PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED-HEADS TOGETHER TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWI KELAS XI DI SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Dede Marianus NIM: 111124039
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada Mama yang sangat saya cintai dan saya banggakan, Ayuni yang selalu menjadi semangat, seluruh keluarga tercinta, pak Dapi dan saudara-saudari yang telah mendukungku dengan caranya masing-masing dan Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
Apa artinya belajar pada hari kemarin dan hari ini, jika kita tidak mampu menghadapi hari esok. Karena hari esok akan lebih sulit daripada hari kemarin dan hari ini, oleh sebab itu hadapilah hari esok dengan membentengi diri pada Kuasa Yesus Kritus.
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Skripsi ini berjudul PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWI KELAS XI DI SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA TAHUN 2015/2016. Penulis memilih judul ini berdasarkan rasa keprihatinan akan mata pelajaran PAK yang saat ini menghadapi tantangan di dunia pendidikan. Tantangan tersebut yaitu kurangnya motivasi siswa pada saat belajar PAK, sehingga suasana kelas menjadi tidak hidup. Tantangan tersebut perlu diatasi dengan model pembelajaran yang menarik. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Oleh karena itu skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap motivasi belajar PAK. Motivasi belajar PAK berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan, dorongan untuk memenuhi kebutuhan, bertingkah laku tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan pencapaian tujuan yang memenuhi kebutuhan itu. Pembelajaran Kooperatif tipe NHT dalam Pendidikan Agama Katolik yaitu sebuah model pembelajaran berbasis kooperatif yang dirancang mempengaruhi pola interaksi siswa dalam berpikir bersama. Berdasarkan gagasan itu, hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yakni terdapat perbedaan antara motivasi sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan motivasi setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis secara empirik maka peneliti dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif berbentuk uji beda. Cara pengambilan sampel dari populasi dilakukan dengan rumus Cluster random sampling. Hasil pengacakan yaitu kelas XI IPA, XI Bahasa, XI IPS1 dan XI IPS2. Sedangkan desain penelitian ini menggunakan bentuk Pre-Experimental Designs. Instumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan skala Likert dengan menyebarkan instrumen pretest (motivasi sebelum perlakuan) dan posttest (motivasi setelah perlakuan) serta untuk lebih menguatkan lagi dengan mengobservasi dari masing-masing kelas oleh guru. Dari uji validitas pada taraf signfikansi 5%, dengan N adalah 30 item terdapat 21 item valid. Sedangkan dari hasil uji reliabilitas diperoleh koefsien Alpha sebesar 0,858 yang berarti reliabilitas instrumen cukup tinggi. Hasil penelitian pada sampel sebanyak 95 orang menunjukkan bahwa nilai Mean meningkat dari sebelum perlakuan sebesar 78.37 dan setelah perlakuan sebesar 91.17. Mean tersebut memberikan gambaran ada perbedaan nilai yang cukup signifikan antara motivasi sebelum perlakuan dan motivasi setelah perlakuan. Sedangkan hasil perkelas menunjukan ada tiga kelas yang ada kenaikan mean dan satu kelas mengalami penurunan. Nilai signifikansi 0,000 artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Ini berarti model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap motivasi belajar siswi kelas XI di SMA Santa Maria Yogyakarta. Oleh karena itu, maka penulis menyarankan agar guru pendidikan agama katolik menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang bisa meningkatkan motivasi para siswa dalam belajar pendidikan agama Katolik. viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT This undergraduate thesis entitled THE EFFECTS OF COOPERATIVE LEARNING MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER TYPE LEARNING MOTIVATION OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION OF THE STUDENTS OF GRAD XI SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA YEAR 2015/2016. The writer chose this title based on a sense of concern for the subject of Catholic Religious Education which is currently facing challenges in the world of education. The challenge is the lack of motivation of students when learning Catholic Religious Education, so that the classroom atmosphere becomes alive. These challenges need to be addressed with an interesting learning model. One model of learning that can be used is a cooperative learning model Numbered Heads Together type. Therefore, this writing aims to determine the effects of cooperative learning model Numbered Heads Together type on motivation to be learn the Catholic Religious Education. The Motivation to Catholic Religious Education is closely related to the appreciation of a need, an urge to meet the needs, behave in particular to meet the needs and to achieve goals that meet those needs. The Cooperative Learning model Numbered Heads Together type in Catholic Religious Education is a cooperative based learning model designed that affect students' interaction patterns in thinking together. Based on that idea, hypothesis tested in this study is that there is a difference between motivation before using cooperative learning model Numbered Heads Together type with motivation and after using cooperative learning model Numbered Heads Together type. To prove the truth of the hypothesis empirically, the writer in this study using quantitative research method shaped different test. The samples of the population are carried out by cluster random sampling formula. The results of the randomization are classes of XI IPA, XI Bahasa, XI IPS1 and XI IPS2. While the design of this study used the form Pre-Experimental Designs. Instrument used in this research is using a Likert scale by spreading the pretest instruments (motivation prior to treatment) and posttest (motivation after treatment) as well as to further strengthen again by observing from each class by the teacher. Test the validity of the signficance level of 5%, with N is 30 item 21 items are valid. While the reliability test results obtained coefisen Alpha of 0.858 which means the reliability of the instrument is quite high. The results of research on a sample of 95 people showed that mean increase from before treatment amounted to 78.37 at 91.17. Mean tese no signfcant difference in value between motivation before treatment and after treatment motivation. While the results show there are three classes per grade that is the increase in the mean an one class has decreased. The significance value of 0.000 means that Ha Ho accepted and rejected. This means cooperative learning model numbered heads together type affect motivaton for grade XI students at Santa Maria High School Yogyakarta. Therefore, the writer suggested that Catholic Religious Education teachers use cooperative learning model numbered heads together type could increase the motivation of students to learn in Catholic Religious Education. ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan karena kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang
KOOPERATIF
berjudul TIPE
PENGARUH NUMBERED
MODEL HEADS
PEMBELAJARAN TOGETHER
(NHT)
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWI KELAS XI DI SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA. Skripsi ini disusun berdasarkan rasa keprihatinan akan mata pelajaran PAK yang saat ini menghadapi tantangan di dunia pendidikan. Tantangan tersebut yaitu kurangnya motivasi siswa pada saat belajar PAK, sehingga suasana kelas menjadi tidak hidup. Tantangan tersebut perlu diatasi dengan model pembelajaran yang menarik. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Oleh karena itu penulis menyusun skripsi ini dimaksudkan untuk memudahkan guru pendidikan agama katolik dalam memotivasi siswa pada saat kegiatan pembelajaran di sekolah dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru diharapkan mampu menjadi motivator yang baik bagi siswanya. Guru sebagai motivator ialah di mana guru mampu menyemangati siswanya dengan mengetahui dan mengerti siswanya, memberikan penghargaan dan aktualisasi diri kepada siswanya. Mampu mengetahui dan mengerti siswanya yakni berhubungan dengan kebutuhan manusia untuk memuaskan rasa ingin tahunya untuk mendapatkan pengetahuan, untuk mendapatkan keterangan-keterangan, dan untuk
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mengerti sesuatu. Memberikan penghargaan merupakan kebutuhan rasa berguna, penting, dihargai, dikagumi, dihormati oleh orang lain. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini selesai disusun dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dengan sepenuh hati dan syukur mengucapkan terima kasih kepada: 1.
F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing I sekaligus dosen pembimbing akademik yang selalu siap sedia memberikan dukungannya dengan penuh kesabaran dalam memberikan koreksi saat bimbingan skripsi sehingga penulis termotivasi, dan selalu mendapat wawasan baru dalam menyempurnakan skripsi ini sampai selesai.
2.
Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed, selaku dosen penguji ke II yang telah bersedia memberikan dukungan dan semangat serta selaku ketua Program Studi Prodi IPPAK yang telah memberikan persetujuan pada penulis dalam proses awal penulisan skripsi hingga selesai.
3.
Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen penguji III yang bersedia meluangkan waktu bagi penulis untuk mengadakan bimbingan dalam rangka meminta pendapat dan saran pada saat penulisan skripsi, sehingga penulis mempunyai semangat dalam menulis skripsi ini hingga selesai.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing, mendukung dan mendidik penulis selama belajar hingga menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
5.
Seluruh teman-teman IPPAK yang selalu ada di saat penulis meminta tolong ketika penulis memerlukan bantuan.
6.
Terkhusus teman-teman IPPAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2011 yang telah banyak memberikan dukungan, perhatian, saran dan masukan selama ini dalam menjalani tugas studi di Prodi IPPAK. Bagi penulis kebersamaan kita selama ini memberi dukungan, semangat bagi penulis untuk belajar mengenal dan menerima masing-masing karakter kita sebagai teman seperjalanan dan seperjuangan selama proses membina diri dan menimba ilmu di Prodi IPPAK.
7.
Sr. M. Ancilla OSF, S.Pd.,M.M. selaku Kepala SMA Santa Maria Yogyakarta yang
telah
memberikan
kesempatan
emas
kepada
penulis
untuk
melaksanakan penelitian di SMA Santa Maria Yogyakarta. 8.
Ibu Theresia Heni Subekti,S.Pd. selaku guru pamong yang telah memberikan pendampingan dengan kesetiaannya ketika penulis menjalankan penelitian dan menjadi seorang ibu bagi penulis yang mampu memberikan ketenangan dalam menghadapi masalah di dalam proses penelitian serta memberikan bimbingan yang sangat berharga bagi perkembangan penulis.
9.
Seluruh Guru dan Karyawan SMA Santa Maria Yogyakarta dan semua pihak yang telah membantu memperlancar pelaksanaan penelitian dan sikap keterbukaan yang sungguh akan menjadi kenangan tersendiri bagi Penulis. xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ..........................................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................
ii
PENGESAHAN ............................................................................................
iii
PERSEMBAHAN .........................................................................................
iv
MOTTO ........................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ........
vii
ABSTRAK ....................................................................................................
viii
ABSTRACT ....................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................
x
DAFTAR ISI .................................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xx
DAFTAR SINGKATAN ..............................................................................
xxi
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang .................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .........................................................................
9
C. Batasan Masalah .............................................................................
10
D. Rumusan Permasalahan ...................................................................
11
E. Tujuan Penulisan ..............................................................................
11
F. Manfaat Penulisan ............................................................................
11
G. Metode Penulisan .............................................................................
12
H. Sistematika Penulisan ......................................................................
12
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS .......................................
14
A. Pendidikan Agama Katolik (PAK) ..................................................
14
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
Hakikat Tujuan Pendidikan Agama Katolik ..............................
15
a. PAK sebagai Pendidikan Iman ..............................................
15
b. PAK sebagai Pelayanan Sabda ..............................................
17
c. PAK sebagai Komunikasi Iman ............................................
17
2. Pendekatan Pendidikan Agama Katolik .....................................
19
3. Ruang Lingkup Bahan PAK ........................................................
21
a. Pribadi Peserta Didik ............................................................
23
b. Yesus Kristus .......................................................................
23
c. Gereja ...................................................................................
23
d. Masyarakat ...........................................................................
23
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK) ........................................
25
1. Pembelajaran PAK .....................................................................
25
a. Belajar PAK .........................................................................
25
b. Pembelajaran PAK di Sekolah .............................................
30
2. Model Pembelajaran PAK ..........................................................
31
3. Model Pembelajaran Kooperatif ................................................
38
a. Pembelajaran Kooperatif .......................................................
38
b. Model Pembelajaran Kooperatif ............................................
41
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ............................................
43
d. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ..........................................
44
e. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif .............................
45
f. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif ...................
45
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK) .......
47
a. Sintak (Tahap-tahap) .............................................................
47
b. Sistem Sosial ..........................................................................
50
c. Tugas / Peran Guru .................................................................
51
d. Sistem Dukungan ...................................................................
52
e. Dampak ..................................................................................
52
f. Evaluasi Pembelajaran Kooperatif tipe NHT ........................
52
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
g. Tujuan Pembelajaran Kooperatif tipe NHT ..........................
53
C. Motivasi Belajar PAK ......................................................................
55
1. Pengertian Motivasi Belajar PAK ..............................................
55
2. Faktor yang Menimbulkan Motivasi Belajar PAK ....................
59
3. Fungsi Motivasi Belajar PAK ....................................................
60
4. Macam-macam Motivasi Belajar PAK ......................................
61
5. Sumber Motivasi Belajar PAK ..................................................
63
a. Faktor Internal .....................................................................
64
b. Faktor Eksternal ...................................................................
66
6. Strategi Memotivasi Siswa Belajar PAK ...................................
68
D. Penelitian yang Relevan ...................................................................
74
E. Kerangka Pikir .................................................................................
75
F. Hipotesis ..........................................................................................
75
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
77
A. Jenis Penelitian ................................................................................
77
B. Desain Penelitian ............................................................................
77
C. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................
78
D. Populasi dan Sampel ........................................................................
79
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ......................................
80
1. Variabel Penelitian .....................................................................
80
2. Definisi Konseptual ....................................................................
80
3. Definisi Operasional ...................................................................
81
a. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together (NHT) ......................................................................
81
b. Motivasi Belajar PAK ............................................................
82
4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
82
5. Instrumen Penelitian ...................................................................
83
6. Kisi-kisi Instrumen .....................................................................
84
7. Pengembangan Instrumen .........................................................
89
8. Validitas dan Reliabilitas ..........................................................
90
a. Uji Validitas .........................................................................
90
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b. Uji Reliabilitas.......................................................................
91
F. Teknik Analisis Data .......................................................................
93
1. Uji Persyaratan Analisis Data .................................................. a. Uji Normalitas Data ............................................................ b. Uji Hipotesis ...................................................................... BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................
94 94 95 97
A. Hasil Penelitian .............................................................................
97
1. Uji Persyaratan .........................................................................
97
2. Uji Normalitas dan Uji Hipotesis .............................................
98
a. Uji Normalitas dan Uji Hipotesis untuk Melihat Perbedaan Selisih Hasil Nilai Pretest ke Posttest pada Sampel sebanyak 95 Orang ...............................................
98
b. Uji Normalitas dan Uji Hipotesis Perkelas ........................
101
B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................
113
1. Hasil Uji hipotesis untuk perbedaan selisih hasil nilai pretest ke posttest pada sampel sebanyak 95 orang ...........................
113
2. Uji hipotesis untuk melihat perbedaan hasil selisih nilai pretest ke posttest pada setiap kelas yaitu kelas IPA, Bahasa, IPS1 dan IPS2 ...........................................................
114
C. Refleksi Kateketis .........................................................................
116
1. Aspek Kateketis dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ................................................................................
116
2. Aspek Kateketis dalam Motivasi Belajar PAK ......................
117
D. Refleksi atas Hasil Penelitian .......................................................
118
E. Keterbatasan Penelitian ................................................................
125
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
126
A. Kesimpulan .....................................................................................
126
B. Saran ...............................................................................................
128
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
130
LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Izin Penelitan .........................................................
(1)
Lampiran 2: Surat Keterangan Selsai Penelitian .................................
(2)
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3: RPP ..................................................................................
(3)
Lampiran 4: Lembar Kerja Siswa ........................................................
(16)
Lampiran 5: Contoh Instrumen Pretest-posttest ..................................
(22)
Lampiran 6: Contoh Hasil Pretes-posttest ...........................................
(26)
Lampiran 7: Data Hasil Observasi/Pengamatan ..................................
(58)
Lampiran 8: Data Hasil Uji Validitas ..................................................
(70)
Lampiran 9: Dokumentasi Penelitian ..................................................
(77)
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Desain Pretest-Posttest ...................................................................
78
Tabel 2. Data populasi siswa kelas XI tahun 2014 ......................................
79
Tabel 3. Kisi-kisi Observasi Variabel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together .......................................................
84
Tabel 4. Kisi-kisi (Pretest-Posttest) Instrumen Motivasi Belajar PAK ........
85
Tabel 5. Instrumen Observasi Motivasi Belajar PAK ...................................
88
Tabel 6. Rumus Manual Validitas .................................................................
90
Tabel 7. Validitas Y1 .....................................................................................
91
Tabel 8. Rumus Reliabilitas ...........................................................................
92
Tabel 9. Reliabilitas Y1 .................................................................................
92
Tabel 10. Reliabilitas Statistik Y1 .................................................................
93
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Sampel Sebanyak 95 Orang .........................
98
Tabel 12. Perbedaan Mean Pretest-Posttest pada sampel sebanyak 95 orang ...........................................................................................
99
Tabel 13. Hasil Uji Wilcoxon Sampel sebanyak 95 Orang ........................... 100 Tabel 14. Hasil Uji Normalitas Kelas XI IPA ................................................ 101 Tabel 15. Perbedaan Mean Pretest-Posttest Kelas XI IPA ............................ 102 Tabel 16. Hasil Uji T-Test Kelas XI IPA ....................................................... 103 Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Kelas XI Bahasa .......................................... 104 Tabel 18. Perbedaan Mean Pretest-Posttest Kelas XI Bahasa ....................... 105 Tabel 19. Hasil Uji Wilcoxon Kelas XI Bahasa ............................................ 106 Tabel 20. Hasil Uji Normalitas Kelas XI IPS 1 ............................................. 107 Tabel 21. Perbedaan Mean Pretest-Posttest Kelas XI IPS 1 ......................... 108 Tabel 22. Hasil Uji T-Test Kelas XI IPS 1 ..................................................... 109 Tabel 23. Hasil Uji Normalitas Kelas XI IPS 2 ............................................. 110 Tabel 24. Perbedaan Mean Pretest-Posttest Kelas XI IPS 2 .......................... 111 Tabel 25. Hasil Uji T-Test Kelas XI IPS 2 ..................................................... 112
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Skema Kerangka Pikir ................................................................... 75 Gambar 2. Teknik Cluster Random Sampling .................................................. 80 Gambar 3. Perbedaan selisih nilai mean Sebelum Perlakuan dan Setelah Perlakuan pada sampel sebanyak 95 orang .................................... 100 Gambar 4. Perbedaan selisih nilai mean Sebelum Perlakuan dan Setelah Perlakuan pada Kelas IPA .............................................................. 103 Gambar 5. Perbedaan selisih nilai mean Sebelum Perlakuan dan Setelah Perlakuan pada kelas XI Bahasa .................................................... 106 Gambar 6. Perbedaan selisih nilai mean Sebelum Perlakuan dan Setelah Perlakuan pada kelas XI IPS 1 ....................................................... 109 Gambar 7. Perbedaan selisih nilai mean Sebelum Perlakuan dan Setelah Perlakuan pada kelas XI IPS 2 .......................................................112
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia. Luk
: Lukas
Kis
: Kisah Para Rasul
Rm
: Roma
1Kor : 1 Korintus Gal
: Galatia
Mat
: Matius
Yes
: Yesaya
Luk
: Lukas
Ul
: Ulangan
Im
: Immamat
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja ASG
: Ajaran Sosial Gereja, Kumpulan dokumen Ajaran Sosial Gereja Tahun 1891-1991 dari Rerum Novarum sampa Centesmus Annus.
CT
: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Klerus dan segenap umat beriman, tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979. xxi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DKU
: Direktorum Kateketik Umum, sinode para uskup mengenai evangelisasi (1974) dan mengenai katekese, Tahun 1971
DV 5
: Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis tentang wahyu Ilahi, Paulus Uskup Hamba Allah bersama Bapa-bapa Konsili Suci demi kenangan Abadi, 18 November 1965
EN
: Evangeli Nuntiandi, Ensiklik Paus Paulus VI, tentang pewartaan Injil dalam dunia modern, 8 Desember 1975.
KHK
: Kitab Hukum Kanonik adalah susunan atau kodifikasi peraturan kanonik untuk Gereja Latin dalam Gereja Katolik, oleh Paus Yohanes Paulus II, tanggal 25 Januari 1983.
KOMKAT : Komisi Kateketik, Perangkat keuskupan yang membantu uskup dalam karya katekese. KU
: Katekese Umat dicetuskan dalam Pertemuan Komisi Kateketik Keuskupan se-Indonesia (PKKI) yang pertama di Sindanglaya (Jawa Barat), 10-17 Juli 1977.
KWI
: Konferensi Waligereja Indonesia adalah organisasi Gereja Katolik yang beranggotakan para Uskup di Indonesia.
LG
: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Paus Paulus VI Tentang Gereja, 21 November 1964.
MAWI
: Majelis Agung Waligereja Indonesia, konferensi para uskup di Indonesia, Tahun1960-1970.
PKKI
: Pertemuan Komisi Kateketik Keuskupan se-Indonesia, di Sidanglaya tahun 1977. xxii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. Singkatan Lain a.
: Artikel
AK
: Angkatan
bdk
: Bandingkan
BHS
: Bahasa
HP
: Handphone
IPA
: Ilmu Pengetahuan Sosial
IPS
: Ilmu Pengetahuan Sosial
KKM
: Ketentuan Kriteria Minimal
KTSP
: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kt
: Kata
LKS
: Lembar Kerja Siswa
NHT
: Numbered Heads Together
No
: Nomor
PAK
: Pendidikan Agama Katolik
PBM
: Proses Belajar Mengajar
SMA
: Sekolah Menengah Atas
Std
: Standar
Sig
: Signifikansi
SP
: Satuan Pertemuan
SPSS
: Statistical Package For The Social Science
xxiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Proses pendidikan di sekolah termasuk PAK (Pendidikkan Agama Katolik) yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses belajar mengajar (PBM). Keberhasilan PBM ini ditentukan melalui kerjasama dan keterlibatan antara siswa dan guru. Dalam konteks ini, guru dituntut untuk menyususn suatu perencanaan kegiatan pembelajaran sistematis yang berpedoman pada kurikulum yang saat itu digunakan. Pada pelaksanaannya, proses pembelajaran masih ada kesan bahwa guru lebih aktif daripada siswa, sehingga siswa hanya akan mendengarkan penyampaian materi oleh guru dan merasa bosan. Dapat dikatakan siswa menjadi individu yang pasif dan kurang percaya diri. Sementara itu, kurikulum yang ada saat ini (KTSP) menuntut siswa berperan aktif dalam membangun konsep dalam diri. Jadi menurut KTSP kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas menjadi hidup. Tentu untuk menciptakan suasana kelas yang demikian harus ada motivasi di dalam diri siswa-siswi sehingga ada dorongan untuk terlibat aktif. Pada saat penulis praktek PPL di tingkat SMA, penulis melihat ada siswa yang kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Pada saat interaksi tanya jawab juga ada siswa yang masih malu-malu menyampaikan pendapatnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
Guru sebagai motivator ialah di mana guru mampu menyemangati siswanya dengan mengetahui dan mengerti siswanya, memberikan penghargaan kepada siswanya. Mampu mengetahui dan mengerti siswanya yakni berhubungan dengan kebutuhan manusia untuk memuaskan rasa ingin tahunya untuk mendapatkan pengetahuan, untuk mendapatkan keterangan-keterangan, dan untuk mengerti sesuatu. Memberikan penghargaan merupakan kebutuhan rasa berguna, penting, dihargai, dikagumi, dihormati oleh orang lain. Secara tidak langsung ini merupakan kebutuhan perhatian, ketenaran, status, martabat, dan lain sebagainya. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia untuk mengembangkan diri sepenuhnya,
merealisasikan
potensi-potensi
yang
dimilikinya.
