PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM BEBERAPA LIRIK LAGU BAND KERISPATIH
Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia
Oleh Erick Caesario NIM: 064114004
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Motto dan Persembahan
"Orang yang tidak pernah berbuat salah adalah orang yang tidak pernah berbuat apa-apa" (J.J Roosevelt)
Buah karya untuk Ibuku M. M Sri Wuri Setyawati (Alm.)
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah ditulis dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 11 Oktober 2013
Penulis
Erick Caesario
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Pernyataan Persetujuan Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Erick Caesario
NIM
: 064114004
Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul "Penggunaan Gaya Bahasa dalam Beberapa Lirik Lagu Band Kerispatih" beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebahai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 11 Oktober 2013 Yang menyatakan,
Erick Caesario
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRAK Caesario, Erick. 2013. “Penggunaan Gaya Bahasa dalam Beberapa Lirik Lagu Band Kerispatih”. Skripsi Strata 1 (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Dalam tugas akhir ini, dibahas penggunaaan gaya bahasa dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih. Ada dua masalah yang dibahas: (1) apa saja jenis gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih? dan (2) bagaimana fungsi gaya bahasa dalam lirik lagu tersebut? Objek penelitian ini adalah gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih. Sumber data penelitian ini, yaitu lirik lagu Band Kerispatih. Beberapa lirik lagu Band Kerispatih yang menjadi bahan penelitian penulis adalah “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode simak. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik catat. Teknik tersebut dilanjutkan dengan teknik simak bebas libat cakap. Datadata yang diperoleh dicatat di kartu data kemudian dianalisis dengan metode agih dan metode padan. Teknik metode agih yang digunakan adalah teknik ganti dan teknik pengontrasan. Metode padan yang digunakan adalah metode padan fonetis dan metode padan ortografis. Teknik metode padan yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu yang berupa daya pilah fonetis dan daya pilah ortografis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat jenis gaya bahasa yang terkandung dalam lirik lagu Band Kerispatih yang diteliti penulis: (1) gaya bahasa perbandingan, (2) gaya bahasa pertentangan, (3) gaya bahasa pertautan, dan (4) gaya bahasa perulangan. Gaya bahasa perbandingan yang terkandung dalam lirik lagu yang diteliti, meliputi metafora, perifrasis, antisipasi, personifikasi, dan pleonasme. Gaya bahasa pertentangan yang terkandung dalam lirik lagu yang diteliti, meliputi oksimoron, hiperbola, litotes, paradoks, dan inuendo. Gaya bahasa pertautan yang terdapat pada lirik lagu yang diteliti, meliputi sinekdoke pars pro toto, elipsis, dan erotesis. Gaya bahasa perulangan yang terkandung dalam lirik lagu yang diteliti, meliputi asonansi, aliterasi, mesodiplosis, dan tautotes. Fungsi masing-masing gaya bahasa berbeda-beda. Fungsi gaya bahasa perbandingan meliputi fungsi ungkapan, fungsi memperbanyak, fungsi akibat-sebab, fungsi melekatkan unsur nyawa, dan fungsi melebih-lebihkan. Fungsi gaya bahasa pertentangan meliputi fungsi pengontrasan, fungsi membesar-besarkan, fungsi merendah, fungsi ketidakmungkinan,dan fungsi menyindir. Fungsi gaya bahasa pertautan meliputi fungsi menyebut untuk mengingat, fungsi penghematan, dan fungsi refleksi. Fungsi gaya bahasa perulangan adalah fungsi memperindah.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRACT Caesario, Erick. 2013. "Use of Language in Some Style Band Lyrics Kerispatih". Thesis Strata 1 (S1). Literature Study Program Indonesia, Indonesian Literature Department, Faculty of Letters, University of Sanata Dharma. In this thesis, discussed the use of style in a few Band lyrics Kerispatih. There are two issues were addressed: (1) what kind of style of language used in some Kerispatih Band song? and (2) how to function in the language style of the song? Object of this study is the style of language used in the lyrics of the song Kerispatih Band. Data sources of this study, namely Kerispatih Band song lyrics. Some Kerispatih Band song that became the author of the study is “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”. Data collection was performed using the method see. The basic technique used is the technique note. The technique followed by freely refer to techniques involved capably. The data obtained are recorded on a data card is then analyzed by the method agih and unified method. Technique is the method used agih techniques change and techniques contrast. Equivalent method is the method of unified phonetic and orthographic unified method. Equivalent method used technique is the technique of sorting the decisive element in the form of aggregated power phonetic and orthographic aggregated power. Results of this study indicate that there are four types of style that is contained in the lyrics of the song Kerispatih Band authors studied : ( 1 ) stylistic comparisons , ( 2 ) the language style of conflict , ( 3 ) style linkage , and ( 4 ) style iteration . Stylistic comparisons contained in the lyrics of the song are researched , includes metaphors , perifrasis , anticipation , personification , and redundancy . Stylistic contradictions contained in the lyrics of the song are examined , covering an oxymoron , hyperbole , litotes , paradox , and inuendo . Style engagement contained in the lyrics of the song are researched , includes sinekdoke pars pro toto , ellipsis , and erotesis . Looping style of language contained in the lyrics of the song are researched , includes assonance , alliteration , mesodiplosis , and tautotes. The function of each different language styles. Functions include comparative stylistic expression functions, multiply function, the function due to the causes, the function of embedding elements of life, and function exaggerating. Functions include functions stylistic contradictions pengontrasan, exaggerate the function, the function modestly, the impossibility of functions, and functions quips. Style function call linkage includes functions to remember, saving function, and the function of reflection. Function iteration style is beautified function.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul "Penggunaan Gaya Bahasa dalam Beberapa Lirik Lagu Band Kerispatih" ini dengan baik. Tugas akhir ini disususn untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sastra (S1) pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak dapat terselesaikan tanpa doa, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum., selaku dosen pembimbing I yang sejak dari gagasan awal hingga dalam penyusunan sampai terselesaikannya tugas akhir ini, selalu dengan sabar membimbing dan memberikan koreksian serta semangat kepada penulis walaupun penulis harus sangat lama menyelesaikan tugas akhir ini.
2.
Drs. Hery Antono, M. Hum., selaku dosen pembimbing II dan Kaprodi Sastra Indonesia atas segala motivasi, nasihat, dan kritikan yang tiada henti selama proses penyusunan tugas akhir ini meskipun penulis selalu merepotkan.
3.
Dr. P. Ari Subagyo, M. Hum., Dr. Yoseph Yapi Taum, S. E. Peni Adji, S.S. M. Hum., Drs. B. Rahmanto, M. Hum., Dra. F. Tjandrasih Adji, M. Hum., Drs. F. X. Santosa, M.S., Prof. Dr. I. Dewa Putu Wijana, S.U. M.A., dan dosen lainnya atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.
4.
Staf Sekretariat Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma yang selalu bersusah payah membantu penulis dalam urusan administrasi dan KRS selama perkuliahan.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5.
Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma atas pelayanan yang baik selama penulis mencari sumber pustaka dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
6.
Bapakku Hieronimus Sulistiadi, ibuku M. M. Sri Wuri Setyawati (Alm.), adikku Yoanita Caesaria, serta sanak saudara yang selalu memberikan perhatian, dorongan, semangat, dan doa untuk penulis.
7.
Marsela Bayu Prasetyarini tunanganku, yang selalu setia mendampingi dari jauh dan memberi semangat serta doa kepada penulis agar segera menyelesaikan tugas akhir ini.
8.
Teman-temanku di Lampung, atas segala perhatian dan semangat yang begitu besar kepada penulis agar segera mendapatkan ijazah S1.
9.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran dari para pembaca.
Yogyakarta, 11 Oktober 2013
Penulis
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.........................................
v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................................................
vi
ABSTRAK...........................................................................................................
vii
ABSTRACT.........................................................................................................
viii
KATA PENGANTAR.........................................................................................
ix
DAFTAR ISI........................................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................
7
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................
7
1.4 Manfaat Hasil Penelitian.....................................................................
7
1.4.1 Manfaat Teoritis............................................................................
8
1.4.2 Manfaat Praktis.............................................................................
8
1.5 Tinjauan Pustaka.................................................................................
9
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1.6 Landasan Teori....................................................................................
10
1.6.1 Gaya Bahasa Perbandingan..........................................................
10
1.6.2 Gaya Bahasa Pertentangan...........................................................
11
1.6.3 Gaya Bahasa Pertautan................................................................
12
1.6.4 Gaya Bahasa Perulangan.............................................................
12
1.7 Metode Penelitian.............................................................................
15
1.7.1 Jenis Penelitian...........................................................................
15
1.7.2 Tahap-tahap Penelitian...............................................................
16
1.7.3 Metode yang digunakan dalam Setiap Penelitian......................
17
1.8 Sistematika Penyajian......................................................................
20
BAB II JENIS-JENIS GAYA BAHASA YANG DIGUNAKAN DALAM LIRIK LAGU BAND KERISPATIH 2.1 Pengantar..........................................................................................
21
2.2 Gaya Bahasa Perbandingan..............................................................
21
2.2.1 Metafora....................................................................................
21
2.2.2 Perifrasis....................................................................................
23
2.2.3 Antisipasi..................................................................................
24
2.2.4 Personifikasi..............................................................................
25
2.2.5 Pleonasme..................................................................................
26
2.3 Gaya Bahasa Pertentangan...............................................................
27
2.3.1 Oksimoron.................................................................................
27
2.3.2 Hiperbola.....................................................................................
28
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2.3.3 Litotes.......................................................................................
29
2.3.4 Paradoks....................................................................................
30
2.3.5 Inuendo......................................................................................
30
2.4 Gaya Bahasa Pertautan.....................................................................
31
2.4.1 Sinekdoke (Pars Pro Toto)........................................................
31
2.4.2 Elipsis.......................................................................................
33
2.4.3 Erotesis.....................................................................................
33
2.5 Gaya Bahasa Perulangan..................................................................
34
2.5.1 Asonansi...................................................................................
34
2.5.2 Aliterasi.....................................................................................
37
2.5.3 Mesodiplosis..............................................................................
40
2.5.4 Tautotes......................................................................................
41
BAB III FUNGSI GAYA BAHASA DALAM BEBERAPA LIRIK LAGU BAND KERISPATIH 3.1 Pengantar...........................................................................................
42
3.2 Fungsi Gaya Bahasa Perbandingan...................................................
42
3.2.1 Fungsi Ungkapan......................................................................
42
3.2.2 Fungsi Memperbanyak..............................................................
43
3.2.3 Fungsi Akibat-sebab.................................................................
45
3.2.4 Fungsi Melekatkan Unsur Nyawa............................................
45
3.2.5 Fungsi Melebih-lebihkan...........................................................
46
3.3 Fungsi Gaya Bahasa Pertentangan....................................................
47
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3.3.1 Fungsi Pengontrasan..................................................................
47
3.3.2 Fungsi Membesar-besarkan.......................................................
48
3.3.3 Fungsi Merendah.......................................................................
49
3.3.4 Fungsi Ketidakmungkinan........................................................
49
3.3.5 Fungsi Menyindir......................................................................
50
3.4 Fungsi Gaya Bahasa Pertautan.........................................................
50
3.4.1 Fungsi Menyebut untuk Mengingat..........................................
50
3.4.2 Fungsi Penghematan.................................................................
52
3.4.3 Fungsi Refleksi.........................................................................
53
3.5 Fungsi Gaya Bahasa Perulangan (Fungsi Memperindah).................................................................................
53
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan....................................................................................
55
4.2 Saran..............................................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
58
LAMPIRAN 1....................................................................................................
60
LAMPIRAN 2....................................................................................................
63
BIODATA PENULIS.......................................................................................
