PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PROSES PEMBENTUKAN DAN NILAI RASA KATA TIDAK BAKU DALAM BAHASA INDONESIA
Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia
Oleh Denty Setya Putri NIM: 074114016
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA JULI 2014
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PROSES PEMBENTUKAN DAN NILAI RASA KATA TIDAK BAKU DALAM BAHASA INDONESIA
Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia
Oleh Denty Setya Putri NIM: 074114016
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA JULI 2014
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
PAPI dan (ALM) MAMIKU
yang tersayang, terima kasih atas kasih sayang dan doa restu yang kalian berikan padaku…
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Putri, Denty Setya. 2014. “Proses Pembentukan dan Nilai Rasa Kata Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia”. Skripsi Strata 1 (S-1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma.
Penelitian tentang pembentukan kata dan nilai rasa kata tidak baku dalam bahasa Indonesia memiliki dua tujuan sebagai berikut. Pertama, mendeskripsikan proses terjadinya pembentukan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia. Kedua, mendeskripsikan nilai rasa yang terjadi pada kata tidak baku dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan strategis, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian analisis data. Data diperoleh dari media massa cetak, sedangkan sampelnya adalah proses pembentukan kata dan nilai rasa kata tidak baku dalam media massa cetak tersebut. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak, yaitu penyimakan terhadap pembentukan kata tidak baku dan nilai rasa pada kata tidak baku. Teknik lanjutan dari metode simak dalam penelitian ini yaitu teknik simak bebas libat cakap, yaitu penulis berperan sebagai pemerhati terhadap calon data. Teknik simak bebas libat cakap ini dilaksanakan teknik catat yaitu mencatat data yang diperoleh dengan kartu data. Analisis data dilakukan dengan metode agih, sedangkan teknik lanjutan yang digunakan yaitu teknik ganti. Teknik ganti ini digunakan untuk membandingkan kata-kata bahasa baku dan tidak baku dalam media massa cetak. Data yang sudah dianalisis disajikan dengan metode informal, yaitu penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa yang apabila dibaca dapat langsung dipahami. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pembentukan kata dan nilai rasa kata tidak baku dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. Pertama, proses pembentukan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia diklasifikasikan berdasarkan 7 bagian, meliputi (1) pembentukan berupa pemendekan, (2) pembentukan berupa penggunaan dalam serapan bahasa asing, (3) pembentukan berupa penggunaan istilah lain, (4) pembentukan berupa pengaruh bahasa lisan, (5) pembentukan berupa penghilangan bunyi, (6) pembentukan berupa penggantian diftong „au‟ dengan „o‟ dan „ai‟ dengan „e‟, dan (7) pembentukan berupa baster. Kedua, nilai rasa kata tidak baku dalam bahasa Indonesia diklasifikasikan berdasarkan 2 bagian, meliputi (1) nilai rasa berupa perasaan dan (2) nilai rasa berupa penilaian. Nilai rasa berupa penilaian dibagi menjadi penilaian nilai rasa berupa kata ganti orang pertama tunggal, penilaian nilai rasa berupa kata kerja, penilaian nilai rasa berupa kata sifat atau keadaan
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Putri, Denty Setya. 2014. “The Forming Process and Connotation of NonStandard Words in Bahasa Indonesia ”. An Undergraduate Thesis. Indonesian Letters Study Program, Department of Indonesian Letters, Faculty of Letters. Sanata Dharma University. This research on the word forming and connotation of non-standard words in Bahasa Indonesia has two aims as follows. First is describing the process of non-standard word forming in Bahasa Indonesia. Second is describing the connotation of non-standard words in Bahasa Indonesia. This research is conducted in three strategic phases: data gathering phase, data analysis phase, and data analysis presentation phase. The data are gathered from printed mass media. The sample which is used is the word forming process and the connotation of non-standard words taken from it. This research uses simak method which is scrutinizing the non-standard word forming and the connotation of it. The advanced technique of this method is simak bebas libat cakap technique in which the writer has a role as an observer towards the data candidate. This technique is implemented by note-taking technique which is taking note of the data by using data card. The data analysis is implemented by distribution method. Meanwhile, the advanced technique which is used is substitution technique. It is used to compare standard words and non-standard words on printed mass media. Analyzed data are presented by informal method. It is a data analysis presentation by using common words that are directly understood when being read. The result of the word forming process and connotation of non-standard words in Bahasa Indonesia is as follows. First, non-standard word forming process in Bahasa Indonesia is classified into 7 parts: (1) word forming through abridgement, (2) word forming through foreign language translation, (3) word forming by using other terms, (4) word forming through spoken language influence, (5) word forming through sound elimination, (6) word forming through diphthong substitution of „au‟ to „o‟ and „ai‟ to „e‟, and (7) word forming through baster. Second, the connotation of non-standard words in Bahasa Indonesia is classified into 2 parts: (1) the connotation of feeling and (2) the connotation of estimations. The connotation of estimations is divided into estimating the connotation of first person singular, estimating the connotation of verbs, estimating the connotation of adjectives or conditions, and estimating the connotation of prestige.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain terima kasih dan puji syukur yang teramat besar pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan bimbinganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Selain dukungan yang istimewa dari Yang Maha Esa, tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak yang dengan setia dan penuh doa menyemangati penulis. Oleh karena itu, banyak terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi., M. Hum. selaku pembimbing I yang dengan sabar menerima keluh kesah penulis dan menjadi pemberi solusi yang baik bagi penulis selama penulisan tugas akhir, 2. Drs. Hery Antono, M.Hum., selaku pembimbing II yang dengan sabar memberi masukan dan motivasi bagi penulis, 3. Bapak dan Ibu dosen Sastra Indonesia, Drs. B. Rahmanto, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Dra. F. Tjandrasih Adji, M.Hum., Drs. F.X. Santosa, M.S., Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., dan Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., terima kasih atas kesempatan berbagi ilmu dan pengalaman selama penulis menjalani studi di Program Studi Sastra Indonesia, 4. Staf Sekretariat Fakultas Sastra yang membantu penulis dalam kelancaran mencari informasi akademik selama penulis kuliah, 5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, tempat menemukan referensi tambahan yang mendukung penulisan tugas akhir,
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6. Keluarga tercinta, Bapak Fabianus Sutikno, (Alm) Ibu Emeliana Sri Sudarni, serta adik Stefanus Albert Setyawan yang dengan penuh cinta menghadapi penulis dalam suka maupun duka. 7. Sahabat-sahabat di Jakarta, teman-teman kos Legi 1, teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2007 yang telah rela menemani, menyemangati, sabar, dan tetap mendukung penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini, dan 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa meski diselesaikan dengan usaha terbaik dari penulis,
tugas
akhir
ini
masih
belum
sempurna.
Segala
kekurangan,
ketidaktelitian, dan kekekeliruan dalam tugas akhir ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya. Dengan rendah hati, penulis menerima saran dan kritik.
Yogyakarta, 14 Juli 2014
Penulis
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL..................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………………………………………….
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA....................................................................
iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................................
vi
ABSTRAK.................................................................................................................
vii
ABSTRACT………………………………………………………………………..
viii
KATA PENGANTAR...............................................................................................
ix
DAFTAR ISI..............................................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
1
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
4
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................
4
1.5 Tinjauan Pustaka.........................................................................................
5
1.6 Landasan Teori...........................................................................................
6
1.6.1 Perbedaan Ragam Baku dan Nonbaku...........................................
6
1.6.2 Semantik Sebuah Studi tentang Makna…......................................
6
1.6.3 Kepekaan Remaja terhadap Ragam Bahasa……...........................
7
1.6.4 Perubahan Makna………………………………...........................
7
1.6.5 Proses Morfologis………………………………………………..
10
1.6.6 Perincian Nilai Rasa……………………………………………...
11
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.6.7 Abreviasi…………………………………………………………
11
1.7 Metode Penelitian.......................................................................................
24
1.7.1 Tahap Pengumpulan Data..............................................................
24
1.7.2 Tahap Analisis Data.......................................................................
25
1.7.3 Tahap Penyajian Analisis Data......................................................
25
1.8 Sistematika Penyajian................................................................................
25
BAB II PEMBENTUKAN KATA TIDAK BAKU DALAM BAHASA INDONESIA……………………………….......................................
27
2.1 Pengantar............................................................................................
27
2.2 Proses Pembentukan Kata Tidak Baku..............................................
27
2.2.1 Pembentukan Berupa Pemendekan.................................................
27
2.2.1.1 Akronim………………………………………………….
27
2.2.1.1.1
Akronim
yang
Berupa
Penggalan……………………………………………….
28
2.2.1.1.2 Akronim yang Berupa Pengekalan Suku Pertama dari Tiap Komponen…………………………
28
2.2.1.1.3 Akronim yang Berupa Pengekalan Tiga Huruf Pertama Komponen Pertama dan Dua Huruf Pertama Komponen Kedua………………………………………..
30
2.2.1.1.4 Akronim yang Berupa Pengekalan Satu Huruf Pertama Komponen Pertama dan Satu Huruf Pertama Komponen Kedua………………………………………..
xii
30
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.1.1.5 Akronim yang Berupa Pengekalan Dua Huruf Pertama Komponen Pertama dan Tiga Huruf Pertama Komponen Kedua………………………………………
31
2.2.1.1.6 Akronim yang Berupa Pengekalan Tiga Huruf Pertama Komponen Pertama dan Tiga Huruf Pertama Komponen Kedua………………………………………..
32
2.2.1.2 Penyingkatan……………………………………………..
32
2.2.2 Pembentukan berupa Penggunaan dalam Serapan Bahasa Asing...
34
2.2.2.1 Penggunaan Serapan dari Bahasa Inggris……………......
34
2.2.2.2 Penggunaan Serapan dari Bahasa Daerah………………..
36
2.2.3 Pembentukan Berupa Penggunaan Istilah Lain..............................
38
2.2.4 Pembentukan Berupa Pengaruh Bahasa Lisan................................
41
2.2.5 Pembentukan Berupa Penghilangan Bunyi.....................................
43
2.2.6 Pembentukan Berupa Penggantian Diftong ‘au’ dengan ‘o’ dan
BAB
‘ai’ dengan ‘e’…………………………………………………………..
44
2.2.7 Pembentukan Berupa Baster……………………………………...
44
III
NILAI RASA
KATA
TIDAK
BAKU
DALAM
BAHASA
INDONESIA.............................................................................................
46
3.1 Pengantar....................................................................................................
46
3.2 Nilai Rasa Berupa Perasaan........................................................................
46
3.3 Nilai Rasa Berupa Penilaian.......................................................................
47
3.3.1 Penilaian Nilai Rasa Berupa Kata Ganti Orang Pertama Tunggal......................................................................................................
xiii
47
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.3.2 Penilaian Rasa Berupa Kata Kerja....................................................
49
3.3.3 Penilaian Nilai Rasa Berupa Kata Sifat atau Keadaan.....................
51
3.3.4 Penilaian Nilai Rasa Berupa Prestise………………………………
53
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................
