PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KAJIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Lusia Jois Mariana NIM : 128114138
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KAJIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Lusia Jois Mariana NIM : 128114138
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
KAJIAN PENGETAHUAh{, SIKAP DAN TINDAKAI\ PENGGUNAAI\I OBAT TRADISIONAL TJNTT'K PENGOBATA}I MANDIRI DI KALANGAI{ MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABTTPATEN WONOSOBO JAWA TENGAI{
Skripsi yang diajukan oleh: Lusia Jois Mariana
NIM:
128114138
telah disetujui oleh:
Pernbimbing Utama
( Aris Widayati, M.Si., Ph.D.,
Apt.)
tanggal 20 November 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pengesahan Skripsi Berjudul
KAJIAN PENGETAHUAI\I, SIKAP DAN TII\DAKAhI PENGGT'NAAI\ OBAT TRADISIONAL T]NTTIK PENGOBATAI{ MANDIRI DI KALANGAIY MASYARAKAT DESA I}IENG KECAMATAI\ KE"IAJAR KABI]PATEN WONOSOBO JAWA TENGAH Oleh: Lusia Jois Mariana
NIM:
128114138
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tanggal : 2A J anuai 201 6 Mengetahui Fakultas Farmasi Sanata Dharma f=^fl++
s'.?e+ib Dekan
#f ,'-.#-. ? /i=-:--kli! '2 ^ t .,!,roi,,"
i
E
.-.lq
\'1.,,r'dil5d Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.
Panitia Penguji:
1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.
2.
Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc.
3.
Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.
nt
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5:7)
Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari kegagalan. Mario Teguh
Karya ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, sumber segala berkat dan kekuatanku Kedua orang tuaku yang tercinta, Basilius Dwijo Sumaryo dan Yuventia Sarjinem Kakak dan adikku yang tersayang, Natalia Kristanti dan Paulina Yuliani Sahabat-sahabatku yang selalu ada buatku Almamater yang selalu kubanggakan
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PER}TYATAAFI KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini tidak memuat karya atau bagian
karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustak4 sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila naskah
di
kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam
ini, maka saya bersedia
menanggung segala sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Yogyakart4 20 November 2015 Penulis
I' I
/o{r't
kT
(Lusia Jois Mariana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERI\TYATAAI\ PERSETUJUAI\I PT,BLIKASI KARYA ILN,IIAH T,NTUK KEPENTINGAI\I AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama Nomor
:
: Lusia Jois Mariana
Mahasiswa : l28ll4l38
Derni pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanate Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : KAJIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAI\[ TINDAKAN PENGGUNAA}I OBAT TRADISIONAL I'NTUK PENGOBATAIY MANDIRI DI KALAI\IGAI\I MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAFI KEJAJAR KABT]PATEN WONOSOBO JAWA TENGAII yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan perangkat beserta kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpanr lrengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data mendistibusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Intemet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu merninta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian p€myataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat
di
Yogyakarta
Pada tanggal : 25 Janurrn 2016
Yang menyatakan
l:0
rr
/g|.S
( Lusia Jois Mariana
vl
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Tradisional untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah“. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dan sebagai Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.
2.
Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
3.
Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
4.
Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini dengan memberikan ethical clearance.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5.
Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah atas partisipasi dan respon baik terhadap penelitian yang telah dikerjakan.
6.
Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.
7.
Bapak Mardi selaku Kepala Desa Dieng dan keluarga yang dengan murah hati mendukung, membimbing, mengarahkan dan menerima penulis dengan baik selama berada di Desa Dieng.
8.
Orang tuaku yang tercinta, Basilius Dwijo Sumaryo, BA. dan Yuventia Sarjinem
yang
selalu
mendukung,
menguatkan,
membimbing
dan
mencintaiku dengan penuh kasih sayang. 9.
Kakak dan adikku yang tercinta, Natalia Kristanti, S.Pd. dan Paulina Yuliani yang selalu menyemangati dan menghiburku selama ini.
10. Keluarga besarku, terima kasih atas doa dan motivasinya bagi penulis. 11. Teman-teman seperjuanganku “skripsi payung 4”,“Veronika, Yeni Mardiati Pasaribu, dan Natalia Putri Arumsari”. 12. Sahabat-sahabatku tercinta, Lotmi Sabaretnam, Lusia Christin Setiawati, Patrisia Yosepha Jelarut, Rosalia Lestari dan Sr. Ratna Sihombing untuk setiap dukungan, doa dan semangat yang membuatku terus berjuang menjadi lebih baik.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13. Teman-teman kost Sekarayu, Rini, Yupita, Laurent, Keket, Deta, Mbak Yohana, Ayu, Tia, Ike, Devi, Lena, Agnes, Putri, Anggik, Febi, Debby, Mervin, Deta dan Hosea atas motivasi dan kebersamaan selama ini. 14. Teman-teman “Keluarga Cemara”, FKK B 2012 dan semua angkatan 2012 yang telah bersama-sama berbagi suka dan duka di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. 15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................... vi PRAKATA ................................................................................................. vii DAFTAR ISI .............................................................................................. x DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi INTISARI.................................................................................................... xvii ABSTRACT .................................................................................................. xviii BAB I. PENGANTAR ................................................................................ 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.
Perumusan masalah ....................................................................... 4
2.
Keaslian penelitian ........................................................................ 4
3.
Manfaat penelitian ........................................................................ 7 a.
Manfaat teoritis ...................................................................... 7
b.
Manfaat praktis ...................................................................... 7
B. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
Tujuan umum ................................................................................ 7
2.
Tujuan khusus ............................................................................... 7
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................... 9 A. Pengobatan Mandiri ............................................................................. 9 B. Obat Tradisional .................................................................................. 10 1.
Penggolongan obat tradisional ..................................................... 12
2.
Bentuk sediaan obat tradisional ................................................... 17
C. Perilaku Pengobatan Mandiri .............................................................. 18 1.
Pengetahuan (knowledge) ............................................................ 20
2.
Sikap (attitude) ............................................................................. 21
3.
Tindakan (practice) ...................................................................... 22
D. Keterangan Empiris ............................................................................. 23 BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 24 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................... 24 B. Variabel Penelitian .............................................................................. 24 C. Definisi Operasional ........................................................................... 25 D. Subjek dan Kriteria Inklusi Penelitian ................................................ 26 E. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 27 F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 27 G. Teknik Pengambilan Sampel .............................................................. 28 H. Instrumen Penelitian ........................................................................... 29 I.
Tata Cara Penelitian ............................................................................ 29 1.
Studi pustaka ................................................................................ 29
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
I.
2.
Penentuan lokasi penelitian .......................................................... 29
3.
Perizinan dan etika penelitian ...................................................... 29
4.
Pembuatan panduan wawancara .................................................. 30
5.
Pengumpulan data ........................................................................ 31
6.
Pengolahan data ........................................................................... 31
Analisis Hasil Penelitian ...................................................................... 32 1. Data karakteristik responden .......................................................... 32 2. Data kualitatif hasil wawancara ..................................................... 32
J.
Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 34 A. Karakteristik Responden ..................................................................... 34 1. Jenis kelamin .................................................................................. 35 2. Usia ................................................................................................. 35 3. Status pernikahan ........................................................................... 36 4. Pendidikan terakhir ........................................................................ 36 5. Jenis pekerjaan ............................................................................... 37 6. Pendapatan per bulan ..................................................................... 38 B. Profil Perilaku Pengobatan Mandiri Mencakup Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Tradisional di Kalangan Masyarakat Desa Dieng .......................................................................................... 39 1. Pengertian responden mengenai pengobatan mandiri atau swamedikasi ................................................................................... 39 2. Pengetahuan responden tentang obat tradisional ........................... 43
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Sikap responden terhadap penggunaan obat tradisional ................ 57 4. Tindakan responden terkait penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri ........................................................................ 61 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 64 A. Kesimpulan ......................................................................................... 64 B. Saran ................................................................................................... 65 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 66 LAMPIRAN ............................................................................................... 71 BIOGRAFI PENULIS ............................................................................... 84
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I.
Karakteristik responden penelitian di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah ......................................................................... 34
Tabel II.
Sumber informasi yang diperoleh responden mengenai istilah pengobatan mandiri atau swamedikasi ........................ 42
Tabel III.
Pengertian mengenai obat tradisional menurut jawaban responden .............................................................................. 43
Tabel IV.
Bentuk-bentuk obat tradisional yang dikenal oleh responden ............................................................................................... 45
Tabel V.
Daftar obat tradisional yang diketahui oleh responden untuk digunakan dalam pengobatan mandiri .................................. 54
Tabel VI.
Pendapat responden mengenai penggunaan obat tradisional jika sakit ................................................................................ 57
Tabel VII.
Respon sikap responden menyukai atau tidak menyukai penggunaan obat tradisional jika sakit .................................. 59
Tabel VIII. Respon sikap responden mengenai apakah obat tradisional bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang dialami .... 60 Tabel IX.
Tindakan responden mengenai apakah akan menggunakan obat tradisional ketika sakit .................................................. 62
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Logo Jamu. ...............................................................................
13
Gambar 2. Logo Obat Herbal Terstandar ..................................................
14
Gambar 3. Logo Fitofarmaka ....................................................................
15
Gambar 4. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan .........................
19
Gambar 5. Skema pencarian subjek penelitian .........................................
26
Gambar 6. Skema kajian penelitian payung ..............................................
28
Gambar 7. Pengenalan tentang jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka ....................................
47
Gambar 8. Pengetahuan responden mengenai lambang atau logo pada jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka ..........................
49
Gambar 9. Pendapat responden mengenai apakah obat tradisional dapat menimbulkan efek samping ....................................................
xv
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat izin penelitian .............................................................. 72 Lampiran 2. Ethical clearance .................................................................. 74 Lampiran 3. Informed consent .................................................................. 75 Lampiran 4. Panduan wawancara ............................................................. 77 Lampiran 5. Contoh logo-logo perusahaan obat tradisional pada kemasan .............................................................................................. 82 Lmapiran 6. Peta Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah .................................................................................. 83
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Obat tradisional telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakit. Perilaku pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional merupakan salah satu perilaku kesehatan yang dapat dilihat dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Penelitian ini merupakan studi observasional deskriptif dengan rancangan cross sectional. Responden adalah masyarakat dewasa yang berusia ≥ 18 tahun yang pernah melakukan pengobatan mandiri dan bersedia diwawancara yang dipilih secara accidental sampling. Data karakteristik responden dianalisis dengan metode statistik deskriptif dan data kualitatif yang dilakukan dengan metode wawancara terstruktur dianalisis dengan content analysis. Sebagian besar responden yang menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri mengungkapkan obat tradisional seperti halnya jamu dan tidak memiliki efek samping. Bentuk sediaan yang paling banyak dikenal adalah cairan. Jamu merupakan jenis obat tradisional yang paling banyak dikenal dibandingkan obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Namun, pengetahuan mengenai logo jenis-jenis obat tradisional tergolong masih rendah. Sebagian besar responden memberikan sikap positif terhadap penggunaan obat tradisional untuk mengatasi gejala atau keluhan sakit yang dialami, sehingga terdapat kecenderungan melakukan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri. Kata kunci: obat tradisional, perilaku pengobatan mandiri, pengetahuan, sikap, tindakan, masyarakat Desa Dieng
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Traditional medicine has been known and used by people in order to cure and care for health. Self medication by using the traditional medicine was one of health behavior ways which could be seen from knowledge, attitude and act. The aim of this research was to give description on the knowledge, attitude and act of using traditional medicine for self medication among people at Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. This research was an observational description study with cross sectional design. The respondent were local adult people aged more than 18 years old who had applied self medication and were willing to be interviewed. Accidental sampling were used to choose the respondents. The characteristics data were analyzed using descriptive statistic and qualitative data done by using structured interviews method were analyzed using content analysis. Most of respondents who used traditional medicine for self medication expressed that traditional medicine like “Jamu” did not have side effect. The most widely known was in the form of liquid. “Jamu”, was well known as traditional medicine compared by standaridized herbal medicine and phytopharmaceutical. However, their knowledge about traditional medicine’s logo was relative low. Most of respondents gave positive respond on the use of traditional medicine to overcome indications or pain felt. Therefore, there was a tendency on the use of traditional medicine for self medication. Key words: traditional medicine, self medication, knowledge, attitude, act, people at Desa Dieng.
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A.
Latar Belakang
Pengobatan mandiri atau swamedikasi lazim dilakukan oleh masyarakat di Indonesia. Menurut Suryawati (cit., Citahasri, 2008), dalam upaya pemeliharaan kesehatan, pengobatan mandiri merupakan upaya pertama dan yang terbanyak dilakukan masyarakat umum untuk mengatasi keluhan kesehatannya, sehingga peranannya tidak bisa diabaikan begitu saja. Dalam penelitiannya di Indonesia, Supardi, Jamal dan Raharni (2005), mengungkapkan bahwa persentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional lebih tinggi di desa dibandingkan di kota dan terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena ketersediaan tanaman obat, adanya intervensi pemerintah melalui promosi pemanfaatan obat asli Indonesia, penggalakan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) dan peningkatan jumlah industri obat tradisional. Obat tradisional telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan atau preventif meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan suatu penyakit. Dengan semakin berkembangnya obat tradisional, ditambah dengan gema back to nature, telah meningkatkan popularitas obat tradisional. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya industri jamu dan industri farmasi yang memproduksi obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Handayani dan Suharmiati, 2002).
