PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BERBASIS METODE MONTESSORI SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Elfrida Fetra Widyaningrum NIM: 111134217
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI
PENGEMBA}IGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARA]\
MATEMATIKA SD MATERI PENJT'MLAIIAN DAN PENGURANGAN BERBASIS METODE MONTESSORI
Oleh:
Elfrida
F'
NIM: lltt342l7
Telah r vr4lt disetujui urJULuJ ur urtrr. oleh:
Pembimbing
'.,
*," Dra. Haniek Sri
ffit.
t,"j$
",1$':$ Tanggal 5 Januad 2015
Mayasari, S.Psi., M.A.
ll
Tanggal 5 Januari 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI
PENGEMBAh{GAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SD MATERI PENJUMLAHAN DAFI PENGT'RANGAN BERBASIS METODE MONTESSORI
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Elfrida Fetra Widyaningrum
NIM: llll34217
Ketua
G. Ari Nugrahanta, S.J., S"S., BST., M.A.
Sekretaris
Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd.
Anggota
Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd.
Anggota
Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A.
Anggota
G.
Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. Yogyakart4 26 Januari 2015 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan untuk : Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas kasihNya yang menuntunku dalam segala proses hidup ini. Bapakku
Teodorus
Andreas
Surman,
Ibuku
Anastasia
Ngatmi, dan Alm. Ibuku Maria Magdalena Minarti atas kebaikan dan kasih dalam setiap hembusan nafas dan lantunan doa untukku sampai saat ini. Adikku tersayang Andi, Lisa, Agis, Rossy, Lintang, Melan, Nares atas setiap doa dan semangat yang pernah terucap dan tak terdengar. Untuk segenap keluargaku, Mbah Kakung, alm. Mbah Putri, Pak Tuo, Mbok’e, Bulik Lusi, Om Yu, Om Tato, Tante Vita, Om Ari, Tante Sugi, Pakdhe, Budhe, Bulik Ti, dan Om Yit atas segala doa, dukungan, keceriaan, dan semangat yang mengalir untukku. Para sahabat dan temanku atas segala
tawa dalam
kesedihan, tangisan dalam kebahagiaan, kebersamaan dalam kerapuhan, yang mengalir dan menjadi catatan penting dalam hidupku. Teman payung dan PGSD yang memberikan biusan padaku Almamater Universitas Sanata Dharma Segala pihak yang mendukung dan membantu dalam setiap proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa diucapkan satu per satu.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN MOTTO
"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut kehendakMu” (Luk 1:38)
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; Carilah, maka kamu akan mendapat; Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu." (Mat 7:7) Mengenal diri sendiri, Membuat kita berlutut dengan rendah hati (Ibu Teresa)
Biarkan semua mengalir & jangan jatuh terlalu dalam (anonim)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah
Yogyakarta, 5 Januari 2015 Penulis
Elfrida Fetra Widyaningrum
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Elfrida Fetra Widyaningrum Nomor Mahasiswa : 111134217 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul: “PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BERBASIS METODE MONTESSORI” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannyadi internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan inisayabuat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Yogyakarta, 5 Januari 2015 Yang menyatakan,
Elfrida Fetra Widyaningrum
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Widyaningrum, Elfrida Fetra. (2015). Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Penjumlahan dan Pengurangan Berbasis Metode Montessori.Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Kata kunci: penelitian dan pengembangan, metode Montessori, alat peraga, penjumlahan dan pengurangan, Matematika. Permasalahan pendidikan di Indonesia dapat terlihat dari prestasi belajar yang rendah. Permasalahan tersebut disebabkan karena pemilihan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa SD. Salah satu metode yang sesuai adalah metode Montessori. Metode Montessori merupakan metode yang mempersiapkan lingkungan belajar dan memanfaatkan benda sekitar untuk mendukung pembelajaran.Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga.Akan tetapi, banyaknya alat peraga dalam pembelajaran belumteruji secara ilmiah. Permasalahan tersebut menjadi pertimbangan bagi peneliti untuk melakukan penelitian.Penelitian ini dilakukan di SD BOPKRI Gondolayu kepada sekelompok siswa kelas II tahun ajaran 2014/ 2015. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan. Beberapa langkah penelitian mengadopsi model Sugiyono serta Borg dan Gall yang dimodifikasi menjadi lima langkah antara lain identifikasi potensi masalah, perencanaan, pengembangan desain, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Hasil dari penelitian ini adalah prototipe alat peraga Matematika berbasis metode Montessori berupa papan penjumlahan dan pengurangan.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Widyaningrum, Elfrida Fetra. (2015). Development of Elementary School Mathematic Learning Aid for Addition and Subtraction Based on Montessori Method. A Thesis. Yogyakarta: Elementary Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University. Keywords: research and development, Montessori Method, material, addition and subtraction, Mathematic Educational problems in Indonesia can be seen from low learning achievement that students reach.The problems are caused by the selection of inappropriate learning method which is not suitable with elementary school students’ characteristics. One of the appropriate methods is Montessori method. Montessori Method is a method which prepares good learning environment as well as makes use of the objects found in surrounding environment to support learning. It can be conducted in the classroom by using learning aid. However, a vast number of learning aids have not been scientifically tested yet. The problems aforementioned have become the consideration for the researcher to conduct this research. It is done in BOPKRI Gondolayu Elementary School to a group of students of class II of academic year 2014/2015. The type of research employed in this study is research and development. Some research steps adapt Sugiyono and Borg and Gall’s model which are modified into five steps, namely identifying research problems, planning, product development, product validation, and limited field testing. The result of this research is a prototype of learning aid in a form of a board for adding and subtracting in Mathematic lesson which is created based on Montessori Method. Results of this research have shown that the learning aid possesses some characteristics. Those are the characteristics of being interesting, being contextual, having gradation, having an auto-education feature, and having an auto-correction feature. This learning aid possesses is proven to have a very good quality with the average score of 3.73. From this result, it can be concluded that the learning aid is able to help the second grade students of elementary school to learn addition and subtraction.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Penjumlahan dan Pengurangan Berbasis Metode Montessori dengan tepat pada waktunya. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Dalam kesempatan ini, perkenankanlah peneliti mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih tersebut disampaikan kepada : 1.
Tuhan Yesus Kristus, yang selalu memberikan rahmat kesehatan dan kelancaran selama kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2.
Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
3.
Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., Kaprodi PGSD yang menginspirasi saya
4.
Christyanti Aprinastuti, M.Pd., Wakaprodi dan Dosen Pembimbing Akademik yang mendamping saya selama beberapa semester yang lalu.
5.
Dra. Haniek Sri Pratini, M,Pd. dan Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A., dosen pembimbing skripsi yang mendampingi dan memotivasi saya selama proses penelitian dan penulisan.
6.
Ester Markis S.R., S.Pd., Kepala SD BOPKRI Gondolayu yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7.
Fransi Samantha, S.Pd., Wali dan guru Matematika kelas II.1 beserta keluarga besar SD BOPKRI Gondolayu yang telah membantu selama proses penelitian.
8.
Kepala SDK Wirobrajan yang telah memberikan ijin sebagai tempat uji empiris SD setara.
9.
Guru kelas II B SDK Wirobrajan
10. Siswa kelas II SD BOPKRI Gondolayu dan SDK Wirobrajan yang telah bersedia membantu selama proses penelitian 11. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Teodorus Andreas Surman dan Anastasia Ngatmi yang mendukung dalam doa dan semangat 12. Adikku Lisa dan Andi yang telah memberikan semangat 13. Keluarga besar Paulus Sawal Sutiyono yang selalu mendukung dan mendoakan sampai saat ini 14. Sahabat dan temanku Noi, Ayuk, Suster, dan Budi yang mendukungku selama proses penyusunan 15. Teman-teman kelas VIID yang mendukung, menyemangati, dan mendoakan peneliti 16. Teman-teman payung Montessori, Brigitta, Noi, Bowo, Charla, Rindi, Dita, dan Mia yang membantu dan bekerjasama selama penyusunan sampai selesainya skripsi ini 17. Teman-teman PPL SD BOPKRI Gondolayu dan SDK Wirobrajan yang membantu selama proses berlangsung
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18. Teman-teman kos Kutilang, Mbak Devi, Agnes, Debi, Sinta yang menciptakan kondisi yang kondusif selama penyusunan 19. Ibat’s crew, yang membantu peneliti dalam menyelesaikan pembuatan alat peraga 20. Dito’s Service yang selalu siap dan sedia membantu memperbaiki laptop 21. Mandiri Copy Center yang membantu dalam pelayanan fotocopi 22. Segenap pihak, sahabat, teman yang telah membantu dan tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu. Dalam kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini ada beberapa kendala baik dari faktor dalam diri maupun dari luar. Namun, kendala tersebut tidak menjadi hambatan dalam diri kami melainkan menjadi semangat untuk terus maju dan menyelesaikannya tepat waktu. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca baik dalam hal isi maupun inspirasi untuk lebih baik.Peneliti meminta maaf apabila dalam penulisan skripsi ada beberapa kesalahan baik dalam sistematika penyajian, isi, dan sebagainya, dan peneliti berharap meminta kritik dan saran sebagai perkembangan dan kemajuan pendidikan di Indonesia.
Yogyakarta, 5 Januari 2015 Peneliti
Elfrida Fetra Widyaningrum xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
iv
HALAMAN MOTTO
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
PRAKATA
x
DAFTAR ISI
xiii
DAFTAR TABEL
xix
DAFTAR GAMBAR
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
xxiv
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Penelitian
1
B. Rumusan Masalah
9
C. Tujuan Penelitian
9
D. Manfaat Penelitian
10
E. Spesifikasi Produk
12
F. Definisi Operasional
17
BAB II LANDASAN TEORI
17
A. Kajian Pustaka
17
1.
Belajar dan Pembelajaran
17
a.
Pengertian Belajar
17
b.
Pengertian Pembelajaran
20
2.
Metode Montessori
22
a.
Sejarah Montessori
22
b.
Prinsip Pendidikan dengan Metode Montessori
26
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
Perkembangan Anak
28
4.
Alat Peraga Montessori
33
a.
Pengertian Alat Peraga
33
b.
Fungsi Alat Peraga
35
c.
Kriteria Alat Peraga
37
d.
Alat Peraga Berbasis Metode Montessori
38
5.
Pembelajaran Matematika
41
a.
Hakikat Matematika
41
b.
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
43
c.
Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan sampai 500
46
B. Penelitian yang Relevan
52
1.
Penelitian tentang Metode Montessori
53
2.
Penelitian tentang Alat Peraga Matematika
54
C. Kerangka Berpikir
58
BAB III METODE PENELITIAN
60
A. Jenis Penelitian
60
B. Setting Penelitian
61
1.
Objek Penelitian
61
2.
Subjek Penelitian
62
3.
Lokasi Penelitian
62
4.
Waktu Penelitian
62
C. Rancangan Penelitian
63
D. Prosedur Pengembangan
67
1.
Potensi Masalah
69
2.
Perencanaan
70
3.
Pengembangan Desain
71
4.
Validasi Produk
71
5.
Uji Coba Lapangan Terbatas
72
E. Instrumen Penelitian
72
1.
Kuesioner
72
a.
Kuesioner Analisis Kebutuhan
72 xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
Kuesioner Validasi Produk oleh Para Ahli
76
c.
Kuesioner Validasi Produk melalui Uji Coba Terbatas
78
2.
Pedoman Wawancara
79
a.
Wawancara Kepala Sekolah
80
b.
Wawancara Guru Kelas II
80
c.
Wawancara Siswa Kelas II
81
3.
Pedoman Observasi
83
4.
Tes
84
F. Teknik Pengumpulan Data
88
1.
Jenis Data
89
2.
Kuesioner
90
a.
Kuesioner Analisis Kebutuhan
91
b.
Kuesioner Uji Validitas Produk Untuk Ahli Dan Guru
91
c.
Kuesioner Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan Terbatas untuk Siswa
92
3.
Wawancara
92
4.
Observasi
93
5.
Tes
94
6.
Triangulasi
95
G. Teknik Analisis Data
97
1.
Analisis Data Kuantitatif
97
2.
Analisis Data Kualitatif
101
H. Jadwal Penelitian
102
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
103
A. Hasil
103
1.
Potensi Masalah
103
a.
Identifikasi Masalah
103
1) Wawancara
103
a)
105
Kepala Sekolah
b) Guru
106
c)
106
Siswa xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2) Observasi
109
b.
112
Analisis Kebutuhan
1) Analisis Karakteristik Siswa
112
2) AnalisisKarakteristik Alat Peraga Montessori
113
3) Uji Validasi Kuesioner
113
a)
114
Ahli Pembelajaran Matematika
b) Ahli Bahasa
117
c)
121
Guru
d) Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa
125
4) Data Analisis Kebutuhan
126
a)
126
Data Analisis Kebutuhan oleh Guru
b) Data Analisis Kebutuhan oleh Siswa
133
2.
Perencanaan
141
a.
Tes
141
1) Validasi Instrumen
141
a)
142
Ahli Pembelajaran Matematika
b) Guru SD Penelitian
143
c)
145
Guru SD Setara
2) Uji Keterbacaan Instrumen Tes
147
3) Uji Empiris
149
a)
149
Uji Validitas Instrumen Tes
b) Uji Reliabilitas Instrumen Tes
152
b.
153
Kuesioner
1) Kuesioner Validasi Produk Alat Peraga
153
a)
154
Uji Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli Bahasa
(1) Kuesioner Validasi Produk untuk Guru
154
(2) Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa
155
b) Uji Validasi Kuesioner Validasi oleh Guru SD Setara
156
(1) Kuesioner Validasi Produk untuk Guru
156
(2) Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa
157
c)
159
Uji Keterbacaan Kuesioner dari Siswa xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
Pengembangan Desain
160
a.
Konsep Pembuatan Alat Peraga
160
b.
Desain
161
1) Alat Peraga
161
a)
161
Papan Penjumlahan dan Pengurangan Montessori
b) Kotak Manik
163
c)
164
Kartu Soal
2) Album Alat Peraga
165
c.
Pengumpulan Bahan
168
d.
Pembuatan Alat Peraga
169
4.
Validasi Produk
173
a.
Validasi Produk Alat Peraga
174
1) Hasil Validasi Papan Penjumlahan dan Pengurangan
174
a)
Ahli Pembelajaran Matematika
174
b) Ahli Pembelajaran Montessori
175
c)
177
Ahli Pembelajaran Matematika berbasis Montessori
d) Guru
178
2) Analisis I
180
b.
181
Validasi Album Alat Peraga
1) Hasil Validasi Album Papan Penjumlahan dan Pengurangan
181
a)
182
Ahli Bahasa
b) Ahli Pembelajaran Matematika berbasis Montessori
182
5.
Uji Coba Lapangan Terbatas
184
a.
Data dan Analisis Tes
184
b.
Data dan Analisis Kuesioner
187
c.
Analisis II
188
B. Pembahasan
189
BAB V PENUTUP
198
A. Kesimpulan
198
B. Keterbatasan Penelitian
199
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. Saran
199
DAFTAR REFERENSI
200
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hasil Survei PISA terkait dengan Mata Pelajaran Matematika
3
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa dan Guru Kelas II
73
Tabel 3.2 Kategorisasi Skor Rerata Hasil berdasarkan Hasil Validasi Ahli
74
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli
76
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pertanyaan Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa
78
Tabel 3.5 Garis Besar Wawancara dengan Kepala Sekolah
80
Tabel 3.6 Garis Besar Wawancara dengan Guru Kelas II
81
Tabel 3.7 Garis Besar Wawancara dengan Siswa Kelas II
81
Tabel 3.8 Kisi-Kisi Observasi Pembelajaran Matematika Kelas II
83
Tabel 3.9 Kisi-Kisi Soal Tes Uji Empiris
85
Tabel 3.10 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest
88
Tabel 3.11 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif
99
Tabel 4.1 Hasil Validasi Instrumen Wawancara
104
Tabel 4.2 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara oleh Ahli
104
Tabel 4.3 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SD BOPKRI Gondolayu 105 Tabel 4.4 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu 106 Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan 5 Siswa II.1 SD BOPKRI Gondolayu
107
Tabel 4.6 Hasil Validasi Instrumen Observasi
109
Tabel 4.7 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Observasi oleh Ahli
110
Tabel 4.8 Hasil Observasi Pembelajaran Matematika
110
Tabel 4.9 Skor Validasi Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli Matematika
115
Tabel 4.10 Rekapitulasi Komentar Hasil Validasi Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli Matematika
115
Tabel 4.11 Skor Validasi Analisis Kebutuhan Siswa oleh Ahli Matematika
116
Tabel 4.12 Rekapitulasi Komentar Hasil Validasi Analisis Kebutuhan Siswa oleh Ahli Matematika
116
Tabel 4.13 Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli Bahasa
118 xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 4.14 Rekapitulasi Komentar Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli Bahasa
119
Tabel 4.15 Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa oleh Ahli Bahasa
119
Tabel 4.16 Rekapitulasi Komentar Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa oleh Ahli Bahasa
120
Tabel 4.17 Skor Validasi Analisis Kebutuhan Guru oleh Guru SD Setara
122
Tabel 4.18 Rekapitulasi Komentar Validasi Analisis Kebutuhan Guru oleh Guru SD Setara
122
Tabel 4.19 Skor Validasi Analisis Kebutuhan Siswa oleh Guru
123
Tabel 4.20 Rekapitulasi Komentar Validasi Analisis Kebutuhan Siswa oleh Guru SD Setara
124
Tabel 4.21 Rekapitulasi Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru
124
Tabel 4.22 Rekapitulasi Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa
125
Tabel 4.23 Skor Keterbacaan Analisis Kebutuhan oleh Siswa
126
Tabel 4.24 Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Guru
127
Tabel 4.25 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru terkait Kuesioner Analisis Kebutuhan
129
Tabel 4.26 Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Siswa
132
Tabel 4.27 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa terkait Kuesioner Analisis Kebutuhan
135
Tabel 4.28 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Tes oleh Ahli Pembelajaran Matematika
142
Tabel 4.29 Rekapitulasi Komentar Hasil Validitas Isi Instrumen Tes oleh Ahli Pembelajaran Matematika
142
Tabel 4.30 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Tes oleh Kedua Guru SD Penelitian
143
Tabel 4.31 Rekapitulasi Komentar Hasil Validitas Isi Instrumen Tes oleh Guru SD Penelitian
144 xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 4.32 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Tes oleh Guru SD Setara
145
Tabel 4.33 Rekapitulasi Komentar Hasil Validitas Isi Instrumen Tes oleh Guru SD Setara
146
Tabel 4.34 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Tes
147
Tabel 4.35 Hasil Penilaian Uji Keterbacaan Instrumen Tes
148
Tabel 4.36 Rekapitulasi Hasil Validitas Empiris Instrumen Tes
150
Tabel 4.37 Kisi-Kisi Instrumen Pretest dan Posttest
151
Tabel 4.38 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes
152
Tabel 4.39 Skor Uji Validasi Kuesioner Validasi Produk untuk Guru oleh Ahli Bahasa
154
Tabel 4.40 Skor Uji Validasi Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa oleh Ahli Bahasa
155
Tabel 4.41 Skor Uji Validasi Kuesioner Kelayakan Produk untuk Guru oleh Guru SD setara
156
Tabel 4.42 Skor Uji Keterbacaan Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa oleh Guru SD Setara
157
Tabel 4.43 Rekapitulasi Penilaian Kuesioner Validasi Produk untuk Guru
158
Tabel 4.44 Rekapitulasi Penilaian terhadap Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa
158
Tabel 4.45 Skor Uji Validasi Kuesioner Kelayakan Produk untuk Siswa oleh Siswa SD Setara
159
Tabel 4.46 Kartu Soal
173
Tabel 4.47 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran Matematika
175
Tabel 4.48 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran Montessori
175
Tabel 4.49 Komentar Hasil Validitas Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran Montessori
176
Tabel 4.50 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran Matematika berbasis Montessori
xxi
177
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 4.51 Rekapitulasi Komentar Hasil Validitas Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran Montessori
178
Tabel 4.52 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Guru
178
Tabel 4.53 Rekapitulasi Penilaian Validasi Produk oleh Ahli
179
Tabel 4.54 Analisis I
180
Tabel 4.55 Hasil Validasi Album Alat Peraga oleh Ahli Bahasa
182
Tabel 4.56 Hasil Validasi Album Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran Matematika berbasis Montessori
183
Tabel 4.57 Rekapitulasi Penilaian Validasi Album oleh Ahli
183
Tabel 4.58 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa
185
Tabel 4.59 Rekapitulasi Hasil Validasi Produk oleh Siswa
187
Tabel 4.60 Rekapitulasi Hasil validasi Produk oleh Ahli dan Siswa
188
Tabel 4.61 Revisi Produk
189
Tabel 4.62 Analisis Ciri Alat Peraga yang Dikembangkan
191
Tabel 4.63 Analisis Pengembangan berdasarkan Ciri Alat Peraga Montessori oleh Ahli
193
Tabel 4.64 Analisis Pengembangan berdasarkan Ciri Alat Peraga Montessori oleh Siswa
195
Tabel 4.65 Rekapitulasi Analisis Pengembangan berdasarkan Ciri Alat Peraga Montessori oleh Ahli dan Siswa
xxii
196
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Desain Papan Penjumlahan dan Pengurangan
12
Gambar 1.2 Desain Kotak Mangkok dan Manik
14
Gambar 1.3 Desain Mangkok
14
Gambar 1.4 Desain Kotak Kartu Soal
15
Bagan 2.1
Kerucut Pengalaman Menurut E. Dale
36
Bagan 2.2
Literature Map dari Penelitian-Penelitian yang Relevan
57
Bagan 3.1
Model Pengembangan Menurut Sugiyono
63
Bagan 3.2
Prosedur Pengembangan
68
Bagan 3.3
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan
96
Bagan 3.4
Triangulasi Sumber Data Analisis Kebutuhan
96
Rumus 3.1 Presentase Jawaban pada Kuesioner
98
Rumus 3.2 Nilai tiap Soal
101
Rumus 3.3 Nilai Akhir
101
Bagan 4.1
108
Triangulasi Sumber Data Wawancara
Gambar 4.1 Pegs for the Algebraic Peg Board
160
Gambar 4.2 Papan Penjumlahan dan Pengurangan
170
Gambar 4.3 Kotak Penyimpanan Manik-Manik dan Mangkok
171
Grafik 4.1
Grafik 4.2
Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest pada Masing-Masing Siswa
186
Perbandingan Rerata Skor Pretest dan Posttest
187
xxiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. INSTRUMEN IDENTIFIKASI POTENSI MASALAH ..... [1] 1.1. Transkrip Wawancara Kepala SD BOPKRI Gondolayu .............................. [1] 1.2. Transkrip Wawancara Guru SD BOPKRI Gondolayu ................................. [8] 1.3. Transkrip Wawancara Siswa SD BOPKRI Gondolayu .............................. [11] LAMPIRAN 2. INSTRUMEN ANALISIS KEBUTUHAN ........................... [12] 2.1. Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru .............................................. [12] 2.2. Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli ...... [16] 2.3. Rekapitulasi Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli ................................................................................................... [23] 2.4. Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa ............................................. [26] 2.5. Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa oleh Ahli ..... [29] 2.6. Rekapitulasi Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa oleh Ahli ................................................................................................... [35] 2.7. Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh Siswa SD Setara ........................................................................................................ [39] 2.8. Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan yang Diisi oleh Guru SD Penelitian .................................................................................................. [45] 2.9. Pengkategorian Deskripsi Kuesioner Guru .............................................. [48] 2.10. Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan yang Diisi oleh Siswa SD Penelitian .................................................................................................. [53] 2.11. Pengkategorian Deskripsi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ............ [55] LAMPIRAN 3. INSTRUMEN VALIDASI PRODUK .................................. [64] 3.1. TES ........................................................................................................... [64] 3.1.1. Instrumen Soal Tes ................................................................................... [64] 3.1.2. Instrumen Hasil Validasi Soal oleh Ahli .................................................. [71] 3.1.3. Rekapitulasi Hasil Validasi Soal oleh Ahli .............................................. [83] 3.1.4. Uji Keterbacaan Soal oleh Siswa .............................................................. [94] 3.1.5. Uji Empiris ............................................................................................. [108] 3.1.6. Hasil Uji Validitas .................................................................................. [113] xxiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.1.7. Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................... [114] 3.2. KUESIONER .......................................................................................... [115] 3.2.1. Kuesioner Validasi Produk untuk Ahli ................................................... [115] 3.2.2. Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa ................................................ [118] 3.2.3. Hasil Uji Validitas Konstruk Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli ...... [121] 3.2.4. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Konstruk Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli ................................................................................................. [124] 3.2.5. Hasil Uji Validitas Konstruk Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa . [126] 3.2.6. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Konstruk Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa ............................................................................................. [129] 3.2.7. Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Validasi Produk oleh Siswa SD Setara ................................................................................................................. [131] LAMPIRAN 4. VALIDASI PRODUK .......................................................... [133] 4.1. Hasil Validasi Produk oleh Ahli ............................................................... [133] LAMPIRAN 5. UJI COBA LAPANGAN TERBATAS .............................. [136] 5.1. Hasil Pretest .............................................................................................. [136] 5.2. Hasil Posttest ............................................................................................ [139] 5.3. Hasil Validasi Produk oleh Siswa ............................................................. [142] LAMPIRAN 6. SURAT .................................................................................. [144] 6.1. Surat Ijin Melaksanakan Penelitian .......................................................... [144] 6.2. Surat Telah Melaksanakan Penelitian ....................................................... [145] LAMPIRAN 7. DOKUMENTASI ................................................................ [146] LAMPIRAN 8. ALBUM ................................................................................ [147] CURRICULUM VITAE ................................................................................ [169]
xxv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk pengembangan, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Penelitian Matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti belajar atau dipelajari, sedangkan dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde yang berarti ilmu pasti yang berkaitan dengan penalaran (Depdiknas dalam Susanto, 2013:184). Senada dengan pengertian di atas, Mathematical Sciences Education Board (MSEB) (dalam Walle, 2008:12) memaparkan tentang pengertian matematika sebagai berikut: Sebagai sesuatu yang sifatnya praktis, matematika merupakan ilmu tentang pola dan urutan. Matematika tidak membahas tentang molekul atau sel, tetapi membahas tentang bilangan, kemungkinan, bentuk, algoritma, dan perubahan. Sebagai ilmu objek yang abstrak, matematika bergantung pada logika, bukan pada pengamatan, simulasi, dan bahkan percobaan sebagai alat untuk menemukan kebenaran. Secara singkat menurut MSEB, matematika merupakan ilmu yang membahas tentang pola, urutan, bilangan, kemungkinan, bentuk, algoritma, dan perubahan yang memerlukan logika. Kedua pendapat di atas menjelaskan bahwa matematika merupakan ilmu yang berkaitan dengan objek abstrak dan memerlukan penalaran. Hal penting tentang matematika juga disampaikan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Menurut BNSP, matematika merupakan ilmu
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu yang dapat memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari Sekolah Dasar (SD) karena dapat membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif (BNSP, 2006:152-153). Selain itu, melalui
pembelajaran
matematika
siswa
mampu
dan
terampil
dalam
menggunakan penalaran (Susanto, 2013:189). Oleh karena itu, pembelajaran matematika memiliki tujuan yang bermanfaat dan dapat mendasari perkembangan teknologi modern. Berdasarkan paparan pendapat di atas, menjelaskan bahwa matematika mempunyai peranan penting bagi siswa. Akan tetapi, hal tersebut bertentangan dengan banyaknya pendapat bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit dan tidak menyenangkan. Bahkan beberapa guru matematika pun tidak disukai oleh siswa (Soesilowati, 2011:18). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa SD kelas II pada tanggal 31 Agustus 2014. Siswa berpendapat, “Gak suka, matematika banyak latihannya”. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sawiningsih (2009). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang tidak menarik, sulit, dan membosankan bagi siswa. Anggapan tersebut berdampak pada hasil prestasi belajar pada mata pelajaran matematika. Salah satu survei internasional tentang prestasi belajar pada bidang matematika dilakukan oleh Programme for Internasional Student Assesment (PISA). Berikut akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
disajikan mengenai hasil survei terkait dengan mata pelajaran matematika yang dilakukan oleh PISA. Tabel 1.1 Hasil Survei PISA terkait dengan Mata Pelajaran Matematika Tahun Studi 2000 2003 2006 2009 2012
Skor Rata-Rata Indonesia
Skor Rata-Rata Internasional
Peringkat Indonesia
Jumlah Negara Peserta Studi 367 500 39 41 360 500 38 40 391 500 50 57 371 500 61 65 375 500 64 65 Sumber: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kemdikbud (15 Agustus 2011) Kompas, 5 Desember 2013
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa Indonesia mengalami permasalahan terkait dengan pembelajaran matematika. Hal tersebut terbukti dari hasil skor rata-rata nilai yang diperoleh. Indonesia memperoleh peringkat ke-39 pada tahun 2000 dari 41 negara peserta, sedangkan pada tahun 2003 Indonesia memperoleh peringkat ke-38 dari 40 negara peserta. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada tahun 2006 dan 2009. Tahun 2006 Indonesia memperoleh peringkat ke-50 dari 57 negara peserta, sedangkan Indonesia memperoleh peringkat ke-61 pada tahun 2009 dari 65 negara. Hasil survei yang terakhir pada tahun 2012 juga menunjukkan bahwa Indonesia memperoleh skor rata-rata di bawah skor rata-rata internasional dengan peringkat ke-64 dari 65 negara. Oleh karena itu, kelima hasil survei tersebut menunjukkan bahwa skor rata-rata matematika Indonesia berada di bawah skor rata-rata internasional. Selain berkaitan dengan prestasi belajar, permasalahan dalam bidang matematika juga dialami oleh siswa kelas II. Hal tersebut tersaji dari hasil penelitian
yang
menyatakan
bahwa
siswa
memiliki
kesulitan
dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
menyelesaikan soal penjumlahan bilangan sampai 500 tanpa dan dengan teknik menyimpan (Darmawaty, 2012). Permasalahan tersebut juga ditemukan pada siswa kelas II SDN Bedoro 2, Sambung Macan, Sragen. Hal tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran yang terjadi kurang kondusif karena guru sering mengalami kesulitan dalam menanamkan konsep terutama penjumlahan maupun pengurangan bilangan (Sawiningsih, 2009). Berdasarkan paparan dari kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 merupakan salah satu permasalahan yang dialami oleh siswa. Berdasarkan paparan di atas, salah satu penyebab dari permasalahan tersebut adalah kurangnya keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran. Pada umumnya, guru masih menggunakan pembelajaran konvensional yang bersifat verbalistik dan proses pembelajaran sangat terpusat pada guru (Dikti dalam Asyhar, 2012:14). Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 9-12 September 2014. Hasil yang diperoleh dari kegiatan observasi tersebut adalah guru menggunakan metode ceramah pada saat menjelaskan materi pembelajaran matematika dan hanya menggunakan spidol dan white board sebagai media pendukung. Hal tersebut berdampak pada beberapa siswa bertanya tentang cara pengerjaan soal penjumlahan dan pengurangan karena kesulitan untuk mengerjakan soal latihan. Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa keterampilan guru yang kurang dalam mengelola pembelajaran berdampak pada hasil belajar siswa. Penelitian dari Tennessee Value Added Assesment System (TVAAS) yang dilakukan oleh Sanders dan Rivers juga mengemukakan hal yang sama. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan guru yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
rendah dapat menghasilkan rendahnya prestasi belajar siswa. Sebaliknya, guru yang mempunyai kemampuan tinggi dapat menghasilkan tingginya prestasi belajar siswa (The World Bank, 2011:17). Oleh karena itu, kualitas kemampuan yang dimiliki oleh guru memiliki dampak pada hasil belajar siswa. Beberapa fakta tersebut dapat memberikan gambaran bahwa prestasi belajar siswa di Indonesia perlu dibenahi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperbaiki proses pembelajaran bagi siswa. Salah satu proses belajar yang sesuai adalah siswa mampu membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami secara langsung dengan memanfaatkan alat peraga atau bendabenda konkret. Beberapa alat peraga atau benda konkret yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran antara lain biji-bijian, batu, lidi, daun, dan sebagainya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Felton, Keesee, Mattox, McCloskey, dan Medley menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran mampu meningkatkan pencapaian hasil belajar (Asyhar, 2012:15). Oleh karena itu, pemanfaatan alat peraga atau benda-benda konkret dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan alat peraga atau benda-benda konkret, salah satunya dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran yang abstrak. Hal ini sesuai dengan teori perkembangan kognitif Piaget yang menyatakan bahwa siswa Sekolah Dasar masih berada pada tahap operasional konkret (Sumantri & Syaodih, 2009:212). Pada tahap ini, siswa mampu berpikir logis dan membangun konsep pengetahuan dengan cara memanfaatkan benda-benda konkret di sekitar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian tentang penggunaan alat peraga kantong bilangan untuk mengatasi permasalahan terkait dengan materi penjumlahan. Penggunaan alat peraga tersebut dapat membantu siswa dalam memahami materi penjumlahan yang terbukti dari hasil belajar yang meningkat sebesar 56% (Darmawaty, 2012). Oleh karena itu, penggunaan alat peraga atau benda-benda konkret tersebut dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematika yang abstrak. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada saat program pengakraban lingkungan (Probaling I dan II) serta program praktik pengalaman lapangan (PPL) menunjukkan bahwa ketersediaan dan penggunaan alat peraga di beberapa Sekolah Dasar daerah Yogyakarta masih sangat rendah. Hal tersebut terbukti dari beberapa alat peraga yang masih terbungkus rapi dan tidak digunakan guru selama pembelajaran. Selain itu, beberapa guru pun tidak mau menggunakan karena takut rusak. Hal lain yang menjadi hasil temuan peneliti adalah alat peraga yang dimiliki oleh sekolah merupakan alat peraga bukan untuk mata pelajaran matematika. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan alat peraga di Sekolah Dasar masih kurang terutama untuk mata pelajaran matematika. Salah satu metode yang menekankan penggunaan alat peraga adalah metode Montessori. Melalui metodenya, Montessori berhasil mengatasi anak-anak tunagrahita (feeble-minded children). Hal tersebut terlihat dari hasil belajar yang diperoleh anak tunagrahita. Hasil tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar yang diperoleh lebih unggul dibandingkan dengan anak yang belajar tradisional
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
(Magini, 2013:7-11). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lillard dan ElseQuest (2006) menunjukkan bahwa anak dari sekolah Montessori memiliki kecepatan belajar yang lebih dalam memahami konsep abstrak dibandingkan dengan anak dari sekolah tradisional. Penelitian lain yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2011) juga menunjukkan hal yang sama bahwa penggunaan metode Montessori dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam bidang matematika. Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode Montessori dalam pembelajaran dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Selain itu, metode tersebut juga menekankan pada penggunaan alat peraga yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar. Alat peraga menjadi salah satu hal yang penting dalam penerapan metode Montessori. Berdasarkan observasi dan eksperimen yang dilakukan oleh Maria Montessori menunjukkan bahwa penggunaan berbagai material atau alat peraga yang diberikan pada anak mampu mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi dan kreatif. Montessori percaya bahwa kemampuan dasar dalam ilmu pengetahuan dapat dipahami anak-anak Sekolah Dasar dengan mudah jika mereka diperlihatkan alat-alat peraga yang nyata untuk membantu mereka melakukan imajinasi (Lillard, 1997:80). Demikian juga dalam pengajaran matematika, guru pun mengalami kesulitan mengajarkan matematika yang bersifat abstrak. Konsepkonsep matematika dapat dipahami dengan mudah apabila siswa memulai pembelajaran dari hal-hal yang konkret (Sundayana, 2014:3). Oleh karena itu, siswa dapat belajar mengembangkan pengetahuannya dari hal-hal yang bersifat konkret sebagai dasar dari konsep pemikirannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
Berdasarkan hal tersebut, Montessori menekankan pentingnya penggunaan alat peraga atau benda-benda konkret yang membantu siswa selama proses belajar. Alat peraga menjadi bagian yang penting dalam lingkungan belajar bagi siswa. Alat peraga yang ada di lingkungan Montessori memiliki 4 ciri yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education (Montessori, 2002:171174). Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menambahkan unsur kontekstual sebagai ciri tambahan yang kelima agar alat peraga yang digunakan dapat sesuai dengan lingkungan siswa di Indonesia. Kontekstual berarti sesuai dengan konteks atau pola hubungan di dalam lingkungan langsung seseorang (Johnson, 2010:34). Lingkungan langsung yang dimaksudkan dalam hal ini adalah lingkungan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, alat peraga yang dikembangkan terbuat dari bahan- bahan yang ada di lingkungan sekitar siswa. Berdasarkan paparan di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (research and development) tentang alat peraga pembelajaran matematika khususnya untuk materi penjumlahan dan pengurangan. Alat peraga yang dikembangkan memperhatikan kelima ciri alat peraga yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education serta kontekstual sebagai ciri tambahan. Penelitian ini terbatas pada tahapan menghasilkan prototipe atau bentuk dasar dari produk alat peraga matematika yang telah diujikan secara ilmiah kepada ahli serta melalui uji coba lapangan terbatas. Penelitian ini dilaksanakan di SD BOPKRI Gondolayu, Yogyakarta sebagai sampel uji coba lapangan terbatas dari alat peraga yang dikembangkan. Pemilihan SD tersebut dikarenakan SD BOPKRI menduduki peringkat I pada hasil UUB (Ulangan Umum Bersama)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
tahun 2014 se-kota Yogyakarta. Namun, prestasi tersebut kurang sesuai dengan permasalahan terkait dengan pembelajaran matematika yang masih sering ditemukan di tiap kelas. Uji coba lapangan tersebut dilaksanakan di kelas II pada semester ganjil tahun ajaran 2014/ 2015.
B. Rumusan Masalah 1.
Bagaimana ciri-ciri spesifik alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II?
2.
Bagaimana kualitas alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II?
C. Tujuan Penelitian 1.
Mengembangkan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori sesuai dengan ciri-ciri spesifik yang ditetapkan untuk siswa kelas II.
2.
Mengembangkan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori dengan kualitas baik untuk siswa kelas II.
D. Manfaat Penelitian 1.
Untuk Mahasiswa
a.
Penelitian ini membuka wawasan mahasiswa bahwa adanya alat peraga pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi penjumlahan dan pengurangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
10
Penelitian ini memberikan pemikiran baru kepada mahasiswa akan pentingnya pengembangan alat peraga pembelajaran SD yang inovatif sehingga dapat membantu kelangsungan proses pembelajaran.
c.
Penelitian ini memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa tentang pengembangan alat peraga pembelajaran SD untuk materi penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori.
d.
Penelitian ini memberi wawasan dan bekal kepada mahasiswa untuk mengembangkan sendiri berbagai alat peraga pembelajaran inovatif yang lain berbasis metode Montessori berdasarkan proses pengembangan dan validasi produk yang telah dilakukan.
2.
Untuk Guru
a.
Guru dapat memiliki pemahaman akan pentingnya alat peraga pembelajaran inovatif yang lain untuk mengatasi berbagai kesulitan yang dialami oleh siswa pada mata pelajaran matematika.
b.
Guru dapat memiliki pengalaman tentang cara mengembangkan alat peraga pembelajaran matematika SD yang inovatif berbasis metode Montessori yang memanfaatkan potensi lokal atau sumber daya yang ada di lingkungan sekitar.
c.
Guru dapat mengembangkan sendiri berbagai alat peraga yang lain dengan menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis metode Montessori.
3.
Untuk Siswa
a.
Siswa memperoleh pengalaman langsung menggunakan alat peraga dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan materi penjumlahan dan pengurangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
11
Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimilikinya.
c.
Siswa memiliki pengalamanan langsung terhadap pembelajaran matematika yang aktif, kreatif, dan menyenangkan dengan adanya penggunakan alat peraga matematika berbasis Montesssori.
4.
Untuk Sekolah
a.
Sekolah memiliki wawasan yang luas tentang pengembangan alat peraga pembelajaran SD berbasis metode Montessori untuk mata pelajaran matematika.
b.
Sekolah memiliki pertimbangan untuk melakukan pengembangan alat peraga matematika yang dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran.
5.
Untuk Prodi PGSD
a.
Prodi PGSD memiliki berbagai alat peraga matematika berbasis metode Montessori yang teruji, terukur, dan tervalidasi.
b.
Prodi PGSD memiliki kesempatan untuk memproses HAKI terhadap produkproduk yang dikembangkan dari hasil penelitian.
c.
Prodi PGSD memiliki pengalaman dalam penelitian kolaboratif dengan menggunakan metode research and development yang melibatkan dosen, mahasiswa, guru, dan siswa di SD mitra.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
E. Spesifikasi Produk Produk yang dikembangkan dan dihasilkan dari penelitian ini adalah alat peraga
berupa
papan
penjumlahan
dan
pengurangan
beserta
album
penggunaannya. Alat peraga ini berfungsi untuk membantu siswa mengenal dan memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan satu angka hingga enam angka. Produk alat peraga yang dikembangkan dalam penelitian terdiri dari papan penjumlahan dan pengurangan, manik merah, manik biru, dan manik hijau, mangkok merah, mangkok biru, mangkok hijau, tempat manik-manik yang berbentuk balok beserta tutupnya, kartu soal beserta tempatnya, serta tanda operasi hitung dan tempatnya.
Gambar 1.1 Desain Papan Penjumlahan dan Pengurangan Papan penjumlahan dan pengurangan berbentuk balok dengan ukuran 45 x 30,5 x 4 cm. Papan penjumlahan dan pengurangan tersebut terdiri dari 6 kolom nilai tempat, 3 deretan tempat manik-manik, dan satu tempat untuk operasi hitung. Enam kolom nilai tempat pada papan tersebut terdiri satuan hingga ratus ribuan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Satuan diberi warna hijau, puluhan warna biru, ratusan warna merah, ribuan warna hijau, puluh ribuan warna biru, dan ratus ribuan warna merah. Selain itu, tiga deret manik-manik terdiri dari deret pertama dan kedua untuk meletakkan manik-manik ketika melakukan operasi hitung serta deret ketiga untuk meletakkan manik hasil dari operasi hitung. Sekat pada deret kedua dan ketiga berukuran 1,5 cm yang berfungsi untuk membedakan deret manik yang digunakan untuk menghitung atau meletakkan hasil hitung. Selain itu, papan penjumlahan dan pengurangan juga terdiri dari lubang-lubang yang berbentuk seperti setengah bola. Masing-masing lubang tersebut memiliki diameter 6 cm. Papan penjumlahan dan pengurangan juga dilengkapi dengan tempat operasi hitung. Tempat tanda operasi hitung berukuran 3,5 x 2,5 x 0,5 cm yang terletak di pojok kanan bawah. Tempat tersebut digunakan untuk meletakkan tanda operasi saat siswa melakukan penjumlahan atau pengurangan. Tanda operasi hitung berbentuk balok dengan ukuran 3,5 x 2,5 x 0,2 cm dan diberi warna putih untuk alasnya, sedangkan tanda operasinya berwarna hitam. Komponen lain dari papan penjumlahan dan pengurangan adalah kotak manik dan mangkok. Kotak tersebut berbentuk balok yang berukuran 26 x 17,8 x 6 cm Kotak tersebut dibagi menjadi dua sekat besar. Sekat pertama yang berada di atas digunakan untuk meletakkan mangkok warna hijau, biru, merah dan kartu tanda operasi. Mangkok-mangkok tersebut diletakkan sesuai dengan warna manikmanik di bawahnya. Sekat kedua terdiri dari 3 bagian dengan ukuran 9 x 8 cm yang digunakan untuk meletakkan manik-manik sesuai dengan warna mangkok di atasanya. Mangkok dan manik merah berada di sebelah kiri, mangkok dan manik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
biru beerada di tengah, serta mangkok dan manik hijau berada di sebelah kanan. Manik-manik terdiri dari 3 warna yang memiliki arti berdasarkan nilai tempat. Warna hijau mewakili nilai satuan atau ribuan, warna biru mewakili nilai puluhan atau puluh ribuan, serta warna merah mewakili nilai ratusan atau ratus ribuan. Masing-masing manik memiliki diameter berukuran 0,7 cm.
Gambar 1.2 Desain Kotak Mangkok dan Manik
Gambar 1.3 Desain Mangkok
Selain itu, kartu soal dibagi menjadi 2 operasi hitung yaitu penjumlahan dan pengurangan. Pada operasi penjumlahan terdiri dari penjumlahan tanpa atau dengan teknik meminjam, sedangkan pada operasi pengurangan terdiri dari pengurangan tanpa atau dengan teknik meminjam. Masing-masing bagian tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
terdiri dari penjumlahan bilangan yang hasilnya dua angka hingga enam angka. Kartu soal tersebut ditempatkan pada sebuah tempat yang permukaan sampingnya berbentuk trapesium dan alas berbentuk persegi panjang. Permukaan alas berukuran 11 x 13,1 cm, sedangkan permukaan samping memiliki ukuran sisi miring 11,5 cm, tinggi depan 3,8 cm, dan tinggi belakang 7,2 cm.
Gambar 1.4 Desain Kotak Kartu Soal
F. Definisi Operasional 1.
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang dilakukan dengan sadar untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang dilakukan relatif tetap karena adanya pengalaman.
2.
Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk membantu siswa selama proses belajar.
3.
Metode Montessori adalah metode yang menekankan prinsip dasar pembelajaran pada kebebasan dan kemandirian dengan persiapan lingkungan sebagai faktor pendukungnya.
4.
Perkembangan anak adalah proses perubahan dalam diri anak baik fisik maupun
psikis
yang
terjadi
secara
sistematis,
progresif,
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
berkesinambungan. 5.
Alat
peraga
adalah
alat
yang dapat
digunakan
untuk
membantu
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. 6.
Alat peraga Montessori adalah alat peraga yang memiliki ciri gradasi, menarik, auto-education, dan auto-correction.
7.
Matematika merupakan ilmu yang mempelajari bilangan, pola dan keteraturan, serta struktur/objek abstrak dengan berbagai hubungan yang membutuhkan penalaran.
8.
Penjumlahan merupakan suatu aturan yang mengaitkan/menggabungkan setiap pasangan bilangan dengan bilangan yang lain dan digunakan untuk mencari banyaknya sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu.
9.
Pengurangan merupakan kebalikan dari operasi penjumlahan dan digunakan untuk mencari selisih dari banyaknya benda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.
A. Kajian Pustaka Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori pendukung penelitian. Adapun beberapa hal yang menjadi pembahasan peneliti adalah belajar dan pembelajaran, metode Montessori, perkembangan anak, alat peraga Montessori, dan pembelajaran matematika. 1.
Belajar dan Pembelajaran Uraian tentang belajar dan pembelajaran membahas beberapa hal antara lain
pengertian belajar dan pembelajaran. a.
Pengertian Belajar Kegiatan belajar merupakan bagian dari pendidikan. Istilah belajar
didefinisikan secara beragam oleh para ahli. Menurut Sudjana (dalam Jihad dan Haris, 2008:2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang sebagai hasil belajar yang ditunjukkan dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang mengalami perubahan. Senada dengan Sudjana, Susanto (2013:4) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh konsep, pemahaman, atau
17
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
pengetahuan baru yang memungkinkan perubahan perilaku yang relatif tetap dalam berpikir, merasa, dan bertindak. Tidak berbeda dengan kedua pendapat tersebut,
menurut
Hilgard
(dalam
Suyono
dan
Hariyanto,
2011:12)
mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan perilaku yang muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi. Belajar juga didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam diri seorang individu karena adanya pengalaman, bukan karena perubahan fisik semenjak lahir (Slavin dalam Trianto, 2010:16). Berdasarkan definisi beberapa ahli tersebut, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dilakukan dengan sadar untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang dilakukan relatif tetap karena adanya pengalaman. Menurut Piaget, adanya banyak pengalaman yang dimiliki oleh siswa semakin mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya. Pengetahuan tersebut dibentuk sendiri oleh siswa melalui objek yang sedang dipelajari melalui kegiatan belajar. Proses belajar seharusnya dapat membantu siswa untuk aktif mngonstruksikan pengetahuannya (Piaget dalam Suparno, 2001:106&141). Hal tersebut juga disampaikan oleh Dwijandono. Kegiatan belajar sebaiknya mendorong siswa aktif untuk memperoleh pengalaman, mencari informasi, mengatur, dan mengorganisasikan informasi yang telah diketahui untuk mencapai suatu pengalaman yang baru (Djiwandono, 2006:151). Melalui pengalaman tersebut diharapkan siswa mampu mencapai tujuan dari belajar yaitu untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan diri (Suyono dan Hariyanto, 2011:17). Selain itu, pengalaman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
belajar dapat terjadi karena adanya proses interaksi antara individu dengan lingkungan yang menjadi sumber belajar (Trianto, 2010:17). Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar perlu melibatkan siswa untuk aktif sehingga mendapatkan pengalaman baru dalam membangun pengetahuannya. Belajar tidak hanya berkaitan dengan proses, namun juga berkaitan dengan hasil. Menurut Susanto (2013:5), hasil belajar dikelompokkan menjadi 3 aspek yaitu pemahaman konsep (aspek kognitif), sikap siswa (aspek afektif), dan keterampilan proses (aspek psikomotorik). Senada dengan yang dikatakan oleh Susanto, Suyono dan Hariyanto (2011:18) juga berpendapat bahwa hasil akhir dalam kegiatan belajar adalah kemampuan siswa yang tinggi. Oleh karena itu, belajar perlu dipahami sebagai suatu kegiatan yang membantu siswa secara optimal untuk memperoleh kemajuan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Selain pernyataan di atas, Susanto (2013:5) juga menambahkan bahwa dalam kegiatan belajar juga perlu menggunakan media maupun metode untuk membantu siswa dalam memperoleh pengetahuannya. Hal ini juga senada dengan pendapat Montessori. Montessori berpendapat bahwa keberadaan alat peraga menjadi bagian yang penting dalam lingkungan belajar. Selain itu, Montessori (dalam Hamalik, 2007:171) juga menyatakan bahwa seorang anak pada akhirnya mampu untuk mandiri apabila diberikan kebebasan dalam belajar. Berdasarkan pernyataan tentang definisi dan hal-hal penting mengenai belajar, penelitian ini juga mengarahkan kegiatan belajar yang mendorong siswa aktif dalam membangun pengetahuannya melalui alat peraga atau benda konkret di sekitar siswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
b. Pengertian Pembelajaran Arti kata pembelajaran merupakan perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar. Beberapa ahli mendefinisikan pengertian pembelajaran dari berbagai pandangan. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 (dalam Susanto, 2012:19) mengartikan pembelajaran sebagai proses interaksi siswa dengan guru serta sumber belajar di lingkungan belajar. Pengertian tersebut mengarahkan pada pandangan bahwa pembelajaran merupakan proses yang dilakukan untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Pengertian pembelajaran pun juga didefinisikan oleh Winkel. Menurut Winkel (dalam Siregar dan Nara, 2011:12), pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa. Senada dengan hal tersebut, Miarso (dalam Siregar dan Nara, 2011:12) berpendapat bahwa pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilakukan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelum proses dilaksanakan. Berdasarkan dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk membantu siswa selama proses belajar. Makna yang lebih kompleks mengenai pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha dari guru yang dilakukan untuk membantu siswa belajar dengan mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar. Interaksi tersebut terjadi secara dua arah. Interaksi dua arah dapat menimbulkan komunikasi yang intens dan terarah menuju target yang telah ditetapkan untuk membantu siswa dalam belajar
(Trianto,
2010:17).
