PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PANJANG DEKOK KULIT Persea americana Mill. TERHADAP KADAR ALKALIN FOSFATASE PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi
Oleh : Brigita Wina Rosari Putri NIM : 118114039
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PANJANG DEKOK KULIT Persea americana Mill. TERHADAP KADAR ALKALIN FOSFATASE PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi
Oleh : Brigita Wina Rosari Putri NIM : 118114039
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya. (Matius 21:22)
“Kunci untuk mewujudkan mimpi adalah dengan berfokus tidak hanya pada kesuksesan tapi juga maknanya. Maka kemudian, bahkan langkah-langkah kecil dan kemenangan kecil di sepanjang jalan yang Anda jalani akan bermakna besar.” (Oprah Winfrey)
“Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan kegigihan” (Samuel Jhonson)
Kupersembahkan karya ini untuk Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sumber kekuatan dan harapanku.. Bapak, Ibu, Adik-adikku dan Kakakku tercinta atas dukungan, doa dan motivasinya.. Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA Puji syukur dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih dan rahmat karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PANJANG DEKOK KULIT Persea americana Mill. TERHADAP KADAR ALKALIN FOSFATASE PADA TIKUS
JANTAN
GALUR
WISTAR
TERINDUKSI
KARBON
TETRAKLORIDA dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S. Farm) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa ada banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat, pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2.
Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji pada skripsi ini, atas segala bimbingan, bantuan, motivasi, dan saran yang diberikan kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi tersebut.
3. Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc. selaku Dosen Penguji pada skripsi ini yang telah memberikan saran kepada penulis. 4. Ibu Damiana Sapta Candarasari, M.Sc. selaku Dosen Penguji pada skripsi ini, atas saran dan dukungannya kepada penulis.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan izin dalam penggunaan semua fasilitas laboratorium untuk kepentingan dan keberlangsungan skripsi tersebut. 6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah memberikan bantuan dalam determinasi Persea americana Mill. 7.
Bapak Heru, Bapak Parjiman, Bapak Kayat, Bapak Kunto, dan Bapak Suparlan selaku laboran Laboratorium Fakultas Farmasi atas bantuan dan dukungannya kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi tersebut.
8.
Keluargaku Bapak Taricicius Suwondo, Ibu Ermina Nursanti, Adikku Erik dan Albet, atas segala cinta, nasihat, dukungan, dan doa yang selalu mengiringiku.
9. Kakakku tercinta Paskalis Bogi Prasetyo Hardani buat semua doa, dukungan, semangat, bantuan yang diberikan demi tersusunnya skripsi ini. 10. Rekan-rekan Tim Persea americana : Lusia Drikti N.G., Maria Desita Putri, Angeline Syahputri F., Jolinna Michelia Bitti, MM. Risa Puspitasari, Gemah Restuti Pendongane, Vivo Puspitasari, Ester Rina Dwi A., Bemadet Brigita P.W., Fransisca Andriani, Theresia Eviani, Asih Putriati, Paramita Liong, dan Margareta Trinova P.T.M. atas segala kerja sama, dukungan, dan bantuannya. 11. Sahabat dan partner segala tugas kuliah maupun praktikum serta diskusi Lusia Drikti N.G., Lisa Sudaryanto, Maria Desita Putri, Jolinna Michelia Bitti, Angela Irena S., dan MM. Risa Puspitasari.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12. Para sahabat tercinta Lusia Shinta Dewi, Gemah Restuti Pendongane, Lusia Drikti N.G., Prasetyo Hendy Kurniawan, dan Paramita Liong atas doa, motivasi, dan sarannya. 13. Keluarga besar Kos Tastiti atas semua dukungan dan doa yang mengiringiku. 14. Teman-teman FKK A 2011 dan teman-teman Fakultas Farmasi USD 2011 atas kebersaamaan dan dukungannya. 15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis yang telah ikut membantu selama proses penyusunan skripsi tersebut. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis juga berharap semoga skripsi tersebut dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama pada bidang farmasi, dan bagi masyarakat. Yogyakarta, 10 November 2014
Penulis
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSERTUJUAN PEMBIMBING ...........................................ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................iii HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...........................................................v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...........................................vi PRAKATA ....................................................................................................vii DAFTAR ISI ...................................................................................................x DAFTAR TABEL .........................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xvi INTISARI ....................................................................................................xvii ABSTRACT .................................................................................................xviii BAB I. PENGANTAR .................................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1 1. Perumusan Masalah ........................................................................... 4 2. Keaslian Penulisan .............................................................................5 3. Manfaat Penelitian .............................................................................6 B. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6 1. Tujuan Umum ..................................................................................... 6 2. Tujuan Khusus .................................................................................... 6
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7 A. Hati ............................................................................................................. 7 1. Anatomi dan Fisiologi Hati ................................................................ 7 2. Kerusakan Hati .................................................................................10 3. Hepatotoksin .................................................................................... 14 B. Karbon Tetraklorida .................................................................................. 15 C. Evaluasi Kerusakan Hati ...........................................................................17 D. Alkalin Fosfatase ...................................................................................... 19 E. Antioksidan .............................................................................................. 21 F. Persea americana Mill. ............................................................................ 22 1. Sinonim ............................................................................................ 22 2. Nama Daerah ................................................................................... 22 3. Taksonomi ........................................................................................ 22 4. Kandungan Kimia ............................................................................ 22 5. Khasiat dan Kegunaan ..................................................................... 23 G. Landasan Teori ......................................................................................... 24 H. Hipotesis ................................................................................................... 26 BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 27 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 27 B. Variabel dan Definisi Operasional ............................................................ 27 1. Variabel Utama ................................................................................. 27 2. Variabel Pengacau ............................................................................ 27 3. Definisi Operasional ........................................................................ 28
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. Bahan Penelitian ....................................................................................... 29 1. Bahan Utama .................................................................................... 29 2. Bahan Kimia .................................................................................... 29 D. Alat Penelitian .......................................................................................... 30 1. Alat Pembuatan Serbuk Kering Kulit P. americana Mill. ................30 2. Alat Pembuatan Dekok Kulit P. americana Mill. ............................ 30 3. Alat Uji Sediaan Dekok ................................................................... 31 E. Tata Cara Penelitian .................................................................................. 31 1. Determinasi P. americana Mill. ....................................................... 31 2. Pengumpulan Bahan Uji .................................................................. 31 3. Pembuatan Serbuk Kulit P. americana Mill. ................................... 31 4. Penetapan Kadar Air pada Serbuk Kulit P. americana Mill. ............................................................................32 5. Pembuatan Dekok Serbuk Kulit P.americana Mill. ........................ 32 6. Pembuatan Larutan Karbon Tetraklorida Konsentrasi 50 % ........... 32 7. Uji Pendahuluan ............................................................................... 33 8. Pengelompokkan dan Perlakuan Hewan Uji ....................................35 9. Pembuatan Serum ............................................................................ 36 10. Pengukuran Kadar ALT pada Uji Pendahuluan ..........................
36
11. Pengukuran Kadar ALP ...............................................................
37
F. Tata Cara Analisis Hasil ............................................................................37 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 39 A. Penyiapan Bahan ...................................................................................... 39
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Hasil Determinasi Serbuk Kulit Persea americana Mill. .................. 39 2. Penetapan Kadar Air Serbuk Kering Kulit P. americana Mill. ......... 39 B. Uji Pendahuluan .......................................................................................... 40 1. Penentuan Dosis Hepatotoksik Karbon Tetraklorida ........................ 40 2. Penentuan Waktu Pencuplikan Darah ............................................... 41 C. Hasil Uji Pengaruh Pemberian Pemberian Jangka Panjang Dekok Kulit P. americana Mill. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida ................................................................................................. 44 1. Kontrol Negatif (olive oil 2 ml/kgBB) ............................................. 47 2. Kontrol Hepatotoksin (Karbon Tetraklorida 2 ml/kgBB) ................ 48 3. Kontrol Sediaan (Dekok Kulit P. americana Mill. Dosis 1600 mg/kgBB) ................................................................................. 49 4. Kelompok Perlakuan Dekok Kulit P. americana Mill. Dosis 363 mg/kgBB; 762 mg/kgBB dan 1600 mg/kgBB pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida 2 ml/kgBB ......................................................................................... 50 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 56 A. Kesimpulan ................................................................................................. 56 B. Saran ........................................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 57 LAMPIRAN .................................................................................................... 61 BIOGRAFI PENULIS .................................................................................... 79
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel. I.
Rata-Rata Kadar SGPT Tikus Jantan setelah Induksi Karbon Tetraklorida dengan Dosis 2 ml/kgBB saat Pencuplikan Darah pada Jam ke-0, 24, dan 48 ...................... 42
Tabel II.
Hasil Uji Scheffe Kadar SGPT Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 ml/kgBB pada Pencuplikan Darah Jam ke-0, 24, dan 48 ..................................................................... 43
Tabel III. Pengaruh Pemberian Jangka Panjang Dekok Kulit P. americana Mill. terhadap Kadar Serum ALP pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida 2 ml/kgBB .............. 45 Tabel IV. Hasil Uji Scheffe Kadar ALP Tikus antar Kelompok Perlakuan ...................................................................................... 46
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Komponen Histologis Hati ....................................................... 8
Gambar 2.
Mekanisme Oksidasi dan Biotransformasi Karbon Tetraklorida ............................................................... 16
Gambar 3.
Diagram Batang Orientasi Kadar SGPT Tikus setelah Diinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 ml/kgBB pada Jam ke-0, 24, dan 48 ........................ 42
Gambar 4.
Diagram Batang Rata-Rata Kadar Serum ALP Tikus Jantan antar Kelompok Perlakuan ............................... 46
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Foto Buah P. americana Mill. ................................................ 62
Lampiran 2.
Foto Kulit P. americana Mill. ................................................ 62
Lampiran 3.
Foto Serbuk Kulit P. americana Mill. ................................... 63
Lampiran 4.
Foto Dekok Kulit P. americana Mill. .................................... 63
Lampiran 5.
Foto Pembuatan Dekok Kulit P. americana Mill. ................. 64
Lampiran 6.
Ciri-ciri Buah P. americana Mill. jenis Endranol dan Hass ................................................................................ 65
Lampiran 7.
Surat Determinasi Tanaman P. americana Mill. ................... 67
Lampiran 8.
Surat Pengesahan Medical and Health Research Ethics Commitee (MHREC) .................................................. 68
Lampiran 9.
