai tempat fase gerak haruslah bersifat bersih dan inert. Bisa digunakan wadah pelarut kosong atau labu laboratorium. Fase gerak yang digunakan haruslah bebas dari gas yang nantinya akan mengganggu analisis yang akan dilakukan. Untuk menghilangkan gas dilakukan proses degassing. Pelarut-pelarut yang akan digunakan sebagai fase gerak dianjurkan menggunakan pelarut yang mempunyai kemurnian tinggi, datau sebisa mungkin menggunakan pelarut yang sesuai untuk instrumen KCKT (KCKT grade) (Gandjar dan Rohman, 2007). Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruha dapat berperan dapam daya elusi dan resolusi (Gandjar dan Rohman, 2007). Fase gerak yang akan digunakan harus bebas dari partikel asing yang dapat mengganggu proses analisis dan menyumbat kolom. Bila fase gerak yang digunakan sudah KCKT grade, maka penyaringan tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
perlu dilakukan lagi. Bila dibutuhkan proses penyaringan maka digunakan membrane filter yang mempunyai diameter 0,5 µm. (Snyder, Kirkland, Dolan, 2009). Dasar pemilihan fase gerak yang paling utama adalah bisa untuk memisahkan senyawa yang akan dianalisis dengan cepat dan efisien. Selain itu pertimbangan lain dalam pemilihan fase gerak adalah : a.
Viskositas, pelarut yang memunyai viskositas rendah membuat proses elusi menjadi lebih cepat serta tekanan yang digunakan lebih rendah.
b.
UV transparency, bila menggunakan detektor UV, fase gerak yang digunakan tidak boleh mempunya serapan pada panjang gelombang UV.
c.
Kemurnian, perlarut harus semurni mungkin agar tidak mengganggu dalam proses analisis dan tidak merusakkan bagian dari instrumen KCKT seperti kolom.
d.
Inert, pelarut tidak boleh bereaksi dengan sampel. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi degradasi atau adanya perubahan dari senyawa analit (Meyer, 2004). Detektor yang digunakan pada KCKT haruslah bisa mendeteksi semua
senyawa yang diinjeksikan ke dalam sistem KCKT. Detektor yang ideal pada KCKT mempunyai beberapa persyaratan umum antara lain: a.
Cukup sensitif untuk mendeteksi senyawa yang akan dianalisis
b.
Tidak terpengaruh adanya perubahan temperatur atau komposisi fase diam, contohnya seperti pada elusi menggunakan sistem gradient.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
22
Bisa untuk mendeteksi senyawa-senyawa yang jumlahnya kecil (trace analysis)
d.
Mudah didapatkan, awet, dan harganya relatif murah (Meyer, 2004). Detektor ultraviolet (UV) merupakan detektor yang paling banyak
digunakan pada sistem KCKT karena dirasa cukup sensitif, bisa untuk menganalisis banyak senyawa, relatif tidak terpengaruh oleh adanya perubahan temperatur dan bisa digunakan untuk elusi menggunakan sistem gradient. Lampu yang digunakan sebagai detektor UV ada 2 macam, yaitu lampu deuterium dan lampu tungsten-halogen. Lampu deuterium mempunyai spektrum antara 340600nm, sedangkan lampu tungsten-halogen mempunyai spektrum antara 340800nm (Meyer, 2004). Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut, yaitu harus inert terhadap fase gerak. Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Jenis pompa yang digunakan dalam KCKT ada 2 jenis yaitu, pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran fase gerak yang konstan (paling banyak digunakan). Bahan-bahan yang sering digunakan untuk pompa adalah gelas, baha tahan karat, teflon, dan batu nilam (Gandjar dan Rohman, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
F. LANDASAN TEORI Wadah merupakan suatu substansi padat yang biasa digunakan masyarakat untuk menyimpan sesuatu. Kemudahan dalam penggunaan menjadi salah satu pertimbangan banyak digunakannya wadah oleh masyarakat. Salah satu wadah yang sering dipakai adalah wadah yang terbuat dari plastik, karena wadah plastik mempunyai bentuk dan ukuran yang bermacam-macam sesuai dengan tujuan penggunaanya, sifatnya yang kuat, serta mudah didapatkan di pasaran. Sering kali wadah plastik terpapar oleh sinar matahari yang intensitasnya relatif banyak di Indonesia. Sinar matahari merupakan sumber dari sinar UV yang mempunyai energi besar sehingga dapat menguraikan wadah plastik menjadi bentuk monomer penyusunnya kembali. Salah satu monomer penyusun plastik adalah bisfenol A. Bisfenol A mempunyai dampak buruk bagi kesehatan manusia karena bisa mengganggu sistem endokrin dan meningkatkan aktivitas estrogen dalam tubuh. Solid phase extraction (SPE) merupakan suatu metode preparasi yang biasa digunakan sebelum analisis dilakukan. Preparasi yang biasa dilakukan menggunakan SPE meliputi clean up sampel dari pengotor-pengotor yang mengganggu dan pemekatan konsentrasi sehingga dihasilkan konsentrasi yang lebih tinggi untuk menjamin terdeteksinya senyawa yang akan kita teliti. Prinsip dari SPE adalah pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan kepolaran antara analit dengan fase diam dan eluennya. Dalam penelitian ini, dilakukan penetapan kadar bisfenol A yang bermigrasi ke air dengan metode KCKT fase terbalik, dimana sampel yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
digunakan sebelumnya sudah di ekstraksi menggunakan ekstraksi fase padat. Prinsip dari KCKT adalah pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan kepolaran dengan kolom fase diam.
G. Hipotesis 1. SPE C18 dapat digunakan untuk memekatkan konsentrasi bisfenol A dalam sampel air 2. Semakin lama paparan sinar matahari maka kadar bisfenol A dalam air yang bermigrasi dari botol akan meningkat. 3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sampel yang diberi perlakuan paparan sinar matahari dengan sampel yang tanpa diberi perlakuan paparan sinar matahari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Bagan penelitian ini adalah sebagai berikut:
air dalam botol polikarbonat
dipekatkan menggunakan solid phase extraction
diinjeksikan dalam KCKT
analisis hasil yang didapatkan
25
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian dengan rancangan penelitian eksperimental deskriptif karena diberikan perlakuan pada subjek uji.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel Utama a. Variabel bebas. Lama waktu pemanasan sinar matahari pada botol plastik yang berisi air b. Variabel tergantung 1) Kadar bisfenol A dalam air yang bermigrasi dari botol 2. Variabel pengacau a. Varibel pengacau terkendali 1) Botol polikarbonat atau PC yang tercetak pada label di luar botol 2) Pelarut yang digunakan. b. Variabel pengacau tak terkendali 1) Intensitas sinar matahari 2) Kualitas botol plastik yang digunakan.
26
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
C. Definisi Operasional 1. Bisfenol A yang ditetapkan kadarnya dalam penelitian ini adalah bisfenol A yang terkandung dalam air. 2. Solid phase extraction (SPE) atau ekstrasi fase padat adalah metode yang digunakan untuk membersihkan sampel dari pengotor–pengotor yang terkandung dalam air sampel yang bisa mengganggu dalam proses penetapan kadar bisfenol A dalam sampel atau bisa juga digunakan untuk memekatkan sampel yang mempunyai kadar kecil sehingga bisa terbaca oleh alat analisis. 3. Alat yang digunakan untuk menetapkan kadar bisfenol A dalam sampel adalah Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik yang terdiri dari seperangkat alat KCKT dengan fase diam kolom C18 dan fase gerak campuran asetonitril dan aquabides dengan campuran 70:30. 4. Kadar bisfenol a dalam air sampel ditetapkan dalam satuan µg/mL
D. Bahan Penelitian Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kualitas pro analysis kecuali dinyatakan lain, yaitu baku bisfenol A 97% (E. Merck), metanol (E. Merck), acetonitril (E. Merck) dan aquabides. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air dari dalam botol minum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
E. Alat Penelitian Seperangkat alat KCKT fase terbalik merek Shimadzu LC-2010C (pompa
merek
Shimadzu,
detektor
UV-Vis
merek
Shimadzu),
kolom
oktadesilsilan (C18) merek KNAUER C18 No. 25EE181KSJ (B115Y620) dengan dimensi 250 x 4,6 mm, packing KROMASIL 100-5 C18, seperangkat computer merek Dell B6RDZ1S Connexant Sistem RD01-D850 A03-0382 JP France S.A.S., printer HP Deskjet D2566 HP-024-000 625 730, SPE merek Agilent mega BE-C18, 1GM 6 mL, ultrasonikator merek Retsch tipe T460 No. V935922013 EY, syringe, neraca analitik Ohaus Carat Series PAJ 1003 (max 60/120 g, min 0,001 g, d = 0,01/0,1 mg/s), penyaring milipore, mikropipet Socorex, organik and anorganik solven membran filter Whatman polypropylene backed ukuran pori 0,5 µm dan diameter 47 mm, membran filter Whatman ukuran pori 0,45 µm dan diameter 47 mm, pompa vakum, seperangkat alat gelas (Pyrex)
F. Tata Cara Penelitian 1. Preparasi sampel a. Pemilihan botol sampel. Dipilih sejumlah botol air dari suatu supermarket dengan merek yang sama dan mempunyai label polikarbonat atau PC. b. Pengelompokan sampel. Botol sampel dibagi menjadi 2 kolompok, kelompok yang diberi perlakuan pemanasan dengan sinar matahari dan perlakuan tanpa pemanasan sinar matahari (gelap) yang digunakan sebagai kontrol.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
Dari masing – masing kelompok tersebut, dibagi lagi menjadi 5 kelompok berdasarkan lama pemanasan atau penyimpanan tanpa pemanasan. Pengambilan sampel air dilakukan setelah pemanasan dan penyimpanan pada hari ke 0; 7; 14; 21 28 dengan asumsi lama pemanasan 1 hari adalah selama 7 jam, sehingga apabila sinar matahari tidak mencukupi 7 jam dalam satu hari, maka sisa waktunya akan dihitung pada hari berikutnya. Dilakukan replikasi sebanyak 2 kali dengan perlakuan yang sama.
2. Pemekatan Sampel Air dengan Solid Phase Extraction (SPE) Pemekatan sampel menggunakan alat SPE dengan fase diam C18 a.
Optimasi dan Validasi penggunaan solid phase extraction :
1) Optimasi eluen SPE Digunakan beberapa fase gerak baik campuran maupun larutan tunggal Baku 0,15 ppm yang telah dilarutkan dalam akuabides sejumlah 100 mL dielusikan kedalam SPE kemudian dielusi menggunakan eluen metanol : air 50:50, metanol : air 75:25, dan metanol 100% Baku yang sudah terekstraksi diinjeksikan dalam sistem KCKT dan dipilih eluen yang paling baik untuk menarik bisfenol a dari kolom SPE
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
2) Validasi proses solid phase extraction : Baku 100 ppm sebanyak 0,15; 0,12; 0,09; 0,06; 0,03 mL ditambahkan air sampel hingga volumnya menjadi 100 mL Sampel diekstraksi pada sistem SPE dan dielusikan menggunakan metanol dengan jumlah sesuai dengan hasil optimasi dan diadd sampai volum 10 mL Baku dan sampel yang sudah terekstraksi diinjeksikan dalam sistem KCKT Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali dan dihitung perolehan kembalinya. b.