Berdasarkan
beberapa
pengertian
mengenai
pembelajaran tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa ciri pembelajaran yaitu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
1) merupakan usaha sadar atau disengaja, 2) pembelajaran harus membuat siswa belajar, 3) tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, dan 4) pelaksanaannya terkendali baik isi, proses, waktu, maupun hasilnya (Siregar dan Nana, 2011:13). Ciri-ciri mengenai pembelajaran diuraikan oleh Hudojo (dalam Trianto, 2010:19) sebagai sebuah implikasi. Implikasi ciri-ciri pembelajaran menurut Hudojo adalah penyediaan lingkungan belajar yang konstruktif. Lingkungan belajar yang konstruktif adalah lingkungan belajar yang 1) menyediakan pengalaman belajar yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa sehingga belajar merupakan pembentukan pengetahuan, 2) menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, 3) mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkret, 4) mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi dan kerjasama antara siswa, 5) memanfaatkan beberapa alat peraga pembelajaran agar lebih menarik, dan 6) melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga matematika lebih menarik minat siswa untuk belajar. Penyediaan lingkungan belajar yang konstruktif juga sesuai dengan pendapat Montessori tentang persiapan lingkungan untuk siswa. Persiapan lingkungan tersebut dilakukan untuk memberikan kebebasan kepada siswa dalam belajar. Kebebasan tersebut mendorong siswa untuk melakukan kegiatan/aktivitas yang mendukung pertumbuhan sehingga mengantarkan siswa pada perkembangan dan kemandirian. Montessori mempersiapkan lingkungan belajar dengan merancang kembali ruang kelas. Montessori menyediakan beberapa material seperti alat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
peraga, meja, kursi dan sebagainya yang disesuaikan dengan ukuran siswa. Hal tersebut dilakukan agar semua siswa dapat bergerak secara produktif dan cerdas. Pembelajaran menurut Montessori berasal dari kebebasan siswa untuk memilih kegiatan secara mandiri. Hal ini berbeda dengan pembelajaran yang dilakukan di kelas konvensional (Gutek, 2013:75-77). Oleh karena itu, persiapan lingkungan merupakan hal penting yang perlu dilakukan oleh guru sehingga siswa dapat mendapatkan lingkungan yang tepat untuk belajar 2.
Metode Montessori Uraian tentang metode Montessori membahas beberapa hal antara lain
sejarah Montessori dan prinsip pendidikan dengan metode Montessori. a.
Sejarah Montessori Maria Montessori adalah salah satu tokoh yang mengembangkan suatu sistem
pendidikan yang berfokus dengan anak usia dini (Morrison, 2012:67). Maria Montessori adalah seorang wanita yang lahir di Chiaravalle, Italia Utara pada tahun 1870. Montessori lahir dari keluarga yang berada dan memiliki pendidikan yang tinggi. Ayahnya, Alessandro Montessori adalah seorang yang konservatif, yang memegang nilai-nilai tradisional tentang peran wanita, sedangkan ibunya, Renilde Stoppani, adalah sosok yang mendampingi dan mendorong Montessori dalam mencapai cita-citanya. Montessori lahir pada saat Italia masih mengalami keterbelakangan karena tingkat buta huruf yang cukup besar. Keadaan ini membuat orang tua Montessori memutuskan untuk pindah ke Roma demi memberikan pendidikan yang lebih baik bagi Montessori (Magini, 2013:7-11).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
Seperti anak-anak pada umumnya, Montessori menempuh pendidikan yang dimulai dari Sekolah Dasar di Via di San Nicolὸ. Sejak Sekolah Dasar, Montessori mulai memiliki ketertarikan terhadap ilmu matematika. Setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar, Montessori melanjutkan sekolah jurusan teknik di Regia Scuola Tecnica Michelangelo Buonarroti pada tahun ajaran 1882/ 1883. Pada tahun 1886 sampai 1889, Montessori melanjutkan di akademi kejuruan teknik dengan mengambil jurusan Ilmu Fisika dan Matematika. Setelah menyelesaikan pendidikan di akademi, Montessori menempuh kuliah di Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas La Sapienza Roma paada tahun 1890. Namun, pada tahun 1892, Montessori beralih ke Fakultas Kedokteran dan menyelesailan studinya (Magini, 2013:13-14). Selama menempuh perkuliahan di universitas, Montessori juga menjalankan penelitian di klinik psikiatri sebagai asisten dokter. Hal ini membuat Montessori tertarik pada anak-anak yang mempunyai „kelemahan‟ dalam berpikir atau feebleminded children. Ketertarikan ini membuat Montessori mulai membaca beberapa penelitian yang juga meneliti mengenai anak-anak yang feeble-minded children (Magini, 2013:7-11). Beberapa ahli yang tulisannya dipelajari oleh Montessori adalah Jean Itard, Edward Seguin, dan dua orang dokter dan psikolog yang berasal dari Perancis. Itard melakukan eksperimen tentang “anak liar”. Menurut Itard, anak-anak mengalami tahap perkembangan dengan melibatkan beberapa aktivitas yang sesuai dengan periode usia tertentu. Akan tetapi, anak yang mengalami gangguan fisik dan mental akan mengalami kehilangan potensi dari tahap perkembangan yang menganggu pertumbuhannya (Gutek, 2013:10-11). Edward
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Seguin melakukan penelitian lebih lanjut dari teori Itard dengan mencetuskan “pedagogia ortofrencia” yaitu pendidikan bagi anak tunagrahita. Menurut Seguin, cacat mental adalah akibat dari kelemahan sistem saraf yang berdampak pada tidak berfungsinya saraf sebagai semestinya. Hal tersebut membuat Seguin melakukan pendekatan mekanis untuk melatih otot-otot tubuh dan sensorial melalui latihan hidup sehari-hari (Magini, 2013:26). Berdasarkan kedua penelitian di atas, Montessori mengembangkan dua prinsip dalam pendekatannya yaitu (1) keterbelakangan mental membutuhkan suatu jenis pendidikan khusus dan tidak hanya melalui penanganan medis dan (2) jenis pendidikan khusus tersebut dilakukan dengan menggunakan bahan dan alat peraga pembelajaran (Gutek, 2013:12). Berbagai hal yang dipelajari Montessori dari Itard dan Seguin membuatnya tertarik menjadi direktur penanganan anak atas tawaran Insinyur Edorado Talamo, seorang penanggung jawab proyek pengelolaan lingkungan San Lorenzo. Saat itu Montessori membuat keputusan untuk membuat tempat penampungan anak-anak miskin yang ditinggal orang tuanya untuk bekerja yang dikenal dengan nama Casa dei Bambini (Children’s houses). Tawaran ini dimaksudkan Talamo agar anak-anak mendapat sebuah kegiatan dan tidak menjadi liar. Melalui Casa dei Bambini inilah Montessori menerapkan metode hasil eksperimennya yang sudah dimodifikasi dan uji coba di sekolah anak-anak tunagrahita (Magini, 2013:45-48). Maria Montessori terus menerus mengembangkan beberapa sekolah berdasarkan metode penelitiannya. Montessori mulai menjalankan perannya sebagai pendidik. Lingkungan sekolah diciptakan selayaknya lingkungan rumah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
anak. Montessori juga menyiapkan beberapa perabotan yang ukurannya disesuaikan dengan anak-anak. Selain itu, Montessori juga menyiapkan beberapa alat peraga yang bisa digunakan oleh anak-anak seperti balok silinder. Ia mengamati anak-anak dengan aktivitasnya. Salah satunya, Montessori mengamati anak yang sedang mencoba memasangkan balok silinder ke tempatnya. Walaupun anak tersebut berulang kali tidak berhasil untuk memasangkannya, tetapi anak tersebut tetap mencoba hingga berhasil. Hal lain yang dilakukan Montessori adalah mencoba menganggu dengan beberapa keramaian, namun anak tersebut tetap berkonsentrasi memasangkan balok. Pengalaman tersebut menarik minat Montessori bahwa konsentrasi akan membuahkan kepuasan batin yang tidak ternilai ketika ia berhasil (Magini, 2013:48-49). Keberhasilannya dalam mendidik anak-anak menggunakan alat peraga dan observasinya
mengembangkan
ide-ide
mengenai
pendidikan
membawa
Montessori menjadi tokoh terkenal kala itu. Selain itu, penelitian dan pengembangannya
dalam
dunia
pendidikan
membawanya
pada
sebuah
penghargaan. Montessori juga menjadi nominasi Nobel Perdamaian sebanyak tiga kali. Montessori terus mengembangkan metode pendidikannya ini dengan beberapa seminar yang diselenggarakan. Montessori pun juga mendemostrasikan penggunaan alat peraganya hingga menjelaskan perubahan sikap anak dan lingkungan masyarakat sekitar melalui pendekatannya (Magini, 2013:63). Beberapa hal terus Montessori kembangkan hingga pada bulan Mei 1952. Kongres kesembilan di London merupakan kongres yang terakhir Montessori
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
laksanakan. Montessori meninggal di usia ke-82 pada tanggal 6 Mei 1952 di Noordwijk, Belanda (Magini, 2013:97). b. Prinsip Pendidikan dengan Metode Montessori Metode Montessori menekankan bahwa proses belajar yang diselenggarakan kepada anak paling baik terjadi di lingkungan yang tertata dan terstruktur (Gutek, 2013:25). Selain itu, persiapan lingkungan menjadi hal yang penting karena dapat mendorong anak melakukan hal-hal spontan untuk belajar. Menurut Montessori (dalam Magini, 2013:33) mengatakan, “Suatu kelas yang anak-anaknya bisa bergerak bebas secara cerdas dan sukarela tanpa adanya perilaku kasar dan tidak sopan, menurutku, merupakan kelas yang sangat displin”. Senada dengan hal tersebut Montessori (dalam Gutek, 2013:77) berpendapat bahwa mengkreasikan kembali lingkungan pembelajaran merupakan salah satu upaya agar anak dapat mendapatkan lingkungan yang tepat untuk belajar. Montessori juga memastikan bahwa lingkungan belajar yang dipersiapkan dapat menuntut anak untuk belajar menjadi mandiri. Oleh karena itu, persiapan lingkungan merupakan hal penting yang perlu dilakukan karena anak diberikan kebebebasan untuk mencapai kemandiriannya dalam belajar. Aktivitas anak dipandu oleh seorang direktris yang bertugas untuk memandu proses pembelajaran tanpa campur tangan lebih jauh tentang aktivitas yang dilakukan oleh anak. Peran direktris dalam kelas adalah menyiapkan lingkungan belajar untuk anak dengan beberapa alat peraga serta mengobservasi aktivitas dan perkembangan yang telah dicapai oleh masing-masing anak (Lillard, 1997:18).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
Oleh karena itu, fokus dari metode Montessori adalah anak sebagai individu yang melakukan setiap aktivitas belajarnya secara mandiri. Senada dengan pernyataan di atas hal ini juga sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Paula Lillard dan Lynn Jessen. “Kini, kami memberikan sebuah misi dalam kehidupan: yaitu untuk memahami masa kecil dan tujuannya, dan untuk berbagi pemahaman ini dengan orang tua sehingga mereka dapat membantu anak mereka melewati dengan baik masa kecilnya dan mencapai tujuan dari masa kanak-kanak …” (Lillard dan Jessen, 2003:23). Pernyataan di atas dapat menggambarkan bahwa tujuan dari metode Montessori adalah memahami anak sebagai individu dan membantunya dalam mencapai masa kanak-kanak dengan baik melalui lingkungan yang telah dipersiapkan. Menurut Lillard (2005:29-33), metode Montessori memiliki delapan prinsip dalam pendidikannya, yaitu 1) keleluasaan dalam bergerak, 2) kebebasan dalam memilih material apa yang akan digunakan, 3) adanya ketertarikan minat, 4) pentingnya minat intrinsik dengan menghapuskan motivasi eksternal berupa hadiah dan hukuman, 5) belajar bersama dengan teman sebaya, 6) belajar sesuai konteks, 7) pentingnya gaya interaksi guru terhadap anak, dan 8) pentingnya keteraturan lingkungan dan pikiran. Hal ini pun juga menegaskan bahwa aktivitas belajar anak merupakan aktivitas belajar sambil bermain
yang dapat
mengoptimalkan perkembangannya. Berdasarkan dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Montessori adalah metode yang menekankan prinsip dasar pembelajaran pada kebebasan dan kemandirian dengan persiapan lingkungan sebagai faktor pendukungnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
28
Perkembangan Anak Pada umumnya, perkembangan meliputi proses perubahan secara sistematis
tentang fungsi fisik dan psikis. Menurut Yusuf dan Sugandhi (2011:1-2) mendefinisikan perkembangan sebagai proses perubahan dalam diri manusia baik fisik maupun psikis menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan. Proses perkembangan juga terjadi pada anak-anak. Menurut Meggit (2013:1), perkembangan anak merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak sepanjang hidupnya. Senada dengan Meggit, Somantri (2007:3), perkembangan anak merupakan proses pematangan dan perubahan hasil belajar sebagai hasil dari pertumbuhan yang dialami anak. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak adalah proses perubahan dalam diri anak baik fisik maupun psikis yang terjadi secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan. Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa perkembangan anak meliputi sebuah proses yang bersifat progresif dan berkelanjutan. Beberapa ahli pun juga memaparkan tentang tahap perkembangan anak, salah satunya adalah Maria Montessori. Montessori dalam Holt (2013:xii) memaparkan bahwa fase perkembangan anak dibagi menjadi 3 tahapan yaitu (1) fase pertama (0-6 tahun), fase kedua (6-12 tahun), dan fase ketiga (12-18 tahun). Fase pertama terjadi pada usia nol hingga enam tahun. Tahap ini, anak mengalami pembentukan inteligensi yang sangat penting dan merupakan penentu bagi tahap perkembangan selanjutnya. Selain itu, pada tahap ini anak mengalami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
periode sensitif, masa peka, atau usia emas. Pada usia ini, anak berada pada periode absorbent mind (pikiran yang menyerap). Dalam hal ini, anak mengalami periode perkembangan sensitif (periode peka), periode perkembangan inteligensi, periode pembelajaran tentang keteraturan, periode pembelajaran bahasa (menulis dan membaca) yang terjadi pada usia tiga hingga lima tahun, periode perkembangan untuk berjalan, bersikap dan bertindak untuk kepentingan sendiri (egosentrik), dan memiliki energi diri untuk fokus terhadap pengembangan diri. Oleh karena itu, fase pertama ini merupakan fase yang tepat untuk membangun perkembangan anak secara optimal. Fase kedua terjadi pada rentang usia enam hingga dua belas tahun. Tahap ini memungkinkan anak untuk bermain logika dan pembenaran, pembentukan imaginasi, perkembangan moral dan mental, pengenalan budaya, serta perkembangan kekuatan fisik. Selain itu, pada usia ini anak sudah memiliki ketertarikan dalam bersosialisasi dengan teman sebaya, memiliki energi ekstra secara fisik, kondisi fisik yang lebih sehat, dan periode belajar mendalam (intellectual period). Fase selanjutnnya adalah fase ketiga yang terjadi pada usia dua belas hingga delapan belas tahun. Tahap ini, remaja sudah mulai mengarahkan kematangan fisik, pencarian identitas seksual, pemodelan ideal yang diikuti perasaan bebas, dan pencarian nilai-nilai spiritual. Teori perkembangan pun juga dipaparkan oleh beberapa ahli yang lain. Salah satunya adalah Jean Piaget. Dalam hal ini, Piaget memaparkan pendapatnya tentang teori perkembangan kognitf. Piaget membagi perkembangan kognitif anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
dalam 4 tahap yaitu sensorimotorik, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal. Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada saat bayi berusia dua tahun. Selama tahap ini, inteligensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungan, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar, membau, dan sebagainya. Selain itu, pada tahap ini anak belajar mengenali suatu benda dengan berbagai tindakan inderawi tersebut. Pada tahap ini pula, konsep anak mengenai kausalitas (sebab akibat) juga mulai berkembang terlebih berkaitan dengan konsep ruang dan waktu. Beberapa perkembangan mengenai benda, ruang, waktu, dan kausalitas membantu anak membangun pengetahuan tentang lingkungannya (Suparno, 2001:26-27). Oleh karena itu, tahap ini menjadi dasar bagi perkembangan tahapan selanjutnya. Tahapan perkembangan kognitif selanjutnya adalah pra-operasional. Tahapan ini terjadi pada umur dua sampai tujuh tahun. Periode ini merupakan periode peralihan dari periode sensorimotorik. Pada akhir periode sensorimotorik, anak mengembangkan tindakan yang efisien dan terorganisasi dalam menghadapi lingkungan. Selain itu, anak pun menggunakan kemampuan yang sudah diterima pada periode sebelumnya walaupun sekarang berada pada peiode pra-operasional (Crain, 2007:182). Anak juga menggunakan simbol maupun tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek. Berdasarkan cara berpikir tersebut, anak mampu mengungkap dan membicarakan hal yang sudah terjadi (Suparno, 2001:49). Oleh karena itu, perkembangan kognitif anak semakin berkembang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
yang terorganisir dengan penggunaan simbol dan bahasa dalam mengungkapkan objek maupun hal yang terjadi. Tahap perkembangan kognitif selanjutnya disebut dengan tahap operasional konkret. Tahap ini, anak sudah mulai mengembangkan pemikiran yang didasarkan pada aturan dan operasi yang logis. Operasi yang dikembangkan bersifat reversibel (operasi yang bersifat dua arah). Salah satu sifat tersebut terdapat pada mata pelajaran matematika. Matematika memiliki sifat reversibel, hal tersebut tampak pada operasi hitung penjumlahan dan pengurangan seperti A+B=C maka dapat dikatakan bahwa C-B=A. Selain itu, operasi yang juga dikembangkan pada tahap ini mengandung sifat kekekalan (konservasi) (Suparno, 2001:69-73). Hal tersebut juga dapat dijelaskan dengan menggunakan perumpamaan 2 gelas yang besarnya berlainan. Kedua gelas tersebut selanjutnya diisi dengan air yang volumenya sama. Berdasarkan percobaan tersebut, anak mampu mengetahui bahwa volume dalam kedua gelas tersebut sama, meskipun bentuk dan ukuran gelas berbeda. Selain itu, perkembangan kognitif yang lain adalah kemampuan anak untuk mengurutkan dan mengklasifikasikan objek (Crain, 2007:187). Kemampuan-kemampuan
tersebut
juga
digunakan
untuk
memecahkan
permasalahan-permasalahan konkret dalam kehidupan sehari-hari. Hal lain yang menjadi ciri dalam tahap ini adalah adanya sistem operasi berdasarkan objek nyata/ konkret. Anak menggunakan logika berpikir pada benda konkret dan belum dapat menggunakan logika berpikir abstrak pada tahap ini (Suparno, 2001:70). Oleh karena itu, walaupun perkembangan kognitif semakin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
maju, namun cara berpikir anak masih menggunakan logika berpikir yang didasarkan pada hal konkret. Tahap kognitif selanjutnya adalah tahap operasi formal. Tahap operasi formal ini merupakan tahap terakhir dalam tahap perkembangan kognitif menurut Piaget. Tahap ini terjadi pada umur sekitar sebelas atau dua belas tahun ke atas. Dalam tahap ini, anak dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan tanpa mengamati terlebih dahulu (Piaget dalam Suparno, 2001:88). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa cara berpikir abstrak mulai berkembang dan digunakan. Menurut Ginsburg dan Opper mengatakan bahwa anak dalam tahap ini sudah mempunyai tingkat ekuilibrium yang tinggi, dapat berpikir fleksibel dan efektif, serta mampu memecahkan persoalan yang kompleks. Selain itu, anak juga dapat berpikir secara efektif tentang permasalahan dan penyelesaian yang tepat akan hal tersebut. Anak pun dapat memikirkan banyak kemungkinan tentang penyelesaian dari suatu permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri dalam tahap operasi formal adalah pemikiran deduktif hipotesis, induktif saintifik, dan abstraksi refleksi (Suparno, 2001:88-89). Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa perkembangan anak usia SD umumnya terjadi pada fase kedua yang umumnya berusia 6-12 tahun. Selain itu, anak berada pada intellectual period atau periode belajar secara mendalam pada rentang usia ini. Periode ini menuntut anak untuk belajar secara lebih dari pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu, siswa SD pun juga termasuk pada tahap operasional konkret. Salah satu ciri pada tahap ini adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
anak menggunakan logika berpikir dengan menggunakan benda konkret dan belum dapat menggunakan logika berpikir abstrak. Hal ini berarti siswa SD memerlukan bantuan berupa benda konkret atau alat peraga dalam memahami materi yang abstrak. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan pengembangan tentang alat peraga yang disesuaikan dengan perkembangan siswa SD karena alat peraga mampu membantu siswa memahami materi yang abstrak. 4.
Alat Peraga Montessori Uraian dalam subbab ini memaparkan beberapa hal tentang alat peraga yaitu
pengertian alat peraga, fungsi alat peraga, kriteria alat peraga, alat peraga berbasis metode Montessori, dan alat peraga penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori. a.
Pengertian Alat Peraga Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:27), alat dapat didefinisikan
sebagai benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu, sedangkan peraga (2005:920) adalah alat media pengajaran untuk memperagakan sajian pelajaran. Dari dua pengertian tersebut, alat peraga dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk memperagakan materi pembelajaran agar dapat menyampaikan materi dengan baik kepada siswa. Senada dengan pengertian di atas, Ali (dalam Sundayana, 2014:7) berpendapat bahwa alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan serta perhatian, dan kemauan siswa agar dapat membantu proses pembelajaran. Seperti halnya dengan pendapat sebelumnya, menurut Ruseffendi (dalam Sundayana, 2014:7),
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
alat peraga adalah alat yang menerangkan atau menyampaikan konsep pelajaran kepada siswa. Sama dengan paparan pendapat di atas, Simak Yaumi dan Syafei (dalam Arsyad, 2014:10) pun merumuskan pengertian alat peraga. Alat peraga merupakan alat yang digunakan guru untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, alat peraga adalah alat yang dapat digunakan untuk membantu menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Berbagai pendapat di atas menyatakan bahwa alat peraga memiliki fungsi untuk
membantu
dan
mempermudah
siswa
dalam
memahami
materi
pembelajaran. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Maria Montessori, Montessori juga beranggapan bahwa siswa membutuhkan seperangkat peralatan pendidikan (didactic apparatus) yang berguna untuk perkembangannya. Alat peraga menurut Montessori merupakan kesatuan bahan-bahan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan anak secara individu dan mendukung pengembangan kemampuannya (Hainstock, 1997:80). Selain itu, alat peraga yang dibuat oleh Montessori ditujukan untuk membantu siswa dalam mencapai pengetahuan yang abstrak
dan
mengembangkan
cara
berpikir
yang
kreatif
dengan
memvisualisasikan simbol-simbol nyata (Lillard, 1996:80-81). Oleh sebab itu, alat peraga selalu tersedia di kelas-kelas Montessori sebagai lingkungan yang terstruktur dan mendukung perkembangan siswa dalam aktivitas sehari-hari. Berdasarkan pendapat tokoh-tokoh di atas, peneliti menarik kesimpulan secara umum tentang pengertian alat peraga. Alat peraga merupakan alat bantu untuk memperagakan suatu materi dalam pembelajaran dengan mengaktifkan panca indera siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
b. Fungsi Alat Peraga Siswa memperoleh pengalaman belajarnya dengan menggunakan benda konkret seperti alat peraga. Montessori menegaskan bahwa semua material atau alat peraga tersebut berguna untuk mendorong perkembangan anak secara intelektual dan melatih keterampilan anak (Hainstock, 1997:82). Melalui alat peraga,
siswa
dapat
melihat
secara
langsung,
memperagakan
atau
menggunakannya, dan membentuk konsep yang abstrak serta pemikiran yang kreatif. Fungsi lain yang dapat diperoleh dari alat peraga yang dibuat oleh Montessori antara lain adalah memberikan kontrol pada pergerakan siswa, mengembangkan kemandirian, kehendak, serta mengembangkan kebahasaannya (Lillard, 1996:80-85). Selain itu, alat peraga juga memiliki fungsi untuk mempermudah pemahaman siswa tentang materi pembelajaran. Materi yang sifatnya abstrak, pada umumnya sukar dipahami oleh siswa tanpa bantuan alat peraga. Melalui alat peraga, siswa dapat memahami materi yang abstrak dengan melihat, meraba, dan menggunakan alat peraga tersebut (Asyhar, 2012:13). Sama halnya dengan paparan pendapat tersebut, Pramudjono (dalam Sundayana, 2014:7) juga memaparkan fungsi alat peraga yaitu untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep pembelajaran. Fungsi mengenai alat peraga juga dipaparkan oleh Asyhar. Menurut Asyhar (2012:11) alat peraga pembelajaran berfungsi untuk 1) membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, 2) mengilustrasikan dna memantapkan pesan dan informasi, serta 3) menghilangkan ketegangan dan hambatan serta rasa malas yang dialami oleh siswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
Bermacam alat peraga dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Dalam usaha memanfaatkan alat peraga sebagai alat bantu agar siswa dapat mendapatkan pengalaman yang langsung. Edgar Dale mengklasifikasikan pengalaman dari yang paling konkret sampai abstrak. Klasifikasi tersebut dikenal sebagai kerucut pengalaman (cone of experience). Berikut merupakan kerucut pengalaman menurut E. Dale. verbal
abstrak
simbol visual visual radio film tv wisata demonstrasi partisipasi observasi pengalaman langsung
konkret
Bagan 2.1 Kerucut Pengalaman Menurut E. Dale (Sadiman, 2009:8)
Berdasarkan kerucut tersebut dapat terlihat bahwa pengalaman belajar konkret yang secara langsung dialami siswa terletak di bagian bawah. Menurut Dale, bahwa pengalaman langsung mendapatkan tempat utama dan terbesar, sedangkan belajar melalui abstak berada di puncak kerucut. Hal ini berarti bahwa setiap pengalaman belajar siswa yang dialami secara langsung merupakan cara belajar yang berkualitas dan dapat memahami simbol-simbol yang abstrak (Munadi,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
2010:19-20). Oleh karena itu, pengalaman langsung menggunakan alat peraga dapat membantu siswa membantu hal yang abstrak. Berdasarkan uraian tersebut, penggunaan alat peraga memang diperlukan dalam pembelajaran.
Keberadaan
alat
peraga
dapat
membantu
proses
pembelajaran terutama pada pembentukan pengetahuan siswa. Uraian tersebut menegaskan bahwa pengembangan alat peraga dalam penelitian ini memang diperlukan dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa melalui benda-benda konkret. c.
Kriteria Alat Peraga Tidak semua benda dapat dikatakan sebagai alat peraga. Ruseffendi (dalam
Sundayana, 2014:18-19) berpendapat bahwa benda harus memenuhi berbagai syarat tertentu untuk disebut sebagai alat peraga terutama alat peraga matematika. Berikut merupakan berbagai kriteria dari alat peraga matematika. 1.
Tahan lama
2.
Bentuk dan warnanya menarik
3.
Sederhana dan mudah dikelola
4.
Ukurannya sesuai dengan karakteristik siswa
5.
Dapat menyajikan konsep matematika dengan baik dalam bentuk real/ nyata, gambar, atau diagram.
6.
Sesuai dengan konsep matematika
7.
Dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya.
8.
Peragaan dapat digunakan sebagai dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir abstrak bagi siswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9.
38
Menjadikan siswa dapat belajar aktif dan mandiri dengan menggunakan alat peraga.
d. Alat Peraga Berbasis Metode Montessori Alat peraga Montessori mempunyai empat ciri khusus (Montessori, 2002:171-175). Hal tersebut akan dipaparkan dalam uraian berikut. Ciri alat peraga Montessori yang pertama adalah menarik. Alat peraga Montessori dirancang sangat menarik bagi siswa agar dapat menarik minat siswa dalam belajar. Alat peraga dibuat menarik dari segi warna, bentuk, dan sebagainya. Jika dilihat dari warnanya, alat peraga yang menarik dapat mengaktifkan sensorial anak pada saat anak menyentuh, meraba alat peraga menggunakan indera perabanya, serta mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh alat peraga menggunakan indera pendengarnya. Melalui alat peraga tersebut anak pun dapat menemukan hubungan satu hal dengan yang lain (Montessori, 2002:174). Ciri alat peraga Montessori yang kedua adalah bergradasi. Alat peraga Montessori mempunyai gradasi rangsangan warna, bentuk, maupun usia anak. Alat peraga Montessori tidak hanya bergradasi dalam arti dapat melibatkan sebanyak mungkin penggunaan panca indera, tetapi juga pada gradasi penggunaaan untuk berbagai usia perkembangan anak maupun materi yang dapat diperoleh dari alat peraga yang sama (Montessori, 2002:174). Gradasi warna dapat diperkenalkan dengan menggunakan kotak warna yang memiliki beberapa warna, misalnya warna biru tua hingga biru muda. Gradasi ukuran tinggi ke rendah dapat diperkenalkan dengan menggunakan alat peraga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
seperti inkastri silinder. Inkastri silinder dapat menunjukkan gradasi ukuran dari tinggi ke rendah dengan jelas. Gradasi bentuk dapat diperkenalkan dengan menggunakan alat peraga seperti pada permainan pink tower. Pink tower terdiri dari 10 kubus dengan kubus paling besar memiliki ukuran sisi 10 cm, sedangkan kubus yang lebih kecil berikutnya memiliki perbedaan ukuran sisi 1 cm lebih kecil dari sebelumnya. Melalui permainan ini, anak mencoba menyusun menara mulai dengan kubus yang paling besar sampai paling kecil. Berdasarkan pengalaman ini, anak belajar untuk membeda-bedakan konsep besar-kecil dan berat-ringan dari suatu objek (Montessori, 2002:175). Ciri alat peraga Montessori yang ketiga adalah auto-correction. Alat peraga Montessori mempunyai pengendali kesalahan pada setiap alat peraga itu sendiri. Hal tersebut bertujuan agar anak dapat mengetahui secara mandiri benar atau salah aktivitas yang dilakukannya tanpa ada orang lain yang mengoreksi. Ciri tersebut dapat digambarkan dari penggunaan alat peraga inkastri silinder. Inkastri silinder memperkenalkan ukuran yang berbeda-beda, yaitu tinggi-pendek, gemukkurus, tinggi kurus-gemuk pendek, dan tinggi gemuk-pendek kurus. Pengendali kesalahan dari alat tersebut adalah lubang pada inkastri. Oleh karena itu, anak dapat mengetahui benar/salah dari ketidaksesuaian inkastri yang diletakkan pada masing-masing lubang (Montessori, 2002:171). Ciri alat peraga Montessori yang keempat adalah auto-education. Alat peraga Montessori
dirancang
untuk
menumbuhkan
kemandirian
anak
serta
pengembangan kemampuan secara mandiri tanpa ada campur tangan dari orang dewasa. Lingkungan belajar dirancang sedemikan rupa agar tidak ada orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
dewasa yang mengintervensi hal-hal yang dilakukan anak. Hal tersebut dikarenakan setiap alat sudah mempunyai pengendali kesalahan (Montessori, 2002:172-173). Selain keempat ciri tersebut, penelitian ini juga mengembangkan ciri tambahan yaitu kontekstual. Berdasarkan beberapa prinsip pendidikan Montessori yang telah dipaparkan, belajar hendaknya juga disesuaikan dengan konteks (Lillard, 2005:32). Salah satu hal yang dilakukan Montessori adalah merancang lingkungan belajar bagi siswa. Montessori menyediakan beberapa peralatan di kelas dengan memanfaatkan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar anak. Hal ini bertujuan agar anak mengalami dengan sendirinya tentang lingkungan di sekitarnya, bukan karena orang lain (Hainstock, 1997:83). Oleh sebab itu, ciri alat peraga yang selanjutnya adalah kontekstual. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kontekstual berarti berhubungan dengan konteks (2005:522), sedangkan konteks merupakan pola hubungan di dalam lingkungan langsung seseorang (Johnson, 2010:34). Pembelajaran kontekstual
merupakan
konsep
belajar
yang membantu guru mengaitkan
materi yang diajarkan dengan kondisi nyata siswa. Selain itu, pembelajaran kontekstual dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2010:107). Oleh karena itu, kontekstual dalam pembelajaran memungkinkan terbentuknya pengalaman sosial, budaya, fisika, dan psikologi. Melalui penggunaan alat peraga, siswa mengalami pembelajaran yang kontekstual karena alat peraga memberikan pengalaman yang relevan bagi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
siswa. Tambahan ciri kontekstual dalam penelitian ini bermaksud menggunakan bahan-bahan atau potensi lokal yang tersedia di lingkungan sekitar siswa. Hal ini bertujuan memunculkan makna/hubungan antara isi pembelajaran dan konteks yang ada di lingkungan siswa. Selain itu, siswa juga mulai tertarik dan termotivasi untuk menggunakan beragam alat peraga tersebut karena sesuai fakta dan konteks yang saling berhubungan (Lillard, 1996:81). Penggunaan alat peraga yang sesuai dengan konteks dapat membantu siswa selama proses belajar. Selama kegiatan belajar, siswa dapat berperan aktif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelima
ciri-ciri
tersebut
menjadi
pertimbangan
bagi
peneliti
dapat
mengembangan alat peraga. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa alat peraga Montessori adalah alat peraga yang memiliki ciri gradasi, menarik, auto-education, dan auto-correction. Oleh sebab itu, alat peraga yang dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan bahan-bahan yang sering dijumpai siswa, seperti kayu dan manik-manik. 5.
Pembelajaran Matematika Uraian tentang pembelajaran matematika memaparkan beberapa hal yaitu
pengertian dan hakikat matematika, pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, dan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500. a.
Hakikat Matematika Menurut Holt (2002:1), “Mathematics is the study of numbers”. Pendapat
tersebut dikuatkan oleh Marshall Walker. Menurut Walker (dalam Sundayana, 2014:3), matematika dapat didefinisikan sebagai studi tentang struktur-struktur abstrak dengan berbagai hubungannya. Pendapat yang semakin memperkuat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
disampaikan oleh Ruseffendi. Menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2008:1) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan, struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Selain itu, pendapat lain mengatakan bahwa kata matematika berasal dari bahasa Latin, mathanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”, sedangkan dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti yang berkaitan dengan penalaran (Susanto dalam Depdiknas, 2013:184). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari bilangan, pola dan keteraturan, serta struktur/objek abstrak dengan berbagai hubungan yang membutuhkan penalaran. Pendapat tersebut seperti yang disampaikan oleh Mathematical Science Education Board. Menurut MSEB (dalam Walle, 2008:12), matematika adalah ilmu tentang pola dan urutan, bilangan, kemungkinan, bentuk, algoritma, serta perubahan, yang bergantung pada logika sebagai standar kebenaran. Selain itu, matematika menurut Soedjadi (dalam Heruman, 2008:1) adalah hal yang memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Sebagai objek yang bersifat abstrak, matematika merupakan salah satu displin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari, serta mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Susanto, 2013:185). Oleh karena itu, matematika merupakan ilmu dasar yang perlu dikuasai oleh siswa sejak Sekolah Dasar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Aspek pembelajaran matematika di tingkat Sekolah Dasar dibatasi pada materi meliputi bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data (BSNP, 2006:106). Pembelajaran matematika di sekolah Montessori diawali dengan kemampuan berhitung yang dimiliki anak usia tiga tahun (Gutek, 2013:363). Anak usia tiga tahun mudah belajar berhitung dengan menggunakan benda-benda. Montessori
menggunakan
berbagai
macam
material
dalam
pembelajaran matematika sebagai alat bantu bagi siswa untuk mempelajari aritmatika yang abstrak (Hainstock, 1997:97). Pemikiran matematis dalam pembelajaran
Montessori
menekankan
pengembangan
pemikiran
pada
pemahaman urutan, rangkaian, dan abstraksi (Lillard, 1997:137). Objek matematika yang bersifat abstrak merupakan salah satu kesulitan yang harus dihadapi oleh siswa selama pembelajaran. Tidak hanya siswa, guru pun juga mengalami kesulitan dalam mengajar konsep matematika yang abstrak. Konsep tersebut perlu diajarkan secara bertahap yang dimulai dari tahapan konkret, semi konkret, dan diarahkan pada pemikiran yang bersifat abstrak (Susanto, 2013:185). Hal tersebut dalam dilakukan dengan memanfaatkan alat peraga seperti halnya yang dilakukan oleh Maria Montessori. b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar mengarahkan siswa untuk berpikir secara logis, kritis, analitis, sistematis, dan kreatif (BSNP, 2006:106). Salah satu tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar menurut Depdiknas (dalam Susanto, 2013:190) adalah memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma. Pencapaian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
dari tujuan tersebut membutuhkan kemampuan pemikiran yang sistematis, logis, dan kritis yang perlu dimiliki oleh setiap siswa. Hal tersebut dapat ditentukan dengan proses pembelajaran matematika yang berkualitas (Sundayana, 2014:2). Oleh karena itu, pembelajaran matematika yang berkualitas merupakan salah satu penentu dari ketercapaian tujuan pembelajaran matematika. Salah satu hal yang diharapkan dari pembelajaran matematika di Sekolah Dasar adalah terjadi reinvention (penemuan). Menurut Bruner, metode penemuan mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukan. Tujuan dari metode ini adalah memperoleh pengetahuan dengan cara melatih berbagai kemampuan siswa, dan merangsang keingintahuan siswa untuk memotivasi kemampuannya. Selain itu, pada pembelajaran matematika perlu adanya keterkaitan antara pengalaman belajar dengan konsep yang akan diajarkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suparno tentang belajar bermakna. Belajar bermakna merupakan kegiatan siswa yang menghubungkan atau mengaitkan berbagai informasi dengan konsep yang telah dimiliki (Heruman, 2008:4-5). Senada dengan pendapat di atas, Susanto (2013:186) menyatakan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar yang dibangun untuk mengembangkan dan meningkatkan kreativitas berpikir siswa agar mampu mengonstruksikan pengetahuan baru yang diperoleh. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika perlu menciptakan kegiatan belajar yang aktif sehingga anak dapat menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Beberapa paparan di atas menjadi pertimbangan tentang pembelajaran matematika yang sesuai dengan karakteristik siswa. Menurut Piaget, siswa Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkret. Kemampuan yang dimiliki siswa pada tahap ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan logika meskipun memerlukn benda-benda yang konkret. Proses tersebut dapat dicapai dengan menggunakan alat peraga yang dapat memperjelas penyampaian materi pembelajaran. Hal ini ditegaskan oleh Montessori bahwa siswa mampu membentuk konsep abstrak jika menggunakan berbagai material dan melakukan pengulangan dalam kegiatannya (Lillard, 1997:137). Oleh karena itu, pembelajaran matematika di Sekolah Dasar memerlukan material atau alat peraga yang membantu guru selama menyampaikan materi pembelajaran. Selain pembelajaran yang menggunakan alat peraga, guru perlu memahami karakteristik dan kemampuan siswa yang berbeda-beda. Hal tersebut diperlukan agar tujuan akhir pembalajaran matematika dapat tercapai. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan belajar siswa. Menurut Heruman (2008:2-3), langkah-langkah tersebut adalah (1) penanaman konsep dasar, (2) pemahaman konsep, dan (3) pembinaan keterampilan. Langkah pertama adalah penanaman konsep dasar. Penanaman konsep dasar merupakan pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep merupakan jembatan yang menghubungkan kemampuan kognitif siswa mulai dari yang konkret sampai dengan konsep matematika yang abstrak. Hal tersebut dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
dilakukan dengan menggunakan alat peraga yang dapat membantu kemampuan pola pikir siswa. Pemahaman konsep merupakan tahap kedua dari ketiga langkah tersebut. Tujuan dari langkah ini adalah siswa lebih memahami konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri dari dua pengertian. Pengertian pertama merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan pengertian kedua merupakan pembelajaran pemahaman konsep yang dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi merupakan kelanjutan dari penanaman konsep. Langkap ketiga adalah pembinaan keterampilan. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri dari dua pengertian yaitu pertama merupakan kelanjutan dari tahap pemahaman konsep, sedangkan kedua, pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda. c.
Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan sampai 500 Aritmatika atau aritmetika merupakan ilmu hitung matematika tertua yang
mempelajari operasi dasar bilangan. Penjumlahan merupakan konsep aritmatika utama yang seharusnya dipelajari oleh siswa pertama kali (Goenawan dan Santosa, 2014:14). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:480), penjumlahan adalah proses, cara, atau perbuatan menjumlahkan, sedangkan menjumlahkan (KBBI, 2008:480) adalah menghitung (berapa banyaknya sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu). Dengan kata lain, penjumlahan merupakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
operasi hitung yang digunakan untuk mencari banyaknya sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu. Senada dengan pengertian tersebut, Sukayati juga memaparkan pendapatnya mengenai pengertian penjumlahan. Menurut Sukayati (2011:24), penjumlahan merupakan suatu aturan yang mengaitkan setiap pasangan bilangan dengan bilangan yang lain. Dari kedua pengertian tersebut dapat diartikan bahwa penjumlahan merupakan suatu aturan yang mengaitkan/ menggabungkan setiap pasangan bilangan dengan bilangan yang lain dan digunakan untuk mencari banyaknya sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu.Tujuan dari operasi penjumlahan adalah mencari banyak benda yang akan dihutung untuk menyelesaikan permasalahan pada soal (Walle, 2008:235). Cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan konsep penjumlahan adalah dengan menggunakan beberapa benda disekitar siswa seperti jari tangan, batu, daun, dan sebagainya. Tahap ini merupakan tahap awal anak memahami konsep penjumlahan yang diilustrasikan secara visual sehingga dapat merangsang perhatian siswa. Langkah selanjutnya dapat dilakukan dengan memulai penggunaan simbol operasi penjumlahan (+). Pada tahap ini, siswa mulai mengabstraksikan konsep bilangan dengan menggunakan notasi tertulis. Urutan pengajaran yang dilakukan adalah menjumlahkan dari nilai tempat satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan sebagainya (Goenawan dan Santosa, 2014:14-15). Oleh karena itu, dalam mengajarkan konsep penjumlahan dibutuhkan berbagai tahapan yang sesuai dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar. Penjumlahan bilangan yang hasilnya sampai 500 merupakan salah satu kompetensi yang dicapai oleh siswa kelas II Sekolah Dasar. Materi penjumlahan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
tersebut dibedakan menjadi dua jenis yaitu (1) penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan (2) penjumlahan dengan teknik menyimpan (Sari, 2011:26-53). Berikut merupakan paparan dari materi tersebut. 1) Penjumlahan tanpa teknik menyimpan a) Pengerjaan dengan cara susun ke samping Contoh: 31+48= . . . . puluhan + puluhan = 3 + 4 = 7
31
+
48
=
79
satuan + satuan = 1 + 8 = 9
b) Pengerjaan dengan cara susun ke bawah Contoh: 31+48= . . . .
satuan + satuan = 1 + 8 = 9 puluhan + puluhan = 4 + 3 = 7 2) Penjumlahan dengan teknik menyimpan a) Pengerjaan dengan cara susun ke samping Contoh: 25+16= . . . . simpanan + puluhan + puluhan = 1 + 2 +1 = 74
25
+
16
=
41
satuan + satuan = 5 + 6 = 11 tulis 1 simpan 1 puluhan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
b) Pengerjaan dengan cara susun ke bawah Contoh: 25+16= . . . .
satuan + satuan = 5 + 6 = 11 tulis 1 simpan 1 puluhan simpanan + puluhan + puluhan = 1 + 2 + 1= 4
Penjumlahan memiliki beberapa sifat di antaranya sifat tertutup, komutatif, dan mempunyai unsur identitas. Berikut merupakan pembahasan dari masingmasing sifat tersebut. 1) Sifat tertutup Pada operasi penjumlahan bilangan, hasil dari operasi tersebut juga akan menghasilkan bilangan bulat positif. Untuk setiap bilangan bulat positif a dan b, berlaku a + b = c, dengan c merupakan bilangan bulat positif. Contoh: 24 + 12 = 36 24 dan 12 merupakan bilangan bulat positif, sedangkan 36 juga merupakan bilangan bulat positif. 2) Sifat Komutatif Komutatif dalam hal ini juga disebut pertukaran. Pada operasi penjumlahan sifat komutatif berarti penjumlahan dua atau lebih selalu diperoleh hasil yang sama walaupun dua atau lebih bilangan tersebut ditukar tempatnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan a + b = b + a.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
Contoh: 24 + 12 = 12 + 24 = 36 3) Mempunyai unsur identitas Nol (0) merupakan unsur identitas pada operasi penjumlahan. Hal ini berarti apabila bilangan bulat positif dijumlahkan dengan 0, maka hasil dari operasi tersebut adalah bilangan itu sendiri. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sifat tersebut berarti a + 0 = 0 + a = a. Contoh: 24 + 0 = 0 + 24 = 24 Kompetensi selanjutnya yang dipelajari oleh siswa kelas II adalah pengurangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:616), pengurangan adalah proses, cara, serta perbuatan mengurangi atau mengurangkan, sedangkan mengurangi adalah mengambil sebagian, menjadikan berkurang (KBBI, 2008:616). Dengan kata lain, pengurangan merupakan operasi hitung bilangan yang digunakan untuk mencari selisih banyaknya benda. Pengertian lain tentang pengurangan juga disampaikan oleh Sukayati. Menurut Sukayati (2011:24) berpendapat bahwa pengurangan merupakan kebalikan dari penjumlahan, namun tidak memiliki beberapa sifat yang dimiliki oleh penjumlahan. Dari dua pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pengurangan merupakan kebalikan dari operasi penjumlahan dan digunakan untuk mencari selisih dari banyaknya benda. Tujuan dari operasi pengurangan adalah mencari selisah dari dua bilangan atau lebih untuk menyelesaikan permasalahan pada soal (Walle, 2008:235). Metode yang digunakan untuk mengajarkan pengurangan paling awal adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
menghubungkan dengan konsep penjumlahan, yaitu dengan pendekatan menghitung ke atas seperti 3 + ? = 8, bukan menggunakan pendekatan menghitung ke bawah seperti 8 – 3 = ?. Hal tersebut dilakukan karena dengan menggunakan pendekatan menghitung ke atas, siswa dapat menggunakan pemahaman yang telah dipelajari pada operasi penjumlahan (Goenawan dan Santosa, 2014:23). Oleh karena itu, , siswa dapat membangun pemahamannya bahwa pengurangan memiliki hubungan dengan penjumlahan. Pengurangan bilangan yang hasilnya sampai 500 merupakan salah satu kompetensi yang dicapai oleh siswa kelas II Sekolah Dasar. Materi pengurangan tersebut dibedakan menjadi dua jenis yaitu (1) pengurangan tanpa teknik meminjam dan (2) pengurangan dengan teknik meminjam. Berikut merupakan paparan dari materi tersebut. 1) Pengurangan tanpa teknik meminjam a) Pengerjaan dengan cara susun ke samping Contoh: 84-31= . . . . puluhan + puluhan = 8 - 3 = 5
84
-
31
=
53
satuan - satuan =4 + 1 = 3
b) Pengerjaan dengan cara susun ke bawah Contoh: 84-31= . . . .
satuan - satuan = 4-3 = 1 puluhan - puluhan = 8 - 3 = 5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
2) Pengurangan dengan teknik meminjam a) Pengerjaan dengan cara susun ke samping Contoh: 32-17= . . . .
32
-
17
=
15
Langkah-langkahnya: satuan-satuan =2-7 (tidak bisa),maka 2 perlu meminjam 1 puluhan sehingga menjadi 12. 12 selanjutnya dikurangi 7, sehingan 12-7=5 puluhan-puluhan 2-1=1 b) Pengerjaan dengan cara susun ke bawah Contoh: 32-17= . . . . satuan - satuan = 2 – 7 2-7 tidak bisa, maka 2 perlu meminjam 1 puluhan sehingga menjadi 12. 12 selanjutnya dikurangi 7, sehingan 12-7=5
puluhan - puluhan =2-1=3
B. Penelitian yang Relevan Peneliti menggunakan hasil penelitian sebelumnya yang digunakan untuk melihat relevansi yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Relevansi tersebut dapat dilihat dari permasalahan terkait dengan metode
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Montessori serta alat peraga matematika. Berikut akan dipaparkan beberapa penelitian tersebut. 1.
Penelitian tentang Metode Montessori Peneliti menemukan beberapa penelitian yang relevan terkait dengan metode
Montessori. Penelitian yang berkaitan dengan metode Montessori antara lain dilakukan oleh Wahyuningsih (2011), Lillard dan Else-Quest (2006), dan Mario Montessori (1961). Wahyuningsih (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh model pendidikan Montessori terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N Jati Asih 03 Bekasi. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental. Sampel penelitian ini sejumlah 36 siswa untuk kelompok eksperimen dan 33 siswa untuk kelompok kontrol. Hasil uji hipotesis yang dilakukan diperoleh nilai thitung = 7,35 dengan taraf signifikan 0,05, sedangkan nilai ttabel = 1,667. Karena t hitung lebih besar dari t tabel, maka Ha diterima, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran model pendidikan Montessori dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini adalah pembelajaran dengan model pendidikan Montessori berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Lillard dan Else-Quest (2006) melakukan penelitian untuk membandingkan sekolah Montessori dan sekolah tradisional dengan sampel 112 anak dari Milwaukee,
Wisconsin.