Surat Hasil Penetapan Kadar Air Kulit P. americana Mill. ................................................................. 69
Lampiran 10. Analisis Statistik Kadar ALT pada Uji Pendahuluan Waktu Pencuplikan Darah Hewan Uji setelah Induksi Karbon Tetraklorida 2 ml/kgBB ............. 70 Lampiran 11. Analisis Statistik Kadar ALP Kelompok Perlakuan Jangka Panjang Dekok Kulit P. americana Mill. Terinduksi Karbon Tetraklorida 2 ml/kgBB .......................... 73 Lampiran 12. Perhitungan Konversi Dosis Dekok Kulit P. americana Mill. dari Tikus ke Manusia ............................ 77
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Penyakit hati terutama perlemakan hati menjadi penyebab kematian paling umum kelima setelah penyakit jantung, stroke, penyakit paru-paru dan kanker. Karbon tetraklorida merupakan salah satu senyawa model yang dapat menginduksi kerusakan hati berupa perlemakan hati. Kerusakan hati ini menyebabkan peningkatan enzim di hati, salah satunya adalah alkalin fosfatase (ALP). Kulit Persea americana Mill. diketahui memiliki antioksidan yang dapat melindungi hati dari senyawa hepatotoksin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jangka panjang dekok kulit Persea americana Mill. pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat penurunan kadar ALP dan untuk mengetahui kekerabatan antara peringkat dosis dengan penurunan kadar ALP. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Tiga puluh ekor tikus dibagi secara acak dalam 6 kelompok perlakuan masing-masing sejumlah lima ekor tikus. Kelompok I (kontrol positif) diberikan karbon tetraklorida 2 mL/kgBB secara intraperitonial. Kelompok II (kontrol negatif) diberikan olive oil 2 mL/kgBB sebagai pelarut dari karbon tetraklorida. Kelompok III (kontrol sediaan dekok) diberikan dekok kulit Persea americana Mill. dosis tinggi (1600 mg/kgBB) selama 6 hari berturut-turut secara per oral kemudian setelah hari ke-6 diambil darahnya. Kelompok IV, V, dan VI (kelompok perlakuan) diberikan dekok kulit Persea americana masing-masing dengan dosis 363, 762 dan 1600 mg/kgBB secara oral sekali sehari selama enam hari berturut-turut, kemudian pada hari ketujuh diberi induksi karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB secara intraperitonial. Dua puluh empat jam setelah induksi karbon tetraklorida, tikus diambil darahnya untuk pengukuran kadar enzim ALP. Data pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode ANOVA satu arah. Dari penelitian diperoleh bahwa pemberian jangka panjang dekok kulit Persea americana Mill. dosis rendah (363 mg/kgBB) maupun dosis sedang (762 mg/kgBB) mampu menurunkan kadar ALP sementara dosis tinggi (1600 mg/kgBB) tidak cukup mampu menurunkan kadar ALP pada tikus galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida untuk mendekati nilai normalnya. Hasil penelitian ini juga menunjukkan tidak ada kekerabatan antara peringkat dosis dekok kulit Persea americana Mill. dengan efek penurunan kadar ALP yang ditimbulkan. Kata kunci : Persea americana Mill., dekok, ALP, karbon tetraklorida
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
Liver disease especially fatty liver become the fifth most common cause of death after cardiovascular disease, stroke, lung disease and cancer. Carbon tetrachloride is a model compound that can induce liver damage such as fatty liver. Liver damage causes increasing of liver enzymes, one of these is alkaline phosphatase (ALP). Persea americana Mill. peel is known to have antioxidant that can protect liver from hepatotoxins compound. This research study aimed to determine the influence of long term administration Persea americana Mill. peel decoction on male Wistar rats induced by carbon tetrachloride with see the decreasing of ALP level and to know the kinship between doses ranked with decreasing of alkaline phosphatase (ALP) level. This research is purely experimental research with randomized complete direct sampling design. A total of 30 male Wistar rats were divided randomly into 6 treatment groups, each group consisted of 5 rats. Group I (hepatotoxin control) was given carbon tetrachloride 2 mL/kgB intraperitonially. Group II (negative control) was given olive oil 2 mL/kgBW as a solvent of carbon tetrachloride. Group III (decoction control) was given decoction of Persea americana Mill. peel with high dose (1600 mg/kgBB) orally for six consecutive days and after sixth day the blood was taken. Group IV, V and VI (treatment group) was given decoction of Persea americana Mill. peel at a doses of 363, 762, and 1600 mg/kgBW orally once daily for six consecutive days, and then in the seventh day all treatment groups were given induction of carbon tetrachloride of 2 mL/kgBW intraperitonially. Twenty four hours after the induction of carbon tetrachloride, the blood of rat were taken to measure the levels of ALP enzyme. Data of this research were analyzed by using one way ANOVA. From the research study showed that administration of long term Persea americana Mill. peel decoction with low doses (363 mg/kgBB) and moderate doses (762 mg/kgBB) can decrease ALP level while high doses (1600 mg/kgBB) was not enough to decrease the ALP level on Wistar rats induced by carbon tetrachloride to approach normal values. The results also showed that there was no kinship between doses ranked Persea americana Mill. peel decoction and the effect of decreasing ALP level. Keywords : Persea americana Mill., decoction, ALP, carbon tetrachloride
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Hati merupakan kelenjar metabolik terbesar yang penting bagi tubuh dan merupakan tempat terjadinya metabolisme xenobiotik tertentu. Ini berarti bahwa hepatosit memiliki resiko paparan metabolit toksik yang dihasilkan dari metabolisme beberapa agen toksik (Stine dan Brown, 1996). Paparan metabolit toksik ini menyebabkan hati rentan mengalami kerusakan. Ada beberapa jenis kerusakan hati, salah satunya adalah perlemakan hati (steatosis). Perlemakan hati adalah penyakit hati kronis yang paling umum di dunia, yang mempengaruhi semua ras, etnis, dan kelompok umur serta jenis kelamin. Perlemakan hati telah menjadi masalah umum baik negara maju maupun berkembang (Zhou, et al., 2007). Menurut Kantor Statistik Nasional di Inggris, penyakit hati terutama perlemakan hati menjadi penyebab kematian paling umum kelima setelah penyakit jantung, stroke, penyakit paru-paru dan kanker. Perlemakan hati diakui sebagai penyakit hati yang paling umum terjadi di negara-negara Barat. Data yang diperoleh dari uji klinis dan studi otopsi menunjukkan bahwa 20% -30% orang di negara Barat memiliki perlemakan hati. Dalam populasi umum, prevalensi perlemakan hati yang bukan disebabkan oleh alkohol berkisar 3% -24% di dunia,
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
20% -25% di Italia, 30% di Israel, 16% di Korea, 14% di Jepang dan 15% di Shanghai, Cina (Zhou, et al., 2007). Berdasarkan jumlah prevalensi penyakit hati tersebut, maka perlu dilakukan penelitian terhadap sumber daya hayati sebagai alternatif obat baru. Kerusakan hati (hepatotoksisitas) dapat terjadi akibat paparan racun berbagai bahan kimia buatan termasuk senyawa kimia industri, pestisida, dan obat-obatan. Beberapa senyawa kimia model yang dapat menyebabkan hepatotoksisitas antara lain karbon tetraklorida (CCl 4) dan parasetamol (Hodgson, 2010). Pada penelitian ini menggunakan senyawa model yaitu karbon tetraklorida. Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan hepatotoksin yang menghasilkan senyawa radikal dan menginduksi terjadinya peroksidasi lipid, merusak membran sel-sel hati serta organel. Karbon tetraklorida dapat menginduksi kerusakan hati melalui pembentukan radikal bebas reaktif yang dapat berikatan kovalen dengan makromolekul seluler seperti asam nukleat, protein dan lipid membentuk adisi melalui induksi hypomethylated RNA ribosom (Lin, Tseng, Wang, Lin, Lo, dan Chou, cit., Al-Dbass, Al-Daihan, dan Bhat, 2012). Hasil dari reaksi ini adalah radikal lipid yang akan mengaktifkan senyawa oksigen reaktif dan selanjutnya akan mengakibatkan peroksidasi lipid dan terjadi steatosis (Timbrell, 2009). Kerusakan hati menyebabkan peningkatan serum seperti Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT), Alkaline Phosphatase (ALP) dan Total Bilirubin (TB). Hal ini mengindikasikan adanya kerusakan seluler dan hilangnya fungsi integritas membran sel pada hati (Kiran, Raju, dan Rao, 2012). Salah satu enzim yang dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
digunakan sebagai penanda adanya kerusakan hati adalah alkaline phospatase (ALP). Enzim ALP ini mengindikasikan kerusakan pada epitelium saluran empedu (Hodgson, 2010). Peningkatan kadar serum ALP dari hati adalah indikator yang sensitif terhadap kolestasis (penghentian aliran empedu) (Talwar and Srivastava, 2003). Pemberian karbon tetraklorida dapat menyebabkan peningkatan kadar serum ALP. Hal ini disebabkan karena karbon tetraklorida menghasilkan radikal bebas dan dapat mempengaruhi permeabilitas selular hepatosit (Kumar, Sivaraj, Elumalai, dan Kumar, 2009). Pengukuran kadar enzim ALP dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kerusakan hati yang terjadi. Kadar ALP akan meningkat seiring dengan peningkatan kadar ALT dalam darah jika terjadi kerusakan hati. Penginduksian hati dengan karbon tetraklorida akan menyebabkan kenaikan kadar ALT sebesar dua kali dari normal yang diikuti dengan kenaikan ALP sebesar satu setengah kali dari normal (Arhoghro, Ekpo, and Ibeh, 2009). Alpukat (Persea americana Mill.) merupakan jenis tanaman yang dikenal berfungsi sebagai antioksidan dan memiliki zat gizi berupa lemak yaitu 9,8 g/100 g daging buah (Malangngi, Meiske, dan Jessy, 2012). Sebagian besar masyarakat memanfaatkan alpukat pada daging buahnya saja sedangkan bagian lain seperti kulit buah kurang dimanfaatkan padahal menurut Vinha, Moreira, dan Barreira (2013), kulit alpukat juga memiliki kandungan antioksidan yang berguna untuk pengobatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Vinha, et al. (2013), kandungan yang terdapat dalam kulit alpukat (P. americana Mill.) antara lain flavonoid dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
senyawa fenolik lainnya, karotenoid, vitamin C dan vitamin E. Kulit alpukat (P. americana Mill.) Algravian jenis Hass mengandung 59% karotenoid. Baik kulit maupun biji alpukat sangat kaya akan antioksidan. Biji memiliki kandungan flavonoid dan senyawa fenolik yang lebih besar dari kulit sementara kulit lebih kaya akan karotenoid dibanding biji. Adanya kadar antioksidan dari kulit alpukat juga ditunjukkan terhadap DPPH yaitu sebesar 35%. Hal ini didukung pula oleh penelitian sebelumnya oleh Kumalasari (2013) yang membuktikan bahwa pemberian jangka panjang dekok biji P. americana
Mill. memiliki efek
hepatoprotektif terhadap kadar ALT-AST pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian jangka panjang dekok kulit P. americana Mill. terhadap kadar ALP pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Bentuk sediaan yang digunakan adalah dekok karena pembuatan sediaan tersebut mendekati cara perebusan yang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai salah satu cara untuk memperoleh khasiat dari suatu tanaman. Penelitian ini dilakukan dalam jangka panjang untuk mengetahui pengaruh pemberian dekok kulit P. americana Mill. terhadap sintesis ALP pada hati hewan uji. 1. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
a. Apakah pemberian jangka panjang dekok kulit P. americana Mill. dapat memberikan pengaruh terhadap kadar ALP pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida ? b. Apakah ada kekerabatan antara dosis dengan penurunan kadar ALP ? 2.
Keaslian penulisan Penelitian mengenai kulit P. americana Mill. pernah dilakukan oleh
Vinha, et al. (2013). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kandungan yang terdapat dalam kulit alpukat (P. americana Mill.) antara lain flavonoid dan senyawa fenolik lainnya, karotenoid, vitamin C dan vitamin E. Baik kulit maupun biji alpukat sangat kaya akan antioksidan. Biji memiliki kandungan flavonoid dan senyawa fenolik yang lebih besar dari kulit sementara kulit lebih kaya akan karotenoid dibanding biji. Penelitian kulit P. americana Mill. juga pernah dilakukan oleh Carpena, Morcuende, Andrade, Kylli, dan Estevez (2011). Hasil penelitian mereka menemukan bahwa kulit alpukat kaya akan katekin, procyanidin, dan asam hidroksisinamat. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kumalasari (2013) tentang biji P. americana Mill. membuktikan bahwa pemberian jangka panjang dekok biji P. americana Mill. memiliki efek hepatoprotektif terhadap kadar ALT-AST pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida. Sepanjang penelusuran pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian terkait dengan pengaruh pemberian jangka panjang dekok kulit P. americana Mill. terhadap penurunan kadar ALP pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida belum pernah dilakukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu kefarmasian dalam penggunaan dekok kulit P. americana Mill. untuk menurunkan kadar ALP dalam serum darah. b. Manfaat praktis Hasil penelitian ini mampu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai dosis efektif pemberian dekok kulit P. americana Mill. yang memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar ALP.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jangka panjang dekok kulit P. americana Mill. terhadap kadar ALP pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida. 2. Tujuan khusus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekerabatan antara peringkat dosis dengan penurunan kadar ALP.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hati 1. Anatomi dan fisiologi hati Hati merupakan organ terbesar pada tubuh, menyumbang sekitar 2 persen berat tubuh total atau sekitar 1,5 kg pada rata-rata manusia dewasa (Guyton and Hall, 2006). Hati memiliki berat sekitar 1400 g pada orang dewasa dan dibungkus oleh suatu simpai fibrosa. Hati terletak di kuadran kanan atas abdomen di ruang peritonium tepat di bawah sisi kanan diafragma dan di bawah rongga dada. (McPhee and Ganong, 2010). Hati dibagi menjadi empat lobus : 1. Lobus sinistra, terletak sebelah kiri dari bidang median 2. Lobus dekstra, di sebelah kanan dari bidang median 3. Lobus kaudatus, sebelah bawah bagian ekor 4. Lobus kuadratus, di belakang berbatas dengan pars pilorika, ventrikula dan duodenum superior
(Syaifuddin, 2010).
Hati tersusun dari unit fungsional dasar yaitu lobulus hati yang berbentuk silindris dengan panjang beberapa milimeter dan berdiameter 0,8 sampai 2 milimeter. Hati mengandung 50.000 sampai 100.000 lobulus. Lobulus sendiri terbentuk dari banyak lempeng sel hati (Gambar. 1) yang menyebar dari vena sentralis (Guyton and Hall, 2006). Lempeng hepatosit umumnya hanya memiliki
7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
ketebalan satu sel, dan setiap lempeng dipisahkan satu sama lain oleh ruang vaskular yang dinamai sinusoid. Pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa jaringan sel retikuloendotel tempat hepatosit berada terdiri atas beragam jenis sel. Beberapa sel yang penting antara lain sel endotel yang membentuk dinding sinusoid, makrofag khusus yang disebut sel Kupffer (melekat pada ruang sinusoid), dan sel stelata atau liposit (sel penyimpan lemak yang berperan dalam metabolisme vitamin A) yang terletak antara hepatosit dan sel endotel (McPhee and Ganong, 2010).