55
4.1 Kesimpulan.................................................................................................
55
4.2 Saran...........................................................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
57
LAMPIRAN I……………………………………………………………………
59
LAMPIRAN II……………………………………………………………………
60
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sebagai bahasa yang hidup, bahasa Indonesia telah dan akan terus mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan masyarakat pemakainya. Indonesia memiliki masyarakat yang beragam berdasarkan latar belakang budaya, sosial, pendidikan, agama, mata pencaharian, sistem religi, dan organisasi kemasyarakatan. Berdasarkan latar belakang masyarakat tersebut, bahasa yang digunakan pun berbeda tergantung situasi dan pemakainya. Salah satu kelompok masyarakat yang ada di Indonesia adalah remaja. Remaja mempunyai kecenderungan, salah satunya menciptakan hal-hal baru dalam dunia pergaulan mereka, salah satunya dalam lingkup bahasa sebagai sarana komunikasi yang utama. Hal-hal baru tersebut contohnya penggunaan kalimat yang praktis, bahasa yang tidak baku, dan adanya prinsip „pokoknya easy learning dan mudah diingat‟. Ini terbukti dalam tayangan Liputan 6 SCTV (19 Oktober 2010: 12.00 PM) dikatakan bahwa bagi kaum muda, bahasa gaul tidak hanya digunakan untuk alat komunikasi, tetapi juga berfungsi sebagai media berekspresi. Jika dicermati secara mendalam para remaja cenderung memilih ragam bahasa yang santai dan tidak baku. Penggunaan ragam tidak baku tersebut dapat tercermin dari cara pembentukan kata seperti pada contoh berikut. (1) Malam itu ia masih curhat sama aku.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
(2) Kamu masih saja ikut mood yang jelek. Kata curhat pada contoh (1) merupakan pembentukan kata berdasarkan akronim dari frasa curahan hati yang dapat diartikan sebagai mencurahkan isi hati kepada orang lain. Akronim ini sering digunakan karena para remaja ingin menggampangkan dengan cara menyingkat kata atau frasa. Kata mood pada contoh (2) merupakan serapan dari bahasa Inggris. Berdasarkan kamus InggrisIndonesia (2008: 385) mood berarti „keadaan jiwa, suasana hati‟. Kata mood ini digunakan para remaja karena mereka ingin terlihat bergaya menggunakan bahasa Inggris dan juga mereka menyukai sesuatu yang mudah diingat. Selain itu juga ditemukan ragam tidak baku yang terjadi berdasarkan nilai rasa seperti pada contoh berikut. (3) Aku deg-degan sekali menghadapinya. (Gadis,edisi 18, hal 84) Aku berdebar-debar sekali menghadapinya. Antara kata deg-degan dan berdebar-debar pada contoh (3) terdapat perbedaan nilai rasa. Mendengar kata deg-degan pada umumnya nuansa yang muncul adalah rasa ketika jantung sedang berdetak kencang dan bahkan menimbulkan rasa khawatir yang berlebihan, sedangkan kata berdebar-debar merupakan kata baku yang memiliki nilai rasa yang nuansanya lebih formal daripada kata deg-degan. Dalam konteks majalah remaja, kata deg-degan lebih sering digunakan agar terlihat santai. (4) Aku sering hunting baju di sini, soalnya banyak baju lucu yang harganya murah. (Cosmogirl, edisi Maret)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Aku sering berburu baju di sini, soalnya banyak baju lucu yang harganya murah. Kata hunting pada contoh (4) memiliki nilai rasa yang berbeda dengan berburu. Pada intinya hunting dan mencari mempunyai pengertian yang sama. Kata hunting dahulu dipakai untuk mengejar hewan untuk ditangkap, tetapi saat ini penggunaan kata hunting sudah berkembang maknanya menjadi „mencari berbagai macam hal dalam berbagai bidang‟. Kata berburu memiliki makna yang langsung menuju pada makna „tindakan menangkap hewan buruan‟. Bentuk contoh-contoh di atas banyak ditemui dalam majalah remaja GADIS, Cosmogirl, dan informan. Penggunaan informan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperkaya data yang diperoleh dari majalah sehingga ada data yang berbentuk ragam lisan yang secara nyata digunakan dalam komunikasi remaja. Dengan beberapa majalah dan informan ini, maka akan kelihatan bahasa khas anak remaja yang juga memasukkan beberapa kata-kata asing dalam tuturannya. Tujuan yang ingin dicapai adalah terciptanya suasana yang komunikatif karena penggunaan bahasa yang komunikatif tuturan akan terasa tidak kaku dan menarik. Alasan-alasan di atas mendorong penulis mengadakan penelitian lebih mendalam. Penulis merasa tertarik tentang fenomena penggunaan ragam tidak baku dan juga fenomena nuansa makna yang terjadi dalam komunikasi para remaja. Fenomena ini terjadi pada remaja karena mereka ingin sesuatu yang mudah, lebih mengikuti perkembangan pergaulan saat ini, dan terlihat lebih santai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan pokok masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut : 1.2.1 Bagaimana proses pembentukan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia ? 1.2.2 Bagaimana nilai rasa yang terjadi pada kata tidak baku dalam bahasa Indonesia ?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut : 1.3.1 Mendeskripsikan proses pembentukan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia. 1.3.2 Mendeskripsikan nilai rasa pada kata tidak baku dalam bahasa Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat terhadap bagi linguistik, yaitu dalam bidang morfologi dan semantik. Dalam bidang morfologi, memberikan manfaat bagaimana proses pembentukan kata tidak baku itu sendiri. Dalam bidang semantik, masyarakat diharapkan dari proses pembentukan kata itu dapat mengambil suatu nilai rasa yang ada dalam kata tidak baku tersebut. Selain itu secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membuat masyarakat memahami bahwa ragam bahasa tidak baku tidak hanya semata digunakan demi alasan komunikatif dan keakraban, melainkan juga memahami bahwa ragam bahasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
tidak baku mengandung suatu nilai rasa yang berbeda-beda sesuai dengan situasi penggunaannya.
1.5 Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini akan dibahas proses pembentukan dan nilai rasa pada kata tidak baku dalam bahasa Indonesia. Permasalahan yang diangkat adalah proses terjadinya pembentukan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia dan nilai rasa yang terjadi pada kata tidak baku dalam bahasa Indonesia. Menurut Indari Mastuti (2008: 37), ragam bahasa yang digunakan di kalangan anak remaja saat ini sangat berbeda dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bedanya dapat terlihat dengan yang satu bisa disebut bahasa baku karena sudah mengikuti kaidah dan aturan yang berlaku. Yang lainnya adalah bahasa yang tidak mengikuti kaidah dan aturan atau bisa disebut dengan bahasa gaul. Salah satu syarat bahasa baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau dianggap baku atau pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakai bahasa. Azwida (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Pemakaian Bahasa Gaul pada Iklan Produk Komersial Televisi” menulis bahwa bahasa bersifat dinamis, begitu juga pembentukan dan pemakaian bahasa gaul yang terdapat di dalam iklan produk komersial terus mengalami perkembangan. Bahasa gaul yang terdapat di dalam iklan produk komersial kini terus memunculkan kosakata bahasa gaul yang baru yang merupakan kreasi dan kreativitas pengiklan khususnya penulis naskah iklan dalam segi pemakaian bahasa di dalam iklan dengan tujuan membuat iklan menjadi unik dan menarik.. Permasalahan yang dibahas dalam skripsinya, yakni (1) proses
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
pembentukan bahasa gaul yang terdapat pada iklan produk komersial televisi, (2) pesan atau makna yang ingin disampaikan pengiklan khususnya penulis naskah iklan (copy writer) di dalam iklan produk komersial televisi yang menggunakan bahasa gaul, dan (3) pengaruh dari pemakaina bahasa gaul pada iklan produk komersial televisi terhadap konsumen sebagai pemakai bahasa Indonesia.
1.6 Landasan Teori Landasan teori yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1.6.1
Perbedaan Ragam Baku dan Nonbaku Secara keseluruhan ragam baku hanya ada satu dalam sebuah bahasa.
Dengan kata lain, ragam-ragam selebihnya, termasuk dialek adalah ragam nonbaku. Dari sudut kebahasaan, perbedaan antara baku dan nonbaku tentu ada dan menyangkut semua komponen bahasa, yaitu tata bunyi, tata bentukan, kosa kata, dan tata kalimat. Dalam hal ini tata bunyi sudah jelas, ragam baku mempunyai aturan ejaan. Dalam bahasa Indonesia, ejaan baku adalah EYD, sehingga penulisan yang melanggar EYD adalah ejaan nonbaku dan karena itu ragam tulisnya adalah nonbaku juga. Tentu saja ada kemungkinan ada hal-hal yang belum diatur oleh EYD. Dalam hal demikian akan terjadi kebebasan dan persaingan antara dua bentuk (Sumarsono, 2002: 33).
1.6.2
Semantik Sebuah Studi tentang Makna Semantik merupakan studi tentang makna. Makna merupakan pokok dari
sebuah komunikasi. Komunikasi merupakan suatu hal yang penting dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
organisasi sosial. Oleh karena itu teori semantik banyak digunakan oleh masyarakat. Semantik juga merupakan sebuah pusat studi tentang pikiran manusia, yakni proses berpikir, kognisi, konseptualisasi. Semua ini saling berkait dengan cara mengklasifikasikan dan mengemukakan tentang dunia nyata lewat sebuah bahasa (Leech 2003: 01).
1.6.3
Kepekaan Remaja terhadap Ragam Bahasa Menurut Owen (dalam Papalia, 2004) remaja mulai peka dengan kata-kata
yang memiliki makna ganda. Mereka menyukai penggunaan metaphora, ironi, dan bermain dengan kata-kata untuk mengekspresikan pendapat mereka. Terkadang mereka menciptakan ungkapan-ungkapan baru yang sifatnya tidak baku.
1.6.4
Perubahan Makna Abdul Chaer (1994: 135) dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Semantik Bahasa Indonesia mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan makna sebuah kata meliputi : 1.6.4.1 Perkembangan dalam Ilmu dan Teknologi Perkembangan dalam bidang ilmu dan kemajuan dalam bidang teknologi dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata. Di sini sebuah kata yang tadinya mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan baru, atau teori baru dalam satu bidang ilmu atau sebagai akibat dalam perkembangan teknologi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
1.6.4.2 Perkembangan Sosial dan Budaya Perkembangan dalam bidang sosial kemasyarakatan dapat menyebabkan terjadiny aperubahan makna. Di sini sama dengan yang terjadi sebagai akibat perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi, sebuah kata yang pada mulanya bermakna “A”, lalu berubah menjadi bermakna “B”, atau “C”. Jadi bentuk katanya tetap sama tetapi konsep makna yang dikandungnya sudah berubah. 1.6.4.3 Perbedaan Bidang Pemakaian Setiap bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosakata tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam bidang tersebut. Katakata yang menjadi kosa kata dalam bidang-bidang tertentu itu dalam kehidupan dan pemakaian sehari-hari dapat terbantu dari bidangnya dan digunakan dalam bidang lain atau menjadi kosakata umum. Oleh karena itu, kata-kata tersebut menjadi memiliki makna baru atau makna lain di samping makna aslinya (makna yang berlaku dalam bidangnya). 1.6.4.4 Adanya Asosiasi Abdul Chaer (1994: 140) mengatakan asosiasi ini agak berbeda dengan perubahan makna yang terjadi akibat penggunaan dalam bidang lain, di sini makna baru yang muncul adalah berkaitan dengan hal atau peristiwa lain yang berkenaan dengan kata tersebut.
1.6.4.5 Pertukaran Tanggapan Indera Di dalam penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan antara indera yang satu dengan indera yang lain. Pertukaran alat indera penanggap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
biasa disebut dengan istilah sinestesia. 1.6.4.6 Perbedaan Tanggapan Setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan di dalam masyarakat, maka banyak kata yang menjadi memiliki nilairasa yang “rendah”, atau kurang menyenangkan. Di samping itu ada juga yang memiliki nilai rasa yang “tinggi”, atau yang mengenakkan. Kata-kata yang nilainya merosot menjadi rendah ini lazim disebut peyoratif, sedangkan yang nilainya naik menjadi tinggi disebut amelioratif. Nilai rasa itu kemungkinan besar cums bersifat sinkronis. Secara diakronis ada kemungkinan bisa berubah. Perkembangan pandangan hidup yang bisanya sejalan dengan perkembangan budaya dan kemasyarakatan dapat memungkinkan terjadinya perubahan nilai rasa peyoratif atau amelioratifnya sebuah kata. 1.6.4.7 Adanya Penyingkatan Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata ayau ngkapan yang karena sering digunakan, maka kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara keseluruhan orang sudah mengerti maksudnya. Oleh karena itu, maka kemudian orang lebih banyak menggunakan singkatannya saja daripada menggunakan bentuk utuhnya.
1.6.4.8 Proses Gramatikal Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi (penggabungan kata) akan menyebabkan pula terjadinya perubahan makna. Tetapi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
dalam hal ini yang terjadi sebenarnya bukan perubahan makna, sebab bentuk kata itu sudah berubah sebagai hasil proses gramatikal. Jadi, tidaklah dapat dikatakan kalau dalam hal ini telah terjadi perubahan makna, sebab yang terjadi adalah proses gramatikal dan proses gramatikal itu telah “melahirkan” makna-makna gramatikal. 1.6.4.9 Pengembangan Istilah Salah satu upaya dalam pengembangan atau pembentukan istilah baru adalah dengan memanfaatkan kosakata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan memberi makna baru dengan menyempitkan makna kata tersebut, meluaskan, maupun memberi arti baru sama sekali.