Penelitian
tersebut
menghasilkan
temuan
yang
menunjukkan bahwa siswa dari sekolah Montessori memiliki hasil yang lebih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
daripada sekolah tradisional. Hal tersebut terbukti bahwa anak pada sekolah Montessori lebih mengenal konsep abstrak dengan baik dibandingkan dengan sekolah tradisional. Dilihat dari kecepatan belajar, anak Montessori lebih cepat dalam mengkonsepsikan pengetahuan yang didapat dengan cara berpikir abstrak. Hasil dari penelitian ini adalah (1) guru dan asistennya memiliki strategi yang sesuai dengan filosofi Montessori dalam mendukung kemandirian siswa dan (2) siswa Montessori memiliki motivasi intrinsik yang tinggi dalam mengerjakan tugasnya. Montessori (1961) meneliti tentang kontribusi Montessori pada penanaman konsep matematika. Montessori adalah seorang peneliti, dosen, dokter, dan praktisi pendidikan yang tidak hanya tertarik dalam bidang ilmu saja, tetapi hal yang lebih menarik bagi Montessori adalah anak itu sendiri. Jadi, Metode Montessori merupakan
upaya Montessori dalam memenuhi kebutuhan anak
sesuai dengan tahap perkembangannya. Penelitian ini dilakukan pada 30 anak usia 3-6 tahun. Hasil penelitian yang menakjubkan terjadi pada salah satu anak yang berusia 4,5 tahun. Anak tersebut tiba-tiba dapat menemukan cara menulis dari alat peraga yang telah disiapkan oleh Montessori. Ternyata tanpa perintah langsung untuk belajar menulis anak dapat belajar dengan sendirinya dengan lingkungan belajar yang telah dipersiapkan. Oleh karena itu, penanaman konsep matematika seharusnya sesuai dengan pengalaman pribadi anak sehinggadapat terjadi perkembangan secara natural yang akan dialami oleh anak. 2.
Penelitian tentang Alat Peraga Matematika Peneliti menemukan beberapa penelitian yang relevan terkait dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
pembelajaran matematika. Penelitian yang berkaitan dengan matematika dilakukan oleh Darmawaty (2012) dan Al-Absi & Nofal (2010). Darmawaty (2012) melakukan penelitian tentang peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa menggunakan kantong bilangan pelajaran matematika kelas II SDN 07 Sebalo. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan hasil belajar menggunakan kantong bilangan pelajaran matematika kelas II SDN 07 Sebalo. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif. Berdasarkan rata-rata, kemampuan guru melaksanakan pembelajaran pada siklus I 82 % ( nilai rata-rata 2,89 ) dan pada siklus II 97 % ( nilai rata-rata 3,36 ) , dari hasil tersebut ada peningkatan sebesar 15 %. Sedangkan untuk hasil belajar siswa pada tes awal sebelum melaksanakan penelitian sebesar 56 %, pada siklus I sebesar 59,40 % ( ada peningkatan sebesar 3,40% ) pada siklus II sebesar 79,80 % (ada peningkatan sebesar 20,40%). Berdasarkan hasil diatas bahwa pada pembelajaran penjumlahan bilangan menggunakan kantong bilangan ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar kelas II SDN 07 Sebalo. Al-Absi & Nofal (2010) meneliti penggunaan alat peraga manipulatif matematika bagi siswa tingkat pertama Sekolah Dasar (SD). Penelitian mengenai penggunaan alat peraga matematika ini dilakukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yang dilakukan selama 30 hari dan 20 kali pembelajaran. Materi yang akan diajarkan adalah bentuk, warna, volume, pola, dan angka 0-9. Alat peraga yang digunakan adalah uang, beberapa kubus, tempat untuk menampung air, potongan logam dengan warna yang berbeda, dan penggaris. Hasil yang didapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
saat menggunakan alat peraga di kelas eksperimen jelas berbeda dari kelas kontrol. Siswa yang berada di kelas eksperimen mempunyai rata-rata yang lebih tinggi, yaitu 13,32 dan kelas kontrol hanya mempunyai rata-rata 11,83. Selain itu, guru yang menggunakan alat peraga saat mengajar matematika lebih dapat melihat kinerja anak dan lebih efektif dalam memfasilitasi siswa saat belajar. Berdasarkan beberapa studi literatur tentang metode Montessori dan alat peraga
matematika,
peneliti
mencoba
mengembangkan alat peraga tentang
menawarkan
penelitian
yang
penjumlahan dan pengurangan dengan
menggunaka metode Montessori. Kerangka relevansi penelitian ini dapat dilihat pada literature map yang dijabarkan pada bagan sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
Secara ringkas kerangka penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat literature map dalam bagan dibawah ini. Metode Montessori
Alat Peraga Matematika
Wahyuningsih (2011) Pengaruh model pendidikan Montessori terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N Jati Asih 03 Bekasi
Darmawaty (2012) Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa menggunakan kantong bilangan pelajaran Matematika kelas II SDN 07 Sebalo
Lillard dan Else-Quest (2006) Perbandingan sekolah Montessori dan sekolah tradisional dari Milwaukee, Wisconsin
Al-Absi & Nofal (2010) Penggunaan alat peraga manipulatif matematika bagi siswa tingkat pertama Sekolah Dasar (SD).
Mario Montessori (1961) Penelitian tentang kontribusi Montessori pada penanaman konsep Matematika.
Yang diteliti: Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Penjumlahan dan Pengurangan Berbasis Metode Montessori
Bagan 2.2 Literature map dari penelitian-penelitian yang relevan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
C. Kerangka Berpikir Metode pembelajaran Montessori sangat menekankan pada kemandirian anak dalam lingkungan belajar yang sudah dikondisikan sedemikian rupa dengan memberi ruang pada anak untuk mengembangkan berbagai kemampuannya. Prinsip-prinsip pembelajaran Montessori menekankan pada kebebasan anak untuk memilih aktivitas yang akan dikerjakan, kemerdekaan anak dalam memilih sendiri apa yang mau dipelajari, memperhatikan minat masing-masing siswa tanpa ada penyamaan, memperhatikan motivasi intrinsik sehingga tidak ada hadiah maupun hukuman, tetap memperhatikan sosialisasi siswa dengan adanya kerja kelompok, memperhatikan konteks pembelajaran, memperhatikan posisi guru dalam komunikasi dengan siswa yang lebih kepada pembimbingan, dan pentingnya keteraturan dan konsistensi lingkungan belajar. Alat peraga Montessori dapat menjawab kebutuhan yang ada bagi siswanya sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya. Seperti halnya jika siswa ingin belajar mengenai perkalian, siswa dapat menggunakan alat peraga Montessori yaitu manik-manik, checkerboard, dan lain sebagainya. Melalui empat ciri dari alat peraga Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-education, dan autocorrection. Oleh karena itu, Peneliti mengembangkan alat peraga Montessori menggunakan warna yang menarik, mengaktifkan penglihatan, rangsang, dan pendengaran dalam alat peraga, membantu siswa dalam membangun konsep matematika secara mandiri, dan mempunyai pengendali kesalahan. Berdasarkan
studi
literatur
yang
dilakukan
oleh
peneliti
terdapat
permasalahan dalam pembelajaran matematika di SD. Materi pembelajaran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
matematika di Sekolah Dasar dianggap terlalu abstrak bagi siswa. Minimnya ketersediaan alat peraga dan rendahnya kemampuan siswa dalam materi penjumlahan dan pengurangan di Sekolah Dasar. Belum adanya inovasi alat peraga yang mampu membantu penyampaian materi penjumlahan dan pengurangan di Sekolah Dasar menjadi salah satu penyebab adanya masalah tersebut. Oleh karena itu, penggunaan alat peraga dengan menggunakan metode Montessori dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
Uraian dalam bab ini berisi jenis penelitian, setting penelitian, rancangan penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan jadwal penelitian.
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian dan pengembangan atau sering disebut research and development. Menurut Sukmadinata (2007:164), penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk lama. Senada dengan pengertian di atas, Sugiyono (2014:407) juga berpendapat bahwa research and development adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan/menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan suatu produk. Tidak berbeda dengan kedua pendapat di atas, Gall, Gall, dan Borg (2007:589) berpendapat bahwa penelitian dan pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk merancang produk atau prosedur baru, yang diuji secara sistematis di lapangan, dievaluasi, dan direvisi hingga diperoleh kriteria spesifik meliputi efektivitas, kualitas, atau standar yang sejenis. Berdasarkan tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk merancang,
60
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
menghasilkan, atau mengembangkan suatu produk, serta menguji secara sistematis berdasarkan suatu standar tertentu. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian yang praktis dalam mengembangkan atau menghasilkan suatu produk. Berdasarkan pengertian tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan alat peraga matematika berbasis metode Montessori materi penjumlahan dan pengurangan. Penelitian ini dibatasi sampai pada uji coba lapangan terbatas yang dilakukan untuk mengetahui penggunaan alat peraga oleh siswa untuk membantu memahami materi penjumlahan dan pengurangan di kelas II. Selain itu, hasil dari penelitian ini berupa sebuah prototipe alat peraga penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori.
B. Setting Penelitian 1.
Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah alat peraga matematika berbasis metode
Montessori berupa papan penjumlahan dan pengurangan. Alat peraga ini dirancang untuk membantu siswa kelas II belajar tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan hingga 500. Namun, penelitian ini mengembangkan kemampuan siswa dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan hingga ratus ribuan. Papan penjumlahan dan pengurangan tersebut terbuat dari kayu pinus yang dirancang terdiri dari beberapa lubang seperti pada permainan dakon. Lubanglubang tersebut digunakan untuk meletakkan manik-manik dalam melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
62
Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah sekelompok siswa kelas II semester ganjil
tahun ajaran 2014/2015 di SD BOPKRI Gondolayu. Sekelompok siswa tersebut berjumlah lima anak yang terdiri dari dua siswa putri dan 3 siswa putra. Pemilihan sekelompok siswa tersebut berdasarkan hasil diskusi dan rekomendasi dari wali kelas. Selain itu, peneliti juga memberikan beberapa pertimbangan terkait dalam pemilihan subjek berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada saat pembelajaran. 3.
Lokasi Penelitian Penelitian dan pengembangan ini dilakukan di SD BOPKRI Gondolayu.
Sekolah tersebut terletak di Jl. Jenderal Sudirman No. 24 Gowongan, Jetis, Yogyakarta. Pemilihan SD tersebut sebagai tempat uji coba lapangan terbatas dikarenakan SD BOPKRI menduduki peringkat I pada hasil UUB (Ulangan Umum Bersama) tahun 2014 se-kota Yogyakarta. Namun, prestasi tersebut kurang sesuai karena permasalahan terkait dengan pembelajaran matematika masih sering ditemukan di tiap kelas. Permasalahan tersebut salah satunya terjadi di kelas II khususnya pada materi penjumlahan dan pengurangan. Selain itu, SD BOPKRI Gondolayu memiliki letak yang strategis dan memungkinkan untuk mencari bahan-bahan yang digunakan sebagai media atau alat peraga. 4.
Waktu Penelitian Penelitian dan pengembangan ini dilakukan pada bulan Juni hingga Desember
2014. Secara keseluruhan, penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 6 bulan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
C. Rancangan Penelitian Penelitian dan pengembangan ini mengadopsi model Borg dan Gall (1983:775-787) dan Sugiyono (2014:408-427). Menurut Sugiyono (2014:408409) ada sepuluh langkah dalam penelitian pengembangan antara lain potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk, dan produksi massal. Berikut merupakan model pengembangan menurut Sugiyono (2014:409) yang disajikan dalam bentuk bagan 3.1. (1) potensi dan masalah
(8) uji coba pemakaian
(9) revisi produk
(2) pengumpulan data
(7) revisi produk
(3) desain produk
(6) uji coba produk
(4) validasi desain
(5) revisi desain
(10) produksi masal
Bagan 3.1. Model Pengembangan Menurut Sugiyono (2014:409)
Langkah research and development menurut bagan prosedur di atas dimulai dari adanya potensi atau masalah yang dikumpulkan melalui observasi, angket, maupun wawancara. Potensi atau masalah tersebut diperoleh dan digunakan sebagai data empirik. Data tersebut selanjutnya sebagai bahan perencanaan dan pengembangan produk yang akan dibuat. Produk yang akan dihasilkan tentunya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang telah ditemukan. Desain produk tersebut dirancang dalam bentuk gambar atau bagan yang digunakan sebagai pedoman dalam menilai dan membuat produk tersebut. Setelah proses pembuatan produk, validasi produk dapat dilakukan dengan menghadirkan beberapa ahli untuk menilai produk yang telah dihasilkan. Selanjutnya, hasil dari validasi produk dapat menjadi bahan pertimbangan perbaikan desain. Hasil dari perbaikan tersebut selanjutnya diujicobakan pada kelompok terbatas. Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui manfaat dari produk yang dikembangkan berdasarkan masalah yang dihadapi oleh responden. Hasil uji coba terbatas juga menjadi bahan untuk melakukan revisi produk jika masih terdapat beberapa kelemahan sebagai bahan uji coba kembali dengan lingkup yang lebih luas. Hasil uji coba tersebut selanjutnya digunakan untuk evaluasi maupun perbaikan produk sebelum produk diproduksi secara massal. Jika produk yang dikembangkan telah dinyatakan efektif pada saat diujicobakan, maka produk dapat diproduksi secara massal (Sugiyono, 2014:408-427). Berdasarkan penjelasan tahapan pengembangan di atas, peneliti selanjutnya membandingkan dengan tahapan yang dipaparkan oleh Borg dan Gall. Borg dan Gall (1983:775-787) menguraikan sepuluh langkah dalam penelitian dan pengembangan. Sepuluh langkah tersebut yaitu: 1.
Penelitian dan pengumpulan data merupakan teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan melalui studi literatur, observasi, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui informasi terkait dengan kondisi nyata di lapangan dan produk yang akan dikembangkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
65
Perencanaan meliputi menentukan keterampilan yang akan dikembangkan melalui perangkat yang dihasilkan dan tujuan penelitian yang hendak dicapai dari perangkat yang dihasilkan. Selain itu, perencanaan juga meliputi perkiraan biaya, tenaga kerja, dan waktu untuk menyelesaikan penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan.
3.
Pengembangan bentuk awal produk, merupakan pengembangan bentuk lengkap dari perangkat yang dikembangkan sebelum dilakukan serangkaian pengujian dan perbaikan berdasarkan saran dari beberapa ahli. Apabila yang dikembangkan merupakan perangkat pembelajaran, maka pada langkah ini juga sudah dikembangkan bahan pembelajaran, buku pegangan, dan alat evaluasinya.
4.
Uji coba lapangan awal merupakan pengujian tahap awal yang dilakukan untuk mengumpulkan data terhadap hasil pengembangan produk. Hal ini dapat membantu peneliti melakukan analisis dan perbaikan berdasarkan komentar dan masukan tentang kelemahan dari produk yang dikembangkan.
5.
Revisi produk berdasarkan hasil uji coba lapangan merupakan proses perbaikan berdasarkan saran atau masukan berdasarkan hasil uji coba lapangan awal. Revisi tersebut menjadi bentuk produk yang siap diujikan lebih lanjut.
6.
Uji coba lapangan dilakukan dengan perluasan jumlah sekolah, antara 5-10 sekolah atau dengan jumlah siswa sebanyak 30-100 anak. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui peningkatan penggunaan perangkat yang dikembangkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7.
66
Revisi produk berdasarkan hasil uji coba lapangan menjadi bahan untuk melakukan revisi pada tahap ini. Revisi tersebut bersifat penyempurnaan yang selanjutnya diujicobakan kembali pada tahap selanjutnya.
8.
Uji pelaksanaan lapangan yang melibatkan lebih banyak sekolah antara 10-30 unit dengan jumlah siswa sebanyak 40-200 anak. Uji coba ini dilakukan dengan beberapa teknik pengumpulan data yaitu tes, kuesioner, dan wawancara. Selanjutnya, ketiga data tersebut dianalisis sebagai saran dalam penyempurnaan tahap akhir.
9.
Penyempurnaan produk akhir dilakukan berdasarkan saran dari hasil uji coba pada langkah ke delapan. Penyempurnaan produk ini selanjutnya dapat diproduksi secara massal yang menjadi prototipe produk akhir.
10. Diseminasi dan implementasi dilakukan dengan tujuan untuk membuat laporan hasil penelitian dari produk yang dikembangkan berdasarkan tahapan pengembangan. Selain itu, peneliti juga membuat artikel yang selanjutnya dapat dipublikasikan menjadi jurnal ilmiah. Peneliti juga dapat bekerjasama dengan penerbit untuk memproduksi dan memasarkan secara luas. Penelitian dan pengembangan yang dilakukan mengadopsi dan memodifikasi langkah penelitian dari Sugiyono (2014) serta Borg dan Gall (1983). Karena waktu yang relatif singkat, penelitian ini dibatasi sampai pada uji coba lapangan terbatas dan prototipe alat peraga yang telah divalidasi. Prosedur penelitian yang dimodifikasi hanya terdiri dari lima langkah, yaitu potensi masalah, perencanaan, pengembangan desain, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Penelitian tersebut dimulai dengan mengidentifikasi masalah dan menganalisis kebutuhan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
siswa dan guru pada tahap potensi masalah. Selanjutnya, pada tahap perencaan penelitian merancang beberapa instrumen berupa tes dan kuesioner yang digunakan pada saat penelitian. Peneliti kemudian mengembangkan dan membuat produk berdasarkan karakteristik 5 alat peraga pada tahap pengembangan desain. Selanjutnya, produk tersebut divalidasi oleh beberapa ahli pada tahap validasi produk sebelum digunakan pada tahap uji coba terbatas.
D. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dikembangkan mengadopsi model Sugiyono (2014) dan sepuluh langkah penelitian menurut Borg dan Gall (1983). Peneliti memodifikasi tahap penelitian menjadi lima langkah, yaitu potensi masalah perencanaan, pengembangan desain, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Tahap penelitian dan pengembangan terkait lima langkah tersebut tersaji dalam bagan berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
TAHAP PERTAMA Potensi Masalah Wawancara
Analisis Karakteristik Alat Peraga Montessori
Identifikasi Permasalahan
Analisis Kebutuhan
Pembuatan Kuesioner Analisis Kebutuhan Analisis Karakteristik Siswa
Observasi
Validasi Ahli Bahasa Penyebaran Kuesioner
Analisis Kebutuhan
Revisi
Uji Keterbacaan Siswa
Revisi
Validasi Ahli Matematika Validasi Guru SD Setara
TAHAP KEDUA Perencanaan Uji Validasi Ahli Matematika Tes
Revisi
Uji Keterbacaan Soal oleh Siswa
Revisi
Revisi
Uji Keterbacaan instrumen oleh Siswa
Revisi
Uji Empiris
Uji Validasi Guru SD Setara Instrumen Uji Validasi Ahli Bahasa Kuesioner
Instrumen siap digunakan
Uji Validasi Guru SD Setara
TAHAP KETIGA Pengembangan Desain Desain Alat Peraga
Pengumpulan Bahan Pembuatan Alat Peraga dan Album
Konsep Desain Album Alat Peraga
TAHAP KEEMPAT Validasi Produk Validasi oleh Ahli Pembelajaran Montessori Validasi Alat Peraga
Validasi oleh Ahli Pembelajaran Matematika
Analisis I
Validasi oleh Ahli Pembelajaran Matematika Montessori Validasi oleh Guru Kelas
TAHAP KELIMA Uji Coba Terbatas Pretest
Uji coba terbatas
Posttest
Analisis II
Revisi Produk
Bagan 3.2 Prosedur Pengembangan
Prototipe Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Penjumlahan dan Pengurangan Berbasis Metode Montessori
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
69
Potensi Masalah Tahap I peneliti memulai dengan mengidentifikasi permasalahan yang ada
pada pembelajaran matematika di kelas II melalui wawancara dan observasi. Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data, kedua instrumen tersebut divalidasi oleh beberapa ahli yaitu ahli pembelajaran matematika, ahli bahasa, dan guru SD setara. Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru kelas II, dan 5 orang siswa. Garis besar wawancara dapat dilihat tabel 3.5-3.7 halaman 80-81. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi terkait dengan kegiatan pembelajaran matematika di kelas II. Selanjutnya, hasil dari wawancara dan observasi dianalisis terkait dengan karakteristik siswa, penggunaan dan ketersediaan alat peraga, dan kesulitan belajar terkait dengan pembelajaran matematika. Analisis terkait dengan karakteristik siswa dan selanjutnya menjadi bahan pembuatan kuesioner kebutuhan. Selain itu, peneliti juga menambahkan karakteristik alat peraga Montessori dalam pembuatan kuesioner analisis kebutuhan. Selanjutnya, kuesioner tersebut divalidasi oleh ahli bahasa, matematika, dan guru SD setara. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan kuesioner sebelum digunakan. Hasil dari validasi ahli digunakan sebagai bahan perbaikan berdasarkan saran atau masukan yang telah diberikan. Setelah itu, peneliti melakukan uji keterbacaan kuesioner kepada siswa SD setara. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap kalimat pertanyaan pada kuesioner analisis kebutuhan. Peneliti selanjutnya melakukan revisi berdasarkan hasil uji keterbacaan. Selanjutnya, kuesioner analisis kebutuhan siap digunakan dan disebarkan di SD penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
70
Perencanaan Tahap II dalam prosedur penelitian dan pengembangan ini adalah
perencanaan. Peneliti membuat beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian seperti tes dan kuesioner validasi produk pada tahap ini. Instrumen tes sebelum digunakan perlu dilakukan uji validitas untuk mengetahui tingkat kevalidan isi dan konstruk dari masing-masing item soal. Uji validasi dilakukan oleh beberapa ahli seperti ahli pembelajaran matematika, guru SD penelitian dan SD setara. Hasil validasi tersebut digunakan sebagai bahan perbaikan instrumen tes. Selanjutnya, peneliti melakukan uji keterbacaan soal pretest dan posttest kepada 5 siswa SD setara. Hasil dari uji keterbacaan tersebut selanjutnya direvisi agar instrumen tes layak untuk digunakan. Setelah layak digunakan, instrumen tes diujikan secara empiris kepada siswa kelas II SD Kanisius Wirobrajan. Hasil dari uji empiris tersebut selanjutnya diolah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas item soal dengan menggunakan SPSS (Statistic Package for Social Studies). Peneliti selanjutnya memilah item soal yang valid atau tidak. Item soal yang valid selanjutnya dipilih sebanyak 15 soal untuk soal pretest dan posttest. Seperti pada instrumen tes, kuesioner kelayakan produk pun juga divalidasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Validasi dilakukan oleh ahli bahasa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian bahasa yang digunakan oleh peneliti dalam setiap kalimat pertanyaan. Selanjutnya, peneliti melakukan uji keterbacaan kepada 5 siswa SD setara. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap kalimat pertanyaan. Hasil dari uji keterbacaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
menjadi bahan bagi peneliti untuk memperbaiki kuesioner kelayakan produk sebelum digunakan. 3.
Pengembangan Desain Tahap III dalam penelitian ini adalah pengembangan desain. Peneliti
mengembangkan desain alat peraga berdasarkan hasil identifikasi masalah dan analisis kebutuhan kepada guru dan siswa. Desain alat peraga dikembangkan berdasarkan lima karakteritik yaitu auto-correction, auto-education, menarik, bergradasi, dan kontekstual. Selanjutnya, peneliti mengumpulkan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan alat peraga. Selain itu, alat peraga juga dilengkapi dengan album. Pembuatan album ini bertujuan sebagai pedoman penggunaan alat peraga. 4.
Validasi Produk Tahap keempat dalam penelitian ini adalah validasi produk. Alat peraga
penjumlahan dan pengurangan yang telah dibuat kemudian divalidasi oleh beberapa ahli. Validasi ini dilakukan untuk menilai kelayakan produk sebelum diujicobakan secara terbatas di lapangan. Validasi produk ini dilakukan oleh beberapa ahli di antaranya ahli pembelajaran matematika, Montessori, dan guru SD penelitian. Selain alat peraga, beberapa ahli tersebut juga menilai album alat peraga yang telah dibuat. Selanjutnya peneliti menganalisis kelebihan dan kekurangan dari alat peraga penjumlahan dan pengurangan berdasarkan penilaian dan saran yang diberikan oleh beberapa ahli.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5.
72
Uji Coba Lapangan Terbatas Tahap kelima adalah uji coba lapangan terbatas. Uji coba lapangan terbatas
dilaksanakan kepada 5 siswa SD penelitian. Produk selanjutnya diujicobakan secara terbatas kepada sekelompok siswa yang telah diberi pretest. Selanjutnya, produk divalidasi oleh siswa sesudah siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan alat peraga tersebut dan mengerjakan posttest untuk mengetahui kualitas alat peraga. Hasil validasi oleh siswa maupun ahli selanjutnya menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti sebelum diproduksi secara massal. Akan tetapi, penelitian ini hanya dibatasi sampai pada prototipe alat peraga matematika berupa papan penjumlahan dan pengurangan Montessori.
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam dan sosial yang diamati (Sugiyono, 2014:148). Beberapa instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan tes. Dalam subbab ini akan dijelaskan mengenai beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian. 1.
Kuesioner Instrumen kuesioner digunakan dalam beberapa hal yaitu analisis kebutuhan,
validasi produk oleh para ahli, dan validasi produk melalui uji lapangan terbatas. a.
Kuesioner Analisis Kebutuhan Bentuk kuesioner yang digunakan adalah kuesioner terbuka. Kuesioner
terbuka pada analisis kebutuhan dapat dijawab secara bebas oleh responden.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
Responden pada kuesioner analisis kebutuhan ini adalah semua siswa kelas II dan guru kelas bawah di SD BOPKRI Gondolayu. Hasil kuesioner tersebut digunakan sebagai pertimbangan dalam merancang produk pengembangan alat peraga matematika. Selain itu, kuesioner tersebut juga dirancang berdasarkan 5 karakteristik alat peraga yang dikembangkan. Berikut merupakan kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa dan guru yang disajikan dalam tabel 3.1. Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa dan Guru Kelas II Indikator Auto-education Kontekstual Menarik Bergradasi
Deskriptor
1. Penggunaan alat peraga matematika 2. Belajar secara mandiri 1. Memanfaatkan benda dari lingkungan
1. 1. 2.
Auto-correction
1. 2.
sekitar. Memiliki warna Dapat digunakan untuk lebih dari satu kompetensi Berat alat peraga Membantu menemukan kesalahan sendiri Membantu menemukan jawaban yang benar
Nomor Item 1 dan 2 7 dan 8 3 dan 4 5 dan 6 9 dan 10
Kisi-kisi tersebut selanjutnya dikembangkan menjadi kuesioner analisis kebutuhan untuk guru dan siswa. Contoh kuesioner analisis kebutuhan untuk guru dapat dilihat pada lampiran halaman [12], sedangkan contoh kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa dapat dilihat pada lampiran halaman [26]. Lima indikator tersebut selanjutnya dikembangkan menjadi 10 pertanyaan. Pertanyaan tersebut selanjutnya disusun menjadi kuesioner analisis kebutuhan. Instrumen kuesioner analisis kebutuhan untuk guru dan siswa tersebut telah divalidasi oleh beberapa ahli yaitu ahli bahasa, pembelajaran matematika, dan guru SD setara. Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas konstruk. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2014:176) yang menyatakan bahwa instrumen nontes yang digunakan untuk mengukur sikap perlu diuji melalui validitas konstruk (construct validity). Validitas konstruk berkaitan dengan suatu instrumen dapat mengukur konsep dari suatu teori yang menjadi dasar penyusunan instrumen (Widoyoko, 2014:175). Dalam proses validasi, beberapa ahli tersebut memberikan penilaian dengan menggunakan skala Likert 1-4, yaitu 1 (sangat tidak baik), 2 (tidak baik), 3 (baik), dan 4 (sangat tidak baik). Dari hasil penilaian tersebut akan diperoleh rerata hasil yang menunjukkan valid atau tidaknya instrumen. Berikut merupakan tabel kategorisasi skor rerata hasil berdasarkan hasil validasi ahli. Tabel 3.2 Kategorisasi Skor Rerata Hasil berdasarkan Hasil Validasi Ahli Skor Bobot 4 Keseluruhan instrumen sudah digunakan. 3 Keseluruhan instrumen sudah digunakan namun perlu perbaikan. 2 Keseluruhan instrumen kurang digunakan. 1 Keseluruhan instrumen tidak digunakan.
layak
Interval Skor 3,25 < X ≤ 4,00
Kategori Sangat Baik
layak
2,50 < X ≤ 3,25
Baik
layak
1,75 < X ≤ 2,50
Kurang
layak
1,00 ≤ X ≤ 1,75
Sangat Kurang
Berdasarkan tabel tersebut, instrumen dikatakan valid jika memperoleh rerata skor lebih besar dari 2,50 atau pada rentang skor 3 (kategori baik) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan. Sebaliknya, apabila rerata skor yang diperoleh lebih kecil dari 2,50, maka instrumen tersebut dapat dikatakan tidak valid.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Hasil validasi instrumen kuesioner analisis kebutuhan untuk guru mendapatkan rerata hasil sebesar 3,62 (lihat tabel 4.21 halaman 124). Jika dibandingkan dengan tabel 3.2 halaman 74, rerata skor yang diperoleh menunjukkan bahwa instrumen tersebut valid karena rerata skor yang diperoleh lebih besar dari 2,50. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kuesioner analisis kebutuhan untuk guru layak digunakan dengan kategori “sangat baik”. Sebaliknya, hasil validasi instrumen kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa juga mendapatkan rerata hasil sebesar 3,4 (lihat tabel 4.22 halaman 125). Hasil tersebut menunjukkan bahwa kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa layak digunakan dengan kategori “sangat baik”. Oleh karena itu, kedua instrumen dinyakatakan valid dan layak digunakan tanpa perbaikan. Setelah diuji dengan menggunakan validitas konstruk, peneliti melakukan uji keterbacaan untuk kuesioner analisis kebutuhan siswa. Uji keterbacaan instrumen dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman bahasa terhadap instrumen yang digunakan (Haladyna, dkk, 2002:326). Uji ini dapat dilakukan kepada beberapa responden. Responden diharapkan dapat mengkritisi pemahaman terhadap pernyataan
yang
telah
dibuat
dan
memberikan
rekomendasi
untuk
mengembangkan instrumen (Gall, dkk, 2007:236-237). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, peneliti melakukan uji keterbacaan kepada sekelompok siswa kelas II SD Kanisius Wirobrajan. Instrumen yang digunakan untuk uji keterbacaan dapat dilihat pada lampiran halaman [39]. Hasil uji keterbacaan tersebut memperoleh rerata hasil sebesar 3,66 (tabel 4.23 halaman 126). Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 99, rerata hasil tersebut termasuk dalam kategori
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
sangat baik sehingga instrumen kuesioner analisis kebutuhan siswa layak digunakan tanpa perbaikan. b. Kuesioner Validasi Produk untuk Pakar/ Ahli Penyusunan kuesioner validasi produk didasarkan pada 5 indikator karasteristik alat peraga yang digunakan dalam pengembangan produk. Karakteristik tersebut antara lain menarik, bergradasi, auto-correction, autoeducation, dan kontekstual. Kuesioner ini diisi oleh ahli pembelajaran Montessori, ahli matematika Montessori, dan guru kelas II sesudah peneliti melakukan presentasi alat peraga yang dikembangkan. Berikut merupakan kisi-kisi kuesioner validasi produk yang disajikan dalam tabel 3.3. Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pertanyaan Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli Indikator Autoeducation Autocorrection Menarik Bergradasi
Kontekstual
Deskriptor 1. 2. 1. 2. 1. 2. 1.
Membantu siswa memahami konsep matematika. Siswa belajar secara mandiri Membantu siswa menemukan kesalahan sendiri. Membantu siswa menemukan jawaban yang benar. Memiliki warna yang menarik bagi siswa. Bentuk alat menarik bagi siswa untuk belajar. Dapat digunakan untuk berbagai kompetensi dasar yang berbeda. 2. Memiliki berat yang sesuai dengan siswa. 1. Memanfaatkan benda dari lingkungan sekitar. 2. Dapat diproduksi oleh masyarakat sekitar.
Nomor Item 1,2 7,8 3,4 5,6
9,10
Kisi-kisi tersebut selanjutnya dikembangkan menjadi kuesioner validasi produk yang digunakan oleh ahli. Lima indikator tersebut dikembangkan menjadi 10 pertanyaan. Pertanyaan tersebut digunakan sebagai pengendali kesesuaian pengembangan berdasarkan 5 karakteristik alat peraga. Contoh kuesioner validasi produk oleh ahli dapat dilihat pada lampiran halaman [115].
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
Sebelum digunakan, instrumen kuesioner validasi produk untuk pakar/ ahli telah divalidasi oleh beberapa ahli yaitu ahli bahasa dan guru SD setara. Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Seperti pada instrumen kuesioner analisis kebutuhan, kuesioner validasi produk untuk pakar/ ahli juga diuji validitas konstruknya. Dalam proses validasi, beberapa ahli tersebut memberikan penilaian dengan menggunakan skala Likert 1-4, yaitu 1 (sangat tidak baik), 2 (tidak baik), 3 (baik), dan 4 (sangat tidak baik). Dari hasil penilaian tersebut akan diperoleh rerata hasil yang menunjukkan valid atau tidaknya instrumen. Instrumen dikatakan valid jika memperoleh rerata skor lebih besar dari 2,50 atau pada rentang skor 3 (kategori baik) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan. Sebaliknya, apabila rerata skor yang diperoleh lebih besar dari 2,50, maka instrumen tersebut dapat dikatakan tidak valid. Kategorisasi tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2 halaman 74. Hasil validasi instrumen kuesioner validasi produk untuk ahli/ pakar mendapatkan rerata hasil sebesar 3,83 (lihat tabel 4.43 halaman 158). Jika dibandingkan dengan tabel 3.2 halaman 74, rerata skor yang diperoleh menunjukkan bahwa instrumen tersebut valid karena rerata skor yang diperoleh lebih besar dari 2,50. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kuesioner validasi produk untuk ahli/ pakar layak digunakan dengan kategori “sangat baik”. Oleh karena itu, instrumen layak digunakan tanpa perbaikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
78
Kuesioner Validasi Produk melalui Uji Coba Terbatas Kuesioner validasi produk melalui uji coba terbatas disusun berdasarkan 5
karakteristik alat peraga seperti menarik, bergradasi, auto-correction, autoeducation, dan kontekstual. Kuesioner ini diisi oleh siswa kelas II, setelah peneliti melakukan uji coba lapangan terbatas. Berikut merupakan kisi-kisi kuesioner validasi produk yang disajikan dalam tabel 3.4. Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pertanyaan Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa Indikator Autoeducation Autocorrection Menarik Bergradasi 1.
Kontekstual
Deskriptor 1. 2. 1. 2. 1. 2.
Membantu siswa memahami konsep matematika. Siswa belajar secara mandiri Membantu siswa menemukan kesalahan sendiri. Membantu siswa menemukan jawaban yang benar. Memiliki warna yang menarik bagi siswa. Bentuk alat menarik bagi siswa untuk belajar. Dapat digunakan untuk berbagai kompetensi dasar yang berbeda. 2. Memiliki berat yang sesuai dengan siswa. 1. Memanfaatkan benda dari lingkungan sekitar. 2. Dapat diproduksi oleh masyarakat sekitar.
Nomor Item 1,2 7,8 3,4 5,6
9,10
Kisi-kisi tersebut selanjutnya dikembangkan menjadi kuesioner validasi produk yang digunakan oleh siswa. Lima indikator tersebut dikembangkan menjadi 10 pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan digunakan sebagai pengendali kesesuaian pengembangan berdasarkan 5 karakteristik alat peraga. Instrumen kuesioner validasi produk melalui uji coba terbatas untuk siswa telah divalidasi oleh beberapa ahli yaitu ahli bahasa dan guru SD setara. Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Seperti pada pengujian validitas instrumen kuesioner sebelumnya, kuesioner validasi produk untuk siswa juga diuji validitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
konstruknya. Hasil validasi instrumen kuesioner validasi produk untuk siswa mendapatkan rerata hasil sebesar 3,9 (lihat tabel 4.44 halaman 158). Selain itu, jika dibandingkan dengan tabel 3.2 halaman 74, rerata skor yang diperoleh menunjukkan bahwa instrumen tersebut valid karena rerata skor yang diperoleh lebih besar dari 2,50. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kuesioner validasi produk untuk siswa layak digunakan dengan kategori “sangat baik” (lihat kategorisasi pada tabel 3.2 halaman 74). Oleh karena itu, instrumen tersebut layak digunakan tanpa perbaikan. Setelah diuji dengan menggunakan validitas konstruk, peneliti melakukan uji keterbacaan kuesioner validasi produk untuk siswa. Uji keterbacaan instrumen dilakukan kepada sekelompok siswa kelas II SD Kanisius Wirobrajan. Instrumen yang digunakan untuk uji keterbacaan dapat dilihat pada lampiran halaman131. Rerata hasil yang didapatkan dari uji keterbacaan mencapai 3,4 (lihat tabel 4.45 halaman 159). Rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik sehingga instrumen tersebut layak digunakan tanpa perbaikan. 2.
Pedoman Wawancara Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk menganalisis
kebutuhan alat peraga matematika dari beberapa narasumber, antara lain 5 siswa kelas II, guru kelas II, dan kepala sekolah SD BOPKRI Gondolayu. Adapun kisikisi wawancara untuk beberapa narasumber tersebut dapat terlihat pada tabel berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a.
80
Wawancara Kepala Sekolah Kegiatan pengumpulan data melalui wawancara salah satunya dilakukan
kepada Kepala SD BOPKRI Gondolayu. Hal tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data terkait dengan ketersediaan dan penggunaan alat peraga di sekolah. Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur sehingga peneliti hanya menggunakan garis besar pedoman pada saat mengumpulkan data (Sugiyono, 2014:197). Berikut merupakan garis besar wawancara dengan kepala sekolah. Tabel 3.5 Garis Besar Wawancara dengan Kepala Sekolah No 1. 2.
3. 4.
Topik Pertanyaan Informasi berkaitan dengan sekolah Ketersediaan alat peraga di sekolah antara lain: a. Alat peraga matematika yang sudah ada di sekolah b. Pengadaan alat peraga matematika di sekolah c. Perawatan alat peraga matematika di sekolah Penggunaan alat peraga matematika dalam pembelajaran Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan alat peraga.
b. Wawancara Guru Kelas II Kegiatan pengumpulan data melalui wawancara selanjutnya dilakukan dengan guru kelas II. Hal tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data terkait dengan ketersediaan dan penggunaan alat peraga di sekolah serta kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur. Berikut merupakan garis besar wawancara dengan guru kelas II.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Tabel 3.6 Garis Besar Wawancara dengan Guru Kelas II No 1.
2. 3. 4. 5.
c.
Topik Pertanyaan Ketersediaan alat peraga di kelas antara lain: a. Alat peraga matematika yang dimiliki oleh kelas b. Pengadaan alat peraga matematika oleh guru Penggunaan alat peraga matematika dalam pembelajaran Kesulitan yang dialami guru dalam menyampaikan materi pembelajaran matematika Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran matematika Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan di atas
Wawancara Siswa Kelas II Kegiatan pengumpulan data melalui wawancara selanjutnya dilakukan
dengan 5 siswa kelas II. Hal tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data terkait dengan penggunaan alat peraga serta kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur. Berikut merupakan garis besar wawancara dengan siswa kelas II. Tabel 3.7 Garis Besar Wawancara dengan Siswa Kelas II No 1. 2. 3.
Topik Pertanyaan Tanggapan terhadap pembelajaran matematika yang selama ini terjadi. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran matematika
Ketiga pedoman wawancara tersebut telah divalidasi oleh beberapa ahli yaitu ahli bahasa, pembelajaran matematika, dan guru SD setara. Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas konstruk. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2014: 176) yang menyatakan bahwa instrumen nontes yang digunakan untuk mengukur sikap perlu diuji melalui validitas konstruk (construct validity). Validitas konstruk berkaitan dengan suatu instrumen dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
mengukur konsep dari suatu teori yang menjadi dasar penyusunan instrumen (Widoyoko, 2014:175). Oleh karena itu, pedoman wawancara tersebut diuji dengan menggunakan validitas konstruk. Dari hasil validasi konstruk tersebut akan diperoleh rerata skor. Rerata skor tersebut kemudian dikonversikan ke dalam skala empat dengan acuan dari Widoyoko (2014:144) yang tersaji pada tabel 3.11 halaman 99. Selanjutnya dari rerata tersebut juga dapat menunjukkan valid atau tidaknya instrumen kuesioner yang akan digunakan. Kategorisasi rerata skor instrumen tersebut dapat terlihat pada tabel 3.2 halaman 74. Instrumen dikatakan valid jika memperoleh rerata skor lebih besar dari 2,50 atau pada rentang skor 3 (kategori baik) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan. Sebaliknya, apabila rerata skor yang diperoleh kecil dari 2,50, maka instrumen tersebut dapat dikatakan tidak valid. Berdasarkan pengujian validasi konstruk yang telah dilakukan didapatkan rerata hasil sebesar 3,29 (lihat tabel 4.1 halaman 104) yang termasuk dalam kategori sangat baik. Sama seperti dengan validasi yang telah dilakukan pada kuesioner, rerata hasil tersebut menunjukkan valid atau tidaknya instrumen. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 99, rerata skor yang diperoleh menunjukkan bahwa instrumen tersebut valid karena rerata skor yang diperoleh lebih besar dari 2,50. Oleh karena itu, instrumen pedoman wawancara dapat digunakan tanpa perbaikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
83
Pedoman Observasi Observasi dilakukan pada pembelajaran matematika kelas II dan ketersediaan
alat peraga di SD BOPKRI Gondolayu. Ketika observasi pembelajaran matematika di kelas II, peneliti mengamati penggunaan atau pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran, ketersediaan alat peraga di kelas II, dan cara mengajar guru. Peneliti membuat catatan pada setiap rentangan waktu tertentu dengan menuliskan setiap peristiwa yang terjadi untuk melakukan pengamatan secara detail. Adapun beberapa aspek yang diamati dapat dilihat pada tabel 3.8. Tabel 3.8 Kisi-Kisi Observasi Pembelajaran Matematika Kelas II No. Item 1.
2.
3. 4, 5
Kisi-Kisi Observasi
Objek yang Diamati
Ketersediaan alat peraga matematika Adanya alat peraga yang didisplay di kelas untuk pembelajaran matematika di kelas. Penggunaan alat peraga dalam Guru menggunakan alat peraga selama pembelajaran matematika di kelas pembelajaran matematika di kelas untuk menjelaskan materi pembelajaran. Cara penggunaan alat peraga Guru menjelaskan cara penggunaan alat matematika di kelas peraga matematika kepada siswa. Kesulitan belajar yang dialami siswa Siswa mengalami kesulitan mengikuti dalam pembelajaran matematika proses pembelajaran matematika di kelas. Siswa mengalami kesulitan mengerjakan soal matematika yang diberikan guru.
Pedoman observasi tersebut telah divalidasi oleh beberapa ahli yaitu ahli bahasa, pembelajaran matematika, dan guru SD setara. Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas konstruk. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2014:176) yang menyatakan bahwa instrumen nontes
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
yang digunakan untuk mengukur sikap perlu diuji melalui validitas konstruk (construct validity). Validitas konstruk berkaitan dengan suatu instrumen dapat mengukur konsep dari suatu teori yang menjadi dasar penyusunan instrumen (Widoyoko, 2014:175). Oleh karena itu, pedoman wawancara tersebut diuji dengan menggunakan validitas konstruk. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan didapatkan rerata hasil 3,29 (lihat tabel 4.6 halaman 109) yang termasuk dalam kategori sangat baik. Sama seperti dengan validasi yang telah dilakukan pada kuesioner dan wawancara, rerata hasil tersebut menunjukkan valid atau tidaknya instrumen. Jika dibandingkan dengan tabel 3.2 halaman 74, rerata skor yang diperoleh menunjukkan bahwa instrumen tersebut valid karena rerata skor yang diperoleh lebih besar dari 2,50. Oleh karena itu, instrumen pedoman observasi dapat digunakan tanpa perbaikan. 4.
Tes Tes disusun dan dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar (KD)
“Mengenal kesamaan dua ekspresi menggunakan benda konkret, simbol atau penjumlahan/ pengurangan bilangan hingga satu angka” dan “Memecahkan masalah nyata secara efektif yang berkaitan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, waktu, berat, panjang, berat benda dan uang, selanjutnya memeriksa kebenaran jawaban” untuk kelas II semester ganjil. Berdasarkan Kompetensi Dasar tersebut, peneliti menjabarkan menjadi tujuh indikator yang selanjutnya dikembangkan menjadi kisi-kisi soal. Penyusunan soal tes didasarkan pada kisi-kisi yang telah dibuat peneliti. Tes yang dilakukan meliputi pretest dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
posttest . Tes tersebut digunakan untuk mengetahui kualitas alat peraga sebagai produk yang telah dikembangkan. Berikut merupakan kisi-kisi soal yang disajikan dalam tabel 3.9. Tabel 3.9 Kisi-Kisi Soal Tes Uji Empiris Kompetensi Dasar 3.3
Mengenal kesamaan dua ekspresi menggunakan benda konkret, simbol atau penjumlahan/ pengurangan bilangan hingga satu angka. 4.5 Memecahkan masalah nyata secara efektif yang berkaitan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, waktu, berat, panjang, berat benda dan uang, selanjutnya memeriksa kebenaran jawaban.
Materi Pokok Persamaan matematika
Penjumlahan
Pengurangan
Nomor Item 1. Menentukan suku yang belum 21, 22, diketahui dari kalimat 23, 24 metematika yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan. Indikator
2. Melakukan penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan. 3. Melakukan penjumlahan dua angka dengan teknik menyimpan. 4. Menyelesaikan masalah berkaitan dengan operasi hitung penjumlahan. 5. Melakukan pengurangan dua angka tanpa teknik meminjam. 6. Melakukan pengurangan dua angka dengan teknik meminjam. 7. Menyelesaikan masalah berkaitan dengan operasi hitung pengurangan.
1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10 25, 26, 27
11, 12, 13, 14, 15 16, 17, 18, 19, 20 28, 29, 30
Tujuh indikator tersebut selanjutnya dikembangkan oleh peneliti menjadi 30 soal penjumlahan dan pengurangan yang digunakan untuk uji empiris. Masingmasing pemetaan indikator dapat dilihat pada tabel 3.9. Instrumen tes yang telah dibuat selanjutnya divalidasi oleh beberapa pakar seperti ahli pembelajaran matematika dan guru kelas II. Validitas merupakan derajad sejauh mana suatu tes
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
mengukur apa yang ingin diukur (Borg dan Gall dalam Purwanto, 2009:114). Validitas dilakukan untuk menguji ketepatan dan kecermatan instrumen penelitian yang akan digunakan untuk pengukuran (Azwar, 2012:5). Instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut benar-benar mengukur aspek atau hal yang diukur (Sukmadinata, 2007:228). Uji validitas pada instrumen tes sebelum digunakan meliputi validitas isi dan konstruk. Validitas isi (content validity) berkaitan dengan kesesuaian antara isi instumen dengan kajian materi, sedangkan validitas konstruk (construct validity) berkaitan dengan kesesuaian aspek yang diukur berdasarkan kajian teori tertentu (Sugiyono, 2014:176-182). Sebelum digunakan, instrumen tes divalidasi oleh beberapa ahli seperti ahli pembelajaran matematika dan guru. Hasil rerata skor yang diperoleh dari validasi tersebut sebesar 3,8 (lihat tabel 4.34 halaman 147) yang termasuk dalam kategori sangat baik (lihat tabel 3.2 halaman 74). Selanjutnya dari rerata tersebut juga dapat menunjukkan valid atau tidaknya instrumen tes yang akan digunakan. Instrumen dikatakan valid jika memperoleh rerata skor lebih besar dari 2,50 atau pada rentang skor 3 (kategori baik) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan. Sebaliknya, apabila rerata skor yang diperoleh lebih kecil dari 2,50, maka instrumen tersebut dapat dikatakan tidak valid. Selanjutnya, instrumen tes diujikan secara empiris kepada siswa kelas II di SD setara. Dari uji empiris tersebut akan mendapatkan beberapa data. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS 16 for Windows dengan teknik korelasi product moment dari Carl Pearson. Hasil dari pengolahan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
tersebut menunjukkan valid atau tidaknya suatu item. Hal tersebut terlihat dengan cara membandingkan r hitung dengan r tabel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka item soal tersebut dinyatakan valid, sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka item soal tersebut dinyatakan tidak valid. Selain itu, valid atau tidaknya instrumen dapat dilihat dari harga sig. (2-tailed). Jika harga sig. (2-tailed) lebih kecil dari 0,05, maka item soal dikatakan valid (Widoyoko, 2009:137). Setelah diuji validitasnya, selanjutnya hasil tersebut diolah untuk mengetahui reliabilitas dari item soal. Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia berasal dari kata reliability atau reliable yang artinya dapat dipercaya. Instrumen tes dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap atau ajek (konsisten) (Widoyoko, 2014:188). Hal ini sependapat dengan Suprananto (2012:82) yang menjelaskan bahwa reliabilitas merujuk pada konsistensi dari suatu pengukuran yang berarti bagaimana skor tes konsisten dari pengukuran yang satu ke lainnya. Menurut Lin dan Kaplan (dalam Widoyoko, 2014:201), instrumen tes dikatakan reliabel jika mempunyai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7. Berdasarkan hasil pengolahan tersebut, peneliti dapat mengetahui item soal yang valid atau tidak. Item soal yang valid dipilih sebanyak 15 soal yang akan digunakan menjadi soal pretest dan posttest. Pemilihan soal tersebut juga melihat pemetaan kisi-kisi soal yang disajikan pada tabel 3.9. Berikut merupakan kisi-kisi soal pretest dan posttest yang digunakan dalam penelitian yang disajikan pada tabel 3.10.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
Tabel 3.10 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Kompetensi Dasar 3.3
Mengenal kesamaan dua ekspresi menggunakan benda konkret, simbol atau penjumlahan/ pengurangan bilangan hingga satu angka. 4.5 Memecahkan masalah nyata secara efektif yang berkaitan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, waktu, berat, panjang, berat benda dan uang, selanjutnya memeriksa kebenaran jawaban.