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
World Health Organization (WHO) juga telah merekomendasi penggunaan obat tradisional sebagai pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit. Hal tersebut menunjukkan dukungan WHO terhadap penggunaan obat tradisional sebagai salah satu alternatif pengobatan yang lebih dikenal dengan back to nature (Wasito, 2011). Masyarakat menganggap obat tradisional relatif aman untuk dikonsumsi karena berasal dari bahan alam dan memiliki efek samping yang lebih ringan dibandingkan dengan obat (Harmanto dan Subroto, 2007). Lebih dari 30.000 spesies tanaman obat tumbuh di Indonesia dan sekitar 9.000 diantaranya merupakan tanaman berkhasiat obat, tetapi baru 250 spesies yang digunakan dalam pengobatan. Hal ini menunjukkan kekayaan Indonesia akan bahan alam tidak diragukan lagi (Tilaar dan Widjaja, 2014). Pemanfaatan bahan alam yang secara langsung berupa tanaman obat telah menjadi budaya dan kearifan lokal suatu daerah yang diwariskan kepada masyarakat setempat turun temurun secara empirik (Rahayu, Rugayah, Praptiwi, dan Hamzah, 2002). Salah satu tanaman obat yang paling populer dan habitat endemiknya di dataran tinggi Desa Dieng adalah tanaman Purwoceng yang dapat digunakan oleh masyarakat desa Dieng untuk mengatasi masalah kesehatan (Abdiyani, 2008). Desa Dieng merupakan salah satu desa di kawasan wisata alam pegunungan di dataran tinggi di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pusat layanan kesehatan berupa Puskesmas berada di balai Desa Dieng dan masih dapat dijangkau oleh masyarakat. Namun, belum terdapat apotek di area tersebut dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
apotek terdekat berada di Kecamatan Garung di luar Kecamatan Kejajar yang dapat diakses dengan transportasi umum, sehingga masyarakat harus menunggu dan berdesak-desakan. Hal ini membuat masyarakat setempat kesulitan dan terbatas untuk menemukan pelayanan kesehatan. Pada kondisi tersebut, maka perilaku pengobatan mandiri merupakan salah satu upaya yang cukup membantu untuk
mengatasi
permasalahan
kesehatan
masyarakat
setempat
dalam
meningkatkan derajat kesehatannya, terutama untuk gejala atau penyakit ringan. Salah satu pengobatan mandiri yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah menggunakan obat tradisional (Sanitasi Kabupaten Wonosobo, 2012). Perilaku pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional merupakan salah satu perilaku kesehatan yang dikategorikan ke dalam tiga domain berikut, yaitu: pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi pengaruh kolektif dari tiga faktor, yaitu faktor predisposisi antara lain pengetahuan, sikap dan persepsi; faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik antara lain biaya dan jarak; dan faktor penguat yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan hal di atas, perlu dilakukan penelitian di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah mengenai kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional sebagai salah satu upaya pengobatan mandiri. Hal ini terkait dengan belum pernah ada penelitian sejenis pada masyarakat Desa Dieng, sehingga menarik untuk diteliti.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
4
Perumusan masalah a. Seperti apa karakteristik responden yang melakukan pengobatan mandiri dengan menggunakan obat tradisional di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah? b. Seperti
apa profil
perilaku
pengobatan
mandiri
yang meliputi
pengetahuan, sikap dan tindakan menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah? 2. Keaslian penelitian Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengobatan mandiri yang pernah dipublikasikan antara lain: a. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Obat Tradisional dan Obat Modern dengan Tindakan Pemilihan Obat untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah (Pangastuti, 2014). Penelitian ini merupakan studi observasional dengan rancangan penelitian desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode cluster sampling yang dikombinasikan dengan metode non random accidental sampling. Analisis data menggunakan Uji Chi Square. Sebesar 62% responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, 86,3% bersikap positif terhadap penggunaan obat tradisional dan 66% responden mempunyai tindakan memilih obat tradisional untuk pengobatan mandiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
b. Penggunaan Obat Tradisional dalam Upaya Pengobatan Sendiri di Indonesia (Analisis Data Susenas Tahun 2007) (Supardi dan Susyanty, 2010). Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan penggunaan obat tradisional dalam upaya pengobatan sendiri di Indonesia dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan obat tradisional. Kriteria responden penelitian adalah responden berumur 10 tahun ke atas yang mengeluh sakit selama sebulan terakhir sebelum survei dan menggunakan obat tradisional dalam pengobatan mandiri. Metode penelitian adalah analisis data sekunder hasil KOR-MODUL Susenas 2007 yang mencakup 280.000 rumah tangga atau 973.660 responden di 33 propinsi dengan pendekatan cross sectional. Variabel penelitian adalah umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, jenis penyakit dan penggunaan obat tradisional. c. Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman (Kristina, Prabandari, Sudjaswadi, 2008). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang pengobatan sendiri, serta faktor sosiodemografi (jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jarak ke pusat pelayanan kesehatan dan lokasi tempat tinggal) dengan perilaku pengobatan sendiri yang rasional. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah responden sebanyak 174 dipilih secara multistage random sampling tiaptiap desa. Teknik pengambilan data dengan menggunakan kuesioner yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
diwawancarakan dan observasi. Data dianalisis dengan uji independent sample t-test, korelasi Pearson dan analisis multivariat dengan regresi logistik berganda. d. Persepsi Pengunjung Apotek Mengenai Penggunaan Obat Bahan Alam sebagai Alternatif Pengobatan di Kelurahan Muja Muju Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta (Hidayati dan Perwitasari, 2011). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan obat bahan alam dalam hal obat tradisional. Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu lebih dari 50% mempunyai persepsi yang baik dan benar mengenai obat tradisional atau obat bahan alam. Hasil diperoleh melalui analisis statistik secara deskriptif dengan cross tab analisis dan terdapat hubungan antara persepsi dengan tingkat pendidikan seseorang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sekarang adalah subjek yang diteliti, yaitu masyarakat di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling, pengambilan data dengan wawancara terstruktur dianalisis dengan menggunakan content analysis dan variabel penelitian yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian mengenai kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten dilakukan.
Wonosobo,
Jawa
Tengah belum pernah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
3. Manfaat penelitian a.
Manfaat teoritis. Memberikan deskripsi mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
b.
Manfaat praktis Dapat menjadi data dasar dan informasi bagi instansi terkait dalam upaya meningkatkan peran serta masyarakat dalam penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi terutama dalam melakukan pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui deskripsi mengenai kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. 2. Tujuan khusus a. Mendapat gambaran karakteristik responden yang melakukan pengobatan mandiri dengan menggunakan obat tradisional di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
b. Mendapat gambaran mengenai profil perilaku pengobatan mandiri yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pengobatan Mandiri Pengobatan mandiri sering juga disebut dengan swamedikasi (self medication). Definisi pengobatan mandiri menurut World Health Organization (WHO) tahun 1998 adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan, baik obat tradisional maupun obat oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri, bahkan untuk penyakit kronis tertentu yang telah didiagnosis tegak oleh dokter sebelumnya. Menurut The International Pharmaceutical Federation (FIP) dan The World Self-Medication Industry (WSMI) (1998), pengobatan mandiri merupakan penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif mereka sendiri. Peran pengobatan mandiri adalah untuk menanggulangi secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban pelayanan kesehatan pada keterbatasan sumber daya dan tenaga, serta meningkatkan keterjangkauan masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan (WHO, 1988). Di dalam konteks pengobatan mandiri, maka tanggung jawab pengenalan gejala atau penyakit dan pemilihan serta penggunaan obatnya ada pada individu pelaku. Menurut Djunarko dan Hendrawati (2011), beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pengobatan mandiri, yaitu pelayanan kesehatan yang mahal dan tidak terjangkau, sehingga membuat masyarakat mencari
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
pengobatan yang lebih murah untuk penyakit yang relatif ringan, kemudian berkembangnya kesadaran akan arti penting kesehatan dengan melakukan pengobatan mandiri bagi masyarakat. Selain itu, adanya promosi obat bebas dan obat bebas terbatas yang gencar dari pihak produsen baik melalui media cetak maupun elektronik, bahkan sampai beredar ke pelosok-pelosok desa. Tersebarnya distribusi obat melalui puskesmas dan warung obat desa yang berperan dalam peningkatan pengenalan dan penggunaan obat, terutama obat tanpa resep (OTR) dan kampanye pengobatan mandiri yang rasional di masyarakat juga dapat mempengaruhi pengobatan mandiri. Semakin banyak obat OTR (OWA, obat bebas terbatas, dan obat bebas) yang akan memperkaya pilihan obat untuk pengobatan mandiri. Respons seseorang apabila sakit melakukan tindakan mengobati sendiri (self medication) dengan alasan fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, takut dengan dokter, takut pergi ke rumah sakit dan biayanya mahal. Masyarakat sudah percaya kepada diri sendiri dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu dengan melakukan pengobatan mandiri sudah dapat menyembuhkan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan (Notoatmodjo, 2010).
B. Obat Tradisional Obat tradisional telah lama dikenal dan digunakan oleh semua lapisan masyarakat di Indonesia untuk tujuan pengobatan maupun perawatan kesehatan. Jika ada anggota keluarga atau masyarakat yang sedang menderita suatu penyakit,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
sebagian masyarakat berinisiatif untuk memanfaatkan tanaman obat yang terdapat di sekitar lingkungannya untuk mereka gunakan dalam pengobatan. Pemanfaatan tanaman berkhasiat obat di masyarakat terus berkembang dan diwariskan ke generasi selanjutnya. Perkembangan obat tradisional ini dimulai dari ramu-ramuan tradisional yang berkembang di tengah masyarakat, kemudian berkembang menjadi suatu ramuan yang diyakini memiliki khasiat tertentu bagi tubuh manusia (Wasito, 2011). Obat tradisional merupakan obat yang berasal dari bagian tanaman atau berbahan alami. Tanaman obat yang paling banyak dijumpai di desa Dieng adalah Purwoceng. Purwoceng merupakan tanaman herba komersial yang akarnya dilaporkan berkhasiat obat sebagai afrodisiak (meningkatkan gairah seksual dan menimbulkan ereksi), diuretik (melancarkan saluran air seni) dan tonik (mampu meningkatkan stamina tubuh). Langkanya budidaya purwoceng di tingkat petani karena adanya pencurian yang terkait dengan mahalnya komoditas tersebut. Kendala lain adalah mahalnya harga bibit yang dapat mencapai Rp 4.000-Rp 10.000 per batang, bahkan harga benih dapat mencapai jutaan rupiah setiap ons (Darwati dan Roostika, 2006). Dalam Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab I Pasal 1 ayat (9) disebutkan bahwa: “obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah dipergunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
1. Penggolongan obat tradisional Menurut Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) nomor HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka dalam Ketentuan Umum Pasal 1 tercantum beberapa definisi sebagai berikut. a. Jamu adalah obat tradisional Indonesia. b. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi. c. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi. Pada Keputusan BPOM RI nomor HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia dalam Pasal 1 tercantum berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, antara lain: a. Jamu. Pasal 2 mengenai kriteria jamu sebagai berikut: Pasal 2 1. Jamu harus memenuhi kriteria: a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan b. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris c. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. 2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium. 3. Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata-kata: "Secara tradisional digunakan untuk ...", atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Pasal 5 mengenai ketentuan logo jamu sebagai berikut: Pasal 5 1. Kelompok jamu sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir a untuk pendaftaran baru harus mencantumkan logo dan tulisan “JAMU” sebagaimana contoh terlampir. 2. Logo sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa “RANTING DAUN TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur. 3. Logo (ranting daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo. 4. Tulisan “JAMU” sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “JAMU”.
Gambar 1. Logo Jamu (Keputusan BPOM RI, 2004). b. Obat herbal terstandar (OHT). Pasal 3 mengenai kriteria OHT sebagai berikut: Pasal 3 1. Obat herbal terstandar harus memenuhi kriteria: a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan b. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ pra klinik c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. 2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat pembuktian umum dan medium. Pasal 7 mengenai ketentuan logo obat herbal terstandar sebagai berikut: Pasal 7 1. Obat herbal terstandar sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir b harus mencantumkan logo dan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” sebagaimana contoh terlampir.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
2. Logo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa” JARI-JARI DAUN (3 PASANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur. 3. Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicetak dengan warna hijau di atas warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo. 4. Tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” yang dimaksud pada ayat (1) harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang mencolok kontras dengan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR”.
Gambar 2. Logo Obat Herbal Terstandar (Keputusan BPOM RI, 2004). c. Fitofarmaka. Pasal 4 mengenai kriteria fitofarmaka sebagai berikut: Pasal 4 1. Fitofarmaka harus memenuhi kriteria: a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan b. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ pra klinik c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. 2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan tinggi. Pasal 8 mengenai ketentuan logo fitofarmaka sebagai berikut: Pasal 8 1.
2.
Kelompok Fitofarmaka sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir c harus mencantumkan logo dan tulisan “FITOFARMAKA” sebagaimana contoh terlampir. Logo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa “JARI-JARI DAUN (YANG KEMUDIAN MEMBENTUK BINTANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN” dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
4.
15
Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicetak dengan warna hijau di atas dasar putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo. Tulisan “FITOFARMAKA” yang dimaksud pada ayat (1) harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “FITOFARMAKA”.
Gambar 3. Logo Fitofarmaka (Keputusan BPOM RI, 2004). Menurut Wasito (2011), logo jamu berupa sebuah lingkaran yang secara filosofis menyatakan sebuah proses serta tanda aman berwarna hijau serta kuning yang merupakan perwujudan kekayaan alam Indonesia dengan di tengah-tengahnya terdapat gambar stilasi jari-jari daun yang melambangkan suatu proses pembuatan jamu yang sederhana. Logo OHT berupa lingkaran hijau dengan warna dasar dalam lingkaran kuning yang memiliki filosofi yang sama dengan jamu serta pada bagian dalam lingkaran terdapat gambar berupa stilasi jari-jari daun sebanyak tiga pasang yang melambangkan serangkaian proses pembuatan ekstrak tumbuhan obat. Logo fitofarmaka berupa lingkaran hijau dengan warna bagian dalam lingkaran terdapat gambar berupa stilasi jari-jari daun yang kemudian membentuk bintang yang melambangkan serangkaian proses yang cukup kompleks dalam pembuatan fitofarmaka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
Menurut Handayani dkk. (2002), obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai pembuat yang memproduksi obat tradisional dan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: a.
