PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
UJI EFEK ANTI INFLAMASI EKSTRAK ETANOL AKAR KROKOT BELANDA (Talinum triangulare (Jacq.)Willd) PADA MENCIT PUTIH BETINA
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Agnes Meiriana NIM : 038114121
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
UJI EFEK ANTI INFLAMASI EKSTRAK ETANOL AKAR KROKOT BELANDA (Talinum triangulare (Jacq.)Willd) PADA MENCIT PUTIH BETINA
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Agnes Meiriana NIM : 038114121
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
ii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
^xà|~t }tÄtÇ {tÅÑt? t~â ^tâ ÑâÄ|{~tÇ ^xà|~t Ñâàâá tát? t~â ^tâ ~âtà~tÇ ^xà|~t ÄxÄt{? t~â ^tâ áxztÜ~tÇ fx}tâ{ ÑxÜ}tÄtÇtÇ çtÇz àxÄt{ ~âàxÅÑâ{ gt~ áxwxà|~ ÑâÇ t~â ~x{|ÄtÇztÇ ~tá|{`â `âÇz~|Ç àt~ ~âÑt{tÅ| TÑt çtÇz ~|Ç| t~â tÄtÅ| atÅâÇ ~â àtâ Ñtáà| ^tá|{ TÄÄt{~â àt~ t~tÇ uxÜ{xÇà| ^tÇ ~â ~âáxÜt{~tÇ áxÅât ÑxÜzâÅâÄtÇ~â ÑtwtÅâ lxáâá ^tÜxÇt ~â àtâ Ñtáà| TÄÄt{~â ux~xÜ}t ÅxÇwtàtÇz~tÇ ~xut|~tÇ utz| çtÇz ÅxÇztá|{|açt
^âÑxÜáxÅut{~tÇ ~tÜçt ~xv|Ä~â |Ç| utz| UtÑt? câàÜt wtÇ eÉ{ ^âwâá áxutzt| cÜ|utw| gÜ|àâÇzztÄ tàtá ~tá|{ áxà|taçt ^xÄâtÜzt~â çtÇz ~âv|Çàt|AAA ft{tutà@át{tutà~â çtÇz ~âátçtÇz|‹ TÄÅtÅtàxÜ~âAAAA v
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa berkat kasih karuniaNya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) pada Mencit Putih Betina“ ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Rita Suhadi, M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Drs. Mulyono, Apt selaku pembimbing utama skripsi ini atas segala dukungan, bimbingan, kritik dan masukkan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini. 3. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku penguji skripsi atas bantuan dan masukkan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini. 4. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku penguji skripsi atas bantuan dan masukan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini. 5. Mas Parjiman, Mas Heru dan Mas Kayat selaku laboran bagian FarmakologiToksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian FarmakognosiFitokimia atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium.
vii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
6. Papa, Mama dan Kak Nina yang selalu menemani dan mendukung terutama dukungan moral, semangat dan kasih sayang selama ini serta adik Putra (Alm) yang telah lebih dahulu dipanggil untuk menikmati keindahan dan kedamaian surga. 7. Nike, Jenny, Erma, Nia, Indri, Ratna, Tyas, Marlin, Yenny, Ndari, dan Sigit, atas kebersamaan, dukungan dan persahabatan yang telah memberi makna hidupku 8. Iin, Margie, Nunik, Joan yang jauh di mata tetapi dekat di hati atas canda tawa, kekonyolan, dan dukungan yang sangat menghibur penulis selama ini 9. Teman-teman Amakusa : Nova, Inchan, Deka, C’dian, Henny, C’monic, Desi, Silvi, Mira, Cendani, Tata, Ayu, Tyas, Ita, Yemi, Dewi, Uut, dan Dian serta Yeyen sebagai teman komsel atas canda tawa, dan kehebohan yang menyenangkan. 10. Teman-teman kelas C angkatan 2003 yang disebut Chemistry’03. Semoga persahabatan dan kebersamaan yang telah kita jalin bertahan selamanya. 11. Pihak-pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Penulis menyadari dengan rendah hati bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan. Penulis
viii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
INTISARI Inflamasi merupakan respon biologik pada jaringan tubuh yang cedera atau mati. Akar krokot belanda (Talinum triangulare (Jacq) Willd) merupakan salah satu obat tradisional yang diduga berefek sebagai anti inflamasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kebenaran efek anti inflamasi dan mengetahui besarnya persentase efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda dalam menghambat terjadinya udema pada mencit putih betina. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Metode yang digunakan adalah metode Langford dkk. yang telah dimodifikasi pelaksanaannya, yaitu induksi udema pada kaki kiri belakang hewan uji secara subplantar menggunakan suspensi karagenin 1%. Hewan uji yang digunakan adalah mencit betina galur Swiss, berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram. Enam puluh tiga ekor mencit dikelompokkan menjadi 9 kelompok secara acak. Kelompok I adalah kontrol negatif karagenin 1%, kelompok II adalah kontrol negatif CMC Na 1%, kelompok III, IV, dan V adalah kontrol positif natrium diklofenak dengan dosis 9,75 mg/kgBB; 10,795 mg/kgBB; dan 11,95 mg/kgBB, sedangkan kelompok VI, VII, VIII, dan IX adalah perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda dengan dosis 1674,49 mg/kgBB; 2411,26 mg/kgBB; 3472,22 mg/kgBB; dan 5000 mg/kgBB. Lima belas menit kemudian kaki kiri mencit bagian belakang diinjeksi dengan karagenin 1%, setelah 3 jam mencit dikorbankan dan kedua kakinya dipotong pada sendi torsocrural, kemudian ditimbang. Data bobot udema yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk mencari persentase efek anti inflamasi. Distribusi data dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan dengan Anova satu arah dan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol akar krokot belanda memiliki efek anti inflamasi. Efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda dosis 1674,49 mg/kgBB; 2411,26 mg/kgBB; 3472,22 mg/kgBB; dan 5000 mg/kgBB berturut-turut sebesar 13,37%; 20,53%; 27,47%; dan 51,18%. Kata kunci :
anti inflamasi, ekstrak etanol akar krokot belanda, modifikasi pelaksanaan metode Langford
ix
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Inflammation is a biological response that occured in injury area. Krokot belanda root is one of the traditional medicine which is assuming to have effects in anti inflammation. Because of that, the purpose of this research is to prove the truth of anti inflammation effect and to know the amount of potency anti inflammation effect of ethanolic extract of krokot belanda root on preventing oedema. This research is pure experimental research by one way complete random design. The experiment method which used was Langford method which the implementation had been modified. Implementation of Langford et al. method was oedema inductional method to the left underside of the experiment animals foot-sole with 1% carrageenan. The subject of this experiment were Swiss strain white female mice, whose age 2-3 months, and its weight were 20-30 grams. Sixty three mice were divided into 9 groups by random. Group I was carageenaan 1% negative control, group II was aquadest negative control, group III until group V were natrium diclofenac positive control with dose of 9,75 mg/kgBB; 10,795 mg/kgBB; dan 11,95 mg/kgBB, and group VI until group IX were ethanol extract of krokot belanda root with dose of 1674,49 mg/kgBB; 2411,26 mg/kgBB; 3472,22 mg/kgBB; dan 5000 mg/kgBB. Fifteen minutes later, those mice’s left legs were injected with carrageenan 1%. After three hours those mice were killed and its two legs were cut at torsocrural joint. Data obtained were data of weight of mice paws that used to calculate the percentage of anti inflammation effect. Distribution data were analyzed statistically with Kolmogorov-Smirnov. After that, the analysis were continued with one way ANOVA with 95% significance level and were continued with Scheffe test. The results shows that ethanol extract of krokot belanda root has anti inflammation effect. Anti inflammation effect of ethanol extract of krokot belanda root on the dose of 1674,49 mg/kgBB; 2411,26 mg/kgBB; 3472,22 mg/kgBB; dan 5000 mg/kgBB were 13,37%; 20,53%; 27,47%; dan 51,18%. Key words :
anti inflammation, ethanolic extract of krokot belanda root, modified implementation of Langford method
x
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................
vi
PRAKATA....................................................................................................
vii
INTISARI .....................................................................................................
ix
ABSTRACT....................................................................................................
x
DAFTAR ISI.................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL.........................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
xix
BAB I. PENGANTAR..................................................................................
1
A. Latar Belakang ........................................................................................
1
B. Permasalahan ..........................................................................................
3
C. Keaslian Penelitian..................................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................
4
1. Manfaat teoritis .................................................................................
4
2. Manfaat praktis .................................................................................
4
xi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................
5
1. Tujuan umum ....................................................................................
5
2. Tujuan khusus ...................................................................................
5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ..........................................................
6
A. Tanaman Krokot Belanda .......................................................................
6
1. Sistematika ........................................................................................
6
2. Sinonim .............................................................................................
6
3. Nama lain ..........................................................................................
6
4. Uraian tanaman .................................................................................
7
5. Kandungan kimia ..............................................................................
8
6. Khasiat dan kegunaan .......................................................................
13
B. Perkolasi..................................................................................................
13
C. Inflamasi .................................................................................................
15
1. Patogenesis........................................................................................
15
2. Gejala ...............................................................................................
16
3. Mekanisme ........................................................................................
18
D. Obat Anti Inflamasi.................................................................................
25
E. Natrium Diklofenak ................................................................................
27
F. Metode Pengujian Aktivitas Anti Inflamasi............................................
28
G. Landasan Teori........................................................................................
34
H. Hipotesis .................................................................................................
35
xii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
36
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..............................................................
36
B. Metode Penelitian ...................................................................................
36
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.........................................
37
1. Variabel Penelitian............................................................................
37
2. Definisi Operasional .........................................................................
37
D. Subjek dan Bahan Penelitian...................................................................
38
1. Subjek Penelitian ..............................................................................
38
2. Bahan Penelitian ...............................................................................
38
E. Alat atau Instrumen Penelitian ...............................................................
39
F. Tata Cara Penelitian ................................................................................
40
1. Determinasi tanaman.........................................................................
40
2. Pengumpulan bahan ..........................................................................
40
3. Pembuatan ekstrak etanol akar krokot belanda.................................
40
4. Penyiapan hewan uji .........................................................................
41
5. Pembuatan suspensi karagenin 1% ...................................................
41
6. Pembuatan CMC-Na 1%...................................................................
41
7. Pembuatan larutan natrium diklofenak .............................................
41
8. Pembuatan suspensi ekstrak etanol akar krokot belanda .................
42
9. Penetapan dosis .................................................................................
42
10. Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi karagenin 1% .....................................................................
xiii
44
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
11. Uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda .........................................................................
45
12. Perlakuan Hewan Uji ........................................................................
45
13. Perhitungan Respon Daya Anti Inflamasi.........................................
46
G. Analisis Hasil ..........................................................................................
47
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN.............................
48
A. Determinasi Tanaman .............................................................................
48
B. Pembuatan Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda...................................
48
C. Uji Pendahuluan......................................................................................
49
1. Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi karagenin 1% ......................................................................
50
2. Uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda...........................................................................
53
D. Pengujian Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda.....
56
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
69
A. Kesimpulan .............................................................................................
69
B. Saran .......................................................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
70
LAMPIRAN..................................................................................................
74
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 104
xiv
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I.
Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% data bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi karagenin 1% ........................................................................
Tabel II.
51
Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi suspensi karagenin 1% pada rentang waktu tertentu, beserta hasil uji Scheffe ..................................................................................
Tabel III.
51
Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% data bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan rentang
waktu pemberian
ekstrak etanol akar krokot
belanda .................................................................................. Tabel IV.
54
Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi suspensi karagenin 1% pada uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda.....................
Tabel V.
Rata-rata bobot udema kaki mencit beserta persen (%) daya anti inflamasi dari seluruh kelompok perlakuan ...................
Tabel VI.
54
59
Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% persentase daya anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda dalam empat peringkat dosis beserta kontrolnya .............................................................................
xv
62
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel VII.
Hasil uji Scheffe daya anti inflamasi pada perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda dalam empat peringkat dosis beserta kontrolnya........................................................
xvi
62
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Kerangka flavonoid...............................................................
9
Gambar 2.
Struktur saponin ....................................................................
10
Gambar 3.
Struktur tanin ........................................................................
11
Gambar 4.
Struktur umum steroid ..........................................................
11
Gambar 5.
Patogenesis dan gejala inflamasi ..........................................
17
Gambar 6.
Mekanisme inflamasi ............................................................
24
Gambar 7.
Struktur diklofenak ...............................................................
27
Gambar 8.
Rumus perhitungan anti inflamasi ........................................
33
Gambar 9.
Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi karagenin 1% ..............................................
Gambar 10.
53
Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda.......................................................................
Gambar 11.
56
Diagram batang rata-rata bobot udema kaki mencit perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda dalam 4 peringkat dosis beserta kontrolnya........................................
Gambar 12.
60
Diagram batang persentase efek anti inflamasi perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda beserta kontrolnya.........
61
Gambar 13.
Tanaman Krokot Belanda .....................................................
77
Gambar 14.
Akar Krokot Belanda ............................................................
78
xvii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 15.
Serbuk akar Krokot Belanda .................................................
78
Gambar 16.
Ekstrak etanol kental akar Krokot Belanda ..........................
79
Gambar 17.
Perbandingan persamaan garis antara log dosis natrium diklofenak dan log dosis ekstrak etanol akar krokot belanda.. 101
xviii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat pernyataan pengambilan dan determinasi dari BPTO . .
74
Lampiran 2.
Sertifikat analisis natrium diklofenak ...................................
76
Lampiran 3.
Foto tanaman Krokot Belanda ..............................................
77
Lampiran 4.
Foto akar Krokot Belanda dan serbuk akar Krokot Belanda
78
Lampiran 5.
Foto ekstrak etanol akar Krokot Belanda..............................
79
Lampiran 6.
Skema kerja uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki mencit setelah injeksi suspensi karagenin 1% ..............
Lampiran 7.
80
Hasil dan analisis hasil uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki mencit setelah injeksi suspensi karagenin 1% .........................................................................................
Lampiran 8.
Skema kerja uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda........................................
Lampiran 9.
81
84
Hasil dan analisis hasil uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda......................
85
Lampiran 10. Skema kerja perlakuan hewan uji .........................................
88
Lampiran 11. Hasil dan analisis hasil bobot udema kaki mencit akibat pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda dalam empat peringkat dosis dan kontrolnya .............................................
90
Lampiran 12. Hasil perhitungan dan analisis hasil persen (%) efek anti inflamasi akibat pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda dalam empat peringkat dosis dan kontrolnya ..........
xix
95
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 13. Perbandingan persamaan garis antara log dosis natrium diklofenak dan log dosis ekstrak etanol akar krokot belanda.. 101 Lampiran 14. Hasil Perhitungan Potensi Relatif Efek Anti inflamasi Pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot BelandaDalam Empat Peringkat Dosis.......................................................... 103
xx
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Inflamasi atau radang merupakan respon yang menyolok pada jaringan hidup yang mengalami cedera atau mati. Respon inflamasi yang terjadi berupa penginaktivasian atau perusakan organisme penyerang, penghilangan zat iritan, dan perbaikan jaringan (Harvey, Mycek, dan Champe, 2001). Reaksi inflamasi diperlukan karena inflamasi ini merupakan respon biologik dari reaksi-reaksi kimia berurutan dan berfungsi melindungi tubuh dari infeksi dan memperbaiki jaringan yang rusak akibat trauma (Wilmana, 1995). Namun bila reaksi inflamasi tersebut berlebihan maka akan merugikan sehingga diperlukan obat-obat anti inflamasi untuk mengendalikan reaksi inflamasi sampai taraf yang tidak merugikan. Obat tradisional merupakan salah satu alternatif yang digunakan sebagai sarana perawatan kesehatan dan untuk menanggulangi berbagai macam penyakit. Penggunaan obat tradisional sudah menjadi tradisi budaya dalam mengatasi masalah kesehatan oleh masyarakat di Indonesia. Salah satu alasan masyarakat untuk tetap menggunakan obat tradisional adalah karena masyarakat berasumsi bahwa obat tradisional dinilai memiliki efek samping yang lebih ringan daripada obat modern terutama untuk pengunaan jangka panjang. Krokot belanda (Talinum triangulare (Jacq.)Willd) merupakan salah satu tanaman di Indonesia yang memiliki khasiat sebagai obat. Bagian tanaman yang
1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2
sering dimanfaatkan adalah akarnya. Akar krokot belanda secara tradisional umumnya digunakan sebagai tonikum atau penghilang keletihan. Menurut Perry (1980), akar krokot belanda juga berkhasiat untuk mengatasi inflamasi dan mengurangi bengkak. Senyawa kimia yang terkandung di dalam akar krokot belanda adalah flavonoid, steroid, saponin dan tanin (Anonim, 1994; Dalimarta, 2003; Misra, 1992) yang dapat larut dalam etanol. Flavonoid, steroid dan tanin diduga dapat menimbulkan efek anti inflamasi. Penelitian ini menggunakan etanol dengan harapan kandungan kimia pada akar krokot belanda yang diduga berefek anti inflamasi dapat terekstraksi dengan baik. Hal tersebut di atas, yang mendorong dilakukannya penelitian tentang uji efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda pada mencit putih betina. Metode yang digunakan untuk pengujian efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda adalah metode Langford, Holmes dan Emele (1972) dengan prinsip induksi udem pada telapak kaki mencit. Metode ini dipilih karena dapat digunakan sebagai langkah pengujian awal untuk mengetahui apakah bahan uji memiliki efek anti inflamasi atau tidak. Di samping itu, metode ini mudah dilaksanakan, pengukuran dapat dilakukan secara obyektif serta dapat diandalkan untuk pengujian efek anti inflamasi dalam waktu yang singkat. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah mencit betina. Mencit betina dipilih berdasarkan asumsi bahwa mencit betina lebih peka terhadap rangsang nyeri (nyeri merupakan bagian dari inflamasi) bila dibandingkan mencit jantan.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3
B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, masalah pada penelitian ini dibatasi sebagai berikut: a. Apakah ekstrak etanol akar krokot belanda memiliki efek anti inflamasi terhadap mencit putih betina? b. Berapa besar efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda terhadap mencit putih betina?
C. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran penulis di Universitas Sanata Dharma, penelitian tentang Uji Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda pada Mencit Putih Betina belum pernah dilakukan. Adapun penelitian yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut : a. Evaluasi Efek Stimulan Susunan Syaraf Pusat Ekstrak Daun dan Batang Talinum triangulare (Jacq) Willd (Rustam, 1991). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun dan batang Krokot Belanda memberikan efek stimulan dengan dosis oral terendah adalah 1,33 g/kg BB pada mencit dan 0.89 g/kg BB pada tikus jantan. b. Pemeriksaan Pendahuluan Kandungan Kimia Tumbuhan Talinum triangulare (Jacq) Willd (Misra, 1992). Hasil penelitian menunjukkan bahwa krokot belanda mengandung flavonoid, saponin, tanin dan steroid
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
4
c. Khasiat dan Keamanan Som Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) dan Kolesom (Talinum triangulare Willd) (Nugroho, 2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji toksisitas akut Som Jawa mempunyai LD50 sebesar 32,22 mg/10 g BB sedangkan Kolesom mempunyai LD50 sebesar 45,1 mg/10 g BB (rute i.p. pada mencit). Som Jawa dan Kolesom aman berdasarkan uji toksisitas akut. d. Uji Efek Tonikum Infusa Akar Krokot Belanda (Talinum triangulare (Jacq) Willd) terhadap Fungsi Motorik pada Mencit Jantan dengan Metode Rotarod test (Astawa, 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa akar krokot belanda dosis 2 mg/g BB/hari, 3,5 mg/g BB/hari dan 5 mg/g BB/hari terbukti memiliki efek tonikum yang setara dengan Panax ginseng dosis 1,2 mg/g BB/hari
D. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang obat tradisional tentang khasiat akar krokot belanda sebagai obat anti inflamasi b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang penggunaan akar krokot belanda sebagai alternatif obat anti inflamasi beserta dosis efektifnya dalam menimbulkan efek anti inflamasi.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
5
E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menambah informasi kepada masyarakat tentang tanaman obat yang berkhasiat sebagai anti inflamasi. 2. Tujuan Khusus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol akar krokot belanda memiliki efek anti inflamasi dan untuk mengetahui seberapa besar efek anti inflamasi yang dimiliki ekstrak etanol akar krokot belanda terhadap mencit putih betina.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tanaman Krokot Belanda 1. Sistematika Sistematika tanaman Talinum triangulare (Jacq.) Willd adalah sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Caryophyllales
Suku
: Portulacaceae
Marga
: Talinum
Jenis
: Talinum triangulare (Jacq) Willd (Anonim, 1994)
2. Sinonim Sinonim tanaman krokot belanda adalah Talinum racemosum Rohrbach (Anonim, 1994; Dalimarta, 2003). 3. Nama lain Tanaman krokot belanda memiliki nama daerah dan nama asing sebagai berikut : a. Nama daerah Poslen, Gelang (Jawa), Krokot Belanda (Sunda), Talesom, Som Jawa (Jawa) (Pitojo, 2000).
6
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
7
b. Nama asing Suriname postelein, Grand pourpier, Cia ren shen (Anonim, 1986a; Pitojo, 2000). 4. Uraian Tanaman Krokot Belanda merupakan tanaman yang hidup menahun di dataran rendah hingga dataran tinggi pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut (Dalimarta, 2003). Tumbuh mengerombol, memiliki banyak percabangan dan sejumlah anakan yang letaknya berdekatan dengan induknya (Pitojo, 2000). Akarnya tunggang bila berasal dari biji, sedangkan tanaman yang berasal dari stek tidak membentuk akar tunggang. Akar berwarna keputihan saat muda, setelah tua berwarna coklat. Akar serabut intensif di lapisan atas tanah. Pada bagian pangkal, tumbuh akar-akar kecil memanjang. Batang muda berwarna hijau bulat, relatif lunak dan mudah dipatahkan. Batang tua berwarna kemerahan, agak keras. Daunnya hijau, bertangkai pendek, panjang daun antara 3 -13 cm dengan lebar 1,5 - 5 cm. Letak daun tersebar, melekat pada batang dan cabang tanaman. Bunganya majemuk, terdapat pada malai yang muncul dari ujung tangkai atau di ketiak percabangan atas. Daun kelopak berupa selaput, dengan 1-3 tulang daun hijau tua. Bunga memiliki 5 helai daun mahkota berbentuk solet dengan panjang 1-12 mm berwarna ungu kemerahan. Biji pada buah muda berwarna hijau, berukuran kecil, berbentuk ujung korek api. Pada buah agak tua, berwarna kecoklatan, setelah tua berubah jadi hitam (Pitojo, 2000).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
8
5. Kandungan Kimia Akar dan daun krokot belanda mengandung saponin, dan flavonoid (Anonim, 1994), di samping itu akarnya juga mengandung tanin dan steroid (Misra, 1992; Dalimarta, 2003). a. Flavonoid Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Kandungan senyawa flavonoid di dalam tumbuhan sangat rendah, yaitu sekitar 0,25% dan secara umum terikat atau terkonjugasi dengan senyawa gula membentuk glikosida (Robinson, 1995). Khusus pada divisi Angiospermae yang lazim dijumpai adalah flavon dan flavonol, C-glikosida dan O-glikosida, di samping isoflavon dan flavanon (Markham, 1988). Flavonoid merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoid cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH), butanol (BuOH) dan aseton. Adanya gula yang terikat pada flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida (Markham, 1988). Flavonoid menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Efek flavonoid terhadap organisme sangat banyak macamnya sehingga tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat dipakai dalam pengobatan (Robinson, 1995). Flavonoid menunjukkan aktivitasnya sebagai anti alergi, anti inflamasi, anti mikrobial, dan anti kanker. Pada kenyataannya, flavonoid bekerja sebagai anti oksidan kuat, melindungi dari serangan oksidatif dan radikal bebas
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
9
(Anonim, 2007a). Di antara senyawa flavonoid yang telah lama dikenal dan merupakan suatu kelompok antioksidan yakni, kelompok polifenol memiliki kemampuan sebagai penangkal superoksida, oksigen singlet, dan radikal peroksi lipid (Sitompul, 2003). Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor lipoksigenase yang berperan dalam produksi mediator inflamasi yaitu leukotrien (Robinson, 1995) sehingga proses peradangan dapat terhambat. Kerangka flavonoid dapat dilihat pada gambar 1 (Robinson, 1995). 8
2'
1 O
2
7
1'
3'
B
4'
A 3
6
6'
5'
4
5
O
Gambar 1. Kerangka flavonoid b. Saponin Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Pencarian saponin dalam tumbuhan telah dipicu oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah diperoleh dan dapat diubah di laboratorium menjadi sterol hewan yang berkhasiat penting (misalnya, kortison, estrogen kontraseptik, dll) (Harborne, 1987). Berdasarkan aglikonnya, saponin dibagi menjadi dua yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid (Evans, 2002).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Saponin steroid
10
Saponin triterpenoid Gambar 2. Struktur saponin
Senyawa glikosida seperti saponin dan glikosida jantung tidak larut dalam pelarut non polar. Senyawa ini paling cocok diekstraksi dari tumbuhan memakai etanol atau metanol panas 70-95% (Robinson, 1995). c. Tanin Tanin merupakan substrat kompleks yang biasanya terjadi sebagai campuran polifenol yang sulit diseparasi karena tidak dapat dikristalkan. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh dalam angiospermae khususnya jaringan kayu. Tanin dapat dibedakan menjadi tanin terhidrolisis dan tanin tidak terhidrolisis (tanin terkondensasi) (Heinrich, Barnes, Gibbons danWilliamson, 2004). Dalam industri, tanin merupakan senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mampu mengubah kulit hewan mentah menjadi kulit siap pakai. Sedangkan dalam dunia kesehatan tanin bermanfaat untuk mengurangi bengkak (edema), radang, dan sekresi pada gastrointestinal (Harborne, 1987). Tanin dapat mempengaruhi respon inflamasi dengan aktivitasnya sebagai penangkal radikal bebas, karena radikal bebas dapat merangsang terjadinya inflamasi (Diane, 2006).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
11
Tanin terhidrolisiskan dan glikosida dapat diekstraksi dengan air panas atau campuran etanol-air (Robinson, 1995).
Gambar 3. Struktur tanin d. Steroid Senyawa steroid merupakan lipid yang dikarakteristikkan mempunyai kerangka karbon yang dihubungkan dengan empat cincin (Anonim, 2007b) yaitu siklopentanaperhidrofenantrena. Struktur umum senyawa steroid dapat dilihat pada gambar 4 (Mursyidi, 1990). 18 12 19
11
1
13 9
3 4
16
14
2 8
10
17
15
7
5 6
Gambar 4. Struktur umum steroid
Steroid dapat berupa senyawa alkohol, aldehid dan keton atau asam karboksilat yang tersebar luas dalam makhluk hidup dan umumnya termasuk ke
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
12
dalam fraksi lipid. Menurut fungsi fisiologis dan terdapatnya steroid secara garis besar dibagi menjadi : golongan sterol, golongan asam empedu, golongan hormon, golongan saponin dan sapogenin dan golongan glikosida jantung (Mursyidi, 1990). Secara umum sterol dapat diisolasi dengan pelarut organik seperti metanol, etanol, eter, kloroform, dan campuran dari pelarut-pelarut tersebut (Mursyidi, 1990). Steroid dapat menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel sumbernya (Anonim, 1991) sehingga pembentukan histamin, prostaglandin, dan mediatormediator kimia lainnya yang mengakibatkan peradangan dapat terhambat pula (Greene, Harris, dan Goodyer, 2000). Nama sterol dipakai khusus untuk steroid alkohol, tetapi karena praktis semua steroid tumbuhan berupa alkohol dengan gugus hidroksil pada C-3 sering kali semuanya disebut sterol (Robinson, 1995). Golongan fitosterol (sterol tumbuhan) yang termasuk golongan ini adalah sitosterol yang merupakan sterol tumbuhan terbanyak dan terdiri dari α , β, dan γ sitosterol, stigmasterol, kampesterol, dan spinasterol (Mursyidi, 1990). Tiga senyawa ‘fitosterol’ yang mungkin terdapat dalam tiap tumbuhan tinggi tersebut yaitu sitosterol (dahulu dikenal sebagai ß-sitosterol), stigmasterol, dan kampestrol. Fitosterol dilaporkan dapat menurunkan kolesterol, anti-inflamasi, antibakteri, antijamur, dan menghambat pembentukan tumor (Froschle, Piuss, Peter, Etzweiler, Ruegg, 2004)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
13
6. Khasiat dan kegunaan Akar tanaman krokot belanda berkhasiat untuk mengatasi inflamasi dan mengurangi bengkak (Perry, 1980) serta untuk mengatasi bisul (Dalimartha, 2003). Akar krokot belanda juga berkhasiat sebagai obat lemah syahwat, penyegar atau tonikum terhadap fungsi motorik pada keadaan keletihan (Anonim, 1994; Wahjoedi, 2003).
B. Perkolasi Perkolasi adalah proses penyarian dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri atas tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan dan penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak atau perkolat (Anonim, 1986b). Perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan (Anonim,1986b). Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
14
yang keluar dari perkolator disebut perkolat atau sari, sedang sisa setelah penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi (Anonim,1986b). Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adhesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi). Cara perkolasi lebih baik daripada dengan cara maserasi karena: 1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi. 2. Ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi (Anonim,1986b). Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena panas (Anonim, 1995). Etanol digunakan sebagai penyari karena lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, absorpsinya baik, dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
15
C. Inflamasi 1. Patogenesis Peradangan yang merupakan respon menyolok yang terjadi pada jaringan-jaringan hidup di sekitar sel atau jaringan tubuh yang cedera atau mati adalah suatu reaksi vaskular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat terlarut, dan sel-sel dari darah yang bersirkulasi ke dalam jaringan-jaringan interstisial pada daerah cedera atau nekrosis (Price dan Wilson, 1992). Inflamasi disebabkan oleh pengaruh-pengaruh yang sifatnya merusak sel (noksi). Noksi dapat berupa noksi kimia (obat-obatan), noksi fisika (panas atau dingin yang berlebihan, radiasi, benturan), serta infeksi dengan mikroorganisme atau parasit (Muschler, 1986). Adanya jaringan yang rusak menyebabkan terjadinya pelepasan mediator kimia dan reaksi imun yang meliputi : histamin, eicosanoid (prostaglandin, tromboksan, leukotrien), PAF (platelet activating factor), bradikinin, nitrit oksida, neuropeptida, dan cytokine (seperti interleukin, intereferon, dll) (Rang, Dale, Ritter, and Moore, 2003) Menurut waktu terjadinya, inflamasi dibagi menjadi 2 yaitu inflamasi akut dan inflamasi kronis. Inflamasi akut disebabkan oleh rangsangan sesaat atau mendadak (akut). Inflamasi kronis disebabkan oleh luka yang berlangsung beberapa minggu, bulan, atau bersifat menetap dan merupakan kelanjutan dari inflamasi akut. (Sander, 2003)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
16
2. Gejala Pada level makroskopik gejala reaksi radang yang dapat diamati adalah kemerahan (rubor), panas meningkat (calor), pembengkakan (tumor), nyeri (dolor), dan gangguan fungsi (functio laesa). (Mutschler, 1986; Rang, et al, 2003). Rubor biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami proses peradangan. Waktu reaksi peradangan dimulai maka arteriol yang mensuplai daerah itu melebar, sehingga darah yang mengalir ke mikrosirkulasi lokal bertambah. Kapiler yang semula kosong atau sebagian saja meregang dengan cepat terisi darah. Keadaan ini dinamakan hiperemia atau kongesti yang menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut. Timbulnya hiperemia pada awal reaksi peradangan diatur oleh tubuh, baik secara neurogenik maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat seperti histamin (Price dan Wilson, 1992). Calor terjadi bersamaan dengan rubor pada reaksi peradangan akut. Sebenarnya calor atau panas hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari 37oC yaitu panas tubuh. Daerah peradangan pada kulit lebih panas dari sekelilingnya sebab darah yang disalurkan ke permukaan daerah yang terkena infeksi lebih banyak daripada daerah yang normal. Fenomena panas lokal ini tidak terlihat pada daerah radang yang jauh di dalam tubuh karena jaringan-jaringan tersebut sudah memiliki suhu inti 37oC, dan hiperemia lokal tidak menimbulkan perubahan (Price dan Wilson, 1992). Tumor atau pembengkakan merupakan segi paling mencolok dari peradangan akut. Pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel
17
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
dari sirkulasi darah ke jaringan interstisial. Cairan dan sel yang tertimbun dalam daerah peradangan disebut eksudat. Pada keadaan dini reaksi peradangan sebagian besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada lepuhan akibat luka bakar ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat (Price dan Wilson, 1992). Dolor atau nyeri dapat dihasilkan dari berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung saraf (Price dan Wilson, 1992). Nyeri juga ditimbulkan oleh iritasi saraf tepi oleh mediator kimia dan cairan ekstravaskular yang merangsang ujung-ujung saraf (Sander, 2003) Functio laesa atau perubahan fungsi merupakan berkurangnya fungsi organ yang mengalami inflamasi, akibat terbentuknya metabolit-metabolit yang merugikan oleh sel-sel yang mengalami trauma dan peningkatan temperatur di daerah yang terinflamasi. (Sander, 2003). Rangsang Kerusakan sel Emigrasi leukosit Pembebasan mediator Proliferasi sel gangguan
eksudasi
sirkulasi lokal
pemerahan
panas
perangsangan reseptor nyeri
pembengkakan
gangguan fungsi
Gambar 5. Patogenesis dan gejala inflamasi (Mutschler, 1986)
nyeri
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
18
3. Mekanisme Proses peradangan akut memiliki tiga komponen penting: (1) perubahan penampang pembuluh darah dengan akibat meningkatnya aliran darah (vasodilatasi), (2) perubahan struktural pembuluh darah yang memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah (peningkatan permeabilitas vaskular), dan (3) migrasi leukosit ke daerah jejas (Robbins dan Kumar, 1995). Bila agen penyebab jejas menyerang, maka fenomena vaskular akan terjadi. Fenomena vaskular memiliki ciri khas yaitu bertambahnya aliran darah pada daerah terjejas, terutama disebabkan oleh dilatasi arteriol dan pembukaan anyaman kapiler. Hal ini terjadi akibat perangsangan pada membran sel yang melepaskan mediator kimia seperti histamin, bradikinin dan zat-zat prostaglandin (PGE2, PGI2, dan PGD2). Pada manusia, histamin dan bradikinin utamanya dapat bertindak pada sel-sel endotel dengan meningkatkan celah antar sel sehingga terjadi peningkatan permeabilitas vaskular. Peningkatan permeabilitas vaskular mengakibatkan protein plasma disertai leukosit bergerak menuju benda asing, mikroorganisme atau jaringan yang rusak (proses eksudasi). Sel-sel darah putih atau leukosit pada proses peradangan akut mengalami marginasi. Massa sel darah merah akan menggumpal dan berada di bagian tengah dalam aliran darah aksial, dan sel-sel darah putih pindah ke bagian tepi (marginasi). Leukosit akan mengadakan hubungan dengan permukaan endotel, melekat, dan melapisi permukaan endotel. Protein plasma meninggalkan pembuluh darah melalui pertemuan antar endotel yang melebar. Leukosit terutama
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
19
neutrofil juga meninggalkan pembuluh darah melalui pertemuan antar endotel menuju daerah jejas (emigrasi). Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak menuju ke arah utama lokasi jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah, disebabkan oleh pengaruh-pengaruh kimia yang dapat berdifusi disebut kemotaksis. Agen kemotaksis yang penting untuk neutrofil adalah (1) C5a, komponen system komplemen, (2) leukotrin B4, hasil metabolisme asam arakidonat dan (3) produk-produk kuman. Setelah leukosit bermigrasi ke lokasi jejas, maka leukosit akan menggerombol pada pusat radang atau mengelilingi pusat radang dengan tujuan melokalisir daerah radang. Pada akhirnya leukosit akan memfagosit agen yang menyerang dengan akibat penghancuran dan pemusnahan semua bentuk jejas. Neutrofil merupakan sel pertama yang muncul dalam jumlah besar di dalam eksudat pada jam-jam pertama peradangan (Price dan Wilson, 1992). Stimulasi membran neutrofil menghasilkan radikal bebas yang berasal dari oksigen. Anion superoksida dibentuk oleh reduksi oksigen molekuler yang dapat memacu produksi molekul lain yang reaktif, seperti hidrogen peroksida (H2O2) dan radikal hidroksil (OH·). Interaksi bahan-bahan ini dengan asam arakidonat menghasilkan pembentukan substansi substansi kemotaksis, selanjutnya secara berkesinambungan meneruskan inflamasi (Furst dan Munster, 2002) Pada proses peradangan terjadi pembentukan atau pengeluaran zat-zat kimia di dalam tubuh yang dinamakan mediator. Mediator yang dikenal dalam peradangan dapat dikelompokkan, yaitu dalam kelompok amina vaso aktif, substansi yang dihasilkan sistem enzim plasma, metabolit asam arakhidonat,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
20
produk leukosit dan berbagai macam produk sel lainnya (Price dan Wilson, 1992; Robins dan Kumar, 1995). Metabolit asam arakhidonat merupakan mediator peradangan yang paling penting. Asam arakhidonat ialah suatu asam lemah poli-tidak jenuh yang terdapat dalam jumlah banyak sebagai fosfolipid selaput sel. Bila terdapat kerusakan pada sel, maka enzim fosfolipase A2 diaktifkan untuk membebaskan asam arakhidonat yang ada dari fosfolipid. Asam arakhidonat dapat juga dilepaskan oleh suatu kombinasi fosfolipase C dan diasilgliserol lipase (DAG) lipase. Turunan asam arakhidonat adalah eicosanoids (prostanoids dan leukotrienes). Prostanoids terdiri dari zat-zat prostaglandin (PG) dan tromboksan (TX). Leukotrienes terdiri dari zat-zat leukotrien (Rang, et al, 2003). Asam arakhidonat dimetabolisme untuk diubah baik oleh enzim siklooksigenase-1 (COX-1) maupun enzim siklooksigenase-2 (COX-2) menjadi endoperoksida siklik (PGG2, PGH2) dan seterusnya menjadi zat-zat prostaglandin dan tromboksan. Bagian lain dari arakhidonat diubah oleh enzim 5-lipoksigenase menjadi zat-zat leukotrien, lipoksinin dan komponen lainnya (Rang, et al, 2003). Prostaglandin dan leukotrien bertanggung jawab bagi sebagian besar dari gejala peradangan. Selain itu radikal bebas oksigen yang dihasilkan peroksida juga berperan dalam menimbulkan nyeri yang merupakan salah satu gejala peradangan (Tjay dan Rahardja, 2002). Enzim siklooksigenase bekerja ganda, memiliki dua aktivitas yang cukup berbeda : aksi utama, membentuk PGG2, dan aksi peroksidase mengubah PGG2 menjadi PGH2. Enzim siklooksigenase yang terlibat dalam reaksi ini terdiri dari
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
21
dua isoenzim, yaitu siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2). Enzim COX-1 terdapat di kebanyakan jaringan antara lain di ginjal dan saluran cerna (Tjay dan Rahardja, 2002). Enzim COX-1 bersifat konstitutif (bersifat pokok, selalu ada) dan diperkirakan prostanoids terlibat fungsi homeostatis normal.. Enzim COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat di jaringan tetapi dibentuk selama proses peradangan oleh stimulus inflamasi (Rang, et al, 2003). Melalui jalur siklooksigenase-2 (COX-2), prostaglandin terpenting yang terbentuk adalah prostaglandin-E2 (PgE2) dan prostaglandin-F2 (PgF2), zat ini berdaya vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh dan membran sinovial sehingga terjadi radang dan nyeri. Prostaglandin-E2 (PgE2) dan prostasiklin dalam jumlah nanogram bisa menimbulkan eritema, vasodilatasi dan peningkatan aliran darah lokal. Prostasiklin (PgI2) dibentuk terutama di dinding pembuluh, berperan dalam vasodilatasi, anti trombosis, dan memiliki efek protektif terhadap mukosa lambung. Mediator ketiga yang dibentuk pada jalur siklooksigenase adalah tromboxan (TXA2, TXB2), zat ini berdaya vasokonstriksi dan menstimulasi agregasi pelat darah (trombosit) (Tjay dan Rahardja, 2002). Aksi prostanoid : 1. PGD2 : vasodilatasi, inhibisi agregasi platelet, relaksasi otot pencernaan, relaksasi uterine, modifikasi pembebasan hormon hipotalamus. 2. PGF2α : kontraksi otot rahim pada manusia, luteolisis pada makhluk hidup tertentu (hewan ternak), bronkonstriksi pada spesies lain (kucing dan anjing)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
22
3. PGI2 : vasodilatasi, inhibisi agregasi platelet, pelepasan renin dan natriuresis melalui efek reabsorbsi Na+ tubular. 4. Tromboksan A2 : vasokonstriksi, agregasi platelet dan bronkokonstriksi, 5. PGE2 memiliki aksi kerja antara lain sebagai berikut : a). pada reseptor EP1 menimbulkan kontraksi bronkial dan otot halus pencernaan b). pada reseptor EP2 menimbulkan bronkodilatasi, vasodilatasi, stimulus sekresi cairan usus dan relaksasi otot halus pencernaan c). pada reseptor EP3 menimbulkan kontraksi otot halus usus, inhibisi sekresi asam lambung, meningkatkan sekresi
mukus
lambung,
inhibisi
lipolisis,
inhibisi
pembebasan
neurotransmiter otonomik, dan stimulus kontraksi uterus pada wanita hamil (Rang, et al, 2003) PGE2, PGI2, dan PGD2 pada dasarnya adalah vasodilator yang sangat kuat dan bersinergi dengan vasodilator inflamasi lain seperti histamin dan bradikinin. Aksi kombinasi vasodilator tersebut berperan pada timbulnya kemerahan dan peningkatan aliran darah pada daerah inflamasi akut. Zat-zat prostanoids ini tidak secara langsung meningkatkan permeabilitas post capillary venules, tetapi memperkuat efek dari histamine dan bradikinin (Rang, et al, 2003). Bahan-bahan yang dihasilkan oleh jaringan yang menimbulkan reaksi ini meliputi histamin, bradikinin, serotonin, prostaglandin (Guyton, 1993). Melalui jalur lipoksigenase terbentuklah leukotrien yang juga merupakan mediator radang dan nyeri. Leukotrien (LT) ini terdiri dari LTB4, LTC4, LTD4, dan LTE4. LTC4, LTD4, dan LTE4 terutama dibentuk di granulosit eusinofil yang berkhasiat vasokonstriktif di bronki dan mukosa lambung, sedangkan LTB4
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
23
khusus disintesis di makrofag dan neutrofil alveolar dan bekerja kemotaktis yaitu menstimulus migrasi lekosit dengan jalan meningkatkan mobilitas dan fungsinya. Dengan adanya leukotrien ini sejumlah besar lekosit akan menginvasi daerah peradangan dan mengakibatkan gejala radang juga (Tjay dan Rahardja, 2002). Leukotrien-B4 (LTB4) adalah kemotraktan kuat bagi eosinofil. Leukotrien tersebut juga meningkatkan perlekatan eusinofil, degranulasi, dan pembentukan oksigen radikal bebas (Furst dan Munster, 2002) Fosfolipida selain diubah menjadi arakhidonat oleh enzim fosfolipase A2 juga diubah menjadi lyso-glyseril fosforilkolin yang diubah lagi menjadi Platelet Activating Factor (PAF). Platelet Activating Factor menyebabkan agregasi dan pelepasan
trombosit,
vasodilatasi,
peningkatan
permeabilitas
peningkatan adhesi leukosit, dan kemotaksis leukosit (Rang, et al, 2003).