67
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang berarti dalam kehidupan manusia. Fungsi bahasa yang utama, yaitu sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dalam kehidupannya, mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, hingga akan tidur lagi. Pada umumnya, seluruh kegiatan manusia selalu melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi dengan sesama. Seseorang dapat mengungkapkan ide, gagasan, keinginan, dan menyampaikan informasi melalui bahasa. Jadi, bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Panuju (2002: 148) menyatakan bahwa sebagai alat komunikasi, bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Kedua bahasa tersebut mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainnya. Bahasa tulis sebagai salah satu alat komunikasi banyak dimanfaatkan ke dalam berbagai situasi komunikasi dan tujuan yang berbeda. Setiap situasi dan tujuan yang berbeda memungkinkan penutur atau penulis dalam bahasa tulis memilih variasi bahasa yang digunakan. Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003: 7). Sastra adalah institusi sosial yang menggunakan medium bahasa (Wellek & Warren dalam Najid, 2003: 9). Karya sastra sebagai hasil kreasi pengarang (Aminuddin, 1995: 49). Genre sastra atau jenis sastra dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu sastra 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
imajinatif dan nonimajinatif. Dalam praktiknya sastra nonimajinatif terdiri atas karya-karya yang berbentuk esei, kritik, biografi, otobiografi, dan sejarah. Karya yang termasuk sastra imajinatif ialah karya prosa fiksi (cerpen, novelet, novel atau roman), puisi (puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatik), dan drama (drama komedi, drama tragedi, melodrama, dan drama tragikomedi) (Najid, 2003: 12). Lirik lagu termasuk dalam genre sastra karena lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2005: 678). Jadi, lirik sama dengan puisi tetapi disajikan dengan nyanyian yang termasuk dalam genre sastra imajinatif. Lagu adalah ragam suara yang berirama, nyanyian, ragam, nyanyi, dan tingkah laku (KBBI, 2005: 624). Lagu adalah suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan pelbagai nada yang berurutan (Ensiklopedia Indonesia dalam Fillaili dalam Ardiani M, 2009: 2). Membahas tentang lirik lagu, tentu tidak dapat terlepas dari gaya bahasa. Seorang pencipta lagu berharap lagu ciptaannya dapat menimbulkan kesan dan makna yang indah di hati pendengar. Pencipta lagu tidak menyadari bahwa lirik-lirik yang dibuatnya mengandung gaya bahasa. Adanya gaya bahasa inilah yang membuat lirik menjadi lebih indah. Setiap lagu pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin disampaikan kepada masyarakat sebagai pendengarnya. Lagu berisi barisan kata-kata yang dirangkai secara baik oleh komposer dan dibawakan dengan suara indah seorang penyanyi. Objek penelitian ini adalah gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih. Sumber data penelitian ini, yaitu lirik lagu Band Kerispatih. Penelitian ini membahas tentang jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih dan fungsi gaya bahasanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Penulis memilih topik ini karena ingin menerapkan cabang ilmu bahasa pragmatik dan semantik, yaitu ilmu bahasa yang berkaitan dengan maksud dan makna. Penulis memilih lagu Band Kerispatih karena sejauh pengamatan penulis, belum ada penelitian gaya bahasa yang sumber datanya adalah lirik lagu Band Kerispatih. Lagu-lagu yang pernah diteliti penulis lain, antara lain dari Band Ungu, Jamrud, dan Slank seperti yang penulis jelaskan pada bagian tinjauan pustaka. Banyak gaya bahasa yang terkandung dalam lirik-lirik lagu Band Kerispatih. Hal ini terbukti dalam bab selanjutnya, yaitu bab pembahasan. Dilihat dari lirik-liriknya, lirik lagu Band Kerispatih menarik, berkesan, dan bervariasi. Hal itulah yang mungkin membuat Kerispatih beserta lagu-lagunya masih tetap mendapat tempat dalam industri musik Indonesia sampai sekarang. Kiasan-kiasan yang digunakan Kerispatih dalam lirikliriknya mendorong penulis untuk meneliti gaya bahasa apa saja yang terkandung dalam lirik lagu tersebut. Lagu-lagu Kerispatih yang tercipta dari tahun ke tahun selalu mendapat apresiasi dari penggemar musik tanah air. Tahun pertama mengeluarkan album, Kerispatih langsung mendapat penghargaan sebagai “pendatang baru ngetop”. Biasanya, band pendatang baru konsistensinya di industri musik Indonesia tidak bertahan lama karena banyaknya band-band baru yang muncul. Akan tetapi, Kerispatih masih eksis di industri musik Indonesia walaupun banyak pendatang baru bermunculan. Pada tahun 2010, Kerispatih berada di urutan 7 chart tangga lagu popular Indonesia (http://yulisnurmayanti.blogspot.com/2013/05/chart-tangga-lagu-tahun-2005-2011.html. Diunduh: 16/10/2013, 16:00). Memang, keluarnya Sammy Simorangkir (vokalis lama) agak sedikit mempengaruhi daya tarik bagi pendengar, namun demikian lagu-lagu Kerispatih masih terdengar di mana-mana. Hal ini juga mendorong penulis untuk melihat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
ada rahasia apa dibalik lirik lagu yang tercipta sehingga lagu-lagu Kerispatih begitu akrab di telinga pendengar, selain memang nama besar Kerispatih yang sudah sangat popular. “Tapi Bukan Aku”, “Lagu Rindu”, dan “Kejujuran Hati” merupakan beberapa contoh lagu yang menjadi andalan Kerispatih. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis, ternyata lirik-lirik lagu Kerispatih banyak menggunakan gaya bahasa yang penyampaiannya dikemas sedemikian rupa sehingga lirik lagunya mudah diingat, dipahami, dan dinyanyikan. Selain itu, penulis berharap dapat lebih mendalami maksud lirik lagu tersebut melalui analisis gaya bahasa yang dilakukan penulis yang terdapat dalam lirik lagu Band Kerispatih dan penelitian ini juga menjadi acuan untuk memahami lirik-lirik lagu yang lain (di luar lagu Kerispatih). Alasan lain (di luar alasan ilmiah) penulis memilih topik ini karena Band Kerispatih adalah band favorit penulis, terutama sang vokalis (lama), Sammy. Hal ini membuat penulis lebih mudah memahami dan mengenali lirik lagu Band Kerispatih. Ruang lingkup penelitian ini meliputi jenis gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih dan fungsi gaya bahasanya. Beberapa lirik lagu Band Kerispatih yang menjadi bahan penelitian penulis adalah “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”. Penulis memilih lagu-lagu tersebut dari sekian banyak lagu Kerispatih karena lagu-lagu itu memang sudah popular dan cukup dikenal di masyarakat, maka bila ada yang membaca penelitian ini, pembaca tidak kesulitan untuk memahami liriknya sehingga pemahaman tentang penggunaan gaya bahasa yang digunakan dalam lirik-lirik tersebut pun tidaklah sulit.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
Sekilas tentang Band Kerispatih, Kerispatih terbentuk pada tanggal 21 April 2003 atas prakarsa 4 orang mahasiswa Institut Musisi Indonesia, Arief, Badai, Andika, dan Anton. Awalnya mereka membentuk band bertemakan instrumental etnik yang mereka gubah dalam aransemen baru. Kemunculan pertama mereka adalah di acara Farabi Sunday tanggal 22 April 2003. Mereka pun merekrut Sammy, rekan mereka di kampus yang merupakan salah satu finalis 30 besar Indonesian Idol I/2004 sebagai vokalis. Karier profesional mereka jalani setelah membentuk manajemen band yang saat itu diatur oleh Ingga Jaya Purda. Kini Kerispatih tergabung dalam manajemen Bagot‟z Production. Kerispatih memulai rekaman pada tahun 2004. Mereka bergabung dalam proyek album kompilasi bertajuk Gulalikustik (dirilis September 2004), dengan major label Nagaswara. Keikutsertaan mereka pada album ini berawal dari acara yang diselenggarakan oleh sebuah Stasiun Radio Swasta (88.00 Mustang FM) yang diberi nama Gulali (Lagu Gue Cendili), yang memang menjadi wadah bagi pencipta dan band baru Indonesia. Gayung bersambut, pihak Mustang menawari Kerispatih dalam proyek kolaborasi tersebut. Di album tersebut mereka menyumbang 2 buah lagu, "Lupakan Aku" dan "Sebentuk Hati Buat Kekasih". Tahun 2005, Kerispatih merilis album pertama mereka bertajuk “Kejujuran Hati”. Lagu-lagu yang terdapat di album ini adalah antara lain, "Kejujuran Hati", "Cinta Putih", dan "Lagu Rindu". Album ini mendapat Platinum Awards pada tahun 2006. Kesuksesan mereka dibuktikan juga dengan mendapat penghargaan sebagai Album Pendatang Baru Ngetop dalam ajang SCTV Music Awards 2006.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Pada tahun 2007, Kerispatih mengeluarkan album keduanya yang berjudul “Kenyataan Perasaan” dan merilis lagu pertamanya di album ini yang berjudul "Mengenangmu". Lagu ini mendominasi tangga lagu Indonesia dan radio. Setelah kesuksesan "Mengenangmu", Kerispatih merilis lagu keduanya yang berjudul "Tapi Bukan Aku" yang sesuai prediksi akan mengulang kesuksesan "Mengenangmu". Mereka kemudian merilis lagu ketiganya berjudul "Sepanjang Usia" serta "Untuk Pertama Kali" sebagai lagu keempatnya. Seperti album pertama, album ini juga sukses mendapat Platinum Awards. Kerispatih juga turut berpartisipasi dalam album perdana Presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono, dengan menyanyikan lagu ciptaan beliau yang berjudul "Hening". Pada bulan Juni 2008, Kerispatih merilis album ketiganya yang berjudul "Tak Lekang Oleh Waktu". Di album ketiganya ini, mayoritas lagunya diciptakan oleh Badai, keyboardist Kerispatih. Badai juga berkata, bahwa album ini adalah penggabungan dari album pertama dan album kedua mereka. Jadi, di album ketiga ini berkesan paling sempurna di antara ketiga album yang sudah dirilis. Lagu "Bila Rasaku Ini Rasamu" menjadi single pertama mereka di album ketiga ini. Pada akhir 2009, Kerispatih merilis album keempatnya yang berjudul "Semua tentang Cinta". Lagu utama di album keempat tersebut adalah "Aku Harus Jujur". Pada awal tahun 2010, Kerispatih sukses menggelar konser pertamanya di luar negeri di Hong Kong. Pada tanggal 2 Februari 2010, salah satu personel Kerispatih, Sammy, harus berurusan dengan polisi. Sammy dilaporkan melakukan pencurian sebuah mobil dan terlibat pesta narkoba. Hal itu membuat dirinya dipecat dari Kerispatih. Kerispatih segera mencari vokalis baru. Akhirnya, Fandy Santoso (finalis peringkat 5 Indonesian Idol
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI IV/2007)
terpilih
menjadi
vokalis
baru
menggantikan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kerispatih#Diskografi_Kerispatih.
Diunduh:
7
Sammy 1/03/2012,
12:00).
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.2.1 Apa saja jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih? 1.2.2 Bagaimana fungsi gaya bahasa dalam lirik lagu tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian masalah ini adalah sebagai berikut: 1.3.1 Menjelaskan jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih. 1.3.2 Menjelaskan fungsi gaya bahasa dalam lirik lagu tersebut.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini adalah deskripsi jenis gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih dan deskripsi analisis tentang penggunaan gaya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
bahasa yang digunakan dalam lirik lagu yang dimaksud. Manfaat yang dapat diambil dari penelitian masalah ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat teoritis 1.4.1.1 Bagi perkembangan ilmu bahasa cabang pragmatik, penelitian ini dapat menambah referensi tentang maksud gaya bahasa yang digunakan dalam lirik sebuah lagu. 1.4.1.2 Bagi perkembangan ilmu bahasa cabang semantik, penelitian ini dapat menambah referensi tentang makna gaya bahasa yang digunakan dalam lirik sebuah lagu. 1.4.2 Manfaat praktis 1.4.2.1 Bagi para pecinta Kerispatih, penelitian ini dapat menambah wawasan untuk mendalami makna lirik-lirik lagu Kerispatih. 1.4.2.2 Bagi umum, khususnya pecinta musik Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan motivasi untuk semakin mengkritisi lirik-lirik lagu di Indonesia dan memahami gaya bahasa yang digunkan dalam lirik sebuah lagu. 1.4.2.3 Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi dalam menyusun penelitian yang serupa. 1.4.2.4 Bagi ilmu pendidikan (pengajaran), penelitian ini dapat digunakan untuk bahan pengajaran tentang gaya bahasa dalam lirik lagu. 1.4.2.5 Bagi seniman, khususnya pencipta lagu, penelitian ini dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan dalam menggunakan gaya bahasa pada lirik lagu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
1.5 Tinjauan Pustaka Penggunaan gaya bahasa dalam lirik lagu telah dibahas dalam berbagai tulisan, di antaranya Adriani M (2009), Marwanto (2011), Fillaili (2007), Anggraini (2005), Indriyati (2007), dan Kurniawan (2009). Adriani M (2009), dalam skripsinya yang berjudul “Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu-lagu Ungu” menyebutkan bahwa lirik lagu Ungu tidak hanya didominasi oleh gaya bahasa personifikasi dan hiperbola tetapi juga asonansi, aliterasi, repetisi, pleonasme, simploke, inversi, klimaks, antitesis, dan sinekdok pars pro toto. Marwanto (2011), dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Penggunaan Diksi dan Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu ST12” menyebutkan bahwa ada sepuluh gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu ST12, yaitu gaya bahasa repetisi, personifikasi, inversi, tautologi, sinestesia, sinisme, hiperbola, metafora, paradoks, dan simile. Penelitian lain yang serupa dengan penelitian yang dilakukan penulis juga pernah dilakukan oleh Fillaili (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Lagu Permainan Rakyat Madura”, Anggraini (2005) dalam skripsinya yang berjudul “Gaya Bahasa Lirik Lagu Remaja (Studi Kasus pada Lirik-lirik Lagu Jamrud)”, Indriyati (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Gaya Bahasa Personifikasi pada Lirik Lagu Radja dan Tinjauan Aspek Gramatikal Pengacuan Demonstratif”, dan Kurniawan (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Gaya Bahasa Ironi dan Pesan Moral Lagu-lagu Slank dalam Album Anti Korupsi (Tinjauan Semiotik)”. Persamaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian-penelitian yang tersebut di atas adalah sama-sama meneliti tentang penggunaan gaya bahasa dalam lirik lagu. Perbedaannya terdapat pada sumber data yang diteliti. Penulis meneliti lirik lagu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Kerispatih, sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya berorientasi pada lirik lagu Ungu, ST 12, Jamrud, Radja, dan Slank.