Pemekatan sampel menggunakan SPE 1) Pengkondisian SPE. Sebelum digunakan, SPE dikondisikan dengan cara mengelusikan 5 mL metanol dan 5 mL deionized water. 2) Pemekatan sampel menggunakan SPE. Sebanyak 100 mL air sampel dielusikan melewati SPE yang telah dikondisikan sebelumnya. Setelah semua sampel dielusikan melewati sistem SPE, elusikan metanol dengan jumlah sesuai dengan yang didapatkan dalam proses optimasi. Saring dengan milipore lalu degassing.
3. Pembuatan fase gerak Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran asetonitril : air dengan perbandingan yang optimal sebanyak 500,0 mL. Campuran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
tersebut digojog dan disaring menggunakan kertas Whatman organik dan di degassing selama 15 menit.
4. Injeksi sampel ke dalam KCKT Sebanyak 20 µL sampel hasil pemekatan dan telah disaring dengan milipore serta diawaudarakan selama 15 menit diinjeksikan ke sistem KCKT fase terbalik dengan detektor yang telah diatur pada panjang gelombang, flow rate, dan fase gerak yang didapat dari optimasi metode. Hasil yang didapatkan berupa luas area kromatogram dari sampel. Kadar bisfenol A dalam sampel dihitung menggunakan persamaan kurva baku y = bx + a yang didapatkan saat optimasi dan validasi metode.
G. Analisis Hasil 1. Analisis kualitatif Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu retensi (tR) yang didapatkan dalam sampel dengan waktu retensi (tR) senyawa baku. 2. Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah penetapan kadar bisfenol A dalam sampel air berdasarkan analisis data AUC sampel dan kurva baku bisfenol A. Data disajikan dalam bentuk rata – rata ± SD bisfenol A dalam sampel air dengan satuan µg/mL, kemudian dibandingkan dengan batas maksimal kadar bisfenol A yang boleh dikonsumsi oleh manusia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh paparan sinar matahari terhadap kadar bisfenol A yang terkandung dalam air dan dibandingkan dengan kontrol yang tidak diberi perlakuan paparan sinar matahari. Air yang diteliti dalam penelitian ini merupakan air yang ditempatkan di botol polikarbonat (PC) dimana botol polikarbonat mengandung senyawa bisfenol A yang digunakan sebagai bahan baku pembentuk polimernya (Messey, 2004). Bisfenol A diketahui menyebabkan dampak negatif bagi manusia seperti menurunnya jumlah produksi sperma harian yang berkorelasi dengan penurunan fertilitas pada penelitian yang dilakukan pada mencit jantan (Al-Hisayat, Darmani, Elbetieha, 2002). Dampak negatif yang ditimbulkan oleh bisfenol A membuat beberapa lembaga kesehatan dunia menetapkan batas konsumsi harian bisfenol A atau tolerable daily intake (TDI), seperti Kanada sebesar 0,025 mg/KgBB.hari (Health Canada, 2008), di Eropa 0,01 mg/KgBB.hari (SCF, 2012), 0,05 mg/KgBB.hari (EFSA, 2006). Adanya batas konsumsi harian bisfenol A mendorong peneliti untuk mengetahui apakah ada pengaruh sinar matahari, dimana sinar matahari di Indonesia mempunyai intensitas yang cukup tinggi, bisa menyebabkan berpindah atau bermigrasinya senyawa bisfenol A dari botol polikarbonat ke dalam air melebihi batas ketentuan dari lembaga-lembaga kesehatan dunia. Tidak sedikit masyarakat masih menggunakan botol polikarbonat sebagai wadah penyimpanan air. Terlebih masyarakat yang sering beraktivitas luar ruangan, yang dapat
32
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
meningkatkan frekuensi terpaparnya sinar matahari terhadap botol polikarbonat yang mereka gunakan. Instrumen kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dipilih peneliti karena KCKT merupakan instrumen yang cukup sensitif untuk menetapkan suatu kadar analit dan bisa memisahkan senyawa bisfenol A dengan pengotor-pengotor yang ada dalam air sampel. Selain itu KCKT juga lebih sensitif dari instrumen lain yang ada di laboratorium Universitas Sanata Dharma seperti kromatografi lapis tipis (KLT) densitometri. Bisfenol A ditetapkan dengan instrumen KCKT menggunakan detektor ultraviolet (UV) karena senyawa bisfenol A mempunyai gugus kromofor dan auksokrom yang bisa memberikan serapan pada panjang gelombang ultraviolet. Gugus kromofor bertanggungjawab terhadap serapan gelombang ultraviolet, sedangkan gugus auksokrom bertanggungjawab terhadap pergeseran panjang gelombang dan intensitas panjang gelombang. Pada gambar 1 ditunjukkan gugus kromofor dan auksokrom pada senyawa bisfenol A.
Gambar 8. Gugus kromofor dan auksokrom pada bisfenol A.
Penelitian yang dilakukan ini termasuk dalam kategori impurity, yaitu menganalisis kemurnian suatu bahan, starting material, atau reagen, serta bisa juga meneliti produk degradasi (Ahuja dan Dong, 2005). Senyawa bisfenol A yang diteliti merupakan bahan awal yang digunakan sebagai pembentuk polimer plastik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
polikarbonat (starting material) yang nantinya bisa bermigrasi ke dalam air karena pengaruh paparan sinar matahari. Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Natasia (2013) mengenai optimasi dan validasi penetapan kadar bisfenol A pada sampel air maupun sampel botol polikarbonat (PC). Hasil optimasi yang dilakukan oleh Natasia (2013) diperoleh suatu sistem kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) menggunakan fase diam oktadesilsilan (C18), campuran fase gerak asetonitril : air (70:30), kecepatan alir 1,0 mL/menit, suhu oven 30O C, dan detektor UV dengan panjang gelombang 278 nm. Validasi sistem KCKT yang dilakukan oleh Natasia (2013) yang sudah memenuhi persyaratan validasi juga menjadi dasar dari penelitian ini.
A. Pengambilan dan Pembuatan Sampel Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah air yang ditempatkan di dalam botol polikarbonat dengan perlakuan pemberian paparan sinar matahari dan digunakan kontrol dengan perlakuan tanpa diberikan paparan sinar matahari. Botol yang digunakan sebagai wadah dari air sampel adalah botol jenis polikarbonat (PC) yang dapat diidentifikasi dari label yang terdapat pada kemasan luar botol, mempunyai ciri-ciri seperti berwarna jernih, bersifat relatif kuat (La Mantia, 2002). Botol diperoleh dari suatu pasar swalayan yang ada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Teknik pengambilan dari sampel botol dilakukan secara acak dengan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang representatif, tetapi juga harus memenuhi kriteria seperti berbentuk bagus, mulus, dan tidak bocor. Botol yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
diperoleh kemudian dicuci menggunakan akuabides untuk menghilangkan pengotor yang mungkin berasal dari sisa-sisa produksi maupun pengotor yang berasal dari proses distribusi sampai dengan proses penyimpanan.
B. Proses Pemberian Perlakuan Pada Sampel Botol yang didapat dan dibersihakan dengan pencucian diisi menggunakan akuabides sampai dengan volum 200 mL yang merupakan volum maksimal dari botol untuk dapat menampung air. Botol-botol yang terisi air kemudian dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok pelakuan merupakan botol yang diberi paparan sinar matahari dengan jangka waktu yang sudah ditentukan, yaitu 28 hari, 21 hari, 14 hari, 7 hari, dan 0 hari, dari masing-masing hari tersebut digunakan replikasi 2 kali. Untuk menjamin sinar matahari bisa terpapar merata pada botol, peneliti menggantungkan botol sampel pada suatu kawat sehingga memungkinkan sinar matahari bisa secara sempurna mengenai botol sampel. Durasi pemaparan sinar matahari untuk setiap harinya adalah selama 7 jam. Sedangkan kelompok kontrol merupakan botol yang tidak diberi paparan sinar matahari, disimpan pada tempat yang gelap yaitu ditempatkan di dalam lemari penyimpanan dengan terlebih dahulu diselubungi pada plastik hitam. Jangka waktu penyimpanan pada kontrol sama seperti pada sampel perlakuan, yaitu selama 28 hari, 21 hari, 14 hari, 7 hari, dan 0 hari, dengan masing-masing hari digunakan replikasi sebanyak 2 kali. Dasar dari pemilihan interval waktu perlakuan paparan maupun perlakuan penyimpanan adalah untuk menjamin terlihatnya kenaikan kadar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
bisfenol A dari tiap-tiap interval. Dikhawatirkan bila interval hari yang diberikan terlalu dekat maka kenaikan kadar bisfenol A tidak terlalu terlihat.
C. Pemekatan Sampel Air Proses pemekatan sampel air dilakukan menggunakan SPE dengan fase diam berupa C18 yang sudah dilakukan optimasi sebelumnya. Proses pemekatan sampel menggunakan SPE didasarkan pada polaritas dari senyawa yang akan dianalisis, dalam hal ini adalah bisfenol A, polaritas fase diam SPE, dan polaritas dari fase gerak (eluen). Tujuan dari proses pemekatan sampel adalah untuk menjamin terukurnya sampel yang akan diteliti. Menurut perkiraan peneliti, kadar sampel yang terdapat pada air cukup sedikit sehingga dikhawatirkan tidak akan terukur dengan instrumen KCKT jika tidak dilakukan pemekatan sebelumnya. Saat dilakukan orientasi pengukuran sampel tanpa proses pemekatan, kadar bisfenol A yang terdapat dalam air tidak dapat dikuantifikasi karena Area Under Curve (AUC) pada sampel sangat kecil (tercantum pada lampiran 10). Pemekatan yang dilakukan dengan cara melewatkan sejumlah tertentu air sampel dengan volum yang besar kemudian dielusi dengan sejumlah kecil pelarut yang sesuai sehingga didapatkan peningkatan konsentrasi yang diharapkan nantinya bisa diukur menggunakan instrumen KCKT. Tahap-tahap yang dilakukan dalam suatu proses SPE adalah sebagai berikut: a.
Pengkondisan
Kolom SPE atau yang biasa disebut cartridge dialiri dengan pelarut sampel sehingga bisa membasahi permukaan dari partikel-partikel fase diam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
37
Elusi air sampel
Sampel dengan volum tertentu dilewatkan ke sistem SPE. Analit yang mempunyai sifat yang sama dengan fase diam dapat tertahan dan analit atau pengotor yang tidak diinginkan akan keluar. c.
Pembilasan
Tujuan dari pembilasan adalah untuk menghilangkan pengotor yang ikut tertahan oleh fase diam. Biasanya digunakan pelarut yang mempunyai sifat kurang kuat agar analit yang diinginkan tidak ikut terbawa oleh pelarut pembilas ini d.
Elusi
Merupakan tahap untuk mengambil analit yang diinginkan. Pengambilan analit digunakan pelarut yang sesuai dan biasanya dengan jumlah sedikit dengan tujuan untuk mendapatkan konsentrasi yang lebih pekat dari sebelumnya. Fase diam yang digunakan pada sistem SPE adalah oktadesilsilan (C18) yang bersifat non polar. Dipilih fase diam C18 karena senyawa bisfenol A yang dianalisis pada penelitian ini bersifat non polar sehingga bisa tertahan pada sistem SPE. Kemudian bisfenol A yang tertahan pada fase diam SPE diambil kembali menggunakan pelarut yang sesuai dengan jumlah yang lebih kecil sehingga diharapkan peneliti akan mendapatkan sampel yang mempunyai konsentrasi yang lebih pekat dibandingkan tanpa melalui proses ekstraksi menggunakan SPE.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D.