vaskuler,
24
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Rangsangan Gangguan membran l Fosfolipida Glukokortikoid (menginduksi terbentuknya lipocortin)
Fosfolipase A2
Lyso-glyseril fosforilkolin Asam arakhidonat
Antagonis PAF OAINS Penghambat 5-lipoksigenase Cth. zileutin
5-Lipoksigenase
leukotrien
LTB4
Inhibitor TXA2 synthase prostaglandin
Vasodilator, Kemotaksin, meningkatkan permeabilitas
tromboksan
LTC4/D4/E4
prostasiklin agregasi platelet, vasokonstriktor
kemotaksin
PAF
siklooksigenase
antagonis TXA2
meningkatkan permeabilitas vaskular, bronkokonstriktor, PGF2α
PGD2
PGE2
Vasodilator, Hiperalgesik, menghambat agregasi platelet
Antagonis PG
Bronkokonstriksi
Menghambat agregasi platelet, vasodilator
Vasodilator, hiperalgelsik
Gambar 6. Mekanisme Inflamasi (Tjay dan Rahardja, 2002; Rang, et al., 2003) Keterangan : OAINS PAF TX LT
= = = = = = =
menghambat proses pembentukan proses pembentukan enzim yang berperan Obat Anti Inflamasi Non Steroid Platelet Activating Factor Tromboksan Leukotrien
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
25
D. Obat Anti Inflamasi Pengobatan inflamasi meliputi dua sasaran yaitu pertama, mengurangi nyeri sebagai gejala yang paling sering tampak, dan kedua dengan menghambat atau mencegah proses pengrusakan jaringan. Pengobatan inflamasi dengan obat anti inflamasi akan mengurangi nyeri selama waktu tertentu (Furst dan Munster, 2002). Dua golongan senyawa yang banyak digunakan untuk menghambat prostaglandin yaitu kortikosteroid dan anti inflamasi non steroid (AINS) (Greene, et al, 2000). 1. Kortikosteroid Kortikosteroid
dibedakan
menjadi
dua
golongan
besar
yaitu
glukokortikoid dan mineralokortikoid. Efek utama glukokortikoid ialah pada penyimpanan
glikogen
hati
dan
efek
anti-inflamasinya
sedangkan
mineralokortikoid efek utamanya terhadap keseimbangan air dan elektrolit. Pengaruh mineralokortikoid pada penyimpanan glikogen hati sangat kecil (Wilmana, 1995) Umumnya golongan mineralkortikoid tidak mempunyai khasiat antiinflamasi yang berarti, kecuali 9α-fluorokortisol, namun demikian sediaan ini tidak pernah digunakan sebagai obat anti-inflamasi karena efeknya terhadap keseimbangan air sangat besar (Wilmana, 1995). Glukokortikoid dikenal dapat menghambat fosfolipase A2, enzim yang bertanggung jawab atas pembebasan asam arakhidonat dari fosfolipid (Furst dan Munster, 2002) agar mediator inflamasi dapat terbentuk. Glukokortikoid
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
26
menginduksi terbentuknya lipokortin. Lipokortin tersebut yang dapat menghambat aktivasi enzim fosfolipase A2 (Rang, et al., 2003). Kortikosteroid bekerja dengan menghambat enzim fosfolipase yang berperan dalam pembentukan fosfolipid menjadi asam arakhidonat. Hal ini mengakibatkan pembentukan histamin, prostaglandin, dan mediator-mediator kimia lainnya dapat terhambat pula (Greene, et al., 2000). Berkurangnya komponen vaskular inflamasi dan penghambatan pelepasan mediator kimia yang berhubungan dengan kenaikan permeabilitas pembuluh darah dapat mengurangi pembentukan udema. Efeknya terhadap gejala rematik lebih baik daripada AINS. Keberatannya adalah efek sampingnya yang lebih berbahaya pada dosis tinggi dan penggunaan lama (Tjay dan Rahardja, 2002). Termasuk dalam golongan ini adalah kortison asetat, hidrokortison, prednison, prednisolon, deksametason, dan lain-lain (Bowman dan Rand, 1980). 2. Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) Mekanisme kerja AINS adalah menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin akan terganggu. Idealnya AINS hanya menghambat COX-2 yang hanya timbul pada saat ada peradangan dan tidak COX-1. Hal ini disebabkan karena penghambatan pada COX-1 akan memberikan efek samping terhadap mukosa lambung-usus dan ginjal (Tjay dan Rahardja, 2002). Berbagai AINS mungkin memiliki mekanisme kerja tambahan termasuk hambatan kemotaksis, regulasi rendah (down-regulation) produksi interleukin-1, penurunan produksi radikal bebas dan superoksida (Furst dan Munster, 2002).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
27
E. Natrium Diklofenak CH2
COOH
NH Cl
Cl
Gambar 7. Struktur diklofenak Natrium Diklofenak termasuk turunan fenilasetat yang terkuat daya anti radangnya dan efek samping yang kurang keras dibandingkan dengan obat anti inflamasi lainnya (indometasin, piroxicam) (Tjay dan Rahardja, 2002). Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang relatif nonselektif dan kuat, juga mengurangi bioavailabilitas asam arakhidonat (Furst dan Munster, 2002). Struktur diklofenak dapat dilihat pada gambar 7 (Budavari, 1989). Absorbsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami efek lintas awal sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruhnya singkat yaitu 1-3 jam, diklofenak diakumulasi di cairan sinovial yang menjelaskan efek terapi di sendi lebih lama dari waktu paruh obat tersebut (Wilmana, 1995). Metabolismenya mengalami metabolisme lintasan pertama dalam hati dan dimetabolisme hampir sempurna. Ekskresinya berlangsung sebagian melalui kandung kemih sebagai glukoronida dan sisanya melalui ginjal kurang dari 1 % (Tjay dan Rahardja, 2002). Efek samping yang lazim adalah mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit kepala seperti semua obat AINS, pemakaian obat ini harus hati-hati pada
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
28
penderita tukak lambung (Wilmana, 1995). Obat ini banyak digunakan sebagai obat rematik, gangguan otot skelet lanilla, gout akut, dan nyeri paska bedah. Dosis oral yang dianjurkan adalah 75-150 mg/hari dalam 2-3 dosis (Anonim, 2000).
F. Metode Pengujian Aktivitas Anti-Inflamasi Metode pengujian aktivitas anti-inflamasi dapat dilakukan dengan cara : 1. In Vitro In vitro adalah metode pengujian yang dilakukan di luar tubuh makhluk hidup. Percobaan in vitro berguna untuk mengetahui peran dan pengaruh substansi-substansi fisiologis seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan lainlain dalam terjadinya inflamasi. Contoh percobaan in vitro antara lain : pengikatan reseptor
3
H-bradikinin, pengikatan reseptor neurokinin, dan uji kemotaksis
leukosit polimorfonuklear (Vogel, 2002). Daya anti inflamasi uji pengikatan reseptor 3H-bradikinin, ditunjukkan dengan persen penghambatan pengikatan 3H-bradikinin terhadap reseptor pada preparat membran. Daya anti inflamasi uji pengikatan neurokinin, juga ditunjukkan dengan persen penghambatan pengikatan neurokinin terhadap reseptor pada preparat membran. Sedangkan pada uji kemotaksis leukosit polimorfonuklear, daya anti inflamasi ditunjukkan dengan persentase jumlah leukosit polimorfonuklear yang bergerak ke arah kemoatraktan (contohnya zymosan-activated serum) (Vogel, 2002).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
29
2. In Vivo In vivo adalah metode pengujian yang dilakukan di dalam tubuh makhluk hidup. Metode pengujian aktivitas anti inflamasi yang dapat dilakukan secara in vivo dibedakan menjadi dua sesuai dengan jenis inflamasi yaitu inflamasi akut dan inflamasi kronis. Inflamasi akut dapat dibuat dengan beberapa cara, yaitu dengan induksi edema kaki tikus, pembentukan eritema (respon kemerahan) dan pembentukan eksudatif inlamasi. Inflamasi kronik dibuat dengan cara pembentukan granuloma dan induksi arthritis (Gryglewski, 1977). 1. Uji Eritema Tanda paling awal dari reaksi inflamasi di kulit adalah kemerahan (eritema) yang berhubungan dengan vasodilatasi, dimana belum disertai eksudasi plasma dan udema. Pada marmot albino reaksi eritema terlihat dua jam setelah penyinaran UV pada kulit yang telah dicukur. Uji eritema yang disebabkan UV dapat digunakan untuk mengukur fase vasodilatasi pada reaksi inflamasi. Mekanisme dari reaksi ini tidak diketahui, tapi pelepasan prostaglandin kelihatannya berperan pada fenomena ini (Gryglewski, 1977). Keuntungan dari uji ini adalah sederhana tapi membutuhkan latihan bagi penggunanya untuk menggunakan fotometer refleksi dengan tujuan untuk menghilangkan penilaian subjektif (Vogel, 2002) 2. Radang telapak kaki belakang Diantara banyak metode yang digunakan untuk skrining obat antiinflamasi, satu dari teknik yang paling umum digunakan didasarkan pada kemampuan beberapa bahan uji untuk menghambat produksi udema kaki hewan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
30
uji setelah injeksi bahan pembuat radang. Banyak zat pembuat radang (iritan) yang telah digunakan seperti formaldehid, dextran, albumin telur, karagenin, dll (Vogel, 2002). Iritan yang paling banyak digunakan adalah karagenin. Karagenin adalah fosfolipida tersulfatasi yang diekstrak dari lumut irlandia Chondrus cripus (Glyglewski, 1977). Reaksi inflamasi yang diinduksi karagenin mempunyai dua fase: fase awal dan akhir. Fase awal berakhir setelah 60 menit dan dihubungkan dengan pelepasan histamin, serotonin, dan bradikinin. Fase akhir terjadi antara 60 menit setelah injeksi dan berakhir setelah tiga jam. Fase ini dihubungkan dengan pelepasan prostaglandin dan neutrofil yang menghasilkan radikal bebas, seperti hidrogen peroksida, superoksida, dan radikal hidroksil (Suleyman, dkk, 2004). Efeknya dapat diukur dengan memotong kaki belakang pada sendi torsocrural dan ditimbang (Vogel, 2002). 3. Tes radang selaput dada Radang selaput dada dikenal sebagai fenomena inflamasi eksudatif pada manusia (Vogel, 2002). Radang selaput dada pada tikus dapat disebabkan injeksi intrapleural dari turpentine, evans blue, gum arab, glikogen, dekstran, atau karagenin. Pada waktu tertentu setelah injeksi iritan hewan uji dibunuh dan eksudat dipindahkan, lebih baik dengan mencuci rongga dada dengan sejumlah larutan Hank’s yang diketahui volumenya untuk memastikan didapatnya eksudat dan sel utuh yang lengkap (Gryglewski, 1977). Radang selaput dada yang disebabkan karagenin dipertimbangkan sebagai model inflamasi akut yang paling sempurna dimana keluarnya cairan, migrasi leukosit, dan parameter biokimia lain
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
31
yang ada dalam respon inflamasi dapat diukur dengan mudah dari eksudat (Vogel, 2002) 4. Radang Sendi Hewan uji diinjeksi subplantar suspensi yang mengandung 0,5% mycobacterium tuberculosis mati (0,05 ml untuk tikus dan 0,025 ml untuk mencit). Pemberian obat untuk anti inflamasinya sudah diberikan satu hari sebelum injeksi dan dilanjutkan maksimal sampai 28 hari. Untuk mengetahui adanya radang dilihat saat benjolan sudah muncul (biasanya pada hari ke-13), kemudian diukur volumenya (Williamson, 1996). 5. Tes kantung granuloma Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan potensi anti-inflamasi kortikosteroid (Vogel, 2002). Setelah kantung dibuat di punggung tikus dengan injeksi subkutan 10 – 25 ml udara steril, berbagai iritan (minyak croton yang dicairkan, turpentine, microbacterial, fosfolipase A2 atau karagenin) dimasukkan pada lubang (Gryglewski, 1977). Empat puluh delapan jam sesudahnya udara diambil dan hewan diinjeksi larutan uji atau larutan standar (Vogel, 2002). Empat dampai empat belas hari setelahnya respon inflamasi dievaluasi dengan dasar volume cairan yang diambil dari kantung sama seperti berat dan tebal dinding kantung. Model kantung granuloma ini lebih sensitif terhadap obat anti-inflamasi steroid daripada non steroid (Gryglewski, 1977). Metode aktivitas anti inflamasi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode secara in vivo karena faktor keterbatasan alat, dan lebih aman dibandingkan metode in vitro yang umumnya memakai unsur radioaktif. Metode
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
32
in vivo yang digunakan adalah metode Langford dkk (1972) yang telah dimodifikasi pelaksanaannya. Bila dibanding metode in vivo lainnya, metode ini dipilih karena dapat digunakan sebagai langkah pengujian awal untuk mengetahui apakah bahan uji memiliki efek anti inflamasi atau tidak. Selain itu karena metode ini mudah dilaksanakan, pengukuran dapat dilakukan secara obyektif serta dapat diandalkan untuk pengujian efek anti inflamasi dalam waktu yang singkat. Dasar metode Langford dkk (1972) ini adalah induksi udema pada telapak kaki belakang mencit. Metode ini dimodifikasi pelaksanaannya dengan mengganti zat penginduksi udem (karagenin 1% meggantikan ragi) serta rumus efek anti inflamasinya. Menurut Langford dkk (1972) persentase efek anti inflamasi dapat dihitung dari perubahan bobot kaki hewan uji dengan rumus sebagai berikut : % efek anti inflamasi =
⎡U − D ⎤ ⎢⎣ D ⎥⎦ X 100%
keterangan : U : Harga rata-rata berat kaki kelompok karagenin (terinflamasi) dikurangi ratarata berat kaki kelompok normal ( tanpa perlakuan ) D : Harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (terinflamasi) dikurangi ratarata berat kaki normal ( tanpa perlakuan ) Setelah dianalisis lebih lanjut, rumus di atas ternyata menunjukkan peningkatan udema. Karena persentase efek anti inflamasi dihitung dari pengurangan udema maka rumus di atas diubah sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
% efek anti inflamasi =
33
⎡U − D ⎤ ⎢⎣ U ⎥⎦ X 100%
keterangan : U : Harga rata-rata berat kaki kelompok karagenin (terinflamasi) dikurangi ratarata berat kaki kelompok normal ( tanpa perlakuan ) D : Harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (terinflamasi) dikurangi ratarata berat kaki normal ( tanpa perlakuan )
Bobot kaki (U-D) U D
U = Kelp. II – Kelp.III D = Kelp. II – Kelp. I
% anti inflamasi =
II
III
Gambar 8.