Menurut
pengalaman yang dirasakan penulis selama menjadi siswa dan ketika praktek mengajar di sekolah dasar dan sekolah menengah, guru belum sepenuhnya mampu menyemangati siswa sesuai dengan yang diharapkan. Faktanya ada siswa yang tidur ketika pembelajaran berlangsung dan kurang bergairah. Padahal guru sudah memberikan perhatian lebih kepada siswanya. Guru sebagai fasilitator ialah di mana seorang guru mampu memfasilitasi siswa sesuai dengan kebutuhan yang relevan. Tetapi faktanya, ada guru yang tidak membantu siswa dengan memberikan fasilitas yang tidak relevan dengan para siswanya. Sebagai seorang guru seharusnya mempunyai semangat yang tinggi untuk membangkitkan semangat siswa-siswanya dan menciptakan kondisi-kondisi tertentu untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa-siswa secara tidak langsung terfasilitasi dalam proses belajarnya. Faktanya saat menyampaikan materi dalam pembelajaran di kelas ada beberapa guru yang sudah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
memfasilitasi siswanya dengan beberapa fasilitas. Misalnya, saat pembelajaran di sekolah guru memfasilitasi ruangan kelas dengan ruangan yang bagus dan menarik. Menjadi guru memang terlihat mudah, namun pada kenyataannya sangatlah bertolak belakang. Apalagi menjadi guru yang mempunyai hati. Bukanlah suatu pekerjaan yang mudah untuk dilaksanakan. Bahkan ada ungkapan bahwa menjadi guru tidak menjamin masa depan. Dan ini akan berpengaruh dengan kinerja yang maksimal bagi sebagian orang yang orientasinya adalah uang. Serta berpengaruh juga terhadap keberhasilan siswa dalam mempelajari materi ajar yang disajikan oleh guru. Tetapi sebagai seorang guru agama yang mempunyai semangat sang guru sejati yaitu Yesus Kristus yang menjadi inspirasi dunia maka akan sangat sulit dalam menjalankannya dalam hidup sehari-hari karena dihadapkan dengan berbagai tantangan yang cukup banyak sehingga akan sangat sulit untuk menciptakan suatu pembelajaran yang inovatif dan menarik yang mampu memberi motivasi bagi siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan agama katolik. Ada kesan dari guru PAK yang merasa sulit untuk beradaptasi dengan
lingkungan
sekitarnya
karena
pembicaraan-pembicaraan
yang
menjatuhkan mental seorang guru. Misalnya dari segi perekonomian, dengan gaji guru yang tidak seberapa besar maka akan kesulitan mencukupi kebutuhan seharihari yang semakin banyak tuntutan dan kebutuhan. Memang kelihatan sederhana namun, ada guru yang kurang kuat mentalnya lalu meninggalkan pekerjaannya tersebut. Ada anggapan bahwa pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) itu tidak menarik. Dapat dibayangkan pelajaran PAK yang menjadi dasar penting
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
untuk pembentukan iman dan kepercayaan seseorang tetapi terlihat monoton dan tidak memotivasi para siswa. Ini tentu akan sangat mengecewakan karena tidak relevan dengan semangat Yesus Kristus yang selalu mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi dalam segala hal. Bagaimana mungkin siswa termotivasi didalam dirinya apabila tidak ada dorongan dari gurunya secara mendalam dan menciptakan suatu model pembelajaran yang benar-benar mengena dan relevan sesuai dengan situasi mereka. Oleh sebeb itu, guru harus benar-benar peka akan situasi seperti ini serta memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa, serta harus membuat sesuatu yang menarik dan relevan bagi siswa. Misalnya dengan diskusi kelompok ataupun model belajar yang benar-benar melibatkan siswanya seperti ambil bagian dalam penyampaian ide-idenya. Sesungguhnya pelajaran PAK mampu membuat seseorang bertobat dan melakukan hidup dengan sebaik mungkin. Misalnya, dengan kegiatan rohani seperti pendalaman Kitab Suci, mampu membuat seorang anak tersentuh dan akhirnya berubah dan sungguh-sungguh bertobat. Ketika penulis praktek PPL di Sekolah Dasar dan praktek PPL di Sekolah Menengah Atas, mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik, penulis melihat dan merasakan secara langsung bagaimana para siswa-siswi masih ada kesan pasif dan kebanyakan di antara mereka tidak mendengarkan ketika guru menjelaskan di depan kelas bahkan ada yang sibuk sendiri dengan dunia mereka, ketika penulis lebih aktif berbicara pada saat proses pembelajaran terjadi di dalam kelas. Tetapi, ketika menggunakan model pembelajaran dengan kerja kelompok antara 4-5 orang didalam kelompok tersebut dan didalam kelompok tersebut diberikan topik tertentu untuk mereka selesaikan secara bersama-sama. Dan hasilnya hampir
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
sebagian besar siswa-siswi menjadi aktif, senang, dan saling menyumbangkan ideide mereka dengan bebas serta ada komunikasi yang baik diantara mereka. Ini berarti para siswa mempunyai dorongan dalam pembelajaran saat menerapkan model kerja kelompok seperti ini. Perkembangan suatu pembelajaran saat ini juga semakin pesat, dengan beberapa penelitian mengenai model belajar dan pembelajaran yang sudah dikembangkan oleh para peneliti di beberapa tempat, yang sudah mengembangkan suatu model pembelajaran yang bervariasi, menarik, mengikuti perkembangan pendidikan dan menyenangkan dengan menggunakan model kooperatf. Seperti yang dikatakan Slavin (1995) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif berpengaruh positif terhadap perbaikan hubungan antara kelompok dan kepercayaan diri siswa, sehingga tumbuh motivasi dalam diri siswa untuk mengulangi kegiatan tersebut. Pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) di sekolah mestinya mampu mengembangkan suatu model pembelajaran yang bervariasi, menarik, mengikuti perkembangan pendidikan dan menyenangkan. Faktanya, banyak guru yang tidak mau memanfaatkan model belajar dan pembelajaran yang sudah dikembangkan para ahli dengan baik dalam kegiatan pembelajaran didalam kelas, sehingga proses pembelajaran terlihat monoton dan tidak bervariasi, serta materi yang ingin disampaikan tidak tercapai dengan maksimal. Ada guru yang saat ini menggunakan model-model yang menarik seperti model yang telah dikembangkan George (dalam miftahul Huda, 2013:144) yaitu modelnya didasarkan pada konsep “pembelajar mandiri‟‟(autonomous learner). Pembelajar mandiri adalah mereka yang mampu menyelesaikan masalah atau mengembangkan gagasan-gagasan baru yang mengkombinasikan cara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
berfikir divergen dan konvergen tanpa terlalu banyak dibantu orang luar untuk memilih bidang-bidang tindakan yang dikehendakinya. Dalam pendidikan Agama Katolik, materi yang disampaikan berdasarkan terang Kitab Suci dan pengalaman langsung para siswa, yang artinya ruang lingkup materi membahas tentang bagaimana meneladani pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah, seperti yang terungkap dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, serta pengalaman langsung siswa dalam menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Ada kesan, yang terjadi adalah ada guru PAK yang menyampaikan bertolak dari terang Kitab Suci dan Pengalaman Langsung ketika menyampaikan materi ajarnya. Misalnya, saat menyampaikan materi tentang Kitab Suci tetapi malah membahas pola makan, tentu ini tidak relevan dan sesuai dengan ajaran Kitab Suci. Idealnya di dalam penyampaian materi ada guru yang selalu meneguhkan dengan terang Kitab Suci dan menceritakan dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Ini berarti bahwa antara Kitab Suci dan pengalaman sehari-hari berpengaruh antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, sarana yang digunakan saat proses pembelajaran berlangsung juga diharapkan menggunakan sarana yang menarik seperti sarana Audio Visual yang relevan dan ruang kelas yang baik. Dengan sarana Audio Visual akan sangat membantu guru dalam memberikan ilustrasi, gambaran, maupun contoh dari inti pokok materi pelajaran. Ruang kelas yang baik juga akan membuat siswa menjadi nyaman dan krasan dalam mengikuti pelajaran. Walaupun kenyataannya masih ada sekolah-sekolah yang belum berkembang seperti sekolah yang berada jauh di luar kota ataupun sekolah pinggiran yang belum mampu menyediakan sarana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
yang baik seperti ini tentunya tidak relevan untuk menerapkannya, tetapi setidaknya sekolah yang sudah berkembang harus menggunakan sarana Audio Visual yang relevan dan ruangan kelas yang baik. Sesungguhnya saat ini pemerintah sudah menyediakan dan memperhatikan lembaga-lembaga pendidikan di Iindonesia. Ini berarti sudah banyak sekolah yang sarana dan prasarananya sudah tercukupi. Dengan perhatian pemerintah tersebut maka tinggal bagaimana guru bisa memanfaatkannya dengan bijaksana sesuai dengan kebutuhan para siswanya. Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini juga tidak dapat dilepaskan dari pengaruh globalisasi, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Semakin maraknya perkembangan zaman semakin kurang juga komunikasi serta relasi kita dengan sesama dan lingkungan. Relasi menjadi kurang terjaga dengan harmonis seperti yang kita harapkan, hal ini yang sangat kita hindari karena dapat merusak mental generasi bangsa sehingga menjadi manja, dan selalu terpaku dengan guru dan tidak mau memecahkan masalah sendiri secara mandiri serta mempengaruhi hasil belajar dan interaksi sosial. Faktanya hampir semua orang di dunia ini mempunyai alat komunikasi seperti hp, gadget, dan alat komunikasi lainnya. Ini berarti bahwa banyak generasi yang akan terancam karena dengan sibuk pada alat komunikasinya masing-masing seseorang melupakan interaksi sosialnya dengan orang lain disekitarnya. Interaksi sosial sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan interaksi sosial maka akan membuat manusia yang hidup ada komunikasi. Apa jadinya jika sesama manusia tidak ada komunikasi karerna tidak ada interaksi di dalam diri mereka. Selain itu, yang tepenting juga adalah dengan adanya interaksi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
sosial maka pelajaran akan menjadi menarik dan diminati oleh siswa. Dengan demikian maka pelajaran PAK akan menjadi pelajaran yang menyenangkan. Faktanya pengaruh teknologi sangat melekat pada siswa, dan membuat mereka sulit menjalin interaksi karena mereka bisa berkomunikasi melalui teknologi tanpa harus berkomunikasi langsung dengan sesamanya. Dan tentunya hal ini harus kita hindari jangan sampai masa depan dunia akan hancur karena tidak ada interaksi sosial. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah agar siswa mampu menyadari peran sesama disekitar hidup mereka yang mempunyai peranan yang sangat penting sesuai dengan ajaran Agama Katolik dan salah satu dokumen Gereja yaitu ASG (Ajaran Sosial Gereja). Motivasi siswa dalam pelajaran pendidikan Agama Katolik juga harus benar-benar di perhatikan. Mengingat demikian pentingnya motivasi bagi siswa dalam belajar. Maka guru diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa-siswanya. Dalam usaha ini banyaklah cara yang dapat dilakukan. Menciptakan kondisi-kondisi tertentu dapat membangkitkan motivasi belajar. Motivasi merupakan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu tersebut untuk melakukan kegiatan mencapai suatu tujuan (Sukmadinata, 2005:61). Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses
belajar
mengajar
baik
bagi
guru
maupun siswa. Bagi guru
menumbuhkan motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
Berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan diatas penulis mengusulkan suatu model pembelajaran kooperatif Pendidikan Agama Katolik (PAK) yang mungkin mampu memberi inovasi kepada guru pendidikan agama katolik dii SMA Santa Maria Yogyakarta untuk membangun suatu pembelajaran yang menyenangkan dan relevan dengan kebutuhan siswa saat proses pembelajaran didalam kelas. Adapun model pembelajaran tersebut adalah Model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered-Heads Together (NHT). Penulis tertarik dengan model ini karena adanya aktifitas pada siswa, adanya interaksi pada siswa, dan mengembangkan motivasi siswa, serta membangkitkan motivasi siswa, maka penulis menyusun skripsi ini dengan judul Pengaruh Model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered-Heads Together (NHT) terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik siswi kelas XI di SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun 2015/2016.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan maslalah penulisan sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah proses pendidikan belajar mengajar PAK di sekolah?
2.
Bagaimanakah kesan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran PAK?
3.
Bagaimanakah tanggapan siswa saat mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik?
4.
Mengapa siswa tidak termotivasi dengan pelajaran PAK?
5.
Mengapa siswa termotivasi dengan pelajaran PAK?
6.
Mengapa siswa tidak bersemangat saat mengikuti pelajaran PAK?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
7.
Apakah guru sudah menjadi motivator dan fasilitator yang baik bagi siswa?
8.
Bagaimana semangat guru saat pelajaran PAK?
9.
Apakah mudah untuk menjadi seorang guru PAK?
10. Apakah yang membuat pelajaran PAK tidak menarik? 11. Apakah model pembelajaran kooperatif pernah digunakan saat pembelajaran PAK? 12. Sejauh mana guru mengenalkan kepada siswa mengenai model-model pembelajaran? 13. Bagaimanakah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dipahami oleh guru PAK? 14. Bagaimana model pelajaran tipe Numbered-Heads Together (NHT) relevan terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik? 15. Bagaimanakah tanggapan siswa saat dikenalkan dengan model belajar yang baru atau bervariasi? 16. Apakah siswa mendengarkan dengan baik ketika guru menjelaskan materi pelajaran PAK? 17. Bagaimanakah sarana dalam pelajaran PAK sudah digunakan dengan baik? 18. Apakah materi PAK yang diberikan oleh guru sudah mengikuti standar? 19. Bagaimana interaksi siswa dengan teman sekelasnya? 20. Apakah siswa sudah memiliki motivasi saat pelajaran PAK?
C. Batasan Masalah Setelah melihat permsalahan-permasalahan yang telah diuraikan diatas, penulis memilih dua aspek yang akan dikaji yaitu mengenai proses Pembelajaran dan Motivasi. Mengingat luasnya aspek yang dikaji dalam proses pebelajaran dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
motivasi cukup luas. Maka penulis membatasi penulisannya pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-Heads Together (NHT) dan Motivasi belajar di SMA Santa Maria Yogyakarta, dengan tujuan agar penulisan dapat lebih fokus dan mendalam.
D. Rumusan Permasalahan Berdasarkan pembatasan masalah yang disapaikan diatas, maka penulis merumuskan masalah penulisan ini, yakni Adakah pengaruh penggunaan model kooperatif Tipe Numbered-Heads Together (NHT) terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik siswi kelas XI di SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun 2015/2016?.
E. Tujuan Penulisan 1. Mendeskripsikan model kooperatif Tipe Numbered-Heads Together (NHT) pada siswi-siswi kelas XI SMA Santa Maria Yogyakarta 2. Mendeskripsikan motivasi belajar siswi–siswi kelas XI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik SMA Santa Maria Yogyakarta. 3. Mengetahui Adakah pengaruh penggunaan model kooperatif Tipe NumberedHeads Together (NHT) terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik siswi kelas XI di SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun 2015/2016.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a) Bagi Sekolah dan Guru Agama: Tersedianya sumbangan pemikiran yang dapat digunakan Sekolah untuk terus mengembangkan model kooperatif tidak hanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
untuk siswi-siswi saja namun juga untuk guru agama, khususnya untuk proses pembelajaran yang telah mereka lakukan bersama siswi-siswi kelas XI. b) Bagi Siswi-siswi kelas XI: Memberikan masukan bahwa minat sangat penting dan mendukung perkembangan kemampuan belajar mereka. c) Bagi Penulis: Dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan mengembangkan pengetahuan yang lebih luas bagi penulis. 2.
Manfaat Teoritis: Dengan adanya tulisan ini diharapkan mampu menambah kasanah metodologis dalam pendidikan agama katolik.
G. Metode Penulisan Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analitis berdasarkan penelitian Kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan kuantifikasi angka mulai dari pengumpulan data, pengolahan data yang diperoleh, sampai pada penyajian data, yaitu untuk menunjukkan penggaruh antara variabel X (Model pembelajaran kooperatif
Tipe Numbered-Heads
Together (NHT) terhadap variabel Y ( motivasi belajar siswa) dalam pelajaran pendidikan agama katolik di SMA Santa Maria Yogyakarta.
H. Sistematika Penulisan Untuk memahami keseluruhan gambaran isi skripsi ini, maka penulis memberikan gambaran singkat sebagai berikut. Bab I penulis akan menguraikan pendahuluan. Dalam pendahuluan tesebut, pada bagian pertama, penulis membahas latar belakang masalah siswi dalam mengikuti pelajaran pendidikan agama katolik. Berdasarkan latar belakang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
tersebut, penulis penulis mengajukan Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan. Bab II berisi tinjauan teoritis (pustaka) yang meliputi Pendidikan Agama Katolik (PAK), Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-Heads Together (NHT), Motivasi Belajar, Penelitian yang Relevan, dan Hipotesis. Bab III menjelaskan metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik dan alat penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV Menguraikan tentang hasil penelititan yang tediri dari analisis validitas, analisis reliabilitas, uji normalitas, pembahasan serta keterbatasan penelitian, dan refleksi. Pada bab V penulis akan menyampaikan tentang simpulan dan saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Judul dari tulisan ini adalah Pengaruh Model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered-Head Together (NHT) terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik siswi kelas XI di SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun 2015/2016. Tulisan dalam judul ini terdiri dari tiga aspek yaitu: Pendidikan Agama Katolik, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered-Heads Together (NHT), dan Motivasi yang masing-masing memiliki pengertiannya tersendiri. Maka dari itu, pada bagian ini akan diulas secara tersendiri mengenai apa itu Pendidikan Agama Katolik, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered-Heads Together (NHT), dan Motivasi.
A. Pendidikan Agama Katolik (PAK) Pendidikan Agama Katolik dalam buku berjudul Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti tingkat Sekolah Menengah Atas (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014:2).dirumuskan sebagai berikut : Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Agama Katolik. Hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Secara lebih tegas dapat dikatakan bahwa pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu usaha untuk memampukan peserta didik berinteraksi (berkomunikasi), memahami, menggumuli dan menghayati iman. Dengan kemampuan berinteraksi antara pemahaman iman, pergumulan iman dan penghayatan iman itu diharapkan iman peserta didik semakin diperteguh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
Dari rumusan tersebut memberikan gambaran bahwa Penddikan Agama Katolik sangatlah penting didalam kehidupan kita dan demi kemajuan masa depan kita sebagai umat yang percaya kepada Yesus Kristus. Dengan Pendidikan Agama Katolik maka kita akan semakin fokus dalam menentukan arah, tujuan dan hidup kita. Dan apabila kita sudah fokus dalam hal tersebut ssungguhnya kita sudah belajar untuk menjadi manusia yang sesungguhnya. Kita tidak lagi mudah teroncang dalam menghadapi arus kehidupan karena kita sudah mempunyai arah dan tujuan dalam hidup kita yang menjadi dasar yang sangat baik untuk membangun kerajaan Allah ditengah dunia. Oleh sebab itu, untuk lebih jauh mendalami PAK tersebut akan dibahas mengenai Hakikat dan tujuan PAK (yang terdiri dari pendidikan iman dan pelayanan sabda), pendekatan PAK, ruang lingkup PAK, PAK yang Bervisi Spiritual, Suasana pertemuan PAK yang Dijiwai oleh Roh Cinta Kasih dan Kebebasan Injili, dan PAK sebagai Komunikasi Iman.
1.
Hakikat dan Tujuan Pendidikan Agama Katolik
a.
PAK sebagai Pendidikan Iman Di dalam iman Katolik, iman lebih-lebih kalau telah berkembang menjadi
pengharapan dan kasih, merupakan suatu sikap „‟penyerahan diri seutuhnya kepada Allah‟‟(DV 5). Ini berarti bahwa bahwa iman merupakan hal dasar yang menjadi fokus dalam pendidikan Iman di sekolah. Seorang guru harus benar-benar memahami
mengenai
arti
pendidikan
tersebut
sehingga
ia
mampu
mengaplikasikannya dengan pengalaman anak didiknya sehari-hari. Apabila hal dasar ini sudah sangat diperhatikan maka akan sangat mudah untuk menanamkan kepada anak didiknya dan anak didikanya akan memahami hal tersebut tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
hanya di dalam sekolah saja tetapi sungguh-sungguh mereka tanamkan di dalam hati mereka dan diterapkan sesuai dengan keadaan hidup mereka di dalam masyarakat. Dalam konteks agama Katolik, pelajaran agama di sekolah dinamakan Pendidikan Agama Katolik, yang merupakan salah satu realisasi tugas dan perutusannya untuk menjadi pewarta dan saksi Kabar Gembira Yesus Kristus. Selain itu, PAK juga harus mempunyai visi yang kuat yang harus ditanamkan sejak awal di dalam pendidikan. Visi yang kuat merupakan dasar yang mempunyai daya dalam pendidikan agama Katolik. Dengan adanya visi yang kuat maka akan menjadi tolak ukur dalam PAK. Visi yang menjadi tolak ukur tersebut adalah PAK yang bervisi Spiritual. Spiritual yang dimaksudkan adalah hal-hal yang berhubungan dengan inti hidup manusia. Maka bervisi spiritual berarti pendidikan secara konsisten terus berusaha memperkembangkan kedalaman hidup seseorang, memperkembangkan jati diri atau inti hidup manusia (Heryatno Wono Wulung, 2012). PAK
bervisi
spiritual,
maksudnya
PAK
secara
konsisten
memperkembangkan kedalaman hidup, jati diri atau inti hidup siswa. Visi ini sesuai dengan ciri dasar manusia sebagai makhluk spiritual. PAK secara sadar memperkembangkan rasa, kepekaan hati, imaginasi dan dimensi hidup naradidik. PAK tidak hanya bersifat kognitif tetapi juga memberi ilham siswa untuk menghadapi kenyataan hidup dan menjawab tantangan di masa depan dalam rangka menanggapi panggilan hidupnya. Menurut Groome (dalam Heryatno Wono Wulung, 2010:37) PAK merupakan kegiatan politis bersama peziarah dalam waktu yang secara sengaja mereka memberi perhatian kepada kegiatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
Allah di masa kini, pada kisah komunitas Iman Katolik, dan visi Kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir di antara kita.
b. PAK sebagai Pelayanan Sabda Dalam diri Yesus dari Nazaret, Sabda Allah tampak secara konkret manusiawi. Penampakan itu merupakan puncak seluruh sejarah pewahyuan Sabda Allah. Tetapi oleh karena Sabda itu sudah menjelmakan diri dalam sejarah dan tidak bisa tinggal dalam sejarah untuk selamanya, maka untuk mempertahankan hasilnya bagi semua orang, Sabda itu harus menciptakan bentuk-bentuk lain di dalam ajarannya sehingga Ia bisa hadir dan berbicara. Semua bentuk baru yang muncul sesudahnya, pada hakikatnya berbeda dengan Sabda asli tetapi berasal darinya dan mengandung dayanya. Sabda-sabda itu merupakan gema Sabda Yesus Kristus (KWI, 1996:382). Yang artinya sebagai wadah di dalam pewartaan diharapkan PAK mampu memberikan pelayanan sabda di dalam penerapannya sehari-hari. Oleh karena itu, di dalam pendidikan agama katolik sebagai pelayanan Sabda harus menggemakan siapa itu Yesus. Karena di dalam Sabda tersebut adalah inti dari semua pelayanan tersebut. Sehingga dengan pelayanan yang total melalui pendidikan agama di sekolah mampu membawa siswa pada penerapannya di dalam melayani sesama di sekitarnya. Ini berarti bahwa siswa mampu membawa Yesus dalam kehidupannya di tengah-tengah masyarakat.
c.