Instrumen
Materi Pokok
Indikator
Persamaan matematika
Penjumlahan
Pengurangan
posttest
dan
1. Menentukan suku yang belum diketahui dari kalimat metematika yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan.
2. Melakukan penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan. 3. Melakukan penjumlahan dua angka dengan teknik menyimpan. 4. Menyelesaikan masalah berkaitan dengan operasi hitung penjumlahan. 5. Melakukan pengurangan dua angka tanpa teknik meminjam. 6. Melakukan pengurangan dua angka dengan teknik meminjam. 7. Menyelesaikan masalah berkaitan dengan operasi hitung pengurangan.
prestest
tersebut
digunakan untuk
Nomor Item 12
1, 2
3, 4, 5, 6
13
7, 8 9, 10, 11
14, 15
melihat
perkembangan/ peningkatan hasil belajar setelah menggunakan alat peraga yang dikembangkan.
F. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan salah satu hal yang penting dalam penelitian. Dalam hal ini, Sugiyono (2014:193) menggolongkan teknik pengumpulan data berdasarkan sumbernya menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Sumber primer
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
adalah sumber data yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data (tanpa perantara), sedangkan sumber sekunder adalah sumber data yang seara tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (lewat perantara). Dari beberapa teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dapat memperoleh berbagai jenis data penelitian. Berikut akan dipaparkan berbagai jenis data yang diperoleh dari penelitian ini. 1.
Jenis Data Penggunaan jenis penelitian research and development akan menghasilkan
jenis data kuantitatif dan kualitatif pada saat proses pengumpulan data. Data kuantitatif merupakan jenis data yang terdiri dari angka-angka, sedangkan data kualitatif merupakan jenis data yang terdiri dari teks-teks dan gambar-gambar (Creswell, 2012:310). Data kuantitatif dari penelitian ini diperoleh dari semua teknik pengumpulan data yang digunakan seperti kuesioner, observasi, wawancara, dan tes. Adapun data kuantitatif tersebut terdapat dari beberapa hasil seperti hasil validasi kuesioner, observasi, dan wawancara oleh beberapa ahli, hasil kuesioner analisis kebutuhan siswa dan guru, hasil validasi produk alat peraga oleh ahli dan siswa, hasil uji empiris kepada siswa kelas II SD setara, dan hasil pretest dan posttest oleh sekelompok siswa. Selain itu, data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh dari teknik pengumpulan data seperti kuesioner, observasi, dan wawancara. Adapun secara spesifik data tersebut diperoleh dari beberapa hasil seperti hasil validasi kuesioner, observasi, dan wawancara, hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa, hasil validasi produk alat peraga oleh ahli, hasil observasi, dan hasil wawancara. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
beberapa teknik tersebut dalam mengumpulkan data. Berikut merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam beberapa hal terkait dengan beberapa prosedur pengembangan yang telah dipaparkan di atas. 2.
Kuesioner Kuesioner adalah bentuk instrumen penelitian yang berisi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis yang diberikan kepada responden untuk diisi sesuai dengan kondisi atau keadaaanya (Widoyoko, 2014:155). Senada dengan pendapat Widoyoko, Sugiyono (2014:199) berpendapat bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang diedarkan kepada responden untuk dijawab. Dalam menyusun kuesioner, peneliti mempertimbangkan beberapa prinsip penulisan seperti isi dan tujuan yang disusun dengan jelas, bahasa, tipe dan bentuk pertanyaan, pertanyaan tidak bersidat ambigu, tidak menanyakan yang sudah lupa, pertanyaan tidak menggiring, pertanyaan yang disusun terlalu panjang, urutan pertanyaan dari hal umum ke khusus, prinsip pengukuran data yang valid dan reliabel, dan penampilan fisik angket (Sugiyono, 2014: 199-203). Oleh karena itu, beberapa prinsip tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan peneliti dalam pembuatan kuesioner. Peneliti menggunakan kuesioner untuk memperoleh data terkait analisis kebutuhan, uji validitas produk untuk pakar dan guru, dan uji coba lapangan terbatas untuk siswa. Berikut merupakan pembahasan dari ketiga macam kuesioner yang digunakan oleh peneliti.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a.
91
Kuesioner Analisis Kebutuhan Kuesioner analisis kebutuhan ini digunakan untuk melihat kebutuhan alat
peraga yang diperlukan oleh siswa dan guru. Kuesioner tersebut berupa kuesioner terbuka. Kuesioner terbuka yang disusun dipakai untuk mendapatkan informasi berupa pendapat, tanggapan, perasaan, sikap,atau kesan dari guru maupun siswa tentang kondisi maupun keadaan sebenarnya. Dalam hal ini, siswa dan guru diberikan kebebasan untuk menuliskan pendapatnya secara luas tanpa pilihan jawaban yang sudah tersedia (Supratiknya, 2012:40-41). Kuesioner ini selanjutnya diberikan kepada 6 orang guru dan seluruh siswa kelas II SD BOPKRI Gondolayu. b. Kuesioner Uji Validitas Produk Untuk Ahli Dan Guru Kuesioner uji validitas produk untuk pakar dan guru berbentuk kuesioner terbuka. Kuesioner tersebut disusun dengan rating scale yang diambil dari skala Likert. Skala Likert yang digunakan adalah skala 1-4 dengan kategori 1 (sangat tidak baik), 2 (tidak baik), 3 (baik), dan 4 (sangat tidak baik). Kuesioner tersebut terdiri dari 10 pertanyaan yang dikembangkan dari 5 karakteristik alat peraga. Beberapa karakteristik tersebut adalah auto-education, auto-correction, menarik, bergradasi, dan kontekstual. Selain itu, kuesioner ini digunakan untuk menilai pengembangan produk alat peraga yang telah dilakukan dan melihat kesesuaian alat peraga dengan konsep penjumlahan dan pengurangan serta filosofi Montessori.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
92
Kuesioner Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan Terbatas untuk Siswa Kuesioner uji coba lapangan terbatas untuk siswa berbentuk kuesioner
terbuka. Kuesioner tersebut disusun dengan rating scale yang diambil dari skala Likert. Skala Likert yang digunakan adalah skala 1-4 dengan kategori 1 (sangat tidak baik), 2 (tidak baik), 3 (baik), dan 4 (sangat tidak baik). Kuesioner tersebut terdiri dari 10 pertanyaan yang dikembangkan dari 5 karakteristik alat peraga. Beberapa karakteristik tersebut adalah auto-education, auto-correction, menarik, bergradasi, dan kontekstual. Selain itu, kuesioner ini digunakan untuk menilai pengembangan produk alat peraga setelah siswa mendapatkan pendampingan selama proses uji coba lapangan terbatas. 3.
Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam berbagai penelitian seperti kuantitatif dan kualitatif (Sukmadinata, 2007:216). Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur merupakan teknik wawancara bebas yang dapat digunakan oleh peneliti tanpa menggunakan pedoman wawancara secara sistematis dan lengkap (Sugiyono, 2010:197). Hal ini digunakan agar dapat memberikan kesempatan kepada siswa maupun guru secara luas untuk memberikan jawaban berupa pendapat, sikap, atau perasaannya (Supratiknya, 2012:53). Wawancara dalam pengumpulan data ini dilakukan kepada kepala sekolah SD BOPKRI Gondolayu, guru kelas II, dan sejumlah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
murid untuk memberikan informasi terkait dengan keberadaan alat perada di Sekolah Dasar tersebut. Selain itu, wawancara yang dilakukan oleh peneliti menggunakan jenis wawancara tidak terstruktur. Menurut Sugiyono (2014:197) menyatakan wawancara tidak terstruktur tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis namun mempersiapkan gasir besar permasalahan yang ditanyakan. Informasi tentang garis besar wawancara dapat dilihat pada tabel 3.53.7 halaman 80 dan 81. Garis besar ini digunakan untuk mengumpulkan data analisis kebutuhan alat peraga dan permasalahan yang dialami siswa dan guru. Garis besar permasalahan ini dikembangkan oleh peneliti menggunakan pertanyaan yang relevan dan membuka kesempatan adanya jawaban terbuka dari narasumber. 4.
Observasi Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
pengamatan terkait dengan suatu kegiatan yang sedang berlangsung. Pengamatan tersebut dapat berkaitan dengan cara guru mengajar, kegiatan belajar siswa, dan sebagainya (Sukmadinata, 2007:220). Selain itu, observasi dapat dilakukan untuk mengamati perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan responden yang kecil (Sugiyono, 2014:203). Oleh karena itu, teknik observasi ini merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengamati dan mengidentifikasi masalah di lapangan. Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian adalah observasi nonpartisipatif. Observasi non-partisipatif merupakan jenis observasi yang tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
mengikutsertakan peneliti dalam kegiatan dan hanya berperan mengamati (Sukmadinata, 2007:220). Selain itu, peneliti pada jenispenelitian ini perlu memiliki tujuan dari kegiatan pengamatan yang dilakukan. Tujuan tersebut selanjutnya dapat dijabarkan sebagai pedoman observasi. Penelitian ini menggunakan teknik observasi untuk mengamati pembelajaran matematika beserta aktivitas pembelajarannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan siswa dan guru terkait dengan alat peraga pembelajaran matematika yang digunakan. 5.
Tes Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar dan pencapaian atau
yang disebut prestasi (Arikunto, 2006:223). Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian terbatas. Tes uraian terbatas merupakan bentuk tes uraian yang memberi batasan-batasan atau rambu-rambu tertentu kepada siswa dalam menjawab soal tes (Widoyoko, 2009:80). Hal ini berarti siswa hanya menjawab sesuai dengan batasan-batasan soal yang ada. Penggunaan jenis tes ini dilakukan untuk mengukur hasil belajar siswa secara kompleks dan siswa tidak banyak kesempatan untuk berspekulasi atau beruntungan-untungan (Widoyoko, 2009:84-85). Soal tes disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dengan indikator sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tes dilakukan sebanyak dua kali meliputi pretest dan posttest. Pretest dilakukan sebelum pendampingan yang dilakukan di awal penelitian. Posttest dilakukan dilakukan di akhir penelitian setelah siswa selesai mengikuti serangkaian pendampingan belajar menggunakan alat peraga untuk materi penjumlahan dn pengurangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
Posttest bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah selesai mengikuti serangkaian pendampingan belajar menggunakan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan yang dikembangkan oleh peneliti sebagai produk dalam penelitian ini. Selain itu, tes uraian dikembangkan berdasarkan sembilan langkah pengembangan menurut Mardapi. Adapun kesembilan langkah tersebut adalah menyusun spesifikasi tes, menulis soal tes, menelaah soal tes, melakukan uji coba tes, menganalisis butir soal tes, memperbaiki tes, merakit tes, melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes (Mardapi, 2008:88-97). 6.
Triangulasi Hasil data yang terkumpul dari kuesioner, wawancara, dan observasi,
selanjutnya diolah menggunakan teknik triangulasi. Menurut Wiersma dalam Sugiyono (2014: 372), “Triangulation is qualitative cross-validation, it assesses the sufficiency of the data collection procedures”. Hal tersebut dimaksudkan bahwa, triangulasi adalah pengujian kualitatif untuk mengecek data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Selain itu dalam triangulasi, para penulis menggunakan beragam sumber, metode, dan teori untuk menyediakan bukti penguat (Creswell, 2014:349). Triangulasi tersebut digunakan pada saat pengolahan data analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan merupakan bagian dari tahap pertama yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang ketersediaan dan penggunaan alat peraga serta permasalahan terkait dengan pembelajaran matematika di kelas II. Oleh karena itu, teknik triangulasi ini digunakan untuk mengecek data dari ketiga teknik pengumpulan data yang berbeda. Berikut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
merupakan bagan triangulasi data dari ketiga teknik yang digunakan dalam analisis data. Kuesioner
Wawancara
Observasi
Bagan 3.3 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan
Bagan tersebut menggambar adanya 3 teknik yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis kebutuhan alat peraga matematika kelas II untuk guru dan siswa. Hasil analisis tersebut selanjutnya dianalisis oleh peneliti sebagai data sebagai bahan pertimbangan pembuatan alat peraga yang disesuaikan dengan kebutuhan guru dan siswa yang dapat dilihat pada halaman 130. Selian itu, peneliti juga menggunakan teknik triangulasi untuk menganalisis data wawancara berdasarkan 3 sumber data. Berikut merupakan bagan triangulasi 3 sumber data. Kepala Sekolah
Siswa
Guru
Bagan 3.4 Triangulasi Sumber Data Analisis Kebutuhan
Ketiga sumber data tersebut memiliki pandangan atau pendapat mengenai ketersediaan dan penggunaan alat peraga serta kesulitan belajar dalam pembelajaran matematika. Hasil data tersebut selanjutnya diidentifikasi untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
menemukan kesamaan pendapat maupun pandangan dari ketiga sumber. Analisis data tersebut secara lengkap dibahas pada halaman 104.
G. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan setelah data terkumpul dari seluruh responden atau sumber lain. Kegiatan dalam analisis data tersebut meliputi mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Untuk penelitian yang tidak memerlukan rumusan hipotesis, langkah terakhir tidak perlu dilakukan (Sugiyono, 2014:207). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan jenis data yang telah dipaparkan sebelumnya. Berikut merupakan pembahasan dari masing-masing teknik analisis. 1.
Analisis Data Kuantitatif Analisis data kuantitatif pada penelitian ini dilakukan pada pengolahan data
seperti hasil seperti hasil validasi kuesioner, observasi, dan wawancara oleh beberapa ahli, hasil kuesioner analisis kebutuhan siswa dan guru, hasil validasi produk alat peraga oleh ahli dan siswa, hasil uji empiris kepada siswa kelas II SD setara, dan hasil pretest dan posttest oleh sekelompok siswa. Secara garis besar analisis data kuantitatif digunakan pada keseluruhan teknik pengumpulan data yang dilakukan seperti kuesioner, observasi, wawancara, dan tes. Berikut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
merupakan pembahasan dari masing-masing analisis data dari berbagai macam teknik tersebut. Pembahasan pertama yang akan dipaparkan terkait dengan teknik analisis data kuantitaif pada kuesioner. Salah satu perhitungan kuantitatif yang digunakan terdapat pada pengolahan kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa. Teknik analisis data yang digunakan pada tahap ini adalah interpretasi data dan perhitungan nilai dalam bentuk persen. Perhitungan nilai dalam bentuk persen dilakukan terhadap data yang diperoleh dari kuesioner analisis kebutuhan. Perhitungan tersebut bertujuan untuk mengetahui persentase setiap item pada kuesioner. Berikut akan dipaparkan rumus perhitungan menurut Supratiknya (2012). Presentase Jawaban =
x 100%
Rumus 3.1 Persentase Jawaban pada Kuesioner (Supraktiknya, 2012:128)
Analisis data lain yang dilakukan pada teknik pengumpulan data kuesioner terdapat pada kuesioner validasi produk oleh ahli dan siswa. Dalam kedua kuesioner tersebut, pertanyaan yang dibuat berbentuk skor pada setiap pernyataan dalam kuesioner penilaian alat peraga. Penilaian yang digunakan disusun menggunakan skala Likert 1-4. Dari masing-masing skor yang diperoleh dari penilaian, skor pada setiap item dijumlahkan kemudian dirata-rata. Rerata skor tersebut kemudian dikonversikan dalam skala empat dengan acuan dari Widoyoko (2014:144).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
Tabel 3.11 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Interval Skor 3,25 < X ≤ 4,00 2,50 < X ≤ 3,25 1,75 < X ≤ 2,50 1,00 ≤ X ≤ 1,75
Kategori Sangat Baik Baik Kurang Sangat Kurang
Adapun aturan pemberian skor dan klasifikasi hasil penilaian adalah sebagai berikut. a.
Jumlah skor tertinggi ideal = jumlah pernyataan atau aspek penilaian x jumlah pilihan (rentang skor)
b.
Skor akhir = (jumlah skor yang diperolah : skor tertinggi ideal) x jumlah kelas interval
c.
Jumlah kelas inverval = skala hasil penilaian, yang berarti jika penilaian menggunakan skala 4, maka hasil klasifikasi juga menjadi 4 kelas interval.
d.
Penentuan jarak interval (Ji) diperoleh dengan rumus Ji = (t-r)/ Jk
Keterangan : t
= skor tertinggi dalam skala
r
= skor terendah dalam skala
Jk
= jumlah kelas
Oleh karena itu, jika digunakan pada skala empat, maka: Skor maksimal
:4
Skor minimal
:1
Jarak interval
: (4-1)/ 4 = 0,75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
Analisis data kuantitatif kedua terdapat pada pengolahan hasil validasi pada teknik wawancara, observasi, dan kuesioner. Analisis tersebut dilakukan untuk menghitung rerata skor yang diperoleh dari hasil validasi. Langkah-langkah yang digunakan diantaranya menghitung total skor dari penilaian yang telah dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing skor yang diperoleh pada masingmasing aspek, menghitung rerata skor dengan cara membagi total skor dengan total aspek yang dinilai, mengkonversikan rerata hasil skor ke dalam kategorisasi data kuantitatif ke data kualitatif menurut Widoyoko yang tersaji dalam tabel 3.11 halaman 99. Analisis data kuantitatif selanjutnya terdapat pada teknik pengumpulan data berupa tes. Analisis data yang dilakukan pada hasil pretest dan posttest. Analisis pertama yang dilakukan adalah menentukan skor pada masing-masing item dengan menggunakan pedoman penskoran analitik. Pedoman penskoran analitik adalah skor yang digunakan untuk soal-soal dengan jawaban terurai dalam urutan tertentu (Mardapi, 2008:130). Pedoman tersebut berbentuk rentang skala 1-4 dengan kriteria sebagai berikut. 1
: seluruh langkah tidak tepat
2
: satu dari tiga langkah tepat
3
: dua dari tiga langkah tepat
4
: tiga dari empat langkah tepat
Selanjutnya, penskoran tersebut diolah menjadi nilai tes siswa. Berikut merupakan paparan langkah-langkah perhitungan soal pretest dan posttest menurut (Arifin, 2009:128). 1.
Menetapkan rentang skor untuk setiap jawaban.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
101
Memberikan skor pada setiap jawaban yang dilakukan sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh siswa.
3.
Menjumlahkan skor yang diperoleh dari setiap jawaban.
4.
Menghitung nilai pada setiap skor dengan rumus: Nilai tiap soal =
x bobot soal
Rumus 3.2 Nilai tiap Soal 5.
Menghitung nilai akhir setiap siswa dengan rumus:
Nilai Akhir =
x 100
Rumus 3.3 Nilai Akhir Selain itu, cara lain untuk menghitung adalah menjumlahkan semua nilai. 2.
Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif dilakukan pada teknik pengumpulan data seperti
kuesioner, wawancara, dan observasi. Data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh dari teknik pengumpulan data seperti kuesioner, observasi, dan wawancara. Adapun secara spesifik data tersebut diperoleh dari beberapa hasil seperti hasil validasi kuesioner, observasi, dan wawancara, hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa, hasil validasi produk alat peraga oleh ahli, hasil observasi, dan hasil wawancara. Berikut merupakan pembahasan dari masingmasing teknik analisis data tersebut. Analisis data kualitatif salah satunya dilakukan pada pengolahan hasil kuesioner. Analisis data tersebut dilakukan pada jawaban yang diperoleh dari hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah peneliti membuat kode-kode dan tema secara kualitatif,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
kemudian menghitung berapa kali kode dan tema tersebut muncul dalam data teks, Selanjutnya, peneliti membandingkan dengan data kuantitatif yang ada (Creswell, 2012:328-329). Analisis data kedua yang dilakukan pada teknik wawancara dan observasi. Wawancara dan observasi merupakan salah satu teknik yang digunakan peneliti untuk mencari data berkaitan dengan ketersediaan dan penggunaan data serta kesulitan belajar matematika. Data yang dihasilkan dari kegiatan wawancara merupakan data kualitatif. Secara praktis, menurut Kristi Poerwandari (dalam Supratiknya, 2012:117) pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut. a.
Membaca transkrip wawancara/observasi yang sudah disusun secara berulang-ulang dan dengan pemahaman yang baik.
b.
Menemukan kata kunci atau tema, dan hasilnya ditulis di kolom sebelah kanan.
c.
Membuat catatan lain berisi interprertasi atau kesimpulan sementara.
d.
Mengumpulkan kata kunci dan tema-tema dari daftar yang telah dibuat. Setelah diolah dengan menggunakan tahapan tersebut, data kualitatif diolah
dengan menggunakan teknik triangulasi data terutama pada data wawancara. Hal ini dilakukan untuk melihat keterkaitan jawaban dari ketiga sumber tersebut. Oleh karena itu, hal tersebut merupakan adopsi dari beberapa orang.
H. Jadwal Penelitian Penelitian dan pengembangan ini dilaksanakan dari tanggal 6 Juni hingga 6 Desember 2014.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV ini berisi uraian tentang penjelasan dari bab sebelumnya. Uraian tersebut terdiri dari hasil dan pembahasan.
A. Hasil
Subbab ini berisi uraian tentang proses penelitian dari persiapan sampai pelaksanaan.
Uraian
tersebut
meliputi
potensi
masalah,
perencanaan,
pengembangan desain, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. 1.
Potensi Masalah
a.
Identifikasi Masalah Tahap awal penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti adalah
mengidentifikasi permasalahan terkait dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Peneliti mengkaji permasalahan tersebut dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi yang selanjutnya dikaji dengan menggunakan triangulasi data. 1) Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik yang dilakukan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran matematika. Kegiatan wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru kelas II, dan 5 siswa kelas II SD BOPKRI Gondolayu. Sebelum dilakukan kegiatan wawancara, instrumen wawancara divalidasi kepada beberapa ahli seperti ahli bahasa,
103
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
pembelajaran matematika, dan guru SD setara. Validasi yang dilakukan merupakan validasi konstruk yaitu melihat kesesuaian instrumen yang digunakan dengan teori yang ada. Adapun hasil validasi terhadap instrumen wawancara dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Ahli Bahasa Matematika Guru 1 Guru 2
1 4 3 3 3
Nomor Item 2 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 Rerata
5 2 3 2 3
6 4 3 4 3
Total
Rerata
22 20 18 19 19,75
3,67 3,33 3,00 3,17 3,29
Berdasarkan hasil validasi tersebut, didapatkan rerata skor sebesar 3,29. Hal tersebut menunjukkan bahwa instrumen wawancara layak digunakan. Beberapa ahli tersebut juga memberikan komentar terkait dengan pedoman wawancara. Berikut merupakan hasil rekapitulasi komentar yang disajikan dalam tabel 4.2. Tabel 4.2 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara oleh Ahli Ahli Bahasa Guru 1
Guru 2
1 tingkat menyinggung materi di pedoman wawancara -
2 -
3 -
-
-
No. Item 4 perhatikan penggunaan huruf kapital
-
5 tidak ada Tidak ada pedoman penskoran
-
6 Cukup baik
-
Beberapa komentar tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti dalam memperbaiki instrumen wawancara sebelum digunakan. Selanjutnya, pedoman wawancara tersebut digunakan untuk mencari data tentang ketersediaan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105
penggunaan alat peraga dengan responden antara lain kepala sekolah, guru, dan siswa kelas II. Berikut akan dipaparkan hasil wawancara ketiga narasumber. a) Kepala Sekolah Kegiatan wawancara pertama kali dilakukan kepada kepala SD BOPKRI Gondolayu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ketersediaan dan penggunaan alat peraga matematika di SD BOPKRI Gondolayu. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2014. Berikut merupakan hasil wawancara yang disajikan pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SD BOPKRI Gondolayu Topik Pertanyaan Hasil Wawancara Informasi berkaitan dengan Sekolah belum pernah mendapat kejuaraan sekolah terkait dengan pembelajran matematika,
namun hasil dari UN matematika, ada beberapa siswa yang mendapatkan 100. Ketersediaan alat peraga di 1. Sekolah sudah menyediakan beberapa dupikat sekolah antara lain: alat peraga, namun ada guru yang kreatif a. Alat peraga matematika membuat sendiri, bahkan ada yang guru lebih yang sudah ada di sekolah kreatif mengajak siswa untuk ikut membuat b. Pengadaan alat peraga alat peraga sebagai sarana pembelajaran. matematika di sekolah c. Perawatan alat peraga 2. Belum semua guru kreatif dalam pembuatan atau penggunaan alat peraga, sehingga masih matematika di sekolah ada guru yang mengajar seadanya tanpa menggunakan alat peraga. Penggunaan alat peraga Guru punya metode tersendiri tentang cara matematika dalam pembelajaran menyampaikan materi disesuaikan dengan kondisi kelas. Penelitian yang pernah dilakukan Penelitian terkait dengan alat peraga pernah di sekolah berkaitan dengan alat dilakukan di SD BOPKRI Gondolayu. Penelitian peraga. dilakukan oleh Danik Puspita Sari dan Yovita Tira Vianita. SD BOPKRI tertarik untuk dilatih dalam pembuatan alat peraga yang disampaikan salah satu dosen PGSD.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106
b) Guru Wawancara selanjutnya dilakukan kepada guru kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu. Hal ini dilakukan untuk mengkaji ketersediaan dan penggunaan alat peraga. Kegiatan wawancara juga dilakukan untuk mengkaji kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran matematika. Wawancara tersebut dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2014. Berikut merupakan paparan hasil wawancara dengan guru kelas II.1 yang disajikan pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu Topik Pertanyaan Ketersediaan alat peraga di kelas antara lain: a. Alat peraga matematika yang dimiliki oleh kelas b. Pengadaan alat peraga matematika oleh guru
Penggunaan alat peraga matematika dalam pembelajaran Kesulitan yang dialami guru dalam menyampaikan materi pembelajaran matematika Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran matematika
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan di atas
c)
Hasil Wawancara Kelas tidak memiliki alat peraga yang mendukung pembelajaran matematika. Selain itu, guru sudah berniat membuat alat peraga namun hal tersebut tidak dapat terlaksana karena keterbatasan waktu untuk pengadaan dan pembuatan. Selain itu, guru pun menyadari bahwa alat peraga dapat membantu memahami materi pembelajaran. Tidak ada alat peraga matematika yang digunakan dalam pembelajaran. Kemampuan siswa yang berbeda dalam memahami materi pembelajaran membuat guru mengulang penyampaian materi pembelajaran. Kesulitan belajar siswa yang dipaparkan oleh guru diantaranya : a. Penjumlahan dengan teknik menyimpan b. Pengurangan dengan teknik meminjam c. Perkalian d. Pembagian e. Operasi hitung campuran Memberikan pendampingan pada saat mengerjakan soal latihan dan memberikan bimbingan di luar jam pelajaran.
Siswa Wawancara selanjutnya dilakukan kepada 5 siswa kelas II.1 SD BOPKRI
Gondolayu. Hal ini dilakukan untuk mengkaji penggunaan alat peraga dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107
kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran matematika. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 31 Agustus-1 September 2014. Berikut merupakan paparan hasil wawancara dengan guru kelas II.1 yang disajikan pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan 5 Siswa II.1 SD BOPKRI Gondolayu Topik Pertanyaan Hasil Wawancara Tanggapan terhadap pembelajaran Siswa berpendapat bahwa pembelajaran matematika yang selama ini terjadi matematika membuat berpikir. Selain itu, siswa juga berpendapat bahwa banyak latihan pada saat belajar matematika. Penggunaan alat peraga dalam Alat peraga yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran matematika pembelajaran adalah tangan. Tangan digunakan untuk menghitung seperti pada operasi penjumlahan dan pengurangan. Namun, ada beberapa siswa yang tidak menyebutkan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Kesulitan belajar yang dialami Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa siswa dalam pembelajaran diantaranya adalah : matematika a. Penjumlahan dengan teknik menyimpan b. Pengurangan dengan teknik meminjam
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dan penggunaan alat peraga masih terbatas. Hal tersebut dapat terlihat dari jawaban narasumber yang digambarkan dalam bagan berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108
Kepala Sekolah
Guru
Siswa
Sekolah sudah menyediakan beberapa duplikat alat peraga, namun ada guru yang kreatif membuat sendiri, bahkan melibatkan siswa untuk ikut membuat alat peraga sebagai sarana pembelajaran. Selain itu, SD BOPKRI tertarik untuk dilatih dalam pembuatan alat peraga peraga
Kelas tidak memiliki alat peraga yang mendukung pembelajaran matematika. Tidak ada alat peraga matematika yang digunakan dalam pembelajaran, karena keterbatasan waktu dalam pembuatan. Namun, guru berkeinginan untuk membuat alat peraga.
Guru tidak menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Matematika membuat sulit. Namun,saya senang yangmenggunakan alat peraga.
Ketersediaan alat peraga masih terbatas yang digunakan selama pembelajaran matematika, namun minat untuk membuat sudah ada.
Bagan 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara
Berdasarkan bagan tersebut, dapat terlihat bahwa ketersediaan alat peraga di SD BOPKRI Gondolayu masih terbatas. Pengadaan alat peraga di sekolah merupakan hasil pembuatan dari guru atau duplikat dari alat peraga yang sudah ada (Komunikasi dengan Kepala Sekolah, 5 Juni 2014). Keberadaan alat peraga tersebut belum terjangkau pada semua jenjang kelas, salah satunya di kelas II. Hal tersebut menyebabkan guru kelas II tidak pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Selain itu, guru tidak dapat menggunakan alat peraga karena keterbatasan waktu dalam membuat (Komunikasi dengan guru, 30 Agustus 2014). Melihat kondisi yang demikian, siswa menggunakan jari tangannya dalam mencari hasil hitung dalam operasi penjumlahan dan pengurangan (Komunikasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109
dengan siswa, 31 Agustus 2014). Oleh karena itu, ketersediaan alat peraga masih terbatas dan penggunaan dalam pembelajaran matematika juga belum optimal. 2) Observasi Observasi merupakan salah satu teknik yang digunakan peneliti untuk menganalisis permasalahan di sekolah dasar. Secara khusus, observasi dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan penggunaan alat peraga. Selain itu, tujuan lain dari observasi adalah mengetahui kesulitan dan karakteristik siswa pada saat pembelajaran matematika. Validasi instumen observasi dilakukan beberapa ahli yaitu, ahli bahasa, pembelajaran matematika, dan guru SD setara. Validasi yang dilakukan merupakan validasi konstruk yaitu melihat kesesuaian instrumen yang digunakan dengan teori yang ada. Adapun hasil validasi terhadap instrumen observasi dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Validasi Instrumen Observasi
Ahli Bahasa Matematika Guru 1 Guru 2
1 4 3 3 4
Nomor Item 2 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 Rerata
5 2 3 2 3
6 4 3 4 4
Total
Rerata
22 20 18 19 19,75
3,67 3,33 3,00 3,17 3,29
Berdasarkan hasil validasi tersebut, didapatkan rerata skor sebesar 3,29. Hal tersebut menunjukkan bahwa instrumen wawancara layak digunakan. Selain itu, ahli juga memberikan beberapa komentar terkait dengan pedoman wawancara. Berikut merupakan hasil rekapitulasi komentar yang disajikan dalam tabel 4.7.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110
Tabel 4.7 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Observasi oleh Ahli
Ahli Bahasa
Nomor Item 2 3 4 - -
1 -
MTK Guru 1
Pada lembar observasi tidak ada kolom ya atau tidak.
-
-
Guru 2
-
-
-
5 Penskoran belum ada
Perhatikan Tidak ejaan pedoman penskoran -
-
6 ada Cukup baik -
Observasi dilaksanakan pada tanggal 9-12 September 2014 di kelas II.1 SD BOPKRI
Gondolayu.
Berikut
merupakan
hasil
observasi
pembelajaran
matematika yang disajikan pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Observasi Pembelajaran Matematika
No. 1.
2.
3.
4.
5.
Objek yang Diamati
Keterangan
Guru mempersiapkan alat Guru tidak mempersiapkan alat peraga untuk peraga untuk pembelajaran pembelajaran matematika yang akan dilaksanakan matematika di kelas. pada hari Selasa, 9 September 2014 sampai dengan 12 September 2014. Guru menggunakan alat Guru menggunakan spidol dan white board untuk peraga selama menjelaskan materi pembelajaran. Guru pembelajaran matematika memberikan beberapa perumpanan pengerjaan di kelas untuk menjelaskan soal melalui gambar yang digambar langsung di materi pembelajaran. papan tulis untuk membantu siswa dalam memahami materi. Selanjutnya, guru memberikan soal latihan kepada siswa. Guru menjelaskan cara penggunaan alat peraga matematika kepada siswa. Siswa mengalami kesulitan Siswa mengalami kesulitan pada saat guru mengikuti proses menerangkan penjumlahan dengan teknik pembelajaran matematika menyimpan maupun pengurangan dengan teknik di kelas. meminjam. Siswa mengalami kesulitan Beberapa siswa bertanya siswa ketika mengerjakan soal mengerjakan soal latihan. matematika yang diberikan guru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
Berdasarkan paparan hasil observasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan alat peraga matematika masih terbatas. Selain itu, guru tidak menggunakan alat peraga selama pembelajaran matematika. Hal yang dilakukan guru untuk menjelaskan materi pembelajaran adalah menggunakan perumpaman gambar. Gambar tersebut digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan operasi hitung. Namun, beberapa siswa kesulitan dalam megerjakan soal latihan. Hal tersebut terbukti pada saat intensitas siswa bertanya tentang cara pengerjaan kepada guru ketika mengerjakan soal latihan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dan penggunaan alat peraga belum optimal digunakan dalam pembelajaran matematika di kelas II. Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan tersebut, menunjukkan bahwa kesulitan belajar siswa terletak pada materi penjumlahan dan pengurangan di kelas II. Hal tersebut tampak pada hasil wawancara dengan guru maupun siswa. Pada saat wawancara dengan guru kelas II, guru menyebutkan bahwa salah satu kesulitan belajar yang dihadapi siswa terletak pada materi penjumlahan dan pengurangan terutama pada saat penjumlahan dengan teknik menyimpan dan pengurangan dengan teknik meminjam. Sebagai tambahan, pada saat wawancara dengan siswa kelas II, siswa juga menyebutkan bahwa siswa merasa kesulitan pada saat menjumlahkan dan mengurangkan bilangan terkait dengan teknik meminjam dan menyimpan. Senada dengan hal tersebut, hasil observasi yang dilakukan pada saat pembelajaran matematika pun menunjukkan bahwa siswa merasa kesulitan pada saat melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan dengan teknik meminjam dan menyimpan untuk bilangan kurang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
dari 500. Oleh karena itu, peneliti mengambil kesimpulan bahwa salah satu kesulitan belajar siswa kelas II terletak pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500. b. Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan dilakukan sebelum pengembangan desain alat peraga. Hal tersebut bertujuan untuk mengkaji kebutuhan alat peraga untuk siswa dan guru kelas II. Selain itu, alat peraga yang dibutuhkan oleh siswa dikaji berdasarkan karakteristik siswa dan alat peraga Montessori. Analisis karakteristik siswa dilakukan melalui kegiatan observasi pada saat pembelajaran matematika di kelas II. Selanjutnya, hasil dari kajian tersebut menjadi landasan dalam pembuatan kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa dan guru. Berikut merupakan paparan mengenai karakteristik siswa dan alat peraga Montessori. 1) Analisis Karakteristik Siswa Analisis
karakteristik
siswa
dianalisis
berdasarkan
hasil
observasi
pembelajaran matematika kelas II SD BOPKRI Gondolayu. Observasi tersebut dilakukan pada tanggal 9 September 2014. Hal-hal yang menjadi bahan observasi dapat dilihat pada tabel 3.7 halaman 81. Beberapa hal yang diperoleh dari kegiatan observasi tersebut adalah guru menjelaskan materi pembelajaran menggunakan ilustrasi gambar. Setelah itu, siswa diminta untuk mengerjakan soal latihan yang diberikan guru. Pada saat mengerjakan soal latihan peneliti mengamati bahwa ada beberapa siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal. Hal ini dibuktikan pada saat intensitas siswa yang sering bertanya pada guru tentang cara pengerjaan soal. Saat mengerjakan soal, beberapa siswa berjalan-jalan di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113
kelas dan berbicara dengan teman yang lain sebelum menyelesaikan pekerjaaannya. Selain itu, siswa juga kurang teliti dalam mengerjakan ketika guru memeriksa pekerjaan. Hasil analisis berikut menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan kuesioner analisis kebutuhan. 2) Analisis Karakteristik Alat Peraga Montessori Analisis yang dilakukan oleh peneliti mengacu pada 4 karakteristik alat peraga Montessori yaitu auto-education, bergradasi, menarik, dan autocorrection. Karakteristik lain yang juga ditambahkan dalam pengembangan alat peraga adalah kontekstual. Karakteristik tersebut ditambahkan karena peneliti menggunakan bahan pembuatan alat peraga dari benda-benda di sekitar dan memanfaatkan potensi lokal. Selanjutnya, kelima karakteristik tersebut digunakan sebagai landasan dalam pembuatan pertanyaan pada kuesioner analisis kebutuhan. 3) Uji Validitas Instrumen Instrumen analisis kebutuhan yang digunakan peneliti berupa kuesioner. Kuesioner
disusun
berdasarkan
kelima
karakteristik
alat
peraga
yang
dikembangkan peneliti dan karakteristik siswa kelas II. Kuesioner tersebut terdapat 10 pertanyaan yang dikembangkan berdasarkan kelima karakteritik alat peraga seperti auto-education, bergradasi, menarik, auto-correction, dan kontekstual. Masing-masing karakteristik alat peraga dikembangkan ke dalam 2 pertanyaan. Pengembangan pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 halaman 73. Selain itu, kajian bahasa, tata tulis, dan format penyajian kuesioner disusun berdasarkan karakteristik siswa kelas II. Kuesioner yang telah disusun, kemudian diuji validitasnya oleh 2 guru kelas II dan III SD Kanisius Wirobrajan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
dan beberapa dosen ahli. Setelah kuesioner tersebut, diuji oleh beberapa ahli, selanjutnya kuesioner tersebut diuji tingkat keterbacaannya kepada beberapa siswa di SD setara. Hasil uji validitas instrumen kuesioner analisis kebutuhan dianalisis dan dikaji berdasarkan penilaian dan komentar yang diberikan oleh validator. Penilaian tersebut selanjutnya diolah dengan menggunakan rumus 3.3 untuk mencari nilai rata-rata hasil penilaian. Nilai tersebut selanjutnya dikonversikan menjadi data kualitatif dengan mengacu tabel 3.11 halaman 99. a) Ahli Pembelajaran Matematika Ahli pembelajaran matematika melakukan uji validasi instrumen analisis kebutuhan. Ada dua ahli pembelajaran matematika yang memberikan penilaian terhadap instrumen analisis kebutuhan yang ada. Kedua ahli tersebut merupakan dosen matematika di Program Studi Universitas Sanata Dharma yang telah berpengalaman dalam bidangnya. Selain itu, masing-masing ahli tersebut mengampu perkuliahan terkait dengan pembelajaran matematika di Program Studi Universitas Sanata Dharma. Kedua ahli tersebut juga memberikan penilaian dan komentar sebagai masukan perbaikan instrumen kuesioner analisis kebutuhan yang akan dibagikan kepada guru dan siswa. Berikut merupakan hasil penilaian ahli matematika tersebut terhadap instrumen kuesioner analisis kebutuhan guru yang dikategorikan berdasarkan tabel 4.9.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115
Tabel 4.9 Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli Matematika Ahi Matematika 1 2
Skor Item Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 Rerata
Total
Rerata
Kategori
36 39 75
3,6 3,9 3,75
Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Hasil penilaian dari kedua ahli matematika menunjukkan bahwa masingmasing ahli memberikan skor rata-rata 3,75. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 99, rerata penilaian tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa instrumen kuesioner analisis kebutuhan layak digunakan namun masih perlu perbaikan. Perbaikan tersebut didasarkan pada komentar dari kedua ahli matematika. Berikut merupakan hasil rekapitulasi komentar tertulis para ahli matematika yang disajikan pada tabel 4.10. Tabel 4.10 Rekapitulasi Komentar Validasi Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli Matematika Penilai Ahli 1
Ahli 2
Nomor item Komentar Keputusan/ perbaikan 3 (item pertanyaan Pertanyaan dan pilihan Peneliti memutuskan untuk untuk kategori jawaban tidak sesuai. merubah pertanyaan dan kontekstual) disesuaikan dengan pilihan jawaban. 4 (item pertanyaan Penggunaan kata kamu Peneliti memutuskan untuk untuk kategori tidak sopan. mengganti kata “kamu” kontekstual) Pilihan jawaban dapat dengan “bapak/ibu” dan dibuat lebih banyak. menambah pilihan jawaban menjadi empat pilihan yaitu kayu, kertas, besi, dan plastik -
Berdasarkan komentar dari kedua ahli matematika, peneliti selanjutnya melakukan perbaikan terkait dengan masukan/ saran yang telah diberikan. Selain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116
itu, kedua ahli matematika juga memberikan penilaian terhadap instrumen kuesioner analisis kebutuhan siswa. Berikut merupakan hasil penilaian ahli matematika tersebut yang dikategorikan berdasarkan tabel 4.11. Tabel 4.11 Skor Validasi Analisis Kebutuhan Siswa oleh Ahli Matematika Ahi Matematika 1 2
Skor Item Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 Rerata
Total
Rerata
Kategori
34 31 65
3,4 3,1 3,2
Baik Sangat baik Baik
Berdasarkan tabel tersebut, dapat terlihat rerata hasil yang diperoleh dari uji validasi kedua ahli matematika sebesar 3,2. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 99 tentang konversi skor, maka rerata penilaian tersebut termasuk dalam kategori baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa instrumen kuesioner analisis kebutuhan layak digunakan namun masih perlu perbaikan. Perbaikan tersebut didasarkan pada komentar dari kedua ahli matematika. Berikut merupakan hasil rekapitulasi komentar tertulis para ahli matematika yang disajikan pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Rekapitulasi Komentar Hasil Validasi Analisis Kebutuhan Siswa oleh Ahli Matematika Penilai Ahli 1
Nomor item Komentar Keputusan/ perbaikan 3 (item Perlu ditanyakan juga Peneliti menambahkan pertanyaan benda-benda yang kolom tempat jawaban untuk kategori digunakan apa saja. contoh benda yang kontekstual) digunakan pada saat pembelajaran. 4 (item Pilihan lebih baik kalau Peneliti menambahkan pertanyaan dibuat lebih banyak misal: contoh benda lain yang untuk kategori kertas, plastik. digunakan sebagai bahan kontekstual) pembuatan. 7 (item Bergradasi tidak hanya Peneliti mengubah pertanyaan dilihat antar kelas namun pertanyaan dengan untuk kategori juga antar sub topik dalam menggnati kata “berbagai bergradasi) kelas yang sama. kelas” menjadi berbagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117
Penilai
Nomor item
Komentar
8 (item Ada pengulangan kata pertanyaan yang membuat bingung. untuk kategori bergradasi) 9 (item Kondisikan bahwa pertanyaan pernyataan tersebut untuk kategori memang dialami siswa. auto-correction) Ahli 2
1 (item pertanyaan untuk kategori auto-education)
Keputusan/ perbaikan materi pembelajaran. Peneliti tidak menggunakan kembali pengulangan kata “alat peraga”. Selanjutnya peneliti menyusun kembali pertanyaan yang sesuai. Peneliti tidak melakukan perubahan terkait dengan saran tersebut, karena penggunaan kata kamu dapat dipahami oleh siswa. Peneliti menghilangkan tanda *.
Tanda * justru akan membingungkan, karena seperti tidak terkait dengan soal. Kata matematika gunakan Peneliti mengganti penulisan huruf kapital huruf pada kata matematika dengan huruf kapital. 8 (item Jika akan menggunakan Peneliti memastikan pertanyaan range ukuran tersebut, pemahaman siswa tentang untuk kategori pastikan siswa telah pengukuran berat. bergradasi) paham tentang menimbang.
Berdasarkan penilaian dan komentar dari kedua ahli tentang kuesioner analisis kebutuhan siswa dan guru dapat dikatakan bahwa kedua instrumen analisis kebutuhan layak digunakan. Namun, sebelum diedarkan kepada siswa dan guru, peneliti melakukan perbaikan dalam penyusunan beberapa kalimat pertanyaan berdasarkan masukan kedua ahli. Beberapa komentar tersebut juga menjadi pertimbangan peneliti dalam menyusun dan memperbaiki kalimat pertanyaan. b) Ahli Bahasa Ahli yang selanjutnya memberikan penilaian terhadap kuesioner analisis kebutuhan adalah ahli bahasa. Ada dua ahli bahasa yang memberikan penilaian terhadap instrumen analisis kebutuhan yang ada. Kedua ahli tersebut merupakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118
dosen Bahasa Indonesia di Program Studi Universitas Sanata Dharma yang telah berpengalaman dalam bidangnya. Kedua ahli tersebut juga memberikan penilaian dan komentar sebagai masukan perbaikan instrumen kuesioner analisis kebutuhan yang akan dibagikan kepada guru dan siswa. Berikut merupakan hasil penilaian ahli bahasa tersebut terhadap instrumen kuesioner analisis kebutuhan guru yang dikategorikan berdasarkan tabel 4.13. Tabel 4.13 Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli Bahasa Ahi Bahasa 1 2
Skor Item Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 2 4 3 3 3 4 4 Rerata
Total
Rerata
Kategori
34 35
3.4 3.5 3,45
Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Hasil penilaian dari kedua ahli bahasa menunjukkan bahwa rerata skor uji validasi kuesioner analisis kebutuhan guru sebesar 3,45. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 99 tentang konversi nilai kuantitaf ke kualitatif, maka rerata penilaian tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa instrumen kuesioner analisis kebutuhan layak digunakan. Walaupun demikian, peneliti melakukan perbaikan dalam penyusunan kalimat. Perbaikan tersebut didasarkan pada komentar dari kedua ahli bahasa. Berikut merupakan hasil rekapitulasi komentar tertulis para ahli bahasa yang disajikan pada tabel 4.14.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119
Tabel 4.14 Rekapitulasi Komentar Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli Bahasa Penilai Ahli 1
Ahli 2
Nomor item 3 (item pertanyaan untuk kategori kontekstual) 4 (item pertanyaan untuk kategori kontekstual) 5 (item pertanyaan untuk kategori menarik) 7 (item pertanyaan untuk kategori bergradasi)
Komentar Soal dan jawaban kurang sesuai. Penggantian kata menjadi Bapak/ Ibu.
Keputusan/ perbaikan Mengubah pertanyaan dan disesuaikan dengan jawaban kamu Mengganti kata “kamu” dengan “bapak/ibu”
Diskon huruf
-
Cakupan fungsi atau materi?
Memperbaiki kalimat pada pilihan sesuai dengan komentar ahli yaitu cakupan materi lebih ditekankan Memperbaiki pertanyaan yang mudah dimengerti
8 (item pertanyaan Alat peraga matematika untuk kategori yang . . . . bergradasi) 9 (item pertanyaan Pertanyaan perlu dirubah. untuk kategori auto-correction) -
Melengkapi kalimat pertanyaan agar lebih jelas -
Berdasarkan komentar dari kedua ahli bahasa, peneliti selanjutnya melakukan perbaikan terkait dengan masukan/ saran yang telah diberikan. Selain itu, kedua ahli bahasa juga memberikan penilaian terhadap instrumen kuesioner analisis kebutuhan siswa. Berikut merupakan hasil penilaian ahli bahasa tersebut yang dikategorikan berdasarkan tabel 4.15. Tabel 4.15 Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa oleh Ahli Bahasa Ahi Bahasa 1 2
Skor Item Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 2 4 3 3 3 3 3 3 4 Rerata
Total
Rerata
Kategori
35 32 67
3.5 3.2 3,35
Sangat Baik Baik Sangat Baik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120
Hasil penilaian dari kedua ahli bahasa menunjukkan bahwa rerata skor hasil uji validasi kuesioner analisis kebutuhan siswa dari kedua ahli bahasa sebesar 3,35. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 99 tentang konversi nilai kuantitaf ke kualitatif, maka rerata penilaian tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa instrumen kuesioner analisis kebutuhan layak digunakan namun masih perlu perbaikan. Perbaikan tersebut didasarkan pada komentar dari kedua ahli bahasa. Berikut merupakan hasil rekapitulasi komentar tertulis para ahli bahasa yang disajikan pada tabel 4.16. Tabel 4.16 Rekapitulasi Komentar Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa oleh Ahli Bahasa Penilai Ahli 1
Nomor item Komentar Keputusan/ perbaikan 1 (item pertanyaan Tanda bintang Peneliti menghilangkan tanda untuk kategori diletakkan diakhir bintang (*) agar siswa tidak auto-education) kalimat. bingung ketika menjawab. 2 (item pertanyaan Penggantian kata Peneliti menyempurnakan untuk kategori seperti apakah kalimat pertanyaan sehingga auto-education) menjadi “seperti apa” mudah dipahami siswa. 6 (item pertanyaan untuk kategori menarik) 7 (item pertanyaan untuk kategori bergradasi) 8 (item pertanyaan untuk kategori bergradasi)
Ahli 2
Warna apa yang kamu suka untuk alat peraga? Kata berbagai dihilangkan.
Peneliti memperbaiki sesuai komentar ahli.
Peneliti memperbaiki kalimat pertanyaan dengan pertimbangan ahli lain Kalimat diganti, jika Peneliti memperbaiki sesuai dilihat dari beratnya dengan komentar ahli dan alat peraga pertimbangan ahli lain matematika manakah yang kamu suka? Atau yang sesuai dengan kamu? 9 (item pertanyaan Keterangan untuk untuk kategori pilihan jawaban bisa auto-correction) dihilangkan. 2 (item pertanyaan Bagaimana jika anak -
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121
Penilai
Nomor item Komentar untuk kategori menjawab tidak? auto-education) Apakah pertanyaanpertanyaan selanjutnya masih dapat digunakan. 5 (item pertanyaan Apakah mungkin anak untuk kategori menjawab tidak? menarik) 7 (item pertanyaan untuk kategori bergradasi) 9 (item pertanyaan untuk kategori auto-correction)
Keputusan/ perbaikan
-
Pertanyaan Memperbaiki dengan membingungkan anak. pertimbangan ahli lainnya Perlu penjelasan dan bimbingan dalam mengisi.