38
Optimasi Eluen Solid Phase Extraction (SPE)
Langkah awal pada proses pemekatan sampel menggunakan SPE adalah dengan mengaktifkan fase diam C18 menggunakan metanol. Pengaktifan fase diam menggunakan metanol bertujuan untuk menghilangkan uap air yang mungkin terkandung dalam fase gerak SPE sehingga diharapkan proses pemekatan sampel menjadi optimal. Kemudian sistem SPE dialiri menggunakan akuabides dengan tujuan untuk menyesuaikan fase diam sebelum sampel dialirkan. Sampel yang digunakan merupakan sampel yang air sehingga pengkondisian menggunakan akuabides yang mempunyai hampir sifat sama. Sebelum dilakukan proses penetapan kadar bisfenol A yang terkandung dalam sampel air menggunakan ekstraksi dengan SPE, terlebih dahulu peneliti menentukan eluen yang tepat sehingga bisa menarik senyawa bisfenol A yang tertahan di fase diam SPE. Tujuan dari penentuan eluen yang tepat adalah untuk menjamin bahwa seluruh senyawa bisfenol A yang tertahan pada fase diam SPE dapat terambil seluruhnya dan dapat diukur kadarnya dengan tepat. Setelah dilakukan pengaktifan dan pengkondisian fase diam SPE, 0,15 mL baku 100 ppm yang dilarutkan dalam akuabides sampai volum 100 mL dilewatkan dalam kolom SPE. Peneliti menggunakan eluen metanol : air 50:50 sebanyak 10 mL untuk mengambil senyawa bisfenol A yang tertahan dalam fase diam.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
Gambar 9. Kromatogram baku bisfenol A 1,5 ppm dalam air yang dielusi menggunakan metanol : air 50:50
Dari hasil pengukuran, elusi menggunakan metanol air 50:50 dapatkan hasil yang buruk, dimana hanya sedikit baku yang dapat dapat terambil oleh fase gerak. Seletelah dilakukan proses perhitungan, eluen metanol : air 50:50 hanya mampu memberikan perolehan kembali sebesar 0,8476%. Sampel yang terelusi menggunakan eluen metanol : air 1:1 sangat tidak memenuhi kriteria digunakan sebagai eluen untuk fase gerak. Hasil eluen yang kurang sempurna disebabkan karena perbandingan eluan yang digunakan masih banyak mengandung air, dimana bisfenol A sukar larut dalam air sehingga senyawa bisfenol A tidak bisa terlepas dari fase diam C18.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
Peneliti kemudian mengubah perbandingan eluen metanol : air menjadi 75 : 25. Setelah fase diam SPE diaktifkan menggunakan metanol dan dikondisikan menggunakan akuabides, 0,15 mL baku 100 ppm yang dilarutkan dalam akuabides sampai volum 100 mL dilewatkan dalam kolom SPE. Senyawa yang tertahan di fase gerak SPE diambil menggunakan perbandingan fase gerak metanol : air 75:25 sebanyak 10 mL.
Gambar 10. Kromatogram baku bisfenol A 1,5 ppm dalam air yang dielusi menggunakan metanol : air 75:25
Dari hasil pengukuran, elusi menggunakan fase gerak metanol : air 75:25 menunjukkan peningkatan kadar yang dihasilkan dibandingkan dengan fase gerak yang digunakan sebelumnya. Namun, dari hasil perhitungan didapatkan perolehan kembali dari baku hanya sebesar 46,1030%. Perolehan kembali baku tersebut masih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
sangat jauh dari ketentuan seharunya yaitu untuk kadar ≤ 10 ppm mempunyai toleransi perolehan kembali sebesar 80%-110% (Gonzales dan Herrador, 2007). Peneliti mencoba menggunakan metanol 100% sebagai eluen untuk mengambil senyawa bisfenol A yang tertahan di fase diam SPE. Setelah fase diam SPE diaktifkan menggunakan metanol dan dikondisikan menggunakan akuabides, 0,15 mL baku 100 ppm yang dilarutkan dalam akuabides sampai volum 100 mL dilewatkan dalam kolom SPE. Senyawa yang tertahan di fase gerak SPE diambil menggunakan perbandingan fase gerak metanol 100% sebanyak 10 mL.
Gambar 11. Kromatogram baku bisfenol A 1,5 ppm dalam air yang dielusi menggunakan metanol 100%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
Dari hasil pengukuran, elusi menggunakan fase gerak metanol 100% menunjukkan peningkatan kadar yang dihasilkan dibandingkan dua fase gerak yang digunakan sebelumnya. Hasil perhitungan menunjukkan hasil perolehan kembali sebesar 92,9167%. Perolehan kembali tersebut sudah memenuhi kriteria untuk kadar ≤ 10 ppm yaitu antara 80%-110% menurut Gonzales dan Herrador (2007). Dengan demikian maka digunakan metanol 100% sebagai eluen untuk mengambil bisfenol A yang tertahan pada fase diam SPE.
E. 1.
Validasi Prosedur Analisis
Efisiensi Proses Pemekatan Sampel
Efisiensi proses pemekatan sampel menggunakan SPE digunakan untuk mengetahui seberapa efisien proses pemekatan yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu juga untuk mengetahui apakah pemekatan yang dilakukan oleh peneliti dapat menghilangkan atau mengurangi senyawa bisfenol A yang terkandung dalam sampel. Untuk menghitung nilai akurasi dari penelitian ini dilakukan prosedur penambahan baku (standard addition method). Metode penambahan baku dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah tertentu baku ke dalam sejumlah tertentu sampel kemudian dilakukan proses pemekatan menggunakan SPE. Sampel yang sudah diadisi dan dilakukan proses pemekatan dibandingkan dengan sampel yang diadisi tanpa melalui proses pemekatan. Dari hasil didapatkan rata-rata % recovery dari sampel yang diadisi baku dan melalui proses pemekatan sebesar 95,5770% atau dengan adanya proses pemekatan menggunakan SPE terjadi kehilangan sebesar 9,9164%. Sedangkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
pada sampel yang diadisi baku tepat sebelum diinjeksikan ke sistem KCKT tanpa melalui proses pemekatan dengan SPE mempunyai rata-rata % recovery sebesar 105,4734%. Tabel II. Rata-rata % recovery
Adisi
Replikasi
tanpa proses pemekatan
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
dengan proses pemekatan
% Recovery (%)
Replikasi I
106,7463 105,8653 103,8084 95.9218
Replikasi II
94.9372
Replikasi III
95.8721
Rata-rata % recovery (%)
% CV (%)
105,4734
1.5077
95.5770
0.5547
Tabel III. Efisiensi Proses Estraksi
Efisiensi kehilangan akibat pemekatan tanpa proses pemekatan
2.
recovery
Kehilangan
efisiensi
(%)
(%)
(%)
95.5570
9.9164
105.4734
90.0836
Akurasi
Validasi merupakan parameter yang mempunyai syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi untuk menunjukkan bahwa hasil analisis yang dilakukan telah memenuhi syarat untuk penggunaannya (Gandjar dan Rohman, 2007). Parameter validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketepatan (akurasi) dan LOQ (limit of quantitation). Akurasi adalah ketepatan antara antara kadar yang terukur dengan kadar yang sebenarnya, sedangkan presisi merupakan kedekatan antara satu nilai dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
nilai yang sebenarnya (Gandjar dan Rohman, 2007). Akurasi dinyatakan dengan % recovery, dan presisi dinyatakan dengan % CV. Untuk menghitung nilai akurasi dan presisi dari penelitian ini dilakukan prosedur penambahan baku (standard addition method). Metode penambahan baku dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah tertentu baku ke dalam sejumlah tertentu sampel. Penetapan % recovery dan % CV dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah ada pengaruh dari proses pemekatan yang dilakukan oleh peneliti. Pengaruh yang mungkin timbul dari proses pemekatan adalah hilangnya senyawa bisfenol A yang menyebabkan kadar bisfenol A yang terdapat pada sampel tidak terukur sepenuhnya. Nilai AUC yang diperoleh dari sampel yang sudah ditambahkan baku kemudian dilakukan perhitungan dengan mensubtitusikannya ke dalam kurva baku. Hasil pengukuran recovery dan CV ditunjukkan pada tabel IV. Tabel IV. Akurasi dan presisi sampel air
Addisi (µg/mL) 0 0,3 0,6 0,9 1,2 1,5
Recovery (%)
CV (%)
94,0219 84,5746 94,2773 89,1184 95,5770
7,1677 4,1523 2,8515 2,3694 3,2460 0,7156
Dari tiga replikasi sampel yang diadisi dengan baku bertingkat diperoleh % recovery antara 80,2012 sampai dengan 96,9087. Recovery yang peneliti dapatkan masih memenuhi kriteria menurut Gonzales dan Herrador (2007), yaitu toleransi % recovery untuk kadar ≤ 10 ppm adalah sebesar 80-110. Presisi yang didapatkan juga baik karena memenuhi kriteria kurang dari 11,3%.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
45
Linearitas dan Limit of Quantification (LOQ)
Linearitas merupakan kemampuan prosedur analisis untuk memperoleh hasil percobaan yang berbanding lurus dengan konsentrasi analit di dalam sampel (ICH, 2005). Linearitas suatu prosedur analisis dilihat dari nilai koefisien korelasi (r) yang menyatakan korelasi antara jumlah analit dengan AUC yang dihasilkan dari pengukuran. Untuk mengukur linearitas antara konstentrasi dan AUC digunakan program powerfit. Nilai r yang diperoleh dari proses pemekatan tersaji pada tabel V. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai r yang diperoleh masih memenuhi kriteria, yaitu r ≥ 0,98 (Ahuja dan Dong, 2005). Tabel V. Nilai linearitas kurva adisi
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata
Linearitas (r) 0.9991 0.9971 0.9965 0,9976
Selain itu peneliti juga signifikansi slope antara kurva baku dengan kurva adisi menggunakan uji t. Tujuan dari analisis perbedaan signifikansi adalah untuk mengetahui apakah proses pemekatan yang peneliti lakukan berpengaruh pada linearitas dari kurva adisi yang nantinya juga akan berpengaruh pada kadar bisfenol A yang terkandung dalam sampel. Dari hasi pengujian didapatkan hasil tidak ada perbedaan yang signifikan antara kurva adisi dan kurva baku. Hal tersebut menandakan bahwa proses pengayaan yang meliputi proses pemekatan tidak mempengaruhi kadar sampel yang diteliti.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
Tabel VI. uji t antara kurva adisi dengan kurva baku
Uji t Replikasi I Replikasi II Replikasi III
t 0,0176 0,0375 0,0279
t < 2,201 tidak berbeda signifikan tidak berbeda signifikan tidak berbeda signifikan
Limit of Quantification (LOQ) merupakan konsentrasi terkecil dari suatu senyawa yang diteliti, dimana dengan konsentrasi tersebut senyawa yang diteliti masih dapat diukur dengan presisi tepat (Ahuja dan Dong, 2005). Dalam tabel VII disajikan nilai LOQ dari sampel air yang mengandung bisfenol A. Tabel VII. Nilai Limit of Quantitation (LOQ)
kurva adisi replikasi I replikasi II replikasi III
LOQ (µg/mL) 0,0065 0,0115 0,0124
LOQ rata-rata (µg/mL) 0,0101
Nilai LOQ yang dihasilkan dari penelitian ini lebih kecil dari maksimal paparan / konsumsi bisfenol A tiap harinya untuk manusia dewasa 60 kg dengan konsumsi air per harinya sebanyak 2 liter, yaitu sebesar 0,3 µg/mL menurut SCF tahun 2012. Hal ni berarti penetapan kadar bisfenol A yang terkandung dalam air menggunakan instrumen KCKT setelah melalui proses pemekatan menggunakan KCKT bisa digunakan karena mempunyai LOQ yang lebih kecil dari batas maksimal paparan / konsumsi bisfenol A setiap harinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
F.
