PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MAKNA KESURUPAN BAGI PENARI JATHILAN DALAM KELOMPOK JATHILAN TURONGGO JATI MANUNGGAL DI DUSUN KEPUH
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh : Caecilia Intan Anggraheni NIM : 089114100
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MAKNA KESURUPAN BAGI PENARI JATHILAN DALAM KELOMPOK JATHILAN TURONGGO JATI MANUNGGAL DI DUSUN KEPUH
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh : Caecilia Intan Anggraheni NIM : 089114100
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO “Aku memang hanya satu, tetapi aku adalah satu. Aku tidak bisa melakukan segala-galanya, tetapi aku bisa melakukan sesuatu. Dan apa yang dapat kulakukan, aku akan melakukannya. Dan apa yang akan kulakukan, dengan berkat Tuhan, maka akan kulakukan.” (Edward Everett Hale, 1822-1909)
“Jadilah kuat dan berani; jangan takut, atau kuatir; karena Tuhanmu selalu bersamamu ke mana pun engkau pergi.” (Joshua 1:9)
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Sukses tidak diukur dengan apa yang berhasil dicapai seseorang, tetapi rintangan yang telah dijumpainya, dan keberanian yang membuatnya mampu menjalani perjuangan melawan rintangan-rintangan yang sangat banyak.”. (Orison Swett Marden, 1850-1924)
“Aku selalu percaya bahwa siapapun yang memiliki sedikit keberanian dan keinginan untuk mencoba maka dia akan berhasil, dan dapat melakukan hal-hal yang ingin dilakukannya.” (William Lee, 1931-2003)
“Cintailah perjuangan, karena perjuangan mendekatkan kita kepada tercapainya cita-cita.” (Soedirman)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan Rasa Syukur yang Mendalam Skripsi ini Penulis Persembahkan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia dan keajaiban-Mu dalam setiap
langkahku. 2. Kedua orang tuaku Bp. Heribertus Robert Sarno dan Ibu Christina Sri
Winarni yang telah memberiku kasih sayang, dukungan serta doa yang begitu berlimpah kepadaku. 3. Kedua adikku Bonifasius Dian Dwi Kurniawan dan Maria Jevia Tri
Handayani yang telah memberiku motivasi dan semangat tiada henti. 4. Malaikat penjagaku Damascus Aquarista Desy Kusumarwanto, yang
selalu ada disampingku, memberi penguatan dan inspirasi kepadaku. 5. Teman-teman angkatan 2008 Fakultas Psikologi yang kusayangi.
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MAKNA KESURUPAN BAGI PENARI JATHILAN DALAM KELOMPOK JATHILAN TURONGGO JATI MANUNGGAL DI DUSUN KEPUH
Caecilia Intan Anggraheni
ABSTRAK Jathilan merupakan salah satu warisan budaya Jawa. Jathilan pada jaman dahulu melibatkan unsur kesurupan sebagai kesatuan yang tidak terpisahkan. Seiring perkembangan jaman, pemaknaan tersebut mulai bergeser. Penelitian ini akan mengungkap makna kesurupan yang dihayati para penari jathilan sehingga mereka tetap mau njathil hingga kesurupan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi. Subjek dalam penelitian ini sebanyak tiga orang penari jathilan dalam kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal di Dusun Kepuh. Subjek penelitian diperoleh dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam. Verifikasi data dilakukan dengan mengkonfirmasikan kembali data dan analisisnya kepada subjek penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga subjek memiliki pemaknaan positif terhadap fenomena kesurupan dalam kesenian jathilan. Pemaknaan positif terhadap fenomena kesurupan tersebut meliputi tiga hal, yaitu: 1) Kesurupan sebagai sesuatu yang penting dan berharga, 2) Kesurupan merupakan sebuah nilai yang dapat menambah kualitas hidup; 3) Kesurupan dilakukan dengan tulus dan dari keinginan sendiri. Ketiga makna yang dihayati para penari jathilan tersebut membuat mereka tulus dan senang hati tetap njathil hingga kesurupan. Kata kunci: kesurupan, jathilan, penari jathilan, budaya Jawa.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
THE MEANING OF TRANCE FOR JATHILAN DANCERS IN THE GROUP OF TURONGGO JATI MANUNGGAL AT KEPUH VILLAGE
Caecilia Intan Anggraheni
ABSTRACT
Jathilan is one of Javanese cultural heritages. Jathilan was formerly involving a trance as an inseparable unity. Over the times, its meaning has begun to shift. This research would reveal the meaning of trance that has been internalized by the dancers so that they still want to do the jathilan dance until they get trance. This research was done using a phenomenological qualitative approach. The research subjects were three jathilan dancers from the jathilan group of Turonggo Jati Manunggal in Kepuh Village. The research subjects were gathered by purposive sampling technique. The data gathering was obtained by a deep interview. The data verification was done by reconfirming the data and its analysis toward the research subjects. The research result showed that the three subjects have positive meaning to the trance phenomenon in jathilan. There were three positive meanings of the trance phenomenon: 1) Trance as something important and precious, 2) Trance is a value that can increase the quality of life; 3) Trance is done sincerely and as their wish. Those three meanings that were internalized by the dancers have made they remain sincere and happy to do the jathilan dance until the get trance. Keywords: trance, jathilan, jathilan dancers, Javanese culture
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas berkat dan bimbinganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah Skripsi yang berjudul “MAKNA KESURUPAN BAGI PENARI JATHILAN DALAM KELOMPOK JATHILAN TURONGGO JATI MANUNGGAL DI DUSUN KEPUH” dengan baik. Hal yang begitu menggerakkan penulis untuk melakukan penelitian ini karena adanya rasa kagum dan rasa keingintahuan akan pemaknaan para penari pada fenomena kesurupan serta sebuah harapan akan manfaat hasil penelitian terutama bagi disiplin ilmu Psikologi dan secara khusus bagi pemerhati kebudayaan tradisional Jawa, disamping itu skripsi ini merupakan matakuliah wajib yang harus ditempuh bagi mahasiswa sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada program studi Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penyusunan naskah skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Dengan segenap ketulusan hati, penulis secara pribadi mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada : 1. Bp. C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan banyak bimbingan berupa saran, ide, dan kritik, serta membagi pengalamannya yang berharga dengan setulus hati untuk penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Ibu Dr. Tjipto Susana dan Bp. C. Siswa Widyatmoko, M.Psi., selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan kritik serta saran yang berharga kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan naskah skripsi ini. 3. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi atas teladan dan bimbingan yang berharga. 4. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dengan sabar. 5. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan saran, bimbingan, dan motivasi selama masa studi. 6. Seluruh Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang dengan tulus hati dan penuh kesabaran membagikan ilmu dan pengalamanpengalaman berharganya. 7. Seluruh Staf Sekretariat Fakultas Psikologi, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni, Pak Giek, dan Bu Nanik yang selama ini telah banyak membantu kelancaran proses belajar selama saya menuntut ilmu di Fakultas Psikologi Sanata Dharma tercinta ini. 8. Kedua orang tuaku Bp. Heribertus Robert Sarno dan Ibu Christina Sri Winarni yang selalu mendampingi dan memberikan cinta kasih, semangat, dan doanya sehingga penulisan naskah skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9. Kedua adikku Bonifasius Dian Dwi Kurniawan dan Maria Jevia Tri Handayani yang selalu memberi semangat untuk menjadi lebih baik. 10. Malaikat penjagaku Damascus Aquarista Desy Kusumarwanto yang selalu ada
disampingku,
memberi
penguatan
dan
inspirasi
kepadaku.
Terimakasih untuk semua waktu dan arahan dalam penyelesaian naskah skripsiku dengan penuh kesabaran, tanpa semua itu penelitianku tidak akan berjalan selancar ini. Lv u. 11. Teman-teman bimbingan skripsi Nindi, Meili, Ica, Nana, Rio, Kak Jina, dan Kak Komeng serta sahabatku Vina, terimakasih untuk rasa “senasib sepenaggungan” dan segala perjuangan kita yang indah ini. 12. Teman-temanku tersayang khususnya angkatan 2008 dan teman-teman KKN “5Lontrot 060711-050811” terimakasih atas kebersamaan kita, suka duka
dan segala
pengalaman-pengalaman berharga,
serta proses
pendewasaan yang luar biasa bersama kalian semua. Lv u all. 13. Kelompok
Jathilan
Turonggo
Jati
Manunggal
atas
pengalaman
berharganya. Mas Fandy, Mas Pete, Mas Agus, Mas Antok, Mas Erwin, Mas Fendry, Anjar, Pepy, Mbah Sarno, Pak Kentung, Mas Manto dan masih banyak lagi yang tak mampu disebutkan satu persatu. Terimakasih boleh menjadi bagian dari kalian, merasakan “dag-dig-dug nya” menjadi penari jathilan dan belajar mencintai jathilan sebagai kebudayaan asli Jawa. Salam hakeee…hokyaaa...asololeyyy!!. 14. Warga Kepuh atas sapaan hangatnya. Pak Dukuh, Bu Dukuh, Mbak Reni, Mbak Parjiyem, Bu Sirup, Bu Surani, Mbak Atip, Dik Wahyu, Dik Wulan, xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dan masih banyak lagi yang tak mampu disebutkan satu persatu. Terimakasih boleh menjadi bagian dari kalian selama satu bulan. Dari kalian saya banyak belajar tentang makna hidup yang sesungguhnya. Kesederhanaan dan hal bersyukur dalam segala hal. Lv u all. 15. Makhluk-makhluk tak kasat mata dan para leluhur yang bersemayam di Gunung Merapi dan Kali Gendol atas sapaan selama penulis mengikuti kegiatan jathilan di Dusun Kepuh. Maaf bila ada perkataan dan perbuatan yang kurang berkenan, semoga mendapat tempat terindah dan ketentraman di Surga sana. Amin. 16. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan naskah skripsi ini. Terimakasih untuk segala dukungan, doa, dan partisipasinya sehingga penelitian ini bisa terselesaikan dengan baik. Akhir kata sebagaimana karya manusia, penulis menyadari bahwa naskah skripsi ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan naskah skripsi ini. Semoga naskah skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 27 Februari 2013 Penulis
Caecilia Intan Anggraheni xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL
...................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO
......................................................... iii
……………………………………………. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
…………………………………….. vi
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ABSTRAK
…………….. ii
…………….. vii
…………………………………………………………….. viii
ABSTRACT …………………………………………………………….. ix HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR
…….. x
…………………………………………….. xi
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xv DAFTAR TABEL BAB I.
…………………………………………………….. xviii
PENDAHULUAN
…………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah
……………………………. 1
B. Rumusan Masalah
…………………………………….. 6
C. Tujuan Penelitian
…………………………………….. 7
D. Manfaat Penelitian
…………………………………….. 7
1. Manfaat Teoritis ……………………………………. 7 2. Manfaat Praktis
……………………………………. 7
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………. 9 A. Makna
…………………………………………….. 9
B. Jathilan
…………………………………………….. 11
1. Definisi Jathilan …………………………………….. 11 2. Sejarah Jathilan
…………………………………….. 11
3. Lakon-lakon dalam Tarian Jathilan
…………….. 14
4. Kelompok Jathilan Turonggo Jati Manunggal di Dusun Kepuh C. Kesurupan
..…………………………………… 16
…………………………………………….. 19
1.
Kesurupan Secara Umum
…………………….. 19
2.
Kesurupan Menurut Perspektif Psikologi
3.
Gejala-gejala Kesurupan
…….. 20
…………………….. 22
D. Dinamika Penelitian ……………………………………. 24 1. Batasan-batasan Penelitian 2. Alur Berpikir
……………………. 24
……………………………………. 25
BAB III. METODE PENELITIAN ……………………………………. 27 A. Jenis Penelitian
………………………………….… 27
B. Fokus Penelitian
……………………………………. 28
C. Subjek Penelitian
……………………………………. 34
D. Metode Pengambilan Data E. Analisis Data
……………………………. 35
……………………………………. 37
1. Organisasi Data ……………………………………
37
2. Pengkodean Data ……………………………………
37
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Interpretasi
……………………………………
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 1. Kredibilitas
38
……………. 39
……………………………………
39
2. Konfirmabilitas ……………………………………
40
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
……………. 41
A. Prosedur Pengambilan Data ……………………………. 41 B. Subjek Penelitian
……………………………………. 44
C. Hasil Analisis Data Penelitian
BAB V.
……………………. 45
D. Pembahasan
……………………………………………. 72
PENUTUP
……………………………………………. 79
A. Kesimpulan
……………………………………………. 79
B. Saran
……………………………………………. 79
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………. 81
LAMPIRAN
……………………………………………. 83
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1. Aspek-aspek Penelitian
…………………………………….. 29
Tabel 2. Pedoman Wawancara
…………………………………….. 30
Tabel 3. Analisis Subjek 1
…………………………………….. 45
Tabel 4. Analisis Subjek 2
…………………………………….. 52
Tabel 5. Analisis Subjek 3
…………………………………….. 58
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku dan tiap-tiap suku memiliki kebudayaan dan tradisi yang beraneka ragam. Kebudayaan dan tradisi dalam suatu masyarakat diwariskan secara turun temurun dalam lingkup keluarga dan dalam lingkungan masyarakat. Tiap-tiap anggota yang mewarisi kebudayaan tersebut memiliki pandangan dan penilaian tersendiri dalam memaknai warisan budaya. Salah satu kebudayaan yang telah diwariskan secara turun temurun dimasyarakat Jawa adalah pertunjukan kesenian jathilan. Jathilan adalah salah satu dari banyak tari tradisional, yang dipertunjukkan di banyak tempat di Indonesia (khususnya di Pulau Jawa). Jathilan sering dikenal juga dengan sebutan kuda lumping, kuda kepang atau jaran kepang. Kesenian ini dapat dimainkan oleh laki-laki maupun perempuan dan didampingi oleh beberapa pawang yang di dalam pertunjukannya ada unsur seni dan religi yang ditandai dengan adanya peristiwa kesurupan pada para penari jathilan. Kesenian ini juga menggunakan peralatan kuda-kudaan dari anyaman bambu sebagai media utama penari dalam mengekspresikan makna simbolik tari dan salah satu unsur dari munculnya fenomena kesurupan (Masyarakat seni pertunjukan Indonesia, 1999, 37). 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
Jathilan pada jaman dahulu melibatkan unsur kesurupan sebagai kesatuan yang tidak terpisahkan. Seiring berkembangnya jaman, pemaknaan tersebut mulai bergeser. Kesurupan dalam kesenian jathilan tak jarang hanya sebagai tontonan dan hiburan semata, dengan kata lain kesurupan pura-pura atau kesurupan tidak sesungguhnya sudah biasa terjadi. Munculnya pergeseran makna kesurupan dari masa ke masa sudah lazim terjadi, walau sedikit tapi tentunya masih dijumpai beberapa kelompok jathilan yang tetap mempertahankan unsur religi dalam kesenian jathilan yang ditandai dengan masih adanya peristiwa kusurupan sesungguhnya (kemasukan roh halus) pada para penari jathilan (Soedarsono, 1983). Pelly (1994) menjelaskan bahwa kebudayaan itu bersifat dinamis, bagaimanapun juga cepat atau lambat kebudayaan akan berubah. Perubahan-perubahan terjadi karena manusiamanusia pendukung kebudayaan di berbagai daerah telah berubah karena perubahan pola hidup dan pergantian generasi. Dewasa ini mulai susah untuk mencari penari jathilan. Minat terhadap kesenian jathilan mulai berkurang karena tergeser oleh teknologi, informasi, dan hiburan yang lebih modern, seperti pertunjukan organ tunggal atau band (Us, wawancara, 20 Maret, 2012). Sama halnya dengan kesenian jathilan, seiring berjalannya waktu, esensi kesurupan dalam kesenian jathilan juga mulai berubah. Dari beberapa penari jathilan di daerah Sleman Barat dan Kulon Progo yang pernah peneliti wawancarai sehubungan dengan peristiwa kesurupan yang mereka alami dalam kesenian jathilan, menuturkan bahwa:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
“Ya kalau menurut saya, udah jadi rahasia umum mbak kalau njathil itu gak perlu kesurupan. Sebatas bisa menghibur masyarakat itu dah cukup. Namanya jaman juga udah berubah, setau saya dulunya njathil emang seharusnya kudu kesurupan ya berhubung sekarang banyak penari yang gak kesurupan ya saya rasa kalau saya njathil dan gak kesurupan yah hal yang wajar. Banyak juga kok selain saya yang kesurupannya pas njathil cuma direkayasa” (Ar, wawancara, 21 Maret, 2012). “Kalau saya sendiri sebenarnya takut untuk kesurupan, jadi ya saya pura-pura kesurupan aja biar jathilannya keliatan asyik kaya jathilan jaman dulu. Menurut saya ya biasa aja, gak ada hal istimewa yang saya dapat dari kesurupan, biasane ya malah jadi capek dan badan lebam-lebam. Sebenere kesurupan itu sakral tapi saya sendiri kadang takut berefek dikesehatan saya kalau makan yang aneh-aneh” (Bj, wawancara, 21 Maret, 2012). “Emmm saya njathil itu memang gak mengharuskan diri untuk kesurupan mbak, ya pernah kesurupan tapi biasanya sewaktu pentas saya kesurupannya pura-pura. Jujur saja cari kerjaan sekarang susah mbak, saya bergabung dikelompok jathilan untuk menambah pendapatan saya. Ya walau hasilnya gak seberapa tapi ya lumayan lah jadi setiap pentas njathil saya berusaha totalitas biar terlihat seperti kesurupan beneran. Kalau banyak yang tau saya kesurupannya fenomenal kan nanti banyak yang nanggap saya untuk njathil diberbagai acara” (Tm, wawancara, 24 Maret, 2012). “Saya njathil cukup lama, sekitar delapan tahunan. Kelompok jathilannya ya gonta-ganti gitu. Kadang kesurupan beneran, kadang kesurupan bohongan tapi biasanya saya pesen kepawang biar gak kesurupan. Jadinya pas njathil ya akting kesurupan mbak. Tujuan saya kesurupan ya biar gak malu-maluin dan biar jathilane jadi tambah seru mbak, biar masyarakat terhibur dengan pertunjukan yang saya lakukan kan mereka juga gak tau kalau kesurupan saya cuma pura-pura. Jujur aja mungkin saya tidak selalu bisa mempertahankan budaya jathilan di jaman dulu yang seharusnya kesurupan beneran” (Rd, wawancara, 25 Maret, 2012). Penuturan dari beberapa penari jathilan dari berbagai kelompok jathilan di atas cukup menjelaskan bahwa pemaknaan kesurupan dalam kesenian jathilan di jaman sekarang memang sudah mulai bergeser dibandingkan dengan pemaknaan kesurupan di jaman dahulu. Pergeseran makna tersebut terlihat dari adanya asumsi bahwa kesurupan dalam kesenian jathian dilakukan untuk menambah pendapatan (materi), kesurupan pura-pura sudah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
lazim terjadi, adanya ketakutan mengalami gangguan kesehatan jika mengalami kesurupan, dan tidak ada hal istimewa yang didapat dari kegiatan njathil hingga kesurupan. Berbeda dengan para penari jathilan dalam kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal di Dusun Kepuh, mereka tetap mau njathil hingga kesurupan sekalipun tak luput dari dampak negatif seperti cidera fisik dan sering tidak mendapatkan bayaran dari pentas njathil. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh peneliti, peneliti mengenal penari jathilan dalam kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal sewaktu peneliti menjalani kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata). Selama kegiatan KKN berlangsung, peneliti mempunyai kesempatan untuk pentas njathil dan pernah mengalami kesurupan. Dalam kegiatan KKN, peneliti memanfaatkan waktu untuk mengenal lebih jauh mengenai kesenian jathilan bersama warga Dusun Kepuh. Peneliti bersama para penari jathilan di Dusun Kepuh berlatih jathilan bersama selama dua kali dalam seminggu. Berawal dari pengalaman itulah peneliti mulai merasa tertarik dengan kesenian jathilan dalam kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal. Peneliti mendapat kesempatan untuk pentas bersama dalam acara perpisahan KKN. Pada saat itulah peneliti juga sempat mengalami kesurupan. Bagi peneliti hal tersebut sungguh merupakan suatu pengalaman baru yang tidak mungkin terlupakan. Peneliti dapat menikmati setiap rangkaian tarian dan pada akhirnya mengalami fenomena kesurupan seperti para penari jathilan yang lain. Sesudah pentas kesenian jathilan berakhir dan peneliti kembali tersadar dari kesurupan, entah mengapa rasa takut yang awalnya menghinggapi untuk mengalami fenomena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
kesurupan menjadi hilang dan peneliti menjadi semakin bangga terhadap para penari jathilan Turonggo Jati Manunggal, dan hal tersebut dimanfaatkan peneliti untuk menerima tawaran njathil untuk kedua kalinya bersama kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal dalam kegiatan pembukaan Dies Natalis ke-56 Universitas Sanata Dharma. Dari ulasan sebelumnya, peneliti mengetahui bahwa dewasa ini esensi kesurupan dalam kesenian jathilan mulai bergeser, namun peneliti memiliki ketertarikan tersendiri dengan fenomena kesurupan yang dialami peneliti sendiri bersama para penari jathilan, khususnya para penari jathilan di Dusun Kepuh. Dari keterangan yang didapat peneliti dari penari jathilan di Dusun Kepuh, kesurupan dalam kesenian jathilan tetap mereka pertahankan sesuai dengan warisan budaya Jawa yang memang sudah melekat kuat pada diri mereka. Mereka tidak merasa keberatan untuk tetap menari dalam pentas kesenian jathilan dan merasa bangga ketika mengalami fenomena kesurupan dalam setiap pementasan kesenian jathilan. Bagi para penari jathilan di Dusun Kepuh, jathilan dipandang sebagai suatu kesenian tradisional yang sakral dan patut untuk dilestarikan. Selain bertujuan sebagai pertunjukan yang menghibur, kesenian jathilan yang melibatkan kesurupan justru tetap mereka jalani dengan keyakinan agar dapat terhindar dari gangguan-gangguan makhluk halus. Di dalam pentas kesenian jathilan, selain tari-tarian yang dinamis, kesurupan merupakan suatu kesatuan serta rangkaian yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Untuk tetap mau menari dalam pentas kesenian jathilan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
untuk tetap mau terlibat dalam fenomena kesurupan tentunya para penari jathilan menghayati suatu makna tertentu sehingga tidak merasa terbebani untuk melakukan suatu hal yang seiring perkembangan jaman oleh beberapa orang dan penari jathilan lainnya dipandang sebagai hiburan semata dan kesurupan dalam kesenian jathilan tidak terlalu dianggap penting. Peneliti bermaksud ingin menganalisa dan menggali informasi lebih mendalam mengenai fenomena kesurupan yang terjadi dalam kesenian jathilan dengan tujuan untuk mengetahui makna apa yang dihayati penari jathilan terhadap kesenian jathilan sehingga tetap mau mempertahankan kesurupan yang sesungguhnya sesuai dengan warisan budaya Jawa, walau bagi sebagian penari jathilan kesurupan pura-pura sudah lazim terjadi. Ketika mengalami kesurupan para penari jathilan Turonggo Jati Manunggal sering bertingkah aneh seperti binatang dan dalam prosesi kesurupan juga terdapat adegan-adegan berbahaya seperti memakan beling, memakan dupa, memakan bunga, dan lain-lain. Apakah peristiwa kesurupan tersebut hanya sebatas bertujuan untuk menghibur penonton sesuai dengan yang terjadi dalam perkembangan jaman dewasa ini atau memang ada suatu hal yang dianggap penting dan bermakna bagi keseharian para penari jathilan?
B. Rumusan Masalah Bagaimana para penari jathilan Turonggo Jati Manunggal di Dusun Kepuh memaknai fenomena kesurupan dalam pentas kesenian jathilan?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisa makna kesurupan dalam pentas kesenian jathilan bagi penari jathilan Turonggo Jati Manunggal di Dusun Kepuh.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dalam lingkup psikologi budaya mengenai gambaran makna kesurupan bagi penari jathilan dalam pentas kesenian jathilan.
2. Manfaat Praktis a. Bagi penari jathilan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai makna yang dihayati para penari jathilan sehingga tetap mau mempertahankan kesurupan yang sesungguhnya sesuai dengan warisan budaya Jawa, walau bagi sebagian penari jathilan kesurupan pura-pura sudah lazim terjadi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
b. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kajian kesurupan dalam kesenian jathilan khususnya di budaya Jawa. Selain memberikan gambaran mengenai pemaknaan yang dihayati para penari jathilan terhadap fenomena kesurupan dalam pentas kesenian jathilan, dari hasil penelitian ini juga diharapkan agar masyarakat turut melestarikan warisan budaya yang ada dalam lingkup keluarga dan lingkungan di mana kita tinggal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Makna Makna menurut Frankl (1984) adalah kesadaran akan adanya suatu kesempatan atau kemungkinan yang ada dalam realitas. Makna adalah hal-hal yang oleh seseorang dipandang penting dan dirasakan berharga. Makna juga memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna menurut Malik (2012) dalam artikelnya adalah pemahaman yang membuat sesuatu berarti dalam hidup, yang serta merta merombak alam berfikir dan menemukan nilai baru, kita tak mungkin hidup tanpa nilai. Nilai ini menambah kualitas kita, sehingga dapat lebih mudah berkreasi dan menjalani hidup. Dari pemahaman tersebut maka peneliti mencoba menjelaskan bahwa sebuah pemaknaan terhadap fenomena kesurupan meliputi aspek pikiran, perasaan, dan perilaku. Dalam memaknai sesuatu tentunya tidak lepas dari apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan, dan bagaimana dampak bagi perilaku kita. Aspek pikiran, perasaan, dan perilaku akan menjadi satu kesatuan yang membentuk ketiga subjek dalam memaknai fenomena kesurupan yang mereka alami pada pentas kesenian jathilan dalam kelompok Turonggo Jati Manunggal di Dusun Kepuh. Bagi sebagian penari jathilan, kesurupan pura-pura sudah lazim terjadi, namun penari jathilan kelompok Turonggo Jati Manunggal di Dusun Kepuh tetap mau mempertahankan 9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
kesurupan yang sesungguhnya sesuai dengan warisan budaya Jawa. Untuk tetap mau njathil hingga kesurupan pastilah para penari jathilan tersebut menghayati suatu makna tertentu mengenai fenomena kesurupan itu sendiri. Makna tak mungkin ada tanpa kehadiran tujuan dan keberadaan tujuan meniscayakan tindakan. Kita melakukan sesuatu tak lain untuk memperoleh makna dan limpahan makna ini pula yang membuat hidup kita bahagia (Malik, 2012). Jadi makna kesurupan dalam kesenian jathilan bagi penari yang mengalami kesurupan adalah adanya pandangan terhadap fenomena kesurupan sebagai suatu hal penting, dirasakan berharga, dan juga memberikan nilai khusus yang terkait dengan kehidupannya sehari-hari. Kesediaan untuk tetap njathil hingga kesurupan bisa jadi merupakan suatu penghayatan terhadap tradisi lelulur untuk mengalami kesurupan sebagai suatu kesatuan dalam kesenian jathilan yang utuh. Adapun jika mengingat perkembangan budaya yang sangat pesat di jaman sekarang ini, tidak menutup kemungkinan jika para penari tetap njathil hingga kesurupan hanya sebagai hiburan semata dan tidak terlalu menghayati makna kesurupan tersebut. Semua tergantung dari bagaimana para penari menghayati dan memetik makna dari fenomena kesurupan yang mereka alami.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
B. Jathilan 1. Definisi Jathilan Nama lain dari jathilan adalah jaran kepang, kuda kepang, kuda lumping, dan ebeg. Jathilan adalah tarian tradisional Jawa yang menampilkan kegagahan sekelompok prajurit yang tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang dianyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian jathilan biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan jathilan juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. (“Kuda lumping”, 2012).
2. Sejarah Jathilan Jathilan merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa jathilan menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda. Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, jathilan merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan. Seringkali dalam pertunjukan jathilan, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada jaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda. (“Sejarah kuda lumping”, 2012). Jathilan pada masa sekarang fungsinya hanya sebagai tontonan atau hiburan, ini agak berbeda dengan fungsi jathilan pada jaman dahulu yang selain untuk tontonan juga berfungsi sebagai pengawal yang memeriahkan iring-iringan temanten atau anak yang dikhitan serta untuk kepentingan pelepas nadzar atau midhang (ungkapan syukur atas terwujudnya suatu hal yang diinginkan). Para pemain jathilan hanya mewarisi kesenian tersebut dari nenek moyang mereka. Tidak ada yang mengetahui dan mendefinisikan kapan mulanya tari ini ada. Orang-orang umumnya menyatakan bahwa jathilan sudah ada sejak dulu kala. Namun yang pasti, jathilan berkembang dibeberapa wilayah seperti, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Masing-masing wilayah tersebut menampilkan versi masing-masing. Soal cerita, mereka biasanya identik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
menampilkan lakon yang sama, seperti Panji, Ario Penangsang maupun gambaran kehidupan prajurit pada masa kerajaan Majapahit. Tari ini sifatnya fleksibel, bisa ditampilkan di mana saja, saat pesta pernikahan, sunatan atau pada saat pesta maupun festival kesenian rakyat. (“Jathilan sebuah tarian magis”, 2007). Menurut opini dari seorang dosen Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Gandung Sudjatmiko, dalam sebuah artikel (“Jathilan sebuah tarian magis”, 2007), seni ini bersumber dari rakyat jelata. Hal ini bisa dilihat dari penampilan kesederhanaan pakaian yang digunakan para penari. Mereka mengenakan celana sebatas lutut, kain batik bawahan, kemeja atau kaus lengan panjang, setagen, ikat pinggang bergesper, selempang bahu (srempeng), selendang pinggang (sampur) dan kain ikat kepala (udheng) dan hiasan telinga (sumping). Para penari berdandan mencolok dan mengenakan kacamata hitam. Tentu sangat berbeda dengan pakaian sebuah pembesar kerajaan yang menggunakan pakaian serba lengkap dan gemerlap. Tarian yang diperagakan pun cenderung berulang-ulang dan monoton dengan komposisi musik yang sederhana, namun dengan penuh semangat. Seiring perjalanan waktu, kini seni tari jathilan bisa divariasikan dengan berbagai musik lain. Sebut saja dengan jathilan model baru. Mereka sudah
merambah
ke
wilayah
dan
nuansa
modern
dengan
mengolaborasikan musik yang ada pada jaman sekarang yang tidak terkesan kampungan, seperti musik jazz, pop atau campur sari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
3. Lakon-lakon dalam Tarian Jathilan Pertunjukan jathilan didukung oleh para anggota, terdiri dari pawang (sebagai pimpinan pertunjukan dan pengendali pertunjukan), pemain musik, penari, dan penonton. Pawang membawa perlengkapan yang berupa sesaji yang terdiri dari bunga, minuman, minyak wangi, dan kemenyan. Peralatan yang digunakan berupa seperangkat alat musik, terdiri dari: kendhang, saron, demung, gong, dan kethuk kenong. Untuk pertunjukan jathilan masa sekarang kadang ditemui keyboard dan drum untuk penunjang iringan musik. Bagi para penari jathilan, penari kuda mengambarkan para prajurit Mataram yang sedang melakukan latihan perang. Penari ini dibagi menjadi dua kelompok setiap kelompok mempunyai seorang pemimpin. Adapun penari kuda ini berjumlah delapan orang dan dilengkapi dengan kuda kepang dan sebuah pedang. Penari jathilan yang menari berpasangan lurus, kemudian membentuk lingkaran dan kembali lurus berpasangan selanjutnya perang-perangan. Perlengkapan penari, terdiri dari seperangkat pakaian, kuda kepang, cambuk, dan topeng. Topeng digunakan penari dalam pertunjukkan jathilan untuk melakonkan karakter tertentu, seperti lucu dan seram. (Ardhi, 2009). Rasers dalam (Dewi, 2007) menjelaskan pertunjukan seperti lakon-lakon adalah peninggalan seremoni lengkap yang sudah punah. Pertunjukan tersebut, dewasa ini dipakai dalam upacara perkawinan, sunatan, dan simbolis berkaitan dengan dualism di dalam alam semesta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
yang masih muncul atau masih bisa dilihat di dalamnya. Rias muka realitis, serba tebal terutama merah pipi, ditambah kumis untuk semua pemain kuda. Kostum yang dipakai berupa blangkon/iket dengan cundhuk bulu, sumping, kalung bunga ronce, memakai baju (hem), kelat bahu, gelang, sabuk, timang, sampur, kain dan celana panji. Saat menari, posisi kaki dalam tarian ini adalah terbuka, untuk posisi lengan rata-rata sedang. Tangan kiri selalu nekem menggambarkan orang naik kuda memegang kendali pada pangkal leher kudanya. Sedangkan tangan kanan memegang pedang yang dibuat dari bambu. Gerak tari pokok yang selalu ada yaitu pacak gulu, siring dan ngiclik serta njondhil. Adapun bentukbentuk tarian yang di mainkan oleh penari kuda yaitu : 1. Sembahan 2. Langkahan 3. Jogetan Pincangan 4. Perang ProTelon 5. Lilingan 6. Perang Individu 7. Ndadi Lakon
Buto,
Barongan
dan
Anoman
merupakan
tokoh
pengganggu prajurit dalam latihan berperang. Buto dengan sosok seramnya merupakan memedi atau setan, Barongan merupakan hewan aneh dengan kepala macan berbadan banteng, Kethek merupakan monyet
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
liar yang selalu menggangu para prajurit dan juga sering menganggu Barongan.