Obat tradisional buatan sendiri. Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang lebih mengarah kepada self care untuk menjaga kesehatan anggota keluarga serta penanganan penyakit ringan yang dialami oleh anggota keluarga.
b.
Obat tradisional yang berasal dari pembuat jamu/ herbalist. Pembuat jamu gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan yang sangat digemari masyarakat. Jamu gendong sangat populer. Tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga dapat dijumpai di berbagai pulau di Indonesia.
c.
Obat tradisional buatan industri. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/Per/V/1990, industri obat tradisional digolongkan menjadi industri obat tradisional dan industri kecil obat tradisional. Semakin maraknya obat tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional. Pada umumnya yang berbentuk sediaan modern seperti bentuk tablet, kapsul, pil, salep dan krim. Pada dasarnya, minum jamu merupakan kebiasaan yang dilakukan turun-
temurun dan merupakan budaya hidup sehat Indonesia. Penggunaan jamu memang cocok bagi masyarakat Indonesia karena dua hal, yaitu Indonesia kaya akan sumber alam hayatinya dan kaya akan budaya serta adat istiadat, sehingga mempengaruhi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
gaya hidup masyarakatnya. Ada beberapa tujuan penggunaan jamu oleh masyarakat, antara lain: promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi (Tilaar dkk., 2014).
2.
Bentuk sediaan obat tradisional Menurut Wasito (2011), obat tradisional agar lebih mudah diterima dan
digunakan oleh masyarakat, maka dibuat bentuk sediaan yang beragam untuk tujuan dan penggunaan yang bermacam-macam, mulai yang sederhana hingga yang membutuhkan teknologi yang tinggi. Bentuk sediaan obat tradisional dapat dibagi menjadi: a.
Sediaan padat atau kering. Beberapa bentuk sediaan padat atau kering yang beredar di masyarakat, yaitu bentuk rajangan yang berupa potongan simplisia, campuran simplisia, atau campuran simplisia dengan sediaan gelanik, yang penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air panas. Biasanya proses perebusan dianggap selesai apabila air yang digunakan untuk merebus bahan obat tersisa setengah dari jumlah air sebelumnya. Namun, jika bahan obat yang direbus banyak yang keras seperti biji, batang dan kulit kayu, maka perebusan dianggap selesai setelah air rebusan tersisa sepertiga dari jumlah air semula. Selain itu, dalam bentuk serbuk, kapsul, tablet, pil, pastiles, koyok, parem, pilis dan tapel.
b.
Sediaan semi padat, yaitu sediaan dodol atau jenang dan dalam bentuk krim dan salep. Obat bentuk semi padat dapat digunakan obat dalam maupun luar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
18
Sediaan cair, yaitu seperti sirup, emulsi, suspensi, larutan, jamu cair dan bentuk cairan lainnya, baik untuk penggunaan obat dalam maupun obat luar. Jamu gendong merupakan salah satu bentuk sediaan cair obat tradisional.
C. Perilaku Pengobatan Mandiri Perilaku kesehatan (health behavior) merupakan respons seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan dalam memelihara kesehatan, mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya (Notoatmodjo, 1993). Perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono, 2007). Menurut Skiner (cit. Notoatmodjo, 2010), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku manusia dijelaskan melalui teori “S-O-R” (stimulusorganisme-respons) dan dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a.
Perilaku tertutup (covert behavior). Perilaku ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus. Bentuk unobservable behavior atau covert behavior yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
19
Perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior.
Stimulus
Organisme
Respons Tertutup (covert behavior) •Pengetahuan •Sikap
Respons Terbuka (overt behavior) •Tindakan/ Praktik
Gambar 4. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan (Notoatmodjo, 2010). Perilaku terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama, yaitu faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal) dan faktor dari dalam diri seseorang (faktor internal). Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku, yaitu faktor lingkungan, baik lingkungan fisik dan nonfisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor internal yang mempengaruhi perilaku, yaitu perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Menurut Benyamin Bloom (cit. Notoatmojo, 2010), seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan perilaku manusia dibagi ke dalam 3 domain, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (pcychomotor). Di dalam konteks pendidikan praktis, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom tersebut, dikembangkan 3 tingkat domain perilaku, yaitu: pengetahuan, sikap dan tindakan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Pada waktu pengindraan, dengan sendirinya menghasilkan pengetahuan yang sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmojo, 2010). Secara garis besar, dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, antara lain: a. Tahu (know). Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. b. Memahami (comprehension). Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (application). Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis (analysis). Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. e. Sintesis (synthesis). Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
f. Evaluasi (evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan sesorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmojo, 2010). 2. Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo, 1993). Newcomb, seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi
perilaku
atau
reaksi
tertutup
(Notoatmojo,
2010).
Sikap
menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek dan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat (Notoatmodjo, 1993). Pengukuran perilaku kesehatan dalam ranah sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang atau responden terhadap hal yang berkaitan dengan kesehatan, sehat-sakit dan faktor yang berkaitan dengan faktor resiko kesehatan (Notoatmojo, 2010). Sikap tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang karena seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya (Sarwono, 2007). Menurut
Notoatmodjo
(2010),
sikap
mempunyai
tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya sebagai berikut: a. Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
b. Menanggapi (responding). Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. c. Menghargai (valuing). Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon. d. Bertanggung jawab (responsible). Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain. Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegangi peranan penting (Fitriani, 2011). Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap juga membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain (Notoatmodjo, 2010). 3. Tindakan (practice) Tindakan adalah suatu cara mempraktekkan apa yang telah diketahui setelah mengadakan penilaian atau pendapat terhadap stimulus yang diterima (Fitriani, 2011). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, yaitu fasilitas atau sarana dan prasarana (Notoatmodjo, 2010). Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Pengukuran perilaku kesehatan dalam ranah tindakan adalah hal apa yang dilakukan oleh responden terkait dengan kesehatan (pencegahan penyakit), cara peningkatan kesehatan dan cara memperoleh pengobatan yang tepat (Notoatmodjo, 2010).
D. Keterangan Empiris Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberi
gambaran
mengenai
pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional deskriptif dengan rancangan cross sectional. Observasional deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat. Rancangan penelitian cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu, artinya penelitian terhadap subjek dilakukan satu kali saja dalam jangka waktu tertentu tanpa adanya tindak lanjut (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini mendeskripsikan pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
B. Variabel Penelitian 1. Pengetahuan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah mengenai penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri. 2. Sikap masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah mengenai penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri.
24
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
3. Tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
C. Definisi Operasional 1. Pengobatan mandiri dalam penelitian ini adalah tindakan pemilihan atau penggunaan obat tradisional untuk mengobati penyakit atau gejala yang dikenali sendiri. 2. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, sediaan sarian, termasuk golongan jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan digunakan dalam pengobatan mandiri. 3. Pengetahuan adalah informasi mengenai obat tradisional yang diketahui oleh masyarakat desa Dieng meliputi: pengertian obat tradisional, bentuk-bentuk sediaan yang dikenal oleh responden, jenis-jenis obat tradisional, lambang atau logo pada jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka, efek samping obat tradisional, contoh, manfaat dan cara penggunaan obat tradisional. 4. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak dengan menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyukai (sikap positif) atau tidak menyukai (sikap negatif) menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri, respons sikap responden mengenai apakah obat tradisional bermanfaat dan pendapat mengenai penggunaan obat tradisional jika sakit.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
5. Tindakan adalah respons tindakan responden terhadap penggunaan obat tradisional untuk mengatasi gejala atau keluhan sakit yang dialami.
D. Subjek dan Kriteria Inklusi Penelitian Subjek penelitian ini adalah masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Kriteria inklusi sampel yang akan direkrut sebagai responden adalah masyarakat dewasa Desa Dieng yang berusia ≥18 tahun, baik laki-laki ataupun perempuan, pernah melakukan pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional dan bersedia diwawancara. Menurut undangundang nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaan Republik Indonesia, usia 18 tahun merupakan batas usia dewasa seseorang. Skema pencarian subjek penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut: 52 responden yang bersedia diwawancara
17 responden dikeluarkan (11 responden tidak melakukan pengobatan dalam satu bulan terakhir dan 6 responden melakukan pengobatan ke dokter)
4 responden melakukan swamedikasi menggunakan obat
26 responden melakukan swamedikasi dengan obat dan obat tradisional
30 responden yang melakukan swamedikasi dengan obat
5 responden melakukan swamedikasi dengan obat tradisional
31 responden yang melakukan swamedikasi dengan obat tradisional
Responden penelitian
Gambar 5. Skema pencarian subjek penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
Subjek dalam penelitian payung ini yang bersedia diwawancarai sebanyak 52 responden. Namun, 17 responden dikeluarkan dengan alasan responden tidak melakukan pengobatan mandiri selama satu bulan terakhir sebanyak 11 responden dan responden melakukan pengobatan ke dokter dan menerima resep dari dokter sebanyak 6 responden. Berdasarkan hasil data responden yang dikeluarkan tersebut diperoleh responden yang pernah melakukan pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional sebanyak 31 responden. Menurut Krithikadatta (2014) dan Hardon, Hodgkin and Fresle (2004), minimal sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 30 responden dengan alasan jumlah tersebut cukup untuk mendapatkan data yang terdistribusi normal, jika penelitiannya akan dilakukan analisis statistik, seperti komparatif atau korelasi.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Dieng Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Penelitian ini berlangsung pada bulan Mei dan Juni 2015. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dua kali. Pengambilan data pertama dilaksanakan pada tanggal 14-16 Mei 2015 dan pengambilan data kedua dilaksanakan pada tanggal 13-15 Juni 2015.
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan bagian dari penelitian payung dengan judul utama yaitu “Profil Perilaku Pengobatan Mandiri Menggunakan Tumbuhan Obat di Kalangan Masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah (Upaya Awal untuk Pelestarian Lingkungan dan Mempertahankan Kearifan Lokal)”. Penelitian ini telah memperoleh izin dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan oleh 4 mahasisiwa dengan kajian yang berbedabeda. Kajian yang diangkat oleh peneliti adalah “Kajian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah”. Berikut skema kajian penelitian payung yang dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai berikut:
Penggunaan obat tradisional
Pengetahuan, sikap dan tindakan
Kajian penelitian peneliti
Pola dan motivasi Kajian Pengetahuan, sikap dan tindakan Penggunaan obat Pola dan motivasi
Gambar 6. Skema kajian penelitian payung
G. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian dilakukan secara non-random sampling dengan jenis accidental sampling. Teknik non-random sampling adalah pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, artinya setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Notoatmodjo, 2010). Accidental sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini pengambilan sampel didasarkan pada kriteria inklusi yang telah ditentukan sebelumnya.
H. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah panduan wawancara, dengan bantuan catatan wawancara, informed consent dan alat perekam
(audio-video taped). Panduan wawancara divalidasi dengan metode
expert judgement oleh dosen pembimbing untuk mereview panduan wawancara sebagai instrumen untuk pengambilan data penelitian ini.
I. Tata Cara Penelitian 1.
Studi pustaka Sebelum penelitian dimulai dilakukan dengan studi dan penelaahan
pustaka, yaitu membaca literatur-literatur atau website mengenai pengobatan mandiri, obat tradisional, perilaku kesehatan dan metodologi penelitian, serta pembuatan panduan wawancara. 2.
Penentuan lokasi penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Dieng, Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. 3.
Perizinan dan etika penelitian Permohonan izin pertama diajukan kepada Komisi Etik Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
memperoleh ethical clearance. Ethical clearance diperoleh pada tanggal 17 Juni 2015 dengan nomor Ref: KE/FK/706/EC/2015. Untuk menjamin terpenuhinya etika penelitian, maka hanya calon responden yang bersedia mengisi dan menandatangani informed consent yang diikutkan sebagai responden. Informed consent merupakan bukti tertulis pernyataan kesediaan calon subjek penelitian untuk ikut terlibat di dalam penelitian. Responden mendapat penjelasan singkat mengenai penelitian ini sebelum diminta kesediaannya dalam mengisi dan menandatangani informed consent dan tidak ada unsur paksaan dalam proses rekrutmen responden. Semua data diri responden akan dirahasiakan. Permohonan izin kedua ditujukan kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Badan KESBANGLINMAS) Daerah Istimewa Yogyakarta yang kemudian diteruskan ke Kepala Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah. Setelah mendapatkan izin, para peneliti didampingi oleh dosen pembimbing bertemu dengan Kepala Kecamatan Kejajar yang memberikan masukan dan mengarahkan para peneliti untuk melakukan penelitian di Desa Dieng. Kemudian para peneliti bertemu dengan Ketua RT Desa Dieng mengenai maksud kedatangan peneliti bersama dosen pembimbing di desa Dieng tersebut. 4.
Pembuatan panduan wawancara
.
Panduan wawancara divalidasi dengan metode expert judgement. Tujuan dilakukan uji validitas ini adalah untuk melihat kesesuaian pertanyaan dengan tujuan yang akan dicapai dan menunjukkan tingkat kesahihan instrumen penelitian yang digunakan untuk pengambilan data penelitian. Panduan wawancara yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
digunakan dalam penelitian berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh Pangastuti (2014). Namun ada penambahan pertanyaan untuk menyesuaikan dengan tujuan penelitian. 5.
Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terstruktur.
Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah tertulis dalam form pertanyaan dalam bentuk panduan wawancara (interview guideline) (Herdiansyah, 2015). Wawancara dilakukan langsung dengan bantuan panduan wawancara, alat perekam (audio taped) dan buku catatan. Calon responden yang bersedia mengisi dan menandatangani informed consent yang diikutkan sebagai responden dan sebagai tanda persetujuan mengikuti penelitian. 6.
Pengolahan data Langkah pertama yang dilakukan adalah dari data kualitatif hasil
wawancara adalah dilakukan transkripsi data. Transkripsi data dilakukan oleh dua orang anggota tim penelitian yang bekerja secara independen. Peneliti pertama melakukan transkrip data dari data asli dalam rekaman dan catatan tertulis yang dibuat oleh peneliti pada saat wawancara berlangsung. Peneliti kedua mengulang proses ini sebagai upaya pemastian keakuratan proses transkripsi. Proses transkripsi data rekaman wawancara ini mengacu pada penelitian kualitatif yang pernah dilakukan oleh Widayati, Suryawati, Crespigny and Hiller (2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Langkah kedua, data hasil wawancara yang didapat dikuantifikasikan sesuai
panduan
wawancara.
Setelah
itu,
dihitung
persentasenya
dan
mendeskripsikan hasil penelitian untuk masing-masing pertanyaan.
J. Analisis Hasil Penelitian 1.
Data karakteristik responden Hasil data karakteristik responden yang menggunakan obat tradisional
dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Metode statistik yang digunakan adalah teknik perhitungan persentase yang ditampilkan dalam bentuk tabel atau diagram. Perhitungan persentase dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 𝐴
P% = 𝐵 x 100% Keterangan: P : persentase jawaban (dalam %) A : jumlah jawaban B : total jumlah responden 2.
Data kualitatif hasil wawancara Data kualitatif mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan
obat tradisional sebagai pengobatan mandiri dianalisis dengan menggunakan teknik content analysis (analisis isi). Analisis isi merupakan suatu analisis mendalam yang dapat menggunakan teknik kuantitatif maupun kualitatif terhadap pesan-pesan menggunakan metode ilmiah dan tidak terbatas pada jenis-jenis variabel yang dapat diukur atau konteks tempat pesan-pesan disajikan (Emzir, 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Menurut Payne and Payne (cit. Sarosa, 2012), content analysis didefinisikan sebagai cara mencari makna materi tertulis atau visual dengan cara alokasi isi sistematis ke kategori terinci yang telah ditentukan sebelumnya dan kemudian menghitung dan menginterpretasikan hasilnya. Menurut Myers (cit. Sarosa, 2012), content analysis adalah metode kuantitatif untuk menganalisis data kualitatif. Data yang didapat dikuantifikasikan untuk masing-masing pertanyaan pada panduan wawancara, kemudian dihitung persentasenya dan dideskripsikan.
K. 1.
Kerterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah secara non random karena peneliti hanya merekrut masyarakat desa Dieng yang kebetulan ditemui dan memenuhi kriteria untuk menjadi responden, sehingga setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan subjek penelitian.
2.
Penelitian ini dilakukan menggunakan panduan wawancara, sehingga tidak menggunakan skala yang dapat mengukur variabel penelitian dan terdapat keterbatasan dalam waktu saat wawancara.
3.
Pada penelitian ini, terbatas hanya pada kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden Subjek penelitian yang terlibat di dalam penelitian yaitu sebanyak 31 responden dan telah memenuhi kriteria inklusi yang ditetapkan sebelumnya. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan dan perdapatan per bulan. Tabel I. Karakteristik responden penelitian di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah Karakteristik responden
Persentase (%) n=31
Jenis kelamin: Perempuan Laki-laki Usia (tahun): Rentang usia (18-59 tahun) Median (33 tahun) 18-24 25-31 32-38 39-45 46-52 53-59 Status pernikahan: Menikah Belum menikah Pendidikan terakhir: SD SLTP/ SMP SLTA/ SMA/ SMK S1 Jenis pekerjaan: Belum bekerja Ibu Rumah Tangga (IRT) Karyawan Pedagang atau wiraswasta Pengajar PAUD Petani Pendapatan per bulan: pendapatan < Rp 300.000 Rp 300.000 ≤ pendapatan < Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 ≤ pendapatan < Rp 1.500.000 Rp 1.500.000 ≤ pendapatan < Rp 2.000.000 > Rp 2.000.000 Belum memiliki pendapatan
34
68 32
23 16 32 13 10 6 84 16 23 29 45 3 3 13 13 36 3 32 16 26 32 7 16 3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
35
Jenis kelamin Tabel I menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian adalah
perempuan yaitu sebesar 68% dan sebesar 32% adalah laki-laki. Kecenderungan swamedikasi lebih banyak dilakukan oleh perempuan, jika dibandingkan dengan laki-laki, baik untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga maupun diri sendiri (Berardi, et.al., 2002; Kristina dkk., 2008). Penelitian di Yogyakarta menemukan bahwa sebanyak 74,5% wanita melakukan swamedikasi menggunakan obat demam bagi anak mereka untuk mengatasi demam pada anak (Rinukti dan Widayati, 2005). Selain itu, Kurniasari (2007) juga mengungkapkan bahwa biasanya wanita mempunyai perhatian yang lebih baik terhadap sakit dibandingkan dengan pria, terutama bagi wanita yang berperan sebagai ibu rumah tangga. 2.
Usia Berdasarkan karakteristik usia responden pada Tabel I menunjukkan
rentang usia responden adalah 18-59 tahun. Rentang usia responden terbanyak yaitu 32-38 tahun dengan persentase 32%, kemudian diikuti pada rentang usia 18-24 tahun dengan persentase 23%. Usia produktif menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2011 adalah sekelompok penduduk yang berusia 15-44 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden berada pada rentang usia produktif. Menurut Wawan dan Dewi (2011), salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah usia. Semakin cukup usia seseorang, maka kemampuan berpikir akan lebih matang dan lebih dipercaya, sehingga akan berhubungan dengan hal-hal yang diketahui responden terhadap penggunaan obat tradisional untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
pengobatan mandiri. Usia akan berpengaruh terhadap perilaku pengobatan mandiri terkait dengan pengalaman seseorang terhadap suatu pengobatan. 3.
Status pernikahan Berdasarkan karakteristik status pernikahan responden pada Tabel I
menunjukkan bahwa dari 31 responden, sebesar 84% adalah responden yang sudah menikah dan sebesar 16% adalah responden yang belum menikah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widayati (2012), faktor sosio-demografi ekonomi yang berhubungan dengan pola tindakan self-care adalah status pernikahan (tidak menikah/ cerai dan menikah). Adanya anjuran dari suami atau istri bisa merupakan pendorong yang kuat bagi seseorang untuk memutuskan memilih upaya pencarian pengobatan, misalnya apakah akan berupa upaya self-care atau upaya konsultasi ke pihak lain. Hal ini dapat menjadi dasar pertimbangan bahwa sangat penting untuk melibatkan anggota keluarga dalam meningkatkan perilaku kesehatan. 4.
Pendidikan terakhir Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
tingkat daya tangkap informasi, sikap, pengetahuan dan perilaku kesehatan (Istaminingdyah, 2008). Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pola pemikiran dan persepsi seseorang, dalam penelitian ini adalah mengenai obat tradisional yang akan mempengaruhi pengobatan mandiri yang aman, tepat, dan rasional (Dharmasari, 2003; Hidayati dkk., 2011). Responden dengan pendidikan tinggi cenderung akan lebih mudah menerima informasi dan lebih baik untuk mengaplikasikan informasi atau pengetahuan. Oleh karena itu, tingkat pendidikan responden perlu diketahui.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
Berdasarkan karakteristik pendidikan terakhir responden pada Tabel I menunjukkan bahwa pendidikan terakhir responden yang paling banyak adalah lulusan SLTA/ SMA/ SMK sebesar 45%. Menurut Melina (2011), seseorang dengan tingkat pendidikan SMA atau sederajat sudah mampu dalam mengolah informasi yang didapat dan mempertimbangkan hal apa yang baik untuk dirinya. Pernyataan ini juga didukung oleh teori yang menyatakan bahwa pendidikan adalah proses untuk menuju ke perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2007). Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan Figueras, Caamano, and Gestal-Otero (2000) mengungkapkan bahwa responden berpendidikan tinggi lebih banyak yang melakukan pengobatan mandiri secara rasional. 5.
Jenis pekerjaan Jenis pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku
kesehatan dan kemungkinan penyakit yang akan muncul, dalam hal ini adalah penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri. Berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan responden pada Tabel I menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan responden adalah sebagai pedagang atau wiraswasta dan petani dengan persentase masing-masing sebesar 36% dan 32%. Lokasi penelitian sebagian besar merupakan daerah pertanian, sehingga secara langsung berpengaruh terhadap jenis pekerjaan masyarakat Desa Dieng. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sudikyakto, Yunianto, Suripto, Kurniawan (2002), yaitu mata pencaharian penduduk di wilayah Dieng didominasi oleh sektor pertanian yang ditunjukkan dengan rasio rumah tangga tani terhadap jumlah rumah tangga yang menunjukkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
angka 88,91%. Sektor pertanian yang berkembang dan menjadi tanaman andalan adalah pertanian tanaman kentang, kubis dan carica. Responden yang bekerja umumnya sering berhubungan dengan dunia luar ataupun berinteraksi dengan rekan kerjanya. Proses yang dijalani selama bekerja setidaknya menyebabkan terjadinya tukar-menukar informasi yang akan mempengaruhi pola pikir responden dan pada akhirnya juga akan mempengaruhi keputusan pengobatan mandiri yang diambil. Selain itu, jenis pekerjaan juga akan berpengaruh terhadap besarnya pendapatan seseorang dalam 1 bulan. 6.
Pendapatan per bulan Tingkat konsumtivitas konsumen sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendapatannya. Oleh karena itu, tingkat pendapatan berpengaruh terhadap upaya kesehatan masyarakat. Dalam hal ini adalah mengenai penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri. Seperti yang terlihat pada Tabel I menunjukkan bahwa pendapatan per bulan dengan persentase terbesar (32%) adalah ≥ Rp 1.000.000 sampai < Rp 1.500.000 dan persentase pendapatan terendah adalah sebesar 7% yang berpendapatan ≥ Rp 1.500.000 sampai < Rp 2.000.000. Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa sebesar 3% tidak memiliki pendapatan karena belum bekerja, sehingga masih ditanggung oleh keluarga. Adikuntati (2008) mengungkapkan bahwa tingkat pendapatan seseorang berpengaruh terhadap sikap seseorang mengenai jenis pengobatan seseorang, termasuk swamedikasi. Masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi akan dengan mudah mengakses sarana kesehatan, tetapi masyarakat dengan tingkat pendapatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
rendah akan cenderung menjadikan biaya sebagai pertimbangan utama dalam hal pencarian pengobatan.
B. Profil Perilaku Pengobatan Mandiri Mencakup Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Tradisional di Kalangan Masyarakat Desa Dieng Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana seseorang dapat merespons baik secara pasif (mengetahui dan bersikap tentang sakit yang ada pada dirinya) maupun aktif berupa tindakan yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit tersebut (Wawan dan Dewi, 2011). Oleh karena itu, pengetahuan, sikap dan tindakan memiliki peran penting dalam menentukan perilaku seseorang untuk mengatasi sakit yang dideritanya. 1. Pengertian responden mengenai pengobatan mandiri atau swamedikasi Pengobatan mandiri atau swamedikasi adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan sakit ringan (minor illnesses), tanpa resep atau intervensi dokter (Shankar, et al., 2002). Pengobatan mandiri atau swamedikasi dalam penelitian ini dibatasi hanya untuk obat tradisional. Semua responden pada penelitian ini pernah melakukan pengobatan mandiri atau swamedikasi, walaupun sebagian besar dari responden tersebut tidak pernah mendengar istilah pengobatan mandiri atau swamedikasi. Pada kenyataannya, meskipun responden tidak pernah mendengar istilah pengobatan mandiri, tetapi responden melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu menggunakan obat tradisional untuk mengatasi gejala/ sakit yang dialami. Hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
tersebut sudah diklarifikasi bahwa sebenarnya responden yang menggunakan obat tradisional berarti sudah melakukan pengobatan mandiri. Dalam penelitian ini juga dibahas mengenai pengertian swamedikasi atau pengobatan
mandiri
menurut
responden.