I
Rumus perhitungan anti inflamasi
Keterangan : I II III
: + inflamatogen + obat (bahan yang diuji) : + inflamatogen : kontrol (sham injection)
U−D x100% U
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
34
G. Landasan Teori
Inflamasi terjadi karena adanya reaksi antara jaringan ikat pembuluh dengan pengaruh-pengaruh yang merusak (noksi) baik kimia, fisika, maupun infeksi organisme. Rangsangan tersebut membuat adanya pembebasan mediatormediator inflamasi yang meliputi : histamin, eicosanoid (prostaglandin, tromboksan, leukotrien), PAF (platelet activating factor), bradikinin, nitrit oksida, neuropeptida, dan cytokine (seperti interleukin, intereferon, dll) (Rang, et al, 2003) Akar dan daun krokot belanda mengandung saponin, dan flavonoid (Anonim, 1994), di samping itu akarnya juga mengandung tanin dan steroid (Misra, 1992; Dalimarta, 2003). Efek flavonoid terhadap organisme sangat banyak macamnya sehingga tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat dipakai dalam pengobatan. Flavonoid menunjukkan aktivitasnya sebagai anti alergi, anti inflamasi, anti mikrobial, dan anti kanker. Flavonoid mampu menghambat enzim lipoksigenase sehingga pembentukan leukotrien (Robinson, 1995) yang dapat menyebabkan peradangan menjadi terhambat. Flavonoid juga dikenal dengan aktivitasnya sebagai antioksidan (Anonim, 2007a) Steroid juga bermanfaat sebagai anti inflamasi dengan menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel sumbernya (Anonim, 1991). Selain itu, di dalam dunia kesehatan tanin juga bermanfaat mengurangi bengkak (edema) (Harborne, 1987). Tanin dapat mempengaruhi respon inflamasi dengan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
35
aktivitasnya sebagai penangkal radikal bebas, karena radikal bebas dapat merangsang terjadinya proses inflamasi (Diane, 2006). Etanol dapat melarutkan flavonoid, steroid, saponin, dan tanin. Pada penelitian ini digunakan etanol 70% dengan harapan senyawa aktif yang terkandung dalam akar krokot belanda dapat terekstraksi dengan baik. Adanya senyawa kimia akar krokot belanda yang dapat terekstrak oleh etanol 70%, diharapkan memiliki aktivitas sebagai anti inflamasi.
H. Hipotesis
Ekstrak etanol akar krokot belanda memiliki efek anti inflamasi terhadap mencit putih betina.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang uji efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda pada mencit putih betina ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola searah.
B. Metode Penelitian Pada penelitian ini digunakan metode pembentukan radang telapak kaki belakang dengan menggunakan hewan uji mencit betina. Metode ini merupakan metode yang telah dikembangkan oleh Langford dkk. (1972). Dasar metode yang pelaksanaannya telah dimodifikasi ini adalah dengan membuat udema pada telapak kaki belakang mencit menggunakan karagenin 1%, kemudian kaki dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Persentase efek anti inflamasi dapat dihitung dari perubahan bobot kaki mencit dengan rumus sebagai berikut : % efek anti inflamasi =
⎡U − D ⎤ ⎢⎣ U ⎥⎦ X 100%
keterangan : U : Harga rata-rata berat kaki kelompok karagenin (terinflamasi) dikurangi ratarata berat kaki kelompok normal ( tanpa perlakuan ) D : Harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (terinflamasi) dikurangi ratarata berat kaki normal ( tanpa perlakuan )
36
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
37
C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini meliputi: a. Variabel utama 1). Variabel bebas : dosis ekstrak etanol akar krokot belanda 2). Variabel tergantung : persentase efek anti inflamasi b. Variabel pengacau terkendali umur mencit 2-3 bulan, berat badan mencit 20-30 gram, jenis kelamin betina, galur Swiss, umur tanaman, tempat tumbuh tanaman, dan waktu pemanenan. c
Variabel pengacau tak terkendali Kondisi patologis hewan uji
2. Definisi operasional Definisi operasional penelitian ini adalah : a. Dosis ekstrak etanol akar krokot belanda Dosis ekstrak etanol akar krokot belanda adalah sejumlah miligram (mg) ekstrak etanol kental akar krokot belanda hasil perkolasi, yang disuspensikan dalam sejumlah CMC-Na 1% dan diberikan secara peroral tiap kg berat badan mencit b. Persentase efek anti inflamasi Persentase efek anti inflamasi adalah kemampuan ekstrak etanol akar krokot belanda dalam menghambat atau mengurangi proses inflamasi pada kaki mencit akibat udema buatan dengan injeksi karagenin 1%. Persentase
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
38
efek anti inflamasi dapat dihitung dari perubahan berat kaki hewan uji (berat kaki terinflamasi (kontrol negatif) dikurangi berat kaki terinflamasi yang telah diobati dengan ekstrak etanol akar krokot belanda). c. Ekstrak etanol akar krokot belanda Ekstrak etanol akar krokot belanda adalah ekstrak kental yang diperoleh dengan mengekstraksi 150 gram serbuk kering akar krokot belanda secara perkolasi dengan menggunakan pelarut etanol 70% sejumlah 4000 ml selama 2 minggu.
D. Subyek dan Bahan Penelitian 1. Subjek uji Subjek uji yang digunakan adalah mencit betina galur Swiss dengan berat badan 20-30 gram dengan umur 2-3 bulan, yang diperoleh dari laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Bahan penelitian a. Bahan uji Bahan uji yang digunakan berupa ekstrak etanol akar krokot belanda. Akar krokot belanda diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) Tawangmangu, Kabupaten Karang Anyar, Jawa Tengah. b. Bahan kimia Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian antara lain sebagai berikut ini.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
39
1) Natrium Diklofenak sebagai kontrol positif berupa bantuan yang diperoleh dari PT. Fahrenheit, Tangerang. 2) Karagenin tipe I (Sigma Chemical Co) sebagai zat penginduksi radang yang
diperoleh
dari
Laboratorium
Farmakologi-Toksikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 3) NaCl 0,9% sebagai pensuspensi karagenin yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 4) CMC-Na produksi Merck, Jerman sebagai pensuspensi natrium diklofenak dan ekstrak etanol yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 5) Aquadest sebagai pengencer konsentrasi etanol yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 6) Etanol kualitas p.a. (pro analisa) produksi Merck, Jerman, sebagai pelarut
dalam
perkolasi,
yang
diperoleh
dari
Laboratorium
Farmakognosi Fitokimia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
E. Alat atau Instrumen Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain sebagai berikut : seperangkat alat gelas merek Pyrex Iwaki Glass, Japan; perkolator; neraca analitik merek mettler Toledo; timbangan analitik merek mettler Toledo; pemanas merek
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
40
Ika Combimag Net spuit injeksi subplantar 1 ml merek Terumo; spuit injeksi per oral 1 ml merek Terumo; stopwatch; seperangkat alat bedah.
F. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman Determinasi tanaman krokot belanda dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) Tawangmangu, kabupaten Karang Anyar, Jawa Tengah. 2. Pengumpulan bahan Akar tanaman krokot belanda diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) Tawangmangu, kabupaten Karang Anyar, Jawa Tengah. Akar krokot belanda yang diperoleh berupa serbuk kering. 3. Pembuatan ekstrak etanol akar krokot belanda Metode pembuatan ekstrak ini adalah dengan metode perkolasi. Serbuk akar krokot belanda sebanyak 150 serbuk dimasukkan ke dalam perkolator, kemudian direndam dengan etanol 70% sampai mencapai ketinggian 1,5 cm diatas permukaan serbuk selama 24 jam. Keran perkolator dibuka dengan kecepatan alir 20 tetes per menit. Selama proses perkolasi berlangsung tinggi etanol diatas permukaan serbuk harus tetap 1-1,5 cm. Perkolat ditampung dalam erlenmeyer. Ekstraksi dihentikan jika perkolat yang keluar berwarna bening. Pengentalan perkolat dilakukan dengan bantuan rotary evaporator dan waterbath. Ekstrak pekat kemudian disimpan di dalam lemari pendingin (kulkas).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
41
4. Penyiapan hewan uji Hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah mencit betina, galur Swiss, usia 2-3 bulan, dengan berat badan 20-30 gram. Hewan uji dibagi secara acak menjadi 2 kelompok. Kelompok untuk orientasi sebanyak 40 ekor dan kelompok perlakuan sebanyak 63 ekor. Sebelum digunakan, mencit dipuasakan 18-24 jam dan tetap diberi minum. Kelompok perlakuan terdiri dari 9 kelompok yaitu kontrol negatif karagenin 1 %, kontrol negatif CMC-Na 1%, kontrol positif natrium diklofenak dalam 3 peringkat dosis (9,75; 10,795; dan 11,95 mg/kg BB) dan kelompok perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda dalam 4 peringkat dosis (1674,49; 2411,26; 3472,22; dan 5000 mg/kgBB). 5. Pembuatan suspensi karagenin 1% Timbang 100 mg karagenin, larutkan dengan larutan NaCl fisiologis 0,9% dalam labu takar 10 ml. 6. Pembuatan CMC-Na 1% Larutan CMC-Na 1% dibuat dengan cara menimbang secara seksama CMC-Na sebanyak 1 gram kemudian dilarutkan ke dalam sejumlah air panas sambil terus diaduk-aduk sampai semuanya terlarut dan menjadi jernih. Larutan dituang ke dalam labu ukur 100 ml dan tambahkan air panas sampai diperoleh volume 100 ml. 7. Pembuatan larutan natrium diklofenak Timbang seksama sejumlah natrium diklofenak dan dilarutkan dalam CMC-Na 1% sampai diperoleh konsentrasi 0,5%. CMC-Na 1% dalam kondisi masih hangat sangat membantu kelarutan natrium diklofenak.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
42
8. Pembuatan suspensi ekstrak etanol akar krokot belanda Timbang ekstrak etanol akar krokot belanda dan suspensikan ke dalam larutan CMC-Na sampai diperoleh konsentrasi tertentu berdasarkan orientasi 9. Penetapan dosis a. karagenin 1 % Dosis karagenin ditetapkan berdasarkan penelitian Williamson, Okpako, dan Evans (1996) dengan konsentrasi karagenin yang digunakan adalah 1% dengan volume 0,05 ml. 0,05 ml karagenin 1% adalah volume pemberian untuk mencit dengan berat 20 gram sehingga dosis bisa dicari dengan cara : Dosis karagenin
=
0,05ml × 100mg / 10ml = 25 mg/kg BB 0,02kgBB
b. Natrium Diklofenak Dosis natrium diklofenak yang digunakan sebagai dosis orientasi adalah 9,75 mg/kg BB; 10,795 mg/kg BB; 11, 95 mg/kg BB. Dosis ini diperoleh berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novita (2003). Dosis I : untuk manusia 70 kgBB konversi ke mencit 20 gBB
= 75 mg = 75 mg/70kgBB x 0,0026 = 0,195 mg/20 gBB = 9,75 mg/kgBB
Dosis II : untuk manusia 70 kgBB konversi ke mencit 20 gBB
= 83,0385 mg = 83,0385 mg/70kgBB x 0,0026 = 0,2195 mg/20 gBB = 10,795 mg/kgBB
Dosis III: untuk manusia 70 kgBB
= 91,923 mg
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
konversi ke mencit 20 gBB
43
= 91,923 mg/70kgBB x 0,0026 = 0,239 mg/20 gBB = 11,95 mg/kgBB
c. CMC 1% Sebagai kontrol negatif CMC 1% diberikan secara per oral, dan volume pemberian maksimal pada mencit adalah 1 ml, diketahui berat mencit maksimal dalam penelitian ini adalah 30 g sehingga bisa dihitung dengan rumus: V ml =
D mg / kgBB X BB kg C mg / ml
1 ml =
D mg / kgBB X 0,03 kg 10 mg / ml
D = 333,3 mg/kg BB dan V = {33,3 x BB kg} ml d. ekstrak etanol akar krokot belanda Dosis tertinggi ekstrak etanol akar krokot belanda ditetapkan berdasarkan konsentrasi maksimal yang diperoleh saat orientasi sebesar 15%. Penetapan dosis tertinggi ekstrak etanol akar krokot belanda sesuai rumus : V (ml)x C (mg/ml)
= BB (kg) x D (mg/kg)
Volume pemberian x Konsentrasi = Berat badan x Dosis 1 ml x 150 mg/ml = 0,03 kgBB x Dosis Dosis =
150mg / ml × 1ml = 5000 mg/kgBB 0,03kgBB
Sesuai orientasi, dosis terendah yang masih dapat memberikan efek anti inflamasi adalah 1666,67 mg/kgBB. Dari dosis terendah dan tertinggi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
44
kemudian dicari peningkatannya untuk menentukan dosis tengah melalui rumus : Peningkatan =
n −1
dosis tertinggi dosis terendah
Peningkatan =
4 −1
5000mg/kgB B = 1,44 1666,67mg/ kgBB
Keterangan : n = jumlah peringkat dosis Tiga dosis dibawah dosis tertinggi diperoleh dengan membagi dosis 1,44 kali dari dosis tertinggi sesuai deret ukur. Dari hasil perhitungan diperoleh dosis ekstrak etanol akar krokot belanda sebesar 1674,49 mg/kgBB; 2411,26 mg/kgBB; 3472,22 mg/kgBB; 5000 mg/kgBB. 10. Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi karagenin 1% Hewan uji sebanyak dua puluh ekor dibagi dalam 4 kelompok, tiap kelompok terdiri dari lima ekor. Pada kaki kiri bagian belakang hewan uji diinjeksi 0,05 ml suspensi karagenin 1% secara subplantar sedangkan kaki kanan bagian belakang disuntik dengan spuit injeksi subplantar tanpa suspensi karagenin 1%. Kemudian tiap kelompok hewan uji dikorbankan pada selang waktu tertentu yaitu : 1, 2, 3, dan 4 jam setelah injeksi karagenin subplantar, lalu kedua kaki belakang dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Waktu pemotongan kaki ditentukan saat kaki mengalami peningkatan udema yang berarti.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
45
11. Uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda. Hewan uji sebanyak dua puluh ekor dibagi dalam 4 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari lima ekor. Tiap kelompok diberi perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda dengan dosis sesuai hasil orientasi pada selang waktu 15, 30, 45, dan 60 menit sebelum diinjeksi karagenin 0,05 ml secara subplantar. Selang waktu sesuai orientasi waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin, tiap kelompok hewan uji dikorbankan dan kedua kaki belakangnya pada dipotong sendi torsocrural lalu ditimbang. Waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda ditentukan saat kaki mengalami penurunan udema yang berarti 12. Perlakuan Hewan Uji Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak enam puluh tiga ekor yang dibagi secara acak menjadi 9 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari tujuh ekor dengan perlakuan sebagai berikut : a. kelompok I (kelompok kontrol suspensi karagenin 1%) Kaki kiri bagian belakang mencit diinjeksi dengan suspensi karagenin 1% dosis 25 mg/kgBB secara subplantar sedangkan kaki kanan bagian belakang hanya disuntik subplantar tanpa karagenin. Setelah tiga jam (berdasar uji pendahuluan) kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. b. kelompok II (kelompok kontrol CMC-Na 1%) CMC-Na 1% diberikan secar per oral pada mencit dan setelah 15 menit, kaki kiri bagian belakang mencit diinjeksi dengan suspensi karagenin
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
46
1% dosis 25 mg/kgBB secara subplantar sedangkan kaki kanan bagian belakang hanya disuntik subplantar tanpa karagenin, kemudian setelah 3 jam kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. c. kelompok III, IV, dan V (kontrol positif natrium diklofenak) Tiga kelompok mencit diberi perlakuan per oral natrium diklofenak dengan masing-masing dosis sebesar 9,75; 10,795 dan 11,95 mg/kgBB, setelah 15 menit kaki kiri bagian belakang mencit diinjeksi dengan suspensi karagenin 1% dosis 25 mg/kgBB secara subplantar sedangkan kaki kanan bagian belakang hanya disuntik subplantar tanpa karagenin, kemudian setelah 3 jam kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. d. kelompok
VI, VII, VIII, dan IX (perlakuan ekstrak etanol akar krokot
belanda) Empat kelompok mencit diberi perlakuan per oral ekstrak etanol akar krokot belanda dengan masing-masing dosis sebesar 1674,49; 2411,26; 3472,22; dan 5000 mg/kgBB. Setelah 15 menit, masing-masing kelompok diinjeksi suspensi karagenin 1% dosis 25 mg/kgBB secara subplantar pada kaki kiri belakang sedangkan kaki kanan bagian belakang hanya disuntik subplantar tanpa karagenin, kemudian setelah 3 jam kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. 13. Perhitungan respon daya anti inflamasi Data penimbangan berat kaki belakang hewan uji digunakan untuk mengetahui efek anti inflamasi . Berdasarkan metode Langford dkk (1972) untuk mengetahui daya anti inflamasi (dalam %), digunakan rumus :
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
47
⎡U − D ⎤ % efek anti inflamasi = ⎢ × 100% ⎥ ⎣ U ⎦
Keterangan : U = harga rata-rata berat kelompok karagenin (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat kaki normal (kaki kanan). D = harga rata-rata berat kelompok perlakuan (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat kaki normal (kaki kanan).
G . Analisis Hasil Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui pola distribusi data. Analisis dilanjutkan dengan uji ANOVA one way dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui adanya perbedaan pada kelompok perlakuan. Untuk menguji perbedaan tersebut bermakna atau tidak secara statistik, maka dilanjutkan dengan uji Scheffe.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi tanaman Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah akar tanaman krokot belanda yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu. Determinasi
tanaman
dilakukan
oleh
Balai
Penelitian
Tanaman
Obat
Tawangmangu untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan adalah benarbenar tanaman krokot belanda dengan nama ilmiah Talinum triangulare Jacq.Willd.
B. Pembuatan ekstrak etanol akar krokot belanda Metode yang digunakan untuk memperoleh ekstrak etanol akar krokot belanda adalah perkolasi. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70%. Penggunaan etanol 70% dipilih karena diharapkan dapat melarutkan senyawa-senyawa anti inflamasi yang bersifat polar yang terkandung di dalam akar krokot belanda, yaitu flavonoid, steroid, dan tanin. Serbuk akar krokot belanda sebanyak 150 gram dibasahi dengan etanol 70% di dalam erlenmeyer selama 24 jam dalam bejana tertutup. Selama serbuk dibasahi, cairan penyari dapat masuk ke dalam sel dan melarutkan zat-zat aktif sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Dengan adanya proses pembasahan, aliran cairan penyari tidak akan mengalami hambatan dan dapat menembus serbuk dengan sempurna.
48
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
49
Kemudian serbuk yang telah dibasahi dipindahkan ke dalam perkolator dan dituangi etanol 70% secukupnya sampai menetes dan masih terdapat selapis cairan etanol di atas simplisia. Kran perkolator dibuka dan kecepatan penetesan etanol adalah 1-3 ml/menit, tidak terlalu cepat ataupun lambat, tujuannya agar proses penyarian dapat berlangsung optimal. Pada proses perkolasi, cairan penyari yang terus-menerus baru dapat menyebabkan terjadinya perbedaan konsentrasi sehingga zat aktif dapat tersari lebih sempurna. Selama proses perkolasi berlangsung, tinggi etanol di atas permukaan serbuk ± 1-1,5 cm. Perkolasi dihentikan jika perkolat yang diperoleh sudah tidak berwarna lagi. Perkolat yang didapat kemudian dipekatkan dengan vacum evaporator untuk mempercepat penguapan etanol. Pemekatan dilanjutkan dengan menguapkan sisa etanol di atas waterbath sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh berwarna coklat kehitaman dengan bobot sebesar 30,51 gram (lampiran 5 ).