1.6.5
Proses Morfologis M. Ramlan menjelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat empat
proses morfologis (1980: 28) yaitu : 1.6.5.1 Proses Pembubuhan Afiks Proses pembubuhan afiks atau afiksasi merupakan proses pembentukan kata dengan membubuhkan bubuhan, dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata berafiks. 1.6.5.2 Proses Pengulangan Proses pengulangan atau reduplikasi merupakan proses pembentukan kata dengan pengulangan, dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata ulang. 1.6.5.3 Proses Pemajemukan Proses pemajemukan merupakan proses pembentukan kata dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
penggabungan, dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata majemuk. 1.6.5.4 Proses Perubahan Zero Proses perubahan zero hanya meliputi sejumlah kata yang amat terbatas jumlahnya, semuanya termasuk golongan kata kerja bentuk aktif.
1.6.6 Perincian Nilai Rasa Menurut Slametmuljana (1964: 41), nilai rasa sebagai anasir subjektif pemakai bahasa membayangkan. 1.6.6.1 Perasaan Yang dimaksud dengan perasaan disini ialah gerak hati pemakai bahasa yang menyertai kata yang digunakan.Dalam bidang ini termasuk rasa marah, belas kasihan, takut, puas, gembira, dan sebagainya. 1.6.6.2 Penilaian Perasaan simpati dan atipati pada hakekatnya adalah penilaian pemakai bahasa terhadap barang sesuatu. Jika kita mendengar kata jagoan, kita menilai keberanian; peristiwa ini diterima baik oleh yang menilai. Berbeda dengan kata pengecut, kata ini membangkitkan rasa antipati.
1.6.7
Abreviasi Dalam buku Kridalaksana (1989: 159), abreviasi adalah proses
penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain abreviasi ialah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
1.6.7.1 Klasifikasi Bentuk Kependekan 1.6.7.1.1 Pemakaian Bentuk Kependekan Pemakai bahasa Indonesia menyimpan beratus-ratus bentuk kependekan dalam
pembendaharaan
katanya
tanpa
memperhatikan
sistematik
pembentukannya maupun melihat hubungan antara bentuk kependekan dan kepanjangannya. Bentuk kependekan sering berasosiasi dengan kata atau frase penuh lain karena pemakai bahasa ingin membentuk kependekan yang mirip sekurang-kurangnya dalam bunyi dengan bentuk lain supaya maknanya mirip.
1.6.7.1.2 Jenis-jenis Kependekan 1.6.7.1.2.1 Singkatan Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf baik yang dieja huruf demi huruf, seperti : FSUI : Fakultas Sastra Universitas Indonesia DKI
: Daerah Khusus Ibukota
KKN : Kuliah Kerja nyata Maupun yang tidak dieja huruf demi huruf, seperti : Dll
: dan lain-lain
Dng
: dengan
Dst
: dan seterusnya
1.6.7.1.2.2 Penggalan Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem, seperti :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Prof
: Profesor
Bu
: Ibu
Pak
: Bapak
13
1.6.7.1.2.3 Akronim Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia, seperti : FKIP : /efkip/ dan bukan /ef/, /ka/, /i/, /pe/ ABRI : /abri/ dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/ AMPI : /ampi/ dan bukan /a/, /em/, /pe/, /i
1.6.7.1.2.4 Kontraksi Kotraksi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem, seperti : Tak
dari tidak
Takkan
dari tidak akan
Sendratari
dari seni drama dan tari
Berdikari
dari berdiri diatas kaki sendiri
Rudal
dari peluru Kendal
1.6.7.1.2.5 Lambang huruf Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan, atau unsur seperti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
g
gram
cm
sentimeter
Au
Aurum
14
Bentuk ini disebut lambang karena dalam perkembangannya tidak dirasakan lagi asosiasi linguistik antara bentuk itu dengan kepanjangannya.
1.6.7.2 Klasifikasi bentuk-bentuk kependekan 1.6.7.2.1 Singkatan Bentuk singkatan terjadi karena proses-proses berikut : 1.6.7.2.1.1 Pengekalan huruf pertama tiap komponen A
= agama
AA
= Asia, Afrika, Ayah Angkat
GWR = Gerakan Wisata Remaja
1.6.7.2.1.2 Pengekalan huruf pertama dengan pelesapan konjungsi, preposisi, reduplikasi dan preposisi, artikulasi dan kata ABKJ
= Akademi Bahasa dan Kebudayaan Jepang
BASUKI
= Badan Asuhan Sekolah dan Usaha Kebudayaan Indonesia
RTF
= Radio, televise, dan Film
1.6.7.2.1.3 Pengekalan huruf pertama dengan bilangan, bila berulang D3
= Dinas Dermawan Darah
BBN-A3
= Bea Balik Nama Alat Angkutan Air
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
FP4MI
15
= Front Permusyawaratan Perjuangan Pemuda Pelajar Mahasiswa Islam
1.6.7.2.1.4 Pengekalan dua huruf pertama dari kata Aj
= ajudan
Ka
= karet, Kalimantan
Ny
= nyonya
1.6.7.2.1.5 Pengekalan tiga huruf pertama dari sebuah kata Acc
= accord
Ins
= instruksi, insurance, inspektur
Okt
= Oktober
1.6.7.2.1.6 Pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata Purn
= purnawiraman
Sekt
= sekretaris
Sept
= September
1.6.7.2.1.7 Pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir kata BA
= bintara
Fa
= firma
jo
= juncto
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
1.6.7.2.1.8 Pengekalan huruf pertama dan huruf ketiga Bb
= bijblad
Gn
= gunung
1.6.7.2.1.9 Pengekalan huruf pertama dan terakhir dari suku kata pertama dan huruf pertama dari suku kata kedua Kpt
= kapten
Red
= redaksi
Top
= topografi
1.6.7.2.1.10 Pengekalan huruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata a.d.
= antedium
VW
= Volkswagen
1.6.7.2.1.11 Pengekalan huruf pertama dan diftong terakhir dari kata Sei
= sungai
1.6.7.2.1.12 Pengekalan dua huruf pertama dari kata pertama dan huruf pertama kata kedua dalam suatu gabungan kata Swt
= swatantra
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
1.6.7.2.1.13 Pengekalan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata kedua dari suatu kata Bdg
= Bandung
Tgl
= tanggal
Ttg
= tentang
1.6.7.2.1.14 Pengekalan huruf pertama dari tiap suku kata Hlm
= halaman
Ttg
= tertanggal
1.6.7.2.1.15 Pengekalan huruf pertama dan huruf keempat dari suatu kata DO
= depot
1.6.7.2.1.16 Pengekalan huruf yang tidak beraturan Mgr
= monseigneur
KMD
= komandan
Jar
= kepenjaraan
Hat
= kejahatan
1.6.7.2.2 Akronim dan Kontraksi Sub klasifikasi kontraksi lebih sukar ditentukan daripada sub klasifikasi singkatan, penggalan, atau lambang huruf karena kaedahnya sukar diramalkan. Dengan akronim juga sulit dibedakan. Sebagai pegangan dapat ditentukan bahwa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
bila seluruh kependekan itu dilafalkan sebagai wajar, kependekan itu merupakan akronim. Disinilah letak tumpang tindih kontraksi dan akronim. Sebagai garis besar kontraksi mempunyai sub klasifikasi sebagai berikut : 1.6.7.2.2.1 Pengekalan suku pertama dari tiap komponen Nalo
= Naional Lotere
Penjas
= pendidikan jasmani
Komdis
= Komando Distrik
1.6.7.2.2.2 Pengekalan suku pertama komponen pertama dan pengekalan kata seutuhnya Banstir
= banting stir
Angair
= angkutan air
1.6.7.2.2.3 Pengekalan suku kata tereakhir dari tiap komponen Lisin
= ahli mesin
Menwa
= resimen mahasiswa
Rogasar
= Biro Harga Pasar
1.6.7.2.2.4 Pengekalan suku pertama dari komponen pertama dan kedua serta huruf pertama dari komponen selanjutnya Gapani
= Gabungan Pengusaha Apotik Nasional Indonesia
Himpa
= Himpunan Peternak Ayam
Markoak
= Markas Komando Angkatan Kepolisian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
1.6.7.2.2.5 Pengekalan suku pertama dari komponen pertama dan kedua serta huruf pertama dari komponen selanjutnya Anpuda
= Andalan Pusat dan Daerah
1.6.7.2.2.6 Pengekalan huruf pertama tiap komponen KONI
= Komite Olahraga Nasional Indonesia
LEN
= Lembaga Elektronika Nasional
LIK
= Lembaga Inventarisasi Kehutanan
Catatan: bertumpang tindih dengan singkatan
1.6.7.2.2.7 Pengekalan huruf pertama tiap komponen frase dan pengekalan dua huruf pertama komponen terakhir Aika
= Arsitek Insinyur Karya
Aipda
= Ajun Inspektur Polisi Dua
1.6.7.2.2.8 Pengekalan dua huruf pertama tiap komponen Unud
= Universitas Udayana
Bapefi
= Badan Penyalur Film
1.6.7.2.2.9 Pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen Komrad
= komunikasi radio
Komwil
= komando wilayah
Puslat
= pusat latihan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Banser
20
= bantuan serbaguna
1.6.7.2.2.10 Pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua disertai pelesapan konjungsi Abnon
= abang dan none (Jkt)
1.6.7.2.2.11 Pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan tiga huruf pertama komponen kedua Nekolim
= Neokolonialis, Kolonialis, Imperialis
Odmilti
= Oditur Militer Tinggi
1.6.7.2.2.12 Pengekalan tiga huruf pertama komponnen pertama dan ketiga serta pengekalan huruf pertama komponen kedua Nasakom
= Nasionalis, Agama, Komunis
Nasasos
= Nasionalisme, Agama, Sosialisme
1.6.7.2.2.13 Pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen serta pelesapan konjungsi Falsos
= Falsafal dan Sosial
1.6.7.2.2.14 Pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua Fahuk
= fakultas hukum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Jabar
= Jawa Barat
Aftim
= Afrika Timur
21
1.6.7.2.2.15 Pengekalan empat huruf pertama tiap komponen disertai pelesapan konjungsi Agitprop
= agitasi dan propaganda
1.6.7.2.2.16 Pengekalan berbagai huruf dan suku kata yang sukar dirumuskan Akaba
= Akademi Perbankan
Agipoleksos
= Agama, Ideologi, Politik, Ekonomi, dan Sosial
Urildiadj
= Urusan Moril Direktorat Ajudan Jedral
1.6.7.2.3 Penggalan Penggalan mempunyai beberapa sub klasifikasi sebagai berikut: 1.6.7.2.3.1 Penggalan suku kata pertama dari suatu kata Dok
= dokter
Sus
= suster (aslinya: Zuster)
1.6.7.2.3.2 Pengekalan suku terakhir suatu kata Pak
= Bapak (kata sapaan)
Ti
= Tuti (nama diri)
Yah
= wilayah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
1.6.7.2.3.3 Pengekalan tiga huruf pertama dari suatu kata Bag
= bagian
Dir
= direktur
Fak
= fakultas
1.6.7.2.3.4 Pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata Brig
= brigade
Sept
= September
Viet
= Vietnam
1.6.7.2.3.5 Pengekalan kata terakhir dari suatu frase Ekspres
kereta api ekspres
Harian
surat kabar harian
Kawat
surat kawat
1,6.7.2.3.6 Pelesapan sebagian kata Apabila
pabila
Kena apa
kenapa
Tidak akan
takkan
1.6.7.3 Penggabungan atas kependekan Proses penggabungan bentuk-bentuk kependekan dapat terjadi antara dua bentuk kependekan atau lebih, bahkan sebuah kalimat pun dapat terjadi dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
kependekan-kependekan a. singkatan
+
singkatan
: RT RW
b. singkatan
+
akronim
: HUT RI
c. penggalan
+
penggalan
: Kabag Kalab
d. akronim
+
akronim
: BAPEPDA JABAR
penggalan
+
e. singkatan
+
akronim
-
kalimat:
RUU Ormas lih. hlm.