-
Berdasarkan penilaian dan komentar tersebut dapat dikatakan bahwa kedua instrumen analisis kebutuhan layak digunakan. Namun, sebelum diedarkan kepada siswa dan guru, peneliti melakukan perbaikan dalam penyusunan beberapa kalimat pertanyaan berdasarkan masukan kedua ahli. Beberapa komentar tersebut juga menjadi pertimbangan peneliti dalam menyusun dan memperbaiki kalimat pertanyaan. c)
Guru Penguji yang selanjutnya melakukan uji validasi instrumen analisis kebutuhan
adalah guru. Ada dua guru dari SD Kanisius Wirobrajan yang memberikan penilaian terhadap instrumen analisis kebutuhan yang ada yaitu guru kelas II dan III. Guru tersebut memberikan penilaian dan komentar sebagai masukan perbaikan instrumen kuesioner analisis kebutuhan yang akan dibagikan kepada guru dan siswa. Berikut merupakan hasil penilaian ahli bahasa tersebut terhadap instrumen kuesioner analisis kebutuhan guru yang dikategorikan berdasarkan tabel 4.17.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122
Tabel 4.17 Skor Validasi Analisis Kebutuhan Guru oleh Guru SD Setara Guru 1 2
Skor Item Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 2 2 4 4 Rerata
Total
Rerata
Kategori
37 35
3.7 3.5 3,6
Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Hasil penilaian dari kedua guru tersebut menunjukkan bahwa rerata skor uji validasi kuesioner analisis kebutuhan guru sebesar 3,6. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 99 tentang konversi nilai kuantitaf ke kualitatif, maka rerata penilaian tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa instrumen kuesioner analisis kebutuhan guru layak digunakan. Walaupun demikian, peneliti melakukan perbaikan dalam penyusunan kalimat. Perbaikan tersebut didasarkan pada komentar dari kedua guru. Berikut merupakan hasil rekapitulasi komentar tertulis para ahli bahasa yang disajikan pada tabel 4.18. Tabel 4.18 Rekapitulasi Komentar Validasi Analisis Kebutuhan Guru oleh Guru SD Setara Penilai Guru 1 Guru 2
Nomor item 3 (item pertanyaan untuk kategori kontekstual) 7 (item pertanyaan untuk kategori bergradasi)
Komentar Keputusan/ perbaikan Sesuaikan pertanyaan Peneliti melakukan perbaikan dengan jawaban. sesuai dengan rekomendasi guru.
Kalimat dibuat lebih jelas. Kalimat dapat diganti Menurut Bapak/ Ibu bagaimanakah kriteria dari sebuah alat peraga yang baik dari sebuah alat peraga yang baik berdasarkan fungsinya.
Peneliti menggunakan saran perbaikan kalimat dari guru, namun dengan perbaikan sehingga menjadi “menurut Bapak/ Ibu bagaimana salah satu kriteria dari sebuah alat peraga yang baik berdasarkan fungsinya?”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123
Penilai
Nomor item 8 (item pertanyaan untuk kategori bergradasi)
Komentar Alat peraga matematika yang ideal menurut Bapak/ Ibu jika dilihat dari berat alat peraga tersebut.
Keputusan/ perbaikan Peneliti menggunakan saran perbaikan kalimat dari guru, namun dengan perbaikan sehingga menjadi “menurut Bapak/ Ibu , jika dilihat dari beratnya, manakah alat peraga matematika yang ideal untuk siswa kelas II gunakan?”
Berdasarkan komentar dari kedua guru, peneliti selanjutnya melakukan perbaikan terkait dengan masukan/ saran yang telah diberikan. Selain itu, kedua guru SD setara juga memberikan penilaian terhadap instrumen kuesioner analisis kebutuhan siswa. Kuesioner analisis kebutuhan guru ini akan digunakan untuk mengetahui kebutuhan alat peraga dari guru SD penelitian. Berikut merupakan hasil penilaian guru yang dikategorikan berdasarkan tabel 4.19. Tabel 4.19 Skor Validasi Analisis Kebutuhan Siswa oleh Guru Guru 1 2
Skor Item Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 2 4 4 4 3 4 3 4 Rerata
10 4 4
Total
Rerata
Kategori
35 35
3.5 3.5 3,5
Sangat Baik Baik Sangat Baik
Hasil penilaian dari kedua guru SD setara menunjukkan bahwa rerata skor instrumen uji validasi kuesioner analisis kebutuhan siswa oleh guru sebesar 3,5. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 99 tentang konversi nilai kuantitaf ke kualitatif, maka rerata penilaian tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa instrumen kuesioner analisis kebutuhan layak digunakan namun masih perlu perbaikan. Perbaikan tersebut didasarkan pada komentar dari kedua ahli bahasa. Berikut merupakan hasil rekapitulasi komentar tertulis para ahli bahasa yang disajikan pada tabel 4.20.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124
Tabel 4.20 Rekapitulasi Komentar Validasi Analisis Kebutuhan Siswa oleh Guru SD Setara Penilai Guru 1 Guru 2
Nomor item 1 (item pertanyaan untuk kategori autoeducation) 2 (item pertanyaan untuk kategori autoeducation)
Komentar Keputusan/ Perbaikan Penggantian kata Peneliti melakukan gurumu menjadi bapak/ perbaikan sesuai ibu gurumu. dengan rekomendasi guru. Pertanyaan diganti Peneliti melakukan dengan cara mana yang perbaikan sesuai lebih kamu suka ketika dengan rekomendasi belajar matematika? guru.
Berdasarkan penilaian dan komentar tersebut dapat dikatakan bahwa kedua instrumen analisis kebutuhan layak digunakan. Namun, sebelum diedarkan kepada siswa dan guru, peneliti melakukan perbaikan dalam penyusunan beberapa kalimat pertanyaan berdasarkan masukan kedua guru. Beberapa komentar tersebut juga menjadi pertimbangan peneliti dalam menyusun dan memperbaiki kalimat pertanyaan. Selanjutnya, peneliti mengkaji secara keseluruhan penilaian uji validasi kuesioner analisis kebutuhan untuk guru. Berikut merupakan hasil rekapitulasi penilaian kuesioner tersebut yang terlihat pada tabel 4.21. Tabel 4.21 Rekapitulasi Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Penguji Pembelajaran Matematika Bahasa Guru Rerata
Rerata 3,75 3,5 3,6 3,62
Kategori Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Berdasarkan hasil penilaian uji validasi instrumen dari seluruh ahli, dapat disimpulkan bahwa rerata hasil penilaian termasuk dalam kategori sangat baik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 125
dengan nilai rerata sebesar 3,62. Selain itu, peneliti juga mengkaji secara keseluruhan hasil penilaian uji validasi kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa. Berikut merupakan hasil rekapitulasi kuesioner tersebut yang terlihat pada tabel 4.22. Tabel 4.22 Rekapitulasi Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Penguji Pembelajaran Matematika Bahasa Guru Rerata
Rerata 3,3 3,35 3,5 3,4
Kategori Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Berdasarkan hasil penilaian uji validasi instrumen dari seluruh ahli dapat disimpulkan bahwa rerata hasil penilaian termasuk dalam kategori sangat baik dengan nilai rerata 3,4. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa dan guru layak digunakan. d) Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Setelah divalidasi oleh beberapa ahli, peneliti selanjutnya melakukan uji keterbacaan terhadap kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa. Uji keterbacaan tersebut dilakukan oleh siswa SD setara. Penilaian tersebut
bertujuan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap kalimat yang digunakan dalam instrumen analisis kebutuhan sebelum digunakan. Uji keterbacaan ini dilakukan kepada lima siswa kelas II B SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta. Berikut merupakan hasil penilaian yang diberikan oleh siswa yang disajikan pada tabel 4.23.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126
Tabel 4.23 Skor Keterbacaan Analisis Kebutuhan oleh Siswa Siswa 1 2 3 4 5
1 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4
Skor Item Pernyataan 3 4 5 6 7 8 9 10 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 Rerata
Total
Rerata
Kategori
37 34 37 37 38 36.6
3.7 3.4 3.7 3.7 3.8 3.66
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa secara keseluruhan siswa memberikan penilaian berkisar 3 dan 4. Hasil penilaian dari kelima siswa tersebut menunjukkan bahwa rerata skor uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan oleh siswa sebesar 3,66 sehingga rerata penilaian tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Selain itu, siswa juga tidak memberikan saran secara tertulis pada kolom yang telah disediakan. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa instrumen kuesioner analisis kebutuhan layak digunakan. 4) Data Analisis Kebutuhan a) Data Analisis Kebutuhan oleh Guru Kuesioner analisis kebutuhan diberikan pada guru pada tanggal 10 September 2014. Kuesioner ini terdiri dari sepuluh pertanyaaan yang disesuaikan dengan lima karakteristik dari alat peraga yang akan dikembangkan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 halaman 69 yang dijelaskan pada Bab III. Selain itu, hasil yang diperoleh dari pengisian kuesioner menjadi gambaran bagi peneliti terkait dengan penggunaan alat peraga selama pembelajaran matematika dan pembuatan alat peraga. Jawaban dari hasil kuesioner, selanjutnya diolah menggunakan rumus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127
3.1 untuk mengetahui presentase dari masing-masing jawaban. Berikut ini akan disajikan hasil rekapitulasi kuesioner analisis kebutuhan guru. Tabel 4.24 Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Guru Indikator Autoeducation
Autoeducation
Konteks -tual
Konteks -tual
Menarik
Pertanyaan 1.
2.
3.
4.
5.
Apakah Bapak/ Ibu pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika? (...) Pernah Sebut dan Jelaskan! ............................................................... .... (...) Tidak Pernah Alasan : ................................................................... Apakah penggunaan alat peraga dapat membantu siswa memahami konsepkonsep matematika? (…) Ya (…) Tidak Apakah Bapak/ Ibu berniat untuk membuat alat peraga matematika sesuai dengan kebutuhan siswa dengan memanfaatkan bahan-bahan di lingkungan sekitar? (...) Ya Alasan : ............................................................... .... (...) Tidak Alasan : ................................................................... Manakah bahan pembuatan alat peraga yang Bapak/ Ibu suka? (…) Kayu (…) Besi (…) Kertas (…) Plastik (…) Lainnya,sebutkan.......................................... ........... Menurut Bapak/ Ibu apakah pemberian warna pada alat peraga membuat alat peraga tersebut lebih menarik? (…) Ya (…) Tidak
Respon -den
Persen -tase
5
83,33%
1
16,67%
6
100%
6
100%
2
33,33%
6 3
100% 50%
6
100%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128
Indikator Menarik
Bergradasi
Bergradasi
Autocorrection
Autocorrection
Pertanyaan Warna seperti apa yang Bapak/Ibu suka untuk alat peraga? (…) Gelap Sebutkan contoh warnanya! ……………………………………… … (…) Cerah Sebutkan contoh warnanya! ......………………………………….… ... 7. Menurut Bapak/ Ibu bagaimana salah satu kriteria dari sebuah alat peraga yang baik berdasarkan fungsinya? (...) 1 alat peraga hanya untuk 1 materi Alasan: ……………………………………… … (...) 1 alat peraga untuk lebih dari 1 materi Alasan: ............................................................... .... 8. Menurut Bapak/ Ibu , jika dilihat dari beratnya, manakah alat peraga matematika yang ideal digunakan untuk siswa kelas bawah? (...) Ringan (<1,5 kg) (…) Sedang (1,5-3kg) (...) Berat (>3kg) 9. Bagaimana salah satu kriteria alat peraga matematika yang berkualitas menurut Bapak/ Ibu? (...) Dapat membantu siswa menyadari kesalahannya sendiri. Alasan: ……………………………………… … (...) Tidak dapat membantu siswa menyadari kesalahannya sendiri. Alasan: ………………………………………... 10. Apakah penggunaan alat peraga matematika dapat membantu siswa untuk menemukan jawaban yang benar? (…) Ya
Respon -den
Persen -tase
1
16,67%
5
83,33%
2
33,33%
4
66,67%
6
100%
6
100%
6
100%
6.
(…) Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129
Selain data tersebut, guru juga memaparkan beberapa deskripsi jawaban tentang sepuluh item pertanyaan. Berikut merupakan deskripsi jawaban yang diberikan guru dalam kuesioner analisis kebutuhan. Tabel 4.25 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru terkait Kuesioner Analisis Kebutuhan No. Item 1.
2.
6.
7.
8.
Pilihan Jawaban (...) Pernah Sebut dan Jelaskan! ................................................................ (...) Tidak Pernah Alasan : ................................ (...) Ya Alasan : ................................................................. ..
Kode
Respon -den
Keterbatasan waktu
1
Alat peraga membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran
3
Efisiensi harga (...) Tidak Alasan : ................................................................. (…) Gelap Merah Sebutkan contoh warnanya! Biru …………………… Hijau Kuning tua Cokelat (…) Cerah Merah Sebutkan contoh warnanya! Biru ......……………………………… Kuning Hijau (...) 1 alat peraga hanya untuk 1 materi 1 alat peraga untuk 1 Alasan: materi ……………………………….. (...) 1 alat peraga untuk lebih dari 1 Penghematan dalam hal materi pendanaan, waktu, Alasan: tempat penyimpanan ................................................................. (...) Ringan (<1,5 kg) Kemudahan siswa dalam membawa dan menggunakan Karakter siswa yang beragam (…) Sedang (1,5-3kg) (...) Berat (>3kg)
3
1 1 1 1 1 4 4 4 5 2
4
4
2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130
No. Item 9.
Pilihan Jawaban (...) Dapat membantu siswa menyadari kesalahannya sendiri. Alasan: …………………………………………
Kode Alat peraga tidak berbahaya dan dapat digunakan berulang kali Alat peraga dapat membantu siswa dalam memahami materi Melatih kemandirian siswa
Respon -den 1
3
(...) Tidak dapat membantu siswa menyadari kesalahannya sendiri. Alasan: ………………………………………...
Berdasarkan tabel 4.24, dapat terlihat bahwa sebanyak 5 guru atau 83,33% menjawab pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Alat peraga yang digunakan antara lain kelereng, lidi, jam dinding, aneka bentuk bangun datar, dan sebagainya. Sedangkan 1 guru atau 16,67% menjawab tidak pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Guru tersebut menjawab karena kurangnya waktu untuk membuat alat peraga (lihat tabel 4.25). Dalam hal ini pembuatan alat peraga pun mempertimbangkan jawaban dari 1 guru yang tidak pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Pertimbangan lain yang mendukung pembuatan alat peraga adalah seluruh guru atau sebanyak 100% menyetujui bahwa penggunaan alat peraga dapat membantu siswa memahami konsep matematika. Pembuatan alat peraga juga mempertimbangkan beberapa karakteristik alat peraga yang lain berdasarkan jawaban dari guru. Seluruh guru atau sebanyak 100% berniat untuk membuat alat peraga matematika dengan memanfaatkan bahan-bahan di lingkungan sekitar. Beberapa bahan yang akan dimanfaatkan di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131
antaranya kayu, kertas, dan plastik. Sebanyak 2 guru atau 33,33% ingin menggunakan kayu sebagai bahan pembuatan alat peraga, sebanyak 6 guru atau 100% ingin menggunakan plastik dalam pembuatan alat peraga, sedangkan 3 guru atau sebanyak 50% ingin menggunakan kertas dalam pembuatan alat peraga. Beberapa jawaban tersebut menjadi bahan pertimbangan peneliti dalam pembuatan alat peraga. Ketiga bahan yang dipilih oleh guru menjadi bahan pembuatan alat peraga yang dipilih oleh peneliti. Hal ini karena beberapa bahan tersebut awet digunakan dan dapat dicari di sekitar lingkungan. Pertimbangan pembuatan alat peraga juga mempertimbangkan salah satu karakteristik alat peraga yaitu menarik. Seluruh guru atau sebanyak 100% menyetujui bahwa pemberian warna dapat membuat alat peraga menjadi lebih menarik untuk digunakan. Selain itu, sebanyak 1 guru atau sebanyak 16,67% menjawab bahwa warna gelap merupakan warna yang sesuai untuk pembuatan alat peraga. Sedangkan sebanyak 5 guru atau sebanyak 83,33% menjawab bahwa warna cerah merupakan warna yang sesuai untuk alat peraga. Beberapa warna yang disebutkan adalah merah, biru, kuning, dan hijau (lihat tabel 4.25). Warna yang dipilih oleh guru tersebut menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam pembuatan alat peraga. Selain itu, warna yang dipilih tersebut juga disesuaikan dengan warna manik-manik yang digunakan oleh Montessori dalam beberapa alat peraga yaitu warna merah, biru, dan hijau. Karakteristik lain yang dikembangkan peneliti adalah bergradasi. Sebanyak 2 guru atau 33,33% berpendapat bahwa pembuatan 1 alat peraga hanya digunakan untuk 1 materi pembelajaran. Hal ini dikarenakan karena setiap materi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 132
membutuhkan alat peraga yang berbeda-beda. Sedangkan sebanyak 4 guru atau 66,67% berpendapat bahwa pembuatan 1 alat peraga untuk lebih dari 1 materi pembelajaran. Hal ini dikarenakan dan efektif dan efisiensi dalam segi waktu, biaya, dan tempat penyimpanan. Selain itu, seluruh guru atau sebanyak 100% berpendapat bahwa kategori berat alat peraga yang ideal digunakan untuk siswa kelas bawah adalah ringan yaitu dengan kisaran kurang dari 1,5 kg. Hal ini dikarenakan kemudahan siswa dalam membawa dan menggunakan alat peraga tersebut (lihat tabel 4.25). Hasil tersebut juga menjadi bahan pertimbangan peneliti dalam pembuatan alat peraga. Karakteristik alat peraga lain yang dikembangkan oleh peneliti adalah autocorrection. Dalam hal ini, seluruh guru atau sebanyak 100% berpendapat bahwa salah satu kriteria alat peraga yang berkualitas yaitu alat peraga yang dapat membantu siswa menyadari kesalahannya sendiri. Beberapa guru berpendapat karna siswa dapat belajar secara mandiri dan lebih berhati-hati untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Selain itu, karakteristik tersebut juga didukung dengan pendapat seluruh guru bahwa penggunaan alat peraga dapat membantu siswa menemukan jawaban yang benar. Oleh karena itu, jawaban guru terkait dengan karakteristik alat peraga yang ingin dikembangkan menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti dalam pembuatan alat peraga. Jawaban kuesioner analisis kebutuhan yang diberikan oleh guru dan siswa memberikan gambaran bagi peneliti tentang keberadaan dan penggunaan alat peraga selama pembelajaran matematika. Hasil tersebut tidak hanya terdapat pada kuesioner, namun terdapat pada wawancara dan hasil observasi. Alat peraga yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 133
dikembangkan menggunakan beberapa benda di sekitar siswa dan memanfaatkan potensi lokal (kontekstual). Beberapa bahan yang dipertimbangkan peneliti adalah kayu, kertas, dan plastik. Selain itu, peneliti juga memperhatikan berbagai karakteristik dari alat peraga berbasis metode Montessori seperti kemandirian siswa belajar (auto-education), kemampuan siswa mengetahui kesalahannya sendiri (auto-correction), kemampuan siswa mempelajari berbagai kompetensi (gradasi), serta alat peraga yang menarik bagi siswa (menarik). b) Data Analisis Kebutuhan oleh Siswa Kebutuhan siswa terhadap alat peraga dapat dianalisis berdasarkan jawaban dari kuesioner analisis kebutuhan. Kuesioner analisis kebutuhan diberikan pada tanggal 11 dan 12 September 2014. Kuesioner ini terdiri dari sepuluh pertanyaaan yang disesuaikan dengan lima karakteristik dasar dari alat peraga. Selain itu, hasil yang diperoleh dari pengisian kuesioner menjadi gambaran bagi peneliti terkait dengan penggunaan alat peraga selama pembelajaran matematika dan bahan pertimbangan pembuatan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Jawaban dari hasil kuesioner selanjutnya diolah dengan menggunakan rumus 3.1 untuk mengetahui presentase dari masing-masing jawaban. Berikut ini akan disajikan hasil rekapitulasi kuesioner analisis kebutuhan siswa. Tabel 4.26 Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Siswa Indikator Autoeducation
Auto-
Pertanyaan 1.
2.
Apakah Bapak/ Ibu gurumu pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika? (...) Pernah, sebutkan .......................... (...) Tidak pernah Seperti apa belajar matematika yang kamu
Respon -den
Persen -tase
29 21
58% 42%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 134
Indikator
Pertanyaan
education
Konteks -tual
Konteks -tual
Menarik
Menarik
Bergra -dasi
Bergra -dasi
3.
4.
5.
6.
7.
8.
suka? (...) Belajar matematika menggunakan alat peraga (...) Belajar matematika tidak menggunakan alat peraga Mengapa? Jelaskan alasanmu! ……………………………………………….. Apakah kamu pernah menggunakan bendabenda yang ada di sekitarmu untuk belajar matematika? (...) Pernah, pada saat belajar materi .............. Contoh benda yang kamu gunakan.......... (...) Tidak pernah Manakah bahan pembuatan alat peraga yang kamu suka? (...) Kayu (…) Besi (…) Kertas (…) Plastik (...) Lainnya, sebutkan .................................... Menurutmu, apakah pemberian warna pada alat peraga membuatnya lebih menarik? (…) Ya (…) Tidak Warna apa yang kamu suka untuk alat peraga matematika? (…) Gelap Sebutkan contoh warnanya! …………………………………….. (…) Cerah Sebutkan contoh warnanya! ………………………..…………… Apakah kamu lebih suka jika alat peraga yang sama dapat digunakan untuk berbagai materi pembelajaran yang berbeda? (…) Ya (…) Tidak Mengapa? Jelaskan! ………………………………………… Jika dilihat dari beratnya, alat peraga matematika manakah yang sesuai untuk kamu gunakan? (...) Ringan ( kurang dari 1,5 kg) (…) Sedang ( antara 1,5 sampai 3kg) (...) Berat ( lebih dari 3kg) Mengapa? Jelaskan! …………………………………………
Respon -den
Persen -tase
41
82%
9
18%
37
74%
12
24%
35 3 12 28 7
70% 6% 24% 56% 14%
49 1
98% 2%
3
6%
47
94%
44 6
88% 12%
6 42 2
12% 84% 4%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 135
Indikator Autocorrection
Autocorrection
Pertanyaan Manakah yang lebih kamu suka ketika belajar matematika? (...) Saat belajar matematika menggunakan alat peraga, kamu mengetahui kesalahanmu sendiri melalui alat peraga yang kamu gunakan. (...) Saat belajar matematika menggunakan alat peraga, kamu mengetahui kesalahanmu karena diberitahu guru atau temanmu. Mengapa? Jelaskan! ………………………………………… 10. Apakah penggunaan alat peraga dapat membantumu untuk menemukan jawaban yang benar? (…) Ya
Respon -den
Persen -tase
35
70%
15
30%
45
90%
5
10%
9.
(…) Tidak Mengapa? Jelaskan alasanmu! …………………………………............
Selain data tersebut, siswa juga memaparkan beberapa deskripsi jawaban tentang sepuluh item pertanyaan. Berikut merupakan deskripsi jawaban yang diberikan siswa dalam kuesioner analisis kebutuhan. Tabel 4.27 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa terkait Kuesioner Analisis Kebutuhan No. Item 1.
2.
Pilihan Jawaban Pernah Tidak pernah Belajar matematika menggunakan alat peraga
Belajar matematika tidak menggunakan alat peraga 3.
Pernah, pada saat belajar materi
Kode Spidol Manik-manik Mudah menghitung Jelas Suka Menggunakannya Cepat Tidak suka Menemukan jawaban Lama Koin Manik-manik
Respon -den 2 2 30 1 3 1 3 1 1 3 2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 136
No. Item
4.
6.
7.
9.
Pilihan Jawaban
Kode
.............. Sedotan Contoh benda yang kamu Pensil gunakan .......... Penghapus Penggaris Tangan Tidak pernah (...) Kayu (…) Besi (…) Kertas (…) Plastik (...) Lainnya, sebutkan Sedotan .................... Koin Karton (…) Gelap Hijau tua Sebutkan contoh warnanya! Merah tua ……………… Biru tua Coklat tua Hitam (…) Cerah Biru Sebutkan contoh warnanya! Emas ……………… Merah Orange Kuning Putih Merah muda (pink) Ungu Hijau Cokelat (…) Ya Mudah dalam menggunakan Belajar banyak hal Menyenangkan Pintar Bagus (…) Tidak Kurang sesuai Tidak suka Mudah Saat belajar matematika Mandiri menggunakan alat peraga, Suka kamu mengetahui Mudah kesalahanmu sendiri melalui Mampu alat peraga yang kamu Tanggungjawab gunakan. Saat belajar matematika Tidak ada pengulangan/ kesalahan menggunakan alat peraga, Tanya jawab kamu mengetahui Jika ulangan tidak boleh memakai kesalahanmu karena alat peraga
Respon -den 2 5 1 1 1 -
7 2 1 3 2 3 3 3 16 2 28 30 5 6 5 20 8 11 5 8 8 2 2 2 1 12 4 2 3 1 3 1 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 137
No. Item
10.
Pilihan Jawaban diberitahu guru temanmu.
Kode atau Kesal Alat peraga membantu menemukan jawaban Membantu siswa belajar
Ya
Senang belajar Tidak suka menggunakan alat peraga Alat peraga belum tentu menyajikan jawaban yang benar
Tidak
Respon -den 1 14 9 2
2 1
Berdasarkan tabel 4.26 dapat terlihat bahwa sebanyak 29 siswa atau 58% menjawab pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Alat peraga yang digunakan antara lain pada materi perkalian. Sedangkan 21 siswa atau 42% menjawab tidak pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Dalam hal ini
pembuatan alat peraga pun mempertimbangkan
pendapatan siswa sebanyak 82% bahwa siswa lebih menyukai belajar menggunakan alat peraga. Hal tersebut salah satunya karena dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran. Pembuatan alat peraga juga mempertimbangkan beberapa karakteristik alat peraga yang lain. Salah satunya adalah kontekstual. Sebanyak 37 siswa atau 74% pernah menggunakan benda-benda di sekitar untuk belajar matematika seperti koin, manik-manik, dan sedotan. Selain itu, siswa juga menyetujui beberapa bahan pembuatan alat peraga yang didapatkan dari lingkungan sekitar. Beberapa bahan yang akan dimanfaatkan di antaranya kayu, besi kertas, dan plastik. Sebanyak 35 guru atau 70% ingin menggunakan kayu sebagai bahan pembuatan alat peraga, sebanyak 3 siswa atau 6% ingin menggunakan besi dalam pembuatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 138
alat peraga, 12 atau 24% siswa ingin menggunakan kertas dalam pembuatan alat peraga, sedangkan 28 siswa atau 56%
ingin menggunakan plastik dalam
pembuatan alat peraga. Sedangkan beberapa bahan lain yang disarankan oleh siswa adalah sedotan, koin, dan karton. Beberapa bahan tersebut sebenarnya termasuk dalam beberapa kategori yang telah disediakan oleh peneliti. Beberapa jawaban tersebut menjadi bahan pertimbangan peneliti dalam pembuatan alat peraga. Besi tidak menjadi bahan pembuatan alat peraga karena sifat besi yang mudah berkarat dan berat jika dibawa oleh siswa. Beberapa bahan yang dipilih berdasarkan jawaban tersebut adalah kayu, kertas, dan plastik. Pertimbangan pembuatan alat peraga yang lain mempertimbangkan salah satu karakteristik alat peraga yaitu menarik. Sebanyak 49 siswa atau 98% menyetujui bahwa pemberian warna dapat membuat alat peraga menjadi lebih menarik untuk digunakan. Sedangkan 1 siswa atau 2% tidak menyetujui bahwa pemberian warna dapat membuat alat peraga menjadi lebih menarik. Selain itu, sebanyak 3 siswa atau sebanyak 6% menjawab bahwa warna gelap merupakan warna yang sesuai untuk pembuatan alat peraga. Sedangkan sebanyak 47 siswa atau sebanyak 94% menjawab bahwa warna cerah merupakan warna yang sesuai untuk alat peraga. Beberapa warna yang disebutkan adalah merah, biru, kuning, hijau, cokelat muda, dan sebagainya (lihat tabel 4.27). Warna yang dipilih oleh siswa tersebut menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam pembuatan alat peraga. Selain itu, warna yang dipilih tersebut juga disesuaikan dengan warna manik-manik yang digunakan oleh Montessori dalam beberapa alat peraga yaitu warna merah, biru, dan hijau.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 139
Karakteristik lain yang dikembangkan peneliti adalah bergradasi. Sebanyak 44 siswa atau 88% menyetujui bahwa alat peraga yang sama dapat digunakan untuk berbagai materi pembelajaran yang berbeda. Hal ini dikarenakan siswa lebih mudah memahami materi. Sedangkan sebanyak 6 siswa atau 12% berpendapat bahwa pembuatan 1 alat peraga hanya digunakan untuk 1 materi saja. Selain itu, sebanyak 6 siswa atau 12% berpendapat bahwa kategori berat alat peraga yang ideal digunakan untuk siswa kelas bawah adalah ringan yaitu dengan kisaran kurang dari 1,5 kg. Sebanyak 42 siswa atau 84% menyetujui bahwa kategori berat alat peraga yang ideal digunakan untuk siswa kelas bawah adalah sedang dengan kisaran 1,5-3 kg. Sementara sebanyak 2 siswa atau 4% menyetujui bahwa kategori berat yang ideal untuk siswa kelas bawah adalah berat dengan kisaran lebih dari 3 kg. Dalam hal ini peneliti memutuskan untuk memproduksi alat peraga dengan kategori berat sedang. Hal ini dikarenakan siswa kelas II dengan usia kisaran 8 tahun masih pada tahap perkembangan otot yang baik. Perkembangan tersebut ditunjukkan dengan kemampuan anak yang dapat berlari, melompat, berayun, dan sebangainya (Djiwandono, 2006:71-72). Karakteristik alat peraga lain yang dikembangkan oleh peneliti adalah autocorrection. Dalam hal ini, sebanyak 15 siswa atau 30% menyetujui bahwa mengetahui kesalahan pada saat belajar matematika karena diberitahu guru atau teman. Sedangkan sebanyak 35 siswa atau sebanyak 70% menyetujui bahwa pembelajaran menggunakan alat peraga dapat membantu mengetahui kesalahan sendiri. Beberapa siswa berpendapat bahwa hal tersebut dapat membuat mereka belajar lebih mandiri. Selain itu, karakteristik tersebut juga didukung dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 140
sebanyak 45 siswa atau 90% menyetujui bahwa penggunaan alat peraga dapat membantu siswa menemukan jawaban yang benar. Oleh karena itu, jawaban siswa terkait dengan karakteristik alat peraga yang ingin dikembangkan menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti dalam pembuatan alat peraga. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari 3 teknik pengumpulan data, peneliti melakukan analisis dari data kualitatif yang diperoleh menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi tersebut dilakukan untuk memeriksa kesesuaian dan kesamaan pada masing-masing teknik pengumpulan data. Berikut akan dipaparkan triangulasi data dari ketiga teknik pengumpulan data yang digunakan
Wawancara
Observasi
Kuesioner
Ketersedian alat peraga masih terbatas. Beberapa alat perga merupakan alat peraga pada mata pelajaran IPA. Selain itu, guru tidak menggunakan alat peraga karena keterbatasan waktu. Materi penjumlahan dan pengurangan merupakan salah satu permasalahan dalam pembelajaran di kelas II
Tidak ditemukan penggunaan alat peraga pada pembelajaran matematika. Intensitas siswa bertanya masih sering terjadi ketika mengerjakan soal penjumlahan.
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa alat peraga yang digunakan tidak terkait dengan materi penjumlahan dan pengurangan. Guru yang kelasnya akan digunakan sebagai subjek penelitian menyebutkan jika tidak menggunakan alat peraga karena keterbatasan waktu
Materi penjumlahan dan pengurangan adalah materi yang menjadi kesulitan belajar siswa. Penggunaan alat peraga penjumlahan dan pengurangan pun tidak ditemukan pada materi tersebut.
Bagan 4.2 Triangulasi berdasarkan Teknik Pengumpulan Data
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 141
2.
Perencanaan Dalam hal ini peneliti membuat berbagai instrumen yang dibutuhkan dalam
penelitian. Beberapa instrumen yang dipersiapkan peneliti adalah tes dan kuesioner. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing instrumen tersebut. a.
Tes Instrumen tes digunakan untuk mengukur keberhasilan uji coba terbatas
terkait dengan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan Montessori. Instrumen tes yang dibuat oleh peneliti dikembangkan berdasarkan kisi-kisi pada tabel 3.9 halaman 85. Sebelum diujikan secara empiris, peneliti melakukan uji validitas untuk mengetahui tingkat kevalidan suatu instrumen sebelum digunakan dalam penelitian. Instrumen tes yang valid dalam pengumpulan data diharapkan data hasil penelitian yang didapatkan pun valid (Sugiyono, 2014:173). Oleh karena itu, uji validitas merupakan tahapan yang penting dalam penelitian sebelum melakukan uji empiris. 1) Validitas Instrumen Uji validitas yang dilakukan terhadap instrumen tes adalah uji validitas isi. Uji validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen tes dengan KI, KD, dan indikator maupun materi penjumlahan dan pengurangan. Pengujian ini dilakukan oleh beberapa ahli antara lain ahli pembelajaran matematika, guru SD setara, dan guru SD penelitian. Penjelasan terkait dengan hasil validitas isi instrumen tes dapat terlihat pada uraian berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 142
a) Ahli Pembelajaran Matematika Ahli pembelajaran matematika merupakan dosen matematika Universitas Sanata Dharma. Uji validitas isi ini dilakukan sebelum item soal digunakan untuk penelitian. Berikut merupakan hasil validitas isi oleh ahli pembelajaran matematika yang disajikan pada tabel 4.28. Tabel 4.28 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Tes oleh Ahli Pembelajaran Matematika Ahli 1
1 4
2 4
3 4
Skor Item Pernyataan 4 5 6 7 8 4 3 3 4 4
9 4
10 4
Total 38
Rerata 3,8
Kategori Sangat Baik
Rerata skor yang diperoleh menunjukkan angka 3,8. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 99 tentang konversi nilai kuantitatif ke kualitatif, maka instrumen tes terdapat dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrumen layak digunakan. Peneliti juga mempertimbangkan beberapa komentar yang diberikan oleh para ahli. Komentar tersebut menjadi masukan bagi peneliti untuk memperbaiki instrumen tes yang telah dibuat. Berikut merupakan rekapitulasi komentar hasil validasi isi yang disajikan dalam tabel 4.29. Tabel 4.29 Rekapitulasi Komentar Hasil Validitas Isi Instrumen Tes oleh Ahli Pembelajaran Matematika Ahli 1
Item 3
5 6
Komentar di diganti pada (item soal nomor 1)
Keputusan Peneliti mengganti kata di menjadi pada sesuai dengan rekomendasi ahli. Tidak menggunakan kata dari (item Peneliti menghilangkan kata dari soal nomor 7,8, dan 9) sesuai dengan rekomendasi ahli. Tidak menggunakan kata dari (item Peneliti menghilangkan kata dari soal nomor 12,13, dan 14) sesuai dengan rekomendasi ahli.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 143
Ahli
Item 7 8
Komentar Tidak menggunakan kata dari (item soal nomor 17,18, dan 19) Tidak menggunakan kata dari (item soal nomor 22,23, dan 24)
Keputusan Peneliti menghilangkan kata dari sesuai dengan rekomendasi ahli. Peneliti menghilangkan kata dari sesuai dengan rekomendasi ahli.
b) Guru SD Penelitian Guru SD penelitian yang menilai validitas isi dari instrumen tes adalah guru kelas II.1 dan II.2 SD BOPKRI Gondolayu. Berikut merupakan hasil validitas isi oleh kedua guru SD penelitian yang disajikan pada tabel 4.30. Tabel 4.30 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Tes oleh Kedua Guru SD Penelitian Guru 1 2
Skor Item Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 Rerata
Total
Rerata
Kategori
40 38 39
4 3,8 3,9
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Rerata skor yang diperoleh dari penilaian validasi isi instrumen tes menunjukkan angka 3,9. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 99 tentang konversi nilai kuentitatif ke kualitatif, maka instrumen tes terdapat dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa instrumen layak digunakan. Peneliti juga mempertimbangkan beberapa komentar yang diberikan oleh kedua guru SD peneliti. Komentar tersebut menjadi masukan bagi peneliti untuk memperbaiki instrumen tes yang telah dibuat. Berikut merupakan rekapitulasi komentar hasil validasi isi yang disajikan dalam tabel 4.31.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 144
Tabel 4.31 Rekapitulasi Komentar Hasil Validitas Isi Instrumen Tes oleh Guru SD Penelitian Guru 1
Item Komentar 3 Kata memanen sebaiknya diganti dengan memetik (item soal nomor 1) 4
5
6
7
8
Untuk kalimat yang saya garis bawahi tidak perlu dituliskan karena nanti terlalu panjang (item soal nomor 4) Untuk pertanyaan bentuk pengurangan sebaiknya diganti dengan sisa (item soal nomor 5) Sudah mudah dipahami tetapi tidak perlu bulatan (item soal nomor 8 dan 9). Beri perintah yang jelas. Kolom jawaban kurang (item soal nomor 10,11). Kolom jawaban kurang (item soal nomor 12). Beri perintah yang jelas. Kolom jawaban kurang (item soal nomor 15 dan 16). Beri perintah yang jelas (item soal nomor 20 dan 21). Kolom jawaban kurang (item soal nomor 22). Tidak perlu bulatan (item soal nomor 24)
Beri perintah yang jelas (item soal nomor 25) Penjumlahan/ pengurangan (item soal nomor 25)
2
9
Soal yang saya silang tidak perlu dituliskan (item soal nomor 27-30)
3
Dua tidak termasuk hitungan. Sebaiknya menggunakan huruf (item soal nomor 1-3)
Keputusan Peneliti mengganti kata memanen dengan memetik. Selain itu, peneliti merubah posisi penomoran soal uraian dari nomor 25-30. Peneliti menghilangkan kalimat yang digarisbawahi sehingga kalimat menjadi lebih singkat. Peneliti juga mengganti kata jumlah pada operasi hitung pengurangan menjadi sisa. Peneliti tidak menghilangkan bulatan karena disesuaikan dengan alat peraga yang akan digunakan dan diberi pewarnaan yang sama. Peneliti menambahkan perintah pengerjaan untuk item soal nomor 10 dan 11. Peneliti menambahkan kolom jawaban untuk item soal nomor 12. Peneliti menambahkan perintah pengerjaan untuk item soal nomor 15 dan 16. Peneliti menambahkan perintah pengerjaan untuk item soal nomor 20 dan 21. Peneliti menambahkan kolom jawaban untuk item soal nomor 22. Peneliti tidak menghilangkan bulatan karena disesuaikan dengan alat peraga yang akan digunakan dan diberi pewarnaan yang sama. Peneliti menambahkan perintah pengerjaan untuk item soal nomor 25. Peneliti mengganti operasi hitung menjadi pengurangan karena kesalahan dalam pengetikan. Peneliti menghilangkan pertanyaan dan menambahkan kelereng hasil untuk membantu siswa memahami soal. Peneliti mengganti penulisan lambing bilangan dengan ejaan penulisan untuk item soal nomor 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 145
Guru
Item 9
c)
Komentar
Keputusan sampai 3. Peneliti menambahkan kelereng hasil untuk membantu siswa memahami soal.
Kalau soal menggunakan gambar, maka sertakan gambar pula untuk kolom jawaban. Kalau tidak, sekalian semuanya. 32 + 40 = 38 + . . . (item soal nomor 27-30)
Guru SD Setara SD setara dalam penelitian ini adalah SD Kanisius Wirobrajan. Alasan
pemilihan SD Kanisius Wirobrajan sebagai SD setara antara lain SD Kanisius Wirobrajan memiliki kelas paralel dengan keberagaman siswa yang mirip. Selain itu, SD Kanisius Wirobrajan terletak pada jalur yang strategis di daerah kota Yogyakarta dan memiliki prestasi yang hamper sama. Guru SD setara yang menilai validitas isi dari instrumen tes adalah guru kelas II B SD Kanisius Wirobrajan. Berikut merupakan hasil validitas isi oleh kedua guru SD penelitian yang disajikan pada tabel 4.32. Tabel 4.32 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Tes oleh Guru SD Setara Guru SD Setara 1
Skor Item Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 Rerata
Total
Rerata
Kategori
37 37
3,7 3,7
Sangat Baik Sangat Baik
Rerata skor yang diperoleh menunjukkan angka 3,7. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 99 tentang konversi nilai kuantitatif ke kualitatif, maka, instrumen tes terdapat dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrumen layak digunakan. Selain itu, peneliti mempertimbangkan beberapa komentar yang diberikan oleh guru kelas II B SD Kanisius Wirobrajan. Komentar tersebut menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 146
masukan bagi peneliti untuk memperbaiki instrumen tes yang telah dibuat. Berikut merupakan rekapitulasi komentar hasil validasi isi yang disajikan dalam tabel 4.33. Tabel 4.33 Rekapitulasi Komentar Hasil Validitas Isi Instrumen Tes oleh Guru SD Setara Guru SD Setara 1
Item 3
4
5
6
9
Komentar
Keputusan
Penjumlahan sebaiknya di Peneliti mengganti bilangan di bawah 500 (item soal nomor 2) bawah 500 untuk operasi penjumlahan dan pengurangan. 2 hari pada soal tidak Peneliti tetap menggunakan digunakan, cenderung mengecoh keterangan waktu untuk soal anak, dihilangkan saja. penjumlahan. (item soal nomor 3) Soal cerita dibuat lebih Peneliti mengubah soal cerita sederhana untuk anak kelas II dengan tidak menggunakan (item soal nomor 4) kalimat “Untuk memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia”. Peneliti juga mengganti nama tokoh menjadi Beni seperti tokoh yang sering dijumpai di buku pegangan siswa. Hari tidak perlu digunakan (item Peneliti tidak menggunakan soal nomor 5) nama-nama hari dalam soal cerita. Bagaimana jika ada posisi Peneliti menentukan posisi puluhan, satuan siswa yang ratusan, puluhan, dan satuan menentukan (item soal nomor 6) dengan memberikan warna pada kolom tabel yang disesuaikan dengan alat peraga. Posisi harap dihilangkan saja Peneliti menggunakan sistem dan tolong menggunakan di tabel seperti saran dari guru. bawah 500 (item soal nomor 12) Selain itu, peneliti juga mengganti bilangan di bawah 500 untuk operasi hitung. Diberi gambar agar anak Peneliti menambahkan gambar mendapat pengertian dahulu untuk jenis soal persamaan maksud soal tersebut. matematika. Agar anak menghitung gambar dahulu (item soal nomor 27-30)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 147
Berdasarkan hasil uji validitas isi yang telah dipaparkan dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa keempat ahli memberikan nilai validasi isi instrumen tes dalam kategori sangat baik. Hasil tersebut dapat dilihat dalam rekapitulasi hasil perhitungan yang disajikan dalam tabel 4. 34. Tabel 4.34 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Tes Ahli 1 2 3 4
1 4 4 4 4
2 4 4 4 4
Skor Item Pernyataan 3 4 5 6 7 8 9 10 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 Rerata
Total
Rerata
Kategori
38 40 37 38 38,25
3,8 4 3,7 3,8 3,8
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Rerata skor yang diperoleh menunjukkan angka 3,8. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 99 tentang konversi nilai kuantitatif ke kualitatif, maka instrumen tes terdapat dalam kategori sangat baik. Hasil uji validitas isi tersebut menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan. Namun, komentar dari beberapa ahli tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk memperbaiki kalimat pada setiap item soal. Perbaikan tersebut secara lengkap dapat di lihat pada lampiran halaman 108. 2) Uji Keterbacaan Instrumen Tes Sebelum instrumen tes digunakan pada saat uji empiris, peneliti melakukan uji keterbacaan instrumen tes kepada 5 siswa kelas paralel (kelas II.2) SD BOPKRI Gondolayu. Uji keterbacaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap kalimat pertanyaan yang digunakan pada masing-masing item soal. Instrumen soal tes yang digunakan untuk uji keterbacaan telah diperbaiki berdasarkan masukan/ komentar dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 148
beberapa ahli seperti yang telah dibahas pada sub bab validasi instrumen halaman 137. Beberapa siswa yang melakukan penilaian uji keterbacaan dipilih berdasarkan rekomendasi guru. Berikut merupakan hasil penilaian uji keterbacaan instrumen tes yang disajikan dalam tabel 4.35. Tabel 4.35 Hasil Penilaian Uji Keterbacaan Instrumen Tes No. Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
I 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Siswa II III 4 4 4 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 3 4 2 4 2 4 2 4 3 4 Rerata
IV 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
V 4 4 2 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Total
Rerata
Kategori
20 20 17 17 19 19 20 20 17 17 19 20 20 20 19 18 19 20 20 17 20 17 20 18 18 19 18 18 18 19 18,77
4 4 3,4 3,4 3,8 3,8 4 4 3,4 3,4 3,8 4 4 4 3,8 3,6 3,8 4 4 3,4 4 3,4 4 3,6 3,6 3,8 3,6 3,6 3,6 3,8 3,75
Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Berdasarkan tabel tersebut, dapat terlihat bahwa rerata penilaian uji keterbacaan instrumen tes adalah 3,75. Jika dilihat pada tabel 3.11 halaman 99,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 149
tentang konversi nilai kuantitatif ke kualitatif, maka dapat dikatakan bahwa rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa instrumen tes layak digunakan untuk diujicoba secara empiris. 3) Uji Empiris Pengujian empiris instrumen tes dilakukan kepada siswa SD Kanisius Wirobrajan sebanyak 31 siswa. Pemilihan SD Kanisius Wirobrajan sebagai tempat uji empiris karena SD Kanisius Wirobrajan memiliki kelas paralel dan memiliki karakteristik siswa dan prestasi yang relatif sama dengan SD BOPKRI Gondolayu. Selain itu, SD Kanisius Wirobrajan terletak di lokasi yang strategis sehingga dijangkau oleh berbagai temapt tinggal siswa yang berbeda. Sebagai tambahan, kedua SD tersebut memiliki nilai akreditasi yang sama yaitu A. Jumlah siswa yang mengikuti uji empiris sebanyak 31 siswa kelas II. Uji empiris tersebut dilakukan pada tanggal 22 Oktober 2014. Setiap siswa mengeerjakan 30 soal uraian terkait dengan materi penjumlahan dan pengurangan. Uji empiris dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen tes sebelum digunakan untuk soal pretest dan posttest. Berikut merupakan perhitungan validitas dan reliabilitas yang dipaparkan dalam uraian berikut. a) Uji Validitas Instrumen Tes Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui item soal yang valid. Selain itu, perhitungan validitas instrumen tes menggunakan program SPSS (Statistics Package for Social Studies) 16.0 for Windows dengan menggunakan rumus korelasi Product-Moment dari Pearson. Penentuan valid atau tidaknya suatu item soal dapat dilakukan dengan membandingkan r hitung dengan r tabel.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 150
Item soal dikatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel. Sebaliknya, item soal dikatakan tidak valid jika r hitung lebih kecil r tabel. Berdasarkan dari data uji empiris yang dilakukan pada 31 siswa kelas II B SD Kanisius Wirobrajan dapat ditemukan bahwa r tabel dengan taraf signifikan 0,05 untuk responden sebanyak 31 siswa adalah 0,355 (Sugiyono, 2014: 455). R hitung tersebut menjadi acuan bagi peneliti dalam menentukan valid atau tidaknya suatu item soal. Berikut merupakan hasil rekapitulasi uji empiris instrumen tes yang disajikan dalam tabel 4.36. Tabel 4.36 Rekapitulasi Hasil Validitas Empiris Instrumen Tes nomor soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
r hitung
r tabel
sig. (2-tailed)
keputusan
0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355 0,355
0,561 0,476 0,466 0,403 0,459 0,437 0,397 0,578 0,393 0,475 0,402 0,369 0,423 0,447 0,410 0,440 0,429 0,454 0,368 0,413 0,679 0,171 0,615 0,172 0,442 0,361 0,522 0,500
0,001 0,007 0.008 0,025 0,009 0,014 0,027 0,001 0,029 0,007 0,025 0,041 0,018 0,012 0,022 0,013 0,016 0,010 0,420 0,210 0,000 0,358 0,000 0,354 0,013 0,046 0,003 0,004
valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid tidak valid valid tidak valid valid valid valid valid
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 151
nomor soal 29 30
r hitung
r tabel
sig. (2-tailed)
keputusan
0,355 0,355
0,469 0,565
0,008 0,001
valid valid
Berdasarkan tabel 4.36, dapat terlihat bahwa terdapat 28 item soal yang valid dan 2 item soal yang tidak valid. Ketidakvalidan tersebut disebabkan karena harga r hitung yang dimiliki oleh masing-masing item kurang besar dari 0,355 (r tabel). Meskipun demikian, peneliti hanya mengambil 15 soal sebagai soal pretest dan posttest. Hal tersebut dikarenakan efisiensi waktu siswa dalam mengerjakan soal sehingga siswa tidak bosan mengerjakan soal dengan tipe yang sama. Adapun soal yang dijadikan bahan pretest dan posttest dapat dilihat pada lampiran halaman 136. Berikut merupakan kisi-kisi instrumen tes yang valid terkait dengan materi penjumlahan dan pengurangan sampai 500 yang disajikan pada tabel 4.37. Tabel 4.37 Kisi-Kisi Instrumen Pretest dan Posttest Kompetensi Dasar 3.3 Mengenal kesamaan dua ekspresi menggunakan benda konkret, simbol atau penjumlahan/ pengurangan bilangan hingga satu angka. 4.5 Memecahkan masalah nyata secara efektif yang berkaitan dengan penjumlahan, pengurang, perkalian, pembagian, waktu, berat, panjang, berat benda dan uang, selanjutnya
Materi Pokok
Indikator
Persamaan matematika
1. Menentukan suku yang belum diketahui dari kalimat metematika yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan.
Penjumlahan
2. Melakukan penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan. 3. Melakukan penjumlahan dua angka dengan teknik menyimpan. 4. Menyelesaikan masalah berkaitan dengan operasi hitung penjumlahan. 5. Melakukan pengurangan dua angka tanpa teknik
Pengurangan
Nomor Item 12
1,2
3,4,5,6
13
7,8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 152
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Indikator
memeriksa kebenaran jawaban.
meminjam. 6. Melakukan pengurangan dua angka dengan teknik meminjam. 7. Menyelesaikan masalah berkaitan dengan operasi hitung pengurangan.