4. Kelompok Jathilan Turonggo Jati Manunggal di Dusun Kepuh Berawal pada tahun 2004 dari kegiatan di malam Suro, masyarakat Kepuh setiap tahunnya rutin mengadakan kegiatan tirakatan. Dalam acara tirakatan tersebut, masyarakat Kepuh gemar untuk memutar musik-musik jathilan. Ketertarikan masyarakat Kepuh dengan musikmusik jathilan beserta kesenian jathilan sangatlah besar. Melihat hal tersebut, bapak Tukiyar yang merupakan warga Kepuh berinisiatif membuat jaran kepang dari anyaman bambu. Jaran kepang yang dihasilkan oleh bapak Tukiyar cukup bagus dan mendapat perhatian dari warga Kepuh. Beberapa pemuda Kepuh yang melihat hal tersebut menjadi tertarik berlatih njathil dengan diiringi musik-musik jathilan dari kaset. Melihat ketertarikan para pemuda terhadap kesenian jathilan, para sesepuh warga Kepuh bermaksud untuk membentuk suatu kelompok kesenian jathilan di Dusun Kepuh. Untuk menanggapi kegemaran warga Kepuh terhadap kesenian jathilan, diadakanlah rapat yang dihadiri warga Kepuh. Dalam rapat tersebut membahas sehubungan dengan rencana dibentukknya kelompok jathilan di Dusun Kepuh, usulan tersebut disambut baik oleh warga Kepuh. Pada tahun 2004 resmi terbentuk kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal. Banyak berbagai usulan nama-nama kelompok jathilan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
yang muncul, namun atas kesepakatan bersama dipilihlah nama Turonggo Jati Manunggal. Dalam peresmian kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal, terpilih Mbah Sarno sebagai ketua dan Pak Oni sebagai wakil ketua. Setelah peresmian Turonggo Jati Manunggal, para pemuda Kepuh aktif berlatih njathil. Semangat untuk berlatih njathil membuahkan hasil yang memuaskan, dalam acara pekan budaya, kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal selalu mendapat kesempatan untuk pentas dalam acara tersebut. Kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal juga sering pentas njathil untuk acara-acara yang ada di Dusun Kepuh seperti sunatan, pernikahan, peringatan hari raya, dan lain-lain. Dalam perkembangannya, memasuki tahun 2007 kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal mengalami kemunduran. Hal tersebut dikarenakan para pemuda mulai bosan dengan tarian yang monoton dan musik yang kurang beragam. Awal tahun 2008 mulai ada tarian dan musik jathilan kreasi baru. Semangat untuk njathil kembali muncul dan semakin banyak pemuda di Dusun Kepuh yang tertarik untuk bergabung dalam kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal. Melihat kelompok jathilan
Turonggo
Jati Manunggal semakin berkembang pesat,
memunculkan beberapa pihak mulai tertarik untuk mengkomersilkan kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal melalui suatu label tertentu. Dengan ada tawaran tersebut, kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal menjadi bersemangat untuk berlatih njathil dan tak segan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
untuk mengeluarkan biaya untuk berbagai keperluan njathil. Namun diluar dugaan, kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal mengalami penipuan. Tawaran untuk dikomersilkan dalam suatu label tersebut tidak pernah ada kelanjutannya hingga saat ini. Tahun 2010 terjadi erupsi merapi yang sangat hebat, lantas sejak saat itulah kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal menjadi vakum total. Peralatan njathil seperti jaran kepang, kostum, dan gamelan semua habis tak tersisa karena amukan wedhus gembel. Tahun 2011 peneliti mendapat tempat di Dusun Kepuh untuk melaksanakan kegiatan KKN. Kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal mendapat perhatian utama untuk kegiatan KKN peneliti karena hal tersebut menjadi program utama kegiatan KKN peneliti. Pengalaman kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal yang pernah tertipu dan hilangnya semua arsip jathilan membuat semangat para pemuda untuk njathil menjadi hilang. Dengan adanya kerjasama yang baik antara kelompok KKN dan kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal membuat jathilan Kepuh kembali menunjukkan
keeksistensiannya
walaupun
ditengah
berbagai
keterbatasan dan berbagai kendala. Semangat njathil tersebut membawa kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal meraih piala penghargaan sebagai kelompok jathilan terfavorit dalam acara pekan kesenian Kabupaten Sleman. Sejak saat itulah semangat untuk njathil kembali muncul dan hingga saat ini kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal tetap eksis untuk mengadakan pentas diberbagai acara.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
C. Kesurupan 1. Kesurupan Secara Umum Kesurupan adalah sebuah fenomena tentang makhluk halus yang menguasai pikiran, perasaan, dan intelek (kesanggupan untuk membuat keputusan) pada diri seseorang dengan menyatu pada kesadarannya (Walker, 1973, 4). Dalam hal ini makhluk halus bisa menguasai tindakan seseorang. Orang dapat mengalami kesurupan ketika badannya dimasuki oleh makhluk halus yang menguasai jiwa raganya. Hampir pada setiap kasus kesurupan, seseorang yang kesurupan tidak tahu atau tidak ingat bahwa dia kesurupan karena jiwa raganya dikuasai oleh makhluk halus (Wallance, 2001, 14). Fenomena kesurupan telah ada selama beribu-ribu tahun yang lalu, di seluruh penjuru dunia. Berbagai bentuk dan interpretasi kesurupan dari kebudayaan yang satu ke kebudayaan yang lain tidaklah sama dan mengalami berbagai perubahan seiring berjalannya waktu. Kesurupan adalah fenomena yang dapat ditemukan dalam banyak agama dan diberbagai masyarakat seluruh dunia. Dalam tradisi agama dan dongeng, seseorang yang dikuasai oleh makhluk halus kelakuannya akan menjadi tidak normal dan kepribadiannya akan berubah (Walker, 1973, 4). Dalam hal ini, peneliti melakukan penelitian mengenai kesurupan yang terjadi dalam kesenian jathilan dalam kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal yang berarti bahwa kesurupan tersebut merupakan sebuah fenomena hilangnya kesadaran yang dapat membuat mereka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
berperilaku seperti binatang dan kehilangan kontrol atas segala yang mereka perbuat. Dalam kesurupan, para penari jathilan juga dapat melakukan adegan-adegan berbahaya seperti memakan beling, memakan dupa, memakan bunga, dan lain-lain.
2. Kesurupan Menurut Perspektif Psikologi Kurniawan (2010) dalam artikelnya berpendapat, jika ditinjau dari sudut pandang psikologi, fenomena kesurupan sebenarnya bisa dijelaskan secara gamblang dan jelas tanpa membawa embel-embel makhluk gaib. Jika dikaitkan dengan aspek psikologis manusia peristiwa kesurupan sudah memasuki kawah alam bawah sadar. Itha (2007) dalam artikelnya mengungkapkan bahwa fenomena kesurupan dikenal dengan istilah trans dissosiatif yaitu perubahan dalam kesadaran yang bersifat temporer atau hilangnya perasaan identitas diri tanpa kemunculan identitas baru. Carl Gustav Jung (1875) mengatakan bahwa kepribadian manusia secara total terdiri dari tiga sistem atau struktur yang saling mempengaruhi
satu
sama
lain.
Sistem
tersebut
adalah
ego,
ketidaksadaran pribadi, dan ketidaksadaran kolektif. Ego adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi-persepsi, ingatan-ingatan, pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaan sadar. Ego melahirkan perasaan identitas dan kontinuitas seseorang dan dari segi pandangan sang pribadi ego dipandang berada pada kesadaran. Sistem ini adalah kewaspadaan kita dan bertanggung jawab dalam menjalani aktivitas kehidupan kita sehari-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
hari. Ketidaksadaran pribadi adalah daerah yang berdekatan dengan ego. Ketidaksadaran pribadi terdiri dari pengalaman-pengalaman yang telah kita jalani dan digeser ke alam bawah sadar baik sengaja maupun tidak sengaja. Sedangkan ketidaksadaran kolektif adalah segala macam pengalaman-pengalaman
yang
telah
diwariskan
oleh
generasi
sebelumnya sejak jaman nenek moyang dahulu. Jadi, pengalaman pengalaman nenek moyang sejak beribu tahun yang lalu tersebut diwariskan kepada diri kita melalui jalan genetik yaitu perkawinan, dan pengalaman tersebut tidak dapat kita ingat secara biasa karena berada dalam level ketidaksadaran yang terdalam. Kunci
dari
fenomena
kesurupan
terletak
pada
level
ketidaksadaran kolektif. Di dalam ketidaksadaran kolektif tersimpan materi-materi dari nenek moyang kita terdahulu. Untuk mengingat kembali bahwa nenek moyang kita bangsa Indonesia ini terdahulu sangat kental sekali dengan unsur-unsur mistisme seperti kepercayaan animisme dan dinamisme. Hal ini juga yang menjadi jawaban kenapa di Indonesia lebih sering terjadi peristiwa kesurupan daripada negara-negara barat seperti Amerika yang notabene tidak terlalu percaya terhadap hal-hal gaib. Motif-motif itulah yang tersimpan dan terwariskan ke anak-anak cucunya termasuk generasi pada saat ini, maka jangan heran jika orang yang mengalami peristiwa kesurupan bisa berperan sebagai kakek-kakek yang hidup pada jaman dahulu. Hal ini makin diperparah dengan banyaknya tayangan televisi serta film-film yang berbau horor. Hal ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
bisa
menjadi
semacam
stimulus
yang
sewaktu-waktu
bisa
membangkitkan pengalaman masa lalu tersebut. Faktor yang dominan yang bisa memicu terjadinya kesurupan adalah faktor psikologis, stress, depresi atau semacamnya. Orang yang mengalami stress mudah sekali tersugesti dengan berbagai hal dikarenakan biasanya orang yang stress itu seringkali melamun yang menandakan kosongnya pikiran sadar. Jika pikiran sadar kosong sudah pasti pikiran bawah sadarlah yang mendominasi (Itha, 2007). Jadi fenomena kesurupan menurut perspektif psikologi adalah suatu fenomena dimana manusia berada di alam bawah sadar dan juga berada dalam ketidaksadaran kolektif. Faktor yang dominan yang bisa memicu terjadinya kesurupan dalam perspektif psikologi adalah pikiran kosong, stress, depresi, atau semacamnya.
3. Gejala-gejala Kesurupan Gejala-gejala beberapa waktu sebelum kesurupan antara lain kepala terasa berat, badan, dan kedua kaki lemas, penglihatan kabur, badan terasa ringan, dan ngantuk. Perubahan ini biasanya masih disadari oleh subjek, tetapi setelah itu ia tiba-tiba tidak mampu mengendalikan dirinya. Melakukan sesuatu di luar kemampuan dan beberapa di antaranya merasakan seperti ada kekuatan di luar yang mengendalikan dirinya. Mereka yang mengalami kesurupan merasakan bahwa dirinya bukanlah dirinya lagi, tetapi ada suatu kekuatan yang mengendalikan dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
luar. Keadaan saat kesurupan ada yang menyadari sepenuhnya, ada yang menyadari sebagian, dan ada pula yang tidak menyadari sama sekali. Dalam keadaan kesurupan korban melakukan gerakan-gerakan yang terjadi secara otomatis, tidak ada beban mental, dan tercetus dengan bebas. Saat itu merupakan kesempatan untuk mengekspresikan hal-hal yang terpendam melalui jeritan, teriakan, gerakan menari seperti keadaan hipnotis diri. Setelah itu, fisik mereka dirasa lelah tetapi, mental mereka mendapat kepuasan hebat (Itha, 2007). Frigerio (2007) menyatakan, ada tiga stadium yang dialami orang kesurupan, yaitu : 1. Pertama, irradiation, subjek tetap menyadari dirinya tetapi ada
perubahan yang dirasakan pada tubuhnya. 2. Kedua being diside, subjek berada dalam dua keadaan yang
berbeda, namun ada sebagian yang dialaminya disadarinya. 3. Ketiga disebut stadium incorporation, subjek sepenuhnya dikuasai
oleh yang memasukinya dan semua keadaan yang dialami tidak diingatnya. Dalam kesurupan yang dialami para penari jathilan dalam kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal, mencapai stadium incorporation, yaitu subjek sepenuhnya dikuasai oleh yang memasukinya dan semua keadaan yang dialami tidak diingatnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
D. Dinamika Penelitian 1. Batasan-batasan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti membatasi penelitian mengenai fenomena kesurupan yang dialami oleh para penari jathilan yang tentunya pernah mengalami kesurupan, karena peneliti mendapatkan informasi dari para penari dan pawang bahwa tidak semua penari jathilan mengalami kesurupan dalam setiap pentas kesenian jathilan. Adapun penelitian ini hanya meneliti para penari jathilan yang berada di Dusun Kepuh yaitu kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal. Peneliti menganalisa makna apa yang dihayati para penari jathilan sehingga mereka tetap mau njathil hingga kesurupan walau dewasa ini esensi kesurupan dalam kesenian jathilan mulai bergeser dengan ditandai munculnya kesurupan pura-pula sebagai sesuatu yang lazim terjadi. Apakah kesurupan yang dialami penari jathilan Turonggo Jati Manunggal sama seperti yang dilakukan para penari jathilan dari kelompok jathilan yang lain, yakni hanya sebatas bertujuan untuk menghibur penonton dan dilakukan untuk menambah pendapatan (materi)? atau memang ada suatu hal yang dianggap penting dan bermakna bagi keseharian penari jathilan Turonggo Jati Manunggal?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
2. Alur Berpikir Jathilan merupakan warisan budaya Jawa
Jaman dahulu melibatkan kesurupan sesungguhnya
Seiring perkembangan jaman, esensi kesurupan mulai bergeser/berubah
Dewasa ini kesurupan purapura sudah lazim dilakukan oleh penari jathilan
Berbeda dengan penari jathilan Kepuh, mereka tetap mempertahankan kesurupan sesungguhnya
Bagaimana para penari jathilan Kepuh memaknai fenomena kesurupan?
Skema 1. Skema alur penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
Dari berbagai pandangan mengenai fenomena kesurupan, dalam penelitian ini peneliti membatasi kajian kesurupan yaitu hanya kesurupan dalam kesenian jathilan di Dusun Kepuh. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, fenomena kesurupan dalam kesenian jathilan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam pentas kesenian jathilan termasuk dengan tari-tarian yang dinamis. Para penari jathilan yang mengalami kesurupan sewaktu pentas dalam kesenian jathilan memang berada di alam bawah sadar dan juga berada dalam ketidaksadaran kolektif, yang membuat mereka hilang kesadaran dan dapat bertingkah aneh. Dari penggalian tiga aspek, yaitu pikiran, perasaan, dan perilaku sehubungan dengan fenomena kesurupan yang dialami penari jathilan diharapkan dapat menggali makna yang dihayati para penari jathilan di Dusun Kepuh sehingga tetap mau njathil hingga kesurupan walau dewasa ini esensi kesurupan dalam kesenian jathilan mulai bergeser dengan ditandai munculnya kesurupan pura-pula sebagai sesuatu yang lazim terjadi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam tentang pemaknaan para penari jathilan yang pernah mengalami kesurupan terhadap fenomena kesurupan. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah kualitatif. Definisi penelitian kualitatif menurut (Anzwar, 1995) adalah penelitian yang menekankan pada analisis dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah, cara-cara berpikir dan argumentatif. Penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan paradigma kualitatif fenomenologi. Metode fenomenologi merupakan suatu metode berpikir tanpa prasangka dan tidak bertitik tolak dari suatu teori atau gambaran tertentu dalam mengetahui isi dari suatu fenomena (Creswell, 1998). Menurut Bogdan dan Biklen (1982) peneliti dengan pendekatan fenomenologis berusaha memahami makna dari suatu peristiwa dan saling pengaruhnya dengan manusia dalam situasi tertentu. Tujuan dari penelitian fenomenologi adalah mengungkap pengalaman manusia dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya dengan cara pemaknaannya (Husserl, dalam Hadiwijoyo, 1980). Karakteristik pendekatan fenomenologis adalah: 1) Tidak berasumsi mengetahui hal-hal apa yang berarti bagi manusia yang akan diteliti; 2) Memulai penelitian dengan keheningan untuk menangkap apa yang sedang 27
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
diteliti; 3) Menekankan pada aspek subjektif perilaku manusia, dengan berusaha masuk ke dalam dunia konseptual subjek agar dapat memahami bagaimana dan makna apa yang mereka konstruksi di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari; 4) Mempercayai bahwa dalam kehidupan manusia banyak cara yang dapat dipakai untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman dari masing-masing kita melalui interaksi kita dengan orang lain, dan bahwa hal ini merupakan makna dari pengalaman kita yang merupakan sebuah realita; 5) Semua cabang penelitian kualitatif berpendirian bahwa untuk memahami subjek adalah dengan melihatnya dari sudut pandang subjek sendiri, artinya dalam melakukan penelitian kualitatif, peneliti menggunakan pendekatan dan mengkonstruksi penelitiannya berdasar pada pandangan subjek yang diteliti.
B. Fokus Penelitian Fenomena yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah makna kesurupan dalam kesenian jathilan bagi penari jathilan dalam kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal di Dusun Kepuh, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY. Fokus dalam penelitian ini untuk menggali suatu makna yang dihayati para penari jathilan sehingga tetap mau njathil hingga kesurupan. Makna kesurupan bagi penari jathilan dalam suatu kesenian jathilan tidak lepas dari aspek pikiran, perasaan, dan perilaku. Berikut aspek-aspek yang akan diungkap dalam penelitian ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
beserta pedoman umum wawancara terhadap penari jathilan dalam kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal di Dusun Kepuh : Aspek-aspek yang akan diungkap dalam penelitian ini : Tabel 1 Aspek-aspek Penelitian Aspek 1. Pikiran (PK)
Hal-hal yang Diungkap Aneka ingatan atau pengetahuan tentang kesurupan dalam jathilan
2. Perasaan (PR)
Berbagai perasaan yang dirasakan penari jathilan berkenaan dengan fenomena kesurupan, berbagai perasaan ketika mengalami kesurupan, serta berbagai pengaruh kesurupan terhadap perasaan dalam kehidupan sehari-hari
3. Perilaku (PL)
Sejauh
mana
kejadian
kesurupan
mempengaruhi tindakan-tindakan dan aktivitas kehidupan subjek baik selama njathil maupun dalam kehidupan seharihari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
Pedoman wawancara dalam penelitian ini: Tabel 2 Pedoman Wawancara Tema I. Kesurupan secara umum
Target jawaban Untuk
Pertanyaan
mendapatkan PK= Bagaimana anda
informasi
tentang memandang
pandangan subjek terhadap kesurupan peristiwa kesurupan dalam kesenian kesenian jathilan di Kepuh Untuk
peristiwa dalam
jathilan
di
Kepuh?
mendapatkan PR= Apa yang anda
informasi
mengenai rasakan sebelum, saat
berbagai hal yang subjek dan sesudah mengalami rasakan sebelum, saat dan kesurupan? sesudah
mengalami
kesurupan Untuk
mendapatkan PL=
Apa
dampak
informasi mengenai dampak kesurupan yang anda kesurupan subjek
yang
dalam
dialami alami dalam kehidupan kehidupan sehari-hari?
sehari-hari (dalam lingkup diri
sendiri,
lingkup
keluarga maupun lingkup kehidupan bermasyarakat)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
II. Kesurupan yang
Untuk mengkroscek apakah PK=
tidak subjek
sesungguhnya
benar
Apakah
mengalami pernah
kesurupan sesungguhnya
anda
melakukan
kesurupan pura-pura?
(kesurupan pura-pura)
Untuk
mendapatkan PR=
Bagaimana
informasi tentang berbagai perasaan anda ketika hal yang dirasakan subjek njathil dan melakukan ketika melakukan kesurupan kesurupan pura-pura? pura-pura. Untuk
mendapatkan PL= Berdampak apakah
informasi mengenai dampak dalam
perilaku
kesurupan pura-pura dalam keseharian anda ketika perilaku keseharian subjek mengalami
kesurupan
(dalam lingkup diri sendiri, pura-pura? lingkup keluarga maupun lingkup
kehidupan
bermasyarakat) III. Kesurupan
Untuk
mendapatkan PK=
Menurut
dalam
informasi apakah kesurupan fenomena
kesatuan
dimaknai
dalam
jaman
kesenian
melibatkan
jathilan
sebagai suatu kesatuan
sama
anda,
kesurupan
seperti dalam kesenian jathilan
dahulu
yang merupakan
suatu
kesurupan kesatuan yang utuh atau tidak?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
Untuk
mendapatkan PR=
Bagaimana
informasi tentang berbagai perasaan anda sewaktu perasaan
yang
subjek ketika kesurupan
dirasakan mengalami
kesurupan
mengalami dan tidak mengalami dan
mengalami
tidak kesurupan
sewaktu
kesurupan njathil?
sewaktu njathil. Untuk
mendapatkan PL=
Apa
dampak
informasi tentang berbagai dalam
perilaku
dampak dalam keseharian keseharian anda terkait subjek ketika kesurupan mengalami sewaktu
mengalami dengan dan
mengalami
tidak kesurupan
kesurupan mengalami njathil.
dan
tidak
kesurupan
(dalam sewaktu njathil?
lingkup diri sendiri, lingkup keluarga maupun lingkup kehidupan bermasyarakat) IV. Motivasi
Untuk
mendapatkan PK=
Apa
yang
informasi tentang berbagai membuat
mendorong
hal yang membuat subjek mau
penari
tetap mau njathil hingga kesurupan?
jathilan
kesurupan.
anda
njathil
yang tetap hingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
sehingga tetap
Untuk
mendapatkan PR= Apa yang anda
mau informasi tentang berbagai rasakan
njathil hingga hal yang subjek rasakan tetap kesurupan
terkait subjek
dengan yang
ketika mau
anda njathil
profesi hingga kesurupan?
tetap
mau
njathil hingga kesurupan. Untuk
mendapatkan PL=
Setelah
anda
informasi tentang berbagai kesurupan, apakah hal dampak
dalam
keseharian
perilaku tersebut mempengaruhi
subjek
dengan
kegiatan
hingga
kesurupan
subjek
alami.
terkait perilaku
dalam
njathil keseharian anda? yang (dalam
lingkup diri sendiri, lingkup keluarga maupun lingkup kehidupan bermasyarakat) V. Dampak
Untuk
kesehatan dari informasi kesurupan
bagaimana
mendapatkan PK= Apa dampak bagi tentang kesehatan anda terkait subjek dengan
peristiwa
memaknai setiap dampak kesurupan yang anda kesehatan yang dialami saat alami? kesurupan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
Untuk
mendapatkan PR= Apa yang anda
informasi tentang berbagai rasakan
ketika
hal yang subjek rasakan mengetahui ketika mengetahui dampak bagi
dampak
kesehatan
bagi kesehatan subjek dari dari
anda
peristiwa
peristiwa kesurupan yang kesurupan yang anda subjek alami. Untuk
alami? mendapatkan PL=
Terkait
informasi tentang pengaruh dampak bagi
perilaku
dengan peristiwa
dalam kesurupan
bagi
keseharian subjek, terkait kesehatan,
apa
dengan dampak peristiwa pengaruh hal tersebut kesurupan bagi kesehatan.
bagi
perilaku
dalam
keseharian anda?
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah para penari jathilan dalam kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal di Dusun Kepuh, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY. Pemilihan subjek dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu pemilihan subjek berdasarkan pada kriteria tertentu yang ditentukan oleh peneliti (Sulistyo, 2006). Hal ini bertujuan agar peneliti tetap fokus pada konteks penelitian, yaitu penari jathilan khususnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
dalam kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal di Dusun Kepuh dengan kriteria: 1) Tidak dibatasi usia dan jenis kelamin 2) Waktu njathil cukup lama (lebih dari 5 tahun) 3) Mengalami kesurupan ketika njathil, dengan kriteria: -
Penari mengalami hilang kesadaran saat kesurupan dan mencapai stadium incorporation yang tidak mengingat apa saja yang dialami saat kesurupan.
-
Mengalami gejala sebelum kesurupan antara lain kepala terasa berat, badan dan kedua kaki lemas, penglihatan kabur, badan terasa ringan, dan ngantuk; saat kesurupan tidak bisa mengendalikan diri dan hilang kesadaran; dan setelah kesurupan penari kembali sadar dan dapat merasakan efek dari kesurupan yang dilakukan seperti badan lemas, kelelahan, dan cidera fisik (badan lebam, lecet), namun tidak bisa mengingat apa saja yang terjadi saat kesurupan.
-
Melakukan adegan-adegan ekstrim saat kesurupan dan memakan makanan yang tidak lazim (bunga, dupa, beling, dll).
D. Metode Pengambilan Data Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara mendalam. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Moelong (2007) mengatakan bahwa wawancara itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Wawancara yang mendalam bertujuan untuk mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya dan mendalam dalam mengungkap pemaknaan para penari jathilan yang pernah mengalami kesurupan terhadap fenomena kesurupan tersebut yang direfleksikan dalam pengalaman-pengalaman mereka. Adapun metode wawancara mendalam yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara tersebut dilakukan secara informal dan menggunakan pedoman umum wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2005), wawancara informal merupakan wawancara yang didasarkan sepenuhnya pada perkembangan pertanyaan-pertanyaan secara spontan dalam interaksi ilmiah. Sedangkan wawancara dengan pedoman umum, yaitu proses wawancara dimana peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara yang bersifat umum dengan mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. Dengan kata lain, penggunaan teknik wawancara ini sangat tergantung pada kondisi saat melakukan pengambilan data dan tergantung pada kebutuhan dalam pengambil data, oleh karena itu teknik wawancara ini bersifat fleksibel. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas sehubungan dengan fenomena yang diteliti, sekaligus menjadi daftar pengecek untuk mengetahui apakah aspek-aspek yang relevan telah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
dibahas atau diajukan sebagai pertanyaan. Proses pengambilan data yang diperoleh peneliti berupa rekaman wawancara yang diubah dalam bentuk verbatim, untuk itu peneliti menggunakan media alat perekam dengan tujuan sebagi kroscek terhadap hasil wawancara kepada subjek.
E. Analisis Data Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menganalisa data verbatim hasil wawancara adalah sebagai berikut: 1. Organisasi Data Organisasi data merupakan tahap awal dari pengolahan dan analisis data. Data yang akan diorganisasi adalah data mentah berupa verbatim hasil wawancara yang pada awalnya berupa rekaman. Data-data yang diorganisir juga termasuk data yang telah diberi kode spesifik, bagan, dan catatan analisis. Data-data tersebut juga diorganisasikan sesuai dengan subjek masing-masing, dan juga disesuaikan dengan urutan pengambilan data di lapangan. Organisasi data tersebut dilakukan agar peneliti dapat memperoleh kualitas data yang baik, dapat mendokumentasikan analisis yang dilakuakan serta dapat menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian ini.
2. Pengkodean Data Langkah selanjutnya setelah melakukan organisasi data adalah melakukan pengkodean. Langkah ini dilakukan untuk mengorganisasikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
dan mengkategorikan data secara sistematis, lengkap, dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari, serta diharapkan akan ditemukan aspek-aspek yang berkaitan dengan pemaknaan subjek akan fenomena kesurupan dalam kelompok kesenian jathilan Turonggo Jati Manunggal. Proses koding dan analisis ini diawali dengan menyusun data verbatim kedalam kolom, dimana disamping kanan kolom data diberi kolom kosong yang nantinya akan digunakan untuk pengkodean dan untuk membubuhkan keterangan dari salinan verbatim. Dari keterangan tersebut, diharapkan pemaknaan mengenai fenomena kesurupan dalam kesenian jathilan dapat digambarkan dengan baik.
3. Interpretasi Setelah data diorganisasikan dan dilakukan pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah melakukan interpretasi. Interpretasi dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan keterangan-keterangan yang muncul dalam data verbatim hasil wawancara setelah diperkuat dengan data observasi. Interpretasi dilakuakan agar didapatkan gambaran data yang lebih mendalam. Klave (dalam Poerwandari, 2005) menjelaskan bahwa interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 1. Kredibilitas Kredibilitas
dalam
penelitian
kualitatif
digunakan
untuk
menggantikan konsep validitas. Dalam hal ini, objektifitas penelitian sangat diperlukan dimana peneliti harus menyadari, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan adanya pengaruh nilai-nilai dalam penelitiannya (Danim, 2002). Kredibilitas dalam penelitian kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud
mengeksplorasi masalah atau
mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. (Poerwandari, 2005). Menurut (Poerwandari, 2005), beberapa cara yang digunakan peneliti untuk mencapai kredibilitas penelitian, yaitu dengan cara: a) Validitas komunikatif Validitas komunikatif dilakukan dengan cara mengkonfirmasikan kembali data dan analisisnya kepada subjek penelitian. Hal tersebut dilakuakan agar data wawancara yang diperoleh peneliti yang sudah diubah kedalam bentuk transkrip verbatim merupakan data yang benar-benar mewakili jawaban subjek saat itu.
b) Validitas argumentatif Validitas argumentatif dilakukan dengan mengkroscek data mentah dari hasil analisis. Tiap subjek diminta untuk secara seksama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
memeriksa deskripsi tersebut, sehingga subjek dapat memberikan masukan ataupun pembetulan.
2. Konfirmabilitas Konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif digunakan untuk menggantikan konsep objektivitas. Dalam hal ini menekankan bahwa temuan penelitian dapat dikonfirmasi. Dalam penelitian kualitatif, objektivitas dalam pengertian transparansi merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan, yaitu dengan adanya kesediaan peneliti mengungkap secara terbuka proses dan elemen-elemen penelitiannya, sehingga memungkinkan pihak lain untuk melakukan penilaian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur Pengambilan Data Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pengambilan data penelitian antara lain: 1.
Melakukan pendekatan dan membangun rapport jauh hari sebelum penelitian dilaksanakan. Pendekatan awal dilakukan sewaktu peneliti melangsungkan kegiatan KKN
di Dusun Kepuh.
Pendekatan awal dilakukan melalui interaksi langsung saat ada latihan njathil dan ikut terlibat menjadi penari saat pentas kesenian jathilan berlangsung. Pendekatan selanjutnya adalah berbaur langsung dengan aktivitas keseharian subjek. Pendekatan ini bertujuan untuk mengakrabkan diri dengan subjek dan mencari informasi sebanyak mungkin dari fenomena kesurupan dalam kesenian jathilan di Dusun Kepuh serta sebagai sarana untuk menyampaikan maksud dan tujuan dalam penelitian ini. Dari hubungan positif yang terjalin, diharapkan dapat mempermudah peneliti untuk mendapatkan pemaparan informasi secara mendalam dan terbuka. 2. Melakukan pemilihan subjek dengan metode purposive sampling. Peneliti meminta bantuan pawang jathilan untuk menentukan subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria yang telah dijelaskan 41
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
sebelumnya dalam bahasan subjek penelitian, setelah terpilih beberapa nominasi penari jathilan, kemudian peneliti mengkroscek kriteria yang diinginkan peneliti terhadap beberapa nominasi penari jathilan tersebut (apakah sesuai dengan kriteria yang peneliti inginkan) dan terpilih tiga penari jathilan yang memenuhi kriteria penelitian untuk dijadiakan subjek penelitian. 3.
Meminta izin untuk melakukan wawancara awal terhadap subjek.
4.
Melakukan wawancara awal. Wawancara awal dilakukan pada tanggal 1
Mei 2012. Kegiatan dilakukan dengan tujuan
mendapatkan gambaran awal mengenai makna kesurupan bagi penari jathilan di Kepuh. 5.
Melakukan tahap persiapan penelitian dengan membuat pedoman umum wawancara. Pedoman wawancara tersebut disesuaikan dengan subjek dan hasil wawancara awal.
6.
Melakukan uji coba wawancara terhadap subjek acak. Kegiatan dilakukan untuk memastikan pertanyaan yang disusun peneliti mampu ditangkap dan dipahami sama oleh subjek sesuai dengan tujuan pembuatan pertanyaan.
7.
Merevisi beberapa pertanyaan yang kurang sesuai.
8.
Melakukan penelitian yang dimulai sejak tanggal 1 April 2012 sampai dengan 30 Agustus 2012. Peneliti melakukan dua tahap wawancara. Wawancara kedua dilakukan untuk melengkapi data yang belum lengkap dan belum terjawab dengan jelas dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
wawancara pertama. Pada tanggal 22 September 2012, peneliti melakukan wawancara terhadap subjek pertama. Kemudian, pada tanggal 23 September 2012, peneliti melakukan wawancara terhadap subjek kedua. Wawancara terhadap subjek ketiga dilakukan pada tanggal 24 September 2012. Pada tanggal 29 September 2012, peneliti melakukan wawancara tahap kedua terhadap subjek pertama. Kemudian, pada tanggal 30 September 2012, peneliti melakukan wawancara tahap kedua terhadap subjek kedua dan ketiga. Setelah melakukan wawancara, peneliti segera memindahkan hasil rekaman dalam bentuk verbatim atau transkrip wawancara. Kemudian, peneliti menentukan coding serta membuat kategori untuk keseluruhan verbatim subjek. 9.