1.6 Landasan Teori Teori-teori mengenai hal yang berkaitan dengan gaya bahasa dan lirik lagu yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari beberapa sumber, yaitu Tarigan (1985), Keraf (2004 dan 1984), Djohan (2005), Aminuddin (1995), KBBI (2005), Kosasih (2002), Najid (2003), dan Ardiani M (2009). Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum (Dale dalam Tarigan, 1985: 5). Gaya bahasa adalah cara mempergunakan bahasa secara imajinatif, bukan dalam pengertian yang benar-benar secara alamiah saja (Warriner dalam Tarigan, 1985: 5). Menurut Tarigan (1985: 6), gaya bahasa dibagi menjadi empat golongan, yaitu (a) gaya bahasa perbandingan, (b) gaya bahasa pertentangan, (c) gaya bahasa pertautan, dan (d) gaya bahasa perulangan. Uraian tentang gaya bahasa tersebut adalah sebagai berikut: 1.6.1 Gaya Bahasa Perbandingan Gaya bahasa perbandingan dikelompokkan menjadi sepuluh jenis gaya bahasa, yaitu perumpamaan, metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis, pleonasme dan tautologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, dan koreksio atau epanortesis (Tarigan, 1985: 9). Berikut salah satu contoh gaya bahasa perbandingan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
(1) Deru ombak samudra memangil-manggil para pemuda harapan bangsa. (2) Daun kelapa melambai-lambai di tepi pantai. (Tarigan, 1985: 18) Gaya bahasa yang terdapat pada kalimat-kalimat tersebut adalah personifikasi. Personifikasi adalah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani kepada barang yang tidak bernyawa (Tarigan, 1985: 17). Pada contoh (1) ombak samudra dianggap mampu memanggil orang layaknya seseorang yang memanggil sesamanya. Padahal, ombak samudra adalah sesuatu yang tidak bernyawa. Pada contoh (2) daun kelapa yang tidak bernyawa dianggap bisa bergerak sendiri seperti manusia yang bisa menggerakkan tangannya untuk melambai. 1.6.2 Gaya Bahasa Pertentangan Gaya bahasa pertentangan dikelompokkan menjadi dua puluh jenis gaya bahasa, yaitu hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, paralipsis, zeugma dan silepsis, satire, inuendo, antifrasis, paradoks, klimaks, antiklimaks, apostrof, anastrof atau inversi, apofasis atau preterisio, histeron proteron, hipalase, sinisme, dan sarkasme (Tarigan, 1985: 55). Berikut salah contoh gaya bahasa pertentangan. (3) Olah raga mendaki gunung memang menarik hati walaupun sangat berbahaya. (4) Siaran televisi dapat dipakai sebagai sarana perdamaian namun dapat pula sebagai penghasut peperangan. (Tarigan, 1985: 63) Gaya bahasa pada kalimat-kalimat tersebut di atas adalah oksimoron. Oksimoron adalah jenis gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase yang sama (Keraf dalam Tarigan, 1985: 63). Pada contoh (3) olah raga mendaki gunung pada dasarnya menarik hati, namun di satu sisi juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
berbahaya. Pada contoh (4) siaran televisi dapat berguna sebagai sarana perdamaian, tetapi dapat juga sebagai penghasut perang. 1.6.3 Gaya Bahasa Pertautan Gaya bahasa pertautan dikelompokkan menjadi tiga belas jenis gaya bahasa, yaitu metonimia, sinekdoke, alusi, eufemisme, eponim, epilet, antonomasia, erotesis, paralelisme, elipsis, gradasi, asindeton, dan polisindeton (Tarigan, 1985: 122). Berikut salah satu contoh gaya bahasa pertautan. (5) Mereka ke Jakarta minggu yang lalu. (6) Saya akan berangkat hari ini. (Tarigan, 1985: 138) Gaya bahasa pada kalimat-kalimat tersebut adalah elipsis. Elipsis adalah penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dalam konstruksi sintaksis lengkap (Tarigan, 1985:138). Pada contoh (5) ada penghilangan predikat, misalnya pergi atau berangkat. Pada contoh (6) ada penghilangan keterangan tujuan, misalnya ke Jakarta. 1.6.4 Gaya Bahasa Perulangan Gaya bahasa perulangan dikelompokkan menjadi dua belas jenis gaya bahasa, yaitu aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodilopsis, epanalepsis, dan anadiplosis (Tarigan, 1985:180). Berikut salah satu contoh gaya bahasa perulangan. (7) Dara damba daku datang dari danau (Tarigan, 1985: 181)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Gaya bahasa pada kalimat tersebut adalah aliterasi. Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan konsonan yang sama pada awal kata (Tarigan, 1985: 231). Pada contoh (7) terdapat pengulangan konsonan d pada awal kata. Keraf (2004: 23), mengungkapkan bahwa sebuah kata yang tepat untuk menyatakan maksud tertentu perlu diperhatikan kesesuaian dengan situasi yang dihadapi. Dalam hal ini diperlukan gaya yang tepat digunakan dalam suatu situasi. Gaya bahasa merupakan cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa merupakan sebagian dari diksi pertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individu atau karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik tinggi. Hal itu memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang yang menggunakan bahasa itu. Gaya bahasa itu juga dapat dimanfaatkan dalam pemikiran strategi dan perencanaan naskah, salah satunya naskah lagu. Selain itu, gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) (Keraf, 1984: 113). Djohan (2005: 7-8), menyatakan bahwa musik merupakan perilaku sosial yang kompleks dan universal yang di dalamnya memuat sebuah ungkapan pikiran manusia, gagasan, dan ide-ide dari otak yang mengandung sebuah sinyal pesan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa seni musik atau seni suara dapat mewakili sesuatu hal atau kelompok tertentu. Musik tidak hanya dipandang menjadi sebuah sarana hiburan dan ekspresi, tetapi musik juga memiliki peran tersendiri dalam sebuah pendidikan dalam proses komunikasi, menyuarakan pesan maupun kritik terhadap suatu hal dengan gaya bahasa yang dimiliki pemusik tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
Gaya bahasa sebagai gejala penggunaan sistem tanda, dapat dipahami bahwa gaya bahasa pada dasarnya memiliki sejumlah matra hubungan. Matra hubungan tersebut dapat dikaitkan dengan dunia proses kreatif pengarang, dunia luar yang dijadikan obyek dan bahan penciptaan, fakta yang terkait dengan aspek internal kebahasaan itu sendiri, dan dunia penafsiran penanggapnya (Aminuddin, 1995: 54). Gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek tertentu; keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra; cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan (KBBI, 2005: 340). Majas merupakan bentuk retoris, yang penggunaannya antara lain untuk menimbulkan kesan imajinatif bagi penyimak atau pembacanya (Kosasih, 2002: 254). Najid (2003: 27) mengatakan bahwa dalam bahasa lisan nada tampak dalam intonasi, sedangkan dalam bahasa tulis nada merupakan kualitas gaya yang memaparkan sikap pengarang terhadap masalah yang dikemukakan dan juga merupakan sikap pengarang terhadap pembaca. Nada sangat bergantung pada gaya. Gaya bahasa adalah pengungkapan ide, gagasan, pikiran-pikiran seorang penulis yang meliputi hierarki kebahasaan yaitu kata, frasa, klausa, bahkan wacana untuk menghadapi situasi tertentu (Rahayu dalam Ardiani M, 2009: 2). Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas citraan, pola rima, matra yang digunakan sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra. Jadi majas merupakan bagian dari gaya bahasa (Sudjiman dalam Fillaili dalam Ardiani M, 2009: 2). Majas merupakan peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiah (Sudjiman dalam Fillaili dalam Ardiani M, 2009: 2).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
Berdasarkan beberapa pengertian gaya bahasa di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa gaya bahasa adalah bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan ide, pikiran, gagasan pengarang melalui cara yang khas terhadap karya sastranya. Lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2005: 678). Lagu adalah ragam suara yang berirama, nyanyian, ragam, nyanyi, dan tingkah laku (KBBI, 2005: 624). Lagu adalah suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan pelbagai nada yang berurutan (Ensiklopedia Indonesia dalam Fillaili dalam Ardiani M, 2009: 2). Berdasarkan pengertian lirik dan lagu tersebut di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa lirik lagu adalah sebuah nyanyian yang berisi curahan perasaan yang didukung kesatuan musik.
1.7 Metode Penelitian Metode penelitian masalah ini terdiri dari jenis penelitian, tahap-tahap penelitian, dan metode yang digunakan dalam setiap tahap penelitian. Penulis menguraikan unsur-unsur metode penelitian tersebut sebagai berikut: 1.7.1 Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif dan penelitian kepustakaan. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang terbatas pada usaha untuk memerikan data apa adanya. Penulis menguraikan permasalahan tentang jenis-jenis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih dan fungsi gaya bahasanya. Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literature. Penulis melakukan penelitian dengan menghimpun data dari berbagai sumber (buku) di perpustakaan atau membeli di toko buku serta menggunakan lirik-lirik lagu yang dibutuhkan sebagai sumber data utama, yaitu lirik lagu Band Kerispatih.
1.7.2 Tahap-tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian yang dilakukan penulis meliputi pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Pada tahap pengumpulan data, data yang dihimpun diklasifikasikan berdasarkan permasalahan, yaitu jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih dan fungsi gaya bahasa tersebut dalam lirik lagu band yang bersangkutan. Berkaitan dengan pengumpulan data, penulis menggunakan kartu data untuk mencatat data dari sumber tertulis maupun lisan (bertanya pada teman). Penulis mencatat jenis-jenis gaya bahasa yang ditemukan dalam lirik lagu Band Kerispatih dan mencatat pengertian, pembagian, dan jenis-jenis gaya bahasa. Selain itu, penulis juga sedikit bertanya kepada beberapa teman, apa saja menurut mereka gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih. Pada tahap analisis data, penulis menganalisis jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih dan fungsi gaya bahasa tersebut dalam lirik lagu band yang bersangkutan dengan menggunakan salah satu metode analisis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
data. Pada tahap penyajian hasil analisis data, penulis menyajikan hasil analisis data menggunakan salah satu metode penyajian hasil analisis data.
1.7.3 Metode yang Digunakan dalam Setiap Tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian yang telah disebutkan di atas dilakukan berdasarkan metode dan teknik yang telah ditentukan. Pada tahap pengumpulan data, penulis menggunakan metode simak dan teknik simak bebas libat cakap. Selain itu, penulis juga menggunakan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Metode simak adalah metode yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Kesuma, 2007: 43). Penulis menyimak penggunaan bahasa (gaya bahasa) yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih. Teknik simak bebas libat cakap adalah penjaringan data yang dapat dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan (Kesuma, 2007: 44). Teknik catat adalah teknik menjaring data dengan mencatat hasil penyimakan data pada kartu data (Kesuma, 2007: 45). Penulis mencatat hasil penyimakan data pada kartu data dari sumber tertulis maupun lisan (bertanya pada teman). Data penelitian ini adalah gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Kerispatih. Data diperoleh dari lirik-lirik lagu Kerispatih yang dicatat oleh penulis (lirik yang dibahas dalam penelitian ini). Data yang diperoleh diklasifikasikan berdasarkan jenis gaya bahasanya, lalu dianalisis penggunaannya serta fungsinya. Pada tahap analisis data, penulis menggunakan metode agih dan metode padan. Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 15). Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunnya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
bagian dari bahasa yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993: 13). Teknik metode agih yang digunakan penulis adalah teknik ganti dan teknik pengontrasan. Teknik ganti adalah teknik analisis data dengan cara mengganti satuan kebahasaaan tertentu (Verhaar dalam Kesuma, 2007: 58). Teknik pengontrasan adalah teknik analisis data dengan mengontraskan satuan kebahasaan data tertentu dengan kata lain (Subroto dalam Kesuma, 2007: 69). Perhatikan contoh-contoh berikut. (8) Anak saya telah menyelesaikan kuliahnya di Jurusan Bahasa Indonesia FPBS-IKIP Bandung (=lulus atau berhasil). (9) Pemuda itu menumpahkan segala isi hati dan segala harapan kepada gadis desa itu (=cinta). (Tarigan, 1985: 31) Contoh (8) dan (9) kalimat yang dicetak miring dapat diganti dengan satu kata saja sehingga lebih efisien. 10. Bahan-bahan nuklir dapat dipakai untuk kesejahteraan umat manusia tetapi dapat juga memusnahkannya. 11. Bahasa memang dapat dipakai sebagai alat pemersatu tetapi dapat juga sebagai alat pemecah belah. (Tarigan, 1985: 63) Contoh (10) dan (11) menunjukkan adanya hal yang bertentangan (kontras), yaitu kesejahteraan dan memusnahkanya serta alat pemersatu dan alat pemecah belah. Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan fonetis dan metode padan ortografis. Metode padan fonetis adalah metode padan yang alat penentunya berupa organ pembentuk bahasa atau organ wicara. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi bunyi-bunyi. Metode ortografis adalah metode padan yang alat penentunya berupa bahasa tulis (Kesuma, 2007: 48-49). Teknik metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pilah unsur penentu. Teknik pilah unsur penentu adalah teknik analisis data dengan cara memilah-milah satuan kebahasaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
yang dianalisis dengan alat penentu yang berupa daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya (Sudaryanto dalam Kesuma, 2007: 51). Sesuai jenis metode padan yang digunakan, maka teknik pilah unsur penentu yang digunakan adalah daya pilah fonetis dan daya pilah ortografis. Perhatikan contoh berikut. (12) Muka muda mudah muram tiada siaga tiada biasa jaga harga tahan raga (Tarigan, 1985: 182) Pada contoh (12) ada pengulangan bunyi vokal a, i, dan u. (13) Setiap tahun semakin banyak mulut yang harus diberi makan di Tanah air kita ini. (14) Saya selalu membawa buah tangan untuk buah hati saya kalau saya pulang dari luar kota. (Tarigan, 1985: 125 dan 185) Contoh (13) dan (14) menunjukkan adanya alat penentu berupa bahasa tulis, yaitu mulut serta buah tangan dan buah hati. Pada contoh (13) yang mengandung gaya bahasa sinekdoke pars pro toto, kata mulut berarti masyarakat bangsa ini. Kata mulut sebagai penyebutan nama sebagian untuk nama keseluruhan. Pada contoh (14) yang mengandung gaya bahasa antanaklasis, frase buah tangan dan frase buah hati mengalami pengulangan kata yang sama, yaitu kata buah. Akan tetapi, maknanya tidak sama. Buah tangan yang berarti „oleh-oleh‟, sedangkan buah hati yang berarti „anak‟. Pada tahap penyajian hasil analisis data, penulis menggunakan metode penyajian hasil analisis data secara informal dan secara formal. Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145). Penulis menggunakan kata-kata biasa untuk menyajikan kaidah-kaidah berbahasa sehingga pembaca dapat langsung memahami. Penyajian hasil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
analisis data secara formal adalah penyajian hasil analisis data dengan kaidah (Kesuma, 2007: 73). Kaidah yang dimaksud dapat berupa tabel, diagram atau gambar. Penulis menggunakan tabel untuk menyajikan rangkuman hasil penelitian.
