PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
UJI ANALGESIK DEKOKTA DEKOK DAUN Macaranga tanarius L. PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi
Diajukan Oleh : Kristiyani Irawati NIM : 128114095
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
UJI ANALGESIK DEKOKTA DEKOK DAUN Macaranga tanarius L. PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi
Diajukan Oleh : Kristiyani Irawati NIM : 128114095
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Tuhan selalu besertamu” Tuhan tidak berjanji Langit selalu biru Bunga di sepanjang jalanmu Lautan tanpa gelombang Tapi … Ia berjanji Beserta kita … Mendampingi kita …
Kupersembahkan skripsi ini untuk… Tuhan Yesus yang selalu memberkati, dan memimpin setiap langkah hidupku, Papa, Mama dan keluarga tercinta atas semangat, doa dan kasih sayang, Teman-teman teman dan sahabat terkasih, Almamaterku Universitas Sanata Dharma
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkat, penguatan dan kasih yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Analgesik Dekokta Daun Macaranga tanarius L. dengan Metode Geliat pada Mencit Betina Galur Swiss” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Farmasi (S.Farm) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma 2. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku dosen pembimbing utama skripsi ini atas segala kesabaran untuk selalu memberi masukan, bimbingan, dukungan dan motivasi kepada penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. 3. Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan pengarahan, masukan, bimbingan dan dukungan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. 4. Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak memberikan ide, saran dan masukkan yang membangun untuk peneitian ini.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc., selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak memberikan ide, saran dan masukkan yang membangun untuk peneitian ini. 6. Dr. Fenty, selaku dosen pembimbing akademik penulis atas pendampingan, pengarahan dan dukungan kepada penulis selama ini. 7. Pak Heru, Pak Parjiman, Pak Kayat selaku laboran atas segala bantuan yang diberikan serta dinamika di laboratorium selama melakukan penelitian ini. 8. Ayah, Ibu, dan kakak tercinta atas cinta dan kasih sayang yang begitu besar untuk selalu mendukung, memberi semangat dan senantiasa mendoakan. 9. Sahabat-sahabat seperjuangan sejak awal penulis masuk hingga penelitian Macaranga tanarius L., Antonia Vidya Kartika, Nurul Kusumawardani, Silvia Puspa Dwi Susanti atas perjuangan, semangat, bantuan, pengertian, kesabaran dan suka-duka yang telah dilewati bersama selama penelitian. 10. Sahabat-sahabat tercinta, Dinda, Mamih, Opita, Tika, Shela, Martha, Mikhael, Randy, Nita, Ratih, Agnes dan Cathy. 11. Teman-teman Kos Griya Talenta, Putri, Ayang, Asti, Cindi, Agata, Mbak Ima. 12. Teman-teman FSM-C dan FKK-B angkatan 2012 atas kebersamaan dan dinamika bersama. 13. Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis namun tidak dapat disebutkan satu-persatu. Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga isi skripsi ini bermanfaat untuk pihak mahasiswa, lingkungan akademis, masyarakat serta turut berperan serta dalam memperkaya perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kefarmasian.
Yogyakarta, 5 November 2015
Penulis
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………….....
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………
ii
HALAMAN PENGESAHAN.………………………………………...
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS…………………...
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………
vi
PRAKATA…………………………………………………………….
vii
DAFTAR ISI……………………………………………………….....
x
DAFTAR TABEL………………………………………………….....
xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………….
xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….
xvi
INTISARI……………………………………………………………..
xvii
ABSTRACT…………………………………………………………..
xviii
BAB I. PENGANTAR………………………………………………..
1
A. Latar Belakang……………………………………………………
1
1. Rumusan masalah………………………………………….....
4
2. Keaslian penelitian……………………………………………
4
3. Manfaat penelitian…………………………………………….
6
B. Tujuan Penelitian……………………………………………...
6
1. Tujuan umum………………………………………………….
6
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Tujuan khusus…………………………………………………
6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA…………………………….....
8
A. Nyeri………………………………………………………...........
8
1. Pengertian nyeri…………………………………………….....
8
2. Klasifikasi Nyeri………………………………………………
8
B. Mekanisme Nyeri…………………………………………………
13
C. Asam Asetat……………………………………………………….
16
D. Asetosal……………………………………………………………
17
E. Analgesik………………………………………………………….
19
F. Metode Uji Analgesik……………………………………………..
22
G. Dekokta……………………………………………………………
26
H. Macaranga tanarius L..…………………………………………...
26
1. Klasifikasi……………………………………………………...
26
2. Nama lain……………………………………………………….
27
3. Morfologi……………………………………………………….
27
4. Manfaat tanaman……………………………………………….
27
5. Kandungan Kimia……………………………………………..
28
I. Radikal Bebas……………………………………………………..
30
J. Skrining Fitokimia………………………………………………..
30
K. Landasan Teori…………………………………………………….
32
L. Hipotesis…………………………………………………………...
34
BAB. III METODE PENELITIAN…………………………...............
35
A. Jenis dan Rancangan Penelitian…………………………..............
35
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Variabel dan Definisi Operasional……………………….............
35
C. Bahan Penelitian…………………………………………………..
38
D. Alat Penelitian……………………………………………………..
39
E. Tata Cara Penelitian……………………………………………….
39
F. Tata Cara Analisis Hasil…………………………………………..
50
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………..
52
A. Penyiapan Bahan…………………………………………………..
52
B. Uji Pendahuluan…………………………………………………..
56
C. Skrining Fitokimia………………………………………………...
61
D. Uji Analgesik Dekokta Daun Macaranga tanarius L…………….
64
E. Kekerabatan Dosis………………………………………..............
81
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………
82
A. Kesimpulan………………………………………………………..
82
B. Saran………………………………………………………………
82
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………
84
LAMPIRAN…………………………………………………………...
92
BIOGRAFI PENULIS………………………………………………...
127
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel I.
Penelitian terkait daun Macaranga tanarius L. ………...
Tabel II.
Rata-rata jumlah kumulatif geliat kelompok kontrol
5
negatif CMC-Na dan kontrol positif asetosal selang waktu 10 dan 15 menit………………………………….. Tabel III.
58
Hasil uji T tidak berpasangan rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan selang waktu pemberian asam asetat dosis 50 mg/kgBB ………………………………………
Tabel IV.
Hasil analisis kandungan kimia secara kualitatif pada dekokta daun Macaranga tanarius L. …………………..
Tabel V.
dan
tiga
peringkat
dosis
dekokta
daun
Macaranga tanarius L. ………………………………....
66
Hasil uji Scheffe persen proteksi geliat pada kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. ……….
Tabel VII.
62
Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit kontrol negatif, positif
Tabel VI.
58
68
Rata-rata perubahan persen proteksi kontrol negatif, positif dan tiga peringkat dosis dekokta Macaranga tanarius L. ………………………………………………
xiii
69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Pembagian kualitas nyeri berdasarkan persepsi nyeri…..
9
Gambar 2.
Proses biosintesis prostaglandin………………………...
15
Gambar 3.
Struktur asetosal…………………………………………
17
Gambar 4.
Klasifikasi obat analgesik-antiinflamasi non steroid……
20
Gambar 5.
Struktur senyawa
yang terdapat
dalam tanaman
Macaranga tanarius L. …………………………………
29
Gambar 6.
Skema kerja penelitian………………………………….
46
Gambar 7.
Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pengujian efek analgesik pada kelompok kontrol negatif, positif, dan peringkat dosis dekokta……………
Gambar 8.
66
Diagram batang rata-rata persen proteksi pada pengujian efek analgesik pada kelompok kontrol negatif, positif, dan peringkat dosis dekokta……………………………..
Gambar 9.
67
Diagram batang rata-rata perubahan persen proteksi pengujian efek analgesik pada kelompok uji kontrol negatif, positif, dan peringkat dosis dekokta……………
69
Gambar 10. Daun dan serbuk Macaranga tanarius L………………..
93
Gambar 11. Dekokta daun Macaranga tanarius L…………………...
93
Gambar 12. Geliat mencit yang memenuhi syarat……………………
94
Gambar 13. Geliat mencit yang tidak memenuhi syarat……………...
94
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Foto daun Macaranga tanarius L. dan dekokta Macaranga tanarius L. …………………………………
Lampiran 2.
Foto
proses
pengamatan
uji
analgesik
dekokta
Macaranga tanarius L. ………………………………… Lampiran 3.
93
94
Hasil analisis kandungan kimia secara kualitatif pada dekokta daun Macaranga tanarius L. ………………….
95
Lampiran 4.
Surat pengesahan determinasi Macaranga tanarius L…
97
Lampiran 5.
Surat Ethical Clearance dari Fakultas Kedokteran UGM
98
Lampiran 6.
Sertifikat penetapan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L. ………………………………………………
Lampiran 7.
99
Surat legalitas penggunaan aplikasi SPSS untuk pengujian data secara statistik …………………………..
100
Lampiran 8.
Perhitungan dosis ……………………………………….
101
Lampiran 9.
Perhitungan konversi dosis dari mencit ke manusia ……
103
Lampiran 10.
Hasil analisis statistik jumlah geliat pada penetapan selang waktu pemberian ………………………………..
Lampiran 11.
Hasil analisis statistik uji efek analgesik dekokta daun Macaranga tanarius L. …………………………………
Lampiran 12.
104
109
Data persen proteksi geliat terhadap kontrol negatif aquadest pada uji efek analgesik dekokta daun Macarnga tanarius L. …………………………………..
xv
112
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 13.
Data perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB pada uji efek analgesik ………………………………………………..
xvi
119
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Macaranga tanarius L. merupakan salah satu tanaman pengobatan yang pengembangannya semakin ditingkatkan. Secara tradisional Macaranga tanarius L. dilaporkan berkhasiat sebagai obat diare, luka dan pencegahan peradangan. Tanaman ini diduga memiliki potensi untuk digunakan sebagai alternatif pengobatan nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap efek analgesik pada mencit betina galur Swiss yang terinduksi asam asetat 1%. Metode pengukuran analgesik menggunakan metode geliat rangsang kimia asam asetat 1% sebagai penginduksi nyeri yang diberikan secara intraperitoneal. Jenis penelitian ini yaitu eksperimental murni dengan rancangan acak pola searah. Penelitian ini menggunakan 25 mencit betina sehat galur Swiss yang diambil secara random kemudian dibagi acak ke dalam 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 hewan uji. Kelompok I diberikan aquadest dosis 0,025 mg/kgBB, kelompok II diberikan larutan asetosal dosis 91 mg/kgBB, kelompok III-V diberikan dekokta Macaranga tanarius L. dengan dosis 833,33; 1666,67; 3333,33 mg/kgBB. Geliat diamati setiap 5 menit selama 1 jam. Hasil kemudian dianalisis dengan menggunakan metode uji Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi data. Pada penelitian ini digunakan uji One Way ANOVA karena data terdistribusi normal. Dilakukan pula analisis Post-Hoc untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda bermakna menggunakan uji Scheffe. Hasil studi menunjukkan bahwa dekokta daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik terhadap mencit betina galur Swiss. Efek analgesik yang dihasilkan oleh dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33; 1666,67; 3333,33 mg/kgBB memiliki persen proteksi beruturut-turut adalah 60,5; 74,8 dan 53,6 %. Perubahan persen proteksi berturut-turut adalah -17,4; 1,7 dan -26,7%. Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa tidak terdapat kekerabatan antara peringkat dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan efek analgesik yang ditimbulkan. Kata kunci: Analgesik, Dekokta, Macaranga tanarius L.
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Macaranga tanarius L. is one of the medicinal plants whose development is further enhanced. Macaranga tanarius L. traditionally used to treat diarrhoea, injuries, and inflammation. This plant has potential to be used in alternative pain treatment. This study aimed to know whether the decoction extract Macaranga tanarius L. leaves have analgesic effect in female mice of Swiss strain that induced by acetic acid. Analgesic measurement method used writhing test 1% acetic acid as an inducer of pain administered intraperitoneally. This research was an experimental research with direct sampling This type of research is purely experimental design with direct sampling design. This research used 30 healthy female mice of Swiss strain were randomly divided into 5 treatment groups. Each group contain of 5 mice. The first group as a control negative received 0,025 mg/kgBB the dose of aquadest, the second group as a control positive received 91 mg/kgBB the dose of asetosal. The third until fifth group received respectively, decoction extract of Macaranga tanarius L. leaves the dose of 833,33; 1666,67; 3333,33 mg/kgBB. Writhings were counted every 5 minutes for 1 hour. The results were analyzed using the Shapiro-Wilk test to find out the distribution of data. In this study, OneWay ANOVA test was used for normal distributed data. After that Post-Hoc analysis was done to determine which groups are different significantly using Scheffe test. The result of the study showed the decoction extract of Macaranga tanarius L. leaves has analgesic effect in female mice of Swiss strain. Analgesic effect which was produced by a decoction of Macaranga tanarius L. leaves doses 833.33; 1666.67; 3333.33 mg/kgBB have percent protection respectively 60.5; 74.8 and 53.6 %. The change in percent protetction respectively were -17.4; 1.7 and -26.7%. There was no relation between dose decoction Macaranga tanarius L. leaves and analgesic effect response.
Keywords : Analgesic, Decoction, Macaranga tanarius L.
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Penelitian Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan atau infeksi jasad renik (Tjay dan Rahardja, 2007). Saat ini nyeri menjadi gangguan universal yang menyedot perhatian dan biaya yang besar, serta menjadi tantangan tenaga kesehatan untuk memberi dukungan terhadap mereka yang menderita nyeri (Muchlisin, Purwanto, dan Astuti, 2013). Penanganan nyeri dapat diatasi dengan obat analgesik. Analgesik merupakan zat-zat yang dapat menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Siswandono dan Soekarjdo, 2000). Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapinya. Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman ini merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, dan ketrampilan yang secara turun-temurun telah diwariskan oleh generasi berikutnya, termasuk generasi saat ini (Wijayakusuma, 2000). Analgesik dapat berasal dari tanaman obat yang telah terbukti dan dipercaya memiliki efek anti nyeri. Pemakaian tanaman sebagai obat bila digunakan secara benar dan tepat akan memberikan manfaat bagi pemakainya. Selain itu biaya yang diperlukan bila memanfaatkan tanaman sebagai 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
obat pencegah penyakit maupun penjaga kesehatan relatif lebih murah, mudah untuk diaplikasikan oleh setiap kalangan serta efek sampingnya yang relatif lebih rendah (Katno dan Pramono, 2005). Akhir-akhir ini, semakin marak adanya trend hidup sehat pada masyarakat dengan menggunakan produk yang berasal dari alam. Oleh karena itu, obat-obatan tradisional perlu didorong untuk menjadi salah satu pilihan pengobatan. Salah satu khasiat yang semakin ditingkatkan pengembangannya yaitu untuk mengatasi nyeri. Macaranga tanarius L. merupakan tanaman yang diduga berpotensi sebagai alternatif yang digunakan untuk analgesik (anti nyeri) dengan cara menghambat pelepasan mediator-mediator nyeri. Rasa nyeri dapat timbul karena adanya kehadiran radikal bebas yang jumlahnya berlebih di dalam tubuh. Ketika radikal bebas menyerang dapat menyebabkan kerusakan pada membran sel yang kemudian dapat melepaskan mediator-mediator nyeri seperti prostaglandin, bradikinin, serotonin (Tjay dan Rahadja, 2007). Proses ini dapat menyebabkan kerusakan terus-menerus sehingga dibutuhkan senyawa yang berpotensi sebagai analgesik untuk mengatasi nyeri. Telah dilaporkan oleh Phommart, Sutthivaiyakit, Ruchirawat, dan Sutthivaiyakit (2005) bahwa Macaranga tanarius L. mengandung senyawa flavonoid, antara lain tanarifuranonol, tanariflavanon C, dan tanariflavanon D. Penelitian oleh Matsunami et al., (2006) menemukan bahwa daun Macaranga tanarius L. memiliki kandungan senyawa glikosida yaitu macarangioside A-C dan mallophenol B. Kedua hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa senyawa yang ditemukan memiliki aktivitas antioksidan, yaitu mampu melakukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
penangkapan radikal bebas terhadap DPPH. Aktivitas antioksidan senyawa glikosida dan flavonoid dalam daun Macaranga tanarius L. ini diharapkan dapat menghentikan inisiasi pembentukan serta menangkap radikal bebas dalam tubuh sehingga pelepasan mediator nyeri dapat dihambat. Apabila mediator nyeri tidak terbentuk maka rasa nyeri dapat diatasi. Senyawa glikosida merupakan senyawa yang kurang larut dalam pelarut organik tetapi lebih mudah larut dalam air (Supriyatna, Moelyono, Iskandar, dan Febriyanti, 2014). Flavonoid merupakan senyawa yang sifatnya larut air (Astuti, 2001). Pada penelitian ini digunakan bentuk sediaan dekokta yaitu metode sederhana yang menggunakan penyari berupa air, sehingga diharapkan lebih banyak menangkap senyawa-senyawa glikosida yang mempunyai aktivitas penangkapan radikal bebas. Semakin banyak adanya aktivitas penangkapan radikal bebas diharapkan dapat menghambat dan mencegah terjadinya nyeri. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Wulandari (2010) di mana infusa daun Macaranga tanarius L. terbukti memiliki efek analgesik pada mencit betina galur Swiss. Adanya efek analgesik yang dihasilkan oleh infusa daun Macaranga tanarius L. dalam menghambat nyeri yang diperantarai oleh prostaglandin memunculkan dugaan apakah dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu dekokta daun Macaranga tanarius L. pada mencit betina galur Swiss mampu berperan sebagai analgesik dengan cara menghambat mediator-mediator nyeri. Dekokta didefinisikan sebagai sediaan cair yang dibuat dengan mengekstrak sediaan herbal dengan air pada suhu 90˚C selama 30 menit (Astuti, 2001). Infusa didefinisikan sebagai sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
nabati dengan air pada suhu 90˚C selama 15 menit (Depkes RI, 1995). Sediaan dekokta dipilih pada penelitian karena diharapkan senyawa glikosida dan flavonoid yang memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas dapat tertarik lebih banyak dan akhirnya dapat menghambat proses terjadinya nyeri, karena semakin lama sebuah langkah diharapkan senyawa fitokimia yang dapat terambil semakin banyak (Chichoke, 2001). 1. Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : a. Apakah pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik pada mencit betina galur Swiss ? b. Berapakah besar persen proteksi dekokta daun Macaranga tanarius L. pada mencit betina galur Swiss ? c. Berapakah besar perubahan persen proteksi analgesik dekokta daun Macaranga tanarius L. pada mencit betina galur Swiss ? d. Apakah ada kekerabatan antara dosis pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan penurunan geliat pada mencit betina galur Swiss terinduksi asam asetat ? 2. Keaslian penelitian Beberapa penelitian terkait Macaranga tanarius L. dan aktivitasnya sebagai analgesik dipaparkan pada tabel I di bawah berikut ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
Tabel I. Penelitian terkait daun Macaranga tanarius L. Judul Penelitian dan Peneliti Radical Scavanging Activities of New Megastigme Glucosides from Macaranga tanarius (L.) Mull-Arg oleh Matsunami et al. (2006)
Metode Proses isolasi dengan metode penyarian ekstrak metanol Macaranga tanarius L.
Constituents of the Leaves of Macaranga tanarius L. oleh Phommart, Sutthivaiyakit, Ruchirawat, dan Sutthivaiyakit (2005)
Penyarian dengan menggunakan nheksan dan ekstrak kloroform Macaranga tanarius L.
Efek Analgesik Infusa Daun Macaranga tanarius L., pada mencit galur Swiss oleh Wulandari (2010) Efek Analgesik Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss oleh Andini (2010) Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Metanol-Air Daun Senu (Macaranga tanarius L. Mull. Arg) pada Mencit Betina Terinduksi Karagenin oleh Todingbua (2014)
Infusa daun Macaranga tanarius L. Ekstraksi metanol-air daun Macaranga tanarius L. Topikal ekstrak metanol-air daun Senu
Hasil Daun Macaranga tanarius L. memiliki senyawa glikosida macarangioside A-C dan mallophenol B yang diisolasi dari fraksi butanol daun Macaranga tanarius L. menunjukkan adanya aktivitas penangkapan radikal bebas terhadap DPPH Kandungan nymphaeol dan tanariflavon dari ekstrak nheksan daun Macaranga tanarius L. sebagai antioksidan terhadap uji DPPH serta nympaheol B sebagai agen antiinflamasi pada uji COX-2 Infusa daun Macaranga tanarius L. memiliki efek anelgesik pada mencit betina galur Swiss Ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. mempunyai efek analgesik terhadap mencit betina galur Swiss. Topikal ekstrak metanol-air daun Senu (M. tanarius L. Mull. Arg) pada mencit betina terinduksi karagenin mempunyai efek antiinflamasi.
Sejauh penelusuran penulis penelitian mengenai uji efek analgesik dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan melihat persen proteksi geliat pada mencit betina galur Swiss terinduksi asam asetat 1 % belum pernah dilakukan sebelumnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi, khususnya dalam
bidang
kefarmasian
terkait
pengaruh
pemberian
dekokta
menggunakan tumbuhan alternatif Macaranga tanarius L. sebagai analgesik, persen proteksi dan perubahan persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga tanarius L., serta hubungan kekerabatan dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap penurunan geliat mencit yang terinduksi asam asetat. b. Manfaat praktis Hasil penelitian ini mampu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh pemberian dekokta dengan menggunakan tumbuhan alternatif Macaranga tanarius L. yang dapat digunakan sebagai analgesik.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui pengaruh pemberian sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap efek analgesik pada mencit betina galur Swiss yang terinduksi asam asetat 1%. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui berapa besar persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap mencit betina galur Swiss. b. Mengetahui perubahan persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap mencit betina galur Swiss.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
c. Mengetahui kekerabatan antara dosis pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan penurunan geliat pada mencit betina galur Swiss terinduksi asam asetat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Nyeri 1. Pengertian nyeri Nyeri merupakan perasaan yang dipicu oleh sistem saraf. Nyeri dapat menyakitkan atau membahayakan bagi penderitanya. Penderita mungkin merasa nyeri di satu daerah tubuh, seperti punggung, perut atau dada atau mungkin merasa sakit di sekujur tubuh. Nyeri dapat digunakan untuk membantu dalam mendiagnosis suatu masalah kesehatan (Dugdale, 2009). The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam kerusakan tersebut. Rasa nyeri merupakan gejala yang sering dirasakan pada seseorang dengan penyebab dan gejala beraneka ragam, lokasi, kualitas, durasi rasa nyeri, frekuensi, sifat serta gejala penyertanya (Kasran dan Kusumaratna, 2006). 2. Klasifikasi nyeri Nyeri pada umumnya dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu: nyeri adaptif dan nyeri maladaptif. Nyeri adaptif berperan serta dalam proses bertahan hidup dengan melindungi organisme dari cedera berkepanjangan dan membantu proses pemulihan. Sebaliknya, nyeri maladaptif merupakan bentuk patologis dari sistem saraf (Woolf, 2004).