47
Penetapan Kadar Bisfenol A dalam Sampel air
1. Analisis Kualitatif Bisfenol A pada Sampel Air Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu retensi bisfenol A baku dengan waktu retensi bisfenol A yang terdapat dalam sampel. Waktu retensi (tR) dapat digunakan untuk analisis kualitatif karena masing-masing senyawa memiliki waktu retensi yang spesifik pada kondisi tertentu. Kromatogramkromatogram dibawah menunjukkan tR baku bisfenol A dan sampel air yang mengandung bisfenol A dan sampel yang diadisi menggunakan baku, dimana waktu retensi baku dan sampel mempunyai kemiripan sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam air sampel terkandung senyawa bisfenol A.
Adisi 1,5 µg/mL Adisi 1,2 µg/mL Adisi 0,9 µg/mL Adisi 0,6 µg/mL Adisi 0,3 µg/mL Sampel
Gambar 12. kromatogram waktu retensi antara sampel dengan sampel air adisi baku Tabel VIII. Waktu retensi (tR) pada sampel dan kurva adisi
Sampel Adisi 0,3 Adisi 0,6 Adisi 0,9 Adisi 1,2 Adisi 1,5
tR (menit) 3,463 3,460 3,473 3,466 3,461 3,471
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
2. Analisis Kuantitatif Bisfenol A pada Sampel Air Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung kadar bisfenol A yang bermigrasi dari botol ke air. Perhitungan kadar bisfenol A dalam air dilakukan berdasarkan persamaan kurva baku yang diperoleh oleh Natasia (2013) dalam proses validasi yaitu y = 18140,1915x -1437,3606. Dari proses perhitungan didapatkan kadar bisfenol A yang bermigrasi dari dari botol polikarbonat ke air yang disajikan dalam tabel IX sampai dengan tabel XII. Tabel IX. Kadar bisfenol A dalam air dengan perlakuan paparan sinar matahari replikasi I
hari ke0 7 14 21 28
kadar bisfenol A (µg/mL) ttd 0,0148 0,0259 0,0355 0,0768 *ttd = tidak terdeteksi
Tabel X. Kadar bisfenol A dalam air dengan perlakuan paparan sinar matahari replikasi II
hari ke0 7 14 21 28
kadar bisfenol A (µg/mL) ttd 0,0126 0,0176 0,0337 0,0626 *ttd = tidak terdeteksi
Tabel XI. Kadar bisfenol A dalam air dengan tanpa perlakuan paparan sinar matahari (kontrol) replikasi I
hari ke0 7 14 21 28
kadar bisfenol A (µg/mL) ttd ttd ttd ttd 0,0121 *ttd = tidak terdeteksi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Tabel XII. Kadar bisfenol A dalam air dengan tanpa perlakuan paparan sinar matahari (kontrol) replikasi II
hari ke0 7 14 21 28
kadar bisfenol A (µg/mL) ttd ttd ttd ttd 0,0118 *ttd = tidak terdeteksi
Kurva Kenaikan Kadar BPA dalam Air Perlakuan dan Tanpa Perlakuan Paparan Radiasi Sinar Matahari pada Hari ke 0, 7, 14, 21, dan 28 Replikasi I 0.0009 0.0008 0.0007
kadar (µg/L)
0.0006 0.0005
perlakuan
0.0004
kontrol
0.0003 0.0002 0.0001 0 -0.0001 0
7
14
21
28
Gambar 13. Kurva kenaikan kadar bisfenol A pada sampel perlakuan dan kontrol replikasi I
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
Kurva Kenaikan Kadar BPA dalam Air Perlakuan dan Tanpa Perlakuan Paparan Radiasi Sinar Matahari pada Hari ke 0, 7, 14, 21, dan 28 Replikasi II 0.0007 0.0006
kadar (µg/L)
0.0005 0.0004 perlakuan
0.0003
kontrol
0.0002 0.0001 0 -0.0001
0
7
14
21
28
Gambar 14. Kurva kenaikan kadar bisfenol A pada sampel perlakuan dan kontrol replikasi II
Peneliti melakukan uji perbedaan signifikansi slope b antara kadar sampel yang diberi perlakuan paparan sinar matahari dan kontrol. Dari uji t yang dilakukan didapatkan hasil yang signifikan dari perlakuan maupun kontrol baik pada replikasi I maupun pada replikasi II, dengan taraf kepercayaan 95% (p=0,05). Uji statistik tersebut menjelaskan bahwa ada perbedaan kadar antara sampel yang diberi perlakuan paparan sinar matahari dan kontrol yang tidak diberi perlakuan paparan sinar matahari. Laju peningkatan kadar bisfenol A dalam air dapat ditentukan berdasarkan suatu orde reaksi, apakah mengikuti orde 0, 1, atau orde 2. Bila menganut orde 0, maka laju peningkatan kadar bisfenol A akan stabil sampai terjadinya kesetimbangan konsentrasi pada botol dan air. Bila menganut orde ke 1 atau kedua, laju peningkatan kadar bisfenol A mempunyai dua profil. Pada waktu tertentu di awal terjadinya reaksi, peningkatan bisfenol A akan cepat. Namun pada suatu titik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
dimana reaktan yang ada sudah semakin berkurang, maka laju reaksi akan melambat. Orde reaksi peningkatan bisfenol A ditentukan dengan cara membuat kurva regresi antara konsentrasi dengan kadar bisfenol A yang terkandung dalam air. Orde reaksi dipilih berdasarkan linearitas yang paling baik antara kurva orde reaksi 0, 1, dan 2.
Tabel XIII. Linearitas peningkatan kadar bisfenol A dalam sampel air replikasi I berdasarkan orde
Perlakuan Kontrol
Orde 0 0,9500 0,7071
Orde 1 0,9873 0,7071
Orde 2 0,9767 0,7071
Tabel XIII. Linearitas peningkatan kadar bisfenol A dalam sampel air replikasi II berdasarkan orde
Perlakuan Kontrol
Orde 0 0,9599 0,7071
Orde 1 0,9935 0,7071
Orde 2 0,9924 0,7071
Perhitungan yang telah dilakukan baik pada replikasi I maupun pada replikasi II didapatkan hasil kurva regresi pada orde 1 mempunyai linearitas yang paling baik dibandingkan orde 0 maupun orde 2. Oleh sebab itu dipilih orde 1 sebagai orde laju reaksi peningkatan bisfenol A dalam air. Dengan diketahuinya laju reaksi peningkatan bisfenol A dalam air, maka bisa dilakukan perhitungan peningkatan bisfenol A dalam air setiap harinya baik pada perlakuan maupun pada kontrol. Laju peningkatan bisfenol A setiap harinya pada air menurut orde 1 dituliskan pada tabel XIV dan XV. Namun pada sampel kontrol tidak bisa dilakukan perhitungan seberapa besar kenaikan bisfenol A setiap harinya karena hanya hari ke 28 saja yang terdeteksi kadarnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Tabel XIV. Laju peningkatan bisfenol A setiap hari menurut orde 1 replikasi I
perlakuan kontrol
Laju peningkatan bisfenol A (µg/mL.hari) 0,0588 -
Tabel XV. Laju peningkatan bisfenol A setiap hari menurut orde 1 replikasi II
perlakuan kontrol
Laju peningkatan bisfenol A (µg/mL.hari) 0,0573 -
G. Laju Migrasi Bisfenol A dari Botol ke Air Bisfenol A sejatinya merupakan senyawa yang terkandung dalam botol polikarbonat. Namun dengan adanya pengaruh dari luar seperti temperatur atau adanya radiasi sinar matahari, dapat dimungkinkan adanya perpindahan atau migrasi yang terjadi senyawa bisfenol A dari botol ke dalam air. Dari penelitian yang dilakukan oleh Kristiyanto (2013) tentang laju penurunan kadar bisfenol A dalam botol dengan pengaruh paparan sinar matahari dapat dilihat bahwa semakin lama paparan sinar matahari yang didapatkan, semakin berkurang kadar bisfenol A dalam botol. Berkurangnya kadar bisfenol A dalam botol disebabkan karena adanya migrasi senyawa bisfenol A dalam air maupun ke dalam lingkungan. Hal tersebut ditunjukkan dengan bertambahnya kadar bisfenol A dalam air semakin bertambahnya lama waktu paparan sinar matahari. Migrasi senyawa bisfenol A dari botol ke dalam air akan terus terjadi sampai terjadinya kesetimbangan antara kadar bisfenol A dalam botol dan kadar bisfenol A dalam air. Terjadinnya suatu kesetimbangan yang berkaitan dengan distribusi atau partisi dari bisfenol A dari botol ke dalam air disebut laju degradasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kurva Hubungan Kadar BPA dalam Air dan dalam Botol Sampel Perlakuan Replikasi I
kadar dalam botol (mg)
9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 y = -402.57x + 7430.7 R = 0.9136
2000 1000 0 0
2
4
6
8
10
12
14
16
kadar dalam air (µg)
Kurva Hubungan Kadar BPA dalam Air dan dalam Botol Sampel Perlakuan Replikasi II
kadar dalam botol (mg)
9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000
y = -433.12x + 7338.3 R = 0.9192
2000 1000 0 0
2
4
6
8
10
12
14
16
kadar dalam air (µg)
Gambar 15. Kurva hubungan kadar BPA dalam botol dan air pada sampel perlakuan replikasi I dan replikasi II
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Kurva Hubungan Kadar BPA dalam Air dan dalam Botol Sampel Kontrol Replikasi I kadar dalam botol (mg)
9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000
y = -909.63x + 6897.9 R = 0.6529
2000 1000 0 0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
kadar dalam air (µg)
Kurva Hubungan Kadar BPA dalam Air dan dalam Botol Sampel Kontrol Replikasi II kadar dalam botol (mg)
9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000
y = -1038.5x + 7173.5 R = 0.7457
2000 1000 0 0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
kadar dalam air (µg)
Gambar 16. Kurva hubungan kadar BPA dalam botol dan air pada sampel kontrol replikasi I dan replikasi II
Dari kurva hubungan kadar bisfenol A dalam air dan dalam botol bisa didapatkan suatu konstanta peluruhan. Konstanta peluruhan ditunjukkan sebabagi slope dalam kurva tersebut. Untuk sampel perlakuan didapatkan konstanta peluruhan masing-masing untuk replikasi I dan replikasi II sebesar 402,57 dan 433,12. Sedangkan untuk sampel kontrol konstanta peluruhan untuk replikasi I dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
II adalah 909,63 dan 1038,50. Konstanta peluruhan untuk sampel kontrol mempunyai nilai yang lebih tinggi karena pada sampel kontrol jumlah bisfenol A dalam botol lebih banyak daripada jumlah bisfenol A dalam botol pada sampel perlakuan. Atau bisa dikatakan bahwa pada sampel perlakuan terjadi peluruhan yang lebih besar pada air.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Solid phase extraction (SPE) dengan kolom C18 bisa digunakan untuk meningkatkan konsentrasi bisfenol A yang terkandung dalam sampel air dengan efisiensi ekstraksi sebesar 90,0836%. 2. Kadar bisfenol A dalam air dengan perlakuan paparan sinar matahari pada hari ke 0, 7, 14, 21, 28 replikasi I berturut-turut adalah tidak terdeteksi, 0,0148 µg/mL, 0,0259 µg/mL, 0,0355 µg/mL, 0,0768 µg/mL dan replikasi II berturut-turut sebesar 0,0126 µg/mL, 0,0176 µg/mL, 0,0337 µg/mL, 0,0626 µg/mL. Sedangkan kadar bisfenol A dalam air tanpa perlakuan pada hari 0, 7, 14, 21 baik pada replikasi I dan replikasi II tidak terdeteksi, dan pada hari 28 replikasi I dan replikasi II berturut-turut 0,0121 µg/mL dan 0,0118 µg/mL. 3. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan didapatkan perbedaan yang signifikan dengan kepercayaan 95% antara sampel yang diberi perlakuan penyinaran matahari dan kontrol.