1.6.7.4 Pelesapan atas kependekan\ Proses pelesapan yang dapat terjadi pada kependekan ialah : a. Pelesapan huruf Lurgi
= luar negeri
Klompen
= kelompok pendengar
Ifgaba
= infanteri gaya baru
b. Pelesapan suku kata Gatra
= gabungan tentara
Gestok
= Gerakan satu Oktober
c. Pelesapan kata Gabis
= Gabungan Pengusaha Bioskop
Gakass
= Gsbungsn Pertanian Ksret Sumatra Selatan
d. Pelesapan afiks KOTI
= Komando Operasi Tertinggi
e. Pelesapan konjungsi, preposisi, partikel atau reduplikasi
Ttg.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Porakh
= Pekan Olahraga Kesenian dan Hiburan
DGI
= Dewan Gereja-gereja di Indonesia
MAWI
= Majelis Agung para Wali Gereja Indonesia
24
1.6.7.5 Penyingkatan atas kependekan Proses penyingkatan dapat terjadi dalam kependekan, sehingga ada penyingkatan dalam singkstsn. Contoh : AMD
= ABRI masuk desa
1.7 Metode Penelitian Dalam penelitian ini digunakan tiga tahap strategis, yaitu: tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Berikut diuraikan masing-masing tahap penelitian tersebut. 1.7.1 Tahap Pengumpulan Data Data diperoleh dari media massa cetak yaitu majalah GADIS edisi 16-18. Cosmogirl edisi Januari-Maret, dan informan. Dalam penelitian ini akan digunakan metode simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 2005: 90). Dalam penelitian ini dilakukan penyimakan terhadap pembentukan kata tidak baku dan nilai rasa pada kata tidak baku. Teknik lanjutan dari metode simak dalam penelitian ini yaitu teknik simak bebas libat cakap karena penulis hanya berkedudukan sebagai pemerhati terhadap calon data. Dalam teknik simak bebas libat cakap digunakan teknik catat yaitu mencatat data yang diperoleh dengan alat tulis atau kartu data. (Kesuma, 2007: 45)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
1.7.2 Tahap Analisis Data Pada tahap analisis data ini, perbandingan antara bentuk bahasa baku dengan bentuk bahasa tidak baku menggunakan metode agih. Metode agih merupakan metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Kesuma, 2007: 54). Teknik lanjutan yang digunakan yaitu teknik ganti. Teknik ganti biasa disebut dengan istilah (teknik) distribusi adalah teknik analisis data dengan cara mengganti satuan kebahasaan tertentu di dalam suatu kontruksi dengan kesatuan kebahasaan yang lain di luar kontruksi bersangkutan (Verhaar 1981: 108). Dalam penelitian ini, teknik ganti digunakan untuk membandingkan kata-kata bahasa baku dan tidak baku dalam media massa cetak yaitu majalah GADIS dan Cosmogirl.
1.7.3 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data Data yang sudah diperoleh dan dianalisis, disajikan dengan metode informal. Hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa sehingga apabila dibaca langsung dapat dipahami (Kesuma, 2007: 71)
1.8
Sistematika Penyajian Laporan hasil penelitian ini terdiri dari empat bab,yaitu: Bab I berisi pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan perihal latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
Bab II berisi uraian mengenai pembentukan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia. Bab III memaparkan nilai rasa yang terjadi pada kata tidak baku dalam bahasa Indonesia. Bab IV berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dimaksud adalah kesimpulan tentang proses pembentukan kata tidak baku dan nilai rasa yang terjadi pada kata tidak baku dalam bahasa Indonesia . Saran yang dimaksud adalah agar penelitian dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan juga untuk para peneliti yang akan meneliti mengenai kata tidak baku dapat dikaji dari konteks yang berbeda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PEMBENTUKAN KATA TIDAK BAKU DALAM BAHASA INDONESIA
2.1 Pengantar Pada masa sekarang ini, masyarakat banyak menggunakan bahasa tidak baku untuk berkomunikasi. Bahasa tidak baku sebenarnya sudah banyak digunakan pada zaman dahulu. Masyarakat menggunakan bahasa tidak baku karena bahasa tidak baku mudah untuk berkomunikasi. Kemudahan dalam pemakaian bahasa tidak baku ini juga karena dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia dapat berupa pemendekan, singkatan, penggunaan dari serapan bahasa asing, penggunaan istilah lain, pengaruh bahasa lisan, penghilangan bunyi, penggantian diftong „au‟ dengan „o‟ dan „ai‟ dengan „e‟, dan pembentukan berupa baster.
2.2 Proses Pembentukan Kata Tidak Baku 2.2.1 Pemendekan Berikut proses pembentukan kata tidak baku yang penulis dapatkan yaitu berupa pemendekan yang terdiri dari akronim dan singkatan. 2.2.1.1 Akronim Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 21), akronim mempunyai arti „kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar‟. Pembentukan kata tidak baku berupa akronim terdapat beberapa macam. 2.2.1.1.1
Akronim yang Berupa Penggalan
(5) Baca juga pengalaman liburan para seleb dalam dan luar negeri yang membagi cerita serunya buat kamu. (Gadis, edisi 16, hal 10) (6) Takutnya aku nggak konsen belajar gara-gara baca majalah. (Gadis, edisi 16, hal 12) Kata seleb dan konsen mengalami pemenggalan. Kata seleb pada contoh (5) sering digunakan karena orang sudah terbiasa menyingkat kata selebriti menjadi seleb agar terlihat lebih santai dan juga agar terlihat tidak begitu „wah‟. Selain itu kata konsen pada contoh (6) mengalami penghilangan bunyi sebagian dikarenakan kata konsen akan terlihat tidak kaku jika dikatakan, sedangkan jika menggunakan kata konsentrasi terlihat kaku dalam konteks contoh (6) sehingga menjadi kurang enak didengarnya.
2.2.1.1.2 Akronim yang Berupa Pengekalan Suku Pertama dari Tiap Komponen (7) Di Rubrik, eh tau nggak bahas tentang ciri-ciri anak alay dong. (Gadis, edisi 16, hal 12) (8) Gadis buat NonBar (Nonton Bareng) di Medan dong. (Gadis, edisi 16, hal 12) (9) Tidak ada si mbak yang bersedia menyiapkan segala sesuatu atau ortu yang memanjakanmu. (CosmoGirl, edisi Januari) (10) Cowok adalah tempat curhat yang aman karena mereka tidak suka gosip. (CosmoGirl, edisi Februari)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
Kata alay pada contoh (7) merupakan pemendekan yang diambil dari kata anak dan layangan. Alay sendiri diambil dari huruf pertama kata anak dan bunyi kata pertama dari layangan. Alay kependekan dari anak layangan yang berarti dapat diibaratkan seperti anak layangan yang suka berlari-lari mengejar atau menaikkan layangan di bawah terik matahari dan biasanya rambut akan menjadi merah kecoklatan. Akibat rambut yang merah kecoklatan itulah orang yang melihat menjadi aneh sekali. Di masa sekarang ini alay sendiri agak sedikit bergeser karena orang yang dikatakan alay tidak hanya orang yang rambutnya merah kecoklatan tetapi orang yang suka melakukan tindakan yang berlebihan juga disebut alay. Kata alay muncul bermula dari anak remaja lalu merambah di kalangan orang dewasa. Kata nonbar pada contoh (8) mengalami pemendekan dari tiga huruf pertama dari suku kata pertama yaitu „nonton‟ dan tiga huruf pertama dari suku kata kedua yaitu „bareng‟. Nonbar jika digunakan lebih praktis dibanding harus mengatakan nonton bareng. Kata ortu pada contoh (9) mengalami pemendekan dari dua huruf pertama dari suku kata pertama „orang‟ dan dua huruf pertama dari suku kata kedua „tua‟. Pada contoh (10) kata curhat merupakan pemendekan yang diambil dari tiga huruf pertama dari suku kata pertama „curahan‟ dan tiga huruf pertama dari suku kata kedua „hati‟. Kata curhat dapat diartikan sebagai bercerita segala isi hati kepada teman atau saudara agar beban yang ditanggung dapat dibagikan kepada orang lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.1.1.3
Akronim
yang
Berupa
Pengekalan
Tiga
Huruf
30
Pertama
Komponen Pertama dan Dua Huruf Pertama Komponen Kedua (11) Akhirnya, BB jadi lemot dan cepat rusak. (CosmoGirl, edisi Januari)
Kata lemot pada contoh (11) mengalami pemedekan berasal dari tiga huruf pertama dari suku kata pertama „lemah‟ dan dua huruf pertama dari suku kata kedua „otak‟. Lemot sendiri dapat diartikan sebagai orang yang lambat dalam berpikir. Dalam penggunaannya, kata lemot ini agak kasar karena untuk membicarakan kata lemot pada orang lain membuat kesan bahwa tersebut sangat bodoh sehingga kata ini kurang pantas digunakan. Jika digunakan pada konteks contoh (11), lemot sendiri tidak menjadi masalah jika memang digunakan karena konteks bukan ditujukan kepada orang tetapi kepada suatu barang elektronik.
2.2.1.1.4
Akronim
yang
Berupa
Pengekalan
Satu
Huruf
Pertama
Komponen Pertama dan Satu Huruf Pertama Komponen Kedua (12) Untungnya dia bukan cowok sok pede. (CosmoGirl, edisi Februari) (13) Bete banget kan!? (CosmoGirl, edisi Februari) Pada contoh (12) kata pede merupakan akronim yang mengalami pemendekan dari bunyi huruf pertama pada kata percaya dan bunyi huruf pertama pada kata diri. Pede terbentuk karena orang lebih menyukai yang singkat agar terlihat lebih praktis dan santai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
Kata bete dalam contoh (13) merupakan pemendekan yang berasal dari frasa bad temperamental dari bunyi huruf pertama pada kata bad dan bunyi huruf pertama pada kata temperamental. Bete bisa berarti sebagai ‟bosan, sensitif, atau sebal‟. Keakroniman kata bete
ini terbentuk karena orang sudah terbiasa
menggunakan kata ini agar terlihat lebih menunjukkan rasa bosan yang berlebihan.
2.2.1.1.5
Akronim
yang
Berupa
Pengekalan
Dua
Huruf
Pertama
Komponen Pertama dan Tiga Huruf Pertama Komponen Kedua (14) Sekarang gimana gue nggak jadi ilfil sama dia. (Gadis, edisi 18, hal 14)
Kata ilfil merupakan kependekan dari hilang dan feeling. Kata hilang diambil dari bahasa Indonesia yang dapat berarti „tidak ada lagi; lenyap; tidak kelihatan‟ (KBBI, 2008: 498), sedangkan feeling diambil dari bahasa Inggris yang dapat berarti „perasaan‟ (Kamus Inggris-Indonesia, 2000: 237). Huruf „h‟ pada kata hilang mengalami pelesapan menjadi „ilang‟, sedangkan huruf „e‟ pada kata feeling biasa dibaca menjadi huruf „i‟ karena feeling berasal dari serapan bahasa Inggris maka menjadi „filing‟. Setelah itu ilfil mengalami pemendekan yang berupa akronim yang diambil dari dua huruf pertama dari suku kata pertama „ilang‟ dan tiga huruf pertama dari suku kata kedua „filing‟
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.1.1.6
Akronim yang
Berupa
Pengekalan
Tiga
Huruf
32
Pertama
Komponen Pertama dan Tiga Huruf Pertama Komponen Kedua (15) Di ruangan penjurian digunakan oleh sebagian besar unggulan untuk curcol. (Gadis, edisi 16, hal 93) Kata curcol pada contoh (15) merupakan pemendekan dari kata curhat dan colongan. Kata curcol diambil dari tiga huruf pertama dari suku kata pertama „curhat‟ dan tiga huruf pertama dari suku kata kedua „colongan‟. Sebenarnya curhat sendiri merupakan suatu pemendekan dari kata curahan dan hati. Curcol dapat diartikan sebagai curahan hati colongan karena sebenarnya orang tersebut tidak ingin menceritakan isi hati tetapi karena sudah terlajur maka orang tersebut melanjutkan menceritakan curahan hatinya.