Setelah menentukan coding serta membuat kategori untuk keseluruhan verbatim subjek, kemudian peneliti melakukan konfirmasi data kepada subjek untuk memastikan data yang telah diperoleh oleh peneliti sudah sesuai dengan keadaan subjek. Peneliti
mencapai
validitas
komunikatif
dengan
cara
mengkonfirmasikan kembali data dan analisis penelitian kepada seluruh subjek penelitian. 10. Setelah menentukan coding dan kategori serta mengkonfirmasikan kembali data dan analisisnya kepada seluruh subjek penelitian, peneliti melakukan interpretasi data dan membuat kesimpulan serta saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
B. Subjek Penelitian Peneliti melakukan wawancara terhadap tiga subjek. Berikut data subjek:
a. Subjek 1 Nama
: Fn
Jenis kelamin
: Laki-laki
Usia
: 24 tahun
Pekerjaan
: Swasta
Lama njathil
: 8 tahun
b. Subjek 2 Nama
: Pt
Jenis kelamin
: Laki-laki
Usia
: 35 tahun
Pekerjaan
: Sopir/Penambang pasir
Lama njathil
: 9 tahun
c. Subjek 3 Nama
: As
Jenis kelamin
: Laki-laki
Usia
: 30 tahun
Pekerjaan
: Penambang pasir
Lama njathil
: 9 tahun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
C. Hasil Analisis Data Penelitian
Tabel 3 Tabel Analisa Subjek 1 I. Kesurupan secara umum Aspek Pikiran
Aspek Perasaan
(+)Kesurupan tujuan (+)Sebelum
Aspek Perilaku
dan (+)Kesurupan tidak
utama dalam jathilan
sesudah
I.PK (8-9)
merasa senang, bisa
pada
njathil dan kesurupan
harian I.PL (50-
merupakan
58)
(+)Kesurupan tujuan utama
(jathilan
menjadi unik karena kesurupan)
I.PK
kesurupan
suatu
buruk
kehidupan
kebanggaan I.PR (+)Sempat (315-328)
oleh
(+)Sewaktu
(13-16)
berdampak
ditakuti
masyarakat
namun
perlahan
(+)Masyarakat
tidak
kesurupan
tidak
memandang
buruk
merasakan
apapun
dialami
dari kesurupan yang
karena saat kesurupan
menjadi
tidak sadar I.PR
biasa
(315-328)
ditakuti lagi I.PL
dialami
subjek
I.PK (339-344)
(+)Jika
berbeban
kesurupan
yang subjek hal
dan
yang tidak
(293-300)
berat menjadi “plong” (+)Untuk melakukan setelah kesurupan
berbagai hal menjadi
I.PR (352-360)
lebih semangat I.PL (352-360)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
II. Kesurupan yang tidak sesungguhnya (kesurupan pura-pura) Aspek Pikiran (+)Kesurupan pura
Aspek Perasaan
pura- (+)Merasa
itu
ada,
saat
Aspek Perilaku
bingung (+)Tidak
ada
melakukan
dampak buruk pada
kesurupan pura-pura
kesurupan pura-pura
kehidupan sosial
itu hal yang tidak baik
II.PR (84-86)
II.PL (112-126)
jadi seharusnya tidak (+)Merasa
bingung
dilakukan II.PK
dan salah tingkah jika
(61-67)
tidak
(-)Subjek
pernah
kesurupan
II.PR (102-105)
(+)Tidak
ada
dampak
negatif,
masyarakat menghargai profesi
melakukan kesurupan (+)“Rikuh”
subjek
pura-pura
karena
(sungkan), takut jika
(367-375)
sewaktu
pentas
ada yang tau subjek
(+)Semakin
memakan permen
melakukan kesurupan
II.PK (72-80)
pura-pura
II.PR
II.PL
“rumaket” (erat) dan dekat satu sama lain II.PL (377-380)
(367-375)
III. Kesurupan dalam kesatuan dalam kesenian jathilan Aspek Pikiran
Aspek Perasaan
(+)Kesurupan dalam (N)Tidak suatu
kesenian
jathilan suatu
merupakan kesatuan
III.PK (139-143) (+)Suatu
pentas
ada (+)Bisa
perbedaan karena
Aspek Perilaku
perasaan tidak
ada
memunculkan semangat baru untuk
tuntutan njathil harus
diri
kesurupan III.PR
menambah
(170-177)
keakraban
jathilan menjadi seru (+)Merasa
bangga,
sendiri
dan
untuk
kehidupan
adanya
puas dan senang jika
bermasyarakat
kesurupan III.PK
kesurupan III.PR
III.PL (180-190)
(139-143)
(386-398)
karena
(+)Kesurupan
dan (+)Merasa minder dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
kesenian
jathilan
“mati gaya” jika tidak
adalah satu paket
kesurupan III.PR
III.PK (147-149)
(386-398)
IV. Motivasi yang mendorong penari jathilan sehingga tetap mau njathil hingga kesurupan Aspek Pikiran
Aspek Perasaan
(+)Kesurupan sebagai (N)Perasaan kebiasaan
dan
Aspek Perilaku
biasa (N)Tidak
ada
(kesurupan dirasakan
pengaruh
sangat
familiar
perilaku IV.PL
panggilan IV.PK
sehingga
menjadi
(222-227)
(195-197)
tidak
perasaan (+)Bisa
menjadi
sebuah
ada
(+)Njathil
hingga
khusus)
kesurupan
karena
(216-219)
IV.PR
bagi
semakin
bersemangat
dalam
bekerja dan dalam
memang suka njathil (+)Merasa bangga jika
hal lain IV.PL
dan
(232-239)
sudah
terbiasa
IV.PK
njathil (202-207)
kesurupan
namun
takut dikira sombong (+)Semakin jika
terlalu
membanggakan
(412-417) sedang
berbeban berat setelah kesurupan
merasa
“plong”
IV.PR
(232-239) (+)Rasa jika
tidak tidak
enak ikut
kesurupan IV.PR (202-207)
masyarakat
IV.PL (232-239)
kesurupan IV.PR
(+)Jika
dengan
dekat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
V. Dampak kesehatan dari kesurupan Aspek Pikiran (+)Njathil kesurupan
Aspek Perasaan dan (+)Awalnya
rasanya
takut,
Aspek Perilaku
merasa (N)Tidak
karna
sudah
“capek” namun bisa
menjadi
“rileks” dan “fresh”
maka perasaan takut
V.PK (32-42)
tersebut
(+)Tidak mengalami
kebiasaan
hilang
V.PR (272-275)
ada
pengaruh
dalam
keseharian V.PL (305-307)
(+)Njathil
dan
kesurupan
dapat
gangguan pencernaan
menjadikan
V.PK (250-251)
penyemangat hidup
(+)Tidak mengalami gangguan pencernaan V.PK (254-264)
(+)Njathil
dan
kesurupan
rasanya
juga “capek” namun bisa
“plong”
dan
V.PL (439-448)
(+)Masyarakat menghargai
profesi
V.PL
subjek (456-467)
(+)Membuat semakin
akrab
“fresh” V.PK (180-
karena
190)
yang dialami subjek
(-)Njathil dan tidak kesurupan “capek
rasanya
banget”
(-)Njathil dan tidak kesurupan
rasanya
“capek
banget”
V.PK (180-190)
(-)Berdampak
dan terbiasa “tulung tinulung”
pada
kesehatan atau fisik yang menjadi muntah-
(bantu
membantu) V.PL (456-467)
V.PK (32-42)
kesurupan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
muntah
V.PK
(254-264) (-)Merasa
“lemes”
dan “bleng” sebelum kesurupan V.PK (21-23) Catatan: (+) untuk penilaian positif; (-) untuk penilaian negatif; dan (N) untuk penilaian netral.
Pada tabel 3 terkait dengan konsep kesurupan secara umum, Fn meyakini dalam pikirannya bahwa kesurupan dalam kesenian jathilan merupakan hal yang penting dan dijadikan tujuan utama dari serangkaian tarian jathilan. Fn meyakini bahwa kesenian jathilan menjadi sesuatu yang unik karena adanya fenomena kesurupan. Pemikiran tersebut disertai dengan perasaan yang dominan dirasakan oleh Fn yaitu senang dan bangga bisa njathil hingga kesurupan. Fenomena kesurupan yang dialami Fn sempat dipandang masyarakat sebagai suatu hal yang menakutkan namun lambat laun kesurupan yang dialaminya menjadi hal yang tidak lagi menakutkan karena masyarakat mulai terbiasa menjumpai Fn yang sering mengalami kesurupan dalam pentas kesenian jathilan. Paradigma dari masyarakat tersebut, membuat Fn semakin bersemangat dan bertanggung jawab atas profesi yang digelutinya. Dari kesurupan yang dialaminya, Fn mengaku menjadi lebih bersemangat dalam melakukan berbagai hal dalam kesehariannya dan dari berbagai hal yang terjadi pada fenomena kesurupan dalam pentas kesenian jathilan, hal tersebut tidak berdampak buruk dalam kesehidupan harian Fn.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
Terkait dengan konsep kesurupan yang tidak sesungguhnya, Fn meyakini dalam pikirannya bahwa kesurupan pura-pura itu memang diyakini ada dan ia mengaku pernah melakukan kesurupan pura-pura. Fn meyakini bahwa
kesurupan pura-pura tidak seharusnya dilakukan karena
ia
menganggap bahwa kesurupan pura-pura merupakan hal yang tidak baik. Jika dikaitkan dengan segi perasaan, Fn merasa bingung saat tidak mengalami kesurupan sewaktu pentas njathil. Fn melakukan kesurupan pura-pura untuk menutupi rasa sungkan dan salah tingkah. Fn takut jika penonton mengetahui bahwa ia tidak mengalami kesurupan yang sesungguhnya. Terlepas dari hal tersebut, ia mengaku tidak ada dampak buruk atau negatif pada kehidupan sosialnya. Masyarakat menghargai profesi Fn sebagai penari jathilan yang sering terlibat kesurupan, hal tersebut membuat rasa kekeluargaan Fn dengan masyarakat menjadi semakin dekat karena nilai “lebih” dari kesurupan yang dialami Fn. Terkait dengan konsep kesurupan sebagai kesatuan dalam kesenian jathilan, Fn memandang kesurupan dalam kesenian jathilan sebagai suatu kesatuan atau satu paket. Fn meyakini bahwa dalam rangkaian pertunjukan jathilan yang terdiri dari tarian-tarian, didalamnya juga terdapat prosesi kesurupan. Dari segi perasaan, Fn merasa bangga, puas, dan senang jika mengalami kesurupan. Sebaliknya, ia merasa minder dan “mati gaya” jika tidak mengalami kesurupan. Dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, Fn mengaku bahwa fenomena kesurupan yang dialaminya bisa memunculkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
semangat baru untuk diri pribadi dan dapat menambah keakraban untuk kehidupan bermasyarakat. Terkait dengan motivasi yang mendorong Fn sehingga tetap mau njathil hingga kesurupan, Fn mengaku bahwa hal yang memotivasinya sehingga tetap njathil hingga kesurupan karena adanya suatu panggilan yang menggerakkan dirinya untuk njathil hingga kesurupan. Njathil hingga kesurupan merupakan sebuah kebiasaan dan menjadi kegemarannya. Dari segi perasaan, Fn merasakan perasaan yang biasa karena kesurupan dirasakan sangat familiar sehingga menjadi tidak ada perasaan khusus. Di sisi lain, ia merasa bangga jika mengalami kesurupan. Perasaan bangga tersebut tidak begitu ditunjukkan oleh Fn karena adanya perasaan takut dianggap sombong oleh masyarakat. Terkadang perasaan tidak enak muncul didalam diri Fn ketika tidak mengalami kesurupan. Satu hal yang juga dirasa cukup menarik adalah ketika sedang berbeban berat, Fn merasakan adanya perasaan “plong” (lega) setelah mengalami kesurupan. Dari berbagai perasaan yang unik tersebut, Fn mengaku dapat semakin bersemangat dalam bekerja dan dalam hal lain serta menjadi semakin dekat dengan masyarakat. Terkait dengan konsep aneka dampak kesehatan dari fenomena kesurupan, Fn meyakini dalam pikirannya bahwa dari fenomena kesurupan membuat badan terasa “capek” namun
bisa membuat “rileks” (tenang,
nyaman) , “fresh” (segar, semangat) , dan “plong” (lega). Fn juga mengaku tidak mengalami gangguan pencernaan sehubungan dengan berbagai hal yang dimakan saat kesurupan, seperti beling, dupa, dan kemenyan. Di sisi lain,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
terkadang dari fenomena kesurupan yang dialami membuatnya menjadi muntah-muntah, “lemes”, dan “bleng” (tidak sadar). Dari aspek perasaan, Fn mengaku bahwa pada awalnya ia merasa takut untuk kesurupan. Namun, karena sudah menjadi kebiasaan maka lambat laun perasaan takut tersebut hilang. Dalam aspek perilaku, dampak kesehatan dari fenomena kesurupan yang dialami Fn yang sering memakan hal-hal yang ekstrim (tidak biasa), ternyata tidak berpengaruh buruk terhadap kesehariannya. Selain itu, masyarakat juga menghargai profesi Fn sebagai penari jathilan yang sering mengalami kesurupan, sehingga dapat menjadikan penyemangat hidup dan membuat Fn semakin akrab dengan masyarakat karena masyarakat menghargai kesurupan yang dialaminya sewaktu njathil.
Tabel 4 Tabel Analisa Subjek 2 I. Kesurupan secara umum Aspek Pikiran
Aspek Perasaan
(+)Kesurupan melibatkan
(N)Sebelum kinerja
kesurupan biasa-biasa
I.PK (23-27)
I.PR (70-73)
(+)Kesurupan Kepuh
(+)Bisa merasa
alam bawah sadar
saja
di (+)Sebelum tidak
kesurupan
merasa
senang,
dengan
perasaan takut
jathilanyang
(jathilan-jathilan
lain
menghibur
masyarakat I.PL (136-138) (+)Lingkungan
direkayasa dan beda
jathilan
Aspek Perilaku
tidak
ada
sekitar
mendukung
profesi
subjek
I.PL (140-153)
dan (+)Menjadi semakin
susah I.PR (94-
akrab
dengan
102)
“tonggo
teparo”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
yang
lain
makan (+)Setelah kesurupan
(tetangga
sekitar)
makanan yang enak-
merasa biasa saja dan
dan
enak saat kesurupan
tidak
penyemangat
namun tidak terjadi
takut I.PR (105-
untuk di Kepuh)
113)
I.PK (36-49) (+)Merokok
ada
perasaan
dalam
karena
bisa
I.PL (140-153)
ikut
njathil I.PR (131-
adegan
134)
kesurupan
yang direkayasa dan (+)Seorang tersebut
(+)Suatu kebanggaan
kesurupan merupakan
hal
menjadikan
yang
tidak
kesurupan tidak ada
terjadi di Kepuh
perasaan malu I.PR
I.PK (55-64)
(17-21) (+)Saat
kesurupan
tidak
merasakan
apapun,
hilang
kesadaran
I.PR
(79-84) II. Kesurupan yang tidak sesungguhnya (kesurupan pura-pura) Aspek Pikiran (+)Subjek pernah
Aspek Perasaan
belum (+)Selama mengalami
Aspek Perilaku
sembilan (+)Semangat
tahun njathil merasa
selalu
kesurupan pura-pura,
senang,
tidak
terasa lelah setelah
njathil
terbebani
oleh
hal
kesurupan II.PL
yang
ada
(224-244)
selama
ada
kerja walau
sembilan tahun selalu
apapun,
mengalami kesurupan
hanya
yang
senang karena sejak
kecil
kecil sudah mengalir
fanatik
dengan
darah
agama
dan
sesungguhnya
II.PK (157-162)
(+)Kesurupan
pura-
pura itu ada. Yang
orangtua
perasaan (+)Ada
seni
dari
II.PR
sebagian orang
yang
menganggap profesi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
melakukan kesurupan
(197-210)
subjek
bersekutu
pura-pura itu hanya
dengan setan namun
orang-orang
keakraban
yang
subjek
tidak punya nyali dan
dengan masyarakat
kesurupan
justru bertambah
yang
makan-makanan enak
II.PL (224-244)
itu kesurupan yang direkayasa (kesurupan yang sekedar mencari sensasi)
II.PK
(164-181) III. Kesurupan dalam kesatuan dalam kesenian jathilan Aspek Pikiran
Aspek Perasaan
Aspek Perilaku
(+)Kesurupan dalam (+)Merasa senang dan (+)Menjadi semakin jathilan
merupakan
bangga
terhadap
satu kesatuan dan ciri
peristiwa
khas jathilan tersebut
yang dialami III.PR
terletak
(273-275)
peristiwa
pada
kesurupan
dengan
masyarakat III.PL (281-302) (+)Menjadi
kesurupan (+)Merasa
III.PK (249-254)
akrab
sering
bangga
berkumpul bersama
selama sembilan tahun
masyarakat sehingga
njathil
tidak
dapat memunculkan
mengalami
semangat III.PL
pernah kesurupan
dan
pura-pura
III.PR (281-302)
(-)Setelah tersadar sari kesurupan
merasa
bingung beberapa saat (seperti terbangun dari tidur) III.PR (265274)
(281-302)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
IV. Motivasi yang mendorong penari jathilan sehingga tetap mau njathil hingga kesurupan Aspek Pikiran
(+)Njathil
hingga
kesurupan merupakan
Aspek Perasaan
sebuah
Aspek Perilaku
(+)Merasa
bangga
(+)Masyarakat
karena
dengan
banyak
njathil
hingga
mendukung profesi
yang
hobi dan keinginan
kesurupan juga dapat
subjek
sehingga
untuk melestarikan
melestarikan
dapat
menjadi
kebudayaan Jawa
kebudayaan Jawa
penyemangat
IV.PK (306-318)
IV.PR (324-329)
IV.PL (335-351)
V. Dampak kesehatan dari kesurupan Aspek Pikiran
Aspek Perasaan
Aspek Perilaku
(+)Tidak ada dampak (+)Tidak merasa takut (+)Bisa yang membahayakan
terhadap
untuk kesehataan
kesehatan
V.PK (363-366)
subjek tidak pernah
(-)Adegan
dalam
kesurupan
membuat
kondisi maka
memeriksakan kesehatannya
ke
badan lecet dan terasa
dokter V.PR (368-
perih V.PK (30-35)
379)
(-)Setelah
njathil (+)Tidak merasa takut
badan terasa “capek”
terhadap
kondisi
V.PK (219-221)
kesehatan
V.PR
(386-387) (+)Merasa
bangga
dan tidak punya rasa takut terhadap adegan kesurupan dialami
yang
V.PR
menambah
keakraban
dengan
masyarakat V.PL (408-414)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
(392-394) Catatan: (+) untuk penilaian positif; (-) untuk penilaian negatif; dan (N) untuk penilaian netral.
Pada tabel 4 terkait dengan konsep kesurupan secara umum, Pt meyakini dalam pikirannya bahwa fenomena kesurupan melibatkan kinerja alam bawah sadar. Dalam artian segala sesuatu yang dilakukan selama mengalami kesurupan sepenuhnya tidak disadarinya. Menurut Pt, kesurupan di Dusun Kepuh berbeda dengan kesurupan yang ada dijathilan lain. Kesurupan di Dusun Kepuh tidaklah direkayasa, semua berjalan dengan natural. Pt menuturkan bahwa adegan seperti merokok dan makan makanan yang enak-enak saat kesurupan merupakan kesurupan yang direkayasa dan hal tersebut tidak terjadi di Dusun Kepuh. Pada aspek perasaan, Pt mengaku sebelum dan sesudah kesurupan ia merasa senang dan tidak ada perasaan takut. Walaupun saat kesurupan ia mengalami hilang kesadaran dan tidak merasa malu atas apa yang dilakukan, Pt tetap merasa bangga bisa njathil hingga kesurupan. Dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat, Pt merasa profesinya didukung oleh masyarakat sekitar. Kesenian jathilan yang melibatkan kesurupan dapat menghibur masyarakat. Selain itu, kegiatan njathil hingga kesurupan dapat menjadikan penyemangat hidup bagi Pt dan dapat menambah keakraban dengan masyarakat. Terkait dengan konsep kesurupan yang tidak sesungguhnya, Pt mengaku bahwa selama sembilan tahun njathil selalu mengalami kesurupan yang sesungguhnya. Pt meyakini dalam pikirannya bahwa kesurupan pura-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
pura itu memang ada, kesurupan pura-pura hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak punya nyali dan kesurupan yang memakan makanan enak itu adalah kesurupan yang direkayasa atau kesurupan yang sekedar mencari sensasi. Dari segi perasaan, Pt mengaku bahwa ia tidak merasa terbebani oleh hal apapun dan ia merasa senang menekuni profesi penari jathilan karena darah seni telah mengalir sejak kecil dari orangtuanya. Dari aspek perilaku, setelah mengalami kesurupan Pt sering mengalami kelelahan, walaupun begitu ia menuturkan bahwa semangat kerja dalam dirinya selalu ada. Di sisi lain, ada sebagian kecil orang yang fanatik dengan agama dan menganggap profesi Pt bersekutu dengan setan, namun hal tersebut tidaklah menjadi penghalang dan tidak menyurutkan niatnya untuk tetap njathil hingga kesurupan. Selain itu, keakraban Pt dengan masyarakat justru bertambah. Terkait dengan konsep kesurupan sebagai kesatuan dalam kesenian jathilan, Pt memandang bahwa kesurupan dalam jathilan merupakan satu kesatuan dan ciri khas jathilan tersebut terletak pada fenomena kesurupan. Dari aspek perasaan, Pt mengaku bahwa setelah tersadar dari kesurupan Pt merasa bingung beberapa saat (seperti terbangun dari tidur). Namun demikan, ia merasa senang dan bangga karena selama sembilan tahun njathil tidak pernah melakukan kesurupan pura-pura. Dalam aspek perilaku, Pt mengaku bahwa dengan kegiatan njathil hingga kesurupan yang telah dilakukan, menjadikannya semakin akrab dan semakin dihargai oleh masyarakat. Terkait dengan motivasi yang mendorong Pt tetap mau njathil hingga kesurupan, Pt meyakini dalam pikirannya bahwa kegiatan njathil hingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
kesurupan merupakan sebuah hobi dan keinginan untuk melestarikan kebudayaan Jawa. Dalam aspek perasaan, Pt merasa bangga karena dengan njathil hingga kesurupan dapat menyalurkan hobi sekaligus melestarikan kebudayaan Jawa. Hal tersebut didukung oleh keadaan dimana masyarakat sekitar juga menghargai profesi Pt sebagai penari jathilan sehingga dukungan tersebut menjadi penyemangat hidup baginya. Terkait dengan konsep aneka dampak kesehatan dari fenomena kesurupan, Pt menuturkan bahwa adegan dalam kesurupan membuat badan lecet, terasa perih dan membuat badan terasa “capek”. Meski begitu, Pt mengaku tidak ada dampak yang membahayakan bagi kesehatannya. Dalam aspek perasaan, Pt merasa bangga dan tidak punya rasa takut terhadap kondisi kesehatan setelah melakukan adegan kesurupan. Oleh karena itu, ia tidak pernah memeriksakan kondisi kesehatan ke dokter. Melihat dari aspek perilaku, Pt mengaku bahwa dari kegiatan njathil hingga kesurupan yang dilakukannya justru dapat menambah keakraban dengan masyarakat.
Tabel 5 Tabel Analisa Subjek 3 I. Kesurupan secara umum Aspek Pikiran
Aspek Perasaan
(+)Kesurupan sebuah (+)Sebelum
Aspek Perilaku
dan (+)Berdampak
hal yang wajar
setelah
I.PK (6-12)
merasa senang dan
menambah
tidak ada perasaan
keakraban dengan
(+)Kesurupan
kesurupan
positif karena bisa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
merupakan suatu hal
takut I.PR (32-38)
masyarakat dan bisa
yang sakral I.PK (+)Saat
kesurupan
menghibur
(16-25)
merasakan
masyarakat I.PL
tidak
(+)Kesurupan Kepuh
di
kesurupan
yang
apapun karena tidak sadar I.PR (32-38)
sesungguhnya
(61-69) (-)Berdampak dalam hal ekonomi (kinerja
dan tidak direkayasa
subjek
I.PK (16-25)
menurun
yang selama
kesurupan
satu sampai dua hari
pikiran kosong dan
sehingga pendapatan
dalam kondisi tidak
berkurang
sadar sehingga tidak
badan masih terasa
mengetahui apa yang
lelah) I.PL (44-
terjadi
57)
(+)Saat
pada
diri
karena
sendiri I.PK (6-12) II. Kesurupan yang tidak sesungguhnya (kesurupan pura-pura) Aspek Pikiran (+)Kesurupan pura
itu
Aspek Perasaan
Aspek Perilaku
pura- (+)Merasa minder dan (+)Tidak berdampak malu jika melakukan
buruk
yang salah II.PK
kesurupan
keseharian II.PL
(72-82)
maka subjek berusaha
(-)Banyak
kesurupan
grup
agar
kesurupan
yang
tidak
kesurupan yang pura-
penonton
pura II.PK (72-82)
(112-127)
(-)Subjek
(130-136)
kepura-puraan (+)Hubungan subjek
jathilan ditempat lain melibatkan
pura-pura
dalam
tersebut diketahui
II.PR
dan
masyarakat
menjadi
semakin
dekat karena sering bertemu
pernah (+)Merasa malu jika
melakukan kesurupan
melakukan kesurupan
pura-pura
karena
pura-pura
sewaktu
njathil
(140-153)
II.PR
jathilan (140-153)
diacara
II.PL
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
sedang banyak pikiran dan
kurang
dalam
fokus
menari
II.PK (103-109) III. Kesurupan dalam kesatuan dalam kesenian jathilan Aspek Pikiran (+)Tujuan
Aspek Perasaan
Aspek Perilaku
njathil (+)Dengan kesurupan (+)Persatuan
dan
hingga
kesurupan
merasa senang dan
keakraban
untuk
menghibur
tidak
masyarakat semakin
ada
perasaan
dengan
penonton III.PK
sedih III.PR (250-
terjalin
(158-172)
267)
III.PL (176-190)
(+)Sesepuh
pawang (+)Merasa
mengusahakan
agar
bisa
senang (+)Belajar
njathil
hingga
kuat
melatih
kekompakan dengan
penari bisa kesurupan
kesurupan III.PR
para
namun
(296-302)
penonton III.PL
kesurupan
tersebut
tidak (+)Njathil
diharuskan
terjadi
dan
penari
dan
(176-190)
membuat (+)Tidak berdampak
kesurupan
terutama untuk penari
badan “capek” dan
buruk
perempuan III.PK
kinerja
menjadi
keseharian III.PL
(176-190)
kurang
maksimal
(+)Kesurupan diharapakan
untuk
(288-292)
namun tetep merasa (+)Apapun dapat
menghibur penonton
senang
III.PR
(296-302)
yang
terjadi saat pentas njathil,
kehidupan
III.PK (176-190)
(+)Saat
kesurupan
bermasyarakat tetap
(+)Tidak ada tujuan
tidak
merasakan
berjalan dengan baik
negatif dari kegiatan
apapun
kesurupan III.PK
(218-222)
(176-190) (+)Tidak mengalami
diharuskan
III.PR
III.PL (303-310)
(+)Kebersamaan
(+)Saat
kesurupan
semakin erat karena
tidak
merasakan
jathilan
apapun, berada dalam
Kepuh
adalah milik semua
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
kesurupan, kesurupan
kondisi tidak sadar
warga
yang
III.PR (244-249)
III.PL (303-310)
dipaksakan
merupakan kesurupan (+)Merasa yang
pura-pura
III.PK (192-213)
bukan
minder melakukan
III.PR (270-271)
jathilan (+)Jika merupakan
tidak
kesurupan
merasa
suatu keharusan
malu
minder
III.PK (158-172)
bahkan
(-)Kesurupan kesenian
dalam jathilan
dan
sampai
pertunjukan berakhir perasaan malu
dan
merupakan hal yang
minder tersebut tetap
terpisah-pisah (bukan
ada III.PR (278-
suatu
kesurupan pura-pura
(+)Kesurupan dalam kesenian
saat
Kepuh
kesatuan)
286)
III.PK (192-213) IV. Motivasi yang mendorong penari jathilan sehingga tetap mau njathil hingga kesurupan Aspek Pikiran (+)Berawal
Aspek Perasaan
Aspek Perilaku
dari (+)Merasa senang dan (+)Lebih
penasaran dan ingin
bangga saat kesurupan
diri
tau rasanya kesurupan
IV.PR (353-380)
“srawung”
IV.PK (315-327)
(+)Merasa bangga dan
percaya untuk
(bersosialisasi)
bisa
dengan masyarakat
kesurupan merupakan
mengalami kesurupan
dan mempererat tali
suatu
IV.PR (389-392)
silaturahmi IV.PL
(+)Njathil
hingga
bentuk
tanggungjawab
subjek
IV.PK (315-327)
jika
(+)Merasa malu dan
terhadap profesi yang dilakoni
senang
minder
(418-426)
saat (+)Dampak positif=
melakukan kesurupan
dengan masyarakat
pura-pura IV.PR
menjadi
semakin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
(+)Njathil
hingga
kesurupan
karena
ingin rasa
(353-380)
akrab, dengan
subjek
tanggungjawab
dimana
pentas
IV.PL (430-477)
anggota
(-)Dampak negatif=
kelompok jathilan di Kepuh
kenal
penonton
setempat
menunjukkan
sebagai
bisa
IV.PK
kadang ribut dengan
(663-667)
penonton jika saat kesurupan
(+)Berawal dari rasa penasaran
melakukan
ingin
hal-hal
merasakan kesurupan
yang tidak berkenan
dan
dihati penonton
sekarang
IV.PL (430-477)
menganggap dalam
(-)Masalah menjadi
jathilan
panjang jika sudah
kesurupan kesenian sebagai
suatu
tanggungjawab kewajiban
dan
emosi.
Tiga-empat
sebagai
seorang jathilan
terpancing
hari
masalah baru dapat
penari
selesai
IV.PK
tidak akur) IV.PL
(332-350)
(menjadi
(503-513)
V. Dampak kesehatan dari kesurupan Aspek Pikiran (+)Njathil dan
Aspek Perasaan (+)Saat
Aspek Perilaku
kesurupan (+)Masyarakat
kesurupan membuat
sebatas
makan
badan “capek” dan
menyan atau kembang
yang
kinerja menjadi
tidaklah ada perasaan
subjek
kurang maksimal
apapun V.PR (569-
menambah
namun tetep merasa
577)
solodaritas
senang V.PK (296- (+)Merasa takut walau
mendukung
apa
dilakukan dan
dapat
antar
masyarakat V.PL
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
302)
sebenarnya tidak perlu
(+)Berdampak buruk
takut
karena
untuk
kesehatan
kesurupan
karena
kesurupan
dialami subjek tidak
makan makanan yang
berdampak
ekstrim
namun
untuk
kondisi
kesehatan
subjek baik-baik saja V.PK (517-545)
(-)Merasa
“capek”
yang
buruk kesehatan
subjek V.PR (582587) (+)Merasa bangga jika kesurupan
makan
setelah kesurupan
beling V.PR (412-
V.PK (44-57)
613)
(-)Kondisi
fisik (+)Makan beling saat
menjadi lelah setelah
kesurupan merupakan
kesurupan V.PK
suatu
(683-693)
karena belum tentu
kebanggan
semua penari dapat melakukan tersebut
hal
V.PR
(614-618) (+)Tidak ada perasaan yang menonjol, tidak membuat sombong V.PR (619-624) (+)Merasa lelah dan jadi
malas
bekerja
namun tetap menjadi lebih semangat karena kesurupan
yang
dialami subjek dijalani
(683-693)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
dengan tulus V.PR (643-657) (+)Walau fisik lelah namun tetap merasa senang V.PR (683693) (+)Merasa
kasihan
pada diri sendiri dan malu jika melakukan kesurupan
pura-pura
V.PR (401-412)
(-)Merasa berdampak
takut buruk
untuk
kesehatan
terkait
dengan
adengan
kesurupan
yang dialami subjek V.PR (550-562)
(-)Merasa takut terjadi gangguan pencernaan jika
saat
kesurupan
makan beling V.PR (569-577) Catatan: (+) untuk penilaian positif; (-) untuk penilaian negatif; dan (N) untuk penilaian netral.