B. Saran 1. Perlu dilakukan dilakukan pemberitahuan terhadap masyarakat baik secara langsung maupun melalui lembaga pemerintah akan dampak negatif sinar
56
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
matahari yang dapat meningkatkan terjadinya migrasi bisfenol A ke dalam air yang berasal dari botol polikarbonat. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan interval waktu yang lebih lama sehingga bisa diketahui seberapa lama waktu yang diperlukan sampai air yang mengandung bisfenol A melebihi ketentuan kadar minimum.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Ahuja, S., and Dong, M.W., 2005, Handbook of Pharmaceuticals Analysis by HPLC Volume 6, 1st Edition, Elsevier Academic Press, Oxford, UK, p. 203. Al-Hisayat, A. S., Darmani, H., Elbetieha, A. M., (2002), Effects Of Bisphenol A on Adult Male Mouse Fertility, European Journal of Oral Sciences; 110: 163– 167 Andrady, A. L., Hamid, S. H., Hu, X., Torikai A., Effects of Increased Solar Ultraviolet Radiation on Materials, Journal of Photochemistry and Photobiology B: Biology 46 (1998) 96-103 Barnetson, A., 1996, Plastic Materials for Packaging, Rapra Technology Limited, Inggris, p. 18 Chan, J. H., dan Balke, S.J., 1997, Poly. Degrad. and Stab, pp. 57, 113. Cornelis, R., Crews, H., Caruso, J., Heumann, K., 2003, Handbook of Elemental Speciation: Techniques and Methodology, John Wiley & Sons Ltd, USA, pp. 81, 99. Dean, J. R., Dean, J. A., 2009, Extraction Techniques in Analytical Science, John Wiley & Sons, Ltd, United Kingdom, p. 49. del Olmo, M., Gonzalez-Casado A., Navas, N.A., Vilchez, J.L., 1997, Determination of Bisphenol A (BPA) in Water by Gas ChromatographyMass Spectrometry, Analytica Chimica Acta 346 87-92. Diepens, M., 2009, Photodegradation and Stability of Bisphenol A Polycarbonate in Weathering Conditions, Library Eindhoven University of Technology EFSA,
2013, Bisphenol A, http://www.efsa.europa.eu/en/topics/topic/bisphenol.htm, diakses tanggal 8 April 2013.
European Chemicals Bureau, 2008, Updated Risk Assesment of 4-4’isopropylidenediphenol (Bisphenol-A), http://ecb.jrc.ec.europa.eu/, diakses tanggal 19 Maret 2013. Felis, E., Ledakowicz, S., Miller, J. S., Degradation of Bisphenol A Using UV and UV/H2O2 Processes, Water Environ Res.,83(12):2154-8. Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Jilid 2, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp. 378-379.
58
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Gritter, R. J.,1991, Pengantar Kromatografi diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, edisi II, ITB, Bandung, p.206. Gruijl, F. R., 1999, Skin Cancer and Solar UV Radiation, European Journal of Cancer, Vol. 35, No. 14. ICH, 2005, Validation of Analytical Procedures: Text and Methodology, ICH Harmonised Tripartite Guideline La Mantia, F., 2002, Handbook of Plastics Recycling, Rapra Technology Ltd, Inggris, pp. 15-16 Lokensgard, E., 2010, Industrial Plastic: Theory and Application, 5th Edition, Delmar Cengage Learning, Canada, pp. 454-455 Maragou, N., Makri, A., Lampi, E., Thornaidis, N., Koupparis, M., 2007, Migration of Bisphenol A from Polycarbonate Baby Bottles under Real Use Conditions, Journal Additives and Contaminants, TFAC-2007112.R1 Massey, L. K., Permeability Properties of Plastics and Elastomers: a Guide to Packaging and Barrier Materials, 2nd Edition, William Andrew Publishing, USA Messey, L. K., 2004, Film Properties of Plastics and Elastomers : a Guide to non-Wovens in Packaging Applications, 2nd Edition, Brent Beckley/William Andrew, p. 204 Meyer, Veronika, 2004, Practical High-Performance Liquid Chromatography, 4th ed., John Wiley & Sons Ltd, Great Britain, pp. 7, 56-58,82, 87-90 Meyers, V., 2004, Practical High-Performanced Liquid Chromatography, 4th Edition, Wiley and Sons Inc., USA, pp. 58-76, 117. Minister of Health Canada, 2009, Survey of Bisphenol A in Bottled Water Products, Bureau of Chemical Safety Food Directorate Health Products and Food Branch Canada. Moriyama, K., Tagami, T., Akamizu, T., Usui, T., Aijo, M., Kanamoto, N., et al, 2002, Thyroid Hormone Action is Disrupted by Bisphenol A as an Antagonist, The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 87(11):5185–5190. Nerin, C., Philo, M. R., Salafranca, J., Castle L., 2002, Determination of Bisphenol-Type Contaminants From Food Packaging Materials in Aqueous Foods By Solid-Phase Microextraction–Highperformance Liquid Chromatography, Journal of Chromatography A, 963 375–380.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Sanders, B., 2003, Characterization and Failure Analysis of Plastics, ASM Inernational, Materials Park, Ohio, p. 153 SCF, 2012, European Commission’s Scientific Committee on Food Confirms that Products Made with Bisphenol A are Safe, http://www.bisphenola.org/whatsNew/pdfs/CEFIC_SCF.pdf, diakses tanggal 26 Maret 2013. Snijder, C. A., Heederik, D., Pierik, F. H., Hofman, A., Jaddoe, V. W., Koch, H. M., dkk, Fetal Growth and Prenatal Exposure to Bisphenol A: The Generation R Study, Environ Health Perspect 121:393–398 (2013) Snyder, I.R., dkk, 1997, Practical HPLC Method Development, 2nd ed. John Willey & Sons Inc., New York, pp. 92-94, 207 Snyder, L. R., Kirkland, J. J., Dolan, J.W., 2010, Introduction to Modern Liquid Chromatography, 3rd Edition, John Wiley & Sons, USA, pp. 771-773 Sun, Y., Wada, M., Al-Dirbashi, O., Kuroda, N., Nakazawa, H., Nakashima K., (2000), High-Performance Liquid Chromatography with Peroxyoxalate Chemiluminescence Detection of Bisphenol A Migrated from Polycarbonate Baby Bottles Using 4-(4,5-diphenyl-1H-imidazol-2-yl) Benzoyl Chloride as a Label, Journal of Chromatography B, 749 (2000) 49–56 Szymański, A., Rykowska, I., Wasiak, W., 2006, Determination of Bisphenol A in Water and Milk by Micellar Liquid Chromatography, Acta Chromatographica, No. 17. U.S. Food and Drug Admininstration, 2012, Ultraviolet (UV) Radiation, http://www.fda.gov/RadiationEmittingProducts/RadiationEmittingProduc tsandProcedures/Tanning/ucm116425.htm, diakses tanggal 10 Mei 2012. US
Enviromental Protection Agency, 2010, UV Radiation, http://www.epa.gov/sunwise/doc/uvradiation.html, diakses tanggal 19 Januari 2013
US FDA, 2008, Draft Assessment of Bisphenol A for Use in Food Contact Applications. United States food and Drug Administration, http://www.fda.gov/ohrms/dockets/AC/08/briefing/20080038b1_01_02_FDA %20BPA%20Draft%20Assessment.pdf, diakses tanggal 2 Mei 2012. Vandenberg, L. N., Hauser, R., Marcus, M., Olea, N., Welshons, W, V., 2007, Human Exposure to Bisphenol A (BPA), Reproductive Toxicology 24 139–177.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Dr.rer.nat. Soendani Noerono Soewandhi, Apt., Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, pp. 688,689. World Health Organization, 2002, Global Solar UV Index, World Health Organization Publications, p. 2. Yamamoto T., dan Yasuhara A., 1998, Quantities of Bispenol A Leached from Plastic Waste Samples, Chemosphere, Vol. 38, No. 11, pp. 2569-2576, 1999 Yuyun dan Gunarsa, D., 2011, Cerdas Mengemas Produk Makanan dan Minuman, Agro Media Pustaka, Jakarta, p. 14 Zeman, G., 2011, Ultraviolet Radiation, http://hps.org/hpspublications/articles/uv. html, diakses tanggal 10 Mei 2012. Żwir-Ferenc, A., Biziuk, M., 2006, Solid Phase Extraction Technique – Trends, Opportunities and Applications, Polish J. of Environ. Stud. Vol. 15, No. 5, 677-690.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
62
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1. Label standar bisfenol A (E. Merck)
Label sisi kiri
Label sisi kanan
Label sisi depan
Label sisi belakang
63
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
Lampiran 2. Data Penimbangan Data penimbangan efisiensi ekstraksi 1. Penimbangan baku adisi Hasil penimbangan Berat kertas + zat 0,2580 g Berat kertas + sisa 0,2070 g Berat zat 0,0510 g
Lampiran 3. Optimasi eluen SPE fase gerak metanol : air (50:50) metanol : air (75:25) metanol 100%
AUC
kadar (µg/mL)
kadar seharusnya (µg/mL)
recovery (%)
1668
0.0269
1.5
1.791242
13982
0.65851
1.5
43.90067
28535
1.436843
1.5
95.78951
Lampiran 4. Efisiensi ekstraksi Adisi dengan proses ekstraksi tanpa proses ekstraksi
Adisi
tanpa proses ekstraksi dengan proses ekstraksi
Replikasi Replikasi I Replikasi II Replikasi III Replikasi I Replikasi II Replikasi III
AUC Blanko 1937 1679 1772 1937 1679 1772
Replikasi
Kadar (µg/mL)
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Replikasi I Replikasi II Replikasi III
1.659 1.6408 1.6098 1.4938 1.4732 1.4882
AUC Sampel 25535 28162 28433 31493 31201 30640
Ratarata kadar (µg/mL) 1.6358
1.4851
% Recovery (%) 110,4569 109,3838 107,3221 99,0041 98,2152 99,2112
Ratarata % recovery (%)
% CV (%)
109,0542
0.0145
99,0041
0.0610
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Efisiensi kehilangan akibat ekstraksi Efisiensi ekstraksi
recovery (%) 95,5570 105,4734
Kehilangan (%) 9,9164
65
efisiensi (%) 90,0836
Lampiran 5. Data Perhitungan Validasi, Akurasi, Linearitas, serta Pengaruh Proses Pemekatan
a. Akurasi dan presisi Akurasi dinyatakan dengan % recovery yang dihitung menggunakan rumus: % recovery =
(Kadar terukur−Kadar blanko) Kadar sebenarnya
x 100 %
Presisi dinyatakan dengan % CV (koefisien variasi) yang dihitung menggunakan rumus : % CV =
𝑆𝐷 ẋ
x 100.