Menurut
sebagian
responden
mengungkapkan pengertian swamedikasi adalah penggunaan obat herbal atau tradisional, seperti temulawak dan jahe. Hal ini dapat terlihat dari beberapa kutipan wawancara sebagai berikut: “Ya, seperti obat tradisional itu kan ya” (NH). “Itu bermacam-macam, ada yang pakai kimia, kalau yang tradisional pakai rempah-rempah, memang baik, tapi akhir ini di campur bahan kimia” (N). “Meracik obat sendiri, seperti memakai temulawak, jahe. Saya biasanya pakai obat herbal” (I). Menurut responden lainnya, swamedikasi adalah penggunaan obat, seperti Paramex®. Pada ISO Indonesia volume 46 (2011) tercatat bahwa Paramex® merupakan obat bebas terbatas yang berindikasi sebagai antipiretik dan analgesik. Obat bebas terbatas merupakan salah satu kelompok obat yang digunakan untuk pengobatan mandiri dan dapat digunakan tanpa resep dokter. Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut: “Seperti meminum obat Paramex®” (H). Pengertian swamedikasi menurut responden tersebut sesuai dengan pengertian yang diungkapkan oleh WHO (1998), yaitu swamedikasi atau pengobatan mandiri adalah pemilihan obat, bukan hanya obat tradisional saja, melainkan juga obat untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri. Mengacu pada pengertian WHO tersebut, pengertian swamedikasi menurut kutipan wawancara responden lainnya juga serupa. Responden tersebut mengatakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
bahwa swamedikasi adalah mengindentifikasi penyakit sendiri dan menggunakan obat yang biasa disimpan di rumah atas inisiatif mereka sendiri, dengan harapan masyarakat memiliki simpanan obat yang dibeli di warung dan tanpa periksa ke dokter. Hal ini juga didukung oleh pengertian menurut FIP dan WSMI (1998) yang mengungkapkan bahwa swamedikasi merupakan penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif mereka sendiri. Kutipan wawancara responden dapat dilihat sebagai berikut: “Belajar identifikasi penyakit sendiri dan mencari obat sendiri” (RH). “Ya mungkin yang manual, maksudnya menggunakan obat di rumah” (D). “Ya, saya sendiri banyak mempraktikkan. Keluarga saya menggunakan obat sendiri. Kalau saya pengobatan sendiri, percaya penyakit datang dan pergi itu dari yang Atas” (AIA). “Mengobati diri sendiri tanpa bantuan orang lain” (R). Menurut Meriati, Goenawi, Wijoyo (2013), swamedikasi dapat menjadi alternatif
pengobatan
yang
diambil
masyarakat
untuk
meningkatkan
keterjangkauan pengobatan yang jauh dari pelayanan kesehatan. Hal serupa juga diungkapkan oleh Djunarko dan Hendrawati (2011), pelayanan kesehatan yang mahal dan tidak terjangkau membuat masyarakat mencari pengobatan yang lebih murah untuk penyakit yang relatif ringan. Oleh karena itu, responden mengungkapkan pengobatan mandiri atau swamedikasi adalah alternatif pengobatan yang dapat digunakan untuk mengatasi sakit. Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut. “Pengobatan sendiri itu alternatif pengobatan yang saya ambil kalau sakit” (I).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
Semua obat dan obat tradisional yang digunakan untuk pengobatan mandiri atau swamedikasi diperoleh tanpa periksa ke Puskesmas/ Rumah Sakit / Praktek Dokter. Hal ini diungkapkan juga oleh semua responden. Salah satu responden mengungkapkan mengenai pengalaman diri mengobati anaknya untuk penyakit ringan dengan tindakan pengobatan mandiri sebagai berikut: “Contohnya anak saya demam dikompres dan diberi obat tradisional” (SH). Pendapat responden tersebut serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Supardi dan Notosiswoyo (2005), yaitu pengobatan mandiri untuk sakit demam dapat dilakukan menggunakan obat tradisional, yaitu mengkompres badan dengan tumbukan daun melinjo, daun cabe, atau daun singkong. Dalam hal ini, pemilihan dan penggunaan obat untuk pengobatan mandiri berdasarkan dari pengalaman individu sebelumnya yang pernah menggunakannya dan mampu mengatasi penyakit. Responden yang pernah mendengar istilah tersebut (32%) menyatakan bahwa sumber informasi diperoleh dari tetangga/ orangtua/ teman sebanyak 22% dan sebanyak 10% mendengar istilah tersebut dari internet/ televisi/ media elektronik. Sumber informasi yang diperoleh responden tersebut dapat dilihat pada Tabel II. Tabel II. Sumber informasi yang diperoleh responden mengenai istilah pengobatan mandiri atau swamedikasi Sumber informasi Persentase (%) n=31 internet/ televisi/ media elektronik 10 tetangga/ orangtua/ teman 22 tidak pernah mendengar istilah 68 pengobatan mandiri atau swamedikasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Istilah swamedikasi yang diperoleh responden sebagian besar didapatkan dari tetangga/ orangtua/ teman. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2013). Pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain seperti keluarga, tetangga dan teman dalam mengobati penyakit ringan dan berhasil menjadi pertimbangan dalam memilih untuk melakukan swamedikasi. Keluarga, tetangga dan teman adalah orang terdekat yang berada di lingkungan sekitar, sehingga berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
2. Pengetahuan responden tentang obat tradisional Pengetahuan (knowledge) dalam penelitian ini adalah hasil tahu responden mengenai obat tradisional yang meliputi: pengertian obat tradisional, bentuk-bentuk sediaan, jenis-jenis obat tradisional, lambang atau logo pada jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka, efek samping obat tradisional, contoh, manfaat dan cara penggunaan obat tradisional. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. a. Pengertian obat tradisional menurut jawaban responden Berdasarkan pertanyaan pada panduan wawancara “Apakah yang dimaksud dengan obat tradisional menurut Anda?”, didapat hasil penelitian dari 31 responden yang mengenal obat tradisional sebagai berikut. Tabel III. Pengertian mengenai obat tradisional menurut jawaban responden, n=31 Pengertian obat tradisional menurut jawaban responden Tidak ada efek samping Seperti jamu Tidak ada bahan kimia dan berasal dari bahan alami, seperti: beras kencur, kunyit asam/ kunir asam
Persentase (%) 16 36 32
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
Tabel III. Lanjutan Obat herbal atau tanaman obat dari lingkungan sekitar, contohnya: purwoceng untuk mengatasi masuk angin, menghangatkan dan menyehatkan badan, sirih, jahe dan kemukus untuk melegakan tenggorokan Obat tradisional buatan atau racikan sendiri Seperti Tolak Angin®
16
10 3
Keterangan: jawaban responden dapat mengandung lebih dari satu pengertian mengenai obat tradisional
Hasil penelitian (Tabel III) menunjukkan pengertian mengenai obat tradisional yang diketahui responden sebagian besar adalah obat tradisional seperti jamu (36%). Namun dalam hal ini, responden tidak menjelaskan apakah jamu yang dimaksud adalah jamu gendong atau jamu yang dijual dalam kemasan atau dari pabrik jamu. Responden mengatakan obat tradisional seperti jamu dikarenakan jamu telah digunakan secara turun-temurun dan merupakan warisan budaya bangsa dengan khasiat yang didasarkan pada pengalaman empirik yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama (Wasito, 2011). Di Desa Dieng, jamu gendong merupakan jamu yang paling digemari, seperti jamu beras kencur dan kunyit asam, sehingga tidak dapat dipungkiri pendapat responden mengenai obat tradisional adalah seperti jamu. Sebagian besar responden (32%) juga mengungkapkan bahwa obat tradisional merupakan obat yang tidak mengandung bahan kimia dan berasal dari bahan alami. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Noviana (2011) bahwa respondennya yaitu pasien geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta telah paham bahwa obat tradisional adalah obat yang berasal dari bagian tanaman atau berbahan alami.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Pengertian-pengertian yang diungkapkan oleh responden tersebut (Tabel III) juga serupa dengan Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyebutkan bahwa “obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah dipergunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat”. Pemahaman responden mengenai obat tradisional sudah sesuai dengan Undang-Undang yang tertera. b. Bentuk-bentuk sediaan obat tradisional yang dikenal oleh responden Tabel IV. Bentuk-bentuk obat tradisional yang dikenal oleh responden, n=31 Bentuk-bentuk sediaan obat tradisional Persentase (%) Cairan 87,1 Kapsul 25,8 Pil 6,5 Serbuk/ bubuk 32,3 Tablet 12,9 Tumbuhan obat kering 6,5 Keterangan: responden boleh menjawab lebih dari satu jawaban
Bentuk sediaan obat tradisional dapat berupa bentuk sediaan padat, cair, maupun semi padat. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel IV), sebagian besar responden mengetahui bentuk sediaan cair (87,1%) dan serbuk/ bubuk (32,3%). Hal ini dikarenakan di Desa Dieng terdapat jamu gendong yang merupakan salah satu bentuk sediaan cair obat tradisional yang banyak diminati oleh masyarakat Desa Dieng, seperti beras kencur dan kunyit asam atau kunir asam. Selain itu, sebagian besar masyarakat Desa Dieng yang juga mengonsumsi Tolak Angin® yang berbentuk cair. Responden juga mengenal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
bentuk sediaan berupa serbuk atau bubuk yang termasuk dalam sediaan padat atau kering. Cara penyajiannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan menggunakan air panas. Salah satu tanaman obat yang populer di dataran tinggi Dieng adalah Purwoceng. Tanaman Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) ini termasuk tanaman langka karena habitat endemiknya di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah (Abdiyani, 2008). Tanaman ini banyak diperjualbelikan dalam bentuk simplisia kering, serbuk maupun cairan. Sediaan ini banyak digunakan oleh masyarakat Desa Dieng, khususnya laki-laki karena tanaman ini potensial untuk afrodisiaka (Darwati dkk., 2006). Dalam penelitian ini, bentuk-bentuk obat tradisional yang dikenal oleh responden sesuai menurut Wasito (2011) bahwa ada yang berbentuk sediaan padat atau kering yang beredar di masyarakat, yaitu bentuk rajangan yang berupa potongan simplisia, campuran simplisia, atau campuran simplisia dengan sediaan galenik. Selain itu, terdapat juga dalam bentuk serbuk, kapsul, tablet dan pil, sedangkan sediaan cair, yaitu jamu cair dan bentuk cairan lainnya. c. Pengenalan tentang jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka Pada penelitian ini hanya mengacu pada pengenalan responden mengenai jenis-jenis obat tradisional, sehingga perlu adanya penggalian lebih lanjut mengenai apakah benar yang dikenal oleh responden adalah jamu, OHT dan fitofarmaka. Pada Keputusan BPOM RI nomor HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia tercantum berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
tingkat pembuktian khasiat, obat tradisional di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu jamu, obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka.
100% 90% 80% 70% 60% 50%
97%
97% 81%
40% 30% 20%
3%
10%
3%
19%
0% Mengenal
Tidak mengenal
Jamu
Mengenal
Tidak mengenal
Obat Herbal Terstandar (OHT)
Mengenal
Tidak mengenal
Fitofarmaka
Gambar 7. Pengenalan responden tentang jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka, n=31 Berdasarkan pertanyaan, “Apakah Anda mengenal jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka?”, didapatkan hasil penelitian (Gambar 7) yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengenal jamu dibandingkan dengan OHT dan fitofarmaka. Sebagian besar responden juga tidak mengenal OHT dan fitofarmaka. Hal ini menunjukkan jamu lebih banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakit yang diderita daripada OHT dan fitofarmaka. Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluhpuluh bahkan mungkin ratusan tahun yang lalu dan telah membuktikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan pengobatan atau menjaga kesehatan (Wasito, 2011). Selain itu, hasil penelitian di atas (Gambar 7) didukung juga dengan pengertian obat tradisional yang paling banyak diketahui oleh responden. Sebagian besar responden mengatakan bahwa obat tradisional seperti jamu, sehingga hal tersebut dapat berhubungan langsung dengan jenis obat tradisional yang paling banyak dikenal oleh responden, yaitu jamu. Jamu yang beredar di masyarakat bermacam-macam, antara lain jamu buatan sendiri, jamu yang berasal dari pembuat jamu/ herbalist atau jamu gendong dan jamu buatan industri (Handayani, 2002). Jamu gendong merupakan salah satu obat tradisional dalam bentuk cairan yang sangat digemari masyarakat dan sangat populer. Sama halnya di Desa Dieng, kunyit asam dan beras kencur merupakan jamu gendong yang banyak dikonsumsi, khususnya untuk perempuan. Tolak Angin® merupakan obat herbal terstandar yang juga banyak digunakan oleh masyarakat Desa Dieng berkhasiat untuk menghilangkan gejala masuk angin. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden tidak mengenal OHT. Hal ini kemungkinan terkait dengan responden yang tidak memperhatikan dan tidak mengetahui jika Tolak Angin® merupakan OHT. Begitu juga halnya dengan fitofarmaka, kemungkinan responden memang tidak mengetahui jenis obat tradisional tersebut. Menurut Pramono (2012), produk yang telah terdaftar pada BPOM lebih dari 13.000 jamu, sekitar 38 OHT dan 6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
fitofarmaka, sehingga hal ini dapat menjadi dasar bahwa jamu lebih dikenal dibandingkan OHT dan fitofarmaka. d. Pengenalan responden mengenai lambang atau logo pada jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengenalan responden terhadap lambang atau logo jenis-jenis obat tradisional dapat digambarkan pada grafik sebagai berikut:
100% 90% 80% 70% 60% 100%
97%
50% 40% 61%
30% 20%
39% 3%
10%
0
0% Mengenal
Tidak mengenal
Lambang Jamu
Mengenal
Tidak mengenal
Lambang Obat Herbal Terstandar (OHT)
Mengenal
Tidak mengenal
Lambang Fitofarmaka
Gambar 8. Pengenalan responden mengenai lambang atau logo pada jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka, n=31 Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 8) menunjukkan bahwa pengenalan responden terhadap lambang atau logo, baik jamu, OHT dan fitofarmaka tergolong rendah. Bahkan, logo pada fitofarmaka tidak ada yang mengenal dan logo pada OHT yang mengenal hanya 3%. Hal ini kemungkinan dikarenakan responden tidak mengetahui istilah fitofarmaka dan OHT,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
sedangkan persentase yang menyatakan mengenal logo jamu jauh lebih tinggi karena memang istilah jamu lebih dikenal. Dari Gambar 7 menunjukkan bahwa responden yang menyatakan mengenal jenis obat tradisional berupa jamu lebih tinggi yaitu sebanyak 97% dibandingkan dengan OHT dan fitofarmaka, sehingga sangat wajar apabila responden lebih mengenal logo pada jamu. Hasil penelitian juga menunjukkan semua responden tidak mengenal logo pada fitofarmaka. Hal ini kemungkinan dikarenakan responden yang tidak mengenal istilah fitofarmaka. Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 7, responden yang mengenal istilah fitofarmaka hanya sedikit yaitu 3%, sehingga ada kemungkinan lain responden tersebut tidak memperhatikan logo pada kemasan. Namun demikian, bukan berarti bahwa pernyataan mengenai apakah responden mengenal logo jamu adalah benar bahwa hal tersebut adalah logo jamu
yang
dimaksud
berdasarkan
Keputusan
BPOM
RI
nomor
HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. Berdasarkan hasil wawancara, dapat diidentifikasikan bahwa pengenalan terhadap logo jamu adalah logo perusahaan pada kemasan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan wawancara sebagai berikut: “Lambangnya yang saya kenal yang air mancur dan sidomuncul, yang ada cangkir dan tumbukannya” (S). “Saya tahunya jamu. Kalau yang jamu sawanan itu lambangnya ibu lagi menyusui anak” (F).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