1.8 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian masalah yang dibahas penulis adalah Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Latar belakang masalah menguraikan tentang alasan penulis melakukan penelitian ini beserta ruang lingkup permasalahan. Rumusan masalah menguraikan tentang masalah-masalah yang menjadi permasalahn dalam penelitian ini. Tujuan penelitian mendeskripsikan tujuan penelitian ini. Manfaat penelitian memaparkan manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini. Tinjauan pustaka membahas tentang pustaka yang mempunyai kaitan dengan penggunaan gaya bahasa dalam lirik lagu. Landasan teori menyampaikan teori yang digunakan sebagai landasan teori. Metode penelitian menjelaskan tentang teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data. Sistematika penyajian menguraikan tentang urutan hasil penelitian. Bab II berisi pembahasan tentang jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih. Bab III berisi pembahasan tentang fungsi gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu tersebut. Bab IV berisi penutup yang terdiri dari
kesimpulan
hasil
analisis
data
dan
saran
untuk
peneliti.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB II JENIS-JENIS GAYA BAHASA YANG DIGUNAKAN DALAM LIRIK LAGU BAND KERISPATIH
2.1 Pengantar Telah dijelaskan bahwa gaya bahasa dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi empat macam, yaitu gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertautan, dan gaya bahasa perulangan. Menurut penelitian yang dilakukan penulis, satu lirik lagu Band Kerispatih bisa mengandung beberapa gaya bahasa yang berbeda, mulai dari gaya bahasa perbandingan sampai gaya bahasa perulangan. Ini menggambarkan bahwa lagu-lagu Kerispatih sangat bervariasi dalam hal penyampaian maksud lagu. Pada bab ini, penulis akan menguraikan jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam liriklirik lagu Kerispatih. Daftar lirik lagu yang diteliti sudah disebutkan pada bab I. Berdasarkan lirik lagu yang sudah ditentukan, berikut pembahasannya satu per satu.
2.2 Gaya Bahasa Perbandingan 2.2.1 Metafora Metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang implisit tanpa menggunakan kata seperti atau sebagai (Tarigan, 1985: 242). Gaya bahasa ini terdapat pada lagu “Kejujuran Hati”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, dan “Tak Mungkin Lagi”. (1) “..Kejujuran hati yang tak mungkin dapat ku pungkiri Keinginanku untuk kau tahu isi hatiku Demi cinta yang tak pernah berakhir”
21
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, gaya bahasa metafora terdapat pada baris kedua, yaitu frase isi hatiku. Dalam hal ini, isi hati bukan berarti diartikan sebagai isi dari salah satu organ tubuh manusia. Akan tetapi, sebuah kiasan untuk mengungkap sesuatu. Maksud metafora isi hatiku adalah „sebuah perasaan dari hati‟. (2) "Bila kau bukanlah cinta sejati mungkin aku takkan pernah mengerti..." Pada penggalan lirik lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” tersebut, gaya bahasa metafora terdapat pada frase cinta sejati. Cinta sejati merupakan kiasan dari sebuah perasaan dari hati yang dimiliki manusia kepada sesama. Maksud metafora cinta sejati adalah 'perasaan yang sesungguhnya'. (3) "...Kan ku jaga walaupun harus berpeluh darah" Pada penggalan lirik lagu “Akhir Penantian” di atas, gaya bahasa metafora terdapat pada frase berpeluh darah. Bukan seperti berlumuran darah, namun frase itu merupakan kiasan dari sebuah perjuangan. Maksud metafora berpeluh darah adalah 'perjuangan'. (4) "...Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat..." Pada penggalan lagu “Tak Mungkin Lagi”di atas, gaya bahasa metafora terdapat pada frase bejana cinta. Bejana yang dimaksud di sini bukan wadah atau tempat, tapi merupakan sebuah perasaan. Maksud metafora bejana cinta adalah „perasaan cinta‟.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
2.2.2 Perifrasis Perifrasis adalah gaya bahasa yang agak mirip dengan pleonasme; kedua-duanya menggunakan kata-kata yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Pada perifrasis, kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat diganti dengan sebuah kata saja (Tarigan, 1985: 244). Gaya bahasa perifrasis terdapat pada lagu “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, dan “Tak Mungkin Lagi”. (5) “...Sesungguhnya ku tak rela jika kau tetap bersama dirinya Hempaskan cinta yang kuberi Semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya demi cinta yang tak pernah berakhir...” Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, gaya bahasa perifrasis terdapat pada baris keempat sampai keenam, yaitu semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya demi cinta yang tak pernah berakhir. Kata-kata tersebut dapat diganti dengan satu kata saja, yaitu kesungguhanku. Maksud perifrasis semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya demi cinta yang tak pernah berakhir adalah „kesungguhan‟. (6) "...Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya..." (7)"...Walau hanya nada sederhana izinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan" Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa perifrasis terdapat pada frase dekap erat dan frase rasa dan kerinduan. Frase dekap erat dapat diganti dengan kata peluk dan frase rasa dan kerinduan dapat diganti dengan kata perasaan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Walaupun ada penggantian, itu tidak merubah makna syair. Maksud perifrasis dekap erat dan rasa dan kerinduan adalah 'ungkapan rasa'. (8) "Bila kau bukanlah cinta sejati mungkin aku takkan pernah mengerti hati yang tulus setia yang indah dan semua yang terjadi antara kita..." Pada penggalan lirik lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” tersebut, gaya bahasa perifrasis terdapat pada frase hati yang tulus setia yang indah. Frase itu dapat diganti dengan satu kata, yaitu ketulusan. Walaupun ada penggantian kata, namun susunan syair msih tetap sejalan. Maksud perifrasis hati yang tulus setia yang indah adalah 'kesungguhan'. (9) “...Tak satupun kata terucap Ketika ku tanya mengapa...” Pada penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas gaya bahasa perifrasis terdapat pada kalimat tak satupun kata terucap. Kalimat tersebut dapat diganti menjadi satu kata saja, yaitu diam. Maksud perifrasis tak satupun kata terucap adalah „tidak ada yang terucap‟. 2.2.3 Antisipasi Antisipasi adalah gaya bahasa yang berwujud penggunaan terlebih dahulu satu atau beberapa kata sebelum gagasan ataupun peristiwa yang sebenarnya terjadi (Tarigan, 1985: 234). Gaya bahasa antisipasi terdapat pada lagu “Kejujuran Hati”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”. (10) "Ku akui aku memang cemburu Setiap kali kudengar namanya kau sebut Tapi ku tak pernah bisa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
melakukan apa yang seharusnya kulakukan karena memang kau bukan milikku..." Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, gaya bahasa antisipasi terdapat pada baris pertama dan kedua, yaitu pernyataan ku akui aku memang cemburu setiap kali kudengar namanya kau sebut. Hal cemburu sebenarnya terjadi kemudian setelah mendengar sebua nama disebut. Maksud antisipasi ku akui aku memang cemburu setiap kali kudengar namanya kau sebut adalah „kecemburuan‟. (11) "...Aku memang manusia paling berdosa Khianati rasa demi keinginan semu..." Penggalan lagu “Tapi Bukan Aku”di atas mengandung gaya bahasa antisipasi. Hal berdosa sebenarnya baru akan terjadi setelah adanya pengkhianatan. Maksud antisipasi aku memang manusia paling berdosa, khianati rasa demi keinginan semu adalah 'perasaan menyesal'. (12) “...Tak satupun kata terucap Ketika ku tanya mengapa...” Penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas mengandung gaya bahasa antisipasi. Hal tidak satu katapun yang terucap sebenarnya baru akan terjadi setelah adanya suatu pertanyaan mengapa. Maksud antisipasi tak satupun kata terucap, ketika ku tanya mengapa adalah „tidak terjadi dialog‟ 2.2.4 Personifikasi Personifikasi adalah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani kepada barang yang tidak bernyawa (Tarigan, 1985: 17). terdapat pada lagu “Lagu Rindu”.
Personifikasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
(13) "...Tahukah engkau wahai langit Aku ingin bertemu membelai wajahnya Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah hanya untuk dirinya..." Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” di atas, gaya bahasa personifikasi terdapat pada baris pertama, yaitu tahukah engkau wahai langit. Dalam hal ini, seolah langit bisa dijak berbicara mengenai sesuatu. Padahal, langit merupakan sesuatu yang tidak bernyawa. Maksud personifikasi tahukah engkau wahai langit adalah 'dialog (percakapan) mengenai seseorang'. 2.2.5 Pleonasme Pleonasme adalah gaya bahasa yang berupa pemakaian kata yang mubazir atau berlebihan yang sebenarnya tidak perlu (Tarigan, 1985: 245). Pleonasme terdapat pada lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” dan “Tapi Bukan Aku” (14) "Bila kau bukanlah cinta sejati mungkin aku takkan pernah mengerti hati yang tulus setia yang indah dan semua yang terjadi antara kita..." Pada penggalan lirik lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” tersebut, gaya bahasa pleonasme terdapat pada frase hati yang tulus setia yang indah. Di situ terdapat kelebihan penggunaan kaya yang. Seharusnya, dapat dipilih salah satu, yaitu menggunakan frase hati yang tulus setia atau hati yang indah. Maksud pleonasme hati yang tulus setia yang indah adalah 'ungkapan perasaan yang sesungguhnya'. (15) "...Lebih baik jangan mencintaiku aku dan semua hatiku karena takkan pernah kau temui, cinta sejati..." Pada penggalan lirik lagu “Tapi Bukan Aku” tersebut di atas, gaya bahasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
pleonasme terdapat pada pernyataan mencintaiku aku dan semua hatiku. Di situ terlalu banyak penggunaan kata aku dan ku. Lebih baik, aku dan semua hatiku tidak perlu dipakai. Makna lagu pun tidak berkurang walau ada pengurangan kata. Maksud pleonasme mencintaiku aku dan semua hatiku adalah 'menyatakan tentang diri'.