2.2.1.2 Penyingkatan Berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan (2007: 22) singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Pembentukan kata tidak baku berupa singkatan dapat ditemukan sebagai berikut: (16) Loe masih HTS sama dia, kenapa gak langsung pacaran aja sih kan gak enak HTS-an. (informan) (17) Heran deh kenapa yah kita tuh sukanya SKS terus. (informan) (18) Ceritanya loe CLBK nih sama dia? (informan) (19) Jangan lewatkan lagu OMG (featuring Ludacris) yang super seru dan Papers yang konon adalah lagu curhat asmara si cowok berbadan six pack ini. (Gadis, edisi 16, hal 30)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Singkatan HTS pada contoh (16) merupakan „hubungan tanpa status‟. Kata ini sering digunakan untuk orang yang sudah dekat atau dapat diartikan sebagai pacaran tetapi tidak pacaran. Biasanya mereka lebih menyukai hubungan yang tidak yang tidak ada status daripada ada status pacaran. Singkatan SKS pada contoh (17) merupakan „sistem kebut semalam‟. Kata ini biasa digunakan untuk mengerjakan tugas yang dikerjakan terlalu mendadak dan itu terkesan terburu-buru maka dinamakan „sistem kebut semalam‟ dikarenakan juga dikerjakan dalam waktu semalam. Kata SKS juga mempunyai singkatan yang lain yaitu „sistem kredit semester‟. Jika singkatan SKS (sistem kredit semester) ini digunakan dalam perkulihan atau untuk mengambil jumlah mata kuliah. Singkatan
CLBK pada contoh (18) merupakan „cinta lama bersemi
kembali‟. Kata ini biasa digunakan untuk orang yang pernah berpacaran lalu putus tetapi sekarang berpacaran kembali maka dinamakan cintanya bersemi kembali seperti dahulu waktu masih berpacaran. Singkatan OMG pada contoh (19) merupakan „oh my God‟. Singkatan ini diambil dari bahasa Inggris yang dapat diartikan sebagai oh Tuhanku. Singkatan ini sering digunakan untuk menunjukan bahwa seseorang sedang mengingat sang pencipta-Nya. Dalam konteks contoh (19), OMG tidak hanya untuk meluhurkan sang pencipta-Nya tetapi juga dapat dijadikan sebuah judul lagu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.2
34
Pembentukan Berupa Penggunaan dalam Serapan Bahasa Asing
2.2.2.1 Penggunaan Serapan dari Bahasa Inggris (20) Daripada meladeni complain mereka, mendingan kamu selesaikan tugasmu itu. (Gadis edisi 16, hal 38) (21) Perbedaan koleksian limited edition dengan koleksian umumnya adalah efek 3 dimensi pada bahan denim pilihan yang merupakan keunggulan LEA PREMIUM SERIES. (Gadis, edisi 16, hal 51) (22) Itu karena friend list di facebook GADIS sudah penuh. (Gadis edisi 16, hal 20) (23) Mau nonton DVD atau chatting seharian, jalan-jalan ke mall sama teman, ke luar kota atau ke luar negeri, semuanya menyenangkan. (Gadis, edisi 16,hal 10) (24) Sekalian bocoran angle fotonya tuh. (Gadis, edisi 16, hal 10) (25) Kalau perlu bikin jadwal belajar rutin di antara jadwal refreshing yang lain seperti majalah GADIS. (Gadis, edisi 16, hal 12) (26) Apalagi dia suka memberi surprise kecil yang membuatmu jadi tambah sayang sama dia. (Gadis, edisi 16, hal 39) (27) Aku sering hunting baju di sini, soalnya banyak baju lucu yang harganya murah. (CosmoGirl, edisi Maret) (28) Kalau kelakuannnya nggak ngenakin, baru deh aku remove dari friend list,hehehe... (Gadis, edisi 18, hal 20) Contoh (20) dan (21) memiliki kesamaan yaitu sama-sama berbentuk frasa. Pada contoh (20) frasa meladeni complain merupakan diserap dari bahasa Inggris tetapi serapan ini dicampur dengan bahasa Indonesia. Kata meladeni
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
mempunyai arti „melayani‟, sedangkan kata complain yang diserap dari bahasa Inggris mempunyai arti „mengeluh‟ (Kamus Inggris-Indonesia, 2007: 132) Contoh (21) frasa limited edition diserap dari bahasa Inggris yang dapat diartikan sebagai „edisi terbatas‟. Frasa limited edition ini sering digunakan dalam berbagai hal. Jika memakai kata ini terkesan membuat kita harus segera membeli barang tersebut agar kita tidak ketinggalan zaman. Selain itu pada contoh (22) frasa friend list merupakan serapan dari bahasa Inggris yang berarti „daftar teman‟. Frasa friend list ini biasa digunakan dalam dunia jejaring sosial seperti facebook. Orang sudah terbiasa menggunakan frasa ini karena dalam dunia facebook, istilah seperti ini banyak digunakan. Kata chatting dalam contoh (23) memiliki arti „bercakap-cakap‟. Chatting sendiri sering digunakan dalam dunia jejaring sosial, biasanya dipakai untuk bercakap-cakap dengan orang lain bisa yang berjarak jauh ataupun yang berjarak dekat. Pada contoh (24) kata angle memiliki arti „sudut‟. Kata angle sering digunakan dalam dunia fotografi untuk menentukan sudut mana yang cocok untuk diambil gambarnya. Pada „menyegarkan‟
contoh (Kamus
(25)
kata
refreshing
Inggris-Indonesia,
dapat
2007:
diartikan
473).
Orang
sebagai sering
menggunakan refreshing untuk mengatakan bahwa orang tersebut ingin mempunyai rasa yang menyegarkan karena ingin melepaskan beban seperti masalah atau beban pekerjaan yang mereka alami.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
Pada contoh (26) kata surprise dapat diartikan sebagai „kejutan‟. Dengan menggunakan kata surprise terkesan kejutan yang diberikan benar-benar mengejutkan dan sangat berarti untuk yang diberi kejutan. Pada contoh (27) kata hunting dapat diartikan sebagai „perburuan‟. Hunting tidak hanya digunakan untk berburu tempat tapi bisa digunakan untuk dunia fotografi, atau seperti pada konteks contoh (23) hunting digunakan untuk mencari baju. Pada contoh (28) kata remove dalam Kamus Inggris-Indonesia berarti „jauhnya , derajat; menghilangkan; memberhentikan‟ (2007: 477). Sesuai dnegan konteks contoh (28), remove dapat dikatakan untuk menghilangkan atau menghapus daftar pertemanan.
2.2.2.2 Penggunaan Serapan dari Bahasa Daerah (29) Tapi, kalo kamu lagi pengen ngumpet, aplikasi ini bisa membuat keberadaanmu langsung ketahuan. (CosmoGirl, edisi Februari) (30) Ini terkuak saat diajak ngobrol pada sese wawancara, ada yang pengin jadi pembalap, ahli akupuntur, artis, model. (Gadis, edisi 16 hal 92) (31) Mulai dari salesman yang ngotot sampai tante-tante super cerewet, bisa kita „usir‟ secara halus dari depan pintu rumah. (Gadis, edisi 16, hal 99) (32) Sebenarnya, aku senang saja tapi lama-lama jadi risih juga kalau gaya berpakaianku ikut dibanding-bandingkan dengan Mey Chan. (CosmoGirl, edisi Februari) (33) Saat liburan, gue berencana berangkat ke bandung naik mobil travel. (CosmoGirl, edisi Januari)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
Dari contoh (29) dapat dilihat kata ngumpet karena kata tersebut merupakan penggunaan serapan bahasa asing dari bahasa daerah khususnya dari bahasa Jawa. Kata ngumpet ini sudah sering digunakan dalam kehidupan seharihari sehingga orang sudah tidak asing lagi. Kata ngumpet juga dapat diartikan sebagai „menyembunyikan, merahasiakan‟ (Purwadi, 2004: 379). Kata ngumpet dulu digunakan untuk permainan „petak umpet‟. Cara memainkan permainan ini yaitu dengan cara bersembunyi di suatu tempat agar tidak ketahuan, tetapi sekarang kata ngumpet tidak hanya untuk permainan saja tetapi sudah dapat digunakan dalam berbagai hal. Dari contoh (30) dapat dilihat kata ngobrol merupakan penggunaan serapan bahasa Jawa yang berarti „mengobrol, bercakap-cakap‟ (Purwadi, 2004: 379). Biasanya kata ngobrol dapat digunakan sebagai berbicara atau bercerita kepada orang lain. Berdasarkan Kamus Jawa Populer kata ngotot pada contoh (31) mempunyai arti „mengotot, menggunakan otot‟ (Purwadi,2004: 383). Kata ngotot memang terkesan seperti berbicara penuh emosi dan pendapatnya harus diterima oleh orang lain. Berdasarkan Kamus Jawa Populer kata risih pada contoh (32) mempunyai arti „risih, tak enak‟ (Purwadi, 2004: 498). Kata risih dapat membuat kesan tidak suka terhadap sesuatu hal atau sesuatu yang bersifat mengganggu sehingga untuk melakukan hal yang lain menjadi malas untuk dikerjakan. Dari contoh (33) kata gue merupakan serapan dari bahasa daerah yaitu bahasa Betawi atau bisa dikatakan bahasa Jakarta. Gue sendiri mempunyai arti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
„saya atau aku‟. Kata gue dapat digunakan semua kalangan dari kalangan remaja bahkan kalangan orang dewasapun sering menggunakan kata ini. Berbicara dengan menggunakan kata gue ini kita bisa terlihat lebih santai atau tidak kaku, tetapi jika kita menggunakan kata gue pada saat berbicara dengan orang yang lebih tua maka akan terlihat tidak sopan.