Nomor Item 9,10,11
14,15
b) Uji Reliabilitas Instrumen Tes Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepercayaan instrumen tes sebelum digunakan untuk uji coba terbatas. Hal ini dilakukan dengan menggunakan perhitungan SPSS (Statistics Package for Social Studies) 16.0 for Windows. Pengujian dilakukan terhadap item soal yang telah dinyatakan valid. Berikut merupakan hasil perhitungan reliabilitas yang disajikan pada tabel 4.38. Tabel 4.38 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .856
28
Berdasarkan tabel tersebut, dapat terlihat bahwa skor Cronbach’s Alpha mencapai 0,856. Menurut Linn dan Kaplan dalam Widoyoko (2014:201) berpendapat bahwa harga kritik atau indeks reliabilitas instrumen minimal adalah 0,7. Oleh karena itu, instrumen tes layak digunakan dengan tingkat reliabilitas yang reliabel (dapat dipercaya).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 153
b. Kuesioner 1) Kuesioner Validasi Produk Alat Peraga Teknik pengumpulan data yang selanjutnya digunakan oleh peneliti adalah kuesioner. Kuesioner digunakan untuk menilai kelayakan produk alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan Montessori oleh ahli, guru, dan siswa. Instrumen kuesioner validasi produk dibuat untuk ahli/ guru dan siswa. Kuesioner validasi produk untuk ahli/ guru dikembangkan berdasarkan berdasarkan kelima karakteristik alat peraga yang dapat dilihat pada tabel 3.3 halaman 76, sedangkan kuesioner siswa dikembangkan dari tabel 3.4 halaman 77. Oleh karena itu, kedua instrumen tersebut memiliki isi yang sama namun perbedaannya terletak pada penggunaan bahasa. Pada instrumen kuesioner, validitas dilakukan dengan menguji validitas konstruknya. Validitas konstruk berkaitan dengan kesesuaian aspek-aspek yang akan diukur dengan landasan teori tertentu (Sugiyono, 2014:177). Validitas konstruks dalam penelitian ini dilakukan oleh beberapa ahli seperti ahli bahasa, guru SD penelitian, dan 6 siswa SD penelitian. Setelah diberikan penilaian oleh ahli tersebut, data kuantitatif yang diperoleh selanjutnya dikonversikan ke dalam data kualitatif seperti yang tersaji dalam tabel 3.11 halaman 99. Perolehan rerata skor pada data kualitatif tersebut selanjutnya memberikan gambaran bagi peneliti tentang perlu atau tidaknya perbaikan kuesioner validasi produk. Kategori sangat baik menunjukkan instrument layak digunakan tanpa perbaikan, kategori baik menunjukkan instrumen sudah layak digunakan namun dengan perbaikan, kategori kurang menunjukkan instrumen kurang layak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 154
digunakan, sedangkan kategori sangat kurang menunjukkan instrumen tidak layak digunakan. Berikut merupakan hasil paparan dari penilaian uji keterbacaan kuesioner validasi produk. a) Uji Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli Bahasa Uji validasi kuesioner produk dilakukan oleh ahli bahasa. Ahli bahasa merupakan dosen Program Studi PGSD. Ahli bahasa melakukan uji validasi terhadap 2 instrumen kuesioner validasi produk yang akan digunakan oleh guru dan siswa. Berikut merupakan paparan hasil penilaian yang dilakukan oleh ahli bahasa. (1) Kuesioner Validasi Produk untuk Guru Ahli yang melakukan penilaian uji validasi kuesioner validasi produk adalah ahli bahasa. Ahli bahasa memberikan penilaian terhadap kuesioner yang akan digunakan untuk guru. Uji validasi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kalimat pertanyaan yang akan digunakan dengan landasan teori terkait 5 ciri alat peraga. Selain itu, penilaian ini juga diperlukan untuk mengetahui penggunaan bahasa dalam kalimat pertanyaan sesuai dengan ejaan yang tepat. Berikut merupakan hasil penilaian uji validasi kuesioner produk untuk guru oleh ahli bahasa yang tersaji dalam tabel 4.39. Tabel 4.39 Skor Uji Validasi Kuesioner Validasi Produk untuk Guru oleh Ahli Bahasa Ahli 1
Skor Item Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
Total
Rerata
Kategori
39
3,9
Sangat Baik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 155
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat rerata skor yang diberikan oleh ahli bahasa adalah 3,9. Rerata skor tersebut jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 99 tentang konversi nilai kuantitatif ke kualitatif, maka termasuk dalam kategori sangat baik. Selain itu, ahli bahasa hanya memberikan komentar terkait penambahan kata “Montessori” pada item nomor dengan instrumen kuesioner kelayakan produk yang akan digunakan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kuesioner kelayakan produk untuk guru layak digunakan tanpa perbaikan. (2) Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa Ahli bahasa juga memberikan penilaian terhadap kuesioner yang akan digunakan untuk siswa. Berikut merupakan hasil penilaian uji keterbacaan kuesioner validasi produk untuk siswa oleh ahli bahasa yang tersaji dalam tabel 4.40. Tabel 4.40 Skor Uji Validasi Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa oleh Ahli Bahasa Ahli 1
Skor Item Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Total
Rerata
Kategori
40
4
Sangat Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat rerata skor yang diberikan oleh ahli bahasa adalah 4. Rerata skor tersebut jika dibandingkan tabel 3.11 halaman 99 rerata skor termasuk dalam kategori sangat baik. Selain itu, ahli bahasa pun tidak memberikan komentar terkait dengan instrumen kuesioner kelayakan produk yang akan digunakan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kuesioner kelayakan produk untuk siswa layak digunakan tanpa perbaikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 156
b) Uji Validasi Kuesioner Validasi oleh Guru SD Setara Uji validasi kuesioner validasi produk selanjutnya dilakukan oleh dua guru kelas II dan III SD Kanisius Wirobrajan. Kedua guru tersebut menilai keusioner validasi produk untuk guru dan siswa. Berikut merupakan paparan hasil penilaian yang dilakukan oleh kedua guru SD setara.. (1) Kuesioner Validasi Produk untuk Guru Ahli yang melakukan penilaian uji validasi kuesioner validasi produk adalah guru kelas II dan IV SD Kanisius Wirobrajan. Selain itu, penilaian uji validasi oleh guru SD setara juga diperlukan karena untuk mengetahui kesesuaian kalimat pertanyaan dengan karakteristik guru kelas II. Berikut merupakan hasil penilaian uji validasi kuesioner validasi produk untuk guru oleh kedua guru SD setara yang tersaji dalam tabel 4.41. Tabel 4.41 Skor Uji Validasi Kuesioner Kelayakan Produk untuk Guru oleh Guru SD setara Guru 1 2
Skor Item Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 Rerata
Total
Rerata
Kategori
38 38 38
3,8 3,8 3,8
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat rerata skor yang diberikan oleh guru adalah 3,8. Rerata skor tersebut jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 99 tentang konversi nilai kuantitatif ke kualitatif, maka rerata skor termasuk dalam kategori sangat baik. Selain itu, guru pun tidak memberikan komentar terkait dengan instrumen kuesioner kelayakan produk yang akan digunakan. Oleh karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 157
itu, dapat disimpulkan bahwa kuesioner kelayakan produk untuk guru layak digunakan tanpa perbaikan. (2) Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa Guru pun memberikan penilaian terhadap kuesioner yang akan digunakan untuk siswa. Selain melakukan uji secara konstruk, guru juga melakukan uji validasi untuk melihat kesesuian kalimat yang digunakan dengan karakteristik siswa kelas II. Berikut merupakan hasil penilaian uji validasi kuesioner kelayakan produk untuk siswa oleh kedua guru yang tersaji dalam tabel 4.42. Tabel 4.42 Skor Uji Keterbacaan Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa oleh Guru SD Setara Guru 1 2
Skor Item Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 Rerata
Total
Rerata
Kategori
38 39 38,5
3,8 3,9 3,85
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat rerata skor yang diberikan oleh kedua guru adalah 4. Rerata skor tersebut jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 99, tentang konversi nilai kuantitatif ke kualitatif, maka rerata skor termasuk dalam kategori sangat baik. Selain itu, guru pun tidak memberikan komentar terkait dengan instrumen kuesioner kelayakan produk yang akan digunakan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kuesioner kelayakan produk untuk siswa layak digunakan tanpa perbaikan. Secara umum, penilaian terhadap kuesioner validasi produk yang dilakukan oleh beberapa ahli menunjukkan bahwa penilaian tergolong dalam kategori sangat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 158
baik. Berikut merupakan rekapitulasi hasil penilaian kuesioner validasi produk untuk guru yang disajikan dalam tabel 4.43. Tabel 4.43 Rekapitulasi Penilaian Kuesioner Validasi Produk untuk Guru Ahli
1 Bahasa 4 Guru 1 4 Guru 2 3
2 4 4 4
Skor Item Pernyataan 3 4 5 6 7 8 9 10 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 Rerata
Total
Rerata
Kategori
39 38 38 38,33
3,9 3,8 3,8 3,83
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh rerata skor uji validasi kuesioner produk sebesar 3,83. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 pada halaman 99 tentang konversi nilai kuantitatif ke kualitatif, maka rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, instrumen kuesioner validasi produk tersebut layak digunakan tanpa perbaikan. Senada dengan hasil penilaian di atas, penilaian uji terhadap kuesioner validasi produk untuk siswa juga menunjukkan hasil yang sama. Berikut merupakan hasil rekapitulasi penilaian terhadap kuesioner validasi untuk siswa yang disajikan dalam tabel 4.44. Tabel 4.44 Rekapitulasi Penilaian terhadap Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa Ahli Bahasa Guru 1 Guru 2
1 4 4 4
2 4 4 4
Skor Item Pernyataan 3 4 5 6 7 8 9 10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 Rerata
Total
Rerata
Kategori
40 38 39 39
4 3,8 3,9 3,9
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat baik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 159
Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh rerata skor kuesioner validasi produk sebesar 3,9. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 99 tentang konversi nilai kuantitatif ke kualitatif, maka dapat dikatakan bahwa rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, instrumen kuesioner kelayakan produk untuk siswa tersebut layak digunakan tanpa perbaikan. c)
Uji Keterbacaan Kuesioner dari Siswa Setelah instrumen diuji validitasnya, kuesioner kelayakan produk selanjutnya
diuji keterbacaannya. Hal tersebut dilakukan kepada sekelompok siswa SD Kanisius Wirobrajan. Sekelompok siswa tersebut hanya melakukan penilaian untuk kuesioner validasi produk yang akan digunakan oleh siswa. Berikut merupakan paparan hasil penilaian yang dilakukan oleh sekelompok siswa SD setara. Sekelompok siswa yang menilai uji keterbacaan kuesioner sebanyak 6 anak. Penilaian uji keterbacaan oleh siswa SD setara bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kalimat pertanyaan dengan karakteristik siswa kelas II. Berikut merupakan hasil penilaian uji keterbacaan kuesioner validasi produk untuk siswa oleh enam guru SD setara yang tersaji dalam tabel 4.45. Tabel 4.45 Skor Uji Validasi Kuesioner Kelayakan Produk untuk Siswa oleh Siswa SD Setara Siswa 1 2 3 4 5 6
1 2 3 2 3 3 4
2 4 3 4 4 4 4
Skor Item Pernyataan 3 4 5 6 7 8 9 10 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 Rerata
Total
Rerata
Kategori
33 31 31 33 33 39 34
3,3 3,1 3,1 3,3 3,3 3,9 3,4
Sangat baik Baik Baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 160
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat rerata skor yang diberikan oleh keenam siswa adalah 3,4. Rerata skor tersebut jika dibandingkan tabel 3.11 halaman 99 tentang konversi nilai kuantitatif ke kualitatif, maka rerata skor termasuk dalam kategori sangat baik. Selain itu, siswa pun tidak memberikan komentar terkait dengan instrumen kuesioner kelayakan produk yang akan digunakan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kuesioner kelayakan produk untuk siswa layak digunakan tanpa perbaikan. 3.
Pengembangan Desain
a.
Konsep Pembuatan Alat Peraga Konsep pembuatan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan
merupakan pengembangan dari alat peraga Montessori pegs for the algebraic peg board. Pegs for the algebraic peg board dapat digunakan untuk beberapa materi seperti penjumlahan dan pengurangan. Alat peraga ini terdiri dari mangkok dan manik-manik yang memiliki warna dengan kegunaan yang berbeda-beda. Warna merah digunakan untuk menyatakan ratusan dan ratus ribuan, warna biru digunakan untuk menyatakan puluhan dan puluh ribuan, serta warna hijau digunakan untuk menyatakan satuan dan ribuan (Nienhuis, 2012:178).
Gambar 4.1 Pegs for the Algebraic Peg Board Berdasarkan dari kegunaan alat peraga pegs for the algebraic peg board, peneliti mengembangkan sebuah papan yang berfungsi untuk menjumlahkan atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 161
mengurangkan. Papan tersebut dirancang seperti papan dakon. Hal tersebut dikarenakan papan dapat digunakan untuk berbagai macam materi dan aman untuk siswa jika digunakan. Selain itu, bentuk cekungan pada papan membuat siswa mudah untuk melihat hasil maupun melakukan operasi hitung. b. Desain Pengembangan desain pada penelitian ini mengembangkan alat peraga berupa papan penjumlahan dan pengurangan Montessori beserta album penggunaan alat peraga. Berikut merupakan paparan mengenai beberapa pengembangan desain. 1) Alat Peraga Alat peraga yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa papan penjumlahan dan pengurangan Montessori, kotak manik, dan kartu soal. Pengembangan desain terkait dengan komponen tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. a) Papan Penjumlahan dan Pengurangan Montessori Papan penjumlahan dan pengurangan berbentuk balok dengan ukuran 45 x 30,5 x 4 cm. Papan penjumlahan dan pengurangan tersebut terdiri dari 6 kolom nilai tempat, 3 deretan tempat manik-manik, dan satu tempat untuk operasi hitung. Enam kolom nilai tempat pada papan tersebut terdiri dari satuan dengan warna hijau, puluhan dengan warna biru, ratusan dengan warna merah, ribuan dengan warna hijau, puluh ribuan dengan warna biru, dan ratus ribuan dengan warna merah. Pemilihan warna merah, biru, dan hijau didasarkan konsistensi warna untuk nilai tempat pada alat peraga Montessori sehingga dalam hal ini penelitian tidak melakukan perubahan warna. Tiga deret manik-manik pada alat peraga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 162
terdiri dari deret pertama dan kedua untuk meletakkan manik-manik ketika melakukan operasi hitung serta deret ketiga untuk meletakkan manik hasil dari operasi hitung. Selain itu, antara deret kedua dan ketiga terdapat sekat yang berukuran 1,5 cm yang berfungsi untuk membedakan deret manik yang digunakan untuk menghitung atau meletakkan hasil hitung. Pengembangan tersebut disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD) “Memecahkan masalah nyata secara efektif yang berkaitan dengan penjumlahan, pengurang, perkalian, pembagian, waktu, berat, panjang, berat benda dan uang, selanjutnya
memeriksa
kebenaran
jawaban.”
Pada
kompetensi
tersebut
ketercapaian diukur dengan kemampuan siswa yang mampu menjumlahan dan mengurangkan bilangan hingga 500. Akan tetapi, papan penjumlahan dan pengurangan ini mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat menjumlahkan maupun mengurangkan bilangan hingga enam angka. Pengembangan lain yang mengadopsi salah satu untuk alat peraga terletak pada seret tampat manik-manik. Deret tersebut dapat difungsikan sebagai autocorrection pada papan penjumlahan dan pengurangan. Saat melakukan operasi hitung penjumlahan, siswa dapat memeriksa jawaban dengan mengembalikan seperti semula jumlah manik-manik sesuai dengan kartu soal. Sebaliknya pada operasi hitung pengurangan, siswa juga melakukan hal yang sama seperti pada operasi hitung penjumlahan. Berdasarkan hal tersebut, siswa dapat belajar tentang sifat reversibel (kebalikan) pada kedua operasi hitung tersebut. Selain itu, papan penjumlahan dan pengurangan juga terdiri dari lubanglubang yang berbentuk seperti setengah bola. Masing-masing lubang pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 163
memiliki diameter 6 cm. Tempat tanda operasi hitung berukuran 2,5 x 2,5 x 0,5 cm yang terletak di pojok kanan bawah. Tempat tersebut digunakan untuk meletakkan tanda operasi saat siswa melakukan penjumlahan atau pengurangan. Pemberian tempat untuk operasi hitung tersebut digunakan untuk mengingatkan siswa akan operasi hitung yang sedang dikerjakan. Tanda operasi hitung berbentuk balok dengan ukuran 3,5 x 2,5 x 0,2 cm dan diberi warna putih untuk alasnya, sedangkan tanda operasinya berwarna hitam. Papan penjumlahan dan pengurangan memiliki warna dasar cokelat muda yang diambil secara natural dari warna kayu. Hal ini didasarkan pada hasil analisis kebutuhan guru dan siswa. Sebanyak 83,3% atau 5 guru menyetujui jika warna cerah merupakan warna yang tepat untuk alat peraga, sedangkan sebanyak 94% atau 47 siswa juga menyetujui warna cerah membuat alat peraga lebih menarik. b) Kotak Manik Hal lain yang merupakan komponen dari papan penjumlahan dan pengurangan adalah kotak manik dan mangkok. Kotak tersebut berbentuk balok yang berukuran 26 x 17,8 x 6 cm. Kotak tersebut dibagi menjadi dua sekat besar. Sekat pertama yang berada di atas digunakan untuk meletakkan mangkok warna hijau, biru, dan merah. Mangkok-mangkok tersebut diletakkan sesuai dengan warna manik-manik di bawahnya. Sekat kedua terdiri dari 3 bagian dengan ukuran 9 x 8 cm yang digunakan untuk meletakkan manik-manik sesuai dengan warna mangkok di atasanya. Mangkok/ manik merah berada di sebelah kiri, mangkok/ manik biru beerada di tengah, dan mangkok/ manik hijau berada di sebelah kanan. Manik-manik yang terdiri dari 3 warna yang memiliki arti berdasarkan nilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 164
tempat. Warna hijau mewakili nilai satuan atau ribuan, warna biru mewakili nilai puluhan atau puluh ribuan, serta warna merah mewakili nilai ratusan atau ratus ribuan. Masing-masing manik memiliki diameter berukuran 0,7 cm. Pemilihan warna pada manik-manik disesuaikan dengan warna manik-manik yang dikembangkan secara konsisten oleh Montessori. Selain itu, peneliti juga menyesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan siswa maupun guru. Sebanyak 14 siswa menyebutkan warna-warna tersebut sebagai warna yang cerah dan sesuai untuk alat peraga. Selain itu, pemilihan warna pada kotak disesuai dengan warna natural dari kayu pinus. c)
Kartu Soal Pengembangan lain dalam penelitian ini berupa kartu soal. Kartu soal dibagi
menjadi 2 operasi hitung yaitu penjumlahan dan pengurangan. Pada operasi penjumlahan terdiri dari penjumlahan tanpa atau dengan teknik meminjam, sedangkan pada operasi pengurangan terdiri dari pengurangan tanpa atau dengan teknik meminjam. Masing-masing bagian tersebut terdiri dari penjumlahan yang hasilnya dua angka hingga enam angka. Kartu soal tersebut ditempatkan pada sebuah tempat yang ketika dilihat dari samping permukaannya seperti trapesium dan alas berbentuk persegi panjang. Permukaan alas memiliki ukuran 11 x 13,1 cm. Sedangkan permukaan samping memiliki ukuran sisi miring 11,5 cm, tinggi depan 3,8 cm, dan tinggi belakang 7,2 cm. Dalam kartu soal penjumlahan dan pengurangan juga terdapat pengendali kesalahan (auto-correction) yang menjadi salah satu ciri yang dikembangkan oleh peneliti. Pengendali kesalahan tersebut terletak di belakang kartu soal. Hal ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 165
dapat digunakan ketika siswa selesai mengerjakan latihan soal pada masing kartu tersebut. 2) Album Alat Peraga Album alat peraga merupakan buku panduan penggunaan alat peraga Montessori yang terdiri atas materi pembelajaran, tema pembelajaran, nama alat peraga, tujuan pembelajaran, dan pedoman penggunaan alat peraga. Pembuatan album tersebut didasarkan pada penggunaan alat peraga yang dibuat peneliti yang memuat berbagai materi yang dapat dipelajari. Materi pembelajaran yang diuraikan dalam album peraga ini terdiri dari penjumlahan dan pengurangan. Materi penjumlahan terdiri dari penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan penjumlahan dengan teknik menyimpan. Sebaliknya, materi pengurangan juga terdiri dari pengurangan tanpa teknik meminjam dan pengurangan dengan teknik meminjam. Selain itu, materi pembelajaran yang menjadi pengenalan dengan menggunakan alat peraga adalah nilai tempat. Dalam hal ini berbagai materi tersebut dapat dipaparkan dengan menggunakan alat peraga. Materi pertama yang dikenalkan peneliti dengan menggunakan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan adalah materi nilai tempat. Dalam hal ini peneliti mengenalkan konsep nilai tempat satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluh ribuan, dan ratus ribuan. Hal ini merupakan hal dasar yang dikenalkan karena selama mempelajari tentang penjumlahan dan pengurangan kita perlu mengenal nilai tempat untuk melakukan operasi hitung dari masing-masing bilangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 166
Dengan pemahaman tersebut, anak dapat menbaca bilangan baik sesuai letak manik dan jumlah manik yang ditempatkan. Materi tersebut juga mengakomodasi materi dengan persamaan nilai bilangan berdasarkan jumlah manik yang ada. Hal tersebut dapat terlihat secara lengkap pada lampiran hal [151]. Pada tahap ini anak dapat belajar menukar nilai manikmanik jika manik-manik tersebut memiliki jumlah pada tempatnya lebih dari sepuluh buah. Hal ini membantu anak untuk memperkuat pemahamannya tentang nilai tempat sebelum belajar mengenal penjumlahan dengan teknik menyimpan maupun pengurangan dengan teknik meminjam. Materi selanjutnya
yang menjadi
pembahasan pada album
adalah
penjumlahan tanpa teknik menyimpan. Dalam hal ini peneliti menyajikan beberapa langkah-langkah penggunaan papan penjumlahan dan pengurangan untuk materi tersebut. Konsep yang diajarkan pada materi ini tidak terlepas dari konsep penjumlahan yang diterima oleh siswa di sekolah dasar. Selain itu, papan penjumlahan ini secara tidak langsung dapat mengajarkan kepada siswa teknik menjumlahkan dengan bersusun panjang. Hal ini terlihat pada saat menguraian nilai tempat untuk menjumlahkan seperti pada langkah pengerjaan operasi hitung penjumlahan dengan teknik panjang. Selain itu, pemahaman siswa mengenai nilai tempat pun dapat digunakan kembali pada saat mempelajari operasi hitung penjumlahan. Materi ketiga dalam pembahasan pengggunaan alat peraga adalah penjumlahan dengan teknik menyimpan. Dalam hal ini peneliti memaparkan beberapa langkah pengerjaan penjumlahan dengan teknik menyimpan. Teknik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 167
penyimpanan manik-manik dapat diletakkan pada mangkok yang disediakan sesuai dengan nilai tempatnya. Warna pada manik-manik, mangkok, dan alat peraga juga menjadi pengendali kesalahan pada saat siswa menjumlahkan bilangan. Secara tidak langsung, konsep pola pun juga dikenalkan melalui papan penjumlahan ini. Selain itu, pada pengenalan materi ini, peneliti dalam melakukan pengamatan terhadap pemahaman siswa tentang materi yang telah dipaparkan sebelumnya. Saat melakukan presentasi peneliti pun dapat meminta siswa untuk membuat bilangan pada masing-masing deret untuk melatih pemahaman dan kemandirian anak. Materi keempat yang dipaparkan peneliti pada album penggunaan alat peraga ini adalah mater pengurangan tanpa teknik meminjam. Materi ini berbeda dengan materi yang didapat sebelumnya. Peneliti mulai mempresentasikan cara penggunaan dengan meminta siswa untuk membuat bilangan pada deret pertama. Selanjutnya, siswa diminta untuk mengambil manik-manik sesuai dengan bilangan pada kartu soal. Pengambilan manik-manik tersebut diletakkan pada deret kedua. Setelah itu, siswa diminta meletakkan hasil pada deret ketiga. Pada tahap ini siswa dapat mengakomodasikan pengetahuan tentang sifat reversibel pada operasi penjumlahan dan pengurangan. Selain itu, hal ini dapat dilakukan sebagai pengendali kesalahan pada operasi pengurangan yang telah dilakukan. Materi kelima yang dikembangkan oleh peneliti adalah pengurangan dengan teknik meminjam. Tahap penggunaan alat peraga pada materi ini tidak berbeda jauh dengan materi kelima. Perbedaannya hanya terletak pada pengurangan manik-manik jika tidak cukup perlu meminjam pada manik-manik yang lain dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 168
menukarnya dengan manik yang sama. Pada tahap ini pun siswa juga kembali mengakomodasikan pengetahuan sifat reversibel seperti pada materi sebelumnya sebagai pengendali kesalahan. c.
Pengumpulan Bahan Berdasarkan hasil analisis kebutuhan beberapa bahan yang menjadi pilihan
dari responden di antaranya kayu, kertas, dan plastik. Beberapa bahan yang dimanfaatkan peneliti dalam pembuatan alat peraga adalah kayu dan kertas. Kedua bahan tersebut dimanfaatkan untuk pembuatan papan penjumlahan dan pengurangan, mangkok, kotak manik-manik, serta kartu soal dan tempatnya. Bahan kayu yang dipilih adalah kayu pinus. Kayu tersebut dimanfaatkan karena warna kayu yang cerah, jenis kayu yang anti rayap, dan ringan jika dibawa oleh siswa kelas bawah. Selain itu, kayu tersebut juga dikombinasikan dengan kayu triplek. Kayu triplek difungsikan sebagai kartu operasi hitung, penutup kotak manik-manik, dan alas papan penjumlahan. Hal ini dilakukan karena kecenderungan kayu triplek yang tidak mudah melengkung dengan ukuran tinggi yang tipis sehingga keringanan alat peraga tetap terpenuhi. Selain itu, peneliti juga memanfaatkan manik-manik kayu sebagai benda yang dioperasikan dalam penjumlahan dan pengurangan. Manik kayu dipilih oleh peneliti karena manik kayu mudah diambil siswa pada saat diletakkan di tempat walaupun kondisi permukaan papan yang melengkung. Hal lain yang menjadi alas an peneliti adalah kecenderungan manik kayu yang tidak mudah lari atau memantulkan kembali jika jatuh ke permukaan lantai. Berbeda dengan manik plastik, apabila jatuh manik plastik cenderung akan memantul kembali dan lari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 169
hingga ke berbagai tempat. Keuntungan dari pemilihan manik kayu dalam penelitian ini adalah melatih motorik halus siswa terutama ketika mengambil atau menempatkan manik-manik sesuai dengan tempatnya. Keuntungan yang lain adalah siswa dapat belajar untuk memusatkan kosentrasi ketika mengambil maupun menempatkan agar tidak mudah jatuh. Manik kayu tersebut didapatkan oleh peneliti di salah satu toko aksesoris di daerah kota Yogyakarta. Peneliti hanya melakukan pengecatan untuk membuat manik kayu tersebut sesuai dengan warna manik yang diinginkan. Penelitian ini menggunakan kayu pinus sebagai bahan utama dalam pembuatan papan penjumlahan dan pengurangan. Kayu pinus merupakan kayu yang cepat tumbuh di daerah tropis. Jenis kayu tersebut dapat ditemukan di daerah Kaliurang dan Patuk, Yogyakarta. Bahan lain yang dimanfaatkan peneliti dalam pembuatan alat peraga adalah kertas. Jenis kertas yang digunakan peneliti adalah kertas ivory. Jenis kertas tersebut dipilih oleh peneliti karena kertas yang tidak mudah rusak dengan tingkat ketebalan yang tinggi. Kertas ivory dimanfaatkan untuk membuat kartu soal penjumlahan dan pengurangan. d. Pembuatan Alat Peraga Pembuatan alat peraga dilakukan dengan bantuan tukang kayu. Tukang kayu yang diajak kerjasama dalam pembuatan alat peraga berlokasi di Gedongkiwo, Yogyakarta. Pembuatan alat peraga tersebut dilakukan selama 1 bulan. Peneliti bekerjasama dengan tulang kayu karena peralatan yang dimiliki oleh tukang kayu cukup lengkap dan mendukung untuk membuat alat peraga yang baik. Peneliti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 170
membuat desain alat peraga, diberikan kepada tukang kayu, dan selanjutnya alat peraga dibuat sesuai dengan desain alat peraga yang diberikan. Berikut merupakan desain alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti.
a b c d
e
f
g
h
i
j
Gambar 4.2 Papan Penjumlahan dan Pengurangan Keterangan : a
= deret pertama
b
= deret kedua
c
= deret ketiga/ letak manik-manik hasil
d
= tempat kartu operasi hitung
e
= nilai tempat ratus ribuan
f
= nilai tempat puluh ribuan
g
= nilai tempat ribuan
h
= nilai tempat puluhan
j
= nilai tempat satuan Bahan dasar pembuatan papan penjumlahan dan pengurangan adalah kayu
pinus. Pembuatan dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pemilihan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 171
penggambaran pola pada kayu pinus, pemotongan menyerupai setengah balok dengan kedalaman 2,5 cm, finishing dan pengecatan, dan pemberian nama tempat. Pemberian nama tersebut didasarkan pada nilai tempat yang dilambangkan dengan bilangan seperti 1, 10, 100, 1.000, 10.000, dan 100.000. Selanjutnya pada tahap finishing, tukang kayu membuat agar permukaan kayu halus dan aman jika digunakan oleh anak. Selain itu, pada saat pengecatan deret ketiga diberi warna sesuai dengan warna manik yaitu merah, hijau, dan biru. Sedangkan pada deret pertama dan kedua disesuaikan dengan warna natural dari kayu pinus. Proses selanjutnya yang dilakukan oleh tukang kayu adalah membuat kotak penyimpanan mangkok dan manik-manik. Kotak penyimpanan alat peraga terbuat dari kayu pinus. Berikut merupakan desain kotak penyimpanan mangkok dan manik-manik.
Gambar 4.3 Kotak Penyimpanan Manik-Manik dan Mangkok Kotak penyimpanan alat peraga memiliki panjang, lebar, dan tinggi masingmasing berukuran 26 cm x 17,8 cm x 6 cm. bagian dalam kotak penyimpanan dibuat dengan sekat-sekat dengan ketebalan kayu sekitar 2 mm. Pembuatan kotak tersebut juga dilengkapi dengan manik-manik yang digunakan dalam operasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 172
hitung. Manik-manik tersebut didapatkan dari salah satu toko di daerah Yogyakarta. Selanjutnya manik-manik tersebut diberi warna sesuai dengan warna nilai tempat berdasarkan metode Montessori. Kotak tersebut juga dilengkapi dengan mangkok yang digunakan untuk menyimpan maupun menukar manikmanik. Berikut merupakan desain mangkok yang dibuat oleh peneliti. Setiap kotak penyimpanan terdapat 6 mangkok. Mangkok tersebut kemudian diberi warna, yaitu 2 mangkok warna merah, 2 mangkok warna biru, dan 2 mangkok
warna
biru.
Mangkok
tersebut
digunakan
untuk
melakukan
penyimpanan maupun penukaran pada saat operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Selain itu, mangkok tersebut dikategorikan berdasarkan warna sesuai dengan papan penjumlahan dan pengurangan. Tahap pembuatan alat peraga yang selanjutnya adalah pembuatan kotak dan kartu soal. Kotak kartu dibuat dengan bahan kayu pinus dan kayu triplek. Kotak kartu tersebut digunakan untuk meletakkan kartu angka. Kayu pinus digunakan untuk bagian luar sedangkan kayu triplek digunakan untuk alas. Sedangkan kartu soal dibuat sejumlah 208 kartu. Adapun beberapa tahap yang dilakukan adalah pemilihan kayu, pemotongan, dan finishing. Pada tahap finishing, kotak kartu diberi warna cerah sesuai dengan warna natural kayu pinus. Selanjutnya, peneliti mendesain kartu soal, tanda operasi hitung, dan angka. Desain tersebut dilakukan dengan bantuan program Corel Draw X4. Setelah itu, kartu soal selanjutnya dicetak dengan menggunakan kertas ivory 260 gr. Pencetakan pada masing-masing kartu dibuat secara bolak-balik antara soal dan jawaban. Hal ini dilakukan untuk mempermudah siswa ketika mencocokkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 173
jawaban sebagai pengendali kesalahan. Selain itu, kartu soal tersebut dibuat dengan pengelompokkan materi dan penomoran yang dimulai dari A1.1, A1.2, A1.3, A1.4, A1.5, A2.1, A2.2, A2.3, A2.4, A2.5, B1.1, B1.2, B1.3, B1.4, B1.5, B2.1, B2.2, B2.3, B2.4, dan B2.5. Berikut merupakan rincian kartu soal alat peraga yang dibuat. Tabel 4.46 Kartu Soal Label Kartu A1.1 A1.2 A1.3 A1.4 A1.5 A2.1 A2.2 A2.3 A2.4 A2.5 B1.1 B1.2 B1.3 B1.4 B1.5 B2.1 B2.2 B2.3 B2.4 B2.5
4.
Materi Penjumlahan tanpa teknik menyimpan bilangan dua angka Penjumlahan tanpa teknik menyimpan bilangan tiga angka Penjumlahan tanpa teknik menyimpan bilangan empat angka Penjumlahan tanpa teknik menyimpan bilangan lima angka Penjumlahan tanpa teknik menyimpan bilangan enam angka Penjumlahan dengan teknik menyimpan bilangan dua angka Penjumlahan dengan teknik menyimpan bilangan tiga angka Penjumlahan dengan teknik menyimpan bilangan empat angka Penjumlahan dengan teknik menyimpan bilangan lima angka Penjumlahan dengan teknik menyimpan bilangan enam angka Pengurangan tanpa teknik meminjam bilangan dua angka Pengurangan tanpa teknik meminjam bilangan tiga angka Pengurangan tanpa teknik meminjam bilangan empat angka Pengurangan tanpa teknik meminjam bilangan lima angka Pengurangan tanpa teknik meminjam bilangan enam angka Pengurangan dengan teknik meminjam bilangan dua angka Pengurangan dengan teknik meminjam bilangan tiga angka Pengurangan dengan teknik meminjam bilangan empat angka Pengurangan dengan teknik meminjam bilangan lima angka Pengurangan dengan teknik meminjam bilangan enam angka
Jumlah 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
Validasi Produk Validasi produk dilakukan dengan tujuan untuk menilai rancangan produk
berupa alat peraga maupun album yang dikembangkan oleh peneliti. Berikut merupakan paparan hasil validasi produk yang dilakukan oleh beberapa ahli.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 174
a.
Validasi Produk Alat Peraga Validasi produk dilakukan oleh beberapa ahli, yaitu ahli pembelajaran
matematika, ahli pembelajaran Montessori, ahli pembelajaran matematika berbasis Montessori, dan guru kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu. Proses validasi ini dilakukan dengan cara mempresentasikan alat peraga kepada validator beserta penggunaannya. Selanjutnya, validator menilai sekaligus memberikan masukan berupa kelebihan dan kekurangan dari alat peraga tersebut. Penilaian yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan 5 karakteristik alat peraga Montessori yang terdapat dalam kuesioner validasi produk. Kuesioner tersebut menggunakan skala empat untuk menilai kelayakan produk. Kuesioner tersebut juga menjadi bahan acuan bagi validator dalam menilai alat sesuai dengan 5 ciri pengembangan. Berikut akan dipaparkan hasil validasi alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan. 1) Hasil Validasi Papan Penjumlahan dan Pengurangan Beberapa ahli memberikan validasi kelayakan produk alat peraga ini adalah ahli pembelajaran matematika, ahli pembelajaran Montessori, ahli pembelajaran matematika berbasis Montessori, dan Guru. Berikut merupakan paparan hasil validasi alat peraga. a) Ahli Pembelajaran Matematika Validator ahli pembelajaran matematika adalah salah satu dosen matematika di PGSD Universitas Sanata Dharma. Validasi alat peraga dilakukan pada tanggal 14 November 2014 dengan tujuan untuk menilai kelayakan produk yang telah dikembangkan.
Penilaian
produk
tersebut
berdasarkan
kriteria
yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 175
dikembangkan, yaitu auto-education, auto-correction, menarik, bergradasi, dan kontekstual. Berikut merupakan hasil validasi produk alat peraga oleh ahli pembelajaran matematika yang tersaji dalam tabel 4.47. Tabel 4.47 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran Matematika Ahli 1
1 4
2 4
3 4
Skor Item Pernyataan 4 5 6 7 8 4 4 4 4 4
9 4
10 4
Total 40
Rerata 4
Kategori Sangat Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat rerata skor yang diberikan oleh ahli pembelajaran matematika adalah 4. Rerata skor tersebut jika dibandingkan tabel 3.11 halaman 99, maka rerata skor termasuk dalam kategori sangat baik. Selain itu, ahli pembelajaran matematika memberikan komentar terkait penekanan materi penjumlahan dan pengurangan yang berbeda sehingga siswa perlu diberikan pemahaman agar tidak terjadi miskonsepsi. Komentar tersebut menjai bahan masukan pada saat uji coba lapangan terbatas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa papan penjumlahan dan pengurangan layak digunakan tanpa perbaikan. b) Ahli Pembelajaran Montessori Validator ahli pembelajaran Montessori adalah salah satu dosen mata kuliah Montessori di PGSD Universitas Sanata Dharma. Validasi alat peraga dilakukan pada tanggal 7 November 2014 dengan tujuan untuk menilai kelayakan produk yang telah dikembangkan. Berikut merupakan hasil validasi produk alat peraga oleh ahli pembelajaran Montessori yang tersaji dalam tabel 4.48. Tabel 4.48 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran Montessori Ahli 1
1 4
2 4
Skor Item Pernyataan 3 4 5 6 7 8 4 4 4 4 3 3
9 2
10 1
Total 33
Rerata 3,3
Kategori Sangat Baik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 176
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat rerata skor yang diberikan oleh ahli pembelajaran matematika adalah 3,3. Rerata skor tersebut jika dibandingkan tabel 3.11 halaman 99, rerata skor termasuk dalam kategori sangat baik. Selain itu, ahli pembelajaran matematika memberikan komentar terkait papan penjumlahan dan pengurangan. Berikut merupakan komentar dari ahli Montessori yang disajikan dalam tabel 4.49. Tabel 4.49 Rekapitulasi Komentar Hasil Validitas Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran Montessori Item 1
7
Komentar Perlu pendampingan di awal
Untuk pengurangan, anak perlu dibantu untuk memahami langkahnya, karena berbeda dengan penjumlahan. Kayu dan model yang akan diproduksi terbatas dan pembuat harus paham konsep Montessori
9
10
Agak sulit karena kayu pinus itu lumayan mahal
Keputusan Peneliti memberikan presentasi awal pada saat memaparkan tentang materi pembelajaran. Tahapan presentasi dapat dilihat pada album alat peraga. Konsep penjumlahan dan pengurangan merupakan dua konsep yang berbeda namun keduanya memiliki keterkaitan. Hal ini menjadi penekanan pada saat presentasi materi di awal pada saat uji coba lapangan terbatas. Peneliti juga memberikan desain yang detail kepada tukang kayu agar tidak terdapat kesalahan pembuatan. Selain itu, peneliti melakukan pemeriksa perkembangan produksi alat peraga pada setiap minggunya. Peneliti menggunakan jenis kayu pinus karena kayu tersebut memiliki warna yang cerah, ringan, dan anti rayap. Kelebihan tersebut menjadi pertimbangan bagi peneliti jika dibandingkan dengan beberapa jenis kayu yang lain. Kayu pinus dapat dicari di toko kayu di daerah Yogyakarta. Selain itu, kayu tersebut pun juga tumbuh subur di daerah Kaliurang dan Patuk.
Komentar tersebut menjadi bahan masukan pada saat uji coba lapangan terbatas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa papan penjumlahan dan pengurangan layak digunakan tanpa perbaikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 177
c)
Ahli Pembelajaran Matematika berbasis Montessori Validator ahli pembelajaran matematika berbasis Montessori adalah salah
satu dosen mata kuliah Montessori dan matematika di PGSD Universitas Sanata Dharma. Validator juga menjadi dosen pada beberapa mata kuliah seperti evaluasi pembelajaran, metode penelitian, dan penelitian tindakan kelas (PTK). Selain itu, validator pun pernah menjadi salah satu dosen pendamping club Montesosori. Validasi alat peraga dilakukan pada tanggal 15 November 2014 dengan tujuan untuk menilai kelayakan produk yang telah dikembangkan. Penilaian produk tersebut berdasarkan kriteria yang dikembangkan, yaitu auto-education, autocorrection, menarik, bergradasi, dan kontekstual. Berikut merupakan hasil validasi produk alat peraga oleh ahli pembelajaran Montessori yang tersaji dalam tabel 4.50. Tabel 4.50 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran Matematika berbasis Montessori Ahli 1
1 3
2 3
3 4
Skor Item Pernyataan 4 5 6 7 8 4 3 3 4 4
9 4
10 3
Total 35
Rerata 3,5
Kategori Sangat Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat rerata skor yang diberikan oleh ahli pembelajaran matematika adalah 3,6. Rerata skor tersebut jika dibandingkan tabe 3.11 halaman 99, maka rerata skor termasuk dalam kategori sangat baik. Selain itu, ahli pembelajaran matematika berbasis Montessori memberikan komentar terkait papan penjumlahan dan pengurangan. Berikut merupakan komentar dari ahli Montessori yang disajikan dalam tabel 4.51.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 178
Tabel 4.51 Rekapitulasi Komentar Hasil Validitas Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran Montessori Item 1 2 5
Komentar Didemonstrasikan dulu oleh guru Didemonstrasikan dulu oleh guru Bisa tetapi harus ada pengembangan lebih lanjut
6
Masih bisa dibuat lebih ringan lagi
7
Diproduksi oleh ahli
Keputusan Peneliti memberikan presentasi pada awal pembahasan materi pembelajaran. Peneliti memberikan presentasi pada awal pembahasan materi pembelajaran. Masukan untuk menambahkan kartu angka pada sebelah kanan tidak diakomodasi oleh peneliti karena hal tersebut akan menambah luas alat peraga dan membuat alat peraga semakin berat. Peneliti mempertimbangkan masukan tersebut untuk dikonsultasikan kepada tukang kayu selaku ahli dalam pembuatan alat peraga tersebut. Peneliti meminta bantuan tukang kayu karena beliau merupakan ahli dalam pembuatan alat peraga.
Komentar tersebut menjadi bahan masukan pada saat uji coba lapangan terbatas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa papan penjumlahan dan pengurangan layak digunakan tanpa perbaikan. d) Guru Validator selanjutnya adalah guru. Guru yang menjadi validator penilaian alat peraga adalah guru kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu. Validasi alat peraga dilakukan pada tanggal 18 November 2014 dengan tujuan untuk menilai kelayakan produk yang telah dikembangkan. Berikut merupakan hasil validasi produk alat peraga oleh guru yang tersaji dalam tabel 4.52. Tabel 4.52 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Guru Guru 1
1 4
2 4
Skor Item Pernyataan 3 4 5 6 7 8 4 4 4 3 4 4
9 4
10 4
Total 39
Rerata 3,9
Kategori Sangat Baik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 179
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat rerata skor yang diberikan oleh guru adalah 3,9. Rerata skor tersebut jika dibandingkan tabel 3.11 halaman 99, maka rerata skor termasuk dalam kategori sangat baik. Selain itu, guru juga memberikan komentar terkait berat alat peraga yang dapat diringankan. Hal tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti dan dikonsultasi kepada tukang kayu yang membantu produksi alat peraga. Komentar tersebut menjai bahan masukan pada saat perbaikan produk. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa papan penjumlahan dan pengurangan layak digunakan tanpa perbaikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas produk alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan dalam kategori sangat baik. Berikut merupakan rekapitulasi penilaian validasi produk oleh beberapa ahli yang tersaji dalam tabel 4.53. Tabel 4.53 Rekapitulasi Penilaian Validasi Produk oleh Ahli Penguji Pembelajaran MTK Ahli Montessori Ahli MTK Montessori Guru
1 4 4 3
2 4 4 3
Skor Item Pernyataan 3 4 5 6 7 8 9 10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 1 4 4 3 3 4 4 4 3
4 4 4 4 4 3 4 4 4 Rerata
4
40 33 35
Rerata 4 3,3 3,5
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
39 36,7
3,9 3,67
Sangat Baik Sangat Baik
Total
Kategori
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat rerata skor yang diperoleh dari penilaian alat peraga adalah 3,67 atau 3,7. Rerata skor tersebut jika dibandingkan tabel 3.10 halaman 88 tentang konversi nilai kuantitatif ke kualitatif, maka rerata skor termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa produk alat peraga layak digunakan tanpa perbaikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 180
2) Analisis I Produk papan penjumlahan dan pengurangan yang dikembangkan oleh peneliti termasuk dalam kategori sangat baik berdasarkan hasil penilaian validasi produk. Walaupun demikian, peneliti mempertimbangkan beberapa komentar ahli terhadap alat peraga yang menjadi bahan pertimbangan revisi produk. Adapun pertimbangan tersebut diuraikan penelitian dalam tabel 4.54. Tabel 4.54 Analisis I No. 1.
Validator Ahli pembelajaran Montessori
2.
Ahli pembelajaran matematika berbasis Montessori
Komentar Kayu dan model yang akan diproduksi terbatas dan pembuat harus paham konsep Montessori
Tindak lanjut Peneliti juga memberikan desain yang detail kepada tukang kayu agar tidak terdapat kesalahan pembuatan. Selain itu, peneliti melakukan pemeriksa perkembangan produksi alat peraga pada setiap minggunya. Pada produksi pertama terlihat bahwa hasil produksi sesuai dengan desain yang diberikan. Agak sulit karena Peneliti menggunakan jenis kayu pinus kayu pinus itu karena kayu tersebut memiliki warna lumayan mahal yang cerah, ringan, dan anti rayap. Kelebihan tersebut menjadi pertimbangan bagi peneliti jika dibandingkan dengan beberapa jenis kayu yang lain. Kayu pinus dapat dicari di toko kayu di daerah Yogyakarta. Selain itu, kayu tersebut pun juga tumbuh subur di daerah Kaliurang dan Patuk.Oleh karena itu, peneliti tetap menggunakan jenis kayu pinus. Bisa tetapi harus Masukan untuk menambahkan kartu ada pengembangan angka pada sebelah kanan tidak lebih lanjut diakomodasi oleh peneliti karena hal tersebut akan menambah luas alat peraga dan membuat alat peraga semakin berat. Masih bisa dibuat Peneliti mempertimbangkan masukan lebih ringan lagi tersebut untuk dikonsultasikan kepada tukang kayu selaku ahli dalam pembuatan alat peraga. Berat alat peraga pun sesuai dengan pengembangan kategori sedang yang dikembangkan peneliti sejak awal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 181
No.
Validator
Komentar
Tindak lanjut
penelitian. Peneliti meminta bantuan tukang kayu karena beliau merupakan ahli dalam pembuatan alat peraga. Kalau bisa ukuran Seperti keputusan sebelumnya. beratnya lebih ringan Diproduksi oleh ahli
3.
Guru
Beberapa masukan tersebut menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam merevisi produk. Namun, peneliti masih mempertimbangkan pembuatan alat peraga yang lebih ringan dengan bahan yang sama untuk produksi alat peraga selanjutnya. b. Validasi Album Alat Peraga Validasi album alat peraga dilakukan oleh beberapa ahli, yaitu ahli pembelajaran matematika berbasis Montessori dan ahli bahasa. Dalam proses ini validator menilai sekaligus memberikan masukan berupa kelebihan dan kekurangan album papan penjumlahan dan pengurangan. Validasi membantu peneliti mengkaji penggunaan bahasa dalam kalimat uraian langkah-langkah penggunaan alat peraga sehingga album tersebut dapat digunakan sebagai pedoman penggunaan langkah. Selain itu, validator melakukan penilaian sesuai dengan pedoman yang ada dalam kuesioner. Kuesioner tersebut menggunakan skala empat untuk menilai kelayakan produk album alat peraga. 1) Hasil Validasi Album Papan Penjumlahan dan Pengurangan Beberapa ahli memberikan validasi kelayakan produk alat peraga ini adalah (a) ahli bahasa dan (b) ahli pembelajaran matematika berbasis Montessori. Berikut merupakan paparan hasil validasi album alat peraga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 182
a) Ahli Bahasa Validator ahli bahasa adalah salah satu dosen mata kuliah bahasa Indonesia di PGSD Universitas Sanata Dharma. Validasi album alat peraga dilakukan pada tanggal 17 November 2014 dengan tujuan untuk menilai kelayakan produk album alat peraga sebagai pedoman penggunaan alat peraga yang telah dikembangkan. Validasi tersebut juga bertujuan untuk menilai penggunaan bahasa dan. Berikut merupakan hasil validasi produk album alat peraga oleh ahli bahasa yang tersaji dalam tabel 4.55. Tabel 4.55 Hasil Validasi Album Alat Peraga oleh Ahli Bahasa Ahli 1
1 4
Skor Item Pernyataan 2 3 4 5 4 4 4 4
6 4
Total
Rerata
Kategori
24
4
Sangat Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat rerata skor yang diberikan oleh guru adalah 4. Rerata skor tersebut jika dibandingkan tabel 3.11 halaman 99 tentang konversi nilai kuantitatif ke kualitatif, maka rerata skor termasuk dalam kategori sangat baik. Selain itu, ahli bahasa tidak memberikan komentar terkait dengan album alat peraga. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa papan penjumlahan dan pengurangan layak digunakan tanpa perbaikan. b) Ahli Pembelajaran Matematika berbasis Montessori Validator ahli pembelajaran matematika berbasis Montessori adalah salah satu dosen mata kuliah Montessori dan matematika di PGSD Universitas Sanata Dharma. Validasi album alat peraga dilakukan pada tanggal 15 November 2014 dengan tujuan untuk menilai proses atau langkah-langkah presentasi alat peraga terutama kesesuaiannya dengan metode Montessori. Selain itu, validator pun juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 183
mengkaji dari segi konsep matematika yang digunakan peneliti untuk menjelaskan alat peraga. Berikut merupakan hasil validasi produk album alat peraga oleh ahli pembelajaran matematika berbasis Montessori yang tersaji dalam tabel 4.56. Tabel 4.56 Hasil Validasi Album Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran Matematika berbasis Montessori Ahli 1
1 4
Skor Item Pernyataan 2 3 4 5 4 4 4 3
6 4
Total
Rerata
Kategori
23
3,83
Sangat Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat rerata skor yang diberikan oleh guru adalah 3,83. Rerata skor tersebut jika dibandingkan tabel 3.11 halaman 99 rerata skor termasuk dalam kategori sangat baik. Selain itu, ahli pembelajaran Montessori tidak memberikan komentar terkait dengan album alat peraga. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa papan penjumlahan dan pengurangan layak digunakan tanpa perbaikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas produk alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan dalam kategori sangat baik. Berikut merupakan rekapitulasi penilaian validasi album alat peraga oleh beberapa ahli yang tersaji dalam tabel 4.57. Tabel 4.57 Rekapitulasi Penilaian Validasi Album oleh Ahli Ahli 1 2
1 4 4
Skor Item Pernyataan 2 3 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 Rerata
6 4 4
Total
Rerata
Kategori
24 23 23,5
4 3,83 3,91
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 184
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat rerata skor yang diperoleh dari penilaian album alat peraga adalah 3,91. Rerata skor tersebut jika dibandingkan tabel 3.11 halaman 99 tentang konversi nilai kuantitatif ke kualitatif, maka rerata skor termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa album alat peraga layak digunakan tanpa perbaikan. 5.