Gambar 1. Komponen histologis hati (Tortora and Derrickson, 2008)
Lapisan endotel sinusoid vena mempunyai pori-pori yang sangat besar, beberapa di antaranya berdiameter hampir 1 mikrometer. Pada bagian bawah lapisan ini, terdapat ruang jaringan yang sangat sempit disebut ruang disse (dikenal sebagai ruang perisinusidal). Ruang disse ini terletak di antara sel endotel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
dan sel hati. Jutaan disse menghubungkan pembuluh limfe di dalam pembuluh septum interlobularis (Guyton and Hall, 2006). Hati menerima hampir 25 % curah jantung, yaitu sekitar 1500 mL darah per menit, melalui dua sumber yaitu aliran vena dari vena portal dan darah arteri dari arteri hepatik (McPhee and Ganong, 2010). Arteri hepatik membawa darah dari sirkulasi sitemik dan vena portal membawa darah secara langsung dari saluran pencernaan. Darah keluar dari hati melalui vena hepatik dan empedu keluar melalui saluran hepatik (Stine and Brown, 1996). Peran hati dalam sistem pencernaan adalah sekresi garam empedu yang membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Hati juga melakukan berbagai fungsi yang tidak berkaitan dengan pencernaan, antara lain : 1. Memetabolisme nutrien utama yaitu karbohidrat, protein dan lemak setelah zatzat ini diserap dari saluran cerna. 2. Mendetoksifikasi atau menguraikan zat sisa tubuh, hormon, obat serta senyawa asing lainnya. 3. Membentuk protein plasma. 4. Menyimpan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan vitamin. 5. Mengaktifkan vitamin D bersama-sama dengan ginjal. 6. Mengeluarkan bakteri maupun sel darah merah yang sudah tua dengan adanya makrofag. 7. Mengekskresikan kolesterol dan bilirubin. (Sherwood, 2009).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Hati merupakan kelenjar metabolik terbesar yang penting dalam tubuh dan merupakan tempat di mana terjadi metabolisme xenobiotik tertentu. Hal ini menandakan bahwa hepatosit memiliki resiko terkena paparan metabolit toksik yang dihasilkan dari metabolisme beberapa zat toksik. Perjalanan darah langsung ke hati yang berasal dari saluran pencernaan di mana xenobiotik diabsorpsi akan meningkatkan kerentanan sel hati untuk terserang agen toksik (Stine and Brown, 1996). Hati mempunyai kemampuan yang menakjubkan untuk mengembalikan dirinya sendiri setelah kehilangan jaringan hati yang bermakna. Regenerasi ini berlangsung sangat cepat dan membutuhkan waktu hanya 5 sampai 7 hari pada tikus. Selama regenerasi hati, hepatosit diperkirakan mengalami replikasi sebanyak satu atau dua kali, dan setelah tercapai ukuran dan volume hati sebelumnya, hepatosit kembali kepada keadaan semula. Pengaturan regenerasi hati ini mungkin dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan hepatosit (hepatocyte growth factor, HGF) yang dapat menyebabkan pembelahan dan pertumbuhan sel hati (Guyton and Hall, 2006).
2. Kerusakan hati Toksikan dapat menyebabkan berbagai jenis efek toksik pada berbagai organel dalam sel hati. Macam-macam jenis kerusakan hati yang dihasilkan oleh toksikan, antara lain : a. Perlemakan hati (Steatosis) Perlemakan hati atau disebut sebagai steatosis terjadi akibat akumulasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
lipid yang abnormal, terutama sebagai trigliserida pada hepatosit karena adanya ketidakseimbangan antara uptake trigliserida ekstrahepatik dan sekresi trigliserida yang mengandung lipoprotein dengan katabolisme asam lemak (Hodgson, 2010). Paparan akut senyawa seperti karbon tetraklorida, etionin, dan tetrasiklin (antibiotik) atau paparan kronis etanol dapat menghambat sekresi trigliserida yang mengarah pada perkembangan perlemakan hati di mana 5% sampai 50% dari berat hati adalah lemak (Stine and Brown, 1996). b. Nekrosis hati Nekrosis hati adalah kematian hepatosit (Lu, 1995). Nekrosis merujuk pada hilangnya viabilitas (kelangsungan hidup) sel secara irreversibel yang terjadi akibat sel tidak berfungsi secara normal (Hodgson, 2010). Nekrosis hepatosit ditandai dengan akumulasi vakuola di sitoplasma, kerusakan retikulum endoplasma, pembengkakan mitokondria, kerusakan nukleus, dan gangguan pada membran plasma (Stine and Brown, 1996). Nekrosis dapat bersifat focal (terbatas pada kawasan tertentu), zonal, difus, atau masif, dan lokasinya sering digambarkan dengan menggunakan istilah centrilobular, midzonal, atau periportal (Stine and Brown, 1996). Pada area nekrosis, terdapat peningkatan warna eosinofil pada sitoplasma dan adanya respon imun yang ditandai dengan infiltrasi neutrofil ke area yang rusak (Hodgson, 2010). c. Kolestasis Kolestasis merupakan penekanan atau penghentian aliran empedu yang disebabkan oleh faktor dalam ataupun faktor luar dari hati. Peradangan atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
penyumbatan pada saluran empedu mengakibatkan akumulasi retensi garam empedu, akumulasi bilirubin, dan peristiwa yang mengarah jaundice (Hodgson, 2010). Jaundice merupakan kondisi yang ditandai dengan perubahan warna kekuningan pada mata dan kulit (akibat penumpukan pigmen empedu seperti bilirubin). Kolestasis biasanya terjadi setelah pemberian obat-obatan seperti steroid, fenotiazin, dan anti depresi trisiklik (Stine and Brown, 1996). d. Fibrosis Bahan kimia yang termasuk hepatotoksin menyebabkan kerusakan hepatosit yang mengakibatkan fibrosis hati sebagai bagian dari respon penyembuhan luka. Fibrosis ditandai dengan adanya deposisi kolagen, proteoglikan, dan glikoprotein. Hasil dari fibrosis kronis pada pembentukan matriks ekstraseluler dapat diamati secara histopatologi. Setelah paparan toksikan, sel-sel stellata hati berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel-sel seperti fibroblast yang mengeluarkan komponen matriks ekstraseluler. Fibrosis yang luas dapat mengganggu struktur hati dan aliran darah yang mengakibatkan kerusakan hati secara ireversibel (Hodgson, 2010). e. Sirosis Sirosis merupakan hepatotoksisitas yang ditandai dengan adanya penumpukan kolagen di seluruh hati dan mengakibatkan terbentuknya jaringan parut. Pada banyak kasus, sirosis terjadi karena adanya paparan senyawa kimia secara kronis yang mengakibatkan terjadinya akumulasi pada matriks ekstraseluler dan menyebabkan restriksi pada aliran darah,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
menghambat metabolisme normal hati, dan proses detoksifikasi (Hodgson, 2010). f. Apoptosis Apoptosis adalah bentuk kematian sel yang dikendalikan yang berfungsi sebagai regulasi untuk proses biologis dan dapat dianggap sebagai proses kebalikan dari pembelahan sel secara mitosis. Mekanisme kematian sel dari apoptosis tidak seperti nekrosis karena apoptosis sangat aktif selama masa perkembangan dan proses penuaan. Meskipun apoptosis adalah proses fisiologis normal namun juga dapat disebabkan oleh sejumlah faktor eksogen seperti xenobiotik kimia, stres oksidatif, anoksia dan radiasi. Apoptosis dapat dibedakan dari nekrosis dilihat dari kriteria morfologi, baik menggunakan mikroskop cahaya ataupun mikroskop elektron. Tanda dari apoptosis adalah tidak ada infiltrasi inflamasi. Namun, racun tidak selalu bertindak secara jelas, beberapa toksikan dapat menginduksi terjadinya apoptosis dan nekrosis baik secara bersamaan atau berurutan (Hodgson, 2010). g. Hepatitis Hepatitis adalah peradangan hati dan biasanya disebabkan oleh virus. Namun senyawa kimia tertentu seperti obat dapat menginduksi hepatitis yang mirip seperti yang dihasilkan oleh infeksi virus. Hal ini ditandai dengan peningkatan sel imun dan jenis kerusakan hati ini kadang-kadang dikaitkan dengan hepatotoksin tertentu seperti diklofenak. Respon hepatitis ini biasanya tidak terbukti pada hewan laboratorium namun hanya terjadi pada individu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
yang rentan. Kejadian penyakit hepatitis karena hepatotoksin ini tergolong sangat rendah (Hodgson, 2010). h. Karsinogenesis Karsinoma hepatoseluler dan kolangiokarsinoma adalah jenis neoplasma ganas yang paling umum pada hati. Jenis karsinoma lainnya antara lain angiosarkoma, karsinoma kelenjar, karsinoma trabekular, dan karsinoma sel hati yang tidak berdiferensiasi (Lu, 1995). Karsinogen hepatik yang potensial antara lain aflatoxin dan vynil chloride. Aflatoxin merupakan toksin yang diproduksi oleh jamur yang tumbuh di gandum dan makanan lainnya sementara vynil chloride merupakan senyawa kimia yang digunakan pada pembuatan polyvinyl chloride (PVC) yang dapat menyebabkan kanker hati (disebut angiosarcoma) (Stine and Brown, 1996).
3. Hepatotoksin Hepatotoksin diklasifikasi menjadi dua, yaitu: a) Hepatotoksin teramalkan (Tipe A) Hepatotoksin ini merupakan senyawa yang dapat merusak hati jika diberikan dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan efek toksik. Jadi jenis hepatotoksin ini bergantung dari jumlah dosis pemberian senyawa. Parasetamol dan karbon tetraklorida merupakan contoh hepatotoksin teramalkan (Forrest, 2006).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
b) Hepatotoksin tak teramalkan (Tipe B) Hepatotoksin tersebut tidak bersifat toksik, dan hanya memberikan efek toksik pada orang-orang tertentu, sehingga hepatotoksin jenis ini tidak bergantung pada dosis pemberian. Contoh senyawa yang termasuk jenis ini adalah isoniazid dan clorpromazine (Forrest, 2006).
B. Karbon Tetraklorida Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan molekul sederhana yang sangat larut dalam lemak sehingga dapat terdistribusi dengan baik di dalam tubuh namun efek utamanya adalah toksik pada hati. Karbon tetraklorida dimetabolisme oleh enzim CYP2E1. Hal inilah yang menyebabkan hati menjadi target utama dari toksisitas CCl4 (Timbrell, 2009). Karbon tetraklorida adalah hepatotoksin yang dimetabolisme menjadi radikal bebas yang dapat menginduksi terjadinya peroksidasi lipid, merusak membran sel-sel hati dan organel. Karbon tetraklorida juga dapat menyebabkan pembengkakan dan nekrosis hepatosit. Karbon tetraklorida dapat menginduksi kerusakan hati melalui pembentukan radikal bebas reaktif yang dapat berikatan kovalen dengan makromolekul seluler seperti asam nukleat, protein dan lipid membentuk adisi melalui induksi hypomethylated RNA ribosom (Lin, Tseng, Wang, Lin, Lo, dan Chou, cit., Al-Dbass, et al., 2012). Karbon tetraklorida (Gambar. 2) akan dikonversi oleh enzim di hati menjadi radikal triklorometil (CCl 3•) dan kemudian diubah menjadi radikal triklorometilperoksi (CC3O2•) yang bersifat lebih reaktif (Hodgson, 2010). Radikal triklorometil yang dihasilkan dapat mengalami salah satu dari beberapa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
reaksi. Senyawa reaktif tersebut merusak sitokrom P-450, termasuk enzim CYP2E1 itu sendiri, dan retikulum endoplasma (Timbrell, 2009). Radikal bebas triklorometil dapat berikatan secara kovalen dengan mikrosomal lipid dan protein, serta akan bereaksi secara langsung dengan membran fosfolipid dan kolesterol sehingga menyebabkan toksisitas pada hati. Reaksi radikal bebas triklorometil (Gambar. 2) juga akan menghasilkan kloroform yang merupakan salah satu metabolit dari karbon tetraklorida. Hasil lain dari reaksi ini adalah radikal lipid yang akan mengaktifkan senyawa oksigen reaktif yang selanjutnya mengakibatkan peroksidasi lipid dan menyebabkan toksisitas. Radikal triklorometilperoksi dapat menghasilkan phosgene dan klorin elektrofilik yang juga akan menyebabkan toksisitas pada hati (Timbrell, 2009).
Gambar 2. Mekanisme oksidasi dan biotransformasi karbon tetraklorida (Timbrell, 2009)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pemberian
karbon
tetraklorida
dapat
mengakibatkan
17
trigliserida
menumpuk di hepatosit dan tampak sebagai droplet lipid. Lipid dalam hepatosit ini menghambat sintesis protein dan mengakibatkan berkurangnya produksi lipoprotein kompleks. Lipoprotein kompleks bertanggung jawab terhadap transport lipid keluar dari hepatosit. Gangguan ini mengakibatkan lipid terakumulasi dalam hepatosit dan terjadi steatosis (Timbrell, 2009). Selain itu, terjadi pula kerusakan pada mitokondria, penurunan jumlah ATP sebagai hasil kegagalan transport ion dan pembengkakan sel yang progresif, serta kerusakan membran plasma akibat produksi aldehid lemak dari peroksidasi lipid di retikulum endoplasma. Pada akhirnya, toksisitas karbon tetraklorida akan menyebabkan terjadinya influks kalsium dan kematian sel. Penyakit hepatoseluler ini menyebabkan peningkatan aktivitas ALP di darah akibat kebocoran plasma membran sel (Sacher and McPherson, 2002).