Pada tabel 5 terkait dengan konsep kesurupan secara umum, As meyakini dalam pikirannya bahwa kesurupan merupakan sebuah hal yang sakral. Fenomena kesurupan dihayati sebagai sesuatu yang sangat bernilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
dan mengandung unsur magis dari suatu bagian kebudayaan Jawa. As menuturkan bahwa saat kesurupan, pikiran menjadi kosong dan berada dalam kondisi tidak sadar sehingga tidak dapat mengetahui apa yang terjadi kepada diri sendiri. As juga menuturkan bahwa fenomena kesurupan di Dusun Kepuh merupakan kesurupan yang sesungguhnya dan tidak direkayasa. Dalam aspek perasaan, As mengaku sebelum dan sesudah kesurupan ia merasa senang dan tidak ada perasaan takut. Saat kesurupan, As tidak merasakan apapun karena berada dalam kondisi tidak sadar. Menggali dari aspek perilaku, dari kegiatan njathil hingga kesurupan yang dilakukannya ternyata dapat menambah keakraban dengan masyarakat dan bisa menghibur masyarakat. Walau demikian, kegiatan njathil hingga kesurupan yang dilakukan As ternyata juga berdampak negatif dalam hal ekonomi karena kinerjanya menurun sehingga pendapatan berkurang. Hal ini disebabkan karena setelah njathil hingga kesurupan badannya terasa lelah. Terkait dengan konsep kesurupan yang tidak sesungguhnya, As beranggapan bahwa kesurupan pura-pura itu adalah kesurupan yang salah. Ia mengaku pernah melakukan kesurupan pura-pura karena sewaktu njathil sedang banyak pikiran dan kurang fokus dalam menari. As juga menuturkan bahwa banyak grup jathilan di tempat lain yang melibatkan kesurupan purapura. Dalam aspek perasaan, As merasa malu dan minder jika melakukan kesurupan pura-pura. Ia selalu berusaha agar kepura-puraan kesurupan tersebut tidak diketahui penonton. Dalam aspek perilaku, kegiatan njathil hingga kesurupan yang dialaminya tidak berdampak buruk dalam kegiatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
sehari-hari. Hubungan As dengan masyarakat menjadi semakin dekat karena kerap bertemu dalam kegiatan jathilan. Terkait dengan konsep kesurupan sebagai kesatuan dalam kesenian jathilan, As meyakini dalam pikirannya bahwa tidak ada tujuan negatif dari kegiatan njathil hingga kesurupan. Sebaliknya, tujuan positif dari kegiatan njathil hingga kesurupan adalah untuk menghibur penonton. As menuturkan bahwa sesepuh pawang sebenarnya mengusahakan agar penari bisa kesurupan, namun kesurupan tersebut tidak diharuskan terjadi terutama untuk penari perempuan. As juga meyakini bahwa kesurupan yang dipaksakan merupakan kesurupan pura-pura. Melihat realita tersebut, ia menilai bahwa kesurupan dalam kesenian jathilan bukan merupakan suatu keharusan. Kesurupan dalam kesenian jathilan merupakan hal yang terpisah-pisah (bukan suatu kesatuan). Terlepas dari berbagai pandangan tersebut, ia tetap merasa bangga bisa njathil hingga kesurupan. Melihat dari aspek perilaku, As mengaku bahwa persatuan dan keakraban dengan masyarakat semakin terjalin kuat. Dari kegiatan njathil hingga kesurupan, dapat melatih kekompakan dengan para penari dan penonton. Apapun yang terjadi saat pentas njathil (hal positif ataupun negatif), kehidupan bermasyarakat tetap berjalan dengan baik dan tidak berdampak buruk untuk kesehariannya. Terkait dengan motivasi yang mendorong As sehingga tetap mau njathil hingga kesurupan, ia mengaku bahwa pada awalnya hanya ingin merasakan bagaimana rasanya kesurupan namun seiring berjalannya waktu, njathil hingga kesurupan merupakan suatu bentuk tanggung jawab terhadap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
profesi yang dilakoninya sebagai anggota kelompok jathilan di Kepuh. Dalam aspek perasaan, As merasa senang dan bangga bisa njathil hingga kesurupan. Selain itu, ia merasa malu dan minder saat melakukan kesurupan pura-pura. Dalam aspek perilaku, As menjadi lebih percaya diri untuk bersosialisasi dengan masyarakat, semakin akrab, semakin mempererat tali silaturahmi dan bisa mengenal penonton di mana ia pentas. Di sisi lain, terkadang muncul dampak negatif dari fenomena kesurupan yang tidak terkontrol. As menuturkan bahwa terkadang ia menjadi ribut dengan penonton jika saat kesurupan ia melakukan hal-hal yang tidak berkenan dihati penonton. Tak jarang masalah menjadi panjang apabila sudah terpancing emosi. Terkait dengan konsep aneka dampak kesehatan dari fenomena kesurupan, As meyakini dalam pikirannya bahwa kegiatan njathil hingga kesurupan berdampak buruk bagi kesehatan karena kesurupan umumnya memakan makanan yang ekstrim namun kondisinya ternyata tetap baik-baik saja. As menuturkan bahwa njathil dan kesurupan membuat badan “capek” dan kinerja menjadi kurang maksimal namun ia tetap merasa senang. Dalam aspek perasaan, As merasa bangga jika kesurupan memakan beling karena menurutnya belum tentu semua penari dapat melakukan hal tersebut. Walau demikian, ia tidak menyombongkan tentang apa yang dilakukan selama kesurupan. Dalam kegiatan njathil hingga kesurupan, terkadang As merasa takut terjadi gangguan pencernaan dan takut berdampak buruk untuk kesehatan. Kondisi fisik menjadi lelah dan terkadang menjadi malas bekerja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
tidaklah menyurutkan semangatnya karena ia mengaku bahwa kesurupan yang dialaminya dijalani dengan tulus, maka tak jarang ia merasa kasihan dan malu pada diri sendiri jika sampai tidak kesurupan atau melakukan kesurupan pura-pura. Dalam kehidupan bermasyarakat, As mengaku masyarakat setempat mendukung apa yang dilakukannya. Oleh karena itu, hal tersebut dapat menambah solidaritas antar masyarakat.
Kesimpulan umum Terkait dengan konsep kesurupan secara umum, ketiga subjek memiliki pemikiran yang positif. Hal tersebut terlihat dari adanya keyakinan dalam pikiran mereka bahwa kesurupan dalam kesenian jathilan merupakan hal yang penting. Fenomena kesurupan diyakini sebagai sesuatu yang sakral, sangat bernilai, dan mengandung unsur magis dari suatu kebudayaan Jawa. Fenomena kesurupan di Dusun Kepuh diyakini ketiga subjek sebagai kesurupan yang tidak direkayasa. Fenomena kesurupan di Dusun Kepuh merupakan kesurupan yang sesungguhnya. Pemikiran tersebut disertai dengan perasaan yang positif oleh ketiga subjek yaitu senang dan bangga. Ketiga subjek merasa senang dan bangga bisa njathil hingga kesurupan. Mereka tidak merasakan adanya perasaan takut saat mengalami kesurupan. Dari pemikiran dan adanya perasaan yang positif, maka memunculkan perilaku yang positif pula. Hal tersebut terlihat dari munculnya perilaku yang menjadi lebih bersemangat dalam melakukan berbagai hal dan dapat menambah keakraban dalam kehidupan bermasyarakat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
Terkait dengan konsep kesurupan yang tidak sesungguhnya, ketiga subjek memiliki pemikiran yang negatif tentang kesurupan pura-pura (tidak sesungguhnya). Mereka meyakini dalam pikiran mereka bahwa kesurupan pura-pura itu ada dan banyak dilakukan penari jathilan. Menurut mereka, kesurupan pura-pura merupakan kesurupan yang salah dan hal yang tidak baik untuk dilakukan. Pt mengaku belum pernah melakukan kesurupan purapura, namun Fn dan As pernah melakukan kesurupan pura-pura. Pemikiran yang negatif terkait dengan kesurupan pura-pura tersebut membuat Fn dan As merasa bingung, malu, dan minder saat tidak mengalami kesurupan sewaktu pentas njathil. Mereka melakukan kesurupan pura-pura untuk menutupi rasa sungkan dan salah tingkah. Di sisi lain, Pt merasa senang dan tidak terbebani hal apapun karena ia belum pernah mengalami kesurupan pura-pura. Dari pemikiran negatif terhadap kesurupan pura-pura yang merupakan hal yang salah dan tidak seharusnya dilakukan, membuat ketiga subjek tetap mengusahakan untuk selalu mengalami kesurupan sesungguhnya disetiap pentas njathil. Ketiga subjek menuturkan bahwa terlepas dari berbagai hal yang terjadi selama pentas kesenian jathilan, tidaklah ada dampak buruk atau negatif. Kesurupan yang dialami ketiga subjek membuat mereka semakin dipandang “lebih” oleh masyarakat sehingga mereka menjadi semakin akrab dengan masyarakat dan kekeluargaan semakin terjalin erat. Terkait dengan konsep kesurupan sebagai kesatuan dalam kesenian jathilan, Fn dan Pt memiliki pemikiran yang positif. Hal tersebut terlihat dari adanya keyakinan dalam pikiran Fn dan Pt yang meyakini bahwa kesurupan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
dalam kesenian jathilan merupakan suatu kesatuan atau satu paket. Namun, As memiliki pemikiran yang berbeda dengan Fn dan Pt. As meyakini bahwa kesurupan dalam kesenian jathilan merupakan hal yang terpisah-pisah atau bukan suatu kesatuan. Walaupun terjadi perbedaan pemikiran, ketiga subjek merasakan perasaan yang sejalan dengan aspek pikiran. Ketiga subjek mengaku merasa bangga, puas, dan senang jika mengalami kesurupan. Sebaliknya, mereka merasa minder dan “mati gaya” jika tidak mengalami kesurupan. Hal tersebut diikuti dengan adanya dampak positif dalam kehidupan sehari-hari, mereka mengaku bahwa fenomena kesurupan yang dialami mereka bisa memunculkan semangat baru untuk diri pribadi dan dapat menambah keakraban untuk kehidupan bermasyarakat. Terkait dengan motivasi yang mendorong subjek tetap mau njathil hingga kesurupan, ketiga subjek memiliki pemikiran yang positif. Hal tersebut terlihat dari adanya keyakinan dalam pikiran mereka bahwa hal yang memotivasi tetap njathil hingga kesurupan karena hal tersebut merupakan suatu panggilan, suatu bentuk tanggung jawab, dan adanya sutu keinginan untuk tetap melestarikan kebudayaan Jawa. Hal tersebut diikuti dengan perasaan yang positif yang dirasakan ketiga subjek yaitu merasa senang dan bangga jika mengalami kesurupan. Sebaliknya, mereka merasa malu dan minder jika tidak mengalami kesurupan. Dari pemikiran dan adanya perasaan yang positif, maka memunculkan perilaku yang positif pula. Dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, ketiga subjek mengaku dapat semakin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
bersemangat dalam bekerja, semakin percaya diri untuk bersosialisasi dan menjadi semakin dekat dengan masyarakat. Terkait dengan konsep aneka dampak kesehatan dari fenomena kesurupan, Fn dan Pt memiliki pemikiran yang positif. Hal tersebut terlihat dari adanya keyakinan dalam pikiran Fn dan Pt yang meyakini bahwa fenomena kesurupan tidak memunculkan dampak negatif seperti gangguan pencernaan dan hal-hal yang membahayakan untuk kesehatan. Namun lain halnya dengan As. As meyakini dalam pikirannya bahwa dari fenomena kesurupan dapat memunculkan dampak buruk bagi kesehatan. Walaupun terjadi perbedaan pemikiran, ketiga subjek mengaku bahwa kondisi kesehatannya tetap baik-baik saja. Dari aspek perasaan, Fn dan As terkadang dihinggapi rasa takut akan adanya dampak buruk bagi kesehatan. Berbeda dengan Pt, Pt mengaku bangga dan tidak merasa takut akan kondisi kesehatannya. Walaupun terjadi perbedaan pemikiran dan berbagai perasaan yang dirasakan ketiga subjek, mereka memiliki berbagai dampak bagi perilaku yang sejalan. Dampak kesehatan dari fenomena kesurupan yang dialami ketiga subjek yang sering memakan hal-hal yang ekstrim (tidak biasa), ternyata tidak berpengaruh buruk terhadap keseharian mereka. Masyarakat menghargai profesi mereka sebagai penari jathilan yang sering mengalami kesurupan. Hal tersebut dapat menjadikan penyemangat hidup, menambah solidaritas antar masyarakat, dan dapat menambah keakraban dengan masyarakat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
D. Pembahasan Makna menurut Frankl (1984) adalah kesadaran akan adanya suatu kesempatan atau kemungkinan yang ada dalam realitas. Makna adalah hal-hal yang oleh seseorang dipandang penting dan dirasakan berharga. Makna juga memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna menurut Malik (2012) dalam artikelnya adalah pemahaman yang membuat sesuatu berarti dalam hidup, yang serta merta merombak alam berfikir dan menemukan nilai baru, kita tak mungkin hidup tanpa nilai. Nilai ini menambah kualitas kita, sehingga dapat lebih mudah berkreasi dan menjalani hidup. Dari pemahaman tersebut maka peneliti mencoba menjelaskan bahwa sebuah pemaknaan terhadap fenomena kesurupan meliputi aspek pikiran, perasaan, dan perilaku. Dalam memaknai sesuatu tentunya tidak lepas dari apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan, dan bagaimana dampak bagi perilaku kita. Aspek pikiran, perasaan, dan perilaku akan menjadi satu kesatuan yang membentuk ketiga subjek dalam memaknai fenomena kesurupan yang mereka alami pada pentas kesenian jathilan dalam kelompok Turonggo Jati Manunggal di Dusun Kepuh. Dari hasil analisis data, dapat diketahui bahwa ketiga subjek memiliki pemaknaan positif terhadap fenomena kesurupan. Pemaknaan positif terhadap fenomena kesurupan tersebut meliputi tiga hal, yaitu: 1) Kesurupan sebagai sesuatu yang penting dan berharga, 2) Kesurupan merupakan sebuah nilai yang dapat menambah kualitas hidup; 3) Kesurupan dilakukan dengan tulus dan dari keinginan sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
Ketiga subjek memaknai fenomena kesurupan sebagai sesuatu yang penting dan berharga. Hal tersebut tampak dalam pikiran mereka bahwa kesurupan mereka yakini sebagai suatu hal yang diutamakan dalam kesenian jathilan.
“Tujuan utamanya mungkin jathilan itu kesurupan ya. Jathilan itu emang kalo dijathilan saya mungkin dari awalnya udah kesurupan jadinya ya mungkin itu sisi apa ya sisi tujuan utamanya dari jathilan ya kesurupan dari segi uniknya mungkin kesurupan” (FnI.PK,8-9); (Fn I.PK, 13-16). Bagi penari jathilan dalam kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal di Dusun Kepuh, kesenian jathilan mereka yakini sebagai kesenian yang sakral dan mengandung unsur magis dari suatu kebudayaan asli Indonesia (khususnya Jawa). Hal tersebut terwujud dalam tari-tarian yang dinamis dan melibatkan fenomena kesurupan sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan.
“Ya kalau untuk di Kepuh kesurupan itu sakral mbak, sakral itu ya kesurupan beneran, gak maen-maen. Dijathilan-jathilan lain selain Kepuh mungkin banyak yang kesurupannya cuma mainmain ya mbak tapi ya tadi itu kalau di Kepuh kesurupannya tidak direkayasa macem-macem” (AsI.PK, 16-25). Kesenian jathilan merupakan kesenian tradisional bagi kebudayaan Jawa. Pertunjukkan kesenian jathilan di jaman dulu selalu melibatkan kesurupan yang sesungguhnya. Seiring berjalannya waktu, esensi kesurupan dari sebuah pertunjukan jathilan mulai luntur. Di jaman sekarang banyak kesenian jathilan di luar jathilan Turonggo Jati Manunggal yang melibatkan kesurupan pura-pura dan memposisikan kesurupan sebagai sekedar hiburan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
dalam suatu pentas kesenian jathilan. Lain halnya dengan kesurupan dalam kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal di Dusun Kepuh, sampai saat ini para penari jathilan tetap mempertahankan kesurupan yang sesungguhnya. Bagi ketiga subjek, kesurupan pura-pura mereka yakini sebagai kesurupan yang salah dan tidak seharusnya dilakukan. Setiap pentas berlangsung, ketiga subjek selalu mengupayakan diri mereka untuk bisa mengalami kesurupan sesungguhnya. Jika ada halangan dan gagal untuk bisa mengalami kesurupan sesungguhnya, mereka terpaksa untuk melakukan kesurupan pura-pura karena mereka akan dihantui rasa malu dan sungkan jika ada penonton yang mengetahui bahwa mereka tidak mengalami kesurupan saat pentas jathilan.
“Kesurupan pura-pura itu ya seharusnya tidak dilakukan mbak, namanya juga pura-pura kan ya bohong ya jadi semua yang bohong itu pasti gak baik, termasuk kesurupan” (Fn II.PK, 61-67). “Ya itu ya gimana ya…ya kita aslinya tetep anu ke minder ya sama sama pawang-pawangnya otomatis sama pawangnya itu otomatis minder karena kan kita cuma pura-pura to, tapi kita tetep berusaha…berusaha menepis nganu itu, ya kita biasa aja. Iya..kita tetep malu aslinya malu kalo sampai diketahui gitu cuma pura-pura itu tetep ya malu gitu. Tapi kan kita tetep berusaha, saya kan tetep berusaha gimana supaya tidak bisa diketahui bahwa kalo saya itu pura-pura” (AsII.PR, 112127). Njathil hingga kesurupan membuat diri ketiga subjek menjadi lebih berharga. Pada dasarnya mereka mengaku bahwa selalu ada keinginan dan upaya untuk mengalami kesurupan setiap pentas njathil. Dari hal tersebut, dapat terlihat bahwa betapa fenomena kesurupan dimaknai sebagai sesuatu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
yang penting dan berharga karena ketiga subjek ingin tetap melestarikan budaya Jawa dalam sebuah kesenian jathilan yang memang melibatkan unsur kesurupan yang sesungguhnya. Pemaknaan tersebut sesuai dengan teori makna yang dikemukakan Frankl bahwa sebuah makna adalah sesuatu yang dianggap penting dan berharga.
“Yo kita yo bangga juga mbak yang jelas wong orang kita bisa apa ya istilahnya itu bisa melestarikan kebudayaan Jawa gitu yang jelas kita juga bangga” (PtIV.PR, 324-329). Selain memaknai fenomena kesurupan sebagai sesuatu yang penting dan berharga, ketiga subjek juga memaknai fenomena kesurupan sebagai sebuah nilai yang dapat menambah kualitas hidup. Hal tersebut tampak dalam pikiran mereka yang meyakini bahwa banyak hal positif yang didapat dari kesurupan dalam kesenian jathilan sekalipun dalam kenyataannya rasa lelah dan cidera fisik setelah kesurupan kerap menghampiri mereka. Ketiga subjek merasa senang dan puas bisa njathil hingga kesurupan. Terasa sebagai sebuah prestasi yang membanggakan bisa melestarikan kebudayaan Jawa sekaligus dapat menghibur masyarakat yang menonton pertunjukkan jathilan dengan kesurupan yang sesungguhnya. Ketiga subjek merasa bahwa masyarakat menghargai profesi subjek sebagai penari jathilan. Seringnya ketiga subjek mengalami kesurupan memunculkan perasaan bangga, puas, dan senang , selain itu seringnya terlibat dalam kegiatan jathilan juga membuat ketiga subjek semakin dekat dengan masyarakat. Dengan adanya penghargaan dan “dipandang lebih” oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
masyarakat karena sering mengalami kesurupan saat pentas kesenian jathilan, serta adanya kedekatan antara ketiga subjek dan masyarakat membuat rasa percaya diri ketiga subjek bertambah besar. “Mereka menghargai dan dengan kegiatan saya ini saya merasa lebih dekat dan akrab dengan mereka lha wong misalnya ada acara jathilan gitu semuanya biasa kerjasama “tulung tinulung” untuk kelancaran acara jathilan…yang saya maksud jadi tambah dekat dan akrab ya karna saya dihargai karena kesurupan saya tadi mbak” (FnV.PL, 456-467). Ketiga subjek mengaku menjadi semakin nyaman untuk “srawung” (bersosialisai) dengan masyarakat. Mereka merasa bahwa masyarakat sangat mendukung dan menghargai profesi subjek sebagai penari jathilan. Dari hal tersebut terlihat bahwa betapa fenomena kesurupan dimaknai sebagai sesuatu yang dapat menambah kualitas hidup ketiga subjek dalam menjalani kegiatan sehari-hari.
Pemaknaan
tersebut
sesuai
dengan
teori
makna
yang
dikemukakan Frankl bahwa sebuah makna dapat memberikan nilai khusus bagi seseorang, hal serupa juga dikemukakan dalam artikel yang ditulis oleh Malik (2012). Dari adanya pemaknaan fenomena kesurupan sebagai sesuatu yang penting dan berharga serta fenomena kesurupan sebagai sebuah nilai yang dapat menambah kualitas hidup, hal tersebut menjadikan ketiga subjek dengan tulus dan atas dasar keinginan sendiri dalam mengalami kesurupan setiap pentas njathil. Ketiga subjek meyakini dalam pikiran mereka bahwa kesurupan yang mereka alami merupakan suatu panggilan, suatu bentuk tanggung jawab, dan adanya suatu keinginan untuk tetap melestarikan kebudayaan Jawa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
“Kalau dari awal-awal dulu dari awal-awal berdirinya kelompok jathilan itu cuma penasaran aja jadi rasa ingin tau rasanya orang kesurupan itu gimana cuma itu aja. Gak ada maksud lain itu gak ada, misal untuk menyombongkan diri gitu gak ada ya kalau sekarang ya seperti yang saya bilang tadi mbak, gak bisa saya pungkiri nggih saya mau kesurupan itu ya karna dah jadi opo...tanggungjawab dan kewajiban saya sebagai penari jathilan Kepuh yang sesungguhnya. Penari sejati ngono kae lo mbak...hahaaaa” (AsIV.PK, 332-350). “Awalnya mungkin karna udah terbiasa, kayak udah ada panggilan” ( Fn IV.PK 195-197). Tak luput dari dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dari fenomena kesurupan yang mereka alami, seperti badan terasa lelah, cidera fisik, dan berpengaruh dalam menurunnya kinerja subjek namun tidak mengurangi semangat subjek untuk tetap njathil hingga kesurupan. Ketiga subjek mengaku tetap merasa senang dan bangga bisa njathil hingga kesurupan dan semuanya itu didasari dengan ketulusan.
“Ya saya rasa ya kesurupan ga kesurupan tu capek mbak…itu wis tetep e…ya satu…sampe…bahkan bisa sampe satu minggu itu ya rasa capek kita itu belum hilang itu…itu tapi kalo gak...opo tambah penyemangat kerja atau gimana itu gak ada. Malah bikin males itu yang sering saya lakukan itu itu…asline gitu, itu tapi anehnya yang kalau dilogika emang bikin capek dan gak semangat itu faktanya yang harusnya capek malah badan jadi tahan banting, yang harusnya gak semangat eh semangatnya malah nambah. Intinya ya tetep jadi dampak yang positif mbak, mungkin karna saya melakukan kesurupan itu dari niat dan ketulusan jadinya dampaknya itu dampak positif” (AsV.PR 634-657). “Maksudnya sewaktu kesurupan itu ya sudah jelas yo istilahe bangga, puas ya menyenangkan mbak bisa sampai kesurupan tapi ya walaupun saat njathil saya gak kesurupan ya saya tetap berusaha menghibur penonton mbak tetep saya itu ya saya pastinya tetep semangat walau sebenarnya merasa minder terus ee..,opo yo ya mati gaya kae lo mbak kalau sampai tidak kesurupan” (FnIII.PR, 386-398).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
Dari hal tersebut terlihat bahwa betapa sebuah makna memiliki kekuatan yang luar biasa sehingga dapat menggerakkan ketiga subjek untuk tetap njathil hingga kesurupan. Pemaknaan tersebut sesuai dengan teori makna yang dikemukakan Frankl bahwa sebuah makna dapat memberikan nilai khusus bagi seseorang, dalam hal ini adalah nilai ketulusan untuk tetap njathil hingga kesurupan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa ketiga subjek memiliki pemaknaan positif terhadap fenomena kesurupan. Pemaknaan positif terhadap fenomena kesurupan tersebut meliputi tiga hal, yaitu: 1) Kesurupan sebagai sesuatu yang penting dan berharga, 2) Kesurupan merupakan sebuah nilai yang dapat menambah kualitas hidup; 3) Kesurupan dilakukan dengan tulus dan dari keinginan sendiri. Ketiga makna yang dihayati para penari jathilan tersebut membuat mereka tulus dan senang hati tetap njathil hingga kesurupan. Walau esensi kesurupan bagi sebagian penari jathilan mulai bergeser, penari jathilan Turonggo Jati Manunggal tetap tulus dan senang hati menjalani aktifitas njathil hingga kesurupan sekalipun pada kenyataannya memberi efek fisik seperti kelelahan maupun cidera fisik, dan menurunkan kinerja. Hal lain yang mendasari ketiga subjek tetap mau njathil hingga kesurupan adalah sebagai bentuk perwujudan pelestarian tradisi budaya Jawa.
B. Saran 1. Bagi penari jathilan, sebaiknya berusaha untuk menularkan makna yang dihayatinya
kepada
menghidupkan
para
kesenian
penari jathilan
jathilan
lainnya
untuk
dengan
melibatkan
lebih
kesurupan
sesungguhnya yang merupakan warisan kebudayaan asli Indonesia (khususnya Jawa). 79
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
2. Bagi masyarakat, sebaiknya berusaha terlibat dalam pelestarian budaya yang sudah ada dan mendukung penari jathilan untuk tetap njathil hingga kesurupan agar pelestarian budaya Jawa tetap ada dan tidak punah seiring berkembangnya jaman karena dukungan dari masyarakat menjadi motivasi bagi penari jathilan untuk tetap njathil hingga kesurupan dan menjadi motivasi penari jathilan pula untuk tetap melestarikan kesenian tradisional asli Jawa.
3. Bagi peneliti selanjutnya, yang akan melakukan penelitian dengan tema yang sama dapat dilakukan penelitian mengenai makna kesurupan bagi penari jathilan dengan menambah variasi subjek (penari perempuan atau kelompok-kelompok jathilan di wilayah lain selain Kepuh) dan menambah review literatur tentang makna untuk lebih memperkaya hasil penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Anzwar, S. (1995). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ardhi. (2009, 13 April). Jathilan mataraman “SATRIA MUDA BUDAYA”. Diunduh dari http://jathilanmataraman.blogspot.com/2009/04/lakonlakon-dalamtarian-jathilan.html. Bogdan, R. C. & Biklen, S. K. (1982). Qualitative research for education : an intoduction to theory and methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Creswell, J. W. (1998). Qualitative inquiry and research design: choosing among five traditions. Thousand Oaks, California: SAGE Publications, Inc. Danim, S. (2002). Menjadi peneliti kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Dewi, Heristina. (2007). Perubahan Makna Pertunjukan Jaran Kepang pada Masyarakat Jawa di Kelurahan Tanjung Sari Medan. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/18730 Hadiwijoyo, H. (1980). Sari sejarah filsafat barat 2. Yogyakarta: Kanisius. Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. (1993). Teori-teori psikodinamik klinis. Ed: Dr. A. Supratiknya. Yogyakarta: Kanisius. Itha. (2007, 16 Agustus). Fenomena kesurupan sebagai suatu bentuk histeria. Diunduh dari http://itha.wordpress.com/category/karya-ilmiah/. Jathilan
sebuah tarian magis. (2007, 7 Desember). Diunduh dari http://www.beritaindonesia.co.id/budaya/jathilan-sebuah-tarian-magis.
Koesworo, E. (1987). Psikologi eksistensial. Bandung : Rosda Offset. Kuda
lumping. (2012, 28 Maret). http://id.wikipedia.org/wiki/Kuda_lumping.
Diunduh
dari
Kurniawan, Bobby. (2010, 11 Mei). Fenomena kesurupan menurut perspektif psikologi. Diunduh dari http://09034bobby.wordpress.com/2010/05/11/fenomena-kesurupan menurut-perspektif-psikologi/. Malik, Idham. (2012, 15 Januari). Mengartikan makna, menghayati arti. Diunduh dari http://bontocina-kaizen.blogspot.com/2012/01/mengartikanmakna-menghayati-arti.html. 81
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
Masyarakat seni pertunjukan Indonesia, (1999). Direktori Seni Pertunjukan Tradisional. Indonesia : Arti Line. Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Poerwandari, Kristi. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta: LPSP3. Riza, Muhammad. & Rahayu, Istina. (2010). Perception of javanese ritual trance at kuda lumping and sablang bakungan: an indigeneous study in javanese culture. Diunduh dari http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=324&op=save&ids=1225 822&ref=%2fDDefault.aspx%3ftabID%3d52%26%26prang%3dRiza %252c%2bMuhammad. Sejarah
kuda lumping. (2012, 28 Maret). http://id.wikipedia.org/wiki/Kuda_lumping.
Diunduh
dari
Soedarsono. (1972). Jawa dan Bali: dua pusat perkembangan drama tari tradisional di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sulistyo. (2006). Metodolgi penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI. Supraktiknya, A. (2007). Kiat merujuk sumber acuan dalam penulisan karya ilmiah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Usman, Pelly. (1994). Teori-teori sosial budaya. Jakarta: Depdikbud. Walker, Sheila S. (1973). Ceremonial spirit possession in Africa and AfroAmerica: forms, meaning, and functional significance for individuals and social groups. Diunduh dari http://books.google.co.id/books?id=aNIUAAAAIAAJ&printsec=front cover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f= false. Wallance, Alfred Russel. (2001). On miracles and modern spiritualism: rise of victorian spiritualism. Diunduh dari http://books.google.co.id/books?id=oKWo2nlLNgC&printsec=frontcover&dq=inauthor:%22Alfred+Russel+Wallace% 22&hl=id&sa=X&ei=7JgtUfzGG4bRrQeEoYHgCQ&ved=0CGMQ6 AEwCQ#v=onepage&q&f=false.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
VERBATIM SUBJEK 1
Wawancara I
I.
Kesurupan secara umum 1.
Bagaimana mas Fn itu memandang peristiwa kesurupan di Kepuh? Kesurupan? iya memandang kesurupan itu dikesenian jathilan di Kepuh tu seperti apa sih? biasa sih mungkin tujuan utamanya mungkin jathilan itu kesurupan ya. Jathilan itu emang kalo dijathilan saya mungkin dari awalnya udah kesurupan jadinya ya mungkin itu sisi apa ya sisi tujuan utamanya dari jathilan ya kesurupan dari segi uniknya mungkin kesurupan.
2.
Yang mas Fn rasakan emm…sebelum kesurupan, saat kesurupan sama setelahnya gitu gimana? Sebelumnya kan kita nari, lama-lama badan kita jadi lemes ya kita sempet “bleng” lupa kayak gitu tapi ditengah-tengahnya mungkin kita juga gimana ya…kita tau apa yang kita lakukan disitu kita sempet tau mungkin beberapa kali kita sempet tau juga istilahnya antara sadar dan tidak sadar ya mungkin terus setelahnya kalo gak kesurupan itu…pernah saya njathil dan tidak kesurupan emang rasanya badan capek banget, capeknya tu kerasa banget gitu lo tapi kalo pas kesurupan kita bisa rileks terus kita bisa pokoknya kayak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
fresh gitu lo setelahnya, tapi emang wis capek tapi gak kerasa banget capeknya kalo pas kita gak kesurupan.
3.
Nah terus dari hal tadi emm…ada gak sih dampak dalam kehidupan sehari-hari maksudnya dampak dari kesurupan tadi, lingkungan gimana memandangnya atau dari mas Fn sendiri bagaimana? Kalo dari lingkungan gak ada dampak buruk mungkin udah terbiasa lihat jadinya gak kaget mungkin. Kalo dari saya sendiri juga dah biasa nggih biasa karena juga itu menurut saya biasa, biasa banget malahan karna dah biasa jadi ya gak gimana gitu.
II. Kesurupan yang tidak sesungguhnya (kesurupan pura-pura) 1.
Kalau menurut mas Fn sendiri ada gak sih kesurupan yang pura pura?
Ada,jelas ada. Kesurupan pura-pura itu ya seharusnya tidak dilakukan mbak,
namanya juga pura-pura kan ya bohong ya jadi
semua yang bohong itu pasti gak baik, termasuk kesurupan.
2.
Itu yang mas Fn rasain gimana ketika apa itu ngeliat ada kesurupan yang pura-pura atau mungkin pernah mengalami sendiri? Kalau yang saya alami sendiri pernah waktu mau masuk pas mau istilahnya waktu mau diangkatkan ke kesurupan itu lo, itu kan pernah saya ngemut permen saya lupa gak melepehnya terus saya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
jadi sadar saya jadi gak kesurupan mungkin saya mau masuk tapi tapi gak bisa masuk karna jalannya buntu terus saya cuma ikut-ikut aja mungkin saya bingung ya apa yang harus saya lakukan tapi pas saya gak kesurupan kalo temen yang lainnya kesurupan makan makan itu semua mungkin saya enggak cuma joget-joget biasa halah ngikut-ngikut yang lain gitu lo. Kalo yang lain kalo saya mungkin dari
lihat
kita bisa lihat kalo kesurupan itu kayak gimana
mungkin bisa dilihat dari wajahnya wis wajahnya itu itu pucat, putih pucat gitu lo trus matanya merem pokoknya gerakan tarinya itu detailnya itu gak keliatan lemes banget. Agak kaku emang agak kaku kalo kesurupan. Yang dirasakan saya perasaan saya bingung dan malah salah tingkah kalau gak kesurupan.