Uji Coba Terbatas Uji coba lapangan terbatas dilakukan pada siswa kelas II.1 SD BOPKRI
Gondolayu pada tanggal 17-22 November 2014 pada pukul 10.00-11.30 WIB. Kegiatan ini dilakukan dengan cara pendampingan lima siswa yang mempunyai nilai matematika yang diambil secara acak berdasarkan hasil ujian tengah semester ganjil 2014/ 2015. Sebelum dilakukan bimbingan belajar kepada lima siswa tersebut, peneliti mengadakan pretest guna mengetahui kemampuan awal siswa. Bimbingan belajar dilakukan bersama lima siswa dalam satu kelompok belajar dan dilakukan dengan cara bergiliran saat mencoba menggunakan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan. Pertemuan yang dilakukan sebanyak lima kali memungkinkan bagi siswa untuk mencoba alat peraga dari setiap hal yang dijarkan oleh guru dimulai dari
materi nilai tempat, penjumlahan,dan
pengurangan. a.
Data dan Analisis Tes Peneliti melakukan uji coba lapangan terbatas dengan serangkaian kegiatan
pendampingan dengan menggunakan alat peraga penjumlahan dan pengurangan Montessori. Sebelum produk alat peraga digunakan oleh siswa, peneliti melakukan tes awal (pretest) untuk mengetahui pengetahuan awal tentang materi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 185
penjumlahan dan pengurangan. Instrumen soal pretest terdiri dari 15 butir. Selain itu, instrumen soal yang digunakan telah diuji validitas dan reliabilitasnya sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian. Hasil yang diperoleh dari posttes dan posttest selanjutnya diolah dengan menggunakan rumus 3.3 unutk menghitung nilai akhir. Berikut merupakan hasil pretest dan posttest siswa dalam penelitian ini. Tabel 4.58 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Ste Ama Mar Ped Gra Rerata
Nilai Pretest 35 48,8 52,2 43,3 13,3 38,52
Posttest 93,3 97 97 97 90 94,86
Tabel rekapitulasi nilai siswa menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil dari pelaksanaan pretest dan posttest. Tabel 4.58 menunjukkan bahwa, siswa pertama yaitu Ste mendapatkan nilai pretest 35, sedangkan pada posttest mendapatkan nilai 93,3. Siswa kedua yaitu Ama mendapatkan nilai pretest sebesar 48,8, kemudian ketika posttest mendapat nilai sebesar 97. Sama dengan siswa yang lain, siswa ketiga yaitu Mar mendapatkan nilai pretest sebesar 52,2, sedangkan ketika posttest mendapatkan nilai sebesar 97. Siswa selanjutnya adalah Ped, Ped mendapatkan nilai pretest sebesar 43,3, kemudian pada saat posttest mendapatkan nilai sebesar 97. Siswa terakhir adalah Gra. Gra mendapatkan nilai pretest sebesar 13,3, sedangkan pada saat posttest mendapatkan nilai sebesar 90. Berdasarkan hasil pretest dan posttest, maisng-masing siswa menunjukkan perbedaan nilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 186
pada saat pretest dan posttest. Perbedaan nilai masing-masing siswa dari hasil pretest dan posttest disajikan pada grafik 4.1. 120 100 80 pretest
60
posttest 40 20 0 Ste
Ama
Mar
Ped
Gra
Grafik 4.1 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest pada Masing-Masing Siswa
Grafik 4.1 menunjukkan perbedaan nilai posttest dan pretest dari masingmasing siswa. Grafik tersebut memberikan gambaran bahwa setiap siswa mendapatkan nilai yang berbeda pada saat pretest dan posttest. Jika dilihat secara keseluruhan dari hasil rerata, perbedaan rerata nilai siswa mencapai 53,74 (lihat Tabel 4.53) Perbedaan rerata nilai pretest dan posttest disajikan secara sederhana menggunakan grafik 4.2 berikut ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 187
100 80 60 pretest
40
posttest 20 0 Rerata Nilai
Grafik 4.2 Perbandingan Rerata Skor Pretest dan Posttest
b. Data dan Analisis Kuesioner Penilaian kualitas produk pada uji coba lapangan terbatas dilakukan oleh 5 siswa kelas II.1 sejumlah lima siswa. Validasi dilakukan sesudah pelaksanaan pendampingan belajar menggunakan papan penjumlahan dan pengurangan, yaitu pada tanggal 22 November 2014. Instrumen validasi menggunakan kuesioner yang sama dengan kuesioner validasi produk oleh ahli, namun diuraikan dalam kalimat pernyataan yang berbeda. Berikut ini hasil rekapitulasi validasi produk yang dilakukan oleh siswa pada uji coba lapangan terbatas yang tersaji dalam tabel 4.59. Tabel 4.59 Rekapitulasi Hasil Validasi Produk oleh Siswa Siswa Ste Ama Mar Ped Gra
1 4 3 4 2 4
2 4 4 4 3 4
Skor Item Pernyataan 3 4 5 6 7 8 9 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 Rerata
10 4 4 4 3 4
Total
Rerata
Kategori
38 38 40 33 40 37,8
3,8 3,8 4 3,3 4 3,78
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 188
Setiap siswa memberikan penilaian yang berbeda-beda. Rerata skor yang diperoleh paling rendah 3,3 dan tertinggi skor 4,0. Keseluruhan rerata skor siswa sebesar 3,8. Jika dibanding dengan tabel 3.11 halaman 99 tentang konversi nilai kuantitaif dan kualitatif, maka rerata skor yang diperoleh termasuk dalam kategori sangat tinggi. Selain itu, siswa tidak memberikan komentar pada kolom yang telah disediakan. Oleh karena itu, penilaian tersebut menunjukkan bahwa alat peraga penjumlahan dan pengurangan layak digunakan untuk pembelajaran. c.
Analisis II Analisis II dilakukan setelah melakukan uji coba lapangan terbatas, sehingga
peneliti
dapat menyimpulkan
hasil
penilaian
alat
peraga
yang
telah
dikembangkan oleh peneliti. Tabel 4.60 Rekapitulasi Hasil validasi Produk oleh Ahli dan Siswa Penilai
Rerata
Kategori
Ahli Matematika Ahli Montessori Ahli Matematika Montessori Guru Kelas II Ste Ama Mar Ped Gra Rerata
4 3,3 3,5 3,9 3,8 3,8 4 3,3 4 3,73
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Berdasarkan tabel tersebut, rerata skor hasil penilaian alat peraga mencapai 3,73. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 99, maka rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil tersebut menunjukkan alat peraga penjumlahan dan pengurangan Montessori layak digunakan. Selain itu, peneliti juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 189
melakukan perbaikan produk dengan mempertimbangkan beberapa saran/ masukan yang diperoleh dari beberapa ahli. Hasil validasi produk yang telah diberikan oleh ahli dan siswa menjadi bahan pertimbangan peneliti dalam revisi produk. Melalui uji validasi tersebut, beberapa ahli memberikan komentar dan masukan mengenai alat peraga. Komentar tersebut selanjutnya dipertimbangkan sebagai bahan revisi produk. Berikut merupakan revisi produk yang dilakukan oleh peneliti. Tabel 4.61 Revisi Produk No. 1.
Nama Alat Kotak ManikManik dan Mangkok
Gambar Sebelum Revisi
Setelah Revisi
Keterangan
Revisi dilakukan atas pertimbangan efisien tempat kotak manikmanik dan tanda operasi hitung yang Tempat manik-manik dan Tempat manik-manik dan tidak memiliki mangkok warna merah, mangkok warna merah, tempat. biru, dan hijau, serta biru, dan hijau. tanda operasi hitung untuk penjumlahan dan pengurangan.
B. Pembahasan Penelitian ini didasarkan dari hasil identifikasi masalah wawancara dan observasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa ketersediaan alat peraga di Sekolah Dasar masih terbatas sebagai pendukung pembelajaran. Selain itu, keterbatasan waktu guru dalam membuat menjadi salah satu kendala. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan hasil kuesioner analisis kebutuhan. Salah satu dampak dari beberapa kondisi tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 190
adalah siswa mengalami kesulitan belajar dalam mata pelajaram matematika. Permasalahan yang dihadapi siswa terletak pada materi penjumlahan dan pengurangan (Komunikasi dengan siswa, 31 Agustus-1 September 2014). Data kuesioner tersebut tidak sesuai dengan pendapat guru. Hasil dari kuesioner menunjukkan sebanyak 6 guru atau sebanyak 100% berpendapat bahwa alat peraga dapat membantu siswa memahami konsep matematika. Hal tersebut juga didukung dari sejumlah 41 responden dari 50 menyukai belajar matematika dengan menggunakan alat peraga. Minat guru semakin tampak ketika guru menginginkan alat peraga pembelajaran yang dapat membantu siswa belajar. Ketertarikan tersebut juga diungkapkan oleh kepala sekolah yang menyatakan bahwa adanya keinginan untuk pelatihan pembuatan alat peraga. Berbagai paparan di atas menjadi salah satu pertimbangan bagi peneliti untuk melakukan penelitian dan pengembangan tentang alat peraga matematika. Pengembangan yang dilakukan menggunakan metode Montessori dengan mengadopsi empat ciri alat peraga seperti menarik, bergradasi, auto-education, dan auto-gradation serta menambahkan satu ciri yaitu kontekstual. Kelima ciri tersebut menjadi pedoman bagi pengembangan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, kelima ciri tersebut selanjutnya dikembangkan ke dalam 10 pertanyaan dalam kuesioner. Kuesioner yang digunakan peneliti merupakan jenis kuesioner terbuka yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada responden untuk menyampaikn pendapat maupun jawaban secara bebas. Kuesioner analisis kebutuhan menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 191
landasan untuk mengetahui kebutuhan alat peraga untuk siswa maupun guru. Berikut merupakan paparan hasil kuesioner analisis kebutuhan. Tabel 4.62 Analisis Ciri Alat Peraga yang Dikembangkan Ciri Autoeducation
No. 1.
2.
Kontekstual 3.
4.
Menarik
5
Jawaban Responden Sebanyak 5 guru atau 83,33% pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran, hal tersebut juga didukung dengan hasil kuesioner yang menjawab 58% atau 29 anak pernah menggunakan alat peraga pembelajaran. Beberapa alat peraga yang disebutkan oleh siswa antara lain spidol dan manik-manik, namun kedua alat peraga ini tidak disebutkan oleh guru. Sebanyak 41 siswa atau sebanyak 82% menyukai belajar dengan menggunakan alat peraga. Hal tersebut karena dengan menggunakan alat peraga siswa lebih mudah dalam belajar, materi menjadi jelas dipahami, dan sebagainya. Hal ini diperkuat dari hasil yang menunjukkan bahwa sebanyak 6 guru atau sebanyak 100% menyetujui bahwa penggunaan alat peraga dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. Sebanyak 37 siswa sudah pernah menggunakan benda-benda di sekitar untuk belajar. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil kuesioner dari guru bahwa sebanyak 6 guru mau membuat alat peraga dengan memanfaatkan halhal di sekitar. Berikut hasil rekapitulasi bahan pembuatan alat peraga yang dipih oleh responden. Kayu = 37 Besi = 3 Kertas= 18 Plastik= 31 Lainnya=
Keputusan Uraian dan jawaban responden ini menjadi dasar bagi peneliti untuk mengembangkan alat peraga ciri autoeducation. Hal tersebut dikembangkan agar anak mampu belajar mandiri dengan menggunakan alat peraga.
Kontekstual menjadi ciri tambahan karena dapat membantu siswa memahami materi pelajaran. Kontekstual dalam hal ini memanfaatkan beberapa potensi lokal. Salah satunya memanfaatkan kayu pinus sebagai bahan utama pembuatan. Kayu pinus dapat ditemukan di daerah Yogyakarta terutama daerah Patuk dan kaliurang merupakan penghasil kayu pinus.
Sebanyak 6 guru atau sebanyak 100% Pemberian warna menjadi menyukai jika alat peraga diberi warna hal yang menarik dari yang manarik. Hal tersebut sama sebuah alat peraga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 192
Ciri
No.
6
Gradasi
7.
8.
Autocorretion
9.
10.
Jawaban Responden dengan hasil kuesioner siswa yang menyatakan bahwa sebanyak 99% juga berpendapat bahwa pemberian warna dapat membuat alat peraga menarik. 5 warna dengan pemilih terbanyak yang menjadi rekomendasi adalah : Merah = 35 Kuning = 34 Hijau = 29 Biru = 22 Cokelat= 10
Keputusan Kelima warna tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti. Namun, peneliti juga mengadopsi beberapa warna yang digunakan oleh Montessori pada alat yang akan dikembangkan. Karena dalam metode Motenssori, konsistensi merupakan hal yang penting agar tidak membuat anak bingung ketika menggunakannya. Warna yang dipilih antara lain merah, hijau, biru, dan cokelat dengan kategori warna cerah. Uraian jawaban tersebut menjadi bahan pertimbangan peneliti untuk membuat 1 alat peraga namun mencakup beberapa materi pembelajaran.
Sebanyak 44 siswa memilih 1 alat peraga digunakan untuk beberapa materi pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan hasil kuesioner guru yang menunjukkan bahwa 4 guru memilih penggunaan 1 alat peraga utuk kebih dari 1 materi. Hal tersebut dikarenakan penghematan dalam hal pendanaan, waktu, dan tempat penyimpanan. Ringan = 12 Berdasarkan hasil Sedang = 42 tersebut, peneliti Berat = 2 merekomendasikan ukuran sedang dengan kisaran berat sekitar 1,5-3 kg. Sebanyak 35 siswa atau sebesar 70% Jawaban dari responden memilih menemukan kesalahan sendiri tersebut menjadi bahan melalui alat peraga. Hal tersebut pertimbangan peneliti diperkuat dengan hasil kuesioner guru bahwa ciri autoyang menunjukkan hasil sebanyak 6 correction menjadi salah guru atau 100% memilih dapat satu ciri yang akan membantu siswa menyadari dikembangkan. Ciri kesalahannya sendiri. Hal tersebut tersebut tampak pada alat karena anak dapat belajar secara peraga yang memiliki mandiri dan membantu siswa dalam pengendali kesalahan atas memahami materi. aktivitas atau pekerjaan Sebanyak 100% guru berpendapat yang dilakukan anak. bahwa penggunaan alat peraga matematika dapat membantu siswa untuk menemukan jawaban yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 193
Ciri
No.
Jawaban Responden benar. Hal tersebut juga disampaikan oleh 45 anak terbantu untuk menemukan jawaban yang benar dengan menggunakan alat peraga.
Keputusan
Berdasarkan hasil analisis tersebut, penelitian mengembangkan alat peraga sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa yang dipaparkan dari jawaban kuesioner. Alat peraga tersebut dikembangkan berdasarkan 5 ciri yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction, dan kontekstual. Selanjutnya, alat peraga tersebut divalidasi kepada beberapa ahli seperti ahli pembelajaran matematika, pembelajaran matematika Montessori, dan guru kelas II. Hasil validasi tersebut menjadi bahan evaluasi peneliti atas pengembangan 5 ciri alat peraga. Berikut merupakan hasil validasi yang dilakukan oleh beberapa beserta analisis dari berbagai masukan/ saran yang disampaikan. Tabel 4.63 Analisis Pengembangan berdasarkan Ciri Alat Peraga Montessori Indikator Autoeducation
Deskripsi Papan
penjumlahan
dan
1
Ahli 2 3
4
Rata -rata
Ket
4
4
3
4
3,75
SB
4
4
3
4
3,75
SB
4
4
4
4
4
SB
4
4
4
4
4
SB
4
4
3
4
3,75
SB
pengurangan
Montessori dapat digunakan secara mandiri oleh siswa. Papan penjumlahan dan pengurangan Montessori mengajarkan konsep matematika secara mandiri.
Autocorrection
Warna papan penjumlahan dan pengurangan Montessori membuat siswa tertarik untuk belajar matematika. Bentuk
papan
penjumlahan
dan
pengurangan Montessori menarik bagi siswa untuk belajar. Menarik
Papan
penjumlahan
Montessori
dapat
dan
pengurangan
digunakan
untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 194
Indikator
Deskripsi
1
Ahli 2 3
4
Rata -rata
Ket
4
4
3
3
3,5
SB
4
3
4
4
3,75
SB
4
3
4
4
3,75
SB
4
2
4
4
3,5
SB
4
1
3
4
3
B
40
33
35
39
3,67
SB
kompetensi dasar yang berbeda. Papan
penjumlahan
dan
pengurangan
Montessori memiliki ukuran berat yang sesuai dengan karakteristik siswa. Bergradasi
Penggunaan
papan
penjumlahan
dan
pengurangan Montessori dapat membantu siswa menemukan kesalahannya sendiri pada saat mengerjakan soal-soal latihan. Penggunaan
papan
penjumlahan
dan
pengurangan Montessori dapat membantu siswa menemukan jawaban dari soal latihan dengan benar. Konteks -tual
Bahan yang digunakan untuk membuat papan
penjumlahan
Montessori
mudah
dan
pengurangan
didapatkan
dari
lingkungan sekitar. Papan
penjumlahan
Montessori
dapat
dan
pengurangan
diproduksi
oleh
masyarakat sekitar. Total
Berdasarkan tabel tersebut dapat terlihat bahwa 9 item dari 5 indikator mendapatkan nilai pada kategori sangat baik dan 1 item dari ciri kontekstual mendapatkan nilai pada kategori baik. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa pengembangan alat peraga tersebut sudah sesuai dengan ciri-ciri alat peraga Montessori dan satu ciri tambahan. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan sesuai dengan ciri-ciri yang dikembangkan. Alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan selanjutnya diujicobakan kepada sekelompok siswa kelas II di SD BOPKRI Gondolayu. Setelah melakukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 195
uji coba secara terbatas, peneliti meminta siswa untuk melakukan penilaian terkait dengan papan penjumlahan dan pengurangan yang telah digunakan. Hasil dari penilaian tersebut menjadi bahan evaluasi pengembangan yang telah dilakukan oleh peneliti. Berikut merupakan hasil validasi produk yang dilakukan oleh siswa setelah mengikuti uji coba terbatas. Tabel 4.64 Analisis Pengembangan berdasarkan Ciri Alat Peraga Montessori Oleh Siswa Indikator Autoeducation
Deskripsi Saya
dapat
menggunakan
Siswa 3 4
5
Rata -rata
Ket
2
4
3,4
SB
4
3
4
3,8
SB
4
4
3
4
3,8
SB
3
4
3
3
4
3,4
SB
4
3
3
4
3
3,4
SB
3
4
4
4
4
3,8
SB
4
4
4
3
4
3,8
SB
4
4
4
4
4
4
SB
1
2
4
3
4
4
4
4
papan
penjumlahan dan pengurangan Montessori tanpa bantuan orang lain. Saya dapat mengerti materi yang dipelajari dengan menggunakan papan penjumlahan dan pengurangan Montessori.
Autocorrection
Saya tertarik belajar matematika karena saya suka dengan warna papan penjumlahan dan pengurangan Montessori. Saya
tertarik
dengan
bentuk
papan
penjumlahan dan pengurangan Montessori. Menarik
Saya
dapat
menggunakan
papan
penjumlahan dan pengurangan Montessori untuk menjumlahkan bilangan sampai 6 angka. Saya tidak merasa kesulitan saat membawa atau memindahkan papan penjumlahan dan pengurangan Montessori. Bergradasi
Saya dapat mengetahui kesalahan saat mengerjakan soal tanpa bantuan orang lain dengan menggunakan papan penjumlahan dan pengurangan Montessori. Saya dapat menemukan jawaban yang benar saat menggunakan papan penjumlahan dan pengurangan Montessori.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 196
Indikator Konteks -tual
Deskripsi Saya
dapat
digunakan
menemukan untuk
bahan
membuat
Siswa 3 4
5
Rata -rata
Ket
4
4
4
SB
4
3
4
3,8
SB
40
33
40
3,78
SB
1
2
4
4
4
4
4
38
38
yang papan
penjumlahan dan pengurangan Montessori dengan mudah di lingkungan sekitar. Menurut saya papan penjumlahan dan pengurangan dapat dibuat oleh Bapak/ Ibu guru atau orang lain. Total
Berdasarkan tabel tersebut, dapat terlihat bahwa seluruh item dari 5 indikator mendapatkan nilai pada kategori sangat baik. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa pengembangan alat peraga tersebut sudah sesuai dengan ciri-ciri alat peraga Montessori dan satu ciri tambahan. Hasil tersebut dianalisis kembali dengan data yang diperoleh dari hasil uji validasi produk oleh ahli. Berikut merupakan hasil penilaian papan penjumlahan dan pengurangan dari ahli maupun siswa. Tabel 4.65 Rekapitulasi Analisis Pengembangan berdasarkan Ciri Alat Peraga Montessori oleh Ahli dan Siswa Nomor Item 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Indikator Auto-education Auto-correction Menarik Bergradasi Kontekstual Total
1 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 38
2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 38
Siswa 3 4 4 2 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 40 33
5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 40
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
Ahli 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 2 4 1 3 33 35
4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 39
Rata-rata
Ket
3,56 3,78 3,89 3,67 3,56 3,67 3,78 3,89 3,78 3,44 3,73
SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 197
Berdasarkan data tersebut, dapat terlihat bahwa pengembangan papan penjumlahan dan pengurangan sesuai dengan 5 ciri alat peraga. Hal tersebut terlihat dari kesepuluh item mendapatkan kategori sangat baik. Selain itu, kualitas alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan pun dapat terlihat dari rerata skor akhir. Rerata skor yang diperoleh dari penilaian produk sebesar 3,73. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas papan penjumlahan dan pengurangan termasuk dalam kategori sangat baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
Uraian dalam bab ini memaparkan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing subbab tersebut.
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori yang dikembangkan memiliki ciri-ciri (1) menarik yang ditunjukkan dari warna papan penjumlahan dan pengurangan serta manik-manik, (2) bergradasi yang ditunjukkan dari gradasi nilai tempat, (3) dapat digunakan secara mandiri (auto-education) terlihat pada saat anak dapat menggunakan secara mandiri dalam mengerjakan soal latihan, (4) mempunyai pengendali kesalahan (auto-correction) ditunjukkan dari warna dan jumlah manik-manik dan jawaban pada kartu soal, serta (5) terbuat dari bahan-bahan yang mudah didapat (kontekstual) yang ditunjukkan dari penggunaan kayu pinus sebagai bahan pembuatan alat peraga.
2.
Alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori yang dikembangkan memiliki kualitas sangat baik dilihat dari perolehan skor validasi ahli. Perolehan skor rerata yang didapatkan yaitu sebesar 3,73
198
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
sehingga
alat
peraga
papan
penjumlahan
dan
pengurangan
199
yang
dikembangkan layak untuk pengujian tahap berikutnya.
B. Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain: 1.
Kehadiran siswa yang tidak rutin pada saat pendampingan membuat peneliti perlu mengulang materi yang tertinggal.
2.
Validasi instrumen kuesioner kelayakan produk hanya dilakukan oleh satu ahli bahasa. Hal tersebut berbeda dari perencanaan yang telah disusun.
C. Saran Beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya antara lain: 1. Perhitungkan waktu sebaik mungkin agar penggunaan alat peraga dapat maksimal. 2. Lakukan penelitian paling tidak hingga tahap berikutnya. 3. Pertimbangkan waktu yang cukup untuk proses validasi instrumen.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
200
DAFTAR REFERENSI
Al-Absi, M. M., & M. B. Nofal. (2010). The effect of using manipulatives on the mathematical achievement of the first grade students. Damascus University Journal Vol. 26 No. (4) Diakses pada tanggal 29 Agustus 2013, dari http://www.damascusuniversity.edu.sy/mag/edu/images/stories/37--54.pdf. Ali, M., & Asrori, M. (2014). Metodologi dan aplikasi riset pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arifin, Z. (2009). Evaluasi pembelajaran: Prinsip, teknik, dan prosedur. Bandung: PT remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian (Revisi VI ed.). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Asyhar, R. (2012). Kreatif mengembangkan media pembelajaran. Jakarta: PT Referensi.
Azwar, S. (2012). Tes prestasi: fungsi pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar isi dan Standar Kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar . Jakarta: BP. Cipta Jaya.
Borg, W. R. & Gall, M.D. (1983). Educational research: An introduction (4ed). New York & London: Longman.
Crain, W. (2007). Teori perkembangan, konsep dan aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cresswell, W. (2012). Reserch desigen: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
201
___________. (2014). Penelitian kualitatif & desain riset: Memilih di antara lima pendekatan (Ed. Ke-3). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darmawaty, H. (2012). Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa menggunakan kantong bilangan pelajaran matematika kelas II SDN 07 Sebalo. Artikel Penelitian. Pontianak: Universitas Tanjungpura. Diakses dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&c ad=rja&uact=8&ved=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fjurnal.untan.ac.id %2Findex.php%2Fjpdpb%2Farticle%2FviewFile%2F1695%2Fpdf&ei=TG7l VP6_L4GRuATaILwAw&usg=AFQjCNHGVBvcx1IxO27VpTb4BbYbtrsU Mw&sig2=BNiJ8bAcptI3towmjE4p3A&bvm=bv.85970519,d.c2E.
Depdikbud. (2007). Standar isi kurikulum KTSP 2007. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Djiwandono, S.E. (2006). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Gramedia.
Gall, M. D., Gall, J. P., & Borg, W. R. (2007). Educational research: An introduction. Boston: Pearson.
Goenawan, S. I., & Santoso, A. A. (2014). Metode horisontal penjumlahan dan pengurangan ajaib. Jakarta: PT Gramedia.
Gutek, G. L. (2013). Metode Montessori: Panduan wajib untuk guru dan orangtua didik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). (A. L. Lazuardi, Penerj.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hainstock, E. G. (1997). The essential Montessori. USA: Penguin Books.
Haladyna, T. M., Downing, S. M., & Rodriguez, M. C. (2002, Maret). A review of multiple-choice item-writing guidelines for classroom assessment. Applied measurement in education, 15, 309-334.
Hamalik, O. (2007). Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
202
Heruman. (2008). Model pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Holt, H. (2002). Mathematics. Canada: Owl Books.
______. (2008). The absorbent mind, pikiran yang mudah menyerap. (Dariyatno, Penerj.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jihad, A., & Haris, A. (2012). Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Johnson, E. B. (2010). Contextual teaching & learning: Menjadikan kegiatan belajar-mengajar mengasyikkan dan bermakna. (I. Setiawan, Penerj.) Bandung: Kaifa.
Kamus, T. P. (2005). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kamus, T. P. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia (Kedua ed.). Jakarta: Balai Pustaka.
Kemendikbud. (2011). Survei International Pisa. Artikel. Diakses pada 15 Agustus 2011 dari http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/surveiinternasional-pisa.
Kompas. (2013, Desember 5). Skor PISA : Posisi Indonesia nyaris jadi juru kunci. Diakses dari http://www.kopertis12.or.id/2013/12/05/skor-pisa-posisiindonesia-nyaris-jadi-juru-kunci.html.
Lillard, P. P. (1996). Montessori today : A comprehensive approach to education from birth to adulthood. New York: Schocken Books.
__________. (1997). Montessori in the classroom : A teacher's account of flow. New York: Schocken Books.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
203
Lillard P.P., & Jessen, L.L. (2003). Montessori from the start: the child at home from birth to age three. New York: Schocken Books.
Lillard, A. S. (2005). Montessori : The science behind the genius. New York: Oxford University Press.
Lillard, & Else-Quest, N. (2006). Evaluating Montessori education. Montessori validated. Diakses 4 Juni 2013, dari http://montessori.org.au/research/MontessoriValidatedByResearch.pdf.
Magini, A. P. (2013). Sejarah pendekatan Montessori. Yogyakarta: Kanisius.
Mardapi, Djemari. (2008). Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Montessori, M. M. (1961). Maria Montessori‟s contribution to the cultivation of the mathematical mind. International review of education Vol. 7 No. 2 Diakses pada tanggal 29 Agustus 2013, dari http://www.jstor.org/stable/pdfplus/3441716.pdf.
Meggit, C. (2012). Memahami perkembangan anak. (Theodora, Penerj.). Jakarta: PT Indeks.
Montessori , M. (2002). The Montessori method. New York: Frederick A. Stokes Company.
Morrison, George S. (2012) Dasar-dasar pendidikan anak usia dini (PAUD). Jakarta: PT Indeks.
Munadi. Y. (2010). Media pembelajaran, sebuah pendekatan baru. Jakarta: Gaung Persada Press.
Nienhuis. (2012). Nienhuis Montessori. California: Nienhuis Montessori.
Purwanto. (2009). Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
204
Sadiman, A. S., Raharjo, R., Haryono, A., & Rahardjito. (2009). Media pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sari, D. N., Andriana, R., & Ali, M. (2011). Matematika 2 SD kelas II. Jakarta: Yudhistira.
Sawiningsih. (2009). Penggunaan metode penemuan untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran matematika pada konsep penjumlahan kelas II semester I SDN Bedoro 2 Sambungmacan Sragen Tahun Pelajaran 2009/ 2010. Skripsi. Diakses dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&c ad=rja&uact=8&ved=0CBsQFjAA&url=http%3A%2F%2Feprints.uns.ac.id% 2F9294%2F1%2F136340908201002411.pdf&ei=iW7lVOi7Jc6hugSKooGoD g&usg=AFQjCNGediNAgsUvVeuT2T2BV3P_wbK6Jw&sig2=ljGChqGMV drdeG3p2zExwg&bvm=bv.85970519,d.c2E.
Siregar, E & Nara, H. (2011). Teori belajar dan pembelajaran. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Soesilowati. (2011). Perkalian itu Asyik dan Menyenangkan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Somantri, T. S. (2007). Psikologi anak luar biasa. Bandung: PT Refika Aditama.
Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2007). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumantri, M., & Syaodih, N. (2009). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sundayana, R. (2014). Media dan alat peraga dalam pembelajaran matematika untuk guru, calon guru, orang tua, dan para pecinta matematika. Bandung: Alfabeta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
205
Suparno, P. (2001). Teori perkembangan kogniti Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.
Suprananto, K. (2012). Pengukuran dan penilaian pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Supratiknya, A. (2012). Penilaian hasil belajar dengan teknik nontes. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Susanto, A. (2013). Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
Susilawati, M. (2011). Pengenalan Metode Investigasi dalam Pembelajaran Matematika pada Konsep Pecahan di SDN 11 Peguyangan Denpasar. Udayana Mengabdi, 10, 99-101. Diakses dari http://ojs.unud.ac.id/index.php/jum/article/view/2103/1292
Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan pembelajaran: Teori dan konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
The World Bank. (2011). Transforming Indonesia's teaching force (Vol. 2). Jakarta: The World Bank Office. Diakses dari http://siteresources.worldbank.org/EDUCATION/Resources/2782001099079877269/5476641099080063795/Transforming_Indonesia_teaching_force.pdf
Trianto. (2010). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif : Konsep, landasan, dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Wahyuningsih, I. (2011). Pengaruh model pendidikan Montessori terhadap hasil belajar matematika siswa. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Diakses dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/4715
Walle, J. A. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan menengah. Jakarta: Erlangga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
206
Widoyoko, S. E. (2009). Evaluasi program pembelajaran: Panduan praktis bagi pendidik dan calon pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
____________. (2014). Penilaian hasil pembelajaran di sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yusuf, Syamsu. (2009). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Yusuf, S., & Sugandhi, N. (2011). Perkembangan peserta didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[1]
Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Potensi Masalah Lampiran 1.1 Transkrip Wawancara dengan Kepala SD BOPKRI Gondolayu P
: Bagaimana proses belajar mengajar secara umum di SD Bopkri Gondolayu terkait dengan pembelajaran matematika?
KS
: Yaa jadi masing-masing guru punya metode tersendiri.. yaa bagaimana cara guru itu bisa menyampaikan materi disesuaikan dengan kondisi kelas, ya jadi mungkin kelas A mungkin berbeda dengan cara dengan kelas yang satunya begitu, itu yang tahu persis wali kelas.. ya untuk metodenya
P
: Jadi disesuaikan dengan …
KS
: Kondisi kelasnya, injeh..
P
: Kemudian nomor dua, apa saja yang didapatkan oleh siswa terkait dengan mata pelajaran matematika?
KS
: (batuk-batuk) (ambil minum) kalo prestasi.. untuk lomba-lomba memang kami kadang ada ikutkan tapi untuk secara khusus matematika kami belum mendapat kejuaraan yang istimewa begitu.. tetapi hasil dari UN itu juga ada yang dibidang matematika yang dapat nilai seratus, sepuluh gitu..
P
: Kemudian tentang siswa sd bopkri disini terkait dengan mata pelajaran matematika itu sendiri bagaimana buk? jadi apakah tertarik?
KS
: Itu juga bervariasi..
P
: Ohh begitu..
KS
: Ada anak yang memang suka matematika pinter, dia suka semakin suka, tetapi ada anak yang merasa tidak mampu terus menjadi ketakutan juga ada..
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
P
[2]
: Terkadang apakah tentang yang mungkin bisa dibilang negatif itu menurut
ibu
apa
penyebabnya
atau
faktor
apa
saja
yang
mempengaruhi? KS
: Yang pertama mungkin dari anak sendiri njeh…, karena dia mungkin dalam ulangan ataupun nilainya jelek-jelek terus minder terus menjadi ketakutan tersendiri, ada anak yang seperti itu.. kemudian bisa juga karena ditimbulkan dari mungkin, eee guru kurang kreatif dalam penggunaan alat peraga bisa jadi seperti itu..
P
: Kemudian, apakah siswa sd disini mengalami kesulitan dalam mata pelajaran matematika, secara umum?
KS
: Secara umum tidak sih tapi memang ada juga yang, yang kalau yang sudah takut ya jadinya, … nilai jadi jelek..
P
: Kira-kira kesulitan apa saja bu yang dialami, misalkan pada pelajaran atau kelas berapa?
KS
: Saya rasa dari kelas kecil pun kalau yang dia merasa sudah ndak bisa ndak suka yaa sampai ke kelas enamnya pun nantinya akan seperti itu…
P
: Jadi berkelanjutan
KS
: Inggeh…
P
: Kemudian buk, apa yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan tersebut ? jadi apa kah tentang kemauan atau tidak senang ?
KS
: Ohh njehh… anak-anak kurang pendampingan, kemudian kurang berlatih karena matematika kan memang harus banyak latian sebetulnya.. dirumah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[3]
tidak banyak dilatih tidak banyak dibimbing didampingi terus anak tersebut menjadi tertinggal kalau dikelas, kemudian bisa juga karena cara guru mengajarnya. yang mungkin tanpa alat peraga atau apa sehingga bagi anak yang merasa kurang mampu itu semakin sulit. Bagi anak-anak yang sudah bisa mungkin dengan secara abstrak itu bisa nangkep tapi untuk anak-anak yang kurang kan harus didampingi dengan alat peraga yang nyata sehingga bisa diamati, nah baru dong. P
: Selanjutnya, apakah sekolah pernah mengupayakan penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran?
KS
: Njeh. kami selalu mengingatkan ke teman-temen guru. tapi ya kadang ada yg kreatif, kadang mencari cari sendiri alat peraganya, membuat sendiri tapi kadang juga ada yang yowis nggak. tergantung pribadi si guru
P
: Kira-kira alat peraga yang pernah digunakan itu seperti apa buk? apakah itu dibeli dari luar atau guru membuat sendiri atau bahanbahannya bagaimana?
KS
: Nggeh. bervariasi, ada yang sekolah sudah menyediakan didupikat, ada guru yang kreatif membuat sendiri, bahkan ada yang guru lebih kreatif mengajak siswa untuk ikut membuat alat peraga sebagai sarana pembelajaran.
P
: Apakah proses pengadaan alat peraga itu juga ditentukan beberpa faktor atau bagaimana buk?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KS
[4]
: Yaa.. tergantung kebutuhan si guru, nggeh misalnya guru kelas empat mengajarkan apa kok gak ada alat peraganya, yaa menciptakan sendiri gitu, berkreasi sendiri
P
: Apakah ada itu buk, apa kententuan bahwa alat peraga itu misalkan menarik, atau bergradasi, seperti itu atau auto-correction yang anak bisa mengetahui kesalahannya sendiri dan anak bisa belajar dari alat itu sendiri?
KS
: Ohh nggeh.. nggeh memang disini kalau saya amati memaang ee.. belum semua guru kreatif dalam pembuatan atau penggunaan alat peraga, jadi masih ada juga guru yang ngajarnya seadanya alat peraga yoo wess.. gitu saja, tetapi ada yang, yang dia juga berusaha menciptakan alat peraga itu yang mungkin dengan correc correc itu…
P
: Kemudian buk, bagaimana penggunaan alat peraga matematika dalam pembalajaran di kelas dengan terkait materi pembelajaran yang disampaikan?, misalkan apakah alat peraga itu digunakan untuk secara berkelompok individu atau secara klasikal, kelas berapa gitu buk?
KS
: Ooh nggeh.. itu juga bervariasi karena keterbatasaan alat peraga yaa, kalau misalnya adanya ada satu yaa otomatis secara klasikal, ada juga yang lebih dari satu dilakukan secara kelompok, tapi kalau individu itu tidak karena keterbatasan alat peraganya.. kami kemarin habis dari rapat di Sanata Dharma sehubungan dengan PPL itu, disana didemonstrasikan anak-anak yang PPL yang membuat alat peraga itu sangat tertarik terus kami bilang ke
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[5]
Romo, Romo kalau misalnya kita kerja sama, guru-guru kami dilatih untuk pembuatan alat peraga. bisa saja bu. jadi kami punya gagasan nanti entah kedepannya kami akan minta tolong sanata dharma untuk membantu kami membuat alat peraga. guru-guru kami ya itu..ada yang memang kreatif ada yang.. yoo wesslah seadanya gitu saja.. paling kalau anak-anak yang mampu terus diberi latian-latihan tidak dibantu dengan peraga, kalau mungkin perlu. P
: Kemudian buk, apakah di SD Bopkri Gondolayu ini pernah dilaksanakan penelitian yangterkait dengan alat peraga?
KS
: Pernah tahun kemarin ada juga, nggeh itu juga.. tapi apa ya anunya judulnya apa ya saya lupa, ada juga..
P
: Bagaimana proses pelaksanaan penelitian tersebut?, jadi apakah penelitian itu melakukan pembelajaran dikelas atau observasi dulu..
KS
: Nggeh, jadi dia observasi, menciptakan alat peraga kemudian di uji cobakan..
P
: Jadi pengembangan alat peraga ya buk
KS
: Nggehh..nggeh..
P
: Metodenya apa ya buk?
KS
: Iyaa..
P
: Metode pengembangan alat peraga menggunakan metode apa ya buk?
KS
: Secara detailnya karena kekelas, saya tidak tahu .. jadi itu diobservasi dulu, kemudian dia menciptakan alat peraga yang sesuai dengan tema yang dia teliti diaciptakan alatnya kemudian ujicobakan… terbatas.. ada pretest dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[6]
posttestnya.. kemarin mbak Danik kalo gak salah, mbak Tira saya lupa.. kemarin kebetulan yang dipresentasikan juga yang .. percobaan disini, judulnya apa ya saya lupa.. karena saya baru dua tahun.. P
: Prestasi akademik yang diraih SD Bopkri Gondolayu itu untuk tahun kemarin atau tahun ini mengenai hasil ujiannya itu, seperti apa ya bu?
KS
: Jadi 2 tahun 3 tahun berturut-turut kami untuk hasil kelulusan selalu meningkat dari prestasi dari tingkat kota maupun tingkat, UPT maupun tingkat kota demikian untuk SD-SD Kristiani Kristen dan Katholik, 3 tahun ini kami pringkat 1 sekota untuk Kristen dan Katholik, jadi dari SD-SD Kristiani ada Bopkri Kanisius .. itu kami peringkat satu, demikian pengelolaan pringkat secara umum kemarin ditingkat UPT kami peringkat 3 diitngkat kota peringkat 9 untuk tahun ini mudaha-mudahan kami juga bisa seperti, mestinya itu semua baru diumumkan hari sabtu, jadi ada masudi rini kalam kudus pl kanisius tarakanita Budaya Wacana, jadi SD-SD Kristiani kami peringkat 1 ..3 tahun bertutut-turut, kemudian perolehan prestasi UUG kelas 3 juga kami 3 tahun berturut-turut kami peringkat 1 jadi kelas 3 ada ujian disemester 2 mata pelajaran juga sesuai dengan mata ujian bahasa matematika dan ipa kami juga peringkat 1 itu secara umum SD Kristiani dan Negeri Muhamadiyah semuanya secara umum peringkat 1.
P
: Kalau untuk prestasi yang individu mengenai berbagai macam bidang yang pernah diikuti SD ini apa saja buk?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KS
[7]
: Kami banyak ya diakademik dan juga non akademik juga ada… kami di akademik, lomba” terus kami ikutkan.. tapi kalau yang khusus mata pelajaran IPA, Matematika itu jarang lomba-lombanya, yang banyak malah di non akademik, kemarin bahasa inggris dimalang itu kami peringkat 2 nasional kelas 4, kemudian membatik, terus tari paduan suara musik, musik itu juga ada biola yang peringkat 1, kemudian solo drum ada juga dua anak yang berprestasi, jadi kami tidak mengembangkan hanya di bidang akademik tetapi non akademik kami coba gali sesuai dengan motto kami.
P
: Apa tujuan dari sekolah selain mengembangkan kemampuan dari akademik itu alasannya juga mengembangkan di non akademik ?
KS
:Yaa karena anak itu masing-masing anak, masing-masing individu punya talenta yang mungkin belum tergali kami coba mengali disini, setiap individu punya kelebihan masing-masing kami mencoba, mungkin diakademik dia tidak menonjol dinonakademiknya menonjol ya kami coba arahkan kesana… disini yang misalnya disekolah lain tidak ada perkusi, yaa kami menggunakan barang-barang bekas digunakan untuk menjadi alat musik, beberapa kali kami juga diajak pentas di Sanata Dharma kalo pas acara apa yaa.. 2 kali parade gamelan iyaa nggeh 2 kali kali berturut-turut kami diundang perkusinya.. iya kami menggunakan alat-alat seadanya dari ember bekas cat kami gunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[8]
Lampiran 1.2 Transkrip Wawancara dengan Guru Kelas II SD BOPKRI Gondolayu P : Selamat pagi bu, apakah Ibu bersedia
untuk melakukan wawancara terkait
pembelajaran Matematika? Dengan ibu siapa? R :Ibu Fransi Samantha P: Tugas mengajar di? R: SD BOPKRI Gondolayu P: pertanyaan yang pertama, bagaimana proses kegiatan belajar mengajar di kelas II secara umum di SD BOPKRI Gondolayu terkait dengan mata pelajaran Matematika? R: Dalam pembelajaran Matematika sebagian masih ada yang kesulitan, tidak semua siswa bisa memahami, jadi harus apa, harus menggunakan model baru, pendekatanpendekatan baru, utuk mempermudah memahaminya P: untuk prestasi sendiri bu, terutama untuk mata pelajaran Matematika sendiri, apakah prestasi pada mata pelajaran Matematika lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain, atau lebih mengungguli mata pelajaran yang lain R: kalau awal-awal seperti biasa ya mbak, belum begitu kelihatan, tapi kalau sekarang sudah kelihatan kalau beberapa siswa kesulihatan dalam beberapa materi. P: Materi apa saja yang menjadi kesulitan bagi siswa? R: Perkalian, penjumlahan, pengurangan, trus apa lagi ya mbak ..kayaknya cuma itu P: Terkait dengan materi penjumlahan dan pengurangan, biasanya siswa mengalami kesulitan pada saat apa? R: Kalau terkait dengan materi itu ya mbak, biasanya siswa kesulitan pada saat penjumlahan dengan teknik menyimpan dan pengurangan dengan teknik miminjam. P: Apa yang dilakukan ibu, ketika anak mengalami kesulitan belajar tersebut? R: Saya memberikan pendampingan khusus pada saat siswa mengerjakan soal yang saya berikan, namun karena keterbatasan waktu kadang ya tidak semua bisa tangani, ya beginilah mbak kalau hanya satu guru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[9]
P: Oh begitu ya bu, mengapa ibu tidak menggunakan alat peraga dalam menyelesaikan kesulitan tersebut? R: Ya, begini mbak, jujur ya, saya itu sudah tidak bisa membuat alat peraga yang seperti itu, lha sekarang ya mbak, administrasi kelas sudah banyak, nanti masih ditambah lagi tugas yang lain, ya jadi seperti itu kondisi ya P: Kalau di sekolah sendiri , apakah alat peraga untuk materi Matematika juga ada? R: Kalo di sekolah setahu saya ya gak ada mbak, kebanyakan ya kayak kubus, balok, tentang bangun ruang itu lah, alat peraga itu disimpan di lab IPA, ya di lemari gitu, guru-guru juga jarang makai mbak P: Jadi, alat peraga yang dimiliki tidak menyeluruh untuk semua kelas ya bu? R: Iya mbak kebanyakan malah alat peraga IPA gitu. P: Oh gitu ya bu, apakah ibu menginginkan adanya alat peraga untuk mengatasi kesulitan tersebut? R: Ya mbak, karena alat peraga sebenarnya membantu sekali untu siswa, ya mbaknya tahu sendiri pas PPL kalo alat peraga dapat membuat siswa senang, tertarik dengan pembelajaran, dan sebagainya. P: Alat peraga yang seperti apa yang ibu inginkan? R: Ya, intinya dapat membantu siswa dalam belajar, kalau bisa dibuat semenarik mungkin P: Apakah alat peraga yang membuat siswa dapat belajar mandiri juga ibu inginkan? R: Ya mbak, jadi sekali kita jelaskan siswa bisa mengerti tanpa kita mengulang lagi P: Kalau, satu alat peraga tersebut dapat digunakan dari berbagai materi apakah ibu juga menginginkannya? R: Ya mbak, karena biar bisa efektif dan efisien terkait dengan biaya dan waktu pembuatan P: Ya bu, sehingga biaya terlalu mahal namun manfaatnya banyak, apakah alat peraga yang bisa membantu siswa dalam menemukan jawaban sendiri juga ibu inginkan? R: Ya mbak, karena itu mempermudah kita dalam menjelaskan materi ke siswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[10]
P: terimakasih bu, atas informasi yang telah diberikan, saya mohon maaf apabila menganggu ibu R: Iya mbak sama-sama, saya tunggu penelitiannya P: Iya bu, trimakasih ya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1.3 Transkrip Wawancara dengan Siswa Kelas II SD BOPKRI Gondolayu P: Pagi dek, lagi main apa ini? R: Main dakon, adik kelas dua ya? P: Iya kak R: Dek, kakak boleh tanya? P: Boleh kak, gimana dek tadi belajar Matematika di kelas? R: Ya gitu kak, banyak latihannya P: Latihan soal tentang apa? R: Tadi tentang penjumlahan kak P: Adik bisa mengerjakan? R: Ya, gitu, P: Adik bisa mengerjakan yang penjumlahan menyimpan itu? R: Ya agak sulit kalau angkanya banyak terutama pas angkanya banyak, gitu kak P: Coba ini dikerjakan (peneliti menyodorkan soal, siswa mengerjakan) R: Kak, ini gimana? P: Ini dijumlahkan terlebih dahulu baru disimpan di sini R: Oh ya lupa, begini bukan? P: Ya R: Mau mencoba lagi gak? P: Besok kapan-kapan aja R: Oke dek, terimakasih ya
[11]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[12]
Lampiran 2. Instrumen Analisis Kebutuhan Lampiran 2.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru
Tanda Tangan Nama Lengkap
:
Tugas Mengajar
:
Nama SD
:
…………………………
Berilah tanda centang (√) pada pilihan di bawah dan isilah jawaban sesuai dengan kondisi yang sebenarnya! 1.
Apakah Bapak/ Ibu pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran Matematika? (...) Pernah Sebut dan Jelaskan! ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ......................... (...) Tidak Pernah Alasan : ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ..........................
2.
Apakah penggunaan alat peraga dapat membantu siswa memahami konsepkonsep Matematika? (…) Ya (…) Tidak
3.
Apakah Bapak/ Ibu berniat untuk membuat alat peraga Matematika sesuai dengan kebutuhan siswa dengan memanfaatkan bahan-bahan di lingkungan sekitar?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[13]
(...) Ya Alasan : ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... .......................... (...) Tidak Alasan : ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... .......................... 4.
Manakah bahan pembuatan alat peraga yang Bapak/ Ibu suka? (…) Kayu (…) Besi (…) Kertas (…) Plastik (…) Lainnya, sebutkan.......................................................................................................... *)jawaban boleh lebih dari satu
5.
Menurut Bapak/ Ibu apakah pemberian warna pada alat peraga membuat alat peraga tersebut lebih menarik? (…) Ya (…) Tidak
6.