PAK sebagai Komunikasi Iman PKKI II yang diadakan di Wisma samadi Klender (1980) merumuskan
mengenai arti dan makna Katekese Umat (KU), rumusan tersebut sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Katekese kapan dan di mana pun juga merupakan komunikasi iman. Yang ditekankan di sini komunikasi bukan saja antara pembimbing dengan peserta, tetapi lebih-lebih komunikasi antar peserta sendiri. Dalam konteks PAK di sekolah, berarti yang ditekankan bukan saja komunkasi antara guru dengan peserta didiknya, tetapi komunikasi antara peserta didik itu sendiri. Selan itu, Heryatno Wono Wulung juuga memaparkan (dalam mata kuliah pengantar PAK, 2012) bahwa sebagai komunikasi iman PAK perlu menekankan sifatnya yang praktis, bermula dari pengalaman penghayatan iman dan menuju pada penghayatan iman baru yang lebih „‟baik‟‟, PAK menjadi mediasi transformasi iman yang berlangsung secara terus-menerus. Maka dari itu, PAK juga dipahami sebagai komunikasi penghayatan atau pengalaman iman yang tentu akan saling memperkaya dan meneguhkan iman para pesertanya. Iman sejati menggerakkan orang untuk bersikap belaskasih, berbuat kebaikan kepada sesamanya, peka dan peduli pada yang miskin serta menderita, rindu dan ingin dekat dengan Tuhannya. Yang ditekankan di dalam PAK bukan pengajaran agama tetapi proses perkembangan (dan pendewasaan) iman, harapan dan cinta kasih (religiositas). Karena memfokuskan pada hal-hal mendasar PAK menjadi lebih bersifat inklusif, mendorong kearah persaudaraan, persatuan dan perjumpaan serta membantu mendatangkan kesejahteraan hidup. Dari sebab itu, suasana kesalingan, kebersamaan, dan penghargaan pada masing-masing pribadi peserta didik amat penting untuk diusahakan di kelas dan di pelbagai pertemuan kegiatan pembinaan dan pendidikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa komunikasi iman berarti adanya tukar pengalaman iman pada peserta didik yang didasari atas pengalaman iman mereka masing-masing sehingga memperkaya imannya dan terpenting adalah memperdalam imannya terhadap Yesus Kristus. Dalam Kristus kita berjumpa dengan Allah dan melalui Dialah Allah mendatangi kita.
2. Pendekatan Pendidikan Agama Katolik Pendekatan pembelajaran PAK dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran PAK, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Di dalamnya
mewadahi,
menginspirasi,
menguatkan,
dan
melatari
metode
pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dalam pendidikan Agama Katolik, pendekatan pembelajaran lebih ditekankan pada pendekatan yang di dalamnya terkandung tiga proses, yaitu proses pemahaman, pergumulan yang diteguhkan dalam terang Kitab Suci/Ajaran Gereja dan pembahaharuan hidup yang terwujud dalam penghayatan iman sehari-hari (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014:3). Selain itu, yang paling penting adalah bagaimana PAK sungguh-sungguh dihayati peserta didik, tidak hanya sebagai sesuatu yang harus dipelajari/teori tetapi sungguh melekat di dalam hati peserta didik dan akhirnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, pendekatan yang harus diciptakan adalah melalui suasana pertemuan PAK di dalam proses pembelajaran. Suasana pertemuan PAK yang dimasksudkan adalah suasana pertemuan PAK yang dijiwai oleh Roh Cinta Kasih dan Kebebasan Injili.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
Heryatno Wono Wulung memaparkan (dalam buku
pengantar PAK,
2012) pendidikan yang bervisi spiritual dapat sungguh terwujud kalau suasana sekolah kristen dijiwai oleh Roh cinta kasih dan kebebasan Injili. suasana sekolah semacam ini membuat para peserta didik merasa martabatnya dihormati, permasalahan hidupnya diphami, pertanyaan dan keluhannya diperkatikan. Mereka juga dibantu menemukan identitas diri dan perannya di dalam linggkungan sekolah dan masyarakat. Seperti St. Joseph di Karachi, sekolah Kristiani di mana pun perlu menciptakan suasana kemitraan dan kekeluargaan antara guru dengan peserta didik, guru dengan orang tua, lebih-lebih di antara peserta didik sendiri. Yang dimaksud kekeluargaan di dalam sekolah adalah suasana pendidikan yang membuat peserta didik krasan, gembira, diterima dan di percaya. Dengan suasana semacam ini etos atau sikap dasar connectedness (keterkaitan), caring (perhatian) dan concern (keprihatinan) dapat terrealisir. Suasana kelas (pertemuan) yang menggembirakan perlu ditekankan, supaya tidak tegang, membosankan dan menekan. Perlu ditegaskan suasana yang baik dapat menjadi guru yang baik pula. Untuk mewujudkan suasana semacam itu sekolah-sekolah Kristiani telah lama mengubah gambaran dirinya dari sekolah sebagai lembaga menjadi sekolah sebagai komunitas atau paguyuban. Gambaran sekolah sebagai paguyuban merupakan cara hidup bersama yang menekankan kemitraan, keterbukaan, kesatuan tanpa mengorbankan kekhususan masingmasing pihak. Gambaran sekolah semacam ini menjauhi semangat kompetisi yang tidak sehat, suatu kompetisi yang membuat pihak yang kuat selalu menang sedangkan yang lemah tersingkir.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
3.
Ruang Lingkup Bahan PAK Dapiyanta (2008:5) mengatakan bahwa ruang lingkup bahan PAK di
sekolah tidak lepas dari bahan katekese. Katekese (dalam KOMKAT Keuskupan Agung Semarang, 2012:12),
menurut Directorium Catechisticum Generale
„‟petunjuk Umum Katekese‟‟, merupakan kegiatan yang membawa umat menuju kedewasaan iman, bertujuan membantu umat mendapatkan pengetahuan mengenai
Allah
dan
karya
keselamatan-Nya
serta
membantu
umat
mengembangkan diri dalam iman. Selain itu, dalam kaitannya dengan pengajaran agama, Evangeli Nuntiandi menguraikan bahwa katekese bertujuan membentuk pola-pola hidup kristen, mengolah pikiran dan hati sehingga orang yang bersangkutan menemukan kebenaran sejati yang dapat menghidupinya, dan bukan sekedar memberi pengetahuan. Sedangkan dalam Catechesis Tradendae dikatakan bahwa katekese merupakan pembinaan yang mencakup penyampaian ajaran kristen secara sistematis yang diorganisir penyampaiannya, sehingga benar-benar bisa membantu pesertanya untuk hidup secara Kristiani dan beriman dewasa. Dari uraian tersebut katekese berarti membantu umat mendapatkan pengetahuan mengenai Allah dan karya keselamatan-Nya. Dan dalam konteks sekolah, katekese membantu siswa mendapatkan pengetahuan mengenai Allah dan karya keselamatan-Nya. Hal ini dikuatkan oleh Komkat KWI di Malino (dalam Dapiyanta,2008:4) mengemukakan bahwa PAK merupakan bagian dari katekese yang berusaha membantu siswa agar dapat menggumuli hidupnya dari segi pandang kristiani dengan demikian mudah-mudahan menjadi manusia paripurna (beriman).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
Katekese di dalam PAK tentunya mencakup unsur kebenaran. Kebenaran yang dimasksudkan adalah kebenaran iman. Iman akan Allah dan karya keselamatan-Nya
seperti
yang
diuraikan
diatas.
Dapiyanta
(2008:5)
mengemukakan bahwa kebenaran-kebenaran iman itu senantiasa diwartakan oleh Gereja yang senantiasa disusun secara hirarkis. Kebenaran-kebenaran itu merupakan bahan katekese. Hirarkis di sini dimengerti bahwa kebenaran yang satu berdasar pada kebenaran yang lain. Kebenaran-kebenaran iman itu dapat dikelompokkan ke dalam empat judul berikut: misteri Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus, Pencipta segala sesuatu; misteri Yesus Kristus, Sabda yang menjelma, lahir dari Perawan Maria, menderita, mati,
dan bangkit untuk keselamatan
manusia; misteri Roh Kudus, yang hadir di dalam Gereja, menyucikan, membimbing hingga kedatangan Kristus secara mulia, hakim abadi; dan misteri Gereja, Tubuh Mistik Kristus, di mana Perawan Maria memegang posisi utama. Didalam PKKI IV yang diadakan di Denpasar (1988) merumuskan dengan jelas mengenai katekese umat. Katekese Umat adalah katekese yang melibatkan seluruh umat. Oleh sebab itu pelaku Katekese Umat adalah umat secara keseluruhan. Katekis hanyalah sebagai fasilitator. Ini artinya dalam konteks sekolah peserta didik sebagai pelaku katekese dan guru sebagai fasilitator. Kurikulum PAK 1984 mengemukakan ruang lingkup bahan PAK di sekolah adalah: saya, sesama dan lingkungan, membangun hidup yang berarti dan mendalam, Yesus Kristus dan Gereja. Kurikulum PAK 1994 merumuskan ruang lingkup bahan PAK ialah Doa, Kitab Suci, Sakramen, Allah Bapa, Yesus, Roh Kudus, dan Gereja, Moral. Kurikulum 2004 juga merumuskan ruang lingkup bahan PAK ialah Saya, Yesus, Gereja, dan Masyarakat (dalam Dapiyanta,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
2008:5,6). Kurikulum 2013 (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014:2) merumuskan ruang lingkup bahan PAK mencakup empat aspek yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Keempat aspek yang dibahas secara lebih mendalam sesuai tingkat kemampuan pemahaman peserta didik adalah sebagai berikut.
a. Pribadi peserta didik Ruang lingkup ini membahas tentang pemahaman diri sebagai pria dan wanita yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan kekurangan dalam berelasi dengan sesama serta lingkungan sekitarnya.
b. Yesus Kristus Ruang lingkup ini membahas tentang bagaimana meneladani pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah, seperti yang terungkap dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
c. Gereja Ruang lingkup ini membahas tentang makna Gereja, bagaimana mewujudkan kehidupan menggereja dalam realitas hidup sehari-hari.
d. Masyarakat Ruang lingkup ini membahas secara mendalam tentang hidup bersama dalam masyarakat sesuai firman/sabda Tuhan, ajaran Yesus dan ajaran Gereja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
Bahan meskipun penting tetap merupakan sarana. Namun demikian bahan yang diharapkan bukan bahan yang mati, melainkan bahan yang hidup dan bersaksi. Bahan merupakan partner dialog yang bersaksi. Ruang lingkupnya ialah tradisi Kristen, kehidupan peserta didik dan lingkungannya. Bahan-bahan yang diolah mengandung segi objektif dan subjektif. Segi objektif adalah peristiwa dan sejarahnya. Segi subjektifnya adalah tanggapan iman umat terhadap peristiwa Yesus tersebut. Tradisi dan situasi tertentu dalam gereja adalah segi objektif, dan segi subjektifnya adalah tanggapan umat terhadap tradisi tersebut. Situasi yang dialami kelompok murid adalah segi objektif, segi subjektifnya adalah tanggapan para murid terhadap situasi mereka. Segi objektif dapat dinilai. Segi subjektif di luar tanggapan murid dapat dibojektifkan sehingga dapat dinilai. Segi subjektif tanggapan murid, demi kebebasan murid tidak masuk nilai ujian (Jacop, dalam Dapiyanta, 2008:6). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup bahan PAK adalah membahas mengenai peserta didik, Yesus Kristus, Gereja, dan masyarakat. Ini berarti bahwa Pendidikan Agama Katolik tidak hanya sebatas mewartakan Kitab Suci saja, melainkan beberapa aspek seperti yang telah diuraikan diatas. Selain itu, untuk mencapai ruang lingkup bahan PAK yang terarah perlu pola pembelajaran yang berdasarkan atas dasar yang kuat untuk mencapai tujuannya. Adapun pola tersebut (Setyakarjana (1997:141) ialah pola Malino, Pola Naratif (menampilkan model), pola berbuat dan bersikap iman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-Heads Together (NHT) Dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK) 1.
Pembelajaran PAK
a.
Belajar PAK Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang
sebenarnya merupakan „‟gejala belajar‟‟, dalam arti mustahil-lah melakukan kegiatan itu, kalau kita tidak belajar terlebih dahulu. Misalnya, kita mengenakan pakaian, kita makan dengan menggunakan alat-alat makan, kita berkomunikasi satu sama lain dalam bahasa nasional, kita bertindak sopan, kita menghormati bendera Sang Merah Putih, kita mengemudikan kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Gejala-gejala belajar semacam itu terlalu banyak untuk disebutkan satu-persatu, karena jumlahnya ribuan, namun mengisi kehidupan sehari-hari (Winkel,1989:34). Winkel (1989:35,36) juga mengemukakan bahwa belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan; dalam bergaul dengan orang, dalam memegang benda dan dalam menghadapi peristiwa manusia belajar/ namun, tidak sembarang berada di tengahtengah lingkungan, menjamin adanya proses belajar. Orangnya harus aktif sendiri, melibatkan diri dengan segala pemikiran, kemauan dan perasaannya. Misalnya, setiap guru mengetahui dari pengalaman bahwa kehadiran siswa dikelas, belum berarti siswa sedang belajar; selama siswa tidak melibatkan diri, tidak akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26 belajar. Jadi, dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa „‟belajar‟‟ pada manusia dapat dirumuskan sebagai berikut: „‟Suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilaisikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas‟‟. Selain itu, Slameto (2013:2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Adapun perubahan tingkah laku tersebut adalah: 1) Perubahan terjadi secara sadar Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan di dalam dirinya. 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian semakin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang berifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya,
tidak
dapat
digolongkan
sebagai
perubahan
dalam
arti
belajar.perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang tterjadi setelah belajar akan bersifat menetap. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Tentunya perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Menurut Walker (dalam Yatim Riyanto, 2009:5) belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau faktor-faktor samar-samar lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan belajar. Cronbach menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Cronbach bahwa belajar yang sebaik-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu menggunakan pancaindra. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintiminasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu (dalam Yatim Riyanto, 2009:5). Menurut Gagne dinyatakan bahwa belajar merupakan kecendrungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan. Hal ini dijelaskan kembali oleh Gagne (dalam Yatim Riyanto, 2009:5) bahwa belajar merupakan suatu peristiwa yang terjadi didalam kondisikondisi tertentu yang dapat diamati, diubah, dan dikontrol. Dogeng (dalam Yatim Riyanto, 2009:5) menyatakan bahwa belajar merupakan pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si pelajar. Hal ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dan kemudian menghubungkan dengan pengetahuan yang baru. Dengan kata lain, belajar adalah sesuatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses berfikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi. Menurut Thorndike (dalam Yatim Riyanto, 2009:5), belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga berupa pikiran, perasaan atau gerakan). Dari uraian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan(aktivitas) mental/psikis, yang berlangsung dalam proses interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
Dalam konteks Pendidikan, Pelajaran Agama Katolik di sekolah (Setyakarjana, 1997:9) adalah salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah, yang mempunyai kedudukan yang sama dengan bidang studi yang lainnya seperti Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial, dll. Berhubung karena mempunyai kedudukan yang sama dengan bidang studi yang lain, maka pelajaran Agama Katolik di Sekolah mau tidak mau harus terikat pada kurikulum dan waktu yang tersedia. Setyakarjana juga mengatakkan, (1997:9) pelajaran Agama Katolik di Sekolah merupakan salah satu bagian dari tugas pastoral Gereja terhadap anakanak yang bertujuan „‟Agar Peserta Didik Mampu Menggumuli Hidup Dari Segi Pandangan-Pandangan
Katolik
dan
dengan
demikian
Mudah-Mudahan
Berkembang Terus Menjadi Manusia Paripurna (Manusia Beriman)‟‟.
PAK
adalah bentuk pelayanan demi pembinaan iman di sekolah; sekolah dengan situasi dan kondisinya, kelemahan dan kelebihannya beserta tuntutan-tuntutannya. Dari uraian tersebut, belajar PAK berarti suatu kegiatan(aktivitas) mental/psikis, yang berlangsung dalam proses interaksi aktif di dalam lingkungan kelas, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap demi perkembangan imannya sebagai manusia beriman. Perkembangan iman yang dimaksudkan adalah iman akan Yesus Kristus. Ketika kita percaya kepada Kristus otomatis kita belajar akan kehidupanNya. Dapiyanta (dalam Setyakarjana, 1997:137) mengemukakan belajar PAK pada dasarnya ialah belajar menurut teladan Kristus. Ini bukan berarti tanpa relasi dengan Kristus. Menurut teladan Kristus berarti juga bahwa seseorang semakin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
erat berelasi dengan Yesus. Semakin seseorang berkata, berkehendak, dan bertindak seperti Kristus berarti semakin terjadi belajar PAK dalam diri seseorang itu. Semakin orang terlibat dalam keprihatinan-keprihatinan Kristus, semakin terjadi interaksi aktif dalam diri orang itu terhadap lingkungannya, semakin terjadi belajar dalam diri orang itu.
b. Pembelajaran PAK di Sekolah Dapiyanta (2008:10) mengemukakan pembelajaran adalah aktivitas guru dalam membelajarkan murid. Pembelajaran adalah sebuah interaksi antara guru yang mengajar dan murid yang belajar. Mengajar dapat pula diartikan sebagai pengaturan kondisi eksternal tertentu (Winkel dalam Dapiyanta, 2008:10). Kondisi eksternal adalah paduan dari bahan, metode, media, suasana yang diatur berdasar
keadaan
murid
dan
tujuan
pembelajaran.
Dapiyanta
(dalam
Setyakarjana,1997:137) juga menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan oleh seseorang yang memungkinkan orang lain belajar. Bertolak dari itu, Miftahul Huda (2013:6) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Yang jelas, ia merupakan rekontruksi dari pengalaman masa lalu yang berpengaruh terhadap perilaku dan kapasitas seseorang atau suatu kelompok. Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita nyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan/aktivitas yang membelajarkan. Artinya di dalam suatu proses pembelajaran ada suatu rangkaian kegiatan oleh seseorang (guru) yang memungkinkan orang lain (murid) belajar secara bertahap dan berkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan yang dimaksud dalam konteks Pendidikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
Agama Katolik di Sekolah adalah menciptakan situasi dan kondisi sedemikian rupa, sehingga murid belajar mengembangkan hidup beriman (Dapiyanta, dalam Setyakarjana, 1997:137).
2.
Model Pembelajaran PAK Miftahul Huda (2013:143) mengatakan ada banyak model pembelajaran
yang berkembang untuk membantu siswa berfikir kreatif dan produktif. Bagi guru, model-model ini penting dalam merancang kurikulum pada siswa-siswanya. Tentu saja, model-model yang tercantum dalam bagian ini tidak mencerminkan sederan daftar yang ketat; semuanya lebih berupa refleksi atas beragam teori pembelajaran yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan siswa yang juga beragam. Model pembelajaran harus dianggap sebagai kerangka kerja struktural yang juga dapat digunakan sebagai pemandu untuk mengembangkan lingkungan dan aktivitas belajar yang kondusif. Model pembelajaran juga dimaksudkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar mereka tidak jenuh dengan proses belajar yang sedang berlangsung (Anurrahman, 2009: 141). Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Ukuran keberhasilan mengajar guru utamanya adalah terletak pada terjadi tidaknya peningkatan hasil belajar siswa. Karena itu melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat guru dapat memilih atau menyesuaikan jenis pendekatan dan metode pembelajaran dengan karakteristik materi pembelajaran yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
disajikan. Hal penting yang harus diingat bahwa tidak ada satu strategi pembelajaran yang paling ampuh untuk segala situasi. Oleh sebab itu guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang komperhensip serta mampu mnegambil keputusan yang rasional kapan waktu yang tepat untukmenerapkan salah satu atau beberapa strategi secara efektif (Killen, dalam Anurrahman, 2009: 143). Aspek-aspek dalam setiap model dapat digunakan untuk merancang kurikulum. Pemilihannya sebaiknya bergantung pada lingkungan sekolah, sumber yang tersedia, dan outcomes yang diinginkan. Ketika berencana memasukan salah satu atau beberapa model ke dalam suatu program tertentu, guru seharusnya menggunakan kerangka-kerja kurikulum yang di dalamnya berisi prinsip-prinsip pengjaran dan pembelajaran untuk memandu belajar siswa, serta penilaian atau assessment untuk melihat hasil akademik yang telah diperoleh siswa. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektiv di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal (Anurrahman, 2009:140). Mempertimbangkan pentingnya hal diatas maka pada bagian ini akan dibahas secara mendalam mengenai model-model pembelajaran. Lapp, Bender, Ellenwood, dan John (dalam Anurrahman, 2009: 147) berpendapat bahwa berbagai aktivitas belajar mengajar dapat dijabarkan dari empat model utama, yakni;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
a. The Classical Model, dimana guru lebih menitikberatkan peranannya dalam pemberian informasi melalui mata pelajaran dan materi pelajaran yang disajukannya. b. The Technological Model, yang lebih menitikberatkan peranan pendidikan sebagai transmisi informasi, lebih dititikberatkan untuk mencapai kompetensi individual siswa. c. The Personalised Model, dimana proses pembelajaran dikembangan dengan memperhatikan
minat,
pengalaman
dan
perkembangan
siswa
untuk
mengaktualisasikan potensi-potensi individualitasnya. d. The Interaction Model, dengan menitikberatkan pola interdepensi antara guru dan siswa sehingga tercipta komunikasi dialogis di dalam proses pembelajaran. Stalling (dalam Anurrahman, 2009: 147), mengemukakan 5 model pembelajaran; a.
The Exploratory Model. Model ini pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan kreativitas dan independensi siswa.
b.
The Group Process Model. Model ini utamanya diarahkan untuk mengembangkan kesadaran diri, rasa tanggung jawab dan kemampuan bekerjasama antar siswa.
c.
The Developmental Cognitive Model, yang bertujuan menitikberatkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan kognitif.
d.
The Programmed Model, yang dititikberatkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar melalui modifikasi tingkah laku.
e.