2.3 Gaya Bahasa Pertentangan 2.3.1 Oksimoron Oksimoron adalah jenis gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase yang sama (Keraf dalam Tarigan, 1985: 63). Gaya bahasa oksimoron terdapat pada lagu “Kejujuran Hati” dan “Tak Mungkin Lagi”. (16) "...Ku akui aku merindukanmu Meski ternyata tak pernah kau merindukanku Tapi ku tak pernah bisa melakukan apa yang seharusnya kuinginkan karena memang kau bukan milikku..." Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, gaya bahasa oksimoron terdapat pada kalimat ku akui aku merindukanmu meski ternyata tak pernah kau merinukanku. Pihak yang satu mempunyai rasa rindu, tapi pihak yang lain tidak memiliki rasa rindu seperti yang dialami pihak yang satu. Dengan kata lain, rasa rindu hanya dialami oleh satu pihak. Maksud oksimoron ku akui aku merindukanmu meski ternyata tak pernah kau merinukanku adalah „rindu yang bertepuk sebelah tangan‟.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
(17) “...Ku maafkan semua ini Walau tak ingin lagi ku melihatmu...” Penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas mengandung gaya bahasa oksimoron. Di satu sisi pencipta lagu mau memaafkan kesalahan kekasihnya, tapi di sisi yang lain ia sudah tidak mau lagi bertemu dengan kekasihnya. Maksud oksimoron ku maafkan semua ini walau tak ingin lagi ku melihatmu adalah „kekecewaan‟. 2.3.2 Hiperbola Hiperbola adalah jenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya (Tarigan, 1985: 55). Hiperbola terdapat pada lagu “Lagu Rindu”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”. (18) "Bintang malam katakan padanya Aku ingin melukis sinarmu di hatinya..." Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa hiperbola terdapat pada kalimat aku ingin melukis sinarmu di hatinya. Kalimat tersebut berlebihan karena hati bukanlah media untuk melukis. Maksud hiperbola aku ingin melukis sinarmu di hatinya adalah 'keinginan besar'. (19) "...Sejuta kata maaf terasa kan percuma sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya..." Pada penggalan lagu “Tapi Bukan Aku” di atas, gaya bahasa hiperbola terdapat pada frase sejuta kata maaf. Hal ini dikatakan berlebihan karena terlalu banyak kata maaf
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
yang diucapkan bahkan sampai jutaan. Makna hiperbola sejuta kata maaf adalah 'penyesalan yang mendalam'. (20) “...Air mata penyesalan mengalir deras itu pun tak bisa kembalikan dirimu...” Pada penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas, gaya bahasa hiperbola terdapat pada kalimat air mata penyesalan mengalir deras. Suatu hal yang dilebihlebihkan mengingat sesuatu yang dapat mengalir deras, misalnya air hujan, air sungai. Maksud hiperbola air mata penyesalan mengalir deras adalah „kesedihan yang mendalam‟. 2.3.3 Litotes Litotes adalah gaya bahasa yang berupa pernyataan mengenai sesuatu dengan cara menyangkal atau mengingkari kebalikannya (Tarigan, 1985: 242). Litotes terdapat pada lagu “Lagu Rindu” dan “Tak Mungkin Lagi”. (21) "...Walau hanya nada sederhana izinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan" Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa litotes terdapat pada kalimat walau hanya nada sederhana. Pencipta lagu merendahkan diri dengan menganggap syair yang ia buat tidak istimewa, padahal liriknya sangat menyentuh. Maksud litotes walau hanya nada sederhana adalah 'apa adanya'. (22) “...Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat...” Penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas mengandung gaya bahasa litotes. Walaupun memaklumi, namun sebenarnya si pencipta lagu sangat kecewa terhadap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
kekasihnya. Maksud litotes ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat adalah „memberi maaf‟. 2.3.4 Paradoks Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada (Tarigan, 1985: 243). Gaya bahasa paradoks terdapat pada lagu “Lagu Rindu” dan “Tapi Bukan Aku”. (23) "Bintang malam katakan padanya Aku ingin melukis sinarmu di hatinya..." Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa paradoks terdapat pada kalimat aku ingin melukis sinarmu di hatinya. Hal itu merupakan hal yang tidak mungkin terjadi. Bagaimana bisa sebuah sinar dilukis di dalam hati seseorang. Maksud paradoks aku ingin melukis sinarmu di hatinya adalah 'ketidakmungkinan'. (24) "...Sejuta kata maaf terasa kan percuma sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya..." Pada penggalan lagu “Tapi Bukan Aku” di atas, gaya bahasa paradoks terdapat pada kalimat rasaku tlah mati untuk menyadarinya. Hal itu sangat bertentangan dengan kenyataan, di mana sebuah perasaan yang dimiliki seseorang tidak akan pernah mati atau hilang sebelum meninggal dunia. Perasaan adalah anugerah dari Tuhan. Maksud paradoks rasaku tlah mati untuk menyadarinya adalah 'putus asa'. 2.3.5 Inuendo Inuendo adalah gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya (Tarigan, 1985: 240). Gaya bahasa inuendo terdapat pada lagu “Tak Mungkin Lagi”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
(25) “...Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat...” Penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas mengandung gaya bahasa inuendo. Pencipta lagu mencoba untuk menyindir kekasih yang telah mengecewakannya dengan mengatakan bahwa ia memaklumi tindakan kekasihnya. Maksud inuendo ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat adalah „ungkapan sakit hati‟.
2.4 Gaya Bahasa Pertautan 2.4.1 Sinekdoke (Pars Pro Toto) Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau sebaliknya (Moeliono dalam Tarigan, 1985: 124). Sinekdoke ada dua jenis, yaitu sinekdoke pars pro toto dan sinekdoke totem pro parte. Sinekdoke pars pro toto untuk menyebut nama sebagian sebagai pengganti nama keseluruhan, sedangkan sinekdoke totem pro parte untuk menyebut nama keseluruhan sebagai nama sebagian. Gaya bahasa sinekdoke pars pro toto terdapat pada lagu “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, dan “Akhir Penantian”. (26) "Ku akui aku memang cemburu Setiap kali kudengar namanya kau sebut Tapi ku tak pernah bisa melakukan apa yang seharusnya kulakukan karena memang kau bukan milikku..." Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut, gaya bahasa sinekdoke pars pro toto yang terdapat pada baris kedua, yaitu kata namanya pada kalimat setiap kali
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
kudengar namanya kau sebut. Kata namanya sebagai nama sebagaian merupakan pengganti dari nama keseluruhan, yaitu orang yang memiliki nama itu. Jadi, yang dimaksud di situ bukanlah hanya nama orang itu, tapi juga orang yang memiliki nama tersebut (secara keseluruhan). Maksud sinekdoke pars pro toto setiap kali kudengar namanya kau sebut adalah „rasa iri pada seseorang‟. (27) "...Tahukah engkau wahai langit Aku ingin bertemu membelai wajahnya..." Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa sinekdoke pars pro toto terdapat pada pernyataan membelai wajahnya. Wajah merupakan nama sebagian untuk mengganti tubuh (raga) sebagai nama keseluruhan. Maksud sinekdoke pars pro toto membelai wajahnya adalah 'kasih sayang'. (28) "...Sebentuk hatiku buat kekasihku Mengiring rinduku yang selalu untuknya..." Pada penggalan lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” tersebut, gaya bahasa sinekdoke pars pro toto terdapat pada frase sebentuk hatiku. Hati sebagai nama sebagaian untuk mengganti pribadi (diri) sebagai nama keseluruhan. Maksud sinekdoke pars pro toto sebentuk hatiku adalah 'wujud perasaan'. (29) "Harus ku akui ketika ku putuskan memiliki cintamu..." Pada penggalan lagu “Akhir Penantian” di atas, gaya bahasa sinekdoke pars pro toto terdapat pada kata cintamu. Dalam hal ini, cintamu merupakan nama sebagian sebagai pengganti diri (pribadi) seseorang sebagai nama keseluruhan. Maksud sinekdoke pars pro toto cintamu adalah 'diri seseorang secara keseluruhan'.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
2.4.2 Elipsis Elipsis adalah penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dalam konstruksi sintaksis lengkap (Tarigan, 1985:138). Gaya bahasa elipsis terdapat pada lagu “Kejujuran Hati” dan “Tak Mungkin Lagi”. (30) “...Sesungguhnya ku tak rela jika kau tetap bersama dirinya Hempaskan cinta yang kuberi Semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya demi cinta yang tak pernah berakhir...” Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut, gaya bahasa elipsis terdapat pada kalimat hempaskan cinta yang kuberi. Menurut penulis, di situ ada penghilangan unsur obyek (misalnya, setulusnya), sehingga kalimatnya menjadi hempaskan cinta yang kuberi setulusnya. Maksud elipsis hempaskan cinta yang kuberi adalah 'kekecewaan'. (31) “...Sudahlah, lupakanlah tak mungkin lagi kau ku miliki...” Pada penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas, gaya bahasa elipsis terdapat pada kalimat sudahlah, lupakanlah. Pada kalimat itu, ada penghilangan objek (misalnya, aku). Maksud elipsis sudahlah, lupakanlah adalah „permintaan untuk melupakan. 2.4.3 Erotesis Erotesis adalah gaya bahasa yang berupa pertanyaan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan sama sekali tidak menuntut suatu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
jawaban (Tarigan, 1985: 238). Gaya bahasa erotesis terdapat pada lagu “Lagu Rindu”. (32) "...Tahukah engkau wahai langit Aku ingin bertemu membelai wajahnya..." Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa erotesis terdapat pada kalimat tahukah engkau wahai langit. Sebuah pertanyaan yang tidak perlu jawaban, apalagi pertanyaan diajukan kepada sesuatu yang tidak bisa berinteraksi dengan sang penanya. Maksud erotesis tahukah engkau wahai langit adalah 'pertanyaan yang siasia'.
2.5 Gaya Bahasa Perulangan 2.5.1 Asonansi Asonansi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama (Tarigan, 1985: 235). Gaya bahasa asonansi terdapat pada lagu “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”. (33) "Ku akui aku memang cemburu Setiap kali kudengar namanya kau sebut Tapi ku tak pernah bisa melakukan apa yang seharusnya kulakukan karena memang kau bukan milikku Ku akui aku merindukanmu Meski ternyata tak pernah kau merindukanku Tapi ku tak pernah bisa melakukan apa yang seharusnya kuinginkan karena memang kau bukan milikku
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
Reff: Sesungguhnya ku tak rela jika kau tetap bersama dirinya Hempaskan cinta yang kuberi Semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya demi cinta yang tak pernah berakhir Chrous: Kejujuran hati yang tak mungkin dapat ku pungkiri Keinginanku untuk kau tahu isi hatiku Demi cinta yang tak pernah berakhir" Pada lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, terlihat bahwa ada perulangan bunyi vokal a, i, u, dan e yang terdapat pada huruf yang dicetak miring. (34) "Bintang malam katakan padanya Aku ingin melukis sinarmu di hatinya Embun pagi sampaikan padanya Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya Reff: Tahukah engkau wahai langit Aku ingin bertemu membelai wajahnya Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah hanya untuk dirinya Lagu rindu ini kuciptakan hanya untuk bidadari hatiku tercinta Walau hanya nada sederhana izinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan" Pada lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut di atas, terlihat perulangan bunyi vokal a, i, u, dan e yang terdapat pada huruf yang dicetak miring. (35) "Bila kau bukanlah cinta sejati mungkin aku takkan pernah mengerti hati yang tulus setia yang indah dan semua yang terjadi antara kita Maaf untuk semua cara yang salah Itu hanya ku ingin membuktikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
tiada yang lain dalam hidupku Sungguh tak ada maksud untuk menyakitimu Reff: Sebentuk hatiku buat kekasihku Mengiring rinduku yang selalu untuknya Memang tak selalu ada yang terbaik dari diri ini dan juga dirinya Namun ku yakin cinta ini tak kan pernah salah" Pada lirik lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” di atas, jelas terdapat pengulangan bunyi vokal a, i, u, dan e pada huruf yang dicetak miring. (36) "Harus ku akui ketika ku putuskan memiliki cintamu saat itulah ku ingin kau hanya untukku Harus ku katakan telah ku pasrahkan hidupku bersamamu selamanya Reff: Begitu banyak cara ku tempuh untuk mencari cinta tapi apa daya kecewa ku dapatkan Begitu panjang waktu ku jalani tanpa sebuah jawaban dan inilah saatnya kau akhir penantianku Chrous: Kan ku jaga walaupun harus berpeluh darah" Pada lagu “ Akhir Penantian” tersebut di atas, pengulangan bunyi vokal terdapat pada huruf yang dicetak miring, yaitu huruf a, i, u, dan e. (37) "Jangan lagi kau sesali keputusanku Ku tak ingin kau semakin kan terluka Tak ingin ku paksakan cinta ini Meski tiada sanggup untuk kau terima Aku memang manusia paling berdosa Khianati rasa demi keinginan semu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