Sampel blanko tanpa adisi dan sampel dengan adisi bertingkat (penambahan 0,3; 0,6; 0,9; 1,2; dan 1,5 µg/mL dianalisis menggunakan KCKT kemudian AUC yang didapatkan disubtitusikan ke dalam kurva baku y = 18140,1915x -1437,3606.
Tabel perhitungan % recovery dan % CV dengan standar adisi (dengan rentang recovery 80110 % dan rentang % CV maksimum 11,3%).
Addisi (µg/mL) 0
0,3
0,6 0,9
AUC 1808 1761 1772 6988 7256 6795 11466 10910 11207 17418
kadar yg diperoleh (µg/mL) 0.0204 0.0178 0.0184 0.3060 0.3208 0.2953 0.5528 0.5222 0.5386 0.8810
Recovery (%)
92.9537 98.7993 90.3128 86.6551 82.2488 84.8199 93.3724
standar deviasi
CV (%)
0.0014
7.17
0.0128
4.15
0.0153
2.85
0.0210
2.37
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1,2
1,5
17202 17943 22374 21296 21190 28535 28162 28433
0.8690 0.9099 1.1542 1.0947 1.0889 1.4938 1.4732 1.4882
92.5423 96.9174 92.2628 87.8091 87.2832 95.9218 94.9372 95.8721
66
0.0361
3.25
0.0106
0.72
b. Linearitas Perhitungan linearitas dilakukan dengan cara melihar r dari regresi linear masing-masing sampel. Persamaan regresi linear didapat sebagai berikut : 1. Kurva adisi replikasi 1
kurva adisi replikasi I konsentrasi vs AUC 30000 25000
AUC
20000 15000 10000 5000 0 0.0
0.3
0.6
0.9
1.2
konsentrasi (µg/mL)
POLYNOMIAL is: F(x) = 17690.0000x + 1497.3333 Coefficients, Standard Deviations and 95.0% Confidence Limits are: Coefficient Std.Dev. Min.Limit Max.Limit a0 1.4973E+03 3.4763E+02 5.3227E+02 2.4624E+03 a1 1.7690E+04 3.8272E+02 1.6628E+04 1.8753E+04 Variance Y, S^2 = 2.307028333E+005 Correlation Coefficient: 0.99907
1.5
1.8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Kurva addisi replikasi 2 kurva adisi replikasi II konsentrasi vs AUC 30000 25000
AUC
20000 15000 10000 5000 0 0
0.3
0.6
0.9
1.2
1.5
1.8
1.5
1.8
konsentrasi (µg/mL)
POLYNOMIAL is: F(x) = 17182.57143 x + 1544.23810 Coefficients, Standard Deviations and 95.0% Confidence Limits are: Coefficient Std.Dev. Min.Limit Max.Limit a0 1.5442E+03 6.0008E+02 -1.2166E+02 3.2101E+03 a1 1.7183E+04 6.6066E+02 1.5349E+04 1.9017E+04 Variance Y, S^2 = 6.792731048E+005 Correlation Coefficient: 0.99706 3. Kurva addisi replikasi 3
kurva adisi replikasi III konsentrasi vs AUC 30000 25000
AUC
20000 15000 10000 5000 0 0
0.3
0.6
0.9
1.2
konsentrasi (µg/mL)
POLYNOMIAL is: F(x) = 17450.09524 x + 1469.09524 Coefficients, Standard Deviations and 95.0% Confidence Limits are:
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Coefficient Std.Dev. Min.Limit a0 1.4691E+03 6.6093E+02 -3.6574E+02 a1 1.7450E+04 7.2766E+02 1.5430E+04 Variance Y, S^2 = 8.339392048E+005 Correlation Coefficient: 0.99654
Max.Limit 3.3039E+03 1.9470E+04
Tabel linearitas sampel dengan standar adisi dilihat r dengan 3 kali replikasi Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata
Linearitas (r) 0.9991 0.9971 0.9965 0,9976
4. Pengaruh proses ekstraksi Untuk menghitung pengaruh prosedur ekstraksi, digunakan program powerfit Data powerfit kurva adisi replikasi I Coefficients, Standard Deviations and 95.0% Confidence Limits are: Coefficient Std.Dev. Min.Limit Max.Limit a0 1.4973E+03 3.4763E+02 5.3227E+02 2.4624E+03 a1 1.7690E+04 3.8272E+02 1.6628E+04 1.8753E+04 Variance Y, S^2 = 2.307028333E+005 Correlation Coefficient: 0.99907 Data powerfit kurva adisi replikasi II Coefficients, Standard Deviations and 95.0% Confidence Limits are: Coefficient Std.Dev. Min.Limit Max.Limit a0 1.5442E+03 6.0008E+02 -1.2166E+02 3.2101E+03 a1 1.7183E+04 6.6066E+02 1.5349E+04 1.9017E+04 Variance Y, S^2 = 6.792731048E+005 Correlation Coefficient: 0.99706 Data powerfit kurva adisi replikasi III POLYNOMIAL is: F(x) = 17450.09524 x + 1469.09524 Coefficients, Standard Deviations and 95.0% Confidence Limits are: Coefficient Std.Dev. Min.Limit Max.Limit a0 1.4691E+03 6.6093E+02 -3.6574E+02 3.3039E+03 a1 1.7450E+04 7.2766E+02 1.5430E+04 1.9470E+04 Variance Y, S^2 = 8.339392048E+005 Correlation Coefficient: 0.99654
68
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
Perhitungan Limit of Quantification (LOQ) Rumus: 𝐿𝑂𝑄 = 3,3 𝑥
𝑆𝑎 𝑏
10 𝑚𝐿
x 100 𝑚𝐿 347,63
10 𝑚𝐿
Replikasi 1 = = 3,3 𝑥 17690 x 100 𝑚𝐿 = 0,0006 µg/mL 600,08
10 𝑚𝐿
Replikasi 2 = = 3,3 𝑥 17182 x 100 𝑚𝐿 = 0,0115 µg/mL
Replikasi 3 = = 3,3 𝑥
660,93 17450
x
10 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
= 0,0124 µg/mL
Maka rata-rata LOQ =
(0,0006 +0.0115+0.0124 ) 3
= 0,0008 µg/mL
Perhitungan signifikansi slope b antara kurva baku dan kurva addisi menggunakan uji t Uji F : 𝑆12
Rumus: 𝑆22 Dimana: s1 adalah standar deviasi slope dari kurva adisi s2 adalah standar deviasi slope dari kuva baku
Hasil uji f kurva baku dengan kurva adisi Uji f Replikasi 1 Replikasi II Replikasi III
Standar deviasi kurva baku (s1) 610.4620
Standar deviasi kurva adisi (s2) 382.7240 660.6630 727.6570
f
f < 3.97
2.5442 0.8538 0.7038
tidak berbeda tidak berbeda tidak berbeda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
Perhitungan S2 (𝑛1 − 1)𝑠𝑠2 + (𝑛2 − 1)𝑠22 (𝑛1 − 𝑛2 − 2) dimana: s1 adalah standar deviasi kurva baku s2 adalah standar deviasi kurva adisi n1 adalah jumlah sampel dari kurva adisi n2 adalah jumlah sampel dari kurva baku S2 =
(7−1) 181402 +(6−1)17690.02 (7+6−2)
S = 46007.0084 Dimana degree of freedom (df) adalah n1 + n2 – 2 Dalam penelitian digunakan jumlah titik (konsentrasi) dalam kurva baku sebanyak 7 (n1) dan jumlah titik (konsentrasi) untuk kurva adisi sebanyak 6 (n2).