The Fundamental Model, yang dititikberatkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar melalui pengetahuan factual.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
Menurut Martiyono (2012:83), model pembelajaran adalah cara yang sederhana untuk melukiskan hubungan-hubungan beberapa variabel pembelajaran. Model disebut juga kumpulan dari beberapa teori yang diwujudkan dalam bentuk konsep oprasional bagaimana pembelajaran dijalankan. Joyce dan Weill (dalam Miftahul Huda, 2013:73) mendeskripsikan Model pengajaran sebagai rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi-materi instruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas atau disetting yang berbeda. Eggen, Kauchar, dan Harder (dalam Miftahul Huda (2013:74) ) sebenarnya pernah membahas enam model memproses informasi, yakni model induktif, model pencapaian konsep, model taba, model deduktif, model Ausubel, dan model inkuiri. Akan tetapi, review paling komprehensif tentang model-model pengajaran, untuk sementara ini, „hanyalah‟ review yang dilakukan Joyce dan Weill (1980) yang telah mengidentifikasilan setidaknya 23 model yang diklasifikasi kedalam empat kelompok yang didasarkan pada sifat-sifatnya, karakteristik-karakteristiknya, dan pengaruh-pengaruhnya. Empat kelompok tersebut adalah sebagai berikut. 1. Model-model memproses informasi 2. Model-model personal 3. Model-model interaksi sosial 4. Model-model perubahan prilaku Dalam setiap kelompok model ini, ada model-model spesifik yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
Model-model yang dikembangkan oleh Joyce dan weill (dalam Miftahul Huda, 2013:75) di atas memiliki struktur yang jelas. Implementasi setiap model dideskripsikan dalam struktur ini. Ada lima aspek struktur umum, antara lain: Sintak, Sistem Sosial, Tugas/Peran Guru, Sistem Dukungan dan Pengaruh Model. 1. Sintak (Tahap-tahap) model pengajaran merupakan deskripsi implementasi model dilapangan. Ia merupakan rangkaian sistematis aktivitas-aktivitas dalam model tersebut. Setiap model memiliki aliran tahap yang berbeda 2. Sistem Sosial mendeskripsikan peran dan relasi antara guru dan siswa. Dalam beberapa model, guru sangat berperan dominan. Dalam sebagian model, aktivitas ini lebih dipusatkan pada siswa, dan dalam bagian yang lain aktivitas tersebut dididtribusikan secara merata. 3. Tugas/Peran
Guru
mendeskripsikan
bagaimana
seorang
guru
harus
memandang siswanya dan merespons apa yang dilakukan siswanya. Prinsipprinsip
ini
merefleksikan
aturan-aturan
dalam
memilih
model
dan
menyesuaikan respons instruksional dengan apa yang dilakukan siswa. 4. Sistem Dukungan mendeskripsikan kondisi-kondisi yang mendukung yang seharusnya diciptakan atau dimiliki oleh guru dalam menerapkan model tertentu. „‟Dukungan‟‟ di sini merujuk pada prasyarat-prasyarat tambahan di luar skill-skill, kapasitas-kapasitas manusia pada umumnya dan fasilitasfasilitas teknis pada khususnya. Dukungan tersebut berupa buku, film, perangkat laboratorium, materi-materi rujukan, dan sebagainya. 5. Pengaruh merujuk pada efek-efek yang ditimbulkan oleh setiap model. Pengaruh ini bisa terbagi menjadi dua: intruksional dan pengiring. Pengaruh instuksional merupakan pengaruh langsung dari model tertentu yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
disebabkan oleh konten atau skill yang menjadi dasar pelaksanaannya. Pengaruh pengiring merupakan pengaruh yang sifatnya implisit dalam lingkungan belajar: pengaruh ini merupakan pengaruh tidak langsung dari model pengajaran tertentu. Akan tetapi, dalam buku ini, kedua pengaruh itu terkadang dilebur menjadi satu. Setiap guru menghadapi beragam masalah di ruang kelas. Guru yang efektif akan menerapkan model-model ini sekreatif mungkin unuk memecahkan masalah. Model-model pengajaran memberi kesempatan pada guru untuk mengadaptasikan dengan lingkungan ruang kelas yang mereka huni. Hanya guru yang kreatif, fleksibel, dan cerdas yang dapat memperoleh keuntungan maksimal dari model-model pengajaran. Dalam konteks PAK, untuk menghadapi masalah di ruang kelas tersebut guru juga harus menyiapkan model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran serta relevan untuk peserta didik. Banyak sekali model pembelajaran yang ditawarkan oleh para ahli untuk bisa digunakan. Tergantung bagaimana guru bisa sekreatif mungkin untuk mengolahnya menjadi lebih menarik. Menurut Heryatno Wono Wulung (2012) ada tiga model PAK yang dipandang memberikan wawasan konseptual yakni model transmisi (transfer), model yang berpusat pada pengalaman hidup peserta, dan model praksis. a. Model Transmisi (Transfer) Model ini bersifat sangat instruktif dan preskriftif.pendidik menyampaikan (mengoper dan mentransfer) materi (informasi) secara instruksional kepada para
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
peserta didik. Pendidik meyakini informasi tersebut sebagai kebenaran yang harus dipelihara dan diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebenaran itu diwujudkan dalam bentuk cerita, pengakuan iman yang formal (seperti dalam pengajaran/dogma Gereja), ataupun peribadatan (seperti ritus inisiasi, ritus kematian, ritus kenangan dan lain sebagainya). Yang terpenting adalah bahwa model ini berpusat pada pendidik yang mentransfer (mengoper) seluruh pengetahuannya pada peserta didik dengan menerapkan relasi guru dan murid. b. Model yang Berpusat pada Pengalaman Hidup Peserta Sifat yang di tekankan dalam model ini bukan kognitif melainkan kualitatif dan subyektif. Model ini melihat secara negatif model pendidikan yang bersifat obyektif dan cendrung kuantitatif. Dalam proses pendidikan yang ditekankan bukan menambah informasi, juga bukan menyampaikan materi sebanyakbanyaknya tetapi secara kualitatif berusaha memanusiakan manusia dan memperkembangkan kepribadiannya. c. Model Praksis Model praksis atau model Shared Christian Praxis ini dikembangkan oleh TH Groome. Melalui model ini hendak menekankan pentingnya partisipasi aktif para peserta. Peran peserta sebagai subyek dalam proses penyelenggaraan pendidikan sangat digarisbawahi. Partisipasi itu berdasar pengalaman hidup peserta yang diungkapkan dan direfleksikan secara kritis sehingga ditemukan nilainya dan dapat diteguhkan visi dasarnya. Hasil dari refleksi kritis tersebut kemudian didialogkan dengan visi dan tradisi kristiani. Dengan dialog tersebut diharapkan peserta dapat meneguhkan sikap hidupnya yang sudah positif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
3.
Model Pembelajaran Kooperatif
a.
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan
kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya, pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang menyatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok, walaupun tidak semua belajar kelompok disebut sebagai cooperative learning. Seperti dijelaskan oleh Abdulhak (2001: 19-20) „‟pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta didik, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama antara peserta didik itu sendiri‟‟. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Nurhayati, 2002:25). Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar kerja sama dengan anggota lainnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran kooperatif, siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu belajar untuk dirinya sendiri, dan membantu sesama anggota untuk belajar. Pembelajaran
kooperatif
dikembangkan
dari
teori
belajar
konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama, dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak (Ratna, 1988:181).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
Konstruktivisme merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata) (Thobroni, 2015:91). Menurut Tran Vui (dalam Thobroni, 2015:91) mengatakan konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas pengalaman-pengalaman sendiri. Dalam pembelajaran kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi harus membangun dalam pikirannya juga. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan langsung dalam menerapkan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka. Hal ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri. Tom V. Savage (1987:25) mengemukakan bahwa cooperative learning merupakan satu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar kooperatif, siswa belajar kerja sama anggota lainnya (Nurulhayati, 2002:25). Menurut Bruce Joyce, Marsha Weill, dan Emily Calhoun (2009:501) kelompok model pengajaran sosial (social family) menawarkan cara pandang dalam bentuk sebuah komunitas pembelajar kooperatif dan membantu komunitas tersebut mengeksplorasi dunia secara bersama-sama serta memunculkan pertanyaan-pertanyaan mengenai nilai. Bermain peran (role playing) menawarkan sebuah perangkat untuk membantu siswa mempelajari nilai mereka sendiri sebagai kemajuan dan perkembangan dalam sebuah penelitian. Penelitian hukum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
(jurisprudencial inquiry) mengajak kita mendekati isu-isu dengan cara mengklarifikasi isu dan kedudukan nilai yang mendasari beberapa kemungkinan yang beragam. Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009:15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto,2010: 37). Agus Suprijono (2009: 54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksudkan. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
Dari uraian para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Jika dikaitkan dengan PAK, maka Pembelajaran kooperatif di dalam PAK berarti pembelajaran Agama Katolik yang menekankan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran.
b. Model Pembelajaran Kooperatif Anita Lie (2007: 29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif. Johnson (Anita Lie, 2007: 30) mengemukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Arif Rohman, 2009: 186). Cooperative learning menurut Slavin (2005: 4-8) merujuk pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi efektif antara anggota kelompok. Anita Lie (Agus Suprijono, 2009: 56) menguraikan model pembelajaran kooperatif ini didasarkan pada falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin, filsafat ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dialog interaktif (interaksi sosial) adalah kunci seseorang dapat menempatkan dirinya di lingkungan sekitar. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal. Sedangkan Paul Eggen dan Don Kauchak (2012:7) mengatakan bahwa model pembelajaran adalah pendekatan spesifik dalam mengajar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan spesifik dalam mengajar. jika dikaitkan dalam PAK,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
maka model pembelajaran kooperatif PAK ialah suatu acuan/pendekatan spesifik yang digunakan guru dalam mengajar PAK di kelas. Pendekatan tersebut adalah dengan menempatkan siswa dalam kerjasama kelompok.
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Slavin (2005) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Wisenbaken (dalam Slavin, 2005) mengemukakan bahwa tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang pro-akademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa. Abdul Majid (2013:175) mengemukakan tujuan pembelajaran kooperatif sebagai berikut: a.
Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu siswa untuk memahami konsepkonsep yang sulit;
b.
Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang;
c.
Mengembangkan keterampilan sosial siswa; berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
Jika dilihat dari uraian tujuan pembelajaran kooperatif oleh para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa tujuanya pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Hal ini cocok diterapkan pada pembelajaran PAK di sekolah. Dengan tujuan yang demikian maka akan menciptakan hasil yang baik apabila diterapkan pada pembelajaran PAK.
d. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Isjoni (2009: 27) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut: a.
setiap anggota memiliki peran;
b.
terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa;
c.
setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga temanteman sekelompoknya;
d.
guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan
e.
guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Abdul Majid (2013:176) memaparkan ciri-ciri atau karakteristik
pembelajaran kooperatif sebagai berikut: a.
Siswa belajar bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar;
b.
Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang, dan rendah (heterogen)
c.
Apabila kemungkinan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
d.
Penghargaan lebih beroorientasi pada kelompok daripada individu (Ibrahim, dkk.,2000:6) Pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar
dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa
belajar
keterampilan
sosial,
sementara
itu
secara
bersamaan
mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berfikir logis. Jika cerminan ini terdapat dalam PAK maka akan membawa perkembangan yang baik pada peserta didik karena mempunyai kompetensi yang baik dari cerminan tersebut baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
e. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Manfaat-manfaat model pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain Linda Lundgren dalam Ibrahim (2000 : 18) adalah: 1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran 3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil 5. Konflik antar pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam 7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi
f. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif Jumanta Hamdayama (2014:64) mengemukakan empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti di jelaskan berikut ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
(1) Prinsip ketergantungan positif Untuk tercipta kerja kelompok yang efektif, setiap anggota kelomok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin diselesaikan manakala ada anggota yang tidak menyelesaikan tugsanya, dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugsanya. (2) Tanggung jawab perseorangan Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggota, maka setiap anggota kelomok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan anggota kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, tetapi penilaian kelompok harus sama. (3) Interaksi tatap muka Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
(4) Partisipasi dan komunikasi Pembelajaran koopeatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan, cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna. Jika prinsip ini di terapkan dalam pembelajaran PAK di sekolah maka akan sangat baik karena pada diri peserta didik ditanamkan suatu ketergantungan positif yang membawa mereka berfikir positif terhadap lingkungan sekitar, peserta didik ditanamkan sikap tanggung jawab yang akan membawa peserta didik untuk bertanggung jawab dalam segala hal, peserta didik ditanamkan sikap interaksi sosial yang sangat baik demi relasi mereka dengan sesama manusia, dan ditanamkan sikap berpartisipasi dan berkomunikasi dengan sesama dan lingkungannya karena manusia pada dasarnya makhluk sosial maka ini akan sangat baik demi hubungan yang baik dengan lingkungan, sesama, dan terlebihlebih pada relasi terhadap Tuhan.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK) a. Sintak (Tahap-tahap): Miftahul Huda (2013:203) mengatakan tahap-tahap pelaksanaan NHT pada hakikatnya hampir sama dengan diskusi kelompok, yang rinciannya adalah sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
1) Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok. 2) Masing-masing siswa di dalam kelompok diberi nomor. 3) Guru memberi tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk mengerjakannya. 4) Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. 5) Guru memanggil salah satu nomor tertentu secara acak. 6) Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka. Langkah-langkah model pembelajaran NHT di atas dikuatkan dengan gagasan yang disampaikan oleh Ibrahim (dalam Jumanta Hamdayama, 2014:175) yang dibagi menjadi enam langkah sebagai berikut : Langkah 1. Persiapan Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Langkah 2. Pembentukan kelompok Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 atau 5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok sehingga setiap siswa di dalam tim mendapatkan nomor yang berbeda-beda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, karena di tahap ini mereka diberi tanggung jawab untuk berpikir bersama dalam kelompoknya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
masing-masing. Berfikir bersama inilah yang disebut Numbered Heads Together atau penomoran kepala. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pretest) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. (contoh : kelompok pisang yang beranggotakan 5 orang. 5 orang dalam anggota tersebut diberi nomor dari 1 sampai 5, demikian seterusnya kelompok yang lain). Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru. Masalah tersebut berdasarkan materi dan bahan yang dipelajari. Buku paket ini sebagai refrensi yang digunakan oleh siswa dalam diskusi masalah. Langkah 4. Diskusi masalah Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama menyumbangkan ide-ide mereka untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum. Langkah 5. Memanggil nomor tertentu dan pemberian pertanyaan Dalam tahap ini, Guru menyebut satu nomor tertentu yang dipilih secara acak, kemudian para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
mengangkat tangan. Setelah itu guru menyiapkan pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa yang telah disebutkan berdasarkan nomor. Langkah 6. Memberi kesimpulan Setelah semua nomor mendapat giliran untuk menjawab soal, kemudian guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sintak adalah sebagai rancangan untuk terjadinya proses pembelajaran kooperatif tipe NHT di sekolah. Dengan adanya tahapan ini maka akan sangat memudahkan guru dalam melakukan kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
b. Sistem Sosial : La Iru dan La Ode Safiun Arihi (dalam Jumanta Hamdayama, 2014:175) mengatakan metode Number Heads Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk memenuhi pola interaksi siswa. Diperkuat oleh Ibrahim (dalam Jumanta, 2014:175) yang mengatakan bahwa Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasan akademik. Dengan adanya interaksi siswa, maka akan sangat berpengaruh terhadap sistem sosial mereka di dalam kelas. Sistem sosial siswa berkaitan erat dengan status sosial. Dimana dari sekian banyak ragam siswa di dalam kelas mulai dari miskin, kaya, pandai, pintar, dst. Maka, dengan adanya pembelajaran dengan metode kooperatif tipe
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
NHT ini siswa diharapkan tidak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya dan tetap menjaga relasi yang baik antara satu dengan yang lainnya. Menurut Winkel (1986:124), status sosial yang dimiliki seorang siswa, dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa itu. Status sosial siswa berkaitan erat dengan penghargaan terhadap diri sendiri dan penerimaan lingkungan terhadapnya. Di dalam pelajaran PAK, interaksi sosial merupakan bagian penting karena memang menyangkut bagaimana manusia berelasi dengan manusia lainnya dan pada akhirnya relasi tersebut menyatukan manusia tersebut di dalam kebersamaannya sehari-hari.
c. Tugas/Peran Guru : Tugas utama seorang guru dalam model pembelajaran ini adalah memonitor bagaimana proses pembelajaran model NHT ini berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan. Selain tugas utama, saat proses akan berlangsung guru bertugas: 1) mempersiapkan rancangan pelajaran 2) membagi para siswa menjadi beberapa kelompok 3) membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan diskusi 4) memonitor jalannya diskusi 5) menyebut satu nomor tertentu yang sudah disesuaikan dengan nomor soal (nomor dipilih secara acak) 6) Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa tugas / peran guru dalam model pembelajaran
ini
cukup
berat
yaitu
mempersiapkan
pembelajaran yang akan diberikan didalam kelas.
semua
rancangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
d.
Sistem Dukungan : Guru PAK benar-benar mempersiapkan seluruh rangkaian pembelajaran model NHT ini dengan matang agar tujuan tercapai dengan baik yaitu dengan mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam keberlangsungan proses belajar yang akan terjadi. Sarana dan prasarana yang perlu disiapkan dalam model pembelajaran tipe NHT ini antara lain berupa ruangan kelas, kertas Lembar Kerja Siswa, kertas HVS, dan white board. Sarana dan prasarana yang disiapkan tentunya harus diperhatikan dengan seksama karena akan sangat membantu dalam kegiatan belajar dan merupakan sistem pendukung untuk tercapainya pembelajaran tipe NHT ini.
e. Dampak : Ada dua dampak yang ditimbulkan dari pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT). Adapun dampak tersebut ialah: 1) Dampak Langsung : Tujuan pembelajaran PAK berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar dari tipe NHT tercapai. 2) Dampak Pengiring : Melatih siswa untuk dapat bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain, melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya, memupuk rasa kebersamaan, membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan.
f. Evaluasi pembelajaran kooperatif tipe NHT 1) Pengertian Evaluasi pembelajaran kooperatif tipe NHT Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together ini diperlukan alat ukur. Cara tepat yang bisa digunakan untuk mengetahuinya adalah dengan evaluasi. Yang dimaksud dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
evaluasi adalah mengukur dan menilai (Dapiyanta, 2008:9,10). Sedangkan pembelajaran adalah aktivitas guru dalam membelajarkan murid. Berdasarkan gagasan tersebut maka, evaluasi pembelajaran adalah kegiatan mengukur dan menilai interaksi guru-murid-kondisi eksternal dari keadaan awal tertentu menuju tujuan tertentu. Dalam konteks NHT berarti kegiatan mengukur dan menilai interkasi guru-murid-kondisi eksternal dari keadaan awal terbentuknya kelompokkelompok sampai pada sebuah kesimpulan yang diperoleh dari hasil diskusi. 2) Alat evaluasi pembelajaran kooperatif tipe NHT Alat evaluasi pembelajaran dibagi menjadi dua, yakni tes dan nontes. Tes adalah daftar pertanyaan yang disusun untuk memperoleh data tentang seseorang atau program guna menilai seseorang atau program dengan ciri komprehensif, cepat, tepat, sistematis, dan objektif. Sedangkan nontes ialah cara evaluasi yang ditempuh tanpa mengajukan serangkaian daftar pertanyaan yang jawabannya lebih menunjuk pada kecendrungan (Dapiyanta, 2008:17,23). Dari uraian tersebut penulis menggunakan kedua alat tersebut di dalam mengukur sejauh mana model pembelajaran kooperatif ini bisa dipahami dengan baik atau tidak.
g. Tujuan pembelajaran kooperatif tipe NHT Ibrahim (2000: 28) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu : 1) Hasil belajar akademik stuktural : Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2) Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima temantemannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
3) Pengembangan keterampilan sosial: Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Miftahul Huda (2013:203) mengatakan; tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain untuk meningkatkan kerjasama siswa, NHT juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Dari pendapat kedua ahli ini jika dikaitkan dengan PAK, maka akan sangat membantu guru dan terlebih-lebih Gereja dalam mewujudkan keinginan Gereja untuk semakin memperkembangkan masa depan gereja yang lebih baik dan mantap. Jika dilihat dari Sintak, Sistem Sosial, Tugas/Peran Guru, Sistem Dukungan, Pengaruh, dan Tujuan dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah merupakan sebuah model pembelajaran berbasis kooperatif yang dirancang mempengaruhi pola interaksi siswa dalam berfikir bersama, di mana masing-masing siswa yang telah diberi nomor dalam kelompoknya bekerja sama dalam kegiatan diskusi. Dari interaksi yang mereka temukan pada saat berpikir bersama yang menciptakan interaksi sosial, maka melatih siswa untuk dapat bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain, melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya, memupuk rasa kebersamaan, dan membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan. Yang tidak kalah penting adalah bahwa model pembelajaran ini menekankan tentang penomoran kepala. Artinya melalui penomoran kepala yang diberikan oleh guru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
kepada setiap individu kemudian menciptakan suatu kepercayaan dalam berfikir bersama. Kepercayaan tersebut menimbulkan interaksi sosial. Dari interaksi yang mereka dapatkan tersebut akan memampukan mereka untuk bekerjasama dalam kelompoknya. Dengan demikian, jika dikaitkan dengan konteks PAK, maka model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together ini merupakan sebuah model pembelajaran berbasis kooperatif yang dirancang mempengaruhi pola interaksi siswa dalam berfikir bersama, di mana masing-masing siswa yang telah diberi nomor dalam kelompoknya bekerja sama dalam kegiatan diskusi belajar PAK.
C. Motivasi Belajar PAK 1.
Pengertian Motivasi Belajar PAK Motivasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam belajar. Motivasi
memberi semangat seorang pelajar dalam kegiatan-kegiatan belajarnya. Motivasi timbul dari dorongan-dorongan yang asli atau perhatian yang diinginkan. Menurut Wexley dan Yukl (dalam As‟ad, 1997) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif (dorongan). Dapat pula diartikan sebagai hal atau keadaan yang menjadi motif (dorongan). Menurut Mitchell (dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan pada tujuan tertentu. Soemanto (2007) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena perilaku manusia itu selalu bertujuan, kita dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkah laku mencapai tujuan telah terjadi di dalam diri seseorang. McDonald (dalam Soemanto, 1987) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Winkel (1991:93), menjelaskan bahwa motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan, dorongan untuk memenuhi kebutuhan, bertingkah laku tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan pencapaian tujuan yang memenuhi kebutuhan itu. Motif merupakan daya-daya penggerak di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Motif itu merupakan suatu kondisi internal atau disposisi internal (kesiapsiagaan). Dan motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saatsaat tertentu. Kaitan antara motif dan motivasi itu tertampung dalam istilah „‟lingkaran motivasi‟ yang memiliki tiga-rantai dasar, yakni: a.
Pertama, timbulnya suatu kebutuhan yang dihayati dan di dorong untuk memenuhi kebutuhan itu;
b.
Kedua, bertingkah laku tertentu sebagai usaha untuk mencapai tujuan, yaitu terpenuhinya kebutuhan yang dihayati. Tujuan itu dapat dinilai sebagai suatu yang positif, yang ingin diperoleh; atau dapat dinilai sebagai sesuatu yang negatif, yang ingin dihindari;
c.
Ketiga, tujuan tercapai, sehingga orang merasa puas dan lega, karena kebutuhan telah terpenuhi. Pendapat di atas juga di kemukakan oleh Sadirman dalam bukunya
„‟interaksi dan motivasi belajar mengajar‟‟ (2014:73) yang menyatakan bahwa motivasi dan motif berkaitan erat satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
motivasi timbul karena adanya motif. motif merupakan upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan daya penggerak di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan. terjadinya motif meliputi tiga unsur, yaitu: terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu, munculnya rasa/feeling seseorang, dan dirangsang karena adanya tujuan. Yamin (2003: 80) berpendapat, bahwa motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan, pengalaman. Dan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 97), motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan. Pendapat lain Donald (Hamalik, 2008: 158) mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Selanjutnya Sriyanti (2009: 8) motivasi merupakan tenaga penggerak bagi aktivitas belajar anak. Motif (motivasi) diartikan sebagai suatu kekuatan yang berasal
dari
dalam
diri
seseorang
yang
menyebabkan
orang
tersebut melakukan suatu perbuatan. Dengan motif (Motivasi) yang kuat anak mempunyai banyak tenaga yang mendorong belajar, sehingga aktivitas belajarnya lebih bertahan lama. Motivasi yang ada dalam diri seseorang tidak selalu timbul dengan sendirinya. Motivasi dapat ditimbulkan, diperkembangkan dan diperkuat. semakin kuat motivasi seseorang, semakin kuat pula usahanya untuk mencapai tujuan. Demikian pula, semakin orang mengetahui tujuan yang akan dia capai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
dengan jelas, apalagi kalau tujuan itu dia anggap penting, semakin kuat pula usaha untuk mencapainya, semakin kuat juga motivasi untuk mencapainya. Dari pengertian di atas, maka akan ada kaitannya dengan anak-anak. Anak-anak akan memiliki motivasi yang tinggi apabila mereka merasa memiliki kemampuan terhadap objek yang dipelajari. Misalnya anak yang merasa memiliki kemampuan dalam hal agama, maka anak tersebut memiliki motivasi yang tinggi belajar agama. Anak yang memperoleh nilai Agama yang rendah, tidak sesuai dengan harapan guru. Anak tersebut beranggapan bahwa belajar agama itu sulit sehingga kurang termotivasi dalam mempelajari agama. Dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak semua siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap suatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh jadi seorang siswa ada motivasi untuk mempelajarinya, tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak ada motivasi untuk mempelajarinya. Ini merupakan masalah bagi guru dalam setiap kali mengadakan pertemuan. Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi. Guru selalu ingin memberikan motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan (Djamarah dan Zain, 2002:182). Memberikan motivasi berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar PAK adalah suatu dorongan atau keinginan dalam diri seseorang yang menyebabkan individu tersebut melakukan kegiatan/aktivitas belajar untuk mencapai tujuannya. Dapat pula diartikan sebagai pemberian atau penimbulan motif (daya-daya penggerak). Jika dikaitkan dengan PAK, maka motivasi belajar PAK adalah suatu dorongan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
atau keinginan dalam diri seseorang yang menyebabkan individu tersebut melakukan kegiatan/aktivitas belajar untuk mencapai tujuan belajar PAK.