8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
Permukaan Somatik Nosiseptif Dalaman Viseral Mekanisme
Pusat Neuropatik Periferal
Gambar 1. Pembagian kualitas nyeri berdasarkan mekanisme nyeri (Nicholson, 2006). Pembagian kualitas nyeri berdasarkan mekanisme nyeri dibedakan menjadi nyeri nosiseptif dan neuropatik (Gambar 1). Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang disebabkan oleh adanya stimuli noksius (trauma, penyakit atau proses radang). Dapat diklasifikasikan menjadi nyeri somatik dan nyeri viseral. Nyeri somatik dibagi lagi atas 2 kualitas nyeri yaitu nyeri permukaan dan nyeri dalam. Apabila rangsang bertempat dalam kulit maka rasa yang terjadi disebut nyeri permukaan. Sebaliknya nyeri yang berasal dari otot, persendian, tulang atau dari jaringan ikat disebut nyeri dalam (Nicholson, 2006). Nyeri neuropatik adalah nyeri dengan impuls yang berasal dari adanya kerusakan atau disfungsi dari sistem saraf baik perifer atau pusat. Kerusakan saraf atau rangsangan terus-menerus dapat menyebabkan rangsangan nyeri saraf autonom dan meningkatkan pelepasan bahan dari syaraf tanduk dorsal yang progresif. Sindrom nyeri neuropatik seperti nyeri punggung bawah, neuropati
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
diabetik, nyeri akibat kanker, luka pada sumsum tulang belakang (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, dan Posey, 2008). Berdasarkan durasinya, nyeri dapat diklasifikasikan sebagai nyeri akut (nosiseptif) dan nyeri kronis (neuropatik) (Hartwig dan Wilson, 2006; Sukandar, Andrajati, Sigit, Adnyana, Setiadi dan Kusnandar, 2009). 1. Nyeri akut : Nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara. Nyeri akut (nosiseptif) merupakan nyeri somatik (sumber nyeri berasal dari kulit, tulang, sendi, otot atau jaringan penghubung) atau viseral (berasal dari organ dalam seperti usus besar atau pankreas), yang berlangsung kurang dari 6 bulan. Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti: takikardi, hipertensi, hiperhidrosis, pucat. Nyeri akut dihubungkan dengan kerusakan jaringan dan durasi yang terbatas setelah nosiseptor kembali ke ambang batas stimulus istirahat (ACPA, 2014). Nyeri akut dibagi atas: Pertama, nyeri yang muncul pada pasien, dimana sebelumnya tidak ada nyeri kronik. Pada pasien dengan nyeri akut tipe ini, pengobatan ditujukan terhadap nyeri dan penyebabnya. Kedua, nyeri yang datang tiba-tiba pada pasien yang sebelumnya sudah menderita nyeri kronik akan tetapi nyeri akut tidak berhubungan dengan nyeri kronik. Misalnya: pasien dengan nyeri kanker yang diderita selama ini, kemudian menderita patah tulang tanpa berhubungan dengan kankernya, dan mengalami nyeri. Keadaan seperti ini selain pengobatan untuk nyeri yang lama, perlu ditambahkan analgesik yang sesuai untuk patah tulang. Ketiga, nyeri akut yang merupakan eksaserbasi nyeri kronik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
yang selama ini diderita oleh pasien. Misalnya: seorang pasien dengan nyeri kanker kronik dan mengalami nyeri patah tulang oleh karena memberatnya penyakit. Oleh karena itu kecemasan sangat mempengaruhi intensitas nyeri. Untuk kasus seperti ini, terapi ditujukan untuk menurunkan kecemasan yang dapat berupa dukungan emosional (Levine, 2004). 2. Nyeri kronis : Nyeri menahun second pain. Rangsangan-rangsangan yang lebih hebat mengaktivasi nosiseptor polimodal dan mengakibatkan rasa
difus, tak
menyenangkan dan rasa terbakar terus menerus yang berlangsung lebih dari rangsangan nyeri akut dan permulaannya agak lambat. Second pain berhubungan dengan aspek afektif-motivasional dan terdapat terutama pada waktu nyeri menahun dan nyeri berasal dari rongga perut (ACPA, 2014). Nyeri kronis (neuropatik) terjadi akibat dari proses input sensorik yang abnormal oleh sistem saraf pusat atau perifer, yang berlangsung selama 6 bulan atau lebih (Sukandar et al., 2009). Menurut Asmadi (2008), berdasarkan tempatnya nyeri dibedakan menjadi empat golongan : a. Pheriperal pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada kulit, mukosa. b. Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh viseral. c. Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
d. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus, dan lain-lain. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksious yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui spinalis, batang otak, talamus, dan korteks cerebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya, dari fungsi protektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusak. Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk mempercepat perbaikan kerusakan jaringan. Sensitivitas akan meningkat, sehingga stimulus nonnoksious atau noksious ringan yang mengenai bagian yang meradang akan menyebabkan nyeri. Sebagai akibatnya, individu akan mencegah adanya kontak atau gerakan pada bagian yang cidera tersebut sampai perbaikan jaringan selesai. Hal ini akan meminimalisasi kerusakan jaringan lebih lanjut. Respon inflamasi berlebihan atau kerusakan jaringan yang hebat tidak boleh dibiarkan. Tujuan terapi adalah menormalkan sensitivitas nyeri (Woolf, 2004). Mediator nyeri yang kini juga disebut autacoida, terdiri dari histamin, serotonin, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin. Bradikinin adalah polipeptida yang dibentuk dari protein plasma. Struktur prostaglandin mirip dengan asam lemak dan terbentuk dari asam arakhidonat. Zat-zat ini meningkatkan kepekaan ujung saraf sensoris bagi rangsangan nyeri yang diakibatkan oleh mediator lainnya (Tjay dan Rahardja, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
B. Mekanisme Nyeri Menurut Timby (2009), mekanisme terjadinya nyeri terdiri dari empat tahap : transduksi, transmisi, persepsi nyeri, dan modulasi. a. Transduksi, adalah perubahan rangsangan nyeri (noxious stimuli) menjadi aktivitas listrik pada ujung-ujung saraf sensoris. Sensasi nyeri dimulai dengan pembebasan reseptor nyeri akibat rangsangan mekanis, panas dan kimia. Adanya rangsangan tersebut menyebabkan lepasnya prostaglandin, serotonin, bradikinin, leukotrien, substansi P, histamin, potassium yang akan mengaktifkan reseptor-reseptor nyeri. Reseptor nyeri merupakan anyaman ujung-ujung bebas serat-serta afferent A-delta dan C, yaitu serat-serat saraf sensorik yang mempunyai fungsi meneruskan sensorik nyeri dari perifer ke sentral di sistem saraf pusat. Interaksi antara zat analgesik dengan reseptor nyeri menyebabkan terbentuknya impuls nyeri. Transduksi adalah proses dari stimulasi dikonversi menjadi bentuk yang dapat diakses oleh otak. Proses transduksi dimulai ketika
nosiseptor teraktivasi.
Aktivasi nosiseptor
merupakan bentuk respon terhadap stimulus yang datang seperti kerusakan jaringan. b. Transmisi, adalah serangkaian kejadian-kejadian neural yang membawa impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak. Proses transmisi melibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil ke diameter sedang, serta yang berdiameter besar. Saraf aferan akan berakson pada dorsal horn di spinalis. Selanjutnya transmisi ini dilanjutkan melalui sistem
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
contralateral spinothalamic melalui ventral lateral dari thalamus menuju cortex serebral. c. Modulasi, proses modulasi melibatkan sistem neural yang komplek. Impuls nyeri ini akan dikontrol oleh sistem saraf pusat dan mentransmisikan impuls nyeri ke bagian lain dari sistem saraf, seperti bagian cortex. Selanjutnya impuls nyeri akan ditransmisikan melalui saraf-saraf descenden ke tulang belakang untuk memodulasi efektor. Tempat kontak lain yang penting dari serabut nyeri adalah thalamus opticus, dimana impuls akan diteruskan ke sistem limbik, yang terutama terlibat pada penilaian emosional nyeri. Oleh otak besar dan otak kecil bersama-sama dilakukan reaksi perlindungan dan reaksi menghindar yang terkoordinasi. Apabila sistem neospinotalamikus pada tingkat thalamus gagal menghambat atau menekan aferen paleospinotalamikus, maka dapat terjadi menghantarkan transmisi rangsang nyeri (DiPiro et al., 2008). d. Persepsi, adalah proses yang subyektif. Persepsi nyeri sebagai titik utama transmisi impuls nyeri. Proses persepsi ini tidak hanya berkaitan dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja, akan tetapi juga meliputi pengenalan dan mengingat. Oleh karena itu, faktor psikologis, emosional, dan perilaku juga muncul sebagai respon dalam mempersepsikan pengalaman nyeri tersebut. Prostaglandin merupakan suatu senyawa dalam tubuh yang berperan sebagai mediator nyeri dan radang atau inflamasi. Proses biosintesis prostaglandin sampai menimbulkan nyeri dapat dilihat dalam gambar 2. Prostaglandin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
dilepaskan ke peredaran darah dengan cepat saat terjadi kerusakan jaringan. Adanya gangguan pada membran sel ini akan menghasilkan fosfolipid, dengan bantuan enzim fosfolipase akan disintesis menjadi asam arakhidonat. Asam arakhidonat akan menghasilkan leukotrien, prostasiklin, tromboksan dan prostaglandin sebagai mediator nyeri yang difasilitasi oleh enzim lipooksigenase dan siklooksigenase (Wilmana dan Gan, 2007). Prostaglandin terlibat pada terjadinya nyeri yang berlangsung lama, proses peradangan dan timbulnya demam (Tjay dan Rahardja, 2007). Trauma/luka pada sel
Gangguan pada membran sel
Fosfolipid Enzim Fosfolipase
Enzim Lipooksigenase
Hidroperoksid
Asam Arakhidonat
Enzim Siklooksigenase
Endoperoksid PGG2/PGH
Leukotrien
PGE2, PGF2, PGD2,
Prostasiklin
Tromboksan A2 Gambar 2. Proses biosintesis prostaglandin (Wilmana dan Gan, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
Rangsang yang cukup untuk menimbulkan rasa nyeri ialah kerusakan jaringan atau gangguan metabolisme jaringan. Di sini senyawa tubuh sendiri dibebaskan dari sel-sel yang rusak yang disebut zat nyeri (mediator nyeri), yang menimbulkan reaksi inflamasi yang diteruskan sebagai sinyal ke otak. Sinyal nyeri dalam bentuk impuls listrik akan dihantarkan oleh serabut saraf nosiseptor tidak bermielin (serabut C dan δ) yang bersinaps dengan neuron di kornu dorsalis medulla spinalis. Sinyal kemudian diteruskan melalui traktus spinotalamikus di otak, dimana nyeri dipersepsi, dilokalisir, dan diintepretasikan (Brookoff, 2005).
C. Asam Asetat Nama asam asetat berasal dari kata Latin asetum, “vinegar”.
Bentuk
murni dari asam asetat ialah asam asetat glasial. Asam asetat glasial memiliki ciriciri tidak berwarna, mudah terbakar dengan bau pedas menggigit, dapat bercampur dengan air dan pelarut organik. Dalam bentuk cair atau uap, asam asetat glasial sangat korosif terhadap kulit dan jaringan lain (Fessenden dan Fessenden, 1997). Penggunaan asam asetat sebagai penginduksi inflamasi dan nyeri telah lama digunakan untuk mengevaluasi agen baru yang bersifat analgesik dan antiinflamasi. Injeksi peritonial asam asetat memproduksi peradangan peritoneum yang terkait dengan peningkatan prostaglandin, dan dengan demikian akan meningkatkan permeabilitas kapiler yang diperkirakan akan berkonstribusi dengan peningkatan
inflamasi.
Selain
itu,
secara
tidak
langsung
juga
untuk
mengemukakan rasa sakit yang terkait dalam pengujian melalui stimulasi neuron
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
nociceptive perifer oleh mediator endogen endo seperti serotonin, histamin,, bradik bradikinin, dan prostaglandin (Khalid, Shaik, Israf, Hashim, Rejab, Shaberi et al.,, 2009). Pemilihan asam asetat sebagai induksi nyeri, karena nyeri yang dihasilkan berasal dari reaksi inflamasi akut lokal yaitu pelepasan asam arakidonat dari jaringan fosfolipid melalui jalur siklooksigenase dan dan menghasilkan prostaglandin, terutama prostaglandin E2 (PGE2) dan prostaglandin F2α (PGF2α) di dalam cairan peritoneal.
Prostaglandin
tersebut
dapat
menyebabkan
rasa
nyeri
dan
meningkatkan permeabilitas kapiler. Oleh karena itu, suatu senyawa yang dapat menghambat geliat pada mencit yang memiliki efek analgesik cenderung menghambat di sintesis prostaglandin (Muhammad, Saeed, dan Khan, 2012). Pada pengujian efek analgesik, asam asetat bekerja sebagai iritan yang merusak jaringan secara lokal. Setelah pemberian pemberian secara intraperitonial, asam asetat merubah pH di dalam rongga perut akibat pelepasan ion H+ dari asam asetat yang menyebabkan luka pada membran sel. Fosfolipid dari membran sel akan melepaskan asam arakhidonat yang akan membentuk prostaglandin dan menimbulkan nimbulkan nyeri (Wilmana dan Gan, 2007).
D. Asetosal
Gambar 3. 3 Struktur Asetosal (Depkes RI, 1995).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) (Gambar 3) adalah obat golongan salisilat yang paling sering digunakan karena mempunyai sifat analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi (Chyka, Erdman, Christianson, Wax, Booze, dan Manoguerra, 2007). Indikasi asetosal adalah sebagai pereda nyeri, sakit kepala, nyeri ringan lain yang berhubungan dengan adanya inflamasi, nyeri ringan sampai sedang setelah operasi, melahirkan, sakit gigi, dismenorea (Dinkes, 2010). Aspirin cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan dan segera dihidrolisis menjadi asam salisilat, dengan kadar puncak asam salisilat dalam plasma tercapai dalam 1-2 jam. Kecepatan absorpsi ini dipengaruhi oleh bentuk sediaan, ada tidaknya makanan dalam lambung, tingkat keasaman lambung, dan faktor fisilogi lainnya (Coulter, 2003). Onset analgesik asetosal adalah 0,5 jam dengan durasi analgesiknya 3-6 jam (Baumann, 2005). Aspirin efektif mengurangi nyeri ringan sampai sedang akut. Obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Obat ini banyak diberikan untuk nyeri ringan sampai sedang, yang penyebabnya beraneka-ragam, misalnya nyeri kepala, gigi, otot, perut, nyeri haid, nyeri akibat benturan (Tjay dan Rahardja, 2007). Aspirin menghambat pada awal jalur asam arakidonat, tepatnya pada langkah siklooksigenase. Zat kimia ini bersifat kompetitif inhibitor, di mana aspirin akan bersaing dengan asam arakidonat dan siklooksigenase untuk melalukan pengikatan. Jika enzim sibuk bekerja dengan NSAID tersebut maka enzim tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik akibatnya pembentukan asam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
arakidonat terhenti, otomatis mediator nyeri seperti prostaglandin E2 (PGE2) sintesisnya dapat diturunkan, di mana PGE2 diduga mensensitisasi ujung saraf terhadap efek bradikinin, histamin dan mediator kimiawi lainnya yang dilepaskan secara lokal oleh proses inflamasi. Adanya penurunan sintesis PGE2 tersebut dapat menekan sensasi rasa sakit (Kimbrough, 2004). Efektivitas
penggunaan
aspirin
adalah
berdasarkan
kemampuan
menghambat siklooksigenase yang mengkatalisis perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin H2, prostaglandin E2, dan tromboksan A2. Aspirin hanya bekerja pada enzim siklooksigenase, tidak pada enzim lipooksigenase, sehingga tidak menghambat pembentukan leukotrien (Roy, 2007).
E. Analgesik Analgesik adalah obat atau senyawa yang bekerja untuk menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Mekanisme kerja analgesik adalah menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada SSP yang mengkatalisis biosintesis prostaglandin, sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanik maupun kimiawi. Berdasarkan potensi kerjanya analgesik dibagi menjadi analgesik opioid dan analgesik non opioid (Siswandono dan Soekarjdo, 2000). Secara garis besar penggolongan analgesik dibagi atas dua golongan yaitu analgesik nonopioid dan analgesik opioid.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
a. Analgesik Nonopioid Obat analgesik antipiretik serta obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) merupakan analgesik nonopioid yang mampu meredakan atau menghilangkan rasa nyeri yang tidak menyebabkan adiksi. Obat-obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimia. Walaupun demikian, obat-obat ini memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Contoh obat golongan ini adalah aspirin (Wilmana dan Gan, 2007). Klasifikasi AINS berdasarkan selektivitasnya terhadap siklooksigenase (COX), dapat dilihat pada gambar 4 : AINS
AINS COX nonselektif
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
Aspirin Indometasin Piroksikam Ibuprofen Naproksen Asam mefenamat
AINS COX-2 preferential
‐ ‐ ‐ ‐ ‐
Nimesulid Meloksikam Nabumeton Diklofenak Etodolak
AINS COX-2 selektif
Generasi I : ‐ Selekoksib ‐ Rofekoksib ‐ Parekoksib ‐ Eteroksib Generasi II : Lumirakoksib
Gambar 4. Klasifikasi Obat Analgesik Antiinflamasi Non Steroid (Obat AINS)( Wilmana dan Gan, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
Asam asetilsalisilat (Aspirin atau asetosal), dan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) lainnya merupakan obat analgesik nonopioid yang digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang (Baumann, 2005). b. Analgesik Opioid Kelompok obat yang memiliki sifat analgesik dan seperti opium disebut analgesik opioid. Opium berasal dari getah muda Papaver smniferum L. mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain dan papaverin. Analgesik opioid terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri, tetapi dapat menimbulkan adiksi, Selain itu juga memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain. Golongan opioid meliputi alkaloid opium, derivat semisintetik alkaloid opium, senyawa sintetik dengan sifat farmakologi menyerupai opium (Dewoto, 2007). Reseptor opioid terdistribusi luas dalam sistem saraf dan sudah diklasifikasikan menjadi tiga tipe utama, yaitu resptor µ, δ, κ. Reseptor µ mempunyai konsentrasi yang paling tinggi dalam daerah otak yang terlibat dalam antinosiseptif dan merupakan reseptor yang berinteraksi dengan sebagian besar analgesik opioid untuk menghasilkan analgesia. Reseptor µ memperantarai efek analgesik mirip morfin, yaitu euforia, depresi nafas, miosis, berkurangnya motilitas saluran cerna (Neal, 2005; Dewoto, 2007). Pengujian aktivitas analgesik dilakukan dengan dua metode yaitu induksi nyeri cara kimiawi dan induksi nyeri cara termik. Daya kerja analgesik dinilai pada hewan dengan mengukur besarnya peningkatan stimulus nyeri yang harus diberikan sampai ada respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan terhadap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
stimulus nyeri (Sirait, Hargono, Wattimena, Husin, Sumadilaga, dan Santoso, 2007). Berikut beberapa kriteria atau sifat farmakokinetika untuk memperoleh efek analgesik yang optimal dari suatu obat : 1. Diabsorpsi dengan cepat dan sempurna, dengan ketersediaan hayati absolut. 2. Terdistribusi secara cepat dan baik ke jaringan target dengan konsentrasi yang tidak terlalu tinggi di organ-organ untuk mengurangi efek samping. 3..Eliminasinya cepat, baik melalui hepar maupun ginjal untuk mencegah terjadinya penimbunan obat, khususnya pada penderita ginjal dan hepar (Soelistiono, 2002 cit Hidayat, 2010).