C. Uji Pendahuluan Sebelum melakukan uji efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan. Uji pendahuluan ini bertujuan untuk validasi metode yang akan digunakan untuk menguji efek anti inflamasi. Uji pendahuluan yang dilakukan meliputi : rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1%, dan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda. Data yang diperoleh dari uji pendahuluan dianalisis menggunakan uji kolmogorov-Smirnov untuk menngetahui distribusi data yang diperoleh. Bila data
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
50
berdistribusi normal (p>0,05) maka analisis dapat dilanjutkan dengan uji Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. Uji Anova satu arah ini untuk melihat ada tidaknya perbedaan data yang dapat dilihat dari nilai probabilitas yang kurang dari 0,05 (p<0,05). Bila nilai probabilitas yang diperoleh kurang dari 0,05 (p<0,05) maka dapat dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk mengetahui letak perbedaan bermaknanya. 1. Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi karagenin 1% Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi karagenin 1 % secara subplantar bertujuan untuk mengetahui waktu yang tepat saat karagenin menimbulkan udema yang maksimal pada telapak kaki mencit. Pada tahap ini, kaki kiri mencit disuntik suspensi karagenin 1 % secara subplantar dengan dosis 25 mg/kgBB sedangkan kaki kanan mencit hanya disuntik dengan spuit injeksi tanpa karagenin sebagai faktor koreksi. Setelah rentang waktu tertentu, mencit dikurbankan kemudian kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Waktu pemotongan kaki yang digunakan pada uji pendahuluan ini adalah 1, 2, 3, dan 4 jam. Alasan suspensi karagenin 1% dipilih sebagai zat iritan penginduksi udema pada kaki hewan uji karena udema yang dihasilkan reproduksibel dan tidak menimbulkan kerusakan jaringan. Di samping itu, karagenin juga merupakan salah satu iritan penginduksi udema yang paling banyak digunakan dan dapat digunakan untuk memprediksi efektivitas potensial terapetik dari obat-obat anti inflamasi baik dari golongan steroid maupun dari golongan non steroid.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
51
Data bobot udema yang diperoleh dianalisis dengan uji KolmogorovSmirnov untuk mengetahui homogenitas data. Nilai probabilitas yang diperoleh sebesar 0,901 dan karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan distribusi data adalah normal. Analisis dilanjutkan dengan uji Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95 %. Rangkuman hasil analisis Anova satu arah ditampilkan pada tabel I Tabel I. Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% data bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi karagenin 1% Keterangan Bobot udema antar kelompok perlakuan
Df
F
Probabilitas (p)
3
6,028
0,006
Berdasarkan tabel I dapat diketahui rata-rata bobot udema antara kelompok perlakuan secara statistik memiliki perbedaan karena probabilitas (p) yang terjadi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,006. Uji Scheffe kemudian dilakukan untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak bermakna. Rangkuman hasil uji Scheffe dapat dilihat pada tabel II. Tabel II. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi suspensi karagenin 1% pada rentang waktu tertentu, beserta hasil uji Scheffe Hasil uji Scheffe pemberian karagenin 1 % pada rentang waktu tertentu
Selang Waktu
X ± SE (g)
1 jam
2 jam
3 jam
4 jam
1 jam 2 jam 3 jam 4 jam
0,0432 ± 0,0047 0,0697 ± 0,0104 0,0866 ± 0,0073 0,0631 ± 0,0054
tb bb tb
tb tb tb
bb tb tb
tb tb tb -
Keterangan : tb bb x SE
: Berbeda tidak bermakna : Berbeda bermakna : Rata-rata bobot udema kaki mencit : Standar Error
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
52
Dari hasil uji Scheffe, diketahui bahwa antara kelompok jam pertama, kedua dan keempat menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) juga terjadi antara
kelompok jam
kedua, ketiga, dan keempat. Perbedaan yang bermakna (p<0,05) diperoleh antara kelompok jam pertama dan ketiga. Perbedaan yang bermakna terjadi karena bobot udema kelompok jam ketiga jauh lebih besar bila dibandingkan dengan bobot udema kelompok jam pertama. Kenaikan bobot udema pada jam pertama belum optimal bila dibandingkan dengan jam ketiga. Bobot udema jam ketiga tidak berbeda bermakna dengan jam keempat, namun bobot udema pada jam keempat mengalami penurunan bila dibandingkan dengan jam ketiga, hal ini dimungkinkan karena sistem proteksi tubuh telah bekerja untuk mengembalikan keadaan tubuhnya seperti semula. Pada jam ketiga, bobot udema yang dihasilkan telah optimal yang ditandai dengan paling tingginya bobot udema yang terbentuk. Pada jam ketiga diasumsikan bahwa karagenin telah memberikan efek yang maksimal. Oleh karena itu, dalam uji selanjutnya pemotongan kaki mencit dilakukan pada jam ketiga setelah injeksi suspensi karagenin 1 %. Hasil uji pendahuluan rata-rata bobot udema pada waktu pemotongan kaki mencit dapat dilihat pada lampiran 7, sedangkan grafik dapat dilihat pada gambar 6. Dari grafik tersebut dapat dilihat lebih jelas perbedaan rata-rata bobot udema dari setiap waktu pemotongan kaki mencit pada uji pendahuluan ini
rata-rata bobot udem (gram)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
53
0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 0
1
2
3
4
rentang waktu (jam)
Gambar 9. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi karagenin 1%
2. Uji pendahuluan waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda Uji pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda sebelum injeksi suspensi karagenin yang dapat menimbulkan efek anti inflamasi. Pada uji ini, mencit dibagi menjadi empat kelompok (masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor) berdasarkan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda yaitu 15, 30, 45, dan 60 menit secara per oral sebelum injeksi karagenin . Dosis yang diberikan adalah 5000 mg/kg BB dengan konsentrasi 15%. Dosis ini merupakan dosis maksimal ekstrak etanol akar krokot belanda yang dapat diberikan pada mencit. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata bobot udema pada rentang waktu 15 menit sebesar 0,0393 gram, rentang waktu 30 menit sebesar 0,0397 gram, rentang waktu 45 menit sebesar 0,0466 gram dan rentang waktu 60 menit sebesar 0,0605 gram, terlihat pada tabel IV. Seluruh data kemudian diuji
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
54
dengan Kolmogorov Smirnov untuk melihat distribusi data. Hasil menunjukkan nilai p> 0,05 yaitu 0,999 sehingga disimpulkan distribusi datanya normal atau homogen. Analisis kemudian dilanjutkan dengan Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95 %. Rangkuman hasil Anova satu arah dapat dilihat pada tabel III. Tabel III Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% data bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda Keterangan Bobot udema antar kelompok perlakuan
Df
F
Probabilitas (p)
3
4,653
0,016
Berdasarkan tabel III dapat diketahui rata-rata bobot udema antara kelompok adalah berbeda karena probabilitas (p) yang terjadi kurang dari 0,05 yaitu 0,016. Uji Scheffe kemudian dilakukan untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak bermakna. Rangkuman uji scheffe dapat dilihat pada tabel IV Tabel IV. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat diinjeksi karagenin 1% pada uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda
Rentang waktu
X ± SE
15 menit 30 menit 45 menit 60 menit
0,0393 ± 0,0046 0,0397 ± 0,0043 0,0466 ± 0,0055 0,0605 ± 0,0039
(g)
Hasil uji Scheffe pemberian karagenin 1% pada rentang waktu tertentu 15 menit 30 menit 45 menit 60 menit tb tb bb
tb tb bb
tb tb tb
bb bb tb -
Keterangan : tb : Berbeda tidak bermakna bb : Berbeda bermakna X : Rata-rata bobot udema kaki mencit SE : Standar Error
Berdasarkan hasil uji scheffe, kelompok dengan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda 15 menit sebelum penyuntikan karagenin
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
55
memiliki perbedaan tidak bermakna dengan kelompok selang waktu 30 dan 45 menit. Dapat dikatakan bila ekstrak etanol akar krokot belanda diberikan 15, 30, dan 45 menit sebelum penyuntikan karagenin, maka penurunan udema yang terjadi dapat dikatakan sama. Kelompok dengan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda 60 menit sebelum penyuntikan karagenin memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kelompok rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda 15 menit, dan 30 menit, namun berbeda tidak bermakna dengan kelompok rentang waktu 45 menit. Bobot udema pada kelompok rentang waktu 60 menit meningkat secara signifikan, sehingga dapat dikatakan efek anti inflamasi telah menurun dan akibatnya udema yang terbentuk tidak dapat dihambat secara optimal. Dari hasil tersebut ada tiga data yang dapat dipilih untuk rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda yaitu 15, 30, dan 45 menit. Rentang waktu 15 menit dipilih karena memberikan penurunan bobot udema paling besar, serta untuk efisiensi waktu. Hasil uji pendahuluan rata-rata bobot udema pada rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda dapat dilihat pada lampiran 9, sedangkan grafik dapat dilihat pada gambar 7. Dari grafik tersebut dapat dilihat lebih jelas perbedaan rata-rata bobot udema dari setiap waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda pada uji pendahuluan ini
rata-rata bobot udem (gram)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
56
0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 0 0
10
20
30
40
50
60
70
rentang waktu (menit)
Gambar 10.
Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda.
D. Pengujian Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Pengujian efek anti inflamasi dilakukan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol akar krokot belanda memiliki efek anti inflamasi sekaligus mengetahui seberapa besar efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda tersebut. Efek anti inflamasi adalah kemampuan ekstrak etanol akar krokot belanda mengurangi bobot udema kaki mencit akibat injeksi suspensi karagenin1 % secara subplantar. Pengujian efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda didasarkan pada uji yang telah dilakukan Langford dkk (1972) yang telah dimodifikasi pelaksanaannya. Besarnya efek anti-inflamasi yang ditimbulkan dapat dihitung dengan prosentase efek anti-inflamasi menurut Langford dkk (1972). Dasar metode Langford dkk. adalah induksi udema pada kaki belakang mencit. Metode ini dipilih karena dapat digunakan sebagai langkah pengujian awal untuk mengetahui apakah bahan uji memiliki efek anti inflamasi atau tidak.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
57
Selain itu karena metode ini mudah dilaksanakan, pengukuran dapat dilakukan secara obyektif serta dapat diandalkan untuk pengujian efek anti inflamasi dalam waktu yang singkat. Pada penelitian ini, mencit dibagi menjadi 9 kelompok. Kelompok I adalah kelompok kontrol negatif karagenin 1% sebagai zat penginduksi udema. Kelompok II adalah kontrol negatif CMC-Na 1 %. Kelompok III, IV, dan V adalah kelompok kontrol positif natrium diklofenak dalam 3 peringkat dosis dengan dosis masing-masing adalah 9,75; 10,795; dan 11,95 mg/kgBB. Kelompok VI, VII, VIII, dan IX merupakan kelompok perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda dengan dosis masing-masing 1674,49; 2411,26; 3472,22; dan 5000 mg/kgBB. Suspensi karagenin 1% sebagai zat iritan penginduksi udema digunakan untuk menghitung persen anti inflamasi dari setiap kelompok perlakuan. Udema yang diinduksi karagenin melalui dua fase. Pada fase pertama yang terjadi sekitar 60 menit setelah induksi karagenin terjadi pelepasan histamin, serotonin dan bradikinin. Fase kedua berlangsung selama 60 menit setelah injeksi sampai kurang lebih 3 jam. Fase ini berhubungan dengan pelepasan radikal bebas neutrofil seperti hidrogen peroksida, super oksida, radikal hidroksil serta prostaglandin (Suleyman dkk, 2004). Pada kelompok ini mencit diperlakukan sama seperti saat uji pendahuluan, dimana suspensi karagenin 1% dosis 25 mg/kgBB diinjeksikan pada kaki kiri belakang, sedangkan kaki kanan hanya diinjeksi tanpa suspensi karagenin. Setelah 3 jam kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural
dan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
58
ditimbang. Bobot udema merupakan hasil pengurangan bobot kaki kiri dengan kaki kanan. Kontrol negatif yang digunakan adalah CMC-Na 1% karena natrium diklofenak dan ekstrak etanol akar krokot belanda dibuat dengan menambahkan CMC-Na 1% sebagai suspending agent. Kelompok CMC-Na 1% diperlukan untuk mengetahui apakah CMC-Na 1% memiliki pengaruh terhadap efek anti inflamasi baik dari natrium diklofenak maupun ekstrak etanol akar krokot belanda. CMC-Na 1% diinjeksikan pada mencit secara per oral dengan dosis 333,33 mg/kgBB, 15 menit sebelum injeksi karagenin mengikuti uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda. Pada penelitian ini, natrium diklofenak dipilih sebagai kontrol positif karena obat ini termasuk NSAID yang terkuat efek anti inflamasinya dengan efek samping yang kurang keras dibanding dengan obat anti inflamasi non steroid lainnya (Tjay dan Rahardja, 2002). Natrium diklofenak digunakan dalam tiga peringkat dosis (9,75; 10,795; dan 11,95 mg/kgBB) tujuannya untuk mendapatkan kesetaraan antara dosis ekstrak etanol akar krokot belanda terhadap dosis natrium diklofenak Natrium diklofenak diberikan secara per oral 15 menit sebelum hewan uji diinjeksi suspensi karagenin 1% secara subplantar. Kelompok VI, VII, VIII dan IX adalah kelompok perlakuan dosis ekstrak etanol akar krokot belanda. Mencit pada tiap kelompok diberi ekstrak etanol akar krokot belanda sesuai dosis masing-masing yaitu 1674,49; 2411,26; 3472,22; dan 5000 mg/kg BB. Dosis tertinggi dan terendah ditentukan dari orientasi. Setelah dosis tertinggi dan terendah dimasukkan dalam suatu rumus, akan diperoleh suatu
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
59
kelipatan atau faktor pembagi. Tiga dosis dibawah dosis tertinggi ditentukan dengan membagi dosis tertinggi dengan faktor pembagi sebesar 1,44 sesuai deret ukur. Dari setiap kelompok perlakuan akan diperoleh data bobot udem. Data bobot udem tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan persen efek anti inflamasinya menurut metode Langford dkk. Tabel bobot udem dan persen efek anti inflamasi seluruh kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel V. Tabel V. Rata-rata bobot udem kaki mencit beserta persen (%) efek anti inflamasi dari seluruh kelompok perlakuan Kelompok Kontrol (-) karagenin 1 % Kontrol (-)CMC-Na 1 % Kontrol (+) Na-diklofenak 9,75 mg/kgBB Kontrol (+) Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB Kontrol (+) Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB EEAKB dosis 1674,49 mg/kgBB EEAKB dosis 2411,26 mg/kgBB EEAKB dosis 3472,22 mg/kgBB EEAKB dosis 5000 mg/kgBB
Subjek uji 7 7 7
Rata-rata bobot udem ± SE 0,0764 ± 0,0043 0,0809 ± 0,0030 0,0223 ± 0,0023
Persen (%) efek anti inflamasi ± SE 0 ± 0,0000 -6 ± 3,9426 70,87 ± 3,0268
7
0,0302 ± 0,0032
60,53 ± 4,2008
7
0,0372 ± 0,0043
51,35 ± 5,6162
7 7 7 7
0,0662 ± 0,0024 0,0607 ± 0,0032 0,0554 ± 0,0016 0,0373 ± 0,0052
13,37 ± 3,1302 20,53 ± 4,1886 27,47 ± 2,0600 51,18 ± 6,8457
Keterangan : SE : Standard Error (SD/√n) EEAKB : Ekstrak etanol akar krokot belanda
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
60
Data tersebut dapat pula dilihat dalam bentuk diagram batang, yaitu sebagai berikut
rata-rata bobot udem (gram)
0.09 0.08 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 0 I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
kelompok
Gambar 11. Diagram batang rata-rata berat udema kaki mencit perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda dalam 4 peringkat dosis beserta kontrolnya.