2.2.3
Pembentukan Berupa Penggunaan Istilah Lain (34) Meskipun lagi sibuk berat dengan GADIS Sampul 2010, tapi GADIS tetap memberikan edisi yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua Sobat Setia GADIS. (Gadis, edisi 17, hal 10) (35) Gila kece banget tuh cewek. (informan) (36) Bagi yang jomblo, nggak mikirin pacaran karena masih seru berteman banyak. (Gadis, edisi 16, hal 38) (37) Cewek tomboy yang suka tampil feminim ini juga terkenal berkat gaya ekletiknya yang menarik perhatian wartawan. (CosmoGirl, edisi Februari) (38) Dia baik, suka bersikap dewasa, tapi tengil juga. (CosmoGirl, edisi Februari) (39) Gue yakin dulu dia gak katro kayak sekarang. (CosmoGirl, edisi Februari) (40) Keren banget, apalagi ada Hot Issue tentang cerita lucu dan malumaluin 10 seleb beken. (Gadis, edisi 16, hal 12) (41) Sepertinya gebetan potensial itu tinggal nggak jauh dari rumahmu, deh. (Gadis, edisi 16, hal 39) (42) Kali ini GADIS mengajak dua teman kita Dhafinia Winda putri dari SMAN 98 Jakarta dan Gandes Salindri dari SMP Bintara Depok buat hang out di taman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
(Gadis edisi 16, hal 70)
Kata sobat pada contoh (34) merupakan istilah lain dari sahabat. Untuk membicarakan teman dekat biasa menggunakan dengan istilah sahabat, sobat, ataupun sohib. Tidak heran jika banyak orang dari dahulu suka menggunakan kata sobat. Kata sobat tidak sepenuhnya hilang begitu saja karena sampai sekarang masih digunakan seabagai istilah lain dari teman dekat. Kata kece pada contoh (35) merupakan istilah lain dari cantik. Kata kece tidak berarti selalu cantik tetapi dapat diartikan sebagai „ganteng‟. Menurut konteks pada contoh (35), kece sendiri dapat diistilahkan cewek yang terlihat cantik sekali sehingga membuat mata para lelaki tidak berhenti melihat. Kata jomblo pada contoh (36) merupakan istilah dari orang yang belum mempunyai pasangan baik itu pria maupun wanita. Mendengar kata jomblo kita akan berpikiran jika jomblo itu sama saja dengan orang yang tidak laku-laku dalam mencari pasangan. Mendengar kata jomblo kita akan merasakan dimana jomblo itu diistilahkan sebagai tidak mempunyai pasangan hanya sementara saja. Contoh (37) kata tomboy merupakan istilah lain dari perempuan yang berperilaku seperti anak laki-laki. Kelakuan perempuan tomboy biasanya bisa dilihat dari cara berpakaiannya, cara dandanannya yang seperti anak laki-laki, dan juga cara bersikapnya pun seperti anak laki-laki.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
Contoh (38) kata tengil merupakan istilah lain dari sombong. Kata tengil sering digunakan oleh orang yang sudah sangat sebal dengan seseorang maka menggunakan kata tengil. Tengil sendiri sebenarnya tidak baik diucapkan karena terkesan agak kasar dan terlihat arogan. Kata katro pada contoh (39) merupakan istilah lain dari „norak atau kampungan‟. Kata ini sering digunakan jika untuk membicarakan orang yang benar-benar kampungan ditambah lagi norak. Katro disini terkesan kasar dan tidak enak jika diucapkan untuk mengejek seseorang. Dari contoh (40), kata keren merupakan istilah lain dari „bagus atau menarik‟ Kata ini sering digunakan tidak hanya untuk menyatakan sesuatu hal yang baik saja tetapi keren disini juga dapat digunakan untuk menunjuk seseorang pria ataupun wanita. Dari contoh (41) kata gebetan merupakan istilah lain dari „calon pacar atau incaran seseorang‟. Gebetan disini merupakan seseorang pria atau wanita yang diincar untuk dijadikan sebagai pacar. Gebetan ini bisa saja nantinya tidak bisa dijadikan pacar karena adanya ketidakcocokan diantara mereka berdua. Dari contoh (42) kata hang out merupakan istilah lain yang berasal dari serapan bahasa Inggris. Berdasarkan Kamus Inggris-Indonesia, hang out sendiri mempunyai arti „tempat diam, tempat yang sering dikunjungi; tempat berkumpul, markas‟ (2007: 289).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.4
41
Pembentukan Berupa Pengaruh Bahasa Lisan (43) GADIS memang kreatif, nggak nyesel deh aku baca. (Gadis, edisi 16, hal 12) (44) Ini terkuak saat diajak ngobrol pada sesi wawancara, ada yang pengin jadi pembalap, ahli akupuntur, artis, model. (Gadis, edisi 16, hal 92) (45) Pernah, ngebayangin gimana rasanya masuk kuliah? (Gadis, edisi 17, hal 102) (46) Gimana sih Dis, cara ngilangin bintik-bintik merah ini. (Gadis, edisi 17, hal 122) (47) “Saling nyakitin?” Ocha nyaris tak percaya mendengarnya. (Gadis, edisi 18, hal 144) (48) Pertanyaanku kalau liburan nanti aku mau nginep di daerah pegunungan yang dingin, aku harus tetap pakai pelembap dan lotion ber-SPF juga nggak sih? (Gadis, edisi 18, hal 124)siapa tahu pacar kita cuma nggak ngeh kalau lagi dimanfaatin. (Gadis, edisi 18, hal 99) (49) Terus aku pikir, kenapa ini nggak diseriusin aja ? (Gadis, edisi 16, hal 24) Kata nyesel pada contoh (43) pada awal mulanya merupakan suatu
proses pembentukan afiksasi dari awalan meny- + kata sesal. Adanya pengaruh bahasa lisan inilah kata menyesal mengalami pelesapan menjadi nyesel. Menyesal sendiri dapat diartikan „merasa tidak senang (susah,kecewa) karena (telah melakukan) sesuatu yang kurang baik (dosa, kesalahan,dsb)‟. (KBBI, 2008: 1292) Kata ngobrol pada contoh (44) pada awal mulanya merupakan suatu proses pembentukan afiksasi dari awalan meng- + kata obrol. Adanya pengaruh bahasa lisan inilah kata mengobrol mengalami pelesapan menjadi ngobrol. Mengobrol sendiri dapat diartikan „bercakap-cakap atau berbincang-bincang secara santai tanpa pokok pembicaraan tertentu‟. (KBBI, 2008: 976)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
Kata ngebayangin pada contoh (45) pada awal mulanya merupakan suatu proses pembentukan afiksasi dari awalan mem- + kata bayang + akhiran kan. Adanya pengaruh bahasa lisan inilah kata menyelip mengalami pelesapan menjadi ngebayangin. Membayangkan sendiri dapat diartikan menggambarkan dalam pikiran atau mengemukakan pendapat tidak dengan terus terang. (KBBI, 2008: 152) Kata ngilangin pada contoh (46) pada awal mulanya merupakan suatu proses pembentukan afiksasi dari awalan meng- + kata hilang + akhiran -kan. Adanya pengaruh bahasa lisan inilah kata menghilangkan mengalami pelesapan menjadi ngilangin. Menghilangkan dapat diartikan sebagai „melenyapkan, membuat supaya hilang‟. (KBBI, 2008: 499) Kata nyakitin pada contoh (47) pada awal mulanya merupakan suatu proses pembentukan afiksasi dari awalan meny- + kata sakit + akhiran -kan. Adanya pengaruh bahasa lisan inilah kata menyakitkan mengalami pelesapan menjadi
nyakitin.
Menyakitkan
dapat
diartikan
sebagai
„menjadikan
(menyebabkan) sakit‟. (KBBI, 2008: 1205) Kata nginep pada contoh (48) pada awal mulanya merupakan suatu proses pembentukan afiksasi dari awalan meng- + kata inap. Adanya pengaruh bahasa lisan inilah kata menginap mengalami pelesapan menjadi nginep. Menginap sendiri dapat diartikan „menumpang tidur (di rumah orang, di hotel, dsb) atau bermalam‟. (KBBI, 2008: 530) Dari contoh (49) kata ngeh merupakan pengaruh bahasa lisan dari menyatakan penegasan bahwa seseorang itu tahu akan sesuatu hal. Dari contoh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
(50) kata diseriusin pada awal mulanya merupakan suatu proses pembentukan afiksasi dari awalan di- + kata serius + akhiran -kan. Adanya pengaruh bahasa lisan inilah kata „diseriuskan‟ mengalami pelesapan menjadi diseriusin.
2.2.5
Pembentukan Berupa Penghilangan Bunyi (50) Bentar lagi kan, aku kelas 9. (Gadis, edisi 16, hal 12) (51) Abis, selain cakep, kaya dan populer di kalangan cewek, dia juga baik hati dan religius. (Gadis, edisi 16, hal 31) (52) Teman aku heran kok aku tahu banyak, aku bilang aja kalau aku tahu dari kamu. (Gadis, edisi 18, hal 12)
Dapat dilihat pada contoh (51) kata bentar sebenarnya diambil dari kata „sebentar‟. Kata bentar mengalami penghilangan bunyi se- karena orang sering menggunakannya untuk lebih mempersingkat berbicara dengan lawan bicara. Kata abis pada contoh (52) juga mengalami penghilangan bunyi. Kata abis sebenarnya diambil dari kata „habis‟. Kata abis disini digunakan untuk menerangkan suatu penegasan dari kalimat tersebut. Dapat dilihat pada contoh (53) kata aja sebenarnya diambil dari kata „saja‟. Kata aja mengalami penghilangan bunyi huruf „s‟ karena orang sering menggunakannya untuk lebih mempersingkat berbicara dengan lawan bicara.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.6
44
Pembentukan Berupa Penggantian Diftong ‘au’ dengan ‘o’ dan ‘ai’ dengan ‘e’ (53) Online juga bisa bikin sodara ato teman jauh jadi lebih dekat dengan kita. (CosmoGirl, edisi Maret) (54) Tapi, kalo kamu lagi pengen ngumpet, aplikasi ini bisa membuat keberadaanmu langsung ketahuan. (CosmoGirl, edisi Februari) (55) Kalo udah sampe bilang yah, nanti aku tunggu di depan. (informan)
Pada contoh diatas terdapat penggantian diftong yaitu pada kalimat (54) terdapat dua kata dalam satu kalimat, sedangkan kalimat (55) terdapat satu kata. Kata sodara (54) seharusnya „saudara‟ yang mengalami penggantian diftong „au‟ menjadi „o‟. Kata sodara ini mengalami penggantian diftong di tengah kata. Kata ato (54) seharusnya „atau‟ dan kata kalo (55) seharusnya „kalau‟ yang mengalami diftong „au‟ menjadi „o‟ dan mengalami penggantian diftong di akhir kata. Kata sampe (56) seharusnya „sampai‟ yang mengalami diftong „ai‟ menjadi „e‟ dan mengalami penggantian diftong di akhir kata. 2.2.7 Pembentukan Berupa Baster (56) Hari gini kok masih heran bisa temenan sama orang ngetop. (Gadis, edisi 16, hal 74) (57) Dari pengalaman Gadis selama punya facebook, pasti ada saja deh cowok yang nge-add pakai nama aneh-aneh. (Gadis, edisi 18, hal 20) (58) Kadang dilema juga, mau diapprove atau nggak. (Gadis, edisi 18, hal 20)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
(59) Soalnya kalau diconfirm, biasanya langsung ngajak chat yang nggak jelas. (Gadis, edisi 18, hal 20)
Pada contoh (57) kata ngetop merupakan pembentukan bentuk dasar dari bahasa Inggris dengan proses afiksasi. Ngetop pada contoh (54) mempunyai pola awalan + kata yaitu nge- + top yang dapat berarti „populer‟. Pada contoh (58) kata nge-add merupakan pembentukan bentuk dasar dari bahasa Inggris ke dalam proses afiksasi. Nge-add pada contoh (55) mempunyai pola awalan + kata yaitu nge- + add yang dapat berarti „menambahkan‟. Nge-add merupakan sudah ada dalam istilah dalam jejaring sosial yang juja berarti menambahkan sebagai teman. Pada contoh (59) kata diapprove merupakan pembentukan bentuk dasar dari bahasa Inggris ke dalam proses afiksasi. Diapprove pada contoh (56) mempunyai pola awalan + kata yaitu di- + approve yang dapat berarti „disetujui‟. Pada contoh (60) kata diconfirm merupakan pembentukan bentuk dasar dari bahasa Inggris ke dalam proses afiksasi. Diconfirm pada contoh (57) mempunyai pola awalan + kata yaitu di- + confirm yang dapat berarti „pemberitahuan‟.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III NILAI RASA KATA TIDAK BAKU DALAM BAHASA INDONESIA
3.1 Pengantar Bab ini membahas nilai rasa kata tidak baku dalam bahasa Indonesia. Gejala penambahan rasa pada makna dasar ini biasa disebut dengan istilah nilai rasa. Dalam perkembangan bahasa nilai rasa ini tetap menyertai kata yang bersangkutan, dimaklumi oleh masyarakat pemakai bahasa, diluar masyarakat pemakai itu biasanya kurang dipahami. Barang siapa mengalami pemakaian bahasa lisan lagu dan gerak-gerik pengucap turut serta menetapkan rasa pemakai bahasa. Kata yang sama karenanya dapat mempunyai makna yang berbeda-beda. (Slametmuljana, 1964: 31). Perincian nilai rasa sebagai anasir subjektif pemakai bahasa terdiri dari perasaan dan penilaian. Penilaian itu sendiri dapat terdiri dari (1) kata ganti diri, (2) kata kerja, (3) kata sifat atau keadaan. Berikut dipaparkan uraian tentang nilai rasa kata tidak baku dalam bahasa Indonesia.
3.2 Nilai Rasa berupa Perasaan Dalam buku Slametmuljana (1964: 41) yang dimaksud dengan perasaan disini ialah gerak hati pemakai bahasa yang menyertai kata yang digunakan. Dalam bidang ini termasuk rasa marah, belas kasihan, takut, puas, gembira, dan sebagainya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
(61) Rasanya pasti deg-degan dan bikin keluar keringat dingin. (Gadis, edisi 16, hal 25) Kata deg-degan pada contoh (61) dapat berarti ‘berdebar-debar’ (KBBI, 2001: 245). Jika dilihat dari nilai rasanya, kata deg-degan dirasa lebih menunjukkan rasa yang benar-benar khawatir terhadap sesuatu hal. (61a)
Rasanya pasti berdebar-debar dan bikin keluar keringat dingin. (61b) Rasanya pasti cemas dan bikin keluar keringat dingin. Deg-degan sendiri mempunyai istilah lain yaitu berdebar-debar dan cemas. Deg-degan, berdebar-debar, dan cemas pada dasarnya mempunyai arti yang sama tetapi dalam kehidupan sehari-hari orang terkadang ingin mengatakan yang lebih santai agar dalam komunikasi lebih berkesan lebih mudah dipahami. Jika kita mengatakan berdebar-debar seperti pada contoh (61a) atau cemas pada contoh (66b) maka kesan yang didapatkan adalah terlihat agak formal atau kaku.