Uji t Rumus: t=
(𝑋1 −𝑋2 ) 1 1 + 𝑛1 𝑛2
𝑆√
dimana: x1 adalah slope b kurva baku x2 adalah slope b kurva sampel n1 adalah jumlah sampel dari kurva adisi n2 adalah jumlah sampel dari kurva baku
t=
(18140−17690.0) 1 1 7 6
46007.0084√ +
t = 0.0176 Hasil uji t sampel air Uji t Replikasi I Replikasi II Replikasi III
b standar (x1) 18140
b addisi (x2) 17690.0 17182.6 17450.1
t
t < 2.201
0.0176 0.0375 0.0270
tidak berbeda tidak berbeda tidak berbeda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6. Perhitungan Penetapan Kadar BPA dalam Sampel Air Data kadar bisfenol A replikasi I dengan perlakuan penyinaran dalam sampel air hari ke
AUC
konsentrasi (ppm)
kadar bisfenol A (µg/mL)
0 7 14 21 28
0 4129 6131 7549 15362
0 0.1484 0.2587 0.3550 0.7676
0 0.0148 0.0259 0.0355 0.0768
kurva peningkatan kadar bisfenol A dengan perlakuan penyinaran replikasi I 0.09
kadar (µg/mL)
0.08 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 0 0
7
14
21
28
hari
Data kadar bisfenol A replikasi II dengan perlakuan penyinaran dalam sampel air hari ke
AUC
konsentrasi (ppm)
kadar bisfenol A (µg/mL)
0 7 14 21 28
0 3721 4621 7878 12785
0 0.1259 0.1755 0.3369 0.6256
0 0.0126 0.0176 0.0337 0.0626
71
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kurva peningkatan kadar bisfenol A dengan perlakuan penyinaran replikasi II 0.07 0.06
kadar (µg/mL)
0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 0 0
7
14
21
28
hari
Data kadar bisfenol A pada kontrol replikasi I hari ke 0 7 14 21 28 * ttd = tidak terdeteksi
AUC
konsentrasi (ppm)
kadar bisfenol A (µg/mL)
0 1218 1775 2903 3640
0 0 0.0186 0.0808 0.1214
ttd ttd ttd ttd 0.0121
72
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kurva peningkatan kadar bisfenol A kontrol replikasi I 0.014
kadar (µg/mL)
0.012 0.01 0.008 0.006 0.004 0.002 0 0
7
14
21
28
hari
Data kadar bisfenol A pada kontrol replikasi II hari ke
AUC
konsentrasi (ppm)
kadar bisfenol A (µg/mL)
0 7 14 21 28
0 1149 1749 1898 3575
0 0.0000 0.0172 0.0254 0.1178
ttd ttd ttd ttd 0.0126
kurva peningkatan kadar bisfenol A kontrol replikasi II 0.014 0.012
kadar (µg/mL)
0.01 0.008 0.006 0.004 0.002 0 0 -0.002
7
14
hari
21
28
73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Contoh perhitungan kadar bisfenol A dalam sampel air 100 mL sampel air di clean up dan dipekatkan menggunakan SPE menjadi volum 10 mL. Sebanyak 20 µL sampel tersebut diinjeksikan ke dalam sistem KCKT a. AUC pada sampel air hari ke 28 replikasi 1 adalah y = 18140,1915x -1437,3606, kemudian disubtitusikan ke dalam persamaan kurva baku. y = 18140,1915x -1437,3606 3640 = 18140,1915x -1437,3606 2202,6394 = 18140,1915x x = 0,1214 µg/100mL
Volum awal = 100 mL 10 𝑚𝐿
Kadar bisfenol A dalam sampel air = 0, 0,1214 µg/100mL x 100 𝑚𝐿 = 0, 0121 µg/mL
Kurva Kenaikan Kadar BPA dalam Air Perlakuan dan Tanpa Perlakuan Paparan Radiasi Sinar Matahari pada Hari ke 0, 7, 14, 21, dan 28 Replikasi I 0.0009 0.0008 0.0007
kadar (µg/L)
0.0006 0.0005
perlakuan
0.0004
kontrol
0.0003 0.0002 0.0001 0 -0.0001 0
7
14
21
28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kurva Kenaikan Kadar BPA dalam Air Perlakuan dan Tanpa Perlakuan Paparan Radiasi Sinar Matahari pada Hari ke 0, 7, 14, 21, dan 28 Replikasi II 0.0007 0.0006
kadar (µg/L)
0.0005 0.0004 perlakuan
0.0003
kontrol
0.0002 0.0001 0 -0.0001
0
7
14
21
28
Lampiran 7. Regresi kadar bisfenol A menurut laju reaksi Penentuan orde reaksi replikasi I 1. Orde 0 (c vs C)
kadar (µg/mL)
kurva regresi linear peningkatan kadar BPA sampel air dengan radiasi sinar matahari replikasi I pada laju reaksi orde 0 0.0900 0.0800 0.0700 0.0600 0.0500 0.0400 0.0300 0.0200 0.0100 0.0000 -0.0100 0
y = 0.0025x - 0.0042 R = 0.9500
7
14
21
hari
28
35
75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kurva regresi linear peningkatan kadar BPA pada kontrol replikasi I dengan laju reaksi orde 0 0.014
kadar (µg/mL)
0.012 0.01 0.008
y = 0.0003x - 0.0024 R = 0.7071
0.006 0.004 0.002 0 -0.002 0
7
14
-0.004
21
28
35
hari
2. Orde 1 (c vs ln C)
kadar (µg/mL)
regresi linear peningkatan kadar BPA sampel air dengan radiasi sinar matahari replikasi I pada laju reaksi orde 1 0 -0.5 0 -1 -1.5 -2 -2.5 -3 -3.5 -4 -4.5
7
14
21
y = 0.075x - 4.7543 R = 0.9873
hari
28
35
Series1 Linear (Series1)
76
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kurva regresi linear peningkatan kadar BPA pada kontrol replikasi I dengan laju reaksi orde 1 2
kadar (µg/mL)
1 0 -1
0
7
14
-2
21
28
y = -0.1261x + 0.8829 R = 0.7071
-3 -4 -5
hari
1
3. Orde reaksi 2 (t vs 𝐶)
kadar (µg/mL)
regresi linear peningkatan kadar BPA sampel air dengan radiasi sinar matahari replikasi I pada laju reaksi orde 2 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Series1 Linear (Series1)
y = -2.4798x + 80.205 R = 0.9767 0
7
14
21
hari
28
35
35
77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kadar (µg/mL)
kurva regresi linear peningkatan kadar BPA pada kontrol replikasi I dengan radiasi sinar matahari pada laju reaksi orde 2 100 80 60
y = 2.3613x - 16.529 R = 0.7071
40
Series1
20
Linear (Series1)
0 -20
0
7
14
-40
21
28
35
hari
Penentuan orde reaksi replikasi II 1. Orde 0 (c vs C)
kurva regresi linear peningkatan kadar BPA sampel air dengan radiasi sinar matahari replikasi II pada laju reaksi orde 0 0.0700 0.0600
y = 0.0021x - 0.0040 R = 0.9599
kadar (µg/mL)
0.0500 0.0400 0.0300 0.0200 0.0100 0.0000 -0.0100 0
7
14
21
hari
28
35
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kurva regresi linear peningkatan kadar BPA pada kontrol replikasi II dengan laju reaksi orde 0 0.014
kadar (µg/mL)
0.012 0.01 0.008
y = 0.0003x - 0.0024 R = 0.7071
0.006
Series1
0.004
Linear (Series1)
0.002 0 -0.002 0
7
14
-0.004
21
28
35
hari
2. Orde 1 (c vs ln C)
kurva regresi linear peningkatan kadar BPA sampel air dengan radiasi sinar matahari replikasi II pada laju reaksi orde 1 0 0
7
14
21
kadar (µg/mL)
-1 -2
y = 0.0780x - 5.0104 R = 0.9935
-3 -4 -5
hari
28
35
79
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kurva regresi linear peningkatan kadar BPA pada kontrol replikasi II dengan laju reaksi orde 1 2
kadar (µg/mL)
1 0 -1
0
7
14
21
28
35
-2 -3
y = -0.1268x + 0.8879 R = 0.7071
-4 -5
hari
1
3. Orde reaksi 2 (t vs 𝐶)
kadar (µg/mL)
regresi linear peningkatan kadar BPA sampel air dengan radiasi sinar matahari replikasi II pada laju reaksi orde 2 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
y = -3.1092x + 99.9320 R = 0.9924 0
7
14
21
hari
28
35
80
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
kadar (µg/mL)
kurva regresi linear peningkatan kadar BPA pada kontrol replikasi II dengan radiasi sinar matahari pada laju reaksi orde 2 100 80 60
y = 2.4213x - 16.949 R = 0.7071
40
Series1
20
Linear (Series1)
0 -20
0
7
14
-40
21
28
35
hari
Regresi berdasarkan orde pada replikasi I : Perlakuan Kontrol
Orde 0 0,9500 0,7071
Orde 1 0,9873 0,7071
Orde 2 0,9767 0,7071
Regresi berdasarkan orde pada replikasi II : Perlakuan Kontrol
Orde 0 0,9599 0,7071
Orde 1 0,9935 0,7071
Orde 2 0,9924 0,7071
Berdasarkan nilai r masing-masing kurva regresi liner pada orde reaksi 0, 1, dan 2, digunakan tetapan laju orde 1.
Penentuan laju kenaikan kadar bisfenol A dalam sampel air Replikasi 1 hari ke0 7 14 21 28
kadar perlakuan (µg/mL) ttd 0,0148 0,0259 0,0355 0,0768
kadar kontrol (µg/mL) ttd ttd ttd ttd 0,0121
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Perhitungan laju kenaikan kadar BPA dalam sampel air perlakuan CO = C hari ke 7 = 0,0148 µg/mL C 28 hari
Maka :
= 0,0768 µg/mL
ln Ct
= - K t + ln Co
ln 0,0768 µg/mL
= - K (28) + ln 0,0148 µg/mL
Ko
= 0,0588 µg/mL
Penentuan laju kenaikan kadar bisfenol A dalam sampel air Replikasi II hari ke-
kadar perlakuan (µg/mL) ttd 0,0126 0,0176 0,0337 0,0626
0 7 14 21 28
kadar kontrol (µg/mL) ttd ttd ttd ttd 0,0118
Perhitungan laju kenaikan kadar BPA dalam sampel air perlakuan CO = C hari ke 7 = 0,0126 µg/mL C 28 hari
= 0,0626 µg/mL
Maka: ln Ct
= - K t + ln Co ln 0,0626 µg/mL
= - K (28) + ln 0,0126 µg/mL
Ko
= 0,0573 µg/mL
Pada sampel kontrol, baik replikasi I maupun replikasi II tidak bisa dihitung berapa laju peningkatan kadar bisfenol A setiap harinya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
Lampiran 8. Uji Beda Kadar BPA dalam Air antara Kontrol dan Perlakuan Paparan Radiasi Sinar Matahari
Uji beda dilakukan melalui uji t melalui program powerfit. Hasil program powerfit menunjukkan hasil sebagai berikut :
Perlakuan Replikasi I : Polynomial Degree is: 1 , based on 5 data points (#1 to #5) POLYNOMIAL is: F(x) = -0.00426 + 0.00249 x higher degree is no significant improvement: F(1,2,95.0%) = 18.514 > F_obs = 2.725 Coefficients, Standard Deviations and 95.0% Confidence Limits are: Coefficient Std.Dev. Min.Limit Max.Limit a0 -4.26000E-003 8.10544E-003 -3.00549E-002 2.15349E-002 a1 2.49000E-003 4.72719E-004 9.85614E-004 3.99439E-003 Variance Y, S^2 =
1.094970000E-004
Covariance matrix of Coefficients: 6.56982E-005 -3.12849E-006 -3.12849E-006 2.23463E-007 Correlation Coefficient: 0.94996 x value at y = 0: 1.711 Std.Dev.: 2.996 Range: -7.8E+000 < x0 < 1.1E+001
Replikasi II: Polynomial Degree is: 1 , based on 5 data points (#1 to #5) POLYNOMIAL is: F(x) = -0.00396 + 0.00209 x higher degree is no significant improvement: F(1,2,95.0%) = 18.514 > F_obs = 5.964 Coefficients, Standard Deviations and 95.0% Confidence Limits are: Coefficient Std.Dev. Min.Limit Max.Limit a0 -3.96000E-003 6.03574E-003 -2.31682E-002 1.52482E-002 a1 2.09000E-003 3.52012E-004 9.69754E-004 3.21025E-003
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Variance Y, S^2 =
6.071700000E-005
Covariance matrix of Coefficients: 3.64302E-005 -1.73477E-006 -1.73477E-006 1.23912E-007 Correlation Coefficient: 0.95999 x value at y = 0: 1.895 Std.Dev.: 2.634 Range: -6.5E+000 < x0 < 1.0E+001
Kontrol Replikasi I Polynomial Degree is: 1 , based on 5 data points (#1 to #5) POLYNOMIAL is: F(x) = -0.00242 + 0.00035 x higher degree is no significant improvement: F(1,2,95.0%) = 18.514 > F_obs = 5.000 Coefficients, Standard Deviations and 95.0% Confidence Limits are: Coefficient Std.Dev. Min.Limit Max.Limit a0 -2.42000E-003 4.12240E-003 -1.33115E-002 8.47147E-003 a1 3.45714E-004 1.99598E-004 -2.89489E-004 9.80918E-004 Variance Y, S^2 =
1.952133333E-005
Covariance matrix of Coefficients: 1.17128E-005 -5.57752E-007 -5.57752E-007 3.98395E-008 Correlation Coefficient: 0.70711 x value at y = 0: 7.000 Std.Dev.: 7.000 Range: -1.5E+001 < x0 < 2.9E+001
Replikasi II Polynomial Degree is: 1 , based on 5 data points (#1 to #5) POLYNOMIAL is: F(x) = -0.00236 + 0.00034 x higher degree is no significant improvement: F(1,2,95.0%) = 18.514 > F_obs = 5.000 Coefficients, Standard Deviations and 95.0% Confidence Limits are: Coefficient Std.Dev. Min.Limit Max.Limit
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a0 -2.36000E-003 a1 3.37143E-004 Variance Y, S^2 =
3.33754E-003 -1.29814E-002 1.94650E-004 -2.82312E-004
8.26144E-003 9.56598E-004
1.856533333E-005
Covariance matrix of Coefficients: 1.11392E-005 -5.30438E-007 -5.30438E-007 3.78884E-008 Correlation Coefficient: 0.70711 x value at y = 0: 7.000 Std.Dev.: 7.000 Range: -1.5E+001 < x0 < 2.9E+001
Perhitungan signifikansi slope b antara sampel perlakuan dan sampel kontrol menggunakan uji t Uji F : 𝑆12
Rumus: 𝑆22 Dimana: s1 adalah standar deviasi slope dari kurva perlakuan s2 adalah standar deviasi slope dari kuva kontrol
Hasil uji f kurva baku dengan kurva adisi Uji f Replikasi 1 Replikasi 2
Standar deviasi perlakuan 0.0081 0.0060
Standar deviasi kontrol 0.0041 0.0033
Perhitungan S2 (𝑛1 − 1)𝑠𝑠2 + (𝑛2 − 1)𝑠22 (𝑛1 − 𝑛2 − 2) dimana: s1 adalah standar deviasi kurva perlakuan s2 adalah standar deviasi kurva kontrol n1 adalah jumlah sampel dari kurva perlakuan n2 adalah jumlah sampel dari kurva kontrol
f
f < 4.28
3.90 3.31
tidak berbeda tidak berbeda
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
S2 =
86
(5−1) 0.00032 +(5−1)0.00252 (7+6−2)
S = 0,0017 (replikasi I)
S2 =
(5−1) 0.00332 +(5−1)0.00212 (7+6−2)
S = 0,0067 (replikasi II) Dimana degree of freedom (df) adalah n1 + n2 – 2 Dalam penelitian digunakan jumlah titik (konsentrasi) dalam kurva baku sebanyak 7 (n1) dan jumlah titik (konsentrasi) untuk kurva adisi sebanyak 6 (n2).