“Gambar orang Nyonya Meneer, Jamu Jago gambar jago, Jamu Caspleng gambar binaraga, gambar anak kecil itu jamu sariawan” (HGT). “Jamu lambangnya ada daunnya, daunnya ada tumbukannya” (U). Responden mengenal logo perusahaan yang terdapat pada kemasan, yaitu Air Mancur, Sidomuncul, Nyonya Menner dan Jamu Jago (Gambar terlampir). Hasil kutipan wawancara responden lainnya mengungkapkan logo jamu seperti gambar daun. Gambar daun yang dimaksud oleh responden lebih mengarah kepada gambar kemasan, bukan berdasarkan logo berdasarkan Keputusan BPOM RI dan logo perusahaan. Jadi, dapat dikatakan bahwa pengenalan logo dari ketiga jenis obat tradisional yang dinyatakan responden adalah lebih ke logo perusahaan obat tradisional pada kemasan. Hal ini mengindikasikan bahwa sosialisasi logo ketiga jenis obat tradisiobal masih sangat diperlukan. Secara umum, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pangastuti (2014) pada masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah yang mengungkapkan bahwa logo OHT dan fitofarmaka tidak dikenal oleh masyarakat. Namun, pada penelitian Pangastuti (2014) menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui dengan baik logo pada kemasan jamu dengan perbedaan karakteritik masyarakat yaitu sebagian besar masyarakat bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) dan pendidikan terakhir adalah SD.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
e. Pendapat responden mengenai apakah obat tradisional dapat menimbulkan efek samping Tidak tahu 3% Tidak menimbulkan efek samping 84%
Dapat menimbulkan efek samping 13%
Gambar 9. Pendapat responden mengenai apakah obat tradisional dapat menimbulkan efek samping, n=31 Berdasarkan pertanyaan “Menurut Anda, apakah obat tradisional dapat menimbulkan efek samping?”, diketahui sebagian besar responden menganggap obat tradisional tidak menimbulkan efek samping. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di kalangan mahasiswa oleh Cristiana (2014). Dari segi efek samping memang diakui bahwa tanaman obat atau obat tradisional memiliki efek samping relatif kecil dibandingkan obat, tetapi perlu diperhatikan bila ditinjau dari kepastian bahan aktif dan konsistensinya yang belum dijamin terutama untuk penggunaan secara rutin. Bila dikatakan obat alam atau obat tradisional itu tidak memiliki efek samping, sekecil apapun efek samping tersebut tetap ada. Namun, hal itu bisa diminimalkan jika diperoleh informasi yang cukup yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri (Katno dan Pramono, 2008; Sari, 2006). Winata (2003) juga menegaskan bahwa sangat keliru bila menganggap obat tradisional tidak memiliki efek samping karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
bagaimanapun tanaman obat sebagai bahan baku obat tradisional mengandung zat aktif yang dapat menimbulkan reaksi saat berinteraksi dengan tubuh. f. Pengetahuan responden mengenai contoh, manfaat dan cara penggunaan obat tradisional Pengetahuan tentang obat tradisional atau tanaman berkhasiat obat dapat berdasarkan pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel V) menunjukkan obat tradisional yang diketahui dan pernah digunakan oleh responden untuk pengobatan mandiri beserta manfaat dan cara penggunaannya, baik jamu gendong, obat tradisional buatan pabrik maupun obat tradisional buatan sendiri yang dapat membantu mengatasi gejala atau keluhan sakit yang dialami. Diperlukan pengetahuan yang cukup untuk memilih obat tradisional mana yang sesuai dengan penyakit yang diderita dan jangan sampai obat tradisional yang digunakan tidak sesuai untuk mengatasi gejala atau keluhan sakit yang dialami. Cara menggunakan obat tradisional berbeda-beda tergantung kenyamanan masing-masing responden dan bentuk sediaan yang tersedia. Ada responden yang menggunakannya dengan cara diseduh atau direbus dengan air bersih, dicampur dengan minuman atau makanan atau langsung diminum.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Tabel V. Daftar obat tradisional yang diketahui oleh responden untuk digunakan dalam pengobatan mandiri No. 1.
Nama obat tradisional Purwoceng
Manfaat
Cara penggunaan
Untuk badan pegal-pegal dan menghangatkan badan
Direbus 1 batang untuk 2 gelas. Direbus menggunakan kuali tanah supaya kandungannya tidak hilang. Ditepung daun purwoceng, jika direbus diberi gula, 1 gelas, seperti membuat teh. Ada yang direbus dengan akar dan daun, ada yang dibubuk dan dicampur dengan madu. Langsung diminum dan dapat dicampur dengan teh. Direbus kunyit yang sudah diparut, diberi gula jawa dan asam jawa, 1 gelas diminum sesudah makan.
Menyehatkan dan meringankan badan bila lelah Untuk stamina
2. 3.
Tolak Angin® Kunyit asam/ kunir asam
4.
Beras kencur
5.
Jamu sawanan
6.
Jahe
7.
Kunyit dan kencur Jamu Brotowali
8.
9.
10. 11.
12.
Obat Pegal Linu Air Mancur Godong Ijo Temulawak dan temuireng Jamu Godog Tradisional Cap Ontorejo
Masuk angin Mencegah keputihan dan menghilangkan bau badan. Digunakan saat menstruasi. Membersihkan daerah kewanitaan. Melegakan perut kalau kembung dan menyegarkan tubuh. Menambah nafsu makan. Menghangatkan badan melancarkan air susu ibu (ASI) Menghangatkan badan Mencegah penyakit dan menambah stamina tubuh Menambah nafsu makan dan mengurangi gatal. Membersihkan darah. Untuk sariawan, lelah dan pegal linu
Jamu gendong atau penjual jamu keliling langsung diminum.
Diseduh dan langsung diminum.
Direbus jahe 1/4 kilo, diberi gula aren dengan 3 gelas air. Dicuci dan direbus dengan gula jawa dan madu. Direbus brotowali mentah dan diminum. Diseduh untuk 1 gelas.
Pegal linu dan kelelahan Menebalkan usus dan meredakan asam lambung
2 kapsul sehari Diparut, diperas dan diminum.
Mengobati asam urat
Direbus dan diminum.
Purwoceng merupakan salah satu tumbuhan obat yang paling populer di Desa Dieng karena habitat endemiknya di desa tersebut, sehingga tidak dapat dipungkiri jika obat tradisional yang diketahui oleh responden adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
purwoceng. Purwoceng banyak diminati masyarakat Desa Dieng karena berpotensi sebagai peningkat vitalitas tubuh. Kandungan vitamin E dalam purwoceng sebagai bahan kosmetika untuk peremajaan sel-sel tubuh dan memperbaiki kesuburan wanita (Abdiyani, 2008). Dalam hal ini, baik laki-laki atau perempuan boleh mengonsumsi purwoceng, namun penggunaannya tetap perlu diperhatikan. Tolak Angin® merupakan salah satu obat tradisional yang paling banyak digunakan dan digemari oleh masyarakat Desa Dieng. Hal ini dikarenakan Desa Dieng merupakan desa di dataran tinggi dengan suhu udara yang sangat dingin sehingga sebagian besar masyarakat Desa Dieng mengomsumsi Tolak Angin®. Tolak Angin sebagai obat herbal terstandar dan diproduksi di pabrik berstandar GMP (Good Manufacturing Process) berkhasiat untuk menghilangkan gejala masuk angin, seperti: mual, perut kembung, sakit kepala, tenggorokan kering, badan meriang, dan demam. Tolak Angin terbuat dari bahan-bahan alami berkhasiat antara lain: madu, jahe, daun mint, cengkeh dan buah adas. Tolak Angin® tersebut banyak dijual ditemukan di warung atau toko dengan harga yang cukup murah. Jamu menjadi pilihan bagi masyarakat karena faktor kebiasaan minum jamu untuk pengobatan dan menjaga kesehatan dengan harga terjangkau. Keterjangkauan inilah yang menjadi pertimbangan masyarakat memanfaatkan jamu (Tilaar dkk., 2014). Dalam penelitian ini, jamu beras kencur dan kunyit asam banyak diketahui oleh responden. Penggunaan kunyit asam/ kunir asam digunakan, khususnya ibu rumah tangga untuk mencegah keputihan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
melancarkan menstruasi dan menghilangkan bau badan. Kunyit asam yang terbuat dari kunyit, gula jawa dan asam jawa ini merupakan jenis jamu gendong atau jamu yang banyak dijual di pasaran, termasuk beras kencur. Menurut Sastroamidjojo (2001), kunyit diketahui bermanfaat untuk mengurangi nyeri saat menstruasi dan sudah turun-temurun dikonsumsi dalam ramuan jamu kunyit asam yang sangat baik dikonsumsi saat menstruasi. Jamu beras kencur sudah sangat populer sebagai minuman penyegar dan memiliki banyak manfaat, seperti radang lambung, influenza pada bayi, masuk angin, sakit kepala, batuk, menghilangkan darah kotor, diare, memperlancar menstruasi, mata kelelahan, keseleo dan kelelahan (Nurmalina dan Valley, 2012), sehingga tidak heran banyak masyarakat Desa Dieng yang mengonsumsinya untuk menjaga kesehatan. Namun, diharapkan masyarakat lebih cermat untuk memilih dan menggunakan suatu produk obat tradisional atau tumbuhan obat dalam upaya kesehatan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Katno dan Pramono (2008) tentang tingkat manfaat dan keamanan tanaman obat dan obat tradisional mengungkapkan bahwa kencur (Kaempferia galanga) memang bermanfaat untuk menekan batuk, tetapi berdampak meningkatkan tekanan darah, sehingga bagi penderita hipertensi sebaiknya tidak dianjurkan minum jamu beras kencur. Sama halnya pada brotowali (Tinospora sp.) yang dapat mengganggu kehamilan dan menghambat pertumbuhan plasenta. Oleh karena itu, perlu pengetahuan yang cukup untuk memilih obat tradisional yang sesuai dengan penyakit yang diderita dan kontraindikasi dari obat tradisional.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
3. Sikap responden terhadap penggunaan obat tradisional Sikap responden dalam penelitian ini dapat dilihat dari bagaimana pendapat atau penilaian responden terhadap penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri, respons sikap responden menyukai atau tidak menyukai penggunaan obat tradisional dalam menjaga kesehatan atau mengobati penyakit yang diderita dan respons sikap responden mengenai apakah obat tradisional bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang dialami atau tidak. Oleh karena itu, hasil penelitian ini akan berkaitan dengan kesediaan atau kesiapan responden untuk bertindak menggunakan obat tradisional dalam pengobatan mandiri. a. Pendapat responden mengenai penggunaan obat tradisional jika sakit Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan hanya meminta pendapat atau penilaian terhadap fenomena (Notoatmodjo, 2010). Dalam hal ini adalah pendapat responden mengenai penggunaan obat tradisional jika sakit yang dapat dilihat dari tabel sebagai berikut. Tabel VI. Pendapat responden mengenai penggunaan obat tradisional jika sakit, n=31 Pendapat responden Bagus karena membantu menyembuhkan dan berkhasiat Obat tradisional tidak memiliki efek samping, sedangkan obat modern atau kimia banyak efek samping Efek obat tradisional lebih lama tapi aman Lebih alami Lebih bagus dari obat modern atau obat yang dijual di warung Penyakitnya tidak kambuh lagi setelah menggunakan obat tradisional Kurang baik karena lebih baik ke dokter Cukup efektif karena harganya terjangkau di masyarakat dan kemanjurannya ada bukti Efek samping sedikit
Persentase (%)
Respons sikap +
45,2 + 16,1 12,9 6,5
+ + +
6,5 + 6,5 3,2 3,2 3,2
+ +
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Tabel VI. Lanjutan Untuk penyakit ringan Obat tradisional murah dan mudah didapat Cocok bila dalam penggunaannya dapat membantu mengatasi gejala sakit Cepat untuk penyembuhan Obat tradisional ada bagus dan tidaknya
3,2 3,2 3,2 3,2 3,2
+ + + + +/-
Keterangan: jawaban responden dapat mengandung lebih dari satu pendapat mengenai obat tradisional jika sakit
Dari hasil penelitian (Tabel VI) dapat dilihat sikap positif dan negatif responden terhadap obat tradisional. Persentase pendapat terbanyak mengenai penggunaan obat tradisional jika sakit adalah bahwa obat tradisional merupakan obat yang bagus digunakan jika responden mengalami keluhan sakit karena bersifat dapat menyembuhkan dan sangat berkhasiat untuk kesehatan responden. Hal ini juga didukung oleh pendapat lainnya yaitu obat tradisional tidak memiliki efek samping dan memiliki efek yang lebih lama, serta lebih aman dibandingkan penggunaan obat atau obat berbahan kimia atau obat yang dibeli di warung. Berikut adalah pendapat responden yang bersifat positif dan melakukan pengobatan mandiri dengan menggunakan obat tradisional dan obat modern yang dapat dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut: “Lebih bagus dari obat modern. Kalau menggunakan obat tradisional tidak sembuh, baru menggunakan obat modern” (RH). Salah satu responden juga mengungkapkan bahwa obat tradisional bagus digunakan karena melihat pengalamannya dalam mengobati penyakit asam lambung. Pengalaman dalam menggunakan obat tradisional dalam mengatasi keluhan sakit dan kemudian dapat menyembuhkan membuat seseorang tidak akan mencari fasilitas kesehatan yang lebih jauh dan akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
menggunakannya kembali jika keluhan sakit muncul kembali (Notoatmodjo, 2010). Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut: “Bagus. Dulu pernah asam lambung, ada yang menyarankan pakai obat tradisional, saya konsumsi dan sampai sekarang jarang kambuh” (SH). Menurut Gitawati dan Handayani (2008), penggunaan obat tradisional masih digemari dan sebagian masyarakat menganggap obat tradisional aman, bahkan lebih aman dibandingkan obat yang berupa obat kimiawi, serta dinilai jauh lebih murah harganya. Hal tersebut juga diungkapkan oleh responden, sehingga dari sikap-sikap positif responden terhadap obat tradisional ini terlihat kecenderungan responden untuk melakukan tindakan penggunaan obat tradisional. Dari hasil penelitian dapat dilihat juga sikap negatif responden terhadap penggunaan obat tradisional. Responden mengungkapkan bahwa obat tradisional kurang baik digunakan jika sakit, sehingga responden memilih lebih baik menggunakan langsung obat yang diberikan oleh dokter. b. Sikap responden menyukai atau tidak menyukai penggunaan obat tradisional jika sakit Tabel VII. Respons sikap responden menyukai atau tidak menyukai penggunaan obat tradisional jika sakit, n=31 Respons sikap responden Persentase (%) Menyukai menggunakan obat tradisional 87 Tidak menyukai menggunakan obat 13 tradisional
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel VII) dapat dilihat sikap responden yang bersikap positif dan dapat pula bersifat negatif. Sikap positif untuk cenderung melakukan tindakan adalah menyenangi atau menyukai obat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
tradisional, sedangkan sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi atau tidak menyukai obat tradisional (Wawan dan Dewi, 2011). Hasil penelitian (Tabel VII) menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyukai menggunakan obat tradisional untuk mengatasi keluhan sakit. Hal ini dikarenakan kemungkinan terkait dengan pengertian obat tradisional yang diketahui oleh responden, yaitu obat tradisional tidak mengandung bahan kimia dan terdiri dari bahan-bahan alami, serta tidak memiliki efek samping. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Feby (2002) yang mengungkapkan bahwa penduduk yang tinggal di desa cenderung lebih menyukai penggunaan obat tradisional karena ketersediaan tanaman obat sebagai bahan baku obat tradisional lebih banyak dan lebih dikenal di desa dengan asumsi bahwa penduduk desa lebih banyak yang berpendidikan rendah dan tingkat ekonomi kurang mampu daripada penduduk kota. c. Sikap responden mengenai apakah obat tradisional bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang dialami Tabel VIII. Respons sikap responden mengenai apakah obat tradisional bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang dialami, n=31 Respons sikap responden Persentase (%) Obat tradisional bermanfaat untuk 87 menyembuhkan penyakit yang Anda alami Obat tradisional tidak bermanfaat untuk 0 menyembuhkan penyakit yang Anda alami Ragu-ragu 13
Dalam penelitian ini disebutkan bahwa obat tradisional bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit, sehingga disarankan untuk memperbaiki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
pernyataan tersebut pada panduan wawancara yang digunakan. Obat tradisional bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit dalam arti obat tradisional dapat membantu responden untuk mengatasi gejala atau keluhan sakit yang dialami. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel VIII) menunjukkan bahwa sebagian besar responden (87%) bersikap positif terhadap penggunaan obat tradisional yang bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang dialami oleh responden, sedangkan sisanya sebanyak 13% mengungkapkan bahwa obat tradisional bermanfaat dan tidak bermanfaat tergantung dari penyakit yang diderita oleh responden dan kecocokan tiap responden dalam menggunakan obat tradisional. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Pangastuti (2014). Dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa responden menganggap bahwa selama biaya yang dikeluarkan lebih murah dan penyakit yang diderita masih tergolong ringan, dengan menggunakan obat tradisional dalam pengobatan mandiri lebih bermanfaat meskipun di sisi lain penggunaan obat tradisional dalam pengobatan mandiri merugikan.