F. Metode Uji Analgesik Pengujian aktivitas analgesik suatu bahan uji pada induksi nyeri cara kimiawi yang responnya berupa geliat harus ditentukan daya analgesiknya. Daya analgesik merupakan perbandingan antara jumlah geliat rata-rata kelompok perlakuan dengan jumlah geliat rata-rata kelompok kontrol. Daya analgesik untuk mengetahui besarnya kemampuan bahan uji tersebut dalam mengurangi rasa nyeri kelompok kontrol. Daya analgesik dapat dijadikan dasar untuk perhitungan efektifitas analgesik yang dibandingkan dengan pembanding analgesik untuk mengetahui keefektifan bahan uji yang diduga berfungsi sebagai analgesik (Kardoko dan Eleison, 1999; Pudjiastuti, Dzulkarnain, dan Nuratmi, 2000).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
Pengujian aktivitas analgesik menjadi dua, yaitu golongan analgetika narkotika dan golongan analgetika non narkotika. Berikut di bawah ini penguraian dari masing-masing metode. 1. Gologan analgetika narkotika Yang dimaksud anlgetika narkotika adalah analgetika dengan mekanisme kerja sentral. Berikut ini metode penapisan aktivitas analgesik untuk analgetika narkotika. a. Metode jentikan ekor. Pengujian analgesik metode ini menggunakan ekor mencit atau tikus yang dicukur dan dilapisi dengan cat penyerap panas berwarna hitam. Hewan uji ditempatkan pada balok dengan lampu inframerah yang panas sehingga ekor dapat menerima panas secara maksimum. Jarak antara waktu sebelum hewan uji menjentikkan ekornya untuk keluar dari balok inframerah dicatat. Prosedur pengujian diulangi dengan menggunakan hewan uji yang sudah diberi dosis agen analgesik yang diteliti dan perpanjangan waktu selama ekor hewan uji masih berada pada balok yang panas (Cannon, 2007). b. Metode rangsang panas. Pengujian analgesik metode ini memanfaatkan seperangkat alat laboratorium yang berupa lempeng panas dengan suhu yang telah ditentukan. Hewan uji diletakkan pada lempeng panas dan jarak waktu sebelum hewan uji ini menunjukkan tanda ketidaknyamanan dicatat. Prosedur uji ini diulang dengan menggunakan hewan uji yang telah diberi dosis agen analgesik, kemudian diamati jarak waktu selama hewan uji masih dapat tinggal pada lempeng panas sebelum menunjukkan tanda ketidaknyamanan. Kurva antara dosis dan respon dibuat dan dilakukan analisis secara statistik (Cannon, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
2. Golongan analgetika non narkotika Pada analgetika non narkotika mekanisme kerjanya secara perifer. Metode penapisan analgesik untuk analgetika non narkotika sebagai berikut. a. Metode rangsang kimia. Pada pengujian efek analgesik metode ini rasa nyeri yang timbul berasal dari rangsang kimia yang disebabkan oleh senyawa kimia yaitu asam asetat yang disuntikkan pada hewan uji secara peritoneal (i.p.). Senyawa pembanding yang biasanya digunakan untuk uji proteksi nyeri analgesik jenis ini adalah asetosal, parasetamol, dan sebagainya. Hewan uji mencit yang lebih sering digunakan adalah mencit betina karena mencit betina lebih peka terhadap rangsang dari pada mencit jantan. Respon mencit yang biasa diamati adalah lompatan dan kontraksi perut dengan disertai tarikan kaki kea rah belakang berupa rentangan yang disebut geliat (Turner, 1965). Menurut Vogel (2002), yang dimaksud metode rangsang kimia yaitu rasa nyeri yang timbul akibat dari rangsang kimia yang disebabkan oleh zat kimia yang diinjeksikan secara intraperitonial pada hewan uji. Beberapa zat yang sering digunakan untuk menimbulkan rasa nyeri dalam metode ini yaitu asam asetat dan fenil kuionon. Metode ini cukup peka untuk pengujian senyawa-senyawa analgetika yang mempunyai daya analgesik lemah. Selain metode ini cukup peka, metode rangsang kimia lebih sederhana, reprodusibel, dan hasilnya spesifik. b. Metode pedolometer. Pengujian efek analgesik dengan metode ini menggunakan aliran listrik untuk mengukur besarnya daya analgesik. Alas kandang tikus berasal dari kepingan metal yang bisa mengalirkan listrik. Tikus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
ditempatkan pada kandang tersebut kemudian diberikan aliran listrik. Respon positif ditandai dengan teriakan mencicit dari tikus tersebut (Turner, 1965). Pemberian analgesik akan mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri sehingga jumlah geliat yang terjadi berkurang sampai tidak terjadi geliat sama sekali. Reaksi mencit yang dapat ditimbulkan seperti menjilat kaki depan, kaki belakang lalu meloncat, menarik satu atau kedua kaki ke belakang. Selang waktu antara pemberian stimulus nyeri dengan terjadinya respon disebut waktu reaksi. Waktu reaksi ini dapat dipengaruhi oleh obat-obat analgesik. Proses berlangsungnya waktu reaksi selanjutnya dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mengevaluasi aktivitas analgesik (Vogel, 2002). Efek proteksi ditujukan karena nyeri yang terjadi pada mencit adalah nyeri viseral
dimana
penghantaran
nyeri
lebih
lambat
dan
terjadi
secara
berkesinambungan, sehingga metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode writhing test yaitu dengan melihat adanya efek proteksi terhadap rasa sakit akibat pemberian asam asetat secara intra peritoneal pada mencit percobaan (Somchit, Shukriyah, Bustamam, dan Zuraini, 2005). Efek analgesik dapat dievaluasi menggunakan persen proteksi geliat : % proteksi geliat = ( 100 -[( P/K ) x 100 ])% P : Jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi perlakuan K : Jumlah kumulatif geliat mencit kelompok kontrol negatif (Turner, 1965). Efek analgesik dapat dievaluasi menggunakan perubahan persen proteksi geliat dengan menggunakan rumus : Perubahan % proteksi geliat = [ (A-B) / B ] x 100 A = % proteksi geliat pada tiap kelompok perlakuan B = rata-rata proteksi geliat pada kontrol positif (Pudjiastuti dkk., 2000).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus Musculus) karena mudah diperoleh, relatif murah, mempunyai sistem syaraf yang mirip dengan syaraf manusia dan sering digunakan untuk uji analgesik suatu senyawa (Thompson, 1990).
G. Dekokta Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstrak sediaan herbal dengan air pada suhu 90˚C selama 30 menit. Dekokta dapat dibuat dengan mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 30 menit terhitung mulai suhu 90˚C sambil sekali-kali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, dan tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume dekokta yang dikehendaki (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010).
H. Macaranga tanarius L. 1. Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Maginoliophyta
Kelas
: Maginoliospida
Ordo
: Malpighiales
Famili
: Euphorbiaceae
Sub Famili
: Acalyphoides
Bangsa
: Acalypheae
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Sub Bangsa
: Macaranginae
Genus
: Macaranga
Spesies
: Macaranga tanarius (L.) M.A.
27
(Magadula, 2014). 2. Nama lain Tanaman Macaranga tanarius L. mempunyai nama lain, seperti mahang putih, incong, kundoh, sekubin air, tampu, tampu hutan, tampu putih (Ong, 2008). 3. Morfologi Macaranga tanarius L. merupakan pokok kecil atau sederhana besar dengan ketinggian pohon hingga 24 m. Daun dengan tangkai ranting, dan bagian permukaan bawah daun berkeadaan licin tetapi permukaan atas daun mempunyai bulu halus, lamina daun pada pokok kecil hingga 35 cm panjang, tangkai dan urat daun biasanya berwarna merah jambu, lamina daun pada pokok matang 7,5-23 cm panjang, ukuran lebarnya hampir sama, daun berwarna hijau muda dan berkeadaan lembut apabila disentuh, tangkai daun 5-20 panjang. Bunga dengan karangan bunga sepanjang 10-20 cm, warna hjau pucat, dihasilkan pada ketiak daun. Karangan bunga jantan banyak bercabang, karangan bunga betina tidak ada atau sedikit cabang. Buah mempunyai bulu kasar yang lembut dan serbuk yang mekit berwarna kuning, dengan panjang 0,6-1,2 cm dan lebar 1,2 cm (Ong, 2008). 4. Manfaat tanaman Daun Macaranga tanarius L. kaya akan tannin yang digunakan sebagai obat di masyarakat seperti diare, luka dan juga antiseptik (Lin, Nonaka, dan Nishioka, 1990). Dekokta akar Macaranga tanarius L. digunakan sebagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
antipiretik dan antitusif. Akar keringnya digunakan sebagai agen emetik, sementara pada daunnya digunakan sebagai agen anti-inflamasi untuk penutup luka yang mencegah terjadinya inflamasi. Negara Cina menggunakan Macaranga tanarius L. sebagai produk minuman kesehatan (Lin, Lim, dan Yule, 2009). Secara tradisional Macaranga tanarius L. digunakan untuk fermentasi pada tempe dan pakan hewan (Putri dan Kawabata, 2010). 5. Kandungan kimia Menurut Phommart et al. (2005) kandungan Macaranga tanarius L. antara lain tanarifuranonol, tanariflavanon C, dan tanariflavanon D bersama dengan 7 kandungan yang telah diketahui yaitu nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C, tanariflavanon B, blumenol A (vomifoliol), blumenol B (7,8 dihydrovomifoliol dan annuionon). Isolat tersebut telah dievaluasi untuk diketahui kegiatan biologisnya
dan
dihasilkan
aktivitas
penghambatan
terhadap
sistem
siklooksigenase (COX-2). Kandungan kimia daun Macaranga tanarius L. yang lain macarangioside A-D, mallophenol B, lauroside D, methyl brevifolin carboxylate, hyperin dan isoquercitrin (Matsunami et al., 2006). Penelitian terbaru Matsunami et al., (2009) melaporkan keberadaan lignan glukosida, pinoresinol, dan megastigman glukosida, dinamai macarangiosida E dan F, bersama dengan 15 komponen lain yang telah diketahui dilaporkan terdapat pada daun Macaranga tanarius L. (Gambar 5). Uji kimia tannin dalam daun Macaranga tanarius L. dilaporkan mengandung 7 hydrolyzable tannin (Lin, Nonaka dan Nishioka, 1990).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Nymphaeol-A
29
Nymphaeol-B
Macarangioside A
Macarangioside B
Macarangioside C
Macarangioside D
Macarangioside E
Macarangioside F
Tanariflavanon C
Tanariflavanon D
Nymphaeol-C
Gambar 5. Struktur senyawa dalam tanaman Macaranga tanarius L. (Phommart et al., 2005) dan (Matsunamai et al., 2006).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
I. Radikal Bebas Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada lintasan paling luar. Radikal bebas memiliki sifat yang reaktif sehingga dapat bereaksi dengan berbagai molekul lain seperti protein, lipid dan DNA (Harjanto, 2004). Dalam keadaan normal radikal bebas yang diproduksi di dalam tubuh tidak berbahaya dan penting untuk fungsi biologis seperti pengaturan pertumbuhan sel. Namun ketika diproduksi dalam jumlah yang berlebihan oleh sel, radikal bebas dapat menjadi berbahaya karena saat masuk ke dalam tubuh radikal bebas ini akan mencari pasangan elektron lain dengan mengambil elektron dari sel tubuh sehingga membentuk reaksi berantai dan menghasilkan radikal bebas baru (Zainal, 2002).
Radikal bebas yang terbentuk dari dalam tubuh (endogen) terbentuk dari sisa proses metabolisme (proses pembakaran) protein, karbohodrat, dan lemak pada mitokondria, proses inflamasi atau peradangan, reaksi antara logam transisi dalam tubuh. Sumber dari luar tubuh (eksogen) dapat berasal dari asap rokok, populasi lingkungan, radiasi, obat-obatan, pestisida, anestetik, limbah industri, ozon, serta sinar ultraviolet (Langseth, 2000). Reaksi pembentukan radikal bebas dapat terjadi melalui tiga tahapan reaksi (Winarsi, 2007). 1. Tahap inisiasi, merupakan tahapan awal yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas. 2. Tahapan propagasi, merupakan tahapan pemanjangan rantai radikal bebas yang membuat radikal bebas cenderung bertambah banyak melalui reaksi rantai dengan molekul lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
3. Tahapan terminasi, merupakan proses terjadinya reaksi radikal bebas dengan radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan penangkap radikal. Reaksi ini mengubah radikal bebas menjadi radikal bebas stabil dan tidak reaktif yang menyebabkan propagasinya rendah sehingga tidak ada radikal bebas baru yang terbentuk dalam tahapan ini dan rantai menjadi putus. Radikal bebas diduga merupakan penyebab kerusakan sel yang mendasari timbulnya berbagai macam penyakit, seperti kanker, jantung koroner, rematik artritis, penyakit respiratorik, katarak, penyakit hati, serta berperan utama pada proses penuaan dini. Radikal bebas terbentuk dalam tubuh sebagai produk samping proses metabolisme, selain itu juga dapat berasal dari luar tubuh yang terserap melalui pernafasan atau kulit (Bast, Haenen, and Doelman, 1991). Proses penangkapan radikal bebas ini melalui mekanisme pengambilan atom hidrogen dari senyawa antioksidan oleh radikal bebas sehingga radikal bebas menangkap satu elektron dari antioksidan. Radikal bebas sintetik yang digunakan adalah DPPH. Senyawa DPPH bereaksi dengan senyawa antioksidan melalui pengambilan atom hidrogen dari senyawa antioksidan untuk mendapatkan pasangan elektron (Pokorny, Yanishlieva, Gordon, 2001).
J. Skrining Fitokimia Fitokimia adalah senyawa aktif kimia pada tanaman atau merupakan unsur pokok dalam tanaman. Fitokimia terdiri dari senyawa metabolit primer dan sekunder. Unsur pokok pada tanaman terdiri dari dua, metabolit primer dan sekunder. Metabolit primer pada tanaman seperti protein, karbohidrat dan lemak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
pada tanaman, sedangkan metabolit sekunder adalah turunan dari metabolit primer. Metabolit sekunder antara lain fenol, flavonoid, saponin, terpenoid, steroid, tannin, plobatamin, kumarin, dan alkaloid merupakan bioaktif pada tanaman (Lenny, 2006). Unsur pokok pada tanaman yang biasa diuji adalah senyawa alkaloid, tannin, saponin, flavonoid dan fenolik (Edeoga, Okwu, dan Mbaebre, 2005).
K. Landasan Teori Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan, di mana biasanya dianggap sebagai gejala dari suatu penyakit. Mekanisme terjadinya nyeri terdiri dari empat tahap : transduksi, transmisi, persepsi nyeri, dan modulasi (Timby, 2009). Penanganan nyeri dapat diatasi dengan obat analgesik. Analgesik merupakan zat-zat yang dapat menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Siswandono dan Soekarjdo, 2000). Pemakaian tanaman sebagai obat bila digunakan secara benar dan tepat akan memberikan manfaat bagi pemakainya. Telah dilaporkan bahwa daun Macaranga tanarius L. kaya akan tannin yang digunakan sebagai obat di masyarakat seperti diare, luka dan juga antiseptik. Dekokta akar Macaranga tanarius L. digunakan sebagai antipiretik dan antitusif (Lin, Nonaka, dan Nishioka, 1990). Matsunami et al., (2006, 2009) melaporkan bahwa Macaranga tanarius L. memiliki kandungan senyawa macarangiosida A-C dan malofenol B, yang menunjukkan adanya aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH. Tjay dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Rahardja (2007) menyatakan bahwa, bila radikal bebas tersebut dapat ditangkap maka kemungkinan proses perubahan asam arakidonat menjadi endoperoksida dan asam hidroksiperoksida melalui jalur sikloksigenase dan lipooksigenase juga akan terhambat sehingga mediator-mediator nyeri tidak terbentuk dan nyeri tidak terjadi. Pengujian efek analgesik menggunakan metode rangsang kimia digunakan sebagai skrining awal untuk penapisan farmakologi. Pemberian dekokta Macaranga tanarius L. diharapkan dapat memberikan efek analgesik (anti nyeri) dengan cara menghambat pelepasan mediator-mediator nyeri. Melalui penelitian ini akan diketahui apakah pemberian dekokta Macaranga tanarius L. dapat mengurangi jumlah geliat mencit setelah pemberian perlakuan terhadap induksi asam asetat sebagai iritan yang dapat merusak jaringan secara lokal. Senyawa glikosida merupakan senyawa yang kurang larut dalam pelarut organik tetapi lebih mudah larut dalam air (Supriyatna, Moelyono, Iskandar, dan Febriyanti, 2014). Flavonoid merupakan senyawa yang sifatnya larut air (Astuti, 2001). Bentuk sediaan dekokta dipilih karena menggunakan penyari berupa air, sehingga diharapkan lebih banyak menangkap senyawa-senyawa glikosida yang mempunyai aktivitas penangkapan radikal bebas di mana radikal bebas memegang peranan dalam timbulnya nyeri (Tjay dan Rahadja, 2007). Semakin banyak adanya aktivitas penangkapan radikal bebas diharapkan dapat memberi efek dalam menghambat dan mencegah terjadinya nyeri. Penelitian oleh Wulandari (2009) membuktikan infusa daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik pada mencit betina galur Swiss, sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
dalam penelitian ini akan dilanjutkan dengan melakukan uji efek analgesik dengan metode penyarian yang berbeda yaitu dekokta. Kemiripan antara metode infusa dengan dekokta, yaitu sama-sama menggunakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi sediaan herbal dengan air pada suhu 90˚C. Perbedaan antara metode infusa dengan dekokta, yaitu pada lama waktu perebusan. Infusa hanya membutuhkan pemanasan selama 15 menit, sedangkan dekokta membutuhkan pemanasan selama 30 menit. Metode dekokta dipilih dalam penelitian karena diharapkan dapat menarik dan mengambil lebih banyak senyawa glikosida dan flavonoid yang mempunyai aktivitas penangkapan radikal bebas sehingga dapat menghambat proses nyeri. Semakin lama sebuah langkah, diharapkan senyawa fitokimia yang dapat terambil semakin banyak (Chichoke, 2001). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode dekokta yang memiliki waktu perebusan yang lebih lama untuk mengetahui seberapa besar efek analgesik dengan metode dekokta di mana proses pembuatannya mudah, sederhana dan sering dilakukan di lingkungan masyarakat.
L. Hipotesis Sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. yang diberikan pada mencit betina galur Swiss terinduksi asam asetat 1% mampu memberikan efek enalgesik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Eksperimental murni merupakan penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara member perlakuan pada satu atau lebih kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan (Wasis, 2008). Rancangan acak lengkap merupakan teknik random sampling. Teknik ini merupakan cara yang terbaik dalam menetapkan sampel yang representatif. Dalam teknik ini semua individu dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk menjadi untuk menjadi sampel (Wasis, 2008). Yang dimaksud pola searah yaitu variabel bebas yang diberikan hanya satu, melihat pengaruh pemberian dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap aktivitas analgesik. B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel utama a.
Variabel bebas. Variabel bebas penelitian ini adalah dosis dekokta daun Macaranga tanarius L.
b.
Variabel tergantung. Jumlah geliat pada mencit betina galur Swiss terinduksi asam asetat 1% yang dihitung sebagai persen proteksi
35
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
2. Variabel pengacau a. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah : 1. Galur, berat badan, dan
umur dari hewan uji. Hewan uji yang
digunakan adalah mencit betina galur Swiss dengan berat badan 20-30 gram, dan berumur 2-3 bulan. 2. Bahan uji yang digunakan berupa daun Macaranga tanrius L., yang berasal dari lingkungan Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. 3. Waktu pemanenan daun Macaranga tanrius L. dilakukan pada jam 710 pagi hari. b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah keadaan patofisiologis dari hewan uji yang digunakan, kemampuan tubuh hewan uji untuk mengabsorpsi sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. 3. Definisi operasional a. Daun Macaranga tanarius L. Merupakan daun yang diperoleh dari tumbuhan Macaranga tanarius L. Daun yang digunakan untuk penelitian yaitu daun yang segar, berwarna hijau serta tidak berlubang. Daun diperoleh dari dari Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. b. Sediaan Dekokta. Dekokta yang dibuat dari serbuk kering daun Macaranga tanarius L. didapatkan dengan cara menginfudasi sebanyak 10 gram serbuk kering daun Macaranga tanarius L. dan dimasukkan 20 mL aquadest ke dalam panci dekokta sebagai pembasah, kemudian ditambahkan aquadest
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
sampai 100 mL. Dipanaskan pada suhu 90oC selama 30 menit sambil diaduk setiap 5 menit sekali dan diserkai selagi panas, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. yang dikehendaki yaitu 100,0 mL. c. Efek Analgesik. Didefinisikan sebagai kemampuan sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L., pada dosis tertentu terhadap penurunan geliat pada mencit betina galur Swiss yang terinduksi asam asetat sebagai penginduksi nyeri. d. Dosis Dekokta. Dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan konsentrasi yang dapat dibuat yaitu 10% dengan berat badan mencit tertinggi 30 gram dan volume maksimal pemberian yaitu 1 mL. e. Persen Proteksi. Persen proteksi geliat adalah seratus dikurangi jumlah kumulatif geliat kelompok perlakuan dibagi rata-rata jumlah kumulatif geliat kelompok kontrol dikali 100 persen. f. Kriteria Geliat Mencit. Kriteria geliat mencit yang dihitung adalah mencit melakukan gerakan menggeliat dengan menarik satu atau kedua kaki ke belakang serta perutnya menempel ke alas pengamatan sehingga tubuh mencit terlihat memanjang. Geliat diamati setiap 5 menit selama 1 jam. g. Rangsang Kimia. Metode induksi secara rangsang kimia adalah metode yang digunakan untuk mengukur efek analgesik zat uji terhadap subyek uji dengan cara memberi rangsang nyeri dengan pemberian asam asetat 1% yang diberikan secara intraperitoneal pada selang waktu tertentu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
C. Bahan Penelitian 1. Bahan utama a. Daun Macaranga tanarius L.diperoleh dari lingkungan Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. b. Hewan uji yang digunakan berupa mencit betina galur Swiss dengan umur 2-3 bulan dan berat badan 20-30 gram yang diperoleh dari Laboraturium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Bahan kimia a. Asam asetat glasial diproduksi oleh Merck dan diperoleh dari Laboratorium Kimia Organik Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. b. Asetosal diproduksi oleh Merck dan diperoleh dari Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. c. Aquadest diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. d. Carboxymethylcellulose-natrrium atau CMC-Na (Dai-Ichi Seiyaku Co., Ltd), untuk pembuatan suspensi asetosal 1% sebagai obat analgesik diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. e. Ketamin untuk melakukan euthanasia pada mencit setelah melakukan penelitian diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
D. Alat Penelitian 1. Alat pembuatan serbuk kering daun Macaranga tanarius L. Alat-alat yang digunakan antara lain adalah oven (Memmert), mesin penyerbuk (Retsch), dan ayakan nomor 40. 2. Alat induksi nyeri Seperangkat alat gelas berupa beaker glass, gelas ukur, labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®). Timbangan analitik Mettler Toledo®, stopwatch, spuit, needle, dan kotak kaca tempat pengamatan geliat. 3. Alat pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L. Seperangkat alat gelas beaker glass, corong gelas, gelas ukur, labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®). Timbangan analitik Mettler Toledo®, stopwatch, spuit, panci dekokta, heater, statif dan termometer.