Lebih baik jangan mencintaiku aku dan semua hatiku karena takkan pernah kau temui, cinta sejati Reff: Berakhirlah sudah semua kisah ini dan jangan kau tangisi lagi sekalipun aku takkan pernah mencoba kembali padamu Sejuta kata maaf terasa kan percuma sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya Semoga saja kan kau dapati hati yang tulus mencintaimu tapi bukan aku" Pada lirik lagu “Tapi Bukan Aku” tersebut, pengulangan bunyi vokal a, i, u, dan e terdapat pada huruf yang dicetak miring. (38) “Tersentak aku seketika Seakan-akan tak percaya saat ku lihat kau telah berdua sebelum sampai diriku melepas rindu Tak satupun kata terucap Ketika ku tanya mengapa Air mata penyesalan mengalir deras itu pun tak bisa kembalikan dirimu Reff: Ku maafkan semua ini Walau tak ingin lagi ku melihatmu Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat Sudahlah, lupakanlah tak mungkin lagi kau ku miliki” Pada lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” tersebut, jelas terlihat adanya pengulangan buyni vokal a, i, u, dan e pada huruf yang dicetak miring. 2.5.2 Aliterasi Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
konsonan yang sama pada awal kata (Tarigan, 1985: 231). Gaya bahasa aliterasi terdapat pada lagu “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, dan “Tapi Bukan Aku”. (39) "Ku akui aku memang cemburu Setiap kali kudengar namanya kau sebut Tapi ku tak pernah bisa melakukan apa yang seharusnya kulakukan karena memang kau bukan milikku Ku akui aku merindukanmu Meski ternyata tak pernah kau merindukanku Tapi ku tak pernah bisa melakukan apa yang seharusnya kuinginkan karena memang kau bukan milikku Reff: Sesungguhnya ku tak rela jika kau tetap bersama dirinya Hempaskan cinta yang kuberi Semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya demi cinta yang tak pernah berakhir Chrous: Kejujuran hati yang tak mungkin dapat ku pungkiri Keinginanku untuk kau tahu isi hatiku Demi cinta yang tak pernah berakhir" Pada lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, gaya bahasa aliterasi terdapat pada huruf yang dicetak miring, yaitu s, t, dan m. (40) "Bintang malam katakan padanya Aku ingin melukis sinarmu di hatinya Embun pagi sampaikan padanya Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya Reff: Tahukah engkau wahai langit Aku ingin bertemu membelai wajahnya Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah hanya untuk dirinya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
Lagu rindu ini kuciptakan hanya untuk bidadari hatiku tercinta Walau hanya nada sederhana izinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan" Pada lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa aliterasi terdapat pada huruf yang dicetak miring, yaitu huruf h. (41) "Bila kau bukanlah cinta sejati mungkin aku takkan pernah mengerti hati yang tulus setia yang indah dan semua yang terjadi antara kita Maaf untuk semua cara yang salah Itu hanya ku ingin membuktikan tiada yang lain dalam hidupku Sungguh tak ada maksud untuk menyakitimu Reff: Sebentuk hatiku buat kekasihku Mengiring rinduku yang selalu untuknya Memang tak selalu ada yang terbaik dari diri ini dan juga dirinya Namun ku yakin cinta ini tak kan pernah salah" Pada lirik lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih”di atas, gaya bahasa aliterasi terdapat pada huruf yang dicetak miring, yaitu huruf d. (42) "Harus ku akui ketika ku putuskan memiliki cintamu saat itulah ku ingin kau hanya untukku Harus ku katakan telah ku pasrahkan hidupku bersamamu selamanya Reff: Begitu banyak cara ku tempuh untuk mencari cinta tapi apa daya kecewa ku dapatkan Begitu panjang waktu ku jalani
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
tanpa sebuah jawaban dan inilah saatnya kau akhir penantianku Chrous: Kan ku jaga walaupun harus berpeluh darah" Pada lirik lagu “Akhir Penantian” tersebut di atas, gaya bahasa aliterasi terdapat pada huruf yang dicetak miring, yaitu huruf d. (43) "Jangan lagi kau sesali keputusanku Ku tak ingin kau semakin kan terluka Tak ingin ku paksakan cinta ini Meski tiada sanggup untuk kau terima Aku memang manusia paling berdosa Khianati rasa demi keinginan semu Lebih baik jangan mencintaiku aku dan semua hatiku karena takkan pernah kau temui, cinta sejati Reff: Berakhirlah sudah semua kisah ini dan jangan kau tangisi lagi sekalipun aku takkan pernah mencoba kembali padamu Sejuta kata maaf terasa kan percuma sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya Semoga saja kan kau dapati hati yang tulus mencintaimu tapi bukan aku" Pada lirik lagu “Tapi Bukan Aku” tersebut di atas, gaya bahasa aliterasi terdapat pada huruf yang dicetak miring, yaitu huruf k. 2.5.3 Mesodiplosis Mesodiplosis adalah gaya bahasa repetisi yang berupa pengulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau kalimat secara berturut-turut (Tarigan, 1985: 242). Gaya bahasa mesodiplosis terdapat pada lagu “Kejujuran Hati”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
(44) "...Meski ternyata tak pernah kau merindukanku Tapi ku tak pernah bisa..." Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut, gaya bahasa mesodiplosis terdapat pada frase tak pernah yang berturut-turut diulang di tengah-tengah baris. 2.5.4 Tautotes Tautotes adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan sebuah kata berkali-kali dalam sebuah konstruksi (Tarigan, 1985: 248). Gaya bahasa tautotes terdapat pada lagu “Tapi Bukan Aku”. (45) "...Lebih baik jangan mencintaiku aku dan semua hatiku karena takkan pernah kau temui, cinta sejati..." Pada penggalan lirik lagu “ Tapi Bukan Aku” tersebut, gaya bahasa tautotes terdapat pada kalimat mencintaiku aku dan semua hatiku. Pada konstruksi tersebut, kata aku diulang berkali-kali. Maksud tautotes mencintaiku aku dan semua hatiku adalah 'menekankan diri'.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III FUNGSI GAYA BAHASA DALAM BEBERAPA LIRIK LAGU BAND KERISPATIH
3.1 Pengantar Pada bab ini, penulis akan membahas tentang fungsi gaya bahasa yang digunakan untuk lirik lagu Band Kerispatih ini. Bahasa mempunyai fungsi yang amat penting bagi manusia sebagai alat komunikasi. Menurut Halliday dalam Tarigan (1986: 57), ada tujuh fungsi bahasa, yaitu fungsi instrumental, fungsi regulasi, representation, fungsi interaksional, fungsi personal, fungsi heuristik, dan fungsi imajinatif. Gaya bahasa bisa termasuk sebagai fungsi imajinatif. Tarigan (1986: 7) menyebutkan bahwa fungsi imajinatif melayani penciptaan sistem-sistem atau gagasangagasan yang bersifat imajinatif. Melalui dimensi-dimensi imajinatif bahasa, kita bebas bertualang ke seberang dunia nyata untuk menjelajahi puncak-puncak keluhuran serta keindahan bahasa itu sendiri. Pencipta lagu tentu menggunakan imajinasinya untuk mengarang sebuah lagu yang mempunyai keindahan tersendiri baik bagi si pencipta lagu, maupun bagi pendengar. Akan tetapi, fungsi utama gaya bahasa adalah sebagai fungsi estetis, yaitu untuk menimbulkan efek keindahan. Berikut penulis menguraikan fungsi gaya bahasa dalam lirik lagu Band Kerispatih.
42
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
3.2 Fungsi Gaya Bahasa Perbandingan 3.2.1 Fungsi Ungkapan Fungsi ungkapan bertujuan untuk mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung melalui sebuah ungkapan yang implisit, sehingga apa yang disampaikan terdengar atau terlihat indah. Fungsi ini terlihat pada lagu “Kejujuran Hati”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, dan “Tak Mungkin Lagi” yang mengandung gaya bahasa metafora. (1) “..Kejujuran hati yang tak mungkin dapat ku pungkiri Keinginanku untuk kau tahu isi hatiku Demi cinta yang tak pernah berakhir” Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, terdapat ungkapan isi hatiku. Maksud ungkapan isi hatiku adalah „sebuah perasaan dari hati‟. (2) "Bila kau bukanlah cinta sejati mungkin aku takkan pernah mengerti..." Pada penggalan lirik lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” tersebut, terdapat ungkapan cinta sejati. Maksud ungkapan cinta sejati adalah 'perasaan yang sesungguhnya'. (3) "...Kan ku jaga walaupun harus berpeluh darah" Pada penggalan lirik lagu “Akhir Penantian” di atas, terdapat ungkapan berpeluh darah. Maksud ungkapan berpeluh darah adalah 'perjuangan'. (4) "...Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat..." Pada penggalan lagu “Tak Mungkin Lagi”di atas, terdapat ungkapan bejana cinta. Maksud metafora bejana cinta adalah „perasaan cinta‟.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
3.2.2 Fungsi Memperbanyak Fungsi ini bertujuan untuk memperbanyak kata dalam satu konstruksi. Akan tetapi sebenarnya kata yang berlebih itu dapat diganti menjadi satu kata saja. Gaya bahasa perifrasis mengandung fungsi ini. Lagu Kerispatih yang menggunakan fungsi memperbanyak adalah “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, dan “Tak Mungkin Lagi”. (5) “...Sesungguhnya ku tak rela jika kau tetap bersama dirinya Hempaskan cinta yang kuberi Semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya demi cinta yang tak pernah berakhir...” Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, kalimat panjang semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya demi cinta yang tak pernah berakhir dapat diganti dengan satu kata saja, yaitu kesungguhanku. (6) "...Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya..." (7) "...Walau hanya nada sederhana izinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan" Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, frase dekap erat dapat diganti dengan kata peluk dan frase rasa dan kerinduan dapat diganti dengan kata perasaan. (8) "Bila kau bukanlah cinta sejati mungkin aku takkan pernah mengerti hati yang tulus setia yang indah dan semua yang terjadi antara kita..." Pada penggalan lirik lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” tersebut, frase hati yang tulus setia yang indah dapat diganti dengan satu kata, yaitu ketulusan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
(9) “...Tak satupun kata terucap Ketika ku tanya mengapa...” Pada penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas, frase tak satupun kata terucap dapat diganti menjadi satu kata saja, yaitu diam. 3.2.3 Fungsi Akibat-sebab Fungsi akibat-sebab ini bertujuan untuk membuat jalan cerita lagu tidak monoton. Fungsi akibat-sebab ini terdapat pada lagu “Kejujuran Hati”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi” yang mengandung gaya bahasa antisipasi. (10) "Ku akui aku memang cemburu Setiap kali kudengar namanya kau sebut Tapi ku tak pernah bisa melakukan apa yang seharusnya kulakukan karena memang kau bukan milikku..." Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, hal cemburu sebenarnya terjadi kemudian setelah mendengar sebuah nama disebut. (11) "...Aku memang manusia paling berdosa Khianati rasa demi keinginan semu..." Pada penggalan lagu “Tapi Bukan Aku”di atas, hal berdosa sebenarnya baru akan terjadi setelah adanya pengkhianatan. (12) “...Tak satupun kata terucap Ketika ku tanya mengapa...” Penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas, hal tidak satu katapun yang terucap sebenarnya baru akan terjadi setelah adanya suatu pertanyaan mengapa. 3.2.4 Fungsi Melekatkan Unsur Nyawa Fungsi ini bertujuan untuk membuat benda mati seolah hidup. Fungsi ini memunculkan kesan tersendiri pada lirik lagu. Lirik lagu menjadi lebih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
bervariasi. Kata-katanya tidak monoton. Lagu “Lagu Rindu” yang mengandung gaya bahasa personifikasi memiliki fungsi melekatkan unsur nyawa. (13) "...Tahukah engkau wahai langit Aku ingin bertemu membelai wajahnya Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah hanya untuk dirinya..." Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” di atas, fungsi melekatkan unsur nyawa terdapat pada kalimat tahukah engkau wahai langit. Dalam hal ini, seolah langit bisa dijak berbicara mengenai sesuatu. Padahal, langit merupakan sesuatu yang tidak bernyawa. 3.2.5 Fungsi Melebih-lebihkan Fungsi melebih-lebihkan hampir sama dengan fungsi memperluas. Hanya saja, kata atau kalimat yang berlebihan tidak perlu diganti, namun dibuang. Selain itu, fungsi ini mengandung gaya bahasa pleonasme. Fungsi ini terdapat pada lagu "Sebentuk Hati Buat Kekasih dan "Tapi Bukan Aku". (14) "Bila kau bukanlah cinta sejati mungkin aku takkan pernah mengerti hati yang tulus setia yang indah dan semua yang terjadi antara kita..." Pada penggalan lirik lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” tersebut, fungsi melebihlebihkan terdapat pada frase hati yang tulus setia yang indah. Di situ terdapat kelebihan penggunaan kaya yang. Seharusnya, dapat dipilih salah satu, yaitu menggunakan frase hati yang tulus setia atau hati yang indah. (15) "...Lebih baik jangan mencintaiku aku dan semua hatiku karena takkan pernah kau temui, cinta sejati..." Pada penggalan lirik lagu “Tapi Bukan Aku” tersebut di atas, fungsi melebih-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
lebihkan terdapat pada pernyataan mencintaiku aku dan semua hatiku. Di situ terlalu banyak penggunaan kata aku dan ku. Lebih baik, aku dan semua hatiku tidak perlu dipakai.