Keterangan : I : kelompok kontrol (-) karagenin 1 % II : kelompok kontrol (-) CMC-Na 1% III : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 9,75 mg/kg BB IV : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 10,795 mg/kg BB V : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 11,95 mg/kg BB VI : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 1674,49 mg/kg BB VII : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 2411,26 mg/kg BB VIII : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 3472,22 mg/kg BB IX EEAKB
: kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 5000 mg/kg BB : Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
61
persen (%) efek anti inflamasi
80 70 60 50 40 30 20 10 0 -10 I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
kelompok
Gambar 12. Diagram batang persentase efek anti inflamasi perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda dalam 4 peringkat dosis beserta kontrolnya
Keterangan : I : kelompok kontrol (-) karagenin 1 % II : kelompok kontrol (-) CMC-Na 1% III : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 9,75 mg/kg BB IV : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 10,795 mg/kg BB V : kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 11,95 mg/kg BB VI : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 1674,49 mg/kg BB VII : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 2411,26 mg/kg BB VIII : kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 3472,22 mg/kg BB IX EEAKB
: kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 5000 mg/kg BB : Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda
Seluruh hewan uji pada kelompok II, III, IV, V, VI, VII, VIII, dan IX diberi bahan uji 15 menit sebelum injeksi karagenin 1%. Data persen efek anti inflamasi semua kelompok perlakuan kemudian diuji statistik dengan Kolmogorov Smirnov untuk melihat distribusi data. Hasil menunjukkan nilai p>0,05 yaitu 0,494 sehingga disimpulkan distribusi datanya normal atau homogen. Analisis kemudian dilanjutkan dengan Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95 %. Rangkuman hasil Anova satu arah dapat dilihat pada tabel VI.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
62
Tabel VI. Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95 % persentase efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda dalam empat peringkat dosis beserta kontrolnya Keterangan Persentase efek anti inflamasi antar kelompok perlakuan
df
F
Probabilitas (p)
8
44,493
0,000
Hasil analisis statistik anova satu arah menunjukkan bahwa data antar kelompok perlakuan adalah berbeda (p<0,05). Selanjutnya dilakukan uji Shceffe untuk mengetahui perbandingan antar kelompok yang memiliki perbedaan yang bermakna dan tidak bermakna. Hasil uji Scheffe dapat dilihat pada tabel VII berikut ini. Tabel VII. Hasil uji Scheffe efek anti inflamasi pada perlakuan ekstrak etanol akar krokot belanda dalam empat peringkat dosis beserta kontrolnya
Klp I II III IV V VI VII VIII IX Keterangan : bb : tb : I : II : III : IV : V : VI : VII : VIII : IX : EEAKB :
Klp I tb bb bb bb tb tb bb bb
Klp II tb bb bb bb tb bb bb bb
Hasil uji scheffe terhadap Klp Klp Klp Klp Klp III IV V VI VII bb bb bb tb tb bb bb bb tb bb tb tb bb bb tb tb bb bb tb tb bb bb bb bb bb tb bb bb bb tb bb bb tb tb tb tb tb tb bb bb
Klp VIII bb bb bb bb tb tb tb tb
berbeda bermakna berbeda tidak bermakna kelompok kontrol (-) karagenin 1% kelompok kontrol (-) CMC-Na 1% kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 9,75 mg/kg BB kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 10,795 mg/kg BB kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 11,95 mg/kg BB kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 1674,49 mg/kg BB kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 2411,26 mg/kg BB kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 3472,22 mg/kg BB kelompok perlakuan EEAKB dengan dosis 5000 mg/kg BB Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda
Klp IX bb bb tb tb tb bb bb tb -
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
63
Seluruh hewan uji pada kelompok II, III, IV, V, VI, VII, VIII, dan IX diberi bahan uji 15 menit sebelum injeksi karagenin 1%. Berdasarkan perhitungan persen efek anti inflamasi, kelompok kontrol negatif CMC-Na 1% memberikan hasil perbedaan tidak bermakna dengan kontrol negatif karagenin 1%. Persen efek anti inflamasi karagenin 1% adalah 0 karena karagenin digunakan sebagai penginduksi udema. Persen efek anti inflamasi kontrol negatif CMC-Na 1% adalah -6 %, dan karena nilainya dibawah 0, dapat dikatakan bahwa CMC-Na 1 % sebagai kontrol negatif tidak berpengaruh terhadap efek anti inflamasi baik dari ekstrak etanol akar krokot belanda maupun natrium diklofenak. Seluruh kelompok kontrol positif natrium diklofenak memiliki rata-rata bobot udem yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Efek anti inflamasi kelompok kontrol positif natrium diklofenak dosis 9,75 ; 10,795 ; dan 11,95mg/kgBB berturut-turut sebesar 70,87%; 60,53%; dan 51,35%, semuanya dinyatakan berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (-) karagenin dan CMC-Na 1%. Hal ini menunjukkan bahwa natrium diklofenak terbukti memliliki efek anti inflamasi sehingga dapat digunakan sebagai kontrol positif. Untuk kelompok kontrol positif yaitu antara kelompok natrium diklofenak dosis 9,75 ; 10,795 ; dan 11,95 mg/kgBB itu sendiri, secara statistik memiliki perbedaan yang tidak bermakna, artinya ketiga peringkat dosis tersebut memberikan efek anti inflamasi yang sama. Hal ini diduga bahwa pada dosis
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
64
rendah natrium diklofenak telah mengalami penjenuhan, sehingga ketika dosis dinaikkan tidak menunjukkan perubahan yang signifikan atau efek anti inflamasinya tetap sama. Pada penelitian ini, natrium diklofenak digunakan dalam tiga peringkat dosis untuk membentuk suatu persamaan garis. Berdasarkan persamaan garis tersebut, dapat diketahui kesetaraan dosis antara ekstrak etanol akar krokot belanda dengan natrium diklofenak dalam hal efek anti inflamasi. Akan tetapi, karena efek anti inflamasi seluruh kelompok natrium diklofenak secara statistik berbeda tidak bermakna atau sama, maka natrium diklofenak hanya mewakili satu titik untuk membentuk persamaan garis. Untuk membentuk suatu persamaan garis, minimal dibutuhkan 3 titik yang perbedaannya bermakna satu dengan yang lainnya. Selain itu, bila persamaan garis natrium diklofenak tetap dibentuk dan dibandingkan dengan ekstrak etanol akar krokot belanda, maka keduanya akan saling berpotongan, padahal untuk menyatakan kesetaraan dosis maka kedua garis harus sejajar (lampiran 13). Berdasarkan keterangan di atas, untuk selanjutnya akan dipilih satu kelompok natrium diklofenak untuk dibandingkan efek anti inflamasinya dengan ekstrak etanol akar krokot belanda. Kelompok natrium diklofenak dosis 9,75 mg/kg dipilih karena dengan dosis yang minimal mampu memberikan penurunan bobot udem kaki mencit yang paling besar. Kelompok VI, VII, VIII dan IX adalah kelompok perlakuan EEAKB dosis 1674,49 dan 2411,26; 3472,22; dan 5000mg/kgBB. Gambar 12 menunjukkan bahwa kelompok perlakuan EEAKB memiliki efek anti inflamasi. Hal ini dapat dilihat dari adanya penurunan bobot udem kaki mencit setelah diberi EEAKB.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
65
Kelompok perlakuan EEAKB dosis 1674,49 dan 2411,26 berbeda tidak bermakna dengan kontrol negatif karagenin. Hal ini menunjukkan pada kelompok perlakuan EEAKB dosis 1674,49 dan 2411,26 mg/kgBB tidak terjadi penurunan bobot udem kaki mencit yang berarti atau dianggap sama dengan kontrol negatif karagenin. Sedangkan, pada kelompok perlakuan EEAKB dosis 3472,22 dan 5000 mg/kgBB terjadi perbedaan yang bermakna dengan kontrol negatif karagenin. Hal ini dikarenakan penurunan bobot udem kaki mencit EEAKB dosis 3472,22 dan 5000 mg/kgBB (27,47% dan 51,18%) jauh lebih besar dibanding kontrol negatif karagenin. Kelompok perlakuan EEAKB dosis 2411,26; 3472,22; dan 5000 mg/kgBB memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol negatif CMC-Na 1%. Hal ini dikarenakan penurunan bobot udem kaki mencit ketiga kelompok di atas jauh lebih besar (20,53; 27,47; dan 51,18%) dibandingkan kontrol negatif CMC-Na 1% (-6%). Sedangkan pada EEAKB dosis 1674,49 mg/kgBB penurunan bobot udem kaki mencit yang terjadi relatif sama dengan kontrol negatif CMC-Na 1% karena terjadi perbedaan yang tidak bermakna dengan kontrol negatif CMC-Na 1%. Bila seluruh kelompok perlakuan EEAKB dibandingkan dengan kelompok natrium diklofenak 9,75 mg/kgBB maka perbedaan yang tidak bermakna hanya terjadi pada kelompok perlakuan EEAKB dosis 5000 mg/kgBB. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa EEAKB dosis 5000 mg/kg memberikan efek yang setara dengan natrium diklofenak Untuk kelompok perlakuan EEAKB antara dosis 1674,49; 2411,26; 3472,22; dan 5000 mg/kgBB perbedaan efek anti inflamasi yang bermakna, hanya
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
66
terjadi antara EEAKB dosis 5000 mg/kgBB terhadap EEAKB dosis 1674,49; dan 2411,26 mg/kgBB. Hal ini dikarenakan EEAKB dosis 5000 mg/kgBB memiliki penurunan bobot udema yang jauh lebih besar (51,18%) dibandingkan dengan EEAKB dosis 1674,49; dan 2411,26 mg/kgBB (13,37 dan 20,53%). Dilihat dari persen efek anti inflamasinya kelompok EEAKB dosis 3472,22 dan 5000mg/kgBB memiliki persen efek anti inflamasi yang lebih besar bila dibandingkan dengan EEAKB dosis 1674,49 dan dosis 2411,26mg/kgBB. Akan tetapi, persen anti inflamasi yang paling mendekati persen anti inflamasi kelompok natrium diklofenak adalah EEAKB dosis 5000mg/kgBB. Efek anti inflamasi kelompok natrium diklofenak sebesar 70,87% sedangkan EEAKB dosis 5000mg/kgBB sebesar 51,18%. Oleh karena itu, dapat dikatakan dosis 5000mg/kgBB adalah dosis yang paling efektif sebagai anti inflamasi dibandingkan dosis lainnya. Persentase efek anti inflamasi semua kelompok perlakuan EEAKB kemudian dibandingkan dengan persentase efek anti inflamasi natrium diklofenak (dosis 9,75 mg/kgBB) sebagai kontrol positif untuk mendapatkan potensi relatif. Potensi relatif semua kelompok perlakuan EEAKB di bawah 100 persen. Hal ini menunjukkan EEAKB memiliki efek anti inflamasi namun kurang poten dibanding natrium diklofenak. Potensi relatif EEAKB dosis 1674,49; 2411,26; 3472,22; dan 5000 mg/kgBB berturut-turut sebesar 18,87; 28,97; 38,76; dan 72,22%. Data dan perhitungan potensi relatif EEAKB dapat dilihat pada lampiran 14
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
67
Ekstrak etanol akar krokot belanda diduga mengandung flavonoid, steroid dan tanin yang dapat memberikan efek anti inflamasi. Persen efek anti inflamasi yang semakin meningkat dari dosis rendah ke dosis tinggi, diduga karena kandungan flavonoid, steroid, dan tanin semakin meningkat. Persen efek anti inflamasi yang rendah terdapat pada dosis rendah, hal ini diduga karena pada dosis rendah kandungan flavonoid, steroid, dan tanin juga rendah, sehingga untuk memperoleh efek anti inflamasi yang tinggi dibutuhkan dosis yang tinggi pula. Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas. Radikal bebas yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan nyeri. Dalam proses peradangan, radikal bebas terbentuk ketika asam arakhidonat dikonversikan menjadi peroksida baik melalui jalur siklooksigenase maupun lipoksigenase. Ketika terjadi kerusakan jaringan organ produksi peroksida meningkat seiring dengan peningkatan jumlah radikal bebas. Apabila jumlah radikal bebas makin banyak, antioksidan dari dalam tubuh tak mampu lagi melumpuhkannya secara efektif sehingga harus ada tambahan antioksidan dari luar (eksogen) yang berasal dari bahan makanan. Dalam hal ini flavonoid sebagai antioksidan berfungsi sebagai antioksidan eksogen. Flavonoid sebagai anti inflamasi dapat menghambat enzim lipoksigenase pada pembentukan mediator-mediator yang berperan dalam peradangan seperti leukotrien (Robinson, 1995). Dengan terhambatnya pembentukan mediator-mediator tersebut akan menurunkan udema yang terjadi. Steroid yang terkandung dalam ekstrak etanol akar krokot belanda juga diduga memberi efek anti inflamasi. Golongan steroid sebagai anti-inflamasi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
68
mekanisme kerjanya sebagian besar berdasar atas rintangan sintesis prostaglandin dan leukotrien dengan cara menginduksi terbentuknya lipocortin. Lipocortin tersebut akan menghambat aktivasi enzim fosfolipase A2. Dengan terhambatnya aktivasi enzim fosfolipase A2, maka pembebasan asam arakhidonat dari fosfolipid akan berkurang (Rang et al, 2003). Penurunan pembentukan mediator-mediator dari asam arakhidonat yang berperan dalam peradangan seperti prostaglandin, leukotrien, tromboksan, dan lain-lain akan mengakibatkan penurunan udema yang terjadi. Selain flavonoid dan steroid, tanin juga diduga berefek anti inflamasi. Tanin dapat mempengaruhi respon inflamasi dengan aktivitasnya sebagai penangkal radikal bebas, karena radikal bebas dapat merangsang terjadinya inflamasi (Diane, 2006). Berdasarkan hal tersebut, tanin diperkirakan memiliki mekanisme yang sama seperti flavonoid. Oleh karena adanya dugaan bahwa efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda ditimbulkan oleh adanya senyawa kimia flavonoid, steroid dan tanin, maka perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikan bahwa flavonoid, steroid dan tanin terkandung di dalam ekstrak etanol akar krokot belanda.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Ekstrak etanol akar krokot belanda memiliki efek anti inflamasi. 2. Persentase efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda pada dosis 1674,49; 2411,26; 3472,22; dan 5000 mg/kg BB berturut-turut adalah sebesar 13,37%; 20,53%; 27,47%; dan 51,18%.
B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang : 1. Pemeriksaan kualitatif kandungan kimia adanya senyawa flavonoid, steroid dan tanin dalam ekstrak etanol akar krokot belanda yang diduga bertanggung jawab terhadap efek anti inflamasi 2. Pengujian efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda menggunakan metode lain seperti uji eritema dan radang selaput dada. 3. Pengujian toksisitas akut ekstrak etanol akar krokot belanda
69
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
70
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1986a, Medicinal Herb Index, 33, PT Eisai Indonesia Anonim, 1986b, Sediaan Galenik, 8-25, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, 49, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alami Pyitomedika, Jakarta. Anonim, 1994, Inventaris Tumbuhan Obat Indonesia, III, 285, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, 31, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 357, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Anonim, 2007a, Flavonoid, http://en.wikipedia.org/wiki/Flavonoid, Diakses pada tanggal 16 Mei 2007. Anonim, 2007b, Steroid, http://en.wikipedia.org/wiki/Steroid, Diakses pada tanggal 16 Februari 2007. Astawa,.S.A., 2005, Uji Efek Tonikum Infusa Akar Krokot Blanda (Talinum triangulare (Jacq) Willd) terhadap Fungsi Motorik pada Mencit Jantan dengan Metode Rotarod Test, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Bowman, W.c., and Rand, M.J., 1980, Textbook of Pharmacology, Second (2nd) Edition, 13, 18, Blackwell Scientific, London Budavari, S., 1989, The Merck Index, Eleventh edition, 489, Merck & Co Inc., Rahway, New Jersey. Dalimarta, S., 2003, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, jilid 3, 111 - 113, Puspa Swara, Jakarta. Diane, M.J., 2006, Tannins as Anti Inflammatory Agents, Thesis, Miami University Oxford, Ohio. www.ohiolink.edu/etd/. Diakses tanggal 4 Oktober 2007
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
71
Evans, W.C., 2002, Pharmacognosy, 15th Edition, 289-297, W.B. Saunders, London. Froschle, M., Piuss, R., Peter, A., Etzweiler, F., and Ruegg, D., 2004, Phytosteroids for Skin Care, Asia Pacific Personal Care Ingredient Formulation Manufactur, edisi September, hal.56. Furst, D. E. dan Munster, T., 2002, Obat-obat Anti Inflamasi Nonsteroid, Obatobat Antireumatik Pemodifikasi-penyakit, Analgesik Nonopioid dan Obatobat untuk Pirai dalam Katzung, Farmakologi : Dasar dan Klinik, buku ke2, Edisi 8, 449-452, 462, 483, Salemba Medika, Jakarta. Greene, R.J., Harris, N.D., and Goodyer, L.I., 2000, Pathology and Theraupeutics for Pharmacists : A Basis for Clinical Pharmacy Practice, Second (2nd) Edition, 35-41, Pharmaceutical Press, London. Gryglewski, R.J., 1977, Some Experimental Models for the study of Inflammation and Anti-Inflammatory Drugs, in Bonta I.L., Thomson J., and Brune K.,(Eds.). Inflammation: Mechanism and Their Impact on Therapy, 19-21, Birkhauser Verlag Basel, Rotterdam. Guyton, A.C., 1993, Texbook of Medical Physiology, alih bahasa oleh Ken Ariata T dkk, Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi VII, bagian I, 72-75, EGC, Jakarta. Harborne. J.B., 1987, Phytocemicals Method, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, 70, Penerbit ITB, Bandung. Hardjasaputra, L, P., Budipranoto, G., Sembiring, S, U.,dan Kamal, I., 2002, Data Obat di Indonesia, edisi 10, 350, Grafidian Medpress, Jakarta. Harvey, A.R., Mycek, J.M., dan Champe, C.D., 2001, Lippicott’s Illustrated Review : Pharmacology, diterjemahkan oleh Azwar Agoes, Farmakologi : Ulasan Bergambar, edisi II, 404-406, Penerbit Widya Medika, Jakarta. Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., and Williamson, E.M., 2004, Fundamentals of Pharmacognosy and Phytotherapy, 77, Churchill Livingstone, Toronto. Langford, F.D., Holmes, P.A., and Emele, J.F., 1972, Objective Method for Evaluation of Analgesic / Anti-Inflammatory Activity, Journal of Pharmaceutical Sciences, 61 (January), 75-77.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
72
Markham, K.R., 1988, The Techniques of Flavonoid Identification, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, 1-34, Penerbit ITB, Bandung. Misra, 1992, “Pemeriksaan Pendahuluan Kandungan Kimia Tumbuhan Talinum triangulare (Jacq) Willd”. Penelitan Tumbuhan Obat di beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia VII. 219. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Mursyidi, A., 1990, Analisis Metabolit Sekunder, 208-212, Pusat Antar Ilmu Bioteknologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mutschler, E.,1986, Arzneimittelwirkungen, Edisi V, diterjemahkan oleh Mathilda B., Widyanto dan Ranti, A.S., Dinamika Obat, ITB, Bandung. Novita, E., 2003, Daya Anti Inflamasi Perasan Herba Ketumpang (Peperomia pelludica L. Kunth) Pada Mencit Betina, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Nugroho, Y.A., 2000, Khasiat dan Keamanan Som Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) dan Talesom (Talinum triangulare Willd), http; //digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2001-yun-198talesom. Diakses pada tanggal 5 Februari 2007 Perry, M.L., 1980, Medicinal Plant of East and Southeast Asia, 330, Massachusetts Institute of Technology Press, London Pitojo,S.,2000, Talesom : Sayuran Berkhasiat Obat, 11-13, Kanisius, Yogyakarta. Price, S.A dan Wilson, L. M., 1992, Pathophysiology Clinical Consepts of Disease Processes, diterjemahkan oleh Peter Anugrah, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, buku I, Edisi IV, 35-47, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., and Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th Edition, 217-240, 244-250, Bath Press, USA. Robbins, S.L., dan Kumar, V., 1995, Basic Pathology, diterjemahkan oleh Staf Pengajar Laboratorium Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Buku Ajar Patologi I, Edisi IV, 28-43, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Robinson, T., 1995, The Organic Constituent of Higher Plants, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI, 154-155, 191-216, ITB, Bandung.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
73
Rustam, E., 1991, “Evaluasi Efek Stimulan Susunan Syaraf Pusat Ekstrak Daun dan Batang Talinum triangulare (Jacq) Willd”. Penelitian Tumbuhan Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia VII. 219. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sander, M.A., 2003, Atlas Berwarna Patologi Anatomi, edisi I, 12-13, Universitas Muhamadiyah Malang Press, Malang Shearn, M.A.,1986, Obat Anti Inflamasi Nonsteroid; Analgesik Nonopiat; Obat yang Digunakan pada Gout dalam Katzung,B.G., 1989, Basic and Clinical Pharmacology, diterjemahkan oleh Petrus Ardianto, 474, EGC, Jakarta. Sitompul, B., 2003 Antioksidan dan Penyakit Aterosklerosis, Medika, No. 6, 373377, Jakarta. Suleyman, H., Demircan, B., Karagoz, Y., Oztasan, Nuray., and Suleyman, B., 2004, Anti Inflammatory Effects of Selective COX-2 Inhibitors, http://www.if-pan.krakow.pl/pjp/pdf/2004/6_775_ab.pdf, diakses tanggal 29 Juli 2007. Tjay, T. H. dan Raharja, K., 2002, Obat-obat Penting : Khasiat,Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya, edisi V, 298, 306-311, Penerbit PT. Elek Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery and Evaluation : Pharmacological Assays, second edition, 726-769, Springer Vorlag Berlin Heidelberg. Williamson, E.M., Okpako, D,T, and Evans, F, J., 1996, Selection, Preparation and Pharmacological Evaluation of Plant Material, volume I, 131-137, John Willey & Sons Ltd, England. Wilmana, P.F., 1995, Analgesik Anti Inflamasi Non Steroid dan Obat Pirai dalam Ganiswara, S.G., 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 207-211, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Wahjoedi, B., 2003, Efek Androgenik Infusa Akar Krokot Blanda (Talinum racemosum Rohrb.) pada Anak Ayam, http://digilib.litbang.depkes.go. id/go.php?top=member/
[email protected]/. Diakses pada 25 januari 2007.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
74
Lampiran 1. Surat Pernyataan Pengambilan Dan Determinasi Dari BPTO
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
75
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Sertifikat analisis natrium diklofenak
76
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 3. Foto Tanaman Krokot Belanda
Gambar 13. Tanaman Krokot Belanda
77
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
78
Lampiran 4. Foto Akar Krokot Belanda dan Serbuk Akar Krokot Belanda
Gambar 14.