E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi serbuk daun Macaranga tanarius L. Determinasi tanaman Macaranga tanarius L. dilakukan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, bertempat di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia. Determinasi dilakukan mengacu pada buku acuan (Steenis et al., 1992) dan membandingkan dengan koleksi referensi yang terdapat di Laboratorium Botani Farmasi. 2. Pengumpulan bahan uji Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius L. yang masih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
segar berwarna hijau, tidak berlubang dan dipanen pada bulan April 2015. Daun Macaranga tanarius L. yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. 3. Pembuatan serbuk daun Macaranga tanarius L. Daun Macaranga tanarius L. yang telah dikumpulkan, dicuci dengan air mengalir, kemudian ditiriskan untuk meniadakan air pada daun. Selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 45˚C - 50oC selama 24 jam. Setelah daun kering, daun diserbuk dan diayak dengan menggunakan ayakan nomor 40. 4. Penetapan kadar air pada serbuk kering daun Macaranga tanarius L. Tujuan dari penetapan kadar air dari serbuk kering daun Macaranga tanarius L., yaitu untuk mengetahui serbuk yang digunakan telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik yaitu kurang dari 10% (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Penetapan kadar air dilakukan dengan Metode Gravimetri, dimulai dengan penimbangan kurs kosong (bobot A). Sampel ditimbang secara homogen, ke dalam kurs porselen (bobot B), dilanjutkan dengan pemanasan di dalam oven pada suhu 1050C selama ± 3 jam hingga berat konstan. Apabila belum tercapai berat konstan kembali dipanaskan hingga air berhasil diuapkan dalam sampel. Berat konstan akan diperoleh jika semua kadar air telah menguap. Sampel selanjutnya dimasukkan ke dalam eksikator, kemudian ditimbang kembali (bobot C). Berikut cara menghitung kadar air dengan rumus: (A + B) − C x 100% = Kadar air B
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
5. Pembuatan sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. Serbuk kering daun Macaranga tanarius L. ditimbang sebanyak 10 gram dan dimasukkan ke dalam panci yang kemudian ditambahkan 20 mL aquadest sebagai pembasah, kemudian ditambahkan lagi aquadest sebanyak 100 mL. Campuran ini dipanaskan di atas penangas air kemudian diukur dengan bantuan termometer dengan target suhu campuran mencapai 90oC. Setelah mencapai suhu 90oC dilanjutkan pemanasan kembali selama 30 menit dengan diaduk setiap 5 menit sekali, selama proses berlangsung suhu dijaga konstan. Setelah 30 menit, campuran tersebut diambil dan diperas menggunakan kain flanel kemudian tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume dekokta daun Macaranga tanarius L. yang diinginkan yaitu sediaan dekokta yang ditampung dalam labu ukur berukuran 100 mL labu ukur (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010). Aquadest digunakan sebagai pelarut karena Macaranga tanarius L. mengandung flavonoid. Di mana flavonoid merupakan hasil metabolisme sekunder polifenol yang sifatnya larut air (Salah, Miller, Pangauga, Bolwell, Rice, and Evans, 1995). Sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. diberikan dalam tiga peringkat dosis untuk mengetahui persen proteksi analgesik pada mencit betina galur Swiss. 6. Pembuatan larutan asam asetat 1% v/v. Larutan asam asetat 1% dibuat dari larutan asam asetat glacial 100% v/v dengan menggunakan rumus V1C1=V2C2, sebanyak 0,250 mL asam asetat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
glasial 100% diambil dan dilarutkan dengan menggunakan aquadest pada labu ukur 25 mL. 7. Pembuatan larutan CMC Na 1%. Larutan CMC Na 1% didapatkan dengan cara menimbang sebanyak 1,0 gram serbuk CMC Na yang kemudian ditaburkan sedikit demi sedikit secara merata pada beaker glass yang berisikan aquadest panas secukupnya sambil diaduk hingga mengembang. Larutan yang sudah terbentuk dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL add aquadest kemudian digojog. 8. Pembuatan suspensi asetosal 1 % dalam CMC Na 1% Suspensi asetosal 1 % dibuat dengan mensuspensikan 250,0 mg asetosal dalam CMC Na 1 % sampai 25,0 mL. 9. Penetapan selang waktu pemberian asam asetat 1% v/v Selang waktu pemberian asam asetat merupakan jeda antara pemberian dekokta secara peroral dengan pemberian injeksi asam asetat secara intraperitoneal. Pada saat selang waktu tersebut zat uji diharapkan telah diabsorpsi sehingga dapat memberikan efek analgesik secara optimal. Pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat ini digunakan asetosal dosis 91 mg/kg BB. Selang waktu yang diujikan adalah 10 menit, dan 15 menit. Sebanyak 6 ekor mencit digunakan dalam penetapan waktu pemberian yang dibagi ke dalam 2 kelompok. Masing-masing kelompok yang terdiri dari 3 ekor mencit betina galur Swiss dengan berat 20-30 gram, umur 2-3 bulan yang telah dipuasakan selama 24 jam, kemudian secara intraperitonial diinjeksi dengan asam asetat 1 %. Selanjutnya dihitung rata-rata jumlah geliat dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
selang waktu 10, dan 15 menit setelah pemberian asetosal dosis 91 mg/kgBB secara per oral untuk menemukan selang waktu optimum. Kemudian dipilih berdasarkan waktu yang paling efektif dalam pemberian dekokta terhadap penurunan jumlah geliat. 10. Penyiapan hewan uji Hewan uji yang digunakan sebanyak 25 ekor mencit galur Swiss yang pengambilannya dilakukan secara acak, umur 2-3 bulan, berat badan yang diseragamkan yaitu antara 20-30 gram. Sebelum digunakan, hewan uji dipuasakan selama 18-24 jam dan hanya diberikan air minum saja. Hewan uji selanjutnya diadaptasikan di lingkungan tempat penelitian selama 18-24 jam. 11. Uji pendahuluan a. Penetapan Kriteria Geliat Pengujian efek analgesik menggunakan rangsang kimia sangat bervariasi, oleh karena itu perlu ditetapkan kriteria geliat yang kurang lebih sama sehingga pengamatan tidak mengacaukan hasil penelitian. Kriteria geliat yang memenuhi syarat adalah mencit menarik satu atau kedua kaki ke arah belakang dan perutnya menempel ke alas pengamatan sehingga tubuh mencit terlihat memanjang. b. Penetapan dosis asam asetat 1% v/v. Dosis asam asetat yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wulandari (2010), yaitu 50 mg/kgBB sebagai dosis optimal. Pada dosis tersebut dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada mencit betina yang ditunjukkan melalui rangsang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
nyeri berupa geliat pada hewan uji namun tidak menyebabkan kematian pada hewan uji. c. Penetapan dosis asetosal Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah asetosal, sehingga asetosal harus mampu memberikan respon pengurangan geliat pada mencit yang terinduksi asam asetat 1%. Mengacu pada penelitian sebelumnya, dosis asetosal yang digunakan dalam penelitian ini menurut Handara (2006); Riadiani (2006), Tusthi (2007) dan Wulandari (2010) adalah 91 mg/kgBB. Kekuatan asetosal yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu 500 mg yang digunakan pada manusia dengan berat badan 50 kg (Wulandari, 2010). Apabila dikonversikan pada manusia dengan berat badan 70 kg maka : (70/50) x 500 mg = 700 mg. Dosis asetosal pada mencit dengan berat badan 20 gram dikonversikan ke dalam dosis manusia dengan berat badan 70 kg adalah 0,0026. Perhitungannya sbb. : Dosis = 700 mg x 0,0026 = 1,82 mg / 20 gramBB = 91 mg/kgBB d. Penetapan dosis sediaan dekokta Macaranga tanarius L. Dasar penentuan peringkat : 1) Bobot tertinggi mencit = 30 gram 2) Pemberian dekokta menggunakan volume maksimal tertinggi pemberian secara per oral, yaitu 1 mL 3) Konsentrasi dekokta daun Macaranga tanarius L. yang digunakan : 10%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
4) Penetapan dosis tertinggi dekokta daun Macaranga tanarius L. yaitu : D x BB = C x V D x 30 g = 10 g / 100 mL x 1 mL D = 0,003333 g/g BB D = 3333,33 mg/kg BB Dua dosis lainnya diperoleh dengan membagi 2 dosis 3333,33 mg/kgBB kemudian dibagi 2 lagi sehingga diperoleh 3 peringkat dosis yaitu : 3333,33; 1666,67; 833,33 mg/kgBB. 12. Perlakuan hewan uji Pada penelitian ini akan dibagi secara acak ke dalam 5 kelompok, mencit dipuasakan selama 24 jam dengan tetap diberi minum. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit, sehingga total mencit yang digunakan adalah 25 ekor untuk pengujian efek analgesik sediaan dekokta Macaranga tanarius L. dengan rincian sebagai berikut : 1) Kelompok I sebagai kontrol negatif (Aquadest) dosis 0,025 mg/kgBB 2) Kelompok II sebagai kontrol positif (Asetosal) dosis 91 mg/kgBB 3) Kelompok perlakuan III (Dekokta Macaranga tanarius L. (dosis terendah 833,33 mg/kgBB) + asam asetat) 4) Kelompok perlakuan IV (Dekokta Macaranga tanarius L. (dosis menengah 1666,67 mg/kgBB) + asam asetat) 5) Kelompok perlakuan V (Dekokta Macaranga tanarius L. (dosis tertinggi 3333,33 mg/kgBB) + asam asetat)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
Rute pemberian sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. dilakukan secara per oral. Pemberian rangsang kimia asam asetat secara intraperitonial dilakukan 10 menit setelah pemberian senyawa uji, kemudian respon geliat diamati setiap 5 menit selama 1 jam. Sebanyak 25 ekor mencit dibagi secara acak dalam 5 kelompok
Kel. I
Kel. II
Kel. III
Kel. IV
Kel. V
Kontrol Aquadest
Kontrol + Asetosal
Perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. Dosis 833,33 mg/kgBB
Perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. Dosis 1666,67 mg/kgBB
Perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. Dosis 3333,33 mg/kgBB
Diberikan senyawa uji dengan selang waktu pemberian 10 menit
Diberikan larutan asam asetat 1% dosis 50 mg/kgBB secara i.p.
Dihitung jumlah geliat setiap 5 menit selama 1 jam
Dihitung % proteksi dan perubahan % proteksi geliat
Gambar 6. Skema kerja penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
13. Pengukuran aktivitas analgesik Pengukuran aktivitas analgesik dilakukan dengan metode rangsang kimia, di mana akan dilakukan pengukuran persen proteksi geliat mencit betina galur Swiss yang telah terinduksi asam asetat. Pengukuran dilakukan setiap 5 menit selama 1 jam. Respon geliat yang terjadi pada pengujian daya analgesik diamati dan dihitung apabila mencit melakukan gerakan menggeliat dengan menarik satu atau kedua kaki ke belakang serta perutnya menempel ke alas pengamatan sehingga tubuh mencit terlihat memanjang. Penentuan % proteksi geliat terhadap kontrol negatif dihitung dengan persamaan yaitu : % proteksi geliat = (100 - [ (P/K) x 100] )% Keterangan : P = jumlah kumulatif geliat hewan uji setelah pemberian senyawa uji K = jumlah rata-rata kumulatif geliat hewan uji kontrol negatif Data persen proteksi geliat tersebut kemudian dianalisis secara statistik. Uji kemudian dilanjutkan dengan pengukuran perubahan persen proteksi geliat menggunakan hasil % proteksi geliat terhadap kontrol positif yang dihitung menggunakan rumus : Perubahan % proteksi geliat = [ (A-B) / B ] x 100 Keterangan : A = % proteksi geliat pada tiap kelompok perlakuan B = rata-rata proteksi geliat pada kontrol positif 14. Uji Kualitatif Analisis kualitatif dilakukan menggunakan metode skrining fitokimia yaitu dengan cara melakukan beberapa tes untuk menguji kandungan /
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
senyawa yang berada dalam Macaranga tanarius L. sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang terkandung di dalam dekokta Macaranga tanarius L. yang dapat memberikan efek analgesik. a. Uji Alkaloid Uji Alkaloid dilakukan dengan cara mengambil 9 mL air infusa tanaman dan 1 mL HCL 2 N. Campuran dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, 10 tetes filtrate dipindahkan dan ditambahkan dengan 2 tetes Dragendorf. Hasil uji positif dibuktikan dengan adanya endapan merah di dasar tabung reaksi (Azizah, Suarsini, dan Prabaningtyas, 2014). b. Uji Flavonoid Uji Flavonoid dilakukan dengan cara menggunakan air seduhan sebanyak 2 mL kemudian dipindahkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan 0,1 gram serbuk Mg, 1-2 mL etanol 95%, dan 10 tetes HCL pekat. Hasil uji positif dibuktikan dengan perubahan warna larutan menjadi kuning jingga (Azizah et al., 2014). c. Uji Glikosida Uji Glikosida dilakukan dengan cara mengambil air seduhan sebanyak 0,1 mL dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 2 mL aquadest, 5 tetes Molisch, dan 2 mL H2SO4 pekat secara hati-hati melalui dinding tabung reaksi, Hasil uji positif dibuktikan dengan adanya cincin ungu pada batas cairan (Azizah et al., 2014).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
d. Uji Saponin Uji Saponin dilakukan dengan cara mengambil air seduhan sebanyak 10 ml dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi lalu dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Hasil uji positif dibuktikan dengan adanya buih setinggi 1 cm (Azizah et al., 2014). e. Uji Tanin Uji tannin dilakukan dengan cara mengambil air seduhan sebanyak 1 ml dan dipindahkan ke atas plat tetes kemudian ditambah dengan beberpa tetes FeCl3 1%. Hasil uji postitif dibuktikan dengan perubahan warna larutan menjadi hijau sampai biru kehitaman (Azizah et al., 2014). f. Uji Terpenoid Uji Terpenoid dilakukan dengan cara sebanyak 1 mL larutan diuapkan sampai kering, kemudian ditambah dengan pereaksi Lieberman-Burchad. Apabila warna berubah menjadi merah, menandakan adanya senyawa terpenoid (Harborne, 1987). g. Uji Fenolik Uji fenolik dengan cara sebanyak 2 mL ditambahkan dengan 10 mL aquadest lalu didihkan selama 10 menit dalam tangas air mendidih. Larutan kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan dengan 3 tetes FeCl3 1%. Terjadinya warna hijau-biru menunjukkan adanya fenolik (Harborne, 1987).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
F. Tata Cara Analisis Hasil Data jumlah geliat yang diperoleh dari hasil pengujian analgesik dilakukan analisis dengan menghitung persen proteksi geliat pada mencit yang dilakukan selama 1 jam. Hasil perhitungan data selanjutnya dianalisis secara statistika dengan uji Shapiro-Wilk untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak secara analitis. Uji Shapiro-Wilk digunakan karena lebih sensitif untuk mengukur sampel yang jumlahnya sedikit yaitu kurang atau sama dengan dari 50, nilai probabilitas yang dihasilkan yaitu (p) > 0,05% maka data terdistribusi normal. Setelah diketahui data terdistribusi normal, dalam penetapan selang waktu digunakan uji T tidak berpasangan. Tujuan penggunaan analisis uji T tidak berpasangan adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna antar dua kelompok perlakuan. Pengujian dengan uji T tidak berpasangan ini dipilih untuk membandingkan dua kelompok perlakuan tidak berpasangan dengan satu kali pengukuran. Apabila nilai probabilitas yang didapatkan sebesar (p) > 0,05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Adapun pada analisis uji efek analgesik dekokta Macaranga tanarius L. setelah diketahui data terdistribusi normal, Analisis selanjutnya dilakukan dengan pengujian varian data antar kelompok dengan Levene test. Nilai probabilitas yang dihasilkan (p) < 0,05 menunjukkan data antar kelompok variansi berbeda. Kemudian dapat dilanjutkan analisis hasil dengan metode One Way ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% tujuannya untuk mengetahui adakah perbedaan antar kelompok tidak berpasangan yang lebih dari dua kelompok percobaan. Hasil uji ANNOVA menghasilkan nilai (p) < 0,05 artinya paling tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
tidak terdapat dua kelompok data yang mempunyai perbedaan rerata yang bermakna, maka dilanjutkan analisis dengan Post-Hoc tujuannya mengetahui kelompok mana yang berbeda secara bermakna. Pada analisis ANNOVA menggunakan Post-Hoc berupa uji Scheffe. Apabila diperoleh nilai (p) < 0,05 artinya terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara dua kelompok data, jika diperoleh (p) > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara dua kelompok data (Dahlan, 2014).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap efek analgesik pada mencit betina galur Swiss yang terinduksi asam asetat 1%. Mengetahui berapa besar persen proteksi dan perubahan persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap mencit betina galur Swiss. Mengetahui kekerabatan antara dosis pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan penurunan geliat pada mencit betina galur Swiss terinduksi asam asetat. Selain itu dilakukan pengujian skrining fitokimia dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang metabolit sekunder yang terkandung dalam dekokta Macaranga tanarius L.
A. Penyiapan Bahan 1. Bahan utama dan alasan penggunaan daun Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Macaranga tanarius L., di mana bagian yang diteliti adalah bagian daunnya. Daun dipilih sebagai bagian untuk diteliti karena menurut Kumazawa, Murase, Momose, Fukumoto (2014) daun mengandung prenylflavonoid yang memiliki aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH yang paling tinggi setelah bagian granular trikoma. Bagian granular trikoma cenderung lebih sulit untuk dikumpulkan dalam jumlah yang banyak. Pada bagian daun lebih mudah untuk dilakukan pengumpulan dalam jumlah yang banyak, sehingga pada penelitian ini digunakan daun untuk menguji 52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
ada tidaknya efek analgesik dengan sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L.. 2. Hasil determinasi tanaman Daun Macaranga tanarius L. sebelum digunakan dalam pengujian efek analgesik dekokta perlu dilakukan determinasi tanaman, tujuannya untuk memastikan bahwa tanaman maupun bagian tanaman yang akan digunakan benarbenar merupakan tanaman Macaranga tanarius L., sehingga tidak ada kesalahan bahan yang akan dipakai. Bagian tanaman yang digunakan untuk determinasi adalah bagian daun, batang, bunga, buah dan biji. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta sesuai dengan buku acuan (Steenis et al., 1992). Proses determinasi didukung juga dengan cara membandingkan tanaman bagian daun, batang, bunga, buah dan biji dengan herbarium Macaranga tanarius L. koleksi referensi yang terdapat di Laboratorium Botani Farmasi. Berdasarkan hasil determinasi tersebut dinyatakan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar Macaranga tanarius L. dan sudah sesuai dengan yang diharapkan. 3. Pembuatan serbuk daun Macaranga tanarius L. Proses pemanenan daun Macaranga tanarius L. dilakukan pada pagi hari, tujuannya didapatkan daun yang masih segar. Waktu pemanenan merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas kandungan senyawa metabolit dalam daun, sehingga pemanenan harus dilakukan pada waktu yang tepat agar diperoleh kandungan metabolit dalam jumlah optimal (Soegihardjo, 2013).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Kondisi temperatur yang terlalu tinggi, durasi sinar matahari secara signifikan dapat mempengaruhi kualitas fisik, kimia dan biologi tanaman obat termasuk kegiatan fisiologis dan biokimia tanaman (WHO Guidelines Good Agricultural and Collection Practice, 2003). Menurut Tjay dan Rahardja (2007), sinar UV matahari menghasilkan radikal bebas. Apabila proses pemanenan dilakukan pada siang hari dikhawatirkan senyawa antioksidan yang terkandung dalam tanaman Macaranga tanarius L. digunakan sebagai senyawa proteksi bagi tumbuhan akibatnya kandungan senyawa antioksidan dalam daun Macaranga tanarius L. dapat berkurang. Daun yang digunakan untuk penelitian yaitu daun yang segar, berwarna hijau serta tidak berlubang. Daun yang sudah dipanen kemudian dicuci bersih dan dijemur secara tidak langsung di bawah sinar matahari. Daun yang dijemur ditutupi dengan kain hitam tujuannya menjaga kandungan kimia yang terdapat dalam daun supaya tidak hilang selama proses pengeringan. Proses pengeringan ini berlangsung sampai didapatkan daun yang kering dan mudah dihancurkan. Simplisia kering yang telah dijemur kemudian dibawa ke LPPT UGM untuk dilakukan pembuatan serbuk. Pembuatan serbuk disesuaikan dengan prosedur di LPPT UGM. Simplisia kering dipotong-potong untuk memudahkan proses penyerbukan, kemudian dilakukan proses pengeringan kembali dalam almari pengering pada suhu 45˚C selama 20 jam, sehingga menghasilkan potongan daun yang benar-benar kering. Simplisia kering tersebut kemudian diserbuk dengan mesin penyerbuk dengan lubang saringan 1 mm. Hasil penyerbukan kemudian ditimbang dan dikemas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Serbuk yang telah didapatkan kemudian diayak kembali dengan ayakan mesh nomor 40. Proses pengayakan bertujuan agar didapatkan ukuran serbuk yang seragam untuk pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L.. Tujuan dilakukannya penyerbukan untuk meningkatkan luas permukaan serbuk, semakin besar luas permukaan serbuk maka semakin banyak kontak dengan cairan penyari. Banyaknya kontak dengan pelarut diharapkan senyawa metabolit yang terkandung di dalam serbuk daun Macaranga tanarius L. dapat tersari lebih banyak. 4. Penetapan kadar air serbuk kering daun Macaranga tanarius L. Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Gravimetri di mana serbuk dimasukkan ke dalam alat moisture balance. Tujuan dari penetapan kadar air dari serbuk kering daun Macaranga tanarius L., yaitu untuk mengetahui serbuk yang digunakan terjamin kualitasnya untuk dilakukan penelitian selanjutnya dan telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik. Pemanasan dilakukan pada suhu 1050C selama 3 jam hingga berat konstan. Tercapainya berat yang konstan menandakan bahwa air yang terkandung dalam serbuk telah berhasil diuapkan. Pemanasan pada suhu 1050C dan waktu 3 jam karena pada suhu tersebut diasumsikan seluruh kandungan air yang ada dalam serbuk telah menguap. Hasil pengujian menunjukkan bahwa daun Macaranga tanarius L. memiliki kadar air sebesar 6,66 %. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (1995) menyatakan bahwa, persyaratan kadar air yang memenuhi standar yaitu kurang dari 10 %, sehingga dari pengujian menunjukkan bahwa kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L. telah memenuhi persyaratan kadar air yang ditetapkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Pada kadar air < 10 % dapat mencegah pertumbuhan kapang dan jasad renik serta menghentikan reaksi enzimatik. Enzim tertentu dalam sel masih dapat bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu (Prasetyo dan Endang, 2013). 5. Pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L. Serbuk kering daun Macaranga tanarius L. ditimbang sebanyak 10 gram dan dimasukkan ke dalam panci yang kemudian ditambahkan 20 mL aquadest sebagai pembasah, kemudian ditambahkan lagi aquadest sebanyak 100 mL. Campuran ini dipanaskan pada suhu 90oC dan dijaga tetap dalam suhu tersebut. Setelah mencapai suhu 90oC dilanjutkan pemanasan selama 30 menit dengan diaduk setiap 5 menit sekali. Sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. diberikan dalam tiga peringkat dosis yaitu 833,33; 1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB.