C. Evaluasi kerusakan hati Ada beberapa metode baik klinis maupun eksperimental yang digunakan untuk menguji kerusakan hati. Uji serum enzim digunakan untuk mencari kadar enzim dalam darah yang secara normal ditemukan pada sel hepatosit. Peningkatan kadar serum beberapa enzim mungkin mengindikasikan kerusakan hepatosit yang selanjutnya mengindikasikan kebocoran enzim. Enzim-enzim yang biasanya digunakan untuk menguji kerusakan hati antara lain AST, ALT, ALP, serum lactate dehydrogenase (LDH) dan lainnya. Beberapa dari enzim ini lebih spesifik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
terhadap kerusakan hati dibandingkan dengan yang lain (yang mungkin dapat meningkat ketika terjadi kerusakan pada jaringan lain) (Stine and Brown, 1996). Enzim ALT dan AST merupakan enzim penanda yang sangat sensitif terhadap kerusakan hati. Enzim-enzim ini digunakan untuk menilai dan memonitoring tingkat peradangan hati dan nekrosis. Enzim ALT lebih spesifik untuk uji kerusakan hati dibanding AST. Hal ini disebabkan karena enzim AST dapat meningkat jika terjadi kerusakan jaringan lain seperti infark miokard, nekrosis otot, gangguan ginjal, gangguan otak dan hemolisis intravaskular (Talwar and Srivastava, 2003). Enzim lain yang dapat digunakan untuk menguji kerusakan hati adalah ALP. Enzim ALP ini mengindikasikan kerusakan pada epitelium saluran empedu di hati sehingga menjadi indikator terjadinya kolestasis (Hodgson, 2010). Jumlah ALP akan meningkat seiring dengan peningkatan kadar ALT dalam darah jika terjadi kerusakan hati. Penginduksian hati dengan salah satu hepatotoksin yaitu karbon tetraklorida akan menyebabkan kenaikan kadar ALT sebesar dua kali dari normal yang diikuti dengan kenaikan ALP sebesar satu setengah kali dari normal (Arhoghro, et al., 2009). Enzim LDH dapat digunakan pula untuk menguji kerusakan hati. Kadar LDH akan meningkat jika terjadi kerusakan pada sel hati. LDH memang dapat digunakan untuk menguji kerusakan hati namun tidak spesifik bila dibandingkan dengan enzim yang lain. Hal ini disebabkan peningkatan kadar LDH juga dipengaruhi oleh penyakit ekstrahepatik (Talwar and Srivastava, 2003).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
D. Alkalin Fosfatase Alkaline phosphatase (ALP) merupakan kelompok isoenzim yang menghidrolisis sejumlah ester fosfat sehingga menghasilkan fosfat anorganik pada pH basa untuk penyerapan oleh jaringan (Gines and Kamath, 2011). ALP memiliki kadar maksimum pada pH 9,0-10,0. ALP adalah anggota famili enzim metaloprotein yang melepaskan fosfat dari ester fosfat organik (Weatherby and Ferguson, 2002). Enzim ini paling banyak terdapat di hati yaitu di membran kanalikuli dan membran sinusoid. Selain di hati, enzim ini juga berada di jaringan lain seperti tulang, ginjal, plasenta dan usus (Talwar and Srivastava, 2003). Total ALP terdiri dari 5 isoenzim ALP. Peningkatan satu atau lebih dari isoenzim tersebut merupakan indikasi dari masalah dalam jaringan tertentu yang berhubungan dengan peningkatan isoenzim. Lima isoenzim ALP tersebut yaitu : 1. Isoenzim hati A2 - Isoenzim utama pada hati - Paling sering meningkat seiring dengan peningkatan total serum ALP - Terjadi peningkatan pada penyakit hati 2. Isoenzim hati A1 - Dikenal sebagai “fast liver isoenzym” - Berhubungan kuat dengan adanya metastasis kanker hati 3. Isoenzim tulang - Peningkatan isoenzim tulang ini berkaitan dengan peningkatan kadar osteoblastik pada tulang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
- Akan meningkat seiring dengan pertumbuhan tulang dan penyembuhan fraktur tulang 4. Isoenzim usus - Pada seseorang dengan golongan darah O dan B, akan terjadi peningkatan isoenzim ALP usus 2 - 4 jam setelah makan makanan yang berlemak. ALP usus terlibat dalam pemecahan makanan yang mengandung kolesterol dan terhadap penyerapan kalsium. - Seseorang dengan golongan darah O memiliki kadar ALP usus paling besar - Seseorang dengan golongan darah A memiliki kadar ALP usus paling kecil 5. Isoenzim plasenta - Fraksi ini secara normal meningkat pada masa kehamilan dan dapat menyebabkan peningkatan total serum ALP (Weatherby and Ferguson, 2002). Secara normal, ALP dari darah diambil oleh sel-sel parenkim hati dan diekskresikan ke dalam empedu. Jika terdapat obstruksi pada saluran empedu, maka akan terjadi aliran balik enzim ini ke dalam darah sehingga kadar ALP dalam darah akan meningkat (Talwar and Srivastava, 2003). Obstruksi saluran empedu intrahepatik biasanya disebabkan oleh kerusakan akut pada sel-sel hati (hepatitis virus, sirosis aktif) serta adanya tumor di hati sementara pada perlemakan hati terjadi sedikit peningkatan ALP (Weatherby and Ferguson, 2002). Peningkatan kadar ALP dari hati adalah indikator yang sensitif terhadap kolestasis (penekanan atau penghentian aliran empedu). Peningkatan kadar ALP pada kolestasis dikaitkan dengan dua faktor. Pertama, adanya pengeluaran ALP
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
dari empedu ke dalam darah. Kedua, adanya peningkatan sintesis ALP pada membran kanalikuli. Enzim ALP mungkin terlarut oleh asam empedu yang tersimpan kemudian dikeluarkan ke dalam aliran darah (Talwar and Srivastava, 2003).
E. Antioksidan Dalam pengertian kimia, antioksidan adalah senyawa pemberi elektron (electron donors). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat (Winarsi, 2007). Antioksidan dapat menghambat pembentukan radikal bebas dan mengganggu penyebaran radikal bebas melalui salah satu (atau lebih) dari beberapa mekanisme berikut ini : (1) menghilangkan zat yang memulai peroksidasi, (2) mengkelat ion logam sehingga tidak dapat menghasilkan zat reaktif atau menyebabkan peroksidasi lipid, (3) berikatan dengan •O2- untuk mencegah pembentukan peroksida, (4) memutuskan reaksi berantai autooksidatif, dan (5) mengurangi konsentrasi O2 yang terlokalisasi (Brewer, 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
F. Persea americana. Mill 1.
Sinonim Laurus persea L., Persea americana var. drymifolia (Schldtl & Cham.) S. F. Blake, Persea gratissima C. F. Gaertn., Persea americana var. nubigena (L. O. Williams) L.E. Kopp, Persea persea (L.) Cockerell
2. Nama daerah avokat, advokat, apokat, adpokat, apuket 3. Taksonomi Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Magnoliidae
Ordo
: Laurales
Famili
: Lauraceae
Genus
: Persea
Spesies
: Persea americana Mill. (Yasir, Das dan Kharya, 2010).
4. Kandungan kimia Dalam penelitian Arukwe, et al. (2012), komponen fitokimia yang terdapat pada biji P. americana Mill. adalah saponin, tannin, flavonoid, glikosida
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
sianogenik, alkaloid, fenol dan steroid. Sementara pada daun dan buah memiliki komponen fitokimia seperti saponin, tannin, flavonoid, alkaloid, fenol dan steroid. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Vinha, et al. (2013), kandungan yang terdapat dalam kulit alpukat (P. americana Mill.) antara lain flavonoid dan senyawa fenolik lainnya, karotenoid, vitamin C dan vitamin E. Kulit alpukat memiliki senyawa fenolik yang tinggi dan merupakan antioksidan potensial secara in vitro dibanding dengan daging buahnya. Menurut penelitian Carpena, et al. (2011), kulit alpukat juga mengandung katekin, procyanidin, dan asam hidroksisinamat (Carpena, et al., 2011). 5. Khasiat dan kegunaan Dalam dunia pengobatan, alpukat telah banyak digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit. Daging buahnya bisa mengurangi rasa sakit dan mengobati sariawan (Marlinda, Sangi, dan Wuntu, 2012). Daun buah alpukat memiliki kadar anti-inflamasi dan analgesik (Idris, Ndukwe, dan Gimba, 2009). Selain buah dan daunnya, biji alpukat (P. americana Mill.) juga banyak diaplikasikan dalam pengobatan, mulai dari pengobatan diare, disentri, sakit gigi, parasit usus hingga pengobatan pada daerah kulit (Malangngi, et al., 2012). Biji alpukat memiliki kandungan antioksidan yang berguna untuk pengobatan (Malangngi, et al., 2012). Berdasarkan penelitian Kumalasari (2013), dibuktikan bahwa pemberian jangka panjang dekok biji P. americana Mill. memiliki efek hepatoprotektif terhadap kadar ALT-AST pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida. Bukan hanya biji alpukat saja yang memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
antioksidan, kulit alpukat pun juga memiliki antioksidan (Vinha, et al., 2013). Antioksidan bermanfaat sebagai senyawa yang berperan untuk melindungi tubuh dari hepatotoksin (AlWasel and Bashandy, 2011).
G. Landasan Teori Hati merupakan organ terbesar pada tubuh, menyumbang sekitar 2 % berat tubuh total atau sekitar 1,5 kg pada rata-rata manusia dewasa (Guyton and Hall, 2006). Hati merupakan kelenjar metabolik terbesar yang penting dalam tubuh dan merupakan tempat terjadinya metabolisme xenobiotik tertentu. Hal ini menyebabkan hepatosit memiliki resiko terpapar metabolit toksik sehingga rentan mengalami kerusakan (Stine dan Brown, 1996). Ada beberapa jenis kerusakan hati, antara lain perlemakan hati (steatosis), nekrosis, kolestasis, fibrosis, sirosis, apoptosis, hepatitis, dan karsinogenesis (Hodgson, 2010; Stine and Brown, 1996). Karbon
tetraklorida
(CCl4)
merupakan
hepatotoksin
yang
dapat
menginduksi terjadinya peroksidasi lipid, merusak membran sel-sel hati dan organel. Karbon tetraklorida ini menginduksi kerusakan hati melalui pembentukan radikal bebas reaktif yang dapat berikatan kovalen dengan makromolekul seluler seperti asam nukleat, protein dan lipid (Lin, Tseng, Wang, Lin, Lo, dan Chou, cit., Al-Dbass, et al., 2012). Reaksi tersebut menghasilkan radikal lipid yang akan mengaktifkan senyawa oksigen reaktif dan selanjutnya akan mengakibatkan peroksidasi lipid dan terjadi steatosis (Timbrell, 2009). Toksisitas karbon tetraklorida ini juga akan menyebabkan terjadinya influks kalsium dan kematian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
sel. Penyakit hepatoseluler ini menyebabkan peningkatan aktivitas ALP di darah akibat kebocoran plasma membran sel (Sacher and McPherson, 2002). Ada beberapa metode baik klinis maupun eksperimental yang digunakan untuk menguji kerusakan hati. Uji enzim digunakan untuk mencari kadar enzim dalam darah yang secara normal ditemukan pada sel hepatosit. Salah satu enzim yang digunakan untuk menguji kerusakan hati adalah ALP. Peningkatan kadar serum ALP dari hati adalah indikator yang sensitif terhadap kolestasis (penekanan atau penghentian aliran empedu) (Talwar and Srivastava, 2003). Jumlah ALP akan meningkat seiring dengan peningkatan kadar ALT dalam darah jika terjadi kerusakan hati. Penginduksian hati dengan salah satu hepatotoksin yaitu karbon tetraklorida akan menyebabkan kenaikan kadar ALT sebesar dua kali dari normal yang diikuti dengan kenaikan ALP sebesar satu setengah kali dari normal (Arhoghro, et al., 2009). Biji P. americana Mill. (alpukat) memiliki kandungan antioksidan yang berguna untuk pengobatan (Malangngi, et al., 2012). Pemberian jangka panjang dekok biji P. americana Mill. memiliki efek hepatoprotektif terhadap kadar ALTAST pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida (Kumalasari, 2013). Bukan hanya biji P. americana Mill. saja yang memiliki antioksidan, kulit P. americana Mill. pun juga memiliki antioksidan. Kulit P. americana Mill. memiliki senyawa fenolik yang tinggi dan merupakan antioksidan potensial secara in vitro (Vinha, et al., 2013). Antioksidan bermanfaat sebagai senyawa yang berperan untuk melindungi tubuh dari hepatotoksin (AlWasel and Bashandy, 2011). Antioksidan ini bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat (Winarsi, 2007). Melalui penelitian ini akan diketahui apakah pemberian jangka panjang dekok kulit P.americana Mill. dapat memberikan pengaruh penurunan ALP pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida dan apakah ada hubungan kekerabatan antara peringkat dosis dengan penurunan kadar ALP.
H. Hipotesis 1. Pemberian jangka panjang dekok kulit P. americana Mill. dapat menurunkan kadar ALP pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida. 2. Ada kekerabatan antara peringkat dosis dengan penurunan kadar ALP.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan lengkap acak pola searah. B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel – variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1.
Variabel utama a.
Variabel bebas Variasi dosis pemberian dekok kulit P. americana Mill. pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida.
b. Variabel tergantung Penurunan kadar ALP tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian jangka panjang dekok kulit P. americana Mill. secara per oral. 2.
Variabel pengacau a.