Uji t Rumus: t=
(𝑋1 −𝑋2 ) 1 1 + 𝑛1 𝑛2
𝑆√
dimana: x1 adalah slope b kurva perlakuan x2 adalah slope b kurva kontrol n1 adalah jumlah sampel dari kurva perlakuan n2 adalah jumlah sampel dari kurva kontrol
t=
(0.0081−0.0081) 1 1 5 5
0,0017√ +
t = 2,2254 (replikasi I)
t=
(0.0060−0.0033) 1 1 5 5
0,0017√ +
t = 0,2827 (replikasi I)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
Hasil uji t sampel air Uji t Replikasi I Replikasi 2
b perlakuan 0.0025 0.0021
b kontrol
t
t < 2.306
0.0003 0.0033
2.2254 0.2827
berbeda signifikan berbeda signifikan
Lampiran 9. Laju Migrasi BPA dari Botol ke dalam Air
Tabel kadar BPA dalam air dan dalam botol dalam satu kemasan botol air minum replikasi I Hari ke 0 7 14 21 28
Kadar dalam botol Kontrol Perlakuan (µg) (µg) 8284.4471 7754.5570 7593.9244 7246.8334 6438.5195 4922.5854 5274.6698 2976.2392 4688.8889 1936.1872
Kadar dalam air Kontrol Perlakuan (µL) (µL) 0.0000 0.0000 0.0000 2.9676 0.0000 5.1749 0.0000 7.1010 2.4285 15.3523
Kurva peningkatan BPA dalam air dan penurunan BPA dalam botol akibat paparan radiasi sinar matahari
Kadar (µg)
Kurva Kadar BPA dalam Air dan Botol akibat Paparan Radiasi Sinar Matahari Setelah Hari ke 0,7, 14, 21, dan 28 replikasi I 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
kadar dalam botol Kadar dalam air
0
7
14
21
28
Hari ke
Tabel kadar BPA dalam air dan dalam botol dalam satu kemasan botol air minum replikasi II Hari ke 0
Kadar dalam botol Kontrol Perlakuan (µg) (µg) 8392.7999 8400.9634
Kadar dalam air Kontrol Perlakuan (µL) (µL) 0.0000 0.0000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7 14 21 28
7536.5393 7154.7686 5609.9047 4651.4764
6043.6100 5240.9968 3370.1770 2687.8327
0.0000 0.0000 0.0000 2.3568
88
2.5178 3.5100 6.7382 12.5110
Kurva peningkatan BPA dalam air dan penurunan BPA dalam botol akibat paparan radiasi sinar matahari
Kadar (µg)
Kurva Kadar BPA dalam Air dan Botol akibat Paparan Radiasi Sinar Matahari Setelah Hari ke 0,7, 14, 21, dan 28 replikasi II 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
kadar dalam botol Kadar dalam air
0
7
14
21
28
Hari ke
Untuk mencari laju migrasi, dibandingkan kadar dalam air dan kadar dalam botol. 1. laju migrasi kontrol replikasi I Hari ke
Kadar BPA dalam botol (µg)
0 7 14 21 28
8284.4471 7593.9244 6438.5195 5274.6698 4688.8889
Kadar BPA dalam air (µL) 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 2.4285
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Kurva Hubungan Kadar BPA dalam Air dan dalam Botol Kontrol Replikasi I kadar dalam botol (mg)
9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000
y = -909.63x + 6897.9 R = 0.6529
2000 1000 0 0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
kadar dalam air (µg)
Konstanta peluruhan BPA dalam air dan botol minum tanpa paparan radiasi sinar matahari (kontrol) replikasi I adalah 909,63
2. Laju migrasi kontrol replikasi II Hari ke
Kadar BPA dalam botol (µg)
0 7 14 21 28
8392.7999 7536.5393 7154.7686 5609.9047 4651.4764
Kadar BPA dalam air (µL) 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 2.3568
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
Kurva Hubungan Kadar BPA dalam Air dan dalam Botol Kontrol Replikasi II kadar dalam botol (mg)
9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000
y = -1038.5x + 7173.5 R = 0.7457
2000 1000 0 0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
kadar dalam air (µg)
Konstanta peluruhan BPA dalam air dan botol minum tanpa paparan radiasi sinar matahari (kontrol) replikasi I adalah 1038,5
laju migrasi perlakuan replikasi I Hari ke 0 7 14 21 28
Kadar BPA dalam botol (µg) 7754.5570 7246.8334 4922.5854 2976.2392 1936.1872
Kadar BPA dalam air (µg) 0.0000 2.9676 5.1749 7.1010 15.3523
Kurva Hubungan Kadar BPA dalam Air dan dalam Botol Perlakuan Replikasi I 9000
kadar dalam botol (mg)
3.
8000 7000 6000 5000 4000 3000 y = -402.57x + 7430.7 R = 0.9136
2000 1000 0 0
2
4
6
8
10
kadar dalam air (µg)
12
14
16
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
Konstanta peluruhan BPA dalam air dan botol minum dengan paparan radiasi sinar matahari (perlakuan) replikasi I adalah 402,57
4. laju migrasi perlakuan replikasi II Kadar BPA dalam botol (µg) 8400.9634 6043.6100 5240.9968 3370.1770 2687.8327
Hari ke 0 7 14 21 28
Kadar BPA dalam air (µg) 0.0000 2.5178 3.5100 6.7382 12.5110
Kurva Hubungan Kadar BPA dalam Air dan dalam Botol Perlakuan Replikasi II
kadar dalam botol (mg)
9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000
y = -433.12x + 7338.3 R = 0.9192
2000 1000 0 0
2
4
6
8
10
12
14
16
kadar dalam air (µg)
Konstanta peluruhan BPA dalam air dan botol minum dengan paparan radiasi sinar matahari (perlakuan) replikasi II adalah 433,12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 10. Kromatogram orientasi sampel tanpa pemekatan a. replikasi 1
b. replikasi II
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 11. Kromatogram optimasi eluen SPE a. Eluen metanol : air 50:50
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b. Eluen metanol : air 75 : 25
c. Eluen metanol 100%
94
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 12. Kromatogram akurasi sampel air a. adisi 0 replikasi 1
95
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b. adisi baku 0,3 µg/mL replikasi 1
96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c. adisi baku 0,6 µg/mL replikasi 1
d.
adisi baku 0,9 µg/mL replikasi 1
97
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
e. adisi baku 1,2 µg/mL replikasi 1
98
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
f. adisi baku 1,5 mL µg/mL replikasi 1
g. adisi 0 replikasi II
99
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
h. adisi baku 0,3 mL µg/mL replikasi II
100
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
i.
adisi baku 0, 6 mL µg/mL replikasi II
j.
adisi baku 0,9 µg/mL replikasi II
101
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
k.
adisi baku 1,2 mL µg/mL replikasi II
102
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
l.
adisi baku 1,5 mL µg/mL replikasi II
m. adisi 0 replikasi III
103
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
n. adisi baku 0,3 mL µg/mL replikasi III
104
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
o. adisi baku 0,6 µg/mL replikasi III
p.
adisi baku 0,9 mL µg/mL replikasi III
105
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
q.
adisi baku 1,2 mL µg/mL replikasi III
106
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
r.
adisi baku 1,5 mL µg/mL replikasi III
Lampiran 13. Kromatogram sampel air a. replikasi I dengan perlakuan penyinaran hari ke 28
107
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b. replikasi I dengan perlakuan penyinaran hari ke 21
108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
replikasi I dengan perlakuan penyinaran hari ke 14
d.
replikasi I dengan perlakuan penyinaran hari ke 7
109
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
e.
replikasi I dengan perlakuan penyinaran hari ke 0
f.
replikasi II dengan perlakuan penyinaran hari ke 28
110
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
g.
replikasi 1I dengan perlakuan penyinaran hari ke 21
111
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
h.
replikasi II dengan perlakuan penyinaran hari ke 14
112
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
i.
replikasi II dengan perlakuan penyinaran hari ke 7
j.
replikasi II dengan perlakuan penyinaran hari ke 0
113
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
k.
kontrol air replikasi I hari ke 28
114
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
l.
kontrol air replikasi I hari ke 21
m. kontrol air replikasi I hari ke 14
115
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
n.
kontrol air replikasi I hari ke 7
116
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
o.
kontrol air replikasi I hari ke 0
p.
kontrol air replikasi II hari ke 28
117
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
q.
kontrol air replikasi II hari ke 21
118
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
r.
kontrol air replikasi II hari ke 14
s.
kontrol air replikasi II hari ke 7
119
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
t.
kontrol air replikasi II hari ke 0
120
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS Penulis merupakan seorang pria bernama lengkap Topan Fajar Pamungkas, dan biasa dipanggil Topan. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, anak dari pasangan Suwandar, S.Pd dan Dra. Endang Sutrisnowati, M.Pd yang lahir di Pekalongan 10 April 1991. Penulis menempuh pendidikan di TK Kutilang 1 Pekalongan (1997), Sekolah Dasar Panjang Wetan 1 Pekalongan (2003), Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pekalongan (2006), dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pekalongan pada tahun 2009. Selama menjadi mahasiswa Sanata Dharma, penulis aktif di kegiatan di dalam kampus seperti aktif di organisasi Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia (JMKI) komisariat Sanata Dharma pada divisi DPPO tahun 2011, Wakil Ketua di organisasi Farmasi Islam Sanata Dharma (Fistara) pada tahun 2010 dan 2011, menjadi seksi perlengkapan pada kegiatan pelepasan wisuda (2010), seksi humas di kegiatan makrab JMKI (2011). Selain itu penulis juga mempunyai pengalaman sebagai asisten pada praktikum Farmakognosi Fitokimia (2012) dan prakikum Kultur Jaringan (2013)
121