2.
Faktor yang menimbulkan Motivasi belajar PAK Dalam usaha membangkitkan motivasi belajar anak didik, ada enam faktor
yang harus dikerjakan oleh guru (Djamarah, 1994:38), yakni: a.
membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar,
b.
menjelaskan secara konkret kepada anak didik apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran,
c.
memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai anak didik sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik di kemudian hari,
d.
membentuk kebiasaan belajar yang baik,
e.
membantu
kesulitan
belajar
anak
didik
secara
individual
maupun
kelompok, f.
menggunakan metode yang bervariasi Dari keenam faktor tersebut di atas, penulis rasa cocok untuk ditapkan di
dalam PAK. Jika faktor ini sungguh dikerjakan dengan maksimal dalam kegiatan belajar PAK, maka akan mencapai hasil yang cukup memuaskan dan mampu memenuhi tujuan yang hendak di capai guru dalam kegiatan belajar PAK. Memang cukup sulit bagi guru jika semua faktor ini bisa diterapakan pada peserta didik, karena guru harus secara terus-menerus untuk melakukan kegiatan ini dan juga perlu persiapan yang cukup matang. Secara otomatis saat membuat persiapan ini guru perlu benar-benar menyiapkan energi yang lebih agar hasilnya bisa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
maksimal. Namun demikian, akan berdampak positif pada siswa yang menerimanya dengan baik.
3.
Fungsi Motivasi belajar PAK Pada bagian ini penulis akan membahas mengenai fungsi motivasi dalam
belajar. Spesifiknya yaitu motivasi belajar PAK. Untuk belajar diperlukan adanya motivasi. Motivasi sangatlah penting di dalam PAK karena hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang akan diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi yang di paparkan oleh Sadirman (2014:85), yakni: a.
Mendorong manusia untuk berbuat. Artinya motivasi bisa dijadikan sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b.
Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c.
Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyusihkan perbuatanperbuatan yangf tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Bertolak dari ketiga hal di atas, Hamalik (2008: 108) mengemukakan tiga
fungsi motivasi. Fungsi tersebut ialah: 1. mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
2. motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, 3. motivasi
sebagai
penggerak,
artinya
menggerakkan
tingkah
laku
seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Tidak kalah penting yang perlu diingat adalah bahwa motivasi siswa dalam pelajaran pendidikan agama katolik harus sangat diperhatikan. Karena bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Bagi guru sendiri, ketika guru memiliki motivasi yang kuat di dalam dirinya maka akan mampu menumbuhkan motivasi belajar dari siswa. Dan ini sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi belajar PAK adalah sebagai penggerak dan pengarah dalam melakukan kegiatan belajar PAK. Jika fungsi ini merupakan bagian di dalam PAK seperti yang dimaksudkan di atas, maka daya yang dihasilkan dari fungsi tersebut akan sangat berengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar yang baik pada siswa. Siswa akan mengikuti pelajaran PAK dengan semangat karena ada dorongan dari dalam diri mereka untuk belajar. Selain itu, ada interaksi yang mendalam juga antara guru dan anak didiknya. Dengan interaksi ini maka akan tercipta suatu komunikasi yang baik antara guru dan anak didik, terlebih-lebih komunikasi antara siswa dengan siswa.
4.
Macam-Macam Motivasi Belajar PAK Berbicara tentang macam motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang, yang akan diuraikan sebagai berikut (Sadirman, 2014:86):
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
a. Motivasi dilihat dari dasar terbentuknya 1) Motif atau Motivasi Bawaan Yang dimaksud motif atau motivasi bawaan adalah motif atau motivasi yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya : dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, dll. 2) Motif atau Motivasi yang dipelajari Maksudnya adalah motif atau motivasi yang timbul karena dipelajari. Sebagai contohnya : dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di masyarakat, dll. b.
Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya : kebutuhan untuk minum, makan, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk istirahat. 2) Motif darurat. Yang termasuk motif jenis ini antara lain : dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha, dan untuk memburu. 3) Motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, dan untuk menaruh minat. motif ini muncul karena dorongan untuk menghadapi dunia luar secara efektif. c.
Motivasi jasmaniah dan rohaniah Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti misalnya : reflex, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
d.
Motivasi Inrinsik dan ekstrinsik
1) Motivasi intrinsik Yang dimaksud motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. 2) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif yng aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seorang belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, sehingga dipuji pacarnya, atau temannya. Dari beberapa sudut pandang yang dipaparkan Sadirman di atas, penulis akan menerapkannya di dalam kegiatan belajar PAK. Maka, guru akan mempunyai dasar yang kuat karena memiliki refrensi tentang pemahaman bagaimana memotivasi siswa dalam kegiatan belajarnya, terutama belajar PAK.
5.
Sumber Motivasi Belajar PAK Madul Majid (2013:309) mengatakan perilaku individu tidak berdiri
sendiri, selalu ada hal yang mendorongnya dan tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan dari luar. Motivasi yang terbentuk dari luar lebih bersifat pada perkembangan kebutuhan psikis atau rohhaniah. Begitu juga halnya dengan sumber motivasi siswa berbeda-beda. Ada dua macam model motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasai instrinsik adalah model motivasi dimana siswa termotivasi untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
mengerjakan tugas
karena dorongan dari dalam dirinya sendiri, memberikan
kepuasan tersendiri dalam proses pembelajaran atau memberikan kesan tertentu saat menyelesaikan tugas. Motivasi ekstrinsik adalah model motivasi dimana siswa yang terpacu karena berharap ada imbalan atau untuk menghindari hukuman, misalkan untuk mendapatkan nilai, hadiah stiker atau untuk menghindari hukuman fisik. Alasan yang menjadikan siswa termotivasi bisa berbeda-beda. Berikut ini merupakan alasan-alasan yang berpengaruh terhadap motivasi belajar: a.
Lingkungan di rumah, yang membentuk perilaku dalam belajar semenjak usia belia.
b.
Cara siswa memandang diri mereka sendiri: kepercayaan diri, harga diri maupun martabat.
c.
Sifat dari siswa yang bersangkutan: tingkat kesabaran dan komitmen. Namun demikian, tingkat motivasi apapun yang dimiliki siswa saat di
kelas; ada motivasi atau tidak, tidak hanya eksis pada diri siswa dan di luar ruangan kelas. Motivasi belajar dapat diubah menjadi lebih baik atau buruk berdasarkan apa yang terjadi di dalam kelas. Misalkan, kepercayaan yang dimiliki oleh guru terhadap siswanya bisa menjadi memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat motivasi siswa. Berkaitan dengan sumber motivasi yang dipaparkan oleh Abdul Majid diatas, dapat dilihat pada uraian berikut ini.
a. Faktor Internal (faktor yang berasal dari dalam diri individu) Faktor yang berasal dari dalam diri individu terdiri atas beberapa hal di bawah ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65 1) Adanya kebutuhan : Menurut Ngalim Purwanto „‟Tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun psikis‟‟. Dari pendapat tersebut, ketika keluarga memberikan motivasi kepada anak haruslah diawali dengan berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan anak yang akan dimotivasi. „‟memahami kebutuhan anak adalah semata-mata untuk memberi peluang pada anak memilih berbagai alternative yang tersedia dalam suatu lingkungan yang kaya stimulus‟‟. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa orang tua harus mengetahui kebutuhan anak. 2) Persepsi individu mengenal diri sendiri : Seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak bergantung pada proses kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tergantung dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak. 3) Harga diri dan prestasi : Faktor ini mendorong atau mengarahkan individu (memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu dalam lingkungan masyarakat, serta dapat mendorong individu untuk berprestasi. 4) Adanya cita-cita dan harapan masa depan : Cita-cita dan harapan merupakan informasi objektif dari lingkungan yang memengaruhi sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan dari perilaku yang selanjutnya menjadi pendorong. Cita-cita mempunyai pengaruh besar. Citacita merupakan pusat bermacam-macam kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan itu biasanya direalisasikan di sekitar cita-cita tersebut sehingga cita-cita tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
mampu memberikan energi kepada anak untuk melakukan suatu aktivitas belajar. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa perlu pemberian motivasi yang tepat terhadap anak yang belum mengetahui pentingnya belajar yang menunjang terhadap pencapaian cita-citanya. 5) Keinginan tentang kemajuan dirinya : Menurut Sadirman (2013) „‟melalui aktualisasi diri pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Keinginan dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan diri seseorang. Keinginan dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu‟‟ 6) Minat : Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan berjalan kalau disertai dengan minat. 7) Kepuasan kinerja : Kepuasan kinerja merupakan suatu dorongan afektif yang muncul dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan yang diinginkan dari suatu perilaku.
b. Faktor Eksternal (faktor yang berasal dari luar diri individu) Ada beberapa cara untuk menumbuhakan dan membangkitkan anak agar melakukan aktivitas belajar, di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Pemberian hadiah : Hadiah merupakan alat pendidikan yang bersifat positif dan fungsinya sebagai alat pendidik represif positif. Hadiah juga merupakan alat pendorong untuk belajar lebih aktif. Motivasi dalam bentuk hadiah ini akan membuahkan semangat belajar dalam mempelajari materi-materi pelajaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
2) Kompetisi : Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong belajar anak, baik persaingan individu maupun kelompok dalam rangka meningkatkan prestasi belajar anak. Memang unsur persaingan itu banyak digunakan dalam dunia industry dan perdagangan, tetapi sangat baik jika digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar anak. 3) Hukuman : Hukuman merupakan pendidikan yang tidak menyenangkan, karena bersifat negatif. Namun demikian, hukuman dapat menjadi alat motivasi atau pendorong untuk mempergiat belajar anak. Anak akan berusaha untuk mendapatkan tugas yang menjadi tanggung jawabnya agar terhindar dari hukuman. 4) Pujian : Menurut Sadirman pujian merupakan bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Apabila anak berhasil dalam kegiatan belajar, pihak keluarga perlu memberikan pujian pada anak. Positifnya pujian tersebut dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan prestasi jika pujian yang diberikan kepada anak tidak berlebihan. 5) Situasi lingkungan pada umumnya : Setiap individu terdorong untuk berhubungan dengan rasa mempunyai dalam melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya. 6) Sistem imbalan yang diterima : Sistem pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk berprilaku dalam mencapai tujuan. Perilaku dipandang sebagai tujuan sehingga ketika tujuan tercapai, akan timbul imbalan. Dari 2 faktor uraian di atas, penulis memakai 2 faktor yang dipaparkan tersebut sebagai sumber untuk memotivasi siswa dalam belajar PAK. Sumber tersebut yaitu sumber internal dan eksternal. Untuk lebih mendalam maka penulis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
mengutamakan sumber internal, karena sumber ini dapat menjadi tolak ukur bagi guru untuk memotivasi siswa dalam mencapai tujuan belajar. Faktor internal tersebut merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari sumber motivasi belajar PAK, ini artinya bahwa faktor internal ini berhubungan erat dengan tingkat motivasi siswa di dalam belajar PAK. Dengan faktor internal ini guru bisa dengan mudah untuk memotivasi siswa secara lebih mendalam sehingga terciptalah dorongan yang kuat. Dengan dorongan ini siswa menjadi termotivasi dan akhirnya mencapai prestasi belajar.
Selain sumber
internal, sumber eksternal juga
merupakan bagian terpenting sebagai alat bagi guru untuk memotivasi siswa. Dengan sumber eksternal ini akan memudahkan guru dalam mencapai prestasi yang baik karena anak termotivasi untuk belajar PAK. Jika belajar PAK menggunakan alat ukur dari sumber internal dan eksternal ini maka akan sangat membantu guru PAK dalam memotivasi siswanya di dalam kelas dalam kegiatan belajar PAK.
6.
Strategi Memotivasi Siswa Belajar PAK Madul Majid (2013:320) mengatakan beberapa ide yang dapat digunakan
oleh guru untuk memotivasi siswa di dalam kelas yaitu: a.
Gunakan Metode dan Kegiatan beragam : Melakukan kegiatan yang sama secara terus menerus bisa menimbulkan kebosannan dan menurunkan semangat belajar. Siswa yang bosan cendrung akan mengganggu proses belajar. Variasi akan membuat siswa tetap kosentrasi dan termotivasi. Sesekali mencoba sesuatu yang berbeda dengan menggunakan metode belajar yang bervariasi di dalam kelas. Cobalah untuk membuat pembagian peran,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
debat, transfer pengetahuan secara singkat, diskusi, simulasi, studi kasus, presentasi dengan audio-visual dan kerja kelompok kecil. b.
Jadikan Siswa Peserta Aktif : Pada usia muda sebaiknya diisi dengan melakukan
kegiatan,
berkreasi,
menulis,
berpetualang,
mendesain,
menciptakan sesuatu dan menyelesaikan suatu masalah. Jangan jadikan siswa peserta pasif di kelas karena dalpat menurunkan minat dan mengurangi rasa keingintahuannya. Gunakanlah metode belajar yang aktif dengan memberikan siswa tugas berupa simulasi penyelesaian suatu masalah untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar. Jangan berikan jawaban apabila tugas tersebut dirasa sanggup dilakukan oleh siswa. c.
Buatlah Tugas yang Menantang namun Realistis dan Sesuai : Buatlah proses belajar yang cocok dengan siswa dan sesuai minat mereka sehingga menarik karena mereka dapat melihat tujuan dari belajar. Buatlah tugas yang menantang tetapi realistis. Realistis dalam pengertian bahwa standar tugas cukup berbobot untuk memotivasi siswa dalam menyelesaikan tugas sebaik mungkin, tetapi tidak terlalu sulit agar jangan banyak siswa yang gagal dan berakibat turunnya semangat untuk belajar.
d.
Ciptakan Suasana yang Kondusif : Kelas yang aman tidak mendikte dan cenderung mendukung siswa untuk berusaha dan belajar sesuai minatnya akan menumbuhkan motivasi untuk belajar. Apabila siswa belajar di suatu kelas yang menghargai dan menghormati mereka dan tidak hanya memandang kemampuan akademis mereka, mereka cenderung terdorong untuk terus mengikuti proses belajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
e.
Berikan Tugas Secara Proposional : Jangan hanya berorientasi pada nilai dan beri penekanan pada penguasaan materi. Segala tugas di kelas dan pekerjaan rumah tidak selalu bisa di sertakan dengan nilai. Hal tersebut dapat menurunkan semangat siswa yang kurang mampu memenuhi standar dan berakibat siswa yang bersangkutan merasa dirinya gagal. Gunakan mekanisme nilai seperlunya, dan cobalah untuk memberikan komentar atas hasil kerja siswa mulai dari kelebihan mereka dan kekurangan mereka serta apa yang bisa mereka tingkatkan. Berikan komentar anda secara jelas. Berikan kesempatan bagi siswa untuk memperbaikai tugas mereka apabila mereka merasa belum cukup. Jangan mengandalkan nilai untuk merombak sesuatu yang tidak sesuai dengan anda.
f.
Libatkan Diri Anda untuk Membantu Siswa Mencapai Hasil : Arahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam proses belajar-mengajar, jangan hanya terpaku pada hasil ujian atau tugas. Bantulah siswa dalam mencapai tujuan pribadinya dan terus pantau perkembangan mereka.
g.
Berikan Petunjuk pada Para Siswa agar Sukses dalam Belajar : Jangan biarkan siswa berjuang sendiri dalam belajar. Sampaikan pada mereka apa yang perlu dilakukan. Buatlah mereka yakin bahwa mereka bisa sukses dan bagaimana cara mencapainya.
h.
Hindari Kompetisi Antarpribadi : Kompetisi bisa menimbulkan kekhawatiran yang bisa berdampak buruk bagi proses belajar dan sebagian siswa akan cenderung bertindak curang. Kurangi peluang dan kecendrungan untuk membanding-bandingkan antara siswa satu dengan yang lain dan membuat perpecahan di antara para siswa. Ciptakanlah metode mengajar dimana para siswa bisa saling bekerja sama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
i.
Berikan Masukan : Berikan masukan pada siswa dalam mengerjakan tugas mereka. Gunakan kata-kata yang positif dalam memberikan komentar. Para siswa akan lebih termotivasi terhadap kata-kata positif dibanding ungkapan negative. Komentar positif akan membangun kepercayaan diri. Ciptakan situasi dimana anda percaya bahwa seseorang siswa bisa maju dan sukses di masa mendatang.
j.
Hargai Kesuksesan dan Keteladanan : Hindari komentar negatif terhadap kelakuan buruk dan performa rendah yang ditunjukan siswa Anda. Akan lebih baik bila Anda memberikan apresiasi bagi siswa yang menunjukkan kelakuan dan kinerja yang baik. Ungkapan positif dan dorongan sukses bagi siswa Anda merupakan penggerak yang sangat berpengaruh dan memberikan aspirasi bagi siswa yang lain untuk berprestasi.
k.
Antusias dalam Mengajar : Antusiasme seorang guru dalam mengajar merupakan faktor yang penting untuk menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Bila Anda terlihat bosan dan kurang antusias, para siswa akan menunjukan hal serupa. Upayakan untuk selalu tampil baik, percaya diri, dan antusias di depan kelas.
l.
Tentukan Standar yang tinggi (tetap realistis) bagi seluruh Siswa : Standar yang diharapkan oleh para guru terhadap siswanya memiliki dampak yang signifikan terhadap performa dan kepercayaan diri mereka. Bila anda mengharapkan seluruh siswa untuk termotivasi, giat belajar, dan memiliki minat yang tinggi, mereka cenderung akan bertindak mengikuti kehendak anda. Anda harus yakin bahwa Anda mampu memberikan motivasi tinggi pada siswa. Pada awal tahun ajaran baru anda harus menggunakan kesempatan agar seluruh siswa memiliki motivasi yang tinggi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
m. Pemberiaan Penghargaan untuk Memotivasi : Pemberian penghargaan seperti nilai, hadiah, dan sebagainya, mungkin efektif bagi sebagian siswa (biasanya bagi anak kecil) tetapi metode ini harus digunakan secara hati-hati karena berpontensi menciptakan kompetisi. Namun demikian, penggunaan metode ini dapat melahirkan motivasi internal. n.
Ciptakan Aktivitas yang melibatkan Seluruh Siswa dalam Kelas : Ciptakan aktivitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas. Hal ini akan membagi pengetahuan, gagasan dan penyelesaian tugas-tugas individu siswa dengan seluruh siswa di kelas tersebut.
o.
Hindari Penggunaan Ancaman : Jangan megancam siswa anda dengan kekerasan, hukuman ataupun nilai rendah. Bagi sebagian siswa ancaman untuk memberi nilai rendah mungkin efektif, tetapi hal tersebut bisa memicu mereka mengambil jalan pintas (menyontek).
p.
Hindari Komentar Buruk : Gunakanlah komentar yang positif dan perilaku yang baik. Banyak siswa yang percaya diri akan performa dan kemampuan mereka. Jangan membuat pernyataan yang negatif kepada para siswa di kelas Anda berkaitan dengan perilaku dan kemampuan mereka. Anda harus selektif dalam menggunakan kata-kata dan berbicara dalam kelas. Apabila tidak hatihati, kepercayaan diri siswa Anda akan muda jatuh.
q.
Kenali Minat Siswa-Siswa Anda : Para siswa mungkin berada dalam satu kelas, tetapi mereka memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Pahamilah siswa Anda, bagaimana tanggapan mereka terhadap materi dan apa minat, cita-cita, harapan dan kekhawatiran mereka. Pergunakanlah berbagai contoh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
dalam pembelajaran Anda yang ada kaitannya dengan minat mereka untuk membuat meraka tetap termotivasi dalam belajar. r.
Peduli dengan Siswa-siswa Anda : Para siswa akan menunjukkan minat dan motivasi pada para guru yang memiliki perhatian. Perlihatkan bahwa Anda memandang para siswa sebagai layaknya manusia normal dan perhatikan bahwa mereka mendapatkan proses pembelajaran dan bukan hanya sekedar nilai karena hal tersebut tercermin pada kemampuan Anda sebagai seorang guru. Cobalah membangun hubungan yang positif dengan para siswa dan coba kenali mereka sebagaimana Anda memperkenalkan diri Anda pada mereka. Sebagai contoh, ceritakanlah kisah Anda ketika masih menjadi siswa. Dari pemikiran di atas jika diterpkan pada pelajaran pendidikan Agama
Katolik di sekolah maka kecil kemungkinan terjadi masalah dalam pengelolaan kelas saat proses belajar mengajar. Dari beberapa strategi yang diuraikan tersebut di atas, guru dapat menggunakan dan mencobanya ketika terjadi pembelajaran PAK di sekolah. Menjadi guru memang bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi guru agama. Dengan beragam permasalahan yang dihadapi guru di dalam pengelolaan kelas maka perlu alat yang mampu memberikan kemudahan dalam pencapaian tujuan belajar. Salah satu contoh alat yang bisa digunakan adalah dengan „‟memberikan penghargaan‟‟. Memberikan penghargaan merupakan kebutuhan rasa berguna, penting, dihargai, dikagumi, dihormati oleh orang lain. Secara tidak langsung ini merupakan kebutuhan perhatian, ketenaran, status, martabat, dan lain sebagainya. Dengan alat ini maka akan mampu memotivasi siswa di dalam belajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis menggunakan ide Madul Majid tersebut sebagai Strategi Memotivasi Siswa Belajar PAK.
D. Penelitian yang Relevan Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian atau tulisan yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan atau menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together pada beberapa mata pelajaran yang berbeda-beda. Penelitian tersebut sebagaimana dipaparkan sebagai berikut: 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Elvira Rohmawati mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri KECEME 1 Kecamatan Sleman”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri KECEME 1 Kecamatan Sleman.
2.