B. Uji Pendahuluan Uji pendahuluan merupakan kegiatan mempersiapkan segala sesuatu yang akan diperlukan dalam pengambilan data selama masa penelitian. Tujuan dari uji pendahuluan adalah untuk menentukan hal-hal yang akan digunakan sebagai acuan pada pengujian sebenarnya, sehingga penelitian akan mendapat hasil yang valid dan akurat. Uji pendahuluan meliputi : penetapan selang waktu pemberian asam asetat, penentuan dosis asam asetat 1%, penentuan dosis asetosal, penentuan dosis dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
1. Penetapan selang waktu pemberian asam asetat Penetapan selang waktu pemberian rangsang merupakan jarak waktu antara pemberian zat uji secara per oral dengan saat pemberian injeksi rangsang nyeri berupa asam asetat secara intraperitonial. Penetapan selang waktu pemberian rangsang bertujuan untuk mengetahui pada selang waktu berapa zat uji asetosal sebagai kontrol positif dan senyawa uji dekokta Macaranga tanarius L. sudah terabsorpsi di dalam tubuh hewan uji sehingga dapat memberikan efek analgesik secara optimal yang ditunjukkan dengan adanya penurunan jumlah geliat pada mencit yang diamati. Pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat ini digunakan asetosal dosis 91 mg/kg BB. Sedangkan dosis asam asetat yang digunakan adalah dosis 50 mg/kgBB. Selang waktu yang diujikan adalah 10 dan 15 menit. Variansi selang waktu 10 menit didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Sandjaja (2007), di mana selang waktu 10 menit sebagai selang waktu optimum untuk menimbulkan geliat. Variansi selang waktu 15 menit didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Andini (2010) dan Wulandari (2010), di mana selang waktu 15 menit sebagai selang waktu optimum untuk menimbulkan geliat. Oleh karena itu peneliti melalukan orientasi pada menit ke 10 dan 15 untuk menentukan selang waktu optimum dalam menimbulkan geliat. Rata-rata jumlah kumulatif geliat kontrol negatif CMC-Na, kontrol positif asetosal selang waktu 10 dan 15 menit dapat dilihat pada tabel II berikut ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Tabel II. Rata-rata jumlah kumulatif geliat kelompok kontrol negatif CMCNa dan kontrol positif asetosal selang waktu 10 dan 15 menit Kelompok Jumlah geliat (X ± SE) Nilai p Kontrol negatif CMC-Na 92, 00 ± 1,73 1,000 (N) 3,836mg/20gBB selang waktu 10 menit Kontrol positif asetosal dosis 91 35, 00 ± 0,57 1,000 (N) mg/kgBB selang waktu 10 menit Kontrol positif asetosal dosis 91 32,67 ± 1,45 0,780 (N) mg/kgBB selang waktu 15 menit Keterangan : X = Mean (Rata-rata) SE = Standar Error (SD/√ ) N = Distribusi data normal (p>0,05) Berdasarkan hasil analisis statistika untuk melihat distribusi data digunakan metode analisis Shapiro-Wilk. Hasil analisis didapatkan nilai probabilitas (p>0,05) yang menunjukkan sebaran normal maka analisis statistika dilanjutkan menggunakan uji T tidak berpasangan. Pengujian dengan uji T tidak berpasangan ini dipilih karena ingin membandingkan dua kelompok perlakuan antara kontrol negatif CMC-Na 3,836 mg/20gBB selang waktu 10 menit dengan kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB selang waktu 10 menit serta kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB selang waktu 10 menit dengan kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB selang waktu 15 menit. Berikut ini hasil analisis statistika penentuan selang waktu pemberian asam asetat dosis 50 mg/kgBB. Tabel III. Hasil uji T tidak berpasangan rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan selang waktu pemberian asam asetat dosis 50 mg/kgBB Kelompok Nilai p Kontrol Negatif CMC-Na Kontrol positif asetosal 3,836 mg/20gBB selang dosis 91 mg/kgBB selang waktu 10 menit waktu 10 menit Kontrol positif asetosal Kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB selang dosis 91 mg/kgBB selang waktu 10 menit waktu 15 menit Keterangan : BB = Berbeda bermakna (p < 0,05) BTB = Berbeda tidak bermakna (p > 0.05)
0,000 (BB) 0,210 (BTB)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Kelompok kontrol negatif CMC-Na selang waktu 10 menit dengan nilai rata-rata jumlah geliat 92, 00 ± 1,73 dibandingkan dengan kelompok kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB selang waktu 10 menit sebesar 35, 00 ± 0,57 (Tabel II). Hasil kemudian dianalisis menggunakan uji T tidak berpasangan, di mana nilai probabilitas yang didapatkan sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara kontrol negatif CMC-Na 3,836 mg/20gBB selang waktu 10 menit dengan kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB selang waktu 10 menit. Hal tersebut menunjukkan kontrol negatif CMC-Na tidak memiliki efek analgesik karena tidak memberikan penurunan geliat dan berdasarkan hasil analisis statistik berbeda bermakna dengan kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB. CMC-Na tidak memberikan efek analgesik juga telah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sandjaja (2007), Winahyu (2015) di mana kontrol negatif CMC-Na memiliki rata-rata jumlah geliat yang paling besar dibandingkan dengan kelompok lain dan memiliki persen proteksi geliat yang paling kecil. Kelompok kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB selang waktu 10 dengan 15 menit dengan nilai rata-rata jumlah geliat berturut-turut sebesar 35, 00 ± 0,57 dan 32,67 ± 1,45 (Tabel II). Hasil kemudian dianalisis dengan uji T tidak berpasangan di mana nilai probabilitas yang didapatkan sebesar 0,238 (p > 0,05). Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara selang waktu 10 menit dengan selang waktu 15 menit (Tabel III), yang artinya pada kedua menit tersebut memberikan hasil yang sama. Pemberian asetosal dosis 91 mg/kgBB baik pada selang waktu 10 atau 15 menit telah diabsorpsi dan telah memberikan efek.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Dengan demikian dipilih waktu yang lebih pendek, yaitu 10 menit sebagai selang waktu pemberian untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya. 2. Penentuan dosis asam asetat 1 % Dalam metode ini digunakan senyawa penginduksi nyeri yaitu asam asetat 1%. Asam asetat adalah suatu iritan yang merusak jaringan secara lokal, yang menyebabkan nyeri pada rongga perut. Konsentrasi
asam
asetat
1%
yang
digunakan didasarkan pada penelitian yang dilakukan sebelumnya (Putra, 2003; Wulandari, 2010). Senyawa ini diinjeksikan secara intraperitonial pada mencit putih betina galur Swiss. Dosis asam asetat yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada hasil penelitian yang sebelumnya telah dilakukan. Wulandari (2010), Andini (2010) melaporkan bahwa pemberian asam asetat pada dosis 25 mg/kgBB berbeda bermakna dengan dosis 50 dan 75 mg/kgBB. Namun dosis 50 mg/kgBB berbeda tidak bermakna dengan dosis 75 mg/kgBB. Melalui hasil pelaporan tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk percobaan dosis asam asetat, 50 mg/kgBB dipilih sebagai dosis optimal yang dapat menimbulkan nyeri berupa geliat. 3. Penentuan dosis asetosal Asetosal digunakan sebagai kontrol positif, di mana asetosal merupakan obat analgesik yang paling banyak digunakan karena merupakan penghambat prostaglandin paling efektif dari golongan salisilat (Priyanto, 2008). Kontrol positif disini berfungsi sebagai parameter validitas metode untuk membuktikan bahwa
metode
yang
digunakan
dapat
dipercaya
kevalidannya
membandingkan daya analgesik dengan sampel yang diteliti.
untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
Menurut penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Handara (2006); Riadiani (2006); dan Tusthi (2007) adalah 91 mg/kgBB. Asetosal diujikan pada variansi dosis 68,25; 91 dan 113,75 mg/kgBB. Hasil orientasi menyatakan bahwa dosis yang digunakan adalah 91 mg/kgBB, di mana pada dosis tersebut berbeda bermakna dengan dosis 68,25 dan mempunyai perbedaan tidak bermakna dengan dosis 113,75 mg/kgBB. Oleh karena itu penetapan dosis asetosal yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu asetosal dosis 91 mg/kgBB.
C. D. Skrining Fitokimia Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna (Kristanti, Aminah, Tanjung, dan Kurniadi, 2008). Metode yang digunakan untuk melakukan skrining fitokimia yaitu dengan uji tabung. Uji tabung dilakukan dengan menambahkan pereaksi ke dalam senyawa uji yang kemudian diamati ada tidaknya perubahan warna atau endapan. Skrining fitokimia dilakukan terhadap senyawa metabolit sekunder diantaranya alkaloid, flavonoid, kuinon, saponin, dan tanin. Berikut ini hasil analisis kualitatif kandungan kimia dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
Tabel IV. Hasil analisis kandungan kimia secara kualitatif pada dekokta daun Macaranga tanarius L. No Kandungan Hasil Uji Kualitatif Tanda positif Hasil Keterangan 1 Alkaloid Endapan merah Endapan merah +++ 2 Flavonoid Kuning-Jingga Kuning +++ 3 Glikosida Cincin berwarna biruCincin ungu pada ++ ungu pada batas cairan batas cairan 4 Saponin Buih > 1 cm dan Buih > 1 cm +++ bertahan selama 30 menit selama 30 menit 5 Tannin Biru kehitaman Biru kehitaman +++ 6 Terpenoid Merah Coklat 7 Fenolik Hijau-biru Biru Kehitaman + (Azizah et al., 2014). Keterangan : (-) = hasil pengujian negatif pada kandungan yang diujikan (+) = hasil pengujian positif pada kandungan yang diujikan terlihat kurang jelas (++) = hasil pengujian positif pada kandungan yang diujikan terlihat jelas (+++) = hasil pengujian positif pada kandungan yang diujikan terlihat sangat jelas Berdasarkan hasil skrining fitokimia yang terdapat pada tabel IV, menunjukan bahwa dekokta daun Macaranga tanarius L. mengandung alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tannin dan fenolik. Ini membuktikan dekokta Macaranga tanarius L. mengandung senyawa aktif metabolit sekunder. Pada pengujian alkaloid menunjukan hasil positif dengan adanya endapan merah. Senyawa alkaloid dapat terbentuk pada daun, dimana proses fotosintesis terjadi. Senyawa alkaloid sendiri digunakan pada tanaman untuk mempertahankan diri dari serangan luar. Beberapa senyawa alkaloid yang terisolasi dapat memberikan efek farmakologis sebagai analgesik, mempengaruhi peredaran darah dan pernapasan, anastesi lokal, dan antiparasit (Sirait et al., 2007). Pada pengujian flavonoid menunjukan hasil positif dengan perubahan kuning. Untuk uji tannin hasil menunjukkan positif karena ada perubahan warna biru kehitaman. Sifat antioksidan dari flavonoid dan tanin berasal dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
kemampuan untuk mentransfer sebuah elektron ke senyawa radikal bebas, dengan mekanisme tersebut flavonoid dan tanin memiliki efek yaitu menghambat peroksidasi lipid dan menekan kerusakan jaringan oleh radikal bebas (Yuhernita, 2011). Pada pengujian glikosida membentuk adanya cincin ungu pada batas cairan. Senyawa glikosida yang terkandung dalam daun Macaranga tanarius L. adalah mallophenol B, (+)-pinoresinol 4-O-[6”-O-galloyl]-β-D-glucopyranoside, dan macarangioside A, B, C, dan E (Matsunami et al., 2009). Adanya senyawa glikosida yang terkandung dalam dekokta daun Macaranga tanarius L. dapat memberikan aktivitas penangkapan oksidan reaktif seperti radikal bebas. Uji fenolik menunjukkan hasil positif karena adanya perubahan warna menjadi warna biru kehitaman. Hal ini membuktikan bahwa dekokta daun Macaranga tanarius L. mengandung senyawa fenolik. Senyawa fenolik yang dapat terkandung antara lain : tanarifuranonol, tanariflavanon C, dan tanariflavanon D, nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C, tanariflavanon B, blumenol A (vomifoliol), blumenol B, Tanariflavanone A-D, nymphaeol A-C, dan macarangaflavanone A-G (Phommart et al., 2005). Senyawa fenolik yang terkandung dalam dekokta daun Macaranga tanarius L. dapat berperan sebagai antioksidan. Uji saponin menunjukkan adanya buih yang terbentuk setinggi > 1 cm. Saponin merupakan senyawa yang mempunyai gugus hidrofilik dan hidrofob. Pada saat digojok gugus hidrofil akan berikatan dengan air sedangkan gugus hidrofob akan berikatan dengan udara sehingga membentuk buih.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
Uji tannin menunjukkan hasil positif dengan menunjukkan warna biru kehitaman. Hal ini didukung oleh penelitian Puteri dan Kawabata (2010) yang membuktikan bahwa daun Macaranga tanarius L. memiliki kandungan ellagitannin yaitu mallotinic acid, corilagn, macatannin A, dan macatannin B. Untuk uji terpenoid memberikan hasil negatif karena tidak adanya perubahan warna merah pada tabung reaksi. Hasil negatif ini dikarenakan senyawa terpenoid tidak tersari dengan pelarut yang digunakan dalam proses penyarian. Pelarut yang digunakan pada pembuatan dekokta Macaranga tanarius L. bersifat polar, sedangkan terpenoid umumnya merupakan senyawa yang larut dalam lipid (Sirait et al., 2007),
E. Uji Analgesik Dekokta Daun Macaranga tanarius L. D. Tahap uji pendahuluan yang telah selesai dilakukan selanjutnya dilanjutkan dengan pengujian aktivitas analgesik untuk masing-masing kelompok. Telah diketahui dari uji pendahuluan bahwa asam asetat 1 % dengan dosis 50 mg/kgBB sebagai zat penginduksi nyeri. Selang waktu yang diperoleh yaitu 10 menit. Asetosal digunakan sebagai sebagai kontrol positif dengan dosis 91 mg/kgBB yang diberikan 10 menit sebelum pemberian asam asetat. Aquadest digunakan sebagai pelarut dekokta daun Macaranga tanarius L. dan digunakan sebagai kontrol negatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan tiga tingkatan dosis yang berbeda dengan cara mengukur kemampuan senyawa uji dalam mengatasi sensasi nyeri pada mencit betina galur Swiss yang terinduksi asam asetat 1%. Parameter yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
digunakan adalah geliat mencit. Geliat mencit diamati setiap lima menit sekali selama satu jam untuk menghitung jumlah kumulatif geliat. Jumlah data kumulatif geliat tersebut, kemudian diolah untuk menghitung persen daya analgesik dan perubahan persen proteksi. Kemampuan penurunan jumlah geliat terhadap rangsang nyeri yang biasa disebut juga dengan daya analgetika. Penetapan peringkat dosis didasarkan pada konsentrasi dekokta daun Macaranga tanarius L. yang digunakan, yaitu sebesar 10 %. Berdasarkan konsentrasi tersebut didapatkan tiga peringkat dosis sebesar 833,33; 1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB. Tujuan kelompok perlakuan tiga peringkat dosis tersebut untuk melihat pengaruh dosis 833,33; 1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB pada mencit galur Swiss yang terinduksi asam asetat 1% terhadap penurunan geliat. Data hasil pengamatan selama penelitian dianalisis secara statistik untuk dicari persen proteksi senyawa uji terhadap nyeri. Persen proteksi diperoleh dari jumlah geliat setiap kelompok dibandingkan dengan aquadest sebagai kontrol negatif. Efek analgesik ditunjukkan dengan penurunan jumlah geliat dibandingkan dengan kontrol negatif, sedangkan untuk mencari perubahan persen proteksi senyawa uji terhadap nyeri dibandingkan dengan asetosal sebagai kontrol positif. Perubahan persen proteksi berguna untuk mengetahui besar daya analgesik dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap asetosal 91 mg/kgBB di dalam berbagai peringkat dosis yang diduga dapat bermanfaat sebagai obat analgesik. Hasil penelitian pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. untuk rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit, persen proteksi, dan perubahan persen proteksi ditunjukkan dalam bentuk Mean ± Standard Error pada tabel V berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
Tabel V. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada pengujian efek analgesik kelompok uji kontrol negatif, kontrol positif dan tiga peringkat dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. ( n = 5 ) Kelompok Uji Rata-rata Nilai p Rata-rata persen Nilai p jumlah geliat proteksi (X ± SE) (X ± SE) Aquadest 0,025 99,2 ± 4,8 0,92(N) 0,0 ± 4,8 0,92(N) mg/kgBB Asetosal 91 26,8 ± 2,8 0,49(N) 73,2 ± 2,7 0,82(N) mg/kgBB DDM 833,33 39,6 ± 1,8 0,23(N) 60,5 ± 2,2 0,11(N) mg/kgBB DDM 1666,67 24,4 ± 0,9 0,75(N) 74,8 ± 0,7 0,96(N) mg/kgBB DDM 3333,33 44,8 ± 1,2 0,50(N) 53,6 ± 0,7 0,96(N) mg/kgBB Keterangan : X = Mean (Rata-rata) SE = Standard Error (SD/√ ) DDM = Dekokta daun Macaranga tanarius L. N = Distribusi data normal (p > 0,05) Berikut di bawah ini disajikan diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit serta rata-rata persen proteksi dekokta daun Macaranga tanarius L.