4.
Tindakan responden terkait penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri Tindakan (practice) merupakan suatu cara mempraktekkan apa yang telah
diketahui setelah mengadakan penilaian atau pendapat terhadap stimulus yang diterima (Fitriani, 2011). Stimulus yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan informasi yang mereka (responden) miliki tentang pengobatan mandiri atau swamedikasi dan obat tradisional, sedangkan prakteknya adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
tindakan responden apakah akan menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri ketika responden mengeluh sakit atau tidak. Tabel IX. Tindakan responden mengenai apakah akan menggunakan obat tradisional ketika sakit, n=31 Respons tindakan responden Persentase (%) Akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi 87 gejala/ sakit yang anda alami Tidak akan menggunakan obat tradisional untuk 10 mengatasi gejala/ sakit yang anda alami Ragu-ragu 3
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel IX) menunjukkan bahwa sebanyak 87% menyatakan akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi keluhan sakit yang dialami oleh responden. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pangastuti (2014) dan Cristiana (2014). Selain itu, seperti yang terlihat di Tabel IX, sebanyak 10% menyatakan tidak akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi keluhan sakit, sedangkan 3% menyatakan ragu-ragu karena akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi keluhan sakit tergantung dari penyakit yang dialaminya. Hasil penelitian ini kemungkinan berkaitan dengan sikap positif responden terhadap penggunaan obat tradisional jika mereka sakit. Jika tidak tergolong penyakit ringan (minor illnesses) dan membutuhkan intervensi dokter, responden tidak akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi sakit. Respons seseorang untuk melakukan tindakan mengobati sendiri (self medication) dengan menggunakan obat tradisional apabila sakit dengan alasan fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, takut dengan dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut biaya, dan sebagainya. Masyarakat sudah percaya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
kepada diri sendiri dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu melakukan
pengobatan
mandiri
sudah
dapat
menyembuhkan.
Hal
ini
mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan dan akan menggunakannya untuk mengatasi penyakit (Notoatmodjo, 2010). Responden yang tidak akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi gejala/sakit yang dialami, dalam hasil wawancara memilih untuk langsung ke dokter.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1.
Karakteristik responden yang menggunakan obat tradisional di kalangan masyarakat Desa Dieng adalah sebagian besar responden perempuan (68%), berusia 32-38 tahun, sudah menikah (84%), pendidikan terakhir SLTA/ SMA/ SMK (45%), jenis pekerjaan pedagang atau wiraswasta (36%) dan pendapatan per bulan ≥ Rp 1.000.000,00 sampai < Rp 1.500.000,00 (32%).
2.
Sebagian besar responden di kalangan masyarakat Desa Dieng yang menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri mengungkapkan obat tradisional seperti halnya jamu. Tanaman Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) banyak digunakan dan bentuk sediaan cairan yang paling banyak dikenal. Jamu merupakan jenis obat tradisional yang paling banyak dikenal dibandingkan obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Namun, pengetahuan mengenai logo jenis-jenis obat tradisional tergolong masih rendah. Sebagian besar responden memberikan sikap positif terhadap penggunaan obat tradisional untuk mengatasi gejala atau keluhan sakit yang dialami, sehingga terdapat kecenderungan melakukan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri.
64
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
B. Saran 1.
Perlu diteliti lebih lanjut mengenai hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri dan hubungan antara karakteristik responden terhadap perilaku pengobatan mandiri terkait obat tradisional.
2.
Perlu adanya sosialisasi atau penyuluhan terkait pengunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri kepada masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, karena berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan sebagian besar responden terutama penggunaan obat tradisional masih perlu ditingkatkan.
3.
Meningkatkan peran tenaga kesehatan, khususnya apoteker atau farmasis untuk dapat memberikan informasi mengenai penggunaan obat tradisional, sehingga diharapkan
masyarakat
lebih cermat untuk
memilih dan
menggunakan suatu produk obat tradisional atau tanaman obat dalam upaya kesehatan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Abdiyani, S., 2008, Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat Di Dataran Tinggi Dieng
(The Diversity Of Understories Medicinal Plants In Dieng Plateau), Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 5 (1), 79-92. Adikuntati, Y. M., 2008, Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Swamedikasi Demam oleh Ibu-Ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Badan Pusat Statistik, 2015, Indikator Kesehatan 1995-2012, Jakarta, 30-33. Berardi, R. R., et al., 2002, Handbook of Nonprescription Drugs an Interactive Approach to Self-Care, American Pharmacist Association, Washington, pp. 4-8. Citahasri, A., 2008, Profil Pelaksanaan Swamedikasi di Beberapa Apotek di Wilayah Surabaya Timur (Studi pada Swamedikasi atas Dasar Keluhan), Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya. Cristiana, E., 2014, Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Obat Tradisional dan Obat Modern dengan Tindakan Pemilihan Obat untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia. Darwati I. dan Roostika, I., 2006, Status Penelitian Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) di Indonesia, Buletin Plasma Nutfah, 12(1), 9-15. Dharmasari, S., 2003, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pengobatan Sendiri yang Aman, Tepat dan Rasional pada Masyarakat Kota Bandar Lampung Tahun 2003, Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Djunarko, I. dan Hendrawati, Y., 2011, Swamedikasi yang Baik dan Benar, PT Intan Sejati, Klaten, hal. 6-9. Emzir, 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, Rajagrafindo Persada, Jakarta, hal. 283-284. Figueras, A., Caamano, F., and Gestal-Otero, J. J, 2000, Sociodemographic factors related to self medication, European Journal of Epidemiology, 16 (1), 19-26.
66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
FIP dan WSMI, 1998, Responsible Self-Medication, Joint Statement by The International Pharmaceutical Federation and The World Self-Medication Industry. Fitriani, S., 2011, Promosi Kesehatan, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 124-140. Gitawati, R. dan Handayani, R.S., 2008, Profil Konsumen Obat Tradisional terhadap Ketanggapan akan Adanya Efek Samping Obat Tradisional, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 11 (3), 283-288. Handayani, L. dan Suharmiati, 2002, Meracik Obat Tradisional Secara Rasional, Medika, No. 10, Tahun XXVIII, 648-651. Hardon A, Hodgkin C, and Fresle D., 2004, How to investigate the use of medicines by consummers, World Health Organisation, Swit-zerland. p. 64. Harmanto, N. dan Subroto, M. A., 2007, Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping, PT. Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta. Herdiansyah, H., 2015, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi, Salemba Humanika, Jakarta Selatan, hal. 189. Hidayati, A., dan Perwitasari, D. A., 2011, Persepsi Pengunjung Apotek Mengenai Penggunaan Obat Bahan Alam sebagai Alternatif Pengobatan di Kelurahan Muja Muju Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta, Prosiding Seminar Nasional Homecare, Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2011, Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia, Volume 46, ISFI Penerbitan, Jakarta, hal.537. Istaminingdyah, R., 2008, Dasar-Dasar Pertimbangan Upaya Pengobatan Sendiri pada Masyarakat di Kabupaten Klaten, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan. Katno dan Pramono, S., 2008, Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada. Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004, Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.00.05.4,2411 Tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, BPOM RI, Jakarta. Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004, Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK. HK.00.05.41.1384 Tentang Kriteria dan Tata Laksana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmak, BPOM RI, Jakarta. Kristina, S. A., Prabandari, Y. S., Sudjaswadi, R., 2008, Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman, Majalah Farmasi Indonesia, 19(1), 3240. Krithikadatta, J., 2014, Normal Distribution, J Conserv Dent, 17(1), 96–97. Kurniasari, V. Y., 2007, Hubungan antara Pengetahuan dan Tingkat Ekonomi dengan Tindakan Pengobatan Mandiri pada Penyakit Batuk di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Iatimewa Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia. Melina, F., 2011, Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dengan Perilaku Ibu Dalam Mendapatkan Imunisasi Dasar Pada Balita di Posyandu Cempaka I Dusun 08 Janten Ngestiharjo Kasihan Bantul, Skripsi, Universitas Respati Yogyakarta, Indonesia. Meriati, N. W. E., Goenawi, L. R., dan Wijoyo, W., 2013, Dampak Penyuluhan Pada Pengetahuan Masyarakat Terhadap Pemilihan Dan Penggunaan Obat Batuk Swamedikasi Di Kecamatan Malalayang, Jurnal Ilmiah Farmasi, 2 (03), 2302-2493. Mulyana, D., 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hal. 182. Mulyani, D. S., 2013, Studi Pemahaman dan Alasan Pemilihan Obat Herbal Pada Pasien Poliklinik Penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia. Notoatmodjo, S., 1993, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta, hal. 94-100. Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S., 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineke Cipta, Jakarta, hal. 2022, 26-32, 76, 107-108, 140,146. Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 35-37. Noviana, F., 2011, Kajian Pengetahuan dan Alasan Pemilihan Obat Herbal pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
Nurmalina, R. dan Valley, B., 2012, 24 Herbal Legendaris untuk Kesehatan Anda, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, hal. 415-430. Pangastuti, R. M., 2014, Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Obat Tradisional dan Obat Modern dengan Tindakan Pemilihan Obat untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia. Pokja Sanitasi Kabupaten Wonosobo, 2012, Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah. Pramono, S., 2012, Sinergi Langkah Kebijakan Berbagai Instansi Pemerintah untuk Mengoptimalkan Program Pengembangan Jamu, Makalah Seminar Nasional Aspek Budaya, Kebijakan dan Filosofi Sains Jamu IICC, Bogor. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2011, Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014, Bakti Husada, Jakarta. Rahayu, M., Rugayah, Praptiwi, dan Hamzah, 2002, Keanekaragaman pemanfaatan tumbuhan obat oleh suku Sasak di Taman Nasional Gunung Rinjani-Nusa Tenggara Barat, Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik, Kehati, LIPI, Apinmap, Unesco dan JICA, Bogor. Rinukti dan Widayati, 2005, Hubungan Antara Motivasi Dan Pengetahuan Orang Tua Dengan Tindakan Penggunaan Produk Obat Demam Tanpa Resep Untuk Anak-Anak RW V Di Kelurahan Terban Tahun 2004, Sigma Jurnal Sains dan Teknologi, 8(1), 25-33. Sari, L. O. R. K., 2006, Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, 3(1), 01-07. Sarosa, S., 2012, Penelitian Kualitatif: Dasar- Dasar, PT. Indeks, Jakarta Barat, hal. 70. Sastroamidjojo. S., 2001, Obat Asli Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta, hal.170. Sarwono, S., 2007, Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal.1-3. Shankar, P. R., Partha, P., and Shenoy, N., 2002, Self-medication and non-doctor prescription practices in Pokhara valley, Western Nepal: a questionnairebased study, BMC Family Practice, 3 (17).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