3.3 Fungsi Gaya Bahasa Pertentangan 3.3.1 Fungsi Pengontrasan Fungsi pengontrasan bertujuan untuk menyampaikan hal yang berlawanan dalam sebuah cerita (lagu) dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dengan kata yang lain. Hal Ini menjadiakan syair lagu memiliki daya tarik tersendiri karena adanya pertentangan kata yang membuat pendengar atau pembaca berusaha untuk mencari tahu apa maksud dari pertentangan itu. Fungsi ini digunakan dalam lagu “Kejujuran Hati” dan “Tak Mungkin Lagi” yang mengandung gaya bahasa oksimoron. (16) "...Ku akui aku merindukanmu Meski ternyata tak pernah kau merindukanku Tapi ku tak pernah bisa melakukan apa yang seharusnya kuinginkan karena memang kau bukan milikku..." Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, fungsi pertentangan terdapat pada kalimat ku akui aku merindukanmu meski ternyata tak pernah kau merinukanku. Pihak yang satu mempunyai rasa rindu, tapi pihak yang lain tidak memiliki rasa rindu seperti yang dialami pihak yang satu. (17) “...Ku maafkan semua ini Walau tak ingin lagi ku melihatmu...” Penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas menggunakan fungsi pertentangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
Di satu sisi pencipta lagu mau memaafkan kesalahan kekasihnya, tapi di sisi yang lain ia sudah tidak mau lagi bertemu dengan kekasihnya. 3.3.2 Fungsi Membesar-besarkan Fungsi membesar-besarkan bertujuan untuk menyampaikan sesuatu melalui kata-kata berlebihan ungkapannya. Fungsi ini sangat umum dipakai dalam sebuah syair lagu karena pendengar biasanya lebih mudah mengerti dan senang dengan syair yang menggunakan kata yang berlebihan (dibesar-besarkan). Fungsi ini mengandung gaya bahasa hperbola dan terdapat pada lagu “Lagu Rindu”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”. (18) "Bintang malam katakan padanya Aku ingin melukis sinarmu di hatinya..." Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, kalimat aku ingin melukis sinarmu di hatinya berlebihan.. Kalimat tersebut berlebihan karena hati bukanlah media untuk melukis. (19) "...Sejuta kata maaf terasa kan percuma sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya..." Pada penggalan lagu “Tapi Bukan Aku” di atas, frase sejuta kata maaf berlebihan. Hal ini dikatakan berlebihan karena terlalu banyak kata maaf yang diucapkan bahkan sampai jutaan. (20) “...Air mata penyesalan mengalir deras itu pun tak bisa kembalikan dirimu...” Pada penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas, fungsi membesar-besarkan terdapat pada kalimat air mata penyesalan mengalir deras. Suatu hal yang dilebihlebihkan mengingat sesuatu yang dapat mengalir deras, misalnya air hujan, air sungai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
3.3.3 Fungsi Merendah Fungsi merendah, maksudnya ada kerendahan atau kebijaksanaan hati pencipta dalam mengungkapkan imajinasinya pada syair lagu. Hal ini membuat syair lagu menjadi lebih syahdu untuk didengar. Lagu-lagu yang menggunakan fungsi ini adalah “Lagu Rindu” dan “Tak Mungkin Lagi” yang mengandung gaya bahasa litotes. (21) "...Walau hanya nada sederhana izinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan" Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, pencipta lagu merendahkan diri dengan menganggap syair yang ia buat tidak istimewa (sederhana), padahal liriknya sangat menyentuh. (22) “...Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat...” Pada penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas, fungsi merendah terlihat jelas. Pencipta lagu memaklumi dan memaafkan tingkah kekasihnya yang telah menyakiti. 3.3.4 Fungsi Ketidakmungkinan Fungsi ketidakmungkinan ini digunakan untuk menyampaikan maksud dengan menyatakan suatu hal yang tidak mungkin terjadi dengan hal kenyataan. Melalui fungsi ini pendengar atau pembaca dituntun untuk masuk ke dalam hal yang dikatakan pencipta lagu agar pendengar atau pembaca juga dapat merasakan apa yang dirasakan pencipta saat itu. Fungsi ketidakmungkinan ini mengandung gaya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
bahasa paradoks dan digunakan dalam lagu “Lagu Rindu” dan “Tapi Bukan Aku”. (23) "Bintang malam katakan padanya Aku ingin melukis sinarmu di hatinya..." Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, fungsi ketidakmungkinan terdapat pada kalimat aku ingin melukis sinarmu di hatinya. Hal itu merupakan hal yang tidak mungkin terjadi. Bagaimana bisa sebuah sinar dilukis di dalam hati seseorang. (24) "...Sejuta kata maaf terasa kan percuma sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya..." Pada penggalan lagu “Tapi Bukan Aku” di atas, fungsi ketidakmungkinan terdapat pada kalimat rasaku tlah mati untuk menyadarinya. Hal itu sangat bertentangan dengan kenyataan bahwa sebuah perasaan yang dimiliki seseorang tidak akan pernah mati atau hilang sebelum meninggal dunia. Perasaan adalah anugerah dari Tuhan. 3.3.5 Fungsi Menyindir Fungsi menyindir digunakan untuk menyindir seseorang dengan cara atau kata-kata yang halus. Lagu yang menggunakan fungsi ini adalah “Tak Mungkin Lagi” yang mengandung gaya bahasa inuendo. (25) “...Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat...” Penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas mengandung fungsi menyindir. Pencipta lagu mencoba untuk menyindir kekasih yang telah mengecewakannya dengan mengatakan bahwa ia memaklumi tindakan kekasihnya
3.4 Fungsi Gaya Bahasa Pertautan 3.4.1 Fungsi Menyebut untuk Mengingat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
Fungsi menyebut untuk mengingat ini mengandung gaya bahasa sinekdoke pars pro toto. Fungsi ini digunakan dengan hanya menyebut satu bagian saja, tetapi itu sudah mewakilkan keseluruhan. Fungsi ini memudahkan pencipta untuk menyebutkan inti dari satu baris syair. Meskipun hanya menyebutkan satu bagian saja, hal itu tidak merubah maksud dari syair lagu yang ditulis. Fungsi ini digunakan dalam lagu “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, dan “Akhir Penantian”. (26) "Ku akui aku memang cemburu Setiap kali kudengar namanya kau sebut Tapi ku tak pernah bisa melakukan apa yang seharusnya kulakukan karena memang kau bukan milikku..." Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut, fungsi sebagian untuk seluruh yang terdapat pada baris kedua, yaitu kata namanya pada kalimat setiap kali kudengar namanya kau sebut. Kata namanya sebagai nama sebagaian merupakan pengganti dari nama keseluruhan, yaitu orang yang memiliki nama itu. Jadi, yang dimaksud di situ bukanlah hanya nama orang itu, tapi juga orang yang memiliki nama tersebut (secara keseluruhan). (27) "...Tahukah engkau wahai langit Aku ingin bertemu membelai wajahnya..." Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, fungsi sebagian untuk seluruh terdapat pada pernyataan membelai wajahnya. Wajah merupakan nama sebagian untuk mengganti tubuh (raga) sebagai nama keseluruhan. (28) "...Sebentuk hatiku buat kekasihku Mengiring rinduku yang selalu untuknya..."
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Pada penggalan lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” tersebut, fungsi sebagian untuk seluruh terdapat pada frase sebentuk hatiku. Hati sebagai nama sebagaian untuk mengganti pribadi (diri) sebagai nama keseluruhan. (29) "Harus ku akui ketika ku putuskan memiliki cintamu..." Pada penggalan lagu “Akhir Penantian” di atas, fungsi sebagaian untuk seluruh terdapat pada kata cintamu. Dalam hal ini, cintamu merupakan nama sebagian sebagai pengganti diri (pribadi) seseorang sebagai nama keseluruhan. 3.4.2 Fungsi Menghemat Fungsi
menghemat
digunakan
untuk
gaya
bahasa
elipsis.
Penghilangannya berupa penghilangan suatu konstruksi kalimat. Fungsi ini cukup efektif untuk membuat pendengar atau pembaca mudah dan cepat memahami isi lagu karena syairnya yang singkat. Fungsi ini digunakan dalam lagu “Kejujuran Hati” dan “Tak Mungkin Lagi”. (30) “...Sesungguhnya ku tak rela jika kau tetap bersama dirinya Hempaskan cinta yang kuberi Semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya demi cinta yang tak pernah berakhir...” Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut, fungsi penghilangan terdapat pada kalimat hempaskan cinta yang kuberi. Menurut penulis, di situ ada penghilangan unsur obyek (misalnya, setulusnya), sehingga kalimatnya menjadi hempaskan cinta yang kuberi setulusnya. (31) “...Sudahlah, lupakanlah tak mungkin lagi kau ku miliki...”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Pada penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas, fungsi penghilangan terdapat pada kalimat sudahlah, lupakanlah. Pada kalimat itu, ada penghilangan objek (misalnya, aku). 3.4.3 Fungsi Refleksi Fungsi
refleksi
ini
dimaksudkan
untuk
membuat
pendengar
merenungkan atau mencermati kata-kata yang bersifat pertanyaan namun tidak butuh jawaban. Pencipta lagu menggunakan fungsi ini untuk bagian syair yang ditujukan memang hanya untuk direnungkan saja oleh pendengar atau pembacas. Fungsi ini digunakan dalam lagu “Lagu Rindu” yang mengandung gaya bahasa erotesis. (32) "...Tahukah engkau wahai langit Aku ingin bertemu membelai wajahnya..." Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, fungsi refleksi terdapat pada kalimat tahukah engkau wahai langit. Sebuah pertanyaan yang tidak perlu jawaban, apalagi pertanyaan diajukan kepada sesuatu yang tidak bisa berinteraksi dengan sang penanya.
3.5 Fungsi Gaya Bahasa Perulangan (Fungsi Memperindah) Fungsi Memperindah Fungsi memperindah digunakan pencipta lagu dengan cara mengulangulang kata yang sudah ada. Pengulangan memang sering terjadi pada karya seni, antara lain puisi, prosa, dan lirik lagu. Ada yang pengulangan bunyi vokal, konsonan, pengulangan kata di bagian tengah pada baris yang berturut-turut, ada pula yang pengulangannya terjadi dalam satu baris syair secara berturut-turut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Pada lagu “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi” ada pengulangan bunyi vokal a, i, u, e, dan o. Contoh (33) sampai (38) pada bab II menunjukkan adanya keindahan penggunaan huruf vokal. Pada lagu“Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, dan “Tapi Bukan Aku” ada pengulangan konsonan pada awal kata. Contoh (39) sampai (43) pada bab II menunjukkan adanya keindahan pengulangan konsonan pada awal kata. Pada lagu “Kejujuran Hati” dan “Tapi Bukan Aku” terdapat pengulangan kata di tengah-tengah baris. (44) "...Meski ternyata tak pernah kau merindukanku Tapi ku tak pernah bisa..." Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut, fungsi memperindah terdapat pada frase tak pernah yang berturut-turut diulang di tengah-tengah baris. (45) "...Lebih baik jangan mencintaiku aku dan semua hatiku karena takkan pernah kau temui, cinta sejati..." Pada penggalan lirik lagu “ Tapi Bukan Aku” tersebut, fungsi memperindah terdapat pada kalimat mencintaiku aku dan semua hatiku. Pada konstruksi tersebut, kata aku diulang berkali-kali.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa terdapat empat jenis gaya bahasa yang terkandung dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih, (1) gaya bahasa perbandingan, (2) gaya bahasa pertentangan, (3) gaya bahasa pertautan, dan (4) gaya bahasa perulangan. Ada lima jenis gaya bahasa perbandingan yang terkandung dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih yang diteliti penulis, (1) metafora pada lagu “Kejujuran Hati”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, dan “Tak Mungkin Lagi”, (2) perifrasis pada lagu “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, dan “Tak Mungkin Lagi”, (3) antisipasi pada lagu “Kejujuran Hati”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”, (4) personifikasi pada lagu “Lagu Rindu”, dan (5) pleonasme pada lagu "Sebentuk Hati Buat Kekasih dan "Tapi Bukan Aku". Ada lima jenis juga untuk gaya bahasa pertentangan, (1) oksimoron pada lagu “Kejujuran Hati” dan “Tak Mungkin Lagi”, (2) hiperbola pada lagu “Lagu Rindu”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”, (3) litotes pada lagu “Lagu Rindu” dan “Tak
55
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Mungkin Lagi”, (4) paradoks pada lagu “Lagu Rindu” dan “Tapi Bukan Aku”, dan (5) inuendo pada lagu “Tak Mungkin Lagi”. Ada tiga jenis gaya bahasa pertautan, (1) sinekdoke pars pro toto pada lagu “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, dan “Akhir Penantian”, (2) elipsis pada lagu “Kejujuran Hati” dan “Tak Mungkin Lagi”, dan (3) erotesis pada lagu “Lagu Rindu”. Ada empat jenis gaya bahasa perulangan, (1) asonansi pada lagu “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”, (2) aliterasi pada lagu “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, dan “Tapi Bukan Aku”, (3) mesodiplosis pada lagu “Kejujuran Hati”, dan (4) tautotes pada lagu “Tapi Bukan Aku”. Berdasarkan kesimpulan tersebut, total ada tujuh belas gaya bahasa yang terkandung dalam lirik lagu Band Kerispatih yang diteliti penulis. Setiap gaya bahasa memiliki fungsinya masing-masing. Fungsi gaya bahasa perbandingan terdiri dari fungsi ungkapan, fungsi memperbanyak, fungsi akibat-sebab, fungsi melekatkan unsur nyawa, dan fungsi melebih-lebihkan. Fungsi gaya bahasa pertentangan terdiri dari fungsi pengontrasan, fungsi membesar-besarkan, fungsi merendah, fungsi ketidakmungkinan, dan fungsi menyindir. Fungsi gaya bahasa pertautan terdiri dari fungsi menyebut untuk mengingat, fungsi penghematan, dan fungsi refleksi. Fungsi gaya bahasa perulangan adalah fungsi memperindah.