Variabel pengacau terkendali Kondisi hewan uji yaitu tikus jantan galur Wistar, berat badan 150 – 250 gram dan berumur 2 – 3 bulan, frekuensi pemberian dekok kulit P. americana Mill. satu kali sehari selama enam hari berturut-turut dengan waktu pemberian yang sama, cara pemberian hepatoksin pada
27
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
tikus dilakukan secara intraperitonial dan cara pemberian dekok kulit P. americana Mill. secara per oral, bahan uji yang digunakan berupa kulit P. americana Mill. yang diperoleh dari depot es di Yogyakarta. b.
Variabel pengacau tak terkendali Kondisi patologis hewan uji.
3.
Definisi operasional a.
Dekok kulit P.americana Mill. Dekok kulit P. americana Mill. diperoleh dengan menginfundasi 8,0 g serbuk kering kulit P. americana Mill. dalam air sebanyak 16,0 mL, kemudian dipanaskan dalam 100,0 mL air pada suhu 90oC selama 30 menit sehingga diperoleh dekok kulit P. americana Mill..
b.
Penurunan ALP Penurunan ALP
adalah menurunnya nilai kadar ALP yang
menandakan adanya perbaikan kondisi hati yang dimungkinkan karena kemampuan dekok kulit P. americana Mill. pada dosis tertentu untuk melindungi hati dari hepatotoksin. c.
Pemberian jangka panjang Pemberian jangka panjang adalah pemberian dekok kulit P. americana Mill. secara per oral pada hewan uji satu kali sehari selama enam hari berturut- turut dalam waktu pemberian yang sama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
C. Bahan Penelitian 1.
Bahan utama a.
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan galur Wistar dengan berat badan 150 – 250 gram dan berumur 2 – 3 bulan yang diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
b.
Bahan uji yang digunakan adalah kulit P. americana Mill. yang dikumpulkan dari bulan Juni – Juli 2014 dan diperoleh dari depot es di Yogyakarta.
2.
Bahan kimia a. Senyawa hepatotoksin yang digunakan adalah karbon tetraklorida yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. b. Pelarut senyawa hepatotoksin yang digunakan adalah larutan olive oil ®
(Bertolli ).
c. Kontrol negatif yang digunakan adalah larutan olive oil (Bertolli®). d. Pelarut untuk dekok digunakan aquadest yang diperoleh dari Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. e. Reagen ALT Komposisi dan konsentrasi dari reagen ALT Dyasis yang digunakan adalah sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Komposisi
30
Konsentrasi
R1 : TRIS L-alanin LDH (Lactat Dehydrogenase)
140 mmol/L 700 mmol/L ≥2300 mmol/L
R2 : 2-oxogultarate NADH Pyridoxal-5-phosphate FS : Good’s buffer Pyridoxal-5-phosphate
85 mmol/L 1 mmol/L 100 mmol/L 13 mmol/L
f. Reagen ALP Komposisi dan konsentrasi dari reagen ALP Abbott yang digunakan adalah sebagai berikut. Komposisi
Konsentrasi
R1 : 2-Amino-2-methylpropanol Magnesium Zinc Sulfate HEDTA
> 1,2 mol/L > 7,2 mmol/L > 3,6 mmol/L > 7,2 mmol/L
R2 : 4-Nitrophenyl Phosphate
> 171,6 mmol/L
D. Alat Penelitian 1.
Alat pembuatan serbuk kering kulit P. americana Mill. Alat – alat yang digunakan antara lain oven, mesin penyerbuk dan ayakan.
2.
Alat pembuatan dekok kulit P. americana Mill. Seperangkat alat gelas berupa panci infundasi, termometer, stopwatch, beaker glass, gelas ukur, cawan porselen, penangas air, kain flanel.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
31
Alat uji sediaan dekok Seperangkat alat gelas berupa beaker glass, gelas ukur, tabung reaksi, labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®), timbangan analitik Mettler Toledo®, sentrifuge Centurion Scientific®, vortex Genie Wilten®, spuit injeksi per oral dan syringe 3 cc Terumo®, spuit i.p. dan syringe 1 cc Terumo®, pipa kapiler, tabung merk Eppendorf, Microlab 200 Merck®, Architect c8000, stopwatch dan moisture balance. E. Tata Cara Penelitian
1.
Determinasi buah P. americana Mill. Determinasi yang dilakukan adalah dengan mencocokkan ciri-ciri makroskopis buah P. americana Mill. yang diperoleh dari salah satu depot es di Yogyakarta dengan literatur berjudul “Suplement to Avocado Information Kit” (Agrilink, 2001).
2.
Pengumpulan bahan uji Bahan uji yang digunakan adalah kulit P. americana Mill. yang masih segar dan tidak busuk yang diperoleh dari salah satu depot es di Yogyakarta pada bulan Juni-Juli 2014.
3.
Pembuatan serbuk kulit P. americana Mill. Kulit P. americana Mill. dicuci bersih dan dipisahkan dari daging buahnya. Setelah itu, kulit dipatah-patahkan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC selama 24 jam. Setelah kulit benar-benar kering, kulit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
dihaluskan dengan blender dan alat penyerbuk lalu diayak dengan ayakan nomor 40. 4.
Penetapan kadar air pada serbuk kulit P. americana Mill. Penetapan kadar air serbuk kulit P. americana Mill. dilakukan dengan menggunakan alat moisture balance menggunakan metode susut bobot pengeringan. Serbuk dipanaskan pada suhu 105˚C sampai didapat bobot konstan. Serbuk ditimbang ulang dan dihitung sebagai bobot sesudah pemanasan. Selisih bobot sebelum pemanasan dan sesudah pemanasan merupakan kadar air dari sampel yang diteliti.
5.
Pembuatan dekok serbuk kulit P. americana Mill. Sebanyak 8,0 g serbuk kering kulit P. americana Mill. dimasukkan ke dalam 16,0 mL pelarut aquadest, kemudian ditambahkan lagi aquadest sebanyak 100,0 mL. Campuran dipanaskan pada suhu 90oC dan suhu dijaga agar tetap konstan selama 30 menit. Waktu 30 menit tersebut dihitung ketika suhu campuran mencapai 90oC. Setelah itu campuran tersebut diambil, diperas dengan kain flanel dan ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga didapatkan volume dekok kulit P. americana Mill. yang diinginkan yaitu 100 mL.
6.
Pembuatan larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50 % Larutan karbon tetraklorida dibuat dengan perbandingan karbon tetraklorida : pelarut adalah 1 : 1, sehingga konsentrasi larutan karbon tetraklorida yang digunakan adalah 50% (Janakat dan Al-Merie, 2002). Pelarut yang digunakan dalam pembuatan larutan ini adalah olive oil.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7.
33
Uji pendahuluan a. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida Dosis karbon tetraklorida yang digunakan untuk menginduksi kerusakan hati pada tikus jantan galur Wistar adalah 2 mL/kg BB yang diberikan secara intraperitonial satu kali sehari (lama perlakuan satu hari). Dosis karbon tetraklorida ini dipilih berdasarkan dosis hepatotoksiknya terhadap tikus yaitu 2 mL/kg BB. Dosis ini mampu merusak sel-sel hati pada tikus jantan yang ditunjukkan melalui peningkatan kadar ALT-AST tetapi tidak menimbulkan kematian pada hewan uji (Janakat dan Al-Merie, 2002). b. Penetapan dosis dekok kulit Persea americana Mill. Peringkat dosis didasarkan pada pengobatan yang biasa digunakan pada masyarakat, yaitu ± 2 sendok makan (4 g) serbuk biji P. americana Mill. yang direbus dengan 250 mL air. Maka dosis perlakuan yang digunakan adalah 4 g/70 kgBB manusia. Konversi dosis tikus (manusia 70 kg ke tikus 200g) = 0,018. Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 4g = 0,072 g/200 g BB = 360 mg/kgBB. Dosis tersebut digunakan sebagai acuan dosis rendah (Yoseph, 2013). Dosis tinggi perlakuan yang digunakan yaitu 1600 mg/KgBB yang ditentukan berdasarkan dosis maksimal dekok P. americana Mill. yang dapat dibuat yaitu 8 g/100 mL, dengan asumsi berat badan hewan uji adalah 200 g, dan volume maksimal pemberian dekok secara per oral yaitu 4 mL. Dosis maksimal dekok P. americana Mill. ini didapatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
dari hasil orientasi sebelumnya dari penelitian Yoseph (2013) yang memperoleh konsentrasi maksimal serbuk biji P. americana Mill. yang mampu menghasilkan infusa adalah 8 gram dalam 100 mL aquadest. Dosis maksimal infusa biji alpukat ini kemudian digunakan sebagai acuan untuk menentukan dosis maksimal dekok kulit alpukat. Perhitungan dosis tinggi perlakuan, D x 200 g = 8 g / 100 mL x 4 mL D x 0,200 kg = 80 mg / mL x 4 mL D
= 1600 mg/kgBB
Untuk mendapatkan dosis tengah perlakuan, terlebih dahulu dihitung faktor kelipatan dari dosis rendah dan dosis tinggi yang sudah diperoleh. Perhitungan faktor kelipatan adalah sebagai berikut : √ N = Jumlah peringkat dosis yang digunakan. Penelitian ini menggunakan 3 peringkat dosis maka n = 3, sehingga perhitungannya sebagai berikut : √
= 2,1 (faktor kelipatan)
Berdasarkan faktor kelipatan yang diperoleh maka dosis tengah dan dosis rendah perlakuan ditentukan sebagai berikut, D = 1600 mg/kg BB : 2,1 = 761,90 ≈ 762 mg/kg BB (dosis tengah) dan D = 762 mg/kg BB : 2,1 = 362,86 ≈ 363 mg/kg BB (dosis rendah).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
35
Penetapan waktu pencuplikan darah Penetapan waktu pencuplikan darah ditentukan melalui orientasi pada tiga kelompok perlakuan waktu, yaitu pada jam ke – 0, 24 dan 48 setelah pemejanan karbon tetraklorida. Setiap kelompok perlakuan terdiri dari 5 hewan uji yang pengambilan darahnya dilakukan melalui pembuluh sinus orbitalis mata. Setelah itu diukur kadar serum ALT/SGPT.
8.
Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak 30 ekor tikus jantan galur Wistar yang dibagi secara acak dalam 6 kelompok masing-masing sejumlah lima ekor tikus. a. Kelompok I (kelompok kontrol hepatotoksin) diberi karbon tetraklorida yang dilarutkan dalam olive oil dengan dosis 2 mL/kg BB secara intraperitonial satu kali sehari (lama perlakuan satu hari). b. Kelompok II (kelompok kontrol negatif) diberi olive oil dosis 2 mL/kg BB secara intraperitonial satu kali sehari (lama perlakuan satu hari). c. Kelompok III (kelompok kontrol dekok) diberi larutan dekok kulit P. americana Mill. dosis tinggi (1600 mg/kgBB) selama 6 hari berturut-turut secara per oral. d. Kelompok IV (dosis 363 mg/kgBB) diberi dekok kulit P. americana Mill. satu kali sehari selama 6 hari berturut-turut secara per oral. e. Kelompok V (dosis 762 mg/kgBB) diberi dekok kulit P. americana Mill. satu kali sehari selama 6 hari berturut-turut secara per oral.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
f. Kelompok VI (dosis 1600 mg/kgBB) diberi dekok kulit P. americana Mill. satu kali sehari selama 6 hari berturut-turut secara per oral. Pada hari ke tujuh, kelompok perlakuan (IV-VI) diberi larutan karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kg BB secara intraperitonial setelah pemberian dekok 6 hari berturut-turut. Dua puluh empat jam setelah induksi karbon tetraklorida, tikus diambil darahnya melalui sinus orbitalis mata untuk pengukuran kadar enzim ALP. 9.
Pembuatan serum Darah diambil melalui sinus orbitalis mata hewan uji, ditampung dalam tabung dan didiamkan selama 15 menit. Darah hewan uji yang ditampung pada tabung kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 15 menit, lalu diambil bagian supernatannya.