3.
Terus
itu
dampaknya
dalam
kehidupan
sehari-hari
waktu
apa…maksudnya mas Fn biasanya njathil bener-bener kesurupan tapi kok ini kesurupannya pura-pura gitu berdampak gimana sih? Ya biasa aja mungkin orang ngiranya juga kesurupan jadinya kan biasa aja tapi pawangnya mungkin udah tau kalau saya gak kesurupan gitu. Kalo gak yang bener-bener tau jathilan mungkin gak tau yang kesurupan beneran atau enggak gitu tau tapi kalo kebanyakan penonton juga tau tapi gak ada yang koment kayak gitu. Tau kalo gak kesurupan pun tapi gak biasa diomongin sih. Gak ada dampak buruk gitu mbak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
III. Kesurupan sebagai kesatuan dalam kesenian jathilan 1.
Kalau menurut mas Fn itu fenomena kesurupan dalam kesenian jathilan merupakan suatu kesatuan yang utuh atau tidak? Sebenarnya ada, sebenarnya jathilan itu kan merupakan sebuah tari karna kalo pas ada festival itu yang diambil cuma tariannya trus variasi tariannya itu kayak gimana kalo pas festival jathilan pun kalo kesurupan itu paling batal, gugur tetapi kalo dipentas-pentas kayak Kepuh gitu satu kesatuan kalo gak kesurupan gak seru karna serunya di kesurupannya itu. Berarti kalau ditanya kalau buat di Kepuh sendiri apakah kesurupan itu merupakan suatu kesatuan yang utuh atau tidak? kalau di Kepuh iya saya jawab iya sepaket.
2.
Itu perasaannya mas Fn gimana sewaktu njathil mengalami kesurupan sama waktu njathil dan gak kesurupan itu perasaannya gimana? Mungkin beda ya..kalo kesurupan itu ya kita baru tau setelah kita kesurupan tapi setelah itu kita gak tau apa yang dilakukan disitu walopun sdikit-sdikit inget cuman kita gak tau sepenuhnya apa yang saya lakukan pas kesurupan itu tapi kalo pas gak kesurupan mungkin bedanya saya bisa tau apa yang terjadi di ring jathilan itu, apa yang dilakukan temen-temen jathilan saya bisa tau.
Bedanya yang
dirasain gitu gimana mas? bedanya perasaannya kaya gimana? Biasa aja mungkin, karna biasa mungkin ya karna juga jathilan gak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
harus kesurupan. Mungkin merupakan kebiasaan kalo dah pernah kesurupan seterusnya pasti akan kesurupan juga kalo gak ada hal-hal lain.
3.
Nah itu dampak buat keseharian mas Fn bagaimana? Kalo gak kesurupan capek, capeknya itu kerasa banget, tapi kalo kesurupan juga capek tapi capeknya tu kayak plong, fresh kayak gitu lo...ya walo capek tapi malah kaya ada semangat baru gitu lo mbak. Kalo buat masyarakat sendiri ya saya rasa jadi penyemangat juga ya mbak, keakrabannya jadi nambah.
IV. Motivasi yang mendorong penari jathilan sehingga tetap mau njathil hingga kesurupan 1.
Yang membuat mas Fn tu mau tetap njathil sampe kesurupan, yang membuat mas Fn tetep mau kayak gitu tu apa sih? Awalnya mungkin karna udah terbiasa, kayak udah ada panggilan. Panggilan kayak gitu dan pokoknya dah terbiasa lah kalo ga njathil tu rasane gak enak kayak ada yang ngedorong untuk njathil tapi kalo kesurupan ya gak harus kesurupan ya, kalo njathil sampe kesurupan itu yang pertama saya suka ya yang kedua karna saya dah terbiasa njathil jadi kalo gak ikut rasanya gak enak banget.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
Terus itu yang mas Fn rasain ketika ya tadi itu tetep mau kesurupan waktu njathil itu perasaan mas Fn gitu gimana sih? Biasa aja mungkin karna yo sering sih maksudnya udah sering karna biasanya udah kesurupan ya kesurupan aja. Biasa lah pokoknya biasa menurut saya biasa aja, gak ada yang dibangggakan dari situ gak ada.
3.
Kalau pengarunya dalam perilaku keseharian mas Fn itu apa? Seperti biasa seperti sebelum kesurupan biasa aja mungkin karna udah sering lihat jadinya biasa aja malah kalo ga njathil gitu malah sok ditanyain ga njathil knp. Lalu dampak untuk diri anda sendiri dan masyarakat? Seperti yang sudah saya jawab tadi ya mbak dengan kesurupan yang saya alami kalo saya pribadi ya malah bisa semakin semangat ngapa-ngapain itu semangat apalagi kalau sedang ada masalah besar setelah kesurupan itu serasa plong, buat kerja dan buat hidup bermasyarakat juga semakin semangat dan semakin dekat.
V. Dampak bagi kesehatan dari fenomena kesurupan 1.
Terus kalau dampak buat kesehatan nih, tadi kan kalo diliat kalo kesurupan kan banyak makan hal-hal yang aneh, yang ekstrim itu dampaknya buat kesehatan sendiri gimana?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Saya pernah ngelihat juga yang makan beling, menyan, atau minumminum gitu tapi setelah itu saya liatnya juga biasa aja biasa lah gak ada gangguan pencernaaan. Saya pernah penasaran sih kalo kayak gitu tu ganggu pencernaan apa gak tapi setelahnya emang biasa aja gak ada yang janggal, gak ada gangguan pencernaan. Pernah sih saya makan kembang, minum minyak duyung pernah karna setelah njathil tu rasanya mau muntah tu rasanya pait-pait trus baunya itu gak enak banget wangi-wangi gimana gitu jadinya tu gak enak mau muntah.
2.
Yang mas Fn rasakan ketika mengetahui dampaknya bagi kesehatan gitu sebenere apa sih yang dirasakan? Ya karna udah terbiasa karna udah sering ngelakuin dan gak terjadi apa-apa mungkin juga biasa aja ngelakuinnya. Awalnya sempet ngerasa takut sih tapi karna dah terbiasa gak kepikiran sampe sekarang, malah gak kepikiran karna udah terbiasa juga gak kepikiran sama sekali saya makan apa juga gak kepikiran saya kenapa-kenapa itu gak kepikiran. Awalnya emang sempet kepikiran kalo terjadi apa-apa sama saya kan kayak gitu trus akhirnya juga biasa aja jadi ya gak papa. Emang ada sih yang kalo makan beling kayak gitu emang ada yang sering ditonjol-tonjolkakan maksudnya sering membanggakan diri ngono lho saya kesurupan pernah kesurupan tapi ya itu orangnya emang sombong sih membanggakan diri sering dibanggain gitu lo. Mungkin sempet ditakuti ya sempet
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ditakuti tapi kalo kebanyakan ditempat saya mungkin kalo dah terbiasa liat jadinya malah biasa aja mungkin karna kalo baru liat pertama kali mungkin juga serem.
3.
Terkait dengan dampak peristiwa kesurupan bagi kesehatan, pengaruhnya apa sih buat perilaku dalam keseharian mas Fn? Gak ada sama sekali sih, biasa lah pokoknya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Wawancara 2
I.2.
Gini mas, dulu kan mas Fn
bilang kalau yang dirasain pas gak
kesurupan kan berasa capek banget nah ada hal lain lagi gak sih mas yang mas Fn rasain sebelum, saat dan sesudah kesurupan? Oo...emm...Perasaannya sebelum dan sesudah kesurupan itu ya saya merasa seneng mbak…opo ee...seneng pokoke mbak…bisa njathil dan kesurupan itu suatu kebanggaan juga buat saya. Tapi kalau saat kesurupannya sendiri saya ya gak punya perasaan apa-apa mungkin ya mbak lha wong saya ngapain saya “bersolah tingkah” apa saya ndak tau ki mbak waktu kesurupan itu.
I.3. Berkaitan dengan dampak dari keseharian mas Fn sehubungan dengan kesurupan yang mas Fn alami, waktu itu kan mas Fn bilang biasa-biasa aja nah boleh saya tau biasanya itu biasa yang bagaimana ya mas? Ya kalau dari lingkungan itu lingkungan udah sering dan biasa liat saya njathil mbak, setau saya masyarakat baik-baik saja dengan saya maksudnya masyarakat tidak memandang buruk dengan kesurupan yang saya alami kan kata orang-orang kesurupan saya itu kesurupannya menakutkan ya walau begitu ya tetap baik mbak dan saya juga tidak tau apa yang terjadi saat saya kesurupan. Kalau untuk diri saya sendiri begini mbak, saya merasa plong mbak…kadang kalau saya lagi ada masalah berat entah masalah apa setelah kesurupan itu kok rasanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
malah plong serasa beban saya hilang bahkan berkurang mbak...yo gitu mbak kira-kira jadinya untuk ngerjain hal selanjutnya itu lebih semangat dari sebelumnya.
II.2. Gini mas lalu kalau dampak untuk keseharian mas Fn terkait dengan II.3. kesurupan mas pura-pura yang mas Fn alami itu bagaimana ya mas? Ya kadang ee…ya maksudnya itu emm...saya ini mbak malah “rikuh” ya sungkan gitu lo mbak, takutnya kalau ada yang tau saya pura-pura kesurupan tapi ya kalau dari masyarakat sendiri gak ada dampak negatifnya kok mbak, mereka tetap menghargai profesi saya karna mereka juga terhibur dengan kesurupan yang saya lakukan dijathilan Kepuh dan dari hal itu semakin lama malah semakin “rumaket” mbak, semakin dekat satu sama lain gitu lo mbak...hehe.
III.2. Ini mas, mau tanya lagi berkaitan dengan perasaan yang mas Fn rasakan sewaktu kesurupan dan gak kesurupan gitu gimana ya mas? Maksudnya sewaktu kesurupan itu ya sudah jelas yo istilahe bangga, puas ya menyenangkan mbak bisa sampai kesurupan tapi ya walaupun saat njathil saya gak kesurupan ya saya tetap berusaha menghibur penonton mbak tetep saya itu ya saya pastinya tetep semangat walau sebenarnya merasa minder terus ee..,opo yo ya mati gaya kae lo mbak kalau sampai tidak kesurupan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
IV.2. Mengenai perasaan yang mas Fn rasakan berkaitan dengan kesediaan mas Fn yang mau tetep njathil hingga kesurupan kan waktu itu mas Fn bilang perasaanya biasa aja dan gak ada yang dibanggakan dari hal itu nah maksudnya gak ada yang dibangggakan itu gimana ya mas atau ada hal lain kah yang dirasakan? Ya apa ya karna saya dah biasa njathil ya mbak, kesurupan juga dah biasa sebenarnya saya yo bangga mbak bisa kesurupan. Siapa sih yang gak bangga kalo bisa kesurupan gitu tapi takutnya kalo membanggakan kesurupan nanti dikira sombong soalnya ya ada ya em...pie yo ya maksudnya kadang tu ada orang yang terlalu membanggakan kesurupan tapi yo nek dia orange emang dasare sombong mbak.
V.3. Berkaitan dengan dampak bagi kesehatan, untuk kesurupan sendiri V.2. kan biasanya makan hal-hal yang ekstrim ya mas? untuk dampak buat keseharian mas Fn waktu itu kan mas Fn bilang biasa aja, nah biasanya itu kalau boleh saya tau biasa yang bagaimana ya mas? Ya maksudnya kalau untuk saya pribadi ya saya untuk keseharian tetap berjalan seperti biasanya mbak, gak ada yang jadi istimewa setalah saya kesurupan tapi ya memang kalau diingat-ingat gitu memang jadi penyemangat juga e mbak…mungkin atas dasar niat saya yang mau melestarikan budaya dimana saya dilahirkan mungkin ya mbak jadinya ya saya dengan njathil dan kesurupan jadi penyemangat hidup saya. Kalau untuk masyarakat dan orang lain misalpun mau berkata apa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
eee...ya maksudnya misal mau meremehkan profesi saya ya saya masa bodo saja. Tapi setau saya kalau untuk warga Kepuh sendiri mereka tidak pernah begitu mbak, mereka menghargai dan dengan kegiatan saya ini saya merasa lebih dekat dan akrab dengan mereka lha wong misalnya ada acara jathilan gitu semuanya biasa kerjasama “tulung tinulung” untuk kelancaran acara jathilan…yang saya maksud jadi tambah dekat dan akrab ya karna saya dihargai karena kesurupan saya tadi mbak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KODING SUBJEK 1
NO
VERBATIM
KODING
KETERANGAN
1
Bagaimana
2
memandang
3
kesurupan
4
Kesurupan? iya memandang
5
kesurupan
6
jathilan di Kepuh tu seperti
7
apa sih? biasa sih mungkin
8
tujuan
utamanya
9
jathilan
itu
10
Jathilan
11
dijathilan saya mungkin dari
12
awalnya udah kesurupan jadinya
13
ya mungkin itu sisi apa ya sisi
14
tujuan utamanya dari jathilan ya
utama
15
kesurupan dari segi uniknya
menjadi unik karena
16
mungkin kesurupan.
kesurupan)
17
Yang
18
emm…sebelum
19
saat
20
setelahnya
21
Sebelumnya kan kita nari, lama- V.PK (21-23)
Merasa “lemes” dan
22
lama badan kita jadi lemes ya
“bleng”
23
kita sempet “bleng” lupa kayak
kesurupan
24
gitu
25
mungkin
26
ya…kita tau apa yang kita
27
lakukan disitu kita sempet tau
28
mungkin beberapa
mas
Fn
peristiwa di
Kepuh?
itu
itu
mas
dikesenian
mungkin
kesurupan
ya.
emang
kalo
Fn
Kesurupan
tujuan
utama dalam jathilan
I.PK (13-16)
Kesurupan
tujuan (jathilan
kesurupan,
gitu
sama gimana?
ditengah-tengahnya kita
I.PK (8-9)
rasakan
kesurupan
tapi
itu
juga
gimana
kali
kita
sebelum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
sempet tau juga istilahnya antara
30
sadar
31
mungkin terus setelahnya kalo
32
gak kesurupan itu…pernah saya V.PK (32-42) Njathil
33
njathil
34
emang rasanya badan capek
35
banget,
36
banget gitu lo tapi kalo pas
kesurupan
37
kesurupan kita bisa rileks terus
“capek” namun bisa
38
kita bisa pokoknya kayak fresh
“rileks” dan “fresh”
39
gitu lo setelahnya, tapi emang
40
wis capek tapi gak kerasa banget
41
capeknya kalo pas kita gak
42
kesurupan.
43
Nah
44
emm…ada gak sih dampak
45
dalam kehidupan sehari-hari
46
maksudnya
47
kesurupan tadi, lingkungan
48
gimana memandangnya atau
49
dari
50
bagaimana?
51
dan
dan
tidak
tidak
capeknya
terus
dari
sadar
kesurupan
tu
kerasa
hal
dampak
mas
ya
Fn Kalo
dan
kesurupan
tidak rasanya
“capek banget” Njathil
dan rasanya
tadi
dari
sendiri dari I.PL (50-58)
Kesurupan
tidak
lingkungan gak ada dampak
berdampak
buruk
52
buruk mungkin udah terbiasa
pada kehidupan harian
53
lihat jadinya gak kaget mungkin.
54
Kalo dari saya sendiri juga dah
55
biasa nggih biasa karena juga itu
56
menurut saya biasa, biasa banget
57
malahan karna dah biasa jadi ya
58
gak gimana gitu.
59
Kalau menurut mas Fn sendiri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
ada gak sih kesurupan yang
61
pura-pura?Ada,jelas
62
Kesurupan pura-pura itu
63
seharusnya
64
mbak, namanya juga pura-pura
tidak
65
kan ya bohong ya jadi semua
seharusnya
66
yang bohong itu pasti gak baik,
dilakukan
67
termasuk kesurupan.
68
Itu
69
gimana ketika apa itu ngeliat
70
ada kesurupan yang pura-
71
pura atau mungkin pernah
72
mengalami
73
yang saya alami sendiri pernah
melakukan kesurupan
74
waktu mau masuk pas mau
pura-pura
karena
75
istilahnya
sewaktu
pentas
76
diangkatkan ke kesurupan itu lo,
77
itu kan pernah saya ngemut
78
permen
79
melepehnya terus saya jadi sadar
80
saya
81
mungkin saya mau masuk tapi
82
tapi gak bisa masuk karna
83
jalannya buntu terus saya cuma
84
ikut-ikut
85
bingung ya apa yang harus saya
melakukan kesurupan
86
lakukan tapi pas saya
pura-pura
87
kesurupan
88
lainnya kesurupan makan makan
89
itu semua mungkin saya enggak
90
cuma joget-joget biasa halah
tidak
yang
mas
ada. II.PK (61-67)
dilakukan
Fn
waktu
jadi
aja
ada,
kesurupan
pura-pura itu hal yang baik
jadi tidak
Subjek
pernah
memakan permen
gak
kesurupan
mungkin
kalo
Kalau II.PK (72-80)
mau
lupa
gak
itu
rasain
sendiri?
saya
ya
Kesurupan pura-pura
temen
saya II.PR (84-86)
gak yang
Merasa bingung saat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
ngikut-ngikut yang lain gitu lo.
92
Kalo yang lain kalo saya lihat
93
mungkin dari kita bisa lihat kalo
94
kesurupan itu kayak gimana
95
mungkin
96
wajahnya wis wajahnya itu itu
97
pucat, putih pucat gitu lo trus
98
matanya
99
gerakan tarinya itu detailnya itu
bisa
dilihat
merem
dari
pokoknya
100 gak keliatan lemes banget. Agak 101 kaku emang agak kaku kalo 102 kesurupan. Yang dirasakan saya II.PR (102-
Merasa bingung dan
103 perasaan
salah
saya
bingung
dan 105)
104 malah salah tingkah kalau gak
tingkah
jika
tidak kesurupan
105 kesurupan. 106 Terus itu dampaknya dalam 107 kehidupan sehari-hari waktu 108 apa…maksudnya
mas
Fn
109 biasanya njathil bener-bener 110 kesurupan
tapi
kok
ini
111 kesurupannya pura-pura gitu 112 berdampak gimana sih? Ya II.PL (112-
Tidak
113 biasa
buruk pada kehidupan
aja
mungkin
orang 126)
114 ngiranya juga kesurupan jadinya 115 kan biasa aja tapi pawangnya 116 mungkin udah tau kalau saya 117 gak kesurupan gitu. Kalo gak 118 yang bener-bener tau jathilan 119 mungkin
gak
tau
yang
120 kesurupan beneran atau enggak 121 gitu tau tapi kalo kebanyakan
sosial
ada
dampak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122 penonton juga tau tapi gak ada 123 yang koment kayak gitu. Tau 124 kalo gak kesurupan pun tapi gak 125 biasa diomongin sih. Gak ada 126 dampak buruk gitu mbak. 127 Kalau menurut mas Fn itu 128 fenomena kesurupan dalam 129 kesenian jathilan merupakan 130 suatu kesatuan yang utuh atau 131 tidak?
Sebenarnya
132 sebenarnya
ada,
jathilan itu kan
133 merupakan sebuah tari karna 134 kalo pas ada festival itu yang 135 diambil cuma tariannya trus 136 variasi
tariannya
itu
kayak
137 gimana kalo pas festival jathilan 138 pun kalo kesurupan itu paling 139 batal, gugur tetapi kalo dipentas- III.PK (139-
Kesurupan
dalam
140 pentas kayak Kepuh gitu satu 143)
suatu
141 kesatuan kalo gak kesurupan gak
jathilan merupakan
142 seru
suatu kesatuan
karna
serunya
di
kesenian
143 kesurupannya itu. Berarti kalau
Suatu pentas jathilan
144 ditanya kalau buat di Kepuh
menjadi seru karena
145 sendiri apakah kesurupan itu
adanya kesurupan
146 merupakan
suatu
kesatuan
147 yang utuh atau tidak? kalau di III.PK (147-
Kesurupan
148 Kepuh iya
kesenian
saya
jawab
iya 149)
149 sepaket. 150 Itu
jathilan
adalah satu paket
perasaannya
151 gimana
dan
sewaktu
mas
Fn
njathil
152 mengalami kesurupan sama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
153 waktu
njathil
154 kesurupan
itu
dan
gak
perasaannya
155 gimana? Mungkin beda ya..kalo 156 kesurupan itu ya kita baru tau 157 setelah
kita
kesurupan
tapi
158 setelah itu kita gak tau apa yang 159 dilakukan disitu walopun sdikit160 sdikit inget cuman kita gak tau 161 sepenuhnya
apa
yang
saya
162 lakukan pas kesurupan itu tapi 163 kalo pas gak kesurupan mungkin 164 bedanya saya bisa tau apa yang 165 terjadi di ring jathilan itu, apa 166 yang
dilakukan
temen-temen
167 jathilan saya bisa tau. Bedanya 168 yang dirasain gitu gimana 169 mas? bedanya perasaannya 170 kaya
gimana?
Biasa
aja
171 mungkin, karna biasa mungkin
III.PR (170-
Tidak ada perbedaan
177)
perasaan karena tidak
172 ya karna juga jathilan gak harus
ada tuntutan njathil
173 kesurupan. Mungkin merupakan
harus kesurupan
174 kebiasaan
kalo
dah
pernah
175 kesurupan seterusnya pasti akan 176 kesurupan juga kalo gak ada hal177 hal lain. 178 Nah
itu
dampak
buat
179 keseharian
mas
Fn
180 bagaimana?
Kalo
gak
181 kesurupan capek, capeknya itu 182 kerasa
banget,
183 kesurupan
juga
tapi
kalo
capek
tapi
V.PK, III.PL (180-190)
Njathil
dan
kesurupan
tidak rasanya
“capek banget”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
184 capeknya tu kayak plong, fresh
Njathil
dan
185 kayak gitu lo...ya walo capek
kesurupan
186 tapi malah kaya ada semangat
juga “capek” namun
187 baru gitu lo mbak. Kalo buat
bisa
188 masyarakat sendiri ya saya rasa
“fresh”
189 jadi penyemangat juga ya mbak,
rasanya
“plong”
dan
Bisa memunculkan
190 keakrabannya jadi nambah.
semangat baru untuk
191 Yang membuat mas Fn tu
diri
192 mau
sampe
menambah
membuat
keakraban
194 mas Fn tetep mau kayak gitu
kehidupan
195 tu apa sih? Awalnya mungkin
bermasyarakat
tetap
193 kesurupan,
njathil yang
sendiri
dan
untuk
196 karna udah terbiasa, kayak udah IV.PK (195-
Kesurupan
197 ada panggilan. Panggilan kayak 197)
kebiasaan dan menjadi
198 gitu dan pokoknya dah terbiasa
sebuah panggilan
sebagai
199 lah kalo ga njathil tu rasane gak 200 enak kayak ada yang ngedorong 201 untuk njathil tapi kalo kesurupan 202 ya gak harus kesurupan ya, kalo IV.PK,
Njathil
hingga
203 njathil sampe kesurupan itu yang IV.PR (202-
kesurupan
204 pertama saya suka ya yang 207)
memang suka njathil
205 kedua karna saya dah terbiasa
dan sudah terbiasa
206 njathil jadi kalo gak ikut rasanya
njathil
207 gak enak banget.
Rasa tidak enak jika
208 Terus itu yang mas Fn rasain 209 ketika ya tadi itu tetep mau 210 kesurupan waktu njathil itu 211 perasaan mas Fn gitu gimana 212 sih? Biasa aja mungkin karna yo 213 sering
sih
214 sering
karna
karena
maksudnya
udah
biasanya
udah
tidak ikut kesurupan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
215 kesurupan ya kesurupan aja. 216 Biasa
lah
pokoknya
biasa IV.PR (216-
Perasaan
biasa
217 menurut saya biasa aja, gak ada 219)
(kesurupan dirasakan
218 yang dibangggakan dari situ gak
sangat
familiar
219 ada.
sehingga
menjadi
220 Kalau
pengarunya
dalam
tidak
ada
perasaan
221 perilaku keseharian mas Fn
khusus)
222 itu apa? Seperti biasa seperti IV.PL (222-
Tidak ada pengaruh
223 sebelum kesurupan biasa aja 227)
bagi perilaku
224 mungkin karna udah sering lihat 225 jadinya biasa aja malah kalo ga 226 njathil gitu malah sok ditanyain 227 ga njathil knp. Lalu dampak 228 untuk diri anda sendiri dan 229 masyarakat?
Seperti
yang
230 sudah saya jawab tadi ya mbak 231 dengan kesurupan yang saya 232 alami kalo saya pribadi ya malah IV.PL, IV.PR Bisa
semakin
233 bisa semakin semangat ngapa- (232-239)
bersemangat dalam
234 ngapain itu semangat apalagi
bekerja dan dalam
235 kalau sedang ada masalah besar
hal lain
236 setelah kesurupan itu serasa
Jika
237 plong, buat kerja dan buat hidup
berbeban
238 bermasyarakat
setelah
juga
semakin
239 semangat dan semakin dekat.
241 kesehatan nih, tadi kan kalo kesurupan kan
243 banyak makan hal-hal yang 244 aneh,
yang
245 dampaknya
ekstrim
berat kesurupan
merasa “plong”
240 Terus kalau dampak buat
242 diliat kalo
sedang
itu
buat kesehatan
Semakin
dekat
dengan masyarakat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
246 sendiri gimana? Saya pernah 247 ngelihat
juga
yang
makan
248 beling, menyan, atau minum249 minum gitu tapi setelah itu saya 250 liatnya juga biasa aja biasa lah V.PK (250-
Tidak
mengalami
251 gak ada gangguan pencernaaan. 251)
gangguan pencernaan
252 Saya pernah penasaran sih kalo 253 kayak gitu tu ganggu pencernaan 254 apa gak tapi setelahnya emang V.PK (254-
Tidak
mengalami
255 biasa aja gak ada yang janggal, 264)
gangguan
256 gak ada gangguan pencernaan.
pencernaan
257 Pernah
sih
258 kembang,
saya minum
makan minyak
Berdampak
pada
kesehatan atau fisik
259 duyung pernah karna setelah
yang
260 njathil tu rasanya mau muntah tu
muntah-muntah
menjadi
261 rasanya pait-pait trus baunya itu 262 gak enak banget wangi-wangi 263 gimana gitu jadinya tu gak enak 264 mau muntah. 265 Yang mas Fn rasakan ketika 266 mengetahui dampaknya bagi 267 kesehatan gitu sebenere apa 268 sih yang dirasakan? Ya karna 269 udah terbiasa karna udah sering 270 ngelakuin dan gak terjadi apa271 apa mungkin juga biasa aja 272 ngelakuinnya. Awalnya sempet V.PR (272-
Awalnya
273 ngerasa takut sih tapi karna dah 275)
takut,
274 terbiasa gak kepikiran sampe
menjadi
275 sekarang, malah gak kepikiran
maka perasaan takut
276 karna udah terbiasa juga gak
merasa
karna
sudah
kebiasaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
277 kepikiran
sama
sekali
saya
tersebut hilang
278 makan apa juga gak kepikiran 279 saya
kenapa-kenapa itu
280 kepikiran.
Awalnya
gak
emang
281 sempet kepikiran kalo terjadi 282 apa-apa sama saya kan kayak 283 gitu trus akhirnya juga biasa aja 284 jadi ya gak papa. Emang ada sih 285 yang kalo makan beling kayak 286 gitu emang ada yang sering 287 ditonjol-tonjolkakan maksudnya 288 sering
membanggakan
289 ngono
lho
saya
diri
kesurupan
290 pernah kesurupan tapi ya itu 291 orangnya emang sombong sih 292 membanggakan
diri
sering
293 dibanggain gitu lo. Mungkin I.PL (293-
Sempat ditakuti oleh
294 sempet
masyarakat
ditakuti
ya
sempet 300)
namun
295 ditakuti tapi kalo kebanyakan
perlahan
296 ditempat saya mungkin kalo dah
yang dialami subjek
297 terbiasa liat jadinya malah biasa
menjadi
298 aja mungkin karna kalo baru liat
biasa
299 pertama
ditakuti lagi
kali
mungkin
juga
kesurupan
hal dan
yang tidak
300 serem. 301 Terkait 302 peristiwa
dengan
dampak
kesurupan
bagi
303 kesehatan, pengaruhnya apa 304 sih
buat
perilaku
dalam
305 keseharian mas Fn? Gak ada V.PL (305-
Tidak ada pengaruh
306 sama
dalam keseharian
sekali
307 pokoknya.
sih,
biasa
lah 307)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
308 Gini mas, dulu kan mas Fn 309 bilang kalau yang dirasain pas 310 gak kesurupan kan berasa 311 capek banget nah ada hal lain 312 lagi gak sih mas yang mas Fn 313 rasain
sebelum,
314 sesudah
saat
dan
kesurupan?
315 Oo...emm...Perasaannya
I.PR (315-
Sebelum
dan
316 sebelum dan sesudah kesurupan 328)
sesudah
317 itu ya saya merasa seneng
merasa senang, bisa
318 mbak…opo ee...seneng pokoke
njathil
319 mbak…bisa
kesurupan
njathil
dan
kesurupan
dan
321 kesurupan itu suatu kebanggaan
merupakan
322 juga buat saya. Tapi kalau saat
kebanggaan
323 kesurupannya sendiri saya ya
suatu
Sewaktu kesurupan
324 gak punya perasaan apa-apa
tidak
325 mungkin ya mbak lha wong saya
apapun karena saat
326 ngapain saya “bersolah tingkah”
kesurupan
327 apa saya ndak tau ki mbak
sadar
328 waktu kesurupan itu. 329 Berkaitan 330 dari
dengan
keseharian
dampak mas
331 sehubungan
Fn
dengan
332 kesurupan yang mas Fn alami, 333 waktu itu kan mas Fn bilang 334 biasa-biasa aja nah boleh saya 335 tau biasanya itu biasa yang 336 bagaimana ya mas? Ya kalau 337 dari lingkungan itu lingkungan 338 udah sering dan biasa liat saya 339 njathil
mbak,
setau
saya I.PK (339-
merasakan
tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
340 masyarakat 341 dengan
baik-baik saya
saja 344)
maksudnya
Masyarakat
tidak
memandang
buruk
342 masyarakat tidak memandang
dari kesurupan yang
343 buruk dengan kesurupan yang
dialami subjek
344 saya alami kan kata orang-orang 345 kesurupan
saya
itu
346 kesurupannya menakutkan ya 347 walau begitu ya tetap baik mbak 348 dan saya juga tidak tau apa yang 349 terjadi saat
saya
kesurupan.
350 Kalau untuk diri saya sendiri 351 begini mbak, saya merasa plong 352 mbak…kadang kalau saya lagi I.PR, I.PL
Jika berbeban berat
353 ada masalah berat entah masalah (352-260)
menjadi
354 apa setelah kesurupan itu kok
setelah kesurupan
355 rasanya 356 beban
malah plong saya
hilang
serasa bahkan
357 berkurang mbak...yo gitu mbak
Untuk
“plong”
melakukan
berbagai hal menjadi lebih semangat
358 kira-kira jadinya untuk ngerjain 359 hal
selanjutnya
itu
lebih
360 semangat dari sebelumnya. 361 Gini mas lalu kalau dampak 362 untuk
keseharian
mas
Fn
363 terkait dengan kesurupan mas 364 pura-pura yang mas Fn alami 365 itu bagaimana ya mas? Ya 366 kadang ee…ya maksudnya itu 367 emm...saya
ini mbak malah II.PR, II.PL
“Rikuh” (sungkan),
368 “rikuh” ya sungkan gitu lo (367-375)
takut jika ada yang
369 mbak, takutnya kalau ada yang
tau
370 tau saya pura-pura kesurupan
subjek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
371 tapi ya kalau dari masyarakat
melakukan
372 sendiri
dampak
kesurupan pura-pura
373 negatifnya kok mbak, mereka
Tidak ada dampak
374 tetap menghargai profesi saya
negatif, masyarakat
375 karna
menghargai profesi
gak
ada
mereka
juga
terhibur
375 dengan kesurupan yang saya
subjek.
376 lakukan dijathilan Kepuh dan 377 dari hal itu semakin lama malah II.PL (377-
Semakin
378 semakin
(erat) dan dekat satu
“rumaket”
mbak, 380)
379 semakin dekat satu sama lain
“rumaket”
sama lain
380 gitu lo mbak...hehe. 381 Ini
mas,
382 berkaitan
mau
tanya
dengan
lagi
perasaan
383 yang mas Fn rasakan sewaktu 384 kesurupan dan gak kesurupan 385 gitu
gimana
ya
mas?