Gambar 15.
Akar Krokot Belanda
Serbuk Akar Krokot Belanda
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 5. Foto Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda
Gambar 16.
Ekstrak etanol kental krokot belanda
79
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
80
Lampiran 6. Skema kerja uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki mencit setelah injeksi suspensi karagenin 1 %
Dua puluh ekor mencit dibagi dalam 4 kelompok
Kelompok I 1 jam setelah injeksi karagenin1%
Kelompok II 2 jam setelah injeksi karagenin1%
Kelompok III 3 jam setelah injeksi karagenin1%
Mencit dikorbankan , kedua kaki bagian belakang dipotong pada sendi torsocrural Ditimbang
Kelompok IV 4 jam setelah injeksi karagenin 1%
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
81
Lampiran 7. Hasil dan Analisis Hasil Uji Pendahuluan Rentang Waktu Pemotongan Setelah Injeksi Suspensi Karagenin 1% Bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan rentang waktu pemotongan setelah injeksi suspensi karagenin 1 % subplantar Bobot udema mencit (gram) pada rentang waktu N
Keterangan
o
(g)
1
2
3
4
5
(jam) setelah injeksi karagenin 1% 1
2
3
4
Kaki kiri
0,1900
0,2401
0,2570
0,2429
Kaki kanan
0,1566
0,1653
0,1660
0,1630
Bobot udema
0,0334
0,0748
0,0910
0,0799
Kaki kiri
0,1738
0,2700
0,2521
0,2188
Kaki kanan
0,1383
0,1784
0,1591
0,1715
Bobot udema
0,0355
0,0916
0,0930
0,0473
Kaki kiri
0,1552
0,2728
0,2651
0,2508
Kaki kanan
0,1166
0,1817
0,1788
0,1940
Bobot udema
0,0386
0,0911
0,0863
0,0568
Kaki kiri
0,2124
0,2164
0,2898
0,2256
Kaki kanan
0,1610
0,1665
0,1867
0,1590
Bobot udema
0,0514
0,0499
0,1031
0,0666
Kaki kiri
0,2203
0,1961
0,2272
0,2279
Kaki kanan
0,1632
0,1549
0,1678
0,1628
Bobot udema
0,0571
0,0412
0,0594
0,0651
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Rata-rata bobot
0,0432
0,0697
0,0866
0,0631
0,0047
0,0104
0,0073
0,0054
82
udema ± SE
Keterangan : bobot udema = kaki kiri – kaki kanan
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b
udem 20 .065655 .0218675 .127 .113 -.127 .570 .901
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Oneway Descriptives udem
N 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam Total
5 5 5 5 20
Mean .043200 .069720 .086560 .063140 .065655
Std. Deviation .0104516 .0232802 .0163745 .0121224 .0218675
Std. Error .0046741 .0104112 .0073229 .0054213 .0048897
Test of Homogeneity of Variances udem Levene Statistic 1.971
df1
df2 3
16
Sig. .159
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound .030223 .056177 .040814 .098626 .066228 .106892 .048088 .078192 .055421 .075889
Minimum .0334 .0412 .0594 .0473 .0334
Maximum .0571 .0916 .1031 .0799 .1031
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ANOVA udem Sum of Squares .005 .004 .009
Between Groups Within Groups Total
df 3 16 19
Mean Square .002 .000
F 6.028
Sig. .006
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: udem Scheffe
(I) waktu 1 jam
2 jam
3 jam
4 jam
Mean Difference (I-J) -.0265200 -.0433600* -.0199400 .0265200 -.0168400 .0065800 .0433600* .0168400 .0234200 .0199400 -.0065800 -.0234200
(J) waktu 2 jam 3 jam 4 jam 1 jam 3 jam 4 jam 1 jam 2 jam 4 jam 1 jam 2 jam 3 jam
Std. Error .0103261 .0103261 .0103261 .0103261 .0103261 .0103261 .0103261 .0103261 .0103261 .0103261 .0103261 .0103261
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets udem a
Scheffe waktu 1 jam 4 jam 2 jam 3 jam Sig.
N 5 5 5 5
Subset for alpha = .05 1 2 .043200 .063140 .063140 .069720 .069720 .086560 .128 .204
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
Sig. .128 .007 .327 .128 .469 .938 .007 .469 .204 .327 .938 .204
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -.058708 .005668 -.075548 -.011172 -.052128 .012248 -.005668 .058708 -.049028 .015348 -.025608 .038768 .011172 .075548 -.015348 .049028 -.008768 .055608 -.012248 .052128 -.038768 .025608 -.055608 .008768
83
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
84
Lampiran 8. Skema kerja uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda
Dua puluh ekor mencit dibagi dalam empat kelompok Diberi ekstrak etanol akar krokot belanda dosis 5000 mg/kgBB secara per oral
Kelompok I 15 menit sesudahnya
Kelompok II 30 menit sesudahnya
Kelompok III 45 menit sesudahnya
Injeksi karagenin 1% sub plantar pada kaki kiri sedangkan kaki kanan hanya disuntik tanpa karagenin 1% 3 jam sesudahnya Mencit dikorbankan, kedua kaki bagian belakang dipotong pada sendi torsocrural
Ditimbang
Kelompok IV 60 menit sesudahnya
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
85
Lampiran 9. Hasil dan Analisis Hasil Uji Pendahuluan Rentang Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Bobot udema kaki mencit pada uji pendahuluan rentang waktu pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda Bobot udema mencit (gram) pada rentang waktu N
Keterangan
(menit) pemberian ekstrak etanol akar krokot
o
(g)
belanda
1
2
3
4
5
15’
30’
45’
60’
Kaki kiri
0,1619
0,1908
0,2013
0,2176
Kaki kanan
0,1383
0,1495
0,1442
0,1523
Bobot udema
0,0236
0,0413
0,0571
0,0653
Kaki kiri
0,1883
0,2070
0,2134
0,2123
Kaki kanan
0,1540
0,1747
0,1518
0,1445
Bobot udema
0,0343
0,0323
0,0616
0,0678
Kaki kiri
0,2110
0,1984
0,1756
0,1889
Kaki kanan
0,1624
0,1665
0,1412
0,1389
Bobot udema
0,0486
0,0310
0,0344
0,0500
Kaki kiri
0,1998
0,1937
0,1983
0,2141
Kaki kanan
0,1560
0,1550
0,1547
0,1467
Bobot udema
0,0438
0,0387
0,0436
0,0674
Kaki kiri
0,2037
0,2070
0,1823
0,1899
Kaki kanan
0,1574
0,1520
0,1458
0,1377
86
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Bobot udema
0,0463
0,0550
0,0365
0,0522
Rata-rata bobot
0,0393
0,0397
0,0466
0,0605
udema
±
±
±
±
±
0,0046
0,0043
0,0055
0,0039
SE
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b
udem 20 .046540 .0129185 .084 .084 -.078 .376 .999
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Oneway Descriptives udem
N 15 menit 30 menit 45 menit 60 menit Total
5 5 5 5 20
Mean .039320 .039660 .046640 .060540 .046540
Std. Deviation .0103347 .0095929 .0121973 .0087045 .0129185
Std. Error .0046218 .0042901 .0054548 .0038928 .0028887
Test of Homogeneity of Variances udem Levene Statistic .529
df1
df2 3
16
Sig. .669
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound .026488 .052152 .027749 .051571 .031495 .061785 .049732 .071348 .040494 .052586
Minimum .0236 .0310 .0344 .0500 .0236
Maximum .0486 .0550 .0616 .0678 .0678
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ANOVA udem Sum of Squares .001 .002 .003
Between Groups Within Groups Total
df 3 16 19
Mean Square .000 .000
F 4.653
Sig. .016
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: udem Scheffe
(I) waktu 15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
Mean Difference (I-J) -.0003400 -.0073200 -.0212200* .0003400 -.0069800 -.0208800* .0073200 .0069800 -.0139000 .0212200* .0208800* .0139000
(J) waktu 30 menit 45 menit 60 menit 15 menit 45 menit 60 menit 15 menit 30 menit 60 menit 15 menit 30 menit 45 menit
Std. Error .0065067 .0065067 .0065067 .0065067 .0065067 .0065067 .0065067 .0065067 .0065067 .0065067 .0065067 .0065067
Sig. 1.000 .740 .039 1.000 .766 .042 .740 .766 .247 .039 .042 .247
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets udem a
Scheffe
waktu 15 menit 30 menit 45 menit 60 menit Sig.
N 5 5 5 5
Subset for alpha = .05 1 2 .039320 .039660 .046640 .046640 .060540 .740 .247
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -.020622 .019942 -.027602 .012962 -.041502 -.000938 -.019942 .020622 -.027262 .013302 -.041162 -.000598 -.012962 .027602 -.013302 .027262 -.034182 .006382 .000938 .041502 .000598 .041162 -.006382 .034182
87
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
88
Lampiran 10. Skema kerja perlakuan hewan uji
Enam puluh tiga ekor mencit dibagi dalam sembilan kelompok
Kel .II
Kel .I
Kel .III
Kel .IV
Kel .V
Kel .VI
Kel .VI
Kel .VI
Kel .IX
Diberi ekstrak etanol akar krokot belanda secara per oral 15 menit sesudahnya
Injeksi karagenin 1 % sub plantar pada kaki kiri sedangkan kaki kanan hanya disuntik tanpa karagenin 1 % 3 jam sesudahnya Mencit dikorbankan, kedua kaki bagian belakang dipotong pada sendi torsocrural
Ditimbang Keterangan : Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV
: : : :
kelompok kontrol negatif karagenin 1% kelompok kontrol negatif CMC-Na 1% kelompok kontrol positif natrium diklofenak dosis 9,75 mg/kgBB kelompok kontrol positif natrium diklofenak dosis 10,795 mg/kgBB Kelompok V : kelompok kontrol positif natrium diklofenak dosis 11,95 mg/kgBB Kelompok VI : kelompok perlakuan pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda dosis 1674,49 mg/kgBB Kelompok VII : kelompok perlakuan pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda dosis 2411,26 mg/kgBB
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Kelompok VIII : kelompok perlakuan pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda dosis 3472,22 mg/kgBB Kelompok IX : kelompok perlakuan pemberian ekstrak etanol akar krokot belanda dosis 5000 mg/kgBB
89
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
90
Lampiran 11. Hasil Dan Analisis Hasil Bobot Udema Kaki Mencit Akibat Pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Dalam Empat Peringkat Dosis Dan Kontrolnya NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bobot (g)
Kaki kiri Kaki kanan Bobot udema Kaki kiri Kaki kanan Bobot udema Kaki kiri Kaki kanan Bobot udema Kaki kiri Kaki kanan Bobot udema Kaki kiri Kaki kanan Bobot udema Kaki kiri Kaki kanan Bobot udema Kaki kiri Kaki kanan Bobot udema
Rata-rata bobot udem ± SE
Karagenin 1%
CMC-Na 1%
0,1983 0,1301 0,0682 0,2393 0,1433 0,0960 0,2521 0,1703 0,0818 0,2244 0,1576 0,0668 0,2003 0,1378 0,0625 0,2114 0,1321 0,0793 0,2304 0,1501 0,0803 0,0764 ± 0,0043
0,2249 0,1524 0,0725 0,2132 0,1378 0,0754 0,2333 0,1501 0,0832 0,2293 0,1475 0,0818 0,2519 0,1549 0,0970 0,2239 0,1452 0,0787 0,2364 0,1587 0,0777 0,0809 ± 0,0030
Kontrol Na - diklofenak (mg/kg BB) 9,75 10,795 11,95 0,1626 0,1897 0,1672 0,1415 0,1553 0,1471 0,0211 0,0344 0,0201 0,1673 0,1778 0,1649 0,1377 0,1388 0,1415 0,0296 0,0390 0,0234 0,1693 0,1670 0,1856 0,1468 0,1396 0,1494 0,0225 0,0274 0,0362 0,1554 0,1679 0,1896 0,1329 0,1317 0,1435 0,0225 0,0362 0,0461 0,1531 0,1437 0,2241 0,1423 0,1074 0,1758 0,0108 0,0363 0,0483 0,1755 0,1885 0,2008 0,1545 0,1703 0,1547 0,0210 0,0182 0,0461 0,1389 0,1549 0,1725 0,1106 0,1353 0,1325 0,0283 0,0196 0,0400 0,0223 0,0302 0,0372 ± ± ± 0,0023 0,0032 0,0043
4 peringkat dosis ekstrak etanol akar krokot belanda (mg/kgBB) 1674,49 2411,26 3472,22 5000 0,1876 0,2030 0,1889 0,1758 0,1292 0,1445 0,1319 0,1475 0,0564 0,0585 0,0507 0,0283 0,2145 0,2032 0,1782 0,2105 0,1391 0,1428 0,1280 0,1507 0,0754 0,0604 0,0502 0,0598 0,2142 0,2093 0,2130 0,1667 0,1413 0,1551 0,1565 0,1374 0,0728 0,0542 0,0565 0,0293 0,2203 0,2004 0,1995 0,1690 0,1558 0,1538 0,1424 0,1451 0,0645 0,0466 0,0571 0,0239 0,2207 0,2428 0,2078 0,1666 0,1579 0,1734 0,1490 0,1284 0,0628 0,0694 0,0588 0,0382 0,2041 0,2322 0,2230 0,1991 0,1391 0,1630 0,1617 0,1462 0,0650 0,0692 0,0613 0,0529 0,2140 0,2117 0,2044 0,1655 0,1476 0,1450 0,1511 0,1368 0,0664 0,0667 0,0533 0,0287 0,0662 0,0607 0,0554 0,0373 ± ± ± ± 0,0024 0,0032 0,0016 0,0052
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
91
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
kelompok 63 5.00 2.603 .112 .112 -.112 .891 .406
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Oneway Descriptives udem
N kontrol karagenin 1 % kontrol CMC Na 1 % kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB dosis 1674,49mg/kgBB dosis 2411,26mg/kgBB dosis 3472,22mg/kgBB dosis 5000mg/kgBB Total
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound .065805 .087023 .073528 .088272
7 7
Mean .076414 .080900
Std. Deviation .0114713 .0079708
Std. Error .0043358 .0030127
Minimum .0625 .0725
Maximum .0960 .0970
7
.022257
.0061201
.0023132
.016597
.027917
.0108
.0296
7
.030157
.0084900
.0032089
.022305
.038009
.0182
.0390
7
.037171
.0113528
.0042909
.026672
.047671
.0201
.0483
7 7 7 7 63
.066186 .060714 .055414 .037300 .051835
.0063268 .0084649 .0041635 .0138380 .0216822
.0023913 .0031994 .0015737 .0052303 .0027317
.060334 .052886 .051564 .024502 .046374
.072037 .068543 .059265 .050098 .057296
.0564 .0466 .0502 .0239 .0108
.0754 .0694 .0613 .0598 .0970
Test of Homogeneity of Variances udem Levene Statistic 2.047
df1
df2 8
Sig. .058
54
ANOVA udem
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares .025 .005 .029
df 8 54 62
Mean Square .003 .000
F 36.736
Sig. .000
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
92
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: udem Scheffe
(I) kelompok kontrol karagenin 1%
(J) kelompok kontrol CMC Na 1 %
95% Confidence Interval Lower bound Upper bound
.999
-.024612
.015641
.0541571(*)
.0048927
.000
.034031
.074284
.0462571(*)
.0048927
.000
.026131
.066384
kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB
.0392429(*)
.0048927
.000
.019116
.059369
dosis 1674,49mg/kgBB
.0102286
.0048927
.816
-.009898
.030355
dosis 2411,26mg/kgBB
.0157000
.0048927
.270
-.004427
.035827
dosis 3472,22mg/kgBB
.0210000(*)
.0048927
.033
.000873
.041127
dosis 5000mg/kgBB
.0391143(*)
.0048927
.000
.018988
.059241
.0044857
.0048927
.999
-.015641
.024612
.0586429(*)
.0048927
.000
.038516
.078769
.0507429(*)
.0048927
.000
.030616
.070869
.0437286(*)
.0048927
.000
.023602
.063855
dosis 1674,49mg/kgBB
.0147143
.0048927
.358
-.005412
.034841
dosis 2411,26mg/kgBB
.0201857(*)
.0048927
.049
.000059
.040312
dosis 3472,22mg/kgBB
.0254857(*)
.0048927
.003
.005359
.045612
dosis 5000mg/kgBB
.0436000(*)
.0048927
.000
.023473
.063727
-.0541571(*)
.0048927
.000
-.074284
-.034031
-.0586429(*)
.0048927
.000
-.078769
-.038516
-.0079000
.0048927
.953
-.028027
.012227
-.0149143
.0048927
.339
-.035041
.005212
-.0439286(*) -.0384571(*)
.0048927 .0048927
.000 .000
-.064055 -.058584
-.023802 -.018331
-.0331571(*)
.0048927
.000
-.053284
-.013031
-.0150429
.0048927
.327
-.035169
.005084
-.0462571(*)
.0048927
.000
-.066384
-.026131
-.0507429(*)
.0048927
.000
-.070869
-.030616
.0079000
.0048927
.953
-.012227
.028027
-.0070143
.0048927
.977
-.027141
.013112
-.0360286(*)
.0048927
.000
-.056155
-.015902
-.0305571(*) -.0252571(*)
.0048927 .0048927
.000 .004
-.050684 -.045384
-.010431 -.005131
kontrol karagenin 1 %
kontrol karagenin 1 % kontrol CMC Na 1 % kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB dosis 1674,49mg/kgBB dosis 2411,26mg/kgBB dosis 3472,22mg/kgBB dosis 5000mg/kgBB
kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB
Sig.