Warna seperti apa yang Bapak/Ibu suka untuk alat peraga? (…) Gelap Sebutkan contoh warnanya! ……………………………………………………………………………… …………
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[14]
……………………………………………………………………………… ………… (…) Cerah Sebutkan contoh warnanya! ......………………………………….…...…………………………………… ………. ……………………………………………………………………………… ………… 7.
Menurut Bapak/ Ibu bagaimana salah satu kriteria dari sebuah alat peraga yang baik berdasarkan fungsinya? (...) 1 alat peraga hanya untuk 1 materi Alasan: ……………………………………………………………………………… ………… ……………………………………………………………………………… ………… ……………………………………………………………………………… ………… (...) 1 alat peraga untuk lebih dari 1 materi Alasan: ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... .......................... ……………………………………………………………………………… …………
8.
Menurut Bapak/ Ibu , jika dilihat dari beratnya, manakah alat peraga Matematika yang ideal untuk siswa kelas II gunakan? (...) Ringan (<1,5 kg) (…) Sedang (1,5-3kg)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[15]
(...) Berat (>3kg) Mengapa? ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… …………………… 9.
Bagaimana salah satu kriteria alat peraga Matematika yang berkualitas menurut Bapak/ Ibu? (...) Dapat membantu siswa menyadari kesalahannya sendiri. Alasan: ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… …………………… (...) Tidak dapat membantu siswa menyadari kesalahannya sendiri. Alasan: ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………
10. Apakah penggunaan alat peraga Matematika dapat membantu siswa untuk menemukan jawaban yang benar? (…) Ya (…) Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2.2 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli
[16]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[17]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[18]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[19]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[20]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[21]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[22]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[23]
Lampiran 2.3 Rekapitulasi Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli No.
Indikator
1.
Autoeducation
11.
2.
Autoeducation
12.
3.
Kontekstu al
13.
4.
Kontekstu al
14.
Penilaian 1 2 3 4 Apakah Bapak/ Ibu pernah 6 menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika? (...) Pernah Sebut dan jelaskan .......................................... .......................................... .......................................... ................................ (...) Tidak Pernah Alasan : .......................................... .......................................... .......................................... ........................... Apakah penggunaan alat 6 peraga dapat membantu siswa memahami konsep-konsep matematika? (…) Ya (…) Tidak Apakah Bapak/ Ibu berniat 3 3 untuk membuat alat peraga matematika sesuai dengan kebutuhan siswa dengan memanfaatkan bahan-bahan di lingkungan sekitar? (...) Pernah. Alasan .................................................. .................................................. .................................................. ............................. (...) Tidak Pernah. Alasan .................................................. .................................................. .................................................. ............................. Manakah bahan pembuatan 1 4 1 alat peraga yang kamu suka? (...) Kayu Kalimat Pertanyaan
Saran
Sesuaikan pertanyaan dengan jawaban. Soal dan jawaban kurang sesuai. Pertanyaan dan pilihan jawaban tidak sesuai.
Penggantian kata kamu menjadi Bapak/ Ibu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
Indikator
5.
Menarik
6.
Menarik
7.
Bergradas i
Kalimat Pertanyaan (...) Besi (...) Lainnya, sebutkan .................................................. .................................................. ................... *)Jawaban boleh lebih dari satu 15. Menurut Bapk/ Ibu apakah pemberian warna pada alat peraga membuat alat peraga tersebut lebih menarik? (…) Ya (…) Tidak *Pilih salah satu 16. Warna seperti apa yang Bapak/Ibu suka untuk alat peraga? (…) Gelap Sebutkan contoh warnanya ……………………………… ……………………………… ……………… (…) Cerah Sebutkan contoh warnanya ......…………………………… …….…...…………………… …………… *Pilih salah satu 17. Menurut anda bagaimana cakupan fungsi dari 1 alat peraga yang baik? (...) 1 alat peraga 1 materi Alasan: .................................................. .................................................. .................................................. .................................................. .................................... (...) 1 alat peraga >1 materi Alasan: .................................................. .................................................. ..................................................
Penilaian 1 2 3 4
[24]
Saran Penggunaan kata kamu tidak sopan. Pilihan jawaban dapat dibuat lebih banyak.
4 Diskon huruf
2 4
1 3 2 Kalimat dibuat lebih jelas. Kalimat dapat diganti Menurut Bapak/ Ibu bagaimanakah kriteris dari sebuah alat peraga yang baik dari sebuah alat peraga yang baik berdasarkan fungsinya. Cakupan fungsi atau materi? Pilihan jawaban
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
Indikator
Kalimat Pertanyaan
Penilaian 1 2 3 4
Saran
.................................................. ....................................
8.
Bergradas i
9.
Autocorrection
10.
Autocorrection
18. Jika dilihat dari beratnya, alat peraga manakah alat peraga matematika yang Bapak/ Ibu suka? (...) Ringan (<1,5 kg) (…) Sedang (1,5-3kg) (...) Berat (>3kg) *Pilih salah satu Mengapa? Jelaskan! ……………………………… ……………………………… ……………………………… ……………………………… ……………………………… 19. Bagaimana kriteria alat peraga yang berkualitas? (...) Dapat membantu siswa menyadari kesalahannya sendiri. Alasan: .................................................. .................................................. (...) Tidak dapat membantu siswa menyadari kesalahannya sendiri. Alasan: .............................................. 20. Apakah penggunaan alat peraga dapat membantu siswa untuk menemukan jawaban yang benar? (…) Ya (…) Tidak
[25]
kurang jelas. 1 alat peraga hanya untuk 1 materi 1 alat peraga untuk lebih dari 1 materi 1 3 1
Kalimat bisa diganti alat peraga matematika yang ideal menurut Bapak/ Ibu jika dilihat dari berat alat peraga tersebut. Alat peraga matematika yang ideal menurut Bapak/ Ibu jika dilihat dari berat alat peraga tersebut
1 4 Pertanyaan perlu dirubah. Bagaimana kriteria alat peraga yang berkualitas menurut Bapak/ Ibu?
5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2.4 Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa
[26]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[27]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[28]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[29]
Lampiran 2.5 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa oleh Ahli
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[30]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[31]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[32]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[33]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[34]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[35]
Lampiran 2. Instrumen Analisis Kebutuhan Lampiran 2.6 Rekapitulasi Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa oleh Ahli
No.
Indikator
1.
Autoeducation
1.
2.
Autoeducation
2.
3.
Kontekstu al
3.
Penilaian 1 2 3 4 Apakah gurumu 3 7 pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika? (...) Pernah, sebutkan .................................. .................................. .................................. .................. (...) Tidak pernah *Pilih salah satu
Kalimat Pertanyaan
Seperti apakah belajar yang kamu suka? (...) Belajar matematika menggunakan alat peraga (...) Belajar matematika tidak menggunakan alat peraga *Pilih salah satu Mengapa? Jelaskan alasanmu! …………………… …………………… …………………… ………… Apakah kamu pernah menggunakan bendabenda yang ada di sekitarmu untuk belajar matematika?
Saran Penggantian kata gurumu menjadi bapak/ ibu gurumu. Tanda bintang diletakkan diakhir kalimat. Tanda * justru akan membingungkan, karena seperti tidak terkait dengan soal. Kata Matematika gunakan huruf capital pada huruf pertama.
2 3 5 Pertanyaan diganti dengan cara mana yang lebih kamu suka ketika belajar matematika? Penggantian kata seperti apakah menjadi “seperti apa” Bagaimana jika anak menjawab tidak? Apakah pertanyaan-pertanyaan selanjutnya masih dapat digunakan.
5 5 Perlu ditanyakan juga benda-benda yang digunakan apa saja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
Indikator
Kalimat Pertanyaan
4.
Kontekstu al
4.
5.
Menarik
5.
6.
Menarik
6.
(...) Pernah, pada saat belajar materi …………………… …………….............. .................................. ............. (...) Tidak Pernah *Pilih salah satu Manakah bahan pembuatan alat peraga yang kamu suka? (...) Kayu (...) Besi (...) Lainnya, sebutkan .................................. .................................. .................................. .......... *)Jawaban boleh lebih dari satu Menurutmu, apakah pemberian warna pada alat peraga membuat alat peraga tersebut lebih menarik? (…) Ya (…) Tidak *Pilih salah satu Warna yang seperti apa yang kamu suka untuk alat peraga? (…) Gelap Sebutkan contoh warnanya! …………………… …………………… …………………… ……………… (…) Cerah Sebutkan contoh warnanya!
Penilaian 1 2 3 4
[36]
Saran
6 4 Pilihan lebih baik kalau dibuat lebih banyak missal : kertas, plastik.
3 7 Apakah mungkin anak menjawab tidak?
6 4 Warna apa yang kamu suka untuk alat peraga?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
7.
8.
9.
Indikator
Kalimat Pertanyaan
Bergradas i
7.
Bergradas i
8.
Autocorrection
9.
…………………… …………………… …………………… ……...……… *Pilih salah satu Apakah kamu lebih suka jika alat peraga yang sama bisa digunakan untuk berbagai kelas yang berbeda? (…) Ya Mengapa? Jelaskan …………………… …………………… …………………..… ……………. (…) Tidak Mengapa? Jelaskan …………………… …………………… …………………… ……………... *Pilih salah satu Jika dilihat dari beratnya, alat peraga manakah alat peraga matematika yang sesuai kamu gunakan? (...) Ringan (<1,5 kg) (…) Sedang (1,53kg) (...) Berat (>3kg) *Pilih salah satu Mengapa? Jelaskan! …………………… …………………… …………………… ……………… Manakah yang lebih kamu suka ketika belajar matematika? (...) Saat belajar
Penilaian 1 2 3 4
[37]
Saran
5 5 Kata berbagai dihilangkan. Pertanyaan membingungkan anak. Bergradasi tidak hanya dilihat antar kelas namun juga antar sub topik dalam kelas yang sama.
8 2 Kalimat diganti, jika dilihat dari beratnya alat oeraga matematika manakah yang kamu suka? Atau yang sesuai dengan kamu? Jika akan menggunakan range ukuran tersebut, pastikan siswa telah paham tentang menimbang. Ada pengulangan kata yang membuat bingung.
4 6 Keterangan untuk pilihan jawaban bisa dihilangkan. Perlu penjelasan dan bimbingan dalam mengisi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
10.
Indikator
Autocorrection
Kalimat Pertanyaan matematika kamu mengetahui kesalahanmu sendiri melalui alat peraga yang kamu gunakan (...) Saat belajar matematika menggunakan alat peraga kamu mengetahui kesalahanmu karena diberitahu guru atau temanmu *Pilih salah satu Mengapa?Jelaskan! …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …. 10. Apakah penggunaan alat peraga dapat membantumu untuk menemukan jawaban yang benar? (…) Ya (…) Tidak Mengapa? Jelaskan alasanmu! …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… ……………
Penilaian 1 2 3 4
[38]
Saran Kondisikan bahwa pernyataan tersebut memang dialami siswa.
2 8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[39]
Lampiran 2.7 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh Siswa SD Setara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[40]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[41]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[42]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[43]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[44]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Instrumen Analisis Kebutuhan Lampiran 2. 8 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan yang Diisi oleh Guru SD Penelitian
[45]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[46]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[47]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[48]
Lampiran 2. Instrumen Analisis Kebutuhan Lampiran 2. 9 Pengkategorian Deskripsi Kuesioner Guru Pertanyaan
Deskripsi
Kode
1. Apakah Bapak/ Ibu pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran Matematika? (...) Pernah Gambar manusia, diri sendiri Sebut dan Untuk menghitung berbagai macam Jelaskan! bagian tubuh. ........................... Kelereng, lidi, kartu angka, bola, ........................... bangun ruang, gambar ............. Jam dinding, pada saat mengenalkan siswa mengenai jam dan cara membaca Dalam materi uang, penggunaan alat ukur, mengenal pecahan, membandingkan pecahan, menghitung keliling dan luas persegi dan persegi panjang. Pecahan : kertas lipat yang di temple di kardus, makanan (apel, roti) Bangun datar : aneka bentuk bangun datar dari papan kayu Alat ukur : timbangan, penggaris,meteran (...) Tidak Pernah Kurangnya waktu untuk membuat Keterbatasan Alasan : waktu alat peraga .................................. ................................. 2. Apakah penggunaan alat peraga dapat membantu siswa memahami konsepkonsep Matematika? (…) Ya (…) Tidak 3. Apakah Bapak/ Ibu berniat untuk membuat alat peraga Matematika sesuai
Respon -den
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pertanyaan
4.
5.
Deskripsi
dengan kebutuhan siswa dengan memanfaatkan bahan-bahan di lingkungan sekitar? (...) Ya Siswa dapat mempraktekkan sendiri Alasan : dan memudahkan pemahaman siswa ........................... Niat sudah ada tetapi terbatasnya ........................... waktu untuk membuat alat peraga ............. karena dengan alat peraga siswa dapat dibantu pemahamannya. Melihat pengalaman, alat peraga sangat membantu siswa untuk mengamati sendiri dan memahami materi. Efisien dan murah Mudah didapatkan dan harga terjangkau Lebih mudah didapat dan lebih murah (...) Tidak Alasan : .................................. ................................. Manakah bahan pembuatan alat peraga yang Bapak/ Ibu suka? (…) Kayu (…) Besi (…) Kertas (…) Plastik (…) Lainnya,sebutkan...... .................................. ............. Menurut Bapak/ Ibu apakah pemberian warna pada alat peraga membuat alat peraga tersebut lebih menarik? (…) Ya -
Kode
[49]
Respon -den
Alat peraga membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran
3
Efisiensi harga
3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pertanyaan 6.
7.
8.
(…) Tidak Warna seperti apa yang Bapak/Ibu suka untuk alat peraga? (…) Gelap Sebutkan contoh warnanya! ……………… …… (…) Cerah Sebutkan contoh warnanya! ......…………… ……………… …….…... Menurut Bapak/ Ibu bagaimana salah satu kriteria dari sebuah alat peraga yang baik berdasarkan fungsinya? (...) 1 alat peraga hanya untuk 1 materi Alasan: ……………… ……………… ………… (...) 1 alat peraga untuk lebih dari 1 materi Alasan: ........................... ........................... .............
Menurut Bapak/ Ibu , jika dilihat dari beratnya, manakah alat peraga Matematika yang
Deskripsi
Kode
[50]
Respon -den
-
Merah, biru, hijau, kuning tua, cokelat
Merah Biru Hijau Kuning tua Cokelat Merah Biru Kuning Hijau
1 1 1 1 1 4 4 4 5
Karena tiap materi membutuhkan alat peraga yang berbeda. Setiap materi dengan materi lain berbeda alat peraga.
1 alat peraga untuk 1 materi
2
Menghemat uang dan efisiensi pemanfaatannya Mempermudah pemahaman, lebih efektif, dan efisien untuk materi tematik terpadu khususnya. Pembuatan alat peraga tersebut lebih hemat waktu dan kegunaannya bias lebih dari 1 materi sehingga bisa hemat waktu dan tempat penyimpanannya. Menghemat waktu dan biaya
Penghematan dalam hal pendanaan, waktu, tempat penyimpanan
4
Merah, biru, kuning, hijau Hijau, kuning, biru Merah, hijau, kuning Kuning, merah, hijau,biru Merah, hijau, biru muda, kuning
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pertanyaan
9.
Deskripsi
ideal digunakan untuk siswa kelas bawah? (...) Ringan (<1,5 kg) Karena mengarah ke keselamatan dan kemudahan membawa alat tersebut. Agar tidak terlalu sulit untuk digunakan Lebih mudah digunakan siswa dalam belajar Supaya siswa tidak mengalami kesulitan dalam membawa dan menggunakan Karena latar belakang siswa yang berbeda Mengingat siswa kelas bawah itu sangat hiperaktif (…) Sedang (1,53kg) (...) Berat (>3kg) Bagaimana salah satu kriteria alat peraga Matematika yang berkualitas menurut Bapak/ Ibu? (...) Dapat membantu Alat tersebut awet, tidak berbahaya, siswa menyadari bisa digunakan berulang kali. kesalahannya sendiri. Alasan: ……………… ……………… ………… Karena tujuan dari alat peraga adalah anak paham dengan materi yang diajarkan.
Belajar dari kesalahan sendiri lebih membuat siswa dapat belajar lagi. Dengan siswa menyadari kesalahannya sendiri, siswa tidak akan/ lebih berhati-hati untuk tidak
Kode
[51]
Respon -den
Kemudahan siswa dalam membawa dan menggunakan
4
Karakter siswa yang beragam
2
Alat peraga tidak berbahaya dan dapat digunakan berulang kali
1
Alat peraga dapat membantu siswa dalam memahami materi Melatih kemandirian siswa
3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pertanyaan
Deskripsi melakukan kesalahan yang sama. Salah satu kriteria alat peraga adalah pengendali kesalahan
(...)
Tidak dapat membantu siswa menyadari kesalahannya sendiri. Alasan: ……………… ……………… ………... 10. Apakah penggunaan alat peraga Matematika dapat membantu siswa untuk menemukan jawaban yang benar? (…) Ya (…) Tidak
Kode
[52]
Respon -den
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[53]
Lampiran 2. Instrumen Analisis Kebutuhan Lampiran 2. 10 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan yang Diisi oleh Siswa SD Penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[54]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[55]
Lampiran 2. Instrumen Analisis Kebutuhan Lampiran 2.11 Pengkategorian Deskripsi Kuesioner Siswa Pertanyaan
Deskripsi
1. Apakah Bapak/ Ibu gurumu pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran Matematika? (...) Pernah, sebutkan .......................... (...) Tidak pernah 2. Seperti apa belajar Matematika yang kamu suka? (...) Belajar Matematika menggunakan alat peraga
Spidol Spidol, manik-manik manik-manik
Kode
Responden
Spidol
2
Manik-manik
2
Karena menghitungnya lebih Mudah menghitung mudah Belajar matematika menggunakan alat peraga Karna tidak sulit Karena lebih mudah Karena membuat lebih mudah Karena menghitungnya lebih mudah Ini mudah bukan susah Karena lebih mudah menghitung Karena lebih mudah dan baik tidak susah Lebih mudah Lebih mudah Karena lebih gampang Lebih gampang Mudah belajar Karena lebih mudah belajar Matematika Akan lebih mudah belajar Karena lebih mudah mengerjakan Lebih mudah menggunakan alat
30
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pertanyaan
Deskripsi
(...) Belajar Matematika tidak menggunakan alat peraga Mengapa? Jelaskan alasanmu! …………………… ……………… ………….. 3.
Apakah kamu pernah menggunakan bendabenda yang ada di sekitarmu untuk belajar Matematika?
Kode
peraga Karena mudah menghitung Mudah Karena lebih mudah memakai alat peraga Karna lebih mudah mengerjakannya Karena kalau pakai alat itu lebih gampang tapi kalau tidak susah Karena alat peraga lebih mudah Karena lebih mudah belajarnya Karena mudah belajarnya Karena alat peraga mudah dan gampang Lebih mudah Agar lebih mudah Lebih mudah Karena lebih mudah Jelas Karena lebih jelas Suka Lebih enak Menggunakanny Lebih enak a Karena aku suka Cepat Lebih cepat menggunakan alat Aku karena lebih suka tidak Tidak suka menggunakan alat peraga karena aku lebih suka belajar Matematika menggunakan jari Karena saya tidak suka belajar menggunakan alat peraga
Karena bisa jawaban rahasia Karna lama
menemukan Menemukan jawaban Lama
[56]
Responden
1 3
1 3
1 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pertanyaan
4.
5.
(...) Pernah, pada saat belajar materi .............. Contoh benda yang kamu gunakan.......... (...) Tidak pernah Manakah bahan pembuatan alat peraga yang kamu suka? (...) Kayu (…) Besi (…) Kertas (…) Plastik (...) Lainnya, sebutkan .......................... .......... Menurutmu, apakah pemberian warna pada alat peraga membuatnya lebih menarik? (…) Ya
[57]
Koin Koin Matematika, koin
Koin
Responden 3
Manik-manik Matematika, manik-manik Tema, sedotan Pengurangan, sedotan Tema, pensil Tema, pensil Tema, pensil Matematika, pensil Pensil Matematika, penghapus Matematika, penggaris Tangan
Manik-manik
2
Sedotan
2
Pensil
5
Penghapus Penggaris Tangan
1 1 1
Sedotan Sedotan Sedotan Sedotan Sedotan Sedotan bekas Sedotan Koin Koin Karton
Sedotan
7
Koin
2
Karton
1
Deskripsi
Kode
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pertanyaan 6.
(…) Tidak Warna apa yang kamu suka untuk alat peraga Matematika? (…) Gelap Sebutkan contoh warnanya! ……………… ……………… …….. (…) Cerah Sebutkan contoh warnanya! ……………… ………..……… ……
Deskripsi
Hijau tua, merah tua, biru tua, coklat, hitam Ungu, hitam, hijau tua, cokelat tua, biru tua Hijau tua, merah tua, biru tua, coklat, hitam Biru muda, emas Merah, emas Kuning dan orange, biru muda Merah, putih Biru, hijau Biru muda, merah, kuning, ping, hijau muda Biru muda, merah, hijau,kuning Merah Biru muda, hijau muda, pink, ungu muda Ping Hijau muda, ping, biru, merah, kuning, ungu Merah, biru, hijau, kuning Merah, kuning, hijau Kuning Kuning Putih, hijau muda, merah, kuning, Kuning, merah Kuning, orange, merah Kuning, orange, merah Kuning, orange, merah Merah, kuning Merah, kuning, biru muda Merah, kuning, cokelat muda Putih, biru muda, orange, kuning Kuning, merah Putih, cokelat muda Kuning
Kode
[58]
Responden
Hijau tua Merah tua Biru tua Coklat tua Hitam
3 2 3 3 3
Biru Emas Merah Orange Kuning Putih Merah (pink) Ungu Hijau Cokelat
16 2 28 30 5 muda 6 5 20 8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pertanyaan
Deskripsi
7.
Apakah kamu lebih suka jika alat peraga yang sama dapat digunakan untuk berbagai materi pembelajaran yang berbeda? (…) Ya
Kode
[59]
Responden
Kuning, biru, putih, merah, hijau Kuning, ungu, merah, biru Biru Pink, Ungu Merah, kuning Kuning Merah, kuning, hijau, cokelat Cokelat muda, kuning, biru Ungu, merah, hijau,kuning, cokelat Merah, kuning, coklat muda, hijau Orange, kuning, hijau, coklat muda Biru dan hijau Kuning, hijau, merah Merah dan ping Merah, hijau, biru Hijau Kuning, biru, hijau Hijau, biru, merah, cokelat Cokelat, hijau, biru, merah
Mudah dalam 11 Lebih mudah digunakan Karena lebih mudah menggunakan mengetahui Lebih mudah Karna tidak sulit Lebih mudah digunakan Karena lebih mudah Agar gampang ulangan Karena bisa gampang cerdas Karena lebih mudah memakainya Mudah digunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pertanyaan
Deskripsi
(…) Tidak Mengapa? Jelaskan! …………………… ……………… …… …………………… …………………… 8.
Jika dilihat dari beratnya, alat peraga Matematika manakah yang sesuai untuk
Agar gampang Karena bisa belajar apa saja dengan satu alat Karena bisa digunakan berbagai pelajaran Karena bisa mengetahui banyak hal Karena alat peraga bisa belajar materi apa saja Karena lebih mudah memakainya Karena alat peraga bisa belajar materi apa saja Lebih enak Karena aku suka Karena aku lebih suka Karena aku lebih suka Karena aku lebih suka Karena aku suka Karena suka belajar Karena lebih menyenangkan Supaya pintar Agar pintar Supaya pintar Supaya pintar Karena bisa gampang cerdas Supaya pintar Supaya pintar Biar pintar Bagus Bagus Tidak akan berhasil Karena takutnya tidak cocok pada pelajaran Karena aku tidak suka alat peraga Karena tidak suka Lebih gampang
Kode Belajar hal
[60]
Responden
banyak 5
Menyenangkan
8
Pintar
8
Bagus
2
Kurang sesuai
2
Tidak suka
2
Mudah
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pertanyaan
9.
kamu gunakan? (...) Ringan ( kurang dari 1,5 kg) (…) Sedang ( antara 1,5 sampai 3kg) (...) Berat ( lebih dari 3kg) Mengapa? Jelaskan! …………………… ……………… …… …………………… …………………… Manakah yang lebih kamu suka ketika belajar Matematika? (...) Saat belajar Matematika menggunakan alat peraga, kamu mengetahui kesalahanmu sendiri melalui alat peraga yang kamu gunakan.
Deskripsi
Kode
Karena sudah dewasa, tidak Mandiri usah diberitahu Karena saya lebih suka cari tau sendiri Karena saya ingin tahu sendiri dimana yang salah dan dimana yang benar. Karena saat belajar akan mengetahui sendiri Karena belajar sendiri lebih pintar Karena aku tidak mau diberi tahu guru dan teman Supaya mandiri Karena sudah dewasa, tidak usah diberitahu lagi Karena hasil kita sendiri Karena tahu kesalahan Agar bisa bertanggungjawab Biar tau jawabannya sendiri Aku lebih suka pakai alat Suka peraga Aku lebih suka pakai alat peraga Aku lebih suka pakai alat peraga Lebih enak
[61]
Responden
12
4
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pertanyaan
Saat belajar matematika gampang Supaya gampang mengerjakan Supaya lebih pintar Lebih bisa Biar pintar Agar bisa bertanggungjawab Biar tidak salah Karena susah mengetahui Supaya tidak mengulang lagi
Mudah
Responden 2
Mampu
3
Karena bertanya jawab
Tanya jawab
Deskripsi
(...) Saat belajar Matematika menggunakan alat peraga, kamu mengetahui kesalahanmu karena diberitahu guru atau temanmu. Mengapa?Jelaskan! …………………… ……………… …… …………………… ……………… …… 10. Apakah penggunaan alat peraga dapat membantumu untuk menemukan jawaban yang benar? (…) Ya
[62]
Kode
Tanggungjawab 1 Tidak ada 3 pengulangan/ kesalahan 1
ulangan 1 Karena jika ulangan tidak boleh Jika tidak boleh memakai alat peraga memakai alat peraga
Karena aku kesal
Kesal
1
Lebih mudah belajar, lebih mudah mencari jawaban Akan ketemu jawabannya Pertanyaan lebih mudah Karena lebih gampang Karena mudah Karena mudah Lebih mudah belajar dan lebih mudah menemukan jawaban Karna lebih ringan dan mudah Karna lebih ringan dan mudah Karna lebih ringan dan mudah Mempermudah menjawab
Alat peraga 14 membantu menemukan jawaban
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pertanyaan
Deskripsi
(…) Tidak Mengapa? Jelaskan alasanmu! …………………… ……………............ .................................. ..........................
Karena bisa menghitung Bisa ketemu jawaban yang benar Supaya gampang Lebih mudah belajar Karena dapat membantu saat belajar Lebih mudah belajar Karena alat peraga dapat belajar lebih banyak Karena aku semakin bisa lebih jelas Karena bisa menghitung Karena alat peraga itu membuat mengerti dan pintar Agar bisa lebih tahu Karena lebih jelas Aku suka banget Suka sekali Karena lebih suka menemukan jawaban sendiri Karena aku tidak suka memakai alat peraga Karena belum tentu alat peraga benar
Kode
[63]
Responden
Membantu siswa 9 belajar
Senang belajar
2
Tidak suka 2 menggunakan alat peraga Alat peraga 1 belum tentu menyajikan jawaban yang benar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 3. INSTRUMEN VALIDASI PRODUK Lampiran 3.1 TES Lampiran 3.1.1 Instrumen Soal Tes
[64]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[65]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[66]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[67]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[68]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[69]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[70]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3.1.2 Instrumen Hasil Validasi Soal oleh Ahli
[71]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[72]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[73]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[74]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[75]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[76]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[77]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[78]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[79]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[80]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[81]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[82]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3.1 Tes Lampiran 3.1.3 Rekapitulasi Hasil Validasi Soal oleh Ahli
[83]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[84]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[85]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[86]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[87]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[88]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[89]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[90]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[91]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[92]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[93]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3.1 Tes Lampiran 3.1.4 Uji Keterbacaan Soal oleh Siswa
[94]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3.1 Tes Lampiran 3.1.3 Rekapitulasi Hasil Validasi Soal oleh Ahli
[83]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[84]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[85]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[86]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[87]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[88]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[89]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[90]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[91]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[92]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[93]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[95]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[96]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[97]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[98]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[99]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[100]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[101]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[102]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[103]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[104]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[105]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[106]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[107]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3.1 Tes Lampiran 3.1.5 Uji Empiris
[108]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[109]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[110]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[111]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[112]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran3.1Tes Lampiran3.1.6HasilUjiValiditas
[113]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3.1 Tes Lampiran 3.1 7 Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.856
28
[114]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3.2 Kuesioner Lampiran 3.2.1 Kuesioner Validasi Produk untuk Ahli
[115]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[116]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[117]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3.2 Kuesioner Lampiran 3.22 Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa
[118]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[119]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[120]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[121]
Lampiran 3.2 Kuesioner Lampiran 3.2.3 Hasil Uji Validitas Konstruk Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[122]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[123]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3.2 Kuesioner Lampiran 3.24 Rekapitulasi Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli
[124]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[125]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[126]
Lampiran 3.2 Kuesioner Lampiran 3.2.5 Hasil Uji Validitas Konstruk Kuesioner Validasi Produk untuk siswa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[127]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[128]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3.2 Kuesioner Lampiran 3.26 Rekapitulasi Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa
[129]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[130]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[131]
Lampiran 3.2 Kuesioner Lampiran 3.2.7 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Validasi Produk Siswa oleh Siswa SD Setara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[132]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 4. VALIDASI PRODUK Lampiran 4.1 Hasil Validasi Produk oleh Ahli
[133]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[134]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[135]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 5. UJI COBA LAPANGAN TERBATAS Lampiran 5.1 Hasil Pretest
[136]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[137]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[138]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5. Uji Coba Lapangan Terbatas Lampiran 5.2 Hasil Posttest
[139]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[140]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[141]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5. Uji Coba Lapangan Terbatas Lampiran 5.3 Hasil Validasi Produk oleh Siswa
[142]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[143]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 6. SURAT Lampiran 6.1 Surat Ijin Melaksanakan Penelitian
[144]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6. Surat Lampiran 6.2 Surat Telah Melaksanakan Penelitian
[145]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 7. DOKUMENTASI
Uji Empiris Soal pada Siswa
Siswa mengerjakan soal latihan
Kelas II SDK Wirobrajan
selama penelitian
Siswa sedang menggunakan papan
Siswa bergiliran menggunakan alat
penjumlahan dan pengurangan
peraga.
[146]
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[147]
LAMPIRAN 8 ALBUM Lampiran 8 Album Papan Penjumlahan dan Pengurangan
Album Papan Penjumlahan dan Pengurangan
A. Materi Pembelajaran A.1 Submateri
: Nilai Tempat : Nilai Tempat Satuan, Puluhan, Ratusan, Ribuan, Puluh ribuan, dan Ratus ribuan.
Tujuan langsung
Mengenalkan nilai tempat satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluh ribuan, dan ratus ribuan.
Tujuan tidak
Membentuk konsep abstrak tentang nilai tempat bilangan.
langsung Syarat
Siswa mampu membilang
Usia
8 tahun (kelas II SD)
Alat peraga
1.
Papan penjumlahan Montessori
2.
Manik-manik warna hijau, biru, dan merah
3.
Lembar kerja
4.
Penghapus
5.
Pensil
Pengendali
Jawaban pada kartu soal
kesalahan
Warna manik-manik dan tempatnya
Presentasi awal
1.
Direktis menyiapkan tempat kerja.
2.
Direktris mengajak siswa untuk mengambil alat peraga dengan berkata, “Mari bantu ibu membawa papan penjumlahan.”
3.
Direktris mengajak siswa dengan berkata, “Mari bekerja dengan menggunakan papan penjumlahan bersama ibu.”
Latihan pertama
4.
Direktris meminta siswa duduk di samping kirinya.
5.
Direktris mengenalkan konsep satuan dengan berkata,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[148]
“Ini satuan” sambil menunjukkan wilayah kolom satuan.
6.
Direktris
mengenalkan
konsep
puluhan
dengan
berkata, “Ini puluhan” sambil menunjukkan wilayah kolom puluhan.
7.
Direktris mengenalkan konsep ratusan dengan berkata, “Ini ratusan” sambil menunjukkan wilayah kolom ratusan.
8.
Direktris mengenalkan konsep ribuan dengan berkata, “Ini ribuan” sambil menunjukkan wilayah kolom ribuan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9.
[149]
Direktris mengenalkan konsep puluh ribuan dengan berkata, “Ini puluh ribuan” sambil menunjukkan wilayah kolom puluh ribuan.
10. Direktris mengenalkan konsep ratus ribuan dengan berkata, “Ini ratus ribuan” sambil menunjukkan wilayah kolom ratus ribuan.
11. Direktris bertanya kepada siswa dengan berkata, “Mana satuan?” 12. Direktris bertanya kepada siswa dengan berkata, “Mana puluhan?” 13. Direktris bertanya kepada siswa dengan berkata, “Mana ratusan?” 14. Direktris bertanya kepada siswa dengan berkata, “Mana ribuan?”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[150]
15. Direktris bertanya kepada siswa dengan berkata, “Mana puluh ribuan?” 16. Direktris bertanya kepada siswa dengan berkata, “Mana ratus ribuan?” 17. Direktris kembali bertanya kepada siswa dengan berkata, “Apa ini?” Latihan kedua
18. Direktris meletakkan 2 manik merah ratusan, 3 manik biru puluhan, dan 1 manik hijau satuan sesuai dengan tempatnya sambil membilang.
19. Direktris berkata sambil menunjuk tempat manikmanik, “Ini duaratus tigapuluh satu.”
Latihan ketiga
20. Direktris meletakkan 14 manik hijau satuan pada tempatnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[151]
21. Direktris meminta anak untuk menghitung manikmanik yang ada pada tempat tersebut dan selanjutnya bertanya, “Berapa banyak manik yang ada di tempat satuan?” 22. Direktris mengambil 10 manik dari 14 manik hijau yang ada dan meletakkannya di mangkok hijau satuan. 23. Direktris berkata sambil menukar manik hijau dengan manik biru, “Manik 10 satuan ini dapat ditukar dengan 1 manik biru puluhan.”
24. Direktris mengambil 1 manik biru yang ada di mangkok dan meletakkannya di tempat puluhan. 25. Direktris membilang hasil akhir dengan berkata, “Ini empatbelas.”
26. Jika siswa masih tertarik dengan presentasi, direktris dapat membuat latihan yang lebih kompleks. Penutup
27. Direktis meminta siswa untuk mengembalikan alat peraga
dengan
berkata,
“Mari
bantu
mengembalikan papan penjumlahan.” 28. Siswa mengembalikan papan penjumlahan. 29. Siswa membereskan tempat kerja.
ibu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Materi Pembelajaran B.1 Submateri Tujuan langsung
[152]
: Penjumlahan : Penjumlahan tanpa Teknik Menyimpan
Mengenalkan latihan penjumlahan bilangan sampai 500 tanpa teknik menyimpan.
Tujuan tidak
Mengenalkan konsep abstrak penjumlahan tanpa teknik
langsung
menyimpan.
Syarat
1.
Siswa mampu melakukan penjumlahan satu angka dengan satu angka.
2.
Siswa mampu membilang
Usia
8 tahun (kelas II SD)
Alat peraga
1.
Papan penjumlahan Montessori
2.
Manik-manik warna hijau, biru, dan merah
3.
Mangkok manik warna hijau, biru, dan merah
4.
Lembar kerja
5.
Penghapus
6.
Pensil
Pengendali
Jawaban pada kartu soal
kesalahan
Warna manik-manik dan tempatnya
Presentasi awal
1.
Direktis menyiapkan tempat kerja.
2.
Direktris mengajak siswa untuk mengambil alat peraga dengan berkata, “Mari bantu ibu membawa papan penjumlahan.”
3.
Direktris mengajak siswa dengan berkata, “Mari bekerja menggunakan papan penjumlahan bersama ibu.”
Inti
4.
Direktris meminta siswa duduk di samping kirinya.
5.
Direktris mengambil kartu soal penjumlahan tanpa teknik menyimpan.
6.
Direktris menunjuk soal yang akan dikerjakan sambil berkata, “Mari kita selesaikan soal ini.”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[153]
Misalnya 18+11 7.
Direktris memasukkan tanda operasi hitung pada papan penjumlahan.
8.
Direktris mengambil 1 manik biru dan meletakkannya ke tempat puluhan pada deret pertama, kemudian mengambil 8 manik hijau dan meletakkannya ke tempat satuan.
9.
Direktris meminta anak untuk membuat bilangan 11 pada deret kedua dengan berkata, “Coba letakkan manik-manik pada deret kedua yang sesuai dengan bilangan sebelas.”
10. Direktris menggabungkan manik-manik hijau pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[154]
deret pertama dan kedua, kemudian meletakkannya di deret ketiga dan berkata “Ada 9 manik hijau.”
11. Direktris selanjutnya menggabungkan manik-manik biru pada deret pertama dan kedua, kemudian meletakkannya di deret ketiga sambil berkata “Ada 2 manik biru.” 12. Kemudian direktris berkata pada siswa, “18+11 sama dengan 29” sambil menunjukkan hasil hitung.
13. Direktris meminta anak untuk mencoba dengan berkata, “Mau mencoba?” 14. Anak mencoba mengerjakan beberapa soal yang sudah dikerjakan pada lembar kerja. Penutup
15. Direktis meminta siswa untuk mengembalikan alat peraga
dengan
berkata,
“Mari
bantu
mengembalikan papan penjumlahan.” 16. Siswa mengembalikan papan penjumlahan. 17. Siswa membereskan tempat kerja.
ibu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Materi Pembelajaran B.2 Submateri Tujuan langsung
[155]
: Penjumlahan : Penjumlahan dengan Teknik Menyimpan
Mengenalkan latihan penjumlahan bilangan sampai 500 dengan teknik menyimpan.
Tujuan tidak
Mengenalkan konsep abstrak penjumlahan tanpa teknik
langsung
menyimpan.
Syarat
1.
Siswa mampu melakukan penjumlahan satu angka dengan satu angka.
2.
Siswa mampu membilang
Usia
8 tahun (kelas II SD)
Alat peraga
1.
Papan penjumlahan Montessori
2.
Manik-manik warna hijau, biru, dan merah
3.
Mangkok manik warna hijau, biru, dan merah
4.
Lembar kerja
5.
Penghapus
6.
Pensil
7.
Karpet
Pengendali
Jawaban pada kartu soal
kesalahan
Warna manik-manik dan tempatnya
Presentasi awal
1.
Direktis menyiapkan tempat kerja.
2.
Direktris mengajak siswa untuk mengambil alat peraga dengan berkata, “Mari bantu ibu membawa papan penjumlahan.”
3.
Direktris mengajak siswa dengan berkata, “Mari bekerja menggunakan papan penjumlahan bersama ibu.”
Inti
4.
Direktris meminta siswa duduk di samping kirinya.
5.
Direktris mengambil kartu soal penjumlahan dengan teknik menyimpan.
6.
Direktris menujuk soal yang akan dikerjakan sambil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[156]
berkata, “Mari kita selesaikan soal ini.” 7.
Misalkan 177 + 97
8.
Direktris memasukkan tanda operasi hitung pada papan penjumlahan.
9.
Direktris
mengambil
1
manik
merah
dan
meletakkannya di tempat ratusan, 7 manik biru dan meletakkannya di tempat puluhan, serta 7 manik hijau di tempat satuan pada deret pertama.
10. Direktris meminta anak untuk membuat bilangan 97 pada deret kedua dengan berkata, “Coba letakkan manik-manik pada deret kedua yang sesuai dengan bilangan sembilan puluh tujuh.”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[157]
11. Direktris menggabungkan manik-manik hijau pada deret pertama dan kedua, kemudian meletakkannya di deret ketiga dan berkata “Ada 16 manik hijau.”
12. Direktris bertanya kepada siswa, “Berapa banyak manik biru puluhan yang dapat ditukar dengan manikmanik hijau?” 13. Direktris mengambil 10 manik hijau satuan dan meletakkannya di mangkok hijau.
14. Direktris menukarkan 10 manik hijau dengan 1 manik biru puluhan dan meletakkannya di mangkok warna biru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[158]
15. Direktris selanjutnya bertanya, “Berapa sisa manik hijau?” 16. Direktris menggabungkan manik-manik biru pada deret pertama dan kedua, kemudian meletakkannya di deret ketiga dan berkata “Ada 17 manik biru.”
17. Direktris bertanya kepada siswa, “Berapa banyak manik merah yang dapat ditukar dengan manik-manik biru?” 18. Direktris mengambil 10 manik biru puluhan untuk ditukarkan
dengan
manik
merah
ratusan
dan
diletakkan di mangkok biru 19. Direktris menukarkan 10 manik biru puluhan dengan 1 manik merah dan meletakkannya di mangkok warna merah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[159]
20. Direktris selanjutnya bertanya, “Berapa sisa manik biru?” 21. Direktris memindahkan manik merah ke deret ketiga.
22. Selanjutnya direktris berkata, “177 + 97 sama dengan 276” sambil menunjukkan hasil hitung.
23. Direktris meminta siswa untuk mencoba dengan berkata, “Mau mencoba?” 24. Siswacmencoba mengerjakan beberapa soal yang sudah dikerjakan pada lembar kerja. Penutup
25. Direktis meminta siswa untuk mengembalikan alat peraga
dengan
berkata,
“Mari
bantu
ibu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[160]
mengembalikan papan penjumlahan.” 26. Siswa mengembalikan papan penjumlahan. 27. Siswa membereskan tempat kerja.
C. Materi Pembelajaran C.1 Submateri Tujuan langsung
: Pengurangan : Pengurangan tanpa Teknik Meminjam
Mengenalkan latihan pengurangan bilangan sampai 500 tanpa teknik meminjam.
Tujuan tidak
Mengenalkan konsep abstrak pengurangan tanpa teknik
langsung
meminjam.
Syarat
1.
Siswa mampu melakukan penjumlahan satu angka dengan satu angka.
2.
Siswa mampu membilang
Usia
8 tahun (kelas II SD)
Alat peraga
1.
Papan pengurangan Montessori
2.
Manik-manik warna hijau, biru, dan merah
3.
Mangkok manik warna hijau, biru, dan merah
4.
Lembar kerja
5.
Penghapus
6.
Pensil
Pengendali
Jawaban pada kartu soal
kesalahan
Warna manik-manik dan tempatnya
Presentasi awal
1.
Direktis menyiapkan tempat kerja.
2.
Direktris mengajak siswa untuk mengambil alat peraga dengan berkata, “Mari bantu ibu membawa papan pengurangan.”
3.
Direktris mengajak siswa dengan berkata, “Mari bekerja menggunakan papan pengurangan bersama ibu.”
4.
Direktris meminta siswa duduk di samping kirinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Inti
5.
[161]
Direktris mengambil kartu soal penjumlahan tanpa teknik menyimpan.
6.
Direktris menunjuk soal yang akan dikerjakan sambil berkata, “Mari kita selesaikan soal ini. Misalnya 38-11
7.
Direktris memasukkan tanda operasi hitung pada papan pengurangan.
8.
Direktris mengambil 3 manik biru dan meletakkannya di tempat puluhan, kemudian mengambil 8 manik hijau dan meletakkannya di tempat satuan.
9.
Direktris
berkata
kepada
siswa,
“Kita
akan
mengurangkan 1 dari 8.” 10. Direktris mengambil 1 manik hijau satuan pada deret pertama dan meletakkannya di deret kedua.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11. Direktris
mengambil
sisa
manik
[162]
hijau
dan
meletakkannya di deret ketiga sambil membilang manik sisanya. 12. Selanjutnya direktris berkata “Sisa 7 manik hijau.”
13. Direktris
berkata
kepada
siswa,
“Kita
akan
mengurangkan 1 dari 3.” 14. Direktris mengambil 1 manik biru puluhan pada deret pertama dan meletakkannya di deret kedua.
15. Direktris
mengambil
sisa
manik
biru
dan
meletakkannya di deret ketiga sambil membilang manik sisanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[163]
16. Selanjutnya direktris berkata, “Sisa 2 manik biru.” 17. Selanjutnya direktris berkata sambil menunjukkan hasil hitung, “38-11 sama dengan 27.”
18. Direktris meminta siswa untuk mencoba dengan berkata, “Mau mencoba?” 19. Siswa mencoba mengerjakan beberapa soal yang sudah dikerjakan pada lembar kerja. Penutup
20. Direktis meminta siswa untuk mengembalikan alat peraga
dengan
berkata,
“Mari
bantu
ibu
mengembalikan papan pengurangan.” 21. Siswa mengembalikan papan pengurangan. 22. Siswa membereskan tempat kerja
C. Materi Pembelajaran C.2 Submateri Tujuan langsung
: Pengurangan : Pengurangan dengan Teknik Meminjam
Mengenalkan latihan pengurangan bilangan sampai 500 dengan teknik meminjam.
Tujuan tidak
Mengenalkan konsep abstrak pengurangan dengan teknik
langsung
meminjam.
Syarat
1.
Mengenal papan penjumlahan
2.
Siswa mampu membilang
Usia
8 tahun (kelas II SD)
Alat peraga
1.
Papan pengurangan Montessori
2.
Manik-manik warna hijau, biru, dan merah
3.
Mangkok manik warna hijau, biru, dan merah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
Lembar kerja
5.
Penghapus
6.
Pensil
7.
Karpet
[164]
Pengendali
Jawaban pada kartu soal
kesalahan
Warna manik-manik dan tempatnya
Presentasi awal
1.
Direktis menyiapkan tempat kerja.
2.
Direktris mengajak siswa untuk mengambil alat peraga dengan berkata, “Mari bantu ibu membawa papan pengurangan.”
3.
Direktris mengajak siswa dengan berkata, “Mari bekerja menggunakan papan pengurangan bersama ibu.”
Inti
4.
Direktris meminta siswa duduk di samping kirinya.
5.
Direktris mengambil kartu soal pengurangan dengan teknik meminjam.
6.
Direktris menunjuk soal yang akan dikerjakan sambil berkata, “Mari kita selesaikan soal ini.”
7.
Misalnya 177-97
8.
Direktris memasukkan tanda operasi hitung pada papan pengurangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9.
Direktris
mengambil
1
manik
merah
[165]
dan
meletakkannya di tempat ratusan, 7 manik biru dan meletakkannya di tempat puluhan, serta
7 manik
hijau di tempat satuan.
10. Direktris
berkata
kepada
siswa,
“Kita
akan
mengurangkan 7 dari 7.” 11. Direktris mengambil 7 manik hijau satuan pada deret pertama.
12. Direktris bertanya pada siswa, “Berapa sisanya?” 13. Direktris menurunkan sisa hasil hitung ke deret ketiga sambil membilang hasilnya. 14. Direktris berkata, “Tidak ada manik sisa.” 15. Direktris
berkata
kepada
siswa,
“Kita
akan
mengurangkan 9 dari 7.” 16. Direktris bertanya kepada siswa, “Bisakah diambil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[166]
9?” 17. Direktris menukar 1 manik merah dengan 10 manik biru dengan berkata, “Kita perlu menukarkan 1 manik merah agar dapat mengurangkan manik puluhan.” 18. Direktris
mengembalikan
1
manik
merah
ke
tempatnya untuk ditukar dengan 10 manik biru puluhan.
19. Direktris
mengambil
10
manik
biru
dan
meletakkannya di mangkok biru.
20. Direktris menggabungkan manik hasil penukaran dengan manik puluhan di deret pertama.
21. Direktris bertanya kepada siswa, “Berapa jumlah manik biru sekarang?” 22. Direktris meminta anak untuk membilang jumlah manik biru. 23. Direktris
berkata
kepada
siswa,
“Kita
akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[167]
mengurangkan 9 dari 17.” 24. Direktris mengambil 9 manik biru puluhan pada deret pertama.
25. Direktris menurunkan sisa hasil hitung manik puluhan ke deret ketiga sambil membilang. 26. Direktris berkata, “Sisa 8.” 27. Selanjutnya direktris berkata, “177-97 sama dengan 80” sambil menunjukkan hasil hitung.
28. Direktris meminta siswa untuk mencoba dengan berkata, “Mau mencoba?” 29. Siswa mencoba mengerjakan beberapa soal yang sudah dikerjakan pada lembar kerja. Penutup
30. Direktis meminta siswa untuk mengembalikan alat peraga
dengan
berkata,
“Mari
bantu
mengembalikan papan pengurangan.” 31. Siswa mengembalikan papan pengurangan. 32. Siswa membereskan tempat kerja.
ibu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[169]
CURRICULUM VITAE
Elfrida Fetra Widyaningrum merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang lahir di Semarang, 8 Februari 1994. Pendidikan dasar diperoleh di SD Kanisius Harjosari dan lulus pada tahun 2005. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Pangudi Luhur Ambarawa dan lulus pada tahun 2008. Pendidikan menengah lanjutan diperoleh di SMA Virgo Fidelis, dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011, peneliti tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti berbagai macam kegiatan di luar perkuliahan. Berikut daftar kegiatan yang pernah diikuti peneliti. 1.
Dampok Parade Gamelan Anak tahun 2011
2.
Peserta dan wakil ketua workshop pembelajaran Montessori usia 6-9 tahun pada tahun 2012
3.
Seksi acara dalam “Maria Montessori workshop: Learning Model Development 2012” tahun 2012.
4.
Anggota PGSD Montessori Club pada periode 2012/2013, 2013/2014, dan 2014/2015.
5.
Seksi acara kegiatan inisiasi mahasiswa baru program studi pendidikan guru sekolah dasar tahun 2012
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6.
Sekretaris HMPS PGSD periode 2013/2014
7.
Ketua Pelepasan Wisuda PGSD periode 2013-2014
8.
Tim Evaluator PPKM I Universitas Sanata Dharma tahun 2014
9.
Panitia PPKM II PGSD Universitas Sanata Dharma tahun 2014
[170]
10. Seksi Konsumsi “Embracing Montessori” pada tahun 2013 11. Sekretaris kegiatan inisiasi mahasiswa baru program studi pendidikan guru sekolah dasar tahun 2013 Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Penjumlahn dan Pengurangan Berbasis Metode Montessori”.