386 Maksudnya sewaktu kesurupan III.PR (386-
Merasa
bangga,
387 itu ya sudah jelas yo istilahe 398)
puas dan senang jika
388 bangga, puas ya menyenangkan
kesurupan
389 mbak bisa sampai kesurupan
Merasa minder dan
390 tapi ya walaupun saat njathil
“mati
391 saya gak kesurupan ya saya
tidak kesurupan
392 tetap
berusaha
menghibur
393 penonton mbak tetep saya itu ya 394 saya pastinya tetep semangat 395 walau
sebenarnya
merasa
396 minder terus ee..,opo yo ya mati 397 gaya kae lo mbak kalau sampai 398 tidak kesurupan. 399 Mengenai perasaan yang mas 400 Fn rasakan berkaitan dengan
gaya”
jika
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
401 kesediaan mas Fn yang mau 402 tetep njathil hingga kesurupan 403 kan waktu itu mas Fn bilang 404 perasaanya biasa aja dan gak 405 ada yang dibanggakan dari 406 hal itu nah maksudnya gak 407 ada yang dibangggakan itu 408 gimana ya mas atau ada hal 409 lain kah yang dirasakan? Ya 410 apa ya karna saya dah biasa 411 njathil ya mbak, kesurupan juga 412 dah biasa sebenarnya saya yo IV.PR (412-
Merasa bangga jika
413 bangga mbak bisa kesurupan. 417)
kesurupan
414 Siapa sih yang gak bangga kalo
takut dikira sombong
415 bisa kesurupan gitu tapi takutnya
jika
416 kalo membanggakan kesurupan
membanggakan
417 nanti dikira sombong soalnya ya
kesurupan
418 ada
ya
em...pie
yo
ya
419 maksudnya kadang tu ada orang 420 yang
terlalu
membanggakan
421 kesurupan tapi yo
nek dia
422 orange emang dasare sombong 423 mbak. 424 Berkaitan 425 bagi
dengan
dampak
kesehatan,
untuk
426 kesurupan
sendiri
kan
427 biasanya makan hal-hal yang 428 ekstrim
ya
mas?
untuk
429 dampak buat keseharian mas 430 Fn waktu itu kan mas Fn 431 bilang biasa aja, nah biasanya
namun
terlalu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
432 itu kalau boleh saya tau biasa 433 yang bagaimana ya mas? Ya 434 maksudnya kalau untuk saya 435 pribadi ya saya untuk keseharian 436 tetap berjalan seperti biasanya 437 mbak,
gak
ada
yang
jadi
438 istimewa setalah saya kesurupan 439 tapi ya memang kalau diingat- V.PL (439-
Njathil dan kesurupan
440 ingat
dapat
gitu
memang
441 penyemangat
juga
jadi 448) e
menjadikan
penyemangat hidup
442 mbak…mungkin atas dasar niat 443 saya yang mau melestarikan 444 budaya dimana saya dilahirkan 445 mungkin ya mbak jadinya ya 446 saya
dengan
447 kesurupan 448 hidup
jadi
saya.
449 masyarakat 450 misalpun
njathil
dan
penyemangat Kalau
dan mau
untuk
orang
lain
berkata
apa
451 eee...ya maksudnya misal mau 452 meremehkan profesi saya ya 453 saya masa bodo saja. Tapi setau 454 saya kalau untuk warga Kepuh 455 sendiri mereka tidak pernah 456 begitu
mbak,
mereka V.PL (456-
Masyarakat
457 menghargai dan dengan kegiatan 467)
menghargai profesi
458 saya ini saya merasa lebih dekat
subjek
459 dan akrab dengan mereka lha
Membuat
460 wong
misalnya
ada
acara
461 jathilan gitu semuanya biasa 462 kerjasama
“tulung
tinulung”
akrab kesurupan
semakin karena yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
463 untuk
kelancaran
acara
dialami subjek dan
464 jathilan…yang saya maksud jadi
terbiasa
465 tambah dekat dan akrab ya karna
tinulung”
466 saya dihargai karena kesurupan
membantu)
467 saya tadi mbak.
“tulung (bantu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Verbatim Subjek 2
I.
Kesurupan secara umum 1.
Kalau menurut mas Pt itu memandang peristiwa kesurupan dalam kesenian jathilan di Kepuh itu pandangan mas Pt gimana sih? Kalo untuk pribadi saya yo gimana yo pas saya kesurupan itu juga apa kita gak tau yang jelas kita ngapain juga gak tau kalo ya kalo untuk pandangan umum yo gimana yo? ”pie ndol?”...(tanya ke teman) (diam lama) “pie yo ndol?” (tanya ke teman) “wah ra dong e aku hahaha…pie ki ndol?” (tanya ke teman) “pie le arep njawab?” (diam agak lama). Yo yang jelas kalo gimana yo liat orang kesurupan itu yang jelas itu yo kayak orang ndak apa ndak punya malu yang jelas. (tertawa) Orang yang apa itu kan bukan ee…bukan kita yang lalu gerak itu kan bukan kita ya bukan kemauan kita yang jelas gitu mbak itu kemauan yang opo yang dibawah alam sadar yang jelas kita gak sadar gak tau kita itu ee…ngpain gitu juga kita juga gak tau badan lecet kita juga gak gak terasa yang jelas itu kalo dah opo dah dah sembuh yang jelas gitu kita baru terasa kalau badan kita lecet habis mandi kan terasa perih gitu lo. Ee...kalau em kalau untuk di Kepuh sendiri yang jelas opo untuk kesurupan itu bukan bukan rekayasa mbak yang jelas gitu. Trus apa beda dengan jathilanjathilan yang lain biasanya kan kalo jathilan-jathilan yang lain itu waktu kesurupan itu makannya kan makan yang enak-enak yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
jelas ada makan pisang, ada makan semangka terus dijathilan kita sendiri gak ada yang makan kayak gitu. Saya ngeliat sendiri waktu yo rekan-rekan apa kesurupan itu yo gak ada yang makan kayak gitu yang jelas. Yang jelas makannya cuma apa kembang itu sama apa asap asap dupa itu lo yang jelas itu. Kalo di Kepuh sendiri kan ada yang kita juga apa gak gak menjelek-jelekkan gak anu jathilan lain lo ada yang ngrokok segala itu kan itu kayak gimana yo kesurupannya itu kayak rekayasa gitu lo kalo dijathilan di Kepuh sendiri kan gak ada yang ngrokok gitu gak ada.
2.
Terus perasaanya mas Pt sendiri sewaktu sebelum kesurupan, saat kesurupan dan sesudah mengalami kesurupan itu perasaanya gimana sih? Yo kalo sebelum kesurupan itu kalo saya sendiri lo itu yo gimana yo biasa-biasa aja tapi kita mulai apa mulai mau kerasukan itu kalo saya kalo diri pribadi saya sendiri yang saya rasakan lo…itu itu diapa sini itu terasa berat yang jelas gitu diapa ditengkuk itu terasa berat yo entah selanjutnya kita juga gak tau yang jelas saat kerasukan itu kita juga gak tau kita ngapain ngelakuin apa kita juga gak tau kita makan apa kita juga gak tau. Tapi yo setelah opo setelah kita kita dah disam…sama mbah Sarno itu kita baru ngerasa yang jelas dimulut saya itu kadang ada sisa-sisa opo beling itu lo itu kita anu opo saya em…untuk saya gitu jadi entah yang lainnya kita juga gak tau orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
itu yang ngerasain diri pribadi sendiri. Saat mau kesurupan kalo saya ndak apa ndak punya perasaan takut mbak yang jelas saya ndak punya perasaaan takut ndak punya perasaan susah pokoknya yang opo kalo saya lho waktu nari adanya cuma senang masalahnya saya sendiri dari dulu juga seneng jathilan. Sebelum Kepuh ada jathilan itu kita juga seneng nonton gitu lo. Setelahnya saya biasa aja yang jelas itu biasa aja gak apa gak punya perasaan takut atau gimana itu enggak masalahnya apa waktu kita makan beling itu kan kita sendiri gak tau kita kan cuma istilahnya cuman lantaran gitu lo nah belingnya itu lari kemana kita juga gak tau.
3.
Itu kalo dampaknya kesurupan tadi buat kehidupan sehari-hari mas Pt itu gimana? Kalo untuk pribadi saya juga kalo saya lo itu ndak anu ndak apa ya istilahnya itu biasa mbak yang jelas orang kita waktu kesurupan juga apa itu kan yang menghendaki kita to yang jelas kalo kita ndak ikut njathil kan gak mungkin kalo kita kesurupan gitu tapi juga bisa kesurupan tapi kan itu emang udah pie yo kehendak kita lah mbak yang jelas tapi gimana yo kalo untuk diri saya sendiri biasa yang jelas cuman yo…yo…gimana yo kebanggaan lah yang jelas kita bangga bisa opo yang jelas bisa kalo opo bisa ikut njathil. Kalo untuk dampak yang lain-lain itu gak ada kalo saya lo. Buat lingkungan yo kita bisa menghibur semua yang jelas. Kalau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dampak untuk lingkungan gitu gimana mas? Yo em...ee...yo lingkungan ya mbak ya lingkungan sekitar me..me..opo jenenge merespon baik kok mbak. Saya dicibir direndahkan gitu gak ada mbak malah semakin erat dan dekat gitu bisa saya rasakan dari kesurupannya saya itu mbak, memang aneh to kalau dilogika..serem malah bisa nambah akrab dengan “tonggo teparo” e mbak tapi ya faktanya gitu e mbak jadinya saya juga tambah semangat.
II. Kesurupan yang tidak sesungguhnya (kesurupan pura-pura) 1.
Em sebelumnya mas Pt pernah gak sih mengalami kesurupan yang pura-pura? Saya selama njathil sembilan tahun ikut njathil tu selalu kesurupan tuh saya tu belum pernah mengalami kesurupan yang pura-pura itu belum pernah. Lalu menurut mas Pt ada gak sih kesurupan yang pura-pura? Banyak itu mbak ada tetep ada itu untuk kesurupan yang pura-pura itu tu hanya orang-orang yang tidak punya nyali. Nyalinya cuma kecil. Opo kalo emang bener-bener dia tu kesurupan gak ada yang namanya demit setan itu makan kayak gitu biasanya kalo demit setan atau apa hal-hal yang lainnya itu makannya gak gak seperti pisang semangka atau apa lah yang jelas itu kalo kalo menurut saya lo kalo yang kayak gitu cuman orang cari sensasi. Dak ada mosok demit makan pisang haaaa (tertawa) demit mana itu ndak ada itu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
Lha itu perasaannya mas Pt gimana kan tadi selama sembilan tahun njathil dan selalu kesurupan? Kalo untuk saya selama sembilan tahun ikut njathil itu belum pernah yang namanya pura-pura itu. Pokoknya selama saya ikut njathil jathilannya Kepuh selama sembilan tahun itu kalo saya lo belum pernah yang namanya pura-pura itu belum pernah kalo saya lo tapi untuk yang lainnya saya juga gak tau biasanya kan yang lebih tau kan pawang-pawangnya itu. Yo kalo untuk saya yo selama yo ikut njathil selama sembilan tahun itu yo perasaan saya yo adanya cuma seneng mbak yang jelas gak ada istilahnya gak ada kebebanan ginigini itu yang ada perasannya saya cuma seneng memang kita dari dari mulai dari nenek sampai ibu saya sampai saya kan yo gimana yo semuanya itu darah seni lah yang jelas dari ibu kan dulu ketoprak.
3.
Nah itu dampaknya buat keseharaian mas Pt sendiri gimana kan tadi katanya selama njathil sembilan tahun kan selalu megalami kesurupan, itu dampaknya gimana mas? Yang jelas kalo untuk saya itu ya nganu mbak opo yo cuman habis opo sehabis njathil itu yo cuman badan kita aja yang yang opo capek itu kan bukan kehendak kita gitu kita kan cuma kaya orang yang digerakkan gitu lo. Kalo saya itu tetep yo untuk semangat apa yo semangat kerja atau semangat yang lainnya itu tetep ada kok mbak wong itu cuma capek apa kita habis njathil pulang tidur itu capeknya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
juga udah opo udah berkurang
yang jelas gitu. Nyatanya habis
njathil saya juga masih aktivitas kerja gitu biasa gitu. Yang jelas nganu mbak itu biasanya yang jelas tergantung orangnya mbak jadi yang saya maksud orang di sekitar kita kan ada yang lalu fanatik sama agama lalu wah bersekutu dengan setan atau gimana itu ada. Itu kan cuma sebagian kecil kalo yang lainnya itu ya gimana yo biasa mbak yang jelas tambah akrab lah yang jelas.
III. Kesurupan sebagai kesatuan dalam kesenian jathilan 1.
Kalau menurut mas Pt gitu kesurupan dalam kesenian jathilan itu merupakan suatu kesatuan yang utuh gak sih? Yo memang itu dah nganu mbak jadi itu dah ciri khasnya jathilan itu memang kesurupan kalo jathilan gak pake kesurupan itu namanya juga ya cuma tari-tari. Ya iya satu kesatuan.
2.
Terus itu perasaanya mas Pt sewaktu mengalami kesurupan dan tidak mengalami kesurupan sewaktu njathil itu perasaanya gimana? Kalo untuk aduh untuk perasaan gimana yang namanya orang kesurupan itu kita gak tau e mbak perasaaannya gimana cuman kalo setelahnya sehabis kesurupan itu yo gimana yo sehabis diitu diistilahnya yang opo yang masuk dalam tubuh kita itu diopo dipulangkan cuma kaya orang bingung kalo saya lo kayak orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
bingung kayak orang bangun tidur. Perasaannya ya tetep seneng mbak, seneng, seneng, bangga juga.
3.
Nah dari hal itu dampaknya buat keseharian mas Pt sendiri sama dampaknya buat lingkungan sekitar mas Pt gitu dampaknya gimana mas? Gimana ya kalo untuk masyarakat itu ya yang jelas kita seperti yang tadi saya bilang ya kita tambah akrab yang jelas gitu kalo untuk diri saya juga kita juga merasa bangga ya kita bisa ee…ikut njathil selama sembilan tahun selalu opo kesurupan gak gak pake opo purapura atau gimana gitu saya sendiri juga merasa bangga yang jelas. Yo untuk yo bisa maksude bisa juga untuk penyemangat mbak misalnya kita dulunya misalnya gak pernah opo ngumpul sama temen-temen jadi semangat kita selama opo terus ada jathilan kita semangat ngumpul sama temen-temen yo yang jelas gitu mbak tetep ada penyemaa…opo tetep ada sebuah penyemangat gitu.
IV. Motivasi yang mendorong penari jathilan sehingga tetap mau njathil hingga kesurupan 1.
Kalau yang membuat mas Pt tetap mau njathil sampai kesurupan tu apa sih mas? Apa ya yo gimana ya mbak itu suatu opo yo hobi atau apa ya masalahnya kan kita sendiri sebelum punya jathilan juga opo seneng
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
liat jathilan gitu lo setelah punya opo rombongan jathilan sendiri kita juga nganu biarpun sudah ada ya masih semangat njathil itu waaa…hobi atau apa yo? Itu tetep mau melestarikan itu kan suatu kebudayaan Jawa juga tetep kita ingin melestarikan juga.
2.
Terus perasaannya sendiri yang dirasakan mas Pt berkaitan dengan kegiatan njathil sampai kesurupan gitu perasaan mas Pt gimana sih mas?? Yo kita yo bangga juga mbak yang jelas wong orang kita bisa apa ya istilahnya itu bisa melestarikan kebudayaan Jawa gitu yang jelas kita juga bangga.
3.
Nah berkaitan dengan kegiatan njathil sampai kesurupan tadi buat dampaknya sendiri buat keseharian mas Pt dan lingkungan sekitar apa ya? Ya kalo dari masyarakat itu juga gimana ya itu yang jelas kita banyak yang yang mendukung lah yang jelas gitu dari masyarakat jadi gag…gak opo ya kita gak gak terus dikucilkan itu enggak. Yang jelas dari masyarakat juga anu apa sebagian besar juga mendukung opo kita punya rombongan jathilan itu kan karna masyarakat sendiri juga melestarikan budaya kebudayaan Jawa gitu kalo untuk untuk pribadi saya yo jadi penyemangat juga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
V. Dampak bagi kesehatan dari fenomena kesurupan 1.
Kalau untuk dampak buat kesehatan sendiri, buat mas Pt gimana mengingat tadi kan kalau kesurupan kan makan makanan yang ekstrim, itu gimana? Kalo untuk saya pribadi itu saya rasakan biasa aja ki mbak gak maksudnya kita sehabis makan beling makan kembang atau apa itu kita gak gak opo gak opo ya namanya gak…gak berdampak yang lain kes…kesehatan itu gak ada tu kalo saya biasa saja yang jelas gitu. Pernah ke dokter gitu mungkin mas buat sekedar cek kesehatan? Gak pernah gak pernah kedokter orang kita saben njathil kita opo kata orang-orang kita makan beling itu terus saya punya perasaan takut lalu periksa ke dokter itu gak pernah itu anu opo yo…gimana yo mbak saya tu saya malah gak takut kan belum ada ceritanya to orang njathil mati karna makan beling itu belum ada ceritanya to hahaaaaa (tertawa).
2.
Itu perasaannya mas Pt gimana mas waktu tau kalau kesurupan mas Pt sering makan beling padahal kalau makan beling kan bisa membahayakan kesehatan? Biasa biasa saja gak punya perasaan takut itu gak gak ada.
3.
Terus terkait dengan hal tadi dampaknya sendiri buat kesehaarian mas Pt dan lingkungan gitu apa ya mas?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gimana yo…kalo saya tetep bangga trus gak punya rasa takut mbak yang jelas gitu. Itu kan juga suatu gimana yo suatu penarik opo penonton juga to jadi penonton itu berarti opo anggapan penonton itu berarti jatilan Kepuh itu kesurupan gak cuma opo gak opo cuman opo gak main-main gitu lo jadi bener-bener kesurupan jadi kenyataannya makannya aja barang-barang kayak gitu yang jelas yang gak lumrah dimakan orang yang jelas kan gitu yaa jadi jadi penyemangat juga itu mbak…yaa yoo itu tambah opo juga bisa tambah akrab mbak orang misalnya kita makan beling yo nyatanya gak ada orang yang ngucilkan saya kok, gak jadi ditakuti orang kok kita bergaul biasa-biasa aja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KODING SUBJEK 2
NO
VERBATIM
KODING
KETERANGAN
1
Kalau menurut mas Pt itu
2
memandang
3
kesurupan
4
jathilan
5
pandangan mas Pt gimana
6
sih? Kalo untuk pribadi saya yo
7
gimana yo pas saya kesurupan
8
itu juga apa kita gak tau yang
9
jelas kita ngapain juga gak tau
10
kalo ya kalo untuk pandangan
11
umum yo gimana yo? ”pie
12
ndol?”...(tanya ke teman) (diam
13
lama) “pie yo ndol?” (tanya ke
14
teman) “wah ra dong e aku
15
hahaha…pie ki ndol?” (tanya ke
16
teman) “pie le arep njawab?”
17
(diam agak lama). Yo yang jelas I.PR (17-21)
Tidak ada perasaan
18
kalo
malu
19
kesurupan itu yang jelas itu yo
20
kayak orang
21
punya malu yang jelas. (tertawa)
22
Orang yang apa itu kan bukan
23
ee…bukan kita yang lalu gerak I.PK (23-27)
Kesurupan
24
itu kan bukan kita ya bukan
melibatkan kinerja
25
kemauan kita yang jelas gitu
alam bawah sadar
26
mbak itu kemauan yang opo
27
yang dibawah alam sadar yang
28
jelas kita gak sadar gak tau kita
peristiwa dalam
di
gimana
kesenian
Kepuh
yo
itu
liat orang
ndak apa ndak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
itu ee…ngpain gitu juga kita
30
juga gak tau badan lecet kita V.PK (30-35)
Adegan
31
juga gak gak terasa yang jelas
kesurupan
32
itu kalo dah opo dah dah sembuh
membuat
badan
33
yang jelas gitu kita baru terasa
lecet
dan
terasa
34
kalau badan kita lecet habis
perih
35
mandi kan terasa perih gitu lo.
36
Ee...kalau em kalau untuk di I.PK (36-49)
Kesurupan
di
37
Kepuh sendiri yang jelas opo
Kepuh
38
untuk
direkayasa
39
bukan rekayasa mbak yang jelas
beda
40
gitu. Trus apa beda dengan
jathilan-jathilan
41
jathilan-jathilan
lain
yang lain (jathilan-
42
biasanya
jathilan-
jathilan yang lain
43
jathilan yang lain itu waktu
makan
44
kesurupan itu makannya kan
yang
enak-enak
45
makan yang enak-enak yang
saat
kesurupan
46
jelas ada makan pisang, ada
namun tidak terjadi
47
makan semangka terus dijathilan
untuk di Kepuh)
48
kita sendiri gak ada yang makan
49
kayak gitu. Saya ngeliat sendiri
50
waktu
51
kesurupan itu yo gak ada yang
52
makan kayak gitu yang jelas.
53
Yang jelas makannya cuma apa
54
kembang itu sama apa asap asap
55
dupa itu lo yang jelas itu. Kalo I.PK (55-64)
Merokok
56
di Kepuh sendiri kan ada yang
kesurupan
57
kita juga apa gak gak menjelek-
merupakan adegan
58
jelekkan gak anu jathilan lain lo
kesurupan
59
ada yang ngrokok segala itu kan
direkayasa dan hal
kesurupan
kan
yo
itu
bukan
yang kalo
rekan-rekan
dalam
tidak dan dengan
makanan
apa
dalam
yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
itu
kayak
gimana
61
kesurupannya
62
rekayasa gitu lo kalo dijathilan
63
di Kepuh sendiri kan gak ada
64
yang ngrokok gitu gak ada.
65
Terus
66
sendiri
67
kesurupan,
68
dan
69
kesurupan
70
gimana sih? Yo kalo sebelum I.PR (70-73)
Sebelum kesurupan
71
kesurupan itu kalo saya sendiri
merasa biasa-biasa
72
lo itu yo gimana yo biasa-biasa
saja
73
aja tapi kita mulai apa mulai
74
mau kerasukan itu kalo saya
75
kalo diri pribadi saya sendiri
76
yang saya rasakan lo…itu itu
77
diapa sini itu terasa berat yang
78
jelas gitu diapa ditengkuk itu
79
terasa berat yo entah selanjutnya I.PR (79-84)
Saat kesurupan
80
kita juga gak tau yang jelas saat
tidak merasakan
81
kerasukan itu kita juga gak tau
apapun, hilang
82
kita ngapain ngelakuin apa kita
kesadaran
83
juga gak tau kita makan apa kita
84
juga gak tau. Tapi yo setelah
85
opo
86
disam…sama mbah Sarno itu
87
kita baru ngerasa yang jelas
88
dimulut saya itu kadang ada
89
sisa-sisa opo beling itu lo itu kita
90
anu opo saya em…untuk saya
itu
perasaanya sewaktu saat
sesudah
setelah
itu
kita
yo kayak
mas
tersebut
tidak
terjadi di Kepuh
Pt
sebelum kesurupan mengalami perasaanya
kita
dah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
gitu jadi entah yang lainnya kita
92
juga gak tau orang itu yang
93
ngerasain diri pribadi sendiri.
94
Saat mau kesurupan kalo saya I.PR (94-102)
Sebelum kesurupan
95
ndak apa ndak punya perasaan
merasa
96
takut mbak yang jelas saya ndak
tidak ada perasaan
97
punya perasaaan takut ndak
takut dan susah
98
punya perasaan susah pokoknya
99
yang opo kalo saya lho waktu
100 nari
adanya
cuma
senang,
senang
101 masalahnya saya sendiri dari 102 dulu
juga seneng
jathilan.
103 Sebelum Kepuh ada jathilan itu 104 kita juga seneng nonton gitu lo. 105 Setelahnya saya biasa aja yang I.PR (105-113)
Setelah kesurupan
106 jelas itu biasa aja gak apa gak
merasa biasa saja
107 punya
dan tidak ada
perasaan
takut
atau
108 gimana itu enggak masalahnya 109 apa waktu kita makan beling itu 110 kan kita sendiri gak tau kita kan 111 cuma istilahnya cuman lantaran 112 gitu lo nah belingnya itu lari 113 kemana kita juga gak tau. 114 Itu
kalo
115 kesurupan
dampaknya tadi
buat
116 kehidupan sehari-hari mas Pt 117 itu gimana? Kalo untuk pribadi 118 saya juga kalo saya lo itu ndak 119 anu ndak apa ya istilahnya itu 120 biasa mbak yang jelas orang kita 121 waktu kesurupan juga apa itu
perasaan takut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122 kan yang menghendaki kita to 123 yang jelas kalo kita ndak ikut 124 njathil kan gak mungkin kalo 125 kita kesurupan gitu tapi juga 126 bisa kesurupan tapi kan itu 127 emang udah pie yo kehendak 128 kita lah mbak yang jelas tapi 129 gimana yo kalo untuk diri saya 130 sendiri biasa yang jelas cuman 131 yo…yo…gimana yo kebanggaan I.PR (131-134)
Suatu kebanggaan
132 lah yang jelas kita bangga bisa
karena
133 opo yang jelas bisa kalo opo bisa
njathil
bisa
ikut
134 ikut njathil. Kalo untuk dampak 135 yang lain-lain itu gak ada kalo 136 saya lo. Buat lingkungan yo kita I.PL (136-138)
Bisa
menghibur
137 bisa menghibur semua yang
masyarakat
138 jelas. Kalau dampak untuk 139 lingkungan gitu gimana mas? 140 Yo em...ee...yo lingkungan ya I.PL (140-153)
Lingkungan
141 mbak ya lingkungan sekitar
sekitar
142 me..me..opo jenenge merespon
mendukung
143 baik kok mbak. Saya dicibir
profesi subjek
144 direndahkan gitu gak ada mbak
Menjadi semakin
145 malah semakin erat dan dekat
akrab
dengan
146 gitu bisa saya rasakan dari
“tonggo
teparo”
147 kesurupannya saya itu mbak,
(tetangga sekitar)
148 memang
dan
aneh
149 dilogika..serem
to
kalau
malah
bisa
150 nambah akrab dengan “tonggo 151 teparo” e mbak tapi ya faktanya 152 gitu e mbak jadinya saya juga
menjadikan
penyemangat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
153 tambah semangat. 154 Em
sebelumnya
mas
Pt
155 pernah gak sih mengalami 156 kesurupan yang pura-pura? 157 Saya selama njathil sembilan II.PK (157-162)
Subjek
158 tahun ikut njathil tu selalu
pernah mengalami
159 kesurupan tuh saya tu belum
kesurupan
160 pernah mengalami kesurupan
pura, njathil selama
161 yang
sembilan
pura-pura
itu
belum
belum
pura-
tahun
162 pernah. Lalu menurut mas Pt
selalu
163 ada gak sih kesurupan yang
kesurupan
164 pura-pura? Banyak itu mbak
sesungguhnya
165 ada
tetep
ada
itu
mengalami yang
untuk
166 kesurupan yang pura-pura itu tu II.PK (164-181)
Kesurupan pura-
167 hanya orang-orang yang tidak
pura
168 punya nyali. Nyalinya cuma
Yang melakukan
169 kecil. Opo kalo emang bener-
kesurupan pura-
170 bener dia tu kesurupan gak ada
pura
171 yang namanya demit setan itu
orang-orang yang
172 makan kayak gitu biasanya kalo
tidak punya nyali
173 demit setan atau apa hal-hal
dan
174 yang lainnya itu makannya gak
yang
175 gak seperti pisang semangka
makanan enak itu
176 atau apa lah yang jelas itu kalo
kesurupan
177 kalo menurut saya lo kalo yang
direkayasa
178 kayak gitu cuman orang cari
(kesurupan yang
179 sensasi. Dak ada mosok demit
sekedar mencari
180 makan pisang haaaa (tertawa)
sensasi)
181 demit mana itu ndak ada itu. 182 Lha itu perasaannya mas Pt 183 gimana
kan
tadi
selama
itu
ada.
itu
hanya
kesurupan makan-
yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
184 sembilan tahun njathil dan 185 selalu kesurupan? Kalo untuk 186 saya selama sembilan tahun ikut 187 njathil itu belum pernah yang 188 namanya
pura-pura
189 Pokoknya
selama
itu.
saya
ikut
190 njathil jathilannya Kepuh selama 191 sembilan tahun itu kalo saya lo 192 belum pernah yang namanya 193 pura-pura itu belum pernah kalo 194 saya lo tapi untuk yang lainnya 195 saya juga gak tau biasanya kan 196 yang lebih tau kan pawang197 pawangnya itu. Yo kalo untuk II.PR (197-210)
Selama
198 saya yo selama yo ikut njathil
tahun
199 selama sembilan tahun itu yo
merasa
200 perasaan saya yo adanya cuma
tidak terbebani oleh
201 seneng mbak yang jelas gak ada
hal apapun, yang
202 istilahnya gak ada kebebanan
ada hanya perasaan
203 gini-gini
senang
itu
yang
ada
sembilan njathil senang,
karena
204 perasannya saya cuma seneng
sejak kecil sudah
205 memang kita dari dari mulai dari
mengalir darah seni
206 nenek sampai ibu saya sampai
dari orangtua
207 saya
kan
yo
gimana
yo
208 semuanya itu darah seni lah 209 yang jelas dari ibu kan dulu 210 ketoprak. 211 Nah
itu
dampaknya
buat
212 keseharaian mas Pt sendiri 213 gimana
kan
tadi
katanya
214 selama njathil sembilan tahun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
215 kan
selalu
216 kesurupan,
itu
megalami dampaknya
217 gimana mas? Yang jelas kalo 218 untuk saya itu ya nganu mbak 219 opo yo cuman habis opo sehabis V.PK (219-221)
Setelah
njathil
220 njathil itu yo cuman badan kita
badan
terasa
221 aja yang yang opo capek itu kan
“capek”
222 bukan kehendak kita gitu kita 223 kan cuma kaya orang yang 224 digerakkan gitu lo. Kalo saya itu II.PL (224-244)
Semangat
kerja
225 tetep yo untuk semangat apa yo
selalu ada walau
226 semangat kerja atau semangat
terasa
227 yang lainnya itu tetep ada kok
setelah kesurupan
228 mbak wong itu cuma capek apa
Ada
lelah
sebagian
229 kita habis njathil pulang tidur itu
kecil orang yang
230 capeknya juga udah opo udah
fanatik
dengan
231 berkurang
agama
dan
yang jelas gitu.