99,2 ± 4,8
44,8 ± 1,2 39,6 ± 1,8 26,8 ± 2,8
24,4 ± 0,9
Gambar 7. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pengujian efek analgesik pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, peringkat dosis dekokta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
0,0 ± 4,8
73,2 ± 2,7
60,5 ± 2,2
74,8 ± 0,7
53,6 ± 0,7
Gambar 8. Diagram batang rata-rata persen proteksi pada pengujian efek analgesik pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, peringkat dosis dekokta. Melalui hasil data dalam tabel V dan histogram kelompok kontrol negatif, kontrol positif dan ketiga peringkat dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. menunjukkan jumlah kumulatif rata-rata geliat berbanding terbalik dengan persen proteksi. Hal ini membuktikan bahwa, semakin besar persen proteksi geliat maka semakin kecil jumlah kumulatif rata-rata geliat yang dihasilkan. Setelah diperoleh data jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi, selanjutnya dilakukan analisis statistika untuk mengetahui adanya perbedaan antar kelompok. Metode analisis yang digunakan diawali dengan menggunakan metode Shapiro-Wilk. Hasil analisis yang didapatkan yaitu nilai probabilitas pada semua kelompok (p>0,05) menunjukkan sebaran distribusi data normal pada semua kelompok sehingga analisis statistika dapat dilanjutkan menggunakan uji hipotesis One-way ANOVA. Pada pengujian variansi data Levene Test. Hasil analisis significancy test homogeneity of variances menunjukkan angka 0,014 (p<0,05) artinya paling tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
terdapat dua kelompok yang mempunyai varian berbeda. Significancy ANOVA menunjukkan nilai 0,000 (p<0,05), artinya pada kelima kelompok uji tersebut paling tidak terdapat dua kelompok yang mempunyai rerata jumlah geliat yang berbeda bermakna. Oleh karena uji hipotesis One-way ANOVA bermakna dan varian berbeda pengujian dapat dilanjutkan dengan uji Post-Hoc menggunakan uji Scheffe. Tabel VI. Hasil uji Scheffe persen proteksi geliat pada kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. Kelompok Nilai P
Aquadest 0,025 mg/kgBB
Asetosal 91 mg/kgBB
Asetosal 91 mg/kgBB
0,000(BB)
DDM 833,33 mg/kgBB
0,000(BB)
DDM 1666,67 mg/kgBB
0,000(BB)
DDM 3333,33 mg/kgBB
0,000(BB)
DDM 833,33 mg/kgBB
0,055(BTB)
DDM 1666,67 mg/kgBB
0,996(BTB)
DDM 3333,33 mg/kgBB
0,002(BB)
DDM 1666,67 mg/kgBB
0,025(BB)
DDM 3333,33 mg/kgBB
0,534(BTB)
DDM 833,33 mg/kgBB
0,025(BB)
DDM 3333,33 mg/kgBB
0,001(BB)
DDM 1666,67 mg/kgBB
0,534(BB)
DDM 833,33 mg/kgBB
0,001 (BTB)
DDM 833,33 mg/kgBB
DDM 1666,67 mg/kgBB
DDM 3333,33 mg/kgBB
Keterangan : BTB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) BB = Berbeda bermakna (p < 0,05) DDM = Dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
Berdasarkan hasil perhitungan statistika persen proteksi kemudian dilanjutkan dengan perhitungan rata-rata perubahan persen proteksi pengujian efek analgesik dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap kontrol positif asetosal 91 mg/kgBB. Berikut ini disajikan rata-rata perubahan persen proteksi dan diagram batang perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. Tabel VII. Rata-rata perubahan persen proteksi pada pengujian efek analgesik kelompok uji kontrol negatif, kontrol positif dan tiga peringkat dosis dekokta Macaranga tanarius L. ( n = 5 ) Rata-rata perubahan Nilai p Kelompok Uji persen proteksi (X ± SE) Aquadest 0,025 mg/kgBB -100,0 ± 6,5 0,92(N) Asetosal 91 mg/kgBB 0,0 ± 3,7 0,82(N) DDM 833,33 mg/kgBB -17,4 ± 2,9 0,11(N) DDM 1666,67 mg/kgBB 1,7 ± 0,7 0,81(N) DDM 3333,33 mg/kgBB -26,7 ± 0,9 0,96(N) Keterangan : X = Mean (Rata-rata) SE = Standard Error (SD/√ ) DDM = Dekokta daun Macaranga tanarius L. Normal = Nilai P > 0,05 -100 ± 6,5
0,0 ± 3,7
-17,4 ± 2,9
1,7 ± 0,7
-26,7 ± 0,9
Gambar 9. Diagram batang rata-rata perubahan persen proteksi pengujian efek analgesik pada kelompok uji kontrol negatif, kontrol positif, peringkat dosis dekokta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
1. Kontrol negatif aquadest 0,025 mg/kgBB Dalam penelitian ini dilakukan pengujian aquadest sebagai kelompok kontrol negatif dengan tujuan untuk memastikan bahwa penurunan geliat pada hewan uji hanya disebabkan oleh pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. dan menegaskan bahwa aquadest sebagai pelarut tidak memberikan pengaruh terhadap perlakuan. Dosis aquadest yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0,025 mg/kgBB. Pada kelompok kontrol negatif aquadest di tabel V diketahui memiliki jumlah rata-rata geliat yang paling besar yaitu 99,2 ± 4,8 dan nilai persen proteksi yang paling kecil sebesar 0,0 ± 4,8 apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol positif Asetosal 91 mg/kgBB, dan ketiga peringkat dosis dekokta daun Macranga tanarius L.. Rata-rata perubahan proteksi geliat ditunjukkan pada tabel VII, di mana kontrol negatif aquadest memiliki rata-rata perubahan persen proteksi sebesar -100,0 ± 6,5. Nilai negatif yang sangat besar menunjukkan bahwa tidak terjadi penghambatan rangsang nyeri. Kontrol negatif aquadest sebagai pelarut dekokta daun Macranga tanarius L. tidak memiliki kemampuan dalam menangani nyeri terbukti dengan rata-rata jumlah kumulatif geliat pada mencit betina galur Swiss yang terinduksi asam asetat 1 % menghasilkan nilai yang paling besar serta nilai persen proteksi yang sangat rendah dibandingkan dengan kelompok uji lainnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol negatif aquadest yang berfungsi sebagai pelarut dekokta daun Macranga tanarius L. tidak memiliki daya analgesik. Aquadest tidak memberikan efek analgesik juga telah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2010), Tabalubun (2013) di mana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
kontrol negatif aquadest memiliki rata-rata jumlah geliat yang paling besar dibandingkan dengan kelompok lain dan memiliki persen proteksi geliat yang paling kecil. 2. Kontrol positif asetosal 91 mg/kgBB Dalam penelitian ini dilakukan pengujian kelompok kontrol positif asetosal dengan tujuan untuk melihat apakah asetosal benar-benar mampu memberikan efek analgesik berupa penurunan geliat pada mencit yang terinduksi asam asetat 50 mg/kgBB. Asetosal dipilih sebagai kontrol positif karena asetosal sudah terbukti sebagai obat analgesik yang dianggap efektif dalam menanggulangi rasa nyeri. Dosis asetosal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 91 mg/kgBB. Kelompok positif asetosal 91 mg/kgBB secara teoritis mempunyai efek analgesik karena mampu menghambat proses sintesis prostaglandin. Pada kelompok kontrol positif yaitu asetosal dosis 91 mg/kgBB memiliki jumlah geliat dan nilai persen proteksi berturut-turut sebesar 26,8 ± 2,8; 73,2 ± 2,7. Pada kontrol negatif aquadest jumlah geliat dan persen proteksi berturutturut 99,2 ± 4,8; 0,0 ± 4,8 (Tabel V), terlihat bahwa kelompok kelompok kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB mampu memberikan proteksi nyeri daripada kontrol negatif aquadest yang tidak memiliki efek penghambatan rasa nyeri. Kemampuan asetosal dalam mengatasi nyeri dilihat dengan rata-rata jumlah geliat yang lebih sedikit serta besarnya nilai persen proteksi dibandingkan dengan kontrol negatif aquadest. Analisis statistik menunjukkan bahwa persen proteksi geliat pada kelompok perlakuan kontrol postitif asetosal 91 mg/kgBB berbeda bermakna dengan kelompok kontrol negatif aquadest (Tabel VI). Hal ini dapat disimpulkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
bahwa asetosal sebagai kontrol positif terbukti memiliki kemampuan dalam memberikan efek analgesik sehingga dapat menghambat terjadinya rasa nyeri. 3. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB Berdasarkan hasil tabel V pada kelompok dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki rata-rata jumlah geliat sebesar 39,6 ± 1,8 dan nilai persen proteksi 60,5 ± 2,2. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif aquadest dengan rata-rata jumlah geliat dan persen proteksi 99,2 ± 4,8; 0,0 ± 4,8 terlihat bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB mampu memberikan proteksi nyeri dibanding kontrol negatif aquadest. Hasil analisis statistik menunjukkan persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB terhadap kelompok kontrol negatif aquadest memberikan perbedaan bermakna, yang artinya dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki kemampuan dalam menghambat nyeri. Adapun dibandingkan dengan kontrol positif asetosal rata-rata jumlah geliat sebesar 26,8 ± 2,8 dan nilai persen proteksi sebesar 73,2 ± 2,7, hasil analisis statistik menunjukkan persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB terhadap kelompok kontrol postitif asetosal memberikan perbedaan yang tidak bermakna (Tabel VI). Hal ini menunjukkan bahwa dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB mempunyai kemampuan menghambat nyeri yang sebanding dengan asetosal. Berdasarkan hasil perbandingan perubahan persen proteksi, dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
dosis 833,33 mg/kgBB memiliki daya analgesik -17,4 ± 2,9 lebih rendah dibandingkan asetosal (Tabel VII). 4. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. 1666,67 mg/kgBB Berdasarkan hasil tabel V pada kelompok dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1666,67 mg/kgBB memiliki rata-rata jumlah geliat sebesar 24,4 ± 0,9 dan nilai persen proteksi 74,8 ± 0,7. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif aquadest dengan rata-rata jumlah geliat dan persen proteksi 99,2 ± 4,8; 0,0 ± 4,8 terlihat bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1666,67 mg/kgBB mampu memberikan proteksi nyeri daripada kontrol negatif aquadest. Hasil analisis statistik menunjukkan persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1666,67 mg/kgBB terhadap kelompok kontrol negatif aquadest memberikan perbedaan bermakna, yang artinya dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1666,67 mg/kgBB memiliki kemampuan dalam menghambat nyeri. Adapun dibandingkan dengan kontrol positif asetosal rata-rata jumlah geliat sebesar 26,8 ± 2,8 dan nilai persen proteksi 73,2 ± 2,7, hasil analisis statistik menunjukkan persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1666,67 mg/kgBB terhadap kelompok kontrol postitif asetosal memberikan perbedaan yang tidak bermakna (Tabel VI). Hal ini menunjukkan bahwa dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB mempunyai kemampuan menghambat nyeri yang setara dengan asetosal. Berdasarkan hasil perbandingan perubahan persen proteksi, dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1666,67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
mg/kgBB memiliki daya analgesik 1,7 ± 0,7 yang sebanding dengan asetosal (Tabel VII). 5. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. 3333,33 mg/kgBB Berdasarkan hasil tabel V pada kelompok dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB memiliki rata-rata jumlah geliat sebesar 44,8 ± 1,2 dan nilai persen proteksi 53,6 ± 0,7. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif aquadest dengan rata-rata jumlah geliat dan persen proteksi 99,2 ± 4,8; 0,0 ± 4,8 terlihat bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB mengalami penurunan geliat dibanding kontrol negatif aquadest. Hasil analisis statistik menunjukkan persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB terhadap kelompok kontrol negatif aquadest memberikan perbedaan bermakna, yang artinya dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB memiliki kemampuan dalam menghambat nyeri. Adapun dibandingkan dengan kontrol positif asetosal rata-rata jumlah geliat sebesar 26,8 ± 2,8 dan nilai persen proteksi 73,2 ± 2,7, hasil analisis statistik menunjukkan persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB terhadap kelompok kontrol postitif asetosal memberikan perbedaan yang bermakna (Tabel VI). Hal ini menunjukkan bahwa dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB tidak memiliki pengaruh yang sebanding dengan kelompok kontrol positif asetosal 91 mg/kgBB. Nilai perubahan persen proteksi dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
mg/kgBB sebesar -26,7 ± 0,9 sehingga tidak sebanding kekuatannya dengan kontrol positif asetosal (Tabel VII). Pada hasil pengujian ini menunjukkan bahwa, kemampuan analgesik dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB telah mengalami penurunan dalam menghambat nyeri. Hal ini bisa terjadi karena dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB mengalami pro-oksidan. Prooksidan merupakan senyawa kimia dan reaksi yang dapat menghasilkan Reactive Oxygen Spesies (ROS) yang bersifat toksik. Pada dosis tertinggi yaitu 3333,33 mg/kgBB terjadi penurunan efek analgesik, hal ini dapat disebabkan karena senyawa bioaktif seperti fenol yang terkandung dalam dekokta daun Macaranga tanarius L. bertindak sebagai pro-oksidan. Pada dosis pemberian tinggi, senyawa fenolik dapat mengandung logam reduksi aktif. Kehadiran O2 dan logam transisi akan mengkatalisis reaksi redoks fenolat dan dapat menyebabkan pembentukan ROS dan phenoxyl radical yang akan merusak DNA, lipid dan molekul biologis lain (Galati dan O’Brien, 2004). Flavonoid pada dosis yang tinggi dapat memicu aktivitas pro-oksidan, di mana senyawa flavonoid teroksidasi setelah menangkap radikal bebas (Anzenbacher dan Zanger, 2012). Katalisis pro-oksidan akan menghasilkan reaksi oksidatif dari biomolekuler yang mana akan menuju pada disfungsi sel, yang berakhir pada kematian sel (Aruoma, 2003). 6. Perbandingan antar kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33; 1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33; 1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB masing-masing memiliki rata-rata jumlah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
kumulatif geliat yang bervariasi yaitu 39,6 ± 1,8; 24,4 ± 0,9; dan 44,8 ± 1,2 (Tabel V). Rata-rata jumlah kumulatif geliat ini mengalami penurunan dimulai pada dosis terendah sampai menengah, namun mengalami kenaikan kembali pada dosis tertinggi. Persen proteksi geliat terhadap nyeri mengalami kenaikan pada saat terjadi penambahan dosis dekokta Macaranga tanarius L. dari dosis dekokta terendah 833,33 mg/kgBB dengan persen proteksi 60,5 ± 2,2 sampai pada puncaknya yaitu dosis dekokta menengah 1666,67 mg/kgBB dengan persen proteksi 74,8 ± 0,7 dan kemudian terjadi penurunan pada dosis dekokta tertinggi 3333,33 mg/kgBB dengan persen proteksi 53,6 ± 0,7. Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa kelompok dekokta dosis 1666,67 mg/kgBB memiliki nilai persen proteksi yang paling besar serta mempunyai kemampuan menghambat nyeri yang paling baik dibandingkan dengan kelompok dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33; dan 3333,33 mg/kgBB (Tabel V). Penelitian lebih lanjut mengenai efek analgesik sebaiknya dapat dilakukan pada rentang dosis yang dipersempit yaitu antara 833,33 mg/kgBB hingga 1666,67 mg/kgBB dan rentang dosis antara 1666,67 mg/kgBB hingga 3333,33 mg/kgBB untuk mengetahui dosis optimum dari sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medika (1991) menyatakan bahwa adanya aktivitas analgesik pada metode rangsang kimia ditunjukkan dengan adanya kemampuan menghambat geliat ≥ 50% dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Berdasarkan hasil tabel V, kelompok dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33; 1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
masing-masing memiliki persen proteksi berturut-turut 60,5 ± 2,2; 74,8 ± 0,7; dan 53,6 ± 0,7. Hal ini membuktikan bahwa pada ketiga dosis tersebut mempunyai aktivitas analgesik karena menunjukkan hasil penghambatan geliat ≥ 50%. Pada uji Scheffe perbandingan persen proteksi antara kelompok dekokta dosis terendah 833,33 mg/kgBB dan 1666,67 mg/kgBB menunjukkan perbedaan bermakna, yang artinya kemampuan dosis terendah 833,33 mg/kgBB dalam menghambat nyeri tidak sebanding dengan dosis 1666,67 mg/kgBB (Tabel VI). Pada uji Scheffe perbandingan persen proteksi antara kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1666,67 mg/kgBB dengan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33; dan 3333,33 mg/kgBB ternyata memiliki perbedaan yang bermakna (Tabel VI). Hal ini dapat terjadi karena kemampuan efek analgesik yang dimiliki oleh dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33; dan 3333,33 mg/kgBB mg/kgBB lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1666,67 mg/kgBB. Pada uji Scheffe perbandingan persen proteksi antara kelompok dekokta dosis tertinggi 3333,33 mg/kgBB dibandingkan dengan dekokta dosis 1666,67 mg/kgBB menunjukkan perbedaan bermakna, yang artinya dosis 3333,33 mg/kgBB dengan dekokta dosis 1666,67 mg/kgBB tidak memiliki kemampuan perubahan persen proteksi yang sebanding (Tabel VI). Pada dosis ini telah terjadi penurunan persen proteksi sehingga kekuatannya tidak setara dengan asetosal dalam menurunkan jumlah geliat. Pada penelitian ini diketahui bahwa dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1666,67 mg/kgBB merupakan dosis yang memberikan efek analgesik paling baik. Adapun aplikasi ke masyarakat, dosis 1666,67 mg/kgBB jika dikonversi ke
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
manusia dengan berat badan 50 kg adalah sebesar 13,86 g. Dekokta daun Macaranga tanarius L. yang mudah dan praktis diterapkan di masyarakat diharapkan memiliki potensi untuk digunakan sebagai analgesik yang aman dan berkhasiat di masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek pemberian jangka panjang berupa uji toksisitas sub kronis terhadap dekokta daun Macaranga tanarius L.. Tujuan pengujian untuk mengetahui efek pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. yang akan terjadi apabila digunakan dalam waktu yang cukup lama, untuk mengetahui ada tidaknya perubahan pada organ tubuh dengan melihat penampang secara makroskopis organ lambung. Hal ini perlu diamati mengingat kemungkinan adanya penghambatan COX-1. Menurut Wilmana (2007) COX-1 merupakan enzim yang memperantarai keluarnya prostaglandin yang berfungsi menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresi mukosa usus halus yang bersifat sitoprotektif (pelindung mukosa lambung). Hubungan daya analgesik dengan aktivitas antioksidan. Analgesik merupakan senyawa yang bekerja untuk menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri. Proses sensasi nyeri dimulai dengan pembebasan reseptor nyeri akibat rangsangan mekanis, termis dan kimiawi karena kerusakan yang terjadi pada membran sel. Kerusakan membran sel ini akan memicu reseptor-reseptor nyeri sehingga terjadinya pembebasan asam arakidonat dan dapat diuraikan menjadi prostaglandin, serotonin, bradikinin, substansi P, histamin yang diperantarai enzim siklooksigenase (COX) (Rang, Dale, Ritter, Flower, 2007). Rangsangan nyeri ini dapat disebabkan karena adanya radikal bebas yang berlebih di dalam tubuh. Ketika terjadi peningkatan jumlah radikal bebas akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
memicu terjadinya kerusakan membran sel. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada lintasan paling luar dan memiliki sifat reaktif dan tidak stabil (Harjanto, 2004). Keadaan ini
akan membuat molekul tersebut mencari pasangan elektronnya dengan cara merusak dan menyerang sel tubuh yang lain. Kerusakan ini apabila berjalan terusmenerus dapat menimbulkan berbagai masalah dalam tubuh sehingga diperlukan pemutusan biosintesis prostaglandin untuk mengatasi terjadinya nyeri dengan adanya senyawa antioksidan dari luar yang akan melakukan penangkapan radikal bebas. Proses penangkapan radikal bebas dengan antioksidan ini selanjutnya akan menghambat proses asam arakhidonat tidak berubah menjadi prostaglandin endoperosida siklik dan biosintesis prostaglandin terhenti. Prostaglandin endoperoksida siklik merupakan prazat semua prostaglandin, oleh karena itu bila senyawa tersebut tidak terbentuk, maka sintesis prostaglandin terhenti dan proses nyeri dapat diatasi (Puspitasari, Listyawati, Widiyani, 2003). Pada proses nyeri radikal bebas terbentuk ketika asam arakidonat dikonversi
menjadi
endoperoksida
melalui
jalur
siklooksigenase
dan
hidroperoksida melalui jalur lipooksigenase sehingga terjadi pelepasan mediator nyeri, yang selanjutnya disiklisasi menjadi prostaglandin endoperoksida siklik dalam bentuk PGG2 dengan bantuan enzim sikloosigenase. Jumlah radikal bebas meningkat seiring dengan peningkatan produksi peroksida, padahal tubuh memproduksi antioksidan endogen yang terbatas. Apabila antioksidan endogen tidak mampu mengatasi secara efektif maka dibutuhkan antioksidan eksogen (Wulandari dan Hendra, 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
Adanya efek analgesik dalam dekokta daun Macaranga tanarius L. diduga karena kehadiran senyawa flavonoid dan glikosida yang larut dalam air. Menurut Phommart et al., (2005) daun Macaranga tanarius L. dilaporkan mengandung senyawa flavonoid seperti tanarifuranonol, tanariflavanone C, tanariflavanone D dan nymphaeol B, di mana flavonoid berperan sebagai senyawa yang dapat menangkap radikal bebas terhadap 2,2-difenil-1pikrilhidrazil (DPPH) dan antioksidan. Flavonoid berperan sebagai penstabil Reactive Oxygen Spesies (ROS) melalui reaksinya dengan senyawa reaktif dan radikal sehingga radikal penyebab kerusakan jaringan sel menjadi inaktif. Selain itu flavonoid berperan dalam menghambat pelepasan asam arakidonat dengan memblok jalur siklooksigenase sehingga menurunkan kadar prostaglandin yang menjadi mediator terjadinya nyeri (Hidayanti, Listywati, dan Setyawan, 2005). Adanya sifat antioksidan dalam menangkap radikal bebas diduga mampu memberikan efek analgesik karena dapat menghambat inisiasi pembentukan radikal bebas dan menghambat sintesis prostaglandin. Senyawa glikosida yang larut dalam air yaitu macarangioside A-C dan mallophenol B hasil ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. juga menunjukkan aktivitas penangkapan oksidan reaktif seperti radikal bebas (Matsunamai et al., 2006). Melalui pendekatan struktur, macarangioside A-C dan dan mallophenol B berperan sebagai antioksidan yang mempunyai gugus karbonil (C=O) dengan ikatan rangkap terkonjugasi yang memiliki α, β unsaturated. Apabila terprotonasi terjadi perpindahan elektron yang mampu menangkap radikal bebas sehingga dapat menghambat jalur pembentukan prostaglandin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
F. Kekerabatan Dosis E. Hasil analisis statistik menunjukkan persen proteksi dekokta daun Macaranga tanarius L. pada kelompok, dosis terendah 83333 mg/kgBB dibandingkan dengan dosis menengah 1666,67 mg/kgBB memiliki perbedaan yang bermakna. Ketika dosis terendah 83333 mg/kgBB dibandingkan dengan dosis tertinggi 3333,33 mg/kgBB hasil analisis statistik menunjukkan persen proteksi memiliki perbedaan tidak bermakna. Pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis menengah 1666,67 mg/kgBB dibandingkan dengan dosis tertinggi 3333,33 mg/kgBB memiliki hasil analisis statistika persen proteksi yang berbeda bermakna. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada kekerabatan dosis antara pemberian ketiga dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan penurunan jumlah geliat pada mencit yang terinduksi asam asetat 1%.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis statistik yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dekokta daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik pada mencit betina galur Swiss. 2. Persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga tanarius L. pada mencit betina galur Swiss pada dosis 833,33; 1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB berturut-turut adalah 60,5; 74,8; dan 53,6 %. 3. Perubahan persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga tanarius L. pada mencit betina galur Swiss dosis 833,33; 1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB berturut-turut adalah -17,4; +1,7; dan -26,7 %. 4. Tidak ada kekerabatan dosis pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan penurunan jumlah geliat pada mencit betina galur Swiss terinduksi asam asetat 50 mg/KgBB.
B. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai : 1. Penelitian lanjutan terhadap efek pemberian jangka panjang berupa uji toksisitas sub kronis dekokta daun Macaranga tanarius L. sebagai analgesik.
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
2. Penelitian lebih lanjut mengenai efek analgesik pada rentang dosis yang dipersempit yaitu antara 833,33 mg/kgBB hingga 1666,67 mg/kgBB dan rentang dosis antara 1666,67 mg/kgBB hingga 3333,33 mg/kgBB untuk mengetahui dosis optimum dari sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA ACPA Resource Guide To Chronic Pain Medication & Treatment, 2014 Edition, http://www.theacpa.org/uploads/ACPA_Resource_Guide_2014_FINAL.pdf, diakses tanggal 10 Agustus 2015. Andini, A.P., 2010, Efek Analgesik Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, Universitas Sanata Dharma. Anzenbacher, P., Zanger, U.M., (Eds.), 2012, Metabolism of Drugs and Other Xenobiotics, Wiley-VCH, Germany, pp. 562-563. Aruoma, O., 2003, Methodological Consideration for Characterizing Potential Antioxidant Action of Bioactiver Components in Plant Foods, Mutation Research, Vol. 523-524, pp. 9-20. Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Kebutuhan Dasar Klien, Salemba Medika, Jakarta, hal. 112-115. Astuti, M., 2001, Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan : Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam, Bag. Biokimia, Bagian Biokimia FKUI, Jakarta, hal.1-15. Azizah, N., Suarsini, E., Prabaningtyas, S., 2014, Analisis Kandungan Kimia Infusa Tanaman Sangket (Basilicum polystachyon (L.) Moench) dan Uji Efektivitas Antifungal Infusa Tanaman Sangket Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Candida albicans Secara In Vitro, Skripsi, Universitas Negeri Malang, Malang. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Direktorat Obat Asli Indonesia, Jakarta, hal. 3-4. Bast, A., G.R.M.M. Haenen and C.J.A. Doelman, 1991, Oxidants and Antioxidants: State of Art, The American journal of Medicine, Proceedings of a Symposium Oxidants and Antioxidats : Pathophysiologic Determinants and Therapeutic Agents. Baumann, T. J., 2005, Pain Management, Pharmacotherapy A Pathopyysiologic Approach, The McGraw-Hill Companies, New York, p. 1093. Brookoff, D., 2005, Chronic pain as a disease the pathophysiology of disorderes pain, in McCarberg W., Passik SD (eds) : The Expert Guide to Pain Management, American College of Physicans, Philadelphia, pp.1-33.