.0048927
kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB
kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB
Std. Error
-.0044857
kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB
kontrol CMC Na 1 %
Mean Difference (IJ)
kontrol karagenin 1 % kontrol CMC Na 1 % kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB dosis 1674,49mg/kgBB dosis 2411,26mg/kgBB dosis 3472,22mg/kgBB
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
dosis 5000mg/kgBB kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB
kontrol karagenin 1 % kontrol CMC Na 1 % kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB dosis 1674,49mg/kgBB
dosis 1674,49mg/kgBB
.974
-.027269
.012984
-.0392429(*)
.0048927
.000
-.059369
-.019116
-.0437286(*)
.0048927
.000
-.063855
-.023602
.0149143
.0048927
.339
-.005212
.035041
.0070143
.0048927
.977
-.013112
.027141
.0048927
.000
-.049141
-.008888
-.0235429(*)
.0048927
.009
-.043669
-.003416
dosis 3472,22mg/kgBB dosis 5000mg/kgBB
-.0182429
.0048927
.111
-.038369
.001884
-.0001286
.0048927
1.000
-.020255
.019998
-.0102286
.0048927
.816
-.030355
.009898
-.0147143
.0048927
.358
-.034841
.005412
.0439286(*)
.0048927
.000
.023802
.064055
.0360286(*)
.0048927
.000
.015902
.056155
.0290143(*)
.0048927
.000
.008888
.049141
.0054714
.0048927
.996
-.014655
.025598
.0107714
.0048927
.769
-.009355
.030898
.0288857(*)
.0048927
.000
.008759
.049012
-.0157000
.0048927
.270
-.035827
.004427
kontrol CMC Na 1 % kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB dosis 1674,49mg/kgBB
-.0201857(*)
.0048927
.049
-.040312
-.000059
.0384571(*)
.0048927
.000
.018331
.058584
.0305571(*)
.0048927
.000
.010431
.050684
.0235429(*)
.0048927
.009
.003416
.043669
-.0054714
.0048927
.996
-.025598
.014655
dosis 3472,22mg/kgBB
.0053000
.0048927
.996
-.014827
.025427
dosis 5000mg/kgBB
.0234143(*)
.0048927
.010
.003288
.043541
-.0210000(*)
.0048927
.033
-.041127
-.000873
kontrol CMC Na 1 %
-.0254857(*)
.0048927
.003
-.045612
-.005359
kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB
.0331571(*)
.0048927
.000
.013031
.053284
.0252571(*)
.0048927
.004
.005131
.045384
.0182429
.0048927
.111
-.001884
.038369
kontrol karagenin 1 %
dosis 3472,22mg/kgBB dosis 5000mg/kgBB kontrol karagenin 1 %
kontrol karagenin 1 %
kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB dosis 1674,49mg/kgBB
dosis 5000mg/kgBB
.0048927
-.0290143(*)
kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB dosis 2411,26mg/kgBB
dosis 3472,22mg/kgBB
-.0071429
dosis 2411,26mg/kgBB
kontrol CMC Na 1 %
dosis 2411,26mg/kgBB
93
-.0107714
.0048927
.769
-.030898
.009355
dosis 2411,26mg/kgBB
-.0053000
.0048927
.996
-.025427
.014827
dosis 5000mg/kgBB
.0181143
.0048927
.116
-.002012
.038241
-.0391143(*)
.0048927
.000
-.059241
-.018988
-.0436000(*)
.0048927
.000
-.063727
-.023473
kontrol karagenin 1 % kontrol CMC Na 1 %
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
94
kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB
.0150429
.0048927
.327
-.005084
.035169
kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB
.0071429
.0048927
.974
-.012984
.027269
.0001286
.0048927
1.000
-.019998
.020255
.0048927 .0048927 .0048927
.000 .010 .116
-.049012 -.043541 -.038241
-.008759 -.003288 .002012
kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB dosis 1674,49mg/kgBB
-.0288857(*) -.0234143(*) -.0181143 * The mean difference is significant at the .05 level. dosis 2411,26mg/kgBB dosis 3472,22mg/kgBB
Homogeneous Subsets udem a
Scheffe
kelompok kontrol Na diklo 9,75mg/kgBB kontrol Na diklo 10,795mg/kg BB kontrol Na diklo 11,95mg/kgBB dosis 5000mg/kgBB dosis 3472,22mg/kgBB dosis 2411,26mg/kgBB dosis 1674,49mg/kgBB kontrol karagenin 1 % kontrol CMC Na 1 % Sig.
N
1
2
Subset for alpha = .05 3 4
7
.022257
7
.030157
7
.037171
.037171
7 7 7 7 7 7
.037300
.037300 .055414
.327
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7.000.
.111
.055414 .060714 .066186
.769
5
.060714 .066186 .076414 .270
.066186 .076414 .080900 .358
95
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 12. Hasil Perhitungan Dan Analisis Hasil Persen (%) Daya Anti Inflamasi akibat Pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Dalam Empat Peringkat Dosis dan Kontrolnya No
Persen (%) daya anti inflamasi Kontrol Karagenin CMC-Na 1% 1%
1
0
5,10
2 3 4 5 6 7
0 0 0 0 0 0 0
1,31 -8,90 -7,07 -26,96 -3,01 -1,70 -6,00
−
X
4 Peringkat Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda (mg/kgBB)
Natrium Diklofenak (mg/kgBB) 9,75 10,795 72,38 54,97
11,95 73,69
61,26 70,55 70,55 85,86 72,51 62,96 70,87
69,37 52,62 39,66 36,78 39,66 47,64 51,35
48,95 64,14 52,62 52,49 76,18 74,35 60,53
1674,49 2411,26 3472,22 26,18 23,43 33,64 1,31 4,71 15,58 17,80 14,92 13,09 13,37
20,94 29,06 39,01 9,16 9,42 12,70 20,53
34,29 26,05 25,26 23,04 19,76 30,24 27,47
Dari hasil penimbangan berat kedua kaki belakang hewan uji untuk masingmasing kelompok dapat dicari persentase anti inflamasi, dengan persamaan : % daya anti inflamasi =
⎡U − D ⎤ ⎢ U ⎥ X 100% ⎣ ⎦
keterangan : U : Harga rata-rata berat kaki kelompok karagenin (terinflamasi) dikurangi ratarata berat kaki kelompok normal ( tanpa perlakuan ) D : Harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (terinflamasi) dikurangi ratarata berat kaki normal ( tanpa perlakuan ) Contoh perhitungan persentase efek anti inflamasi : Nilai bobot udema karagenin rata-rata (U) = 0,0764 g 1. CMC-Na1% Data replikasi no 1 bobot udema (D) = 0,0725 g ⎡ 0,0764 − 0,0725 ⎤ % daya anti inflamasi = ⎢ ⎥ X 100% 0,0764 ⎣ ⎦
5000 62,96 21,73 61,65 68,72 50,00 30,76 62,43 51,18
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
= 5,10 % 2. Natrium Diklofenak Dosis 9,75 mg/kgBB Data replikasi no 3 bobot udema (D) = 0,0225 g ⎡ 0,0764 − 0,0225 ⎤ % daya anti inflamasi = ⎢ ⎥ X 100% 0,0764 ⎣ ⎦ = 70,55 % 3. Natrium Diklofenak Dosis 10,795 mg/kgBB Data replikasi no 4 bobot udema (D) = 0,0362 g ⎡ 0,0764 − 0,0362 ⎤ % daya anti inflamasi = ⎢ ⎥ X 100% 0,0764 ⎣ ⎦ = 52,62 % 4. Natrium Diklofenak Dosis 11,95 mg/kgBB Data replikasi no 5 bobot udema (D) = 0,0483 g ⎡ 0,0764 − 0,0483 ⎤ % daya anti inflamasi = ⎢ ⎥ X 100% 0,0764 ⎣ ⎦ = 36,78 %
5. Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda 1674,49 mg/kgBB Data replikasi no 7 bobot udema (D) = 0,0664 g ⎡ 0,0764 − 0,0664 ⎤ % daya anti inflamasi = ⎢ ⎥ X 100% 0,0764 ⎣ ⎦ = 13,09 % 6. Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda 2411,26 mg/kgBB Data replikasi no 2 bobot udema (D) = 0,0604 g ⎡ 0,0764 − 0,0604 ⎤ % daya anti inflamasi = ⎢ ⎥ X 100% 0,0764 ⎣ ⎦ = 20,94 % 7. Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda 3472,22 mg/kgBB Data replikasi no 3 bobot udema (D) = 0,0565 g ⎡ 0,0764 − 0,0565 ⎤ % daya anti inflamasi = ⎢ ⎥ X 100% 0,0764 ⎣ ⎦ = 26,05 % 8. Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda 5000 mg/kgBB Data replikasi no 4 bobot udema (D) = 0,0239 g
96
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
97
⎡ 0,0764 − 0,0239 ⎤ = ⎢ ⎥ X 100% 0,0764 ⎣ ⎦ = 68,72 %
% daya anti inflamasi
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b
udem 63 32.1555 27.99044 .105 .087 -.105 .831 .494
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Oneway Descriptives udem
N kontrol karagenin 1% kontrol CMC-Na 1% kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB dosis 1674,49 mg/kgBB dosis 2411,26 mg/kgBB dosis 3472,22 mg/kgBB dosis 5000 mg/kgBB Total
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound .0000 .0000 -15.5374 3.7571
7 7
Mean .0000 -5.8901
Std. Deviation .00000 10.43120
Std. Error .00000 3.94262
Minimum .00 -26.96
Maximum .00 5.10
7
70.8671
8.00827
3.02684
63.4607
78.2736
61.26
85.86
7
60.5286
11.11431
4.20081
50.2496
70.8076
48.95
76.18
7
51.3457
14.85917
5.61624
37.6033
65.0882
36.78
73.69
7 7 7 7 63
13.3700 20.5314 27.4686 51.1786 32.1555
8.28176 11.08202 5.45013 18.11203 27.99044
3.13021 4.18861 2.05996 6.84571 3.52646
5.7107 10.2823 22.4280 34.4277 25.1062
21.0293 30.7806 32.5091 67.9294 39.2048
1.31 9.16 19.76 21.73 -26.96
26.18 39.01 34.29 68.72 85.86
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
98
Test of Homogeneity of Variances udem Levene Statistic 3.830
df1
df2 8
Sig. .001
54
ANOVA udem
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 42176.348 6398.482 48574.829
df 8 54 62
Mean Square 5272.043 118.490
F 44.493
Sig. .000
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: udem Scheffe (I) kelompok
(J) kelompok
kontrol karagenin 1%
kontrol CMC-Na 1%
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval Lower bound Upper bound
5.89014
5.81845
.998
-18.0447
29.8250
-70.86714(*)
5.81845
.000
-94.8020
-46.9323
-60.52857(*)
5.81845
.000
-84.4634
-36.5937
-51.34571(*)
5.81845
.000
-75.2806
-27.4109
-13.37000
5.81845
.724
-37.3048
10.5648
dosis 2411,26 mg/kgBB
-20.53143
5.81845
.160
-44.4663
3.4034
dosis 3472,22 mg/kgBB
-27.46857(*)
5.81845
.012
-51.4034
-3.5337
dosis 5000 mg/kgBB
-51.17857(*)
5.81845
.000
-75.1134
-27.2437
-5.89014
5.81845
.998
-29.8250
18.0447
-76.75729(*)
5.81845
.000
-100.6921
-52.8224
-66.41871(*)
5.81845
.000
-90.3536
-42.4839
-57.23586(*)
5.81845
.000
-81.1707
-33.3010
-19.26014
5.81845
.231
-43.1950
4.6747
-26.42157(*)
5.81845
.018
-50.3564
-2.4867
kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB dosis 1674,49 mg/kgBB
kontrol CMC-Na 1%
Mean Difference (I-J)
kontrol karagenin 1% kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB dosis 1674,49 mg/kgBB dosis 2411,26 mg/kgBB
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
kontrol Nadiklofenak 9,75mg/kgBB
dosis 3472,22 mg/kgBB
-33.35871(*)
5.81845
.001
-57.2936
-9.4239
dosis 5000 mg/kgBB
-57.06871(*)
5.81845
.000
-81.0036
-33.1339
70.86714(*)
5.81845
.000
46.9323
94.8020
76.75729(*)
5.81845
.000
52.8224
100.6921
10.33857
5.81845
.919
-13.5963
34.2734
19.52143
5.81845
.215
-4.4134
43.4563
57.49714(*)
5.81845
.000
33.5623
81.4320
50.33571(*)
5.81845
.000
26.4009
74.2706
43.39857(*)
5.81845
.000
19.4637
67.3334
19.68857
5.81845
.205
-4.2463
43.6234
60.52857(*)
5.81845
.000
36.5937
84.4634
66.41871(*)
5.81845
.000
42.4839
90.3536
-10.33857
5.81845
.919
-34.2734
13.5963
9.18286
5.81845
.958
-14.7520
33.1177
47.15857(*)
5.81845
.000
23.2237
71.0934
39.99714(*)
5.81845
.000
16.0623
63.9320
33.06000(*)
5.81845
.001
9.1252
56.9948
9.35000
5.81845
.954
-14.5848
33.2848
51.34571(*)
5.81845
.000
27.4109
75.2806
57.23586(*)
5.81845
.000
33.3010
81.1707
-19.52143
5.81845
.215
-43.4563
4.4134
kontrol karagenin 1%
kontrol CMC-Na 1% kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB dosis 1674,49 mg/kgBB dosis 2411,26 mg/kgBB dosis 3472,22 mg/kgBB dosis 5000 mg/kgBB kontrol Nadiklofenak 10,795 mg/kgBB
kontrol karagenin 1%
kontrol CMC-Na 1% kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB dosis 1674,49 mg/kgBB dosis 2411,26 mg/kgBB dosis 3472,22 mg/kgBB dosis 5000 mg/kgBB kontrol Nadiklofenak 11,95 mg/kgBB
kontrol karagenin 1%
kontrol CMC-Na 1% kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB dosis 1674,49 mg/kgBB
-9.18286
5.81845
.958
-33.1177
14.7520
37.97571(*)
5.81845
.000
14.0409
61.9106
dosis 2411,26 mg/kgBB
30.81429(*)
5.81845
.002
6.8794
54.7491
23.87714
5.81845
.051
-.0577
47.8120
.16714
5.81845
1.000
-23.7677
24.1020
13.37000
5.81845
.724
-10.5648
37.3048
19.26014
5.81845
.231
-4.6747
43.1950
-57.49714(*)
5.81845
.000
-81.4320
-33.5623
-47.15857(*)
5.81845
.000
-71.0934
-23.2237
-37.97571(*)
5.81845
.000
-61.9106
-14.0409
-7.16143
5.81845
.991
-31.0963
16.7734
-14.09857
5.81845
.661
-38.0334
9.8363
dosis 3472,22 mg/kgBB dosis 5000 mg/kgBB dosis 1674,49 mg/kgBB
99
kontrol karagenin 1% kontrol CMC-Na 1% kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB dosis 2411,26 mg/kgBB dosis 3472,22 mg/kgBB
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
dosis 5000 mg/kgBB dosis 2411,26 mg/kgBB
kontrol karagenin 1% kontrol CMC-Na 1% kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB dosis 1674,49 mg/kgBB dosis 3472,22 mg/kgBB dosis 5000 mg/kgBB
dosis 3472,22 mg/kgBB
kontrol karagenin 1% kontrol CMC-Na 1% kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB dosis 1674,49 mg/kgBB dosis 2411,26 mg/kgBB
-37.80857(*)
5.81845
.000
-61.7434
-13.8737
20.53143
5.81845
.160
-3.4034
44.4663
26.42157(*)
5.81845
.018
2.4867
50.3564
-50.33571(*)
5.81845
.000
-74.2706
-26.4009
-39.99714(*)
5.81845
.000
-63.9320
-16.0623
-30.81429(*)
5.81845
.002
-54.7491
-6.8794
7.16143
5.81845
.991
-16.7734
31.0963
-6.93714
5.81845
.993
-30.8720
16.9977
-30.64714(*)
5.81845
.003
-54.5820
-6.7123
27.46857(*)
5.81845
.012
3.5337
51.4034
33.35871(*)
5.81845
.001
9.4239
57.2936
-43.39857(*)
5.81845
.000
-67.3334
-19.4637
-33.06000(*)
5.81845
.001
-56.9948
-9.1252
-23.87714
5.81845
.051
-47.8120
.0577
14.09857
5.81845
.661
-9.8363
38.0334
6.93714
5.81845
.993
-16.9977
30.8720
-23.71000
5.81845
.054
-47.6448
.2248
51.17857(*)
5.81845
.000
27.2437
75.1134
57.06871(*)
5.81845
.000
33.1339
81.0036
kontrol Na-diklofenak 9,75mg/kgBB
-19.68857
5.81845
.205
-43.6234
4.2463
kontrol Na-diklofenak 10,795 mg/kgBB
-9.35000
5.81845
.954
-33.2848
14.5848
-.16714
5.81845
1.000
-24.1020
23.7677
37.80857(*) 30.64714(*) 23.71000
5.81845 5.81845 5.81845
.000 .003 .054
13.8737 6.7123 -.2248
61.7434 54.5820 47.6448
dosis 5000 mg/kgBB dosis 5000 mg/kgBB
100
kontrol karagenin 1% kontrol CMC-Na 1%
kontrol Na-diklofenak 11,95 mg/kgBB dosis 1674,49 mg/kgBB dosis 2411,26 mg/kgBB dosis 3472,22 mg/kgBB * The mean difference is significant at the .05 level.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
101
Lampiran 13. Perbandingan Persamaan Garis antara Log Dosis Natrium Diklofenak dan Log Dosis Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda
dosis (mg/kg BB) 9,75 10,795 11,95 1674,49 2411,26 3472,22 5000
Kelompok Natrium Diklofenak
Ekstrak etanol akar krokot belanda (EEAKB)
log dosis
efek anti inflamasi (%) 70,87 60,53 51,35 13,37 20,53 27,47 51,18
0,9890 1,0332 1,0774 3,2234 3,3822 3,5406 3,6990
perbandingan persamaan garis
efek anti inflamasi (%)
200 100 0 -100 0
1
2
3
-200 -300
4
5
persamaan garis Nadiklofenak persamaan garis EEAKB
-400 -500 -600 -700 log dosis
Gambar 17 Perbandingan persamaan garis antara log dosis ekstrak etanol akar krokot belanda dan log dosis natrium diklofenak
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
102
Menurut perhitungan regresi linier antara log dosis natrium diklofenak (0,9890; 1,0332; dan 1,0774) dengan daya anti inflamasinya (70,87; 60,53; dan 51,35%), diperoleh nilai A = 289,0622 ; B = -220,8145 ; dan r = -0,9990. Berdasarkan nilai tersebut maka diperoleh persamaan garis Na-diklofenak sebagai berikut :
Y
= -220,8145 X + 289,0622
Menurut perhitungan regresi linier antara log dosis EEAKB (3,2234 ; 3,3822 ; 3,5406 ; dan 3,6990) dengan daya anti inflamasinya (13,37 ; 20,53; 27,47; dan 51,18 %) diperoleh nilai A = -234,9591 ; B = 76,0082 ; dan r = 0,9473. Berdasarkan nilai tersebut diperoleh persamaan garis EEAKB sebagai berikut :
Y = 76,0082 X – 234, 9591
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
103
Lampiran 14. Hasil Perhitungan Potensi Relatif Efek Anti inflamasi Pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot BelandaDalam Empat Peringkat Dosis
Kontrol Dan Perlakuan Natrium Diklofenak Dosis 9,75 mg/kgBB Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Dosis 1674,49 mg/kgBB Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Dosis 2411,26 mg/kgBB Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Dosis 3472,22 mg/kgBB Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Dosis 5000 mg/kgBB
% Efek Anti inflamasi
% Potensi relatif efek anti inflamasi
70,87
100
13,37
18,87
20,53
28,97
27,47
38,76
51,18
72,22
⎛ DAp ⎞ Potensi relatif efek anti inflamasi = ⎜ ⎟ x 100 % ⎝ DAd ⎠
Keterangan : DAp = % rata-rata efek anti inflamasi kelompok perlakuan pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda DAd = % rata-rata efek anti inflamasi kelompok kontrol Natrium Diklofenak
Contoh Perhitungan : Potensi relatif efek anti inflamasi kelompok perlakuan pemberian Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda Dosis 1674,49 mg/kgBB Potensi relatif efek anti inflamasi
=
13,37 x 100 % 70,87
= 18,87 %
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
104
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi “Uji Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol Akar Krokot Belanda (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) pada Mencit Putih Betina“ yang bernama lengkap Agnes Meiriana dilahirkan di Jayapura pada tanggal 6 Mei 1985. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Silvius Soenarno dan Susylowati.
Penulis
mengawali
masa
pendidikan
formalnya di Taman Kanak-Kanak Persit Kartika Chandra Kirana Jayapura pada tahun 1991-1993, SD YPPK Kristus Raja Jayapura pada tahun 1993-1998, SLTP Negeri 1 Jayapura pada tahun 1998-2000, SMUK Kolese Santo Yusuf Malang pada tahun 20002003. Setelah lulus pada tahun 2003, penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2007. Selama kuliah, penulis pernah menjadi asisten praktikum Farmakologi dan Toksikologi Dasar, serta ikut terlibat dalam beberapa kegiatan kepanitiaan lainnya seperti Pengobatan Gratis dan Pengambilan Sumpah Apoteker