3.3 Nilai Rasa berupa Penilaian Perasaan simpati dan antipasti pada hakekatnya adalah penilaian pemakai bahasa terhadap barang sesuatu. Penilaian para anggota masyarakat bahasa terhadap kata-kata yang digunakan dalam lingkungannya masing-masing terserah kepada mereka sendiri karena pada hakekatnya penilaian itu adalah hak mereka sepenuhnya (Slametmuljana 1964: 42). 3.3.1 Penilaian Nilai Rasa berupa Kata Ganti Diri Orang Pertama Tunggal Contoh penilaian nilai rasa berupa kata ganti diri orang pertama tunggal dipaparkan sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
(62) Waktu gue lebih banyak dihabiskan untuk mengerjakan desain. (CosmoGirl, edisi Februari) Dari contoh (62) kata gue merupakan serapan dari bahasa daerah yaitu bahasa Betawi atau bisa dikatakan bahasa Jakarta. Gue sendiri mempunyai arti ‘saya atau aku’. Kata gue dapat digunakan semua kalangan dari
kalangan
remaja
bahkan
kalangan
orang
dewasapun
sering
menggunakan kata ini. Berbicara dengan menggunakan kata gue ini kita bisa terlihat lebih santai atau tidak kaku. (62a) Waktu aku lebih banyak dihabiskan untuk mengerjakan desain. (62b) Waktu saya lebih banyak dihabiskan untuk mengerjakan desain. Ada hal yang unik antara kata gue, aku, dan saya. Semua kata itu mempunyai mulai rasa yang berbeda-beda. Kata gue pada contoh (62) digunakan untuk kesan lebih santai dalam komunikasi. Kata aku pada contoh (62a) digunakan oleh anak Jakarta untuk berkomunikasi dengan pacar mereka. Jika mereka berbicara dengan teman mereka tidak sering menggunakan kata aku karena kata aku digunakan untuk orang pacaran saja, oleh karena itu anak Jakarta sering sekali mengatakan kata gue. Kata gue sekarang ini tidak hanya dipakai oleh anak Jakarta saja tetapi dapat dipakai oleh semua orang. Kata saya pada contoh (62b) digunakan untuk berbicara yang sopan kepada orang tua atau orang dewasa, tidak pantas mengatakan kata gue didepan orang yang lebih tua.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
3.3.2 Penilaian Nilai Rasa berupa Kata Kerja Berikut ini adalah beberapa penilaian nilai rasa berupa kata kerja yang penulis temukan (63) Aku sering hunting baju di sini, soalnya banyak baju lucu yang harganya murah. (CosmoGirl, edisi Maret) Kata hunting memiliki arti ‘pemburuan atau pergi berburu sesuatu’ (Kamus Inggris-Indonesia, 2007: 307). Hunting pada contoh (63) dapat diibaratkan sebagai hewan yang sedang berlari dan ketika ingin ditangkap hewan tersebut dapat dengan mudah hilang dari pandangan. Hal tersebut dapat membuat kita yang mengejar harus segera mencari hewan tersebut sampai
dapat
dan
ini
menimbulkan
ketergesa-gesaan.
Dalam
perkembangannya, kata hunting mengalami perluasan makna yang dapat digunakan untuk mencari sesuatu dalam hal apapun. Pada contoh (63), hunting juga digunakan sebagai pergi berburu baju yang bagus. (63a) Aku sering mencari baju di sini, soalnya banyak baju lucu yang harganya murah. Kata mencari seperti pada contoh (63a) memiliki arti berusaha mendapatkan (menemukan, memperoleh); berusaha mendapatkan nafkah (rezeki); memilih (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 245). Lain halnya dengan mencari, orang lebih mengenal hunting sebagai istilah mencari. Jika menggunakan kata mencari, akan terkesan tidak adanya unsur tergesa-gesa karena tidak adanya target yang harus dicari. Jika hunting, terkesan ada unsur tergesa-gesa karena harus mendapatkan sesuatu yang dicari tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
(64) Selain bisa kongkow sama teman dan ibu kantin, aku juga bisa menyantap makanan favorit aku, mie rebus. (Gadis, edisi 18,hal 16) Pada contoh (64) kongkow dapat diartikan sebagai ‘nongkrong’, karena kita sering mengikuti tren maka untuk mengatakan nongkrong saja kita harus menggunakan kata kongkow. Untuk kalangan muda, kata kongkow ini sudah menjadi tren dan biasanya anak muda akan tahu apa artinya. Dengan menggunakan kata kongkow maka akan terkesan bahwa kita akan berkumpul bersama teman-teman dalam jumlah yang besar. (64a) Selain bisa nongkrong sama teman dan ibu kantin, aku juga bisa menyantap makanan favorit aku, mie rebus. Kata kongkow dan nongkrong pada dasarnya memiliki arti yang sama. Nongkrong dan kongkow sendiri dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang santai di suatu tempat yang bisa terdiri dari satu orang atau beberapa orang. Dilihat dari penggunaannya, kata nongkrong lebih sering digunakan dari kalangan anak muda sampai orang dewasa, sedangkan kongkow lebih sering digunakan oleh anak-anak muda.
(65) Oleh karena itu band yang digawangi oleh Angga (vokal), Galih (gitar), Randy (gitar), Ezsa (bass), Dedy (keyboard), dan K-ting (drum) ini mengedepankan lagu Sayang sebagai singel utama di album yang berjudul Bercahaya ini. (Gadis, edisi 16, hal 25) Makna digawangi pada contoh (65) dahulu dipakai sebagai istilah dalam persepakbolaan tetapi saat ini maknanya tidak hanya dalam dunia sepak bola saja tetapi dapat juga menjadi istilah dalam musik. Kata gawang mempunyai arti yaitu dua tiang yang dihubungkan dengan kayu palang pada bagian ujung atas; dua tiang yang berpalang sebagai tempat sasaran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
memasukkan bola (dalam permainan sepak bola) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 422). Selain itu digawangi jika dalam dunia sepak bola dapat berarti dijaga oleh seorang kiper. Digawangi pada contoh (65), lebih dimaksudkan sebagai sebuah band yang beranggotakan beberapa orang, tidak sebagai pemimpin. (65a) Oleh karena itu band yang dipimpin oleh Angga (vokal), Galih (gitar), Randy (gitar), Ezsa (bass), Dedy (keyboard), dan K-ting (drum) ini mengedepankan lagu Sayang sebagai singel utama di album yang berjudul Bercahaya ini. Kata digawangi pada contoh (65) dan kata dipimpin (65a) mempunyai nilai rasa yang berbeda jika digunakan. Jika kata digawangi memang digunakan pada mulanya sebagai istilah persepakbolaan tetapi sekarang ini istilah itu mulai bergeser sebagai istilah dalam dunia musik. Pada saat ini orang lebih mengenal digawangi sebagai sesuatu yang dijaga dan penjaga tersebut disebut sebagai seorang kiper. Pada kata dipimpin dapat diartikan band tersebut hanya dipimpin oleh satu orang, tetapi jika memakai kata digawangi orang akan beranggapan bahwa band tersebut memang beranggotakan oleh seluruh anggota band.
3.3.3 Penilaian Nilai Rasa berupa Kata Sifat atau Keadaaan Berikut ini adalah beberapa penilaian nilai rasa berupa kata kerja yang penulis temukan. (66) Kenapa para seleb ini semakin nyentrik dan tambah rajin berebut headline di berbagai media? (CosmoGirl, edisi Maret)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Pada contoh (66) kata nyentrik dapat diartikan sebagai ‘suka berbuat sesuatu yang aneh-aneh’. Nyentrik identik digunakan untuk komunikasi yang santai, tidak formal, dan juga dapat digunakan dalam konteks bersenda gurau. Orang menggunakan kata nyentrik ini jika benar-benar orang yang melakukan sesuatu itu melakukannya dengan yang aneh-aneh. Selain itu, nyentrik dapat digunakan sebagai sarana mencari perhatian ke orang lain. Jika melakukan tindakan nyentriknya ke arah yang positif maka orang yang melihat akan biasa saja, tetapi jika melakukan tindakan nyentriknya ke arah negatif maka akan menjadi pembicaraan orang lain. (66a) Kenapa para seleb ini semakin aneh dan tambah rajin berebut headline di berbagai media? Kata aneh pada contoh (66a) merupakan kata yang biasa sehingga tidak ada rasa yang khusus jika mengatakan kata tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 62), kata aneh dapat berarti ‘berbeda dengan yang biasa kita lihat (dengar,dsb); ajaib; ganjil’. Jika mengatakan kata nyentrik rasa yang akan ditimbulkan lebih kepada ciri khas seseorang, sedangkan kata aneh lebih digunakan untuk hal-hal yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. (67) Hari gini kok masih heran bisa temenan sama orang ngetop. (Gadis, edisi 16, hal 74) Kata ngetop pada contoh (67) mengalami pelesapan dari awalan meyang dapat berarti ‘menjadi terkenal’ (KBBI, 2001: 1206). Kita sering mengatakan ngetop karena mengikuti ‘gaya’ yang terjadi pada sekarang ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Orang yang berhasil dalam sesuatu hal atau mendapatkan popularitas yang luar biasa maka orang itu akan disebut top. (67a) Hari gini kok masih heran bisa temenan sama orang populer. Kata populer pada contoh (67a) juga sering digunakan tetapi untuk mengatakan orang tersebut terkenal, kata ngetop lebih sering digunakan. Populer dapat diartikan ‘ dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umunya, mudah dipahami orang banyak; disukai dan dikagumi orang banyak (KBBI, 2001: 889).
3.3.4 Penilaian Nilai Rasa berupa Prestise Berikut ini adalah beberapa penilaian nilai rasa berupa kata kerja yang penulis temukan. (68) Aku sering hunting baju di sini, soalnya banyak baju lucu yang harganya murah. (CosmoGirl, edisi Maret) Pada contoh (68) kata hunting dapat diartikan sebagai ‘perburuan’. Hunting tidak hanya digunakan untk berburu tempat tapi bisa digunakan untuk dunia fotografi, atau seperti pada konteks contoh (68), hunting digunakan untuk mencari baju. Hunting digunakan untuk menunjukkan prestise seseorang jika sedang berbicara dengan orang lain. (68a) Aku sering mencari baju di sini, soalnya banyak baju lucu yang harganya murah. Kata mencari pada contoh (68a) tidak menunjukkan prestise seseorang karena kata mencari merupakan hal yang biasa digunakan dalam berbicara dengan orang lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
(69) Perbedaan koleksian limited edition dengan koleksian umumnya adalah efek 3 dimensi pada bahan denim pilihan yang merupakan keunggulan LEA PREMIUM SERIES. (Gadis, edisi 16, hal 51) Contoh (69) frasa limited edition diserap dari bahasa Inggris yang dapat diartikan sebagai ‘edisi terbatas’. Frasa limited edition ini sering digunakan dalam berbagai hal. Jika memakai kata ini terkesan membuat kita harus segera membeli barang tersebut agar kita tidak ketinggalan zaman. Dengan mengatakan limited edition ini maka akan menunjukkan gaya berbicara keinggris-inggrisan dalam berbicara dengan orang lain, maka ini akan menunjukkan prestise seseorang. (69a) Perbedaan koleksian edisi terbatas dengan koleksian umumnya adalah efek 3 dimensi pada bahan denim pilihan yang merupakan keunggulan LEA PREMIUM SERIES. (Gadis, edisi 16, hal 51) Frasa edisi terbatas pada contoh (69a), jika diucapkan dengan lawan bicara tidak ada rasa prestisenya sehingga orang terbiasa mengatakan dengan limited edition.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis proses pembentukan dan nilai rasa kata tidak baku dalam bahasa Indonesia, penulis menarik kesimpulan bahwa terdapat 7 jenis proses pembentukan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia dan 2 jenis nilai rasa kata tidak baku dalam bahasa Indonesia. Pertama, proses pembentukan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia diklasifikasikan
berdasarkan
7
bagian,
meliputi
pembentukan
berupa
pemendekan, pembentukan berupa penggunaan dalam serapan bahasa asing, pembentukan berupa penggunaan istilah lain, pembentukan berupa pengaruh bahasa lisan, pembentukan berupa penghilangan bunyi, pembentukan berupa penggantian diftong ‘au’ dengan ‘o’ dan ‘ai’ dengan ‘e’, dan pembentukan berupa baster. Pembentukan berupa pemendekan meliputi akronim dan singkatan. Pemendekan berupa akronim terdiri atas 6 jenis, meliputi akronim yang berupa penghilangan bunyi sebagian, akronim yang berupa pengekalan suku pertama dari tiap komponen, akronim yang berupa pengekalan tiga huruf pertama komponen pertama dan dua huruf pertama komponen kedua, akronim yang berupa pengekalan satu huruf pertama komponen pertama dan satu huruf pertama komponen kedua, akronim yang berupa pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua, akronim yang berupa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
pengekalan tiga huruf pertama komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua. Pembentukan berupa penggunaan dalam serapan bahasa asing meliputi penggunaan serapan dari bahasa Inggris dan penggunaan serapan dari bahasa daerah. Kedua, nilai rasa kata tidak baku dalam bahasa Indonesia diklasifikasikan berdasarkan 2 bagian, meliputi nilai rasa berupa perasaan dan nilai rasa berupa penilaian. Nilai rasa berupa penilaian dibagi menjadi penilaian nilai rasa berupa kata ganti orang pertama tunggal, penilaian nilai rasa berupa kata kerja, penilaian nilai rasa berupa kata sifat atau keadaan, dan penilaian nilai rasa berupa prestise.