Penelitian oleh Septin Andjarsari yang meneliti tentang “Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Akuntasi Kompetensi Dasar Membukukan Jurnal Penyesuaian Pada Siswa Kelas X akuntansi SMK Yapek Gombong Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada kompetensi dasar Membukukan Jurnal Penyesuaian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
E. Kerangka Pikir Dalam
kegiatan
belajar,
guru
harus
menciptakan
suatu
model
pembelajaran yang menarik bagi siswa sehingga siswa menjadi semangat dalam mengikuti pelajaran. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) yaitu sebuah model pembelajaran berbasis kooperatif yang dirancang mempengaruhi pola interaksi siswa dalam berfikir bersama, di mana masing-masing siswa yang telah diberi nomor dalam kelompoknya bekerja sama dalam kegiatan diskusi. Dari interaksi tersebut akan menciptakan motivasi pada setiap siswa. Motivasi merupakan dorongan yang mempunyai daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Motivasi dalam konteks ini adalah motivasi belajar PAK, artinya motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar PAK. Dari uraian kedua variabel tersebut, maka Motivasi Belajar PAK dipengaruhi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads together. Kerangka pikir uraian ini secara skematis dapat di gambarkan sebagai berikut: Skema: Kerangka Pikir Variabel Bebas X : Model Pembelajaran Koperatif Tipe NHT
Variabel Terikat Y : Motivasi Belajar PAK
F. Hipotesis Berdasarkan uraian yang telah dalam kerangka pikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
1. Ho : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-Heads Together (NHT) tidak berpengaruh terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Katolik Siswi kelas XI di SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun 2015/2016 2. Ha : Model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-Heads Together (NHT) berpengaruh terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Katolik Siswi kelas XI di SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun 2015/2016. Hipotesis diuji pada tingkat signifikansi 5 %
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jika dilihat dari segi pendekatan dan data yang diperoleh, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yang berbentuk regresi. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan kuantifikasi angka mulai dari pengumpulan data, pengolahan data yang diperoleh, sampai pada penyajian data. Sugiyono menyatakan (2012:14) penelitian kuantitatif
sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini untuk melihat pengaruh antara Variabel X (Model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered-Heads Together (NHT)) terhadap Variabel Y (motivasi belajar) Pendidikan Agama Katolik siswi kelas XI di SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun 2015/2016.
B. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunkan bentuk Pre-Experimental Designs. Dikatakan pre-experimental design, karena desain ini belum merupakan exsperimen sungguh-sungguh. Yang artinya masih terdapat variabel luar yang ikut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Pre-Experimental designs ada beberapa jenis, untuk lebih fokusnya penulis menggunakan jenis one-shot case study pretest- posttest. Paradigma dalam penelitin eksperimen model ini dapat digambarkan seperti berikut: Tabel 1. Desain pretest-posttest Pretest Y1
Variabel Bebas X
Posttest Y2
Dalam Desain ini, Peneliti memberi tes pada awal kegiatan yang akan diteliti dan pada akhir kegiatan diberikan tes yang sama, kemudian membandingkan skor keduanya. Adapun variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah variabel Y, sedangkan variabel X adalah sebagai treatment/perlakuan yang diberikan.
C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di sekolah SMA Santa Maria Yogyakarta, yang beralamat di Jalan Ireda No 19 A Yogyakarta. SMA Santa Maria Yogyakarta dipilih sebagai tempat penelitian karena saat pelajaran PAK sering menggunakan model kerja kelompok.
2. Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan dalam semester gassal tahun akademik 2015/2016, tepatnya pada hari Senin 14 September s/d Jumat 2 Oktober 2016.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
D. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan kelas XI (sebelas) di SMA Santa Maria Yogyakarta. adapun jumlah keseluruhan siswa kelas XI adalah 127 orang. Tabel 2. Data populasi siswa kelas XI tahun 2014 XI IBB
26
XI MIA
27
XI IIS1
25
XI IIS2
25
XI IIS3 JUMLAH
24 127
Karena jumlah populasi yang besar, maka peneliti menggunakan rumus dari proposi sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono (2012:127,128) dalam pengambilan sampelnya. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 127. Dari Populasi
berjumlah 127 ini dibulatkan menjadi 130 untuk mencapai
pengukuran taraf kesalahan 5%. Berdasarkan tabel penentuan jumlah sampel yang ada dalam buku Sugiyono (2012:128), diperoleh sampel dari populasi 130 dengan taraf signifikansi 5 % adalah 95 orang. Jadi, Jumlah sampel adalah sebanyak 95 orang. Untuk mendapatkan sampel sebanyak 95 orang tersebut menggunakan teknik Cluster random sampling. Dikatakan Cluster (Area) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak berdasarkan Area Kelas. Dari 95 orang tersebut dibutuhkan 4 kelas dari 5 kelas yang dipilih secara acak. Teknik random ini dapat digambarkan seperti gambar berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
Populasi Daerah A
B
C
D
E
Diambil secara Random
A
D
E
C
Sampel Daerah (Kelas) Gambar 2. Teknik Cluster Random Sampling
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diukur. Terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah „‟Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Tugether (NHT),‟‟ sedangkan variabel terikatnya adalah „‟Motivasi Belajar Pendidikan Agama Katolik‟‟.
2. Definisi Konseptual Berdasarkan kajian pustaka yang dipaparkan pada BAB II, maka definisi konseptual untuk variabel Pembelajaran Kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dalam Pendidikan Agama Katolik (X) yaitu sebuah model pembelajaran berbasis kooperatif yang dirancang mempengaruhi pola interaksi siswa dalam berfikir bersama, di mana masing-masing siswa yang telah diberi nomor dalam kelompoknya bekerja sama dalam kegiatan diskusi belajar PAK. Definisi konseptual untuk motivasi belajar PAK (Y) adalah berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan, dorongan untuk memenuhi kebutuhan, bertingkah laku tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan pencapaian tujuan yang memenuhi kebutuhan itu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
3.
Definisi Operasional
a.
Model Pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) Model Pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT)
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa yang meliputi persiapan dan pelaksanaan. Keduanya meliputi Sintak dan Dampak. adapun penjelasannya sebagai berikut: 1) Sintak (Tahap-tahap): Tahap-tahap dalam pembelajaran model NHT dibagi menjadi enam langkah sebagai berikut : a)
Persiapan : Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
b) Pembentukan kelompok : Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 atau 5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam anggota kelompok dan nama kelompok yang berbeda (contoh: kelompok pisang yang beranggotakan 5 orang. 5 orang dalam anggota tersebut diberi nomor dari 1 sampai 5, demikian seterusnya kelompok yang lain). c)
Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan : Tiap kelompok harus memiliki buku paket pelajaran PAK atau buku panduan PAK agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau masalah yang diberikan oleh guru. Masalah tersebut berdasarkan materi dan bahan yang dipelajari. Buku paket ini sebagai refrensi yang digunakan oleh siswa dalam diskusi masalah.
d) Diskusi masalah : Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama menyumbangkan ide-ide mereka untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
Lembar Kerja Siswa (LKS) atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum. e)
Memanggil nomor tertentu dan pemberian jawaban : Guru menyebut satu nomor tertentu yang dipilih secara acak, kemudian para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan. setelah itu guru menyiapkan jawaban yang akan diberikan kepada siswa yang telah disebutkan berdasarkan nomor.
f)
Memberi kesimpulan : Setelah semua nomor mendapat giliran untuk menjawab soal, kemudian guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
2) Dampak : Ada dua dampak yang ditimbulkan dari pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT). Adapun dampak tersebut ialah: a)
Dampak Langsung : keberhasilan PBM pembelajaran PAK dalam mencapai tujuan yaitu nilai mencapai KKM yang dikukur berdasarkan tes dan nontes.
b) Dampak Pengiring : kemampuan kerjasama dan motivasi siswa.
b. Motivasi Belajar PAK Sebuah Kebutuhan dari dalam diri siswa yang menggerakkan siswa tersebut melakukan kegiatan/aktivitas belajar PAK dengan semangat demi mencapai tujuan belajar PAK.
4.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan skala
pengukuran. Skala pengukuran yang disebarkan bersifat langsung. Bersifat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83
langsung karena diisi tepat saat dibagikan. Setelah diisi langsung dikembalikan kepada peneliti pada hari yang sama. Instrumen yang didistibusikan kepada siswa kelas XI yang telah dipilih secara acak, di SMA Santa Maria Yogyakarta adalah sebagai sampel dalam penelitian. Selain itu, untuk memastikan kebenaran model pembelajaran tipe NHT ini berhasil atau tidak diterima oleh siswa maka digunakan metode observasi/pengamatan.
5.
Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan skala
Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang variabel yang terdapat dalam instrumen. Intrumen tersebut berupa pretest-postest. Adapun variabel yang hendak diukur dalam penelitian ini adalah motivasi siswa kelas XI yang dibandingkan sebelum diberikan model pembelajaran koperatif tipe numbered heads together dan setelah diberikan model pembelajaran koperatif tipe numbered heads together. Dengan menggunakan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi aspek, aspek dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Dari indikator dirincikan menjadi descriptor yang mendeskripsikan dari setiap indikator. Akhirnya dari indikator yang telah dideskripsikan menjadi titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Instrumen ini bersifat tertutup, artinya jawaban untuk pernyataan sudah disediakan pada kolom jawaban. Responden tinggal memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
a.
Sangat Setuju ( 5 4 3 2 1 ) Sangat Tidak setuju
b.
Selalu
c.
Sangat Positif ( 5 4 3 2 1 ) Sangat Negatif
d.
Sangat Baik
( 5 4 3 2 1 ) Tidak Pernah
( 5 4 3 2 1 ) Sangat Tidak Baik
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor sesuai dengan kategori diatas tersebut.
6.
Kisi-kisi Instrumen
Tabel 3. Kisi-kisi Observasi Variabel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) No
Aspek
1
2
1
Persiapan
Indikator
Item
No
Soal
Item
5
6
Persiapan
1
6
Pembentukan
2
Deskriptor
3 Sintak
4
kelompok Tiap kelompok harus
3
memiliki buku paket atau buku panduan Diskusi masalah
4
Memanggil
5
tertentu
nomor dan
pemberian jawaban
Dampak
Memberi kesimpulan
6
Dampak Pengiring
7
Dampak Langsung
8
2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
2
Pelaksanaan
Sintak
Persiapan
9
Pembentukan
10
8
kelompok Tiap kelompok harus
11
memiliki buku paket atau buku panduan Diskusi masalah
12
Memanggil
13
nomor
tertentu
dan
pemberian jawaban
Dampak
3
Memberi kesimpulan
14
Dampak langsung
15
Dampak pengiring
16
Evaluasi
Tes
Tes hasil belajar
17
Hasil
Nontes
Guru
18
memberikan
kuisioner
2
diakhir
pelajaran Jumlah Total
18
Tabel 4. Kisi-kisi (Pretest-Posttest) Instrumen Motivasi Belajar PAK No 1 1
Aspek 2 Menggerakkan
Item
No
Soal
Item
4
5
Indikator 3 Saya
merasa
membutuhkan
13 1
belajar PAK Belajar PAK kemauanku sendiri
2
Tanpa terpaksa saya belajar PAK
3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
Saya menggunakan kesempatan 4 belajar PAK secara maksimal Pada saat pelajaran PAK saya 5 kosentrasi penuh Saya membaca buku diluar yang 6 ditentukan Saya serius setiap belajar PAK
7
Saya mempunyai tanggung jawab 8 untuk belajar PAK Saya tidak pernah terlambat saat 9 belajar PAK Saya merasa senang saat belajar 10 PAK Saya tetap belajar PAK walaupun 11 sukar Saya
ingin
tahu
banyak
hal 12
tentang PAK Saya harus belajar PAK agar 13 dapat memperkaya diri 2
Kegiatan /Aktivitas
Pada saat belajar PAK saya
belajar PAK (Proses) mengerjakan tugas yang diberikan
17 14
dengan semangat dan tepat waktu Saya tidak semangat saat ada tugas,
sehingga
saya 15
mengerjakannya dengan terpaksa dan asal mengerjakan saja. Saya tidak menghadapi kesulitan 16 dalam belajar PAK
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
Ketika saya tidak mengalami 17 kesulitan, saya diam saja Ketika saya tidak mengalami kesulitan, saya membantu teman
18
yang mengalami kesulitan Saya menghadapi kesulitan saat 19 belajar PAK Saya mengatasi kesulitan dengan bertanya kepada teman kelompok
20
yang mengerti Saya mengatasi kesulitan dengan 21 bertanya kepada guru Saat menghadapi kesulitan saya membaca buku materi pelajaran
22
PAK Saat menghadapi kesulitan saya 23 diam saja Saat menghadapi kesulitan saya 24 mengganggu teman lain Saat menghadapi kesulitan saya mengobrol dengan teman lain 25 tentang
kegiatan
Gereja
ditempatku Saat ada tugas saya membaca buku mata pelajaran PAK sesuai
26
dengan materi yang diberikan Saat ada tugas saya membaca 27 Kitab Suci
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
Saya
membaca
dokumen-
dokumen Gereja sesuai dengan ketentuan tugas dalam materi
28
yang diberikan, misalnya LG (Lumen Gentium), ASG, dll Saat diberikan tugas, saya tidak membaca buku PAK, Kitab Suci, 29 maupun dokumen-dokumen yang bersangkutan Saya membaca buku pelajaran 30 lain diluar konteks belajar PAK. Jumlah Total
30
Tabel 5. Instrumen Observasi Motivasi Belajar PAK No
Aspek
Indikator
1
2
3
1
Kegiatan
/ Memperhatikan saat belajar PAK
Item
No
Soal
Item
4
5
1
16
Aktivitas Belajar Tidak terpengaruh situasi diluar kelas
2
PAK
3
Membantu teman yang mengalami kesulitan Adanya kerja sama dalam kelompok
4
saat belajar PAK Adanya komunikasi di dalam
5
kelompok dan kelompok lain dalam kegiatan belajar PAK Menghargai dan menerima pendapat orang lain dalam kegiatan belajar PAK
6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
Saling mengutarakan pendapat saat
7
diskusi kelompok dalam kegiatan belajar PAK Penyelesaian LKS sesuai ketentuan
8
guru Terlibat saat belajar PAK
9
Membaca buku saat belajar PAK
10
Sadar untuk bertanya saat mengalami
11
kesulitan Mencatat hal-hal penting pada saat
12
diskusi Bertanggung jawab atas tugas yang
13
diberikan saat belajar PAK Memiliki ambisi untuk belajar PAK
14
Mau mengerjakan tugas PAK dengan
15
senang hati Keinginan kuat untuk maju bersama
16
saat belajar PAK 2
Mencapai Tujuan PAK
Nilai mencapai KKM Belajar Kemampuan Kerjasama dan motivasi
2
18
Siswa saat belajar PAK Jumlah Total
7.
17
18
Pengembangan Instrumen Uji coba yang dipakai dalam pengembangan instrumen ini adalah uji coba
terpakai artinya tanpa mengadakan uji coba sebelum penelitian diadakan, instrumennya langsung dipakai untuk menganalisis intrumen penelitian. Uji coba dilakukan dengan mencari validitas dan reliabilitas, butir soal yang memiliki nilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90
reliabilitas dan validitasnya rendah akan diibuang dan tidak dipakai dalam analisa data sedangkan yang memenuhi syarat dalam uji validitas dan reliabilitas akan dipakai untuk menguji hipotesis.
8. Validitas dan Reliabilitas a.
Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam
suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel (Sujarweni 2008: 186). Uji validitas dilakukan dengan mengunakan validitas konstruk yaitu sesuatu yang tidak dapat diamati secara langsung pada seseorang. Dengan teknik statistik yang disebut analisis faktor dapat diselidiki berbagai komponen sehingga tes dapat disusun berdasarkan komponen-komponen itu. Penelitian dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 20. Untuk mencapai syarat validitas dengan taraf signifikansi 0,05. Maka, jika signifikansi ˃ 0,05 item tidak valid, jika signifikansi < 0,05 item valid. Rumus manualnya sebagai berikut : Tabel 6. Rumus Manual Validitas
rxy =
Keterangan : rxy : koefisien korelasi variabel x dengan variabel y xy : hasil perkalian antara variabel x dan variabel y x
: jumlah nilai setiap item
y
: jumlah nilai konstan
N
: jumlah subyek penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
1)
Validitas variabel Y1 Tabel 7. Validitas Y1 Butir Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Hasil 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.300 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.403
Butir Item 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Hasil 0.145 0.666 0.000 0.440 0.000 0.000 0.000 0.548 0.097 0.493 0.001 0.000 0.000 0.348 0.028
Dari variabel Y1 terdapat 9 item yang tidak valid dari 30 item karena nilai signifikansinya > 0,05 yaitu item 9, 15, 16, 17, 19, 23, 24, 25 dan 29. item yang tidak valid tersebut tidak dipakai dalam analisis data.
b. Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk kuesioner (Sujarweni 2008: 187). Suatu instrumen penelitian disebut reliabel apabila instrumen tersebut konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang dia ukur (Kountour 2003: 156). Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan. Metode yang dapat digunakan untuk mengukur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
reliabilitas test adalah konsistensi internal yaitu berhubungan dengan konsistensi dari masing-masing pertanyaan pada suatu test dalam hal mengukur apa yang sedang diukur. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan teknik formula Alpha Cronbach mengunakan program SPSS 20. Jika nilai Alpha kurang 0,60 maka realibilitasnya adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan diatas 0,8 adalah baik. Rumus manualnya adalah sebagai berikut: Tabel 8. Rumus Reliabilitas α=
Keterangan : α
: koefisien reliabilitas alpha
k
: jumlah item
S2j : varians responden untuk item 1 S2x : jumlah varians skor total
1) Uji Reliabilitas Y1 Tabel 9. Reliabilitas Y1 Case Processing Summary N % 95 100.0 Valid a 0 .0 Cases Excluded 95 100.0 Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Diketahui bahwa data atau case yang valid jumlahnya 95 dengan persentase 100% dan tidak ada data yang dikeluarkan (exlude).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
Tabel 10. Reliabilitas Statistik Y1 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .858 21
Diketahui nilai Cronbach Alpha 0,858. Jika nilai Alpha kurang 0,60 maka reliabilitasnya adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan diatas 0,8 adalah baik. Karena nilainya diatas 0,8, maka hasilnya baik / reliabel. Sedangkan jumlah item (N) adalah 21 item pernyataan yang valid. Dari data tersebut dapat disimpulkan Y1 mempunyai realibilitas yang sangat baik.
F. Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan analisis uji t (sampel berpasangan) untuk menguji perbandingan dua rata-rata sampel berpasangan. Uji ini biasa dilakukan pada subjek sebelum dan sesudah suatu proses (Priyatno 2011:41). Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah motivasi sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Maka kriteria yang dipakai adalah jika nilai signifikansi ˂ 0,05 maka terjadi perbedaan, sebaliknya jika nilai ˃ 0,05 maka tidak ada perbedaan. Untuk melakukan uji t diperlukan data yang berskala interval atau ratio yang dalam SPSS disebut scale. Adapun skala yang digunakan dalam pengukuran penelitian ini adalah skala likert seperti yang dijelaskan diatas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
Rumus manual uji t:
t
= Nilai Korelasi X1 dengan X2
n
= Jumlah Sampel
x1 = Rata-rata sampel ke-1 x2 = Rata-rata sampel ke -2 s1 = Standar Devisi Sampel ke – 1 s2 = Standar Devisi Sampel ke-2 S1 = Varian Sampel ke-1 S2 = Varian sampel ke - 2 jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
1.
Uji Persyaratan Analisis Data
a.
Uji Normalitas Data Uji normalitas data dengan tujuan untuk mengetahui apakah data tersebut
berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas data digunakan untuk seluruh data yang akan diolah. Dalam pembahasan ini peneliti menggunakan uji normalitas dengan metode
One sample Kolmogorov-Smirnov dengan taraf
signifikansi 0,05 bertujuan untuk menentukan jenis statistik yang akan digunakan. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui apakah data yang ada normal atau tidak normal sebagai berikut (Priyatno 2011:34).: 1) Jika signifikansi (2-tailed) lebih dari 5 % atau 0,05 ( > 0,05), maka distribusi data normal. Jika data berdistribusi normal, maka teknik statistik inferensial
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
yang digunakan yaitu statistik parametrik uji t ( independent-samples t-test dan paired-samples t-test) dengan tingkat kepercayaan 95% (Priyatno, 2012:41). 2) Jika signifikansi (2-tailed) kurang dari 5 % atau 0,05 ( < 0,05), maka distribusi data tidak normal. Jika tidak berdistribusi normal, maka teknik statistik yang digunakan yaitu statistik non parametrik (Two Related Samples Tests (uji 2 sampel berpasangan) dengan uji Wilcoxon dan two Independent Samples Test (uji 2 sampel bebas) dengan uji Mann Whitney) dengan tingkat kepercayaan 95% (Priyatno,2012:103).
b. Uji Hipotesis 1) Uji hipotesis untuk melihat perbedaan selisih hasil nilai pretest ke posttest pada sampel sebanyak 95 orang. Uji perbedaan pretest ke posttest pada sampel sebanyak 95 orang digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai pretest ke posttest yang signifikan dengan tingkat kepercayaan 95%. Syarat yang digunakan untuk uji perbedaan pretest ke posttest yaitu : a)
jika nilai signifikansi ˂ 0,05, maka terjadi perbedaan yang signifikan antara pretest dengan pretest.
b)
jika nilai ˃ 0,05, maka tidak ada perbedaan yang signifikanantara pretest dengan posttest.
Ho = Tidak ada perbedaan yang signifikan antara Y1 dengan Y2 Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan antara antara Y1 dengan Y2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96
2) Uji hipotesis untuk melihat perbedaan selisih hasil nilai pretest ke posttest pada setiap kelas yaitu kelas IPA, Bahasa, IPS1 dan IPS2. Uji perbedaan pretest ke posttest perkelas digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai pretest ke posttest yang signifikan dari masing-masing kelas dengan signifikansi 0,05. Syarat yang digunakan untuk uji perbedaan pretest ke posttest yaitu : (1) jika nilai signifikansi ˂ 0,05, maka terjadi perbedaan yang signifikan antara pretest dengan pretest. (2) jika nilai ˃ 0,05, maka tidak ada perbedaan yang signifikanantara pretest dengan posttest. Ho = Tidak ada perbedaan yang signifikan antara Y1 dengan Y2 Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan antara antara Y1 dengan Y2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang uji persyaratan analisis, deskripsi data penelitian pengujian hipotesis, pembahasan dan refleksi. Hasil Penelitian akan dianalisis berdasarkan SPSS 20 untuk Instrumen pretest-posttest
yang telah dibuat dan diisi guna penelitian Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Motivasi Belajar PAK Siswi Kelas XI di SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun 2015/2016. Pretest-posttest yang disebarkan sebanyak 111 bendel, sesuai dengan jumlah kelas (3 orang tidak masuk, jumlah total 114). Pretest-posttest yang terisi sejumlah 111 bendel. Dalam pembahasan ini jumlah Pretest-posttest yang akan di ambil sebanyak 95 bandel sesuai dengan jumlah sampel.
A. Hasil Penelitian 1.
Uji Persyaratan Asumsi normalitas merupakan prasyarat dari kebanyakan prosedur
statistika inferential. Ada beberapa cara untuk mengeksplorasi asumsi normalitas antara lain dengan uji normalitas Shapiro-Wilk dan Kolmogorof-Smirnov. Untuk menggunakan metode Kolmogorov Smirnov dan Shapiro Wilk dengan membaca nilai Sig (Signifikansi). Jika signifikansinya kurang dari 0,05, data tidak berdistribusi normal. Tetapi jika signifikansi lebih dari 0,05, maka data berdistribusi normal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
Berdasarkan test of normality di atas data yang berdistribusi normal maupun tidak berdistribusi normal akan diuji berdasarkan ketentuan dari normalitas data. Dari ketentuan tersebut uji hipotesis bisa dianalisis menggunakan dua cara yaitu parametrik dan non paremetrik. Jika data hasil tes normalitas berdistribusi normal maka akan diuji menggunakan analisis parametrik, sebaliknya jika data tidak berdistribusi normal maka akan diuji dengan menggunakan analisis non parametrik sesuai uraian kriteria normalitas pada bab 3. Pengujian akan dilakukan untuk menguji perbedaan hasil pretest ke posttest pada sampel sebanyak 95 orang dan menguji perbedaan hasil pretest ke posttest pada setiap kelas yaitu kelas IPA, Bahasa, IPS1 dan IPS2 yang akan diuraikan sebagai berikut:
2.