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
Cannon, J.G., 2007, Pharmacology for Chemist, Second Edition, American Chemical Society, New York, pp.192-193. Cichoke, A.J., 2001, Secret of Native American Herbal Remedies, Library of Congress Cataloging, New York, pp.14-15. Chyka P.A., Erdman A.R., Christianson G., Wax P.M., Booze L.L., Manoguerra A.S. et al., 2007, Salicylate poisoning: An evidence‐based consensus guideline for out‐of‐ hospital management, Clinical Toxicology, 45 : 95‐131. Coulter, B., 2003, Salicylate (SALY), Bulletin 9282 tdm 9, Beckman Cuolter, Inc. www.beckmancoulter.com, diakses pada 16 April 2015. Dahlan, M.S., 2014, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 6, Salemba Medika, Jakarta, hal. 7, 12-14, 92-98,110-116. Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Jakarta, hal. 3135. Dewoto, H.R., 2007, Analgesik Opioid Antagonis, Farmakologi dan Terapi, Ed.5, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 210-211. Dinkes, 2010, Informasi tentang Asetosal, http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-obat/220asetosal.html, diakses tanggal 15 September 2015. DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, M., 2008, Pharmacotherapy : A Patophysiologic Approach, McGrawHill, USA, pp. 989-1002. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal. 46. Dugdale, D.C., 2009, Pain, http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/pain.html, diakses tanggal 15 April 2015. Edeoga HO, Okwu DE. & Mbaebre BO, 2005, Phytochemical Constituent of Some Nigerian Medicinal Plants, Afr Journal of Biotechnology, 4: 685-688 Fessenden, R. J. & Fessenden, J. S. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta, hal 400-403. Galati, G. and O‘Brien, P.J., 2004, Potential Toxicity of Flavonoids and Other Dietary Phenolics, Free Radic Biol Med, 37(3): 287–303. Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia : Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, ITB, Bandung, hal. 353.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
Harjanto, 2004, Pemulihan stress oksidatif pada latihan olahraga, Jurnal Kedokteran, Yarsi, 12(3) : 82,83-85.
Hartwig, M. S. & Wilson, L. M., 2006, Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit, Vol. 2, EGC, Jakarta, hal. 1063-1064, 1073, 1075. Hidayat, R., 2010, Efek Analgesik dan Anti-Inflamasi Jus Buah Nanas (Ananas comosus L.), Skripsi, Universitas Sanata Dharma. Hidayati, N., Listyawati, S., Setyawan A., 2005, Kandungan Kimia dan Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lantana camara L. pada Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan, Bioteknologi, 5 (1): 10-17 IASP, 2015, Pain Terms, http://www.iasp-pain.org/Taxonomy#Pain, diakses tanggal 15 April 2015. Kardoko, H dan M. Eleison, 1999, Pemanfaatan ekstrak buah kemukus (Piper cubeba L.F) sebagai analgetika, Buletin Penalaran Mahasiswa UGM, 6 (1): 9-11. Kasran, K.S., Kusumaratna, R.K., 2006, Penatalaksanaan Rasa Nyeri pada Lanjut Usia, Universa Medicina, Vol.25 No.1. Katno, Pramono S, 2005, Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta, hal. 1-3. Khalid, S., Shaik, M.W.M., Israf, D.A., Hashim, P., Rejab., Shaberi, A.M., Mohamad, A.S., Zakaria, Z.A., and Sulaiman, M.R., 2009, In Vivo Analgesic Effect of Aqueous Extract of Tamarindus indica L. Fruits, Medical Principles and Practice, 255-259. Kimbrough, D.R., 2004, The Aspirin Effect : Pain Relief and More, ChemMatters, 7-9. Kristanti, A. N, N. S. Aminah, M. Tanjung, dan B. Kurniadi, 2008, Buku Ajar Fitokimia, Airlangga University Press, Surabaya, hal.47-48. Kumazawa, S., Murase, M., Momose, N., Fukumoto, S., 2014, Analysis of Antioxidant Prenylflavonoids in Different Parts of Macaranga tanarius, The Plant Origin of Okinawan Propolis, Asian Pacific Journal of Tropical Medicine, 16-20. Langseth, L., 2000, Antioxidants and Their Effect on Health di dalam: Schmidl M.K. and T.P. Labuza (Eds.), Essentials of Functional Foods, Aspen Publishers, Inc. Gaithersburg, Maryland.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
Lenny S., 2006, Senyawa Terpenoid dan Steroid, Department Kimia, Fakultas Mathematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan, hal. 10-17. Levine, R.S., 2004, Pain management: primary oral medications, Medical Progress, 349-59. Lim, T.Y., Lim, Y.Y., dan Yule, C.M., 2009, Evaluation of antioxidant, antibacterial and anti-tyrosinase activities of four Macaranga species, Food Chemistry, 114, 594-599. Lin, J.H., Nonaka, G., dan Nishioka, I., 1990, Tannins and Related Compounds XCIV. 1)Isolation and Characterization of Seven New Hydrolyzable Tannins from the Leaves of Macarangan tanarius (L.) MUEL (L.), et ARG., Chem.Pharm. Bul(L.), 38 (5), 1218-1223. Magadula, J.J., 2014, Phytochemistry and Pharmacology of the Genus Macaranga: A review, Journal of Medicinal Plant Research, Vol.8(12), 489-503. Matsunami, K., Takamori, I., Shinzato, T., Aramoto, M., Kondo, K., Otsuka, H., et al., 2006, Radical-Scavenging Activities of New Megastigmane Glucosides from Macaranga tanarius (L.) MṺL(L.)-ARG., Chem. Pharm. Bul (L.) 54(10) pp. 1403-1407. Matsunami, K. Otsuka, H., Kondo, K., Shinzato, T., Kawahata, M., Yamaguchi, K., dkk 2009, Absolute configuration of (+) - pinoressinol 4-O-[600-Ogalloyl]-b-D-glucopyranosidine, macarangiosides E, and F isolated from the leaves of Macaranga tanarius L., Phytochemistry 70, 1277-1285. Muchlisin, M.A., Purwanto, B.T., Astuti, E.J., 2013, Preparasi 4-Asetamidofenil Benzoat dan Uji Aktivitas Analgesik pada Mencit, Media Farmasi, Vol 10 No.2 : 1-8. Muhammad, N., Saeed, M & Khan, H., 2012, Antipiretic, Analgesic and AntiInflammatory Activity of Viola betonicifolia Whole Plant, BMC Complementary and Alternative Medicine, 12 (59). Murray, R.K., K.G. Daryl, A.M. Peter & W.R. Victor, 1993, Harper’s Biochemistry, Ed.22, Prentice Hall Internat Inc., London. Neal, M.J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis, Edisi ke-5, Erlangga, Jakarta, hal. 65-70. Nicholson, B., 2006, Differential Diagnosis: Nociceptive and Neuropathic pain, Am J Managed Care, 12:S256-S262.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
Ong, H.C., 2008, Tumbuhan Liar : Khasiat Ubatan dan Kegunaan Lain, PRINAD SDN. BHD., Kuala Lumpur, hal. 124-125. Phommart, S., Suthivaiyakit, P., Chimnoi N., Ruchirawat, S., dan Suthivaiyakit, S., 2005, Constituents of the Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod., 68, 927-930. Phytomedika, 1991, Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alami Phytomedika, Jakarta, hal.49. Pokorny, J., N. Yanishlieva, and M. Gordon. 2001. Antioxidant in Food : Practical Application. CRC Pres. Boca Raton, Coston, New York, Washington, Dc. Woodhead Publishing Limited. Cambridge, England. Prasetyo, dan Endang, I., 2013, Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-obatan (Bahan Simplisia), Badan Penerbitan Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu, hal.19. Priyanto, 2008, Farmakologi Dasar, Penerbit Leskonfi: Jawa Barat, hal.115. Pudjiastuti, B., Dzulkarnain, dan B. Nuratmi, 2000, Uji analgetik infus rimpang lempuyang pahit (Zingiber amaricans BL.) pada mencit putih, Cermin Dunia Kedokteran, 129: 39-41. Putra, D.A.G., 2003, Efek Analgesik Air Perasan Umbi Wortel (Daucus carota, L.) pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Putri, M.D.P.T.G., dan Kawabata, J., 2010, Novel α- glucosidase inhibitors from Macaranga tanarius leaves, Food Chemistry, 123, 384-389. Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., Flower, R.J., 2007, Pharmacology, Ed 6, Churchill Livingstone, New York, pp. 213-223. Riadiani, R.P., 2006, Efek Analgesik Ekstrak Petroleum Eter Daun Senggani (Melastoma polyanthum BI.) Pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Robbinson, T., 1991, The Organic Constituents of Higher Plants, 6th edition, diterjemahkan oleh Padmawinata, K., 1995, Kamdungan Organik Tumbuhan Tinggi, Penerbit ITB, Bandung, hal. 191. Roy V., 2007, Pharmacology Autacoids:Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs, Antipyretics, Analgesics: Drugs used in Gout, http://nsdl.niscair.res.in/jspui/bitstream/123456789/744/1/revised%20Autac oids%20nonsteroidal%20antiinflammatory%20drugs.pdf diakses pada 16 April 2015.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Salah, W., Miller, N.J., Pangauga, T., Bolwell, G.P., Rice, E., and Evans, C., 1995, Polyphenolic Flavonols As Scavengers of Aqueous Phase Radicals As Chainbreaking Antioxidant, Arch. Biochem. Biorh, 2, 339-346. Sendjaja, E., 2007, Efek Analgesik Infusa Bunga Srigading (Nyctanthes arbortritis L.) pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma. Sirait, M.D., D. Hargono, J.R. Wattimena, M. Husin, R.S. Sumadilaga, dan S.O. Santoso, 2007, Pedoman Pengujian Dan Pengembangan Fitofarmaka, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phytomedica, Jakarta, hal. 17. Siswandono dan Soekarjdo, 2000, Prinsip-Prinsip Rancangan Obat, Airlangga University Press, Surabaya, hal. 293-294. Soegihardjo, C.J., 2013, Farmakognosi,Citra AjiParama, Yogyakarta, hal.8. Somchit, M. N., Shukriyah, M. H. N., Bustamam, A. A., & Zuraini, A.,2005, Anti-pyretic and analgesic activity of Zingiber zerumbet, International Journal of Pharmacology, 1(3), 277- 280. Steenis, C.G.G.J.van., Hoed, D., Blommbergen, S., dan Eyma, P.J., 1992, Flora:Untuk Sekolah di Indonesia, cetakan keenam, diterjemahkan oleh Moeso, S., dkk., PT Pradnya Paramita, Jakarta, pp.35,36,37,49,50. Sukandar, E. Y., Andrajati, R., Sigit, J. I. Adnyana, I Ketut, Setiadi, A. P., Kusnandar, 2009, ISO Farmakoterapi, ISFI, Jakarta, hal. 517. Supriyatna, Moelyono, Iskandar, Febriyanti, 2014, Prinsip Obat Herbal, Deepiblish, Yogyakarta, hal.31 Syukur, C dan Hernani, 2002, Budidaya Tanaman Obat Komersil, Penerbit Swadaya. Jakarta. Tabalubun, E. M., 2013, Efek Analgesik Infusa Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) Dengan Metode Rangsang Kimia Pada Mencit Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma. Thompson, EB, 1990, Drug Bioscreening, Drug Evaluation Technique in Pharmacology, New York : VCH Publisher Inc. Timby, B.K., 2009, Fundamental Nursing Skill and Concepts, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, pp. 435-436. Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting, Edisis VI, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, hal. 312-317.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
Todingbua, G., 2014, Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Metanol-Air Daun Senu (Macaranga tanarius L. Mull. Arg) Pada Mencit Betina Terinduksi Karagenin, Skripsi, Universitas Sanata Dharma. Turner, R. A., 1965, Screening Method in Pharmacology, Vol. I, Academic Press, New York, p.160. Tusthi, G.N.T., 2007, Uji Efek Analgesik Ekstrak Etanol Daun Senggani (Melastoma polyanthum BI.) Pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery and Evaluation : Pharmacological Assay, edisi 2, Springer, Jerman, pp. 716-717. Wasis, Ns., 2008, Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 19, 48. WHO Guidelines Good Agricultural and Collection Practices, 2003, WHO Guidelines Good Agricultural and Collection Practices (GACP) for Medicinal Plant, World Health Organization, Geneva, pp. 9-11. Wijayakusuma, H.M., 2000, Potensi Tumbuhan Obat Asli Indonesia sebagai Produk Kesehatan, Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi, Jakarta, hal. 25-26. Wilmana, P.F., Gan, S., 2007, Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal. 210-233. Winahyu, P.N.P., 2015, Pengaruh Praperlakuan Infusa Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Efek Analgesik Ibuprofen pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, Univeristas Sanata Dharma. Winarsi, Herry, M.S., 2007, Antioksidan Alam dan Radikal Bebas, Potensi dan Aplikasinya dalam Kesehatan, Kanisus, Yogyakarta, hal 18-19. Woolf, C.J., 2004, Pain: moving from symptom control towards mechanismspecific pharmacologic management, Annals of Internal Medicine, 140(6):441-51. Wulandari, D., 2010, Efek Analgesik Infusa Daun Macaranga tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Wulandari, D., Phebe, H., 2011, Efek Analgesik Infusa Daun Macaranga tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss, Bionatura, Vol. 13, No. 2.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medika, 1991, Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokima dan Pengujian Klinik, Jakarta, hal. 3, 41, 259. Yuhernita, 2011, Analisis senyawa metabolit sekunder dari ekstrak metanol daun surian yang berpotensi sebagai antioksidan, Makara sains, 15(1):50-51.
Zainal, A.N., 2002, Stress oksidatif dan penyakit degeneratif: Suatu tinjauan biokimia, Jurnal Kedokteran Yarsi, 10(3):69.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
Lampiran 1. Daun Macaranga tanarius L. dan dekokta Macaranga tanarius L.
Gambar 10. Daun dan serbuk Macaranga tanarius L.
Gambar 11. Dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Proses pengamatan uji analgesik dekokta Macaranga tanarius L.
Gambar 12. Geliat mencit yang memenuhi syarat
Gambar 13. Geliat mencit yang tidak memenuhi syarat
95
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
Lampiran 3. Hasil analisis kandungan kimia secara kualitatif pada dekokta daun Macaranga tanarius L.
Uji Alkaloid
Uji Tanin
Uji Glikosida
Uji Saponin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Uji Terpenoid
Uji Flavonoid
Uji Fenolik
97
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4. Surat pengesahan determinasi Macaranga tanarius L.
98
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5. Surat Ethical Clearance dari Fakultas Kedokteran UGM
99
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
Lampiran 6. Sertifikat penetapan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
Lampiran 7. Surat legalitas penggunaan aplikasi SPSS untuk pengujian data secara statistik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
Lampiran 8. Perhitungan dosis a. Dosis aquadest Berat jenis aquadest adalah 1 g/ml. Dosis pemberian aquadest menggunakan
½ volume maksimal yaitu 0,5 ml. Dosis aquadest yang
digunakan adalah 25 g/kg BB mencit. Perhitungan dosis untuk aquadest sebagai berikut : D x BB = C x V D x 20 gramBB = 1 gram/ml x 0,5 ml D=
,
/
= 0,025 mg/kgBB mencit = 25 gram/kgBB mencit
b. Dosis asam asetat Dosis asam asetat yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada hasil penelitian yang sebelumnya telah dilakukan. Wulandari (2010), Andini (2010) dosis 50 mg/kgBB berbeda tidak bermakna dengan dosis 75 mg/kgBB. Melalui hasil pelaporan tersebut, dosis yang digunakan dalam percobaan yaitu asam asetat dosis 50 mg/kgBB sebagai dosis yang dapat menimbulkan nyeri berupa geliat. c. Dosis asetosal Kekuatan asetosal yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu 500 mg yang digunakan pada manusia dengan berat badan 50 kg (Wulandari, 2010). Apabila dikonversikan pada manusia dengan berat badan 70 kg maka : (70/50) x 500 mg = 700 mg. Dosis asetosal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
pada mencit dengan berat badan 20 gram dikonversikan ke dalam dosis manusia dengan berat badan 70 kg adalah 0,0026. Perhitungannya sbb. : Dosis = 700 mg x 0,0026 = 1,82 mg / 20 gramBB = 91 mg/kgBB d. Dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. Dasar penentuan peringkat : 5) Bobot tertinggi mencit = 30 gram 6) Pemberian dekokta menggunakan volume maksimal tertinggi pemberian secara per oral, yaitu 1 mL 7) Konsentrasi dekokta daun Macaranga tanarius L. yang digunakan yaitu 10% 8) Penetapan dosis tertinggi dekokta daun Macaranga tanarius L. yaitu : D x BB = C x V D x 30 g = 10 g / 100 mL x 1 mL D = 0,003333 g/g BB D = 3333,33 mg/kg BB Dua dosis lainnya diperoleh dengan membagi 2 dosis 3333,33 mg/kgBB kemudian dibagi 2 lagi sehingga diperoleh 3 peringkat dosis yaitu : 3333,33; 1666,67; 833,33 mg/kgBB.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
Lampiran 9. Perhitungan konversi dosis dari mencit ke manusia Faktor konversi dari mencit 20-30 gram ke manusia 70 kg = 387,9 Rata-rata berat badan manusia Indonesia = 50 kg Rumus : Dosis manusia = dosis mencit 30 gBB x angka konversi ke manusia
Dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB Dosis mencit = 0,00083333 g/gBB = 0,0249999 g/30gBB Dosis manusia = 0,0249999 g / 30gBB x 387,9 = 9,69746121 g / 70kgBB = 6,926758 g/50 kgBB
Dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB Dosis mencit = 0,00166767 g/gBB = 0,0500301 g/30gBB Dosis manusia = 0,0500301 g / 30gBB x 387,9 = 19,40667579 g / 70kgBB = 13,8619113 g/50 kgBB
Dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB Dosis mencit = 0,00333333 g/gBB = 0,0999999 g/30gBB Dosis manusia = 0,0999999 g / 30gBB x 387,9 = 38,78996121 g / 70kgBB = 27,70711515 g /50 kgBB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
Lampiran 10. Hasil analisis statistik jumlah geliat pada penetapan selang waktu pemberian a. Uji normalitas kontrol negatif CMC-Na dengan selang waktu 10 menit Uji Normalitas Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Kelompok Geliat
Statistic
Kontrol Negatif CMC-Na selang 10 menit Selang waktu pemberian 10 menit
Df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
.175
3
.
1.000
3
1.000
.175
3
.
1.000
3
1.000
a. Lilliefors Significance Correction
Rata-rata jumlah geliat dengan standar error (SE) pada uji pendahuluan antara kelompok kontrol negatif dan kelompok selang waktu 15 menit Descriptives Kelompok Geliat
Kontrol Negatif CMCNa selang 10 menit
Statistic
Std. Error
Mean
92.0000
95% Confidence Interval Lower Bound
84.5476
for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation
Upper Bound
99.4524 . 92.0000 9.000 3.00000
Minimum
89.00
Maximum
95.00
Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
1.73205
6.00 . .000
1.225
.
.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
Selang waktu pemberian 10 menit
Mean
35.0000
95% Confidence Interval Lower Bound
32.5159
for Mean
Upper Bound
.57735
37.4841
5% Trimmed Mean
.
Median
35.0000
Variance
1.000
Std. Deviation
1.00000
Minimum
34.00
Maximum
36.00
Range
2.00
Interquartile Range
.
Skewness
.000
1.225
.
.
Kurtosis
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F
Sig.
t
df
Mean
Std. Error
tailed) Difference Difference
Difference Lower
Upper
Geliat Equal variances
1.600
.275 31.220
4
.000 57.00000
1.82574
51.93093
62.06907
31.220 2.439
.000 57.00000
1.82574
50.35537
63.64463
assumed Equal variances not assumed
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
b. Uji T tidak berpasangan antara kontrol selang waktu 10 dan 15 menit Uji normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok Geliat
Statistic
Df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Selang waktu 10 menit
.175
3
.
1.000
3
1.000
Selang waktu 15 menit
.219
3
.
.987
3
.780
a. Lilliefors Significance Correction
Rata-rata jumlah geliat dengan standar error (SE) pada uji pendahuluan antara kelompok selang waktu 10 dan 15 menit Descriptives Kelompok Geliat
Statistic
Selang waktu 10 Mean menit
95% Confidence Interval for Mean
35.0000 Lower Bound
32.5159
Upper Bound
37.4841
5% Trimmed Mean
35.0000
Variance
1.000
Std. Deviation
1.00000
Minimum
34.00
Maximum
36.00
Range
2.00
Interquartile Range
.
Skewness Kurtosis Selang waktu 15 Mean 95% Confidence Interval for
.57735
.
Median
menit
Std. Error
Lower Bound
.000
1.225
.
.
32.6667
1.45297
26.4151
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
Mean
Upper Bound
38.9183
5% Trimmed Mean
.
Median
33.0000
Variance
6.333
Std. Deviation
2.51661
Minimum
30.00
Maximum
35.00
Range
5.00
Interquartile Range
.
Skewness
-.586
1.225
.
.
Kurtosis
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F
Sig.
t
Df
Mean
Std. Error
tailed) Difference Difference
Difference Lower
Upper
Geliat Equal variances
1.923
.238
1.492
4
.210
2.33333
1.56347
-2.00756
6.67423
1.492
2.616
.245
2.33333
1.56347
-3.08186
7.74852
assumed Equal variances not assumed
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
Lampiran 11. Hasil analisis statistik uji efek analgesik dekokta daun Macaranga tanarius L. Uji Normalitas Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Kelompok Geliat
Statistic
Df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic .977
5
.920
*
.915
5
.497
*
.860
5
.227
*
.952
5
.754
*
.915
5
.501
.168
5
.200
Kontrol Positif Asetosal
.214
5
.200
Dosis Rendah
.240
5
.200
.180
Dosis Tinggi
5
.221
.200
5
Sig.