4.2 Saran Saran penulis, akan lebih baik jika penelitian ini tidak hanya meneliti pada media massa cetak melainkan dapat juga meneliti pada media massa elektronik. Penggunaan kata tidak baku di zaman sekarang ini semakin maju, oleh karena itu peneliti lain harus dapat meneliti penggunaan kata tidak baku yang berbentuk lisan atau visual. Selain itu, penelitian ini dapat mengkaji objek yang lebih beragam, yang dapat menambah wawasan baru tentang fenomena bahasa Indonesia yang diharapkan semakin mendukung variasi bahasa dan menambah kayanya kajian linguistik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA 1.
Sumber Pustaka Azwida, Ade. 2009. “Pemakaian Bahasa Gaul Pada Iklan Produk Komersial Televisi”. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. _____. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Echols, John M, dan Hassan Shadily. 2007. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Penerbit Carasvatibooks. Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Leech, Geoffrey. 2003. Semantik. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mastuti, Indari. 2008. Bahasa Baku vs Bahasa Gaul. Jakarta: Hi-Fest Publishing. Purwadi. 2004. Kamus Jawa-Indonesia Populer. Yogyakarta: Media Abadi. Ramlan, M. 1979. Ilmu Bahasa Indonesia: Morfologi, Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: UP Karyor. Slametuljana. 1964. Semantik (Ilmu Makna). Jakarta: Penerbit Djambatan. Sumarsono & Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
Sumber Online Liputan 6 SCTV (19 Oktober2010 : 12.00 pm) http://www.google.co.id
3.
Sumber Data 2007. Gadis. Edisi 16 13-23 April 2007. Jakarta. 2007. Gadis. Edisi 17 24 April – 4 Mei 2007. Jakarta. 2007. Gadis. Edisi 18 5-15 Mei 2007. Jakarta. 2011. Cosmogirl. Januari 2011. Jakarta. 2011. Cosmogirl. Februari 2011. Jakarta. 2011. Cosmogirl Maret 2011. Jakarta.
58
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
LAMPIRAN I
(1) Malam itu ia masih curhat sama aku. (2) Kamu masih saja ikut mood yang jelek. (3) Aku deg-degan sekali menghadapinya. (Gadis, edisi 18, hal 84) (4) Aku sering hunting baju di sini, soalnya banyak baju lucu yang harganya murah. (Cosmogirl, edisi Maret)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
LAMPIRAN II
A. PROSES PEMBENTUKAN KATA TIDAK BAKU (1) Baca juga pengalaman liburan para seleb dalam dan luar negeri yang membagi cerita serunya buat kamu. (Gadis, edisi 16, hal 10)
(2) Takutnya aku nggak konsen belajar gara-gara baca majalah. (Gadis, edisi 16, hal 12)
(3) Di Rubrik, eh tau nggak bahas tentang ciri-ciri anak alay dong. (Gadis, edisi 16, hal 12)
(4) Gadis buat NonBar (Nonton Bareng) di Medan dong. (Gadis, edisi 16, hal 12)
(5) Tidak ada si mbak yang bersedia menyiapkan segala sesuatu atau ortu yang memanjakanmu. (CosmoGirl, edisi Januari)
(6) Cowok adalah tempat curhat yang aman karena mereka tidak suka gosip. (CosmoGirl, edisi Februari)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
(7) Akhirnya, BB jadi lemot dan cepat rusak. (CosmoGirl, edisi Januari)
(8) Untungnya dia bukan cowok sok pede. (CosmoGirl, edisi Februari)
(9) Bete banget kan!? (CosmoGirl, edisi Februari)
(10) Sekarang gimana gue nggak jadi ilfil sama dia. (Gadis, edisi 18, hal 14)
(11) Di ruangan penjurian digunakan oleh sebagian besar unggulan untuk curcol. (Gadis, edisi 16, hal 93)
(12) Loe masih HTS sama dia, kenapa gak langsung pacaran aja sih kan gak enak HTSan. (informan)
(13) Heran deh kenapa yah kita tuh sukanya SKS terus. (informan)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
(14) Ceritanya loe CLBK nih sama dia? (informan)
(15) Jangan lewatkan lagu OMG (featuring Ludacris) yang super seru dan Papers yang konon adalah lagu curhat asmara si cowok berbadan six pack ini. (Gadis, edisi 16, hal 30)
(16) Daripada meladeni complain mereka, mendingan kamu selesaikan
tugasmu itu.
(Gadis, edisi 16, hal 38)
(17) Perbedaan koleksian limited edition dengan koleksian umumnya adalah efek 3 dimensi pada bahan denim pilihan yang merupakan keunggulan LEA PREMIUM SERIES. (Gadis, edisi 16, hal 51)
(18) Itu karena friend list di facebook GADIS sudah penuh. (Gadis edisi 16, hal 20)
(19) Mau nonton DVD atau chatting seharian, jalan-jalan ke mall sama teman, ke luar kota atau ke luar negeri, semuanya menyenangkan. (Gadis, edisi 16, hal 10)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
(20) Sekalian bocoran angle fotonya tuh. (Gadis, edisi 16, hal 10)
(21) Kalau perlu bikin jadwal belajar rutin di antara jadwal refreshing yang lain seperti majalah GADIS. (Gadis, edisi 16, hal 12)
(22) Apalagi dia suka memberi surprise kecil yang membuatmu jadi tambah sayang sama dia. (Gadis, edisi 16, hal 39)
(23) Aku sering hunting baju di sini, soalnya banyak baju lucu yang harganya murah. (CosmoGirl, edisi Maret)
(24) Kalau kelakuannnya nggak ngenakin, baru deh aku remove dari friend list,hehehe... (Gadis, edisi 18, hal 20)
(25) Tapi, kalo kamu lagi pengen ngumpet, aplikasi ini bisa membuat keberadaanmu langsung ketahuan. (CosmoGirl, edisi Februari)
(26) Ini terkuak saat diajak ngobrol pada sese wawancara, ada yang pengin jadi pembalap, ahli akupuntur, artis, model.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
(Gadis, edisi 16 hal 92)
(27) Mulai dari salesman yang ngotot sampai tante-tante super cerewet, bisa kita „usir‟ secara halus dari depan pintu rumah. (Gadis, edisi 16, hal 99)
(28) Sebenarnya, aku senang saja tapi lama-lama jadi risih juga kalau gaya berpakaianku ikut dibanding-bandingkan dengan Mey Chan. (CosmoGirl, edisi Februari)
(29) Saat liburan, gue berencana berangkat ke bandung naik mobil travel. (CosmoGirl, edisi Januari)
(30) Meskipun lagi sibuk berat dengan GADIS Sampul 2010, tapi GADIS tetap memberikan edisi yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua Sobat Setia GADIS. (Gadis, edisi 17, hal 10)
(31) Gila kece banget tuh cewek. (informan)
(32) Bagi yang jomblo, nggak mikirin pacaran karena masih seru berteman banyak. (Gadis, edisi 16, hal 38)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
(33) Cewek tomboy yang suka tampil feminim ini juga terkenal berkat gaya ekletiknya yang menarik perhatian wartawan. (CosmoGirl, edisi Februari)
(34) Dia baik, suka bersikap dewasa, tapi tengil juga. (CosmoGirl, edisi Februari)
(35) Gue yakin dulu dia gak katro kayak sekarang. (CosmoGirl, edisi Februari)
(36) Keren banget, apalagi ada Hot Issue tentang cerita lucu dan malu-maluin 10 seleb beken. (Gadis, edisi 16, hal 12)
(37) Sepertinya gebetan potensial itu tinggal nggak jauh dari rumahmu, deh. (Gadis, edisi 16, hal 39)
(38) Kali ini GADIS mengajak dua teman kita Dhafinia Winda putri dari SMAN 98 Jakarta dan Gandes Salindri dari SMP Bintara Depok buat hang out di taman. (Gadis edisi 16, hal 70)
(39) GADIS memang kreatif, nggak nyesel deh aku baca. (Gadis, edisi 16, hal 12)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
(40) Ini terkuak saat diajak ngobrol pada sesi wawancara, ada yang pengin jadi pembalap, ahli akupuntur, artis, model. (Gadis, edisi 16, hal 92)
(41) Pernah, ngebayangin gimana rasanya masuk kuliah? (Gadis, edisi 17, hal 102)
(42) Gimana sih Dis, cara ngilangin bintik-bintik merah ini. (Gadis, edisi 17, hal 122)
(43) “Saling nyakitin?” Ocha nyaris tak percaya mendengarnya. (Gadis, edisi 18, hal 144)
(44) Pertanyaanku kalau liburan nanti aku mau nginep di daerah pegunungan yang dingin, aku harus tetap pakai pelembap dan lotion ber-SPF juga nggak sih? (Gadis, edisi 18, hal 124)
(45) Siapa tahu pacar kita cuma nggak ngeh kalau lagi dimanfaatin. (Gadis, edisi 18, hal 99)
(46) Terus aku pikir, kenapa ini nggak diseriusin aja ? (Gadis, edisi 16, hal 24)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
(47) Bentar lagi kan, aku kelas 9. (Gadis, edisi 16, hal 12)
(48) Abis, selain cakep, kaya dan populer di kalangan cewek, dia juga baik hati dan religius. (Gadis, edisi 16, hal 31)
(49) Teman aku heran kok aku tahu banyak, aku bilang aja kalau aku tahu dari kamu. (Gadis, edisi 18, hal 12)
(50) Online juga bisa bikin sodara ato teman jauh jadi lebih dekat dengan kita. (CosmoGirl, edisi Maret)
(51) Tapi, kalo kamu lagi pengen ngumpet, aplikasi ini bisa membuat keberadaanmu langsung ketahuan. (CosmoGirl, edisi Februari)
(52) Kalo udah sampe bilang yah, nanti aku tunggu di depan. (informan)
(53) Hari gini kok masih heran bisa temenan sama orang ngetop. (Gadis, edisi 16, hal 74)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
(54) Dari pengalaman Gadis selama punya facebook, pasti ada saja deh cowok yang ngeadd pakai nama aneh-aneh. (Gadis, edisi 18, hal 20)
(55) Kadang dilema juga, mau diapprove atau nggak. (Gadis, edisi 18, hal 20)
(56) Soalnya kalau diconfirm, biasanya langsung ngajak chat yang nggak jelas. (Gadis, edisi 18, hal 20)
B. NILAI RASA KATA TIDAK BAKU (1) Rasanya pasti deg-degan dan bikin keluar keringat dingin. (Gadis, edisi 16, hal 25)
(2) Waktu gue lebih banyak dihabiskan untuk mengerjakan desain. (CosmoGirl, edisi Februari)
(3) Aku sering hunting baju di sini, soalnya banyak baju lucu yang harganya murah. (CosmoGirl, edisi Maret)
(4) Selain bisa kongkow sama teman dan ibu kantin, aku juga bisa menyantap makanan favorit aku, mie rebus. (Gadis, edisi 18,hal 16)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
(5) Oleh karena itu band yang digawangi oleh Angga (vokal), Galih (gitar), Randy (gitar), Ezsa (bass), Dedy (keyboard), dan K-ting (drum) ini mengedepankan lagu Sayang sebagai singel utama di album yang berjudul Bercahaya ini. (Gadis, edisi 16, hal 25)
(6) Kenapa para seleb ini semakin nyentrik dan tambah rajin berebut headline di berbagai media? (CosmoGirl, edisi Maret)
(7) Hari gini kok masih heran bisa temenan sama orang ngetop. (Gadis, edisi 16, hal 74)
(8) Aku sering hunting baju di sini, soalnya banyak baju lucu yang harganya murah. (CosmoGirl, edisi Maret)
(9) Perbedaan koleksian limited edition dengan koleksian umumnya adalah efek 3 dimensi pada bahan denim pilihan yang merupakan keunggulan LEA PREMIUM SERIES. (Gadis, edisi 16, hal 51)