Sudibyakto, Yunianto, T., Suripto, B. A., dan Kurniawan, A., 2002, Pemetaan Kondisi Sumber Daya Alam Kawasan Dataran Tinggi Dieng, Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Supardi, S. dan Susyanty, A. L., 2010, Penggunaan Obat Tradisional dalam Upaya Pengobatan Sendiri di Indonesia (Analisis Data Susenas Tahun 2007), Buletin Penelitian Kesehatan, 38 (2), 80-89. Supardi, S. dan Notosiswoyo, M., 2005, Pengobatan Sendiri Sakit Kepala, Demam, Batuk dan Pilek pada Masyarakat di Desa Ciwalen, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Majalah Ilmu Kefarmasian, 2 (3), 134-144. Supardi, S., Jamal, S., dan Raharni, 2005, Pola Penggunaan Obat, Obat Tradisional dan Cara Tradisional dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia, Bul. Penel. Kesehatan, 33(4), 192-198. Tilaar, M. dan Widjaja, B. T., 2014, The Power of Jamu: Kekayaan dan Kearifan Lokal Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 115, 195, 182183. Wasito, H., 2011, Obat Tradisional Kekayaan Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 1, 13-16, 27-39. Wawan, A. dan Dewi, 2011, Teori dan Pengukuran: Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta, hal. 34, 56. WHO, 1998, The role of the pharmacist in self- care and self medication, World Health Organisation, Geneva, pp. 2-3. WHO, 1988, Guidelines for Developing National Drug Policies, World Health Organisation, Geneva, pp. 31-33. Widayati, A., 2012, Health Seeking Behavior di Kalangan Masyarakat Urban di Kota Yogyakarta, Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, 9(2), 59-65. Widayati, A., Suryawati, S., Crespigny, C., and Hiller, J.E., 2012, Beliefs About the Use of Nonprescribed Antibiotics Among People in Yogyakarta City, Indonesia: A Qualitative Study Based on the Theory of Planned Behavior, Asia-Pacific Journal of Public Health, 20 (10), 1-12. Winata, S. D., 2003, Cara Bijak Menggunakan Obat Herbal, Meditek, 11(29), 5055.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
71
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1. Surat izin penelitian
72
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Ethical clearance
74
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Lampiran 3. Informed consent
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
:
Alamat
:
Menyatakan BERSEDIA MENJADI RESPONDEN PENELITIAN tentang “Penggunaan Obat Tradisional dan Obat Modern”, yang akan dilakukan oleh Tim Penelitian, yaitu: Ketua Peneliti : Aris Widayati, M.Si., Apt., PhD. Anggota
: Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. Yeni Mardiati Pasaribu Lusia Jois Mariana Natalia Putri Arumsari Veronika
Dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dengan ini saya juga menyatakan dengan sesungguhnya bahwa: 1. Saya telah diberi informasi mengenai penelitian ini, diberi hak bertanya tentang penelitian ini dan diberi hak didampingi oleh orang yang saya tunjuk ketika informasi mengenai penelitian ini disampaikan kepada saya. 2. Saya telah dijelaskan bahwa saya mungkin tidak akan secara langsung menerima manfaat dari hasil penelitian ini, namun saya juga telah diberitahu bahwa hasil penelitian akan dimanfaatkan untuk kepentingan ilmiah. 3. Saya juga telah diinformasikan bahwa data yang saya berikan akan digunakan sepenuhnya hanya untuk kepentingan penelitian dan tidak ada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
aspek komersial. 4. Saya juga telah diinformasikan bahwa data pribadi saya akan dirahasiakan, jika hasil penelitian ini dipublikasikan, maka nama saya akan disamarkan. 5. Saya telah diberitahu bahwa penelitian ini adalah dalam pelaksanaannya telah mendapatkan izin dari instansi yang berwenang, 6. saya tahu bahwa data yang saya berikan akan disimpan oleh peneliti selama setidaknya tiga tahun ke depan
Wonosobo,………..…………..2015 Yang menyatakan,
(…………………………………)
Saksi,
(………………………………….)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
Lampiran 4. Panduan wawancara
PANDUAN WAWANCARA “PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL DAN OBAT MODERN UNTUK PENGOBATAN MANDIRI”
Kriteria inklusi sampel yang akan direkrut sebagai responden adalah masyarakat dewasa di kawasan dataran tinggi Dieng yang berusia ≥ 18 tahun yang pernah melakukan pengobatan mandiri selama satu bulan terakhir, baik laki-laki ataupun perempuan dan bersedia wawancara. Kunci Komponen Pendahuluan
Perkenalan wawancara
Ucapan terimakasih atas kesediaannya berpartisipasi sebagai responden
Tujuan datang ke responden dengan menguraikan secara garis besar tentang penelitian
Penjelasan mengenai kerahasiaan responden
Penjelasan bagaimana wawancara akan dilakukan dan durasi wawancara
Data diri responden a. Nama
:
b. Alamat dan No.Telp
:
c. Usia
:
d. Jenis kelamin
:
e. Pekerjaan
:
f. Status pernikahan
:
g. Pendidikan terakhir
:
h. Pendapatan per bulan
:
a.Kurang dari Rp 300.000,00 b.Antara Rp 300.000,00-Rp 1.000.000,00 c.Antara Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00 d.Antara Rp 1.500.000,00-Rp 2.000.000,00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
c.Lebih dari Rp 2.000.000,00
1. Apakah
Anda
pernah
mendengar
istilah
pengobatan
mandiri
atau
swamedikasi? 2. Jika Anda pernah mendengar istilah tesebut, dari mana Anda mendapatkan informasinya? 3. Menurut Anda apakah yang dimaksud dengan pengobatan sendiri? 4. Apakah semua obat dapat dibeli untuk pengobatan sendiri tanpa periksa ke Puskesmas/RS/dokter praktek? ======= 5. Apakah Anda pernah mendengar tentang obat bebas atau bebas terbatas? Jika pernah: a. Dimanakah obat tersebut bisa dibeli? b. Apakah ketika membeli obat tersebut harus dengan resep dari dikter? c. Apa sajakah bentuk-bentuk obat tersebut? (tablet, kapsul, serbuk, cairan, dll) 6. Apakah Anda pernah melihat lambang pada kemasan obat tersebut? a. Jika pernah, seperti apa lambang tersebut dan arti dari lambang tersebut, gambarkan lambanganya? ===== 7. Apakah Anda pernah menggunakan obat atau memperoleh obat dari orang
lain
untuk
digunakan
mengatasi
sakit
(tanpa
perksa
ke
Puskesmas/RS/dokter praktek) dalam satu bulan terakhir ini? APABILA PERNAH: a. Berapa kali dalam satu bulan terakhir ini? b. Apakah Anda menggunakan atau memperoleh/diberi orang lain? i. Jika Anda memperoleh obat tersebut dengan cara membelinya, dimanakah obat tersebut Anda beli? Berapa jarak antara tempat tinggal Anda dengan tempat untuk membeli obat tersebut? Berapa harganya?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
ii. JIka Anda memperoleh obat tersebut dari orang lain, siapakah yang meemberikanya? c. Untuk siapakah obat tersebut? (apakah untuk diri sendiri atau orang lain/keluarga, dll… mohon sebutkan) d. Apa nama obatntya? e. Berapa lama Anda (orang lain yang menggunakan) mengkonsumsi obat tersebut? f. Berapa kali dalam sehari Anda (orang lain yang menggunakan) mengkonsumsi obat tersebut? Cara pakai obat tersebut? g. Dalam bentuk apa obat tersebut (tablet, sirup, serbuk, dll)? h. Keluhan/sakit apa yang berusaha diobati dengan obat tersebut? i. Apakah obat tersebut pernah digunakan sebelumnya? j. Apakah ada efek samping yang dirasakan? k. Mengapa Anda memilih obat tersebut? l. Darimana Anda mengetahui informasi mengenai obat yang Anda beli (atau yang diberi oleh orang lain) tersebut? m. Mengapa Anda (atau orang yang menggunakan oabt tersebut) tidak memeriksakan diri ke Puskesmas/RS/dokter, tetapi memilih meminum obat tersebut? n. Apakah Anda (orang yang mengguakan obat tersebut) sembuh setelah diobati dengan obat tersebut? ======= 8. Apakah Anda mengenal obat tradisional? a. Mohon bisakah dijelaskan, apakah yang dimaksud dengan obat tradisional menurut Anda? b. Apa sajakah bentuk-bentuk obat tradisional yang Anda kenal (tablet, pil, kapsul, serbuk, cairan, dll) c. Apakah Anda mengenal jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka? Jika mengenal, mohon dijelaskan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
i.
80
Apakah Anda mengenal lambang JAMU pada kemasan/bungkus jamu? Jika iya, mohon digambarkan. PERTANYAAN SERUPA JUGA UNTUK HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA.
9. Sebutkan satu contoh obat tradisional, manfaatnya dan cara penggunaannya. 10. Menurut Anda, apakah obat tradisional dapat menimbulkan efek samping? 11. Apakah Anda (atau keluarga Anda) pernah menggunakan obat tradisional untuk mengobati penyakit selama satu bulan terakhir? JIKA PERNAH: a. Seberapa sering Anda menggunakan obat tradisional (dalam satu bulan terakhir)? b. Apakah nama obat tradisional yang Anda gunakan? c. Untuk siapa obat tradisional tersebut? d. Dalam bentuk apa obat tradisional tersebut? e. Untuk mengobati penyakit apa? f. Darimana Anda memperolehnya?Kalau membeli, membeli obat tradisional dimana? Jarak antara tempat tinggal dan temapt membeli obat tradisional?Berapa harganya? g. Bagaimana Anda menggunakannya? (ATURAN PAKAI DAN CARA PAKAI) h. Berapa lama Anda menggunakannya? i. Apakah Anda sembuh setelah menggunakan obat tradisional tersebut? j. Adakah efek samping yang Anda rasakan? k. Apakah obat tradisional tersebut pernah digunakan sebelumnya? l. Dari manakah Anda mengetahui mengenai obat tradisional yang Anda gunakan tersebut? m. Apakah alasan Anda menggunakan obat tradisional tersebut? n. Mengapa Anda memilih menggunakan obat tradisional tersebut untuk mengatasi penyakit yang dialami (dibandingkan memeriksakan diri ke Puskesmas atau Rumah Sakit atau dokter praktek? ======
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
12. Bagaimana pendapat Anda mengenai penggunaan obat tradisional jika Anda sakit? 13. Bagaimana pendapat Anda mengenai penggunaan obat modern jika Anda sakit? 14. Apakah Anda menyukai menggunakan obat tradisional? 15. Apakah Anda menyukai menggunakan obat modern? 16. Apakah menurut Anda menggunakan obat tradisional bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang Anda alami? 17. apakah menurut Anda menggunakan obat modern bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang anda alami? ====== 18. Apakah Anda akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi gejala/sakit yang anda alami? 19. Apakah Anda akan menggunakan obat modern untuk mengatasi gejala/sakit yang anda alami?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5. Contoh logo-logo perusahaan obat tradisional pada kemasan
Gambar 1 Logo PT. Air Mancur
Gambar 3 Logo PT. Njonja Meneer
Gambar 2 Logo PT. Jamu Jago
Gambar 4 Logo PT. Sidomuncul
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
Lampiran 6. Peta Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah
www.wonosobocommunity.com
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Lusia Jois Mariana lahir di Kudap pada tanggal 15 Juni 1994, merupakan anak kedua dari pasangan Basilius Dwijo Sumaryo dan Yuventia Sarjinem. Penulis telah menempuh pendidikan awal di TK Poewardaminta Kudap, Riau pada tahun 1998-2000, SD Poewardaminta Kudap, Riau pada tahun 2000-2002 dilanjutkan ke SD Yos Sudarso Selatpanjang pada tahun 2002-2006, SMP Yos Sudarso Selatpanjang pada tahun 2006-2009, SMA Santa Maria Pekanbaru pada tahun 2009-2012. Seusai menempuh pendidikan di jenjang SMA, penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2012. Selama menjalani perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan kampus yaitu menjadi Sekretaris “Donor Darah JMKI 2014” dan “Kampanye Informasi Obat 2014”, anggota Sie. Acara “Pelayanan Kesehatan Gratis Dies Natalis ke-59 USD”, anggota aktif Herbal Garden Team (HGT), serta aktif menjadi asisten dosen praktikum Biokimia untuk tahun akademik 2014/2015 dan 2015/2016. Prestasi yang pernah diraih sebagai mahasiswa adalah anggota PKM-Pengabdian kepada Masyarakat dengan judul PINBOL ANTIK (Pengenalan Simbol-Simbol Kemasan Plastik dan Pengolahan Sampah Plastik) dengan SiswaSiswi Kelas III dan IV SDN Karangasem Condongcatur yang berhasil lolos didanai oleh DIKTI pada tahun 2015.
84