10. Pengukuran kadar ALT pada uji pendahuluan Pengukuran kadar ALT serum hewan uji pada uji pendahuluan ini dilakukan dengan menggunakan alat Microlab 200 Merck®. Pengukuran kadar ALT ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Kadar ALT dinyatakan dalam U/L yang diukur pada panjang gelombang 340 nm, suhu 37oC. Pengukuran kadar ALT dilakukan dengan mencampur 100 μL serum dengan 1000 μL reagen 1, kemudian divortex selama 5 detik dan didiamkan selama 2 menit. Campuran tadi kemudian ditambahkan dengan 250 μL reagen 2 dan divortex selama 5 detik selanjutnya didapatkan hasil kadar ALT setelah 1 menit.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
11. Pengukuran kadar ALP Pengukuran
kadar
ALP
serum
hewan
uji
dilakukan
dengan
menggunakan alat Architect c8000. Pengukuran kadar ALP ini dilakukan di Parahita Diagnostic Center Yogyakarta. Reagen yang digunakan adalah Reagen Kit yang terdiri dari reagen 1 dan reagen 2. Kadar ALP dinyatakan dalam U/L yang diukur pada panjang gelombang 405 nm, suhu 37oC. Prosedur pengukuran kadar ALP ini menggunakan sistem Architect dan Aeroset. Prosedur dilusi atau pengenceran dengan sistem ini secara otomatis memperbaiki nilai aktivitas enzim dengan mengalikan hasilnya dengan faktor pengenceran yang tepat. Semua prosedur baik pengenceran, penambahan reagen maupun pencampuran bahan dilakukan secara otomatis oleh alat. Langkah-langkah pengukuran kadar ALP ini adalah sebagai berikut, pertama serum dari sampel diambil sebanyak 100 μL kemudian dilakukan pengenceran secara otomatis oleh alat. Serum 100 μL yang telah diencerkan kemudian ditambah dengan 1000 μL reagen 1. Campuran tadi kemudian ditambahkan dengan 250 μL reagen 2. Hasil kadar yang didapatkan akan terbaca pada komputer yang terhubung dengan alat Architect c8000. F. Tata Cara Analisis Hasil Data kadar ALP diuji dengan Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui distribusi data tiap kelompok hewan uji. Apabila didapat distribusi data yang normal maka analisis dilanjutkan dengan analisis pola searah (One Way ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok. Tahap selanjutnya dilakukan uji Scheffe untuk melihat perbedaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
bermakna (signifikan) (p<0,05) atau tidak bermakna (tidak signifikan) (p>0,05) dari masing-masing kelompok, namun bila didapatkan distribusi tidak normal, maka dilakukan analisis dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan kadar ALP antar kelompok. Setelah itu dilanjutkkan dengan uji Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan tiap kelompok.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penyiapan Bahan 1. Hasil determinasi buah P. americana Mill. Determinasi yang dilakukan adalah dengan mencocokkan ciri-ciri makroskopis buah P. americana Mill. yang diperoleh dari depot es di Yogyakarta dengan literatur berjudul “Suplement to Avocado Information Kit” (Agrilink, 2001). Hasil determinasi yang didapatkan dengan membandingkan bentuk, warna kulit, ketebalan kulit, permukaan kulit, ketebalan daging buah dan berat buah membuktikan bahwa kulit yang digunakan peneliti untuk penelitian memiliki kesamaan ciri-ciri makroskopis dengan P. americana Mill jenis Endranol yang ada di literatur berjudul “Suplement to Avocado Information Kit” (Agrilink, 2001). Tahap determinasi tanaman terhadap kulit alpukat yang diambil dari salah satu depot es di Yogyakarta ini merupakan tahap awal penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Determinasi bahan uji bertujuan untuk memastikan kulit P. americana Mill. yang diperoleh telah sesuai dengan literatur yang ada sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penyiapan bahan uji. Berdasarkan hasil yang didapat tersebut menunjukkan bahwa bahan uji yang digunakan adalah benar P. americana Mill. dan termasuk dalam jenis Endranol. 2. Penetapan kadar air serbuk kulit P. americana Mill. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kadar air serbuk kulit P. americana Mill. yang digunakan dalam penelitian adalah 7,10 % b/b.
39
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
Penetapan kadar air ini dilakukan di LPPT Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menggunakan metode gravimetri dengan alat moisture balance. Serbuk kulit P. americana Mill. dipanaskan pada suhu 105oC hingga diperoleh bobot tetap. Tujuan pemanasan pada suhu tersebut adalah supaya kandungan air sudah bisa menguap seluruhnya. Penetapan kadar air ini dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam serbuk sehingga dapat diketahui apakah serbuk kulit P. americana Mill. memenuhi salah satu persyaratan serbuk yang baik atau tidak. Salah satu syarat serbuk yang baik adalah memiliki kandungan kadar air kurang dari 10% (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Berdasarkan hasil perhitungan kadar air yang didapat tersebut, menunjukkan bahwa serbuk P. americana Mill. telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik.
B. Uji Pendahuluan 1. Penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida Hasil orientasi menunjukkan bahwa dosis karbon tetraklorida 2 mL/kg BB mampu menimbulkan efek hepatotoksik dengan rata-rata peningkatan kadar ALT pada jam ke-24 setelah induksi karbon tetraklorida yaitu sebesar 217,3 ± 2,7 U/L. Rata-rata kadar ALT pada jam ke-24 ini meningkat 3x lipat bila dibandingkan rata-rata kadar ALT pada jam ke-0 sebesar 72,3 ± 5,8 U/L. Ini menunjukkan adanya kenaikan kadar ALT sebanyak tiga kali lipat dari semula. Hasil tersebut telah sesuai dengan penelitian Zimmerman (1999) bahwa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
pemejanan karbon tetraklorida dapat mengakibatkan steatosis yang ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas ALT menjadi tiga kali lipat dibanding kontrol. Penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida bertujuan untuk menentukan dosis karbon tetraklorida yang dapat menyebabkan kerusakan hati berupa perlemakan hati (steatosis) pada hewan uji. Dosis yang digunakan pada orientasi yang dilakukan pada tiga ekor hewan uji adalah 2 mL/kg BB. Dosis karbon tetraklorida ini dipilih berdasarkan dosis hepatotoksiknya terhadap tikus yaitu 2 mL/kg BB. Menurut Janakat dan Al-Merie (2002), dosis ini mampu merusak sel-sel hati pada tikus jantan yang ditunjukkan melalui peningkatan kadar ALT-AST tetapi tidak menimbulkan kematian pada hewan uji. Pada penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida ini dilakukan pengukuran terhadap kadar ALT. Pengukuran kadar ALT ini digunakan sebagai acuan dalam penentuan dosis toksik karena peningkatan ALT akan terjadi seiring dengan peningkatan ALP dalam darah jika terjadi kerusakan hati. Penginduksian hati dengan salah satu hepatotoksin yaitu karbon tetraklorida akan menyebabkan kenaikan kadar ALT sebesar dua kali lipat dari normal yang diikuti dengan kenaikan ALP sebesar satu setengah kali lipat dari normal (Arhoghro, et al., 2009).
2. Penentuan waktu pencuplikan darah Penentuan waktu pencuplikan darah bertujuan untuk mengetahui waktu di mana karbon tetraklorida mampu memberikan efek hepatotoksik maksimal. Efek hepatotoksik maksimal ini dapat dilihat dari kenaikan SGPT / ALT tertinggi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
pada waktu tertentu. Pencuplikan darah yang dilakukan pada hewan uji dilakukan pada jam ke – 0, 24 dan 48 setelah pemejanan karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB. Berdasarkan uji yang dilakukan, didapatkan hasil data kadar SGPT / ALT yang tertera pada Tabel.I dan Gambar 3 berikut ini. Tabel. I. Rata-rata kadar SGPT tikus jantan setelah induksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48
Waktu pencuplikan jam ke -
Purata kadar SGPT ± SE (U/L)
0
72,3 ± 5,8
24
217,3 ± 2,7
48
90,3 ± 6,5
Gambar 3. Diagram batang orientasi kadar SGPT tikus setelah diinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada jam ke-0, 24, dan 48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Langkah selanjutnya adalah melakukan uji normalitas data menggunakan Kolmogorov Smirnov. Uji normalitas pada setiap kelompok perlakuan tersebut diperoleh signifikansi masing-masing kelompok sebesar 0,999 (p>0,05); 0,944 (p>0,05); dan 1,000 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa distribusinya normal. Langkah selanjutnya dilakukan analisis pola searah (One Way ANOVA) dan diperoleh signifikansi sebesar 0,515 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variansi datanya homogen. Uji Scheffe juga dilakukan setelah analisis pola searah untuk melihat kebermaknaan perbedaan antar kelompok data. Hasil uji Scheffe ini ditunjukkan pada tabel II. Tabel II. Hasil uji Scheffe kadar SGPT tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, dan 48 Waktu Jam ke-0 Jam ke-24 pencuplikan Jam ke-0 B Jam ke-24 B Jam ke-48 TB B Keteranngan : B = Berbeda bermakna (p ≤ 0,05) TB = Berbeda Tidak bermakna (p > 0,05)
Jam ke-48 TB B
Pada tabel I dapat dilihat bahwa rata-rata kadar SGPT tertinggi ada pada saat pencuplikan darah jam ke-24. Peningkatan nilai SGPT ini menunjukkan perbedaan yang bermakna pada jam ke-24 jika dibandingkan pada jam ke-0 dan 48. Pada jam ke-48, kadar SGPT sudah mengalami penurunan yang signifikan dari kadar sebelumnya pada jam ke-24. Penurunan kadar pada jam ke-48 ini justru menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) jika dibandingkan dengan kadar SGPT pada jam ke-0. Ini menunjukkan kerusakan hati yang terjadi pada jam ke-48 sudah kembali pada keadaan normal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
Berdasarkan keseluruhan data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa efek hepatotoksik yang dimiliki oleh karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB menunjukkan efek yang maksimal pada jam ke-24. Oeh karena itu, hasil orientasi ini dijadikan sebagai acuan oleh peneliti dalam menentukan waktu pencuplikan darah pada hewan uji yaitu pada jam ke-24.
C. Hasil Uji Pengaruh Pemberian Jangka Panjang Dekok Kulit P. americana Mill. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian jangka panjang sediaan dekok kulit P. americana Mill. terhadap kadar ALP pada serum tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB yang sebelumnya dipejankan dekok kulit P. americana Mill. satu kali sehari selama enam hari berturut-turut. Lama pemejanan dekok kulit P. americana Mill. yang dilakukan pada hewan uji ini didasarkan pada penelitian Windrawati (2012) mengenai efek proteksi ekstrak air daun Macaranga tanarius L. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Pada penelitian Windrawati (2012) diberikan praperlakuan pemejanan ekstrak selama enam hari berturut-turut kemudian pada hari ketujuh hewan uji diberi senyawa hepatotoksin berupa karbon tetraklorida 2 mL/kgBB untuk mengkondisikan kerusakan hati. Dua puluh empat jam paska induksi karbon tetraklorida, dilakukan pengambilan darah pada hewan uji yang kemudian dilakukan pengukuran terhadap kadar enzim ALP. Pengukuran kadar ALP ini dilakukan di laboratorium klinik Parahita Diagnostic Center Yogyakarta. Hasil kadar ALP dan hasil kontrol
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
baik hepatotoksin, kontrol olive oil maupun kontrol sediaan yang didapatkan kemudian diuji normalitas datanya menggunakan Kolmogorov Smirnov. Uji normalitas pada kelompok kontrol hepatotoksin, kontrol olive oil, kontrol sediaan dan perlakuan dosis 1, 2 serta 3 tersebut diperoleh signifikansi masing-masing kelompok sebesar 0,789 (p>0,05); 0,998 (p>0,05); 0,987 (p>0,05); 0,998 (p>0,05); 0,997 (p>0,05); dan 0,818 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa distribusinya normal. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis pola searah (One Way ANOVA) dan diperoleh signifikansi sebesar 0,541 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variansi datanya homogen. Uji Scheffe kemudian dilakukan untuk melihat kebermaknaan perbedaan antar kelompok data. Dari hasil keseluruhan penelitian diperoleh penurunan kadar ALP (U/L) tersaji dalam bentuk purata ± SE dalam tabel dan diagram batang berikut. Tabel III. Pengaruh pemberian jangka panjang dekok kulit P. americana Mill. terhadap kadar serum ALP pada tikus terinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB Kelompok
Perlakuan
Purata ± SE (U/L) ALP
I
Kontrol hepatotoksin CCl4 2 mL/kgBB
440,2 ± 37,7
II
Kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB
274,2 ± 25,7
III
Kontrol sediaan dekok 1600 mg/kgBB
277,2 ± 19,3
IV
Dekok 363 mg/kgBB + CCl4 2 mL/kgBB
290,6 ± 14,7
V
Dekok 762 mg/kgBB + CCl4 2 mL/kgBB
250,4 ± 23,6
VI
Dekok 1600 mg/kgBB + CCl4 2 mL/kgBB
347,2 ± 31,2
Keterangan : SE
= Standard Error
46
Mean ALP
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kelompok
Gambar 4. Diagram batang rata-rata kadar serum ALP tikus jantan antar kelompok perlakuan Tabel IV. Hasil Uji Scheffe kadar ALP tikus antar kelompok perlakuan
Kelompok Perlakuan Kontrol Hepatotoksin CCl4 2 mL/kgBB Kontrol Negatif olive oil 2 mL/kgBB Kontrol Dekok 1600 mg/kgBB
Kontrol Hepatotok sin CCl4 2 mL/kgBB
Kontrol Negatif olive oil 2 mL/kgBB
Kontrol Dekok 1600 mg/kgBB
B
B
B
B
TB
TB
TB
TB
TB
TB
TB
TB
TB
TB
B
B
TB
Dekok 363 mg/kgBB + CCl4 B TB 2 mL/kgBB Dekok 762 mg/kgBB + CCl4 B TB 2 mL/kgBB Dekok 1600 mg/kgBB + CCl4 TB TB 2 mL/kgBB Keterangan : B = Berbeda bermakna (p ≤ 0,05)
Dekok 363 Dekok 762 Dekok 1600 mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB + + CCl4 2 + CCl4 2 CCl4 2 mL/kgBB mL/kgBB mL/kgBB
TB
TB
TB
TB
TB
TB
TB
TB = Berbeda Tidak bermakna (p > 0,05)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
1. Kontrol negatif (olive oil 2 mL/kgBB) Pada penelitian dilakukan pengujian pada kelompok kontrol negatif yang bertujuan untuk memastikan bahwa pelarut hepatotoksin yang digunakan tidak memberikan efek hepatotoksik terhadap hewan uji. Kontrol negatif yang diberikan yaitu olive oil yang merupakan pelarut dari karbon tetraklorida. Dosis yang diberikan adalah sebanyak 2 mL/kgBB sama dengan dosis karbon tetraklorida. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah dengan dosis yang sama dengan karbon tetraklorida, olive oil dapat memberikan efek hepatotoksik atau tidak. Berdasarkan hasil pengukuran ALP pada jam ke-24 setelah pemberian olive oil diperoleh nilai ALP pada kontrol negatif olive oil sebesar 274,2 ± 25,7 U/L. Menurut penelitian Kumalasari (2013), pemberian olive oil tidak memberikan peningkatan terhadap kadar ALT maupun AST. Hal ini ditunjukkan dari kadar ALT maupun AST yang didapatkan pada jam ke-0 dan 24 berada dalam rentang nilai normal. Pada penelitian yang dilakukan Kumar, et al. (2009), olive oil juga tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan enzim penanda kerusakan hati seperti ALT, AST maupun ALP. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan yang tidak signifikan dari enzim penanda kerusakan hati pada kelompok perlakuan dengan olive oil ketika dibandingkan dengan kelompok normal yang hanya diberi aquadest. Berdasarkan hasil yang peneliti dapatkan beserta penelitian pendukung lainnya, dapat disimpulkan bahwa pemberian olive oil 2 mL/kgBB tidak menyebabkan peningkatan kadar ALP yang merujuk pada kerusakan hati
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
sehingga kontrol olive oil ini dapat dijadikan sebagai acuan nilai normal ALP pada penelitian ini.