4.2 Saran Penelitian ini hanya terfokus pada pembahasan mengenai gaya bahasa dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih yang meliputi jenis-jenis gaya bahasa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
belum dibahas dalam penelitian yang mengkaji tentang gaya bahasa, misalnya pengkajian gaya bahasa berdasarkan tinjauan semiotika. Selain itu, ada beberapa lagu pilihan penulis yang sejauh penelitian penulis belum ditemukan jenis gaya bahasanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
DAFTAR PUSTAKA 1. Sumber Pustaka Anggraini, Diah. 2005. "Gaya Bahasa Lirik Lagu Remaja (Studi Kasus pada Lirik-lirik Lagu Jamrud)". Skripsi di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Aminudddin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang : IKIP Semarang Press. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Djohan. 2005. Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik. Indriyati, Erni. 2007. "Gaya Bahasa Personifikasi pada Lirik Lagu Radja dan Tinjauan Aspek Gramatikal Pengacuan Demonstratif". Skripsi di Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasvatibooks. Kosasih. 2002. Kompetensi Ketatabahasaan (Cermat Berbahasa Indonesia). Bandung: Yrama Widya. Kurniawan, Toat. 2009. "Analisis Gaya Bahasa Ironi dan Pesan Moral Lagu-lagu Slank dalam Album Anti Korupsi: Tinjauan Semiotik”. Skripsi di Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Marwoto, Didik. 2011. “Analisis Penggunaan Diksi dan Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu ST12”. Skripsi di Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya : University Press dengan Kreasi Media Promo. Panuju, Redi. 2002. Komunikasi Organisasi dari Konseptual-Teoritis ke Empirik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.
2. Sumber online Adriani M, Ermi. 2009. “Gaya Bahasa Dalam Lirik Laglagu Ungu: (Kajian Stilistika)”. Stable URL: http://gado2indonesia.blogspot.com/2009/04/gaya-bahasa-dalamlirik-lagu lagu-ungu.html. Diunduh: 01/03/2012, 13:00) http://yulisnurmayanti.blogspot.com/2013/05/chart-tangga-lagu-tahun-2005-2011.html. Diunduh: 16/10/2013, 16:00 http://id.wikipedia.org/wiki/Kerispatih#Diskografi_Kerispatih. 12:00.
Diunduh:
01/03/2012,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 1 Tabel Contoh Penggalan Lirik Lagu yang Mengandung Gaya Bahasa dan Jenis Gaya Bahasanya No. Penggalan Lirik Lagu 1. 2. 3 4. 5.
6.
“..Kejujuran hati yang tak mungkin dapat ku pungkiri keinginanku untuk kau tahu isi hatiku...” "Bila kau bukanlah cinta sejati mungkin aku takkan pernah mengerti..." "...Kan ku jaga walaupun harus berpeluh darah”
Jenis Gaya Bahasa Metafora Metafora Metafora
"...Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta Metafora yang ku tinggal sesaat..." “...Sesungguhnya ku tak rela jika kau tetap bersama dirinya Perifrasis Hempaskan cinta yang kuberi Semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya demi cinta yang tak pernah berakhir...” "...Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya..." Perifrasis
8.
"...Walau hanya nada sederhana izinkan ku ungkap segenap Perifrasis rasa dan kerinduan" "Bila kau bukanlah cinta sejati mungkin aku takkan pernah Perifrasis mengerti hati yang tulus setia yang indah dan semua yang terjadi antara kita...”
9.
“...Tak satupun kata terucap ketika ku tanya mengapa...”
Perifrasis
10.
"Ku akui aku memang cemburu setiap kali kudengar namanya kau sebut, tapi ku tak pernah bisa...”
Antisipasi
11.
"...Aku memang manusia paling berdosa khianati rasa demi Antisipasi keinginan semu..." “...Tak satupun kata terucap ketika ku tanya mengapa...” Antisipasi
7.
12. 13. 14.
15. 16.
"...Tahukah engkau wahai langit aku ingin bertemu Personifikasi membelai wajahnya...” "Bila kau bukanlah cinta sejati mungkin aku takkan pernah Pleonasme mengerti hati yang tulus setia yang indah dan semua yang terjadi antara kita...” "...Lebih baik jangan mencintaiku aku dan semua hatiku karena takkan pernah kau temui, cinta sejati..." "...Ku akui aku merindukanmu meski ternyata tak pernah
Pleonasme Oksimoron
60
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI kau merindukanku...” 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
“...Ku maafkan semua ini walau tak ingin lagi ku Oksimoron melihatmu...” "Bintang malam katakan padanya aku ingin melukis Hiperbola sinarmu di hatinya..." "...Sejuta kata maaf terasa kan percuma sebab rasa ku tlah Hiperbola mati untuk menyadarinya..." “...Air mata penyesalan mengalir deras itu pun tak bisa Hiperbola kembalikan dirimu...” "...Walau hanya nada sederhana izinkan ku ungkap Litotes segenap rasa dan kerinduan" “...Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta Litotes yang ku tinggal sesaat...” "Bintang malam katakan padanya aku ingin melukis Paradoks sinarmu di hatinya...” "...Sejuta kata maaf terasa kan percuma sebab rasa ku tlah Paradoks mati untuk menyadarinya..." “...Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta Inuendo yang ku tinggal sesaat...” “Ku akui aku memang cemburu setiap kali kudengar Sinekdoke Pars Pro Toto namanya kau sebut...”
27.
"...Tahukah engkau wahai langit aku ingin bertemu Sinekdoke Pars Pro Toto membelai wajahnya...”
28.
"...Sebentuk hatiku buat kekasihku mengiring rinduku yang Sinekdoke Pars Pro Toto selalu untuknya...”
29.
"Harus ku akui ketika ku putuskan memiliki cintamu..."
Sinekdoke Pars Pro Toto
30.
“...Sesungguhnya ku tak rela jika kau tetap bersama dirinya hempaskan cinta yang kuberi...”
Elipsis
31.
“...Sudahlah, lupakanlah tak mungkin lagi kau ku miliki...”
Elipsis
32.
"...Tahukah engkau wahai langit aku ingin bertemu membelai wajahnya..." "Ku akui aku memang cemburu setiap kali kudengar namanya kau sebut...”
Erotesis
34.
“...Lagu rindu ini kuciptakan hanya untuk bidadari hatiku tercinta...”
Asonansi
35.
“...Maaf untuk semua cara yang salah Itu hanya ku ingin membuktikan tiada yang lain dalam
Asonansi
33.
Asonansi
61
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI hidupku...” “...Begitu banyak cara ku tempuh untuk mencari cinta tapi apa daya kecewa ku dapatkan...” “...Semoga saja kan kau dapati hati yang tulus mencintaimu tapi bukan aku" “Tersentak aku seketika seakan-akan tak percaya...”
Asonansi
39.
“...Meski ternyata tak pernah kau merindukanku tapi ku tak pernah bisa...”
Aliterasi
40.
“...Lagu rindu ini kuciptakan hanya untuk bidadari hatiku Aliterasi tercinta...” “...Memang tak selalu ada yang terbaik dari diri ini dan juga Aliterasi dirinya...”
36. 37. 38.
41.
42. 43. 44.
“...Begitu banyak cara ku tempuh untuk mencari cinta tapi apa daya kecewa ku dapatkan...” “...Semoga saja kan kau dapati hati yang tulus mencintaimu tapi bukan aku" "...Meski ternyata tak pernah kau merindukanku
Asonansi Asonansi
Aliterasi Aliterasi Mesodiplosis
Tapi ku tak pernah bisa..." 45.
"...Lebih baik jangan mencintaiku aku dan semua hatiku karena takkan pernah kau temui, cinta sejati..."
Tautotes
62
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 2 Lirik-lirik Lagu Band Kerispatih yang Diteliti oleh Penulis
KEJUJURAN HATI Ku akui aku memang cemburu Setiap kali kudengar namanya kau sebut Tapi ku tak pernah bisa melakukan apa yang seharusnya kulakukan karena memang kau bukan milikku Ku akui aku merindukanmu Meski ternyata tak pernah kau merindukanku Tapi ku tak pernah bisa melakukan apa yang seharusnya kuinginkan karena memang kau bukan milikku Reff: Sesungguhnya ku tak rela jika kau tetap bersama dirinya Hempaskan cinta yang kuberi Semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya Demi cinta yang tak pernah berakhir Kejujuran hati yang tak mungkin dapat ku pungkiri Keinginanku untuk kau tau isi hatiku Demi cinta yang tak pernah berakhir
LAGU RINDU Bintang malam katakan padanya Aku ingin melukis sinarmu di hatinya Embun pagi sampaikan padanya Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya Reff: Tahukah engkau wahai langit Aku ingin bertemu membelai wajahnya
63
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah hanya untuk dirinya Lagu rindu ini kuciptakan hanya untuk bidadari hatiku tercinta Walau hanya nada sederhana izinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan
SEBENTUK HATI BUAT KEKASIH Bila kau bukanlah cinta sejati mungkin aku takkan pernah mengerti hati yang tulus setia yang indah dan semua yang terjadi antara kita Maaf untuk semua cara yang salah Itu hanya ku ingin membuktikan tiada yang lain dalam hidupku Sungguh tak ada maksud untuk menyakitimu
Reff: Sebentuk hatiku buat kekasihku Mengiring rinduku yang selalu untuknya Memang tak selalu ada yang terbaik dari diri ini dan juga dirinya Namun ku yakin cinta ini tak kan pernah salah
AKHIR PENANTIAN Harus ku akui ketika ku putuskan memiliki cintamu saat itulah ku ingin kau hanya untukku Harus ku katakan tlah ku pasrahkan hidupku bersamamu selamanya
Reff: Begitu banyak cara ku tempuh untuk mencari cinta
64
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI tapi apa daya kecewa ku dapatkan Begitu panjang waktu ku jalani tanpa sebuah jawaban dan inilah saatnya kau akhir penantianku Chrous: Kan ku jaga walaupun harus berpeluh darah
TAPI BUKAN AKU Jangan lagi kau sesali keputusanku Ku tak ingin kau semakin kan terluka Tak ingin ku paksakan cinta ini Meski tiada sanggup untuk kau terima Aku memang manusia paling berdosa Khianati rasa demi keinginan semu Lebih baik jangan mencintaiku aku dan semua hatiku karena takkan pernah kau temui, cinta sejati
Reff: Berakhirlah sudah semua kisah ini dan jangan kau tangisi lagi sekalipun aku takkan pernah mencoba kembali padamu Sejuta kata maaf terasa kan percuma sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya Semoga saja kan kau dapati hati yang tulus mencintaimu tapi bukan aku
TAK MUNGKIN LAGI Tersentak aku seketika Seakan-akan tak percaya saat ku lihat kau telah berdua sebelum sampai diriku melepas rindu Tak satupun kata terucap Ketika ku tanya mengapa
65
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Airmata penyesalan mengalir deras itu pun tak bisa kembalikan dirimu
Reff: Ku maafkan semua ini Walau tak ingin lagi ku melihatmu Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat Sudahlah, lupakanlah tak mungkin lagi kau ku miliki
66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
BIODATA PENULIS Erick Caesario lahir di Bandar Lampung pada tanggal 22 Oktober 1988. Anak pertama dari pasangan Heru Sulistiadi dan M. M. Sri Wuri Setyawati (Alm.) ini memulai kuliah di Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2006. Sebelum masuk ke Sanata Dharma, Erick telah menjalani pendidikan di TK Xaverius Pringsewu (19921994), SD Xaverius Pringsewu (1994-2000), SMP Xaverius Pringsewu (2000-2003), dan SMA Xaverius Pringsewu (20032006). Selama duduk di bangku sekolah, dia cukup aktif di organisasi dan kegiatan. Selama kuliah, Erick mengikuti beberapa seleksi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Seksen dan Paduan Suara Mahasiswa (PSM) adalah dua UKM yang menjadi pilihannya. Sayangnya, Erick gagal lolos seleksi PSM. Sedangkan untuk seksen, hanya beberapa kali pertemuan saja yang diikutinya. Ia juga pernah mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Sastra Indonesia periode 2008/2009 dan berpartisipasi menjadi Panitia akrab Sastra Indonesia serta Panitia Lomba Musikalisasi Puisi. Dalam perkuliahan, Erick cukup tepat waktu untuk menyelesaikan teori-teori mata kuliah. Erick mempunyai prinsip bahwa usaha sekecil apapun pasti akan menghasilkan sesuatu meski harus ditempuh dengan cara yang rumit. Semoga karya ilmiah ini dapat menjadi tambahan referensi untuk penelitian di bidang bahasa, khususnya bahasa Indonesia.