232 Nyatanya habis njathil saya juga
mengangap
233 masih aktivitas kerja gitu biasa
profesi
234 gitu. Yang jelas nganu mbak itu
bersekutu dengan
235 biasanya yang jelas tergantung
setan
236 orangnya mbak jadi yang saya
keakraban subjek
237 maksud orang di sekitar kita kan
dengan
238 ada yang lalu fanatik sama
masyarakat justru
239 agama
bertambah
lalu
wah
bersekutu
240 dengan setan atau gimana itu 241 ada. Itu kan cuma sebagian kecil 242 kalo yang lainnya itu ya gimana 243 yo
biasa
mbak
yang
jelas
244 tambah akrab lah yang jelas. 245 Kalau menurut mas Pt gitu
subjek
namun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
246 kesurupan
dalam
kesenian
247 jathilan itu merupakan suatu 248 kesatuan yang utuh gak sih? 249 Yo memang itu dah nganu mbak III.PK (249-254) Kesurupan
dalam
250 jadi itu dah ciri khasnya jathilan
jathilan merupakan
251 itu memang kesurupan kalo
satu kesatuan dan
252 jathilan gak pake kesurupan itu
ciri khas jathilan
253 namanya juga ya cuma tari-tari.
tersebut
254 Ya iya satu kesatuan.
pada
255 Terus itu perasaanya mas Pt
kesurupan
256 sewaktu
terletak peristiwa
mengalami
257 kesurupan
dan
258 mengalami
tidak kesurupan
259 sewaktu njathil itu perasaanya 260 gimana? 261 Kalo untuk aduh untuk perasaan 262 gimana yang namanya orang 263 kesurupan itu kita gak tau e 264 mbak
perasaaannya
gimana
265 cuman kalo setelahnya sehabis III.PR (265-274) Setelah
tersadar
266 kesurupan itu yo gimana yo
sari
kesurupan
267 sehabis diitu diistilahnya yang
merasa
268 opo yang masuk dalam tubuh
beberapa
269 kita itu diopo dipulangkan cuma
(seperti terbangun
270 kaya orang bingung kalo saya lo
dari tidur)
bingung saat
271 kayak orang bingung kayak 272 orang bangun tidur. 273 Perasaannya ya tetep seneng III.PR (273-275) Merasa senang dan 274 mbak, seneng, seneng, bangga
bangga
terhadap
275 juga.
peristiwa kesurupan
276 Nah dari hal itu dampaknya
yang dialami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
277 buat keseharian mas Pt sendiri 278 sama
dampaknya
buat
279 lingkungan sekitar mas Pt gitu 280 dampaknya gimana mas? 281 Gimana
ya
kalo
untuk III.PL, III.PR
Menjadi semakin
282 masyarakat itu ya yang jelas kita (281-302)
akrab
283 seperti yang tadi saya bilang ya
masyarakat
dengan
284 kita tambah akrab yang jelas 285 gitu kalo untuk diri saya juga
Merasa
bangga
286 kita juga merasa bangga ya kita
selama sembilan
287 bisa ee…ikut njathil selama
tahun njathil dan
288 sembilan
tidak
tahun
selalu
opo
pernah
289 kesurupan gak gak pake opo
mengalami
290 pura-pura atau gimana gitu saya
kesurupan pura-
291 sendiri juga merasa bangga yang
pura,
292 jelas. Yo untuk yo bisa maksude
sering berkumpul
293 bisa juga untuk penyemangat
bersama
294 mbak misalnya kita dulunya
masyarakat
295 misalnya
sehingga
gak
pernah
opo
menjadi
dapat
296 ngumpul sama temen-temen jadi
memunculkan
297 semangat kita selama opo terus
semangat
298 ada
jathilan
kita
semangat
299 ngumpul sama temen-temen yo 300 yang jelas gitu mbak tetep ada 301 penyemaa…opo
tetep
ada
302 sebuah penyemangat gitu. 303 Kalau yang membuat mas Pt 304 tetap
mau
njathil
sampai
305 kesurupan tu apa sih mas? 306 Apa ya yo gimana ya mbak itu IV.PK (306-
Njathil
307 suatu opo yo hobi atau apa ya 318)
kesurupan
hingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
308 masalahnya kan kita sendiri
merupakan sebuah
309 sebelum punya jathilan juga opo
hobi dan keinginan
310 seneng liat jathilan gitu lo
untuk melestarikan
311 setelah punya opo rombongan
kebudayaan Jawa
312 jathilan sendiri kita juga nganu 313 biarpun sudah ada ya masih 314 semangat njathil itu waaa…hobi 315 atau apa yo? Itu tetep mau 316 melestarikan
itu
kan
suatu
317 kebudayaan Jawa juga tetep kita 318 ingin melestarikan juga. 319 Terus
perasaannya
320 yang
dirasakan
321 berkaitan
dengan
sendiri mas
Pt
kegiatan
322 njathil sampai kesurupan gitu 323 perasaan mas Pt gimana sih 324 mas? Yo kita yo bangga juga IV.PR (324-329) Merasa
bangga
325 mbak yang jelas wong orang
karena
dengan
326 kita bisa apa ya istilahnya itu
njathil
hingga
327 bisa melestarikan kebudayaan
kesurupan
328 Jawa gitu yang jelas kita juga
dapat melestarikan
329 bangga.
kebudayaan Jawa
330 Nah
berkaitan
dengan
njathil
sampai
331 kegiatan 332 kesurupan
tadi
buat
333 dampaknya
sendiri
buat
334 keseharian
mas
Pt
juga
dan
335 lingkungan sekitar apa ya? Ya IV.PL (335-351) Masyarakat banyak 336 kalo dari masyarakat itu juga
yang
mendukung
337 gimana ya itu yang jelas kita
profesi
338 banyak yang yang mendukung
sehingga
subjek dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
339 lah
yang
jelas
gitu
dari
340 masyarakat jadi gag…gak opo
menjadi penyemangat
341 ya kita gak gak terus dikucilkan 342 itu enggak. Yang jelas dari 343 masyarakat
juga
anu
apa
344 sebagian besar juga mendukung 345 opo
kita
346 jathilan
punya itu
347 masyarakat
rombongan kan
karna
sendiri
juga
348 melestarikan 349 kebudayaan
budaya Jawa
gitu
kalo
350 untuk untuk pribadi saya yo jadi 351 penyemangat juga. 352 Kalau untuk dampak buat 353 kesehatan sendiri, buat mas Pt 354 gimana mengingat tadi kan 355 kalau kesurupan kan makan 356 makanan yang ekstrim, itu 357 gimana?
Kalo
untuk
saya
358 pribadi itu saya rasakan biasa aja 359 ki mbak gak maksudnya kita 360 sehabis makan beling makan 361 kembang atau apa itu kita gak 362 gak opo gak opo ya namanya 363 gak…gak berdampak yang lain V.PK (363-366)
Tidak ada dampak
364 kes…kesehatan itu gak ada tu
yang
365 kalo saya biasa saja yang jelas
membahayakan
366 gitu. Pernah ke dokter gitu
untuk kesehataan
367 mungkin mas buat sekedar 368 cek kesehatan? Gak pernah gak V.PR (368-379)
Tidak merasa takut
369 pernah
terhadap
kedokter
orang
kita
kondisi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
370 saben njathil kita opo kata
kesehatan
371 orang-orang kita makan beling
subjek tidak pernah
372 itu terus saya punya perasaan
memeriksakan
373 takut lalu periksa ke dokter itu
kesehatannya
374 gak
dokter
pernah
itu
anu
opo
maka
ke
375 yo…gimana yo mbak saya tu 375 saya malah gak takut kan belum 376 ada ceritanya to orang njathil 377 mati karna makan beling itu 378 belum ada ceritanya to hahaaaaa 379 (tertawa). 380 Itu
perasaannya
mas
Pt
381 gimana mas waktu tau kalau 382 kesurupan
mas
Pt
sering
383 makan beling padahal kalau 384 makan
beling
385 membahayakan
kan
bisa
kesehatan?
386 Biasa biasa saja gak punya V.PR (386-387)
Tidak merasa takut
387 perasaan takut itu gak gak ada.
terhadap
388 Terus terkait dengan hal tadi
kesehatan
389 dampaknya
sendiri
390 kesehaarian
mas
Pt
kondisi
buat dan
391 lingkungan gitu apa ya mas? 392 Gimana yo…kalo saya tetep V.PR (392-394)
Merasa bangga dan
393 bangga trus gak punya rasa takut
tidak punya rasa
394 mbak yang jelas gitu. Itu kan
takut
395 juga suatu gimana yo suatu
adegan kesurupan
396 penarik opo penonton juga to
yang dialami
397 jadi penonton itu berarti opo 398 anggapan penonton itu berarti 399 jatilan Kepuh itu kesurupan gak
terhadap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
400 cuma opo gak opo cuman opo 401 gak main-main gitu lo jadi 402 bener-bener 403 kenyataannya
kesurupan
jadi
makannya
aja
404 barang-barang kayak gitu yang 405 jelas yang gak lumrah dimakan 406 orang yang jelas kan gitu yaa 407 jadi jadi penyemangat juga itu 408 mbak…yaa yoo itu tambah opo V.PL (408-414)
Bisa
409 juga bisa tambah akrab mbak
keakraban dengan
410 orang
masyarakat
misalnya
kita
makan
411 beling yo nyatanya gak ada 412 orang yang ngucilkan saya kok, 413 gak jadi ditakuti orang kok kita 414 bergaul biasa-biasa aja.
menambah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Verbatim Subjek 3
I.
Kesurupan secara umum 1.
Gimana mas As tu memandang peristiwa kesurupan dijathilan Kepuh? Ya sebagai pemain kalo pas kesurupan ya gak tau ya mbak. Ya menurut saya ya wajar, soalnya yang jelas kalo orang kesurupan kan gak gak apa ya…posisi pikiran kan kosong…gak sadar, jadi kan gak tau apa yang yang terjadi pada diri sendiri itu gak tau. Emm jadi pandangan mas As mengenai peristiwa kesurupan dalam kesenian jathilan di Kepuh gitu gimana sih? Ya kalau untuk di Kepuh kesurupan itu sakral mbak, sakral itu ya kesurupan beneran, gak maen-maen. Dijathilan-jathilan lain selain Kepuh mungkin banyak yang kesurupannya cuma main-main ya mbak tapi ya tadi itu kalau di Kepuh kesurupannya tidak direkayasa macem-macem.
2.
Terus kalo yang mas As rasakan waktu sebelum kesurupan, saat kesurupan sama sesudah mengalami kesurupan itu perasaannya gimana? Ya biasa, gak terasa, kita gak sadar waktu…waktu kesurupan itu kita gak sadar, lha setelah dan sebelum kesurupan ya tetep perasaan kita ya tetep biasa wajar ga ga ada perasaan takut itu gak ada…biasanya itu ya biasa seneng-seneng aja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
Ada dampaknya buat kehidupan sehari-hari gitu gak sih mas? Dampak dari kesurupan itu buat diri sendiri dan masyarakat gimana?? Ya aslinya ada… ya itu... mungkin setelah apa ya setelah kesurupan itu kan mungkin kita kan merasa capek ya mungkin itu dampak, salah satu dampak dari ekonomi mungkin, karena kan setelah kesurupan kita kan badannya terasa capek banget to, kita kan mau kerja otomatis kan kita capek…kalo kita kan gak mungkin…kita kan tetep harus to. Ya mungkin kita merasakan kaya gitu tu mungkin satu sampai dua hari. Kalau buat lingkungan sekitar? saya kira ga ada sewaktu itu opo yo…kesurupanya itu kita itu hanya waktu jathilan lho, kalo waktu kesurupannya itu pas pentas jathilan ya mungkin itu malah dampaknya mungkin bisa positif, karena kan tujuan kita kan untuk menghibur masyarakat setelahnya ya menghibur sekaligus nambah akrab satu sama lain mbak.
II. Kesurupan yang tidak sesungguhnya (kesurupan pura-pura). 1.
Kalau menurut mas As sendiri ada tidak sih kesurupan yang purapura? Banyak…itu kan dijathilan grup jatilan lain yang dari Sleman barat kesurupannya gitu pura-pura, bahkan ada yang kesurupan yang sistemnya setruman itu kan ada. Kesurupan pura-pura itu kesurupan yang salah mbak. Kalo di sini kan memang kesurupannya kan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kesurupan bener-bener
kesurupan. Apa ya yang merasuki para
pemain jathilan itu kan beda-beda jenisnya, tetapi kalo yang di grup lain ya di sleman itu kan itu kan kaya sistem setruman mbak, jadi yang satu sembuh lainnya juga ikut sembuh, gitu lo. Terus kalo mas As sendiri pernah ga sih kesurupan yang pura-pura gitu? Pernah...pernah...itu kan setiap kita…apa ya...main jatilan itu kan belum tentu kita selalu bisa kesurupan. Karena kan kita mungkin lagi banyak pikiran atau terlalu capek atau gimana kan itu juga pengaruh, dan
mungkin
kita
apa
ya
tidak
terlalu
fokus
itu
bisa
mempengaruhi…bisa kesurupan atau enggaknya gitu. Saya pernah pura-pura itu pernah, karena ya apa ya...anu waktu waktu kita anu joget itu posisinya kurang anu kurang kurang fokuslah…mungkin terlalu banyak pikiran itu pernah saya alami.
2.
Perasaan mas As waktu pura-pura keserupan gitu gimana mas?? Ya itu ya gimana ya…ya kita aslinya tetep anu ke minder ya sama sama pawang-pawangnya otomatis sama pawangnya itu otomatis minder karena kan kita cuma pura-pura to, tapi kita tetep berusaha…berusaha menepis nganu itu, ya kita biasa aja. Iya..kita tetep malu aslinya malu kalo sampai diketahui gitu cuma pura-pura itu tetep ya malu gitu. Tapi kan kita tetep berusaha, saya kan tetep berusaha gimana supaya tidak bisa diketahui bahwa kalo saya itu pura-pura.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
Lalu dampak buat kesehariannya itu gimana? Gak ada...dampak buruknya gak ada. Itu kan cuma sebatas itu waktu pentas thok…tapi kan sehabis sehabis pentas ya udah gak ada perasaan apa-apa lagi...penonton gak tau penonton gak tau…Emm mungkin setelah kesurupan, bisa dijelaskan dampak untuk diri sendiri dan lingkungan? Em gini mbak, malu e jawabnya…ya soale sebenere ya saya malu pada diri saya sendiri kalau sampai pura-pura kesurupan kalau untuk lingkungan ya sebenarnya tetep berjalan apa adanya mbak, kesurupan atau tidak kesurupan yang saya alami ya dengan adanya jathilan yang melibatkan kesurupan kami semua menjadi semakin dekat, itu otomatis yang dulunya pada canggung malah jadi akrab karna sering ketemu...ya begitu mbak.
III. Kesurupan sebagai kesatuan dalam kesenian jathilan 1.
Trus mas As itu memandang fenomena kesurupan dalam jatilan ini sebagai suatu kesatuan yang utuh gak sih? Gak harus…yang penting kita itu tujuan jathilan itu kan tujuannya untuk menghibur mbak, jadi kan kita kan gak harus opo yo…gak mengharuskan itu si penari si jongki tu kesu kesurupan kan ndak. Tujuannya kita kan menghibur, untuk penonton sudah merasa terhibur
kan
yo
sudah,
ngapain
kita
harus
anu…opo
yo…harus…mengharuskan si jongki itu harus kesurupan itu endak. Dari…terutama dari rombongan pun ndak ada seharusnya. Ya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
memang dari rombongan dari se se opo…istilahnya sesepuh pawang itu memang berusaha si penari si jongki itu harus bisa kesurupan tapi itu gak gak diharuskan, terutama jongki cewek itu...ya menghibur sama kita…kita tetep nganu…menjalin apa ya…persatuan sama anu…masyarakat setempat…nah kita trus merambat ke masyarakat luas itu kita harus apa ya kita…belajar menjaga kekompakan sesama, tapi kalo tujuan yang negatif atau apa itu endak…ndak ada. Kalo ditanya jathilan dan kesurupan itu satu kesatuan tidak? ya itu kalau menurut saya ya mbak ya, itu pisah-pisah mbak. Misalnya kalau harus suatu itu suatu kesatuan itu bahkan dibilang bisa dikatakan satu ikatan ya…itu memang dari dari sesepuh atau dari itu kan mengharuskan si penari atau si jongki itu harus kesurupan, kalo itu di bilang satu salah satu kesatuan yo…tapi kan dari sesepuh dari bahkan dari rombongan itu kan gak mengharuskan haaa mungkin ya seperti yang mbak bilang tadi apa…kesurupan tapi pura-pura itu…haa itu mungkin bisa nganu ya…itu jadi kalo dari rombongan sendiri itu gak mengharuskan si jongki itu kesurupan…itu gak ada.
2.
Perasaan mas As saat bener-bener mengalami kesurupan dan jathil tapi gak kesurupan itu gimana? Ya saya kan dah…apa ya dah…bilang kalo waktu kesurupan tapi pas waktu kita jongki waktu kesurupan itu yang jelas kita itu ndak…ndak merasakan apa-apa ya. Ya mungkin kadang…kadang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
itu kita tetep kaya…kan yang jelas kesurupannya tu ada dua dua macam. Misalkan kita bener-bener pikiran itu kosong bener-bener kita gak gak sadar sama sekali ya kalo kesurupan…haa yang satunya itu kan waktu kesurupan kita itu kadang bisa merasakan kita itu…kita itu sadar…kita itu joget…kita itu anu...tapi kan kita mau apa ya istilahnya mau brontak mau nganu tu tep gak bisa tapi itu kita itu kaya ada yang mengendalikan, trus lha kan dari segi musik ya…segi musik dari gamelan kita itu mendengar, tapi kita mendengarnya itu jauh sekali gitu lho jadi di telinga itu kecil sekali, gitu…itu yang yang satunya. Tapi yang sering saya alami itu waktu kesurupan ya…gak merasakan apa-apa…itu yang saya alami. Gak…gak sadar jadi kita tu gak merasakan apa-apa to…Tapi perasaanya gimana? Em…pas waktu setelah kita nganu…selesai kita nganu…ya kita tetep seneng to mbak wong…apa ya yang kebanyakan di mata masyarakat itu kan kalau jathilan itu kan kesurupan ya…di mata masyarakat di mata di pandangan penonton ya itu kan kalo jathilan itu kan kesurupan…lha kita ya tetep bangga aja yang jelas itu. Setelah kita selesai joget…kita tau bahwa waktu joget tadi itu bisa kesurupan…lha itu tetep seneng. Perasaan kita itu seneng…gak ada perasaan sedih atau gimana itu gak ada. Itu kalo kesurupan ya, brati kalo tidak kesurupan perasaannya? ya berpura-pura
tadi,
ya
tetep
minder
dari
apa
ya
sampai
sampai…biasanya kan kalo kita joget itu kan setelah joget itu kan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kaya di dikumpulkan gitu to..ya itu mungkin dari apa ya salah satu cara dari pawang untuk bikin kesurupan atau gimana itu kan saya belum memahami. Ha itu mungkin setelah tau temen-temen jongki lain itu pada kesurupan trus kita gak bisa itu tetep haa tetep malu…malu sama minder. Itu yo sampe sampe itu sampe selesai jathilan itu tetep perasaan malu dan minder itu tetep ada.
3.
Lha itu apakah berlanjut ke perilaku keseharian? Gak..gak cuma sebatas waktu joget aja. Buat lingkungan gitu? gak gak ada..em pokoke ya gak ada dampak buruk mbak. Kalau dampak untuk diri sendiri dan lingkungan setelah kesurupan terjadi, em maksud saya untuk keseharian mas As? Oo…ya gini mbak, kalo untuk saya jujur saya senang mbak bisa njatil dan kesurupan walau sehari dua hari badan masih capek dan untuk kerja kurang
maksimal
tapi
tetep
seneng
mbak,
kalau
untuk
lingkungan…tau saya kesurupan atau tidak kami tetap hidup bermasyarakat dengan baik mbak. Jathilan Kepuh kan milik bersama warga Kepuh, dari situlah kebersamaan kami juga semakin tumbuh dan erat. Begitu lo mbak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
IV. Motivasi yang mendorong penari jathilan sehingga tetap mau njathil hingga kesurupan 1.
Terus yang membuat mas As itu mau terus jathil sampai kesurupan itu hal apa? Yang dulu itu cuma penasaran mbak…pertama kali itu ya…cuma penasaran…em apa ya…mengikuti anu rasa ingin tau aja gimana rasanya orang kesurupan itu rasanya gimana cuma cuma itu aja, jadi kalo untuk anu itu dah terbiasa tu mbak, tujuan kita kan udah apa ya…dah mau mendirikan suatu kelompok jathilan otomatis kan kita sebagai penari kita juga harus menunjukkan tanggungjawab kita, jadi…kita waktu joget itu juga udah nganu udah gimana ya…mau kesurupan atau ndak itu sudah dah gak mikir karena udah terbiasa. Kalau dari awal-awal dulu dari awal-awal berdirinya kelompok jathilan itu cuma penasaran aja jadi rasa ingin tau rasanya orang kesurupan itu gimana cuma itu aja. Gak ada maksud lain itu gak ada, misal untuk menyombongkan diri gitu gak ada ya kalau sekarang ya seperti yang saya bilang tadi mbak, gak bisa saya pungkiri nggih saya mau kesurupan itu ya karna dah jadi opo...tanggungjawab dan kewajiban saya sebagai penari jathilan Kepuh yang sesungguhnya. Penari sejati ngono kae lo mbak...hahaaaa (tertawa).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
Perasaanya gimana sih kalo ma terus njathil sampai kesurupan gitu? Ya perasaannya itu seneng aja mbak…seneng…bangga…he’e soale banyak to yang jongki-jongki yang gak bisa bener-bener kesurupan itu kan juga banyak tapi kan kalo yang bisa bener-bener kesurupan itu
juga
me...merasa
bangga
mbak.
Rasa
apa
ya..rasa
seneng…mungkin opo yo bisa mengibur penonton bener-bener menunjukkan bahwa itu bisa kesurupan gitu lho…tapi kalo cuma pura-pura itu kan yo mungkin satu dua dari penonton itu juga ada yang tau to mungkin dari kelompok jathilan lain itu juga yang lebih berpengalaman dari kita itu kan mungkin juga waktu itu kan juga nonton. Nah itu juga tetep tau to bahwa si A atau si B itu bener-bener kesurupan atau endak, itu kan juga bisa tau. Nah…otomatis saya pribadi kalo gitu ya tetep waktu nganu yo waktu…joget waktu pentas itu rasa malu itu tetep ada. Kemudian tadi kan dampak yang negatif kata mas As tadi kalau jadi malu, nah sekarang dampak yang positif bagi keseharian gitu apa ya mas? Yang jelas itu apa ya…perasaan-perasaan itu saya rasakan cuma waktu…waktu pentas aja mbak… perasaan itu ya mungkin opo yo satu dua hari mungkin deket masih ada ya perasaan bangga, seneng. Mungkin ketemu sama penonton dibilang “oiyo tadi waktu kamu pentas tadi gini-gini”, haa mungkin itu kan juga suatu kebanggaan to. Kita gak…gak merasakan tapi bisa tau, mungkin solah tingkah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kita waktu kesurupan-kesurupan haa itu…itu yang membuat kita bangga. Tapi, kalau kita itu…anu ya…cuma pura-pura itu juga nganu…perasaan kasian pada diri sendiri itu ya mungkin waktu ketemu sama penonton kayak tadi ni di critani ya “wah waktu pentas kamu kayak gini-gini”, kita kan tetep malu mbak meskipun kita gak menunjukkan rasa malu itu sama yang ngomong ma kita itu, tetep kita malu, karena apa ya…yang kita lakuin kan cuma dari diri kita sendiri, gak bener-bener dari anu…apa ya…dari apa…yang mengendalikan kita istilahnya, jin atau setan atau apa yang merasuki kita kan…Setau saya dan cuma sesuai yang saya alami ya setelah njathil tu saya merasa lebih percaya diri buat “srawung” ke masyarakat mbak, gak tau juga e bisa gitu yo berarti bisa dibilang bisa buat nambah deket tali silaturahmi kan ya mbak.
3.
Lalu dampaknya untuk keseharian mas As gitu apa sih? Ada…dampaknya ada, mungkin dari apa ya…dampak positifnya itu juga ada kita misalnya…apa ya…sama masyarakat setempat maupun luar itu mungkin kita kan bisa...bisa lebih akrab otomatis kan misalnya kita itu ada…apa ya...ada tanggapan atau jobs dari luar daerah ya…mungkin kan otomatis kita kan juga bisa tambah kenal sama penonton setempat mungkin atau dari yang mempunyai keinginan untuk pentasnya itu…itu tetep ada mbak. Tapi juga ada dampak negatifnya juga ada orang kesurupan itu, misalnya kan kalau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kita bener-bener kesurupan kita kan gak tau mbak, kita melakukan apa atau gimana kan kita gak tau. Mungkin juga bisa waktu kesurupan itu ribut sama penonton atau gimana kan…itu kan bisa terjadi…bahkan dari penonton itu kan gak gak mau tau entah itu kesurupan atau enggak itu kan gak mau tau kalau dari penonton itu kalau waktu kesurupan itu kan yang kena dampak negatifnya otomatis si penari gak mungkin dari opo ya…jongki lain atau gimana itu…gak mungkin. Itu tep dari yang terutama yang menari kalo terjadi ke keri…opo kerisuan sama penonton itu, karena kan penonton juga gak mau tau. Gitu…apalagi penonton yang pake pada minum itu gak gak mau tau lagi itu kesurupan atau gak itu kan gak tau yang di pandang tetep diri penya anu itu penari itu sosok penari itu siapa itu yang jadi sumber masalah itu. Lha itu dari…dari opo ya…sisi negatifnya itu ya… kalo mas As sendiri pernah kaya gitu ga, waktu ga sadar?
ya katanya sering…he’e… e waktu opo
yo…waktu nari itu kan katanya sering. Kan kita ni juga gak tau ya, mungkin e…itukan dulu jugak sering to mbak anu…acara pentaspentas itu kan di ambil gambarnya di opo yo…itu kan sering di bikin CD, gitu kan sering, kita kan juga bisa lihat diri kita itu yo itu waktu anu itu di bikin CD itu to, itu sering sama mas pete barang itu kan suka sing kaya gitu, tapi kan waktu itu kan kita gak tau, kita cuma di certain sama penonton sama sama-sama anggota itu. Itu bahkan sampek jadi masalah itu tau. Itu pas di pentas di juga Pager Jurang,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
masalahnya juga sumbernya katanya saya, itu kan dari penonton. Tapi kan sebelumnya udah…udah ada opo yo udah…udah ada masalah tetapi dari penonton aslinya. Lha mungkin itu apa ya…si penari si jongki-jongki yang kesurupan itu mungkin terpancing atau gimana…itu
ya
itu
sampe…sampe
panjang
mbak,
karena
itu…sampai berapa ya…itu sampai…dari pentas itu hampir tiga hari atau empat hari ya…itu baru selesai kok masalahnya itu...gitu.
V. Dampak bagi kesehatan dari fenomena kesurupan 1.
Terus kalo buat dampak bagi kesehatan dari peristiwa kesurupan yang mas As alami tu apa sih mas? Ya aslinya dampak untuk kesehatan itu...untuk dampaknya buruk mbak…gak ada dampak positifnya itu gak ada. Karena kan orang kesurupan itu makannya kembang, menyan, bahkan ada yang makan beling itu to…haa itu kan otomatis set…e kita setelah apa ya…terutama dari beling ya, saya yang merasakan sendiri. Itu setiap saya kesurupan itu kebanyakan saya katanya makan beling, tapi itu saya tidak merasakan. Masalahnya setelah selesai itu kan sisa-sisa beling itu kan tetep masih ada mbak di gigi di…di mulut kan tetep masih ada setelah kita selesai itu kan tetep ada. Itu kan gak mungkin to itu. Kaya gitu itu opo yo…ada sisi positifnya kan gak ada bagi kesehatan to…itu kan otomatis tetep merugikan to mbak bagi si
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
penari…lha itu…tapi yo walau begitu sejauh ini Alhamdulilah saya baik-baik aja ki mbak, saya juga heran. Hehee…
2.
Apa yang mas As rasakan ketika mengetahui dampak bagi kesehatan dari peristiwa kesurupan yang mas As alami tu apa sih mas? Ya aslinya takut...tapi kan kalau…tau yo…tau kita waktu kita kesurupan makan opo yo makan beling atau gimana itu kan terutama yang ditakutkan itu kalau makan beling. Takutnya itu kalau sampai kita itu waktu kesurupan itu di si beling itu tertelan, lha itu yang membuat kami takut, tapi kan otomatis kalo udah kesurupan kan kita gak tau. Lha si apa ya si...pawang atau si sesepuh kan tetep juga tetep kalau di minta itu kan yang minta kan yang merasuki si anu si penari otomatis kan tetep di di…kasi…ha itu yang membuat takut itu… tapi kalo cuma dari menyan atau kembang itu ndak ndak ada persaan apa-apa. Yang membuat saya takut itu cuma...itu waktu makan beling itu, takutnya nanti kalo tertelan haa itu tetep otomatis kan mengganggu pencernaan to mbak. Tapi pernah gak si mas ada gangguan pencernaan itu? gak ada, yang saya rasakan selama ini, gak ada gangguan pencernaan atau gangguan apapun gitu gak ada. Semua hanya sebatas ketakutan saja ya walau sebenere gak perlu saya takuti juga ding lha wong juga nyatanya gak kenapa-napa ki mbak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
Terkait dengan dampak peristiwa kesurupan bagi kesehatan, apa sih pengaruh hal tersebut bagi perilaku dalam keseharian mas As? Ya mungkin kalo dari…otomatis itu kan dari penonton to mbak, itu dari penonton ya saya kurang kurang bisa nganu ya… bisa memahami. Karena kan penonton juga mungkin cuma merasakan liat aja kalo pas makan beling makan nganu itu…mungkin cuma merasa…merasa heran aja. Kalau dari mas As sendiri? bangga yang jelas bangga perasaan itu bangga, karena kan gak…gak setiap jongki itu bisa makan kaya gitu kan...tu cuma bangga kan kalau kita itu gak bener-bener kesurupan itu kalau makan beling itu kan juga gak masuk akal to mbak...itu ya itu bikin salah satu kebanggaan saya sebagai penari. Lalu…lalu pas waktu opo ya…makan beling pas kesurupan makan beling itu satu kebanggaan tersendiri karena jongki lain jugak belum tentu kaya gitu…ya biasa aja mbak. Gak ada perasaan
yang…apa
ya...e
yang
menonjol…bikin
saya
lebih…lebih…atau apa lagi…bikin saya sombong itu gak ada. Karena itu yang melakukan bukan diri kita sendiri mbak, kita itu cuma buat apa ya...yang jelas raga kita itu kan cuma untuk dikunjung, jadi kita gak…gak tau to, gak tau bener-bener gak tau. Yang pelaku kesurupan itu gak tau. Jadi kan tetep gak ada perasaan yang sombong atau bikin gimana itu gak ada. Ya saya rasa ya kesurupan ga kesurupan tu capek mbak…itu wis tetep e…ya satu…sampe…bahkan bisa sampe satu minggu itu ya rasa capek kita
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
itu belum hilang itu…itu tapi kalo gak...opo tambah penyemangat kerja atau gimana itu gak ada. Malah bikin males itu yang sering saya lakukan itu itu…asline gitu, itu tapi anehnya yang kalau dilogika emang bikin capek dan gak semangat itu faktanya yang harusnya capek malah badan jadi tahan banting, yang harusnya gak semangat eh semangatnya malah nambah. Intinya ya tetep jadi dampak yang positif mbak, mungkin karna saya melakukan kesurupan itu dari niat dan ketulusan jadinya dampaknya itu dampak positif. Hal yang menyebabkan mas As tetep mau kesurupan? ya opo yo itu karena udah suatu tanggung jawab kita sebagai apa ya…kita mau bergabung di nganu itu suatu kelompok jathilan itu. Jadi cuma kita itu juga ingin menunjukknan nganu…rasa tanggung jawab, di saya sebagai nganu yo…sebagai anggota. Ya meskipun itu berat, meskipun itu capek. Kalo kita juga gak dapet apa-apa to mbak. Mungkin dari nganu…karena kan kalo ada…apa ya…ada istilahnya tanggapan dari luar, uang itu kan buat kas mbak, gak di bagikan lho. Mungkin cuma dari penari mungkin opo…penari sama yogo itu mungkinnya itu cuma rokok sebatas rokok, lainnya buat uang kas. Ho’o…gak ada opo yo…lampiran itu gak ada. Lalu dampak untuk diri mas As sendiri dan masyarakat? Jadi ya boleh dibilang kalau dampak untuk diri saya sendiri kalau kesehatan saya fisik rasanya cuma capek ya mbak, kerja jadi kurang maksimal tapi ya tetep seneng, kalau untuk masyarakat sendiri tetap mendukung apa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
saya kerjakan mbak, emm...anu...apa bisa dibilang solodaritasnya nambah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KODING SUBJEK 3 NO
VERBATIM
KODING
1
Gimana
2
memandang
3
kesurupan dijathilan Kepuh?
4
Ya sebagai pemain kalo pas
5
kesurupan ya gak tau ya mbak.
6
Ya menurut saya ya wajar, I.PK (6-12)
7
soalnya yang jelas kalo orang
8
kesurupan kan gak gak apa
9
ya…posisi
10
kosong…gak sadar,
mas
As
KETERANGAN
tu
peristiwa
pikiran
Kesurupan
sebuah
hal yang wajar Saat
kesurupan
kan
pikiran kosong dan
jadi kan
dalam kondisi tidak
11
gak tau apa yang yang terjadi
sadar sehingga tidak
12
pada diri sendiri itu gak tau.
mengetahui
13
Emm jadi pandangan mas As
yang
14
mengenai peristiwa kesurupan
diri sendiri
15
dalam kesenian jathilan di
16
Kepuh gitu gimana sih? Ya I.PK (16-
17
kalau untuk di Kepuh kesurupan 25)
merupakan suatu hal
18
itu sakral mbak, sakral itu ya
yang sakral
19
kesurupan beneran, gak maen-
20
maen.
21
selain Kepuh mungkin banyak
sesungguhnya
22
yang kesurupannya cuma main-
tidak direkayasa
23
main ya mbak tapi ya tadi itu
24
kalau di Kepuh kesurupannya
25
tidak direkayasa macem-macem.
26
Terus
27
rasakan
28
kesurupan,
Dijathilan-jathilan
kalo
yang
waktu saat
mas
lain
As
sebelum kesurupan
apa
terjadi pada
Kesurupan
Kesurupan di Kepuh kesurupan
yang dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
sama
30
kesurupan
31
gimana? Ya biasa, gak terasa,
32
kita gak sadar waktu…waktu I.PR (32-
33
kesurupan itu kita gak sadar, lha 38)
merasakan
34
setelah dan sebelum kesurupan
karena tidak sadar
35
ya tetep perasaan kita ya tetep
Sebelum dan setelah
36
biasa wajar ga ga ada perasaan
kesurupan
37
takut itu gak ada…biasanya itu
senang dan tidak ada
38
ya biasa seneng-seneng aja.
perasaan takut
39
Ada
40
kehidupan sehari-hari gitu gak
41
sih
42
kesurupan itu buat diri sendiri
43
dan masyarakat gimana? Ya
44
aslinya ada… ya itu... mungkin V.PK, I.PL
45
setelah apa ya setelah kesurupan (44-57)
46
itu kan mungkin kita kan merasa
47
capek ya mungkin itu dampak,
hal
48
salah satu dampak dari ekonomi
(kinerja
49
mungkin, karena kan setelah
yang
50
kesurupan kita kan badannya
selama satu sampai
51
terasa capek banget to, kita kan
dua hari sehingga
52
mau kerja otomatis kan kita
pendapatan
53
capek…kalo
berkurang
54
mungkin…kita kan tetep harus
badan masih terasa
55
to. Ya mungkin kita merasakan
lelah)
56
kaya
57
sampai dua hari. Kalau buat
58
lingkungan sekitar? saya kira
59
ga
sesudah
mengalami
itu
perasaannya
dampaknya
mas?
gitu tu
ada
merasa
kan
dari
gak
mungkin satu
sewaktu
apapun
buat
Dampak
kita
Saat kesurupan tidak
itu
opo
Merasa
“capek”
setelah kesurupan
Berdampak dalam ekonomi subjek menurun
karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
yo…kesurupanya itu kita itu
61
hanya waktu jathilan lho, kalo I.PL (61-69) Berdampak
62
waktu kesurupannya itu pas
karena
63
pentas jathilan ya mungkin itu
menambah keakraban
64
malah dampaknya mungkin bisa
dengan
65
positif, karena kan tujuan kita
dan bisa menghibur
66
kan
masyarakat
67
masyarakat
68
menghibur
69
akrab satu sama lain mbak.