2. Kontrol hepatotoksin (karbon tetraklorida 2 mL/kgBB) Kontrol hepatotoksin dilakukan untuk mengetahui peningkatan kadar ALP dari pemberian karbon tetraklorida 2 mL/kgBB terhadap hati hewan uji yang merujuk pada kerusakan hati. Karbon tetraklorida dipejankan pada hewan uji sebanyak 2 mL/kgBB secara intraperitonial. Pemejanan secara intraperitonial ini bertujuan agar senyawa hepatotoksin dapat terdistribusi dengan cepat dalam darah dan cepat memberikan efek hepatotoksin. Pencuplikan darah kemudian dilakukan pada jam-24 karena berdasarkan hasil orientasi didapatkan peningkatan kadar SGPT sebanyak tiga kali lipat dari normal pada jam ke-24. Langkah selanjutnya mengukur kadar ALP dan membandingkan dengan kelompok kontrol olive oil. Berdasarkan hasil pengukuran yang terlihat pada tabel III, terjadi peningkatan kadar ALP hingga 440,2 ± 37,7 (U/L) jika dibandingkan dengan kontrol olive oil yang memiliki nilai ALP sebesar 274,2 ± 25,7 (U/L). Dari pengukuran ini dapat dilihat bahwa peningkatan kadar ALP pada kontrol hepatotoksin memberikan perbedaan bermakna (p<0,05) bila dibanding dengan kontrol olive oil. Data yang didapatkan ini sesuai dengan penelitian Arhoghro, et al. (2009) bahwa pemejanan karbon tetraklorida dapat mengakibatkan peningkatan kadar ALP hingga 1,7 kali lipat dibanding kontrol negatifnya (kontrol pelarut). Adanya peningkatan kadar ALP setelah pemberian karbon tetraklorida 2 mL/kgBB ini menunjukkan adanya kerusakan pada hati hewan uji
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
sehingga dapat digunakan sebagai nilai acuan yang menunjukkan kondisi hati yang rusak.
3. Kontrol sediaan (dekok kulit P. americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB) Kontrol dekok kulit P. americana Mill. perlu dilakukan untuk melihat pengaruh dekok kulit P. americana Mill. terhadap kadar ALP. Uji ini dilakukan dengan memberikan dekok kulit P. americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB secara per oral. Pemilihan dosis kontrol sediaan ini didasarkan pada dosis tertinggi yang digunakan dalam perlakuan sehingga diharapkan mampu menggambarkan keseluruhan dosis perlakuan dekok baik dosis tengah ataupun dosis rendah. Pada jam ke-24 dilakukan pencuplikan darah dan diukur kadar ALP. Berdasarkan data yang diperoleh sebagai hasil pengukuran, kontrol dekok kulit P.americana Mill. 1600 mg/kgBB memberikan rata-rata kadar ALP sebesar 277,2 ± 19,3 (U/L). Nilai ALP kontrol dekok kulit P. americana Mill. 1600 mg/kgBB ini memiliki perbedaan tidak bermakna (p>0,05) bila dibanding dengan kontrol olive oil. Dari hasil yang didapat ini dapat disimpulkan bahwa pemberian dekok kulit P. americana Mill. 1600 mg/kgBB tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan ALP yang mengindikasikan tidak terjadi kerusakan hati hewan uji.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
4. Kelompok perlakuan dekok kulit P. americana Mill. dosis 363 mg/kgBB; 762 mg/kgBB dan 1600 mg/kgBB pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB Kelompok perlakuan diberi praperlakuan dekok kulit P. americana Mill. terlebih dahulu dengan dosis 363; 762 dan 1600 mg/kgBB dengan pemberian jangka panjang. Pemberian jangka panjang ini bertujuan untuk melihat pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap penurunan kadar ALP pada hati hewan uji. Praperlakuan dekok kulit P. americana Mill. ini diberikan pada hewan uji sekali sehari selama enam hari berturut-turut. Pada hari ke tujuh, kelompok perlakuan tersebut diberi larutan karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kg BB secara intraperitonial. Tikus diambil darahnya melalui sinus orbitalis mata setelah 24 jam paska induksi karbon tetraklorida untuk pengukuran kadar enzim ALP. Hasil pengukuran kadar ALP pada kelompok perlakuan ini kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kelompok praperlakuan dekok kulit P. americana Mill. dosis 363 mg/kgBB memiliki nilai kadar ALP sebesar 290,6 ± 14,7 (U/L). Nilai kadar ALP yang didapat ini memiliki perbedaan yang bermakna (p ≤ 0,05) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol karbon tetraklorida 2 mL/kgBB. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif olive oil, nilai kadar ALP dari kelompok praperlakuan dekok dosis rendah ini memiliki perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok praperlakuan dekok kulit P. americana Mill. dosis 363 mg/kgBB memiliki kemampuan menurunkan ALP setelah induksi karbon tetraklorida yang berarti dapat memproteksi hati dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
senyawa hepatotoksin. Berdasarkan hasil yang didapat, dapat disimpulkan bahwa kandungan antioksidan pada dosis 363 mg/kgBB dapat menurunkan kadar ALP setelah induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB. Kelompok praperlakuan dekok kulit P. americana Mill. dosis 762 mg/kgBB memiliki nilai kadar ALP sebesar 250,4 ± 23,6 (U/L). Nilai kadar praperlakuan dekok dosis tengah ini memiliki perbedaan bermakna (p ≤ 0,05) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol karbon tetraklorida 2 mL/kgBB, seperti yang ditunjukkan pada tabel IV. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif olive oil, nilai kadar ALP dari kelompok praperlakuan dekok dosis tengah ini memiliki perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok praperlakuan dekok kulit P. americana Mill. dosis 762 mg/kgBB memiliki kemampuan menurunkan ALP setelah induksi karbon tetraklorida yang berarti dapat memproteksi hati dari senyawa hepatotoksin. Berdasarkan hasil yang didapat, dapat disimpulkan bahwa kandungan antioksidan pada dosis 762 mg/kgBB dapat menurunkan kadar ALP setelah induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB. Kelompok praperlakuan dekok kulit P. americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB memiliki nilai kadar ALP sebesar 347,2 ± 31,2 (U/L). Nilai kadar praperlakuan dekok dosis tinggi ini bila dibandingkan dengan kelompok kontrol karbon tetraklorida 2 mL/kgBB justru memiliki perbedaan tidak bermakna (p>0,05) seperti yang ditunjukkan pada tabel IV. Pada tabel IV juga dapat dilihat bahwa perbandingan antara kelompok praperlakuan dekok dosis tinggi dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
kelompok kontrol negatif olive oil juga memiliki perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Hasil perbandingan kelompok praperlakuan dekok kulit P. americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB dengan semua kelompok kontrol yang memiliki perbedaan tidak bermakna ini disebabkan karena terjadi penyimpangan standard deviasi yang besar pada nilai kadar ALP yang didapatkan dari kelompok praperlakuan dekok dosis tinggi ini. Penyimpangan standard deviasi ini menunjukkan adanya variasi yang besar pada data kadar ALP kelompok praperlakuan dekok dosis tinggi. Rata-rata nilai kadar ALP pada kelompok praperlakuan dekok dosis tinggi ini lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nilai kadar ALP pada kelompok kontrol karbon tetraklorida namun secara statistik hasilnya berbeda tidak bermakna. Hasil perbandingan kelompok praperlakuan dekok kulit P.americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB dengan kelompok kontrol hepatotoksin yang memiliki perbedaan tidak bermakna ini mungkin juga disebabkan karena perubahan antioksidan menjadi pro-oksidan dalam konsentrasi tinggi di mana pro-oksidan ini justru menimbulkan efek yang merugikan. Beberapa studi menunjukkan hasil yang kontroversial mengenai antioksidan eksogen di mana jenis, dosis dan matriks antioksidan ini dapat menjadi faktor penentu yang mempengaruhi keseimbangan antara efek menguntungkan dan merugikan dari senyawa alami (Bouayed & Bohn, cit., Yordi, Perez, Matos, dan Villares, 2012). Antioksidan yang terdapat pada kulit P. americana Mill. adalah karotenoid, flavonoid dan senyawa fenolik lainnya, vitamin C dan vitamin E.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Antioksidan dalam konsentrasi tinggi dapat berubah menjadi pro-oksidan. Karotenoid diperkirakan dapat memiliki efek pro-oksidan khususnya melalui autoksidasi dengan adanya radikal hidroksi oksida dalam konsentrasi tinggi (Young and Lowe, 2001). Senyawa fenolik dapat bertindak sebagai pro-oksidan dalam sistem yang mengandung logam reduksi aktif. Kehadiran O2 dan logam transisi seperti besi dan tembaga mengkatalisis reaksi redoks fenolat dan dapat menyebabkan pembentukan ROS dan phenoxyl radical yang akan merusak DNA, lipid dan biologi molekul lain (Galati and O'Brien, 2004). Berdasarkan hasil yang didapat ini, dekok kulit P.americana dosis 1600 mg/kgBB tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk menurunkan kadar ALP setelah induksi karbon tetraklorida yang berarti tidak dapat memproteksi hati dari senyawa hepatotoksin. Setelah
melakukan
perbandingan
kadar
ALP
pada
kelompok
praperlakuan dekok kulit P. americana Mill. dengan kelompok kontrol, selanjutnya adalah melakukan perbandingan kadar ALP secara statistik antar kelompok praperlakuan tersebut. Berdasarkan perbandingan kadar ALP yang dilakukan antar kelompok praperlakuan (Tabel IV) dapat dilihat adanya perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) pada antar kelompok praperlakuan dekok kulit P. americana Mill. dosis 363; 762; maupun 1600 mg/kgBB. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada kekerabatan antara peringkat dosis dekok kulit P. americana Mill. terhadap efek penurunan kadar ALP yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil uji statistik yang didapatkan, peneliti menyarankan pemilihan dosis I atau dosis rendah 363 mg/kgBB dekok kulit P. americana Mill. sebagai dosis efektif yang dapat digunakan sebagai alternatif pencegahan terhadap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
kerusakan hati. Hal ini didasarkan dari keefektifannya di mana dosis yang kecil (363 mg/kgBB) sudah mampu menimbulkan efek penurunan ALP hingga mendekati kondisi normal. Dari hasil penelitian ini perlu dilakukan penelitian lanjutan pula antara dosis 363 – 762 mg/kgBB untuk mengetahui dosis optimum kulit P. americana Mill. dalam menurunkan kadar ALP. Mekanisme hepatotoksik dari karbon tetraklorida sehingga dapat menginduksi kerusakan hati adalah melalui pembentukan radikal bebas reaktif yang dapat berikatan kovalen dengan makromolekul seluler. Karbon tetraklorida akan dimetabolisme oleh enzim di hati dan diubah menjadi radikal triklormetil (CCl3•). Selanjutnya triklorometil dengan oksigen akan membentuk radikal triklorometilperoksi yang sangat reaktif yang akan menyerang lipid pada membran
retikulum
endoplasma.
Triklorometilperoksi
ini
kemudian
menyebabkan peroksidasi lipid. Lipid dalam hati yang terbentuk dapat menghambat sintesis protein sehingga menurunkan produksi lipoprotein yang bertanggung jawab dalam transport lipid untuk keluar dari sel hepatosit. Turunnya produksi lipoprotein ini menyebabkan transport lipid menjadi terhambat sehingga terjadi steatosis, pembengkakan sel yang progresif dan kerusakan membran plasma. Penyakit hepatoseluler ini menyebabkan peningkatan kadar ALP di darah akibat kebocoran membran sel plasma. Mekanisme antioksidan kulit P. americana Mill. yang mungkin terjadi yaitu melalui pemberian pasangan elektron pada elektron bebas yang dimiliki oleh senyawa radikal CCl4 yaitu triklorometil (CCl3•) yang bersifat reaktif. Pemberian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
pasangan elektron oleh antioksidan pada triklorometil menyebabkan triklorometil ini menjadi lebih stabil dan tidak reaktif lagi. Mekanisme antioksidan kulit P. americana Mill. memang belum diketahui secara pasti, oleh karena itu perlu diadakan penelitian lebih lanjut terkait mekanisme antioksidan tersebut dalam melindungi hati dari pengaruh hepatotoksin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dan analisis statistik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Pemberian jangka panjang dekok kulit P. americana Mill. dosis rendah (363 mg/kgBB) maupun dosis sedang (762 mg/kgBB) mampu menurunkan kadar ALP sementara dosis tinggi (1600 mg/kgBB) tidak cukup mampu menurunkan kadar ALP pada tikus galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida untuk mendekati nilai normalnya. 2. Tidak ada kekerabatan antara peringkat dosis dekok kulit P. americana Mill. dengan efek penurunan kadar ALP yang ditimbulkan.
B. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai : 1. Mekanisme aksi dekok kulit P. americana Mill. dalam memberikan pengaruh penurunan kadar ALP. 2. Penelitian pengaruh dekok kulit P. americana Mill. terhadap penurunan kadar ALP dengan rentang dosis yang dipersempit yaitu antara 363 – 762 mg/kgBB untuk mengetahui dosis optimumnya.
56
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
DAFTAR PUSTAKA Agrilink, 2001, Suplement to Avocado Information Kit, Queensland Horticulture Institute, Department of Primary Industry, Queensland. Al-Dbass, A.M., Al-Daihan, S.K., and Bhat, R.S., 2012, Agaricus blazei Murill as an Efficient Hepatoprotective and Antioxidant Agent Against CCl 4induced liver injury in Rats, Saudi Journal of Biological Sciences., 19(3): 303–309. AlWasel, A.H., and Bashandy, S,A, 2011, Carbon Tetrachloride-induced Hepatotoxicty and Nephrotoxicity in Rats : Protective Role Vitamin C, Journal of Pharmacology and Toxicology., 6(3), 283 – 292. Arhoghro, E.M., Ekpo, K.E., and Ibeh, G.O., 2009, Effect of Aqueous Extract of Scent Leaf (Ocimum gratissimum) on Carbon Tetrachloride (CCl4) Induced Liver Damage in Albino Wistar Rats, African Journal of Pharmacy and Pharmacology, Vol. 3(11), pp. 562-567. Arukwe, U., Amadi, B., Duru, M., Agomuo,E., Adindu, E.,Odika, P., et al., 2012, Chemical Composition of Persea americana Leaf, Fruit and Seed, IJRRAS 11 (2), 345. Brewer, M.S., 2011, Natural Antioxidants: Sources, Compounds, Mechanisms of Action, and Potential Applications, Institute of Food Technologists, Urbana, p. 223. Carpena, J.R., Morcuende, D., Andrade, M., Kylli, P., and Estevez, M., 2011, Avocado (Persea americana Mill.) Phenolics, In vitro Antioxidant and Antimicrobial Activities, and Inhibition of Lipid and Protein Oxidation in Porcine Patties, Journal of Agricultural and Food Chemistry., (59) 56255635. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995 d, Material Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 46. Forrest, E., 2006, Hepatic Disorders, Edisi Kedua, Pharmaceutical Press, London, pp. 193, 201,202. Galati, G., and O’Brien, P.J., 2004, Potential Toxicity of Flavonoids and Other Dietary Phenolics: Significance for Their Chemopreventive and Anticancer Properties, Free Radic. Biol. Med, 37, 287–303. Gines, P., and Kamath, P.S., 2011, Chronic Liver Failure : Mechanisms and Management, Humana Press, New York, p. 49.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Guyton, A.C., and Hall, J.E., 2006, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, EGC, Jakarta, hal. 902, 904. Hastuti, T., 2008, Aktivitas Enzim Transaminase dan Gambaran Histopatologi Tikus yang diberikan Kelapa Kopyor Pasca Induksi Parasetamol, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Laporan Penelitian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hodgson, E., 2010, A Textbook of Modern Toxicology, Fourth Edition, A John Willey & Sons, Inc., Canada, USA, pp. 277,279-280, 282-283. Idris, S., Ndukwe, G. I., dan Gimba, C. E., 2009, Preliminary Phytochemical Screening and Antimicrobial Activity of Seed Extracts of Persea america (Avocado Pear), JPAS, 2(1), 173-176. Janakat, S., dan Al-Merie, H., 2002, Optimization of the dose and route of injection, and characterization of the time course of carbon tetrachlorideinduced hepatotoxicity in the rat, J. Pharm. Tox. Methods, 48, 41-44. Kiran, P.M., Raju, A.V., and Rao, B.G., 2012, Investigation of hepatoprotective activity of Cyathea gigantea (Wall. ex.Hook.) leaves against parasetamol-induced hepatotoxicity in rats, Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 352-356. Kumalasari, I., 2013, Efek Hepatoprotektif Jangka Panjang Dekok Biji Persea americana Mill. Terhadap Kadar ALT-AST Serum Pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, 54, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Kumar, P.V., Sivaraj, A., Elumalai, EK., and Kumar, B.S., 2009, Carbon Tetrachloride-Induced Hepatotoxicity In Rats-Protective Role Of Aqueous Leaf Extract Of Coccinia grandis, International Journal of PhramTech Research, 1 (4) 1612-1615. Lu, F.C., 1995, Toksikologi Dasar : Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Risiko, Edisi kedua, UI Press, Jakarta, hal. 208, 210, 214. Malangngi, L., Meiske, S., dan Jessy, J., 2012, Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Kadar Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill), Jurnal MIPA UNSRAT, 1 (1) 5-10. Marlinda, M., Sangi, M.S., Wuntu, A.D., 2012, Analisis Senyawa Metabolit Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.), Jurnal MIPA UNSRAT, 1 (1) 24-28.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
McPhee, S.J., and Ganong, W.F., 2010, Patofisiologi Penyakit : Pengantar Menuju Kedokteran Klinis, Edisi 5, EGC, Jakarta, hal. 421. Sacher, R.A., and McPherson, R.A., 2002, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta, hal. 360. Sherwood, L., 2009, Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem, Edisi Keenam, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 669,670. Stine, K.E., and Brown,T.M., 1996, Principles of Toxicology, CRC Press, New York, USA, pp.149, 152-156. Syaifuddin, H., 2010, Anatomi Fisiologi : Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan Kebidanan, Edisi 4, EGC, Jakarta, hal. 546. Talwar, G.P., and Srivastava, L.M., 2003, Textbook of Biochemistry and Human Biology, Third Edition, Prentice-Hall, New Delhi, p. 267-268. Timbrell J. A., 2009, Principles of Biochemical Toxicology, Fourth Edition, Informa Healthcare USA, New York, pp. 308-310. Tortora, G.J., and Derrickson, B.H., 2008, Principle of Anatomy and Physiology, 12 th Edition, John Wiley & Sons, London, p. 946. Vinha, A.F., Moreira, J., and Barreira, V.P., 2013, Physicochemical Parameters, Phytochemical Composition and Antioxidant Activity of the Algarvian Avocado (Persea americana Mill.), Journal of Agricultural Science, Vol. 5, No. 12. Weatherby, D., and Ferguson, S., 2002, Blood Chemistry and CBC Analysis : Clinical Laboratory Testing from a Functional Perspective, Bear Mountain Publishing, USA, pp. 119, 125-126. Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Kanisius, Yogyakarta, hal. 77. Windrawati, T.G., 2012, Efek Hepatoprotektif Ektrak Metanol:Air (50:50) Daun Macaranga tanarius L. terhadap Kadar ALT-AST Serum pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, 33, Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta. Yasir, M., Das, S., and Kharya, M.D., 2010, The Phytochemical and Pharmacological Profile of Persea americana Mill, NCBI, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3249906/, diakses pada 10 April 2014.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Yordi, E.G., Perez, E.M., Matos, M.J., and Villares, E.U., 2012, Antioxidant and Pro-Oxidant Effect of Polyphenolic Compounds and Structure-Activity Relationship Evidence, University of Santiago de Compostela, Spain, p. 23. Yoseph, G.K., 2013, Efek Nefroprotektif Pemberian Jangka Panjang Infusa Biji Persea americana Mill. Terhadap Kadar Kreatinin dan Gambaran Histologi Ginjal Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, 26-27, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Young, A.J., and Lowe, G.M., 2001, Antioxidant and Prooxidant Properties of Carotenoids, Arch. Biochem. Biophys, 382, 20–27. Zhou, et al., 2007, Prevalence of Fatty Liver Disease and Its Risk Factors in The Population of South China, World Journal of Gastroenterology, 13 (47) : 6419-6424. Zimmerman, H. J., 1999, Hepatotoxicity, Appleton Century Crofts, NewYork, pp. 167.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
61
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1. Foto buah P. americana Mill.
Lampiran 2. Foto kulit P. americana Mill.
62
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3. Foto serbuk kulit P. americana Mill.
Lampiran 4. Foto dekok kulit P. americana Mill.
63
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5. Foto pembuatan dekok kulit P. americana Mill.
64
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Lampiran 6. Ciri-ciri buah P. americana Mill. jenis Endranol dan Hass
Jenis Endranol a. Bentuk
: Seperti buah pear
b. Warna kulit
: Hijau gelap saat matang
c. Ketebalan kulit
: Tebal
d. Permukaan Kulit
: Relatif halus
e. Ketebalan daging buah
: 77 %
f. Berat buah
: 320 - 470 g
(Agrilink, 2001).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
Jenis Hass a. Bentuk
: Oval
b. Warna kulit
: Hitam ketika matang
c. Ketebalan kulit
: Medium
d. Permukaan Kulit
: Tidak rata, terdapat butiran – butiran kasar
e. Ketebalan daging buah
: 70 %
f. Berat buah
: 180 – 350 g
(Agrilink, 2001).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7. Surat determinasi tanaman P. americana Mill.
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 8. Surat pengesahan Medical and Health Research Ethics Commitee (MHREC)
68
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 9. Surat hasil penetapan kadar air kulit P. americana Mill.
69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 10. Analisis statistik kadar ALT pada uji pendahuluan waktu pencuplikan darah hewan uji setelah induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB
NPar Tests
Oneway
70
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Test of Homogeneity of Variances
ANOVA
Post Hoc
71
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Homogeneous
Grafik
72
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 11. Analisis statistik kadar ALP kelompok perlakuan jangka panjang dekok kulit P. americana Mill. terinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB
NPar Tests
a. Test distribution is Normal.
73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Oneway
74
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Post Hoc Test Muliple Comparation
75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 10. Perhitungan penetapan peringkat dosis dekok kulit P. americana Mill. kelompok perlakuan Homogeneous Subsets
76
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Grafik
Lampiran 12. Perhitungan konversi dosis dekok kulit P. americana Mill. dari tikus ke manusia Angka konversi tikus 200 g ke manusia 70 kg = 56,00 Dosis untuk tikus = 1600 mg/kgBB = 1,600 g/kgBB = 0,0016 g/gBB tikus = 0,32 g/200 gBB tikus Dosis untuk manusia 70 kg = 56,00 x 0,32 g = 17,92 g
77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penetapan Dosis Dekok Kulit Persea americana Mill. : Dosis manusia = dosis tikus 200 gBB x angka konversi ke manusia 1. Dekok Kulit Persea americana Mill. dosis 363 mg/kgBB 363 mg/kgBB = 0,000363 g/gBB = 0,0726 g/ 200gBB Dosis manusia = 0,0726 g/200 gBB x 56,0 = 4,06 g/70kgBB = 2,90 g/50kgBB 2. Dekok Kulit Persea americana Mill. dosis 762 mg/kgBB 762 mg/kgBB = 0,000762 g/gBB = 0,1524 g/ 200gBB Dosis manusia = 0,1524 g /200 gBB x 56,0 = 8,53 g /70kgBB = 6,10 g /50kgBB 3. Dekok Kulit Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB 1600 mg/kgBB = 0,0016 g/gBB = 0,32 g/ 200gBB Dosis manusia = 0,32 g/200 gBB x 56,0 = 17,92 g /70kgBB = 12,80 g /50kgBB
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
BIOGRAFI PENULIS Penulis skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Jangka Panjang Dekok Kulit Persea americana Mill. Terhadap Kadar Alkalin Fosfatase Pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida” yang memiliki nama lengkap Brigita Wina Rosari Putri, lahir di Rembang pada tanggal 19 September 1992. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Tarcicius Suwondo dan Ibu Ermina Nursanti. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK Santa Maria Rembang (1997-1999), pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SD Katolik Santa Maria Rembang (1999-2005), pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Rembang (2005-2008) dan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Rembang (2008-2011). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2011. Semasa menempuh pendidikan sarjana, penulis mendapat beasiswa unggulan dari KemDikBud periode gasal 2011-2015. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan dan kegiatan lainnya selama menempuh pendidikan sarjana antara lain menjadi anggota seksi kesekretariatan Seminar Nasional Diabetes Melitus (2011), bendahara dalam kegiatan Desa Mitra Fakultas (2013), bendahara dalam kegiatan Perayaan Ekaristi Pekan Suci Universitas (2012), panitia dalam kegiatan Sarasehan Spiritualitas Ignasian Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2014) serta aktif tergabung dalam komunitas Jalinan Kasih Mahasiswa Katolik (JKMK) sebagai pengurus bagian divisi humas. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Biokimia (2013 - 2014) dan Bentuk Sediaan Farmasi (2014).