*
Kontrrol Negatif Aquades
Dosis Tengah
df
.200
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Test of Homogeneity of Variances Geliat Levene Statistic
df1
4.122
df2 4
Sig. 20
.014
ANOVA Geliat Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
Df
Mean Square
18516.160
4
4629.040
716.800
20
35.840
19232.960
24
F 129.158
Sig. .000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
Rata-rata jumlah geliat dengan standar error (SE) pada uji efek analgesik antar kelompok Descriptives Kelompok Geliat
Kontrrol Negatif Aquades
Statistic Mean 95% Confidence Interval for Mean
99.2000 Lower Bound
85.9601
Upper Bound
1.1244E2
5% Trimmed Mean
99.2778
Median
98.0000
Variance
113.700
Std. Deviation
Asetosal
4.76865
1.06630E1
Minimum
85.00
Maximum
112.00
Range
27.00
Interquartile Range
20.00
Skewness
-.149
.913
-1.044
2.000
26.8000
2.78209
Kurtosis Kontrol Positif
Std. Error
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
19.0757
Upper Bound
34.5243
5% Trimmed Mean
26.6111
Median
25.0000
Variance Std. Deviation
38.700 6.22093
Minimum
21.00
Maximum
36.00
Range
15.00
Interquartile Range
11.50
Skewness Kurtosis
.865
.913
-.537
2.000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
Dosis Rendah
Mean 95% Confidence Interval for Mean
39.6000 Lower Bound
34.6645
Upper Bound
44.5355
5% Trimmed Mean
39.7778
Median
41.0000
Variance
15.800
Std. Deviation
3.97492
Minimum
33.00
Maximum
43.00
Range
10.00
Interquartile Range
6.50
Skewness Kurtosis Dosis Tengah
Mean 95% Confidence Interval for Mean
-1.538
.913
2.356
2.000
24.4000
.92736
Lower Bound
21.8252
Upper Bound
26.9748
5% Trimmed Mean
24.3889
Median
24.0000
Variance
4.300
Std. Deviation
2.07364
Minimum
22.00
Maximum
27.00
Range
5.00
Interquartile Range
4.00
Skewness
.236
.913
-1.963
2.000
44.8000
1.15758
Kurtosis Dosis Tinggi
1.77764
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
41.5860
Upper Bound
48.0140
5% Trimmed Mean
44.7778
Median
44.0000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
Variance
6.700
Std. Deviation
2.58844
Minimum
42.00
Maximum
48.00
Range
6.00
Interquartile Range
5.00
Skewness
.363
.913
-2.413
2.000
Kurtosis
Multiple Comparisons Geliat Tamhane 95% Confidence Interval
Mean Difference
Upper
(I) Kelompok
(J) Kelompok
Kontrrol Negatif
Kontrol Positif Asetosal
72.40000
*
5.52087
.000
49.4555
95.3445
Dosis Rendah
59.60000*
5.08920
.001
35.7012
83.4988
Dosis Tengah
74.80000
*
4.85798
.001
49.2695
100.3305
Dosis Tinggi
54.40000*
4.90714
.002
29.3165
79.4835
-72.40000*
5.52087
.000
-95.3445
-49.4555
Dosis Rendah
-12.80000
3.30151
.062
-26.2024
.6024
Dosis Tengah
2.40000
2.93258
.998
-11.7381
16.5381
*
-18.00000
3.01330
.015
-31.7551
-4.2449
-59.60000*
5.08920
.001
-83.4988
-35.7012
Kontrol Positif Asetosal
12.80000
3.30151
.062
-.6024
26.2024
Dosis Tengah
15.20000*
2.00499
.003
6.6058
23.7942
-5.20000
2.12132
.367
-13.7718
3.3718
-74.80000*
4.85798
.001
-100.3305
-49.2695
-2.40000
2.93258
.998
-16.5381
11.7381
-15.20000*
2.00499
.003
-23.7942
-6.6058
Aquades
Kontrol Positif
Kontrrol Negatif
Asetosal
Aquades
Dosis Tinggi Dosis Rendah
Kontrrol Negatif Aquades
Dosis Tinggi Dosis Tengah
Kontrrol Negatif Aquades Kontrol Positif Asetosal Dosis Rendah
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Bound
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
*
1.48324
.000
-26.1544
-14.6456
*
4.90714
.002
-79.4835
-29.3165
18.00000
*
3.01330
.015
4.2449
31.7551
Dosis Rendah
5.20000
2.12132
.367
-3.3718
13.7718
Dosis Tengah
*
1.48324
.000
14.6456
26.1544
Dosis Tinggi Dosis Tinggi
Kontrrol Negatif Aquades Kontrol Positif Asetosal
-20.40000 -54.40000
20.40000
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampiran 12. Data persen proteksi geliat terhadap kontrol negatif aquadest pada uji efek analgesik dekokta daun Macarnga tanarius L.
Kelompok Perlakuan Kontrol Negatif Aquadest Dosis 0,025 mg/kgBB Kontrol Positif Asetosal Dosis 91 mg/kgBB Dekokta Dosis 833,33 mg/kgBB Dekokta Dosis 1666,67 mg/kgBB Dekokta Dosis 3333,33 mg/kgBB
1
2
Persen Proteksi 3
‐12.903
14.314
5.242
‐7.863
1.21
69.758 56.653 72.782 52.621
79.839 60.685 75.806 54.637
73.79 57.661 76.814 55.645
64.718 68.75 74.798 53.629
77.823 58.669 73.79 51.613
4
5
Uji Normalitas Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Kelompok
Statistic
Sig.
Statistic
df
Sig.
.168
5
.200
*
.977
5
.920
Kontrol Positif Asetosal
.176
5
.200*
.962
5
.823
DDM Dosis 833,33 mg/kgBB
.283
5
.200
*
.816
5
.108
DDM Dosis 1666,67 mg/kgBB
.136
5
.200*
.987
5
.967
DDM Dosis 3333,33 mg/kgBB
.136
5
.200
*
.987
5
.967
Persen_ Kontrol Negatif Aquadest Proteksi
df
Shapiro-Wilk
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
Test of Homogeneity of Variances Persen_Proteksi Levene Statistic
df1
4.436
df2 4
Sig. 20
.010
ANOVA Persen_Proteksi Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
18731.624
4
4682.906
726.363
20
36.318
19457.987
24
F
Sig.
128.941
.000
Rata-rata persen proteksi dengan standar error (SE) pada uji efek analgesik antar kelompok Descriptives Kelompok Persen_ Kontrol Negatif Proteksi Aquadest
Statistic Mean 95% Confidence Interval for Mean
.0000 Lower Bound
-13.3464
Upper Bound
13.3464
5% Trimmed Mean
-.0784
Median
1.2100
Variance Std. Deviation
1.07488E1 -12.90
Maximum
14.31
Range
27.22
Interquartile Range
20.16
Kurtosis
4.80701
115.537
Minimum
Skewness
Std. Error
.149
.913
-1.044
2.000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
Kontrol Positif Asetosal
Mean 95% Confidence Interval for Mean
73.1856 Lower Bound
65.5925
Upper Bound
80.7787
5% Trimmed Mean
73.2864
Median
73.7900
Variance
37.397
Std. Deviation
6.11529
Minimum
64.72
Maximum
79.84
Range
15.12
Interquartile Range
11.59
Skewness
-.461
.913
-1.117
2.000
60.4836
2.17149
Kurtosis DDM Dosis 833,33 mg/kgBB
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
54.4546
Upper Bound
66.5126
5% Trimmed Mean
60.2372
Median
58.6690
Variance
23.577
Std. Deviation
4.85560
Minimum
56.65
Maximum
68.75
Range
12.10
Interquartile Range
DDM Dosis 1666,67 mg/kgBB
2.73484
7.56
Skewness
1.748
.913
Kurtosis
3.152
2.000
74.7980
.71276
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
72.8191
Upper Bound
76.7769
5% Trimmed Mean
74.7980
Median
74.7980
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
Variance
2.540
Std. Deviation
1.59379
Minimum
72.78
Maximum
76.81
Range
4.03
Interquartile Range
3.02
Skewness
.000
.913
-1.200
2.000
53.6290
.71276
Kurtosis DDM Dosis 3333,33 mg/kgBB
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
51.6501
Upper Bound
55.6079
5% Trimmed Mean
53.6290
Median
53.6290
Variance Std. Deviation
2.540 1.59379
Minimum
51.61
Maximum
55.64
Range
4.03
Interquartile Range
3.02
Skewness
.000
.913
-1.200
2.000
Kurtosis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable:Persen_Proteksi 95% Confidence Interval
Mean Difference
Scheffe
(I) Kelompok
(J) Kelompok
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Aquadest
Asetosal DDM Dosis 833,33 mg/kgBB
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
-73.18560*
3.81146
.000
-86.0908
-60.2804
*
3.81146
.000
-73.3888
-47.5784
*
3.81146
.000
-87.7032
-61.8928
-53.62900
*
3.81146
.000
-66.5342
-40.7238
73.18560*
3.81146
.000
60.2804
86.0908
12.70200
3.81146
.055
-.2032
25.6072
-1.61240
3.81146
.996
-14.5176
11.2928
19.55660
*
3.81146
.002
6.6514
32.4618
60.48360*
3.81146
.000
47.5784
73.3888
-12.70200
3.81146
.055
-25.6072
.2032
*
3.81146
.025
-27.2196
-1.4092
-60.48360
DDM Dosis 1666,67
-74.79800
mg/kgBB DDM Dosis 3333,33 mg/kgBB Kontrol Positif
Kontrol Negatif
Asetosal
Aquadest DDM Dosis 833,33 mg/kgBB DDM Dosis 1666,67 mg/kgBB DDM Dosis 3333,33 mg/kgBB
DDM Dosis
Kontrol Negatif
833,33
Aquadest
mg/kgBB
Kontrol Positif Asetosal DDM Dosis 1666,67 mg/kgBB
-14.31440
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
DDM Dosis 3333,33
6.85460
3.81146
.534
-6.0506
19.7598
74.79800
*
3.81146
.000
61.8928
87.7032
1.61240
3.81146
.996
-11.2928
14.5176
14.31440
*
3.81146
.025
1.4092
27.2196
21.16900*
3.81146
.001
8.2638
34.0742
*
3.81146
.000
40.7238
66.5342
-19.55660
*
3.81146
.002
-32.4618
-6.6514
-6.85460
3.81146
.534
-19.7598
6.0506
-21.16900*
3.81146
.001
-34.0742
-8.2638
*
5.53053
.000
-96.3272
-50.0440
*
5.27473
.000
-84.0276
-36.9396
-74.79800
*
4.85957
.001 -100.9200
-48.6760
-53.62900*
4.85957
.003
-79.7510
-27.5070
73.18560
*
5.53053
.000
50.0440
96.3272
12.70200
3.49209
.070
-.8638
26.2678
mg/kgBB DDM Dosis
Kontrol Negatif
1666,67
Aquadest
mg/kgBB
Kontrol Positif Asetosal DDM Dosis 833,33 mg/kgBB DDM Dosis 3333,33 mg/kgBB
DDM Dosis
Kontrol Negatif
3333,33
Aquadest
mg/kgBB
Kontrol Positif Asetosal DDM Dosis 833,33 mg/kgBB
53.62900
DDM Dosis 1666,67 mg/kgBB Tamhane
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Aquadest
Asetosal DDM Dosis 833,33 mg/kgBB
-73.18560
-60.48360
DDM Dosis 1666,67 mg/kgBB DDM Dosis 3333,33 mg/kgBB Kontrol Positif
Kontrol Negatif
Asetosal
Aquadest DDM Dosis 833,33 mg/kgBB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
DDM Dosis 1666,67
-1.61240
2.82620
1.000
-15.9000
12.6752
*
2.82620
.014
5.2690
33.8442
60.48360
*
5.27473
.000
36.9396
84.0276
-12.70200
3.49209
.070
-26.2678
.8638
-14.31440*
2.28547
.017
-25.3703
-3.2585
6.85460
2.28547
.272
-4.2013
17.9105
74.79800
*
4.85957
.001
48.6760
100.9200
1.61240
2.82620
1.000
-12.6752
15.9000
14.31440*
2.28547
.017
3.2585
25.3703
*
1.00800
.000
17.3221
25.0159
*
4.85957
.003
27.5070
79.7510
-19.55660
*
2.82620
.014
-33.8442
-5.2690
-6.85460
2.28547
.272
-17.9105
4.2013
*
1.00800
.000
-25.0159
-17.3221
mg/kgBB DDM Dosis 3333,33
19.55660
mg/kgBB DDM Dosis
Kontrol Negatif
833,33
Aquadest
mg/kgBB
Kontrol Positif Asetosal DDM Dosis 1666,67 mg/kgBB DDM Dosis 3333,33 mg/kgBB
DDM Dosis
Kontrol Negatif
1666,67
Aquadest
mg/kgBB
Kontrol Positif Asetosal DDM Dosis 833,33 mg/kgBB DDM Dosis 3333,33
21.16900
mg/kgBB DDM Dosis
Kontrol Negatif
3333,33
Aquadest
mg/kgBB
Kontrol Positif Asetosal DDM Dosis 833,33 mg/kgBB
53.62900
DDM Dosis 1666,67 mg/kgBB *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
-21.16900
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
120
Lampiran 13. Data perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB pada uji efek analgesik
Kelompok Kontrol Negatif Aquadest Dosis 0,025 mg/kgBB Kontrol Positif Asetosal Dosis 91 mg/kgBB Dekokta Dosis 833,33 mg/kgBB Dekokta Dosis 1666,67 mg/kgBB Dekokta Dosis 3333,33 mg/kgBB
Perubahan Persen Proteksi 2 3 4
1 ‐ 117.631
5
‐80.441
‐92.837
‐110.744
‐98.347
‐4.683 ‐22.59 ‐0.551 ‐28.099
9.0911 ‐17.081 3.58 ‐25.345
0.826 ‐21.213 2.203 ‐23.967
‐11.57 ‐6.061 2.203 ‐26.722
6.336 ‐19.835 0.826 ‐29.477
Uji Normalitas Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Kelompok Perubahan Kontrol Negatif Aquadest _Persen_
Kontrol Positif Asetosal
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
*
.977
5
.920
*
.962
5
.823
*
.816
5
.108
*
.961
5
.814
*
.987
5
.967
.168
5
.200
.176
5
.200
.283
5
.200
.237
5
.200
.136
5
.200
Proteksi DDM dosis 833,33 mg/kgBB DDM dosis 1666,67 mg/kgBB DDM dosis 3333,33 mg/kgBB a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
Test of Homogeneity of Variances Perubahan_Persen_Proteksi Levene Statistic
df1
4.693
df2 4
Sig. 20
.008
ANOVA Perubahan_Persen_Proteksi Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
34805.026
4
8701.257
1347.053
20
67.353
36152.079
24
F
Sig.
129.189
.000
Rata-rata perubahan persen proteksi dengan standar error (SE) pada uji efek analgesik antar kelompok Descriptives Kelompok Perubahan_ Kontrol Persen_
Negatif
Proteksi
Aquadest
Statistic Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation
Lower Bound
-1.1824E2
Upper Bound
-81.7632
-98.3470 215.720 1.46874E1 -117.63
Maximum
-80.44
Range
37.19
Interquartile Range
27.55
Kurtosis Mean
6.56841
-1.0011E2
Minimum
Skewness
Kontrol
-1.0000E2
Std. Error
.149
.913
-1.044
2.000
.0000
3.73678
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
Positif
95% Confidence Interval for
Asetosal
Mean
Lower Bound
-10.3749
Upper Bound
10.3750
5% Trimmed Mean
.1377
Median
.8260
Variance
69.818
Std. Deviation
8.35570
Minimum
-11.57
Maximum
9.09
Range
20.66
Interquartile Range
15.84
Skewness
-.461
.913
-1.116
2.000
-17.3560
2.96706
Kurtosis DDM dosis 833,33 mg/kgBB
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
-25.5939
Upper Bound
-9.1181
5% Trimmed Mean
-17.6927
Median
-19.8350
Variance
44.017
Std. Deviation
DDM dosis 1666,67 mg/kgBB
6.63456
Minimum
-22.59
Maximum
-6.06
Range
16.53
Interquartile Range
10.33
Skewness
1.748
.913
Kurtosis
3.152
2.000
1.6522
.70213
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
-.2972
Upper Bound
3.6016
5% Trimmed Mean
1.6675
Median
2.2030
Variance
2.465
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
123
Std. Deviation
DDM dosis 3333,33 mg/kgBB
1.57002
Minimum
-.55
Maximum
3.58
Range
4.13
Interquartile Range
2.75
Skewness
-.405
.913
Kurtosis
-.178
2.000
-26.7220
.97397
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
-29.4262
Upper Bound
-24.0178
5% Trimmed Mean
-26.7220
Median
-26.7220
Variance Std. Deviation
4.743 2.17786
Minimum
-29.48
Maximum
-23.97
Range
5.51
Interquartile Range
4.13
Skewness
.000
.913
-1.199
2.000
Kurtosis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
124
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable:Perubahan_Persen_Proteksi 95% Confidence Interval
Mean Difference
Scheffe
(I) Kelompok
(J) Kelompok
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Aquadest
Asetosal DDM dosis 833,33 mg/kgBB
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
-100.00002*
5.19048
.000
-117.5745
-82.4256
*
5.19048
.000
-100.2184
-65.0696
*
5.19048
.000
-119.2266
-84.0778
-73.27800
*
5.19048
.000
-90.8524
-55.7036
100.00002*
5.19048
.000
82.4256
117.5745
17.35602
5.19048
.054
-.2184
34.9305
-1.65218
5.19048
.999
-19.2266
15.9223
26.72202
*
5.19048
.001
9.1476
44.2965
82.64400*
5.19048
.000
65.0696
100.2184
-17.35602
5.19048
.054
-34.9305
.2184
*
5.19048
.030
-36.5826
-1.4338
-82.64400
DDM dosis 1666,67
-101.65220
mg/kgBB DDM dosis 3333,33 mg/kgBB Kontrol Positif
Kontrol Negatif
Asetosal
Aquadest DDM dosis 833,33 mg/kgBB DDM dosis 1666,67 mg/kgBB DDM dosis 3333,33 mg/kgBB
DDM dosis
Kontrol Negatif
833,33 mg/kgBB
Aquadest Kontrol Positif Asetosal DDM dosis 1666,67 mg/kgBB
-19.00820
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
125
DDM dosis 3333,33
9.36600
5.19048
.531
-8.2084
26.9404
101.65220
*
5.19048
.000
84.0778
119.2266
1.65218
5.19048
.999
-15.9223
19.2266
19.00820
*
5.19048
.030
1.4338
36.5826
28.37420*
5.19048
.001
10.7998
45.9486
*
5.19048
.000
55.7036
90.8524
-26.72202
*
5.19048
.001
-44.2965
-9.1476
-9.36600
5.19048
.531
-26.9404
8.2084
-28.37420*
5.19048
.001
-45.9486
-10.7998
*
7.55696
.000
-131.6213
-68.3787
*
7.20746
.000
-114.8151
-50.4729
-101.65220
*
6.60583
.001
-137.7330
-65.5714
-73.27800*
6.64023
.003
-108.9717
-37.5843
100.00002
*
7.55696
.000
68.3787
131.6213
17.35602
4.77148
.070
-1.1797
35.8918
mg/kgBB DDM dosis
Kontrol Negatif
1666,67 mg/kgBB Aquadest Kontrol Positif Asetosal DDM dosis 833,33 mg/kgBB DDM dosis 3333,33 mg/kgBB DDM dosis
Kontrol Negatif
3333,33 mg/kgBB Aquadest Kontrol Positif Asetosal DDM dosis 833,33 mg/kgBB
73.27800
DDM dosis 1666,67 mg/kgBB Tamhane
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Aquadest
Asetosal DDM dosis 833,33 mg/kgBB
-100.00002
-82.64400
DDM dosis 1666,67 mg/kgBB DDM dosis 3333,33 mg/kgBB Kontrol Positif
Kontrol Negatif
Asetosal
Aquadest DDM dosis 833,33 mg/kgBB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
DDM dosis 1666,67
-1.65218
3.80217 1.000
-21.7036
18.3993
mg/kgBB DDM dosis 3333,33
*
3.86163
.014
7.2001
46.2439
82.64400
*
7.20746
.000
50.4729
114.8151
-17.35602
4.77148
.070
-35.8918
1.1797
-19.00820*
3.04901
.023
-34.6513
-3.3651
9.36600
3.12283
.272
-5.7403
24.4723
*
6.60583
.001
65.5714
137.7330
3.80217 1.000
-18.3993
21.7036
26.72202
mg/kgBB DDM dosis
Kontrol Negatif
833,33 mg/kgBB
Aquadest Kontrol Positif Asetosal DDM dosis 1666,67 mg/kgBB DDM dosis 3333,33 mg/kgBB
DDM dosis
Kontrol Negatif
1666,67 mg/kgBB Aquadest Kontrol Positif Asetosal DDM dosis 833,33 mg/kgBB
101.65220
1.65218
19.00820*
3.04901
.023
3.3651
34.6513
*
1.20067
.000
23.6303
33.1181
*
6.64023
.003
37.5843
108.9717
-26.72202
*
3.86163
.014
-46.2439
-7.2001
-9.36600
3.12283
.272
-24.4723
5.7403
*
1.20067
.000
-33.1181
-23.6303
DDM dosis 3333,33
28.37420
mg/kgBB DDM dosis
Kontrol Negatif
3333,33 mg/kgBB Aquadest Kontrol Positif Asetosal DDM dosis 833,33 mg/kgBB
73.27800
DDM dosis 1666,67 mg/kgBB *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
-28.37420
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Uji Analgesik Dekokta Daun Macaranga tanarius L. dengan Metode Geliat pada Mencit Betina Galur Swiss” memiliki nama lengkap Kristiyani Irawati, merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Wagino dan Sri Ambar Kusti. Penulis dilahirkan di Cirebon, 30 Januari 1994. Pendidikan formal yang telah ditempuh, yaitu TK Kristen 1 Penabur Cirebon (1998-2000), kemudian melanjutkan pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SD Kristen 1 Penabur Cirebon (2000-2006). Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ditempuh oleh penulis di SMP Kristen 1 Penabur Cirebon (2006-2009), kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Kristen 1 Cirebon (2009-2012). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2012. Semasa menempuh kuliah, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan baik dalam fakultas maupun luar fakultas. Penulis pernah menjadi Sie Infokom “JMKI” (2013-2014), Fasilitator “Cara Belajar Ibu Aktif” (2014), Sekretaris “Malam Keakraban JMKI” (2014), Sie Publikasi “Paingan Festival” (2013), Sie Perlengkapan “Pharmacy Competition” (2013). Penulis pernah menjadi finalis Program Kreavitas Mahasiswa Bidang Kewirausahaan tingkat Yogyakarta (2014). Penulis aktif dalam beberapa kegiatan di luar fakultas, menjadi anggota paduan suara “Talent Choir” (2014-2015).
127