70
Kalau menurut mas As sendiri
71
ada tidak sih kesurupan yang
72
pura-pura? Banyak…itu kan II.PK (72-
73
dijathilan grup jatilan lain yang 82)
ditempat lain yang
74
dari Sleman barat kesurupannya
melibatkan
75
gitu pura-pura, bahkan ada yang
kesurupan
76
kesurupan
pura-pura
77
setruman itu kan ada. Kesurupan
78
pura-pura itu kesurupan yang
pura itu kesurupan
79
salah mbak. Kalo di sini kan
yang salah
80
memang
81
kesurupan
82
kesurupan.
83
merasuki para pemain jathilan
84
itu kan beda-beda
85
tetapi kalo yang di grup lain ya
86
di sleman itu kan itu kan kaya
87
sistem setruman mbak, jadi yang
88
satu sembuh lainnya juga ikut
89
sembuh, gitu lo. Terus kalo mas
90
As sendiri pernah ga sih
untuk
menghibur
setelahnya sekaligus
yang
bisa
masyarakat
ya
nambah
sistemnya
kesurupannya
kan
bener-bener Apa
positif
ya
yang
jenisnya,
Banyak grup jathilan
Kesurupan
yang
pura-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
kesurupan
92
gitu? Pernah...pernah...itu kan
93
setiap kita…apa ya...main jatilan
94
itu kan belum tentu kita selalu
95
bisa kesurupan. Karena kan kita
96
mungkin lagi banyak pikiran
97
atau terlalu capek atau gimana
98
kan itu juga pengaruh, dan
99
mungkin kita apa ya tidak terlalu
100
fokus
101
mempengaruhi…bisa kesurupan
102
atau enggaknya gitu.
103
Saya
104
pernah, karena ya apa ya...anu 109)
melakukan kesurupan
105
waktu waktu kita anu joget itu
pura-pura
106
posisinya kurang anu kurang
sewaktu njathil sedang
107
kurang
fokuslah…mungkin
banyak pikiran dan
108
terlalu banyak pikiran itu pernah
kurang fokus dalam
109
saya alami.
menari
110
Perasaan mas As waktu pura-
111
pura keserupan gitu gimana
112
mas? Ya itu ya gimana ya…ya II.PR (112-
Merasa minder dan
113
kita aslinya tetep anu ke minder 127)
malu jika mengalami
114
ya
kesurupan
115
pawangnya
116
pawangnya itu otomatis minder
agar
117
karena kan kita cuma pura-pura
kesurupan
118
to,
tidak
119
berusaha…berusaha
120
nganu itu, ya kita biasa aja.
121
Iya..kita tetep malu aslinya malu
yang
pura-pura
itu
pernah
sama
tapi
bisa
pura-pura
sama otomatis
kita
itu II.PK (103-
pawangsama
tetep menepis
Subjek
pernah
karena
pura-pura
maka subjek berusaha kepura-puraan
penonton
tersebut diketahui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
kalo sampai diketahui gitu cuma
123
pura-pura itu tetep ya malu gitu.
124
Tapi kan kita tetep berusaha,
125
saya kan tetep berusaha gimana
126
supaya
127
bahwa kalo saya itu pura-pura.
128
Lalu
129
kesehariannya
130
Gak ada...dampak buruknya gak II.PL (130-
Tidak
berdampak
131
ada. Itu kan cuma sebatas itu 136)
buruk
dalam
132
waktu pentas thok…tapi kan
keseharian
133
sehabis sehabis pentas ya udah
134
gak
135
lagi...penonton gak tau penonton
136
gak
137
setelah
138
dijelaskan dampak untuk diri
139
sendiri dan lingkungan? Em
140
gini mbak, malu e jawabnya…ya II.PR, II.PL
141
soale sebenere ya saya malu (140-153)
melakukan
142
pada diri saya sendiri kalau
kesurupan pura-pura
143
sampai
144
kalau
145
sebenarnya tetep berjalan apa
menjadi
146
adanya mbak, kesurupan atau
dekat karena sering
147
tidak kesurupan yang saya alami
bertemu
148
ya dengan adanya jathilan yang
jathilan
149
melibatkan
150
semua menjadi semakin dekat,
151
itu otomatis yang dulunya pada
152
canggung malah jadi akrab karna
tidak
bisa
diketahui
dampak
ada
itu
buat gimana?
perasaan
tau…Emm
apa-apa
mungkin
kesurupan,
pura-pura untuk
bisa
kesurupan
lingkungan
kesurupan
ya
kami
Merasa malu jika
Hubungan dan
subjek
masyarakat semakin
diacara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
153
sering ketemu...ya begitu mbak.
154
Trus mas As itu memandang
155
fenomena kesurupan dalam
156
jatilan
157
kesatuan yang utuh gak sih?
158
Gak harus…yang penting kita III.PK (158- Kesurupan
159
itu
160
tujuannya
161
mbak,
162
harus
yo…gak
Tujuan
njathil
163
mengharuskan itu si penari si
hingga
kesurupan
164
jongki tu kesu kesurupan kan
untuk
menghibur
165
ndak.
penonton
166
menghibur,
167
sudah merasa terhibur kan yo
168
sudah,
169
anu…opo
170
yo…harus…mengharuskan
171
jongki itu harus kesurupan itu
172
endak.
173
rombongan
174
seharusnya. Ya memang dari
175
rombongan
176
opo…istilahnya sesepuh pawang III.PK,
177
itu memang berusaha si penari si III.PL (176-
mengusahakan agar
178
jongki itu harus bisa kesurupan 190)
penari
179
tapi itu gak gak diharuskan,
kesurupan
namun
180
terutama jongki cewek itu...ya
kesurupan
tersebut
181
menghibur sama kita…kita tetep
tidak
182
nganu…menjalin
terjadi
183
ya…persatuan
ini
tujuan
sebagai
jathilan untuk
suatu
itu
kan 172)
menghibur
jadi kan kita kan gak opo
Tujuannya untuk
ngapain
kita
dari
bukan
jathilan merupakan
suatu keharusan
penonton
kita
Dari…terutama pun
kan
kesenian
dalam
ndak
se
harus
si
dari ada
se
apa sama
Sesepuh
pawang
bisa
diharuskan terutama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
184
anu…masyarakat setempat…nah
untuk
185
kita
ke
perempuan
186
masyarakat luas itu kita harus
Kesurupan
187
apa ya kita…belajar menjaga
diharapakan
188
kekompakan sesama, tapi kalo
menghibur penonton
189
tujuan yang negatif atau apa itu
Persatuan
dan
190
endak…ndak ada. Kalo ditanya
keakraban
dengan
191
jathilan dan kesurupan itu
masyarakat semakin
192
satu kesatuan tidak? ya itu
terjalin
193
kalau menurut saya ya mbak ya,
Belajar
194
itu pisah-pisah mbak. Misalnya
kekompakan dengan
195
kalau harus suatu itu suatu
para
196
kesatuan itu bahkan dibilang
penonton
197
bisa
198
ya…itu
memang
199
sesepuh
atau
200
mengharuskan si penari atau si
201
204
jongki itu harus kesurupan, kalo III.PK (192- Kesurupan dalam itu di bilang satu salah satu 213) kesenian jathilan kesatuan yo…tapi kan dari merupakan hal yang sesepuh dari bahkan dari terpisah-pisah
205
rombongan
206
mengharuskan haaa mungkin ya
207
seperti yang mbak bilang tadi
208
apa…kesurupan tapi pura-pura
mengalami
209
itu…haa itu mungkin bisa nganu
kesurupan,
210
ya…itu
dari
kesurupan
211
rombongan
itu
gak
dipaksakan
212
mengharuskan
jongki
itu
merupakan
213
kesurupan…itu gak ada.
214
Perasaan mas As saat bener-
202 203
trus
merambat
dikatakan
satu
dari
itu
jadi
ikatan
melatih
penari
ada
dan
tujuan
dari
negatif dari kegiatan
itu
kan
kesurupan
kalo
si
dapat
dari
kan
sendiri
Tidak
penari
gak
(bukan
suatu
kesatuan) Tidak
diharuskan
kesurupan
yang
yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
215
bener mengalami kesurupan
216
dan jathil tapi gak kesurupan
217
itu gimana?
218
dah…apa ya dah…bilang kalo III.PR (218-
Saat kesurupan tidak
219
waktu kesurupan tapi pas waktu 222)
merasakan apapun
220
kita jongki waktu kesurupan itu
221
yang jelas kita itu ndak…ndak
222
merasakan
223
mungkin kadang…kadang itu
224
kita tetep kaya…kan yang jelas
225
kesurupannya tu ada dua dua
226
macam. Misalkan kita bener-
227
bener pikiran itu kosong bener-
228
bener kita gak gak sadar sama
229
sekali ya kalo kesurupan…haa
230
yang satunya itu kan waktu
231
kesurupan kita itu kadang bisa
232
merasakan kita itu…kita itu
233
sadar…kita itu joget…kita itu
234
anu...tapi kan kita mau apa ya
235
istilahnya mau brontak mau
236
nganu tu tep gak bisa tapi itu
237
kita
238
mengendalikan, trus lha kan dari
239
segi musik ya…segi musik dari
240
gamelan kita itu mendengar, tapi
241
kita
242
sekali gitu lho jadi di telinga itu
243
kecil sekali, gitu…itu yang yang
244
satunya. Tapi yang sering saya III.PR (244-
Saat kesurupan tidak
245
alami
merasakan
itu
Ya
apa-apa
kaya
mendengarnya
itu
saya
waktu
ya.
ada
itu
pura-pura
kan
Ya
yang
jauh
kesurupan 249)
apapun,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
246
ya…gak
merasakan
247
apa…itu
248
Gak…gak sadar jadi kita tu gak
249
merasakan
250
perasaanya gimana? Em…pas III.PR (250-
Dengan
251
waktu
merasa
252
nganu…selesai kita nganu…ya
tidak
253
kita
sedih
254
wong…apa ya yang kebanyakan
255
di mata masyarakat itu kan kalau
256
jathilan
257
ya…di mata masyarakat di mata
258
di pandangan penonton ya itu
259
kan
260
kesurupan…lha kita ya tetep
261
bangga
262
Setelah kita selesai joget…kita
263
tau bahwa waktu joget tadi itu
264
bisa kesurupan…lha itu tetep
265
seneng.
266
seneng…gak ada perasaan sedih
267
atau gimana itu gak ada.
268
kalo kesurupan ya, brati kalo
269
tidak kesurupan perasaannya?
270
ya berpura-pura tadi, ya tetep III.PR (270-
Merasa minder saat
271
minder dari apa ya sampai 271)
melakukan kesurupan
272
sampai…biasanya kan kalo kita
pura-pura
273
joget itu kan setelah joget itu kan
274
kaya di dikumpulkan gitu to..ya
275
itu mungkin dari apa ya salah
276
satu cara dari pawang untuk
yang
apa-
saya
apa-apa
alami.
itu
kalo
seneng
kan
jathilan
aja
yang
Perasaan
tidak sadar
to…Tapi
setelah
tetep
berada dalam kondisi
kita 267)
to
mbak
kesurupan senang ada
dan
perasaan
kesurupan
itu
jelas
kita
kan
itu.
itu
Itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
277
bikin kesurupan atau gimana itu
278
kan saya belum memahami. Ha III.PR (278-
Jika tidak kesurupan
279
itu mungkin setelah tau temen- 286)
merasa
280
temen jongki lain itu pada
minder bahkan sampai
281
kesurupan trus kita gak bisa itu
pertunjukan
282
tetep
perasaan
283
sama minder. Itu yo sampe
minder tersebut tetap
284
sampe itu sampe selesai jathilan
ada
285
itu tetep perasaan malu dan
286
minder itu tetep ada.
287
Lha itu apakah berlanjut ke
288
perilaku keseharian? Gak..gak III.PL (288-
Tidak
berdampak
289
cuma sebatas waktu joget aja. 292)
buruk
untuk
290
Buat lingkungan gitu? gak gak
keseharian
291
ada..em pokoke ya gak ada
292
dampak buruk mbak. Kalau
293
dampak untuk diri sendiri dan
294
lingkungan setelah kesurupan
295
terjadi, em maksud saya untuk
296
keseharian mas As? Oo…ya III.PR,
297
gini mbak, kalo untuk saya jujur V.PK (296-
njathil
298
saya senang mbak bisa njatil dan 302)
kesurupan
299
kesurupan walau sehari dua hari
300
badan masih capek dan untuk
kesurupan membuat
301
kerja kurang maksimal tapi tetep
badan “capek” dan
302
seneng
untuk
kinerja
menjadi
303
lingkungan…tau saya kesurupan
kurang
maksimal
304
atau tidak kami tetap hidup
namun tetep merasa
305
bermasyarakat
senang
306
mbak. Jathilan Kepuh kan milik III.PL (303- Apapun yang terjadi
307
bersama warga
haa
tetep
mbak,
malu…malu
kalau
dengan
Kepuh,
baik
dari 310)
malu
dan
berakhir
malu
dan
Merasa senang bisa
Njathil
hingga
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
308
situlah kebersamaan kami juga
saat pentas njathil,
309
semakin tumbuh dan erat. Begitu
kehidupan
310
lo mbak.
bermasyarakat tetap
311
Terus yang membuat mas As
berjalan dengan baik
312
itu mau terus jathil sampai
313
kesurupan itu hal apa? Yang
semakin erat karena
314
dulu
jathilan
315
mbak…pertama
316
ya…cuma penasaran…em apa
317
ya…mengikuti anu rasa ingin
318
tau aja gimana rasanya orang IV.PK (315- Berawal
319
kesurupan itu rasanya gimana 327)
penasaran dan ingin
320
cuma cuma itu aja, jadi kalo
tau
321
untuk anu itu dah terbiasa tu
kesurupan
322
mbak, tujuan kita kan udah apa
323
ya…dah mau mendirikan suatu
kesurupan
324
kelompok jathilan otomatis kan
merupakan
325
kita sebagai penari kita juga
bentuk
326
harus
tanggungjawab
327
tanggungjawab kita, jadi…kita
terhadap
328
waktu joget itu juga udah nganu
yang dilakoni subjek
329
udah
330
kesurupan atau ndak itu sudah
331
dah gak mikir karena udah
332
terbiasa. Kalau dari awal-awal IV.PK (332- Berawal
333
dulu dari awal-awal berdirinya 350)
penasaran
ingin
334
kelompok jathilan
cuma
merasakan
rasanya
335
penasaran aja jadi rasa ingin tau
kesurupan
dan
336
rasanya orang kesurupan itu
sekarang menganggap
337
gimana cuma itu aja. Gak ada
kesurupan
338
maksud lain itu gak ada, misal
itu
cuma
penasaran kali
itu
menunjukkan
gimana
Kebersamaan
Kepuh
adalah milik semua warga Kepuh
Njathil
dari
rasanya
hingga
suatu
profesi
ya…mau
itu
dari
dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
339
untuk menyombongkan diri gitu
kesenian
340
gak ada ya kalau sekarang ya
sebagai
341
seperti yang saya bilang tadi
tanggungjawab
342
mbak, gak bisa saya pungkiri
kewajiban
343
nggih saya mau kesurupan itu ya
seorang penari jathilan
344
karna
345
opo...tanggungjawab
346
kewajiban saya sebagai penari
347
jathilan
348
sesungguhnya.
349
ngono kae lo mbak...hahaaaa
350
(tertawa).
351
Perasaanya gimana sih kalo
352
ma
353
kesurupan
354
perasaannya
355
mbak…seneng…bangga…he’e
356
soale banyak to yang jongki-
Merasa
357
jongki yang gak bisa bener-
minder
358
bener kesurupan itu kan juga
melakukan
359
banyak tapi kan kalo yang bisa
kesurupan pura-pura
360
bener-bener kesurupan itu juga
361
me...merasa bangga mbak. Rasa
362
apa ya..rasa seneng…mungkin
363
opo yo bisa mengibur penonton
364
bener-bener
365
bahwa itu bisa kesurupan gitu
366
lho…tapi kalo cuma pura-pura
367
itu kan yo mungkin satu dua dari
368
penonton itu juga ada yang tau
369
to
dah
terus
mungkin
jathilan suatu dan sebagai
jadi dan
Kepuh
yang
Penari
njathil
sejati
sampai
gitu? itu
seneng
Ya IV.PR (353- Merasa senang dan aja 380)
menunjukkan
dari
kelompok
bangga
saat
kesurupan malu
dan saat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
370
jathilan lain itu juga yang lebih
371
berpengalaman dari kita itu kan
372
mungkin juga waktu itu kan juga
373
nonton. Nah itu juga tetep tau to
374
bahwa si A atau si B itu bener-
375
bener kesurupan atau endak, itu
376
kan
377
Nah…otomatis saya pribadi kalo
378
gitu ya tetep waktu nganu yo
379
waktu…joget waktu pentas itu
380
rasa
381
Kemudian tadi kan dampak
382
yang negatif kata mas As tadi
383
kalau jadi malu, nah sekarang
384
dampak
385
keseharian gitu apa ya mas?
386
Yang jelas itu apa ya…perasaan-
387
perasaan itu saya rasakan cuma
388
waktu…waktu
389
mbak… perasaan itu ya mungkin IV.PR (389- Merasa bangga dan
390
opo yo satu dua hari mungkin 392)
senang
391
deket masih ada ya perasaan
mengalami kesurupan
392
bangga,
393
ketemu sama penonton dibilang
394
“oiyo tadi waktu kamu pentas
395
tadi gini-gini”, haa mungkin itu
396
kan juga suatu kebanggaan to.
397
Kita gak…gak merasakan tapi
398
bisa tau, mungkin solah tingkah
399
kita waktu kesurupan-kesurupan
400
haa itu…itu yang membuat kita
juga
malu
bisa
itu
yang
tau.
tetep
positif
pentas
seneng.
ada.
bagi
aja
Mungkin
jika
bisa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
401
bangga.
Tapi,
402
itu…anu ya…cuma pura-pura 412)
diri sendiri dan malu
403
itu juga nganu…perasaan kasian
jika
404
pada diri sendiri itu ya mungkin
kesurupan pura-pura
405
waktu ketemu sama penonton
406
kayak tadi ni di critani ya “wah
407
waktu pentas kamu kayak gini-
408
gini”, kita kan tetep malu mbak
409
meskipun kita gak menunjukkan
410
rasa
411
ngomong ma kita itu, tetep kita
412
malu, karena apa ya…yang kita
413
lakuin kan cuma dari diri kita
414
sendiri, gak bener-bener dari
415
anu…apa ya…dari apa…yang
416
mengendalikan kita istilahnya,
417
jin atau setan atau apa yang
418
merasuki kita kan…Setau saya IV.PL (418-
Lebih
419
dan cuma sesuai yang saya alami 426)
untuk
420
ya setelah njathil tu saya merasa
(bersosialisasi) dengan
421
lebih
buat
masyarakat
dan
422
“srawung” ke masyarakat mbak,
mempererat
tali
423
gak tau juga e bisa gitu yo
silaturahmi
424
berarti bisa dibilang bisa buat
425
nambah deket tali silaturahmi
426
kan ya mbak.
427
Lalu
428
keseharian mas As gitu apa
429
sih?
430
mungkin dari apa ya…dampak IV.PL (430- Dampak
431
positifnya itu juga ada kita 477)
malu
itu
percaya
kalau
sama
diri
dampaknya
Ada…dampaknya
kita V.PR (401-
Merasa kasihan pada
melakukan
yang
percaya
diri
“srawung”
untuk
ada, positif=
dengan masyarakat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
432
misalnya…apa
433
masyarakat setempat maupun
akrab,
434
luar
dengan
435
bisa...bisa lebih akrab otomatis
setempat
436
kan misalnya kita itu ada…apa
subjek pentas
437
ya...ada tanggapan atau jobs dari
438
luar daerah ya…mungkin kan
kadang ribut dengan
439
otomatis kita kan juga bisa
penonton jika saat
440
tambah kenal sama penonton
kesurupan
441
setempat mungkin atau dari yang
melakukan
442
mempunyai
yang tidak berkenan
443
pentasnya itu…itu tetep ada
444
mbak. Tapi juga ada dampak
445
negatifnya
446
kesurupan itu, misalnya kan
447
kalau
448
kesurupan kita kan gak tau
449
mbak, kita melakukan apa atau
450
gimana
451
Mungkin
juga
bisa
waktu
452
kesurupan
itu
ribut
sama
453
penonton atau gimana kan…itu
454
kan bisa terjadi…bahkan dari
455
penonton itu kan gak gak mau
456
tau entah itu kesurupan atau
457
enggak itu kan gak mau tau
458
kalau dari penonton itu kalau
459
waktu kesurupan itu kan yang
460
kena
461
otomatis si penari gak mungkin
462
dari opo ya…jongki lain atau
itu
ya…sama
mungkin
kita
keinginan
juga
ada
kita
kan
kan
untuk
orang
bener-bener
kita
dampak
gak
tau.
negatifnya
menjadi
semakin bisa
Dampak
kenal
penonton dimana
negatif=
hal-hal
dihati penonton
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
463
gimana itu…gak mungkin. Itu
464
tep dari yang terutama yang
465
menari kalo terjadi ke keri…opo
466
kerisuan sama penonton itu,
467
karena kan penonton juga gak
468
mau
469
penonton yang pake pada minum
470
itu gak gak mau tau lagi itu
471
kesurupan atau gak itu kan gak
472
tau yang di pandang tetep diri
473
penya anu itu penari itu sosok
474
penari itu siapa itu yang jadi
475
sumber masalah itu. Lha itu
476
dari…dari
477
negatifnya itu ya… kalo mas As
478
sendiri pernah kaya gitu ga,
479
waktu ga sadar?
480
sering…he’e… e waktu opo
481
yo…waktu nari itu kan katanya
482
sering. Kan kita ni juga gak tau
483
ya, mungkin e…itukan dulu
484
jugak sering to mbak anu…acara
485
pentas-pentas itu kan di ambil
486
gambarnya di opo yo…itu kan
487
sering di bikin CD, gitu kan
488
sering, kita kan juga bisa lihat
489
diri kita itu yo itu waktu anu itu
490
di bikin CD itu to, itu sering
491
sama mas pete barang itu kan
492
suka sing kaya gitu, tapi kan
493
waktu itu kan kita gak tau, kita
tau.
Gitu…apalagi
opo
ya…sisi
ya katanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
494
cuma di certain sama penonton
495
sama sama-sama anggota itu. Itu
496
bahkan sampek jadi masalah itu
497
tau. Itu pas di pentas di juga
498
Pager Jurang, masalahnya juga
499
sumbernya katanya saya, itu kan
500
dari
501
sebelumnya
502
opo yo udah…udah ada masalah
503
tetapi dari penonton aslinya. Lha IV.PL (503-
Masalah
504
mungkin itu apa ya…si penari si 513)
panjang
505
jongki-jongki yang kesurupan
terpancing
506
itu mungkin terpancing atau
Tiga-empat
507
gimana…itu
itu
masalah baru dapat
508
sampe…sampe panjang mbak,
selesai (menjadi tidak
509
karena
akur)
510
ya…itu sampai…dari pentas itu
511
hampir tiga hari atau empat hari
512
ya…itu
513
masalahnya itu...gitu.
514
Terus kalo buat dampak bagi
515
kesehatan
516
kesurupan yang mas As alami
517
tu apa sih mas? Ya aslinya V.PK (517-
Berdampak
517
dampak
untuk
untuk
kesehatan
518
itu...untuk
dampaknya
karena
kesurupan
519
mbak…gak
ada
520
positifnya itu gak ada. Karena
ekstrim
namun
521
kan
kondisi
kesehatan
522
makannya kembang, menyan,
523
bahkan ada yang makan beling
penonton.
Tapi
kan
udah…udah
ya
itu…sampai
baru
orang
berapa
selesai
dari
ada
menjadi jika
sudah emosi. hari
kok
peristiwa
kesehatan 545) buruk dampak
kesurupan
itu
buruk
makan makanan yang
subjek baik-baik saja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
524
itu to…haa itu kan otomatis
525
set…e
526
ya…terutama dari beling ya,
527
saya yang merasakan sendiri. Itu
528
setiap
529
kebanyakan saya katanya makan
530
beling,
531
merasakan. Masalahnya setelah
532
selesai itu kan sisa-sisa beling
533
itu kan tetep masih ada mbak di
534
gigi di…di mulut kan tetep
535
masih ada setelah kita selesai itu
536
kan tetep ada. Itu kan gak
537
mungkin to itu. Kaya gitu itu
538
opo yo…ada sisi positifnya kan
539
gak ada bagi kesehatan to…itu
540
kan otomatis tetep merugikan to
541
mbak
542
itu…tapi yo walau begitu sejauh
543
ini Alhamdulilah saya baik-baik
544
aja ki mbak, saya juga heran.
545
Hehee…
546
Apa yang mas As rasakan
547
ketika
548
bagi kesehatan dari peristiwa
549
kesurupan yang mas As alami
550
tu apa sih mas? Ya aslinya V.PR (550-
Merasa
551
takut...tapi
berdampak
552
yo…tau
kita
untuk
kesehatan
553
kesurupan makan opo yo makan
terkait
dengan
554
beling atau gimana itu kan
adengan
kita
setelah
saya
kesurupan
tapi
itu
bagi
si
saya
kita
itu
tidak
penari…lha
mengetahui
kan
apa
dampak
kalau…tau 562) waktu
takut buruk
kesurupan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
555
terutama yang ditakutkan itu
556
kalau makan beling. Takutnya
557
itu kalau sampai kita itu waktu
558
kesurupan itu di si beling itu
559
tertelan, lha itu yang membuat
560
kami takut, tapi kan otomatis
561
kalo udah kesurupan kan kita
562
gak
563
si...pawang atau si sesepuh kan
564
tetep juga tetep kalau di minta
565
itu kan yang minta kan yang
566
merasuki
567
otomatis
568
di…kasi…ha itu yang membuat
569
takut itu… tapi kalo cuma dari V.PR (569-
570
menyan atau kembang itu ndak 577)
sebatas
makan
571
ndak ada persaan apa-apa. Yang
menyan
atau
572
membuat
kembang
573
cuma...itu waktu makan beling
ada perasaan apapun
574
itu, takutnya nanti kalo tertelan
Merasa takut terjadi
575
haa
576
mengganggu
577
mbak. Tapi pernah gak si mas
kesurupan
578
ada gangguan pencernaan itu?
beling
579
gak ada, yang saya rasakan
580
selama ini, gak ada gangguan
581
pencernaan
582
apapun gitu gak ada. Semua V.PR (582-
Merasa takut walau
583
hanya sebatas ketakutan saja ya 587)
sebenarnya tidak perlu
584
walau sebenere gak perlu saya
takut
585
takuti juga ding lha wong juga
tau.
itu
Lha
si
anu
kan
saya
si
apa
si
ya
penari
tetep
takut
di
itu
tetep otomatis kan pencernaan
atau
yang dialami subjek
to
Saat
kesurupan
tidaklah
gangguan pencernaan jika saat makan
gangguan
karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
586
nyatanya gak kenapa-napa ki
kesurupan
587
mbak.
dialami subjek tidak
588
Terkait
589
peristiwa
590
kesehatan, apa sih pengaruh
591
hal tersebut
592
dalam keseharian mas As? Ya
593
mungkin kalo dari…otomatis itu
594
kan dari penonton to mbak, itu
595
dari penonton ya saya kurang
596
kurang bisa nganu ya… bisa
597
memahami.
598
penonton juga mungkin cuma
599
merasakan liat aja kalo pas
600
makan beling makan
nganu
601
itu…mungkin
cuma
602
merasa…merasa
603
Kalau dari mas As sendiri?
604
bangga
605
perasaan itu bangga, karena kan 613)
kesurupan
606
gak…gak setiap jongki itu bisa
beling
607
makan kaya gitu kan...tu cuma
608
bangga kan kalau kita itu gak
609
bener-bener kesurupan itu kalau
610
makan beling itu kan juga gak
611
masuk akal to mbak...itu ya itu
612
bikin salah satu kebanggaan saya
613
sebagai penari. Lalu…lalu pas
614
waktu opo ya…makan beling V.PR (614-
Makan
615
pas kesurupan makan beling itu 618)
kesurupan merupakan
616
satu
suatu
dengan
dampak
kesurupan
yang
bagi
yang
berdampak untuk
buruk kesehatan
subjek
bagi perilaku
Karena
kan
heran
jelas
kebanggaan
aja.
bangga V.PR (604-
tersendiri
Merasa bangga jika makan
beling
saat
kebanggan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
617
karena jongki lain jugak belum
karena belum tentu
618
tentu kaya gitu…ya biasa aja
semua penari dapat
619
mbak.
melakukan
620
yang…apa
621
menonjol…bikin
622
lebih…lebih…atau
623
lagi…bikin saya sombong itu 624)
yang menonjol, tidak
624
gak
ada.
Karena
itu
yang
membuat sombong
625
melakukan
bukan
diri
kita
626
sendiri mbak, kita itu cuma buat
627
apa ya...yang jelas raga kita itu
628
kan cuma untuk dikunjung, jadi
629
kita gak…gak tau to, gak tau
630
bener-bener
631
pelaku kesurupan itu gak tau.
632
Jadi kan tetep gak ada perasaan
633
yang
634
gimana itu gak ada. Ya saya rasa V.PR (634-
Merasa lelah dan jadi
635
ya kesurupan ga kesurupan tu 657)
malas bekerja namun
636
capek
tetap menjadi lebih
637
e…ya
638
bisa sampe satu minggu itu ya
kesurupan
639
rasa capek kita itu belum hilang
dialami
640
itu…itu
dilakukan
641
tambah penyemangat kerja atau
642
gimana itu gak ada. Malah bikin
643
males itu yang sering saya
644
lakukan itu itu…asline gitu, itu
645
tapi anehnya yang kalau dilogika
647
emang bikin capek dan gak
648
semangat
Gak
ada
perasaan
ya...e
yang
sombong
apa V.PR (619-
tau.
atau
mbak…itu
wis
kalo
bikin
tetep
gak...opo
faktanya
Tidak ada perasaan
Yang
satu…sampe…bahkan
itu
tersebut
saya
gak
tapi
hal
yang
semangat
tulus
karena yang subjek dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
649
harusnya capek malah badan jadi
650
tahan banting, yang harusnya
651
gak semangat eh semangatnya
652
malah nambah. Intinya ya tetep
653
jadi dampak yang positif mbak,
654
mungkin karna saya melakukan
655
kesurupan itu dari niat dan
656
ketulusan jadinya dampaknya itu
657
dampak
658
menyebabkan mas As tetep
659
mau kesurupan? ya opo yo itu
660
karena udah suatu tanggung
661
jawab kita sebagai apa ya…kita
662
mau bergabung di nganu itu
663
suatu kelompok jathilan itu. Jadi IV.PK (663- Njathil
hingga
664
cuma
karena
665
menunjukknan
666
tanggung jawab, di saya sebagai
rasa
667
nganu yo…sebagai anggota. Ya
sebagai
668
meskipun itu berat, meskipun itu
kelompok jathilan di
669
capek. Kalo kita juga gak dapet
Kepuh
670
apa-apa to mbak. Mungkin dari
671
nganu…karena
672
ada…apa
673
tanggapan dari luar, uang itu kan
674
buat kas mbak, gak di bagikan
675
lho. Mungkin cuma dari penari
676
mungkin
677
yogo itu mungkinnya itu cuma
678
rokok sebatas rokok, lainnya
679
buat uang kas. Ho’o…gak ada
positif.
kita
Hal
itu
juga
yang
ingin 667)
nganu…rasa
kan
ya…ada
kalo
istilahnya
opo…penari
sama
kesurupan ingin
menunjukkan tanggungjawab anggota
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
680
opo yo…lampiran itu gak ada.
681
Lalu dampak untuk diri mas
682
As sendiri dan masyarakat?
683
Jadi ya boleh dibilang kalau V.PK,
684
Kondisi
fisik
dampak untuk diri saya sendiri V.PR,V.PL
menjadi
lelah
685
kalau
setelah kesurupan
686
rasanya cuma capek ya mbak,
687
kerja jadi kurang maksimal tapi
namun tetap merasa
688
ya tetep seneng, kalau untuk
senang
689
masyarakat
690
mendukung
691
kerjakan mbak, emm...anu...apa
yang
692
bisa
subjek
693
nambah.
kesehatan
saya
sendiri apa
dibilang
yang
fisik (683-693)
Walau
fisik
tetap
Masyarakat
saya
mendukung
solodaritasnya
lelah
apa
dilakukan dan
dapat
menambah solodaritas masyarakat
antar