Uji Normalitas dan Uji Hipotesis
a.
Uji Normalitas dan Uji hipotesis untuk melihat perbedaan selisih hasil nilai pretest ke posttest pada sampel sebanyak 95 orang.
1) Uji Normalitas Dalam uji normalitas keseluruhan ini, data yang dianalisis adalah keseluruhan sampel. Sampel yang dipakai berjumlah 95 orang. Berdasaarkan analisis total pretest-posttest (Y1-Y2) menggunakan SPSS 20 diperoleh data pada tabel berikut ini: Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Sampel Sebanyak 95 Orang Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df .084 95 .135 95 a. Lilliefors Significance Correction VAR00Y1 VAR00Y2
.097 .000
.979 .959
95 95
Sig. .141 .005
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99
Ouput test of normality menunjukkan nilai signifikansi untuk total keseluruhan variabel Y1 (pretest) sebesar 0.097 dan variabel Y2 (posttest) sebesar 0.000. Jadi, kesimpulannya adalah data Y1 berdistribusi normal, karena di atas 0,05, sedangkan data Y2 tidak berdistribusi normal, karena kurang dari 0,05.
2) Uji Hipotesis Berdasarkan test of normality pada sampel sebanyak 95 orang di atas, data tidak berdistribusi normal. Analisis yang digunakan adalah Analisis uji Wilcoxon. Analisis uji Wilcoxon digunakan untuk menguji perbandingan dua rata-rata sampel berpasangan. Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah motivasi sebelum (pretest) menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan motivasi sesudah (posttest) menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kriteria yang dipakai adalah jika nilai signifikansi ˂ 0,05, maka terjadi perbedaan yang signifikan, sebaliknya jika nilai ˃ 0,05 maka tidak ada perbedaan yang signifikan. Pengujian hipotesis mengikuti langkah sebagai berikut:
a) Analisis Deskriptif Statistik Tabel 12. Perbedaan Mean Pretest-Posttest pada sampel sebanyak 95 orang Descriptive Statistics Mean Std. Deviation Minimum
N Pretest
95
Posttest
95
78.37 91.17
7.713 8.497
52 72
Maximum 98 114
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100
Dari output deskripsi statistik di atas menjelaskan tentang statistik data nilai sebelum (pretest) dan setelah perlakuan (posttest) pada sampel sebanyak 95 orang. Output tersebut terdiri dari jumlah data (N), rata-rata peringkat (Mean), Std. Deviation, Minimum dan Maximum. Dari output dapat diketahui bahwa jumlah data (N) ada 95, Mean Pretest 78.37 dan Posttest 91.17, Std. Deviation pretest 7.713 dan posttest 8.497, Minimum Pretest 52 dan Posttest 72, dan Maximum Pretest 98 dan Posttest 114. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai sebelum (Pretest) perlakuan dan setelah (posttest) diberikan perlakuan meningkat. Perbedaan nilai dilihat dari Mean sebelum dan setelah perlakuan dapat dilihat pada gambar frekuensi berikut ini:
95% 90 % 85% 80% 75% 70%
Mean
Gambar 3. Perbedaan selisih nilai Mean Sebelum Perlakuan dan Setelah Perlakuan pada sampel sebanyak 95 orang
b) Uji Hipotesis Tabel 13. Hasil Uji Wilcoxon Sampel sebanyak 95 Orang Test Statisticsa POSTTEST PRETEST Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.
-8.470b .000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
Dari output kedua di atas menjelaskan tentang statistics uji Wilcoxon. Jika signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan. Sedangkan jika signifikansi lebih dari 0,05, maka ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan. Keterangan : Kriteria Pengujian (1) Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak (2) Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima. Dari output dapat dilihat bahwa Signifikansi (2-tailed) adalah 0,000. Karena signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan.
b. Uji Normalitas dan Uji hipotesis Perkelas 1) Kelas XI IPA a) Uji Normalitas Dalam uji normalitas kelas XI IPA ini, data yang dianalisis adalah Sampel berjumlah 30 orang. Item yang dianalisis adalah item yang memenuhi kriteria valid. Setelah item total pretest-posttest (Y1-Y2) dianalisis menggunakan SPSS 20 diperoleh data pada tabel berikut ini: Tabel 14. Hasil Uji Normalitas Kelas XI IPA Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df PRETEST .104 30 .200* .961 30 POSTTEST .152 30 .074 .964 30 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Sig. .329 .387
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
Ouput test of normality menunjukkan nilai signifikansi untuk total kelas XI IPA variabel Y1 (pretest) sebesar 0.200 dan variabel Y2 (posttest) sebesar 0.074. Jadi, kesimpulannya adalah data Y1 berdistribusi normal, karena di atas 0,05, sedangkan data Y2 juga berdistribusi normal, karena di atas 0,05.
b) Uji Hipotesis Berdasarkan test of normality, data berdistribusi normal. Analisis yang digunakan adalah Analisis uji Paired Samples t-test atau uji t sampel berpasangan. Analisis uji t sampel berpasangan digunakan untuk menguji perbandingan dua rata-rata sampel berpasangan. Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah motivasi sebelum (pretest) menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan motivasi sesudah (posttest) menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kriteria yang dipakai adalah jika nilai signifikansi ˂ 0,05, maka terjadi perbedaan yang signifikan, sebaliknya jika nilai ˃ 0,05 maka tidak ada perbedaan yang signifikan. Pengujian hipotesis mengikuti langkah sebagai berikut: (1) Analisis Deskriptif Tabel 15. Perbedaan Mean Pretest-Posttest Kelas XI IPA
Pair 1
PRETEST.IPA.Y1 POSTTEST.IPA.Y2
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 70.73 30 7.896 1.442 81.40 30 8.402 1.534
Dari output pertama di atas menjelaskan tentang statistik data nilai sebelum (pretest) dan setelah perlakuan (posttest). Output tersebut terdiri dari jumlah data (N), rata-rata peringkat (Mean), Std. Deviation dan Std. Error Mean.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
Dari output dapat diketahui bahwa jumlah data (N) ada 30, Mean pretest 70.73 dan posttest 81.40, Std. Deviation 7.896 dan 8.402, dan Std. Error Mean 1.442 dan 1.534. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan nilai sebelum (Pretest) perlakuan dan setelah (posttest) diberikan perlakuan meningkat. Perbedaan nilai dilihat dari Mean sebelum dan setelah perlakuan dapat dilihat pada gambar frekuensi berikut ini:
Gambar 4. Perbedaan selisih nilai mean Sebelum Perlakuan dan Setelah Perlakuan pada Kelas XI IPA
(2) Uji Hipotesis Tabel 16. Hasil Uji T-Test Kelas XI IPA Paired Samples Test Paired Differences Mean
Pair 1
PRETEST. IPA.Y1 POSTTEST.I PA.Y2
-10.667
Std. Deviation
9.915
Std. Error Mean
1.810
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -14.369
-6.965
t
-5.893
df
29
Sig. (2tailed)
.000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
Dari output di atas menjelaskan tentang hasil uji sampel berpasangan (Paired Samples t-Test). Jika signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan. Sedangkan jika signifikansi lebih dari 0,05, maka ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan. Keterangan : Kriteria pengujian (a) Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak (b) Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima. Dari output dapat dilihat bahwa Signifikansi (2-tailed) adalah 0,000. Karena signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan.
2) Kelas XI Bahasa a) Uji Normalitas Dalam uji normalitas kelas XI Bahasa, data yang dianalisis adalah Sampel berjumlah 28 orang. Item yang dianalisis adalah item yang memnuhi kriteria valid. Setelah item total pretest-posttest (Y1-Y2) dianalisis menggunakan SPSS 20 diperoleh data pada tabel berikut ini: Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Kelas XI Bahasa Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df PRETEST .172 28 .034 .960 28 POSTTEST .190 28 .011 .719 28 a. Lilliefors Significance Correction
Sig. .356 .000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105
Ouput test of normality menunjukkan nilai signifikansi untuk total kelas XI Bahasa variabel Y1 (pretest) sebesar 0.034 dan variabel Y2 (posttest) sebesar 0.011. Jadi, kesimpulannya adalah data Y1 tidak berdistribusi normal, karena kurang dari 0,05, sedangkan data Y2 juga tidak berdistribusi normal , karena kurang dari 0,05.
b) Uji Hipotesis Berdasarkan test of normality, data tidak berdistribusi normal. Analisis yang digunakan adalah Analisis uji Wilcoxon. Analisis uji Wilcoxon digunakan untuk menguji perbandingan dua rata-rata sampel berpasangan. Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah motivasi sebelum (pretest) menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan motivasi sesudah (posttest) menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kriteria yang dipakai adalah jika nilai signifikansi ˂ 0,05, maka terjadi perbedaan yang signifikan, sebaliknya jika nilai ˃ 0,05 maka tidak ada perbedaan yang signifikan. Pengujian hipotesis mengikuti langkah sebagai berikut:
(1) Analisis Deskriptif Statistik Tabel 18. Perbedaan Mean Pretest-Posttest Kelas XI Bahasa Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Pretest.XIBAHASA
28
61.18
7.252
46
78
Posttest.XIBAHASA
28
45.04
8.779
36
82
Dari output deskripsi statistik di atas menjelaskan tentang statistik data nilai sebelum (pretest) dan setelah perlakuan (posttest) pada kelas XI Bahasa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106
Output tersebut terdiri dari jumlah data (N), rata-rata peringkat (Mean), Std. Deviation, Minimum dan Maximum. Dari output dapat diketahui bahwa jumlah data (N) ada 28, Mean Pretest 61.18 dan Posttest 45.04, Std. Deviation pretest 7.252 dan posttest 8.779, Minimum Pretest 46 dan Posttest 36, dan Maximum Pretest 78 dan Posttest 82. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai sebelum perlakuan (Pretest) dan setelah diberikan perlakuan (posttest) menurun. Perbedaan nilai dilihat dari Mean sebelum dan setelah perlakuan dapat dilihat pada gambar frekuensi berikut ini:
Mean
Gambar 5. Perbedaan selisih nilai Mean Sebelum Perlakuan dan Setelah Perlakuan pada kelas XI Bahasa
(2) Uji Hipotesis Tabel 19. Hasil Uji Wilcoxon Kelas XI Bahasa Test Statisticsa POSTTEST.Bahasa PRETEST.Bahasa Z -4.012b Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on positive ranks.
Dari output kedua di atas menjelaskan tentang statistics uji Wilcoxon. Jika signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak ada perbedaan nilai tes antara sebelum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107
dan setelah perlakuan. Sedangkan jika signifikansi lebih dari 0,05, maka ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan. Keterangan : Kriteria pengujian (a) Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak (b) Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima. Dari output dapat dilihat bahwa Signifikansi (2-tailed) adalah 0,000. Karena signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan.
3) Kelas XI IPS1 a) Uji Normalitas Dalam uji normalitas kelas XI IPS1, data yang dianalisis adalah Sampel berjumlah 27 orang. Item yang dianalisis adalah item yang memnuhi kriteria valid. Setelah item total pretest-posttest (Y1-Y2) dianalisis menggunakan SPSS 20 diperoleh data pada tabel berikut ini: Tabel 20. Hasil Uji Normalitas Kelas XI IPS 1 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df * PRETESTips1 .097 27 .200 .976 27 POSTTESTips1 .088 27 .200* .984 27 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Sig. .751 .943
Ouput test of normality menunjukkan nilai signifikansi untuk total kelas XI IPS1 variabel Y1 (pretest) sebesar 0.200 dan variabel Y2 (posttest) sebesar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108
0.200. Jadi, kesimpulannya adalah data Y1 berdistribusi normal, karena lebih dari 0,05, sedangkan data Y2 juga berdistribusi normal , karena lebih dari 0,05.
b) Uji Hipotesis Berdasarkan test of normality, data berdistribusi normal. Analisis yang digunakan adalah Analisis uji Paired Samples t-Test atau uji t sampel berpasangan. Analisis uji t sampel berpasangan digunakan untuk menguji perbandingan dua rata-rata sampel berpasangan. Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah motivasi sebelum (pretest) menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan motivasi sesudah (posttest) menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kriteria yang dipakai adalah jika nilai signifikansi ˂ 0,05, maka terjadi perbedaan yang signifikan, sebaliknya jika nilai ˃ 0,05 maka tidak ada perbedaan yang signifikan. Pengujian hipotesis mengikuti langkah sebagai berikut:
(1) Analisis Deskriptif Statistik Tabel 21. Perbedaan Mean Pretest-Posttest Kelas XI IPS 1
Pair 1
PRETEST.IPS1 POSTTEST.IPS1
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 59.78 27 6.980 1.343 83.04 27 9.827 1.891
Dari output di atas menjelaskan tentang statistik data nilai sebelum (pretest) dan setelah perlakuan (posttest). Output tersebut terdiri dari jumlah data (N), rata-rata peringkat (Mean), Std. Deviation dan Std. Error Mean. Dari output dapat diketahui bahwa jumlah data (N) ada 27, Mean pretest 59.78 dan posttest
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109
83.04, Std. Deviation 6.980 dan 9.827, dan Std. Error Mean 1.343 dan 1.891. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan nilai sebelum (Pretest) perlakuan dan setelah (posttest) diberikan perlakuan meningkat. Perbedaan nilai dilihat dari Mean sebelum dan setelah perlakuan dapat dilihat pada gambar frekuensi berikut ini:
Gambar 6. Perbedaan selisih nilai Mean Sebelum Perlakuan dan Setelah Perlakuan pada kelas XI IPS 1
(2) Uji Hipotesis Tabel 22. Hasil Uji T-Test Kelas XI IPS 1
Mean
PRETEST. IPS1 Pair 1 POSTTEST. IPS1
-23.259
Paired Samples Test Paired Differences Std. Std. Error 95% Confidence Deviation Mean Interval of the Difference Lower Upper 7.155
1.377 -26.090
-20.429
t
-16.891
df
26
Sig. (2tailed)
.000
Dari output ketiga di atas menjelaskan tentang hasil uji sampel berpasangan (Paired Samples T Test). Jika signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan. Sedangkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110
jika signifikansi lebih dari 0,05, maka ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan. Keterangan : Kriteria pengujian (a) Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak (b) Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima. Dari output dapat dilihat bahwa Signifikansi (2-tailed) adalah 0,000. Karena signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan.
4) Kelas XI IPS 2 a) Uji Normalitas Dalam uji normalitas kelas XI IPS2, data yang dianalisis adalah Sampel berjumlah 26 orang. Item yang dianalisis adalah item yang memnuhi kriteria valid. Setelah item total pretest-posttest (Y1-Y2) dianalisis menggunakan SPSS 20 diperoleh data pada berikut ini: Tabel 23. Hasil Uji Normalitas Kelas XI IPS 2 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df PRETESTips2 .155 26 .112 .931 26 POSTTESTips2 .138 26 .200* .904 26 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Sig. .082 .019
Ouput test of normality menunjukkan nilai signifikansi untuk total kelas XI IPS2 variabel Y1 (pretest) sebesar 0.112 dan variabel Y2 (posttest) sebesar 0.200. Jadi, kesimpulannya adalah data Y1 berdistribusi normal, karena lebih dari 0,05, sedangkan data Y2 juga berdistribusi normal , karena lebih dari 0,05.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
b) Uji Hipotesis Berdasarkan test of normality, data kelas XI IPS 2 berdistribusi normal. Analisis yang digunakan adalah Analisis uji Paired Samples atau uji t sampel berpasangan. Analisis uji t sampel berpasangan digunakan untuk menguji perbandingan dua rata-rata sampel berpasangan. Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah motivasi sebelum (pretest) menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan motivasi sesudah (posttest) menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kriteria yang dipakai adalah jika nilai signifikansi ˂ 0,05, maka terjadi perbedaan yang signifikan, sebaliknya jika nilai ˃ 0,05 maka tidak ada perbedaan yang signifikan. Pengujian hipotesis mengikuti langkah sebagai berikut:
(1) Analisis Deskriptif Tabel 24. Perbedaan Mean Pretest-Posttest Kelas XI IPS 2
Pair 1
PRETEST.IPS2 POSTTEST.IPS2
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 51.54 26 5.472 1.073 73.38 26 7.803 1.530
Dari output di atas menjelaskan tentang statistik data nilai sebelum (pretest) dan setelah perlakuan (posttest). Output tersebut terdiri dari jumlah data (N), rata-rata peringkat (Mean), Std. Deviation dan Std. Error Mean. Dari output dapat diketahui bahwa jumlah data (N) ada 26, Mean pretest 51.54 dan posttest 73.38, Std. Deviation 5.472 dan 7.803, dan Std. Error Mean 1.073 dan 1.530. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan nilai sebelum (Pretest) perlakuan dan setelah (posttest) diberikan perlakuan meningkat. Perbedaan nilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
dilihat dari Mean sebelum dan setelah perlakuan dapat dilihat pada gambar frekuensi dibawah ini:
Gambar 7. Perbedaan selisih nilai mean Sebelum Perlakuan dan Setelah Perlakuan pada kelas XI IPS 2
(2) Uji Hipotesis Tabel 25. Hasil Uji T-Test Kelas XI IPS 2 Paired Samples Test Paired Differences Mean
PRETEST.IPS2 Pair 1 POSTTEST.IPS 2
-21.846
Std. Std. Error 95% Confidence Deviatio Mean Interval of the n Difference Lower Upper 4.478
.878
t
-23.655 -20.037 -24.874
Sig. (2tailed)
df
25
.000
Dari output di atas menjelaskan tentang hasil uji sampel berpasangan (Paired Samples T Test). Jika signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan. Sedangkan jika signifikansi lebih dari 0,05, maka ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113
Keterangan : Kriteria pengujian (a) Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak (b) Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima. Dari output dapat dilihat bahwa Signifikansi (2-tailed) adalah 0,000. Karena signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai tes antara sebelum dan setelah perlakuan.
B. Pembahasan Hasil Penelitan Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa pretest-posttest dalam penelitian ini yang diisi oleh populasi sejumlah 111 orang oleh siswi dan hanya diambil sampel sebanyak 95 orang siswi. Setelah itu, sampel sebanyak 95 orang tersebut dianalisis menggunakan uji normalitas. Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak normal. Dari pengujian hipotesis perkelas dan keseluruhan kelas XI di SMA Santa Maria diperoleh rincihan hasil sebagai brikut:
1.
Hasil Uji hipotesis untuk perbedaan selisih hasil nilai pretest ke posttest pada sampel sebanyak 95 orang. Dari hasil analisis deskriptif terlihat jelas bahwa (mean) rata-rata dari
sebelum perlakuan memiliki nilai pretest sebesar 78.37 dan posttest sebesar 91.17. Nilai mean tersebut diperoleh dari uji wilcoxon, karena data tidak berdstribusi normal. Berdasar data nilai mean tersebut terlihat jelas bahwa ada perbedaan nilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
rata-rata yang cukup baik karena terjadi peningkatan yang cukup tinggi setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Selisih nilai Mean antara pretest ke posttest terlihat melalui gambar frekuensi selisih nilai yang menunjukan ada perbedaan nilai mean yang signifikan dari motivasi sebelum perlakuan dan motivasi setelah perlakuan. Dari uji hipotesis diperoleh hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan data sebelum perlakuan dan setelah perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Perbedaan tersebut dikarenakan Signifikansi kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak. Jadi, dengan adanya perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT menimbulkan perbedaan yang signifikan.
2.
Uji hipotesis untuk melihat perbedaan hasil selisih nilai pretest ke posttest pada setiap kelas yaitu kelas IPA, Bahasa, IPS1 dan IPS2.
a.
Kelas XI IPA Dari analisis deskriptif terlihat jelas bahwa selisih mean setelah perlakuan
meningkat lebih tinggi daripada sebelum perlakuan. Selisih perbedaan nilai mean sebelum perlakuan dan nilai mean setelah perlakuan diperoleh dengan membandingkan antara mean awal dan mean setelah perlakuan. Peningkatan jumlah skor pretest ke posttest dapat terlihat pada gambar frekuensi hasil statistik di atas. Dari pengujian hipotesis diperoleh hasil signifikansi .000 sehingga Ho ditolak. Karena Ho ditolak maka ada perbedaan antara sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Karena ada perbedaan setelah perlakuan maka kelas XI IPA termotivasi dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115
b.
Kelas XI Bahasa Dari analisis deskriptif terlihat bahwa mean setelah perlakuan terjadi
perbedaan nilai. Perbedaan tersebut terlihat pada selisih angka sebelum perlakuan yaitu 61.18 dan setelah perlakuan 45.04. Ini berarti nilai mean pada kelas XI Bahasa terjadi penurunan. Berdasarkan penurunan data tersebut berarti hasil pretest ke posttest pada kelas XI Bahasa menurun. Dari pengujian hipotesis diperoleh hasil signifikansi .000 sehingga Ho ditolak. Karena Ho ditolak maka ada perbedaan antara sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Tetapi, perbedaan tersebut menurun. Ini berarti pada kelas XI Bahasa model pembelajaran kooperatf tipe NHT tidak berdampak. c.
Kelas XI IPS 1 Dari analisis deskriptif terlihat jelas bahwa selisih mean setelah perlakuan
meningkat lebih tinggi daripada sebelum perlakuan. Selisih perbedaan nilai mean sebelum perlakuan dan nilai mean setelah perlakuan diperoleh dengan membandingkan antara mean awal dan mean setelah perlakuan. Peningkatan jumlah skor pretest ke posttest dapat terlihat pada gambar frekuensi hasil statistik diatas. Dari pengujian hipotesis diperoleh hasil signifikansi .000 sehingga Ho ditolak. Karena Ho ditolak maka ada perbedaan antara sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Karena ada perbedaan setelah perlakuan maka kelas XI IPS1 termotivasi dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe NHT. d.
Kelas XI IPS 2 Dari analisis deskriptif terlihat jelas bahwa selisih mean setelah perlakuan
meningkat lebih tinggi daripada sebelum perlakuan. Selisih perbedaan nilai mean
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116
sebelum perlakuan dan nilai mean setelah perlakuan diperoleh dengan membandingkan antara mean awal dan mean setelah perlakuan. Peningkatan jumlah skor pretest ke posttest dapat terlihat pada gambar frekuensi hasil statistik diatas. Dari pengujian hipotesis diperoleh hasil signifikansi .000 sehingga Ho ditolak. Karena Ho ditolak maka ada perbedaan antara sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Karena ada perbedaan setelah perlakuan maka kelas XI IPS2 termotivasi dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
C. Refleksi Kateketis 1.
Aspek Kateketis dalam Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
adalah merupakan sebuah model pembelajaran berbasis kooperatif yang dirancang mempengaruhi pola interaksi siswa dalam berpikir bersama, di mana masingmasing siswa yang telah diberi nomor dalam kelompoknya bekerja sama dalam kegiatan diskusi. Dari interaksi yang mereka temukan pada saat berfikir bersama yang menciptakan interaksi sosial, maka melatih siswa untuk dapat bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain, melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya, memupuk rasa kebersamaan, dan membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan. Yang tidak kalah penting adalah bahwa model pembelajaran ini menekankan tentang penomoran kepala. Artinya melalui penomoran kepala yang diberikan oleh guru kepada setiap individu kemudian menciptakan suatu kepercayaan dalam berfikir bersama. Kepercayaan tersebut menimbulkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117
interaksi sosial. Dari interaksi yang mereka dapatkan tersebut akan memampukan mereka untuk bekerjasama dalam kelompoknya. Dengan demikian, jika dikaitkan dengan konteks PAK, maka model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together ini merupakan sebuah model pembelajaran berbasis kooperatif yang dirancang mempengaruhi pola interaksi siswa dalam berfikir bersama, di mana masing-masing siswa yang telah diberi nomor dalam kelompoknya bekerja sama dalam kegiatan diskusi belajar PAK. Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa ada aspek kateketis yang menjadi bagian terpenting bagi gereja untuk memberikan katekese. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan aspek kebersamaan yang berarti ada interaksi yang mendalam antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya interaksi tersebut bisa digunakan suatu strategi untuk pewartaan kabar gembira yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang di harapkan mampu untuk memperdalam kedalaman Iman dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada saat pelajaran PAK.
2.
Aspek Kateketis dalam Motivasi Belajar PAK Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar PAK adalah
suatu dorongan atau keinginan dalam diri seseorang yang menyebabkan individu tersebut melakukan kegiatan/aktivitas belajar untuk mencapai tujuannya. Dapat pula diartikan sebagai pemberian atau penimbulan motif (daya-daya penggerak). Jika dikaitkan dengan PAK, maka motivasi belajar PAK adalah suatu dorongan atau keinginan dalam diri seseorang yang menyebabkan individu tersebut melakukan kegiatan/aktivitas belajar untuk mencapai tujuan belajar PAK.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118
Dengan uraian di atas dapat diartikan bahwa dengan adanya motivasi akan mampu memberikan dorongan sehingga mampu mendukung pewartaan di dalam belajar PAK. Dengan demikian aspek kateketis dalam motivasi belajar PAK terlihat dari hasil belajar yang dicapai. Pada saat hasil belajar tercapai maka apabila dalam belajar PAK memberikan materi mengenai iman, ajaran kitab suci, ajaran gereja katolik akan membawa materi tersebut pada pencapaiannya. Setelah tercapai maka aspek motivasi mempengaruhi katekese.
D. Refleksi atas Hasil Penelitian Pendidikan (termasuk Pendidikan Agama Katolik) merupakan salah satu keutamaan dalam kehidupan manusia. Karena melalui pendidikan manusia dapat bertumbuh dan berkembang dalam seluruh aspek kehidupannya. Dengan demikian sangatlah penting jika semua pribadi dapat mengalami dan merasakan pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi karena pendidikan merupakan bekal utama bagi setiap pribadi dalam hidup dan kehidupannya. Dalam kenyataan yang terjadi di lapangan saat ini ternyata masih banyak kaum muda yang belum menganyam pendidikan terkhusus Pendidikan Agama Katolik. Hal ini terlihat masih banyak anak-anak yang menghabiskan waktu mereka untuk mengemis dan meminta-minta di jalanan karena faktor ekonomi yang menghimpit mereka. sehingga dari kegiatan berdasarkan pengalaman tersebut setelah dewasa mereka menjadi generasi yang mempunyai bassic sebagai pengemis dan minta-minta. Bertolak dari itu, kaum muda yang sudah menempuh pendidikan pun masih ada yang belum memahami apa yang didapatkan selama menempuh dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan banyak faktor, diantaranya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119
selama proses belajar mereka hanya asal mengikuti saja demi mendapatkan nilai sehingga kedalaman dari belajar tersebut tidak mereka dapati, selama proses belajar mereka kurang mendapatkan kesempatan untuk bisa mengembangkan kemampuan mereka masing-masing karena tuntutan kurikulum yang membuat guru selalu terpaku dengan tuntutan tersebut sehingga model pembelajaran yang dibuat selalu monoton dan hal ini membuat peserta didik kurang berproses dengan baik didalam kegiatan belajar, dan dalam proses pembelajaran masih ada kesan bahwa guru lebih aktif daripada siswa, sehingga siswa hanya akan mendengarkan penyapaian materi oleh guru dan merasa bosan. Seperti yang telah dipaparkan di latar belakang, bahwa Proses pendidikan di sekolah termasuk Pendidikkan Agama Katolik (PAK) yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses belajar mengajar (PBM). Keberhasilan PBM ini ditentukan melalui kerjasama dan keterlibatan antara siswa dan guru. Dalam konteks ini, guru dituntut untuk membentuk suatu perencanaan kegiatan pembelajaran sistematis yang berpedoman pada kurikulum yang saat itu digunakan. Pada pelaksanaannya, proses pembelajaran masih ada kesan bahwa guru lebih aktif daripada siswa, Sehingga siswa hanya akan mendengarkan penyapaian materi oleh guru dan merasa bosan. Dapat dikatakan siswa menjadi individu yang pasif dan kurang percaya diri. Sementara itu, kurikulum yang ada saat ini (KTSP) menuntut siswa yang berperan aktif dalam membangun konsep dalam diri. Jadi menurut KTSP kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator didalamnya agar suasana kelas menjadi hidup. Tentu untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120
menciptakan suasana kelas yang demikian harus ada motivasi didalam diri siswasiswi sehingga ada dorongan untuk terlibat aktif. Pada saat penulis praktek PPL ditingkat SMA, penulis melihat ada siswa yang kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Pada saat interaksi tanya jawab juga ada siswa yang masih malu-malu menyampaikan pendapatnya. Persoalan di atas merupakan bagian dari kurangnya pendidikan. Kurangnya pendidikan menyebabkan banyak kaum muda mudah jatuh dalam berbagai berbagai persoalan kehidupan. Kejahatan tersebut meliputi kejahatan dan perilaku negatif yang terjadi dimana-mana. Banyak kaum muda menjadi pelaku utama dari kejahatan tersebut. Misalnya pencurian, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, narkoba dan lain sebagainya. Hal ini merupakan salah satu akibat dari kurangnya pendidikan. Dengan demikian pengetahuan dan wawasan mereka menjadi sempit. Melihat situasi yang terjadi tersebut maka Gereja Katolik melalui sekolahsekolah katolik maupun non Katolik memberikan jembatan terhadap situasi ini. Jembatan tersebut yaitu berupa pelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolahsekolah. Melalui pelajaran PAK di sekolah diharapkan mampu membawa generasi muda mencapai tujuan hidup mereka yang sesungguhnya. Terlepas dari sekolah sebagai tempat untuk pendidikan. Seharunya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara juga mengambil andil untuk pembentukan pribadi yang baik bagi setiap individu kaum muda. Berbicara mengenai pelajaran PAK seperti yang diuraikan diatas, yang difokuskan dalam penulisan ini dalah mengenai model pembelajaran yang inovatif bagi peserta didik agar dengan model pembelajaran yang inovatif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121
tersebut mampu membawa peserta didik pada ketertarikan sehingga mempunyai motivasi yang tinggi dalam hidupnya untuk meraih cita-cita dan impian mereka. Salah satu model pembelajaran yang dirasa baik untuk digunakan adalah model pembelajaran kooperatif, tepatnya model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together. Penulis tertarik dengan model ini karena adanya aktifitas pada siswa, adanya interaksi pada siswa, dan mengembangkan motivasi siswa, serta membangkitkan motivasi siswa. Dengan adanya tiga aspek ini, yaitu aktivitas siswa, interaksi siswa, dan motivasi, diharapkan peserta didik mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan tersebut adalah menyiapkan peserta didik agar menjadi pribadi yang sungguh-sungguh peduli terhadap sesama, bertanggung jawab, dan mampu menjadi diri sendiri sehingga dengan itu mampu mewujudkan kerajaan Allah di tengah-tengah dunia. Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis dengan judul: PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN
KOPERATIF
TIPE
NUMBERED
HEADS
TOGETHER TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWI KELAS XI DI SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016, ternyata sungguh memberikan manfaat bagi penulis dan juga lembaga pendidikan tempat penulis melaksanakan penelitian ini. Melalui penelitian ini, penulis semakin mengetahui bahwa model pembelajaran yang inovatif terkhusus model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together cukup memberikan semangat baru bagi siswi kelas XI di SMA Santa Maria Yogyakarta. Melalui pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together ini siswi dapat dibantu untuk semakin bertumbuh dan berkembang dalam iman dan kerpibadian mereka terutama dalam aspek kooperatif, dimana mereka melalui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122
proses interaksi dilatih untuk memahami satu dengan yang lainnya yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Melalui penelitian ini pula, penulis dapat memberikan sumbangan bagi lembaga pendidikan sebagai salah satu upaya memperbaiki kekurangan dan kelamahan dalam pelajaran pendidikan agama katolik menjadi lebih baik. Hasil penelitian menunjukan bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta tindak lanjut dalam model pembelajaran koopeatif terhadap motivasi belajar PAK siswi kelas XI tahun ajaran 2015/2015 sudah baik. Namun hal ini perlu ditingkatkan lagi melalui model pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan relevan, serta pendekatan pembelajaran yang sesuai, pemilihan sarana dan prasarana pendukung yang cocok dan sesuai serta pemilihan materi dan sumber belajar yang cocok. Dan yang terpenting adalah agar guru sungguh mampu menjadi motivator dan fasilitator yang baik bagi peserta didiknya. Melalui penelitian ini penulis memperoleh banyak nilai yang sungguh berguna bagi penulis sebagai calon pewarta dan pendidik. Kesabaran, ketekunan dan pergulatan diri membantu penulis untuk selalu semangat, menjadi manusia yang haus akan kebenaran, dan memiliki daya juang yang tinggi dalam penulisan dan pelaksanaan penelitian. Doa, harapan, dan penyerahan diri yang total kepada Tuhan menggerakkan penulis untuk selalu berserah diri pada Tuhan sebagai sumber kekuatan dan penolong utama dalam penulisan skripsi ini. Dan yang sungguh melekat didalam hati serta jiwa ini adalah dimana penulis sungguhsungguh bisa melihat danmerasakan siapa sesama yang sesungguhnya dan peran sesama bagi penulis dalam perjalanan yang penulis rasa sangat berat untuk dijalani. Dimana seiring waktu berjalan dan usia terus bertambah, maka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123
bertambah pula kewajiban dan tanggung jawab yang besar. Tidak ada yang mampu memahami kewajiban dan tanggung jawab tersebut kecuali Tuhan Yesus, dengan pengalaman ini mengasah ketajaman batin penulis sebagai manusia yang rapuh dan tak berdaya. Penulis sangat menyadari bahwa segalanya tidaklah mudah. Tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Berkat usaha, perjuangan, air mata, doa-doa orang tercinta, dukungan dari sahabat-sahabat, dan penyerahan diri yang total kepada Tuhan sehingga segalanya dapat berjalan dengan baik. Penulis menyadari pula masih sangat banyak kekurangan namun berkat bantuan Rahmat Tuhan semuanya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sesuai dengan motto yang penulis pegang teguh sampai saat ini yaitu apa artinya belajar pada hari kemarin dan hari ini, jika kita tidak mampu menghadapi hari esok. Dengan berpijak pada Kitab Suci Injil Matius 7:7, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Penulis memiliki suatu keyakinan yang teguh bahwa segala sesuatunya akan mampu kita raih dan indah pada waktunya apabila kita mampu mengadapi hari esok dan mau mengetoknya kepada Kuasa Tuhan, tentunya dengan usaha dan kerja keras. Melalui penelitian ini, penulis belajar hal terpenting yaitu menganalisis dan mengolah suatu permasalahan atau problem melalui permasalahan dalam skripsi ini. Melalui program SPSS penulis sangat terbantu dan sungguh belajar apa itu data dan bagimana untuk mengolahnya menjadi hasil yang baik dan mencapai tujuan yang di inginkan. Dalam dunia pendidikan menganalisis dan mengolah suatu permasalahan ini sangatlah penting. Karena sedikit banyaknya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124
pasi akan menggunakan analisis dalam melihat hasil belajar para siswanya dan untuk mengetahui apakah mereka berhasil didalam belajar atau tidak. Bagi penulis seluruh proses dan pengalaman yang diperoleh dalam penulisan skripsi dan penelitian menjadi suatu pembelajaran yang sungguh berguna bagi penulis. Apalagi dalam penelitian ini penulis harus mengajar dan menghadapi siswi di kelas dan bagaimana mengelola kelas dengan baik, sehingga dengan pengalaman ini membantu penulis untuk melihat sejauh mana penulis bisa menjadi guru yang baik dan melatih mental penulis ketika kelas pekerjaan penulis menjadi seorang guru sungguhan. Pengalaman berharga ini akan selalu penulis ingat dan sebagai dasar untuk menjadi pendidik yang mampu menjadi jembatab bagi peserta didik dan mempunyai dedikasi yang baik sehingga mampu membawa peserta didik kepada kerajaan Allah yang benar-benar nyata bisa dirasakan ole mereka. Melalui pengalaman-pengalaman tersebut penulis semakin tergugah untuk menjadi pendidik yang handal dan berguna bagi keluarga, Gereja, masyarakat, bangsa dan negara. Penulis juga berusaha untuk mengembangkan apa yang penulis dapatkan ini dimana penulis bertugas nanti. Penulis merasa bahwa pengalaman dan seluruh proses yang penulis dapatkan ini amatlah penting bagi peserta didik maupun yang tidak bisa memperolah pendidikan dengan baik. Dimana melalui proses ini penulis ingin mengajarkan bagi mereka untuk menghadapi proses kehidupan mereka dalam menjalani hidup mereka di dalam menuntut ilmu ataupun menjalani kehidupan sehari-hari demi mencapai kerajaan Allah di dalam hidup mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 125
E. Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis mengalami beberapa keterbatasan, kekurangan dan hambatan sebagai berikut: 1.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diasumsikan bahwa responden menjawab sesuai dengan keadaan dan pengalaman yang sebenarnya seingga kebenaran data dapat diukur dengan baik. Bila responden dalam mengisi pretest-posttest tidak sesuai dengan realitas dan pengalaman yang sebenarnya, kesimpulan dapat berbeda dan kebenaran data tidak dapat diukur dengan baik.
2.
Peneliti memiliki keterbatasan waktu dalam penelitian sehingga pretestposttest yang diberikan kepada responden bersifat uji terpakai. Hal ini membuat peneliti tidak sempat melakukan perbaikan item pernyataan yang tidak valid untuk kemudian didistribusikan lagi kepada responden.
3.
Penelti mengalami keterbatasan dalam mencari buku-buku acuan yang mendukung penelitian ini khususnya mengenai variabel model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang memiliki sumber refrensi yang terbatas.
4.
Peneliti memiliki keterbatasan dan kekurangan dalam pengetahuan dan kemampuan membuat pernyataan pretest-posttest yang bisa menggambarkan dan menjelaskan tentang model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan motivasi belajar PAK dalam arti menjelaskan semua indikator sesuai dengan kemampuan siswa.
5.
Peneliti memiliki hambatan dalam materi dan keuangan sehingga kesulitan untuk mengerjakan secara maksimal dalam proses penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan
kajian
pustaka,
penelitian
dan
pembahasan,
dapat
disimpulkan beberapa hal berikut sebagai jawaban atas pokok permasalahan dalam skripsi ini.: 1.
Hasil analisis dari sampel sebanyak 95 orang diperoleh nilai mean sebelum perlakuan (pretest) sebesar 78.37 dan setelah diberikan perlakuan (posttest) sebesar 91.17. Perolehan mean tersebut berarti ada kenaikan mean pada sampel sebanyak 95 orang. Sedangkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.000 (signifikansi < 0,05) yang berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap varibel terikat yaitu motivasi belajar PAK. Dari data mean dan nilai signifkansi pada sampel sebanyak 95 orang maka ada kenaikan mean dengan taraf signifikansi 5%.
2.
Hasil analisis kelas XI IPA memperoleh hasil mean pretest sebesar 70.73 dan posttest sebesar 81.40 yang menunjukkan ada peningkatan nilai yang signifikan setelah perlakuan. Sedangkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.000 (signifikansi < 0,05) yang berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap variabel terikat yaitu motivasi belajar PAK. Dari data mean dan nilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127
signifkansi pada kelas XI IPA maka ada kenaikan mean dengan taraf signifikansi 5%. 3.
Hasil analisis kelas Bahasa memperoleh hasil mean pretest sebesar 61.18 dan posttest sebesar 45.04 yang menunjukkan adanya penurunan nilai setelah perlakuan. Sedangkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.000 (signifikansi < 0,05) yang berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap variabel terikat yaitu motivasi belajar PAK. Dari data mean dan nilai signifkansi 5% maka meskipun nilai signfikansi dari kelas XI Bahasa signifikan tetapi mean menurun yang berarti motivasi belajar PAK tidak berpengaruh.
4.
Hasil analisis kelas IPS1 memperoleh hasil mean pretest sebesar 59.78 dan posttest sebesar 83.04 yang menunjukkan adanya peningkatan nilai mean yang cukup tinggi setelah perlakuan. Sedangkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.000 (signifikansi < 0,05) yang berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap variabel terikat yaitu motivasi belajar PAK. Dari data mean dan nilai signifkansi pada kelas XI IPS 1 maka ada kenaikan mean dengan taraf signifikansi 5%.
5.
Hasil analisis kelas IPS2 memperoleh hasil mean pretest sebesar 51.54 dan posttest sebesar 73.38 yang menunjukan adanya peningkatan nilai setelah perlakuan. Sedangkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai signifikansi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128
sebesar 0.000 (signifikansi < 0,05) yang berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap variabel terikat yaitu motivasi belajar PAK. Dari data mean dan nilai signifkansi pada kelas XI IPS 2 maka ada kenaikan mean dengan taraf signifikansi 5%. 6.
Dari empat kelas yang dianalsis yaitu kelas XI IPA, XI Bahasa, XI IPS 1 dan XI IPS2 diperoleh hasil yaitu ada tiga kelas yang berpengaruh terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT terdiri dari kelas XI IPA, XI IPS 1 dan XI IPS 2, dan ada satu kelas yang tidak berpengaruh yaitu kelas XI Bahasa.
B. Saran Berdasarkan simpulan di atas maka penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna dalam meningkatkan motivasi belajar PAK melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas XI SMA Santa Maria Yogyakarta : 1.
Bagi pihak sekolah agar senantiasa meningkatkan efektivitas maupun kualitas kegiatan belajar PAK melalui model pembelajaran koperatif tipe NHT dengan penyediaan materi, metode, bahan, sarana prasarana dan sumber belajar yang sesuai serta dorongan
agar dapat membantu siswa sehingga memiliki
motivasi yang tinggi dalam belajar PAK. 2.
Melalui kerjasama sekolah dengan IPPAK-USD pada saat PPL PM diharapkan pihak peserta PPL diberikan bekal yang mendalam tentang model
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129
pembelajaran kooperatif sehingga bisa digunakan pada praktek mengajar di kelas. 3.
Bagi guru agar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT di dalam pross belajar mengajar. Karena model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu model pembelajaran yang mampu melatih kerjasama siswa sehingga mampu membangun interaksi yang baik diantara siswa yang memiliki berbagai macam karakter dan kebudayaan.
4.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, model pembelajaran kooperatif tipe NHT sudah diterima baik oleh siswi kelas XI sehingga membuat motivasi belajar PAK meningkat. Namun demikan, penulis menyarankan perlu meningkatkan lagi model ini agar motivasi belajar PAK dari dalam peserta didik semakin baik lagi.
5.
Pendidik atau guru merupakan tokoh penting dalam membuat model pembelajaran yang baik di dalam belajar. Oleh karna itu, maka penulis menyarankan agar pendidik perlu memiliki motivasi yang sangat kuat dan mampu menciptakan model pembelajaran yang inovatif terkhusus model pembelajaran kooperatif tipe NHT sehingga mampu membawa peserta didik ke masa depan yang sangat baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130
DAFTAR PUSTAKA
Abdul majid. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offest. Abdulhak, I. (2000). Metode Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Cipta Intelektual, Bandung. Anita Lie. (2007). Kooperatif Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: Grasindo. Arif Rohman. (2009). Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Laks Bang Mediatama. Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Boumans. (1973). Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan Kedua, Ndona: Nusa Indah. Dapiyanta, FX. (2008) Pendidikan Agama Katolik pada Tingkat Dasar. Yogyakarta: IPPAK. -----------. (2008). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di Sekolah, Yogyakarta: IPPAK. Djamarah, dan Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Duwi Priyatno. (2012). Panduan SPSS, Yogyakrta: CV. Andi OFFSET. Eggen, Paul dan Don Kauchak. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran, Jakarta Barat: PT Indeks. Groome, Thomas H. (2010). Christian Religious Education: Sharing Our Story and Vision. San Fransisco: Harper and Ron Publisher. Hardawiryana. (1999). Ajaran Sosial Gereja, Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. Heryatno Wono Wulung, FX. (2003). „‟Diktat Pengantar PAK Sekolah’’. Dalam kuliah Pengantar PAK Sekolah. Yogyakarta: IPPAK. -----------. (2008). „‟Diktat Pengantar PAK Sekolah‟‟. Yogyakarta: IPPAK. Isjoni. (2009), Pembelajaran Kooperatif. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta. -----------. (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Joyce, Bruce, Marsha Weil, and Beverly Showers (1992). Models of teaching. Boston: Allyn and Bacon. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. -----------. (2006). Kitab Hukum Kanonik, Jakarta: KWI. Masnur Muslich. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Askara. Marinus Telaumbanua. (1999). Ilmu Kateketik, Jakarta: Obor. Miftahul Huda. (2011). Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. -----------. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. (2014). Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara. Mulyasa. (2012). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung; PT Remaja Rosdakarya. Nasution. (1992). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, Bandung: Taristo. Ngalim Purwanto. (2013). Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nyoman Kutha Ratna. (2010). Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Oemar Hamalik. (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Sardiman. (2014). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Setyakarjana. (1997). Kateketik Pendidikan Dasar, Yogyakarta: Puskat. Singgih Santoso. (2014). Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Slavin, Robet E. (2015). Cooperative Learnng, Bandung: Penerbit Nusa Media. Sugiyana, dkk. (2012). Katekese Inisiasi, Gagasan Dasar dan Silabus, Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, Bandung: Penerbit Alfabeta. -----------. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2006. Prodesur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sumadi Suryabrata. (2003). Metodologi Penelitian, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sutrisno Hadi. (1989). Metodologi Research 2. Yogyakarta: Penerbit Andi. Suprijono Agus. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Wasty Soemanto. (1987). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksa Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo. Yamin, M dan Ansari, B. I. 2008. Teknik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press. Yatim Riyanto. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Yosef Lalu. (2000). Pendidikan Agama Katolik, Jakarta:Komisi Kateketik KWI. -----------. (2005). Katekese Umat, Jakarta: KWI.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1: Surat Izin Penelitan
(1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2: Surat Keterangan Selsai Penelitian
(2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3: RPP
(3)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(5)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(6)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(7)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(8)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(9)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(10)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(11)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(12)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(13)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(14)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(15)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4: Lembar Kerja Siswa
(16)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(17)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(18)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(19)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(20)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(21)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5: Contoh Instrumen Pretest-posttest
(22)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(23)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(24)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(25)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6: Contoh Hasil Pretes-posttest
(26)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(27)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(28)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(29)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(30)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(31)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(32)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(33)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(34)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(35)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(36)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(37)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(38)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(39)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(40)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(41)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(42)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(43)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(44)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(45)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(46)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(47)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(48)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(49)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(50)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(51)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(52)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(53)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(54)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(55)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(56)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(57)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7: Data Hasil Observasi/Pengamatan
(58)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(59)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(60)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(61)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(62)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(63)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(64)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(65)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(66)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(67)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(68)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(69)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 8: Data Hasil Uji Validitas
(70)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(71)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(72)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(73)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(74)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(75)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(76)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 9: Dokumentasi Penelitian
(77)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(78)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(79)